KEANEKARAGAMAN PLANKTON DAN...

84
KEANEKARAGAMAN PLANKTON DAN KETERKAITANNYA DENGAN KUALITAS AIR DI PARAPAT DANAU TOBA T E S I S Oleh YAZWAR 067030022/BIO SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N 2 0 0 8 Yazwar : Keanekaragaman Plankton Dan Keterkaitannya Dengan Kualitas Air Di Parapat Danau Toba, 2008 USU e-Repository © 2008

Transcript of KEANEKARAGAMAN PLANKTON DAN...

Page 1: KEANEKARAGAMAN PLANKTON DAN ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/5788/1/08E00842.pdfKEANEKARAGAMAN PLANKTON DAN KETERKAITANNYA DENGAN KUALITAS AIR DI PARAPAT DANAU TOBA TESIS

KEANEKARAGAMAN PLANKTON DAN KETERKAITANNYA

DENGAN KUALITAS AIR DI PARAPAT DANAU TOBA

T E S I S

Oleh

YAZWAR

067030022/BIO

SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N 2 0 0 8

Yazwar : Keanekaragaman Plankton Dan Keterkaitannya Dengan Kualitas Air Di Parapat Danau Toba, 2008 USU e-Repository © 2008

Page 2: KEANEKARAGAMAN PLANKTON DAN ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/5788/1/08E00842.pdfKEANEKARAGAMAN PLANKTON DAN KETERKAITANNYA DENGAN KUALITAS AIR DI PARAPAT DANAU TOBA TESIS

KEANEKARAGAMAN PLANKTON DAN KETERKAITANNYA

DENGAN KUALITAS AIR DI PARAPAT DANAU TOBA

TESIS

Untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Biologi

pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh

YAZWAR

067030022/BIO

SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N 2 0 0 8

Yazwar : Keanekaragaman Plankton Dan Keterkaitannya Dengan Kualitas Air Di Parapat Danau Toba, 2008 USU e-Repository © 2008

Page 3: KEANEKARAGAMAN PLANKTON DAN ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/5788/1/08E00842.pdfKEANEKARAGAMAN PLANKTON DAN KETERKAITANNYA DENGAN KUALITAS AIR DI PARAPAT DANAU TOBA TESIS

Judul Tesis : KEANEKARAGAMAN PLANKTON DAN KETERKAITANNYA DENGAN KUALITAS AIR DI PARAPAT DANAU TOBA

Nama Mahasiswa : Yazwar Nomor Pokok : 067030022 Program Studi : Biologi

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Prof. Dr. Ing. Ternala Alexander Barus, M.Sc) Ketua

(Prof. Dr. Retno Widhiastuti, MS) Anggota

Ketua Program Studi,

(Dr. Dwi Suryanto, M.Sc)

Direktur,

(Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, M.Sc)

Tanggal Lulus: 2 September 2008

Yazwar : Keanekaragaman Plankton Dan Keterkaitannya Dengan Kualitas Air Di Parapat Danau Toba, 2008 USU e-Repository © 2008

Page 4: KEANEKARAGAMAN PLANKTON DAN ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/5788/1/08E00842.pdfKEANEKARAGAMAN PLANKTON DAN KETERKAITANNYA DENGAN KUALITAS AIR DI PARAPAT DANAU TOBA TESIS

Telah diuji pada

Tanggal 2 September 2008

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. Ing. Ternala Alexander Barus, M.Sc

Anggota : 1. Prof. Dr. Retno Widhiastuti, MS 2. Prof. Ir. Zulkifli Nasution, M.Sc, Ph.D 3. Dr.Dwi Suryanto, M.Sc.

Yazwar : Keanekaragaman Plankton Dan Keterkaitannya Dengan Kualitas Air Di Parapat Danau Toba, 2008 USU e-Repository © 2008

Page 5: KEANEKARAGAMAN PLANKTON DAN ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/5788/1/08E00842.pdfKEANEKARAGAMAN PLANKTON DAN KETERKAITANNYA DENGAN KUALITAS AIR DI PARAPAT DANAU TOBA TESIS

PERNYATAAN

T E S I S

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah

diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan

sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah

ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam

naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, 2 September 2008

Yazwar

Yazwar : Keanekaragaman Plankton Dan Keterkaitannya Dengan Kualitas Air Di Parapat Danau Toba, 2008 USU e-Repository © 2008

Page 6: KEANEKARAGAMAN PLANKTON DAN ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/5788/1/08E00842.pdfKEANEKARAGAMAN PLANKTON DAN KETERKAITANNYA DENGAN KUALITAS AIR DI PARAPAT DANAU TOBA TESIS

ABSTRAK

Penelitian tentang “Keanekaragaman Plankton dan Keterkaitannya Dengan Kualitas Air di Parapat Danau Toba” telah dilakukan pada bulan Januari sampai dengan Maret 2008. Sampel diambil dari tiga stasiun pengamatan, dan pada setiap stasiun pengamatan dilakukan sembilan kali ulangan. Titik pengambilan sampel ditentukan dengan menggunakan metode Purposive Random Sampling. Sampel diambil dengan menggunakan Plankton Net. Identifikasi sampel dilakukan dilaboratorium Ekologi, Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara Medan. Dari hasil penelitian didapatkan sebanyak 7 kelas plankton yang terdiri dari 3 kelas fitoplankton yaitu Bacillariophyceae, Chlorophyceae, Xanthophyceae dan 4 kelas zooplankton yaitu Calanoida, Crustaceae, Cyclopoida, dan Monogononta. Nilai kelimpahan, kepadatan relatif dan frekuensi kehadiran rata- rata tertinggi terdapat pada Stasiun I yaitu dari genus Trichocerca dari kelas Monogononta sebesar 126,98 ind/L, 10,07 % dan 100 % sedangkan nilai kelimpahan, kepadatan relatif dan frekuensi kehadiran yang terendah adalah dari genus Bacillaria, Coscinodiscus dari kelas Bacillariophyceae, genus Pleurodiscus, Sphaeroplea dari kelas Chlorophyceae dan dari genus Chlorobotrys dari kelas Xantophyceae sebesar 18,14 ind/L, 1,44 % dan 22,22 %. Nilai indeks keanekaragaman tertinggi yaitu 3,36 ditemukan pada Stasiun 3 sedangkan nilai indeks keanekaragaman terendah yaitu 3,06 yang ditemukan pada Stasiun 2. Nilai indeks keseragaman tertinggi yaitu 0,99 terdapat pada Stasiun 2 dan yang terendah yaitu 0,95 yang terdapat pada stasiun 1. Nilai Indeks Similaritas tertinggi yaitu 79,31% antara Stasiun 2 dan 3, sedangkan yang terendah sebesar 58,33%.antara Stasiun 1 dan 2. Uji statistic Kruskal- Wallis menunjukkan bahwa suhu, kecerahan, COD, DO, fosfat, nitrit, amoniak, besi dan klorida berbeda sangat nyata antara ketiga stasiun penelitian. Uji t Hutcheson menunjukkan nilai indeks keanekaragaman dan kelimpahan plankton antara Stasiun 1 dan Stasiun 2, Stasiun 1 dan Stasiun 3 berbeda sangat nyata, sedangkan antara Stasiun 2 dan Stasiun 3 hanya berbeda nyata. Kualitas air berdasarkan sifat fisika-kimia Perairan Danau Toba menurut PP No. 82 Tahun 2001 dan Metode Storet tergolong tercemar sedang sampai berat. Kata kunci: Plankton, Danau Toba.

Yazwar : Keanekaragaman Plankton Dan Keterkaitannya Dengan Kualitas Air Di Parapat Danau Toba, 2008 USU e-Repository © 2008

Page 7: KEANEKARAGAMAN PLANKTON DAN ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/5788/1/08E00842.pdfKEANEKARAGAMAN PLANKTON DAN KETERKAITANNYA DENGAN KUALITAS AIR DI PARAPAT DANAU TOBA TESIS

ABSTRACT

The research about “The Diversity of Plankton and its Correlation to the Quality Water of Lake Toba, Parapat, has been done in January to March 2008. Samples were taken from three observation Stations and in every observations station performed nine times. Sample point was determined by using Purposive Random Sampling, samples were taken by using Plankton Net, and sample identification established in Ecology, laboratory of Biology study program, mathematics and Natural Science faculty of North Sumatera University, Medan. Based on the research show 7 classes of Plankton which including 3 classes of Phytoplankton such as bascillariophyceace, Chloirophyceace, Xanthophyceace and 4 classes of zooplankton such as Calanoida, Crustaceae, Cyclopoida, and Monogononta. The overflowing grade, relative density and the highest average presentation frequency found in Station I form Trichocerca from Monogonta class for about 126,98 ind/L, 100% and 100% whereas the overflowing grade, relative density and the lowest presentation frequency is derived from Bacillaria gen, Coscinodiscus form bacillariophyceae class, Pleurodiscus genus, Sphaerophlea from Chlorophyceae and Chlorobotrys genus from Xanthophyceae class for amount 18,14 ind/L, 1,44% and 22,22%. The highest variety index grade is 3,36 found in Station 3 meanwhile the lowest variety index grade is 3,06 found in Station2. The highest similarity index is 0,99 found in Station 2 and the lowest is 0,95 found in Station I. The highest similarity index is 79,31% between Station 2 and 3, whereas the lowest is about 58, 33% between Station 1 and 2. The Kruskal-Wallis statistics test shows that temperature, clarity, COD, DO, phosphate, Nitrite, Ammonia, Iron and Chloride significant difference r among the three research stations. The t Hutcheson test shows variety index grade and plankton overflowing between Station 1 and 2, Station 1 and 3 different very significant whereas between Station 2 and 3 just significant difference. The water quality based on physical chemical nature, of Lake Toba Waterway according to PP No.82 year 2001 and Storet Method is in middle to high poluted. Keywords: Plankton, Lake Toba.

Yazwar : Keanekaragaman Plankton Dan Keterkaitannya Dengan Kualitas Air Di Parapat Danau Toba, 2008 USU e-Repository © 2008

Page 8: KEANEKARAGAMAN PLANKTON DAN ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/5788/1/08E00842.pdfKEANEKARAGAMAN PLANKTON DAN KETERKAITANNYA DENGAN KUALITAS AIR DI PARAPAT DANAU TOBA TESIS

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang dengan ridhoNya penulis dapat

menyelesaikan penelitian “Keanekaragaman Plankton dan Keterkaitannya dengan

Kualitas Air di Parapat Danau Toba”. Penelitian dibuat sebagai salah satu syarat

untuk menyelesaikan studi pada Program Studi Magister Biologi Sekolah

Pascasarjana Universitas Sumatera Utara Medan.

Penulis menyampaikan terima kasih kepada Prof.Dr.Ing.Ternala Alexander

Barus, M.Sc. sebagai Dosen Pembimbing I dan Prof.Dr.Retno Widhiastuti, MS.

sebagai Dosen Pembimbing II yang telah banyak memberikan arahan dan bimbingan

selama penulis melaksanakan penelitian sampai selesainya penyusunan hasil

penelitian ini.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Prof.Ir.Zulkifli Nasution, M.Sc, Ph.D dan Dr.Dwi Suryanto, M.Sc., sebagai

Penguji yang telah banyak memberikan arahan dan masukan dalam

penyempurnaan penyusunan hasil penelitian ini.

2. Dr.Dwi Suryanto, M.Sc., sebagai Ketua Program Studi Magister Biologi Sekolah

Pascasarjana Universitas Sumatera Utara Medan.

3. Seluruh Dosen dan Staf Pengajar di Sekolah Pascasarjana Program Studi Biologi

Universitas Sumatera Utara Medan yang telah membekali penulis dengan

berbagai disiplin ilmu.

Yazwar : Keanekaragaman Plankton Dan Keterkaitannya Dengan Kualitas Air Di Parapat Danau Toba, 2008 USU e-Repository © 2008

Page 9: KEANEKARAGAMAN PLANKTON DAN ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/5788/1/08E00842.pdfKEANEKARAGAMAN PLANKTON DAN KETERKAITANNYA DENGAN KUALITAS AIR DI PARAPAT DANAU TOBA TESIS

4. Gubernur Propinsi Sumatera Utara dan Ketua Bapeda Sumatera Utara yang telah

memberikan Beasiswa S-2 kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan

Studi S2.

5. Istri (Riska Suar Handayani) dan anak-anakku tercinta (Adilla dan Putri), Mertua

(Suriono dan Marliana), Abang (Hendra), serta Adik (Riza).

6. Dr. Binari Manurung dan Keluarga yang telah memberikan masukan dalam

penyelesaian penulisan Tesis.

7. Keluarga Besar SMA Negeri 8 Medan

8. Teman-teman dalam tim penelitian dan adik-adik mahasiswa yang telah

meluangkan waktunya menemani penulis sejak awal survei sampai pada saat

penelitian.

Akhir kata semoga Allah selalu memberi rahmatNya dalam kita mengejar

ilmu dan semoga hasil penelitian ini bermanfaat bagi kita semua.

Terima kasih.

Medan, Juli 2008

Penulis

YAZWAR

Yazwar : Keanekaragaman Plankton Dan Keterkaitannya Dengan Kualitas Air Di Parapat Danau Toba, 2008 USU e-Repository © 2008

Page 10: KEANEKARAGAMAN PLANKTON DAN ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/5788/1/08E00842.pdfKEANEKARAGAMAN PLANKTON DAN KETERKAITANNYA DENGAN KUALITAS AIR DI PARAPAT DANAU TOBA TESIS

RIWAYAT HIDUP

YAZWAR dilahirkan pada tanggal 6 Januari 1967 di Medan Propinsi

Sumatera Utara. Anak dari pasangan Ayah, Drs. Danhar (Alm) dan Ibu, Mainiar

(Alm) sebagai anak ke 2 dari 4 bersaudara.

Tahun 1979 penulis lulus dari SD Negeri 52 Medan. Pada tahun 1982 lulus

dari SMP Negeri 16 Medan dan tahun 1985 lulus dari SMA Negeri 11 Medan. Pada

tahun 1985 meneruskan pendidikan di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Alam USU Medan Jurusan Pendidikan Biologi Program Diploma 3 untuk Guru SMA

dan tamat tahun 1988. Pada bulan November 1988 diangkat menjadi Pegawai Negeri

Sipil di SMA Negeri Sungai Pakning Riau. Tahun 1992 pindah ke SMA Negeri 8

Medan hingga saat ini. Pada tahun 1993 melanjutkan pendidikan S1 IKIP Negeri

Medan Jurusan Biologi tamat tahun 1995.

Tahun 2006 mendapat kesempatan melanjutkan pendidikan di Program

Magister (S2) di Program Studi Biologi Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera

Utara dengan Beasiswa dari Pemerintah Propinsi Sumatera Utara.

Yazwar : Keanekaragaman Plankton Dan Keterkaitannya Dengan Kualitas Air Di Parapat Danau Toba, 2008 USU e-Repository © 2008

Page 11: KEANEKARAGAMAN PLANKTON DAN ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/5788/1/08E00842.pdfKEANEKARAGAMAN PLANKTON DAN KETERKAITANNYA DENGAN KUALITAS AIR DI PARAPAT DANAU TOBA TESIS

DAFTAR ISI

Halaman ABSTRAK ..................................................................................................... i ABSTRACT................................................................................................... ii KATA PENGANTAR................................................................................... iii RIWAYAT HIDUP ....................................................................................... v DAFTAR ISI.................................................................................................. vi DAFTAR TABEL ......................................................................................... viii DAFTAR GAMBAR .................................................................................... ix DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. x BAB I : PENDAHULUAN.................................................................... 1

1.1 Latar Belakang Masalah .................................................. 1 1.2 Permasalahan .................................................................. 4 1.3 Tujuan Penelitian ............................................................. 5 1.4 Manfaat penelitian ........................................................... 5

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA .......................................................... 6

2.1 Ekosistem Air................................................................... 6 2.2 Ekosistem Danau ............................................................. 6 2.3 Ekosistem Danau Toba .................................................... 9 2.4 Plankton dan Pembagiannya ............................................ 10 2.5 Ekologi plankton.............................................................. 13 2.6 Faktor fisik kimia mempengaruhi keanekaragaman Plankton ........................................................................... 14

BAB III : DESKRIPSI AREA................................................................. 22 BAB IV : BAHAN DAN METODA ....................................................... 25

4.1 Tempat dan Waktu Penelitian.......................................... 25 4.2 Pengambilan sampel plankton ........................................ 25 4.3 Pengukuran faktor fisik dan kimia perairan..................... 26 4.4 Pengamatan di Laboratorium........................................... 28 4.5 Analisis Data ................................................................... 29 4.6 Penetuan Status Mutu Air dengan Metode Storet............ 33

Yazwar : Keanekaragaman Plankton Dan Keterkaitannya Dengan Kualitas Air Di Parapat Danau Toba, 2008 USU e-Repository © 2008

Page 12: KEANEKARAGAMAN PLANKTON DAN ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/5788/1/08E00842.pdfKEANEKARAGAMAN PLANKTON DAN KETERKAITANNYA DENGAN KUALITAS AIR DI PARAPAT DANAU TOBA TESIS

BAB V : HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................... 35

5.1 Sifat Fisika dan Kimia Perairan ................................ 35 5.2 Sifat Fisika-Kimia Perairan Danau Toba berdasarkan Metode Storet................................................................... 48 5.3 Coliform Perairan Danau Toba ........................................ 50 5.4 Nilai Kelimpahan Plankton (K), Kepadatan Relatif (KR), dan Frekuensi Kehadiran (FK)......................................... 52 5.5 Nilai Keanekaragaman (H’) dan Keseragaman (E) dan Uji Perbedaan dan Keseragaman (Uji t Hutcheson) ........ 56 5.6 Nilai Kesamaan (IS)......................................................... 60

BAB VI : KESIMPULAN DAN SARAN ............................................... 64

6.1 Kesimpulan .............................................................. 64 6.2 Saran ..................................................................... 65

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………. 66

Yazwar : Keanekaragaman Plankton Dan Keterkaitannya Dengan Kualitas Air Di Parapat Danau Toba, 2008 USU e-Repository © 2008

Page 13: KEANEKARAGAMAN PLANKTON DAN ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/5788/1/08E00842.pdfKEANEKARAGAMAN PLANKTON DAN KETERKAITANNYA DENGAN KUALITAS AIR DI PARAPAT DANAU TOBA TESIS

DAFTAR TABEL

No Judul Halaman

2.1. Pengelompokkan plankton berdasarkan ukuran dan contoh biota umumnya ................................................................................ 13 4.1. Parameter Fisika-Kimia, Satuan, Alat dan Tempat Pengukuran..... 28 4.2 Penentuan sistem nilai untuk menentukan status mutu air .............. 34 5.1. Hasil Pengukuran Faktor Fisika - Kimia Perairan Danau Toba Pada Tiga Stasiun Pengamatan........................................................ 35 5.2 Ratio nilai rata-rata BOD5 : COD yang diukur pada 3 stasiun pengamatan ..................................................................................... 42 5.3. Kondisi Fisika-Kimia Air Yang Terdapat di Perairan Danau Toba menurut Metode Storet........................................................... 49 5.4. Hasil Uji Coliform pada Tiga Stasiun Penelitian di Perairan Danau Toba ..................................................................................... 51 5.5 Nilai Kelimpahan (KP ind./liter), Kepadatan Relatif (KR%) dan Frekuensi Kehadiran (FK) Plankton pada tiga stasiun penelitian di Perairan Danau Toba ................................................. 52 5.6 Nilai Keanekaragaman (H’) dan Keseragaman (E) dari komunitas plankton pada setiap stasiun penelitian.......................... 56 5.7. Nilai th pada Uji Perbedaan Keanekaragaman dan Kepadatan Komunitas Plankton antar Tiga Stasiun Pengamatan...................... 59 5.8. Nilai Kesamaan (IS) dari Komunitas Plankton pada antar Stasiun Pengamatan di Perairan Danau Toba.................................. 60 5.9. Nilai Analisis Korelasi Pearson antara Indeks Keanekaragaman dengan Faktor Fisik-Kimia.............................................................. 61

Yazwar : Keanekaragaman Plankton Dan Keterkaitannya Dengan Kualitas Air Di Parapat Danau Toba, 2008 USU e-Repository © 2008

Page 14: KEANEKARAGAMAN PLANKTON DAN ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/5788/1/08E00842.pdfKEANEKARAGAMAN PLANKTON DAN KETERKAITANNYA DENGAN KUALITAS AIR DI PARAPAT DANAU TOBA TESIS

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Halaman

3.1. Perairan Danau Toba sebagai tempat dilakukannya penelitian ....... 22

3.2. Lokasi penelitian di Perairan Danau Toba Parapat ......................... 23

Yazwar : Keanekaragaman Plankton Dan Keterkaitannya Dengan Kualitas Air Di Parapat Danau Toba, 2008 USU e-Repository © 2008

Page 15: KEANEKARAGAMAN PLANKTON DAN ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/5788/1/08E00842.pdfKEANEKARAGAMAN PLANKTON DAN KETERKAITANNYA DENGAN KUALITAS AIR DI PARAPAT DANAU TOBA TESIS

DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul Halaman

1. Data Plankton Hasil Penelitian........................................................ 70 2. Lokasi Penelitian ............................................................................. 73 3. Gambar Plankton Hasil Identifikasi ................................................ 75 4. Foto-foto Penelitian ......................................................................... 79 5. Contoh Perhitungan (K,KR, F, FR, INP, H’ dan IS)....................... 81 6. Nilai Analisis Korelasi Pearson antara Indeks Keanekaragaman Dengan Faktor Fisik-Kimia setiap Stasiun dengan Metode Komputerisasi SPSS Versi 16 ......................................................... 83 7. Surat Keterangan Hasil Analisis Laboratorium .............................. 85 8. Hasil Analisis Mikroba.................................................................... 86 9. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air......... 88 10. Cara Kerja Metode MPN (Most Probability Number) .................... 89

Yazwar : Keanekaragaman Plankton Dan Keterkaitannya Dengan Kualitas Air Di Parapat Danau Toba, 2008 USU e-Repository © 2008

Page 16: KEANEKARAGAMAN PLANKTON DAN ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/5788/1/08E00842.pdfKEANEKARAGAMAN PLANKTON DAN KETERKAITANNYA DENGAN KUALITAS AIR DI PARAPAT DANAU TOBA TESIS

BAB I PENDAHULUAN

1.5 Latar Belakang Masalah

Danau Toba yang merupakan danau yang terbesar di Indonesia, dengan luas

permukaan ±112.970 ha dengan perairan terdalam berkisar 435 m terletak pada

ketinggian 995 di atas permukaan laut. Danau Toba terletak antara 2-3 LU dan 98-99

BT. Dasar danau kebanyakan terdiri dari batu-batuan dan pasir. Pada bagian tertentu

terdapat endapan lumpur dan daerah sekitar Danau Toba dikelilingi oleh perbukitan

(Ondara, 1969 dalam Eyanoer et al, 1980).

