Kebijakan Memperdalam Struktur Industri Hulu...

43
“Kebijakan Memperdalam Struktur Industri Hulu Migas” Disampaikan oleh : Ir. Setio Hartono, M.Si Sekretaris Direktorat Jenderal Basis Industri Manufaktur Pada Acara Supply Chain Summit 2015 14 April 2015

Transcript of Kebijakan Memperdalam Struktur Industri Hulu...

Page 1: Kebijakan Memperdalam Struktur Industri Hulu Migas4ef69f972526a2d0d0ca-179315b2fd10c686c84912f33917884a.r54.cf6... · 2 TOPIK PEMBAHASAN : 1. Kondisi Saat Ini 2. Permasalahan 3. Kebijakan

“Kebijakan Memperdalam Struktur Industri Hulu Migas”

Disampaikan oleh :

Ir. Setio Hartono, M.Si

Sekretaris Direktorat Jenderal Basis Industri Manufaktur

Pada Acara Supply Chain Summit 2015

14 April 2015

Page 2: Kebijakan Memperdalam Struktur Industri Hulu Migas4ef69f972526a2d0d0ca-179315b2fd10c686c84912f33917884a.r54.cf6... · 2 TOPIK PEMBAHASAN : 1. Kondisi Saat Ini 2. Permasalahan 3. Kebijakan

2 2

TOPIK PEMBAHASAN :

1. Kondisi Saat Ini

2. Permasalahan

3. Kebijakan Pendukung Pengembangan Industri Penunjang Hulu

Migas

4. Upaya Yang Akan Dilakukan Kedepan

5. Upaya Menarik Investasi Melalui Insentif

6. Rekomendasi

Page 3: Kebijakan Memperdalam Struktur Industri Hulu Migas4ef69f972526a2d0d0ca-179315b2fd10c686c84912f33917884a.r54.cf6... · 2 TOPIK PEMBAHASAN : 1. Kondisi Saat Ini 2. Permasalahan 3. Kebijakan

3 3

I. Kondisi Saat Ini

Page 4: Kebijakan Memperdalam Struktur Industri Hulu Migas4ef69f972526a2d0d0ca-179315b2fd10c686c84912f33917884a.r54.cf6... · 2 TOPIK PEMBAHASAN : 1. Kondisi Saat Ini 2. Permasalahan 3. Kebijakan

4 4

Sekilas Pertumbuhan Industri Nasional

Pertumbuhan Industri Non-Migas Perkembangan Ekspor - Impor

Page 5: Kebijakan Memperdalam Struktur Industri Hulu Migas4ef69f972526a2d0d0ca-179315b2fd10c686c84912f33917884a.r54.cf6... · 2 TOPIK PEMBAHASAN : 1. Kondisi Saat Ini 2. Permasalahan 3. Kebijakan

5 5

NILAI PDB SEKTORAL DAN KONTRIBUSINYA TERHADAP

PDB NASIONAL

LAPANGAN USAHA 2009 2010 2011 2012 2013 Sem I 2014

N K N K N K N K N K N K

(Rp triliun) (%) (Rp triliun) (%) (Rp. triliun) (%) (Rp triliun) (%) (Rp triliun) (%) (Rp

triliun) (%)

1. PERTANIAN, PETERNAKAN, KEHUTANAN DAN

PERIKANAN

857,19 15,29 985,44 15,31 1.091,45 14,71 1.193,45 14,50 1.311,03 14,43 729,03 14,92

2. PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN 592,06 10,56 718,13 11,16 876,98 11,82 970,82 11,80 1.020,77 11,24 536,07 10,97

3. INDUSTRI PENGOLAHAN 1.477,54 26,36 1.595,78 24,79 1.806,14 24,34 1.972,52 23,97 2.152,59 23,70 1.155,66 23,66

a. Industri M i g a s 209,84 3,74 211,14 3,28 253,08 3,41 254,55 3,09 266,79 2,94 144,86 2,97

b. Industri tanpa Migas 1.267,70 22,61 1.384,64 21,51 1.553,06 20,93 1.717,96 20,88 1.885,80 20,76 1.010,80 20,69

4. LISTRIK, GAS, DAN AIR BERSIH 46,68 0,83 49,12 0,76 55,88 0,75 62,23 0,76 70,07 0,77 41,57 0,85

5. B A N G U N A N 555,19 9,90 660,89 10,27 753,55 10,16 844,09 10,26 907,26 9,99 478,62 9,80

6. PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN 744,51 13,28 882,48 13,71 1.023,72 13,80 1.148,69 13,96 1.301,50 14,33 709,21 14,52

7. PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI 353,74 6,31 423,16 6,57 491,28 6,62 549,10 6,67 636,88 7,01 355,04 7,27

8. KEUANGAN, PERSEWAAN & JASA PERSH. 405,16 7,23 466,56 7,25 535.15 7,21 598,52 7,27 683,01 7,52 374,59 7,67

9. JASA - JASA 574,11 10,24 654,68 10,17 785.01 10,58 888,99 10,81 1.000,82 11,02 505,04 10,34

PRODUK DOMESTIK BRUTO 5.606,20 100 6.436,27 100 7.419,18 100 8.229,44 100 9.083,97 100 4.884,84 100

N = Nilai; K = Kontribusi

Page 6: Kebijakan Memperdalam Struktur Industri Hulu Migas4ef69f972526a2d0d0ca-179315b2fd10c686c84912f33917884a.r54.cf6... · 2 TOPIK PEMBAHASAN : 1. Kondisi Saat Ini 2. Permasalahan 3. Kebijakan

