KATA PENGANTAR · Web viewAdapun paket pemeriksaan yang dilakukan kepada peserta didik kelas 7 dan...

130
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH PROGRAM KESEHATAN MASYARAKAT (SATKER 03) --------- 1

Transcript of KATA PENGANTAR · Web viewAdapun paket pemeriksaan yang dilakukan kepada peserta didik kelas 7 dan...

Page 1: KATA PENGANTAR · Web viewAdapun paket pemeriksaan yang dilakukan kepada peserta didik kelas 7 dan 10 antara lain : (a) pengukuran tinggi dan berat badan, (b) pemeriksaan tekanan

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH

PROGRAM KESEHATAN MASYARAKAT (SATKER 03)

---------

DINAS KESEHATAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2019

1

Page 2: KATA PENGANTAR · Web viewAdapun paket pemeriksaan yang dilakukan kepada peserta didik kelas 7 dan 10 antara lain : (a) pengukuran tinggi dan berat badan, (b) pemeriksaan tekanan

KATA PENGANTAR

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Bidang Kesehatan

Masyarakat Dinas Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau disusun untuk memenuhi

Instruksi Presiden RI Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi

Pemerintah. Penyusunan LAKIP ini berpedoman kepada Peraturan Menteri PAN/RB no

12 Tahun 2015 tentang Pedoman Evaluasi atas Implementasi Sistem Akuntabilitas

Instansi Pemerintah dan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan

Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja,

Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah.

Tujuan dari penyusunan LAKIP adalah melaporkan hasil pelaksanaan kegiatan

dan program kerja yang diselenggarakan sebagai wujud pertanggungjawaban

pelaksanaan tugas dan fungsi serta kewenangan dan kebijakan dalam mencapai tujuan

yang telah ditetapkan. Selain itu laporan ini disusun dalam rangka menyampaikan hasil

evaluasi dan analisis realisasi kinerja kegiatan dari pelaksanaan kebijakan dan program

Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau serta

hambatan dan permasalahan yang dihadapi dalam Tahun Anggaran 2019.

Penyusunan LAKIP ini diharapkan dapat meningkatkan akuntabilitas publik.

Tanjungpinang, Januari 2020

2

Page 3: KATA PENGANTAR · Web viewAdapun paket pemeriksaan yang dilakukan kepada peserta didik kelas 7 dan 10 antara lain : (a) pengukuran tinggi dan berat badan, (b) pemeriksaan tekanan

RINGKASAN EKSEKUTIF

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) adalah laporan kinerja

tahunan berisi pertanggungjawaban kinerja instansi pemerintah dalam mencapai

tujuan/sasaran strategis. Pencapaian sasaran menyajikan informasi tentang:

pencapaian tujuan dan sasaran organisasi, realisasi pencapaian indikator kinerja utama

organisasi, penjelasan yang memadai atas pencapaian kinerja dan perbandingan

capaian indikator kinerja sampai dengan tahun berjalan dengan target kinerja 5 (lima)

tahunan yang direncanakan.

Secara garis besar Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Provinsi

Kepulauan Riau telah berhasil melaksanakan tugas pokok, fungsi dan misi yang

diembannya dalam pencapaian kinerja tahun 2019 dengan capaian rata-rata sasaran

strategis sebesar 142,63 persen, meskipun di satu sisi ada yang melebihi target dan

ada yang tidak mencapai target yang direncanakan. Rincian Kegiatan Bidang

Kesehatan Masyarakat dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 1. Indikator Kinerja Bidang Kesehatan Masyarakat

Dinas Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2020

Sasaran Program/Kegiatan

Indikator Kinerja Target Capaian Kinerja

(1) (2) (3) (4) (5)Pembinaan Gizi Masyarakat

1. Persentase ibu hamil Kurang Energi Kronik yang mendapat makanan tambahan

85% 99,2% 116,71%

2. Persentase ibu hamil yang mendapat Tablet Tambah Darah (TTD)

98% 91,6% 93,47%

3. Persentase bayi usia kurang dari 6 bulan yang mendapat ASI eksklusif

46,5% 59,7% 128,39%

4. Persentase bayi baru lahir mendapat Inisiasi Menyusu Dini (IMD)

50% 81,2% 162,4%

5. Persentase balita kurus yang mendapat makanan tambahan

90% 96,1% 106,78%

6. Persentase remaja puteri yang mendapat Tablet Tambah Darah (TTD)

25% 46,7% 186,8%

Pembinaan Kesehatan Keluarga

7. Persentase kunjungan neonatal pertama (KN1) 88% 99,31% 120,48%

8. Persentase ibu hamil yang 80% 96,35% 120,44%

3

Page 4: KATA PENGANTAR · Web viewAdapun paket pemeriksaan yang dilakukan kepada peserta didik kelas 7 dan 10 antara lain : (a) pengukuran tinggi dan berat badan, (b) pemeriksaan tekanan

mendapatkan pelayanan antenatal ke empat (K4)

9. Persentase Puskesmas yang melaksanakan penjaringan kesehatan untuk peserta didik kelas 1

65% 100% 153,85%

10. Persentase Puskesmas yang melaksanakan penjaringan kesehatan untuk peserta didik kelas 7 dan 10

45% 98,85% 219,67%

11. Persentase Puskesmas yang menyelenggarakan kegiatan kesehatan remaja

45% 73,56% 163,47%

12. Persentase Puskesmas yang melaksanakan kelas ibu hamil

90% 100% 111,11%

13. Persentase Puskesmas yang melakukan Orientasi Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K)

96% 100% 104,17%

Pembinaan Upaya Kesehatan Kerja dan Olahraga

14. Persentase Puskesmas yang menyelenggarakan kesehatan kerja dasar

70% 91,95% 131,35%

15. Jumlah pos UKK yang terbentuk di daerah PPI/TPI

160 0 0

16. Persentase fasiltas pemeriksaan kesehatan TKI yang memenuhi standar

100% 100% 100%

17. Persentase Puskesmas yang melaksanakan kegiatan kesehatan olahraga pada kelompok masyarakat di wilayah kerjanya

50% 95,40% 190,8%

Penyehatan Lingkungan

18. Jumlah desa/kelurahan yang melaksanakan STBM (Sanitasi Total Berbasis Masyarakat)

260 384 147,7%

19. Persentase Sarana air minum yang dilakukan pengawasan

50% 45,23% 90,46%

20 Persentase Tempat-tempat umum (TTU) yang memenuhi syarat kesehatan

58% 52,12% 89,86%

21. Persentase RS yang melakukan pengelolaan limbah medis sesuai standar

38% 40% 105,26%

22. Persentase Tempat Pengelolaan Makanan (TPM) yang memenuhi syarat kesehatan

32% 46,37% 144,9%

23. Jumlah Kabupaten/Kota yang menyelenggarakan tatanan kawasan sehat

5 7 140%

4

Page 5: KATA PENGANTAR · Web viewAdapun paket pemeriksaan yang dilakukan kepada peserta didik kelas 7 dan 10 antara lain : (a) pengukuran tinggi dan berat badan, (b) pemeriksaan tekanan

Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat

24. Persentase Kab/Kota yang memiliki Kebijakan PHBS

80% 100% 125%

25. Persentase desa yang memanfaatkan dana desa 10% untuk UKBM

50% 93,82% 187,64%

26. Jumlah dunia usaha yang memanfaatkan CSRnya untuk program kesehatan

2 7 350%

27. Jumlah organisasi kemasyarakatan yang memanfaatkan sumber dayanya untuk mendukung kesehatan

2 6 300%

Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya pada Program Pembinaan Kesehatan Masyarakat

28. Persentase realisasi kegiatan administrasi dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya Program Kesehatan Masyarakat

94% 96,92% 103,11%

Sesuai dengan rencana kinerja tahun 2019, Bidang Kesmas mempunyai sasaran

dua puluh delapan (28) indikator dengan anggaran Rp. 6.281.977.000 dengan

penyerapan dana sebesar Rp. 6.010.835.500

Capaian indikator kinerja Bidang Kesmas dalam Perjanjian Kinerja Tahun 2019,

dari 28 Indikator kinerja sasaran Program Kesehatan Masyarakat Tahun 2019,

sebanyak 22 indikator telah melebihi target yang ditetapkan (>100%), 1 indikator telah

mencapai target yang ditetapkan (100%), sedangkan 5 indikator tidak mencapai target

yang dinyatakan secara umum cukup baik dalam pencapaian indikator kinerja

Walau pencapaian Penetapan Kinerja Bidang kesmas Dinas Kesehatan Provinsi

Kepulauan Riau sudah dianggap cukup baik, namun dalam pelaksanaannya masih

dirasakan ada beberapa hal belum sesuai dengan harapan. Perencanaan yang kurang

matang dalam mengimplementasikan rencana kerja merupakan salah satu

permasalahan yang mengakibatkan salah satu target penetapan kinerja tidak tercapai.

Pencapaian sasaran strategis Bidang Kesmas Dinas Kesehatan Provinsi

Kepulauan Riau harus ditingkatkan untuk tahun anggaran selanjutnya, sehingga

beberapa perbaikan dan tindak lanjut mutlak diperlukan. Keberhasilan pencapaian

target sendiri disamping ditentukan oleh kinerja faktor internal juga ditentukan oleh

dukungan eksternal, seperti kerjasama dengan unit-unit lain di lingkungan Dinas

Kesehatan Provinsi serta institusi terkait lainnya. Semoga ke depannya, kinerja Bidang

Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau yang sudah relatif

5

Page 6: KATA PENGANTAR · Web viewAdapun paket pemeriksaan yang dilakukan kepada peserta didik kelas 7 dan 10 antara lain : (a) pengukuran tinggi dan berat badan, (b) pemeriksaan tekanan

baik ini dapat terus dipertahankan dan dapat memberikan dampak yang signifikan

dalam rangka menurunnya angka kesakitan serta meningkatkan kesehatan

masyarakat.

6

Page 7: KATA PENGANTAR · Web viewAdapun paket pemeriksaan yang dilakukan kepada peserta didik kelas 7 dan 10 antara lain : (a) pengukuran tinggi dan berat badan, (b) pemeriksaan tekanan

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Arah kebijakan dan strategi nasional tercantum pada Rencana Pembangunan

Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019 merupakan dokumen perencanaan

yang bersifat indikatif. Pada RPJMN tersebut memuat program-program pembangunan

kesehatan akan dilaksanakan dalam kurun waktu selama 5 tahun. Sesuai dengan visi

dan misi Presiden Republik Indonesia yaitu “Terwujudnya Indonesia yang Berdaulat,

Mandiri, dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong Royong”.

Pembangunan kesehatan pada periode 2015-2019 adalah Program Indonesia

Sehat dengan sasaran meningkatkan derajat kesehatan dan status gizi masyarakat

melalui melalui upaya kesehatan dan pemberdayaan masyarakat yang didukung

dengan perlindungan finansial dan pemeratan pelayanan kesehatan. Sasaran pokok

RPJMN 2015-2019 adalah: (1) meningkatnya status kesehatan dan gizi ibu dan anak;

(2) meningkatnya pengendalian penyakit; (3) meningkatnya akses dan mutu pelayanan

kesehatan dasar dan rujukan terutama di daerah terpencil, tertinggal dan perbatasan;

(4) meningkatnya cakupan pelayanan kesehatan universal melalui Kartu Indonesia

Sehat dan kualitas pengelolaan SJSN Kesehatan, (5) terpenuhinya kebutuhan tenaga

kesehatan, obat dan vaksin; serta (6) meningkatkan responsivitas sistem kesehatan.

Program Indonesia Sehat dilaksanakan dengan 3 pilar utama yaitu paradigma

sehat, penguatan pelayanan kesehatan dan jaminan kesehatan nasional: 1) pilar

paradigma sehat di lakukan dengan strategi pengarusutamaan kesehatan dalam

pembangunan, penguatan promotif preventif dan pemberdayaan masyarakat; 2)

penguatan pelayanan kesehatan dilakukan dengan strategi peningkatan akses

pelayanan kesehatan, optimalisasi sistem rujukan dan peningkatan mutu pelayanan

kesehatan, menggunakan pendekatan continuum of care dan intervensi berbasis risiko.

1.2. Visi dan MisiVisi dan Misi Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019 mengikuti Visi dan Misi

Presiden Republik Indonesia yaitu “Terwujudnya Indonesia yang Berdaulat, Mandiri

dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong-royong”. Dalam rangka mewujudkan visi

tersebut dilakukan upaya-upaya melalui 7 misi pembangunan yang terdiri dari:

7

Page 8: KATA PENGANTAR · Web viewAdapun paket pemeriksaan yang dilakukan kepada peserta didik kelas 7 dan 10 antara lain : (a) pengukuran tinggi dan berat badan, (b) pemeriksaan tekanan

1. Mewujudkan keamanan nasional yang mampu menjaga kedaulatan wilayah,

menopang kemandirian ekonomi dengan mengamankan sumber daya maritim dan

mencerminkan kepribadian Indonesia sebagai negara kepulauan.

2. Mewujudkan masyarakat Indonesia yang maju, berkesinambungan dan demokratis

berlandaskan negara hukum.

3. Mewujudkan politik luar negeri bebas dan aktif serta memperkuat jati diri sebagai

negara maritim.

4. Mewujudkan kualitas hidup manusia lndonesia yang tinggi, maju dan sejahtera.

5. Mewujudkan bangsa yang berdaya saing.

6. Mewujudkan Indonesia menjadi negara maritim yang mandiri, maju, kuat dan

berbasiskan kepentingan nasional.

7. Mewujudkan masyarakat yang berkepribadian dalam kebudayaan.

Kemudian, pemerintah menyusun program prioritas yang dengan NAWA CITA

yang ingin diwujudkan yakni:

1. Menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan memberikan

rasa aman pada seluruh warga Negara

2. Membuat pemerintah tidak absen dengan membangun tata kelola pemerintahan

yang bersih, efektif, demokratis dan terpercaya

3. Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah- daerah dan desa

dalam kerangka negara kesatuan

4. Menolak negara lemah dengan melakukan reformasi sistem dan penegakan hukum

yang bebas korupsi, bermartabat dan terpercaya.

5. Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia

6. Meningkatkan produktifitas rakyat dan daya saing di pasar Internasional

7. Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor- sektor strategis

ekonomi domestik

8. Melakukan revolusi karakter bangsa

9. Memperteguh ke-Bhineka-an dan memperkuat restorasi sosial Indonesia.

Visi Provinsi Kepulauan Riau adalah : Terwujudnya Kepulauan Riau sebagai

Bunda Tanah Melayu yang Sejahtera, Berakhlak Mulia, Ramah Lingkungan dan Unggul

di Bidang Maritim. Untuk itu ditetapkan misi :

1. Mengembangkan perikehidupan masyarakat yang agamis, demokratis, berkeadilan,

tertib, rukun dan aman di bawah payung budaya Melayu.

8

Page 9: KATA PENGANTAR · Web viewAdapun paket pemeriksaan yang dilakukan kepada peserta didik kelas 7 dan 10 antara lain : (a) pengukuran tinggi dan berat badan, (b) pemeriksaan tekanan

2. Meningkatkan daya saing ekonomi melalui pengembangan infrastruktur berkualitas

dan merata serta meningkatkan keterhubungan antar kabupaten/kota.

3. Meningkatkan kualitas pendidikan, ketrampilan dan profesionalisme Sumber Daya

Manusia sehingga memiliki daya saing tinggi.

4. Meningkatkan derajat kesehatan, kesetaraan gender, penanganan kemiskinan dan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS).

5. Meneruskan pengembangan ekonomi berbasis maritim, pariwisata,  pertanian untuk

mendukung percepatan pertumbuhan ekonomi dan mengurangi kesenjangan antar

wilayah serta meningkatkan ketahanan pangan

6. Meningkatkan iklim ekonomi kondusif bagi kegiatan penanaman modal (investasi)

dan pengembangan usaha mikro, kecil dan menengah.

7. Meneruskan pengembangan ekonomi berbasis industri dan perdagangan dengan

memanfaatkan bahan baku lokal.

8. Meningkatkan  daya dukung, kualitas dan kelestarian lingkungan hidup.

9. Mengembangkan tata kelola pemerintahan yang bersih, akuntabel, aparatur birokrasi

yang profesional, disiplin dengan etos kerja tinggi serta penyelenggaraan pelayanan

publik yang  berkualitas.

1.3. Tugas Pokok dan Fungsi

Berdasarkan Peraturan Gubernur Kepulauan Riau Nomor 60 Tahun 2016 tentang

Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi serta Tata Kerja Perangkat

Daerah menyebutkan bahwa Dinas Kesehatan mempunyai tugas membantu Gubernur

melaksanakan urusan pemerintahan di bidang kesehatan yang menjadi kewenangan

Provinsi dan Tugas Pembantuan yang ditugaskan kepada Provinsi. Sedangkan fungsi

Dinas Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau, adalah:

1. Perumusan kebijakan di bidang kesehatan masyarakat, pencegahan dan

pengendalian penyakit, pelayanan kesehatan, dan sumber daya kesehatan;

2. Pelaksanaan kebijakan di bidang kesehatan masyarakat, pencegahan dan

pengendalian penyakit, pelayanan kesehatan, dan sumber daya kesehatan;

3. Pelaksanaan pembinaan, monitoring, evaluasi dan pelaporan di bidang kesehatan

masyarakat, pencegahan dan pengendalian penyakit, pelayanan kesehatan, dan

sumber daya kesehatan;

4. Pelaksanaan proses penerbitan rekomendasi perizinan dan pelayanan umum di

bidang kesehatan;

5. Pelaksanaan administrasi dinas sesuai dengan lingkup tugasnya;

9

Page 10: KATA PENGANTAR · Web viewAdapun paket pemeriksaan yang dilakukan kepada peserta didik kelas 7 dan 10 antara lain : (a) pengukuran tinggi dan berat badan, (b) pemeriksaan tekanan

6. Pembinaan terhadap Unit Pelaksana Teknis Dinas dalam lingkup tugasnya;

7. Pelaksanaan fungsi lain yang terkait bidang kesehatan yang diberikan oleh Gubernur

Struktur Organisasi Dinas Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau

Berdasarkan Gambar diatas Dapat diketahui bahwa Dinas Kesehatan Provinsi

Kepulauan Riau terdiri dari lima bidang yaitu: Bidang Kesehatan Masyarakat, Bidang

Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P), Bidang Pelayanan Kesehatan, Bidang

Sumber Daya Kesehatan, dan Sekretariat. Adapun bidang Kesehatan Masyarakat

terdiri dari tiga seksi yakni Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi Masyarakat, Seksi

Promosi dan Pemberdayaan Masyarakat, dan Seksi Kesehatan Lingkungan, Kesehatan

Kerja dan Olahraga.

1.4. Sumber Daya Manusia

Ditahun 2019, Bidang Kesehatan Masyarakat dipimpin oleh seorang Kepala

Bidang dan 3 orang Kepala Seksi serta sebanyak 33 staf. Adapun jabatan pelaksana

yang ada di bidang kesehatan masyarakat yaitu :

1. Analis Gizi 2 (dua) orang

2. Analis Kesehatan Ibu dan Anak 2 (dua) orang

3. Analis Alat dan Obat Kontrasepsi 1 (satu) orang

4. Pengelola Program Gizi 1 (satu) orang

10

Page 11: KATA PENGANTAR · Web viewAdapun paket pemeriksaan yang dilakukan kepada peserta didik kelas 7 dan 10 antara lain : (a) pengukuran tinggi dan berat badan, (b) pemeriksaan tekanan

5. Pengelola Program Kesehatan Keluarga 2 (dua) orang

6. Pegawai Tidak Tetap (PTT) 2 (dua) orang

7. Analis Kesehatan Kerja dan Olahraga 3 (tiga) orang

8. Pengelola Program Penyehatan Lingkungan 2 (dua) orang

9. Pengelola Program dan Kegiatan 1 (satu) orang

10. Pembantu Analis Kesehatan Kerja 1 (satu) orang

11. Pembantu Analis Pengamanan Lingkungan 1 (satu) orang

12. Pembantu Pengelola Penyehatan Lingkungan 1 (satu) orang

13. Pembantu Pengelola Program dan Kegiatan 1 (satu) orang

14. Analis Kesehatan 3 (tiga) orang

15. Penyuluh Kesehatan dan Pencegahan Penyakit 2 (dua) orang

16. Membantu Pengelolaan Media Center dan Pengembangan Media 2 (dua) orang

17. Membantu Penggerak Peran Serta Masyarakat 2 (dua) orang

18. Membantu Penyuluh Kesehatan dan Pencegahan Penyakit 1 (satu) orang

1.5. Sistematika Penulisan

1. Bab I Pendahuluan

Pada bab ini disajikan penjelasan umum organisasi, dengan penekanan kepada

aspek strategis organisasi serta permasalahan utama (strategic issue) yang

sedang dihadapi organisasi.

2. Bab II Perencanaan Kinerja

Bab ini menguraikan ringkasan/ikhtisar perjanjian kinerja Kementerian Kesehatan

Tahun 2019.

3. Bab III Akuntabilitas Kinerja

a. Capaian Kinerja Organisasi

Sub bab ini menyajikan capaian kinerja organisasi untuk setiap pernyataan

kinerja sasaran strategis organisasi sesuai dengan hasil pengukuran kinerja

organisasi.

b. Realisasi Anggaran

Sub bab ini menguraikan tentang realisasi anggaran yang digunakan dan

telah digunakan untuk mewujudkan kinerja organisasi sesuai dengan

dokumen Perjanjian Kinerja

4. Bab IV Penutup

11

Page 12: KATA PENGANTAR · Web viewAdapun paket pemeriksaan yang dilakukan kepada peserta didik kelas 7 dan 10 antara lain : (a) pengukuran tinggi dan berat badan, (b) pemeriksaan tekanan

Bab ini menguraikan simpulan umum atas capaian kinerja organisasi serta

langkah di masa mendatang yang akan dilakukan organisasi untuk meningkatkan

kinerjanya.

BAB II

PERENCANAAN KINERJA

Perencanaan pembangunan bidang kesehatan merupakan bagian dari Sistem

Perencanaan Pembangunan Nasional sebagaimana yang diatur dalam UU Nomor 25

tahun 2004. Selain itu, berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional

(RPJPN) dan rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) telah

ditetapkan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK.02.02/MENKES/52/2015 Tentang

Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019. Renstra merupakan

dokumen perencanaan yang memuat program pembangunan kesehatan yang akan

dilaksanakan oleh Kementerian Kesehatan maupun untuk mendorong peran aktif

masyarakat dalam kurun waktu 2015 – 2019. Renstra berorientasi pada hasil yang ingin

dicapai dalam 5 (lima) tahun.

Penetapan kinerja merupakan tekad dan janji rencana kinerja tahunan yang akan

dicapai antara pimpinan instansi pemerintah/unit kerja yang menerima

amanah/tanggungjawab/kinerja dengan pihak yang memberikan

amanah/tanggungjawab/kinerja. Dengan demikian, penetapan kinerja ini merupakan

suatu janji kinerja yang akan diwujudkan oleh seorang pejabat penerima amanah

kepada atasan langsungnya.

Pernyataan penetapan kinerja merupakan suatu pernyataan kesanggupan dari

pimpinan instansi/unit kerja penerima amanah kepada atasan langsungnya untuk

mewujudkan suatu target kinerja tertentu. Pernyataan ini ditandatangani oleh penerima

amanah sebagai tanda suatu kesanggupan untuk mencapai target kinerja yang telah

ditetapkan, dan pemberi amanah atau atasan langsungnya sebagai persetujuan atas

target kinerja yang ditetapkan tersebut.

Penetapan dan pernyataan kinerja dilakukan setiap tahun untuk menjamin

terlaksananya visi, misi, serta sasaran strategis yang termuat dalam Rencana Strategis

Kementerian Kesehatan yang telah ditetapkan. Adapun Indikator Kinerja Kesehatan

Masyarakat di tetapkan sebagai berikut :

12

Page 13: KATA PENGANTAR · Web viewAdapun paket pemeriksaan yang dilakukan kepada peserta didik kelas 7 dan 10 antara lain : (a) pengukuran tinggi dan berat badan, (b) pemeriksaan tekanan

Tabel 2Indikator Kinerja Bidang Kesehatan Masyarakat

Dinas Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2019

Sasaran Strategis No Indikator Kinerja Traget Nasional

Target Provinsi

Pembinaan Gizi Masyarakat

Pembinaan Kesehatan Keluarga

Pembinaan Upaya Kesehatan Kerja dan Olahraga

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

11.

