KATA PENGANTAR.docx

download KATA PENGANTAR.docx

of 11

Transcript of KATA PENGANTAR.docx

KATA PENGANTARAssalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul Memajukan Masyarakat Maritim Melalui Pembangunan Civil Society.Dalam penyusunannya, penulis memperoleh banyak bantuan dari berbagai pihak, karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Dosen Pembimbing yang telah memberikan bimbingan, arahan, dan dukungan yang begitu besar. Dari sanalah semua kesuksesan ini berawal, semoga semua ini bisa memberikan sedikit manfaat dan menuntun pada langkah yang lebih baik lagi.Meskipun penulis berharap isi dari makalah ini bebas dari kekurangan dan kesalahan, namun selalu ada yang kurang. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar makalah kedepannya dapat lebih baik lagi.Akhir kata penulis berharap agar makalah ini bermanfaat bagi semua pembaca.Wassalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Makassar, 13 Mei 2013

Ansmunandar

DAFTAR ISIKATA PENGANTAR..................................................................................................1DAFTAR ISI...............................................................................................................2BAB 1 PENDAHULUAN...........................................................................................3Latar Belakang...........................................................................................................3Rumusan Masalah......................................................................................................4Tujuan Pemberdayaan Masyarakat Pesisir..................................................................4BAB 2 PEMBAHASAN..............................................................................................52.1 Peretasan Masalah Masyarakat Pesisir...................................................................52.2 Pengelolaan Wilayah Pesisir Berbasis Masyarakat.................................................62.3 Pengelolaan Wilayah Pesisir Berbasis Masyarakat dengan Mengupayakan Pengembangan Masyarakat Pantai........................................................................7BAB 3 PENUTUP........................................................................................................103.1 Kesimpulan...........................................................................................................103.2 Saran....................................................................................................................10DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................11

BAB 1PENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangSecara geografis, masyarakat maritim adalah masyarakat yang hidup, tumbuh dan berkembang di kawasan pesisir, yakni suatu kawasan transisi antara wilayah darat dan laut. Sehingga masyarakat maritim biasa juga disebut masyarakat pesisir. Sebagai suatu sistem, masyarakat pesisir terdiri atas kategori-kategori sosial yang membentuk kesatuan sosial. Sebagian besar masyarakat pesisir, baik langsung maupun tidak langsung, menggantungkan kelangsungan hidupnya dari mengelola potensi sumber daya kelautan. Seperti juga masyarakat yang lain, masyarakat pesisir menghadapi banyak masalah seperti politik, sosial dan ekonomi yang kompleks. Ragam masalah tersebut antara lain : kemiskinan, kesenjangan sosial dan tekanan-tekanan ekonomi yang datang setiap saat, keterbatasan akses modal, teknologi dan pasar sehingga mempengaruhi dinamika usaha, kelemahan fungsi kelembagaan sosial ekonomi yang ada, kualitas sumber daya manusia (SDM) yang rendah sebagai akibat keterbatasan akses pendidikan, kesehatan dan pelayanan publik, degradasi sumber daya lingkungan, baik di kawasan pesisir, laut maupun di pulau-pulau kecil, belum kuatnya kebijakan yang berorientasi pada kemaritiman sebagai pilar utama pembangunan nasional (Kusnadi, 2006). Di masa lalu, paradigma pembangunan lebih memprioritaskan masyarakat perkotaan dan pertanian pedalaman, sedangkan masyarakat pesisir kurang diperhatikan. Sudah saatnya memang paradigma tersebut dirubah dengan memberikan perhatian yang sama terhadap masyarakat pesisir karena mereka juga adalah warga negara Indonesia.Konsekuensinya, justru masyarakat pesisir perlu mendapatkan perhatian khusus karena ketertinggalan mereka akibat paradigma masa lampau. Yang perlu dilakukan adalah pemberdayaan masyarakat pesisir. Karenanya, arah kebijakan sekarang ini untuk pemberdayaan masyarakat, umumnya bukan lagi ditekankan pada pembangunan (development) dalam arti memberikan barang atau uang kepada masyarakat, tetapi dengan pelatihan dan pendampingan yang memerlukan waktu cukup lama agar masyarakat mempunyai kemampuan manajemen (pengelolaan).1.2 Rumusan MasalahDari latar belakang di atas, maka dirumuskan masalah berupa : Bagaimana cara memecahkan masalah-masalah yang dialami oleh masyarakat pesisir? Bagaimana cara mengelola wilayah pesisir berbasis masyarakat?1.3 Tujuan Pemberdayaan Masyarakat PesisirBerdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah : Meretaskan ragam masalah yang dihadapi oleh masyarakat pesisir. Pengelolaan wilayah pesisir dengan pengembangan masyarakat pesisir.

