KEANEKARAGAMAN DAN KELIMPAHAN IKAN KARANG DI...

26
KEANEKARAGAMAN DAN KELIMPAHAN IKAN KARANG DI KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH PULAU PASI GUSUNG KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR SKRIPSI SAINAL L211 10 270 PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN JURUSAN PERIKANAN FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2016

Transcript of KEANEKARAGAMAN DAN KELIMPAHAN IKAN KARANG DI...

  • KEANEKARAGAMAN DAN KELIMPAHAN IKAN KARANG DI KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH

    PULAU PASI GUSUNG KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR

    SKRIPSI

    SAINAL L211 10 270

    PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN JURUSAN PERIKANAN

    FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN UNIVERSITAS HASANUDDIN

    MAKASSAR 2016

  • KEANEKARAGAMAN DAN KELIMPAHAN IKAN KARANG DI KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH PULAU PASI

    GUSUNG KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR

    Oleh:

    SAINAL L211 10 270

    SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana

    Pada Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan

    PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN JURUSAN PERIKANAN

    FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN UNIVERSITAS HASANUDDIN

    MAKASSAR 2016

  • Scanned by CamScanner

  • ABSTRAK

    SAINAL Keanekaragaman dan Kelimpahan Ikan Karang Di Kawasan Konservasi Perairan Daerah Pulau Pasi Gusung Kabupaten Kepulauan Selayar Sulawesi Selatan. Dibimbing oleh Syamsu Alam Ali dan Suwarni. Ikan karang merupakan komoditas mata pencaharian utama penduduk Pulau Pasi Gusung yang berprofesi sebagai nelayan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret-Agustus 2015 yang bertujuan untuk mengetahui komposisi, keanekaragaman dan kelimpahan jenis ikan karang Di Kawasan Konservasi Perairan Daerah Pulau Pasi Gusung, Kabupaten Kepulauan Selayar, dimana dianalisis berupa jumlah, jenis dan kelimpahan ikan karang. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah transek garis dengan sensus visual selama pengamatan. Lokasi penelitian dibagi 3 stasiun pada 2 kedalam berbeda yaitu kedalaman 3 meter dan 10 meter. Ikan yang dijumpai di sepanjang garis transek tersebut diamati jenis dan jumlahnya. Data keanekaragaman, keseragaman,dan dominansi dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian didapatkan struktur komunitas ikan karang berdasarkan indeks keanekaragaman diperoleh 3.2898 tergolong dalam kategori keanekaragaman sedang. Indeks keseragaman sebesar 0.6837 tergolong dalam kategori tinggi. Indeks dominansi sebesar 0.0748 tergolong dalam dominansi rendah. Kata kunci : Keanekaragaman, Keseragaman, Dominansi, Ikan Karang,

    Pulau Pasi Gusung

  • ABSTRACT

    SAINAL Diversity and Abudance of Reef Fish in Pasi Gusing Island water conservation area at Kepulauan Selayar District South Celebes. Under supervision of Syamsu Alam Ali and Suwarni. Reef fish is the main source of livelihood commodity Pasi Gusung Island residents who work as fishermen. This research was conducted in March-August 2015 which aims to determine the composition, diversity and abundance of reef fish in Water Conservation Area Regional Pasi Gusung Island, Selayar Islands District, which were analyzed in the form of the number, type and abundance of reef fish. The method used in this study is a visual line transect census during the observation. Location of the study were divided into three stations on 2 different that depth of 3 meters and 10 meters. The fish are found along transect lines were observed in type and amount. Data diversity, uniformity, and dominance were analyzed descriptively. The result showed the reef fish community structure diversity index gained popularity 3.2898 classified in the category of moderate diversity. Uniformity index of 0.6837 classified in the high category. Dominance index belonging to the dominance of 0.0748 low. Keywords: Biodiversity, diversity, Dominance, reef fish, Pasi Gusung Island

  • RIWAYAT HIDUP

    Penulis dilahirkan di Enrekang, Sulawesi Selatan pada tanggal 26 Mei

    1993. Anak Pertama dari empat bersaudara pasangan Nurdin dengan

    Saniati. Tahun 2004 lulus dari SDN 161 Pakkodi Kabupatem

    Enrekang, selesai di Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 maiwa tahun

    2007 dan tahun 2010 lulus dari SMA Negeri 1 Maiwa. Pada tahun

    yang bersamaan melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan

    Tinggi Negeri (SNMPTN) penulis lulus dan berhasil diterima pada

    Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Jurusan Perikanan, Fakultas Ilmu

    Kelautan dan Perikanan, Universitas Hasanuddin, Makassar. Selama menjadi mahasiswa,

    penulis, aktif pada organisasi Himpunan Mahasiswa Manajemen Sumberdaya Perairan

    (HMP-MSP) menjabat sebagai DEWAN MAHASISWA, aktif pada organisasi Fisheries Diving

    Club Universitas Hasanuddin (FDC-UNHAS) menjabat sebagai KETUA UMUM, aktif pada

    organisasi daerah Himpunan Pelajar Mahasiswa Massenrempulu (HPMM), menjabat sebagai

