Keamanan Regional ASEAN Dalam Perspektif Perubahan Lingkungan Strategis Internasional
Click here to load reader
-
Upload
08999575874 -
Category
Documents
-
view
157 -
download
2
description
Transcript of Keamanan Regional ASEAN Dalam Perspektif Perubahan Lingkungan Strategis Internasional
BAB 1
PENDAHULUAN
Perubahan dunia yang begitu cepat di abad ke 21 ini meliputi semua
aspek kehidupan, sehingga mengakibatkan bergesernya berbagai struktur
kehidupan, seperti bergesernya struktur ekonomi kehidupan suatu bangsa,
struktur penduduk, lapangan kerja, struktur sosial budaya sampai pada
berubahnya sistem pertahanan dan keamanan suatu negara. Selain itu, kita
juga memahami bahwa sumber daya manusialah yang menjadi kunci dalam
perkembangan suatu bangsa. Dalam era regionalisasi AFTA 2003, APEC 2010
dan 2020 serta WTO yang berlaku sejak januari 1995, persaingan yang
berpusat pada kualitas sumber daya manusia dirasakan di seluruh penjuru
dunia. Pertumbuhan pola konsumsi dunia semakin terbuka lebar di mana-
mana. Puluhan negara dengan milyaran konsumen dan pekerja serta ribuan
perusahaan yang sebelumnya tertutup di Eropa, Amerika Latin, Asia dan
Afrika, kini sudah menjadi bagian integral dari regionalisasi dan globalisasi
produksi, investasi, pendanaan dan pemasaran.
Dinamika perubahan lingkungan Internasional jelas berimplikasi
langsung dengan ketahanan nasional suatu bangsa. Tidak hanya implikasi
positif, tidak bisa dipungkiri bahwa implikasi negatif juga menyertai dalam
suatu konteks perubahan lingkungan strategis internasional. Implikasi positif
membawa manfaat dalam mendukung cita-cita, tujuan nasional dan
kepentingan nasional, sedangkan implikasi negatif menyebabkan
meningkatkan potensi ancaman bagi kelangsungan hidup negara. Perubahan
lingkungan internasional saat ini semakin sulit untuk diprediksikan, ketidak
teraturan dan ketidakstabilan menjadi hal yang utama menyebabkan sulitnya
memprediksi arah perebuahan dunia internasional mendatang.
BAB 2
KAJIAN TEORI
2.1 Pengertian Hubungan Internasional
Hubungan internasional atau hubungan antarbangsa merupakan interaksi
manusia antarbangsa baik secara individu maupun kelompok, dilakukan baik
secara langsung maupun secara tidak langsung dan dapat berupa
persahabatan, persengketaan, permusuhan ataupun peperangan. Adapun
pengertian hubungan internasional menurut beberapa ahli adalah sebagai
berikut:
Tygve Nathlessen
Hubungan internasional adalah bagian dari ilmu politik, oleh karena itu
komponen hubungan internasional sendiri tak lepas dari Politik internasional,
organisasi dan administrasi internasional serta hukum internasional.
Kenneth W. Thompson
Hubungan internasional merupakan studi tentang rivalitas antar bangsa serta
kondisi-kondisi dan institusi-institusi yang memperbaiki maupun
memperburuk rivalitas tersebut.
Charles A. Mc. Clelland
Hubungan Internasional adalah studi yang mempelajari tentang keadaan-
keadaan relevan yang mengelilingi interaksi.
Mochtar Kusumaatmadja
Hubungan Internasional adalah hubungan antar bangsa dan berkembang
juga kebiasaan-kebiasaan maupun peraturan-peraturan hukum yang mana
merupakan bagian dari kesepakatan bersama.
Tulus Warsito
Hubungan internasional merupakan studi tentang interaksi dari politik luar
negeri yang terdiri dari beberapa negara.
2.2 Pola Hubungan Antarbangsa
Ada tiga macam pola hubungan antar bangsa, yaitu:
1. Pola Penjajahan:
Penjajahan pada hakekatnya adalah penghisapan oleh suatu bangsa atas
bangsa lain yang ditimbulkan oleh perkembangan paham kapitalis, di mana
negara penjajah membutuhkan bahan mentah bagi industrinya dan juga
pasar bagi hasil industrinya. Inti dari penjajahan ini adalah penguasaan
wilayah bangsa lain.