12.

13.

14.

15.

16.

17.

Persentase ibu hamil Kurang Energi Kronik yang mendapat makanan tambahanPersentase ibu hamil yang mendapat Tablet Tambah Darah (TTD)Persentase bayi usia kurang dari 6 bulan yang mendapat ASI eksklusifPersentase bayi baru lahir mendapat Inisiasi Menyusu Dini (IMDPersentase balita kurus yang mendapat makanan tambahanPersentase remaja puteri yang mendapat Tablet Tambah Darah (TTD)Persentase kunjungan neonatal pertama (KN1)Persentase ibu hamil yang mendapatkan pelayanan antenatal ke empat (K4)Persentase Puskesmas yang melaksanakan penjaringan kesehatan untuk peserta didik kelas 1Persentase Puskesmas yang melaksanakan penjaringan kesehatan untuk peserta didik kelas 7 dan 10Persentase Puskesmas yang menyelenggarakan kegiatan kesehatan remajaPersentase Puskesmas yang melaksanakan kelas ibu hamilPersentase Puskesmas yang melakukan Orientasi Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K)Persentase Puskesmas yang menyelenggarakan kesehatan kerja dasarJumlah pos UKK yang terbentuk di daerah PPI/TPIPersentase fasiltas pemeriksaan kesehatan TKI yang memenuhi standarPersentase Puskesmas yang melaksanakan kegiatan kesehatan olahraga pada kelompok masyarakat di

95%

98%

50%

47%

50%

30%

90%

80%

70%

60%

45%

90%

100%

80%

730

100%

60%

85%

98%

46,5%

50%

90%

25%

88%

80%

65%

45%

45%

90%

96%

70%

160

100%

50%

13

Page 14: KATA PENGANTAR · Web viewAdapun paket pemeriksaan yang dilakukan kepada peserta didik kelas 7 dan 10 antara lain : (a) pengukuran tinggi dan berat badan, (b) pemeriksaan tekanan

Penyehatan Lingkungan

Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat

Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya pada Program Pembinaan Kesehatan Masyarakat

18.

19.

20.

21.

22.

23.

24.

25.

26.

27.

28.

wilayah kerjanyaJumlah desa/kelurahan yang melaksanakan STBM (Sanitasi Total Berbasis Masyarakat)Persentase Sarana air minum yang dilakukan pengawasanPersentase Tempat-tempat umum (TTU) yang memenuhi syarat kesehatanPersentase RS yang melakukan pengelolaan limbah medis sesuai standarPersentase Tempat Pengelolaan Makanan (TPM) yang memenuhi syarat kesehatanJumlah Kabupaten/Kota yang menyelenggarakan tatanan kawasan sehatPersentase Kab/Kota yang memiliki Kebijakan PHBSPersentase desa yang memanfaatkan dana desa 10% untuk UKBMJumlah dunia usaha yang memanfaatkan CSRnya untuk program kesehatanJumlah organisasi kemasyarakatan yang memanfaatkan sumber dayanya untuk mendukung kesehatanPersentase realisasi kegiatan administrasi dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya Program Kesehatan Masyarakat

45.000

50%

58%

36%

32%

386

80%

50%

20

15

94%

260

50%

58%

38%

32%

5

80%

50%

2

2

94%

14

Page 15: KATA PENGANTAR · Web viewAdapun paket pemeriksaan yang dilakukan kepada peserta didik kelas 7 dan 10 antara lain : (a) pengukuran tinggi dan berat badan, (b) pemeriksaan tekanan

BAB III

AKUNTABILITAS KINERJA

3.1. Capaian Kinerja Bidang Kesehatan Masyarakat

Pengukuran kinerja adalah kegiatan manajemen khususnya membandingkan

tingkat kinerja yang dicapai dengan standar, rencana, atau target dengan

menggunakan indikator kinerja yang telah ditetapkan. Pengukuran kinerja ini diperlukan

untuk mengetahui sampai sejauh mana realisasi atau capaian kinerja yang berhasil

dilakukan oleh Bidang Masyarakat selama kurun waktu tahun 2019.

Pengukuran kinerja dilakukan dengan membandingkan realisasi capaian dengan

rencana tingkat capaian (target) pada setiap indikator sehingga diperoleh gambaran

tingkat keberhasilan pencapaian setiap indikator. Berdasarkan pengukuran kinerja

tersebut, dapat diperoleh informasi menyangkut masing-masing indikator sehingga

dapat ditindaklanjuti dalam perbaikan perencanaan program/kegiatan di masa yang

akan datang. Manfaat pengukuran kinerja antara lain untuk memberikan gambaran

kepada pihak internal dan eksternal tentang pelaksanaan misi organisasi dalam

mewujudkan tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan dalam dokumen

Renstra/Penetapan Kinerja.

Bidang Kesehatan Masyarakat telah melaksanakan kegiatan dengan sasaran

program, indikator kinerja dan Hasil capaian sebagai berikut :

Tabel 3Hasil Capaian Indikator Kinerja Bidang Kesehatan Masyarakat

Dinas Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2019

Sasaran Program/Kegiatan Indikator Kinerja Target Capaian Kinerja

(1) (2) (3) (4) (5)Pembinaan Gizi Masyarakat

1. Persentase ibu hamil Kurang Energi Kronik yang mendapat makanan tambahan

85% 99,2% 116,71%

2. Persentase ibu hamil yang mendapat Tablet Tambah Darah (TTD)

98% 91,6% 93,47%

15

Page 16: KATA PENGANTAR · Web viewAdapun paket pemeriksaan yang dilakukan kepada peserta didik kelas 7 dan 10 antara lain : (a) pengukuran tinggi dan berat badan, (b) pemeriksaan tekanan

3. Persentase bayi usia kurang dari 6 bulan yang mendapat ASI eksklusif

46,5% 59,7% 128,39%

4. Persentase bayi baru lahir mendapat Inisiasi Menyusu Dini (IMD)

50% 81,2% 162,4%

5. Persentase balita kurus yang mendapat makanan tambahan

90% 96,1% 106,78%

6. Persentase remaja puteri yang mendapat Tablet Tambah Darah (TTD)

25% 46,7% 186,8%

Pembinaan Kesehatan Keluarga

7. Persentase kunjungan neonatal pertama (KN1)

88% 99,31% 120,48%

8. Persentase ibu hamil yang mendapatkan pelayanan antenatal ke empat (K4)

80% 96,35% 120,44%

9. Persentase Puskesmas yang melaksanakan penjaringan kesehatan untuk peserta didik kelas 1

65% 100% 153,85%

10. Persentase Puskesmas yang melaksanakan penjaringan kesehatan untuk peserta didik kelas 7 dan 10

45% 98,85% 219,67%

11. Persentase Puskesmas yang menyelenggarakan kegiatan kesehatan remaja

45% 73,56% 163,47%

12. Persentase Puskesmas yang melaksanakan kelas ibu hamil

90% 100% 111,11%

13. Persentase Puskesmas yang melakukan Orientasi Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K)

96% 100% 104,17%

Pembinaan Upaya Kesehatan Kerja dan Olahraga

14. Persentase Puskesmas yang menyelenggarakan kesehatan kerja dasar

70% 91,95% 131,35%

15. Jumlah pos UKK yang terbentuk di daerah PPI/TPI

160 0 0

16. Persentase fasiltas pemeriksaan kesehatan TKI yang memenuhi standar

100% 100% 100%

17. Persentase Puskesmas yang melaksanakan kegiatan kesehatan olahraga pada kelompok masyarakat di wilayah kerjanya

50% 95,40% 190,8%

Penyehatan Lingkungan

18. Jumlah desa/kelurahan yang melaksanakan STBM (Sanitasi Total Berbasis Masyarakat)

260 384 147,7%

16

Page 17: KATA PENGANTAR · Web viewAdapun paket pemeriksaan yang dilakukan kepada peserta didik kelas 7 dan 10 antara lain : (a) pengukuran tinggi dan berat badan, (b) pemeriksaan tekanan

19. Persentase Sarana air minum yang dilakukan pengawasan

50% 45,23% 90,46%

20 Persentase Tempat-tempat umum (TTU) yang memenuhi syarat kesehatan

58% 52,12% 89,86%

21. Persentase RS yang melakukan pengelolaan limbah medis sesuai standar

38% 40% 105,26%

22. Persentase Tempat Pengelolaan Makanan (TPM) yang memenuhi syarat kesehatan

32% 46,37% 144,9%

23. Jumlah Kabupaten/Kota yang menyelenggarakan tatanan kawasan sehat

5 7 140%

Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat

24. Persentase Kab/Kota yang memiliki Kebijakan PHBS

80% 100% 125%

25. Persentase desa yang memanfaatkan dana desa 10% untuk UKBM

50% 93,82% 187,64%

26. Jumlah dunia usaha yang memanfaatkan CSRnya untuk program kesehatan

2 7 350%

27. Jumlah organisasi kemasyarakatan yang memanfaatkan sumber dayanya untuk mendukung kesehatan

2 6 300%

Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya pada Program Pembinaan Kesehatan Masyarakat

28. Persentase realisasi kegiatan administrasi dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya Program Kesehatan Masyarakat

94% 96,92% 103,11%

3.2. Analisis Kinerja Bidang Kesehatan Masyarakat.A. Pembinaan Gizi Masyarakat1. Persentase Ibu Hamil Kurang Energi Kronik yang mendapat makanan

tambahanMasalah gizi kurang pada ibu hamil masih merupakan fokus perhatian,

masalah tersebut antara lain anemia dan ibu hamil KEK. Status kesehatan di

Indonesia belum menggembirakan ditandai dengan Angka Kematian Ibu,

Kematian Neonatal, Bayi, dan Balita masih sulit ditekan bahkan selama 10

tahun terakhir ini kematian neonatal ada dalam kondisi stagnan. Pendekatan

17

Page 18: KATA PENGANTAR · Web viewAdapun paket pemeriksaan yang dilakukan kepada peserta didik kelas 7 dan 10 antara lain : (a) pengukuran tinggi dan berat badan, (b) pemeriksaan tekanan

siklus hidup sejak dari masa janin sampai usia lanjut terus diupayakan,

diperlukan upaya strategis yang dimulai sejak masa kehamilan bahkan masa

prakehamilan agar terwujud generasi yang sehat dan tangguh. Periode pra-

kehamilan dan kehamilan harus disiapkan dengan baik, hal ini tertuang

dalam arah kebijakan RPJMN 2015-2019 yaitu mempercepat perbaikan gizi

masyarakat dengan fokus utama pada 1000 Hari Pertama Kehidupan (1000

HPK).

Pemberian suplementasi gizi merupakan suatu upaya yang dapat

dilakukan dalam rangka mencukupi kekurangan kebutuhan gizi dari

konsumsi makan harian yang berakibat pada timbulnya masalah kesehatan

dan gizi pada kelompok rawan gizi. Salah satu program suplementasi yang

saat ini dilaksanakan oleh pemerintah yaitu Pemberian Makanan Tambahan

pada balita, anak SD/MI dan ibu hamil.

a. Defenisi Operasional : Ibu hamil KEK adalah Ibu hamil dengan Lingkar Lengan Atas (LiLA)

< 23,5 cm

Makanan Tambahan adalah makanan yang dikonsumsi sebagai

tambahan asupan zat gizi diluar makanan utama dalam bentuk makanan

tambahan pabrikan atau makanan tambahan bahan pangan lokal.

Persentase Ibu hamil KEK mendapat makanan tambahan adalah

jumlah ibu hamil KEK yang mendapatkan makanan tambahan terhadap

jumlah ibu hamil KEK yang ada dikali 100%.

Rumus / Cara Penghitungan : (Jumlah Kabupaten/Kota yang membuat

kebijakan yang mendukung PHBS minimal 1 kebijakan baru per tahun

dibagi jumlah kab dan kota) x 100%

b. Capaian IndikatorGrafik1.

Capaian Bumil KEK dapat Makanan Tambahan Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2019

18

Page 19: KATA PENGANTAR · Web viewAdapun paket pemeriksaan yang dilakukan kepada peserta didik kelas 7 dan 10 antara lain : (a) pengukuran tinggi dan berat badan, (b) pemeriksaan tekanan

20190

20

40

60

80

100

120

TargetCapaianPersentase Kinerja

Dari grafik tersebut dapat dilihat capaian Bumil KEK dapat Makanan

Tambahan tahun 2019 sudah melebihi target yang ditetapkan baik target

nasional maupun provinsi. Program ini telah berjalan dengan baik hampir

seluruh Bumil KEK telah mendapatkan PMT.

c. Analisis Penyebab Keberhasilan Program Indikator ini telah melebihi target dipengaruhi oleh beberapa hal antara

lain, peran aktif petugas kesehatan khususnya TPG (Tenaga Pengelola

Gizi) dalam penyaluran PMT Bumil KEK ke sasaran, dukungan dari

pimpinan dan penerimaan pmt dan penyediaan tempat penyimpanan

PMT, Respon cepat dari Kader dalam mendistribusi dan pengawasan

konsumsi PMT.

d. Upaya-upaya yang telah dilakukan dalam rangka meningkatkan Persentase Bumil KEK mendapat PMT adalah sebagai berikut: Monitoring Pusat, Provinsi, dan Kabupaten / Kota ke Puskesmas dan

sasaran (bumil KEK yang mendapat PMT)

Pemanfaatan Dana BOK untuk memfasilitasi penyediaan Gudang

Pertemuan Regional terkait pengadaan PMT di Tingkat Nasional

Penyesuaian sasaran Bumil KEK berdasarakan laporan dari

Kabupaten/ Kota, bukan berdasarkan data survei.

e. Analisis efisiensi sumber dayaCapaian Bumil KEK yang mendapat PMT sebesar 99,2% dan capaian

kinerja sebesar 116,71% sedangkan realisasi anggaran untuk Output

Penguatan Intervensi Paket Gizi Pada Ibu Hamil dan Balita adalah

97,34%.

19

Page 20: KATA PENGANTAR · Web viewAdapun paket pemeriksaan yang dilakukan kepada peserta didik kelas 7 dan 10 antara lain : (a) pengukuran tinggi dan berat badan, (b) pemeriksaan tekanan

2. Persentase Ibu Hamil dapat Tablet Tambah Darah (TTD) Anemia dapat disebabkan oleh berbagai hal, antara lain defisiensi zat

besi, defisiensi vitamin B12, defisiensi asam folat, penyakit infeksi, faktor

bawaan dan perdarahan. Di negara sedang berkembang 40% anemia

disebabkan karena defisiensi zat besi (The World Bank, 2006) yang dikenal

dengan istilah anemia gizi besi. Pola makan yang miskin zat gizi besi,

tingginya prevalensi kecacingan, dan tingginya prevalensi malaria di daerah

endemis merupakan faktor-faktor yang sering dikaitkan dengan tingginya

defisiensi besi di negara berkembang.

Khusus untuk ibu hamil, kebutuhan tambahan zat besi selama

kehamilannya adalah lebih kurang 1000 mg, yang diperlukan untuk

pertumbuhan janin, plasenta dan perdarahan saat persalinan yang

mengeluarkan rata-rata 250 mg besi. Anemia pada ibu hamil berisiko

terhadap terjadinya hambatan pertumbuhan janin sehingga bayi lahir dengan

berat badan lahir rendah (BBLR), perdarahan pada saat persalinan dan

dapat berlanjut setelah persalinan yang dapat menyebabkan kematian ibu

dan bayinya (WHO, 2001). Prevalensi BBLR di Indonesia pada kurun waktu

tahun 2007 sampai tahun 2010 cenderung tetap yakni sebesar 11%

(Riskesdas 2007 dan 2010). Berdasarkan data laporan rutin tahun 2013,

sekitar 32% kematian ibu disebabkan karena pendarahan.

a. Defenisi Operasional : TTD adalah tablet yang sekurangnya mengandung zat besi setara dengan

60 mg besi elemental dan 0,4 mg asam folat yang disediakan oleh

pemerintah maupun diperoleh sendiri.

Ibu hamil mendapat 90 TTD adalah jumlah ibu hamil yang selama

kehamilan mendapat minimal 90 TTD terhadap jumlah sasaran ibu hamil

dikali 100%

b. Capaian IndikatorGrafik 2

Capaian Bumil dapat Tablet Tambah Darah Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2019

20

Page 21: KATA PENGANTAR · Web viewAdapun paket pemeriksaan yang dilakukan kepada peserta didik kelas 7 dan 10 antara lain : (a) pengukuran tinggi dan berat badan, (b) pemeriksaan tekanan

201988

89

90

91

92

93

94

95

96

97

98

TargetCapaianPersentase Kinerja

Dari grafik tersebut dapat dilihat capaian Bumil dapat Tablet Tambah

Darah tahun 2019 belum mencapai target yang ditetapkan baik target

nasional maupun provinsi.

c. Analisis Penyebab Tidak Tercapainya Program Indikator ini belum mencapai target hal ini dipengaruhi oleh beberapa hal

antara lain, masih adanya Ibu Hamil yang ANC di BPM (Bidan Praktek

Mandiri) yang tidak memberikan Fe sebanyak 30 tablet perkunjungan,

adanya beberapa Ibu Hamil yang tidak terpantau oleh Tenaga Kesehatan

sehingga ANC tidak sesuai dengan standar, kekosongan stok TTD (Tablet

Tambah Darah) di Kabupaten Natuna dari akhir mei hingga awal

november 2019 hal ini dikarenakan keterlambatan distribusi dari pusat,

rerata target Capaian TTD pada Ibu hamil di Kabupaten/Kota se-Provinsi

Kepulauan Riau masih jauh dari target provinsi maupun nasional.

d. Upaya-upaya yang telah dilakukan dalam rangka meningkatkan Persentase Bumil dapat TTD (Tablet Tambah Darah) adalah sebagai berikut: Penguatan ANC terpadu

Integrasi petugas Gizi dan KIA

Pemanfaatan Dana BOK dalam pengadaan obat program gizi

Merangkul BPM dalam rangka meningkatkan pemberian TTD pada Ibu

Hamil

Memperkuat jejaring Puskesmas dengan BPM

Mengadakan sosialisasi mengenai pentingnya Tablet Tambah Darah

pada Ibu Hamil

21

Page 22: KATA PENGANTAR · Web viewAdapun paket pemeriksaan yang dilakukan kepada peserta didik kelas 7 dan 10 antara lain : (a) pengukuran tinggi dan berat badan, (b) pemeriksaan tekanan

e. Analisis efisiensi sumber daya

Capaian Bumil dapat TTD sebesar 91,6% dan capaian kinerja sebesar

93,47%, sedangkan realisasi anggaran pada output pembinaan dalam

peningkatan pengetahuan gizi masyarakat sebesar 96,30%

3. Persentase Bayi usia > 6 bulan yang mendapat ASI Eksklusif Menyusui adalah salah satu investasi terbaik untuk kelangsungan hidup

dan meningkatkan kesehatan, perkembangan sosial serta ekonomi individu

dan bangsa. Meskipun angka inisiasi menyusui secara global relatif tinggi,

hanya 40% dari semua bayi di bawah 6 bulan mendapatkan ASI eksklusif

dan 45% yang mendapatkan ASI sampai usia 24 bulan. Selain itu, angka

menyusui pada berbagai regional maupun negara masih sangat bervariasi.

Pemberian ASI terbukti secara ilmiah dapat mengurangi risiko kanker

payudara dan ovarium pada sang ibu. ASI juga berperan sebagai alat

kontrasepsi alamiah. Proteksi terhadap kehamilan secara alami terjadi

sampai 6 bulan pertama sejak kelahiran, dengan syarat : Ibu memberi ASI

eksklusif dan Ibu belum menstruasi. Kenapa hal ini bisa terjadi? Tuhan telah

mengatur, hisapan bayi merangsang keluarnya hormon prolaktin yang

memproduksi ASI sekaligus menunda ovulasi (keluarnya sel telur yang telah

matang dari indung telur) sehingga kehamilan menjadi tertunda.

Dalam rangka meningkatkan pemberian ASI eksklusif, Ibu menyusui,

keluarga dan masyarakat perlu mendapatkan informasi tentang pemberian

ASI yang tepat dan benar sehingga ibu dpat menyusui eksklusif 6 bulan yang

dimulai dengan inisiasi dini dalam 1 jam pertama setelah lahir. Maka: 1).

Setiap fasilitas kesehatan yang menyediakan pelayanan kesehatan ibu dan

anak seperti RS, RSB, Puskesmas, bidan praktek swasta, dan sebagainya,

2). Setiap fasilitas umum 3). Setiap Instansi Pemerintah/Swasta 4). Setiap

Perusahaan Wajib menyediakan ruang laktasi dan memberikan waktu

kepada Ibu menyusui untuk menyusui atau memerah ASI di tempat kerja.

Hal ini sudah tertuang dalam Surat Keputusan Bersama 3 Menteri yaitu

Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Menteri Pemberdayaan Perempuan

dan Menteri Kesehatan.

a. Defenisi Operasional :

22

Page 23: KATA PENGANTAR · Web viewAdapun paket pemeriksaan yang dilakukan kepada peserta didik kelas 7 dan 10 antara lain : (a) pengukuran tinggi dan berat badan, (b) pemeriksaan tekanan

Bayi usia kurang dari 6 bulan adalah seluruh bayi umur 0 bulan 1 hari

sampai 5 bulan 29 hari

Bayi mendapat ASI Eksklusif kurang dari 6 bulan adalah bayi kurang

dari 6 bulan yang diberi ASI saja tanpa makanan atau cairan lain kecuali

obat, vitamin dan mineral berdasarkan recall 24 jam.

Persentase bayi kurang dari 6 bulan mendapat ASI Eksklusif adalah

jumlah bayi kurang dari 6 bulan yang masih mendapat ASI Eksklusif

terhadap jumlah seluruh bayi kurang dari 6 bulan yang direcall dikali

100%. TTD adalah tablet yang sekurangnya mengandung zat besi setara dengan

60 mg besi elemental dan 0,4 mg asam folat yang disediakan oleh

pemerintah maupun diperoleh sendiri.

Ibu hamil mendapat 90 TTD adalah jumlah ibu hamil yang selama

kehamilan mendapat minimal 90 TTD terhadap jumlah sasaran ibu hamil

dikali 100%.

b. Capaian IndikatorGrafik 3

Persentase Bayi Usia > 6 bulan yang mendapatkan ASI Eksklusif Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2019

20190

20

40

60

80

100

120

140

TargetCapaianPersentase Kinerja

Dari gambar tersebut dapat dilihat Persentase Bayi Usia > 6 bulan yang mendapatkan ASI Eksklusif tahun 2019 sudah mencapai target yang

ditetapkan baik target nasional maupun provinsi.

c. Analisis Penyebab Keberhasilan Program : Indikator ini telah mencapai

target hal ini dipengaruhi oleh beberapa hal antara lain, meningkatnya

23

Page 24: KATA PENGANTAR · Web viewAdapun paket pemeriksaan yang dilakukan kepada peserta didik kelas 7 dan 10 antara lain : (a) pengukuran tinggi dan berat badan, (b) pemeriksaan tekanan

kesadaran untuk memberikan ASI Ekslusif kepada Bayinya, Persentase

bayi mendapat IMD besar (81,2%), munculnya KP-ASI (Kelompok

Pendukung Air Susu Ibu) di masyarakat, adanya dukungan dari

lingkungan, keluarga dan pemangku kebijakan terkait pemberian ASI

Eksklusif.

d. Upaya-upaya yang telah dilakukan dalam rangka meningkatkan Persentase Bayi Usia > 6 bulan yang mendapatkan ASI Eksklusif adalah sebagai berikut: Tersedianya fasilitas Ruang menyusui di perkantoran dan tempat

umum

Gencarnya promosi tentang ASI Eksklusif baik dimedia elektronik, cetak

maupun media sosial

Pelatihan PMBA (Pemberian Makan Bayi dan Anak)

Pendekatan kepada BPM dan klinik bersalin swasta terkait pemberian

ASI Eksklusif

Pemberian reward berupa sertifikat lulus ASI Eksklusif kepada Bayu

yang lulus mendapat ASI Eksklusif

e. Analisis efisiensi sumber dayaPersentase Bayi Usia > 6 bulan yang mendapatkan ASI Eksklusif sebesar 59,7% dan capaian kinerja sebesar 128,39% sedangkan realisasi

anggaran pada output pembinaan dalam peningkatan pengetahuan gizi

masyarakat sebesar 96,30%.

