katarak

23
BAB I PENDAHULUAN Katarak merupakan penyebab utama berkurangnya penglihatan pada usia 55 tahun atau lebih. Secara umum dianggap bahwa katarak hanya mengenai orang tua, padahal katarak dapat mengenai semua umur dan pada orang tua katarak merupakan bagian umum pada usia lanjut. Makin lanjut usia seseorang makin besar kemungkinan menderita katarak. Katarak adalah kekeruhan lensa. Katarak memiliki derajat keparahan yang sangat bervariasi dan dapat disebabkan oleh berbagai hal seperti kelainan bawaan, kecelakaan, keracunan obat, tetapi biasanya berkaitan dengan penuaan. Sebagian besar kasus bersifat bilateral, walaupun kecepatan perkembangannya pada masing-masing mata jarang sama. Pembentukan katarak secara kimiawi ditandai oleh penurunan penyerapan oksigen dan mula-mula terjadi peningkatan kandungan air diikuti oleh dehidrasi. Kandungan natrium dan kalsium meningkat, sedangkan kandungan kalium, asam askorbat dan protein berkurang. Pada lensa yang mengalami katarak tidak ditemukan glutation. Beberapa hal yang dapat menyebabkan terjadinya katarak seperti usia lanjut, kongenital, penyakit mata (glaukoma, ablasi, uveitis, retinitis pigmentosa, penyakit intraokular lain), bahan toksis khusus (kimia dan fisik), keracunan obat(eserin, 1

Transcript of katarak

Page 1: katarak

BAB I

PENDAHULUAN

Katarak merupakan penyebab utama berkurangnya penglihatan pada usia 55 tahun atau

lebih. Secara umum dianggap bahwa katarak hanya mengenai orang tua, padahal katarak dapat

mengenai semua umur dan pada orang tua katarak merupakan bagian umum pada usia lanjut.

Makin lanjut usia seseorang makin besar kemungkinan menderita katarak.

Katarak adalah kekeruhan lensa. Katarak memiliki derajat keparahan yang sangat

bervariasi dan dapat disebabkan oleh berbagai hal seperti kelainan bawaan, kecelakaan,

keracunan obat, tetapi biasanya berkaitan dengan penuaan. Sebagian besar kasus bersifat

bilateral, walaupun kecepatan perkembangannya pada masing-masing mata jarang sama.

Pembentukan katarak secara kimiawi ditandai oleh penurunan penyerapan oksigen dan mula-

mula terjadi peningkatan kandungan air diikuti oleh dehidrasi. Kandungan natrium dan kalsium

meningkat, sedangkan kandungan kalium, asam askorbat dan protein berkurang. Pada lensa yang

mengalami katarak tidak ditemukan glutation.

Beberapa hal yang dapat menyebabkan terjadinya katarak seperti usia lanjut, kongenital,

penyakit mata (glaukoma, ablasi, uveitis, retinitis pigmentosa, penyakit intraokular lain), bahan

toksis khusus (kimia dan fisik), keracunan obat(eserin, kotikosteroid, ergot, asetilkolinesterase

topikal), kelainan sistemik atau metabolik (DM, galaktosemi, distrofi miotonik), genetik dan

gangguan perkembangan, infeksi virus dimasa pertumbuhan janin. Faktor resiko dari katarak

antara lain DM, riwayat keluarga dengan katarak, penyakit infeksi atau cedera mata terdahulu,

pembedahan mata, pemakaian kortikosteroid, terpajan sinar UV dan merokok.

1

Page 2: katarak

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. ANATOMI LENSA

Lensa adalah suatu struktur bikonveks, avaskular tak berwarna dan transparan.

