keanekaragaman dan pola distribusi tumbuhan paku di hutan ...

142
Siti Rahmah Lubis : Keanekaragaman Dan Pola Distribusi Tumbuhan Paku Di Hutan Wisata Alam Taman Eden Kabupaten Toba Samosir Provinsi Sumatera Utara, 2009 KEANEKARAGAMAN DAN POLA DISTRIBUSI TUMBUHAN PAKU DI HUTAN WISATA ALAM TAMAN EDEN KABUPATEN TOBA SAMOSIR PROVINSI SUMATERA UTARA TESIS Oleh SITI RAHMAH LUBIS 077030021/BIO SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2009 S E K O L A H P A S C A S A R J A N A

Transcript of keanekaragaman dan pola distribusi tumbuhan paku di hutan ...

Page 1: keanekaragaman dan pola distribusi tumbuhan paku di hutan ...

Siti Rahmah Lubis : Keanekaragaman Dan Pola Distribusi Tumbuhan Paku Di Hutan Wisata Alam Taman Eden Kabupaten Toba Samosir Provinsi Sumatera Utara, 2009

KEANEKARAGAMAN DAN POLA DISTRIBUSI TUMBUHAN PAKU DI HUTAN WISATA ALAM TAMAN EDEN

KABUPATEN TOBA SAMOSIR PROVINSI SUMATERA UTARA

TESIS

Oleh

SITI RAHMAH LUBIS 077030021/BIO

SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2009

S

EK O L A

H

PA

SC A S A R JANA

Page 2: keanekaragaman dan pola distribusi tumbuhan paku di hutan ...

Siti Rahmah Lubis : Keanekaragaman Dan Pola Distribusi Tumbuhan Paku Di Hutan Wisata Alam Taman Eden Kabupaten Toba Samosir Provinsi Sumatera Utara, 2009

KEANEKARAGAMAN DAN POLA DISTRIBUSI TUMBUHAN PAKU DI HUTAN WISATA ALAM TAMAN EDEN

KABUPATEN TOBA SAMOSIR PROVINSI SUMATERA UTARA

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Biologi pada Sekolah Pascasarjana

Universitas Sumatera Utara

Oleh

SITI RAHMAH LUBIS 077030021/BIO

SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2009

Page 3: keanekaragaman dan pola distribusi tumbuhan paku di hutan ...

Siti Rahmah Lubis : Keanekaragaman Dan Pola Distribusi Tumbuhan Paku Di Hutan Wisata Alam Taman Eden Kabupaten Toba Samosir Provinsi Sumatera Utara, 2009

Judul Tesis : KEANEKARAGAMAN DAN POLA DISTRIBUSI TUMBUHAN PAKU DI HUTAN WISATA ALAM TAMAN EDEN KABUPATEN TOBA SAMOSIR PROVINSI SUMATERA UTARA

Nama Mahasiswa : Siti Rahmah Lubis Nomor Pokok : 077030021 Program Studi : Biologi

Menyetujui, Komisi Pembimbing

(Prof. Dr. Ir. B. Sengli J. Damanik, M.Sc) Ketua

(Prof. Dr. Retno Widhiastuti, MS) Anggota

Ketua Program Studi

(Prof. Dr. Dwi Suryanto, M.Sc)

Direktur (Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, M.Sc)

Tanggal lulus: 30 Juni 2009

Page 4: keanekaragaman dan pola distribusi tumbuhan paku di hutan ...

Siti Rahmah Lubis : Keanekaragaman Dan Pola Distribusi Tumbuhan Paku Di Hutan Wisata Alam Taman Eden Kabupaten Toba Samosir Provinsi Sumatera Utara, 2009

Telah diuji pada

Tanggal 30 Juni 2009

__________________________________________________________________

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. Ir. B. Sengli J. Damanik, M.Sc

Anggota : 1. Prof. Dr. Retno Widhiastuti, MS

2. Prof. Ir. Zulkifli Nasution, M.Sc, Ph.D

3. Dr. Budi Utomo, SP, MP

Page 5: keanekaragaman dan pola distribusi tumbuhan paku di hutan ...

Siti Rahmah Lubis : Keanekaragaman Dan Pola Distribusi Tumbuhan Paku Di Hutan Wisata Alam Taman Eden Kabupaten Toba Samosir Provinsi Sumatera Utara, 2009

ABSTRAK

Penelitian tentang Keanekaragaman dan Pola Distribusi Tumbuhan Paku di Hutan Wisata Alam Taman Eden Kabupaten Toba Samosir Provinsi Sumatera Utara telah dilaksanakan pada bulan Desember 2008 sampai dengan Februari 2009. Lokasi penelitian ditentukan secara Purposive Sampling dan dibagi menjadi 3 bagian berdasarkan ketinggian. Ketinggian I berada pada 1100 – 1300 m dpl; ketinggian II berada pada 1300 – 1500 m dpl; dan ketinggian III berada pada 1500 – 1750 m dpl. Area penelitian seluas 0.15 ha (5m x 5m x 20 x 3), tiap plot berukur 5m x 5m, dengan jumlah subplot 60.

Dari hasil penelitian diperoleh 57 jenis Pteridophyta dengan jumlah 3898 individu yang termasuk ke dalam 3 kelas, 5 ordo, 23 famili dan 36 genera. Pada ketinggian 1100-1300 m dpl didominasi oleh Gleichenia truncata dan Vittaria angustifolia, ketinggian 1300-1500 m dpl dengan Gleichenia linearis dan Vittaria angustifolia dan ketinggian 1500-1750 m dpl dengan Dipteris conjugata dan Phymatopteris triloba. Nilai Indeks Keanekaragaman tertinggi terdapat pada ketinggian 1100-1300 m dpl yaitu sebesar 2.95989, sedangkan Indeks Keseragaman tertinggi terdapat antara ketinggian 1100-1300 m dpl dan ketinggian 1300-1500 m dpl sebesar 60.13%. Pola distribusi tumbuhan paku di lokasi penelitian adalah berkelompok (clumped). Suhu udara, kelembaban, intensistas cahaya, dan pH berkorelasi searah pada keanekaragaman tumbuhan paku.

Kata Kunci: Paku, Distribusi, Keanekaragaman, Hutan Taman Eden, Toba

Samosir.

Page 6: keanekaragaman dan pola distribusi tumbuhan paku di hutan ...

Siti Rahmah Lubis : Keanekaragaman Dan Pola Distribusi Tumbuhan Paku Di Hutan Wisata Alam Taman Eden Kabupaten Toba Samosir Provinsi Sumatera Utara, 2009

ABSTRACT

A research about Diversity and Distribution Type Pterydophyte in Hutan Wisata Alam Taman Eden Kabupaten Toba Samosir North Sumatra Province were conducted in December 2008 to February 2009. Sampling area was settled by using Purposive Sampling Method and divided to three location based on altitude. Altitude I was 1100 – 1300 m above sea level; altitude II was 1300 – 1500 m above sea level and the altitude III was 1500 – 1750 m above sea level. Areas size of observation was 0,15 ha (5 m x 5 m x 20 x 3), were observed in size 5 m x 5 m with 60 subplot.

The result showed that the location have 57 species Pteridophyta of 3 class, 5 ordo, 23 family and 36 genera. Altitude I has dominated with Gleichenia truncata and Vittaria angustifolia, altitude II with Gleichenia linearis and Vittaria angustifolia, altitude III with Dipteris conjugata and Phymatopteris triloba. Altitude 1100-1300 m dpl have the highest of Indeks Diversity is 2.95989. The altitude 1300-1500 m dpl and altitude 1300-1750 m dpl has the highest of Indeks Similarity is 60.13%. Distribution Pterydophyta in the observation located are grouping (clumped). Founded the correlation line between Indeks Diversity with air temperature, moisture, light of sun intencity and pH.

Keywords: Fern, Distribution, Diversity, Eden Park Forest, Toba Samosir.

Page 7: keanekaragaman dan pola distribusi tumbuhan paku di hutan ...

Siti Rahmah Lubis : Keanekaragaman Dan Pola Distribusi Tumbuhan Paku Di Hutan Wisata Alam Taman Eden Kabupaten Toba Samosir Provinsi Sumatera Utara, 2009

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Subhanahuwata′ala dengan ridho-Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian “Keanekaragaman dan Pola

Distribusi Tumbuhan Paku di Hutan Wisata Alam Taman Eden Kabupaten Toba

Samosir Provinsi Sumatera Utara”, dilaksanakan sebagai salah satu syarat untuk

menyelesaikan studi pada Program Studi Magister Biologi Sekolah Pascasarjana

Universitas Sumatera Utara Medan.

Penulis menyampaikan terima kasih kepada Prof. Dr. Ir. B. Sengli J.

Damanik, M.Sc sebagai Ketua Komisi Pembimbing dan Prof. Dr. Retno

Widhiastuti, MS sebagai Anggota Komisi Pembimbing yang telah banyak

memberikan arahan dan bimbingan selama penulis melaksanakan penelitian

sampai selesainya penyusunan tesis ini.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Ir. Zulkifli Nasution, M.Sc, Ph.D dan Dr. Budi Utomo, SP, MP, sebagai

dosen penguji yang telah banyak memberikan arahan dan masukan dalam

penyempurnaan penyusunan tesis ini.

2. Gubernur Provinsi Sumatera Utara dan Kepala Bappeda yang telah

memberikan beasiswa S-2 kepada penulis sampai menyelesaikan studi S-2.

3. Ayahanda (H.M. Ridhwan Yahya Lubis) dan Ibunda (Hj. Habibah Matondang)

yang teramat besar jasa dan do´anya.

4. Suami tercinta (Imran Doni Fauzi, SE) yang telah memberikan motivasi dan

do´a serta anak-anakku tersayang (M. Rado Fauzi dan Ibrahim Ahmad) yang

telah memberikan energi paling terbesar buat penulis untuk menyelesaikan

tesis ini.

Akhir kata semoga Allah SWT selalu memberikan rahmat-Nya dalam

menuntut ilmu dan semoga tesis ini bermanfaat. Terima kasih.

Page 8: keanekaragaman dan pola distribusi tumbuhan paku di hutan ...

Siti Rahmah Lubis : Keanekaragaman Dan Pola Distribusi Tumbuhan Paku Di Hutan Wisata Alam Taman Eden Kabupaten Toba Samosir Provinsi Sumatera Utara, 2009

RIWAYAT HIDUP

Siti Rahmah Lubis, dilahirkan di Medan 6 Agustus 1975 dari pasangan

Ayahanda H.M. Ridhwan Yahya Lubis dan Ibunda Hj. Habibah Matondang.

Menikah dengan Imran Doni Fauzi, SE pada tanggal 5 Maret 2000. Penulis

mempunyai dua orang putra yaitu M. Rado Fauzi (8 tahun), Ibrahim Ahmad (3 bu l a

n).

RIWAYAT PENDIDIKAN

– Tahun 1987 Lulus dari SD Negeri No. 060848 Medan.

– Tahun 1990 Lulus dari SMP Negeri 6 Medan.

– Tahun 1993 Lulus dari SMA Negeri 16 Medan.

– Tahun 1997 Lulus dari Fakultas Pendidikan Matematika Ilmu Pengetahuan

Alam Jurusan Biologi IKIP Medan.

– Tahun 2007 Terdaftar sebagai mahasiswa Program Studi Biologi Sekolah

Pascasarjana USU Medan.

RIWAYAT PEKERJAAN

Sejak tahun 1997 sebagai Guru SMA Negeri 1 Balaraja–Tangerang (Jawa

Barat).

Sejak tahun 1998 sampai sekarang sebagai Guru SMA Negeri 6 Medan.

Page 9: keanekaragaman dan pola distribusi tumbuhan paku di hutan ...

Siti Rahmah Lubis : Keanekaragaman Dan Pola Distribusi Tumbuhan Paku Di Hutan Wisata Alam Taman Eden Kabupaten Toba Samosir Provinsi Sumatera Utara, 2009

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK.................................................................................................... i ABSTRACT.................................................................................................... ii KATA PENGANTAR................................................................................... iii RIWAYAT HIDUP....................................................................................... iv DAFTAR ISI................................................................................................. v DAFTAR TABEL......................................................................................... vii DAFTAR GAMBAR .................................................................................... viii DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xi I . PENDAHULUAN ................................................................................... 1 1.1. Latar Belakang ................................................................... 1 1.2. Permasalahan ...................................................................... 2 1.3. Tujuan Penelitian ................................................................ 2 1.4. Manfaat Penelitian .............................................................. 3 II. TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 4 2.1. Karakteristik Tumbuhan Paku ............................................ 4 2.2. Klasifikasi Tumbuhan Paku ................................................ 8 2.3. Ekologi Tumbuhan Paku .................................................... 11 2.4. Distribusi Tumbuhan Paku ................................................. 12 2.5. Manfaat Tumbuhan Paku .................................................... 14 III. METODA PENELITIAN ....................................................................... 15 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ............................................. 15 3.2. Kondisi Umum Lokasi Penelitian ........................................ 15 3.2.1. Topografi ................................................................ 16 3.2.2. Iklim ........................................................................ 16 3.2.3. Jenis Tanah ............................................................. 16 3.2.4. Vegetasi .................................................................. 16 3.3. Pelaksanaan Penelitian ....................................................... 17 3.3.1. Alat dan Bahan ........................................................ 17 3.3.2. Di Lapangan ............................................................ 17 3.3.3. Di Laboratorium ...................................................... 19 3.4. Analisis Data ...................................................................... 20 3.4.1. Keanekaragaman Tumbuhan Paku .......................... 20 3.4.2. Pola Distribusi ......................................................... 21 3.4.3. Analisis Korelasi ..................................................... 22

Page 10: keanekaragaman dan pola distribusi tumbuhan paku di hutan ...

Siti Rahmah Lubis : Keanekaragaman Dan Pola Distribusi Tumbuhan Paku Di Hutan Wisata Alam Taman Eden Kabupaten Toba Samosir Provinsi Sumatera Utara, 2009

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................... 23 4.1. Keanekaragaman Jenis Tumbuhan Paku di Hutan Wisata Alam Taman Eden .............................................................. 23 4.2. Komposisi Tumbuhan Paku di Hutan Wisata Alam Taman Eden......................................................................... 30 4.3. Tumbuhan Paku Dominan di Hutan Wisata Alam Taman Eden ................................................................................. 37 4.4. Indeks Keanekaragaman (H’) dan Indeks Keseragaman (E)

Tumbuhan Paku di HWA Taman Eden................................ 42 4.5. Indeks Similaritas (IS)......................................................... 45 4.6. Distribusi dan Pola Distribusi Tumbuhan Paku ................... 47 4.6.1. Distribusi Tumbuhan Paku ....................................... 47 4.6.2. Pola Distribusi.......................................................... 52 4.7. Analisis Korelasi ................................................................. 55 4.8. Habitat Tumbuhan Paku Teresterial di Hutan Wisata Alam

Taman Eden......................................................................... 57 4.9. Potensi Tumbuhan Paku di HWA Taman Eden ................... 59 4.10. Deskripsi Jenis Tumbuhan Paku di Hutan Wisata Alam

Taman Eden ........................................................................ 62 V. KESIMPULAN DAN SARAN................................................................. 119 5.1. Kesimpulan ......................................................................... 119 5.2. Saran ................................................................................. 120 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 121

Page 11: keanekaragaman dan pola distribusi tumbuhan paku di hutan ...

Siti Rahmah Lubis : Keanekaragaman Dan Pola Distribusi Tumbuhan Paku Di Hutan Wisata Alam Taman Eden Kabupaten Toba Samosir Provinsi Sumatera Utara, 2009

DAFTAR TABEL No. J u d u l Halaman 1. Keanekaragaman Jenis Tumbuhan Paku di Hutan Wisata Alam Taman Eden ................................................................................... 24

2 Jumlah Famili, Jenis dan Individu Tumbuhan Paku di HWA Taman Eden .................................................................................... 27

3. Nilai Rata-rata Faktor Fisik pada Tiga Ketinggian di HWA Taman Eden ................................................................................... 29

4. Nilai Indeks Keanekaragaman (H’) dan Indeks Keseragaman (E) Tumbuhan Paku di HWA Taman Eden ........................................... 43

5. Nilai Indeks Similaritas (IS) Tumbuhan Paku di HWA Taman Eden 45

6. Nilai Indeks Morisita (Id) Tumbuhan Paku di HWA Taman Eden.. 52

7. Nilai Analisis Korelasi Pearson terhadap H’ dengan Metode Komputerisasi SPSS ver. 12.00....................................................... 55

8. Analisis Tanah di Hutan Wisata Taman Eden ................................. 57

9. Potensi Tumbuhan Paku di HWA Taman Eden............................... 59

Page 12: keanekaragaman dan pola distribusi tumbuhan paku di hutan ...

Siti Rahmah Lubis : Keanekaragaman Dan Pola Distribusi Tumbuhan Paku Di Hutan Wisata Alam Taman Eden Kabupaten Toba Samosir Provinsi Sumatera Utara, 2009

DAFTAR GAMBAR

No J u d u l Halaman 1. Berbagai Letak Sorus pada Daun Tumbuhan Paku ...................... 6

2. Jalur dan Plot Pengamatan .......................................................... 18

3. Pengambilan Sampel Tanah Sistem Diagonal .............................. 19

4. Komposisi Tumbuhan Paku Teresterial dan Epifit pada Ketinggian 1100 – 1300 m dpl di HWA Taman Eden ................................... 32

5. Komposisi Tumbuhan Paku Teresterial dan Epifit pada Ketinggian 1300 – 1500 m dpl di HWA Taman Eden ................................... 34

6. Komposisi Tumbuhan Paku Teresterial dan Epifit pada Ketinggian 1500 – 1750 m dpl di HWA Taman Eden ................................... 36

7. Indeks Nilai Penting Tumbuhan Paku Teresterial dan Epifit pada Ketinggian 1100 – 1300 m dpl di HWA Taman Eden ................. 38

8. Indeks Nilai Penting Tumbuhan Paku Teresterial dan Epifit pada Ketinggian 1300 – 1500 m dpl di HWA Taman Eden ................. 40

9. Indeks Nilai Penting Tumbuhan Paku Teresterial dan Epifit pada Ketinggian 1500 – 1700 m dpl di HWA Taman Eden ................. 41

10. Distribusi Tumbuhan Paku pada Tiga Ketinggian ....................... 51

11. Permukaan Bawah Ental Angiopteris angustifolia ...................... 62

12. Permukaan Bawah Ental dan Spora Antrophyum semicostatum ... 63

13. Permukaan Bawah dan Spora Arachnioides haniffii .................... 64

14. Permukaan Bawah dan Spora Arachnioides hasseltii................... 65

15. Permukaan Bawah dan Spora Asplenium macrophyllum.............. 66

16. Permukaan Bawah dan Spora Asplenium nidus ............................ 67

17. Permukaan Bawah dan Spora Asplenium unilateral ..................... 68

18. Permukaan Bawah Ental dan Spora Athryum procumbens .......... 69

19. A. Belvisia revoluta, B. Spora Terdapat pada Ujung Ental Fertil. 70

20. Permukaan Bawah dan Spora Blechnum indicum......................... 71

21. A. Blechnum orientale, B. Permukaan Bawah dan Spora ............ 72

Page 13: keanekaragaman dan pola distribusi tumbuhan paku di hutan ...

Siti Rahmah Lubis : Keanekaragaman Dan Pola Distribusi Tumbuhan Paku Di Hutan Wisata Alam Taman Eden Kabupaten Toba Samosir Provinsi Sumatera Utara, 2009

22. A. Cibotium barometz, B. Permukaan Bawah dan Spora ............. 73

23 Permukaan Bawah dan Spora Coryphopteris sp........................... 74

24 A. Crypsinus stenophyllus, B. Permukaan Bawah dan Spora ....... 75

25 Permukaan Bawah dan Spora Ctenopteris alata .......................... 76

26 Permukaan Bawah dan Spora Ctenopteris contigua ..................... 77

27 Permukaan Bawah dan Spora Cyathea boornensis....................... 78

28 A. Cyathea glabra, B. Permukaan Bawah dan Spora ................... 79

29 Permukaan Bawah dan Spora Cyathea latebrosa ......................... 80

30 Permukaan Bawah dan Spora Cyathea obscura ........................... 81

31 Permukaan Bawah dan Spora Dicranopteris curanii ................... 82

32 Dicranopteris linearis var montana ............................................. 83

33 Dicranopteris linearis var subspeciosa........................................ 84

34 Permukaan Bawah Ental dan Spora Diplazium accedens ............ 85

35 Spora Diplazium subintegrum ...................................................... 86

36 Permukaan Bawah Ental dan Spora Diplazium velutinum............ 87

37 A. Dipteris conjugata, B. Permukaan Bawah Ental dan Spora .. 88

38 A. Elaphoglossum blumeanum, B. Permukaan Bawah Ental dan Spora ........................................................................................... 89

39 A. Elaphoglossum robinsonii, B. Permukaan Bawah Ental dan Spora ........................................................................................... 90

40 Spora dan Permukaan Bawah Ental Gleichenia linearis .............. 91

41 Gleichenia longissima ................................................................. 92

42 A. Permukaan Bawah Ental dan Spora, B. Gleichenia truncata .. 93

43 Permukaan Bawah Ental dan Spora Goniophlebium persicifolium 94

44 Spora Histiopteris incisa ............................................................. 95

45 A. Humata pectinata, B. Permukaan Bawah Ental dan Spora ..... 96

46 Hymenophyllum exsertum ........................................................... 97

47 Hymenophyllum imbricatum ....................................................... 98

48 Lycopodium cernuum dan strobilinya ......................................... 99

49 Lycopodium sp1. .......................................................................... 100

Page 14: keanekaragaman dan pola distribusi tumbuhan paku di hutan ...

Siti Rahmah Lubis : Keanekaragaman Dan Pola Distribusi Tumbuhan Paku Di Hutan Wisata Alam Taman Eden Kabupaten Toba Samosir Provinsi Sumatera Utara, 2009

50 Lycopodium sp2. .......................................................................... 101

51 A. Matonia pectinata, B. Permukaan Bawah Ental dan Spora .... 102

52 Permukaan Bawah Ental dan Spora Nephrolepis dicksonioides . 103

53 Oleandra pistillaris ..................................................................... 104

54 A. Phymatopteris triloba, B. Permukaan Bawah Ental dan Spora 105

55 Phymatosorus longissima ............................................................ 106

56 Pneumatopteris ecallosa ............................................................. 107

57 Pneumatopteris truncata ............................................................. 108

58 Permukaan Bawah Ental dan Spora Pronephrium triphyllum ..... 109

59 Psilotum sp ................................................................................. 110

60 Pteridium sp ................................................................................ 111

61 Pyrrosia stigmosa ....................................................................... 112

62 Scleroglossum pusillum ............................................................... 113

63 Selaginella ornata ....................................................................... 114

64 Selaginella wildenowii ................................................................ 115

65 A. Sphenomeris chinensis, B. Permukaan Bawah Ental dan Spora 116

66 Tectaria grandidentata ............................................................... 117

67 Vittaria angustifolia .................................................................... 118

Page 15: keanekaragaman dan pola distribusi tumbuhan paku di hutan ...

Siti Rahmah Lubis : Keanekaragaman Dan Pola Distribusi Tumbuhan Paku Di Hutan Wisata Alam Taman Eden Kabupaten Toba Samosir Provinsi Sumatera Utara, 2009

DAFTAR LAMPIRAN

No J u d u l Halaman

1 Peta HWA Taman Eden Kecamatan Lumban Julu Kabupaten Toba Samosir Provinsi Sumatera Utara.................................................... 126

2 Foto Penelitian ............................................................................... 127

3 Tabel Hasil Indeks Nilai Penting (INP) Tumbuhan Paku Teresterial Dan Epifit pada ketinggian 1100 – 1300 m dpl di HWA Taman Eden

....................................................................................129 Tabel Hasil Indeks Nilai Penting (INP) Tumbuhan Paku Teresterial Dan Epifit pada ketinggian 1300 – 1500 m dpl di HWA Taman Eden 130 Tabel Hasil Indeks Nilai Penting (INP) Tumbuhan Paku Teresterial Dan Epifit pada ketinggian1500–1750 m dp ldi HWA Taman Eden............... 131

4 Contoh Perhitungan (K, KR, F, FR, INP, H’ dan IS) ...................... 132

5 Tabel Jenis Paku yang diperoleh pada ketinggian 1100 – 1300 m dpl di Hutan Wisata Alam Taman Eden ................................................ 134 Tabel Jenis Paku yang diperoleh pada ketinggian 1300 – 1500 m

dpl di Hutan Wisata Alam Taman Eden .......................................... 135 Tabel Jenis Paku yang diperoleh pada ketinggian 1500 – 1750 m

dpl di Hutan Wisata Alam Taman Eden .......................................... 136

6 Hasil Analisis Korelasi Pearson SPSS ver. 12.00 ........................... 137

7 Hasil Identifikasi Spesimen ........................................................... 138

8 Surat Hasil Analisis Tanah Hutan Wisata Alam Taman Eden......... 140

9. Tabel data faktor fisik-kimia HWA Taman Eden ........................... 141

Page 16: keanekaragaman dan pola distribusi tumbuhan paku di hutan ...

Siti Rahmah Lubis : Keanekaragaman Dan Pola Distribusi Tumbuhan Paku Di Hutan Wisata Alam Taman Eden Kabupaten Toba Samosir Provinsi Sumatera Utara, 2009

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Tumbuhan paku (Pteridophyta) tersebar di seluruh bagian dunia,

sebagian besar tumbuh di daerah tropika basah yang lembab kecuali daerah

bersalju abadi dan kering (gurun). Menurut Tjitrosomo et al. (1983),

Pteridophyta hidup tersebar luas dari tropika yang lembab sampai melampaui

lingkaran Arktika. Jumlah yang teramat besar dijumpai di hutan-hutan hujan

tropika dan juga tumbuh dengan subur di daerah beriklim sedang, di hutan-hutan,

padang rumput yang lembab, sepanjang sisi jalan dan sungai.

Jones dan Luchsinger (1986) melaporkan di muka bumi ini terdapat 13.000

jenis Pteridophyta. Di kawasan Malesia yang terdiri dari hampir sebagian besar

kepulauan Indonesia, Philipina, Guinea, dan Australia Utara diperkirakan

terdapat 4000 jenis paku yang mayoritasnya Filicinae (Whitten dan Whitten,

1995). Menurut Loveless (1999), paku diwakili oleh kurang dari 10.000 jenis

yang hidup, tetapi karena ukurannya yang besar dan penampilannya yang

khas, tumbuhan paku merupakan komponen vegetasi yang menonjol. Total spesies

yang diketahui hampir 10.000, diperkirakan 3.000 diantaranya tumbuh di

Indonesia.

Jumlah tumbuhan paku yang berlimpah karena iklim yang mendukung

pertumbuhannya. Paku yang menyukai sinar matahari yang hidup di tempat

Page 17: keanekaragaman dan pola distribusi tumbuhan paku di hutan ...

Siti Rahmah Lubis : Keanekaragaman Dan Pola Distribusi Tumbuhan Paku Di Hutan Wisata Alam Taman Eden Kabupaten Toba Samosir Provinsi Sumatera Utara, 2009

terbuka, terdistribusi dengan luas. Paku di daerah terbuka ada yang hidup

berkelompok, soliter dan memanjat. Beberapa jenis paku di daerah ini

membentuk belukar yang menutupi tanah-tanah kosong. Di hutan tertutup ditandai

dengan intensitas cahaya yang kurang dan kelembaban udara yang tinggi. Paku di

hutan umumnya merupakan paku yang menyukai naungan. Paku di hutan

terlindung dari panas dan angin kencang. Kebanyakan hidup soliter dan tumbuh

lebih lambat dibandingkan dengan paku di daerah terbuka (LIPI, 1980).