BAB 2PEMBAHASAN

2.1 Peretasan Masalah Masyarakat Pesisir.Masalah yang dibahas kali ini dikhususkan dalam hal kemiskinan yang melanda sebagian besar masyarakat pesisir terkhusus lagi bagi para nelayan. Berbagai program telah dilakukan untuk mengentaskan nelayan dari kemiskinan, yakni : 1) Motorisasi armada perikanan. Program ini semacam kompensasi untuk meningkatkan produksi nasional. Namun ternyata motorisasi armada ini banyak gagal karena tidak tepat sasaran yakni bisa melawan nelayan kecil serta dimanipulasi oleh aparat dan elit demi kepentingan mereka dan bukannya untuk kepentingan nelayan; 2) Sistem rantai dingin, merupakan penerapan cara penanganan ikan menggunakan es guna menjaga mutu ikan dengan cara menggunakan es di sepanjang rantai pemasaran dan transportasi ikan. Kekurangannya pada fasilitas dan prasarana pabrik es yang tidak tersedia secara baik dan pada umumnya pabrik es dikelola oleh swasta; 3) Pengadaan prasarana pelabuhan, seperti pembangunan prasarana perikanan, khususnya pelabuhan perikanan berbagai tipe dan ukuran di seluruh Indonesia. Akan tetapi, masih banyak pelabuhan yang belum dimanfaatkan secara optimal bahkan tidak berfungsi sama sekali; 4) Konservasi dan rehabilitasi lingkungan hidup, misalnya pembuatan karang buatan, penanam kembali hutan bakau, konservasi kasawan laut dan jenis ikan tertentu, serta penegakan hukum terhadap kegiatan-kegiatan penangkapan ikan dengan menggunakan bom, racun, dan alat tangkap ikan yang destrukif adalah program-program pembangunan yang secara tidak langsung mempengaruhi kesejahteraan nelayan; 5) Dari sisi kelembagaan dikembangkan juga pola-pola usaha perikanan yang mampu meningkatkan pendapatan nelayan, seperti pengembangan koperasi perikanan, pengembangan kelompok usaha bersama, pengembangaan kemitraan usaha. Meskipun banyak kelembagaan nelayan terbentuk, namun hanya sedikit bisa bertahan, salah satu penyebabnya ialah ketidakadilan yang diterima oleh para nelayan (Kusnadi, 2006).Keseluruhan program dan pendekatan yang dilakukan untuk meningkatkan pendapatan nelayan dan mengentaskan mereka dari kemiskinan seperti yang diuraikan diatas, seperti membuang garam ke laut. Tiada bekas dan dampak yang berarti. Kalau demikian maka sebetulnya ada sesuatu yang salah dari program-program tersebut. Atau apa yang dilakukan tidak sesuai dengan kebutuhan. Jadi, ada kebutuhan lain yang sebetulnya merupakan kunci pokok permasalahan. Bila hal tersebut bisa dipecahkan dan ada program-program pembangunan ke arah itu, barangkali saja pendapatan nelayan sebagai komponen utama masyarakat pesisir dapat ditingkatkan dan insiden kemiskinan bisa diminimalkan.Diharapkan melalui program jangka panjang akan dapat menumbuhkan beberapa inisiatif berikut akselerasi kemampuan mendasar melalui beberapa pendekatan, antara lain :a. Pemberdayaan masyarakat yang mampu mengelola serta menjaga sumber daya pesisir termasuk akses daerah penangkapan ikan (fishing ground), berikut pengembangan infrastruktur skala kecil.b. Pengembangan strategi berbasis mekanisme pasar, antara lain membentuk dan mengembangkan Kelompok Usaha Bersama (KUBE) atau kelompok wirausaha yang dirancang dengan penguatan tata niaga produk kelautan dan perikanan.c. Memberi perhatian lebih terhadap masyarakat marginal namun memiliki potensi dan kemauan secara aktif untuk dapat mengembangkan kemampuannya.d. Pengembangan model atau pembelajaran hasil kegiatan CCD (Coastal Community Development) IFAD Project

