KEANEKARAGAMAN TANAMAN OBAT PADA ... - …eprints.ums.ac.id/28507/16/09_naskah_publikasi.pdf ·...
Transcript of KEANEKARAGAMAN TANAMAN OBAT PADA ... - …eprints.ums.ac.id/28507/16/09_naskah_publikasi.pdf ·...
KEANEKARAGAMAN TANAMAN OBAT PADA KETINGGIAN
TEMPAT YANG BERBEDA DI SEKITAR JALUR SELATAN
PENDAKIAN GUNUNG LAWU JAWA TENGAH
NASKAH PUBLIKASI
Diajukan Oleh:
YULIANA ERNAWATI
A 420 102 016
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2014
xiv
KEANEKARAGAMAN TANAMAN OBAT PADA KETINGGIAN
TEMPAT YANG BERBEDA DI SEKITAR JALUR SELATAN
PENDAKIAN GUNUNG LAWU JAWA TENGAH
Yuliana Ernawati, A420102016. Program Studi Pendidikan Biologi, Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2014.
ABSTRAK
Penelitian ini dilaksanakan di sekitar jalur selatan pendakian Gunung
Lawu Jawa Tengah pada bulan Januari 2014. Tujuan penelitian ini untuk
mengetahui Indeks Keanekaragaman, Indeks Dominansi, dan Kerapatan tanaman
obat di sekitar jalur selatan pendakian Gunung Lawu Jawa Tengah. Lokasi
penelitian dibagi menjadi 3 stasiun, yaitu stasiun A (1.900 m.dpl), stasiun B
(2.100 m.dpl), dan stasiun C (2.300 m.dpl). Metode yang digunakan adalah
metode kuadran dengan sistem transek. Pengumpulan data dilakukan dengan
menggunakan beberapa metode kemudian dibuat herbarium. Selanjutnya data
dianalisis secara kuantitatif dengan Indeks Keanekaragaman, Indeks Dominansi,
dan Kerapatan. Hasil penelitian diperoleh bahwa terdapat 15 jenis tanaman obat
di sekitar jalur selatan pendakian Gunung Lawu Jawa Tengah pada ketinggian
tempat yang berbeda. Jenis spesies yang ditemukan adalah Daucus carrota,
Kylinga brevifolia Rottb., Cyperus rotundus L., Pytirogramma calomelanos,
Apium graveolens L., Bambusa sp., Thuja orientalis, Imperata cylindrica, Rubus
rosaefilius, Leucaena leucocephala, Brassica oleraceae L., Tinospora crispa L.,
Musa paradisiaca, Ocimum sanctum, Stevia rebaudiana. Indeks Dominansi
tertinggi terdapat pada stasiun A (1.900 m.dpl) sebesar 0,32. Indeks
Keanekaragaman tertinggi terdapat pada stasiun B (2.100 m.dpl) sebesar 0,84
dengan 13 jenis tanaman obat. Kerapatan tertinggi terdapat pada stasiun C
(2.300 m.dpl) sebesar 5,2. Tanaman yang paling banyak ditemukan adalah
Kylinga brevifolia Rottb yaitu 138 individu dan yang paling sedikit adalah
Leucaena leucocephala dan Musa paradisiaca yaitu masing-masing 3 individu.
Kata kunci: tanaman obat, indeks dominansi, indeks keanekaragaman, kerapatan,
gunung lawu.
xiv
THE DIVERSITY OF MEDICINAL PLANT IN THE HEIGHT OF
DIFFERENT ROUTES AROUND SOUTH LAWU MONTAIN OF
CENTRAL JAVA
Yuliana Ernawati, A420102016. Biology Department, Teacher Training and
Education Faculty, Muhammadiyah University of Surakarta, 2014.
