Kebijakan dan Manajemen Publik - Universitas...

17
8 Kebijakan dan Manajemen Publik Volume 1, Nomor 1, Januari 2014 Kinerja Panitia Pengadaan Barang dan Jasa Secara Elektronik (E-Procurement) di Unit Layanan Pengadaan (ULP) Pemerintah Kota Surabaya Ayu Nedialita Mahasiswa Program Studi Ilmu Administrasi Negara, FISIP, Universitas Airlangga Abstract The purpose of this research is to investigate the performance of electronic procurement (e-procurement) services and to assess performance of the procurement committee, especially in evaluation process of the offer document procurement until announcement to the winning bidder of electronic procurement Surabaya City Government. This research used a mixed approach, which is accompanied by a qualitative approach to quantitative approach . Mixed methods strategy which used in this study is mixed methods sequential / staged . Determination of informants in this research used purposive sampling technique. Data is collect by interviews, observations, questionnaires, and documentation study. Data analysis technique used triangulation of data collection techniques. The descriptive statistic is used as analysis statistic tools in this research. The result of this research showed us that committee performance of goods and service procurement at the evaluation bidding document steps until announcement the winner is excellent and gave maximum result to procurement process at Surabaya City government. Dimension of Productivity, Quality of Service, Responsiveness, Responsibility, and Accountability are the indicator of committee performance of goods and service procurement at the evaluation bidding documents steps until announcement the winner, overall rated excellent by the public / service users. It makes the bidding process more transparent, responsive, and accountable. Keywords: Performance, E-Procurement, Goods and Service, Government Pendahuluan Penyerapan anggaran pemerintah melalui pengadaan barang/jasa merupakan hal yang penting sebagai salah satu alat penggerak roda perekonomian. Pengadaan barang/jasa pemerintah sangat mempengaruhi penyerapan APBN. Seluruh pengadaan barang/jasa pemerintah dibiayai dari APBN, baik yang bersumber dari rupiah murni maupun yang bersumber dari Pinjaman/Hibah Luar Negeri. Pembayaran terhadap tagihan atas pengadaan barang/jasa pemerintah dilaksanakan setelah barang/jasa tersebut diterima oleh pemerintah. Apabila penyerahan barang/jasa dilaksanakan pada akhir tahun anggaran (misalnya bulan desember), maka pada bulan tersebut baru bisa dibayarkan tagihan atas penyelesaian pekerjaan. Sebaliknya, apabila penyerahan atas penyelesaian pekerjaan pengadaan barang/jasa pemerintah dilaksanakan pada semester I atau triwulan III tahun anggaran, maka pembayaran atas tagihan kepada negara atas penyelesaian pekerjaan dilaksanakan pada semester I atau triwulan III. Hal ini mendorong terjadinya percepatan penyerapan APBN. Rendahnya penyerapan anggaran pada semester pertama di sebagian besar Kementrian/Lembaga menjadi tolok ukur kinerja yang rendah. Belanja modal (barang) merupakan jenis belanja dengan penyerapan terendah. Ada stigma yang terbentuk bahwa penyerapan anggaran sangat lamban 1. Korespondensi Ayu Nedialita , Mahasiswa Program Studi Ilmu Administrasi Negara, FISIP, Universitas Airlangga, Jalan Dharmawangsa Dalam, Surabaya.Email: [email protected]

Transcript of Kebijakan dan Manajemen Publik - Universitas...

Page 1: Kebijakan dan Manajemen Publik - Universitas …journal.unair.ac.id/filerPDF/kmpa5ac1e0a6efull.doc · Web viewPada tahun 2008 efisiensi anggaran tercatat sebesar 26,67%, pada tahun

8

Kebijakan dan Manajemen Publik

Volume 1, Nomor 1, Januari 2014Kinerja Panitia Pengadaan Barang dan Jasa Secara Elektronik (E-Procurement)

di Unit Layanan Pengadaan (ULP) Pemerintah Kota SurabayaAyu Nedialita

Mahasiswa Program Studi Ilmu Administrasi Negara, FISIP, Universitas Airlangga

AbstractThe purpose of this research is to investigate the performance of electronic procurement (e-procurement) services and

to assess performance of the procurement committee, especially in evaluation process of the offer document procurement until announcement to the winning bidder of electronic procurement Surabaya City Government. This research used a mixed approach, which is accompanied by a qualitative approach to quantitative approach . Mixed methods strategy which used in this study is mixed methods sequential / staged . Determination of informants in this research used purposive sampling technique. Data is collect by interviews, observations, questionnaires, and documentation study. Data analysis technique used triangulation of data collection techniques. The descriptive statistic is used as analysis statistic tools in this research. The result of this research showed us that committee performance of goods and service procurement at the evaluation bidding document steps until announcement the winner is excellent and gave maximum result to procurement process at Surabaya City government. Dimension of Productivity, Quality of Service, Responsiveness, Responsibility, and Accountability are the indicator of committee performance of goods and service procurement at the evaluation bidding documents steps until announcement the winner, overall rated excellent by the public / service users. It makes the bidding process more transparent, responsive, and accountable.

Keywords: Performance, E-Procurement, Goods and Service, Government

Pendahuluan

Penyerapan anggaran pemerintah melalui pengadaan barang/jasa merupakan hal yang penting sebagai salah satu alat penggerak roda perekonomian. Pengadaan barang/jasa pemerintah sangat mempengaruhi penyerapan APBN. Seluruh pengadaan barang/jasa pemerintah dibiayai dari APBN, baik yang bersumber dari rupiah murni maupun yang bersumber dari Pinjaman/Hibah Luar Negeri. Pembayaran terhadap tagihan atas  pengadaan barang/jasa pemerintah dilaksanakan setelah barang/jasa tersebut diterima oleh pemerintah. Apabila penyerahan barang/jasa dilaksanakan pada akhir tahun anggaran (misalnya bulan desember), maka pada bulan tersebut baru bisa dibayarkan tagihan atas penyelesaian pekerjaan. Sebaliknya, apabila penyerahan atas penyelesaian pekerjaan pengadaan barang/jasa pemerintah dilaksanakan pada semester I  atau triwulan III tahun anggaran, maka pembayaran atas tagihan kepada negara atas penyelesaian pekerjaan dilaksanakan pada semester I atau triwulan III. Hal ini mendorong terjadinya percepatan penyerapan APBN.

Rendahnya penyerapan anggaran pada semester pertama di sebagian besar Kementrian/Lembaga menjadi tolok ukur kinerja yang rendah. Belanja modal (barang) merupakan jenis belanja dengan penyerapan terendah. Ada stigma yang terbentuk bahwa penyerapan anggaran sangat lamban dikarenakan faktor hambatan dari kurang akomodatifnya peraturan dalam pengadaan barang/jasa pemerintah serta adanya ketakutan para pelaku pengadaan dengan aspek-aspek hukum yang sering menimpa petinggi-petinggi negara. Ada dua peraturan presiden yang patut untuk dibaca  lebih dalam. Pertama  aturan mengenai pengadaan

barang/jasa  pemerintah. Kedua adalah aturan yang menjadi pedoman dalam pencairan anggaran Negara.  Dua hal ini diwakili oleh dua kepres dengan tahun yang berbeda. Pertama, Keppres Nomor 42 Tahun 2002 tentang Pedoman Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. Yang kedua adalah Keppres Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. Dua Keppres ini merepresentasikan dan bisa menjawab mengapa hal yang sama selalu terjadi dalam penyerapan anggaran dan belanja Negara, baik secara substansial maupun secara administrasi. Untuk Keppres Nomor 42 Tahun 2002 pun telah direvisi menjadi  Perpres Nomor 53 Tahun 2010. Dalam kaitannya dengan belanja barang/jasa, Keppres No. 54 Tahun 2010 beserta perubahannya yang akan dibahas lebih lanjut.

