Keberadaan Ikan Napoleon (Cheilinus Undulatus) di Perairan Kepulauan Sembilan Sinjai Sulawesi...
description
Transcript of Keberadaan Ikan Napoleon (Cheilinus Undulatus) di Perairan Kepulauan Sembilan Sinjai Sulawesi...
-
KSI-PI 41
FNPKSI - IV
KEBERADAAN IKAN NAPOLEON (Cheilinus undulatus)
DI PERAIRAN KEPULAUAN SEMBILAN SINJAI
SULAWESI SELATAN
Arip Rahman, Mujiyanto, Amran Ronny Syam
Balai Penelitian Pemulihan dan Konservasi Sumberdaya Ikan
ABSTRAK
Ikan napoleon (Cheilinus undulatus) merupakan salah satu jenis ikan yang dilindungi dan termasuk
kedalam spesies terancampunah (endangered species). Perairan Kepulauan Sembilan merupakan salah
satu perairan yang memiliki kondisi terumbu karang yang cukup baik dan disekitarnya terdapat jaring
apung tempat pembesaran dan penampungan ikan napoleon hasil tangkapan nelayan disekitar
Kepulauan Sembilan. Tujuan penelitian adalah untuk menentukan keberadaan ikan napoleon di
Perairan Kepulauan Sembilan. Penelitian dilakukan pada bulan Mei 2013, dengan menggunakan
metode survey lapangan. Penentuan lokasi penelitian sesuai dengan tempat nelayan melakukan
penangkapan ikan napoleon yaitu daerah Marempu, Latoiya, Bungimpare dan Makodang yang berada
di sekitar Pulau Sembilan. Luasan terumbu karang disekitar lokasi penelitian dihitung berdasarkan
hasil interpretasi citra satellite Landsat 8 OLI yang diakuisisi pada bulan April 2013. Hasil sensus
visual di wilayah Marempu dengan luas sapuan area 1,7 ha diperoleh kepadatan ikan napoleon 6,3
individu/ha dengan kondisi terumbu karang berdasarkan persen tutupan karang hidup berkisar antara
15-60%. Di sekitar lokasi Bungimpare dengan luas sapuan 0,9 ha diperoleh kepadatan ikan napoleon
5,5 individu/ha dengan luas tutupan karang hidup 30-60%. Wilayah Makodang dengan luas sapuan
1,3 ha diperoleh kepadatan ikan napoleon 0,8 individu/ha dengan luas tutupan karang hidup 60%.
Sementara itu hasil sensus visual di wilayah Latoiya tidak ditemukan ikan napoleon.
Kata kunci: kepulauan sembilan , napoleon, sinjai, sensus visual, sulawesi selatan
PENDAHULUAN
Ikan Napoleon (Cheilinus undulatus) merupakan salah satu ikan karang yang hidup
di daerah tropis. Panjang ikan ini bisa mencapai 1,5 meter dan berat 180 kg. Berdasarkan
hasil penelitian ikan napoleon jantan pertumbuhannya lebih cepat daripada ikan betinanya
(Choat et al., 2006). Ikan napoleon bertelur sepanjang tahun pada musim yang tepat dan
sesuai dengan variasi perputaran bulan. Perbandingan antara ikan jantan dan betina pada saat
bertelur antara 6:1 dan 10:1, enam atau sepuluh jantan membuahi satu betinanya (Colin,
2010).
Ikan napoleon umumnya ditemukan berasosiasi dengan terumbu karang dengan
kondisi yang masih baik (Sadovy, et al., 2003). Daerah menetap, pertumbuhan dan daerah
perlindungan ikan napoleon berada pada daerah yang memiliki struktur coral branching yang
sangat tinggi yang bercampur dengan macroalgae (Tupper, 2007). Ikan napoleon memiliki
kebiasaan hidup menyendiri atau berpasangan, tapi terkadang ditemukan dalam satu
kelompok berjumlah 3-7 individu (Donaldson, 2001). Juvenil ikan napoleon umumnya
banyak ditemukan di padang lamun, sementara ikan dewasanya banyak ditemukan di
terumbu karang (Dorenbosch, 2006). Makanan utama ikan napoleon diantaranya moluska,
ikan kecil, bulu babi, udang-udangan, dan avertebrata lainnya (Randall et al. 1978).
