Keberadaan Ikan Napoleon (Cheilinus Undulatus) di Perairan Kepulauan Sembilan Sinjai Sulawesi...

8
KSI-PI 41 FNPKSI - IV KEBERADAAN IKAN NAPOLEON (Cheilinus undulatus) DI PERAIRAN KEPULAUAN SEMBILAN SINJAI SULAWESI SELATAN Arip Rahman, Mujiyanto, Amran Ronny Syam Balai Penelitian Pemulihan dan Konservasi Sumberdaya Ikan [email protected] ABSTRAK Ikan napoleon (Cheilinus undulatus) merupakan salah satu jenis ikan yang dilindungi dan termasuk kedalam spesies terancampunah (endangered species). Perairan Kepulauan Sembilan merupakan salah satu perairan yang memiliki kondisi terumbu karang yang cukup baik dan disekitarnya terdapat jaring apung tempat pembesaran dan penampungan ikan napoleon hasil tangkapan nelayan disekitar Kepulauan Sembilan. Tujuan penelitian adalah untuk menentukan keberadaan ikan napoleon di Perairan Kepulauan Sembilan. Penelitian dilakukan pada bulan Mei 2013, dengan menggunakan metode survey lapangan. Penentuan lokasi penelitian sesuai dengan tempat nelayan melakukan penangkapan ikan napoleon yaitu daerah Marempu, Latoiya, Bungimpare dan Makodang yang berada di sekitar Pulau Sembilan. Luasan terumbu karang disekitar lokasi penelitian dihitung berdasarkan hasil interpretasi citra satellite Landsat 8 OLI yang diakuisisi pada bulan April 2013. Hasil sensus visual di wilayah Marempu dengan luas sapuan area 1,7 ha diperoleh kepadatan ikan napoleon 6,3 individu/ha dengan kondisi terumbu karang berdasarkan persen tutupan karang hidup berkisar antara 15-60%. Di sekitar lokasi Bungimpare dengan luas sapuan 0,9 ha diperoleh kepadatan ikan napoleon 5,5 individu/ha dengan luas tutupan karang hidup 30-60%. Wilayah Makodang dengan luas sapuan 1,3 ha diperoleh kepadatan ikan napoleon 0,8 individu/ha dengan luas tutupan karang hidup 60%. Sementara itu hasil sensus visual di wilayah Latoiya tidak ditemukan ikan napoleon. Kata kunci: kepulauan sembilan , napoleon, sinjai, sensus visual, sulawesi selatan PENDAHULUAN Ikan Napoleon (Cheilinus undulatus) merupakan salah satu ikan karang yang hidup di daerah tropis. Panjang ikan ini bisa mencapai 1,5 meter dan berat 180 kg. Berdasarkan hasil penelitian ikan napoleon jantan pertumbuhannya lebih cepat daripada ikan betinanya (Choat et al., 2006). Ikan napoleon bertelur sepanjang tahun pada musim yang tepat dan sesuai dengan variasi perputaran bulan. Perbandingan antara ikan jantan dan betina pada saat bertelur antara 6:1 dan 10:1, enam atau sepuluh jantan membuahi satu betinanya (Colin, 2010). Ikan napoleon umumnya ditemukan berasosiasi dengan terumbu karang dengan kondisi yang masih baik (Sadovy, et al., 2003). Daerah menetap, pertumbuhan dan daerah perlindungan ikan napoleon berada pada daerah yang memiliki struktur coral branching yang sangat tinggi yang bercampur dengan macroalgae (Tupper, 2007). Ikan napoleon memiliki kebiasaan hidup menyendiri atau berpasangan, tapi terkadang ditemukan dalam satu kelompok berjumlah 3-7 individu (Donaldson, 2001). Juvenil ikan napoleon umumnya banyak ditemukan di padang lamun, sementara ikan dewasanya banyak ditemukan di terumbu karang (Dorenbosch, 2006). Makanan utama ikan napoleon diantaranya moluska, ikan kecil, bulu babi, udang-udangan, dan avertebrata lainnya (Randall et al. 1978).