Berbekal dari begitu banyak masukan dari publik mengenai debottlenecking dalam penyerapan anggaran. Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP) melahirkan revisi Keppres 80 menjadi Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010. Sedikitnya ada enam arah perubahan yang bisa disoroti dari revisi Presidential Decree ini. Pertama adalah menciptakan iklim yang kondusif untuk persaingan sehat, efisiensi belanja negara, dan mempercepat pelaksanaan APBN/APBD. Hal ini tercermin dari threshold yang diperbesar untuk lelang sederhana dan seleksi sederhana, persyaratan pelelangan yang dipermudah. Kemudian dimungkinkannya pelaksanaan pelelangan/seleksi sebelum tahun anggaran, walaupun SPPBJ (Surat Penunjukkan Penyedia Barang/Jasa) diterbitkan setelah DIPA/DPA disahkan. Kedua adalah adanya aturan, sistem, metoda dan prosedur yang lebih sederhana dengan tetap memperhatikan good

1. Korespondensi Ayu Nedialita , Mahasiswa Program Studi Ilmu Administrasi Negara, FISIP, Universitas Airlangga, Jalan Dharmawangsa Dalam, Surabaya.Email: [email protected]

Page 2: Kebijakan dan Manajemen Publik - Universitas …journal.unair.ac.id/filerPDF/kmpa5ac1e0a6efull.doc · Web viewPada tahun 2008 efisiensi anggaran tercatat sebesar 26,67%, pada tahun

8

Kebijakan dan Manajemen Publik

Volume 1, Nomor 1, Januari 2014governance, juga dikenalkan pengadaan yang berwawasan lingkungan. Dengan menghapuskan metoda pemilihan langsung menjadi pelelangan sederhana, mendorong pelaksanaan e-announcement, e-procurement, e-catalogue dan konsep ramah lingkungan. Ketiga adalah semakin banyak aturan yang mempercepat proses pengadaan yang artinya juga mempercepat proses penyerapan anggaran. Tercermin dari lelang sederhana yang cukup menghemat waktu pengadaan, semua pengadaan hampir menggunakan pascakualifikasi, kecuali untuk pekerjaan komplek. Keempat adalah mendorong terjadinya inovasi, tumbuh suburnya ekonomi kreatif, kemandirian industri strategis, serta keberpihakan pada Usaha Kecil Menengah (UKM). Arah perubahan yang kelima adalah klarifikasi aturan pengadaan yang belum jelas. Pada perpres ini jenis-jenis pengadaan, besaran uang muka, kelengkapan data administrasi, penggunaan metode evaluasi, kondisi kahar (force majeur), penyesuaian harga (price adjustment), dan beberapa aturan rinci telah lebih diperjelas. Terakhir adalah memperkenalkan sistem Reward & Punishment yang lebih adil. Terlihat jelas dengan pengaturan yang mensyaratkan insentif yang wajar kepada Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) termasuk anggota Unit Layanan Pengadaan (ULP), memberlakukan jaminan sanggahan banding, dan penegasan kapan aparat hukum seyogyanya masuk dalam kasus pengadaan. (Hermawan, 2010 : 1-2)

Selanjutnya, Perpres No. 54 Tahun 2010 diubah menjadi Perpres No. 70 Tahun 2012 yang berkaitan dengan penyerapan anggaran, Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP) memastikan pada 2 Januari 2013 minimal penyerapan anggaran belanja modal pemerintah dalam APBN 2013 adalah 15%. Seperti diketahui, dalam RAPBN 2013 pemerintah menganggarkan belanja barang senilai Rp159,15 triliun dan belanja modal Rp193,8 triliun. Perpres No.70/2012 mulai berlaku pada 1 Agustus 2012 sehingga dapat memberikan kelonggaran dalam prosedur pengadaan barang dan jasa. Kemudahan lain dalam Perpres tentang pengadaan barang/jasa pemerintah juga berupa nilai pelelangan yang menjadi sederhana atau bisa pemilihan langsung yang mengalami kenaikan dari Rp 200 juta menjadi Rp 5 miliar. Perpres baru ini dapat mempercepat proses pengadaan barang dan jasa pemerintah, karena proses pengadaan wajib dimulai sebelum DIPA (Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran) disahkan. (Neraca Online,Senin 18/10/2012)

Internet telah muncul sebagai media yang efektif dari segi biaya dan dapat diandalkan untuk melakukan transaksi bisnis online. Semakin banyak organisasi pemerintah maupun perusahaan yang mengadopsi media ini dalam melakukan pengadaan barang mereka secara online (e-procurement). Pemanfaatan e-procurement menunjukkan bahwa teknologi dapat berkontribusi membenahi berbagai persoalan terkait pengadaan barang/jasa pemerintah yang mungkin sulit dicapai jika kita hanya berfokus pada aspek reformasi

birokrasi yakni kelembagaan, SDM, tata laksana, pengawasan dan akuntabilitas, serta pelayanan publik. E-Procurement memperluas akses pasar dan membantu menciptakan persaingan sehat (transparansi, harga yang lebih baik, dan pola interaksi yang lebih baik). Pengusaha besar dan pengusaha kecil mendapatkan informasi peluang pasar yang sama dan mendapatkan kesempatan yang sama untuk memenangkan peluang tersebut.

E-procurement adalah suatu proses pengadaan barang/jasa yang mengacu pada penggunaan internet sebagai sarana informasi dan komunikasi. Mulai tahun 2011, dan diwajibkan (mandatory) pada tahun 2012, seluruh K/L/D/I harus mempergunakan sistem e-procurement. Sistem e-procurement merupakan effort untuk mewujudkan pasar yang terintegrasi secara nasional, untuk mencapai efisiensi, transparansi, dan akuntabilitas yang lebih tinggi. Proses pengadaan barang dan jasa dengan sistem e-procurement memanfaatkan fasilitas teknologi komunikasi dan informasi yang digunakan untuk mendukung proses pelelangan umum secara elektronik. Dengan sistem lelang elektronik, intensitas pertemuan antara panitia pengadaan dengan penyedia jasa atau peserta lelang dapat diminimalisir, sehingga praktik – praktik kotor yang seringkali mewarnai proses pengadaan barang dan jasa diharapkan dapat dicegah atau dihindari.

Pemerintah Kota Surabaya menjadi instansi pemerintah pertama yang mengimplementasikan pelelangan dengan sistem e-procurement yang mengacu pada Keppres 80 Tahun 2003 dan perubahannya. Sistem e-procurement mulai digunakan sejak pelaksanaan APBD (Anggaran Pendapatan Belanja Daerah) tahun 2004. Ide ini mulai dikembangkan dari pelaksanaan lelang serentak pada tahun 2003 dimana keterbukaan (transparansi), keadilan, efektifitas dan efisiensi menjadi unsur utama untuk mewujudkan Good Governance dalam pengadan barang/jasa pemerintah. Pada tahun 2004–2006, Pemerintah Kota Surabaya mulai menerapkan semi e-procurement dan pada tahun 2007 telah mulai menerapkan 99% full e-procurement. Tahun 2010 sistem pelelangan Pemerintah Kota Surabaya telah mengalami perubahan yang sangat signifikan. Perubahan itu terjadi dimana pelelangan yang telah dilaksanakan benar-benar full e-Procurement, dimana tidak ada lagi dokumen penawaran yang berbentuk hard copy, semua dokumen penawaran diupload melalui e-Procurement. Dipertengahan bulan Mei 2012 e-Procurement Pemerintah Kota Surabaya secara resmi telah berintegrasi dengan Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP) yang merupakan Lembaga Pemerintah Non Departemen yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden dan dibentuk berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 106 Tahun 2007 dan lembaga pemerintah satu-satunya yang mempunyai tugas melaksanakan pengembangan dan perumusan kebijakan pengadaan barang/jasa Pemerintah e-Procurement. Pelelangan

1. Korespondensi Ayu Nedialita , Mahasiswa Program Studi Ilmu Administrasi Negara, FISIP, Universitas Airlangga, Jalan Dharmawangsa Dalam, Surabaya.Email: [email protected]

Page 3: Kebijakan dan Manajemen Publik - Universitas …journal.unair.ac.id/filerPDF/kmpa5ac1e0a6efull.doc · Web viewPada tahun 2008 efisiensi anggaran tercatat sebesar 26,67%, pada tahun

8

Kebijakan dan Manajemen Publik

Volume 1, Nomor 1, Januari 2014yang dilaksanakan oleh Pemerintah Kota Surabaya dengan menggunakan Sistem Pengadaan Secara Elektronik (SPSE) Nasional dapat diakses melalui https://lpse.surabaya.go.id.

