KEANEKARAGAMAN DAN KELIMPAHAN IKAN KARANG DI...
Transcript of KEANEKARAGAMAN DAN KELIMPAHAN IKAN KARANG DI...
-
KEANEKARAGAMAN DAN KELIMPAHAN IKAN KARANG DI KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH
PULAU PASI GUSUNG KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR
SKRIPSI
SAINAL L211 10 270
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN JURUSAN PERIKANAN
FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR 2016
-
KEANEKARAGAMAN DAN KELIMPAHAN IKAN KARANG DI KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH PULAU PASI
GUSUNG KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR
Oleh:
SAINAL L211 10 270
SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana
Pada Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN JURUSAN PERIKANAN
FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR 2016
-
Scanned by CamScanner
-
ABSTRAK
SAINAL Keanekaragaman dan Kelimpahan Ikan Karang Di Kawasan Konservasi Perairan Daerah Pulau Pasi Gusung Kabupaten Kepulauan Selayar Sulawesi Selatan. Dibimbing oleh Syamsu Alam Ali dan Suwarni. Ikan karang merupakan komoditas mata pencaharian utama penduduk Pulau Pasi Gusung yang berprofesi sebagai nelayan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret-Agustus 2015 yang bertujuan untuk mengetahui komposisi, keanekaragaman dan kelimpahan jenis ikan karang Di Kawasan Konservasi Perairan Daerah Pulau Pasi Gusung, Kabupaten Kepulauan Selayar, dimana dianalisis berupa jumlah, jenis dan kelimpahan ikan karang. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah transek garis dengan sensus visual selama pengamatan. Lokasi penelitian dibagi 3 stasiun pada 2 kedalam berbeda yaitu kedalaman 3 meter dan 10 meter. Ikan yang dijumpai di sepanjang garis transek tersebut diamati jenis dan jumlahnya. Data keanekaragaman, keseragaman,dan dominansi dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian didapatkan struktur komunitas ikan karang berdasarkan indeks keanekaragaman diperoleh 3.2898 tergolong dalam kategori keanekaragaman sedang. Indeks keseragaman sebesar 0.6837 tergolong dalam kategori tinggi. Indeks dominansi sebesar 0.0748 tergolong dalam dominansi rendah. Kata kunci : Keanekaragaman, Keseragaman, Dominansi, Ikan Karang,
Pulau Pasi Gusung
-
ABSTRACT
SAINAL Diversity and Abudance of Reef Fish in Pasi Gusing Island water conservation area at Kepulauan Selayar District South Celebes. Under supervision of Syamsu Alam Ali and Suwarni. Reef fish is the main source of livelihood commodity Pasi Gusung Island residents who work as fishermen. This research was conducted in March-August 2015 which aims to determine the composition, diversity and abundance of reef fish in Water Conservation Area Regional Pasi Gusung Island, Selayar Islands District, which were analyzed in the form of the number, type and abundance of reef fish. The method used in this study is a visual line transect census during the observation. Location of the study were divided into three stations on 2 different that depth of 3 meters and 10 meters. The fish are found along transect lines were observed in type and amount. Data diversity, uniformity, and dominance were analyzed descriptively. The result showed the reef fish community structure diversity index gained popularity 3.2898 classified in the category of moderate diversity. Uniformity index of 0.6837 classified in the high category. Dominance index belonging to the dominance of 0.0748 low. Keywords: Biodiversity, diversity, Dominance, reef fish, Pasi Gusung Island
-
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Enrekang, Sulawesi Selatan pada tanggal 26 Mei
1993. Anak Pertama dari empat bersaudara pasangan Nurdin dengan
Saniati. Tahun 2004 lulus dari SDN 161 Pakkodi Kabupatem
Enrekang, selesai di Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 maiwa tahun
2007 dan tahun 2010 lulus dari SMA Negeri 1 Maiwa. Pada tahun
yang bersamaan melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan
Tinggi Negeri (SNMPTN) penulis lulus dan berhasil diterima pada
Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Jurusan Perikanan, Fakultas Ilmu
Kelautan dan Perikanan, Universitas Hasanuddin, Makassar. Selama menjadi mahasiswa,
penulis, aktif pada organisasi Himpunan Mahasiswa Manajemen Sumberdaya Perairan
(HMP-MSP) menjabat sebagai DEWAN MAHASISWA, aktif pada organisasi Fisheries Diving
Club Universitas Hasanuddin (FDC-UNHAS) menjabat sebagai KETUA UMUM, aktif pada
organisasi daerah Himpunan Pelajar Mahasiswa Massenrempulu (HPMM), menjabat sebagai
Sekretaris bidang LITBANG, aktif pada organisasi Resimen Mahasiswa (MENWA Satuan 701
UNHAS) menjabat sebagai anggota, dan Penulis juga termasuk anggota KEMAPI
UNHAS.Penulis menyelesaikan rangkaian tugas akhir yaitu Kuliah Kerja Nyata Reguler (KKN
Reguler) di Desa Sunggumanai Kecamatan Pattallassang Kabupaten Gowa angkatan 88
tahun 2014. Praktek Kerja Lapang (PKL) di Pulau Lanjukkang, Kota Makassar dengan judul
“PENERAPAN ATRAKTOR CUMI-CUMI (SQUID ATTRACTOR) SEBAGAI UPAYA
PELESTARIAN SUMBERDAYA PERAIRAN DI PULAU LANJUKKANG MAKASSAR”,
kemudian melakukan penelitian sebagai tugas akhir dengan judul “KEANEKARAGAMAN
DAN KELIMPAHAN IKAN KARANG DI KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH
PULAU PASI GUSUNG KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR”
-
DAFTAR ISI
Hal
Halaman Judul ..........................................................................................