4. Persentase Bayi mendapat Inisiasi Menyusu Dini (IMD) Berdasarkan dokumen Global Strategy for Infant and Young Child

Feeding (IYCF) merekomendasikan pola pemberian makan terbaik bagi bayi

dan anak sampai usia 2 tahun adalah: 1) Memberi kesempatan pada bayi

untuk melakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) segera setelah lahir; 2)

Menyusui bayi secara eksklusif sejak lahir sampai umur 6 bulan; 3) Mulai

memberi makanan pendamping Air Susu Ibu (ASI) yang bergizi sejak bayi

berusia 6 bulan; 4) Meneruskan menyusui sampai anak berusia 24 bulan

atau lebih.

Inisiasi menyusui dini adalah langkah penting untuk memudahkan bayi

dalam memulai proses menyusui. Bayi baru lahir yang diletakkan pada dada

atau perut sang ibu, secara alami dapat mencari sendiri sumber air susu ibu

24

Page 25: KATA PENGANTAR · Web viewAdapun paket pemeriksaan yang dilakukan kepada peserta didik kelas 7 dan 10 antara lain : (a) pengukuran tinggi dan berat badan, (b) pemeriksaan tekanan

(ASI) dan menyusu minimal 1 jam. Proses penting inilah yang disebut inisiasi

menyusui dini (IMD).

Manfaat ASI telah terbukti berperan penting sebagai sumber makanan

utama dan membantu memperkuat sistem kekebalan bayi baru lahir untuk

melindunginya dari berbagai penyakit. Proses menyusui ini sebenarnya

dapat dimulai dan dikuatkan dengan inisiasi menyusui dini. Sayang, belum

banyak orang yang memahami pentingnya prosedur ini untuk bayi.

Pemberian makan yang terlalu dini dan tidak tepat mengakibatkan

banyak anak yang menderita kurang gizi. Untuk itu perlu dilakukan

pemantauan pertumbuhan sejak lahir secara rutin dan berkesinambungan.

Fenomena “gagal tumbuh” atau growth faltering pada anak Indonesia mulai

terjadi pada usia 4-6 bulan ketika bayi diberi makanan selain ASI dan terus

memburuk hingga usia 18-24 bulan. Hasil Riskesdas 2013 menunjukkan

19,6% balita di Indonesia yang menderita gizi kurang (BB/U <-2 Z-Score)

dan 37,2% termasuk kategori pendek (TB/U <- 2 ZScore).

a. Defenisi Operasional : Inisiasi Menyusu Dini (IMD) adalah proses menyusu dimulai segera

setelah lahir. IMD dilakukan dengan cara kontak kulit ke kulit antara bayi

dengan ibunya segera setelah lahir dan berlangsung minimal 1 (satu) jam

Persentase bayi baru lahir yang mendapat IMD adalah jumlah bayi baru

lahir hidup yang mendapat IMD terhadap jumlah bayi baru lahir hidup

dikali 100%.

b. Capaian IndikatorGrafik 4.

Persentase Bayi Baru Lahir Mendapat Inisiasi Menyusu Dini (IMD) Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2019

25

Page 26: KATA PENGANTAR · Web viewAdapun paket pemeriksaan yang dilakukan kepada peserta didik kelas 7 dan 10 antara lain : (a) pengukuran tinggi dan berat badan, (b) pemeriksaan tekanan

20190

20

40

60

80

100

120

140

160

180

TargetCapaianPersentase Kinerja

Dari gambar tersebut dapat dilihat Persentase Bayi Baru Lahir Mendapat Inisiasi Menyusu Dini (IMD) tahun 2019 sudah mencapai

target yang ditetapkan baik target nasional maupun provinsi.

c. Analisis Penyebab Keberhasilan Program : Indikator ini telah mencapai

target hal ini dipengaruhi oleh beberapa hal antara lain, meningkatnya

kesadaran untuk memberikan pentingnya IMD, munculnya KP-ASI

(Kelompok Pendukung Air Susu Ibu) di masyarakat, adanya dukungan

dari lingkungan, keluarga dan pemangku kebijakan terkait pemberian IMD

dan ASI Eksklusif.

d. Upaya-upaya yang telah dilakukan dalam rangka meningkatkan Persentase Bayi Baru Lahir Mendapat Inisiasi Menyusu Dini (IMD) adalah sebagai berikut: Gencarnya promosi tentang IMD baik dimedia elektronik, cetak maupun

media sosial

Pelatihan PMBA (Pemberian Makan Bayi dan Anak)

Pendekatan kepada BPM dan klinik bersalin swasta terkait pemberian

IMD

Penerapan 10 Langkah Keberhasilan Menyusui (10 LKM) salahsatunya

IMD di Rumah Sakit Pemerintah dan Swasta

e. Analisis efisiensi sumber daya

26

Page 27: KATA PENGANTAR · Web viewAdapun paket pemeriksaan yang dilakukan kepada peserta didik kelas 7 dan 10 antara lain : (a) pengukuran tinggi dan berat badan, (b) pemeriksaan tekanan

Capaian Persentase Bayi Baru Lahir Mendapat Inisiasi Menyusu Dini

(IMD) sebesar 81,2% dan capaian kinerja sebesar 162,4% sedangkan

realisasi pada output pembinaan dalam peningkatan pengetahuan gizi

masyarakat sebesar 96,30%

5. Persentase Balita kurus yang mendapat makanan tambahan Gizi memegang peranan penting dalam siklus hidup manusia. Upaya

perbaikan status gizi masyarakat akan memberikan kontribusi nyata bagi

tercapainya tujuan pembangunan nasional terutama dalam hal penurunan

prevalensi gizi kurang pada balita dan anak Sekolah Dasar/Madrasah

Ibtidaiyah (SD/MI)

Pemberian suplementasi gizi merupakan suatu upaya yang dapat

dilakukan dalam rangka mencukupi kekurangan kebutuhan gizi dari

konsumsi makan harian yang berakibat pada timbulnya masalah kesehatan

dan gizi pada kelompok rawan gizi. Salah satu program suplementasi yang

saat ini dilaksanakan oleh pemerintah yaitu Pemberian Makanan Tambahan

pada balita, anak SD/MI.

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 51 Tahun 2016 tentang Standar Produk

Suplementasi Gizi merupakan penyempurnaan sekaligus pengganti dari

Kepmenkes Nomor 224/Menkes/SK/II/2007 Tentang Spesifikasi Teknis

Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) dan Kepmenkes Nomor

899/Menkes/SK/X/2009 Tentang Spesifikasi Teknis Makanan Tambahan

Anak Balita 2-5 Tahun, Anak Usia Sekolah Dasar dan Ibu Hamil,

disesuaikan dengan perkembangan hukum, ilmu pengetahuan dan

teknologi. Selanjutnya dalam rangka penyesuaian dengan kebutuhan zat gizi

pada tiap sasaran berdasarkan Angka Kecukupan Gizi (AKG) tahun 2013

serta perbaikan tampilan produk Makanan Tambahan (MT) telah pula

dilakukan perubahan terhadap bentuk kemasan menyesuaikan dengan

aturan pemberian.

a. Defenisi Operasional : Balita kurus adalah anak usia 6 bulan 0 hari sampai dengan 59 bulan 29

hari dengan status gizi kurus (BB/PB atau BB/TB - 3 SD sampai dengan

< - 2 SD)

27

Page 28: KATA PENGANTAR · Web viewAdapun paket pemeriksaan yang dilakukan kepada peserta didik kelas 7 dan 10 antara lain : (a) pengukuran tinggi dan berat badan, (b) pemeriksaan tekanan

Makanan Tambahan adalah makanan yang dikonsumsi sebagai

tambahan asupan zat gizi diluar makanan utama dalam bentuk makanan

tambahan pabrikan atau makanan tambahan bahan pangan lokal

Persentase balita kurus mendapat makanan tambahan adalah jumlah

balita kurus yang mendapat makanan tambahan terhadap jumlah balita

kurus dikali 100%.

b. Capaian IndikatorGrafik 5.

Capaian Balita Kurus dapat Makanan Tambahan Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2019

201980

85

90

95

100

105

110

TargetCapaianPersentase Kinerja

Dari gambar tersebut dapat dilihat capaian Balita Kurus dapat Makanan

Tambahan tahun 2019 sudah melebihi target yang ditetapkan baik target

nasional maupun provinsi. Program ini telah berjalan dengan baik hampir

seluruh Balita Kurus telah mendapatkan PMT.

c. Analisis Penyebab Keberhasilan Program : Indikator ini telah melebihi

target dipengaruhi oleh beberapa hal antara lain, peran aktif petugas

kesehatan khususnya TPG (Tenaga Pengelola Gizi) dalam penyaluran

PMT Balita Kurus ke sasaran, dukungan dari pimpinan dan penerimaan

pmt dan penyediaan tempat penyimpanan PMT, Respon cepat dari Kader

dalam mendistribusi dan pengawasan konsumsi PMT.

d. Upaya-upaya yang telah dilakukan dalam rangka meningkatkan Persentase Balita Kurus mendapat PMT adalah sebagai berikut: Monitoring Pusat, Provinsi, dan Kabupaten / Kota ke Puskesmas dan

sasaran (Balita Kurus yang mendapat PMT)

Pemanfaatan Dana BOK untuk memfasilitasi penyediaan Gudang

Pertemuan Regional terkait pengadaan PMT di Tingkat Nasional

28

Page 29: KATA PENGANTAR · Web viewAdapun paket pemeriksaan yang dilakukan kepada peserta didik kelas 7 dan 10 antara lain : (a) pengukuran tinggi dan berat badan, (b) pemeriksaan tekanan

Penyesuaian sasaran Balita Kurus berdasarakan laporan dari

Kabupaten/ Kota, bukan berdasarkan data survei.

e. Analisis efisiensi sumber dayaCapaian Balita kurus yang mendapat PMT sebesar 96,1% dan capaian

kinerja sebesar 106,78% sedangkan realisasi anggaran untuk Output

Penguatan Intervensi Paket Gizi Pada Ibu Hamil dan Balita adalah

97,34% .

6. Persentase Remaja Putri (Rematri) dapat Tablet Tambah Darah (TTD) Anemia dapat disebabkan oleh berbagai hal, antara lain defisiensi zat

besi, defisiensi vitamin B12, defisiensi asam folat, penyakit infeksi, faktor

bawaan dan perdarahan. Di negara sedang berkembang 40% anemia

disebabkan karena defisiensi zat besi (The World Bank, 2006) yang dikenal

dengan istilah anemia gizi besi. Pola makan yang miskin zat gizi besi,

tingginya prevalensi kecacingan, dan tingginya prevalensi malaria di daerah

endemis merupakan faktor-faktor yang sering dikaitkan dengan tingginya

defisiensi besi di negara berkembang.

Remaja putri (rematri) rentan menderita anemia karena banyak

kehilangan darah pada saat menstruasi. Rematri yang menderita anemia

berisiko mengalami anemia pada saat hamil. Hal ini akan berdampak negatif

terhadap pertumbuhan dan perkembangan janin dalam kandungan

serta berpotensi menimbulkan komplikasi kehamilan dan persalinan, bahkan

menyebabkan kematian ibu dan anak.

a. Defenisi Operasional : Remaja Putri adalah remaja putri yang berusia 12 -18 tahun yang

bersekolah di SMP/SMA atau sederajat

TTD adalah tablet yang sekurangnya mengandung zat besi setara dengan

60 mg besi elemental dan 0,4 mg asam folat yang disediakan oleh

pemerintah maupun diperoleh secara mandiri

Remaja putri mendapat TTD adalah jumlah remaja putri yang mendapat

TTD secara rutin setiap minggu sebanyak 1 tablet.

Persentase remaja putri mendapat TTD adalah jumlah remaja putri

yang mendapat TTD secara rutin setiap minggu terhadap jumlah remaja

putri yang ada dikali 100%.

b. Capaian Indikator

29

Page 30: KATA PENGANTAR · Web viewAdapun paket pemeriksaan yang dilakukan kepada peserta didik kelas 7 dan 10 antara lain : (a) pengukuran tinggi dan berat badan, (b) pemeriksaan tekanan

Grafik 6Capaian Rematri dapat Tablet Tambah Darah

Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2019

20190

20

40

60

80

100

120

140

160

180

200

TargetCapaianPersentase Kinerja

Dari grafik tersebut dapat dilihat capaian Rematri dapat Tablet Tambah

Darah tahun 2019 sudah mencapai target yang ditetapkan baik target

nasional maupun provinsi.

f. Analisis Penyebab Keberhasilan Program : Indikator ini sudah

mencapai target hal ini dipengaruhi oleh beberapa hal antara lain, telah

terjalinnya kerjasama antara Dinas Pendidikan dan Dinas Kesehatan

terkait pemberian TTD Rematri, Ketersediaan Obat Program Gizi berupan

TTD (Tablet Tambah Darah) bagi Rematri, Adanya dukungan dari stake

holder terkait.

g. Upaya-upaya yang telah dilakukan dalam rangka meningkatkan Persentase Rematri dapat TTD (Tablet Tambah Darah) adalah sebagai berikut: Kerjasama antara lintas sektor terkait yaitu Dinas Pendidikan

Terbentuknya Posyandu Remaja

Adanya konselor Sebaya yang membantu mensosialisasikan mengenai

pentingnya mengkonsumsi TTD (Tablet Tambah Darah)

Mengadakan sosialisasi mengenai pentingnya Tablet Tambah Darah

pada Remaja Putri

30

Page 31: KATA PENGANTAR · Web viewAdapun paket pemeriksaan yang dilakukan kepada peserta didik kelas 7 dan 10 antara lain : (a) pengukuran tinggi dan berat badan, (b) pemeriksaan tekanan

Bimbingan teknis mengenai pemberian TTD Rematri kepada stake

holder terkait

h. Analisis efisiensi sumber dayaCapaian Rematri dapat TTD sebesar 46,7% sdan capaian kinerja

dibandingkan dengan target sebesar 186,8%, sedangkan realisasi

anggaran terdapat di 2 sumber dana yaitu 1) daerah Lokus Stunting

pengadaan TTD di Pusat 2) daerah non lokus stunting pengadaan TTD di

Kabupaten/Kota dengan menggunakan dana BOK.

B. Pembinaan Kesehatan Keluarga

1. Persentase Kunjungan Neonatal Pertama (KN1) Pemerintah pusat maupun daerah wajib memberikan pelayanan

kesehatan neonatal esensial sesuai standar (secara kuantitas dan kualitas)

kepada setiap neonatal atau bayi baru lahir (usia 0 – 28 hari) di wilayah

kerjanya. Setiap neonatal diharapkan melakukan minimal 3 kali kunjungan

selama masa periode neonatal, yaitu kunjungan KN1, KN2, dan KN3.

a. Definisi OperasionalCakupan neonatal yang mendapatkan pelayanan sesuai standar pada

usia 6 jam – 48 jam setelah lahir di suatu wilayah kerja pada kurun waktu

tertentu.

b. Rumus/ Cara PenghitunganJumlah neonatal yang mendapat pelayanan sesuai standar pada 6 jam –

48 jam setelah lahir di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu

dibagi jumlah seluruh sasaran lahir hidup di suatu wilayah kerja dalam 1

tahun dikalikan 100%.

c. Capaian IndikatorGrafik 7

Capaian Indikator Kunjungan Neonatal Pertama (KN1)Provinsi Kepulauan Riau tahun 2017 – 2019

31

Page 32: KATA PENGANTAR · Web viewAdapun paket pemeriksaan yang dilakukan kepada peserta didik kelas 7 dan 10 antara lain : (a) pengukuran tinggi dan berat badan, (b) pemeriksaan tekanan

2017 2018 2019

8185 88

101.69 100.81 99.31

TargetCapaian

Capaian indikator kunjungan neonatal pertama (KN1) yang ditampilkan

pada grafik di atas menggunakan sasaran lahir hidup berdasarkan data

sasaran BPS/ Pusdatin dalam perhitungannya. Oleh karena itu, capaian

KN1 mencapai lebih dari 100% (untuk sasaran Provinsi Kepri dari BPS/

Pusdatin rata – rata lebih rendah daripada sasaran dari laporan rutin

kabupaten/ kota).

Berdasarkan grafik di atas diketahui bahwa capaian indikator

kunjungan neonatal pertama (KN1) di Provinsi Kepulauan Riau pada 3

tahun terakhir yaitu dari tahun 2017 sampai dengan tahun 2019 melebihi

target yang telah ditetapkan pada Renstra Daerah, hanya saja jika

dibandingkan dengan tahun sebelumnya, capaian pada tahun 2019

mengalami penurunan.

Adapun distribusi capaian indikator kunjungan neonatal pertama

(KN1) tahun 2019 berdasarkan kabupaten/ kota yaitu sebagai berikut :

Tabel 4Diatribusi Capaian Kunjungan Neonatal Pertama (KN1) Tahun 2019

No. Kabupaten/ Kota

Sasaran Lahir Hidup (Pusdatin)

Capaian KN1

Absolut Persentase1 Karimun 3.351 3.745 111,76%2 Bintan 2.671 2.867 107,34%3 Natuna 1.296 1.254 96,76%4 Lingga 1.196 1.344 112,37%

32

Page 33: KATA PENGANTAR · Web viewAdapun paket pemeriksaan yang dilakukan kepada peserta didik kelas 7 dan 10 antara lain : (a) pengukuran tinggi dan berat badan, (b) pemeriksaan tekanan

No. Kabupaten/ Kota

Sasaran Lahir Hidup (Pusdatin)

Capaian KN1Absolut Persentase

5 Anambas 659 821 124,58%6 Batam 28.805 26.934 93,50%7 Tanjungpinang 3.080 3.809 123,67%

Provinsi Kepri 41.058 40.774 99,31%

Jika dilihat berdasarkan capaian kabupaten/ kota dapat dilihat bahwa

capaian dari 7 kabupaten/ kota melebihi target KN1 (88%).

d. Analisis Penyebab Keberhasilan ProgramIndikator ini telah mencapai target dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu

komitmen pemerintah daerah dalam pemenuhan SPM (Standar

Pelayanan Minimal), upaya peningkatan capaian persalinan yang ditolong

oleh tenaga kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan hal ini berkaitan

erat karena pelayanan pada ibu bersalin integrasi dengan bayi baru lahir

e. Upaya-upaya yang telah dilakukan dalam rangka meningkatkan persentase kunjungan neonatal pertama (KN1)

Pelatihan petugas dalam MTBS dimana didalamnya terdapat penilaian

dan pemantauan yaitu manajemen terpadu bayi muda

Integrasi program dalam mendorong persalinan di fasilitas kesehatan

melalui kegiatan kelas ibu hamil, dengan tingginya persalinan di fasilitas

kesehatan maka diharapkan bayi yang dilahirkan juga akan

mendapatkan pelayanan yang sesuai standar

Monitoring dan evaluasi berkala baik ditingkat Provinsi, Kabupaten/Kota

maupun Puskesmas

Sosialisasi pemanfaatan DAK Non Fisik melalui kegiatan orientasi

Peningkatan Cakupan Jampersal Melalui Penguatan PIS - PK

f. Analisis efisiensi sumber dayaCapaian persentase kunjungan neonatal pertama (KN1) sebesar 99,31%,

capaian kinerja dibandingkan dengan target sebesar 120,48% sedangkan

realisasi anggaran pada output Pembinaan dalam Peningkatan Pelayanan

Kunjungan Neonatal sebesar 53,78%. Rendahnya realisasi anggaran

pada output tersebut terjadi dikarenakan terdapat salah satu komponen

pada kegiatan tersebut yaitu Pemeriksaan skrinning hypotiroid kongenital

33

Page 34: KATA PENGANTAR · Web viewAdapun paket pemeriksaan yang dilakukan kepada peserta didik kelas 7 dan 10 antara lain : (a) pengukuran tinggi dan berat badan, (b) pemeriksaan tekanan

belum berjalan dengan maksimal, yang disebabkan oleh masih kurangnya

tenaga terlatih, wilayah geografis sehingga berpengaruh pada batas waktu

pengiriman sample, dan adanya anggaran lain selain dekonsentrasi untuk

pelaksanaan pengiriman dan pemeriksaan sample

2. Persentase Ibu Hamil yang Mendapatkan Pelayanan Antenatal Ke-Empat (K4) Pemerintah pusat maupun daerah wajib memberikan pelayanan

antenatal sesuai standar (secara kuantitas dan kualitas) kepada setiap ibu

hamil di wilayah kerjanya. Setiap ibu hamil diharapkan melakukan minimal 4

kali kunjungan selama periode kehamilan dan mendapatkan pelayanan

minimal 10T. Dengan mendapatkan pelayanan antenatal yang sesuai

standar dan adekuat diharapkan tenaga kesehatan dapat melakukan deteksi

risiko pada ibu hamil dan janinnya sehingga dapat dilakukan upaya – upaya

untuk mencegah terjadinya komplikasi pada ibu hamil dan janin yang

dikandungnya.

a. Definisi OperasionalCakupan ibu hamil yang telah memperoleh pelayanan antenatal sesuai

dengan standar paling sedikit empat kali dengan distribusi waktu satu kali

pada trimester ke – 1, satu kali pada trimester ke – 2, dua kali pada

trimester ke – 3 di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.

b. Rumus/ Cara PenghitunganJumlah ibu hamil yang telah memperoleh pelayanan antenatal sesuai

dengan standar paling sedikit empat kali dengan distribusi waktu satu kali

pada trimester ke – 1, satu kali pada trimester ke – 2, dua kali pada

trimester ke – 3 di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu dibagi

jumlah sasaran ibu hamil di suatu wilayah kerja pada waktu tertentu

dikalikan 100%.

c. Capaian IndikatorGrafik 8

Capaian Indikator Ibu Hamil Mendapatkan Pelayanan Antenatal Ke-Empat (K4) Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2017 – 2019

34

Page 35: KATA PENGANTAR · Web viewAdapun paket pemeriksaan yang dilakukan kepada peserta didik kelas 7 dan 10 antara lain : (a) pengukuran tinggi dan berat badan, (b) pemeriksaan tekanan

2017 2018 2019

76 78 80

93.77 96.59 96.35

TargetCapaian

Capaian indikator ibu hamil yang mendapatkan pelayanan antenatal ke-

empat (K4) yang ditampilkan pada grafik di atas menggunakan sasaran

ibu hamil berdasarkan data sasaran BPS/ Pusdatin dalam

perhitungannya. Oleh karena itu, sama hal nya dengan capaian KN1,

capaian K4 cenderung tinggi atau hampir mendekati 100% (untuk sasaran

Provinsi Kepri dari BPS/ Pusdatin rata – rata lebih rendah daripada

sasaran dari laporan rutin kabupaten/ kota).

Berdasarkan grafik di atas diketahui bahwa capaian indikator ibu hamil

yang mendapatkan pelayanan antenatal ke-empat (K4) di Provinsi

Kepulauan Riau tahun 2017 sampai dengan tahun 2019 telah melebihi

target yang telah ditetapkan pada Renstra Daerah dan ada

kecenderungan atau trend naik dan turun tapi tidak signifikan.