6 6

NO Indikator Pembangunan Industri Satuan 2014 2015 2020 2025 2035

1 Pertumbuhan sektor Industri Non

Migas % 5,7 6,8 8,5 9,1 10,5

2 Share Industri non migas terhadap

PDB % 20,8 21,2 24,9 27,4 30,0

3 Share ekspor produk industri

terhadap total ekspor % 66,5 67,3 69,8 73,5 78,4

4 Jumlah tenaga kerja di sektor industri Juta

orang 14,88 15,44 18,44 21,73 29,19

(Persentase tenaga kerja di sektor

industri terhadap total pekerja) % 13,7 14,1 15,7 17,6 22,0

5

Rasio impor bahan baku sektor

industri terhadap PDB sektor industri

non migas

% 43,5 43,1 26,9 23,0 20,0

6 Nilai Investasi sektor industri Rp

Trilyun 210 270 618 1.000 1.930

7

Persentase nilai tambah sektor

industri yang diciptakan di luar Pulau

Jawa

% 29,0 30,0 32,0 35,0 40,0

Sasaran Pembangunan Industri Tahun 2015 s.d. 2035 (persen)

Sumber : RIPIN 2015-2035

Page 7: Kebijakan Memperdalam Struktur Industri Hulu Migas4ef69f972526a2d0d0ca-179315b2fd10c686c84912f33917884a.r54.cf6... · 2 TOPIK PEMBAHASAN : 1. Kondisi Saat Ini 2. Permasalahan 3. Kebijakan

7 7

II. Permasalahan Yang

Dihadapi

A. Posisi Daya Saing Industri Nasional

B. Defisit Neraca Perdagangan

C. Kondisi Rata-Rata Tariff Indonesia (MFN)

Page 8: Kebijakan Memperdalam Struktur Industri Hulu Migas4ef69f972526a2d0d0ca-179315b2fd10c686c84912f33917884a.r54.cf6... · 2 TOPIK PEMBAHASAN : 1. Kondisi Saat Ini 2. Permasalahan 3. Kebijakan

8 8

A. POSISI DAYA SAING INDUSTRI NASIONAL

Penilaian daya saing terhadap 144 negara yang dilakukan World Economic Forum

menggunakan 3 aspek penilaian, yakni:

1. Persyaratan dasar (Basic requirements)

2. Pemacu efisiensi (Efficiency enhancers)

3. Inovasi dan kecanggihan (Innovation and sophistication).

Key for

efficiency-driven economies

Key for

innovation-driven economies

Key for

factor-driven economies

GLOBAL COMPETITIVENESS INDEX

Pilar 5. Higher education and training

Pilar 6. Goods market efficiency

Pilar 7. Labor market efficiency

Pilar 8. Financial market development

Pilar 9. Technological readiness

Pilar 10. Market size

Pilar 11. Business sophistication

Pilar 12. Innovation

Pilar 1. Institutions

Pilar 2. Infrastructure

Pilar 3. Macroeconomic environment

Pilar 4. Health and primary education

Basic requirements

subindex

Efficiency enhancers

subindex Innovation and sophistication

Factors subindex

Page 9: Kebijakan Memperdalam Struktur Industri Hulu Migas4ef69f972526a2d0d0ca-179315b2fd10c686c84912f33917884a.r54.cf6... · 2 TOPIK PEMBAHASAN : 1. Kondisi Saat Ini 2. Permasalahan 3. Kebijakan

9 9

Country 2013 – 2014 2014 - 2015 Change

Singapore 2 2

Japan 9 6 +

Hong Kong SAR 7 7

Taiwan 12 14 -

Malaysia 24 20 +

Korea 25 26 -

China 29 28 +

Thailand 37 31 +

Indonesia 38 34 +

India 60 71 -

Vietnam 70 68 +

Philipinnes 59 52 +

Cambodia 88 95 -

• Peringkat Indonesia pada

Global Competitiveness

Report 2014-2015 meningkat,

namun masih berada di bawah

negara-negara ekonomi utama

di ASEAN seperti Thailand,

Malaysia dan Singapura.

Sumber: Global Competitiveness Report 2014-2015

Peringkat Daya Saing Beberapa Negara Asia dalam Global Competitiveness Report 2013-2014

Page 10: Kebijakan Memperdalam Struktur Industri Hulu Migas4ef69f972526a2d0d0ca-179315b2fd10c686c84912f33917884a.r54.cf6... · 2 TOPIK PEMBAHASAN : 1. Kondisi Saat Ini 2. Permasalahan 3. Kebijakan

10 10

No. Negara Peringkat Dunia Peringkat Subindexes 2012 2007 2010 2014 Customs Infrastructure Internation

al shipments

Logistics quality and competence

Tracking and

tracing

Timeliness

1 Singapura 1 2 5 1 2 2 6 6 1

2 Malaysia 27 29 25 29 27 26 30 28 28

3 Thailand 31 35 35 42 44 35 49 45 39

4 Pilipina 65 44 57 67 62 56 39 39 69

5 Vietnam 53 53 48 63 72 39 82 47 38

6 Indonesia 43 75 53 75 85 57 62 52 42 7 Kamboja 81 129 83 108 128 101 103 78 104

8 Laos 117 118 131 93 106 123 104 111 118

9 Burma 147 133 145 122 133 116 110 129 140

Sumber: The Logistics Performance Index and Its Indicators, World Bank (2014)

Kinerja logistik Indonesia pada tahun 2014 mengalami peningkatan dibanding tahun sebelumnya, yakni dari

peringkat ke-75 ditahun 2010 menjadi peringkat ke-53 di tahun 2014 dari 155 negara.