    Sekretaris bidang LITBANG, aktif pada organisasi Resimen Mahasiswa (MENWA Satuan 701

    UNHAS) menjabat sebagai anggota, dan Penulis juga termasuk anggota KEMAPI

    UNHAS.Penulis menyelesaikan rangkaian tugas akhir yaitu Kuliah Kerja Nyata Reguler (KKN

    Reguler) di Desa Sunggumanai Kecamatan Pattallassang Kabupaten Gowa angkatan 88

    tahun 2014. Praktek Kerja Lapang (PKL) di Pulau Lanjukkang, Kota Makassar dengan judul

    “PENERAPAN ATRAKTOR CUMI-CUMI (SQUID ATTRACTOR) SEBAGAI UPAYA

    PELESTARIAN SUMBERDAYA PERAIRAN DI PULAU LANJUKKANG MAKASSAR”,

    kemudian melakukan penelitian sebagai tugas akhir dengan judul “KEANEKARAGAMAN

    DAN KELIMPAHAN IKAN KARANG DI KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH

    PULAU PASI GUSUNG KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR”

  • DAFTAR ISI

    Hal

    Halaman Judul ..........................................................................................

    Lembar Pengesahan ................................................................................

    Kata Pengantar .........................................................................................

    Daftar Isi ....................................................................................................

    Daftar Gambar ...........................................................................................

    Daftar Tabel ...............................................................................................

    Daftar Lampiran ........................................................................................

    I. PENDAHULUAN 1

    A. Latar Belakang .................................... .......................................... 1

    B. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ................................................ 2

    1. Tujuan ……………………………………………………………… 2

    2. Kegunaan………………………………………………………… 3

    C. Ruang Lingkup ..................................... ......................................... 3

    II. TINJAUAN PUSTAKA 4

    A. Kawasan Konservasi Perairan ....................... ............................. 4

    B. Ekosistem Perairan Laut...... ......................................................... 5

    C. Terumbu Karang ........................................................................... 6

    D. Ikan Karang ....................................... ............................................ 8

    E. Keanekaragaman, Keseragaman dan Dominansi ………………. 11

    F. Interaksi Antara Terumbu Karang dan Ikan Karang .................. 11

    G. Faktor Lingkungan ................................. ....................................... 13

    1. Suhu ……………………………………………………………….. 13

    2. Kecerahan…………………………………………………………… 14

    3. Arus………………………………………………………………….. 14

    4. Salinitas……………………………………………………………… 14

    5. pH…………………………………………………………………….. 14

    III. METODE PENELITIAN 16

    A. Waktu dan Tempat .................................. ...................................... 16

    B. Alat ................................................................................................. 18

    C. Penentuan Stasiun Penelitian ...................... ................................ 18

    D. Pengumpulan Data ....................................................................... 19

    E. Penentuan/Pengukuran Parameter ............................................. 20

    F. Analisis Data…………………………………………………………… 24

    IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 25

    A. Jenis Ikan Yang Ditemukan Di Lokasi Penelitian .... ................. 24

    B. Komposisi Jenis Ikan Karang ………………………………………. 31

  • 1. Komposisi Jenis Ikan Karang Di semua Stasiun Pada Kedalaman 3 meter ...................................................................

    31

    2. Komposisi Jenis Ikan Karang Di semua Stasiun Pada Kedalaman 10 meter ..................................................................

    32

    3. Komposisi Jenis Ikan Karang Berdasarkan Peranan Di Ekosistem ......……………………………………………………….

    33

    a. Komposisi Jenis Ikan Indikator……………………………… 33

    b. Komposisi Jenis Ikan Target………..……………………….. 35

    c. Komposisi Jenis Ikan Mayor…………………………………. 36

    C. Kelimpahan Ikan Karang…………………………………………….. 37

    1. Kelimpahan Ikan di kedalaman 3 meter .......................………... 37

    2. Kelimpahan Ikan di kedalaman 10 meter ................................... 39

    D. Indeks Keanekaragaman (H’), Keseragaman (E) dan Dominansi (C) berdasarkan kedalaman ............... ....................... 40

    1. Indeks Keanekaragaman (H’) …………………………………….. 40

    2. Keseragaman (E) ………………………………………………...... 42

    3. Dominansi (C) ............................................................................ 43

    E. Indeks Keanekaragaman (H’), Keseragaman (E) dan Dominansi (C) di Semua Stasiun .................... .............................

