KEBERADAAN PASAR TIBAN SALATIGA DALAM PENINGKATAN...
Transcript of KEBERADAAN PASAR TIBAN SALATIGA DALAM PENINGKATAN...
i
KEBERADAAN PASAR TIBAN SALATIGA DALAM
PENINGKATAN EKONOMI UMAT YANG BERKEADILAN
SOSIAL DI KELURAHAN PULUTAN KECAMATAN
SIDOREJO KOTA SALATIGA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Hukum
Oleh:
Mohammad Thoha
NIM : 33020150035
PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARI’AH
FAKULTAS SYARI’AH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA
2019
ii
iii
iv
v
vi
MOTTO
JANGAN BIARKAN RASA MALAS MENGUASAI DIRIMU KARENA
PENYEBAB KEGAGALAN YANG PALING BESAR ADALAH RASA
MALASMU SENDIRI DAN UJIAN SEJATI TERHADAP KARAKTERMU
ADALAH KETIKA KAMU BISA MELAWAN RASA MALASMU ITU
vii
PERSEMBAHAN
Alhamdulillah kupanjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan juga
kesempatan dalam menyelesaikan tugas akhir skripsi saya dengan segala
kekurangannya. Segala syukur kuucapkan kepadaMu karena sudah menghadirkan
orang-orang berarti disekeliling saya yang selalu memberi semangat dan do’a,
sehingga skripsi saya ini dapat diselesaikan. Skripsi ini saya persembahkan untuk:
1. Kedua orang tuaku tercinta Bapak Sunoto dan Ibu Zumrotun sebaik-baik pintu
surgaku dan sebagai semangat terbesar dalam hidupku yang tak mengenal
segala macam tantangan dan ujian, serta iringan doa-doa tulus yang selalu
dimohonkan kepadanya untukku, pengorbanan, keringat dan kesabarannya-lah
yang mengantarkanku sampai kini. Terimakasih Bapak Ibuku tercinta.
2. Untuk kakak saya Ahmad Zaenufi dan adek saya Nurul Sholihati yang sudah
memberikan doa, motivasi untuk maju, semangat, serta selalu menghibur saya.
Untuk semua keluarga besar bapak dan ibu yang telah mendoakan agar
menjadi manusia yang bermanfaat bagi orang lain dan menjadi manusia yang
beruntung.
3. Kepada semua guru-guru dan dosen-dosen saya yang telah memberikan
banyak ilmu yang insyaAllah bermanfaat untuk semua mahasiswa termasuk
saya serta sudah mendedikasikan waktu, tenaga dan fikiran.
viii
KATA PENGANTAR
Assalamualakum Warahmatullahi Wabarakatuh
Alhamdulillahi Robbil’alamin, Rasa syukur yang dalam penulis panjatkan
kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat-Nya, penulisan skripsi ini dapat
penulis selesaikan sesuai dengan yang diharapkan. Penulis juga bersyukur atas
rizki dan kesehatan yang telah diberikan oleh-Nya, sehingga penulis dapat
menyusun penulisan skripsi ini. Shalawat dan salam penulis sanjungkan kepada
Nabi, kekasih, spirit perubahan Rasulullah SAW beserta segenap keluarga dan
para sahabat-sahabatnya, syafa’at beliau sangat penulis nantikan di hari kiamat
nanti.
Penulisan skripsi ini disusun untuk diajukan sebagai salah satu persyaratan
memperoleh gelar Sarjana Hukum (S.H), Fakultas Syari’ah, Progam Studi Hukum
Ekonomi Syari’ah, dengan skripsi yang berjudul : “KEBERADAAN PASAR
TIBAN SALATIGA DALAM PENINGKATAN EKONOMI UMAT YANG
BERKEADILAN SOSIAL DI KELURAHAN PULUTAN KECAMATAN
SIDOREJO KOTA SALATIGA”. Penulis menyadari tanpa bantuan dan
bimbingan dari berbagai pihak, mulai dari masa perkuliahan sampai dalam
penyusunannya. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Zakiyuddin, M.Ag., selaku Rektor IAIN Salatiga.
2. Ibu Dr. Siti Zumrotun, M.Ag., selaku Dekan Fakultas Syariah IAIN Salatiga.
3. Ibu Heni Satar Nurhaida, S.H., M.Si., selaku Ketua Jurusan Hukum Ekonomi
Syari’ah.
ix
4. Bapak Drs. Mahfudz, M.Ag., selaku dosen pembimbing akademik IAIN
Salatiga.
5. Bapak M. Taufiq Zam Zami, M.A., selaku dosen pembimbing skripsi yang
telah meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran serta dukungan untuk
mengarahkan saya dalam penyusunan skripsi ini.
6. Semua keluarga saya tercinta yang tiada henti mendoakan saya dan selalu
memberikan motivasi kepada saya.
7. Seluruh guru-guru saya dan dosen-dosen saya yang telah memberikan banyak
ilmu.
8. Teman-teman ORMAWA HMJ Hukum Ekonomi Syari’ah dari tahun 2016
dan 2017, UKM Kelompok Studi Ekonomi Islam (KSEI), ORMAWA DEMA
Fakultas Syari’ah 2017-2018 yang memberikan banyak ilmu dan pengalaman
berharga selama di Salatiga.
9. Teman-teman Asosiasi Studi Hukum Ekonomi Syari’ah Indonesia (ASHESI)
dari berbagai daerah di Indonesia yang selalu berjuang untuk kemajuan ilmu
di bidang Hukum Ekonomi Syariah dan telah mengajarkanku banyak ilmu
serta pengalaman yang sangat berharga.
10. Teman-teman Ikatan Keluarga Mahasiswa Pati (IKMP) Salatiga yang telah
mengajarkanku kerjasama, kebersamaan dan kekompakan serta terimakasih
telah menjadi keluarga kedua saya di Salatiga.
11. Sahabat-sahabat terhebatku Sholikin, Putra, Roni, Septa, Romi, Ubay, Ari
Wibowo, Sulis yang telah memberikan banyak warna di hidupku.
12. Teman-temanku kandang boyo Dika, Dimas, Ryan, Pak Fir, Huda, Latif.
x
13. Teman-teman team futsal Pandawa FC
14. Keluarga besar Hukum Ekonomi Syari’ah 2015 yang tidak bisa penulis sebut
satu per satu yang selalu mengisi hari-hari menjadi sangat menyenangkan.
15. Kembaranku Ferry yang banyak orang mengatakan kembar dengan saya yang
telah menemani saya selama mengumpulkan data wawancara.
16. Meida Lutfi Samawi yang tak henti-hentinya selalu memberikan semangat dan
motivasi setiap harinya dalam penyelesaian skripsi ini.
17. Kepada Almamater IAIN Salatiga dan Fakultas Syari’ah IAIN Salatiga yang
selalu ku banggakan.
18. Kepada semua narasumber yang berkenan memberikan data dan informasi.
19. Untuk orang-orang yang selalu menanyakan skripsi ini selesai.
20. Semua pihak serta teman-teman yang tidak dapat penulis sebutkan satu-
persatu, yang telah memberikan kontribusi dan dukungan yang cukup besar
sehingga penulis dapat menjalani perkuliahan dari awal hingga akhir di
Institut Agama Islam (IAIN) Salatiga.
Semoga Allah SWT membalas semua amal kebaikan mereka dengan
balasan yang lebih baik dari yang mereka berikan dan senantiasa dalam
lindungan-Nya. Aamiin.
Akhir kata penulis berharapsemoga Allah SWT berkenan membalas segala
kebaikan semua pihak yang telah membantu. Penulis menyadari bahwa dalam
penulisan ini terdapat banyak kekurangan dan kelemahan, sehingga saran dan
kritik serta perbaikan yang membangun dari pembaca akan penulis terima dengan
xi
segala kerendahan hati. Semoga skripsi ini membawa manfaat bagi
pengembangan ilmu.
Wassalamualakum warahmatullahi wabarokatuh
Salatiga, 28 Agustus 2019
Penulis
xii
ABSTRAK
Mohammad Thoha (2019), Keberadaan Pasar Tiban Salatiga Dalam Peningkatan
Ekonomi Umat Yang Berkeadilan Sosial Di Kelurahan Pulutan Kecamatan
Sidorejo Kota Salatiga. Fakultas Syariah Institut Agama Islam Negeri
(IAIN) Salatiga. Pembimbing: M. Taufiq Zam Zami, M.A.
Kata Kunci : Pasar Tiban, Keadilan Sosial, Peningkatan Ekonomi Umat.
Keberadaan Pasar Tiban Salatiga merupakan salah satu dari berbagai
sumber peningkatan perekonomian masyarakat. Pasar Tiban Salatiga berdiri tanpa
adanya suatu perencanaan dan keberadaannya atas dasar kebiasaan masyarakat
sekitar. Keberadaan Pasar Tiban Salatiga harus memberikan rasa keadilan dimana
para warga sekitar Pasar Tiban Salatiga memiliki hak-haknya untuk bekerja atau
mencari nafkah dan ikut mengelola Pasar Tiban Salatiga khususnya bagi
masyarakat Kelurahan Pulutan. Disamping memperhatikan rasa keadilan,
keberadaan Pasar Tiban Salatiga juga harus memperhatikan prinsip-prinsip
ekonomi Islam dalam kegiatan jual belinya maupun dalam pengelolaanya serta
juga dapat meningkatkan perekonomian masyarakat sekitar. Sehingga dalam hal
ini peneliti ingin mengetahui keberadaan Pasar Tiban Salatiga, apakah rasa
keadilan sosial dirasakan bagi masyarakat Kelurahan Pulutan dan apakah dalam
pengelolaan Pasar Tiban Salatiga sudah sesuai dengan prinsip ekonomi Islam dan
meningkatkan perekonomian masyarakat sekitar. Maka dengan latar belakang
tersebut peneliti tertarik untuk meneliti tentang 1. Bagaimana peran Pasar Tiban
Salatiga dalam peningkatan ekonomi umat? 2. Bagaimana peran Pasar Tiban
Salatiga dalam pengembangan ekonomi umat yang berkeadilan sosial? 3. Apa
faktor yang mempengaruhi peningkatan ekonomi masyarakat Kelurahan Pulutan
di Pasar Tiban Salatiga?
Jenis penelitian yang dipakai peneliti adalah kualitatif dan pendekatannya
menggunakan pendekatan yuridis empiris. Adapun teknik pengumpulan data yang
digunakan adalah wawancara, observasi, dan dokumentasi.
Dari hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa Keberadaan Pasar Tiban
Salatiga dapat memberikan keadilan sosial bagi masyarakat Kelurahan Pulutan
dan juga memberikan peningkatan ekonomi masyarakat Kelurahan Pulutan.
Keberadaan Pasar Tiban Salatiga dapat menambah penghasilan masyarakat dan
menumbuhkan rasa kemandirian untuk melakukan kegiatan usaha serta dengan
keberadaan Pasar Tiban Salatiga ini sangat membantu meningkatkan
perekonomian masyarakat Kelurahan Pulutan, serta memberikan rasa keadilan
sosial bagi masyarakat kelurahan Pulutan sehingga terciptanya masyarakat yang
adil dan makmur secara merata tanpa ada ketimpangan sosial dan ekonomi.
xiii
DAFTAR ISI
COVER i
NOTA PEMBIMBING ii
PENGESAHAN iii
PERNYATAAN KEASLIAN iv
MOTTO v
PERSEMBAHAN vi
KATA PENGANTAR vii
ABTRAK x
DAFTAR ISI xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 6
C. Tujuan Penelitian 7
D. Manfaat Penelitian 7
E. Penegasan Istilah 8
F. Tinjauan Pustaka 8
G. Metode Penelitian 14
H. Sistematika Penulisan 18
BAB II PRINSIP-PRINSIP PASAR DAN KEADILAN SOSIAL EKONOMI
UMAT
A. Pasar 21
1. Pengertian Pasar 21
2. Fungsi Pasar dan Peran Pasar 23
3. Jenis Pasar 25
4. Struktur Pasar 32
5. Pendirian Pasar 39
B. Ekonomi Islam dan Prinsip Pasar Dalam Islam 42
xiv
1. Ekonomi Islam 42
2. Prinsip Pasar dalam Islam 46
C. Peran Pemerintah dan Peran Serta Masyarakat dalam Pengelolaan Pasar 52
1. Peran Pemerintah dalam Pengelolaan Pasar 52
2. Peran Serta Masyarakat dalam Pengelolaan Pasar 54
E. Keadilan Sosial Dalam Masyarakat 54
1. Teori Keadilan John Rawls dan Prinsip Keadilan 55
2. Keadilan Sosial di Indonesia 57
BAB III GAMBARAN UMUM KELURAHAN PULUTAN DAN
GAMBARAN UMUM PASAR TIBAN SALATIGA SERTA SISTEM
PENGELOLAANNYA
A. Profil Kelurahan Pulutan 59
1. Geografis Kelurahan Pulutan 59
2. Struktur Organisasi Kelurahan Pulutan 61
3. Pemerintahan 63
B. Kondisi Sosial Ekonomi Kelurahan Pulutan 65
1. Monografi Kelurahan Pulutan 65
2. Pelayanan Masyarakat 66
3. Sarana dan Prasarana Kelurahan Pulutan 67
4. Home Industri Kecil Perdagangan, Koperasi, dan UMKM 68
5. Lembaga Kemasyarakatan 69
C. Profil Pasar Tiban Salatiga 69
1. Sejarah Pasar Tiban Salatiga 69
2. Letak dan Batas Wilayah Pasar Tiban Salatiga 74
D. Paguyuban Pasar Tiban “Margorejo” 74
1. Terbentuknya Paguyuban Pasar Tiban “Margorejo” 74
2. Struktur Pengurus Paguyuban Pasar Tiban “Margorejo” 76
E. Sistem Pengelolaan Pasar Tiban Salatiga 77
1. Sistem Pengaturan Pasar Tiban Salatiga 77
2. Sistem Pendataan Pedagang dan Biaya Lapak di Pasar Tiban Salatiga 78
xv
3. Sistem Pembagian Pedagang Tetap dan Non Tetap 79
4. Sanksi Bagi Pedagang Yang Melanggar Aturan 80
5. Sistem Pengelolaan Parkir 80
6. Sistem Pengelolaan Dana Hasil Parkir dan Uang Kebersihan 81
7. Kewenangan Sepihak Pengurus 82
8. Terbuka Untuk Umum 82
F. Praktik Jual Beli di Pasar Tiban Salatiga 83
G. Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Kelurahan Pulutan Sebelum Adanya
Pasar Tiban Salatiga 84
H. Persepsi Masyarakat Secara Umum, Pemilik Warung dan juga Masyarakat
yang Berjualan di Pasar Tiban Salatiga Tentang Keberadaan Pasar Tiban
Salatiga 85
1. Persepsi Masyarakat Kelurahan Pulutan Tentang Keberadaan Pasar Tiban
Salatiga Secara Umum 86
2. Persepsi Pemilik UMKM di Kelurahan Pulutan Tentang Keberadaan
Pasar Tiban Salatiga 88
3. Persepsi Masyarakat Kelurahan Pulutan yang Berjualan di Pasar Tiban
Salatiga Tentang Keberadaan Pasar Tiban Salatiga 90
BAB IV ANALISIS KEBERADAAN PASAR TIBAN SALATIGA DALAM
PENINGKATAN EKONOMI UMAT YANG BERKEADILAN SOSIAL DI
KELURAHAN PULUTAN KECAMATAN SIDOREJO KOTA SALATIGA
A. Peran Pasar Tiban Salatiga Dalam Peningkatan Ekonomi Umat 96
B. Peran Pasar Tiban Salatiga Dalam Pengembangan Ekonomi Umat Yang
Berkeadilan Sosial 101
C. Faktor Yang Mempengaruhi Peningkatan Ekonomi Masyarakat Kelurahan
Pulutan di Pasar Tiban Salatiga 105
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan 107
B. Saran 109
xvi
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xvii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Perbandingan Bentuk Struktur Pasar 33
Tabel 3.1 Data Pejabat Struktural dan Staf Kelurahan Pulutan 62
Tabel 3.2 Data Pembagian RT dan RW Kelurahan Pulutan 63
Tabel 3.3 Data Penduduk berdasarkan tingkat pendidikan 65
xviii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Peta Wilayah Kelurahan Pulutan 60
Gambar 3.2 Struktur Organisasi Kelurahan Pulutan 61
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak terlepas dari interaksi
manusia satu dengan manusia lainnya, ini dikarenakan manusia adalah
makhluk sosial. Mereka membutuhkan individu lainnya untuk dapat saling
memenuhi kebutuhan masing-masing individu. Berbagai bentuk interaksi
sosial dilakukan oleh individu satu dengan yang lainnya untuk memenuhi
kebutuhannya. Semua interaksi yang dilakukan dalam rangka saling memberi
manfaat dan mengambil manfaat. Interaksi itu dipicu oleh dorongan
kebutuhan ekonomis, biologis, emosional dan sebagainya yang mengikat
dirinya. Dalam Al Qur’an juga sudah ditegaskan dalam Q.S. Al-Hujurat ayat
13 tentang manusia sebagai makhluk sosial:
ا الناس إن خالاقنااكم من ذاكار واأن ثاى واجاعالنااكم شعوبا واق اباائلا لت اعاارافوا إن يا أاي ها
أاكراماكم عندا الل أات قااكم إن اللا عاليم خابي
Artinya: “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari
seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu
berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-
mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu
disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu.
Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal” (QS. Al-
Hujurat ayat 13).1
Dalam melakukan interaksinya masing-masing individu dituntut untuk
melakukan sebuah usaha ataupun pekerjaan agar semua kebutuhannya dapat
1 Q.S. Al Hujurat (49) Ayat 13.
2
terpenuhi. Salah satu bentuk interaksi yang sering dilakukan manusia dalam
sehari-hari adalah jual beli. Jual beli ini juga bisa disebut sebagai kegiatan
ekonomi yaitu kegiatan untuk memenuhi kebutuhan manusia. Kegiatan jual
beli dimasyarakat merupakan aktifitas yang umum dan sering dilakukan setiap
hari. Kegiatan jual beli ini paling banyak dilakukan dilingkungan pasar. Pasar
bekerja melalui hubungan saling interaksi (mutual interactions) antara
pembeli (buyers) dan penjual (sellers). Adanya pasar sangat membantu
meningkatkan perekonomian masyarakat. Pasar juga sebagai sarana untuk
mendekatkan jarak antara konsumen dan produsen dalam melaksanakan
transaksi serta memperlancar penyaluran barang atau jasa dari produsen
kepada konsumen secara langsung.
Salah satu yang menjadi jantung perekonomian dan membantu
meningkatkan perekonomian masyarakat adalah pasar tradisional. Kedudukan
pasar tradisional masih tetap penting dan menyatu dalam masyarakat, karena
banyak masyarakat yang masih membutuhkan pasar tradisional dalam mencari
pendapatan dan juga kebutuhan dalam transaksi jual beli. Pasar tradisional
harus tetap untuk dijaga, dikelola dan dipelihara untuk meningkatkan
perekonomian masyarakat. Pada prinsipnya, kegiatan perekonomian yang
terjadi di pasar didasarkan pada kebebasan bersaing, baik konsumen maupun
produsen. Dari segi ekonomi, pasar bebas dalam bentuk free trade akan
memberi keuntungan bagi banyak pihak. Sebab melalui perdagangan bebas,
daya jangkau produk-produk domestik akan menjadi lebih luas. Perluasan
wilayah pasar memberi insentif kepada pelaku ekonomi untuk bekerja secara
3
lebih produktif, sehingga pada akhirnya kesejahteraan akan semakin
meningkat.2
Pasar tradisional dan pedagang harus benar-benar diperhatikan oleh
pemerintah dalam membangun ekonomi kerakyatan. Pembangunan ekonomi
kerakyatan harus ditujukan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat.
Pembangunan ekonomi yang tidak berpihak kepada rakyat akan menimbulkan
berbagai problema kompleks, seperti tingkat pengangguran yang tinggi,
kemiskinan yang memprihatinkan, produktivitas dan kualitas tenaga kerja
yang rendah, hingga hancurnya banyak usaha kecil dan menengah yang
menjadi tumpuan rakyat. Solusi untuk masalah ini selain perlunya
keberpihakan secara tegas pemerintah terhadap rakyat, juga perlu strategi
pembangunan ekonomi yang lebih melibatkan rakyat.3
Pembangunan ekonomi kerakyatan ini bertujuan untuk
mensejahterakan rakyat. Walaupun bukan indikator yang bagus, tingkat
kesejahteraan masyarakat dilihat dari aspek ekonominya, dapat diukur dengan
pendapatan nasional (PN) per kapita. Untuk meningkatkan pendapatan
nasional, pertumbuhan ekonomi, diukur dengan pertumbuhan produk
domestik bruto, dan menjadi salah satu target penting yang harus dicapai
dalam pembangunan ekonomi.4
2 Muhammad Rahmat dan Ahmad Erani Yustika, Di Bawah Bendera Pasar Dari
Nasionalisasi Menuju Liberalisasi Ekonomi, Empatdua, Malang, 2017, hlm. 32. 3 Edy Suandi Hamid dan M. B. Hendrie Anto, Ekonomi Indonesia Memasuki Milenium
III, UII Press, Yogyakarta, 2000, hlm. 1. 4 Tulus T.H. Tambunan, Perekonomian Indonesia Kajian Teoritis dan Analisis Empiris,
Ghalia Indonesia, Bogor, 2014, hlm. 39.
4
Dalam pembangunan ekonomi juga harus memperhatikan prinsip
keadilan. Setiap warga negara harus memperoleh keadilan karena keadilan
merupakan hak setiap warga negara. Konsep keadilan menurut John Rawls
bahwa keadilan hanya dapat ditegakkan apabila negara melaksanakan asas
keadilan, berupa setiap orang hendaknya memiliki hak yang sama untuk
mendapatkan kebebasan dasar (basic liberties), dan perbedaan sosial dan
ekonomi hendaknya diatur sedemikian rupa sehingga memberi manfaat yang
besar bagi mereka yang berkedudukan paling tidak beruntung, dan bertalian
dengan jabatan serta kedudukan yang terbuka bagi semua orang berdasarkan
persamaan kesempatan yang layak.5 Keadilan juga tercantum dalam Pancasila
sila ke lima yaitu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Keadilan
sosial mempunyai makna bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan
keadilan baik dalam bidang hukum, ekonomi, politik dan kebudayaan
sehingga terciptanya masyarakat yang adil dan makmur.6 Salah satu keadilan
sosial yang berhak diterima oleh warga negara adalah hak mendapatkan
perlindungan dan pekerjaan yang layak yang tercantum dalam Pasal 27 ayat
(2) UUD 1945.7
Salah satu cara dalam membangun ekonomi rakyat adalah melalui
pasar tradisional di setiap daerah. Pasar tradisional ini sangat membantu
meningkatkan perekonomian dan mensejahterakan masyarakat. Seperti Kota
5 Inge Dwisvimiar, “Keadilan Dalam Perspektif Filsafat Ilmu Hukum,” Jurnal Dinamika
Hukum, Vol. 11 No. 3, (September 2011), hlm. 528. 6 Abdul Rahman, “Implementasi Nilai “Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia”
Di Masyarakat Desa Meranti,” Skripsi Universitas Muhammadiyah Surakarta (2017), hlm. 3. 7 Otong Rosadi, QUO VADIS HUKUM EKOLOGI DAN KEADILAN SOSIAL Dalam
Perenungan Pemikiran (Filsafat) Hukum, (Yogyakarta: Dua Satria Offset, 2012), hlm. 112.
5
Salatiga yang mempunyai pasar tradisional yang unik yang berada di jalan
lingkar selatan Salatiga yaitu Pasar Tiban Salatiga yang hanya ada pada hari
minggu saja.
Pasar Tiban Salatiga berdiri pada awal tahun 2011 telah berjalan
sebelum Jalan Lingkar Salatiga (JLS) tersebut difungsikan seperti sekarang.
Penjual ataupun pembeli yang datang di Pasar Tiban tidak hanya yang
berdomisili di Kota Salatiga, tetapi juga banyak yang datang dari Kabupaten
Semarang dan sekitarnya, tetapi 70% memang benar-benar masyarakat dari
Kota Salatiga itu sendiri.8 Pemerintah Daerah Kota Salatiga yang diwakili
oleh Satpol PP, DISHUB, Dinas Perdagangan (DISDAG) dan Dinas Koperasi,
Usaha Kecil dan Menengah (DINKOPUKM) selalu memonitoring berjalannya
aktivitas jual beli di Pasar tiban Salatiga agar tidak mengganggu hak-hak dari
pengguna jalan yang lain.
Keberadaan Pasar Tiban Salatiga merupakan salah satu dari berbagai
sumber peningkatan perekonomian masyarakat. Pasar Tiban Salatiga berdiri
tanpa adanya suatu perencanaan dan keberadaannya atas dasar kebiasaan
masyarakat sekitar yang mempergunakan Jalan Lingkar Selatan Salatiga
sebagai tempat untuk jalan santai dan juga banyak orang yang memanfaatkan
keadaan tersebut untuk membuka lapak berjualan disekitar Jalan Lingkar
Selatan Salatiga hingga sampai saat ini. Kehadiran Pasar Tiban Salatiga ini
akan mempengaruhi keadilan sosial ekonomi umat Islam sekitar Pasar Tiban
8 Renaldi Tio Anggada, Skripsi: “Kebijakan Pemerintah Kota Salatiga terhadap
Keberadaan Pasar Tiban di Jalan Lingkar Salatiga”, Program Studi Ilmu Hukum, Fakultas Hukum,
Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga, 2017, hlm. 4-5.
6
Salatiga khususnya masyarakat Kelurahan Pulutan Kecamatan Sidorejo Kota
Salatiga. Keberadaan Pasar Tiban Salatiga harus memberikan rasa keadilan
dimana para warga sekitar Pasar Tiban memiliki hak haknya untuk bekerja
atau mencari nafkah dan ikut mengelola Pasar Tiban Salatiga khususnya bagi
masyarakat keluarahan Pulutan. Disamping memperhatikan rasa keadilan,
keberadaan Pasar Tiban Salatiga juga harus memperhatikan prinsip-prinsip
ekonomi Islam dalam kegiatan jual belinya maupun dalam pengelolaanya dan
juga dapat meningkatkan perekonomian masyarakat. Untuk itu peneliti sangat
tertarik untuk mengetahui pengaruh keberadaan Pasar Tiban Salatiga terhadap
keadilan sosial dan peningkatan ekonomi masyarakat sekitar. Peneliti ingin
mengetahui keberadaan Pasar Tiban Salatiga, apakah rasa keadilan sosial
sudah dirasakan bagi masyarakat Pulutan dan apakah dalam pengelolaan Pasar
Tiban Salatiga sudah sesuai dengan prinsip ekonomi Islam dan dapat
meningkatkan ekonomi masyarakat sekitar. Dengan melakukan analisa
keadilan sosial dan peningkatan ekonomi umat kita dapat mengetahui kondisi
keadilan sosial dan peningkatan ekonomi umat sekitar Pasar Tiban Salatiga.