Danau ini merupakan sumberdaya air yang mempunyai nilai yang sangat

penting ditinjau dari segi ekologi, hidrologi serta fungsi ekonomi. Hal ini berkaitan

dengan fungsi Danau Toba sebagai habitat berbagai jenis organisme air, sebagai

sumber air minum bagi masyarakat sekitarnya, sebagai sumber air untuk kegiatan

pertanian dan budidaya perikanan serta untuk menunjang berbagai jenis industri,

seperti kebutuhan untuk industri pembangkit listrik Sigura–Gura dan Asahan. Tak

kalah pentingnya adalah fungsi Danau Toba sebagai kawasan wisata yang sudah

terkenal ke mancanegara dan sangat potensial untuk perkembangan kepariwisataan di

Sumatera Utara.

Berbagai penelitian di Danau Toba memberikan indikasi bahwa telah terjadi

penurunan kualitas air, khususnya pada lokasi-lokasi yang banyak terkena dampak

dari kegiatan masyarakat. Hasil analisis laboratorium terhadap sampel air danau yang

Yazwar : Keanekaragaman Plankton Dan Keterkaitannya Dengan Kualitas Air Di Parapat Danau Toba, 2008 USU e-Repository © 2008

Page 17: KEANEKARAGAMAN PLANKTON DAN ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/5788/1/08E00842.pdfKEANEKARAGAMAN PLANKTON DAN KETERKAITANNYA DENGAN KUALITAS AIR DI PARAPAT DANAU TOBA TESIS

diambil pada waktu terjadinya kematian massal ikan mas di Perairan Haranggaol

Danau Toba pada bulan November 2004 menunjukkan bahwa nilai kelarutan oksigen

atau Disolved Oxygen (DO) telah turun pada nilai yang sangat rendah yaitu sebesar

2,95 mg/l. Hal ini menunjukkan bahwa ketersediaan oksigen sudah sangat terbatas

(Barus, 2004).

Selanjutnya nilai Biochemical Oxygen Demand (BOD) sebesar 14 mg/l

memberikan indikasi tingginya bahan organik dalam air. Bahan organik tersebut

kemungkinan berasal dari sisa pakan yang tidak habis dikonsumsi oleh ikan

budidaya. Demikian juga konsentrasi zat–zat nutrisi seperti nitrogen dan fosfor telah

jauh melebihi ambang batas yang ditetapkan (Barus, 2004).

Jika dibandingkan hasil analisis kualitas air pada budidaya ikan di Perairan

Haranggaol dengan hasil analisis kualitas air di beberapa lokasi di Perairan Danau

Toba, di lokasi penelitian Parapat, Simanindo, dan Balige konsentrasi zat–zat nutrisi

juga telah melewati baku mutu yang ditetapkan. Kegiatan budidaya ikan dalam jaring

apung ternyata menghasilkan senyawa nitrit yang tinggi pada perairan melalui proses

nitrifikasi. Hasil analisis yang sama juga diperoleh dari penelitian yang dilakukan

oleh Terangna et al, (2002) yang melakukan penelitian tentang sifat fisik, kimia, dan

biologi di beberapa lokasi di ekosistem Danau Toba.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Terangna et al, (2002) menunjukkan

bahwa pada lokasi yang terletak di tengah danau (sekitar 500 m dari pinggir danau)

kecerahan air mencapai kedalaman 11–14 m dengan kandungan nutrisi dalam air

masih rendah dan kadar oksigen masih terdeteksi sampai dasar danau pada kedalaman

antara 200–500 m, sehingga perairan danau masih tergolong Oligotrofik (miskin zat

Yazwar : Keanekaragaman Plankton Dan Keterkaitannya Dengan Kualitas Air Di Parapat Danau Toba, 2008 USU e-Repository © 2008

Page 18: KEANEKARAGAMAN PLANKTON DAN ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/5788/1/08E00842.pdfKEANEKARAGAMAN PLANKTON DAN KETERKAITANNYA DENGAN KUALITAS AIR DI PARAPAT DANAU TOBA TESIS

hara). Pada lokasi penelitian yang dekat dengan pemukiman dan lokasi budidaya

ikan dalam jaring apung terdeteksi kadar nutrisi yang tinggi serta ditandai dengan

pertumbuhan eceng gondok yang cukup subur.

Kondisi Oligotrofik Danau Toba menyebabkan daya dukung danau untuk

perkembangan dan pertumbuhan organisme air seperti plankton dan bentos sangat

terbatas. Beberapa penelitian yang sudah dilakukan di beberapa kawasan Danau Toba

menunjukkan bahwa populasi plankton dan bentos di Danau Toba adalah rendah

(Barus, 2004). Komunitas plankton (fitoplankton dan zooplankton) merupakan basis

dari terbentuknya suatu rantai makanan, oleh sebab itu plankton memegang peranan

yang sangat penting dalam suatu ekosistem danau.

Permasalahan utama yang dialami ekosistem Danau Toba terutama adalah

penurunan kualitas air sebagai akibat dari berbagai limbah yang dibuang ke dalam

danau sehingga menimbulkan pencemaran, seperti limbah domestik/perhotelan,

limbah pertanian, limbah dari budidaya perikanan di dalam jaring apung, serta limbah

minyak yang berada dari aktivitas transportasi air. Hal ini terutama dapat dilihat di

kawasan sekitar Parapat, Haranggaol, Balige dan Tongging.

Zat–zat yang terlarut dalam suatu perairan dapat berupa partikel-partikel,

sedimen dan materi organik. Semakin tinggi konsentrasi zat terlarut di dalam air

maka air akan semakin keruh, sehingga produktivitas primer menurun. Faktor ini

dapat menyebabkan pertumbuhan fitoplanton menurun dan juga meningkat. Dengan

meningkatnya pertumbuhan fitoplankton maka nutrisi yang dibutuhkan organisme

aquatik akan terpenuhi dan nilai produktivitas primer juga meningkat, sebaliknya jika

pertumbuhan fitoplankton menurun yang disebabkan oleh limbah buangan baik itu

Yazwar : Keanekaragaman Plankton Dan Keterkaitannya Dengan Kualitas Air Di Parapat Danau Toba, 2008 USU e-Repository © 2008

Page 19: KEANEKARAGAMAN PLANKTON DAN ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/5788/1/08E00842.pdfKEANEKARAGAMAN PLANKTON DAN KETERKAITANNYA DENGAN KUALITAS AIR DI PARAPAT DANAU TOBA TESIS

dari aktivitas manusia seperti limbah yang berasal dari hotel, transportasi, sisa pakan

maka nilai produktivitas primer juga menurun. Hal ini juga mengakibatkan kualitas

air menurun.

Penelitian mengenai keanekaragaman plankton suatu badan perairan

senantiasa banyak mendapat perhatian dari para ahli yang berkecimpung dalam

bidang limnologi dan oseanografi. Karena dengan mengetahui keanekaragaman

plankton yang dimiliki oleh suatu ekosistem perairan akan dapatlah diketahui tingkat

kesuburan dari perairan tersebut, apakah termasuk dalam kategori eutrofik,

mesotrofik atau oligotrofik (Lehmusluoto, 1977 ; Odum, 1994). Pengetahuan kategori

trofik ini penting dalam hubungannya dengan pemanfaatannya. Russel (1970)

misalnya menyatakan, perairan (danau) yang termasuk eutrofik sangat baik

dimanfaatkan untuk perikanan, sedangkan yang oligotrofik ideal dimanfaatkan

sebagai resorvoir air minum.

Dengan bertitik tolak dari permasalahan yang ditimbulkan oleh Perairan

Danau Toba, perlu dilakukan penelitian tentang keanekaragaman plankton di Perairan

Danau Toba pada lokasi yang banyak mendapat pengaruh dari aktifitas masyarakat.

1.6 Permasalahan

Rumusan masalah pada penelitian ini adalah : ”Bagaimanakah

keanekaragaman dan kelimpahan plankton di Perairan Danau Toba dalam

hubungannya dengan kualitas (sifat fisiko-kimia dan biologi) perairannya yang

acapkali mendapat pengaruh oleh berbagai aktifitas yang dilakukan oleh masyarakat

yang datang, bekerja dan yang tinggal di sekitarnya”.

Yazwar : Keanekaragaman Plankton Dan Keterkaitannya Dengan Kualitas Air Di Parapat Danau Toba, 2008 USU e-Repository © 2008

Page 20: KEANEKARAGAMAN PLANKTON DAN ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/5788/1/08E00842.pdfKEANEKARAGAMAN PLANKTON DAN KETERKAITANNYA DENGAN KUALITAS AIR DI PARAPAT DANAU TOBA TESIS

1.7 Tujuan Penelitian

Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui keanekaragaman

dan kelimpahan plankton yang terdapat di Perairan Danau Toba dalam hubungannya

dengan kualitas (sifat fisiko-kimia dan biologi) yang dimiliki oleh Perairan Danau

Toba”.

1.8 Manfaat penelitian

Hasil yang diperoleh dari penelitian ini diharapkan mampu memberikan

kontribusi :

1. Melengkapi data tentang keanekaragaman dan kelimpahan plankton di Perairan

Danau Toba.

2. Menambah khazanah pengetahuan dalam Planktonologi, Limnologi maupun

Ekologi Perairan.

3. Melengkapi data sifat fisika–kimia perairan sekaligus juga memberikan informasi

kualitas air yang terdapat di Perairan Danau Toba.

4. Sebagai bahan informasi bagi Pemerintah Daerah, beserta instansi terkait dalam

rangka pengelolaan, pengembangan dan pelestarian Danau Toba.

Yazwar : Keanekaragaman Plankton Dan Keterkaitannya Dengan Kualitas Air Di Parapat Danau Toba, 2008 USU e-Repository © 2008

Page 21: KEANEKARAGAMAN PLANKTON DAN ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/5788/1/08E00842.pdfKEANEKARAGAMAN PLANKTON DAN KETERKAITANNYA DENGAN KUALITAS AIR DI PARAPAT DANAU TOBA TESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.7 Ekosistem Air

Sistem perairan yang menutupi ¾ bagian dari permukaan bumi dibagi dalam

dua kategori utama, yaitu ekosistem air tawar dan ekosistem air laut. Dari kedua

sistem perairan tersebut air laut mempunyai bagian yang paling besar yaitu lebih dari

97%, sisanya adalah air tawar yang sangat penting artinya bagi manusia untuk

aktivitas hidupnya (Barus, 1996).

Ekosistem air tawar secara umum dibagi dalam dua kategori utama yaitu

perairan lentik (perairan tenang) misalnya danau dan perairan lotik (perairan

mengalir) yaitu sungai (Michael, 1984). Menurut Brotowidjoyo et al, (1995),

ekosistem air tawar memiliki ciri-ciri seperti kadar garam rendah karena itu tekanan

osmosis rendah, menyebabkan organisme yang hidup dalam air tawar itu berorgan

tubuh yang dapat mengatur tekanan osmosis. Biasanya habitat air tawar itu

mengering secara periodik dan berlangsung lama atau sering ada stagnasi (bendung

air, tingkat kekeruhan tinggi, fluktuasi, suhu dan konsentrasi gas yang larut dalam air

tawar lebih besar dari air laut).

2.8 Ekosistem Danau

Danau adalah salah satu bentuk ekosistem yang menempati daerah yang

relatif kecil pada permukaan bumi dibandingkan dengan habitat laut dan daratan.

Bagi manusia kepentingannya jauh lebih berarti dibandingkan dengan luas daerahnya.

6 Yazwar : Keanekaragaman Plankton Dan Keterkaitannya Dengan Kualitas Air Di Parapat Danau Toba, 2008 USU e-Repository © 2008

Page 22: KEANEKARAGAMAN PLANKTON DAN ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/5788/1/08E00842.pdfKEANEKARAGAMAN PLANKTON DAN KETERKAITANNYA DENGAN KUALITAS AIR DI PARAPAT DANAU TOBA TESIS

Keberadaan ekosistem danau memberikan fungsi yang menguntungkan bagi

kehidupan manusia (rumah tangga, industri, dan pertanian). Beberapa fungsi danau

secara ekosistem adalah sebagai berikut :

1. Sebagai sumber plasma nutfah yang berpotensi sebagai penyumbang bahan

genetik.

2. Sebagai tempat berlangsungnya siklus hidup jenis flora dan fauna yang penting.

3. Sebagai sumber air yang dapat digunakan langsung oleh masyarakat sekitarnya

(rumah tangga, industri dan pertanian).

4. Sebagai tempat penyimpanan kelebihan air yang berasal dari air hujan, aliran

permukaan, sungai-sungai atau dari sumber-sumber air bawah tanah.

5. Memelihara iklim mikro, dimana keberadaan ekosistem danau dapat

mempengaruhi kelembaman dan tingkat curah hujan setempat.

6. Sebagai sarana tranportasi untuk memindahkan hasil-hasil pertanian dari tempat

satu ke tempat lainnya.

7. Sebagai penghasil energi melalui PLTA.

8. Sebagai sarana rekreasi dan objek pariwisata.

(http://www.penataan_ruang_net_taru/nspm/2/bab I.pdf)

Dua hal lain yang ditawarkan ekosistem danau adalah:

1. Sebagai sumber air yang paling praktis dan murah untuk kepentingan domestik

maupun industri.

2. Sebagai sistem pembuangan yang memadai dan paling murah.

(Connell & Miller, 1995)

Yazwar : Keanekaragaman Plankton Dan Keterkaitannya Dengan Kualitas Air Di Parapat Danau Toba, 2008 USU e-Repository © 2008

Page 23: KEANEKARAGAMAN PLANKTON DAN ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/5788/1/08E00842.pdfKEANEKARAGAMAN PLANKTON DAN KETERKAITANNYA DENGAN KUALITAS AIR DI PARAPAT DANAU TOBA TESIS

Dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1974 Pasal 1 dijelaskan bahwa yang

dimaksud dengan sumber air ialah semua wadah alamiah dan yang telah dibuat oleh

orang, seperti sungai, danau, waduk, mata air, dan sebagainya. Danau sebagai salah

satu sumber air, pengelolaannya tidak dapat berdiri sendiri, harus diintegrasikan ke

dalam pengelolaan DAS sebagai kesatuan wilayah, begitu pula pemanfaatannya.

Pemanfaatan danau sebagai sumber air menurut Pasal 8 ayat (2), memiliki prioritas

sebagai air minum, rumah tangga, pertahanan, keamanan, peribadatan, pertanian,

peternakan perkebunan, perikanan, industri, pertambangan dan lalu lintas air. Sebagai

sumber air paling praktis, danau sudah menyediakannya melalui terkumpulnya air

secara alami melalui aliran permukaan yang masuk ke danau, aliran sungai-sungai

yang menuju ke danau dan melalui aliran di bawah tanah yang secara alami mengisi

cekungan di muka bumi ini. Bentuk fisik danaupun memberikan daya tarik sebagai

tempat membuang yang praktis.

Menurut Connel & Miller (1995), jika semua dibiarkan demikian,

mengakibatkan danau tidak bertahan lama berada di muka bumi. Saat ini terlihat

ekosistem danau tidak dikelola sebagaimana mestinya. Sebaliknya, untuk memenuhi

kepentingan manusia, lingkungan sekitar danau diubah untuk dicocokkan dengan cara

hidup dan cara bermukim manusia, atau bahkan kawasan ini sering dirombak untuk

menampung berbagai bentuk kegiatan manusia seperti permukiman, prasarana jalan,

saluran limbah rumah tangga, tanah pertanian, rekreasi dan sebagainya.

Yazwar : Keanekaragaman Plankton Dan Keterkaitannya Dengan Kualitas Air Di Parapat Danau Toba, 2008 USU e-Repository © 2008

Page 24: KEANEKARAGAMAN PLANKTON DAN ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/5788/1/08E00842.pdfKEANEKARAGAMAN PLANKTON DAN KETERKAITANNYA DENGAN KUALITAS AIR DI PARAPAT DANAU TOBA TESIS

Sementara, kondisi ekosistem danau tidak lepas dari pengaruh kondisi sungai-

sungai yang mengalir masuk (inlet) bagi danau. Danau merupakan bagian hulu dari

Daerah Aliran Sungai (DAS). DAS telah mengalami degradasi lingkungan, akibat

kegiatan-kegiatan pembangunan pada sektor pertanian, kehutanan, perikanan,

pariwisata dan industri. Hal ini mengakibatkan perubahan penggunaan lahan yang

selain memberikan manfaat juga menimbulkan dampak negatif terhadap fungsi

ekologi, ekonomi, dan estetika ekosistem danau.

(http://www.penataan_ruang_net_taru/nspm/2/bab I.pdf)

2.9 Ekosistem Danau Toba

Danau Toba merupakan danau vulkano tektonis akibat proses tanah terban

(subsidence) yang terjadi karena bagian dalamnya berupa magma naik ke permukaan

melalui celah tektonik membentuk gunung api. Ruang yang ditinggalkan oleh magma

membentuk rongga di dalam kerak bumi dan kemudian beban di permukaan

mengalami terban yang terpotong menjadi beberapa bagian. Bagian yang cukup besar

berada di bagian tengah dengan posisi miring ke arah barat berupa Pulau Samosir dan

bagian lain yang posisinya lebih rendah selanjutnya tergenang air membentuk danau.

Erupsi magma di bagian barat yang muncul ke permukaan membentuk gunung api

Pusuk Bukit sedangkan di sekeliling bagian yang terbentuk dinding terjal atau

Caldera Rim. Dilihat dari aktifitas kegempaannya daerah Danau Toba termasuk

daerah yang memiliki aktifitas kegempaan yang cukup tinggi, dimana aktifitas

kegempaan ini dipengaruhi oleh patahan besar Sumatera. Jumlah kejadian gempa

Yazwar : Keanekaragaman Plankton Dan Keterkaitannya Dengan Kualitas Air Di Parapat Danau Toba, 2008 USU e-Repository © 2008

Page 25: KEANEKARAGAMAN PLANKTON DAN ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/5788/1/08E00842.pdfKEANEKARAGAMAN PLANKTON DAN KETERKAITANNYA DENGAN KUALITAS AIR DI PARAPAT DANAU TOBA TESIS

daerah Danau Toba setiap tahunnya umumnya berkisar 100 kejadian

(http://www.pempropsu.go.id/ongkam.php?me=tobal).

