kba
description
Transcript of kba
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM
KIMIA BAHAN ALAM I
PEMERIKSAAN SENYAWA-SENYAWA
METABOLIT SEKUNDER
(ALAKALOID, FLAVONOID, FENOLIK, TERPENOID, STEROID
DAN SAPONIN)
OLEH:
MUHAMMAD HAMSIN
11-01-03-024
PROGRAM S-1 EKSTENSI FARMASI
SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI BHAKTI PERTIWI
PALEMBANG
2011
I.PENDAHULUAN
Sejak pertengshsn sbsd ke 18 para ahli telah dapat memisahkan beberapa
senyawa organik dari makhluk hidup. Karl Wilhelm Scheele (1742-1786) ahli
kimia Jerman telah berhasil memisahkan beberapa senyawa sederhana, termasuk
gliserol dan asam-asam oksalat, laktat, tartrat dan sitrat dari berbagai sumber
organik yang berasal dari tumbuhan dan binatang. Firederich W.Serturner (1783-
1841) berhasil memisahkan morfin dari opium pada tahun 1806 dan Pelletier serta
Caventou memisahkan striknin, brusin, kinin, sinkonin dan kofein lima belas
tahun kemudian.
Mulai dari pertengahan abad ke 20 ilmu Kimia Bahan Alam berkembang
dengan pesat, sejalan pula dengan pertumbuhan bidang pengetahuan ini misalnya
perkembangan teknik pemisahan, kromatografi dan spekroskopi.
Banyak keberhasilan industri farmasi dan industri pertanian ditumbuhkan
oleh senyawa-senyawa bahan alam sekitar 30-40% obat yang digunakan secara
klinik adalah senyawa-aenyawa bahan alam atau dapat diturunkan sebagai
molekul rujukan.
Tumbuhan dapat dikatakan sebagai laboratorium biosintesis tidak hanya
senyawa kimia yang diperlukan sebagai bahan makanan manusia dan hewan
(karbohidrat, protein dan lemak), tetapi juga berbagai golongan senyawa kimia
lain sebagai bahan obat yang mempunyai efek fisiologi atau senyawa bioaktif
(glikosida, alkaloid, terpen dan sebagainya). Para peneliti pendahulu berpendapat
bahwa proses fotosintesis menghasilkan senyawa yang sederhana dan terdistribusi
luas yang memiliki berat molekul rendah seperti karboksilatpada daur Krebs,
asam-asam amino, karbohidrat, lemak, dan protein. Senyawa- senyawa tersebut
merupakan senyawa awal atau senyawa induk dan dikenal sebagai metabolit
primer. Senyawa awal ini sebagai precursor untik metabolit sekunder. Umumnya
kandungan senyawa bioaktif adalah metabolit sekunder, yaitu kandungan kimia
tumbuhan sebagai hasil metabolit sekunder tumbuhan seperti senyawa golongan
alkaloid, terpen dan sebagainya. Selulosa, lignin, zat warna alam adalah contoh
bahan inert dari metabolit primer yang digunakan sebagai bahan penunjang pada
pembentukan suatu bentuk sediaan obat.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Botani
2.1.1CLIBADIUM SURINAMENESE
NOMOR SAMPEL:15
KLASIFIKAS:
Keluarga: Plantae
Divisi: Magnoliophyta
Kelas: Magnoliopsida
Bangsa: Asterales
Suku: Asteraceae
Marga: Clibadium
Jenis: Clibadium surinamense
DESKRIPSI:
Deskripsi Tanaman :
Semak 50-300 cm cabang, berusuk. Tangkai daun 0,5-2 cm, daun bulat
telur sampai bulat telur lonjong, 6-15 x 3-7 cm, beludru di bawahnya. Corymbs
perbungaan terminal dan di atas daun-axils; bunga kepala sebagian besar tetap,
obovoid 6 mm, selama bunga mekar putih kehijauan, setelah itu incurved,
akhirnya hitam kehijauan sampai hitam, bunga sinar 3-5, perempuan, bunga disc
6-11, biseksual. Apikal hirsutisme achenes, kelenjar di bagian atas, achene dasar
dari hirsutisme disk bunga.
Kandungan Kimia:
Banyak spesies diketahui kaya akan terpenoid juga minyak esensial, komponen
bahan kimia utama yang teridentifikasi dari Zingiber spectabile adalah trans-
dbergamotene. Spesies Zingiber dibagi dalam dua tipe yaitu grup yang
menghasilkan bunga dengan lidah berwarna ungu atau merah muda berbintik
coklat muda atau kuning pucat dan grup yang mempunyai bunga dengan
keseluruhan lidah putih atau coklat muda tidak ada bintik- bintiknya. Spesies lain
yang dapat dimanfaatkan sebagai bunga potong yaitu Z. zerumbet, Z. ottensii, Z.
multibracteatum, Z. kunstleri juga Z.fraseri.
Kandungan Fitokimia
Clibadium surinamense mengandung senyawa metabolit sekunder yaitu
flavonoid, saponin dan terpenoid.
2.1.2
No sampel 16
Klasifikasi
Keluarga: Plantae
Divisi: Magnoliophyta
Kelas: Magnoliopsida
Bangsa: Rubiales
Suku: Rubiaceae
Marga: Psychotria
Jenis: Psychotria sp.
