KATA SAMBUTAN P - berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/puskajiakn/ringkasan-telaahan/public-file/... ·...

38
i KATA SAMBUTAN uji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA sehingga atas perkenan-Nya kami dapat menyelesaikan Kutipan dan Telahan Hasil Pemeriksaan BPK RI Semester I Tahun 2016 atas Laporan Keuangan Kementerian/Lembaga Tahun Anggaran 2015 yang disusun oleh Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara Badan Keahlian DPR RI hingga selesai . Dalam kesempatan ini, saya ingin menyampaikan bahwa Akuntabilitas adalah evaluasi terhadap proses pelaksanaan kegiatan/kinerja organisasi untuk dapat dipertanggungjawabkan sekaligus sebagai umpan balik bagi pimpinan organisasi untuk dapat lebih meningkatkan kinerja organisasi pada masa yang akan datang. Dengan demikian diharapkan akuntabilitas dapat mendorong terciptanya kinerja yang baik dan terpercaya. Di Indonesia, sebagai negara berkembang, tema akuntabilitas sudah menjadi jargon yang terus dibicarakan oleh banyak kalangan. Jangankan media massa dan elit, istilah ini bahkan sudah mulai digunakan oleh komunitas terpinggirkan yang umumnya dalam bentuk kritik atas praktek penganggaran baik APBN maupun APBD. Persoalan akuntabilitas bukan lagi wacana, tapi anggaran tidak akuntabel mulai disadari bahkan oleh kelompok masyarakat sebagai salah satu problem mendasar di ranah pengambilan keputusan publik kita. Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia yang mempunyai 3 (tiga) fungsi yaitu fungsi Legislasi, fungsi Anggaran dan fungsi Pengawasan yang juga menerima hasil pemeriksaan BPK secara berkala tentunya akan ditindaklanjuti oleh DPR dalam Raker, RDP dengan mitra kerja. Dengan demikian kehadiran Badan Keahlian DPR RI sebagai supporting system Dewan di bidang keahlian pada umumnya dan Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara pada khususnya dapat mendukung kelancaran pelaksanaan wewenang dan tugas DPR RI di bidang pengawasan berupa hasil kajian dan analisis terhadap laporan hasil pemeriksaan BPK RI atas laporan keuangan, laporan kinerja dan pemeriksaan dengan tujuan tertentu yang disusun oleh Kementerian/Lembaga pemerintah pusat. Untuk itu, dokumen yang hadir dihadapan ini merupakan satu diantara hasil kajian yang disusun oleh Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara yang dinamakan dengan judul ‘Hasil Telaahan Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara BKD Atas Hasil Pemeriksaan BPK’. Kami menyadari bahwa dokumen ini masih banyak memiliki kekurangan. Untuk itu saran dan masukan serta kritik konstruktif guna perbaikan isi dan struktur penyajian P

Transcript of KATA SAMBUTAN P - berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/puskajiakn/ringkasan-telaahan/public-file/... ·...

Page 1: KATA SAMBUTAN P - berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/puskajiakn/ringkasan-telaahan/public-file/... · Telaahan Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara BKD Atas Hasil Pemeriksaan

i

KATA SAMBUTAN

uji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa

atas segala rahmatNYA sehingga atas perkenan-Nya kami

dapat menyelesaikan Kutipan dan Telahan Hasil

Pemeriksaan BPK RI Semester I Tahun 2016 atas Laporan

Keuangan Kementerian/Lembaga Tahun Anggaran 2015 yang

disusun oleh Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara Badan

Keahlian DPR RI hingga selesai .

Dalam kesempatan ini, saya ingin menyampaikan bahwa Akuntabilitas adalah evaluasi

terhadap proses pelaksanaan kegiatan/kinerja organisasi untuk dapat

dipertanggungjawabkan sekaligus sebagai umpan balik bagi pimpinan organisasi untuk

dapat lebih meningkatkan kinerja organisasi pada masa yang akan datang. Dengan

demikian diharapkan akuntabilitas dapat mendorong terciptanya kinerja yang baik dan

terpercaya.

Di Indonesia, sebagai negara berkembang, tema akuntabilitas sudah menjadi

jargon yang terus dibicarakan oleh banyak kalangan. Jangankan media massa dan elit,

istilah ini bahkan sudah mulai digunakan oleh komunitas terpinggirkan yang umumnya

dalam bentuk kritik atas praktek penganggaran baik APBN maupun APBD. Persoalan

akuntabilitas bukan lagi wacana, tapi anggaran tidak akuntabel mulai disadari bahkan

oleh kelompok masyarakat sebagai salah satu problem mendasar di ranah pengambilan

keputusan publik kita.

Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia yang mempunyai 3 (tiga) fungsi

yaitu fungsi Legislasi, fungsi Anggaran dan fungsi Pengawasan yang juga menerima hasil

pemeriksaan BPK secara berkala tentunya akan ditindaklanjuti oleh DPR dalam Raker,

RDP dengan mitra kerja.

Dengan demikian kehadiran Badan Keahlian DPR RI sebagai supporting system

Dewan di bidang keahlian pada umumnya dan Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan

Negara pada khususnya dapat mendukung kelancaran pelaksanaan wewenang dan tugas

DPR RI di bidang pengawasan berupa hasil kajian dan analisis terhadap laporan hasil

pemeriksaan BPK RI atas laporan keuangan, laporan kinerja dan pemeriksaan dengan

tujuan tertentu yang disusun oleh Kementerian/Lembaga pemerintah pusat. Untuk itu,

dokumen yang hadir dihadapan ini merupakan satu diantara hasil kajian yang disusun

oleh Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara yang dinamakan dengan judul ‘Hasil

Telaahan Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara BKD Atas Hasil Pemeriksaan BPK’.

Kami menyadari bahwa dokumen ini masih banyak memiliki kekurangan. Untuk

itu saran dan masukan serta kritik konstruktif guna perbaikan isi dan struktur penyajian

P

Page 2: KATA SAMBUTAN P - berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/puskajiakn/ringkasan-telaahan/public-file/... · Telaahan Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara BKD Atas Hasil Pemeriksaan

ii

sangat kami harapkan, agar dapat dihasilkan kajian atas telaahan yang lebih baik di masa

depan. Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih atas perhatian dan kerjasama semua

pihak.

Page 3: KATA SAMBUTAN P - berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/puskajiakn/ringkasan-telaahan/public-file/... · Telaahan Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara BKD Atas Hasil Pemeriksaan

iii

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,

uji syukur kami panjatkan kepada Allah, Tuhan Yang Maha Esa

yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga

Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara (PKAKN) dalam

rangka memberikan dukungan (supporting system) keahlian dapat

menyusun dan menyajikan Kutipan dan Telaahan Hasil Pemeriksaan

BPK RI Semester I Tahun 2016 Atas Laporan Keuangan

Kementerian/Lembaga Tahun Anggaran 2015 kepada Dewan

Perwakilan Rakyat Republik Indonesia.

Kutipan dan Telaahan ini dapat dijadikan awal bagi komisi-komisi untuk melakukan pendalaman atas

kemampuan dan kinerja mitra kerja dalam mempertanggungjawabkan pengelolaan keuangan negara,

serta dapat melengkapi sudut pandang atas kualitas Opini BPK dan rekomendasi BPK terhadap kinerja

sektor publik.

Dengan terbitnya buku kutipan dan telaahan ini semoga dimanfaatkan sebagai bahan dalam rapat-

rapat Alat Kelengkapan Dewan dalam menindaklanjuti rekomendasi BPK.

P

Page 4: KATA SAMBUTAN P - berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/puskajiakn/ringkasan-telaahan/public-file/... · Telaahan Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara BKD Atas Hasil Pemeriksaan

iv

DAFTAR ISI

1. Kata Sambutan Kepala Badan Keahlian DPR RI ......................................... i

2. Kata Pengantar Kepala Pusat Kajian

Akuntabilitas Keuangan Negara ......................................... iii

3. Daftar Isi ......................................... iv

4. Gambaran Umum Kementerian Pertanian ......................................... 1

5. LHP Kementerian Pertanian ......................................... 2

6. Gambaran Umum SMARTD Project ......................................... 8

7. LHP SMARTD Project ......................................... 9

8. Gambaran Umum Kementerian

Lingkungan Hidup dan Kehutanan ......................................... 11

9. LHP Kementerian

Lingkungan Hidup dan Kehutanan ......................................... 12

10. Gambaran Umum Kementerian

Kelautan dan Perikanan ......................................... 17

11. LHP Kementerian

Kelautan dan Perikanan ......................................... 18

12. Gambaran Umum

LOAN ADB 3O94-INO DAN GRANT ADB 0379-INO .......................... 21

13. LHP

LOAN ADB 3O94-INO DAN GRANT ADB 0379-INO ................................ 22

14. Gambaran Umum

WB IBRD NO. 8336-ID DAN

GRANT WB NO. TF015470 ......................................... 24

15. LHP

WB IBRD NO. 8336-ID DAN

GRANT WB NO. TF015470 ......................................... 25

Page 5: KATA SAMBUTAN P - berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/puskajiakn/ringkasan-telaahan/public-file/... · Telaahan Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara BKD Atas Hasil Pemeriksaan

1

LHP No. 12/Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara-BKD

GAMBARAN UMUM

KEMENTERIAN PERTANIAN

ajian yang disusun merupakan kajian yang dilakukan terhadap laporan

hasil pemeriksaan BPK RI atas laporan keuangan, laporan kinerja dan

pemeriksaan dengan tujuan tertentu yang disusun oleh

Kementerian/Lembaga Pemerintah Pusat tahun 2015 yang dikeluarkan pada

semester 1 tahun 2016. Secara khusus kajian ini dilakukan terhadap LK

Kementerian Pertanian Sedangkan tujuan dari kajian adalah untuk menyediakan

informasi sebagai bahan tindaklanjut DPR atas LHP BPK sebagai pelaksanaan

wewenang, tugas dan fungsi pengawasan parlemen atas akuntabilitas administrasi

keuangan negara.

