KEANEKARAGAMAN TANAMAN OBAT PADA ... - …eprints.ums.ac.id/28507/16/09_naskah_publikasi.pdf ·...

16
KEANEKARAGAMAN TANAMAN OBAT PADA KETINGGIAN TEMPAT YANG BERBEDA DI SEKITAR JALUR SELATAN PENDAKIAN GUNUNG LAWU JAWA TENGAH NASKAH PUBLIKASI Diajukan Oleh: YULIANA ERNAWATI A 420 102 016 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2014

Transcript of KEANEKARAGAMAN TANAMAN OBAT PADA ... - …eprints.ums.ac.id/28507/16/09_naskah_publikasi.pdf ·...

KEANEKARAGAMAN TANAMAN OBAT PADA KETINGGIAN

TEMPAT YANG BERBEDA DI SEKITAR JALUR SELATAN

PENDAKIAN GUNUNG LAWU JAWA TENGAH

NASKAH PUBLIKASI

Diajukan Oleh:

YULIANA ERNAWATI

A 420 102 016

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2014

xiv

KEANEKARAGAMAN TANAMAN OBAT PADA KETINGGIAN

TEMPAT YANG BERBEDA DI SEKITAR JALUR SELATAN

PENDAKIAN GUNUNG LAWU JAWA TENGAH

Yuliana Ernawati, A420102016. Program Studi Pendidikan Biologi, Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2014.

ABSTRAK

Penelitian ini dilaksanakan di sekitar jalur selatan pendakian Gunung

Lawu Jawa Tengah pada bulan Januari 2014. Tujuan penelitian ini untuk

mengetahui Indeks Keanekaragaman, Indeks Dominansi, dan Kerapatan tanaman

obat di sekitar jalur selatan pendakian Gunung Lawu Jawa Tengah. Lokasi

penelitian dibagi menjadi 3 stasiun, yaitu stasiun A (1.900 m.dpl), stasiun B

(2.100 m.dpl), dan stasiun C (2.300 m.dpl). Metode yang digunakan adalah

metode kuadran dengan sistem transek. Pengumpulan data dilakukan dengan

menggunakan beberapa metode kemudian dibuat herbarium. Selanjutnya data

dianalisis secara kuantitatif dengan Indeks Keanekaragaman, Indeks Dominansi,

dan Kerapatan. Hasil penelitian diperoleh bahwa terdapat 15 jenis tanaman obat

di sekitar jalur selatan pendakian Gunung Lawu Jawa Tengah pada ketinggian

tempat yang berbeda. Jenis spesies yang ditemukan adalah Daucus carrota,

Kylinga brevifolia Rottb., Cyperus rotundus L., Pytirogramma calomelanos,

Apium graveolens L., Bambusa sp., Thuja orientalis, Imperata cylindrica, Rubus

rosaefilius, Leucaena leucocephala, Brassica oleraceae L., Tinospora crispa L.,

Musa paradisiaca, Ocimum sanctum, Stevia rebaudiana. Indeks Dominansi

tertinggi terdapat pada stasiun A (1.900 m.dpl) sebesar 0,32. Indeks

Keanekaragaman tertinggi terdapat pada stasiun B (2.100 m.dpl) sebesar 0,84

dengan 13 jenis tanaman obat. Kerapatan tertinggi terdapat pada stasiun C

(2.300 m.dpl) sebesar 5,2. Tanaman yang paling banyak ditemukan adalah

Kylinga brevifolia Rottb yaitu 138 individu dan yang paling sedikit adalah

Leucaena leucocephala dan Musa paradisiaca yaitu masing-masing 3 individu.

Kata kunci: tanaman obat, indeks dominansi, indeks keanekaragaman, kerapatan,

gunung lawu.

xiv

THE DIVERSITY OF MEDICINAL PLANT IN THE HEIGHT OF

DIFFERENT ROUTES AROUND SOUTH LAWU MONTAIN OF

CENTRAL JAVA

Yuliana Ernawati, A420102016. Biology Department, Teacher Training and

Education Faculty, Muhammadiyah University of Surakarta, 2014.