Lembar Pengesahan ................................................................................
Kata Pengantar .........................................................................................
Daftar Isi ....................................................................................................
Daftar Gambar ...........................................................................................
Daftar Tabel ...............................................................................................
Daftar Lampiran ........................................................................................
I. PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang .................................... .......................................... 1
B. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ................................................ 2
1. Tujuan ……………………………………………………………… 2
2. Kegunaan………………………………………………………… 3
C. Ruang Lingkup ..................................... ......................................... 3
II. TINJAUAN PUSTAKA 4
A. Kawasan Konservasi Perairan ....................... ............................. 4
B. Ekosistem Perairan Laut...... ......................................................... 5
C. Terumbu Karang ........................................................................... 6
D. Ikan Karang ....................................... ............................................ 8
E. Keanekaragaman, Keseragaman dan Dominansi ………………. 11
F. Interaksi Antara Terumbu Karang dan Ikan Karang .................. 11
G. Faktor Lingkungan ................................. ....................................... 13
1. Suhu ……………………………………………………………….. 13
2. Kecerahan…………………………………………………………… 14
3. Arus………………………………………………………………….. 14
4. Salinitas……………………………………………………………… 14
5. pH…………………………………………………………………….. 14
III. METODE PENELITIAN 16
A. Waktu dan Tempat .................................. ...................................... 16
B. Alat ................................................................................................. 18
C. Penentuan Stasiun Penelitian ...................... ................................ 18
D. Pengumpulan Data ....................................................................... 19
E. Penentuan/Pengukuran Parameter ............................................. 20
F. Analisis Data…………………………………………………………… 24
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 25
A. Jenis Ikan Yang Ditemukan Di Lokasi Penelitian .... ................. 24
B. Komposisi Jenis Ikan Karang ………………………………………. 31
-
1. Komposisi Jenis Ikan Karang Di semua Stasiun Pada Kedalaman 3 meter ...................................................................
31
2. Komposisi Jenis Ikan Karang Di semua Stasiun Pada Kedalaman 10 meter ..................................................................
32
3. Komposisi Jenis Ikan Karang Berdasarkan Peranan Di Ekosistem ......……………………………………………………….
33
a. Komposisi Jenis Ikan Indikator……………………………… 33
b. Komposisi Jenis Ikan Target………..……………………….. 35
c. Komposisi Jenis Ikan Mayor…………………………………. 36
C. Kelimpahan Ikan Karang…………………………………………….. 37
1. Kelimpahan Ikan di kedalaman 3 meter .......................………... 37
2. Kelimpahan Ikan di kedalaman 10 meter ................................... 39
D. Indeks Keanekaragaman (H’), Keseragaman (E) dan Dominansi (C) berdasarkan kedalaman ............... ....................... 40
1. Indeks Keanekaragaman (H’) …………………………………….. 40
2. Keseragaman (E) ………………………………………………...... 42
3. Dominansi (C) ............................................................................ 43
E. Indeks Keanekaragaman (H’), Keseragaman (E) dan Dominansi (C) di Semua Stasiun .................... .............................