Infrastruktur masih merupakan kendala terbesar, karena mendapatkan penilaian terburuk diantara komponen

penilaian lainnya untuk Indonesia.

Untuk kawasan ASEAN, peringkat Indonesia masih di bawah Singapura, Malaysia, Thailand, Pilipina dan

Vietnam.

Kinerja Logistik di Indonesia

Page 11: Kebijakan Memperdalam Struktur Industri Hulu Migas4ef69f972526a2d0d0ca-179315b2fd10c686c84912f33917884a.r54.cf6... · 2 TOPIK PEMBAHASAN : 1. Kondisi Saat Ini 2. Permasalahan 3. Kebijakan

11 11

Sumber: BPS (2014), diolah DJ-KII Kemenperin

B. DEFISIT PERDAGANGAN PRODUK INDUSTRI MEMBENGKAK

11

Page 12: Kebijakan Memperdalam Struktur Industri Hulu Migas4ef69f972526a2d0d0ca-179315b2fd10c686c84912f33917884a.r54.cf6... · 2 TOPIK PEMBAHASAN : 1. Kondisi Saat Ini 2. Permasalahan 3. Kebijakan

12 12 12

Performa Ekspor – Impor Indonesia

Page 13: Kebijakan Memperdalam Struktur Industri Hulu Migas4ef69f972526a2d0d0ca-179315b2fd10c686c84912f33917884a.r54.cf6... · 2 TOPIK PEMBAHASAN : 1. Kondisi Saat Ini 2. Permasalahan 3. Kebijakan

13 13 Note : DJ- KII, as at July 2013

Penguasaan Teknologi Industri dalam Produksi

Page 14: Kebijakan Memperdalam Struktur Industri Hulu Migas4ef69f972526a2d0d0ca-179315b2fd10c686c84912f33917884a.r54.cf6... · 2 TOPIK PEMBAHASAN : 1. Kondisi Saat Ini 2. Permasalahan 3. Kebijakan

14 14

Produk Industri Teknologi Tinggi Didominasi oleh Impor

Legenda: = 100, = 50, = 10 dan < 10

Note : Ditjen KII, as at July 2013 14

Page 15: Kebijakan Memperdalam Struktur Industri Hulu Migas4ef69f972526a2d0d0ca-179315b2fd10c686c84912f33917884a.r54.cf6... · 2 TOPIK PEMBAHASAN : 1. Kondisi Saat Ini 2. Permasalahan 3. Kebijakan

15 15

C. KONDISI RATA-RATA TARIF INDONESIA (MFN)

DIBANDINGKAN 7 (TUJUH) NEGARA ANGGOTA G-20

Sumber : WTO, 2012 diolah Kemenperin

Saat ini, rata-rata applied tariff Indonesia adalah

sebesar 7,0% sangat liberal.

Namun negara lain yang memiliki perekonomian yang

lebih kuat dari Indonesia memiliki rata-rata bea masuk

yang lebih tinggi dibandingkan Indonesia, seperti:

Korea (12,1 %), Brazil (13,7%), China (9,6%) and India

(12,6%);

EU; 16.360.000

AS; 15.684.800

Cina ; 8.227.103

Jepang ; 5.959.718

Brasil ; 2.252.664

India ; 1.841.717

Korea ; 1.129.598

Indonesia ; 878.043

0,0%

2,0%

4,0%

6,0%

8,0%

10,0%

12,0%

14,0%

16,0%

-10.000 0 10.000 20.000 30.000 40.000 50.000 60.000

Ra

ta-r

ata

Ta

rif

PDB / Kapita (USD)

Negara PDB/kapita Rata-

rataTarif

PDB (USD

Milyar) / 2012

1 EU 35.100 5,3% 16.360.000

2 AS 49.965 3,5% 15.684.800

3 Cina 6.091 9,6% 8.227.103

4 Jepang 46.720 5,3% 5.959.718

5 Brasil 11.340 13,7% 2.252.664

6 India 1.489 12,6% 1.841.717

7 Korea 22.590 12,1% 1.129.598

8 Indonesia 3.557 7,0% 878.043

Page 16: Kebijakan Memperdalam Struktur Industri Hulu Migas4ef69f972526a2d0d0ca-179315b2fd10c686c84912f33917884a.r54.cf6... · 2 TOPIK PEMBAHASAN : 1. Kondisi Saat Ini 2. Permasalahan 3. Kebijakan

16 16

RATA-RATA TARIF (MFN)

PRODUK NON-PERTANIAN (2012)

Saat ini, kondisi rata-rata tarif

Indonesia untuk produk Non

Pertanian sudah lebih liberal

dibandingkan Emerging Country

seperti China, India dan Brazil.