Oleh karena itu, berdasarkan urain yang telah dijabarkan diatas, maka
penulis tertarik untuk melakukan penelitian untuk dijadikan sebuah skripsi
dengan judul “KEBERADAAN PASAR TIBAN SALATIGA DALAM
PENINGKATAN EKONOMI UMAT YANG BERKEADILAN SOSIAL
DI KELURAHAN PULUTAN KECAMATAN SIDOREJO KOTA
SALATIGA”.
7
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang diatas, maka penulis merumuskan
permasalahan sebegai berikut:
1. Bagaimana peran Pasar Tiban Salatiga dalam peningkatan ekonomi
umat di Kelurahan Pulutan?
2. Bagaimana peran Pasar Tiban Salatiga dalam pengembangan ekonomi
umat yang berkeadilan sosial di Kelurahan Pulutan?
3. Apa faktor yang mempengaruhi peningkatan ekonomi masyarakat
Kelurahan Pulutan di Pasar Tiban Salatiga?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai oleh penulis dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui peran Pasar Tiban Salatiga dalam peningkatan
ekonomi umat di Kelurahan Pulutan.
2. Untuk mengetahui peran Pasar Tiban Salatiga dalam pengembangan
ekonomi umat yang berkeadilan sosial di Kelurahan Pulutan.
3. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi peningkatan ekonomi
masyarakat Kelurahan Pulutan di Pasar Tiban Salatiga.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
kontribusi bagi perkembangan ilmu hukum pada khususnya, maupun
masyarakat pada umumnya tentang keberadaan Pasar Tiban Salatiga
8
dalam peningkatan ekonomi umat yang berkeadilan sosial di
Kelurahan Pulutan Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga.
2. Secara praktis diharapkan penelitian ini dapat memberikan informasi
kepada masyarakat maupun Pemerintah Daerah Kota Salatiga tentang
keberadaan Pasar Tiban Salatiga dalam peningkatan ekonomi umat
yang berkeadilan sosial di Kelurahan Pulutan Kecamatan Sidorejo
Kota Salatiga.
E. Penegasan Istilah
1. Pasar adalah area tempat jual beli barang dengan jumlah penjual lebih
dari satu baik yang disebut sebagai pusat perbelanjaan, pasar
tradisional, pertokoan, mall, plasa, pusat perdagangan maupun sebutan
lainnya.9
2. Pasar Tiban Salatiga adalah pasar yang berdiri tanpa adanya suatu
perencanaan oleh Pemerintah dan keberadaannya terbentuk atas dasar
kebiasaan masyarakat sekitar yang menggunakan lokasi Jalan Lingkar
Selatan Salatiga untuk kegiatan jual beli pada setiap hari minggu saja.
3. Keadilan Sosial adalah hak mendapatkan keadilan baik dalam bidang
hukum, ekonomi, politik dan kebudayaan sehingga terciptanya
masyarakat yang adil dan makmur.10
4. Ekonomi Umat adalah segala kegiatan ekonomi yang bertujuan untuk
menghasilkan keuntungan yang didalamnya termasuk kegiatan jual
beli yang dilakukan oleh masyarakat Islam pada khususnya yang
9 Peraturan Daerah Kota Salatiga Nomor 12 Tahun 2013 Tentang Pengelolaan,
Pemberdayaan, dan Perlindungan Pasar Tradisional Pasal 1 ayat (6). 10 Abdul Rahman, Op.cit.
9
didasari pada nilai-nilai akidah yang bersumber pada Al-Qur’an dan
Hadits.11
F. Tinjauan Pustaka
Untuk menghasilkan suatu hasil penelitian yang komprehensif, dan
tidak adanya pengulangan dalam penelitian, dan juga untuk mempermudah
pembahasan skripsi ini, penyusun berusaha mencari referensi yang relevan
dengan topik yang diangkat oleh penulis.
Skripsi Renaldi Tio Anggada, dengan judul “Kebijakan Pemerintah
Kota Salatiga Terhadap Keberadaan Pasar Tiban Di Jalan Lingkar Salatiga”.
Skripsi ini membahas tentang bagaimana bentuk kebijakan Pemda Kota
Salatiga dalam menangani Pedagang Kaki Lima di Pasar Tiban Jalan Lingkar
Salatiga dan juga faktor yang mempengaruhi kebijakan bagi Pedagang Kaki
Lima di Pasar Tiban Jalan Lingkar Salatiga. Menghasilkan kesimpulan bahwa
penerapan kebijakan yang dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah Kota Salatiga
terhadap keberadaan PKL di Pasar Tiban merupakan diskresi untuk tetap tidak
menerapkan sanksi bagi para PKL untuk memanfaatkan ruang semestinya
tidak sebagaimana fungsinya dan juga daerah yang tidak difungsikan sebagai
daerah perdagangan sesuai dengan PERDA tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah.12 Dalam penelitian tersebut menjelaskan tentang penerapan
kebijakan yang dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah Kota Salatiga terhadap
keberadaan PKL di Pasar Tiban Salatiga, sedangkan penelitian yang penulis
11 Zainuddin Ali, Hukum Ekonomi Syariah, (Jakarta: Sinar Grafika, 2008), hlm. 4. 12 Renaldi Tio Anggada, Skripsi: “Kebijakan Pemerintah Kota Salatiga terhadap
Keberadaan Pasar Tiban di Jalan Lingkar Salatiga”, Program Studi Ilmu Hukum, Fakultas Hukum,
Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga, 2017, hlm. 80.
10
teliti adalah mengenai keberadaan Pasar Tiban Salatiga dalam peningkatan
ekonomi yang berkeadilan sosial di Kelurahan Pulutan Kota Salatiga, apakah
rasa keadilan sosial dirasakan bagi masyarakat Pulutan dan apakah dengan
adanya Pasar Tiban Salatiga dapat meningkatkan perekonomian masyarakat.
Skripsi Agesta Yudiana Putri, dengan judul “Dampak Aktivitas Pasar
Kaget Di Jalan Lingkar Selatan Kota Salatiga Terhadap Pendapatan
Pedagang”. Skripsi ini membahas tentang dampak dari aktivitas pasar kaget
terhadap pendapatan pedagang di area pasar kaget dan membahas karakteristik
berdagang mempengaruhi perbedaan pendapatan pedagang di area pasar kaget
JLS Kota Salatiga. Penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwa dampak
dari aktivitas pasar kaget terhadap pendapatan pedagang di area pasar kaget
mampu memberikan dampak postif berupa kenaikan pendapatan dengan
angka yang berbeda-beda pada setiap karakter pedagang. Pertama adalah
pedagang tetap yang mempunyai kios menetap diarea pasar kaget. Kenaikan
yang dialami pedagang tetap adalah 44%. Kedua adalah pedagang tidak tetap
tipe A yaitu pedagang sate setiap hari. Kenaikan yang dialami pedagang tidak
tetap tipe A adalah 33%. Terakhir adalah pedagang tidak tetap tipe B yaitu
pedagang bubur ayam. Kenaikan yang dialami pedagang bubur ayam yang
mengambil sampel Keluarga Mamik mampu mengalami kenaikan sebayak
85%.13 Dalam penelitian tersebut menjelaskan tentang dampak dari aktivitas
pasar kaget terhadap pendapan pedagang di area pasar kaget dan membahas
karakteristik berdagang, sedangkan penelitian yang penulis teliti adalah
13 Agesta Yudiana Putri, Skripsi: “Dampak Aktivitas Pasar Kaget di Jalan Lingkar Selatan
Kota Salatiga Terhadap Pendapatan Pedagang”, Program Studi Ilmu Ekonomi, FEB-UKSW, 2018,
hlm. 53.
11
mengenai keberadaan Pasar Tiban Salatiga dalam peningkatan ekonomi yang
berkeadilan sosial di Kelurahan Pulutan Kota Salatiga, apakah rasa keadilan
sosial dirasakan bagi masyarakat Pulutan dan apakah dengan adanya Pasar
Tiban Salatiga dapat meningkatkan perekonomian masyarakat.
Jurnal yang disusun oleh Nurma Kumala Dewi dan Iwan Rudiarto,
dengan judul “Identifikasi Alih Fungsi Lahan Pertanian dan Kondisi Sosial
Ekonomi Masyarakat Daerah Pinggiran di Kecamatan Gunungpati Kota
Semarang”. Jurnal ini menghasilkan kesimpulan bahwa alih fungsi lahan
pertanian di pinggiran Kota Semarang dalam hal ini Kecamatan Gunungpati
terjadi secara progresif pada area-area tertentu atau area pengembangan,
seperti pada area dekat dengan pusat kota, kawasan pendidikan, dan pada area
strategis lain yaitu pada koridor lain atau pintu masuk ke Kecamatan
Gunungpati. Perubahan kondisi sosial ekonomi secara nyata dirasakan oleh
penduduk asli Kecamatan Gunungpati yang dulunya menjadi petani. Petani
yang kehilangan lahan sawahnya tersebut mayoritas mengalami penurunan
pendapatan. Hal ini dikarenakan tingkat pendidikan dan ketrampilan para
petani yang terbatas atau tergolong rendah sehingga mereka tidak dapat
mengakses pekerjaan formal. Selain itu, perubahan juga terasa pada kondisi
sosial masyarakat yang berada pada area-area pengembangan tersebut.
Perubahan tersebut nantinya akan berujung pada memudarnya kekerabatan
antar warga.14 Dalam penelitian tersebut menjelaskan tentang perubahan
kondisi sosial ekonomi penduduk asli Kecamatan Gunungpati terhadap
14 Nurma Kumala Dewi dan Iwan Rudiarto, “Identifikasi Alih Fungsi Lahan Pertanian
dan Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Daerah Pinggiran di Kecamatan Gunungpati Kota
Semarang”, Jurnal Wilayah dan Lingkungan, Volume 1 Nomor 2, Agustus 2013, hlm. 186.
12
perubahan lahan pertanian pada area pengembangan, sedangkan penelitian
yang penulis teliti adalah mengenai keberadaan Pasar Tiban Salatiga dalam
peningkatan ekonomi yang berkeadilan sosial di Kelurahan Pulutan Kota
Salatiga, apakah rasa keadilan sosial dirasakan bagi masyarakat Pulutan dan
apakah dengan adanya Pasar Tiban Salatiga dapat meningkatkan
perekonomian masyarakat.
Jurnal yang disusun oleh Abd. Kadir W., San Afri Awang, Ris Hadi
Purwanto dan Erny Poedjirahajoe, dengan judul “Analisis Kondisi Sosisal
Ekonomi Masyarakat Sekitar Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung,
Provinsi Sulawesi Selatan”. Jurnal ini mengahasilkan kesimpulan bahwa
problem sosial ekonomi masyarakat sekitar TN Babul adalah rendahnya
tingkat pendidikan, tingginya jumlah tanggungan keluarga, rendahnya
partisipasi masyarakat menjadi anggota kelompok tani, proses peningkatan
kemampuan masyarakat (capacity building) berjalan lambat, dan rendahnya
tingkat pendapatan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Tingkat
ketergantungan secara ekonomi masyarakat sekitar terhadap kawasan TN
Babul berkisar antara 0,64% - 100%, dengan rata-rata tingkat ketergantungan
terhadap TN Babul sebesar 37,97%. Kontribusi pendapatan dari tanaman
kemiri terhadap total pendapatan masyarakat sekitar TN Babul sekitar antara
0,26% - 100% dengan rata-rata sebesar 19,05%. Terdapat sejumlah instansi
yang berperan dalam meningkatkan kapasitas masyarakat diantaranya adalah
Dinas Kehutanan dan Perkebunan, Dinas Pertanian, Dinas Peternakan, Badan
13
Pelaksana Penyuluhan dan Ketahanan Pangan Kabupaten Maros.15 Dalam
penelitian tersebut menjelaskan tentang problem kondisi sosisal ekonomi
masyarakat sekitar Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung di Provinsi
Sulawesi Selatan sedangkan penelitian yang penulis teliti adalah mengenai
keberadaan Pasar Tiban Salatiga dalam peningkatan ekonomi yang
berkeadilan sosial di Kelurahan Pulutan Kota Salatiga, apakah rasa keadilan
sosial dirasakan bagi masyarakat Pulutan dan apakah dengan adanya Pasar
Tiban Salatiga dapat meningkatkan perekonomian masyarakat.
Jurnal yang disusun oleh Marsista Buana Putri dan Imam Buchori,
dengan judul “Pengaruh Pembangunan Jalan Lingkar Selatan Salatiga
Terhadap Perubahan Karakteristik Sosial Ekonomi Penduduk di Sekitarnya”.
Jurnal ini menghasilkan kesimpulan bahwa pembangunan Jalan Lingkar
Selatan Salatiga telah secara perlahan-lahan mendorong perkembangan
wilayah di sekitarnya yang ditandai dengan perubahan karakteristik sosial
ekonomi penduduk yang mulai bergeser kearah aktivitas ekonomi perkotaan
yaitu perdagangan dan jasa. Meskipun demikian, pembangunan Jalan Lingkar
Selatan Salatiga belum berpengaruh secara signifikan terhadap perubahan
karakteristik sosial ekonomi penduduk di sekitarnya. Perubahan tersebut
belum secara merata terjadi di sepanjang Jalan Lingkar Selatan Salatiga
karena perkembangan masih terjadi secara sporadis dalam artian
perkembangan terjadi secara tidak merata dan hanya terjadi di beberapa lokasi
di sekitar Jalan Lingkar Selatan Salatiga. Pada akhirnya, pembangunan
15 Abd. Kadir W., San Afri Awang, Ris Hadi Purwanto dan Erny Poedjirahajoe, “Analisis
Kondisi Sosisal Ekonomi Masyarakat Sekitar Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung, Provinsi
Sulawesi Selatan”, Jurnal Manusia dan Lingkungan, Vol. 19, No. 1, Maret 2012, hlm. 9.
14
infrastruktur jalan akan memberikan dampak yang berbeda-beda di masing-
masing wilayah. Pembangunan jaringan jalan baru hanya berperan terhadap
peningkatan aksesbilitas suatu kawasan sedangkan perubahan karakteristik
sosial ekonomi penduduk merupakan dampak tidak langsung dari adanya
pembangunan jaringan jalan tersebut. Perubahan sosial ekonomi sendiri sangat
tergantung oleh banyak faktor yang mempengaruhinya sesuai dengan kondisi
dan potensi masing-masing wilayah.16 Dalam penelitian tersebut menjelaskan
tentang pengaruh pembangunan Jalan Lingkar Salatiga terhadap kondisi sosial
ekonomi penduduk sekitar, sedangkan penelitian yang penulis teliti adalah
mengenai keberadaan Pasar Tiban Salatiga dalam peningkatan ekonomi yang
berkeadilan sosial di Kelurahan Pulutan Kota Salatiga, apakah rasa keadilan
sosial dirasakan bagi masyarakat Pulutan dan apakah dengan adanya Pasar
Tiban Salatiga dapat meningkatkan perekonomian masyarakat.
Dari beberapa penelitian terdahulu di atas dapat disimpulkan bahwa
kajian tentang pengaruh keberadaan Pasar Tiban Salatiga terhadap keadilan
sosial ekonomi umat Islam Kelurahan Pulutan belum pernah diteliti. Meskipun
dalam beberapa tema diatas ada yang sama meneliti tentang Pasar Tiban
Salatiga, namun fokus penelitian yang diteliti berbeda dengan fokus penelitian
yang akan peneliti bahas yaitu tentang keberadaan Pasar Tiban Salatiga dalam
peningkatan ekonomi yang berkeadilan sosial di Kelurahan Pulutan Kota
Salatiga, apakah rasa keadilan sosial dirasakan bagi masyarakat Pulutan dan
16 Marsista Buana Putri dan Imam Buchori, “Pengaruh Pembangunan Jalan Lingkar
Selatan Salatiga Terhadap Perubahan Karakteristik Sosial Ekonomi Penduduk di Sekitarnya”,
Jurnal Pembangungan Wilayah dan Kota, Volume 11 (2), Juni 2015, hlm. 239.
15
apakah dengan adanya Pasar Tiban Salatiga dapat meningkatkan
perekonomian masyarakat sekitar.
G. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian dan Pendekatan
Penulis menggunakan penelitian kualitatif yaitu bertujuan
untuk memahami keadaan atau fenomena dengan cara deskripsi dalam
bentuk kata-kata dan Bahasa, dengan memanfaatkan beberapa metode
alamiah. Dalam metode kualitatif yang biasa digunakan untuk
memperoleh data adalah melalui wawancara, pengamatan atau
observasi, dan pemanfaatan dokumen.17 Pendekatan yang digunakan
penulis dalam penelitian ini adalah pendekatan yuridis empiris, yaitu
untuk melihat hukum dalam artian nyata dan meneliti bagaimana
bekerjanya hukum dilingkungan masyarakat dengan mempelajari
fenomena sosial dalam masyarakat yang tampak aspek hukumnya.18
2. Lokasi Penelitian
Penelitian mengenai analisis peningkatan ekonomi umat yang
berkeadilan sosial di Kelurahan Pulutan ini dilakukan di masyarakat
Kelurahan Pulutan Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga.
3. Sumber Data
Untuk mendapatkan data yang objektif, maka dalam penelitian ini
penulis menggunakan:
17 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2007), hlm. 6. 18 Zainuddin Ali, op.cit, hlm. 13.
16
a. Data Primer
Data primer merupakan data yang diperoleh langsung
dari lapangan dengan mengadakan peninjauan langsung pada
objek yang diteliti dan dapat diperoleh dari pelaku atau
peristiwa-peristiwa yang diamati seperti wawancara, observasi,
dan dokumentasi.19 Adapun sumbernya adalah sebagai berikut:
1) Masyarakat Kelurahan Pulutan Kecamatan Sidorejo
Kota Salatiga
2) Paguyuban Pasar Tiban Salatiga
3) Pedagang Pasar Tiban Salatiga (Warga Pulutan)
4) Pedagang Rumahan atau Pemilik UMKM di Kelurahan
Pulutan
5) Pemerintah Kelurahan Pulutan
b. Data Sekunder
Data yang diperoleh melalui studi kepustakaan dengan
memperhatikan sumber-sumber karya ilmiah dan buku-buku
yang ada.
4. Metode Perolehan Data
Adapun metode pengumpulan data mengenai “Keberadaan Pasar
Tiban Salatiga Dalam Peningkatan Ekonomi Umat Yang Berkeadilan
Sosial Di Kelurahan Pulutan Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga”
dengan melakukan teknik berikut:
19 Lexy J. Moleong, op.cit, hlm. 6.
17
a. Metode observasi, adalah metode pengamatan data dengan
pengamatan langsung terhadap tempat yang dijadikan objek
penelitian yaitu masyarakat Kelurahan Pulutan Kecamatan
Sidorejo Kota Salatiga.
b. Dokumentasi merupakan bukti nyata dari lapangan yang
disajikan dalam bentuk rekaman audio ataupun gambar foto
sebagai pendukung yang diperlukan untuk menunjang
penelitian yang dilakukan.
c. Wawancara, yaitu untuk memperoleh keterangan secara
langsung secara lisan dari seseorang atau informan. Wawancara
ini ditujukan kepada Masyarakat Kelurahan Pulutan Kecamatan
Sidorejo Kota Salatiga sebanyak 3 orang yaitu bapak H. Muh.
Syafii, ibu Sri Wihayati, dan bapak M. Kurdi, lalu dengan
Paguyuban Pasar Tiban Salatiga sebanyak 1 orang yaitu bapak
Biron selaku ketua paguyuban, Para Pedagang Pasar Tiban
Salatiga (Warga Pulutan) sebanyak 9 orang yaitu ibu Sriatun,
ibu Umi, pak Muh Triyono, pak Sasmito Aji, pak Samsul Hudi,
ibu Tasliyah, ibu Nuruniyah, ibu Lastri, dan ibu Santi,
kemudian dengan Pedagang Rumahan atau Pemilik UMKM di
Desa Pulutan sebanyak 3 orang yaitu ibu Sri Ngatini, ibu
Ulfiyah, dan ibu Murti’ah, dan Pemerintah Desa Pulutan
sebanyak 1 orang yaitu bapak Gatot Wahyudi selaku sekretaris
18
kelurahan Pulutan. Jadi total informan yang diwawancarai
penelitia berjumlah 17 orang.
5. Metode Analisis Data
Setelah data dikumpulkan dengan lengkap, tahapan berikutnya
adalah tahap analisis data. Pada tahap ini data akan dimanfaatkan
sedemikian rupa sehingga diperoleh kebenaran-kebenaran yang dapat
dipakai untuk menjawab persoalan yang diajukan dalam penelitian.
Analisis data merupakan upaya untuk mencari dan menata secara
sistematis data yang terkumpul untuk meningkatkan pembahasan
penulis tentang persoalan yang diteliti dan mengkaji sebagai temuan
bagi orang lain, dalam menganalisis data penulis menggunakan metode
deskriptif yang mendeskripsikan keadilan sosial dan peningkatan
ekonomi umat di Kelurahan Pulutan Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga
terhadap keberadaan Pasar Tiban Salatiga.
6. Pengecekan Keabsahan Data
Peneliti menggunakan triangulasi sebagai teknik untuk
mengecek keabsahan data. Dimana dalam pengertian triangulasi adalah
teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang
lain dalam membandingkan hasil wawancara terhadap objek
penelitian.20 Pengecekan keabsahan data ini dilakukan dengan cara
membandingkan berbagai data dokumen, observasi, dan mencari
informasi dari berbagai pihak.
20 Lexy J. Moleong, op.cit, hlm. 330.
19
H. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan merupakan uraian singkat mengenai hal-hal yang akan
dilaporkan secara sistematis, untuk memberi jaminan bahwa pembahasan
dalam penelitian ini benar-benar terarah pada tercapainya tujuan pembahasan,
maka penulis membuat sistematika pembahasan sedemikian rupa agar dapat
mempermudah permasalahan terhadap masalah yang disajikan. Adapun
sistematika penulisan proposal skripsi meliputi:
BAB I : Bab ini merupakan bab pendahuluan, yang terdiri dari latar
belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, penegasan istilah, tinjauan pustaka, metode penelitian,
analisis data, dan sistematika penulisan.
BAB II : Bab ini merupakan bab yang membahas tentang landasan teori,
yang meliputi pengertian Pasar, Ekonomi Islam dan Prinsip Pasar
dalam Islam, Peran Pemerintah dan Peran Serta Masyarakat dalam
Pengelolaan Pasar, Keadilan Sosial dalam Masyarakat.
BAB III : Bab ini membahas tentang Gambaran Umum Kelurahan Pulutan
dan Gambaran Umum Pasar Tiban Salatiga Serta Sistem
Pengelolaannya.
BAB IV : Bab ini merupakan inti dari penulisan penelitian, dimana peneliti
mengemukakan hasil penelitian dan menganalisis tentang
“Keberadaan Pasar Tiban Salatiga Dalam Peningkatan Ekonomi
Umat Yang Berkeadilan Sosial Di Kelurahan Pulutan Kecamatan
Sidorejo Kota Salatiga”.
20
BAB V : Bab ini merupakan penutup, yang memuat kesimpulan dan saran-
saran yang berkaitan dengan hasil penelitian yang dapat menjadi
pertimbangan lebih lanjut dan bermanfaat bagi semua.
21
BAB II
PRINSIP-PRINSIP PASAR DAN KEADILAN SOSIAL EKONOMI UMAT
A. Pasar
1. Pengertian Pasar
Dalam Peraturan Presiden Nomor 112 tahun 2007 tentang penataan
dan pembinaan pasar tradisional pusat perbelanjaan dan toko modern
menjelaskan bahwa pasar adalah area tempat jual beli barang dengan
jumlah penjual lebih dari satu baik yang disebut sebagai pusat perbelanjaan,
pasar tradisional, pertokoan, mall, plasa, pusat perdagangan maupun
sebutan lainnya.21 Secara sederhana pasar adalah tempat pertemuan
individu yang meminta faktor maupun barang dan jasa serta individu yang
menawarkan faktor maupun barang dan jasa.22 Selain pengertian tersebut,
pasar adalah mekanisme di mana kegiatan produksi, konsumsi, dan
transaksi berlangsung dengan cara sukarela.23 Dalam ilmu ekonomi
pengertian “pasar” tidak harus dikaitkan dengan suatu tempat yang
dinamakan pasar dalam pengertian sehari-hari. Suatu pasar dalam ilmu
ekonomi adalah di mana saja terjadi transaksi antara penjual dan pembeli.24
Barang yang ditransaksikan bisa berupa barang apapun, mulai dari beras
dan sayur-mayur, sampai ke jasa angkutan, uang dan tenaga kerja. Pasar
bekerja melalui hubungan saling interaksi (mutual interactions) antara
21 Peraturan Presiden republik Indonesia Nomor 112 Tahun 2007 Tentang Penataan dan
Pembinaan Pasar Tradisional Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern, pasal 1 ayat (1). 22 Sukanto Reksohadiprodjo, Ekonomika Publik, BPFE, Yogyakarta, 2001, hlm. 27. 23 Muhammad Rahmat dan Ahmad Erani Yustika, Di Bawah Bendera Pasar Dari
Nasionalisasi Menuju Liberalisasi Ekonomi, Empatdua, Malang, 2017, hlm. 29. 24 Boediono, Ekonomi Mikro, BPFE, Yogyakarta, 2016, hlm. 43.
22
pembeli dan penjual. Namun adapula pasar yang tidak mempertemukan
penjual dan pembeli secara langsung, contohnya seperti pasar modal.
Sehingga dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa pasar adalah
proses bertemunya penjual dengan pembeli baik secara langsung maupun
tidak langsung untuk bertransaksi barang atau jasa dan menetapkan harga
keseimbangan sesuai dengan penawaran dan permintaan yang terjadi.
Sedangkan yang dimaksud dengan penjual atau pelaku usaha adalah
setiap orang perseorangan warga negara Indonesia atau badan usaha yang
berbentuk badan hukum atau bukan badan hukum yang didirikan dan
berkedudukan dalam wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia
yang melakukan kegiatan usaha di bidang perdagangan.25 Hal kedua yaitu
konsumen, konsumen adalah setiap pemakai dan atau pengguna barang dan
atau jasa baik untuk kepentingan diri sendiri maupun untuk kepentingan
pihak lain.26 Pengertian barang adalah setiap benda, baik berwujud maupun
tidak berwujud, baik bergerak maupun tidak bergerak, baik dapat
dihabiskan maupun tidak dapat dihabiskan, dan dapat diperdagangkan,
dipakai, digunakan, atau dimanfaatkan oleh konsumen atau pelaku usaha.27
Sedangkan jasa adalah setiap layanan dan unjuk kerja berbentuk pekerjaan
atau hasil kerja yang dicapai, yang diperdagangkan oleh satu pihak ke pihak
25 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2014 Tentang Perdagangan, pasal
1 ayat (14). 26 Gunawan Widjaja dan Ahmad Yani, Seri Hukum Bisnis: Anti Monopoli, PT
Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2002, hlm. 11-12. 27 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2014 Tentang Perdagangan, pasal
1 ayat (5).
