KEANEKARAGAMAN IKAN HIAS PADA BERBAGAI EKOSISTEM …

108
KEANEKARAGAMAN IKAN HIAS PADA BERBAGAI EKOSISTEM (STUDI KASUS DI KAWASAN PERAIRAN GILI KONDO KECAMATAN SAMBELIA KABUPATEN LOMBOK TIMUR) SKRIPSI Oleh : Baiq Endang Ratnawati 15.1.12.5.066 FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI MATARAM 2016

Transcript of KEANEKARAGAMAN IKAN HIAS PADA BERBAGAI EKOSISTEM …

Page 1: KEANEKARAGAMAN IKAN HIAS PADA BERBAGAI EKOSISTEM …

KEANEKARAGAMAN IKAN HIAS PADA BERBAGAI EKOSISTEM

(STUDI KASUS DI KAWASAN PERAIRAN GILI KONDO KECAMATAN

SAMBELIA KABUPATEN LOMBOK TIMUR)

SKRIPSI

Oleh :

Baiq Endang Ratnawati

15.1.12.5.066

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

MATARAM

2016

Page 2: KEANEKARAGAMAN IKAN HIAS PADA BERBAGAI EKOSISTEM …

HALAMAN SAMPUL

KEANEKARAGAMAN IKAN HIAS PADA BERBAGAI EKOSISTEM

(STUDI KASUS DI KAWASAN PERAIRAN GILI KONDO KECAMATAN

SAMBELIA KABUPATEN LOMBOK TIMUR)

Skripsi

Diajukan kepada Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Mataram

Untuk melengkapi persyaratan mencapai

Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh :

Baiq Endang Ratnawati

NIM: 15.1.12.5.066

JURUSAN PENDIDIKAN IPA BIOLOGI

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

MATARAM

2016

Page 3: KEANEKARAGAMAN IKAN HIAS PADA BERBAGAI EKOSISTEM …
Page 4: KEANEKARAGAMAN IKAN HIAS PADA BERBAGAI EKOSISTEM …
Page 5: KEANEKARAGAMAN IKAN HIAS PADA BERBAGAI EKOSISTEM …
Page 6: KEANEKARAGAMAN IKAN HIAS PADA BERBAGAI EKOSISTEM …

i

Page 7: KEANEKARAGAMAN IKAN HIAS PADA BERBAGAI EKOSISTEM …

ii

Page 8: KEANEKARAGAMAN IKAN HIAS PADA BERBAGAI EKOSISTEM …

iii

HALAMAN PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan untuk:

1. Ayahanda tercinta (Lalu Jafar) yang selalu berusaha dalam memenuhi segala

kebutuhan materi saya sejak pendaftaran seleksi ujian masuk hingga

terselesaikannya skripsi ini dan ibunda tercinta (Patmawati) yang selalu

mendoakan saya. Terimakasih yang tiada terhingga ananda ucapkan kepada

Bapak dan Ibu atas semua yang engkau lakukan untuk kebaikan saya selama ini.

2. Adik-adikku yang tersayang (L.Hakim, BQ. Gina, L.Gamada ) terimakasih atas

do’a, dan kasih sayang, motivasi dan kebahagiaan agar skripsi ini bisa

terselesaikan.

3. Pamanku (Nasarudin M.Pd) yang sudah menyediakan tempat tinggal selama

masa perkuliahan dan seluruh keluarga besarku yang selalu memberikan

dukungan sehingga skripsi ini bisa terselesaikan.

4. Staf laboratorium (kak fatir dan kak jiho) serta saudara-saudaraku (Bulah,L.ami,

Bq.Vina, Reza) yang ikut berpanas-panasan pada saat proses penelitian

lapangan, saya ucapkan banyak terima kasih.

5. Kakanda (Alpan Didin Suhendra) yang selalu membantu dalam hal materi,

memberikan semangat dan motivasi pada saat pengerjaan skrips ini.

6. Sahabat kandungku (Hariati, Nita, Afwi) yang selalu memberikan hiburan di

masa-masa pegerjaan skripsi ini.

7. Teman-teman seperjuangan (Bq.Khandra, Hilmi, Rahma, Aulia, Winda, Kiki,

Arini, serta keluarga besar kelas B), yang selalu memberikan semangat, sampai

skripsi ini siap untuk di-munaqasyah-kan.

8. Almamaterku tercinta IAIN Mataram

Page 9: KEANEKARAGAMAN IKAN HIAS PADA BERBAGAI EKOSISTEM …

iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat serta karunia-Nya sehingga penulisan skripsi yang berjudul

” Keanekaragaman Ikan Hias pada Berbagai Ekosistem (Studi Kasus di kawasan

perairan Gili Kondo kecamatan Sambelia kabupaten Lombok Timur)” dapat

diselesaikan. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi

besar Muhammad S.A.W. yang telah menuntun ummat manusia menuju jalan

kebenaran.

Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Pendidikan S-1 pada Jurusan Pendidikan IPA Biologi Fakultas Ilmu

Tarbiyah dan Keguruan Institut Agama Islam Negeri Mataram.

Selama penyusunan skripsi ini, penulis mendapat bantuan dan dukungan

dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati pada

kesempatan ini penulis ingin memberikan penghargaan dan ucapkan terima kasih

kepada:

1. Bapak Dr.Ir Edi M Jayadi M.P., selaku Dosen Pembimbing I dan Ibu Dwi

Wahyudiati, M.Pd., selaku Dosen pembimbing II yang dengan sabar, ikhlas

dan penuh tanggung jawab dalam memberikan bimbingannya sehingga skripsi

ini bisa terselesaikan.

2. Ibu Dwi Wahyudiati M.Pd., Selaku Dosen Wali

3. Masing-masing selaku Ketua Jurusan dan Sekertaris Jurusan Pendidikan IPA

Biologi Dwi Wahyudiati, M.Pd., dan Alwan Mahsul, M.Pd.

Page 10: KEANEKARAGAMAN IKAN HIAS PADA BERBAGAI EKOSISTEM …

v

4. Bapak Dr. H. Mutawali, M.Ag., Selaku Rektor IAIN Mataram.

5. Ibu Dr. Hj. Nurul Yakin. M.Pd., selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Mataram.

6. Bapak Tarmizi selaku Kepala Desa dan Perama Center Foundation selaku

pengelola Wisata Bahari Gili Kondo yang membantu dalam proses penelitian

lapangan.

7. Semua pihak yang telah berperan dan membantu penulis menyelesaikan skripsi

ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Kepada semua pihak tersebut, semoga apa yang telah diberikan kepada

penulis tercatat sebagai amal baik dan mendapat ridha dan balasan dari Allah

SWT. Aamiin yaaRobbal ‘Alamiin

Sebagai manusia biasa yang dengan segala kekurangan dan keterbatasan,

penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab

itu, dengan segala kerendahan hati penulis sangat mengharapkan kritik dan saran

demi kesempurnaan penelitian selanjutnya.

Akhirnya, harapan penulis semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat

bagi penulis sendiri khususnya dan pembaca pada umumnya.

Mataram, 11 Januari 2016

Peulis

Baiq Endang Ratnawati

Page 11: KEANEKARAGAMAN IKAN HIAS PADA BERBAGAI EKOSISTEM …

vi

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ................................................................................. i

HALAMAN JUDUL ................................................................................... ii

HALAMAN PERSETUJUAN .................................................................... iii

NOTA DINAS PEMBIMBING .................................................................. iv

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI .................................................... v

HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... vi

MOTTO ....................................................................................................... vii

HALAMAN PERSEMBAHAN................................................................... viii

KATA PENGANTAR .................................................................................. ix

DAFTAR ISI ................................................................................................ xi

DAFTAR TABEL ........................................................................................ xiii

DAFTAR GAMBAR ................................................................................... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xv

ABSTRAK .................................................................................................... xvi

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1 A. Konteks Penelitian ..................................................................................... 1

B. Fokus Masalah ........................................................................................... 7

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................................... 8

1. Tujuan Penelitian ................................................................................ 8

2. Manfaat Penelitian .............................................................................. 8

D. Ruang Lingkup dan Setting Penelitian ...................................................... 9

1. Ruang Lingkup ................................................................................... 9

2. Setting Penelitian ................................................................................ 10

E. Telaah Pustaka .......................................................................................... 11

F. Kajian Pustaka ........................................................................................... 13

1. Kajian Ikan Hias ................................................................................. 13

2. Lamun ................................................................................................. 25

3. Faktor yang Mempengaruhi Keanekaragaman .................................... 30

G. Kerangka Teoritik ..................................................................................... 33

H. Metode Penelitian ...................................................................................... 36

1. Jenis Penelitian ................................................................................... 36

2. Waktu dan Tempat Penelitian ............................................................. 37

3. Rancangan Penelitian ........................................................................... 37

4. Alat Penelitian .................................................................................... 39

5. Pelaksanaan Penelitian ........................................................................ 39

6. Teknik Pengumpulan Data .................................................................. 40

7. Teknik Analisis Data .......................................................................... 42

8. Tabel Hasil Pengamatan ..................................................................... 44

BAB II HASIL PENELITIAN ................................................................... 45 A. Keadaan Lokasi Penelitian ........................................................................ 45

B. Penyajian Data Hasil Penelitian ................................................................ 46

1. Jenis-jenis Ikan Hias ........................................................................... 46

2. Hasil Pengamatan Kondisi Fisika Perairan .......................................... 61

C. Hasil Analisis Nilai Indeks Keanekaragaman Jenis ................................... 62

BAB III PEMBAHASAN ........................................................................... 66 1. Jenis-jenis Ikan Hias yang Ditemukan ...................................................... 67

2. Keanekaragaman Jenis Ikan Hias .............................................................. 72

BAB IV PENUTUP ..................................................................................... 76

Page 12: KEANEKARAGAMAN IKAN HIAS PADA BERBAGAI EKOSISTEM …

vii

A. Simpulan .................................................................................................. 76

B. Saran ......................................................................................................... 76

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………... 77

LAMPIRAN………………………………………………………………. 78

Page 13: KEANEKARAGAMAN IKAN HIAS PADA BERBAGAI EKOSISTEM …

viii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1 Tahap Persiapan ............................................................................ 40

Tabel 1.2 Tahap Pelaksanaan ........................................................................ 40

Tabel 2.1 Spesies Ikan Hias pada Ekosistem Terumbu Karang..................... 48

Tabel 2.2 Spesies Ikan Hias pada Ekosistem Lamun .................................... 58

Tabel 2.3 Spesies Ikan Hias pada Ekosistem Mangrove................................ 60

Tabel 2.4 Hasil Pengamatan Kondisi Fisika Stasiun I ................................... 61

Tabel 2.5 Hasil Pengamatan Kondisi Fisika Stasiun II .................................. 62

Tabel 2.6 Hasil Pengamatan Kondisi Fisika ................................................. 62

Tabel 2.7 Indeks Keanekaragaman Stasiun I ................................................. 63

Tabel 2.8 Indeks Keanekaragaman Stasiun II ................................................ 65

Tabel 2.9 Indeks Keanekaragaman Stasiun III .............................................. 66

Page 14: KEANEKARAGAMAN IKAN HIAS PADA BERBAGAI EKOSISTEM …

ix

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1.1. Gambaran Lokasi Pengambilan Sampel ..................................... 39

Gambar 1.2. Transportasi Penelitian ................................................................ 86

Gambar 1.3. Lokasi Penelitian ......................................................................... 86

Gambar 1.4. Tim Pendamping Penelitian ........................................................ 87

Gambar 1.5. Proses Penyelaman ...................................................................... 87

Gambar 1.6. Pengukuran Kondisi Fisika Perairan ........................................... 88

Gambar 1.7.Pengamatan Pada Beberapa Stasiun ............................................. 88

Gambar 1.8. Beberapa Jenis Ikan yang Ditemukan ......................................... 89

Page 15: KEANEKARAGAMAN IKAN HIAS PADA BERBAGAI EKOSISTEM …

x

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I : Spesies Ikan Hias yang Ditemukan80

Lampiran II : Hasil Perhitungan Indeks Keanekaragaman Jenis ....................... 82

Lampiran III : Hasil Pengukuran Kondisi Fisika Perairan .................................. 85

Lampiran III : Dokumentasi Penelitian Lapangan .............................................. 86

Lampiran IV : Kartu Konsultasi .......................................................................... 90

Lampiran V : Surat Ijin Penelitian Dari IAIN Mataram .................................... 91

Lampiran VI : Surat Permakluman Penelitian Dari Bappeda Lombok Timur.... 92

Lampiran VII: Surat Rekomendasi Dari Kantor Desa Padak Guar .................... 93

Page 16: KEANEKARAGAMAN IKAN HIAS PADA BERBAGAI EKOSISTEM …

xi

ABSTRAK

KEANEKARAGAMAN IKAN HIAS PADA BERBAGAI EKOSISTEM

(STUDI KASUS DI KAWASAN PERAIRAN GILI KONDO KECAMATAN

SAMBELIA KABUPATEN LOMBOK TIMUR)

Oleh:

BAIQ ENDANG RATNAWATI

NIM:15.1.12.5.066

Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif yaitu penelitian yang

menggambarkan atau menguraikan suatu fenomena yang terjadi pada suatu tempat

untuk mengetahui hal-hal yang berhubungan dengan objek yang diteliti. Penelitian

ini untuk mengetahui jenis ikan hias yang ditemukan dan tingkat keanekaragaman

ikan hias pada ekosistem terumbu karang, ekosistem lamun dan ekosistem

mangrove. Adapun metode yang digunakan yaitu sensus visual yang dikerjakan

oleh peneliti sepanjang garis transek. Pengamatan ikan hias dilakukan pada 3

stasiun yaitu ekosistem terumbu karang, lamun dan mangrove dimana tiap stasiun

mewakili ekosistem yang diteliti. Dari hasil identifikasi diperoleh data pada

masing-masing stasiun. Secara umum jenis-jenis ikan hias yang ditemukan pada

ekosistem terumbu karang, ekosistem lamun dan ekosistem mangrove

penyebarannya hampir sama. Pada ekosistem terumbu karang ditemukan 30

spesies terbagi menjadi 8 famili, sedangkan pada ekosistem lamun ditemukan 8

spesies dikelompokkan menjadi 2 famili, dan yang terekhir pada ekosistem

mangrove ditemukan 5 spesies dari 3 famili.Indeks keanekaragaman tertinggi

pada ekosistem terumbu karang yaitu 3,21, menurut indeks keanekaragaman

Shannon-Wiener tingkat keanekaragamannya termasuk dalam kategori sedang

melimpah. Hal ini disebabkan karena terumbu karang merupakan ekosistem

utama ikan hias, dijadikan sebagai tempat tinggal, tempat mencari makan dan

berlindung dari predator yang ingin memangsanya. Pada ekosistem lamun nilai

indeks keanekaragamannya sebesar 1,95, nilai ini termasuk dalam kategori

rendah, sama halnya di ekosistem mangrove dikategorikan tingkat

keanekaragamannya rendah dengan indeks keanekaragaman sebesar 1,44. Karena

pada dasarnya ekosistem mangrove dan ekosistem mangrove bukanlah habitat

utama ikan hias, melainkan dijadikan sebagai tempat pembijahan dan pengasuhan

anakan ikan hias yang apabila setelah dewasa akan kembali ke habitat utamanya

yaitu terumbu karang. Oleh karena itu, didapatkan simpulan bahwa spesies ikan

hias yang paling banyak ditemukan di kawasan perairan Gili Kondo terdapat pada

ekosistem terumbu karang dengan tingkat keanekaragaman sedang melimpah,

diikuti dengan ekosistem lamun dan ekosistem mangrove dengan tingkat

keanekaragaman rendah.

Kata Kunci: Keanekaragaman, Ikan Hias, Ekosistem, Gili Kondo.

Page 17: KEANEKARAGAMAN IKAN HIAS PADA BERBAGAI EKOSISTEM …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Konteks Penelitian

Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar di dunia dengan

jumlah pulau terbanyak 17.508 pulau, garis pantai sepanjang 81.000 km

dan luas lautan 5,8 juta km (75% total luas wilayah Indonesia) di wilayah

daratan terdapat perairan umum (sungai, rawa, danau, waduk dan

genangan air lainnya) seluas 54 juta Ha atau 0,45 km2 (27%dari total

wilayah daratan Indonesia). Dengan demikian, Indonesia adalah Negara

yang dikelilingi oleh air.1 Garis pantai yang panjang ini menyimpan

potensi kekayaan sumber alam yang besar baik hayati seperti perikanan,

hutan mangrove, terumbu karang, mineral dan pariwisata. Hamparan laut

yang luas merupakan potensi bagi bangsa Indonesia untuk

mengembangkan sumber daya laut yang memiliki keberagaman kehidupan

bawah laut dari kepulauan Indonesia yang membentang luas di cakrawala

khatulistiwa.

Dengan berkembang pesatnya pariwisata dunia tidak pernah lepas

dengan pertumbuhan pariwisata lokal yang semakin mendunia, seiring

dengan itu diikuti dengan meningkatnya jumlah wisatawan lokal maupun

mancanegara, baik itu destinasi keinadahan gunung maupun lautnya

semakin diburu oleh wisatawan.Salah satu destinasi yang diburu itu adalah

wisata dunia bawah laut yang memanjakan mata dengan beragamnya

1 M.Ghupran H.Kordi K.Ekosistem Terumbu Karang.(Jakarta : Rhineka Cipta,2010), h.1.

1

Page 18: KEANEKARAGAMAN IKAN HIAS PADA BERBAGAI EKOSISTEM …

2

biota-biota yang salah satunya adalah ikan hias dengan warna warninya

seolah menghiasi perairan nusantara.

Keberadaan ikan karang atau ikan hias erat kaitannya dengan

ketersediaan sumber daya terumbu karang sebagai habitat. Kelimpahan

spesies maupun individu yang tinggi, corak warna yang bervariasi

menjadikan kelompok ikan ini sebagai pelengkap keindahan panorama

wilayah terumbu karang, dan menjadi salah satu objek wisata bahari

penyelaman

Ikan hias merupakan kelompok ikan yang sangat digemari karena

mempunyai morfologi yang sangat unik, warnanya menarik dan sangat

cocok dipelihara di aquarium.2 Kegiatan penangkapan dan perdagangan

ikan hias merupakan industri miliaran dolar yang mendukung ribuan

nelayan di negara berkembang dan menyediakan sekitar 1400 spesies ikan

bagi pecinta ikan hias di seluruh dunia.3

Kebanyakan ikan hias mempunyai habitat yang sangat khas yaitu

pada terumbu karang dan sebagian yang lain berhabitat padang lamun,

mangrove dan hamparan lumpur.4 Terumbu karang sangat mendukung

keanekaragaman ikan yang sangat tinggi karena terumbu karang

merupakan ekosistem yang sangat kompleks, terdiri atas banyak

mikrohabitat dan menyediakan fasilitas untuk tumbuh dan berkembangnya

2Ziemann, D.A. 2001. The potential for the restoration of marine ornamental fish.

Aquarium Science and conservation . h.107 3 Bruckner, A.W. 2005. The importance of the marine ornamental reef fish trade in the

wider Caribbean. J Tropical boil. H.127 4 Raja, K. Ajithkumar, T.T. and Balasubramanian, T.2002. Ornamental Fish. Centre of

Advanced study In Marine Biology. Annamalai University.

Page 19: KEANEKARAGAMAN IKAN HIAS PADA BERBAGAI EKOSISTEM …

3

berbagai spesies ikan. Salah satu hasil adaptasi terhadap lingkungan yang

heterogen ini adalah beranekanya morfologi dan warna tubuh ikan.5 Selain

dari terumbu karang, habitat dari ikan hias dapat kita jumpai pada padang

lamun dan hutan mangrove.

Keberagaman ikan hias tidak lepas dari berbgai macam faktor yang

sangat mendukung keberagaman dari ikan hias itu sendiri. Adapun hal

yang sangat mempengaruhi keberagaman ikan hias itu adalah kualitas air

yang sangat mendukung pertumbuhan serta adanya terumbu karang

sebagai tempat berlangsungnya kehidupan bagi biota bawah laut.