44
F. Kondisi Perairan .................................. ......................................... 45
1. Suhu …….................................................................................... 46
2. Salinitas ...................................................................................... 47
3. Kecerahan................................................................................... 47
4. Kecepatan Arus .......................................................................... 48
5. pH ……….................................................................................... 48
V KESIMPULAN DAN SARAN 50
A Kesimpulan……………………………………………………………. 50
B Saran…………………………………………………………………….. 51
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………… 52
LAMPIRAN……………………………………………………………………… 55
-
DAFTAR GAMBAR
Hal
Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian ................ ............................................ 16
Gambar 2. Ilustrasi Underwater Visual Sensus Ikan Karang................. 19
Gambar 3. Komposisi Ikan Karang di Kedalaman 3 Me ter…………….. 31
Gambar 4. Komposisi Ikan karang di Kedalaman 10 M eter……............ 32
Gambar 5. Komposisi Ikan di Stasiun Penelitian Pu lau Pasi Gusung
Berdasarkan Peranan di Ekosist em………………………. 33
Gambar 6. Komposisi Jenis Ikan Indikator……………………… ……….. 34
Gambar 7. Komposisi Jenis Ikan Target……………………………… …... 35
Gambar 8. Komposisi Jenis Ikan Mayor ……………………………… ….. 36
Gambar 9. Kelimpahan Ikan Karang di Kedalaman 3 M eter…………… 38
Gambar 10. Kelimpahan Ikan karang di Kedalaman 10 M eter………….. 39
Gambar 11. Indeks Keanekaragaman (H’) Ikan Karang d i stasiun Penelitian…………………………………………………………. 41 Gambar 12. Indeks Keseragaman (E) Ikan Karang Di St asiun Penelitian…………………………………………………..... 42 Gambar 13. Indeks Dominansi (C) Ikan Karang Di Stas iun Penelitian… 43 Gambar 14. Indeks Keanekaragaman (H’) Keseragaman ( E), Dominansi (C)……………………………………………….….... 44
-
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Koordinat Stasiun Penelitian di Pulau Pasi Gusung ................................ 17
Tabel 2. Parameter Lingkungan Di SetiapStasiun Pen elitian ................................ 46
-
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Komposisi Jenis Ikan Karang Berdasarkan Family………. 56
Lampiran 2 KJ, Kelimpahan, Indeks (H’), (E) dan (C) Ikan Karang Di
Stasiun 1…………………………………………………………… 57
Lampiran 3 KJ, Kelimpahan, Indeks (H’), (E) dan (C) Ikan Karang Di
Stasiun 2…………………………………………………………… 58
Lampiran 4 KJ, Kelimpahan, Indeks (H’), (E) dan (C) Ikan Karang Di
Stasiun 3…………………………………………………………… 59
Lampiran 5 Lampiran 5. Tabel Komposisi jenis, Kelimpahan, Indeks Keanekaragaman (H’), Keseragaman (E) dan Dominansi (C) Ikan Karang Di KKPD P. Pasi Gusung Kab. Kep. Selayar
60
Lampiran 6 Dokumentasi penelitian 61
-
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kabupaten Kepulauan Selayar dengan ibukota Benteng, merupakan
kabupaten yang dikelilingi lautan terletak pada posisi geografis 120o15’-122o30’
Bujur Timur dan 5o42’-7o35’ Lintang Selatan. Luas wilayah daratan 903,35 km2
dan luas lautan 23.571,65 km2 atau sekitar 96% wilayah Kabupaten Kepulauan
Selayar terdiri dari lautan dengan jumlah pulau sebanyak 123 buah pulau besar
dan kecil (BPS, 2014).
Pulau Pasi Gusung merupakan salah satu pulau yang terletak di
Kabupaten Kepulauan Selayar Provinsi Sulawesi Selatan. Pulau Pasi Gusung
memiliki luas 2.388,78 ha dengan panjang garis pantai 29.545,66 m. Luas
terumbu karang sebesar 408,36 ha dan luas mangrove sebesar 66.62 ha. Pulau
ini ditetapkan sebagai kawasan konservasi perairan daerah pada tahun 2011
yang diperkuat dengan SK Bupati Kepulauan Selayar nomor 466/IX/tahun 2011,
namun sebelumnya pada tahun 2009 telah dibentuk Daerah Perlindungan Laut
(DPL) yang diinisiasi oleh COREMAP (Irwan, 2010).
Mata pencaharian utama penduduk Pulau Pasi Gusung yaitu nelayan skala
kecil, sehingga interaksi antara nelayan dan terumbu karang sangat sulit untuk
dipisahkan selain itu masyarakat di pulau ini sangat bergantung pada ikan hasil
tangkapan di daerah terumbu karang. Terumbu karang yang sehat dapat
meningkatkan persentase tutupan karang dan keberadaan ikan karang serta
mendukung keanekaragaman ikan karang. Kerusakan ekosistem yang terjadi di
ekosistem terumbu karang diakibatkan oleh penangkapan yang bersifat
penangkapan merusak (destruktive fishing) seperti penggunaan bius dan bom
yang masih marak terjadi.
-
2
Salah satu biota laut yang memiliki keanekaragaman yang tinggi adalah
ikan karang, memiliki karakteristik yang bermacam macam dan ciri khas
tersendiri dibandingkan dengan ikan yang ada di perairan darat.
Keberadaan ikan karang sangat erat kaitannya dengan kondisi terumbu
karang sebagai habitatnya. Ekosistem terumbu karang berperan penting dalam
aliran energi dan menjaga kestabilan ekosistem. Keanekaragaman ikan karang
sangat ditentukan oleh kondisi dan variasi habitat terumbu karang. Penurunan
kondisi terumbu karang baik oleh faktor alam maupun antropogenik juga dengan
sendirinya akan mempengaruhi keanekaragaman dan kelimpahan ikan karang
dalam suatu area terumbu karang. Oleh karena itu penelitian ini perlu dilakukan
untuk melihat kondisi terkini mengenai ikan karang. Sehingga datanya dapat
dijadikan sebagai salah satu bahan pertimbangan dalam rencana pengelolaan
sumberdaya perairan di Pulau Pasi Gusung kedepannya.