23
lain dalam masyarakat untuk dimanfaatkan oleh konsumen atau pelaku
usaha.28
2. Fungsi Pasar dan Peran Pasar
a. Fungsi Pasar
Pasar memiliki berbagai fungsi yang sangat membantu dalam banyak
hal, beberapa fungsi pasar antara lain:29
1) Fungsi Distribusi
Distribusi merupakan kegiatan penyaluran barang/jasa yang
diproduksi oleh produsen kepada konsumen. Pasar memiliki fungsi
sebagai tempat distribusi produk karena terdapat banyak
konsumen, yaitu para pembeli, sedangkan para penjual berperan
sebagai distributor, artinya barang yang dijual tidak diproduksi
sendiri.
2) Fungsi Penetapan Harga
Adanya interaksi antara penjual dan pembeli, maka akan
ada pula permintaan dan penawaran dari kedua pihak. Sehingga
aka nada kesepakatan harga kesetimbangan yang dicapai dari
interaksi tersebut. Oleh karena itu pasar berfungsi sebagai tempat
penetapan harga atau nilai barang atau jasa yang diperjualkan
karena terjadinya interaksi dan kesepakatan dari penjual dan
pembeli.
28 Ibid., Pasal 1 ayat (6). 29 “Pasar (Pengertian, Ciri, Fungsi, Jenis/Macam, dan Contohnya),’
http://www.artikelmateri.com/2017/08/pasar-pengertian-ciri-fungsi-jenis-macam-
contoh.html?m=1, diakses 10 April 2019.
24
3) Sarana Untuk Promosi
Pasar yang merupakan tempat berkumpulnya konsumen
merupakan area promosi yang sempurna bagi produsen untuk
memperkenalkan produk baru mereka. Biasanya saat proses
promosi dari produsen, mereka menawarkan dengan penawaran
yang menarik, contohnya dengan harga yang lebih murah
dibandingkan produk dari produsen lain.
4) Fungsi Penyerapan Tenaga Kerja
Selain pedagang dan pembeli, di pasar banyak terdapat
pihak lain yang terlibat dalam kegiatan ekonomi, seperti tukang
parkir, tukang bersih-bersih, dan lain-lain. Oleh karena itu dapat
dikatakan bahwa pasar juga berfungsi sebagai tempat penyerapan
tenaga kerja.
b. Peran Pasar
Pasar memiliki beberapa peran bagi beberapa pihak, diantaranya:
1) Peran Pasar Bagi Produsen
Adapun peranan pasar bagi produsen diantaranya sebagai tempat:
a) Promosi barang atau jasa
b) Untuk mencari bahan-bahan produksi
c) Menjual barang produksi
2) Peran Pasar Bagi Konsumen
Pasar juga berperan bagi konsumen dalam kegiatan
perekonomiannya. Peran pasar bagi konsumen sebagai tempat:
25
a) Konsumen untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari
b) Konsumen untuk mendapatkan barang yang dibutuhkan
c) Konsumen untuk menawarkan sumber daya yang
dimilikinya
3) Peran Pasar Bagi Pemerintah
Pasar selain berperan bagi produsen dan konsumen, pasar juga
berperan bagi pemerintah. Peran pasar bagi pemerintah sebagai:
a) Sumber pendapatan bagi negara
b) Penunjang bagi kelancaran pembangunan nasional, karena
terdapat bahan bangunan sebagai penunjang pembangunan
terutama dibidang ekonomi dan di pasar pemerintah
memperoleh pendapatan yang kemudian pendapatan itu
dipakai untuk pembangunan
3. Jenis Pasar
Pasar dapat dibagi kedalam beberapa kelompok, beberapa diantaranya
adalah:30
a. Berdasarkan fisik pasar
1) Pasar konkret
Pasar konkret adalah pasar yang merupakan tempat terjadinya
interaksi secara langsung antara pedagang dan pembeli, serta barang
atau jasa yang diperjualbelikan dapat ditunjukkan di tempat tersebut.
Penjual dan pembeli bertemu untuk melakukan transaksi jual beli
30 Ibid.,
26
(tawar menawar). Contoh pasar konkret diantaranya pasar tradisional,
supermarket, dan swalayan.
Pasar konkret ini juga dikelompokkan menjadi pasar tradisional
dan pasar modern. Pasar tradisional adalah pasar yang dibangun dan
dikelola oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, Swasta, Badan Usaha
Milik Negara dan Badan Usaha Milik Daerah termasuk kerjasama
dengan swasta dengan tempat usaha berupa toko, kios, los dan tenda
yang dimiliki/dikelola oleh pedagang kecil, menengah, swadaya
masyarakat atau koperasi dengan usaha skala kecil, modal kecil dan
dengan proses jual beli barang dagangan melalui tawar menawar.31
Pasar Tradisional memiliki kriteria antara lain:32
a) Dimiliki, dibangun dan dikelola oleh Pemerintah Daerah dan
dikerjasamakan dengan pihak ketiga atau dimiliki, dibangun dan
dikelola oleh swasta baik orang perorangan atau Badan,
b) Transaksi dilakukan secara tawar menawar,
c) Tempat usaha beragam dan menyatu dalam lokasi yang sama,
Sebagian besar barang dan jasa yang ditawarkan berbahan baku
lokal.
Sedangkan pasar modern adalah pasar yang dibangun oleh
pihak Pemerintah, Swasta, dan Koperasi yang dikelola secara modern.
2) Pasar abstrak
31 Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 112 Tahun 2007 Tentang Penataan dan
Pembinaan Pasar Tradisional Pusat Pembelanjaan dan Toko Modern, pasal 1 ayat (2). 32 Peraturan Daerah Kota Salatiga Nomor 12 Tahun 2013 Tentang Pengelolaan,
Pemberdayaan, dan Perlindungan Pasar Tradisional, pasal 5.
27
Pasar abstrak adalah pasar yang kegiatan jual beli barang atau
jasa yang diperdagangkan dilakukan berdasarkan contoh-contoh yang
kualitasnya sudah ditentukan. Barang yang dijualnya pun tidak tersedia
di tempat. Transaksi yang dilakukan antar penjual dan pembeli juga
tidak harus bertemu langsung. Mereka dapat melakukannya melalui
media sosial, contohnya seperti online shop, pasar modal, dan lain-
lain.
b. Berdasarkan waktu bertemunya penjual dan pembeli
Pasar menurut waktu bertemunya penjual dan pembeli dibedakan menjadi
lima macam, diantaranya:
1) Pasar kaget
Pasar kaget adalah pasar sesaat yang terjadi ketika terdapat sebuah
keramaian atau perayaan, contohnya pasar malam.
2) Pasar harian
Pasar harian adalah kegiatan pertemuan antara penjual dan pembeli
yang berlangsung setiap hari dan barang-barang yang diperjualbelikan
merupakan barang-barang kebutuhan sehari-hari, contoh pasar sayur
dan pasar buah.
3) Pasar mingguan
Pasar mingguan adalah kegiatan pertemuan antara penjual dan pembeli
yang berlangsung seminggu sekali, contoh pasar kliwon, pasar pon,
dan lain-lain.
28
4) Pasar bulanan
Pasar bulanan adalah pasar yang diselenggarakan satu kali dalam satu
bulan dan biasanya menjual barang-barang tertentu, contoh pasar
hewan.
5) Pasar tahunan
Pasar tahunan adalah pasar yang diselenggarakan satu kali dalam satu
tahun dan biasanya bertujuan untuk memperkenalkan produk baru
biasanya pasar ini dilakukan pada saat menjelang hari besar, contohnya
pasar malam sekaten di Surakarta.
c. Berdasarkan luasnya kegiatan distribusi
Pembagian pasar menurut luasnya kegiatan distribusi disebabkan
beberapa hal yaitu sifat barang, kelancaran transportasi dan jumlah serta
penyebaran konsumen yang membutuhkan barang-barang. Pasar
berdasarkan luasnya kegiatan diantaranya:
1) Pasar setempat atau pasar lokal
Pasar setempat adalah kegiatan pertemuan antara penjual dan
pembeli yang hanya meliputi tempat tertentu. Barang-barang yang
diperjualbelikan di pasar tersebut berupa barang-barang konsumsi atau
barang-barang keperluan sehari-hari, contoh pasar sayur di
Tawangmangu.
2) Pasar Daerah
Pasar Daerah adalah pasar tradisional yang dibangun dan
dikelola oleh Pemerintah Daerah dan/atau dikerjasamakan dengan
29
pihak ketiga sesuai peraturan Perundang-undangan.33 Pedagang-
pedagang yang ada di pasar daerah biasanya para pedagang besar yang
melayani pedagang-pedagang eceran. Barang yang diperdagangkan
sebagian besar adalah barang konsumsi dari industri seperti
perlengkapan mandi, alat-alat dapur, pakaian, dan kebutuhan
perlengkapan sekolah, contohnya Pasar Raya di Salatiga, Pasar Kliwon
di Kudus dan Pasar Klewer di Solo.
3) Pasar Nasional
Pasar nasional adalah kegiatan pertemuan antara penjual dan
pembeli yang meliputi wilayah suatu negara. Barang-barang yang
dikonsumsi masyarakat seluruh negara seperti barang konsumsi,
barang produksi, surat berharga, saham, valuta asing dan modal,
contoh pasar modal.
4) Pasar Internasional
Pasar internasional adalah kegiatan pertemuan antara penjual
dan pembeli dari berbagai negara diseluruh dunia. Barang-barang yang
diperdagangkan di pasar tersebut berupa komoditi yang diminati
konsumen internasional, contoh pasar minyak bumi di Uni Emirat
Arab dan pasar kopi di Sao Paulo.
d. Berdasarkan jenis dagangan
Jenis pasar berdasarkan jenis dagangan terdiri dari pasar umum dan
pasar khusus. Pasar umum dengan karakteristik jenis dagangan yang
33 Peraturan Daerah Kota Salatiga Nomor 12 Tahun 2013 Tentang Pengelolaan,
Pemberdayaan, dan Perlindungan Pasar Tradisional, pasal 1 ayat (8).
30
diperjualbelikan lebih dari satu jenis dagangan secara berimbang dan
tersedia cukup untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari, sedangkan pasar
khusus dengan karakteristik jenis dagangan yang diperjualbelikan
sebagian besar terdiri dari satu jenis dagangan beserta kelengkapannya.34
Pengklasifikasian pasar dilakukan dengan memperhatikan letak strategis,
luas lahan, kualitas bangunan, jumlah pedagang pasar, pendapatan
pedagang pasar, jumlah kios dan los, jumlah pedagang oprokan, waktu
operasional, dan ketersediaan fasilitas.35
e. Pembagian pasar berdasarkan perkembangannya
Berkembangnya dunia perekonomian juga diikuti dengan
perkembangan kegiatan dibidang ekonomi begitu juga pasar yang juga
ikut berkembang. Perkembangan pasar dibagi menjadi tiga kelompok,
yaitu pasar barang/jasa, pasar uang, dan pasar modal/surat-surat berharga.
Perbedaan dari ketiga bentuk pasar tersebut adalah pada objek atau
komoditas yang diperjualbelikan.36
1) Pasar barang dan jasa
Pada pasar barang dan jasa, yang diperjualbelikan adalah barang dan
jasa yang dihasilkan dari proses produksi, seperti barang kebutuhan
pokok, kendaraan, dan jasa telekomunikasi.
34 Ibid., pasal 21. 35 Ibid., pasal 22. 36 Perpustakaan Nasional RI: Katalog Dalam Terbitan (KDT), Pembangunan Ekonomi
Umat (Tafsir Al-Qur’an Tematik), cetakan pertama (Jakarta: Lajnah Pentashilan Mushaf Al-
Qur’an, No. 1/2009), hlm. 270.
31
2) Pasar uang
Yang diperjualbelikan pada pasar uang adalah surat-surat
berharga pada jangka pendek kurang dari satu tahun. Misalnya
Sertifikat Bank Indonesia (SBI), SBI adalah instrument kebijakan
moneter yang digunakan untuk menyerap kelebihan suplai uang.
Untuk itu, supaya kebijakan tersebut dapat berjalan efektif, pada SBI
konvensional, Bank Indonesia (BI) biasanya menawarkan bunga dalam
persentase tertentu kepada para calon investor. Inilah yang disebut
dengan suku bunga SBI atau BI rate. Namun demikian, seiring dengan
perkembangan industry keuangan syariah, BI pun menerbitkan SBI
syariah atau yang dulu dikenal sebagai SBWI (Sertifikat Wadi’ah
Bank Indonesia). Dalam SBI syariah BI tidak menawarkan bunga yang
bersifat tetap diawal, melainkan ujrah atau upah yang besarnya tidak
pasti dan disesuaikan dengan kondisi moneter.
3) Pasar modal
Pada pasar modal, surat-surat berharga yang diperjualbelikan
biasanya memiliki tenor atau masa jatuh tempo lebih dari satu tahun.
Sebagai contoh adalah sukuk, sukuk adalah surat berharga syariah
yang diterbitkan sebagai instrument untuk menyerap dana investasi
dengan akad-akad yang sesuai syariat Islam. Secara umum, sukuk
terbagi menjadi dua jenis, yaitu sukuk korporasi, suku yang diterbitkan
oleh perusahaan swasta dan sukuk negara atau sovereign sukuk yaitu
sukuk yang diterbitkan oleh pemerintah. Dalam praktiknya, jenis
32
sukuk sangat beragam bergantung pada akadnya, seperti sukuk
mudarabah, sukuk musyarakah, dan sukuk ijarah. Masa jatuh tempo
sukuk ini pun bervariasi disesuaikan dengan kebutuhan.
Jadi berdasarkan jenis-jenis pasar yang telah disebutkan diatas dapat
disimpulkan bahwa Pasar Tiban Salatiga adalah pasar tradisional yang bersifat
mingguan karena pasar ini hanya buka di hari minggu pagi sampai siang saja
dan Pasar Tiban Salatiga ini dikelola langsung oleh masyarakat sekitar sendiri
tanpa melibatkan Pemerintah Kota Salatiga dalam mengelola Pasar Tiban
Salatiga. Barang-barang yang diperjualbelikan di Pasar Tiban Salatiga pun
bervariasi mulai dari makanan, elektronik, furniture, fashion hingga buah-
buahan dan sayur-sayuran.
4. Struktur Pasar
Jumlah pembeli, jumlah penjual, skala produksi, dan jenis produksi
merupakan beberapa hal penting yang akan mengubah perilaku dan kinerja
pasar, sehingga dapat mengubah struktur pasar tersebut. Berikut
penjelasannya:
a. Bentuk-bentuk pasar
1) Definisi
Struktur pasar adalah keadaan pasar yang memberikan petunjuk
tentang aspek-aspek yang memiliki pengaruh penting terhadap
perilaku pelaku usaha dan kinerja pasar, antara lain jumlah penjual dan
pembeli, hambatan masuk dan keluar pasar, keragaman produk, sistem
33
distribusi, dan penguasaan pangsa pasar.37 Ada empat bentuk struktur
pasar yang dikenal, yaitu persaingan sempurna, monopoli, persaingan
monopolistis, dan oligopoli. Ketiga bentuk struktur pasar yang terakhir
sering dinamakan juga dengan persaingan tidak sempurna.38
2) Kriteria Pasar
Ada beberapa kriteria yang dipakai untuk membedakan ke-
empat bentuk struktur pasar di atas. Meskipun demikian, para ekonom
sepakat untuk menggunakan tiga kriteria utama yaitu:39
a) Jumlah produsen atau penjual di pasar
b) Kemiripan barang yang diperjualbelikan di pasar
c) Tingkat hambatan keluar masuk pasar
Tabel 2.1 Perbandingan Bentuk Struktur Pasar
Bentuk Struktur
Pasar
Jumlah
Produsen
Kemiripan Barang
Hambatan
Keluar-Masuk
Pasar
Persaingan
Sempurna
Banyak
Sangat mirip dan
identik (homogen)
Sangat mudah
Monopoli Satu
Tidak mirip dan tidak
ada substitusi
(pengganti)
Sangat sukar
37 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek
Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, pasal 1 ayat (11). 38 Tony Hartono, Mekanisme Ekonomi Dalam Konteks Ekonomi Indonesia, PT Remaja
Rosdakarya, Bandung, 2006, hlm. 128. 39 Ibid., hlm. 128.
34
Persaingan
Monopolistis
Banyak
Berbeda corak, mirip
tetapi tidak identic
(differentiated
products)
Relative mudah
Oligopoly Beberapa
Campuran antara
identik dan berbeda
corak
Tidak mudah
b. Karakteristik pasar
1) Persaingan sempurna
Pasar persaingan sempurna (perfect competition) dibentuk oleh
dua karakteristik: (a) barang-barang yang sedang ditawarkan
semuanya sama (homogen), sehingga barang yang satu dapat saling
menggantikan barang yang lain dengan sempurna (perfect substitute),
dan (b) penjual dan pembeli sedemikian banyaknya, sehingga memberi
implikasi bahwa setiap penjual menjual sebagian kecil dari seluruh
barang yang ditawarkan di pasar.40 Dari karakteristik pasar persaingan
sempurna ini mempunyai implikasi bahwa: (a) seorang produsen
(secara individual) tidak bisa mempengaruhi harga pasar yang berlaku,
sehingga ia harus menerima harga yang berlaku di pasar (price taker),
(b) kurva permintaan yang dihadapi seorang produsen adalah garis
lurus horizontal, yang berarti bahwa dia bisa menjual output berapa
40 N. Gregory Mankiw, Pengantar Ekonomi edisi ke-2 Jilid 1, Erlangga, Jakarta, 2003,
hlm. 83.
35
pun pada tingkat harga yang berlaku tanpa mengakibatkan penurunan
harga jual, (c) mcam keputusan yang perlu diambil oleh seorang
produsen (untuk mencapai keuntungan maksimum atau posisi
equilibriumnya) adalah berapa volume output yang harus ia
produksikan/jual, sedang harga jualnya sudah ditentukan oleh pasar.41
Pada akhirnya, persaingan sempurna ditandai dengan tidak
adanya hambatan bagi produsen untuk keluar masuk tersebut.
Misalnya, apabila seseorang ingin menjadi seorang petani jagung
makai a dengan mudah dapat melakukannya tanpa berbagai hambatan
persyaratan seperti perizinan, lisensi, hak cipta, juga modal yang besar.
Hal yang ia lakukan untuk menjadi seorang petani jagung adalah
cukup dengan menyediakan tenaga dan cangkul.42
2) Monopoli
Monopoli adalah suatu keadaan di mana di dalam pasar hanya
ada satu penjual sehingga tidak ada pihak lain yang menyainginya.43
Oleh karena hanya ada satu produsen yang memproduksi suatu barang,
maka tidak ada barang saingan yang dapat mengganti barang tersebut
(no substitute). Akibatnya, pemegang monopoli dapat menentukan
harga pada tingkat yang ia inginkan dengan cara mengurangi atau
menambah jumlah barang yang ia tawarkan di pasar (price makers).
41 Boediono, Ekonomi Mikro, Yogyakarta: BPFE, 2016, hlm. 108. 42 Tony Hartono, op.cit, hlm. 130. 43 Boediono, op.cit, hlm. 125.
36
Hambatan untuk keluar dan masuk pasar monopoli sangat berat,
karena salah satu dari beberapa alasan berikut:44
a) Produsen monopoli harus menguasai berbagai sumber bahan baku
untuk memproduksi barang produksinya. Sebagai contoh,
Pertamina (Perusahaan pertambangan minyak dan gas bumi
nasioanl) memenuhi kriteria ini karena perusahaan tersebut
menguasai berbagai sumber gas dan minyak bumi.
b) Pemegang monopoli seperti pengarang buku dan pencipta lagu
mempunyai hak paten dan hak cipta dari pemerintah yang berisi
larangan kepada public untuk meniru barang yang dihasilkan oleh
pemegang paten dan hak cipta tersebut.
c) Perusahaan besar seperti PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum)
dan PLN (Perusahaan Listrik Negara) adalah pemegang monopoli
alamiah (natural monopoly) karena kemampuannya menekan
ongkos produksi serendah mungkin akibat dari keuntungan skala
ekonomi. Dengan keuntungan ini, tidak ada perusahaan baru yang
sanggup masuk ke pasar monopoli untuk bersaing dengan PDAM
dan PLN.
Monopoli dilarang karena mengandung beberapa dampak
negatif yang merugikan antara lain:45
a) Terjadi peningkatan harga suatu produk sebagai akibat tidak ada
kompetisi dan persaingan bebas. Harga yang tinggi ini pada
44 Tony Hartono, op.cit, hlm. 130. 45 Rachmadi Usman, Hukum Persaingan Usaha di Indonesia, (Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama, 2004), hlm. 70.
37
gilirannya akan menyebabkan inflasi yang merugikan masyarakat
luas.
b) Pelaku usaha mendapat keuntungan diatas kewajaran yang normal.
Pelaku usaha akan seenaknya menetapkan harga untuk
memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya karena konsumen
tidak ada pilihan lain dan terpaksa membeli produk tersebut.
Dalam Undang-Undang Dasar pasal 33 ayat (2) dan ayat (3)
memberikan dasar filosofis dan hukum kemungkinan monopoli
dan/atau penguasaan atas cabang-cabang produksi yang penting bagi
negara dan menguasai hajat hidup orang banyak serta penguasaan
bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya oleh
negara. Dengan kata lain monopoly by law dimungkinkan dalam
hukum persaingan usaha kita, asalkan kegiatannya termasuk atau
menyangkut cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan
menguasai hajat hidup orang banyak. Negara dapat saja memberikan
hak-hak yang bersifat istimewa kepada badan-badan usaha negara
yang bergerak di sector yang penting dan menguasai hajat hidup orang
banyak tersebut.46
3) Persaingan monopolistic
Persaingan monopolistis terdapat apabila dalam suatu pasar ada
banyak produsen, tetapi ada unsur-unsur differensiasi produk
(perbedaan merek, bungkus dan sebagainya) diantara produk-produk
46 Ibid., hlm. 71.
38
yang dihasilkan oleh masing-masing produsen. Dalam pasar ini,
produsen atau penjual sedikit banyak dapat mempengaruhi harga
pasar. Di lain pihak, hambatan keluar dan masuk pasar tidak semudah
seperti dalam pasar persaingan sempurna, tetapi tidak seketat pasar
monopoli.47
4) Oligopoli
Oligopoli adalah keadaan di mana hanya ada beberapa pelaku
usaha yang menguasai pasar baik secara independent maupun secara
diam-diam bekerja sama. Dalam UU Nomor 5 tahun 1999 tentang
larangan praktik monopoli dan persaingan usaha tidak sehat pasal 4
sudah dijelaskan bahwa pelaku usaha dilarang membuat perjanjian
dengan pelaku usaha lain untuk secara bersama-sama melakukan
penguasaan produksi dan atau pemasaran barang atau jasa yang dapat
mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan usaha
tidak sehat. Pelaku usaha patut diduga atau dianggap secara bersama-
sama melakukan penguasaan produksi dan atau pemasaran barang atau
jasa, apabila 2 (dua) atau 3 (tiga) pelaku usaha atau kelompok pelaku
usaha menguasai lebih dari 75% pangsa pasar satu jenis barang atau
jasa tertentu.48
5. Pendirian Pasar
Dalam Perarturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor:
53/M-DAG/PER/12/2008 Tentang Pedoman Penataan dan Pembinaan Pasar
47 Tony Hartono, op.cit, hlm. 131. 48 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek
Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, pasal 4 ayat (1) – (2).
39
Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern telah menjelaskan
pendirian pasar tradisional, pusat perbelanjaan dan toko modern yaitu lokasi
untuk pendirian pasar tradisional, pusat perbelanjaan dan toko modern wajib
mengacu pada Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota, termasuk
peraturan zonasinya.49 Pendirian pasar tradisional atau pusat perbelanjaan atau
toko modern selain minimarket harus memenuhi persyaratan ketentuan
peraturan perundang-undangan dan harus melakukan analisa kondisi sosial
ekonomi msyarakat, keberadaan pasar tradisional dan UMKM yang berada di
wilayah bersangkutan.50 Jadi, pasar tradisional dapat dibangun dan dikelola
oleh pihak swasta dengan tempat usaha berupa kios yang dimiliki atau
dikelola oleh pedagang kecil, maupun menengah. Pendirian pasar tradisional
wajib memperhitungkan kondisi sosial ekonomi masyarakat seperti
keberadaan usaha kecil di wilayah yang bersangkutan.
Pendirian Pasar Tradisional wajib memenuhi ketentuan sebagai
berikut:51
a. Memperhitungkan kondisi sosial ekonomi masyarakat dan keberadaan
Pasar Tradisional, Pusat perbelanjaan dan toko modern serta usaha kecil,
termasuk koperasi, yang ada di wilayah yang bersangkutan
49 Perarturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor: 53/M-DAG/PER/12/2008
Tentang Pedoman Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko
Modern, pasal 2 ayat (1). 50 Ibid., Pasal 3 ayat (1). 51 Peraturan Presiden republik Indonesia Nomor 112 Tahun 2007 Tentang Penataan dan
Pembinaan Pasar Tradisional Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern, pasal 2 ayat (2).
40
b. Menyediakan areal parkir paling sedikit seluas kebutuhan parkir 1 buah
kendaraan roda empat untuk setiap 100 m2 luas lantai penjualan pasar
tradisional
c. Menyediakan fasilitas yang menjamin pasar tradisional yang bersih, sehat,
aman, tertib, dan ruang public yang nyaman.
Analisa kondisi sosial ekonomi masyarakat dan keberadaan pasar
tradisional dan UMKM meliputi:52
a. Struktur penduduk menurut mata pencaharian dan pendidikan
b. Tingkat pendapatan ekonomi rumah tangga
c. Kepadatan penduduk
d. Pertumbuhan penduduk
e. Kemitraan dengan UMKM lokal
f. Penyerapan tenaga kerja lokal
g. Ketahanan dan pertumbuhan pasar tradisional sebagai sarana bagi UMKM
lokal
h. Keberadaan fasilitas sosial dan fasilitas umum yang sudah ada
i. Dampak positif dan negatif yang diakibatkan oleh jarak antara
hypermarket dengan pasar tradisional yang telah ada sebelumnya
j. Tanggung jawab sosial perusahaan (Corporate Social Responsibility).
Analisa kondisi sosial ekonomi masyarakat berupa kajian yang
dilakukan oleh badan/lembaga independent yang berkompeten.53
52 Perarturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor: 53/M-DAG/PER/12/2008
Tentang Pedoman Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko
Modern, Pasal 3 ayat (2). 53 Ibid., Pasal 3 ayat (4).