Gambar I.1 Halaman depan situs e-procurement Pemerintah Kota Surabaya

(Sumber : https://lpse.surabaya.go.id/eproc/app)

Penerapan e-procurement pada Pemerintah Kota Surabaya telah diakui keberhasilannya oleh banyak pihak. Namun, untuk mendukung kualitas layanan publik yang diharapkan terus meningkat maka diperlukan penelitian lebih lanjut. Dalam penelitian ini, obyek penelitian yang diambil yakni Unit Layanan Pengadaan (ULP) Pemerintah Kota Surabaya. ULP Pemerintah Kota Surabaya diambil sebagai obyek penelitian permasalahan ini karena instansi tersebut merupakan instansi Pemerintah Kota Surabaya yang mana bersentuhan langsung dengan masyarakat mengenai pelaksanaan pengadaan barang/jasa di Kota Surabaya. Selain hal tersebut, ULP kota Surabaya merupakan instansi yang membentuk panitia pelaksanaan pengadaan barang/jasa dan sebagai pengawas pelaksanaan pengadaan barang/jasa Pemerintah Kota Surabaya. Alasan lain pemilihan kota Surabaya sebagai obyek penelitian yaitu untuk kesekian kalinya, Kota Surabaya mendapatkan e-Procurement (e-Proc) Award. Penghargaan di bidang pengadaan barang dan jasa Pemerintah tersebut diserahkan Ketua LKPP (Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah), Agus Rahardjo kepada Walikota Surabaya Tri Rismaharini saat Rakernas Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah 2013 di Balai Sudirman Jakarta, Rabu (20/11). Sebagai informasi, hingga November 2013 ini, jumlah paket pekerjaan yang dilelang sebanyak 945 paket dengan total anggaran mencapai 1,4 Triliun. (sumber : www. radjawarta.com)

Mengingat bahwa pada tahun ini pengadaan barang atau jasa secara elektronik (e-procurement) menjadi hal yang diwajibkan pelaksanaan, maka salah satu hal yang patut dicermati dari pelaksanaan pengadaan barang atau jasa secara elektronik (e-procurement) adalah apakah panitia pengadaan tersebut sudah mempunyai modal yang cukup menghadapi sistem yang menerapkan full e-procurement, sehingga mereka benar-benar siap

karena kesiapan serta kinerja panitia pengadaan akan menentukan pelaksanaan full e-procurement.

Beranjak dari latar belakang yang telah disebutkan di atas, rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah: “Bagaimanakah kinerja panitia pengadaan barang dan jasa secara elektronik (e-Procurement) di Unit Layanan Pengadaan Pemerintah Kota Surabaya periode tahun 2012 ?”

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kinerja panitia pengadaan barang dan jasa secara elektronik (e-Procurement) Pemerintah Kota Surabaya dan untuk menilai secara jelas kinerja panitia pengadaan khususnya pada proses evaluasi dokumen penawaran sampai dengan pengumuman pemenang lelang pengadaan barang dan jasa secara elektronik Pemerintah Kota Surabaya. Adapun manfaat penelitian tersebut adalah sebagai berikut:

1. Secara akademis, penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi bagi perkembangan Ilmu Administrasi Negara khususnya mengenai Layanan Pengadaan Secara Elektronik (e-Procurement) serta dapat digunakan sebagai bahan perbandingan dalam rangka penelitian dan pengembangan lebih lanjut bagi pengkaji Layanan Pengadaan Secara Elektronik (e-Procurement).

2. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan kontribusi pemikiran yang bermanfaat bagi proses perencanaan dan evaluasi Pengadaan Secara Elektronik Pemerintah Kota Surabaya (e-Procurement) yang tepat bagi Pemerintah, dalam hal ini Unit Layanan Pengadaan Kota Surabaya sebagai obyek penelitian, untuk meningkatkan kinerja Panitia Pengadaan Barang/Jasa di Kota Surabaya, agar mendorong pelaksanaan pengadaan barang/jasa lebih baik dan lebih profesional.

Kinerja Panitia Pengadaan Barang dan Jasa Secara Elektronik (E-Procurement) di Unit Layanan Pengadaan Pemerintah Kota Surabaya

Penilaian kinerja merupakan evaluasi keberhasilan atau kegagalan seseorang dalam menjalankan tugasnya. Dessler (dalam Keban, 2008 : 213), menyatakan bahwa penilaian kinerja merupakan upaya sistematis untuk membandingkan apa yang dicapai seseorang dibandingkan dengan standar yang ada. Tujuannya adalah untuk mendorong kinerja seseorang agar bisa berada diatas rata-rata. Dwiyanto (2006 : 47), mengatakan bahwa penilaian kinerja merupakan suatu kegiatan yang sangat penting sebagai ukuran keberhasilan suatu organisasi dalam mencapai misinya. Bagi Unit Layanan Pengadaan Pemerintah Kota Surabaya, penilaian kinerja berguna untuk menilai seberapa jauh pelayanan yang telah diberikan oleh instansi apakah telah memenuhi harapan dan memuaskan pengguna jasa.

Donovan & Jackson (1991 : 332 dalam Keban, 2008 ; 214), mengatakan bahwa penilaian dilakukan dalam

1. Korespondensi Ayu Nedialita , Mahasiswa Program Studi Ilmu Administrasi Negara, FISIP, Universitas Airlangga, Jalan Dharmawangsa Dalam, Surabaya.Email: [email protected]

Page 4: Kebijakan dan Manajemen Publik - Universitas …journal.unair.ac.id/filerPDF/kmpa5ac1e0a6efull.doc · Web viewPada tahun 2008 efisiensi anggaran tercatat sebesar 26,67%, pada tahun

8

Kebijakan dan Manajemen Publik

Volume 1, Nomor 1, Januari 2014rangka (1) management development : memberikan suatu pengembangan pegawai di masa mendatang, (2) pengukuran kinerja : memberikan informasi tentang nilai relatif dari kontribusi individu terhadap organisasi, (3) perbaikan kinerja : mendorong individu bekerja lebih efektif dan produktif, (4) remunerasi dan benefit : membantu menemukan imbalan dan benefit yang setimpal berdasarkan sistem merit atau hasil, (5) identifikasi potensi, (6) feedback : menggambarkan apa yang diharapkan dari individu, (7) perencanaan sumber daya manusia : menilai kualitas SDM yang ada untuk perencanaan selanjutnya, dan (8) komunikasi : memberikan suatu format dialog antara atasan dan bawahan dan memperbaiki pemahaman tentang tujuan dan masalah-masalah yang dihadapi. Hal ini dilakukan oleh Unit Layanan Pengadaan Pemerintah Kota Surabaya sebagai berikut :

Management development

Di Unit Layanan Pengadaan Pemerintah Kota Surabaya, panitia pengadaan selalu berusaha meningkatkan hasil kinerja mereka. Usaha-usaha yang dilakukan untuk meningkatkan kinerja banyak sekali, misalnya seperti adanya pelatihan, diskusi-diskusi, evaluasi-evaluasi, dan lain-lain. Pelatihan terkait pengadaan barang/jasa merupakan tanggung jawab Sub Bidang Kepegawaian. Kemudian terkait dengan pelatihan Diklat untuk pengembangan pegawai di masa mendatang, seperti diklat pengadaan barang/jasa, diklat pemilihan HPS yang memiliki kewenangan adalah BKD (Badan Kepegawaian daerah). Untuk internal ULP, pengembangan dilakukan dengan bentuk forum-forum diskusi bersama para ahli pengadaan. Indikator ini merupakan usaha untuk lebih baik dari hari kemarin. Indikator ini dapat dilihat dari etos dan hasil yang dicapai dalam satu hari kemudian dibandingkan dengan hari sebelumnya. Panitia pengadaan di Unit Layanan Pengadaan Pemerintah Kota Surabaya ini selalu berupaya untuk mengembangkan diri untuk berperilaku lebih baik dalam melayani masyarakat maupun pengguna jasa. Sebab, dengan berperilaku baik maka produktivitas kinerja dengan sendirinya akan meningkat. Dapat kita katakan pula bahwa pejabat pengadan di ULP Pemerintah Kota Surabaya senantiasa mengembangkan diri untuk meningkatkan kemampuan kinerjanya. Pengembangan ini dilakukan dengan melihat tantangan maupun permasalahan-permasalahan dan harapan yang dihadapi.