    44

    F. Kondisi Perairan .................................. ......................................... 45

    1. Suhu …….................................................................................... 46

    2. Salinitas ...................................................................................... 47

    3. Kecerahan................................................................................... 47

    4. Kecepatan Arus .......................................................................... 48

    5. pH ……….................................................................................... 48

    V KESIMPULAN DAN SARAN 50

    A Kesimpulan……………………………………………………………. 50

    B Saran…………………………………………………………………….. 51

    DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………… 52

    LAMPIRAN……………………………………………………………………… 55

  • DAFTAR GAMBAR

    Hal

    Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian ................ ............................................ 16

    Gambar 2. Ilustrasi Underwater Visual Sensus Ikan Karang................. 19

    Gambar 3. Komposisi Ikan Karang di Kedalaman 3 Me ter…………….. 31

    Gambar 4. Komposisi Ikan karang di Kedalaman 10 M eter……............ 32

    Gambar 5. Komposisi Ikan di Stasiun Penelitian Pu lau Pasi Gusung

    Berdasarkan Peranan di Ekosist em………………………. 33

    Gambar 6. Komposisi Jenis Ikan Indikator……………………… ……….. 34

    Gambar 7. Komposisi Jenis Ikan Target……………………………… …... 35

    Gambar 8. Komposisi Jenis Ikan Mayor ……………………………… ….. 36

    Gambar 9. Kelimpahan Ikan Karang di Kedalaman 3 M eter…………… 38

    Gambar 10. Kelimpahan Ikan karang di Kedalaman 10 M eter………….. 39

    Gambar 11. Indeks Keanekaragaman (H’) Ikan Karang d i stasiun Penelitian…………………………………………………………. 41 Gambar 12. Indeks Keseragaman (E) Ikan Karang Di St asiun Penelitian…………………………………………………..... 42 Gambar 13. Indeks Dominansi (C) Ikan Karang Di Stas iun Penelitian… 43 Gambar 14. Indeks Keanekaragaman (H’) Keseragaman ( E), Dominansi (C)……………………………………………….….... 44

  • DAFTAR TABEL

    Tabel 1. Koordinat Stasiun Penelitian di Pulau Pasi Gusung ................................ 17

    Tabel 2. Parameter Lingkungan Di SetiapStasiun Pen elitian ................................ 46

  • DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1 Komposisi Jenis Ikan Karang Berdasarkan Family………. 56

    Lampiran 2 KJ, Kelimpahan, Indeks (H’), (E) dan (C) Ikan Karang Di

    Stasiun 1…………………………………………………………… 57

    Lampiran 3 KJ, Kelimpahan, Indeks (H’), (E) dan (C) Ikan Karang Di

    Stasiun 2…………………………………………………………… 58

    Lampiran 4 KJ, Kelimpahan, Indeks (H’), (E) dan (C) Ikan Karang Di

    Stasiun 3…………………………………………………………… 59

    Lampiran 5 Lampiran 5. Tabel Komposisi jenis, Kelimpahan, Indeks Keanekaragaman (H’), Keseragaman (E) dan Dominansi (C) Ikan Karang Di KKPD P. Pasi Gusung Kab. Kep. Selayar

    60

    Lampiran 6 Dokumentasi penelitian 61

  • 1

    I. PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Kabupaten Kepulauan Selayar dengan ibukota Benteng, merupakan

    kabupaten yang dikelilingi lautan terletak pada posisi geografis 120o15’-122o30’

    Bujur Timur dan 5o42’-7o35’ Lintang Selatan. Luas wilayah daratan 903,35 km2

    dan luas lautan 23.571,65 km2 atau sekitar 96% wilayah Kabupaten Kepulauan

    Selayar terdiri dari lautan dengan jumlah pulau sebanyak 123 buah pulau besar

    dan kecil (BPS, 2014).

    Pulau Pasi Gusung merupakan salah satu pulau yang terletak di

    Kabupaten Kepulauan Selayar Provinsi Sulawesi Selatan. Pulau Pasi Gusung

    memiliki luas 2.388,78 ha dengan panjang garis pantai 29.545,66 m. Luas

    terumbu karang sebesar 408,36 ha dan luas mangrove sebesar 66.62 ha. Pulau

    ini ditetapkan sebagai kawasan konservasi perairan daerah pada tahun 2011

    yang diperkuat dengan SK Bupati Kepulauan Selayar nomor 466/IX/tahun 2011,

    namun sebelumnya pada tahun 2009 telah dibentuk Daerah Perlindungan Laut

    (DPL) yang diinisiasi oleh COREMAP (Irwan, 2010).

    Mata pencaharian utama penduduk Pulau Pasi Gusung yaitu nelayan skala

    kecil, sehingga interaksi antara nelayan dan terumbu karang sangat sulit untuk

    dipisahkan selain itu masyarakat di pulau ini sangat bergantung pada ikan hasil

    tangkapan di daerah terumbu karang. Terumbu karang yang sehat dapat

    meningkatkan persentase tutupan karang dan keberadaan ikan karang serta

    mendukung keanekaragaman ikan karang. Kerusakan ekosistem yang terjadi di

    ekosistem terumbu karang diakibatkan oleh penangkapan yang bersifat

    penangkapan merusak (destruktive fishing) seperti penggunaan bius dan bom

    yang masih marak terjadi.

  • 2

    Salah satu biota laut yang memiliki keanekaragaman yang tinggi adalah

    ikan karang, memiliki karakteristik yang bermacam macam dan ciri khas

    tersendiri dibandingkan dengan ikan yang ada di perairan darat.