2.2 Pengelolaan Wilayah Pesisir Berbasis MasyarakatPengelolaan Berbasis Masyarakat atau biasa disebut Community Based Management (CBM) menurut Nikijuluw (1994) merupakan salah satu pendekatan pengelolaan sumberdaya alam, misalnya perikanan, yang meletakkan pengetahuan dan kesadaran lingkungan masyarakat lokal sebagai dasar pengelolaannya. Pengelolaan Berbasis Masyarakat dapat diartikan sebagai sustu sistem pengelolaan sumberdaya alam di suatu tempat dimana masyarakat lokal di tempat tersebut terlibat secara aktif dalam proses pengelolaan sumberdaya alam yang terkandung di dalamnya.Di Indonesia, Pengelolaan Sumberdaya berbasis Masyarakat sebenarnya telah di tetapkan dalam Pasal 33 Undang-undang Dasar 1945 yang menyebutkan bahwa bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat. Ketentuan tersebut secara tegas menginginkan agar pelaksanaan penguasaan negara atas sumberdaya alam khususnya sumberdaya pesisir dan lautan diarahkan kepada tercapainya manfaat yang sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat banyak, dan juga harus mampu mewujudkan keadilan dan pemerataan sekaligus memperbaiki kehidupan masyarakat pesisir serta memajukan desa-desa pantai.Dalam implementasinya, pola pengelolaan sumberdaya pesisir dan lautan yang selama ini sangat bertentangan dengan apa yang telah digariskan dalam pasal tersebut, pelaksanaannya masih bersifat top down, artinya semua kegiatan pengelolaan sumberdaya pesisir dan lautan mulai dari membuat kebijakan, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan monitoring dilakukan sepenuhnya oleh pemerintah tanpa melibatkan partisipasi masyarakat lokal, padahal apabila dilihat karakteristik wilayah pesisir dan lautan baik dari segi sumberdaya alam maupun dari masyarakatnya sangat kompleks dan beragam, sehingga dalam pengelolaan wilayah pesisir dan lautan seharusnya secara langsung melibatkan masyarakat lokal.Atas dasar tersebut dan dengan adanya kebijakan pemerintah Republik Indonesia tentang Otonomi Daerah dan desentralisasi dalam pengelolaan sumberdaya wilayah pesisir dan lautan, maka sudah semestinya bila pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya pesisir secara langsung melibatkan partisipasi masyarakat lokal baik dalam perencanaan, implementasi, monitoring dan evaluasi, sehingga mampu menjamin kesejahteraan dan kelangsungan hidup masyarakat lokal serta kelestarian pemanfaatan sumberdaya pesisir tersebut.Merujuk dari asumsi tersebut dalam rangka mengantisipasi penyelenggaraan Otonomi Daerah yang mandiri dan bertanggung jawab, maka diperlukan masyarakat yang memiliki kemampuan untuk mendayagunakan secara efektif kekayaan alam bagi kemakmuran rakyat. Dalam kaitan ini, pengembangan masyarakat pantai merupakan bagian integral dari pengelolaan sumber pesisir dan laut bagi kemakmuran masyarakatnya, sehingga perlu digunakan suatu pendekatan dimana masyarakat sebagai obyek sekaligus sebagai subyek pembangunan.