Jaringan ini berasal dari ectoderm permukaan pada lensplate.1 Tebal sekitar 4 mm dan

diameternya 9 mm. Dibelakang iris lensa digantung oleh zonula ( zonula Zinnii) yang

menghubungkan dengan korpus siliare. Disebelah anterior lensa terdapat humos aquos dan

disebelah posterior terdapat vitreus. Kapsul lensa adalah suatu membran semipermeabel

yang dapat dilewati air dan elektrolit. Disebelah depan terdapat selapis epitel subkapsular.

Nukleus lensa lebih keras daripada korteksnya. Sesuai dengan bertambahnya usia, serat-serat

lamelar subepitel terus diproduksi, sehingga lensa lama-kelamaan menjadi kurang elastic.2

Lensa terdiri dari enam puluh lima persen air, 35% protein, dan sedikit sekali mineral

yang biasa ada di jaringan tubuh lainnya. Kandungan kalium lebih tinggi di lensa daripada di

kebanyakan jaringan lain. Asam askorbat dan glutation terdapat dalam bentuk teroksidasi

maupun tereduksi. Tidak ada serat nyeri, pembuluh darah atau pun saraf di lensa.2

A. DEFINISI

Katarak berasal dari bahasa Yunani katarrhakies, Inggris cataract dan Latin cataracta

yang berarti air terjun. Dalam bahasa indonesia disebut bular, dimana penglihatan seperti

tertutup air tejun. Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi

akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa atau terjadi akibat kedua-

duanya. Biasanya kekeruhan mengenai kedua mata dan berjalan progresif ataupun dapat

tidak mengalami perubahan dalam waktu yang lama. Katarak yang terjadi akibat proses

penuaan dan bertambahnya umur disebut katarak senilis. Katarak senilis adalah kekeruhan

lensa baik di korteks, nuklearis tanpa diketahui penyebabnya dengan jelas, dan muncul

mulai usia 40 tahun.1

2

Page 3: katarak

B. EPIDEMIOLOGI

Katarak senilis terjadi pada usia lanjut, yaitu usia di atas 50 tahun. Insidensi katarak

di dunia mencapai 5-10 juta kasus baru tiap tahunnya. Di Afrika katarak senile merupakan

penyebab utama kebutaan. Katarak senilis sangat sering ditemukan pada manusia, bahkan

dapat dikatakan sebagai suatu hal yang dapat dipastikan timbulnya dengan bertambahnya

usia penderita. Horlacher mendapatkan bahwa 65% dari seluruh individu antara usia 51-60

tahun menderita katarak, sedangkan Barth menemukan bahwa 96% dari individu di atas usia

60 tahun mempunyai kekeruhan lensa yang dapat terlihat jelas pada pemeriksaan slitlamp.

Di negara berkembang katarak merupakan 50-70% dari seluruh penyebab kebutaan, selain

kasusnya banyak dan munculnya lebih awal. Di Indonesia tahun 1991 didapatkan prevalensi

kebutaan 1,2% dengan kebutaan katarak sebesar 0,67%, dan tahun 1996 angka kebutaan

meningkat 1,47%.

C. KLASIFIKASI

Klasifikasi katarak berdasarkan usia :

1. Katarak kongenital, katarak yang sudah terlihat pada usia di bawah 1 tahun

2. Katarak juvenile, katarak yang terjadi sesudah usia 1 tahun

3. Katarak senil, katarak setelah usia 50 tahun 1

1. KATARAK KONGENITAL

Katarak kongenital adalah katarak yang mulai terjadi sebelum atau segera setelah

lahir dan bayi berusia kurang dari 1 tahun. Katarak kongenital merupakan penyebab

kebutaan pada bayi yang cukup berarti terutama akibat penanganannya yang kurang

tepat.1

Katarak kongenital sering ditemukan pada bayi yang dilahirkan oleh ibu-ibu yang

menderita penyakit rubela, galaktosemia, homosisteinuri, toksoplasmosis, inklusi

sitomegalik,dan histoplasmosis, penyakit lain yang menyertai katarak kongenital biasanya

berupa penyakit-penyakt herediter seperti mikroftlmus, aniridia, koloboma iris,

3

Page 4: katarak

keratokonus, iris heterokromia, lensa ektopik, displasia retina, dan megalokornea.