Gambaran umum sebagai pelengkap dari kajian ini dapat dilihat sebagai

berikut:

K

OPINI BPK RI

2014

WTP-DPP

2015

WDP

LRAAnggaran

Rp32.727.139.316.050

Realisasi

Rp28.679.453.487.04187,63%

Aset Lancar

• Rp2.681.522.920.666

Aset Tetap

• Rp16.761.239.040.272

Aset Lainnya

•Rp130.086.915.839

Page 6: KATA SAMBUTAN P - berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/puskajiakn/ringkasan-telaahan/public-file/... · Telaahan Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara BKD Atas Hasil Pemeriksaan

2

LHP No. 12/Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara-BKD

KUTIPAN & TELAAHAN HASIL PEMERIKSAAN BPK RI SEMESTER I TAHUN 2016

ATAS LAPORAN KEUANGAN KEMENTERIAN PERTANIAN

TAHUN ANGGARAN 2015

NO. TEMUAN REKOMENDASI BPK HASIL TELAAHAN

LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN ATAS LAPORAN KEUANGAN 22-KEMENTERIAN PERTANIAN TAHUN 2015

DI JAKARTA

OPINI BPK : WAJAR DENGAN PENGECUALIAN , MATERIALITAS : 3,01% , 84 M

1 Pelaporan Pelaksanaan Kegiatan Pemberian

Bantuan Kepada Masyarakat Belum Memadai

Tidak optimalnya monitoring penyaluran bansos dan

bantuan barang untuk masyarakat mengakibatkan

masih terdapat saldo persediaan untuk diserahkan

kepada masyarakat sebesar Rp2.331.742.269.954 yang

tidak dapat dijelaskan di mana posisinya dan berapa

yang sesungguhnya telah diserahkan kepada

masyarakat/poktan

Hal tersebut mengakibatkan,

- Tujuan pemberian bantuan sosial belum sepenuhnya

tercapai.

- Monitoring dan Pengendalian atas penyaluran

bantuan kepada masyarakat belum optimal

- Munculnya resiko penyalahgunaan dana

Hal tersebut tidak sesuai dengan,

a. PP Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar

Akuntansi Pemerintah

b. Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan

Nomor 5 tentang Akuntansi Persediaan

c. Peraturan Menteri Keuangan Nomor

171/PMK.05/2007yang terakhir diubah oleh

Peraturan Menteri Keuangan Nomor

233/PMK.05/2011 tentang Sistem Akuntansi dan

Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat

d. PMK Nomor 219/PMK.05/2013 Lampiran VI

Kebijakan Akuntansi Persediaan, huruf C

Pengakuan Persediaan

BPK RI merekomendasikan

Menteri Pertanian agar

menginstruksikan :

- Sekjen untuk

menyempurnakan Juknis

Penatausahaan Persediaan

yang secara jelas mengatur

kebijakan akuntansi dan

dokumen sumber

pencatatan perolehan

maupun mutasi

keluar/pengakuan beban

atas persediaan untuk

diserahkan kepada

masyarakat sesuai dengan

Standar Akuntansi

Pemerintahan, Peraturan

Menteri Keuangan

Republik Indonesia Nomor

168 /PMK.05/2015

tentang Mekanisme

Pelaksanaan Anggaran

Bantuan Pemerintah Pada

Kementerian Negara/

Lembaga dan ketentuan

terkait lainnya

- Kepala Unit Kerja Eselon I

terkait untuk segera

memproses BAST Eselon

I/SK Hibah/Penghapusan

atas penyerahan barang

kepada masyarakat

- Kepala Unit Kerja Eselon I

terkait untuk melakukan

koreksi atas kesalahan

pencatatan persediaan

untuk diserahkan kepada

masyarakat dalam Laporan

Keuangan Tahun 2016

Atas kondisi tersebut,

maka :

- Sekjen Kementan

disarankan untuk lebih

cermat dalam mengatur

dokumen sumber dasar

pencatatan perolehan

dan mutasi

keluar/pengakuan

beban atas persediaan

untuk diserahkan

kepada masyarakat

sesuai dengan Standar

Akuntansi

Pemerintahan dan

peraturan terkait

lainnya

- Kepala Satker

pelaksana penyaluran

untuk diserahkan

kepada masyarakat

disarankan untuk lebih

tertib dalam

melaporkan realisasi

penyaluran dan

memproses BAST

untuk diserahkan

kepada masyarakat

- Petugas pengelola

persediaan harus lebih

memahami ketentuan

akuntansi persediaan

berbasis akrual dan

meningkatkan

ketertiban dalam

penatausahaan sesuai

dengan ketentuan

Page 7: KATA SAMBUTAN P - berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/puskajiakn/ringkasan-telaahan/public-file/... · Telaahan Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara BKD Atas Hasil Pemeriksaan

3

LHP No. 12/Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara-BKD

berdasarkan Standar

Akuntansi Pemerintah dan

Juknis Penatausahaan

Persediaan yang telah

disempurnakan

- Kepala Satker terkait

untuk melakukan stock

opname atas persediaan

satker aktif dan inaktif

yang tidak melakukan

stock opname persediaan

Tahun 2015 sebagai dasar

koreksi LK Tahun 2016

2 Belanja Barang Pengadaan Pupuk NPK pada Empat

Satuan Kerja (Satker) Senilai Rp 200.347.832.600

(Lihat tabel 1.2.8.1. Pengadaan Pupuk NPK yang Diuji

Petik) tidak sesuai ketentuan, karena :

a. Ada indikasi pengarahan pengadaan pupuk

NPK pada merk dan produsen tertentu

Ada indikasi upaya pengarahan pengadaan pupuk

NPK pada merk Pullet produksi PT PG dan merk

OKA produksi PT BT, hal tersebut dikarenakan

produk kedua perusahaan tersebut tidak memenuhi

komposisi pupuk NPK sesuai kontrak dan standar

mutu minimal berdasarkan SNI 2803 :2012 (Lihat

Tabel Persyaratan Mutu NPK)

b. Pengadaan Pupuk NPK tidak memenuhi

spesifikasi teknis dalam kontrak dan Standar

Nasional Indonesia (SNI)

Berdasarkan pengambilan sampel pupuk OKA yang

dilakukan oleh PT Sucofindo Lab Surabaya,

hasilnya menunjukkan komposisi formula pupuk

OKA produksi PT BT berada dibawah standar mutu

minimal yang ditetapkan dalam SNI 2803:2012

- Tabel 1.2.8.b Ha si l Uji Pupuk PT BT oleh PT

Sucofindo : Disbunhorti Prov Sultra, dan

- Tabel 1.2.8.c Hasil Uji Laboratorium Pupuk PT

BT oleh PT Sucofindo : Disbun Prov Sulsel)

c. Terdapat dokumen pelaksanaan pengadaan

Pupuk NPK yang tidak sesuai dengan kondisi

yang sebenarnya

Ketua Panitia Penerima Hasil Pekerjaan (PPHP)

Disbunhorti Prov.Sultra menerangkan terdapat 17

lembar salinan dokumen report of sampling yang

menerangkan bahwa telah dilakukan pengambilan

BPK RI merekomendasikan

Menteri Pertanian agar :

- Diperlukan pendapat

(telaahan) hukum untuk

menindaklanjuti adanya

dugaan perbuatan melawan

hukum yang dapat dapat

dikualifikasikan sebagai

tindak pidana

Atas kondisi tersebut, maka

:

- Kuasa Pengguna

Anggaran (KPA) harus

dihimbau untuk

melaksakan pengawasan

pengadaan pupuk secara

optimal

- Pejabat Pembuat

Komitmen (PPK) dan

Kelompok Kerja (Pokja)

Pengadaan harus selalu

mematuhi peraturan

perundangan dalam

melaksanakan tugasnya

- Panitia Penerima Hasil

Pekerjaan (PPHP) harus

menjalankan tugasnya

secara lebih optimal

- Produsen dan pemenang

lelang harus

melaksanakan pekerjaan

sesuai dengan ketentuan

Page 8: KATA SAMBUTAN P - berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/puskajiakn/ringkasan-telaahan/public-file/... · Telaahan Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara BKD Atas Hasil Pemeriksaan

4

LHP No. 12/Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara-BKD

sampel pupuk oleh Sdr.Gnd dari Sucofindo

Surabaya.

Padahal, Sucofindo menyatakan bahwa pihaknya

tidak pernah menerbitkan 17 lembar dokumen

report of sampling atas nama Sdr.Gnd. Diketahui

pula bahwa Sucofindo Surabaya tidak memiliki

PPC( Petugas Pengambil Contoh) bernama Sdr.Gnd

yang pernah ditugasi untuk megambil sampel pupuk

OKA produksi PT BT di wilayah Sultra.