Sumber : WTO, 2012, diolah Kemenperin

EU ; 15.399.133

AS ; 14.969.209

Cina ; 7.798.493

Jepang ; 5.498.920

Brasil ; 2.090.314

India ; 1.774.281

Korea ; 1.080.964

Indonesia ; 792.796

0,00%

2,00%

4,00%

6,00%

8,00%

10,00%

12,00%

14,00%

16,00%

-10.000 0 10.000 20.000 30.000 40.000 50.000 60.000

Ra

ta-r

ata

Ta

rif

PDB / Kapita (USD)

Negara PDB/kapita Rata-

rataTarif

PDB (USD

Milyar) / 2012

1 EU 35.100 4,00% 15.399.133

2 AS 49.965 3,30% 14.969.209

3 Cina 6.091 8,70% 7.798.493

4 Jepang 46.720 2,60% 5.498.920

5 Brasil 11.340 13,70% 2.090.314

6 India 1.489 9,80% 1.774.281

7 Korea 22.590 6,60% 1.080.964

8 Indonesia 3.557 6,90% 792.796

Page 17: Kebijakan Memperdalam Struktur Industri Hulu Migas4ef69f972526a2d0d0ca-179315b2fd10c686c84912f33917884a.r54.cf6... · 2 TOPIK PEMBAHASAN : 1. Kondisi Saat Ini 2. Permasalahan 3. Kebijakan

17 17

RATA-RATA TARIF (MFN)

PRODUK PERTANIAN (2010)

Tarif rata-rata produk pertanian

Indonesia sedikit lebih tinggi

dibandingkan Amerika Serikat.

Sumber : WTO, 2012, diolah Kemenperin

EU ; 960.867

AS ; 715.591

Cina ; 428.610

Jepang ; 465.179

Brasil ; 560.204

India ; 67.436

Korea ; 48.634

Indonesia ; 85.247

-10,00%

0,00%

10,00%

20,00%

30,00%

40,00%

50,00%

60,00%

-10.000 0 10.000 20.000 30.000 40.000 50.000 60.000

Ra

ta-r

ata

Ta

rif

PDB / Kapita (USD)

Negara PDB/kap Rata-rata

Tarif

PDB (USD

Milyar) /

2012

1 EU 35.100 13,90% 960.867

2 AS 49.965 5,00% 715.591

3 Cina 6.091 15,60% 428.610

4 Jepang 46.720 23,30% 465.179

5 Brasil 11.340 10,30% 560.204

6 India 1.489 31,40% 67.436

7 Korea 22.590 48,60% 48.634

8 Indonesia 3.557 8,10% 85.247

Page 18: Kebijakan Memperdalam Struktur Industri Hulu Migas4ef69f972526a2d0d0ca-179315b2fd10c686c84912f33917884a.r54.cf6... · 2 TOPIK PEMBAHASAN : 1. Kondisi Saat Ini 2. Permasalahan 3. Kebijakan

18 18

III. KEBIJAKAN PENDUKUNG

PENGEMBANGAN INDUSTRI

HULU MIGAS

A. Kebijakan Pendukung

B. Kebijakan P3DN

C. Kelompok Barang Produksi Dalam Negeri

D. Issue strategis dalam implementasi P3DN

Page 19: Kebijakan Memperdalam Struktur Industri Hulu Migas4ef69f972526a2d0d0ca-179315b2fd10c686c84912f33917884a.r54.cf6... · 2 TOPIK PEMBAHASAN : 1. Kondisi Saat Ini 2. Permasalahan 3. Kebijakan

19 19

Kebijakan Peningkatan Penggunaan Produksi Dalam Negeri (P3DN), meliputi :

» Perpres No 54/2010 / Perpres 70/2012

» Inpres No 2/2009

» Permenperin No 02/2014; 03/2014; 16/2011; 17/2011

UU No 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi (MIGAS)

» PP No 35 Tahun 2004 tentang Kegiatan Usaha Hulu MIGAS

» PTK No 007 Tahun 2009 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa , Kegiatan Usaha Hulu MIGAS

UU No 30 Tahun 2007 tentang Energi

» Permen Perindustrian No. 48/2010 tentang Pedoman Penggunaan Produksi Dalam Negeri untuk pembangunan infrastruktur ketenagalistrikan

» Permen Perindustrian No 61/2009 ketentuan nilai TKDN dan BMP antara lain untuk : Tabung Gas 3 Kg, Kompor Gas, Regulator.

KEBIJAKAN PENDUKUNG PENGEMBANGAN INDUSTRI

PENUNJANG HULU MIGAS

Page 20: Kebijakan Memperdalam Struktur Industri Hulu Migas4ef69f972526a2d0d0ca-179315b2fd10c686c84912f33917884a.r54.cf6... · 2 TOPIK PEMBAHASAN : 1. Kondisi Saat Ini 2. Permasalahan 3. Kebijakan

20 20

Inpres No. 2 thn 2009

Ttg Penggunaan Produksi Dalam Negeri

Perpres : No. 54 th 2010 Perpres : No 70 th 2012

Permenperin RI

No. 17/M-IND/PER/2/2011

ttg Pembentukan POKJA dan

Sekretariat TIM-NAS P3DN

Permenperin RI

No. 02/M-IND/PER/2014 dan 03/M-IND/PER/2014

Ttg Pedoman Penggunaan Produk Dalam Negeri

dalam Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah dan

BUMN/BUMD

Permenperin RI

No. 16/M-IND/PER/2011

Ttg Ketentuan dan Tata Cara

Penghitungan Tingkat Komponen Dalam

Negeri

KEBIJAKAN P3DN

Page 21: Kebijakan Memperdalam Struktur Industri Hulu Migas4ef69f972526a2d0d0ca-179315b2fd10c686c84912f33917884a.r54.cf6... · 2 TOPIK PEMBAHASAN : 1. Kondisi Saat Ini 2. Permasalahan 3. Kebijakan