2. Pola Ketergantungan:
Umumnya terjadi pada negara-negara berkembang yang karena kekurangan
modal dan tekhnologi untuk membangun negaranya, terpaksa mengandalkan
bantuan negara-negara maju yang akhirnya mengakibatkan ketergantungan
pada negara-negara maju tersebut. Pola hubungan ini dikenal sebagai neo-
kolonialisme (penjajahan dalam bentuk baru).
3. Pola Hubungan Sama Derajat:
Pola hubungan ini sangat sulit diwujudkan, namun merupakan pola hubungan
yang paling ideal karena berusaha mewujudkan kesejahteraan bersama,
sesuai dengan jiwa sila kedua Pancasila, yang menuntut penghormatan atas
kodrat manusia sebagai makhluk yang sederajat tanpa memandang ideologi,
bentuk negara ataupun sistem pemerintahannya. Politik luar negeri bebas
aktif yang kita pilih menghindarkan bangsa kita jatuh ke paham kebangsaan
yang sempit atau Chauvinisme yang mengagung-agungkan bangsa sendiri
namun memandang rendah bangsa lain. Juga menghindarkan paham
Kosmopolitisme yang memandang seluruh dunia sebagai negeri yang satu
dan sama sehingga mengabaikan negeri sendiri.
Dalam menjalankan politik luar negeri yang bebas aktif ini bangsa Indonesia
menjalin pergaulan dan kerjasama antar bangsa, dipimpin oleh presiden
sebagai kepala negara.Dalam melakukan kerjasama dan hubungan
internasional ini presiden dibantu oleh departemen luar negeri yang dipimpin
seorang menteri luar negeri, para duta dan konsul yang diangkat presiden
untuk negara-negara lain serta duta-duta dan konsul-konsul negara lain yang
diterima oleh presiden. Hak mengangkat duta dan konsul ini sesuai dengan
Pasal 13 Undang-Undang Dasar 1945 dipegang oleh presiden dengan
memperhatikan pertimbangan DPR. Dalam menerima duta dan konsul negara
lain, presiden juga harus meminta persetujuan dari kepala negara asal duta
dan konsul tersebut dalam bentuk Surat Kepercayaan (lettre de credance).
2.3 Arti Penting Hubungan dan Kerjasama Internasional.
Menurut Prof. Dr. Kusuma Atmaja, hubungan dan kerjasama antar bangsa
muncul karena tidak meratanya pembagian kekayaan alam dan
perkembangan industri di seluruh dunia sehingga terjadi saling
ketergantungan antara bangsa dan negara yang berbeda.Karena hubungan
dan kerjasama ini terjadi terus menerus, sangatlah penting untuk
memelihara dan mengaturnya sehingga bermanfaat dalam pengaturan
khusus sehingga tumbuh rasa persahabatan dan saling pengertian antar
bangsa di dunia.
2.4 Sarana Hubungan Internasional
Menurut J. Frankel (1980) ada berbagai sarana yang dapat dipergunakan oleh
negara-negara dalam melakukan hubungan internasional, yaitu: diplomasi,
propaganda, hubungan ekonomi dan militer.
Diplomasi
Diplomasi merupakan seluruh kegiatan untuk melaksanakan politik luar
negeri suatu negara dalam hubungannya dengan bangsa dan negara lain.
Diplomasi dapat bersifat bilateral (melibatkan dua negara) atau multilateral
(melibatkan lebih dari dua negara). Instrumen diplomasi ada dua yaitu deplu
yang berkedudukan di ibukota negara, merupakan “otak”nya dan perwakilan
diplomatik yang berkedudukan di ibukota negara penerima yang merupakan
“panca indera dan penyambung lidahnya.” Dalam mewakili negara dan
bangsanya, seorang diplomat memiliki tiga fungsi dasar yaitu sebagai
lambang, sebagai wakil yuridis yang sah sesuai hukum internasional dan
sebagai perwakilan politik. Sedangkan tugas seorang diplomat dapat dibagi
menjadi empat fase pokok diplomasi, yaitu: perwakilan (representation),
perundingan (negotiation), laporan (reporting) dan perlindungan kepentingan
bangsa, negara, dan warga negaranya di luar negeri.