Lebih jauh, Sucofindo Surabaya dan Lab BPTP

Sulsel juga menyatakan bahwa pihaknya tidak

pernah mengetahui ataupun dilibatkan dalam

perumusan dan pelaksanaan klausul dalam dua

kontrak pada Disbunhori Prov. Sultra. Selain itu Lab

BPTP juga menyatakan tidak pernah melakukan

pengambilan sampel pupuk OKA 19-8-10-3-2 PT

BT di wilayah Sultra.

Hasil uji laboratorium yang menunjukkan bahwa

sampel pupuk OKA produksi PT BT telah sesuai

dengan spesifikasi teknis merupakan hasil uji

terhadap sampel pupuk hantaran dari PT BT

sehingga hasilnya tidak dapat mewakili kuantitas

tertentu di luar sampel yang diuji.

Untuk pupuk Pullet produkso PT PG, Lab BPTP

Sulawesi Selatan mengkonfirmasi bahwa hasil

pengujian tersebut diberikan terhadap sampel pupuk

hantaran dari masing-masing rekanan pemenang

lelang. Sedangkan hasil uji oleh Lab BPTP Jatim

dilakukan terhadap sampel yang memiliki dokumen

report of sampling dari PT Sucofindo UP gresik.

Namun, terungkap bahwa petugas Sucofindo UP

Gresik yang mengambil sampel tersebut tidak

memiliki regiter sebagai PPC. Lebih lanjut,

pengiriman sampel ke laboratorium tidak dilakukan

oleh pihak Sucofindo UP Gresik melainkan oleh

pegawai PT PG, hal ini dibuktikan oleh dokumen

tanda terima sampel di BPTP Jatim.

Hal tersebut mengakibatkan,

- Pengadaan pupuk NPK tidak memenuhi kualitas

yang ditetapkan sehingga tujuan kegiatan

peningkatan produktivitas tanaman berpotensi

tidak tercapai

- Realisasi belanja barang sebesar Rp

200.347.832.600 tidak dapat diyakini

kewajarannya

Page 9: KATA SAMBUTAN P - berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/puskajiakn/ringkasan-telaahan/public-file/... · Telaahan Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara BKD Atas Hasil Pemeriksaan

5

LHP No. 12/Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara-BKD

Hal tersebut tidak sesuai dengan,

a. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang

Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan

Usaha Tidak Sehat Pasal 17 ayat (1)

b. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang

Sistem Budidaya Tanaman PAsal 37 ayat (1)

c. Standar Nasional Indonesia 2813:2012 tentang

Pupuk NPK Padat, angka 4 syarat mutu

d. Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010

tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah

e. Peraturan Menteri Pertanian Nomor

43/Permentan/SR.140/8/2011

f. Spesifikasi teknis dalam kontrak masing-masing

pengadaan

3 Penatausahaan Aset pada 50 Satker di Lingkungan

Kementerian Pertanian Belum Memadai; Aset

Tetap Senilai Rp 88.832.298.828 (Rp 88,8 Milyar)

Tidak Diketahui Keberadaannya

Diketahui terdapat aset peralatan mesin yang tidak

diketahui keberadaannya pada 27 Satuan Kerja (Satker)

yang meliputi 5 Kantor pusat, dan 22 Satker DK/TP di

Provinsi Sumatera Utara, Sulawesi Selatan, Kalimantan

Timur, Nusa Tenggara Barat, DKI Jakarta dan

Lampung senilai Rp 88.832.298.828 ( Rp 88,8

Milyar).

(Untuk rincian, lihat Lampiran1.4.2.6, hal.279)

Berdasarkan table diatas, aset tetap terbesar yang tidak

diketahui keberadaannya adalah peralatan dan mesin

sebesar Rp 74.606.808.615.

Aset yang tidak diketahui keberadaannya tersebut

berasal dari berbagai aset milik satker inaktif,

pelimpahan aset dari satker inaktif maupun aset yang

dikelola oleh satker aktif baik di kantor pusat maupun

kantor daerah sebagai berikut:

a. Peralatan dan mesin senilai Rp 134.923.198

pada satker inaktif Dinas Kelautan, Pertanian,

dan Ketahanan Pangan Provinsi DKI Jakarta

BPK merekomendasikan

kepada Menteri Pertanian

agar menginstruksikan

satker terkait untuk :

- Melakukan inventarisasi

aset dalam penguasaannya,

memperbaiki daftar barang

ruangan dan laporan BMN

sesuai hasil inventarisasi

dan menatausahakan aset

sesuai dengan ketentuan

yang berlaku

- Menelusuri kembali aset

kendaraan yang belum

diketahuin atau hilang dan

menindaklanjutinya sesuai

dengan ketentuan yang

berlaku

- Melakukan

pemindahtanganan barang

milik negara atas barang-

barang yang digunakan

oleh satuan kerja

lain/masyarakat sesuai

ketentuan yang berlaku

- Melakukan inventarisasi

aset tetap yang tidak

diketahui keberadaannya

dan menyusun BA

inventarisasi yang minimal

memuat lokasi keberadaan

barang, identitas pengguna

Oleh karena itu, maka :

- Kepala Satker selaku

Kuasa Pengguna Barang

serta pengurus barang

harus menyempurnakan

penatausahaan Barang

Milik Negara (BMN)

yang menjadi tanggung

jawabnya agar semua

aset dapat dikontrol

keberadaan dan

penggunaannya.

- Melakukan tindak lanjut

terhadap aset tetap yang

tidak diketahui

keberadaannya melalui

inventarisasi oleh satker-

satker terkait dan

melaporkan hasilnya ke

BPK.

Page 10: KATA SAMBUTAN P - berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/puskajiakn/ringkasan-telaahan/public-file/... · Telaahan Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara BKD Atas Hasil Pemeriksaan

6

LHP No. 12/Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara-BKD

tidak diketahui keberadaannya (Lihat tabel

1.4.2.f)

b. Aset tetap senilai Rp 27.274.742.146 (Rp 27,2

Milyar) pada 10 satker DK/TP Kementan dari

pelimpahan satker inaktif, dan pada satker

Kantor Pusat tidak diketahui keberadaannya.

No Aset Nilai

1 Peralatan dan

Mesin

Rp 17.348.922.206

2 Gedung dan

Bangunan

Rp 6.374.145.610

3 Jalan Jembatan

Irigasi dan Jaringan

Rp 2.808.704.330

4 Aset tetap lainnya Rp 39.000.000

5 Aset lain-lain Rp 702.970.000

Rp 27.274.742.146

c. Aset tetap minimal senilai Rp 61.422.633.484

pada 16 satker aktif tidak diketahui keberadaan

dan Identitas penggunanya.

No Aset Nilai

1 Peralatan dan mesin Rp 57.121.963.211

2 Gedung dan Bangunan Rp 2.081.470.296

3 Jalan Jembatan Irigasi

dan Jaringan

Rp 213.600.000

4 Aset lain-lain Rp 2.005.599.977

Rp 61.422.633.484

Hal tersebut mengakibatkan,

- Meningkatkan resiko rawan hilangnya aset-aset

- Nilai aset yang belum dilakukan inventarisasi dan

penilaian belum mencerminkan harga wajar

- Adanya keyakinan akan ketidakwajaran terhadap

aset tetap yang tidak diketahui keberadaannya

senilai Rp88.832.298.828 dengan rincian

sebagaimana disebutkan di atas.

Hal tersebut tidak sesuai dengan,

- Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014

tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah

- Peraturan Menteri Keuangan Nomor 120 Tahun

2007 tentang Penatausahaan Barang Milik Negara

barang, kondisi barang,

informasi barang yang

hilang/tidak ditemukan.

Hasil inventarisasi agar

diserahkan kepada

Inspektur Jenderal

Kementan;

- Inspektur Jenderal

Kementan untuk menguji

hasil inventarisasi yang

dilakukan oleh satker

terkait

- Sekjen untuk memproses

aset hasil inventarisasi

yang bermasalah sesuai

dengan ketentuan yang

berlaku

Page 11: KATA SAMBUTAN P - berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/puskajiakn/ringkasan-telaahan/public-file/... · Telaahan Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara BKD Atas Hasil Pemeriksaan

7

LHP No. 12/Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara-BKD

- Lampiran II PSAP Nomor 7 Akuntansi Aset Tetap

paragraph 15

- Peraturan Menteri Keuangan Nomor 120 Tahun

2007 tentang Penatausahaan Barang Milik Negara

- PMK No.213/PMK.05/2013 Tentang Sistem

Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah

Pusat

Page 12: KATA SAMBUTAN P - berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/puskajiakn/ringkasan-telaahan/public-file/... · Telaahan Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara BKD Atas Hasil Pemeriksaan

8 LHP No. 87/Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara-BKD

GAMBARAN UMUM

SUSTAINABLE MANAGEMENT OF AGRICULTURAL RESEARCH AND

TECHNOLOGY DISSEMINATION (SMARTD ) PROJECT

KEMENTERIAN PERTANIAN

ajian yang disusun merupakan kajian yang dilakukan terhadap laporan

hasil pemeriksaan BPK RI atas laporan keuangan, laporan kinerja dan

pemeriksaan dengan tujuan tertentu yang disusun oleh

Kementerian/Lembaga Pemerintah Pusat tahun 2015 yang dikeluarkan pada

semester 1 tahun 2016. Secara khusus kajian ini dilakukan terhadap LK Loan

IBRD 8188 SUSTAINABLE MANAGEMENT OF AGRICULTURAL RESEARCH

AND TECHNOLOGY DISSEMINATION (SMARTD) PROJECT. Sedangkan

tujuan dari kajian adalah untuk menyediakan informasi sebagai bahan tindak

lanjut DPR atas LHP BPK sebagai pelaksanaan wewenang, tugas dan fungsi

pengawasan parlemen atas akuntabilitas administrasi keuangan negara.