41
Badan/lembaga independent melakukan analisa kondisi sosial ekonomi
masyarakat di wilayah yang bersangkutan.54 Dalam Peraturan Daerah Kota
Salatiga Nomor 12 Tahun 2013 Tentang Pengelolaan, Pemberdayaan dan
Perlindungan Pasar Tradisional juga mengatur pendirian pasar tradisional
yang terdapat dalam pasal 9 ayat (1) dan (2) yang menjelaskan tentang analisa
kondisi sosial ekonomi masyarakat.55
Setiap pendirian Pasar Daerah dan Pasar Swasta wajib memiliki Izin
Usaha Pendirian Pasar Tradisional (IUP2T) yang diterbitkan oleh Walikota
atau pejabat yang ditunjuk sesuai tugas pokok dan fungsinya di bidang
perdagangan atau di bidang pembinaan Pasar Tradisional atau Pelayanan
Terpadu Satu Pintu Setempat. Untuk mendapatkan IUP2T pemohon
mengajukan permohonan tertulis kepada Walikota atau pejabat yang ditunjuk
dengan melampirkan dokumen:56
a. Fotokopi Izin Prinsip dari Walikota
b. Hasil analisis kondisi sosial ekonomi masyarakat serta rekomendasi dari
Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) atau instansi yang terkait
c. Fotokopi Izin Lokasi dari instansi yang membidangi pertanahan
d. Fotokopi Izin Gangguan (HO)
e. Fotokopi Keterangan Rencana Kota (advice planning)
f. Fotokopi Izin Mendirikan Bangunan
g. Fotokopi akta pendirian perusahaan dan pengesahannya
54 Ibid., Pasal 3 ayat (5). 55 Peraturan Daerah Kota Salatiga Nomor 12 Tahun 2013 Tentang Pengelolaan,
Pemberdayaan, dan Perlindungan Pasar Tradisional, pasal 9 ayat (1) dan (2). 56 Ibid., pasal 10.
42
h. Surat pernyataan kesanggupan melaksanakan dan mematuhi ketentuan
yang berlaku.
B. Ekonomi Islam dan Prinsip Pasar dalam Islam
1. Ekonomi Islam
a. Pengertian Ekonomi Islam
Ekonomi Islam adalah kumpulan norma hukum yang
bersumber dari Al Qur’an dan hadis yang mengatur urusan
perekonomian umat manusia.57 Kemudian pengertian tentang ekonomi
Islam menurut beberapa pemikir ekonomi sebagai berikut, menurut
Muhammad Abdullah Al-‘Arabi, ekonomi Islam adalah sekumpulan
dasar-dasar umum ekonomi yang disimpulkan dari Al-Qur’an dan As
Sunnah dan merupakan bangunan perekonomian yang didirikan di atas
landasan dasar-dasar tersebut sesuai dengan tiap lingkungan dan
masa.58 Menurut Muhammad Abdul Mannan, ekonomi Islam adalah
ilmu pengetahuan sosial yang mempelajari masalah-masalah ekonomi
masyarakat yang diilhami oleh nilai-nilai Islam.59 Hasanuzzaman,
mendefinisikan ilmu ekonomi Islam adalah pengetahuan dan aplikasi
dari ajaran dan aturan syariah yang mencegah ketidak adilan dalam
memperoleh sumber-sumber daya material memenuhi kebutuhan
57 Zainuddin Ali, Hukum Ekonomi Syariah, (Jakarta: Sinar Grafika, 2008), hlm. 4. 58 Mardani, Hukum Sistem Ekonomi Islam, (Depok: PT RajaGrafindo Persada, 2017),
hlm. 8. 59 Ika Yulia Fauzia dan Abdul Kadir Riyadi, Prinsip Dasar Ekonomi Islam Perspektif
Maqashid Al-Syari’ah, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2014), hlm. 6.
43
manusia yang memungkinkan untuk melaksanakan kewajiban kepada
Allah dan masyarakat.60
b. Tujuan dan Kegunaan Ekonomi Islam
Penerapan sistem ekonomi Islam dalam suatu negara bertujuan
untuk:61
1) Membumikan syariat Islam dalam sistem ekonomi Islam
merupakan urat nadi pembangunan masyarakat yang di dalamnya
muncul karakter masyarakat yang bersifat spiritual dan material.
2) Membebaskan masyarakat muslim dari belenggu berat yang
menganut sistem ekonomi kapitalis, dan timur yang menganut
sistem ekonomi komunis serta mengakhiri keterbelakangan
ekonomi masyarakat atau negara-negara muslim.
3) Menghidupkan nilai-nilai Islami dalam seluruh kegiatan ekonomi
dan menyelamatkan moral umat dari paham materialism-
hedonisme.
4) Menegakkan bangunan ekonomi yang mewujudkan persatuan dan
solidaritas negara-negara muslim dalam satu ikatan risalah
Islamiyah.
5) Tujuan akhir dari penerapan ekonomi Islam adalah mewujudkan
falah (kesejahteraan) masyarakat secara umum. Falah dalam
kehidupan ekonomi dapat dicapai dengan penerapan prinsip
keadilan dalam kehidupan ekonomi.
60 Rozalinda, Ekonomi Islam Teori dan Aplikasinya pada Aktivitas Ekonomi, (Jakarta:
RajaGrafindo Persada, 2014), hlm. 3. 61 Ibid.,
44
Adapun kegunaan penerapan sistem ekonomi Islam dalam seluruh
kegiatan ekonomi adalah:62
1) Merealisasikan pertumbuhan ekonomi dengan mengikutsertakan
seluruh komponen bangsa. Pertumbuhan ini dapat dilihat dari
pengaruh sistem kerjasama bisnis yang berdasarkan prinsip
mudharabah (bagi hasil).
2) Sistem ekonomi Islam memainkan peranan yang penting dalam
menyusun rencana pertumbuhan ekonomi yang proaktif dan jauh
dari penyelewengan.
3) Mewujudkan kesatuan ekonomi bagi seluruh dunia Islam demi
mewujudkan kesatuan politik.
c. Prinsip-prinsip Ekonomi Islam
Prinsip-prinsip dalam ekonomi Islam menurut Sjaechul Poernomo
sebagaimana dikutip oleh Abd. Shomad, beberapa prinsip ekonomi
Islam yaitu:63
1) Tauhid, akidah mempunyai peranan yang penting dalam kehidupan
manusia. Prinsip tauhid dikembangkan dari adanya keyakinan
bahwa seluruh sumber daya yang ada di bumi adalah ciptaan Allah
dan milik Allah. Sedangkan manusia hanya diberi amanah untuk
memiliki, mengelola, dan memanfaatkannya untuk sementara.
Prinsip ini juga dikembangkan dari keyakinan, bahwa seluruh
aktivitas manusia termasuk aktivitas ekonominya diawasi oleh
62 Ibid., hlm. 4. 63 Mardani, Op.cit., hlm. 17.
45
Allah dan akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah di akhirat
kelak.64
2) Prinsip keadilan, mencakup seluruh aspek kehidupan, merupakan
prinsip yang penting. Sebagaimana Allah memerintahkan berbuat
adil di antara sesame manusia dalam banyak ayat, diantaranya
terdapat dalam Q.S. An-Nahl (16) ayat 90:
ن اللا يامر بلعادل واالحساان واإيتااء ذي القربا واي ان هاى عان الفاحشااء إ
واالمنكار واالب اغي ياعظكم لاعالكم تاذاكرونا
Artinya: “Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku
adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat,
dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan
permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar
kamu dapat mengambil pelajatran” (Q.S. An-Nahl
(16):90).65
3) Prinsip al-Mas’uliyah (pertanggungjawaban), yang meliputi
beragam aspek, yakni pertanggungjawaban antara individu dengan
individu, pertanggungjawaban dalam masyarakat. Manusia dalam
masyarakat diwajibkan melaksanakan kewajibannya demi
terciptanya kesejahteraan anggota masyarakat secara keseluruhan.
64 Rozalinda, Op.cit., hlm. 18. 65 Q.S. An-Nahl (16) Ayat 90.
46
4) Prinsip al-kifayah, tujuan pokok dari prinsip ini adalah untuk
membasmi kefakiran dan mencukupi kebutuhan primer seluruh
anggota dalam masyarakat.
5) Prinsip kejujuran dan kebenaran, prinsip ini merupakan sendi
akhlak karimah dalam melakukan kegiatan perekonomian ataupun
bermu’amalah.
2. Prinsip Pasar dalam Islam
Islam memiliki norma tertentu dalam hal mekanisme pasar. Menurut
pandangan Islam yang diperlukan adalah suatu bentuk penggunaan dan
pendistribusian tertentu secara benar serta dibentuknya suatu sistem kerja
yang bersifat produktif. Sifat produktif itu hendaklah dilandasi oleh sikap dan
niat yang baik untuk mencapai bentuk penggunaan dan pendistribusian
tersebut. Dengan demikian, model dan pola yang dikehendaki adalah sistem
operasional pasar yang normal atau pasar persaingan sempurna.66
Agar mekanisme pasar dapat berjalan dengan baik dan memberikan
mutual goodwill bagi para pelakunya, maka nilai moralitas mutlak harus
ditegakkan. Secara khusus, nilai moralitas yang mendapat perhatian penting
dalam pasar adalah persaingan yang sehat, kejujuran, keterbukaan dan
keadilan. Nilai moralitas ini memiliki akar yang kuat dalam ajaran Islam,
66 Perpustakaan Nasional RI: Katalog Dalam Terbitan (KDT), Pembangunan Ekonomi
Umat (Tafsir Al-Qur’an Tematik), cetakan pertama (Jakarta: Lajnah Pentashilan Mushaf Al-
Qur’an, No. 1/2009), hlm. 272.
47
untuk itulah Rasulullah SAW telah menetapkan beberapa larangan terhadap
praktek bisnis yang dapat mengganggu mekanisme pasar yang islami.67
Ada beberapa prinsip pokok ajaran Islam yang menjadi landasan dalam
mengembangkan pasar. Prinsip-prinsip tersebut adalah:68
a. Saling Rela
Prinsip yang pertama adalah kerelaan, yaitu adanya perasaan saling
rela atau ikhlas antar pihak yang bertransaksi. Allah SWT berfirman dalam
Surah an-Nisa’/4:29,
ناكم بلبااطل إل أان تاكونا تااراةا عان ا الذينا آمانوا لا تاكلوا أامواالاكم ب اي يا أاي ها
ت ارااض منكم
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling
memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan
jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara
kamu” (QS. An Nisa’/4:29).69
Ayat tersebut menggariskan bahwa saling rida merupakan prinsip
pokok yang mendasari suatu transaksi jual beli. Tidak boleh ada satu pihak
yang merasa terpaksa dalam melakukan transaksi jual beli.
b. Tidak boleh berdasarkan riba
Prinsip yang kedua adalah diharamkannya riba. Harus disadari
bahwa riba adalah sumber penyebab instabilitas pasar dan perekonomian.
67 Sukamto, “Memahami Mekanisme Pasar Dalam Ekonomi Islam”, Jurnal Sosial
Humaniora, Vol. 5 No. 1, (Juni 2012), hlm. 21. 68 Perpustakaan Nasional RI: Katalog Dalam Terbitan (KDT), op.cit, hlm. 272. 69 Q.S. An Nisa’ (4) Ayat 29.
48
Dari sisi penawaran, riba adalah komponen yang menyebabkan naiknya
harga barang dan jasa akibat naiknya biaya produksi. Dari sisi permintaan,
riba yang telah menjadi komponen harga menyebabkan bertambahnya
beban yang harus dibayar oleh konsumen. wajarlah jika kemudian Islam
secara tegas mengharamkan riba dan menghalalkan jual beli, sesuai
dengan Firman Allah SWT dalam Surah Al Baqarah/2: 275,
ا ي اقوم الذي ي اتاخابطه الشيطاان منا الماس الذينا ياكلونا الر با لا ي اقومونا إل كاما
م قاالوا إناا الب ايع مثل الر با واأاحال الل الب ايعا واحارما الر با فامان جااءا ه ذالكا بان
ولائكا أاصحااب ماوعظاة من راب ه فاان ت اهاى ف الاه ماا سالافا واأامره إلا الل وامان عاادا فاأ
الدونا النار هم فيهاا خا
Artinya: “Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat
berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan
syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang
demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat),
sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah
menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang
yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus
berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang telah
diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya
(terserah) kepada Allah. Orang yang kembali (mengambil riba),
maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal
di dalamnya” (QS. Al Baqarah/2: 275).70
70 Q.S. Al Baqarah (2) Ayat 275.
49
c. Tidak boleh ada unsur garar dan maisir
Prinsip selanjutnya adalah tidak boleh ada unsur garar
(ketidakpastian) dan maisir (perjudian). Garar dan maisir merupakan dua
unsur yang dapat menyebabkan terganggu mekanisme pasar, sehingga
pasar menjadi tidak sempurna (market imperfection).
م رجس من عامال يسر واالانصااب واالازلا يا أاي هاا الذينا آمانوا إناا الامر واالما
فااجتانبوه لاعالكم ت فلحونا الشيطاان
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya
(meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi
nasib dengan panah, adalah termasuk perbuatan syaitan. Maka
jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat
keberuntungan” (QS. Al Maidah/5: 90).71
d. Berbasis kejujuran, transparansi, dan keadilan
Prinsip selanjutnya adalah berbasis pada kejujuran dan
transparansi. Pasar sebagai tempat bertransaksi antara produsen dan
konsumen harus dilandasi oleh prinsip kejujuran dan transparansi. Karena
itu Rasulullah SAW pernah memarahi seorang pedagang yang tidak jujur
ketika beliau sedang di pasar. Beliau mengetahui bahwa pedagang tersebut
menyembunyikan kurma dengan kualitas buruk di bagian bawah, sehingga
para pembeli tidak mengetahui.
Demikian pula dengan halnya keadilan, yang merupakan faktor
yang sangat penting. Keadilan dalam pasar berarti seluruh mekanisme
71 QS. Al Maidah (5) Ayat 90.
50
pasar berjalan dengan baik, dimana transaksi jual beli yang terjadi
dilandasi oleh semangat kejujuran dan saling menghormati.
e. Tidak boleh mempermainkan takaran dan timbangan
الوهم ااو وزان وهم , الذينا اذاا اكتاالوا عالاى الناس ياست اوف ونا , وايل ل لمطاف فيان وااذاا كا
م ,يسرونا كا اان ىعوث ونان االا ياظن اول ي وما ي اقوم الناس لراب , لي اوم عاظيمن , مب
العلاميا
Artinya: “Celakalah bagi orang-orang yang curang (dalam
menakar dan menimbang)! (yaitu) orang-orang yang apabila
menerima takaran dari orang lain mereka minta dicukupkan, dan
apabila mereka menakar atau menimbang (untuk orang lain),
mereka mengurangi. Tidaklah mereka itu mengira, bahwa
sesungguhnya mereka akan dibangkitkan, pada suatu hari yang
besar, (yaitu) pada hari (ketika) semua orang bangkit menghadap
Tuhan seluruh alam” (QS. Al Mutaffifin/83: 1-6).72
f. Tidak boleh monopoli
Prinsip berikutnya adalah tidak boleh ada praktik monopoli di
pasar, baik oleh seorang ataupun sekelompok orang. Ajaran Islam hanya
membolehkan monopoli pada hal-hal yang bersifat menguasai kepentingan
hidup orang banyak, dengan catatan monopoli tersebut hanya dilakukan
oleh negara. Dalam sebuah hadis Rasulallah SAW menyatakan bahwa
manusia berserikat pada 3 hal, yaitu air, api dan angina. Ini menunjukkan
bahwa ketiga sumber tersebut pengelolaannya dapat dilakukan oleh
negara.
72 Q.S. Al Mutaffifin (83) Ayat 1-6.
51
Dalam Undang-Undang Dasar pasal 33 ayat (2) dan ayat (3)
memberikan dasar filosofis dan hukum kemungkinan monopoli dan/atau
penguasaan atas cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan
menguasai hajat hidup orang banyak serta penguasaan bumi, air, dan
kekayaan alam yang terkandung di dalamnya oleh negara. Dengan kata
lain monopoly by law dimungkinkan dalam hukum persaingan usaha kita,
asalkan kegiatannya termasuk atau menyangkut cabang-cabang produksi
yang penting bagi negara dan menguasai hajat hidup orang banyak.73
g. Tidak boleh ada ikhtikar atau penimbunan
Prinsip berikutnya adalah tidak boleh adanya penimbunan (ihtikar).
Penimbunan dengan tujuan untuk mengurangi suplai sehingga harga
bergerak naik dan pedagang mendapat untung karenanya merupakan
aktivitas yang dilarang dalam ajaran Islam. Praktik semacam ini dapat
menimbulkan gejolak dan ketidak seimbangan pasar. Tidak hanya itu,
praktik semacam ini dapat menyebabkan turunnya daya beli masyarakat
dan menciptakan konflik sosial berkepanjangan.
h. Tidak boleh melalaikan ibadah kepada Allah SWT
Kegiatan pasar (kegiatan ekonomi) tidak sepantasnya
menyebabkan terhalangnya melakukan ibadah kepada Allah SWT. Karena
pada dasarnya kegiatan ekonomi itu hanyalah untuk melakukan kegiatan
ibadah kepada Allah. Apabila kegiatan ekonomi ini melalaikan terhadap
zikrullah, maka kerugian dunia dan akhiratlah yang akan didapatkan.
73 Rachmadi Usman, Hukum Persaingan Usaha di Indonesia, (Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama, 2004), hlm. 71.
52
C. Peran Pemerintah dan Peran Serta Masyarakat Dalam Pengelolaan
Pasar
1. Peran Pemerintah dalam pengelolaan pasar
Kegagalan pasar merupakan latar belakang perlunya pemerintah untuk
berperan dalam perekonomian. Pasar gagal dalam menyelesaikan beberapa
permasalahan ekonomi karena dua hal, yaitu (a) ketidaksempurnaan
mekanisme kerja pasar, dan (b) tidak berjalannya mekanisme kerja pasar
dengan efisien. Pasar bekerja dengan mekanisme permintaan dan penawaran
di mana mensyaratkan suatu komoditas yang dapat diperdagangkan.
Komoditas seperti ini harus memiliki suatu harga, sedangkan untuk memiliki
harga komoditas seperti ini otomatis harus bisa diukur. Dalam kenyataan,
terdapat banyak kebutuhan masyarakat yang tidak bisa diukur, karenanya juga
tidak dapat memiliki harga dan tiak dapat diperdagangkan, sehingga tidak
dapat disediakan oleh pasar.74
Secara teknis, mekanisme kerja pasar yang efisien dapat berlangsung
apabila terdapat informasi yang sama diantara pelaku pasar, tidak adanya
hambatan untuk masuk dan keluar dari pasar, homogenitas komoditas, serta
jumlah penjual yang banyak. Dalam kenyataan sehari-hari, syarat-syarat teknis
tersebut sering kali tidak ada atau ada, tetapi tidak memadai sehingga
memerlukan upaya pemerintah dan atau masyarakat untuk mewujudkannya.
Yang terpenting mekanisme pasar yang terjadi harus sesuai dengan
tuntunan syariat Islam dan tidak melanggar aturan perundang-undangan.
74 Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam (P3EI), “Ekonomi Islam”, PT
Rajagrafindo Persada, Jakarta, 2014, hlm. 448.
53
Untuk itu diperlukan adanya sebuah lembaga yang bisa berperan di dalam
mengawal kesesuaian mekanisme pasar dengan syariat Islam. Lembaga
tersebut harus diberikan wewenang yang mengikat secara hukum, inilah inti
peran dari pemerintah. Ada 2 fungsi mendasar dari peran pemerintah, yaitu:75
a. Fungsi regulator, negara harus berperan sebagai regulator pasar.
Sejumlah peraturan dan regulasi harus dibuat oleh negara untuk
menjamin berjalannya mekanisme pasar secara adil dan
bertanggungjawab. Tidak boleh peraturan tersebut dibuat untuk
memberikan keuntungan beberapa pihak.
b. Fungsi pengawasan dan koreksi, negara harus mampu memerankan
dirinya sebagai pengawas pasar, apakah praktik yang berjalan di pasar
telah sesuai dengan peraturan yang ada dan sesuai dengan syariat
Islam. Demikian pula dengan tindakan koreksi, dimana hal tersebut
dilakukan ketika terjadi penyimpangan pasar akibat monopoli dan
praktik penyimpangan lainnya.
Pemerintah Daerah mempunyai tugas, kewajiban, dan wewenang
untuk menjamin terselenggaranya pengelolaan, pemberdayaan, dan
perlindungan pasar tradisional yang terencana dan terarah sesuai dengan
tujuan yaitu menciptakan pasar tradisional yang nyaman, meningkatkan
pelayanan kepada masyarakat dibidang perdagangan barang/jasa, menjadikan
pasar tradisional sebagai penggerak roda perekonomian daerah, dan
menciptakan pasar tradisional yang berdaya saing dengan pusat perbelanjaan
75 Perpustakaan Nasional RI: Katalog Dalam Terbitan (KDT), Pembangunan Ekonomi
Umat (Tafsir Al-Qur’an Tematik), cetakan pertama (Jakarta: Lajnah Pentashilan Mushaf Al-
Qur’an, No. 1/2009), hlm. 300.
54
dan toko modern. Tugas, kewajiban, dan wewenang pemerintah daerah
dilaksanakan oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang membidangi
perdagangan dan pasar.76
2. Peran serta masyarakat dalam pengelolaan pasar
Masyarakat dapat berperan dalam pengelolaan pasar tradisional. Peran
serta masyarakata dalam pengelolaan pasar dapat dilakukan melalui:77
a. Proses perencanaan dalam menyusun program beserta pengawasan
evaluatif
b. Pemberian usul, pertimbangan, dan saran kepada Pemerintah
Daerah
c. Proses perumusan kebijakan pengelolaan pasar
d. Pemberian saran dan pendapat dalam menyelesaikan sengketa
pasar
e. Pengawasan pengelolaan dan dapat melaporkan kepada pihak
berwenang bila terjadi kesalahan maupun pelanggaraan
pengelolaan.
D. Keadilan Sosial Dalam Masyarakat
Bagi kebanyakan orang keadilan adalah prinsip umum, bahwa
individu-individu tersebut seharusnya menerima apa yang sepantasnya mereka
terima. Sebagian menyebutnya dengan istilah legal justice atau keadilan
hukum yang merujuk pada pelaksanaan hukum menurut prinsip-prinsip yang
ditentukan dalam negara hukum. Ada pula istilah social justice atau keadilan
76 Peraturan Daerah Kota Salatiga Nomor 12 Tahun 2013 Tentang Pengelolaan,
Pemberdayaan, dan Perlindungan Pasar Tradisional, pasal 6. 77 Ibid., pasal 49.
55
sosial yang didefinisikan sebagai konsepsi-konsepsi umum mengenai social
firmness atau keadilan sosial yang mungkin dapat dan mungkin tidak
berselisih dengan konsepsi keadilan individua tau keadilan secara umum.78
1. Teori Keadilan John Rawls dan Prinsip Keadilan
Pandangan John Rawls tentang keadilan berangkat dari gagasan
awal bahwa “segenap masyarakat tertata dengan baik, apabila tatanannya
dapat diterima oleh semua sebagai adil”. Pada masyarakat yang tertata itu
untuk menjamin distribusi yang wajar serta mendorong kerjasama sosial,
maka penting jika keadilan dihasilkan dari suatu kesepakatan yang wajar
antar anggota masyarakat. Dengan kata lain, adanya suatu prosedur yang
tidak memihak. Suatu prosedur yang wajar menuntut bahwa semua pihak
yang terkait dalam proses pemilihan prinsip-prinsip keadilan, harus berada
pada posisi asali (the original position). Dalam posisi asali itu semua pihak
harus diakui dan diperlakukan sebagai individu yang rasional, bebas, serta
memiliki hak yang sama.
John Rawls berkeyakinan meskipun individu memiliki perbedaan
moral ataupun rasional, sepanjang berada dalam posisi asali maka semua
pihak akan dapat menyetujui dan mempertahankan objektivitas dari
prinsip-prinsip keadilan. Dalam kondisi seperti ini, menurut Rawls semua
individu akan bersifat rasional, dan sebagai individu yang rasional itu
maka semua pihak akan memilih kedua prinsip keadilan, yakni: The
greatest equal liberty principle (setiap orang mempunyai hak yang sama
78 Agus Santoso, Hukum, Moral, dan Keadilan: Sebuah Kajian Filsafat Hukum, (Jakarta:
Kencana, 2012), hlm. 85.
56
atas kebebasan dasar yang paling luas dan sama bagi semua individu) dan
The difference principle (prinsip ketidaksamaan atau ketimpangan sosial
dan ekonomi). Dari kedua prisip tersebut dapat dijelaskan bahwa prinsip
yang pertama menempatkan setiap orang mempunyai hak yang sama atas
kebebasan dasar yang paling luas, seluas kebebasan yang sama bagi semua
orang. Sedangkan prinsip kedua ketimpangan sosial dan ekonomi yang ada
di tengah masyarakat, harus diatur sedemikian rupa sehingga dapat
diharapkan memberi keuntungan pada setiap orang serta semua posisi dan
jabatan terbuka bagi semua orang.79
Prinsip-prinsip tersebut menerapkan struktur dasar masyarakat.
Mereka akan mengatur penerapan hak dan kewajiban dan mengatur
distribusi keuntungan sosial dan ekonomi. Mereka membagi antara aspek-
aspek yang menunjukkan dan mengukuhkan ketimpangan sosial dan
ekonomi. Kebebasan dasar pada prinsip pertama diharuskan setara, karena
warga suatu masyarakat yang adil mempunyai hak-hak dasar yang sama.
Prinsip kedua berkenaan dengan distribusi pendapatan dan kekayaan serta
desain organisasi yang menggunakan perbedaan dalam otoritas dan
tanggungjawab. Sementara distribusi kekayaan dan pendapatan tidak harus
sama, harus demi keuntungan semua orang, dan pada saat yang sama,
posisi-posisi otoritas dan jabatan komando harus bisa diakses oleh semua
orang. Masyarakat yang menerapkan prinsip kedua dengan membuat
posisi-posisinya terbuka bagi semua orang, sehingga tunduk dengan
79 Otong Rosadi, QUO VADIS HUKUM EKOLOGI DAN KEADILAN SOSIAL Dalam
Perenungan Pemikiran (Filsafat) Hukum, (Yogyakarta: Dua Satria Offset, 2012), hlm. 122-123.
57
batasan ini, akan mengatur ketimpangan sosial ekonomi sedemikian
hingga semua orang diuntungkan.80
2. Keadilan Sosial di Indonesia
Dalam konteks bangsa Indonesia, keadilan sosial menurut Ir.
Soekarno, mengandung makna masyarakat yang adil dan makmur.
Masyarakat yang digambarkan sebagai tata tentram kerta rahardja.
Masyarakat yang hidup tertib, adil dan makmur. Lalu pandangan keadilan
sosial dari Moh. Hatta yaitu adanya perlindungan atas hak-hak warga
negara, diantaranya terdapatnya hak mendapatkan penghidupan dan
pekerjaan yang layak yang tercantum dalam UUD 1945 Pasal 27 ayat
(2).81
Di Indonesia keadilan digambarkan dalam Pancasila sebagai dasar
negara, yaitu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Nilai-nilai
yang terkandung dalam sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
didasari dan dijiwai oleh sila Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan
yang Adil dan Beradab, Persatuan Indonesia, serta Kerakyatan yang
Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan. Dalam sila kelima tersebut terkandung
nilai-nilai yang merupakan tujuan dalam hidup bersama. Maka di dalam
sila kelima tersebut terkandung nilai-nilai keadilan yang harus terwujud
dalam kehidupan bersama (kehidupan sosial).