21

Belanja Masyarakat

Belanja Pemerintah

Belanja BUMN/D

Belanja Persh Swasta

Semangat Cinta Produksi DN

Impor Minded

P 3 D N

Pengangguran Menurun

Kemiskinan Menurun

Penghematan Devisa

Ekonomi Meningkat

Kesejahteraan Rkyat Meningkat

Perlu pengaturan P3DN

KEBIJAKAN P3DN

Page 22: Kebijakan Memperdalam Struktur Industri Hulu Migas4ef69f972526a2d0d0ca-179315b2fd10c686c84912f33917884a.r54.cf6... · 2 TOPIK PEMBAHASAN : 1. Kondisi Saat Ini 2. Permasalahan 3. Kebijakan

22 22

Perusahaan Migas

Kem. ESDM Perusahaan

Listrik

POTENSI PASAR P3DN

Page 23: Kebijakan Memperdalam Struktur Industri Hulu Migas4ef69f972526a2d0d0ca-179315b2fd10c686c84912f33917884a.r54.cf6... · 2 TOPIK PEMBAHASAN : 1. Kondisi Saat Ini 2. Permasalahan 3. Kebijakan

23

INPRES NO. 2 TAHUN 2009

Penggunaan Produksi Dalam Negeri dalam Pengadaan Barang dan

Jasa Pemerintah

Pembentukan Tim Nasional

Peningkatan Penggunaan

Produksi Dalam Negeri

(P3DN)

INSTRUKSI KEPADA :

Menteri Perindustrian (Ketua)

Anggota :

- Menteri Dalam Negeri

- Menteri Keuangan

- Menteri Perdagangan

- Menteri Negara PAN

- Menteri Negara PPN/Kepala

BAPPENAS

- Menteri UKM & Koperasi

- Menteri Negara BUMN

- Sekretaris Kabinet

- Kepala BPKP

- Kepala LKPP

Tugas Tim NAS P3DN :

- Merumuskan dan menyiapkan

kebijakan, strategi & program

- Menetapkan langkah-langkah

strategis

- Melakukan sosialisasi

- Menyelesaikan masalah

- Melakukan monitoring dan

evaluasi

Menteri

Kabinet

Jaksa Agung

Kepala

LPNonD

Panglima

TNI

Kepala

Kepolisian

Bupati/

Walikota Gubernur

Untuk :

- Memaksimalkan Penggunaan

Produksi Dalam negeri

- Memberikan Preferensi Harga

- Mengacu pada Pedoman P3DN

Menteri Perindustrian

Bertugas

Menyusun dan

Menetapkan

Pedoman P3DN

Menteri Perdagangan

Mengkoordinasikan

Kampanye P3DN

1

5

4

3

2

Page 24: Kebijakan Memperdalam Struktur Industri Hulu Migas4ef69f972526a2d0d0ca-179315b2fd10c686c84912f33917884a.r54.cf6... · 2 TOPIK PEMBAHASAN : 1. Kondisi Saat Ini 2. Permasalahan 3. Kebijakan

24 24

1. Bahan Penunjang Pertanian

2. Mesin & Peralatan Pertanian

3. Mesin & Peralatan Pertambangan

4. Mesin & Peralatan Migas

5. Alat Berat, Konstruksi dan Meterial Handling

6. Mesin dan Peralatan Pabrik

7. Bahan Bangunan/Konstruksi

8. Logam & Barang Logam

9. Bahan / Barang Kimia

10.Peralatan Elektronika

11 Peralatan Kelistrikan

12 Peralatan Telekomunikasi

13 Alat Transpor

14 Bahan / Peralatan Kesehatan

15 Peralatan Laboratorium

16 Komputer dan Peralatan Kantor

17 Pakaian & Perlengkapan Kerja

18 Peralatan OR & Pendidikan

19 Sarana Pertahanan

20 Barang Lainnya

21 Jasa Engineering Procurement & Construction (EPC )

KELOMPOK BARANG PRODUKSI DALAM NEGERI

Page 25: Kebijakan Memperdalam Struktur Industri Hulu Migas4ef69f972526a2d0d0ca-179315b2fd10c686c84912f33917884a.r54.cf6... · 2 TOPIK PEMBAHASAN : 1. Kondisi Saat Ini 2. Permasalahan 3. Kebijakan

25 25

Daftar barang/

jasa produksi

dalam negeri

Acuan bagi

Penyedia /

Pengguna barang

dalam

pelaksanaan

lelang.

Diperbarui setiap

tahun dan

dievaluasi setiap

2 tahun

Disebarluaskan

oleh Kem.