description

Ikan napoleon (Cheilinus undulatus) merupakan salah satu jenis ikan yang dilindungi dan termasuk kedalam spesies terancampunah (endangered species). Perairan Kepulauan Sembilan merupakan salah satu perairan yang memiliki kondisi terumbu karang yang cukup baik dan disekitarnya terdapat jarring apung tempat pembesaran dan penampungan ikan napoleon hasil tangkapan nelayan disekitar Kepulauan Sembilan. Tujuan penelitian adalah untuk menentukan keberadaan ikan napoleon di Perairan Kepulauan Sembilan. Penelitian dilakukan pada bulan Mei 2013, dengan menggunakan metode survey lapangan. Penentuan lokasi penelitian sesuai dengan tempat nelayan melakukan penangkapan ikan napoleon yaitu daerah Marempu, Latoiya, Bungimpare dan Makodang yang berada di sekitar Pulau Sembilan. Luasan terumbu karang disekitar lokasi penelitian dihitung berdasarkan hasil interpretasi citra satellite Landsat 8 OLI yang diakuisisi pada bulan April 2013. Hasil sensus visual di wilayah Marempu dengan luas sapuan area 1,7 ha diperoleh kepadatan ikan napoleon 6,3 individu/ha dengan kondisi terumbu karang berdasarkan persen tutupan karang hidup berkisar antara 15-60%. Di sekitar lokasi Bungimpare dengan luas sapuan 0,9 ha diperoleh kepadatan ikan napoleon 5,5 individu/ha dengan luas tutupan karang hidup 30-60%. Wilayah Makodang dengan luas sapuan 1,3 ha diperoleh kepadatan ikan napoleon 0,8 individu/ha dengan luas tutupan karang hidup 60%. Sementara itu hasil sensus visual di wilayah Latoiya tidak ditemukan ikan napoleon.

Transcript of Keberadaan Ikan Napoleon (Cheilinus Undulatus) di Perairan Kepulauan Sembilan Sinjai Sulawesi...

  • KSI-PI 41

    FNPKSI - IV

    KEBERADAAN IKAN NAPOLEON (Cheilinus undulatus)

    DI PERAIRAN KEPULAUAN SEMBILAN SINJAI

    SULAWESI SELATAN

    Arip Rahman, Mujiyanto, Amran Ronny Syam

    Balai Penelitian Pemulihan dan Konservasi Sumberdaya Ikan

    [email protected]

    ABSTRAK

    Ikan napoleon (Cheilinus undulatus) merupakan salah satu jenis ikan yang dilindungi dan termasuk

    kedalam spesies terancampunah (endangered species). Perairan Kepulauan Sembilan merupakan salah

    satu perairan yang memiliki kondisi terumbu karang yang cukup baik dan disekitarnya terdapat jaring

    apung tempat pembesaran dan penampungan ikan napoleon hasil tangkapan nelayan disekitar

    Kepulauan Sembilan. Tujuan penelitian adalah untuk menentukan keberadaan ikan napoleon di

    Perairan Kepulauan Sembilan. Penelitian dilakukan pada bulan Mei 2013, dengan menggunakan

    metode survey lapangan. Penentuan lokasi penelitian sesuai dengan tempat nelayan melakukan

    penangkapan ikan napoleon yaitu daerah Marempu, Latoiya, Bungimpare dan Makodang yang berada

    di sekitar Pulau Sembilan. Luasan terumbu karang disekitar lokasi penelitian dihitung berdasarkan

    hasil interpretasi citra satellite Landsat 8 OLI yang diakuisisi pada bulan April 2013. Hasil sensus

    visual di wilayah Marempu dengan luas sapuan area 1,7 ha diperoleh kepadatan ikan napoleon 6,3

    individu/ha dengan kondisi terumbu karang berdasarkan persen tutupan karang hidup berkisar antara

    15-60%. Di sekitar lokasi Bungimpare dengan luas sapuan 0,9 ha diperoleh kepadatan ikan napoleon

    5,5 individu/ha dengan luas tutupan karang hidup 30-60%. Wilayah Makodang dengan luas sapuan

    1,3 ha diperoleh kepadatan ikan napoleon 0,8 individu/ha dengan luas tutupan karang hidup 60%.

    Sementara itu hasil sensus visual di wilayah Latoiya tidak ditemukan ikan napoleon.