Gambaran umum sebagai pelengkap dari kajian ini dapat dilihat sebagai

berikut;

K

OPINI BPK RI

2014

WTP

2015

WTP

LRAAnggaran

Rp171.982.525.000

Realisasi

Rp162.381.465.351

95,40 %

Page 13: KATA SAMBUTAN P - berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/puskajiakn/ringkasan-telaahan/public-file/... · Telaahan Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara BKD Atas Hasil Pemeriksaan

9 LHP No. 87/Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara-BKD

KUTIPAN & TELAAHAN HASIL PEMERIKSAAN BPK RI SEMESTER I TAHUN 2016

ATAS LAPORAN KEUANGAN SUSTAINABLE MANAGEMENT OF AGRICULTURAL

RESEARCH AND TECHNOLOGY DISSEMINATION (SMARTD ) PROJECT KEMENTERIAN

PERTANIAN

TAHUN ANGGARAN 2015

NO. TEMUAN REKOMENDASI BPK HASIL TELAAHAN

LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN ATAS 87-LAPORAN KEUANGAN PADA SUSTAINABLE MANAGEMENT OF

AGRICULTURAL RESEARCH AND TECHNOLOGY DISSEMINATION (SMARTD) PROJECT, KEMENTERIAN

PERTANIAN

OPINI BPK : WAJAR TANPA PENGECUALIAN

1 Administrasi Pelaksanaan dan Pelaporan

Kegiatan Pelatihan Belum Sepenuhnya Sesuai

Ketentuan

Dalam pelaksanaan kegiatan pengembangan

Sumber Daya Manusia (SDM) milik Badan

Penelitian dan Pengembangan Pertanian

(Balitbangtan) sebagai salah satu kegiatan dalam

program SMARTD Project untuk mempercepat

pencapaian kualitas dan kuantitas SDBM, masih

terdapat beberapa kelemahan.

Berikut rincian kelemahannya berdasarkan hasil

penelusuran atas dokumen laporan akhir komponen

A dan dokumen pendukung lainnya :

- Terdapat 22 orang pejabat fungsional peneliti

peserta program jangka pendek/training yang sudah

beberapa kali mengikuti progam jangka

pendek/program pelatihan yang sama.

- Penetapan peserta pelatihan jangka pendek belum

sepenuhnya didukung dengan kelengkapan

administrative/dokumen sesai Petunjuk

Pelaksanaan (Juklak) Program Pelatihan Jangka

Pendek Lingkup Badan Penelitian dan

Pengembangan Pertanian (Banglitbangtan)

- Terdapat tiga nama peserta program pelatihan

jangka panjang (S2 dan S3) tahun 2015 yang belum

ditetapkan dalam Keputusan Menteri Pertanian

tentang Pemberian Tugas Belajar.

- Pelaporan kemajuan belajar para peserta pelatihan

jangka panjang belum sepenuhnya memadai

BPK RI

merekomendasikan kepada

Menteri Pertanian agar

memerintahkan Kepala

Balitbang Pertanian untuk

menginstruksikan kepada :

- Manajer Proyek

SMARTD untuk

menyempurnakan

Pedoman Pelatihan

Jangka Pendek yang

mengatur pemilihan

peserta training

berdasarkan penunjukan

langsung dari Pimpinan

sesuai dengan bidang

yang dibutuhkan.

- Manajer Proyek

SMARTD untuk

menyempurnakan

Pedoman Pelatihan

Jangka Panjang yang

mengatur ketentuan

terkait penugasan kepada

peserta tugas belajar

yang diwajibkan oleh

Perguruan Tinggi untuk

mengikuti program

bridging course

- Kepala Satker terkait dan

Pokja Pembinaan SDM

supaya melaksanakan

proses seleksi calon

peserta pelatihan jangka

pendek dan panjang

sesuai dengan Petunjuk

Pelaksanaan (Juklak)

Berdasarkan kondisi

disamping, maka:

- Perlunya dibuat aturan

mengenai Pemilihan

peserta pelatihan

berdasarkan

penunjukan langsung

dari pimpinan sesuai

dengan bidang yang

dibutuhkan dalam

Pedoman Pelaksanaan

Program Pelatihan

Jangka Pendek.

- Harus diciptakannya

aturan terkait

penugasan kepada

peserta tugas belajar

yang diwajibkan oleh

Perguruan Tinggi

untuk mengikuti

program bridging

course didalam

Pedoman Pelaksanaan

Program Pelatihan

Jangka Panjang.

- Kelompok kerja

(Pokja) Pembinaan

SDM harus

melaksanakan seleksi

peserta pelatihan

jangka pendek sesuai

dengan ketentuan yang

berlaku

- Pokja Pembinaan SDM

dan coordinator

komponen A harus

Page 14: KATA SAMBUTAN P - berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/puskajiakn/ringkasan-telaahan/public-file/... · Telaahan Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara BKD Atas Hasil Pemeriksaan

10 LHP No. 87/Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara-BKD

Kondisi tersebut mengakibatkan :

- Mengurangi kesempatan pejabat fungsional peneliti

lainnya untuk mengikuti pelatihan jangka pendek

yang sama

- Proses seleksi calon peserta pelatihan jangka

pendek menjadi kurang transparan dan dapat

dipertanggung jawabkan sesuai dengan Petunjuk

Pelaksanaan Program Pelatihan Jangka Pendek

- Kemajuan belajar para peserta pelatihan jangka

panjang kurang terpantau sehingga Banglitbangtan

tidak dapat segera mengambil tindakan

penyelesaian jika terjadi masalah

dalamperkembangan belajar para peserta pelaihan

jangka panjang

Kondisi tersebut tidak sesuai dengan :

- SK Kepala Badan Litbang Pertanian nomor

101/Kpts/KP.340/1/3/2014 tentang Petunjuk

Pelaksanaan (Juklak) Program Pelatihan Jangka

Pendek Lingkup Badan Penelitian dan

Pengembangan Pertanian

- SK Kepala Badan Litbang Pertanian nomor

24/Kpts/KP.310/01/2015 tentang Pedoman

Pelaksanaan Program Pelatihan Jangka Panjang

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian

- POM (Project Operation Manual ) , BAB III

Komponen A Pengembangan dan Pengelolaan

SDM

Program Pelatihan

Jangka Pendek dan

Pedoman Pelaksanaan

Program Pelatihan

Jangka Panjang Badan

Penelitian dan

Pengembangan Pertanian

- Koordinator Komponen

A Pengembangan SDM

untuk meningkatkan

pemantauan dan evaluasi

kemajuan belajar peserta

pelatihan jangka panjang

meningkatkan

pemantauan kemajuan

belajar peserta

pelatihan jangka

panjang.

Page 15: KATA SAMBUTAN P - berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/puskajiakn/ringkasan-telaahan/public-file/... · Telaahan Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara BKD Atas Hasil Pemeriksaan

LHP No. 87 /Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara-BKD

LAMPIRAN

Page 16: KATA SAMBUTAN P - berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/puskajiakn/ringkasan-telaahan/public-file/... · Telaahan Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara BKD Atas Hasil Pemeriksaan

LHP No. 87 /Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara-BKD

Tabel persyaratan Mutu NPK

Page 17: KATA SAMBUTAN P - berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/puskajiakn/ringkasan-telaahan/public-file/... · Telaahan Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara BKD Atas Hasil Pemeriksaan

LHP No. 87 /Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara-BKD

Page 18: KATA SAMBUTAN P - berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/puskajiakn/ringkasan-telaahan/public-file/... · Telaahan Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara BKD Atas Hasil Pemeriksaan

LHP No. 87 /Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara-BKD

Page 19: KATA SAMBUTAN P - berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/puskajiakn/ringkasan-telaahan/public-file/... · Telaahan Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara BKD Atas Hasil Pemeriksaan

LHP No. 87 /Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara-BKD

Page 20: KATA SAMBUTAN P - berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/puskajiakn/ringkasan-telaahan/public-file/... · Telaahan Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara BKD Atas Hasil Pemeriksaan

11

LHP No. 21/Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara-BKD

GAMBARAN UMUM

KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN

ajian yang disusun merupakan kajian yang dilakukan terhadap laporan hasil

pemeriksaan BPK RI atas laporan keuangan, laporan kinerja dan pemeriksaan dengan

tujuan tertentu yang disusun oleh Kementerian/lembaga pemerintah Pusat tahun 2015

yang dikeluarkan pada semester 1 tahun 2016. Secara khusus kajian ini dilakukan terhadap LK

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.. Sedangkan tujuan dari kajian adalah untuk

menyediakan informasi sebagai bahan tindaklanjut DPR atas LHP BPK sebagai pelaksanaan

wewenang, tugas dan fungsi pengawasan parlemen atas akuntabilitas administrasi keuangan

negara.