ABSTRACT
This research was conducted in the southbound lanes of climbing around
Lawu Montain of Central Java in January 2014. The purpose of this study is to
determine the diversity index , dominance index , and density of medicinal plants
around the southbound lanes climbing Lawu Central Java . Research location
were divided into three stations , namely station A ( 1,900 m.dpl ) , station B (
2,100 m.dpl ) , and station C ( 2,300 m.dpl ) . The used method is the quadrant
method with the transect system . The data was collected using several methods
and then herbarium was made. And then, data were analyzed quantitatively with a
diversity index , dominance index , and density . The result of the experiment
showed that there were 15 species of medicinal plants around the southbound
lanes climbing Lawu Montain of Central Java at different altitudes . Types of
species found are Daucus Carrota, Kylinga brevifolia Rottb., Cyperus rotundus
L., Pytirogramma calomelanos, Apium graveolens L., Bambusa sp., Thuja
orientalis , Imperata cylindrica, Rubus rosaefilius , Leucaena leucocephala ,
Brassica oleraceae L ., Tinospora crispa L., Musa paradisiaca, Ocimum sanctum,
Stevia rebaudiana . Dominance index was highest at station A ( 1,900 m.dpl ) is
0.32 . Diversity index was highest at station B ( 2,100 m.dpl ) is 0.84 with 13
species of medicinal plants . The highest Density at station is C ( 2,300 m.dpl ) is
5.2 . Plants that are most commonly found are Kylinga brevifolia Rottb is 138
individuals and the least is Leucaena leucocephala and Musa paradisiaca are
each 3 individuals .
Keywords : medicinal plants, dominance index, diversity index, density, lawu
montain .
A. PENDAHULUAN
Area pegunungan adalah salah suatu tempat yang sangat menarik
untuk diteliti. Terdapat berbagai jenis vegetasi yang bisa ditemui di kawasan
tersebut. Tanah yang subur dan suhu udara yang sejuk membuat daerah ini
banyak ditumbuhi tanaman. Gunung Lawu yang terletak di perbatasan Jawa
Tengah dan Jawa Timur adalah salah satu pegunungan yang memiliki
berbagai vegetasi.
Gunung Lawu adalah pegunungan vulkanik tua yang sudah tidak aktif.
Secara geografis terletak pada posisi sekitar 111˚15’ BT dan 7˚30’LS dan
meliputi areal seluas sekitar 15.000 Ha. Secara administratif lereng barat yang
terletak di Provinsi Jawa Tengah, meliputi Kabupaten Karanganyar, Sragen
dan Wonogiri. Lereng timur terletak di Provinsi Jawa Timur, meliputi
kabupaten Magetan dan Ngawi. Gunung ini memanjang dari utara keselatan,
dipisahkan jalan raya penghubung provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Topografi bagian utara berbentuk kerucut dengan puncak Argo (Hargo)
Dumilah setinggi 3.265 m.dpl (Sugiyarto, 2001)
Ekosistem yang tumbuh di kawasan pegunungan berbeda-beda disetiap
ketinggian tempat, hal tersebut dikarenakan beberapa faktor di antaranya
adalah suhu, intensitas cahaya, kelembapan, dan pH tanah. Beragam spesies
tumbuhan telah terbukti berkhasiat bagi kesehatan. Tidak hanya dibuktikan
secara empiris, khasiat tersebut juga telah diuji secara klinis. Kandungan
berbagai senyawa aktif yang ada di dalam tumbuhan tersebut ditengarai
ampuh menumpas penyakit, dari yang ringan hingga yang bersifat menahun
(Utami, 2013).
Dari hasil pra penelitian yang dilakukan oleh peneliti ternyata di
kawasan jalur selatan pendakian Gunung Lawu Jawa Tengah banyak
ditemukan tumbuhan yang berpotensi sebagai tanaman obat seperti wortel,
jukut pendul, rumput teki, bambu, brotowali dll. Diharapkan melalui
penelitian ini dapat menghasilkan pengetahuan tentang bagaimana
keanekaragaman (Indeks Keanekaragaman, Indeks Dominansi, Kerapatan)
tanaman obat di sekitar jalur selatan pendakian Gunung Lawu Jawa Tengah
pada ketinggian 1.900 m.dpl, 2.100 m.dpl, dan 2300 m.dpl dan untuk
mengetahui adakah perbedaan keanekaragaman tanaman obat pada ketinggian
yang berbeda.
B. METODE PENELITIAN
Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
kuadran dengan sistem transek.
1. Tempat penelitian dibagi menjadi 3 stasiun sesuai dengan ketinggian
tanah yang berbeda :
Keterangan :
1. Stasiun A (Ketinggian tanah 1.900 m.dpl)
2. Stasiun B (Ketinggian tanah 2.100 m.dpl)
3. Stasiun C (Ketinggian tanah 2.300 m.dpl)
2. Setiap stasiun dibagi menjadi 5 kuadran ukuran 1 m x 1 m yaitu KI,
KII, KIII, KIV, KV dengan jarak antar kuadran yaitu 5 m.