Katarak kongenital digolongkan dalam katarak :

1. Kapsulolentikular, dimana pada golongan ini termasuk katarak kapsular dan katarak

Polaris.

2. Katarak lentikular, termasuk dalam golongan ini katarak yang mengenai korteks atau

nukleus saja.

Dalam kategori ini termasuk kekeruhan lensa yang timbul sebagai kejadian primer

atau berhubungan dengan penyakit ibu dan janin lokal atau umum.

Untuk mengetahui penyebab katarak kongenital diperlukan pemeriksaan riwayat

prenatal infeksi ibu seperti rubela pada kehamilan trimester pertama dan pemakainan obat

selama kehamilan. Kadang-kadang terdapat riwayat kejang, tetani, ikterus, atau

hepatosplenomegali pada ibu hamil. Bila katarak disertai uji reduksi pada urine yang

positif, mungkin katarak ini terjadi akibat galaktosemia. Sering katarak kongenital

ditemukan pada bayi prematur dan gangguan sistem saraf seperti retardasi mental.1

Pemeriksaan darah pada katarak kongenital perlu dilakukan karena ada hubungan

katarak kongenital dengan diabetes melitus, fosfor, dan kalsium. Hampir 50 % katarak

kongenital adalah sporadik dan tidak diketahui penyebabnya. Pada pupil bayi yang

menderita katarak kongenital akan terlihat bercak putih atau suatu leukokoria. Pada setiap

leukokoria perlu pemeriksaan yang lebih teliti untuk menyingkirkan diagnosis banding

lainnya. Pemeriksaan leukokoria dilakukan dengan melebarkan pupil.1

Pada katarak kongenital penyulit yang dapat terjadi adalah makula lutea yang

tidak cukup mendapat rangsangan. Makula tidak akan berkembang sempurna hingga

walupun dilakukan ekstraksi katarak maka visus biasanya tidak akan mencapai 5/5. Hal

ini disebut ambliopia sensoris (ambyopia ex anopsia). Katarak kongenital dapat

menimbulkan komplikasi berupa nistagmus dan strabismus.

Dikenal bentuk-bentuk katarak Kongenital :

- Katarak piramidalis atau Polaris anterior

4

Page 5: katarak

- Katarak piramidalis atau Polaris posterior

- Katarak zonularis atau lamelaris

- Katarak pungtata dan lain-lain

2. KATARAK JUVENIL

Katarak yang lembek dan terdapat pada orang muda, yang mulai terbentuknya

pada usia kurang dari 9 tahun dan lebih dari 3 bulan. Katarak juvenil biasanya merupakan

kelanjutan katarak kongenital.

Katarak juvenil biasanya merupakan penyulit penyakit sistemik ataupun

metabolik dan penyakit lainnya seperti:

1. Katarak metabolic

a.) Katarak diabetika dan galaktosemik (gula)

b.) Katarak hipokalsemik (tetanik)

c.) Katarak defisiensi gizi

d.) Katarak aminoasiduria (termasuk sindrom Lowe dan homosistinuria)

e.) Penyakit Wilson

f.) Katarak berhubungan dengan kelainan metabolik lain

2. Otot

Distrofi miotonik (umur 20-30 tahun)

3. Katarak traumatic

4. Katarak komplikata

a.) Kelainan kongenital dan herediter (siklopia, koloboma, mikroftalmia, aniridia,

pembuluh hialoid persisten, heterokromia iridis)

b.) Katarak degeneratif (dengan miopia dan distrofi vitreoretinal), seperti Wagner dan

retinitis pigmentosa, dan neoplasma)

c.) Katarak anoksik

d.) Toksik (kortikosteroid sistemik atau topikal, ergot, naftalein, dinitrofenol, triparanol

(MER-29), antikholinesterase, klorpromazin, miotik, klorpromazin, busulfan, besi)

5

Page 6: katarak

e.) Lain-lain kelainan kongenital, sindrom tertentu, disertai kelainan kulit (sindermatik),

tulang (disostosis kraniofasial, osteogenesis inperfekta, khondrodistrofia kalsifikans

kongenita pungtata), dan kromosom

f.) Katarak radiasi

3. KATARAK SENIL

Berdasarkan letaknya dikenal ada 3 bentuk katarak senilis, yaitu : katarak nuklear,

kortikal dan subkapsularis posterior.