Gambaran umum sebagai pelengkap dari kajian ini dapat dilihat sebagai berikut;

K

OPINI BPK RI

2014

WTP

2015

WDP

PendapatanAnggaran

Rp4.859.717.126.670

Realisasi

Rp 5.518.262.292.964

86,92%

Aset Lancar

• Rp1.546.323.487.933,

Aset Tetap

• Rp5.193.390.970.397

Aset Lainnya

• Rp.238.137.646.525

BelanjaAnggaran

Rp6.706.068.520.000

Realisasi

Rp5.741.724.282.91885,62%

Page 21: KATA SAMBUTAN P - berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/puskajiakn/ringkasan-telaahan/public-file/... · Telaahan Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara BKD Atas Hasil Pemeriksaan

12

LHP No. 21/Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara-BKD

KUTIPAN & TELAAHAN HASIL PEMERIKSAAN BPK RI SEMESTER I TAHUN 2016

ATAS LAPORAN KEUANGAN KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN

KEHUTANAN

TAHUN ANGGARAN 2015

NO TEMUAN REKOMENDASI BPK HASIL TELAAHAN

LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN

KEHUTANAN TAHUN 2015 DI JAKARTA

OPINI BPK : WAJAR DENGAN PENGECUALIAN

1 Terdapat PNBP PSDH, DR dan IIUPH sebesar

Rp60.730.505.136,98 yang tidak dapat

diidentifikasi apakah sebagai pembayaran PNBP

tahun berjalan atau sebagai pembayaran piutang

Sebagian dari nilai Pendapatan Negara Bukan Pajak

(PNBP) (sebagaimana terlihat di tabel berikut),

Sebanyak Rp 60,73 Milyar merupakan pendapatan

(PNBP) yang telah dilaporkan dalam Laporan

Realisasi Anggaran (LRA) namun belum dapat

dipastikan apakah :

a. Merupakan penerimaan PNBP Provisi Sumber

Daya Hutan (PSDH), DR (Dana Reboisasi), Izin

Usaha Pemanfaatan Hutan ( IUPH) Tahun 2015

atau,

b. Penerimaan atas pembayaran piutang PNBP

PSDH, DR , dan IUPH tahun sebelumnya.

BPK tidak dapat memperoleh bukti pemeriksaan yang

cukup dan tepat tentang nilai tersebut karena data

maupun informasi yang diperlukan pada satuan kerja

terkait tidak tersedia.

Kondisi tersebut mengakibatkan :

Penyajian akun Piutang di Neraca dan Pendapatan

PNBP DR, PSDH, dan Iuran izin usaha Usaha

Pemanfaatan Hutan (IIUPH) di Laporan

BPK RI dengan ini

merekomendasikan untuk :

1. Untuk meningkatkan

pengendalian dan

pengawasan terhadap

kegiatan pencatatan

pendapatan maupun

pengadaan barang dan

jasa.

2. Memerintahkan Kepala

Dinas Kehutanan

Kabupaten/Kota Provinsi

untuk menyampaikan

LRPIK dan LGRPIK

secara rutin ke

Kementerian LHK.

3. Mewajibkan Seluruh

pemegang IUPH untuk

mengimplementasikan

SIPUHH online .

4. Melakukan rekonsiliasi

antara pelaporan PNBP

dan Piutang PSDH, DR ,

dan IUPH oleh Ditjen

Pengelolaan Hutan

Produksi Lestari (PHPL)

dan bukti setorpada Biro

Keuangan Sekjen secara

berkala.

5. Opsi lain, menyatukan

pengelolaan PNBP dan

piutang PSDH, DR, dan

BPK tidak dapat memperoleh

bukti pemeriksaan yang

cukup dan tepat tentang nilai

tersebut karena tidak

lengkapnya dokumen sumber

PNBP.

Oleh karena itu maka

perlunya untuk

meningkatkan akurasi

pencatatan dan penyajian

dengan cara:

1. Implementasi SIPUHH

online harus diwajibkan

untuk seluruh pemegang

IUPH.

2. Harus dilakukan follow

up terhadap Surat Edaran

Menteri Kehutanan

No.2/Menhut/VI/BIKPH

H/2013.

3. Pentingnya melakukan

rekonsiliasi dengan

Kemenkeu dan Pemda

terkait

4. Harus dilakukan upaya

untuk memastikan

kelancaran penerbitan

surat Persetujuan

Pembayaran (SPP) dalam

tahun berjalan beserta

pembayarannya dengan

Page 22: KATA SAMBUTAN P - berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/puskajiakn/ringkasan-telaahan/public-file/... · Telaahan Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara BKD Atas Hasil Pemeriksaan

13

LHP No. 21/Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara-BKD

Operasional Tahun 2015 tidak dapat diyakini

kewajarannya sebesar Rp 60,73 Milyar.

Ada potensi tidak seluruhnya PNBP tersajikan

Akibat lainnya, Bendahara penerimaan mengalami

kesulitan untuk memastikan jumlah keseluruhan SPP

yang diterbitkan dan dibayarkan selama tahun 2015

dan membedakan apakah merupakan pendapatan

tahun berjalan atau pelunasan piutang tahun

sebelumnya. Hal ini dikarenakan Permenhut

No.52/Menhut-II/2014 tidak mewajibkan Dinas

Kehutanan di daerah untuk menyampaikan SPP PSDH

dan DR ke Bendahara Penerimaan di Sekeretaris

Jenderal Kemeterian LHK.

Kondisi ini tidak sesuai dengan :

Peraturan Pemerintah No.71 Tahun 2010 Tentang

Standar Akuntansi Pemerintahan

Buletin Teknis No.16 Tentang Akuntansi Piutang

Berbasis Akrual

IIUPH pada satu unit

kerja.

cara mengkaji kembali

Permenhut

No.52/Menhut-II/2014.

5. Optimalisasi pencatatan

dan penyajian PNBP dan

Piutang PSDH, DR dan

IUPH melalui

penyampaian Laporan

Realisasi Pembayaran

Iuran Kehutanan

(LRPIK) secara

berjenjang.

2 Pengintegrasian persediaan dan asset tetap/barang

milik negara eks satker likuidasi senilai

Rp426.690.870.563,00 ke dalam Laporan

Keuangan Kementerian LHK belum berdasarkan

hasil inventarisasi :

a. Terungkapnya persediaan dan aset tetap/barang

milik negara eks satker likuidasi senilai Rp426,69

Milyar yang berasal dari aktivitas peleburan KLH

dan Kemenhut. Nilai tersebut berasal dari

aktivitas likuidasi satker-satker milik KLH dan

Kemenhut yang diintegrasikan tanpa terlebih

dahulu dilakukan upaya inventarisasi serta uji

tuntas yang memadai untuk meyakinkan

kepemilikan dan keberadaan persediaan dan

barang milik negara.

BPKRI merekomendasikan

Menteri Lingkungan Hidup

dan Kehutanan agar

menginstruksikan pejabat

Eselon 1 terkait untuk :

1. Melibatkan pihak lain

yang kompeten untuk

menuntaskan pendataan

Barang Milik Negara dari

satker-satker yang

digabung

2. Melakukan koordinasi

dengan Kementerian

Keuangan agar

Pelaporan Keuangan

Secara garis besar, kondisi

sebagaimana dijelaskan

dalam kolom temuan

merupakan efek samping

dari adanya aktivitas

penggabungan

Kementerian Lingkungan

Hidup dan Kehutanan

seperti berikut :

1. Sempitnya waktu untuk

melakukan inventarisasi

sebelum likuidasi

2. Penyajian Laporan

Keuangan KLH

(terlikuidasi) yang

berakhir 30 Mei 2015

Page 23: KATA SAMBUTAN P - berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/puskajiakn/ringkasan-telaahan/public-file/... · Telaahan Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara BKD Atas Hasil Pemeriksaan

14

LHP No. 21/Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara-BKD

b. Nilai realisasi Pendapatan dan Belanja pada

Laporan Realisasi Anggaran Kementerian

Lingkungan Hidup dan Kehutanan masing masing

kurang disajikan sebesar Rp 3.924.322.455 dan

Rp 75.707.494.699.

c. Terdapat nilai Pendapatan Operasional sebesar RP

170.285.370, Beban Operasional RP

83.746.029.397, Surplus dari Kegiatan Non

Operasional sebesar dan Rp 2.227.063.414 pada

Laporan Operasional yang tidak digabungkan

dalam LRA dan LO Kementerian LHK. Hal ini

dikarenakan adanya Sistem Akuntansi Instansi

Berbasis Akrual (SAIBA), aplikasi persediaan dan

BMN yang tidak mengakomodir adanya

penggabungan dua Kementerian yang masih

menggunakan Basis Akuntansi yang berbeda.

Kondisi tersebut mengakibatkan:

Penyajian Realisasi Pendapatan dan Belanja pada

LRA Kementerian LHK yang tidak akurat (kurang

menyajikan Rp 3.924.322.455 dan Rp

75.707.494.699.

Pendapatan dan Beban serta Surplus dari Kegiatan

Non Operasional pada Laporan Operasional (LO)

Kementerian LHK kurang disajikan Rp

170.285.370, Rp 83.746.029.397 dan Rp

2.227.063.414

Persediaan dan Aset tetap senilai Rp

426,690,870,563 belum diyakini kewajarannya

BPK tidak dapat menentukan apakah diperlukan

penyesuaian terhadap angka PNBP dalam Laporan

Operasional, angka Piutang, Persediaan dan Aset

tetap dalam Neraca tahun 2015

Sehingga tidak dapat memberikan gambaran yang

akurat akan kondisi sebenarnya.