Dsikripsi
capensis Psychotria adalah semak cemara atau pohon kecil, 3-8 m, dengan batang
ramping, cabang horizontal dan kulit coklat pucat. Daunnya mengkilap, cahaya
menjadi hijau gelap di atas dan bagian bawah pucat, halus dan kasar, Mereka
cukup besar, 70-150 x 15-60 mm, berbentuk bulat panjang untuk obovate,
berlawanan dan sering melorot. Bunga kuning emas ditanggung dalam flattish,
kepala cabang terminal hingga 80 mm dari musim semi ke tengah musim panas
(Agustus-Januari). Bunga-bunga diikuti pada akhir musim panas ke musim dingin
(Januari-Juli) oleh besar, cluster datar seukuran kacang, buah-buahan kuning
mengkilap pematangan menjadi merah atau hitam. Psychotria capensis ditemukan
di sisi timur negara dari Knysna melalui Eastern Cape dan KwaZulu-Natal ke
Mpumalanga, Limpopo, Northern Province, selatan Mozambik dan Zimbabwe. Its
rentang habitat alami dari permukaan laut 1 500 m di hutan cemara, margin hutan,
belukar dan bukit pasir semak, tepi sungai dan singkapan batu yang di padang
rumput curah hujan tinggi. Psychotria adalah bahasa Yunani untuk vivifying,
yang berarti memberikan atau memberkati dengan hidup dan mengacu pada sifat
penyembuhan beberapa seharusnya beberapa spesies; apensis c berarti dari Cape.
Ada sekitar 1 400 spesies yang terjadi di daerah tropis yang hangat dari kedua
belahan otak, namun hanya dua spesies terjadi di Afrika bagian selatan P..
capensis dan P. zombamontana, spesies langka dari yang ditemukan di Limpopo
Provinsi Utara dan Mpumalanga, Sangat mudah untuk membedakan dari P.
capensis sebagai daunnya yang bulat telur, sering acuminate (lancip ke titik
sempit panjang) dengan urat lateral yang lebih, bunga yang putih dan buah ini
berusuk
. Kandungan Kimia.
Mengandung senyawa DMT (DiMethylTryptamine) - banyak orang yg
menyebutnya sebagai "molekul roh" yg jika digabung dengan senyawa MAOI
(MonoAmine Oxidase Inhibitor) / bahan dasar obat anti depresi seperti yg
terkandung di dalam obat anti depresi Prozac, akan menyebabkan efek halusinasi
yg sangat nyata.DMT diproduksi secara alami oleh kelenjar Pineal di dalam otak
bersamaan pula dengan hormon Melatonin pada saat seseorang sedang melakukan
meditasi, bermimpi, mengalami penglihatan/pendengaran spiritual atau ketika
sedang mengalami NDE (Near Death Experience) - pengalaman sesaat sebelum
kematian yg banyak diceritakan oleh orang2 yg mengalami mati suri.
Kandungan fitokimia
Psychotria sp. Hanya mengandung beberapa jenis senyawa metabolit
skunder seperti steroid dan saponin
2.2 FITOKIMIA
2.2.1 ALKALOID
Alkaloid adalah suatu golongan senyawa organik yang terbanyak
ditemukan di alam. Hampir seluruh senyawa alkaloid berasal dari tumbuh-
tumbuhan dan tersebar luas dalam berbagai jenis tumbuhan. Semua alkaloid
mengandung paling sedikit satu atom nitrogen yang biasanya bersifat basa dan
dalam sebagian besar atom nitrogen ini merupakan bagian dari cicin heterosiklik.
Hampir semua alkaloid yang ditemukan di alam mempunyai keaktifan
biologis tertentu, ada yang sangat beracun tetapi ada pula yang sangat berguna
dalam pengobatan. Misalnya kuinin, morfin, dan stiknin adalah alkaloid yang
terkenal dan mempunyai efek fisiologis dan psikologis. Dengan adanya efek
fisiologis dan psikologis yang dimiliki oleh alkaloid ini yang menarik perhatian
para ahli untuk melakukan pemeriksaan alkaloid. Alkaloid dapat ditemukan dalam
berbagai bagian tumbuhan seperti biji, daun, ranting dan kulit batang. Alkaloid
umumnya ditemukan dalam kadar yang kecil dan harus dipisahkan dari campuran
senyawa yang rumit yang berasal dari jaringan tumbuhan.
Terminology alkaloid berasal dari alkaloid like yaitu suatu senyawa yang
bersifat basa. Maka alkaloid didefinisikan sebagai suatu produk alamiah yang
heterogen dalam bentuk heterosiklik, bersifat basa yang terdapat dalam tanaman
tertentu. Alkaloid merupakan senyawa padat yang berbentuk kristal, amorf , tidak
berwarna dan mempunyai rasa pahit. Dalam bentuk bebas , alkaloid adalah basa
lemah yang sukar larut dalam air, tetapi mudah larut dalam pelarut organik,
sedangkan dalam bentuk garam larut dalam air dan tidak larut dalam pelarut
organic.