Ekosistem terumbu karang merupakan suatu ekosistem di

dalamnya hidup berbagai biota laut yang sangat beragam. Tingginya

keberagaman tersebut disebabkan beragamnya komponen biotic dan

abiotik serta fungsi ekologi terumbu karang sebagai tempat berkembang

biak dan mencari makan. Salah satu sumber daya hayati yang memiliki

nilai ekonomis dan dimanfaatkan manusia. Sumber daya ikan khususnya

ikan hias merupakan sumber daya yang dapat pulih kembali namun

memiliki sifat yang terbatas sehingga perlu pengelolaan secara bijaksana,

terkendali dan terencanana.

Ekosistem Terumbu Karang, Ekosistem Lamun dan Ekosistem

Mangrove merupakan beberapa dari ekosistem-ekosistem pantai yang

memiliki tingkat produktivitas yang tinggi dan keanekaragaman dari biota

yang berasosiasi sangat beragam.

5 Djuhanda, T. Dunia Ikan. (Bandung: Penerbit Armiko,1981),Hal.143

Page 20: KEANEKARAGAMAN IKAN HIAS PADA BERBAGAI EKOSISTEM …

4

Terumbu karang terdiri atas polip-polip karang dan organisme-

organisme kecil lain yang hidup dalam koloni. Bila polip karang mati akan

meninggalkan struktur yang keras, terdiri atas bahan mineral dan

mengandung kalsium (Lime stone). Terumbu karang dapat berfungsi

sebagai pelindung (Shelter) untuk berbagai fauna yang hidup di dalam

kompleks habitat terumbu karang ini seperti sponge, akar bahar, kima,

berbagai ikan hias, ikan kerapu, anemon, teripang, lobster, moluska dan

lain-lain.6 Ekosistem terumbu karang merupakan bagian dari ekosistem

laut yang menjadi tempat kehidupan bagi beranekaragam biota laut. Di

dalam ekosistem terumbu karang dapat hidup lebih dari 300 jenis karang,

2000 jenis ikan dan berpuluh puluh jenis molluska, crustacea, sponge,

algae, lamun dan biota lainnya.

Secara ekologis, perairan Gili Kondo kecamatan Sambelia

kabupaten Lombok Timur memiliki berbagai fungsi yang penting bagi

perairan pantai karena tingginya produksi primer dan struktur habitat yang

kompleks di ekosistem yang didukung oleh berbagai jenis biota-biota yang

hidup di dalamnya. Dalam hal ini, berbagai jenis ikan, baik itu ikan yang

hanya dijadikan sebagai hiasan maupun ikan-ikan yang bernilai ekonomis

banyak mendiami daerah padang lamun untuk mencari makan maupun

sebagai tempat berlindung, terutama bagi juvenil-juvenil ikan. Sehingga

dapat dikatakan bahwa pada padang lamun dapat dikatakan sebagai

6 http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/maquares

Page 21: KEANEKARAGAMAN IKAN HIAS PADA BERBAGAI EKOSISTEM …

5

sumber daya alam laut yang bernilai tinggi yang mampu menunjang sisi

pantai dan perikanan.

Habitat ikan hias memiliki karakteristik yang spesifik dan sangat

bergantung pada kondisi perairan sekitarnya, kondisi perairan itu tidak

lepas dari kualitas air, dimana kualitas air terdiri atas banyak komponen

yang diantaranya terdiri atas PH air, salinitas, suhu, serta tingkat kecerahan

dan kekeruhan. Dari komponen kualitas air itu sendiri sangatlah

berpengaruh bagi keberagaman ikan hias. PH air sangat menentukan

kualitas perairan karena sangat mempengaruhi kehidupan jasad renik,

begitu juga dengan salinitas air atau kadar garam yang larut di dalam air

haruslah optimum, untuk tingkat kecerahan air sangat berpengaruh bagi

habitat tinggal ikan terutama pada ekosistem terumbu karang, apabila

tingkat kecerahan air sudah sangat rendah maka plankton-plankton akan

semakin berkurang dan akan membuat makanan dari terumbu karang itu

akan semakin sedikit sehinggga keberagaman ikan hias akan berkurang.

Keberagaman terumbu karang memiliki potensi yang sangat besar baik

secara ekonomis maupun ekologis.

Keberagaman wisata nusantara memang tidak ada habisnya, tidak

salah orang memberikan gelar serpihan surga terdapat di Indonesia

karena mempunyai wisata yang memanjakan mata. Pulau-pulau kecil

atau yang biasa disebut dengan gili sangat mudah kita jumpai di perairan

Indonesia. Tidak terkecuali di pulau kecil yang menjadi tujuan wisata yang

sangat laris di ranah nasional yaitu pulau Lombok. Pulau ini terbagi

Page 22: KEANEKARAGAMAN IKAN HIAS PADA BERBAGAI EKOSISTEM …

6

menjadi 4 kabupaten yaitu Lombok utara, Lombok Barat, Lombok tengah,

dan yang paling ujung adalah Lombok Timur. Lombok Timur merupakan

kabupaten yang berada di paling ujung timur yang mempunyai pesona

keindahan pantai yang masih asri dan jauh dari keramaian kota. Tepatnya

di kecamatan Sembelia kabupaten Lombok Timur, kita dapat memukan

serpihan dari pulau Lombok yaitu pulau-pulau kecil yang tanpa penghuni

yangjauh dari keramaian. Disini terdapat 4 pulau atau gili yang berdekatan

yaitu gili kondo, gili bidara, gili petagan dan gili kapal. Keempat gili

tersebut mempunyai keberagaman terumbu karang dan ikan hias yang

sangat melimpah sehingga sangat cocok menjadi konservasi terumbu

karang dan ikan hias di pulau Lombok.

Dari hasil observasi awal yang sudah dilakukan, keanekaragaman

ikan hias di Gili Kondo ini tidak sama melainkan berbeda pada setiap

kedalaman. Di bagian pinggir tidak terdapat keberagaman yang cukup

melimpah karena banyak wisatawan yang berenang, sedangkan dibagian

tengah atau di kedalaman 3-4 meter ikan hias sangat beragam dengan

warna warninya dengan kualitas air yang cukup bagus sehingga

berbanding lurus dengan pertumbuhan terumbu karang, ekosistem terumbu

karang ini menjadi habitat utama bagi ikan hias karena dijadikan sebagai

tempat mencari makan serta tempat berlindung dari predator yang ingin

memangsanya.

Gili kondo mempunyai daratan yang paling luas dibandingkan

dengan ketiga gili lainnya, meskipun gili petagan merupakan gili yang

Page 23: KEANEKARAGAMAN IKAN HIAS PADA BERBAGAI EKOSISTEM …

7

terluas namun dipenuhi dengan hutan mangrove dengan sedikit daratan.

gili kondo lebih sering dikunjungi oleh wisatawan lokal maupun

mancanegara karena tidak hanya dengan lokasinya yang nyaman dan

cocok sebagai tempat istirahat tetapi disinilah lokasi untuk snorkling7.

Asosiasi antara ikan hias dengan habitatnya sangat erat sehingga

ekosistemi ikan hias di suatu ekosistem terumbu karang, mangrove dan

padang lamun sangat rapuh ketika terjadi pengerusakan habitat, begitu

juga dengan kualitas air yang terdapat di tempat itu sangat berpengaruh

terhadap keberagaman ikan hias. Dengan kualitas air yang optimum

maka habitat ari ikan hias akan semakin stabil begitu juga dengan ikan

hias akan mempunyai tingkat keberagaman yang tinggi8. Berdasarkan hal

terdebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang

“Keanekaragaman Ikan Hias pada Berbagai Ekosistem (Studi Kasus di

Kawasan Perairan Gili Kondo Kecamatan Sambelia Kabupaten

Lombok Timur)”

B. Fokus Masalah

Berdasarkan konteks penelitian di atas, maka fokus penelitian yang

dapat disusun peneliti adalah sebagai berikut:

1. Berapa jeniskah ikan hias yang dapat ditemukan pada berbagai

ekosistem di perairan Gili Kondo ?

2. Bagaimana keanekaragaman ikan hias pada berbagai ekosistem di

perairan Gili Kondo ?

7 Duta here. Surga Tersembunyi Di Timur Pulau Lombok. (Mataram:Gramedia,2014) 8 Barus, T. A.. Pengantar Limnologi Studi tentang Ekosistem Air Daratan. (Medan:USU

Press,2004) h.23

Page 24: KEANEKARAGAMAN IKAN HIAS PADA BERBAGAI EKOSISTEM …

8

Kajian penelitian ini terbatas pada keanekaragaman ikan hias

yang dapat ditemukan pada berbagai habitat yaitu terumbu karang,

lamun dan mangrove di perairan Gili Kondo kecamatan Sambelia

kabupaten Lombok Timur agar penelitian ini dapat digunakan sebagai

acuan dalam melakukan penelitian selanjutnya.

C. Tujuan dan Manfaat

Berdasarkan konteks dan fokus penelitian kaulitatif, maka tujuan

dan manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah :

a. Untuk mengetahui jenis ikan hias yang ditemukan pada berbagai

ekosistem di perairan Gili Kondo.

b. Untuk mengetahui keanekaragaman ikan hias pada berbagai

ekosistem di perairan Gili Kondo.

2. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Teoritis

1) Menambahkan informasi dan sebagai acuan bagi peneliti dalam

mengetahui tingkat keanekaragaman ikan hias pada ekosistem

yang berbeda dengan faktor yang mempengaruhi ikan hias

tersebut.

2) Dengan adanya penelitian ini, diharapkan dapat menjadi suatu

bahan rujukan atau acuan bagi peneliti selanjutnya.

Page 25: KEANEKARAGAMAN IKAN HIAS PADA BERBAGAI EKOSISTEM …

9

3) Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan wawasan yang

tinggi dan pengalaman yang luas bagi peneliti.

4) Sebagai sumber data bagi pihak-pihak terkait yang berguna dalam

usaha pelestarian biota laut yang dilindungi.

b. Manfaat Praktis

1) Dari informasi yang sudah diperoleh, diharapkan kepada

masyarakat di sekitan perairan Gili Kondo agar tidak melakukan

penangkapan ikan hias secara besar-besaran untuk

diperdagangkan secara meluas.

2) Diharapkan kepada wisatawan yang akan menikmati destinasi

bawah laut di perairan Gili Kondo agar tidak merusak habitat dari

ikan hias dengan tidak berjalan berjalan di atas terumbu karang

karena dapat memutuskan rantai kehidupan dari keberagaman

ikan hias.

3) Diharapkan kepada wisatawan, masyrakat sekitar dan pemerintah

untuk bekerjasama menjaga kelestarian dunia bawah laut agar

menjadi ekosistem perairan yang sangat baik.

D. Ruang Lingkup dan Setting Penelitian

1. Ruang Lingkup

Gili kondo merupakan merupakan salah satu gugusan pulau-pulau

kecil atau yang biasa disebut dengan Gili ini berada di sebelah timur pulau

Lombok dan berada di selat alas yang menghubungkan antara pulau

Lombok dengan pulau Sumbawa. Gili Kondo merupakan pulau kecil yang

Page 26: KEANEKARAGAMAN IKAN HIAS PADA BERBAGAI EKOSISTEM …

10

tidak berpenghuni dan luasnya diperkirakan hanya 20 Ha. Gili Kondo

merupakan tempat konservasi pemeliharaan terumbu karang.

Gili kondo ini merupakan pulau yang sangat bersih karena

memang dijaga kelestariannya. Berdekatan dengan gili kondo ini terdapat

pulau-pulau yang tidak kalah destinasi under water, yang diantaranya Gili

Bidara, Gili Petagan dan Gili Pasir. Apabila sedang berada di pinggir

pantai dan menghadap kearah Barat akan nampak kemegahan Pulau

Lombok dan Gunung Rinjani yang menjulang tinggi. Di sebelah Timur

sejauh mata memandang akan menemukan gugusan Pulau Sumbawa, di

sebelah Utara ada Gili Petagan dan Gili Bidara yang cantik dengan pasir

putihnya.

Dengan difungsikannya Gili Kondo sebagai pusat konservasi

terumbu karang akan memudahkan bagi penelitian tentang

keanekaragaman jenis ikan hias karena dengan melimpahnya terumbu

karang ini akan sebanding dengan tingkat keberagaman ikan hias. Bukan

hanya terumbu karang yang dapat dijadikan sebagai habitat dari ikan hias

itu sendiri, tetapi terdapat juga padang lamun dan mangrove disekitar

perairan Gili Kondo sehingga tidak menutup kemungkinan

keanekaragaman ikan hias akan semakin melimpah. Berkaitan dengan

yang diteliti maka ruang lingkup keanekaragaman ikan hias pada berbagai

habitat di perairan Gili Kondo kecamatan Sambelia kabupaten Lombok

Timur.

Page 27: KEANEKARAGAMAN IKAN HIAS PADA BERBAGAI EKOSISTEM …

11

2. Setting Penelitian

Setting penelitian berarti latar belakang dan tempat yang dijadikan

lokasi penelitian. Adapun setting penelitian ini akan dilaksanakan di

perairan Gili Kondo di Desa Padak Guar kecamatan Sambelia kabupaten

Lombok Timur yang digunakan sebagai tempat studi kasus penelitian

lapangan.

E. Telaah Pustaka

Penelaah pustaka dilakukan untuk menjelaskan posisi penelitian

yang sedang dilaksanakan (state of affairs) diantaranya hasil-hasil

penelitian/buku-buku terdahulu yang bertema senada (prior research on

the topic). 9 Adapun karya-karya yang memiliki pembahasan yang sama

dengan penelitian ini diantaranya:

1. Sarah Liliana Pandiangan, Studi Keanekaragaman Ikan Hias di kawasan

perairan bagian barat Pulau Rubiah Nanggroe Aceh Darussalam.

Diketahui hasil penelitian penulis menarik kesimpulan tentang penelitian

ini sebagai berikut:

Ikan hias yang diperoleh pada penelitian ini terdiri dari 1 ordo, 16 family,

30 genus dan 51 spesies. Indeks rata-rata keanekaragaman (H') tertinggi

terdapat pada stasiun 1 sebesar 23 dan terendah pada stasiun 2 sebesar

1,76. Dari hasil analisis korelasi diketahui bahwa temperatur, DO dan

9 Team penulis, Pedoman Penulisan Skripsi, (IAIN:Mataram,2015), h. 15.

Page 28: KEANEKARAGAMAN IKAN HIAS PADA BERBAGAI EKOSISTEM …

12

kejenuhan oksigen berkorelasi sanat lemah, sedangkan PH berkoreliasi

sangat kuat terhadap keanekaragaman ikan hias di perairan tersebut.10

2. Suci Andiewati, keanekaragaman jenis ikan karang di pulau Badi dan

pulau Kodingareng Lompo. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan

di P.Badi dan P.Kodingareng Lompo dapat diambil kesimpulan sebagai

berikut:

Ikan hias yang ditemukan di P.Badi berdasarkan kategori yaitu 50 jenis

ikan yang berasal dari 15 familidengan jumlah individu sebanyak 131

ekor, komposisi jenis ikan hias berdasarkan kategori P.Kodingareng

Lompo ditemukan 21 jenis ikan yang berasal dari 9 famili dengan jumlah

individu 82 ekor. Nilai indeks keanekaragaman dan keseragaman di

P.Badi lebih besar dibandingkan di P.Kodingeng Lompo, akan tetnapi

nilai indeks dominansi yang besar didapatkan di P.Kodingeng Lompo

dibandingkan di P.Badi.11

3. Suseno Wangsit Wijaya & Iwan Erik Setyawan, struktur komunitas ikan

hias di perairan Pulau Raya, Pulau Rusa, Pulau Rondo dan Taman Laut

Rinoi dan Rubiah, Nanggroe Aceh Darussalam. Didapatkan kesimpulan

bahwa secara umum struktur komunitas ikan hias di semua perairan

pulau terluar Nanggroe Aceh Darusalam masuk pada kategori rendah,

termasuk juga pada Taman Laut Rubiah dan hal ini sebagai pengaruh dari

buruknya kualitas air dan kondisi terumbu karang yang dipengaruhi oleh

10

Sarah Liliana pandiangan, “studi keanekaragaman ikan hias di kawasan perairan

bagian barat Pulau Rubiah Nanggroe Aceh Darussalam” (skipsi, Universitas Sumatera Utara

Medan, 2009), hal 43. 11

Suci Andiewati. “Keanekaragaman Jenis Ikan Karang Di Pulau Badi Dan Pulau

Kodingareng Lompo” (skipsi,Universitas Hasanuddin Makassar, 2014), hal 30.

Page 29: KEANEKARAGAMAN IKAN HIAS PADA BERBAGAI EKOSISTEM …

13

tingginya sedimentasi dan perubahan dasar perairan karang akibat adanya

tsunami 2004.12

Perbedaan penelitian saya dengan penelitian sebelumnya adalahi

tempat penelitian dan waktu penelitian yang berbeda serta penelitian ini

membedakan habitat tinggal dari ikan hias, adapun kesamaannya adalah

sama-sama melihat keanekaragaman ikan hias di suatu perairan dengan

melihat habitat dari ikan hias di perairan tempat dilakukannya penelitian.

F. Kajian Pustaka

1. Kajian Ikan Hias

a. Ekologi Ikan Hias

Ikan karang menempati ekosistem yang sangat kompleks, terdiri

dari banyak mikrohabitat. Secara umum ikan karang berinteraksi baik

dengan lingkungannya. Tiap spesies menggambarkan habitat yang tepat

sesuai dengan kebutuhannya dan oleh beberapa faktor, termasuk makanan

dan perlindungan yang sesuai dan berbagai parameter fisika, seperti

kedalaman air, kejernihan air, arus dan gelombang. Jumlah spesies sangat

banyak ditemukan pada terumbu karang adalah gambaran dari banyaknya

mikrohabitat pada lingkungan ini.13

Hampir keseluruhan ikan yang hidup di terumbu karang

mempunyai ketergantungan yang tinggi, baik dalam hal perlindungan

12

Suseno Wangsit Wijaya & Iwan Erik Setyawan . “struktur komunitas ikan hias di

perairan Pulau Raya, Pulau Rusa, Pulau Rondo dan Taman Laut Rinoi dan Rubiah, Nanggroe

Aceh Darussalam” (jurnal, Balai Penelitian Perikanan Laut, 2013), hal. 179. 13

Zulfianti,” Distribusi Dan Keanekaragaman Jenis Ikan Karang (Famili

Pomacentridae) Untuk Rencana Referensi Daerah Perlindungan Laut (Dpl) Di Pulau

Bonetambung Makassar” (skripsi Universitas Hasanudin ,Makasar,2014) hal.45

Page 30: KEANEKARAGAMAN IKAN HIAS PADA BERBAGAI EKOSISTEM …

14

maupun makanan terhadap karang. Oleh karenanya jumlah individu,

jumlah spesies dan komposisi jenisnya dipengaruhi oleh kondisi

setempat. Telah banyak penelitian yang membuktikan adanya hubungan

korelasi positif antara kompleksitas topografi terumbu karang dengan

distribusi dan kelimpahan ikan-ikannya. Salah satu penelitian pada

terumbu karang mengemukakan bahwa ikan-ikan karang memiliki

asosiasi yang kuat dengan karang dan dapat digunakan sebagai indikator

kesehatan karang.14

Bagi ikan, terumbu karang adalah substrat yang keras dan antara

terumbu karang yang satu dengan terumbu karang yang lain kompleksitas

topologisnya berlainan. Terumbu menyediakan bentuk dan ukuran

ruangan (shelter) bagi ikan yang sangat beragam. Kebanyakan ikan aktif

pada siang hari (diurnal) dan yang lainnya aktif pada saat malam hari.