Hutan Wisata Alam (HWA) Taman Eden Kabupaten Toba Samosir,

Provinsi Sumatera Utara, diperkirakan memiliki jenis tumbuhan paku

(Pteridophyta) yang dapat hidup khusus pada ketinggian tertentu. Data mengenai

keberadaan paku berdasarkan ketinggian di HWA Taman Eden Kabupaten Toba

Samosir Provinsi Sumatera Utara belum pernah dilaporkan. Berdasarkan hal

tersebut perlu dilakukan penelitian tentang keanekaragaman dan pola distribusi

tumbuhan paku.

1.2. Permasalahan

Bagaimanakah keanekaragaman dan pola distribusi tumbuhan paku

(Pteridophyta) yang menyusun komunitas vegetasi di HWA Taman

Eden Kabupaten Toba Samosir Provinsi Sumatera Utara.

Page 18: keanekaragaman dan pola distribusi tumbuhan paku di hutan ...

Siti Rahmah Lubis : Keanekaragaman Dan Pola Distribusi Tumbuhan Paku Di Hutan Wisata Alam Taman Eden Kabupaten Toba Samosir Provinsi Sumatera Utara, 2009

1.3. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui komposisi tumbuhan paku (Pteridophyta) pada tiga ketinggian

yang berbeda di HWA Taman Eden Kabupaten Toba Samosir Provinsi

Sumatera Utara.

2. Mengetahui tumbuhan paku (Pteridophyta) yang mendominasi di HWA

Taman Eden Kabupaten Toba Samosir Provinsi Sumatera Utara.

3. Mengetahui distribusi dan pola distribusi tumbuhan paku (Pteridophyta)

di HWA Taman Eden Kabupaten Toba Samosir Provinsi Sumatera Utara.

4. Mengetahui korelasi sifat fisik-kimia dengan Indeks Keanekaragaman

tumbuhan paku di HWA Taman Eden Kabupaten Toba Samosir Provinsi

Sumatera Utara.

5. Mengetahui habitat tumbuhan paku teresterial yang terdapat di HWA

Taman Eden Kabupaten Toba Samosir Provinsi Sumatera Utara.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Memberikan informasi keanekaragaman dan pola distribusi tumbuhan

paku (Pteridophyta) yang menyusun vegetasi di HWA Taman Eden

Kabupaten Toba Samosir Provinsi Sumatera Utara.

2. Memberikan gambaran data tumbuhan paku untuk penelitian lanjutan,

aplikasinya pada ilmu murni dan terapan, serta memberikan masukan bagi

masyarakat, pemerintah dan instansi atau lembaga terkait pengelolaan dan

Page 19: keanekaragaman dan pola distribusi tumbuhan paku di hutan ...

Siti Rahmah Lubis : Keanekaragaman Dan Pola Distribusi Tumbuhan Paku Di Hutan Wisata Alam Taman Eden Kabupaten Toba Samosir Provinsi Sumatera Utara, 2009

pengembangan serta konservasi selanjutnya sekaligus menyelamatkan

plasma nutfah tumbuhan paku.

Page 20: keanekaragaman dan pola distribusi tumbuhan paku di hutan ...

Siti Rahmah Lubis : Keanekaragaman Dan Pola Distribusi Tumbuhan Paku Di Hutan Wisata Alam Taman Eden Kabupaten Toba Samosir Provinsi Sumatera Utara, 2009

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Karakteristik Tumbuhan Paku

Tumbuhan paku dalam dunia tumbuh-tumbuhan termasuk golongan besar

atau Divisi Pteridophyta (pteris = bulu burung; phyta = tumbuhan), yang

diterjemahkan secara bebas berarti tumbuhan yang berdaun seperti bulu burung.

Tumbuhan paku merupakan tumbuhan peralihan antara tumbuhan bertalus dengan

tumbuhan berkormus, sebab paku mempunyai campuran sifat dan bentuk antara

lumut dengan tumbuhan tingkat tinggi (Raven et al., 1992).

Menurut Tjitrosoepomo (1994), tumbuhan paku merupakan divisi yang

warganya telah jelas mempunyai kormus, artinya tubuhnya dengan nyata dapat

dibedakan dalam tiga bagian pokok, yaitu akar, batang dan daun namun belum

menghasilkan biji. Selanjutnya menurut Tjitrosoepomo, et al, (1983), akar

tumbuhan paku pada awalnya berasal dari embrio kemudian lenyap digantikan

akar-akar seperti kawat atau rambut, berwarna gelap dan dalam jumlah besar yang

berasal dari batangnya.

Kebanyakan paku memiliki perawakan yang khas yaitu adanya daun muda

yang bergelung yang akan membuka jika dewasa, ciri yang hampir unik ini

disebut vernasi bergelung, sebagai akibat lebih lambatnya pertumbuhan

permukaan daun sebelah atas daripada sebelah bawah pada perkembangan

awalnya (Loveless, 1989).

Page 21: keanekaragaman dan pola distribusi tumbuhan paku di hutan ...

Siti Rahmah Lubis : Keanekaragaman Dan Pola Distribusi Tumbuhan Paku Di Hutan Wisata Alam Taman Eden Kabupaten Toba Samosir Provinsi Sumatera Utara, 2009

Menurut Hasairin (2003), organ paku-pakuan terdiri atas dua bagian, yaitu:

1. Organ vegetatif; yang terdiri dari akar, batang, dan daun (organum nutritivum).

a. Akar

Akar paku adalah serabut. Pada bagian ujungnya terdapat tudung akar atau

kaliptra. Di belakang tudung akar terdapat titik tumbuh akar berbentuk bidang

empat, yang aktivitasnya adalah:

1) ke luar menghasilkan kaliptra, dan

2) ke dalam membentuk sel-sel akar.

b. Batang

Umumnya batang tumbuhan paku berupa akar tongkat atau rhizoma, ada

juga yang berupa batang sesungguhnya, misalnya batang paku tiang. Bila dibuat

sayatan melintang, maka akan tampak jaringan batang urut dari luar ke dalam

adalah sebagai berikut:

1) Epidermis atau kulit luar. Umumnya keras karena mempunyai jaringan

penguat yang terdiri atas sel-sel batu atau skelerenkim.

2) Korteks atau kulit pertama. Bagian ini banyak mengandung ruang-ruang sel

yang berbentuk lubang-lubang besar.

3) Stele atau silinder pusat. Terdiri atas jaringan parenkim dan mengandung

berkas pembuluh pengangkut, yaitu xylem dan floem dan bertipe kosentris.

c. Daun

Menurut Smith (1979), berdasarkan bentuk dan sifat daunnya dapat

dibedakan atas dua golongan, yaitu:

Page 22: keanekaragaman dan pola distribusi tumbuhan paku di hutan ...

Siti Rahmah Lubis : Keanekaragaman Dan Pola Distribusi Tumbuhan Paku Di Hutan Wisata Alam Taman Eden Kabupaten Toba Samosir Provinsi Sumatera Utara, 2009

1) Megaphyllus, yaitu paku yang mempunyai daun besar sehingga mudah

dibedakan atas batang dan daun, misalnya pada Asplenium.

2) Macrophyllus, yaitu paku yang memiliki daun kecil dan umumnya berupa sisik

sehingga sukar dibedakan bagian-bagiannya, misalnya pada Lycopodium.

Berdasarkan fungsinya daun paku menurut Tjitrosoepomo (1994),

membagi paku megaphyllus atas 2 kelompok yaitu tropofil dan sporofil.

1. Tropofil, yaitu daun berwarna hijau yang berfungsi sebagai penyelenggara

asimilasi.

2. Sporofil, yaitu daun yang berfungsi sebagai penghasil spora.

Pada permukaan sebelah bawah sehelai daun dewasa pada hampir semua

paku yang umum, terdapat semacam bercak berbentuk bulat atau memanjang,

yang sewaktu muda ditutupi berwarna karat, yang sewaktu muda biasanya tertutup

oleh jaringan penutup yang disebut indusium. Bercak berwarna karat itu terdiri

atas berbagai sporangium dan disebut sorus (Loveless, 1989), dapat dilihat pada

Gambar 1.

Sumber: Fern of Malaya in Colour, (Piggott 1964)

Gambar 1. Berbagai Letak Sorus pada Daun Tumbuhan Paku

Page 23: keanekaragaman dan pola distribusi tumbuhan paku di hutan ...

Siti Rahmah Lubis : Keanekaragaman Dan Pola Distribusi Tumbuhan Paku Di Hutan Wisata Alam Taman Eden Kabupaten Toba Samosir Provinsi Sumatera Utara, 2009

2. Organ generatif (organum reproduktivum).

Paku berkembangbiak dengan spora. Setiap kotak spora dikelilingi oleh

sederetan sel yang melingkar membentuk bangunan seperti cincin dan disebut

annulus. Annulus ini berfungsi untuk mengatur pengeluaran spora. Aktivitas

annulus dipengaruhi oleh suhu dan kelembaban udara. Di dalam sel-sel annulus

penuh berisi air. Bila dalam keadaan basah sel-sel annulus akan mengembang,

namun bila dalam keadaan kering sel annulus mengisut, maka sel-sel annulus

mengerut dan memendek menyebabkan dinding kotak spora menjadi retak. Kotak

spora pecah, spora dihembuskan ke luar melalui celah yang terjadi pada waktu sel

annulus mengerut. Perkembangbiakan pada tumbuhan paku terjadi secara

“gametofit” bersifat seksual dengan menghasilkan sel-sel gamet (gamet ♂ dan

gamet ♀); “sporofit” bersifat aseksual dengan menghasilkan spora (Hasairin,

2003).

Daun pada tumbuhan paku mengandung sporangia yang berkembang

dalam bentuk kelompok yang disebut sori. Sporangia yang pecah akan

menghasilkan spora. Dengan spora inilah tumbuhan paku berkembang biak

(Cranbrook dan Edward, 1994). Setelah pembuahan, sel telur tumbuh

menjadi tumbuhan paku-pakuan, pertumbuhannya akan berlangsung

sampai saat pematangan untuk membentuk spora lagi (Tjitrosoepomo, et al.,

1983). Dalam udara kering, spora mampu mempertahankan viabilitasnya selama

beberapa bulan, tetapi jika dibasahi pada suhu yang cocok, spora akan

berkecambah (Loveless, 1989).

Page 24: keanekaragaman dan pola distribusi tumbuhan paku di hutan ...

Siti Rahmah Lubis : Keanekaragaman Dan Pola Distribusi Tumbuhan Paku Di Hutan Wisata Alam Taman Eden Kabupaten Toba Samosir Provinsi Sumatera Utara, 2009

Akar tumbuhan paku awalnya berasal dari embrio kemudian lenyap dan

digantikan akar-akar seperti kawat atau rambut, berwarna gelap dan dalam jumlah

besar yang berasal dari batangnya (Tjitrosoepomo, et al., 1983).

Menurut Loveless (1989), daun biasanya terdiri dari dua bagian yaitu

tangkai daun dan helaian daun. Jika anak daun tersusun seperti sehelai daun, daun

(ental) disebut bersirip (pinnate), tiap anak daun disebut sirip (pinna) dan poros

tempat sirip berada disebut rakis (rachis).

Umumnya pertumbuhan batang tidak nyata. Tetapi pada paku pohon,

batangnya tumbuh menyerupai batang pinang (Sastrapradja, et al., 1980).

Batang tumbuh dari tahun ke tahun dan membentuk seperangkat daun baru pada

setiap masa tumbuh (Tjitrosoepomo, et al., 1983).

2.2. Klasifikasi Tumbuhan Paku

Menurut Stern (1992) dan Tjitrosoepomo (1994), Pteridophyta

diklasifikasikan dalam beberapa kelas termasuk yang telah punah, yaitu:

1. Kelas Psilophytinae (Paku Purba)

Kelas Psilophytinae terdiri dari 2 ordo, yaitu:

a. Ordo Psilophytales

a. Ordo Psilotales

2. Kelas Lycopodinae (Paku Rambut atau Paku Kawat)

Kelas Lycopodinae terdiri dari 4 ordo, yaitu:

a. Ordo Lycopodiales

Page 25: keanekaragaman dan pola distribusi tumbuhan paku di hutan ...

Siti Rahmah Lubis : Keanekaragaman Dan Pola Distribusi Tumbuhan Paku Di Hutan Wisata Alam Taman Eden Kabupaten Toba Samosir Provinsi Sumatera Utara, 2009

b. Ordo Selaginellales (Paku Rane, Paku Lumut)

c. Ordo Lepidodendrales

d. Ordo Isoetales

3. Kelas Equisetinae (Paku Ekor Kuda)

Kelas Equisetinae terdiri dari 3 ordo, yaitu:

a. Ordo Equisetales

b. Ordo Sphenophyllales

c. Ordo Protoarticulatales

4. Kelas Filicinae (Paku Sejati)

Kelas Filicinae terdiri dari 3 Anak Kelas, yaitu

a. Anak kelas Eusporangiatae, terdiri atas 2 Ordo yaitu

(1) Ordo Ophoglossales

(2) Ordo Marattiales

b. Anak kelas Leptosporongiatae (Filices), terdiri atas 10 Ordo, yaitu:

(1) Ordo Osmundales

(2) Ordo Shizacales

(3) Ordo Gleicheniales

(4) Ordo Matoniales

(5) Ordo Loxomales

(6) Ordo Hymenophyllales

(7) Ordo Dicksoniales

(8) Ordo Thyrsopteridales

Page 26: keanekaragaman dan pola distribusi tumbuhan paku di hutan ...

Siti Rahmah Lubis : Keanekaragaman Dan Pola Distribusi Tumbuhan Paku Di Hutan Wisata Alam Taman Eden Kabupaten Toba Samosir Provinsi Sumatera Utara, 2009

(9) Ordo Chyatheales

(10) Ordo Polipodiales

c. Anak kelas Hydropterides (Paku Air).

Menurut Stern (1992), divisi ini disebut pula dengan nama Tracheophyta

yang berarti tumbuhan yang berjaringan buluh. Jaringan buluh ini terdiri atas dua

jenis buluh, yaitu:

1. Buluh kayu (Xylem), berfungsi mengangkut air dan garam-garam tanah dari

akar ke bagian atas hingga daun.

2. Buluh tapis (Floem), berfungsi mengangkat hasil asimilasi dari daun ke

seluruh bagian organ termasuk akar.

Kedua pembuluh tersebut dimiliki pula oleh tumbuhan berkeping dua.

Tracheophyta tidak mempunyai kambium tetapi memiliki hijau daun (klorofil)

yang membuatnya bisa mandiri dalam pembentukan zat-zat yang mengandung

energi matahari (karbohidrat, lemak, dan protein). Untuk berkembang biak

Tracheophyta membentuk spora dengan peralatan kelamin yang lengkap, yaitu:

1. Arkegonium; dapat disamakan dengan putik dari tumbuhan dikotiledon dan

mengandung semacam sel telur.

2. Anteridium; dapat disamakan dengan benang sari yang menghasilkan tepung

sari mengandung semacam sperma (Tjitrosoepomo, 2001).

Tumbuhan Tracheophyta mengadakan perkawinan dengan menghasilkan

spora dan dapat tumbuh menjadi tumbuhan paku. Ciri khas dari paku-pakuan yang

khas adalah:

Page 27: keanekaragaman dan pola distribusi tumbuhan paku di hutan ...

Siti Rahmah Lubis : Keanekaragaman Dan Pola Distribusi Tumbuhan Paku Di Hutan Wisata Alam Taman Eden Kabupaten Toba Samosir Provinsi Sumatera Utara, 2009

a. Membentuk sporangia yang sangat besar jumlahnya.

b. Sporangia dibentuk di bagian bawah sporofil.

c. Sperma masuk ke dalam telur (arkegonium) dengan persarian berlangsung

dalam media basah (Tjitrosoepomo, 2001).

2.3. Ekologi Tumbuhan Paku

Tumbuhan paku memiliki daya adaptasi yang cukup tinggi, sehingga tidak

jarang dijumpai paku dapat hidup di mana-mana, diantaranya di daerah lembab,

di bawah pohon, di pinggiran sungai, di lereng-lereng terjal, di pegunungan

bahkan banyak yang sifatnya menempel di batang pohon, batu atau tumbuh di atas

tanah. Jenis-jenis paku epifit yang berbeda kebutuhannya juga akan berbeda

terhadap cahaya. Ada yang menyenangi tempat terlindung dan ada sebagian pada

tempat tertutup (Wiesner (1907), Went (1940) dalam Hasar dan Kaban, (1997).

Kondisi lingkungan di hutan tertutup ditandai dengan sedikitnya jumlah

sinar yang menembus kanopi hingga mencapai permukaan tanah dan kelembaban

udaranya sangat tinggi. Dengan demikian paku hutan memiliki kondisi hidup yang

seragam dan lebih terlindung dari panas. Kondisi ini dapat terlihat dari jumlah

paku yang dapat beradaptasi dengan cahaya matahari penuh tidak pernah dijumpai

di hutan yang benar-benar tertutup. Beberapa paku hutan tidak dapat tumbuh di

tempat yang dikenai cahaya matahari (Holttum, 1967).

Paku yang menyenangi sinar matahari “sun-fern” selain ada yang

membentuk belukar dan ada juga yang memanjat. Sebagian kecil “sun-fern”

Page 28: keanekaragaman dan pola distribusi tumbuhan paku di hutan ...

Siti Rahmah Lubis : Keanekaragaman Dan Pola Distribusi Tumbuhan Paku Di Hutan Wisata Alam Taman Eden Kabupaten Toba Samosir Provinsi Sumatera Utara, 2009

tumbuh di tempat yang benar-benar terbuka. Namun demikan memerlukan juga

lindungan dari sinar matahari. Sehingga sering ditemukan tumbuh di antara

tumbuhan lain, tidak terisolasi. Paku yang berbentuk belukar membuat sendiri

naungannya dengan cara membuat rimbunan yang terdiri dari daun-daunan

(Richard, 1952).

2.4. Distribusi Tumbuhan Paku

Hutan pegunungan terdapat zona-zona vegetasi, dengan jenis dan struktur

dan penampilan yang berbeda. Zona-zona vegetasi tersebut dapat dikenali di

semua gunung di daerah tropis meskipun tidak ditentukan oleh ketinggian saja. Di

gunung yang rendah, semua zona vegetasi lebih sempit, sedangkan di gunung

yang tinggi atau di bagian yang tengah suatu jajaran pegunungan, zona itu lebih

luas (Mackinnon, 2000). Namun dengan naiknya ketinggian tempat, pohon-pohon

semakin pendek, kelimpahan epifit serta tumbuhan pemanjat berubah (Anwar, et

al., 1987).

Hal ini juga dinyatakan oleh Sastrapradja, et al. (1980), bahwa umumnya

di daerah pegunungan, jumlah jenis paku lebih banyak dari pada di dataran

rendah. Ini disebabkan oleh kelembaban yang lebih tinggi, banyaknya

aliran air dan adanya kabut. Banyaknya curah hujanpun mempengaruhi jumlah

paku yang dapat tumbuh.

Pada daerah tropis dan subtropis, tumbuhan paku-pakuan berada di tempat-

tempat yang lembab, di bawah pepohonan, di pinggir jalan maupun sungai,

Page 29: keanekaragaman dan pola distribusi tumbuhan paku di hutan ...

Siti Rahmah Lubis : Keanekaragaman Dan Pola Distribusi Tumbuhan Paku Di Hutan Wisata Alam Taman Eden Kabupaten Toba Samosir Provinsi Sumatera Utara, 2009

di pegunungan, di lereng-lereng yang terjal hingga dekat kawah gunung berapi

bahkan sampai di sungai-sungai. Melihat cara tumbuhnya, paku di alam cukup

beragam, ada yang menempel di batang pohon, batu atau tumbuh di tanah. Pada

lingkungan yang sejuk terlindung atau panas kena sinar matahari langsung.

Masing-masing jenis atau kelompok memiliki lingkungannya sendiri (Sastrapradja

& Afriastini, 1985).

Menurut Faizah (2002), suhu udara, suhu tanah dan intensitas cahaya

berpengaruh sangat nyata terhadap keanekaragaman Cyathea spp di hutan

Tongkoh kawasan Tahura Bukit Barisan Sumatera Utara. Di lokasi terbuka

beberapa epifit berhasil tumbuh di tanah. Namun di hutan mereka sangat

tergantung pada inangnya, untuk tempat hidup bukan sebagai sumber makanan.

Epifit tidak membutuhkan makanan organik dari tumbuhan lain. Epifit memainkan

peranan yang penting dalam ekosistem hutan hujan sebagai habitat bagi beberapa

hewan (Richard, 1952). Menurut LIPI (1980) menyatakan bahwa paku epifit ikut

membantu dalam mempertahankan kelembaban lapisan vegetasi dasar karena

mampu beradaptasi terhadap kekeringan.

Vegetasi pada pegunungan sangat dipengaruhi oleh perubahan iklim pada

ketinggian yang berbeda-beda. Suhu secara teratur sejalan dengan ketinggian

yang meningkat (Ewusie, 1990). Selanjutnya Anwar, et al, (1987), menyatakan

bahwa laju penurunan suhu umumnya sekitar 0,6° C setiap penambahan

ketinggian sebesar 100 m. Tetapi hal ini berbeda-beda tergantung kepada

tempat, musim, waktu, kandungan uap air dalam udara dan lain sebagainya.

Page 30: keanekaragaman dan pola distribusi tumbuhan paku di hutan ...

Siti Rahmah Lubis : Keanekaragaman Dan Pola Distribusi Tumbuhan Paku Di Hutan Wisata Alam Taman Eden Kabupaten Toba Samosir Provinsi Sumatera Utara, 2009

2.5. Manfaat Tumbuhan Paku

Tumbuhan paku banyak ragamnya. Banyak diantaranya yang mempunyai

bentuk yang menarik sehingga bagus untuk dijadikan sebagai tanaman hias. Selain

sebagai tanaman hias, paku dapat pula dimanfaatkan sebagai sayuran berupa

pucuk-pucuk paku. Dari segi obat-obatan tradisional, paku pun tidak luput dari

kehidupan manusia. Ada jenis-jenis yang daunnya dipakai untuk ramuan obat, ada

pula yang rhizomanya. Batang paku yang tumbuh baik dan yang sudah keras,

diperuntukan untuk berbagai keperluan. Tidak jarang sebagai tiang rumah, paku

dipakai untuk pengganti kayu, batang paku diukir untuk dijadikan patung-patung

yang dapat ditempatkan di taman. Kadang-kadang dipotong-potong untuk tempat

bunga, misalnya tanaman anggrek (Sastrapradja, 1979).

Sejak dulu tumbuhan paku telah dimanfaatkan oleh manusia terutama

sebagai bahan makanan (sayuran). Dewasa ini pemanfaatannya berkembang

sebagai material baku untuk pembuatan kerajinan tangan, pupuk organik dan

tumbuhan obat (Amoroso, 1990).

Nilai ekonomi tumbuhan paku terutama terletak pada keindahannya dan

sebagai tanaman holtikultura beberapa jenis Lycopodinae yang suka panas

digunakan sebagai tanaman hias dalam pot, dan paku kawat yang merayap yang

digunakan dalam pembuatan karangan bunga, sedang sporanya kecil-kecil yang

mudah terbakar karena kandungannya akan minyak, sehingga dapat digunakan

untuk menghasilkan kilat panggung (Polunin, 1994).

Page 31: keanekaragaman dan pola distribusi tumbuhan paku di hutan ...

Siti Rahmah Lubis : Keanekaragaman Dan Pola Distribusi Tumbuhan Paku Di Hutan Wisata Alam Taman Eden Kabupaten Toba Samosir Provinsi Sumatera Utara, 2009

III. METODA PENELITIAN

3.1. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan selama 3 bulan yaitu pada bulan Desember 2008

sampai Februari 2009 di Hutan Wisata Alam Taman Eden Desa Lumban Rang

Kecamatan Lumban Julu Kabupaten Toba Samosir Provinsi Sumatera Utara.

3.2. Kondisi Umum Lokasi Penelitian

Hutan Wisata Alam Taman Eden secara administratif termasuk ke dalam

Desa Lumban Rang Sionggang Utara Kecamatan Lumban Julu Kabupaten Toba

Samosir Provinsi Sumatera Utara. Dari Medan berjarak lebih kurang 122 km.

Secara geografis terletak pada 02º 39’ 00” BT sampai 02º 42’ 00” BT dan 099º

62’ 00” LU sampai 099º 64’ 00” LU pada ketinggian 1100 – 1750 m dpl. Lokasi

ini berjarak lebih kurang 16 km dari Parapat sebagai kota wisata andalan Sumatera

Utara dan 55 km dari kota Balige.

HWA Taman Eden memiliki luas area secara administrasi ± 1.980 ha, lebih

dari 1.800 ha merupakan hutan alami (hutan primer) yang berbatasan dengan:

Sebelah Utara : Kecamatan Ajibata Kabupaten Simalungun.

Sebelah Selatan : Kecamatan Uluan dan Kecamatan Porsea.

Sebelah Barat : Danau Toba dan Kecamatan Ajibata.

Sebelah Timur : Kecamatan Asahan (BKSDA 1 SUMUT, 2003).

Page 32: keanekaragaman dan pola distribusi tumbuhan paku di hutan ...

Siti Rahmah Lubis : Keanekaragaman Dan Pola Distribusi Tumbuhan Paku Di Hutan Wisata Alam Taman Eden Kabupaten Toba Samosir Provinsi Sumatera Utara, 2009

3.2.1. Topografi

Hutan Wisata Alam Taman Eden Kabupaten Toba Samosir Provinsi

Sumatera Utara berada pada ketinggian 1100 – 1750 m dpl. Menurut Leas

Sirait yang merupakan pemilik ± 40 ha hutan yang berada di Taman Eden, daerah

hutan ini terdiri dari tebing-tebing tinggi, jurang yang terjal, sungai yang deras

dan terjal, sehingga separuh dari luas wilayah hutan ini praktis tidak tersentuh

tangan manusia.

3.2.2. Iklim

Keadaan iklim di lokasi HWA Taman Eden dipengaruhi oleh beberapa

faktor iklim. Faktor iklim tersebut antara lain kelembaban relatif berkisar 72 –

92%, intensitas cahaya 180 – 600 Luxmeter, suhu udara siang 17 – 27°C, dan

kecepatan angin berkisar 1 – 4 Knot (BKSDA 1 SUMUT, 2003).

3.2.3. Jenis Tanah

Keadaan tanah di lokasi HWA Taman Eden sangat bervariasi. Jenis-jenis

variasi tanah tersebut antara lain tanah bertekstur berliat halus, lempung berpasir,

lempung berliat, berlempung halus, liat berdebu, lempung liat berdebu dan

berdebu halus, dengan pH tanah 5,4 – 6,8 serta suhu tanah berkisar 16º – 24°C

(BKSDA 1 SUMUT, 2003).

3.2.4. Vegetasi

Berdasarkan pengamatan pada penelitian awal, di sekitar area penelitian

dijumpai vegetasi tumbuhan paku yang umumnya ditemukan yaitu Gleichenia,

Page 33: keanekaragaman dan pola distribusi tumbuhan paku di hutan ...

Siti Rahmah Lubis : Keanekaragaman Dan Pola Distribusi Tumbuhan Paku Di Hutan Wisata Alam Taman Eden Kabupaten Toba Samosir Provinsi Sumatera Utara, 2009

Dipteris, Dipladium, Adiantum. Di mana jenis-jenis tersebut tersebar mulai

dari ketinggian 1100 m dpl sampai dengan ketinggian 1750 m dpl.