Adapun distribusi capaian indikator ibu hamil mendapatkan pelayanan

antenatal ke-empat (K4) tahun 2019 berdasarkan kabupaten/ kota yaitu

sebagai berikut :

Tabel 5Distribusi Capaian Indikator Ibu Hamil Mendapatkan Pelayanan

Antenatal keempat(K4) Provinsi Kepulauan RiauTahun 2019

No. Kabupaten/ Kota

Sasaran Ibu Hamil

(Pusdatin)

Capaian K4

Absolut Persentase1 Karimun 3.686 3.816 103,53%2 Bintan 2.938 2.880 98,03%3 Natuna 1.426 1.289 90,39%

35

Page 36: KATA PENGANTAR · Web viewAdapun paket pemeriksaan yang dilakukan kepada peserta didik kelas 7 dan 10 antara lain : (a) pengukuran tinggi dan berat badan, (b) pemeriksaan tekanan

No. Kabupaten/ Kota

Sasaran Ibu Hamil

(Pusdatin)

Capaian K4Absolut Persentase

4 Lingga 1.316 1.441 109,50%5 Anambas 725 827 114,07%6 Batam 31.685 29.216 92,21%7 Tanjungpinang 3.388 4.045 119,39%

Provinsi Kepri 45.164 43.514 96,35%

Jika dilihat berdasarkan data kabupaten/ kota diketahui bahwa capaian K4

di 7 kabupaten/ kota berada di atas target K4 (80%).

d. Analisis Penyebab Keberhasilan ProgramIndikator ini telah mencapai target dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu

komitmen pemerintah daerah dalam pemenuhan SPM (Standar

Pelayanan Minimal), peningkatan kapasitas tenaga kesehatan dalam

pelayanan antenatal, adanya kegiatan luar gedung berupa pelacakan ibu

hamil, tersedianya alat deteksi risiko ibu hamil berupa pemeriksaan Hb,

tes kehamilan, pemeriksaan golongan darah serta tes glukoproteinuria,

kegiatan pemantauan melalui PWS dan monitoring evaluasi secara

berjenjang

e. Upaya-upaya yang telah dilakukan dalam rangka meningkatkan persentase ibu hamil yang mendapatkan pelayanan antenatal ke-empat (K4):

Pendekatan melalui kegiatan kelas ibu hamil

Pemanfaatan buku KIA sebagai media edukasi kepada masyarakat

Peningkatan kualitas pelayanan antenatal melalui penyediaan

pelayanan antenatal terpadu

Penyiapan ibu hamil yang dimulai dari masa sebelum hamil yaitu

melalui kegiatan kesehatan reproduksi calon pengantin

Pengembangan media praktis melalui kegiatan riset yang bersumber

anggaran Libangkes kemenkes

f. Analisis efisiensi sumber dayaCapaian persentase ibu hamil yang mendapatkan pelayanan antenatal ke

empat (K4) sebesar 96,35%, capaian kinerja dibandingkan dengan target

36

Page 37: KATA PENGANTAR · Web viewAdapun paket pemeriksaan yang dilakukan kepada peserta didik kelas 7 dan 10 antara lain : (a) pengukuran tinggi dan berat badan, (b) pemeriksaan tekanan

sebesar 120,44% sedangkan realisasi anggaran pada output Pembinaan

dalam Peningkatan antenatal sebesar 92,56%.

3. Persentase Puskesmas yang Melaksanakan Penjaringan Kesehatan untuk Peserta Didik Kelas 1Setiap anak usia sekolah harus diberikan pelayanan kesehatan, salah

satunya ialah melalui kegiatan penjaringan kesehatan yang dilaksanakan

melalui koordinasi antara puskesmas dan sekolah dan biasanya

dilaksanakan setahun sekali. Adapun paket pemeriksaan yang dilakukan

kepada peserta didik kelas 1 antara lain : (a) pengukuran tinggi dan berat

badan, (b) pemeriksaan gigi mulut, (c) pemeriksaan penglihatan, (d)

pemeriksaan pendengaran, (e) pemeriksaan kebugaran, (f) kuesioner

intelegensia, mental, kesehatan reproduksi, dan gaya hidup.

a. Definisi OperasionalCakupan puskesmas yang melaksanakan penjaringan kesehatan bagi

peserta didik kelas 1 SD/MI/SDLB di wilayah kerja puskesmas dalam

kurun waktu satu tahun ajaran.

b. Rumus/ Cara PenghitunganCakupan puskesmas yang melaksanakan penjaringan kesehatan bagi

peserta didik kelas 1 SD/MI/SDLB di wilayah kerja puskesmas dalam

kurun waktu satu tahun ajaran dibagi jumlah puskesmas di suatu wilayah

kerja dalam waktu tertentu dikalikan 100%.

c. Capaian IndikatorGrafik 9

Capaian Indikator Puskesmas Melaksanakan Penjaringan Kesehatan Untuk Peserta Didik Kelas 1

Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2017 – 2019

37

Page 38: KATA PENGANTAR · Web viewAdapun paket pemeriksaan yang dilakukan kepada peserta didik kelas 7 dan 10 antara lain : (a) pengukuran tinggi dan berat badan, (b) pemeriksaan tekanan

2017 2018 2019

5560

65

93.5185.71

100

TargetCapaian

Berdasarkan grafik di atas, capaian indikator penjaringan kesehatan

peserta didik kelas 1 di Provinsi Kepulauan Riau pada 3 tahun terakhir

tergolong sangat baik jika kita bandingkan dengan target setiap tahunnya.

Bahkan untuk tahun 2019, semua puskesmas yang ada di Provinsi

Kepulauan Riau telah melaksanakan penjaringan kesehatan pada semua

sekolah SD/MI/SDLB yang ada di wilayah kerjanya. Berikut ini data

penjaringan kesehatan peserta didik kelas 1 tahun 2019 berdasarkan

kabupaten/ kota :

Tabel 6Distribusi Data Penjaringan Kesehatan Perserta Didik Kelas 1

Berdasarkan Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2019

No.

Kabupaten/ Kota

Sasaran Puskesma

s

Puskesmas yang Melaksanakan Penjarkes Kelas 1

Absolut Persentase1 Karimun 13 13 100%2 Bintan 15 15 100%3 Natuna 14 14 100%4 Lingga 11 11 100%5 Anambas 7 7 100%6 Batam 20 20 100%7 Tanjungpinang 7 7 100%

Provinsi Kepri 87 87 100%

d. Analisis Penyebab Keberhasilan ProgramIndikator ini telah mencapai target dipengaruhi oleh beberapa hal antara

lain, komitmen dari pelaksana program di Tingkat Kabupaten/Kota dan

38

Page 39: KATA PENGANTAR · Web viewAdapun paket pemeriksaan yang dilakukan kepada peserta didik kelas 7 dan 10 antara lain : (a) pengukuran tinggi dan berat badan, (b) pemeriksaan tekanan

Puskesmas, adanya dukungan lintas program dan lintas sektor terkait dan

adanya monitoring berkala

e. Upaya-upaya yang telah dilakukan dalam rangka meningkatkan persentase puskesmas yang melaksanakan penjaringan kesehatan untuk peserta didik kelas 1 :

Penguatan koordinasi dengan TIM pembina UKS/M melalui Orientasi

Pelayanan Kesehatan Usia Sekolah & Remaja

Berkoordinasi dengan lintas sektor terkait dalam hal bimbingan teknis

dan supervisi pembinaan dan pelaksanaan UKS

f. Analisis efisiensi sumber dayaCapaian persentase Puskesmas yang melaksanakan penjaringan

kesehatan untuk peserta didik kelas 1 sebesar 100.00%, capaian kinerja

dibandingkan dengan target sebesar 153,85% sedangkan realisasi

anggaran pada output Pembinaan dalam Pelaksanaan Usaha Kesehatan

Sekolah sebesar 91,12%.

4. Persentase Puskesmas yang Melaksanakan Penjaringan Kesehatan untuk Peserta Didik Kelas 7 dan 10Setiap anak usia sekolah harus diberikan pelayanan kesehatan, salah

satunya ialah melalui kegiatan penjaringan kesehatan yang dilaksanakan

melalui koordinasi antara puskesmas dan sekolah dan biasanya

dilaksanakan setahun sekali. Adapun paket pemeriksaan yang dilakukan

kepada peserta didik kelas 7 dan 10 antara lain : (a) pengukuran tinggi dan

berat badan, (b) pemeriksaan tekanan darah, (c) pemeriksaan penglihatan,

(d) pemeriksaan pendengaran, (e) pemeriksaan kebugaran, (f) kuesioner

intelegensia, mental, kesehatan reproduksi, dan gaya hidup.

a. Definisi OperasionalCakupan puskesmas yang melaksanakan penjaringan kesehatan bagi

peserta didik kelas 7 SMP/MTs/SMPLB dan kelas 10

SMA/SMK/MA/SMALB di wilayah kerja puskesmas dalam kurun waktu

satu tahun ajaran.

b. Rumus/ Cara Penghitungan

39

Page 40: KATA PENGANTAR · Web viewAdapun paket pemeriksaan yang dilakukan kepada peserta didik kelas 7 dan 10 antara lain : (a) pengukuran tinggi dan berat badan, (b) pemeriksaan tekanan

Cakupan puskesmas yang melaksanakan penjaringan kesehatan bagi

peserta didik kelas 7 SMP/MTs/SMPLB dan kelas 10

SMA/SMK/MA/SMALB di wilayah kerja puskesmas dalam kurun waktu

satu tahun ajaran dibagi jumlah puskesmas di suatu wilayah kerja dalam

waktu tertentu dikalikan 100%.

c. Capaian IndikatorGrafik 10

Capaian Indikator Puskesmas Melaksanakan Penjaringan Kesehatan Untuk Peserta Didik Kelas 7 dan 10

Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2017 – 2019

2017 2018 2019

3540

45

81.8278.57

98.85

TargetCapaian

Berdasarkan grafik di atas, capaian indikator penjaringan kesehatan

peserta didik kelas 7 dan 10 di Provinsi Kepulauan Riau pada 3 tahun

terakhir tergolong sangat baik jika kita bandingkan dengan target setiap

tahunnya dan cenderung meningkat cukup signifikan. Bahkan untuk tahun

2019, hanya satu puskesmas yang belum melaksanakan penjaringan

kesehatan pada 100% sekolah SMP/MTs/SMPLB dan

SMA/SMK/MA/SMALB yang ada di wilayah kerjanya yaitu di Kota Batam.

Berikut ini data penjaringan kesehatan peserta didik kelas 7 dan 10 tahun

2019 berdasarkan kabupaten/ kota :

Tabel 7

40

Page 41: KATA PENGANTAR · Web viewAdapun paket pemeriksaan yang dilakukan kepada peserta didik kelas 7 dan 10 antara lain : (a) pengukuran tinggi dan berat badan, (b) pemeriksaan tekanan

Data Penjaringan Kesehatan Peserta Didik Kelas 7 dan 10 Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2019

No.

Kabupaten/ Kota

Sasaran Puskesmas

Puskesmas yang Melaksanakan Penjarkes Kelas

7 dan 10Absolut Persentase

1 Karimun 13 13 100%2 Bintan 15 15 100%3 Natuna 14 14 100%4 Lingga 11 11 100%5 Anambas 7 7 100%6 Batam 20 19 95%7 Tanjungpinang 7 7 100%

Provinsi Kepri 87 87 98,85%

d. Analisis Penyebab Keberhasilan ProgramIndikator ini telah mencapai target dipengaruhi oleh beberapa hal antara

lain, komitmen dari pelaksana program di Tingkat Kabupaten/Kota dan

Puskesmas, adanya dukungan lintas program dan lintas sektor terkait dan

adanya monitoring berkala

e. Upaya-upaya yang telah dilakukan dalam rangka meningkatkan persentase puskesmas yang melaksanakan penjaringan kesehatan untuk peserta didik kelas 7 dan 10 :

Penguatan koordinasi dengan TIM pembina UKS/M melalui Orientasi

Pelayanan Kesehatan Usia Sekolah & Remaja

Berkoordinasi dengan lintas sektor terkait dalam hal bimbingan teknis

dan supervisi pembinaan dan pelaksanaan UKS

f. Analisis efisiensi sumber dayaCapaian persentase Puskesmas yang melaksanakan penjaringan

kesehatan untuk peserta didik kelas 7 dan 10 sebesar 98,85%, capaian

kinerja dibandingkan dengan target sebesar 219,67% sedangkan realisasi

anggaran pada output Pembinaan dalam Pelaksanaan Usaha Kesehatan

Sekolah sebesar 91,12%.

5. Persentase Puskesmas yang Menyelenggarakan Kegiatan Kesehatan Remaja

41

Page 42: KATA PENGANTAR · Web viewAdapun paket pemeriksaan yang dilakukan kepada peserta didik kelas 7 dan 10 antara lain : (a) pengukuran tinggi dan berat badan, (b) pemeriksaan tekanan

Pelayanan kesehatan pada remaja dapat diberikan melalui kegiatan di dalam

gedung seperti di puskesmas/ RS/ fasilitas kesehatan lainnya serta sekolah

maupun di luar gedung seperti komunitas atau posyandu remaja.

Puskesmas bisa dikatakan mampu menyelenggarakan kegiatan kesehatan

remaja jika memenuhi 3 syarat yaitu memiliki tenaga kesehatan terlatih/

terorientasi, memiliki buku pedoman, dan melakukan pelayanan konseling

atau pelayanan kesehatan remaja baik di dalam maupun luar gedung. Saat

ini pemerintah pusat sedang menggalakkan pemerintah daerah untuk

membentuk posyandu remaja sebagai upaya meningkatkan akses remaja

terhadap pelayanan dan KIE terkait remaja, khususnya kesehatan

reproduksi.

a. Definisi OperasionalCakupan puskesmas yang menyelenggarakan kegiatan kesehatan peduli

remaja di satu wilayah kerja dalam kurun waktu satu tahun.

b. Rumus/ Cara PenghitunganCakupan puskesmas yang menyelenggarakan kegiatan kesehatan peduli

remaja di satu wilayah kerja dalam kurun waktu satu tahun dibagi jumlah

seluruh puskesmas di satu wilayah kerja dalam kurun waktu yang sama

dikalikan 100%.

c. Capaian IndikatorGrafik 11

Capaian Indikator Puskesmas yang Menyelenggarakan Kegiatan Kesehatan Peduli Remaja Provinsi Kepulauan Riau

Tahun 2017 – 2019

2017 2018 2019

3540

45

72.73

65.48

73.56

TargetCapaian

42

Page 43: KATA PENGANTAR · Web viewAdapun paket pemeriksaan yang dilakukan kepada peserta didik kelas 7 dan 10 antara lain : (a) pengukuran tinggi dan berat badan, (b) pemeriksaan tekanan

Berdasarkan grafik di atas diketahui bahwa capaian indikator puskesmas

menyelenggarakan kegiatan kesehatan pedulu remaja di Provinsi

Kepulauan Riau pada 2018 mengalami penurunan dan kemudian

mengalami peningkatan/ kenaikan pada tahun 2019. Salah satu yang

menjadi penyebab terjadinya penurunan capaian ialah adanya mutasi

tenaga kesehatan yang sudah terlatih/ terorientasi PKPR dan tidak

adanya kaderisasi bagi tenaga kesehatan lainnya/ pengganti yang

membuat program tidak berjalan dengan seharusnya. Namun jika

dibandingkan dengan target, capaian puskesmas yang menyelenggarakan

kesehatan peduli remaja di Provinsi Kepulauan Riau tahun 2017 sampai

dengan tahun 2019 selalu melebihi target.

Adapun distribusi puskesmas yang menyelenggarakan kegiatan

kesehatan peduli remaja tahun 2019 berdasarkan kabupaten/ kota yaitu

sebagai berikut :

Tabel 8Distribusi Puskesmas Yang Menyelenggarakan Kegiatan Kesehatan

Peduli Remaja Berdasarkan Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2019

No.

Kabupaten/ Kota

Sasaran Puskesmas

Puskesmas yang Menyelenggarakan Kegiatan

Kesehatan Peduli RemajaAbsolut Persentase

1 Karimun 13 13 100%2 Bintan 15 6 40%3 Natuna 14 6 42,86%4 Lingga 11 6 54,55%5 Anambas 7 7 100%6 Batam 20 19 95%7 Tanjungpinang 7 7 100%

Provinsi Kepri 87 64 73,56%

Jika dilihat dari data per kabupaten/ kota, diketahui bahwa Kabupaten

Bintan dan Natuna memiliki cakupan yang paling rendah dan masih di

bawah target (45%).

d. Analisis Penyebab Keberhasilan Program43

Page 44: KATA PENGANTAR · Web viewAdapun paket pemeriksaan yang dilakukan kepada peserta didik kelas 7 dan 10 antara lain : (a) pengukuran tinggi dan berat badan, (b) pemeriksaan tekanan

Indikator ini telah mencapai target dipengaruhi oleh beberapa hal antara

lain, tersedianya tenaga terlatih, sarana dan prasarana pelaksanaan

program kesehatan peduli remaja meskipun dapat diakui ketersediaan

tersebut distribusinya tidak sama antar kabupaten/kota

e. Upaya-upaya yang telah dilakukan dalam rangka meningkatkan persentase puskesmas yang menyelenggarakan kegiatan kesehatan peduli remaja

Pengembangan posyandu remaja di Kabupaten/kota

Mensosialisasikan PKPR pada remaja dan melakukan pembinaan bagi

kader kesehatan remaja oleh Dinkes Kabupaten/Kota dan Puskesmas

f. Analisis efisiensi sumber dayaCapaian persentase Persentase Puskesmas yang Menyelenggarakan

Kegiatan Kesehatan Remaja sebesar 73,56 %, capaian kinerja

dibandingkan dengan target sebesar 163,47% sedangkan realisasi

anggaran pada output Pembinaan dalam Pelaksanaan Usaha Kesehatan

Sekolah sebesar 91,12%.

6. Persentase Puskesmas yang Melaksanakan Kelas Ibu HamilKelas ibu hamil merupakan sarana belajar kelompok bagi ibu hamil yang

bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan mengubah pengetahuan,

sikap, dan perilaku ibu agar dapat menjaga kehamilannya, mempersiapkan

persalinan, melakukan perawatan nifas, dan melakukan perawatan bayi baru

lahir. Pemerintah berharap semua ibu hamil dapat mengikuti kelas ibu hamil

yang diselenggarakan oleh fasilitas pelayanan kesehatan di wilayahnya yang

nantinya dapat berkontribusi pada peningkatan cakupan pelayanan

kesehatan bagi ibu hamil, ibu bersalin/ ibu nifas, neonatal, bayi, dan anak

balita.

a. Definisi OperasionalCakupan puskesmas yang minimal 50% desa/ kelurahan di wilayah

kerjanya melaksanakan kelas ibu hamil dalam kurun waktu 1 tahun.

b. Rumus/ Cara Penghitungan

44

Page 45: KATA PENGANTAR · Web viewAdapun paket pemeriksaan yang dilakukan kepada peserta didik kelas 7 dan 10 antara lain : (a) pengukuran tinggi dan berat badan, (b) pemeriksaan tekanan

Cakupan puskesmas yang minimal 50% desa/ kelurahan di wilayah

kerjanya melaksanakan kelas ibu hamil dalam kurun waktu 1 tahun dibagi

jumlah puskesmas di suatu wilayah kerja dalam waktu tertentu dikalikan

100%.

c. Capaian IndikatorGrafik 12

Capaian Indikator Puskesmas yang Melaksanakan Kelas Ibu HamilProvinsi Kepulauan Riau Tahun 2017 – 2019

2017 2018 2019

84

87

90

84.42

100 100

TargetCapaian

Berdasarkan grafik di atas, diketahui bahwa capaian indikator puskesmas

yang melaksanakan kelas ibu hamil di Provinsi Kepulauan Riau pada 3

tahun terakhir tergolong sangat baik karena mengalami trend peningkatan

dan melebihi target yang telah ditetapkan setiap tahunnya. Bahkan untuk

tahun 2018 dan 2019, semua puskesmas yang ada di Provinsi Kepulauan

Riau telah melaksanakan kelas ibu hamil di wilayah kerjanya. Berikut ini

data puskesmas melaksanakan kelas ibu hamil tahun 2019 berdasarkan

kabupaten/ kota :

Tabel 9

45

Page 46: KATA PENGANTAR · Web viewAdapun paket pemeriksaan yang dilakukan kepada peserta didik kelas 7 dan 10 antara lain : (a) pengukuran tinggi dan berat badan, (b) pemeriksaan tekanan

Distribusi Data Puskesmas Melaksanakan Kelas Ibu Hamil Berdasarkan Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2019

No.

Kabupaten/ Kota

Sasaran Puskesmas

Puskesmas yang Melaksanakan Kelas Ibu Hamil

Absolut Persentase1 Karimun 13 13 100%2 Bintan 15 15 100%3 Natuna 14 14 100%4 Lingga 11 11 100%5 Anambas 7 7 100%6 Batam 20 20 100%7 Tanjungpinang 7 7 100%

Provinsi Kepri 87 87 100%

d. Analisis Penyebab Keberhasilan ProgramIndikator ini telah mencapai target dipengaruhi oleh beberapa hal antara

lain, semua puskesmas di Provinsi Kepulauan Riau telah memiliki petugas

pelaksana kelas ibu hamil, adanya anggaran DAK nonfisik yang dapat

digunakan untuk kegiatan promotif preventive, tesedianya sarana

prasarana berupa lembar balik yang diperoleh dari droping Kementerian

Kesehatan

e. Upaya-upaya yang telah dilakukan dalam rangka meningkatkan persentase puskesmas yang melaksanakan kelas ibu hamil: Penguatan sistem pelaporan

Sosialisasi terkait kelas ibu kepada lintas sektor

Pemanfaatan buku KIA sebagai sarana edukasi

Pelaksanaan kelas ibu hamil bagi karyawati dilingkungan Pemprov

Kepri yang bertujuan mendekatkan akses

f. Analisis efisiensi sumber dayaCapaian persentase puskesmas yang melaksanakan kelas ibu hamil

sebesar 100%, capaian kinerja dibandingkan dengan target sebesar

111,11% sedangkan realisasi anggaran pada output Pembinaan dalam

Peningkatan antenatal sebesar 92,56%.

46

Page 47: KATA PENGANTAR · Web viewAdapun paket pemeriksaan yang dilakukan kepada peserta didik kelas 7 dan 10 antara lain : (a) pengukuran tinggi dan berat badan, (b) pemeriksaan tekanan

7. Persentase Puskesmas yang Melakukan Orientasi Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K)

a. Definisi OperasionalCakupan puskesmas yang melaksanakan orientasi P4K di suatu wilayah

kerja dalam kurun waktu 1 tahun.

b. Rumus/ Cara PenghitunganCakupan puskesmas yang melaksanakan orientasi P4K di suatu wilayah

kerja dalam kurun waktu 1 tahun dibagi jumlah puskesmas di suatu

wilayah kerja dalam waktu tertentu dikalikan 100%.

c. Capaian IndikatorGrafik 13

Capaian Indikator Puskesmas yang Melakukan Orientasi P4K Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2017 – 2019

2017 2018 2019

8895 96

83.12

100 100

TargetCapaian

Berdasarkan grafik di atas, diketahui bahwa capaian indikator

puskesmas yang melaksanakan orientasi P4K di Provinsi Kepulauan Riau

pada 3 tahun terakhir tergolong baik karena mengalami trend peningkatan

dan melebihi target yang telah ditetapkan setiap tahunnya. Berdasarkan

hasil monitoring dan evaluasi di beberapa puskesmas di kabupaten/ kota

diketahui bahwa kegiatan orientasi P4K yang dilaksanakan oleh

puskesmas biasanya ada yang merupakan kegiatan khusus dan ada yang

disampaikan dalam pertemuan – pertemuan yang lain (disejalankan).

Adapun pelaksanaan orientasi P4K yang sudah dilaksanakan ini belum

semua dapat terlaksana sesuai dengan apa yang diharapkan karena

adanya kesulitan untuk melibatkan lintas sektor terkait dan hal ini memang

menjadi tantangan yang cukup besar dalam upaya mencapai keberhasilan

47

Page 48: KATA PENGANTAR · Web viewAdapun paket pemeriksaan yang dilakukan kepada peserta didik kelas 7 dan 10 antara lain : (a) pengukuran tinggi dan berat badan, (b) pemeriksaan tekanan

program P4K di wilayah Provinsi Kepulauan Riau. Berikut ini data

puskesmas melakukan orientasi P4K tahun 2019 berdasarkan kabupaten/

kota :

Tabel 10Diatribusi Data Puskesmas Yang Melakukan Orientasi P4K

Berdasarkan Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2019

No.