Propaganda
Propaganda adalah usaha sistematis untuk mempengaruhi pikiran, emosi dan
tindakan suatu kelompok demi kepentingan masyarakat umum. Ada dua hal
yang membedakan diplomasi dan propaganda: (1)Propaganda ditujukan
kepada rakyat negara tersebut, bukan pemerintahnya. (2) Propaganda
dilakukan hanya demi kepentingan negara pembuat propaganda.
Ekonomi
Hubungan internasional melalui sarana ekonomi tidak mutlak dilakukan oleh
pemerintah, swasta pun dapat berperanan besar, baik selama masa damai
maupun dalam situasi perang. Semua negara terlibat dalam hubungan
ekonomi untuk mendapatkan barang yang tidak dapat diproduksinya sendiri.
Keuntungan lainnya dari perdagangan internasional adalah diperolehnya
suatu barang melalui sistem produksi yang paling efisien dan murah.
Kekuatan Militer dan Perang
Berlawanan dengan ekonomi, bidang militer benar-benar dikuasai oleh
pemerintah. Bidang militer sangat mempengaruhi diplomasi karena memiliki
kekuatan militer yang tangguh akan menambah rasa percaya diri, sehingga
bisa mengabaikan ancaman-ancaman dan tekanan lawan yang dapat
mengganggu kepentingan nasionalnya. Kekuatan militer diperlihatkan dalam
parade militer di hari-hari nasional untuk menggertak dan memperingatkan
negara-negara lawan sehingga perang dapat dihindarkan. Perang adalah
pilihan terakhir.
BAB 3
PEMBAHASAN
3.1 Konsep Perubahan Lingkungan Strategis Internasional
Dinamika politik dan keamanan internasional semakin intens karena di
bawah pengaruh fenomena globalisasi dan berbagai implikasinya, negara-
negara di dunia dituntut untuk saling bekerjasama, namun pada sisi lain
persaingan antar negara dalam melindungi kepentingan nasional juga
semakin meningkat. Interdependensi antarnegara semakin menguat, tetapi
pada saat yang bersamaan kesenjangan power ekonomi dan militer semakin
melebar karena agenda dan isu internasional masih dominan dipengaruhi
oleh agenda dan kebijakan negara-negara maju. Akibatnya negara-negara
berkembang yang memiliki sumberdaya terbatas, harus lebih hati-hati
mengatasi permasalahan yang dihadapi, lebih aktif memperkuat ketahanan
nasional di berbagai bidang, dan lebih baik dalam melakukan penyesuaian-
penyesuaian yang diperlukan dalam melindungi kepentingan-kepentingan
nasionalnya.
Secara mendasar, isu/fenomena global yang akan terus mewarnai,
mempengaruhi, dan memberi dampak terhadap lingkungan strategis saat ini
adalah:
1. Fluktuasi Harga Minyak Dunia, oleh karena itu kerjasama untuk menjaga
kestabilan harga minyak dunia mutlak diperlukan. Di samping itu, perlu
adanya kesepakatan di antara negara-negara non produsen minyak
untuk meminimalisir konsumsi minyak dan berusaha mencari barang
substitusi lain yang lebih ramah lingkungan.
2. Perubahan Iklim, upaya kerjasama untuk mengurangi laju dan
memitigasi dampak pemanasan global semakin meningkat, tetapi
secara bersamaan jalannya pembangunan negara berkembang menjadi
terbatas. Ini memang menjadi PR ke depan bagi negara-negara yang
menggantungkan perekonomiannya pada sektor industri. Negara-negara
berkembang ini harus mengakselerasi diri dalam bidang teknologi untuk
meminimalisir residu dari proses industri yang berdampak pada
lingkungan.