Perindustrian

Page 26: Kebijakan Memperdalam Struktur Industri Hulu Migas4ef69f972526a2d0d0ca-179315b2fd10c686c84912f33917884a.r54.cf6... · 2 TOPIK PEMBAHASAN : 1. Kondisi Saat Ini 2. Permasalahan 3. Kebijakan

26 26

CONTOH BARANG INDUSTRI HULU MIGAS

TERSERTIFIKASI TKDN

Mesin & Peralatan Pertambangan

• Filter / Saringan Pemisah Kotoran Pada Kegiatan Pengeboran Minyak

Mesin & Peralatan Migas

• Casing Dan Tubing Accessories

• Normal Drill Pipes

• Steel Wire Rope Sling

• Komponen Wellhead Dan X’mas Tree

Alat Berat, Konstruksi dan Meterial Handling

• Mesin Gilas

• Offshore Container

Bahan Bangunan/Konstruksi

• Tiang Pancang Square

Bahan / Barang Kimia

• Oil Production Drilling Chemical - Anti Fouling Agent

• Oil Production Drilling Chemical - Coagulant

Pakaian & Perlengkapan Kerja

• Safety Shoes

• Wearpack/Coverall

Sumber : tkdn.kemenperin.go.id

Page 27: Kebijakan Memperdalam Struktur Industri Hulu Migas4ef69f972526a2d0d0ca-179315b2fd10c686c84912f33917884a.r54.cf6... · 2 TOPIK PEMBAHASAN : 1. Kondisi Saat Ini 2. Permasalahan 3. Kebijakan

27 27

ISSUE STRATEGIS DALAM IMPLEMENTASI P3DN

1. Sejak tahun 2003 kebijakan P3DN telah digaungkan kembali melalui berbagai kebijakan seperti Keppres 80 thun 2003, Permenperin No.11 tahun 2006, Permenperin 102 tahun 2010, Permenperin 15 dan 16 tahun 2011, dan terakhir telah diubah dengan Permenperin No 02 dan 03 tahun 2014, semua kebijakan itu sdh mengatur secara baik dan komprehensif untuk mendorong peningkatan penggunaan produksi dalam negeri

2. Dalam implementasinya semua kebijakan tersebut berjalan sangat lambat dan cenderung terjadi penurunan semangat P3DN, karena kebijakan tersebut masih membutuhkan banyak penyesuaian dengan kondisi di lapangan

3. Implementasi P3DN selama ini berjalan hanya pada beberapa sektor tertentu yang mana kementerian perindustrian telah secara intens menjalin komunikasi dan koordinasi seperti dgn Ditjen Migas, itupun sangat tergantung pada personal incharge yang saat itu memiliki komitmen dan keinginan yang sama untuk menjalankan program P3DN

4. Dgn kondisi tersebut kebijakan P3DN disisipkan kedalam kebijakan hukum acara pengadaan di Ditjen Migas maupun di SKK Migas seperti PTK 007 dan kebijakan APDN migas.

Page 28: Kebijakan Memperdalam Struktur Industri Hulu Migas4ef69f972526a2d0d0ca-179315b2fd10c686c84912f33917884a.r54.cf6... · 2 TOPIK PEMBAHASAN : 1. Kondisi Saat Ini 2. Permasalahan 3. Kebijakan

28 28

5. Namun pilot project tersebut tdk bisa dicopy dengan mudah ke sektor lain karena alasan kebijakan Menteri Perindustrian tdk dapat dijadikan acuan dalam kebijakan sektor lainnya

6. Utk dapat berlaku secara nasional, maka P3DN diangkat kedalam Bab tersendiri dlm UU no 3 tahun 2014, namun tetap tdk cukup memayungi permenperin 02 dan 03 tahun 2014 serta permeperin 16 tahun 2011 utk dapat di implementasikan di seluruh sektor, karena belum ada peraturan pelaksanaannya yg menjembatani kebijakan strategis yang diamanatkan dalam UU no3 terhadap kebijakan implementatif dan operasional spt yg tertuang dalam Permenperin 02, 03, dan 16 tsb

7. Disisi lain Perpres 54 jo 70 tentang pengadaan barang/jasa pemerintah perlu penyesuaian dengan semangan P3DN yang ada dalam Permenperin 02 dan 03

8. Perangkat pendukung lain seperti Daftar Inventarisasi dan daftar produk prioritas yang perlu dikembangkan, sampai saat ini belum cukup memadai utk mendukung pelaksanaan program P3DN, karena berbagai kendala terutama pemahaman yang tdk sama terhadap program P3DN

ISSUE STRATEGIS DALAM IMPLEMENTASI P3DN

Page 29: Kebijakan Memperdalam Struktur Industri Hulu Migas4ef69f972526a2d0d0ca-179315b2fd10c686c84912f33917884a.r54.cf6... · 2 TOPIK PEMBAHASAN : 1. Kondisi Saat Ini 2. Permasalahan 3. Kebijakan

29 29

1. Menyusun Roadmap Program P3DN termasuk milestone2 capaian targetnya diselaraskan dgn program Pemerintahan yang baru, agar dapat dijadikan pegangan dan acuan oleh siapapun yang menjadi PIC P3DN.

2. Menyusun Peraturan Pemerintah tentang P3DN yangdapat memayungi kebijakan implementatif program P3DN

3. Mensikronkan Kebijakan P3DN dalam hukum acara pengadaan barang/jasa pemerintah (Perpres 54 jo 70).

4. Mengusulkan rapat kabinet penguatan program P3DN dan memerintahkan kepada masing2 sektor untuk mensinkronkan kebijakan pengadaan di masing2 sektor dgn kebijakan P3DN yang diterbitkan olehMenperin sesuai amanat UU no 3.