Kabupaten/ Kota

Sasaran Puskesmas

Puskesmas yang Melakukan Orientasi P4K

Absolut Persentase1 Karimun 13 13 100%2 Bintan 15 15 100%3 Natuna 14 14 100%4 Lingga 11 11 100%5 Anambas 7 7 100%6 Batam 20 20 100%7 Tanjungpinang 7 7 100%

Provinsi Kepri 87 87 100%

d. Analisis Penyebab Keberhasilan ProgramIndikator ini telah mencapai target dengan adanya adanya komitmen

petugas dalam pelaksanaan program serta adanya dukungan berupa

kemampuan masyarakat untuk dapat mengenali atanda bahaya

kehamilan, persalinan dan nifas sehingga dapat dengan cepat melapor

pada tenaga kesehatan atau fasilitas kesehatan terdekat

e. Upaya-upaya yang telah dilakukan dalam rangka meningkatkan persentase puskesmas yang melakukan Orientasi P4K :

Pelaksanaaan orientasi teknis kesehatan keluarga dimana didalamnya

membahas continuum of care termasuk program P4K

Memperkuat keterlibatan lintas sektor terkait

Pemanfaatan buku KIA secara optimal dimana didalamnya terdapat

stiker P4K sebagai salah satu komponen penting dalam P4K.

f. Analisis efisiensi sumber dayaCapaian persentase puskesmas yang melakukannOrientasi Program

Perencanaan Persalinan dan pencegahan Komplikasi sebesar 100%,

48

Page 49: KATA PENGANTAR · Web viewAdapun paket pemeriksaan yang dilakukan kepada peserta didik kelas 7 dan 10 antara lain : (a) pengukuran tinggi dan berat badan, (b) pemeriksaan tekanan

capaian kinerja dibandingkan dengan target sebesar 104,17% sedangkan

realisasi anggaran pada output Pembinaan dalam Peningkatan antenatal

sebesar 92,56%.

C. Pembinaan Upaya Kesehatan Kerja dan Olahraga1. Persentase Puskesmas yang menyelenggarakan kesehatan kerja dasar

Permenkes No.75/2014, disebutkan Puskesmas adalah fasilitas pelayanan

kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat (UKM)

dan upaya kesehatan perseorangan (UKP) tingkat pertama, dengan lebih

mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat

kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya.

Dalam Permenkes No.75/2014 ditetapkan 23 jenis pelayanan yang dilakukan

oleh Puskesmas, terdiri dari enam (6) pelayanan kesehatan masyarakat

(PKM) esensial, delapan (8) PKM pengembangan dan sembilan (9)

pelayanan kesehatan perorangan (PKP). Tidak semua jenis pelayanan

tersebut bersifat esensial dasar. Rincian Kegiatan PKM dan PKP Pelayanan

Kesehatan Masyarakat (PKM) Pelayanan Kesehatan Perorangan (PKP)

adalah:

Tabel 11Tabel Pelayanan Kesehatan Masyarakat

Pelayanan Kesehatan Masyarakat (PKM) Pelayanan Kesehatan

Perorangan (KPK)PKM Esensial PKM Pengembangan

1. Pelayanan Primer

Kesehatan termasuk

UKS

2. Pelayanan Kesehatan

Lingkungan

3. Pelayanan KIA dan KB

yang bersifat PKM

4. Pelayanan Gizi yang

bersifat PKM

5. Pelayanan

Pencegahan dan

Penyembuhan Penyakit

1. Pelayanan Kesehatan

Jiwa

2. Pelayanan Kesehatan

Gigi Masyarakat

3. Pelayanan Kesehatan

Tradisional

Komplementer

4. Pelayanan Kesehatan

Olahraga

5. Pelayanan Kesehatan

Indra

6. Pelayanan Kesehatan

Lansia

1. Pelayanan

Pemeriksaan Umum

2. Pelayanan Kesehatan

gigi dan mulut

3. Pelayanan KIA/KB

yang bersifat PKP

4. Pelayanan Gawat

Darurat

5. Pelayanan Gigi yang

bersigat PKP

6. Pelayanan Persalinan

7. Pelayanan Rawat Inap

(di PKM perawatan)

49

Page 50: KATA PENGANTAR · Web viewAdapun paket pemeriksaan yang dilakukan kepada peserta didik kelas 7 dan 10 antara lain : (a) pengukuran tinggi dan berat badan, (b) pemeriksaan tekanan

6. Pelayanan

Keperawatan

Kesehatan masyarakat

7. Pelayanan Kesehatan

Kerja

8. Pelayanan Kesehatan

Lain sesuai kebutuhan

8. Pelayanan Kefarmasian

9. Pelayanan

Laboratorium

Undang-undang No 36 tahun 2009 tentang Kesehatan mencantumkan

kesehatan kerja pada pasal 164-166 dan kesehatan olahraga pada pasal 80-

81. Besarnya jumlah pekerja dan tempat kerja merupakan potensi untuk

dapat diintervensi oleh berbagai upaya kesehatan sehingga apabila dikelola

dengan baik maka akan membantu mengatasi berbagai permasalahan

kesehatan. Upaya kesehatan kerja ditujukan untuk melindungi pekerja

(formal maupun informal) agar hidup sehat dan terbebas dari gangguan

kesehatan serta pengaruh buruk yang diakibatkan oleh pekerjaan, termasuk

pengentasan AKI dan AKB dan juga peningkatan produktivitas pekerja

Indonesia, khususnya pekerja perempuan yang jumlahnya makin besar dan

memegang peranan yang makin penting.

a. Defenisi Operasional : Puskesmas yang menjalankan kesehatan kerja dalah pelayanan

kesehatan kerja yang dilakukan puskesmas untuk peningkatan dan

pemeliharaan derajat kesehatan bagi masyarakat pekerja baik formal

maupun informal.

Persentase puskesmas yang menjalankan kesehatan kerja dasar adalah jumlah puskesmas yang menjalankan kesehatan kerja dasar di

bagi puskesmas yang ada di wilayah kerja dikali 100%.

Rumus / Cara Penghitungan : (Jumlah puskesmas yang menjalankan

kesehatan kerja dibagi jumlah puskesmas yang ada di wilayah

kabupaten/kota ) x 100%

50

Page 51: KATA PENGANTAR · Web viewAdapun paket pemeriksaan yang dilakukan kepada peserta didik kelas 7 dan 10 antara lain : (a) pengukuran tinggi dan berat badan, (b) pemeriksaan tekanan

b. Capaian IndikatorGrafik 14

Capaian puskesmas yang menjalankan kesehatan kerja dasar Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2019

Tan-jung-

pinang

Bintan Batam Karimun Lingga Natuna Anambas02468

101214161820

Dari gambar tersebut dapat dilihat capaian puskesmas yang menjalankan

kesehatan kerja dasar tahun 2019 sudah melebihi target yang ditetapkan

baik target nasional maupun provinsi. Program ini telah berjalan dengan

baik, hampir seluruh puskesmas menjalankan kesehatan kerja dasar.

Berikut ini data puskesmas melaksanakan kesehatan kerja tahun 2019

berdasarkan kabupaten/ kota :

Tabel 12Data Puskesmas Melaksanakan Kesehatan Kerja Berdasarkan

Kabupaten/ Kota Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2019

No. Kabupaten/ Kota Sasaran Puskesmas

Puskesmas yang Melaksanakan kesehatan

kerja dasarAbsolut Persentase

1 Tanjungpinang 7 7 100%2 Bintan 15 12 80%3 Batam 20 20 100%

4 Karimun 13 13 100%

5 Lingga 11 11 100%

51

Page 52: KATA PENGANTAR · Web viewAdapun paket pemeriksaan yang dilakukan kepada peserta didik kelas 7 dan 10 antara lain : (a) pengukuran tinggi dan berat badan, (b) pemeriksaan tekanan

No. Kabupaten/ Kota Sasaran Puskesmas

Puskesmas yang Melaksanakan kesehatan

kerja dasarAbsolut Persentase

6 Natuna 14 11 78,57%

7Anambas 7 6

85,71%

Provinsi Kepri 87 80 91,95%

c. Analisis Penyebab Keberhasilan Program : Indikator ini telah melebihi

target dipengaruhi oleh beberapa hal antara lain, peran aktif petugas

kesehatan khususnya pengelola program, dukungan dari pimpinan

puskesmas, Respon cepat dari Kader pekerja informal dalam pelaksanaan

kesehatan kerja.

d. Upaya-upaya yang telah dilakukan dalam rangka meningkatkan program kesehatan kerja adalah sebagai berikut: Monitoring Pusat, Provinsi, dan Kabupaten / Kota ke Puskesmas.

Pemanfaatan Dana BOK Dinas Kesehatan Kabupaten/kota dan

puskesmas untuk menjalankan kegiatan program.

Pemenfaatan dana Dekonsentrasi Dinas Kesehatan Provinsi untuk

menjalankan kegiatan program.

e. Analisis efisiensi sumber daya Capaian capaian kinerja sebesar 91,95% sedangkan realisasi anggaran

untuk Output penguatan pembinaan kesehatan kerja dan olahraga adalah

adalah 99,46%.

2. Jumlah Pos Upaya Kesehatan Kerja yang terbentuk di daerah PPI/TPI

a. Definisi OperasionalPos Upaya Kesehatan Kerja (Pos UKK) di daerah PPI/TPI adalah wadah

upaya kesehatan berbasis masyarakat pekerja sektor informal yang

berada di wilayah kerja puskesmas di daerah Pelabuhan Pendaratan Ikan

(PPI)/Tempat Pelelangan Ikan (TPI)

b. Rumus/ Cara PenghitunganJumlah Pos UKK yang ada di daerah PPI/TPI di wilayah kerja puskesmas.

52

Page 53: KATA PENGANTAR · Web viewAdapun paket pemeriksaan yang dilakukan kepada peserta didik kelas 7 dan 10 antara lain : (a) pengukuran tinggi dan berat badan, (b) pemeriksaan tekanan

c. Capaian IndikatorPos UKK di daerah PPI/TPI di wilayah Provinsi Kepulauan Riau tidak

pernah terbentuk, sehingga didapatkan capaian kinerja pada indikator

tersebut adalah sebesar nol. Maka capaiannya belum mencapai target

nasional menunjukkan bahwa kinerja masih kurang.

d. Analisis Penyebab Kegagalan ProgramIndikator ini tidak mencapai target dikarenakan Provinsi Kepulauan Riau

tidak memiliki pelabuhan pendaratan ikan ataupun tempat pelelangan

ikan. Data ini diperoleh dari Dinas Perikanan dan Kelauan Provinsi

Kepulauan Riau.

3. Persentase Fasilitas Pemeriksaan Kesehatan TKI yang memenuhi standar

a. Definisi OperasionalFasilitas Pemeriksaan Kesehatan TKI adalah Rumah Sakit atau Klinik

yang digunakan untuk menyelenggarakan pemeriksaan kesehatan calon

TKI.

b. Rumus/ Cara PenghitunganJumlah fasilitas pemeriksaan kesehatan yang memenuhi standar dibagi

dengan jumlah fasilitas pemeriksaan kesehatan yang ada di wilayah

kabupaten/kota kali 100%

c. Capaian IndikatorKabupaten/Kota yang memiliki fasilitas pemeriksaan kesehatan calon TKI

adalah Kota Tanjungpinang dan Kota Batam. Semua Fasilitas

pemeriksaan kesehatan calon TKI yang ada di kabupaten/kota tersebut

memenuhi standar sesuai Permenkes Nomor 9 tahun 2014.

Berikut ini fasilitas pemeriksaan kesehatan tahun 2019 berdasarkan

kabupaten/ kota :

53

Page 54: KATA PENGANTAR · Web viewAdapun paket pemeriksaan yang dilakukan kepada peserta didik kelas 7 dan 10 antara lain : (a) pengukuran tinggi dan berat badan, (b) pemeriksaan tekanan

Tabel 13Fasilitas Pemeriksaan Kesehatan Berdasarkan Kabupaten/Kota

Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2019

No Kabupaten/ KotaFasilitas Pemeriksaan Kesehatan

Puskesmas yang Melaksanakan Kelas Ibu

HamilAbsolut Persentase

1 Tanjungpinang 1 1 100%

2 Batam 2 2 100%

Provinsi Kepri 3 3100%

a. Analisis Penyebab Keberhasilan ProgramIndikator ini telah mencapai target dipengaruhi oleh tesedianya sarana

prasarana pemeriksaan kesehatan bagi calon TKI sesuai Permenkes

Nomor 9 tahun 2014.

b. Upaya-upaya yang telah dilakukan dalam rangka meningkatkan persentase fasilitas pemeriksaan kesehatan calon TKI: Penguatan sistem pelaporan

Monitoring pusat, provinsi, kabupaten/kota ke fasilitas pemeriksaan

kesehatan calon TKI.

c. Analisis efisiensi sumber daya Capaian persentase fasilitas pemeriksaan kesehatan calon TKI sebesar

100%,

4. Persentase Puskesmas yang melaksanakan kegiatan kesehatan olahraga pada kelompok masyarakat di wilayah kerjanya.

a. Definisi Operasional

Kegiatan Kesehatan Olahraga pada kelompok masyarakat adalah

pelayanan kesehatan olahraga dilakukan puskesmas dalam rangka

meningkatkan derajat kesehatan kelompok masyarakat (haji, ASN, anak

sekolah dan masyarakat lainnya)

54

Page 55: KATA PENGANTAR · Web viewAdapun paket pemeriksaan yang dilakukan kepada peserta didik kelas 7 dan 10 antara lain : (a) pengukuran tinggi dan berat badan, (b) pemeriksaan tekanan

b. Rumus/ Cara PenghitunganJumlah puskesmas yang melaksanakan kegiatan kesehatan olahraga

dibagi dengan jumlah puskesmas yang ada di wilayah kabupaten/kota kali

100%

c. Capaian IndikatorGrafik 15

Capaian puskesmas yang melaksanakan kegiatan kesehatan olahraga pada kelompok masyarakat Provinsi Kepulauan Riau

Tahun 2019

Tanjungpinang Bintan Batam Karimun Lingga Natuna Anambas0

2

4

6

8

10

12

14

16

18

20

Dari gambar tersebut dapat dilihat capaian puskesmas yang

melaksanakan kesehatan olahraga tahun 2019 sudah melebihi target

yang ditetapkan baik target nasional maupun provinsi. Program ini telah

berjalan dengan baik, hampir seluruh puskesmas menjalankan kegiatan

kesehatan olahraga pada kelompok masyarkat di wilayah kerjanya.

Berikut ini fasilitas pemeriksaan kesehatan tahun 2019 berdasarkan

kabupaten/kota :

Tabel 14Fasilitas Pemeriksaan Kesehatan Berdasarkan Kabupaten/Kota

Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2019

No. Kabupaten/ Kota Sasaran Puskesmas

Puskesmas yang Melaksanakan kesehatan

kerja dasarAbsolut Persentase

1 Tanjungpinang 7 7 100%2 Bintan 15 12 80%3 Batam 20 19 95%

55

Page 56: KATA PENGANTAR · Web viewAdapun paket pemeriksaan yang dilakukan kepada peserta didik kelas 7 dan 10 antara lain : (a) pengukuran tinggi dan berat badan, (b) pemeriksaan tekanan

No. Kabupaten/ Kota Sasaran Puskesmas

Puskesmas yang Melaksanakan kesehatan

kerja dasarAbsolut Persentase

4 Karimun 13 13 100%5 Lingga 11 11 100%6 Natuna 14 14 100%7 Anambas 7 7 100%

Provinsi Kepri 87 83 95,40%

d. Analisis Penyebab Keberhasilan Program Indikator Indikator ini telah melebihi target dipengaruhi oleh beberapa hal antara

lain, peran aktif petugas kesehatan khususnya pengelola program, serta

dukungan dari pimpinan puskesmas.

e. Upaya-upaya yang telah dilakukan dalam rangka meningkatkan persentase puskesmas melaksanakan kegiatan kesehatan olahraga : Penguatan sistem pelaporan

Monitoring provinsi, kabupaten/kota ke puskesmas

Pemanfaatan Dana BOK Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan

Puskesmas untuk menjalankan program.

Pemanfaatan Dan Dekonsentrasi provinsi dalam menjalankan

program.

f. Analisis efisiensi sumber daya Capaian capaian kinerja sebesar 95,40% sedangkan realisasi anggaran

untuk Output penguatan pembinaan kesehatan kerja dan olahraga adalah

adalah 99,46%.

56

Page 57: KATA PENGANTAR · Web viewAdapun paket pemeriksaan yang dilakukan kepada peserta didik kelas 7 dan 10 antara lain : (a) pengukuran tinggi dan berat badan, (b) pemeriksaan tekanan

D. Penyehatan Lingkungan

Indikator realisasi kinerja Program Kesehatan Lingkungan Tahun 2019

No Indikator

Target Realisasi/Capaian

KET% Absolut Realisasi

Capaian (Realisasi/ Target*100)

1Jumlah desa/Kelurahan

yang melaksankan

STBM

260

260

desa/kel

dari 416

desa/kel

384

desa/kel147,7%

2 Persentase RS yang

melakukan pengelolaan

limbah medis sesuai

standar

38%11 RS

dari 30

RS

40 %

(12 RS)105,26%

3

Persentase Tempat -

Tempat Umum (TTU)

yang memenuhi syarat

kesehatan

58%

877 TTU

dari 1512

TTU

(Sekolah

SD,

SMP,Pus

kesmas)

52,12%

(788 TTU)89,86%

4 Persentase Tempat

Pengelolaan Makanan

(TPM) yang memenuhi

syarat kesehatan

32%

3.402

TPM dari

7145

TPM

46,37 %

(7.336

TPM)

144,9%

5 Jumlah Kabupaten/Kota

yang menyelenggarakan

tatanan kawasan sehat

55

Kab/Kota

7

Kab/kota140%

6

Persentase sarana air

minum yang dilakukan

pengawasan

50%

817 SAM

yang

diambil

sampel

dari 1634

SAM

45,23 %

(739 SAM

yang

diperiksa)

90,46 %

57

Page 58: KATA PENGANTAR · Web viewAdapun paket pemeriksaan yang dilakukan kepada peserta didik kelas 7 dan 10 antara lain : (a) pengukuran tinggi dan berat badan, (b) pemeriksaan tekanan

Pada tahun 2019, terdapat 4 indikator yang sudah mencapai target kinerja,

dan ada 2 indikator yang sudah di atas 100 %, akan tetapi terdapat 2

indikator yang capaian kinerjanya masih di bawah 100 %. Capaian kinerja

paling rendah sebesar 45,23 % yaitu indikator persentase sarana air minum

yang dilakukan pengawasan. Sedangkan capaian kinerja paling tinggi

sebesar 147,7% yaitu indikator Jumlah Desa/Kelurahan yang melaksanakan

STBM. Jadi dari 6 indikator yang ada, 4 indikator sudah mencapai target

sehingga dapat disimpulkan bahwa capaian kinerja program kesehatan

lingkungan secara keseluruhan berdasarkan jumlah indikator yang dapat

tercapai sebesar 66.7 %

1. Jumlah Desa/Kelurahan yang Melaksanakan STBMDesa/Kelurahan yang melaksanakan STBM adalah desa/ kelurahan yang

sudah melakukan : 1) pemicuan, 2) mempunyai tim kerja masyarakat/ natural

leader, dan 3) telah mempunyai rencana kerja masyarakat.

Grafik 16Target dan RealisasiIndikator Jumlah Desa yang Melaksanakan STBM

Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2019

Pada tahun 2019, target indikator Jumlah Desa yang Melaksanakan STBM

sebesar 260 desa/kelurahan. Sedangkan realisasi indikator tersebut sebesar

58

0

50

100

150

200

250

300

350

400

450

260

384

Target Indikator Realisasi Indikator

Capaian Kinerja 147.7%

Page 59: KATA PENGANTAR · Web viewAdapun paket pemeriksaan yang dilakukan kepada peserta didik kelas 7 dan 10 antara lain : (a) pengukuran tinggi dan berat badan, (b) pemeriksaan tekanan

384 desa/kelurahan. Itu berarti realisasi indikator tersebut sudah mencapai

target indikator dengan capaian kinerja sebesar 147,7 %.

Grafik 17Realisasi Kumulatif Per Kabupaten Kota

Indikator Jumlah Desa yang Melaksanakan STBMs.d. Tahun 2019

Grafik 18Proporsi Realisasi Per Propinsi

Indikator Jumlah Desa yang Melaksanakan STBMTahun 2019

Bintan Natuna Tanjungpinang Lingga Batam Provinsi Kepri Karimun Kep.Anambas

100.0 100.0 100.095.1 93.8 92.3

83.177.8

Pada tahun 2019 Kabupaten Kota dengan realisasi paling tinggi yaitu

Kota Tanjungpinang, Kabupaten Bintan dan Kabupaten Natuna dan

Kabupaten dengan realisasi paling rendah yaitu Kabupaten Kepulauan

59

Karim

un

Bintan

Natuna

Lingg

aBata

m

Tanjungp

inang

Kep.A

nambas

KEPRI

59 5176 78

60

1842

384

Page 60: KATA PENGANTAR · Web viewAdapun paket pemeriksaan yang dilakukan kepada peserta didik kelas 7 dan 10 antara lain : (a) pengukuran tinggi dan berat badan, (b) pemeriksaan tekanan

Anambas. Terdapat 3 Kabupaten Kota (100 %) berada di atas rata-rata

nasional dan masih terdapa 3 Kabupaten Kota berada di bawah rata-rata

Provinsi Kepulauan Riau

Grafik 19Target dan Realisasi

Indikator Jumlah Desa yang Melaksanakan STBMTh 2017-2019

Pada tahun 2019, target indikator Jumlah Desa/Kelurahan yang

Melaksanakan STBM sebesar 260 desa/kelurahan dan realisasi indikator

tersebut sebesar 384 desa/kelurahan. Itu berarti pada tahun 2019 melebihi

target. Melihat tren realisasi indikator jumlah desa/kelurahan yang

melaksanakan STBM selama 3 tahun terakhir i dapat disimpulkan bahwa

trend realisasi indikator tersebut senantiasa mencapai target indikator setiap

tahunnya.

60

2017 2018 20190

50

100

150

200

250

300

350

400

450

240 250

260

292

356 384

TargetRealisasi

Page 61: KATA PENGANTAR · Web viewAdapun paket pemeriksaan yang dilakukan kepada peserta didik kelas 7 dan 10 antara lain : (a) pengukuran tinggi dan berat badan, (b) pemeriksaan tekanan

Grafik 27Penyandingan Capaian Kinerja dan Realisasi Anggaran

Indikator Jumlah Desa yang Melaksanakan STBMTh 2019

Realisasi Kinerja Realisasi Keuangan0

20

40

60

80

100

120

140

160147.7

99.21

Pada tahun 2019, anggaran yang dialokasikan untuk pelaksanaan indikator

Jumlah Desa yang Melaksanakan STBM sebesar Rp 474.055.000 dan

realisasi anggaran untuk pelaksanaan indikator tersebut sebesar 99,21%

atau Rp 470.324.0000. Target indikator yang ditetapkan sebesar 260 desa

dan realisasi indikator tersebut sebesar 384 desa sehingga capaian kinerja

yang diperoleh sebesar 147,7 %.

Analisis penyebab/ program/ kegiatan yang menunjang keberhasilan meliputi :1. Percepatan program STBM melalui program Pamsimas dan Percepatan

pencapaian akses sanitasi melalui Peningkatan Sarana Kesling di 12

Desa/Kelurahan Stunting

2. Sosialisasi Lima Pilar STBM kepada mahasiswa poltekkes

3. Penyebarluasan informasi STBM melalui Pembuatan Video Lima Pilar

STBM

4. Adanya Dana Dekonsentrasi untuk kegiatan (1) Orientasi STBM 5 Pilar,

(2) Monev percepatan capaian desa ODF untuk percepatan akses

sanitasi.

61

Page 62: KATA PENGANTAR · Web viewAdapun paket pemeriksaan yang dilakukan kepada peserta didik kelas 7 dan 10 antara lain : (a) pengukuran tinggi dan berat badan, (b) pemeriksaan tekanan

5. Adanya dana APBD untuk percepatan Desa/Kelurahan ODF di Kabupaten

Anambas

6. Adanya dana DAK fisik dan non fisik untuk mendukung pelaksanaan

kegiatan sanitasi total berbasis masyarakat ditingkat provinsi, puskesmas

dan kabupaten.

Analisis penyebab/ program/ kegiatan yang dapat menyebabkan kegagalan meliputi :

1. Masih kurangnya kuantitas dan kualitas petugas kesehatan lingkungan di

Puskesmas dalam melaksanakan pembinaan dan pengawasan terkait

program sanitasi total berbasis masyarakat

2. Sering terjadinya mutasi petugas yang terjadi di daerah.

3. Masih kurangnya dukungan dana serta sarana dan prasarana untuk

pelaksanaan pembinaan dan pengawasan untuk mendorong

desa/kelurahan yang sudah melaksanakan STBM agar menjadi

desa/kelurahan ODF

4. Untuk sistem pelaporan kegiatan yang sudah berbasis elektronik (internet)

masih belum optimal terkait dukungan jaringan internet yang belum stabil

di seluruh wilayah provinsi kepulauan riau.