3. Krisis Ekonomi, Interkoneksi perekonomian internasional menyebabkan
krisis ekonomi semakin rawan terjadi. Sehingga diperlukan penguatan
transparansi dan pengawasan ekonomi dan keuangan internasional,
namun pada saat yang bersamaan juga meningkatkan tekanan-tekanan
dan intervensi terhadap perekonomian negara berkembang.
4. Dominasi Negara-Negara Maju, peta perpolitikkan dunia dalam beberapa
tahun mendatang dirasa masih akan dikuasai oleh negara-negara besar
yang memiliki peran cukup signifikan dalam mempengaruhi sistem
perekonomian dunia.
5. Dinamika politik dan keamanan internasional, masih bergantung pada
keseriusan negara-negara besar dalam memelihara perdamaian dan
stabilitas internasional, dan mengurangi adventurisme politik luar negeri
yang mendorong instabilitas dan gejolak di berbagai kawasan.
Meningkatnya upaya peningkatan kekuatan militer oleh seluruh negara
di dunia dalam rangka menjamin kelangsungan hidup dengan
memperkuat kemampuan daya tangkal menghadapi ancaman
tradisional dan non-tradisional.
6. Perubahan Kekuatan Dunia, kelak Amerika tidak hanya beridiri sendiri
sebagai negara besar dan super power. meningkatnya kekuatan
ekonomi dan militer Cina dan India, serta menguatnya leverage Rusia
akan menyebabkan pergerakan kekuatan dunia yang lebih menyebar
dan tidak hanya akan dikuasi oleh satu negara saja.
Dari pemaparan di atas jelas sejak periode tahun 1970an hingga akhir
tahun 1990an semua aspek kehidupan berubah dengan cepat. Aspek
kehidupan yang berubah itu meliputi aspek ideologi, politik, ekonomi sosial
budaya, dan yang paling penting adalah keamanan yang berubah secara
relatif dinamis. Dalam konteks keamanan dunia internasional, hal ini dapat
dipahami dalam pendekatan teoritis bahwa pada dasarnya manusia selalu
dipengaruhi dan ingin dipengaruhi oleh gejala kekuasaan (the phenomenon
of power). Keinginan dasar manusia untuk sejahtera dan kuat direfleksikan
oleh perjuangan antar negara untuk memperluas kekuatan pengaruh. Ini
tentunya akan berkorelasi langsung dengan membawa negara dalam
persaingan dengan negara tetangganya. Dan tidak dapat dipungkiri bahwa
persaingan kepentingan ini kadang-kadang membawa ke peperangan.
Selama kepentingan negara untuk sejahtera dan aman itu ada, maka
perjuangan antar negara untuk menyusun kekuatan antar bangsa tidak akan
pernah berakhir.[3]
Di antara sekian banyak kecenderungan perubahan di abad ke-21 yankni
globalisasi ekonomi, difusi global dari teknologi, gelombang demokrasi,
perubahan sistem internasional dari nation state ke region state, terjadinya
multi polaritas dunia. Ini tentunya akan mempengaruhi perubahan konsep
security nasional. Konsep secutity nasional menjadi semakin luas tidak
hanya pada isu-isu militer. Tetapi dengan munculnya isu-isu global,
mengakibatkan pertimbangan geostrategic tidak lagi mendominasi agenda
politik luar negeri. Saat ini pengertian security lebih komprehensif dan
bersifat multi dimensi. Security ekonomi secara esensial mulai meliputi
mempertahankan pertumbuhan ekonomi, membuaka komunikasi laut (open
sea lane of communication). Praktek perdagangan bebas, akses finansial
yang meluas dan bebas, masalah security lingkungan (polusi, kerusakan
hutan, efek rumah kaca), semuanya menunjukkan pengertian keamanan
yang bersifat lebih luas non military security (masalah pengungsian,
terorisme, dll).
Konsekuensi perencanaan pertahanan (defence planning) menuntut
kesadaran akan interaksi antara ekonomi, sosial, demografi, ekologi, dan
ancaman lainnya, yaitu aspek diluar konteks politik militer tradisional.