A. Klasifikasi Senyawa Alkaloid
Alkaloid tidak mempunyai tata nama sistematik, oleh karena itu suatu
alkaloid dinyatakan dengan nama trivial, misalnya kuinin, morfin dan stiknin.
Hampir semua nama trivial ini berakhiran –in yang mencirikan alkaloid.
Klasifikasi alkaloid dapat dilakukan berdasarkan beberapa cara yaitu:
1. Berdasarkan jenis cicin heterosiklik nitrogen yang merupakanbagian dari
struktur molekul. Berdasarkan hal tersebut, maka alkaloid dapat dibedakan
atas beberapa jenis seperti alkaloid pirolidin, alkaloid piperidin, alkaloid
isokuinolin, alkaloid kuinolin dan alkaloid indol. Struktur masing- masing
alkaloid tersebut adalah sebagai berikut:
NH
NH
Pirolidin Piperidin
2. Berdasarkan jenis tumbuahan dari mana alkaloid ditemukan. Cara
ini digunakan untuk menyatakan jenis alkaloid yang pertama-tama
ditemukan pada suatu jenis tumbuhan. Berdasarkan cara ini, alkaloid dapat
dibedakan atas beberapa jenis yaitu alkaloid tembakau, alkaloid
amaryllidaceae, alkaloid erythrine dan sebagainya. Cara ini mempunyai
kelemahan yaitu : beberapa alkaloid yang berasal dari suatu tumbuhan
tertentu dapat mempunyai struktur yang berbeda-beda.
3. Berdasarkan asal-usul biogenetik. Cara ini sangat berguna untuk
menjelaskan hubungan antara berbagai alkaloid yang diklasifikasikan
berdasarkan berbagai jenis cincin heterosiklik. Dari biosintesa alkaloid,
menunjukkan bahwa alkaloid berasal dari hanya beberapa asam amino
tertentu saja. Berdasarkan hal tersebut maka alkaloid dapat di bedakaan
atas tiga jenis utama yaitu:
Alkaloid alisiklik yang berasal dari asam-asam amino ornitin dan lisin.
Alkaloid aromatik jenis fenilalanin yang berasal dari fenil alanin,
tirosin dan 3,4-dihidrofenilalanin.
Alkaloid aromatik jenis indol yang berasal dari triptopan.
Sebagian besar alkaloid mempunyai kerangka dasar polisiklik
termasuk cincin heterosiklik nitrogen serta mengandung substituen yang tidak
terlalu bervariasi. Atom nitrogen alkaloid hampir selalu berada dalam bentuk
gugus amin (-NR2) atau gugus amida (-CO-NR2) dan tidak pernah dalam bentuk
gugus nitro (NO2) atau gugus diazo. Sedamg substituen oksigen biasanya
ditemukan sebagai gugus fenol (-OH), metoksil (-OCH3) atau gugus metilendioksi
(-O-CH2-O). Substituen oksigen ini dan gugus N-metil merupakan ciri-ciri
sebagian besar alkaloid.
Pada alkaloid aromatik terdapat suatu pola oksigenasi tertentu. Pada
senyawa-senyawa ini gugus fungsi oksigen ditemukan dalam posisi para atau
posisi para dan meta dari cincin aromatik.
Sistem klsifikasi yang paling banyak di terima adalah menurut Hegnauer ,
dimana alkaloid dikelompokkan atas:
1. Alkaloid Sesungguhnya
Alkaloid ini merupakan racun, senyawa tersebut menunjukkan aktivitas
fisiologis yang luas, hampir tanpa terkecuali bersifat basa, umumnya mengandung
nitrogen dalam cincin heterosiklik, diturunkan dari asam amono, biasaanya
terdapat dalam tanaman sebagai garam asam organik. Beberapa pengecualian
terhadap aturan tersebut adalah kolkhisin dan asam aristolokhat yang bersifat
bukan basa dan tidak memiliki cincin heterosiklik dan alkaloid quarterner yang
bersifat agak asam dari pada bersifat basa.
2. Protoalkaloida
Protoalkaloida merupakan amin yang relatif sederhana dimana nitrogen
asam amino tidak terdapat dalam cincin heterosiklik. Protoalkaloida di peroleh
berdasarkan biosintesa dari asam amino yang bersifat basa. Pengertian amin
biologis sering digunakan untuk kelompok ini.
3. Pseudoalkaloida
Pseudoalkaloida tidak diturunkan dari prekursor asam amino. Senyawa ini
biasanya bersifat basa. Ada dua seri alkaloida yang penting dalam kelompok ini
yaitu alkaloida steroidal dan purin.
Fungsi alkaloida dalam tumbuhan masih belum pasti, namun para ahli ada yang
menduga bahwa alkaloida dapat berfungsi sebagai:
Senyawa yang berfungsi sebagai pengatur pertumbuhan.
Penarik atau penolak serangga.
Ada teori yang menyatakan sebagai cadangan nitrogen bagi tumbuhan
tidak lagi diterima
B. Biosintesa Alkaloida
Biosintesa alkaloida mula-mula di dasarkan pada hasil analisa terhadap
ciri struktur tertentu yang sama-sama terdapat dalam berbagai molekul alkaloida.