Dengan sendirinya seluruh ikan akan kembali ke naungannya dalam

kurun waktu tertentu dalam 24 jam selama istirahat dan faktor ini saja

sangat berpengaruh terhadap asosiasi yang erat antara ikan dan struktur

lingkungannya (terumbu karang).15

Terumbu karang juga merupakan lingkungan yang tidak

berkesinambungan (patchy). Pada skala ratusan kilometer, terumbu

tersebar di seluruh lautan tropis. Pada skala yang lebih kecil, terumbu

menyediakan zona habitat yang berbeda-beda baik fisik maupun ciri-ciri

lain. Pada zona-zona tersebut dalam skala meter terdapat bentuk-bentuk

14

Adrim, M. Keanekaragaman jenis ikan hias.. (Jakarta,Rhineka Cipta,1993) h.55 15

Ibid.,h.65

Page 31: KEANEKARAGAMAN IKAN HIAS PADA BERBAGAI EKOSISTEM …

15

fisik yang berbeda-beda karena perbedaan morfologi karang yang

berbeda spesies dan campuran/kombinasi antara koloni karang dengan

pecahan karang (rubble), pasir dan lapangan substrat batu kapur

(limestone).16

Tiga kategori kedalaman perairan yang diutamakan, dan ditolerir

oleh ikan karang yaitu daerah dangkal (0-4 meter), sedang (5-19 meter)

dan dalam (>200 meter). Jarak kedalaman dari zona ini bisa jadi sangat

bergantung pada tingkat perlindungan dan kondisi laut. Pada daerah

dangkal yang biasanya dipengaruhi oleh gelombang, daerah perlindungan

yang baik terdapat pada teluk atau laguna yaitu dengan cara turun ke

kedalaman yang lebih dalam. Sebaliknya pada daerah terluar struktur

karang yang terbuka oleh pengaruh gelombang di permukaan kadang-

kadang dirasakan di bawah kedalaman 10 meter. Daerah tengah

merupakan tempat dimana ikan dan karang hidup melimpah. Pada daerah

ini pengaruh gelombang laut minimal, meskipun arus kadang-kadang kuat

sementara sinar matahari optimal bagi pertumbuhan dan pembentukan

terumbu karang.17

Daerah kedalaman di atas 10 m di luar stasiun digambarkan

sebagai tempat dimana tingkat cahaya mulai berkurang, sebab itu sedikit

ditemukan karang dan ikan. Meskipun dalam jumlah spesies yang sangat

kurang, beberapa spesies tertentu akan datang ke daerah ini.

16

Zulfianti,” Distribusi Dan Keanekaragaman Jenis Ikan Karang (Famili

Pomacentridae) Untuk Rencana Referensi Daerah Perlindungan Laut (Dpl) Di Pulau

Bonetambung Makassar” (skripsi Universitas Hasanudin ,Makasar,2014) 17

M.Ghupran H.khordi K.Budidaya 22 Komoditas Laut(Yogyakarta:2011),h.81

Page 32: KEANEKARAGAMAN IKAN HIAS PADA BERBAGAI EKOSISTEM …

16

Keanekaragaman spesies ikan-ikan terumbu karang mirip karang.

Salah satu penyebab tingginya keanekaragaman spesies di terumbu

karang adalah karena variasi habitatnya. Terumbu karang tidak hanya

terdiri dari karang saja, tetapi daerah berpasir, berbagai teluk dan celah

daerah alga, dan juga perairan yang dangkal dan dalam serta zona-zona

yang berbeda dalam melintasi karang. Habitat yang beranekaragam ini

dapat menerangkan peningkatan jumlah ikan-ikan itu.18

Produktivitas yang tinggi dari ekosistem terumbu karang pada

dasarnya berasal dari air mengalir di atas terumbu karang, daur biologi

yang efisien dan penampungan zat hara yang tinggi sehingga ekosistem

ini merupakan ekosistem yang subur dan kaya akan makanan. Struktur

fisiknya yang rumit, bercabang-cabang dan mempunyai gua-gua sehingga

membuat ekosistem ini merupakan habitat yang menarik bagi jenis biota

laut. Oleh sebab itu penghuni terumbu karang sangat beranekaragam baik

yang berupa tumbuh-tumbuhan maupun hewan.

b. Ikan Hias

Ikan hias merupakan salah satu kelompok hewan yang berasosiasi

dengan terumbu karang, keberadaannya mencolok dan ditemukan pada

berbagai habitat di terumbu karang. Ikan hias hidup menetap serta

mencari makan di celah terumbu karang (sedentary), sehingga apabila

terumbu karang rusak atau hancur maka ikan hias juga akan kehilangan

habitatnya. Sebagai ikan yang hidupnya terkait dengan terumbu karang

18

Ibid.,h.82

Page 33: KEANEKARAGAMAN IKAN HIAS PADA BERBAGAI EKOSISTEM …

17

maka kerusakan terumbu karang dengan sendirinya berpengaruh terhadap

keanekaragaman dan kelimpahan ikan hias. Variasi habitat terumbu

karang, dalam hal ini variasi habitat tidak hanya terdiri dari habitat karang

saja, tetapi juga daerah berpasir, berbagai teluk dan celah, daerah algae

dan sponge serta masih banyak lagi.19

Ikan hias hidup, berkembang biak dan mencari makan di sekitar

karang. Ikan hias pada umumnya berukuran kecil dan relatif tidak

berpindah-pindah dan sebagian besar merupakan ikan hias dengan

panjang kurang dari 30 cm. Walaupun ikan hias pergerakannya beragam,

namun mereka lebih menetap dari pada vertebrata lain yang berukuran

sama. Hal tersebut disebabkan karena ikan-ikan hias hidup pada

lingkungan yang sangat terstruktur akibat bentuk arsitektur terumbu

karang yang kompleks20

. Umumnya ikan-ikan pada terumbu karang

memiliki warna yang indah sehingga mempunyai nilai yang tinggi

sebagai ikan hias, bertubuh kecil dengan panjang umumnya kurang dari 3

cm.21

c. Anatomi dan morfologi ikan

Ikan nerupakan salah satu jenis hewan vertebrata yang bersifat

poikilotermis, memiliki ciri khas pada tulang belakang, insang, dan

siripnya serta tergantung pada air sebagai medium untuk hidupnya. Ikan

19

Zulfianti,” Distribusi Dan Keanekaragaman Jenis Ikan Karang (Famili

Pomacentridae) Untuk Rencana Referensi Daerah Perlindungan Laut (Dpl) Di Pulau

Bonetambung Makassar” (skripsi Universitas Hasanudin ,Makasar,2014) 20

M.Hutomo., Pengantar studi ekologi komunitas ikan karang dan metode

pengkajiannya (Jakarta: 1993)h.89 21

. Ibid.,h.91

Page 34: KEANEKARAGAMAN IKAN HIAS PADA BERBAGAI EKOSISTEM …

18

memiliki kemampuan di dalam air bergerak menggunakan siripnya untuk

menjaga keseimbangan tubuhnya sehingga tidak tergantung pada arus

atau gerakan air yang disebabkan oleh arah angin. Ikan juga menggunakan

insang untuk mengambil oksigen dari air yang terdapat di sekitarnya. Pola

adaptasi ini sangat penting untuk mendapatkan makanan disamping itu

juga dapat menyelamatkan diri.22

Tubuh ikan terdiri atas caput, truncus, dan caudal. Batas yang nyata

antara caput dan truncus disebut tepi caudal operculum dan sebagai batas

antara truncus dan ekor disebut anus. Kulit ikan terdiri dari dermis dan

epidermis. Dermis terdiri dari jaringan pengikat dilapisi oleh epitelium.

Diantara srl-sel terdapat kelenjar uniselular yang mengeluarkan lendir

yang menyebabkan kulit ikan menjadi licin.23

Selain itu ikan juga memiliki ciri khas, terutama cara

perkembangan yang kebanyakan bertelur (ovivar), tetapi beberapa jenis

diantara ikan-ikan tersebut ada juga yang menghasilkan anak yang

menetas ketika masih berada dalam tubuh induknya (ovovipar), dan ada

juga yang mrlahirkan anak berupa individu-individu baru (vivipar) seperti

julung-julung (Hemirhampohodon pogonognathus) yang bersifat vivipar

yang kemudian akan bunting terus menerus dan melahirkan individu baru

setiap beberapa hari sekali.24

Ciri-ciri lain yang menonjol dari ikan-ikan yang hidup pada

terumbu karang adalah warna mereka. Khususnya pada tekanan

22

Nybakken, J.W. Biologi Laut Suatu Pendekatan Ekologis (Jakarta:1993) h.89 23

Radiopoetra. Zoologi. (Jakarta:1990) h.98 24

Effendi, M.I. Biologi Perikanan.1987. h.78

Page 35: KEANEKARAGAMAN IKAN HIAS PADA BERBAGAI EKOSISTEM …

19

pemangsaan yang besar, mereka mempunyai warna yang sangat terang,

warna yang terang merupakan suatu pemberitahuan bahwa spesies itu

mengandung racun atau zat lain yang tidak disukai, sehingga predator akan

menghindarinya. Penjelasan lain bahwa, warna digunakan untuk

pengenalan spesies, warna juga digunakan untuk penyamaran spesies

(kamuflase) baik dengan mengubah bentuk ikan atau membuatnya tampak

seperti sesuatu yang lain.25

2. Habitat Ikan Hias

1) Terumbu Karang

Terumbu karang (Coral reef ) merupakan masyarakat organisme

yang hidup didasar perairan dan berupa bentukan batuan kapur (CaCO3)

yang cukup kuat menahan gaya gelombang laut. Sedangkan organisme–

organisme yang dominan hidup disini adalah binatang-binatang karang

yang mempunyai kerangka kapur, dan algae yang banyak diantaranya

juga mengandung kapur. Berkaitan dengan terumbu karang diatas

dibedakan antara binatang karang atau karang (reef coral ) sebagai

individu organism atau komponen dari masyarakat dan terumbu karang

(coral reef ) sebagai suatu ekosistem.26

Terumbu karang (coral reef ) sebagai ekosistem dasar laut dengan

penghuni utama karang batu mempunyai arsitektur yang mengagumkan

dan dibentuk oleh ribuan hewan kecil yang disebut polip. Dalam bentuk

sederhananya, karang terdiri dari satu polip saja yang mempunyai bentuk

25

Nybakken, J.W. Biologi Laut Suatu Pendekatan Ekologis (Jakarta:1988) h.357 26

Supriharyono, M.S, Pengelolaan Ekosistem Terumbu Karang (Jakarta: Djambatan,2000),h.1

Page 36: KEANEKARAGAMAN IKAN HIAS PADA BERBAGAI EKOSISTEM …

20

tubuh seperti tabung dengan mulut yang terletak di bagian atas dan

dikelilingi oleh tentakel. Namun pada kebanyakan spesies, satu individu

polip karang akan berkembang menjadi banyak individu yang disebut

koloni Berdasarkan kepada kemampuan memproduksi kapur maka karang

dibedakan menjadi dua kelompok yaitu karang hermatipik dan karang

ahermatipik. Karang hermatifik adalah karang yang dapat membentuk

bangunan karang yang dikenal menghasilkan terumbu dan penyebarannya

hanya ditemukan didaerah tropis.

Karang hermatipik tidak menghasilkan terumbu dan ini

merupakan kelompok yang tersebar luas diseluruh dunia. Perbedaan

utama karang Hermatipik dan karang ahermatipik adalah adanya

simbiosis mutualisme antara karang hermatipik dengan zooxanthellae,

yaitu sejenis algae unisular (Dinoflagellata unisular), seperti

Gymnodinium microadriatum, yang terdapat di jaringan-jaringan polip

binatang karang dan melaksanakan fotosistesis. Hasil samping dari

aktivitas ini adalah endapan kalsium karbonat yang struktur dan bentuk

bangunannya khas. Ciri ini akhirnya digunakan untuk menentukan jenis

atau spesies binatang karang. Karang hermatipik mempunyai sifat yang

unik yaitu perpaduan antara sifat hewan dan tumbuhan sehingga arah

pertumbuhannya selalu bersifat fototeopik positif. Umumnya jenis karang

ini hidup di perairan pantai /laut yang cukup dangkal dimana penetrasi

cahaya matahari masih sampai ke dasar perairan tersebut . Disamping itu

Page 37: KEANEKARAGAMAN IKAN HIAS PADA BERBAGAI EKOSISTEM …

21

untuk hidup binatang karang membutuhkan suhu air asin yang optimim

berkisar antara 24-32 ͦ C.27

Terumbu karang merupakan endapan massif (deposit) padat

kalsium (CaCo3) yang dihasilkan oleh karang dengan sedikit tambahan

dari alga berkapur (Calcareous algae) dan organisme -organisme lain

yang mensekresikan kalsium karbonat (CaCO3). Dalam proses

pembentukan terumbu karang maka karang batu (Scleractina) merupakan

penyusun yang paling penting atau hewan karang pembangun terumbu

(reef building corals). Karang batu termasuk ke dalam Kelas Anthozoa

yaitu anggota Filum Coelenterata yang hanya mempunyai stadium polip.

Kelas Anthozoa tersebut terdiri dari dua Subkelas yaitu Hexacorallia

(atau Zoantharia) dan Octocorallia, yang keduanya dibedakan secara

asal-usul, morfologi dan fisiologi. Hewan karang sebagai pembangun

utama terumbu adalah organisme laut yang efisien karena mampu tumbuh

subur dalam lingkungan sedikit nutrien (oligotrofik).

Sebagian besar spesies karang melakukan simbiosis dengan alga

simbiotik yaitu zooxanthellae yang hidup di dalam jaringannya. Dalam

simbiosis, zooxanthellae menghasilkan oksigen dan senyawa organik

melalui fotosintesis yang akan dimanfaatkan oleh karang, sedangkan

karang menghasilkan komponen inorganik berupa nitrat, fosfat dan

karbon dioksida untuk keperluan hidup zooxanthellae. Adanya proses

fotosintesa oleh alga menyebabkan bertambahnya produksi kalsium

27

Nybakken, J. W., Biologi Laut, Suatu Pendekatan Ekologis. (Jakarta Gramedia, 1992)h.67

Page 38: KEANEKARAGAMAN IKAN HIAS PADA BERBAGAI EKOSISTEM …

22

karbonat dengan menghilangkan karbon dioksida dan merangsang reaksi

kimia sebagai berikut: Ca (HCO3) CaCO3 + H2CO3 H2O + CO2

Fotosintesis oleh algae yang bersimbiose membuat karang pembentuk

terumbu menghasilkan deposist cangkang yang terbuat dari kalsium

karbonat, kira-kira 10 kali lebih cepat daripada karang yang tidak

membentuk terumbu (ahermatipik) dan tidak bersimbiosis dengan

zooxanthellae.

Ekosistem terumbu karang adalah unik karena umumnya hanya

terdapat di perairan tropis, sangat sensitive terhadap perubahan

lingkungan hidupnya terutama suhu, salinitas, sedimentasi, eutrofikasi

dan memerlukan kualitas perairan alami (pristine). Demikian halnya

dengan perubahan suhu lingkungan akibat pemanasan global yang

melanda perairan tropis di tahun 1998 telah menyebabkan pemutihan

karang (coral bleaching) yang diikuti dengan kematian massal mencapai

90-95%.

Selama peristiwa pemutihan tersebut, rata-rata suhu permukaan

air di perairan Indonesia adalah 2-3°C diatas suhu normal. Selain dari

perubahan suhu, maka perubahan pada salinitas juga akan mempengaruhi

terumbu karang. Curah hujan yang tinggi dan aliran material permukaan

dari daratan (mainland run off) dapat membunuh terumbu karang melalui

peningkatan sedimen dan terjadinya penurunan salinitas air laut. Efek

selanjutnya adalah kelebihan zat hara (nutrientoverload) berkontribusi

Page 39: KEANEKARAGAMAN IKAN HIAS PADA BERBAGAI EKOSISTEM …

23

terhadap degradasi terumbu karang melalui peningkatan pertumbuhan

makroalga yang melimpah (overgrowth) terhadap karang.

Meskipun beberapa karang dapat dijumpai dari lautan subtropis

tetapi spesies yang membentuk karang hanya terdapat di daerah tropis.

Kehidupan karang di lautan dibatasi oleh kedalaman yang biasanya

kurang dari 25 m dan oleh area yang mempunyai suhu rata-rata minimum

dalam setahun sebesar 10°C. Pertumbuhan maksimum terumbu karang

terjadi pada kedalaman kurang dari 10 m dan suhu sekitar 25°C sampai

29 °C. Karena sifat hidup inilah maka terumbu karang banyak dijumpai di

Indonesia.28

Pengelompokkan terumbu karang menjadi tiga tipe umum yaitu :

a. Terumbu karang tepi (Fringing reef/shore reef )

b. Terumbu karang penghalang (Barrier reef)

c. Terumbu karang cincin (atoll)29

Diantara tiga struktur tersebut,terumbu karang yang paling umum

dijumpai di pe rairan Indonesia adalah terumbu karang tepi. Ketiga tipe

terumbu karang sebagai berikut :

a. Terumbu karang tepi (fringing reef) ini berkembang di sepanjang

pantai dan mencapai kedalaman tidak lebih dari 40 m. Terumbu karang

ini tumbuh keatas atau kearah laut. Pertumbuhan terbaik biasanya

terdapat dibagian yang cukup arus. Sedangkan diantara pantai dan tepi

luar terumbu, karang batu cenderung mempunyai pertumbuhaan yang

28

M.Ghupran H. K ordi K, Ekosistem Terumbu Karang (Jakarta: Rhineka Cipta,2010),h.80 29

Ibid.,h.76

Page 40: KEANEKARAGAMAN IKAN HIAS PADA BERBAGAI EKOSISTEM …

24

kurang baik bahkan banyak mati karena sering mengalami kekeringan

dan banyak endapan yang datang dari darat.

b. Terumbu karang tipe penghalang (Barrief reef ) terletak di berbagai

jarak kejauhan dari pantai dan dipisahkan dari pantai tersebut oleh

dasar laut yang terlalu dalam untuk pertumbuhan karang batu (40-70

m). Umumnya memanjang menyusuri pantai dan biasanya berputar-

putar seakan – akan merupakan penghalang bagi pendatang yang

datang dari luar. Contohnya adalah The Greaat Barier reef yang

berderet disebelah timur laut Australia dengan panjang 1.350 mil.

c. Terumbu karang cincin (atol) yang melingkari suatu goba (laggon).30

Kedalaman goba didalam atol sekitar 45m jarang sampai 100m

seperti terumbu karang penghalang. Contohnya adalah atol di Pulau Taka

Bone Rate di Sulawesi Selatan. Fungsi ekosistem terumbu karang yang

mengacu kepada habitat, biologis atau proses ekosistem sebagai

penyumbang barang maupun jasa. Untuk barang merupakan yang terkait

dengan sumberdaya pulih seperti bahan makanan yaitu ikan, rumput laut

dan tambang seperti pasir, karang. Sedangkan untuk jasa dari ekosistem

terumbu karang dibedakan :

a. Jasa struktur fisik sebagai pelindung pantai.

b. Jasa biologi sebagai habitat dan dan suport mata rantai kehidupan.

c. Jasa biokimia sebagai fiksasi nitrogen.

d. Jasa informasi sebagai pencatatan iklim.

30

Puspitaningsih, Mengenal Ekosistem Laut & Pesisir (Jawa Barat Indonesia : Pustaka

Sains, 2012), h.25

Page 41: KEANEKARAGAMAN IKAN HIAS PADA BERBAGAI EKOSISTEM …

25

e. Jasa sosial dan budaya sebagai nilai keindahan, rekrasi dan permainan

Terumbu karang menyediakan berbagai manfaat langsung maupun

tidak langsung. Ekosistem terumbu karang banyak meyumbangkan

berbagai biota laut seperti ikan karang, mollusca, crustacean bagi

masyarakat yang hidup dikawasan pesisir. Selain itu bersama dengan

ekosistem pesisir lainnya menyediakan makanan dan merupakan tempat

berpijah bagi berbagai jenis biota laut yang mempunyai nilai ekonomis

tinggi. Perairan yang terdapat ekosistem terumbu karang pada kedalaman

30 m setiap kilometer perseginya terkandung ikan sebanyak 15 ton.

Tingginya produktivitas primer di perairan terumbu karang,

memungkinkan ekosistem ini dijadikan tempat pemijahan, pengasuhan,

dan mencari makan bagi banyak biota laut.31

2) Lamun

a. Deskripsi Lamun

Lamun (seagrass) adalah tumbuhan berbunga (angiospermae) yang

dapat tumbuh dengan baik pada lingkungan laut dangkal (Wood et al.