3.3. Pelaksanaan Penelitian

3.3.1. Alat dan Bahan

Alat-alat

Meteran, tali rafia, alat tulis dan buku lapangan (Buku Identifikasi),

parang/pisau/gunting, sasak kayu (alat press), koran bekas, kantong plastik, label

spesimen, lakban, Soil tester, Loupe, Lux meter, Camera (dokumentasi),

Altimeter, pH meter, GPS, Hygrometer, Termometer udara, Termometer tanah.

Bahan-bahan

Alkohol 70%, akuades, kantung plastik ukuran 40 x 60 cm, kertas koran bekas,

label gantung, tally sheet dan bagian-bagian tumbuhan paku teresterial dan epifit

hasil koleksi pada seluruh transek penelitian.

3.3.2. Di Lapangan

Penentuan lokasi penelitian dilakukan dengan menggunakan metode

purposive sampling berdasarkan keberadaan tumbuhan paku yang dianggap

mewakili tempat tersebut. Pengamatan dan pengambilan koleksi tumbuhan paku

dilakukan dengan menggunakan petak contoh berbentuk kuadrat dan

penempatannya secara petak berganda.

Pada setiap lokasi dibuat petak tunggal berukuran 100 m x 5 m yang dibagi

menjadi 20 subplot dengan ukuran 5 m x 5 m. Total subplot dari tiga petak

tunggal seluruhnya adalah 60. Menentukan plot berdasarkan topografi atau

Page 34: keanekaragaman dan pola distribusi tumbuhan paku di hutan ...

Siti Rahmah Lubis : Keanekaragaman Dan Pola Distribusi Tumbuhan Paku Di Hutan Wisata Alam Taman Eden Kabupaten Toba Samosir Provinsi Sumatera Utara, 2009

ketinggian dari 1100 – 1300 m dpl; 1300 – 1500 m dpl; dan 1500 – 1750 m dpl di

sepanjang jalur perjalanan (track) kiri dan kanan secara Purposive Sampling,

dapat dilihat pada Gambar 2.

Dilakukan pengkoleksian spesimen dari seluruh jenis tumbuhan paku dan

tumbuhan paku yang tidak dikenal diberi label gantung bernomor. Setiap sampel

yang diambil diusahakan yang mengandung spora dan dicatat deskripsi setiap

tumbuhan paku yang dikoleksi.

Gambar 2. Jalur dan Plot Pengamatan

Pengambilan sampel tanah dilakukan dengan menggunakan bor tanah sampai

kedalaman 1-20 cm dengan sistem diagonal (Gambar 3) yang dilakukan sebanyak 3

kali pengambilan pada setiap lokasi pengamatan. Tanah yang diambil dihomogenkan

kemudian diambil cuplikannya sebanyak 500 gr untuk dianalisis di laboratorium.

Untuk analisis tanah, sampel tanah dibawa ke laboratorium tanah Fakultas Pertanian

Page 35: keanekaragaman dan pola distribusi tumbuhan paku di hutan ...

Siti Rahmah Lubis : Keanekaragaman Dan Pola Distribusi Tumbuhan Paku Di Hutan Wisata Alam Taman Eden Kabupaten Toba Samosir Provinsi Sumatera Utara, 2009

USU, selanjutnya diukur tekstur, unsur hara dan komposisi penyusun tanah yang

terkandung di dalamnya.

Gambar 3. Pengambilan Sampel Tanah Sistem Diagonal

Pada lokasi pengamatan, dilakukan pengukuran faktor abiotik yang

meliputi ketinggian dengan menggunakan Altimeter, intensitas cahaya dengan

Luxmeter, suhu udara dengan Termometer, suhu tanah dengan Soil Termometer,

kelembaban udara dengan Higrometer, kelembaban dan pH tanah dengan Soil

Tester, posisi dengan GPS dengan pengulangan tiga kali.

3.3.3. Di Laboratorium

Setelah pengamatan di lapangan berakhir, tumbuhan paku yang telah

dikoleksi dibuka kembali dan disusun sedemikian rupa untuk dikeringkan dalam

oven pengering dengan temperatur + 600 C selama 24 jam. Spesimen yang telah

benar-benar kering diidentifikasi di Laboratorium Taksonomi Tumbuhan

MEDANENSE (MEDA) Universitas Sumatera Utara dengan menggunakan buku

Page 36: keanekaragaman dan pola distribusi tumbuhan paku di hutan ...

Siti Rahmah Lubis : Keanekaragaman Dan Pola Distribusi Tumbuhan Paku Di Hutan Wisata Alam Taman Eden Kabupaten Toba Samosir Provinsi Sumatera Utara, 2009

acuan antara lain: Taxonomy of Vascular Plants (Lawrence, 1958), Comparative

Morphology of Vascular Plants (Foster and Gifford, 1967), Jenis Paku Indonesia

(Sastrapradja et al, 1980), Flora (Steenis, 1981), Kerabat Paku (Sastrapradja &

Afriastini, 1985), Ferns of Malaysia in Colour (Piggott, 1964).

3.4. Analisis Data

3.4.1. Keanekaragaman Tumbuhan Paku

Untuk menganalisis keanekaragaman tumbuhan paku, data yang diperoleh

dihitung nilai Kerapatan (K), Kerapatan Relatif (KR), Frekuensi (F), Frekuensi

Relatif (FR), Indeks Nilai Penting (INP), Indeks Keanekaragaman (H′), Indeks

Keseragaman (E) dan Indeks Kesamaan (IS) dengan menggunakan rumus

Soerianegara & Indrawan (1988) sebagai berikut:

a. Kerapatan (K)

K suatu jenis = contohpetak area luas Total

contohpetak dalamindividu Jumlah

b. Kerapatan Relatif (KR)

KR suatu jenis = jenisseluruh Kerapatan

jenissuatu Kerapatan x 100%

c. Frekuensi (F)

F suatu jenis = diamati yangsubplot semuaJumlah

jenissuatu berisi yangsubplot Jumlah

Page 37: keanekaragaman dan pola distribusi tumbuhan paku di hutan ...

Siti Rahmah Lubis : Keanekaragaman Dan Pola Distribusi Tumbuhan Paku Di Hutan Wisata Alam Taman Eden Kabupaten Toba Samosir Provinsi Sumatera Utara, 2009

d. Frekuensi Relatif (FR)

FR suatu jenis = jenis semua frekuensiJumlah

jenissuatu Frekuensi x 100%

e. Indeks Nilai Penting (INP)

INP = KR + FR

f. Indeks Keanekaragaman (H’)

H’ = ∑=

−S

IiPiPi ln

Keterangan:

H’ = Indeks keanekaragaman Shannon-Wienner

Pi = ni/N

ni = Jumlah individu suatu jenis

N = Jumlah total individu

S = Jumlah jenis

g. Indeks Keseragaman (E)

E = max

'H

H

Keterangan:

H’ = Indeks keanekaragaman Shannon-Wienner H max = ln S ; S = jumlah jenis

h. Indeks Kesamaan (IS)

IS = B) (A

C 2+

x 100%

Page 38: keanekaragaman dan pola distribusi tumbuhan paku di hutan ...

Siti Rahmah Lubis : Keanekaragaman Dan Pola Distribusi Tumbuhan Paku Di Hutan Wisata Alam Taman Eden Kabupaten Toba Samosir Provinsi Sumatera Utara, 2009

Keterangan:

A = Jumlah jenis yang ada pada lokasi A B = Jumlah jenis yang ada pada lokasi B C = Jumlah jenis yang terdapat pada kedua lokasi yang dibandingkan.

3.4.2. Pola Distribusi

Pola distribusi individu suatu jenis pada setiap tingkat pertumbuhan

dihitung menggunakan rumus Indeks Penyebaran Morista sebagai berikut:

Id = )1(

2

−⎥⎥⎦

⎢⎢⎣

⎡−⎟⎟

⎞⎜⎜⎝

⎛∑

NN

Nxnn

i

.................................................... (Suin, 2002)

Keterangan:

Id = indeks penyebaran dispersi

n = jumlah unit pengambilan contoh

xi = jumlah individu setiap petak contoh

N = jumlah individu total yang diperoleh

Kriteria pola distribusi dikelompokkan sebagai berikut:

Id < 1 : penyebaran spesies seragam

Id = 1 : penyebaran spesies secara acak

Id > 1 : penyebaran berkelompok

3.4.3. Analisis Korelasi

Mengukur faktor fisik-kimia tumbuhan paku dikorelasikan dengan Indeks

Keanekaragaman (H’) menggunakan analisis korelasi Pearson dengan metode

komputerisasi SPSS Ver. 12.00.

Page 39: keanekaragaman dan pola distribusi tumbuhan paku di hutan ...

Siti Rahmah Lubis : Keanekaragaman Dan Pola Distribusi Tumbuhan Paku Di Hutan Wisata Alam Taman Eden Kabupaten Toba Samosir Provinsi Sumatera Utara, 2009

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Keanekaragaman Jenis Tumbuhan Paku di Hutan Wisata Alam Taman Eden

Hasil penelitian di Hutan Wisata Alam Taman Eden berdasarkan

ketinggian ditemukan 57 jenis tumbuhan paku yang yang terdiri dari 43 jenis

tumbuhan paku teresterial dan 14 jenis tumbuhan paku epifit. Tumbuhan paku

tersebut termasuk ke dalam 3 kelas, yaitu Lycopodinae, Psilophytinae, Filicinae

dan 5 ordo, 23 famili serta 36 genera (Tabel 1). Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa

HWA Taman Eden memiliki jumlah jenis cukup tinggi, hal ini dapat dibandingkan

dengan penelitian sejenis yang pernah dilakukan oleh Widhiastuti, et al, (2006),

yang melaporkan di kawasan hutan Gunung Sinabung Kabupaten Karo ditemukan

44 jenis tumbuhan paku yang termasuk ke dalam 2 kelas, 23 famili dan 32 genera,

juga hasil inventarisasi paku di hutan Sibayak I Kecamatan Sibolangit Kabupaten

Deli Serdang oleh Aminah (2002), menemukan 49 jenis, 2 kelas, 2 ordo, 16 famili

dan 22 genera dan Sibayak II oleh Lasmaria (1999), menemukan 20 jenis paku, 7

famili dan 19 genera. Di luar pulau Sumatera Sunarmi dan Sarwono (2004),

menginventarisasi paku di daerah Coban Rondo dan sekitar kampus UM

Malang menemukan 50 jenis tumbuhan paku.

Dijelaskan oleh Barbour et al. (1987), Krebs (1989), Soegianto (1994), suatu komunitas

dikatakan mempunyai keanekaragaman jenis yang tinggi jika komunitas tersebut

disusun oleh banyak spesies dengan kelimpahan spesies yang sama atau hampir

Page 40: keanekaragaman dan pola distribusi tumbuhan paku di hutan ...

Siti Rahmah Lubis : Keanekaragaman Dan Pola Distribusi Tumbuhan Paku Di Hutan Wisata Alam Taman Eden Kabupaten Toba Samosir Provinsi Sumatera Utara, 2009

sama. Odum (1996), juga menyatakan bahwa semakin banyak jumlah spesies, maka

semakin tinggi keanekaragamannya.

Diperoleh Kelas Lycopodinae yang terdiri dari 2 ordo yaitu Lycopodiales dengan 1

famili Lycopodiaceae, dan Sellaginales dengan 1 famili juga yaitu Sellaginellaceae. Kelas

Psilophytinae terdiri atas 1 ordo yaitu Psilotales dan 1 famili yaitu Psilotaceae, sedangkan Kelas

Filicinae terdiri atas 2 ordo yaitu Marratiales dengan 1 famili Marattiaceae dan Filicinales dengan

19 famili yaitu Cyatheaceae, Gleicheniaceae, Matoniaceae, Hypolepidaceae, Oleandraceae,

Nephrolepidaceae, Athyriaceae, Davalliaceae, Blechnaceae, Lindsaeaceae, Polypodiaceae,

Grammitidaceae, Lomariopsidaceae, Vittariaceae, Aspleniaceae, Aspidiaceae, Thelypteridaceae,

Hymenophyllaceae dan Pteridaceae (Tabel 1).

Tabel 1. Keanekaragaman Jenis Tumbuhan Paku di Hutan Wisata Alam Taman Eden Ketinggian No. Kelas Ordo Famili Jenis

I II III 1. Lycopodinae Lycopodiales Lycopodiaceae Lycopodium cernuum# + + - 2. Lycopodium sp1. # + - - 3. Lycopodium sp2.# + - - 4. Selaginalles Selaginaceae Selaginella ornate# + - - 5. Selaginella wildenowii# + - - 6. Psilophytinae Psilotales Psilotaceae Psilotum sp. # + + - 7. Filicinae Maratiales Marattiaceae Angiopteris angustifolia# + - - 8. Filicinales Cyatheaceae Cibotium barometz# + - - 9. Cyathea boornensis# - + - 10. Cyathea glabra# + + - 11. Cyathea latebrosa# + + - 12. Cyathea obscura# - - + 13. Gleicheniaceae Dicranopteris curanii# + - - 14. Dicranopteris linearis var

montana# - + - 15. Dicranopteris linearis var

subspeciosa# + - - 16. Gleichenia linearis# - + - 17. Gleichenia longissima# - + - 18. Gleichenia truncate# + - - 19. Matoniaceae Matonia pectinata# - + - 20. Hypolepidaceae Histiopteris incise# - + - 21. Oleandraceae Oleandra pistillaris# - - + 22. Nephrolepidaceae Nephrolepis dicksonioides# - - + 23. Athyriaceae Athryum procumbens # - - + 24. Diplazium accedens# + - - 25. Diplazium subintegrum# + - - 26. Diplazium velutinum# + - - 27. Davalliaceae Humata pectinata# + + +

Page 41: keanekaragaman dan pola distribusi tumbuhan paku di hutan ...

Siti Rahmah Lubis : Keanekaragaman Dan Pola Distribusi Tumbuhan Paku Di Hutan Wisata Alam Taman Eden Kabupaten Toba Samosir Provinsi Sumatera Utara, 2009

Lanjutan Tabel 1 28. Blechnaceae Blechnum indicum# - + - 29. Blechnum orientale# - + - 30. Lindsaeaceae Sphenomeris chinensis# + + - 31. Polypodiaceae Belvisia revolute## + + - 32. Phymatopteris triloba## + + + 33. Phymatosorus longissima# + + - 34. Dipteris conjugate# - - + 35. Pyrrosia stigmosa# - + + 36. Goniophlebium persicifolium# - + - 37. Crypsinus stenophyllus## - + - 38. Lomariopsidaceae Elaphoglossum blumeanum## - - + 39. Elaphoglossum robinsonii## + - + 40. Vittariaceae Antrophyum semicostatum# - + + 41. Vittaria angustifolia## - - + 42. Aspleniaceae Asplenium macrophyllum# - + - 43. Asplenium nidus## - - + 44. Asplenium unilateral## - + + 45. Aspidiaceae Arachnioides haniffii# + - - 46. Arachnioides hasseltii# + - - 47. Tectaria grandidentata## + - - 48. Thelypteridaceae Pneumatopteris ecallosa# - + - 49. Pneumatopteris truncate# - - + 50. Pronephrium triphyllum# + - - 51. Coryphopteris sp# + - - 52. Hymenophyllaceae Hymenophyllum exsertum## + - - 53. Hymenophyllum imbricatum## + - - 54. Pteridaceae Pteridium sp. # + - - 55. Grammitidaceae Ctenopteris alata ## + + - 56. Ctenopteris contigua## + - - 57. Scleroglossum pusillum## + + -

Keterangan : + = ditemukan; – = tidak ditemukan; # = teresterial; ## = epifit I : 1100-1300 m dpl

II : 1300-1500 m dpl III : 1500-1700 m dpl

Pada Tabel 1 juga dapat dilihat bahwa jenis tumbuhan paku yang

ditemukan pada ketinggian 1100-1300 m dpl sebanyak 31 jenis terdiri dari 26

jenis paku teresterial dan 5 jenis paku epifit. Pada ketinggian 1300-1500 m dpl

ditemukan 27 jenis tumbuhan paku yang terdiri dari 17 jenis paku teresterial dan

10 paku epifit, sedangkan pada lokasi 1500-1750 m dpl ditemukan 17 jenis yang

terdiri dari 15 jenis paku teresterial dan 2 jenis paku epifit. Pada ketinggian 1100-

1300 m dpl diperoleh jenis yang tertinggi dan jenis terendah pada ketinggian

1500-1750 m dpl (Tabel 3). Hal ini disebabkan oleh faktor lingkungan yang sesuai

dengan kehidupan berbagai jenis paku, di mana pada ketinggian 1100-1300 m dpl

Page 42: keanekaragaman dan pola distribusi tumbuhan paku di hutan ...

Siti Rahmah Lubis : Keanekaragaman Dan Pola Distribusi Tumbuhan Paku Di Hutan Wisata Alam Taman Eden Kabupaten Toba Samosir Provinsi Sumatera Utara, 2009

intensitas cahaya 297.80 Lux dengan kelembaban udara rata-rata 95.08% dan pada

ketinggian 1500-1750 m dpl intensitas cahaya 189.10 Lux, kelembaban udara sekitar

86.5% dan naungan pohon juga sudah jauh berkurang. Menurut LIPI (1980), paku

di hutan umumnya merupakan paku yang menyukai naungan. Paku di hutan

terlindung dari panas dan angin kencang. Di hutan tertutup ditandai dengan

intensitas cahaya yang kurang dan kelembaban yang tinggi. Selanjutnya

Sastrapradja, et al, (1980), menyatakan bahwa umumnya di daerah pegunungan,

jumlah jenis paku lebih banyak dari pada di dataran rendah. Ini disebabkan

oleh kelembaban yang tinggi, banyaknya aliran air dan adanya kabut. Banyaknya

curah hujanpun mempengaruhi jumlah paku yang dapat tumbuh.

Famili tumbuhan paku yang memiliki jumlah jenis tertinggi adalah dari

famili Polypodiaceae yaitu ada 7 jenis. Banyaknya jenis dari famili Polypodiaceae

yang terdapat pada lokasi penelitian disebabkan kondisi faktor abiotik di lokasi

penelitian yang sesuai bagi kehidupan dan perkembangan jenis tersebut. Menurut

Lawrence (1958), famili Polypodiaceae merupakan famili dari tumbuhan paku

yang paling banyak jumlahnya, yaitu sekitar 170 genus dan 7000 jenis yang

tersebar di seluruh dunia. Selanjutnya Holttum (1968), menambahkan bahwa

famili Polypodiaceae mempunyai jumlah anggota terbesar di kawasan Malesiana,

yang sebagian besar terdapat di kepulauan Indonesia.

Keanekaragaman paku yang terdapat di HWA Taman Eden berdasarkan

jumlah famili, jumlah jenis dan jumlah individu yang ditemukan pada setiap

ketinggian, jumlah jenis mengalami penurunan seiring dengan penambahan

Page 43: keanekaragaman dan pola distribusi tumbuhan paku di hutan ...

Siti Rahmah Lubis : Keanekaragaman Dan Pola Distribusi Tumbuhan Paku Di Hutan Wisata Alam Taman Eden Kabupaten Toba Samosir Provinsi Sumatera Utara, 2009

ketinggian, sedangkan jumlah individu mengalami kenaikan. Hal ini sesuai

dengan yang dikemukakan oleh Anwar, et al, (1984), bahwa kelimpahan dari

vegetasi di pegunungan mengalami penurunan seiring dengan bertambahnya

ketinggian. Selanjutnya Kusrinawati (2005), juga telah membuktikan

bahwa dengan bertambahnya ketinggian maka jumlah jenis semakin berkurang

tetapi diikuti dengan peningkatan jumlah individu. Jumlah famili, jenis dan

individu tumbuhan paku di HWA Taman Eden dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Jumlah Famili, Jenis dan Individu Tumbuhan Paku di HWA Taman Eden Ketinggian (m dpl) No. Keterangan 1100-1300 1300-1500 1500-1750

1. Famili 14 14 10 2. Jenis 31 27 17 3. Individu 952 1274 1672

Jumlah famili dan jenis yang tertinggi dijumpai pada ketinggian 1100 –

1300 m dpl, sedangkan di ketinggian 1500 – 1750 m dpl memiliki jumlah jenis

yang terendah. Tingginya jumlah jenis pada ketinggian 1100-1300 m dpl tidak

terlepas dari pengaruh faktor fisik dan lingkungannya, yaitu dengan suhu udara

22.08oC, kelembaban 95.08%, intensitas cahaya 297.80 Lux, suhu tanah 22oC dan

pH tanah 6.14 (Tabel 3). Kondisi tersebut menunjukkan bahwa ketinggian 1100-

1300 m dpl memiliki kelembaban yang tinggi, di mana menurut Sastrapradja, et

al, (1979), umumnya di daerah pegunungan, jumlah jenis paku lebih banyak

daripada dataran rendah disebabkan oleh kelembaban yang lebih tinggi,

banyaknya aliran air dan adanya kabut.

Page 44: keanekaragaman dan pola distribusi tumbuhan paku di hutan ...

Siti Rahmah Lubis : Keanekaragaman Dan Pola Distribusi Tumbuhan Paku Di Hutan Wisata Alam Taman Eden Kabupaten Toba Samosir Provinsi Sumatera Utara, 2009

Pada ketinggian 1500-1750 m dpl terjadi pengurangan jenis yang sangat

mencolok. Hal ini disebabkan karena kurangnya pepohonan sebagai tempat

naungan sehingga mengakibatkan intensitas cahaya matahari dan tiupan angin

semakin tinggi. Keadaan ini menyebabkan hanya paku jenis tertentu saja yang

dapat beradaptasi. Menurut Holdridge (1969) dalam Ewusie (1990), menjelaskan bahwa

berkurangnya keanekaragaman dalam jumlah jenis dapat dikaitkan dengan

meningkatnya ketinggian dan curah hujan yang berkurang. Selanjutnya Raven, et

al, (1992), menjelaskan tumbuhan paku terdapat di dalam semua zona iklim mulai

dari tanah tropik hingga subtropik. Mereka membentuk tempat yang lembab.

Hanya sedikit spesies yang toleran terhadap iklim kering, namun bukan di daerah

yang sama sekali tidak ada air.

Menurut Holttum (1968), lingkungan tumbuhan paku mencakup tanah

untuk akarnya, sinar matahari yang sampai ke daun, hujan, angin, perubahan suhu,

termasuk tumbuhan lain yang tumbuh di sekitarnya. Kondisi lingkungan di hutan

tertutup ditandai dengan sedikitnya jumlah sinar yang menembus kanopi hingga

mencapai permukaan tanah dan kelembaban udaranya sangat tinggi. Dengan

demikian paku hutan memiliki kondisi hidup seragam dan lebih terlindung dari

panas. Kondisi ini dapat terlihat dari jumlah paku yang dapat beradaptasi dengan

cahaya matahari penuh tidak pernah dijumpai di hutan yang benar-benar tertutup.

Beberapa paku hutan tidak dapat tumbuh di tempat yang dikenai cahaya matahari.

Berikutnya ditambahkan oleh Ewusie (1990), bahwa vegetasi pada pegunungan

sangat dipengaruhi oleh perubahan iklim pada ketinggian yang berbeda-beda.

Page 45: keanekaragaman dan pola distribusi tumbuhan paku di hutan ...

Siti Rahmah Lubis : Keanekaragaman Dan Pola Distribusi Tumbuhan Paku Di Hutan Wisata Alam Taman Eden Kabupaten Toba Samosir Provinsi Sumatera Utara, 2009

Kondisi suhu udara yang diukur dengan termometer air raksa cenderung

menurun seiring dengan bertambahnya ketinggian lokasi penelitian. Penurunan

berkisar antara 1.07oC – 2.76oC, penurunan terjadi pada setiap kenaikan 200 m

dpl. Hal ini tergantung pada faktor lain seperti angin, awan, intensitas cahaya,

tempat, dan waktu pengukuran (Tabel 3). Menurut Anwar, et al, (1984), laju

penurunan suhu umumnya sekitar 0.60C setiap penambahan ketinggian 100 m dpl.

Tapi hal ini berbeda-beda, tergantung pada tempat, musim, waktu, kandungan uap

air dan sifat fisik lainnya.

Tabel 3. Nilai Rata-Rata Faktor Fisik Pada Tiga Ketinggian di HWA Taman Eden

Ketinggian (m dpl)

Suhu Udara (oC)

Suhu Tanah (oC)

Intensitas Cahaya (x 10 Lux)

Kelembaban (%)

pH Tanah

1100-1300 22.08 22 297.80 95.08 6.14 1300-1500 21.01 20.63 283.20 97.45 6.55

1500-1750 18.25 19.70 189.10 86.75 5.26

Intensitas cahaya mengalami penurunan dari ketinggian 1100-1300 m dpl

sampai ketinggian 1500-1750 m dpl yakni 297.80 Lux menjadi 189.10 Lux.

Rendahnya intensitas cahaya dipengaruhi oleh ada atau tidaknya tutupan tajuk dan

awan. Kondisi ini sesuai dengan habitat tumbuhan paku yang suka akan

kelembaban. Di mana tumbuhan paku yang terdapat di ketinggian 1100-1300 m

dpl banyak terdapat di bawah naungan pohon yang kondisinya lebih lembab.

Pohon-pohon yang terdapat di ketinggian 1500-1750 m dpl lebih pendek

dibandingkan dengan pohon di ketinggian 1100-1300 m dpl dan 1300-1500 m dpl.

Page 46: keanekaragaman dan pola distribusi tumbuhan paku di hutan ...

Siti Rahmah Lubis : Keanekaragaman Dan Pola Distribusi Tumbuhan Paku Di Hutan Wisata Alam Taman Eden Kabupaten Toba Samosir Provinsi Sumatera Utara, 2009

Sesuai dengan Raven, et al, (1992), tumbuhan paku terdapat di dalam

semua zona iklim mulai dari tanah tropik hingga subtropik. Mereka membentuk

tempat yang lembab. Hanya sedikit spesies yang toleran terhadap iklim kering,

namun bukan di daerah yang sama sekali tidak ada air. Anwar, et al, (1994),

menyatakan dengan naiknya ketinggian, terjadi perubahan vegetasi yang

mencolok, di mana tajuk pohon semakin rata dan pohon semakin pendek.

Gusmalyana (1983), menambahkan pada komunitas hutan hujan tropis, intensitas

cahaya yang sampai pada lantai hutan umumnya sedikit dan hal ini disebabkan

terhalangnya cahaya oleh lapisan tajuk pohon di sekitarnya.

Kelembaban udara (kejenuhan suatu massa di udara), mengalami kenaikan

dan penurunan seiring dengan semakin bertambahnya ketinggian lokasi penelitian.

Pada ketinggian 1100-1300 m dpl kelembaban sebesar 95.08% dan di ketinggian

1500-1750 m dpl sebesar 86.75%. Kelembaban ini sangat dipengaruhi oleh suhu

udara, karena suhu udara menurun seiring dengan bertambahnya ketinggian.

Menurut Anwar, et al, (1994), persentase kejenuhan suatu massa udara akan

bertambah dengan menurunnya suhu. Begitu juga yang dikemukakan Sastrapradja,

et al, (1980), bahwa umumnya di daerah pegunungan, jumlah jenis paku lebih

banyak dari pada di dataran rendah. Ini disebabkan oleh kelembaban yang tinggi,

banyaknya aliran air dan adanya kabut.

Page 47: keanekaragaman dan pola distribusi tumbuhan paku di hutan ...