Kawasan Danau Toba termasuk ke dalam Type E2 menurut klasifikasi

Oldeman, dan berdasarkan Schmidt dan Fergusson termasuk Type A. Curah hujan

tahunan mencapai kurang lebih 2000 mm, suhu udara berkisar antara 16,5 hingga 29°

Celcius, kelembaban udara rata-rata berkisar 85%, arah angin dominan dari arah

Tenggara hingga Selatan dengan kecepatan rata-rata 3 Knots. Kawasan Danau Toba

mengalami 2 puncak hujan sepanjang tahun dimana puncak hujan pertama terjadi

pada bulan April dan puncak kedua pada bulan Nopember. Berdasarkan keadaan

nutrisinya Danau Toba tergolong danau yang memiliki kandungan nutrien sedikit dan

produktivitas primernya juga rendah, kondisi ini disebut oligotropik (Payne, 1986).

Danau oligotropik mengandung senyawa anorganik dan konsentrasi oksigen pada

bagian hipolimnion tinggi dan jumlah organismenya rendah tetapi keanekaragaman

spesiesnya tinggi. Peruntukan dari danau oligotropik adalah untuk sumber air minum

(Barus, 2004).

2.10Plankton dan Pembagiannya

Plankton adalah organisme baik tumbuhan maupun hewan yang umumnya

berukuran relatif kecil (mikro), hidup melayang-layang di air, tidak mempunyai daya

gerak/kalaupun ada daya gerak relatif lemah sehingga distribusinya sangat

dipengaruhi oleh daya gerak air, sepeti arus dan lainnya (Nybakken, 1992). Plankton

terbagi dua jenis yakni plankton tumbuhan (fitoplankton) dan plankton hewan

Yazwar : Keanekaragaman Plankton Dan Keterkaitannya Dengan Kualitas Air Di Parapat Danau Toba, 2008 USU e-Repository © 2008

Page 26: KEANEKARAGAMAN PLANKTON DAN ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/5788/1/08E00842.pdfKEANEKARAGAMAN PLANKTON DAN KETERKAITANNYA DENGAN KUALITAS AIR DI PARAPAT DANAU TOBA TESIS

(zooplankton) (Newel & Newel, 1977). Plankton diaplikasikan untuk seluruh hewan

dan tumbuhan yang hidup secara bebas di air karena keterbatasan pergerakannya atau

secara pasif melawan arus perairan karena memiliki flagel (Heddy & Kurniati, 1996).

Sebagian besar plankton yang memiliki flagel dapat berenang aktif. Plankton

yang termasuk golongan ini adalah Prasinophyceae, Cryptophyceae, Haptophyceae,

Chrysophyceae dan Dinophyceae, sedangkan dua kelompok plankton lainnya di atom

dan Alga Biru Hijau tidak dapat berenang karena tidak memiliki flagel (Fogg, 1975).

Berdasarkan daur hidupnya plankton dibedakan menjadi dua yakni plankton

yang bersifat plantonik hanya pada sebagian besar daur hidupnya, misal embrio

disebut mesoplankton, sedangkan organisme seluruh daur hidupnya bersifat plankton

disebut holoplankton (Nybakken, 1992).

Menurut Basmi (1992), mengelompokkan plankton berdasarkan beberapa hal

yakni :

1. Nutrien pokok yang dibutuhkan, terdiri atas :

a. Fitoplankton, yakni plankton nabati (>90% terdiri dari algae) yang

mengandung klorofil yang mampu mensintesis nutrien-nutrien anoganik

menjadi zat organik melalui proses fotosintesis dengan energi yang berasal

dari sinar surya.

b. Saproplankton, yakni kelompok tumbuhan (bakteri dari jamur) yang tidak

mempunyai pigmen fotosintesis, dan memperoleh nutrisi dan energi dari sisa-

sisa organisme lain yang telah mati.

Yazwar : Keanekaragaman Plankton Dan Keterkaitannya Dengan Kualitas Air Di Parapat Danau Toba, 2008 USU e-Repository © 2008

Page 27: KEANEKARAGAMAN PLANKTON DAN ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/5788/1/08E00842.pdfKEANEKARAGAMAN PLANKTON DAN KETERKAITANNYA DENGAN KUALITAS AIR DI PARAPAT DANAU TOBA TESIS

c. Zooplankton, yakni plankton hewani yang makanannya sepenuhnya

tergantung pada organisme lain yang masih hidup maupun partikel-partikel

sisa organisme, seperti detritus dan debris. Disamping itu plankton ini juga

mengkonsumsi fitoplankton.

2. Berdasarkan lingkungan hidupnya terdiri atas :

a. Limnoplankton, yakni plankton yang hidup di air tawar.

b. Haliplankton, yakni plankton yang hidup di laut

c. Hipalmiroplankton, yakni plankton yang hidupnya di air payau

d. Heleoplankton, yakni plankton yang hidupnya di kolam.

3. Berdasarkan ada tidaknya sinar ditempat mereka hidup, terdiri atas :

a. Hipoplankton, yakni plankton yang hidupnya di zona afotik.

b. Epiplankton, yakni plankton yang hidupnya di zona eufotik

c. Batiplankton, yakni plankton yang hidupnya dekat dasar perairan yang juga

umumnya tanpa sinar. Baik hipoplankton maupun batiplankton terdiri dari

zooplankton seperti mysid dari jenis Crustaceae dan hewan-hewan planktonis

yang tidak membutuhkan sinar.

4. Berdasarkan asal usul plankton, dimana ada plankton yang hidup dan berkembang

dari perairan itu sendiri dan ada yang berasal dari luar, terdiri atas :

a. Autogenetik plankton, yaitu plankton yang berasal dari perairan itu sendiri.

b. Allogenetik plankton, yakni plankton yang datang dari perairan lain (hanyut

terbawa oleh sungai atau arus). Hal ini dapat diketahui sekitar muara sungai.

Yazwar : Keanekaragaman Plankton Dan Keterkaitannya Dengan Kualitas Air Di Parapat Danau Toba, 2008 USU e-Repository © 2008

Page 28: KEANEKARAGAMAN PLANKTON DAN ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/5788/1/08E00842.pdfKEANEKARAGAMAN PLANKTON DAN KETERKAITANNYA DENGAN KUALITAS AIR DI PARAPAT DANAU TOBA TESIS

Menurut Arinardi, (1995) secara umum plankton dapat dikelompokkan

berdasarkan ukuran dan contoh biotanya, seperti tertara pada Tabel 2.1 berikut ini :

Tabel 2.1. Pengelompokkan Plankton Berdasarkan Ukuran Dan Contoh Biota

Umumnya

Kelompok Ukuran Biota Umum A. Plankton Non Net 2 μm 1. Ultrananoplankton 2 – 20 μm Bakteri 2. Nanoplankton 20 – 200 μm Fungi, Flagellata, dan Diatoma kecil 3. Mikroplankton Sebagian, Fitoplankton, Foraminifera,

Ciliata, dan Rotifera B. Plankton Net 1. Mesoplankton 0,20 – 20 mm Copepoda, Cladocera 2. Mikroplankton 2 – 20 mm Cephalopoda, Euphasid 3. Makroplankton 20 – 200 mm Copepoda 4. Megaplankton >200 mm Cyanea, Schiphozoa

2.11Ekologi Plankton

Kehadiran plankton di suatu ekosistem perairan sangat penting, karena

fungsinya sebagai produsen primer atau karena kemampuannya dalam mensintesis

senyawa organik dari senyawa anorganik melalui proses fotosintesis (Heddy &

Kurniati, 1996). Dalam ekosistem air hasil dari fotosintesis yang dilakukan oleh

fitoplankton bersama dengan tumbuhan air disebut sebagai produktivitas primer.

Fitoplankton hidup terutama pada lapisan perairan yang mendapat cahaya matahari

yang dibutuhkan untuk melakukan proses fotosintesis (Barus, 2001).

Dalam pertumbuhannya fitoplankton membutuhkan nutrisi baik makro nutrisi.

Elemen yang termasuk dalam makro nutrisi terdiri dari : C, H, O, N, S, P, K, Mg, Ca,

Yazwar : Keanekaragaman Plankton Dan Keterkaitannya Dengan Kualitas Air Di Parapat Danau Toba, 2008 USU e-Repository © 2008

Page 29: KEANEKARAGAMAN PLANKTON DAN ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/5788/1/08E00842.pdfKEANEKARAGAMAN PLANKTON DAN KETERKAITANNYA DENGAN KUALITAS AIR DI PARAPAT DANAU TOBA TESIS

Na, dan Cl, sedangkan mikro nutrisi terdiri dari Fe, Mg, Co, Zu, B, Si, Mm, dan Cu.

Elemen tersebut merupakan penyusun sel plankton sama dengan sel tumbuhan (Bold

& Wayne, 1985).

Distribusi zooplankton dan fitoplankton tidak merata karena fitoplankton

mengeluarkan bahan metabolik yang membuat zooplankton tertarik terhadap

fitoplankton. Jumlah dan distribusi musiman plankton maupun zooplankton dapat

diketahui berdasarkan beberapa faktor pembatas seperti suhu, penetrasi cahaya dan

konsentrasi unsur hara seperti nitrat dan fosfat dalam suatu perairan (Barus, 2004).

2.12Faktor Fisik Kimia Mempengaruhi Keanekaragaman Plankton

Menurut Nybakken (1992), sifat fisik kimia perairan sangat penting dalam

ekologi. Oleh karena itu selain melakukan pengamatan terhadap faktor biotik seperti

plankton, perlu juga dilakukan pengamatan faktor-faktor abiotik perairan. Dengan

mempelajari aspek saling ketergantungan antara organisme dengan faktor-faktor

abiotiknya akan diperoleh gambaran tentang kualitas suatu perairan.

Faktor abiotik (fisik kimia) perairan yang mempengaruhi kehidupan plankton

antara lain :

a. Suhu

Dalam setiap penelitian pada ekosistem akuatik, pengukuran suhu air

merupakan hal yang mutlak dilakukan. Hal ini disebabkan karena kelarutan berbagai

jenis gas di air serta semua aktivitas biologis di dalam ekosistem akuatik sangat

dipengaruhi oleh suhu. Menurut hukum Van’t Hoffs kenaikan suhu sebesar 10°C

Yazwar : Keanekaragaman Plankton Dan Keterkaitannya Dengan Kualitas Air Di Parapat Danau Toba, 2008 USU e-Repository © 2008

Page 30: KEANEKARAGAMAN PLANKTON DAN ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/5788/1/08E00842.pdfKEANEKARAGAMAN PLANKTON DAN KETERKAITANNYA DENGAN KUALITAS AIR DI PARAPAT DANAU TOBA TESIS

(hanya pada kisaran suhu yang masih ditolerir) akan meningkat aktivitas fisiologis

(misalnya respirasi) dari organisma sebesar 2-3 kali lipat. Pola suhu ekosistem

akuatik dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti intensitas cahaya matahari,

pertukaran panas antara air dengan udara sekelilingnya dan juga oleh faktor kanopi

(penutupan oleh vagestasi) dari pepohanan yang tumbuh di tepi (Brehm & Meijering,

1990 dalam Barus, 1996).

Hutapea (1990) dalam Azwar (2001), menyatakan bahwa perbedaan suhu

pada suatu perairan dipengaruhi oleh 4 faktor, yakni: (1) variasi jumlah panas yang

diserap, (2) pengaruh konduksi panas (3) pertukaran tempat massa air secara lateral

oleh arus dan (4) pertukaran air secara vertikal. Menurut Soetjipta (1993) dalam

Azwar (2001), bahwa suhu yang dapat ditolerir oleh organisme pada suatu perairan

berkisar antara 20-30°C, selanjutnya Isnansetyo & Kurniastuti (1995) mengatakan

suhu yang sesuai dengan fitoplankton berkisar antara 25-30°C, sedangkan suhu untuk

pertumbuhan dari zooplankton berkisar antara 15 – 35°C.

b. Penetrasi cahaya

Penetrasi cahaya merupakan besaran untuk mengetahui sampai kedalaman

berapa cahaya matahari dapat menembus lapisan suatu ekosistem perairan. Nilai ini

sangat penting dalam kaitannya dengan laju fotosintesis. Besar nilai penetrasi cahaya

ini dapat diidentifikasikan dengan kedalaman air yang memungkinkan masih

berlangsungnya proses fotosintesis. Nilai penetrasi cahaya sangat dipengaruhi oleh

intensitas cahaya matahari, kekeruhan air serta kepadatan plankton di suatu perairan

(Barus, 2001; Sunin, 2002). Menurut Haerlina (1987), penetrasi cahaya merupakan

Yazwar : Keanekaragaman Plankton Dan Keterkaitannya Dengan Kualitas Air Di Parapat Danau Toba, 2008 USU e-Repository © 2008

Page 31: KEANEKARAGAMAN PLANKTON DAN ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/5788/1/08E00842.pdfKEANEKARAGAMAN PLANKTON DAN KETERKAITANNYA DENGAN KUALITAS AIR DI PARAPAT DANAU TOBA TESIS

faktor pembatas bagi organisme fotosintetik (fitoplankton) dan juga penetrasi cahaya

mempengaruhi migrasi vartikal harian dan dapat pula mengakibatkan kematian pada

organisme tertentu.

c. Arus

Arus terutama berfungsi dalam transportasi energi panas dan substansi seperti

gas maupun mineral yang terdapat dalam air. Arus juga mempengaruhi penyebaran

organisme (Michael, 1994 dalam Barus, 2001). Adanya arus pada suatu ekositem

akuatik membawa plankton (khusus fitoplankton) yang menumpuk pada suatu tempat

tertentu yang dapat menyebabkan terjadinya blooming pada lokasi tertentu jika

tempat baru tersebut kaya akan nutrisi yang menunjang pertumbuhan fitoplankton

dengan faktor abiotik yang mendukung bagi perkembangan kehidupan plankton

(Basmi, 1992).

d. Oksigen terlarut

Kandungan oksigen terlarut merupakan banyaknya oksigen terlarut dalam

suatu perairan. Oksigen terlarut merupakan suatu faktor yang sangat penting di dalam

ekosistem perairan, terutama sekali dibutuhkan untuk proses respirasi bagi sebagian

besar organisme air. Kelarutan oksigen di dalam air sangat dipengaruhi terutama oleh

faktor suhu. Kelarutan maksimum oksigen di dalam air terdapat pada suhu 0°C, yaitu

sebesar 14,16 mg/l O2. Konsentrasi menurun sejalan dengan meningkatkanya suhu

air. Peningkatan suhu menyebabkan konsentrasi oksigen menurun dan sebaliknya

suhu yang semakin rendah meningkatkan konsentrasi oksigen terlarut (Barus, 2001).

Yazwar : Keanekaragaman Plankton Dan Keterkaitannya Dengan Kualitas Air Di Parapat Danau Toba, 2008 USU e-Repository © 2008

Page 32: KEANEKARAGAMAN PLANKTON DAN ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/5788/1/08E00842.pdfKEANEKARAGAMAN PLANKTON DAN KETERKAITANNYA DENGAN KUALITAS AIR DI PARAPAT DANAU TOBA TESIS

Nilai oksigen terlarut di suatu perairan mengalami fluktuasi harian maupun

musiman. Fluktuasi ini selain dipengaruhi oleh perubahan suhu juga dipengaruhi oleh

aktifatas fotosintesis dari tumbuhan yang menghasilkan oksigen (Schworbel, 1987

dalam Barus 2001). Sanusi (2004), mengatakan bahwa nilai DO yang berkisar di

antara 5,45-7,00 mg/l cukup baik bagi proses kehidupan biota perairan. Barus (2001),

menegaskan bahwa nilai oksigen terlarut di perairan sebaiknya berkisar antara 6,3

mg/l, makin rendah nilai DO maka makin tinggi tingkat pencemaran suatu ekosistem

perairan tersebut. Disamping pengukuran konsentrasi, biasanya dilakukan

pengukuran terhadap tingkat kejenuhan oksigen dalam air. Hal ini dimaksudkan

untuk lebih mengetahui apakah nilai tersebut merupakan nilai maksimum atau tidak.

Untuk dapat mengukur tingkat kejenuhan oksigen suatu contoh air, maka disamping

mengukur konsentrasi oksigen dalam mg/l, diperlukan pengukuran suhu contoh air

tersebut. Menurut Barus (2001), nilai kejenuhan oksigen (%) dapat dihitung dengan

menggunakan rumus sebagai berikut:

100% x (t) 03(u) 02(%) KEJENUHAN =

dimana :

O2 (u) = Nilai konsentrasi oksigen yang diukur (mg/l)

O2 (t) = Nilai konsentrasi oksigen sebenarnya (pada tabel) sesuai dengan besarnya

suhu.

Yazwar : Keanekaragaman Plankton Dan Keterkaitannya Dengan Kualitas Air Di Parapat Danau Toba, 2008 USU e-Repository © 2008

Page 33: KEANEKARAGAMAN PLANKTON DAN ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/5788/1/08E00842.pdfKEANEKARAGAMAN PLANKTON DAN KETERKAITANNYA DENGAN KUALITAS AIR DI PARAPAT DANAU TOBA TESIS

e. Kebutuhan Oksigen Biologis

Kebutuhan oksigen biologis biasa disebut Biological Oxygen Demand (BOD)

merupakan jumlah oksigen yang diperlukan oleh mikroorganisme aerobik dalam

proses penguraian senyawa organik, yang diukur pada suhu 20°C. Dari hasil

penelitian misalnya diketahui bahwa untuk menguraikan senyawa organik yang

terdapat di dalam limbah rumah tangga secara sempurna, mikrooganisma

membutuhkan waktu sekitar 20 hari lamanya. Mengingat bahwa waktu selama 20

hari dianggap terlalu lama dalam proses pengukuran ini, sementara dari hasil

penelitian diketahui bahwa setelah pengukuran dilakukan selama 5 hari senyawa

organik yang diuraikan sudah mencapai kurang lebih 70%, maka pengukuran yang

umum dilakukan adalah pengukuran selama 5 hari (BOD5) (Barus, 2001).

Pengukuran BOD didasarkan kepada kemampuan mikroorganisme untuk

menguraikan senyawa organik, artinya hanya terdapat substansi yang mudah

diuraikan secara biologis seperti senyawa yang umumnya terdapat dalam limbah

rumah tangga (Barus, 2001). Menurut Brower, et al, (1990), nilai konsentrasi BOD

menunjukkan suatu kualitas perairan yang masih tergolong baik dimana apabila

konsumsi O2 selama periode 5 hari berkisar sampai 5 mg/l O2 maka perairan tersebut

tergolong baik dan apabila konsumsi O2 berkisar antara 10 mg/l-20 mg/l O2 akan

menunjukkan tingkat pencemaran oleh materi organik yang tinggi dan untuk air

limbah nilai BOD umumnya lebih besar dari 100 mg/l.

Yazwar : Keanekaragaman Plankton Dan Keterkaitannya Dengan Kualitas Air Di Parapat Danau Toba, 2008 USU e-Repository © 2008

Page 34: KEANEKARAGAMAN PLANKTON DAN ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/5788/1/08E00842.pdfKEANEKARAGAMAN PLANKTON DAN KETERKAITANNYA DENGAN KUALITAS AIR DI PARAPAT DANAU TOBA TESIS

f. pH

Oganisme akuatik dapat hidup dalam suatu perairan yang mempunyai nilai pH

netral dengan kisaran toleransi antara asam lemah sampai basa lemah. pH yang ideal

bagi kehidupan organisme akuatik pada umumnya berkisar antara 7 sampai 8,5.

Kondisi perairan yang bersifat asam maupun basa akan membahayakan kelangsungan

hidup oraganisma karena akan menyebabkan terjadinya gangguan metabolisma dan

respirasi. Disamping itu pH yang sangat rendah akan menyebabkan mobilitas

berbagai senyawa logam berat yang bersifat toksik semakin tinggi yang tentunya akan

mengancam kelangsungan hidup organisma akuatik. Sementara pH yang tinggi akan

menyebabkan keseimbangan antara ammonium dan ammoniak dalam air akan

terganggu, dimana kenaikan pH di atas netral akan meningkat konsentrasi ammoniak

yang juga bersifat sangat toksik bagi organisma (Barus, 2001).

Derajat keasaman parairan tawar berkisar dari 5–10 (Dirjen DIKTI

Depdikbud, 1994) setiap organisme mempunyai pH yang optimum bagi

kehidupannya. Perkembangan alga Cyanophceae akan sangat jarang dalam perairan

apabila pH di bawah 5 (Shubert, 1984).

g. Kandungan berbagai unsur nutrisi

Fitoplankton dapat menghasilkan energi dan molekul yang kompleks jika

tersedia bahan nutrisi yang paling penting seperti nitrat dan fosfat (Nybakken, 1992).