1. Katarak Nuklear

Katarak yang lokasinya terletak pada bagian tengah lensa atau nukleus. Nukleus

cenderung menjadi gelap dan keras (sklerosis), berubah dari jernih menjadi kuning

sampai coklat. Biasanya mulai timbul sekitar usia 60-70 tahun dan progresivitasnya

lambat. Bentuk ini merupakan bentuk yang paling banyak terjadi. Pandangan jauh

lebih dipengaruhi daripada pandangan dekat (pandangan baca), bahkan pandangan

baca dapat menjadi lebih baik, sulit menyetir pada malam hari . Penderita juga

mengalami kesulitan membedakan warna, terutama warna biru dan ungu.

2. Katarak Kortikal

Katarak menyerang lapisan yang mengelilingi nukleus atau korteks. Biasanya mulai

timbul sekitar usia 40-60 tahun dan progresivitasnya lambat. Terdapat wedge-shape

opacities/cortical spokes atau gambaran seperti ruji. Banyak pada penderita DM.

Keluhan yang biasa terjadi yaitu penglihatan jauh dan dekat terganggu, penglihatan

merasa silau.

3. Katarak Subkapsular Posterior atau Kupuliformis

Bentuk ini terletak pada bagian belakang dari kapsul lensa. Katarak subkapsularis

posterior lebih sering pada kelompok usia lebih muda daripada katarak kortikal dan

katarak nuklear. Biasanya mulai timbul sekitar usia 40-60 tahun dan progresivitasnya

cepat. Bentuk ini lebih sering menyerang orang dengan diabetes, obesitas atau

6

Page 7: katarak

pemakaian steroid jangka panjang. Katarak ini menyebabkan kesulitan membaca,

silau, pandangan kabur pada kondisi cahaya terang.

Berdasarkan stadium perjalanan penyakitnya, katarak senilis digolongkan

menjadi 4 stadium: Katarak insipien, katarak imatur, katarak matur,dan katarak

hipermatur .

1. Katarak Insipien

Pada stadium ini kekeruhan lensa tidak teratur, tampak seperti bercak-bercak yang

membentuk gerigi dangan dasar di perifer dan daerah jernih di antaranya.

Kekeruhan biasanya terletak di korteks anterior dan posterior. Kekeruhan ini pada

awalnya hanya nampak jika pupil dilebarkan.

Pada stadium ini terdapat keluhan poliopia yang disebabkan oleh indeks refraksi

yang tidak sama pada semua bagian lensa. Bentuk ini kadang menetap untuk

waktu yang lama.

2. Katarak Imatur

Pada katarak imatur terjadi kekeruhan yang lebih tebal, tetapi belum mengenai

seluruh lapisan lensa sehingga masih terdapat bagian-bagian yang jernih pada

lensa. Terjadi penambahan volume lensa akibat meningkatnya tekanan osmotik

bahan lensa yang degeneratif.

Pada keadaan lensa yang mencembung akan dapat menimbulkan hambatan pupil,

mendorong iris ke depan, mengakibatkan bilik mata dangkal sehingga terjadi

glaukoma sekunder. Pada pemeriksaan uji bayangan iris atau shadow test, maka

akan terlihat bayangn iris pada lensa, sehingga hasil uji shadow test (+).

