KATA PENGANTAR -...

248

Transcript of KATA PENGANTAR -...

Page 1: KATA PENGANTAR - staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/.../elektronikadigital-naskah-lengkap-buku-sumarna.pdf · IC Pewaktu (Timer) 555 154 6. ... pada jam digital yang hanya ... Sebutkan
Page 2: KATA PENGANTAR - staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/.../elektronikadigital-naskah-lengkap-buku-sumarna.pdf · IC Pewaktu (Timer) 555 154 6. ... pada jam digital yang hanya ... Sebutkan
Page 3: KATA PENGANTAR - staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/.../elektronikadigital-naskah-lengkap-buku-sumarna.pdf · IC Pewaktu (Timer) 555 154 6. ... pada jam digital yang hanya ... Sebutkan
Page 4: KATA PENGANTAR - staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/.../elektronikadigital-naskah-lengkap-buku-sumarna.pdf · IC Pewaktu (Timer) 555 154 6. ... pada jam digital yang hanya ... Sebutkan

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur dipanjatkan kepada Tuhan seru sekalian alam. Buku

Elektronika Digital (Konsep Dasar dan Aplikasi) ini dapat diselesaikan

meskipun masih sangat singkat apabila dihadapkan kepada persoalan

elektronika yang semakin berkembang.

Perkembangan teknologi dan industri elektronika seperti yang sekarang

terjadi menimbulkan kesulitan tersendiri untuk menulis satu buku ataupun

menyelenggarakan suatu kuliah/kursus yang dapat memuat semua informasi

tentang elektronika. Tetapi sehebat apapun perkembangan teknologi dan

industri elektronika tidak terlepas dari konsep-konsep dasar tentang elektronika

yang telah disemai oleh para pendahulu. Dalam upaya turut memahami, kalau

perlu menguasai, teknologi elektronika dengan lebih kokoh kiranya perlu

menguasai konsep-konsep dasarnya. Dalam rangka itulah, tidak berlebihan bila

buku Elektronika Digital (Konsep Dasar dan Aplikasi) ini disusun dengan

maksud turut berpartisipasi menyediakan sumber belajar yang memuat konsep-

konsep dasar tentang elektronika digital. Kiranya buku ini dapat menjadi

pengantar untuk kajian lebih lanjut dan dapat memenuhi keperluan bagi yang

ingin mendapat pedoman secara mendasar. Dengan buku ini memungkinkan

untuk memahami, merancang, dan menyusun rangkaian digital.

Akhirnya, terima kasih yang setulus-tulusnya disampaikan kepada semua

pihak yang telah membantu penulisan buku ini. Bila dijumpai kesalahan

dimohon dengan sangat agar berkenan memberikan teguran. Komentar,

koreksi, kritik dan saran dari para pengguna dan pemerhati diterima dengan

penuh penghargaan dan selanjutnya akan sangat berguna bagi perbaikan buku

ini. Terima kasih.

Yogyakarta, 08 September 2005

Penulis,

( Sumarna ).

([email protected])

Page 5: KATA PENGANTAR - staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/.../elektronikadigital-naskah-lengkap-buku-sumarna.pdf · IC Pewaktu (Timer) 555 154 6. ... pada jam digital yang hanya ... Sebutkan

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL i

KATA PENGANTAR ii

DAFTAR ISI iii

BAB I PENDAHULUAN 1

1. Pengantar 1

2. Sistem Analog dan Digital 2

3. Soal-soal 4

BAB II SISTEM BILANGAN 6

1. Basis-10 (desimal) 7

2. Basis-2 (biner) 7

3. Basis-8 (oktal) 8

4. Basis-16 (heksa-desimal) 8

5. Konversi (Pengubahan) Bilangan 9

6. Operasi Bilangan 16

7. Soal-soal 25

BAB III SISTEM SANDI (KODE) 28

1. Sandi BCD (biner Coded Decimal) 29

2. Sandi Excess-3 (XS-3) 31

3. Sandi Gray 31

4. Sandi ASCII 34

5. Bit Paritas 36

6. Aplikasi Sistem Bilangan dan Sandi 38

7. Soal-soal 39

BAB IV GERBANG LOGIKA 41

Page 6: KATA PENGANTAR - staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/.../elektronikadigital-naskah-lengkap-buku-sumarna.pdf · IC Pewaktu (Timer) 555 154 6. ... pada jam digital yang hanya ... Sebutkan

1. Gerbang OR 42

2. Gerbang AND 43

3. Gerbang NOT (INVERTER) 45

4. Gerbang NOR dan NAND 46

5. Gerbang EX-OR dan EX-NOR 48

6. Soal-soal 51

BAB V ALJABAR BOOLE 54

1. Pengertian Aljabar Boole 54

2. Teorema dalam Aljabar Boole 55

3. Minimalisasi Rangkaian Logika Secara Analitis 57

4. Soal-soal 60

BAB VI PETA KARNAUGH 64

1. Bentuk Standar Fungsi Boole 65

2. Peta Karnaugh (Peta K) 71

3. Minimalisasi Rangkaian Logika (Cara Grafis) 76

4. Aplikasi Desain Rangkaian 81

5. Soal-soal 84

BAB VII RANGKAIAN PEMBANDING DAN PENJUMLAH 87

1. Rangkaian Pembanding (Komparator) 87

2. Rangkaian Penjumlah (Adder) 102

3. Rangkaian Pengurang 114

4. Soal-soal 118

BAB VIII FLIP-FLOP (BISTABIL) 121

1. Flip-flop Set-Reset (FF-SR) 122

2. Flip-flop J-K (FF-JK) 129

3. Flip-flop J-K Master-Slave (FF-JKMS) 131

4. Flip-flop D (FF-D) dan Flip-flop T (FF-T) 132

5. Flip-flop yang Dilengkapi dengan Preset dan Clear 133

Page 7: KATA PENGANTAR - staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/.../elektronikadigital-naskah-lengkap-buku-sumarna.pdf · IC Pewaktu (Timer) 555 154 6. ... pada jam digital yang hanya ... Sebutkan

6. Tabel Eksitasi 134

7. Aplikasi Flip-flop 134

8. Soal-soal 137

BAB IX MULTIVIBRATOR 141

1. Multivibrator Monostabil 142

2. Multivibrator Astabil 146

3. Picu Schmitt (Schmitt Trigger) 148

4. Rangkaian Terpadu Monostabil, Astabil dan Picu

Schmitt

151

5. IC Pewaktu (Timer) 555 154

6. Aplikasi 159

7. Soal-soal 160

BAB X PENCACAH 162

1. Pencacah Biner Tak Sinkron (Serial atau Riak) 164

2. Pencacah Biner Sinkron (Paralel) 174

3. Soal-soal 185

BAB XI REGISTER 187

1. Register 187

2. Jenis Register 190

3. Aplikasi 194

4. Soal-soal 196

BAB XII DEKODER (DEMULTIPLEKSER) DAN MULTIPLEKSER 199

1. Sistem BCD (Biner Coded Decimal) 201

2. Dekoder Biner Ke BCD 202

3. Dekoder BCD Ke Desimal 206

4. Dekoder BCD Ke Peraga 7 Segmen 208

5. Demultiplekser 213

6. Multiplekser 217

Page 8: KATA PENGANTAR - staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/.../elektronikadigital-naskah-lengkap-buku-sumarna.pdf · IC Pewaktu (Timer) 555 154 6. ... pada jam digital yang hanya ... Sebutkan

7. Rangkaian Terpadu (IC) Dekoder/demultiplekser dan

multiplekser

223

8. Soal-soal 227

DAFTAR PUSTAKA 229

Page 9: KATA PENGANTAR - staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/.../elektronikadigital-naskah-lengkap-buku-sumarna.pdf · IC Pewaktu (Timer) 555 154 6. ... pada jam digital yang hanya ... Sebutkan

BAB I

PENDAHULUAN

1. Pengantar

Elektronika, khususnya elektronika digital, akan terus mengalami

perkembangan. Perkembangan apapun, meskipun menuju ke arah perbaikan,

selalu disertai kekurangan-kekurangan maupun hal-hal yang tidak

menyenangkan. Para insinyur yang telah berpengalaman sekalipun kadang

merasa tertekan untuk dapat mengikuti kepesatan perkembangan elektronika.

Lebih-lebih bagi para pemula tentu saja menghadapi masalah yang jauh lebih

berat.

Teknologi mutakhir yang paling mengagumkan dan yang memiliki

fleksibilitas tinggi adalah komputer dan mikroprosesor. Komputer dan

mikroprosesor dibangun dari rangkaian digital. Rangkaian digital terdiri dari

sekelompok gerbang logika (logic gate) yang dapat menampilkan tugas-tugas

yang sangat berguna. Rangkaian digital menjadi otak dunia teknologi.

Rangkaian digital banyak digunakan untuk pengendalian proses (otomatisasi),

mulai dari proses industri dengan tingkat kompleksitas yang tinggi, robot,

peralatan laboratorium, alat rumah tangga, hiburan, hingga permainan anak.

Elektronika sering tampak seperti hutan belantara yang membingungkan

oleh karena seakan-akan berisi hal-hal yang tidak jelas kaitannya. Di dalam

suatu rangkaian terdiri dari komponen-komponen dengan nama-nama aneh,

parameter-parameter yang tidak sederhana, dan teori yang rumit. Pernyataan ini

tidak bertujuan untuk membuat kita menjadi pesimis, tetapi sebaliknya agar

bersiap-siap untuk bekerja keras jika ingin berkecimpung dalam bidang

elektronika. Thomas A. Edison pernah berpesan bahwa : “Ada cara untuk

menyempurnakan. Singkaplah !”.

Penelitian yang tidak kenal lelah meneruskan berbagai penemuan untuk

menyempurnakan yang sudah ada dan untuk mendapatkan hal-hal yang baru.

Melalui evaluasi gagasan, penelitian, kreativitas, inspirasi dan kerja keras telah

Page 10: KATA PENGANTAR - staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/.../elektronikadigital-naskah-lengkap-buku-sumarna.pdf · IC Pewaktu (Timer) 555 154 6. ... pada jam digital yang hanya ... Sebutkan

ditemukan hal-hal baru yang lebih inovatif dan semakin sempurna. Kita dapat

mempelajari elektronika sampai sejauh yang kita perlukan. Oleh karenanya kita

tidak perlu pesimis asal siap bekerja keras sampai dengan taraf tertentu kita

dapat menguasainya.

2. Sistem Analog dan Digital

Dalam sain, teknologi, dan berbagai bidang kehidupan yang lain selalu

berhadapan dengan besaran. Besaran tersebut diukur, dimonitor, dicatat,

dimanipulasi secara matematis, dan lain-lain. Untuk dapat melakukan pekerjaan

tersebut selalu digunakan peralatan. Hal yang sangat penting berkaitan dengan

perubahan besaran tersebut adalah dapat menyajikan nilainya dengan tepat

dan efisien. Secara mendasar ada dua cara penyajian nilai numerik suatu

besaran, yakni secara analog atau digital. Dengan demikian istilah analog dan

digital terkait dengan cara besaran tersebut ditampilkan. Satu contoh

penampilan besaran analog adalah pada speedometer kendaraan, tampak

bahwa simpangan jarum speedometer sebanding dengan laju kendaraan

tersebut. Posisi sudut jarum menunjukkan besarnya laju kendaraan dan posisi

jarum mengikuti perubahan yang terjadi pada laju kendaraan. Contoh lain

adalah pada termometer air raksa, posisi permukaan air raksa di dalam tabung

berubah sebanding dengan perubahan suhu. Masih contoh besaran analog

dapat dijumpai pada sistem audio. Tegangan keluaran yang dihasilkan pada alat

tersebut sebanding dengan sinpangan gelombang suara yang mengenai

mikropon. Perubahan tegangan keluaran mengikuti perubahan suara pada

masukan. Jika diperhatikan dengan seksama, ciri khas dari tampilan analog

adalah dapat berada pada sembarang nilai (berapapun) dalam batas-batas

(jangkauan) tertentu, tidak ada nilai terlarang, kecuali di luar batas-batas

tersebut (yang diijinkan).

Satu contoh besaran yang ditampilkan secara digital dapat kita jumpai

pada jam digital yang hanya menyediakan penunjukan jam dan menit (kadang-

kadang juga detik). Sebagaimana diketahui bahwa waktu berubah secara

kontinyu tetapi jam tersebut tidak dapat menampilkan waktunya secara

kontinyu. Tampilan jam itu hanya dapat berubah pada tingkat paling kecil dalam

Page 11: KATA PENGANTAR - staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/.../elektronikadigital-naskah-lengkap-buku-sumarna.pdf · IC Pewaktu (Timer) 555 154 6. ... pada jam digital yang hanya ... Sebutkan

menit (kadang-kadang dalam detik). Dengan kata lain, penyajian waktu tersebut

berubah secara diskrit. Contoh lain tampilan digital adalah pada pencacahan

partikel yang dipancarkan oleh suatu sumber radioaktif. Jelas bahwa cacah

patikel hanya dapat berada pada bilangan bulat seperti tidak ada, satu, dua,

tiga, …, seribu satu, dan seterusnya. Tidak pernah terjadi cacah partikel pada

bilangan yang tidak bulat seperti setengah, seribu seperempat, dan sebagainya.

Ciri khas dari besaran maupun tampilan digital adalah hanya dapat berada pada

nilai-nilai tertentu yang diskrit.

Jika diperhatikan dengan seksama, kecenderungan piranti-piranti

elektronika sekarang ini menuju pada otomatisasi (komputerisasi),

minimalisasi (kecil, kompak), dan digitalisasi. Dengan otomatisasi segala

pekerjaan dapat diselesaikan dengan mudah, dan akurat, seolah-olah pekerjaan

dapat selesai dengan sendirinya. Dengan minimalisasi, bentuk fisik berbagai

piranti elektronik menjadi semakin kecil dan kompak, tidak banyak menempati

ruang tetapi kinerjanya sangat handal. Sedangkan dengan digitalisasi

memungkinkan pengolahan data (sinyal, informasi) menjadi semakin

menguntungkan. Kecenderungan pengolahan data dalam bentuk digital

(digitalisasi) memiliki beberapa kelebihan, di antaranya adalah :

1. Lebih tegas (tidak mendua), karena sinyal hanya ditampilkan dalam salah

satu bentuk di antara YA atau TIDAK, HIDUP atau MATI, TINGGI atau

RENDAH, 1 atau 0, 0 VOLT atau 5 VOLT dan sebagainya.

2. Informasi digital lebih mudah dikelola (mudah disimpan dalam memori,

mudah ditransmisikan, mudah dimunculkan kembali, dan mudah diolah

tanpa penurunan kualitas).

3. Lebih tahan terhadap gangguan (noise) dalam arti lebih sedikit kena

gangguan. Jika kena gangguan lebih mudah dikembalikan ke bentuk digitnya

(dengan rangkaian Schmitt Trigger misalnya).

4. Konsumsi daya relatif rendah.

Tetapi karena sifatnya yang diskrit, data (sinyal, informasi) digital tidak dapat

berada pada nilai sembarang (kontinyu). Ada sinyal-sinyal yang secara alamiah

Page 12: KATA PENGANTAR - staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/.../elektronikadigital-naskah-lengkap-buku-sumarna.pdf · IC Pewaktu (Timer) 555 154 6. ... pada jam digital yang hanya ... Sebutkan

berbetuk diskrit, seperti pulsa-pulsa dari detektor partikel, bit-bit data dari saklar,

keyboard, komputer, dan lain-lain akan lebih tepat jika digunakan elektronika

digital. Dengan kenyataan seperti tersebut, antara elektronika analog (kontinyu)

dan elektronika digital (diskrit) saling melengkapi karena masing-masing

memiliki keunggulan dan sekaligus kelemahan tergantung dari lingkup kerjanya.

Untuk keperluan sensor, elektronika analog lebih baik karena dalam batas-batas

tertentu dapat memberikan nilai sembarang. Selain itu, elektronika analog juga

sesuai untuk sinyal-sinyal kontinyu seperti pada sistem audio. Meskipun

demikian tidak berarti antara elektronika analog dan digital tidak bisa dipadukan.

Tidak jarang dikehendaki pengubahan data analog menjadi bentuk digital

(dengan ADC : Analog to Digital Converter) atau sebaliknya (dengan DAC :

Digital to Analog Converter) agar pengolahan data dapat dilakukan dengan

sebaik-baiknya. Kenyataan ini menunjukkan bahwa piranti dengan sistem digital

telah demikian canggihnya sehingga pekerjaan yang seharusnya diselesaikan

dengan elektronika analog dapat dikerjakan dengan elektronika digital dengan

hasil yang lebih menakjubkan.

3. Soal-soal

1. Apakah perbedaan antara sistem analog dan sistem digital ?

2. Apakah cara penyajian besaran-besaran berikut termasuk dalam kategori

analog atau digital ? Jelaskan !

a. Tekanan udara di dalam ban kendaraan.

b. Ketinggian layang-layang dari permukaan tanah.

c. Kuat arus listrik yang mengalir dalam resistor.

d. Jumlah tablet yang dimasukkan ke dalam suatu wadah.

e. Muatan listrik yang dimiliki oleh suatu benda.

3. Selain yang telah disebutkan pada soal nomor 1 di atas, sebutkan

masing-masing 5 (lima) contoh besaran yang bersifat :

a. Analog.

b. Digital.

Page 13: KATA PENGANTAR - staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/.../elektronikadigital-naskah-lengkap-buku-sumarna.pdf · IC Pewaktu (Timer) 555 154 6. ... pada jam digital yang hanya ... Sebutkan

4. Sebutkan masing-masing mengenai kelebihan dan keterbatasn rangkaian

digital jika dibandingkan dengan rangkaian analog ?

5. Mengapa komputer lebih cocok menggunakan sistem digital dari pada

menggunakan sistem analog ? Jelaskan !

6. Jelaskan, bagaimana keluaran dari suatu rangkaian dapat ditetapkan

sebagai keluaran digital ?

Page 14: KATA PENGANTAR - staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/.../elektronikadigital-naskah-lengkap-buku-sumarna.pdf · IC Pewaktu (Timer) 555 154 6. ... pada jam digital yang hanya ... Sebutkan

BAB II

SISTEM BILANGAN

Banyak sistem bilangan yang digunakan pada piranti digital, dan yang

biasa digunakan adalah sistem-sistem bilangan biner, oktal, desimal, dan

heksa-desimal. Sedangkan, dalam kehidupan sehari-hari kita sangat akrap

dengan sistem bilangan desimal, (dasaan, basis-10, atau radiks-10). Meskipun

sistem desimal sangat akrab dengan kita, tetapi sistem tersebut tidak mudah

diterapkan dalam mesin digital. Sistem bilangan yang paling mudah diterapkan

di dalam mesin digital adalah sistem bilangan biner (basis-2) karena sistem

tersebut hanya mengenal 2 keadaan dan kemudian disimbolkan dengan 2

angka yakni 0 dan 1. Hal ini sesuai dengan 2 keadaan sistem pensaklaran di

dalam mesin.

Untuk memudahkan pembahasan, kita membagi sitem bilangan menjadi

basis-10 dan basis-n, di mana n 2 dan n 10. Sehingga dikenal banyak

sistem bilangan seperti basis-2, basis-3, …, basis-8, …, basis-10, …, basis-16,

dan seterusnya. Semua sistem bilangan tersebut temasuk ke dalam sistem

bilangan berbobot, artinya nilai suatu angka tergantung dari posisi relatifnya

terhadap koma atau angka satuan. Misalnya bilangan 5725,5 dalam desimal.

Ketiga angka 5 memiliki nilai yang berbeda, angka 5 paling kanan bernilai lima

persepuluhan, angka 5 yang tengah bernilai lima satuan sedangkan angka 5

yang lainnya bernailai lima ribuan.

Untuk membedakan suatu bilangan dalam sistem bilangan tertentu

digunakan konvensi notasi. Untuk basis-n kita menggunakan indeks n atau

tanda lain yang disepakati. Sebagai contoh bilangan „11‟ basis-2 akan ditulis

dalam bentuk „112‟ untuk mencegah terjadinya salah pengertian dengan

bilangan „118‟, „1110, atau „1116‟ dan seterusnya. Kadang-kadang indeks tersebut

tidak dicantumkan jika basis bilangan tersebut sudah jelas. Misalkan secara

khusus sedang membahas bilangan basis-8, maka bilanga-bilangan dalam

pembahasan tersebut tidak disertai indeks. Sering pula dalam konvensi tersebut

dijumpai bahwa suatu bilangan yang tidak disertai indeks berarti bilangan

Page 15: KATA PENGANTAR - staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/.../elektronikadigital-naskah-lengkap-buku-sumarna.pdf · IC Pewaktu (Timer) 555 154 6. ... pada jam digital yang hanya ... Sebutkan

tersebut dinyatakan dalam desimal atau basis-10. Selanjutnya dikenal beberapa

cara menyatakan suatu bilangan dalam basis-16 atau heksa-desimal. Cara

menyatakan basisnya adalah dengan menyertakan indeks 16, atau di belakang

bilangan diikuti dengan huruf „h‟, atau sebelum atau sesudah bilangan itu

dicantumkan huruf „H‟ atau tanda „#‟ atau tanda „$‟. Contoh 9616 = 96h = H96 =

#96 = $96 = 96H.

1. Basis-10 (desinal)

Dalam sistem desimal (basis-10) memupnyai simbol angka (numerik)

sebanyak 10 buah simbol, yaitu 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, dan 9. Nilai suatu

bilangan dalam basis-10 dapat dinyatakan sebagai (N x 10a) dengan N = 0, 1,

2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9 dan a = …, -3, -2, -1, 0, 1, 2, 3, …(bilangan bulat yang

menyatakan posisi relatif N terhadap koma atau satuan).

Contoh : 32510 = 3 x 102 + 2 x 101 + 5 x 100

0,6110 = 0 x 100 + 6 x 10-1 + 1 x 10-2 = 6 x 10-1 + 1 x 10-2

9407,10810 = 9 x 103 + 4 x 102 + 7 x 100 + 1 x 10-1 + 8 x 10-3.

2. Basis-2 (biner)

Dalam sistem biner (basis-2) memupnyai simbol angka (numerik)

sebanyak 2 buah simbol, yaitu 0, dan 1. Nilai suatu bilangan basis-2 dalam

basis-10 dapat dinyatakan sebagai (N x 2a) dengan N = 0 atau 1; dan a = …,

-3, -2, -1, 0, 1, 2, 3, …(bilangan bulat dalam desimal yang menyatakan posisi

relatif N terhadap koma atau satuan).

Contoh : 11012 = 1 x 23 + 1 x 22 + 1 x 20

= 8 + 4 + 1

= 1310.

0,101 = 0 x 20 + 1 x 2-1 + 0 x 2-2 + 1 x 2-3

= 0 + 0,5 + 0 + 0,125

= 0,62510

Page 16: KATA PENGANTAR - staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/.../elektronikadigital-naskah-lengkap-buku-sumarna.pdf · IC Pewaktu (Timer) 555 154 6. ... pada jam digital yang hanya ... Sebutkan

11,01 = 1 x 21 + 1 x 20 + 1 x 2-2

= 2 + 1 + 0,25

= 3,2510.

3. Basis-8 (oktal)

Dalam sistem oktal (basis-8) memupnyai simbol angka (numerik)

sebanyak 8 buah simbol, yaitu 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, dan 7. Nilai suatu bilangan

basis-8 dalam basis-10 dapat dinyatakan sebagai (N x 8a) dengan N = 0, 1, 2,

3, 4, 5, 6, atau 7; dan a = …, -3, -2, -1, 0, 1, 2, 3, …(bilangan bulat dalam

desimal yang menyatakan posisi relatif N terhadap koma atau satuan).

Contoh : 647,358 = 6 x 82 + 4 x 81 + 7 x 80 + 3 x 8-1 + 5 x 8-2

= 384 + 32 + 7 + 0,375 + 0,078125

= 423,45312510.

4. Basis-16 (heksa-desimal)

Dalam sistem heksa-desimal (basis-16) memupnyai simbol angka

(numerik) sebanyak 16 buah simbol. Karena angka yang telah dikenal ada 10

maka perlu diciptakan 6 simbol angka lagi yaitu A, B, C, D, E, dan F dengan

nilai A16 = 1010; B16 = 1110, C16 = 1210, D16 = 1310, E16 = 1410, dan F16 = 1510.

Dengan demikian simbol angka-angka untuk sistem heksa-desimal adalah 0, 1,

2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, A, B, C, D, E, dan F. Nilai suatu bilangan basis-16 dalam

basis-10 dapat dinyatakan sebagai (N x 16a) dengan N = 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7,

8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, atau 15; dan a = …, -3, -2, -1, 0, 1, 2, 3, …(bilangan

bulat dalam desimal yang menyatakan posisi relatif N terhadap koma atau

satuan).

Contoh : 584AED16 = 5 x 165 + 8 x 164 + 4 163 + 10 x 162 + 14 x 161 + 13 x 160

= 5242880 + 524288 + 16384 + 2560 + 224 + 13

= 578634910.

Page 17: KATA PENGANTAR - staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/.../elektronikadigital-naskah-lengkap-buku-sumarna.pdf · IC Pewaktu (Timer) 555 154 6. ... pada jam digital yang hanya ... Sebutkan

E,1A16 = 14 x 160 + 1 x 16-1 + 10 x 16-2

= 14 + 0,0625 + 0,0390625

= 14,0664062510.

5. Konversi (Pengubahan) Bilangan

Ada kalanya kita perlu menyatakan suatu bilangan dalam basis yang

berbeda atau mengubah (mengkonversi) suatu bilangan dari satu basis ke basis

yang lain. Misalkan, konversi bilangan dari basis-n ke basis-10, konversi

bilangan dari basis-10 ke basis-n, atau konversi bilangan dari basis-n ke basis-

m. Untuk konversi bilangan dari basis-n ke basis-10 telah dikemukakan ketika

menyatakan nilai suatu bilangan dari basis-n ke dalam basis-10.

Konversi bilangan dari basis-10 ke basis-n

Setidaknya ada dua cara untuk mengubah bilangan desimal menjadi

bilangan dalam basis selain 10. Cara pertama, biasanya untuk bilangan yang

kecil, adalah kebalikan dari proses konversi bilangan dari basis-n (selain 10) ke

basis-10 (desimal). Bilangan desimal itu dinyatakan sebagai jumlah dari suku-

suku yang setiap suku merupakan hasil kali suatu angka (N) dan bilangan n

pangkat bulat, kemudian angka-angka tersebut dituliskan dalam posisi yang

sesuai. Secara umum dapat dituliskan sebagai

(Bilangan)10 = (N x na).

dengan N menyatakan simbol angka yang diijinkan dalam basis-n, n

menyatakan basis bilangan yang dituju, a merupakan bilangan bulat dalam

basis-10 yang menyatakan posisi relatif N terhadap koma atau satuan, dan

semua posisi yang tercakup harus diperhitungkan. Untuk lebih jelasnya

perhatikan beberapa ilustrasi berikut :

(1). Ubahlah bilangan 9810 ke dalam basis-2 yang setara !

Page 18: KATA PENGANTAR - staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/.../elektronikadigital-naskah-lengkap-buku-sumarna.pdf · IC Pewaktu (Timer) 555 154 6. ... pada jam digital yang hanya ... Sebutkan

9810 = (N x na)

= (N x 2a)

= N x 64 + N x 32 + N x 21

= 1 x 26 + 1 x 25 + 1 x 21 (semua posisi belum diperhitungkan)

= 1 x 26 + 1 x 25 + 0 x 24 + 0 x 23 + 0 x 22

+ 1 x 21 + 0 x 20

= 1 1 0 0 0 1 0

= 11000102.

Perhatikan bahwa 0 ditempatkan dalam posisi 24, 23, 22, dan 20 karena

semua posisi harus diperhitungkan.

(2). Ubahlah bilangan 136810 ke dalam basis-8 yang setara !

136810 = (N x na)

= (N x 8a)

= N x 512 + N x 64 + N x 8

= 2 x 83 + 5 x 82 + 3 x 81 (semua posisi belum diperhitungkan)

= 2 x 83 + 5 x 82 + 3 x 81 + 0 x 80

= 2 5 3 0

= 25308.

Perhatikan bahwa 0 ditempatkan pada posisi 80 karena semua posisi

harus diperhitungkan.

(3). Ubahlah bilangan 1900610 ke dalam heksa-desimal yang setara !

1900610 = (N x na)

= (N x 16a)

= N x 4096 + N x 256 + N x 16 + N x 160

= 4 x 163 + A x 162 + 3 x 161 + 14 x 160

(semua posisi telah diperhitungkan)

= 4 A 3 E

= 4A3E16.

Page 19: KATA PENGANTAR - staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/.../elektronikadigital-naskah-lengkap-buku-sumarna.pdf · IC Pewaktu (Timer) 555 154 6. ... pada jam digital yang hanya ... Sebutkan

Cara ke dua dikenal sebagai pembagian berulang. Cara ini sangat baik

untuk bilangan desimal yang kecil maupun yang besar. Cara konversinya

adalah membagi bilangan desimal dan hasil baginya secara berulang dengan

basis tujuan kemudian menuliskan sisanya hingga diperoleh hasil bagi 0. Hasil

konversinya adalah menuliskan sisa pertama pada posisi yang paling kecil dan

sisa terakhir pada posisi yang paling besar. Untuk lebih jelasnya berhatikan

beberapa ilustrasi berikut :

(1). Ubahlah bilangan 9810 ke dalam basis-2 yang setara !

2

98 = 49, sisa 0

2

49 = 24, sisa 1

2

24 = 12, sisa 0

2

12 = 6, sisa 0

2

6 = 3, sisa 0

2

3 = 1, sisa 1

2

1 = 0, sisa 1

Sisa dituliskan dari bawah : 1 1 0 0 0 1 0

Jadi 9810 = 11000102.

Page 20: KATA PENGANTAR - staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/.../elektronikadigital-naskah-lengkap-buku-sumarna.pdf · IC Pewaktu (Timer) 555 154 6. ... pada jam digital yang hanya ... Sebutkan

(2). Ubahlah bilangan 136810 ke dalam basis-8 yang setara !

(3). Ubahlah bilangan 1900610 ke dalam heksa-desimal yang setara !

Untuk mengubah bilangan desimal tidak bulat (pecahan) dilakukan dengan

dua tahap. Tahap pertama mengubah bagian bulat (di sebelah kiri tanda koma)

8

1368 = 171, sisa 0

8

171 = 21, sisa 3

8

21 = 2, sisa 5

8

2 = 0, sisa 2

Sisa dituliskan dari bawah : 2 5 3 0

Jadi 136810 = 25308.

16

19006 = 1187, sisa 14 (= E)

16

1187 = 74, sisa 3

16

74 = 4, sisa 10 (= A)

16

4 = 0, sisa 4

Sisa dituliskan dari bawah : 4 A 3 E

Jadi 1900610 = 4A3E16.

Page 21: KATA PENGANTAR - staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/.../elektronikadigital-naskah-lengkap-buku-sumarna.pdf · IC Pewaktu (Timer) 555 154 6. ... pada jam digital yang hanya ... Sebutkan

dengan cara seperti yang telah dijelaskan di atas. Tahap ke dua mengubah

bagian pecahannya (di sebelah kanan tanda koma) dengan cara bahwa

bilangan pecahan dikalikan berulang-ulang dengan basis tujuan sampai hasil

perkalian terakhir sama dengan 0 setelah angka di sebelah kiri tanda koma dari

hasil kali setiap perkalian diambil. Selanjutnya angka-angka di sebelah kiri koma

yang diambil tadi dituliskan secara berderet dari kiri ke kanan. Untuk lebih

jelasnya perhatikan ilustrasi pada konversi bilangan 98,37510 menjadi basis-2

yang setara ! Tahap pertama mengubah bilangan bulat 9810 ke dalam basis-2

yang hasilnya adalah 11000102. Tahap ke dua mengubah bilangan pecahan

0,37510 ke dalam basis-2 sebagai berikut :

0,375 x 2 = 0,75 dan angka di sebelah kiri koma adalah 0

0,75 x 2 = 1,5 dan angka di sebelah kiri koma adalah 1

0,5 x 2 = 1,0 dan angka di sebelah kiri koma adalah 1.

Hasil pengambilan angka di sebelah kiri koma adalah : 0,011. Selanjutnya hasil

konversi kedua tahap tersebut digabungan sesuai dengan posisinya. Hasil

gabungannya adalah 1100010,011. Dengan demikian 98,37510 =

1100010,0112.

Contoh berikutnya adalah mengubah bilangan 1368,2510 ke dalam basis-8

yang setara. Tahap pertama adalah mengubah bagian bulatnya (di sebelah kiri

koma) yaitu 136810 ke dalam basis-8 yang hasilnya telah diperoleh sebesar

25308. Tahap ke dua adalah mengubah bagian pecahannya (di sebelah kanan

koma) yaitu 0,2510 ke dalam basis-8 dengan cara sebagai berikut :

0,25 x 8 = 2,0 dan bilangan di sebelah kiri koma adalah 2. Setelah 2

diambil maka sisanya adalah 0 dan proses perkalian berakhir.

Hasil pengambilan angka di sebelah kiri koma adalah : 0,2. Selanjutnya hasil

konversi kedua tahap tersebut digabungan sesuai dengan posisinya. Hasil

gabungannya adalah 2530,2. Dengan demikian 1368,2510 = 2530,28. Perlu

Page 22: KATA PENGANTAR - staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/.../elektronikadigital-naskah-lengkap-buku-sumarna.pdf · IC Pewaktu (Timer) 555 154 6. ... pada jam digital yang hanya ... Sebutkan

dicatat bahwa tidak semua pecahan mudah dikonversi. Ada kalanya hasil

konversi bilangan pecahan tersebut sangat panjang atau bahkan tidak pernah

dihasilkan bilangan yang tepat. Sebagaimana pecahan 2/3 yang dikonversikan

ke dalam bentuk desimal menghasilkan 0,666666…. di mana angka 6 tidak

akan pernah berakhir. Misalnya bilangan 34,27510 diubah ke dalam bilangan

basis-8 yang setara. Bagian bulatnya menghasilkan 4 x 81 + 2 x 80 atau 428.

Sedangkan bagian pecahannya dikonversi dengan cara berikut :

0,275 x 8 = 2,2 dan angka di sebelah kiri koma adalah 2

0,2 x 8 = 1,6 dan angka di sebelah kiri koma adalah 1

0,6 x 8 = 4,8 dan angka di sebelah kiri koma adalah 4

0,8 x 8 = 6,4 dan angka di sebelah kiri koma adalah 6

0,4 x 8 = 3,2 dan angka di sebelah kiri koma adalah 3

0,2 x 8 = 1,6 dan angka di sebelah kiri koma adalah 1 dan seterusnya.

Jadi 34,27510 = 42,214631463.…. di mana angka 1463 tidak akan pernah

berakhir.

Konversi bilangan dari basis-n ke basis-m (keduanya bukan basis-10)

Untuk mengkonversi suatu bilangan basis-n (bukan basis-10) menjadi

bilangan basis-m (bukan basis-10) dengan n m diperlukan konversi ke basis-

10 sebagai perantara. Karena kita telah akrap dengan bilangan basis-10.

Dengan demikian perlu dua tahap konversi. Tahap pertama mengkonversi

bilangan dari basis-n ke basis-10, dan tahap ke dua mengkonversi bilangan

hasil tahap pertama (dalam basis-10) menjadi basis-m. Sebagai contoh ubahlah

bilangan 2378 menjadi bilangan yang setara dalam basis-5 !

Tahap 1 : 2378 = 2 x 82 + 3 x 81 + 7 x 80

= 128 + 24 + 7

= 15910.

Tahap 2 : 15910 = 1 x 53 + 1 x 52 + 1 x 51 + 4 x 50

= 11145.

Jadi 2378 = 11145.

Page 23: KATA PENGANTAR - staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/.../elektronikadigital-naskah-lengkap-buku-sumarna.pdf · IC Pewaktu (Timer) 555 154 6. ... pada jam digital yang hanya ... Sebutkan

Contoh lain adalah mengubah bilangan 52DA16 ke dalam basis-12 yang setara.

Tahap 1 : 52DA16 = 5 x 163 + 2 x 162 + 13 x 161 + 10 x 160

= 2121010.

Tahap 2 : 2121010 = 1 x 124 + 0 x 123 + 4 x 122 + 3 x 121 + 6 x 120

= 1043612.

Jadi 52DA16 = 1043612.

Ada kalanya pengubahan suatu bilangan dari basis-n ke basis-m tidak

perlu melalui kedua tahap sebagaimana telah dijelaskan di atas. Jika ingin

mengubah suatu bilangan dalam basis-2 (biner) menjadi bilangan setara dalam

basis-8 (oktal) atau basis-16 (heksadesimal) dan sebaliknya, maka digunakan

metode pengelompokan bit. Setiap digit bilangan oktal terdiri dari 3 bit biner, dan

setiap digit bilangan heksadesimal terdiri dari 4 bit biner. Pengelompokan

dimulai dari bagian LSB (Least Significant Bit) menjadi kelompok-kelompok digit

bilangan oktal (3 bit) atau heksadesimal (4 bit), kemudian setiap kelompok

dikonversi menjadi digit bilangan yang bersangkutan. Jika sisa bit hasil

pengelompokan pada MSB (Most Significant Bit) tidak terdiri dari 3 bit atau 4 bit,

maka dapat ditambahkan angka 0 (nol) secukupnya.

Contoh :

Ubahlah bilangan biner 11100101100001001 menjadi heksadesimal !

Karena basis tujuannya adalah heksadesimal, maka pengelompokannya

dalam 4 bit seperti berikut :

1 1100 1011 0000 1001

(tambah 0 pada MSB) 0001 1100 1011 0000 1001

(digit heksadesimal) 1 C B 0 9

Jadi : 111001011000010012 = 1CB0916

Page 24: KATA PENGANTAR - staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/.../elektronikadigital-naskah-lengkap-buku-sumarna.pdf · IC Pewaktu (Timer) 555 154 6. ... pada jam digital yang hanya ... Sebutkan

6. Operasi Bilangan

Dalam sistem desimal telah dikenal dengan baik mengenai operasi-dasar

bilangan, yakni penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian. Operasi-

operasi bilangan tersebut juga dapat dikenakan pada sistem bilangan yang lain

seperti dalam sistem-sistem bilangan biner, basis-5, oktal, heksa-desimal, dan

seterusnya. Tetapi pembahasan operasi bilangan kali ini lebih banyak pada

sistem biner, sedangkan untuk sistem bilangan yang lain akan dikemukakan

contoh hanya apabila dipandang perlu. Prinsip-prinsip penggunaan operasi

bilangan itu sama dengan yang diterapkan pada sistem desimal. Oleh karena

belum akrab dengan sistem bilangan selain desimal, maka untuk memudahkan

pelaksanaan operasi hitung perlu pertolongan tabel operasi. Untuk sistem biner

perhatikan tabel operasi berikut

Sebagaimana pada sistem desimal, bilangan biner dapat dijumlahkan,

dikurangkan, dikalikan dan dibagi. Dimulai dari operasi penjumlahan pada

bilangan biner. Penjumlahan antara dua bilangan biner dikerjakan dengan cara

yang sama seperti pada penjumlahan bilangan desimal, bahkan penjumlahan

pada bilangan biner lebih sederhana, persoalannya adalah orang tidak terbiasa

dengan sistem biner. Berdasarkan pada tabel penjumlahan untuk bilangan biner

hanya ada 4 (empat) hal yang dapat terjadi, yakni :

1) 0 + 0 = 0

2) 0 + 1 = 1 + 0 = 1

3) 1 + 1 = 10 = 0 + simpanan (carry) 1 untuk posisi berikutnya, dan

4) 1 + 1 + 1 = 11 = 1 + simpanan (carry) 1 untuk posisi berikutnya.

Tabel : Penjumlah Biner

+ 0 1

0 0 1

1 1 10

Tabel : Perkalian Biner

x 0 1

0 0 0

1 0 1

Page 25: KATA PENGANTAR - staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/.../elektronikadigital-naskah-lengkap-buku-sumarna.pdf · IC Pewaktu (Timer) 555 154 6. ... pada jam digital yang hanya ... Sebutkan

Hal yang ke empat terjadi dua bit pada posisi tertentu adalah 1 dan ada

simpanan dari posisi sebelumnya. Berikut beberapa contoh penjumlahan dua

bilangan biner :

1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 , 0 1 1

1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 , 1 1 0

___________ + _________ + ___________ +

1 1 0 1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 0 , 0 0 1

Di dalam mesin digital penjumlahan antara lebih dari dua bilangan biner pada

saat yang sama tidak terjadi, karena rangkaian digital yang melaksanakan

penjumlahan hanya dapat menangani dua bilangan pada saat yang bersamaan.

Jika lebih dari dua bilangan yang ditambahkan, maka bilangan pertama dan ke

dua dijumlahkan lebih dahulu dan hasil penjumlahan itu baru ditambahkan pada

bilangan ke tiga, dan seterusnya. Penjumlahan biner merupakan operasi

aritmatik yang paling penting di dalam sistem digital, karena operasi-operasi

pengurangan, perkalian, dan pembagian dapat dikerjakan hanya dengan

prinsip penjumlahan. Misalnya pengurangan dapat dibentuk dari penjumlahan

dengan bilangan negatif. Perkalian tidak lain merupakan penjumlahan yang

berulang. Sedangkan pembagian adalah pengurangan yang berulang.

Selanjutnya dikemukakan dahulu contoh operasi lain bilangan biner dengan

cara aljabar biasa.

Pengurangan :

10 pinjaman (borrow)

1 1 0 1 1 bilangan yang dikurangi

1 0 1 1 0 bilangan pengurang

_____________ -

0 0 1 0 1 hasil operasi pengurangan.

Page 26: KATA PENGANTAR - staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/.../elektronikadigital-naskah-lengkap-buku-sumarna.pdf · IC Pewaktu (Timer) 555 154 6. ... pada jam digital yang hanya ... Sebutkan

Perkalian :

1 1 0 1 bilangan yang dikalikan

1 1 0 bilangan pengali

_________ x

0 0 0 0

1 1 0 1

1 1 0 1

________________ +

1 0 0 1 1 1 0 hasil operasi perkalian.

Pembagian :

1 0 1 1 (hasil bagi)

(pembagi) 1 0 1 1 1 0 1 1 1 (bilangan yang dibagi)

1 0 1 _

1 1 1

1 0 1 _

1 0 1

1 0 1 _

0

Untuk pembanding, berikutnya dikemukakan operasi bilangan basis-5 dengan

pertolongan tabel operasi berikut :

Tabel Penjumlahan Basis-5

+ 0 1 2 3 4

0 0 1 2 3 4

1 1 2 3 4 10

2 2 3 4 10 11

3 3 4 10 11 12

4 4 10 11 12 13

Page 27: KATA PENGANTAR - staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/.../elektronikadigital-naskah-lengkap-buku-sumarna.pdf · IC Pewaktu (Timer) 555 154 6. ... pada jam digital yang hanya ... Sebutkan

Tabel Perkalian Basis-5

x 0 1 2 3 4

0 0 0 0 0 0

1 0 1 2 3 4

2 0 2 2 11 13

3 0 3 11 14 22

4 0 4 13 22 31

Penjumlahan : 1 1 1 simpanan (carry)

4 3 3 2 5 bilangan pertama

3 3 4 4 5 bilangan ke dua

__________________ +

1 3 2 3 1 5 hasil penjumlahan.

Pengurangan 10 10 pinjaman (borrow)

4 3 0 2 5 bilangan yang dikurangi

1 4 3 1 5 bilangan pengurang

_____________ -

2 3 2 1 5 hasil pengurangan.

Perkalian : 3 4 5 bilangan yang dikalikan

4 2 5 bilangan pengali

________ x

1 2 3

3 0 1

___________ +

3 1 3 3 5 hasil perkalian.

Page 28: KATA PENGANTAR - staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/.../elektronikadigital-naskah-lengkap-buku-sumarna.pdf · IC Pewaktu (Timer) 555 154 6. ... pada jam digital yang hanya ... Sebutkan

Pembagian :

1 0 4 2 5 (hasil bagi)

(pembagi) 45 4 3 2 3 5 (yang dibagi)

4 _

0 3 2

3 1 _

0 1 3

0 1 3 _

0

Operasi bilangan pada basis yang lain prinsipnya sama. Untuk basis lebih dari

10 kemungkinan terasa sulit oleh karena belum terbiasa saja.