1969). Semua lamun adalah tumbuhan berbiji satu (monokotil) yang

mempunyai akar, rimpang (rhizoma), daun, bunga dan buah seperti halnya

dengan tumbuhan berpembuluh yang tumbuh di darat32

. Beberapa ahli juga

mendefinisikanlamun (seagrass) sebagai tumbuhan air berbunga yang

hidup di dalam air laut, berpembuluh, berdaun, berimpang, berakar, serta

berkembang.

31

Otto Soemarwanto, Kehidupan Terumbu Karang (Bandung: Remaja Rosdaka, 2003),h.3

Page 42: KEANEKARAGAMAN IKAN HIAS PADA BERBAGAI EKOSISTEM …

26

b. Fungsi Lamun

Pada dasarnya ekosistem lamun memiliki fungsi yang hampir

samadengan ekosistem lain di perairan seperti ekosistem terumbu karang

ataupun ekosistem mangrove, seperti sebagai habitat bagi beberapa

organisme laut, juga tempat perlindungan dan persembunyian dari

pemangsa. Menurut Azkab (1988), ekosistem lamun merupakan salah satu

ekosistem di laut dangkal yang paling produktif. Di samping itu ekosistem

lamun mempunyai peranan penting dalam menunjang kehidupan dan

perkembangan jasad hidup di laut dangkal. Menurut hasil penelitian

diketahui bahwa peranan lamun di lingkungan perairan laut dangkal

sebagai berikut:

1. Sebagai Produsen Primer

Lamun mempunyai tingkat produktifitas primer tertinggi bila

dibandingkan dengan ekosistem lainnya yang ada di laut dangkal

seperti ekosistem terumbu karang (Thayer et al, 1975).

2. Sebagai Habitat Biota

Lamun memberikan tempat perlindungan dan tempat menempel

berbagai hewan dan tumbuh-tumbuhan laut (alga). Disamping itu,

padang lamun (seagrass beds) dapat juga berfungsi sebagai daerah

asuhan, padang pengembalaan dan makanan dari berbagai jenis ikan

herbivora dan ikan ikankarang (coral fishes).

Page 43: KEANEKARAGAMAN IKAN HIAS PADA BERBAGAI EKOSISTEM …

27

3. Sebagai Penangkap Sedimen

Daun lamun yang lebat akan memperlambat air yang disebabkan oleh

arus dan ombak, sehingga perairan di sekitarnya menjadi tenang.

Disamping itu, rimpang dan akar lamun dapat menahan serta mengikat

sedimen, sehingga dapat menguatkan dan menstabilkan dasar

permukaaan. Jadi padang lamun dapat berfungsi sebagai penangkap

sedimen dan juga dapat mencegah erosi.

4. Sebagai Pendaur Zat Hara

Lamun memegang peranan penting dalam pendauran berbagai zat hara

dan elemen-elemen yang langka di lingkungan laut. Khususnya zat-zat

hara yang dibutuhkan oleh alga epifit.

c. Pertumbuhan Lamun

Pertumbuhan bisa diartikan dari perubahan bentuk seperti

pertambahan panjang dan perubahan ukuran pada morfologi suatu

tumbuhan. Pertumbuhan lamun dapat dilihat dari pertambahan panjang

bagian-bagian tertentu seperti daun dan rhizomanya. Namun pertumbuhan

rhizoma lebih sulit diukur pada jenis-jenis tertentu karena umumnya

berada dibawah substrat, penelitian pertumbuhan daun lamun berada di

atas substrat, sehingga lebih mudah diamati. Pertumbuhan daun lamun

berbeda-beda antara lokasi yang satu dengan yang lainnya, hal ini

dikarenakan kecepatan atau laju pertumbuhan dipengaruhi oleh faktor-

faktor internal seperti fisiologi, metabolisme dan faktor-faktor eksternal

Page 44: KEANEKARAGAMAN IKAN HIAS PADA BERBAGAI EKOSISTEM …

28

seperti zat-zat hara, tingkat kesuburan substrat dan parameter lingkungan

lainnya.

Ekosistem padang lamun adalah ekosistem yang menjadi

pendukung utama di wilayah pesisir terutama di daerah tropis. Tingginya

produksi primer dan struktur habitat yang kompleks pada ekosistem ini

mendukung kehidupan berbagai biota bentik atau pelagis yang berada di

ekosisitem maupun di sekitarnya. Berbagai sumberdaya alam dan berbagai

biota-biota hidup di sana yang berada di sekitar daerah lamun menjadi

aspek yang sangat besar bila bisa di manfaatkan dan menjadi ajang

penelitian dan observasi. Hasil yang di dapatkan bisa menjadi acuan pada

berbagai jenis ikan, baik itu ikan hias maupun ikan-ikan yang bernilai

ekonomis yang tertarik untuk tinggal, mencari makan dan menghindari

berbagai predator.

Secara ekologis, perairan di wilayah ekosistem padang lamun

memiliki berbagai fungsi yang penting pada perairan pantai. Dikarenakan

daerah ekosistem merupakan daerah yang produkif baik di daerah pesisir

maupun daerah dangkal yang masih mampu di jangkau oleh cahaya

matahari. Fungsi dari lamun tersebut diantaranya berupa sebagai penyedia

bagi tempat berlindung berbagai jenis biota laut yang hidup di dalam.

Lamun merupakan daerah yang menarik, terutama pada musim-musim

tertentu, ikan-ikan memijah dan daerah asuhan sementara, hal ini dapat

pula di katakan bahwa daerah lamun menjadi siklus hidup baginya.

Apabila lamun mengalami kerusakan bisa berakibat fatal bagi berbagai

Page 45: KEANEKARAGAMAN IKAN HIAS PADA BERBAGAI EKOSISTEM …

29

jenis biota-biota tersebut dan bisa menurunya kualitas dan produksi yang

dihasilkan oleh biota. Faktor penyusun dari lamun yang terdiri dari tipe

substrat berpasir yang bertekstur halus, sedikit lumpur dan memiliki

campuaran karang yang telah mati dan didukung oleh penetrasi cahaya

matahari yang bisa digunakan sesuai kebutuhan untuk proses fotosintesis

secara baik.

Rusaknya ekosisitem padang lamun banyak disebabkan oleh man

usia, dari berbagai penelitian diperkirakan bahwa hutan mangrove dan

padang lamun mengalami kerusakan berkisar antara 30-60%. Meskipun

memiliki faktor yang sangat penting, namun belum memiliki prioritas

yang utama dalam pengelolaannya di wilayah pesisir bila dibandingkan

terhadap pengelolaan yang dilakukan terhadap terumbu karang maupun

mangrove. Siklus hidup lamun yang saling berdampingan dengan terumbu

karang maupun mangrove sehingga mampu menimbulkan hubungan

timbal balik bagi ketiganya.

3) Mangrove

Mangrove merupakan karakteristik dari bentuk tanaman pantai,

estuari atau muara sungai, dan delta di tempat yang terlindung daerah

tropis dan sub tropis. Dengan demikian maka mangrove merupakan

ekosistem yang terdapat di antara daratan dan lautan dan pada kondisi

yang sesuai mangrove akan membentuk hutan yang ekstensif dan

produktif karena hidupnya di dekat pantai, mangrove sering juga

dinamakan hutan pantai, hutan pasang surut, hutan payau, atau hutan

Page 46: KEANEKARAGAMAN IKAN HIAS PADA BERBAGAI EKOSISTEM …

30

bakau. Istilah bakau itu sendiri dalam bahasa Indonesia merupakan nama

dari salah satu spesies penyusun hutan mangrove yaitu Rhizophora sp.

Sehingga dalam percaturan bidang keilmuan untuk tidak membuat bias

antara bakau dan mangrove maka hutan mangrove sudah ditetapkan

merupakan istilah baku untuk menyebutkan hutan yang memiliki

karakteristik hidup di daerah pantai.

Faktor-faktor Lingkungan mempengaruhi pertumbuhan mangrove

di suatu lokasi adalah :

a. Fisiografi pantai (topografi)

b. Pasang (lama, durasi, rentang)

c. Gelombang dan arus

d. Iklim (cahaya,curah hujan, suhu, angin)

e. Salinitas

f. Oksigen terlarut

g. Tanah dan hara

3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keanekaragaman Ikan Hias

a. Kecerahan

Adanya sedimen dalam air akan mengurangi penetrasi cahaya

masuk ke dalam air sehingga mengurangi kecepatan fotosintesis pada

ekosistem perairan. Beberapa hewan akuatik yang akan menyebabkan

kekeruhan air dan sebaliknya dapat juga menjernihkan air. Dengan

Page 47: KEANEKARAGAMAN IKAN HIAS PADA BERBAGAI EKOSISTEM …

31

demikian kekeruhan membatasi pertumbuhan organisme yang

menyesuaikan diri pada air yang tidak tercemar.33

Banyak bioma akuatik memperlihatkan stratifikasi vertikal yang

jelas pada beberapa variabel fisika dan kimiawi. Cahaya diserap oleh air

itu sendiri dan oleh mikroorganisme yang ada di dalamnya, sedemikian

rupa sehingga intensitasnya menurun secara cepat dengan bertambahnya

cahaya merupakan unsur yang sangat penting dalam kehidupan ikan dan

berperan secara langsung maupun tidak langsung. Cahaya dibutuhkan

ikan untuk mengejar mangsa, menghindarkan diri dari predator dan dalam

perjalanan menuju suatu tempat. Hanya beberapa spesies ikan yang

beradaptasi untuk hidup di tempat yang gelap. Secara tidak langsung

peranan cahaya matahari bagi kehidupan ikan adalah melalui rantai

makanan. Selain penting dalam membantu penglihatan, cahaya juga

penting dalam metabolisme ikan dan pematangan gonad. Ikan yang

mendiami daerah air yang dalam pada siang hari akan bergerak menuju

ke daerah yang lebih dangkal untuk mencari makanan dengan adanya

rangsangan cahaya.

Bagi organisme air, intensitas cahaya berfungsi sebagai alat

orientasi yang akan mendukung kehidupan organisme tersebut dalam

habitatnya. Faktor cahaya matahari yang masuk ke dalam air akan

mempengaruhi sifat-sifat optis dari air. Sebagian cahaya matahari tersebut

akan diserap dan sebagian lagi akan dipantulkan ke luar dari permukaan

33

Michael, P. Metode Ekologi Untuk Penyelidikan Lapangan dan Laboratorium (Jakarta:

Universitas Indonesia Press ,1995)

Page 48: KEANEKARAGAMAN IKAN HIAS PADA BERBAGAI EKOSISTEM …

32

air. Dengan bertambahnya kedalaman lapisan air intensitas cahaya

tersebut akan mengalami perubahan yang signifikan baik secara kualitatif

maupun kuantitatif. 34

b. Suhu

Suhu merupakan salah satu sifat fisik yang dapat mempengaruhi

metabolisme dan pertumbuhan badan ikan. Penyebaran suhu dalam

perairan dapat terjadi karena adanya penyerapan dan angin sedangkan

yang mempengaruhi tinggi rendahnya suhu adalah musim, cuaca, waktu

pengukuran, kedalaman air dan lain sebagainya. Semua jenis ikan

mempunyai toleransi yang rendah terhadap perubahan suhu apalagi yang

drastis. Kisaran suhu yang baik untuk ikan adalah antara 25 - 32°C.

Kisaran suhu ini umumnya ditemukan di daerah beriklim tropis seperti

Indonesia.

c. Salinitas

Salinitas merupakan salah satu parameter yang berperan dalam

lingkungan ekologi laut yaitu dalam hal distribusi biota laut akuatik.

Organisme laut termasuk ikan karang mempunyai kemampuan yang

berbeda-beda untuk menyesuaikan diri terhadap kisaran salinitas.

Beberapa jenis organisme ada yang tahan terhadap perubahan salinitas

yang besar adapula yang tahan terhadap perubahan salinitas yang kecil.

34

Barus, T. A. Pengantar Limnologi Studi tentang Ekosistem Air Daratan (Medan: USU

Press, 2004)

Page 49: KEANEKARAGAMAN IKAN HIAS PADA BERBAGAI EKOSISTEM …

33

d. Arus

Arus merupakan gerakan massa air permukaan yang ditimbulkan

terutama karena pengaruh angin. Kecepatan arus ini masih tergolong

rendah karena perairan ini masih tergolong dalam perairan terbuka. Arus

berfungsi sebagai pensuplai oksigen dari laut bebas dan makanan berupa

plankton. Arus juga dapat membantu penyebaran larva-larva ikan. Hal ini

sesuai dengan pernyataan Koesobiono (1981) yang mengatakan bahwa

arus menyebarkan telur dan larva berbagai hewan akuatik sehingga dapat

mengurangi persaingan makanan dengan induk mereka.

G. Kerangka Teoritik

Ekosistem pesisir merupakan wilayah peralihan antara daratan dan

lautan, yang wilayah daratannya adalah meliputi daerah yang tergenang

air, maupun daerah yang masih dipengaruhi oleh proses alam yang ada di

laut, seperti pasang-surut, angin laut, dan intrusi. Adapun wilayah lautnya

adalah daerah yang masih dipengaruhi oleh proses-proses yang ada di

daratan, seperti sedimentasi, daerah mengalirnya air sungai, serta daerah

laut yang masih dipengaruhi oleh aktivitas manusia dari daratan. Hutan

mangrove, terumbu karang dan seagrass merupakan suatu ekosistem

pesisir yang unik dengan fungsi yang sangat khas di lingkungan kawasan

pesisir yang dapat juga dijumpai di daerah subtropis dan tropis.

Tiga ekosistem pesisir yakni terumbu karang, padang lamun dan

hutan mangrove merupakan ekosistem utama daerah tropis yang memiliki

peranan yang sangat penting pada suatu perairan, sebagai tempat hidup

Page 50: KEANEKARAGAMAN IKAN HIAS PADA BERBAGAI EKOSISTEM …

34

berbagai jenis biota laut. Ketiga ekosistem tersebut dijadikan sebagai

habitat bagi ikan hias atau yang biasa disebut dengan ikan karang. Tiga

ekosistem ini dapat kita temukan disebuah pulau kecil yang terletak di

ujung timur pulau Lombok tepatnya di kecamatan Sambelia kabupaten

Lombok Timur. Di wisata bahari ini dapat dijumpai beberapa pulau kecil

yang berdekatan, namun yang paling tersohor yaitu Gili Kondo.

Gili kondo mempunyai daratan yang paling luas dibandingkan

dengan ketiga gili lainnya, meskipun gili petagan merupakan gili yang

terluas namun dipenuhi dengan hutan mangrove dengan sedikit daratan.

gili kondo lebih sering dikunjungi oleh wisatawan lokal maupun

mancanegara karena tidak hanya dengan lokasinya yang nyaman dan

cocok sebagai tempat istirahat tetapi disinilah lokasi snorkling.

Ikan hias laut adalah kelompok ikan laut yang digemari karena

morfologinya unik, warnanya menarik dan cocok dipelihara di aquarium.

Kebanyakan ikan hias berhabitat sangat khas yaitu terumbu karang dan

sebagian yang lain berhabitat padang lamun, mangrove dan hamparan

lumpur. Terumbu karang mendukung keanekaragaman ikan yang tinggi

karena terumbu karang merupakan ekosistem yang kompleks, terdiri atas

banyak mikrohabitat dan menyediakan fasilitas untuk tumbuh dan

berkembangnya berbagai spesies ikan. Salah satu hasil adaptasi terhadap

lingkungan yang heterogen ini adalah beranekanya morfologi dan warna

tubuh ikan. Penurunan luas tutupan terumbu karang pada saat yang sama

diikuti menurunnya keanekaragaman ikan baik di dalam wilayah suaka

Page 51: KEANEKARAGAMAN IKAN HIAS PADA BERBAGAI EKOSISTEM …

35

laut dan di wilayah yang terbuka untuk penangkapan dan makin besar

ketergantungan spesies ikan pada terumbu karang untuk rekruitmen

anakannya akan semakin besar penurunan populasinya.

Perairan Gili Kondo memiliki terumbu karang dan merupakan

salah satu daerah yang masih baru digunakan oleh masyarakat sebagai

daerah tujuan wisata pantai. Mengingat pentingnya ekosistem terumbu

karang yang tersebar di kawasan ini dan keanekaragaman organisme yang

ada, maka diperlukan adanya perlindungan oleh berbagai pihak terkait

untuk mempertahankan keseimbangan ekosistemnya. Hal ini dimaksudkan

agar terjaga keles-tariannya dan terhindar dari kerusakan yang disebabkan

oleh manusia.

Ikan hias, ekosistem, terumbu karang, gili kondo mempunyai arti

atau makna yang berbeda antara lain:

1. Ikan Hias

Ikan hias adalah jenis ikan baik yang berhabitat di air tawar

maupun di laut yang dipelihara bukan untuk konsumsi melainkan

untuk memperindah taman/ruang tamu. Ikan hias merupakan salah satu

sumberdaya ekosistem terumbu karang. Dalam hal penampilan, ikan-

ikan hias air laut memang lebih menarik daripada ikan hias air tawar.

Perhatikan saja warna dan polanya. Ada yang merah terang, jingga,

biru, ungu, kuning bahkan beraneka warna dalam satu tubuh ikan.

Bentuknya pun beraneka macam, ada yang bermoncong panjang,

berbibir penuh atau bersirip rumb ai. Untuk ukuran, ikan paling

Page 52: KEANEKARAGAMAN IKAN HIAS PADA BERBAGAI EKOSISTEM …

36

kecil hanya sepanjang satu ruas jari orang dewasa, sedangkan yang

besar mencapai ukuran satu telapak tangan orang dewasa.

2. Ekosistem

Ekosistem adalah suatu sistem ekologi yang terbentuk oleh

hubungan timbal balik antara tamu dengan lingkungan. Ekosistem

dapat dianggap sebagai suatu tatanan kesatuan secara utuh dan

menyeluruh antara semua elemen lingkungan yang mempengaruhi satu

sama lain. Dalam ekosistem, organism berkembang di masyarakat

bersama-sama dengan lingkungan fisik sebagai suatu system.

Organism juga mempengaruhi lingkungan fisik untuk hidup.

Kelimpahan dan distribusi spesies dalam ekosistem ditentukan oleh

ketersediaan sumber daya serta kimia dan kondisi fisik dari factor-

faktor yang harus berada dalam kisaran yang dapat ditoleransi oleh

spesies yang mendiami ekosistem tersebut.

3. Gili Kondo

Gili kondo adalah sebuah gugusan kepulauan kecil di sebelah timur

Pulau Lombok yang kemudian disebut sebagai Gili Kondo. Gili Kondo

sendiri terletak persis di tengah-tengah Selat Alas yang menghubungkan

Pulau Lombok dan Pulau Sumbawa. Gili Kondo sendiri merupakan sebuah

pulau yang tak berpenghuni, sebagian besar terdiri dari hamparan pasir

putih yang lembut dikelilingi air laut yang bening dan kebiruan.

Page 53: KEANEKARAGAMAN IKAN HIAS PADA BERBAGAI EKOSISTEM …

37

H. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif, Penelitian

deskriptif adalah membuat pemberiaan (penyandraan) secara sistematis,

faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi tertentu.

Deskriptif memiliki sifat menggambarkan atau menguraikan sesuatu

menurut hal apa adanya.

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa penelitian

kualitatif deskriptif adalah penelitian yang mengambarkan atau

menguraikan suatu fenomena yang terjadi pada suatu tempat atau daerah

untuk mengetahui hal-hal yang berhubungan dengan objek yang diteliti.35

Penelitian ini juga disebut penelitian lapangan, karena penelitian ini

dilaksanakan secara langsung yang akan dilaksanakan di perairan Gili

Kondo.

2. Waktu dan Tempat Penelitian

a. Waktu Penelitian

Waktu penelitian ini dilakukan pada hari Selasa 25 Oktober 2016

pukul 09.00-17.00 Wita

b. Tempat Penelitian

Pengambilan sampel dilakukan di perairan Gili Kondo Desa Padak

Guar kecamatan Sambelia Kabupaten Lombok Timur.