-
Prosiding Forum Nasional Pemulihan dan Konservasi Sumberdaya Ikan - IV
KSI-PI 41
Menurut IUCN 2013, ikan napoleon termasuk kedalam ikan yang terancam punah
(endangered species) pada waktu yang akan datang. Hal tersebut disebabkan karena
penurunan populasi yang mencapai 50% selama tiga generasi (sekitar 30 tahun). Sebagai
bahan perbandingan hasil survey sebelumnya populasi ikan napoleon di daerah yang
dilindungi atau yang terbatas ijin penangkapannya, kepadatannya berkisar antara 2-10 ekor
per 10.000 m2. Didaerah yang tinggi intensitas penangkapannya, densitasnya 10 kali lebih
rendah atau tidak ada sama sekali. Dengan demikian distribusi ikan ini secara spasial sangat
rendah dan kepadatannya per hektar juga sangat rendah (Donaldson & Sadovy, 2001).
Perairan Kepulauan Sembilan merupakan salah satu perairan yang memiliki kondisi
terumbu karang yang cukup baik dan disekitarnya terdapat jaring apung tempat pembesaran
dan penampungan ikan napoleon hasil tangkapan nelayan disekitar Kepulauan
Sembilan.Meskipun pengelolaan penangkapannya sudah diatur berdasarkan kuota dan
ukuran, pemantauankeberadaan ikan napoleon di habitatnya perlu terus dilakukan untuk
menjaga kelestariannya. Penelitian bertujuan untuk menentukankeberadaan ikan napoleon di
sekitar Pulau Sembilan Kabupaten Sinjai.
BAHAN DAN METODE
Penelitian dilakukan pada bulan Mei 2013 dengan menggunakan metode survai
lapangan. Penentuan lokasi penelitian sesuai dengan tempat nelayan melakukan penangkapan
ikan napoleon yaitu daerah Marempu, Latoiya, Bungimpare dan Makodang yang berada di
sekitar Pulau Sembilan. Posisi koordinat lokasi penelitian disajikan pada Tabel 2 dan peta
lokasi penelitian disajikan pada Gambar 1.
Tabel 2. Posisi lokasi penelitian ikan napoleon di perairan Kepulauan Sembilan
Lokasi Lintang Bujur
Marempu 50140.26S 1200297.20E
Latoiya 50044.30S 12002751.20E
Bungimpare 405930.00S 1200282.46E
Makodang 40574.86S 12002446.68E
Analisis data untuk pendugaan luasan terumbu karang di lokasi penelitian dilakukan
dengan klasifikasi citra satelit dengan menggunakan program er-mapper. Semua pixel
dikategorikan menjadi kelas-kelas sesuai dengan karakteristik spectral (spektrum/hamburan
warna dari objek di bumi yang dipantulkan diterima sensor citra) dan kemudian di
interpretasi. Hasil klasifikasi tersebut diatas kemudian digunakan untuk menghitung secara
statistik luasan ekosistem yang sesuai dengan kelas-kelas yang dikategorikan sebelumnya.