80 Jown Rawls, Teori Keadilan Dasar-dasar Filsafat Politik untuk Mewujudkan
Kesejahteraan Sosial dalam Negeri, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006), hlm. 73. 81 Otong Rosadi, Op.cit., hlm. 112.
58
Nilai-nilai keadilan tersebut haruslah merupakan suatu dasar yang
harus diwujudkan dalam hidup bersama kenegaraan untuk mewujudkan
tujuan negara, yaitu mewujudkan kesejahteraan seluruh warganya dan
mencerdaskan seluruh warganya. Keadilan sosial berarti keadilan yang
berlaku dalam masyarakat di segala bidang kehidupan baik materiel
maupun spiritual, yaitu yang menyangkut adil di bidang hukum, ekonomi,
politik, sosial, dan kebudayaan. Makna keadilan sosial mencakup pula
pengertian adil dan makmur yang merupakan tujuan dari negara Indonesia.
oleh karena kehidupan manusia meliputi kehidupan jasmani dan rohani,
maka keadilan itupun meliputi keadilan dalam pemenuhan tuntutan-
tuntutan hakiki bagi kehidupan jasmani dan rohani pula. Pengertian ini
mencakup pengertian adil dan makmur yang dapat dinikmati oleh seluruh
bangsa Indonesia secara merata, dengan berdasarkan asas kekeluargaan.82
82 Agus Santoso, Op.cit., hlm. 87.
59
BAB III
GAMBARAN UMUM KELURAHAN PULUTAN DAN GAMBARAN
UMUM PASAR TIBAN SALATIGA SERTA SISTEM
PENGELOLAANNYA
A. Profil Kelurahan Pulutan
1. Geografis Kelurahan
Kelurahan Pulutan terletak di wilayah Kecamatan Sidorejo Kota
Salatiga, berada pada Kilometer 50 Jalan Semarang-Solo, dengan
ketinggian ± 2.540 m dari permukaan laut, beriklim tropis dengan hawa
yang sejuk, musim hujan terjadi dalam kurun waktu 130-160 hari/tahun
dengan curah hujan rata-rata 2.583 mm/tahun. Suhu udara terendah rata-
rata 23 derajat Celcius pada bulan September-Oktober dan suhu udara
tertinggi rata-rata 32 derajat Celcius pada bulan Agustus. Kelurahan
Pulutan mempumyai luas wilayah 232,595 Ha. Wilayah Kelurahan
Pulutan ada 3 kategori topografi (bentuk permukaan bumi) yaitu daerah
bergelombang, daerah miring, dan daerah datar.83
Kelurahan Pulutan terbagi menjadi 5 wilayah atau dusun yaitu
wilayah Rejosari yang terdiri dari 5 RT, wilayah Pulutan Lor yang terdiri
dari 4 RT, wilayah Pulutan Kidul yang terdiri dari 3 RT, wilayah
Ngentak Sari yang terdiri dari 3 RT, dan wilayah Ngablak yang terdiri
83 Hasil wawancara dengan Pak Gatot Wahyudi, selaku sekretaris Kelurahan Pulutan
Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga, pada hari kamis tanggal 16 Mei 2019 pukul 11.35 WIB.
60
dari 5 RT. Batas-batas wilayah Kelurahan Pulutan adalah sebagai
berikut:
- Sebelah Utara : Kelurahan Blotongan Kecamatan Sidorejo
- Sebelah Timur : Kelurahan Sidorejo Lor Kecamatan Sidorejo
- Sebelah Selatan : Kelurahan Kecandran Kecamatan Sidomukti
- Sebelah Barat : Desa Candirejo Kecamatan Tuntang Kabupaten
Semarang dan Desa Jombor Kecamatan Tuntang Kabupaten
Semarang.
Berikut gambar peta wilayah Kelurahan Pulutan,
Gambar 3.1 Peta Wilayah Kelurahan Pulutan
61
Adapun jarak dengan pusat kota adalah sebagai berikut,84
- Jarak dari pusat pemerintahan Kecamatan Sidorejo : 1 Km
- Jarak dari pusat pemerintahan Kota Salatiga : 2 Km
- Jarak ke Kampus 3 IAIN Salatiga : 1 Km
- Jarak dari Ibukota Provinsi Jawa Tengah : 52 Km
2. Struktur Organisasi Kelurahan Pulutan
Berdasarkan Peraturan Walikota Nomor 51 tahun 2016 tentang
Struktur Organisasi dan Tata Kerja Kelurahan terdiri dari:85
a. Lurah
b. Sekretaris Kelurahan
c. Seksi-seksi, terdiri dari :
- Seksi Pemerintahan Ketentraman dan Ketertiban Umum
- Seksi Ekonomi dan Pembangunan
- Seksi Sosial dan Pemberdayaan Masyarakat
Gambar 3.2 Struktur Organisasi Kelurahan Pulutan
84 Hasil wawancara dengan Pak Gatot Wahyudi, selaku sekretaris Kelurahan Pulutan
Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga, pada hari kamis tanggal 16 Mei 2019 pukul 11.35 WIB. 85 Hasil wawancara dengan Pak Gatot Wahyudi, selaku sekretaris Kelurahan Pulutan
Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga, pada hari kamis tanggal 16 Mei 2019 pukul 11.35 WIB.
LURAH
Sekretaris
Kelurahan
Kasi
Pemtib
Kasi
Ekobang
Kasi
Sospermas
Jabatan
Fungsional
62
Data Pejabat Struktural dan Staf Kelurahan Pulutan,
Tabel 3.1 Data Pejabat Struktural dan Staf Kelurahan Pulutan
No. Nama / NIP Gol. Pendidikan Jabatan
1.
Akhmad Kharis, S.E.
NIP. 19630609 198703 1 007
III/d S 1 Lurah
2.
Gatot Wahyudi, S.P.
NIP. 19640807 199203 1 010
III/d S 1 Sekretaris
3.
Kustamhaji, BA
NIP. 19601122 199103 1 003
III/d D 3
Kasi Pemerintahan
dan Ketertiban
4.
Ratih Sofiani Budimas, S.E.
NIP. 19670426 198803 2 004
III/d S 1 Kasi Ekobang
5.
Ria Maharani, S.E.
NIP. 19790228 200501 2 013
III/c S 1
Kasi Kesra
Pemberdayaan
Masyarakat
6.
Kadariyah
NIP. 19640825 200312 2 001
II/d SLTA Staf Administrasi
7.
Basuki Rahmad, Am.d.
NIP. 19841120 201001 1 017
III/a D 3 Staf Administrasi
8.
Wulan Asih Madyani, Am.d.
NIP. 19811224 201101 2 008
II/d D 3 Staf Administrasi
63
3. Pemerintahan
Untuk meningkatkan pelayanan umum dan peningkatan
pelaksanaan tugas maka minimal setiap 1 bulan sekali lurah mengadakan
pembinaan terhadap seluruh perangkat yang ada di Kelurahan Pulutan.
Sedangkan jumlah PNS yang ada di Kelurahan Pulutan ada 8 orang yaitu
sesuai data pejabat struktural dan staf Kelurahan Pulutan. Kelurahan
Pulutan di bagi menjadi 5 wilayah dengan pembagian RT dan RW
sebagai berikut:86
Tabel 3.2 Data Pembagian RT dan RW Kelurahan Pulutan
NO N A M A J A B A T A N
NAMA KETUA
TIM
PENGGERAK
PKK. RT/RW
WILAYAH REJOSARI
Susanto KETUA RW.I Supriyanti
1 Eko Ketua RT. 01 Eva Nuraini
2 Sodiq Ketua RT. 02 Lutfiah
3 Puryanto Ketua RT. 03 Nevi Retiana
4 Sukamto Ketua RT. 04 Rumini
5 Purnomo Ketua RT.05 Siti Juwariyah
WILAYAH PULUTAN
LOR
86 Hasil wawancara dengan Pak Gatot Wahyudi, selaku sekretaris Kelurahan Pulutan
Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga, pada hari kamis tanggal 16 Mei 2019 pukul 11.35 WIB.
64
H. M. Syafi’i KETUA RW.II Munirasih
1 Saefudin Qolyubi Ketua RT. 01 S. Maemonah
2 Muhsinan Ketua RT. 02 S. Jamaliyah
3 U. Kholil Ketua RT. 03 S. Rukhayati
4 Teguh Pribadi Ketua RT. 04 Asih Windari
WILAYAH PULUTAN
KIDUL
Muh Lisin KETUA RW.III Siti Haniah
1 Nasikun Ketua RT. 01 Siti Fatimah
2 Kuseri Ketua RT. 02 Ani Syarifah
3 Amir Ketua RT. 03 Anis Anjarsari
WILAYAH NGENTAK
SARI
Salman KETUA RW.IV Solekhah
1 Bambang Waluyo Ketua RT. 01 Rodhiyah
2 Samsul Huda Ketua RT. 02 Sulistyawati
3 Nur Kholis Ketua RT. 03 Siti Halimah
WILAYAH NGABLAK
Sholi, S.E. KETUA RW. V Ulfa Muntafiah
1 Muslimin Ketua RT. 01 Muslikah
2 Alfianto Ketua RT. 02 Riati
3 Muhsinan Ketua RT. 03 Mariam
65
4 Ahmad Munawar Ketua RT.04 Runanti
5 Fahroni Ketua RT.05 Rita Kurniawati
B. Kondisi Sosial Ekonomi Kelurahan Pulutan
1. Monografi (rincian data dan statistik pemerintahan) Kelurahan
Jumlah penduduk masyarakat Kelurahan Pulutan sebanyak 4.553
jiwa, dengan perbandingan penduduk laki-laki sebanyak 2.268 jiwa dan
penduduk perempuan sebanyak 2.285 jiwa. Sedangkan untuk tingkat
pendidikan masyarakat Kelurahan Pulutan pada tahun 2018 adalah
sebagai berikut:87
Tabel 3.3 Data Penduduk berdasarkan tingkat pendidikan
Jumlah Penduduk total berdasarkan tingkat pendidikan:
a. Tidak/belum sekolah
813 Orang
b. Tidak tamat SD/Sederajat
476 Orang
c. Tamat SD
1.121 Orang
d. Tamat SLTP
716 Orang
e. Tamat SLTA
1.066 Orang
f. Diploma I/II
40 Orang
g. Diploma III
92 Orang
87 Hasil wawancara dengan Pak Gatot Wahyudi, selaku sekretaris Kelurahan Pulutan
Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga, pada hari kamis tanggal 16 Mei 2019 pukul 11.35 WIB.
66
h. Strata 1/Diploma IV
212 Orang
i. Strata 2
15 Orang
j. Strata 3
2 Orang
Jumlah
4.553 orang
2. Pelayanan Masyarakat
Dalam melaksanakan pelayanan kepada masyarakat Pemerintah
kelurahan mengutamakan pelayanan yang prima, tidak pernah
membedakan status sosial masyarakat, karena dalam pelayanan
pembuatan surat-surat, tanpa ada pengantar dari ketua RT dan RW
setempat akan ditolak demi menjaga kedisiplinan administrasi
Kelurahan. Berikut jenis pelayanan yang diperlukan masyarakat antara
lain Pelayanan Pertanahan (Prona), Pelayanan Pertanahan ( Kutipan C),
Permohonan Pelayanan Waris dan jual beli, Permohonan KTP,
Permohonan KK, Permohonan Pelayanan Pensiun, Permohonan
Legalisasi, Permohonan Pengajuan Kredit, Permohonan Boro kerja, TKI
dan TKW, Pelayanan SKCK, Pelayanan Surat Kelahiran, Pelayanan surat
Nikah, Pelayanan surat Kematian, Pelayanan surat pindah datang dan
pergi, Pelayanan SKTM Kesehatan, Pelayanan Bea Siswa, Pelayanan
67
HO, IMB dan Ijin Prinsip, Pelayanan Proposal Pembangunan, Pelayanan
surat masuk dan surat keluar.88
3. Sarana dan Prasana Kelurahan Pulutan
Sarana kesehatan di Kelurahan Pulutan terdapat 8 posyandu yang
terdiri dari 5 posyandu balita dan 3 posyandu lansia, lalu ada puskesmas
yang terletak di RW 3 dekat Jalan Lingkar Selatan, kemudian ada juga
petugas Keluarga Berencana yang berjumlah 2 orang. Di Kelurahan
Pulutan terdapat juga prasarana pendidikan antara lain:89
a. Pos PAUD NUSA INDAH 2 di RT 2 RW 2 Pengasuh Komariyah.
b. RA. MAARIF di RT 1 RW 4 Pengasuh Naimatun Nur Rohmi S.Pd.I.
c. TK sebanyak 3 buah yang diprakarsai oleh ibu-ibu PKK Kelurahan
Pulutan.
d. TPQ sebanyak 4 tempat yang diprakarsai oleh para tokoh ulama
setempat dan gabungan takmir masjid yang ada di wilayah
Kelurahan Pulutan.
e. Kelompok Belajar Keaksaraan fungsional dan Tindak lanjut
pembinaan Buta Aksara.
f. SDN Pulutan II di RT 3 RW 2 Kepala Sekolah Siti, S.Pd.
g. MI MA’ARIF di RT 1 RW 4 Kepala Sekolah Drs. H. Abdul Basit
M.Pd.
88 Hasil wawancara dengan Pak Gatot Wahyudi, selaku sekretaris Kelurahan Pulutan
Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga, pada hari kamis tanggal 16 Mei 2019 pukul 11.35 WIB. 89 Hasil wawancara dengan Pak Gatot Wahyudi, selaku sekretaris Kelurahan Pulutan
Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga, pada hari kamis tanggal 16 Mei 2019 pukul 11.35 WIB.
68
h. SMP dan SLTA EL-FALAH DARMA LESTARI di RT 4 RW 5
Kepala sekolah H. Drs. Usman Mansur.
i. Perguruan Tinggi Negeri kampus 3 IAIN Salatiga,
Untuk sarana ibadah masjid wilayah Kelurahan Pulutan terdapat 6 Masjid
yaitu Masjid Jarus Masolih di RT 2 RW 1, Masjid As Syarqowi di RT 1
RW 2, Masjid Al Hanif di RT 1 RW 3, Masjid Babussalam di RT 1 RW
5, Masjid Darmo Lestari di RT 4 RW 5, dan Masjid Baitusy Syukur di
RT 1 RW 2. Kemudian juga ada Pondok Pesantren Al-Falah pengasuh
pak Nur Saleh yang berada di RT 4 RW 5.
Di Kelurahan Pulutan juga ada 2 warga yang mempunyai kolam
lele yaitu pak Rokim dan Pak Musa. Lalu untuk tempat pariwisata
Kelurahan Pulutan mempunyai pasar pagi setiap hari minggu yang
berada di JLS yang omsetnya mencapai puluhan juta per minggu dan ada
juga tempat wisata pohon temanten yang terletak di wilayah RW 4 yang
menjadi idola para remaja karena tempat ini menjadi firal karena uniknya
pohon.90
4. Home Industri Kecil Perdagangan, Koperasi dan UMKM
Di Kelurahan Pulutan terdapat home industri yang memproduksi
kaos kaki yang terletak di Pulutan RT 2. Home industri ini
memperkerjakan 30 tenaga kerja dan pemilik home industri ini adalah
pak kosim. Lalu untuk UMKM di Kelurahan Pulutan terdapat 8 usaha
diantaranya usaha pulsa dan gas, air isi ulang, usaha kesed dari kain
90 Hasil wawancara dengan Pak Gatot Wahyudi, selaku sekretaris Kelurahan Pulutan
Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga, pada hari kamis tanggal 16 Mei 2019 pukul 11.35 WIB.
69
parca, sangkar burung, dan yang lainnya usaha counter. Keadaan
Kelurahan Pulutan yang dekat dengan Kampus 3 IAIN Salatiga ini juga
dimanfaatkan warga Pulutan untuk mendirikan kos-kosan dan juga
warung makan, sehingga dapat meningkatkan perekonomian warga.91
5. Lembaga Kemasyarakatan
Kelurahan Pulutan mempunya beberapa lembaga kemasyarakatan
yang selama ini sangat berperan membantu Pemerintah Kelurahan
Pulutan dalam melaksanakan roda pemerintahan. Beberapa lembaga
kemasyarakatan Kelurahan Pulutan diantaranya LPMK (Lembaga
Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan, FKPM (Forum Kemitraan Polisi
Masyarakat), LKM (Lembaga Komunikasi Masyarakat), dan KSM
(Kelompok Swadaya Masyarakat) Tirta Sehat Ngablak Lor RT 1 RW 5
Pulutan.92
C. Profil Pasar Tiban Salatiga
1. Sejarah Pasar Tiban Salatiga
Tujuan utama pembangunan jalan lingkar selatan itu adalah dalam
rangka untuk mengurai kemacetan yang ada di Kota Salatiga. Sehingga
dalam waktu pembebasan tanah dengan pemilik tanah tidak terlalu sulit
karena masyarakat telah di sosialisasikan tentang manfaat jalan lingkar itu
seperti apa terhadap perekonomian masyarakat, dan harga tanah yang
akan dipergunakan untuk jalan lingkar selatan itu harganya akan
meningkat sekitar 10 kali dengan harga tanah waktu itu contohnya yang
91 Ibid., tanggal 16 Mei 2019 pukul 11.35 WIB. 92 Hasil wawancara dengan Pak Gatot Wahyudi, selaku sekretaris Kelurahan Pulutan
Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga, pada hari kamis tanggal 16 Mei 2019 pukul 11.35 WIB.
70
sekarang di dirikan pondok pesantren dulu permeter hanya Rp 35.000,-
dan pemerintah waktu itu memberikan nominal harga sekitar Rp
350.000,- permeter dan akhirnya masyarakat tidak keberatan sehinga
pertemuan antara Pemerintah Kota Salatiga dengan pemilik tanah hanya
berlangsung 2 kali dan setelah itu pemilik tanah sepakat dengan harga
yang ditawarkan pemerintah.93
Proyek pembangunan Jalan Lingkar Selatan Salatiga ini telah
menjadi salah satu rencana dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kota
Salatiga sejak tahun 1994, tetapi proyek baru mulai direncanakan secara
matang sejak tahun 1999 dan pembangunan sendiri mulai sejak tahun
2005 dan diharapkan tahun 2011 proyek pembangunan Jalan Lingkar
Selatan Salatiga dapat selesai (scientarium). Pembangunan Jalan Lingkar
Selatan Salatiga sebenarnya tidak ada tujuan bahwa nanti sekitar jalan
lingkar selatan Salatiga untuk daerah zona ekonomi, karena ada satu
PERDA Nomer 4 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Kota Salatiga Tahun 2010-2030 yang salah satunya mengatur tentang
pembagian zonasi untuk daerah jalan lingkar selatan seperti zona
pendidikan sekitar 30 hektar lebih yaitu yang sekarang menjadi kampus 3
IAIN Salatiga, dan untuk daerah yang sekarang digunakan pasar tiban itu
sebenarnya bukan zona untuk ekonomi tapi zona untuk sawah steril dan
sebelah timur sedikit untuk permukiman.94
93 Hasil wawancara dengan Pak H. Muh. Syafi’i, selaku Dewan Penasehat Paguyuban
Pasar Tiban Salatiga, pada hari kamis tanggal 16 Mei 2019 pukul 20.11 WIB. 94 Ibid., pada hari kamis tanggal 16 Mei 2019 pukul 20.11 WIB.
71
Pada tahun 2010 jalan lingkar selatan sudah jadi dan ternyata ada
pedagang yang mencoba jualan di jalan lingkar selatan Salatiga.
Pertamanya hanya ada pedagang sekitar 20 yang terdiri dari warga
pulutan sendiri dan semakin lama semakin banyak yang berjualan.
Awalnya para pedagang berjualan setiap hari, namun karena dihari-hari
biasa hanya sedikit yang berjualan akhirnya para pedagang berjualan
dihari minggu saja dan untuk mendapatkan tempat berdagangpun bebas
dalam artian cepat-cepatan dan ketika jumlah pedagang waktu itu
mencapai 50 akhirnya para pedagang menata dari segi tempat agar tidak
lagi berpindah pindah tempat dan tidak lagi rebutan tempat.95 Sampai
tahun 2014, pada hari minggu tanggal 24 Agustus 2014 yang keadaan
jalan lingkar waktu itu sudah ramai pedagang dan pengunjung sehingga
mengganggu jalannya lalu lintas, kemudian sempat mendapat perlawanan
keras dari pihak Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) dan para
pedagang tidak diperbolehkan lagi berjualan di area jalan lingkar selatan
karena telah menyalahi aturan PERDA Nomer 4 Tahun 2011 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Salatiga Tahun 2011-2030.96
Pada hari senin tanggal 25 Agustus 2014 para pedagang dan
beberapa tokoh masyarakat Kelurahan Pulutan melakukan pertemuan
dengan Pak Walikota, sesampai di Kantor Walikota bertemu Pak
Walikota dan berdiskusi tentang keinginan para pedagang agar pasar tetap
95 Hasil wawancara dengan Pak Biron selaku Ketua Paguyuban Pasar Tiban Salatiga,
pada hari minggu tanggal 19 Mei 2019 pukul 20.32 WIB. 96 Hasil wawancara dengan Pak H. Muh. Syafi’i, selaku Dewan Penasehat Paguyuban
Pasar Tiban Salatiga, pada hari kamis tanggal 16 Mei 2019 pukul 20.11 WIB.
72
diperbolehkan berjalan. Para pedagang dan beberapa tokoh masyarakat
Kelurahan Pulutan menyadari bahwa berjualan di area Jalan Lingkar
Selatan Salatiga menyalahi aturan Perundang-undangan, namun mereka
berargumentasi bahwa tujuan pemerintah membangun jalan lingkar salah
satunya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan setelah jalan
lingkar selatan jadi ternyata juga dimanfaatkan masyarakat untuk mencari
nafkah maupun untuk liburan. Akhirnya Pak Walikota memperbolehkan
Pasar Tiban Salatiga beroperasi kembali dengan secara lisan saja tanpa
mengeluarkan surat keputusan namun dengan syarat harus menjaga
ketertiban, kebersihan, keamanan, dan juga tidak mengganggu jalannya
arus lalu lintas.97
Setelah Walikota mengizinkan Pasar Tiban, pada hari minggu
selanjutnya pasar tiban tersebut tetap berjalan di area jalan lingkar
selatan. Sesuai dengan syarat dari Walikota bahwa para pedagang Pasar
Tiban harus menjaga ketertiban, kebersihan, keamanan dan tidak
mengganggu jalannya arus lalu lintas, Pasar Tiban di atur dengan
kesepakatan bersama antara para tokoh masyarakat Kelurahan Pulutan
dengan para pedagang supaya tidak ada yang berjualan di trotoar tengah
jalan karena sebelumnya trotoar tengah jalan juga digunakan untuk
berdagang dan tidak boleh berjualan di badan jalan agar tidak
mengganggu arus lalu lintas. Akhirnya pasar semakin berkembang dan
para tokoh masyarakat Kelurahan Pulutan dengan para pedagang
97 Hasil wawancara dengan Pak H. Muh. Syafi’i, selaku Dewan Penasehat Paguyuban
Pasar Tiban Salatiga, pada hari kamis tanggal 16 Mei 2019 pukul 20.11 WIB.
73
membuat peraturan dari segi keamanan, ketertiban dan kebersihan.
Setelah diizinkannya pasar beroperasi lagi, para pedagang dan tokoh
masyarakat Kelurahan Pulutan mengadakan pertemuan masal pada acara
pengajian akbar bersama para pedagang Pasar Tiban Salatiga yang
bertempat dilapangan Kelurahan Pulutan dihadiri oleh Forum Koordinasi
Pimpinan Daerah (FORKOPIMDA) Kota Salatiga dan juga Bapak
Walikota. Pada saat pertemuan itu Pak Walikota merestui adanya Pasar
Tiban Salatiga walaupun tidak tertulis dengan kesepakatan awal harus
menjaga ketertiban, keamanan, kebersihan dan juga bekerjasama untuk
lalu lintas.98
Sampai tahun 2019 ini Pasar Tiban Salatiga atau yang dikenal
dengan sebutan Pasar JB berjalan dengan lancar dan semakin
berkembang. Hampir segala barang dagangan diperjual belikan ada di
Pasar JB tersebut, mulai dari sandang (pakaian), pangan (kuliner), mainan
anak-anak, peralatan rumah tangga dan masih banyak lainnya. Untuk
pengawasan dan keamanan Pasar Tiban Salatiga diatur oleh Paguyuban
Pasar Tiban Salatiga dan juga dibantu oleh Polsek Sidorejo selalu
mengadakan patroli. Dari Dinas UMKM juga selalu memantau
perkembangan dari Pasar Tiban Salatiga.99
2. Letak dan Batas Wilayah Pasar Tiban Salatiga
Pasar Tiban Salatiga sendiri berada diwilayah 2 kecamatan, yaitu
kecamatan Sidomukti yang meliputi Kelurahan Dukuh dan Kelurahan
98 Hasil wawancara dengan Pak Biron, selaku Ketua Paguyuban Pasar Tiban Salatiga,
pada hari minggu tanggal 19 Mei 2019 pukul 20.32 WIB. 99 Ibid., tanggal 19 Mei 2019 pukul 20.32 WIB.
74
Kecandran, lalu Kecamatan Sidorejo meliputi Kelurahan Pulutan dan
Kelurahan Blotongan. Namun untuk pengaturan Pasar Tiban Salatiga
tetap dikelola oleh Paguyuban Pasar Tiban Salatiga. Untuk batasan Pasar
Tiban Salatiga sendiri tidak memiliki batasan secara jelas, namun Pasar
Tiban Salatiga bisa saja wilayahnya meluas dari perempatan jalan raya
Kecandran sampai ujung Jalan Lingkar Selatan Salatiga (Blotongan)
karena semakin banyaknya pedagang.100
D. Paguyuban Pasar Tiban “Margorejo”
1. Terbentuknya Paguyuban Pasar Tiban “Margorejo”
Terbentuknya Paguyuban Pasar Tiban “Margorejo” dilatar
belakangi oleh kejadian pada saat penertiban Pasar Tiban oleh Satuan
Polisi Pamong Praja (Satpol PP) pada tanggal 24 Agustus 2014. Setelah
terjadinya pertemuan dengan Walikota, para tokoh masyarakat Kelurahan
Pulutan membuat paguyuban untuk menata Pasar Tiban Salatiga sesuai
amanat dari Walikota supaya menjaga ketertiban, kebersihan, keamanan
dan tidak mengganggu jalannya arus lalu lintas. Paguyuban Pasar Tiban
Salatiga dibentuk oleh para tokoh masyarakat Kelurahan Pulutan dengan
nama Paguyuban “Margorejo” yang artinya “Margo” itu jalan dan “Rejo”
itu ramai. Paguyuban Pasar Tiban Salatiga di deklarasikan pada saat acara
Pengajian Akbar dan juga pertemuan antar pedagang Pasar Tiban Salatiga
yang dihadiri oleh Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (FORKOPIMDA)
100 Hasil wawancara dengan Pak Biron, selaku Ketua Paguyuban Pasar Tiban Salatiga,
pada hari minggu tanggal 19 Mei 2019 pukul 20.32 WIB.