ABSTRACT

This research was conducted in the southbound lanes of climbing around

Lawu Montain of Central Java in January 2014. The purpose of this study is to

determine the diversity index , dominance index , and density of medicinal plants

around the southbound lanes climbing Lawu Central Java . Research location

were divided into three stations , namely station A ( 1,900 m.dpl ) , station B (

2,100 m.dpl ) , and station C ( 2,300 m.dpl ) . The used method is the quadrant

method with the transect system . The data was collected using several methods

and then herbarium was made. And then, data were analyzed quantitatively with a

diversity index , dominance index , and density . The result of the experiment

showed that there were 15 species of medicinal plants around the southbound

lanes climbing Lawu Montain of Central Java at different altitudes . Types of

species found are Daucus Carrota, Kylinga brevifolia Rottb., Cyperus rotundus

L., Pytirogramma calomelanos, Apium graveolens L., Bambusa sp., Thuja

orientalis , Imperata cylindrica, Rubus rosaefilius , Leucaena leucocephala ,

Brassica oleraceae L ., Tinospora crispa L., Musa paradisiaca, Ocimum sanctum,

Stevia rebaudiana . Dominance index was highest at station A ( 1,900 m.dpl ) is

0.32 . Diversity index was highest at station B ( 2,100 m.dpl ) is 0.84 with 13

species of medicinal plants . The highest Density at station is C ( 2,300 m.dpl ) is

5.2 . Plants that are most commonly found are Kylinga brevifolia Rottb is 138

individuals and the least is Leucaena leucocephala and Musa paradisiaca are

each 3 individuals .

Keywords : medicinal plants, dominance index, diversity index, density, lawu

montain .

A. PENDAHULUAN

Area pegunungan adalah salah suatu tempat yang sangat menarik

untuk diteliti. Terdapat berbagai jenis vegetasi yang bisa ditemui di kawasan

tersebut. Tanah yang subur dan suhu udara yang sejuk membuat daerah ini

banyak ditumbuhi tanaman. Gunung Lawu yang terletak di perbatasan Jawa

Tengah dan Jawa Timur adalah salah satu pegunungan yang memiliki

berbagai vegetasi.

Gunung Lawu adalah pegunungan vulkanik tua yang sudah tidak aktif.

Secara geografis terletak pada posisi sekitar 111˚15’ BT dan 7˚30’LS dan

meliputi areal seluas sekitar 15.000 Ha. Secara administratif lereng barat yang

terletak di Provinsi Jawa Tengah, meliputi Kabupaten Karanganyar, Sragen

dan Wonogiri. Lereng timur terletak di Provinsi Jawa Timur, meliputi

kabupaten Magetan dan Ngawi. Gunung ini memanjang dari utara keselatan,

dipisahkan jalan raya penghubung provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Topografi bagian utara berbentuk kerucut dengan puncak Argo (Hargo)

Dumilah setinggi 3.265 m.dpl (Sugiyarto, 2001)

Ekosistem yang tumbuh di kawasan pegunungan berbeda-beda disetiap

ketinggian tempat, hal tersebut dikarenakan beberapa faktor di antaranya

adalah suhu, intensitas cahaya, kelembapan, dan pH tanah. Beragam spesies

tumbuhan telah terbukti berkhasiat bagi kesehatan. Tidak hanya dibuktikan

secara empiris, khasiat tersebut juga telah diuji secara klinis. Kandungan

berbagai senyawa aktif yang ada di dalam tumbuhan tersebut ditengarai

ampuh menumpas penyakit, dari yang ringan hingga yang bersifat menahun

(Utami, 2013).

Dari hasil pra penelitian yang dilakukan oleh peneliti ternyata di

kawasan jalur selatan pendakian Gunung Lawu Jawa Tengah banyak

ditemukan tumbuhan yang berpotensi sebagai tanaman obat seperti wortel,

jukut pendul, rumput teki, bambu, brotowali dll. Diharapkan melalui

penelitian ini dapat menghasilkan pengetahuan tentang bagaimana

keanekaragaman (Indeks Keanekaragaman, Indeks Dominansi, Kerapatan)

tanaman obat di sekitar jalur selatan pendakian Gunung Lawu Jawa Tengah

pada ketinggian 1.900 m.dpl, 2.100 m.dpl, dan 2300 m.dpl dan untuk

mengetahui adakah perbedaan keanekaragaman tanaman obat pada ketinggian

yang berbeda.

B. METODE PENELITIAN

Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

kuadran dengan sistem transek.

1. Tempat penelitian dibagi menjadi 3 stasiun sesuai dengan ketinggian

tanah yang berbeda :

Keterangan :

1. Stasiun A (Ketinggian tanah 1.900 m.dpl)

2. Stasiun B (Ketinggian tanah 2.100 m.dpl)

3. Stasiun C (Ketinggian tanah 2.300 m.dpl)

2. Setiap stasiun dibagi menjadi 5 kuadran ukuran 1 m x 1 m yaitu KI,

KII, KIII, KIV, KV dengan jarak antar kuadran yaitu 5 m.