Kondisi tersebut tidak sesuai dengan :

Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010

tentang Standar Akuntansi Pemerintahan

Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014

tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/ Daerah

dapat terintegrasi secara

menyeluruh

disajikan terpisah dari

LK Kemenhut.

Alasannya, karena

keduanya tidak bisa

disatukan secara sistem

maupun secara substansi.

Walaupun KLH dan

Kemenhut telah digabung,

namun program APBN

keduanya masih berjalan

dengan DIPA masing-

masing.

Oleh karena itu diperlukan

tidakan untuk meningkatkan

koordinasi dan akurasi

dengan cara melakukan uji

tuntas/Due diligence untuk

melihat kendala/hambatan

dari aspek penyajian Laporan

Keuangan sebelum adanya

penggabungan antara KLH

dan Kemenhut.

Page 24: KATA SAMBUTAN P - berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/puskajiakn/ringkasan-telaahan/public-file/... · Telaahan Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara BKD Atas Hasil Pemeriksaan

15

LHP No. 21/Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara-BKD

Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia

NO.272/PMK.05/2014 Tentang Pelaksanaan

Likuidasi Entitas Akuntansi dan Entitas Pelaporan

Pada Kementerian Negara/Lembaga pada Pasal 21

ayat 4 dan ayat 5.

3 Penatausahaan Aset Tetap Pada 25 Satker

Kementerian LHK Belum Tertib (berulang), hal

ini terlihat sebagai berikut:

a. Ditemukan adanya aset tetap berupa 28 bidang

tanah pada 9 Satuan kerja Kementerian

Perhutanan senilai Rp 4.356.394.852 yang belum

didukung bukti kepemilikan berupa sertifikat.

(Sebagaimana Terlampir di Tabel 1.8;Daftar

Tanah Belum Dilengkapi Bukti Kepemilikan)

b. Selain itu, terdapat 60 unit peralatan dan mesin

berupa kendaraan bermotor dan satu bidang tanah

pada Sembilan satuan kerja yang belum dapat

menunjukkan bukti kepemilikannya kepada

Pemeriksa (Sebagaimana Terlampir di Tabel 1.9;

Daftar Tanah, Peralatan dan Mesin Belum

Dilengkapi Bukti Kepemilikan)

c. Pencatatan Aset yang belum dilakukan secara

tertib , termasuk 5 (lima) bidang tanah dengan

status tidak jelas pada satker BTN Gunung Leuser,

BTN Gunung Rinjani, dan BKSDA Sumatera

Utara.

d. Terdapat 3 (tiga) bidang tanah senilai Rp

2.895.625.000 yang dalam sengketa dengan

masyarakat dan Pemerintah Daerah pada satker

BPKRI merekomendasikan

Menteri Lingkungan Hidup

dan Kehutanan agar

menginstruksikan para

Eselon I terkait untuk:

1. Secara bertahap

mensertifikatkan tanah

milik Kementerian

Lingkungan Hidup dan

Kehutanan.

2. Meningkatkan sosialisasi

dan pembinaan dalam

pengelolaan Barang

Milik Negara.

BPK telah mengungkapkan

penemuan kembali

(berulang) kelemahan

dalam pengendalian intern

atas penatausahaan aset

pada beberapa Satker

Kementerian LHK

sebagaimana ditemukan pada

Laporan Keuangan

Kemenhut tahun 2014.

Sehingga perlu dilakukan hal

berikut

1. Sebaiknya Kementerian

LKH meningkatkan

kontrol tindak lanjut

pelaksanaan

rekomendasi BPK seperti

pentertiban pencatatan

aset, pencatatan hibah,

sertifikasi aset tetap,

penelusuran aset hilang,

serta pemutakhiran data

aset tercatat sesuai status

terkini.

Page 25: KATA SAMBUTAN P - berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/puskajiakn/ringkasan-telaahan/public-file/... · Telaahan Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara BKD Atas Hasil Pemeriksaan

16

LHP No. 21/Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara-BKD

Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam

Sulawesi Selatan.

e. Terdapat aset tetap dengan kondisi rusak berat

berupa peralatan dan mesin senilai Rp

254.180.050 pada satker Taman Nasional (TN)

Batang Gadis serta gedung dan bangunan senilai

Rp 1.955.316.203 pada TN Gunung Leuser yang

belum diterbitkan SK Penghentiannya.

Hal hal diatas disebabkan belum optimalnya usaha

pengawasan, pengamanan, dan pengendalian

pengakuan aset oleh Kuasa Pengguna Barang serta

belum optimalnya upaya penyusunan Laporan

Keuangan 31 Desember 2015 oleh petugas SAI dan

SIMAK BMN.

Kondisi tersebut mengakibatkan :

Penyajian Aset Tetap pada Neraca per 31 Desember

2015 tidak menggambarkan keadaan sebenarnya.

Hal tersebut tidak sesuai dengan :

UU Nomor 01 Tahun 2004 tentang perbendaharaan

Negara Pasal 49 ayat (1)

Buletin Teknis Nomor 09 tentang Akuntansi Aset

Tetap, Bab X Penghentian dan Pelepasan Aset Tetap

Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014

tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah

Pasal 41 ayat (2)

Page 26: KATA SAMBUTAN P - berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/puskajiakn/ringkasan-telaahan/public-file/... · Telaahan Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara BKD Atas Hasil Pemeriksaan

LHP No. 22/Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara-BKD/2016 17

GAMBARAN UMUM

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN

ajian yang disusun merupakan kajian yang dilakukan terhadap laporan hasil

pemeriksaan BPK RI atas laporan keuangan, laporan kinerja dan pemeriksaan dengan

tujuan tertentu yang disusun oleh Kementerian/Lembaga Pemerintah Pusat tahun

2015 yang dikeluarkan pada semester 1 tahun 2016. Secara khusus kajian ini dilakukan terhadap

LK Kementerian Kelautan dan Perikanan. Sedangkan tujuan dari kajian adalah untuk

menyediakan informasi sebagai bahan tindaklanjut DPR atas LHP BPK sebagai pelaksanaan

wewenang, tugas dan fungsi pengawasan parlemen atas akuntabilitas administrasi keuangan

negara.

Gambaran umum sebagai pelengkap dari kajian ini dapat dilihat sebagai berikut;

K

OPINI BPK RI

2014

WTP-DPP

2015

WTP

LRAAnggaran

Rp10.672.500.839.000

Realisasi

Rp9.276.470.048.25186,92%

Aset Lancar

• Rp1.147.259.301.820

Aset Tetap

• Rp9.857.243.012.130

Aset Lainnya

• Rp117.985.666.069

Page 27: KATA SAMBUTAN P - berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/puskajiakn/ringkasan-telaahan/public-file/... · Telaahan Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara BKD Atas Hasil Pemeriksaan

18

LHP No. 22/Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara-BKD

KUTIPAN & TELAAHAN HASIL PEMERIKSAAN BPK RI SEMESTER I TAHUN 2016

ATAS LAPORAN KEUANGAN KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN

TAHUN ANGGARAN 2015

NO. TEMUAN REKOMENDASI BPK HASIL TELAAHAN

LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN ATAS LAPORAN KEUANGAN 22-KEMENTERIAN KELAUTAN DAN

PERIKANAN TAHUN 2015 DI JAKARTA

OPINI BPK : WAJAR TANPA PENGECUALIAN

1 Penatausahaan Persediaan Tidak Sesuai

Ketentuan

Terdapat Saldo Persediaan sebesar Rp 47,1 Milyar

pada 32 satuan kerja yang statusnya inaktif.

Sebanyak 14 satuan kerja Dirjen Perikanan

Tangkap mengalami penambahan saldo persediaan

dari posisi per 31 Desember 2014 , sedangkan

sisanya tidak mengalami perubahan (lihat lampiran

3 dan Lampiran 4)

Kondisi tersebut mengakibatkan,

- Timbul potensi penyalahgunaan persediaan oleh

pihak yang tidak berwenang

Kondisi tersebut tidak sesuai dengan,

- Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014

tentang Pengelolaan Barang Milik

Negara/Daerah

- Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010

tentang Standar Akuntansi Pemerintahan

- Peraturan Menteri Keuangan Nomor

272/PMK.05/2014 tentang Pelaksanaan Likuidasi

Entitas Akuntansi dan Entitas Pelaporan pada

Kementerian Negara/Lembaga

BPK merekomendasikan

Menteri Kelautan dan

Perikanan agar:

a. Memberikan teguran

secara tertulis kepada

Kepala satker terkait

untuk lebih optimal

dalam melakukan

penatausahaan

persediaan

b. Memerintahkan Kepala

Satker terkait untuk

melakukan stock opname

atas seluruh persediaan

serta menyelesaikan

p0ersediaan yang masih

ada pada satker inaktif

dan menyampaikan

hasilnya ke Badan

Pemeriksa Keuangan.

Kondisi disamping terjadi

karena belum optimalnya

pengawasan dan

penatausahaan persediaan

yang dilakukan oleh kepala

satker terkait, oleh karena

itu:

- Harus diberikan teguran

secara tertulis kepada

Satker terkait

- Disarankan untuk

melakukan stock opname

seluruh persediaan

- Harus menyelesaikan

penatausahaan seluruh

persediaan pada satker

inaktif dan melaporkan

hasilnya ke BPK

2 Pengelolaan dan Penatausahaan Aset Tetap

Tidak Sesuai Ketentuan

a. Aset tetap senilai total Rp 22,8 Milyar tidak

dapat ditemukan keberadaannya. Aset tersebut

ditemukan pada Satker Dekonsentrasi dan Tugas

Pembantuan.