Alkaloid aromatik mempunyai suatu unit struktur yaitu -ariletilamina. Alkaloida
tertentu dari jenis 1-benzilisokuinolin seperti laudonosin mengandung dua unit
-ariletilamina yang saling berkondensasi. Kondensasi antara dua unit -
ariletilamina yang tidak lain reaksi kondensasi Mannich. Menurut reaksi, ini suatu
aldehida berkondensasi dengan suatu ikatan karbon nitrogen dalam bentuk imina
atau garam iminium,diikuti oleh serangan suatu atom karbon nuleofilik ini dapat
berupa suatu enol atau suatu fenol.
Dari percobaan menunjukan bahwa -ariletilamina berasal dari asam-
asam amino fenil alanin dan tirosin yang dapat mengalami dekarboksilasi
menghasilkan amina. Asam-asam amino ini diikuti oleh dekarboksilasi
menghasilkan aldehida. Kedua hasil transformasi ini yaitu amina dan aldehid
melakukan kondensasi Mannich.
Disamping reaksi dasar ini, biosintesa alkaloid melibatkan reaksi
sekunder yang menyebabkan terbentuknya berbagai jenis struktur alkaloid. Salah
satu dari reaksi sekunder ini yang terpenting adalah reaksi rangkap oksidatif fenol
pada posisi orto atau para dari gugus fenol. Reaksi ini berlangsung dengan
mekanisme radikal bebas.
Reaksi sekunder lain seperti metilasi dari atom oksigen menghasilkan
gugus metoksil dan metilasi Nitrogen menghasilkan gugus N-metil ataupun
oksidasi dari gugus amina. Keragaman Struktur alkaloid Disebabkan oleh
keterlibatan Fragmen-Fragmen kecil yang berasal dari Jalur mevalonat,
fenilpropanoid, dan poli asetat.
Dalam biosintesa higrin, pertama terjadi oksidasi pada gugus amina
yang diikuti oleh reaksi mannich yang menghasilkan tropinon, selanjutnya terjadi
reaksi reduksi dan esterifikasi menghasilkan hiosiamin.
C. Sifat Fisika dan Kimia Alkaloida
Kebanyakan alkaloida berupa padatan kristal dengan titik lebur yang
tertentu atau mempunyai kisaran dekomposisi. Dapat juga berbentuk amorf dan
beberapa seperti nikotin dan konin berupa cairan.
Kebanyakan alkaloida tak berwarna, tetapi beberapa senyawa
kompleks spesies aromatik berwarna. Pada umumnya basa bebas alkaloida hanya
larut dalam pelarut organik meskipun beberapa pseudoalkaloida dan
protoalkaloida larut dalam air. Garam alkaloida dan alkaloida quartener sangat
larut dalam air.
Alkaloida bersifat basa yang tergantung pada pasamgan electron pada
nitrogen. Jika gugus fungsional yang berdekatan dengan nitrogen bersifat
melepaskan elektron maka ketersediaan electron pada nitrogen naik dan senyawa
lebih basa. Jika gugus fungsional yang berdekatan bersifat menarik elektron maka
ketersediaan pasangan elektron berkurang dan pengaruh yang ditimbulkan
alkaloida dapat bersifat netral atau bahkan bersifat sedikit asam.
Kebasaan alkaloida menyebabkan senyawa tersebut sangat mudah
mengalami dekomposisi terutama oleh panas dan sinar dengan adanya oksigen.
Hasil reaksi ini sering berupa N-oksida. Dekomposisi alkaloida selama atau
setelah isolasi dapat menimbulkan berbagai persoalan jika penyimpanan
berlangsung dalam waktu lama. Pembentukan garam dengan senyawa organik
atau anorganik sering mencegah dekomposisi.
Alkaloida sering biasanya bersifat racun bagi manusia dan banyak
mempunyai aktifitas biologis menonjol, jadi merupakan salah satu sumber bahan
baku pengobatan, optis aktif.
2.2.2 FLAVONOID
Adalah suatu kelompok senyawa fenol yang terbanyak terdapat di alam.
Senyawa-senyawa ini bertanggung jawab terhadap zat warna merah, ungu, biru,
dan sebagian zat warna kuning dalam tumbuhan. Semua flavonoid menurut
strukturnya merupakan turunan senyawa induk “ flavon “ yakni nama sejenis
flavonoid yang terbesr jumlahnya dan juga lazim ditemukan, yang terdapat berupa
tepung putih pada tumbuhan Primula.
Flavonoid mempunyai kerangka dasar karbon yang terdiri dari 15 atom
karbon, dimana dua cincin benzen (C6 ) terikat pada suatu rantai propana (C3)
sehingga membentuk suatu susunan C6-C3-C6.
Semua flavonoid, menurut strukturnya, merupakan turunan senyawa induk
flavon yang terdapat berupa tepung putih pada tumbuhan dan semuanya
mempunyai sejumlah sifat yang sama. Beberapa golongan flavonoid, yaitu:
Golongan Penyebaran Ciri Khas
Flavonoid
Antosianin
Proantosianidin
Flavonol
Flavon
Isoflavon
Khalkon dan auron
Pigmen bunga merah
marak, merah, merah
seduduk, dan biru, juga
dalam daun dan jaringan
lain.