3. Katarak Matur

Pada katarak matur kekeruhan telah mengenai seluruh lensa. Proses degenerasi

yang berjalan terus maka akan terjadi pengeluaran air bersama hasil disintegrasi

melalui kapsul, sehingga lensa kembali ke ukuran normal. Bilik mata depan akan

7

Page 8: katarak

berukuran kedalaman normal kembali. Tidak terdapat bayangan iris pada lensa

yang keruh, sehingga uji bayangan iris negatif.

4. Katarak Hipermatur

Merupakan proses degenerasi lanjut lensa, sehingga masa lensa yang mengalami

degenerasi akan mencair dan keluar melalui kapsul lensa. Lensa menjadi mengecil

dan berwarna kuning. Bila proses katarak berjalan lanjut disertai kapsul yang

tebal, maka korteks yang berdegenerasi dan cair tidak dapat keluar, maka korteks

akan memperlihatkan sekantong susu dengan nukleus yang terbenam di korteks

lensa. Keadaan ini disebut sebagai katarak Morgagni. Uji bayangan iris

memberikan gambaran pseudopositif. Cairan / protein lensa yang keluar dari lensa

tersebut menimbulkan reaksi inflamasi dalam bola mata karena di anggap sebagai

benda asing. Akibatnya dapat timbul komplikasi uveitis dan glaukoma karena

aliran melalui COA kembali terhambat akibat terdapatnya sel-sel radang dan

cairan / protein lensa itu sendiri yang menghalangi aliran cairan bola mata.1

D. GAMBARAN KLINIS

Seorang penderita katarak mungkin tidak menyadari telah mengalami gangguan

katarak. Katarak terjadi secara perlahan-perlahan sehingga penglihatan penderita terganggu

secara berangsur. karena umumnya katarak tumbuh sangat lambat dan tidak mempengaruhi

daya penglihatan sejak awal. Daya penglihatan baru terpengaruh setelah katarak

berkembang sekitar 3-5 tahun. Karena itu, pasien katarak biasanya menyadari penyakitnya

setelah memasuki stadium kritis.

Gejala umum gangguan katarak meliputi :

• Penglihatan tidak jelas, seperti terdapat kabut menghalangi objek.

• Peka terhadap sinar atau cahaya.

• Dapat melihat ganda pada satu mata.

• Kesulitan untuk dapat membaca.

• Lensa mata berubah menjadi buram

8

Page 9: katarak

E. DIAGNOSIS

Selama pemeriksaan diagnostik, seorang ahli mata (ophthalmologist) akan mengukur

secara hati-hati bentuk, ukuran dan kesehatan umum mata untuk menentukan apakah

Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan mata.

Pemeriksaan diagnostik yang biasa dilakukan adalah:

Pemeriksaan mata standar, termasuk pemeriksaan dengan slit lamp

USG mata sebagai persiapan untuk pembedahan

F. PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaan pada katarak adalah tindakan pembedahan. Pengobatan yang

diberikan biasanya hanya memperlambat proses, tetapi tidak menghentikan proses

degenerasi lensa. Beberapa obat-obatan yang digunakan untuk menghambat proses katarak

adalah vitamin dosis tinggi, kalsium sistein, iodium tetes.

Tindakan pembedahan dilakukan dengan indikasi:

1. Indikasi optik : pasien mengeluh gangguan penglihatan yang mengganggu kehidupan

sehari-hari , dapat dilakukan operasi katarak.

2. Indikasi medis : Kondisi katark harus dioperasi diantaranya katarak hipermatur, lensa

yang menginduksi glaukoma, lensa yang menginduksi uveitis, dislokasi/subluksasi

lensa, benda asing intraretikuler, retinopati diabetik, ablasio retina atau patologi

segmen posterior lainnya.

3. Indikasi kosmetik : Jika kehilangan penglihatan bersifat permanen karena kelainan

retina atau saraf optik, tetapi leukokoria yang diakibatkan katarak tidak dapat diterima

pasien, operasi dapat dilkukan meskipun tidak dapat mengembalikan penglihatan.