Berikut rincian berdasarkan daerahnya :

1. Provinsi Maluku- pada satker Dinas

Kelautan, diketahui aset tetap senilai Rp 18,1

Milyar tidak diketahui keberadaannya,

demikian pula dengan aset berupa peralatan

dan mesin senilai Rp 1.238.948.092 di

Laboratorium Pembinaan dan Pengujian

Mutu Hasil Perikanan (LPPMHP) pada

BPK merekomendasikan

Menteri Kelautan dan

Perikanan agar

menginstruksikan Sekretaris

Jenderal untuk :

a. Menegur secara tertulis

kepada para kepada para

kepala satker terkait

yang tidak optimal

melaksanakan tugas dan

fungsinya

b. Segera menyelsaikan

permasalahan terkait

aset tetap serta

Kondisi disamping terjadi

karena kelemahan kontrol

inventarisasi BMN di

satker-satker terkait oleh

karena itu :

a. Harus meningkatkan

koordinasi satker

terkait atas

penyelesaian aset tetap

pada satker inaktif

b. Harus meningkatkan

kemampuan

pengelolaan aset tetap

di satker-satker terkait

Page 28: KATA SAMBUTAN P - berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/puskajiakn/ringkasan-telaahan/public-file/... · Telaahan Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara BKD Atas Hasil Pemeriksaan

19

LHP No. 22/Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara-BKD

Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi

Maluku TP-06.

2. Jawa Barat-Peralatan dan mesin senilai Rp

2.362.545.535 di Dinas Kelautan dan

Perikanan Provinsi Jawa Barat belum

diketahui keberadaannya. Begitu pula di

Satker DKP Jawa Barat DK-03, aset senilai

Rp 85.400.000 belum diketahui

keberadaannya.

3. Kabupaten Tapanuli Tengah TP-07-Aset

tetap berupa peralatan dan mesin dengan

total nilai Rp 228.600.500 , tidak diketahui

keberadaannya.

4. Sulawesi Utara-Dari hasil uji petik,

peralatan dan mesin senilai Rp 282.424.185

di DKP Sulut Satker-03; Rp 66.862.500 di

DKP Sulut TP-03; dan Rp 327.143.500 di

DKP Sulut DK-05 tidak dapat diketahui

keberadannya.

Ditambah, dari 4 buah unit notebook dengan

total nilai Rp 74.380.000 di Satker DK-07 , 3

unit diantaranya tidak dapat ditemukan.

5. Kabupaten Minahasa Selatan-Aset

sebanyak 11 unit dengan nilai Rp 39.967.150

tidak dapat diketahui keberadaannya di DKP

TP-06.

Kondisi tersebut mengakibatkan,

- Timbulnya potensi kehilangan, kerusakan,

ataupun penurunan nilai masa manfaat pada

aset-aset milik satker inaktif.

- Adanya potensi penyalahgunaan aset tetap

terhadap aset senilai Rp 22,8 Milyar yang

tidak diketahui keberadaannya.

Hal tersebut tidak sesuai dengan,

- UU Nomor 1 Tahun 2004 tentang

Perbendaharaan Negara Pasal 44

- Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010

tentang Standar Akuntansi Pemerintahan

- Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

Nomor 27 Tahun 2014 tentang Pengelolaan

barang Milik Negara/Daerah Pasal 42

melakukan inventarisasi

dan penilaian atas akun

aset di KKP.

c. Satker-satker terkait

harus menelusuri

keberadaan fisik BMN

yang belum diketahui

keberadannya

d. Bila BMN tersebut

ditemukan dan

dibuktikan melalui

Berita Acara

Inventarisasi, maka

Satker harus

melakukan pencatatan

atas BMn tersebut

e. Bila BMN tersebut

tidak ditemukan, maka

satker wajib membuat

surat keterangan yang

menyatakan bahwa

telah terjadi kesalahan

dalam membukukan

BMN tersebut dalam

SIMAKBUN

-

Page 29: KATA SAMBUTAN P - berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/puskajiakn/ringkasan-telaahan/public-file/... · Telaahan Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara BKD Atas Hasil Pemeriksaan

20

LHP No. 22/Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara-BKD

- Buletin Teknis SAP No.15 tentang

Akuntansi Aset Tetap Poin 11.1 tentang Aset

Tetap Berbasis Akrual

- Peraturan Menteri Keuangan

No.233/PMK.05/2011 tentnag perubahan

atas PMK Nomor 171/PMK.05/2007 tentang

Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan

Pemerintah Pusat

- Peraturan Menteri Keuangan Nomor

109/PMK.06/2009 tentang Pedoman

Pelaksanaan Inventarisasi, Penilaian dan

Pelaporan dalam rangka Penertiban Barang

Milik Negara

- Peraturan Menteri Keuangan Nomor

120/PMK.06/2007 tentang Penatausahaan

BMN

- Peraturan Menteri Keuangan Nomor

1/PMK.06/2013 tentang Penyusutan Barang

Milik Negara Berupa Aset Tetap Pada

Entitas Pemerintah Pusat

- Peraturan bersama Menteri Keuangan dan

Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor

186/PMK.06/2009 dan Nomor 24 Tahun

2009 tentang Persertifikatan Barang Milik

Negara Berupa Tanah

- Keputusan Menteri Keuangan Nomor

94/KM.6/2014

Page 30: KATA SAMBUTAN P - berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/puskajiakn/ringkasan-telaahan/public-file/... · Telaahan Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara BKD Atas Hasil Pemeriksaan

LHP No. 89/Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara-BKD 21

GAMBARAN UMUM

PEMERIKSAAN TERHADAP LOAN ADB 3O94-INO DAN GRANT ADB 0379-INO TAHUN 2015

ajian yang disusun merupakan kajian yang dilakukan terhadap laporan hasil

pemeriksaan BPK RI atas laporan keuangan, laporan kinerja dan pemeriksaan dengan

tujuan tertentu yang disusun oleh Kementerian/Lembaga Pemerintah Pusat tahun

2015 yang dikeluarkan pada semester 1 tahun 2016.

Secara khusus kajian ini dilakukan terhadap LK 89-LOAN ADB 3O94-INO DAN GRANT

ADB 0379-INO TAHUN 2015 pada CORAL REEF REHABILITATION AND MANAGEMENT

PROGRAM- CORAL TRIANGLE INITIATIVE, DITJEN KP3K DAN DITJEN PERIKANAN

TANGKAP KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN SERTA INSTANSI

TERKAIT LAINNYA. Sedangkan tujuan dari kajian adalah untuk menyediakan informasi

sebagai bahan tindaklanjut DPR atas LHP BPK sebagai pelaksanaan wewenang, tugas dan

fungsi pengawasan parlemen atas akuntabilitas administrasi keuangan negara.

Gambaran umum sebagai pelengkap dari kajian ini dapat dilihat sebagai berikut:

K

OPINI BPK RI

2014

WTP

2015

WTP

PinjamanAnggaran

Rp126.095.352.000

Realisasi

RpRp79.323.922.30862,91 %

HibahAnggaran

Rp19.752.800.000

Realisasi

Rp16.649.286.23584,29 %

Page 31: KATA SAMBUTAN P - berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/puskajiakn/ringkasan-telaahan/public-file/... · Telaahan Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara BKD Atas Hasil Pemeriksaan

LHP No. 89/Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara-BKD 22

KUTIPAN & TELAAHAN HASIL PEMERIKSAAN BPK RI SEMESTER I TAHUN 2016

ATAS LAPORAN KEUANGAN LOAN ADB 3O94-INO DAN GRANT ADB 0379-INO TAHUN 2015

CORAL REEF REHABILITATION AND MANAGEMENT PROGRAM-CORAL TRIANGLE INITIATIVE

(COREMAP-CTI) PROJECT, DITJEN KP3K DAN DITJEN PERIKANAN TANGKAP

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN SERTA INSTANSI TERKAIT LAINNYA

TAHUN ANGGARAN 2015

NO. TEMUAN REKOMENDASI BPK HASIL TELAAHAN

LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN ATAS LAPORAN KEUANGAN 89- LOAN ADB 3O94-INO DAN GRANT ADB

0379-INO PADA CORAL REEF REHABILITATION AND MANAGEMENT PROGRAM-CORAL TRIANGLE INITIATIVE

(COREMAP-CTI) PROJECT

OPINI BPK : WAJAR TANPA PENGECUALIAN

1 Pengelompokan Belanja Dalam Kategori Proyek

Tidak Konsisten (Grant ADB 0379-INO)

a. Balai Pengelolaan Sumberdaya Pesisir

dan Laut (BPSPL ) Padang

-Dalam SPM 00203/BPSPS/XII/2015

tanggal 14 Desember 2015 pembayaran

masuk dalam kategori 4 surveys and studies,

dimana seharusnya masuk dalam kategori 2

vehicles and equipment

-Dalam SPM 00226/BPSPL/XII/2015

tanggal 21 Desember 2015 pembayaran

masuk dalam kategori 4 surveys and studies,

dimana seharusnya masuk dalam kategori 2

vehicles and equipment

b. Dinas Kelautan dan Perikanan

Kabupaten Kepulauan Mentawai

-Terdapat perbedaan nilai realisasi per

kategori antara dokumen bukti realisasi pada

Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten

Kepulauan Mentawai dengan Laporan

Konsolidasi Keuangan COREMAP-CTI

ADB Tahun Anggaran 2015 sebesar Rp

68.263.000 (Lampiran Tabel 1.1.).