    Keberadaan ikan karang sangat erat kaitannya dengan kondisi terumbu

    karang sebagai habitatnya. Ekosistem terumbu karang berperan penting dalam

    aliran energi dan menjaga kestabilan ekosistem. Keanekaragaman ikan karang

    sangat ditentukan oleh kondisi dan variasi habitat terumbu karang. Penurunan

    kondisi terumbu karang baik oleh faktor alam maupun antropogenik juga dengan

    sendirinya akan mempengaruhi keanekaragaman dan kelimpahan ikan karang

    dalam suatu area terumbu karang. Oleh karena itu penelitian ini perlu dilakukan

    untuk melihat kondisi terkini mengenai ikan karang. Sehingga datanya dapat

    dijadikan sebagai salah satu bahan pertimbangan dalam rencana pengelolaan

    sumberdaya perairan di Pulau Pasi Gusung kedepannya.

    B. Tujuan dan kegunaan Penelitian

    1. Tujuan

    Tujuan penelitian ini adalah untuk :

    a. Mengetahui komposisi jenis ikan karang berdasarkan peranan Di

    Kawasan Konservasi Perairan Daerah Pulau Pasi Gusung, Kep. Selayar

    b. Mengetahui keanekaragaman ikan karang berdasarkan peranan di

    Kawasan Konservasi Perairan Daerah Pulau Pasi Gusung, Kep. Selayar

    c. Mengetahui kelimpahan ikan karang berdasarkan peranan di Kawasan

    Konservasi Perairan Daerah Pulau Pasi Gusung, Kep. Selayar

    2. Kegunaan

    Kegunaan penelitian ini adalah memberikan pengetahuan dan informasi

    kepada peneliti sera dapat digunakan dalam penyusunan rencana pengelolaan

    sumberdaya ikan karang di Kawasan Konservasi Perairan Daerah Pulau Pasi

    Gusung, Kepulauan Selayar,

  • 3

    C. Ruang lingkup

    Ruang lingkup penelitian ini meliputi jumlah dan jenis ikan karang yang

    ditemukan di stasiun penelitian serta parameter oceanografi sebagai faktor

    pembatas organisme meliputi suhu, kecerahan, arus, pH dan salinitas.

  • 4

    II. TINJAUAN PUSTAKA

    A. Kawasan Konservasi Perairan

    Konservasi sumberdaya hayati laut merupakan salah satu implementasi

    pengelolaan ekosistem sumberdaya laut dari kerusakan akibat aktivitas manusia.

    Kawasan konservasi ini biasanya dilindungi oleh hukum, sehingga sering disebut

    juga kawasan lindung. Kawasan konservasi laut mempunyai peranan penting

    dalam program konservasi sumberdaya alam di wilayah laut walaupun kawasan

    ini cenderung lebih baru ditetapkan dibandingkan dengan kawasan konservasi di

    daerah daratan, namun dibutuhkan keahlian tertentu untuk mengidentifikasi,

    mendirikan dan mengelolanya. Hal ini karena banyaknya cabang ilmu atau

    departemen terkait dalam pengelolaannya dan itu harus dilakukan secara

    terpadu (Supriharyono, 2009).

    Kawasan Konservasi Perairan atau sering disingkat dengan KKP menurut

    Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor Per.30/MEN/2010 adalah

    kawasan perairan yang dilindungi, dikelola dengan sistem zonasi, untuk

    mewujudkan pengelolaan sumber daya ikan dan lingkungannya secara

    berkelanjutan. Pengelolaan kawasan perairan dengan cara konservasi

    merupakan bentuk kearifan dalam pengelolaan. Hal itu ditandai dengan adanya

    berbagai kearifan lokal di berbagai daerah di tanah air yang merupakan

    peninggalan beberapa lapis generasi terdahulu yang masih lestari hingga saat

    ini. Hal itu berarti konservasi sebagai sebuah kearifan dalam pengelolaan

    bukanlah hal yang baru, tetapi merupakan wajah kearifan masyarakat dalam

    konteks modern yang dibingkai dalam aturan hukum negara (Agussalim, 2015)

    Pengelolaan kawasan konservasi perairan daerah dilandasi oleh semangat

    UU No. 31 Tahun 2004 tentang perikanan dan UU no 32 tahun 2004 tentang

  • 5

    pemerintahan daerah. Salah satu turunan UU no 31 tahun 2004 yang mengatur

    tentang konservasi adalah peraturan pemerintah No. 60 tahun 2007 tentang

    konservasi sumberdaya ikan, dalam PP tersebut, teradapat 3 Kawasan

    Konservasi Perairan (KKP) berdasarkan ekosistemnya yaitu KKP tawar, KKP

    payau, dan KKP laut dan pengelolaannya berdasarkan dengan sistem zonasi.