Sebagaimana telah diketahu bahwa mesin digital, seperti komputer dan

kalkulator, hanya dapat mengolah data yang sifatnya biner. Lagi pula, mesin

digital tersebut hanya mengenal operasi penjumlahan dan tidak mengenal

operasi pengurangan. Sedangkan mesin digital mengolah bilangan negatif sama

baiknya dengan mengolah bilangan positif. Oleh karena itu, operasi

pengurangan harus bisa disajikan dalam bentuk operasi penjumlahan. Selain

itu, untuk keperluan penyimpanan dan pembacaan bilangan diperlukan

kejelasan tentang tanda dari suatu bilangan merupakan bilangan positif atau

negatif. Seperti yang telah dikenal, bilangan positif diberi tanda „+‟ atau tanpa

tanda di depan bilangan yang bersangkutan, sedangkan bilangan negatif

dengan tanda „-„. Untuk ini diperlukan tanda bilangan. Hal ini biasanya

dikerjakan dengan menambahkan bit lain kedalam suatu bilangan. Bit tambahan

itu disebut sebagai bit-tanda (sign bit). Dalam sistem biner tanda „+‟ dan „-„

digantikan dengan „0‟ dan „1‟. Pada umumnya bit tanda itu berupa „0‟ untuk

menyatakan suatu bilangan positif, dan „1‟ untuk bilangan negatif. Sebagai

contoh :

Page 29: KATA PENGANTAR - staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/.../elektronikadigital-naskah-lengkap-buku-sumarna.pdf · IC Pewaktu (Timer) 555 154 6. ... pada jam digital yang hanya ... Sebutkan

+ 1011 atau 1011 dituliskan sebagai 0 1011

- 1101 dituliskan sebagai 1 1101.

Untuk menyatakan bilangan negatif dalam mesin digital dapat digunakan

beberapa metode. Dua metode yang paling dikenal adalah metode komplemen

1 dan metode komplemen 2.

Bentuk komplemen 1 dari suatu bilangan biner diperoleh secara

sederhana dengan mengubah setiap 0 dalam bilangan itu menjadi 1 dan setiap

1 di dalam bilangan itu menjadi 0. Dengan kata lain mengubah setiap bit

menjadi komplemennya. Sebagai contoh komplemen 1 dari biner 101101

adalah 010010, dan komplemen 1 dari bilangan 011010 adalah 100101. Ketika

bilangan negatif disajikan dalam bentuk komplemen 1, maka bit tandanya

adalah 1 dan besar bilangannya dikonversi menjadi bentuk komplemen 1.

Misalnya bilangan -5710 dapat disajikan menjadi biner negatif sebagai :

-5710 = 1 111001 (besar bilangan dalam biner)

= 1 000110 (bentuk komplemen 1).

Perhatikan bahwa bit tanda tidak ikut dikomplemenkan tetapi dipertahankan

sebagai 1 untuk menunjukkan bahwa bilangan itu negatif. Contoh lain bilangan

negatif yang disajikan dalam bentuk komplemen 1 adalah :

-1410 = 10001

-32610 = 1010111001

-710 = 1000.

Agar lebih memahami metode komplemen 1 ini akan dilakukan operasi

pengurangan pada bilangan biner 1101 – 1011. Pada operasi tersebut dapat

ditambahkan 1111 asalkan diingat bahwa hasilnya nanti kelebihan 1111.

Kelebihan itu harus dihilangkan agar diperoleh hasil yang sebenarnya.

Selanjutnya perhatikan :

Page 30: KATA PENGANTAR - staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/.../elektronikadigital-naskah-lengkap-buku-sumarna.pdf · IC Pewaktu (Timer) 555 154 6. ... pada jam digital yang hanya ... Sebutkan

1101 + (1111 – 1011) = 1101 + 0100 = 1 0001.

Bilangan 0100 pada operasi itu merupakan komplemen 1 dari bilangan -1011.

Kelebihan 1111 dihilangkan dengan cara menambahkan EAC (End Around

Carry = simpanan memutar) kepada LSD (Least Significant Digit = digit bobot

terkecil). Dengan demikian hasil yang sebenarnya adalah :

0001 + 1 (EAC) = 0010.

Bila operasi dilakukan dengan bit tanda, maka yang diubah ke dalam bentuk

komplemen 1 adalah bagian besar bilangan saja (tidak termasuk bit tanda).

Untuk contoh di atas adalah

0 1101 (bilangan positif yang dikurangi) 1 0100 (komplemen 1 dari 1011 yang negatif)

_________ + 1 0 0001 1 (EAC) ________ + 0 0010 (hasil operasi adalah + 0010 karena bit tanda 0). Contoh tersebut merupakan salah satu kemungkinan dari pengurangan A – B =

C dengan A, B > 0 dan A > B, sehingga C > 0 (positif). Kemungkinan lain

adalah A, B > 0 dan A < B, sehingga C < 0 (negatif). Perhatikan contoh berikut

1001 – 1110 = 0 1001 + 1 1110

0 1001 (yang dikurangi)

1 0001 (komplemen 1 dari pengurang)

_______ +

01 1010

0 (EAC)

_______ +

1 1010 (bukan hasil, karena masih negatif, bit tanda 1).

Page 31: KATA PENGANTAR - staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/.../elektronikadigital-naskah-lengkap-buku-sumarna.pdf · IC Pewaktu (Timer) 555 154 6. ... pada jam digital yang hanya ... Sebutkan

Bila hasilnya negatif, maka hasil tersebut belum hasil yang sebenarnya. Hasil

yang sesungguhnya adalah komplemen 1 dari besar bilangan hasil tersebut.

Jadi, hasil yang sesungguhnya adalah 1 0101 = - 0101.

Kemungkinan berikutnya adalah A < 0 dan B > 0, sehingga C < 0. Dalam hal

ini harus diperhatikan bahwa banyaknya digit hasil operasi tidak boleh melebihi

digit soal. Sehingga demi amannya harus ditambahkan satu digit yakni 0

sebagai MSD (Most Significant Digit = digit paling berbobot). Tambahan digit ini

tidak akan mengubah besar bilangan yang bersangkutan. Sebagai contoh akan

dicoba operasi pada -1101 - 1011 sebagai berikut :

Demi amannya soal diubah menjadi - 01101 – 01011

Dengan bit tanda soal menjadi 1 01101 + 1 01011

1 10010 (komplemen 1 dari yang dikurangi)

1 10100 (komplemen 1 dari pengurang)

_________ +

11 00110

1 (EAC)

_________ +

1 00111 (hasilnya negatif, belum hasil yang sebenarnya)

Hasil yang sebenarnya adalah komplemen 1 dari bilangan 1 00111 yaitu 1

11000 (ingat bit tanda tidak turut dikomplemenkan) atau -11000.

Selanjutnya metode komplemen 2. Bentuk komplemen 2 dari suatu

bilangan biner ditentukan dengan cara mengambil komplemen 1 dari bilangan

itu kemudian menambahkan 1 pada posisi LSB (Least Significant Bit = bit paling

tidak berbobot). Sebagai ilustrasi akan diubah bilangan biner 111001 (=5710)

ke dalam bentuk komplemen 2 –nya.

Page 32: KATA PENGANTAR - staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/.../elektronikadigital-naskah-lengkap-buku-sumarna.pdf · IC Pewaktu (Timer) 555 154 6. ... pada jam digital yang hanya ... Sebutkan

1 1 1 0 0 1 (bilangan awal)

0 0 0 1 1 0 (bentuk komplemen 1)

1 (menambahkan 1 pada LSB)

___________ +

0 0 0 1 1 1

Jadi, -5710 yang disajikan dalam bentuk komplemen 2 dituliskan sebagai 1

000111. Ingat bahwa bit paling kiri merupakan bit tanda dan 6 bit yang lain

merupakan bentuk komplemen 2 dari besar bilangan awalnya.

Operasi pengurangan dengan metode komplemen 2 juga memiliki tiga

kemungkinan yaitu A – B = C dengan C > 0, A – B = C dengan A < B, dan A

– B = C dengan A < 0, B > 0. Untuk setiap kemungkinan tersebut, perhatikan

contoh-contoh berikut !

1) 1110 – 0101 = 0 1110 + 1 0101 0 1110 (bilangan positif yang dikurangi) 1 1011 (komplemen 2 dari pengurangnya) ________ +

10 1001 (EAC, bit tanda 0, dan hasil sesungguhnya).

Hasil yang sebenarnya diperoleh dengan menghilangkan EAC-

nya. Jadi hasil yang sebenarnya adalah 0 1001 atau +1001

atau 1001.

2) 10011 – 11001 = 0 10011 + 1 11001

0 10011 (bilangan positif yang dikurangi)

1 00111 (komplemen 2 dari pengurangnya)

________ +

01 11010 (EAC, bit tanda 1, dan hasil belum

sesungguhnya).

Page 33: KATA PENGANTAR - staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/.../elektronikadigital-naskah-lengkap-buku-sumarna.pdf · IC Pewaktu (Timer) 555 154 6. ... pada jam digital yang hanya ... Sebutkan

Karena hasil masih negatif, maka hasil yang sebenarnya adalah

komplemen 2 dari 11010 yaitu 00110. Jadi hasil pengurangannya

adalah 1 00110 atau – 00110.

3) -011011 – 011101 = 1 011011 + 1 011101

1 100101 (komplemen 2 dari yang dikurangi)

1 100011 (komplemen 2 dari pengurangnya)

________ +

11 001000 (EAC, bit tanda 1, dan hasil belum

sesungguhnya).

Karena hasilnya negatif (dengan bit tanda 1), maka setelah

menghilangkan EAC, kemudian mengambil komplemen 2 dari

001000 dan akan diperoleh 111000. Jadi hasil sebenarnya dari

pengurangan tersebut adalah 1 111000 atau - 111000.

Di antara kedua metode yang dikemukakan di atas, maka metode

komplemen 2 paling banyak digunakan. Karena dengan metode komplemen 2

memungkinkan untuk membentuk operasi pengurangan hanya penggunakan

operasi penjumlahan yang sesungguhnya. Ini berarti bahwa mesin digital dapat

menggunakan rangkaian yang sama untuk melaksanakan kedua operasi

tersebut. Dengan demikian mendapat penghematan dalam perangkat kerasnya.

Pengubahan dari bentuk komplemen ke nilai biner yang sesungguhnya

sangat sederhana. Dari bentuk komplemen 1 ke nilai biner yang sesungguhnya

ditempuh dengan cara meng-komplemen-kan setiap bit lagi. Sedangkan dari

bentuk komplemen 2 ke nilai biner yang sesungguhnya dilakukan dengan meng-

komplemen-kan setiap bit dan kemudian menambahkan 1 pada LSB. Dalam

dua hal itu, pengubahan kembali ke bentuk biner yang sesungguhnya ditempuh

melalui proses yang sama yang telah ditempuh untuk menghasilkan bentuk

komplemennya.

Page 34: KATA PENGANTAR - staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/.../elektronikadigital-naskah-lengkap-buku-sumarna.pdf · IC Pewaktu (Timer) 555 154 6. ... pada jam digital yang hanya ... Sebutkan

7. Soal-soal

1. Berapakah banyaknya bit (dalam sistem biner) yang diperlukan untuk

memilahkan di antara 99 keadaan yang berbeda ?

2. Ubahlah bilangan biner berikut ke dalam desimal :

a. 10111

b. 110001011

c. 11011,10111

d. 0,00010011

e. 110001111,011101

3. Ubahlah bilangan desimal berikut ke dalam biner :

a. 251

b. 3482

c. 0,635

d. 48,65

e. 237,842

4. Ubahlah bilangan-bilangan berikut ke dalam desimal :

a. 11012

b. 23014

c. 34205

d. 27658

e. 4D2E16

5. Ubahlah bilangan biner berikut masing-masing ke dalam bilangan oktal

dan heksadesimal :

a. 1011

b. 11111011

c. 100000111111

Page 35: KATA PENGANTAR - staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/.../elektronikadigital-naskah-lengkap-buku-sumarna.pdf · IC Pewaktu (Timer) 555 154 6. ... pada jam digital yang hanya ... Sebutkan

d. 1001010110001101

e. 10000010010111101110

6. Kerjakanlah pengurangan bilangan biner berikut masing-masing dengan

metode komplemen 1 dan komplemen 2 :

a. 101101 – 100111

b. 101011 – 111001

c. –110101 – 101110

d. –110101 – 11101

e. 10111 – (– 110010 )

7. Kerjakanlah penjumlahan bilangan berikut sesuai dengan basisnya :

a. 1011,1012 + 101,012

b. 231,214 + 3112,0034

c. 35478 + 230518

d. A87B12 + 79B412

e. 581DF716 + AE5C0716

8. Kerjakanlah pengurangan bilangan berikut sesuai dengan basisnya :

a. 1011,1012 - 101,012

b. 3231,214 - 312,0034

c. 635478 - 230518

d. A87B12 - 79B412

e. 581DF716 - 2E5C0716

9. Kerjakanlah perkalian bilangan berikut sesuai dengan basisnya :

a. 11011 x 1011

b. 2314 x 324

c. 35478 x 20518

d. A87B12 x A412

e. 581DF716 x C0716

Page 36: KATA PENGANTAR - staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/.../elektronikadigital-naskah-lengkap-buku-sumarna.pdf · IC Pewaktu (Timer) 555 154 6. ... pada jam digital yang hanya ... Sebutkan

10. Kerjakanlah pembagian bilangan berikut sesuai dengan basisnya :

a. 110111012 : 1012

b. 301234 : 324

c. 7564028 : 548

d. A7B812 : 412

e. 981DF16 : 516

Page 37: KATA PENGANTAR - staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/.../elektronikadigital-naskah-lengkap-buku-sumarna.pdf · IC Pewaktu (Timer) 555 154 6. ... pada jam digital yang hanya ... Sebutkan

BAB III

SISTEM SANDI (KODE)

Pada mesin digital, baik instruksi (perintah) maupun informasi (data)

diolah dalam bentuk biner. Karena mesin digital hanya dapat „memahami‟ data

dalam bentuk biner. Kita sering menggunakan mesin-mesin digital seperti jam

digital, multimeter digital, termometer digital, kalkulator, komputer, dan

sebagainya. Tampilan yang langsung dapat dilihat berupa angka desimal atau

kumpulan huruf latin yang dikenal dalam keseharian, padahal proses yang

terjadi di dalam mesin-mesin tersebut berbentuk biner. Sedangkan instruksi

maupun informasi dalam bentuk biner tidak disukai karena di luar kebiasaan

sehingga terasa rumit dan kurang praktis. Kita telah terbiasa dengan huruf latin

dari A sampai Z dan angka-angka dari 0, 1, 2, …, sampai 9. Sehingga apabila

disajikan bilangan atau kata dalam bentuk biner tidak segera dapat diketahui

maknanya. Misalnya pada sederet bit biner 00010111, kita tidak segera tahu

bahwa deretan bit itu menyatakan bilangan atau huruf. Jika bilangan, deretan bit

tersebut dapat menunjukkan bilangan 1716 atau bahkan 2310. Agar deretan bit

00010111 dapat tampil sebagai bilangan 1716 atau 2310 diperlukan teknik atau

rangkaian tertentu. Sebaliknya, agar 1716 atau 2310 dapat dikenali oleh suatu

mesin digital sebagai 00010111 juga diperlukan tehkik atau rangkaian tertentu.

Dalam pemakaian kalkulator, bilangan yang dimasukkan melalui tombol

kunci (tuts) perlu diubah dari bentuk desimal menjadi biner. Sebaliknya bilangan

yang muncul pada tampilan kalkulator mengalami proses pengubahan dari

bentuk biner ke dalam format 7-segmen yang umumnya berbentuk desimal.

Perhatikan ilustrasi pengubahan tampilan kalkulator pada Gambar 3.1. Kita

akan memasukkan bilangan desimal 5 dengan cara menekan tombol kunci 5.

Rangkaian enkoder (penyandi) mengubah desimal 5 menjadi biner 0101. Unit

pengolah pada kalkulator (CPU : Central Processing Unit) menerima bilangan

itu dalam bentuk biner 0101 karena CPU hanya dapat mengolah data dalam

bentuk biner. Selanjutnya rangkaian dekoder (pembaca sandi) mengubah

bilangan biner 0101 kembali menjadi bentuk desimal 5. Akhirnya yang muncul

Page 38: KATA PENGANTAR - staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/.../elektronikadigital-naskah-lengkap-buku-sumarna.pdf · IC Pewaktu (Timer) 555 154 6. ... pada jam digital yang hanya ... Sebutkan

dalam tampilan adalah desimal 5 seperti semula. Dari ilustrasi tersebut

memperlihatkan terjadinya proses pengubahan dari satu jenis sandi (kode) dari

satu sistem bilangan menjadi jenis sandi dari sistem bilangan yang lain.

Awalnya dari sandi desimal menjadi biner, dan akhirnya dari sandi biner menjadi

sandi desimal. Suatu rangkaian pengubah pesan bermakna (misal desimal)

menjadi sandi tertentu (misal biner) disebut enkoder (penyandi). Sedangkan,

sebaliknya, rangkaian pengubah sandi tertentu kembali menjadi pesan yang

bermakna disebut dekoder (pembaca sandi).

Gambar 3.1 : Aliran pengubahan tampilan kalkulator.

1. Sandi BCD (Biner Coded Decimal)

Kita telah terbiasa dan akrap dengan sistem bilangan desimal dan

karenanya sistem ini dianggap sebagai sandi yang paling bermakna. Dalam

mesin digital biasa menampilkan bilangan dalam bentuk desimal. Sedangkan

proses komputasi dalam mesin digital dalam bentuk biner. Jika hasil komputasi

tetap ditampilkan dalam bentuk biner, kita mengalami hambatan atau bahkan

sulit memahaminya, karena kita tidak biasa dengan bilangan yang tampil dalam

bentuk biner. Jadi tampilan desimal lebih mudah difahami dari pada tampilan

biner. Oleh karena itu diperlukan suatu cara penyandian dari biner ke desimal

dan sebaliknya. Sebagai contoh bilangan desimal 25 dan 43 masing-masing

disandikan dalam biner sebagai berikut :

2510 = 110012

4310 = 1010112 .

Kita lihat bahwa sembarang bilangan desimal dapat disajikan dalam bentuk

biner yang setara. Sekelompok 0 dan 1 dalam bentuk biner dapat dipikirkan

7 8 9

4 5 6

1 2 3

0 + =

Enkoder CPU Dekoder

Page 39: KATA PENGANTAR - staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/.../elektronikadigital-naskah-lengkap-buku-sumarna.pdf · IC Pewaktu (Timer) 555 154 6. ... pada jam digital yang hanya ... Sebutkan

sebagai penggambaran sandi suatu bilangan desimal. Dua contoh di atas

memperlihatkan bahwa setiap angka biner mempunyai nilai sesuai dengan

posisinya (satuan, duaan, empatan, dan seterusnya). Dalam contoh di atas

semua digit bilangan desimal disandikan langsung, atau sebaliknya semua

pernyataan biner menyandikan suatu bilangan desimal, jadi bukan digit per digit

yang disandikan.

Dalam sandi jenis lain bilangan-bilangan 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, dan 9

disandikan sendiri-sendiri. Dengan demikian untuk menyatakan bilangan

desimal lebih dari satu digit, maka setiap digitnya disandikan sendiri. Salah satu

sistem sandi yang cukup terkenal adalah BCD atau desimal yang disandikan

biner. Karena digit desimal yang terbesar 9, maka diperlukan 4 bit biner untuk

menyandi setiap digit. Susunan 4 bit biner tersebut menghasilkan 16 kombinasi

yang berbeda, tetapi hanya diperlukan 10 kombinasi di antaranya. Untuk

menyatakan bilangan desimal N digit diperlukan N x 4 bit biner. Untuk bilangan

bulat, kelompok 4 bit yang pertama (paling kanan) menyatakan satuan,

kelompok 4 bit ke dua adalah puluhan, kelompok 4 bit ke tiga merupakan

ratusan, dan seterusnya. Sebagai contoh bilangan desimal 468 (terdiri dari 3

digit) memerlukan 3 kelompok masing-masing 4 bit seperti tampak pada Tabel

3.1 berikut.

Tabel 3. 1 : Desimal 468 disajikan dengan BCD

Desimal

BCD

Bobot

4

0 1 0 0

800 400 200 100

6

0 1 1 0

80 40 20 10

8

1 0 0 0

8 4 2 1

Setiap digit desimal diubah secara langsung menjadi biner yang setara. Perlu

dicatat bahwa 4 bit biner selalu digunakan untuk setiap digit. Dengan demikian

sandi 4 bit biner yang digunakan adalah dari 0000, 0001, 0010, 0011, …, hingga

1001. Dalam BCD tidak digunakan sandi-sandi 1010, 1011, 1100, 1101, 1110,

dan 1111. Jika sembarang bilangan 4 bit yang terlarang itu terjadi pada mesin

Puluhan Satuan Ratusan

Page 40: KATA PENGANTAR - staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/.../elektronikadigital-naskah-lengkap-buku-sumarna.pdf · IC Pewaktu (Timer) 555 154 6. ... pada jam digital yang hanya ... Sebutkan

yang menggunakan sandi BCD, maka biasanya akan terjadi indikasi terjadinya

kesalahan. Tampaknya penulisan dengan cara BCD ini merupakan

pemborosan bit, karena 4 bit biner dapat untuk melambangkan 16 bilangan

(pada BCD hanya 10). Tetapi keuntungannya kita tidak perlu menuliskan

bilangan yang lebih besar dari 9 (dalam desimal tidak dikenal A, B, …, F),

sehingga BCD sangat cocok untuk memperagakan bilangan desimal, cukup

dengan mengubah setiap karakter BCD menjadi bilangan desimal yang

diinginkan.

2. Sandi Excess-3 (XS-3)

Dikenal pula sandi jenis lain yang menarik dan kadang-kadang sangat

bermanfaat. Misalnya sandi Excess-3 (XS-3). Jenis sandi XS-3 ini seperti BCD,

terdiri dari kelompok 4 bit untuk melambangkan sebuah digit desimal. Sandi XS-

3 untuk bilangan desimal dibentuk dengan cara yang sama seperti BCD kecuali

bahwa 3 ditambahkan pada setiap digit desimal sebelum penyandian ke

binernya. Misalkan untuk menyandi bilangan desimal 5 dalam XS-3, pertama

kali menambahkan 3 kepada 5 yang menghasilkan 8, kemudian 8 disandikan

dalam biner 4 bit yang setara, yaitu 1000.

5 + 3 = 8 1000.

Sansi XS-3 hanya menggunakan 10 dari 16 kelompok sandi 4 bit yang mungkin.

Kelompok biner 4 bit yang tidak valid (terlarang) pada sandi XS-3 adalah 0000,

0001, 0010, 1101, 1110, dan 111.

3. Sandi Gray

Sandi Gray merupakan sistem sandi tak berbobot karena posisis bit

dalam kelompok sandi tidak memiliki nilai bobot tertentu. Dengan demikian

sandi Gray tidak cocok dalam operasi aritmatik, dan aplikasinya banyak

dijumpai dalam piranti input/output dan ADC. Dalam sandi Gray, antar sandi

yang berdekatan mengalami perubahan bit minimum, karena sifatnya yang

hanya berubah satu bit dalam kelompok apabila berubah dari satu digit bilangan

Page 41: KATA PENGANTAR - staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/.../elektronikadigital-naskah-lengkap-buku-sumarna.pdf · IC Pewaktu (Timer) 555 154 6. ... pada jam digital yang hanya ... Sebutkan

ke digit bilangan berikutnya. Hal ini dapat mencegah terjadinya kesalahan dalam

transisi perubahan apabila lebih dari satu bit mengalami perubahan yang

kemungkinan besar perubahan itu terjadi tidak bersamaan (satu bit lebih dulu

berubah dari yang lain). Misalnya perubahan dari desimal 7 (binernya 0111)

menjadi desimal 8 (binernya 1000) yang seluruh bitnya mengalami perubahan

yang kemungkinan dapat bertransisi dahulu ke biner 1111 (desimal 15).

Kejadian 1111 tersebut sebenarnya hanya sementara tetapi dapat menimbulkan

operasi yang dapat mengacau unsur-unsur yang dikendalikan bit tersebut.

Aturan untuk mengubah biner ke sandi Gray adalah sebagai berikut :

a. Bit pertama (paling kiri) sandi Gray sama dengan bit pertama dari bilangan

biner.

b. Bit ke dua sandi Gray sama dengan EX-OR dari bit pertama dan bit ke dua

bilangan biner. (EX-OR : sama dengan 1 bila kedua bit biner itu berbeda,

dan 0 bila sama).

c. Bit sandi Gray ke tiga sama dengan EX-OR bit ke dua dan bit ke tiga

bilangan biner.

d. Dan seterusnya, perhatikan Gambar 3.2 yang merupakan gerbang EX-OR

untuk mengubah bit-bit bilangan biner ke dalam sandi Gray, kecuali bit

pertama.

Gambar 3.2 : Pengubah bit-bit sandi biner ke dalam sandi Gray.

Sebagai contoh mengubah bilangan biner 10110 ke dalam sandi Gray (hasilnya

11101) adalah sebagai berikut :

Bilangan Biner Sandi Gray,

Kecuali bit pertama Bit ke (n-1)

Bit ke n

Bit ke n

Page 42: KATA PENGANTAR - staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/.../elektronikadigital-naskah-lengkap-buku-sumarna.pdf · IC Pewaktu (Timer) 555 154 6. ... pada jam digital yang hanya ... Sebutkan

1 0 1 1 0 (sandi biner)

1 1 1 0 1 (sandi Gray)

Selanjutnya untuk mengubah sandi Gray menjadi biner digunakan langkah-

langkah (yang berlawanan dengan cara mengubah biner ke sandi Gray) sebagai

berikut :

a. Bit pertama biner sama dengan bit pertama sandi Gray.

b. Bila bit sandi Gray ke dua 0 maka bit biner ke dua sama dengan yang

pertama, dan bila bit sandi Gray ke dua 1 maka bit biner ke dua adalah

kebalikan dari bit biner pertama.

c. Bila bit sandi Gray ke tiga 0 maka bit biner ke tiga sama dengan yang ke

dua, dan bila bit sandi Gray ke tiga 1 maka bit biner ke tiga adalah kebalikan

dari bit biner ke dua.

d. Demikian seterusnya.

Sebagai contoh mengubah sandi Gray 1101 ke dalam biner yang hasilnya

adalah 1001, seperti tampak pada ilustrasi berikut :

1 1 0 1 (sandi Gray)

1 0 0 1 (sandi biner)

Ternyata setiap bit biner (kecuali yang pertama) diperoleh dengan mencari EX-

OR dari bit sandi Gray yang sesuai dan bit biner sebelumnya. Perhatikan

Gambar 3.3 berikut !

Bit pertama

1

beda

0

sama

1

beda

Page 43: KATA PENGANTAR - staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/.../elektronikadigital-naskah-lengkap-buku-sumarna.pdf · IC Pewaktu (Timer) 555 154 6. ... pada jam digital yang hanya ... Sebutkan

Gambar 3.3 : Pengubah bit-bit sandi Gray ke dalam sandi Biner.

Contoh berikutnya mengubah sandi Gray 1101 ke dalam biner yang hasilnya

adalah 1001.

1 1 0 1 (sandi Gray)

1 0 0 1 (sand I biner)

4. Sandi ASCII

Jika diperhatikan tombol kunci (keyboard) pada komputer, sedikitnya

terdapat 87 tombol kunci baik yang berupa huruf besar dan kecil, angka, tanda

khusus, maupun tombol dengan fungsi khusus. Komputer harus mampu

menangani informasi numerik maupun non numerik, sehingga komputer harus

mampu menganalisis berbagai sandi yang mencakup angka, huruf, tanda, dan

fungsi tertentu. Sandi-sandi ini dikelompokkan sebagai sandi alpanumerik

(alphabed and numeric). Sejumlah tombol yang lengkap dan memadai yang

diperlukan itu meliputi 26 tombol untuk huruf kecil, 26 tombol untuk huruf besar,

10 tombol untuk digit angka, dan sedikitnya 25 tombol untuk tanda maupun

fungsi khusus seperti +, /, %, $, @, #, Esc, Insert, Page Up, dan seterusnya.

Untuk menampilkan 87 karakter yang berbeda tersebut dengan sandi biner

setidaknya diperlukan 7 bit. Dengan 7 bit tersebut akan diperoleh 27 = 128 sandi

biner yang berbeda.

Sandi Biner,

Kecuali bit pertama

Sandi Gray

Bit ke (n-1)

Sandi biner

Bit ke n

Sandi Gray Bit ke n

Page 44: KATA PENGANTAR - staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/.../elektronikadigital-naskah-lengkap-buku-sumarna.pdf · IC Pewaktu (Timer) 555 154 6. ... pada jam digital yang hanya ... Sebutkan

Sandi alpanumerik yang paling terkenal adalah sandi ASCII (American

Standard Code for Information Interchange) yang digunakan oleh hampir

seluruh komputer. Pada Tabel 3.2 berikut ini dikemukakan sandi ASCII.

Tabel 3.2 : Sandi ASCII (7 bit)

LSB MSB

000 001 010 011 100 101 110 111

0000 NUL DLE SP 0 @ P p

0001 SOH DC1 ! 1 A Q A q

0010 STX DC2 “ 2 B R B r

0011 ETX DC3 # 3 C S C s

0100 EOT DC4 $ 4 D T D t

0101 ENQ NAK % 5 E U E u

0110 ACK SYN & 6 F V F v

0111 BEL ETB „ 7 G W G w

1000 BS CAN ( 8 H X H x

1001 HT EM ) 9 I Y I y

1010 LF SUB * : J Z J z

1011 VT ESC + ; K [ K {

1100 FF FS , < L \ L

1101 CR GS - = M ] M }

1110 SO RS . > N N

1111 SI US / ? O O DEL

Sandi ASCII selengkapnya dapat dilihat pada daftar di luar buku ini. Sebagai

contoh, seorang operator komputer memasukkan suatu pernyataan dari papan

kunci berupa tulisan STOP yang maksudnya memerintah komputer untuk

menghentikan suatu program, maka sandi biner yang dikenali komputer adalah

sebagai berikut :

Page 45: KATA PENGANTAR - staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/.../elektronikadigital-naskah-lengkap-buku-sumarna.pdf · IC Pewaktu (Timer) 555 154 6. ... pada jam digital yang hanya ... Sebutkan

101 0011 101 0100 100 1111 101 0000

S T O P

5. Bit Paritas

Pemindahan data dari satu tempat ke tempat lain pada umumnya dalam

bentuk biner. Misalnya pemindahan data dari komputer ke disket, pemindahan

informasi melalui jalur telepon, pengambilan data dari memori komputer untuk

ditempatkan pada unit aritmatik, dan sebagainya. Proses pemindahan data

tersebut dapat mengalami kesalahan sekalipun pirantinya telah dirancang

sedemikian canggih. Meskipun terjadinya kesalahan itu relatif kecil, tetapi dapat

menghasilkan sesuatu yang tidak berguna dan bahkan sangat fatal. Sehingga

diperlukan mekanisme pemeriksaan data untuk memperkecil kemungkinan

terjadinya kesalahan data. Salah satu cara yang sangat terkenal untuk

mendeteksi kesalahan adalah adalah metode paritas. Di dalam sekelompok

data ditambahkan bit yang disebut bit paritas. Jadi bit paritas merupakan bit

tambahan yang disertakan ke dalam sekelompok sandi yang sedang

dipindahkan dari satu tempat ke tempat lain. Bit paritas dapat berupa 0 atau 1

tergantung pada benyaknya angka 1 yang dimuat di dalam kelompok sandi itu,

sehingga dikenal paritas genap dan paritas ganjil.

Pada metode paritas genap, nilai bit paritas dipilih sedemikian hingga

banyaknya angka 1 dalam suatu kelompok sandi (termasuk bit paritas)

berjumlah genap. Sebagai contoh suatu kelompok sandi 100 0011 yang

merupakan huruf C pada sandi ASCII. Kelompok sandi itu memiliki 1 sebanyak

3 buah (ganjil, tidak termasuk bit paritas). Selanjutnya akan ditambahkan bit

paritas 1 untuk membuat banyaknya angka 1 berjumlah genap (4 termasuk bit

pritasnya). Kelompok sandi yang baru, termasuk bit paritas, kemudian menjadi

1 100 0011

Jika suatu kelompok sandi berisi 1 dalam jumlah genap, maka bit paritas yang

ditambahkan bernilai 0. Sebagai contoh, suatu kelompok sadi 100 0001 (sandi

Bit paritas yang ditambahkan

Page 46: KATA PENGANTAR - staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/.../elektronikadigital-naskah-lengkap-buku-sumarna.pdf · IC Pewaktu (Timer) 555 154 6. ... pada jam digital yang hanya ... Sebutkan

ASCII untuk huruf A) akan ditandai dengan bit paritas 0, sehingga diperoleh

sandi yang baru (termasuk bit paritas) yaitu 0 100 0001.

Metode paritas ganjil digunakan dengan cara yang persis sama kecuali

bahwa bit paritas dipilih sedemikian jumlah angka 1 (termasuk bit paritas)

adalah ganjil. Sebagai contoh, untuk kelompok sandi 100 0001 diberi bit paritas

1 sehingga diperoleh sandi baru sebagai 1 100 0001. Untuk kelompok sandi

100 0011 dikenai bit paritas 0 dan diperoleh sandi baru yakni 0 100 0011.

Terlepas dari paritas genap atau ganjil yang digunakan, bit paritas

menjadi bagian yang nyata dari suatu sandi. Penambahan bit paritas kepada

sandi ASCII 7 bit menghasilkan sandi 8 bit. Sehingga bit paritas diperlakukan

seperti bit-bit lain di dalam sandi tersebut. Bit paritas digunakan untuk

mendeteksi kesalahan bit tunggal yang terjadi selama pemindahan data dari

satu tempat ke tempat lain. Sebagai ilustrasi akan dipindahkan huruf A dan

digunakan paritas ganjil. Kode yang dipindahkan berupa :

1 100 0001

Ketika rangkaian penerima menerima sandi ini, ia akan memeriksa untuk

mengetahui bahwa sadi itu berisi 1 dalam jumlah ganjil (termasuk bit paritas).

Sehingga penerima akan menganggap bahwa sandi itu diterima benar.

Selanjutnya dianggap bahwa karena suatu gangguan atau kegagalan, maka

penerima sebenarnya menerima sandi sebagai :

1 100 0000

Penerima akan mendapatkan bahwa sandi tersebut berisi 1 dalam jumlah

genap. Hal ini memberitahu penerima bahwa pasti terjadi kesalahan sandi,

karena sebelumnya antara pengirim dan penerima sandi telah setuju untuk

menggunakan paritas ganjil. Tidak ada cara bahwa penerima dapat

memberitahukan bit mana yang mengalami kesalahan, karena ia tidak tahu

sandi apa yang dimaksudkan.

Selanjutnya menjadi jelas bahwa metode paritas ini tidak akan bekerja

jika terjadi 2 bit yang salah, sebab dua keslahan tidak akan mengubah genap-

ganjilnya jumlah 1 dalam sandi itu. Metode paritas hanya digunakan dalam

keadaan di mana kemungkinan kesalahan satu bit sangat kecil dan

kemungkinan kesalahan dua bit boleh dikatakan tidak ada.

Page 47: KATA PENGANTAR - staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/.../elektronikadigital-naskah-lengkap-buku-sumarna.pdf · IC Pewaktu (Timer) 555 154 6. ... pada jam digital yang hanya ... Sebutkan

6. Aplikasi Sistem Bilangan dan Sandi

Suatu rumah bersalin memiliki 3 buah inkubator untuk menempatkan

anak-anak yang memerlukan perawatan khusus. Keadaan temperatur (T), kadar

oksigen (O), kelembaban (M) dan suara (V) pada setiap inkubator dapat

dimonitor dari ruang lain menggunakan komputer. Kapan saja temperatur, kadar

oksigen, kelembaban dan suara melebihi atau kurang dari (keadaan bahaya)

nilai normal yang telah ditentukan, maka sensor-sensor besaran pada setiap

inkubator akan memberikan data “1” kepada komputer. Jika semua keadaan

besaran tersebut normal, maka komputer akan menerima data “0”. Ilustrasi

sistem tersebut dapat dilihat pada Gambar 3.4 berikut.

Gambar 3.4 : Sistem monitor inkubator.

a. Jika komputer membaca data $000 (BCD : 0000 0000 0000), maka

setiap inkubator dalam keadaan normal atau aman atau tidak

membahayakan atau tidak ada hal yang mencurigakan.

Inkubator 2

T2

O2

M2

V2

Inkubator 1

T1

O1

M1

V1

Inkubator 0

T0

O0

M0

V0

T2 O2 M2 V2

T1 O1 M1 V1 T0 O0 M0 V0

LSB MSB

Sistem monitor pada komputer

Page 48: KATA PENGANTAR - staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/.../elektronikadigital-naskah-lengkap-buku-sumarna.pdf · IC Pewaktu (Timer) 555 154 6. ... pada jam digital yang hanya ... Sebutkan

b. Jika komputer membaca $A51 (BCD : 1010 0101 0001), maka ada

kejadian bahwa T2, M2, O1, V1, dan V0 dalam keadaan tidak normal atau

ada hal yang membahayakan pada anak di dalam inkubator yang

bersangkutan.

c. Jika komputer membaca $0F0 (BCD : 0000 1111 0000), maka ada

kejadian bahwa T1, O1, M1 dan V1 atau inkubator 1 dalam keadaan

tidak normal atau membahayakan pada anak di dalam inkubator tersebut.

d. Jika anak-anak yang ditempatkan dalam ketiga inkubator tersebut semua

menangis, sedangkan hal-hal lain dalam keadaan normal, maka

komputer akan menerima pesan atau data $111 (BCD : 0001 0001

0001).

e. Dan seterusnya.

7. Soal-soal

1. Ubahlah bilangan dalam sandi BCD berikut ke dalam sandi desimal :

a. 1001 0101BCD

b. 0010 0000 BCD

c. 0111 0100 BCD

d. 1001 0011 0110 0001 0010 BCD

e. 1000 0111 0101 0011 1001 BCD

2. Jelaskan perbedaan antara sandi BCD dengan sistem bilangan biner !

3. Ubahlah bilangan desimal berikut ke dalam bilangan sandi BCD :

a. 54

b. 132

c. 8705

d. 43219

e. 908756

Page 49: KATA PENGANTAR - staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/.../elektronikadigital-naskah-lengkap-buku-sumarna.pdf · IC Pewaktu (Timer) 555 154 6. ... pada jam digital yang hanya ... Sebutkan

4. Dengan bantuan tabel sandi ASCII (7 bit); ubahlah angka, simbol, huruf,

karakter atau fungsi berikut ke dalam sandi tersebut !

a. &

b. 10%

c. (9+x)

d. y - 7

e. ESC

5. Jika pernyataan berikut merupakan pesan dalam sandi ASCII, apakah

makna dari pernyataan berikut (tanda minus atau – tidak perlu diubah) !

a. 1010000-1010101-1010011-1001000

b. 1010011-1000001-1010110-1000101

c. 1010010-1100101-1100001-1100100

d. 1010111-1110010-1101001-1110100-1100101

e. 1101010-1110101-1101101-1110000

Page 50: KATA PENGANTAR - staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/.../elektronikadigital-naskah-lengkap-buku-sumarna.pdf · IC Pewaktu (Timer) 555 154 6. ... pada jam digital yang hanya ... Sebutkan

BAB IV

GERBANG LOGIKA

Hakekat rangkaian elektronika digital adalah menghasilkan keluaran

digital dari masukan digital. Seperti kita ketahui, mesin-mesin digital hanya

mampu mengenali dan mengolah data yang berbentuk biner. Dalam sistem

biner hanya diijinkan dua keadaan yang tegas berbeda. Contoh dua keadaan

yang tegas berbeda tersebut adalah hidup-mati, tinggi-rendah, benar-salah,

sambung-putus, terbuka-tertutup, siang-malam, besar-kecil, susah-senang,

potensial tinggi-potensial rendah, dan sebagainya. Dua keadaan dari sistem

biner itu disimbolkan dengan angka biner 0 atau 1. Misalnya hidup : 1 dan

mati : 0, tinggi : 1 dan rendah : 0, benar : 1 dan salah : 0 dan seterusnya. Dapat

pula hidup : 0 dan mati : 1, tinggi : 0 dan rendah : 1, benar : 0 dan salah : 1 dan

seterusnya tergantung dari kesepakatan sejak awal. Nilai 1 atau 0 dari sistem

biner itu disebut status atau keadaan logika. Bila keadaan 1 menyatakan

potensial tinggi dan 0 menyatakan potensial rendah maka sistemnya disebut

sistem logika positif. Sebaliknya, bila nilai 0 menyatakan potensial tinggi dan 1

untuk potensial rendah maka hal itu termasuk dalam logika negatif. Pada

umumnya digunakan logika positif. Pada alat digital, keadaan biner tersebut

adalah potensial tinggi (biasanya +5 volt) dan potensial rendah (biasanya 0

volt) terhadap acuan tertentu (biasanya 0 volt). Keadaan biner itu juga dapat

diperlihatkan dengan lampu yang menyala atau padam.

Alat-alat elektronik digital tersusun dari rangkaian digital, yaitu rangkaian

yang masukan dan keluarannya memenuhi sistem biner. Rangkaian itu dikenal

pula sebagai gerbang logika. Dengan demikian pada gerbang logika

memenuhi aturan main aljabar logika atau aljabar Boole atau sistem biner.

Kenyataannya dalam aljabar Boole hanya mengenal tiga operasi dasar yaitu

OR, AND, dan NOT. Operasi tersebut dapat direalisasikan dalam bentuk

rangkaian elektronik berupa gerbang logika. Ketiga gerbang logika itu dapat

dikembangkan menjadi gerbang logika lain yang sangat bermanfaat seperti

NAND (NOT-AND), NOR (NOT-OR), EX-OR (EXCLUSIVE OR), dan EX-NOR

(EXCLUSIVE NOT OR). Pada gerbang logika memiliki satu atau lebih masukan

Page 51: KATA PENGANTAR - staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/.../elektronikadigital-naskah-lengkap-buku-sumarna.pdf · IC Pewaktu (Timer) 555 154 6. ... pada jam digital yang hanya ... Sebutkan

dan hanya satu keluaran. Hubungan antara keadaan keluaran dan semua

kombinasi keadaan masukan ditunjukkan melalui tabel kebenaran.

1. Gerbang OR

Gerbang OR memiliki dua atau lebih saluran masukan dan satu saluran

keluaran. Selanjutnya didefinisikan bahwa keadaan keluaran gerbang OR akan

1 (tinggi) bila satu atau lebih masukannya dalam keadaan 1 (tinggi). Misalkan A

maupun B menyatakan saluran masukan gerbang OR yang saling bebas yang

masing-masing hanya dapat bernilai 1 (tinggi) atau 0 (rendah) dan Y

menyatakan saluran keluarannya yang hanya dapat bernilai 1 atau 0, maka

hubungan antara masukan dan keluaran pada gerbang OR tersebut dapat

dituliskan sebagai :

Y = A OR B atau Y = A + B.

Dan tabel kebenaran untuk gerbang OR dua masukan tampak pada Tabel 4.1

berikut :

Tabel 4.1 : Tabel kebenaran gerbang OR dua masukan.

A B Y = A + B

0 0 0

0 1 1

1 0 1

1 1 1

Sedangkan simbol rangkaian gerbang OR tampak pada Gambar 4.1 di bawah

ini

Gambar 4. 1 : Simbol rangkaian gerbang OR dua masukan.

A

B Y

Page 52: KATA PENGANTAR - staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/.../elektronikadigital-naskah-lengkap-buku-sumarna.pdf · IC Pewaktu (Timer) 555 154 6. ... pada jam digital yang hanya ... Sebutkan

Jika C menyatakan saluran masukan ke tiga pada gerbang OR maka akan

diperoleh gerbang OR dengan tiga masukan. Tabel kebenaran dan simbol

rangkaian gerbang OR tiga masukan tampak sebagai berikut :

Tabel 4.2 : Tabel kebenaran gerbang OR tiga masukan.

A B C Y = A + B + C

0 0 0 0

0 0 1 1

0 1 0 1

0 1 1 1

1 0 0 1

1 0 1 1

1 1 0 1

1 1 1 1

Ide tersebut dapat dikembangkan untuk gerbang OR empat masukan, lima

masukan, dan seterusnya. Hal-hal yang penting untuk diperhatikan berkaitan

dengan gerbang OR adalah :

a. Keluaran gerbang OR bernilai 1 jika ada masukannya yang bernilai 1.

b. Keluaran gerbang OR bernilai 0 hanya jika semua masukannya bernilai 0.

c. Pada operasi OR berlaku antara lain 1 + 1 = 1, 1 + 1 + 1 = 1, dan

seterusnya.