Dengan ini, membangun strategi militer di masa depan perlu berbicara
dengan pakar sosiologi. Pakar lingkungan, ekonomi, dan pakar lainnya.
Kondisi internal negara tetangga merupakan salah satu aspek yang penting
yang harus diperhitungkan oleh perencanaan pertahanan dunia.
3.2 Perubahan Fokus Konflik
Secara singkat konflik akan dihasilkan oleh sekelompok negara yang akan
mengendalikan sumber energi, perikanan atau sumber daya laut dan bahan-
bahan mentah. Perang tidak akan lagi terjadi untuk menyerang teritorial
negara lain, kecuali proses negosiasi gagal, sebab permulaan perang ini
sering gagal mencapai tujuan (seperti yang berkepanjangan di Irak dan Iran).
Sebagai penggantinya adalah penguasaan ruang angkasa. Usaha akan
diarahkan pada pengendalian dan eksploitasi sumber daya alam pada
daerah-daerah yang belum dieksplorasi.
Negara-negara yang mendomiasi kekuasaan laut dan udara akan
mengendalikan dunia, dan ini berkaitan erat dengan kemampuan menguasai
teknologi. Konflik masa depan dapat lebih bersifat perang teknologi tinggi
dengan intensitas tinggi antara negara-negara pasca industri. Inti dari perang
di masa depan, tidak akan merusak secara total pihak musuh, jadi walaupun
terjadi perang akan sebisa mungkin meminimalkan kerusakan dan
pertumpahan darah. Jadi pada dasarnya ada semacam pergeseran dari teori
perusak massa ke strategi militer yang dibangun dengan teknologi
melumpuhkan musuh dengan meminimumkan pertumpahan darah.
3.3 Kerjasama Politik & Keamanan ASEAN dalam Mewujudkan
Keamanan Regional
Sumber konflik di Asia Pasifik masa depan tetap akan terpengaruh oleh
perkembangan globalisasi. Maka dengan kata lain sumber-sumber konflik
yang mungkin masih akan tetap muncul lebih disebabkan oleh minyak bumi,
perikanan, arus mobilitas penduduk, kultur agama, lingkungan, dan
terorisme. Cina dan Jepang pada dasarnya saling memperhatikan kecepatan
modernisasi kekuatan militernya untuk menguasai laut Cina Selatan. Jika kita
tarik dalam konteks Asia Tenggara, ancaman Cina telah membuat Vietnam
bergabung dalam kelompok ASEAN. Di lain sisi Indonesia harus mampu
memanfaatkan posisinya di antara dua benua dalam hal lalu lintas
perdagangan laut dan memperhitungkan pengaruh kekuatan milter di antara
ke dua benua ini (Asia dan Afrika), terutama dalam hal penguasaan laut.
Kontroversi perjanjian ekstradisi dan tahanan Indonesia-Singapura masih
berlangsung. Permasalahan ini telah berdampak pada terganggunya
hubungan Indonesia-Singapura. Percobaan kudeta kembali terjadi pada tahun
2007 di Filipina,namun penanganan cepat, tegas dan sigap menyebabkan
upaya inkonstitusional kembali mengalami kegagalan. Perkembangan
demokrasi di Thailand menunjukkan kemajuan dengan disepakatinya
konstitusi baru. Akan tetapi, kelangsungan demokrasi di Thailand masih
rawan terhadap perebutan kekuasaan antara sipil dan militer.
Isu demokratisasi dan peristiwa kekerasan berdarah di Myanmar telah
menyebabkan negara tersebut dan negara-negara ASEAN menjadi pusat
perhatian kalangan masyarakat internasional. Tekanan terhadap junta militer
Myanmar untuk melanjutkan arus demokratisasi semakin menguat.
Kerusuhan Malaysia pada tahun 2007 akibat menguatnya tuntutan dari kaum
minoritas keturunan Cina dan India atas diskriminasi dan pelanggaran HAM
yang dilakukan oleh pemerintah Malaysia sempat menggoyahkan stabilitas
politik negara tersebut. Bagi Malaysia, bila tidak tertangani, maka
perkembangan ini akan mengarah pada reformasi di negara tersebut.