Nutrien sangat dibutuhkan oleh fitoplankton dalam perkembangannya dalam jumlah

besar maupun dalam jumlah yang relatif kecil. Setiap unsur hara mempunyai fungsi

khusus pada pertumbuhan dan kepadatan tanpa mengesampingkan pengaruh kondisi

Yazwar : Keanekaragaman Plankton Dan Keterkaitannya Dengan Kualitas Air Di Parapat Danau Toba, 2008 USU e-Repository © 2008

Page 35: KEANEKARAGAMAN PLANKTON DAN ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/5788/1/08E00842.pdfKEANEKARAGAMAN PLANKTON DAN KETERKAITANNYA DENGAN KUALITAS AIR DI PARAPAT DANAU TOBA TESIS

lingkungan. Unsur N, P, dan S penting untuk pembentukan protein dan K berfungsi

dalam metabolisme karbohidrat. Fe dan Na berperan dalam pembentukan klorofill,

sedangkan Si dan Ca merupakan bahan untuk pembentukan dinding sel atau

cangkang (Isnansetyo & Kurniastuty, 1995). Disamping itu silikat (Si) lebih banyak

digunakan oleh diatom dalam pembentukan dinding sel (Raymont, 1963 dalam

Hutauruk, 1984).

Nitrat dan fosfat merupakan unsur hara terpenting untuk pertumbuhan

fitoplankton. Kadar nitrat dan fosfat yang optimal untuk pertumbuhan fitoplankton

masing-masing 3,9 mg/l – 15,5 mg/l dan 0,27 mg/l – 5,51 mg/l. Nitrat dan fosfat

merupakan faktor pembatas di bawah 0,144 mg/l dan 0,02 mg/l (Mackentum, 1969

dalam Haerlina, 1978).

Keberadaan nitrat di perairan sangat dipengaruhi oleh buangan yang dapat

berasal dari industri, bahan peledak, pirotekni, dan pemupukan. Secara alamiah kadar

nitrat biasanya rendah namun kadar nitrat dapat menjadi tinggi sekali dalam air tanah

di daerah yang diberi pupuk yang diberi nitrat/nitrogen (Alaerts, 1987).

Fosfat merupakan unsur yang sangat esensial sebagai bahan nutrien bagi

berbagai organisme akuatik. Fosfat merupakan unsur yang penting dalam aktivitas

pertukaran energi dari organisme yang dibutuhkan dalam jumlah sedikit

(mikronotrien), sehingga fosfat berperan sebagai faktor pembatas bagi pertumbuhan

organisma. Peningkatan konsentrasi fosfat dalam suatu ekositem perairan akan

meningkatkan pertumbuhan algae dan tumbuhan air lainnya secara cepat.

Peningkatan yang menyebabkan terjadinya penurunan kadar oksigen terlarut, diikuti

Yazwar : Keanekaragaman Plankton Dan Keterkaitannya Dengan Kualitas Air Di Parapat Danau Toba, 2008 USU e-Repository © 2008

Page 36: KEANEKARAGAMAN PLANKTON DAN ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/5788/1/08E00842.pdfKEANEKARAGAMAN PLANKTON DAN KETERKAITANNYA DENGAN KUALITAS AIR DI PARAPAT DANAU TOBA TESIS

dengan timbulnya anaerob yang menghasilkan berbagai senyawa toksik misalnya

methan, nitrit dan belerang (Barus, 2001).

Menurut Alaerts (1987), senyawa fosfat di perairan dipengaruhi oleh limbah

penduduk, industri, dan perairan. Di daerah pertanian, dan persawahan fosfat berasal

dari bahan pupuk yang masuk ke dalam sungai melalui drainase dan aliran air hujan.

Menurut (Cairns, 1956 dalam Shubert, 1984), memprediksi ada spesies dengan

toleransi terhadap konsentrasi fosfat yang rendah dan nitrogen melalui model

stimulator panas yang diperlukan terhadap lingkungan perairan dan penurunan

konsentrasi fosfat. Melalui semua kombinasi menunjukkan produktivitas plankton

mengalami peningkatan.

Yazwar : Keanekaragaman Plankton Dan Keterkaitannya Dengan Kualitas Air Di Parapat Danau Toba, 2008 USU e-Repository © 2008

Page 37: KEANEKARAGAMAN PLANKTON DAN ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/5788/1/08E00842.pdfKEANEKARAGAMAN PLANKTON DAN KETERKAITANNYA DENGAN KUALITAS AIR DI PARAPAT DANAU TOBA TESIS

BAB III DESKRIPSI AREA

Penelitian ini dilakukan di Perairan Danau Toba Parapat Kabupaten

Simalungun (Gambar 3.1). Berdasarkan rona lingkungan yang ada ditetapkan 3

stasiun pengamatan ataupun pengambilan sampel (Gambar 3.2). Adapun ketiga

stasiun pengambilan sampel itu terletak pada dua kecamatan yang berbeda, yaitu

Kecamatan Girsang Sipanganbolon dan Kecamatan Ajibata.

Gambar 3.1. Perairan Danau Toba sebagai tempat dilakukannya penelitian

Yazwar : Keanekaragaman Plankton Dan Keterkaitannya Dengan Kualitas Air Di Parapat Danau Toba, 2008 USU e-Repository © 2008 22

Page 38: KEANEKARAGAMAN PLANKTON DAN ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/5788/1/08E00842.pdfKEANEKARAGAMAN PLANKTON DAN KETERKAITANNYA DENGAN KUALITAS AIR DI PARAPAT DANAU TOBA TESIS

1. Lokasi 1

Lokasi ini berada dipantai Hotel Dharma Agung dekat dermaga kapal feri

pengangkut penumpang. Lokasi ini terletak di Kecamatan Girsang Sipanganbolon

pada titik 2°.39”51,84’LU dan 98°.55”40,16’BT. Pada lokasi ini daerah pinggirannya

banyak dijumpai tumbuhan eceng gondok dan tumbuhan air. Di sekitar daerah ini

dapat juga dijumpai daerah pemukiman penduduk dan juga sarana perhotelan. Dari

pantauan terhadap permukaan air banyak ditemukan sampah berupa limbah organik

yang berasal dari rumah tangga, perhotelan dan limbah berupa minyak yang berasal

dari kapal-kapal feri.

Gambar 3.2. Lokasi penelitian di Perairan Danau Toba Parapat

Yazwar : Keanekaragaman Plankton Dan Keterkaitannya Dengan Kualitas Air Di Parapat Danau Toba, 2008 USU e-Repository © 2008

Page 39: KEANEKARAGAMAN PLANKTON DAN ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/5788/1/08E00842.pdfKEANEKARAGAMAN PLANKTON DAN KETERKAITANNYA DENGAN KUALITAS AIR DI PARAPAT DANAU TOBA TESIS

2. Lokasi 2

Lokasi ini berada di Kecamatan Girsang Sipanganbolon pada titik

20°.42”10,8’ LU dan 98°.55”12,72’ BT. Pada lokasi ini banyak ditemukan usaha

peternakan ikan dalam bentuk jala apung (keramba) baik yang dimiliki oleh

penduduk setempat maupun sebuah perusahaan swasta yang mengelola peternakan

ikan dalam keramba. Di sekitar daerah ini juga ditemukan pemukiman penduduk

tetapi relatif tidak terlalu banyak. Warna air danau pada lokasi ini tampak agak keruh.

Hal itu terjadi mungkin disebabkan oleh banyaknya sisa pakan ikan yang tidak

termakan oleh ikan yang terdapat pada jala apung (keramba).

3. Lokasi 3

Lokasi ini berada pada titik 20°.39”17,64’ LU dan 98°.55”28,92’ BT. Pada

lokasi ini tidak ditemukan keramba atau jala apung dan juga tidak ditemukan adanya

eceng gondok. Lokasi ini agak jauh dari pemukiman penduduk dan air danau di

lokasi ini tampak lebih jernih dan bersih. Lokasi ini berada di Kecamatan Ajibata.

Yazwar : Keanekaragaman Plankton Dan Keterkaitannya Dengan Kualitas Air Di Parapat Danau Toba, 2008 USU e-Repository © 2008

Page 40: KEANEKARAGAMAN PLANKTON DAN ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/5788/1/08E00842.pdfKEANEKARAGAMAN PLANKTON DAN KETERKAITANNYA DENGAN KUALITAS AIR DI PARAPAT DANAU TOBA TESIS

BAB IV BAHAN DAN METODA

4.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan mulai bulan Januari sampai dengan Maret 2008 di

Perairan Danau Toba. Penentuan lokasi pengambilan sampling didasarkan atas rona

lingkungan dengan menggunakan Metode ”Purposive Sampling”, yaitu dengan

menentukan 3 stasiun pengamatan/pengambilan sampel.

4.2 Pengambilan Sampel Plankton

Pada masing-masing stasiun pengamatan dilakukan pengambilan sampel

sebanyak 5 (lima) kali ulangan. Sebanyak 25 liter sampel air diambil dengan

menggunakan ember. Sampel air tersebut kemudian dilewatkan ke dalam jaring

plankton (plankton net) yang pada bagian ujungnya dilengkapi dengan botol

penampung (buket). Air bersama plankton yang telah tersaring pada botol

penampung selanjutnya dipindahkan ke dalam botol film. Untuk mengawetkan

plankton, ke dalam botol filem diberikan larutan lugol 10% sebanyak 2-3 tetes.

Sampel air yang berisi plankton tersebut kemudian dibawa ke Laboratorium Ekologi

FMIPA USU untuk diidentifikasi dengan mengacu kepada pustaka Edmondson

(1963), Bold dan Wynee (1985), serta Pennak (1978). Untuk uji faktor fisik dan

kimia dilakukan di Laboratorium Puslit-LP USU dan untuk uji bakteri Colifecal

dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi FMIPA-USU.

Yazwar : Keanekaragaman Plankton Dan Keterkaitannya Dengan Kualitas Air Di Parapat Danau Toba, 2008 USU e-Repository © 2008

25

Page 41: KEANEKARAGAMAN PLANKTON DAN ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/5788/1/08E00842.pdfKEANEKARAGAMAN PLANKTON DAN KETERKAITANNYA DENGAN KUALITAS AIR DI PARAPAT DANAU TOBA TESIS

4.3 Pengukuran Faktor Fisik dan Kimia Perairan

Faktor fisika-kimia perairan diukur mencakup :

1. Suhu (°C)

Suhu air diukur pada permukaan dan dasar perairan dengan menggunakan

termometer yang dimasukkan ke dalam badan air selama beberapa menit.

2. Kecerahan (cm)

Mengukur dengan menggunakan keping sechii yang dimasukkan ke dalam badan

air sampai keping seechi tidak kelihatan dan diukur panjang tali sampai batas

permukaan air.

3. pH (Derajat Keasaman)

pH diukur dengan menggunakan pH meter dengan cara memasukkan pH meter ke

dalam sampel air yang diambil dari dasar perairan sampai pembacaan pada alat

konstan dan dibaca angka yang tertera pada pH meter tersebut.

4. Oksigen Terlarut (DO) (mg/l)

Oksigen terlarut (DO) diukur dengan menggunakan DO meter. Sampel air

diambil dari dasar dan dimasukkan ke dalam botol dan dilakukan pengukuran

oksigen terlarut dengan menggunakan DO meter.

5. BOD5

Pengukuran BOD5 dilakukan dengan menggunakan Metode Winkler. Sampel air

yang diambil dari dasar perairan dimasukkan ke dalam botol Winkler.

6. Logam berat

Logam berat seperti arsen, besi dan timbal termasuk dalam logam berat yang

dapat dianalisis di laboratorium. Penentuan kadar logam berat di air dapat

dilakukan dengan Metode AAS (Atomic Absorption Spektrophotometri).

Yazwar : Keanekaragaman Plankton Dan Keterkaitannya Dengan Kualitas Air Di Parapat Danau Toba, 2008 USU e-Repository © 2008

Page 42: KEANEKARAGAMAN PLANKTON DAN ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/5788/1/08E00842.pdfKEANEKARAGAMAN PLANKTON DAN KETERKAITANNYA DENGAN KUALITAS AIR DI PARAPAT DANAU TOBA TESIS

7. Uji Colifecal

Uji colifecal dilakukan untuk mengetahui kandungan bakteri coli yang terdapat di

perairan. Uji ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi FMIPA-USU dengan

menggunakan metode MPN (Most Probability Number). Metode MPN terdiri dari

3 tahap yaitu :

a. Uji pendugaan (Presumptive Test)

b. Uji penegasan (Confirmed Test)

c. Uji lengkap (completed Test)

Cara kerja metode MPN ini terlampir pada Lampiran 10

Uraian yang lebih ringkas mengenai parameter fisika-kimia yang diukur pada

penelitian ini berikut dengan metode dan alat ukur serta dengan lokasinya tersaji pada

Tabel 4.1.

Yazwar : Keanekaragaman Plankton Dan Keterkaitannya Dengan Kualitas Air Di Parapat Danau Toba, 2008 USU e-Repository © 2008

Page 43: KEANEKARAGAMAN PLANKTON DAN ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/5788/1/08E00842.pdfKEANEKARAGAMAN PLANKTON DAN KETERKAITANNYA DENGAN KUALITAS AIR DI PARAPAT DANAU TOBA TESIS

Tabel 4.1. Parameter Fisika-Kimia, Satuan, Alat dan Tempat Pengukuran

Logam berat

Parameter Metode Pengukuran Lokasi FISIK : - Suhu

- TDS - TSS - Kecerahan

KIMIA : - pH - BOD5 - COD - DO - Fosfat - Nitrogen - Arsen - Besi - Timbal - Klorida - Fluorida - Sulfat - Minyak &

Lemak BIOLOGI :

- Coliform - Colifekal

Termometer Air Raksa Skala 0 – 50 0C Timbangan Elektronik Keping Secchi pH meter MetodeWinkler/Titrimetri Metode Reflux/Titrimetri MetodeWinkler/Titrimetri

Metode AAS (Atomic Absorption Spectrophotometry)

Oil Analizer MPN MPN

Lapangan Lab. Kimia Puslit USU Lab. Kimia Puslit USU Lapangan

Lapangan Lab. Kimia Puslit USU Lab. Kimia Puslit USU Lab. Kimia Puslit USU Lab. Kimia Puslit USU Lab. Kimia Puslit USU Lab. Kimia Puslit USU Lab. Kimia Puslit USU Lab. Kimia Puslit USU Lab. Kimia Puslit USU Lab. Kimia Puslit USU Lab. Mikrobiologi USU Lab. Mikrobiologi USU

4.4 Pengamatan di Laboratorium

Sampel air yang telah diperoleh dari lapangan selanjutnya dibawa ke

Laboratorium Ekologi Tumbuhan FMIPA USU untuk diproses lebih lanjut.

Pemeriksaan dan identifikasi plankton dilakukan dengan mengacu kepada pustaka

Edmondson (1963), Bold dan Wynne (1985), serta Pennak (1989). Uji faktor fisika

dan kimia dilakukan di Laboratorium Puslit-LP USU sedangkan untuk uji bakteri

Colifecal dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi FMIPA-USU.

Yazwar : Keanekaragaman Plankton Dan Keterkaitannya Dengan Kualitas Air Di Parapat Danau Toba, 2008 USU e-Repository © 2008

Page 44: KEANEKARAGAMAN PLANKTON DAN ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/5788/1/08E00842.pdfKEANEKARAGAMAN PLANKTON DAN KETERKAITANNYA DENGAN KUALITAS AIR DI PARAPAT DANAU TOBA TESIS

4.5 Analisis Data

Data yang diperoleh pada penelitan ini berupa kepadatan individu plankton

perliter. Untuk mendapatkan data ini digunakan alat Haemocytometer, sedangkan

untuk mencari kelimpahan plankton digunakan rumus modifikasi dari Isnansetyo &

Kurniatuty (1995), seperti-berikut ini:

Wlx

vVx

pPx

LTN =

dimana :

N = jumlah plankton per liter (1)

T = luas penampang permukaan Haemocytometer (mm2)

L = luas satu lapangan pandang (mm2)

P = jumlah plankter yang dicacah

p = jumlah lapang yang diamati

V = volume konsentrasi plankton pada bucket (ml)

v = volume konsentrat di bawah gelas penutup (ml)

W = volume air media yang disaring dengan plankton net (L)

Dengan menggunakan data kelimpahan plankton tersebut kemudian dilakukan

analisis data berupa indeks keanekaragaman plankton menurut Shannon-Wiener

(Krebs, 1989), uji perbedaan keanekaragaman dan kelimpahan plankton antar stasiun

pengamatan dengan menggunakan rumus uji t Hutcheson (Zar, 1999), indeks

ekuitabilitas dari plankton pada tiap stasiun penelitian (Zar, 1999), indeks kesamaan

komunitas plankton antar stasiun pengamatan (Krebs, 1989) dan analisis korelasi

Yazwar : Keanekaragaman Plankton Dan Keterkaitannya Dengan Kualitas Air Di Parapat Danau Toba, 2008 USU e-Repository © 2008

Page 45: KEANEKARAGAMAN PLANKTON DAN ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/5788/1/08E00842.pdfKEANEKARAGAMAN PLANKTON DAN KETERKAITANNYA DENGAN KUALITAS AIR DI PARAPAT DANAU TOBA TESIS

Pearson antara keanekaragaman dan kelimpahan plankton dengan faktor fisika-kimia

perairan (Zar, 1999). Lebih jelasnya, adapun rumus dari masing-masing analisis data

tersebut adalah sebagai-berikut :

1. Indeks keanekaragaman (diversitas) Shannon – Wienner (H’)

Indeks keanekaragaman komunitas plankton pada tiga stasiun pengamatan

dihitung lewat penggunaan rumus indeks keanekaragaman Shannon-Wiener

berikut ini (Brower et al, 1990):

∑=

−=s

1ipiln piH

dimana :

H’ = indeks diversitas Shannon-Wienner

pi = proporsi spesies ke-i

ln = logaritma natural

pi = ni/N (perbandingan jumlah individu suatu jenis dengan keseluruhan

jenis)

Kriteria:

0< H`<2,3 : Keanekaragaman rendah

2,3< H`<6,9 : Keanekaragaman sedang

H` > 6,9 : Keanekaragaman tinggi

Yazwar : Keanekaragaman Plankton Dan Keterkaitannya Dengan Kualitas Air Di Parapat Danau Toba, 2008 USU e-Repository © 2008

Page 46: KEANEKARAGAMAN PLANKTON DAN ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/5788/1/08E00842.pdfKEANEKARAGAMAN PLANKTON DAN KETERKAITANNYA DENGAN KUALITAS AIR DI PARAPAT DANAU TOBA TESIS

2. Uji t Hutcheson

Adapun rumus dari uji t Hutcheson yang dipergunakan untuk mengetahui adanya

perbedaan yang signifikan dari keanekaragaman dan kelimpahan plankton antar

stasiun adalah sebagai-berikut (Zar, 1999):

t = H`1 – H`2 / SH`1-SH`2

dimana :

t : nilai t hitung yang dicari

H` : indeks keanekaragaman

SH` : Standard deviasi keanekaragaman

Nilai standard deviasi keanekaragaman dapat dihitung dari variansi

keaneragaman berikut ini:

SH`1-H`2 = √ S2H`1 + S2

H`2

Selanjutnya, variansi keanekaragaman dapat dihitung melalui pendekatan berikut

ini:

S2H` = ∑ fi ln2 fi – ( ∑ fi ln fi)2 /n / n2

dimana :

fi = Jumlah individu tiap takson

n = Jumlah total dari individu keseluruahan takson

Sementara itu nilai Derajat Bebas (v) yang digunakan untuk mendapatkan nilai t

tabel pada Tabel t dihitung melalui persamaan berikut ini:

v = (S2H`1 + S2

H`2)2 / (S2H`1)2 /n1 + (S2

H`2)2 /n2

Yazwar : Keanekaragaman Plankton Dan Keterkaitannya Dengan Kualitas Air Di Parapat Danau Toba, 2008 USU e-Repository © 2008

Page 47: KEANEKARAGAMAN PLANKTON DAN ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/5788/1/08E00842.pdfKEANEKARAGAMAN PLANKTON DAN KETERKAITANNYA DENGAN KUALITAS AIR DI PARAPAT DANAU TOBA TESIS

Yazwar : Keanekaragaman Plankton Dan Keterkaitannya Dengan Kualitas Air Di Parapat Danau Toba, 2008 USU e-Repository © 2008

Kriteria:

th < t tab. pada α 0.05 : tolak Ha, terima Ho

th > t tab. pada α 0.05 : terima Ha, tolak Ho

maksHH' (E)n =Keseragama Indeks

3. Indeks Ekuitabilitas (E)

Untuk mengetahui sebaran ataupun distribusi kelimpahan antar takson dalam

komunitas dilakukan uji indeks ekuitabilitas yang disebutjuga sebagai indeks

keseragaman. Adapun rumus dari indeks ekuitabilitas tersebut adalah sebagai-

berikut (Zar, 1999):

dimana :

H’ = Indeks diversitas Shannon-Wienner

H max = Indeks diversitas maximum, yang nilainya sama dengan Ln S

(dimana S banyaknya spesies). Besarnya nilai E berkisar antara 0-1

(Michael, 1984).