B. Tujuan dan kegunaan Penelitian
1. Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah untuk :
a. Mengetahui komposisi jenis ikan karang berdasarkan peranan Di
Kawasan Konservasi Perairan Daerah Pulau Pasi Gusung, Kep. Selayar
b. Mengetahui keanekaragaman ikan karang berdasarkan peranan di
Kawasan Konservasi Perairan Daerah Pulau Pasi Gusung, Kep. Selayar
c. Mengetahui kelimpahan ikan karang berdasarkan peranan di Kawasan
Konservasi Perairan Daerah Pulau Pasi Gusung, Kep. Selayar
2. Kegunaan
Kegunaan penelitian ini adalah memberikan pengetahuan dan informasi
kepada peneliti sera dapat digunakan dalam penyusunan rencana pengelolaan
sumberdaya ikan karang di Kawasan Konservasi Perairan Daerah Pulau Pasi
Gusung, Kepulauan Selayar,
-
3
C. Ruang lingkup
Ruang lingkup penelitian ini meliputi jumlah dan jenis ikan karang yang
ditemukan di stasiun penelitian serta parameter oceanografi sebagai faktor
pembatas organisme meliputi suhu, kecerahan, arus, pH dan salinitas.
-
4
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Kawasan Konservasi Perairan
Konservasi sumberdaya hayati laut merupakan salah satu implementasi
pengelolaan ekosistem sumberdaya laut dari kerusakan akibat aktivitas manusia.
Kawasan konservasi ini biasanya dilindungi oleh hukum, sehingga sering disebut
juga kawasan lindung. Kawasan konservasi laut mempunyai peranan penting
dalam program konservasi sumberdaya alam di wilayah laut walaupun kawasan
ini cenderung lebih baru ditetapkan dibandingkan dengan kawasan konservasi di
daerah daratan, namun dibutuhkan keahlian tertentu untuk mengidentifikasi,
mendirikan dan mengelolanya. Hal ini karena banyaknya cabang ilmu atau
departemen terkait dalam pengelolaannya dan itu harus dilakukan secara
terpadu (Supriharyono, 2009).
Kawasan Konservasi Perairan atau sering disingkat dengan KKP menurut
Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor Per.30/MEN/2010 adalah
kawasan perairan yang dilindungi, dikelola dengan sistem zonasi, untuk
mewujudkan pengelolaan sumber daya ikan dan lingkungannya secara
berkelanjutan. Pengelolaan kawasan perairan dengan cara konservasi
merupakan bentuk kearifan dalam pengelolaan. Hal itu ditandai dengan adanya
berbagai kearifan lokal di berbagai daerah di tanah air yang merupakan
peninggalan beberapa lapis generasi terdahulu yang masih lestari hingga saat
ini. Hal itu berarti konservasi sebagai sebuah kearifan dalam pengelolaan
bukanlah hal yang baru, tetapi merupakan wajah kearifan masyarakat dalam
konteks modern yang dibingkai dalam aturan hukum negara (Agussalim, 2015)
Pengelolaan kawasan konservasi perairan daerah dilandasi oleh semangat
UU No. 31 Tahun 2004 tentang perikanan dan UU no 32 tahun 2004 tentang
-
5
pemerintahan daerah. Salah satu turunan UU no 31 tahun 2004 yang mengatur
tentang konservasi adalah peraturan pemerintah No. 60 tahun 2007 tentang
konservasi sumberdaya ikan, dalam PP tersebut, teradapat 3 Kawasan
Konservasi Perairan (KKP) berdasarkan ekosistemnya yaitu KKP tawar, KKP
payau, dan KKP laut dan pengelolaannya berdasarkan dengan sistem zonasi.
Dalam pelaksanaannya, dibutuhkan suatu kelembagaan pengelola dan rencana
pengelolaan yang isinya antara lain memuat rencana zonasi KKP, unit organisasi
pengelola atau kelembagaan KKP, jejaring KKP, pengembangan pendanaan dan
lain sebagainya. Sistem yang terbangun ini kemudian menjadi cikal bakal
pembentukan Kawasan Konservasi Perairan Daerah (KKPD). Pendelegasian
wewenang kepada daerah untuk membentuk KKLD diatur dalam UU no 32 tahun
2004 tentang otonomi daerah. Selanjutnya untuk memperharui dan melengkapi
aturan konservasi perairan yang sudah ada menteri kelautan dan perikanan
Indonesia mengeluarkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan no 13 tahun
2014 mengenai jejaring kawasan konservasi Perairan
B. Ekosistem Perairan Laut
Laut adalah bagian dari ekosistem perairan yang memiliki ciri-ciri antara
lain: bersifat luas, dalam, asin, memiliki arus, gelombang, pasang-surut, dan
dihuni oleh organisme baik plankton maupun bentos. Ekosistem laut yang luas
dan dalam menyebabkan terjadinya variasi fisika-kimiawi lingkungan sehingga
tiada satu kelompok biota laut yang mampu hidup di semua bagian, karena
lingkungan laut tersebut yang akan menjadi faktor pembatas bagi kehidupan
organisme (Simon, 2014).