LANGKAH STRATEGIS YANG DIPERLUKAN

Page 30: Kebijakan Memperdalam Struktur Industri Hulu Migas4ef69f972526a2d0d0ca-179315b2fd10c686c84912f33917884a.r54.cf6... · 2 TOPIK PEMBAHASAN : 1. Kondisi Saat Ini 2. Permasalahan 3. Kebijakan

30 30

5. Melakukan MoU dengan Kementerian yang anggarannya besar ( Pu, ESDM, Kesehatan, Pertahanan, Pertanian, Pendidikan dan Perhubungan ) agar 60% anggaran modal dan anggaran pengadaan barang dibelanjakan untuk produk dalam negeri

6. Melakukan kerjasama dengan LKPP untuk memperbanyak ekatalog produk dalam negeri

7. Memperbanyak daftar inventarisasi barang beserta harganya

LANGKAH STRATEGIS YANG DIPERLUKAN

Page 31: Kebijakan Memperdalam Struktur Industri Hulu Migas4ef69f972526a2d0d0ca-179315b2fd10c686c84912f33917884a.r54.cf6... · 2 TOPIK PEMBAHASAN : 1. Kondisi Saat Ini 2. Permasalahan 3. Kebijakan

31 31

IV. Upaya Yang Akan

Dilakukan

A. Perkuatan Posisi UU No. 3 Tahun 2014

B. Perkuatan Posisi RIPIN

C. Langkah Peningkatan Daya Saing Industri

Page 32: Kebijakan Memperdalam Struktur Industri Hulu Migas4ef69f972526a2d0d0ca-179315b2fd10c686c84912f33917884a.r54.cf6... · 2 TOPIK PEMBAHASAN : 1. Kondisi Saat Ini 2. Permasalahan 3. Kebijakan

32 32

A. PERKUATAN POSISI UU NO. 3 / 2014

32

Page 33: Kebijakan Memperdalam Struktur Industri Hulu Migas4ef69f972526a2d0d0ca-179315b2fd10c686c84912f33917884a.r54.cf6... · 2 TOPIK PEMBAHASAN : 1. Kondisi Saat Ini 2. Permasalahan 3. Kebijakan

33 33

SKEMA UU NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN

33

Page 34: Kebijakan Memperdalam Struktur Industri Hulu Migas4ef69f972526a2d0d0ca-179315b2fd10c686c84912f33917884a.r54.cf6... · 2 TOPIK PEMBAHASAN : 1. Kondisi Saat Ini 2. Permasalahan 3. Kebijakan

34 34

B. BANGUN INDUSTRI NASIONAL & PENGEMBANGAN INDUSTRI

PRIORITAS

Sumber : RIPIN 2015-2035

Page 35: Kebijakan Memperdalam Struktur Industri Hulu Migas4ef69f972526a2d0d0ca-179315b2fd10c686c84912f33917884a.r54.cf6... · 2 TOPIK PEMBAHASAN : 1. Kondisi Saat Ini 2. Permasalahan 3. Kebijakan

35 35

C. LANGKAH-LANGKAH PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI

Page 36: Kebijakan Memperdalam Struktur Industri Hulu Migas4ef69f972526a2d0d0ca-179315b2fd10c686c84912f33917884a.r54.cf6... · 2 TOPIK PEMBAHASAN : 1. Kondisi Saat Ini 2. Permasalahan 3. Kebijakan

36 36

V. UPAYA MENARIK INVESTASI

MELALUI INSENTIF

Page 37: Kebijakan Memperdalam Struktur Industri Hulu Migas4ef69f972526a2d0d0ca-179315b2fd10c686c84912f33917884a.r54.cf6... · 2 TOPIK PEMBAHASAN : 1. Kondisi Saat Ini 2. Permasalahan 3. Kebijakan

37 37

TAX HOLIDAY (PMK No.130 tahun 2011)

• Untuk 5 sektor industri pionir; industri logam dasar, industri pemurnian minyak

dan gas bumi, industri sumber daya terbarukan, industri permesinan dan industri

telekomunikasi

• Bentuk pemberian fasilitas adalah:

a. Pembebasan PPh Badan dalam jangka waktu paling lama 10 (sepuluh) tahun dan

paling singkat 5 (lima) tahun terhitung sejak tahun dimulainya produksi komersial

dengan nilai investasi sebesar 100 %;

b. Pengurangan PPh Badan sebesar 50 % dari PPh Badan terutang selama 2 (dua)

tahun pajak setelah berakhirnya pemberian fasilitas pembebasan PPh Badan

Pembebasan atau pengurangan PPh Badan dengan jangka waktu lebih lama

dengan pertimbangan menjaga daya saing industri dan nilai strategis

• Kriteria penerima Tax Holiday:

- Industri Pionir

- Investasi minimum Rp. 1 triliun

- Menempatkan dana di perbankan di Indonesia minimal 10% dari nilai investasi

- Berstatus Badan Hukum Indonesia setelah 15 Agustus 2010

Page 38: Kebijakan Memperdalam Struktur Industri Hulu Migas4ef69f972526a2d0d0ca-179315b2fd10c686c84912f33917884a.r54.cf6... · 2 TOPIK PEMBAHASAN : 1. Kondisi Saat Ini 2. Permasalahan 3. Kebijakan

38 38

TAX ALLOWANCE (PP No. 52 tahun 2011)