Kriteria:

0 < E < 0,4 : Keseragaman rendah

0,4 < E < 0,6 : Keseragaman sedang

E > 0,6 : Keseragaman tinggi

Page 48: KEANEKARAGAMAN PLANKTON DAN ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/5788/1/08E00842.pdfKEANEKARAGAMAN PLANKTON DAN KETERKAITANNYA DENGAN KUALITAS AIR DI PARAPAT DANAU TOBA TESIS

4. Indeks Kesamaan (Similaritas) dari Sorensen

Berapa besar kesamaan komposisi (kenekaragaman dan kelimpahan) plankton

antar stasiun pengamatan dicari lewat menggunakan rumus indeks similaritas

menurut Sorensen (Brower et al, 1990) seperti berikut ini:

IS = 2 a / s1 + s2 x 100%

Dimana:

a = Jumlah takson yang sama-sama hadir pada kedua stasiun pengamatan

yang dibandingkan (Stasiun A dan B)

s1 = Jumlah takson yang hadir pada stasiun A tetapi tidak pada stasiun B

s2 = Jumlah takson yang hadir pada Stasiun B tetapi tidak pada stasiun A

Kriteria:

Aturan 50% dari Kendeigh (1980), menyatakan bilamana indeks kesamaan dari

dua komunitas yang dibandingkan lebih besar dari 50%, maka kedua komunitas

yang dibnndingkan itu dapat dianggap satu komunitas bukan menjadi dua

komunitas yang berbeda.

4.6 Penentuan Status Mutu Air dengan Metode Storet

Secara prinsip Metode Storet adalah membandingkan antar data kualitas air

dengan baku mutu air yang disesuaikan dengan peruntukannya guna menentukan

status mutu air. Untuk Danau Toba, peruntukannya adalah air golongan I karena

Danau Toba juga dipakai untuk sumber air minum. Cara menentukan status mutu air

adalah dengan menggunakan sistem nilai dari US-EPA (United States Enviromental

Protection Agency) dengan mengklasifikasikan mutu air dalam 4 kelas yaitu :

Yazwar : Keanekaragaman Plankton Dan Keterkaitannya Dengan Kualitas Air Di Parapat Danau Toba, 2008 USU e-Repository © 2008

Page 49: KEANEKARAGAMAN PLANKTON DAN ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/5788/1/08E00842.pdfKEANEKARAGAMAN PLANKTON DAN KETERKAITANNYA DENGAN KUALITAS AIR DI PARAPAT DANAU TOBA TESIS

1. Kelas A : baik sekali, skor = memenuhi baku mutu →

2. Kelas B : baik, skor = -1 s/d -10 → tercemar ringan

3. Kelas C : sedang, skor = -11 s/d -30 tercemar sedang →

4. Kelas D : buruk, skor ≥-31 → tercemar berat

Prosedur penggunaan : Lakukan pengumpulan data kualitas air dan debit air

secara periodik sehingga membentuk data dari waktu ke waktu (time series data).

Bandingkan data hasil pengukuran dan masing-masing parameter air dengan nilai

baku mutu yang sesuai dengan kelas air. Jika hasil pengukuran memenuhi nilai baku

mutu air (hasil pengukuran ≤ baku mutu) maka diberi skor 0. Jika hasil pengukuran

tidak memenuhi nilai baku mutu air (hasil pengukuran > baku mutu) maka diberi

skor seperti pada Tabel 4.2 berikut ini.

Tabel 4.2 Penentuan Sistem Nilai Untuk Menentukan Status Mutu Air

Jumlah Nilai Parameter

Parameter Fisika Kimia Biologi Maksimum -1 -2 -3

<10 Minimum -1 -2 -3 Rata-rata -3 -6 -9 Maksimum -2 -4 -6

≥10 Minimum -2 -4 -6 Rata-rata -6 -12 -18

Jumlah negatif dari seluruh parameter dihitung dan ditentukan status mutunya

dari jumlah skor yang di dapat dengan menggunakan sistem nilai. Penentuan baku

mutu air dilakukan dengan Metode Storet

Yazwar : Keanekaragaman Plankton Dan Keterkaitannya Dengan Kualitas Air Di Parapat Danau Toba, 2008 USU e-Repository © 2008

Page 50: KEANEKARAGAMAN PLANKTON DAN ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/5788/1/08E00842.pdfKEANEKARAGAMAN PLANKTON DAN KETERKAITANNYA DENGAN KUALITAS AIR DI PARAPAT DANAU TOBA TESIS

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Sifat Fisika dan Kimia Perairan

Faktor fisika dan kimia perairan yang diamati pada penelitian ini adalah Suhu,

TDS, kecerahan, pH, BOD5, COD, DO, fosfat, NO3-N, NO2-N, NH3-N, besi, timbal,

klorida dan sulfat. Hasil pengamatan faktor fisika-kimia dari Perairan Danau Toba

tersebut disajikan pada Tabel 5.1.

Tabel 5.1. Hasil Pengukuran Faktor Fisika - Kimia Perairan Danau Toba

Pada Tiga Stasiun Pengamatan

Stasiun I Stasiun II Stasiun III Kruskal Wallis No Parameter x ± sd x ± sd x ± sd x2 Peluang 1 Suhu (OC) 26,59 ± 0,36 25,11 ± 0,20 24,61 ± 0,45 11,094 0,004 2 TDS (mg/l) 87,53 ± 1,74 85,80 ± 0,83 82,40 ± 5,59 4,564 0,102 3 Kecerahan (m) 7,94 ± 0,30 6,81 ± 1,15 4,29 ± 0,18 12,500 0,002 4 pH 7,41 ± 0,02 7,30 ± 0,04 7,40 ± 0,03 7,495 0,024 5 BOD5 2,5 ± 0,07 2,6 ± 0,071 1,5 ± 0,01 10,298 0,006 6 COD (mg/l) 30,21 ± 0,04 26,87 ± 1,25 26,02 ± 0,32 10,220 0,006 7 DO (mg/l) 7,20 ± 0,15 7,00 ± 0,07 6,90 ± 0,04 10,223 0,006 8 Fosfat (mg/l) 0,23 ± 0,02 0,25 ± 0,02 0,35 ± 0,03 10,149 0,006 9 NO3-N (mg/l) 15,47 ± 0,47 12,22 ± 0,39 10,29 ± 0,09 12,500 0,002

10 NO2-N (mg/l) 0,05 ± 0,01 0,02 ± 0,01 0,04 ± 0,01 10,303 0,006 11 NH3-N (mg/l) 1,57 ± 0,07 1,63 ± 0,01 0,09 ± 0,00 10,633 0,005 12 Besi (mg/l) 0,05 ± 0,01 0,02 ± 0,00 0.06 ± 0,01 10,349 0,006 13 Timbal (mg/l) 0,01 ± 0,00 0,01 ± 0,00 0,01 ± 0,00 - - 14 Klorida (mg/l) 17,08 ± 0,45 11,70 ± 0,18 13,87 ± 0,35 12,500 0,002 15 Sulfat (mg/l) 145,40 ± 3,84 143,60 ± 2,70 153,20 ± 5,80 6,841 0,033

Keterangan :

Stasiun I : Daerah dekat pemukiman penduduk dan pelabuhan kapal Stasiun II : Daerah budidaya ikan (Jaring apung) Stasiun III : Daerah tengah danau dan relatif alami Sd : Standard deviasi

Yazwar : Keanekaragaman Plankton Dan Keterkaitannya Dengan Kualitas Air Di Parapat Danau Toba, 2008 USU e-Repository © 2008 35

Page 51: KEANEKARAGAMAN PLANKTON DAN ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/5788/1/08E00842.pdfKEANEKARAGAMAN PLANKTON DAN KETERKAITANNYA DENGAN KUALITAS AIR DI PARAPAT DANAU TOBA TESIS

5.1.1 Suhu

Radiasi cahaya matahari yang tiba pada permukaan perairan akan memberikan

suatu panas pada badan perairan. Jika jumlah radiasi yang berhasil diserap oleh oleh

permukaan perairan berbeda, maka suhu (jumlah panas) yang dimiliki oleh perairan

tersebutpun juga akan berbeda. Hasil pengukuran menunjukkan suhu pada Perairan

Danau Toba berkisar antara 24,61-26,59°C. Suhu perairan pada Stasiun 1 tampak

lebih tinggi dibandingkan dengan suhu yang terukur pada kedua stasiun lainnya,

sementara itu suhu pada stasiun 3 tampak lebih rendah. Berdasarkan uji statistik

Kruskal-Wallis, suhu yang terukur pada ketiga stasiun pengamatan berbeda sangat

nyata (X2 = 11,094; p = 0,004).

Suhu pada stasiun 1 lebih tinggi karena pengaruh berbagai aktivitas manusia

seperti pemukiman, perhotelan dan pelabuhan. Pola suhu perairan dapat dipengaruhi

oleh faktor-faktor antropogen (yang diakibatkan oleh aktivitas manusia) seperti

limbah serta hilangnya pelindung badan perairan yang menyebabkan cahaya matahari

langsung mengenai permukaan air sehingga terjadi peningkatan suhu. Hilangnya

pelindung berupa pohon-pohon di pinggiran Danau Toba karena di konversi sebagai

areal pemukiman, perhotelan dan pelabuhan. Di Stasiun 3 lebih rendah suhunya

karena berada pada areal yang masih alami, banyak vegetasi teresterial berupa pohon-

pohon yang tinggi sehingga membuat suhu permukaan air lebih rendah.

Walaupun terdapat perbedaan suhu yang sangat nyata, suhu yang dimiliki

perairan tersebut jika dihubungkan dengan kehidupan plankton masih termasuk dalam

kisaran suhu yang relatif optimum. Menurut Isnansetyo & Kurniastuty (1995) kisaran

Yazwar : Keanekaragaman Plankton Dan Keterkaitannya Dengan Kualitas Air Di Parapat Danau Toba, 2008 USU e-Repository © 2008

Page 52: KEANEKARAGAMAN PLANKTON DAN ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/5788/1/08E00842.pdfKEANEKARAGAMAN PLANKTON DAN KETERKAITANNYA DENGAN KUALITAS AIR DI PARAPAT DANAU TOBA TESIS

suhu yang optimum bagi kehidupan plankton adalah 22-300C. Suhu suatu perairan

dapat mempengaruhi kelulushidupan organisme yang berada di dalamnya termasuk

plankton. Menurut Barus (2004) hal itu terjadi karena suhu suatu perairan akan

mempengaruhi kelarutan oksigen yang sangat diperlukan organisme akuatik untuk

metabolismenya. Semakin tinggi suhu suatu perairan, kelarutan oksigennya semakin

menurun.

5.1.2 Total Dissolved Solid (TDS)

Jumlah padatan tersuspensi pada perairan berpengaruh terhadap penetrasi

cahaya. Semakin tinggi padatan terlarut berarti akan semakin menghambat penetrasi

cahaya ke dalam perairan. Hal ini secara langsung akan berakibat terhadap penurunan

aktivitas dari fotosintesis oleh organisme berhijau daun yang terdapat pada perairan

semisal hydrophita dan fitoplanktoan. Dari pengukuran yang telah dilakukan,

besarnya nilai padatan terlarut pada Perairan Danau Toba berkisar 82,40 - 87,53 mg/l.

Padatan terlarut pada Stasiun 1 tampak lebih tinggi dibandingkan pada dua

stasiun pengamatan lainnya, sedangkan yang terkecil terdapat pada Stasiun 3.

Berdasarkan uji statistik Kruskal-Wallis, padatan terlarut pada ketiga stasiun

pengamatan berbeda secara tidak nyata (X2 = 4,564; P = 0,102). Padatan terlarut pada

stasiun 1 lebih tinggi karena lokasi Stasiun 1 yang berada pada area yang dekat

dengan aktivitas manusia sehingga banyak menghasilkan limbah yang masuk ke

badan perairan dan akhirnya menambah jumlah partikel terlarut. Pada Stasiun 3 yang

jauh dari segala aktivitas manusia memiliki nilai TDS yang lebih rendah karena tidak

Yazwar : Keanekaragaman Plankton Dan Keterkaitannya Dengan Kualitas Air Di Parapat Danau Toba, 2008 USU e-Repository © 2008

Page 53: KEANEKARAGAMAN PLANKTON DAN ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/5788/1/08E00842.pdfKEANEKARAGAMAN PLANKTON DAN KETERKAITANNYA DENGAN KUALITAS AIR DI PARAPAT DANAU TOBA TESIS

adanya limbah yang masuk ke perairan. Jika dihubungkan dengan baku mutu air

golongan I, nilai padatan terlarut yang diperoleh pada Perairan Danau Toba masih

tergolong rendah. Itu berarti Perairan Danau Toba masih belum tercemar.

5.1.3 Kecerahan

Kecerahan suatu perairan berkaitan dengan padatan tersuspensi, warna air dan

penetrasi cahaya matahari ke dalam perairan. Partikel yang terlarut pada perairan

dapat menghambat cahaya yang datang, sehingga dapat menurunkan intensitas

cahaya yang tersedia bagi organisma fotosintetik seperti alga, fitoplankton dan

hidrophyta lainnya (Odum, 1994).

Hasil pengukuran kecerahan pada tiga stasiun pengamatan berkisar antara

4,29 - 7,94 m. Kecerahan tertinggi dijumpai pada Stasiun 3, sedangkan yang terendah

pada Stasiun 1. Uji Kruskal-Wallis menunjukkan bahwa kecerahan pada ketiga

stasiun pengamatan berbeda sangat nyata (X2 = 12,500; P = 0,002). Pada Stasiun 1

kecerahan lebih rendah karena banyaknya padatan terlarut dan padatan tersuspensi

yang berasal dari limbah aktivitas manusia. Di Stasiun 3 kecerahan lebih tinggi

karena sedikit partikel terlarut dan partikel tersuspensi sehingga warna air lebih

bening. Kecerahan yang diperoleh pada ketiga stasiun pengamatan masih tergolong

layak bagi kehidupan organisme, sebab menurut Nybakken (1982) untuk kepentingan

plankton diperlukan kecerahan sekitar 3 (tiga) meter.

Yazwar : Keanekaragaman Plankton Dan Keterkaitannya Dengan Kualitas Air Di Parapat Danau Toba, 2008 USU e-Repository © 2008

Page 54: KEANEKARAGAMAN PLANKTON DAN ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/5788/1/08E00842.pdfKEANEKARAGAMAN PLANKTON DAN KETERKAITANNYA DENGAN KUALITAS AIR DI PARAPAT DANAU TOBA TESIS

5.1.4 Derajat Keasaman (pH)

Derajat keasaman (pH) merupakan faktor lingkungan yang dapat berperan

sebagai faktor pembatas pada perairan (Michael, 1984). Dalam hal ini sebagian besar

biota perairan sensitif terhadap perubahan nilai pH. Hasil pengamatan menunjukkan,

nilai pH Perairan Danau Toba berkisar 7,30 - 7,41. pH terendah ditemukan pada

Stasiun 2, sedangkan tertinggi pada Stasiun 1. Uji Kruskal-Wallis menunjukkan

perbedaan pH antar ketiga stasiun pengamatan berbeda nyata (X2 = 7,495; P = 0,024).

pH di Stasiun 1 tinggi diakibatkan oleh komposisi kimia dan substrat dasar

perairan yang mungkin mengandung zat kapur lebih banyak sehingga menaikkan

nilai pH. Stasiun 2 nilai pH lebih rendah juga dapat di hubungkan dengan nilai BOD5

yang lebih tinggi. Adanya kandungan bahan organik yang lebih tinggi pada Stasiun 2

akan menghasilkan asam organik yang lebih banyak pula melalui proses penguraian

bahan organik secara aerob. Kandungan asam organik tersebut dapat menyebabkan

terjadinya penurunan nilai pH. pH Perairan Danau Toba masih tergolong pH yang

layak bagi kehidupan organisma akuatik, sebab menurut Prescod (1979) pH yang

layak bagi organisma akuatik berkisar 6,20-8,50. Wetzel dan Likens (1979)

menambahkan, efek letal atau mematikan dari kebanyakan asam terhadap organisma

akuatik tampak ketika pH perairan lebih kecil dari 5 (lima).

5.1.5 BOD5

Nilai rata-rata BOD5 Perairan Danau Toba sewaktu penilitian berkisar 1,10 –

2,8 mg/l. BOD5 tertinggi sebesar 2,8 mg/l diperoleh pada Stasiun 2 sedangkan yang

Yazwar : Keanekaragaman Plankton Dan Keterkaitannya Dengan Kualitas Air Di Parapat Danau Toba, 2008 USU e-Repository © 2008

Page 55: KEANEKARAGAMAN PLANKTON DAN ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/5788/1/08E00842.pdfKEANEKARAGAMAN PLANKTON DAN KETERKAITANNYA DENGAN KUALITAS AIR DI PARAPAT DANAU TOBA TESIS

terendah sebesar 1,10 mg/l diperoleh pada Stasiun 3. Nilai BOD5 yang diperoleh

pada prinsipnya mengindikasikan tentang kadar bahan organik di dalam air karena

nilai BOD merupakan nilai yang menunjukkan kebutuhan oksigen oleh bakteri aerob

untuk mengoksidasi bahan organik di dalam air sehingga secara tidak langsung juga

menunjukkan keberadaan bahan organik di dalam air. Dengan demikian maka

kebutuhan oksigen oleh bakteri untuk mengoksidasi bahan organik pada lokasi

pengmatan berkisar 1,10 – 2,8 mg/l. Nilai ini relatif kecil dibandingkan dengan nilai

kelarutan oksigen yang diperoleh pada lokasi pengamatan yang berkisar antara 6,8 –

7,2 mg/l. Nilai BOD ini menunjukkan bahwa belum terjadi pencemaran limbah

organik yang berat pada lokasi pengamatan.

Dari uji Kruskal-Wallis terhadap nilai BOD5 menunjukkan bahwa BOD5 pada

ketiga stasiun pengamatan berbeda sangat nyata (X2 =10, 298; P=0,006). Tingginya

nilai BOD5 pada Stasiun 2 mengindikasikan bahwa kandungan bahan organik di

Stasiun 2 lebih tinggi dari pada Stasiun 1 dan 3. Bahan organik ini kemungkinan

berasal dari pakan ikan yang tidak habis termakan oleh ikan sehingga terlarut di

dalam air, sedangkan Stasiun 3 BOD lebih rendah karena lebih sedikit bahan organik

yang terdapat di air tersebut. Hal tersebut karena kondisi alam yang jauh dari aktivitas

manusia dan kegiatan keramba ikan dalam jaring apung. Menurut Barus, (2001) nilai

BOD merupakan parameter indikator pencemaran zat organik,dimana semakin tinggi

angkanya semakin tinggi tingkat pencemaran oleh zat organik dan sebaliknya.

Yazwar : Keanekaragaman Plankton Dan Keterkaitannya Dengan Kualitas Air Di Parapat Danau Toba, 2008 USU e-Repository © 2008

Page 56: KEANEKARAGAMAN PLANKTON DAN ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/5788/1/08E00842.pdfKEANEKARAGAMAN PLANKTON DAN KETERKAITANNYA DENGAN KUALITAS AIR DI PARAPAT DANAU TOBA TESIS

5.1.6 COD (Chemical Oxygen Demand)

Nilai rata-rata COD Perairan Danau Toba sewaktu penelitian berkisar 26,02 -

30,21 mg/l. COD tertinggi diperoleh pada Stasiun 1 sedangkan terendah pada Stasiun

3. Nilai COD pada ketiga stasiun penelitian ini berdasarkan uji Kruskal-Wallis

berbeda sangat nyata (X2 = 10,220; P = 0,006). Nilai COD menunjukkan jumlah total

oksigen yang dibutuhkan untuk proses oksidasi yang berlangsung secara kimiawi.

Dengan demikian umumnya nilai COD akan selalu lebih besar dibandingkan dengan

nilai BOD5, karena BOD5 terbatas hanya terhadap bahan organik yang bisa diuraikan

secara biologis saja, sementara nilai COD menggambarkan kebutuhan oksigen untuk

total oksidasi baik terhadap senyawa yang dapat diuraikan secara biologis maupun

terhadap senyawa yang tidak dapat diuraikan secara biologis.