2. Gerbang AND

Gerbang AND memiliki dua atau lebih saluran masukan dan satu saluran

keluaran. Selanjutnya didefinisikan bahwa keadaan keluaran gerbang AND

akan 1 (tinggi) bila dan hanya bila semua masukannya dalam keadaan 1

(tinggi). Misalkan A maupun B menyatakan saluran masukan gerbang AND

yang saling bebas yang masing-masing hanya dapat bernilai 1 (tinggi) atau 0

A

B Y

C

Gambar 4.2 :

Simbol rangkaian gerbang

OR tiga masukan

Page 53: KATA PENGANTAR - staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/.../elektronikadigital-naskah-lengkap-buku-sumarna.pdf · IC Pewaktu (Timer) 555 154 6. ... pada jam digital yang hanya ... Sebutkan

(rendah) dan Y menyatakan saluran keluarannya yang hanya dapat bernilai 1

atau 0, maka hubungan antara masukan dan keluaran pada gerbang AND

tersebut dapat dituliskan sebagai :

Y = A AND B atau Y = A . B atau Y = AB.

Dan tabel kebenaran untuk gerbang AND dua masukan tampak pada Tabel 4.3

berikut :

Tabel 4.3 : Tabel kebenaran gerbang AND dua masukan.

A B Y = AB

0 0 0

0 1 0

1 0 0

1 1 1

Sedangkan simbol rangkaian gerbang AND tampak pada Gambar 4.3 di bawah

ini .

Gambar 4. 3 : Simbol rangkaian gerbang AND dua masukan.

Jika C menyatakan saluran masukan ke tiga pada gerbang AND maka akan

diperoleh gerbang AND dengan tiga masukan. Tabel kebenaran dan simbol

rangkaian gerbang AND tiga masukan masing-masing tampak pada Tabel 4.4

dan Gambar 4.4 sebagai berikut :

A

B Y

Page 54: KATA PENGANTAR - staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/.../elektronikadigital-naskah-lengkap-buku-sumarna.pdf · IC Pewaktu (Timer) 555 154 6. ... pada jam digital yang hanya ... Sebutkan

Tabel 4.4 : Tabel kebenaran gerbang AND tiga masukan.

A B C Y = ABC

0 0 0 0

0 0 1 0

0 1 0 0

0 1 1 0

1 0 0 0

1 0 1 0

1 1 0 0

1 1 1 1

Ide tersebut dapat dikembangkan untuk gerbang AND empat masukan, lima

masukan, dan seterusnya. Hal-hal yang penting untuk diperhatikan berkaitan

dengan gerbang AND adalah

a. Keluaran gerbang AND bernilai 1 bila dan hanya bila semua masukannya

bernilai 1.

b. Keluaran gerbang AND bernilai 0 jika ada masukannya yang bernilai 0.

c. Pada operasi AND berlaku antara lain 1.1 = 1, 1.1.1 = 1, dan seterusnya;

0.0 = 0.1 = 1.0 = 0, 0.0.0 = 0.0.1 = 0.1.0 = 0.1.1 = 1.1.0 = 1.0.1 = 1.0.0 = 0,

dan seterusnya.

3. Gerbang NOT (INVERTER)

Kita sering memerlukan kebalikan (komplemen) dari suatu pernyataan

logika. Oleh karenanya kita memerlukan gerbang NOT (INVERTER). Tidak

seperti gerbang OR dan AND, gerbang NOT hanya memiliki satu saluran

masukan dan satu saluran keluaran. Keadaan keluatan gerbang NOT selalu

berlawanan (kebalikan atau komplemen) dari keadaan masukannya. Jika A

menyatakan saluran masukan dan Y merupakan saluran keluaran pada gerbang

NOT, maka hubungan antara A dan Y dituliskan sebagai berikut :

A

B Y

C

Gambar 4.4 :

Simbol rangkaian gerbang

AND tiga masukan

Page 55: KATA PENGANTAR - staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/.../elektronikadigital-naskah-lengkap-buku-sumarna.pdf · IC Pewaktu (Timer) 555 154 6. ... pada jam digital yang hanya ... Sebutkan

Y = NOT A atau Y = A .

Tabel kebenaran dan simbol rangkaian gerbang NOT berturut-turut tampak

pada Tabel 4.5 dan Gambar 4.5 seperti berikut :

Tabel 4.5 : Tabel kebenaran gerbang NOT

A Y = A

0 1

1 0

4. Gerbang NOR dan NAND

Gerbang OR ataupun AND masing-masing dapat digabungkan dengan

gerbang NOT. Gerbang AND yang diikuti dengan gerbang NOT menghasilkan

gerbang NAND (NOT AND). Sedangkan gerbang OR yang diikuti dengan

gerbang NOT menghasilkan gerbang NOR (NOT OR). Dengan demikian

gerbang NAND ataupun NOR masing-masing memiliki dua atau lebih saluran

masukan dan satu saluran keluaran. Perhatikan Gambar 4.6 dan Gambar 4.7

berikut !

Gambar 4.6 : (a). Gabungan gerbang AND dan NOT

(b). Simbol rangkaian gerbang NAND dua masukan.

Gambar 4.5 :

Simbol rangkaian gerbang NOT.

Y A

A

B Y

A

B Y

(a) (b)

Page 56: KATA PENGANTAR - staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/.../elektronikadigital-naskah-lengkap-buku-sumarna.pdf · IC Pewaktu (Timer) 555 154 6. ... pada jam digital yang hanya ... Sebutkan

Gambar 4.7 : (a). Gabungan gerbang OR dan NOT

(b). Simbol rangkaian gerbang NOR dua masukan.

Tabel kebenaran untuk gerbang NAND dan NOR dua masukan masing-masing

dapat diperhatikan pada Tabel 4.6 dan Tabel 4.7 berikut.

Tabel 4.6 : Tabel kebenaran gerbang NAND dua masukan.

A B Y = AB

0 0 1

0 1 1

1 0 1

1 1 0

Dengan memperhatikan tabel kebenaran untuk gerbang NAND dapat

disimpulkan bahwa :

a. Keluaran gerbang NAND bernilai 0 bila semua masukannya bernilai 1.

b. Keluaran gerbang NAND bernilai 1 jika ada masukannya yang bernilai 0.

Tabel 4.7 : Tabel kebenaran gerbang NOR dua masukan.

A B Y = BA

0 0 1

0 1 0

1 0 0

1 1 0

Y

A

B

A

B Y

(a) (b)

Page 57: KATA PENGANTAR - staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/.../elektronikadigital-naskah-lengkap-buku-sumarna.pdf · IC Pewaktu (Timer) 555 154 6. ... pada jam digital yang hanya ... Sebutkan

Dengan memperhatikan tabel kebenaran untuk gerbang NOR dapat disimpulkan

bahwa :

c. Keluaran gerbang NOR bernilai 1 bila dan hanya bila semua masukannya

bernilai 0.

d. Keluaran gerbang NOR bernilai 0 jika ada masukannya yang bernilai 1.

Segera dapat kita lihat bahwa gerbang NAND dan NOR ternyata lebih populer

dari pada gerbang dasar OR, AND, dan NOT karena gerbang NAND dan NOR

dua masukan lebih bersifat generik, artinya dengan gerbang NAND saja atau

gerbang NOR saja dapat dibuat gerbang OR, AND, maupun NOT. Untuk itu

perhatikan Gambar 4.8 dan Gambar 4.9 di bawah ini.

Gambar 4.8 : (a).Gerbang NOT yang tersusun dari gerbang NAND

(b). Gerbang AND yang tersusun dari gerbang NAND

(c). Gerbang OR yang tersusun dari gerbang NAND.

A Y = A

(a) Y = AB

A

B

(b)

A

B

Y = A + B

(c)

Page 58: KATA PENGANTAR - staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/.../elektronikadigital-naskah-lengkap-buku-sumarna.pdf · IC Pewaktu (Timer) 555 154 6. ... pada jam digital yang hanya ... Sebutkan

Gambar 4.9 : (a). Gerbang NOT yang tersusun dari gerbang NOR

(b). Gerbang OR yang tersusun dari gerbang NOR

(c). Gerbang AND yang tersusun dari gerbang NOR.

5. Gerbang EX-OR dan EX-NOR

Dua gerbang logika yang meskipun tidak mendasar tetapi sering dijumpai

dalam rangkaian digital adalah gerbang EXCLUSIVE-OR (EX-OR atau XOR)

dan gerbang EXCLUSIVE-NOR (EX-NOR). Keluaran pada gerbang EX-OR

akan TINGGI bila dan hanya bila tingkat logika dua masukannya saling

berlawanan. Gerbang EX-OR tidak pernah memiliki lebih dari dua masukan.

Jika A dan B menyatakan dua masukan pada gerbang EX-OR dan Y

menyatakan keluarannya, maka operasi EX-OR itu dituliskan sebagai berikut :

Y = A B = A B + A B

Tabel kebenaran gerbang EX-OR dapat diperhatikan pada Tabel 4.8 berikut :

Tabel 4.8 : Tabel kebenaran gerbang EX-OR.

A B Y = A B

0 0 0

0 1 1

1 0 1

1 1 0

(c)

A

B

Y = AB

(a)

A Y = A

(b)

A

B Y = A + B

Page 59: KATA PENGANTAR - staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/.../elektronikadigital-naskah-lengkap-buku-sumarna.pdf · IC Pewaktu (Timer) 555 154 6. ... pada jam digital yang hanya ... Sebutkan

Sedangkan simbol rangkaian dari gerbang EX-OR tampak pada Gambar 4.10

seperti berikut :

Gambar 4.10 : Simbol rangkaian gerbang EX-OR.

Untuk gerbang EX-OR dapat dikemukakan bahwa :

a. Gerbang EX-OR hanya memiliki dua masukan dan keluarannya Y yang

dinyatakan sebagai Y = A B = A B + A B .

b. Keluaran gerbang EX-OR pada tingkat logika TINGGI bila dua masukannya

pada tingkat logika yang berbeda ( A = 1 dan B = 0 atau A = 0 dan B = 1).

Pada gerbang EX-NOR akan TINGGI bila dan hanya bila tingkat logika

kedua masukannya sama. Gerbang EX-NOR tidak pernah memiliki lebih dari

dua masukan. Jika A dan B menyatakan dua masukan pada gerbang EX-NOR

dan Y menyatakan keluarannya, maka operasi EX-NOR itu dituliskan sebagai

berikut :

Y = BA = AB + A B

Tabel kebenaran gerbang EX-NOR dapat diperhatikan pada Tabel 4.9 berikut :

Tabel 4.9 : Tabel kebenaran gerbang EX-NOR.

A B Y = BA

0 0 1

0 1 0

1 0 0

1 1 1

A

Y = A B

B

Page 60: KATA PENGANTAR - staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/.../elektronikadigital-naskah-lengkap-buku-sumarna.pdf · IC Pewaktu (Timer) 555 154 6. ... pada jam digital yang hanya ... Sebutkan

Sedangkan simbol rangkaian dari gerbang EX-NOR tampak pada Gambar 4.11

seperti berikut :

Gambar 4.11 : Simbol rangkaian gerbang EX-NOR.

Untuk gerbang EX-NOR dapat dikemukakan bahwa :

a. Gerbang EX-NOR hanya memiliki dua masukan dan keluarannya Y yang

dinyatakan sebagai Y = BA = AB + A B .

b. Keluaran gerbang EX-NOR pada tingkat logika TINGGI bila kedua

masukannya pada tingkat logika yang sama ( A = B = 0 atau A = B = 1).

Contoh :

Bentuk gelombang salah satu masukan (A) yang dikenakan kepada gerbang

AND dan bentuk gelombang keluarannya (Y) tampak pada Gambar 4.12 berikut.

Gambarlah bentuk gelombang yang dikenakan kepada masukan lain (B) !

Gambarnya :

A

Y = A B B

A

B

Y A

B

Y

: Tak Peduli (don’t care), dapat 0 atau 1

Page 61: KATA PENGANTAR - staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/.../elektronikadigital-naskah-lengkap-buku-sumarna.pdf · IC Pewaktu (Timer) 555 154 6. ... pada jam digital yang hanya ... Sebutkan

6. Soal-soal

1. Apakah yang dimaksud dengan gerbang logika (logic gate) ?

2. Apakah perbedaan antara rangkaian logika dan gerbang logika ?

3. Jelaskan perbedaan antara sistem logika positif dan sistem logika negatif !

4. Jika disusun tabel kebenaran untuk gerbang NAND delapan-masukan,

berapa banyak kombinasi yang berbeda dari semua keadaan masukannya ?

5. Gambarlah bentuk gelombang keluaran pada Y dari gerbang berikut, jika

masukan-masukan A dan B dikenai gelombang simultan seperti pada

gambar di bawah ini !

6. Gambarlah bentuk gelombang masukan pada A dari gerbang berikut, jika

gelombang yang dikenakan pada masukan B dan gelombang keluaran Y

seperti pada gambar di bawah ini !

A

B

Y

A

B

Y

A

B

Y

A

B

Y

Page 62: KATA PENGANTAR - staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/.../elektronikadigital-naskah-lengkap-buku-sumarna.pdf · IC Pewaktu (Timer) 555 154 6. ... pada jam digital yang hanya ... Sebutkan

7. Gambarlah bentuk gelombang keluaran pada Y dari gerbang berikut, jika

masukan-masukan A, B dan C dikenai gelombang simultan seperti pada

gambar di bawah ini !

8. Gambarlah bentuk gelombang masukan pada B dari gerbang berikut, jika

gelombang-gelombang yang dikenakan pada masukan A dan C serta

gelombang keluaran Y seperti pada gambar di bawah ini !

9. Gambarlah bentuk gelombang (sinyal) yang harus dikenakan pada saluran

Enable untuk gambar berikut agar supaya hanya Detak nomor-nomor 1, 2 dan

5, 6 yang mencapai keluaran Y !

A

B

C

Y

A

B Y

C

A

B Y

C

A

B

C

Y

1 2 3 4 5 6 7 8 Detak Y

Enable

Page 63: KATA PENGANTAR - staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/.../elektronikadigital-naskah-lengkap-buku-sumarna.pdf · IC Pewaktu (Timer) 555 154 6. ... pada jam digital yang hanya ... Sebutkan

10. (a) Gambarlah bentuk gelombang keluaran pada saluran Y untuk rangkaian

dengan keadaan masukan seperti tampak pada gambar berikut. (b) Jika

masukan A disambung ke ground (keadaan A = 0), maka gambarlah bentuk

gelombang keluaran Y. (c) Jika masukan A disambung ke + 5 volt (keadaan

A = 1), maka gambarlah bentuk gelombang keluaran Y.

A

B

C

Y

Page 64: KATA PENGANTAR - staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/.../elektronikadigital-naskah-lengkap-buku-sumarna.pdf · IC Pewaktu (Timer) 555 154 6. ... pada jam digital yang hanya ... Sebutkan

BAB V

ALJABAR BOOLE

1. Pengertian Aljabar Boole

Dikenal banyak macam aljabar seperti aljabar biasa, aljabar himpunan,

aljabar vektor, aljabar group, aljabar boole, dan lain-lain. Dalam setiap aljabar

memiliki postulat, teorema, dan operasi sendiri-sendiri. Aljabar boole berbeda

dengan aljabar biasa atau aljabar yang lain. Aljabar boole diciptakan pada abad

19 oleh George Boole sebagai suatu sistem untuk menganalisis secara

matematis mengenai logika. Aljabar boole didasarkan pada pernyataan logika

bernilai benar atau salah. Ternyata, aljabar boole ini menjadi alat yang sangat

ampuh untuk merancang maupun menganalisis rangkaian digital. Selanjutnya,

dalam aljabar boole baik konstanta maupun nilai dari suatu variabel hanya

diijinkan memiliki dua kemungkinan nilai (biner) yaitu 0 atau 1. Variabel aljabar

boole sering digunakan untuk menyajikan suatu tingkat tegangan pada terminal

suatu rangkaian. Terminal itu dapat berupa kawat atau saluran

masukan/keluaran suatu rangkaian. Misalnya 0 sering digunakan untuk

menandai suatu jangkauan tegangan dari 0 volt sampai dengan 0,8 volt.

Sedangkan 1 sering digunakan untuk jangkauan tegangan dari 2 volt hingga 5

volt. Dengan demikian tanda 0 dan 1 tidak menggambarkan bilangan yang

sebenarnya tetapi menyatakan keadaan suatu variabel tegangan.

Aljabar boole digunakan untuk menyatakan pengaruh berbagai rangkaian

digital pada masukan-masukan logika, dan untuk memanipulasi variabel logika

dalam menentukan cara terbaik pada pelaksanaan (kinerja) fungsi rangkaian

tertentu. Oleh karena hanya ada dua nilai yang mungkin, aljabar boole lebih

cocok digunakan untuk rangkaian digital dibandingkan dengan aljabar yang lain.

Dalam aljabar boole tidak ada pecahan, desimal, bilangan negatif, akar kwadrat,

akar pangkat tiga, logaritma, bilangan imajiner, dan sebagainya. Kenyataannya,

dalam aljabar boole hanya mengenal 3 (tiga) operasi dasar, yaitu :

1) Penjumlahan logika atau OR dengan simbol operasi „+‟ (tanda plus).

Page 65: KATA PENGANTAR - staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/.../elektronikadigital-naskah-lengkap-buku-sumarna.pdf · IC Pewaktu (Timer) 555 154 6. ... pada jam digital yang hanya ... Sebutkan

2) Perkalian logika atau AND dengan simbol operasi „.‟ (tanda titik) atau tanpa

tanda sama sekali.

3) Komplementasi atau NOT (atau inversi) dengan simbol operasi „‟ (garis di

atas variabel.

Aturan operasi OR, AND dan NOT pada dua tingkat logika 0 dan 1 dapat

dirangkum sebagai berikut :

OR AND NOT

0 + 0 = 0 0 . 0 = 0 0 = 1

0 + 1 = 1 0 . 1 = 0 1 = 0

1 + 0 = 1 1 . 0 = 0

1 + 1 = 1 1 . 1 = 1

Selanjutnya akan terlihat bahwa aljabar boole dapat digunakan sebagai salah

satu cara untuk menganalisis rangkaian logika dan menyatakan operasinya

secara matematik, terutama untuk mendapatkan konfigurasi rangkaian yang

paling sederhana (paling sedikit jumlah komponen).

2. Teorema dalam Aljabar Boole

Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya bahwa dalam setiap

aljabar memiliki potulat, aturan main, dan operasi sendiri. Ketiga hal tersebut

saling terkait dan terangkum dalam istilah teorema. Berdasarkan teorema dalam

aljabar boole dapat membantu menyederhanakan pernyataan dan rangkaian

logika. Sekali lagi, dalam aljabar boole setiap konstanta dan setiap variabel

hanya dapat bernilai 0 atau 1. Teorema dalam aljabar boole meliputi :

1) A . 0 = 0

2) A . 1 = A

3) A . A = A

4) A . A = 0

5) A + 0 = A

Page 66: KATA PENGANTAR - staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/.../elektronikadigital-naskah-lengkap-buku-sumarna.pdf · IC Pewaktu (Timer) 555 154 6. ... pada jam digital yang hanya ... Sebutkan

6) A + 1 = 1

7) A + A = A

8) A + A = 1.

Teorema 1) hingga 8) , variabel A sebenarnya dapat menyajikan suatu

pernyataan yang berisi lebih dari satu variabel. Sebagai contoh, bentuk yang

lebih sederhana dari pernyataan XY + XY dapat ditentukan dengan

memisalkan XY = A . Kemudian diperoleh A + A = A. Dengan demikian XY +

XY = XY . Teorema berikutnya mencakup lebih dari satu variabel, yaitu :

9) A + B = B + A (komutatif OR)

10) A . B = B . A (komutatif AND)

11) A + (B + C) = (A + B) + C = A + B + C (asosiatif OR)

12) A(BC) = (AB)C = ABC (asosiatif AND)

13) A(B + C) = AB + AC (distributif OR)

14) (A + B)(C + D) = AC + BC + AD + BD (distributif AND)

15) A + AB = A

16) A + A B = A + B.

Masih ada dua teorema dalam aljabar boole yang sangat penting yang

disumbangkan oleh matematikawan De Morgan. Kedua teorema de Morgan

tersebut adalah :

______

17) (A + B) = A . B _____

18) (A . B) = A + B . Teorema de Morgan itu tidak hanya berlaku untuk dua variabel, selain A dan B

masing-masing terdiri dari lebih dari satu variabel tetapi operasi OR atau AND

dapat diteruskan pada variabel berikutnya , seperti :

_________________

(A + B + C + D + …) = A . B . C . D . …

Page 67: KATA PENGANTAR - staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/.../elektronikadigital-naskah-lengkap-buku-sumarna.pdf · IC Pewaktu (Timer) 555 154 6. ... pada jam digital yang hanya ... Sebutkan

_______________

(A . B . C . D . …) = A + B + C + D + ….

3. Minimalisasi Rangkaian Logika Secara Analitis

Realisasi rangkaian logika dengan fungsi tertentu dari suatu pernyataan

logika pada umumnya tidak unik, artinya ada bermacam-macam konfigurasi

rangkaian dengan fungsi yang sama. Tentu saja diinginkan cara ataupun

konfigurasi yang paling sederhana, atau paling mudah dilaksanakan. Dengan

rangkaian yang sederhana memiliki banyak keuntungan misalnya lebih

ekonomis, tidak rumit sehingga meminimalkan kemungkinan terjadinya

kesalahan, mengurangi efek pembebanan, dan sebagainya. Banyak yang

mencari metode terbaik untuk keperluan penyederhanaan itu. Salah satu

metode penyederhanaan rangkaian logika adalah dengan metode analitis.

Metode analitis ini menggunakan teorema-teorema aljabar boole. Sebagai

ilustrasi marilah mencari bentuk yang paling sederhana atau setidaknya lebih

sederhana dari pernyataan atau fungsi logika berikut :

______

Y = ABC + A B ( A .C ) __ __

= ABC + A B ( A + C )

= ABC + A B (A + C )

= ABC + AA B + A B C

= ABC + A B + A B C

= AC (B + B ) + A B

= AC (1) + A B

= A (C + B ). ______

Jadi Y = ABC + A B ( A .C ) memiliki bentuk yang lebih sederhana yaitu :

Y = A (C + B ).

______

Realisasi rangkaian Y = ABC + A B ( A .C ) dapat diperhatikan pada Gambar 5.1 berikut :

Page 68: KATA PENGANTAR - staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/.../elektronikadigital-naskah-lengkap-buku-sumarna.pdf · IC Pewaktu (Timer) 555 154 6. ... pada jam digital yang hanya ... Sebutkan

______

Gambar 5.1 : Realisasi pernyataan Y = ABC + A B ( A .C ).

Sedangkan realisasi dari pernyataan Y = A (C + B ) dapat dilihat pada Gambar

5.2 di bawah ini :

Gambar 5.2 : Realisasi pernyataan Y = A (C + B ).

Jika dibandingkan dengan seksama, rangkaian yang ditunjukkan pada Gambar

5.2 jauh lebih sederhana dari pada rangkaian pada gambar 5.1 padahal kedua

rangkaian memiliki fungsi yang sama.

Selanjutnya, untuk lebih memahami penggunaan postulat Boole dalam

rangka penyederhanaan suatu pernyataan logika, perhatikanlah dengan

seksama contoh-contoh berikut ini !

Contoh 1 : Buktikanlah bahwa (A + B)(A + C) = A + BC !

A

B

C Y

A

B

C

Y

Page 69: KATA PENGANTAR - staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/.../elektronikadigital-naskah-lengkap-buku-sumarna.pdf · IC Pewaktu (Timer) 555 154 6. ... pada jam digital yang hanya ... Sebutkan

Penyelesaian :

(A + B)(A + C) = AA + AC + AB + BC

= A + AC + AB + BC

= A + AB + AC + BC

= A (1 + B) + C (A + B)

= A + C (A + B)

= A + AC + BC

= A (1 + C) + BC

= A + BC.

Contoh 2 : Sederhanakanlah pernyataan logika berikut ini !

A B C + A BC + A B C + ABC .

Penyelesaian :

A B C + A BC + A B C + ABC = A ( B C + BC ) + A( B C + B C )

= A {C ( B + B)} + A{C ( B + B)}

= A C + AC

= C .

Contoh 3 : Carilah bentuk yang paling sederhana dari pernyataan logika :

ABC D + ABC D + ABC D + ABCD.

Penyelesaian :

ABC D + ABC D + ABC D + ABCD = ABC ( D + D) + ABC (D + D )

= ABC + ABC

= AB (C + C)

= AB.

Contoh 4 : Carilah bentuk sederhana dari pernyataan berikut :

Y = (A + B + C)(A + B + C )( A + B + C )( A + B +C )( A + B +C ).

Page 70: KATA PENGANTAR - staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/.../elektronikadigital-naskah-lengkap-buku-sumarna.pdf · IC Pewaktu (Timer) 555 154 6. ... pada jam digital yang hanya ... Sebutkan

Penyelesaian :

Y = (A + B + C)(A + B + C )( A + B + C )( A + B +C )( A + B +C )

= (A + B) ( A + B) ( A +C )

= B( A +C ).

Contoh 5 : Buktikanlah bahwa ( A BC ) + ( A BC) + (ABC ) = B ( A +C ) !

Penyelesaian :

( A BC ) + ( A BC) + (ABC ) = A (BC +BC) + (ABC )

= A B + ABC

= B( A + AC )

= A B + BC

= B ( A +C ) .

4. Soal-soal

1. Berapa banyak dan sebutkan jenis gerbang logika yang diperlukan

untuk menyusun rangkaian dengan persamaan logika berikut :

a. X = (A + B)C

b. Y = AC + (B C + A)

c. Z = ( AB + C)(AC + BC ) B

2. Tuliskanlah persamaan boolean (persamaan logika) untuk setiap

rangkaian digital berikut, dan kemudian rancanglah rangkaian yang

lebih sederhana (jika mungkin) dengan fungsi yang sama !

a.

A

B

C V

Page 71: KATA PENGANTAR - staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/.../elektronikadigital-naskah-lengkap-buku-sumarna.pdf · IC Pewaktu (Timer) 555 154 6. ... pada jam digital yang hanya ... Sebutkan

b.

c.

d.

e.

A

B

C

D

W

B

C

D

A

X

B

Y A

C

A

B

C

Z

Page 72: KATA PENGANTAR - staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/.../elektronikadigital-naskah-lengkap-buku-sumarna.pdf · IC Pewaktu (Timer) 555 154 6. ... pada jam digital yang hanya ... Sebutkan

3. Gambarlah rangkaian digital untuk mengimplementasikan persamaan

boolean (persamaan logika) berikut :

a. Z = A + C( B + D)

b. Y = (A + B )C + A B C )

c. X = AB( DC ) + B CD(A + C )

d. W = ( BAAB ) (BC +C )

e. V = ( CBBCAAC ) + (BC )

4. Teorema Boolean apa (dapat lebih dari satu teorema) yang digunakan

untuk mengubah identitas pada setiap persamaan logika berikut :

a. A + (B + C ) = (A + B) + C

b. (AB)C = (CB)A

c. A(B + C) = AB + AC

d. AB . C = ( A + B ). C

e. ABC + BC + A = BC + A

5. Dengan menggunakan teorema-teorema aljabar Boole, buktikanlah

bahwa setiap persamaan berikut merupakan identitas !

a. AC + BC + A B C + A B C D = A B + AC

b. (A + C )(A + B + C )(B +C ) = AB +C

c. ( BAAB ) + AB = A + B

d. ( CBBCAAC ) + AB C = C

e. ABC + AB D + B CD + A B + A D + BC +C D = B + D

Page 73: KATA PENGANTAR - staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/.../elektronikadigital-naskah-lengkap-buku-sumarna.pdf · IC Pewaktu (Timer) 555 154 6. ... pada jam digital yang hanya ... Sebutkan

6. Ubahlah rangkaian pada gambar berikut menjadi rangkaian lain yang

setara (fungsinya sama) tetapi hanya menggunakan gerbang NAND :

7. Ubahlah rangkaian pada gambar berikut menjadi rangkaian lain yang

setara (fungsinya sama) tetapi hanya menggunakan gerbang NOR :

8. Selidiki apakah kedua rangkaian berikut ekivalen, baik menggunakan

teorema aljabar boole ataupun dengan tabel kebenaran !

9. Susunlah tabel kebenaran dan diagran pewaktunya untuk persamaan

logika berikut :

a. Y = AB + B C + A B C

b. Z = A B C + A B C + ABC

10. Tentukan persamaan yang sederhana dan gambarkan rangkaian

logiknya untuk menghasilkan keluaran Y dari masukan A, B, dan C

jika diagram pewaktu untuk setiap saluran tersebut tampak pada

gambar nerikut :

B

C

Y

A

B Y

C

A

B

Y1 A

B

Y2 A

B

A

C

Y

Page 74: KATA PENGANTAR - staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/.../elektronikadigital-naskah-lengkap-buku-sumarna.pdf · IC Pewaktu (Timer) 555 154 6. ... pada jam digital yang hanya ... Sebutkan

BAB VI

PETA KARNAUGH

Aljabar Boole berperan penting untuk menyederhanakan fungsi logika.

Sedangkan fungsi logika sangat berguna untuk merancang rangkaian digital.

Realisasi dari suatu fungsi logika tidaklah unik, melainkan bermacam-macam

dengan hasil yang sama, sehingga dimungkinkan untuk mencari cara yang

paling sederhana dan mudah untuk direalisasikan atau diimplementasikan.

Dalam merancang rangkaian digital juga perlu menerapkan prinsip ekonomi,

yakni tujuan tercapai dengan resiko, waktu, dan biaya sesedikit mungkin. Para

perancang rangkaian elektronik telah banyak mengeluarkan tenaga dan

meluangkan waktu guna menemukan cara yang tepat untuk dapat merancang

rangkaian elektronik dengan komponen sesedikit mungkin (minimal) dan

mendapatkan hasil yang optimal. Dengan jumlah komponen minimal, selain

lebih ekonomis tetapi secara teknis lebih mengurangi kerumitan rangkaian,

konsumsi daya lebih rendah, dan mengurangi efek pembebanan. Cara-cara

yang telah ditempuh untuk tujuan tersebut meliputi cara analitis (dengan aljabar

Boole), cara grafis, maupun dengan menggunakan komputer.

Peta Karnaugh digunakan sebagai cara penyederhanaan persamaan

logika secara grafis, atau dapat pula dipandang sebagai metoda untuk

mengubah suatu tabel kebenaran ke rangkaian logika yang sesuai secara

sederhana dan rapi. Keuntungan penggunaan peta Karnaugh adalah dapat

melihat bentuk umum persoalan dan memungkinkannya melakukan

penyederhanaan dengan cepat dan tepat. Dengan demikian, minimalisasi

rangkaian logika dengan metoda peta Karnaugh dapat lebih cepat dari pada

dengan metode analitis. Metode analitis memerlukan pengalaman dan

kecerdikan tersendiri. Meski secara prinsip metode peta Karnaugh dapat

digunakan untuk menyelesaikan persoalan dengan sejumlah variabel masukan,

tetapi secara praktis hanya efektif (terbatas) untuk enam variabel saja.

Page 75: KATA PENGANTAR - staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/.../elektronikadigital-naskah-lengkap-buku-sumarna.pdf · IC Pewaktu (Timer) 555 154 6. ... pada jam digital yang hanya ... Sebutkan

Sedangkan untuk persoalan yang melibatkan lebih dari enam variabel masukan

akan sangat baik jika diselesaikan dengan bantuan program komputer.

1. Bentuk Standar Fungsi Boole

Fungsi Boole sangat penting untuk merancang rangkaian digital,

khususnya rangkaian logika. Sedangkan aljabar Boole sangat berperan dalam

penyederhanaan fungsi Boole. Batasan fungsi Boole tentu saja memenuhi

operasi-operasi dalam aljabar Boole. Pernyataan logika AND, OR, NOT, dan

kombinasinya dipenuhi oleh fungsi Boole. Dengan demikian fungsi Boole

merupakan fungsi yang menyatakan hubungan antara variabel-variabel

masukan dan keluaran dalam rangkaian logika. Jika suatu fungsi Boole memiliki

variabel-variabel masukan A, B, C, D, … dan variabel keluarannya adalah Y,

maka hubungan antara variabel-variabel masukan dan keluaran tersebut secara

umum dapat dinyatakan sebagai :

Y = f (A,B,C,D,…). (6-1)

Jumlah dari Hasil Kali (Sum Of Product)

Untuk memahami hubungan antara fungsi Boole, tabel kebenaran, dan

peta Karnaugh terlebih dahulu ditinjau suatu kasus khusus dari persamaan (6-1)

sebagai :

Y = f (A,B,C) = AC + BC . (6-2)

Tabel kebenaran dari persamaan (6-2) tampak pada Tabel 6-1 berikut :

Tabel 6-1 :

Baris ke A B C AC BC Y = AC + BC

0 0 0 0 0 0 0

1 0 0 1 1 0 1

2 0 1 0 0 1 1

3 0 1 1 1 0 1

4 1 0 0 0 0 0

A B C

A BC

A BC

ABC

Page 76: KATA PENGANTAR - staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/.../elektronikadigital-naskah-lengkap-buku-sumarna.pdf · IC Pewaktu (Timer) 555 154 6. ... pada jam digital yang hanya ... Sebutkan

5 1 0 1 0 0 0

6 1 1 0 0 1 1

7 1 1 1 0 0 0

Dengan memperhatikan nomor baris di mana Y = 1, dapat diperoleh :

Y = 1

= baris 1 atau baris 2 atau baris 3 atau baris 6

= 001 + 010 + 011 + 110

= A B C + A BC + A BC + ABC (6-3)

Fungsi Boole seperti disajikan pada persamaan (6-3) merupakan bentuk standar

jumlah dari hasil kali (sum of product). Jika diperhatikan dengan seksama,

setiap bentuk sum of product memenuhi sifat-sifat sebagai berikut :

a. Fungsi tersebut merupakan jumlahan (OR) dari suku-suku

b. Setiap suku berupa perkalian (AND) dari variabel-variabel

c. Semua variabel fungsi muncul pada setiap suku (bentuk kanonik).

Setiap suku dari fungsi Boole dalam bentuk sum of product juga disebut

minterm (suku minimum). Untuk menyingkat penulisan, setiap minterm diberi

simbol m yang diikuti dengan angka indeks menurut nomor barisnya. Untuk

persamaan (6-3) dapat dituliskan kembali sebagai :

Y = A B C + A BC + A BC + ABC

= 001 + 010 + 011 + 110

= m1 + m2 + m3 + m6

= m (1,2,3,6). (6-4)

Secara sederhana minterm atau sum of product dapat disajikan dengan cara

sebagai berikut

Page 77: KATA PENGANTAR - staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/.../elektronikadigital-naskah-lengkap-buku-sumarna.pdf · IC Pewaktu (Timer) 555 154 6. ... pada jam digital yang hanya ... Sebutkan

a. Nyatakanlah A,B,C,D,… dengan 1 dan A , B ,C , D ,… dengan 0

b. Nyatakanlah kombinasi biner stiap suku menjadi desimal (n)

c. Nyatakanlah Y = m (n), dengan n merupakan nilai desimal dari setiap

suku.

Contoh 1 : Y = f (A,B,C)

= ABC + ABC + A B C + A B C + A B C

= 111 + 110 + 101 + 001 + 000

= m7 + m6 + m5 + m1 + m0

= m (0,1,5,6,7).

Contoh 2 :

Y = f (A,B,C,D)

= m (0,2,5,6,7,13).

= m0 + m2 + m5 + m6 + m7 + m13

= 0000 + 0010 + 0101 + 0110 + 0111 + 1101

= A B C D + A B C D + A BC D + A BC D + A BCD + ABC D.

Hasil Kali dari Jumlah (Product of Sum)

Berdasarkan tabel kebenaran dari persamaan (6-2) dapat juga

diperhatikan nomor baris di mana Y = 1 atau Y = 0, dan selanjutnya dapat

dituliskan sebagai berikut :

Y = 1

= baris 0 atau baris 4 atau baris 5 atau baris 7

= 000 + 100 + 101 + 111

= A B C + A B C + A B C + ABC (6-5)

Page 78: KATA PENGANTAR - staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/.../elektronikadigital-naskah-lengkap-buku-sumarna.pdf · IC Pewaktu (Timer) 555 154 6. ... pada jam digital yang hanya ... Sebutkan

Dengan sifat AB = A + B dan BA = A B persamaan (6-5) dapat dituliskan

menjadi :

_____________________________

Y = Y = ( A B C ) + (A B C ) + (A B C) + (ABC) ______ ______ _____ ____

= ( A B C ) (A B C ) (A B C) (ABC)

= (A + B + C) ( A + B + C) ( A + B +C ) ( A + B +C ). (6-6)

Fungsi Boole seperti disajikan pada persamaan (6-6) merupakan bentuk standar

hasil kali dari jumlah (Product of Sum). Jika diperhatikan dengan seksama

setiap bentuk product of sum memenuhi sifat-sifat :

a. Fungsi tersebut terdiri dari faktor-faktor

b. Setiap faktor berupa jumlahan (OR) dari variabel-variabel

c. Semua variabel fungsi muncul pada setiap faktor (bentuk kanonik).

Setiap faktor dari fungsi Boole dalam bentuk product of sum juga disebut

maxterm (suku maksimum). Untuk menyingkat penulisan, setiap maksterm

diberi simbol M yang diikuti dengan angka indeks menurut nomor barisnya.

Untuk persamaan (6-6) dapat dituliskan kembali sebagai

Y = (A + B + C) ( A + B + C) ( A + B +C ) ( A + B +C ).

= 000 . 100 . 101 . 111

= M0 . M4 . M5 . M7

= M (0,4,5,7). (6-7)

Secara sederhana maksterm atau product of sum dapat disajikan dengan cara

sebagai berikut :

a. Nyatakanlah A,B,C,D,… dengan 0 dan A , B ,C , D ,… dengan 1

b. Nyatakanlah kombinasi biner stiap faktor menjadi desimal (n)

c. Nyatakanlah Y = M (n), dengan n merupakan nilai desimal dari setiap

faktor.

Page 79: KATA PENGANTAR - staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/.../elektronikadigital-naskah-lengkap-buku-sumarna.pdf · IC Pewaktu (Timer) 555 154 6. ... pada jam digital yang hanya ... Sebutkan

Contoh 3 : Y = f(A,B,C)

= ( A + B +C ) ( A + B + C) (A + B +C )

= 111 . 110 . 001

= 7 . 6 . 1

= M (1,6,7).

Contor 4 :

Y = f(A,B,C,D) = M (11,8,3,1,0).

= 1011 . 1000 . 0011 . 0001 . 0000

=( A +B+C + D )( A +B+C+D)(A+B+C + D )(A+B+C+ D )(A+B+C+D).

Jika diperhatikan dengan seksama, kedua persamaan (6-4) dan (6-7) dijabarkan

dari tabel kebenaran yang sama. Dengan demikian dapat dituliskan kembali

bahwa :

Y = f (A,B,C) = m (1,2,3,6) = M (0,4,5,7).

Terlihat bahwa jika m = {1,2,3,6}, M = {0,4,5,7} dan misalkan S =

{0,1,2,3,4,5,6,7}, maka m M = 0 dan m M = S. Jadi m = M1 dan M = m1

(sifat komplemen). Sifat tersebut juga dapat diperoleh secara analitis dengan

menerapkan aljabar Boole tanpa tabel kebenaran. Sebagai ilustrasi marilah kita

coba untuk menyatakan fungsi Y = f (A,B,C) = A + BC + A C dalam bentuk

minterm dan maksterm seperti berikut :

Y = A + BC + AC

= A (C+C ) + (A+ A )BC + AC

Page 80: KATA PENGANTAR - staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/.../elektronikadigital-naskah-lengkap-buku-sumarna.pdf · IC Pewaktu (Timer) 555 154 6. ... pada jam digital yang hanya ... Sebutkan

= AC + AC + ABC + A BC + AC

= AC + AC + ABC + A BC

= AC(B+ B ) + AC (B+ B ) + ABC + A BC

= ABC + A B C + ABC + A B C + ABC + A BC

= ABC + A B C + ABC + A B C + A BC

= 111 + 101 + 110 + 100 + 011

= 7 + 5 + 6 + 4 + 3

= m (3,4,5,6,7).

Y = A + BC + AC

= (A+B) (A+C) (AC )

= (A+B+AC ) (A+C+A C )

= (A+B+A) (A+B+ C ) (A+C+A) (A+C+C )

= (A+B) (A+C) (A+B+ C )

= (A+B+C C ) (A+C+B B ) (A+B+C )

= (A+B+C) (A+B+ C ) (A+B+C) (A+ B +C) (A+B+C )

= (A+B+C) (A+B+ C ) (A+ B +C)

= 000 . 001 . 010

= 0 . 1 . 2

= M (0,1,2).

Dari ilustrasi tersebut tampak bahwa :

Y = A + AB + AC

= m (3,4,5,6,7)

= M (0,1,2).

Sifat komplemen tersebut dapat digunakan untuk mengubah minterm menjadi

maksterm atau sebaliknya.

Page 81: KATA PENGANTAR - staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/.../elektronikadigital-naskah-lengkap-buku-sumarna.pdf · IC Pewaktu (Timer) 555 154 6. ... pada jam digital yang hanya ... Sebutkan

Contoh 5 :

Ubahlah minterm Y = f (A,B,C) = ABC + A B C + A BC + A BC menjadi

maksterm !

Y = ABC + A B C + A BC + A BC

= 111 + 100 + 010 + 011

= 7 + 4 + 2 + 3

= m (2,3,4,7).

Sedangkan bentuk makstermnya adalah :

Y = f(A,B,C)

= M (0,1,5,6)

= 000 . 001 . 101 . 110

= (A+B+C) (A+B+C ) ( A +B+C ) ( A + B +C).

2. Peta Karnaugh (Peta K)

Peta Karnaugh digunakan sebagai salah satu metode untuk

menyederhanakan fungsi Boole (pernyataan logika). Peta Karnaugh merupakan

penggambaran secara grafik semua kombinasi variabel-variabel yang terlibat

dalam suatu pernyataan logika. Dengan demikian peta Karnaugh merupakan

metode untuk menunjukkan hubungan antara variabel masukan dan keluaran

yang diinginkan. Peta Karnaugh terdiri dari kolom dan baris di mana cacah

kolom dan baris bergantung pada banyaknya variabel yang terlibat dalam suatu

pernyataan logika. Beberapa catatan tentang peta Karnough adalah sebagai

berikut :

Page 82: KATA PENGANTAR - staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/.../elektronikadigital-naskah-lengkap-buku-sumarna.pdf · IC Pewaktu (Timer) 555 154 6. ... pada jam digital yang hanya ... Sebutkan

a. Jika ada m variabel untuk kolom dan n variabel untuk baris, maka diperlukan

2m kolom dan 2n baris yang membentuk 2(m+n) kotak atau sel. Jumlah kotak

tersebut sama dengan banyaknya baris dalam tabel kebenaran. Hal ini juga

berarti bahwa banyaknya variabel fungsi logika ada (m+n).

b. Nilai dari kombinasi variabel pada setiap sel digunakan untuk memberikan

nomor sel yang bersangkutan. Nilai tersebut menunjukkan nomor baris pada

tabel kebenaran.

c. Sel-sel pada peta Karnough digunakan untuk meletakkan suku minterm atau

faktor maksterm yang sesuai.

d. Tanda 1 digunakan untuk menyatakan bahwa suatu sel berisi minterm,

sedangkan tanda 0 menyatakan bahwa sel itu berisi maksterm.

Untuk lebih jelasnya marilah kita perhatikan beberapa contoh berikut, dimulai

dari fungsi logika dengan 3 variabel masukan sebagai Y = f (A,B,C). Tabel

kebenaran fungsi logika tersebut ditentukan sebagaimana tampak pada Tabel 6-

2 berikut ini.

Tabel 6-2 :

Nomor

Baris

Masukan Keluaran

A B C Y

0 0 0 0 1

1 0 0 1 1

2 0 1 0 1

3 0 1 1 0

4 1 0 0 0

5 1 0 1 0

6 1 1 0 1

7 1 1 1 0

Berdasarkan pada tabel 6-2 dapat dituangkan dalam peta Karnough dengan

beberapa cara. Cara pertama kita tetapkan m = 2 (cacah variabel untuk kolom

A B C A B C

A BC

AB C

Page 83: KATA PENGANTAR - staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/.../elektronikadigital-naskah-lengkap-buku-sumarna.pdf · IC Pewaktu (Timer) 555 154 6. ... pada jam digital yang hanya ... Sebutkan

ada 2, yaitu A dan B), dan n = 1 (cacah variabel untuk baris ada 1, yaitu C).