Keterangan :

KI : Kuadran I

KII : Kuadran II

KIII : Kuadran III

1

2

3

5m 5m 5m 5m

1m

1m KI KIII KV

KIV KII

KIV : Kuadran IV

KV : Kuadran V

3. Pengambilan data diperoleh dengan cara menggunakan metode transek

kuadran berukuran 1m x 1m.

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan

beberapa metode yaitu metode eksperimen, metode kepustakaan, metode

wawancara, metode dokumentasi dan kemudian dibuat herbarium.

Selanjutnya data dianalisis secara kuantitatif dengan Indeks

Keanekaragaman, Indeks Dominansi, dan Kerapatan.

C. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1. Hasil Penelitian

Hasil penelitian keanekaragaman tanaman obat di sekitar jalur

selatan pendakian Gunung Lawu yang dilakukan pada 3 ketinggian

yang berbeda yaitu 1900 m.dpl, 2100 m.dpl dan 2300 m.dpl dapat

dilihat pada Tabel 4.1

Tabel 4.1 Keanekaragaman Jenis Tanaman Obat Di Sekitar Jalur

Selatan Pendakian Gunung Lawu Jawa Tengah.

No Nama Spesies

Jumlah Spesies Pada Ketinggian Jumlah Total

Spesies 1900 m.dpl 2100 m.dpl 2300 m.dpl

1 Daucus carrota 17 7 0 24

2 Kylinga brevifolia Rottb * 44 32 62 138

3 Cyperus rotundus L. 24 17 32 73

4 Pytirogramma calomelanos 2 6 8 16

5 Apium graveolens L. 4 3 0 7

6 Bambusa sp. 2 1 1 4

7 Thuja orientalis 1 4 2 7

8 Imperata cylindrica 0 5 6 11

9 Rubus rosaefilius 0 2 2 4

10 Leucaena leucocephala ** 0 2 1 3

11 Brassica oleraceae L. 0 5 2 7

12 Tinospora crispa L. 0 8 0 8

13 Musa paradisiaca ** 0 3 0 3

14 Ocimum sanctum 0 0 10 10

15 Stevia rebaudiana 0 0 4 4

∑ 94 95 130 319

* Kylinga brevifolia Rottb. : Jumlah individu paling banyak.

** Leucaena leucocephala dan Musa paradisiaca : Jumlah individu paling

sedikit.

Dari hasil penelitian keanekaragaman tanaman obat di sekitar jalur

selatan Gunung Lawu Jawa Tengah pada ketinggian yang berbeda di

peroleh total keseluruhan 15 jenis tanaman obat. pada stasiun A (1.900

m.dpl) diperoleh 7 jenis spesies tanaman obat, pada stasiun B (2.100

m.dpl) terdapat 13 jenis tanaman obat dan pada stasiun C (2.300 m.dpl)

ditemukan 11 jenis tanaman obat.

Jumlah tanaman obat yang tumbuh di setiap stasiun berbeda karena

lingkungan tumbuh dari masing-masing jenis tanaman obat juga berbeda.

Dari hasil pehitungan telah didapat nilai Indeks Dominansi, Indeks

Keragaman dan Kerapatan yang berbeda pada tiap stasiun (Tabel 4.2).

Tabel 4.2 Indeks Dominansi, Indeks Keragaman Spesies dan Kerapatan Tanaman

Obat pada tiap Stasiun di Jalur Selatan Pendakian Gunung Lawu Jawa Tengah. NO Stasiun Jumlah

Individu

C

(Indeks

Dominansi)

Ds

(Indeks

Keragaman)

D (Kerapatan)

1 A (1900 m.dpl) 94 0,32 0,69 3,76

2 B (2.100 m.dpl) 95 0,17 0,84 4,52

3 C (2.300 m.dpl) 130 0,3 0,78 5,2

2. Pembahasan

Berdasarkan tabel 4.2 dapat dilihat bahwa yang memiliki C (Indeks

Dominansi) paling tinggi adalah terdapat pada Stasiun A yang terletak

pada ketinggian 1900 m.dpl yaitu sebesar 0,32 artinya bahwa termasuk

dalam Indeks Dominansi rendah karena C ( Indeks Dominanasi ) < 1, hal

tersebut sesuai dengan kriteria yang telah dikemukakan oleh Soegianto

(1994). Apabila nilai Indeks Dominansi rendah maka dominansi terpusat

(terdapat) pada beberapa spesies (Indriyanto, 2006).