75
Kota Salatiga dan juga Bapak Walikota sekaligus peresmian Pasar Tiban
Salatiga pada tahun 2014.101
Terbentuknya Paguyuban Pasar Tiban Salatiga bertujuan untuk
menata, mengelola Pasar Tiban dan juga untuk meningkatkan
perekonomian masyarakat. Tugas awal Paguyuban Pasar Tiban
Margorejo setelah diizinkannya kembali Pasar Tiban Salatiga beroperasi
pada waktu itu adalah menata tempat untuk para pedagang karena pada
awalnya para pedagang berjualan tidak hanya ditepi jalan namun juga
ditengah trotoar jalan sehingga mengganggu jalannya arus lalu lintas
sehingga para pedagang hanya boleh berjualan di tepi jalan saja. Dengan
terbentuknya Paguyuban Pasar Tiban Salatiga ini semua pedagang Pasar
Tiban bisa menjadi anggota dari Paguyuban Pasar Tiban Salatiga
sehingga dapat diatur dan guyub menjadi satu dalam Paguyuban Pasar
Tiban Salatiga. Adanya Paguyuban Pasar Tiban Salatiga ini aktivitas di
Pasar Tiban Salatiga terkondisikan dan mencegah adanya tindak kriminal
ataupun hal-hal yang merugikan lainnya. Untuk mengetahui segala
informasi, ingin berjualan ataupun apapun mengenai Pasar Tiban dapat
langsung datang ke Posko Paguyuban Pasar Tiban Salatiga yang terletak
di depan Soto Pak Biron.102
2. Struktur Pengurus Paguyuban Pasar Tiban “Margorejo”
Struktur pengurus Paguyuban Margorejo terdiri dari Masyarakat
Kelurahan Pulutan yang meliputi:
101 Ibid., tanggal 19 Mei 2019 pukul 20.32 WIB. 102 Hasil wawancara dengan Pak Biron, selaku Ketua Paguyuban Pasar Tiban Salatiga,
pada hari minggu tanggal 19 Mei 2019 pukul 20.32 WIB.
76
a. Pelindung : Akhmad Kharis S.E. (Kepala Desa
Pulutan)
b. Penasihat : H. Muh. Syafi’i
c. Pembina : Aiptu Sudarsono
d. Keamanan : Bhayangkara Pembina Keamanan dan
Ketertiban Masyarakat (Bhabinkamtibnas) Desa Pulutan
e. Ketua : Pak Biron
f. Sekretaris : Sholikun
g. Bendahara : Nasikun
h. Pembantu Umum : Pak Wandi
i. Anggota (Para Pedagang Pasar Tiban Salatiga)
Kepengurusan pada Paguyuban Margorejo ini tidak ada
pembatasan masa jabatan, hal ini dikarenakan tidak adanya peraturan
yang mengatur tentang masa jabatan dalam Paguyuban Pasar Margorejo
dan juga banyak anggota ataupun pengurus lainnya yang tidak ingin
menyalonkan dirinya menjadi ketua ataupun posisi jabatan yang lainnya.
Pengurus Paguyuban Margorejo dalam mengelola Pasar Tiban ini tidak
menerima gaji ataupun uang apapun, para Pengurus Paguyuban bekerja
dengan ikhlas dalam mengelola Pasar Tiban dengan tujuan untuk
meningkatkan perekonomian masyarakat.103
Dalam sebulan sekali, para pengurus Paguyuban Pasar Tiban
Salatiga “Margorejo” mengadakan kumpulan atau rapat rutinan untuk
103 Hasil wawancara dengan Pak Biron, selaku Ketua Paguyuban Pasar Tiban Salatiga,
pada hari minggu tanggal 19 Mei 2019 pukul 20.32 WIB.
77
membahas kemajuan pasar dan mengevaluasi berjalannya aktivitas di
Pasar Tiban Salatiga. Jika perlu adanya peraturan baru untuk pengelolaan
Pasar Tiban yang lebih baik, maka para pengurus akan membuat atau
menambahkan peraturan demi pengelolaan yang lebih baik.
E. Sistem Pengelolaan Pasar Tiban Salatiga
1. Sistem Pengaturan Pasar Tiban Salatiga
Pengelolaan Pasar Tiban Salatiga dikelola langsung oleh
Paguyuban Pasar Tiban Salatiga walaupun lokasi Pasar Tiban ini terletak
di wilayah kecamatan Sidomukti dan kecamatan Sidorejo. Peraturan di
Pasar Tiban dibuat dengan kesepakatan semua pedagang atau anggota
Pasar Tiban yang di pimpin oleh Paguyuban Pasar Tiban Salatiga. Dalam
pembuatan peraturan ini para pengurus Paguyuban Pasar Tiban membuat
draft peraturan terlebih dahulu yang berisikan hak-hak para pedagang dan
juga sanksi-sanksi bagi para pedagang yang melanggar aturan, setelah itu
draft yang sudah dibuat disebarkan kepada para anggota atau para
pedagang Pasar Tiban Salatiga untuk di setujui secara bersama-sama.
Persetujuan peraturan yang dilakukan secara bersama-sama dengan para
pedagang ini bertujuan agar para pedagang dapat menaati peraturan yang
telah disepakati secara bersama-sama.104 Dalam pengelolaan Pasar Tiban
Salatiga ini Pemerintah Kota Salatiga tidak ikut terlibat dalam hal apapun
termasuk juga pajak daerah, semua pengelolaan dikelola oleh Paguyuban
Pasar Tiban sendiri. Namun Pemerintah Kota Salatiga membantu dalam
104 Hasil wawancara dengan Pak Biron, selaku Ketua Paguyuban Pasar Tiban Salatiga,
pada hari minggu tanggal 19 Mei 2019 pukul 20.32 WIB.
78
segi keamanan yang dilakukan oleh Polsek Sidorejo dengan melaksanakan
patroli setiap minggunya di Pasar Tiban.105
2. Sistem Pendataan Pedagang dan Biaya Lapak di Pasar Tiban Salatiga
Pedagang dari manapun bisa berjualan di Pasar Tiban walaupun
Pasar Tiban Salatiga terletak diwilayah kecamatan Sidomukti dan
kecamatan Sidorejo tetapi tidak ada aturan yang boleh jualan di Pasar
Tiban hanya warga sekitar saja, namun dari manapun asalnya boleh
berjualan di Pasar Tiban Salatiga tanpa membeda-bedakan. Sampai tahun
2019 sekarang ada sebanyak 800 lebih pedagang yang berjualan di Pasar
Tiban Salatiga berdasarkan data dari Paguyuban “Margorejo” Pasar Tiban
Salatiga dan 40% adalah pedagang dari warga Kelurahan Pulutan. Para
pedagang yang ingin berjualan di Pasar Tiban Salatiga tidak perlu
membayar uang penyewaan tempat karena Paguyuban “Margorejo” Pasar
Tiban tidak menerapkan sistem menjual ataupun menyewakan lapak bagi
para pedagang yang ingin berjualan di Pasar Tiban Salatiga, namun
Paguyuban “Margorejo” Pasar Tiban Salatiga hanya memungut biaya
kebersihan seikhlasnya tanpa minimal pembayaran kepada seluruh
pedagang Pasar Tiban Salatiga. Bagi para pedagang yang ingin berjualan
di Pasar Tiban Salatiga harus konfirmasi terlebih dahulu kepada Pengurus
Paguyuban “Margorejo” Pasar Tiban Salatiga agar nantinya akan
disediakan tempat untuk berjualan.106
105 Hasil wawancara dengan Pak H. Muh Syafi’i, selaku Dewan Penasehat Paguyuban
Pasar Tiban Salatiga, pada hari kamis tanggal 16 Mei 2019 pukul 20.11 WIB. 106 Hasil wawancara dengan Pak H. Muh Syafi’i, selaku Dewan Penasehat Paguyuban
Pasar Tiban Salatiga, pada hari kamis tanggal 16 Mei 2019 pukul 20.11 WIB.
79
3. Sistem Pembagian Pedagang Tetap dan Non Tetap
Pedagang yang berjualan di Pasar Tiban Salatiga dibagi menjadi 2
yaitu pedagang tetap dan pedagang sementara. Pedagang sementara yaitu
para pedagang yang baru saja berjualan di Pasar Tiban dan belum tentu
berjualan setiap minggunya di Pasar Tiban Salatiga. Sedangkan jika ingin
menjadi pedagang tetap harus berjualan minimal 3 bulan secara rutin
setiap minggunya di Pasar Tiban Salatiga dan setelah itu barulah pedagang
tersebut bisa menjadi pedagang tetap dan mendapat Kartu Tanda Anggota
dari Paguyuban Pasar Tiban Salatiga serta tempat yang digunakan untuk
berjualan juga menjadi paten hingga minggu seterusnya. Walaupun
pedagang tetap sudah memiliki tempat yang sudah paten bukan berarti
tempat itu menjadi milik pedagang, jadi ketika pedagang tersebut tidak
berangkat harus tetap konfirmasi terlebih dahulu kepada Paguyuban
“Margorejo” Pasar Tiban Salatiga agar tempatnya dapat digunakan oleh
pedagang lain yang ingin berjualan juga di Pasar Tiban Salatiga. Hal
tersebut diterapkan kepada para pedagang untuk mencegah terjadinya
kecurangan yang dilakukan oleh pedagang yang memanfaatkan keadaan
dengan menjual lapak kepada orang lain untuk berjualan ditempatnya.107
4. Sanksi Bagi Pedagang Yang Melanggar Aturan
Paguyuban “Margorejo” Pasar Tiban bersikap tegas terhadap para
pedagang yang melanggar aturan. Bagi para pedagang yang melanggar
aturan akan langsung ditegur oleh pengurus Paguyuban “Margorejo” Pasar
107 Hasil wawancara dengan Pak Biron, selaku Ketua Paguyuban Pasar Tiban Salatiga,
pada hari minggu tanggal 19 Mei 2019 pukul 20.32 WIB.
80
Tiban. Salah satu sanksi yang diterapkan oleh Paguyuban “Margorejo”
Pasar Tiban kepada para pedagang adalah jika pedagang tidak berangkat
berjualan di Pasar Tiban sebanyak 3 kali berturut-turut tanpa konfirmasi
kepada pengurus Paguyuban “Margorejo” Pasar Tiban maka tempat untuk
jualannya akan dicabut atau disterilkan dalam artian pedagang yang tidak
berangkat 3 kali tanpa konfirmasi itu tidak mempunyai tempat tetap lagi
untuk berjualan di Pasar Tiban Salatiga.108
5. Sistem Pengelolaan Parkir
Dalam pengelolaan tempat parkir, Paguyuban “Margorejo” Pasar
Tiban Salatiga bekerjasama dengan para pemuda di wilayah sekitar Pasar
Tiban Salatiga. Pengelolaan parkir di Pasar Tiban Salatiga dibagi menjadi
3 wilayah yaitu Pulutan Lor, Pulutan Kidul, dan Kecandran. Setiap
masing-masing wilayah ada koordinatornya. Dari masing-masing wilayah
yang mengurusi parkir akan bekerjasama dengan para pemuda sekitar
untuk ikut mengelola parkir, jadi siapapun yang ingin ikut mengelola
parkir diperbolehkan tanpa ada syarat dan ketentuan apapun. Hasil parkir
yang terkumpul akan dibagi hasil dengan para anggota juru parkir dan juga
akan disetorkan ke Paguyuban Pasar Tiban Salatiga untuk dikelola.109
6. Sistem Pengelolaan Dana Hasil Parkir, Uang Bulanan dan Uang
Kebersihan
Dana hasil dari parkir akan dikumpulkan menjadi satu dengan uang
kebersihan para pedagang ke Paguyuban dan kemudian akan dimasukkan
108 Ibid., tanggal 19 Mei 2019 pukul 20.32 WIB. 109 Hasil wawancara dengan Fajar, Anggota Parkir Pasar Tiban Salatiga wilayah Pulutan
Lor, pada hari minggu tanggal 18 Agustus 2019 pukul 09.38 WIB.
81
ke dana khas Paguyuban yang dibagi menjadi 3 pos yaitu dana sosial
anggota, dana kegiatan (PHBI dan lain-lain) dan dana sosial masyarakat.
Ketika ada anggota yang terkena musibah maka bisa menggunakan dana
sosial anggota untuk membantu anggota yang sedang terkena musibah.
Lalu dana khas tersebut juga digunakan untuk acara rutinan yang dari
Paguyuban Pasar Tiban Salatiga seperti acara rutinan 2 tahun sekali yaitu
pertemuan akbar antar pedagang sekaligus pengajian umum dan acara
rutinan 1 tahun sekali yaitu Halal Bi Halal, perayaan hari jadi Pasar Tiban
Salatiga yang dibuka untuk umum dan lain sebagainya. Dana khas yang
telah terkumpul dikelola sendiri oleh Paguyuban Pasar Tiban dan dana
sedikitpun tidak mengalir ke Pemerintah Kota Salatiga dari segi apapun
termasuk juga untuk keamanan walaupun dari pihak Polsek Sidorejo
melakukan patroli setiap minggunya.110
7. Kewenangan Pihak Pengurus
Keunikan dalam pengelolaan Pasar Tiban Salatiga ini adalah Pasar
Tiban Salatiga dapat diliburkan kapanpun oleh Pengurus Paguyuban Pasar
Tiban Salatiga sebagai pihak yang mengelola, namun diliburkannya Pasar
Tiban Salatiga bukan tanpa alasan. Pasar Tiban Salatiga diliburkan ketika
ada event besar atau acara yang melewati Jalan Lingkar Selatan Salatiga.
Menjelang hari Raya Idhul Fitri biasanya Pasar Tiban Salatiga akan
diliburkan dan akan beroperasi kembali setelah lebaran usai. Dalam
sebulan sekali, Paguyuban mengadakan kumpulan atau rapat rutinan untuk
110 Hasil wawancara dengan Pak Biron, selaku Ketua Paguyuban Pasar Tiban Salatiga,
pada hari minggu tanggal 19 Mei 2019 pukul 20.32 WIB.
82
membahas kemajuan pasar dan mengevaluasi berjalannya aktivitas di
Pasar Tiban Salatiga.111
8. Terbuka Untuk Umum
Pasar Tiban Salatiga ini bersifat terbuka untuk siapapun termasuk
instansi manapun. Bagi Instansi, organisasi atau pihak luar yang ingin
mengadakan acara atau melakukan penggalangan dana sosial di Pasar
Tiban Salatiga juga harus izin terlebih dahulu ke Paguyuban Pasar Tiban
Salatiga agar tidak terjadi kesalahpahaman. Ketika event yang
dilaksanakan di Pasar Tiban Salatiga membutuhkan tempat maka akan
dicarikan tempat juga untuk melakukan kegiatan tersebut. Banyak dari
Instansi Pemerintahan yang sudah melakukan kegiatan di Pasar Tiban
Salatiga seperti Dinas Perpajakan dan juga Bea Cukai Semarang.112
F. Praktik Jual Beli Di Pasar Tiban Salatiga
Praktik jual beli di Pasar Tiban Salatiga sama seperti halnya jual beli di
pasar-pasar tradisional lainnya. Berbagai jenis barang dagangan ada di Pasar
Tiban Salatiga, seperti pakaian, makanan, hingga hewan ternak. Sesuai dengan
hasil wawancara dengan Pak Biron selaku ketua umum Paguyuban Margorejo
Pasar Tiban Salatiga yang mengatakan bahwa:
“Di Pasar JB ini banyak sekali yang berjualan, mulai dari pakaian
anak-anak sampai orang tua, mainan anak-anak, peralatan rumah
tangga, segala jenis tanaman hias dan tanaman buah, lalu segala jenis
makanan dan minuman seperti soto, sate ayam, pecel, jajanan,
makanan tradisional, dan masih banyak lagi yang lainnya, kalo
disebutkan satu-satu nanti seperti daftar menu makanan di warung. Di
Pasar JB tidak ada yang jualan rica-rica waung, gak ada yang jual
111 Ibid., tanggal 19 Mei 2019 pukul 20.32 WIB. 112 Hasil wawancara dengan Pak Biron, selaku Ketua Paguyuban Pasar Tiban Salatiga,
pada hari minggu tanggal 19 Mei 2019 pukul 20.32 WIB.
83
swike kodok, gak ada yang jual minuman keras, lalu kalau hewan yang
diperjualbelikan disini juga paling anak-anak ayam yang warna-warni
itu terus juga ada yang jual ikan-ikan hias. Sedangkan untuk masalah
harga kita tidak memberikan patokan harus dijual berapa, untuk
masalah harga kita serahkan ke masing-masing penjual”113
Praktik jual beli di Pasar Tiban Salatiga tidak ada pengaturan harga oleh para
pedagang, harga dagangan terserah pedagang masing-masing seperti hasil
wawancara berikut:
“Saya berjualan di Pasar JB itu baru mulai 2 tahunan, saya jualan
sepatu-sepatu. Untuk penentuan harga sepatu ini ya sesuai dengan
harga jual pada normalnya, tidak harus ikut harga jual orang yang
jualan sepatu di Pasar JB. Soalnya masalah keuntungan itu tergantung
orangnya masing-masing mau ngambil keuntungan berapa. Lalu kalo
ada pembeli yang nawar harga ya gakpapa kan itu wajar kalo ada
pembeli yang nawar”114
Berbagai jenis barang dagangan ada di Pasar Tiban Salatiga mulai dari
makanan dan minuman, segala jenis pakaian, peralatan rumah tangga, hewan
ternak, segala jenis tanaman hias dan tanaman buah-buahan, dan masih
banyak lagi barang dagangan yang lainnya. Lalu untuk penentuan harga, pihak
Paguyuban Pasar Tiban Salatiga tidak mengatur harga yang harus
diperjualbelikan, namun untuk penentuan harga diserahkan langsung ke
masing-masing penjual. Sehingga dengan diserahkannya penentuan harga oleh
masing-masing penjual, maka dalam transaksi jual beli antara penjual dan
pembeli bisa terjadi tawar menawar untuk kesepakatan harga.
113 Hasil wawancara dengan Pak Biron, selaku Ketua Paguyuban Pasar Tiban Salatiga,
pada hari minggu tanggal 18 Agustus 2019 pukul 08.18 WIB. 114 Hasil wawancara dengan Ibu Tasliyah warga Pulutan RT 3 RW 2, penjual sepatu di
Pasar Tiban Salatiga, pada hari minggu tanggal 18 Agustus 2019 pukul 09.14 WIB.
84
G. Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Kelurahan Pulutan Sebelum
Adanya Pasar Tiban Salatiga
Jalan Lingkar Selatan Salatiga dibangun melewati 7 kelurahan
dibagian barat Kota Salatiga, salah satunya adalah kelurahan pulutan.
Pembangunan Jalan Lingkar Selatan Salatiga ini dilakukan di atas lahan yang
sebagian besar masih berupa lahan tak terbangun yang terletak di pinggiran
Kota Salatiga. Lokasi pembangunan jalan lingkar tersebut berkarakteristik
pedesaan dengan fungsi utama lahan sebagai kawasan permukiman dan
pertanian.
Sebelum ada pembangunan Jalan Lingkar Selatan Salatiga dan juga
sebelum adanya Pasar Tiban Salatiga, masyarakat menggunakan lahan
mereka diantaranya berupa sawah, tegal, dan perkebunan. Sesuai dengan
hasil wawancara dengan Bapak Gatot Wahyudi selaku Sekretaris Keluraha
Pulutan yang mengatakan bahwa:
“Sebelum adanya pembangunan Jalan Baru dan Pasar JB pasar atau
Pasar Minggu yang ada di hari minggu itu sebagian disini ada yang
usaha UMKM, ada yang petani dan ada pegawai tapi sedikit. Namun
kebanyakan warga Pulutan dahulu itu adalah petani karena dulu
sebelum pembangunan Jalan Baru itu disana adalah lahan pertanian
milik warga”115
Berdasarkan wawancara tersebut sebagian masyarakat dahulu sebelum
adanya Jalan Lingkar Selatan Salatiga dan Pasar Tiban Salatiga
menggantungkan hidupnya dari hasil mengolah lahan tanah milik mereka.
Setelah pembangunan Jalan Lingkar Selatan sudah selesai pada tahun 2010
115 Hasil wawancara dengan Pak Gatot Wahyudi, selaku sekretaris Kelurahan Pulutan
Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga, pada hari selasa tanggal 23 Juli 2019 pukul 11.33 WIB.
85
dan setelah itu terbentuklah Pasar Tiban Salatiga pada tahun 2011 karena
pada saat itu banyak para masyarakat yang memanfaatkan adanya Jalan
Lingkar Selatan Salatiga untuk jalan santai dan juga ada beberapa yang
mencoba mencari penghasilan dengan berjualan di JLS Salatiga, sehingga
beberapa masyarakat Kelurahan Pulutan sekarang ada yang berjualan di Pasar
Tiban Salatiga. Beberapa masyarakat Kelurahan Pulutan juga ada yang
bekerja sebagai pegawai namun hanya sedikit, kebanyakan masyarakat
Keluarahan Pulutan bekerja sebagai petani dan juga berdagang.
H. Persepsi Masyarakat Umum, Pemilik Warung dan juga Masyarakat yang
Berjualan di Pasar Tiban Salatiga Tentang Keberadaan Pasar Tiban
Salatiga
Keberadaan Pasar Tiban Salatiga memberikan dampak yang berbeda-
beda bagi masyarakat sekitar Pasar Tiban Salatiga khususnya masyarakat
Keluarahan Pulutan. Masing-masing warga masyarakat Kelurahan Pulutan
mempunyai pendapat berbeda-beda tentang keberadaan Pasar Tiban Salatiga,
diantaranya:
1. Persepsi Masyarakat Kelurahan Pulutan Tentang Keberadaan Pasar Tiban
Salatiga Secara Umum
Beberapa warga masyarakat Kelurahan Pulutan yang tidak
berjualan menganggap keberadaan Pasar Tiban Salatiga ada yang
mengatakan dapat meningkatkan ekonomi masyarakat dan kemandirian
masyarakat dalam berdagang ataupun usaha bagi warga disekitar Pasar
Tiban Salatiga dan juga warga Salatiga sendiri, namun tidak semua warga
86
masayarakat Keluarahan Pulutan ikut berjualan di Pasar Tiban, karena
tidak semua orang memiliki minat dibidang perdagangan. Seperti hasil
wawancara dengan salah satu tokoh masyarakat Kelurahan Pulutan
sebagai berikut:
“Keberadaan Pasar JB sangat luar biasa meningkatkan
perekonomian masyarakat. Dengan adanya Pasar JB itu masyarakat
bisa berjualan disana untuk mencari pendapatan tambahan di hari
minggu dan sebagai pengisi waktu libur bekerja dan bagi para
remaja bisa mendapatkan penghasilan dari uang parkir. Namun
tidak semua masyarakat Pulutan berjualan di Pasar JB, karena tidak
semua orang memiliki minat di bidang perdagangan. Disamping itu
keberadaan Pasar JB juga menambah ramainya kota, karena
banyak orang dari luar Kelurahan Pulutan maupun dari luar
Salatiga yang datang di Pasar JB untuk jalan-jalan maupun untuk
berjualan”116
Persepsi beberapa masyarakat tentang keberadaan Pasar Tiban Salatiga
mengatakan bahwa Pasar Tiban Salatiga sangat membantu masyarakat
untuk meningkatkan pendapatan keluarga dan juga memanfaatkan keadaan
yang ada untuk membuka usaha jualan di Pasar Tiban Salatiga sebagai
pekerjaan sampingan diluar pekerjaan pokoknya sebagai petani ataupun
pekerjaan lainnya, seperti data wawancara berikut:
“Ya adanya Pasar JB itu dapat menambah penghasilan bagi
keluarga dan adanya Pasar JB itu mendorong masyarakat untuk
memanfaatkannya dengan membuka usaha kecil-kecilan seperti
jualan es ataupun jualan makanan sebagai pekerjaan sampingan,
kan soalnya Pasar JB hanya sampai jam 11 saja jadi yang petani
bisa jualan di Pasar JB dulu dan setelah jualan di Pasar JB baru
kembali lagi ke sawah atau kebunnya”117
116 Hasil wawancara dengan Pak H. Muh Syafii, selaku Ketua RW 2 Kelurahan Pulutan
Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga, pada hari kamis tanggal 16 Mei 2019 pukul 20.11 WIB. 117 Hasil wawancara dengan Pak M. Kurdi warga RT 3 RW 2 Kelurahan Pulutan
Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga, Pada hari minggu 26 Mei 2019 pukul 20.11 WIB.
87
Selanjutnya ada persepsi warga masyarakat yang menganggap adanya
Pasar Tiban Salatiga adalah hal biasa dan hanya membuat tambahnya
pengeluaran untuk uang jajan anak-anaknya, namun dengan adanya Pasar
Tiban Salatiga juga mempermudah untuk berbelanja karena jaraknya yang
dekat dengan Pasar Tiban Salatiga hanya sekitar 400m dari pemukiman
warga, berikut hasil wawancaranya:
“pertama-tama adanya JB ya cepet-cepet pergi ke JB, tapi lama
kelamaan adanya JB ya biasa saja. Sekarang kalo ke JB itu
tergantung anak saya, kalau anak yang kecil itu minta ke JB ya ke
JB kalo ndak ya ndak, kan pemborosan kalo ke JB terus. Tapi
adanya Pasar JB ya membantu masyarakat yang ingin membeli
sayur atau membeli perlengkapan rumah lebih dekat ke JB karena
jaraknya yang dekat sekitar 400m daripada harus pergi ke Kota
yang jauh dan mengeluarkan ongkos untuk ke Kota”118
Pada intinya persepsi masyarakat terhadap keberadaan Pasar Tiban
Salatiga tergantung dari warga masyarakat sekitar apakah bisa
memanfaatkan adanya Pasar Tiban Salatiga atau tidak.
2. Persepsi Pemilik Warung di Kelurahan Pulutan Tentang Keberadaan Pasar
Tiban Salatiga
Keberadaan Pasar Tiban Salatiga memberikan dampak yang
berbeda bagi pemilik usaha rumahan atau pemilik UMKM sekitar Pasar
Tiban Salatiga. Pemilik UMKM sekitar Pasar Tiban Salatiga ada yang
menganggap adanya Pasar Tiban Salatiga memberikan tambahan
pendapatan dari usaha yang dimilikinya karena lokasinya yang dekat
118 Hasil wawancara dengan Ibu Sri Wihayati warga RT 3 RW 2 Kelurahan Pulutan
Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga, Pada hari minggu 26 Mei 2019 pukul 20.08 WIB.
88
dengan Pasar Tiban Salatiga sehingga banyak orang yang dari Pasar Tiban
Salatiga mampir ke warungnya. Seperti hasil wawancara berikut:
“Saya berjualan sebelum adanya JB dibangun saya sudah jualan,
kan Jb itu dibangun tahun 2012-an, kalau dulu saya jualan
dipinggir lapangan Pulutan dan sekarang pindah di deket Pasar JB.