5. Jejaring kemitraan atau pokja terkait dengan sanitasi tidak aktif

6. Proses peningkatan perubahan perilaku tidak dapat dilakukan secara

cepat, cenderung membutuhkan waktu yang relatif lama dan kecukupan

pendampingan petugas kepada masyarakat untuk menerapkan perilaku

yang lebih sehat dalam kehidupan sehari-hari secara berkesinambungan.

7. Masyarakat belum memahami pentingnya akses sanitasi yang sehat

Alternatif solusi yang dilakukan meliputi :1. Memaksimalkan pembinaan penyelenggaraan sanitasi total berbasis

masyarakat dan terfokus pada daerah sasaran yang aktif kepada seluruh

pengelola kesehatan lingkungan di daerah dalam percepatan pencapaian

target indikator.

2. Memaksimalkan komunikasi aktif baik melalui media elektronik maupun

surat menyurat kepada seluruh pimpinan daerah dalam rangka

implementasi serta monitoring evaluasi data dan pelaporan tepat waktu.

3. Memaksimalkan advokasi kepada pejabat daerah agar diperoleh

dukungan terhadap pelaksanaan kegiatan sanitasi total berbasis

masyarakat.

62

Page 63: KATA PENGANTAR · Web viewAdapun paket pemeriksaan yang dilakukan kepada peserta didik kelas 7 dan 10 antara lain : (a) pengukuran tinggi dan berat badan, (b) pemeriksaan tekanan

4. Pelaksanaan orientasi sanitasi total berbasis masyarakat kepada seluruh

pengelola kesehatan lingkungan tingkat Puskesmas dan Kabupaten/Kota

untuk penyelenggaraan sanitasi total berbasis masyarakat yang terstandar

dan pelaporan tepat waktu melalui sistem monitoring elektronik.

5. Melanjutkan pendampingan dana dekon, APBD, dan DAK non Fisik yang

optimal untuk percepatan capaian sanitasi dasar yang sehat secara

menyeluruh.

6. Melaksanakan Sosialisasi 5 pilar STBM kepada masyarakat di seluruh

kab/kota.

2. Persentase Sarana Air Minum yang Dilakukan Pengawasan Kualitas air minum adalah kualitas air minum yang memenuhi syarat

secara fisik/kimia/mikrobiologi sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan

Nomor 492/MENKES/PER/IV/2010. Sedangkan tentang pengawasan

kualitas air minum diatur oleh Peraturan Menteri Kesehatan Nomor

736/MENKES/PER/VI/2010 tentang Tata Laksana dan Pengawasan Kualitas

Air Minum, bahwa pengawasan Internal dilakukan oleh penyelenggara air

minum komersial dan pengawasan Eksternal oleh Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota.

Pengawasan kualitas air minum adalah penyelenggara air minum yang

diawasi kualitas hasil produksinya secara eksternal oleh Dinas Kesehatan

Provinsi/Kabupaten/Kota dan KKP yang dibuktikan dengan jumlah sampel

pengujian kualitas air.

Penyelenggara air minum adalah :1. PDAM/BPAM/PT yang terdaftar di Persatuan Perusahaan Air Minum

Seluruh Indonesia (Perpamsi)

2. Sarana air minum perpipaan non PDAM

3. Sarana air minum bukan jaringan perpipaan komunal

Cara perhitungan indikator ini adalah jumlah sarana air minum yang diawasi

dibagi dengan jumlah sarana air minum yang ada

63

Page 64: KATA PENGANTAR · Web viewAdapun paket pemeriksaan yang dilakukan kepada peserta didik kelas 7 dan 10 antara lain : (a) pengukuran tinggi dan berat badan, (b) pemeriksaan tekanan

Grafik 28Target dan Realisasi Indikator Persentase Sarana Air Minum yang Dilakukan

Pengawasan Tahun 2019

42

43

44

45

46

47

48

49

50

5150

45.23

Target Indikator Realisasi Indikator

Pada tahun 2019, target indikator Persentase sarana air minum yang

dilakukan pengawasan berdasarkan perjanjian kinerja sebesar 50 % yaitu

dari 1634 sarana air minum. Sedangkan realisasi indikator tersebut sebesar

hanya 45,23 % yaitu 739 sarana yang diawasi atau yang diambil sampelnya,

dapat diartikan bahwa realisasi indikator tersebut belum mencapai target

indikator.

Grafik 29Target dan Realisasi Indikator Persentase Sarana Air Minum yang Dilakukan

Pengawasan Tahun 2017-2019

2017 2018 20190

10

20

30

40

50

60

70

80

4045

50

71.6664.13

45.23

Target Indikator Realisasi Indikator

Pada tahun 2019, target indikator Persentase Sarana Air Minum yang

Dilakukan Pengawasan sebesar sebesar 50 % dan realisasi indikator

tersebut sebesar 45,23 %. Itu berarti pada tahun 2019, realisasi indikator

belum mencapai target indikator yang ditetapkan. Pada tahun 2017 dan 2018

target indikator Persentase Sarana Air Minum yang dilakukan Pengawasan

64

*dalam persen

Capaian Kinerja 45,23%

Page 65: KATA PENGANTAR · Web viewAdapun paket pemeriksaan yang dilakukan kepada peserta didik kelas 7 dan 10 antara lain : (a) pengukuran tinggi dan berat badan, (b) pemeriksaan tekanan

telah mencapai target indikator yang ditetapkan. Itu berarti pada tahun 2019,

mengalami penurunan realisasi karena dana untuk pengawasan kualitas air

minum tidak maksimal

Grafik 30Penyandingan Capaian Kinerja dan Realisasi Anggaran

Indikator Persentase Sarana Air Minum yang Dilakukan PengawasanTahun 2019

Realisasi Kinerja (%) Realisasi Keuangan (%)0

20

40

60

80

100

120

45.23

100

Pada tahun 2019, anggaran yang dialokasikan untuk pelaksanaan indikator

Persentase Sarana Air Minum yang Dilakukan Pengawasan hanya berasal

dari Dana Dekonsentrasi sebesar Rp 72.310.000 dan realisasi anggaran

untuk pelaksanaan indikator tersebut sebesar 100 %. Target indikator yang

ditetapkan sebesar 50% dan realisasi indikator sebesar 45,23%. Hal ini

berarti terjadi karena tidak adanya anggaran untuk pelaksanaan

pengawasan kualitas air minum

Analisis penyebab/ program/ kegiatan yang menunjang keberhasilan meliputi :1. Adanya dukungan sarana dan prasarana bagi Puskesmas terpilih berupa

sanitarian kit sebanyak 51 unit sanitarian kit yang ada di 7 kabupaten kota

2. Adanya dana dekon berupa Orientasi teknis petugas dalam pengawasan

kualitas kesling yang memenuhi syarat untuk mendukung pelaksanaan

kegiatan penyehatan air.

Analisis penyebab/ program/ kegiatan yang dapat menyebabkan kegagalan meliputi :

65

Page 66: KATA PENGANTAR · Web viewAdapun paket pemeriksaan yang dilakukan kepada peserta didik kelas 7 dan 10 antara lain : (a) pengukuran tinggi dan berat badan, (b) pemeriksaan tekanan

1. Masih kurangnya pendanaan dari daerah sehingga kegiatan koordinasi

jejaring dan kemitraan air minum tidak dapat dilaksanakan

2. Masih kurangnya kuantitas petugas kesehatan lingkungan di Puskesmas

dalam melaksanakan pembinaan dan pengawasan kualitas air minum

3. Sering terjadinya mutasi petugas yang terjadi di daerah.

4. Masih kurangnya dukungan sarana dan prasarana untuk pelaksanaan

pembinaan dan pengawasan terkait penyehatan air. Dimana daerah tidak

memiliki/ menganggarkan dana untuk melaksanakan pemeriksaan sampel

ke laboratorium kesehatan daerah. Sementara Puskesmas pun tidak

memiliki alat untuk melakukan pemeriksaan sampel air minum.

5. Letak georafis dan besarnya biaya pemeriksaan sampel di laboratorium

yang terakreditasi

6. Untuk sistem pelaporan kegiatan yang sudah berbasis elektronik (internet)

masih belum optimal

Alternatif solusi yang dilakukan meliputi :1. Memaksimalkan pendanaan untuk upaya penyehatan air melalui kegiatan

pengawasan kualitas air minum

2. Memaksimalkan pembinaan penyelenggaraan pengawasan kualitas air

minum dan terfokus pada daerah sasaran yang aktif kepada seluruh

pengelola kesehatan lingkungan di daerah dalam percepatan pencapaian

target indikator.

3. Memaksimalkan komunikasi aktif baik melalui media elektronik maupun

surat menyurat kepada seluruh pimpinan daerah dalam rangka

implementasi serta monitoring evaluasi data dan pelaporan tepat waktu.

4. Pelaksanaan orientasi pengawasan kualitas air minum kepada seluruh

pengelola kesehatan lingkungan tingkat Puskesmas dan Kabupaten/Kota

untuk penyelenggaraan penyehatan air yang terstandar dan pelaporan

tepat waktu melalui sistem monitoring elektronik.

5. Membuat usulan kepada Kementerian Kesehatan atau usulan pada dana

DAK Fisik Kabupaten Kota terkait sarana dan prasarana penyehatan air

melalui pengadaan sanitarian kit

6. Feedback capaian dilaksanakan setiap triwulan dan berjenjang

66

Page 67: KATA PENGANTAR · Web viewAdapun paket pemeriksaan yang dilakukan kepada peserta didik kelas 7 dan 10 antara lain : (a) pengukuran tinggi dan berat badan, (b) pemeriksaan tekanan

3. Persentase Tempat Pengelolaan Makanan (TPM) yang memenuhi syarat kesehatanPelaksanaan kegiatan higiene sanitasi pangan merupakan salah satu aspek

dalam menjaga keamanan pangan yang harus dilaksanakan secara

terstruktur dan terukur dengan kegiatan, sasaran dan ukuran kinerja yang

jelas, salah satunya dengan mewujudkan Tempat Pengelolaan Makanan

(TPM) yang memenuhi syarat kesehatan. Definisi dari TPM yang memenuhi

syarat kesehatan adalah TPM yang memenuhi persyaratan hygiene sanitasi

berdasarkan inspeksi kesehatan lingkungan (IKL). TPM adalah Tempat

Pengelolaan Makanan (TPM) siap saji yang terdiri dari Rumah

Makan/Restoran, Jasa Boga, Depot Air Minum, Sentra Makanan Jajanan,

Kantin Sekolah. Cara perhitungan indikator ini yaitu jumlah TPM yang

memenuhi syarat kesehatan dibagi jumlah TPM yang ada.

Grafik 31Target dan Realisasi

Indikator Persentase TPM yang Memenuhi Syarat KesehatanTahun 2019

Pada tahun 2019, target indikator persentase TPM yang memenuhi syarat

kesehatan sebesar 32 % dari 7336 TPM sedangkan realisasi indikator

tersebut sebesar 47,6 % (3402 TPM). Itu berarti realisasi indikator tersebut

sudah mencapai target indikator. Data ini berdasarkan data dilaporan offline

yang dikirimkan oleh puskesmas secara berjenjang melalui kabupaten kota

kepada provinsi. Capaian indikator ini akan sangat berbeda jika capaiannya

menggunakan data yang ada di system monitoring online (emonev HSP)

67

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

32

46.37

Target Indikator Realisasi Indikator

Capaian Kinerja 144.9%

Page 68: KATA PENGANTAR · Web viewAdapun paket pemeriksaan yang dilakukan kepada peserta didik kelas 7 dan 10 antara lain : (a) pengukuran tinggi dan berat badan, (b) pemeriksaan tekanan

dikarenakan masih belum seluruh data pembinaan dan pengawasan yang

sudah dilaksanakan oleh puskesmas yang di entry kedalam system emonev.

Grafik 32.Realisasi Per Kabupaten Kota

Indikator Persentase TPM yang Memenuhi Syarat KesehatanTahun 2019

BintanLin

gga

Provinsi K

epri

Batam

Tanjungpinan

g

Kep.Anam

bas

Karimun

Natuna

0.00

10.00

20.00

30.00

40.00

50.00

60.00

70.00

80.00

90.0082.73

76.46

46.3742.86 42.59

36.80 35.87

16.08

Pada tahun 2019, capaian target indikator persentasi tempat pengelolaan

makanan yang memenuhi syarat kesehatan mencapai realisasi 46,37 %.

Kabupaten dengan realisasi paling tinggi yaitu Kabupaten Bintan dan

Kabupaten dengan realisasi paling rendah yaitu Kabupaten Natuna.

Grafik 33Target dan Realisasi

Indikator Persentase TPM yang Memenuhi Syarat KesehatanTahun 2017-2019

2017 2018 201905

101520253035404550

20 26

32

39.542.2

46.4

Capaian Kinerja Realisasi Indikator

68

*) dalam persen

Page 69: KATA PENGANTAR · Web viewAdapun paket pemeriksaan yang dilakukan kepada peserta didik kelas 7 dan 10 antara lain : (a) pengukuran tinggi dan berat badan, (b) pemeriksaan tekanan

Pada tahun 2019, target indikator Persentase TPM yang Memenuhi Syarat

Kesehatan sebesar 32 % dan realisasi indikator tersebut sebesar 46,37 %.

Itu berarti pada tahun 2019, realisasi indikator sudah mencapai target

indikator yang ditetapkan. Pada dua tahun sebelumnya capaian indikator

TPM juga sudah mencapai target ditetapkan. Jadi dapat disimpulkan bahwa

trend realisasi indikator tersebut terjadi peningkatan disetiap tahunnya.

Grafik 34Penyandingan Capaian Kinerja dan Realisasi Anggaran

Indikator Persentase TPM yang Memenuhi Syarat KesehatanTh 2019

Realisasi Kinerja (%) Realisasi Keuangan (%)0

20

40

60

80

100

120

140

160144.9

98.57

Pada tahun 2019, anggaran yang dialokasikan untuk pelaksanaan indikator

Persentase TPM yang Memenuhi Syarat Kesehatan sebesar Rp

136.514.000,- dan realisasi anggaran untuk pelaksanaan indikator tersebut

sebesar 98,57 % atau Rp 134.558.500,- . Target indikator yang ditetapkan

sebesar 32% dan realisasi indikator tersebut sebesar 46,37% sehingga

capaian kinerja yang diperoleh sebesar 144,9%.

Analisis penyebab/ program/ kegiatan yang menunjang keberhasilan meliputi :1. Adanya dukungan sarana dan prasarana bagi Puskesmas terpilih

berdasarkan usulan dari daerah berupa sanitarian kit sebanyak 51 unit di

7 Kabupaten Kota

2. Pemberian dana dekonsentrasi ditingkat Provinsi berupa kegiatan

Orientasi investigasi KLB Penyakit bawaan pangan.

69

Page 70: KATA PENGANTAR · Web viewAdapun paket pemeriksaan yang dilakukan kepada peserta didik kelas 7 dan 10 antara lain : (a) pengukuran tinggi dan berat badan, (b) pemeriksaan tekanan

3. Pengembangan jejaring/koordinasi kepada petugas sanitarian dan

pengelola kesehatan lingkungan kabupaten kota untuk menyamakan

persepsi dalam mewujudkan dan mendukung pelaksanaan kegiatan

penyehatan TPM.

4. Adanya monitoring dan evaluasi secara rutin dan berjenjang

Analisis penyebab/ program/ kegiatan yang dapat menyebabkan kegagalan meliputi :

1. Masih kurangnya kuantitas petugas kesehatan lingkungan di Puskesmas

dalam melaksanakan pembinaan dan pengawasan terkait penyehatan

TPM

2. Sering terjadinya mutasi petugas yang terjadi di daerah.

3. Tingginya beban kerja sanitarian di puskesmas dikarenakan banyak

sanitarian yang memegang beban kerja ganda, menjadi pemegang

program p2 atau menjadi bendahara.

4. Tidak semua puskesmas memiliki alat sanitarian kit

5. Untuk sistem pelaporan kegiatan yang sudah berbasis elektronik (internet)

masih belum optimal terkait penurunan koneksi jaringan pada sistem

monev elektronik TPM, yang berdampak pada penurunan semangat

sanitarian dalam menginput hasil IKL TPM yang terdapat di wilayah kerja

mereka pada aplikasi tersebut.

6. Proses peningkatan perubahan perilaku tidak dapat dilakukan secara

cepat, cenderung membutuhkan waktu yang relatif lama dan kecukupan

pendampingan petugas kepada masyarakat untuk menerapkan perilaku

yang lebih sehat dalam kehidupan sehari-hari secara berkesinambungan.

7. Masyarakat belum banyak memahami pentingnya TPM yang memenuhi

syarat kesehatan.

Alternatif solusi yang dilakukan meliputi :1. Memaksimalkan pembinaan penyelenggaraan penyehatan TPM dan

terfokus pada daerah sasaran yang aktif kepada seluruh pengelola

kesehatan lingkungan di daerah dalam percepatan pencapaian target

indikator.

2. Memaksimalkan komunikasi aktif baik melalui media elektronik maupun

surat menyurat kepada seluruh kepala dinas dalam rangka implementasi

serta monitoring evaluasi data dan pelaporan tepat waktu.

70

Page 71: KATA PENGANTAR · Web viewAdapun paket pemeriksaan yang dilakukan kepada peserta didik kelas 7 dan 10 antara lain : (a) pengukuran tinggi dan berat badan, (b) pemeriksaan tekanan

3. Memaksimalkan advokasi kepada pejabat daerah agar diperoleh

dukungan terhadap pelaksanaan kegiatan penyehatan TPM khususnya

dalam hal pendanaan penyelenggaraan penyehatan TPM.

4. Membuat usulan sanitarian kit bagi puskemas yang belum memiliki dan

kesling kit bagi kabupaten kota

5. Mengusulkan pendampingan dana melalui dana DAK non fisik untuk

percepatan capaian kesehatan lingkungan secara menyeluruh.

6. Meningkatkan monitoring dan evaluasi secara rutin dan berjenjang

4. Persentase Tempat-Tempat Umum (TTU) yang Memenuhi Syarat KesehatanTTU yang memenuhi syarat kesehatan adalah tempat dan fasilitas umum

minimal sarana pendidikan dan puskesmas yang memenuhi syarat

kesehatan berdasarkan hasil Inspeksi Kesehatan Lingkungan sesuai standar

di wilayah kab/kota dalam kurun waktu 1 tahun.

TTU dinyatakan sehat apabila memenuhi persyaratan fisiologis, psikologis,

dan dapat mencegah penularan penyakit antar pengguna, penghuni, dan

masyarakat sekitarnya serta memenuhi persyaratan dalam pencegahan

terjadinya masalah kesehatan. Cara perhitungan indikator ini yaitu jumlah

TTU yang memenuhi syarat kesehatan dibagi jumlah TTU yang ada.

Grafik 35Target dan Realisasi

Indikator Persentase TTU yang Memenuhi Syarat KesehatanTahun 2019

49

50

51

52

53

54

55

56

57

58

5958

52.12

Target Indikator Realisasi Indikator

71

CapaianKinerja89,86 %

Page 72: KATA PENGANTAR · Web viewAdapun paket pemeriksaan yang dilakukan kepada peserta didik kelas 7 dan 10 antara lain : (a) pengukuran tinggi dan berat badan, (b) pemeriksaan tekanan

Pada tahun 2019, target indikator Persentase TTU yang Memenuhi Syarat

Kesehatan sebesar 58 % dari 1512 TTU yang terdiri dari Sarana

Pendidikan (Sekolah SD, SMP/Sederajat) dan PUskesmas. Sedangkan

realisasi indikator tersebut sebesar 52,12 % (877 TTU). Itu berarti realisasi

indikator tersebut belum memenuhii target indikator dengan capaian kinerja

sebesar 89,86 %.

Grafik 36.Realisasi Per Kabupaten Kota

Indikator Persentase TTU yang Memenuhi Syarat KesehatanTahun 2019

Pada tahun 2019, capaian TTU yang memenuhi syarat di provinsi kepulauan

riau mencapai 52,12 %. Kabupaten dengan realisasi paling tinggi yaitu

Kabupaten Bintan dan propinsi dengan realisasi paling rendah yaitu

Kabupaten Natuna.

72

BintanLin

gga

Tanjungp

inang

Provinsi K

EPRI

Kep.Anam

basBata

m

Karimun

Natuna

-

10.00

20.00

30.00

40.00

50.00

60.00

70.00

80.00 70.24

60.11 57.50 52.12 51.96 50.43 48.65

26.67

Page 73: KATA PENGANTAR · Web viewAdapun paket pemeriksaan yang dilakukan kepada peserta didik kelas 7 dan 10 antara lain : (a) pengukuran tinggi dan berat badan, (b) pemeriksaan tekanan

Grafik 37Penyandingan Capaian Kinerja dan Realisasi Anggaran

Indikator Persentase TTU yang Memenuhi Syarat KesehatanTh 2019

Realisasi Kinerja (%) Realisasi Keuangan (%)84

86

88

90

92

94

96

98

100

102

89.86

100

Pada tahun 2019, anggaran yang dialokasikan untuk pelaksanaan indikator

Persentase TTU yang Memenuhi Syarat Kesehatan hanya bersumber dari

dana Dekonsentrasi sebesar Rp 129.214.000 dan realisasi anggaran untuk

pelaksanaan indikator tersebut sebesar 100 %. Target indikator yang

ditetapkan sebesar 58% dan realisasi indikator tersebut sebesar 52,12%

sehingga capaian kinerja yang diperoleh sebesar 89,86%.

Analisis penyebab/ program/ kegiatan yang menunjang keberhasilan meliputi :1. Adanya dukungan sarana dan prasarana bagi Puskesmas terpilih

berdasarkan usulan dari daerah berupa sanitarian kit sebanyak 51 unit di

7 Kabupaten Kota

2. Adanya dana dekon melalui Orientasi pengawas internal (seluruh pelaku

masyarakat sekolah SD,SMP /sederajat)

3. Adanya Pemberian Dana Alokasi Khusus untuk mendukung pelaksanaan

kegiatan penyehatan TTU di Kabupaten dan Puskesmas

4. Pelaksanaan berbagai penilaian untuk mendukung pelaksanaan

penyehatan TTU seperti sekolah sehat dan kantin sehat

73

Page 74: KATA PENGANTAR · Web viewAdapun paket pemeriksaan yang dilakukan kepada peserta didik kelas 7 dan 10 antara lain : (a) pengukuran tinggi dan berat badan, (b) pemeriksaan tekanan

Analisis penyebab/ program/ kegiatan yang dapat menyebabkan kegagalan meliputi :

1. Masih kurangnya kuantitas dan kualitas petugas kesehatan lingkungan di

Puskesmas dalam melaksanakan pembinaan dan pengawasan terkait

penyehatan TTU serta mutasi petugas yang terjadi di daerah.

2. Sistem pendanaan daerah yang tidak maksimal

3. Masih kurangnya dukungan sarana dan prasarana untuk pelaksanaan

pembinaan dan pengawasan terkait penyehatan TTU.

4. Proses peningkatan perubahan perilaku tidak dapat dilakukan secara

cepat, cenderung membutuhkan waktu yang relatif lama dan kecukupan

pendampingan petugas kepada masyarakat untuk menerapkan perilaku

yang lebih sehat dalam kehidupan sehari-hari secara berkesinambungan.

5. Masih banyak sarana dan prasarana tempat tempat umum yang belum

memenuhi persyaratan walaupun sudah dilakukan intervensi, misalnya

jumlah toilet.

Alternatif solusi yang dilakukan meliputi :1. Memaksimalkan pembinaan penyelenggaraan penyehatan TTU

2. Memaksimalkan komunikasi aktif baik melalui media elektronik maupun

surat menyurat kepada seluruh Kepala Dinas Kesehatan dalam rangka

implementasi serta monitoring evaluasi data dan pelaporan tepat waktu.

3. Memaksimalkan advokasi kepada pejabat daerah agar diperoleh

dukungan dana terhadap pelaksanaan kegiatan pengawasan dan

pembinaan TTU

4. Mengusulkan pengadaan sanitarian kit bagi puskesmas yang belum

memiliki

5. Memperkuat koordinasi/jejaring dengan lintas sector lintas program untuk

percepatan penyehatan TTU

6. Pendampingan dana dekon dan DAK yang optimal untuk percepatan

capaian pembinaan dan pengawasan TTU secara menyeluruh.