-
Makalah Poster Bidang Konservasi Sumberdaya Ikan dan Perubahan Iklim
KSI-PI 41
Gambar 1. Lokasi penelitian di Kepulauan Sembilan Kabupaten Sinjai
Identifikasi dan pendugaan populasi ikan napoleonserta pengamatan kondisi
terumbu karang dilakukan dengan menggunakan metode sensus visual (roving snorkel)
dengan uraian kegiatan sebagai berikut:
a) Roving snorkel ini memerlukan dua orang untuk berenang melakukan snorkeling di
sekitar lokasi penelitian.
b) Salah satu personel yang melakukan snorkel dilengkapi dengan GPS (kedap air) yang
ditarik di belakangnya. GPS tersebut digunakan untuk merekam lintasan yang dilalui
oleh kedua perenang selama melakukan roving snorkel.
c) Selama melakukan snorkel perenang pertama melakukan sensus dan identifikasi ikan
napoleonserta mencatat kondisi terumbu karang pada lintasan yang dilalui. Ketika
menemukan ikan napoleon, kemudian dicatat jumlah ikan yang teridentifikasi dan
menduga panjang dari ikan tersebut. Untuk memberi tanda lokasi ditemukannya ikan
napoleon, waktu saat dijumpai dicatat (jam, menit dan detik) yang nantinya akan
disesuaikan dengan koordinat yang tercatat pada GPS.
d) Data yang terekam dalam GPS kemudian diolah dengan menggunakan program map
source untuk mendapatkan garis lintasan selama snorkel. Garis lintasan yang diperoleh
kemudian dioverlay dengan peta lokasi penelitian dengan menggunakan program arc
gis.
-
Prosiding Forum Nasional Pemulihan dan Konservasi Sumberdaya Ikan - IV
KSI-PI 41
Perhitungan kelimpahan ikan napoleon dihitung dengan rumus:
Keterangan :
Luas lintasan = panjang lintasan (m) x lebar lintasan (m)
Luasan meter persegi (m2) dikonversi ke hektar (Ha)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pendugaan luasan terumbu karang di lokasi penelitian menggunakan citra landsat 8
OLI (Operational Land Imager) hasil akuisisi pada bulan April 2013. Gambaran citra satelit
yang telah dipotong berdasarkan lokasi penelitian disajikan pada Gambar 2. Berdasarkan
hasil analisis citra dengan menggunakan program er-mapper, diperoleh dugaan luasan
terumbu karang di setiap lokasi penelitian. Wilayah Bungimpare diduga memiliki luas
terumbu karang sekitar 16 ha, wilayah Makodang diduga terumbu karangnya seluas 7,56 ha,
wilayah Latoiya sekitar 4,32 ha, dan wilayah Marempu diduga memiliki luas terumbu karang
sekitar 7,2 ha.
Gambar 2. Gambaran citra satelit landsat 8 OLI yang sudah dipotong berdasarkan lokasi penelitian
Wilayah Marempu Wilayah Makodang Wilayah Bungimpare
Wilayah Latoiya
Keterangan:
Lintasan snorkel
Sumber:
Citra Landsat 8 OLI (27-04-2013), Peta RBI Bakosurtanal 2006,
Garmin titik koordinat
-
Makalah Poster Bidang Konservasi Sumberdaya Ikan dan Perubahan Iklim
KSI-PI 41
Lintasan snorkel dan posisi ditemukannya ikan napoleon (Cheilinus undulatus)
disajikan pada Gambar 3. Posisi lintasan snorkel di tiap lokasi penelitian berada pada
terumbu karang tepi (reef edge), dimana dilokasi tersebut diduga menjadi habitat ikan
napoleon (Oddone, et al. 2010). Panjang lintasan snorkel pada tiap lokasi penelitian berbeda-
beda sesuai dengan kondisi lingkungan dan kemampuan personel yang melakukan snorkel.
Hasil penelitian panjang lintasan snorkel yang mampu dilakukan rata-rata 1,2 km.