Keterangan :
KI : Kuadran I
KII : Kuadran II
KIII : Kuadran III
1
2
3
5m 5m 5m 5m
1m
1m KI KIII KV
KIV KII
KIV : Kuadran IV
KV : Kuadran V
3. Pengambilan data diperoleh dengan cara menggunakan metode transek
kuadran berukuran 1m x 1m.
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan
beberapa metode yaitu metode eksperimen, metode kepustakaan, metode
wawancara, metode dokumentasi dan kemudian dibuat herbarium.
Selanjutnya data dianalisis secara kuantitatif dengan Indeks
Keanekaragaman, Indeks Dominansi, dan Kerapatan.
C. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
1. Hasil Penelitian
Hasil penelitian keanekaragaman tanaman obat di sekitar jalur
selatan pendakian Gunung Lawu yang dilakukan pada 3 ketinggian
yang berbeda yaitu 1900 m.dpl, 2100 m.dpl dan 2300 m.dpl dapat
dilihat pada Tabel 4.1
Tabel 4.1 Keanekaragaman Jenis Tanaman Obat Di Sekitar Jalur
Selatan Pendakian Gunung Lawu Jawa Tengah.
No Nama Spesies
Jumlah Spesies Pada Ketinggian Jumlah Total
Spesies 1900 m.dpl 2100 m.dpl 2300 m.dpl
1 Daucus carrota 17 7 0 24
2 Kylinga brevifolia Rottb * 44 32 62 138
3 Cyperus rotundus L. 24 17 32 73
4 Pytirogramma calomelanos 2 6 8 16
5 Apium graveolens L. 4 3 0 7
6 Bambusa sp. 2 1 1 4
7 Thuja orientalis 1 4 2 7
8 Imperata cylindrica 0 5 6 11
9 Rubus rosaefilius 0 2 2 4
10 Leucaena leucocephala ** 0 2 1 3
11 Brassica oleraceae L. 0 5 2 7
12 Tinospora crispa L. 0 8 0 8
13 Musa paradisiaca ** 0 3 0 3
14 Ocimum sanctum 0 0 10 10
15 Stevia rebaudiana 0 0 4 4
∑ 94 95 130 319
* Kylinga brevifolia Rottb. : Jumlah individu paling banyak.
** Leucaena leucocephala dan Musa paradisiaca : Jumlah individu paling
sedikit.
Dari hasil penelitian keanekaragaman tanaman obat di sekitar jalur
selatan Gunung Lawu Jawa Tengah pada ketinggian yang berbeda di
peroleh total keseluruhan 15 jenis tanaman obat. pada stasiun A (1.900
m.dpl) diperoleh 7 jenis spesies tanaman obat, pada stasiun B (2.100
m.dpl) terdapat 13 jenis tanaman obat dan pada stasiun C (2.300 m.dpl)
ditemukan 11 jenis tanaman obat.
Jumlah tanaman obat yang tumbuh di setiap stasiun berbeda karena
lingkungan tumbuh dari masing-masing jenis tanaman obat juga berbeda.
Dari hasil pehitungan telah didapat nilai Indeks Dominansi, Indeks
Keragaman dan Kerapatan yang berbeda pada tiap stasiun (Tabel 4.2).
Tabel 4.2 Indeks Dominansi, Indeks Keragaman Spesies dan Kerapatan Tanaman
Obat pada tiap Stasiun di Jalur Selatan Pendakian Gunung Lawu Jawa Tengah. NO Stasiun Jumlah
Individu
C
(Indeks
Dominansi)
Ds
(Indeks
Keragaman)
D (Kerapatan)
1 A (1900 m.dpl) 94 0,32 0,69 3,76
2 B (2.100 m.dpl) 95 0,17 0,84 4,52
3 C (2.300 m.dpl) 130 0,3 0,78 5,2
2. Pembahasan
Berdasarkan tabel 4.2 dapat dilihat bahwa yang memiliki C (Indeks
Dominansi) paling tinggi adalah terdapat pada Stasiun A yang terletak
pada ketinggian 1900 m.dpl yaitu sebesar 0,32 artinya bahwa termasuk
dalam Indeks Dominansi rendah karena C ( Indeks Dominanasi ) < 1, hal
tersebut sesuai dengan kriteria yang telah dikemukakan oleh Soegianto
(1994). Apabila nilai Indeks Dominansi rendah maka dominansi terpusat
(terdapat) pada beberapa spesies (Indriyanto, 2006).