    Kata kunci: kepulauan sembilan , napoleon, sinjai, sensus visual, sulawesi selatan

    PENDAHULUAN

    Ikan Napoleon (Cheilinus undulatus) merupakan salah satu ikan karang yang hidup

    di daerah tropis. Panjang ikan ini bisa mencapai 1,5 meter dan berat 180 kg. Berdasarkan

    hasil penelitian ikan napoleon jantan pertumbuhannya lebih cepat daripada ikan betinanya

    (Choat et al., 2006). Ikan napoleon bertelur sepanjang tahun pada musim yang tepat dan

    sesuai dengan variasi perputaran bulan. Perbandingan antara ikan jantan dan betina pada saat

    bertelur antara 6:1 dan 10:1, enam atau sepuluh jantan membuahi satu betinanya (Colin,

    2010).

    Ikan napoleon umumnya ditemukan berasosiasi dengan terumbu karang dengan

    kondisi yang masih baik (Sadovy, et al., 2003). Daerah menetap, pertumbuhan dan daerah

    perlindungan ikan napoleon berada pada daerah yang memiliki struktur coral branching yang

    sangat tinggi yang bercampur dengan macroalgae (Tupper, 2007). Ikan napoleon memiliki

    kebiasaan hidup menyendiri atau berpasangan, tapi terkadang ditemukan dalam satu

    kelompok berjumlah 3-7 individu (Donaldson, 2001). Juvenil ikan napoleon umumnya

    banyak ditemukan di padang lamun, sementara ikan dewasanya banyak ditemukan di

    terumbu karang (Dorenbosch, 2006). Makanan utama ikan napoleon diantaranya moluska,

    ikan kecil, bulu babi, udang-udangan, dan avertebrata lainnya (Randall et al. 1978).

  • Prosiding Forum Nasional Pemulihan dan Konservasi Sumberdaya Ikan - IV

    KSI-PI 41

    Menurut IUCN 2013, ikan napoleon termasuk kedalam ikan yang terancam punah

    (endangered species) pada waktu yang akan datang. Hal tersebut disebabkan karena

    penurunan populasi yang mencapai 50% selama tiga generasi (sekitar 30 tahun). Sebagai

    bahan perbandingan hasil survey sebelumnya populasi ikan napoleon di daerah yang

    dilindungi atau yang terbatas ijin penangkapannya, kepadatannya berkisar antara 2-10 ekor

    per 10.000 m2. Didaerah yang tinggi intensitas penangkapannya, densitasnya 10 kali lebih

    rendah atau tidak ada sama sekali. Dengan demikian distribusi ikan ini secara spasial sangat

    rendah dan kepadatannya per hektar juga sangat rendah (Donaldson & Sadovy, 2001).

    Perairan Kepulauan Sembilan merupakan salah satu perairan yang memiliki kondisi

    terumbu karang yang cukup baik dan disekitarnya terdapat jaring apung tempat pembesaran

    dan penampungan ikan napoleon hasil tangkapan nelayan disekitar Kepulauan

    Sembilan.Meskipun pengelolaan penangkapannya sudah diatur berdasarkan kuota dan

    ukuran, pemantauankeberadaan ikan napoleon di habitatnya perlu terus dilakukan untuk

    menjaga kelestariannya. Penelitian bertujuan untuk menentukankeberadaan ikan napoleon di

    sekitar Pulau Sembilan Kabupaten Sinjai.

    BAHAN DAN METODE

    Penelitian dilakukan pada bulan Mei 2013 dengan menggunakan metode survai

    lapangan. Penentuan lokasi penelitian sesuai dengan tempat nelayan melakukan penangkapan

    ikan napoleon yaitu daerah Marempu, Latoiya, Bungimpare dan Makodang yang berada di

    sekitar Pulau Sembilan. Posisi koordinat lokasi penelitian disajikan pada Tabel 2 dan peta

    lokasi penelitian disajikan pada Gambar 1.

    Tabel 2. Posisi lokasi penelitian ikan napoleon di perairan Kepulauan Sembilan

    Lokasi Lintang Bujur

    Marempu 50140.26S 1200297.20E

    Latoiya 50044.30S 12002751.20E

    Bungimpare 405930.00S 1200282.46E

    Makodang 40574.86S 12002446.68E

    Analisis data untuk pendugaan luasan terumbu karang di lokasi penelitian dilakukan

    dengan klasifikasi citra satelit dengan menggunakan program er-mapper. Semua pixel

    dikategorikan menjadi kelas-kelas sesuai dengan karakteristik spectral (spektrum/hamburan

    warna dari objek di bumi yang dipantulkan diterima sensor citra) dan kemudian di

    interpretasi. Hasil klasifikasi tersebut diatas kemudian digunakan untuk menghitung secara

    statistik luasan ekosistem yang sesuai dengan kelas-kelas yang dikategorikan sebelumnya.