Siti Rahmah Lubis : Keanekaragaman Dan Pola Distribusi Tumbuhan Paku Di Hutan Wisata Alam Taman Eden Kabupaten Toba Samosir Provinsi Sumatera Utara, 2009

4.2. Komposisi Tumbuhan Paku di Hutan Wisata Alam Taman Eden

Komposisi tumbuhan paku merupakan penyusun suatu tegakan yang

meliputi jumlah jenis spesies/famili ataupun banyaknya individu dari suatu jenis

tumbuhan paku. Pada ketiga ketinggian ditemukan 3 kelas, 5 ordo dan 23 famili

serta 36 genera. Famili-famili yang terdapat pada ketiga ketinggian relatif

berubah. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah individu tiap jenis memiliki adaptasi

yang tinggi terhadap kondisi fisik lingkungan ketinggian tersebut, sehingga dapat

dijumpai pada ketiga ketinggian. Kondisi fisik lingkungan seperti kelembaban dan

cahaya. Menurut Syahbudin (1987), bahwa organisme, baik dalam tingkatan

individu maupun komunitas selalu didukung oleh kondisi lingkungan, seperti

cahaya. Anwar, et al, (1987), menambahkan bahwa komposisi jenis sangat

ditentukan terutama waktu-waktu pemencaran buah dan perkembangan bibit dan

pada daerah tertentu, komposisi jenis berkaitan erat dengan ciri-ciri habitat seperti

tanah dan topografi.

Menurut Suin (2002), pada suatu komunitas dapat dilihat adanya perbedaan

jenis penyusunnya secara vertikal, seperti perbedaan bentuk hidup serta

tingkatannya. Untuk mengetahui komposisi tumbuhan paku, dapat dilihat

berdasarkan keberadaan dan jumlah individu suatu jenis yang menempati kawasan

di Hutan Wisata Alam Taman Eden (Gambar 4).

Dari Gambar 4 dapat diketahui bahwa komposisi tumbuhan paku teresterial

pada ketinggian 1100-1300 m dpl diperoleh 26 jenis dengan jumlah individu

sebanyak 842 individu/ha dan tumbuhan paku epifit terdiri atas 5 jenis dengan

Page 48: keanekaragaman dan pola distribusi tumbuhan paku di hutan ...

Siti Rahmah Lubis : Keanekaragaman Dan Pola Distribusi Tumbuhan Paku Di Hutan Wisata Alam Taman Eden Kabupaten Toba Samosir Provinsi Sumatera Utara, 2009

KR (%)

Goniophlebium persicifolium, 5.58

Phymatosorus longissima, 6.41

Gleichenia linearis, 6.53

Pneumatopteris ecallosa, 6.65

Pyrrosia stigmosa, 11.28

Pneumatopteris truncata, 11.88

Gleichenia truncata, 18.53

dan lain-lain, 33.15

KR (%)

Tectaria grandidentata , 1.82

Asplenium unilateral , 7.27

Asplenium nidus , 12.73

Ctenopteris alata , 33.64

Vittaria angustifolia , 44.55

jumlah individu sebanyak 110 individu/ha. Komposisi tumbuhan paku teresterial

tertinggi pada ketinggian 1100-1300 m dpl adalah Gleichenia truncata dengan

nilai Kerapatan Relatif (KR) sebesar 18.53%. Nilai komposisi paku teresterial

terendah terdapat pada jenis Antrophyum semicostatum, Blechnum orientale dan

Cyathea glabra dengan nilai yang sama yaitu 0.36%.

a. Paku teresterial

b. Paku epifit

Gambar 4. Komposisi Tumbuhan Paku Teresterial dan Epifit Pada Ketinggian

1100 - 1300 m dpl di HWA Taman Eden

Page 49: keanekaragaman dan pola distribusi tumbuhan paku di hutan ...

Siti Rahmah Lubis : Keanekaragaman Dan Pola Distribusi Tumbuhan Paku Di Hutan Wisata Alam Taman Eden Kabupaten Toba Samosir Provinsi Sumatera Utara, 2009

Tinggi dan rendahnya nilai ini disebabkan oleh banyaknya individu dari

jenis ini bila dibandingkan dengan jenis lainnya yang terdapat pada ketinggian

yang lain. Pertumbuhan yang subur pada lokasi ini salah satunya juga disebabkan

oleh faktor abiotik yang sesuai, di mana terdapat banyak pohon yang mempunyai

tajuk yang cukup luas, sehingga kelembaban tinggi sebesar 95.08%, juga kondisi

di ketinggian ini memiliki banyak lereng-lereng bukit. Hal ini dapat menyokong

pertumbuhan jenis paku ini untuk dapat tumbuh dan berkembang. Menurut

Sastrapradja (1980), menyatakan bahwa pada lereng-lereng terbuka di kepulauan

Hawaii akan dengan cepat tertutup oleh Gleichenia. Dihubungkan dengan

intenistas cahaya pada ketinggian ini setelah dirata-ratakan didapat sebesar 297.80

Lux. Hal ini menunjukkan bahwa HWA Taman Eden di ketinggian 1100-1300 m

dpl ada sebagian tempat yang terbuka, sehingga jenis Gleichinea dapat

mendominasi di ketinggian tersebut.

Pada Gambar 4 diketahui bahwa komposisi tumbuhan paku epifit tertinggi

pada ketinggian 1100-1300 m dpl terdapat pada jenis Vittaria Angustifolia dengan

nilai Kerapatan Relatif sebesar 44.55% dan jenis tumbuhan paku epifit yang

memiliki nilai Kerapatan Relatif terendah adalah Tectaria grandidentata dengan

1.82%. Hal ini disebabkan karena pohon-pohon yang besar sehingga dapat

menjadi tempat hidup tumbuhan paku epifit jenis ini. Menurut Tjitrosoepomo

(2001), di mana tumbuhan paku Vittaria dari segi ekologi termasuk higrofit,

banyak tumbuh di tempat-tempat yang teduh dan lembab.

Page 50: keanekaragaman dan pola distribusi tumbuhan paku di hutan ...

Siti Rahmah Lubis : Keanekaragaman Dan Pola Distribusi Tumbuhan Paku Di Hutan Wisata Alam Taman Eden Kabupaten Toba Samosir Provinsi Sumatera Utara, 2009

Komposisi tumbuhan paku teresterial pada ketinggian 1300-1500 m dpl

yang terdiri atas 17 jenis dengan jumlah individu sebanyak 874 individu/ha dan

tumbuhan paku epifit terdiri dari 10 jenis dengan jumlah individu sebanyak 400

individu/ha (Gambar 5).

Dari Gambar 5 dapat diketahui bahwa komposisi tumbuhan paku teresterial

tertinggi pada ketinggian 1300-1500 m dpl adalah Gleichenia linearis dengan nilai

Kerapatan Relatif sebesar 39.47%. Pada beberapa tempat di ketinggian ini banyak

ditemukan daerah yang terbuka sehingga cocok dengan habitat Gleichenia

linearis. Menurut Sastrapradja (1980), Gleichenia linearis seperti alang-alang

yang akan dengan cepat menutupi tempat-tempat yang terbuka dan ditambah lagi

sporanya tidak mempunyai indusia sehingga penyebaran dengan spora sangat

mudah dilakukan. Nilai Kerapatan Relatif paku teresterial terendah terdapat pada

jenis Angiopteris angustifolia dan Pneumatopteris truncata dengan 0.23%.

Page 51: keanekaragaman dan pola distribusi tumbuhan paku di hutan ...

Siti Rahmah Lubis : Keanekaragaman Dan Pola Distribusi Tumbuhan Paku Di Hutan Wisata Alam Taman Eden Kabupaten Toba Samosir Provinsi Sumatera Utara, 2009

KR (%)

dan lain-lain, 13.74Blechnum

orientale, 2.63

Pronephrium triphyllum, 3.78

Blechnum indicum, 3.89

Goniophlebium persicifolium, 6.64

Phymatopteris triloba, 9.15 Gleichenia longissima,

20.71

Gleichenia linearis, 39.47

KR (%)

dan lain-lain, 7.50Hymenophyllum exsertum , 4.00

Asplenium nidus , 5.00

Hymenophyllum imbricatum , 12.75

Elaphoglossum blumeanum , 13.75 Ctenopteris contigua ,

16.25

Belvisia revoluta , 17.50

Vittaria angustifolia , 23.25

a. Paku teresterial

b. Paku epifit

Gambar 5. Komposisi Tumbuhan Paku Teresterial dan Epifit pada Ketinggian 1300- 1500 m dpl di HWA Taman Eden

Komposisi tumbuhan paku epifit tertinggi pada ketinggian 1300-1500 m

dpl terdapat pada jenis Vittaria Angustifolia dengan nilai Kerapatan Relatif

sebesar 23.25%. Tingginya nilai ini disebabkan oleh banyaknya individu dari jenis

ini bila dibandingkan dengan jenis lainnya yang terdapat pada ketinggian yang

lain. Pertumbuhan yang subur pada lokasi ini salah satunya juga disebabkan oleh

faktor abiotik yang sesuai untuk dapat tumbuh dan hidup. Jenis yang memiliki

Page 52: keanekaragaman dan pola distribusi tumbuhan paku di hutan ...

Siti Rahmah Lubis : Keanekaragaman Dan Pola Distribusi Tumbuhan Paku Di Hutan Wisata Alam Taman Eden Kabupaten Toba Samosir Provinsi Sumatera Utara, 2009

nilai Kerapatan Relatif terendah pada ketinggian 1300-1500 m dpl terdapat pada

jenis Elaphoglossum robinsonii dengan nilai 1 % (Gambar 5).

Komposisi tumbuhan paku teresterial pada ketinggian 1500-1750 m dpl

yang terdiri atas 15 jenis dengan jumlah individu sebanyak 1514 individu/ha dan

tumbuhan paku epifit terdiri atas 2 jenis dengan jumlah individu sebanyak 158

individu/ha (Gambar 6).

Dari Gambar 6 dapat diketahui bahwa komposisi tumbuhan paku teresterial

tertinggi pada ketinggian 1500-1750 m dpl adalah Dipteris conjugata dengan nilai

Kerapatan Relatif sebesar 27.74%. Jenis paku teresterial yang memiliki nilai

Kerapatan Relatif terendah terdapat pada jenis Cyathea obscura dengan 0.26%.

Hal ini disebabkan faktor abiotik yang berubah di mana rata-rata suhu udara

18.25%, suhu tanah 19.70%, intensitas cahaya 189.10 Lux dan kelembaban

86.75%. Menurut Daniel, et al, (1992), bahwa pertumbuhan dipengaruhi oleh zat-

zat organik yang tersedia, kelembaban, sinar matahari, tersedianya air di dalam

tanah dan proses fisiologi tumbuhan tersebut. Menurut Anwar, et al, (1987),

dengan naiknya ketinggian tempat pohon-pohon semakin pendek, kelimpahan

epifit serta tumbuhan pemanjat berubah. Dengan naiknya ketinggian lagi pohon-

pohon akan lebih pendek, batang dan cabang berlekuk-lekuk, daun-daunnya tebal

dan tajuk pohon menjadi rata.

Page 53: keanekaragaman dan pola distribusi tumbuhan paku di hutan ...

Siti Rahmah Lubis : Keanekaragaman Dan Pola Distribusi Tumbuhan Paku Di Hutan Wisata Alam Taman Eden Kabupaten Toba Samosir Provinsi Sumatera Utara, 2009

KR (%)

dan lain-lain, 11.61Dicranopteris linearis var montana , 5.55

Histiopteris incisa , 6.47

Dicranopteris curanii , 6.87

Dicranopteris linearis var subspeciosa , 10.37

Matonia pectinata , 13.54

Dipteris conjugata , 27.74

Gleichenia truncata , 17.83

KR (%)

Phymatopteris triloba, 61.39

Humata pectinata , 38.61

a. Paku teresterial

b. Paku epifit

Gambar 6. Komposisi Tumbuhan Paku Teresterial dan Epifit pada Ketinggian

1500 – 1750 m dpl di HWA Taman Eden

Komposisi paku epifit tertinggi pada ketinggian 1500-1750 m dpl terdapat

pada jenis Phymatopteris triloba dengan nilai Kerapatan Relatif sebesar 61.39%

dan Kerapatan Relatif terendah terdapat pada jenis Humata pectinata yaitu

38.61% (Gambar 6). Tingginya nilai ini disebabkan oleh banyaknya individu dari

jenis paku ini bila dibandingkan dengan jenis lainnya yang terdapat pada lokasi

penelitian. Pertumbuhan yang subur pada lokasi ini salah satunya juga disebabkan

Page 54: keanekaragaman dan pola distribusi tumbuhan paku di hutan ...

Siti Rahmah Lubis : Keanekaragaman Dan Pola Distribusi Tumbuhan Paku Di Hutan Wisata Alam Taman Eden Kabupaten Toba Samosir Provinsi Sumatera Utara, 2009

oleh faktor abiotik yang sesuai untuk tumbuh dan berkembang. Menurut

Mackinnon, et al, (2000), pada umumnya semakin ekstrim kondisi lingkungan,

baik karena iklim, tanah atau ketinggian tempat yang bertambah, semakin kurang

keragaman komposisi jenis vegetasi dan satu atau dua jenis semakin dominan.

Menurut Sastrapradja dan Afriastini (1985), melihat cara tumbuhnya, paku

di alam cukup beragam ada yang menempel di batang pohon, batu, atau tumbuh

di tanah. Pada lingkungan yang sejuk terlindung atau panas kena sinar matahari

langsung, masing-masing jenis atau kelompok memiliki lingkungannya sendiri.

4.3. Tumbuhan Paku Dominan di Hutan Wisata Alam Taman Eden

Untuk mengetahui jenis tumbuhan paku yang dominan di dapat dari nilai

Indeks Nilai Penting. Indeks Nilai Penting (INP) menyatakan kepentingan suatu

jenis tumbuhan serta memperlihatkan peranannya dalam komunitas, di mana nilai

penting itu diperoleh dari hasil penjumlahan Kerapatan Relatif (KR)

dan Frekuensi Relatif (FR), Indeks Nilai Penting (INP), dapat dilihat pada

Lampiran 3.

Pada ketinggian 1100-1300 m dpl jenis tumbuhan paku teresterial yang

memiliki INP tertinggi adalah Gleichenia truncata yaitu sebesar 23% dan

terendah adalah Antrophyum semicostatum, Blechnum orientale, dan Cyathea

glabra, dengan nilai yang sama yaitu 1.85% (Gambar 7). Hal ini menunjukkan

bahwa faktor fisik lingkungan berpengaruh terhadap jenis paku ini, di mana suhu

Page 55: keanekaragaman dan pola distribusi tumbuhan paku di hutan ...

Siti Rahmah Lubis : Keanekaragaman Dan Pola Distribusi Tumbuhan Paku Di Hutan Wisata Alam Taman Eden Kabupaten Toba Samosir Provinsi Sumatera Utara, 2009

INP (%)

Sphenomeris chinensis , 8.52

Pneumatopteris ecallosa , 11.13

Goniophlebium persicifolium , 13.04

Gleichenia linearis , 13.99

Pyrrosia stigmosa , 15.76

Pneumatopteris truncata , 22.32

Gleichenia truncata , 23.00

dan lain-lain, 92.23

INP (%)

Ctenopteris alata , 41.97

Asplenium nidus , 54.39

Vittaria angustifolia , 61.21Asplenium unilateral ,

23.94

Tectaria grandidentata , 18.48

udara 22.08ºC, suhu tanah 22ºC, intensitas cahaya 297.80 Lux, kelembaban

95.08% dan pH 6.14.

a. Paku teresterial

b. Paku epifit Gambar 7. Indeks Nilai Penting Tumbuhan Paku Teresterial dan Epifit pada

Ketinggian 1100 – 1300 m dpl di HWA Taman Eden

Menurut Ewusie (1990), bahwa cahaya, temperatur dan air secara ekologis

merupakan faktor lingkungan yang penting. Selanjutnya Setiadi (1989) dalam

Sofyan (1991), menyatakan jenis tumbuhan yang mempunyai Indeks Nilai Penting

Page 56: keanekaragaman dan pola distribusi tumbuhan paku di hutan ...

Siti Rahmah Lubis : Keanekaragaman Dan Pola Distribusi Tumbuhan Paku Di Hutan Wisata Alam Taman Eden Kabupaten Toba Samosir Provinsi Sumatera Utara, 2009

di antara vegetasi sesamanya disebut jenis yang dominan. Hal ini mencerminkan

tingginya kemampuan jenis tersebut dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan

yang ada dan dapat bersaing terhadap jenis lainnya. Selanjutnya Odum (1996),

menjelaskan bahwa umumnya jenis yang dominan adalah jenis-jenis di dalam

suatu komunitas dengan produktivitas yang besar dan sebagian besar

mengendalikan arus energi.

Tumbuhan paku epifit INP tertinggi dimiliki oleh Vittaria angustifolia

dengan nilai 61.21% dan terendah adalah Tectaria grandidentata yaitu 18.48%

(Gambar 7). Menurut Sastrapradja & Afriastini (1985), melihat cara tumbuhnya,

paku di alam cukup beragam ada yang menempel di batang pohon, batu, atau

tumbuh di tanah. Pada lingkungan yang sejuk terlindung atau panas kena sinar

matahari langsung, masing-masing jenis atau kelompok memiliki lingkungannya

sendiri.

INP tertinggi tumbuhan paku teresterial pada ketinggian 1300-1500 m dpl

terdapat pada jenis Gleichenia linearis yaitu 58.34% dan yang terendah pada jenis

Angiopteris angustifolia dan Pneumatopteris truncata dengan nilai yang sama

yaitu 2.12%. INP tertinggi pada tumbuhan paku epifit dimiliki oleh Vittaria

angustifolia yaitu sebesar 36.58% dan terendah pada jenis Elaphoglossum

robinsonii yaitu 4.33% (Gambar 8).

Tingginya nilai penting pada jenis paku disebabkan oleh rendahnya

keberadaan jenis paku yang lain dan tingginya kerapatan relatif jenis Gleichenia

linearis untuk paku teresterial dan Vittaria angustifolia untuk paku epifit, juga

Page 57: keanekaragaman dan pola distribusi tumbuhan paku di hutan ...

Siti Rahmah Lubis : Keanekaragaman Dan Pola Distribusi Tumbuhan Paku Di Hutan Wisata Alam Taman Eden Kabupaten Toba Samosir Provinsi Sumatera Utara, 2009

INP (%)

Lycopodium sp2. , 7.26

Pronephrium triphyllum , 9.44

Phymatopteris triloba ,

Nephrolepis dicksonioides , 13.38

Goniophlebium persicifolium , 19.84

Gleichenia longissima , 35.80

Gleichenia linearis , 58.34dan lain-lain, 43.01

INP (%)

dan lain-lain, 25.42

Crypsinus stenophyllus , 16.08

Asplenium nidus , 21.67

Hymenophyllum imbricatum , 22.75

Ctenopteris contigua , 22.92

Elaphoglossum blumeanum , 23.75

Belvisia revoluta , 30.83

Vittaria angustifolia , 36.58

karena faktor abiotik lingkungan yang mendukung untuk tumbuh, di mana suhu

21ºC, intensitas cahaya 283.20 Lux dan kelembaban 97.45%. Pada ketinggian ini

mulai terbuka sehingga cahaya masuk ke lantai hutan dan jenis paku yang ada

hanya paku yang toleran terhadap intensitas cahaya yang tinggi. Menurut Pramono

(1992), pertumbuhan selain dipengaruhi oleh faktor genetik juga dipengaruhi oleh

interaksinya dengan lingkungan. Pengaruh lingkungan terdiri dari faktor tanah,

iklim, mikroorganisme, kompetisi dengan organisme lain.

a. Paku teresterial

b. Paku epifit Gambar 8. Indeks Nilai Penting Tumbuhan Paku Teresterial dan Epifit pada

Ketinggian 1300 – 1500 m dpl di HWA Taman Eden

Page 58: keanekaragaman dan pola distribusi tumbuhan paku di hutan ...

Siti Rahmah Lubis : Keanekaragaman Dan Pola Distribusi Tumbuhan Paku Di Hutan Wisata Alam Taman Eden Kabupaten Toba Samosir Provinsi Sumatera Utara, 2009

INP (%)

dan lain-lain, 47.60

Dicranopteris linearis var montana ,

13.24

Dicranopteris linearis var

subspeciosa , 15.50

Matonia pectinata , 17.39

Psilotum sp. , 17.93

Dicranopteris curanii , 20.97

Gleichenia truncata , 24.24

Dipteris conjugata , 43.13

INP (%)

Phymatopteris triloba , 128.06

Humata pectinata , 71.94

Nilai INP tertinggi tumbuhan paku teresterial pada ketinggian 1500-1750

m dpl dimiliki oleh Dipteris conjugata yaitu sebesar 43.13% dan jenis yang

terendah terdapat pada Oleandra pistillaris dengan 1.61% (Gambar 9).

a. Paku teresterial

Paku epifit

b. Paku epifit

Gambar 9. Indeks Nilai Penting Tumbuhan Paku Teresterial dan Epifit pada

Ketinggian 1500 – 1750 m dpl di HWA Taman Eden

Menurut Indriyanto (2006), keberhasilan jenis-jenis ini untuk tumbuh dan

bertambah banyak tidak lepas dari daya mempertahankan diri pada kondisi

Page 59: keanekaragaman dan pola distribusi tumbuhan paku di hutan ...

Siti Rahmah Lubis : Keanekaragaman Dan Pola Distribusi Tumbuhan Paku Di Hutan Wisata Alam Taman Eden Kabupaten Toba Samosir Provinsi Sumatera Utara, 2009

lingkungan. Dan juga jenis-jenis yang lain yang memiliki nilai tertinggi

merupakan kelompok jenis yang mempunyai frekuensi dan kerapatan yang tinggi

pada ketinggian atau lokasi tersebut.

Pada tumbuhan paku epifit yang memiliki nilai INP tertinggi pada jenis

Phymatopteris triloba yaitu 128.06% dan INP terendah tumbuhan paku epifit pada

jenis Humata pectinata yaitu 71.94%. Hal ini menunjukkan bahwa Dipteris

dominan pada lokasi tersebut, hal ini disebabkan kemampuan jenis tersebut untuk

bertoleransi dengan keadaan sekitarnya, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada

Gambar 9.

Menurut Indrawan (1978), bahwa tumbuh-tumbuhan yang mempunyai

adaptasi tinggilah yang bisa hidup sukses di suatu daerah. Selain itu juga

dipengaruhi oleh pertumbuhan dari bibit atau kecambah dari suatu jenis.

Selanjutnya Resosedarmo, et al, (1989), juga menyatakan bahwa dalam suatu

komunitas pengendali kehadiran jenis-jenis dapat berupa satu atau beberapa jenis

tertentu atau dapat pula sifat-sifat fisik habitat. Meskipun demikian tidak ada batas

yang nyata antara keduanya sebab keduanya dapat saja beroperasi secara

bersamaan atau saling mempengaruhi, misalnya saja kondisi tanah, topografi,

elevasi dan iklim.

Page 60: keanekaragaman dan pola distribusi tumbuhan paku di hutan ...

Siti Rahmah Lubis : Keanekaragaman Dan Pola Distribusi Tumbuhan Paku Di Hutan Wisata Alam Taman Eden Kabupaten Toba Samosir Provinsi Sumatera Utara, 2009

4.4. Indeks Keanekaragaman (H’) dan Indeks Keseragaman (E) Tumbuhan Paku di HWA Taman Eden

Dari hasil perhitungan nilai Indeks Keanekaragaman (H’) dan Indeks

Keseragaman (E). Pada Tabel 4 dapat dilihat bahwa lokasi yang mempunyai nilai

Indeks Keanekaragaman tertinggi terdapat pada ketinggian 1100-1300 m dpl

sebesar 2.95989, dan nilai Indeks Keanekaragaman terendah terdapat pada

ketinggian 1500-1750 m dpl sebesar 2.328337.

Tabel 4. Nilai Indeks Keanekaragaman (H’) dan Indeks Keseragaman (E) Tumbuhan Paku HWA Taman Eden

Ketinggian (m dpl) Indeks Keanekaragaman (H’) Indeks Keseragaman (E)

1100-1300 2.95989 0.86194 1300-1500 2.62862 0.79756 1500-1750 2.32834 0.83977

Nilai H’ pada ketinggian 1100-1300 m dpl tertinggi dan terendah pada

ketinggian 1500-1750 m dpl, namun dilihat dari nilai H’ yang dihitung dari

ketinggian 1100-1300 m dpl sampai dengan ketinggian 1500-1750 m dpl

menunjukkan Indeks Keanekaragaman adalah sedang. Hal ini menunjukkan

jumlah jenis di antara jumlah total individu seluruh jenis yang ada sedang, artinya

ratio jumlah individu suatu jenis dengan jumlah total individu seluruh jenis adalah

sedang.

Menurut Mason (1980), jika nilai H’ lebih kecil dari 1 berarti

keanekaragaman jenis rendah, jika 1 – 3 berarti keanekaragaman jenis sedang, jika

lebih besar dari 3 berarti keanekaragaman jenis tinggi. Perubahan nilai yang

berangsur-angsur menjadi lebih rendah dari ketinggian 1100-1300 m dpl ke

Page 61: keanekaragaman dan pola distribusi tumbuhan paku di hutan ...

Siti Rahmah Lubis : Keanekaragaman Dan Pola Distribusi Tumbuhan Paku Di Hutan Wisata Alam Taman Eden Kabupaten Toba Samosir Provinsi Sumatera Utara, 2009

ketinggian 1500-1750 m dpl seiring dengan perubahan komposisi jenis juga

sejalan dengan kenaikan ketinggian. Menurut Odum (1996), bahwa semakin

banyak jumlah spesies maka semakin tinggi keanekaragamannya. Sebaliknya jika

nilainya kecil maka komunitas tersebut didominasi oleh satu atau sedikit jenis.

Keanekaragaman jenis dipengaruhi oleh pembagian penyebaran individu dalam

tiap jenisnya, karena suatu komunitas walaupun banyak jenisnya, tetapi bila

penyebaran individu tidak merata maka keanekaragaman jenis rendah.

Selanjutnya Soeriaatmadja (1997), menyatakan bahwa dengan

memperhatikan keanekaragaman dalam komunitas dapat diperoleh gambaran

tentang kedewasaan organisasi komunitas tersebut. Biasanya makin

beranekaragam suatu komunitas, makin tinggi organisasi di dalam komunitas

tersebut. Hal ini menunjukkan tingkat kedewasaannya, sehingga keadaannya lebih

mantap.

Dari Tabel 4 juga dapat dilihat nilai Indeks Keseragaman. Pada ketinggian

1100-1300 m dpl diperoleh nilai Indeks Keseragaman (E) sebesar 0.86194, pada

ketinggian 1300-1500 m dpl sebesar 0.797557 dan 0.83977 pada ketinggian 1500-

1750 m dpl. Menurut Krebs (1985), keseragaman dikatakan rendah apabila

0<E<0.5 dan keseragaman tinggi apabila 0.5<E<1. Hasil perhitungan

menunjukkan bahwa keseragaman jenis pada ketinggian 1100-1300 m dpl lebih

tinggi dibandingkan dengan ketinggian 1300-1500 m dpl dan 1500-1750 m dpl

walaupun dari tiga ketinggian tersebut memiliki nilai Indeks keseragaman

0.5<E<1. Tetapi keseluruhan ketinggian di HWA Taman Eden memiliki

Page 62: keanekaragaman dan pola distribusi tumbuhan paku di hutan ...

Siti Rahmah Lubis : Keanekaragaman Dan Pola Distribusi Tumbuhan Paku Di Hutan Wisata Alam Taman Eden Kabupaten Toba Samosir Provinsi Sumatera Utara, 2009

keseragaman yang tinggi. Menurut Sastrawidjaya (1991), ketersediaan nutrisi dan

pemanfaatan nutrisi yang berbeda menyebabkan nilai keanekaragaman dan indeks

keseragaman bervariasi.

Selanjutnya Holttum (1967), menyatakan bahwa kondisi lingkungan di

hutan tertutup ditandai dengan sedikitnya jumlah sinar yang menembus kanopi

hingga mencapai permukaan tanah dan kelembaban udaranya sangat tinggi.