Ratio antara BOD5 : COD untuk limbah domestik umunya mempunyai nilai 1

: 4. Dari ratio antara BOD5 : COD yang diperoleh (Tabel 5.2) terlihat ada

kecenderungan bahwa kandungan kimiawi yang terdapat di dalam air pada lokasi

pengamatan banyak mengandung bahan yang sukar atau tidak dapat diuraikan secara

biologis. Harga COD yang diperoleh sewaktu penelitian pada Perairan Danau Toba

tergolong kurang baik, sebab baku mutu air golongan I menurut sistem Storet ataupun

PP No. 82 tahun 2001 memiliki nilai COD maksimal 10 mg/l.

Yazwar : Keanekaragaman Plankton Dan Keterkaitannya Dengan Kualitas Air Di Parapat Danau Toba, 2008 USU e-Repository © 2008

Page 57: KEANEKARAGAMAN PLANKTON DAN ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/5788/1/08E00842.pdfKEANEKARAGAMAN PLANKTON DAN KETERKAITANNYA DENGAN KUALITAS AIR DI PARAPAT DANAU TOBA TESIS

Tabel 5.2 Ratio nilai rata-rata BOD5 : COD yang diukur pada 3 stasiun pengamatan

Parameter Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3 BOD5 (Mg/l) 2,5 2,6 1,6 COD (Mg/l) 30,21 26,87 26,02 Ratio BOD5:COD 1 : 12,08 1 : 10,33 1 : 16,26

5.1.7 DO (Dissolved Oxygen)

Kandungan oksigen terlarut (Dissolved Oxygen) sangat berperan di dalam

menentukan kelangsungan hidup organisma perairan. Oksigen dalam hal ini

diperlukan organisma akuatik untuk mengoksidasi nutrien yang masuk ke dalam

tubuhnya. Oksigen yang terdapat dalam perairan berasal dari hasil fotosintesis

organisma akuatik berklorofil dan juga difusi dari atmosfir. Peningkatan difusi

oksigen yang berasal dari atmosfir ke dalam perairan dapat dibantu oleh angin.

Menurut Wetzel dan Likens (1979) tinggi-rendahnya kandungan oksigen terlarut

dalam perairan juga dipengaruhi oleh faktor suhu, tekanan dan konsentrasi berbagai

ion yang terlarut dalam air pada perairan tersebut.

Hasil penelitian menunjukkan kandungan oksigen terlarut Perairan Danau

Toba berkisar 6,80 – 7,20 mg/l. Kandungan oksigen terlarut tertinggi ditemukan pada

Stasiun 1 dan yang terendah pada Stasiun 3. Hasil uji Kruskal-Wallis menunjukkan

bahwa kandungan oksigen terlarut antar ketiga stasiun penelitian berbeda sangat

nyata (X2 = 10,223; P = 0,006). Tingginya nilai DO pada Stasiun 1 berkaitan erat

dengan melimpahnya jenis vegetasi akuatik yang terdapat disana. Oksigen yang ada

Yazwar : Keanekaragaman Plankton Dan Keterkaitannya Dengan Kualitas Air Di Parapat Danau Toba, 2008 USU e-Repository © 2008

Page 58: KEANEKARAGAMAN PLANKTON DAN ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/5788/1/08E00842.pdfKEANEKARAGAMAN PLANKTON DAN KETERKAITANNYA DENGAN KUALITAS AIR DI PARAPAT DANAU TOBA TESIS

di perairan berasal dari hasil fotosintesis hidrofita serta fitoplankton yang berada di

dalamnya. Di Stasiun 1 ini jumlah dan jenis vegetasi akuatik sangat banyak sehingga

menyebabkan nilai kelarutan oksigennya juga tinggi. Selain itu pada Stasiun 1 ini

juga tidak ditemui adanya minyak yang dapat menghambat penyerapan oksigen

masuk ke dalam air.

Nilai DO terendah berada pada Stasiun 3 yang tidak ditumbuhi oleh vegetasi

akuatik. Kandungan oksigen terlarut pada Stasiun 3 hanya berasal dari hasil

fotosintesis fitoplankton yang terdapat disana sehingga nilainya rendah. Kandungan

oksigen terlarut pada Perairan Danau Toba masih tergolong sangat layak dalam

mendukung kehidupan organisma, sebab menurut Sastrawijaya (1991) kehidupan

organisma akuatik berjalan dengan baik apabila kandungan oksigen terlarutnya

minimal 5 mg/l.

5.1.8 Fosfat

Fosfat yang terukur di Perairan Danau Toba sewaktu penelitian berkisar rata-

rata 0,23 - 0,35 mg/l. Fosfat tertinggi ditemukan pada Stasiun 3, sedangkan terendah

pada Stasiun 1. Uji statistik Kruskal-Wallis menunjukkan bahwa terdapat perbedaan

yang sangat nyata dari nilai fosfat yang terdapat pada ketiga stasiun pengamatan (X2

= 10,149; P = 0,006). Fosfat pada Stasiun 1 lebih rendah karena pada Stasiun 1

terdapat banyak vegetasi akuatik dan fitoplankton. Seperti diketahui bahwa

fitoplankton dan tumbuhan air membutuhkan fosfat dan nitrogen sebagai sumber

nutrisi utama bagi pertumbuhannya.

Yazwar : Keanekaragaman Plankton Dan Keterkaitannya Dengan Kualitas Air Di Parapat Danau Toba, 2008 USU e-Repository © 2008

Page 59: KEANEKARAGAMAN PLANKTON DAN ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/5788/1/08E00842.pdfKEANEKARAGAMAN PLANKTON DAN KETERKAITANNYA DENGAN KUALITAS AIR DI PARAPAT DANAU TOBA TESIS

Tingginya populasi tumbuhan air di Stasiun 1 menyebabkan konsumsi

terhadap fosfat juga tinggi sehingga kandungan fosfat di perairan akan semakin

berkurang. Sebaliknya pada Stasiun 3 kandungan fosfat lebih tinggi karena disana

tidak dijumpai adanya tumbuhan air sehingga pemanfaatan fosfat oleh tumbuhan

tidak ada. Berdasarkan baku mutu air menurut metode Storet (PP No. 82 tahun 2001),

nilai kandungan Phosphat yang dimiliki Danau Toba sudah tergolong tidak layak.

Dalam hal ini menurut metode Storet nilai yang layak untuk Fosfat adalah 0,200 mg/l.

5.1.9 Nitrat (NO3-N)

Besarnya kandungan rata-rata nitrat (NO3-N) di Perairan Danau Toba berkisar

10,29-15,47 mg/l. Nilai nitrat tertinggi dijumpai pada Stasiun 1 sedangkan terendah

di Stasiun 3. Uji stastistik Kruskal-Wallis mengungkapkan bahwa nilai nitrat pada

ketiga stasiun pengamatan yang ditempati berbeda secara nyata (X2 = 12,500; P =

0,002). Nitrat pada Stasiun 1 lebih tinggi, karena nitrat merupakan hasil oksidasi

terakhir dari amonium dan amoniak yang berasal dari limbah domestik. Karena

Stasiun 1 berada pada lokasi yang dekat dengan aktivitas penduduk maka buangan

limbah domestik yang mengandung amoniak jelas akan menyebabkan jumlah nitrat

menjadi lebih tinggi. Sebaliknya kandungan nitrat di Stasiun 3 lebih rendah karena

Stasiun 3 berada jauh dari buangan limbah organik. Dihubungkan dengan nilai baku

mutu air menurut metode Storet (PP No.82 tahun 2001), kandungan nitrat Perairan

Danau Toba tergolong cukup tinggi artinya telah melampau batas maksimal yang

diperbolehkan. Dalam hal ini batas maksimal yang diperbolehkan adalah 10 mg/l.

Yazwar : Keanekaragaman Plankton Dan Keterkaitannya Dengan Kualitas Air Di Parapat Danau Toba, 2008 USU e-Repository © 2008

Page 60: KEANEKARAGAMAN PLANKTON DAN ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/5788/1/08E00842.pdfKEANEKARAGAMAN PLANKTON DAN KETERKAITANNYA DENGAN KUALITAS AIR DI PARAPAT DANAU TOBA TESIS

5.1.10 Nitrit (NO2-N)

Nilai rata-rata kandungan nitrit Perairan Danau Toba yang terukur sewaktu

penelitian berkisar 0,02-0,05 mg/l. Kandungan nitrit tertinggi dijumpai pada Stasiun 1

sedangkan yang terendah pada Stasiun 2. Berdasarkan uji Kruskal-Wallis, kandungan

nitrit pada ketiga Stasiun pengamatan berbeda sangat nyata (X2 = 10,303; P = 0,006).

Kandungan nitrit yang tinggi pada Stasiun 1 karena adanya buangan limbah organik

dari masyarakat sekitar, sedangkan pada Stasiun 2 dijumpai kandungan nitrit yang

lebih redah memberikan indikasi bahwa laju nitrifikasi pada Stasiun 2 lebih rendah

sehingga kandungan nitrogen lebih banyak dalam bentuk amoniak. Hal ini juga

dipengaruhi oleh kondisi suhu yang mungkin kurang optimal bagi kehidupan bakteri

nitrifikasi. Nilai nitrit yang diperoleh sewaktu penelitian masih berada pada kisaran

aman baku mutu air menurut Storet (PP No.82 tahun 2001). Dalam hal ini nilai nitrit

yang diperbolehkan 0,06 mg/l.

5.1.11 Amoniak (NH3-N)

Besar harga rata-rata amoniak yang diperoleh pada Perairan Danau Toba

sewaktu penelitian berkisar 0,09-1,63 mg/l. Nilai tertingi ditemukan pada Stasiun 2

sedangkan terendah pada Stasiun 3. Uji Kruskal-Wallis menunjukkan bahwa nilai

amoniak pada ketiga stasiun penelitian berbeda sangat nyata (X2 = 10,633; P=0,005).

Kandungan amoniak tertinggi pada Stasiun 2 karena adanya pencemaran bahan

organik yang berasal dari pakan ikan yang tidak habis termakan, sehingga amoniak

terakumulasi di perairan. Proses oksidasi amoniak menjadi nitrit dan nitrit menjadi

nitrat dipengaruhi oleh suhu air dan kelarutan oksigen dalam air.

Yazwar : Keanekaragaman Plankton Dan Keterkaitannya Dengan Kualitas Air Di Parapat Danau Toba, 2008 USU e-Repository © 2008

Page 61: KEANEKARAGAMAN PLANKTON DAN ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/5788/1/08E00842.pdfKEANEKARAGAMAN PLANKTON DAN KETERKAITANNYA DENGAN KUALITAS AIR DI PARAPAT DANAU TOBA TESIS

Suhu air berpengaruh karena proses oksidasi yang dilakukan oleh bakteri

aerob akan berlangsung pada kisaran suhu yang optimal bagi kehidupan bakteri

pengurai amoniak dan itu juga tergantung pada konsentrasi oksigen terlarut di air.

Pada Stasiun 3 kadar amoniak lebih rendah karena lokasi 3 jauh dari aktivitas

manusia dan kegiatan kerambah ikan jaring apung sehingga bahan organiknya juga

lebih rendah. Dibandingkan dengan nilai baku mutu air menurut nilai Storet (PP No.

82 tahun 2001) nilai amoniak Perairan Danau Toba tergolong tinggi, yakni

melampaui batas dari yang diperbolehkan 0,5 mg/l. Hal ini berarti dari segi kadar

amoniak, Perairan Danau Toba tergolong telah tercemar.

5.1.12 Besi

Kandungan besi rata-rata yang berhasil diukur selama penelitian di Perairan

Danau Toba berkisar 0,02-0,06 mg/l. Kandungan besi tertinggi ditemukan pada

Stasiun 3 sedangkan terendah pada Stasiun 2. Hasil uji Kruskal-Wallis menunjukkan,

kandungan besi pada ketiga stasiun penelitian berbeda sangat nyata (X2 = 10,349; P =

0,006). Kandungan besi pada Stasiun 3 lebih tinggi dibandingkan Stasiun 1 dan

Stasiun 2 karena kondisi dasar Danau yang sangat dalam (lebih dari 100 m). Besi

dapat terlarut di dalam air bila danau memiliki dasar yang sangat dalam kemudian

didukung oleh pH air yang kurang dari 7,5 serta banyak mengandung karbondioksida

terlarut. Faktor ini mendukung tingginya kandungan besi di Stasiun 3, sedangkan

pada Stasiun 1 dan 2 dasar danau lebih landai sehingga besi terdapat dalam substrat.

Dihubungkan dengan nilai baku mutu air menurut sistim Storet (PP No. 82 tahun

Yazwar : Keanekaragaman Plankton Dan Keterkaitannya Dengan Kualitas Air Di Parapat Danau Toba, 2008 USU e-Repository © 2008

Page 62: KEANEKARAGAMAN PLANKTON DAN ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/5788/1/08E00842.pdfKEANEKARAGAMAN PLANKTON DAN KETERKAITANNYA DENGAN KUALITAS AIR DI PARAPAT DANAU TOBA TESIS

2001), kandungan besi yang terdapat pada Perairan Danau Toba masih tergolong

aman, sebab kandungan yang ditolerir hingga 0,3 mg/l.

5.1.13 Timbal

Kandungan rata-rata timbal pada tiga stasiun penelitian di Perairan Danau

Toba relatif sama, yaitu 0,01 mg/l. Kandungan timbal sebesar 0,01 mg/l ini masih

tergolong aman sebab nilai yang ditolerir menurut sistem Storet (PP No. 82 tahun

2001) adalah 0,03. Jadi kandungan timbal Perairan Danau Toba masih di bawah

ketentuan baku mutu air menurut sistem Storet tersebut.

5.1.14 Klorida

Kandungan rata-rata klorida Perairan Danau Toba pada tiga stasiun penelitian

berkisar 11,70 - 17,08 mg/l. Kandungan klorida tertinggi ditemukan pada Stasiun 1

sedangkan terendah di Stasiun 2. Kandungan klorida pada ketiga stasiun pengamatan

tersebut menurut uji Kruskal-Wallis berbeda secara sangat nyata (X2 = 12,500; P =

0,002). Tingginya kandungan Klorida pada Stasiun 1 mengindikasikan bahwa

perairan pada Stasiun 1 telah dicemari oleh limbah cair yang berasal dari aktifitas

masyarakat. Menurut Brehm & Meijering (1990) dalam Barus (2004) Klor yang

terdapat dalam air bersifat allochton, sebagian besar berasal dari sustrat tanah dan

sedimen yang mengandung klor, sebagian kecil dari atmosfer melalui curah hujan dan

tak kalah penting adalah klor yang terdapat pada limbah cair yang juga masuk ke

dalam air. Sedangkan pada Stasiun 2 klornya lebih rendah karena disini bahan

Yazwar : Keanekaragaman Plankton Dan Keterkaitannya Dengan Kualitas Air Di Parapat Danau Toba, 2008 USU e-Repository © 2008

Page 63: KEANEKARAGAMAN PLANKTON DAN ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/5788/1/08E00842.pdfKEANEKARAGAMAN PLANKTON DAN KETERKAITANNYA DENGAN KUALITAS AIR DI PARAPAT DANAU TOBA TESIS

Yazwar : Keanekaragaman Plankton Dan Keterkaitannya Dengan Kualitas Air Di Parapat Danau Toba, 2008 USU e-Repository © 2008

pencemarnya bukan berupa limbah cair tapi berupa pakan ikan yang merupakan

bahan kimia organik.

5.1.15 Sulfat

Kadar rata-rata sulfat Perairan Danau Toba yang diperoleh selama penelitian

berkisar 143,60 - 153,20 mg/l. Nilai tertinggi diperoleh pada Stasiun 3 sedangkan

terendah pada Stasiun 2. Uji Kruskal-Wallis menunjukkan kadar sulfat antar ketiga

stasiun pengamatan berbeda secara nyata (X2 = 6,841; P = 0,033). Kandungan sulfat

yang tinggi pada Stasiun 3 kemungkinan besar disebabkan oleh aspek biologis. Disini

juga tidak ditemukan adanya vegetasi autotrof sehingga kandungan sulfat menumpuk

karena tidak pernah dikonsumsi sebagai nutrisi. Jika dibandingkan dengan baku mutu

air menurut sistem Storet, kadar sulfat Perairan Danau Toba masih berada dalam

batas yang aman. Dalam hal ini menurut sistem Storet nilai batas yang diperbolehkan

adalah hingga 400 mg/l.

5.2 Sifat Fisika-Kimia Perairan Danau Toba berdasarkan Metode Storet

Sifat fisika-kimia air yang terdapat di Perairan Danau Toba dihubungkan

dengan kriteria yang dikemukakan oleh Storet yang lebih dikenal dengan metode

Storet tercantum pada Tabel 5.3.

Page 64: KEANEKARAGAMAN PLANKTON DAN ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/5788/1/08E00842.pdfKEANEKARAGAMAN PLANKTON DAN KETERKAITANNYA DENGAN KUALITAS AIR DI PARAPAT DANAU TOBA TESIS

49

Tabel 5.3. Kondisi Fisika-Kimia Air Yang Terdapat di Perairan Danau Toba menurut Metode Storet

Hasil Pengukuran Metode Storet St. I St. II St. III Stasiun I Stasiun II Stasiun III Skor Skor Skor

No

Parameter

Satuan

Buku Mutu Air

Gol. I Min Max Rata Min Max Rata Min Max Rata

1 Suhu 0 C Deviasi 3 26.00 26.90 26.59 24.80 25.30 25.11 24.00 25.00 24.60 0 0 0 2 TDS mg / l 1000 85.70 90.00 87.3 85.00 87.00 85.8 75 90 82 0 0 0 3 Kecerahan m - 7.50 8.30 8.00 6.60 7.00 6.81 4.00 4.50 4.29 - - - 4 pH - 6-9 7.40 7.45 7.41 7.30 7.40 7.33 7.35 7.45 7.40 0 0 0 5 BOD5 mg/l 2 2.3 2.8 2.5 2.5 2.8 2.6 1.10 2.0 1.6 - 10 - 10 0 6 COD mg/l 10 30.15 30.25 30.21 25.00 28.35 26.87 25.70 26.50 26.02 - 10 - 10 - 10 7 DO mg/l 6 7.00 7.30 7.20 6.90 7.10 7.00 6.80 7.00 6.90 0 0 0 8 Fosfat mg/l 0.2 0.20 0.27 0.23 0.22 0.28 0.25 0.30 0.40 0.35 -8 - 10 - 10 9 NO3 - N mg/l 10 14.78 16.00 15.47 11.67 12.65 12.23 10.15 10.40 10.29 - 10 - 10 - 10 10 NO2 - N mg/l 0.06 0.04 0.06 0.05 0.01 0.03 0.01 0.03 0.05 0.04 0 0 0 11 NH3 - N mg/l 0.5 1.50 1.70 1.57 1.63 1.65 1.63 0.09 0.10 0.09 - 10 - 10 0 12 Besi mg/l 0.3 0.04 0.07 0.05 0.02 0.03 0.02 0.04 0.09 0.06 0 0 0 13 Timbal mg/l 0.03 0.01 0.02 0.01 0.01 0.02 0.01 0.01 0.02 0.01 0 0 0 14 Klorida mg/l - 16.45 17.56 17.37 11.53 12.00 11.70 13.49 14.25 13.87 - - - 15 Sulfat mg/l 400 140.0 150.0 145.4 140 147 143.6 145.0 160.0 153.2 0 0 0

Jumlah

- 48

- 50

-30

Keterangan: Stasiun I : Daerah dekat pemukiman penduduk dan pelabuhan kapal Stasiun II : Daerah budidaya ikan (Jaring apung) Stasiun III : Daerah tengah danau dan relatif alami

49

Page 65: KEANEKARAGAMAN PLANKTON DAN ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/5788/1/08E00842.pdfKEANEKARAGAMAN PLANKTON DAN KETERKAITANNYA DENGAN KUALITAS AIR DI PARAPAT DANAU TOBA TESIS

50

Berdasarkan data yang tersaji pada Tabel 5.3, nilai sifat fisika kimia air yang

terdapat pada Stasiun I, II dan III menurut metode Storet secara berturut-turut adalah

– 48, - 50 dan – 30. Skor tertinggi terdapat pada Stasiun II yaitu pada daerah dimana

terdapat budidaya ikan lewat sistem jaring apung (keramba), sedangkan yang

terendah terdapat pada Stasiun III yakni daerah tengah Danau yang bersifat lebih

alami. Tingginya nilai Storet pada Stasiun II tersebut mungkin dapat dihubungkan

dengan kondisi stasiun II sebagai tempat budidaya ikan. Dalam hal ini Stasiun II

memiliki nilai amoniak yang lebih tinggi dibandingkan dengan kedua stasiun

penelitian lainnya. Amoniak tersebut mungkin berasal dari proses kimiawi sisa

makanan ikan yang tidak terpakai dan terlepas ke badan Perairan Danau Toba.