• Tujuan

Untuk meningkatkan kegiatan investasi guna mendorong pertumbuhan ekonomi.

serta untuk pemerataan pembangunan dan percepatan pembangunan bagi

bidang usaha dan/atau daerah tertentu

• Ketentuan Pemberian Fasilitas Tax Allowance

a) Pengurangan penghasilan net sebesar 30% (tiga puluh persen) dari jumlah

Penanaman Modal dibebankan selama 6 (enam) tahun masing- masing

sebesar 5% (lima persen) per tahun;

b) Penyusutan dan amortisasi yang dipercepat;

c) Pengenaan Pajak Penghasilan atas deviden yang dibayarkan kepada Subjek

Pajak Luar Negeri sebesar 10% (sepuluh persen). atau tarif yang lebih rendah

menurut Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda yang berlaku;

d) Kompensasi kerugian minimal 5 (lima) tahun tetapi tidak lebih dari 10

(sepuluh) tahun

Page 39: Kebijakan Memperdalam Struktur Industri Hulu Migas4ef69f972526a2d0d0ca-179315b2fd10c686c84912f33917884a.r54.cf6... · 2 TOPIK PEMBAHASAN : 1. Kondisi Saat Ini 2. Permasalahan 3. Kebijakan

39 39

PEMBEBASAN BEA MASUK (PMK No.76 tahun 2012)

• Impor mesin, barang dan bahan baku impor untuk pembangunan dan

pengembangan industri

• Untuk pembangunan dan pengembangan industri selama 2 tahun paling

lama 4 tahun

• Periode pembebasan BM dapat diperpanjang sesuai dengan Persetujuan

Investasi

• Kriteria Pembebasan BM mesin dan bahan baku :

– Belum diproduksi di dalam negeri

– Sudah diproduksi di dalam negeri tapi memiliki spesifikasi yang

berbeda atau jumlah ketersediaan di dalam negeri tidak memadai

Page 40: Kebijakan Memperdalam Struktur Industri Hulu Migas4ef69f972526a2d0d0ca-179315b2fd10c686c84912f33917884a.r54.cf6... · 2 TOPIK PEMBAHASAN : 1. Kondisi Saat Ini 2. Permasalahan 3. Kebijakan

40 40

VI. Rekomendasi

Page 41: Kebijakan Memperdalam Struktur Industri Hulu Migas4ef69f972526a2d0d0ca-179315b2fd10c686c84912f33917884a.r54.cf6... · 2 TOPIK PEMBAHASAN : 1. Kondisi Saat Ini 2. Permasalahan 3. Kebijakan

41 41

1. Perlu dilakukan upaya percepatan pembangunan infrastruktur, baik itu yang bersifat fisik,

seperti jalan, jembatan dan pelabuhan; maupun yang bersifat pengembangan teknologi,

seperti penguatan balai uji dan balai latihan teknologi

2. Perlu dilakukan upaya percepatan penyediaan energi yang ramah lingkungan dan tidak

lagi berorientasi bahan bakar fosil.

Salah satu usulan yang perlu mendapat perhatian adalah pengembangan Nuclear powerplant

berbasis thorium oksida yang memiliki cadangan melimpah, lebih aman, murah dan tidak

dapat disalah gunakan sebagai senjata. Sebagai salah satu pertimbangan, China sudah

mengembangkan Nuclear powerplant berbasis thorium oksida, dan mampu memiliki cadangan

listrik sampai dengan 20.000 tahun kedepan.

3. Perlu dilakukan sinergi antar pemangku kepentingan terkait dengan jaminan penyediaan

bahan baku bagi industri.

4. Optimalisasi insentif bagi industri, terutama bagi investasi dan industri yang berorientasi

ekspor, yang disertai dengan perbaikan iklim usaha industri.

5. Mengurangi ketergantungan impor bahan baku, sebagai salah satu prasyarat untuk

mewujudkan cita-cita menjadi Negara Industri Baru tahun 2020.

6. Optimalisasi penggunaan produk dalam negeri pada setiap lini, sebagai salah satu

landasan dalam pengembangan industri dalam negeri. Mengingat besarnya potensi belanja

APBN/D, serta CAPEX dan OPEX BUMN.

- Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah

- Konsumsi Umum

- EPC, terutama pada BUMN, KKKS, Swasta Lainnya

Page 42: Kebijakan Memperdalam Struktur Industri Hulu Migas4ef69f972526a2d0d0ca-179315b2fd10c686c84912f33917884a.r54.cf6... · 2 TOPIK PEMBAHASAN : 1. Kondisi Saat Ini 2. Permasalahan 3. Kebijakan

42 42

7. Harus lebih mengoptimalkan instrumen Non-Tariff Measures (NTMs) untuk

menjadi tuan rumah di negeri sendiri, dimana diharapkan otoritas di dalam negeri

harus lebih secara intensif lagi membangun NTMs dalam rangka membendung

banjirnya produk impor.

1. Perlindungan tariff terbukti kurang

optimal melindungi pasar.

2. Perlindungan Non-tariff, lebih efektif

melindungi pasar dari serbuan produk

impor.

Page 43: Kebijakan Memperdalam Struktur Industri Hulu Migas4ef69f972526a2d0d0ca-179315b2fd10c686c84912f33917884a.r54.cf6... · 2 TOPIK PEMBAHASAN : 1. Kondisi Saat Ini 2. Permasalahan 3. Kebijakan

43 43