Dengan demikian paku hutan memiliki kondisi hidup yang seragam dan terlindung

dari panas. Kondisi ini dapat terlihat dari jumlah paku yang dapat beradaptasi

dengan cahaya matahari penuh tidak pernah dijumpai di hutan yang benar-benar

tertutup. Beberapa paku hutan tidak dapat tumbuh di tempat yang dikenai cahaya

matahari

4.5. Indeks Similaritas (IS)

Indeks Kesamaan berguna untuk mengetahui seberapa besar kesamaan

organisme yang dapat hidup di dua tempat yang berbeda, dan juga dapat

digunakan untuk mengetahui penyebarannya. Semakin besar IS maka jenis yang

sama pada lokasi yang berbeda semakin banyak (Krebs, 1985). Indeks similaritas

pada lokasi penelitian dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 5. Nilai Indeks Similaritas (IS) Tumbuhan Paku di HWA Taman Eden

IS 1100-1300 mdpl 1300-1500 m dpl 1500-1750 m dpl 1100-1300 m dpl - 60.13% 25.62% 1300-1500 m dpl - - 19.39% 1500-1750 m dpl - - -

Page 63: keanekaragaman dan pola distribusi tumbuhan paku di hutan ...

Siti Rahmah Lubis : Keanekaragaman Dan Pola Distribusi Tumbuhan Paku Di Hutan Wisata Alam Taman Eden Kabupaten Toba Samosir Provinsi Sumatera Utara, 2009

Pengelompokan nilai IS oleh Suin (2003), sebagai berikut:

a. Kesamaan ≤ 25% : sangat tidak mirip b. Kesamaan 25%-50% : tidak mirip c. Kesamaan 50%-75% : mirip d. Kesamaan ≥ 75% : sangat mirip

Dari Tabel 5 dapat dilihat bahwa Indeks Similaritas tertinggi terdapat

antara ketinggian 1100-1300 m dpl dan 1300-1500 m dpl, yaitu 60.13 %, nilai ini

menurut pengelompokan IS oleh Suin (2003) adalah menunjukkan bahwa jenis

paku yang ada di antara kedua ketinggian adalah mirip. Hal ini disebabkan suhu

dan kelembaban tidak berbeda jauh pada ketinggian 1100-1300 m dpl dan 1300-

1500 m dpl yaitu berkisar antara 22.08ºC - 21.01ºC dan kelembaban juga berkisar

antara 95.08%-97.45%, sedangkan nilai terendah terdapat di antara ketinggian

1300-1500 m dpl dan 1500-1750 m dpl yaitu 19.39 %, nilai ini menunjukkan

bahwa jenis paku yang ada di antara ketinggian 1500-1750 m dpl sangat tidak

mirip dengan jenis paku yang terdapat di ketinggian 1500-1750 m dpl. Keadaan

ini disebabkan suhu dan kelembaban berbeda jauh yaitu berkisar antara 21.01ºC –

18.25ºC dan kelembaban 97.45%-86.75%. Nilai IS bila dihubungkan dengan

altitude bahwa dari ketinggian 1100-1400 m dpl masih merupakan submontane

forest (hutan pegunungan bagian bawah), di mana fisiognominya hampir serupa.

Sesuai dengan yang dijelaskan oleh Irwan (1992), bahwa hutan pegunungan

bagian bawah (submontane forest) merupakan ekosistem yang terdapat pada

ketinggian 600-1400 m dpl. Fisiognomi menyerupai hutan hujan, hanya pohon-

Page 64: keanekaragaman dan pola distribusi tumbuhan paku di hutan ...

Siti Rahmah Lubis : Keanekaragaman Dan Pola Distribusi Tumbuhan Paku Di Hutan Wisata Alam Taman Eden Kabupaten Toba Samosir Provinsi Sumatera Utara, 2009

pohonnya yang tumbuh kecil. Begitu pula komposisi agak berbeda. Ekosistem ini

biasanya kaya dengan jenis Pteridophyta dan Orchidaceae.

Swan, et al, (1978) dalam Lumban Tobing (1980), menyatakan bahwa

nilai koefisien kesamaan komunitas berkisar antara 0-100, maka makin dekat ke

100 maka dua contoh yang dibandingkan semakin sama dan semakin dekat ke 0,

maka kedua contoh yang dibandingkan semakin berlainan. Hal ini semakin

menjelaskan adanya perbedaan jenis tumbuhan yang terdapat di hutan pegunungan

berdasarkan zonasi ketinggian.

4.6. Distribusi dan Pola Distribusi Tumbuhan Paku

4.6.1. Distribusi Tumbuhan Paku

Untuk mengetahui distribusi tumbuhan paku di lokasi penelitian, dapat

dilihat pada Gambar 10. Beragamnya jenis yang ditemukan pada tiap lokasi

penelitian di HWA Taman Eden mungkin disebabkan oleh kondisi lingkungan

yang sangat khas pada hutan pegunungan. Pada hutan ini terjadi perubahan faktor-

faktor lingkungan seiring dengan meningkatnya ketinggian tempat, seperti

keadaan tanah. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Edward, et al,

(1990) dalam Monk, et al, (2000), bahwa distribusi jenis-jenis tumbuhan manurut

ketinggian tempat berkaitan dengan perubahan jenis tanah. Begitu juga Arief

(1994), mengemukakan bahwa daerah pegunungan sangat dipengaruhi oleh

perubahan iklim yang berbeda-beda menurut ketinggiannya.

Page 65: keanekaragaman dan pola distribusi tumbuhan paku di hutan ...

Siti Rahmah Lubis : Keanekaragaman Dan Pola Distribusi Tumbuhan Paku Di Hutan Wisata Alam Taman Eden Kabupaten Toba Samosir Provinsi Sumatera Utara, 2009

Menurut Krebs (1985), kelembaban tanah mempengaruhi penyebaran

geografi pada sebagian besar pohon pada hutan pegunungan dan mempengaruhi

kandungan/ ketersediaan air tanah di mana hubungan dengan suhu dapat

mempengaruhi keseimbangan air tumbuhan. Tingginya nilai frekuensi relatif

menunjukkan banyaknya jumlah jenis tersebut pada masing-masing lokasi. Jenis-

jenis tersebut mampu bertahan hidup dan berkembang serta memiliki penyebaran

yang luas. Menurut Loveless (1989), tumbuhan dapat berhasil tumbuh dalam

kondisi lingkungan yang beraneka ragam sehingga tumbuhan tersebut cenderung

berkembang luas.

Jenis tumbuhan paku yang memiliki frekuensi relatif tertinggi pada

tumbuhan paku teresterial pada ketinggian 1100-1300 m dpl terdapat pada

Pneumatopteris truncata yaitu 10.45%, sedangkan frekuensi relatif yang paling

rendah adalah Antrophyum semicostatum, Arachnioides hasseltii, Blechnum

orientale, Cyathea glabra, Diplazium accedens, Diplazium subintegrum dengan

nilai 1.49%. Paku epifit frekuensi relatif tertinggi adalah Asplenium nidus yaitu

41.67% dan terendah 8.33% terdapat pada Ctenopteris alata. Hal ini menunjukkan

bahwa Pneumatopteris truncata tersebar merata pada tumbuhan paku teresterial

dan Asplenium nidus tersebar merata pada paku epifit di lokasi penelitian,

sedangkan jenis yang memiliki frekuensi relatif rendah tidak tersebar merata.

Menurut Syahbudin (1987), bahwa frekuensi relatif masing-masing jenis

merupakan gambaran persentase penyebaran suatu jenis tumbuhan pada suatu

areal, dan juga disebabkan oleh faktor penyebaran, daya tumbuh biji dan faktor

Page 66: keanekaragaman dan pola distribusi tumbuhan paku di hutan ...

Siti Rahmah Lubis : Keanekaragaman Dan Pola Distribusi Tumbuhan Paku Di Hutan Wisata Alam Taman Eden Kabupaten Toba Samosir Provinsi Sumatera Utara, 2009

lingkungan. Dengan demikian jenis tersebut cenderung tersebar dengan merata

pada lokasi tersebut. Karena nilai frekuensi relatif menunjukkan oleh kehadiran

suatu jenis di dalam plot penelitian.

Menurut Ewusie (1990), bahwa cahaya, temperatur dan air secara ekologis

merupakan faktor lingkungan yang penting. Selanjutnya Suin (2002), menjelaskan

faktor lingkungan abiotik sangat menentukan penyebaran dan pertumbuhan suatu

organisme dan tiap jenis hanya dapat hidup pada kondisi abiotik tertentu yang

berada dalam kisaran toleransi tertentu yang cocok bagi organisme tersebut.

Pada ketinggian 1300-1500 m dpl Gleichenia linearis merupakan jenis

tumbuhan paku teresterial yang memiliki nilai frekuensi relatif tertinggi yaitu

18.87%, sedangkan jenis yang memiliki nilai terendah adalah Angiopteris

angustifolia, Dipteris conjugata, Gleichenia truncata, Humata pectinata,

Pneumatopteris truncata dengan nilai 1.89%. Paku epifit frekuensi relatif tertinggi

pada Asplenium nidus yaitu 16.67% dan terendah 3.33% pada Scleroglossum

pusillum, Elaphoglossum robinsonii. Menurut Whitmore (1984), tingginya nilai

frekuensi relatif suatu jenis menunjukkan bahwa hal ini kemungkinan disebabkan

oleh faktor lingkungan yang mendukung jenis ini untuk dapat bertahan dan

berkembang. Faktor lingkungan di ketinggian ini ditemukan lereng-lereng bukit

sehingga rata-rata intensitas cahaya dapat masuk lebih banyak sebesar 283.20 Lux

dan rata-rata kelembaban 97.45%, di mana kondisi ini sesuai dengan Glichenia.

Menurut Anwar, et al, (1987), sifat-sifat lingkungan fisik berubah sepanjang

lereng gunung dan perubahan flora dapat diikuti melalui perubahan fisik tersebut.

Page 67: keanekaragaman dan pola distribusi tumbuhan paku di hutan ...

Siti Rahmah Lubis : Keanekaragaman Dan Pola Distribusi Tumbuhan Paku Di Hutan Wisata Alam Taman Eden Kabupaten Toba Samosir Provinsi Sumatera Utara, 2009

Pada ketinggian 1500-1750 m dpl frekuensi relatif tertinggi pada paku

teresterial terdapat pada jenis Dipteris conjugata dengan nilai 15.38%, sedangkan

jenis dengan nilai terendah adalah Olendra pistilaris dengan nilai 1.28%. Paku

epifit frekuensi relatif tertinggi terdapat pada Phymatopteris triloba sebesar

66.67% dan terendah pada Humata pectinata dengan nilai 33.33% (Lampiran 3).

Menurut Suin (2002), frekuensi kehadiran suatu jenis organisme di suatu habitat

menunjukkan keseringhadiran jenis tersebut di habitat itu. Dari frekuensi

kehadiran dapat tergambar penyebaran jenis tersebut pada habitat. Frekuensi

relatif suatu jenis adalah proporsi frekuensi jenis tersebut dari frekuensi semua

jenis.

Selanjutnya Holttum (1967), menjelaskan bahwa paku hutan memiliki

kondisi hidup yang seragam dan lebih terlindung dari panas. Kondisi ini terlihat

dari jumlah paku yang dapat beradaptasi dengan cahaya matahari penuh tidak

pernah dijumpai di hutan yang benar-benar tertutup. Beberapa paku hutan tidak

dapat tumbuh di tempat yang dikenai cahaya matahari.

Menurut LIPI (1976), penyebaran paku pada relung-relung tebing yang

curam, bisa didapatkan jenis-jenis paku yang menyukai tempat-tempat yang

lembab. Bahkan di sumber-sumber yang panas ataupun di kawah-kawah gunung,

ada jenis-jenis paku yang dapat tumbuh. Paku menghasilkan spora yang sangat

lembut. Spora ini dihasilkan oleh kotak spora dan tersimpan rapat didalamnya,

bila masak maka akan berhamburanlah sporanya. Apalagi dengan adanya

hembusan angin.

Page 68: keanekaragaman dan pola distribusi tumbuhan paku di hutan ...

Siti Rahmah Lubis : Keanekaragaman Dan Pola Distribusi Tumbuhan Paku Di Hutan Wisata Alam Taman Eden Kabupaten Toba Samosir Provinsi Sumatera Utara, 2009

Tjondronegoro (1979), menyatakan bahwa penyebaran tumbuhan di dunia

selain karena sebab-sebab yang terjadi secara alami yaitu perubahan geologis dan

iklim dari zaman dahulu sampai sekarang, juga dipengaruhi oleh kegiatan-

kegiatan manusia.

4.6.2. Pola Distribusi

Untuk mengetahui pola distribusi setiap spesies tumbuhan paku yang

terdapat di HWA Taman Eden, digunakan Indeks Morisita (Id). Dari hasil

penelitian yang telah dilaksanakan, diperoleh nilai yang sangat bervariasi. Pada

Tabel 6 dapat dilihat bahwa Indeks distribusi untuk setiap spesies di seluruh lokasi

penelitian memiliki nilai > 1 dan < 1. Nilai indeks distribusi untuk spesies yang

bernilai 0 hanya Tectaria grandidentata, dikategorikan ke dalam distribusi

seragam (uniform) karena lebih kecil dari 1, sedangkan spesies yang lainnya

memiliki nilai lebih besar dari 1, dikategorikan ke dalam distribusi spesies secara

berkelompok (clumped).

Menurut Krebs (1985), bahwa bila didapatkan Indeks distribusi (Id)

bernilai sama dengan 1, maka distribusi spesies tersebut adalah acak, bila Id > 1,

maka distribusi spesies tersebut berkelompok, dan bila Id < 1, maka distribusi

spesies tersebut seragam.

Page 69: keanekaragaman dan pola distribusi tumbuhan paku di hutan ...

Siti Rahmah Lubis : Keanekaragaman Dan Pola Distribusi Tumbuhan Paku Di Hutan Wisata Alam Taman Eden Kabupaten Toba Samosir Provinsi Sumatera Utara, 2009

Tabel 6. Nilai Indeks Morisita (Id) Tumbuhan Paku di HWA Taman Eden

No. Nama Jenis Indeks Morista Keterangan

1. Antrophyum semicostatum 60.00 Berkelompok 2. Arachnioides hasseltii 60.00 Berkelompok 3. Ctenopteris alata 60.00 Berkelompok 4. Cyathea glabra 60.00 Berkelompok 5. Diplazium accedens 60.00 Berkelompok 6. Diplazium subintegrum 60.00 Berkelompok 7. Elaphoglossum robinsonii 60.00 Berkelompok 8. Oleandra pistillaris 60.00 Berkelompok 9. Phymatosorus longissima 60.00 Berkelompok 10. Scleroglossum pusillum 60.00 Berkelompok 11. Athryum procumbens 54.55 Berkelompok 12. Asplenium unilateral 45.00 Berkelompok 13. Pronephrium triphyllum 43.64 Berkelompok 14. Asplenium macrophyllum 36.92 Berkelompok 15. Blechnum orientale 36.18 Berkelompok 16. Cibotium barometz 33.53 Berkelompok 17. Pteridium sp. 31.43 Berkelompok 18. Ctenopteris contigua 31.15 Berkelompok 19. Cyathea obscura 30.00 Berkelompok 20. Hymenophyllum imbricatum 29.51 Berkelompok 21. Selaginella wildenowii 29.24 Berkelompok 22. Matonia pectinata 28.51 Berkelompok 23. Cyathea latebrosa 28.24 Berkelompok 24. Cyathea boornensis 26.67 Berkelompok 25. Diplazium velutinum 26.67 Berkelompok 26. Pyrrosia stigmosa 26.59 Berkelompok 27. Selaginella ornate 25.38 Berkelompok 28. Blechnum indicum 24.96 Berkelompok 29. Histiopteris incise 24.68 Berkelompok 30. Hymenophyllum exsertum 24.50 Berkelompok 31. Arachnioides haniffii 23.16 Berkelompok 32. Pneumatopteris ecallosa 21.62 Berkelompok 33. Belvisia revolute 21.04 Berkelompok 34. Humata pectinata 20.19 Berkelompok

Page 70: keanekaragaman dan pola distribusi tumbuhan paku di hutan ...

Siti Rahmah Lubis : Keanekaragaman Dan Pola Distribusi Tumbuhan Paku Di Hutan Wisata Alam Taman Eden Kabupaten Toba Samosir Provinsi Sumatera Utara, 2009

Lanjutan Tabel 6 35. Elaphoglossum blumeanum 19.64 Berkelompok 36. Coryphopteris sp. 15.82 Berkelompok 37. Lycopodium sp2. 15.44 Berkelompok 38. Crypsinus stenophyllus 15.27 Berkelompok 39. Angiopteris angustifolia 13.33 Berkelompok 40. Sphenomeris chinensis 12.50 Berkelompok 41. Dicranopteris linearis var Montana 12.25 Berkelompok 42. Dicranopteris curanii 10.45 Berkelompok 43. Lycopodium cernuum 10.43 Berkelompok 44. Phymatopteris triloba 9.88 Berkelompok 45. Gleichenia truncate 8.86 Berkelompok 46. Dicranopteris linearis var subspeciosa 7.56 Berkelompok 47. Gleichenia longissima 7.52 Berkelompok 48. Asplenium nidus 6.52 Berkelompok 49. Vittaria angustifolia 6.46 Berkelompok 50. Lycopodium sp1. 6.17 Berkelompok 51. Goniophlebium persicifolium 5.47 Berkelompok 52. Dipteris conjugate 5.00 Berkelompok 53. Psilotum sp. 3.97 Berkelompok 54. Pneumatopteris truncate 3.48 Berkelompok 55. Gleichenia linearis 2.95 Berkelompok 56. Nephrolepis dicksonioides 2.55 Berkelompok 57. Tectaria grandidentata 0.00 Seragam

Berdasarkan kriteria tersebut dapat dilihat bahwa pada ketinggian 1100-

1750 m dpl hampir keseluruhan pola penyebaran tumbuhan paku adalah

berkelompok (clumped). Hal ini menunjukkan bahwa tipe pola distribusi di lokasi

penelitian mencerminkan heterogen, mode reproduktif, behavior berkelompok,

dan lain-lain. Pernyataan ini dibenarkan oleh Kusmana (1995), bahwa ada tiga

tipe pola distribusi yaitu: (1). random (acak), pola ini mencerminkan homogenitas

habitat dan pola behavior yang tidak selektif, (2). berkelompok (clumped), pola ini

Page 71: keanekaragaman dan pola distribusi tumbuhan paku di hutan ...

Siti Rahmah Lubis : Keanekaragaman Dan Pola Distribusi Tumbuhan Paku Di Hutan Wisata Alam Taman Eden Kabupaten Toba Samosir Provinsi Sumatera Utara, 2009

mencerminkan habitat yang heterogen, mode reproduktif, behavior berkelompok,

dan lain-lain, (3). beraturan (uniform), mencerminkan adanya interaksi negatif

antara individu seperti persaingan untuk ruang dan unsur hara atau cahaya.

Tumbuhan paku di HWA Taman Eden memiliki tipe pola distribusi

berkelompok (clumped), ini disebabkan iklim yang mendukung distribusi di ketiga

ketinggian, di mana rata-rata suhu udara 20.50ºC, intensitas cahaya 214.68 Lux,

kelembaban 93.10% dan tekstur tanah pasir berlempung, sedangkan komposisi

tanah adalah pasir, debu, tanah liat juga pH tanah rata-rata 5.98, suhu tanah 20.78

ºC. Kondisi ini mendukung distribusi jenis tumbuhan paku membentuk tipe pola

distribusi berkelompok (clumped).

Anwar, et al, (1984), juga menyatakan bahwa pola penyebaran suatu

organisme bergantung pada sifat fitokimia lingkungan yang berupa nutrisi,

substrat atau berupa faktor fisik kimia perairan tersebut. Suatu struktur komunitas

alami tergantung pada cara organisme itu tersebar atau terpencar. Selanjutnya

Whitmore (1984), menyatakan bahwa penyebaran jenis sangat luas jika

dibandingkan dengan jenis lain menunjukkan nilai frekuensi relatif tinggi.

4.7. Analisis Korelasi

Berdasarkan pengukuran faktor fisik kimia lingkungan yang telah

dilakukan pada setiap lokasi penelitian dan dikorelasikan dengan Indeks

Keanekaragaman (H’), maka diperoleh nilai Indeks Korelasi seperti pada Tabel 7.

Page 72: keanekaragaman dan pola distribusi tumbuhan paku di hutan ...

Siti Rahmah Lubis : Keanekaragaman Dan Pola Distribusi Tumbuhan Paku Di Hutan Wisata Alam Taman Eden Kabupaten Toba Samosir Provinsi Sumatera Utara, 2009

Tabel 7. Nilai Analisis Korelasi Pearson terhadap H’ dengan Metode Komputerisasi SPSS Ver.12.00

Korelasi Pearson Kelembaban Suhu Udara Suhu Tanah Intensitas

Cahaya pH

H’ 0.722 0.962 0.997(*) 0.910 0.646

Keterangan: Nilai (+) = Arah Korelasi searah Nilai (-) = Arah Korelasi berlawanan Tanda (*) = Berpengaruh sangat nyata

Dari Tabel 7 dapat dilihat bahwa hasil uji analisa korelasi Pearson antara

beberapa faktor fisik kimia lingkungan berbeda tingkat korelasi dan arah

korelasinya dengan Indeks Keanekaragaman (H’). Nilai positif (+) menunjukkan

semakin besar nilai salah satu faktor fisik kimia maka nilai Indeks

Keanekaragaman akan semakin besar pula, begitu juga sebaliknya, sedangkan

nilai negatif (-) menunjukkan hubungan yang berbanding terbalik antara nilai

faktor fisik kimia lingkungan dengan nilai H’, artinya semakin besar nilai faktor

fisik kimia lingkungan maka nilai H’ akan semakin kecil, begitu juga sebaliknya,

jika semakin kecil nilai faktor fisik kimia maka nilai H’ akan semakin besar.

Dari Tabel 7 dapat dilihat bahwa hasil analisis korelasi Pearson dengan

beberapa faktor fisik kimia korelasinya searah terhadap Indeks Keanekaragaman

(H′), hanya pada suhu tanah yang berpengaruh nyata terhadap Indeks

Keanekaragaman. Hal serupa juga dikemukakan oleh Faizah (2002), suhu tanah,

suhu udara dan intensitas cahaya berpengaruh nyata terhadap H′ Cyathea spp di

hutan Tongkoh kawasan Tahura Bukit Barisan Sumatera Utara. Begitu juga yang

Page 73: keanekaragaman dan pola distribusi tumbuhan paku di hutan ...

Siti Rahmah Lubis : Keanekaragaman Dan Pola Distribusi Tumbuhan Paku Di Hutan Wisata Alam Taman Eden Kabupaten Toba Samosir Provinsi Sumatera Utara, 2009

dinyatakan Heddy dan Kurniati (1994), bahwa komunitas pada wilayah sangat

mungkin dipengaruhi penyusunnya oleh ada pengaruh temperatur.

Menurut Krebs (1985), kelembaban tanah mempengaruhi penyebaran

geografi pada sebagian besar pohon pada hutan pegunungan dan mempengaruhi

kandungan/ ketersediaan air tanah di mana hubungan dengan suhu dapat

mempengaruhi keseimbangan air tumbuhan. Selanjutnya Smith (1992),

keanekaragaman jenis di dalam dan di antara berbagai komunitas melibatkan tiga

komponen yaitu ruang, waktu, dan makanan.

4.8. Habitat Tumbuhan Paku Teresterial di Hutan Wisata Alam Taman Eden

Tumbuhan paku teresterial yang akarnya tumbuh dan berkembang di dalam

tanah memerlukan unsur hara yang cukup dan sesuai untuk keberlangsungan

pertumbuhannya. Selain itu, tekstur, unsur hara tanah dan komposisi penyusun tanah

juga mempengaruhinya, seperti tercantum pada Tabel 8 berikut ini:

Tabel 8. Analisis Tanah di Hutan Wisata Alam Taman Eden Ketinggian (m dpl)

No Unit 1100-1300 1300-1500 1500-1750

1 Pasir (%) 82.56 84.56 87.56

2 Debu (%) 8.00 6.00 5.00

3 Tanah liat (%) 9.44 9.44 7.44

4 Tekstur Pasir berlempung Pasir berlempung Pasir berlempung

5 pH air 5.22 5.17 4.89

6 pH KCl 4.04 3.90 3.87

Page 74: keanekaragaman dan pola distribusi tumbuhan paku di hutan ...

Siti Rahmah Lubis : Keanekaragaman Dan Pola Distribusi Tumbuhan Paku Di Hutan Wisata Alam Taman Eden Kabupaten Toba Samosir Provinsi Sumatera Utara, 2009

Lanjutan Tabel 8 7 C-organik (ppm) 7.43 12.42 12.25

8 N-organik (ppm) 0.35 0.66 0.74

9 K-exch (ppm) 0.303 0.454 0.448

10 Na-exch (ppm) 0.055 0.040 0.038

11 Ca-exch (ppm) 0.759 1.598 0.034

12 Mg-exch (ppm) 0.821 1.606 0.544

Sumber: Laboratorium Tanah Fakultas Pertanian USU, Medan (20 Januari 2009)

Berdasarkan Tabel 4.8. diketahui bahwa komposisi penyusun tanah di HWA

Taman Eden adalah pasir, debu dan tanah liat dengan tekstur tanah pasir berlempung.

Pada ketinggian 1500-1750 m dpl memiliki kandungan pasir yang tinggi yaitu sebesar

87.56% dibandingkan dengan dua ketinggian yang lain, sedangkan kandungan debu

yang tinggi terdapat pada ketinggian 1100-1300 m dpl yaitu sebesar 8% dibandingkan

dengan dua ketinggian yang lain. Pada ketinggian 1100-1300 m dpl dan 1300-1500 m

dpl tanah liat yang terkandung di dalam tanah memiliki nilai yang sama. Begitu juga

dengan tekstur tanah pada ketiga ketinggian adalah sama yaitu pasir berlempung.

Selanjutnya unsur tanah di HWA Taman Eden terdiri dari Karbon (C),

Nitrogen (N), Kalium (K), Natrium (Na), kalsium (Ca) dan Magnesium (Mg). Unsur-

unsur tersebut diperlukan oleh tumbuhan paku untuk pertumbuhan dan

perkembangannya. Menurut LIPI (1980), paku membutuhkan unsur-unsur nutrisi

yang diambil melalui akar dan daun untuk hidup dan berkembang.

Nilai pH air di kawasan HWA Taman Eden adalah masam. Kemasaman ini

menggambarkan kondisi kimiawi, proses kimia yang mungkin terjadi serta akibatnya

terhadap keadaan tanah dan pertumbuhan paku. Manurut Hanafiah (2005), kisaran pH

Page 75: keanekaragaman dan pola distribusi tumbuhan paku di hutan ...

Siti Rahmah Lubis : Keanekaragaman Dan Pola Distribusi Tumbuhan Paku Di Hutan Wisata Alam Taman Eden Kabupaten Toba Samosir Provinsi Sumatera Utara, 2009

4-7, di mana idealnya adalah 5.5-5.6, sedangkan kisaran pH optimum adalah 4.0-5.0

dan pH idealnya adalah 6.5.

Menurut Edward, et al, (1990) dalam Monk, et al, (2000), bahwa perubahan

penting pada tanah karena perubahan ketinggian adalah penurunan pH; peningkatan

karbon organik dan penurunan kedalaman perakaran. Selanjutnya LIPI (1980),

mengemukakan angka kemasaman tanah kadang-kadang dipengaruhi oleh

kelembaban tanah. Tanah yang basah cenderung menunjukkan pH yang rendah,

sedangkan tanah yang kering pH nya agak tinggi. Selain itu, kemasaman tanah juga

dipengaruhi oleh kadar bahan organik, mineral dan kapur yang terkandung

di dalamnya.