35

Sugiyono, metodeloli kuantitatif dan kualitatif,(Bandung: Alfabeta 2014), hal 7

Page 54: KEANEKARAGAMAN IKAN HIAS PADA BERBAGAI EKOSISTEM …

38

4. Rancangan Penelitian

Adapun teknik yang digunakan dalam pengambilan data atau

sampel yaitu dengan teknik area sampling (pengambilan sampel pada

wilayah atau daerah). Teknik area sampling merupakan teknik

pengambilan sampel dengan mempertimbangkan wakil-wakil dari daerah

geografis yang ada.36

Pada penelitian ini, daerah pengambilan sampel

dibagi menjadi tiga stasiun yaitu tumbuh pada ekosistem terumbu karang

(I), ekosistem lamun (II) dan ekosistem mangrove (III).

Pengambilan data dilakukan dengan cara menyelam sampai

kedalaman maksimum 3 m dibantu dengan peralatan snorkeling.

Pengumpulan data fisika oseanografi meliputi salinitas, suhu, dan PH.

Pemasangan garis transek dilakukan pada masing-masing titik pengamatan

(stasiun) ditarik transek (roll meter) sepanjang 50 meter dengan

kedalaman maksimum 3 meter di atas terumbu karang, lamun dan

sekitaran mangrove. Proses pengamatan dilakukan 3 kali ulangan transek

pada setiap stasiun, visual lebar transek 2,5 ke kanan dan ke kiri. Jarak

antara setiap ulangan transek dengan transek ulangan yang lain sepanjang

10-15 meter. Selanjutnya, pengamatan dilakukan 15 – 20 menit setelah

garis transek terpasang untuk memberikan kesempatan ikan hias kembali

ke keadaan semula. Ikan yang berada di dalam daerah yang diamati

dihitung jumlahnya. Data hasil pengamatan secara visual ditulis pada

lembar kertas sensus yang telah disediakan sebelumnya.

36

Melati Febrianita Fachrul, Metode Sampling Biokologi (Jakarta: Bumi Aksara, 2007)h.13

Page 55: KEANEKARAGAMAN IKAN HIAS PADA BERBAGAI EKOSISTEM …

39

Gambar 1.1 Gambaran lokasi pengambilan sampel di Gili Kondo, Kecamatan

Sambelia Kabupaten Lombok Timur.

Keterangan :

: Gili Kondo

: Stasiun I (Terumbu Karang)

: Stasiun II (Lamun)

: Stasiun III (Mangrove)

: Transect Line

5. Alat Penelitian

Adapun alat yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut:

a. Perlengkapan snorkeling (masker) untuk proses pengamatan langsung.

b. kamera under water digunakan untuk dokumentasi kegiatan penelitian.

c. Meteran (roll meter) digunakan untuk mengukur areal stasiun dan plot

di kawasan perairan.

d. Tali rapia digunakan untuk membuat simpul atau garis tiap plot.

e. Alat tulis dan tabel data untuk menulis semua data yang diperoleh.

f. Alat untuk mengukur kualitas air ( pH, suhu, salinitas, kekeruhan)

Ekosistem Lamun U

20 m

D

A

R

A 100 m

T Ekositem Terumbu Karang

A

N 50 m

Ekosistem Mangrove

100 m

50 m

Page 56: KEANEKARAGAMAN IKAN HIAS PADA BERBAGAI EKOSISTEM …

40

6. Pelaksanaan Penelitian

Tabel 1.1 Tahap persiapan

No Tahap pertama

1 Menentukan lokasi pengambilan sampel di Gili Kondo dengan

metode purposive random sampling.

2 Membentuk stasiun sesuai dengan wilayah penelitian yang sudah

ditentukan (terumbu karang, lamun dan mangrove) masing-masing

stasiun terdapat 3 transek pengamatan.

3 Menentukan transek-transek yang dijadikan sampel.

4 Melakukan pengukuran terhadap kualitas air pada lokasi

pengambilan sampel.

5 Mengidentifikasi setiap wilayah pada masing-masing stasiun

tempat pengambilan sampel.

Tabel 1.2 Tahap pelaksanaan

No Tahap pelaksanaan

1 Data ikan hias didapat dengan menyelam pada kedalan 3-4 meter

menggunakan peralatan snorkeling.

2 Pengambilan sampel dilakukan dengan metode pengamatan visual

sensus dan foto.

3 Menggambarkan langsung ciri-ciri khusus ikan yang sudah

diamati.

4 Mengambil gambar menggunakan kamera under water sepanjang

garis transek sebanyak 20 X foto per-transek.

5 Mengidentifikasi jenis-jenis ikan hias yang didapatkan dari hasil

pengamatan menggunakan petunjuk buku yang relevan.

7. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis

dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan

data.

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian

ini adalah sebagai berikut:

Page 57: KEANEKARAGAMAN IKAN HIAS PADA BERBAGAI EKOSISTEM …

41

a. Observasi

Observasi merupakan teknik pengumpulan data yang

menggunakan pengamatan terhadap objek penelitian. Observasi dapat

dilaksanakan secara langsung maupun tidak langsung. Observasi ialah

pengamatan dan pencatatan yang sistematis terhadap gejala-gejala

yang diteliti. Observasi merupakan proses yang kompleks, yang

tersusun dari proses biologis dan psikologis. Dari pengertian tersebut

kita dapat menyimpulkan bahwa observasi adalah suatu proses

pengamatan dan pencatatan yang sistematis terhadap objek penelitian.

Dalam melakukan observasi atau pengamatan secara langsung di

lapangan, peneliti menggunakan beberapa tehnik yaitu transek atau

stasiun, klasifikasi atau identifikasi terhadap data yang diperoleh.

Observasi ini bertujuan untuk mengamati langsung keadaan

tiap stasiun yang terdapat ikan hias dan menulis semua jenis dan

jumlah ikan hias yang didapatkan pada saat mengamati jenis sampel

ikan hias yang diamati langsung pada beberapa ekosistem yaitu,

ekosistem terumbu karang, ekosistem lamun dan ekosistem mangrove

di perairan Gili Kondo, kecamatan Sambelia kabupaten Lombok

Timur.

b. Wawancara

Wawancara merupakan alat rechecking atau pembuktian

terhadap informasi atau keterangan yang diperoleh sebelumnya.

Teknik wawancara yang digunakan dalam penelitian kualitatif adalah

Page 58: KEANEKARAGAMAN IKAN HIAS PADA BERBAGAI EKOSISTEM …

42

wawancara mendalam. Wawancara mendalam (in-depth interview)

adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan

cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan

informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa

menggunakan pedoman (guide) wawancara, diimana pewawancara dan

informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relatife lama..

Dengan teknik ini, kita dapat mekakukan wawancara kepada 2

atau 3 orang warga sekitar yang sudah lama mendiami lokasi

penelitian. Kita dapat bertanya bagaimana kondisi perairan tersebut

dan bagaimana tingkat keanekaragaman ikan hias di perairan tersebut.

Kita juga dapat bertanya dimana spot snorkeling yg paling baik agar

mendapatkan hasil yang maksimal pada saat proses pengambilan data.

Peneliti juga dapat bertanya tentang bagaimana keanekaragaman ikan

hias tiap tahunnya, apakah mengalami penurunan atau mengalami

peningkatan.

c. Dokumentasi

Dokumentasi adalah suatu cara pengumpulan data dengan cara

membaca teks, pengumpulan data dengan cara menghimpun dan

menganalisis dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis, gambar

maupun elektronik. Jadi metode dokumentasi adalah pengambilan data

dengan mencatat data yang sudah ada atau mengambil data yang sudah

terkumpul. Teknik dokumentasi ini digunakan untuk melengkapi data-

data penelitian, sehingga datanya menjadi valid. Adapun penggunaan

Page 59: KEANEKARAGAMAN IKAN HIAS PADA BERBAGAI EKOSISTEM …

43

teknik dokumentasi dalam penelitian ini yaitu dengan mengambil

gambar (foto) pada setiap jenis ikan hias yang didapatkan.

8. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data merupakan satu cara yang dapat dipergunakan

untuk pengolahan data yang telah terhimpun dari berbagai kegiatan

penelitian sehingga memperoleh hasil seperti yang diharapkan. Untuk

menghitung keanekaragaman jenis ikan hias di perairan Gili Kondo

dapat dilakukan dengan menggunakan rumus indeks keanekaragaman

(Indeks of Diversity) Shannon Winner berikut:

H’= -∑PiLnPi atau H’ = 𝑛𝑖

𝑁 ln

𝑛𝑖

𝑁

Dengan:

H’ : Indeks diversitas (keanekaragaman) Shannon-Wiener

Pi : Kelimpahan jenis ke-I (ni/N)

Ni : Jumlah individu jenis ke-i

N : Jumlah total individu semua jenis dalam komunitas

Kriteria:

0<H’<2,302 : Menunjukkan bahwa keanekaragaman spesies pada suatu

stasiun adalah melimpah

2,302≤ H’≤6,907 : Menunjukkan bahwa keanekaragaman speseis pada suatu

stasiun adalah sedang melimpah

H’>6,907 : Menunjukkan bahwa keanekaragaman spesies pada suatu

stasiun adalah sedikit/rendah.37

37

Melati febrianita fachrul, Metode Sampling. h.51

Page 60: KEANEKARAGAMAN IKAN HIAS PADA BERBAGAI EKOSISTEM …

44

9. Tabel Hasil Pengamatan

Tabel 1.3 Jumlah spesies ikan hias yang ditemukan pada stasiun I (Terumbu

Karang)

Spesies

Jumlah (∑) Spesies pada Stasiun I

Total

Transek I

Transek II

Transek III

Tabel 1.4 Jumlah spesies yang ditemukan pada stasiun II (Lamun)

Spesies

Jumlah (∑) Spesies pada Stasiun II

Total

Transek I

Transek II

Transek III

Tabel 1.5 Jumlah spesies yang ditemukan pada stasiun III (Mangrove)

Spesies

Jumlah (∑) Spesies pada Stasiun III

Total

Transek I

Transek II

Transek III

Page 61: KEANEKARAGAMAN IKAN HIAS PADA BERBAGAI EKOSISTEM …

45

BAB II

HASIL PENELITIAN

A. Keadaan Lokasi Penelitian

Gili kondo ini adalah sebuah gugusan kepulauan kecil di sebelah

timur Pulau Lombok, tepatnya berada pada Selat Alas, selat inilah yang

memisahkan Pulau Lombok dan Sumbawa. Gili Kondo merupakan pulau

yang berpenghuni namun hal tersebut terjadi pada musim-musim tertentu.

Gili Kondo sebagian besar terdiri dari hamparan pasir putih yang lembut

dikelilingi oleh air laut yang bening kehijauan. Gili kondo mempunyai

daratan yang paling luas dibandingkan dengan ketiga gili lainnya,

meskipun Gili Petagan merupakan gili yang terluas namun dipenuhi

dengan hutan mangrove dengan sedikit daratan. Gili Kondo lebih sering

dikunjungi oleh wisatawan lokal maupun mancanegara karena tidak hanya

dengan lokasinya yang nyaman dan cocok sebagai tempat istirahat.

Untuk menuju Gili ini ada 3 jalur alternatif, jalur pertama

wisatawan dapat menyeberang dari Pelabuhan Kayangan, jalur ini kurang

diminati oleh para wisatawan karena dianggap cukup jauh dan tidak

tersedia perahu transportasi khusus untuk menyeberang. Jalur kedua

wisatawan dapat menyeberang dari Desa Padak Guar, jalur ini paling

diminati oleh wisatawan karena waktu tempuh dari pesisir pantai sampai

Gili Kondo cukup singkat karena lebih dekat dibandingkan tempat

penyeberangan yang berada di Pantai Pulau Lampu jika kita berangkat dari

45

Page 62: KEANEKARAGAMAN IKAN HIAS PADA BERBAGAI EKOSISTEM …

46

arah Mataram. Adapun tarif penyeberangan dari Padak Guar hanya 25.000

pulang pergi untuk setiap orang.

Banyak wisatawan menjuluki pulau ini dengan (Private Island)

karena kealamiannya tetap terjaga. Belum ada tempat tinggal permanen di

Gili ini hanya ada bangunan seperti toilet umum saja sedangkan untuk

peristirahatan hanya ada gazebo atau biasa dikenal dengan brugak sebagai

tempat singgah para wisatawan yang sedang berekreasi. Jika kita ingin

menginap di tempat ini, kita dapat membawa tenda karena terdapat

camping area yang cukup luas dan aman untuk wisatawan yang ingin

menikmati suasana malam di Gili Kondo.

Penelitian ini dilaksanakan pada hari Selasa, 25 Oktober 2016 yang

dimulai dari pukul 09.00-17.00 Wita. Proses penelitian dilakukan dengan

menyewa perahu nelayan sebagai akses menuju Gili Kondo untuk

pelaksanaan penelitian tentang keanekaragaman ikan hias pada berbagai

ekosistem yaitu ekosistem terumbu karang, ekosistem padang lamun dan

ekosistem hutan mangrove.

B. Penyajian Data Hasil Penelitian

1. Jenis-jenis Ikan Hias yang Ditemukan.

Dari ketiga stasiun yang menjadi lokasi penelitian atau tempat

melakukan studi kasus yaitu di kawasan perairan Gili Kondo Kecamatan

Sambelia Kabupaten Lombok Timur. Lokasi penelitian dibagi atas 3

stasiun, pada setiap stasiun terdapat masing-masing 3 transek. Ekosistem

terumbu karang dijadikan sebagai stasiun I, ekosistem padang lamun

Page 63: KEANEKARAGAMAN IKAN HIAS PADA BERBAGAI EKOSISTEM …

47

dijadikan sebagai stasiun II dan ekosistem hutan mangrove dijadikan

sebagai stasiun III. Jenis-jenis ikan hias yang ditemukan pada setiap

stasiun jenisnya hampir sama. Keanekaragaman jenis ikan hias yang

paling beragam ditemukan pada stasiun I yaitu pada ekosistem terumbu

karang. Adapun spesies ikan hias yang ditemukan di kawasan perairan

Gili Kondo yaitu:

a. Stasiun I (Ekosistem Terumbu Karang)

Tabel 2.1 Spesies Ikan Hias pada Ekosistem Terumbu Karang

No Spesies Jumlah Total

Transek I Transek II Transek III

1 Chromis atripectoraliis 10 8 11 29

2 Chromis ternatensis 5 6 3 14

3 Chaetodon meyeri 2 3 2 7

4 Chaetodon lunuatus 2 2 2 6

5 Ablyglyphidodon aureus 2 2 4 8

6 Chaetodon trifasciatus 3 2 2 7

7 P.ocellatus 4 3 2 9

8 Pomacentrus moluccensis 70 56 60 186

9 G.aureolineatus 10 7 5 22

10 Dascyllus aureus 8 3 2 13

11 A. trimaculatus 6 3 5 14

12 Pomacentrus auriventris 3 2 4 9

13 Pomacentrus alexanderae 6 5 17 28

14 N. azysron 3 6 9 18

15 P. polytaenia 3 2 4 9

16 Apogonfragilis 7 4 3 14

17 Chormis viridis 18 10 12 40

18 Chrysiptera springeri 10 8 8 26

Page 64: KEANEKARAGAMAN IKAN HIAS PADA BERBAGAI EKOSISTEM …

48

No Spesies Jumlah Total

Transek I Transek II Transek III

19 Abudefduf vaigiensis 23 30 16 69

20 Neoglyphidododon melas 12 7 5 24

21 Scurus niger 8 8 6 22

22 Pygoplites dicanthus 16 10 8 34

23 Cetoscarus bicolor 9 5 8 22

24 Chricyptera rolandi 6 4 9 19

25 Scoplis margaritfera 40 45 35 120

26 Neoglyphidodon nigroris 30 35 27 92

27 Pomacentrus philippinus 8 8 6 22

28 Abudefduf notatus 40 43 50 133

29 Amphirion Clarkii 11 20 12 43

30 Amphiprion ocellaris 6 6 4 16

Total Keseluruhan Jenis (N) 1075

1) Chromis atripectoralis

Ciri-ciri umum: panjang maksimal 12 cm, badan hijau kebiruan,

ekor agak dan sangat mirip dengan C. viridis hanya dibedakan dengan

spot hitam di pangkal sirip dadanya, habitat di daerah karang dangkal,

laguna dan lereng karang. Biasa dijumpai dalam kelompok besar di koloni

karang bercabang. Range kedalaman 1-29 meter.38

2) Chromis ternatensis

Ciri-ciri umum: panjang maksimal 10 cm, coklat dengan warna

pudar dibagian bawah perut. Garis hitam di bagian ekor merupakan ciri

38

Farizal Setiawan, Identifikasi Ikan Karang Dan Invertebrata Laut ( Mando, 2016) h.194

Page 65: KEANEKARAGAMAN IKAN HIAS PADA BERBAGAI EKOSISTEM …

49

khasnya, biasanya ditemukan di atas karang bercabang di daerah laguna

hingga lereng karang yang jernih. Range kedalaman 3 - 36 meter39

.

3) Chaetodon meyeri

Ciri-ciri umum: panjang maksimal 20 cm, badan berwarna krem

kebiruuan dengan garis hitam melengkung di badan, muka, hingga sirip,

habitat tinggal di daerah kaya karang di laguan yang jernih dan lereng

karang. Juvenil soliter di karang branching, dewasa berpasangan saat

memijah40

.

4) Chaetodon lunulatus

Ciri-ciri umum: panjang maksimal 14 cm, sangat mirip dengan

C.trifasciatus, perbedaannya terletak di pangkal ekor yang berwarna biru

abu-abu, habitat selalu berpasangan di area terumbu karang. Juvenile

bersembunyi di celah karang bercabang. Range kedalaman 3 20 meter41

.

5) Gnathodentex aureolineatus

Ciri-ciri umum: panjang maksimal 30 cm, berwarna perak abu-abu,

4-5 garis coklat di badan dengan spot kuning di belakang sirip dorsal.

Pangkal sirip dada kuning, hidup di terumbu karang yang dangkal dan

laguna, sering terlihat chooling bergabung dengan ikan lain. Range

kedalaman 3-30 meter42

.

39

Ibid.,h.195 40

Ibid.,h.79 41

Ibid.,h.76 42

Ibid.,h.181

Page 66: KEANEKARAGAMAN IKAN HIAS PADA BERBAGAI EKOSISTEM …

50

6) Amblyglyphidodon aureus

Ciri-ciri umum :panjang maksimal 13 cm, badan kuning oval,

dewasa bagian kepala agak keunguan sedikit, hidup di daerah lereng

karang, laguna dan karang terjal berarus, biasa berada dekat dengan

gorgonian /kipas laut dimana mereka meletakan telurnya, juvenile biasa

ditemukan dalam kelompok kecil di dekat gorgonian atau karang hitam,

range kedalaman 3 – 45 meter43

.

7) Parachaetodon ocellatus

Ciri-ciri umum: panjang maksimal 18 cm, berwarna putih mutiara

dengan garis orange, memiliki spot hitam di garis orange ke 3, habitat

tinggal berpasangan di dasar dan di area karang yang keruh, dewasa

berkelompok di daerah dasar belumpur yang agak dalam. juvenil hidup di

area dangkal laguna44

.

8) Chaetodon trifasciatus

Ciri-ciri umum: panjang maksimal 15 cm, badan atas kebiruan dan

bawahnya kekuningan, pangkal sirip ekor kuning serta sirip anal, tinggal

pada daerah kaya karang di laguna dan karang semi terlindung, territorial

dan agresif terhadap chaetodon lain, juvenile bersembunyi di karang45

43

Ibid.,h.76 44

Ibid.,h.81 45

Ibid.,h.207

Page 67: KEANEKARAGAMAN IKAN HIAS PADA BERBAGAI EKOSISTEM …

51

9) Pomacentrus moluccensis

Ciri-ciri umum: panjang maksimal 9 cm, badan kuning dengan

batas sirip anal berwarna hitam, habitat tinggal laguna, terumbu karang

dengan banyak karang bercabang, range kedalaman 1-14 meter46

.

10) Dascyllus aruanus

Ciri-ciri umum: panjang maksimal 10 cm, dasar putih dengan 3

garis hitam, depan mata putih, ekor transparan, sisip perut hitam, biasa

hidup di laguna dangkal dan karang dangkal, berkelompok diatas karang

bercabang, territorial (terutama saat memijah), range kedalaman 0-20 m47

.