Terutama tan warna, dalam
galih dan daun tumbuhan
berkayu.
Terutama ko-pigmen tan
warna dalam bunga sianik
dan ansianik; tersebar luas
dalam daun.
Seperti flavonol.
Tanwarna; sering kali
dalam akar; hanya terdapat
pada satu suku,
Leguminosae.
Pigmen bung kuning,
kadang-kadang terdapat
juga dalam jaringan lain.
Larut dalam air, max 515-545nm,
bergerak dengan BAA pada kertas*.
Menghasilkan antosianidin (warna dapat
diekstraksi dengan amil alcohol) bila
jaringan dipanaskan dalam HCl 2M
selama setengah jam.
Setelah hidrolisis, berupa bercak kuning
mirip pada kromatogram forestall bila
disinari dengan sinar UV; maksima
spectrum pada 330-386nm.
Setelah hidrolisis, berupa bercak coklat
redup pada kromatogram Forestal;
maksima spectrum pada 330-350nm.
Bergerak pada kertas dengan
pengambang air; tak adea uji warna yang
khas.
Dengan amonia berwarna merah
(perubahan warna dapat diamati in situ).
Maksima spectrum 370-410nm.
Sebagian besar flavonoid yang terdapat pada tumbuhan terikat pada
molekul gula sebagai glikosida, dan dalam bentuk campuran, jarang sekali
dijumpai berupa senyawa tunggal. Disamping itu sering ditemukan campuran
yang terdiri dari flavonoid yang berbeda kelas. Misalnya antosianin dalam
mahkota bunga yang berwarna merah, hampir selalu disertai oleh flavon atau
flavonol yan tak berwarna. Dewasa ini diperkirakan telah berhasil diisolasi sekitar
3.000senyawa,flavonoid.Flavonoid dalam tumbuhan mempunyai empat fungsi : 1)
Sebagai pigmen warna, 2) Fungsi fisiologi dan patologi, 3) Aktivitas
Farmakologi, dan 4) Flavonoid dalam makanan. Aktifitas Farmakologi dianggap
berasal dari rutin (glikosida flavonol) yang digunakan untuk menguatkan susunan
kapiler, menurunkan permeabilitas dan fragilitas pembuluh darah, dll.Gabor
menyatakan bahwa flavonoid dapat digunakan sebagai obat karena mempunyai
bermacam macam bioakitfitas seperti antiinflamasi, anti kanker, antifertilitas,
antiviral,antidiabetes,antidepresant,diuretic,dll.
Beberapa senyawa flavonoida adalah sebagai berikut:
Cincin A- COCH2CH2 – Cincin B Hidrokalkon.
Cincin A- COCH2CHOH- Cincin B Flavanon, Kalkon.
Cincin A- COCH2CO- Cincin B Flavon.
Cincin A- CH2COCO- Cincin B Antosianin
Cincin A- COCOCH2 – Cincin B Auron.
A. Fungsi Flavonoida
Pada tumbuhan tingkat tinggi sebagai pigmen dalam bunga yang berfungsi
dapat menarik burung dan serangga penyerbuk bunga. Ada juga
flavonoida tanpa warna, tetapi dapat menyerap sinar UV penting juga
untuk mengarahkan serangga.
Pengatur tumbuh, fotosintesis, kerja antimikroba, dan antivirus
Komponen abnormal yang hanya dibentuk sebagai tanggapan terhadap
infeksi luka.
Senyawa pereduksi yang baik, dan banyak menghambat reaksi oksidasi,
baik secara enzim maupun nonenzim.
Dalam makanan dapat menurunkan agregasi platelet, sehingga dapat
mengurangi pembekuan darah.
Pada kulit, flavonoid dapat menghambat pendarahan
2.2.3 TERPENOID
Pada awalnya merupakan suatu golongan senyawa yang hanya terdiri
dari atom C dan H, dengan perbandingan 5:8 dengan rumus empiris C5
H8(unit isoprene), yang bergabung secara head to tail (kepala-ekor). Oleh
sebab itu senyawa terpen lazim disebut isoprenoid.Terpenoid sama halnya
dengan senyawa terpen tetapi mengandung gugus fungsi lain seperti gugus
hidroksil, aldehid dan keton. Dewasa ini baik terpen maupun terponoid
dikelompokkan sebagai senyawa terpenoid,(isoprenoid) Contoh : Limoena
dalam buah jeruk, Geraniol dalam mawar.
Berdasarkan jumlah unit isoprene yang dikandungnya, senyawa
terpenoid dibagi atas: 1)monoterpen (dua unit isoprene), 2)seskiterpen (tiga
unit isoprene), 3)diterpena (empat unit isoprene), 4 Triterpena (enam unit
isoprene), 5 Tetraterpena (delapan unit isoprene), dan 6) politerpena (banyak
unit isoprene). Monoterpen dan seskiterpen adalah komponen utama minyak
esensial (minyak atsiri) yang dapat diperoleh dengan penyulingan. Vitamin A
adalah suatu diterpenopoid, skalen tergolong triterpenoid yang dijumpai dalam
minyak hati ikan,karoten karoten pigmen merah dan kuning
tergolong,tetraterpen,lateks(karetalam)Adalah politerpen.