4.9. Potensi Tumbuhan Paku di HWA Taman Eden

Keanekaragaman jenis paku yang ditemukan di HWA Taman Eden

memiliki berbagai macam potensi yaitu selain sebagai tanaman hias ada yang

dimanfaatkan sebagai sayuran, obat, ramuan jamu, bahan baku kerajinan tangan,

bahan pengisi bantal, tiang rumah dan sebagainya, dapat dilihat pada Tabel 9.

Menurut Amoroso (1990), sejak dulu tumbuhan paku telah dimanfaatkan

oleh manusia terutama sebagai bahan makanan (sayuran). Dewasa ini

pemanfaatannya berkembang sebagai material baku untuk pembuatan kerajinan

tangan, pupuk organik dan tumbuhan obat.

Page 76: keanekaragaman dan pola distribusi tumbuhan paku di hutan ...

Siti Rahmah Lubis : Keanekaragaman Dan Pola Distribusi Tumbuhan Paku Di Hutan Wisata Alam Taman Eden Kabupaten Toba Samosir Provinsi Sumatera Utara, 2009

Tabel 9. Potensi Tumbuhan Paku di HWA Taman Eden

No. Nama Jenis Potensi Gambar

1. Angiopteris angustifolia Tanaman hias 11 2. Antrophyum semicostatum Tanaman hias 12 3. Arachnioides haniffii Tanaman hias 13 4. Arachnioides hasseltii Tanaman hias 14 5. Asplenium macrophyllum Tanaman hias 15 6. Asplenium nidus Tanaman hias 16 7. Asplenium unilateral Tanaman hias 17 8. Athryum procumbens Tanaman hias dan sayuran 18 9. Belvisia revoluta Tanaman hias 19 10. Blechnum indicum Tanaman hias 20 11. Blechnum orientale Tanaman hias dan sayuran 21 12. Cibotium barometz Tanaman hias dan obat, 22 bahan pembuat topi 13. Coryphopteris sp. Tanaman hias 23 14. Crypsinus stenophyllus Tanaman hias 24 15. Ctenopteris alata Tanaman hias 25 16. Ctenopteris contigua Tanaman hias 26 17. Cyathea boornensis Tanaman hias 27 18. Cyathea glabra Tanaman hias 28 19. Cyathea latebrosa Tanaman obat dan sayuran 29 20. Cyathea obscura Tanaman hias 30 21. Dicranopteris curanii Tanaman hias 31

22. Dicranopteris linearis var Montana

Tanaman hias 32

23. Dicranopteris linearis var subspeciosa Tanaman hias 33 24. Diplazium accedens Tanaman hias 34 25. Diplazium subintegrum Tanaman hias 35 26. Diplazium velutinum Tanaman hias 36 27. Dipteris conjugata Tanaman hias dan obat 37 28. Elaphoglossum blumeanum Tanaman hias 38 29. Elaphoglossum robinsonii Tanaman hias 39 30. Gleichenia linearis Tanaman obat dan bahan 40

baku kerajinan tangan serta kopiah

31. Gleichenia longissima Tanaman hias 41

Page 77: keanekaragaman dan pola distribusi tumbuhan paku di hutan ...

Siti Rahmah Lubis : Keanekaragaman Dan Pola Distribusi Tumbuhan Paku Di Hutan Wisata Alam Taman Eden Kabupaten Toba Samosir Provinsi Sumatera Utara, 2009

Lanjutan Tabel 9

32. Gleichenia truncata Tanaman hias dan konservasi lahan 42

33. Goniophlebium persicifolium Tanaman hias 43 34. Histiopteris incisa Tanaman hias 44 35. Humata pectinata Tanaman hias 45 36. Hymenophyllum exsertum Tanaman hias 46 37. Hymenophyllum imbricatum Tanaman hias 47 38. Lycopodium cernuum Tanaman hias dan obat, 48 bahan pengisi bantal 39. Lycopodium sp1. Tanaman hias 49 40. Lycopodium sp2. Tanaman hias 50 41. Matonia pectinata Tanaman hias 51 42. Nephrolepis dicksonioides Tanaman hias 52 43. Oleandra pistillaris Tanaman hias 53 44. Phymatopteris triloba Tanaman hias 54 45. Phymatosorus longissima Tanaman hias 55 46. Pneumatopteris ecallosa Tanaman hias 56 47. Pneumatopteris truncata Tanaman hias 57 48. Pronephrium triphyllum Tanaman hias 58 49. Psilotum sp. Tanaman hias 59 50. Pteris sp. Tanaman hias 60 51. Pyrrosia stigmosa Tanaman hias 61 52. Scleroglossum pusillum Tanaman hias 62 53. Selaginella ornata Tanaman hias 63 54. Selaginella wildenowii Tanaman obat dan ramuan 64 jamu 55. Sphenomeris chinensis Tanaman hias 65 56. Tectaria grandidentata Tanaman hias 66 57. Vittaria angustifolia Tanaman hias dan obat 67

Menurut Polunin (1994), bahwa nilai ekonomi tumbuhan paku terutama

terletak pada keindahannya dan sebagai tanaman holtikultura beberapa jenis

Lycopodinae yang suka panas digunakan sebagai tanaman hias dalam pot, dan

paku kawat yang merayap yang digunakan dalam pembuatan karangan bunga,

Page 78: keanekaragaman dan pola distribusi tumbuhan paku di hutan ...

Siti Rahmah Lubis : Keanekaragaman Dan Pola Distribusi Tumbuhan Paku Di Hutan Wisata Alam Taman Eden Kabupaten Toba Samosir Provinsi Sumatera Utara, 2009

sedang sporanya kecil-kecil yang mudah terbakar karena kandungannya akan

minyak, sehingga dapat digunakan untuk menghasilkan kilat panggung.

Selanjutnya LIPI (1976), menjelaskan bahwa banyaknya jenis paku yang

mempunyai kemampuan yang berbeda untuk hidup di berbagai keadaan,

memungkinkan orang untuk memilih jenis-jenis yang baik untuk tanaman hias

dalam rumah, tanaman hias taman, ataupun tanaman hias jalan. Biasanya untuk

keperluan ini paku tanahlah yang dipilih. Paku epifit, bagus untuk tanaman hias

halaman dengan cara menanamnya di pot gantung ataupun ditempelkan pada

pohon yang memang sudah tumbuh di situ.

Page 79: keanekaragaman dan pola distribusi tumbuhan paku di hutan ...

Siti Rahmah Lubis : Keanekaragaman Dan Pola Distribusi Tumbuhan Paku Di Hutan Wisata Alam Taman Eden Kabupaten Toba Samosir Provinsi Sumatera Utara, 2009

4.10. Deskripsi Jenis Tumbuhan Paku di Hutan Wisata Alam Taman Eden

1. Angiopteris angustifolia

Ental bersirip ganda, panjang ental 2 – 3 m, lebar 1.5 – 2 m. Tangkai ental

berwarna hijau, bersisik tipis, permukaan ental bagian bawah berwarna putih. Sori

terdapat

di sepanjang tepi ental bagian bawah. Dalam 1 sori terdapat beberapa sporangia,

letak sori sangat berdekatan sehingga sori seolah-olah memanjang di tepi ental.

Spora berwarna coklat.

Spesimen : SR 16, berspora (MEDA USU)

Habitat : Teresterial, ditemukan pada ketinggian 1100 m dpl sampai dengan ketinggian 1500 m dpl

Nama daerah : -

Distribusi : Malaya, Filipina dan Sumatera Utara (Holttum, 1968)

Gambar 11. Permukaan Bawah Ental Angiopteris angustifolia

Page 80: keanekaragaman dan pola distribusi tumbuhan paku di hutan ...

Siti Rahmah Lubis : Keanekaragaman Dan Pola Distribusi Tumbuhan Paku Di Hutan Wisata Alam Taman Eden Kabupaten Toba Samosir Provinsi Sumatera Utara, 2009

2. Antrophyum semicostatum

Epifit, ental tebal, berwarna hijau di permukaan atas dan berwarna hijau pucat

di bagian bawah, panjang ental 5 – 12 cm dengan lebar 3 – 5 cm. Sori terdapat

di urat-urat ental sejajar dengan pertulangan ental, berwarna hijau keputihan saat

muda dan berwarna coklat gelap saat matang.

Spesimen : SR 29, berspora (MEDA USU)

Habitat : Teresterial, ditemukan pada ketinggian 1100 m dpl sampai dengan 1300 m dpl

Nama daerah : -

Distribusi : Malaya, Malaysia dan Sumatera Utara (Holttum, 1968)

Gambar 12. Permukaan Bawah Ental dan Spora Antrophyum semicostatum

Page 81: keanekaragaman dan pola distribusi tumbuhan paku di hutan ...

Siti Rahmah Lubis : Keanekaragaman Dan Pola Distribusi Tumbuhan Paku Di Hutan Wisata Alam Taman Eden Kabupaten Toba Samosir Provinsi Sumatera Utara, 2009

3. Arachnioides haniffii

Teresterial, helaian ental licin, berwarna hijau gelap, terkadang terlihat kebiruan,

permukaan bagian bawah berwarna hijau pucat, anak daun saling berdekatan

di bagian ujung dari anak daun hanya terlihat seperti gigi. Sori terdapat di bagian

ujung anak tulang daun, berwarna coklat kehitaman. Rimpang panjang, menjalar,

berbulu kaku, berwarna coklat, panjang ental keseluruhan 35 – 65 cm dengan

lebar 15 – 22 cm.

Spesimen : SR 19, berspora (MEDA USU)

Habitat : Teresterial, ditemukan pada ketinggian 1.100 m dpl sampai dengan 1.300 m dpl

Nama daerah : -

Distribusi : Daerah tropik, Sumatera Utara dan subtropik (Holttum, 1968)

Gambar 13. Permukaan Bawah dan Spora Arachnioides haniffii

Page 82: keanekaragaman dan pola distribusi tumbuhan paku di hutan ...

Siti Rahmah Lubis : Keanekaragaman Dan Pola Distribusi Tumbuhan Paku Di Hutan Wisata Alam Taman Eden Kabupaten Toba Samosir Provinsi Sumatera Utara, 2009

4. Arachnioides hasseltii

Tangkai ental dan dan rimpang bersisik, berwarna coklat. Helaian ental licin,

berwarna hijau gelap, bagian permukaan bawah hijau keputihan, anak daun

bergigi, hampir sama dengan Arachnioides haniffii, bedanya hanya pada pinggiran

daunnya saja yang bergigi setengah bagian, tidak sedalam Arachnioides haniffii.

Sori terdapat di setiap ujung anak-anak urat daun, berwarna coklat gelap saat

matang.

Spesimen : SR 27, berspora (MEDA USU)

Habitat : Teresterial, ditemukan pada ketinggian 1.100 m dpl sampai dengan 1.300 m dpl

Nama daerah : -

Distribusi : Malaya, Sumatera Utara dan subtropik (Holttum, 1968)

Gambar 14. Permukaan Bawah dan Spora Arachnioides hasseltii

Page 83: keanekaragaman dan pola distribusi tumbuhan paku di hutan ...

Siti Rahmah Lubis : Keanekaragaman Dan Pola Distribusi Tumbuhan Paku Di Hutan Wisata Alam Taman Eden Kabupaten Toba Samosir Provinsi Sumatera Utara, 2009

5. Asplenium macrophyllum

Ental majemuk, berhadapan, pinggiran ental bergigi, panjang ental 25 – 45 cm,

warna ental hijau mengkilat. Sori terdapat pada urat-urat ental, memanjang sampai

ujung ental, berwarna hijau kekuningan saat matang dan berwarna coklat tua saat

matang. Tekstur ental seperti perkamen.

Spesimen : SR 22, berspora (MEDA USU)

Habitat : Teresterial, ditemukan pada ketinggian 1.100 m dpl sampai dengan 1.300 m dpl

Nama daerah : -

Distribusi : Pulau Mascaren sampai Polynesia, Bagian Utara sampai Tonkin, Malaya, Sumatera Utara (Holttum, 1968)

Gambar 15. Permukaan Bawah dan Spora Asplenium macrophyllum

Page 84: keanekaragaman dan pola distribusi tumbuhan paku di hutan ...

Siti Rahmah Lubis : Keanekaragaman Dan Pola Distribusi Tumbuhan Paku Di Hutan Wisata Alam Taman Eden Kabupaten Toba Samosir Provinsi Sumatera Utara, 2009

6. Asplenium nidus

Ental tunggal, panjang ental 15 – 1,2 m, lebar 5 – 15 cm, tepinya rata dengan

permukaan berombak, warna ental bagian bawah hijau pucat, tangkai ental sangat

pendek, hampir tidak kelihatan, berwarna coklat, berbulu jarang berwarna coklat.

Sori terletak di pertulangan ental bagian bawah, berwarna coklat tua, tersusun

menyirip.

Spesimen : SR 17, berspora (MEDA USU)

Habitat : Teresterial dan epifit, ditemukan pada ketinggian 1.100 m dpl sampai dengan ketinggian 1.500 m dpl

Nama daerah : -

Distribusi : Daerah tropik, Sumatera Utara (Holttum, 1968)

Gambar 16. Permukaan Bawah dan Spora Asplenium nidus

Page 85: keanekaragaman dan pola distribusi tumbuhan paku di hutan ...

Siti Rahmah Lubis : Keanekaragaman Dan Pola Distribusi Tumbuhan Paku Di Hutan Wisata Alam Taman Eden Kabupaten Toba Samosir Provinsi Sumatera Utara, 2009

7. Asplenium unilateral

Rhizom ramping, menjalar. Batang berwarna hitam, licin. Ental berbentuk seperti

trapesium, berwarna hijau muda, panjang ental 5 – 8 cm dan lebar 2 – 4 cm. Sori

membentuk garis sepanjang guratan ental, berwarna coklat kehitaman.

Spesimen : SR 13, berspora (MEDA USU)

Habitat : Teresterial dan epifit, ditemukan pada ketinggian 1.100 m dpl sampai dengan 1.300 m dpl

Nama daerah : -

Distribusi : Afrika Timur sampai Pasifik, India Timur, Jepang dan Cina, Malaya dan Sumatera Utara (Holttum, 1968)

Gambar 17. Permukaan Bawah dan Spora Asplenium unilateral

Page 86: keanekaragaman dan pola distribusi tumbuhan paku di hutan ...

Siti Rahmah Lubis : Keanekaragaman Dan Pola Distribusi Tumbuhan Paku Di Hutan Wisata Alam Taman Eden Kabupaten Toba Samosir Provinsi Sumatera Utara, 2009

8. Athryum procumbens

Teresterial, batang berwarna hijau gelap, licin. Ental bersirip ganda, anak daunnya

bundar tumpul, dengan tulang daun yang membentuk lekukan, anak daun yang

terujung mempunyai ujung yang lancip, pucuk muda ditutupi bulu-bulu halus

berwarna coklat keputihan, ental berwarna hijau licin, sori tersebar hanya

di sepanjang anak-anak tulang daun, bentuknya memanjang sampai pinggir daun.

Sori muda berwarna hijau keputihan dan berwarna coklat gelap saat matang.

Spesimen : SR 15, berspora (MEDA USU)

Habitat : Teresterial, ditemukan pada ketinggian 1.100 m dpl sampai dengan 1.300 m dpl

Nama daerah : -

Distribusi : Malaya dan Sumatera Utara (Holttum, 1968)

Gambar 18. Permukaan Bawah Ental dan Spora Athryum procumbens

Page 87: keanekaragaman dan pola distribusi tumbuhan paku di hutan ...

Siti Rahmah Lubis : Keanekaragaman Dan Pola Distribusi Tumbuhan Paku Di Hutan Wisata Alam Taman Eden Kabupaten Toba Samosir Provinsi Sumatera Utara, 2009

9. Belvisia revoluta

Rhizome bersisik runcing, berwarna coklat gelap. Memiliki dua jenis ental, ental

steril memiliki panjang 10 – 12 cm, berbentuk lanset, ental fertil dengan panjang

15 – 20 cm, lebar 3 – 5 cm. Sori tersusun di pinggir ental bagian bawah berwarna

coklat.

Spesimen : SR 31, berspora (MEDA USU)

Habitat : Epifit, ditemukan pada ketinggian 1.300 m dpl sampai dengan 1.500 m dpl

Nama daerah : -

Distribusi : Sumatera termasuk Sumatera Utara sampai ke Tahiti (Holttum, 1968)

B.

A. B.

Gambar 19. A. Belvisia revoluta, B. Spora Terdapat pada Ujung Ental Fertil

Page 88: keanekaragaman dan pola distribusi tumbuhan paku di hutan ...

Siti Rahmah Lubis : Keanekaragaman Dan Pola Distribusi Tumbuhan Paku Di Hutan Wisata Alam Taman Eden Kabupaten Toba Samosir Provinsi Sumatera Utara, 2009

10. Blechnum indicum

Rimpang pendek dan tebal, ditutupi bulu-bulu kaku. Memiliki dua macam ental,

fertile dan steril. Kedua ental tersebut tersusun oleh anak daun yang letaknya

menyirip, panjang ental 40 – 55 cm, yang fertile memiliki daun yang lebih sempit,

jika dibandingkan dengan ental fertile, ental muda berwarna hijau kemerahan. Sori

terdapat di seluruh permukaan bawah ental fertile, berwarna coklat gelap.

Spesimen : SR 01, berspora (MEDA USU)

Habitat : Teresterial, ditemukan pada ketinggian 1.100 m dpl sampai dengan 1.500 m dpl

Nama daerah : -

Distribusi : Malaysia sampai Australia Sumatera Utara, Malaya, Sumatera Utara, Jawa (Holttum, 1968)

Gambar 20. Permukaan Bawah dan Spora Blechnum indicum

Page 89: keanekaragaman dan pola distribusi tumbuhan paku di hutan ...

Siti Rahmah Lubis : Keanekaragaman Dan Pola Distribusi Tumbuhan Paku Di Hutan Wisata Alam Taman Eden Kabupaten Toba Samosir Provinsi Sumatera Utara, 2009

11. Blechnum orientale

Rhizome pendek, tangkai ental berwarna coklat, panjang ental 100 – 150 cm,

dengan lebar 25 – 40 cm. ental muda berwarna merah kehijauan. Sori tersusun di

sepanjang anak tulang daun, berwarna hijau kecoklatan saat muda dan berwarna

coklat tua saat matang.

Spesimen : SR 08, berspora (MEDA USU)

Habitat : Teresterial, ditemukan pada ketinggian 1.100 m dpl sampai dengan 1.500 m dpl

Nama daerah : -

Distribusi : Asia, Australia, Malaya, Sumatera Utara (Holttum,

1968)

A. B.

Gambar 21. A. Blechnum orientale, B. Permukaan Bawah dan Spora

Page 90: keanekaragaman dan pola distribusi tumbuhan paku di hutan ...

Siti Rahmah Lubis : Keanekaragaman Dan Pola Distribusi Tumbuhan Paku Di Hutan Wisata Alam Taman Eden Kabupaten Toba Samosir Provinsi Sumatera Utara, 2009

12. Cibotium barometz

Ental bersirip ganda, panjang ental 1 – 1,8 m, lebar 30 – 100 m, tekstur kaku.

Bagian batang muda ditutupi bulu-bulu halus, tebal dan mengkilat, berwarna

coklat keemasan. Sori terdapat dekat pangkal ental, spora berwarna coklat.

Spesimen : SR 48, berspora (MEDA USU)

Habitat : Teresterial, ditemukan pada ketinggian 1.500 m dpl sampai dengan 1.750 m dpl

Nama daerah : -

Distribusi : Bagian Selatan India, Bagian Barat Malaysia, Malaya dan Sumatera Utara (Holttum, 1968)

A. B.

Gambar 22. A. Cibotium barometz, B. Permukaan Bawah Ental dan Spora

Page 91: keanekaragaman dan pola distribusi tumbuhan paku di hutan ...

Siti Rahmah Lubis : Keanekaragaman Dan Pola Distribusi Tumbuhan Paku Di Hutan Wisata Alam Taman Eden Kabupaten Toba Samosir Provinsi Sumatera Utara, 2009

13. Coryphopteris sp

Rhizome tegak, membentuk seperti batang dengan ental yang tersusun meroset

di bagian ujungnya. Ental kasap, berwarna hijau, panjang 30 – 40 cm dengan lebar

15 – 25 cm. sori terdapat berpasangan pada setiap anak daun, berwarna coklat

kemerahan saat matang.

Spesimen : SR 24, berspora (MEDA USU)

Habitat : Teresterial, ditemukan pada ketinggian 1.100 m dpl sampai dengan 1.300 m dpl

Nama daerah : -

Distribusi : Malaya dan Sumatera Utara (Holttum, 1968)

Gambar 23. Permukaan Bawah dan Spora Coryphopteris sp

Page 92: keanekaragaman dan pola distribusi tumbuhan paku di hutan ...

Siti Rahmah Lubis : Keanekaragaman Dan Pola Distribusi Tumbuhan Paku Di Hutan Wisata Alam Taman Eden Kabupaten Toba Samosir Provinsi Sumatera Utara, 2009

14. Crypsinus stenophyllus

Rhizome panjang, menjalar, jarak antara ental 1 – 2 cm, pucuk muda ditutupi sisik

berwarna coklat kemerahan. Memiliki dua jenis ental, ental fertil berbentuk pita,

sedangkan ental steril berbentuk lanset. Sori terdapat di dekat pertulangan daun,

sejajar, berhadapan, berwarna coklat tua.

Spesimen : SR 37, berspora (MEDA USU)

Habitat : Epifit, ditemukan pada ketinggian 1.300 m dpl sampai dengan 1.500 m dpl

Nama daerah : -

Distribusi : Filipina, Sumatera dan Sumatera Utara (Holttum, 1968)

Gambar 24. Permukaan Bawah dan Spora

Page 93: keanekaragaman dan pola distribusi tumbuhan paku di hutan ...

Siti Rahmah Lubis : Keanekaragaman Dan Pola Distribusi Tumbuhan Paku Di Hutan Wisata Alam Taman Eden Kabupaten Toba Samosir Provinsi Sumatera Utara, 2009

15. Ctenopteris alata

Rimpang pendek, permukaan atas ental berwarna hijau gelap, licin, bagian bawah

ental berwarna hijau pucat. Sori tersusun di pinggir ental, memiliki 10 – 11 sorus

pada setiap pertulangan ental, berwarna coklat gelap.

Spesimen : SR 33, berspora (MEDA USU)

Habitat : Epifit, ditemukan pada ketinggian 1.100 m dpl sampai dengan 1.300 m dpl

Nama daerah : -

Distribusi : Ceylon dan India Selatan, Sumatera dan Sumatera Utara, sampai Polynesia tetapi tidak termasuk Jawa Timur dan Kepulauan Sunda (Holttum, 1968)

Gambar 25. Permukaan Bawah dan Spora Ctenopteris alata

Page 94: keanekaragaman dan pola distribusi tumbuhan paku di hutan ...

Siti Rahmah Lubis : Keanekaragaman Dan Pola Distribusi Tumbuhan Paku Di Hutan Wisata Alam Taman Eden Kabupaten Toba Samosir Provinsi Sumatera Utara, 2009

16. Ctenopteris contigua

Rhizome pendek, ental saling berdekatan, rhizome berbulu dan bersisik berwarna

coklat. Panjang ental 15 – 20 cm dengan lebar 5 – 7 cm. Sori pada pinggiran ental

dan agak menonjol, dan pada bagian ujung pertulangan ental, biasanya pada

pertulangan paling ujung, berwarna coklat gelap.

Spesimen : SR 32, berspora (MEDA USU)

Habitat : Epifit, ditemukan pada ketinggian 1.300 m dpl sampai dengan 1.500 m dpl

Nama daerah : -

Distribusi : Ceylon dan India Selatan, Sumatera, Sumatera Utara sampai Polynesia (Holttum, 1968)

Gambar 26. Permukaan Bawah dan Spora Ctenopteris contigua

Page 95: keanekaragaman dan pola distribusi tumbuhan paku di hutan ...

Siti Rahmah Lubis : Keanekaragaman Dan Pola Distribusi Tumbuhan Paku Di Hutan Wisata Alam Taman Eden Kabupaten Toba Samosir Provinsi Sumatera Utara, 2009

17. Cyathea boornensis

Pohon, batang berdiri berwarna coklat gelap, tangkai ental berbulu pendek dan

berwarna coklat keputihan. Ental licin berwarna hijau pucat pada permukaan

bawah. Sori terdapat sejajar dengan anak tulang daun, masing-masing 5 – 6

pasang, berwarna coklat.

Spesimen : SR 45, berspora (MEDA USU)

Habitat : Teresterial, ditemukan pada ketinggian 1.300 m dpl sampai dengan 1.500 m dpl

Nama daerah : -

Distribusi : Malaya dan Sumatera Utara (Holttum, 1968)

Gambar 27. Permukaan Bawah dan Spora Cyathea boornensis

Page 96: keanekaragaman dan pola distribusi tumbuhan paku di hutan ...

Siti Rahmah Lubis : Keanekaragaman Dan Pola Distribusi Tumbuhan Paku Di Hutan Wisata Alam Taman Eden Kabupaten Toba Samosir Provinsi Sumatera Utara, 2009

18. Cyathea glabra

Pohon, batang berwarna coklat, tinggi batang 1 – 2 m, ental licin berwarna hijau

di bagian permukaan atas dan berwarna hijau pucat di bagian bawahnya. Sori

terdapat pada anak tulang daun, berwarna kuning kehijauan saat muda dan

berwarna coklat saat matang. Pinggiran ental yang hanya bertoreh sedikit

merupakan ciri khasnya.

Spesimen : SR 21, berspora (MEDA USU)

Habitat : Teresterial, ditemukan pada ketinggian 1.100 m dpl sampai dengan 1.300 m dpl

Nama daerah : -

Distribusi : Malaya dan Sumatera Utara (Holttum, 1968)

A. B.

Gambar 28. A. Cyathea glabra, B. Permukaan Bawah dan Spora

Page 97: keanekaragaman dan pola distribusi tumbuhan paku di hutan ...

Siti Rahmah Lubis : Keanekaragaman Dan Pola Distribusi Tumbuhan Paku Di Hutan Wisata Alam Taman Eden Kabupaten Toba Samosir Provinsi Sumatera Utara, 2009

19. Cyathea latebrosa

Duri berwarna coklat gelap, pendek, bersisik, kecuali pada ental muda, berwarna

coklat terang, anak tulang daun berwarna coklat muda, memiliki rambut jarang

berwarna coklat, ental berwarna hijau mengkilat pada permukaan atas dan

berwarna hijau pucat pada permukaan bagian bawah, anak tulang daun berbulu

coklat. Sori terdapat pada kanan kiri anak tulang daun, berhadapan, berwarna

coklat kekuningan.

Spesimen : SR 42, berspora (MEDA USU)

Habitat : Teresterial, ditemukan pada ketinggian 1.300 m dpl sampai dengan 1.500 m dpl

Nama daerah : -

Distribusi : Bagian Selatan dan Utara India, Malaysia, Malaya dan Sumatera Utara (Holttum, 1968)

Gambar 29. Permukaan Bawah dan Spora Cyathea latebrosa

Page 98: keanekaragaman dan pola distribusi tumbuhan paku di hutan ...