Pembedahan katarak dapat dilakukan dengan beberapa cara :

a. EKIK (Ekstraksi Katarak Intrakapsular)

9

Page 10: katarak

Ekstraksi katarak intrakapsular, yaitu mengeluarkan lensa bersama dengan kapsul lensa.

ICCE masih sangat bermanfaat pada kasus-kasus yang tidak stabil, katarak intumesen,

hipermatur dan katarak luksasi. ICCE juga masih lebih dipilih pada kasus dimana zonula

zini tidak cukup kuat sehingga tidak memungkinkan menggunakan ECCE. Kontraindikasi

absolut ICCE adalah katarak pada anak-anak dan dewasa muda dan ruptur kapsul akibat

trauma. Kontraindikasi relatif adalah miopia tinggi, sindrom Marfan dan katarak

morgagni. Keuntungan pembedahan ICCE ini adalah: tidak akan terjadi katarak sekunder,

karena lensa seluruhnya sudah diangkat. Kerugian ICCE dibanding ECCE sangat

signifikan. Insisi ICCE yang lebih luas yaitu 160-180o (12-14 mm), berhubungan dengan

beberapa resiko, seperti: penyembuhan yang lama, cenderung menimbulkan

astigmatisme, kebocoran luka pos operasi, inkarserasi iris dan vitreus. Komplikasi selama

operasi dapat terjadi trauma pada endotel kornea. Komplikasi pasca operaasi adalah

cystoid macular edema (CME), edema kornea, vitreus prolaps dan endoftalmitis.

b. Ekstraksi Katarak Ekstra Kapsular (EKEK)

Ekstraksi katarak ekstrakapsular, yaitu mengeluarkan isi lensa (korteks dan nukleus)

melalui kapsul anterior yang dirobek (kapsulotomi anterior) dengan meninggalkan kapsul

posterior. Operasi katarak ini adalah merupakan tehnik operasi untuk katarak

Imatur/matur yang nukleus atau intinya keras sehingga tidak memungkinkan dioperasi

dengan tehnik fakoemulsifikasi. Insisi kornea lebih kecil daripada ICCE (kira-kira 5-

6mm) sehingga proses penyembuhan lebih cepat sekitar seminggu. Karena kapsul

posterior yang utuh, sehingga dapat dilakukan penanaman lensa intraokular (IOL).

Mengurangi resiko CME dan edema kornea. Kerugiannya berupa membutuhkan alat yang

lebih sukar dibandingkan ICCE. Penyulit pada teknik ini berupa adanya ruptur kapsul

posterior, prolaps badan kaca, hifema, peningkatan tekanan intraokular, endofthalmitis,

katarak sekunder.

c. Fakoemulsifikasi

Ekstraksi lensa dengan fakoemulsifikasi, yaitu teknik operasi katarak modern

menggunakan gel, suara berfrekuensi tinggi, dengan sayatan 3 mm pada sisi kornea.

Fakoemulsifikasi adalah tehnik operasi katarak terkini. Pada teknik ini diperlukan irisan

10

Page 11: katarak

yang sangat kecil (sekitar 2-3 mm) di kornea. Getaran ultrasonik akan digunakan untuk

menghancurkan katarak, selanjutnya mesin phaco akan menyedot massa katarak yang

telah hancur tersebut sampai bersih. Sebuah lensa Intra Ocular (IOL) yang dapat dilipat

dimasukkan melalui irisan tersebut. Untuk lensa lipat (foldable lens) membutuhkan insisi

sekitar 2.8 mm, sedangkan untuk lensa tidak lipat insisi sekitar 6 mm. Karena insisi yang

kecil untuk foldable lens, maka tidak diperlukan jahitan, akan pulih dengan sendirinya,

yang memungkinkan dengan cepat kembali melakukan aktivitas sehari-hari.