Deteksi
Untuk deteksi steroid menggunakan metode simes dimana steroid
memberikan warna biru, sampai hijau saat pengujian. Untuk deteksi terpenoid
dengan mengunakan metode Simes dengan penambahan pereaksi LB, yang akan
menghasilkan warna merah.
2.2.4 STEROID
Adalah suatu kelompok senyawa yang mempunyai kerangka dasar
siklopentanaperhidrofenantrena, mempunyai empat cincin terpadu.Senyawa
senyawa ini mempunyai efek fisiologis tertentu.
Beberapa steroid penting adalah kolesterol, yaitu steroid hewani yang
terdapat paling meluas dan dijumpai pada hampir semua jaringan hewan. Batu
kandung kemih dan kuning telur merupakan sumber yang kaya akan senyawa
ini. Hormon hormon seks yang dihasilkan terutama dalam testes dan indung
telur adalah suatu steroid. Hormon jantan disebut androgen dan hormon betina
estrogen, dan hormon kehamilan progestin
2.2.5 SAPONIN
Merupakan senyawa glikosida kompleks yaitu senyawa hasil
kondensasi suatu gula dengan suatu senyawa hidroksil organik yang apabila
dihidrolisis akan menghasilkan gula (glikon) dan non-gula (aglikon). Saponin
ini terdirin dari dua kelompok : Saponintriterpenoid dan saponin steroid.
Saponin banyak digunakan dalam kehidupan manusia, salah satunya terdapat
dalam perak yang dapat digunakan untuk bahan pencuci kain (batik) dan
sebagai shampoo.Saponin dapat diperoleh dari tumbuhan melalui metoda
ekstraksi.
2.2.6. FENOLIK
Istilah senyawa fenol meliputi aneka ragam senyawa yang berasal dari
senyawa tumbuhan, yang mempunyai cirri sama yaitu, cincin aromatik yang
mengandung satu atau dua gugus hidroksil. Senyawa feol cenderung mudah
larut dalam air karena umumnya mewreka sering kali berikata dengan gula
sebagai glikosida, dan biasanya terdapat dalam vakuola sel.
Bebrapa ribu senyawa fenol alam telah diketahui strukturnya.
Flavonoid merupakan golongan terbesar, tetapi fenol monosiklik sederhan,
fenil propanoid, dan kuinon fenolik juga terdapat dalam jumlah besar.
Beberapa golongan bahan polimer penting dalam tumbuhan lignin, melanin,
dan tannin adalah senyawa polifenol dan kadang-kadang satuan fenolik
dijumpai pada protein, alakoid dan di antara terpenoid.
Perana beberapa golongan senyawa fenol sudah diketahui (misalnya
lignin sebagai bahan pembangun dinding sel, antosianin sebagai pigmen
bunga), sedangkan peranan senyawa yang termasuk golongan lain masih belum
diketahui.
Bagi biokimiawan tumbuhan, senyawa fenol pada tumbuhan dapat
menimbulkan gangguan besar karena kemampuannya membentuk kompleks
dengan protein melalui ikatan hydrogen. Bila kandungan sel tumbuhan
bercampur dan membran menjadi rusak selama proses isolasi, senyawa fenol
cepat sekali membentuk kompleks dengan protein. Akibatnya, sering terjadi
hambatan terhadap kerja enzim pada ekstrak tumbuhan kasar. Sebaliknya,
fenol sendiri sangat peka terhadap oksidasi enzim dan mungkin hilang pada
saat isolasi akibat kerja enzim fenolase yang terdapat dalam tumbuhan.
Ekstraksi senyawa fenol tumbuhan dengan etanol mendidih biasanya mencegah
terjadinya oksidasi enzim, dan prosedur ini seharusnya dilakukan secara rutin.
Cara klasik untuk mendeteksi senyawa fenol sederhana ialah dengan
menambahkan larutan besi (III) klorida 1% dalam air atau etanol kepada
larutan cuplikan, yang menimbulkan warna hijau, merah, ungu, biru, atau
hitam yang kuat. Cara ini, dimodifikasi dengan menggunakan campuran segar
larutan besi (III) klorida 1% dalam air dan kalium heksasianoferat (III) 1%,
masih tetap digunakan sebagai cara umum untuk mendeteksi senyawa fenol
pada kromatogram kertas. Tetapi, kebanyakan senyawa fenol (terutama
flavonoid) dapat dideteksi pada kromatogram berdasarkan warnanya atau
fluoresensinya di bawah lampu UV, warnanya diperkuat atau berubah bila di
uapi ammonia. Pigmen fenolik berwarna dan warna ini dapat terlihat selam
proses isolasi dan pemurnian.