7. Melanjutkan pelaksanaan berbagai penilaian untuk menyemangati

pelaksanaan penyehatan TTU seperti sekolah sehat, kantin sehat, desa

sehat dan lain lain

8. Meningkatkan pelaksanaan monitoring dan evaluasi secara rutin dan

berjenjang

74

Page 75: KATA PENGANTAR · Web viewAdapun paket pemeriksaan yang dilakukan kepada peserta didik kelas 7 dan 10 antara lain : (a) pengukuran tinggi dan berat badan, (b) pemeriksaan tekanan

5. Jumlah Kab/ Kota yang Menyelenggarakan Tatanan Kawasan SehatPenyelenggaraan Kabupaten/Kota Sehat sendiri merupakan kegiatan

pemerintah daerah yang ditujukan untuk meningkatkan kondisi lingkungan di

wilayahnya kearah yang lebih baik sehingga masyarakatnya dapat hidup

dengan aman, nyaman, bersih dan sehat. Penyelenggaraan Kab/Kota Sehat

adalah juga merupakan pelaksanaan berbagai kegiatan dalam mewujudkan

kab/kota sehat berbasis masyarakat yang berkesinambungan, melalui forum

yang difasilitasi oleh pemerintah kab/kota. Kab/kota yang menyelenggarakan

kawasan sehat adalah kab/kota yang menyelenggarakan pendekatan

Kab/Kota Sehat dengan membentuk Tim Pembina dan Forum Kab/Kota

Sehat yang menerapkan minimal 2 Tatanan dari 9 Tatanan Kawasan Sehat

yaitu : (1). Kawasan Permukiman, Sarana, dan Prasarana Umum (2).

Kawasan Sarana Lalu Lintas Tertib dan Pelayanan Transportasi (3).

Kawasan Pertambangan Sehat (4). Kawasan Hutan Sehat (5). Kawasan

Industri dan Perkantoran Sehat (6). Kawasan Pariwisata Sehat (7).

Ketahanan Pangan dan Gizi (8). Kehidupan Masyarakat yang Mandiri (9).

Kehidupan Sosial yang Sehat.

Grafik 38.Target dan Realisasi

Indikator Jumlah Kab/Kota yang MenyelenggarakanTatanan Kawasan Sehat Tahun 2019

0

1

2

3

4

5

6

7

8

5

7

Target Kinerja Capaian Kinerja

Pada tahun 2019, target indikator Jumlah Kab/Kota yang Menyelenggarakan

Tatanan Kawasan Sehat sebesar 5 kab/ kota. Sedangkan realisasi indikator

tersebut sebesar 7 kab/ kota. Itu berarti realisasi indikator tersebut belum

mencapai target indikator dengan capaian kinerja sebesar 140 %.

75

CapaianKinerja140 %

Page 76: KATA PENGANTAR · Web viewAdapun paket pemeriksaan yang dilakukan kepada peserta didik kelas 7 dan 10 antara lain : (a) pengukuran tinggi dan berat badan, (b) pemeriksaan tekanan

Grafik 39Target dan Realisasi

Indikator Jumlah Kab/Kota yang MenyelenggarakanTatanan Kawasan Sehat

Th 2016-2019

2016 2017 2018 20190

1

2

3

4

5

6

7

8

4 4

5 5

4

7 7 7

Target Indikator Realisasi Indikator

Pada tahun 2019, target indikator Jumlah Kab/Kota yang Menyelenggarakan

Tatanan Kawasan Sehat sebesar 5 kab/kota dan realisasi indikator tersebut

sebesar 7 kab/kota. Pada Tahun 2016 hanya 4 Kabupaten Kota yang

menyelenggarakan tatanan kawasan sehat, dan pada 2017 2 kabupaten

kota ikut serta dalam penilaian tingkat nasional untuk mendapatkan

penghargaan swastisaba padapa dan wiwerda. Pada tahun 2019, 7

Kabupaten Kota yang sudah menyelenggarakan tatanan kawasan sehat

sejak 2017-2018 ikut serta dalam penilaian tingkat nasional, dan 1

Kabupaten Kota mendapatkan penghargaan swastisaba wistara, 1 Kota

mendapatkan penghargaan swastisaba wiwerda dan 5 kabupaten kota

mendapatkan penghargaan swastisaba padapa. Jadi dapat disimpulkan

bahwa trend realisasi indikator tersebut terjadi kenaikan dimana sampai

dengan tahun 2019 seluruh kabupaten kota di provinsi kepulauan riau sudah

menyelenggarakan tatanan kawasan sehat.

Grafik 40Penyandingan Capaian Kinerja dan Realisasi Anggaran

Indikator Jumlah Kab/Kota yang Menyelenggarakan76

Page 77: KATA PENGANTAR · Web viewAdapun paket pemeriksaan yang dilakukan kepada peserta didik kelas 7 dan 10 antara lain : (a) pengukuran tinggi dan berat badan, (b) pemeriksaan tekanan

Tatanan Kawasan SehatTh 2019

Realisasi Kinerja (%) Realisasi Keuangan (%)0

20

40

60

80

100

120

140

160

140

99.96

Pada tahun 2019, anggaran yang dialokasikan untuk pelaksanaan indikator

Jumlah Kab/Kota yang Menyelenggarakan Tatanan Kawasan Sehat berasal

dari dana APBD dan Dana Dekonsentrasi sebesar Rp 103.950.000,- dan

realisasi anggaran untuk pelaksanaan indikator tersebut sebesar 99,96%

atau Rp 103.911.500,-. Target indikator yang ditetapkan sebesar 5 kab/kota

dan realisasi indikator tersebut sebesar 7 kab/kota sehingga capaian kinerja

yang diperoleh sebesar 140%.

Analisis penyebab/ program/ kegiatan yang menunjang keberhasilan meliputi :1. Penguatan kelembagaan kelompok kerja (tim pembina dan forum KKS)

melalui Rapat / Pertemuan Kabupaten Kota Sehat di daerah kabupaten

kota

2. Adanya dana dekon dan APBD untuk mendukung pelaksanaan kegiatan

penyelenggaraan kab/kota sehat.

3. Monitoring dan evaluasi secara rutin dan berjenjang

Analisis penyebab/ program/ kegiatan yang dapat menyebabkan kegagalan meliputi :

1. Keterbatasan sumber daya (tenaga, anggaran, tempat/ kantor) untuk

membentuk forum KKS yang mana keberadaan forum merupakan salah

satu syarat penyelenggaraan kab/kota sehat.

2. Penyusunan dokumen administrasi tidak terstruktur, dikerjakan pada 1-2

bulan diakhir tahun penyelenggaraan

77

Page 78: KATA PENGANTAR · Web viewAdapun paket pemeriksaan yang dilakukan kepada peserta didik kelas 7 dan 10 antara lain : (a) pengukuran tinggi dan berat badan, (b) pemeriksaan tekanan

3. Proses peningkatan perubahan perilaku tidak dapat dilakukan secara

cepat, cenderung membutuhkan waktu yang relatif lama dan kecukupan

pendampingan petugas kepada masyarakat untuk menerapkan perilaku

yang lebih sehat dalam kehidupan sehari-hari secara berkesinambungan.

4. Masyarakat belum banyak memahami pentingnya penyelenggaraan

kab/kota sehat.

5. Keterbatasan anggaran untuk mendukung program kabupaten kota sehat

Alternatif solusi yang dilakukan meliputi :1. Memaksimalkan pembinaan penyelenggaraan kab/kota sehat

2. Memaksimalkan komunikasi aktif baik melalui media elektronik maupun

surat menyurat kepada seluruh pimpinan daerah terkait penyelenggaraan

kabupaten kota sehat

3. Memaksimalkan advokasi kepada pejabat daerah agar diperoleh

dukungan terhadap pelaksanaan kegiatan penyelenggaraan kab/kota

sehat khususnya dalam hal pendanaan penyelenggaraan kab/kota sehat.

4. Melanjutkan kegiatan penguatan kelembagaan kabupaten kota sehat

5. Melanjutkan pelaksanaan berbagai penilaian untuk menyemangati

pelaksanaan penyelenggaraan kab/kota sehat seperti penilaian kab/kota

sehat, penilaian lingkungan bersih sehat, penilaian adipura, penilaian

sekolah sehat, penilaian desa sehat dan lain sebagainya.

6. Melaksanakan monitoring dan evaluasi penyelenggaraan kabupaten kota

sehat secara rutin

6. Jumlah Rumah Sakit yang melakukan pengelolaan limbah medis sesuai standar RS yang melakukan pengelolahan limbah medis adalah RS yang

melakukan pemilahan dan pengolahan limbah medis sesuai aturan.

Pemilahan adalah telah memisahkan antara limbah medis dan non medis.

Pengolahan adalah proses pengolahan akhir limbah yang dilakukan sendiri

atau melalui pihak ketiga yg berizin. Cara perhitungannya yaitu jumlah RS

yang mengelola limbah medis sesuai peraturan dibagi jumlah RS yang

terdaftar di Kemenkes.

Grafik 41 Target dan Realisasi

Indikator Persentase RS yang Melaksanakan78

Page 79: KATA PENGANTAR · Web viewAdapun paket pemeriksaan yang dilakukan kepada peserta didik kelas 7 dan 10 antara lain : (a) pengukuran tinggi dan berat badan, (b) pemeriksaan tekanan

Pengelolaan Limbah Medis sesuai StandarTahun 2019

37

37.5

38

38.5

39

39.5

40

40.5

38

40

Target Indikator Realisasi Indikator

Pada tahun 2019, target RS yang Melaksanakan Pengelolaan Limbah Medis

sesuai Standar adalah 38 % dari 30 RS. Sedangkan realisasi indikator

tersebut adalah sebesar 40 %. Hal ini berarti realisasi indikator tersebut

sudah mencapai target indikator dengan capaian kinerja sebesar 105,26 %.

Grafik 42Target dan Realisasi

Indikator Persentase RS yang MelaksanakanPengelolaan Limbah Medis sesuai Standar

Th 2017-2019

2017 2018 201905

1015202530354045

23

30

38

25

3540

Target Indikator Realisasi Indikator

Pada tahun 2019, target indikator Persentase RS yang Melaksanakan

Pengelolaan Limbah Medis sesuai Standar sebesar 38% dan realisasi

indikator tersebut sebesar 40 % (12 RS dari 32 RS sasaran). Pada tahun

2017, target indikator Persentase RS yang Melaksanakan Pengelolaan

Limbah Medis sesuai Standar sebesar 23 % dan realisasi indikator tersebut

79

*) dalam persen

Capaian Kinerja: 105,26%

Page 80: KATA PENGANTAR · Web viewAdapun paket pemeriksaan yang dilakukan kepada peserta didik kelas 7 dan 10 antara lain : (a) pengukuran tinggi dan berat badan, (b) pemeriksaan tekanan

sebesar 25 % (7 RS dari 28 RS sasaran). Pada tahun 2018, target indikator

tersebut sebesar 30 % dan realisasi indikator tersebut sebesar 35 % (10 RS

dari 28 RS sasaran). Jadi dapat disimpulkan bahwa trend realisasi indikator

tersebut senantiasa mencapai target indikator setiap tahunnya.

Grafik 43Penyandingan Capaian Kinerja dan Realisasi Anggaran

Indikator Persentase RS yang MelaksanakanPengelolaan Limbah Medis sesuai Standar

Th 2019

Realisasi Kinerja (%) Realisasi Keuangan (%)94

96

98

100

102

104

106 105.26

98.01

Pada tahun 2019, anggaran yang dialokasikan untuk pelaksanaan indikator

Persentase RS yang Melaksanakan Pengelolaan Limbah Medis sesuai

Standar bersumber dari dana DAK Non Fisik dan Dana Dekonsentrasi

sebesar Rp 310.117.000,- dan realisasi anggaran untuk pelaksanaan

indikator tersebut sebesar 98,01% atau Rp 303.947.000,- Target indikator

yang ditetapkan sebesar 38% dan realisasi indikator tersebut sebesar 40%

sehingga capaian kinerja yang diperoleh sebesar 105,26%.

Analisis penyebab/ program/ kegiatan yang menunjang keberhasilan meliputi :1. Peningkatan kapasitas petugas untuk pelaksanaan kegiatan kesling

melalui kegiatan Orientasi Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit

2. Peningkatan koordinasi melalui pertemuan koordinasi pengelolaan limbah

medis fasyankes serta pelaksanaan rapat koordinasi pengelolaan limbah

medis fasyankes di daerah

80

Page 81: KATA PENGANTAR · Web viewAdapun paket pemeriksaan yang dilakukan kepada peserta didik kelas 7 dan 10 antara lain : (a) pengukuran tinggi dan berat badan, (b) pemeriksaan tekanan

3. Pengembangan jejaring/koordinasi lintas program/lintas sektor dalam

bentuk pertemuan antar stakeholder terkait untuk menyamakan persepsi

dalam mewujudkan dan mendukung pelaksanaan kegiatan pengawasan

pengelolaan limbah medis

4. sistem monitoring yang berkualitas melalui Emonev pengelolaan limbah

fasyankes.

5. Pelaksanaan monitoring dan evaluasi secara rutin dan berjenjang

Analisis penyebab/ program/ kegiatan yang dapat menyebabkan kegagalan meliputi :

1. Masih kurangnya kuantitas dan kualitas petugas kesehatan lingkungan

dalam melaksanakan pembinaan dan pengawasan terkait pengelolaan

limbah medis dan radiasi

2. Masih belum optimalnya penganggaran terkait pengelolaan limbah medis

3. Sering terjadinya mutasi petugas yang terjadi di daerah.

4. Masih kurangnya dukungan sarana dan prasarana untuk pelaksanaan

pembinaan dan pengawasan terkait pengelolaan limbah medis.

5. Untuk sistem pelaporan kegiatan yang sudah berbasis elektronik (internet)

masih belum optimal karena belum seluruh RS yang melakukan pelaporan

kesistem emonev limbah fasyankes

6. Proses peningkatan perubahan tidak dapat dilakukan secara cepat,

cenderung membutuhkan waktu yang relatif lama dan perlu

pendampingan secara rutin

7. belum ada pihak ketiga yang mau mengelola limbah medis diwilayah

kabupaten anambas dan natuna dikarenakan alas an letak geografis yang

cukup jauh

8. Mahalnya biaya pengelolaan limbah medis pihak ketiga

Alternatif solusi yang dilakukan meliputi :1. Memaksimalkan pembinaan dalam rangka pengawasan pengelolaan

limbah medis

2. Memaksimalkan komunikasi aktif baik melalui media elektronik maupun

surat menyurat kepada seluruh Kepala Dinas Kesehatan dalam rangka

implementasi serta monitoring evaluasi data dan pelaporan tepat waktu.

81

Page 82: KATA PENGANTAR · Web viewAdapun paket pemeriksaan yang dilakukan kepada peserta didik kelas 7 dan 10 antara lain : (a) pengukuran tinggi dan berat badan, (b) pemeriksaan tekanan

3. Memaksimalkan advokasi kepada pejabat daerah agar diperoleh

dukungan terhadap pelaksanaan pengawasan pengelolaan limbah medis

dan radiasi khususnya dalam hal pendanaan.

4. Melakukan pendampingan Dana Alokasi Khusus yang optimal untuk

percepatan capaian.

5. Melaksanakan monitoring dan evaluasi secara rutin dan berjenjang

E. Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat

Pengukuran keberhasilan dalam pencapaian target indikator kinerja kegiatan

dilakukan dengan membandingkan antara target dan capaian terhadap pelaksanaan

kegiatan. Analisis dilakukan dengan berdasarkan kepada definisi operasional indikator,

kriteria, keberhasilan, kondisi yang dicapai, capaian kinerja, permasalahan yang

dihadapi, serta potensi yang dimanfaatkan untuk memecahkan permasalahan.

8. Persentase Kab/Kota yang memiliki Kebijakan PHBSDalam rangka mendukung pelaksanaan perilaku hidup sehat, diperlukan kebijakan

PHBS di daerah. Kebijakan yang mendukung kesehatan/PHBS/perilaku sehat

adalah kebijakan mendukung kesehatan/PHBS/perilaku sehat dalam bentuk

Peraturan Daerah, Peraturan Bupati/Walikota, Instruksi Bupati/Walikota, Surat

Keputusan Bupati/Walikota, Surat Edaran/Himbauan Bupati/Walikota.

i. Defenisi Operasional : Persentase kabupaten dan kota yang membuat

kebijakan yang mendukung PHBS minimal 1 kebijakan baru per tahun

(Kebijakan yg mendukung kesehatan/PHBS/perilaku sehat adalah kebijakan

dalam bentuk Peraturan Daerah, Peraturan Bupati/Walikota, Instruksi

Bupati/Walikota, Surat Keputusan Bupati/Walikota, Surat Edaran/Himbauan

Bupati/Walikota pada tahun tersebut).

j. Rumus / Cara Penghitungan : (Jumlah Kabupaten/Kota yang membuat

kebijakan yang mendukung PHBS minimal 1 kebijakan baru per tahun dibagi

jumlah kab dan kota) x 100%

k. Capaian Indikator

82

Page 83: KATA PENGANTAR · Web viewAdapun paket pemeriksaan yang dilakukan kepada peserta didik kelas 7 dan 10 antara lain : (a) pengukuran tinggi dan berat badan, (b) pemeriksaan tekanan

2017 2018 20190

20

40

60

80

100

120

140

160

TargetCapaianPersentase Kinerja

Grafik Capaian Indikator Persentase Kab/Kota yang memiliki Kebijakan PHBS Provinsi Kepulauan Riau tahun 2017 – 2019

Dari gambar tersebut dapat dilihat capaian indikator Kab/Kota yang memiliki

kebijakan PHBS sejak tahun 2017 sampai dengan 2019. Dapat dilihat

bahwa sejak tahun 2017, Promosi Kesehatn Dinas Kesehatan Provinsi

Kepulauan Riau telah melebihi target nasional yang ditetapkan. Target yang

ditetapkan dari Kementerian Kesehatan meningkat dari 60 % di tahun 2017

sampai dengan 80 % tahun 2019. dalam dua tahun terakhir, seluruh

Kabupaten dan Kota di Provinsi Kepulauan Riau telah mengeluarkan

kebijakan yang mendukung PHBS dan dikeluarkan oleh Kepala Daearah

Adapun Kebijakan yang dikeluarkan oleh Kab/Kota yang mendukung PHBS

selama tahun 2019 sebagai berikut :

No Kab/Kota Bentuk Kebijakan Nomor dan

Tahun Uraian

1 Kota Tanjungpinang

Surat Edaran Walikota Tanjungpinang

Nomor 440/329/5.2.02/2019 tanggal 11 Maret 2019

Tentang Gerakan Masyarakat Hidup Sehat

2 Kabupaten Bintan

Instruksi Bupati Bintan

Nomor 440/Dinkes/351 tanggal 30 April 2019

Tentang Sanitasi Total Berbasis Masyarakat

Instruksi Bupati Bintan

440/Dinkes/351, Tahun 2019

Pelaksanaan sanitasi total berbasis masyarakat di

83

Page 84: KATA PENGANTAR · Web viewAdapun paket pemeriksaan yang dilakukan kepada peserta didik kelas 7 dan 10 antara lain : (a) pengukuran tinggi dan berat badan, (b) pemeriksaan tekanan

kabupaten bintan

Peraturan Bupati Bintan 24 Tahun 2019.

Pedoman pengelolaan dana penjaminan persalinan tahun 2019

3 Kabupaten Lingga

Surat Edaran Bupati Lingga

Nomor 0616/SE/DinkesPPKB/2019 Tahun 2019

Tentang Implementasi Komunikasi Perubahan Perilaku Masyarakat untuk mencegah Stunting

4Kabupaten Kepulauan Anambas

Surat Edaran Bupati Kep. Anambas

Nomor 05 Tahun 2019 , Tanggal 24 Januari 2019

Tentang Pengelolaan Sampah dan Penataan Lingkungan

Surat Edaran Bupati Kep. Anambas

Nomor 08 Tahun 2019 , Tanggal 14 Maret 2019

Tentang Percepatan Penyelenggaraan Kabupaten/Kota Sehat di Kab. Kep. Anmabas

Surat Edaran Bupati Kep. Anambas

Nomor 09 Tahun 2019 , Tanggal 14 Maret 2019

Tentang Percepatan Pengembangan Kota Layak Anak di Kab. Kep. Anmabas

Surat Edaran Bupati Kep. Anambas

Nomor 32 Tahun 2019 , Tanggal 19 September 2019

Tentang Gerakan Indonesia Bersih di Lingkungan Pemkab Kep. Anmabas

5 Kabupaten Karimun

Surat Edaran Bupati Karimun

Nomor : 440/UM-BUPATI/140.c/III/2019 Tanggal : 04 Maret 2019

Tentang Program Penurunan Angka Kematian Ibu dan Bayi di Kabupaten Karimun

Surat Edaran Bupati Karimun

Nomor : 440/UM-BUPATI/140.d/III/2019 Tanggal : 04 Maret 2019

Tentang Program Pencegahan dan Penanganan Gizi Kurang / Buruk di Kabupaten Karimun

Instruksi Bupati Karimun

Nomor 441 Tahun 2019 Tanggal 04 September 2019

Tentang Gerakan Masyarakat Hidup Sehat

6 Kota Batam Peraturan Walikota Batam

Nomor 33 Tahun 2019 Tanggal 21 Juni 2019

tentang Pengendalian Vektor Nyamuk Penyakit Menular bersumber dari binatang

7 Kabupaten Natuna

Surat Keputusan Bupati Natuna

Nomor 343 Tahun 2019 Tanggal 16 September 2019

tentang Penetapan Nama Desa Prioritas Pencegahan dan Penanganan Stunting serta Intervensi Gizi Spesifik dan Sensitif Kabupaten Natuna Tahun 2020

Instruksi Bupati Natuna

Nomor 45 Tahun 2019

Gerakan Masyarakat Hidup Sehat

84

Page 85: KATA PENGANTAR · Web viewAdapun paket pemeriksaan yang dilakukan kepada peserta didik kelas 7 dan 10 antara lain : (a) pengukuran tinggi dan berat badan, (b) pemeriksaan tekanan

l. Analisis Penyebab Keberhasilan Program : Indikator ini telah mencapai

target dipengaruhi oleh beberapa hal antara lain, dukungan dari pimpinan,

Respon cepat dari Kabupaten Kota serta adanya umpan balik yang

berjenjang dari tiap tingkatan mulai dari Pusat, Dinas Kesehatan Provinsi

dan Kabupaten/Kota

m. Upaya-upaya yang telah dilakukan dalam rangka meningkatkan Persentase

kabupaten/kota yang memiliki kebijakan PHBS :

Pertemuan Tim Advokasi Pusat dengan Lintas Sektor Lintas Program.

Penguatan Advokasi Pengembangan Kebijakan Publik Berwawasan

Kesehatan terkait PHBS.

Koordinasi Pemantapan Advokasi pada Daerah yang Telah Diadvokasi.

Melakukan Pemetaan Kebijakan Promosi Kesehatan dan

Pemberdayaan Masyarakat.

n. Analisis efisiensi sumber daya

Capaian persentase Kinerja Kab/Kota yang memiliki Kebijakan PHBS adalah

125 % sedangkan realisasi anggaran untuk Output Pembinaan

Kabupaten/Kota dalam Pelaksanaan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat

adalah 99, 51 % yang berarti terdapat efisiensi sebesar 0,49% anggaran

9. Persentase desa yang memanfaatkan dana desa 10% untuk UKBMSalah satu sasaran strategis Kementerian Kesehatan yang tertuang dalam

Rencana Strategis Kementerian Kesehatan tahun 2015-2019 adalah meningkatnya

pembiayaan kegiatan promotif dan preventif dan meningkatnya perilaku hidup

bersih dan sehat. Salah satu upaya yang dilakukan adalah mendorong

pemanfaatan Dana Desa untuk mendukung pembangunan kesehatan. Dana Desa

adalah dana yang bersumber dari APBN yang diperuntukkan bagi Desa yang

ditransfer melalui APBD Kab../Kota dan digunakan untuk mendanai

penyelenggaraan pemerintah, pelakasanaan pembangunan, pembinaan

kemasyarakatan dan pemberdayaan masyarakat

a. Defenisi Operasional : Persentase desa yang difasilitasi oleh Puskesmas

untuk memanfaatkan dana desa untuk Upaya Kesehatan Bersumberdaya

Masyarakat (UKBM). Fasilitasi yang dilakukan Puskesmas adalah advokasi

kepada pengambil keputusan (Kepala Desa dan tokoh masyarakat);

pendamping proses perencanaan; dan monitoring pelaksanaan kegiatan

85

Page 86: KATA PENGANTAR · Web viewAdapun paket pemeriksaan yang dilakukan kepada peserta didik kelas 7 dan 10 antara lain : (a) pengukuran tinggi dan berat badan, (b) pemeriksaan tekanan

untuk UKBM yang bersumber dari dana desa. Kegiatan fasilitasi Puskesmas

didanai melalui BOK/DAK Non Fisik maupun sumber lain yang sah di

Puskesmas

b. Rumus dan Cara Penghitungan : (Jumlah desa yang memanfaatkan dana

desa untuk UKBM dibagi jumlah desa) x 100%

c. Capaian Indikator

Capaian Indikator Persentase desa yang mengalokasikan dana desa untuk

UKBM sejak tahun 2017 sampai dengan tahun 2019 mengalami kenaikan.