Pengukuran kinerja dan Perbaikan kinerja

ULP senantiasa melakukan kegiatan-kegiatan analisa secara kualitatif dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapi birokrasi. Kegiatan-kegiatan analisa dalam memecahkan masalah bertujuan untuk memberikan gambaran yang jelas mengenai persoalan-persoalan yang dihadapi oleh panitia pengadaan (pokja) dalam proses pengadaan. Apabila permasalahan yang ada tidak diselesaikan, persoalan tersebut akan berimbas pada kinerja pokja. Oleh sebab itu, sangat penting bagi ULP melakukan analisa secara kualitatif

guna memperbaiki kualitas kinerja. Seperti yang diungkapkan oleh Ibu kartiningrum pada tabel III.4.2 pada Bab III bahwa setiap permasalahan yang ada di ULP baik yang berupa komplain maupun masukan-masukan akan segera ditindaklanjuti. Setiap terjadi permasalahan diharapkan dapat langsung diselesaikan dan dicari pemecahannya agar tidak menumpuk di kemudian hari dan mengganggu kinerja panitia pengadaan. Pendapat lain diutarakan oleh Bapak Agus Rahmad selaku Pokja di Unit layanan pengadaan berkaitan dengan pengukuran dan perbaikan kinerja yang dilakukan untuk meningkatkan kinerja panitia pengadaan. Bapak Agus Rahmad mengatakan bahwa untuk peningkatan graduate, ULP didatangi oleh LKPP. LKPP tidak hanya datang khusus untuk ULP, terkadang LKPP juga melakukan sosialisasi, misalnya soasialisasi e-catalog kepada SKPD-SKPD terkait. Tak hanya itu, bahkan jika dirasa perlu dan mendesak untuk memperbaiki kinerja yang bermasalah khususnya berkaitan dengan kinerja pengadaan dalam hal evaluasi dokumen dan penentuan pemenang, pihak ULP langsung datang ke LKPP pusat yang bertempat di Jakarta. Itulah bentuk-bentuk evaluasi pengukuran dan perbaikan kinerja yang dilakukan oleh ULP.

Remunerasi dan benefit

Berkaitan dengan remunerasi dan benefit, hal tersebut dijelaskan oleh Ibu Kartiningrum, yaitu Reward diberikan seperti honorarium, honorarium di Pokja itu diterima disaat mereka telah selesai melakukan proses pekerjaan, setelah tidak ada masa sanggah barulah reward itu diberikan. Besaran remunerasi dan benefit disesuaikan dengan beban dari masing-masing paket pekerjaan yang diterima. Reward melekat pada masing-masing paket pekerjaan, dan berada di SKPD yang bersangkutan.

Identifikasi potensi, feedback

Berkaitan dengan hal ini, untuk identifikasi potensi serta perencanaan SDM di ULP adalah yang pertama, panitia pengadaan yang ikut serta dalam proses lelang harus lulus sertifikasi, lulus sertifikasi berarti tidak hanya mengerti tetapi juga memahami, dan berkecimpung di bidang pengadaan barang/jasa. Yang terkait dengan pengadaan barang/jasa, yang berhubungan dengan pengadaan barang/jasa pejabat pengadaan tersebut harus tahu. Terutama terkait dengan Perpres Nomor 70 tahun 2012, karena disinilah “otak” dari proses pengadaan barang/jasa. Kedua adalah profesionalitas. Panitia pengadaan harus profesional artinya bisa mendudukan posisinya pada saat bekerja di ULP karena mereka bersifat ad hoc. Panitia pengadaan harus mampu membagi waktu secara profesional, harus memiliki integritas yang tinggi, integritas artinya mampu menghalau intervensi, kepentingan, conflict of interest, dan harus mampu memutuskan sendiri secara profesional tanpa ada sebuah penekanan dari internal maupun eksternal terutama berkaitan dengan proses evaluasi dokumen dan kinerja dalam proses penentuan calon pemenang lelang, dia harus cermat dan teliti.

1. Korespondensi Ayu Nedialita , Mahasiswa Program Studi Ilmu Administrasi Negara, FISIP, Universitas Airlangga, Jalan Dharmawangsa Dalam, Surabaya.Email: [email protected]

Page 5: Kebijakan dan Manajemen Publik - Universitas …journal.unair.ac.id/filerPDF/kmpa5ac1e0a6efull.doc · Web viewPada tahun 2008 efisiensi anggaran tercatat sebesar 26,67%, pada tahun

8

Kebijakan dan Manajemen Publik

Volume 1, Nomor 1, Januari 2014Berikut adalah grafik dan tabel kinerja panitia pengadaan secara elektronik (e-procurement) dengan skala angka 1-10 dari masyarakat pengguna jasa/penyedia barang dan jasa :

Grafik I.1 Grafik Kinerja Panitia Pengadaan secara elektronik (e-procurement) dengan skala angka

Sumber : diolah dari kuisioner wawancara penelitian, 2013

Dari grafik I.1 tersebut dapat kita lihat bahwa kinerja panitia pengadaan secara elektronik (e-procurement) secara umum mulai dari proses pembukaan penawaran sampai dengan pengumuman pemenang lelang menurut pengguna jasa/ penyedia barang dan jasa adalah 7 dengan persentase sebesar 60,9%. dengan kategori baik.

Produktivitas kerja merupakan suatu sikap dan perilaku pegawai dalam birokrasi terhadap peraturan-peraturan dan standar-standar yang telah ditetapkan oleh birokrasi yang telah diwujudkan baik dalam bentuk tingkah laku maupun perbuatan. Merealisasikan produktivitas kerja merupakan hal yang sangat penting bagi birokrasi karena dengan adanya produktivitas kerja diharapkan pekerjaan akan terlaksana secara efisien dan efektif, sehingga ini semua akhirnya sangat diperlukan dalam pencapaian tujuan yang baik yang telah ditetapkan. (Sulistiyani & Yeremias T Keban, 2004 : 315)

“secara umum produktivitas diartikan sebagai hubungan antara hasil nyata maupun fisik (barang-barang atau jasa), yaitu suatu perbandingan antara hasil keluaran dan masukan (output dan input). Masukan sering dibatasi dengan masukan tenaga kerja, sedangkan keluaran diukur dalam kesatuan fisik, bentuk dan nilai” (Sinungan, 2000 : 12 dalam Sulistiyani & Yeremias T. Keban, 2004 : 316)

Berdasarkan dari teori Sinungan yang dikutip oleh Sulistyani & Yeremias T. Keban mengenai produktivitas kinerja, yaitu produktivitas berhubungan dengan suatu perbandingan antara hasil keluaran dan masukan, yang mana masukan berkaitan dengan tenaga kerja sedangkan keluaran diukur dengan kesatuan fisik, bentuk dan nilai. Hal ini telah ditunjukkan oleh Unit Layanan Pengadaan Pemerintah Kota Surabaya sebagai berikut :

Masukan (Input)

Di mulai dari tanggal 01 Januari 2008 Pejabat Pengadaan wajib memenuhi persyaratan telah bersertifikasi keahlian pengadaan barang/jasa. Dengan

adanya keberadaan Unit Layanan Pengadaan Pemerintah (Procurement Unit) Kota Surabaya, maka diharapkan pelaksanaan proses pemilihan penyedia barang/jasa dengan cara pelelangan yang biasanya di masing-masing Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dilaksanakan oleh beberapa “task force” panitia pengadaan yang memiliki sertifikat L-4 dibawah koordinasi pimpinan Unit Layanan Pengadaan Kota Surabaya yang mana keberadaan panitia pengadaan tersebut diangkat dengan Surat Keputusan Walikota karena sifat dan tugasnya sudah lintas Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD). Status para personil yang menjadi panitia pengadaan di unit ini adalah tetap sebagai personil Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) tempat yang bersangkutan berasal, karena penugasan di Unit Layanan Pengadaan atau Procurement Unit sifatnya ad hoc.