Indeks Keragaman (Ds) yang paling tinggi adalah terdapat pada
Stasiun B yang terletak pada ketinggian 2.100 m.dpl yaitu 0,84 artinya
bahwa termasuk dalam Indeks Keragaman tinggi karena 0,5 <0,84 <1
(Soegianto, 1994). Hal tersebut berarti stasiun B memiliki
keanekaragaman jenis spesies yang tinggi karena disusun oleh banyak
spesies (Indriyanto, 2006) dan bisa dilihat bahwa stasiun B ditemukan
paling banyak jenis spesiesnya yaitu 13 spesies bila dibanding dengan
stasiun A yang hanya 7 jenis spesies dan stasiun C yaitu 11 jenis spesies.
Keanekaragaman spesies yang tinggi menunjukkan bahwa suatu
komunitas memiliki kompleksitas tinggi karena interaksi spesies yang
terjadi dalam komunitas tersebut sangat tinggi (Indriyanto, 2006).
Kerapatan yang terdapat di antara tanaman obat yang terletak di
sekitar jalur selatan Gunung Lawu Jawa Tengah yang paling besar adalah
terdapat di Stasiun C yaitu pada ketinggian 2.300 m.dpl sebesar 5,2 dan
disusul oleh Stasiun B yaitu pada ketinggian 2.100 m.dpl sebesar 4,52.
Sedangkan kerapatan yang paling kecil adalah terdapat pada Stasiun yang
paling rendah yaitu pada ketinggian 1.900 m.dpl yaitu 3,76. Dapat dilihat
bahwa semakin tinggi ketinggian tempat yang diteliti menunjukkan
Kerapatan semakin besar pula. Hal tersebut sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Zeihan El Aqsar (2009) di Taman Nasional Gunung Leuser
Sumatra Utara tentang hubungan ketinggian dan kelerengan dengan
tingkat kerapatan vegetasi yang menyatakan bahwa berarti semakin tinggi
ketinggian tempat maka tingkat kerapatan vegetasi semakin besar.
Dari penelitian yang telah dilakukan di sekitar jalur selatan
pendakian Gunung Lawu pada ketinggian tempat yang berbeda telah
ditemukan 15 jenis tanaman yang berpotensi sebagai tanaman obat yaitu :
1. Daucus carota (Wortel)
Tanaman ini mengandung vitamin A, B, C, D, E, dan K. Selain
mengandung vitamin, wortel bermanfaat untuk sistem pencernaan tubuh
seperti mencegah terjadinya kejang perut dan sembelit, menjaga kesehatan
mata, meningkatkan ketahanan tubuh terhadap infeksi, membantu
penyerapan makanan pada usus besar dan membantu penyerapan sisa-sisa
makanan serta membantu mengeluarkan senyawa karsinogen (pemicu)
kanker melalui feses pada saat buang air besar.
2. Kylinga brevifolia Rottb. (Jukut Pendul)
Kylinga brevifolia Rottb. merupakan tumbuhan yang memiliki
khasiat untuk pereda demam, antiradang, peluruh kencing, peluruh haid,
pereda batuk dan pengencer dahak. Tumbuhan ini dapat digunakan sebagai
tanaman obat karena mengandung minyak atsiri.
3. Cyperus rotundus L. (Teki)
Umbi dari rumput teki memiliki khasiat untuk obat kejang perut
dan peluruh kencing serta digunakan sebagai bahan kosmetik. Akar dari
tumbuhan ini mengandung minyak atsiri, saonin dan flavonoida. Selain itu
juga tanaman ini biasanya digunakan untuk memperlancar menstruasi,
obat kewanitaan dan mengurangi rasa sakit ketika haid berlangsung
4. Pytirogramma calomelanos (Tumbuhan Paku)
Hasil penelitian fitokimia menyatakan bahwa tumbuhan paku
memiliki potensi sebagai sumber bahan-bahan kimia yang dapat
dikembangkan sebagai bahan obat- obatan, bahan agrokimia, serta bahan-
bahan lain yang berguna. Dalam tumbuhan paku terdapat senyawa
flavonoid yang bersifat antikanker yaitu pinostrobin. Selain itu juga dapat
mengurangi resiko kanker kolon, antibakteri, dan mengatasi pembesaran
prostat. Biasa digunakan sebagai antioksidan dan bahan anti kanker.