  • Makalah Poster Bidang Konservasi Sumberdaya Ikan dan Perubahan Iklim

    KSI-PI 41

    Gambar 1. Lokasi penelitian di Kepulauan Sembilan Kabupaten Sinjai

    Identifikasi dan pendugaan populasi ikan napoleonserta pengamatan kondisi

    terumbu karang dilakukan dengan menggunakan metode sensus visual (roving snorkel)

    dengan uraian kegiatan sebagai berikut:

    a) Roving snorkel ini memerlukan dua orang untuk berenang melakukan snorkeling di

    sekitar lokasi penelitian.

    b) Salah satu personel yang melakukan snorkel dilengkapi dengan GPS (kedap air) yang

    ditarik di belakangnya. GPS tersebut digunakan untuk merekam lintasan yang dilalui

    oleh kedua perenang selama melakukan roving snorkel.

    c) Selama melakukan snorkel perenang pertama melakukan sensus dan identifikasi ikan

    napoleonserta mencatat kondisi terumbu karang pada lintasan yang dilalui. Ketika

    menemukan ikan napoleon, kemudian dicatat jumlah ikan yang teridentifikasi dan

    menduga panjang dari ikan tersebut. Untuk memberi tanda lokasi ditemukannya ikan

    napoleon, waktu saat dijumpai dicatat (jam, menit dan detik) yang nantinya akan

    disesuaikan dengan koordinat yang tercatat pada GPS.

    d) Data yang terekam dalam GPS kemudian diolah dengan menggunakan program map

    source untuk mendapatkan garis lintasan selama snorkel. Garis lintasan yang diperoleh

    kemudian dioverlay dengan peta lokasi penelitian dengan menggunakan program arc

    gis.

  • Prosiding Forum Nasional Pemulihan dan Konservasi Sumberdaya Ikan - IV

    KSI-PI 41

    Perhitungan kelimpahan ikan napoleon dihitung dengan rumus:

    Keterangan :

    Luas lintasan = panjang lintasan (m) x lebar lintasan (m)

    Luasan meter persegi (m2) dikonversi ke hektar (Ha)

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Pendugaan luasan terumbu karang di lokasi penelitian menggunakan citra landsat 8

    OLI (Operational Land Imager) hasil akuisisi pada bulan April 2013. Gambaran citra satelit

    yang telah dipotong berdasarkan lokasi penelitian disajikan pada Gambar 2. Berdasarkan

    hasil analisis citra dengan menggunakan program er-mapper, diperoleh dugaan luasan

    terumbu karang di setiap lokasi penelitian. Wilayah Bungimpare diduga memiliki luas

    terumbu karang sekitar 16 ha, wilayah Makodang diduga terumbu karangnya seluas 7,56 ha,

    wilayah Latoiya sekitar 4,32 ha, dan wilayah Marempu diduga memiliki luas terumbu karang

    sekitar 7,2 ha.

    Gambar 2. Gambaran citra satelit landsat 8 OLI yang sudah dipotong berdasarkan lokasi penelitian

    Wilayah Marempu Wilayah Makodang Wilayah Bungimpare

    Wilayah Latoiya

    Keterangan:

    Lintasan snorkel

    Sumber:

    Citra Landsat 8 OLI (27-04-2013), Peta RBI Bakosurtanal 2006,

    Garmin titik koordinat

  • Makalah Poster Bidang Konservasi Sumberdaya Ikan dan Perubahan Iklim

    KSI-PI 41

    Lintasan snorkel dan posisi ditemukannya ikan napoleon (Cheilinus undulatus)

    disajikan pada Gambar 3. Posisi lintasan snorkel di tiap lokasi penelitian berada pada

    terumbu karang tepi (reef edge), dimana dilokasi tersebut diduga menjadi habitat ikan

    napoleon (Oddone, et al. 2010). Panjang lintasan snorkel pada tiap lokasi penelitian berbeda-

    beda sesuai dengan kondisi lingkungan dan kemampuan personel yang melakukan snorkel.