Keluaran (Output)

Pelelangan oleh task force panitia pengadaan dengan kualifikasi “sangat kompeten” (L-4) bisa menekan permasalahan lelang yang timbul dari kurang mengertinya panitia pengadaan terhadap Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 dan perubahannya yakni Peraturan Presiden Nomor 70 tahun 2012. Pelelangan oleh task force panitia pengadaan dengan kualifikasi “sangat kompeten” (L-4) diimbangi dengan remunerasi yang memadai akan sangat menunjang pelaksanaan pelelangan yang profesional, adil dan dapat dipertanggungjawabkan, apalagi sistem pelelangannya dengan e-Procurement yang terbuka dan transparan. Remunerasi dianggarkan di Bagian Perlengkapan Sekretariat Daerah Kota Surabaya dan pemberiannya diberikan berdasarkan beban kerja masing-masing task force panitia pengadaan yang dibentuk.

Unit Layanan Pengadaan, sesuai kesatuan fisik tepat dibawah koordinasi Bagian Perlengkapan Sekretariat Daerah Kota Surabaya karena terdapat jabatan struktural Kepala Sub Bagian Pengadaan. Selanjutnya unit ini akan bersinergi dengan Sekretariat Layanan e-Procurement yang ada dibawah koordinasi Bagian Bina Program Sekretariat Daerah Kota Surabaya.

Agus Dwiyanto (2006 : 50) mengatakan bahwa konsep produktivitas tidak hanya mengukur tingkat efisiensi, tetapi juga efektivitas pelayanan. Produktivitas pada umumnya dipahami sebagai rasio antara input dengan output. Proses lelang pengadaan yang dilakukan secara elektronik oleh Unit Layanan Pengadaan Pemerintah kota Surabaya dapat mengefisiensikan Anggaran Belanja Pemerintah Kota Surabaya. Pengadaan barang dan jasa yang dilelang secara elektronik berhasil menekan biaya serta pengeluaran SKPD selama proses lelang pengadaan. Hal tersebut dapat kita lihat dari grafik efisiensi anggaran yang disajikan sebagai berikut :

1. Korespondensi Ayu Nedialita , Mahasiswa Program Studi Ilmu Administrasi Negara, FISIP, Universitas Airlangga, Jalan Dharmawangsa Dalam, Surabaya.Email: [email protected]

Page 6: Kebijakan dan Manajemen Publik - Universitas …journal.unair.ac.id/filerPDF/kmpa5ac1e0a6efull.doc · Web viewPada tahun 2008 efisiensi anggaran tercatat sebesar 26,67%, pada tahun

8

Kebijakan dan Manajemen Publik

Volume 1, Nomor 1, Januari 2014

Grafik I.2 Efisiensi Anggaran ULP

Pemerintah Kota Surabaya

Pada grafik I.2 tersebut menunjukkan bahwa proses lelang pengadaan secara elektronik yang dilakukan Unit Layanan Pengadaan Pemerintah kota Surabaya dapat mengefisiensikan Anggaran Belanja Pemerintah Kota Surabaya. Dapat kita lihat perkembangan trend efisiensi anggaran unit layanan pengadaan Pemerintah Kota Surabaya pada lima tahun terakhir, yaitu pada tahun 2008-2012, secara tidak langsung efisiensi ini juga menunjukkan efektivitas pelayanan yang dilakukan oleh Unit Layanan Pengadaan Pemerintah Kota Surabaya.

Efisiensi anggaran tersebut tidak hanya terjadi di SKPD sebagai pengguna anggaran tetapi juga pada penyedia barang dan jasa. Dari sisi penyedia, pelaksanaan e-procurement telah mengurangi pengeluaran bagi penyedia. Karena e-procurement berkaitan dengan pemanfaatan teknologi informasi, maka pengeluaran penyedia untuk biaya komunikasi dan internet bisa jadi meningkat. Kendati demikian, jumlah pengeluaran tersebut masih lebih sedikit apabila dibandingkan dengan harus melakukan pelelangan/pengadaan dengan cara manual. Dari sisi SKPD, pelaksanaan e-procurement berhasil memangkas anggaran yang dialokasikan untuk pengadaan barang dan jasa. SKPD diwakili PPK akan menentukan nilai HPS untuk suatu pengadaan. Ketika pelaksanaan e-procurement, nilai HPS tersebut akan ditawar lebih rendah oleh penyedia. Dari proses inilah terjadi efisiensi anggaran yang digunakan SKPD untuk pengadaan barang dan jasa. Pada tahun 2008 efisiensi anggaran tercatat sebesar 26,67%, pada tahun 2009 efisiensi anggaran tercatat sebesar 31,59%, pada tahun 2010 efisiensi anggaran tercatat sebesar 26,51%, selanjutnya di tahun 2011 terjadi kenaikan sebesar 31,03% dan trend pada tahun 2012 menunjukkan adanya penurunan, efisiensi anggaran tercatat sebesar 21,44%.

Produktivitas dapat diukur dengan indikator-indikator menurut Sulistiyani & Yeremias T. Keban

( 2004 : 317), hal ini dilakukan oleh Unit Layanan Pengadaan Pemerintah Kota Surabaya sebagai berikut :

1. Mempunyai kemampuan untuk melaksanakan tugas. Kemampuan seorang pegawai sangat bergantung pada ketrampilan yang dimiliki serta sikap profesionalitas mereka dalam bekerja. Inilah kemudian yang memberikan daya untuk menyelesaikan tugas-tugas yang diembankan kepada mereka.

2. Berusaha untuk meningkatkan hasil yang dicapai. Hasil merupakan salah satu yang dapat dirasakan baik oleh panitia pengadaan maupun yang menikmati hasil pekerjaan tersebut, dalam hal ini yaitu masyarakat/pengguna jasa.

3. Panitia pengadaan berupaya mengembangkan diri untuk berperilaku lebih baik dan memberikan pelayanan maksimal. Tujuan utama dari indikator ini adalah menampakkan sebuah ritme kerja dalam melayani masyarakat atau kliennya. Sebab, dengan berperilaku baik maka produktivitas kerja dengan sendirinya akan meningkat.

4. Panitia pengadaan senantiasa mengembangkan diri untuk meningkatkan kemampuan kerja. Pengembangan ini dilakukan dengan melihat tantangan dan harapan apa yang akan dihadapi. Semakin kuat tantangan, maka pengembangan diri mutlak dilakukan. Begitu juga, harapan untuk menjadi lebih baik pada urutannya akan sangat berdampak pada keinginan pegawai untuk meningkatkan kemampuan kerja.

5. Panitia Unit Layanan Pengadaan selalu berusaha untuk meningkatkan mutu lebih baik dari yang telah lalu. Mutu atau kualitas merupakan hasil pekerjaan yang dapat menunjukkan kualitas kerja seorang pegawai. Jadi, peningkatan mutu bertujuan untuk memberikan hasil yang terbaik yang pada gilirannya akan sangat berguna bagi birokrasi.