Dengan demikian cacah kolom 2m = 22 = 4, dan cacah baris ada 2n = 21 = 2.

Peta Karnaugh untuk cara tersebut adalah sebagai berikut :

AB

C

A B

00

A B

01

AB

11

A B

10

C : 0 000 0 010 2 110 6 100 4

C : 1 001 1 011 3 111 7 101 5

Cara ke dua kita tetapkan m = 1 (cacah variabel untuk kolom ada 1, yaitu A),

dan n = 2 (cacah variabel untuk baris ada 2, yaitu B dan C). Dengan demikian

cacah kolom ada 2m = 21 = 2, dan cacah baris ada 2n = 22 = 4. Peta Karnaugh

untuk cara tersebut adalah sebagai berikut :

A

BC

A

0

A

1

B C : 00

000

0

100

4

B C: 01

001

1

101

5

BC : 11

011

3

111

7

BC : 10

010

2

110

6

Untuk kedua cara di atas masing-masing memiliki cacah sel yang sama, yaitu

2(m + n) = 2(2 + 1) = 2(1 + 2) = 23 = 8. Perhatikan bahwa nomor sel ditunjukkan oleh

Nilai dari kombinasi variabel Nomor baris

Keadaan :

m = 2

n = 1

Keadaan :

m = 1

n = 2

Nilai dari kombinasi variabel

Nomor baris

Page 84: KATA PENGANTAR - staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/.../elektronikadigital-naskah-lengkap-buku-sumarna.pdf · IC Pewaktu (Timer) 555 154 6. ... pada jam digital yang hanya ... Sebutkan

kombinasi biner dari nilai variabel yang bersilangan di sel itu. Sebagai contoh

perhatikan beberapa bagian peta di bawah ini !

Selanjutnya ditetapkan dahulu bahwa kita akan memilih menyatakan fungsi

logika dalam bentuk sum of product yang berarti pula kita menggunakan bentuk

minterm. Sehingga berdasarkan tabel 6-2 kita ambil nomor baris di mana Y = 1,

yaitu terjadi pada baris-baris nomor 0, 1, 2, dan 6. Dengan demikian, kita

menempatkan 1 ke dalam sel-sel yang bernomor 0, 1, 2, dan 6 tadi. Setelah

bentuk minterm tersebut diisikan pada sel-sel yang sesuai akan diperoleh peta

Karnaugh seperti berikut :

A B 00

000 0

C : 0

A 0

000 0

B C : 00

atau A B C = 000 (2) = 0

A B

01

011 3

C : 1

A 0

011 3

BC : 01

atau A BC = 011 (2) = 3

A B

10

101 5

C : 1

A

1

101 5

B C : 01

atau A B C = 101 (2) = 5

dan seterusnya.

Page 85: KATA PENGANTAR - staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/.../elektronikadigital-naskah-lengkap-buku-sumarna.pdf · IC Pewaktu (Timer) 555 154 6. ... pada jam digital yang hanya ... Sebutkan

AB

C

A B

00

A B

01

AB

11

A B

10

C : 0

0

1

2

1

6

1

4

C : 1

1

1

3 7 5

Atau :

A

BC

A

0

A

1

B C : 00

0

1

4

B C: 01

1

1

5

BC : 11

3 7

BC : 10

2

1

6

1

Pernyataan sum of product untuk keluaran Y pada peta Karnaugh yang telah

diisi dengan 1 dapat diperoleh dengan cara meng-OR-kan bersama seluruh sel

yang berisi 1. Pada peta Karnaugh dengan tiga variabel baik untuk keadaan m =

2 dan n = 1 maupun keadaan m = 1 dan n = 2 seperti di atas, maka pernyataan

logika setiap sel yang berisi 1 adalah A B C (sel 0), A B C (sel 1), A BC (sel 2),

dan ABC (sel 6), sehingga pernyataan untuk keluarannya adalah

Y = A B C + A B C + A BC + ABC .

Keadaan :

m = 2

n = 1

Keadaan :

m = 1

n = 2

Page 86: KATA PENGANTAR - staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/.../elektronikadigital-naskah-lengkap-buku-sumarna.pdf · IC Pewaktu (Timer) 555 154 6. ... pada jam digital yang hanya ... Sebutkan

Tetapi penyataan keluaran demikian (peng-OR-an) masih dapat

disederhanakan lagi dengan cara mengelompokkan sel-sel yang berdekatan

dalam peta Karnaugh yang berisi 1. Proses penggabungan tersebut dinamakan

operasi pengelompokan (looping). Dasar pengelompokan itu adalah postulat

yang berbentuk A + A = 1.

Kelompok-1 : sel 0 dengan sel 1

: A B C + A B C

: A B (C + C)

: A B (1)

: A B .

Kelompok-2 : sel 2 dengan sel 6

: A BC + ABC

: ( A + A)BC

: (1)BC

: BC .

Sel 0 dan sel 2 juga dapat dikelompokkan karena kedua sel juga saling

berdekatan. Tetapi karena sel 0 telah dikelompokkan dalam kelompok-1 dan sel

2 dalam kelompok-2, maka kedua sel tersebut tidak perlu dikelompokkan lagi.

Jika semua sel telah dikelompokkan, maka hasil akhirnya diperoleh dengan

cara meng-OR-kan semua kelompok yang dihasilkan. Dengan demikian

diperoleh :

Y = A B C + A B C + A BC + ABC .

= Kelompok-1 + Kelompok-2

= A B + BC .

Jadi bentuk sederhana dari Y = A B C + A B C + A BC + ABC adalah

Page 87: KATA PENGANTAR - staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/.../elektronikadigital-naskah-lengkap-buku-sumarna.pdf · IC Pewaktu (Timer) 555 154 6. ... pada jam digital yang hanya ... Sebutkan

Y = A B + BC .

3. Minimalisasi Rangkaian Logika (Cara Grafis)

Suatu rangkaian elektronik dibuat untuk melaksanakan tugas tertentu.

Realisasi dari suatu desain rangkaian logika (digital) tidak unik. Banyak bentuk

konfigurasi rangkaian dengan fungsi yang sama. Di antara sejumlah konfigurasi

yang mungkin tentu akan dipilih konfigurasi yang paling sederhana. Konfigurasi

tersebut memerlukan komponen dalam jumlah minimal (paling sedikit). Dengan

demikian rangkaian menjadi lebih ekonomis, tidak rumit, konsumsi daya rendah,

dan mengurangi efek pembebanan. Sebagaimana telah dipelajari sebelumnya,

telah dikenal dua cara untuk menyederhanakan pernyataan logika yaitu cara

analitis dengan menerapkan teorema-teorema aljabar Boole dan cara grafis

dengan peta Karnaugh. Karena cara analitis telah dikemukakan pada bagian

aljabar Boole, maka pada kesempatan berikut akan dibahas cara

menyederhakanakan (meminimalkan) pernyataan (rangkaian) logika dengan

peta Karnaugh. Meskipun setiap cara memiliki keuntungan tersendiri, tetapi

penyederhanaan dengan peta Karnaugh memiliki banyak keuntungan

dibandingkan dengan cara aljabar yang sering harus menempuh langkah coba-

coba (trial and error). Langkah-langkah dalam peta Karnaugh lebih pasti dan

lebih sedikit khususnya untuk pernyataan yang memuat banyak suku. Selain itu,

dengan peta Karnaugh hampir pasti dihasilkan pernyataan yang paling

sederhana.

Telah dikemukakan prinsip-prinsip penggunaan peta Karnaugh untuk

menyederhanakan suatu pernyataan logika berdasarkan tabel kebenaran.

Setelah 0 atau 1 diisikan pada peta Karnaugh, maka penyederhanaan secara

grafis dapat ditempuh dengan cara pengelompokan (looping). Dalam proses

pengelompokan perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut :

a. Cacah sel dalam kelompok sebanyak 2 k dengan k bilangan bulat positif

termasuk 0. Jadi cacah sel dalam satu kelompok adalah satu sel atau dua

sel atau empat sel atau delapan sel dan seterusnya.

Page 88: KATA PENGANTAR - staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/.../elektronikadigital-naskah-lengkap-buku-sumarna.pdf · IC Pewaktu (Timer) 555 154 6. ... pada jam digital yang hanya ... Sebutkan

b. Sel-sel suatu kelompok dalam peta Karnaugh membentuk bujur sangkar

atau empat persegi panjang.

c. Sel-sel yang secara horisontal atau vertikal berdekatan hanya berbeda satu

variabel. Sehingga sel-sel pada sisi yang berseberangan (sel-sel tepi) dalam

peta Karnaugh dapat dianggap berdekatan dan dapat dikelompokkan. Pada

peta Karnaugh berikut sel 0 dan sel 2 dianggap berdekatan.

A

BC

A

0

A

1

B C : 00

0

1

4

B C: 01

1

1

5

BC : 11

3 7

BC : 10

2

1

6

1

d. Semakin banyak sel anggota dalam suatu kelompok, akan diperoleh

pernyataan yang semakin sederhana.

e. Cara mendapatkan pernyataan terakhir setelah pengelompakan untuk

minterm adalah dengan meng-OR-kan semua kelompok, dan untuk

maksterm dengan meng-AND-kan semua kelompok.

Berdasarkan prinsip-prinsip penyederhanaan pada peta Karnaugh tersebut

dapat diperoleh bahwa :

a. Kelompok yang terdiri dari dua sel akan mengeliminasi satu variabel yang

muncul dalam bentuk saling komplemen. Contoh untuk peta Karnaugh

sembarang adalah :

Keadaan :

m = 1

n = 2

Page 89: KATA PENGANTAR - staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/.../elektronikadigital-naskah-lengkap-buku-sumarna.pdf · IC Pewaktu (Timer) 555 154 6. ... pada jam digital yang hanya ... Sebutkan

C D C D CD C D

A B 0 0 1 1

A B 0 0 0 0

AB 0 0 0 0

A B 0 0 0 0

b. Kelompok yang terdiri dari empat sel akan mengeliminasi dua variabel yang

muncul dalam bentuk saling komplemen. Contoh untuk peta Karnough

sembarang adalah :

C D C D CD C D

A B 0 0 0 0

A B 0 1 1 0

AB 0 1 1 0

A B 0 0 0 0

c. Kelompok yang terdiri dari delapan sel akan mengeliminasi tiga variabel

yang muncul dalam bentuk saling komplemen. Contoh untuk peta Karnough

sembarang adalah :

C D C D CD C D

A B 0 0 0 0

A B 1 1 1 1

AB 1 1 1 1

A B 0 0 0 0

d. Dan seterusnya.

BD

Variabel A dan C hilang,

karena muncul saling

komplemen sebagai A dan

A serta C dan C .

A B C

Variabel D tereliminasi

karena muncul saling

komplemen sebagai D dan D

B

Variabel A, C, dan D hilang,

karena masing-masing muncul

saling komplemen sebagai A dan

A , C dan C , serta D dan D .

Page 90: KATA PENGANTAR - staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/.../elektronikadigital-naskah-lengkap-buku-sumarna.pdf · IC Pewaktu (Timer) 555 154 6. ... pada jam digital yang hanya ... Sebutkan

Aturan pengelompokan dalam peta Karnaugh dapat disimpulkan bahwa jika

satu variabel muncul dalam bentuk saling komplemen pada satu kelompok,

maka variabel-variabel itu akan dieliminasi (hilang) dari pernyataannya.

Variavel-variabel yang sama pada semua sel pada satu kelompok akan muncul

dalam pernyataan akhir.

Berikut ini disampaikan beberapa contoh cara grafis (dengan peta

Karnaugh) untuk menentukan pernyataan logika paling sederhana dari suatu

fungsi logika empat variabel Y = f (A,B,C,D) yang dinyatakan dalam suatu tabel

kebenaran dan masing-masing dipilih dalam bentuk minterm. Setiap contoh

berdiri sendiri.

Nomor

Baris

A B C D Y

0 0 0 0 0 0

1 0 0 0 1 0

2 0 0 1 0 0

3 0 0 1 1 0

4 0 1 0 0 0

5 0 1 0 1 1

6 0 1 1 0 0

7 0 1 1 1 1

8 1 0 0 0 0

9 1 0 0 1 0

10 1 0 1 0 0

11 1 0 1 1 1

12 1 1 0 0 0

13 1 1 0 1 1

14 1 1 1 0 0

15 1 1 1 1 1

A B

A B

AB

A B

Dari tabel kebenaran di samping

dapat dituangkan dalam peta

Karnough sebagai :

0 0 0 0

0 1 1 0

0 1 1 0

0 0 1 0

C D C D CD C D

BD ACD

Page 91: KATA PENGANTAR - staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/.../elektronikadigital-naskah-lengkap-buku-sumarna.pdf · IC Pewaktu (Timer) 555 154 6. ... pada jam digital yang hanya ... Sebutkan

Sel-sel 5, 7, 13, dan 15 membentuk satu kelompok (terdiri dari 4 sel) yang

menghasilkan satu pernyataan BD. Kelompok berikutnya terdiri dari sel 11

dan sel 15 (terdiri dari 2 sel) yang menghasilkan pernyataan ACD. Semua sel

yang berisi 1 (minterm) telah dikelompokkan sehingga tinggal menentukan

pernyataan logika terakhirnya, yaitu dengan meng-OR-kan kedua kelompok itu

dan diperoleh pernyataan paling sederhana sebagai

Y = BD + ACD.

Dengan menerapkan postulat Boole dengan mengeluarkan variabel D akan

diperoleh pernyataan lain yang setara sebagai :

Y = (B + AC)D.

Contoh berikutnya adalah :

Nomor

Baris

A B C D Y

0 0 0 0 0 0

1 0 0 0 1 0

2 0 0 1 0 0

3 0 0 1 1 1

4 0 1 0 0 1

5 0 1 0 1 1

6 0 1 1 0 1

7 0 1 1 1 1

8 1 0 0 0 0

9 1 0 0 1 0

10 1 0 1 0 0

11 1 0 1 1 0

12 1 1 0 0 1

13 1 1 0 1 1

14 1 1 1 0 0

15 1 1 1 1 0

A B

A B

AB

A B

Dari tabel kebenaran di samping

dapat dituangkan dalam peta

Karnough sebagai :

0 0 1 0

1 1 1 1

1 1 0 0

0 0 0 0

C D C D CD C D

BC A CD A B

Page 92: KATA PENGANTAR - staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/.../elektronikadigital-naskah-lengkap-buku-sumarna.pdf · IC Pewaktu (Timer) 555 154 6. ... pada jam digital yang hanya ... Sebutkan

Sel 3 dan sel 7 membentuk satu kelompok dan menghasilkan pernyataan

A CD. Sel-sel 4, 5, 6, dan 7 merupakan satu kelompok yang menghasilkan

pernyataan A B. Sedangkan sel-sel 4, 5, 12, dan 13 menjadi satu kelompok

untuk menghasilkan pernyataan B C . Semua sel yang berisi 1 telah

dikelompokkan, maka pernyataan logika selengkapnya adalah :

Y = A B + BC + A CD

atau : Y = ( A + C )B + A CD

atau : Y = A (B + CD) + BC .

Dengan langkah yang sejenis, cara-cara pada minterm dapat diterapkan untuk

maksterm, hanya saja pernyataan dalam kelompok merupakan OR dari

variabel, dan pernyataan terakhirnya merupakan AND dari semua kelompok.

Perhatikanlah contoh berikut !.

Nomor

Baris

A B C D Y

0 0 0 0 0 1

1 0 0 0 1 1

2 0 0 1 0 1

3 0 0 1 1 0

4 0 1 0 0 0

5 0 1 0 1 0

6 0 1 1 0 0

7 0 1 1 1 0

8 1 0 0 0 1

9 1 0 0 1 1

10 1 0 1 0 1

11 1 0 1 1 1

A B

A B

AB

A B

Dari tabel kebenaran di samping

dapat dituangkan dalam peta

Karnough sebagai :

1 1 0 1

0 0 0 0

0 0 1 1

1 1 1 1

C D C D CD C D

B+ C A +C+D A +B

Page 93: KATA PENGANTAR - staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/.../elektronikadigital-naskah-lengkap-buku-sumarna.pdf · IC Pewaktu (Timer) 555 154 6. ... pada jam digital yang hanya ... Sebutkan

12 1 1 0 0 0

13 1 1 0 1 0

14 1 1 1 0 1

15 1 1 1 1 1

Sel 3 dan sel 7 membentuk satu kelompok dan menghasilkan pernyataan

A +C+D. Sel-sel 4, 5, 6, dan 7 merupakan satu kelompok yang menghasilkan

pernyataan A +B. Sedangkan sel-sel 4, 5, 12, dan 13 menjadi satu kelompok

untuk menghasilkan pernyataan B+C . Semua sel yang berisi 0 telah

dikelompokkan, maka pernyataan logika selengkapnya adalah :

Y = ( A +B) (B+C ) ( A +C+D).

4. Aplikasi Desain Rangkaian

Rangkaian elektronika pada umumnya, dirancang dan dibuat untuk dapat

bekerja atau melaksanakan tugas tertentu. Misalnya rangkaian-rangkaian

bekerja sebagai penguat, pembanding, perata, osilator, penjumlah, pengendali,

penyandi, distributor, dan masih banyak yang lainnya. Pada umumnya, setiap

rangkaian memiliki saluran masukan dan saluran keluaran. Termasuk dalam

saluran masukan adalah saluran pengendali. Tidak berbeda dengan rangkaian

elektronik pada umumnya, rangkaian logika (digital) juga dirancang untuk

menghasilkan keluaran tertentu berdasarkan masukan yang tertentu pula. Jika

fungsi dari suatu rangkaian logika ditentukan berdasarkan pada pernyataan

boolean, maka rangkaian logika tersebut dapat langsung diwujudkan. Perlu

diingat bahwa konfigurasi dari wujud suatu rangkaian logika tidaklah unik.

Rangkaian logika dengan fungsi tertentu dapat muncul dalam konfigurasi yang

bervariasi.

Sembarang rangkaian logika, tidak peduli bagaimanapun rumitnya,

secara ideal dapat diwujudkan dengan tiga gerbang dasar OR, AND, dan NOT.

Ketiga gerbang dasar tersebut benar-benar merupakan bangunan dasar dari

Page 94: KATA PENGANTAR - staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/.../elektronikadigital-naskah-lengkap-buku-sumarna.pdf · IC Pewaktu (Timer) 555 154 6. ... pada jam digital yang hanya ... Sebutkan

sistem digital. Tetapi dalam prakteknya banyak dijumpai rangkaian yang

dirancang dengan fungsi khusus seperti pencacah, flip-flop, register,

multiplakser, komparator, pewaktu, dan sebagainya. Selanjutnya dikemukakan

ilustrasi untuk mengimplementasikan rangkaian logika berdasarkan pernyataan

logiknya. Pernyataan tersebut pada umumnya diperoleh dari tabel kebenaran

atau dari hasil suatu analisis. Misal diperlukan suatu rangkaian yang ditentukan

sebagai Y = A.B.C = ABC. Berdasarkan fungsi tersebut segara diketahui

bahwa ternyata diperlukan gerbang AND tiga masukan. Rangkaian yang

didefinisikan sebagai Y = A + B dalam implementasinya digunakan gerbang

OR dua masukan dan gerbang NOT pada salah satu masukannya. Rasional

yang digunakan pada kasus yang sederhana tersebut dapat dikembangkan

pada rangkaian lain yang jauh lebih rumit.

Pada rangkaian yang rumit, setiap suku atau setiap faktor dari

pernyataan boolean memerlukan gerbang atau sejumlah gerbang tersendiri.

Untuk lebih jelasnya misalkan perlu membuat rangkaian dengan fungsi yang

dinyatakan sebagai Y = AC + B C + A BC. Berdasarkan pernyataan boolean

tersebut dapat dikemukakan bahwa terdapat tiga variabel (A, B, dan C), dan

terdiri dari tiga suku (AC, BC , dan A BC) yang di-OR-kan bersama. Hal

tersebut berarti diperlukan gerbang OR tiga masukan yang masing-masing

masukan sama dengan AC, B C , dan A BC. Ilustrasi tersebut dapat

digambarkan sebagai berikut.

Gambar 6.1 : Diagram gerbang fungsi Y = AC + BC + A BC.

Setiap masukan gerbang OR tersebut merupakan suku-suku hasil operasi AND,

artinya gerbang AND digunakan untuk menghasilkan setiap suku. Selain itu juga

Y = AC + BC + A BC

AC

A BC

B C

Page 95: KATA PENGANTAR - staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/.../elektronikadigital-naskah-lengkap-buku-sumarna.pdf · IC Pewaktu (Timer) 555 154 6. ... pada jam digital yang hanya ... Sebutkan

diperlukan dua gerbang NOT untuk menghasilkan suku yang memuat A dan C .

Dengan demikian gambar selengkapnya adalah sebagai berikut.

Gambar 6.2 : Diagram rangkaian dari Y = AC + B C + A BC.

Cara sebagaimana dilakukan di atas dapat selalu diikuti walaupun sering

ditemukan langkah yang tidak efisien. Tetapi cara di tersebut lebih menekankan

pada alur pikir yang mendasar. Contoh selanjutnya adalah mendesain diagram

rangkaian logika yang memenuhi fungsi Y = AB + B C. Pernyataan tersebut

menunjukkan bahwa suku-suku AB dan B C merupakan masukan pada

gerbang OR, dan setiap suku dihasilkan dari gerbang AND yang terpisah.

Dengan demikian diperlukan dua gerbang AND dua masukan, satu gerbang

NOT, dan satu gerbang OR dua masukan. Gambar desain selengkapnya adalah

sebagai berikut.

Gambar 6.3 : Diagram rangkaian dari Y = AB + B C.

B C

A

B

C

Y = AC + B C + A BC

A BC

AC

AB

B C

A

B

C

Y = AB + B C

Page 96: KATA PENGANTAR - staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/.../elektronikadigital-naskah-lengkap-buku-sumarna.pdf · IC Pewaktu (Timer) 555 154 6. ... pada jam digital yang hanya ... Sebutkan

5. Soal-soal

1. Tuliskan fungsi berikut menurut bentuk fungsi standar yang sesuai,

kemudian sederhanakan dengan metode peta Karnaugh !

a. f(A,B,C) = m(0, 2, 3, 4)

b. f(A,B,C) = M(1, 5, 6, 7)

c. f(A,B,C,D) = m(0, 2, 3, 4, 8, 9, 10, 11, 15)

d. f(A,B,C,D) = m(0, 2, 3, 5, 6, 7, 11, 14, 15)

e. f(A,B,C,D) = M(1, 5, 6, 7, 10, 12, 13, 14, 15)

2. Dengan metode peta Karnaugh, ubahlah persamaan berikut ke dalam

bentuk jumlah dari hasil-kali (sum of product) !

a. V = ABC + A B C + BC

b. W = B (C D + A D) + B C (A + A D )

c. X = A B D + B ( C D + ACD ) + A B D

d. Y = A (C D + C D ) + A B D + A B C D

e. Z = B C D + BC D + C D + C D (B + A B )

3. Jika diketahui fungsi f(A,B,C) = m(3, 4, 6), maka :

a. Carilah bentuk fungsi standar sum of product dari fungsi tersebut !

b. Carilah bentuk fungsi standar product of sum dari fungsi tersebut !

c. Dengan aljabar Boole, tunjukkan bahwa kedua bentuk standar

tersebut adalah ekivalen !

4. Berdasarkan peta Karnaugh berikut, tentukanlah :

a. Tabel kebenaran

b. Bentuk fungsi standar SP

c. Bentuk fungsi minterm

d. Pernyataan paling sederhana

AB

CD 00 01 11 10

00 1 1 0 1

01 1 0 0 1

11 1 0 0 1

10 0 1 0 0

Page 97: KATA PENGANTAR - staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/.../elektronikadigital-naskah-lengkap-buku-sumarna.pdf · IC Pewaktu (Timer) 555 154 6. ... pada jam digital yang hanya ... Sebutkan

5. Berdasarkan peta Karnaugh berikut, tentukanlah :

a. Tabel kebenaran

b. Bentuk fungsi standar PS

c. Bentuk fungsi maksterm

d. Pernyataan paling sederhana

6. Tabel kebenaran berikut diturunkan dari suatu fungsi Y = f (A,B,C).

Dengan peta Kanaugh, tentukanlah pernyataan paling sederhana dari

fungsi (Y) tersebut !

No. Baris A B C Y = f(A,B,C)

0 0 0 0 1

1 0 0 1 1

2 0 1 0 1

3 0 1 1 0

4 1 0 0 1

5 1 0 1 0

6 1 1 0 0

7 1 1 1 0

AB

CD 00 01 11 10

00 1 1 0 0

01 1 0 0 1

11 0 0 1 1

10 1 1 0 0

Page 98: KATA PENGANTAR - staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/.../elektronikadigital-naskah-lengkap-buku-sumarna.pdf · IC Pewaktu (Timer) 555 154 6. ... pada jam digital yang hanya ... Sebutkan

7. Sederhanakan rangkaian berikut dengan menggunakan peta Karnaugh !

a.

b.

A

B

C

D

Y

A

B Y

C

D

Page 99: KATA PENGANTAR - staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/.../elektronikadigital-naskah-lengkap-buku-sumarna.pdf · IC Pewaktu (Timer) 555 154 6. ... pada jam digital yang hanya ... Sebutkan

BAB VII

RANGKAIAN PEMBANDING DAN PENJUMLAH

Gerbang-gerbang logika digunakan dalam peralatan digital dan sistem

informasi digital untuk mengendalikan aliran informasi, untuk menyandi maupun

menerjemahkan sandi data digital, untuk mendeteksi maupun memberikan

respon terhadap adanya persyaratan dalam sistem kendali, dan yang tidak

kalah pentingnya adalah untuk menampilkan berbagai operasi aritmatik dan

logik terhadap data digital. Pada kesempatan berikut akan dipelajari rangkaian

digital (merupakan kombinasi dari gerbang-gerbang logika dasar) yang

memiliki fungsi khusus. Rangkaian tersebut adalah pembanding (comparator)

dan penjumlah (adder). Rangkaian pembanding dan penjumlah dibahas

secara khusus karena kedua rangkaian tersebut sering dijumpai dalam

sistem digital dan merupakan rangkaian dasar dalam mesin komputasi dan

sistem pengendali.

1. Rangkaian Pembanding (Comparator)

Kadang perlu untuk mengetahui apakah suatu bilangan biner A adalah

lebih kecil, sama besar, atau lebih besar bila dibandingkan dengan bilangan B.

Suatu sistem yang digunakan untuk membuat keputusan itu disebut

rangkaian pembanding. Pembanding digital merupakan unsur pembuat

keputusan yang sangat penting dalam sistem komputer dan sistem

pengendalian digital. Secara umum, rangkaian pembanding adalah rangkaian

yang digunakan untuk membandingkan suatu besaran masukan dengan

besaran masukan lain dan menghasilkan suatu keadaan tertentu pada

keluarannya. Ketika besar dua bilangan biner A dan B dibandingkan, maka

paling banyak ada 3 (tiga) kemungkinan keadaan yang dapat dihasilkan, yaitu

A > B, A < B atau A = B. Tetapi kemungkinan keadaan hasil tersebut yang

jelas hanya ada 2 (dua), yaitu A = B atau A <> B.

Untuk mempelajari rangkaian pembanding, perlu untuk mengingat

kembali salah satu prinsip aljabar Boole bahwa apabila suatu rangkaian

Page 100: KATA PENGANTAR - staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/.../elektronikadigital-naskah-lengkap-buku-sumarna.pdf · IC Pewaktu (Timer) 555 154 6. ... pada jam digital yang hanya ... Sebutkan

didefinisikan oleh suatu pernyataan Boolean, maka dari pernyataan tersebut

dapat diwujudkan secara langsung rangkaian logikanya. Sebagai contoh

dipilih suatu rangkaian dua masukan A dan B dengan satu keluaran Y yang

tabel kebenarannya ditentukan seperti berikut ini.

Tabel 7.1

Baris

Ke

Masukan Keluaran

A B Y

0 0 0 0

1 0 1 1

2 1 0 1

3 1 1 0

Dari tabel tersebut tampak bahwa jika A = B maka Y = 0, dan jika A <> B

(tanda <> artinya tidak sama) maka Y = 1. Untuk mewujudkan

rangkaiannya terlebih dahulu kita tuangkan dalam Peta Karnaugh, sambil

mengingat kembali prinsip yang telah dipelajari, seperti tampak pada

Gambar 7.1 di bawah ini.

A

B

A A

B 0 1

B 1 0

Gambar 7.1 : Peta Karnoagh untuk tabel 7.1

Berdasarkan bentuk minterm-nya, maka sesuai dengan peta pada Gambar 7.1

di atas dapat dituliskan pernyataan Booleannya sebagai

Y = f(A,B)

= m(1,2)

Page 101: KATA PENGANTAR - staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/.../elektronikadigital-naskah-lengkap-buku-sumarna.pdf · IC Pewaktu (Timer) 555 154 6. ... pada jam digital yang hanya ... Sebutkan

= A B + A B (7.1)

Dari persamaan (7.1) dapat direalisasikan diagaram rangkaian gerbang

logikamya seperti tampak pada Gambar 7.2 di bawah ini.

Gambar 7.2 : Diagram rangkaian Y = A B + A B.

Sebenarnya diagram rangkaian pada gambar 7.2 tersebut telah dikenal

dengan baik sebagai gerbang EX-OR (Exclusive OR). Jika diperhatikan dengan

seksama, diagram rangkaian tersebut memiliki fungsi membandingkan

masukan A terhadap B yang hasil pembandingannya menentukan keadaan

keluaran Y. Y = 0 berarti A = B dan bila Y = 1 berarti A <> B. Perlu diketahui

bahwa rangkaian di atas bukanlah satu-satunya jawaban. Dengan

menggunakan persamaan logika lain akan diperoleh rangkaian yang lain

pula. Perhatikan langkah-langkah berikut :

Y = A B + A B

= 0 + A B + 0 + A B

= A A + AB + B B + AB

= A( A + B ) + B( B + A )

= A ( AB ) + B ( AB )

= (A + B) ( AB )

Diagram rangkaian gerbang logika dari Y = (A + B) ( AB ) seperti tampak pada

Gambar 7.3 di bawah ini.

B

A

Y

Page 102: KATA PENGANTAR - staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/.../elektronikadigital-naskah-lengkap-buku-sumarna.pdf · IC Pewaktu (Timer) 555 154 6. ... pada jam digital yang hanya ... Sebutkan

Gambar 7.3 : Diagram rangkaian Y = (A + B) ( AB )

Masih banyak cara lain untuk membuat EX-OR dengan memanipulasi logika,

dan untuk meyakinkan gambar 7.3 dapat diperiksa tabel kebenaran melalui

pernyataan logikanya. Dengan cara sebagaimana telah dikemukakan di atas,

dapat dibuat rangkaian pembanding dua masukan dengan keadaan keluaran

yang lain, misalnya jika A = B maka Y = 1, dan jika A <> B maka Y = 0. Tabel

kebenaran untuk keadaan tersebut tercantum pada tabel 7.2 berikut.

Tabel 7.2

Baris

Ke

Masukan Keluaran

A B Y

0 0 0 1

1 0 1 0

2 1 0 0

3 1 1 1

Untuk mewujudkan rangkaian yang memenuhi tabel 7.2, terlebih dahulu kita

susun dalam Peta Karnaugh seperti tampak pada Gambar 7.4 di bawah ini.

B

A

Y

Page 103: KATA PENGANTAR - staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/.../elektronikadigital-naskah-lengkap-buku-sumarna.pdf · IC Pewaktu (Timer) 555 154 6. ... pada jam digital yang hanya ... Sebutkan

A

B

A A

B 1 0

B 0 1

Gambar 7.4 : Peta Karnaugh untuk tabel 7.2

Sesuai dengan bentuk minterm-nya, maka berdasarkan peta pada gambar 7.4

di atas dapat dituliskan pernyataan Booleannya sebagai

Y = f(A,B)

= m(0,3)

= AB + A B (7.2)

Dari persamaan (7.2) dapat direalisasikan diagaram rangkaian gerbang

logikamya seperti tampak pada Gambar 7.5 di bawah ini.

Gambar 7.5 : Diagram rangkaian Y = AB + A B

Sebenarnya diagram rangkaian pada gambar 7.5 tersebut telah dikenal dengan

baik sebagai gerbang EX-NOR (Exclusive NOR). Jika diperhatikan dengan

seksama, diagram rangkaian tersebut memiliki fungsi membandingkan

masukan A terhadap B yang hasil pembandingannya menentukan keadaan

keluaran Y. Y = 0 berarti A <> B dan bila Y = 1 berarti A = B. Perlu diketahui

bahwa rangkaian di atas bukanlah satu-satunya jawaban. Dengan

menggunakan persamaan logika lain dapat diperoleh rangkaian yang lain lagi.

B

A

Y

Page 104: KATA PENGANTAR - staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/.../elektronikadigital-naskah-lengkap-buku-sumarna.pdf · IC Pewaktu (Timer) 555 154 6. ... pada jam digital yang hanya ... Sebutkan

Dua rangkaian pembanding yang telah dibahas merupakan pembanding

1 bit dengan satu jalur keluaran, yaitu (Y). Selanjutnya dicoba untuk merancang

rangkaian pembanding 1 bit tetapi dengan tiga jalur keluaran. Jalur pertama (X)

untuk keluaran bila A < B, jalur ke dua (Y) untuk keluaran A = B, dan jalur ke

tiga (Z) untuk keluaran A > B. Langkah pertama yang kita tempuh adalah

membuat tabel kebenaran. Perhatikanlah tabel 7.3 berikut ini.

Tabel 7. 3.

Baris

ke

Masukan Keluaran

A B X Y Z

0 0 0 0 1 0

1 0 1 1 0 0

2 1 0 0 0 1

3 1 1 0 1 0

Berdasarkan tabel 7.3 tersebut selanjutnya dituangkan dalam Peta Karnaugh

untuk setiap jalur keluaran. Hasil penuangannya tampak pada Gambar 7.6 di

bawah ini.

A

B A A

B 0 0

B 1 0

Gambar 7.6 (a) :

Peta Karnaugh tabel 7.3 untuk Jalur keluaran X. Persamaan logika untuk keluaran X adalah :

X = A B (7.3)

A

B A A

B 1 0

B 0 1

Gambar 7.6 (b) :

Peta Karnaugh tabel 7.3 untuk Jalur keluaran Y. Persamaan logika untuk keluaran Y adalah :

Y = AB + A B (7-4)

Page 105: KATA PENGANTAR - staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/.../elektronikadigital-naskah-lengkap-buku-sumarna.pdf · IC Pewaktu (Timer) 555 154 6. ... pada jam digital yang hanya ... Sebutkan

Perwujudan diagram rangkaian gerbang logika dari gambar 7.6 (a), (b), dan

(c) di atas tampak pada Gambar 7.7 di bawah ini.

Gambar 7.7 : Diagram rangkaian pembanding 1 bit

dengan tiga jalur keluaran.

Pembanding yang memiliki tiga jalur keluaran lebih banyak dijumpai pada

pembanding 2 bit atau lebih. Sampai di sini baru dibahas pembanding dua

bilangan A dan B masing-masing 1 bit. Artinya A dapat bernilai 1 atau 0,

B

A

Y

X

Z

A

B A A

B 0 1

B 0 0

Gambar 7.6 (c) :

Peta Karnaugh tabel 7.3 untuk Jalur keluaran Z. Persamaan logika untuk keluaran Z adalah :

Z = A B (7-5)

Page 106: KATA PENGANTAR - staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/.../elektronikadigital-naskah-lengkap-buku-sumarna.pdf · IC Pewaktu (Timer) 555 154 6. ... pada jam digital yang hanya ... Sebutkan

demikian pula B hanya berharga 1 atau 0. Selanjutnya, hendak dirancang

rangkaian pembanding dua bilangan A dan B yang masing masing terdiri dari

2 bit, di mana dapat dinyatakan bahwa A = A1 A2 dan B = B1 B2 . Dengan

demikian A atau B masing-masing dapat bernilai 00, 01, 10, 11. Tabel 7.4

berikut menampilkan tabel kebenaran pembanding 2 bit dengan tiga jalur

keluaran berturut -turut X untuk A > B, Y untuk A = B, dan Z untuk A < B.

Tabel 7.4 :

Baris

ke

Masukan Keluaran

A B X Y Z

A1 A2 B1 B2

0 0 0 0 0 0 1 0

1 0 0 0 1 0 0 1

2 0 0 1 0 0 0 1

3 0 0 1 1 0 0 1

4 0 1 0 0 1 0 0

5 0 1 0 1 0 1 0

6 0 1 1 0 0 0 1

7 0 1 1 1 0 0 1

8 1 0 0 0 1 0 0

9 1 0 0 1 1 0 0

10 1 0 1 0 0 1 0

11 1 0 1 1 0 0 1

12 1 1 0 0 1 0 0

13 1 1 0 1 1 0 0

14 1 1 1 0 1 0 0

15 1 1 1 1 0 1 0

Dari tebel 7.4, guna menentukan persamaan logikanya, dapat dituangkan ke

dalam Peta Karnaugh untuk masing-masing jalur keluaran X, Y, dan Z.

Perhatikan Gambar 7.8 : (a), (b), dan (c) berikut ini.

Page 107: KATA PENGANTAR - staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/.../elektronikadigital-naskah-lengkap-buku-sumarna.pdf · IC Pewaktu (Timer) 555 154 6. ... pada jam digital yang hanya ... Sebutkan

A2A1

B2B1

A 2 A 1 A 2A1 A2A1 A2 A 1

B 2 B 1 0 1 1 1

B 2B1 0 0 1 1

B2B1 0 0 0 0

B2 B 1 0 0 1 0

Gambar 7.8 (a) : Peta Karnaugh tabel 7.4 untuk jalur keluaran X

Persamaan logika untuk jalur keluaran X berdasarkan pada gambar 7.8 (a)

di atas adalah

X = A2 B 2 + A2A1 B 1 + A1 B 2 B 1 (7-6)

A2A1

B2B1

A 2 A 1 A 2A1 A2A1 A2 A 1

B 2 B 1 1 0 0 0

B 2B1 0 1 0 0

B2B1 0 0 1 0

B2 B 1 0 0 0 1

Gambar 7.8 (b) : Peta Karnaugh tabel 7.4 untuk jalur keluaran Y.

Persamaan logika untuk jalur keluaran Y berdasarkan pada gambar 7.8 (b)

di atas adalah

Y = A 2 A 1 B 2 B 1 + A 2A1 B 2B1 + A2A1B2B1 + A2 A 1B2B1 (7-7)

Page 108: KATA PENGANTAR - staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/.../elektronikadigital-naskah-lengkap-buku-sumarna.pdf · IC Pewaktu (Timer) 555 154 6. ... pada jam digital yang hanya ... Sebutkan

A2A1

B2B1

A 2 A 1 A 2A1 A2A1 A2 A 1

B 2 B 1 0 0 0 0

B 2B1 1 0 0 0

B2B1 1 1 0 1

B2 B 1 1 1 0 0

Gambar 7.8 (c) : Peta Karnaugh tabel 7.4 untuk jalur keluaran Z.

Persamaan logika untuk jalur keluaran Z berdasarkan pada gambar 7.8 (c)

di atas adalah

Z = A 2 B2 + A 2 A 1 B1 + A 1 B2 B1 (7-8)

Diagram rangkaian gerbang logika berdasarkan pada persamaan (7-6), (7-7),

dan (7-8) adalah seperti tampak pada Gambar 7.9 berikut ini.

Page 109: KATA PENGANTAR - staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/.../elektronikadigital-naskah-lengkap-buku-sumarna.pdf · IC Pewaktu (Timer) 555 154 6. ... pada jam digital yang hanya ... Sebutkan

Gambar 7.9 : Diagram rangkaian pembanding 2 bit

dengan tiga jalur keluaran.

A1 A2 B1 B2

X

Z

Y

Page 110: KATA PENGANTAR - staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/.../elektronikadigital-naskah-lengkap-buku-sumarna.pdf · IC Pewaktu (Timer) 555 154 6. ... pada jam digital yang hanya ... Sebutkan

Gambar 7.9 bukanlah satu-satunya jawaban untuk rangkaian pembanding 2

bit tiga jalur keluaran. Selanjutnya persamaan (7-6), (7-7), atau (7-8) dapat

dimodifikasi untuk mendapatkan persamaan logika lain yang setara. Sebagai

contoh perhatikan persamaan (7-7) yang dapat dimodifikasi menjadi

Y = A 2 A 1 B 2 B 1 + A 2A1 B 2B1 + A2A1B2B1 + A2 A 1B2B1

= A 2 B 2 ( A 1 B 1 + A1B1) + A2B2 (A1B1 + A 1 B 1)

= ( A 2 B 2 + A2B2 ) (A1B1 + A 1 B 1) (7-9)

Diagram rangkaian gerbang logika dari persamaan (7-9) tersebut dapat dilihat

pada Gambar 7.10 berikut.

Gambar 7.10 : Diagram rangkaian dari persamaan (7-9).

Jika gambar 7.10 tersebut digantikan pada blok keluaran Y dari gambar 7.9

akan didapatkan satu model diagram rangkaian pembanding 2 bit tiga keluaran

yang berbeda dari sebelumnya. Demikian seterusnya dapat dirancang model-

model rangkaian pembanding 2 bit. Oleh karena telah dikenal langkah-langkah

untuk merancang suatu rangkaian pembanding, maka selanjutnya diagram

rangkaian pembanding lebih disederhanakan. Suatu contoh penyederhanaan

diagram rangkaian pembanding dapat dilihat pada Gambar 7.11 di bawah ini.

A1

B1

A 1

B 1

A2

B2

A 2

B 2

Y

Page 111: KATA PENGANTAR - staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/.../elektronikadigital-naskah-lengkap-buku-sumarna.pdf · IC Pewaktu (Timer) 555 154 6. ... pada jam digital yang hanya ... Sebutkan

Dengan langkah-langkah sebagaimana telah dikemukakan di atas, dapat

dirancang rangkaian-rangkaian pembanding 3 bit, 5 bit, dan seterusnya. Tentu

saja semakin besar bit-nya, semakin rumit rangkaiannya.

Sebagai tambahan informasi untuk keperluan praktis, dalam membuat

rangkaian pembanding dengan jumlah bit yang lebih besar digunakan

rangkaian-rangkaian pembanding lain yang pada bagian masukannya

dilengkapi dengan tiga terminal masukan tambahan. Ketiga terminal

masukan tambahan tersebut adalah A>B, A=B, dan A<B. Sebagai contoh

pada Gambar 7.12 berikut adalah pembanding 2 bit tiga keluaran yang

dilengkapi dengan tiga terminal masukan tambahan.

A2

A1

B2

B1

A>B

A=B

A<B

X

Y

Z

Gambar 7.11 (b) :

Diagran rangkaian pembanding 2 bit

A

B

A>B

A=B

A<B

X

Y

Z

Gambar 7.11 (a) :

Diagran rangkaian pembanding 1 bit

A3

A2

A1

B3

B2

B1

A>B

A=B

A<B

X

Y

Z

Gambar 7.11 (c) :

Diagran rangkaian pembanding 3 bit

Page 112: KATA PENGANTAR - staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/.../elektronikadigital-naskah-lengkap-buku-sumarna.pdf · IC Pewaktu (Timer) 555 154 6. ... pada jam digital yang hanya ... Sebutkan

Sifat dari ketiga terminal masukan tambahan tersebut disusun sedemikian

hingga memenuhi syarat berikut :

1. Keluaran X bernilai 1 jika terminal masukan tambahan A>B berharga 1.

2. Keluaran Z bernilai 1 jika terminal masukan tambahan A<B berharga 1.

3. Jika terminal masukan tambahan A = B berharga 1 maka keluaran (X, Y, dan

Z) dari pembanding tergantung pada data masukan.

Dengan rangkaian pembanding yang memenuhi sifat-sifat tersebut kita dapat

menggabung secara kaskade dua buah pembanding 2 bit untuk membentuk

sebuah pembanding 4 bit. Rangkaian hasil penggabungan tersebut

diperlihatkan pada Gambar 5.13 berikut.

Gambar 7.13 : Pembanding 4 bit yang disusun dari 2 buah pembanding 2 bit.

Gambar 7.12 :

Diagran rangkaian pembanding 2 bit 3 keluaran yang dilengkapi dengan 3 terminal masukan tambahan.