Dihubungkan dengan baku mutu air golongan I, nilai Storet yang diperoleh

pada dua stasiun penelitian, yaitu Stasiun I dan II telah melewati ambang batas, yakni

melewati batas skor maksimal –31. Hal ini berarti bahwa air yang terdapat pada

stasiun I dan II telah tergolong tercemar berat. Sementara itu pada Stasiun III masih

di bawah skor-31. Menurut metode Storet skor -11 s/d –30 tercemar sedang, hal ini

berarti bahwa air yang terdapat pada Stasiun III tercemar sedang. Sehubungan

dengan itu air yang terdapat pada ketiga stasiun penelitian tidak layak lagi untuk

dikonsumsi sebagai air minum.

5.3 Coliform Perairan Danau Toba

Hasil uji parameter biologis berupa coliform pada tiga stasiun pengamatan di

Danau Toba tersaji pada Tabel 5.4.

Page 66: KEANEKARAGAMAN PLANKTON DAN ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/5788/1/08E00842.pdfKEANEKARAGAMAN PLANKTON DAN KETERKAITANNYA DENGAN KUALITAS AIR DI PARAPAT DANAU TOBA TESIS

51

Tabel 5.4. Hasil Uji Coliform pada Tiga Stasiun Penelitian di Perairan Danau Toba

Stasiun No Parameter Mikroba

I II III 1 Total Coliform (jlh APM/100ml) 1100 93 23 2 Fecal Coliform (jlh APM/100 ml) 460 43 23 Keterangan : Stasiun I : Daerah dekat pemukiman penduduk dan pelabuhan kapal Stasiun II : Daerah budidaya ikan (Jaring apung) Stasiun III : Daerah tengah danau dan relatif alami Berdasarkan data yang terlihat pada Tabel 5.4 dapat dikemukakan bahwa

jumlah coliform tertinggi ditemukan pada Stasiun I yakni yang berada di dekat pantai

dan perumahan penduduk dan juga sebagai daerah bersandarnya kapal-kapal

sedangkan jumlah terendah ditemukan pada Stasiun III yang berada jauh di tengah

danau dengan kondisi yang relatif alami. Tingginya coliform pada suatu perairan

menunjukkan bahwa perairan tersebut mendapat buangan ataupun limbah organik

berupa feses dari sekitar ataupun sekeliling badan perairan.

Jumlah coliform yang relatif tinggi pada Stasiun I mungkin erat kaitannya

dengan adanya masukan berbagai buangan ataupun limbah organik yang berasal dari

penduduk sekitar maupun dari kapal-kapal yang bersandar padanya. Sementara itu

lebih rendahnya coliform pada Stasiun III mungkin karena lokasi stasiun tersebut

yang relatif jauh di tengah pantai sehingga kurang memungkinkan masuknya buangan

organik ke daerah tersebut. Ditinjau dari baku mutu air golongan I sesuai dengan PP

No. 82 tahun 2001, jumlah fecal coli yang terdapat pada Stasiun I di Danau Toba

telah melampaui ambang batas dan oleh karena itu tergolong tercemar, sedangkan

pada Stasiun II dan III masih berada di bawah ambang batas artinya belum tercemar.

Page 67: KEANEKARAGAMAN PLANKTON DAN ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/5788/1/08E00842.pdfKEANEKARAGAMAN PLANKTON DAN KETERKAITANNYA DENGAN KUALITAS AIR DI PARAPAT DANAU TOBA TESIS

52

5.4 Nilai Kelimpahan Plankton (K), Kepadatan Relatif (KR), dan Frekuensi Kehadiran (FK)

Dari hasil penelitian yang dilakukan didapatkan bahwa pada Stasiun I

ditemukan 26 taksa plankton yang terdiri dari 7 kelas dan 16 famili. Pada Stasiun II

ditemukan 22 taksa yang terdiri dari 7 kelas dan 16 famili sedangkan untuk Stasiun

III ditemukan 32 taksa yang terdiri dari 7 kelas dan 20 famili.

Nilai kelimpahan populasi plankton, kepadatan relatif dan frekuensi kehadiran

dari masing masing populasi plankton yang diperoleh pada 3 (tiga) stasiun penelitian

dicantumkan pada Tabel 5.5

Tabel 5.5 Nilai Kelimpahan (KP ind./liter), Kepadatan Relatif (KR%) dan

Frekuensi Kehadiran (FK) Plankton pada tiga stasiun penelitian di Perairan Danau Toba

STASIUN 1 STASIUN 2 STASIUN 3 NO TAKSA K KR FK K KR FK K KR FK

FITOPLANKTON 1 Kelas

Bacillariophyceae

A Fam: Coscinodiscaceae 1 Coscinodiscus 45,35 3,59 55,55 18,14 1,74 22,22 63,49 4,19 55,55 B Fam: Epithemiaceae 2 Epithemiaceae 36.28 2,88 44,44 72,56 6,96 66,66 72,56 4,74 66,66 3 Denticulata 27,21 2,16 33,33 27,21 2,61 33,33 45,35 2,99 55,55 C Fam: Fragilariaceae 4 Diatoma 36,28 2,88 44,44 - - 63,49 4,19 66,66 5 Fragilaria 36,28 2,88 44,44 - - 45,35 2,99 44,44 6 Tabellaria 36,28 2,88 44,44 - - 36,28 2,39 44,44 D Fam: Naviculaceae 7 Brebissonia 54,42 4,32 66,66 63,49 6,09 66,66 27,21 1,79 33,33 8 Navicula 63,49 5,04 66,66 - - 72,56 4,79 77,77 9 Stauroneis 27,21 2,16 33,33 - - - - - E Fam: Nitsczhiaceae 10 Bacilaria 18,14 1,44 22,22 - - 54,35 3,59 55,55 11 Nitsczhia - - - 36,28 3,48 44,44 27,21 1,79 33,33

Page 68: KEANEKARAGAMAN PLANKTON DAN ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/5788/1/08E00842.pdfKEANEKARAGAMAN PLANKTON DAN KETERKAITANNYA DENGAN KUALITAS AIR DI PARAPAT DANAU TOBA TESIS

53

Lanjutan Tabel 5.5 Nilai Kelimpahan (KP ind./liter), Kepadatan Relatif (KR%) dan Frekuensi Kehadiran (FK) Plankton pada tiga stasiun penelitian di Perairan Danau Toba

STASIUN 1 STASIUN 2 STASIUN 3 NO TAKSA K KR FK K KR FK K KR FK

2 Kelas Chlorophyceae F Fam:

Chlamidomonadaceae

12 Chlamidomonas 45,35 3,59 55,55 27,21 2,61 33,33 54,35 3,59 55,55 G Fam: Chlorococaceae 13 Chlorococcum 27,21 2,16 33,33 - - 27,21 1,79 33,33 H Fam:Desmidiaceae 14 Closterium - - - 45,35 4,35 44,44 36,28 2,39 44,44 15 Sirogonium - - - 36,28 3,48 44,44 - - - I Fam: Mesotaeniaceae 16 Gonatozygon - - - - - 45,35 2,99 44,44 17 Roya - - - - - 36,28 2,39 44,44 18 Mesotaenium 45,35 3,59 55,55 - - 45,35 2,99 44,44 J Fam:Oocystaceae 19 Closteriopsis - - - 27,21 2,61 33,33 27,21 1,79 33,33 20 Closteridium - - - 36,28 3,48 44,44 27,21 1,79 33,33 K Fam: Sphaeropleaceae 21 Sphaeroplea - - - - - 18,14 1,19 22,22 L Fam: Ulotrichasceae 22 Binuclearia - - - 45,35 4,35 44,44 - - - 23 Ulothrix 45,35 3,59 44,44 - - - 108,84 7,19 100 M Fam: Zygnemetaceae 24 Spirogyra 54,42 4,32 55,55 - - - 81,63 5,39 77,77 25 Pleurodiscus 18,14 1,44 22,22 36,28 3,48 44,44 18,14 1,19 22,22 3 Kelas Xantophyceae N Fam: Gloeobotrydiaceae 26 Chlorobotrys 18,14 1,44 22,22 - - - 36,28 2,39 44,44 27 Gloeobotrys - - - 36,28 2,39 44,44 O Fam: Pleurohloridaceae 28 Botrydiopsis - - - 27,21 2,61 33,33 27,21 1,79 33,33 29 Chlorogibba 27,21 2,16 33,33 - - - - - -

ZOOPLANKTON IV Kelas Calanoida P Fam: Diaptomidae 30 Diaptomus 27,21 2,16 33,33 81,63 7,83 77,77 72,56 4,79 66,66 V Kelas Crustaceae Q Fam: Bosminidae 31 Bosmina 45,35 3,59 44,44 54,35 5,21 55,55 - - - 32 Daphnia 45,35 3,59 55,55 45,35 4,35 44,44 54,42 3,59 66,66

Page 69: KEANEKARAGAMAN PLANKTON DAN ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/5788/1/08E00842.pdfKEANEKARAGAMAN PLANKTON DAN KETERKAITANNYA DENGAN KUALITAS AIR DI PARAPAT DANAU TOBA TESIS

54

Lanjutan Tabel 5.5 Nilai Kelimpahan (KP ind./liter), Kepadatan Relatif (KR%) dan Frekuensi Kehadiran (FK) Plankton pada tiga stasiun penelitian di Perairan Danau Toba

STASIUN 1 STASIUN 2 STASIUN 3 NO TAKSA K KR FK K KR FK K KR FK

VI Kelas Cyclopoida R Fam: Cyclopoidae 33 Cyclops 81,63 6,48 88,88 81,63 7,83 66,66 90,7 5,49 77,77 34 Eucyclops 72,56 5,76 66,66 63,49 6,09 66,66 54,42 3,59 55,55 VII Kelas Monogononta S Fam: Brachionidae 35 Brachionus 99,77 7,91 77,77 54,35 5,21 44,44 27,21 1,79 33,33 36 Keratella 99,77 7,91 88,88 63,49 6,09 66,66 45,35 2,99 55,55 T Fam: Testudinellidae 37 Testudinella - - - 27,21 2,59 33,33 - - - U Fam:Trichocercidae 38 Trichocerca 126,98 10,07 100 72,56 6,96 66,66 36,28 2,39 44,44

TOTAL 1260,73 100 1042,53 100 1517,99 100 Dari Tabel 5.5 dapat dilihat bahwa nilai kelimpahan, kepadatan relatif dan

frekuensi kehadiran tertinggi pada Stasiun I adalah dari genus Trichocerca dari kelas

Monogononta sebesar 126,98 ind/l, 10,07% dan 100%. Hal ini disebabkan karena

genus dari filum Rotifera ini dapat beradaptasi dengan faktor fisik kimia lingkungan

yang relatif memiliki kandungan nutrisi atau zat-zat organik yang cukup tinggi.

Nilai kelimpahan, kepadatan relatif dan frekuensi kehadiran terendah pada

Stasiun I adalah dari genus Bacillaria dari kelas Bacillariophyceae, genus

Pleurodiscus dari kelas Chlorophyceae dan dari genus Chlorobotrys dari kelas

Xantophyceae sebesar 18,14 ind/l, 1,44% dan 22,22%. Ketiga kelas ini merupakan

kelompok fitoplankton. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh faktor lingkungan

misalnya suhu lingkungan sebesar 26,59°C (Tabel 5.2) yang tidak mendukung

keberadaan plankton tersebut.

Page 70: KEANEKARAGAMAN PLANKTON DAN ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/5788/1/08E00842.pdfKEANEKARAGAMAN PLANKTON DAN KETERKAITANNYA DENGAN KUALITAS AIR DI PARAPAT DANAU TOBA TESIS

55

Menurut Fogg (1975) bahwa suhu berpengaruh langsung terhadap

perkembangan dan pertumbuhan fitoplankton dimana suhu yang optimal mendukung

pertumbuhan fitoplankton adalah 20°C –25°C.

Nilai kelimpahan, kepadatan relatif dan frekuensi kehadiran tertinggi plankton

pada Stasiun II adalah dari genus Diaptomus sebesar 81,63 ind/l, 7.83% dan 77,77%.

Genus ini merupakan bentuk larva dari kelompok Crustaceae pada fase- fase tertentu.

Genus ini memiliki kelimpahan tertinggi karena pada fase tertentu larva ini bereaksi

positif terhadap cahaya dan fase lainnya bersifat kebalikannya sehingga pada siang

hari larva ini ditemukan bergerombol di dekat permukaan (Romimohtarto & Sri,

2001) menyebabkan pada saat pengambilan sampel plankton di siang hari

keberadaannya cenderung akan lebih besar dibandingkan plankton lainnya.

Sedangkan nilai kelimpahan, kepadatan relatif dan frekuensi kehadiran terendah pada

Stasiun II adalah dari genus Coscinodiscus yaitu sebesar 18,14 ind/l, 1,44% dan

22,22%. Hal ini kemungkinan dikarenakan kondisi lingkungan yang kurang sesuai

bagi pertumbuhan dan perkembangan genus ini.

Nilai kelimpahan, kepadatan relatif dan frekuensi kehadiran tertinggi plankton

pada Stasiun III adalah dari genus Ulothrix sebesar 108,84 ind/l, 7,19% dan 100%.

Genus ini merupakan kelompok fitoplankton yang memiliki kelimpahan tertinggi

mungkin disebabkan oleh faktor lingkungan misalnya suhu lingkungan sebesar

24,60°C (Tabel 5.2) yang sangat mendukung keberadaan plankton tersebut. Menurut

Fogg (1975) bahwa suhu berpengaruh langsung terhadap perkembangan dan

Page 71: KEANEKARAGAMAN PLANKTON DAN ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/5788/1/08E00842.pdfKEANEKARAGAMAN PLANKTON DAN KETERKAITANNYA DENGAN KUALITAS AIR DI PARAPAT DANAU TOBA TESIS

56

pertumbuhan fitoplankton dimana suhu yang optimal mendukung pertumbuhan

fitoplankton adalah 20°C-25°C.

Nilai kelimpahan, kepadatan relatif dan frekuensi kehadiran terendah pada

Stasiun III adalah dari genus Sphaeroplea dan genus Pleurodisus yaitu sebesar 18,14

ind/l, 1,19% dan 22,22%. Hal ini kemungkinan dikarenakan kondisi lingkungan yang

kurang sesuai bagi pertumbuhan perkembangan genus tersebut.

5.5 Nilai Keanekaragaman (H’) dan Keseragaman (E) dan Uji Perbedaan dan Keseragaman (Uji t Hutcheson)

Nilai dari indeks keanekaragaman (H’) plankton yang terdapat di tiga stasiun

penelitian berikut dengan indeks keseragamannya (E) dicantumkan pada Tabel 5.6

sedangkan nilai uji t dari uji kesamaan perbedaan keanekaragaman dan keseragaman

komunitas plankton antara ketiga stasiun pengamatan disajikan pada Tabel 5.7.

Tabel 5.6 Nilai Keanekaragaman (H’) dan Keseragaman (E) dari komunitas

plankton pada setiap stasiun penelitian

Stasiun Parameter I II III

Indeks keanekaragaman (H’) 3,12 3,06 3,36 Indeks keseragamannya (E) 0,95 0,99 0,97

Dari Tabel 5.6 di atas dapat dilihat bahwa indeks keanekaragaman berkisar

antara 3,06 – 3,36. Hal ini menunjukkan bahwa keseluruhan stasiun memiliki tingkat

keanekaragaman sedang. Menurut Brower et al, (1990), kriteria dari indeks

keanekaragaman Shannon-Wiener adalah Bila 0<H’<2,3 menunjukkan tingkat

Page 72: KEANEKARAGAMAN PLANKTON DAN ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/5788/1/08E00842.pdfKEANEKARAGAMAN PLANKTON DAN KETERKAITANNYA DENGAN KUALITAS AIR DI PARAPAT DANAU TOBA TESIS

57

keanekaragaman rendah, 2,3<H’<6,9 menunjukkan tingkat keanekaragaman sedang,

sedangkan bila H’ >6,9 menunjukkan tingkat keanekaragaman yang tinggi.

Bila dibuat pebandingan antara ketiga stasiun penelitian maka akan diperoleh

nilai indeks keanekaragaman tertinggi yaitu 3,36 yang ditemukan pada Stasiun III.

Tingginya nilai indeks keanekaragaman dilokasi ini menunjukkan bahwa lokasi ini

cocok untuk pertumbuhan plankton. Hal ini disebabkan karena lokasi ini masih relatif

alami yang belum tercemar oleh limbah buangan baik dari daerah perhotelan, limbah

penduduk, perikanan maupun limbah buangan kapal yang berupa minyak. Dengan

kata lain kondisi fisika kimianya kurang dipengaruhi oleh aktivitas manusia. Pada

stasiun ini terdapat 4 jenis fitoplankton yang hanya ditemukan pada Stasiun III yaitu

dari genus Gonatozygon dan Roya dari family Mesotaeniaceae, genus Sphaeroplea

dari family Sphaeropleaceae dan dari genus Gloeobotrys dari family

Gloeobotrydiaceae. Hal ini kemungkinan disebabkan kondisi lingkungan yang masih

relatif bersih yang dapat mendukung pertumbuhan plankton ini ditambah lagi dengan

adanya suhu yang sesuai bagi pertumbuhan dan perkembangan fitoplankton pada

stasiun ini. Pada Stasiun II ditemukan Genus Binuclearia yang tidak ditemukan pada

stasiun lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa genus ini mampu menyesuaikan diri

dengan kondisi lingkungan yang memiliki kandungan NO2-N yang hampir mencapai

nilai 0 yaitu 0,01 mg/l (Tabel 5.7).

Dari Tabel 5.6 dapat dilihat bahwa keanekaragaman terendah yaitu 3,06 yang

ditemukan pada Stasiun II. Rendahnya indeks keanekaragaman plankton pada stasiun

ini disebabkan karena faktor fisik kimia perairan yang tidak mendukung untuk

Page 73: KEANEKARAGAMAN PLANKTON DAN ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/5788/1/08E00842.pdfKEANEKARAGAMAN PLANKTON DAN KETERKAITANNYA DENGAN KUALITAS AIR DI PARAPAT DANAU TOBA TESIS

58

pertumbuhan plankton. Menurut Odum (1994), bahwa indeks keanekaragaman yang

tinggi menunjukkan lokasi tersebut sangat cocok dengan pertumbuhan plankton dan

indeks keanekaragaman yang rendah menunjukkan lokasi tersebut kurang cocok bagi

pertumbuhan plankton.

Adanya aktivitas masyarakat seperti pembuangan limbah organik dapat

membuat nilai BOD perairan (Tabel 5.2) tersebut menjadi meningkat (pada Stasiun

III sebesar 1,6 mg/l, sedangkan pada Stasiun II sebesar 2,6 mg/l) sehingga indeks

keanekaragaman akan menurun.

Indeks keseragaman tertinggi yaitu 0,99 yang terdapat pada Stasiun II dan

yang terendah yaitu 0,95 yang terdapat pada Stasiun I. Tingginya nilai indeks

keseragaman pada Stasiun II disebabkan karena adanya ketersediaan nutrisi misalnya

fosfat, nitrat, dan amoniak yang cukup untuk penyebaran plankton dan sebaliknya.

Dari Tabel 5.6 dapat dilihat bahwa masing-masing indeks keseragaman mendekati 1

dengan kriteria menurut Michael (1984), 0<E<0,4 menunjukkan keseragaman rendah,

0,4<E<0,6: menunjukkan keseragaman sedang dan E>0,6 menunjukkan keseragaman

tinggi, artinya penyebaran individu tersebut mendekati merata atau tidak ada spesies

yang mendominasi. Menurut Sastra Wijaya (1991) bahwa kondisi yang seimbang

adalah jika nilai indeks keanekaragaman dan indeks keseragaman tinggi.

Ketersediaan nutrisi dan pemanfaatan nutrisi yang berbeda menyebabkan nilai indeks

keanekaragaman dan indeks keseragaman yang bervariasi.