Seperti halnya daratan, laut dihuni oleh biota, yakni tumbuh-tumbuhan,
hewan dan mikroorganisme hidup. Biota laut menghuni hampir semua bagian
laut, mulai dari pantai, permukaan laut sampai ke dasar yang terdalam, sehingga
-
6
jumlah jenisnya luar biasa besarnya dan keanekaragaman jenisnya luar biasa
tinggi. (Romimohtarto dan Juwana, 2005).
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan di Kabupaten Selayar,
diperoleh 266 jenis ikan karang yang termasuk dalam 37 suku. Dari hasil
Underwater Visual Sencus (UVC) yang dilakukan di 11 stasiun transek permanen
di Kabupaten Selayar ini yaitu sebanyak 21.423 individu/ha, dimana kelimpahan
kelompok ikan major, ikan target, dan ikan indikator berturut-turut adalah 17.618
individu/ha, 2.990 individu/ha dan 816 individu/ha, sehingga perbandingan antara
ikan mayor, ikan target dan ikan indikator sekitar 22:4:1. Kelimpahan beberapa
jenis ikan ekonomis penting yang diperoleh dari UVC di lokasi transek permanen
seperti ikan kakap (termasuk kedalam famili Lutjanidae) yaitu 203 individu/ha,
ikan kerapu (termasuk dalam famili Serranidae) 486 individu/ha dan ikan ekor
kuning (termasuk dalam famili Caesionidae) 597 individu/ha. Ikan kepe-kepe
(Butterfly fish; family Chaetodontidae) yang merupakan ikan indikator untuk
menilai kesehatan terumbu karang memiliki kelimpahan 816 individu/ha,
sedangkan ikan Napoleon (Cheilinus undulatus) dijumpai sebanyak 5 individu/ha.
(Coremap, 2006).
C. Terumbu Karang
Terumbu karang mempunyai nilai dan arti yang sangat penting baik dari
segi sosial ekonomi dan budaya. Adapun fungsi terumbu karang antara lain
sebagai gudang keanekaragaman hayati biota-biota laut, tempat tinggal
sementara atau tetap, tempat mencari makan, berpijah, daerah asuhan dan
tempat berlindung bagi hewan laut lainnya (Suharsono,1996).
Ekosistem terumbu karang juga berfungsi sebagai tempat berlangsungnya
siklus biologi, kimiawi dan fisik, secara global yang mempunyai tingkat
produktifitas yang sangat tinggi. Berdasarkan Gomez & Yap (1988) kriteria
-
7
kondisi untuk menentukan baik-buruknya ekosistem terumbu karang ditentukan
berdasarkan persen tutupan karang batu hidup antara lain sebagai berikut:
1. Rusak bila persen tutupan karang hidup antara 0-24,9%.
2. Sedang bila persen tutupan karang hidup antara 25-49,9%
3. Baik bila persen tutupan karang hidup antara 50-74,9%,dan
4. Sangat baik apabila persen tutupan karang batu hidup 75-100%
Ekosistem terumbu karang mempunyai produktivitas organik yang sangat
tinggi dibandingkan ekosistem lainnya, demikian pula keanekaragaman
hayatinya. Di samping mempunyai fungsi ekologis sebagai penyedia nutrien bagi
biota perairan dan sebagai pelindung fisik. Terumbu karang juga menghasilkan
berbagai produk yang mempunyai nilai ekonomi penting seperti berbagai ikan
karang, udang, alga, teripang dan kerang mutiara. Kelimpahan, keanekaragaman
dan pertumbuhan ikan karang sangat tergantung kepada kompleksitas terumbu
karang (Dahuri, 2001).
Terumbu karang memiliki bentuk yang beragam dan keindahan yang
menakjubkan. Memiliki nilai yang tinggi pada kedua aspek ekologi dan ekonomis
memiliki produktivitas yang lebih besar daripada kehidupan laut lainnya Chollet
(2012), untuk mendapatkan perlindungan, organisme akan mencari tempat yang
aman sebagai tempat berlindung meskipun kisaran pergerakan mereka terbatas.