Gambar 3. Peta lokasi tracking dan posisi ditemukannya ikan napoleon
Hasil sensus visual (roving snorkel) di lokasi penelitian di sekitar Perairan Kepulauan
Sembilan, disajikan pada Tabel 2. Lokasi penelitian dipilih berdasarkan keterangan yang
diperoleh dari nelayan setempat, bahwa di lokasi tersebut sering dilakukan penangkapan ikan
napoleon. Sensus visual dilakukan di wilayah Marempu, Bungimpare, Makodang dan Latoiya
yang semuanya berupa gosong karang atau taka. Berdasarkan hasil sensus visual selama
penelitian, kepadatan ikan napoleon tertinggi di temukan di wilayah Marempu dengan
kepadatan ikan 6,3 ekor/ha, kemudian berturut-turut wilayah Bungimpare (5,5 individu/ha),
wilayah Makodang (0,8 ekor/ha). Sementara itu di wilayah Latoiya tidak ditemukan ikan
napoleon.
Kepadatan ikan napoleon dewasa yang pernah tercatat tidak pernah lebih dari
20 ekor/ha dan biasanya hanya setengahnya atau sekitar 10 individu/ha (Sadovyet al.,
2003).Bahkan dalam IUCN 2013 disebutkan bahwa jarang diketemukan ikan napoleon lebih
dari 10 individu/ha.Hasil penelitian di perairan Kepulauan Sembilan didapatkan kepadatan
ikan napoleon berkisar antara 0-6,3 individu/ha. Hal tersebut bisa menjadi gambaran umum
untuk pengelolaan ikan napoleon di Kabupaten Sinjai.
-
Prosiding Forum Nasional Pemulihan dan Konservasi Sumberdaya Ikan - IV
KSI-PI 41
Tabel 2. Data hasil sensus visual ikan napoleon
Lokasi Penelitian
Panjang
Lintasan
(m)
Luasan
area
sensus
visual (Ha)
Jumlah
Ikan
Napoleon
(individu)
Kepadatan
(individu/Ha)
Tutupan
Karang Hidup
(%)
Marempu 1748 1.7 11 6.3 15-60
(40.4512.339)
Bungimpare 928 0.9 5 5.5 30-60
(4611.402)
Makodang 1254 1.3 1 0.8 60
Latoiya 1052 1.1 0 0 35
Hasil estimasi ukuran ikan napoleon yang ditemukan selama melakukan penelitian
disajikan pada Tabel 3. Ukuran ikan napoleon berdasarkan estimasi berkisar antara 10-50 cm.
Ikan napoleon yang ditemukan di wilayah Bungimpare ukurannya relatif besar (30-50 cm)
dibandingkan dengan yang ditemukan di wilayah lainnya. Ikan napoleon dengan ukuran
35-50 cm diduga sudah berusia 5-6 tahun dan sudah mencapai kematangan seksual (Choat,
et. al., 2006)
Tabel 3. Estimasi ukuran ikan napoleon yang ditemukan
Lokasi EstimasiUkuran (cm) Jumlah Ikan (individu)
Marempu 10 - 15 cm 1
15 - 20 cm 3
20 - 25 cm 5
25 - 30 cm 1
30 - 35 cm 1
Bungimpare 30 - 35 cm 2
35 - 40 cm 1
45 - 50 cm 2
Makodang 15 - 20 cm 1
Latoiya 0
Rata-rata persen luas tutupan karang hidup tertinggi berdasarkan hasil sensus visual
berada di wilayah Makodang dengan rata-rata luas tutupan karang hidup sekitar 60%
kemudian disusul wilayah Bungimpare, Marempu dan wilayah Latoiya. Hubungan antara
luas tutupan karang hidup dan jumlah ikan napoleon yang ditemukan disajikan pada Gambar
3. Hasil analisis korelasi antara luas tutupan karang hidup dengan jumlah ikan napoleon yang
ditemukan relatif kecil (r=0,84). Hal tersebut kemungkinan disebabkanpada saat melakukan
sensus visual, wilayah yang disensus berada disekitar terumbu karang tepi (reef edge) dengan
-
Makalah Poster Bidang Konservasi Sumberdaya Ikan dan Perubahan Iklim
KSI-PI 41
kedalaman berkisar 10-20 meter. Pada kedalaman tersebut intensitas cahaya mulai berkurang
sementara karang hidup memerlukan cahaya yang cukup untuk proses daur hidupnya.