Indeks Keragaman (Ds) yang paling tinggi adalah terdapat pada

Stasiun B yang terletak pada ketinggian 2.100 m.dpl yaitu 0,84 artinya

bahwa termasuk dalam Indeks Keragaman tinggi karena 0,5 <0,84 <1

(Soegianto, 1994). Hal tersebut berarti stasiun B memiliki

keanekaragaman jenis spesies yang tinggi karena disusun oleh banyak

spesies (Indriyanto, 2006) dan bisa dilihat bahwa stasiun B ditemukan

paling banyak jenis spesiesnya yaitu 13 spesies bila dibanding dengan

stasiun A yang hanya 7 jenis spesies dan stasiun C yaitu 11 jenis spesies.

Keanekaragaman spesies yang tinggi menunjukkan bahwa suatu

komunitas memiliki kompleksitas tinggi karena interaksi spesies yang

terjadi dalam komunitas tersebut sangat tinggi (Indriyanto, 2006).

Kerapatan yang terdapat di antara tanaman obat yang terletak di

sekitar jalur selatan Gunung Lawu Jawa Tengah yang paling besar adalah

terdapat di Stasiun C yaitu pada ketinggian 2.300 m.dpl sebesar 5,2 dan

disusul oleh Stasiun B yaitu pada ketinggian 2.100 m.dpl sebesar 4,52.

Sedangkan kerapatan yang paling kecil adalah terdapat pada Stasiun yang

paling rendah yaitu pada ketinggian 1.900 m.dpl yaitu 3,76. Dapat dilihat

bahwa semakin tinggi ketinggian tempat yang diteliti menunjukkan

Kerapatan semakin besar pula. Hal tersebut sesuai dengan penelitian yang

dilakukan oleh Zeihan El Aqsar (2009) di Taman Nasional Gunung Leuser

Sumatra Utara tentang hubungan ketinggian dan kelerengan dengan

tingkat kerapatan vegetasi yang menyatakan bahwa berarti semakin tinggi

ketinggian tempat maka tingkat kerapatan vegetasi semakin besar.

Dari penelitian yang telah dilakukan di sekitar jalur selatan

pendakian Gunung Lawu pada ketinggian tempat yang berbeda telah

ditemukan 15 jenis tanaman yang berpotensi sebagai tanaman obat yaitu :

1. Daucus carota (Wortel)

Tanaman ini mengandung vitamin A, B, C, D, E, dan K. Selain

mengandung vitamin, wortel bermanfaat untuk sistem pencernaan tubuh

seperti mencegah terjadinya kejang perut dan sembelit, menjaga kesehatan

mata, meningkatkan ketahanan tubuh terhadap infeksi, membantu

penyerapan makanan pada usus besar dan membantu penyerapan sisa-sisa

makanan serta membantu mengeluarkan senyawa karsinogen (pemicu)

kanker melalui feses pada saat buang air besar.

2. Kylinga brevifolia Rottb. (Jukut Pendul)

Kylinga brevifolia Rottb. merupakan tumbuhan yang memiliki

khasiat untuk pereda demam, antiradang, peluruh kencing, peluruh haid,

pereda batuk dan pengencer dahak. Tumbuhan ini dapat digunakan sebagai

tanaman obat karena mengandung minyak atsiri.

3. Cyperus rotundus L. (Teki)

Umbi dari rumput teki memiliki khasiat untuk obat kejang perut

dan peluruh kencing serta digunakan sebagai bahan kosmetik. Akar dari

tumbuhan ini mengandung minyak atsiri, saonin dan flavonoida. Selain itu

juga tanaman ini biasanya digunakan untuk memperlancar menstruasi,

obat kewanitaan dan mengurangi rasa sakit ketika haid berlangsung

4. Pytirogramma calomelanos (Tumbuhan Paku)

Hasil penelitian fitokimia menyatakan bahwa tumbuhan paku

memiliki potensi sebagai sumber bahan-bahan kimia yang dapat

dikembangkan sebagai bahan obat- obatan, bahan agrokimia, serta bahan-

bahan lain yang berguna. Dalam tumbuhan paku terdapat senyawa

flavonoid yang bersifat antikanker yaitu pinostrobin. Selain itu juga dapat

mengurangi resiko kanker kolon, antibakteri, dan mengatasi pembesaran

prostat. Biasa digunakan sebagai antioksidan dan bahan anti kanker.