    Dalam pelaksanaannya, dibutuhkan suatu kelembagaan pengelola dan rencana

    pengelolaan yang isinya antara lain memuat rencana zonasi KKP, unit organisasi

    pengelola atau kelembagaan KKP, jejaring KKP, pengembangan pendanaan dan

    lain sebagainya. Sistem yang terbangun ini kemudian menjadi cikal bakal

    pembentukan Kawasan Konservasi Perairan Daerah (KKPD). Pendelegasian

    wewenang kepada daerah untuk membentuk KKLD diatur dalam UU no 32 tahun

    2004 tentang otonomi daerah. Selanjutnya untuk memperharui dan melengkapi

    aturan konservasi perairan yang sudah ada menteri kelautan dan perikanan

    Indonesia mengeluarkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan no 13 tahun

    2014 mengenai jejaring kawasan konservasi Perairan

    B. Ekosistem Perairan Laut

    Laut adalah bagian dari ekosistem perairan yang memiliki ciri-ciri antara

    lain: bersifat luas, dalam, asin, memiliki arus, gelombang, pasang-surut, dan

    dihuni oleh organisme baik plankton maupun bentos. Ekosistem laut yang luas

    dan dalam menyebabkan terjadinya variasi fisika-kimiawi lingkungan sehingga

    tiada satu kelompok biota laut yang mampu hidup di semua bagian, karena

    lingkungan laut tersebut yang akan menjadi faktor pembatas bagi kehidupan

    organisme (Simon, 2014).

    Seperti halnya daratan, laut dihuni oleh biota, yakni tumbuh-tumbuhan,

    hewan dan mikroorganisme hidup. Biota laut menghuni hampir semua bagian

    laut, mulai dari pantai, permukaan laut sampai ke dasar yang terdalam, sehingga

  • 6

    jumlah jenisnya luar biasa besarnya dan keanekaragaman jenisnya luar biasa

    tinggi. (Romimohtarto dan Juwana, 2005).

    Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan di Kabupaten Selayar,

    diperoleh 266 jenis ikan karang yang termasuk dalam 37 suku. Dari hasil

    Underwater Visual Sencus (UVC) yang dilakukan di 11 stasiun transek permanen

    di Kabupaten Selayar ini yaitu sebanyak 21.423 individu/ha, dimana kelimpahan

    kelompok ikan major, ikan target, dan ikan indikator berturut-turut adalah 17.618

    individu/ha, 2.990 individu/ha dan 816 individu/ha, sehingga perbandingan antara

    ikan mayor, ikan target dan ikan indikator sekitar 22:4:1. Kelimpahan beberapa

    jenis ikan ekonomis penting yang diperoleh dari UVC di lokasi transek permanen

    seperti ikan kakap (termasuk kedalam famili Lutjanidae) yaitu 203 individu/ha,

    ikan kerapu (termasuk dalam famili Serranidae) 486 individu/ha dan ikan ekor

    kuning (termasuk dalam famili Caesionidae) 597 individu/ha. Ikan kepe-kepe

    (Butterfly fish; family Chaetodontidae) yang merupakan ikan indikator untuk

    menilai kesehatan terumbu karang memiliki kelimpahan 816 individu/ha,

    sedangkan ikan Napoleon (Cheilinus undulatus) dijumpai sebanyak 5 individu/ha.

    (Coremap, 2006).

    C. Terumbu Karang

    Terumbu karang mempunyai nilai dan arti yang sangat penting baik dari

    segi sosial ekonomi dan budaya. Adapun fungsi terumbu karang antara lain

    sebagai gudang keanekaragaman hayati biota-biota laut, tempat tinggal

    sementara atau tetap, tempat mencari makan, berpijah, daerah asuhan dan

    tempat berlindung bagi hewan laut lainnya (Suharsono,1996).

    Ekosistem terumbu karang juga berfungsi sebagai tempat berlangsungnya

    siklus biologi, kimiawi dan fisik, secara global yang mempunyai tingkat

    produktifitas yang sangat tinggi. Berdasarkan Gomez & Yap (1988) kriteria

  • 7

    kondisi untuk menentukan baik-buruknya ekosistem terumbu karang ditentukan

    berdasarkan persen tutupan karang batu hidup antara lain sebagai berikut:

    1. Rusak bila persen tutupan karang hidup antara 0-24,9%.

    2. Sedang bila persen tutupan karang hidup antara 25-49,9%

    3. Baik bila persen tutupan karang hidup antara 50-74,9%,dan

    4. Sangat baik apabila persen tutupan karang batu hidup 75-100%

    Ekosistem terumbu karang mempunyai produktivitas organik yang sangat

    tinggi dibandingkan ekosistem lainnya, demikian pula keanekaragaman

    hayatinya. Di samping mempunyai fungsi ekologis sebagai penyedia nutrien bagi

    biota perairan dan sebagai pelindung fisik. Terumbu karang juga menghasilkan

    berbagai produk yang mempunyai nilai ekonomi penting seperti berbagai ikan

    karang, udang, alga, teripang dan kerang mutiara. Kelimpahan, keanekaragaman

    dan pertumbuhan ikan karang sangat tergantung kepada kompleksitas terumbu

    karang (Dahuri, 2001).

    Terumbu karang memiliki bentuk yang beragam dan keindahan yang

    menakjubkan. Memiliki nilai yang tinggi pada kedua aspek ekologi dan ekonomis

    memiliki produktivitas yang lebih besar daripada kehidupan laut lainnya Chollet

    (2012), untuk mendapatkan perlindungan, organisme akan mencari tempat yang

    aman sebagai tempat berlindung meskipun kisaran pergerakan mereka terbatas.