III. PROSEDUR KERJA
3.1. Alat dan Bahan
3.1.1 Alat :
• Lumpang
• Pisau / gunting
• plat tetes
• tabung reaksi 100 ml
• pipet tetes
• corong
• pemanas
• Corong penyaring kecil
• Lampu spiritus (Bunsen)
• Mortar dan stamper
• Erlenmeyer
• Gelas ukur
• Beker glass
3.1.2 Bahan
• Contoh ( simplisia tumbuhan : daun, akar, batang, kulit batang
bunga, buah, biji )
• Amoniak-kloroform 0.05 N ( 1 ml amoniak dalam 250 ml
kloroform)
• H2SO4 2 N
• Pereaksi Mayer,.
• Metanol
• Asam sulfat pekat
• Serbuk magnesium
• aquadest
• Laruran feCl3
• Norit
• kapas putih
• Asan acetat anhidrat
3.2 CARA KERJA
3.2.1 Pengujian Kandungan Kimia Golongan Alkaloida
(Metoda Culvenor- Fitzgerald)
Ambil 2-4 g daun segar (1/5 gram daun kering) atau kulit batang dari
masing-masing sampel yang di uji. Haluskan dalam lumpang dengan bantuan
sedikit pasir dan 10ml kloroform.
Setelah halus tambahkan 10ml kloroform amoniak 0,05N kemudian
digerus perlahan. Saring larutan dengan corong kecil, didalamnya diletakkan
kapas sebagai penyaring dan masukkan hasil saringan kedalam tabung reaksi
besar.
Tambahkan 10 tetes Asam sulfat 2N dan balik-balikkan tabung perlahan
atau dikocok perlahan. Biarkan sejenak, hingga terbentuk pemisahan lapisan asam
dan lapisan kloroform. Ambil lapisan asam dengan bantuan sebuah pipet bersih,
dan pindahkan kedalam sebuah tabung reaksi kecil.
Ke dalam tabung reaksi kecil tambahkan satu tetes pereaksi Mayer.
Reaksi positif bila terdapat kabut putih hingga gumpalan putih/endapan puith.
Reaksi positif1 sampai positif 4. untuk melihat kepekatan endapan dapat
digunakan Kinin Sulfat untuk +1 = 1:10.000, +2 = 1:2.500, +3=1:1.500,
+4=1:100)
3.2.2 Pengujian Kandungan Kimia Flavonoid, Terpenoid, Fenolik, Saponin
(Metoda Simes et all)
Ambil sebanyak 4 gram sampel yang telah di rajang, lalu rendam dalam
etanol pada botol infus kecil. Panaskan, lalu saring, filtratnya diuapkan sampai
kering. Tambahkan aquades dan kloroform sebanyak 1:1 kedalam tabung reaksi,
lalu kocok dan biarkan memisah
Terbentuk 2 Lapisan:
Terbentuk Lapisan Kloroform dibagian bawah
Untuk Pemeriksaan Senyawa Terpenoid dan Steroid
Lapisan Air dibagian atas.
Untuk Pemeriksaan Flavonoida dan Terpenoid.
Uji Fenol
Ambil sebahagian lapisan airnya lalu teteskan 3 tetes pada dua buah
lubang pada plat tetes. Dimana lubang pertama hanya berisi filtrat sebagai standar
sedangkan pada lubang yang kedua filtrat ditambahkan dengan FeCl3.
Amati Warna yang terbentuk, kalau terbentuk warna biru-biru gelap, berarti
sampel mengandung Fenolik. Lalu Bandingkan warna yang terbentuk dengan
menggunakan larutan senyawa fenolik yang tersubstitusi dengan mono-, di-, dan
trihidroksi.
Uji Saponin
Masukkan sebahagian lapisan Air yang tersisa ke dalam tabung reaksi.
Tutup mulut tabung reaksi dengan penyumbat karet dan Kocok kuat, biarkan
selama 15 menit. Kalau terbentuk busa yang tidak hilang, berarti sampel
mengandung saponin
Uji Terpenoid dan Steroid.
(Metode Lieberman-Bouchard)
Ambil lapisan kloroformnya masukkan ke dalam pipet yang berisi norit
yang ujungnya telah diberi kapas, biarkan kloroform menetes dengan perlahan
melalui ujung pipet, apabila tak mau menetes, gunakan karet pipet untuk
memberikan tekanan sehingga kloroform dapat menetes keluar. lalu hasil
disaringan yang berwarna bening teteskan 3 tetes pada dua buah lubang pada
plat tetes dimana pada lubang pertama hanya berisi filtrat yang berwarna bening
sebagai standart dan lubang kedua filtrat yang di tambahkan asam asetat anhidrat
dan H2SO4 pekat.
Amati perubahan Warna Yang Terjadi, jika terbentuk warna merah berarti sampel
mengandung terpenoid tapi jika terbentuk warna biru-ungu, berarti Sampel
Mengandung Steroid.
Lakukan percobaan dengan menggunakan Senyawa Terpen/Steroid Pembanding.
Uji Flavonoida
(Sianidin Test)
Ambil kira-kira sebagian kecil dari lapisan air ( 1 ml ) dan di pindahkan
dengan pipet kedalam tabung reaksi kecil. Masukkan 1-2 butir logam Mg dan
beberapa tetes asam klorida pekat (Penambahan asam klorida dilakukan dalam
Lemari Asam).