2.3 Pengelolaan Wilayah Pesisir Berbasis Masyarakat dengan Mengupayakan Pengembangan Masyarakat Pantai. Strategi pengembangan masyarakat pantai dapat dilakukan melalui dua pendekatan yaitu, yang bersifat struktural dan non struktural. Pendekatan struktural adalah pendekatan makro yang menekankan pada penataan sistem dan struktur sosial politik. Pendekatan ini mengutamakan peranan instansi yang berwewenang atau organisasi yang dibentuk untuk pengelolaan pesisir laut. Dalam hal ini peranan masyarakat sangat penting tetapi akan kurang kuat karena aspek struktural biasanya lebih efektif bila dilakukan oleh pihak-pihak yang mempunyai kewenangan, paling tidak pada tahap awal. Dilain pihak pendekatan non struktural adalah pendekatan yang subyektif. Pendekatan ini mengutamakan pemberdayaan masyarakat secara mental dalam rangka meningkatkan kemampuan anggota masyarakat untuk ikut serta dalam pengelolaan dan persoalan pesisir laut. Kedua pendekatan tersebut harus saling melengkapi dan dilaksanakan secara integratif. 2.3.1 Pendekatan StrukturalSasaran utama pendekatan struktural adalah tertatanya struktur dan sistem hubungan antara semua komponen dan sistem kehidupan, baik di wilayah pesisir dan laut maupun komponen pendukung yang terkait, termasuk komponen sosial, ekonomi dan fisik. Dengan penataan aspek struktural, diharapkan masyarakat mendapatkan kesempatan lebih luas untuk dapat memanfaatkan sumber daya alam secara berkelanjutan. Selain itu penataan struktur dan sistem hubungan sosial dan ekonomi tersebut diharapkan dapat menciptakan peluang bagi masyarakat untuk ikut serta melindungi sumber daya alam dari ancaman yang datang baik dari dalam maupun dari luar. Langkah ini diharapkan dapat mengurangi bahkan menghilangkan masalah-masalah sosial dan ekonomi yang utama yang selama ini secara terus menerus menempatkan masyarakat (lokal) pada posisi yang sulit. Pendekatan struktural membutuhkan langkah-langkah strategi sebagai berikut :a. Pengembangan Aksesibilitas Masyarakat pada Sumber Daya Alamb. Pengembangan aksesibilitas masyarakat terhadap proses pengambilan keputusan. c. Peningkatan aksebilitas masyarakat terhadap informasi.d. Pengembangan kapasitas kelembagaan.e. Pengembangan sistem pengawasan berbasis masyarakat.f. Pengembangan jaringan pendukung. 2.3.2 Pendekatan Subyektif. Pendekatan subyektif (non struktural) adalah pendekatan yang menempatkan manusia sebagai subyek yang mempunyai keleluasaan untuk berinisiatif dan berbuat menurut kehendaknya. Pendekatan tersebut berasumsi bahwa masyarakat lokal dengan pengetahuan, keterampilan dan kesadarannya dapat meningkatkan peranannya dalam perlindungan sumber daya alam disekitarnya. Karena itu, salah satu upaya untuk meningkatkan peran masyarakat lokal dalam pengelolaan sumber daya alam dan wilayah pesisir dan laut adalah dengan meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan kesadaran masyarakat untuk berbuat sesuatu demi melindungi sumber daya alam. Pengetahuan dan keterampilan tersebut tidak harus berkaitan langsung dengan upaya-upaya penanggulangan masalah kerusakan sumberdaya alam tetapi juga hal-hal yang berkaitan dengan usaha ekonomi, terutama dalam rangka membekali masyarakat dengan usaha ekonomi alternatif sehingga tidak merusak lingkungan, antara lain yaitu : a. Peningkatan pengetahuan dan wawasan lingkungan.b. Pengembangan keterampilan masyarakatc. Pengembangan kapasitas masyarakat.d. Pengembangan kualitas diri.e. Peningkatan motivasi masyarakat untuk berperan serta.f. Penggalian & pengembangan nilai tradisional masyarakat.

BAB 3PENUTUP

3.1 Kesimpulan1. Program dan pendekatan yang selama ini dilakukan untuk meningkatkan pendapatan nelayan dan mengentaskan mereka dari kemiskinan masih belum menunjukkan dampak yang berarti.2. Pengelolaan berbasis masyarakat dapat diartikan sebagai sustu sistem pengelolaan sumberdaya alam di suatu tempat dimana masyarakat lokal di tempat tersebut terlibat secara aktif dalam proses pengelolaan sumberdaya alam yang terkandung di dalamnya.3. Strategi pengembangan masyarakat pantai dapat dilakukan melalui dua pendekatan yaitu, pendekatan yang bersifat struktural dan non struktural.

3.2 Saran1. Perlunya tindakan yang lebih proaktif dari pemerintah dalam menjalankan program dan pendekatan terhadap masyarakat pesisir.2. Melakukan pendekatan struktural dan pendekatan subyektif secara berkelanjutan.3.

DAFTAR PUSTAKA

http://newbie860.blogspot.com/2012/06/pembangunan-masyarakat-pesisir-di.html (online, diakses: 13 Mei 2013)Harbinson dan Myers,1965, Manpower and Education : Country Studies in Economic DevelopmentKusnadi. 2006. Pemberdayaan Nelayan dalam Upaya Mengurangi Kemiskinan di Kalangan Nelayan Indonesia. (http://resources.unpad.ac.id/unpad-content/uploads/publikasi_dosen/Pemberdayaan%20Nelayan.pdf. Online, Diakses : 12 Mei 2013)Moh. Manshur Hidayat & Surochiem As, Artikel Maritim : Pokok-Pokok Strategi Pengembangan Masyarakat Pantai Dalam Mendorong Kemandirian Daerah. Ridev Institute SurabayaRokhimin D.1999. Prosiding : Perencanaan Pengelolaan Sumberdaya Pesisir Terpadu Berbasis Masyarakat. Kerjasama Direktorat Jenderal Pembengunan Daerah dengan Coastal Recsources Management Project (CRMP/CRC-URI). Jakarta.

1