    Jaringan makanan pada terumbu karang sangat rumit dengan sistem dan

    daerah permukaan pada terumbu karang menunjang keanekaragaman yang

    sangat tinggi dari avetebrata dan alga yang pada gilirannya menyediakan

    makanan bagi berbagai jenis ikan seperti belut. Ikan kakap dan lain-lainnya yang

    bersembunyi pada terumbu pada siang hari dan bergerak kemana-mana untuk

    mencari makan pada malam hari hanya sebagian tergantung pada ekosistem

    terumbu. Mereka masuk kedalam jaringan terumbu ketika mereka menjadi

  • 8

    mangsa ikan penghuni yang lebih besar seperti ikan kerapu (Romimohtarto dan

    Juwana, 2005).

    D. Ikan Karang

    Ikan karang adalah organisme dengan jumlah terbanyak dan merupakan

    organisme besar yang mencolok pada daerah terumbu karang dengan jumlahnya

    yang besar dan mengisi terumbu karang, maka dapat terlihat jelas bahwa ikan

    karang penyokong hubungan yang ada dalam ekosistem terumbu karang

    (Nybakken, 1997).

    Menurut Hallacher (2003), dari 50 atau lebih famili perciform yang

    berasosiasi dengan terumbu karang, hanya delapan famili dari tiga taksa utama

    sangat penting dalam hal untuk menyelesaikan hubungan dengan lingkungan

    terumbu karang.

    a) Labroids Labridae - Wrasses Scaridae - kakatua Pomacentridae –

    damselfishes

    b) Acanthuroids Acanthuridae - surgeonfishes Siganidae - baronang

    Zanclidae - Damselfishes

    c) Chaetodontoids Chaetodontidae - kupu Pomacanthidae - ikan bidadari

    Sebagian besar ikan ini memiliki pola distribusi yang sesuai dengan

    distribusi terumbu karang dan menghabiskan seluruh siklus hidup mereka dalam

    hubungan dengan organisme terumbu (Hallacher, 2003).

    Pola warna dan bentuk tubuh yang beragam atau adaptasi tingkah laku

    merupakan cara-cara ikan untuk melindungi dirinya dari predator. Hal ini dapat

    mengurangi kemungkinan bagi ikan untuk dapat dipredasi secara individual

    ataupun bergerombol (Buchheim, 2003)

    Salah satu penyebab tingginya keragaman spesies di terumbu karang

    adalah karena variasi habitat yang terdapat di terumbu karang. Pada komunitas-

  • 9

    komunitas ikan juga terjadi peningkatan spesies sewaktu mendekati daerah

    tropika (Indrawan et al., 2012).

    Pengelompokan ikan karang berdasarkan peranannya dapat

    dikelompokkan ke dalam 3 kelompok yakni (Setiapermana, 1996) :

    a). Kelompok Ikan Utama (Major group)

    Jenis-jenis ikan yang dikelompokkan sebagai major group dapat dibagi ke

    tiga kelompok yaitu:

    1) Major Group A yang terdiri atas famili Pomacentridae

    2) Major Group B terdiri atas famili Labridae

    3) Major Group C meliputi family, Apogonidae dan Pempheridae.

    Ikan yang termasuk major group merupakan kelompok ikan terbesar dari

    ikan penghuni terumbu karang, umumnya hidup dalam kelompok besar

    (schooling fish) misalnya ikan betok genus Pomacentrus, Dascyllus, Chromis

    dan Amblyglyphidodon dari famili Pomacentridae. Ikan-ikan yang termasuk

    dalam kelompok ini umumnya berukuran kecil.

    b). Kelompok Ikan Target (Target spesies)

    Ikan target spesies adalah ikan-ikan yang dikonsumsi dan bernilai

    ekonomis penting yang hidup berasosiasi dengan terumbu karang. Kelompok

    ikan target penghuni terumbu karang yang sudah dikenal masyarakat misalnya

    ikan kakap (Lutjanidae), kerapu (Serranidae) dan baronang (Siganidae). Ikan

    tersebut umumnya hidup soliter dan mudah dihitung jumlahnya. Ada beberapa

    ikan target yang sering dijumpai dalam kelompok besar, misalnya ikan ekor

    kuning (Caesionidae).

    c). Kelompok Ikan Indikator (Indicator spesies)

    Ikan yang termasuk dalam kelompok tersebut adalah yang dianggap

    berasosiasi paling kuat dengan karang. Secara umum kelompok ini meliputi ikan

  • 10

    kepe-kepe (Chaetodontidae), Scaridae, Pomacanthidae yang terdiri atas

    beberapa genus yakni Chaetodon, Chelmon, Heniochus dan Forcipiger..

    berdasarkan tipe pemangsaan jenis ikan karang terbagi 2 yaitu (Nybakken

    1997) :

    a. Pemangsaan. Dua kelompok ikan yang secara aktif memakan koloni-

    koloni karang adalah : (a) Spesies yang memakan polip-polip karang

    mereka sendiri seperti ikan buntal (Tetraodontidae), ikan kuli pasir

    (Monacanthidae), ikan pakol (Balistidae) dan ikan kepe-kepe

    (Chaetodontidae), dan (b) Sekelompok omnivora yang memindahkan

    polip karang untuk mendapatkan alga atau invertebrata yang hidup dalam

    lubang kerangka karang.

    b. Grazing. Kegiatan memakan alga oleh ikan-ikan herbivora dari jenis

    Siganiidae, Pomacentridae, Acanthuridae dan Scaridae yang mampu

    meningkatkan kemampuan karang dalam melakukan pemulihan dengan

    mengurangi jumlah alga.