Amati Perubahan Warna Yang Terjadi, Maka Akan Terbentuk Warna Orange
Sampai Merah Menandakan Adanya Flavonoid (Kecuali Isoflavon). Lakukan
percobaan yang sama dengan menggunakan pembanding Baku rutin atau dengan
menggunakan Daun Singkong (Manihot Utilissima).
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 HASIL
Dari percobaan yang telah di lakukan, maka di peroleh hasil sebagai berikut:
- Clibadium surinamense positif mengandung metabolit sekunder
Flavonoid, saponin dan terpenoid.
- Psychotria sp . Hanya mengandung beberapa jenis senyawa metabolit
skunder seperti steroid dan saponin
4.2. PEMBAHASAN
Pada praktikum yang telah dilakukan, sampel yang digunakan adalah
simplisia yang berasal dari tumbuhan yang di dapat saat melakukan kegiatan
kuliah lapangan di Universitas Andalas, tepatnya pada HPPB Biologi Sumatera
Barat. Sampel yang di dapat masih dalam keadaan segar.
Pada tanaman Clibadium surinamense mengandung senyawa aktif
Flavonoid, saponin dan terpenoid. hal ini sesuai dengan hasil yang diperoleh pada
pengujian fitokimia.
- Pada literatur disebutkan Psychotria sp. Hanya mengandung beberapa
jenis senyawa metabolit skunder seperti steroid dan saponin, hal ini sesuai
dengan hasil yang diperoleh pada pengujian fitokimia.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 KESIMPULAN
1. Percobaan ini dilakukan untuk mengetahui senyawa aktif yang terdapat
pada suatu tumbuhan. Senyawa aktif atau kandungan kimia yang terdapat dalam
suatu tumbuhan ini merupakan hal yang penting untuk digunakan sebagai bahan
baku obat. Senyawa aktif ini merupakan hasil dari metabolisme sekunder dari
tumbuhan itu.
2. Pada Metabolit sekunder yakni penyimpangan pada biosintesa suatu
metabolit primer. Golongan senyawa ini berguna sebagai pertahanan, membantu
pertumbuhan dan lain sebagainya pada suatu makhluk hidup. Yang temasuk
metabolit sekunder yakni alkaloid, flavonoid, terpenoid, steroid, fenolik, dan
saponin.
3. Pengujian dilakukan pertama-tama dilakukan proses isolasi dengan
mengekstraksi tumbuhan yang telah kering, dengan berbagai cara ekstraksi yakni
maserasi, perkolasi, digestasi, infusa, dekokta, atau sokletasi dengan memakai
pelarut yang cocok. Setelah itu dilakukan pengujian senyawa aktif dengan cara
sesuai dengan masing-masing metabolit sekunder berdasarkan literatur metode
yang ada.
4. Hasil yang di peroleh berdasarkan percobaan yang telah dilakukan adalah
Clibadium surinamense positif mengandung metabolit sekunder Flavonoid,
saponin dan terpenoid.. Psychotria sp. Hanya mengandung beberapa jenis
senyawa metabolit skunder seperti steroid dan saponin
SARAN
Adapun untuk percobaan selanjutnya disarankan kepada praktikan agar :
Memahami Prosedur Kerja Sebelum Melakukan Percobaan.
Lebih hati-hati dalam melakukan percobaan apalagi pada saat
menambahkan reagen atau pelarut.
Pada saat menambahkan Asam, sebaiknya dilakukan di lemari asam.
Menggunakan pipet tetes yang berbeda untuk masing-masing pereaksi
agar pereaksi tidak terkontaminasi zat lain.
Sebaiknya menggunakan masker mencegah terhirupnya gas yang
berbahaya dari pelarut yang dipakai. Dan menggunakan sarung tangan
agar pada saat tertetes pelarut yang berbahaya tidak langsung terkena kulit.
Limbah hasil reaksi harus dibuang pada 1 botol kaca atau wadah,
kemudian di musnahkan menurut prosedur yang baik atau apabila
memungkinkan di daur ulang. Karena limbah tersebut dapat
membahayakan lingkungan dan kesehatan manusia
Lebih teliti dalam melihat dan menyimpulkan hasil percobaan.
DAFTAR PUSTAKA
Djamal, R, Tumbuhan sebagai sumber bahan obat, Padang :UNAND, 1998
Djamal, R, Fitokimia ,FMIPA,Padang :UNAND,1998
Keyne, Tumbuhan berguna indonesia, jilid 11 dan 111, cetakan ke-
1,jakarta:yayasan sarana wanjaya,1987.
Dalimarta, Atlas Tumbuhan Obat, jilid 4, 2007
LAMPIRAN
Tabel hasil percobaan
Dari percobaan yang telah dilakukan, diperoleh hasil sebagai berikut:
Tumbuhan
(Daun)
Alkaloid
Terpenoid
Atau
steroid
Saponin Fenolik Flavonoid
Clibadium
surinamense Negatif
(-)
Positif
(+)
Negatif
(+)
Negatif
(-)
Positif
(+)
Psychotria sp . Negatif
(-)
Steroid
(+)
Negatif
(+)
Negatif
(-)
Positif
(-)
LAMPIRAN
1. Gambar Clibadium surinamense (Kiangsrat)
2. Gambar Psychotria sp. (Nakan angin)