Kalau untuk pendapatan dihari biasa itu sepi jadi keuntungannya
ya paling sekitar 50 ribuan, tapi kalo minggu ya Alhamdulillah
lebih banyak karena banyak orang-orang yang pergi ke JB dan
setelah ke JB mereka mampir ke warung untuk makan ke
warung”119
Ada juga pemilik UMKM atau warung yang menganggap adanya Pasar
Tiban Salatiga tidak memberikan dampak terhadap keuntungan ataupun
pengurangan penghasilannya tapi dengan adanya Pasar Tiban Salatiga bisa
mengangkat ekonomi warga sekitar karena bisa berjualan disana dan
beranggapan bahwa penghasilan selama satu minggu jualan dirumah bisa
didapat dengan satu hari berjualan di Pasar Tiban Salatiga. Seperti hasil
wawancara berikut:
“adanya Pasar JB tidak mempengaruhi penghasilan. Penghasilan
dari jualan ini ya tidak nentu kadang di hari biasa lebih banyak
dibanding hari minggu. Tapi ya saya gak jualan di JB karena ribet
kalo bawa barang-barang buat jualannya, yang terpenting ya saya
jualan disini lancar. Tapi ya adanya Pasar JB ini seneng juga
karena kalo ada keperluan belanja apa-apa bisa ke Pasar JB yang
deket”120
Lalu ada juga pemilik warung atau pemilik UMKM yang memilih libur
dihari minggu untuk beristirahat dibanding berjualan di rumah, karena
119 Hasil wawancara dengan Ibu Sri Ngatini penjual lotek di dekat Pasar Tiban Salatiga,
warga RT 1 RW 3 Kelurahan Pulutan Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga, Pada hari minggu 30
Juni 2019 pukul 10.48 WIB. 120 Hasil wawancara dengan Ibu ulfiyah penjual lotek dan kelontongan, warga RT 3 RW 2
Kelurahan Pulutan Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga, Pada hari minggu 30 Juni 2019 pukul 10.48
WIB.
89
sudah ada banyak penjual yang ada di Pasar Tiban Salatiga, sesuai hasil
wawancara berikut:
“Kalo hari minggu saya tidak jualan sayuran kan soalnya itu udah
ada JB, terus kebanyakan juga belanjanya di JB terus saya tidak
jualan, soalnya kalo saya jualan ntar bisa rugi misalnya saya masak
sayuran kalo tidak habis kan bisa rugi, jadi kalo hari minggu tutup
untuk istirahat saja. Tapi kalo toko kelontongannya tetap buka.
Adanya pasar JB itu ya gak terlalu pengaruh untuk jualan saya,
soalnya semua rezeki sudah diatur masing-masing.
Alhamdulillahnya juga walaupun saya jualannya di belakang
maksudnya tidak dekat jalan ya alhamdulillah tetep laku”121
Berdasarkan data wawancara terhadap pemilik warung atau pemilik
UMKM diatas menunjukkan bahwa keberadaan Pasar Tiban Salatiga
memberikan keuntungan bagi penjual makanan yang terletak di dekat
Pasar Tiban Salatiga namun juga ada usaha warung yang tidak terlalu
terpengaruhi dengan keberadaan Pasar Tiban Salatiga. Mereka meyakini
bahwa semua rezeki sudah ada yang mengatur.
3. Persepsi Masyarakat Kelurahan Pulutan yang Berjualan di Pasar Tiban
Salatiga Tentang Keberadaan Pasar Tiban Salatiga
Keuntungan keberadaan Pasar Tiban Salatiga sangat dirasakan bagi
masyarakat Pulutan yang berjualan di Pasar Tiban Salatiga. Mereka
merasakan perbedaan keuntungan yang sangat besar antara berjualan di
tempat lain dengan berjualan di Pasar Tiban Salatiga. Para warga yang
berjualan sangat merasa diuntungkan dengan adanya Pasar Tiban Salatiga
dengan keadaannya yang ramai pengunjung sehingga mudah mendapatkan
konsumen. Seperti hasil wawancara berikut:
121 Hasil wawancara dengan Ibu Murti’ah penjual sayuran dan juga kelontongan, warga
RT 3 RW 2 Kelurahan Pulutan Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga, Pada hari minggu 26 Mei 2019
pukul 19.47 WIB.
90
“Saya jualan gorengan itu kalo hari biasa di perempatan kecandran,
tapi kalo hari minggu ya jualan di JB. Kalau di perempatan
kecandran itu bukanya sore sampai habis dagangan baru tutup
sekitar malem jam 10 an. Tapi kalau di JB buka jam 6 pagi sampe
jam 11.00 kadang sampe jam 11.30 baru tutup. Untuk pengahasilan
sebenarnya sama saja, cuma kalau di JB itu ya waktu jualannya
hanya sebentar sehingga kadang dagangannya gak sampe habis,
kadang juga bisa habis. Kalau di JB itu kan banyak yang datang ke
JB jadinya bisa banyak pembeli”122
Ada juga warga masyarakat Pulutan yang sebelumnya tidak berjualan
menjadi berjualan setelah adanya Pasar Tiban Salatiga karena semua orang
boleh jualan di Pasar Tiban Salatiga dan juga dengan memanfaatkan
keadaan yang ada karena banyak orang yang jalan-jalan di Jalan Lingkar
Salatiga, sesuai hasil wawancara berikut:
“Sebelum adanya Pasar JB itu saya cuma seorang ibu rumah
tangga biasa, nah setelah adanya Pasar JB saya baru ikut jualan,
soalnya di Pasar JB itu kan boleh siapa aja jualan. Saya berjualan
disini itu mulai tahun 2011 pada saat awal-awal ada Pasar JB ini.
Awalnya itu kan dulu banyak yang jalan-jalan di JB, daripada saya
cuma ikut jalan-jalan ya saya langsung coba-coba jualan soto disini
dan ternyata kok laris. Selama jualan disini ya penghasilannya
lumayan. Tapi saya jualan hanya di hari minggu saja soalnya kan
ramai pengunjung. Dulu pernah jualan tiap hari juga di JB sini tapi
ya gak terlalu laku jadi ya mendingan jualan di hari minggu saja
yang sudah pasti banyak pengunjungnya”123
Ada juga yang dulunya jualan setiap hari di tempat lain lalu setelah adanya
Pasar Tiban Salatiga akhirnya memilih untuk berjualan di Pasar Tiban
Salatiga karena melihat banyak yang jualan di Pasar Tiban Salatiga yang
122 Hasil wawancara dengan Ibu Sriatun pedagang gorengan di Pasar JB, warga RT 3 RW
3 Kelurahan Pulutan Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga, Pada hari minggu 7 Juli 2019 pukul 10.03
WIB. 123 Hasil wawancara dengan Ibu Umi pedagang soto di Pasar JB, warga RT 2 RW 3
Kelurahan Pulutan Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga, Pada hari minggu 4 Agustus 2019 pukul
09.53 WIB.
91
laku dan akhirnya ikut untuk berjualan di Pasar Tiban Salatiga juga, sesuai
dengan hasil wawancara berikut:
“Sebelum jualan di JB itu saya jualan mie ayam gardu di dekat
Balai Desa Pulutan. Setelah saya tidak jualan mie ayam lalu saya
pindah haluan jadi tukang kebun saja. Nah setelah awal-awal
adanya Pasar JB sekitar tahun 2011-an, dulu itu baru ada sekitar 4
atau 5 orang yang berjualan di situ. Saat itu saya melihat kok
banyak orang yang jualan kok laris jadinya kok pengen juga jualan
di sana dan akhirnya ikut jualan disitu ya Alhamdulillah kok
lancar. Saya jualannya sekarang hanya di Pasar JB itu, kalo hari-
hari biasa saya kerja di kebun”124
Lalu juga ada warga Pulutan yang berjualan di Pasar Tiban Salatiga
sebagai pekerjaan sampingan diluar pekerjaan utamanya sekaligus untuk
mengisi waktu libur kerjanya dengan berjualan di Pasar Tiban Salatiga
yang dapat menambah perekonomian keluarga dan juga mendukung ide
istrinya untuk jualan es krim pot, sesuai dengan hasil wawancara berikut:
“Pekerjaan saya dihari-hari biasa itu proyek, nah untuk mengisi
kekosongan waktu di hari minggu itu saya jualan es krim pot untuk
menambah perekonomian keluarga. Nah sekalian juga mendukung
ide istri untuk jualan es krim pot mumpung ada ide dan kemauan
kita harus bener-bener mendukung. Saya jualan di JB sekitar 5
tahunan dan untuk masalah penghasilan ya boleh dikatakan naik
turun dalam artian lumayan lah untuk penghasilan tambahan”125
Ada juga warga pulutan yang dulunya jualan ditempat lain akhirnya jualan
di Pasar Tiban Salatiga yang lebih ramai pengunjungnya sehingga
pengahasilannya lebih baik daripada berjualan ditempat lain, sesuai hasil
wawancara berikut:
124 Hasil wawancara dengan Pak Moh Triyono pedagang soto di Pasar JB, warga RT 3
RW 3 Kelurahan Pulutan Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga, Pada hari minggu 4 Agustus 2019
pukul 14.23 WIB. 125 Hasil wawancara dengan Pak Samsul Hudi pedagang es krim pot di Pasar JB, warga
RT 1 RW 2 Kelurahan Pulutan Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga, Pada hari minggu 4 Agustus
2019 pukul 15.22 WIB.
92
“Dulu sebelum adanya pasar JB itu saya jualan bakso di dekat
lapangan Desa Pulutan, lalu setelah adanya Pasar JB ini saya
pindah jualan di JB ini tapi tidak jualan bakso lagi karena tidak
laku terus ya jualan es degan sama minuman es lainnya. Saya
pindah di JB ini karena mencari yang lebih ramai pengunjungnya
apalagi pada waktu minggu itu kan banyak pengunjung disini.
Untuk pengahasilannya ya lumayan apalagi waktu hari minggu ada
Pasar JB itu, bisa dikatakan hari minggu itu puncaknya”126
Ada juga warga Pulutan yang sudah lama berjualan di rumahnya sendiri
sekitar 8 tahun lalu ikut juga untuk berjualan di Pasar Tiban Salatiga
karena lokasi rumahnya yang dekat dengan Pasar Tiban Salatiga dengan
jarak sekitar 400meter dan juga ketika berjualan di Pasar Tiban Salatiga
dapat menghasilkan pengahasilan lumayan, sesuai hasil wawancara
berikut:
“Saya jualan di rumah itu sudah lama sekitar 8 tahunan ya jualan
nasi rames begitu. Lalu kalau jualannya di Pasar JB itu sudah 3
tahun tapi kalau di Pasar JB itu jualannya nasi uduk. Saya ikut
jualan di Pasar JB itu kan bisa buat tambahan penghasilan dari
jualan saya di hari biasa, soalnya kalo di Pasar JB itu jualannya
lebih laku, ramai dan juga rumah saya juga dekat dengan Pasar JB
palingan cuma sekitar 400meter jaraknya. Jadi penghasilan dari
jualan di JB itu bisa buat tambahan untuk anak kuliah”127
Jadi dengan adanya Pasar Tiban Salatiga ini para warga Pulutan yang
berjualan di Pasar Tiban Salatiga sangat senang karena keuntungan yang
didapat lebih besar di banding hari-hari biasanya, lalu yang sebelumnya
tidak berjualan sama sekali dan setelah adanya Pasar Tiban Salatiga bisa
menumbuhkan jiwa wirausaha pada masyarakat sekitar untuk bisa
126 Hasil wawancara dengan Pak Sasmito Aji pedagang es degan di Pasar JB, warga RT 3
RW 3 Kelurahan Pulutan Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga, Pada hari minggu 4 Agustus 2019
pukul 14.56 WIB. 127 Hasil wawancara dengan Ibu Santi pedagang nasi uduk di Pasar JB, warga RT 1 RW 3
Kelurahan Pulutan Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga, Pada hari minggu 4 Agustus 2019 pukul
20.12 WIB.
93
berjualan dan mendapatkan tambahan pendapatan, ada juga yang
memanfaatkan waktu libur mereka untuk berjualan di Pasar Tiban Salatiga
sebagai pekerjaan sampingan sehingga dapat membantu mengangkat
perekonomian keluarganya, kemudian ada juga yang sehari-harinya
berjualan di tempat lain akhirnya memilih untuk berjualan di Pasar Tiban
Salatiga karena banyak pengunjungnya dan juga dianggap sebagai
puncaknya berjualan sehingga membantu mengangkat perekonomian
mereka. Namun tidak semua warga Kelurahan Pulutan ikut memanfaatkan
keberadaan Pasar Tiban Salatiga dengan berjualan di sana, karena tidak
semua orang memiliki minat di bidang perdagangan.
94
BAB IV
ANALISIS KEBERADAAN PASAR TIBAN SALATIGA DALAM
PENINGKATAN EKONOMI UMAT YANG BERKEADILAN SOSIAL DI
KELURAHAN PULUTAN KECAMATAN SIDOREJO KOTA SALATIGA
Semua orang bisa melakukan kegiatan bermu’amalah, karena pada
dasarnya semua bentuk kegiatan bermu’amalah itu diperbolehkan kecuali ada dalil
yang melarangnya. Salah satu jenis kegiatan yang sering dilakukan oleh manusia
adalah jual beli. Kegiatan jual beli ini sering dilakukan di pasar. Pasar menjadi
jantung perekonomian dan membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Kedudukan pasar masih tetap penting dan menyatu dalam masyarakat, karena
banyak masyarakat yang masih membutuhkan pasar dalam mencari pendapatan
dan juga kebutuhan dalam transaksi jual beli. Kota Salatiga sendiri memiliki
banyak pasar yang dapat membantu mengangkat perekonomian masyarakat
diantaranya Pasar Raya Salatiga dan beberapa pasar daerah di Kota Salatiga. Ada
pasar yang unik di Salatiga yaitu Pasar Tiban Salatiga yang terletak dipinggiran
Jalan Lingkar Selatan Salatiga dan hanya beroperasi dihari minggu saja.
Keberadaan Pasar Tiban Salatiga sendiri berdiri tanpa adanya suatu
perencanaan dan atas dasar kebiasaan masyarakat sekitar yang mempergunakan
Jalan Lingkar Selatan Salatiga sebagai tempat untuk jalan santai dan juga banyak
orang yang memanfaatkan keadaan tersebut untuk membuka lapak berjualan
disekitar Jalan Lingkar Selatan Salatiga hingga sampai saat ini. Keberadaan Pasar
Tiban Salatiga harus memberikan rasa keadilan dimana para warga sekitar Pasar
Tiban memiliki hak haknya untuk bekerja atau mencari nafkah dan ikut mengelola
95
Pasar Tiban Salatiga khususnya bagi masyarakat keluarahan Pulutan. Disamping
memperhatikan rasa keadilan, keberadaan Pasar Tiban Salatiga juga harus
memperhatikan prinsip-prinsip ekonomi Islam dalam kegiatan jual belinya
maupun dalam pengelolaanya serta dapat meningkatkan perekonomian
masyarakat sekitar. Untuk itu peneliti sangat tertarik untuk mengetahui
keberadaan Pasar Tiban Salatiga terhadap keadilan sosial dan peningkatan
ekonomi umat sekitar Pasar Tiban Salatiga. Peneliti ingin mengetahui keberadaan
Pasar Tiban Salatiga, apakah rasa keadilan sosial dirasakan bagi masyarakat
Pulutan dan apakah dalam pengelolaan Pasar Tiban Salatiga sudah sesuai dengan
prinsip ekonomi Islam serta dapat meningkatkan ekonomi. Dengan melakukan
analisa keadilan sosial dan peningkatan ekonomi umat, kita dapat mengetahui
kondisi keadilan sosial dan peningkatan ekonomi umat di sekitar Pasar Tiban
Salatiga.
A. Peran Pasar Tiban Salatiga Dalam Peningkatan Ekonomi Umat
Keberadaan Pasar Tiban Salatiga sangat membantu meningkatkan
perekonomian masyarakat Kelurahan Pulutan. Hal ini dapat diketahui dari
warga Pulutan yang memanfaatkan keberadaan Pasar Tiban Salatiga untuk
menambah penghasilan. Masyarakat yang berjualan di Pasar Tiban Salatiga
sangat senang karena keuntungan yang didapat lebih besar di banding hari-
hari biasanya, lalu yang sebelumnya tidak berjualan sama sekali dan setelah
adanya Pasar Tiban Salatiga bisa menumbuhkan jiwa wirausaha pada
masyarakat sekitar untuk bisa berjualan dan mendapatkan tambahan
pendapatan, lalu ada juga yang memanfaatkan waktu libur mereka untuk
96
berjualan di Pasar Tiban Salatiga sebagai pekerjaan sampingan sehingga dapat
membantu mengangkat perekonomian keluarganya, kemudian ada juga yang
sehari-harinya berjualan di tempat lain akhirnya memilih untuk berjualan di
Pasar Tiban Salatiga karena banyak pengunjungnya dan juga dianggap sebagai
puncaknya berjualan sehingga membantu mengangkat perekonomian mereka.
Lalu para pemuda Kelurahan Pulutan bisa mendapatkan penghasilan dari hasil
mengelola parkir di Pasar Tiban Salatiga.
Disamping membantu meningkatkan perekonomian masyarakat
Kelurahan Pulutan, Pasar Tiban juga dikelola dengan baik. Dalam pengelolaan
mekanismen pasar, Islam memiliki norma tertentu. Menurut pandangan Islam
yang diperlukan adalah suatu bentuk penggunaan dan pendistribusian tertentu
secara benar serta dibentuknya suatu sistem kerja yang bersifat produktif. Sifat
produktif itu hendaklah dilandasi oleh sikap dan niat yang baik untuk
mencapai bentuk penggunaan dan pendistribusian tersebut. Dengan demikian,
model dan pola yang dikehendaki adalah sistem operasional pasar yang
normal atau pasar persaingan sempurna.128
Agar mekanisme pasar dapat berjalan dengan baik dan memberikan
mutual goodwill bagi para pelakunya, maka nilai moralitas mutlak harus
ditegakkan. Secara khusus, nilai moralitas yang mendapat perhatian penting
dalam pasar adalah persaingan yang sehat, kejujuran, keterbukaan dan
keadilan. Nilai moralitas ini memiliki akar yang kuat dalam ajaran Islam,
128 Perpustakaan Nasional RI: Katalog Dalam Terbitan (KDT), Pembangunan Ekonomi
Umat (Tafsir Al-Qur’an Tematik), cetakan pertama (Jakarta: Lajnah Pentashilan Mushaf Al-
Qur’an, No. 1/2009), hlm. 272.
97
untuk itulah Rasulullah SAW telah menetapkan beberapa larangan terhadap
praktek bisnis yang dapat mengganggu mekanisme pasar yang islami.129
Islam melarang memperjualbelikan sesuatu yang diharamkan, seperti
memperjualbelikan makanan dan minuman haram, ada unsur gharar dan
maisir, sesuai dengan Q.S. Al-Maidah 5/90:
م رجس من عامال الشيطاان يسر واالانصااب واالازلا يا أاي هاا الذينا آمانوا إناا الامر واالما
فااجتانبوه لاعالكم ت فلحونا
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum)
khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan
panah, adalah termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-
perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan” (QS. Al
Maidah/5: 90).130
Berdasarkan hasil data wawancara diketahui bahwa yang diperjualbelikan di
Pasar Tiban Salatiga adalah segala jenis barang mulai dari makanan dan
minuman, segala jenis pakaian, peralatan rumah tangga, hewan ternak, segala
jenis tanaman hias dan tanaman buah-buahan, serta tidak ada yang berjualan
dengan unsur perjudian. Segala makanan dan minuman yang diperdagangkan
di Pasar Tiban Salatiga adalah makanan dan minuman yang halal, tidak ada
makanan dan minuman yang diharamkan dalam Islam seperti daging anjing,
daging babi, dan minuman keras, serta tidak adanya jual beli yang
mengandung unsur perjudian.
129 Sukamto, “Memahami Mekanisme Pasar Dalam Ekonomi Islam”, Jurnal Sosial
Humaniora, Vol. 5 No. 1, (Juni 2012), hlm. 21. 130 Q.S. Al Maidah (5) Ayat 90.
98
Prinsip Islam dalam mengelola pasar juga tidak boleh ada monopoli
atau persaingan usaha tidak sehat. Monopoli adalah suatu keadaan di mana di
dalam pasar hanya ada satu penjual sehingga tidak ada pihak lain yang
menyainginya.131 Oleh karena hanya ada satu produsen yang memproduksi
suatu barang, maka tidak ada barang saingan yang dapat mengganti barang
tersebut (no substitute). Akibatnya, pemegang monopoli dapat menentukan
harga pada tingkat yang ia inginkan dengan cara mengurangi atau menambah
jumlah barang yang ia tawarkan di pasar (price makers).
Berdasarkan hasil data wawancara diketahui bahwa dalam Pasar Tiban
Salatiga terdapat berbagai jenis pedagang yang sama dan tidak adanya
pengaturan harga dalam penentuan harga jual oleh salah seorang usaha atau
oleh Paguyuban Pasar Tiban Salatiga sendiri. Persaingan usaha yang terjadi di
Pasar Tiban Salatiga adalah persaingan usaha sehat atau persaingan sempurna
dimana banyak penjual dan pembeli sehingga memberi implikasi bahwa setiap
penjual menjual sebagian kecil dari seluruh barang yang ditawarkan di pasar
dan juga barang-barang yang sedang ditawarkan semuanya sama (homogen),
sehingga barang yang satu dapat saling menggantikan barang yang lain
dengan sempurna (perfect substitute).
Kegiatan pasar (kegiatan ekonomi) tidak sepantasnya menyebabkan
terhalangnya melakukan ibadah kepada Allah SWT. Karena pada dasarnya
kegiatan ekonomi itu hanyalah untuk melakukan kegiatan ibadah kepada
Allah. Apabila kegiatan ekonomi ini melalaikan terhadap zikrullah, maka
131 Boediono, Ekonomi Mikro, Yogyakarta: BPFE, 2016, hlm. 125.
99
kerugian dunia dan akhiratlah yang akan didapatkan. Dan di dalam
pengelolaan Pasar Tiban Salatiga tidak menghalangi ibadah kepada Allah,
karena Pasar Tiban Salatiga hanya dibuka mulai jam 06.00 WIB sampai jam
11.00 WIB sehingga tidak mengambil waktu ibadah sholat 5 waktu.
Pasar Tiban Salatiga dikelola dengan sistem pengelolaan yang baik dan
tidak melenceng dari prinsip pasar dalam Islam. Semua yang terjadi di Pasar
Tiban Salatiga benar-benar diawasi oleh Paguyuban Pasar Tiban Salatiga,
sehingga tidak ada suatu barang haram yang dilarang diperjualbelikan oleh
agama maupun negara dan juga tidak adanya pengaturan harga dari pihak
pedagang maupun dari pihak Paguyuban Pasar Tiban Salatiga. Sehingga
dalam Pasar Tiban Salatiga tercipta suatu sistem pasar yang baik dan juga
terciptanya persaingan usaha yang sehat antar pedagang, hal ini akan
memberikan keuntungan oleh semua pihak dari unsur pedagang maupun
pembeli dan tidak ada pihak yang merasa dirugikan.
Keberadaan Pasar Tiban Salatiga ini benar-benar dapat meningkatkan
perekonomian masyarakat Kelurahan Pulutan, yang sebelumnya tidak
mempunyai pekerjaan atau penghasilan akhirnya bisa mendapatkan
penghasilan dari adanya Pasar Tiban Salatiga. Sebanyak 800 pedagang di
Pasar Tiban Salatiga 40% atau sekitar 320 pedagang adalah berasal dari warga
Kelurahan Pulutan, ini menunjukkan bahwa banyak warga pulutan yang
memanfaatkan keberadaan Pasar Tiban Salatiga untuk meningkatkan
pendapatan mereka. Dari jumlah total penduduk 4.553 orang ada 320 orang
yang berjualan di Pasar Tiban Salatiga sehingga hanya 14,2% dari jumlah
100
keseluruhan warga Kelurahan Pulutan, hal ini memberikan peningkatan
ekonomi sebesar 14,2% bagi warga masyarakat Kelurahan Pulutan. Tidak
semua warga Kelurahan Pulutan ikut memanfaatkan keberadaan Pasar Tiban
Salatiga dengan berjualan disana, karena tidak semua warga Kelurahan
Pulutan mempunyai minat atau keinginan untuk ikut berjualan di Pasar Tiban
Salatiga. Walaupun tidak semua warga Kelurahan Pulutan ikut berjualan, tapi
mereka bisa ikut serta dalam mengelola Pasar Tiban Salatiga ataupun ikut
serta mengelola parkir.
B. Peran Pasar Tiban Salatiga Dalam Pengembangan Ekonomi Umat Yang
Berkeadilan Sosial
Pasar Tiban Salatiga adalah pasar tradisional dengan keadaannya yang
masih asri tanpa adanya bangunan dengan sistem tawar menawar dan
persaingan usaha yang terjadi di Pasar Tiban Salatiga pun persaingan
sempurna dimana banyak penjual dan pembeli tanpa adanya pengaturan harga
diantara penjual serta Pasar Tiban Salatiga ini bersifat mingguan karena pasar
ini hanya buka di hari minggu pagi jam 06.00 WIB sampai siang saja sekitar
jam 11.00 WIB dan Pasar Tiban Salatiga ini dikelola langsung oleh
masyarakat sekitar sendiri tanpa melibatkan Pemerintah Kota Salatiga dalam
mengelola Pasar Tiban Salatiga. Barang-barang yang diperjualbelikan di Pasar
Tiban Salatiga pun bervariasi mulai dari makanan, elektronik, furniture,
fashion hingga buah-buahan dan sayur-sayuran.
Keadilan sosial masyarakat Keluarahan Pulutan di sekitar Pasar Tiban
Salatiga dapat dilihat dari sikap warga Pulutan yang memanfaatkan
101
keberadaan Pasar Tiban Salatiga, sesuai hasil wawancara dengan beberapa
warga Pulutan menunjukkan bahwa dengan adanya Pasar Tiban Salatiga
warga Pulutan bisa berbelanja kebutuhan sehari-hari dengan mudah karena
keberadaan Pasar Tiban Salatiga yang dekat sekitar 400meter dari pemukiman
warga Pulutan. Kemudian bagi warga Pulutan yang berjualan di Pasar Tiban
Salatiga sangat senang karena keuntungan yang didapat lebih besar di banding
hari-hari biasanya, lalu yang sebelumnya tidak berjualan sama sekali dan
setelah adanya Pasar Tiban Salatiga bisa menumbuhkan jiwa wirausaha pada
masyarakat sekitar untuk bisa berjualan dan mendapatkan tambahan
pendapatan, lalu ada juga yang memanfaatkan waktu libur mereka untuk
berjualan di Pasar Tiban Salatiga sebagai pekerjaan sampingan sehingga dapat
membantu mengangkat perekonomian keluarganya, kemudian ada juga yang
sehari-harinya berjualan di tempat lain akhirnya memilih untuk berjualan di
Pasar Tiban Salatiga karena banyak pengunjungnya dan juga dianggap sebagai
puncaknya berjualan sehingga membantu mengangkat perekonomian mereka.