Siti Rahmah Lubis : Keanekaragaman Dan Pola Distribusi Tumbuhan Paku Di Hutan Wisata Alam Taman Eden Kabupaten Toba Samosir Provinsi Sumatera Utara, 2009

20. Cyathea obscura

Rhizome ramping, batang hitam ditutupi akar-akar kasar, rapat dan tebal, pada

batang terdapat lekukan bekas tangkai daun melekat. Batang memiliki tinggi 3 – 6

cm. panjang ibu tangkai daun mencapai 2 – 3 m, berwarna coklat dan bersisik

coklat halus, ental majemuk, menyirip, berwarna hijau. Sori terletak di antara anak

tulang daun, berjumlah 4 – 6 sorus berwarna kuning kehijauan saat muda dan

berwarna coklat saat matang.

Spesimen : SR 49, berspora (MEDA USU)

Habitat : Teresterial, ditemukan pada ketinggian 1.300 m dpl sampai dengan 1.500 m dpl

Nama daerah : -

Distribusi : Malaya, Sumatera dan Sumatera Utara (Holttum, 1968)

Gambar 30. Permukaan Bawah dan Spora Cyathea obscura

Page 99: keanekaragaman dan pola distribusi tumbuhan paku di hutan ...

Siti Rahmah Lubis : Keanekaragaman Dan Pola Distribusi Tumbuhan Paku Di Hutan Wisata Alam Taman Eden Kabupaten Toba Samosir Provinsi Sumatera Utara, 2009

21. Dicranopteris curanii

Rhizome panjang, menjalar, pucuk berwarna hijau pucat, ditutupi bulu-bulu hitam,

batang licin berwarna coklat kehitaman, tangkai ental berwarna hijau kekuningan,

ental berwarna hijau, tiap-tiap cabang bercabang dua, masing-masing cabang

bercabang lagi. Sori terdapat pada setiap anak daun dan penyebarannya terbatas

di sepanjang tulang daunnya, berwarna hijau keputihan saat muda dan berwarna

coklat saat matang.

Spesimen : SR 55, berspora (MEDA USU)

Habitat : Teresterial, ditemukan pada ketinggian 1.500 m dpl sampai dengan 1.750 m dpl

Nama daerah : -

Distribusi : Daerah tropik dan Sumatera Utara, Daerah subtropik (Holttum, 1968)

Gambar 31. Permukaan Bawah dan Spora Dicranopteris curanii

Page 100: keanekaragaman dan pola distribusi tumbuhan paku di hutan ...

Siti Rahmah Lubis : Keanekaragaman Dan Pola Distribusi Tumbuhan Paku Di Hutan Wisata Alam Taman Eden Kabupaten Toba Samosir Provinsi Sumatera Utara, 2009

22. Dicranopteris linearis var montana

Rhizome panjang, menjalar, pucuk muda memiliki bulu-bulu halus, berwarna

coklat kemerahan. Batang licin berwarna coklat kehitaman. Ental berwarna hijau

kekuningan, bagian bawah berbulu warna coklat. Permukaan atas berwarna hijau

kekuningan, bagian bawah berwarna hijau pucat. Sori terdapat pada pertulangan

anak daun berwarna kuning kecoklatan, terdapat 7 – 10 sorus.

Spesimen : SR 52, berspora (MEDA USU)

Habitat : Teresterial, ditemukan pada ketinggian 1.500 m dpl sampai dengan 1.750 m dpl

Nama daerah : -

Distribusi : Daerah tropik dan Sumatera Utara, Daerah subtropik (Holttum, 1968)

Gambar 32. Dicranopteris linearis var montana

Page 101: keanekaragaman dan pola distribusi tumbuhan paku di hutan ...

Siti Rahmah Lubis : Keanekaragaman Dan Pola Distribusi Tumbuhan Paku Di Hutan Wisata Alam Taman Eden Kabupaten Toba Samosir Provinsi Sumatera Utara, 2009

23. Dicranopteris linearis var subspeciosa

Rhizome panjang, menjalar, pucuk muda memiliki bulu-bulu halus, batang licin

berwarna coklat kehitaman, tangkai ental berwarna hijau kekuningan, ental bagian

bawah berwarna hijau pucat. Sori terdapat pada pertulangan anak daun, berwarna

hijau kekuningan saat muda dan berwarna coklat saat matang. Permukaan bawah

ental ditutupi bulu-bulu halus yang kusut berwarna coklat kemerahan, terdapat 7 –

10 sorus.

Spesimen : SR 50, berspora (MEDA USU)

Habitat : Teresterial, ditemukan pada ketinggian 1.500 m dpl sampai dengan 1.750 m dpl

Nama daerah : -

Distribusi : Daerah tropik dan Sumatera Utara, Daerah subtropik (Holttum, 1968)

Gambar 33. Dicranopteris linearis var subspeciosa

Page 102: keanekaragaman dan pola distribusi tumbuhan paku di hutan ...

Siti Rahmah Lubis : Keanekaragaman Dan Pola Distribusi Tumbuhan Paku Di Hutan Wisata Alam Taman Eden Kabupaten Toba Samosir Provinsi Sumatera Utara, 2009

24. Diplazium accedens

Teresterial, batang berwarna hijau, rhizome kadang berasal dari tangkai ental.

Panjang ental 0,4 – 1,5 m dengan lebar 30 – 50 cm, bagian permukaan atas ental

berwarna hijau gelap, licin, bagian permukaan bawah hijau keputihan, memiliki

beberapa papilla kecil. Pada ental dan ental memiliki cuping, terkadang tumbuh

calon individu baru pada ketiak anak daun. Sori tersusun di antara anak tulang

daun, memanjang sampai pinggiran ental, berwarna putih kehujanan saat muda

dan berwarna coklat gelap saat matang.

Spesimen : SR 14, berspora (MEDA USU)

Habitat : Teresterial, ditemukan pada ketinggian 1.100 m dpl sampai dengan 1.300 m dpl

Nama daerah : -

Distribusi : Malaya dan Sumatera Utara (Holttum, 1968)

Gambar 34. Permukaan Bawah Ental dan Spora Diplazium accedens

Page 103: keanekaragaman dan pola distribusi tumbuhan paku di hutan ...

Siti Rahmah Lubis : Keanekaragaman Dan Pola Distribusi Tumbuhan Paku Di Hutan Wisata Alam Taman Eden Kabupaten Toba Samosir Provinsi Sumatera Utara, 2009

25. Diplazium subintegrum

Teresterial, batang berwarna coklat kehitaman. Ental mirip dengan Diplazium

pallidum, tetapi anak daun lebih gelap hijaunya dan bertangkai panjang dengan

pinggiran bergigi dan lebih sempit di bagian dasar daunnya. Anak tulang daun

yang paling bawah memiliki cuping. Sori terdapat sepanjang ana-anak urat ental,

berwarna coklat.

Spesimen : SR 12, berspora (MEDA USU)

Habitat : Teresterial, ditemukan pada ketinggian 1.100 m dpl sampai dengan 1.300 m dpl

Nama daerah : -

Distribusi : Malaya dan Sumatera Utara (Holttum, 1968)

Gambar 35. Spora Diplazium subintegrum

Page 104: keanekaragaman dan pola distribusi tumbuhan paku di hutan ...

Siti Rahmah Lubis : Keanekaragaman Dan Pola Distribusi Tumbuhan Paku Di Hutan Wisata Alam Taman Eden Kabupaten Toba Samosir Provinsi Sumatera Utara, 2009

26. Diplazium velutinum

Batang tegak, pangkal tangkai dan anak tulang ental bersisik, berwarna coklat

kemerahan, permukaan bawah ditutupi bulu-bulu halus berwarna putih kehijauan,

tekstur agak kaku, sori tersusun sepanjang anak-anak urat daun, berwarna kuning

kehijauan saat muda dan berwarna coklat gelap saat matang.

Spesimen : SR 26, berspora (MEDA USU)

Habitat : Teresterial, ditemukan pada ketinggian 1.100 m dpl sampai dengan 1.300 m dpl

Nama daerah : -

Distribusi : Malaya dan Sumatera Utara (Holttum, 1968)

Gambar 36. Permukaan Bawah Ental dan Spora Diplazium velutinum

Page 105: keanekaragaman dan pola distribusi tumbuhan paku di hutan ...

Siti Rahmah Lubis : Keanekaragaman Dan Pola Distribusi Tumbuhan Paku Di Hutan Wisata Alam Taman Eden Kabupaten Toba Samosir Provinsi Sumatera Utara, 2009

27. Dipteris conjugata

Rimpang panjang, menjalar, berbulu kaku yang berwarna hitam mengkilat.

Panjang tangkai ental mencapai 1 – 1,8 cm, yang terbagi menjadi dua dibagian

ujung, masing-masing bagian membentuk lekukan seperti kipas, permukaan

bawah ental berwarna keputihan. Pada ental muda permukaannya ditutupi bulu

coklat pendek. Sori menyebar tak beraturan di permukaan bawah ental.

Spesimen : SR 03, berspora (MEDA USU)

Habitat : Teresterial, ditemukan pada ketinggian 1.100 m dpl sampai dengan 1.750 m dpl

Nama daerah : -

Distribusi : Thailand sampai Cina Selatan, Sumatera dan Sumatera Utara sampai Selandia Baru, Malaysia (Holttum, 1968)

A. B.

Gambar 37. A. Dipteris conjugata, B. Permukaan Bawah Ental dan Spora

Page 106: keanekaragaman dan pola distribusi tumbuhan paku di hutan ...

Siti Rahmah Lubis : Keanekaragaman Dan Pola Distribusi Tumbuhan Paku Di Hutan Wisata Alam Taman Eden Kabupaten Toba Samosir Provinsi Sumatera Utara, 2009

28. Elaphoglossum blumeanum

Rimpang pendek, ental tunggal dengan pinggiran rata, ental ditutupi bulu halus

berwarna kuning keemasan, memiliki 2 jenis ental, ental fertil lebih sempit jika

dibandingkan dengan ental steril. Sori terdapat di seluruh permukaan bawah ental,

berwarna coklat tua saat matang dan berwarna hijau kekuningan saat muda.

Spesimen : SR 34, berspora (MEDA USU)

Habitat : Teresterial dan epifit, ditemukan pada ketinggian 1.300 m dpl sampai dengan 1.500 m dpl

Nama daerah : -

Distribusi : Daerah Tropik dan Sumatera Utara, Daerah Subtropik (Holttum, 1968)

A. B.

Gambar 38. A. Elaphoglossum blumeanum, B. Permukaan Bawah Ental dan Spora

Page 107: keanekaragaman dan pola distribusi tumbuhan paku di hutan ...

Siti Rahmah Lubis : Keanekaragaman Dan Pola Distribusi Tumbuhan Paku Di Hutan Wisata Alam Taman Eden Kabupaten Toba Samosir Provinsi Sumatera Utara, 2009

29. Elaphoglossum robinsonii

Epifit, rhizome bersisik, berwarna coklat, kaku, memiliki 2 jenis ental, ental steril

lebih lebar jika dibandingkan dengan ental fertile, tangkai ental juga lebih panjang

dengan dasar runcing, ental fertile tangkainya panjang dan dasarnya tumpul.

Seluruh permukaan bawah ental fertile ditutupi oleh spora yang berwarna hitam

saat matang, dan berwarna kuning saat muda.

Spesimen : SR 40, berspora (MEDA USU)

Habitat : Teresterial dan epifit, ditemukan pada ketinggian 1.300 m dpl sampai dengan 1.500 m dpl

Nama daerah : -

Distribusi : Daerah Tropik dan Sumatera Utara, Daerah Subtropik (Holttum, 1968)

A. B.

Gambar 39. A. Elaphoglossum robinsonii, B. Permukaan Bawah Ental dan Spora

Page 108: keanekaragaman dan pola distribusi tumbuhan paku di hutan ...

Siti Rahmah Lubis : Keanekaragaman Dan Pola Distribusi Tumbuhan Paku Di Hutan Wisata Alam Taman Eden Kabupaten Toba Samosir Provinsi Sumatera Utara, 2009

30. Gleichenia linearis

Teresterial, batang berwarna hijau kekuningan, kaku, rimpang menjalar, ental

dikotom, berwarna hijau terang, pucuk muda ditutupi bulu halus berwarna coklat,

panjang ental 10 – 30 cm dengan lebar 5 – 8 cm. Sori terdapat pada setiap anak

daun dan di sepanjang tulang daun berwarna coklat saat matang.

Spesimen : SR 02, berspora (MEDA USU)

Habitat : Teresterial, ditemukan pada ketinggian 1.100 m dpl sampai dengan 1.500 m dpl

Nama daerah : -

Distribusi : Daerah Tropik dan Sumatera Utara, Daerah Subtropik (Holttum, 1968)

Gambar 40. Spora dan Permukaan Bawah Ental Gleichenia linearis

Page 109: keanekaragaman dan pola distribusi tumbuhan paku di hutan ...

Siti Rahmah Lubis : Keanekaragaman Dan Pola Distribusi Tumbuhan Paku Di Hutan Wisata Alam Taman Eden Kabupaten Toba Samosir Provinsi Sumatera Utara, 2009

31. Gleichenia longissima

Rimpang panjang, menjalar berwarna coklat, ental dikotom, panjang 100 – 150 cm

dan lebar 15 – 35 cm, anak ental 10 – 20 cm dan lebar 2 – 3 cm, pada pangkal

dikotom terdapat beberapa ental kecil yang berkelompok dengan panjang 3 – 5

cm, pucuk muda berwarna hijau dan berbulu coklat. Sori terdapat di kanan dan

kiri anak tulang daun, berwarna hijau saat muda dan coklat tua saat matang,

tersusun atas 4 – 6 cm.

Spesimen : SR 04, berspora (MEDA USU)

Habitat : Teresterial, ditemukan pada ketinggian 1.100 m dpl sampai dengan 1.500 m dpl

Nama daerah : -

Distribusi : Daerah Tropik dan Sumatera Utara, Daerah Subtropik (Holttum, 1968)

Gambar 41. Gleichenia longissima

Page 110: keanekaragaman dan pola distribusi tumbuhan paku di hutan ...

Siti Rahmah Lubis : Keanekaragaman Dan Pola Distribusi Tumbuhan Paku Di Hutan Wisata Alam Taman Eden Kabupaten Toba Samosir Provinsi Sumatera Utara, 2009

32. Gleichenia truncata

Rhizome menjalar, tangkai dan rhizome berwarna coklat. Ental dikotom, panjang

15– 30 cm, ental baru muncul dari ujung batang dan ujung ental sebelumnya,

berwarna hijau kekuningan dan ditutupi bulu halus berwarna coklat saat muda dan

berwarna hijau saat tua. Sori terdapat diantara anak tulang daun, berwarna hijau

kekuningan saat muda dan berwarna coklat saat tua, tersusun atas 3 – 5 sporangia.

Spesimen : SR 06, berspora (MEDA USU)

Habitat : Teresterial, ditemukan pada ketinggian 1.100 m dpl sampai dengan 1.750 m dpl

Nama daerah : -

Distribusi : Daerah Tropik dan Sumatera Utara, Daerah Subtropik (Holttum, 1968)

A. B.

Gambar 42. A. Gleichenia truncata B. Permukaan Bawah Ental dan Spora

Page 111: keanekaragaman dan pola distribusi tumbuhan paku di hutan ...

Siti Rahmah Lubis : Keanekaragaman Dan Pola Distribusi Tumbuhan Paku Di Hutan Wisata Alam Taman Eden Kabupaten Toba Samosir Provinsi Sumatera Utara, 2009

33. Goniophlebium persicifolium

Epifit, rimpang menjalar berwarna hitam, tangkai ental berwarna hitam licin.

Ental majemuk dengan pinggiran bergelombang, berwarna hijau, licin, panjang

ental 80 – 100 cm. Sori terdapat di antara anak-anak tulang daun, sejajar berwarna

hijau kekuningan saat muda dan berwarna coklat saat matang.

Spesimen : SR 23, berspora (MEDA USU)

Habitat : Teresterial, ditemukan pada ketinggian 1.100 m dpl sampai dengan 1.500 m dpl

Nama daerah : -

Distribusi : Indocina, Filipina sampai Sumatera dan Sumatera Utara (Holttum, 1968)

Gambar 43. Permukaan Bawah Ental dan Spora Goniophlebium persicifolium

Page 112: keanekaragaman dan pola distribusi tumbuhan paku di hutan ...

Siti Rahmah Lubis : Keanekaragaman Dan Pola Distribusi Tumbuhan Paku Di Hutan Wisata Alam Taman Eden Kabupaten Toba Samosir Provinsi Sumatera Utara, 2009

34. Histiopteris incisa

Rimpang menjalar, tangkai ental hanya 0,5 cm dengan permukaan yang licin serta

mengkilat. Warna ungu gelap kehitaman. Bulu-bulu tumbuh di bagian pengkal

saja, tersusun berhadapan tanpa bantalan pada rimpangnya. Ental tipis dan kaku,

warna hijau keputihan, permukaan bawah entalnya berwarna putih keabu-abuan.

Sori terdapat di sepanjang lekuk-lekuk helaian bawah daunnya.

Spesimen : SR 56, berspora (MEDA USU)

Habitat : Teresterial, ditemukan pada ketinggian 1.500 m dpl sampai dengan 1.750 m dpl

Nama daerah : -

Distribusi : Malaya dan Sumatera Utara (Holttum, 1968)

Gambar 44. Spora Histiopteris incisa

Page 113: keanekaragaman dan pola distribusi tumbuhan paku di hutan ...

Siti Rahmah Lubis : Keanekaragaman Dan Pola Distribusi Tumbuhan Paku Di Hutan Wisata Alam Taman Eden Kabupaten Toba Samosir Provinsi Sumatera Utara, 2009

35. Humata pectinata

Epifit, rimpang tumbuh menjalar, bersisik warna coklat, terdapat akar-akar halus.

Ental tunggal, kaku, permukaan atas mengkilat. Sorus pada setiap gigi ental yang

keluar, dilengkapi indusia yang berbentuk bulat, atau agak lonjong.

Spesimen : SR 38, berspora (MEDA USU)

Habitat : Teresterial dan epifit, ditemukan pada ketinggian 1.300 m dpl sampai dengan 1.750 m dpl

Nama daerah : -

Distribusi : Sumatera dan Sumatera Utara sampai Papua Nugini (Holttum, 1968)

A. B.

Gambar 45. A. Humata pectinata, B. Permukaan Bawah Ental dan Spora

Page 114: keanekaragaman dan pola distribusi tumbuhan paku di hutan ...

Siti Rahmah Lubis : Keanekaragaman Dan Pola Distribusi Tumbuhan Paku Di Hutan Wisata Alam Taman Eden Kabupaten Toba Samosir Provinsi Sumatera Utara, 2009

36. Hymenophyllum exsertum

Epifit pada batu dan tumbuhan, rhizome panjang, menjalar, tertutup bulu jarang

berwarna coklat tua. Ental 7 – 15 cm, lebar 5 – 8 cm, berbulu, rachis berbulu

sedikit jika dibandingkan dengan permukaan bawah ental. Sori banyak di bagian

atas (dekat bagian ujung ental), dekat dengan ibu tulang daun, bagian ujung

indusia biasanya runcing, berwarna hijau kehitaman.

Spesimen : SR 36, berspora (MEDA USU)

Habitat : Epifit, ditemukan pada ketinggian 1.300 m dpl sampai dengan 1.500 m dpl

Nama daerah : -

Distribusi : Himalaya selatan sampai Malaya dan Sumatera Utara (Holttum, 1968)

Gambar 46. Hymenophyllum exsertum

Page 115: keanekaragaman dan pola distribusi tumbuhan paku di hutan ...

Siti Rahmah Lubis : Keanekaragaman Dan Pola Distribusi Tumbuhan Paku Di Hutan Wisata Alam Taman Eden Kabupaten Toba Samosir Provinsi Sumatera Utara, 2009

37. Hymenophyllum imbricatum

Epifit, rhizome panjang, menjalar, ental berdekatan, tekstur sperti membran, tipis.

Berwarna hijau gelap. Sori terdapat di setiap anak daun, pada pangkal ental

berwarna coklat, indusia berwarna hijau kecoklatan.

Spesimen : SR 35, berspora (MEDA USU)

Habitat : Epifit, ditemukan pada ketinggian 1.300 m dpl sampai dengan 1.500 m dpl

Nama daerah : -

Distribusi : Sumatera dan Sumatera Utara sampai ke Tahiti (Holttum, 1968)

Gambar 47. Hymenophyllum imbricatum

Page 116: keanekaragaman dan pola distribusi tumbuhan paku di hutan ...

Siti Rahmah Lubis : Keanekaragaman Dan Pola Distribusi Tumbuhan Paku Di Hutan Wisata Alam Taman Eden Kabupaten Toba Samosir Provinsi Sumatera Utara, 2009

38. Lycopodium cernuum

Batang menjalar, kaku seperti kawat, bercabang-cabang tak beraturan. Ental kecil

dan tumbuh rapat menutupi batang. Strobili tumbuh pada akhir percabangan,

letaknya tegak, berbentuk seperti bumbung.

Spesimen : SR 54, berspora (MEDA USU)

Habitat : Teresterial, ditemukan pada ketinggian 1.500 m dpl sampai dengan 1.750 m dpl

Nama daerah : -

Distribusi : Daerah Tropik dan Sumatera Utara (Holttum, 1968)

Gambar 48. Lycopodium cernuum dan Strobilinya

Page 117: keanekaragaman dan pola distribusi tumbuhan paku di hutan ...

Siti Rahmah Lubis : Keanekaragaman Dan Pola Distribusi Tumbuhan Paku Di Hutan Wisata Alam Taman Eden Kabupaten Toba Samosir Provinsi Sumatera Utara, 2009

39. Lycopodium sp1

Menjalar pada pohon, daun kecil seperti jarum dan lembut. Spora terletak pada

daun-daun subur yang tersusun dalam bentuk bulir, di ujung percabangan

batangnya, daun-daun subur memiliki ujung yang lancip menyerupai daun

lainnya. Hanya saja ukuran dan warnanya berbeda, yaitu berwarna hijau pucat.

Spesimen : SR 09 (MEDA USU)

Habitat : Teresterial, ditemukan pada ketinggian 1.100 – 1.300 m dpl serta 1.500 m dpl sampai dengan 1.750 m dpl

Nama daerah : -

Distribusi : Daerah Tropik dan Sumatera Utara (Holttum, 1968)

Gambar 49. Lycopodium sp1

Page 118: keanekaragaman dan pola distribusi tumbuhan paku di hutan ...

Siti Rahmah Lubis : Keanekaragaman Dan Pola Distribusi Tumbuhan Paku Di Hutan Wisata Alam Taman Eden Kabupaten Toba Samosir Provinsi Sumatera Utara, 2009

40. Lycopodium sp2

Menjalar di tanah dan pohon, daunnya berukuran kecil, ujung daunnya runcing

dan agak kaku, tumbuh melingkari batang, batang bercabang dua, dan setiap

cabang bercabang dua lagi, begitu seterusnya. Strobili tersusun berkarang,

letaknya di ujung percabangan.

Spesimen : SR 46, berspora (MEDA USU)

Habitat : Teresterial, ditemukan pada ketinggian 1.300 m dpl sampai dengan 1.750 m dpl

Nama daerah : -

Distribusi : Daerah Tropik dan Sumatera Utara (Holttum, 1968)

\

Gambar 50. Lycopodium sp2

Page 119: keanekaragaman dan pola distribusi tumbuhan paku di hutan ...

Siti Rahmah Lubis : Keanekaragaman Dan Pola Distribusi Tumbuhan Paku Di Hutan Wisata Alam Taman Eden Kabupaten Toba Samosir Provinsi Sumatera Utara, 2009

41. Matonia pectinata

Rimpang menjalar, ditutupi bulu-bulu halus berwarna coklat mengkilat. Ental

sangat kaku, berwarna hijau dipermukaan atas dan hijau pucat di permukaan

bawah. Sori terdapat di kiri dan kanan anak tulang ental dekat dengan ibu tulang

daun, berwarna kuning kecoklatan.

Spesimen : SR 47, berspora (MEDA USU)

Habitat : Teresterial, ditemukan pada ketinggian 1.500 m dpl sampai dengan 1.750 m dpl

Nama daerah : -

Distribusi : Malaya dan Sumatera Utara (Holttum, 1968)

A. B.

Gambar 51. A. Matonia pectinata, B. Permukaan Bawah Ental dan Spora

Page 120: keanekaragaman dan pola distribusi tumbuhan paku di hutan ...

Siti Rahmah Lubis : Keanekaragaman Dan Pola Distribusi Tumbuhan Paku Di Hutan Wisata Alam Taman Eden Kabupaten Toba Samosir Provinsi Sumatera Utara, 2009

42. Nephrolepis dicksonioides

Rhizome pendek, berbulu dan bersisik berwarna coklat. Ental saling berdekatan,

panjangnya 15 – 20 cm, lebarnya 5 – 7 cm. Sori terdapat pada pinggiran daun dan

agak menonjol, dan pada bagian ujung pertulangan daun, biasanya pada 6

pertulangan paling ujung, berwarna coklat gelap.

Spesimen : SR 43, berspora (MEDA USU)

Habitat : Teresterial, ditemukan pada ketinggian 1.300 m dpl sampai dengan 1.500 m dpl

Nama daerah : -

Distribusi : Malaya, Malaysia dan Sumatera Utara (Holttum, 1968)

Gambar 52. Permukaan Bawah Ental dan Spora Nephrolepis dicksonioides

Page 121: keanekaragaman dan pola distribusi tumbuhan paku di hutan ...

Siti Rahmah Lubis : Keanekaragaman Dan Pola Distribusi Tumbuhan Paku Di Hutan Wisata Alam Taman Eden Kabupaten Toba Samosir Provinsi Sumatera Utara, 2009

43. Oleandra pistillaris

Batang tegak, kaku dan bercabang pada buku-buku batang atau ranting, tumbuh

kelompok ental yang jumlahnya antara 4 – 15 helai. Ental tunggal agak kaku,

panjang 25 – 30 cm, lebar 5 – 8 cm, mempunyai dua jenis ental, ental yang

mandul berbentuk lanset, sori bulat, tersusun sejajar dan hampir rapat dengan ibu

tulang ental, spora berwarna coklat tua.

Spesimen : SR 57 (MEDA USU)

Habitat : Teresterial, ditemukan pada ketinggian 1.500 m dpl sampai dengan 1.750 m dpl

Nama daerah : -

Distribusi : Malaya dan Sumatera Utara (Holttum, 1968)

Gambar 53. Oleandra pistillaris

Page 122: keanekaragaman dan pola distribusi tumbuhan paku di hutan ...

Siti Rahmah Lubis : Keanekaragaman Dan Pola Distribusi Tumbuhan Paku Di Hutan Wisata Alam Taman Eden Kabupaten Toba Samosir Provinsi Sumatera Utara, 2009

44. Phymatopteris triloba

Rhizome panjang, berbulu halus, jarang. Tangkai ental berwarna hitam, licin. Ada

2 jenis ental, ental fertile memiliki bidang yang lebih sempit, ental steril

berbentuk seperti segitiga. Sori terletak sejajar tulang daun, saling berhadapan,

berwarna kuning kecoklatan.

Spesimen : SR 39, berspora (MEDA USU)

Habitat : Teresterial, ditemukan pada ketinggian 1.300 m dpl sampai dengan 1.750 m dpl

Nama daerah : -

Distribusi : Daerah Tropik dan Sumatera Utara, Daerah Sub tropik (Holttum, 1968)

A. B.

Gambar 54. A. Phymatopteris triloba, B. Permukaan Bawah Ental dan Spora

Page 123: keanekaragaman dan pola distribusi tumbuhan paku di hutan ...