Jaringan makanan pada terumbu karang sangat rumit dengan sistem dan
daerah permukaan pada terumbu karang menunjang keanekaragaman yang
sangat tinggi dari avetebrata dan alga yang pada gilirannya menyediakan
makanan bagi berbagai jenis ikan seperti belut. Ikan kakap dan lain-lainnya yang
bersembunyi pada terumbu pada siang hari dan bergerak kemana-mana untuk
mencari makan pada malam hari hanya sebagian tergantung pada ekosistem
terumbu. Mereka masuk kedalam jaringan terumbu ketika mereka menjadi
-
8
mangsa ikan penghuni yang lebih besar seperti ikan kerapu (Romimohtarto dan
Juwana, 2005).
D. Ikan Karang
Ikan karang adalah organisme dengan jumlah terbanyak dan merupakan
organisme besar yang mencolok pada daerah terumbu karang dengan jumlahnya
yang besar dan mengisi terumbu karang, maka dapat terlihat jelas bahwa ikan
karang penyokong hubungan yang ada dalam ekosistem terumbu karang
(Nybakken, 1997).
Menurut Hallacher (2003), dari 50 atau lebih famili perciform yang
berasosiasi dengan terumbu karang, hanya delapan famili dari tiga taksa utama
sangat penting dalam hal untuk menyelesaikan hubungan dengan lingkungan
terumbu karang.
a) Labroids Labridae - Wrasses Scaridae - kakatua Pomacentridae –
damselfishes
b) Acanthuroids Acanthuridae - surgeonfishes Siganidae - baronang
Zanclidae - Damselfishes
c) Chaetodontoids Chaetodontidae - kupu Pomacanthidae - ikan bidadari
Sebagian besar ikan ini memiliki pola distribusi yang sesuai dengan
distribusi terumbu karang dan menghabiskan seluruh siklus hidup mereka dalam
hubungan dengan organisme terumbu (Hallacher, 2003).
Pola warna dan bentuk tubuh yang beragam atau adaptasi tingkah laku
merupakan cara-cara ikan untuk melindungi dirinya dari predator. Hal ini dapat
mengurangi kemungkinan bagi ikan untuk dapat dipredasi secara individual
ataupun bergerombol (Buchheim, 2003)
Salah satu penyebab tingginya keragaman spesies di terumbu karang
adalah karena variasi habitat yang terdapat di terumbu karang. Pada komunitas-
-
9
komunitas ikan juga terjadi peningkatan spesies sewaktu mendekati daerah
tropika (Indrawan et al., 2012).
Pengelompokan ikan karang berdasarkan peranannya dapat
dikelompokkan ke dalam 3 kelompok yakni (Setiapermana, 1996) :
a). Kelompok Ikan Utama (Major group)
Jenis-jenis ikan yang dikelompokkan sebagai major group dapat dibagi ke
tiga kelompok yaitu:
1) Major Group A yang terdiri atas famili Pomacentridae
2) Major Group B terdiri atas famili Labridae
3) Major Group C meliputi family, Apogonidae dan Pempheridae.
Ikan yang termasuk major group merupakan kelompok ikan terbesar dari
ikan penghuni terumbu karang, umumnya hidup dalam kelompok besar
(schooling fish) misalnya ikan betok genus Pomacentrus, Dascyllus, Chromis
dan Amblyglyphidodon dari famili Pomacentridae. Ikan-ikan yang termasuk
dalam kelompok ini umumnya berukuran kecil.
b). Kelompok Ikan Target (Target spesies)
Ikan target spesies adalah ikan-ikan yang dikonsumsi dan bernilai
ekonomis penting yang hidup berasosiasi dengan terumbu karang. Kelompok
ikan target penghuni terumbu karang yang sudah dikenal masyarakat misalnya
ikan kakap (Lutjanidae), kerapu (Serranidae) dan baronang (Siganidae). Ikan
tersebut umumnya hidup soliter dan mudah dihitung jumlahnya. Ada beberapa
ikan target yang sering dijumpai dalam kelompok besar, misalnya ikan ekor
kuning (Caesionidae).
c). Kelompok Ikan Indikator (Indicator spesies)
Ikan yang termasuk dalam kelompok tersebut adalah yang dianggap
berasosiasi paling kuat dengan karang. Secara umum kelompok ini meliputi ikan
-
10
kepe-kepe (Chaetodontidae), Scaridae, Pomacanthidae yang terdiri atas
beberapa genus yakni Chaetodon, Chelmon, Heniochus dan Forcipiger..
berdasarkan tipe pemangsaan jenis ikan karang terbagi 2 yaitu (Nybakken
1997) :
a. Pemangsaan. Dua kelompok ikan yang secara aktif memakan koloni-
koloni karang adalah : (a) Spesies yang memakan polip-polip karang
mereka sendiri seperti ikan buntal (Tetraodontidae), ikan kuli pasir
(Monacanthidae), ikan pakol (Balistidae) dan ikan kepe-kepe
(Chaetodontidae), dan (b) Sekelompok omnivora yang memindahkan
polip karang untuk mendapatkan alga atau invertebrata yang hidup dalam
lubang kerangka karang.
b. Grazing. Kegiatan memakan alga oleh ikan-ikan herbivora dari jenis
Siganiidae, Pomacentridae, Acanthuridae dan Scaridae yang mampu
meningkatkan kemampuan karang dalam melakukan pemulihan dengan
mengurangi jumlah alga.