11) Pomacentrus auriventris

Ciri-ciri umum: panjang maksimal 7 cm, kepala biru neon dan

badan atas juga, kuning di bagian badan bawah, sirip ekor dan anal, habitat

di daerah karang, pasir dengan alga, biasa kelompok kecil didasar, range

kedalaman 2-15 meter48

.

12) Apolemichthys trimaculatus

Ciri-ciri umum: panjang maksimal 6 cm, tubuh pendek kuning,

mulut biru, garsi hitam disirip anal, spot hitam di atas kepala dan belakang

kepala, habitat tinggal di daerah laguna dan karang dangkal, range

kedalaman 3-40 meter49

.

46

Ibid.,h.129 47

Ibid.,h.198 48

Ibid.,h.171 49

Ibid.,h.196

Page 68: KEANEKARAGAMAN IKAN HIAS PADA BERBAGAI EKOSISTEM …

52

13) Pomacentrus alexanderae

Ciri- ciri umum: panjang maksimal 9 cm , abu-abu merata dengan

spot hitam di pangkal sirip dada/pectoral, habitat di daerah laguna, karang

dangkal hingga dalam, soluter/kelompok, range 1-60 meter50

.

14) Neopomacentrus azysron

Ciri-ciri umum: panjang maksimal 8 cm, abu-abu hijau kebiruan

dengan sirip belakang dorsal, anal dan sirip ekor kuning, spot hitam di

pangkal sirip dada serta di operculum atas, tinggal di daerah lereng karang

dan alur karang yang lebih dalam, dalam kelompok kecil di daerah sub-

tidal, range kedalaman 1 - 12 meter51

.

15) Plectorhinchus polytaenia

Ciri-ciri umum: mempunyai warna kuning terang dengan pola tebal

berbingkai, garis hitam dan berwarna biru pucat, belang-belang

disekeliling tubuh mulai dari kepala hingga ekor, hidup soliter, habitat

pada terumbu karang52

.

16) Apogon fragilis

Ciri-ciri umum: panjang maksimal 5,5 cm, berwarna putih perak

transparan, memiliki spot hitam di pangkal ekor dan cirri utamanya adalah

spot hitam dikedua ujung cagak sirip ekornya, habitat tinggal biasanya

dijumpai di laguna dan teluk, di atas karang branching, berkumpul dalam

jumlah besar kadang-kadang dengan jenis yang lain, range 1-15 meter53

.

50

Ibid.,h.207 51

Ibid.,h.202 52

Ibid.,h.104 53

Ibid.,h.46

Page 69: KEANEKARAGAMAN IKAN HIAS PADA BERBAGAI EKOSISTEM …

53

17) Chromis viridis

Ciri-ciri umum: panjang maksimal 8 cm, warna hijau pucat hingga

biru terang, jantan yang bersarang berwarna kuning, berkelompok di

Acropora bercabang, daerah laguna dan karang dangkal, range 0-12 m54

.

18) Chrysiptera springeri

Ciri-ciri: panjang masimal 6 cm, dengan bercak hitam di bagian

atas kepala, mirip dengan C.cymatilis, habitat di karang yang sehat dan

laguna, biasa berada di koloni Acropora bercabang, range kedalaman 2-30

meter55

.

19) Abudefduf vaigiensis

Ciri-ciri umum: panjang maksimal 20 cm, abu-abu dengan 5 garis

hitam atau biru tua vertikal, daerah kuning di badan atas, habitat tinggal di

daerah rataan terumbu hingga lereng karang serta daerah berbatu.

berkelompok, memijah dalam jumlah besar, jantan menjaga telurnya56

.

20) Neoglyphidodon melas

Ciri- ciri umum: panjang maksimal 18 cm, juvenil badan biru

terang dengan garis kuning besar dari mulut hinggga sirip dorsal serta sirip

perut dan anal ujungnya biru kehitaman, dewasa hitam kebiruan,

perubahan warna terjadi pada ukuran 5-6 cm, habitat tinggal juvenil di

karang bercabang, dewasa laguna– lereng karang. soliter/berpasangan,

range kedalamanan 1-12 meter57

.

54

Ibid.,h.194 55

Ibid.,h.146 56

Ibid.,h.189 57

Ibid.,h.208

Page 70: KEANEKARAGAMAN IKAN HIAS PADA BERBAGAI EKOSISTEM …

54

21) Scarus niger

Ciri-ciri umum: panjang maksimal 8 cm, ada perbedaan warna

antara Pasifik dan Hindia. Pasifik lebih monokromatik. Hindia cenderung

fase kemerahan, juvenile dikenali dari binti-bintik hitam kembar pada

ekornya, habitat di daerah kaya karang di laguna, pantai dan lereng karang

luar, umumnya soliter, juvenile berkelompok, range kedalaman 0-15 m58

.

22) Pygoplites diacanthus

Ciri-ciri morfologi panjang maksimal 25 cm, bagian mata gelap

dengan garis kebiruan dekat mata, badan kuning dengan garus lengkung

putih dibatasi hitam dari dekat insang hingga pangkal ekor, dari sirip

punggung hitam kebiruan, bagian belakang sirip anal garis lengkung

kuning dan biru berjalan sejajar dengan kontur tubuh, sirip ekor kuning,

juvenil dengan bintik hitam besar pada bagian basal lunak sirip dorsal,

habitat tinggalnya biasa terdapat di daerah karang yang sehat di laguna

atau lereng karang, soliter, berpasangan atau berkelompok59

.

23) Cetoscarus bicolor

Ciri-ciri umum: panjang maksimal 9 cm, mengalami perubahan

warna selama pertumbuhannya, juvenile badan putih dengan bagian kepala

antara mata dan insang merah juga di ujung ekor, dorsal terdapat spot

hitam dikelilingi merah, dewasa badan hijau dengan banyak spot pink di

58

Ibid.,h.219 59

Ibid.,h.167

Page 71: KEANEKARAGAMAN IKAN HIAS PADA BERBAGAI EKOSISTEM …

55

wajah, habitat tinggal di laguna dan karang, juvenil soliter, dewasa

membentuk harem, territorial, range 1-30 meter60

.

24) Chrysiptera rolandi

Ciri-ciri umum: panjang maksimal 7,5 cm, warna bervariasi,

umumnya badan bagian kepala ke bawah hingga belakang dorsal gelap

dan bagian bawahnya putih krem, biasa ditemukan di daerah karang,

karang dengan rubble, laguna, range kedalaman 2-35 meter61

.

25) Scolopsis margaritifera

Ciri-ciri umum: panjang maksimal 8 cm, abu-abu gelap dari kepala

hingga bawah dorsal, juvenil garis hitam sempit sepanjang punggung

(hanya pada beberapa spesimen) dan hitam, beberapa dengan perut

kekuningan, variasi warna antara populasi di Hindia dan Pasifik, juvenile

kurang warna garis kuning di Samudra Hindia dan dewasa menunjukkan

bagian belakang yang gelap dibandingkan dengan bentuk Pasifik, hidup di

daerah dasar berpasir di area terumbu karang, range kedalaman 1-20

meter62

.

26) Neoglyphidodon nigroris

Ciri-ciri umum: panjang maksimal 13 cm, Juvenil berwarna kuning

dengan 2 garis hitam memanjang, dewasa warna kuning diganti hitam

dengan 2 garis vertikal di katup insang, hidup di daerah karang yang sehat

di laguna dan lereng karang, soliter, range kedalaman 2-23 meter63

.

60

Ibid.,h.218 61

Ibid.,h.197 62

Ibid.,h.152 63

Ibid.,h.200

Page 72: KEANEKARAGAMAN IKAN HIAS PADA BERBAGAI EKOSISTEM …

56

27) Pomacentrus philippinus

Ciri-ciri umum: panjang maksimal 10 cm, badan biru ungu

kehitaman dengan warna ekor, ujung dorsal dan anal kuning tua, spot

hitam di pangkal sirip dada/ pectoral, biasa hidup di daerah laguna, lereng

karang, karang drop-off, biasa sendiri/berkelompok kecil, range

kedalaman 1-12 meter64

.

28) Abudefduf notatus

Ciri-ciri umum: panjang maksimal 7 cm, badan abu-abu dengan 5

garis putih vertikal, sirip ekor berwarna kuning, hidup di daerah karang

berbatu serta lereng curam dengan arus dan gelombang sedang, biasa

ditemukan dalam schooling namun kadang soliter, range kedalaman 1-12

meter65

.

29) Amphiprion clarkii

Ciri-ciri: panjang maksimal 15 cm, sangat bervariasi secara

geografis dalam bentuk dan warn, dua garis putih, satu vertikal di belakang

mata dan satunya memanjang dari dorsal hingga di depan anal, pangkal

sirip ekor putih, dengan bagian berwarna kekuningan. Ovipar dan

monogamy, habitat pada daerah laguna karang dangkal dan lereng

karang66

.

30) Amphiprion ocellaris

Ciri- ciri: panjang maksimal 11 cm, warna badan orange dengan

tiga garis putih lebar, bagian yang tengah berbentuk segitiga maju ke dekat

64

Ibid.,h.208 65

Ibid.,h.186 66

Ibid.,h.174

Page 73: KEANEKARAGAMAN IKAN HIAS PADA BERBAGAI EKOSISTEM …

57

sirip dada, Sirip ekor, habitat tinggal pada daerah karang yang dangkal dan

tenang, diurnal, protandrous hermaprodit, berpasangan monogamy, range

kedalaman 1-15 meter67

.

b. Stasiun II (Ekosistem Padang Lamun)

` Tabel 2.2 Spesies Ikan Hias pada Ekosistem Lamun

No

Spesies

Jumlah

Total Transek I Transek II Transek III

1 Chromis atripectoris 2 0 1 3

2 Pomacentrus auriventris 0 2 1 3

3 Abudefduf notatus 5 3 2 10

4 Pomacentrus philippinus 3 5 2 10

5 Neoglyphidodon nigrosis 4 0 0 4

6 S. Margaritfera 2 0 4 6

7 P. moluccensis 7 2 2 11

8 Chromis viridis 0 3 2 5

Total Keseluruhan Jenis (N) 52

1) Chromis atripectoralis

Ciri-ciri umum: panjang maksimal 12 cm , badan hijau kebiruan,

ekor cagak dan sangat mirip dengan C. viridis hanya dibedakan dengan

spot hitam dipangkal sirip dadanya, hidup di daerah karang dangkal,

laguna dan lereng karang, biasa di jumpai kelompok besar di koloni

karang bercabang, range kedalaman 1-29 meter68

.

67

Ibid.,h.175 68

Ibid.,h.194

Page 74: KEANEKARAGAMAN IKAN HIAS PADA BERBAGAI EKOSISTEM …

58

2) Pomacentrus auriventris

Ciri-ciri umum: panjang maksimal 7 cm, kepala biru neon dan

badan atas juga, kuning dibagian badan bawah, sirip ekor dan anal, habitat

pada daerah karang, pasir dengan alga, biasa berkelompok kecil di dasar,

range kedalaman 2-15 meter69

.

3) Abudefduf notatus

Ciri-ciri umum: panjang maksimal 17 cm, badan abu-abu dengan 5

garis putih vertikal, sirip ekor berwarna kuning, biasa ditemukan di daerah

karang berbatu berpasir, biasa di temukan dalam schooling namun kadang

soliter, range kedalaman 1-12 meter70

.

4) Pomacentrus philippinus

Ciri-ciri umum: panjang maksimal 10 cm, badan biru ungu

kehitaman dengan warna ekor, ujung dorsal dan anal kuning tua, spot

hitam di pangkal sirip dada/ pectoral, biasa hidup di daerah laguna, lereng

karang, karang drop-off, biasa sendiri/berkelompok kecil, range

kedalaman 1-12 meter71

.

5) Neoglyphidodon nigroris

Ciri-ciri: panjang ma 13 cm, juvenil berwarna kuning dengan 2

garis hitam memanjang, dewasa warna kuning diganti hitam dengan 2

garis vertikal di katup insang, habitat tinggal di daerah karang yang sehat

di laguna dan lereng karang72

.

69 Ibid.,h.196 70 Ibid.,h.186 71 Ibid.,h.208 72

Ibid.,h.200

Page 75: KEANEKARAGAMAN IKAN HIAS PADA BERBAGAI EKOSISTEM …

59

6) Scolopsis margaritifera

Ciri-ciri umum: panjang maksimal 8 cm, abu-abu gelap dari kepala

hingga bawah dorsal, juvenil garis hitam sempit sepanjang punggung

(hanya pada beberapa spesimen) dan hitam, beberapa dengan perut

kekuningan. variasi warna antara populasi di Hindia dan Pasifik, juvenile

kurang warna garis kuning di Samudra Hindia dan dewasa menunjukkan

bagian belakang yang gelap dibandingkan dengan bentuk Pasifik, hidup di

daerah dasar berpasir di area terumbu karang, range kedalaman 1-20

meter73

.

7) Pomacentrus moluccensis

Ciri-ciri umum: panjang maksimal 9 cm, badan kuning dengan

batas sirip anal berwarna hitam, habitat tinggal laguna, terumbu karang

dengan banyak karang bercabang, range kedalaman 1-14 meter74

.

8) Chromis viridis

Ciri-ciri umum: panjang maksimal 8 cm, warna hijau pucat hingga

biru terang, jantan yang bersarang berwarna kuning, berkelompok di

Acropora bercabang, daerah laguna dan karang dangkal, range 0-12

meter75

.

73 Ibid.,h.152 74 Ibid.,h.207 75

Ibid.,h.194

Page 76: KEANEKARAGAMAN IKAN HIAS PADA BERBAGAI EKOSISTEM …

60

c. Stasiun III (Ekosistem Hutan Mangrove)

Tabel 2.3 Spesies Ikan Hias pada Ekosistem Mangrove

No

Spesies

Jumlah

Total Transek I Transek II Transek III

1 Sclopsis Margaritfera 2 3 0 5

2 Pomacentrus lepidogenys 0 4 1 5

3 Abudefduf notatus 4 5 3 12

4 Rastroliger kanagunta 2 0 2 4

5 Sphyrhaena jello 1 1 0 2

Total Keseluruhan Jenis (N) 28

1) Scolopsis margaritifera

Ciri-ciri umum: panjang maksimal 8 cm, abu-abu gelap dari kepala

hingga bawah dorsal, juvenil garis hitam sempit sepanjang punggung

(hanya pada beberapa spesimen) dan hitam, beberapa dengan perut

kekuningan, variasi warna antara populasi di Hindia dan Pasifik, hidup

pada daerah dasar berpasir di area terumbu karang, range kedalaman 1-20

meter76

.

2) Abudefduf notatus

Ciri-ciri: panjang maksimal 17 cm, badan abu-abu dengan 5 garis

putih vertikal, sirip ekor berwarna kuning., habitat tinggal di daerah karang

berbatu serta lereng curam dengan arus dan gelombang sedang, biasa

ditemukan dalam schooling namun kadang soliter, range kedalaman 1-12

meter77

.

76 Ibid.,h.152 77

Ibid.,h.186

Page 77: KEANEKARAGAMAN IKAN HIAS PADA BERBAGAI EKOSISTEM …

61

2. Hasil Pengamatan Kondisi Fisika Perairan

1. Stasiun I (Ekosistem Terumbu Karang)

Keadaan arus pada stasiun ini cukup tenang dan tidak terlalu

berombak, stasiun ini terletak 100 meter di arah barat kawasan perairan

Gili Kondo. Pada stasiun ini hampir keseluruhannya ditutupi oleh terumbu

karang, adapun kedalaman dari permukaan mencapai 3-4 meter. Keadaan

inilah yang membuat ikan hias cukup beragam karena pada dasarnya

habitat ikan hias itu sendiri pada terumbu karang, tetapi aktifitas

wisatawan yang terkadang berjalan di atas terumbu karang dan

penangkapan ikan mengakibatkan kerusakan pada terumbu karang.

Tabel 2.4 Hasil Pengamatan Kondisi Fisika

Stasiun Transek Suhu Salinitas pH Air

Stasiun I

(Ekosistem

terumbu Karang)

Transek I 30,5 ℃ 25%0 7,0

Transek II 30,5 ℃ 25%0 7,0

Transek III 30,5 ℃ 25%0 7,0

2. Stasiun II (Ekosistem Lamun)

Pada stasiun II ini tidak terlalu banyak ikan yang didapatkan, hal

tersebut disebabkan oleh tidak banyak terumbu karang yang hidup pada

stasiun ini, lebih dominan tumbuh lamun (seagrass). Kondisi fisik stasiun

II ini ditumbuhi banyak lamun, berpasir dengan sedikit karang. Arus

cukup deras dan berombak. Lokasi stasiun ini berbatasan dengan pesisir

Gili menyebabkan banyak karang yang tidak bisa bertahan hidup karena

ombak yang besar sehingga ikan hias pada stasiun ini sedikit.

Page 78: KEANEKARAGAMAN IKAN HIAS PADA BERBAGAI EKOSISTEM …

62

Tabel 2.5 Hasil Pengamatan Kondisi Fisika

Stasiun Transek Suhu Salinitas pH Air

Stasiun II

(Ekosistem

Padang Lamun)

Transek I 29,9 ℃ 23%0 7,0

Transek II 29,9 ℃ 23%0 7,0

Transek III 29,9 ℃ 23%0 7,0

3. Stasiun III (Ekosistem Mangrove)

Pada stasiun III ini mempunyai ciri fisik berlumpur, tidak ada

terumbu karang dan lamun dikarenakan stasiun ini terletak pada ekosistem

hutan mangrove sehingga ikan hias yang dapat kita jumpai hanya beberapa

ekor. Pada stasiun ini gelombang dan arus tenang, sedikit berombak.

Mangrove pada stasiun ini tidak terlalu banyak karena sudah banyak

mengalamai kerusakan.

Tabel 2.6 Hasil Pengamatan Kondisi Fisika

Stasiun Transek Suhu Salinitas pH Air

Stasiun III

(Ekosistem Hutan

Mangrove)

Transek I 29,9 ℃ 23%0 7,0

Transek II 29,9 ℃ 23%0 7,0

Transek III 29,9 ℃ 23%0 7,0

C. Hasil Analisis Nilai Indeks Keanekaragaman Jenis

Nilai indeks keanekaragaman jenis ikan hias pada setiap stasiun

pengamatan bervariasi. Hal tersebut dikarenakan pembuatan stasiun pada

ekosistem yang berbeda-beda. Ekosistem terumbu karang dijadikan sebagai

stasiun I, ekosistem lamun dijadikan sebagai stasiun II dan yang terakhir

adalah ekosistem mangrove dijadikan sebagai stasiun III. Pada stasiun I nilai

Page 79: KEANEKARAGAMAN IKAN HIAS PADA BERBAGAI EKOSISTEM …

63

indeks keanekaragaman jenis sebesar 3,215, stasiun II sebesar 1,953 dan pada

stasiun III sebesar 1,441.

Pada stasiun I hasil pengukuran suhu 30,5℃ , salinitas 25 %0 dan pH

7,0, ditemukan 30 jenis ikan hias dan jumlah keseluruhan sebanyak 1075

dengan indeks keanekaragaman 3,215. Pada stasiun ini juga terdapat

keanekaragaman jenis yang paling tinggi. Pada stasiun II pengukuran suhu 29

℃, salinitas 23 %0 dan pH 7,0, ditemukan hanya 8 jenis saja dengan jumlah

keseluruhan 52 dengan indeks keanekaragaman jenis 1,953. Pada stasiun III

pengukuran suhu 29,9 ℃ , salinitas 23 %0 dan pH 7,0 ditemukan hanya 5 jenis

dengan jumlah keseluruhan 28 dengan indeks keanekaragaman jenis 1,441.