Indikasi teknik fakoemulsifikasi berupa calon terbaik pasien muda dibawah 40-50

tahun, tidak mempunyai penyakit endotel, bilik mata dalam, pupil dapat dilebarkan

hingga 7 mm. Kontraindikasinya berupa tidak terdapat hal – hal salah satu diatas, luksasi

atau subluksasi lensa. Prosedurnya dengan getaran yang terkendali sehingga insiden

prolaps menurun. Insisi yang dilakukan kecil sehingga insiden terjadinya astigmat

berkurang dan edema dapat terlokalisasi, rehabilitasi pasca bedahnya cepat, waktu operasi

yang relatif labih cepat, mudah dilakukan pada katarak hipermatur. Tekanan intraokuler

yang terkontrol sehingga prolaps iris, perdarahan ekspulsif jarang. Kerugiannya berupa

dapat terjadinya katarak sekunder sama seperti pada teknik EKEK, sukar dipelajari oleh

pemula, alat yang mahal, pupil harus terus dipertahankan lebar, endotel ’loss’ yang besar.

Penyulit berat saat melatih keterampilan berupa trauma kornea, trauma iris, dislokasi

lensa kebelakang, prolaps badan kaca. Penyulit pasca bedah berupa edema kornea,

katarak sekunder, sinekia posterior, ablasio retina.

G. KOMPLIKASI

Komplikasi yang dapat terjadi pada katarak tergantung stadiumnya. Pada stadium imatur

dapat terjadi glaukoma sekunder akibat lensa yang mencembung, sehingga mendorong iris

dan terjadi blokade aliran aqueus humor. Sedangkan pada stadium hipermatur dapat terjadi

glaukoma sekunder akibat penyumbatan kanal aliran aquous humor oleh masa lensa yang

lisis, dan dapat juga terjadi uveitis fakotoksi. Komplikasi juga dapat diakibatkan pasca

operasi katarak, seperti ablasio retina, astigmatisma, uveitis, endoftalmitis, glaukoma,

perdarahan, dan lainnya.

11

Page 12: katarak

H. PROGNOSIS

Prognosis penglihatan untuk pasien anak-anak yang memerlukan pembedahan tidak

sebaik prognosis untuk pasien katarak senilis. Adanya ambliopia dan kadang-kadang

anomali saraf optikus atau retina membatasi tingkat pencapaian pengelihatan pada kelompok

pasien ini. Prognosis untuk perbaikan ketajaman pengelihatan setelah operasi paling buruk

pada katarak kongenital unilateral dan paling baik pada katarak kongenital bilateral

inkomplit yang proresif lambat.

ILUSTRASI KASUS

Seorang pasien laki-laki berumur 74 tahun datang ke poli mata RSUD Solok dengan:

Keluhan Utama: Mata kabur sejak 2 tahun yang lalu

12

Page 13: katarak

Riwayat Penyakit Sekarang :

- Mata kabur sejak 2 tahun yang lalu.

- Mata kabur dirasakan semakin bertambah dalam kurang lebih 1 tahun ini.

- Mata kanan tidak dapat melihat sejak kurang lebih 1 tahun ini.

- Mata kiri bertambah kabur sejak 1 tahun ini.

- Pasien belum pernah berobat ke dokter spesialis mata

Riwayat Penyakit Dahulu :

Pasien tidak penah merasakan keluhan yang sama sebelumnya.

Pasien tidak pernah menderita penyakit mata lain sebelumnya.

Riwayat Penyakit Keluarga :

Tidak keluarga pasien yang menderita penyakit yang sama.