5. Apium graveolens L. (Seledri)

Apium graviolens L adalah tanaman yang banyak mengandung

serat, rendah kalori dan sumber vitamin A, B, C dan juga kaya akan

mineral yang sangat penting bagi tubuh seperti kalium, natrium, klor,

magnesium dan sulfur. Natrium yang terdapat pada umbuhan ini

bermanfaat untuk menjaga sistem pencernaan tubuh khususnya bagi

lambung dan usus, menjaga kelenturan otot, mencegah penuaan sel, serta

melarutkan penumpukan kalsum dalam jaringan sendi dan arteri. Seledri

juga bermanfaat untuk menetralkan asam tubuh, melindungi otak dan

sistem saraf, menurunkan tekanan darah, menjaga berat badan normal,

mengobati asma dan penyakit ginjal.

6. Bambusa sp. (Bambu)

Bambu mengandung flavonoid yang sangat tinggi. Daun bambu

digunakan untuk peluruh dahak, sesak nafas dan menjaga kesehatan

jantung. Khasiat lainnya adalah dapat menetralkan racun dalam tubuh dan

Asam urat. Kamus Besar Herbal Cina juga menuliskan bahwa daun

Bambusa sp. berfungsi mengeluarkan panas, ampuh mengembalikan

cairan, dan melancarkan air seni.

7. Thuja orientalis (Cemara Kipas)

Thuja orientalis berkhasiat untuk obat demam, mencret, dan obat

batuk. Tanaman ini mengandung saponin yang terdapat pada daun dan

akarnya. Daunnya juga mengandung polifenol, sedangkan akar dan

buahnya mengandung flavonoida. Disamping itu juga akar dari cemara

kipas juga mengandung tanin yang berkhasiat untuk obat.

8. Imperata cylindrica (Alang-alang)

Tanaman ini mengandung glukosa, sakarosa, manitol, malic acid,

citric acid, arundoin, cylindrin, fernenol, simiarenol, anemonin, asam

kersik damar dan logam alkali. Alang-alang dapat digunakan untuk

menurunkan demam, menyenbuhkan penyakit ginjal, menghentikan

pendarahan, menyembuhkan panas dalam dan batuk, mengatasi urat saraf

lemah, menyembuhkan penyakit usus kecil dan penyakit lambung.

9. Rubus roseafilius (Arbei)

Tanaman ini memiliki khasiat yang digunakan untuk obat yaitu

dari buah, daun dan akarnya. Buahnya bermanfaat untuk obat sariawan,

daunnya digunakan sebagai obat diare dan akarnya digunakan untuk obat

wasir (ambeyen).

10. Leucaena leucocephala (Petai Cina)

Biji dari tumbuhan ini mengandung mimosine yaitu semacam asam

amino yang bersifat toksik untuk hewan yang tidak memamah biak. Selain

itu bijinya juga mengandung kalori, protein, lemak, karbohidrat, zat besi,

fosfor, kalsium, vitamin A, B1 dan C. Petai cina merupakan tanaman

pengikat nitrogen dan berkhasiat dalam penyembuhan diabetus melitus,

bengkak, luka biru, meningkatkan gairah seksual dan cacingan

11. Brassica oleraceae L. (Kubis)

Tanaman ini banyak mengandung Niacin dan Vitamin A, C, B1,

B2. Kubis merupakan sayuran yang sangat berkhasiat untuk kesehatan

yaitu memiliki zat anti kanker yang tedapat pada klorofil, dithiolthione,

idole, fenol ( coffeic dan asam ferulat ), vitamin E, isothiochyanate, dan

vitamin C. Selain itu kubis juga bermanfaat untuk mencegak katarak,

menyembuhkan bisul dan mengurangi resiko kangker lambung dan

kangker dubur.

12. Tinospora crispa L. (Brotowali)

Brotowali mengandung zat pahit columbine, svdikit alkaloid dan

glukosit dan zat amorf pikroretin (pahit). Dari kandungan tersebut akar

dan daun brotowali dapat digunakan sebagai obat tradisional. Akar yang

lebih pahit dan asam digunakan untuk obat antipiretik dan diuretik.

13. Musa paradisiaca (Pisang)

Musa paradisiaca memiliki kandungan kalium yang sangat tinggi

yang bermanfaat untuk menyeimbangkan kadar air dalam tubuh,

menurunkan tekanan darah melancarkan peredaran oksigen dalam darah

menuju otak dan menjaga kesehatan jantung. Selain kalium, pisang juga

mengandung zat tepung dan hemiselulosa. Zat tepungnya bermanfaat

untuk mengobati penyakit luka lambung. Hemiselulosa bermanfaat untuk

membantu proses pembuangan lemak dalam darah dan biasanya zat ini

kebanyakan terdapat pada pisang yang belum matang.