6. Masukan dan keluaran merupakan aspek produktivitas yang memberikan pengaruh yang cukup signifikan bagi panitia pengadaan seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Di ULP sendiri, pejabat pengadaan selalu berusaha meningkatkan hasil kinerja mereka. Usaha- usaha yang dilakukan untuk meningkatkan kinerja banyak sekali, misalnya seperti adanya pelatihan, diskusi-diskusi, evaluasi-evaluasi, dan lain-lain. Dapat kita katakan pula bahwa pejabat pengadan di ULP Pemerintah Kota Surabaya senantiasa mengembangkan diri untuk meningkatkan kemampuan kinerjanya. Pengembangan ini dilakukan dengan melihat tantangan maupun permasalahan-permasalahan dan harapan yang dihadapi.

7. Terus menerus berusaha meningkatkan kualitas kehidupan. Usaha ini merupakan tujuan dari semua kegiatan di suatu jawatan baik pemerintah

1. Korespondensi Ayu Nedialita , Mahasiswa Program Studi Ilmu Administrasi Negara, FISIP, Universitas Airlangga, Jalan Dharmawangsa Dalam, Surabaya.Email: [email protected]

Page 7: Kebijakan dan Manajemen Publik - Universitas …journal.unair.ac.id/filerPDF/kmpa5ac1e0a6efull.doc · Web viewPada tahun 2008 efisiensi anggaran tercatat sebesar 26,67%, pada tahun

8

Kebijakan dan Manajemen Publik

Volume 1, Nomor 1, Januari 2014maupun swasta. Kualitas hidup seseorang sangat bergantung pada penghasilan yang didapat selama dia bekerja. Oleh karena itu, untuk meningkatkan kualitas tersebut maka dia harus memberikan hasil yang mendukung agar kesejahteraan mereka dapat semakin meningkat. Diungkapkan oleh Bapak Tri Broto, Ketua ULP Pemerintah Kota Surabaya bahwa menyangkut hak dan prioritas pokja, haknya adalah mendapatkan sebuah tambahan berupa reward/honor yang pantas yang harus disegerakan untuk diserahkan kepada panitia pengadaan (pokja) dikala kewajibannya itu sudah tuntas diselesaikan oleh mereka.

Berkaitan dengan kualitas pelayanan, menurut Zeithaml dkk (Hardiansyah, 2011 : 46), kualitas pelayanan pada Unit Layanan Pengadaan Pemerintah Kota Surabaya dapat diukur dari dimensi berikut ini :

Dimensi Tangibel (Berwujud), terdiri atas indikator :

Penampilan petugas/aparatur dalam melayani pelanggan

Kenyamanan tempat melakukan pelayanan

Kedisiplinan petugas dalam melakukan pelayanan

Kemudahan akses pelanggan dalam permohonan pelayanan

Penggunaan alat bantu dalam pelayanan (Kemampuan operasional)

Dimensi Reliability , terdiri atas indikator :

Kecermatan petugas dalam melayani pelanggan

Memiliki standar pelayanan yang jelas

Kemampuan petugas/aparatur dalam menggunakan alat bantu dalam proses pelayanan serta keahlian petugas dalam menggunakan alat bantu dalam proses pelayanan.

Dimensi Responsiveness (Respon/ketanggapan), terdiri atas indikator :

Merespon setiap pelanggan/pemohon yang ingin mendapatkan pelayanan

Petugas/aparatur melakukan pelayanan dengan cepat

Petugas/aparatur melakukan pelayanan dengan tepat

Petugas/aparatur melakukan pelayanan dengan cermat

Petugas/aparatur melakukan pelayanan dengan waktu yang tepat

Semua keluhan pelanggan direspon oleh petugas

Responsivitas adalah kemampuan birokrasi untuk mengenali kebutuhan masyarakat, menyusun agenda dan prioritas pelayanan, serta mengembangkan program-program pelayanan sesuai dengan kebutuhan

dan aspirasi masyarakat. Secara singkat dapat dikatakan bahwa responsivitas ini mengukur daya tanggap birokrasi terhadap harapan, keinginan dan aspirasi, serta tuntutan pengguna jasa. Organisasi yang memiliki responsivitas rendah dengan sendirinya memiliki kinerja yang jelek juga. (Osborne & Plastrik, 1997 dalam Dwiyanto, 2008 : 62). Dalam operasionalnya, responsivitas pelayanan publik dijabarkan menjadi beberapa indikator, seperti meliputi : (1) terdapat tidaknya keluhan dari pengguna jasa selama satu tahun terakhir; (2) sikap aparat birokrasi dalam merespon keluhan dari pengguna jasa; (3) penggunaan keluhan dari pengguna jasa sebagai referensi bagi perbaikan penyelenggaraan pelayanan pada masa mendatang; (4) berbagai tindakan aparat birokrasi untuk memberikan kepuasan pelayanan kepada pengguna jasa; serta (5) penempatan pengguna jasa oleh aparat birokrasi dalam sistem pelayanan yang berlaku (Dwiyanto, 2008 : 63). Berkaitan dengan teori dari Agus dwiyanto tersebut, responsivitas dan responsibilitas yang dilakukan oleh panitia pengadaan terhadap penyedia barang/jasa dapat dikatakan sesuai dengan teori dan bisa dikatakan baik, yaitu ULP selalu merespon setiap komplain maupun masukan terkait dengan pelayanan. yang diberikan oleh panitia pengadaan terhadap penyedia barang/jasa.

Akuntabilitas penyelenggaraan pelayanan publik dapat dilihat melalui indikator kinerja yang meliputi :

(1) Acuan pelayanan yang dipergunakan aparat birokrasi dalam proses penyelenggaraan pelayanan publik. Indikator tersebut mencerminkan prinsip orientasi pelayanan yang dikembangkan oleh birokrasi terhadap masyarakat pengguna jasa;

(2) Tindakan yang dilakukan oleh aparat birokrasi apabila terdapat masyarakat pengguna jasa yang tidak memenuhi persyaratan yang telah ditentukan;

(3) Dalam menjalankan tugas pelayanan, seberapa jauh kepentingan pengguna jasa memperoleh prioritas dari aparat birokrasi. ( Dwiyanto, 2008 : 57)

Acuan pelayanan yang digunakan oleh aparat birokrasi juga dapat menunjukkan tingkat akuntabilitas pemberian pelayanan publik. Acuan pelayanan yang dianggap paling penting oleh birokrasi dapat merefleksikan pola pelayanan yang dipergunakan. Pola pelayanan yang akuntabel adalah pola pelayanan yang mengacu pada kepuasan publik sebagai pengguna jasa (Dwiyanto, 2008 : 60-61). Berdasarkan teori tersebut, pada indikator akuntabilitas pelayanan yang berkaitan dengan penyampaian standar umum/acuan pelayanan yang diberikan oleh panitia pengadaan terhadap penyedia barang/jasa bisa dikatakan sangat baik. Sebanyak 70% responden mengatakan bahwa kinerja panitia pada aspek tersebut sangat baik dan semuanya lengkap diinformasikan.