    Tipe pemangsaan ikan karang yang paling banyak di ekosistem terumbu

    karang adalah karnivora, yaitu lebih kurang 50% - 70% dari seluruh jenis ikan di

    ekosistem ini. Ikan herbivora dan pemakan karang merupakan kelompok

    terbesar kedua setelah karnivora yaitu lebih kurang 15% dari spesies yang ada

    dan yang paling penting dari kelompok ini adalah famili Scaridae dan

    Acanthuridae. Sisanya diklasifikasikan sebagai omnivora dan multivora yaitu

    ikan-ikan dari famili Pomacentridae, Chaetodontidae, Pomachantidae,

    Monachantidae, Ostaciantidae dan Tetraodontidae. Ikan-ikan pemakan

    zooplankton memiliki ukuran tubuh yang kecil yaitu ikan dari famili Clupidae dan

    Atherinidae (Nybakken, 1997).

    Pada paparan atau rataan terumbu dan goba-goba, ikan penghuni dasar

    hidup di sekitar permukaan terumbu karang dan pada dasar pasir yang terdapat

  • 11

    diantara karang-karang tersebut. Karang massif yang banyak dikunjungi ikan-

    ikan yang memanen polip-polip karang seperti ikan kakatua, ikan kupu-kupu dan

    lain-lain. Karang-karang bercabang menyediakan perlindungan bagi ikan-ikan

    kecil seperti betok dan gobi yang berenang-renang memakan plankton hewan

    dan kembali untuk betlindung di karang tersebut. Alga terumbu menunjang

    kehidupan banyak jenis ikan herbivor. Beberapa perumput yang khas dengan

    gigi pemotong untuk merumput alga yang menempel pada karang contohnya

    adalah ikan kakatua (Romimohtarto dan Juwana 2005).

    E. Keanekaragaman, Keseragaman dan Dominansi

    Nilai keanekaragaman dan keseragaman dapat menunjukkan

    keseimbangan dalam suatu pembagian jumlah individu tiap jenis.

    Keanekaragaman (H’) mempunyai nilai yang besar jika individu ditemukan

    berasal dari spesies atau genera yang berbeda-beda, sedangkan Keseragaman

    (E) mempunyai nilai yang kecil atau sama dengan nol jika semua individu

    berasal dari satu spesies. Indeks keseragaman merupakan angka yang tidak

    bersatuan, besarnya berkisar nol sampai satu. Semakin kecil nilai suatu

    keseragaman, semakin kecil pula keseragaman dalam komunitas (Andriana,

    2011).

    Selanjutnya dikatakan bahwa untuk mengetahui apakah suatu komunitas

    didominasi oleh suatu organisme tertentu, maka dapat diketahui dengan

    menghitung indeks dominansi (C). Jika nilai C mendekati satu, maka ada

    organisme tertentu yang mendominasi suatu perairan. Jika nilai D adalah nol

    maka tidak ada organisme yang dominan (Hukom, 1998).

    F. Interaksi Antara Terumbu Karang Dan Ikan Karang

    Ikan karang memiliki keanekaragaman yang tinggi serta berasosiasi

    dengan terumbu karang. Ikan-ikan ini memiliki adaptasi khusus seperti bentuk

  • 12

    dan warna tubuh, serta cara reproduksi. Ikan karang merupakan keseluruhan

    ikan pada terumbu karang yang masuk kedalam jaringan makanan melalui

    beberapa cara sehingga terdapat keseimbangan yang rumit dari hubungan

    mangsa dimangsa (Romimohtarto dan Juwana, 2005).

    Klasifikasi ikan karang didasarkan pada tingkat asosiasi ekologis antara

    ikan dan karang, dari segi peran karang dalam menyediakan makanan dan atau

    tempat perlindungan. Ikan karang ini terdiri dari daftar semua famili yang

    ditemukan pada biogeografi terumbu karang (yaitu: Acanthuridae, Apogonidae,

    Blenniidae, Carangidae, Chaetodontidae, Holocentridae, Labridae, Mullidae,

    Pomacentridae, dan Scaridae). Sepuluh famili tersebut dianggap sebagai

    karakteristik famili ikan karang berdasarkan esensi fauna ikan karang yang

    semuanya berlimpah dan khas pada terumbu karang (Choat, 1991).

    Menurut Welsh (2013), interaksi ikan karang dengan terumbu karang dapat

    dibagi menjadi tiga bentuk. Pertama, interaksi langsung sebagai tempat

    berlindung dari predator bagi ikan-ikan muda. Kedua, interaksi dalam mencari

    makan bagi ikan yang mengkonsumsi biota pengisi habitat dasar, meliputi

    hubungan antara ikan karang dan biota yang hidup pada karang dan alga.