A2

A1

B2

B1

A

A>B

A=B

B A<B

A>B

A=B

A<B

X

Y

Z

A, MSB

B, MSB

A2

A1 X

B2 Y

B1 Z

A>B

A=B

A<B

0

1

0

Pembanding 1

A, LSB

B, LSB

A2

A1

B2

B1

A>B

A=B

A<B

Pembanding 2

X

Y

Z

Page 113: KATA PENGANTAR - staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/.../elektronikadigital-naskah-lengkap-buku-sumarna.pdf · IC Pewaktu (Timer) 555 154 6. ... pada jam digital yang hanya ... Sebutkan

Berdasarkan pada gambar 7.13, pembanding-1 sebagai masukan MSB (most

significant byte) dan tiga terminal masukan tambahan harus dibuat sedemikian

hingga terminal A>B bernilai 0, terminal A=B bernilai 1, dan terminal A<B

bernilai 0. Hal itu didasarkan pada suatu konsekuensi logis bahwa

membandingkan dua bilangan lebih efisien apabila lebih dahulu

membandingkan MSB-nya. Jika MSB bilangan A lebih besar dari pada

MSB bilangan B, dengan sendirinya A > B dan tidak perlu lagi untuk

membandingkan LSB dari kedua bilangan. Pembandingan LSB dilakukan

hanya apabila MSB kedua bilangan yang dibandingkan berharga sama.

Misalkan kita hendak membandingkan bilangan A = 8732, bilangan B = 4299,

dan bilangan C = 8751. Untuk bilangan A anggaplah memiliki MSB-A = 87 dan

LSB-A = 32. Untuk bilangan B memiliki MSB-B = 42 dan LSB-B = 99.

Sedangkan untuk bilangan C memiliki MSB-C = 87 dan LSB-C = 51. Bilangan

mana yang lebih besar antara A dan B ? Pertama bandingkan MSB-A dan

MSB-B yang berturut-turut adalah 87 dan 42. Jelas MSB-A lebih besar dari

pada MSB-B dengan demikian A>B, dan tidak perlu membandingkan LSB-A

dan LSB-B. Bilangan mana yang lebih besar antara A dan C ? Karena MSB-A

= MSB-C = 87, maka perlu untuk membandingkan LSB-A dan LSB-C.

Ternyata LSB-C = 51 lebih besar dari pada LSB-A = 32, dengan demikian C>A.

Dengan cara yang sama, dapat menggabungkan dua pembanding 4 bit

(IC-7485) menjadi satu pembanding 8 bit, dan diagram rangkaiannya

diperlihatkan pada Gambar 7.14 di bawah ini.

Gambar 7.14 : Pembanding 8 bit yang disusun dari 2 buah pembanding 4 bit.

A, MSB

B, MSB

4 bit

X

Y

4 bit Z

A>B

A=B

A<B

0

1

0

Pembanding 1

A, LSB

B, LSB

4 bit

4 bit

A>B

A=B

A<B

Pembanding 2

X

Y

Z

Page 114: KATA PENGANTAR - staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/.../elektronikadigital-naskah-lengkap-buku-sumarna.pdf · IC Pewaktu (Timer) 555 154 6. ... pada jam digital yang hanya ... Sebutkan

Dengan susunan seperti gambar 7.14, jika 4 bit data MSB-A (A8 A7 A6 A5)

lebih besar dari pada 4 bit data MSB-B (B8 B7 B6 B5), yang keduanya

dimasukkan pada pembanding-1 (sebelah kiri), maka keluaran X dari

pembanding-1 akan bernilai 1. Keadaan ini akan mengakibatkan keluaran X

dari pembanding-2 bernilai 1. Sebaliknya jika 4 bit data MSB-A lebih kecil dari

pada 4 bit data MSB-B, maka keluaran Z dari pembanding-1 akan bernilai 1,

dan akan membuat keluaran Z pada pembanding-2 berharga 1. Sedangkan

jika 4 bit MSB-A dan MSB-B bernilai sama, maka keluaran Y pembanding-1

akan berharga 1. Pada keadaan ini keluaran Y pembanding-2 akan tergantung

pada nilai 4 bit data LSB-A (A4 A3 A2 A1) dan LSB-B (B4 B3 B2 B1 ).

Contoh :

a. Ketika data A3 A2 A1 A3 dan B3 B2 B1 B3 dikenakan pada masukan, maka

keluaran dari keluaran dari keempat EX-NOR tersebut adalah 1, sehingga

keluaran dari gerbang AND adalah Y = 1.

b. Pada kasus tersebut keluaran tiga gerbang EX-NOR petama adalah 1,

tetapi keluaran EX-NOR yang ke empat adalah 0 karena kedua

masukannya tidak sama, sehingga keluaran gerbang AND adalah Y = 0.

Y

A0

B0

A1

B1

A2

B2

A3

B3

Gambar 7.14.X

Berdasarkan gambar 7.14.X di

samping, tentukanlah status logik

keluaran (Y) untuk setiap kelompok

data biner (word atau string)

masukan berikut :

a. A3 A2 A1 A3 = 1 0 1 1

B3 B2 B1 B3 = 1 0 1 1

b. A3 A2 A1 A3 = 0 1 1 0

B3 B2 B1 B3 = 0 1 1 1

Page 115: KATA PENGANTAR - staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/.../elektronikadigital-naskah-lengkap-buku-sumarna.pdf · IC Pewaktu (Timer) 555 154 6. ... pada jam digital yang hanya ... Sebutkan

2. Rangkaian Penjumlah (Adder)

Di dalam sebuah mesin hitung digital, seperti kalkulator dan komputer,

terdapat suatu rangkaian yang berfungsi untuk melaksanakan operasi-operasi

aritmatik seperti penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian.

Bahkan operasi dasar dari perkalian dan pembagian berturut-turut adalah

penjumlahan dan pengurangan. Operasi perkalian secara mendasar

merupakan penjumlahan berulang sedangkan pembagian merupakan

pengurangan yang berulang pula. Berbagai operasi aritmatik dalam komputer

maupun kalkulator dilaksanakan dalam bentuk biner. Alasan menggunakan

bilangan biner adalah karena kerja dari rangkaian digital didasarkan pada

pulsa-pulsa berbentuk kotak yang hanya memiliki keadaan hidup (tinggi) atau

mati (rendah). Sebagai perbandingan, dalam sistem bilangan desimal terdiri

dari 10 digit yaitu 0,1,2,3,4,5,6,7,8, dan 9; sedangkan dalam sistem bilangan

biner hanya dikenal 2 digit yaitu 0 dan 1.

Selanjutnya hendak dipelajari rangkaian penjumlah dan tentunya

adalah penjumlah biner. Sebagai gambaran perhatikan metode penjumlahan

dua bilangan desimal 58 dan 63 berikut :

Kita telah mengetahui cara menjumlahkan kedua bilangan tersebut. Satuan

berada pada satu kolom dengan satuan, puluhan terletak pada satu kolom

dengan puluhan, demikian seterusnya. Proses penjumlahan pada suatu

kolom harus ditambah dengan simpanan (carry) yang dihasilkan dari proses

penjumlahan pada kolom sebelumnya (jika ada).

Cara penjumlahan bilangan biner serupa dengan penjumlahan pada

bilangan desimal. Dalam proses penjumlahan bilangan biner juga dikenal

simpanan (carry). Jika pada bilangan desimal dikenal posisi satuan (100),

puluhan (101), ratusan (102), ribuan (103), dan seterusnya; maka pada

Simpanan 1 1

(Carry) 0 5 8

0 6 3

+

1 2 1

Page 116: KATA PENGANTAR - staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/.../elektronikadigital-naskah-lengkap-buku-sumarna.pdf · IC Pewaktu (Timer) 555 154 6. ... pada jam digital yang hanya ... Sebutkan

bilangan biner juga dikenal posisi satuan (20), duaan (21), empatan (22),

delapanan (23) dan seterusnya. Aturan penjumlahan bilangan biner adalah

0 + 0 = 0

0 + 1 = 1

1 + 0 = 1.

Dalam bentuk biner tidak dikenal 1 + 1 = 2 karena dalam sistem biner angka 2

bukanlah angka biner. Oleh karena itu, dalam aturan penjumlahan biner

1 + 1 = 0 dengan simpanan 1

dan tentu saja

1 + 1 + 1 = 1 dengan simpanan 1.

Simpanan 1 berarti menambahkan 1 ke dalam kolom posisi berikutnya

yaitu di sebelah kiri tempat simpanan tadi dihasilkan. Marilah kita coba

menjumlahkan dua bilangan biner 111010 dan 111111 dengan cara disusun

sebagai berikut

Pada kolom satuan 0 + 1 = 1 tidak menghasilkan simpanan. Pada kolom

duaan 1 + 1 = 0 dengan simpanan 1. Pada kolom empatan karena mendapat

simpanan dari kolom sebelumnya (duaan) maka proses penjumlahannya

adalah 1 + 0 + 1 = 0 dengan simpanan 1. Pada kolom delapanan juga

mendapat simpanan dari kolom sebelumnya sehingga prosesnya 1 + 1 + 1 =

1 dengan simpanan 1. Demikian seterusnya.

Simpanan 1 1 1 1 1

0 1 1 1 0 1 0

0 1 1 1 1 1 1

+

1 1 1 1 0 0 1

Page 117: KATA PENGANTAR - staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/.../elektronikadigital-naskah-lengkap-buku-sumarna.pdf · IC Pewaktu (Timer) 555 154 6. ... pada jam digital yang hanya ... Sebutkan

Rangkaian Penjumlah Paro (Half Adder atau HA)

Untuk menyusun suatu rangkaian penjumlah biner dari gerbang logika,

maka terlebih dahulu perlu mengetahui fungsi rangkaian tersebut dan

diturunkan menurut tabel kebenarannya. Kita mulai dari penjumlahan dua

bilangan A dan B yang masing- masing 1 bit. Perhatikan tabel 7.5 berikut.

Tabel 7.5 :

Masukan Keluaran

A B Jumlah (S) Simpanan (C)

0

0

1

1

0

1

0

1

0

1

1

0

0

0

0

1

Digit yang

dijumlahkan

EX-OR

AND

Berdasarkan tabel 7.5, bagian keluaran rangkaian yang akan kita susun

terdiri dari jumlah (S) dan simpanan (C). Ternyata kedua kolom keluaran itu

dapat dihasilkan dengan menggunakan dua gerbang logika sebagai berikut :

a. Kolom jumlah (S) merupakan keluaran dari gerbang EX-OR. Ingat kembali

bahwa keluaran gerbang EX-OR akan 1 (tinggi) ketika masukannya tidak

sama 1, tetapi 0 (rendah) pada saat kedua masukan sama.

b. Kolom simpanan (C) merupakan keluaran dari gerbang AND. Keluaran

gerbang tersebut 1 (tinggi) hanya apabila semua masukannya 1.

Gambar 7.15 berikut menunjukkan cara gerbang EX-OR dan AND

dihubungkan untuk mendapatkan suatu rangkaian penjumlah yang memenuhi

tabel 7.5. Jika diperhatikan, rangkaian penjumlah itu hanya memiliki dua

terminal masukan masing-masing untuk bit yang akan dujumlahkan dan dua

terminal keluaran berturut-turut untuk jumlah (S) dan simpanan (C).

Page 118: KATA PENGANTAR - staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/.../elektronikadigital-naskah-lengkap-buku-sumarna.pdf · IC Pewaktu (Timer) 555 154 6. ... pada jam digital yang hanya ... Sebutkan

Gambar 7.15 : Rangkaian penjumlah paro.

Rangkaian penjumlah seperti gambar 7.15 tersebut hanya dapat digunakan

untuk menjumlahkan biner pada posisi satuan saja, artinya tidak dapat

digunakan untuk menjumlahkan posisi duaan, empatan, delapanan, dan

seterusnya. Hal ini disebabkan karena rangkaian penjumlah tadi tidak memiliki

masukan untuk simpanan hasil penjumlahan dari posisi sebelumnya.

Rangkaian dengan sifat seperti itulah yang dikenal sebagai rangkaian

penjumlah paro (half adder). Simbol dari rangkaian penjumlah paro tampak

pada Gambar 7.16 di bawah ini.

Gambar 7.16 : Simbol rangkaian penjumlah paro.

Rangkaian Penjumlah Penuh (Full Adder atau FA)

Sebagaimana telah dipelajari, penjumlah paro hanya dapat digunakan

untuk proses penjumlahan bilangan pada posisi satuan saja, atau lebih umum

pada bagian LSB-nya saja (LSB singkatan dari Least Significant Byte)

karena tidak tersedia terminal masukan untuk menampung terjadinya

simpanan dari posisi sebelumnya. Padahal proses penjumlahan pada

umumnya melibatkan simpanan. Suatu rangkaian yang memenuhi syarat

A

B S (Jumlah)

C (Simpanan)

HA

S atau

C

A

B

Page 119: KATA PENGANTAR - staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/.../elektronikadigital-naskah-lengkap-buku-sumarna.pdf · IC Pewaktu (Timer) 555 154 6. ... pada jam digital yang hanya ... Sebutkan

tersebut dikenal sebagai rangkaian penjumlah penuh (full adder). Tentu

saja rangkaian penjumlah penuh memiliki tiga terminal masukan dan dua

terminal keluaran. Sekarang dapat dipikirkan fungsi dari rangkaian penjumlah

penuh. Kita dapat merancang suatu rangkaian gerbang logika yang berfungsi

sebagai penjumlah penuh. Lebih dahulu kita susun suatu tabel kebenaran

yang menunjukkan perubahan nilai-nilai masukan dan keluaran untuk semua

keadaan masukan yang mungkin. Tabel 7.6 berikut adalah tabel kebenaran

suatu rangkaian dengan tiga masukan A, B, dan Ci serta dengan dua keluaran

S dan C0.

Tabel 7.6 :

Baris

ke

Masukan Keluaran

A B Ci S Co

0

1

2

3

4

5

6

7

0

0

0

0

1

1

1

1

0

0

1

1

0

0

1

1

0

1

0

1

0

1

0

1

0

1

1

0

1

0

0

1

0

0

0

1

0

1

1

1

Oleh karena terdapat dua keluaran, kita akan merancang rangkaian untuk

setiap keluaran secara individual. Berdasarkan tabel 7.6 dapat kita turunkan ke

dalam Peta Karnaugh untuk kedua keluaran yang masing-masing tampak

pada Gambar 7.17.

Page 120: KATA PENGANTAR - staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/.../elektronikadigital-naskah-lengkap-buku-sumarna.pdf · IC Pewaktu (Timer) 555 154 6. ... pada jam digital yang hanya ... Sebutkan

AB

Ci

A B A B AB A B AB

Co

A B A B AB A B

C i 0 1 0 1 C o 0 0 1 0

Ci 1 0 1 0 Co 0 1 1 1

(a) Jumlah S (b) Simpanan (Co)

Gambar 7.17 : Tabel kebenaran rangkaian penjumlah penuh

(a) Untuk tabel keluaran Jumlah (S)

(b) Untuk terminal keluaran simpanan (C0)

Persamaan logika untuk Keluaran Jumlah (S) berdasarkan pada gambar 7.17

(a) adalah :

S = Sm (1,2,4,7)

= A B Ci + A BC i + A B C i + ABCi

= A ( B Ci + BC i ) + A( B C i + BCi )

______

= A (B Ci ) + A (B C )

= A + (B Ci ). (7.10)

Sedangkan persamaan logika untuk Keluaran Simpanan berdasarkan pada

gambar 7.17 (b) adalah :

C = Sm (3,5,6,7)

= BCi + ACi + AB. (7.11)

Diagram rangkaian logika untuk penjumlah penuh (FA) sebagai realisasi dari

persamaan (7.10) dan persamaan (7.11) di atas terlihat pada Gambar 7.18

berikut.

Page 121: KATA PENGANTAR - staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/.../elektronikadigital-naskah-lengkap-buku-sumarna.pdf · IC Pewaktu (Timer) 555 154 6. ... pada jam digital yang hanya ... Sebutkan

Gambar 7.18 : Diagram rangkaian penjumlah penuh (FA)

Gambar 7.18 bukanlah satu-satunya rangkaian penjumlah penuh, masih

banyak cara yang dapat digunakan untuk menghasilkan persamaan logika

yang sesuai dengan keluaran S dan C. Cara lain untuk mendapatkan

rangkaian penjumlah penuh adalah dengan menyusun dua penjumlah paro dan

satu gerbang OR seperti tampak pada Gambar 7.19 di bawah ini.

Gambar 7.19 : Diagram rangkaian penjumlah penuh

A B Ci

S

Co

A S

HA

B Co

A S

HA

B Co

S

Co

Ci

A

B

Page 122: KATA PENGANTAR - staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/.../elektronikadigital-naskah-lengkap-buku-sumarna.pdf · IC Pewaktu (Timer) 555 154 6. ... pada jam digital yang hanya ... Sebutkan

Kita telah mengetahui bahwa setiap rangkaian penjumlah penuh

memiliki lima terminal, tiga terminal sebagai masukan (A, B, dan Ci ) dan dua

terminal sebagai keluaran (S dan C0 ). Oleh karena itu, untuk selanjutnya

rangkaian penjumlah penuh digambarkan dengan simbol seperti tampak

pada Gambar 7.20.

Gambar 7.20 : Diagram simbol rangkaian penjumlah penuh.

Penjumlah Jajar (Paralel)

Rangkaian penjumlah yang telah dipelajari masih terbatas untuk

menjumlahkan dua bilangan biner A dan B yang masing-masing 1 bit. Artinya

bilangan A hanya dapat bernilai 0 atau 1, demikian pula bilangan B dapat

berharga 0 atau 1 saja. Dalam kenyataannya, mesin hitung seperti kalkulator

ataupun komputer melakukan operasi penjumlahan dalam bentuk biner

tetapi setiap bilangan dapat memiliki bit yang lebih besar dari pada 1 bit.

Untuk alasan ini, marilah kita pelajari rangkaian penjumlah yang dapat

menjumlahkan dua bilangan yang masing masing lebih dari 1 bit. Satu

rangkaian penjumlah paro dan beberapa rangkaian penjumlah penuh dapat

disusun menjadi rangkaian penjumlah paralel yang dapat menjumlahkan

bilangan- bilangan dengan bit besar (lebih dari 1 bit). Gambar 7.21 di bawah

ini memperlihatkan diagram rangkaian penjumlah paralel 2 bit yang tersusun

atas satu penjumlah paro dan satu penjumlah penuh. Misalkan hendak

dijumlahkan dua bilangan A dan B yang masing-masing A = A1 A0 dan B = B1

B0 .

FA

Ci

A

B

S

Co

Page 123: KATA PENGANTAR - staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/.../elektronikadigital-naskah-lengkap-buku-sumarna.pdf · IC Pewaktu (Timer) 555 154 6. ... pada jam digital yang hanya ... Sebutkan

Gambar 7.21 : Diagram rangkaian penjumnlah paralel 2 bit

yang menggunakan HA dan FA.

Penjumlah paro (HA) pada gambar 7.21 di atas dapat digantikan dengan

penjumlah penuh (FA1) yang terminal simpanan masukannya (Ci ) dibuat 0

(rendah). Perhatikan Gambar 7.22 berikut ini.

Gambar 7.22 : Diagram rangkaian penjumlah paralel 2 bit tanpa HA.

S

Co

HA

S

Co

FA

A1

B1

Ci

A0

B0

Empatan Duaan Satuan

A1 A0

B1 B0

+

B1

Ci S

Co

FA2 A1

Empatan Duaan Satuan

A1 A0

B1 B0

+ S

Co

FA1

A0

B0

0

Ci

Page 124: KATA PENGANTAR - staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/.../elektronikadigital-naskah-lengkap-buku-sumarna.pdf · IC Pewaktu (Timer) 555 154 6. ... pada jam digital yang hanya ... Sebutkan

Agar Anda semakin jelas, marilah kita menyusun rangkaian penjumlah

paralel 3 bit dengan menggunakan tiga buah penjumlah penuh. Rangkaian

tersebut dapat digunakan untuk menjumlahkan bilang A = A2A1A0 dan bilangan

B = B2B1B0. Rangkaian yang kita maksudkan terlihat pada Gambar 7.23 di

bawah ini.

Gambar 7.23 : Diagram rangkaian penjumlah paralel 3 bit.

Berdasarkan contoh-conttoh pada gambar 7.22 dan gambar 7.23, selanjutnya

Anda dapat merancang rangkaian penjumlah paralel 4 bit, 5 bit, ..., n bit.

Ternyata, jika Anda ingin membuat rangkaian penjumlah paralel n bit, Anda

memerlukan n buah rangkaian penjumlah penuh (FA). Jadi banyak bit

bilangan yang akan dijumlahkan menentukan cacah rangkaian penjumlah

penuh yang diperlukan. Rangkaian penjumlah paralel n bit dapat digunakan

untuk menjumlahkan dua bilangan A dan B yang masing-masing bilangan

adalah A = A(n-1)A(n-2) ... A3A2A1A0 dan bilangan B = B(n-1)B(n-2) ... B3B2B1B0.

Rangkaian penjumlah paralel sangat lazim digunakan dalam rangkaian digital.

Tentu saja untuk menghitung hasil penjumlahan dari bilangan biner yang

lebih panjang (bit besar) diperlukan penjumlah penuh yang lebih banyak.

Rangkaian penjumlah paralel banyak tersedia dalam bentuk rangkaian

terpadu (IC). Salah satu yang terkenal adalah dikemas sebagai rangkaian

penjumlah paralel 4 bit yang di dalamnya terdiri dari empat buah penjumlah

A2 A1 A0

B2 B1 B0

+ S

Co

FA1

A0

B0

0 Ci

4-an

2-an

1-an

8-an

S

Co

FA2

A1

B1

Ci

S

Co

FA3

A2

B2

Ci

Page 125: KATA PENGANTAR - staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/.../elektronikadigital-naskah-lengkap-buku-sumarna.pdf · IC Pewaktu (Timer) 555 154 6. ... pada jam digital yang hanya ... Sebutkan

penuh. Untuk jenis TTL IC tersebut berseri 7483 dan juga 74283, sedangkan

jenis CMOS adalah 4008. Gambar 7.24 berikut memperlihatkan simbol dari

penjumlah paralel 4 bit yang dikemas dalam IC 7483. Masukan-masukan

pada IC tersebut untuk dua bilangan masing-masing 4 bit yaitu A3A2A1A0 dan

B3B2B1B0 serta simpanan Ci. Sedangkan keluarannya adalah bit-bit hasil

penjumlahan S3S2S1S0 dan simpanan C0 .

Gambar 7.24 : Simbol penjumlah paralel 4 bit 7483

Dua atau lebih penjumlah paralel dapat dihubungkan secara kaskade untuk

menyesuaikan penjumlahan bilangan-bilangan dengan bit yang lebih besar.

Sebagai contoh Gambar 7.25 di bawah ini menunjukkan cara dua buah IC

7483 dihubungkan secara kaskade untuk menjumlahkan dua bilangan yang

masing-masing 8 bit.

Gambar 7.25 : Dua IC 7483 yang dirangkai secara kaskade

Co Penjumlah paralel 4 bit Ci

(7483)

A3 A2 A1 A0

B3 B2 B1 B0 S3 S2 S1 S0

Co Penjumlah paralel 4 bit Ci

(7483)

A7 A6 A5 A4

B7 B6 B5 B4 S7 S6 S5 S4

Co Penjumlah paralel 4 bit Ci

(7483)

A3 A2 A1 A0

B3 B2 B1 B0 S3 S2 S1 S0

Page 126: KATA PENGANTAR - staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/.../elektronikadigital-naskah-lengkap-buku-sumarna.pdf · IC Pewaktu (Timer) 555 154 6. ... pada jam digital yang hanya ... Sebutkan

Dua bilangan yang dijumlahkan melalui rangkaian pada gambar 7.25 di atas

masing-masing adalah A = A7 A6 A5 A4 A3 A2 A1 A0 dan B = B7 B6 B5 B4 B3 B2

B1 B0 yang hasilnya S = S7 S6 S5 S4 S3 S2S1 S0. Cara penjumlahannya adalah

Secara lebih rinci dapat dijelaskan bahwa IC 7483 sebelah kanan

menjumlahkan bilangan 4 bit LSB yang simpanannya (C ) diumpankan ke

masukan C pada IC 7483 sebelah kiri. Prosesnya adalah

IC 7483 sebelah kiri menjumlahkan bilangan 4 bit MSB beserta simpanan

yang dihasilkan dari IC 7483 sebelah kanan. Prosesnya adalah

Sekarang Anda dapat menyusun penjumlah paralel dari IC 7483 untuk

menjumlahkan dua bilangan dengan bit yang lebih besar.

A7 A6 A5 A4 A3 A2 A1 A0

B7 B6 B5 B4 B3 B2 B1 B0

+

S7 S6 S5 S4 S3 S2 S1 S0

A3 A2 A1 A0

B3 B2 B1 B0

+

S3 S2 S1 S0

Ci

C0 CI = 0

IC berikutnya

A7 A6 A5 A4

B7 B6 B5 B4

+

S7 S6 S5 S4

Ci

C0 C0 dari IC

sebelumnya

Page 127: KATA PENGANTAR - staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/.../elektronikadigital-naskah-lengkap-buku-sumarna.pdf · IC Pewaktu (Timer) 555 154 6. ... pada jam digital yang hanya ... Sebutkan

3. Rangkaian Pengurang

Anda dapat dengan mudah menuliskan suatu bilangan positif atau

negatif dengan meletakkan tanda + atau - di depan bilangan tersbut.

Misalkan +7 menyatakan bilangan positif 7, -7 menyatakan bilangan negatif 7,

dan sebagainya. Kenyataannya mesin digital (kalkulator dan komputer)

dapat menangani bilangan negatif sebaik menangani bilangan positif.

Tetapi akan menjumpai masalah jika ingin menyimpan suatu bilangan, yang

dapat positif atau negatif di dalam rangkaian digital, karena rangkaian digital

hanya dapat menyimpan data dalam bentuk 0 atau 1. Dengan demikian

diperlukan suatu cara yang mantap untuk memberikan tanda suatu bilangan

itu positif atau negatif dengan 0 atau 1.

Cara yang biasa digunakan untuk memberikan tanda pada suatu

bilangan adalah menggunakan MSB (Most Significant Bit) dari data bilangan

sebagai bit tanda dan menggunakan sisa bit-bit data bilangan itu untuk

menyatakan ukuran atau besarnya. Perjanjian yang sudah lazim adalah

bahwa 0 sebagai bit tanda untuk menyatakan suatu bilangan positif dan 1

sebagai bit tanda untuk menyatakan suatu bilangan negatif. Untuk lebih

jelasnya perhatikan Gambar 7.26 berikut.

Gambar 7.26 : Bilangan biner bertanda

Dalam suatu memori A berisi bit-bit 0110100. MSB atau bit paling kiri (A6)

adalah 0 sebagai bit tanda bahwa bilangan tersebut positif. Enam bit sisanya

A6 A5 A4 A3 A2 A1 A0

0 1 1 0 1 0 0

= + 52

Bit tanda Besar bilangan

B6 B5 B4 B3 B2 B1 B0

1 0 1 1 1 1 1

= - 31

Bit tanda Besar bilangan

Page 128: KATA PENGANTAR - staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/.../elektronikadigital-naskah-lengkap-buku-sumarna.pdf · IC Pewaktu (Timer) 555 154 6. ... pada jam digital yang hanya ... Sebutkan

menyatakan besar bilangan, 110100 yang setara dengan desimal 52. Jadi

bilangan di dalam memori A adalah +52. Pada memori B berisi 1011111.

MSB atau bit paling kiri (B6) adalah 1 sebagai bit tanda bahwa bilangan

tersebut negatif. Enam bit sisanya, 011111, menyatakan besar bilangan yang

setara dengan desimal 31. Jadi bilangan di dalam memori B adalah -31.

Jelaslah bahwa bit tanda digunakan untuk menunjukkan tanda suatu

bilangan biner itu positif atau negatif. Untuk bilangan positif, bit-bit sisanya

(selain bit tanda) selalu menyatakan besar bilangan biner tersebut.

Sedangkan pada bilangan negatif, ada banyak cara untuk menyatakan

besarnya. Salah satu cara dikenal sebagai komplemen 2. Cara tersebut

dipilih karena dalam mesin digital modern banyak yang menggunakannya.

Komplemen 2 dari suatu bilangan biner dibentuk dengan cara menginversi (0

menjadi 1 dan 1 menjadi 0) setiap bit data dan kemudian menambah hasil

inversi itu dengan 1. Misalkan kita hendak menuliskan desimal 7 dalam

biner 8 bit dengan cara komplemen 2. Dimulai dengan menuliskan +7 dalam 8

bit biner, diperoleh 00000111. Inversikan setiap bit, termasuk MSB-nya,

diperoleh 11111000. Akhirnya menambahkan 1 pada hasil inversi tersebut,

diperoleh 11111001. Hasil akhir inilah sebagai penyajian desimal -7 dengan

cara komplemen 2. Untuk memperjelas langkah-langkah tadi perhatikan yang

berikut ini.

Untuk membuat rangkaian penginversi kita ingat kembali sifat gerbang

EX-OR, yaitu 0 + 0 = 0, 0 + 1 = 1 + 0 = 1, dan 1 + 1 = 0, maka menginversi

suatu bilangan biner dapat dilakukan dengan gerbang EX-OR dengan cara

salah satu masukan gerbang itu dipertahankan selalu 1. Perhatikan Gambar

7.27.

+7 00000111

inversinya 11111000

tambahan 1

+

komplemen 2 11111001

bit tanda (negatif)

Page 129: KATA PENGANTAR - staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/.../elektronikadigital-naskah-lengkap-buku-sumarna.pdf · IC Pewaktu (Timer) 555 154 6. ... pada jam digital yang hanya ... Sebutkan

Dengan satu contoh rangkaian penginversi 4 bit di atas, tentu saja Anda dapat

membuat rangkaian penginversi untuk n bit dengan cara memasang

gerbang EX-OR sebanyak n buah. Sedangkan untuk penambahan dengan 1,

Anda dapat memanfaatkan rangkaian penjumlah seperti yang telah kita bahas

terdahulu.

Selanjutnya, untuk mempelajari cara pengurangan bilangan biner kita

ingat kembali pada salah satu prinsip ilmu hitung bahwa pengurangan adalah

penjumlahan dengan bilangan negatif. Sebagai gambaran perhatikan bahwa

7 - 5 = 7 + (-5). Tentu saja prinsip tersebut juga berlaku pada bilangan biner.

Karena Anda telah mempelajari satu cara menyatakan bilangan biner negatif

(dengan komplemen 2) dan juga penjumlahan bilangan biner, maka Anda

dapat melakukan operasi pengurangan pada bilangan biner. Untuk itu

marilah kita mencoba mengurangkan 3 pada 7, atau dengan kata lain

menambahkan negatif 3 pada 7 dengan memanfaatkan IC 7483.

7 - 3 = 7 + (-3)

= (-3) + 7 = 4.

Pertama membuat -3 dalam bentuk biner 4 bit dengan cara komplemen 2,

hasilnya adalah 1101 dengan MSB 1 merupakan bit tanda bahwa bilangan

tersebut adalah negatif. Sedangkan 7 dinyatakan sebagai 0111, dengan

MSB 0 sebagai bit tanda bilangan positif. Bilangan 1101 kita umpankan

A0 A 0

A1

A 1

A2

A 2

A3

A 3

1

Gambar 7.27 :

Diagram rangkaian penginversi 4 bit.

Page 130: KATA PENGANTAR - staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/.../elektronikadigital-naskah-lengkap-buku-sumarna.pdf · IC Pewaktu (Timer) 555 154 6. ... pada jam digital yang hanya ... Sebutkan

ke masukan A3A2A1A0 dan 0111 ke B3B2B1B0 pada IC 7483. Hasil proses itu

muncul pada keluaran S3S2S1S0 sebagai 0100. Proses lengkapnya adalah

Selanjutnya

Sedangkan diagram rangkaian dari proses di atas seperti tampak pada Gambar

7.28 di bawah ini.

Gambar 7.28 : Diagram rangkaian penjumlah untuk menjumlahkan

bilangan positif dan negatif cara komplemen 2.

Cara dan rangkaian untuk operasi pengurangan bilangan biner tersebut

bukanlah satu-satunya. Masih banyak cara dan rangkaian lain yang

+3 0011

inversi 1100

tambah 1 1

+

-3 1101 (menurut cara komplemen 2).

+7 0111

-3 1101

+

10100

bit tanda (positif)

diabaikan, karena bilangan-bilangan itu

hanya dinyatakan dalam 4 bit.

Co Penjumlah paralel 4 bit Ci

(7483)

A3 A2 A1 A0

B3 B2 B1 B0 S3 S2 S1 S0

0 1

0 1 1 1 = +7

0 1 0 0 = +4 (hasil operasi)

1 1 0 1 = -3

Page 131: KATA PENGANTAR - staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/.../elektronikadigital-naskah-lengkap-buku-sumarna.pdf · IC Pewaktu (Timer) 555 154 6. ... pada jam digital yang hanya ... Sebutkan

fungsinya dapat melaksanakan operasi pengurangan bilangan biner. Tetapi

cara dan rangkaian lain yang dimaksud tidak dibahas, karena terbatasnya

tempat dan kesempatan. Demikian pula belum sempat dibahas rangkaian

pengali dan pembagi. Tetapi jika diingat bahwa perkalian adalah

penjumlahan yang berulang dan pembagian adalah pengurangan yang

berulang, maka sebenarnya telah dipelajari prinsip-prinsip dasarnya.

4. Soal-soal

1. Rancanglah rangkaian komparator biner yang menggunakan gerbang EX-

OR dan NOR untuk membandingkan dua data biner masing- masing

berukuran 8 bit. Untuk mencoba rancangan tersebut, berikanlah status logik

pada saluran masukannya dengan A = 11011001 dan B = 11011001, apa

yang terjadi pada keluarannya ?

2. Perhatikanlah gambar berikut ! Evaluasilah status logik pada keluaran X, Y,

dan Z ketika pada saluran masukannya dikenai data (word) A = 10110101

dan B = 11000011.

3. Berdasarkan data yang terdapat di dalam lembara data (data sheet) untuk

IC-7485 (siapkan sendiri), dapatkah sekurang-kurangnya dua saluran

keluarannya berstatus logik tinggi (HIGH) secara simultan ? Jelaskan ! Jika

A, LSB

B, LSB

4 bit

X

Y

4 bit Z

A>B

A=B

A<B

0

1

0

A, MSB

B, MSB

4 bit

4 bit

A>B

A=B

A<B

7485 X

Y

Z

7485

Page 132: KATA PENGANTAR - staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/.../elektronikadigital-naskah-lengkap-buku-sumarna.pdf · IC Pewaktu (Timer) 555 154 6. ... pada jam digital yang hanya ... Sebutkan

semua masukan IC komparator tersebut berstatus logik rendah (LOW)

kecuali saluran IA < B, evaluasilah apa yang terjadi pada keluarannya ?

4. Mengapa saluran masukan yang diperlukan penjumlah penuh (FA) berbeda

dengan penjumlah paro (HA) ? Agar saluran keluaran S (jumlah) pada FA

berniali 1 (high), apa yang harus dipenuhi pada ketiga saluran masukkannya

? Pada FA, keadaan masukan seperti apa yang dapat menghasilkan nilai 1

(high) pada saluran keluaran Carry-nya (Co) ?

5. Perhatikanlah gambar rangkaian penjumlah paro (HA) berikut ! (a) Kapan

HA digunakan sebagai pengganti FA ? (b) Ubahlah rangkaian HA berikut

hanya dengan menggunakan gerbang-gerbang NOR !

6. Gambarkan diagram blok penjumlah penuh 4 bit yang menggunakan 4 buah

rangkaian penjumlah penuh (FA) !

7. Rancang dan gambarlah rangkaian penjumlah biner 6 bit dengan

menggunakan dua buah IC penjumlah 4 bit 7483 !

8. Rancang dan gambarlah rangkaian penjumlah biner 16 bit dengan

menggunakan empat buah IC-4008 CMOS ! Sebelumnya, carilah lembar

data untuk IC tersebut !

B

A

C0

S

Page 133: KATA PENGANTAR - staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/.../elektronikadigital-naskah-lengkap-buku-sumarna.pdf · IC Pewaktu (Timer) 555 154 6. ... pada jam digital yang hanya ... Sebutkan

9. Apa yang harus diubah agar rangkaian penjumlah/pengurang berikut jika

gerbang-gerbang EX-OR digantikan dengan gerbang-gerbang EX-NOR ?

10. Dengan menggunakan rangkaian di bawah ini, kerjakanlah operasi-operasi

berikut :

a. 75 + 56

b. 75 – 56

c. –53 + 24

d. –53 – 24

e. –53 – (–24).

A4 B4 A5 B5 A6 B6 A7 B7

A3 B3 A2 B2 A1 B1 A0 B0

C0 4008 Ci

S7 S6 S5 S4

A0 B0 A1 B1 A2 B2 A3 B3

A3 B3 A2 B2 A1 B1 A0 B0

C0 4008 Ci

S3 S2 S1 S0

1 (kurang)

0 (jumlah)

A4 B4 A5 B5 A6 B6 A7 B7

A3 B3 A2 B2 A1 B1 A0 B0

C0 74HC283 Ci

S7 S6 S5 S4

A0 B0 A1 B1 A2 B2 A3 B3

A3 B3 A2 B2 A1 B1 A0 B0

C0 74HC283 Ci

S3 S2 S1 S0

1 (kurang)

0 (jumlah)

Vcc

Page 134: KATA PENGANTAR - staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/.../elektronikadigital-naskah-lengkap-buku-sumarna.pdf · IC Pewaktu (Timer) 555 154 6. ... pada jam digital yang hanya ... Sebutkan

BAB VIII

FLIP-FLOP (BISTABIL)

Rangkaian-rangkaian gerbang logika seperti penjumlah, pembanding,

dekoder/demultiplekser, dan multiplekser merupakan rangkaian kombinasional.

Keadaan keluaran rangkaian tersebut pada suatu saat hanya tergantung pada

keadaan masukannya pada saat itu juga. Keadaan masukan ataupun

keluaran sebelumnya sama sekali tidak mempengaruhi keadaan keluaran

berdasarkan masukan terbarunya. Hal semacam ini menunjukkan bahwa

pada rangkaian kombinasional tidak memiliki kemampuan untuk mengingat

atau tidak mampu menyimpan keadaan yang pernah dihasilkan

sebelumnya. Dengan kata lain, rangkaian kombinasional tidak memiliki unit

pengingat (memori).

Piranti digital yang dapat diprogram, seperti komputer, selain

tersusun dari rangkaian kombinasional tetapi juga terdiri dari unit-unit pengingat

(memori). Unit pengingat ini merupakan rangkaian sekuensial, yaitu suatu

sistem digital yang keadaan keluarannya pada suatu saat selain ditentukan

oleh keadaan masukannya pada saat itu tetapi juga tergantung pada keadaan

masukan dan/atau keluaran pada saat sebelumnya. Jadi jelas bahwa pada

sistem sekuensial diperlukan unit pengingat atau memori yang digunakan

untuk menyimpan data masa lalunya. Unit terkecil dari rangkaian digital yang

memiliki kemampuan untuk mengingat tersebut adalah flip-flop (FF). Flip-

flop juga disebut sebagai multivibrator bistabil, dwimantap, atau pengunci

(latch). Dengan adanya flip-flop dunia digital menjadi semakin semarak.

Flip-flop adalah suatu rangkaian yang memiliki dua keadaan stabil.

Keluaran flip-flop bertahan pada satu keadaan hingga ada pulsa pemicu yang

menyebabkan keluarannya berubah ke keadaan yang lain. Pulsa pemicu

tersebut berlangsung sangat singkat (pendek) dan tepat. Sekali dipicu flip-flop

akan mempertahankan keadaannya yang baru dan menyimpan data sesudah

adanya perintah masukan berhenti. Flip-flop banyak digunakan dalam

rangkaian elektronik seperti pencacah, register, dan memori. Flip-flop

memiliki banyak jenis yaitu FF-SR, FF-SR Berdetak, FF-JK, FF-JKMS, FF-D,

Page 135: KATA PENGANTAR - staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/.../elektronikadigital-naskah-lengkap-buku-sumarna.pdf · IC Pewaktu (Timer) 555 154 6. ... pada jam digital yang hanya ... Sebutkan

dan FF-T. Dengan mempelajari jenis flip-flop yang paling sederhana

terlebih dahulu diharapkan dapat lebih mudah untuk memahami jenis-jenis

flip-flop yang lebih rumit. Semua flip-flop yang akan dibahas pada modul ini

tersusun dari gerbang-gerbang logika. Pada dasarnya Flip-flop merupakan

rangkaian logika dengan dua keluaran (Q dan Q ) dengan keadaan yang

saling berkebalikan (saling komplemen). Gambar 8.1 adalah simbol flip-flop

pada umumnya.

Gambar 8.1 : Simbol umum flip-flop.

Jika sebuah flip-flop dikatakan berada pada keadaan tinggi (1) atau rendah (0),

maka yang dimaksud adalah keadaan pada keluaran normal (Q). Tentu saja

keluaran komplemen (Q ) selalu berkebalikan dengan Q. Dengan demikian ada

dua keadaan kerja yang mungkin dari satu flip-flop. Kedua keadaan kerja

tersebut adalah

(1). Q = 0 dan Q = 1 atau

(2). Q = 1 dan Q = 0.

1. Flip-flop Set-Reset (FF-SR).

Flip-flop Set-Reset (FF-SR) merupakan jenis flip-flop yang paling

sederhana dan merupakan dasar dari rangkaian flip-flop jenis lain. Nama lain

dari FF-SR adalah Flip-flop Set-Clear (FF-SC). Flip-flop pada dasarnya

terbentuk dari dua gerbang logika NOT yang keluaran dan masukannya

dihubungkan secara saling-silang (cross coupled). Perhatikan Gambar 8.2.

Q

Q

Keluaran

FF

Masukan

Preset

Clear

Page 136: KATA PENGANTAR - staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/.../elektronikadigital-naskah-lengkap-buku-sumarna.pdf · IC Pewaktu (Timer) 555 154 6. ... pada jam digital yang hanya ... Sebutkan

Sepasang gerbang NOT yang dihubungkan saling-silang tersebut masih

bersifat sangat mendasar dan belum sempurna. Rangkaian tersebut hanya

dibangun untuk mengubah keadaan dengan cara sederhana, yaitu

menghubung-pendekkan dengan tanah guna menghasilkan keluaran mana

saja pada keadaan tinggi (1).

Gambar 8.2 : Rangkai flip-flop dasar.

Flip-flop yang demikian tentu saja kurang luwes. Flip-flop yang luwes adalah

flip-flop yang dapat dikendalikan. Flip-flop yang sedikit lebih luwes dapat

disusun dari gerbang NAND atau NOR. Tetapi kita akan menyusun satu jenis

flip-flop, yaitu FF-SR dari dua gerbang logika NAND. Perhatikan Gambar 8.3.

Gambar 8.3 : FF-SR dari sepasang gerbang NAND.

Masukan S dan R biasanya berada pada keadaan 1 dan salah satu dari

keduanya harus dikenai pulsa rendah (0) apabila ingin mengubah keadaan

keluaran flip-flop. Jika keadaan masukan S = R = 1, salah satu kemungkinan

keluarannya adalah Q = 0 dan Q = 1. Dengan Q = 0, kedua masukan NAND-

2 adalah 0 dan 1 yang menghasilkan Q = 1. Keadaan ini menyebabkan

kedua masukan NAND-1 menjadi 1 dan keluarannya Q = 0. Sebenarnya,

asalkan keluaran NAND-1 dalam keadaan 0 akan menghasilkan keluaran

NAND-2 dalam keadaan 1 dan keluaran NAND-1 bertahan pada 0.

Q

Q

Q

Q

S

R

1

2

Page 137: KATA PENGANTAR - staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/.../elektronikadigital-naskah-lengkap-buku-sumarna.pdf · IC Pewaktu (Timer) 555 154 6. ... pada jam digital yang hanya ... Sebutkan

Kemungkinan yang kedua adalah Q = 1 dan Q = 0. Keadaan ini akan

menghasilakn 0 pada keluaran NAND-2 yang mempertahankan keluaran

NAND-1 berharga 1. Maka ada dua kemungkinan keadaan jika S = R = 1.

Terlihat bahwa suatu keadaan akan tergantung apa yang telah terjadi pada

masukan sebelumnya. Selanjutnya kita selidiki ketika Q = 1 dan Q = 0 yang

mendahului pulsa SET yang dimasukkan. Karena Q = 0 selalu menahan

keluaran NAND-1 dalam keadaan 1, maka pulsa 0 pada S tidak mengubah

sesuatu. Ketika S = 1 keluaran flip-flop masih dalam keadaan Q = 1 dan Q = 0.

