Kebiasaan Kepala Keluarga Yang Merokok Di Dalam Rumah Dapat Berdampak Negatif Bagi Anggota Keluarga...

download Kebiasaan Kepala Keluarga Yang Merokok Di Dalam Rumah Dapat Berdampak Negatif Bagi Anggota Keluarga Khususnya Balita

of 3

Transcript of Kebiasaan Kepala Keluarga Yang Merokok Di Dalam Rumah Dapat Berdampak Negatif Bagi Anggota Keluarga...

Kebiasaan kepala keluarga yang merokok di dalam rumah dapat berdampak negatif bagi anggota keluarga khususnya balita. Indonesia merupakan negara dengan jumlah perokok aktif sekitar 27,6% dengan jumlah 65 juta perokok atau 225 miliar batang per tahun (WHO, 2008). Rokok merupakan benda beracun yang memberi efek yang sangat membahayakan pada perokok ataupun perokok pasif, terutama pada balita yang tidak sengaja terkontak asap rokok. (Yuli Trisnawati dan Juwarni, 2012)Asap rokok dari orang tua atau penghuni rumah yang satu atap dengan balita merupakan bahan pencemaran dalam ruang tempat tinggal yang serius serta akan menambah resiko kesakitan dari bahan toksik pada anak-anak (Yuli Trisnawati dan Juwarni, 2012) Analisis WHO, menunjukkan bahwa efek buruk asap rokok lebih besar bagi perokok pasif dibandingkan perokok aktif. Ketika perokok membakar sebatang rokok dan menghisapnya, asap yang diisap oleh perokok disebut asap utama (mainstream), dan asap yang keluar dari ujung rokok (bagian yang terbakar) dinamakan sidestream smoke atau asap samping. Asap samping ini terbukti mengandung lebih banyak hasil pembakaran tembakau dibanding asap utama. Asap ini mengandung karbon monoksida 5 kali lebih besar, tar dan nikotin 3 kali lipat, amonia 46 kali lipat, nikel 3 kali lipat, nitrosamine sebagai penyebab kanker kadarnya mencapai 50 kali lebih besar pada asap sampingan dibanding dengan kadar asap utama (WHO, 2008).DAPUS1. World Health Organization. (2008). Pencegahan dan Pengendalian ISPA di Fasilitas Pelayanan Kesehatan. Terdapat pada: http://www.who.int/csr/resources/publications/AMpandemicbahasa.pdf. Diakses tanggal 13 September 2014 2. Trisnawati, Yuli dan Juwarni. (2012). Hubungan Perilaku Merokok Orang Tua Dengan Kejadian Ispa Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Rembang Kabupaten Purbalingga 2012.

Perilaku merokok merupakan perilaku yang berbahaya bagi kesehatan,tetapi masih banyak orang yang melakukannya, bahkan orang mulai merokok ketika dia masih remaja. Perilaku manusia adalah aktivitas yang timbul karena adanya stimulus dan respon serta dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung (Sunaryo, 2004).

Perilakumerokokadalah perilaku yang dinilai sangat merugikan dilihat dari berbagai sudutpandangbaikbagidirisendirimaupun orang lain disekitarnya (Aula, 2010). MenurutLevy(dalamNasution,2007)perilakumerokok adalahsesuatuaktivitas yang dilakukan individu berupa membakar dan menghisapnya serta dapat menimbulkan asap yang dapat terhisap oleh orang-orang disekitarnya. Menurut Laventhal dan Clearly ada empat tahap dalam perilaku merokok. Keempat tahap tersebut adalah sebagai berikut: Tahapan Prepatory, TahapanIntination(TahapanPerintisan Merokok),Tahap Becomingasmoker, Tahap MaintainingofSmoking.Kandungan rokok membuat seseorang tidak mudah berhenti merokokkarena dua alasan, yaitu faktorketergantungan atau adiksi pada nikotin dan faktor psikologis yang merasakan adanya kehilangan suatu kegiatan tertentujikaberhentimerokok(Aula,2010)

Menurut lembaga survey WHO tahun 2008, Indonesia mendudukiperingkatke3sebagaijumlahperokokterbesar di Dunia, dan kini Indonesia juga mencetak rekor baru, yakni jumlahperokokremajatertinggidiDunia. Sebanyak 13,2 % dari total keseluruhan remaja diIndonesiaadalahperokok aktif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa umur remaja perokok 16-17 tahun dan semua telah memulai merokok pada umurdibawah 15 tahun.

DAPUS1. Aula, Lisa Ellizabet, (2010).StopMerokok.Jogjakarta :Garailmu

2. Sunaryo, (2004).PsikologiuntukKeperawatan.Jakarta : EGC

aIndonesia menduduki urutan ke-3 jumlah perokok terbesar dunia setelah India dan Cina. Sebanyak 46% perokok ASEAN berada di Indonesia (TCSC-IAKMI-KPS PDKT, 2010).

Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional 20032005 Indonesia menyebutkan 73,8% kepala rumah tangga miskin di perkotaan adalah perokok (Susanto, 2010).

Menurut Riskesdas 2007, mereka memiliki pengeluaran rokok kretek filter sebesar 7,93% untuk perkotaan dan 5,9% di pedesaan. Di kota Surabaya, konsumsi perokok terbesar adalah rokok jenis kretek dengan filter sebanyak 75,8%, dengan banyaknya rokok yang dihisap tertinggi adalah 1-12 batang/hari yaitu sebanyak 86,4% (Riskesdas Tahun 2007).

Survey selama 19992003 pada lebih dari 175 ribu keluarga miskin perkotaan di Indonesia menunjukkan tiga dari empat kepala keluarga (74%) adalah perokok aktif. Hasil survey membuktikan perilaku merokok kepala rumah tangga berhubungan secara bermakna dengan gizi buruk pada balita. Studi sejenis tahun 20002003 pada lebih dari 360 ribu rumah tangga miskin di perkotaan dan pedesaan membuktikan kematian bayi dan balita lebih tinggi pada keluarga yang orang tuanya merokok dari pada yang tidak merokok. Ada perbedaan bermakna dari angka kematian bayi dengan ayah merokok dan tidak (TCSC, 2008).

DAPUS1. Departemen Kesehatan RI. 2007. Laporan Nasional Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Depkes RI2. Susanto dan Darmawan. 2010. Kriteria Orang Miskin Indonesia Versi BPS. Vivanews, 1 Juli 20103. TCSC-IAKMI-IUATLD. 2008. Fakta Tembakau di Indonesia: Mitos dan Fakta Tentang Tembakau. TCSC-IAKMI-IUATLD, Jakarta4. TCSC, IAKMI. 2008. Nikotin, Adiksi dan Petani Tembakau. TCSC-IAKMI dan IUATLD