1. Korespondensi Ayu Nedialita , Mahasiswa Program Studi Ilmu Administrasi Negara, FISIP, Universitas Airlangga, Jalan Dharmawangsa Dalam, Surabaya.Email: [email protected]

Page 8: Kebijakan dan Manajemen Publik - Universitas …journal.unair.ac.id/filerPDF/kmpa5ac1e0a6efull.doc · Web viewPada tahun 2008 efisiensi anggaran tercatat sebesar 26,67%, pada tahun

8

Kebijakan dan Manajemen Publik

Volume 1, Nomor 1, Januari 2014

Tabel I.1 Penyampaian standar umum/acuan dalam pelayanan

Sumber : Diolah dari pertanyaan kuisioner no.1 indikator Akuntabilitas pelayanan

Diagram I.1 Penyampaian Standar Umum/Acuan Pelayanan

Sumber : Diolah dari pertanyaan kuisioner no.1 indikator Akuntabilitas pelayanan

Kesimpulan

1. Kinerja panitia pengadaan barang dan jasa secara elektronik di Unit Layanan Pengadaan Pemerintah Kota Surabaya periode 2012 dapat dikatakan baik. Hal ini dapat dilihat dari grafik efisiensi anggaran bahwa anggaran yang paling efisiensi terjadi pada tahun 2012 dengan total paket sebanyak 1031. Proses lelang pengadaan yang dilakukan secara elektronik oleh Unit Layanan Pengadaan Pemerintah kota Surabaya dapat mengefisiensikan Anggaran Belanja Pemerintah Kota Surabaya. Pengadaan barang dan jasa yang dilelang secara elektronik berhasil menekan biaya serta pengeluaran SKPD selama proses lelang pengadaan. Efisiensi anggaran tersebut tidak hanya terjadi di SKPD sebagai pengguna anggaran tetapi juga pada penyedia barang dan jasa. Dari sisi penyedia, pelaksanaan

lelang secara elektronik (e-procurement) mengurangi pengeluaran bagi penyedia. Dari sisi SKPD, pelaksanaan e-procurement berhasil memangkas anggaran yang dialokasikan untuk pengadaan barang dan jasa. SKPD diwakili PPK akan menentukan nilai HPS untuk suatu pengadaan. Ketika pelaksanaan e-procurement, nilai HPS tersebut akan ditawar lebih rendah oleh penyedia. Dari proses inilah terjadi efisiensi anggaran yang digunakan SKPD untuk pengadaan barang dan jasa. Pada tahun 2008 efisiensi anggaran tercatat sebesar 26,67%, pada tahun 2009 efisiensi anggaran tercatat sebesar 31,59%, pada tahun 2010 efisiensi anggaran tercatat sebesar 26,51%, selanjutnya di tahun 2011 terjadi kenaikan sebesar 31,03% dan trend pada tahun 2012 menunjukkan adanya penurunan, efisiensi anggaran tercatat sebesar 21,44%.

2. Kinerja layanan pengadaan barang dan jasa yang dijalankan oleh panitia pengadaan barang dan jasa di ULP Pemerintah Kota Surabaya selama ini adalah mengikuti aturan Perpres Nomor 70 tahun 2012 serta aturan perka LKPP ditambah dengan SK Walikota Surabaya yang berlaku dan relevan dengan pengadaan barang dan jasa pemerintah Kota Surabaya.

3. Proses evaluasi dokumen penawaran menjadi wewenang dan tanggungjawab pokja. Pokja mengevaluasi seluruh data yang terdapat dalam dokumen penawaran. kinerja panitia (pokja) pada proses evaluasi dokumen penawaran tahapannya yaitu evaluasi administrasi, evaluasi teknis, harga dan kualifikasi. Evaluasi dokumen penawaran ini dilakukan oleh Pokja dengan menggunakan sistem gugur. Setelah proses evaluasi dokumen penawaran, proses berikutnya adalah klarifikasi dokumen. Pokja membuat urutan/rangking dari penyedia barang/jasa Proses klarifikasi adalah proses pencocokan dokumen maupun berkas-berkas yang telah kita upload ke dalam sistem pada saat kualifikasi dokumen penawaran di awal proses pengadaan.

4. Penetapan pemenang merupakan proses akhir dari aplikasi elektronik procurement (e-procurement). Penetapan pemenang lelang dilakukan setelah proses sanggahan selesai dan tidak terjadi perubahan terhadap hasil pengumuman pemenang lelang. Pemenang pengadaan barang/jasa adalah penyedia barang/jasa yang berhasil menunjukkan keabsahan seluruh isi dokumen penawaran pada saat proses klarifikasi. Pengumuman calon pemenang pengadaan dilakukan oleh pejabat pengadaan yakni pokja melalui portal secara online. Di dalam pengumuman pemenang ada penjelasan mengapa penyedia bisa menang mulai dari penawaran harga, dan spesifikasinya. Pengumuman tersebut dapat liat di portal LPSE yaitu http://www.lpse.surabaya.go.id. Siapa saja bisa mengakses pengumuman pemenang di portal

1. Korespondensi Ayu Nedialita , Mahasiswa Program Studi Ilmu Administrasi Negara, FISIP, Universitas Airlangga, Jalan Dharmawangsa Dalam, Surabaya.Email: [email protected]

Indikator Aspek Yang

Dinilai

Kriteria Freku-ensi

Persentase (%)

Akuntabilitas pelayanan

Penyampaian standar umum/acuan pelayanan

Tidak pernah

0 0 %

Pernah, pada akhir

5 7.8 %

Pernah, di tengah masa pengadaan

14 21.9 %

Pernah, diawal proses dan lengkap

45 70.3 %

Page 9: Kebijakan dan Manajemen Publik - Universitas …journal.unair.ac.id/filerPDF/kmpa5ac1e0a6efull.doc · Web viewPada tahun 2008 efisiensi anggaran tercatat sebesar 26,67%, pada tahun

8

Kebijakan dan Manajemen Publik

Volume 1, Nomor 1, Januari 2014tanpa perlu melakukan login username dan password.

5. Produktivitas yang dilakukan oleh Unit Layanan Pengadaan Pemerintah Kota Surabaya ditunjukkan dengan hal-hal berikut : (1) kemampuan panitia pengadaan dalam melaksanakan tugas pada setiap proses pengadaan; (2) Panitia pengadaan selalu berupaya mengembangkan diri untuk berperilaku lebih baik dan memberikan pelayanan maksimal; (3) Panitia pengadaan senantiasa mengembangkan diri untuk meningkatkan kemampuan kerja; (4) Panitia Unit Layanan Pengadaan selalu berusaha untuk meningkatkan mutu lebih baik dari yang telah lalu ; (5) Di ULP , pejabat pengadaan selalu berusaha meningkatkan hasil kinerja mereka. Usaha- usaha yang dilakukan untuk meningkatkan kinerja banyak sekali, misalnya seperti adanya pelatihan, diskusi-diskusi, evaluasi-evaluasi, dan lain-lain; (6) untuk meningkatkan kualitas dan produktivitas pokja, ULP memberikan hasil yang mendukung agar kesejahteraan mereka dapat semakin meningkat, hal ini dikaitkan dengan honorarium yang diberikan untuk pejabat pengadaan. Pembagian honorarium didasarkan atas beban kerja dari masing-masing paket pekerjaan yang diterima oleh panitia pengadaan.

6. Akuntabilitas penyelenggaraan pelayanan publik di ULP Pemerintah kota Surabaya dilakukan sebagai berikut : (1) ULP menggunakan standar/acuan dalam pelayanan pengadaan sesuai dengan aturan LKPP. Secara keseluruhan acuan pelayanan yang digunakan Unit Layanan Pengadaan dalam proses penyelenggaraan pelayanan publik di bidang pengadaan dinilai baik ; (2) Apabila terdapat masyarakat pengguna jasa (penyedia) yang tidak memenuhi persyaratan yang telah ditentukan dalam pengadaan maka langsung digugurkan. Tidak ada toleransi apabila syarat yang diminta dalam proses pengadaan tidak dipenuhi, dan secara otomatis akan gugur dari daftar peserta lelang. Hal ini merupakan bentuk tindakan akuntabilitas layanan yang dilakukan oleh ULP;

Saran

Keahlian dan pengetahuan mengenai pelaksanaan sistem lelang masih banyak dikeluhkan oleh masyarakat pengguna jasa. Keahlian dan pengetahuan pejabat pengadaan dinilai masih kurang. Ada panitia pengadaan yang memiliki pemahaman yang berbeda mengenai proses lelang yang seharusnya. Hal ini dapat terjadi akibat pergantian sistem yang dilakukan beberapa tahun ini, dan juga disebabkan oleh kemampuan serta keahlian yang berbeda yang dimiliki oleh pejabat pengadaan yang notabene-nya berasal dari SKPD yang berbeda-beda pula. Oleh karena itu, perlu upaya peningkatan keahlian dan pengetahuan pokja melalui pelatihan atau upgrade pengetahuan.