Hal ini dapat disimpulkan bahwa jika S = 0 akan menyebabkan keluaran flip-flop

berakhir pada keadaan Q = 1. Operasi ini dikatakan men-set flip-flop.

Keadaan Q = 1 ini juga disebut keadaan set.

Sekarang kita tinjau jika R = 0, S = 1 dan ketika Q = 0, Q = 1

mendahului pulsa R = 0 tadi. Karena Q = 0 selalu membuat keluaran NAND-2

dalam keadaan 1, maka masukan 0 pada R tidak memiliki pengaruh. Ketika R

kembali 1, keluaran flip-flop itu masih Q = 0 dan Q = 1. Keadaan lain jika Q =

1 mendahului masukan pulsa RESET. Ketika R = 0, Q menjadi 1 dan hal ini

memaksa Q menjadi 0 sehingga kedua masukan NAND-2 adalah 0. Maka

ketika R kembali 1, keluaran NAND-2 tetap 1 yang membuat keluaran NAND-1

dalam keadaan 0. Akhirnya dapat disimpulkan bahwa keadaa 0 pada R

menyebabkan keluaran flip-flop Q = 0. Operasi ini disebut me-reset atau

meng-clear flip-flop. Keadaan Q = 0 juga disebut sebagai keadaan reset atau

clear.

Akhirnya ketika secara bersamaan dibuat S = R = 0. Hal ini akan

menghasilkan kedua keluaran NAND Q = Q = 1. Jelas bahwa keadaan ini

tidak diinginkan, karena kedua keluaran flip-flop harus saling komplemen.

Selanjutnya ketika masukan-masukan S dan R kembali menjadi 1, maka

keadaan keluaran flip-flop akan tergantung masukan yang lebih dahulu

menjadi 1. Perubahan secara bersamaan menjadi 1 akan menghasilkan

keluaran yang tidak dapat diprediksi. Oleh karena itu, keadaan S = R = 0 tidak

Page 138: KATA PENGANTAR - staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/.../elektronikadigital-naskah-lengkap-buku-sumarna.pdf · IC Pewaktu (Timer) 555 154 6. ... pada jam digital yang hanya ... Sebutkan

pernah dikenakan pada flip-flop SR. Penjelasan cara kerja flip-flop SR di

atas dapat diringkas seperti berikut :

1. S = R = 1. Keadaan ini tidak memiliki pengaruh terhadap keluaran flip-flop.

Keluaran Q dan Q akan tetap apapun keadaan masukan yang

mendahuluinya.

2. S = 0 dan R = 1. Keadaan ini akan selalu mengakibatkan keluaran

menuju ke keadaan Q = 1, dan akan tetap terjadi sampai sesudah S

kembali ke 1. Keadaan ini dikatakan bahwa flip-flop di-set.

3. S = 1 dan R = 0. Keadaan ini selalu menghasilakn Q = 0, dan akan tetap

bertahan sampai setelah R kembali menjadi 1. Keadaan ini dikatakan

bahwa flip-flop di-reset.

4. S = R = 0. Keadaan ini berusaha men-set dan me-reset secara bersamaan

dan menghasilkan keluaran tidak konsisten dengan flip-flop. Keadaan ini

adalah terlarang.

Berdasarkan ringkasan tersebut dapat dibuat tabel kebenaran untuk flip-flop

SR yang menggunakan gerbang NAND seperti berikut :

S R Keluaran FF

( Q )

1 1 tak berubah

0 1 1 (set)

1 0 0 (Reset)

0 0 Terlarang

Dari cara kerja flip-flop NAND tampak bahwa masukan-masukan S dan R

adalah aktif rendah. Masukan S akan men-set Q = 1 ketika S menjadi rendah.

Masukan R akan me-reset Q = 0 ketika R menjadi rendah.

Page 139: KATA PENGANTAR - staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/.../elektronikadigital-naskah-lengkap-buku-sumarna.pdf · IC Pewaktu (Timer) 555 154 6. ... pada jam digital yang hanya ... Sebutkan

Gerbang logika lain yang dapat digunakan untuk menyusun sebuah FF-

SR adalah NOR. Perhatikanlah Gambar 8.4. Konfigurasi tersebut mirip flip-

flop NAND kecuali keluaran Q dan Q yang letaknya tertukar.

Gambar 8.4 : FF-SR dari sepasang gerbang NOR.

Dengan melakukan analisis pada flip-flop NOR seperti flip-flop NAND, akan

menghasilkan tabel kebenaran sebagai berikut :

S R Keluaran FF

( Q )

0 0 tak berubah

1 0 1 (Set)

0 1 0 (Resest)

1 1 Terlarang

Berdasarkan tabel kebenaran untuk flip-flop NOR dapat dikemukankan

penjelasan sebagai berikut :

1. S = R = 0. Keadaan ini tidak memiliki pengaruh terhadap keluaran flip-flop.

Keluaran-keluaran Q dan Q akan tetap apapun keadaan masukan yang

mendahuluinya.

2. S = 1 dan R = 0. Keadaan ini akan selalu mengakibatkan keluaran

menuju ke keadaan Q = 1, dan akan tetap terjadi sampai sesudah S

kembali ke 0. Keadaan ini dikatakan bahwa flip-flop di-set.

Q

Q S

R

Page 140: KATA PENGANTAR - staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/.../elektronikadigital-naskah-lengkap-buku-sumarna.pdf · IC Pewaktu (Timer) 555 154 6. ... pada jam digital yang hanya ... Sebutkan

3. S = 0 dan R = 1. Keadaan ini selalu menghasilakn Q = 0, dan akan tetap

bertahan sampai setelah R kembali menjadi 0. Keadaan ini dikatakan

bahwa flip-flop di-reset.

4. S = R = 1. Keadaan ini berusaha men-set dan me-reset secara bersamaan

dan menghasilkan keluaran tidak konsisten dengan flip-flop karena Q = Q =

0. Jika masukan dikembalikan ke 0 secara bersamaan, keluarannya tidak

dapat diprediksi. Keadaan ini adalah terlarang.

Cara kerja flip-flop NOR tepat sama dengan flip-flop NAND kecuali bahwa

masukan-masukan S dan R adalah aktif tinggi dan keadaan tetapnya terjadi

ketika S = R = 0. Q akan di-set menjadi 1 oleh pulsa tinggi pada masukan S,

dan keadaan ini akan di-reset menjadi 0 oleh pulsa tinggi pada masukan R.

Seperti telah dikemukakan sebelumnya, bahwa rangkaian flip-flop baik

yang tersusun dari gerbang NOT, NAND maupun NOR seperti yang telah kita

pelajari masih merupakan flip-flop yang belum sempurna karena tetap belum

tersedia fasilitas/saluran untuk mengendalikannya. Oleh karena itu,

selanjutnya akan disusun suatu FF-SR lain dengan masukan aktif tinggi dan

memungkinkan untuk dikembangkan menjadi flip-flop yang dapat dikendalikan.

Kita akan memanfaatkan flip-flop NAND seperti yang telah dipelajari dengan

menambahkan gerbang NOT pada kedua masukannya. Gerbang NOT

tersebut merupakan gerbang NAND yang kedua masukannya disatukan.

Hal ini untuk menyiapkan fasilitas pengendalinya. Untuk lebih jelasnya

perhatikan Gambar 8.5.

Gambar 8.5 : FF-SR aktif tinggi dari gerbang NAND.

Q

Q

S

R

Page 141: KATA PENGANTAR - staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/.../elektronikadigital-naskah-lengkap-buku-sumarna.pdf · IC Pewaktu (Timer) 555 154 6. ... pada jam digital yang hanya ... Sebutkan

Jika kita analisis dengan seksama, jika S = 1 dan R = 0, maka Q = 1. Jika R =

1 dan S = 0, maka Q = 0. Jika S = R = 0, maka Q dapat berharga 1 atau 0

tergantung dari keadaan Q yang mendahuluinya. Hal ini menunjukkan

bahwa keadaan keluaran flip-flop (Q) pada suatu saat tidak hanya

ditentukan oleh keadaan masukannya pada saat itu tetapi juga tergantung

pada keadaan keluaran sebelumnya. Dengan demikian tabel kebenaran untuk

FF-SR aktif tinggi di atas akan dilengkapi dengan keadaan keluaran

sebelumnya (Qn ) dan keadaan keluaran sesudah ada perubahan pada

masukannya (Qn+1). Pada FF-SR tersebut juga ditemui keadaan terlarang yang

terjadi ketika masukan S = R = 1. Pada keadaan tersebut kedua keluaran dari

flip-flop berharga sama, yakni Qn+1 = Q n+1 = 1. Hal ini bertentangan dengan

konsep flip-flop di mana keluaran yang satu (Q) harus merupakan komplemen

dari keluaran yang lain ( Q ). Dengan demikian, pada pemakainnya, keadaan

S = R = 1 harus dihindari. Tabel kebenaran untuk flip-flop SR aktif tinggi

selengkapnya tampak pada tabel berikut

S R Qn Qn+1

0 0 0 0

0 0 1 1

0 1 0 0

0 1 1 0

1 0 0 1

1 0 1 1

1 1 0 terlarang

1 1 1 terlarang

Sistem digital dapat bekerja secara serempak (sinkron) atau tak

serempak (tak sinkron). Pada sistem tak sinkron keluaran dari rangkaian

dapat berubah keadaan setiap saat jika ada satu atau lebih perubahan

masukan. Sistem digital tak sinkron sulit dirancang dan sukar ditentukan

kesalahannya. Sedangkan pada sistem sinkron, perubahan keadaan keluaran

Page 142: KATA PENGANTAR - staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/.../elektronikadigital-naskah-lengkap-buku-sumarna.pdf · IC Pewaktu (Timer) 555 154 6. ... pada jam digital yang hanya ... Sebutkan

ditentukan atau dikendalikan oleh suatu sinyal penyerempak yang sering

disebut detak (clock). Kebanyakan sistem digital berprinsip sinkron, karena

rangkaian sinkron lebih mudah dirancang, terkendali, dan lebih mudah

ditentukan kesalahannya karena keluaran rangkaian itu dapat berubah hanya

pada saat yang tertentu.

Pada umumnya sistem digital terdiri dari banyak flip-flop. Untuk

memberikan kemungkinan perubahan flip-flop yang satu sinkron dengan flip-flop

yang lain diperlukan tambahan saluran masukan. Saluran masukan tersebut

dikenal sebagai masukan detak (clock atau Ck). Perhatikan Gambar 8.6.

Gambar 8.6 : FF-SR berdetak.

FF-SR yang dilengkapi dengan masukan detak disebut FF-SR berdetak

(Clocked S-R FF). Tanda dari masukan detak ini adalah Ck, Clk, atau CP.

Dengan adanya masukan detak ini memungkinkan kerja flip-flop dapat

dikendalikan dan menjadikan flip-flop tersebut lebih sempurna dari

sebelumnya, meskipun masih dijumpai kelemahan yakni adanya keadaan

terlarang. Perubahan keluaran dari FF-SR berdetak hanya akan terjadi jika

masukan Ck = 1. Pada saat masukan Ck = 0, maka S' = R' = 1, sehingga

keluaran Q dapat bernilai 0 atau 1. Pada keadaan Ck = 0 meskipun harga S

dan R berubah-ubah keluaran flip-flop tetap. Keluaran flip-flop berubah hanya

ketika Ck bertransisi dari 0 ke 1 dan harga keluaran tersebut tergantung dari

keadaan S dan R pada saat Ck = 1. Transisi detak yang demikian disebut

transisi positif. Selanjutnya keluaran flip-flop tidak akan berubah meskipun Ck

berubah dari 1 ke 0.

S’

Ck

R’

Q

Q

S

R

Page 143: KATA PENGANTAR - staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/.../elektronikadigital-naskah-lengkap-buku-sumarna.pdf · IC Pewaktu (Timer) 555 154 6. ... pada jam digital yang hanya ... Sebutkan

Dikenal pula suatu FF berdetak yang mengalami perubahan keluaran

ketika terjadi transisi negatif, yaitu dari 1 ke 0. Tabel kebenaran FF-SR

berdetak sama dengan tabel kebenaran FF-SR aktif tinggi yang telah kita

pelajari. Untuk keperluan efisiensi dan efektifitas penggambaran, maka FF-

SR berdetak digambarkan seperti tampak pada Gambar 8.7.

Gambar 8.7 : Diagram untuk FF-SR Berdetak.

2. Flip-flop J-K (FF-JK)

Kelemahan utama dari flip-flop yang terdahulu adalah terjadinya

keadaan terlarang. Untuk menghindari kelemahan ini disusunlah jenis flip-flop

baru yang dikenal sebagai FF-JK. FF-JK dapat disusun dari FF-SR berdetak

dengan konfigurasi susunan yang tampak seperti pada Gambar 8.8.

Gambar 8.8 : (a) FF-JK yang tersusun dari FF-SR Berdetak.

(b) Simbol FF-JK.

Dengan memperhatikan rangkaian, tampak bahwa fungsi logika untuk S dan

R pada FF-SR berdetak adalah S = J Q dan R = KQ. Jika dianalisis dengan

seksama akan diperoleh bahwa tabel kebenaran untuk FF-JK sama

S Q

Ck

R Q

_

J

K

Ck

Q

Q

(a) (b)

S Q

Ck

R Q

_

J Q

Ck

K

Q

_

Page 144: KATA PENGANTAR - staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/.../elektronikadigital-naskah-lengkap-buku-sumarna.pdf · IC Pewaktu (Timer) 555 154 6. ... pada jam digital yang hanya ... Sebutkan

dengan tabel kebenaran FF-SR berdetak kecuali untuk J = k = 1. Perhatikan

tabel kebenaran untuk FF-JK berikut.

J K Qn Qn+1

0 0 0 0

0 0 1 1

0 1 0 0

0 1 1 0

1 0 0 1

1 0 1 1

1 1 0 1

1 1 1 0

Meskipun lebih baik dari sebelumnya, FF-JK tetap memiliki kelemahan.

Kelemahan ini dapat terjadi ketika J = K = 1. Misal mula-mula Q = Qn = 1 dan

pada saat Ck = 1, maka Q akan berubah menjadi Qn+1 = 0. Kemudian karena

sekarang Q = 0, kalau Ck tetap 1, maka keluaran Q akan berubah kembali

menjadi 1. Dengan demikian, jika J = K = 1 dan Ck terlalu lama dalam

keadaan 1, maka keluaran Q akan berubah-ubah dari 0 ke 1 atau dari 1 ke 0.

Hal ini mengakibatkan pada saat Ck kembali ke 0 keadaan keluaran Q tidak

dapat diprediksi (tidak menentu). Kejadian ini dikenal sebagai gejala

balapan putar (race round). Balapan putar tidak akan terjadi jika lebar pulsa

detak tCk lebih kecil dari pada waktu yang diperlukan untuk berubahnya

keluaran td atau waktu tunda flip-flop. Orde waktu tunda tersebut adalah nano

hingga mikro detik. Jika syarat itu tidak terpenuhi maka pada saat J = K = 1

akan terjadi balapan putar, yaitu keluaran flip-flop akan berubah secara

berulang pada harga 0 atau 1 selama Ck = 1. Untuk mengatasi kelemahan FF-

JK kemudian disusun jenis flip-flop baru yang dikenal sebagai flip-flop JK

master-slave (Flip-flop JK-MS).

Page 145: KATA PENGANTAR - staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/.../elektronikadigital-naskah-lengkap-buku-sumarna.pdf · IC Pewaktu (Timer) 555 154 6. ... pada jam digital yang hanya ... Sebutkan

3. Flip-flop J-K Master-Slave (FF-JKMS)

Flip-flop JKMS dapat disusun dari FF-JK sebagai master (majikan) dan

FF-SR Berdetak sebagai slave (budak). Umpan balik tidak keluar dari FF-JK

tetapi dari FF-SR berdetak. Polaritas dari pulsa detak yang masuk ke FF-JK

berlawanan dengan polaritas pulsa detak yang masuk ke FF-SR berdetak.

Untuk lebih jelasnya perhatikan Gambar 8.9.

Gambar 8.9 : FF-JK Master-Slave (JK-MS)

Jika Ck berubah dari 0 ke 1, keluaran dari FF-JK akan berubah sesuai dengan

tabel kebenarannya. Tetapi karena pada saat ini detak dari FF-SR berdetak

bernilai 0, maka keluarannya tetap, akibatnya nilai Q yang diumpan-balikkan

juga masih tetap, sehingga tidak terjadi balapan putar. Setelah harga Ck

kembali ke 0, maka nilai keluaran FF-SR berdetak yang juga merupakan

kaluaran dari FF-JKMS berubah. Oleh karena masukan FF-SR berdetak

dihubungkan dengan keluaran FF-JK yang berarti harga S dan R selalu

berlawanan, maka keluaran dari FF-SR berdetak akan berubah mengikuti

harga keluaran dari FF-JK. Tabel kebenaran FF-JKMS sama dengan tabel

kebenaran dari FF-JK.

4. Flip-flop D (FF-D) dan Flip-flop T (FF-T)

Flip-flop D (delay atau data) dan flip-flop T (toggle) merupakan jenis

flip-flop lain. FF-D dan FF-T merupakan flip-flop berdetak yang bekerja hanya

dengan satu masukan. FF-D disusun dengan menambahkan gerbang NOT

antara masukan S (J) dan R (K) pada FF-SR berdetak atau FF-JK. Keuntungan

Slave Master

J

K

Ck

Q

Q

S Q

Ck

R Q

_

S Q

Ck

R Q

_

Page 146: KATA PENGANTAR - staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/.../elektronikadigital-naskah-lengkap-buku-sumarna.pdf · IC Pewaktu (Timer) 555 154 6. ... pada jam digital yang hanya ... Sebutkan

dari FF-D adalah menghindari terjadinya keadaan S = R = 1 yang terlarang.

Sedangkan FF-T tidak lain adalah FF-JK yang kedua masukan J dan K

dihubungkan menjadi satu. Baik FF-D maupun FF-T dapat disusun dari FF-

JK-MS. Rangkaian kedua flip-flop tersebut tampak pada Gambar 8.10 dan

Gambar 8.11.

Gambar 9.10 : (a). Rangkaian Flip-flop D dan (b). Simbol Flip-flop D.

Gambar 8.11 : (a). Rangkaian Flip-flop T dan (b). Simbol Flip-flop T.

Dengan melakukan analisis akan diperoleh tabel kebenaran kedua flip-flop

sebagai berikut :

D Qn Qn+1 T Qn Qn+1

0 0 0 0 0 0

0 1 0 0 1 1

1 0 1 1 0 1

1 1 1 1 1 0

(a) (b)

D S/J Q

Ck

R/K Q

_

D Q

Ck

Q

_

T J Q

Ck

K

Q

_

T Q

Ck

Q

_

(a) (b)

Page 147: KATA PENGANTAR - staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/.../elektronikadigital-naskah-lengkap-buku-sumarna.pdf · IC Pewaktu (Timer) 555 154 6. ... pada jam digital yang hanya ... Sebutkan

5. Flip-flop yang Dilengkapi dengan Preset dan Clear

Sebelum suatu FF dioperasikan sangat diperlukan untuk mengatur

keadaan awal dari FF tersebut. Untuk keperluan inilah maka suatu FF sering

dilengkapi dengan fasilitas masukan preset (Pr) dan clear (Cr), atau kadang-

kadang masukan clear (Cr) saja. Bentuk sederhana dari FF-JK yang dilengkapi

dengan masukan Pr dan Cr tampak pada Gambar 8.12.

Gambar 8.12 : (a) FF-JK yang dilengkapi dengan Preset dan Clear.

(b) Simbol FF-JK dengan Pr dan Cr

Tanpa menunggu adanya pulsa detak, keluaran Q = 1 jika Pr = 0 dan Cr = 1.

Selanjutnya keluaran Q = 0 jika Pr = 1 dan Cr = 0. Keadaan Pr = Cr = 0 perlu

dihindari karena akan mengakibatkan keadaan terlarang yakni Q = Q = 1.

Setelah dilakukan pengaturan keadaan awal keluaran FF, maka masukan Pr

dan Cr harus dikembalikan ke keadaan 1 sehingga FF bekerja sebagaimana

yang seharusnya.

6. Tabel Eksitasi

Tabel eksitasi menyatakan tabel yang berisi kombinasi keadaan masukan

suatu FF untuk mendapatkan eksitasi (loncatan) keadaan keluaran dari keadaan

awal (Qn) ke keadaan berikutnya (Qn+1) yang dimungkinkan. Tabel ini sangat

berguna untuk merancang rangkaian pencacah sinkron. Karena berdasarkan

tabel eksitasi ini akan dapat dibuat tabel transisi dari suatu rangkaian digital

sekuensial, misalkan rangkaian pencacah biner sinkron. Tabel eksitasi suatu FF

diturunkan dari tabel kebenaran FF yang bersangkutan. Berikut ini dikemukakan

J

Ck

K

Pr

Cr

Q

Q

Pr J Q

Ck

K Q

Cr

_

(a) (b)

Page 148: KATA PENGANTAR - staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/.../elektronikadigital-naskah-lengkap-buku-sumarna.pdf · IC Pewaktu (Timer) 555 154 6. ... pada jam digital yang hanya ... Sebutkan

tebel eksitasi untuk FF-SR, FF-JK, FF-D, dan FF-T. Tabel eksitasi FF-JK-MS

sama dengan tabel eksitasi FF-JK.

Qn Q n+1 S R J K D T

0 0 0 x 0 x 0 0

0 1 1 0 1 x 1 1

1 0 0 1 x 1 0 1

1 1 x 0 x 0 1 0

Beberapa contoh cara membuat tabel eksitasi dapat dilihat pada FF-JK. Dengan

melihat tabel kebenaran untuk FF-JK yang terdahulu, terbukti bahwa agar

keluaran FF-JK berubah dari keadaan awal 0 (atau Qn = 0) ke keadaan

berikutnya 0 (atau Qn+1 = 0) maka nilai J = 0 sedangkan nilai K boleh 0 atau 1.

Dengan kata lain nilai K boleh sembarang yang dituliskan dengan tanda x.

Selanjutnya, agar pada keluarannya berubah dari 0 ke 1, maka haruslah J = 1

dan K sembarang. Demikian seterusnya untuk perubahan yang lain. Cara

tersebut juga berlaku untuk FF yang lain.

7. Aplikasi Flip-flop

Flip-flop banyak diaplikasikan dalam berbagai persoalan. Aplikasi yang

paling utama adalah pada register dan pencacah. Karena penting dan luasnya,

maka kedua persoalan tersebut akan dibahas dalam bab tersendiri. Berikut ini

hanya dikemukakan beberapa aplikasi yang relatif sederhana dan spesifik.

Komputer digital sering memerlukan rangkaian untuk mengingat apakah

hasil terakhir dari suatu operasi matematik bernilai lebih besar (>), kurang dari

(<) atau sama dengan (=) nol (0). Rangkaian berikut dapat digunakan untuk

menyelesaikan tugas tersebut. Tiga buah gerbang NAND empat masukan

disusun untuk membentuk flip-flop 3 keadaan. Bagian masukannya terdiri dari

tiga saluran ( A , B , dan C ), bagian keluarannya juga terdiri dari tiga saluran (A,

B, dan C). Rangkaian tersebut bersifat aktif rendah (active low). Hanya satu dari

Page 149: KATA PENGANTAR - staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/.../elektronikadigital-naskah-lengkap-buku-sumarna.pdf · IC Pewaktu (Timer) 555 154 6. ... pada jam digital yang hanya ... Sebutkan

ketiga masukannya boleh rendah (aktif) pada suatu saat, dan hanya satu

keluaran yang berstatus rendah (aktif) yang cocok dengan keadaan masukan

tersebut. Keadaan keluaran ini tetap bertahan hingga terjadi masukan aktif

berikutnya.

Misalkan ketika A rendah, ia memaksa keluaran B dan C tinggi, karena B dan

C tinggi sehingga keempat masukan gerbang 1 tinggi dan keluaran A rendah

yang memberikan masukan rendah pada gerbang 2 dan 3. Keluaran A tetap

rendah setelah A kembali ke tinggi dan mempertahankan B dan C tinggi.

Misalkan C rendah, ia memaksa keluaran gerbang 1 dan 2 tinggi. Hal ini

membuat keempat masukan gerbang 3 tinggi dan keluaran C menjadi rendah.

Demikian seterusnya.

Contoh aplikasi berikutnya adalah rangkaian yang diperlukan untuk

mengingat nilai bilangan biner (23222120) yang menyajikan keadaan hari di mana

pada suatu saklar pembatas suhu siap berubah status (misalkan ke tinggi).

Rangkaian tersebut menggunakan 4 buah SR-FF karena ada 4 bilangan biner

yang harus diingat, selain itu juga menggunakan gerbang lain yang diperlukan.

C B A

7420 7420 7420

A B C

Gambar 8.13 : Flip-flop 3 keadaan

1 2 3

Page 150: KATA PENGANTAR - staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/.../elektronikadigital-naskah-lengkap-buku-sumarna.pdf · IC Pewaktu (Timer) 555 154 6. ... pada jam digital yang hanya ... Sebutkan

Dengan saklar reset pada posisi tanah, maka masukan R menjadi rendah.

Dengan saklar pembatas suhu pada posisi tanah, maka salah satu masukan

pada setiap gerbang AND berstatus rendah yang mempertahankan masukan S

pada keadaan rendah. Untuk memulai bekerja, pertama saklar reset ditinggikan

(+ 5 volt) sesaat yang akan me-reset semua flip-flop. Sementara itu, bilangan

masukan biner tidak diijinkan mencapai S karena ada keadaan rendah pada

salah satu kaki dari setiap gerbang AND. Gerbang-gerbang ini digunakan untuk

gerbang strobe yang hanya meloloskan informasi hanya ketika semuanya di-

enable. Ketika saklar permatas suhu tersambung ke + 5 volt sesaat, maka biner

masukan diijinkan lolos menuju S, sehingga men-set flip-flop yang sesuai.

Bilangan biner masukan menggambarkan hari yang keadaan suhunya akan

disaklar untuk diingat dan dibaca kemudian oleh sistem pengolah secara

otomatis.

S Q

R Q

S Q

R Q

S Q

R Q

S Q

R Q + 5 volt

+ 5 volt

Reset

Masukan dari detak biner

Keluaran ke sistem pengolah

Saklar

pembatas

suhu Gerbang

strobe

Gambar 8.14 : SR-FF sebagai rangkaian pengingat

Page 151: KATA PENGANTAR - staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/.../elektronikadigital-naskah-lengkap-buku-sumarna.pdf · IC Pewaktu (Timer) 555 154 6. ... pada jam digital yang hanya ... Sebutkan

8. Soal-soal :

1. Gambar di bawah ini adalah sebuah SR-FF berdetak. Gambarlah bentuk

gelombang keluaran (Q), jika pada masukannya dikenai keadaan seperti

berikut !

2. Jelaskan cara kerja rangkaian berikut ketika masukan Ck dikenai detak.

Gambarkanlah diagram waktu dari Q1 dan Q2 sesuai dengan detakan yang

dikenakan tadi !

3. Diketahui suatu rangkaian yang dirancang untuk menghasilkan pulsa

tunggal seperti gambar berikut. Analisislah kapan dapat terjadi pulsa tunggal

pada keluaran (sebutkan status saklar), seberapa lama (terhadap detak),

dan gambarkan bentuk gelombang keluarannya. Kemungkinan pada

keluaran terjadi denyut pendek beberapa saat setelah pulsa tunggal

berakhir. Jika denyut itu terjadi, mengapa dapat terjadi dan sebutkan cara

mengatasinya (rancang ulang) !.

J Q1

Ck

K Q1

1

1 J Q2

Ck

K Q2

Detak

S

R

Q

Q Ck

R

Ck

S

Q

Page 152: KATA PENGANTAR - staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/.../elektronikadigital-naskah-lengkap-buku-sumarna.pdf · IC Pewaktu (Timer) 555 154 6. ... pada jam digital yang hanya ... Sebutkan

4. Perhatikanlah rangkaian flip-flop pada gambar berikut ! (Lihatlah lembar

data untuk setiap jenis flip-flop). Dengan menggambarkan bentuk

gelombang, jelaskan apa yang terjadi pada keluarannya ketika (a) Saklar

terbuka dan status detak rendah (gnd), (b) Saklar terbuka dan status detak

tinggi (+ 5 volt).

5. Diketahui rangkaian flip-flop seperti tampak pada gambar berikut. Jika pada

saluran masukan dikenai detak dengan frekuensi 8 MHz, berapakah

frekuensi pada saluran Q0 dan Q1 ? Gambarkanlah bentuk gelombangnya

jika dimulai dari keadaan masukan rendah.

D Q

7474

Ck

D Q

7474

Ck

Detak

Keluaran Sakla

r

D Q

7474

Ck

Detak

Keluaran

Sakla

r J Q

Ck

K

74107

D Q0

Ck

D Q1

Ck

Q Masukan

Page 153: KATA PENGANTAR - staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/.../elektronikadigital-naskah-lengkap-buku-sumarna.pdf · IC Pewaktu (Timer) 555 154 6. ... pada jam digital yang hanya ... Sebutkan

6. Lihatlah buku/lembar data (CMOS atau TTL) untuk mengetahui cara kerja

flip-flop JK dengan kode IC 74LS76. Jika status logik dari saluran-saluran J,

K, detak, pre-set, dan clear sebagai berikut, maka gambarlah bentuk

gelombang keluaran pada saluran Q !

7. Berdasarkan konfigurasi sambungan seperti gambar berikut dan status logik

yang diketahui, gambarlah bentuk gelombang keluaran dari saluran Q !

8. Berdasarkan konfigurasi persambungan dan status logik DR = 1

sebagaimana tampak pada gambar berikut, maka gambarkanlah bentuk

gelombang keluaran pada Q !

Ck

SD

Q

RD

J

K

Ck

RD

Q

J Q

K Q

1

74LS76

RD

SD

CK

Page 154: KATA PENGANTAR - staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/.../elektronikadigital-naskah-lengkap-buku-sumarna.pdf · IC Pewaktu (Timer) 555 154 6. ... pada jam digital yang hanya ... Sebutkan

9. Berdasarkan konfigurasi sambungan seperti gambar berikut dan status logik

yang diketahui, gambarlah bentuk gelombang keluaran dari saluran Q !

10. Perhatikanlah konfigurasi sambungan dan status logik pada gambar berikut,

gambarkanlah bentuk gelombang keluaran pada saluran Q !

Ck

SD

Q

J Q

K Q

1

74LS76

RD

SD

CK

J Q

K Q

1

74LS76

RD

SD

CK

Data Ck

SD

Data

Q

Ck

RD

Q

J Q

K Q

1

74LS76

RD

SD

CK

1

Page 155: KATA PENGANTAR - staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/.../elektronikadigital-naskah-lengkap-buku-sumarna.pdf · IC Pewaktu (Timer) 555 154 6. ... pada jam digital yang hanya ... Sebutkan

BAB IX

MULTIVIBRATOR

Dalam dunia elektronik banyak proses yang pada prinsipnya sekedar

memutus atau menghubungkan suatu rangkaian listrik (proses pensaklaran).

Proses tersebut harus memenuhi syarat tertentu, yakni cepat (tidak timbul

getaran) dan tidak menimbulkan percikan bunga api listrik. Saklar mekanik

atau manual tidak dapat memenuhi persyaratan tersebut. Karena saklar

mekanik memiliki kelembaman yang relatif besar sehingga kecepatannya

terbatas. Selain itu, saklar mekanik juga menimbulkan percikan bunga api

listrik yang dapat membakar bahan yang bersinggungan. Proses pemsaklaran

tersebut dapat kita jumpai pada sistem pewaktu agar suatu rangkaian dapat

bekerja ataupun tidak bekerja dalam selang waktu tertentu. Misalkan

rangkaian pewaktu untuk membuat agar sebuah relay dapat tertutup atau

terputus dalam selang waktu tertentu. Juga sering kita perlukan rangkaian yang

dapat memodulasi lebar pulsa dan penunda waktu (time delay). Rangkaian

elektronik yang mempunyai kemampuan untuk membuat waktu tunda atau

lebar pulsa tertentu ini lebih jauh akan dipelajari dalam multivibrator

monostabil. Multivibrator sebenarnya merupakan rangkaian elektronik yang

menghasilkan gelombang kotak, atau gelombang lain yang bukan sinusoida

seperti gelombang segi empat dan gelombang gigi gergaji. Nama multivibrator

diturunkan dari kenyataan bahwa gelombang kotak terdiri dari sejumlah

besar gelombang sinusoida dengan frekuensi yang berbeda-beda

(berdasarkan analisis deret fourier).

Selain flip-flop dan monostabil, ada jenis multivibrator lain yang

akan kita pelajari yaitu multivibrator astabil dan picu Schmitt. Keduanya sering

berperan sebagai osilator yang menghasilkan pulsa kotak (square). Pulsa kotak

yang stabil dengan frekuensi tertentu dalam elektronika digital lebih dikenal

sebagai detak (clock). Detak ini penting, bahkan sangat penting, dalam

operasi suatu piranti elektronika digital seperti komputer dan kalkulator.

Page 156: KATA PENGANTAR - staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/.../elektronikadigital-naskah-lengkap-buku-sumarna.pdf · IC Pewaktu (Timer) 555 154 6. ... pada jam digital yang hanya ... Sebutkan

1. Multivibrator Monostabil

Sesuai dengan namanya, rangkaian multivibrator monostabil mempunyai

keluaran dengan satu keadaan stabil (mantap). Rangkaian tersebut tetap

dalam keadaan stabilnya sampai ada pemicu. Sekali dipicu, keluarannya

berubah dari keadaan stabilnya tadi ke keadaan tak stabil (keadaan baru).

Keadaan tak stabil itu bertahan selama waktu tertentu dan setelah itu dengan

sendirinya kembali ke keadaan stabilnya lagi. Ternyata monostabil merupakan

rangkaian yang penting, bahkan terlalu penting, untuk membangkitkan pulsa

yang dapat diatur polaritas dan lebarnya pada amplitudo tetap. Sebuatan

lain untuk monostabil adalah eka-mantap, one-shot, atau monoflop.

Monostabil dapat dibuat dengan berbagai cara, namun pada kesempatan

ini kita akan membahas monostabil yang menggunakan gerbang logika

NAND yang dilengkapi dengan resistor dan kapasitor sebagai komponen

pewaktunya. Ada 2 jenis monostabil, yaitu monostabil terpicu positif dan

monostabil terpicu negatif. Perhatikan Gambar 9.1.

Gambar 9.1 : Rangkaian monostabil terpicu positif

Anggaplah mula-mula masukan pemicu T = 0, keluaran Q = 1, dan keluaran Q

= 0. Perhatikan keluaran dari NAND-2 dalam keadaan 1 sehingga K = 1. Pada

saat masukan T berubah dari 0 ke 1 (terpicu positif) tentu saja kedua

masukan NAND-1 ada pada keadaan 1, sehingga Q berubah dari 1 ke 0.

Tetapi begitu T berubah dari 0 ke 1, maka keluaran dari NAND-2 juga

berubah menjadi 0. Muatan pada kapasitor C yang mula-mula memberikan K

= 1 sedikit demi sedikit dilucuti (dikosongkan) melalui resistor R sehingga

tegangan pada K turun menuju 0. Perubahan K dari 1 ke 0 ini akan melewati

K

R C

T Q Q

1 3 2

Page 157: KATA PENGANTAR - staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/.../elektronikadigital-naskah-lengkap-buku-sumarna.pdf · IC Pewaktu (Timer) 555 154 6. ... pada jam digital yang hanya ... Sebutkan

twgangan ambang yang akan menyebabkan K dianggap 0. Pada saat ini

keluaran NAND-1, yaitu Q , akan kembali ke keadaan 1 lagi (keadaan

sebelum dipicu). Lama pulsa t (keadaan tak stabil) di Q tersebut tergantung

pada resistansi R dan kapasitansi C yang terpasang. Secara umum berlaku :

t = R.C.

Karena NAND-3 berperan sebagai NOT, maka antara Q dan Q saling

komplemen, artinya jika Q = 1 maka Q = 0, dan sebaliknya jika Q = 0 maka Q

= 1. Kelemahan dari monostabil terpicu positif adalah adanya syarat agar

pulsa pemicu di T harus lebih lama dari pada pulsa keluaran di Q . Hal ini

diakibatkan oleh adanya hubungan langsung T dengan salah satu masukan

NAND-1 yang menyebabkan jika T = 0 maka Q = 1. Sehingga jika T berubah

ke 0 lagi sebelum pulsa pemicu T mencapai tegangan ambang maka lebar

pulsa keluaran Q tidak tepat sama dengan R.C dan tentu saja harga t (lama

tak stabil) pasti kurang dari pada R.C. Jenis lain dari monostabil adalah

yang terpicu negatif (dipicu dari 1 ke 0). Cara menyusunnya antara lain

dengan menambahkan NAND-4 seperti terlihat pada Gambar 9.2.

Gambar 9.2 : Rangkaian monostabil terpicu negatif

Menggunakan gerbang logika NAND

Mula-mula T = 1 dan Q = 1, keadaan ini adalah stabil. Jika T berubah dari 1

ke 0 maka keluaran NAND-4 dalam keadaan 1 (A = 1). Karena masukan

NAND-1 keduanya dalam keadaan 1 maka Q = 0. Selanjutnya, tegangan di

B

R C

T Q Q

1 3 2

A

4

Page 158: KATA PENGANTAR - staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/.../elektronikadigital-naskah-lengkap-buku-sumarna.pdf · IC Pewaktu (Timer) 555 154 6. ... pada jam digital yang hanya ... Sebutkan

titik B semaki lama semakin turun akibat lucutan muatan pada C melalui R.

Sehingga pada saat melewati tegangan ambang membuat Q = 1 kembali

semula. Dengan demikian keluaran Q menjadi tidak tergantung pada

perubahan masukan T dari 0 ke 1, oleh karenanya benar-benar berlaku

bahwa lama keadaan tak stabilnya adalah t = R.C. Untuk lebih jelasnya,

perhatikan bentuk pulsa monostabil terpicu positif dan terpicu negatif pada

Gambar 9.3.

Gambar 9.3 : Bentuk pulsa pada monostabi (a) terpicu

Positif dan (b) terpicu negatif.

Masih banyak cara untuk menyusun monostabil dari gerbang logika lain,

seperti NOT ataupun NOR, bahkan dengan NAND dengan konfigurasi yang

berbeda-beda. Pada Gambar 9.4 tampak rangkaian monostabil dari gerbang

NAND dengan konfigurasi yang berbeda dari sebelumnya. Misalkan mula-mula

Q adalah stabil dalam keadaan 1. Ketika pulsa sempit 0 dikenakan pada

masukan A, maka keluaran NAND-1 menjadi 1 dan melalui C2 membuat kedua

masukan NAND-2 dalam keadaan 1. Hal ini menghasilkam keluaran pada

t

B

Q

Q

A

T

(b)

Tegangan ambang

t

T

K

Q

Q

(a)

Page 159: KATA PENGANTAR - staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/.../elektronikadigital-naskah-lengkap-buku-sumarna.pdf · IC Pewaktu (Timer) 555 154 6. ... pada jam digital yang hanya ... Sebutkan

NAND-2 menjadi 0 yang menjamin keluaran NAND-1 tetap 1 meskipun pulsa

masukan telah berakhir. Sekarang C2 membuang muatan lewat R2 dan

dengan demikian kedua masukan NAND-2 menjadi 0. Keadaan ini membuat

keluaran NAND-2 menjadi 1 dan keluaran NAND-1 menjadi 0. Akhirnya,

rangkaian tersebut mencapai keadaan stabilnya lagi dengan masukan

NAND-1 dalam keadaan 1 dan keluaran NAND-2 juga 1. Lama monostabil

tersebut dalam keadaan tidak stabil ditentukan oleh nilai R2 dan C2 .

Gambar 9.4 : Monostabil digital yang tersusun dari gerbang NAND

Contoh berikutnya adalah monostabil digital yang tersusun dari gerbang logika

NOR, dan salah satu konfigurasinya dapat diperhatikan pada Gambar 9.5.

Gambar 9.5 : Monostabil digital yang tersusun dari gerbang NOR.

Keadaan stabil dari monostabil pada Gambar 9.5 adalah Q = 0 dan A = 0.

Selanjutnya, cobalah untuk menjelaskan cara kerja rangkaian tersebut dengan

memberikan pemicu singkat dengan transisi dari 0 ke 1 (pemicu positif).

C

+

R1 C1

B

A

R2 C2

Q Q

2 1

A

1 M

C Q

R

+

Page 160: KATA PENGANTAR - staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/.../elektronikadigital-naskah-lengkap-buku-sumarna.pdf · IC Pewaktu (Timer) 555 154 6. ... pada jam digital yang hanya ... Sebutkan

2. Multivibrator Astabil

Multivibrator astabil merupakan suatu rangkaian yang keadaan pada

keluarannya tidak dapat stabil pada satu keadaan, tetapi berubah secara terus-

menerus dari keadaan 0 ke keadaan 1 berulang secara bergantian. Astabil

biasa digunakan sebagai osilator yang menghasilkan gelombang kotak

(square). Masalah yang biasa dihadapi adalah menyangkut kestabilan

frekuensi keluaran astabil. Astabil banyak digunakan dalam rangkaian digital

untuk membangkitkan rentetan gelombang kotak untuk keperluan

pendetakan (clock). Rangkaian digital seperti pencacah, register, dan lain-

lain mutlak memerlukan gelombang kotak yang dapat diandalkan.

Ada banyak cara untuk menyusun rangkaian astabil dengan gerbang

logika. Sebagai contoh pada Gambar 9.6 disajikan rangkaian astabil dari

gerbang logika NAND yang dilengkapi dengan resistor R dan kapasitor C

sebagai penentu frekuensi.

Gambar 9.6 : Rangkaian multivibrator astabil

menggunakan gerbang NAND

Mula-mula masukan NAND-1 yaitu titik A = 0, maka titik B = 1 dan titik D = 0.

Oleh karena B = 1 dan dan A = 0 maka tegangan B lebih tinggi dari pada A dan

arus mengalir dari B ke A melalui R. Akibatnya kapasitor C aakan terisi dan

tegangannya naik sedikit demi sedikit hingga menuju 1. Pada saat A = 1,

maka B berubah dari 1 ke 0. Keadaan sekarang menjadi terbalik dari

sebelumnya. Karena B = 0 dan A = 1, maka arus mengalir dari A ke B melalui

R sedemikian hingga tegangan A turun sedikit demi sedikit. Ketika A = 0

D

Q Q R

C

B A 1 2

3 4

Page 161: KATA PENGANTAR - staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/.../elektronikadigital-naskah-lengkap-buku-sumarna.pdf · IC Pewaktu (Timer) 555 154 6. ... pada jam digital yang hanya ... Sebutkan

maka B berubah dari 0 ke 1 lagi. Demikian seterusnya, peristiwa tersebut

terjadi secara berulang sehingga timbul osilasi. Gerbang NAND-3 dan

NAND-4 berfungsi sebagai pembentuk gelombang kotak. Bentuk gelombang

dari rangkaian astabil tersebut dapat dilihat pada Gambar 9.7.

Gambar 9.7 : Bentuk gelombang astabil pada Gambar 8.6.

Antara 0 dan t tegangan titik A naik secara eksponensial yang berarti kapasitor

C terisi dan arus mengalir dari B ke A melalui R. Antara t dan t tegangan A

turun yang berarti arus mengalir dari A ke B atau kapasitor C dikosongkan.

Astabil yang menggunakan gerbang logika NAND pada gambar 9.6 bukanlah

satu-satunya konfigurasi.

Selain dengan gerbang NAND, multivibrator astabil digital juga dapat

disusun dari gerbang logika NOT atau NOR. Pada Gambar 9.8 dapat

dilihat astabil yang tersusun dari gerbang logika NOR.

Gambar 9.8 : Rangkaian astabil dengan gerbang NOR.

0 t1 t2 t3

A

B

Q

A

C

Q

D

R1

R

Page 162: KATA PENGANTAR - staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/.../elektronikadigital-naskah-lengkap-buku-sumarna.pdf · IC Pewaktu (Timer) 555 154 6. ... pada jam digital yang hanya ... Sebutkan

Cobalah untuk menjelaskan cara kerja astabil pada gambar 9.8 dengan

mengingat bahwa pengisian dan pengosongan muatan pada kapasitor C

melalui resistor R. Kedua komponen tersebut, yakni C dan R, dihubungkan

dengan keluaran astabil.