    Hasil penelitian panjang lintasan snorkel yang mampu dilakukan rata-rata 1,2 km.

    Gambar 3. Peta lokasi tracking dan posisi ditemukannya ikan napoleon

    Hasil sensus visual (roving snorkel) di lokasi penelitian di sekitar Perairan Kepulauan

    Sembilan, disajikan pada Tabel 2. Lokasi penelitian dipilih berdasarkan keterangan yang

    diperoleh dari nelayan setempat, bahwa di lokasi tersebut sering dilakukan penangkapan ikan

    napoleon. Sensus visual dilakukan di wilayah Marempu, Bungimpare, Makodang dan Latoiya

    yang semuanya berupa gosong karang atau taka. Berdasarkan hasil sensus visual selama

    penelitian, kepadatan ikan napoleon tertinggi di temukan di wilayah Marempu dengan

    kepadatan ikan 6,3 ekor/ha, kemudian berturut-turut wilayah Bungimpare (5,5 individu/ha),

    wilayah Makodang (0,8 ekor/ha). Sementara itu di wilayah Latoiya tidak ditemukan ikan

    napoleon.

    Kepadatan ikan napoleon dewasa yang pernah tercatat tidak pernah lebih dari

    20 ekor/ha dan biasanya hanya setengahnya atau sekitar 10 individu/ha (Sadovyet al.,

    2003).Bahkan dalam IUCN 2013 disebutkan bahwa jarang diketemukan ikan napoleon lebih

    dari 10 individu/ha.Hasil penelitian di perairan Kepulauan Sembilan didapatkan kepadatan

    ikan napoleon berkisar antara 0-6,3 individu/ha. Hal tersebut bisa menjadi gambaran umum

    untuk pengelolaan ikan napoleon di Kabupaten Sinjai.

  • Prosiding Forum Nasional Pemulihan dan Konservasi Sumberdaya Ikan - IV

    KSI-PI 41

    Tabel 2. Data hasil sensus visual ikan napoleon

    Lokasi Penelitian

    Panjang

    Lintasan

    (m)

    Luasan

    area

    sensus

    visual (Ha)

    Jumlah

    Ikan

    Napoleon

    (individu)

    Kepadatan

    (individu/Ha)

    Tutupan

    Karang Hidup

    (%)

    Marempu 1748 1.7 11 6.3 15-60

    (40.4512.339)

    Bungimpare 928 0.9 5 5.5 30-60

    (4611.402)

    Makodang 1254 1.3 1 0.8 60

    Latoiya 1052 1.1 0 0 35

    Hasil estimasi ukuran ikan napoleon yang ditemukan selama melakukan penelitian

    disajikan pada Tabel 3. Ukuran ikan napoleon berdasarkan estimasi berkisar antara 10-50 cm.

    Ikan napoleon yang ditemukan di wilayah Bungimpare ukurannya relatif besar (30-50 cm)

    dibandingkan dengan yang ditemukan di wilayah lainnya. Ikan napoleon dengan ukuran

    35-50 cm diduga sudah berusia 5-6 tahun dan sudah mencapai kematangan seksual (Choat,

    et. al., 2006)

    Tabel 3. Estimasi ukuran ikan napoleon yang ditemukan

    Lokasi EstimasiUkuran (cm) Jumlah Ikan (individu)

    Marempu 10 - 15 cm 1

    15 - 20 cm 3

    20 - 25 cm 5

    25 - 30 cm 1

    30 - 35 cm 1

    Bungimpare 30 - 35 cm 2

    35 - 40 cm 1

    45 - 50 cm 2

    Makodang 15 - 20 cm 1

    Latoiya 0

    Rata-rata persen luas tutupan karang hidup tertinggi berdasarkan hasil sensus visual

    berada di wilayah Makodang dengan rata-rata luas tutupan karang hidup sekitar 60%

    kemudian disusul wilayah Bungimpare, Marempu dan wilayah Latoiya. Hubungan antara

    luas tutupan karang hidup dan jumlah ikan napoleon yang ditemukan disajikan pada Gambar

    3. Hasil analisis korelasi antara luas tutupan karang hidup dengan jumlah ikan napoleon yang

    ditemukan relatif kecil (r=0,84). Hal tersebut kemungkinan disebabkanpada saat melakukan

    sensus visual, wilayah yang disensus berada disekitar terumbu karang tepi (reef edge) dengan

  • Makalah Poster Bidang Konservasi Sumberdaya Ikan dan Perubahan Iklim

    KSI-PI 41

    kedalaman berkisar 10-20 meter. Pada kedalaman tersebut intensitas cahaya mulai berkurang

    sementara karang hidup memerlukan cahaya yang cukup untuk proses daur hidupnya.