Lalu para pemuda Kelurahan Pulutan bisa mendapatkan penghasilan dari hasil
mengelola parkir di Pasar Tiban Salatiga.
Indikator keadilan dapat diketahui melalui prinsip keadilan, prinsip
keadilan yang pertama, yakni: The greatest equal liberty principle (setiap
orang mempunyai hak yang sama atas kebebasan dasar yang paling luas dan
sama bagi semua individu)132, hal ini sudah dirasakan oleh warga masyarakat
Keluarahan Pulutan dimana mereka juga mempunyai hak untuk mencari
132 Jown Rawls, Teori Keadilan Dasar-dasar Filsafat Politik untuk Mewujudkan
Kesejahteraan Sosial dalam Negeri, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006), hlm. 72.
102
penghasilan atau bekerja di Pasar Tiban Salatiga. Banyak warga masyarakat
Kelurahan Pulutan yang sebelumnya tidak berjualan akhirnya setelah adanya
di Pasar Tiban Salatiga ikut berjualan walaupun tidak semua warga
masyarakat Kelurahan Pulutan ikut berjualan di Pasar Tiban Salatiga karena
tidak semua orang berminat dalam bidang perdagangan. Hal ini sejalan
dengan prinsip keadilan sosial yang dirumuskan oleh Moh. Hatta yaitu adanya
hak mendapatkan penghidupan dan pekerjaan yang layak yang tercantum
dalam UUD 1945 Pasal 27 ayat (2).
Prinsip yang kedua yaitu The difference principle (prinsip
ketidaksamaan atau ketimpangan sosial dan ekonomi). Prinsip kedua
ketimpangan sosial dan ekonomi yang ada di tengah masyarakat, harus diatur
sedemikian rupa sehingga dapat diharapkan memberi keuntungan pada setiap
orang serta semua posisi dan jabatan terbuka bagi semua orang.133 Hal ini juga
telah diatur dalam pengelolaan Pasar Tiban Salatiga, dimana warga
masyarakat Kelurahan Pulutan yang ingin berbelanja dapat berbelanja dengan
dekat di Pasar Tiban Salatiga dengan jarak sekitar 400meter dari pemukiman,
dan setiap ada kegiatan yang diadakan oleh Paguyuban Pasar Tiban Salatiga
juga dibuka untuk umum seperti pengajian umum yang diadakan dalam
memperingati hari besar Islam dan jalan sehat, sehingga semua warga
masyarakat keluarahan Pulutan dapat ikut berpartisipasi. Lalu para pemuda
Kelurahan Pulutan bisa mendapatkan pengahsilan dari hasil mengelola parkir
di Pasar Tiban Salatiga, sehingga hal ini menghilangkan ketimpangan sosial
133 Ibid.,
103
dan ekonomi pada masyarakat Kelurahan Pulutan. Para warga masyarakat
Keluarahan Pulutan pun juga bisa ikut serta dalam mengelola Pasar Tiban
Salatiga dengan ikut Paguyuban Margorejo Pasar Tiban Salatiga.
Keadilan sosial ini sangat dirasakan secara langsung oleh masyarakat
Kelurahan Pulutan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keberadaan Pasar
Tiban Salatiga memberikan keadilan sosial bagi masyarakat Kelurahan
Pulutan dan juga memberikan peningkatan ekonomi masyarakat Kelurahan
Pulutan. Keadilan sosial dan peningkatan ekonomi ini dapat dilihat dengan
adanya Pasar Tiban Salatiga para masyarakat yang sebelumnya tidak berjualan
menjadi berjualan di Pasar Tiban Salatiga karena semua orang boleh ikut
berjualan, ada yang berjualan di Pasar Tiban Salatiga sebagai pekerjaan
sampingan diluar pekerjaan pokoknya sebagai petani ataupun pekerjaan
lainnya, para pemilik warung seperti warung makan pun bertambah ramai
dengan banyaknya pengunjung dari Pasar Tiban Salatiga, pemilik warung
yang sebelumnya tempatnya jauh dari Pasar Tiban Salatiga akhirnya mendekat
disekitar Pasar Tiban Salatiga. Lalu para pemuda Kelurahan Pulutan bisa
mendapatkan pengahsilan dari hasil mengelola parkir di Pasar Tiban Salatiga
dan para warga masyarakat Keluarahan Pulutan pun juga bisa ikut serta dalam
mengelola Pasar Tiban Salatiga dengan ikut Paguyuban Margorejo Pasar
Tiban Salatiga. Sehingga keberadaan Pasar Tiban Salatiga dapat menambah
penghasilan masyarakat dan menumbuhkan rasa kemandirian untuk
melakukan kegiatan usaha serta dengan keberadaan Pasar Tiban Salatiga ini
sangat membantu meningkatkan perekonomian masyarakat Kelurahan
104
Pulutan, serta memberikan rasa keadilan sosial bagi masyarakat kelurahan
Pulutan sehingga terciptanya masyarakat yang adil dan makmur secara merata
tanpa ada ketimpangan sosial dan ekonomi.
C. Faktor Yang Mempengaruhi Peningkatan Ekonomi Masyarakat
Kelurahan Pulutan Di Pasar Tiban Salatiga
Data pedagang di Pasar Tiban Salatiga dari minggu ke minggu selalu
bertambah, data pedagang sampai tahun 2019 ini sudah mencapai 800
pedagang yang berjualan. Dari 800 pedagang Pasar Tiban Salatiga 40% atau
sekitar 320 pedagang adalah pedagang yang berasal dari warga Kelurahan
Pulutan. Warga Kelurahan Pulutan yang ikut berjualan di Pasar Tiban Salatiga
ini memanfaatkan keadaan untuk mencari rezeki. Mayoritas pedagang warga
Kelurahan Pulutan berjualan makanan mulai dari soto hingga sate di Pasar
Tiban Salatiga.
Ada beberapa faktor yang membuat masyarakat Kelurahan Pulutan
ikut serta berjualan di Pasar Tiban Salatiga sehingga mampu meningkatkan
perekonomian mereka. Faktor yang pertama adalah jarak yang dekat, dengan
jarak yang hanya sekitar 400m dari pemukiman akan mempermudah dalam
mempersiapkan dagangannya dari rumah. Faktor kedua yaitu administrasi
yang mudah, para pedagang yang ingin berjualan di Pasar Tiban cukup datang
ke posko Paguyuban Margorejo Pasar Tiban Salatiga untuk mendaftarkan
dirinya sebagai pedagang di Pasar Tiban Salatiga lalu hanya cukup membayar
uang kebersihan sebesar 2rb rupiah dan iuran bulanan sebesar 5rb rupiah.
Faktor ketiga yaitu ramai pengunjung, hampir dipastikan pengunjung di Pasar
105
Tiban Salatiga selalu ramai mulai pagi sampai selesai, sehingga para pedagang
tidak perlu susah-susah mencari pembeli dan memungkinkan barang
dagangannya laku lebih cepat. Faktor keempat yaitu untuk tambahan
pendapatan, banyak warga Kelurahan Pulutan yang berjualan di Pasar Tiban
Salatiga untuk mencari tambahan pendapatan disamping pendapatan dari
pekerjaan pokoknya atau yang sebelumnya tidak berjualan akhirnya berjualan
untuk mengisi waktu libur sekaligus sebagai tambahan pendapatan untuk
membantu perekonomian keluarga.
106
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang penulis lakukan mengenai pengaruh
keberadaan Pasar Tiban Salatiga terhadap keadilan sosial ekonomi umat Islam
masyarakat Kelurahan Pulutan Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga dapat
ditarik kesimpulan bahwa:
1. Peran Pasar Tiban Salatiga sangat membantu dalam meningkatkan
perekonomian masyarakat Kelurahan Pulutan. Sebanyak 800
pedagang di Pasar Tiban Salatiga 40% atau sekitar 320 pedagang
adalah berasal dari warga Kelurahan Pulutan, ini menunjukkan
bahwa banyak warga pulutan yang memanfaatkan keberadaan
Pasar Tiban Salatiga untuk meningkatkan pendapatan mereka. Dari
jumlah total penduduk 4.553 orang ada 320 orang yang berjualan
di Pasar Tiban Salatiga sehingga hal ini memberikan peningkatan
ekonomi sebesar 14,2% bagi warga masyarakat Kelurahan Pulutan.
2. Keberadaan Pasar Tiban Salatiga membantu dalam
mengembangkan perekonomian masyarakat yang berkeadilan
sosial. Keadilan sosial ini sangat dirasakan secara langsung oleh
masyarakat Kelurahan Pulutan. Keberadaan Pasar Tiban Salatiga
memberikan keadilan sosial bagi masyarakat Kelurahan Pulutan
dimana masyarakat Kelurahan Pulutan telah mendapatkan haknya
107
untuk ikut serta dalam pengelolaan Pasar Tiban Salatiga dan telah
mendapatkan haknya untuk ikut mencari penghasilan di Pasar
Tiban Salatiga sehingga memberikan peningkatan ekonomi
masyarakat Kelurahan Pulutan. Keberadaan Pasar Tiban Salatiga
dapat menambah penghasilan masyarakat dan menumbuhkan rasa
kemandirian untuk melakukan kegiatan usaha serta dengan
keberadaan Pasar Tiban Salatiga ini sangat membantu
meningkatkan perekonomian masyarakat Kelurahan Pulutan, serta
memberikan rasa keadilan sosial bagi masyarakat kelurahan
Pulutan sehingga terciptanya masyarakat yang adil dan makmur
secara merata tanpa ada ketimpangan sosial dan ekonomi.
3. Faktor yang membuat masyarakat Kelurahan Pulutan ikut serta
berjualan di Pasar Tiban Salatiga sehingga mampu meningkatkan
perekonomian mereka diantaranya, faktor yang pertama adalah
jarak yang dekat sekitar 400m dari pemukiman warga, faktor kedua
yaitu administrasi yang mudah jika ingin berjualan di Pasar Tiban
Salatiga, faktor ketiga yaitu banyaknya pengunjung yang membuat
para pedagang tidak perlu susah-susah mencari pembeli dan
memungkinkan barang dagangannya laku cepat, lalu faktor yang
terakhir yaitu dapat sebagai tambahan pendapatan disamping dari
pendapatan pokok.
108
B. Saran
Setelah memperhatikan analisis atas gambaran penelitian mengenai
pengaruh keberadaan Pasar Tiban Salatiga terhadap keadilan sosial ekonomi
umat Islam masyarakat Kelurahan Pulutan Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga
maka lebih diupayakan sebagai berikut:
1. Seharusnya Pemerintah Kota Salatiga melalui dinas-dinas yang
terkait lebih memperhatikan dan mengawasi keberadaan Pasar
Tiban Salatiga agar dapat menciptakan Pasar Tiban Salatiga yang
kondusif.
2. Dana hasil dari pengelolaan Pasar Tiban Salatiga harus dikelola
dengan baik dan benar melalui kegiatan-kegiatan sosial agar
terciptanya rasa keadilan yang merata.
3. Keberadaan Pasar Tiban Salatiga harus benar-benar dikelola
dengan benar agar tercipta pasar dengan persaingan sempurna
sehingga tidak ada pihak yang merasa dirugikan.
109
DAFTAR PUSTAKA
“Pasar (Pengertian, Ciri, Fungsi, Jenis/Macam, dan Contohnya),’
http://www.artikelmateri.com/2017/08/pasar-pengertian-ciri-fungsi-
jenis-macam-contoh.html?m=1, diakses 10 April 2019.
Ali, Zainuddin, Hukum Ekonomi Syariah, Jakarta: Sinar Grafika, 2008.
Anggada, Renaldi Tio, “Kebijakan Pemerintah Kota Salatiga terhadap
Keberadaan Pasar Tiban di Jalan Lingkar Salatiga”, Skripsi, Program
Studi Ilmu Hukum, Fakultas Hukum, Universitas Kristen Satya Wacana,
2017
Boediono, Ekonomi Mikro, Yogyakarta: BPFE, 2016.
Buana Putri, Marsista dan Imam Buchori, “Pengaruh Pembangunan Jalan Lingkar
Selatan Salatiga Terhadap Perubahan Karakteristik Sosial Ekonomi
Penduduk di Sekitarnya”, Jurnal Pembangungan Wilayah dan Kota,
Volume 11 (2), 2015.
Departemen Agama RI, Terjemah Alquran Al Kariim Oleh Prof H Mahmud
Junus, Bandung: Al Maarif, 1997.
Dewi, Nurma Kumala dan Iwan Rudiarto, “Identifikasi Alih Fungsi Lahan
Pertanian dan Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Daerah Pinggiran di
Kecamatan Gunungpati Kota Semarang”, Jurnal Wilayah dan
Lingkungan, Volume 1 Nomor 2, 2013.
Dwisvimiar, Inge, “Keadilan Dalam Perspektif Filsafat Ilmu Hukum,” Jurnal
Dinamika Hukum, Vol. 11 No. 3, September 2011.
Hamid, Edy Suandi dan M. B. Hendrie Anto, Ekonomi Indonesia Memasuki
Milenium III, Yogyakarta: UII Press, 2000.
Hartono, Tony, Mekanisme Ekonomi Dalam Konteks Ekonomi Indonesia,
Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006.
110
Hasil wawancara dengan Fajar warga Pulutan, Anggota Parkir Pasar Tiban
Salatiga wilayah Pulutan Lor, pada hari minggu tanggal 18 Agustus
2019 pukul 09.38 WIB.
Hasil wawancara dengan Ibu Murti’ah penjual sayuran dan juga kelontongan,
warga RT 3 RW 2 Kelurahan Pulutan Kecamatan Sidorejo Kota
Salatiga, Pada hari minggu 26 Mei 2019 pukul 19.47 WIB.
Hasil wawancara dengan Ibu Santi pedagang nasi uduk di Pasar JB, warga RT 1
RW 3 Kelurahan Pulutan Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga, Pada hari
minggu 4 Agustus 2019 pukul 20.12 WIB.
Hasil wawancara dengan Ibu Sri Ngatini penjual lotek di dekat Pasar Tiban
Salatiga, warga RT 1 RW 3 Kelurahan Pulutan Kecamatan Sidorejo
Kota Salatiga, Pada hari minggu 30 Juni 2019 pukul 10.48 WIB.
Hasil wawancara dengan Ibu Sri Wihayati warga RT 3 RW 2 Kelurahan Pulutan
Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga, Pada hari minggu 26 Mei 2019 pukul
20.08 WIB.
Hasil wawancara dengan Ibu Sriatun pedagang gorengan di Pasar JB, warga RT 3
RW 3 Kelurahan Pulutan Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga, Pada hari
minggu 7 Juli 2019 pukul 10.03 WIB.
Hasil wawancara dengan Ibu Tasliyah warga Pulutan RT 3 RW 2, penjual sepatu
di Pasar Tiban Salatiga, pada hari minggu tanggal 18 Agustus 2019
Hasil wawancara dengan Ibu ulfiyah penjual lotek dan kelontongan, warga RT 3
RW 2 Kelurahan Pulutan Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga, Pada hari
minggu 30 Juni 2019 pukul 10.48 WIB.
Hasil wawancara dengan Ibu Umi pedagang soto di Pasar JB, warga RT 2 RW 3
Kelurahan Pulutan Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga, Pada hari minggu
4 Agustus 2019 pukul 09.53 WIB.
Hasil wawancara dengan Pak Biron, selaku Ketua Paguyuban Pasar Tiban
Salatiga, pada hari minggu tanggal 19 Mei 2019 pukul 20.32 WIB.
111
Hasil wawancara dengan Pak Gatot Wahyudi, selaku sekretaris Kelurahan Pulutan
Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga, pada hari kamis tanggal 16 Mei 2019
pukul 11.35 WIB.
Hasil wawancara dengan Pak H. Muh Syafi’i, Dewan Penasehat Paguyuban Pasar
Tiban Salatiga, pada hari kamis tanggal 16 Mei 2019 pukul 20.11 WIB.
Hasil wawancara dengan Pak H. Muh Syafii, selaku Ketua RW 2 Kelurahan
Pulutan Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga, pada hari kamis tanggal 16
Mei 2019 pukul 20.11 WIB.
Hasil wawancara dengan Pak M. Kurdi warga RT 3 RW 2 Kelurahan Pulutan
Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga, Pada hari minggu 26 Mei 2019 pukul
20.11 WIB.
Hasil wawancara dengan Pak Moh Triyono pedagang soto di Pasar JB, warga RT
3 RW 3 Kelurahan Pulutan Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga, Pada hari
minggu 4 Agustus 2019 pukul 14.23 WIB.
Hasil wawancara dengan Pak Samsul Hudi pedagang es krim pot di Pasar JB,
warga RT 1 RW 2 Kelurahan Pulutan Kecamatan Sidorejo Kota
Salatiga, Pada hari minggu 4 Agustus 2019 pukul 15.22 WIB.
Hasil wawancara dengan Pak Sasmito Aji pedagang es degan di Pasar JB, warga
RT 3 RW 3 Kelurahan Pulutan Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga, Pada
hari minggu 4 Agustus 2019 pukul 14.56 WIB.
Kadir W. Abd., San Afri Awang, dkk, “Analisis Kondisi Sosisal Ekonomi
Masyarakat Sekitar Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung, Provinsi
Sulawesi Selatan”, Jurnal Manusia dan Lingkungan, Vol. 19. No. 1,
2012.
Mankiw, N. Gregory, Pengantar Ekonomi edisi ke-2 Jilid 1, Jakarta: Erlangga,
2003.
Mardani, Hukum Sistem Ekonomi Islam, Depok: PT RajaGrafindo Persada, 2017.
Moleong, Lexy J, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2007.
112
Perarturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor: 53/M-
DAG/PER/12/2008 Tentang Pedoman Penataan dan Pembinaan Pasar
Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern.
Peraturan Daerah Kota Salatiga Nomor 12 Tahun 2013 Tentang Pengelolaan,
Pemberdayaan, dan Perlindungan Pasar Tradisional.
Peraturan Presiden republik Indonesia Nomor 112 Tahun 2007 Tentang Penataan
dan Pembinaan Pasar Tradisional Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern.
Perpustakaan Nasional RI: Katalog Dalam Terbitan (KDT), Pembangunan
Ekonomi Umat (Tafsir Al-Qur’an Tematik), Jakarta: Lajnah Pentashilan
Mushaf Al-Qur’an, 2009.
Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam (P3EI), “Ekonomi Islam”,
Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2014.
Putri, Agesta Yudiana, “Dampak Aktivitas Pasar Kaget di Jalan Lingkar Selatan
Kota Salatiga Terhadap Pendapatan Pedagang”, Skripsi, Program Studi
Ilmu Ekonomi, FEB-UKSW, 2018.
Rahman, Abdul, “Implementasi Nilai “Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat
Indonesia” Di Masyarakat Desa Meranti,” Skripsi, Universitas
Muhammadiyah Surakarta, 2017.
Rahmat, Muhammad dan Ahmad Erani Yustika, Di Bawah Bendera Pasar Dari
Nasionalisasi Menuju Liberalisasi Ekonomi, Malang: Empatdua, 2017.
Rawls, John, Teori Keadilan Dasar-dasar Filsafat Politik untuk Mewujudkan
Kesejahteraan Sosial dalam Negeri, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006.
Reksohadiprodjo, Sukanto, Ekonomika Publik, Yogyakarta: BPFE, 2001.
Rosadi, Otong, QUO VADIS HUKUM EKOLOGI DAN KEADILAN SOSIAL
Dalam Perenungan Pemikiran (Filsafat) Hukum, Yogyakarta: Dua
Satria Offset, 2012.
113
Rozalinda, Ekonomi Islam Teori dan Aplikasinya pada Aktivitas Ekonomi,
Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2014.
Santoso, Agus, Hukum, Moral, dan Keadilan: Sebuah Kajian Filsafat Hukum,
Jakarta: Kencana, 2012.
Sukamto, “Memahami Mekanisme Pasar Dalam Ekonomi Islam”, Jurnal Sosial
Humaniora, Vol. 5 No. 1, 2012.
Tambunan, Tulus T.H, Perekonomian Indonesia, Bogor: Ghalia Indonesia, 2009.
_______, Perekonomian Indonesia Kajian Teoritis dan Analisis Empiris, Bogor:
Ghalia Indonesia, 2014.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan
Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2014 Tentang Perdagangan.
Usman, Rachmadi, Hukum Persaingan Usaha di Indonesia, Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama, 2004.
Widjaja, Gunawan dan Ahmad Yani, Seri Hukum Bisnis: Anti Monopoli, Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada, 2002.
Yulia Fauzia, Ika dan Abdul Kadir Riyadi, Prinsip Dasar Ekonomi Islam
Perspektif Maqashid Al-Syari’ah, Jakarta: Prenadamedia Group, 2014.
Zunaidi, Muhammad, “Kehidupan Sosial Ekonomi Pedagang Di Pasar Tradisional
Pasca Relokasi dan Pembangunan Pasar Modern”, Jurnal Sosiologi
Islam, Jilid 3. No. 1, 2013.
114
DAFTAR PERTANYAAN
Pertanyaan untuk Pemerintah Kelurahan Pulutan:
1. Bagaimana gambaran umum Kelurahan Pulutan?
2. Berapa jumlah penduduk sampai sekarang?
3. Apa rata-rata pendidikan warga?
4. Ada berapa UMKM di Kelurahan Pulutan?
5. Bagaimana kondisi sosial ekonomi sebelum adanya Pasar Tiban Salatiga?
6. Apa rata-rata profesi penduduk Kelurahan Pulutan?
115
Pertanyaan untuk Paguyuban Pasar Tiban Salatiga:
1. Bagaimana gambaran umum Pasar Tiban Salatiga?
2. Bagaimana sejarah berdirinya Pasar Tiban Salatiga?
3. Kapan terbentuknya Paguyuban Pasar Tiban Salatiga?
4. Mengapa dibentuk suatu Paguyuban?
5. Bagaimana struktur kepengurusan Paguyuban Pasar Tiban Salatiga?
6. Bagaimana sistem pengelolaan Pasar Tiban Salatiga?
7. Adakah kerjasama dengan Pemerintah Kelurahan Pulutan mengenai
pengelolaan Pasar Tiban Salatiga?
8. Apakah ada pengawasan dari Pemerintah Kota Salatiga?
9. Bagaimana praktik jual beli yang terjadi di Pasar Tiban Salatiga?
116
Daftar pertanyaan untuk pengelola parkir:
1. Siapa saja yang ikut serta dalam mengelola parkir di Pasar Tiban Salatiga?
2. Bagaimana pengelolaan dana dari hasil parkir?
3. Apakah ada uang imbalan untuk para pengurus parkir?
117
Daftar pertanyaan untuk warga Kelurahan Pulutan secara umum:
1. Sudah berapa lama tinggal di Kelurahan Pulutan?
2. Apa pekerjaannya?
3. Apakah sering ke Pasar Tiban Salatiga?
4. Bagaimana tanggapannya mengenai adanya Pasar Tiban Salatiga?
5. Apakah keberadaan Pasar Tiban Salatiga memberikan pengaruh kepada
masyarakat Kelurahan Pulutan?
118
Daftar pertanyaan untuk pemilik warung di Kelurahan Pulutan:
1. Sudah berapa lama berjualan?
2. Barang apa saja yang diperjualbelikan?
3. Berapa penghasilan selama berjualan?
4. Mengenai adanya Pasar Tiban Salatiga, apakah memberikan pengaruh
terhadap penghasilan?
5. Bagaimana tanggapannya mengenai keberadaan Pasar Tiban Salatiga? apakah
berpengaruh dengan jualannya?
119
Daftar pertanyaan untuk warga Kelurahan Pulutan yang berjualan di Pasar Tiban
Salatiga:
1. Sudah berapa lama berjualan di Pasar Tiban Salatiga?
2. Barang apa yang diperjualbelikan?
3. Apakah juga berjualan di rumah?
4. Bagaimana penghasilan berjualan di Pasar Tiban Salatiga?
5. Apa alasannya berjualan di Pasar Tiban Salatiga?
6. Bagaimana tanggapannya tentang pengelolaan Pasar Tiban Salatiga?
7. Bagaimana praktik jual beli yang ada di Pasar Tiban Salatiga? apakah ada
pengaturan harga?
120
CURRICULUM VITAE
Data Pribadi
Nama : Mohammad Thoha
TTL : Pati, 11 September 1997
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Alamat : Ds. Ngurenrejo RT 04/RW 03, Kec.
Wedarijaksa, Kab. Pati
Email : [email protected]
CP : 0895395247041
087843251791 (WA)
Latar Belakang Pendidikan
2003-2009 : SDN Ngurenrejo
2009-2012 : MTs Silahul Ulum Asempapan
2012-2015 : MA Silahul Ulum Asempapan
Pengalaman Organisasi
1. Ketua Umum Ikatan Keluarga Mahasiswa Pati (IKMP) Salatiga tahun 2016
2. Pengurus Himpunan Mahasiswa Jurusan Hukum Ekonomi Syari’ah IAIN
Salatiga devisi sosial politik tahun 2016
3. Wakil Ketua Umum Himpunan Mahasiswa Jurusan Hukum Ekonomi Syari’ah
IAIN Salatiga tahun 2017
4. Pengurus Dewan Eksekutif Mahasiswa (DEMA) Fakultas Syari’ah IAIN
Salatiga devisi jaringan komunikasi dan informasi tahun 2018
121
5. Pengurus Kelompok Studi Ekonomi Islam (KSEI) IAIN Salatiga devisi
kaderisasi tahun 2018
6. Anggota Asosiasi Studi Hukum Ekonomi Syari’ah Indonesia (ASHESI)
Demikian Curriculum Vitae ini saya buat dengan sebenar-benarnya,
semoga dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.
Hormat Saya,
Mohammad Thoha
122
LAMPIRAN DOKUMENTASI
Wawancara dengan Pak Gatot selaku sekretaris kelurahan Pulutan
Wawancara dengan Pak Biron selaku ketua paguyuban Pasar Tiban Salatiga
Wawancara dengan Pak Syafi’I selaku penasehat paguyuban Pasar Tiban Salatiga
123
Posko paguyuban Pasar Tiban Salatiga
Wawancara dengan Pak Syafi’I selaku ketua RW 2 kelurahan Pulutan
Wawancara dengan Ibu Sri Wihayati warga RT 2 RW 3 kelurahan Pulutan
124
Wawancara dengan Ibu Murti’ah pedagang kelontongan dan sayuran di rumah
Wawancara dengan Ibu Sri Ngatini penjual lotek di dekat Pasar Tiban Salatiga
Wawancara dengan Ibu Ulfiyah pedagang lotek dan kelontongan
125
Wawancara dengan Ibu Umi pedagang soto di Pasar Tiban Salatiga
Wawancara dengan Pak Sasmito pedagang es degan di Pasar Tiban Salatiga
Wawancara dengan Ibu Tasliyah pedagang sepatu di Pasar Tiban Salatiga
126
Wawancara dengan Ibu Sriatun pedagang gorengan di Pasar Tiban Salatiga
Wawancara dengan Ibu Santi pedagang nasi uduk di Pasar Tiban Salatiga
Keadaan Pasar Tiban Salatiga