5. Apium graveolens L. (Seledri)
Apium graviolens L adalah tanaman yang banyak mengandung
serat, rendah kalori dan sumber vitamin A, B, C dan juga kaya akan
mineral yang sangat penting bagi tubuh seperti kalium, natrium, klor,
magnesium dan sulfur. Natrium yang terdapat pada umbuhan ini
bermanfaat untuk menjaga sistem pencernaan tubuh khususnya bagi
lambung dan usus, menjaga kelenturan otot, mencegah penuaan sel, serta
melarutkan penumpukan kalsum dalam jaringan sendi dan arteri. Seledri
juga bermanfaat untuk menetralkan asam tubuh, melindungi otak dan
sistem saraf, menurunkan tekanan darah, menjaga berat badan normal,
mengobati asma dan penyakit ginjal.
6. Bambusa sp. (Bambu)
Bambu mengandung flavonoid yang sangat tinggi. Daun bambu
digunakan untuk peluruh dahak, sesak nafas dan menjaga kesehatan
jantung. Khasiat lainnya adalah dapat menetralkan racun dalam tubuh dan
Asam urat. Kamus Besar Herbal Cina juga menuliskan bahwa daun
Bambusa sp. berfungsi mengeluarkan panas, ampuh mengembalikan
cairan, dan melancarkan air seni.
7. Thuja orientalis (Cemara Kipas)
Thuja orientalis berkhasiat untuk obat demam, mencret, dan obat
batuk. Tanaman ini mengandung saponin yang terdapat pada daun dan
akarnya. Daunnya juga mengandung polifenol, sedangkan akar dan
buahnya mengandung flavonoida. Disamping itu juga akar dari cemara
kipas juga mengandung tanin yang berkhasiat untuk obat.
8. Imperata cylindrica (Alang-alang)
Tanaman ini mengandung glukosa, sakarosa, manitol, malic acid,
citric acid, arundoin, cylindrin, fernenol, simiarenol, anemonin, asam
kersik damar dan logam alkali. Alang-alang dapat digunakan untuk
menurunkan demam, menyenbuhkan penyakit ginjal, menghentikan
pendarahan, menyembuhkan panas dalam dan batuk, mengatasi urat saraf
lemah, menyembuhkan penyakit usus kecil dan penyakit lambung.
9. Rubus roseafilius (Arbei)
Tanaman ini memiliki khasiat yang digunakan untuk obat yaitu
dari buah, daun dan akarnya. Buahnya bermanfaat untuk obat sariawan,
daunnya digunakan sebagai obat diare dan akarnya digunakan untuk obat
wasir (ambeyen).
10. Leucaena leucocephala (Petai Cina)
Biji dari tumbuhan ini mengandung mimosine yaitu semacam asam
amino yang bersifat toksik untuk hewan yang tidak memamah biak. Selain
itu bijinya juga mengandung kalori, protein, lemak, karbohidrat, zat besi,
fosfor, kalsium, vitamin A, B1 dan C. Petai cina merupakan tanaman
pengikat nitrogen dan berkhasiat dalam penyembuhan diabetus melitus,
bengkak, luka biru, meningkatkan gairah seksual dan cacingan
11. Brassica oleraceae L. (Kubis)
Tanaman ini banyak mengandung Niacin dan Vitamin A, C, B1,
B2. Kubis merupakan sayuran yang sangat berkhasiat untuk kesehatan
yaitu memiliki zat anti kanker yang tedapat pada klorofil, dithiolthione,
idole, fenol ( coffeic dan asam ferulat ), vitamin E, isothiochyanate, dan
vitamin C. Selain itu kubis juga bermanfaat untuk mencegak katarak,
menyembuhkan bisul dan mengurangi resiko kangker lambung dan
kangker dubur.
12. Tinospora crispa L. (Brotowali)
Brotowali mengandung zat pahit columbine, svdikit alkaloid dan
glukosit dan zat amorf pikroretin (pahit). Dari kandungan tersebut akar
dan daun brotowali dapat digunakan sebagai obat tradisional. Akar yang
lebih pahit dan asam digunakan untuk obat antipiretik dan diuretik.
13. Musa paradisiaca (Pisang)
Musa paradisiaca memiliki kandungan kalium yang sangat tinggi
yang bermanfaat untuk menyeimbangkan kadar air dalam tubuh,
menurunkan tekanan darah melancarkan peredaran oksigen dalam darah
menuju otak dan menjaga kesehatan jantung. Selain kalium, pisang juga
mengandung zat tepung dan hemiselulosa. Zat tepungnya bermanfaat
untuk mengobati penyakit luka lambung. Hemiselulosa bermanfaat untuk
membantu proses pembuangan lemak dalam darah dan biasanya zat ini
kebanyakan terdapat pada pisang yang belum matang.