-Terdapat selisih pengakuan total realisasi

antara bukti pertanggungjawaban dengan

laporan konsolidasi sebesar

Rp68.263.000,00. Selisih terjadi karena

terlambatnya pembuatan spj nihil dengan

SPM nomor 00024. SPM Nihil dibuat pada

bulan Maret 2016.

-Terdapat pengkategorian proyek pada

laporan konsolidasi yang berbeda pada

setiap termin, dimana pengelompokan

BPKmerekomendasikan agar

:

- Direktur Jenderal

Pengelolaan Ruang Laut

selaku Executing

Agency agar menyusun

dan menetapkan

pedoman

pengelompokan

kategori proyek dan

memerintahkan Direktur

PMO untuk melakukan

sosialisasi terkait

pengelompokan

kategori proyek.

Berdasarkan temuan

tersebut, maka :

a. Direktur PMO sebaiknya

memahami Loan

Agreement sehingga

mampu menetapkan

pedoman pengelompokan

kategori proyek dengan

baik

b. KPA Satker terkait

disarkanan untuk

melaksanakan kegiatan

sesuai dengan pembagian

kegiatan pinjaman dan

hibah serta kategori proyek

dalam work program yang

ditetapkan;

c. Pejabat Penguji

Tagihan/Penandatanganan

SPM belum sebaiknya

memahami secara

menyeluruh akan

pengelompokan kategori

proyek

Page 32: KATA SAMBUTAN P - berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/puskajiakn/ringkasan-telaahan/public-file/... · Telaahan Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara BKD Atas Hasil Pemeriksaan

LHP No. 89/Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara-BKD 23

pembayaran uang muka berbeda dengan

pengelompokan pembayaran akhir

pengadaan mooring buoy (lampiran Tabel

1.2).

-Realisasi pada kategori proyek civil works

dan materials melebihi anggaran masing

masing sebesar Rp79.400.000,00 dan

Rp602.835.000,00. Terdapat perbedaan nilai

anggaran dalam work program dengan

RKAKL.

Berdasarkan keterangan PPK, perbedaan

terjadi karena terdapat revisi RKAKL. PPK

tidak menyampaikan revisi ke PMO karena

berdasarkan hasil konsultasi ke DJB revisi

RKAKL hanya sampai tingkat KPA.

Hal tersebut tidak sesuai dengan,

-Pedoman Umum Coremap-CTI bagian

Program dan Anggaran halaman 31 yang

menyatakan bahwa Anggaran digunakan

untuk kegiatan- kegiatan yang dibatasi

sesuai kategori.

Hal tersebut megakibatkan,’

- Nilai belanja pada masing-masing kategori

proyek tidak menunjukkan nilai realisasi

belanja sesuai kategori yang sebenarnya dan

menimbulkan kerancuan dalam pencatatan

yang akan mempengaruhi kewajaran laporan

konsolidasi keuangan.

Page 33: KATA SAMBUTAN P - berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/puskajiakn/ringkasan-telaahan/public-file/... · Telaahan Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara BKD Atas Hasil Pemeriksaan

LHP No. 90/Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara-BKD 24

GAMBARAN UMUM

PEMERIKSAAN TERHADAP LOAN WB IBRD NO. 8336-ID DAN GRANT WB NO.

TF015470 TAHUN 2015 PADA CORAL REEF REHABILITATION AND

MANAGEMENT PROGRAM- CORAL TRIANGLE INITIATIVE (COREMAP – CTI)

ajian yang disusun merupakan kajian yang dilakukan terhadap laporan hasil

pemeriksaan BPK RI atas laporan keuangan, laporan kinerja dan pemeriksaan dengan

tujuan tertentu yang disusun oleh Kementerian/Lembaga Pemerintah Pusat tahun

2015 yang dikeluarkan pada semester 1 tahun 2016.

Secara khusus kajian ini dilakukan terhadap LK 90- LOAN WB IBRD NO. 8336-ID DAN

GRANT WB NO. TF015470 TAHUN 2015 PADA CORAL REEF REHABILITATION AND

MANAGEMENT PROGRAM- CORAL TRIANGLE INITIATIVE (COREMAP - CTI) PROJECT

DITJEN KP3K DAN DITJEN PERIKANAN TANGKAP KEMENTERIAN KELAUTAN

DAN PERIKANAN SERTA INSTANSI TERKAIT LAINNYA. Sedangkan tujuan dari kajian

adalah untuk menyediakan informasi sebagai bahan tindaklanjut DPR atas LHP BPK sebagai

pelaksanaan wewenang, tugas dan fungsi pengawasan parlemen atas akuntabilitas administrasi

keuangan negara.

Gambaran umum sebagai pelengkap dari kajian ini dapat dilihat sebagai berikut;

K

OPINI BPK RI

2014

--*

2015

WTP*BPK belum memeriksa pinjaman luar

negeri pada tahun tersebut

LRAAnggaran

RP151.568.840.000

Realisasi

Rp98.093.447.61764,72%

Page 34: KATA SAMBUTAN P - berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/puskajiakn/ringkasan-telaahan/public-file/... · Telaahan Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara BKD Atas Hasil Pemeriksaan

25

LHP No. 90/Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara-BKD

KUTIPAN & TELAAHAN HASIL PEMERIKSAAN BPK RI SEMESTER I TAHUN 2016

ATAS LAPORAN KEUANGAN LOAN WORLD BANK IBRD NO. 8336-ID DAN GRANTNO. TF015470

TAHUN 2015 PADA CORAL REEF REHABILITATION AND MANAGEMENT PROGRAM- CORAL

TRIANGLE INITIATIVE (COREMAP - CTI) PROJECT DITJEN PENGELOLAAN RUANG LAUT

DAN DITJEN PERIKANAN TANGKAP KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN SERTA

INSTANSI TERKAIT LAINNYA

TAHUN ANGGARAN 2015

NO. TEMUAN REKOMENDASI BPK HASIL TELAAHAN

LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN ATAS LAPORAN KEUANGAN 90- LOAN WORLD BANK IBRD NO. 8336-ID

DAN GRANTNO. TF015470 TAHUN 2015 PADA CORAL REEF REHABILITATION AND MANAGEMENT PROGRAM-

CORAL TRIANGLE INITIATIVE (COREMAP - CTI) PROJECT

OPINI BPK : WAJAR TANPA PENGECUALIAN

1

Pekerjaan Jasa Konsultansi Penilaian Dan

Pengkajian Dampak Kegiatan Infrastruktur Bagi

Masyarakat Setempat pada Project Implementing

Unit (PIU) Dinas Kelautan dan Perikanan

Kabupaten Wakatobi Senilai Rp98.500.000,00

Tidak Sesuai dengan Kerangka Acuan Kerja

Berdasarkan pemeriksaan atas keluaran dari kegiatan

dan dokumen pertanggungjawaban tersebut diketahui

bahwa salah satu keluaran yang diharapkan yaitu Peta

pembangunan infrastruktur di wilayah pesisir dan

laut Wakatobi tidak dihasilkan oleh pihak konsultan

Hal tersebut tidak sesuai dengan,

-Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang

Pengadaan Barang/Jasa pemerintah

BPK merekomendasikan,

Direktur Jenderal PRL

selaku Executing Agency

agar memberikan teguran

secara tertulis kepada KPA

DKP Kabupaten Wakatobi

supaya dalam melaksanakan

kegiatan mengacu kepada

Kerangka Acuan Kerja yang

telah ditetapkan dan

meningkatkan pengawasan

terhadap pelaksanaan

kegiatan yang berada dalam

penguasaannya.

Maka dari itu, sebaiknya

:

a.Panitia/Pejabat

Penerima Hasil Pekerjaan

harus bekerja lebih optimal

dalam menjalankan

kewenangannya untuk

memeriksa hasil pekerjaan;

b. Pejabat Pembuat

Komitmen/Pengguna harus

lebih ketat dalam

mengendalikan

pelaksanaan pekerjaan;

c. Kuasa Pengguna

Anggaran (KPA)

sebaiknya lebih cermat

dalam melakukan

pengawasan atas

pertanggungjawaban

pelaksanaan anggaran

Page 35: KATA SAMBUTAN P - berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/puskajiakn/ringkasan-telaahan/public-file/... · Telaahan Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara BKD Atas Hasil Pemeriksaan

LHP No. 90/Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara-BKD

LAMPIRAN

Page 36: KATA SAMBUTAN P - berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/puskajiakn/ringkasan-telaahan/public-file/... · Telaahan Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara BKD Atas Hasil Pemeriksaan

LHP No. 90/Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara-BKD

Page 37: KATA SAMBUTAN P - berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/puskajiakn/ringkasan-telaahan/public-file/... · Telaahan Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara BKD Atas Hasil Pemeriksaan

LHP No. 90/Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara-BKD

Page 38: KATA SAMBUTAN P - berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/puskajiakn/ringkasan-telaahan/public-file/... · Telaahan Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara BKD Atas Hasil Pemeriksaan

LHP No. 90/Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara-BKD