Tabel 2.7 Indeks Keanekaragaman Jenis Ekosistem Terumbu Karng

No Spesies Ni Pi lnPi Pi.lnPi H’

1 Chromis atripectoraliis 29 0,026 - 3,649 - 0,094

2 Chromis ternatensis 14 0,013 - 4,342 - 0,056

3 Chaetodon meyeri 7 0,06 - 5,115 - 0,030

4 Chaetodon lunuatus 6 0,005 - 5,298 - 0,026

5 Ablyglyphidodon aureus 8 0,007 - 4,961 - 0,034

6 Chaetodon trifasciatus 7 0,006 -5,115 - 0,030

7 P.ocellatus 9 0,008 - 4,828 - 0,038

8 Pomacentrus moluccensis 186 0,175 - 1,754 - 0,303

9 G.aureolineatus 22 0,020 - 3,912 - 0,078

10 Dascyllus aureus 13 0,012 - 4,422 - 0,053

11 A. trimaculatus 14 0,013 - 4,342 - 0,056

12 Pomacentrus auriventris 9 0,008 - 4,828 - 0,038

13 Pomacentrus alexanderae 28 0,026 - 3,649 - 0,094

14 N. azysron 18 0,016 - 4,135 - 0,066

Page 80: KEANEKARAGAMAN IKAN HIAS PADA BERBAGAI EKOSISTEM …

64

No Spesies Ni Pi lnPi Pi.lnPi H’

15 P. polytaenia 9 0,008 - 4828 - 0,038

16 Apogonfragilis 14 0,013 - 4,342 - 0,056

17 Chormis viridis 40 0,037 - 3,296 - 0,121

18 Chrysiptera springeri 26 0,024 - 3,729 - 0,089

19 Abudefduf vaigiensis 69 0,064 - 2,748 - 0,175

20 Neoglyphidododon melas 24 0,022 - 3,816 - 0,083

21 Scurus niger 22 0,020 - 3,912 - 0,078

22 Pygoplites dicanthus 34 0,031 -3,473 - 0,107

23 Cetoscarus bicolor 22 0,020 -3,912 - 0,078

24 Chricyptera rolandi 19 0,017 - 4,074 - 0,069

25 Scoplis margaritfera 120 0,111 - 2,198 - 0,244

26 Neoglyphidodon nigroris 92 0,085 - 2,465 - 0,209

27 Pomacentrus philippinus 22 0,020 - 3,912 - 0,078

28 Abudefduf notatus 133 0,123 - 2,095 - 0,025

29 Amphirion Charkii 43 0,4 - 3,218 - 0,128

30 Amphiprion ocellaris 16 0,014 - 4,268 - 0,059

Total Keseluruhan Jenis (N) - 3,215

3,215 H’= -∑PiLnPi

Page 81: KEANEKARAGAMAN IKAN HIAS PADA BERBAGAI EKOSISTEM …

65

Tabel 2.8 Indeks Keanekaragaman Jenis pada Ekosistem Lamun

No Spesies ni Pi lnPi Pi.lnPi H’

1 Chromis atripectoris 3 0,057 - 2,864 - 0,163

2 Pomacentrus auriventris 3 0,057 - 2,864 - 0,163

3 Abudefduf notatus 10 0,192 - 1,650 - 0,316

4 Pomacentrus philippinus 10 0,192 - 1,650 - 0,316

5 Neoglyphidodon nigrosis 4 0,076 - 2,577 - 0,195

6 S. Margaritfera 6 0,115 - 2,162 - 0, 248

7 Pomacentrus muloccensis 11 0,211 - 1,555 - 0, 328

8 Chromis viridis 5 0,096 - 2,343 - 0,224

Total Keseluruhan Jenis (N) - 1953

1,953 H’= -∑PiLnPi

Tabel 2.9 Indeks Keanekaragaman pada Ekosistem Mangrove

No Spesies ni Pi lnPi Pi.lnPi H’

1 Chromis margaritfera 5 0,178 - 1,725 - 0,307

2 Pomacentrus lepidogenys 5 0,178 - 1,725 - 0,307

3 Abudefduf notatus 12 0,428 - 0,848 - 0,363

4 Rastreliger kanagunta 4 0,142 - 1,951 - 0,277

5 Sphyrhaena jello 2 0,071 - 2,645 - 0,187

Total Keseluruhan Jenis (N) - 1,441

1,441 H’= -∑PiLnPi

Page 82: KEANEKARAGAMAN IKAN HIAS PADA BERBAGAI EKOSISTEM …

66

BAB III

PEMBAHASAN

Tiga ekosistem pesisir yakni terumbu karang, padang lamun dan hutan

mangrove merupakan ekosistem utama daerah tropis yang memiliki peranan yang

sangat penting pada suatu perairan, sebagai tempat hidup berbagai jenis biota laut.

Ketiga ekosistem tersebut dijadikan sebagai habitat bagi ikan hias atau yang biasa

disebut dengan ikan karang.

Ketiga ekosistem ini dapat kita temukan disebuah Pulau kecil yang berada

di ujung timur Pulau Lombok tepatnya di Desa Padak Guar Kecamatan Sambelia

Kabupaten Lombok Timur sebagai salah satu daerah tujuan wisata yang banyak

digemari oleh wisatawan, baik wisatawan asing maupun wisatawan mancanegara.

Bagian timur Pulau Lombok mempunyai pantai-pantai yang indah tidak terkecuali

4 gili yang berada di sisi timur Pulau Lombok, tepatnya Desa Padak Guar

Kecamatan Sambelia terdapat beberapa serpihan pulau kecil yang dijadikan tujuan

wisata favorit di Lombok Timur. Adapun 4 gili tersebut yaitu Gili Kondo, Gili

Petagan, Gili Bidara dan Gili Kapal.

Biota laut terbagi atas 2 kelompok yaitu kelompok hewan dan kelompok

tumbuhan. Ikan merupakan salah satu biota laut yang memiliki tulang belakang

(vertebrata), berdarah dingin dan mempunyai insang. Jenis hewan ini merupakan

penghuni laut yang paling banyak yaitu sekitar 42,65 atau sekitar 5000 jenis ikan

yang telah di identifikasi, mempunyai keanekaragaman jenis yang tinggi baik

dalam bentuk, ukuran, warna dan sebagian besar hidup di daerah terumbu karang.

66

Page 83: KEANEKARAGAMAN IKAN HIAS PADA BERBAGAI EKOSISTEM …

67

Sedangkan jenis yang sering terlihat di daerah terumbu karang adalah

Carharhinus sp , triaenodon sp dan Carharhinus amblyrhychas.78

1. Jenis-Jenis Ikan Hias yang Ditemukan pada Setiap Ekosistem

Pada ekosistem terumbu karang, jenis ikan hias yang mudah dan yang

paling umum dijumpai pada terumbu karang adalah dari kelompok Pomacentridae

termasuk “anemonfish” dan “angelfish” yang memiliki warna sangat indah.

Berdasarkan hasil pengamatan yang sudah dilakukan, pada ekosistem terumbu

karang ditemukan 30 spesies yang terbagi atas 8 famili, dari famili

Pomacentridae ada 18 spesies, famili Chaetodontidae sebanyak 4 spesies, dari

famili Pomacanthidae dan Scaridae sebanyak 2 spesies, dan dari famili

Nemipteridae, Apogonidae, Haemulidae dan Lethrinidae masing-masing 1 spesies

yang ditemukan.

Jenis ikan hias yang sering muncul itu dari famili Pomacentridae seperti,

Pomacentrus moluccensis, Abudafdef notatus, Pomacentrus alexanderae adalah

spesies ikan yang paling banyak ditemukan sedangkan spesies yang paling rendah

diantaranya Chricyptera rolandi, Chaetodon meyeri dan Chromis ternatensis.

Kelompok ikan Pomacentridae sering ditemukan karena jenis ikan famili

Pomacentridae tidak bisa jauh dari terumbu karang, jenis ikan ini sering dilihat

karena pewarnaaan dan kebiasaan hidup dekat dengan terumbu karang, hampir di

seluruh habitat terumbu karang yang terang, memakan plankton dan alga79

.

78 Romimuhtarto & Juwana, Biologi Laut: Ilmu Pengetahuan tentang Biota Laut (Jakarta:

Djambatan) hlm: 28 79

Zulfianti, Distribusi Dan Keanekaragaman Jenis Ikan Karang Untuk Rencana Referensi Daerah

Perlindungan Laut (Makasar: Universitas Hasanudin,2014)h.30

Page 84: KEANEKARAGAMAN IKAN HIAS PADA BERBAGAI EKOSISTEM …

68

Jenis ikan Amphiprion ocellaris dengan anemon melakukan simbiosis

menguntungkan, ikan ini akan berlindung pada tentakel-tentakel anemon jika ada

predator yang akan memangsanya, karena kekebalan ikan ini berbeda dengan ikan

jenis lainnya, sehingga jika ada jenis ikan lain memangsanya maka akan tersengat

oleh tentakel anemon. Begitu juga sebaliknya dengan seringnya jenis ikan ini

berenang disekitaran anemon akan menggerakkan air yang membawa oksigen

untuk kelangsungan hidup anemon.

Hasil pengukuran parameter fisika yang di dapatkan pada sekositem ini

yaitu suhu 30,5℃ , salinitas 25 %0 dan pH 7,0. Dengan suhu ini merupakan suhu

yang cukup baik dalam pertumbuhan biota-biota laut seperti terumbu karang dan

ikan hias karena suhu yang optimum itu berkisar antara 24 – 32 ℃, begitu juga

dengan pH yang berkisar antara 7- 8,2 sudah termasuk cukup baik untuk

kehidupan perairan, pada lokasi ini salinitas termasuk rendah karena salinitas yang

optimum untuk kehidupan perairan berkisar antara 33 – 35 %0.

Komposisi jenis ikan hias terendah yaitu Chaetododon lunuatus,

Chaetododn meyeri dan Chaetodon trifasciatus. Selama pengamatan berlangsung

jenis ikan ini ditemukan soliter pada kolom perairan, rendahnya komposisi jenis

ikan ini disebabkan dimangsa oleh predator serta kurangnya karang bercabang

pada stasiun ini, jenis terumbu karang pada stasiun ini lebih didominan oleh

terumbu karang lunak.

Ikan yang hidup pada terumbu karang disebut dengan ikan karang, ikan

karang ini dikelompokkan menurut statusnya, seperti ikan indikator, ikan major,

dan ikan target. Ikan indikator kehadirannya dapat merefleksikan kondisi

Page 85: KEANEKARAGAMAN IKAN HIAS PADA BERBAGAI EKOSISTEM …

69

kesehatan ikan karang. Ikan major adalah golongan ikan hias yang selalu

berasosiasi dengan karang, baik sebagai penetap maupun pelintas. Ikan target

adalah ikan yang biasa dicari oleh para nelayan untuk dimakan dan dan

dipasarkan.80

Pada stasiun II, ekosistem lamun sebagai tempat pengambilan sampel ikan

hias. Lamun di kawasan perairan Gili Kondo tidak terlalu subur, kebanyakan

bercampur dengan jenis terumbu karang yang bercabang. Dari hasil pengamatan

yang sudah dilakukan, pada ekosistem lamun ditemukan 8 spesies yang

dikelompokkan menjadi 2 famili, yaitu famili Pomacentridae sebanyak 7 spesies

dan dari famili Nemipteridae hanya 1 spesies saja. Jenis ikan pada ekosistem ini

tidak terlalu beragam, diantaranya secara berturut-turut yaitu Pomacentrus

mulocensis, Abudefduf notatus, Pomacentrus philippinus, S.Margaritfera,

Chromis viridis, Neoglyphidodon nigrosis, Chromis atripectoralis dan

Pomacentrus auriventris.

Komposisi jenis ikan tertinggi pada stasiun ini sama dengan pada stasiun I

yaitu jenis ikan Pomacentrus mulocensis, jenis ikan di atas masih dapat ditemukan

karena jenis ikan ini masih bisa bertahan hidup pada karang yang bercabang dan

bercampur pasir, jenis ikan hias yang ditemukan ini memijah pada daerah lamun,

kemudian sesekali jenis ikan ini melintas untuk mencari makan di daerah padang

lamun, serta lamun merupakan habitat yang paling tepat untuk lingkungan hidup

juvenile-juvenile ikan hias secara umum.81

80 Ibid.,h.9 81

Suci Andiewati. Keanekaragaman Jenis Ikan Karang Di Pulau Badi Dan Pulau Kodingareng

Lompo.( Makassar: 2014.) h, 40

Page 86: KEANEKARAGAMAN IKAN HIAS PADA BERBAGAI EKOSISTEM …

70

Komposisi jenis ikan hias terendah pada ekosistem lamun yaitu

Pomacentrus auriventris, karena pada dasarnya lamun bukanlah habitat pertama

yang digemari oleh ikan hias, sebagaimana fungsi dari pada lamun tersebut

diantaranya sebagai media filtrasi atau penjernihan laut dangkal, sebagai tempat

tinggal biota-biota laut seperti ikan indikator yang digunakan sebagai indikator

kualitas perairan di suatu kawasan, kemudian jenis ikan yang bernilai ekonomis

seperti ikan baronang, bermacam-macam kerang, rajungan atau kepiting dan

teripang)82

.

Kondisi fisika perairan tidak jauh berbeda dengan stasiun I, dengan suhu

dan pH air sudah cukup baik dengan salinitas yang rendah namun tidak terlalu

mempengaruhi pertumbuhan lamun. Faktor lain yang menyebabkan kurangnya

jenis ikan hias pada ekosistem lamun ini karena tempat pengambilan sampel

berada 20 cm dari daerah pesisir, banyak wisatawan yang berenang pada daerah

ini dan tidak memperdulikan ekosistem lamun sehingga tutupan lamun di

kawasan perairan Gili Kondo ini masih rendah, maka biota-biota yang dapat

bertahan hidup juga sedikit, banyak karang yang rusak dan menjadikan ikan hias

pada stasiun ini tidak terlalu banyak jenis yang ditemukan.

Pada stasiun III ini ditemukan hanya 5 spesies saja, yaitu Abudefduf

notatus, Pomacentrus lepidogenys, Chromis margaritfera, Rastriger kanagunta,

Sphyrhaena jello, yang dikelompokkan menjadi 3 famili, yaitu Nemipteridae,

Pomacentridae. Pada ekosistem mangrove jenis ikan yang mendominan masih

sama dengan ekosistem terumbu karang dan lamun, yaitu dari famili

82

Susi Rahmawati, Panduan Monitoring Padang Lamun (Jakarta : Coremap Cti Lipi 2014) h,2.

Page 87: KEANEKARAGAMAN IKAN HIAS PADA BERBAGAI EKOSISTEM …

71

Pomacentridae. Untuk hasil pengukuran parameter fisika stasiun ini yaitu suhu

29,9 ℃ , salinitas 23 %0 dan pH 7,0. Sama halnya dengan stasiun I dan stasiun II

suhu dan pH sudah cukup baik namun salinitas air yang masih rendah.

Komposisi jenis ikan tertinggi pada ekosistem ini yaitu Abudefduf notatus

dari famili Pomacentridae. Jenis ikan hias ini paling banyak ditemukan karena

jenis ikan ini mempunyai kekebalan yang tinggi sehingga masih bisa bertahan dan

mencari makan di daerah mangrove83

. Ikan ini dapat ditemukan karena tempat

lokasi pengambilan sampel masih ada terumbu karang sebagai habitat utama ikan

hias itu sendiri, meskipun tutupan karang di lokasi ini sangatlah rendah karena

yang mendominasi lokasi ini adalah mangrove.

Komposisi terendah pada ekosistem ini yaitu Sphyrhaena jello, hal ini

disebabkan karena memang mangrove bukanlah ekosistem yang tepat untuk ikan

hias, terdapat banyak sekali lumpur sebagai substrat tanam daripada mangrove84

,

sehingga ikan hias akan sulit bertahan hidup di daerah ini. Jenis biota laut yang

banyak mendiami ekosistem mangrove yaitu ikan yang bernilai ekonomis seperti

ikan kakap, belanak, tembang, teri, dan mujair. Biota lain yang hidup di ekosistem

ini seperti udang, kepiting bakau, dan berbagai macam kerang85

. Sedangkan untuk

jenis-jenis ikan hias hanya sedikit yang bertahan hidup, itupun dikarenakan masih

ada beberapa jenis terumbu karang yang hidup disekitar mangrove sehingga masih

ada jenis ikan hias yang dapat ditemukan.

83 Hukom, Studi Kondisi Terumbu Karang, Lamun Dan Mangrove Di Perairan Pantai Utara

Timur Leste (Timur Leste: ATSEA Project, 2012) h.44 84

Ibid.,h.45 85

Ibid.,h.46

Page 88: KEANEKARAGAMAN IKAN HIAS PADA BERBAGAI EKOSISTEM …

72

2. Keanekaragaman Jenis Ikan Hias

Indeks keanekaragaman jenis ikan hias secara keseluruhan pada stasiun I

atau pada ekosistem terumbu karang mencapai 3,215. Tingkat keanekaragaman

pada stasiun ini yang paling melimpah karena stasiun ini berada pada ekosistem

terumbu karang. Menurut indeks keanekaragaman Shannon-Wienner sudah

termasuk dalam kategori hewan sedang karena nilai H’ berada pada 2,302 < H’ <

6,90786

. Suatu komunitas dikatakan mempunyai keanekaragaman spesies yang

tinggi apabila terdapat banyak spesies dengan jumlah individu masing-masing

spesies yang relative merata. Maka, apabila suatu komunitas tersebut tidak dapat

dikatakan memiliki keanekaragaman yang tinggi. Berdasarkan indeks

keanekaragaman Shanon-Wiener jika dihubungkan dengan tingkat pencemaran

yaitu apabila H’< 1 maka tercemar berat, apabila nilai H’ 1 < H’ < 3 termasuk

dalam tercemar sedang, dan apabila suatu perairan dengan nilai H’ > 3 maka tidak

termasuk dalam kategori tercemar87

.

Nilai indeks keanekaragaman pada ekosistem lamun yaitu 1,953 lebih

rendah dibandingkan dengan indeks keanekaragaman pada ekosistem terumbu

karang, tetapi lebih tinggi dari pada ekosistem mangrove. menurut Shannon-

Wienner dengan jumlah seperti itu termasuk dalam kategori rendah. Penyebab

lebih rendahnya nilai indeks keanekaragaman di ekosistem lamun dari pada

ekosistem terumbu karang diantaranya, lamun bukanlah habitat yang cukup

bagus untuk tempat berlindung dari predator (tidak sebagus terumbu karang).

Lamun pada dasarnya dijadikan sebagai tempat untuk pengasuhan dan

86

Melati febrianita fachrul, Metode Sampling. H.51 87

Sarah Liliana Studi Keanekaragaman Ikan Karang Di Kawasan Perairan Bagian Barat Pulau

Rubiah (Medan :Universitas Sumatera Utara,2010) h.45

Page 89: KEANEKARAGAMAN IKAN HIAS PADA BERBAGAI EKOSISTEM …

73

pembijahan anakan dari ikan hias. setelah dewasa akan bermigrasi ke ekosistem

terumbu karang

Menurut (Kennedy & Björk, 2009), dalam ekosistemnya padang lamun

memiliki berbagai macam fungsi, diantaranya: sebagai tempat tinggal berbagai

biota laut, termasuk biota laut yang bernilai ekonomis, seperti ikan

baronang/lingkis, berbagai macam kerang, rajungan atau kepiting, teripang dll.

Keberadaan biota tersebut bermanfaat bagi manusia sebagai sumber bahan

makanan. Kemudian sebagai tempat pemeliharaan anakan berbagai jenis biota

laut kemudian pada saat dewasa,anakan tersebut akan bermigrasi, misalnya ke

daerah terumbu karang karang88

.

Ekosistem lamun merupakan habitat yang sangat penting bagi komunitas

ikan. Menurut (Hutomo dan Parino, 1994), di Pantai Lombok Selatan dijumpai

85 spesies ikan, 4 spesies di antaranya merupakan jenis ikan yang khas hidup di

habitat lamun yaitu Syngnathoides biaculetus, Nova culichthys, Acrichthys sp

dan Centrogenys vagiensis. Beberapa spesies ikan yang bernilai ekonomis

adalah siganid, lethrinid, carangid, dan lutjanid89

.