14. Ocimum sanctum (Kemangi)
Kemangi adalah tanaman yang sangat berkhasiat bagi tubuh dan
dapat digunakan sebagai obat kanker, obat infeksi, mengobati gigitan ular,
gigitan serangga, sebagai obat demam dan sakit perut. Tanaman ini juga
menjaga dan memelihara kesehatan jantung karena mengandung
magnesium dan betakaroten. Daun kemangi mengandung antioksidan
yaitu melawan radikal bebas. Selain itu daunnya juga mengandung
kalsium dan fosfor yang membantu dalam pertumbuhan tulang.
Magnesium yang da ajuga membantu melancarkan aliran darah bagi yang
mengkonsumsi. Tanaman yang biasa digunakan untuk lalapan ini juga
mengandung zat arginin yang berguna untuk mencegah kemandulan.
15. Stevia rebaudiana (Stevia)
Stevia biasa digunakan untuk pengganti gula rendah kalori karena
memiliki rasa manis. Rasa manis tersebut karena ada Glikosida steviol di
dalamnya. Ekstrak stevia dapat menajaga rambut agar tetap sehat dan tetap
berkilau dan dapat juga digunakan untuk mengobati kepala berketombe
dan mencegah alergi kulit. Tanaman ini juga mengandung karbohidrat,
vitamin A dan vitamin C, dan zat besi yang berguna untuk menyembuhkan
jerawat dan noda pada wajah. Anti mikroba dan anti bakteri pada stevia
dapat digunakan untuk meredakan inflasi kulit, dermatitis, luka ringan.
D. KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
Berdasarkan analisis data dan pembahasan diatas, maka dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut :
a. Indeks Dominansi (C) paling tinggi terdapat pada stasiun A (1.900
m.dpl) yaitu 0,32 yang artinya bahwa termasuk dalam Indeks
Dominansi rendah. Indeks Dominansi yang paling rendah adalah
pada stasiun B (2.100 m.dpl) yaitu 0,17.
b. Indeks Keragaman (Ds) paling tinggi adalah terdapat pada Stasiun
B yang terletak pada ketinggian 2.100 m.dpl yaitu 0,84 artinya
bahwa termasuk dalam Indeks Keragaman tinggi. Indeks
Keragaman yang paling rendah adalah pada stasiun A (1.900
m.dpl) yaitu 0,69.
c. Kerapatan (D) paling tinggi terdapat di Stasiun C yaitu pada
ketinggian 2.300 m.dpl sebesar 5,2, kemudian pada stasiun B
(2.100 m.dpl) sebesar 4,52, sedangkan yang paling rendah adalah
pada stasiun A (1.900 m.dpl) yaitu 3,76.
2. Saran
a. Pemerintah perlu melestarikan tumbuhan yang berpotensi sebagai
tanaman obat supaya tidak mengalami kepunahan.
b. Pemerintah perlu mengadakan sosialisasi kepada masyarakat
tentang tanaman-tanaman yang berpotensi sebagai tanaman obat
agar dapat dimanfaatkan dengan semestinya.
c. Perlu diadakan penelitian lanjutan dengan ketinggian yang lebih
tinggi dan dengan menambah jarak untuk menentukan tingkat
keanekaragaman yang lebih tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
Aqsar, Zeihan El. 2009. “Hubungan ketinggian dan kelerengan dengan tingkat
kerapatan vegetasi menggunakan sistem informasi geografis di
taman nasional gunung leuser” (skripsi S-1 F.Pertanian). Sumatra
Utara : Universitas Sumatra Utara.
Indriyanto. 2006. Ekologi Hutan. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Odum, Eugene P. Dasar-Dasar ekologi. Yogyakarta : Gadjah Mada University
Press
Sugiyarto. 2001. “Keanekaragaman Flora di Jobolarangan Gunung Lawu”
(Skripsi S-1 Progdi Biologi) . Surakarta : FKIP Universitas Sebelas
Maret.
Utami, Prapti. 2013. Umbi Ajaib Tumpas Penyakit Kanker, Diabetes, Hipertensi,
Stroke, Kolesterol, dan Jantung. Jakarta : PT.Gramedia Pustaka
Utama.