Diperlukan adanya suatu regulasi yang mengatur tentang pemberian sanksi yang tegas kepada panitia pengadaan apabila timbul masalah yang diakibatkan dari kesalahan panitia pengadaan. Hal ini berkaitan dengan permasalahan kecermatan pejabat pengadaan yang banyak dikeluhkan oleh masyarakat pengguna jasa. Lebih baik lagi apabila setiap tahun diadakan pergantian/rolling pembagian kelompok kerja (pokja), sehingga para penyedia barang/jasa tidak sampai ada yang sudah saling mengenal dengan panitia pokja, sehingga akan semakin memperkecil timbulnya kecurangan-kecurangan.

Pemutakhiran sistem lelang e-procurement juga harus dilakukan terutama pada tahap pemasukan dokumen penawaran, pembukaan dokumen penawaran, evaluasi dokumen penawaran dan tahap klarifikasi karena tahap-tahap tersebut sangat menentukan hasil pengadaan barang dan jasa. Sosialisasi dan pelatihan kepada penyedia mengenai teknis pelaksanaan e-procurement harus dilakukan kembali akan terjadi kesamaan pemahaman antara panitia pengadaan dengan masyarakat pengguna jasa.

Daftar Pustaka

Buku dan Jurnal

Ancok, Djamaludin.1987.Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian.Bab 7,dalam Metode Penelitian Survai editor, Masri Singarimbun dan Sofian Effendi.1995. Jakarta : LP3ES.

Andrianto, Nico. 2007. Good e-Government : Transparansi dan Akuntabilitas Publik Melalui e-Government. Malang : Bayu Media Publishing.

Amiruddin. 2010. Korupsi Dalam Pengadaan Barang Dan Jasa. Yogyakarta : Genta Publising.

Berg, Bruce L. 2004. Qualitative Research Methods for the Social Sciences, fifth edition. Boston: Allyn & Bacon.

Bruno, Giuseppe et.al. 2009. Evaluation of Public E-Procurement Services Accessibility: A Multicriteria Approach, Chapter 24, In International Handbook of Public Procurement edited by Khi V. Thai. Boca Raton, Florida, USA : CRC Press.

Creswell, John W.2012.Research Design : Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed, edisi ketiga. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Dwiyanto, Agus, dkk. 2006. Reformasi Birokrasi Publik di Indonesia.Yoyakarta : Galang Printika.

Dwiyanto, Agus, dkk. 2008. Reformasi Birokrasi Publik di Indonesia.Yoyakarta : Galang Printika.

Eriyanto.2011.Analisis Isi : pengantar metodologi untuk penelitian ilmu komunikasi dan ilmu-ilmu sosial lainnya.Jskarta : Kencana

1. Korespondensi Ayu Nedialita , Mahasiswa Program Studi Ilmu Administrasi Negara, FISIP, Universitas Airlangga, Jalan Dharmawangsa Dalam, Surabaya.Email: [email protected]

Page 10: Kebijakan dan Manajemen Publik - Universitas …journal.unair.ac.id/filerPDF/kmpa5ac1e0a6efull.doc · Web viewPada tahun 2008 efisiensi anggaran tercatat sebesar 26,67%, pada tahun

8

Kebijakan dan Manajemen Publik

Volume 1, Nomor 1, Januari 2014Hardiansyah. 2011. Kualitas Pelayanan Publik.

Yogyakarta : Gava Media.

Keban, Yeremias T. 2008. Enam Dimensi Strategis Administrasi Publik : Konsep, Teori, dan Isu. Yogyakarta : Gava Media.

Mangkunegara, Anwar Prabu. 2005. Evaluasi Kinerja SDM. Bandung : PT. Refika Aditama

Prastiwi, Yashinta Diah. 2010. Peran Electronic Procurement (E-Proc) dalam Meningkatkan Kinerja Panitia Pengadaan Barang dan Jasa di Pemerintah Kota Surabaya.Skripsi.Surabaya: Universitas Airlangga.

Ratminto & Atik Septi Winarsih. 2008. Manajemen Pelayanan.Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Singarimbun, Masri & Sofian Effendi (Ed).1995.Metode Penelitian Survai.Jakarta:LP3ES.

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta.

Sulistiyani, Ambar Teguh dan Yeremias T.Keban. 2004. Memahami Good Governance dalam Perspektif Sumber Daya Manusia. Yogyakarta : Gava Media.

Sutedi. 2008. Aspek Hukum Pengadaan Barang dan Jasa dan Berbagai Permasalahannya.Jakarta : Sinar Grafika

Tangkilisan, Hessel Nogi.S. 2005. Manajemen Publik. Jakarta : PT.Grasindo.

Wardiyanto, Bintoro. 2012. Kebijakan E-Procurement. Surabaya : PT. Revka Petra Media

Yin, Robert K. 2006. Studi Kasus, Desain & Metode. Terjemahan oleh M. Djauzi Mudzakir. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

Internet

Afandi,Yosi.2007.E-Procurement.(Online)(http://ebisnis.wordpress.com/materi/e-procurement/, diakses pada 16 Mei 2013)

Hermawan.2010.Mendongkrak Penyerapan Anggaran Semester II.(Online)(www.konsultasi.lkpp.go.id%2Findex.php%3Fpage%3Dartikel%26dl%3Dartikel_Contoh%2520Artikel.doc&ei=AMGUUeDdMYXYrQeazYHoAg&usg=AFQjCNGyOboUyb2sgBCkelqFKqLsenRp9w&bvm=bv.46471029,d.bmk, diakses pada 16 Mei 2013)

ICW. 2009. Mengawasi e-procurement, mencegah korupsi. (Online) (http://antikorupsi.org/new/index.php?option=com_content&view=article&id=20655:nato-restore-ties&catid=42:rokstories&Itemid=106 diakses pada 9 April 2013)

LPSE Surabaya.2013.(Online)(http://www.lpse.surabaya.go.id/eproc/app)

Neraca.2012.(Online)(http://www.neraca.co.id/harian/article/20061/Penyerapan.Anggaran.Awal.Tahun.Minimal.15,Senin,08/10/2012, diakses pada 16 Mei 2013)

Rachmadsyach, Santi. 2010. Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. (Online) (http://www.hukumonline.com/klinik/detail/pengadaan-barang_jasa-pemerintah, diakses pada 19 Oktober 2012)

Radjawarta.2013. E-proc Pemkot Surabaya Kembali Raih Penghargaan(Online) (http://www.rajawarta.com/tag/kembali, diakses pada tanggal 2 Desember 2013)

Sucahyo, Yudho Giri dan Yova Ruldeviyani.2009.Implementasi e-Procurement sebagai Inovasi Pelayanan Publik.(Online) (http://www.lkpp.go.id/v2/files/content/file/e-Proc%20book%20final.pdf, diakses pada 16 Mei 2013)

Soeki. 2009. Meningkatkan Kinerja Perusahaan. (Online) (http://www.dukonbesar.com/2009/08/meningkatkan-kinerja-perusahaan.html, diakses 26 Juni 2012)

Triwiyanto, Joko. 2012. Efektivitas Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Dalam Perspektif Perencanaan.(Online) (http://badandiklat.jatengprov.go.id/index.php?p=wi&m=dt&id=52, diakses pada tanggal 28 Maret 2013).

Undang-Undang

Republik Indonesia.Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.Bandung : Fokus Media

Republik Indonesia. Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.Jakarta: PT Tamita Utama

1. Korespondensi Ayu Nedialita , Mahasiswa Program Studi Ilmu Administrasi Negara, FISIP, Universitas Airlangga, Jalan Dharmawangsa Dalam, Surabaya.Email: [email protected]