14. Ocimum sanctum (Kemangi)

Kemangi adalah tanaman yang sangat berkhasiat bagi tubuh dan

dapat digunakan sebagai obat kanker, obat infeksi, mengobati gigitan ular,

gigitan serangga, sebagai obat demam dan sakit perut. Tanaman ini juga

menjaga dan memelihara kesehatan jantung karena mengandung

magnesium dan betakaroten. Daun kemangi mengandung antioksidan

yaitu melawan radikal bebas. Selain itu daunnya juga mengandung

kalsium dan fosfor yang membantu dalam pertumbuhan tulang.

Magnesium yang da ajuga membantu melancarkan aliran darah bagi yang

mengkonsumsi. Tanaman yang biasa digunakan untuk lalapan ini juga

mengandung zat arginin yang berguna untuk mencegah kemandulan.

15. Stevia rebaudiana (Stevia)

Stevia biasa digunakan untuk pengganti gula rendah kalori karena

memiliki rasa manis. Rasa manis tersebut karena ada Glikosida steviol di

dalamnya. Ekstrak stevia dapat menajaga rambut agar tetap sehat dan tetap

berkilau dan dapat juga digunakan untuk mengobati kepala berketombe

dan mencegah alergi kulit. Tanaman ini juga mengandung karbohidrat,

vitamin A dan vitamin C, dan zat besi yang berguna untuk menyembuhkan

jerawat dan noda pada wajah. Anti mikroba dan anti bakteri pada stevia

dapat digunakan untuk meredakan inflasi kulit, dermatitis, luka ringan.

D. KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan

Berdasarkan analisis data dan pembahasan diatas, maka dapat diambil

kesimpulan sebagai berikut :

a. Indeks Dominansi (C) paling tinggi terdapat pada stasiun A (1.900

m.dpl) yaitu 0,32 yang artinya bahwa termasuk dalam Indeks

Dominansi rendah. Indeks Dominansi yang paling rendah adalah

pada stasiun B (2.100 m.dpl) yaitu 0,17.

b. Indeks Keragaman (Ds) paling tinggi adalah terdapat pada Stasiun

B yang terletak pada ketinggian 2.100 m.dpl yaitu 0,84 artinya

bahwa termasuk dalam Indeks Keragaman tinggi. Indeks

Keragaman yang paling rendah adalah pada stasiun A (1.900

m.dpl) yaitu 0,69.

c. Kerapatan (D) paling tinggi terdapat di Stasiun C yaitu pada

ketinggian 2.300 m.dpl sebesar 5,2, kemudian pada stasiun B

(2.100 m.dpl) sebesar 4,52, sedangkan yang paling rendah adalah

pada stasiun A (1.900 m.dpl) yaitu 3,76.

2. Saran

a. Pemerintah perlu melestarikan tumbuhan yang berpotensi sebagai

tanaman obat supaya tidak mengalami kepunahan.

b. Pemerintah perlu mengadakan sosialisasi kepada masyarakat

tentang tanaman-tanaman yang berpotensi sebagai tanaman obat

agar dapat dimanfaatkan dengan semestinya.

c. Perlu diadakan penelitian lanjutan dengan ketinggian yang lebih

tinggi dan dengan menambah jarak untuk menentukan tingkat

keanekaragaman yang lebih tinggi.

DAFTAR PUSTAKA

Aqsar, Zeihan El. 2009. “Hubungan ketinggian dan kelerengan dengan tingkat

kerapatan vegetasi menggunakan sistem informasi geografis di

taman nasional gunung leuser” (skripsi S-1 F.Pertanian). Sumatra

Utara : Universitas Sumatra Utara.

Indriyanto. 2006. Ekologi Hutan. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Odum, Eugene P. Dasar-Dasar ekologi. Yogyakarta : Gadjah Mada University

Press

Sugiyarto. 2001. “Keanekaragaman Flora di Jobolarangan Gunung Lawu”

(Skripsi S-1 Progdi Biologi) . Surakarta : FKIP Universitas Sebelas

Maret.

Utami, Prapti. 2013. Umbi Ajaib Tumpas Penyakit Kanker, Diabetes, Hipertensi,

Stroke, Kolesterol, dan Jantung. Jakarta : PT.Gramedia Pustaka

Utama.