Indeks keanekaragaman jenis pada stasiun III atau ekosistem mangrove

yang paling rendah dibandingkan pada ekosistem terumbu karang dan ekosistem

lamun dengan nilai indeks keanekaragaman 1,441, sehingga Indeks

keanekaragaman jenis ikan hias pada stasiun ini dikategorikan rendah. Hal ini

disebabkan oleh beberapa hal: kurangnya substrat yang dapat digunakan untuk

88 Sarana Komunikasi Utama ,dkk Panduan Monitoring Padang Lamun (Jakarta: Sarana

Komunikasi Utama, 2014) .h,2 89 M. Ghupran H. Kordi, Marikultur Prinsip & Praktik Budidaya Laut, (Yogyakarta:Lily

Publisher, 2011) h,36

Page 90: KEANEKARAGAMAN IKAN HIAS PADA BERBAGAI EKOSISTEM …

74

berlindung dan mencari makan karena kondisi di sekitar mangrove tidak banyak

terumbu karang yang bisa hidup dan konisi mangrove yang berlumpur sehingga

tidak memungkinkan ikan hias untuk beraktifitas secara normal.

Menurut (Aksornkoeae, 1985), perairan mangrove dikenal berfungsi

sebagai daerah pemijahan(spawning ground), tempat asuhan (nursely ground),

dan tempat mencari makan (feeding ground) berbagai jenis hewan akuatik yang

mempunyai nilai ekonomi penting.90

Dari ketiga ekosistem tersebut keanekaragaman ikan hias yang paling

tinggi terdapat pada ekosistem terumbu karang dengan kategori sedang, diikuti

ekosistem lamun dan ekosistem mangrove termasuk dalam kategori rendah, hal

tersebut didukung dengan terumbu karang di kawasan perairan Gili Kondo

cukup bagus dan kondisi perairan yang cukup optimum sebagai tempat

konservasi terumbu karang akan berbanding lurus dengan keanekaragaman jenis

ikan hias yang dapat kita temukan, dengan kondisi terumbu karang yang bagus

maka keanekaragaman jenis ikan hias yang ditemukan semakin melimpah.

Menurut warga yang tinggal di pesisir Padak Guar yang kebanyakan

bekerja sebagai nelayan. Setelah diwawancarai tentang bagaimana kelimpahan

ikan hias tahun demi tahunnya mengalami peningkatan jumlah dari setiap

spesies yang ada. Hal tersebut terjadi karena kerjasama yang baik antara

pengelola tempat wisata dengan para wisatawan yang berkunjung, namun tidak

banyak juga terumbu karang yang dirusak oleh para wisatawan karena seringkali

90

Ibid., h.25

Page 91: KEANEKARAGAMAN IKAN HIAS PADA BERBAGAI EKOSISTEM …

75

berjalan di atas terumbu karang dan mengakibatkan kelimpahan ikan hias di

kedalaman 1 meter sudah banyak mengalami kerusakan.

Tinggi rendahnya nilai keanekaragaman ikan hias pada setiap stasiun

dapat disebabkan faktor fisika perairan dan ketersediaan nutrisi. Selain itu tinggi

rendahnya nilai indeks keanekaragaman ikan hias juga dapat dipengaruhi oleh

pengambilan data ikan hias pada saat pengamatan di lapangan. Penambahan dan

pengurangan jumlah spesies ikan hias dapat disebabkan oleh beberapa hal,

diantaranya spesies tertentu tidak berada di daerah transek, sehingga tidak

tercatat, terjadinya booming reproduksi spesies pada bulan pengambilan data

ikan hias, dan yang terakhir yaitu adanya migrasi ikan keluar atau masuk di

daerah pengamatan91

.

Spesies-spesies ikan hias yang didapatkan baik pada stasiun I, II dan III

secara keseluruhan cukup beragam. Menurut hasil wawancara yang telah

dilakukan dengan beberapa nelayan mengatakan bahwa masih banyak lagi

spesies ikan hias yang belum ditemukan, ada berbagai banyak faktor yang

menjadi kendala pada saat proses penelitian, salah satu diantaranya yaitu dengan

waktu penelitian yang cukup singkat yang dimulai pukul 09.00 – 17.00 Wita.

Kemudian pada saat proses penyelaman hanya mencapai kedalaman 3 meter ,

sedangkan ikan hias banyak sekali yang hidup pada kedalaman diatas 3 meter ke

atas sehingga keanekaragaman yang didapatkan menjadi terbatas.

91

Sarah Liliana, Studi Keanekaragaman Ikan Karang Di Kawasan Perairan Bagian Barat Pulau

Rubiah (Medan :Universitas Sumatera Utara,2010) h.54

Page 92: KEANEKARAGAMAN IKAN HIAS PADA BERBAGAI EKOSISTEM …

76

BAB IV

PENUTUP

A. Simpulan

Berangkat dari rumusan masalah dan dari hasil analisis data dan

pembahasan, maka disimpulkan:

1. Jenis-jenis ikan hias yang ditemukan di kawasan perairan Gili Kondo di

ekosistem terumbu karang, lamun dan mangrove penyebarannya hampir

sama. Jenis ikan hias yang paling paling beragam ditemukan pada

ekosistem terumbu karang sebanyak 30 spesies dari 8 famili yaitu

Pomacentridae, Chaetodonthidae, Pomacanthidae, Lethrinidae,

Haemulidae, Apogomidae, Scaranidae dan Nemipteridae diikuti ekosistem

lamun sebanyak 8 spesies dari 2 famili yaitu Pomacentridae dan

Nemipteridae dan yang terakhir ekosistem mangrove dengan jumlah 5

spesies dari 3 spesies di antaranya Nemipteridae dan Pomacantridae .

2. Tingkat keanekaragaman tertinggi ditemukan pada ekosistem terumbu

karang dengan nilai (3,215) dikategorikan sedang, diikuti oleh ekosistem

lamun dengan nilai (1,953) dan yang terendah di ekosistem mangrove

dengan nilai (1,441) dikategorikan rendah.

B. Saran

Diharapkan kepada nelayan dan penduduk setempat untuk menjaga

ekosistem pantai khususnya ekosistem lamun, ekosistem mangrove dan

ekosistem terumbu karang agar kelestarian dan kesetabilannya terjaga agar

biota-biota yang mempunyai habitat tinggal di ekosistem tersebut seperti

ikan hias dapat bertahan hidup dan semakin beranekaragam.

76

Page 93: KEANEKARAGAMAN IKAN HIAS PADA BERBAGAI EKOSISTEM …

77

DAFTAR PUSTAKA

Adrim, M. Keanekaragaman jenis ikan hias. Jakarta: Rhineka Cipta,1990

Barus, T. A. 2004. Pengantar Limnologi Studi tentang Ekosistem Air Daratan. Medan:

USU Press.

Effendi, M.I. Biologi Perikanan.1987

M.Hutomo. Pengantar studi ekologi komunitas ikan karang dan metode

pengkajiannya. Jakarta: 1993.

M.Ghupran H, khordi K. Budidaya 22 Komoditas Laut. Yogyakarta:2011

Michael, P. Metode Ekologi Untuk Penyelidikan Lapangan dan Laboratorium.

Jakarta: Universitas Indonesia Press ,1995.

Nontji, 1987.Laut Nusantara, Penerbit Djambata, Jakarta

Nybakken, J.W. Biologi Laut Suatu Pendekatan Ekologis .Jakarta:1988

Odum, E. P., 1971. Dasar-dasar Ekologi.Cetakan ke-3. Gajah Mada University

Press, Yogyakarta.

Otto Soemarwanto. Kehidupan Terumbu Karang. Bandung: Remaja Rosdaka,

2003.

Pandiangan, S.L. 2009. Studi Keanekaragaman Ikan Karang Di Kawasan

Perairan Bagian Barat Pulau Rubiah Nanggroe Aceh

Darussalam.Departemen Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara Medan. Medan.

Puspita Ningsih. MengenL Ekosistem Laut & Pesisir. Jawa Barat: Pustaka Sains,

2012.

Romimoharto, K. dan Juwana, 2007. Biologi Laut: Ilmu Pengetahuan tentang

Biota Laut. Djambatan, Jakarta.

Rondonuwu, A.B. 2013. Distribusi dan Kelimpahan Ikan Karang Family

Pomacentridae DI Perairan Terumbu Karang Desa Poopoh Kecamatan

Tombariri Kabupaten Minahasa.FPIK UNSRAT

Page 94: KEANEKARAGAMAN IKAN HIAS PADA BERBAGAI EKOSISTEM …

78

Sarah Liliana pandiangan. Studi Keanekaragaman Ikan Hias Di Kawasan

Perairan Bagian Barat Pulau Rubiah Nanggroe Aceh Darussalam.

Medan: 2009.

Setiawan, F. 2006. Identifikasi Ikan Karang dan Invertebrata Laut. Institut

Pertanian Bogor, Bogor.

Suci Andiewati. Keanekaragaman Jenis Ikan Karang Di Pulau Badi Dan Pulau

Kodingareng Lompo. Makassar: 2014.

Suharti, S. R. 1996. Keanekaragaman Jenis dan Kelimpahan Pomacentridae di

Terumbu Karang Perairan Selat Sunda.Tanda L. 2002.Coral Reef Fish

Stock Assessment in the Togean and Banggai Islands, Sulawesi, Indonesia.

RAP bulletin of biological assessment.

Supriharyono., 2000. Pelestarian dan pengelolaan sumber daya alam diwilayah

pesisir tropis, P. T. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Supriharyono, M.S. Pengelolaan Ekosistem Terumbu Karang. Jakarta:

Djambatan, 2000.

Sugiyono. Metodologi kuantitatif dan kualitatif. Bandung: Alfabeta, 2014.

Team penulis. Pedoman Penulisan Skripsi IAIN. Mataram: 2015

Zulfianti. Distribusi Dan Keanekaragaman Jenis Ikan Karang (Famili

Pomacentridae) Untuk Rencana Referensi Daerah Perlindungan Laut

(Dpl) Di Pulau Bonetambung Makassar. Makasar: 2014.

http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/maquares

Wikipedia 2016c. Penyebaran ikan karang [Internet]. Wikipedia, The Free

Encylopedia; 2016 januari 10, 12:01 UTC [diunduh 08 Agustus 2016].

Sumber : http://en.wikipedia.org/

Wikipedia 2016d. Pengaruh kualitas air perairan [Internet]. Wikipedia, The Free

Encylopedia; 2016 januari 10, 12:01 UTC [diunduh 08 Agustus 2016].

Sumber : http://en.wikipedia.org/

Page 95: KEANEKARAGAMAN IKAN HIAS PADA BERBAGAI EKOSISTEM …

79

lampiran

Page 96: KEANEKARAGAMAN IKAN HIAS PADA BERBAGAI EKOSISTEM …

80

Lampiran I : Spesies Ikan Hias yang Ditemukan

1. Stasiun I

No Spesies Jumlah Total

Transek I Transek II Transek III

1 Chromis atripectoraliis 10 8 11 29

2 Chromis ternatensis 5 6 3 14

3 Chaetodon meyeri 2 3 2 7

4 Chaetodon lunuatus 2 2 2 6

5 Ablyglyphidodon aureus 2 2 4 8

6 Chaetodon trifasciatus 3 2 2 7

7 P.ocellatus 4 3 2 9

8 Pomacentrus moluccensis 70 56 60 186

9 G.aureolineatus 10 7 5 22

10 Dascyllus aureus 8 3 2 13

11 A. trimaculatus 6 3 5 14

12 Pomacentrus auriventris 3 2 4 9

13 Pomacentrus alexanderae 6 5 17 28

14 N. azysron 3 6 9 18

15 P. polytaenia 3 2 4 9

16 Apogonfragilis 7 4 3 14

17 Chormis viridis 18 10 12 40

18 Chrysiptera springeri 10 8 8 26

19 Abudefduf vaigiensis 23 30 16 69

20 Neoglyphidododon melas 12 7 5 24

21 Scurus niger 8 8 6 22

22 Pygoplites dicanthus 16 10 8 34

23 Cetoscarus bicolor 9 5 8 22

24 Chricyptera rolandi 6 4 9 19

25 Scoplis margaritfera 40 45 35 120

Page 97: KEANEKARAGAMAN IKAN HIAS PADA BERBAGAI EKOSISTEM …

81

No Spesies Jumlah Total

Transek I Transek II Transek III

26 Neoglyphidodon nigroris 30 35 27 92

27 Pomacentrus philippinus 8 8 6 22

28 Abudefduf notatus 40 43 50 133

29 Amphirion Clarkii 11 20 12 43

30 Amphiprion ocellaris 6 6 4 16

Total Keseluruhan Jenis (N) 1075

2. Stasiun II

No

Spesies

Jumlah

Total Transek I Transek II Transek III

1 Chromis atripectoris 2 0 1 3

2 Pomacentrus auriventris 0 2 1 3

3 Abudefduf notatus 5 3 2 10

4 Pomacentrus philippinus 3 5 2 10

5 Neoglyphidodon nigrosis 4 0 0 4

6 S. Margaritfera 2 0 4 6

7 P. moluccensis 7 2 2 11

8 Chromis viridis 0 3 2 5

Total Keseluruhan Jenis (N) 52

Page 98: KEANEKARAGAMAN IKAN HIAS PADA BERBAGAI EKOSISTEM …

82

3. Stasiun III

No

Spesies

Jumlah

Total Transek I Transek II Transek III

1 Sclopsis Margaritfera 2 3 0 5

2 Pomacentrus lepidogenys 0 4 1 5

3 Abudefduf notatus 4 5 3 12

4 Rastroliger kanagunta 2 0 2 4

5 Sphyrhaena jello 1 1 0 2

Total Keseluruhan Jenis (N) 28

Lampiran II : Hasil Perhitungan Indeks Keanekaragaman Jenis Ikan Hias

H’= -∑PiLnPi

Pi = 𝑛𝑖

𝑁 dimana ni = jumlah individu setiap jenis

N = Jumlah Total Individu pada suatu stasiun

Pi = 29

1075= 0,026

LnPi = Ln 0,026 = -3,649

Pi.lnPi = 0,026 x (ln 0,026) = - 0,094

H’= -∑PiLnPi = - ∑ - 3,215= 3,21

1. Stasiun I

No Spesies Ni Pi lnPi Pi.lnPi H’

1 Chromis atripectoraliis 29 0,026 - 3,649 - 0,094

2 Chromis ternatensis 14 0,013 - 4,342 - 0,056

3 Chaetodon meyeri 7 0,06 - 5,115 - 0,030

4 Chaetodon lunuatus 6 0,005 - 5,298 - 0,026

5 Ablyglyphidodon aureus 8 0,007 - 4,961 - 0,034

6 Chaetodon trifasciatus 7 0,006 -5,115 - 0,030

Page 99: KEANEKARAGAMAN IKAN HIAS PADA BERBAGAI EKOSISTEM …

83

7 P.ocellatus 9 0,008 - 4,828 - 0,038

8 P. moluccensis 19 0,017 - 4,074 - 0,069

9 G.aureolineatus 22 0,020 - 3,912 - 0,078

10 Dascyllus aureus 13 0,012 - 4,422 - 0,053

11 A. trimaculatus 14 0,013 - 4,342 - 0,056

12 Pomacentrus auriventris 9 0,008 - 4,828 - 0,038

13 P.alexanderae 28 0,026 - 3,649 - 0,094

14 N. azysron 18 0,016 - 4,135 - 0,066

15 P. polytaenia 9 0,008 - 4828 - 0,038

16 Apogonfragilis 14 0,013 - 4,342 - 0,056

17 Chormis viridis 40 0,037 - 3,296 - 0,121

18 Chrysiptera springeri 26 0,024 - 3,729 - 0,089

19 Abudefduf vaigiensis 69 0,064 - 2,748 - 0,175

20 Neoglyphidododon melas 24 0,022 - 3,816 - 0,083

21 Scurus niger 22 0,020 - 3,912 - 0,078

22 Pygoplites dicanthus 34 0,031 -3,473 - 0,107

23 Cetoscarus bicolor 22 0,020 -3,912 - 0,078

24 Chricyptera rolandi 186 0,173 1,754 - 0,303

25 Scoplis margaritfera 120 0,111 - 2,198 - 0,244

26 Neoglyphidodon nigroris 92 0,085 - 2,465 - 0,209

27 Pomacentrus philippinus 22 0,020 - 3,912 - 0,078

28 Abudefduf notatus 133 0,123 - 2,095 - 0,025

29 Amphirion Charkii 43 0,4 - 3,218 - 0,128

30 Amphiprion ocellaris 16 0,014 - 4,268 - 0,059

Total Keseluruhan Jenis (N) - 3,215

3,215 H’= -∑PiLnPi

Page 100: KEANEKARAGAMAN IKAN HIAS PADA BERBAGAI EKOSISTEM …

84

2. Stasiun II

No Spesies ni Pi lnPi Pi.lnPi H’

1 Chromis atripectoris 3 0,057 - 2,864 - 0,163

2 Pomacentrus auriventris 3 0,057 - 2,864 - 0,163

3 Abudefduf notatus 10 0,192 - 1,650 - 0,316

4 Pomacentrus philippinus 10 0,192 - 1,650 - 0,316

5 Neoglyphidodon nigrosis 4 0,076 - 2,577 - 0,195

6 S. Margaritfera 6 0,115 - 2,162 - 0, 248

7 P. muloccensis 11 0,211 - 1,555 - 0, 328

8 Chromis viridis 5 0,096 - 2,343 - 0,224

Total Keseluruhan Jenis (N) - 1953

1,953 H’= -∑PiLnPi

3. Stasiun III

No Spesies ni Pi lnPi Pi.lnPi H’

1 Chromis margaritfera 5 0,178 - 1,725 - 0,307

2 Pomacentrus lepidogenys 5 0,178 - 1,725 - 0,307

3 Abudefduf notatus 12 0,428 - 0,848 - 0,363

4 Rastreliger kanagunta 4 0,142 - 1,951 - 0,277

5 Sphyrhaena jello 2 0,071 - 2,645 - 0,187

Total Keseluruhan Jenis (N) - 1,441

1,441 H’= -∑PiLnPi

Page 101: KEANEKARAGAMAN IKAN HIAS PADA BERBAGAI EKOSISTEM …

85

Lampiran III: Hasil Pengukuran Kondisi Fisika Perairan

1. Stasiun I

Stasiun Transek Suhu Salinitas PH Air

Stasiun I (Ekosistem

terumbu Karang)

Transek I 30,5 ℃ 25%0 7,0

Transek II 30,5 ℃ 25%0 7,0

Transek III 30,5 ℃ 25%0 7,0

2. Stasiun II

Stasiun Transek Suhu Salinitas PH Air

Stasiun II (Ekosistem

Padang Lamun)

Transek I 29,9 ℃ 23%0 7,0

Transek II 29,9 ℃ 23%0 7,0

Transek III 29,9 ℃ 23%0 7,0

3. Stasiun III

Stasiun Transek Suhu Salinitas PH Air

Stasiun III

(Ekosistem Hutan

Mangrove)

Transek I 29,9 ℃ 23%0 7,0

Transek II 29,9 ℃ 23%0 7,0

Transek III 29,9 ℃ 23%0 7,0

Page 102: KEANEKARAGAMAN IKAN HIAS PADA BERBAGAI EKOSISTEM …

86

Lampiran IV : Dokumentasi Penelitian

Lampiran: Lokasi Penelitian

Gambar: Transportasi Penelitian

Gambar: Lokasi Penelitian

Gambar: Tim Pendamping Proses Penelitian

Page 103: KEANEKARAGAMAN IKAN HIAS PADA BERBAGAI EKOSISTEM …

87

Gambar: Proses Penyelaman

Gambar: Pengukuran Kondisi Fisiska Perairan

Gambar: Pengamatan Pada Beberapa Stasiun

Page 104: KEANEKARAGAMAN IKAN HIAS PADA BERBAGAI EKOSISTEM …

88

Page 105: KEANEKARAGAMAN IKAN HIAS PADA BERBAGAI EKOSISTEM …

89

Page 106: KEANEKARAGAMAN IKAN HIAS PADA BERBAGAI EKOSISTEM …

90

Page 107: KEANEKARAGAMAN IKAN HIAS PADA BERBAGAI EKOSISTEM …

91

Page 108: KEANEKARAGAMAN IKAN HIAS PADA BERBAGAI EKOSISTEM …

92