Dalam konteks stabilitas keamanan regional, sejumlah isu keamanan
masih mewarnai kawasan ini seperti konflik yang bersumber pada klaim
teritorial, keamanan jalur pelayaran dan perdagangan, terorisme,
perompakan, bajak laut dan penyelundupan. Pembangunan kepercayaan dan
peningkatan kerjasama di kawasan dalam mengatasi masalah-masalah ini
terus dilaksanakan. Namun demikian, permasalahan ini menyebabkan setiap
negara berupaya melakukan kekuatan militer untuk mencegah. [6]
Membangun hubungan yang tangguh antar sesama negara-negara
regional jelas menuntut beberapa landasan yang harus dipatuhi antar
sesama negara yang bergabung dalam kesatuan regional tersebut. Berbicara
masalah ketangguhan suatu relasi, maka juga akan berkaitan dan
berdampak langsung akan tuntutan sikap, mental, dan cara pikir kebangsaan
yang kuat dan penuh akan integritas. Jika landasan ini tidak terpenuhi dalam
menjalin kerjasama regional maka ketangguhan hubungan antar bangsa
akan sulit diwujudkan.
Di bidang politik/keamanan, Carlyle A Thayer (Southeast Asian Affairs,
2011) menyebut ada tiga faktor yang memengaruhi dinamika
politik/keamanan regional di kawasan Asia Timur saat ini. Pertama,
bertambahnya ketegangan dalam hubungan China-AS; kedua, meningkatnya
kembali keterlibatan AS di Asia Timur; dan ketiga, peningkatan keagresifan
China di Laut China Selatan. Ketiga faktor ini merupakan ujian yang serius
bagi ASEAN, yang telah memproklamasikan diri sebagai kekuatan pendorong
utama (primary driving force) dalam penyelesaian isu-isu regional di kawasan
Asia Tenggara dan Asia Timur.
BAB 4
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan pendeskripsian dan analisis di atas, adapun kesimpulan yang
diperoleh sebagai berikut:
ASEAN sepakat untuk meningkatkan kerjasama dalam bidang pertahanan
dan keamanan nasional dan regional untuk mewujudkan ketahanan
regional ASEAN.
Agenda ASEAN difokuskan pada bagaimana mewujudkan kondisi
keamanan kawasan yang lebih stabil dan damai sehingga negara-negara
lainnya di dunia bisa datang ke ASEAN dengan aman.
Adanya kerja sama praktis seperti kerja sama regional hingga
penyelesaian sengketa di Laut Cina Selatan. “Termasuk di dalamnya
keamanan maritim dengan merealisasikan code of conduct (kode etik)
yang jelas di antara negara-negara anggota ASEAN”.
4.2 Saran
Sebaiknya keamanan dan terorisme juga menjadi agenda utama.
Sebaiknya memperluas kerjasama dengan melibatkan negara di luar Asia
Sebaiknyamengadakan latihan bersama untuk menanggulangi bencana
yang kerap terjadi di lingkungan negara-negara Asia Tenggara.
DAFTAR PUSTAKA
Rezasyah, Teuku. 2008. Politik Luar Negeri Indonesia. Humaniora. Bandung.
Luhulima, C.P.F. Dinamika Asia Tenggara Menuju 2015. Pustaka Pelajar.
Yogyakarta.
S, Nuraeini & Silvya, Deasy & Sudirman, Arifin. 2010. Regionalisme Dalam
Studi Hubungan Internasional. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
Jackson, Robert & Sorensen, George. 2009. Pengantar Studi Hubungan
Internasional. Terj Dadan Suryadipura. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
Steans, Jill & Pettiford, Lloyd. 2009. Hubungan Internasional : Perspektif
dan Tema. Terj Deasy Silvya Sari. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
Burchill, Scott & Linklater, Andrew. 2009. Teori – Teori Hubungan
Internasional. Terj M.Sobirin. Nusamedia. Bandung.
Morgenthau, J, Hans. 2010. Politik Antarbangsa. Terj Cecep Sudrajat.
Direvisi oleh Kenneth W. Thompson. Yayasan Obor Bangsa. Jakarta.