Status optalmologi :

13

Page 14: katarak

Diagnosa kerja : OD katarak senil matur dan OS katarak senil imatur

Anjuran terapi : tindakan pembedahan yaitu fakoemulsifikasi

14

SO OD OS

Visus tanpa koreksi

Visus dengan koreksi

1/∞ proyeksi baik 6/15

Refleks fundus - + (suram)

Silia/supersilia madarosis (-), trkikhiasis (-) madarosis (-), trkikhiasis (-)

Palpebra superior

Palpebra inferior

Tidak ada kelainan

Tidak ada kelainan

Tidak ada kelainan

Tidak ada kelainan

Aparat lakrimalis Lakrimasi N Lakrimasi N

Konjungtiva tarsalis

Konjungtiva bulbi Pterygeum + Pterygeum +

Sklera Putih Putih

Kornea Arkus kornea + Arkus kornea +

Kamera Okuli

AnteriorCukup dalam Cukup dalam

Iris Cokelat, rugae + Cokelat, rugae +

Pupil Bulat, RP langsung +, RP

tak langsung +

Bulat, RP langsung +, RP tak

langsung +

Lensa Keruh total Agak keruh, iris shadow test +

Korpus Vitreum Tidak dapat dinilai Tidak dapat dinilai

Fundus

Papila N. Optikus

Retina

Makula

Tdak dapat dinilai Tdak dapat dinilai

Tekanan bulbus okuli

Gerakan bulbus okuli Bebas kesegala arah Bebas kesegala arah

Posisi bulbus okuli ortho Ortho

Page 15: katarak

BAB III

KESIMPULAN

Katarak adalah kekeruhan lensa. Katarak memiliki derajat keparahan yang sangat

bervariasi dan dapat disebabkan oleh berbagai hal seperti kelainan bawaan, kecelakaan,

keracunan obat, tetapi biasanya berkaitan dengan penuaan. Sebagian besar kasus bersifat

bilateral, walaupun kecepatan perkembangannya pada masing-masing mata jarang sama.

Pembentukan katarak secara kimiawi ditandai oleh penurunan penyerapan oksigen dan mula-

mula terjadi peningkatan kandungan air diikuti oleh dehidrasi.

Pemeriksaanya berdasarkan stadium perkembangannya yang paling dini, dapat

diketahui melalui pupil yang didilatasi maksimum dengan ophtalmoskop, kaca pembesar, atau

slitlamp. Dimana teknik operasinya seperti : ICCE, ECCE, SICS, Phacoemulsification dan

Laser Femtosecond. Prognosis pada katarak biasanya pembedahan yang baik dapat mencapai

95%. Pada bedah katarak resiko ini kecil dan jarang terjadi.

15

Page 16: katarak

DAFTAR PUSTAKA

1. Ilyas, Sidarta. Penglihatan Turun Perlahan Tanpa Mata Merah. Ilmu Penyakit Mata

Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2007.p.200-11

2. Vaughan & Asbury’s. General Ophthalmology. In: United States Of America: McGraw-

Hill; 2007.

3. Ilyas, Sidarta. BAB IX Lensa Mata. Ilmu Penyakit Mata Edisi ke-2. Jakarta: Sagung Seto;

2002.

4. Bruce & James. Lensa dan Katarak. Lecture Notes Oftamologi Edisi Kesembilan. Jakarta:

Erlangga;2005.

5. Arif & Kuspuji. BAB II Mata Tenang Visus Menurun Perlahan. Kapita Selekta Kedokteran

Edisi Ketiga Jilid 1. Jakarta: Balai Penerbit FKUI;2001.

6. Pearce, Evelyn. BAB 25 Mata dan Penglihatan. Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis.

Jakarta: Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama;2009.

7. Khalilullah, Alfin. Patologi dan Penatalaksanaan pada Katarak Senilis, 01 Desember 2010,

available at alfin.files.wordpress.com, last update 01 Desember 2014.

8. American Academy of Ophthalmology, 2003.Cataract. Available at

www.azglaucomaspecialistist.com.pdf [ Accesed 01 Desember 2014]

9. Singapore National Eye Centre. Operasi Katarak dengan Bantuan Laser Femtosecond,

availaible at www.snec.com.sg [ Accesed 04 Desember 2014]

16