Gambar 3. Hubungan antara jumlah ikan napoleon dengan beberapa parameter fisika perairan
KESIMPULAN
Kepadatan ikan napoleon berkisar antara 0-6,3 individu/ha dengan kepadatan
tertinggi di lokasi penelitian wilayah Marempu. Relatif kecilnya hubungan antara kepadatan
ikan napoleon dengan luasan terumbu karang hidup disebabkan oleh keterbatasan wilayah
yang dijelajahi selama penelitian dan terbatas pada daerah terumbu karang tepi (reef edge).
UCAPAN TERIMA KASIH
Tulisan ini merupakan kontribusi dari kegiatan penelitian populasi dan habitat
ikan napoleon (Cheilinus undulates) untuk mendukung evaluasi penetapan status
perlindungannya di perairan Sinjai, Sulawesi Selatan, T. A. 2012-2013 di Balai Penelitian
Pemulihan dan Konservasi Sumber Daya Ikan Jatiluhur.
DAFTAR PUSTAKA
Choat, J. H., Davies, C. R., Ackerman, J. L., & Mapstone, B. D. (2006). Age structure and
growth in a large teleost, Cheilinus undulatus, with a review of size distribution in
labrid fishes. Marine Ecology Progress Series, 318, 237246. doi:10.3354/meps318237
Colin, P. L. (2010). Aggregation and spawning of the humphead wrasse Cheilinus undulatus
(Pisces: Labridae): general aspects of spawning behaviour. Journal of Fish Biology,
76(4), 9871007. doi:10.1111/j.1095-8649.2010.02553.x
0.46 0.35 0.4 0.6
5
0
11
1
6
8
10
11.6
Taka Bungimpare Latoiya Taka Marempu Makodang
Luas Tutupan Karang Hidup (%) Jumlah Ikan (ekor) Kecerahan (m)
-
Prosiding Forum Nasional Pemulihan dan Konservasi Sumberdaya Ikan - IV
KSI-PI 41
Donaldson, T. J., & Sadovy, Y. (2001). Threatened fishes of the world: Cheilinus undulatus
Rppell, 1835 (Labridae). Environmental Biology of Fishes, 62(4), 428-428.
Dorenbosch, M., Grol, M. G. G., Nagelkerken, I., & Velde, G. Van Der. (2006). Seagrass
beds and mangroves as potential nurseries for the threatened Indo-Pacific humphead
wrasse, Cheilinus undulatus and Caribbean rainbow parrotfish, Scarus guacamaia.
Biological Conservation, 129(2), 277282. doi:10.1016/j.biocon.2005.10.032
Oddone, A., Onori, R., Carocci, F., Sadovy, Y., Suharti, S., Colin, P. L., and M.
Vasconcellos. 2010. Estimating reef habitat coverage suitable for the humphead
wrasse, Cheilinus undulatus, using remote sensing. FAO Fisheries and Aquaculture
Circular. No. 1057. Rome, FAO. 2010. 27p.
Russell, B. (Grouper & Wrasse Specialist Group) 2004. Cheilinus undulatus. In: IUCN 2013.
IUCN Red List of Threatened Species. Version 2013.1.
Sadovy, Y., Kulbicki, M., Labrosse, P., Letourneur, Y., Lokani, P.and Donaldson, T.J. 2003.
The humphead wrasse, Cheilinus undulatus: synopsis of a threatened and poorly
known giant coral reef fish. Reviews in Fish Biology and Fisheries. Kluwer
Academic Publishers. 13: 327364.
Tupper, M. (2007). Identification of nursery habitats for commercially valuable humphead
wrasse Cheilinus undulatus and large groupers (Pisces: Serranidae) in Palau.
Marine Ecology Progress Series, 332(October 2004), 189199. doi:10.3354/meps332189