    Ketiga, interaksi tidak langsung antara struktur terumbu karang dan kondisi

    hidrologi serta sedimentasi dengan pola makan ikan pemakan plankton dan

    karnivora

    Ikan-ikan karang umumnya relatif tidak berpindah-pindah (Sedentary).

    Pada umumnya ikan-ikan terumbu karang digolongkan dalam ikan-ikan diurnal

    (ikan yang aktif pada siang hari) dan nocturnal (ikan yang aktif pada malam hari).

    Berdasarkan waktu mencari makannya, kebanyakan ikan-ikan terumbu bergerak

    dengan jelas, tetapi pergerakan mereka terbatas pada daerah tertentu di terumbu

    dan sangat terlokalisasi seperti ikan belosoh, ikan tembakul dan ikan betok.

    yang terkenal mempertahankan wilayahnya (Nybakken, 1997).

  • 13

    Ikan karang penyebarannya heterogen, disebabkan oleh beberapa faktor

    diantaranya sifat yang komplek dari substrat, penutupan karang hidup.

    Persentase karang mati yang tinggi menyebabkan penurunan jumlah spesies

    ikan dan biota lainnya yang berasosiasi dengan terumbu secara signifikan.

    Beberapa kelompok ikan sangat sangat penting bagi terumbu karang. Ikan kupu-

    kupu, misalnya yang memakan polip karang. Ikan ini hadir kalau terdapat karang

    hidup dan digunakan sebagai indikator kesehatan dan tutupan karang dengan

    melihat keanekaragaman jenis dan banyaknya ikan ini. Kemudian ikan kakatua

    memakan karang, batuan kapur dan membuang butiran-butiran putih yang telah

    digerus oleh gigi farengialnya, mereka penyebab penting erosi terumbu dan

    pembentuk pasir disekitar terumbu. Seekor kakatua dewasa dapat menimbun

    500 Kg pasir karang/tahun pada terumbu (Romimohtarto dan Juwana, 2005).

    Banyak jenis ikan yang makan langsung di terumbu karang menunjukkan

    tingkah teritorial yang jarang berkeliaran jauh dari sumber makanan dan tempat

    berlindungya. Batas teritorialnya dapat didasarkan pada persediaan makanan,

    pola berbiak, banyaknya pemangsa, kebutuhan ruang atau lainnya. Semua itu

    menambah kerumitan hubungan ikan terumbu yang satu dengan lainnya

    (Tuwo, 2011).

    G. Faktor Lingkungan

    Wilayah pesisir merupakan daerah tempat terjadinya interaksi antara tiga

    unsur alam yaitu daratan, lautan dan atmosfer. Proses interaksi tersebut

    menimbulkan fenomena yang menjadi faktor pembatas bagi organisme perairan,

    antara lain:

    1. Suhu

    Suhu suatu perairan dipengaruhi oleh radiasi matahari, posisi matahari;

    letak geografis, musim, kondisi awan serta proses interaksi antara air dan udara,

  • 14

    penguapan dan hembusan angin (Dahuri, 2001). Suhu air mempunyai pengaruh

    tidak langsung terhadap fotosintesis karena beberapa proses metabolisme,

    seperti respirasi dan pengambilan unsur hara sangat tergantung pada suhu air.

    Suhu optimum untuk proses fotosintesis sekitar 23-25 oC (Supriharyono, 2008).

    2. Kecerahan

    Cahaya matahari yang diserap oleh permukaan air dapat diubah menjadi

    panas. Cahaya tersebut merupakan kecerahan suatu perairan dan sumber

    energi bagi kehidupan biota laut serta dibutuhkan oleh tumbuhan air untuk

    proses asimilasi (Manuputty, 2012). Menurut Mulyanto (1992) menyatakan

    jumlah cahaya matahari yang masuk kadalam kolom air yang tidak terlalu besar

    adalah merupakan kecerahan yang baik untuk kehidupan ikan, sehingga proses

    fotosintetis dapat berjalan seimbang dan jumlah fitoplankton memadai untuk

    kehidupan semua biota perairan

    3. Arus

    Pergerakan air sangat mempengaruhi aktivitas organisme dalam perairan.

    persediaan plankton sebagai sumber makanan, unsur-unsur hara dan sediaan

    gas-gas terlarut. Laju fotosintesa naik dengan kenaikan kecepatan arus, tetapi

    pada level tertentu (Supriharyono, 2008).

    4. Salinitas

    Salinitas juga merupakan faktor yang cukup penting bagi kehidupan

    organisme. Daya tahan dan kemampuan adapatasi organisme dari fluktuasi yang

    terjadi berbeda-beda. Salinitas air laut rata-rata di daerah tropis adalah sekitar

    35 ppm (Supriharyono, 2008).

    5. pH

    Derajat keasaman (pH) suatu perairan merupakan salah satu parameter

    kimia yang penting dalam memantau kestabilan perairan. Perubahan nilai pH

  • 15

    suatu perairan terhadap organisme aquatik mempunyai batasan tertentu dengan

    nilai pH yang bervariasi (Supriharyono,2008).