Page 74: KEANEKARAGAMAN PLANKTON DAN ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/5788/1/08E00842.pdfKEANEKARAGAMAN PLANKTON DAN KETERKAITANNYA DENGAN KUALITAS AIR DI PARAPAT DANAU TOBA TESIS

59

Tabel 5.7. Nilai th pada Uji Perbedaan Keanekaragaman dan Kepadatan Komunitas Plankton antar Tiga Stasiun Pengamatan

Stasiun 1 2 3

1 - 3,96** (2,70) 2,25* (2,02) 2 - 4,22** (2,70)

Keterangan : Stasiun 1 : Daerah dekat pemukiman penduduk dan pelabuhan kapal Stasiun 2 : Daerah budidaya ikan (Jaring apung) Stasiun 3 : Daerah tengah danau dan relatif alami (*) : Nilai t tabel pada α = 0,05 dan α = 0,01 pada uji 2 ekor (**) : Nilai t tabel pada α = 0,05 dan 0,01 dan db= 30-38 pada uji 2 ekor

Dari Tabel 5.7. dapat dilihat bahwa keanekaragaman dan kelimpahan plankton

pada stasiun I berbeda sangat nyata dengan keanekaragaman pada Stasiun II (t hit>t

tab: 3,96>2,70). Hal yang sama yakni antara Stasiun II dan Stasiun III dimana t hit>t

tab:4,22>2,70. Kedua hal ini kemungkinan disebabkan karena adanya perbedaan

kandungan nutrisi antara kedua stasiun tersebut misalnya nilai NH3-N pada Stasiun II

mencapai -10 dibandingkan dengan nilai baku mutu air golongan I (Tabel 5.2). Lain

halnya dengan Stasiun III yang masih memenuhi batas baku mutu air golongan I yaitu

0,05 dimana hasil pengukuran yang diperoleh pada stasiun ini yaitu 0,09 sehingga

untuk skors memiliki nilai 0 (Tabel 5.2). Hal ini menunjukkan bahwa keberadaan

amoniak pada Stasiun III masih dapat diterima oleh lingkungan.

Kandungan amoniak ini akan berpengaruh juga terhadap kandungan oksigen

didalam air dalam proses oksidasi ammonium menjadi nitrat disebut nitrifikasi

(Barus, 2004). Hal ini juga akan berpengaruh terhadap nilai BOD5. Sehingga dengan

tingginya nilai NH3-N pada Stasiun II maka nilai BOD5 akan lebih tinggi

Page 75: KEANEKARAGAMAN PLANKTON DAN ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/5788/1/08E00842.pdfKEANEKARAGAMAN PLANKTON DAN KETERKAITANNYA DENGAN KUALITAS AIR DI PARAPAT DANAU TOBA TESIS

60

dibandingkan dengan stasiun III yang memiliki nilai NH3-N yang lebih rendah. Sama

halnya dengan nilai amoniak Stasiun I dan Stasiun II menyebabkan terjadinya

perbedaan keanekaragaman dan kelimpahan plankton yang sangat nyata antara kedua

stasiun. Hal tersebut juga tidak terlepas dari keberadaan senyawa-senyawa organik

lainnya yang ikut mendukung pertumbuhan dan perkembangan plankton. Lain halnya

dengan keanekaragaman dan kelimpahan plankton antara Stasiun I dengan Stasiun III

yang hanya berbeda nyata (2,25>2,02). Hal ini juga terkait dengan keberadaan nutrisi

antara kedua stasiun. Dimana kedua stasiun ini memiliki perbedaan nilai kandungan

nutrisi yang tidak terlalu jauh. Misalnya saja untuk nilai fosfat pada Stasiun I

memiliki skor -8 sedangkan pada Stasiun III memiliki skor -10 (Tabel 5.7). Hal ini

menunjukkan perbedaan yang tidak begitu mencolok antara kedua stasiun. Menurut

Barus (2004), fosfat sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan

plankton khususnya fitoplankton.

5.6 Nilai Kesamaan (IS)

Nilai kesamaan (IS) komunitas plankton yang terdapat di tiga stasiun di

Perairan Danau Toba dicantumkan pada Tabel 5.8.

Tabel 5.8. Nilai Kesamaan (IS) dari Komunitas Plankton pada antar Stasiun

Pengamatan di Perairan Danau Toba

Stasiun 1 2 3 1 - 58,33% 79,31% 2 - 66,66%

Page 76: KEANEKARAGAMAN PLANKTON DAN ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/5788/1/08E00842.pdfKEANEKARAGAMAN PLANKTON DAN KETERKAITANNYA DENGAN KUALITAS AIR DI PARAPAT DANAU TOBA TESIS

61

Nilai dari indeks kesamaan komunitas plankton antar tiga stasiun pengamatan

pada perairan di Danau Toba, yakni antara Stasiun 1 dengan Stasiun 2, dan antar

Stasiun 1 dan Stasiun 3 serta antar Stasiun 2 dan Stasiun 3 masing-masing adalah

58,33%, 79,31% dan 66,66%. Jika nilai kesamaan yang diperoleh antar stasiun ini

dihubungkan dengan aturan 50% yang dikemukakan oleh Kendeigh (1975) maka

dapat disebutkan bahwa komunitas plankton yang terdapat pada ketiga stasiun

penelitian masih dapat dianggap satu komunitas. Oleh karena itu walaupun terdapat

tiga stasiun yang berbeda namun masih tetap dianggap satu komunitas. Hal ini berarti

walaupun sifat fisika-kimia perairan antar tiga stasiun penelitian relatif meski berbeda

satu sama lain, namun dalam pembentukan komunitas-komunitas plankton di

Perairan Danau Toba tampaknya relatif berpengaruh tidak nyata.

Tabel 5.9. Nilai Analisis Korelasi Pearson antara Indeks Keanekaragaman dengan Faktor Fisik-Kimia

No Parameter Nilai korelasi

(r) Signifikansi & Peluang

1 COD (mg/l) - 0,526 P=0,363 2 Timbal (mg/l) - 0,504 P=0,386 3 Besi (mg/l) - 0,753 P=0,141 4 Amonia (mg/l) - 0,794 P=0,109 5 Nitrit (mg/l) 0,855 P=0,065 6 Nitrat (mg/l) - 0,712 P=0,177 7 Fosfat (mg/l) - 0,932* P=0,021 8 Sulfat (mg/l) - 0,126 P=0,839 9 Klorida (mg/l) - 0,959** P=0,01 10 TDS (mg/l) - 0,728 P=0,163 11 Suhu (oC) 0,894* P=0,041 12 Kecerahan (m) 0,582 P=0,304 13 DO (mg/l) 0,841 P=0,074 14 pH - 0,756 P=0,139 15 BOD5 -0,347 P = 0,568 Keterangan: * Korelasi signifikan pada α = 0,05 * * Korelasi signifikan pada α = 0,01

Page 77: KEANEKARAGAMAN PLANKTON DAN ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/5788/1/08E00842.pdfKEANEKARAGAMAN PLANKTON DAN KETERKAITANNYA DENGAN KUALITAS AIR DI PARAPAT DANAU TOBA TESIS

62

Berdasarkan hasil pengukuran faktor fisik-kimia perairan yang telah

dilakukan pada setiap stasiun penelitian dan selanjutnya dikorelasikan dengan

keanekaragaman dan kelimpahan plankton maka didapatkan nilai indeks korelasi (r)

seperti yang disajikan pada Tabel 5.9.

Dari Tabel 5.9 dapat dikemukakan bahwa hasil uji analisis korelasi antara

beberapa faktor fisik-kimia perairan berbeda tingkat korelasi, arah dan

signifikansinya. COD, timbal, besi, amonia, nitrat, posphat, sulfat, klorida, TDS dan

pH berkorelasi negatif dengan keanekaragaman dan kelimpahan plankton sedangkan

nitrit, kecerahan dan DO berkorelasi positif. Berkorelasi positif berarti semakin tinggi

nilai suatu faktor fisika-kimia perairan maka akan diikuti naiknya atau semakin

tingginya keanekaragaman dan kelimpahan plankton, sedangkan berkorelasi negatif

berarti naiknya nilai faktro fisika-kimia perairan justru akan menyebabkan

menurunnya keanekaragaman dan kelimpahan plankton.

Fosfat berkorelasi negatif dan berpengaruh nyata terhadap keanekaragaman

dan kelimpahan plankton di Perairan Danau Toba, sedangkan klorida berpengaruh

sangat nyata. Sementara itu suhu berkorelasi positif dengan pengaruh yang nyata

terhadap keanekaragaman dan kelimpahan plankton. Walaupun COD, timbal, besi,

amonia, nitrat, sulfat, TDS dan pH berkorelasi negatif terhadap keanekaragaman dan

kelimpahan plankton di Danau Toba akan tetapi pengaruhnya tidak nyata. Demikian

juga halnya meskipun nitrit, kecerahan dan DO berkorelasi positif ataupun negatif

dengan keanekaragaman dan kelimpahan plankton akan tetapi pengaruhnya pada

Page 78: KEANEKARAGAMAN PLANKTON DAN ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/5788/1/08E00842.pdfKEANEKARAGAMAN PLANKTON DAN KETERKAITANNYA DENGAN KUALITAS AIR DI PARAPAT DANAU TOBA TESIS

63

penelitian ini tidak nyata. Hal itu mungkin disebabkan karena nilai sifat fisika-kimia

tadi masih berada dalam batas yang dapat ditoleransi oleh plankton-plankton yang

terdapat di Perairan Danau Toba.

Page 79: KEANEKARAGAMAN PLANKTON DAN ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/5788/1/08E00842.pdfKEANEKARAGAMAN PLANKTON DAN KETERKAITANNYA DENGAN KUALITAS AIR DI PARAPAT DANAU TOBA TESIS

64

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan mengenai keanekaragaman

plankton dan keterkaitannya dengan kualitas air di Parapat Danau Toba, dapat

diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Sifat fisika-kimia Perairan Danau Toba berdasarkan PP No. 82 Tahun 2001 dan

Metode Storet tergolong tercemar sedang pada Stasiun 1 dan Stasiun 2 dan

tergolong tercemar berat pada Stasiun 3.

2. Perairan Danau Toba berdasarkan parameter biologis colifecal tergolong

tercemar ringan.

3. Plankton yang ditemukan pada stasiun penelitian sebanyak 7 kelas yang terdiri

dari 3 kelas fitoplankton yaitu Bacillariophyceae, Chlorophyceae,

Xanthophyceae dan 4 kelas zooplankton yaitu Calanoida, Crustaceae,

Cyclopoida, dan Monogononta.

4. Nilai kelimpahan, kepadatan relatif dan frekuensi kehadiran rata- rata tertinggi

terdapat pada Stasiun I yaitu dari genus Trichocerca dari kelas Monogononta

sebesar 126,98 ind/L, 10,07% dan 100% sedangkan nilai kelimpahan, kepadatan

relatif dan frekuensi kehadiran yang terendah adalah dari genus Bacillaria,

Coscinodiscus dari kelas Bacillariophyceae, genus Pleurodiscus, Sphaeroplea

dari kelas Chlorophyceae dan dari genus Chlorobotrys dari kelas Xantophyceae

sebesar 18,14 ind/l, 1,44% dan 22,22%.

64

Page 80: KEANEKARAGAMAN PLANKTON DAN ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/5788/1/08E00842.pdfKEANEKARAGAMAN PLANKTON DAN KETERKAITANNYA DENGAN KUALITAS AIR DI PARAPAT DANAU TOBA TESIS

65

5. Nilai indeks keanekaragaman tertinggi yaitu 3,36 ditemukan pada Stasiun 3

sedangkan nilai indeks keanekaragaman terendah yaitu 3,06 yang ditemukan

pada Stasiun 2.

6. Nilai indeks keseragaman tertinggi yaitu 0,99 terdapat pada Stasiun 2 dan yang

terendah yaitu 0,95 yang terdapat pada Stasiun 1.

7. Nilai Indeks Similaritas tertinggi yaitu 79,31% antara Stasiun 2 dan Stasiun 3,

sedangkan yang terendah sebesar 58,33%.antara Stasiun 1 dan Stasiun 2.

8. Uji statistic Kruskal-Wallis menunjukkan bahwa suhu, kecerahan, COD, DO,

fosfat, nitrit, amoniak, besi dan klorida berbeda sangat nyata antara ketiga stasiun

penelitian.

9. Uji t-Hutcheson menunjukkan nilai indeks keanekaragaman dan kelimpahan

plankton antara Stasiun 1 dan Stasiun 2, Stasiun 1 dan Stasiun 3 berbeda sangat

nyata, sedangkan antara Stasiun 2 dan Stasiun 3 hanya berbeda nyata.

6.2 Saran

Perlu dilakukan penelitian lanjutan terhadap keanekaragaman plankton pada

siang dan malam hari. Hal ini bertujuan untuk melihat lebih lanjut keanekaragaman

plankton berdasarkan perbedaan waktu siang dan malam di Perairan Danau Toba

khususnya di Prapat.

Page 81: KEANEKARAGAMAN PLANKTON DAN ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/5788/1/08E00842.pdfKEANEKARAGAMAN PLANKTON DAN KETERKAITANNYA DENGAN KUALITAS AIR DI PARAPAT DANAU TOBA TESIS

66

DAFTAR PUSTAKA Alaerts, G.& Sri, 1987. Metode Penelitian Air. Usaha Nasional, Surabaya. Arinardi. 1995. Kisaran Kelimpahan & Komposisi Plankton Predominan di Sekitar

Pulau Sumatera. LIPI, Jakarta Azwar, E. 2001. Pengaruh Aktivitas Pabrik Semen Andalas Terhadap Kelimpahan,

Diversitas Dan Produktivitas Plankton di Perairan Pantai Lhoknga Kabupaten Aceh Besar. Fakultas MIPA UNSYAH.

Barus, T. A. 1996. Metode Ekologis Untuk Menilai Kualitas Suatu Perairan Lotik.

Fakultas MIPA USU Medan. ___________.2001. Pengantar Limnologi Studi Tentang Ekosistem Sungai dan

Danau. Fakultas MIPA USU Medan. ___________.2004. Pengantar Limnologi Studi Tentang Ekosistem Air Daratan.

USU Press, 2004. Medan. ___________. 2004. Faktor-faktor Lingkungan Abiotik dan Keanekaragaman

Plankton sebagai Indikator Kualitas Perairan Danau Toba. Jurnal Manusia dan Lingkungan, Vol.XI, No.2. Juli 2004. hal.61-70. ISSN : 0854-5510. UGM-Yogyakarta.

Basmi, J. 1992. Ekologi Plankton. Fakultas Perikanan IPB, Bogor. ___________.1995. Planktologi: Organisme Penyusun Plankton, Klssifikasifikasi

dan Terminologi, Hubungan Antara Fitoplankton dan Zooplankton, Siklus Produksi Umumnya di perairan. Fak. Perikanan IPB, Bogor.

Bold, H.C. & M.J. Wayne. 1985. Introduction To The Algae. Second Edition,

Prentice Hal, Inc. Englewood Cliffts, New Jersey 07 632, USA. Brotowidjoyo, M. D., D. Tribawono & E. Mulbyantoro. 1995. Pengantar Lingkungan

Perairan Dan Budidaya Air. Liberti, Yogyakarta. Brower, J. E., Jerrold H. Z., Car I.N. V. E.., 1990. Field and Laboratory Methods for

General Ecology. Third Edition. Wm. C. Brown Publisher, USA, New York.

66

Page 82: KEANEKARAGAMAN PLANKTON DAN ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/5788/1/08E00842.pdfKEANEKARAGAMAN PLANKTON DAN KETERKAITANNYA DENGAN KUALITAS AIR DI PARAPAT DANAU TOBA TESIS

67

Connell, D.W & G.J. Miller, 1995. Kimia dan Ekotoksikologi Pencemaran (Terjemahan Yanti Koestoer). Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press). Jakarta.

Dahuri, R. 2004. Pengelola SDA Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu. Edisi

Revisi. Jakarta: Penerbit PT Pradnya Paramita. Darmono, 2001. Lingkungan Hidup dan Pencemaran. Jakarta UI Press.2 Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departeman Pendidikan dan Kebudayaan,

1994. Analisa Kimia dari Air Limbah Industri. Laporan Pelaksanaan Kursus Analisa Limbah Industri Angkatan II Staf Akademik PTN Indonesia Bagian Timur 7-12 Juli 1994.

Edmonson, W.T. 1963. Fresh Water Biology. Second Edition. Jhon Wiley & Sons,

Inc. New York. Eyanoer, FHM., Sembiring M., Medju SJ. Damanik & J.Anwar, 1980. Laporan Akhir

Komunitas Lingkungan Perairan dan Kehidupan Biologi Danau Toba Sumatera Utara. Pusat Kajian Lingkungan Hidup Universitas Sumatera Utara.

Ewusie, J. Y. 1990. Pengantar Ekologi Tropika. Bandung: Penerbit ITB. Fogg, G. E. 1975. Algal Culture and Phytoplanton Ecology. Second Edition. The

University of Winconsin Press, Ltd., London. Haerlina. E. 1987. Komposisi dan Distribusi Vertikal Darian Fitoplankton Pada

Siang dan Malam Hari di Perairan Pantai Bojonegoro, Teluk Banten. Fakultas Perikanan, IPB Bogor

Heddy, S. & M.Kurniati. 1996. Prinsip-prinsip Dasar Ekologi. PT.Raja Grafindo

Persada, Jakarta. Hutahuruk, S. 1984. Komposisi dan Kelimpahan Fitoplankton serta Produktivitas

Primer di Sungai Anakan, Cilacap Jawa Tenghah. Fakultas Perikanan IPB, Bogor.

Hutabarat & Evans. 1986. Kunci Identifikasi Plankton. Jakarta: UI Press. Http://www.penataan_ruang_net_taru/nspm/2/bab I.pdf, 18 Mei 2008 Http://www.pempropsu.go.id/ongkam.php?me=tobal, 18 Mei 2008

Page 83: KEANEKARAGAMAN PLANKTON DAN ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/5788/1/08E00842.pdfKEANEKARAGAMAN PLANKTON DAN KETERKAITANNYA DENGAN KUALITAS AIR DI PARAPAT DANAU TOBA TESIS

68

Isnansetyo. A. & Kurniastuty. 1995. Tehnik Kultur Fitoplankton dan Zooplankton. Kanisius, Yogyakarta. Krebs,C.J. 1985. Experimental Analysis of Distribution of Abudance. Third Edition. Harper & Row Publisher, New York.

Kendeigh, S.C. 1980. Ecology with Special Reference to Animals and Man. Prentice-

Hall of India, New Delhi. Krebs,C.J. 1985. Experimental Analysis of Distribution of Abudance. Third Edition.

Harper & Row Publisher, New York. Lehmusluoto, P.O. 1977. Introduction To Phytoplankton Primary Produktivity in

Waters. United Nations Development Programe OTC/SE. Michael, P. 1984. Metode Ekologi Untuk Penyelidikan Lapangan dan Laboratorium.

Penerjemah : Yanti R, Koestoer, Jakarta : UI Press. Jakarta. Mc Naughton,J. 1990. Ekologi Umum. Yogyakarta: Penerbit UGM Press. Newel, G.E., & R.C. Newel. 1977. Marine Plankton. Fifth Editions. Hutchinson & Co

Ltd. 3 Fitzroy Square. London. Nontji, A. 2005. Laut Nusantara. Jakarta: Penerbit Djambatan. Nybakken, J.W. 1992. Biologi Laut Suatu Pendekatan Ekologis. Penerjemah : H.

Muhammad Eidman, Jakarta: PT Gramedia. Odum, E. P. 1994. Dasar-Dasar Ekologi. Penerjemah: Tjahjono Samingan,

Yogyakarta: Edisi Ketiga, Gajah Mada Univerdity-Press. Payne, A.I. 1986. The Ecology of Tropical Lakes and Rivers. Singapore.: Jhon Wiley

& Sons. Pennak, R. W. 1978. The Freshwater Invertebrates of the United States .New York :

Jhon Wiley & Sons. Prescod, D.W. 1979. How to Know The Freshwaters Algae. Iowa : M.W.C. Brown

Company Publishers. Romimohtarto, K. 2001. Biologi Laut Ilmu Pengetahuan Tentang Biota Laut. Jakata:

Penerbit Djambatan. Russel, W.D., 1970. A Life of Invertebrates, New York : Mac Millan, Publishing

Co.Inc.

Page 84: KEANEKARAGAMAN PLANKTON DAN ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/5788/1/08E00842.pdfKEANEKARAGAMAN PLANKTON DAN KETERKAITANNYA DENGAN KUALITAS AIR DI PARAPAT DANAU TOBA TESIS

69

Sanusi, H. 2004. Karakteristik Kimiawi dan Kesuburan perairan teluk pelabuhan Ratu Pada musim Barat dan Timur. Jurnal Ilmu-ilmu perairan dan perikanan

Indonesia. Departemen Sumber Daya Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB-Bogor.

Sastrawijaya, A. T. 1991. Pencemaran Lingkungan. Rineka Cipta, Jakarta. Shuber, E.L. 1984. Algae as Ecological Indicators. Academis Press Inc., London Soeriaatmadja, R.E. 1977. Ilmu Lingkungan Hidup. Bandung: Penerbit ITB Bandung. Suin, N. 2002. Metoda Ekologi. Penerbit Universitas Andalas. Padang. Wetzel, R.G. dan Likens, 1979. Limnological Analyses. London : W.B.Saunders

Company. Zar. JH. 1999. Biostatistical Analysis. Prentice Hall. Inc. New Jersey.