3. Picu Schmitt (Schmitt Trigger)

Picu Schmitt sebenarnya merupakan rangkaian bistabil (flip-flop)

yang keadaan keluarannya dikendalikan melalui tingkat tegangan pada

masukannya. Picu Schmitt sering digunakan untuk mengubah masukan

gelombang sinus menjadi gelombang kotak. Gelombang kotak tersebut

dapat menyediakan pulsa pemicu yang tajam untuk mengendalikan rangkaian

lain. Picu Schmitt sangat baik untuk pembentukan kembali pulsa-pulsa yang

cacat pada tepi tepinya, atau dengan kata lain picu Schmitt sangat handal

untuk penghapusan desah (noise) yang menumpang pada suatu isyarat.

Rangkaian picu Schmitt dapat dibuat dengan menggunakan gerbang

logika NAND 3 masukan sejumlah 3 buah, dan 2 di antara 3 tersbut dirangkai

untuk membuat bistabil. Rangkaian picu Schmitt seutuhnya dapat

diperhatikan pada Gambar 9.9.

Gambar 9.9 : Rangkaian picu Schmitt dengan

gerbang NAND 3 masukan

Vi

Q

Q

Page 163: KATA PENGANTAR - staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/.../elektronikadigital-naskah-lengkap-buku-sumarna.pdf · IC Pewaktu (Timer) 555 154 6. ... pada jam digital yang hanya ... Sebutkan

Suatu bentuk rangkaian astabil yang sederhana dapat dibuat dengan

menggunakan picu Schmitt. Sebagai contoh astabil dari picu Schmitt 7413

atau 7414 dapat dilihat pada Gambar 9.10.

Gambar 9.10 : Astabil dengan picu Schmitt 7413.

Jika masukan NAND-1 yaitu A = 0, maka titik B = 1 dan arus akan mengalir

dari B ke A melalui R. Akibatnya keadaan A menjadi naik menuju 1. Jika A

= 1, maka B akan berubah dari 1 ke 0 dan arus mengalir dari A ke B

melalui R. Demikian seterusnya proses tersebut terjadi secara berulang-ulang.

Jika diperhatikan dengan seksama, keadaan Q selalu berkebalikan dengan

keadaan B, artinya jika B = 0 maka Q = 1 dan jika B = 1 maka Q = 0. Ternyata

frekuensi keluaran astabil yang tersusun dari picu Schmitt dapat diandalkan

kestabilannya.

Gambar 9.11 : Hubungan antara isyarat masukan

Vi

V+

V-

Vo

Vcc

t

t

A

C

R

B Q

2 1

Page 164: KATA PENGANTAR - staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/.../elektronikadigital-naskah-lengkap-buku-sumarna.pdf · IC Pewaktu (Timer) 555 154 6. ... pada jam digital yang hanya ... Sebutkan

dan keluaran pada picu Schmitt.

Picu Schmitt bersifat sebagai komparator yang memiliki dua tingkat

tegangan pada masukannya. Bila tingkat tegangan itu dilampaui oleh suatu

isyarat masukan maka keluarannya akan mengalami perubahan keadaan.

Untuk lebih jelasnya perhatikan Gambar 9.11. V+ adalah tegangan ambang

atas dan V- menyatakan tegangan ambang bawah. Jika tegangan masukan

Vi > V- maka keadaan keluarannya akan tinggi, dan jika Vi < V+ maka

keadaan keluarannya menjadi rendah. Karena ambang atas dan bawah tidak

sama mengakibatkan picu Schmitt memiliki histerisis. Kurva histerisisnya

tampak pada Gambar 9.12.

Gambar 9.12 : Kurva histerisis pada picu Schmitt.

Histerisis inilah yang menjadi ciri khas picu Schmitt, yaitu bahwa rangkaian

tidak segera menyambung balik sesudah isyarat masukan turun tepat di

bawah suatu tegangan ambang (atas) tetapi pada tingkat tegangan yang

jauh lebih rendah (pada ambang bawah). Lambang picu Schmitt dengan

histerisis sebagai ciri khasnya tampak pada Gambar 9.13.

Gambar 9.13 : Lambang picu Schmitt.

V- V+

Vi

Vo

atau

Page 165: KATA PENGANTAR - staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/.../elektronikadigital-naskah-lengkap-buku-sumarna.pdf · IC Pewaktu (Timer) 555 154 6. ... pada jam digital yang hanya ... Sebutkan

Cara lain untuk membangun rangkaian picu Schmitt adalah menggunakan

suatu penyangga (buffer) seperti CD-4050 dengan memasang balikan positif

seperti tampak pada Gambar 9.14.

Gambar 9.14 : (a). Picu Schmitt menggunakan penyangga

(b). Kurva Histerisisnya.

Secara praktis, harga-harga tegangan ambang atas dan bawah dapat

dinyatakan sebagai :

V+ = f

fi

R

RRVcc

2

)(

V- = Vcc - f

fi

R

RRVcc

2

)( .

4. Rangkaian Terpadu Monostabil, Astabil, dan Picu Schmitt

Rangkaian monostabil, astabil dan picu Schmitt dapat disusun

dengan gerbang logika dengan menambhkan beberapa komponen diskrit

resistor maupun kapasitor sesuai dengan keperluan. Tetapi cara yang lebih

mudah dan praktis adalah memanfaatkan rangkaian tersebut yang telah

tersedia dalam bentuk IC. Banyak tersedia IC yang telah dirancang secara

khusus sebagai monostabil, astabil ataupun picu Schmitt, beberapa di

antaranya akan dibahas sebagai berikut.

V- V+

Vi

Vo

Vcc/2

(Ri/Rf).Vcc

(b) (a)

4050

Vcc

Rf

Ri

Page 166: KATA PENGANTAR - staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/.../elektronikadigital-naskah-lengkap-buku-sumarna.pdf · IC Pewaktu (Timer) 555 154 6. ... pada jam digital yang hanya ... Sebutkan

Monostabil/Astabil CD-4047B

IC CD-4047B dapat dioperasikan sebagai salah satu dari monostabil

atau astabil. IC tersebut memerlukan kapasitor luar (dipasang antara kaki 1 dan

3) dan resistor luar (dipasang antara kaki 2 dan 3) untuk menentukan lebar

pulsa bila sebagai monostabil dan menentukan frekuensi keluaran bila

sebagai astabil. Pengoperasiannya sebagai astabil adalah dengan

memberikan keadaan tinggi pada masukan ASTABLE (kaki 5) atau keadaan

rendah pada masukan ASTABLE (kaki 4). Frekuensi keluaran pada Q (kaki

10) dan Q (kaki 11) ditentukan oleh rangkaian konstanta waktu (kapasitor

dan resistor). Frekuensi 2 kali frekuensi keluaran Q tersedia pada keluaran

OSCILLATOR (kaki 13). Sedangkan peropersiannya sebagai monostabil

diperoleh ketika pada IC CD-4047B dipicu dengan transisi dari rendah ke tinggi

pada masukan +TRIGGER (kaki 8) atau dengan transisi dari tinggi ke rendah

pada masukan -TRIGGER (kaki 6). IC dapat dipicu ulang dengan memberikan

pulsa transisi dari rendah ke tinggi secara bersamaan pada kedua masukan

+TRIGGER dan RETRIGGER (kaki 12). Suatu pulsa tinggi pada masukan

EXT.RESET (kaki 9) akan me-reset keluaran Q pada keadaan rendah dan

Q pada keadaan tinggi. Diagram IC CD-4047B tampak pada Gambar 9.15.

Gambar 9.15 : Diagram blok IC CD-4047B.

13

12

11

10

9

1 2 3 5

4

6

8

Page 167: KATA PENGANTAR - staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/.../elektronikadigital-naskah-lengkap-buku-sumarna.pdf · IC Pewaktu (Timer) 555 154 6. ... pada jam digital yang hanya ... Sebutkan

Picu Schmitt 7413

Untuk mendapatkan hasil operasi rangkaian digital yang terpercaya

diperlukan pulsa masukan dengan waktu transisi yang sangat cepat. Transisi

tersebut meliputi dari rendah ke tinggi (transisi positif) ataupun dari tinggi ke

rendah (transisi negatif). Pada daerah transisi tersebut sangat potensial untuk

terjadinya gangguan ataupun keadaan tidak stabil, sehingga daerah transisi

merupakan daerah yang kritis. Adanya pulsa dengan waktu transisi yang

lambat banyak menimbulkan masalah. Salah satu penyelesaiannya adalah

menggunakan komparator dengan balikan positif untuk menghasilkan

histerisis. Tetapi ada penyelesaian yang lebih praktis dan mudah, yaitu

menggunakan IC picu Schmitt, misalnya 7413, 7414 dan 40106.

Setiap IC 7413 terdiri dari 2 picu Schmitt yang identik. Secara logik,

setiap rangkaian picu tersebut merupakan gerbang NAND 4 masuan dengan

mengenakan balikan positif dan dengan ambang masukan yang berbeda

untuk pulsa masukan positif maupun negatif. Ambang transisi positifnya

sekitar 1,7 volt dan ambang transisi negatifnya sekitar 0,9 volt. Desah

(noise) frekuensi timggi sering menumpang pada sinyal informasi. Desah yang

tidak diinginkan itu dapat dihilangkan dengan menggunakan picu Schmitt yang

cara menyusunnya tampak pada Gambar 9.16.

Gambar 9.16 : Picu Schmitt untuk menghilangkan desah.

Kapasitansi kapasitor C yang optimum tergantung dari sifat desah dan

frekuensi sinyal, sehingga perlu mengadakan percobaan untuk

mendapatkan hasil yang terbaik. Picu Schmitt 7413 juga dapat dimanfaatkan

sebagai sumber detak (clock) yang rangkaiannya seperti tampak pada

Gambar 9.17. Frekuensi keluaran jika dipasang resistor balikan 330

dinyatakan dengan pendekatan sebagai

R

C

Masukan Keluaran

Page 168: KATA PENGANTAR - staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/.../elektronikadigital-naskah-lengkap-buku-sumarna.pdf · IC Pewaktu (Timer) 555 154 6. ... pada jam digital yang hanya ... Sebutkan

f = RC

8,0, di mana C dalam F.

Gambar 9.17 : Picu Schmitt sebagai sumber detak.

5. IC Pewaktu (Timer) 555

IC pewaktu 555 sangat populer karena dapat digunakan untuk berbagai

keperluan. IC tersebut dapat dikonfigurasi sebagai multivibrator baik astabil

maupun monostabil. Pada prinsipnya, IC-555 terdiri dari dua-pembanding

tegangan, satu-flip-flop, satu-penguat akhir, satu-transisitor, dan tiga-resistor

tetap masing-masing 5 k. Ketiga resistor membentuk pembagi tegangan yang

menghasilkan tegangan acuan bagi kedua pembanding. Tegangan acuan itu

adalah (1/3)Vcc dan (2/3)Vcc. Pada Gambar 9.18, IC-555 dirangkai sebagai

osilator dengan frekuensi yang dapat diubah-ubah. Setelah Vcc dikenakan, arus

mengalir melalui RA, P, dan RB menuju kondensator C. Kondensator tersebut

terisi muatan yang menyebabkan kenaikan tegangan VC. Tegangan itu dirasa

oleh kedua pembanding pada kaki 2 dan 6. Pembanding-1 akan bereaksi jika

tegangan VC sebesar (2/3) dari Vcc, sehingga flip-flop di-reset dan keluarannya

(kaki 3) ada pada 0 volt (tegangan sebelumnya kira-kira setinggi Vcc).

Bersamaan dengan keadaan ini, flip-flop membuat transistor T menghantar,

sehinggan kaki 7 sekarang di-massa-kan.

R

C

Keluaran

7413

Page 169: KATA PENGANTAR - staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/.../elektronikadigital-naskah-lengkap-buku-sumarna.pdf · IC Pewaktu (Timer) 555 154 6. ... pada jam digital yang hanya ... Sebutkan

Gambar 9.18 : Diagram rangkaian IC Pewaktu 555

Hal ini menyebabkan kondensator C membuang muatan lewat RB dan T. T juga

membuat agar arus yang lewat RA dan P dialirkan ke massa. Jika tegangan C

kurang dari (1/3)Vcc, maka flip-flop di-set oleh pembanding-2. Sehingga pada

keluaran terdapat lagi tegangan sebesar Vcc dan tidak ada arus yang lewat T.

Keadaan awalpun berulang, C mulai terisi muatan lagi. Singkatnya, tegangan

kapasitor VC berubah-ubah terus antara (1/3)Vcc dan (2/3)Vcc dan tegangan

keluarannya juga selalu melompat-lompat pada 0 volt dan Vcc sehingga

membentuk gelombang kotak. Frekuensi gelombang kotak tersebut bergantung

pada waktu-muat dan waktu-buang muatan dari kondensator C. Kedua waktu

tersebut berbeda. Selama pengisian, arus yang lewat RA, P, dan RB adalah

lebih kecil dari pada waktu membuang muatan yang hanya lewat RB. Sehingga

pemuatan berjalan lebih lambat. Hal ini berakibat bahwa denyut-denyut berlalu

lebih lama dari pada spasi-spasi. Panjang denyut, jadi frekuensi, dapat diatur

dengan P. Adapun frekuensinya dapat ditentukan dengan rumus :

+

-

+

-

5

S

Q

R

555

Pembanding-1

Pembanding-2

5 8

7

4

1

6

2

3

R

R

R

a

b

tingkat

akhir

C

RA

RB

P

VC

Vcc

Keluaran

(ke relai)

Koneksi

massa

Reset Tegangan

catu

Tegangan

kemudi

Ambang

teratas

Ambang

terbawah

(penyulut)

Koneksi

buang-

muatan FF

T

Page 170: KATA PENGANTAR - staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/.../elektronikadigital-naskah-lengkap-buku-sumarna.pdf · IC Pewaktu (Timer) 555 154 6. ... pada jam digital yang hanya ... Sebutkan

f = CRPR BA )2(

44,1

.

Sekiranya potensiometer antara kaki 2 dan kaki 7 didereti RB, maka lama spasi

akan dapat diatur (dalam hal ini nilai P dijumlahkan kepada RB). Karena dalam

rangkaian ini arus mengambil jalan-jalan berbeda selama mengisi dan

membuang muatan, maka lama waktu denyut dan spasi berbeda.

IC-555 Sebagai Astabil

Keluaran multivibrator astabil (AMV) selalu berubah dengan sendirinya

dari rendah ke tinggi kemudian ke rendah lagi secara berulang-ulang.

Perubahan ini akan berhenti jika catu daya diputuskan. IC-555 sebagai astabil

dapat dilihat pada Gambar 9.19 berikut :

Gambar 9.19 : Konfigurasi IC Pewaktu 555 sebagai astabil.

Karena keadaan keluaran yang tidak menentu, maka diasumsikan keadaan Q

mula-mula rendah dan keluaran pada kaki 3 tinggi. Keadaan Q yang rendah

telah membuat transistor menyumbat sehingga kapasitor C dapat terisi melalui

RA dan RB. Konstanta waktunya adalah (RA + RB)C. Ketika C terisi muatan,

tegangan pada kaki 6 akan naik mencapai (2/3) Vcc. Saat itu pembanding 1

Vo RB

8 4

7

555

2 3

6 5

1

+ Vcc

RA

C

Page 171: KATA PENGANTAR - staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/.../elektronikadigital-naskah-lengkap-buku-sumarna.pdf · IC Pewaktu (Timer) 555 154 6. ... pada jam digital yang hanya ... Sebutkan

akan memiliki keluaran tinggi yang men-set flip-flop sehingga membuat

transistor menghantar dan menghubung singkatkan RB dan C ke ground.

Akibatnya C akan membuang muatannya melalui RB ke ground. Ini berarti

konstanta waktu pembuangan muatannya adalah RBC. Karena muatannya

terbuang, maka tegangannya akan turun. Ketika tegangan ini turun di bawah

(1/3) Vcc, keluaran pembanding 2 akan menjadi tinggi dan me-reset flip-flop.

Sekarang keluaran Q menjadi rendah dan kaki 3 menjadi tinggi. Keadaan

tersebut akan terus berulang sampai catu daya dimatikan. Dengan demikian

pada keluaran IC akan diperoleh gelombang persegi dengan keadaan rendah

dan tinggi yang tidak sama. Oleh karenanya multivibrator tersebut juga

dinamakan sebagai osilator gelombang persegi. Waktu yang diperlukan C untuk

terisi mencapai (2/3) Vcc lebih lama dari waktu yang diperlukan untuk

membuang muatannya sampai tegangan mencapai (1/3) Vcc. Hal ini terjadi

karena konstanta pengisian (RA + RB)C lebih besar dari pada konstanta waktu

pembuangan RBC. Hal ini mengakibatkan bentuk keluaran yang tidak simetrik,

kondisi tinggi lebih lama dari pada kondisi rendah. Ketidak simetrian bentuk

gelombang tersebut dinyatakan sebagai siklus kerja (duty Cycle) dengan satuan

persen (%). Rumusnya :

D = periodesatu

tinggiKondisi

x 100 % atau D =

T

Wx 100 %.

Dalam perancangan, siklus kerja ini dapat dihitung dengan parsamaan

D = )2(

)(

BA

BA

RR

RR

x 100 % .

Sedangkan frekuensi keluarannya dapat dihitung berdasarkan persamaan :

f = CRR BA )2(

44,1

Page 172: KATA PENGANTAR - staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/.../elektronikadigital-naskah-lengkap-buku-sumarna.pdf · IC Pewaktu (Timer) 555 154 6. ... pada jam digital yang hanya ... Sebutkan

Dalam beberapa penerapan, frekuensi keluaran astabil dapat dibuat variabel

dengan mengubah-ubah nilai RA dan atau RB. Biasanya salah satu diganti

dengan trimpot (resistor variabel). Tetapi dengan memperkecil RA dari pada RB

perlu diperhatikan juga karakteristik IC jenis ini, sehingga cara yang lebih mudah

untuk mendapatkan yaitu siklus kerja 50% adalah menggunakan sebuah dioda

yang dirangkai paralel dengan RB. Cara kerja rangkaian ini sedemikian hingga

menghasilkan siklus kerja 50% adalah dioda menyebabkan pengisian kapasitor

C akan dilakukan melalui RA dan mengkosongkan melalui RB. Bila RA = RB

maka tetapan waktu pengisian dan pengosongan akan menjadi sama sehingga

diperoleh siklus kerja 50%.

IC-555 Sebagai Monostabil

Monostabil hanya memiliki satu keadaan stabil yang dalam hal ini adalah

rendah. Jika dikenai tegangan pemicu, keadaan stabil akan berubah tinggi

selama beberapa saat untuk kemudian kembali ke keadaan semula. Monostabil

yang dibangun dengan IC-555 dapat dilihat pada Gambar 9.20. Pada keadaan

stabil, kaki 3 IC-555 dalam keadaan rendah dan saluran pemicu tinggi. Jika

tegangan pada pemicu diturunkan hingga di bawah (1/3)Vcc, meskipun hanya

sesaat, maka keluaran pembanding 2 akan tinggi dan me-reset flip-flop.

Akibatnya kaki 3 menjadi tinggi dan keluaran Q menjadi rendah. Keadaan Q

yang rendah membuat transistor menyumbat, sehingga kondensator C1 akan

terisi sampai (2/3)Vcc, karena pada tegangan sebesar ini keluaran pembanding

2 menjadi tinggi dan kaki 3 menjadi rendah kembali. Keadaan ini akan terus

bertahan sampai muncul kembali tegangan pemicu. Lama kaki 3 dalam

keadaan tinggi (keadaan tak stabil) ditentukan oleh nilai R dan C1 yang dapat

dihitung dengan rumus :

T = 1,1 RC1.

Page 173: KATA PENGANTAR - staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/.../elektronikadigital-naskah-lengkap-buku-sumarna.pdf · IC Pewaktu (Timer) 555 154 6. ... pada jam digital yang hanya ... Sebutkan

Kaki 4 adalah fasilitas reset pada flip-flop RS. Jika kaki ini dalam keadaan

rendah, maka IC-555 tidak dapat beroperasi. Kaki 4 dijaga pada keadaan tinggi

dengan menghubungkannya ke Vcc.

Gambar 9.20 : Konfigurasi IC Pewaktu 555 sebagai monostabil

6. Aplikasi

Hendak dirancang suatu sumber detak 100 kHz dengan menggunakan

IC-555. Dengan demikian IC-555 tersebut harus dikonfigurasikan sebagai

astabil. Berdasarkan persamaan :

f = CRR BA )2(

44,1

dapat diperoleh :

f (RA + 2RB)C = 1,44.

Jika dipilih C = 0,001 F, maka RA + 2RB = 14,4 k dan banyak pilihan untuk

memilih RA dan RB. Pilihan yang terbaik untuk RA dan RB dalam orde k. Salah

satu pilihan adalah RA = 5 k dan RB = 4,7 k. Dengan demikian dengan

kombinasi nilai komponen tersebut diperoleh :

RA + 2RB = 5 k +2 (4,7) k = 14,4 k

C = 0,001 F

Pemicu

10 k

0.01 F

Keluaran

8 4

7 2

555

6 3

5

1

+ Vcc

R

C2

C1

Page 174: KATA PENGANTAR - staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/.../elektronikadigital-naskah-lengkap-buku-sumarna.pdf · IC Pewaktu (Timer) 555 154 6. ... pada jam digital yang hanya ... Sebutkan

Jadi : f = Fk )001,0()4,14(

44,1

100 kHz.

7. Soal-soal

1. Sebutkan tiga jenis multivibrator, deskripsikan masing-masing jenis, dan

berikan contoh kegunaannya !

2. Analisislah berdasarkan cara kerjanya, apakah rangkaian pada gambar

berikut merupakan multivibrator ? Jika benar multivibrator, apa jenisnya ?

3. Perhatikanlah rangkaian multivibrator berikut ! Gambarkanlah bentuk

gelombang pada keluaran Vo, dan berapakah frekuensi keluarannya ?

4. Rancanglah sebuah rangkaian monostabil dengan menggunakan IC

pewaktu 555 yang dapat menghasilkan lebar pulsa 5 mili detik (5 ms) !

Q T

Vcc R

C

Vo 4k7

9 4

7

555

2 3

6

1 5

+ 6 V 6k8

0,1 F 1

nF

Page 175: KATA PENGANTAR - staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/.../elektronikadigital-naskah-lengkap-buku-sumarna.pdf · IC Pewaktu (Timer) 555 154 6. ... pada jam digital yang hanya ... Sebutkan

5. Rancanglah suatu rangkaian multivibrator yang dapat menghasilkan detak

(gelombang kotak) dengan frekuensi keluaran 500 kHz menggunakan :

a. IC picuSchmitt 7413 atau 7114,

b. IC Pewaktu 555.

6. Perhatikanlah rangkaian multivibrator berikut ! Berdasarkan potensiometer

yang terpasang, kemudian tentukanlah (a) siklus kerja maksimum dan

minimum, dan (b) frekuensi keluaran maksimum dan minimum yang dapat

dicapai.

7. Suatu rangkaian multivibrator astabil dibangun dari IC picu Schmitt. Jika

tegangan histerisisnya (V+ - V-) berubah (dapat bertambah atau berkurang)

karena fluktuasi suhu, maka apa yang terjadi dengan (a) tegangan, dan (b)

frekuensi keluaran ?.

Vo 4k7

9 4

7

555

2 3

6

1 5

+ 6 V

10 k

6k8

10 nF 1

nF

Page 176: KATA PENGANTAR - staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/.../elektronikadigital-naskah-lengkap-buku-sumarna.pdf · IC Pewaktu (Timer) 555 154 6. ... pada jam digital yang hanya ... Sebutkan

BAB X

PENCACAH

Aplikasi flip-flop yang paling luas pemakaiannya adalah sebagai

komponen pembangun pencacah dan register. Teknologi sistem digital menjadi

semakin semarak antara lain karena peranan flip-flop yang dapat menampilkan

fungsi baik sebagai pencacah (counter) maupun register. Dalam kehidupan

sehari-hari sering dijumpai mesin-mesin digital yang bekerja sebagai pencatat

seperti pencatat waktu, pencatat frekuensi, pencatat bilangan, pencatat

banyaknya orang yang memasuki suatu tempat, dan sebagainya. Mesin-mesin

pencatat itu bekerja sebagai pencacah. Pada dasarnya mesin-mesin tersebut

mencacah pulsa tegangan. Pencacah termasuk dalam kelompok rangkaian

sekuensial yang merupakan gabungan antara rangkaian kombinasional dan flip-

flop. Dengan demikian flip-flop merupakan komponen utama dalam menyusun

rangkaian pencacah. Semua jenis flip-flop yang dilengkapi dengan fasilitas

Clock (Ck atau CP), Preset (Pr atau SD), ataupun Clear (Cr atau RD) dapat

digunakan untuk menyusun rangkaian pencacah. Tetapi dalam bab ini akan

banyak menggunakan flip-flop JK atau JK-MS. Perhatikan Gambar 10.1 berikut.

Gambar 10.1 : Tiga FF-JK yang disusun secara serial.

Setiap FF memiliki masukan J = K = 1, sehingga keluaran FF itu akan ter-toggle

(berubah tingkat logikanya) ketika pada masukan Ck berubah dari 1 (tinggi) ke 0

(rendah). Pulsa masukan hanya dikenakan pada Ck dari FF-0. Keluaran Qo

Pulsa masukan

Qo Q1 Q2

Pr

J

Q

Ck

K Q

Cr

1

1

FF-0

Pr

J

Q

Ck

K Q

Cr

1

1

FF-1

Pr

J

Q

Ck

K Q

Cr

1

1

FF-2

Page 177: KATA PENGANTAR - staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/.../elektronikadigital-naskah-lengkap-buku-sumarna.pdf · IC Pewaktu (Timer) 555 154 6. ... pada jam digital yang hanya ... Sebutkan

dihubungkan ke Ck pada FF-1, dan keluaran Q1 dihubungkan ke Ck dari FF-2.

Bentuk gelombang keluaran pada setiap FF dapat dilihat pada Gambar 10.2.

Gambar 10.2 : Bentuk gelombang keluaran dari tiga FF yang disusun seri.

Sebelumnya dianggap bahawa ketiga keluaran FF pada tingkat logika 0, dan

setiap FF hanya dapat berubah keadaan jika pada masukan Ck terjadi transisi

dari 1 ke 0 (NGT : Negative Going Transision). Berdasarkan keadaan itu maka

hal-hal yang perlu diperhatikan adalah :

1) Keluaran FF-0, yaitu Q0 , mengalami perubahan keadaan tingkat logika (ter-

toggle) pada setiap kali pulsa detak pada Ck-nya mengalami transisi dari 1

ke 0, sehingga gelombang keluaran pada Q0 memiliki frekuensi sama

dengan setengah (1/2) dari frekuensi pulsa (detak) masukan.

2) Keluaran FF-1, yaitu Q1 , mengalami perubahan keadaan tingkat logika (ter-

toggle) pada setiap kali pulsa detak pada Ck-nya mengalami transisi dari 1

ke 0, sehingga gelombang keluaran pada Q1 memiliki frekuensi sama

dengan setengah (1/2) dari frekuensi Q0 atau seperempat (1/4) dari

frekuensi pulsa (detak) masukan.

3) Keluaran FF-2, yaitu Q2 , mengalami perubahan keadaan tingkat logika (ter-

toggle) pada setiap kali pulsa detak pada Ck-nya mengalami transisi dari 1

ke 0, sehingga gelombang keluaran pada Q2 memiliki frekuensi sama

dengan setengah (1/2) dari frekuensi Q1 atau seperdelapan (1/8) dari

frekuensi pulsa (detak) masukan.

2 1 3 4 5 6 7 8

Pulsa

masukan

1

0 Q0

1

0 Q1

1

0 Q2

Page 178: KATA PENGANTAR - staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/.../elektronikadigital-naskah-lengkap-buku-sumarna.pdf · IC Pewaktu (Timer) 555 154 6. ... pada jam digital yang hanya ... Sebutkan

Berdasarkan keterangan di atas, setiap FF membagi frekuensi masukannya

dengan 2 (dua). Jika sekiranya ditambahkan FF ke empat pada rantai Gambar

10.1 dengan keluaran Q3 akan memiliki frekuensi seper-enam-belas (1/16) dari

frekuensi pulsa detak masukan, demikian seterusnya. Secara umum dapat

dikemukakan bahwa dengan N buah FF yang disusun serial akan menghasilkan

frekuensi keluaran pada FF terakhir sebesar fN dan dituliskan sebagai :

fN = (1/2N).f0 (10-1) dengan f0 adalah frekuensi detak masukan mula-mula. FF yang disusun seperti

pada Gambar 10.1 di atas membentuk rangkaian yang dikenal sebagai

pembagi frekuensi.

1. Pencacah Biner Tak Sinkron (Serial atau Riak)

Di samping fungsi sebagai pembagi frekuensi, rangkaian seperti Gambar

10.1 juga bekerja sebagai pencacah biner. Hal ini dapat ditunjukkan dengan

menyelidiki sederetan keadaan setiap FF setelah suatu pulsa detak berubah

dari 1 ke 0. Deretan keadaan tersebut tampak pada tabel berikut :

Q2 Q1 Q0

__________________________________________________________________________________

0 0 0 sebelum dikenakan pulsa detak (keadaan awal)

0 0 1 sesudah pulsa 1 (pertama)

0 1 0 sesudah pulsa 2 (ke dua)

0 1 1 sesudah pulsa 3 (ke tiga)

1 0 0 sesudah pulsa 4 (ke empat)

1 0 1 sesudah pulsa 5 (ke lima)

1 1 0 sesudah pulsa 6 (ke enam)

1 1 1 sesudah pulsa 7 (ke tujuh)

0 0 0 sesudah pulsa 8 (ke delapan), kembali berputar

ke keadaan awal.

___________________________________________________________________________________

Page 179: KATA PENGANTAR - staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/.../elektronikadigital-naskah-lengkap-buku-sumarna.pdf · IC Pewaktu (Timer) 555 154 6. ... pada jam digital yang hanya ... Sebutkan

Misalkan nilai kombinasi dari Q2Q1Q0 merupakan bilangan biner, di mana Q2

adalah posisi 22 (empatan), Q1 adalah posisi 21 (duaan), dan Q0 adalah posisi 20

(satuan). Delapan deret yang pertama dari keadaan Q2Q1Q0 pada tabel di atas

akan dikenal sebagai serial perhitungan biner dari 000 ke 111. Sesudah pulsa

pertama FF-FF itu dalam keadaan 001 (Q2 = 0, Q1 = 0, dan Q0 = 1) yang

menggambarkan biner 0012 (setara dengan desimal 1); sesudah pulsa ke dua

FF-FF itu dalam keadaan 010 (Q2 = 0, Q1 = 1, dan Q0 = 0) yang

menggambarkan biner 0102 (setara dengan desimal 2); sesudah pulsa ke tiga

FF-FF itu dalam keadaan 011 (Q2 = 0, Q1 = 1, dan Q0 = 1) yang

menggambarkan biner 0112 (setara dengan desimal 3); dan seterusnya

sesudah pulsa ke tujuh FF-FF itu dalam keadaan 111 (Q2 = 1, Q1 = 1, dan Q0 =

1) yang menggambarkan biner 1112 (setara dengan desimal 7). Pada akhir

pulsa ke delapan ketiga FF kembali ke keadaan 000 dan serial biner terulang

dengan sendirinya untuk pulsa detak yang berturut-turut. Pada kejadian tersebut

tampak bahwa untuk tujuh pulsa masukan yang pertama, fungsi rangkaian itu

sebagai pencacah biner di mana keadaan dari FF-FF tersebut menggambarkan

bilangan biner yang setara dengan banyaknya pulsa yang telah terjadi.

Pencacah di atas menghitung nilai tertinggi 1112 = 710 (8 keadaan) dan

selanjutnya kembali ke 000.

Jenis pencacah dengan konfigurasi seperti pada Gambar 10.1 dikenal

sebagai pencacah tak sinkron atau pencacah serial atau pencacah riak

(ripple), di mana setiap keluaran FF bertindak sebagai sinyal masukan Ck pada

FF berikutnya. Keadaan keluaran setiap FF berubah secara tidak bersamaan

(tak sinkron) terhadap pulsa detak. Hanya FF-0 yang dikenai pulsa detak.

Perubahan keadaan keluaran FF-1 menunggu hingga terpicu dari FF-0.

Perubahan keadaan keluaran FF-2 menunggu hingga terpicu dari FF-1,

demikian seterusnya.

Pencacah seperti pada Gambar 10.1 di atas memiliki 23 = 8 keadaan

yang berbeda (dari 000 s/d 111) dan dikenal sebagai pencacah modulo 8

(tepatnya sebagai pencacah biner tak sinkron modulo 8 atau 3 bit). Jika sebuah

FF sejenis ditambahkan menyambung, seperti tampak pada Gambar 10.3,

maka deretan keadaan yang berbeda yang akan dihitung dalam biner ada

Page 180: KATA PENGANTAR - staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/.../elektronikadigital-naskah-lengkap-buku-sumarna.pdf · IC Pewaktu (Timer) 555 154 6. ... pada jam digital yang hanya ... Sebutkan

sebanyak 16 keadaan, yaitu dari 0000 s/d 1111. Pencacah tersebut memiliki

modulo 16 atau 4 bit. Secara umum dapat dikemukakan bahwa jika ada N buah

FF (atau N bit) yang disusun seperti gambar 10.3 maka pencacah itu memiliki

2N keadaan yang berbeda dan dikatakan bahwa pencacah tersebut merupakan

pencacah biner (N bit) modulo 2N. Pencacah modulo 2N akan mampu

menghitung dari nol hingga setinggi 2N-1 sebelum kembali ke keadaan nol-nya.

Jelas bahwa bilangan modulo selalu sama dengan banyak kombinasi keadaan

keluaran pencacah yang berbeda pada satu siklus (putaran) sebelum kembali

ke keadaan awalnya.

Banyaknya Modulo = 2N. (10-2) Bilangan modulo suatu pencacah tak sinkron juga menunjukkan pembagi

frekuensi yang diperoleh pada FF terakhir.

Gambar 10.3 : Pencacah biner (4 bit) tak sinkron modulo 16.

Ingat bahwa untuk semua FF dipertahankan J = K = 1. Detak (pulsa) masukan

dikenakan pada Ck dari FF-0. Kemudian keluaran FF-0 akan berubah ke

keadaan yang berlawanan (ter-toggle) setiap kali detak masukan membuat

transisi dari tinggi ke rendah (transisi negatif). Keluaran (Q) dari FF-0 dikenakan

pada masukan Ck dari FF-1, sehingga keluaran FF-1 akan ter-toggle pada

setiap kali Ck-nya mengalami transisi negatif. Dengan cara yang sama, FF-2

dan FF-3 akan ter-toggle setiap kali Ck-nya mengalami transisi negatif. Jika

Pulsa masukan

Qo Q1 Q2

1

1

Pr

J

Q

Ck

K Q

Cr

FF-0

Pr

J

Q

Ck

K Q

Cr

1

1

FF-1

Pr

J

Q

Ck

K Q

Cr

1

1

FF-2

Pr

J

Q

Ck

K Q

Cr

FF-3

Q3

1

1

Page 181: KATA PENGANTAR - staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/.../elektronikadigital-naskah-lengkap-buku-sumarna.pdf · IC Pewaktu (Timer) 555 154 6. ... pada jam digital yang hanya ... Sebutkan

detak dikenakan terus menerus, maka kombinasi keluaran setiap FF

menggambarkan bilangan biner (4 bit) dengan keluaran FF-3 sebagai MSB dan

keluaran FF-0 sebagai LSB. Pada akhir detak ke 15 keluaran semua FF

menunjukkan keadaan 1111. Pada detak ke 16 keluaran FF-0 berubah dari 1

ke 0, yang mengakibatkan keluaran FF-1 berubah dari 1 ke 0 dan seterusnya

hingga keluaran semua FF menunjukkan keadaan 0000. Dengan kata lain,

pencacah tersebut telah melewati satu siklus penuh (dari 0000 hingga 1111)

dan kembali ke keadaan 0000. Dari keadaan 0000 akan dimulai siklus

perhitungan baru untuk deretan detak berikutnya.

Pencacah biner tak sinkron yang telah dikemukakan di atas terbatas

pada bilangan modulo 2N. Dengan demikian modulo pencacah yang dapat

dihasilkan adalah 1, 2, 4, 8, 16, 32, … 2N. Nilai tersebut sebenarnya

merupakan bilangan modulo terbesar yang dapat diperoleh dari penggunaan N

buah FF. Bila diingikan pencacah dengan bilangan modulo yang lebih kecil dari

pada 2N maka dapat dilakukan dengan memodifikasi pencacah modulo 2N.

Dasar modifikasinya adalah membuat pencacah tersebut melompati keadaan

yang secara normal merupakan bagian dari deretan perhitungannya. Cara untuk

mengerjakan lompatan tersebut dapat diperhatikan pada Gambar 10.4.

Gambar 10.4 : Pencacah biner (3 bit) tak sinkron modulo 6.

Masukan

Pr

J

Q

Ck

K Q

Cr

1

1

Qo

FF-0

Pr

J

Q

Ck

K Q

Cr

Q1

FF-1

Pr

J

Q

Ck

K Q

Cr

Q2

FF-2

1 1

1 1

Page 182: KATA PENGANTAR - staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/.../elektronikadigital-naskah-lengkap-buku-sumarna.pdf · IC Pewaktu (Timer) 555 154 6. ... pada jam digital yang hanya ... Sebutkan

Jika gerbang NAND diabaikan maka pencacah tersebut merupakan pencacah

biner (3 bit) tak sinkron modulo 8 yang akan mencacah dari 000 s/d 111. Jika

gerbang NAND pada gambar 10.4 diperhatikan dapat dijelaskan seperti berikut :

1. Keluaran NAND dihubungkan ke Clear (Cr) pada setiap FF. Pencacah tidak

akan terpengaruh selama keluaran NAND pada keadaan tinggi (Cr setiap FF

pada keadaan 1). Ketika keluaran NAND menuju rendah, maka akan meng-

clear semua FF sehingga pencacah tersebut segera menuju ke keadaan

000.

2. Kedua masukan NAND masing-masing dihubungkan dengan keluaran FF-1

dan FF-2 sehinggan keluaran NAND tersebut akan menuju rendah kapan

saja Q1 = Q2 = 0. Keadaan ini akan terjadi ketika pencacah berubah dari

keadaan 101 ke 110 (akhir detak ke 6). Keadaan rendah pada keluaran

NAND akan segera meng-clear pencacah tersebut ke keadaan 000. Ketika

FF-FF telah di-clear maka keluaran NAND kembali ke tinggi karena keadaan

Q1 = Q2 = 0 tidak lama terjadi. Perhatikanlah Gambar 10.5 .

Gambar 10.5 : Bentuk gelombang pencacah biner tak sinkron modulo 6

Bentuk gelombang keluaran pada Q1 terdapat kenaikan dan gelinciran yang

sangat tajam oleh kejadian sesaat dari keadaan 110 sebelum peng-clear-an.

Kenaikan dan gelinciran itu sangat sempit sehingga tidak menghasilkan

1

0 Q0

2 1 3 4 5 6 7 8

Pulsa

masukan

9 10 11 12

1

0 Q1

1

0 Q2

Keluaran

NAND

1

0

Page 183: KATA PENGANTAR - staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/.../elektronikadigital-naskah-lengkap-buku-sumarna.pdf · IC Pewaktu (Timer) 555 154 6. ... pada jam digital yang hanya ... Sebutkan

petunjuk yang terlihat pada tampilan. Kenaikan dan gelinciran tersebut dapat

menimbulkan persoalan hanya jika keluaran Q1 digunakan untuk

mengendalikan rangkaian lain.

3. Walaupun pencacah menuju ke keadaan 110 tetapi hanya untuk beberapa

nanodetik sebelum ke keadaan 000. Sehingga pada dasarnya dapat

dikatakan bahwa pencacah tersebut menghitung dari 000 (nol) ke 101 (lima)

dan selanjutnya kembali ke 000. Keadaan 110 dan 111 dilompati sehingga

pencacah tersebut hanya melalui 6 keadaan yang berbeda, dengan

demikian pencacah tersebut merupakan pencacah modulo 6. Deretan

pencacahannya dapat diperhatikan pada tabel berikut.

Cacah saluaran masukan pada gerbang NAND yang digunakan untuk

menghasilkan lompatan tidak harus 2 saluran tetapi tergantung dari banyaknya

tingkat logika 1 yang digunakan untuk meng-clear pencacahan.

Secara umum dapat dikemukakan bahwa untuk membangun pencacah

biner tak sinkron yang memulai penghitungan (pencacahan) dari nol dan

memiliki bilangan modulo x adalah :

1. Tentukan banyaknya FF terkecil (paling sedikit) sedemikian hingga 2N x

dan hubungkan FF-FF tersebut menjadi pencacah tak sinkron.

2. Hubungkan keluaran NAND ke saluran Cr (Clear) setiap FF.

3. Tentukan keluran FF-FF mana yang akan berada pada keadaan tinggi (1)

pada suatu hitungan sama dengan x, kemudian hubungkan keluaran FF-FF

tersebut dengan saluran masukan gerbang NAND.

Q2 Q1 Q0

0 0 0

0 0 1

0 1 0

0 1 1

1 0 0

1 0 1

1 1 0

Keadaan sementara 110

diperlukan untuk meng-clear

pencacah

Page 184: KATA PENGANTAR - staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/.../elektronikadigital-naskah-lengkap-buku-sumarna.pdf · IC Pewaktu (Timer) 555 154 6. ... pada jam digital yang hanya ... Sebutkan

Sebagai contoh hendak disusun pencacah biner tak sinkron modulo 10 yang

akan mencacah dari 0000 (nol) hingga 1001 (sembilan). Karena ada 10

keadaan, dan 10 itu terletak di antara 23 = 8 dan 24 = 16, maka diperlukan 4 FF.

Pencacah tersebut di-clear ke nol ketika keadaan 1010 (sepuluh) dicapai. Oleh

karena itu keluaran FF-1 (Q1) dan FF-3 (Q3) harus dihubungkan ke masukan

gerbang NAND. Rangkaian pencacah tersebut tampak pada Gambar 10.6.

Ingat bahwa setiap FF dikenai J = K = 1.

Gambar 10.6 : Pencacah biner tak sinkron modulo 10.

Pencacah modulo 10 pada Gambar 10.6 juga disebut sebagai pencacah

desimal (dekade). Pencacah dekade tersebut melakukan pencacahan dari

biner 0000 (nol) hingga biner 1001 (sembilan) sehingga pencacah itu juga

disebut sebagai pencacah BCD (Binary Coded Decimal). Pencacah BCD

menggunakan 10 kode (sandi) kelompok BCD yaitu 0000, 0001, 0010, … 1000,

dan 1001. Pencacah dekade digunakan juga sebagai pembagi frekuensi

dengan 10.

Semua pencacah yang telah dikemukakan sebelumnya merupakan

pencacah naik, karena telah menghitung dari nol hingga bilangan tertinggi yang

dapat dicapai. Selain itu dapat pula disusun pencacah turun yang akan

J Q0

Ck

FF-0

K

Cr

J Q1

Ck

FF-1

K

Cr

J Q2

Ck

FF-2

K

Cr

J Q3

Ck

FF-3

K

Cr

Page 185: KATA PENGANTAR - staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/.../elektronikadigital-naskah-lengkap-buku-sumarna.pdf · IC Pewaktu (Timer) 555 154 6. ... pada jam digital yang hanya ... Sebutkan

mencacah dari cacahan tertinggi hingga nol. Untuk itu perhatikan ilustrasi

pencacah turun berikut.

Terlihat bahwa pada pencacah turun, setiap FF kecuali yang pertama (FF-0)

harus berubah keadaan (ter-toggle) ketika keluaran FF sebelumnya mengalami

transisi dari rendah ke tinggi (transisi positif). Jika FF-FF tersebut dengan Ck

yang merespon transisi negatif (dari tinggi ke rendah), maka di depan Ck pada

setiap FF dapat dipasang sebuah inverter (NOT). Cara lain dapat dikerjakan

dengan mengendalikan setiap masukan Ck melalui keluaran komplemen ( Q )

dari FF sebelumnya. Untuk lebih jelasnya, perhatikan Gambar 10.7.

Gambar 10.7 : Pencacah biner tak sinkron turun.

Q2 Q1 Q0

1 1 1

1 1 0

1 0 1

1 0 0

0 1 1

0 1 0

0 0 1

0 0 0

Q2 Q1 Q0

1 1 1

1 1 0

1 0 1

1 0 0

0 1 1

0 1 0

0 0 1

0 0 0

Q2 Q1 Q0

1 1 1

1 1 0

1 0 1

1 0 0

0 1 1

0 1 0

0 0 1

0 0 0

Dst.