Siti Rahmah Lubis : Keanekaragaman Dan Pola Distribusi Tumbuhan Paku Di Hutan Wisata Alam Taman Eden Kabupaten Toba Samosir Provinsi Sumatera Utara, 2009

45. Phymatosorus longissima

Epifit dan teresterial, ental memiliki panjang 50 – 100 cm dengan lebar 20 – 25

cm, berwarna hijau mengkilat bertoreh dalam. Sori terdapat di kanan dan kiri

pertulangan ental, berada pada cekungan yang dalam, sekitar 1 – 1,5 mm, spora

muda berwarna kuning kehijauan dan berwarna coklat gelap saat matang.

Spesimen : SR 28, berspora (MEDA USU)

Habitat : Teresterial, ditemukan pada ketinggian 1.100 m dpl sampai dengan 1.300 m dpl

Nama daerah : -

Distribusi : Daerah Tropik dan Sumatera Utara, Daerah Sub tropik (Holttum, 1968)

Gambar 55. Phymatosorus longissima

Page 124: keanekaragaman dan pola distribusi tumbuhan paku di hutan ...

Siti Rahmah Lubis : Keanekaragaman Dan Pola Distribusi Tumbuhan Paku Di Hutan Wisata Alam Taman Eden Kabupaten Toba Samosir Provinsi Sumatera Utara, 2009

46. Pneumatopteris ecallosa

Teresterial, betang berwarna hijau kecoklatan, terdapat garis putih jaringan udara.

Ental berwarna hijau di bagian permukaan dan berwarna hijau pucat di bagian

bawah, kasap, panjang ental antara 100 – 120 cm dengan lebar 30 – 60 cm,

memiliki aurikel di bagian paling bawah sebelum anak daun, mengelilingi batang.

Sori tersusun di bagian kanan dan kiri anak tulang daun dan berada di bagian

tengahnya, berwarna putih kehijauan saat muda dan berwarna coklat gelap saat

matang.

Spesimen : SR 11, berspora (MEDA USU)

Habitat : Teresterial, ditemukan pada ketinggian 1.100 m dpl sampai dengan 1.300 m dpl

Nama daerah : -

Distribusi : Daerah Tropik dan Sumatera Utara, Daerah Sub tropik (Holttum, 1968)

Gambar 56. Pneumatopteris ecallosa

Page 125: keanekaragaman dan pola distribusi tumbuhan paku di hutan ...

Siti Rahmah Lubis : Keanekaragaman Dan Pola Distribusi Tumbuhan Paku Di Hutan Wisata Alam Taman Eden Kabupaten Toba Samosir Provinsi Sumatera Utara, 2009

47. Pneumatopteris truncata

Teresterial, batang berwarna hijau kecoklatan. Ental berwarna hijau gelap dan

mengkilat di bagian bawah. Panjang ental 90 – 120 cm dengan lebar 25 – 50 cm.

pada bagian bawah anak daun tereduksi. Sori tersusun di bagian kanan dan kiri

anak tulang daun dan berada di bagian tengahnya, berwarna putih kehijauan saat

muda dan berwarna coklat gelap saat matang.

Spesimen : SR 10, berspora (MEDA USU)

Habitat : Teresterial, ditemukan pada ketinggian 1.100 m dpl sampai dengan 1.500 m dpl

Nama daerah : -

Distribusi : Daerah Tropik dan Sumatera Utara, Daerah Sub tropik (Holttum, 1968)

Gambar 57. Pneumatopteris truncata

Page 126: keanekaragaman dan pola distribusi tumbuhan paku di hutan ...

Siti Rahmah Lubis : Keanekaragaman Dan Pola Distribusi Tumbuhan Paku Di Hutan Wisata Alam Taman Eden Kabupaten Toba Samosir Provinsi Sumatera Utara, 2009

48. Pronephrium triphyllum

Rimpang panjang, kaku, berbulu jarang, berwarna hitam. Memiliki 2 jenis daun,

fertile dan steril. Ental berbentuk trifoliatus dan dimorphus, ental fertile lebih

panjang jika dibandingkan dengan yang steril. Sori terdapat di antara tulang daun,

berwarna hitam.

Spesimen : SR 44, berspora (MEDA USU)

Habitat : Teresterial, ditemukan pada ketinggian 1.300 m dpl sampai dengan 1.500 m dpl

Nama daerah : -

Distribusi : Daerah Tropik dan Sumatera Utara, Daerah Sub tropik (Holttum, 1968)

Gambar 58. Permukaan Bawah Ental dan Spora Pronephrium triphyllum

Page 127: keanekaragaman dan pola distribusi tumbuhan paku di hutan ...

Siti Rahmah Lubis : Keanekaragaman Dan Pola Distribusi Tumbuhan Paku Di Hutan Wisata Alam Taman Eden Kabupaten Toba Samosir Provinsi Sumatera Utara, 2009

49. Psilotum sp

Epifit, batang pipih, berwarna hijau kebiruan. Percabangannya membentuk garpu

berjari dua, yang ujungnya bercabang dua lagi dan begitu seterusnya. Daun-

daunnya berukuran kecil sekali. Daun-daun dan sporangia terletak dalam dua

jajar, tiap spora tumbuh pada ketiak daun subur, bentuknya selalu berlekuk tiga.

Spesimen : SR 53 (MEDA USU)

Habitat : Teresterial dan epifit, ditemukan pada ketinggian 1.500 m dpl sampai dengan 1.750 m dpl

Nama daerah : -

Distribusi : Kepulauan Indonesia, Sumatera Utara dan Malaya (Holttum, 1968)

Gambar 59. Psilotum sp

Page 128: keanekaragaman dan pola distribusi tumbuhan paku di hutan ...

Siti Rahmah Lubis : Keanekaragaman Dan Pola Distribusi Tumbuhan Paku Di Hutan Wisata Alam Taman Eden Kabupaten Toba Samosir Provinsi Sumatera Utara, 2009

50. Pteridium sp

Rimpang menjalar, panjang tangkai 1,5 – 2 m, licin, warna hijau dan hijau

kecoklatan pada batang muda, bulu-bulu halus tumbuh di bagian pangkal,

berwarna putih, ental tersusun berhadapan, panjang ental 50 – 70 cm, bersirip

ganda tiga, tekstur tipis dan agak kaku, berwarna hijau pucat.

Spesimen : SR 07 (MEDA USU)

Habitat : Teresterial dan epifit, ditemukan pada ketinggian 1.100 m dpl sampai dengan 1.300 m dpl

Nama daerah : -

Distribusi : Malaya dan Sumatera Utara (Holttum, 1968)

Gambar 60. Pteridium sp

Page 129: keanekaragaman dan pola distribusi tumbuhan paku di hutan ...

Siti Rahmah Lubis : Keanekaragaman Dan Pola Distribusi Tumbuhan Paku Di Hutan Wisata Alam Taman Eden Kabupaten Toba Samosir Provinsi Sumatera Utara, 2009

51. Pyrrosia stigmosa

Epifit, rhizome menjalar, bersisik, berwarna coklat, ujung rhizome berwarna agak

keemasan, tangkai ental sangat pendek, seluruh permukaan ental ditutupi bulu-

bulu halus berwarna coklat kemerahan, panjang ental 25 – 45 cm dengan lebar 3 –

6 cm, apex ental tumpul. Ada 2 jenis ental, pada permukaan bawah ental steril

ditutupi bulu-bulu halus yang rapat seperti sisik, berwarna coklat kemerahan,

sedangkan ental fertile ditutupi oleh sori yang tersusun antara urat-urat daun. Sori

berwarna kuning saat muda, dan berwarna coklat saat matang, sori hanya terdapat

pada duapertiga bagian apex ental.

Spesimen : SR, 25 (MEDA USU)

Habitat : Teresterial dan epifit, ditemukan pada ketinggian 1.100 m dpl sampai dengan 1.300 m dpl

Nama daerah : -

Distribusi : India Utara dan Indocina, Sumatera dan Sumatera Utara sampai Papua Nugini (Holttum, 1968)

Gambar 61. Pyrrosia stigmosa

Page 130: keanekaragaman dan pola distribusi tumbuhan paku di hutan ...

Siti Rahmah Lubis : Keanekaragaman Dan Pola Distribusi Tumbuhan Paku Di Hutan Wisata Alam Taman Eden Kabupaten Toba Samosir Provinsi Sumatera Utara, 2009

52. Scleroglossum pusillum

Rhizome bersisik coklat, pendek. Ental panjangnya 5 – 15 cm, lebar 1 – 2 cm.

Sori sepertiga dari bagian apikal, berwarna coklat tua, sejajar dengan pertulangan

ental. Terdapat di bagian kiri dan kanan tulang ental.

Spesimen : SR 41 (MEDA USU)

Habitat : Teresterial dan epifit, ditemukan pada ketinggian 1.100 m dpl sampai dengan 1.300 m dpl

Nama daerah : -

Distribusi : Sumatera dan Sumatera Utara sampai Papua Nugini (Holttum, 1968)

Gambar 62. Scleroglossum pusillum

Page 131: keanekaragaman dan pola distribusi tumbuhan paku di hutan ...

Siti Rahmah Lubis : Keanekaragaman Dan Pola Distribusi Tumbuhan Paku Di Hutan Wisata Alam Taman Eden Kabupaten Toba Samosir Provinsi Sumatera Utara, 2009

53. Selaginella ornata

Batang menjalar, ental kecil, tipis berseling pada batang, bercabang dua,

kemudian cabangnya bercabang dua lagi, begitu seterusnya. Ental-ental subur

tersusun di dalam karangan menyerupai bulir, disebut strobili. Strobili terletak di

ujung percabangan berwarna hijau keputihan.

Spesimen : SR 51 (MEDA USU)

Habitat : Teresterial, ditemukan pada ketinggian 1.100 m dpl sampai dengan 1.300 m dpl

Nama daerah : -

Distribusi : Daerah Tropis dan Sumatera Utara (Holttum, 1968)

Gambar 63. Selaginella ornata

Page 132: keanekaragaman dan pola distribusi tumbuhan paku di hutan ...

Siti Rahmah Lubis : Keanekaragaman Dan Pola Distribusi Tumbuhan Paku Di Hutan Wisata Alam Taman Eden Kabupaten Toba Samosir Provinsi Sumatera Utara, 2009

54. Selaginella wildenowii

Batang tegak dan bersisik halus, percabangan menyirip. Ental berwarna hijau,

bulat lonjong, licin dan agak kaku. Ental subur dalam bentuk strobili berbentuk

tabung.

Spesimen : SR 30, berspora (MEDA USU)

Habitat : Teresterial, ditemukan pada ketinggian 1.100 m dpl sampai dengan 1.300 m dpl

Nama daerah : -

Distribusi : Malaya, Filipina dan Sumatera Utara (Holttum, 1968)

Gambar 64. Selaginella wildenowii

Page 133: keanekaragaman dan pola distribusi tumbuhan paku di hutan ...

Siti Rahmah Lubis : Keanekaragaman Dan Pola Distribusi Tumbuhan Paku Di Hutan Wisata Alam Taman Eden Kabupaten Toba Samosir Provinsi Sumatera Utara, 2009

55. Sphenomeris chinensis

Rimpang pendek, berwarna hitam, tangkai ental berwarna coklat, panjang ental

keseluruhan 25 – 60 cm, ental sangat sempit, berwarna hijau kekuningan saat

muda dan berwarna hijau gelap saat tua, sori terdapat pada setiap ujung ental,

berwarna coklat kehijauan.

Spesimen : SR 05, berspora (MEDA USU)

Habitat : Teresterial, ditemukan pada ketinggian 1.100 m dpl sampai dengan 1.500 m dpl

Nama daerah : -

Distribusi : Madagascar sampai Polynesia, Jepang, Malaya dan Sumatera Utara (Holttum, 1968)

A. B.

Gambar 65. A. Sphenomeris chinensis, B. Permukaan Bawah Ental dan Spora

Page 134: keanekaragaman dan pola distribusi tumbuhan paku di hutan ...

Siti Rahmah Lubis : Keanekaragaman Dan Pola Distribusi Tumbuhan Paku Di Hutan Wisata Alam Taman Eden Kabupaten Toba Samosir Provinsi Sumatera Utara, 2009

56. Tectaria grandidentata

Rimpang pendek, ental tunggal dengan torehan yang dalam, setiap tulang daun

dihubungkan oleh torehan ental, pada ental muda torehan belum terlihat,

permukaan ental di bagian atas dan agak kasap di bagian bawah, panjang ental 85

– 125 cm dan dengan lebar 30 – 50 cm. sori tersebar di bawah permukaan ental, di

antara urat-urat ental, berwarna coklat.

Spesimen : SR 20, berspora (MEDA USU)

Habitat : Epifit, ditemukan pada ketinggian 1.100 m dpl sampai dengan 1.300 m dpl

Nama daerah : -

Distribusi : Borneo, Malaya dan Sumatera Utara (Holttum, 1968)

Gambar 66. Tectaria grandidentata

Page 135: keanekaragaman dan pola distribusi tumbuhan paku di hutan ...

Siti Rahmah Lubis : Keanekaragaman Dan Pola Distribusi Tumbuhan Paku Di Hutan Wisata Alam Taman Eden Kabupaten Toba Samosir Provinsi Sumatera Utara, 2009

57. Vittaria angustifolia

Epifit, ental sederhana tidak bertangkai, sesil berbentuk garis, helaian ental makin

ke ujung semakin sempit, rhizome menjalar pendek berwarna coklat gelap, sori

terdapat di sepanjang pinggir ental, sori berwarna hijau kekuningan saat muda dan

berwarna coklat saat matang.

Spesimen : SR 18 (MEDA USU)

Habitat : Epifit, ditemukan pada ketinggian 1.100 m dpl sampai dengan 1.500 m dpl

Nama daerah : -

Distribusi : Malaysia, Selandia Baru, Malaya, Sumatera dan Sumatera Utara, Borneo Jawa (Holttum, 1968)

Gambar 67. Vittaria angustifolia

Page 136: keanekaragaman dan pola distribusi tumbuhan paku di hutan ...

Siti Rahmah Lubis : Keanekaragaman Dan Pola Distribusi Tumbuhan Paku Di Hutan Wisata Alam Taman Eden Kabupaten Toba Samosir Provinsi Sumatera Utara, 2009

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di Hutan Wisata Alam Taman

Eden dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

a. Ditemukan 57 jenis tumbuhan paku yang terdiri dari 43 paku teresterial

dan 14 paku epifit. Tumbuhan paku tersebut termasuk dalam 3 kelas, 5

ordo dan 23 famili dan 36 genera yang tersebar mulai ketinggian 1100 –

1750 m dpl.

b. Polypodiaceae merupakan famili tumbuhan paku dengan jumlah jenis

terbanyak. Pada ketinggian 1100 – 1300 m dpl ditemukan jumlah

jenis tertinggi, sedangkan jumlah individu tertinggi terdapat pada

ketinggian 1500 – 1750 m dpl.

c. Tumbuhan paku teresterial yang mendominasi pada ketinggian 1100 –

1300 mdpl adalah Gleichenia truncata dan yang mendominasi pada

ketinggian 1300 – 1500 m dpl adalah Gleichenia linearis, sedangkan yang

mendominasi pada ketinggian 1500 – 1750 m dpl adalah Dipteris

conjugata. Tumbuhan paku epifit yang mendominasi pada ketinggian

1100 – 1300 m dpl dan 1300 – 1500 m dpl adalah Vittaria angustifolia, di

ketinggian 1500 – 1750 m dpl adalah Phymanopteris triloba.

d. Indeks Keanekaragaman terdapat pada setiap ketinggian adalah sedang.

Nilai tertinggi terdapat pada ketinggian 1100 – 1300 m dpl dan Indeks

Page 137: keanekaragaman dan pola distribusi tumbuhan paku di hutan ...

Siti Rahmah Lubis : Keanekaragaman Dan Pola Distribusi Tumbuhan Paku Di Hutan Wisata Alam Taman Eden Kabupaten Toba Samosir Provinsi Sumatera Utara, 2009

Keseragaman pada setiap ketinggian adalah tinggi. Nilai yang tertinggi

pada ketinggian 1100 – 1300 m dpl. Indeks Kesamaan tumbuhan paku

pada ketinggian 1100 – 1300 m dpl dan 1300 – 1500 m dpl termasuk

kategori mirip, sedangkan ketinggian 1300 – 1500 m dpl dan 1500 – 1750

m dpl sangat tidak mirip.

e. Distribusi tumbuhan paku berbeda pada setiap ketinggian dan pola

penyebarannya dominan berkelompok (clumped).

f. Suhu udara, intensitas cahaya, kelembaban dan pH berkorelasi searah

dengan keanekaragaman tumbuhan paku.

g. Komposisi penyusun tanah di Hutan Wisata Alam Taman Eden adalah pasir,

debu dan tanah liat dengan tekstur tanah pasir berlempung. Kandungan pasir

tertinggi terdapat pada ketinggian 1500 – 1750 m dpl, sedangkan kandungan

debu dan tanah liat tertinggi terdapat pada ketinggian 1100 – 1300 m dpl.

Unsur tanah di Hutan Wisata Alam Taman Eden terdiri dari Karbon (C),

Nitrogen (N), Kalium (K), Natrium (Na), kalsium (Ca) dan Magnesium (Mg).

5.2. Saran

Diharapkan kepada instansi/lembaga terkait dan masyarakat agar dapat

menjaga kelestarian Hutan Wisata Alam Taman Eden yang merupakan habitat

alami bagi tumbuhan paku (Pteridophyta) agar tetap terjaga dan terpelihara di

alam.

Page 138: keanekaragaman dan pola distribusi tumbuhan paku di hutan ...

Siti Rahmah Lubis : Keanekaragaman Dan Pola Distribusi Tumbuhan Paku Di Hutan Wisata Alam Taman Eden Kabupaten Toba Samosir Provinsi Sumatera Utara, 2009

DAFTAR PUSTAKA

Aminah. 2002. Inventarisasi Paku-pakuan di Hutan Sibayak I Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli Serdang. Skripsi. Sarjana Biologi (tidak dipublikasi) FMIPA USU.

Amoroso, V.B. 1990. Ten Edible Economic Ferns of Mindanao. The Philippine

Journal of Science. Anwar, J.S., Damanik, N. Hisyam & A.J. Whitten. 1987. Ekologi Ekosistem

Sumatera. UGM Press. Yogyakarta. Arief, A. 1994. Hutan, Hakikat dan Pengaruhnya terhadap Lingkungan. Ed. I.

Cet. I. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta. Balai Konservasi Sumber Daya Alam I SUMUT. 2003. Informasi Kawasan

Konservasi di Sumut. BKSDA I SUMUT. Medan. Barbour, M.G., J.H.Burk., W.D.Pitts. 1987. Terresterial Plant Ecology. The

Benjamin/Cumming Publishing Company. Inc. California. Cranbrook, E. and Edward. 1994. A Tropical Rain Forest The Nature of

Biodiversity in Borneo at Belalong Brunai. The Royal Geographical Society UK and Sun Tree Publishing, Singapore.

Daniel, T.W., J.A. Helms dan F.S. Baker. 1992. Prinsip-prinsip Silvinatural.

Gajah Mada University Press. Yogyakarta. Ewusie, J.Y. 1990. Pengantar Ekologi Tropika. ITB. Bandung. Faizah, F. 2002. Keanekaragaman dan Penyebaran Cythea spp (Paku Tiang) di

Hutan Tangkoh Kawasan Tahura Bukit Barisan. Skripsi. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam USU. Medan.

Hanafiah, K. A. 2005. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Cetakan I. Edisi 1. PT Grafindo

Persada. Jakarta. Hasairin, A. 2003 Taksonomi Tumbuhan Rendah (Thalophyta dan Kormophyta

Berspora). Bahan Ajar Biologi. FMIPA UNIMED. Medan.

Page 139: keanekaragaman dan pola distribusi tumbuhan paku di hutan ...

Siti Rahmah Lubis : Keanekaragaman Dan Pola Distribusi Tumbuhan Paku Di Hutan Wisata Alam Taman Eden Kabupaten Toba Samosir Provinsi Sumatera Utara, 2009

Hasar, A. & B. Kaban. 1997. Analisis Jenis Paku Epifit Pada Kelapa Sawit (Elais gunensis) di PTP Tanjung Garbus, Lubuk Pakam, Deli Serdang. Laporan Penelitian FPMIPA IKIP. Medan.

Heddy, S. dan M. Kurniati. 1994. Prinsip-prinsip Dasar Ekologi. PT. Raja

Grafindo Persada. Jakarta. Holttum, R.E. 1968. A Rivised Flora of Malaya, Fern of Malaya. Government

Printing Office. Singapore. Indriyanto. 2006. Ekologi Hutan. Cetakan Pertama. PT. Bumi Aksara. Jakarta. Irwan, Z.D. 1992. Prinsip-prinsip Ekologi dan Organisme Ekosistem Komunitas

dan Lingkungan. Bumi Aksara. Jakarta. Jones, S. B. and Luchsinger, A. E. 1986. Plant Sistematics. Mc Graw-Hill Book

Company. Inc. New York. Krebs, C. Z. 1985. Ecology: The Experimental Analysis of Distribution and

Abundance. Third Edition. New York: Harper and Row Publisher Inc. Kusrinawati, S. 2005. Studi Ekotaksonomi Vegetasi Bawah pada Jalur Pendakian

Gunung Sinabung Kabupaten Karo. Skripsi. Sarjana Biologi (tidak dipublikasi) FMIPA Universitas Sumatera Utara.

Kusmana, C. dan Istomo. 1995. Ekologi Hutan. Bahan Kuliah Laboratorium

Ekologi Hutan Fakultas Kehutanan IPB. Bogor. LIPI. 1980. Jenis-jenis Paku di Indonesia. Lembaga Biologi Nasional. LIPI. Bogor. ________. 1976. Jenis Paku Indonesia. Balai Pustaka. Jakarta. Lasmaria, R.1999. Analisa Vegetasi Pakis pada Hutan Sibayak II kawasan Taman

Hutan Raya Bukit Barisan. Skripsi. Sarjana Biologi (tidak dipublikasi) FMIPA USU.

Lawrence, G. H. M. 1958. Taxonomy of Vacuar Plants. The Macmillan Company:

New York. Loveless, A.R. 1989. Prinsip-Prinsip Biologi Tumbuhan untuk Daerah Tropik 2.

PT Gramedia. Jakarta.

Page 140: keanekaragaman dan pola distribusi tumbuhan paku di hutan ...

Siti Rahmah Lubis : Keanekaragaman Dan Pola Distribusi Tumbuhan Paku Di Hutan Wisata Alam Taman Eden Kabupaten Toba Samosir Provinsi Sumatera Utara, 2009

Loveless, A.R. 1999. Prinsip-Prinsip Biologi Tumbuhan Untuk Daerah Tropik 2. PT Gramedia. Jakarta.

Ludwig, J.A. dan J.F. Reynolds. 1988. Statistical Ecology: A Primer on Methods

and Computing. John Wiley & Sons. New York. Lumban Tobing, T. 1980. Struktur & Komposisi Jenis pada Komunitas Hutan

Primer di Hutan Koleksi Universitas Mulawarman Kalimantan Timur. Tesis. Sarjana Kehutanan. Universitas Mulawarman Samarinda (tidak dipublikasi).

Mason, C.F. 1980. Ecology. Second edition. Longman Inc. USA. New York. Mackinnon, K.G. Hatta, H. Halim. & A. Mangalik. 2000. Ekologi Kalimantan.

Buku III. Prenhallindo. Jakarta. Monk, K.A., Y, De Fretes., R.G.-Lilley. 2000. Ekologi Nusa Tenggara dan

Maluku. Prenhall Indo. Jakarta. Odum, P.E. 1996. Dasar-dasar Ekologi. Terjemahan Ir. Tjahyono Samingan,

M.Sc Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Piggot, A. G. 1964. Fern of Malaya in Colour. University of Singapore Press.

Singapore. Pramono, H.A. 1992. Tataguna Lahan dan Deforestasi di Indonesia. Yayasan

Obor Indonesia. Jakarta. Polunin, N. 1994. Pengantar Geografi Tumbuhan dan Beberapa Ilmu Serumpun

Gajah Mada University Press. Yogyakarta. Raven, P.H., R.F. Evert dan S.E. Eichhorn. 1992. Biology of Plants. Worth

Publishers. New York. Resosoedarmo, S., K. Kartawinata & A. Soegiarto. 1989. Pengantar Ekologi.

Penerbit Ramadja Karya. Bandung. Richard, P. W. 1952. The Tropical Rain Forest an Ecological Study. At The

Crambrige University Press. Crambrige. Sastrapradja, S., J.J. Afriastini, D. Darnaedi dan Elizabeth. 1980. Jenis Paku

Indonesia. Lembaga Biologi Nasional. Bogor.

Page 141: keanekaragaman dan pola distribusi tumbuhan paku di hutan ...

Siti Rahmah Lubis : Keanekaragaman Dan Pola Distribusi Tumbuhan Paku Di Hutan Wisata Alam Taman Eden Kabupaten Toba Samosir Provinsi Sumatera Utara, 2009

Sastrapradja, S. dan J.J. Afriastini. 1985. Kerabat Paku Herbarium Bogoriense. Bogor.

Soeriaatmadja, R.E. 1997. Ilmu Lingkungan. ITB. Bandung. Soerianegara, I. dan Indrawan. 1988. Ekologi Hutan Indonesia. Departemen Manajemen

Hutan Fakultas Kehutanan. Bogor. Sofyan, M. Z. 1991. Analisis Vegetasi Pohon di Hutan Saloguna. Tesis. Sarjana

Biologi Padang: FMIPA UNAND (tidak dipublikasi). Smith, R.L. 1992. Elements of Ecology, Third edition. Harper Collins Publishers

Inc, New York. Stern, K.R. 1992. Introductory Plant Biology. Wm. C Brown Publishers Bubuque.

Iowa. Sugianto, A. 1994. Ekologi Kuantitatif. Metode Analisis Populasi dan Komunitas.

Usaha Nasional. Surabaya. Suin, N.M. 2002. Metoda Ekologi. Universitas Andalas. Padang. ________. 2003. Ekologi Populasi. Andalas University Press. Padang. Sunarmi dan Sarwono. 2004. Inventarisasi Tumbuhan Paku di Daerah Malang.

Jurnal Penelitian Hayati. Jurusan Biologi FMIPA Universitas Malang. Syahbudin. 1987. Dasar-dasar Ekologi Tumbuhan. Padang: Universitas Andalas. Tjitrosomo, Siti Sutarmi, H. Sudarnadi dan A. Zakaria. 1983. Botani Umum 3.

Angkasa. Bandung. Tjitrosoepomo, G. 1994. Taksonomi Tumbuhan. Gajah Mada University Press.

Yogyakarta. ________. 2001. Taksonomi Tumbuhan. Gajah Mada University Press.

Yogyakarta. Tjondronegoro, P.D.1979. Pengantar Ekologi Tumbuhan. IPB Bogor Press.

Bogor.

Page 142: keanekaragaman dan pola distribusi tumbuhan paku di hutan ...

Siti Rahmah Lubis : Keanekaragaman Dan Pola Distribusi Tumbuhan Paku Di Hutan Wisata Alam Taman Eden Kabupaten Toba Samosir Provinsi Sumatera Utara, 2009

Whitmore, T. C. 1991. Hutan Tropika di Timur Jauh. Penerjemah Dr. Noraini & M. Tamin. Dewan Bahasa dan Pustaka Kementrian Pendidikan Malaysia. Kuala Lumpur.

Whitten, T. and Whitten, J. 1995. Indonesian Heritage Plants. Grolier Int. Inc.

Singapore. Widhiastuti, R., T. Alief Aththorick, dan Wina Dyah Puspita Sari. 2006. Struktur

dan Komposisi Tumbuhan Paku-Pakuan di Kawasan Hutan Gunung Sinabung Kabupaten Karo. Jurnal Biologi Sumatera Vol. 1, No. 2. Departemen Biologi FMIPA USU. Medan.