Tipe pemangsaan ikan karang yang paling banyak di ekosistem terumbu
karang adalah karnivora, yaitu lebih kurang 50% - 70% dari seluruh jenis ikan di
ekosistem ini. Ikan herbivora dan pemakan karang merupakan kelompok
terbesar kedua setelah karnivora yaitu lebih kurang 15% dari spesies yang ada
dan yang paling penting dari kelompok ini adalah famili Scaridae dan
Acanthuridae. Sisanya diklasifikasikan sebagai omnivora dan multivora yaitu
ikan-ikan dari famili Pomacentridae, Chaetodontidae, Pomachantidae,
Monachantidae, Ostaciantidae dan Tetraodontidae. Ikan-ikan pemakan
zooplankton memiliki ukuran tubuh yang kecil yaitu ikan dari famili Clupidae dan
Atherinidae (Nybakken, 1997).
Pada paparan atau rataan terumbu dan goba-goba, ikan penghuni dasar
hidup di sekitar permukaan terumbu karang dan pada dasar pasir yang terdapat
-
11
diantara karang-karang tersebut. Karang massif yang banyak dikunjungi ikan-
ikan yang memanen polip-polip karang seperti ikan kakatua, ikan kupu-kupu dan
lain-lain. Karang-karang bercabang menyediakan perlindungan bagi ikan-ikan
kecil seperti betok dan gobi yang berenang-renang memakan plankton hewan
dan kembali untuk betlindung di karang tersebut. Alga terumbu menunjang
kehidupan banyak jenis ikan herbivor. Beberapa perumput yang khas dengan
gigi pemotong untuk merumput alga yang menempel pada karang contohnya
adalah ikan kakatua (Romimohtarto dan Juwana 2005).
E. Keanekaragaman, Keseragaman dan Dominansi
Nilai keanekaragaman dan keseragaman dapat menunjukkan
keseimbangan dalam suatu pembagian jumlah individu tiap jenis.
Keanekaragaman (H’) mempunyai nilai yang besar jika individu ditemukan
berasal dari spesies atau genera yang berbeda-beda, sedangkan Keseragaman
(E) mempunyai nilai yang kecil atau sama dengan nol jika semua individu
berasal dari satu spesies. Indeks keseragaman merupakan angka yang tidak
bersatuan, besarnya berkisar nol sampai satu. Semakin kecil nilai suatu
keseragaman, semakin kecil pula keseragaman dalam komunitas (Andriana,
2011).
Selanjutnya dikatakan bahwa untuk mengetahui apakah suatu komunitas
didominasi oleh suatu organisme tertentu, maka dapat diketahui dengan
menghitung indeks dominansi (C). Jika nilai C mendekati satu, maka ada
organisme tertentu yang mendominasi suatu perairan. Jika nilai D adalah nol
maka tidak ada organisme yang dominan (Hukom, 1998).
F. Interaksi Antara Terumbu Karang Dan Ikan Karang
Ikan karang memiliki keanekaragaman yang tinggi serta berasosiasi
dengan terumbu karang. Ikan-ikan ini memiliki adaptasi khusus seperti bentuk
-
12
dan warna tubuh, serta cara reproduksi. Ikan karang merupakan keseluruhan
ikan pada terumbu karang yang masuk kedalam jaringan makanan melalui
beberapa cara sehingga terdapat keseimbangan yang rumit dari hubungan
mangsa dimangsa (Romimohtarto dan Juwana, 2005).
Klasifikasi ikan karang didasarkan pada tingkat asosiasi ekologis antara
ikan dan karang, dari segi peran karang dalam menyediakan makanan dan atau
tempat perlindungan. Ikan karang ini terdiri dari daftar semua famili yang
ditemukan pada biogeografi terumbu karang (yaitu: Acanthuridae, Apogonidae,
Blenniidae, Carangidae, Chaetodontidae, Holocentridae, Labridae, Mullidae,
Pomacentridae, dan Scaridae). Sepuluh famili tersebut dianggap sebagai
karakteristik famili ikan karang berdasarkan esensi fauna ikan karang yang
semuanya berlimpah dan khas pada terumbu karang (Choat, 1991).
Menurut Welsh (2013), interaksi ikan karang dengan terumbu karang dapat
dibagi menjadi tiga bentuk. Pertama, interaksi langsung sebagai tempat
berlindung dari predator bagi ikan-ikan muda. Kedua, interaksi dalam mencari
makan bagi ikan yang mengkonsumsi biota pengisi habitat dasar, meliputi
hubungan antara ikan karang dan biota yang hidup pada karang dan alga.