Terget indikator ini memiliki kenaikan target capaiannya setiap tahun

sebesar 10%. Tahun 2017 target capaian sebesar 30 % hingga tahun 2019

menjadi 50 %.

2017 2018 20190

50

100

150

200

250

Persentase desa yang memanfaatkan dana desa 10% untuk UKBM di Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2017 - 2019

Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa di tahun 2017, indikator ini tidak

mencapai target yang ditetapkan secara nasional. Persentase kinerja di

tahun 2017 sebesar 60 %, namun di tahun 2018 telah mengalami

peningkatan yang cukup signifikan dengan kenaikan sebesar 70 % menjadi

88 %. Di tahun 2019 meningkat kembali menjadi 93,82 % sehingga dapat

diartikan bahwa 258 desa dari 275 desa di seluruh Provinsi Kepulauan Riau

telah mengalokasikan dana desa untuk kesehatan dan UKBM.

Adapun data desa yang mengalokasikan dana desa untuk kesehatan

berdasarkan Kab/Kota sebagai berikut :

Kab/Kota Jumlah Desa

Jumlah Dana Desa

Jumlah Dana Desa yang

Dimanfaatkan

Jumlah Desa yang

% desa yang

memanfaa

86

Page 87: KATA PENGANTAR · Web viewAdapun paket pemeriksaan yang dilakukan kepada peserta didik kelas 7 dan 10 antara lain : (a) pengukuran tinggi dan berat badan, (b) pemeriksaan tekanan

untuk UKBM memanfaatkan dana

tkan dana desa untuk

1 Natuna 70 Rp. 63,632,478,000

Rp. 12,466,099,690

68

97.14

2 Bintan 36 Rp. 36,845,062,000

Rp. 7,362,226,071

35

97.22

3 Lingga 75 Rp. 67,863,809,000

Rp. 13,011,177,756

72

96.00

4 Anambas 52 Rp.

51,179,675,000 Rp. 5,438,174,400

42

80.77

5 Karimun 42 Rp. 41,812,032,000

Rp. 8,539,836,382

41

97.62

TOTAL 275 Rp. 261,333,056,000

Rp. 46,817,514,299

258

93.82

d. Analisis Penyebab Keberhasilan Program : Indikator ini dapat mencapai

target yang ditetapkan secara nasional disebabkan oleh beberapa factor

diantaranya :

Kementerian Desa PDTT telah mengeluarkan Peraturan Menteri

Desa PDTT setiap tahunnya tentang Penetapan Prioritas

Penggunaan Dana Desa yang menjadi acuan bagi Pemeriintah Desa

dalam menyelenggarakan kegiatan yang dibiayai oleh Dana Desa

yang didalamnya telah menegaskan kembali menu-menu prioritas

bagi kesehatan masyarakat desa baik dari bidang pembangunan

maupun dari pemberdayaan masyarakat.

Adanya pembinaan dari pusat dari Respon yang cepat dari

Kabupaten/Kota dalam mengupayakan pencapaian indikator ini.

Adanya koordinasi dan dukungan yang semakin kuat dari Lintas

Sektor khususnya DInas PMD dan Tenaga Ahli Pendamping Desa

dan Pendamping Lokal Desa sehingga mempermudah pengambilan

data yang dibutuhkan.

e. Upaya-upaya yang telah dilakukan dalam rangka meningkatkan Persentase

Desa yang memanfaatkan dana desa minimal 10 persen untuk Upaya

Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) antara lain :

Penguatan Koordinasi dalam Pemanfaatan Dana Desa untuk UKBM

di tingkat Provinsi..

Fasiltasi dan Pembinaan Teknis Penguatan UKBM di Kab/Kota.

87

Page 88: KATA PENGANTAR · Web viewAdapun paket pemeriksaan yang dilakukan kepada peserta didik kelas 7 dan 10 antara lain : (a) pengukuran tinggi dan berat badan, (b) pemeriksaan tekanan

Melaksanakan advokasi untuk mendorong kebijakan prioritas

pemanfaatan dana desa untuk kesehatan Dinas Kesehatan Kab/Kota,

Lintas Sektor, Camat dan Kepala Desa

Pengumpulan data dari Pendamping di tingkat desa untuk menjamin

keakuratan data.

f. Analisis Efisiensi Sumberdaya

Capaian persentase kinerja desa yang memanfaatkan dana desa 10%

untuk UKBM adalah 187,64 % sedangkan realisasi anggaran untuk

Koordinasi LS/LP terkait pemanfaatan dana desa untuk kesehatan adalah

99, 77 % yang berarti terdapat efisiensi sebesar 0,23% anggaran.

10.Jumlah dunia usaha yang memanfaatkan CSRnya untuk program kesehatanDunia usaha dan swasta juga memiliki kewajiban untuk turut serta dalam

pembangunan melalui program Corporate Social Responsibility (CSR)-nya. Dunia

Usaha memiliki peluang besar untuk berkontribusi bagi peningkatan derajat

kesehatan masyarakat di sekitarnya.

a. Defenisi Operasional : Jumlah dunia usaha yang memiliki MoU dengan

Kementerian Kesehatan/Pemerintah Daerah/Dinas Kesehatan yang

memanfaatkan CSR-nya untuk mendukung upaya promotif preventif bidang

kesehatan

b. Rumus dan Cara Penghitungan : Jumlah dunia usaha yang memiliki MoU

dengan Kementerian Kesehatan/Pemerintah Daerah/Dinas Kesehatan yang

memanfaatkan CSR-nya untuk mendukung upaya promotif preventif bidang

kesehatan.

c. Capaian Indikator :

Target capaian jumlah dunia usaha yang memanfaatkan CSR-nya Tahun

2017 sampai dengan Tahun 2019 mengalami sedikit peningkatan dan

dihitung secara akumulatif dari Kabupaten Kota. Tahun 2017 dan 2018

targetnya berjumlah 1 (satu) dunia usaha sementara tahun 2019 targetnya

menjadi 2 (dua) dunia usaha.

Berikut Grafik Capaian indikator Jumlah dunia usaha yang memanfaatkan

CSRnya untuk program kesehatan di Provinsi Kepulauan Riau sejak tahun

2017 sampai dengan 2019

88

Page 89: KATA PENGANTAR · Web viewAdapun paket pemeriksaan yang dilakukan kepada peserta didik kelas 7 dan 10 antara lain : (a) pengukuran tinggi dan berat badan, (b) pemeriksaan tekanan

2017 2018 20190

2

4

6

8

10

12

14

16

1 12

15

3

7

target capaian

Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa sejak tahun 2017 sampai dengan

2019 target nasional sudah berhasil dilampaui. Data ini merupakan

kompilasi dari Kab/Kota. Bentuk kerjasama yang dilakukan Kab/Kota

beragam, ada yang dilaksanakan secara berkelanjutan, namun ada pula

yang dilaksanakan secara incidental. Kerjasama dilakukan di tingkat

Provinsi, Kabupaten dan Kota serta Kecamatan dan Desa yang di bina oleh

Puskesmas. Sumberdaya yang dimanfaatkan bukan hanya berupa uang,

namun juga Sumber Daya Manusia (SDM), Sarana Prasarana maupun

adopsi program kesehatan di lingkungan perusahaan.

Adapun Dunia Usaha yang memanfaatkan sumberdayanya (CSR) untuk

program kesehatan di tahun 2019 adalah :

1. PT. Star Energy di Kabupaten Kepulauan Anambas. Bergerak dibidang

eksploitasi minyak dan gas bumi di wilayah Kabupaten Kepulauan

Anambas. Bentuk kerjasama yang terjalin yaitu Revitalisasi Posyandu

Mawar, Pelayanan Medis dan Penyuluhan di wilayah Palmatak Kab.

Kepulauan Anambas.

2. PT Bintan Lagoon Resort di Kabupaten Bintan. Merupakan penyedia

resort tempat wisata di kawasan Lagoi Kabupaten Bintan. Perusahaan

ini bekerjasama dengan Puskesmas Teluk Sebong Kab. Bintan dengan

nomor 445/PKM-TS/302/2018 dalam bentuk pelayanan kesehatan.

3. PT. Wasco Engineering Indonesia di Batam. Bergerak dibidang minyak

dan gas. Bekerjasama dengan Puskesmas Tanjung Uncang Kota Batam

dalam Pemeriksaan dan sikat gigi massal.

89

Page 90: KATA PENGANTAR · Web viewAdapun paket pemeriksaan yang dilakukan kepada peserta didik kelas 7 dan 10 antara lain : (a) pengukuran tinggi dan berat badan, (b) pemeriksaan tekanan

4. PT. Radja Anambas Bersinar. Merupakan perusahaan saluran TV kabel

yang terletak di Kecamatan Siantan Kab. Kepulauan Anambas.

Kerjasama yang terjalin adalah dalam lingkup penyiaran Promosi

Kesehatan dengan Nomor MOU 01/SP/BSIPK/DINKES.PPKB/PR/03.18.

5. Radio Azzam FM. Merupakan salah satu Radio di wilayah Kabupaten

karimun. Bentik kerjasama yang terjalin dengan Dinas Kesehatan

Kabupaten karimun adalah dalam lingkup penyebarluasan informasi

kesehatan.

6. PT Bintan Inti Industrial Estate (BIIE). Merupakan perusahaan yang

mengelola kawasan industry Lobam di Kabupaten Bintan. Bnetuk

kerjasama yang terjalin adalah Pelayanan medis dengan Puskesmas

setempat.

7. PT CCI Bintan. Merupakan perusahaan yang bergerak di bidang

manufaktur, Kerjasama yang terjalian adalah dalam lingkup pelayanan

kesehatan dengan Puskesmas di Wilayah Kabupaten Bintan.

d. Analisis Penyebab Keberhasilan Program : Pencapaian indikator ini

dipengaruhi beberapa faktor yaitu : adanya dukungan dari Pimpinan di Dinas

Kesehatan Provinsi dan Kabupaten Kota, adanya dukungan kebijakan yang

mengatur tentang tanggungjawab social perusahaan, serta adanya Respon

yang baik dari Dinas Kesehatan Kabupaten Kota.

e. Langkah-langkah dan Upaya yang dilakukan untuk mencapai target tahun

2019 adalah :

Sosialisasi Program Prioritas Kesehatan kepada Dunia

Usaha/Swasta.

Penggalangan Ormas dan Dunia Usaha untuk mendukung

Kesehatan di tingkat Kab/Kota dan provinsi.

Advokasi kepada Dunia Usaha dan Ormas sebagai kelompok

Potensial.

f. Analisis Efisiensi Sumberdaya

Capaian persentase Kinerja dunia usaha yang memanfaatkan CSRnya

untuk program kesehatan adalah 350 % sedangkan realisasi anggaran

untuk output Pelaksanaan Strategi promosi Kesehatan dalam Mendukung

program adalah 98, 16 % yang berarti terdapat efisiensi sebesar 1,84%

90

Page 91: KATA PENGANTAR · Web viewAdapun paket pemeriksaan yang dilakukan kepada peserta didik kelas 7 dan 10 antara lain : (a) pengukuran tinggi dan berat badan, (b) pemeriksaan tekanan

11.Jumlah organisasi kemasyarakatan yang memanfaatkan sumber dayanya untuk mendukung kesehatanOrganisasi kemasyarakatan merupakan kelompok potensial untuk meningkatkan

perilaku sehat masyarakat karena mereka memiliki sumberdaya sampai di level

terbawah dari masyarakat. Seksi Promosi Kesehatan & Pemberdayaan berupaya

untuk menggalang peran serta ormas baik ormas keagamaan, kepemudaan, dan

Organisasi wanita untuk meningkatkan jangkauan akses informasi kesehatan dan

pemberdayaan program kesehatan prioritas terhadap masyarakat luas

a. Defenisi Operasional : Jumlah organisasi kemasyarakatan yang telah MoU

dengan Kementerian Kesehatan/Pemerintah Daerah/Dinas Kesehatan yang

memanfaatkan sumberdayanya untuk mendukung program kesehatan.

b. Rumus dan Cara Penghitungan : Jumlah organisasi kemasyarakatan yang

telah MoU dengan Kementerian Kesehatan/Pemerintah Daerah/Dinas

Kesehatan dalam mendukung program kesehatan.

c. Capaian Indikator :

Target capaian jumlah Organisasi Kemasyarakatan yang Memanfaatkan

Sumber Dayanya untuk Mendukung Kesehatan Tahun 2017 sampai dengan

Tahun 2019 mengalami sedikit kenaikan dan dihitung secara akumulatif dari

Dinas Kesehatan kabupaten dan Kota.

2017 2018 2019

1 1

2

5 5

6

JUMLAH ORGANISASI KEMASYARAKATAN YANG MEMANFAATKAN SUMBER DAYANYA UNTUK KESEHATAN DI PROVINSI KEPULAUNA RIAU TAHUN 2017 -

2019

target capaian

Dari gambar diatas diketahui bahwa sejak tahun 2017, indikator ini sudah

berhasil melampaui target perjanjian kinerja. Tahun 2017 dan 2018 ada 5

Organisasi Masyarakat yang bekerjasama untuk kesehatan dan ditahun

91

Page 92: KATA PENGANTAR · Web viewAdapun paket pemeriksaan yang dilakukan kepada peserta didik kelas 7 dan 10 antara lain : (a) pengukuran tinggi dan berat badan, (b) pemeriksaan tekanan

2019, ada 6 (enam) organisasi masyarakat yang memanfaatkan

sumberdaya yang dimiliki untuk kesehatan. Sumber daya yang

dimanfaatkan adalah massa / anggota ormas dan Lingkaran koneksi ormas

untuk ikut menyebarkan informasi kesehatan sekaligus sebagai agent of

change ditengah-tengah masyarakat Provinsi Kepulauan Riau.

Adapun Organisasi masyarakat yang memanfaatkan Sumberdayanya untuk

Kesehatan di Provinsi Kepulauan Riau tahun 2019 yaitu :

1. Fatayat NU. Merupakan Badan Otonom NU untuk kalangan perempuan

muda. Saat ini Fatayat NU sudah tersebar ke tingkat Cabang di

Kabupaten Kota. Fatayat NU Bintan telah melakukan kerjasama dalam

lingkup Germas, bakti social, Donor darah, Filariasis dan Imunisasi MR

dengan nomor PKS N0.01/PC-FNU/I/2018 jangka waktu sampai dengan

2019.

2. AIMI Kepri, adalah organisasi nirlaba yang mendukung ibu ibu menyusui

di Kepulauan Riau. Bentuk kerjasama antara AIMI Kepri dan Dinas

Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau tentang Germas dan ASI Ekslusif

dan pelaksanaan Penggerakan Massa Pekan ASI Sedunia untuk

mengkampanyekan gerakan menyusui di Provinsi Kepulauan Riau.

3. NGO Sebora di Kabupaten Kepulauan Anambas. Merupakan Non

Goverment Organizer yang bergerak di bidang Seni, Sosial, Budaya dan

Olahraga yang ada di Kabupaten Kepulauan Anambas. Kerjasama terjalin

melalui MOU dengan nomor 006/Dinkes.PPKB.800/10.18 dengan Pemda

Kabupaten Kepulauan Anambas dalam hal Pengelolaan Kawasan Tanpa

Rokok di Kabupaten kepulauan Anambas.

4. LSM di Kota Tanjungpinang yang ikut berpartisipasi delam pelaksanaan

Kabupaten Kota Sehat melalui Forum kota Sehat Tanjungpinang.

Kerjasama ini diperkuat dengan Perjanjian Kerjasama Nomor 187 Tahun

2017 jangka waktu Tahun 2017 s.d 2019 dalam kaitannya untuk

Memimpin Pelaksanaan Tugas dan wewenang Forum Kota Sehat (FKS)

Kota Tanjungpinang, Mengkoordinasikan seluruh kegiatan FKS,

Memberikan arahan strategi dalam rangka pencapaian prog kerja dan

anggaran FKS.

5. Karang Taruna Kabupaten Lingga, merupakan organisasi Kepemudaan

yang memiliki tugas pokok secara bersama-sama dengan Pemerintah

serta masyarakat lainnya menyelenggarakan pembinaan generasi muda

92

Page 93: KATA PENGANTAR · Web viewAdapun paket pemeriksaan yang dilakukan kepada peserta didik kelas 7 dan 10 antara lain : (a) pengukuran tinggi dan berat badan, (b) pemeriksaan tekanan

dan kesejahteraan sosia. Karang Taruna sebagai salah satu Lembaga

Kemasyarakatan Desa (LKD) yang otonom dan telah memberikan

komitmen yang tercantum dalam SK Nomor 19/KPTS/X/2018 tanggal 03

Oktober 2018, Jangka Waktu perjanjian 2018-2019 untuk berperan aktif

dalam gotong royong menjaga kebersihan lingkungan di wilayah Singkep

Pesisir Kab. Lingga.

6. Persaudaraan Pemuda Pemudi Perantau Pancur Lingga Utara (P5LU)

merupakan  wadah komunikasi bagi pemuda/i pancur yang merantau

untuk berkontribusi bagi masyarakat di Kabupaten Lingga. Melalui MOU

nomor 001/PP-P5LU/I/2019, tanggal 06 Februari 2019 P5LU bekerjasama

dalam pemeriksaan kesehatan di wilayah Lingga Utara Kabupaten

Lingga.

d. Analisis Penyebab Keberhasilan Program : Indikator ini dapat memberikan

capaian melebihi target yang ditetapkan karena adanya hubungan yang

cukup baik antara Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan Provinsi dengan

organisasi masyarakat disekitranya sehingga mempermudah proses

Advokasi kepada Organisasi masyarakat yang ada selain itu adanya respon

yang baik dari Dinas Kesehatan Kabupaten Kota

e. Langkah-langkah yang dilakukan untuk mencapai target tahun 2019 adalah

Sosialisasi Program Prioritas Kesehatan kepada Organisasi

Masyarakat sebagai Kelompok Potensial.

Penggalangan Ormas dan Dunia Usaha untuk mendukung Kesehatan

di tingkat Kab/Kota dan provinsi.

Advokasi kepada Ormas sebagai kelompok Potensial.

f. Analisis Efisiensi Sumberdaya :

Capaian persentase Kinerja Organisasi Kemasyarakatan Yang

Memanfaatkan Sumber Dayanya Untuk Mendukung Kesehatan adalah 300

% sedangkan realisasi anggaran untuk output Pelaksanaan Strategi promosi

Kesehatan dalam Mendukung program adalah 98, 16 % yang berarti

terdapat efisiensi sebesar 1,84 %

F. Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Lainnya pada Program Pembinaan Kesehatan Masyarakat

93

Page 94: KATA PENGANTAR · Web viewAdapun paket pemeriksaan yang dilakukan kepada peserta didik kelas 7 dan 10 antara lain : (a) pengukuran tinggi dan berat badan, (b) pemeriksaan tekanan

A. Realisasi AnggaranAdapun Realisasi Anggaran di Bidang Kesehatan Masyarakat sebesar 95,68 %

dengan rincian untuk setiap output yaitu :

No Ouput Anggaran Realisasi %

1. Penguatan Intervensi Paket Gizi Pada Ibu Hamil dan Balita

Rp. 100.000.000 Rp. 97.342.600 97,34%

2 Pembinaan dalam Peningkatan Pengetahuan Gizi Masyarakat

Rp. 357.500.000 Rp. 344.268.600 96,30%

3 Peningkatan Surveilans Gizi

Rp. 956.112.000 Rp. 910.654.900 95,25%

4 Layanan Dukungan Manajemen Eselon I

Rp. 635.035.000 Rp. 615.448.700 96,92%

5 Pembinaan Pemeriksaan Kebugaran Jasmani bagi Jemaah Haji

Rp. 171.330.000 Rp. 170.459.000 99,49%

6 Pembinaan dan Pembentukan Pos Upaya Kesehatan Kerja (UKK)

Rp. 152.746.000 Rp. 151.287.500 99,05%

7 Pembinaan Pekerja Perempuan Sehat Produktif

Rp. 111.710.000 Rp. 111.685.000 99,97%

8 Pembinaan dalam Persalinan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

Rp. 258.575.000 Rp. 228.649.900 88,43%

9 Pembinaan dalam Peningkatan Pelayanan Kunjungan Neonatal Pertama

Rp. 228.395.000 Rp. 122.839.800 53,78%

10 Pembinaan dalam Pelaksanaan Usaha Kesehatan Sekolah

Rp. 153.300.000 Rp. 139.695.200 91,12%

11 Pembinaan Pencegahan Stunting

Rp. 174.540.000 Rp. 163.407.600 93,62%

12 Pembinaan Peningkatan Pelayanan Kesehatan Lanjut Usia

Rp. 135.480.000 Rp. 124.227.000 91,69%

13 Pembinaan dalam Peningkatan Pelayanan Antenatal

Rp. 53.210.000 Rp. 49.250.200 92,56%

14 Pembinaan Kab/Kota dalam Pelaksanaan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat

Rp. 295.296.000 Rp. 293.862.500 99,51%

94

Page 95: KATA PENGANTAR · Web viewAdapun paket pemeriksaan yang dilakukan kepada peserta didik kelas 7 dan 10 antara lain : (a) pengukuran tinggi dan berat badan, (b) pemeriksaan tekanan

15 Kampanye Hidup Sehat melalui berbagai media

Rp. 1.618.313.000

Rp. 1.613.253.400 99,68%

16 Pelaksanaan Strategi Promosi Kesehatan dalam mendukung Program

Rp. 174.925.000 Rp. 171.719.100 98,16%

17 Pengawasan Tempat Pengelola Makanan (TPM) yang Memenuhi Syarat

Rp. 136.514.000 Rp. 134.558.500 98,57%

18 Pengawasan Pasar Sehat

Rp. 13.080.000 Rp. 13.066.500 99,89%

19 Pengawasan Tempat Tempat Umum (TTU) yang Memenuhi Syarat

Rp. 129.214.000 Rp. 129.214.000 100%

20 Pengawasan Terhadap Sarana Air Minum

Rp. 72.310.000 Rp. 72.310.000 100%

21 Pembinaan Pelaksanaan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)

Rp. 174.772.000 Rp. 174.054.000 99,59%

22 Pengawasan Pengelolaan Limbah Medis RS

Rp. 133.794.000 Rp. 133.794.000 100%

23 Pembinaan Pelaksanaan Kab/Kota Sehat

Rp. 45.826.000 Rp. 45.787.500 99,92%

BAB IVPENUTUP

Secara umum, pencapaian target kinerja Kegiatan Kesehatan Masyarakat

pada Tahun 2019 sudah memenuhi target yang ditetapkan. Namun demikian

pencapaian ini harus ditingkatkan untuk terus menjaga ritme capaian yang

selaras dengan apa yang telah ditetapkan dalam Renstra Kementerian

Kesehatan berikutnya.

Demikian Laporan Akuntabilitas Kinerja Promosi Kesehatan dan

Pemberdayaan Masyarakat Tahun 2019 ini disusun sebagai instrumen

monitoring kinerja dan menjadi bahan acuan peningkatan kinerja dan refleksi

95

Page 96: KATA PENGANTAR · Web viewAdapun paket pemeriksaan yang dilakukan kepada peserta didik kelas 7 dan 10 antara lain : (a) pengukuran tinggi dan berat badan, (b) pemeriksaan tekanan

capaian seksi Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat di tahun-

tahun yang akan datang

;

96