    Gambar 3. Hubungan antara jumlah ikan napoleon dengan beberapa parameter fisika perairan

    KESIMPULAN

    Kepadatan ikan napoleon berkisar antara 0-6,3 individu/ha dengan kepadatan

    tertinggi di lokasi penelitian wilayah Marempu. Relatif kecilnya hubungan antara kepadatan

    ikan napoleon dengan luasan terumbu karang hidup disebabkan oleh keterbatasan wilayah

    yang dijelajahi selama penelitian dan terbatas pada daerah terumbu karang tepi (reef edge).

    UCAPAN TERIMA KASIH

    Tulisan ini merupakan kontribusi dari kegiatan penelitian populasi dan habitat

    ikan napoleon (Cheilinus undulates) untuk mendukung evaluasi penetapan status

    perlindungannya di perairan Sinjai, Sulawesi Selatan, T. A. 2012-2013 di Balai Penelitian

    Pemulihan dan Konservasi Sumber Daya Ikan Jatiluhur.

    DAFTAR PUSTAKA

    Choat, J. H., Davies, C. R., Ackerman, J. L., & Mapstone, B. D. (2006). Age structure and

    growth in a large teleost, Cheilinus undulatus, with a review of size distribution in

    labrid fishes. Marine Ecology Progress Series, 318, 237246. doi:10.3354/meps318237

    Colin, P. L. (2010). Aggregation and spawning of the humphead wrasse Cheilinus undulatus

    (Pisces: Labridae): general aspects of spawning behaviour. Journal of Fish Biology,

    76(4), 9871007. doi:10.1111/j.1095-8649.2010.02553.x

    0.46 0.35 0.4 0.6

    5

    0

    11

    1

    6

    8

    10

    11.6

    Taka Bungimpare Latoiya Taka Marempu Makodang

    Luas Tutupan Karang Hidup (%) Jumlah Ikan (ekor) Kecerahan (m)

  • Prosiding Forum Nasional Pemulihan dan Konservasi Sumberdaya Ikan - IV

    KSI-PI 41

    Donaldson, T. J., & Sadovy, Y. (2001). Threatened fishes of the world: Cheilinus undulatus

    Rppell, 1835 (Labridae). Environmental Biology of Fishes, 62(4), 428-428.

    Dorenbosch, M., Grol, M. G. G., Nagelkerken, I., & Velde, G. Van Der. (2006). Seagrass

    beds and mangroves as potential nurseries for the threatened Indo-Pacific humphead

    wrasse, Cheilinus undulatus and Caribbean rainbow parrotfish, Scarus guacamaia.

    Biological Conservation, 129(2), 277282. doi:10.1016/j.biocon.2005.10.032

    Oddone, A., Onori, R., Carocci, F., Sadovy, Y., Suharti, S., Colin, P. L., and M.

    Vasconcellos. 2010. Estimating reef habitat coverage suitable for the humphead

    wrasse, Cheilinus undulatus, using remote sensing. FAO Fisheries and Aquaculture

    Circular. No. 1057. Rome, FAO. 2010. 27p.

    Russell, B. (Grouper & Wrasse Specialist Group) 2004. Cheilinus undulatus. In: IUCN 2013.

    IUCN Red List of Threatened Species. Version 2013.1.

    Sadovy, Y., Kulbicki, M., Labrosse, P., Letourneur, Y., Lokani, P.and Donaldson, T.J. 2003.

    The humphead wrasse, Cheilinus undulatus: synopsis of a threatened and poorly

    known giant coral reef fish. Reviews in Fish Biology and Fisheries. Kluwer

    Academic Publishers. 13: 327364.

    Tupper, M. (2007). Identification of nursery habitats for commercially valuable humphead

    wrasse Cheilinus undulatus and large groupers (Pisces: Serranidae) in Palau.

    Marine Ecology Progress Series, 332(October 2004), 189199. doi:10.3354/meps332189