Ketiga, interaksi tidak langsung antara struktur terumbu karang dan kondisi
hidrologi serta sedimentasi dengan pola makan ikan pemakan plankton dan
karnivora
Ikan-ikan karang umumnya relatif tidak berpindah-pindah (Sedentary).
Pada umumnya ikan-ikan terumbu karang digolongkan dalam ikan-ikan diurnal
(ikan yang aktif pada siang hari) dan nocturnal (ikan yang aktif pada malam hari).
Berdasarkan waktu mencari makannya, kebanyakan ikan-ikan terumbu bergerak
dengan jelas, tetapi pergerakan mereka terbatas pada daerah tertentu di terumbu
dan sangat terlokalisasi seperti ikan belosoh, ikan tembakul dan ikan betok.
yang terkenal mempertahankan wilayahnya (Nybakken, 1997).
-
13
Ikan karang penyebarannya heterogen, disebabkan oleh beberapa faktor
diantaranya sifat yang komplek dari substrat, penutupan karang hidup.
Persentase karang mati yang tinggi menyebabkan penurunan jumlah spesies
ikan dan biota lainnya yang berasosiasi dengan terumbu secara signifikan.
Beberapa kelompok ikan sangat sangat penting bagi terumbu karang. Ikan kupu-
kupu, misalnya yang memakan polip karang. Ikan ini hadir kalau terdapat karang
hidup dan digunakan sebagai indikator kesehatan dan tutupan karang dengan
melihat keanekaragaman jenis dan banyaknya ikan ini. Kemudian ikan kakatua
memakan karang, batuan kapur dan membuang butiran-butiran putih yang telah
digerus oleh gigi farengialnya, mereka penyebab penting erosi terumbu dan
pembentuk pasir disekitar terumbu. Seekor kakatua dewasa dapat menimbun
500 Kg pasir karang/tahun pada terumbu (Romimohtarto dan Juwana, 2005).
Banyak jenis ikan yang makan langsung di terumbu karang menunjukkan
tingkah teritorial yang jarang berkeliaran jauh dari sumber makanan dan tempat
berlindungya. Batas teritorialnya dapat didasarkan pada persediaan makanan,
pola berbiak, banyaknya pemangsa, kebutuhan ruang atau lainnya. Semua itu
menambah kerumitan hubungan ikan terumbu yang satu dengan lainnya
(Tuwo, 2011).
G. Faktor Lingkungan
Wilayah pesisir merupakan daerah tempat terjadinya interaksi antara tiga
unsur alam yaitu daratan, lautan dan atmosfer. Proses interaksi tersebut
menimbulkan fenomena yang menjadi faktor pembatas bagi organisme perairan,
antara lain:
1. Suhu
Suhu suatu perairan dipengaruhi oleh radiasi matahari, posisi matahari;
letak geografis, musim, kondisi awan serta proses interaksi antara air dan udara,
-
14
penguapan dan hembusan angin (Dahuri, 2001). Suhu air mempunyai pengaruh
tidak langsung terhadap fotosintesis karena beberapa proses metabolisme,
seperti respirasi dan pengambilan unsur hara sangat tergantung pada suhu air.
Suhu optimum untuk proses fotosintesis sekitar 23-25 oC (Supriharyono, 2008).
2. Kecerahan
Cahaya matahari yang diserap oleh permukaan air dapat diubah menjadi
panas. Cahaya tersebut merupakan kecerahan suatu perairan dan sumber
energi bagi kehidupan biota laut serta dibutuhkan oleh tumbuhan air untuk
proses asimilasi (Manuputty, 2012). Menurut Mulyanto (1992) menyatakan
jumlah cahaya matahari yang masuk kadalam kolom air yang tidak terlalu besar
adalah merupakan kecerahan yang baik untuk kehidupan ikan, sehingga proses
fotosintetis dapat berjalan seimbang dan jumlah fitoplankton memadai untuk
kehidupan semua biota perairan
3. Arus
Pergerakan air sangat mempengaruhi aktivitas organisme dalam perairan.
persediaan plankton sebagai sumber makanan, unsur-unsur hara dan sediaan
gas-gas terlarut. Laju fotosintesa naik dengan kenaikan kecepatan arus, tetapi
pada level tertentu (Supriharyono, 2008).
4. Salinitas
Salinitas juga merupakan faktor yang cukup penting bagi kehidupan
organisme. Daya tahan dan kemampuan adapatasi organisme dari fluktuasi yang
terjadi berbeda-beda. Salinitas air laut rata-rata di daerah tropis adalah sekitar
35 ppm (Supriharyono, 2008).
5. pH
Derajat keasaman (pH) suatu perairan merupakan salah satu parameter
kimia yang penting dalam memantau kestabilan perairan. Perubahan nilai pH
-
15
suatu perairan terhadap organisme aquatik mempunyai batasan tertentu dengan
nilai pH yang bervariasi (Supriharyono,2008).