(7)

(6)

(5)

(4)

(3)

(2)

(1)

(0)

J Q0

Ck

K

J Q1

Ck

K

J Q2

Ck

K

Q1 Q2 Q0

FF-0 FF-1 FF-2

Page 186: KATA PENGANTAR - staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/.../elektronikadigital-naskah-lengkap-buku-sumarna.pdf · IC Pewaktu (Timer) 555 154 6. ... pada jam digital yang hanya ... Sebutkan

Detak masukan tetap dikenakan pada Ck dari FF-0, keluaran komplemen FF-0

(Q 0) dikenakan pada Ck untuk FF-1, dan keluaran komplemen FF-1 (Q 1)

dikenakan pada Ck untuk FF-2. Keluaran penacahan masih tetap diambilkan

dari keluaran Q2Q1Q0. Bentuk gelombang pada Q2Q1Q0 dapat dilihat pada

Gambar 10.8.

Gambar 10.8 : Bentuk gelombang keluaran pencacah turun.

Bentuk gelombang pada Gambar 10.8 menunjukkan bahwa Q1 (keluaran FF-1)

berubah keadaan ketika Q0 (keluaran FF-0) berubah dari rendah ke tinggi ( Q 0

berubah dari tinggi ke rendah), dan Q2 berubah keadaan ketika Q1 berubah dari

rendah ke tinggi tinggi (Q 1 berubah dari tinggi ke rendah). Pencacah turun tidak

banyak digunakan sebagaimana pencacah naik. Pencacah turun banyak

digunakan dalam keadaan di mana telah diketahui suatu jumlah yang

diinginkan. Dalam keadaan ini pencacah turun di-preset pada jumlah yang

diinginkan dan selanjunya diijinkan mencacah turun berdasarkan pulsa yang

dikenakan. Ketika pencacahan mencapai nol diperlukan rangkaian gerbang

logika untuk menunjukkan bahwa sejumlah pulsa yang telah di-preset telah

terjadi.

2 1 3 4 5 6 7 8

Masukan

1

0

1

0

Q0

Q1

9 10 11 12

1

0 Q2

Page 187: KATA PENGANTAR - staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/.../elektronikadigital-naskah-lengkap-buku-sumarna.pdf · IC Pewaktu (Timer) 555 154 6. ... pada jam digital yang hanya ... Sebutkan

Contoh :

Rancanglah pencacah biner tak sinkron naik modulo 6 menggunakan flip-flop JK

yang dapat di-reset (di-nol-kan) dengan hanya menekan satu saklar.

Pencacah tersebut memerlukan 3 buah flip-flop (modulo 6). Urutan

pencacahannya adalah 0-1-2-3-4-5-0- dst. Jika nilai 6 (biner 110) tercapai,

maka keluaran gerbang AND menjadi tinggi yang menyebabkan status gerbang

NOR rendah pada jalur DR dan me-reset semua flip-flop ke nol. Segera setelah

semua keluaran flip-flop nol, keluaran gerbang AND menjadi rendah dan

menyebabkan gerbang NOR dan saluran DR kembali tinggi, selanjutnya

pencacah bekerja kembali. Siklus ini terus berulang sampai saklar manual

ditekan. Keadaan tinggi dari saklar menyebabkan pencacah juga ter-reset.

Resistor 100 untuk mempertahankan salah satu masukan gerbang NOR

J Q

K Q

1

74LS76

RD

SD

CK

1

1 J Q

K Q

1

74LS76

RD

SD

CK

1

1 J Q

K Q

1

74LS76

RD

SD

CK

1

1

+ 5 volt

(1)

Gambar 10.9 : Pencacah biner tak sinkron naik modulo 6

Saklar 100

22 2

0 2

1

Masukan

Page 188: KATA PENGANTAR - staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/.../elektronikadigital-naskah-lengkap-buku-sumarna.pdf · IC Pewaktu (Timer) 555 154 6. ... pada jam digital yang hanya ... Sebutkan

rendah ketika saklar terbuka (tidak ditekan). Rangkaian pencacah yang

dimaksud tampak pada Gambar 10.9 di atas.

2. Pencacah Biner Sinkron (Paralel)

Pada pencacah biner tak sinkron setiap FF tidak berubah secara

bersamaan (tidak terjadi sinkronisasi terhadap detak masukan), tetapi

perubahannya terjadi secara serial (bergantian) di mana perubahan keadaan

suatu FF menunggu pemicuan dari FF sebelumnya. Hal ini menyebabkan

terjadinya akumulasi waktu tunda. Keterbatasan tersebut dapat diatasi dengan

menggunakan pencacah sinkron (paralel) di mana semua FF dipicu secara

bersamaan (paralel) oleh detak masukan. Karena detak masukan dikenakan

pada setiap FF maka digunakan beberapa gerbang dan cara untuk

mengendalikan kapan suatu FF berubah keadaan dan kapan FF itu tetap oleh

adanya pengaruh detak masukan. Untuk keperluan pengendalian itu dikerjakan

melalui saluran masukan FF, misal J dan K. Dengan demikian, dalam

merancang pencacah sinkron perlu menentukan agar J dan K setiap FF sebagai

fungsi keluaran. Untuk mengurangi banyaknya fungsi biasanya digunakan FF-D

dan FF-T, karena kedua FF tersebut memiliki satu saluran masukan. Jika

dibandingkan dengan pencacah tak sinkron, maka pada pencacah sinkron

berlaku :

a. Saluran Ck untuk semua FF dihubungkan bersama sehingga detak masukan

dikenakan pada setiap FF secara bersamaan (simultan).

b. Hanya FF paling depan, yang berkedudukan sebagai LSB, yang dikenai

keadaan J = K = 1 secara permanen. Saluran J dan K pada FF yang lain

dikendalikan melalui kombinasi keluaran FF-FF yang sesuai.

c. Pencacah sinkron memerlukan lebih banyak persambungan (rangkaian) bila

dibandingkan pencacah tak sinkron yang setara.

d. Pencacah sinkron lebih cepat karena dapat menghitung frekuensi detak

yang lebih tinggi untuk selang waktu yang sama.

Page 189: KATA PENGANTAR - staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/.../elektronikadigital-naskah-lengkap-buku-sumarna.pdf · IC Pewaktu (Timer) 555 154 6. ... pada jam digital yang hanya ... Sebutkan

Untuk merancang pencacah sinkron dengan suatu jenis FF perlu

mengetahui tabel transisi siklus pencacahannya dan tabel eksitasi dari FF yang

bersangkutan. Selanjutnya, dari kedua tabel itu ditampung dalam suatu tabel

kebenaran untuk menentukan fungsi saluran masukannya terhadap

keluarannya. Fungsi tersebut dapat ditentukan dengan bantuan peta Karnaugh.

Untuk lebih jelasnya, berikut ini dikemukakan cara merancang suatu pencacah

biner sinkron modulo 5 yang menggunakan FF-JK. Untuk pencacah tersebut

jelas diperlukan 3 buah FF. Tabel eksitasi untuk FF-JK (telah dibahas dalam

bab Flip-flop) adalah sebagai berikut :

Qn Qn+1 J K

0 0 0 X

0 1 1 X

1 0 X 1

1 1 X 0

Tabel transisi untuk pencacah biner sinkron modulo 5 adalah sebagai berikut :

Q2 Q1 Q0 Pencacahan

0 0 0 0 0 1

0 0 1 0 1 0

0 1 0 0 1 1

0 1 1 1 0 0

1 0 0 0 0 0

1 0 1 - - -

1 1 0 - - -

1 1 1 - - -

Bilangan biner tertinggi hasil pencacahannya adalah 100. Dengan demikian

keadaan atau angka biner 101, 110, dan 111 tidak boleh terjadi. Keluaran

pencacah tersebut adalah Q2Q1Q0 di mana Q2 merupakan MSB dan Q0 sebagai

LSB. Masukan Ck setiap FF dihubungkan dengan detak masukan. Fungsi

Page 190: KATA PENGANTAR - staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/.../elektronikadigital-naskah-lengkap-buku-sumarna.pdf · IC Pewaktu (Timer) 555 154 6. ... pada jam digital yang hanya ... Sebutkan

saluran masukan (J dan K) terhadap saluran keluaran (Q) setiap FF tertuang

dalam tabel kebenaran seperti berikut :

No.

baris

Q2 Q1 Q0 J2 K2 J1 K1 J0 K

0 0 0 0 0 X 0 X 1 X

1 0 0 1 0 X 1 X X 1

2 0 1 0 0 X X 0 1 X

3 0 1 1 1 X X 1 X 1

4 1 0 0 X 1 0 X 1 X

5 0 0 0 X X X X X 1

6 0 0 1 X X X X 1 X

7 0 1 0 X X X X X 1

Untuk menentukan J2, K2, J1, K1, J0 dan K0 sebagai fungsi dari variabel keluaran

(Q2, Q1, dan Q0) perlu dicermati satu per satu berdasarkan tabel eksitasi FF-JK.

Misalkan untuk Q2Q1Q0 = 000, oleh karena setelah terjadi detak masukan

keadaannya harus berubah menjadi Q2Q1Q0 = 001, ini berarti terjadi perubahan

pada Q0 dari 0 menjadi 0, dan berdasarkan tabel eksitasi haruslah J2 = 0 dan

K2 = X. Nilai J dan K tersebut berlaku untuk Q2Q1Q0 dari 001 dan 010.

Sedangkan untuk Q2Q1Q0 = 011 di mana Q2 berubah dari 0 menjadi 1, maka

haruslah J2 = 1 dan K2 = X. Dengan cara yang sama dapat diteruskan untuk

transisi yang lain. Untuk Q2Q1Q0 = 100 pada detak berikutnya harus berubah

menjadi 000 (kembali ke keadaan awal pencacahan), maka J2 = X dan K2 = 1

karena Q2 mengalami perubahan dari 1 ke 0. Selanjutnya, keluaran pencacah

tidak diijinkan untuk menuju ke keadaan 101, 110, dan 111, maka untuk

keadaan-keadaan tersebut harga J2 dan K2 boleh diisi sembarang, atau J2 = X

dan K2 = X. Cara tersebut harus diteruskan untuk nilai-nilai J1, K1, J0 dan K0.

Jika semua telah terisi, untuk mendapatkan fungsi keadaan masukan terhadap

keluarannya akan dituangkan dalam peta Karnaugh seperti berikut. Oleh karena

ada 6 masukan (3 FF), yaitu J2, K2, J1, K1, J0 dan K0, maka akan diperoleh 6

Page 191: KATA PENGANTAR - staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/.../elektronikadigital-naskah-lengkap-buku-sumarna.pdf · IC Pewaktu (Timer) 555 154 6. ... pada jam digital yang hanya ... Sebutkan

peta Karnaugh. Tetapi peta Karnaugh untuk masukan LSB, yaitu J0 dan K0,

tidak perlu dibuat karena pada umumnya berlaku J0 = K0 = 1.

Q2Q1

Q0 Q 2 Q 1 Q 2Q1 Q2Q1 Q2 Q 1

Q 0 0 0 X X

Q0 0 1 X X

J2 = Q1Q0

Q2Q1

Q0 Q 2 Q 1 Q 2Q1 Q2Q1 Q2 Q 1

Q 0 X X X 1

Q0 X X X X

K2 = 1

Q2Q1

Q0 Q 2 Q 1 Q 2Q1 Q2Q1 Q2 Q 1

Q 0 0 X X 0

Q0 1 X X X

J1 = Q0

Q2Q1

Q0 Q 2 Q 1 Q 2Q1 Q2Q1 Q2 Q 1

Q 0 X 0 X X

Q0 X 1 X X

K1 = Q0

Q2Q1

Q0 Q 2 Q 1 Q 2Q1 Q2Q1 Q2 Q 1

Q 0 1 1 X 1

Q0 X X X X

J0 = 1

Q2Q1

Q0 Q 2 Q 1 Q 2Q1 Q2Q1 Q2 Q 1

Q 0 X X X X

Q0 1 1 X X

K0 = 1

Page 192: KATA PENGANTAR - staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/.../elektronikadigital-naskah-lengkap-buku-sumarna.pdf · IC Pewaktu (Timer) 555 154 6. ... pada jam digital yang hanya ... Sebutkan

Dari semua peta Karnaugh tersebut di atas, maka dapat diperoleh suatu sistem

persamaan (tidak unik) sebagai berikut :

J0 = K0 = 1

J1 = K1 = Q0

J2 = Q1Q0 dan

K2 = 1.

Atas dasar persamaan tersebut, maka diagram rangkaian pencacah biner

sinkron modulo 5 tampak pada Gambar 10.10 seperti berikut :

Gambar 10. 10 : Pencacah biner sinkron modulo 5 dengan FF-JK.

Semua FF yang berdetak dapat digunakan sebagai komponen rangkaian

pencacah biner. Tetapi kebanyakan FF yang digunakan adalah jenis FF-T dan

FF-D, oleh karena kedua jenis FF tersebut masing-masing hanya mempunyai

satu saluran masukan. Dengan demikian persambungan rangkaian pencacah

yang dibuat menjadi lebih sederhana. Perlu diingat bahwa tabel eksitasi setiap

jenis FF tidaklah sama. Sehingga dalam membuat tabel kebenaran harus

mengacu pada tabel eksitasi dari FF yang dipilih.

Q2 J2

Ck

Q 2 K2

Q1 J1

Ck

Q 1 K1

Q0 J0

Ck

Q 0 K0

detak

1

Page 193: KATA PENGANTAR - staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/.../elektronikadigital-naskah-lengkap-buku-sumarna.pdf · IC Pewaktu (Timer) 555 154 6. ... pada jam digital yang hanya ... Sebutkan

Pencacah paralel yang telah dikemukakan merupakan pencacah naik,

yakni mencacah dari bilangan kecil ke bilangan yang semakin besar untuk

setiap siklus pencacahan. Ada kalanya juga diperlukan pencacah turun, yakni

mencacah dari bilangan yang besar ke bilangan yang lebih kecil untuk setiap

siklus pencacahan. Sebagaimana pada pencacah serial, pencacah paralel

turun dapat disusun dengan memanfaatkan keluaran komplemen dari FF ( Q )

untuk memberikan masukan kepada gerbang logika yang lain (biasanya

gerbang AND). Sebagai ilustrasi, pencacah paralel naik paga Gambar 10.9

dapat diubah menjadi pencacah paralel turun dengan menghubungkan keluaran

Q 1 dan Q 0 ke masukan gerbang AND berturut-turut yang ditempati oleh Q1 dan

Q0. Keluaran hasil pencahan tetap diambilkan dari Q2Q1Q0. Perhatikan Gambar

10.11 berikut.

Gambar 10. 11 : Pencacah biner sinkron turun modulo 5 dengan FF-JK.

Pencacah seperti Gambar 10.11 itu akan mencacah mengikuti deretan berikut :

Q2 J2

Ck

Q 2 K2

Q1 J1

Ck

Q 1 K1

Q0 J0

Ck

Q 0 K0

detak

1

Q 2 Q 1 Q 0

1 1 1

1 1 0

1 0 1

1 0 0

0 1 1

Page 194: KATA PENGANTAR - staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/.../elektronikadigital-naskah-lengkap-buku-sumarna.pdf · IC Pewaktu (Timer) 555 154 6. ... pada jam digital yang hanya ... Sebutkan

Untuk tujuan fleksibilitas dapat dibangun pencacah naik/turun, artinya satu

rangkaian pencacah tersebut dapat difungsikan sebagai pencacah naik atau

pencacah turun tergantung kebutuhan. Salah satu cara untuk membuat fungsi

tersebut adalah mengendalikannya dengan suatu rangkaian pengendali pada

masukan. Rangkaian tersebut digunakan untuk mengendalikan apakah keluaran

normal FF (Q) atau keluaran komplemennya ( Q ) diumpankan ke masukan J

dan K pada FF berikutnya. Rangkaian pengendali untuk mengatur pencacah

naik atau turun itu tampak pada Gambar 10.12.

Gambar 10.12 : Rangkaian pengendali pencacah naik/turun.

Dari gambar 10.12 itu tampak adanya dua jalur masukan, yaitu masukan detak

untuk pencacah naik dan masukan detak untuk pencacah turun. Dengan

demikian pada masukan Ck dari setiap FF, kecuali FF yang pertama (LSB),

perlu ditambahkan gerbang AND dan OR dalam konfigurasi seperti gambar

10.12. Untuk lebih jelasnya perhatikan contoh rangkaian pencacah naik/turun 3

bit (modulo 8) pada Gambar 10.13. Pencacah itu akan mencacah dari 000 naik

menuju 111, ketika masukan pengendali Cacahan-naik bernilai 1 dan mencacah

dari 111, turun menuju 000 ketika masukan pengendali Cacahan-turun berharga

1. Selama saluran Cacahan-naik dalam keadaan 1 dan saluran Cacahan-turun

pada keadaan 0 maka AND-1 dan AND-2 yang aktif menyalurkan detak

sedangkan AND-3 dan AND-4 tidak bekerja. Hal ini memungkinkan keluaran Q0

dan Q1 terus menuju ke masukan J dan K pada FF berikutnya sehingga

pencacah itu akan mencacah naik terhadap detak masukan. Hal yang

sebaliknya terjadi ketika saluran Cacahan-naik = 0 dan Cacahan-turun = 1.

Detak masukan turun

Detak masukan naik

FF

berikutnya

Pi (naik)

Pi (turun)

Page 195: KATA PENGANTAR - staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/.../elektronikadigital-naskah-lengkap-buku-sumarna.pdf · IC Pewaktu (Timer) 555 154 6. ... pada jam digital yang hanya ... Sebutkan

Contoh :

Rancanglah pencacah biner sinkron/paralel naik modulo 6 menggunakan flip-

flop JK yang dapat di-reset (di-nol-kan) dengan hanya menekan satu tombol.

FF-2 FF-1 FF-0

AND-2

AND-4

Detak masukan

Cacahan

turun

Q2 J2

Ck

Q 2K2

Q1 J1

Ck

Q 1K1

Q0 J0

Ck

Q 0K0

Cacahan naik 1

1

AND-3

AND-1

Gambar 10.13 : Pencacah paralel naik/turun modulo 8.

J Q

K Q

74LS76

RD

SD

CK

1

1 J Q

K Q

74LS76

RD

CK

J Q

K Q

74LS76

RD

SD

CK

+ 5 volt (1)

Gambar 10.14 : Pencacah biner sinkron naik modulo 6

Tombol 100

22 2

0 2

1

Masukan

Page 196: KATA PENGANTAR - staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/.../elektronikadigital-naskah-lengkap-buku-sumarna.pdf · IC Pewaktu (Timer) 555 154 6. ... pada jam digital yang hanya ... Sebutkan

Pencacah tersebut memerlukan 3 buah flip-flop (modulo 6). Urutan

pencacahannya adalah 0-1-2-3-4-5-0-1- dst. Jika nilai 6 (biner 110) tercapai,

maka keluaran gerbang AND menjadi tinggi yang menyebabkan status keluaran

gerbang NOR rendah pada jalur DR dan me-reset semua flip-flop ke nol.

Segera setelah semua keluaran flip-flop nol, keluaran gerbang AND menjadi

rendah dan menyebabkan gerbang NOR dan saluran DR kembali tinggi,

selanjutnya pencacah bekerja kembali. Siklus ini terus berulang sampai tombol

manual ditekan. Keadaan tinggi dari tombol menyebabkan pencacah juga ter-

reset.

Aplikasi 1 :

Terlebih dahulu harus melihat buku/lembar data (CMOS atau TTL) dari IC

7490 untuk mempelajari fungsi kaki-kaki (pin) dan cara kerjanya. Selanjutnya

dengan IC tersebut hendak disusun suatu rangkaian guna menghidupkan LED

selama 20 ms sekali setiap 100 ms (termasuk lama menyala) dengan

menggunakan sumber detak 50 Hz. Perhatikan Gambar 10.15 berikut !

Karena 20 ms adalah seperlima dari 100 ms, maka dapat digunakan pencacah

modulo 5 dan telah tersedia di dalam IC 7490. Untuk menentukan keluaran

Q0 Q1 Q2 Q3

CP1

CP0

MR1 MR2 MS1 MS2

7490

270

+ 5 volt

7404 LED

>

>

Sumber detak

50 Hz

Gambar 10.15 : Konfigurasi 7490 debagai pencacah modulo 5.

Page 197: KATA PENGANTAR - staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/.../elektronikadigital-naskah-lengkap-buku-sumarna.pdf · IC Pewaktu (Timer) 555 154 6. ... pada jam digital yang hanya ... Sebutkan

mana yang digunakan untuk mengendalikan LED, maka perhatikan bentuk

gelombang yang dikeluarkan oleh IC 7490 dalam konfigurasi pencacah modulo

5 seperti tampak pada Gambar 10.16.

Jika frekuensi detak masukan 50 Hz, maka setiap cacahan akan habis selama

20 ms (1/50 Hz). Saluran keluaran Q3 akan tinggi selama 20 ms sekali dalam

setiap 100 ms. Sehingga dengan membalik (memasang gerbang NOT) saluran

Q3, maka dapat digunakan untuk mengendalikan LED (LED dapat menyala

ketika katoda lebih negatif dari pada anoda).

Aplikasi 2 :

Pelajari fungsi kaki-kaki (pin) dan cara kerja dari IC 74190 melalui buku/lembar

datanya (CMOS atau TTL). Selanjutnya dengan IC tersebut hendak disusun

suatu rangkaian pencacah sinkron yang akan mencacah naik dari 0 s/d 9,

kemudian mencacah turun dari 9 s/d 0, selanjutnya mencacah naik lagi dari 0

s/d 9, demikian seterusnya terjadi berulang-ulang. Perhatikan Gambar 10.17

berikut !

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 CP1

Q3

Q1

Q2

20 ms

0 1 2 3 4 0 1 2 3 4 0

Gambar 10.16 : Bentuk gelombang keluaran pencacah modulo 5 dari 7490

Page 198: KATA PENGANTAR - staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/.../elektronikadigital-naskah-lengkap-buku-sumarna.pdf · IC Pewaktu (Timer) 555 154 6. ... pada jam digital yang hanya ... Sebutkan

Oleh karena cacahannya 0 s/d 9, maka rangkaian tersebut berperan sebagai

pencacah BCD (biner coded decimal). Kemudian diinginkan pula mencacah

naik-turun-naik-turun dan seterusnya, maka dipilih rangkaian pencacah yang

dapat balik seperti 74190. Jika terminal U /D di-toggle setiap kali satu putaran

tercapai (terminal TC aktif), maka secara otomatis arah cacahannya dapat balik.

Ketika pertama kali dikenai daya, maka 74190 akan termuati secara paralel

misalnya dengan 5 (0101) dan jalur arah pada status 1. Angka 5 (0101) terjadi

secara acak (dapat angka lain antara 0 s/d 9). Kemuadian pencacah

menghitung turun hingga 0 dan pada saat itu TC akan tinggi yang menyebabkan

flip-flop ter-toggle dan merubah jalur arah menjadi 0. Dengan sumber detak

yang terus-menerus bekerja, pencacah tersebut akan mencacah balik dan

memulai pencacahan naik. Ketika mencapai angka 9, saluran TC menjadi tinggi

dan mengubah arah cacahan lagi. Demikian seterusnya proses tersebut terjadi

berulang-ulang.

PE D0 D1 D2 D3

U/D

RC

CE 74190

CP TC

Q0 Q1 Q2 Q3

SD

J

Q

CP

K Q

RD

0 1

1

1

1

1 0

Arah

Sumber

Detak

NC

Keluaran

7414

1

nF

1 k

+ 5 V

Gambar 10.17 : Pencacah BCD dengan IC 74190.

Page 199: KATA PENGANTAR - staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/.../elektronikadigital-naskah-lengkap-buku-sumarna.pdf · IC Pewaktu (Timer) 555 154 6. ... pada jam digital yang hanya ... Sebutkan

3. Soal-soal :

1. Berapakah modulus (besar modulo) suatu pencacah yang mengeluarkan

pencacahan dari :

a. 0 s/d 5

b. 7 s/d 0

c. 0 s/d 11

d. 2 s/d 15

e. 12 s/d 3.

2. Berapa banyak flip-flop JK yang diperlukan untuk membangun pencacah

biner dengan bilangan modulo berikut ?

a. Modulo 2

b. Modulo 7

c. Modulo 15

d. Modulo 20

e. Modulo 33.

3. Pada saluran masukan pencacah biner tak sinkron 5 bit dikenai frekuensi

18 Mhz. Berapakan frekuensi yang dikeluarkan melalui terminal berikut ?

a. 20

b. 21

c. 22

d. 23

e. 24 .

4. Gambarkanlah diagram pewaktu (bentuk gelombang) pada pencacah biner

naik 5 bit untuk 15 detak masukan.

5. Gambarkanlah diagram pewaktu (bentuk gelombang) pada pencacah biner

turun 3 bit untuk 10 detak masukan.

6. Rangkaian pencacah juga dapat difungsikan sebagai rangkaian pewaktu

(timer). Rancanglah rangkaian pencacah yang akan menghidupkan LED

selama 6 detik setelah penekanan suatu tobol. Sumber detak yang tersedia

berfrekuensi 60 Hz !

Page 200: KATA PENGANTAR - staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/.../elektronikadigital-naskah-lengkap-buku-sumarna.pdf · IC Pewaktu (Timer) 555 154 6. ... pada jam digital yang hanya ... Sebutkan

7. Rancanglah suatu rangkaian pencacah tak sinkron yang dapat mencacah

0-1-2-3-4-5-6-7-8-9-10-11 kemudian berhenti untuk menyalakan LED

sebagai tanda bahwa proses pencacahan berhenti. Proses pencacahan

tersebut dimulai dengan cara menekan suatu tombol.

8. Rancanglah suatu rangkaian pencacah riak (tak sinkron) yang dapat

menyalakan LED selama 40 ms dan mematikannya selama 20 ms.

Frekuensi detak yang dikenakan pada pencacah tersebut sebesar 100 Hz.

9. Perhatikan gambar berikut, kemudian gambarlah bentuk gelombang pada

saluran 20, 21, dan 22 untuk 10 detak masukan pada saluran KC !

Berapakah besar bilangan modulo dari rangkaian pencacah berikut ?

10. Rancanglah rangkaian pencacah biner sinkron naik modulo 7 dengan

menggunakan flip-flop JK. Kemudian gambarkan bentuk gelombang pada

setiap bit keluaran untuk 15 detak masukan !.

J Q

K Q

74LS76

RD

SD

CK

1

1 J Q

K Q

74LS76

RD

CK

J Q

K Q

74LS76

RD

SD

CK

22 2

0 2

1

Page 201: KATA PENGANTAR - staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/.../elektronikadigital-naskah-lengkap-buku-sumarna.pdf · IC Pewaktu (Timer) 555 154 6. ... pada jam digital yang hanya ... Sebutkan

BAB XI

REGISTER

1. Register

Register merupakan suatu piranti yang digunakan untuk menyimpan

(sementara) data digit. Data di dalam register itu dapat digeser, dibaca ataupun

dihapus. Register dapat disusun secara langsung dengan flip-flop. Sebuah flip-

flop (FF) dapat menyimpan (store) atau mengingat (memory) atau mencatat

(register) data 1 bit. Jika ada n buah FF tentu saja dapat menyimpan data n bit.

Dengan kata lain sederet FF dalam konfigurasi tertentu merupakan register

yang kepadanya dapat dituliskan (write) suatu data atau dari register itu dapat

dibaca (read) data yang tersimpan sebelumnya. Pekerjaan menulis, mengingat,

dan menggeser data dapat dipikirkan pada kalkulator. Untuk memasukkan

bilangan 45, pertama menekan tombol (tut) 4 dan segera dilepaskan. Angka 4

muncul pada tampilan kalkulator. Berikutnya menekan tombol 5 dan segera

dilepaskan. Tampak bahwa angka 4 tidak hilang (ter-memory) tetapi tergeser ke

kiri satu posisi dan bilangan 45 segera muncul pada tampilan. Dalam proses

operasi bilangan yang angka-angkanya dimasukkan menurut urutan tertentu,

maka sebelum dioperasikan angka itu harus dicatat (disimpan) lebih dahulu.

Misalnya dilakukan operasi penjumlahan 2 dan 7. Mula-mula dimasukkan 2,

kemudian tekan tombol operasi penjumlahan (+). Angka 2 ini harus disimpan

(dicatat) agar nantinya dapat diproses bersama angka 7 yang dimasukkan

kemudian. Kedua ilustrasi tersebut menunjukkan bahwa register memiliki

ingatan (angka atau angka-angka muncul meskipun penekanan tombol

dilepaskan), dapat dikenakan pergeseran (shift), dan dapat mencatat atau

menyimpan data. Data tersebut ditampung atau disimpan dalam sekelompok

flip-flop yang disebut register.

Operasi yang paling sering dilakukan kepada data yang disimpan di

dalam register adalah operasi pergeseran (shift) atau pemindahan (transfer).

Hal ini mencakup pemindahan data dari satu FF ke FF lain maupun dari satu

register ke register lain. Gambar 11.1 menunjukkan pemindahan data dari satu

Page 202: KATA PENGANTAR - staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/.../elektronikadigital-naskah-lengkap-buku-sumarna.pdf · IC Pewaktu (Timer) 555 154 6. ... pada jam digital yang hanya ... Sebutkan

register (misal register X) ke register lain (misal register Y) yang masing-masing

register tersusun dari FF-D.

Dengan mengenakan pulsa transfer, nilai yang tersimpan paxa X0 dipindahkan

ke Y0, X1 ke Y1, dan X2 ke Y2. Pemindahan data dari register X ke register Y

tersebut merupakan pemindahan secara sinkron, karena nilai dari X0, X1 dan X2

dipindahkan secara bersamaan (paralel) berturut-turut ke dalam Y0, Y1 dan Y2.

Jika isi register X dipindahkan ke register Y bit demi bit, maka pemindahan

semacam ini disebut sebagai pemindahan secara serial. Gambar 11.2 berikut

menunjukkan dua register masing-masing 3 bit yang dihubungkan sedemikian

hingga isi register X dipindahkan (digeser) secara serial ke dalam register Y.

Jenis FF yang digunakan adalah FF-D karena memerlukan persambungan yang

lebih sedikit dari pada FF-JK.

X0

X 0

D Y0

Ck

Y 0

X1

X 1

D Y1

Ck

Y 1

X2

X 2

D Y2

Ck

Y 2

Pulsa

transfer

Register X

Register Y

Gambar 11.1 : Pemindahan data antar register.

D X2

Ck

D X1

Ck

D X0

Ck

D Y2

Ck

D Y1

Ck

D Y0

Ck

Pulsa geser

Gambar 11.2 : Pemindahan data antar register secara serial.

Page 203: KATA PENGANTAR - staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/.../elektronikadigital-naskah-lengkap-buku-sumarna.pdf · IC Pewaktu (Timer) 555 154 6. ... pada jam digital yang hanya ... Sebutkan

Tampak bahwa FF terakhir (X0) dari register X dihubungkan dengan masukan

FF pertama dari register Y. Ketika pulsa geser dikenakan, maka akan terjadi

pemindahan data dengan arah sebagai berikut :

X2 X1 X0 Y2 Y1 Y0 .

Keadaan X2 akan ditentukan oleh masukan D-nya. Sebagai gambaran sebelum

dikenakan satu pulsa geser misalkan register X berisi 101, yakni X2 = 1, X1 = 0,

X0 = 1 dan register Y dalam keadaan 000. Tabel berikut menunjukkan cara

perubahan setiap FF ketika dikenakan tiga pulsa geser.

Hal yang perlu diperhatikan adalah bahwa sebelum pulsa geser dikenakan

setiap masukan FF (D) mengambil harga yang telah tersimpan dalam keluaran

FF di sebelah kirinya. Dari tabel di atas dapat dikemukakan secara umum

bahwa untuk memindahkan semua bit (data) dari register X yang terdiri dari N

bit seluruhnya ke register Y secara serial memerlukan N pulsa geser. Pada

pemindahan data secara paralel, semua bit (data) dipindahkan secara

bersamaan mengikuti satu pulsa geser, tidak bergantung banyak bit yang

dipindahkan. Dengan membandingkan kedua cara pemindahan data tersebut

tampak bahwa pemindahan data secara paralel lebih cepat dari pada

pemindahan data yang sama apabila dilakukan secara serial. Namun demikian,

pemindahan secara paralel memelukan lebih banyak persambungan dari pada

cara serial. Kedua perbedaan tersebut akan lebih nyata untuk sejumlah besar

X2 X1 X0 Y2 Y1 Y0

1 0 1 0 0 0 sebelum dikenakan pulsa

0 1 0 1 0 0 sesudah pulsa pertama

0 0 1 0 1 0 sesudah pulsa ke dua

0 0 0 1 0 1 sesudah pulsa ke tiga

Page 204: KATA PENGANTAR - staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/.../elektronikadigital-naskah-lengkap-buku-sumarna.pdf · IC Pewaktu (Timer) 555 154 6. ... pada jam digital yang hanya ... Sebutkan

bit data dan untuk pemindahan jarak jauh yang memerlukan persambungan

yang lebih panjang. Jadi pemindahan secara paralel lebih cepat dan

pemindahan secara serial lebih sederhana.

2. Jenis Register

Jenis register dapat pula diklasifikasikan berdasarkan cara data masuk

ke dalam suatu register untuk disimpan dan cara data dikeluarkan dari register

tersebut. Untuk memasukkan dan mengeluarkan data masing-masing dapat

dilakukan secara serial atau paralel. Cara serial berarti data dimasukkan atau

dikeluarkan ke atau dari register secara beruntun bit demi bit. Sedangkan cara

paralel berarti data yang terdiri dari beberapa bit dimasukkan atau dikeluarkan

ke atau dari register secara serempak. Berdasarkan hal itu maka dikenal 4 jenis

register, yaitu :

(1) Serial In Serial Out (SISO),

(2) Serial In Paralel Out (SIPO),

(3) Paralel In Serial Out (PISO), dan

(4) Paralel In Paralel Out (PIPO).

Salah satu rangkaian sederhana dari setiap jenis register itu tampak pada

gambar berikut.

(1). Serial In Serial Out (SISO)

Pulsa geser

D Q3

Ck

D Q2

Ck

D Q1

Ck

D Q0

Ck

Gambar 11.3 : Register Serial In Serial Out (SISO).

KeluaranSe

rial

Masukan

Serial

Page 205: KATA PENGANTAR - staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/.../elektronikadigital-naskah-lengkap-buku-sumarna.pdf · IC Pewaktu (Timer) 555 154 6. ... pada jam digital yang hanya ... Sebutkan

(2). Serial In Paralel Out (SIPO)

(3). Paralel In Serial Out (PISO)

Gambar 11.4 : Register Serial In Paralel Out (SIPO).

D Q3

Ck

D Q2

Ck

D Q1

Ck

D Q0

Ck

Pulsa geser

Q3 Q0 Q1 Q2

OE

Masukan

serial

Keluaran Paralel

Keluaran

serial

Resetr

Pr

D Q3

Ck Cr

Pr

D Q2

Ck Cr

Pr

D Q1

Ck Cr

Pr

D Q0

Ck Cr

Gambar 11.5 : Register Paralel In Serial Out (PISO)

IE

Pulsa geser

P3 P2 P1 P0

Masukan Paralel

Page 206: KATA PENGANTAR - staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/.../elektronikadigital-naskah-lengkap-buku-sumarna.pdf · IC Pewaktu (Timer) 555 154 6. ... pada jam digital yang hanya ... Sebutkan

(4). Paralel In Paralel Out (PIPO)

Contoh :

Rancanglah register geser 4 bit untuk jenis PISO yang menggunakan flip-flop

JK dengan kode IC 74LS76. Kemudian gambarlah bentuk gelombang

keluarannya untuk satu siklus dengan memasukkan data biner 0111 (desimal

7). Salah satu konfigurasi rangkaian register tersebut adalah seperti tampak

pada Gambar 11.7 di bawah ini.

D0

D1

D3

Pulsa geser

Gambar 11.6 : Register Paralel In Paralel Out (PIPO).

D Q3

Ck

D Q2

Ck

D Q1

Ck

D Q0

Ck

D2

Q3

OE

Q0

Q1

Q2 Masukan

Paralel Keluaran

Paralel

Page 207: KATA PENGANTAR - staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/.../elektronikadigital-naskah-lengkap-buku-sumarna.pdf · IC Pewaktu (Timer) 555 154 6. ... pada jam digital yang hanya ... Sebutkan

Gambar 11.7 : JK-FF sebagai rangkaian register PISO 4 bit.

SD

J3 Q

K3 Q

RD

> CP

SD

J Q

K Q

RD

> CP

SD

J Q

K Q

RD

> CP

Q3 Q2 Q1

MSB LSB D0 D1 D2 D3

0 1 1 1

SD

J Q0

K Q0

RD

> CP

Q0

Qo

Detak masukan

Reset

0

1

Keluaran

Masukan data paralel

CP

3 1 2 4

RD

CP

D3

D0

D1

D2

Q1

Q0

Q2

Q3

MSB LSB

LSB

MSB

Masukan

paralel

Keluaran serial

Di-reset

Masukan paralel 0111

Gambar 11.8 : Diagram pewaktu register PISO 4 bit

Page 208: KATA PENGANTAR - staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/.../elektronikadigital-naskah-lengkap-buku-sumarna.pdf · IC Pewaktu (Timer) 555 154 6. ... pada jam digital yang hanya ... Sebutkan

Bentuk gelombang atau diagram pewaktuannya tampak pada Gambar 11.8 di

atas. Pengembalian bit data paling kanan ke awal register tersebut dapat

dilakukan dengan menghubungkan Q0 kembali ke J3 dan 0Q kembali ke K3.

Dengan cara ini bit data awal yang dimasukkan tidak pernah hilang. Setelah

setiap 4 pulsa detak ( 1 siklus) keluaran Q3 Q2 Q1 Q0 tetap berisi empat bit data

awal. Register PISO tersebut dapat pula berfungsi sebagai register PIPO

dengan keluarannya (Q3 Q2 Q1 Q0 ) diambil secara serentak.

3. Aplikasi

Berikut adalah rancangan penggunaan register geser sebagai pengendali

lampu lalu-lintas (traffic light) dengan urutan kejadian : nyala hijau selama 20

detik, nyala kuning selama 10 detik, dan nyala merah selama 20 detik. Selain

itu, pada malam hari hanya terjadi nyala kuning yang berkedip setiap 1 detik

secara terus menerus. Perhatikanlah Gambar 11.9. Digunakan sumber detak 1

Hz, dan fototransistor untuk membedakan siang dan malam hari. Pada malam

hari proses pergeseran registernya dihentikan dan menyalakan lampu kuning

dengan berkedip. Pada siang hari, cahaya matahari menyinari fototransistor dan

membuatnya hambatan kolektor-emitor rendah yang memberikan tegangan

rendah pada masukan picu schmitt dan menyebabkan masukan rendah pada

masukan gerbang OR ke 4. Detak 1 Hz akan melalui gerbang OR ke 4 masuk

ke pembagi 10. Keluaran pembagi 10 digunakan untuk mengendalikan masukan

detak pada setiap flip-flop. Kemudian keluaran setiap flip-flop akan tinggi selama

10 detik secara bergiliran. Perhatikan bentuk gelombang pewaktunya pada

Gambar 11.10. Kemudian semua keluaran flip-flop dihubungkan seperti pada

gambar. Lampu hijau akan hidup selama 20 detik jika Q0 atau Q1 tinggi.

Berikutnya, lampu kuning akan hidup selama 10 detik jika Q2 tinggi. Akhirnya,

lampu merah akan hidup selama 20 detik jika Q3 atau Q4 tinggi.

Page 209: KATA PENGANTAR - staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/.../elektronikadigital-naskah-lengkap-buku-sumarna.pdf · IC Pewaktu (Timer) 555 154 6. ... pada jam digital yang hanya ... Sebutkan

Pada malan hari, fototransistor berhambatan tinggi sehingga masukan picu

Schmitt pertama tinggi yang mengakibatkan keadaan tinggi pada gerbang OR

ke 4. Keadaan ini akan menghentikan masukan detak ke semua flip-flop.

Keadaan rendah pada keluaran picu Schmitt pertama dihubungkan dengan

saluran reset flip-flop yang mempertahankan keadaan rendah pada

keluarannya. Keadaan tinggi pada keluaran picu Schmitt ke dua membuat

gerbang AND dapat dilewati detak 1 Hz untuk mengidupkan gerbang OR ke 2

dan menghasilkan cahaya kuning yang berkedip setiap 1 detik. Pada siang hari,

keluaran dari picu Schmitt pertama berubah dari rendah ke tinggi yang

mengakibatkan register geser bekerja kembali. Peralihan dari rendah ke tinggi

SD

J3 Q

K3 Q

RD

> CP

SD

J Q

K Q

RD

> CP

SD

J Q

K Q

RD

> CP

Q3

SD

J Q3

K Q3

RD

> CP

Q2

Q1 Q0

SD

J Q4

K Q4

RD

> CP

1 1 1 1

Q4

Gambar 11.9 : Pengendali lampu lalu-lintas

1 nF

1 k

100 k

3

7414

+ 5 V

4

2

Pembagi 10

Detak 1 Hz

Lampu Kuning

Lampu Merah Lampu Hijau 1

Page 210: KATA PENGANTAR - staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/.../elektronikadigital-naskah-lengkap-buku-sumarna.pdf · IC Pewaktu (Timer) 555 154 6. ... pada jam digital yang hanya ... Sebutkan

mengakibatkan aliran arus sesaat melewati rangkaian RC. Arus ini akan

menyebabkan keadaan tinggi pada masukan picu Schmitt ke tiga dan membuat

keadaan rendah pada S0 yang membuat Q0 tinggi. Ketika arus telah berlalu, S0

kembali tinggi dan register geser akan menghasilkan putaran keadaan tinggi

dari Q0 ke Q1 ke Q2 ke Q3 ke Q4 terus-menerus sepanjang hari.

4. Soal-soal

1. Register geser 10 bit mula-mula berisi data 1011011101. Data berapa yang

tersimpan setelah 2 detak pergeseran ke kanan, jika kekosongan yang

terjadi berisi 0 ?

2. Bentuk gelombang pada gambar berikut terjadi pada saluran kerluaran (Qo)

dari sebuah register geser. Berapa banyak flip-flop yang diperlukan untuk

membuat rangkaian register tersebut ? Jelaskan !.

Hijau Kuning Kuning Merah Merah Hijau

10 detik

Q2

Q0

Q1

Q3

Q4

Masukan detak

register geser

Gambar 11.10 : Diagram pewaktu register geser.

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 0

Detak

masukan

Qo

Page 211: KATA PENGANTAR - staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/.../elektronikadigital-naskah-lengkap-buku-sumarna.pdf · IC Pewaktu (Timer) 555 154 6. ... pada jam digital yang hanya ... Sebutkan

3. Gambarlah bentuk gelombang keluaran (pada Q2) yang dihasilkan dari

rangkaian seperti gambar berikut untuk 10 detak masukan !.

4. Gambarlah bentuk gelombang pada CP, Q0, Q1, dan Q2 yang dihasilkan dari

rangkaian register seperti gambar berikut !.

5. Pelajarilah cara kerja dari IC 74194 melalui buku/lembaran datanya.

Kemudian gambarkanlah bentuk gelombang pada Q0, Q1, Q2, dan Q3

berdasarkan status logika MR , S0, dan S1 seperti yang tertera pada gambar

berikut. Saluran lain dengan keadaan awal : DSR = D0 = 1, dan DSL = D1 =

D2 = D3 = 0.

Q2

SD

D0 Q0

Q

RD

> CP

1

SD

D1 Q1

Q

RD

> CP

1

SD

D2 Q2

Q

RD

> CP

1

+ 5 V

Detak masukan

SD

D0 Q0

Q

RD

> CP

1

SD

D1 Q1

Q

RD

> CP

1

SD

D2 Q2

Q

RD

> CP

1

+ 5 V

CP

Page 212: KATA PENGANTAR - staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/.../elektronikadigital-naskah-lengkap-buku-sumarna.pdf · IC Pewaktu (Timer) 555 154 6. ... pada jam digital yang hanya ... Sebutkan

6. Pelajarilah fungsi dan cara kerja IC 74164 melalui manual data TTL-nya.

Berdasarkan persambungan seperti gambar berikut, kemudian

gambarkanlah bentuk gelombang pada Q0, Q1, …, Q7 untuk 8 detak.

Rangkaian tersebut digunakan untuk mengkonversi data biner 11010010

dari bentuk serial ke paralel.

S1

CP 3 0 1 2 4 5 6 7 8 9

So

MR

DSa

DSb 74164

CP

MR Q0 Q1 Q2 Q3 Q4 Q5 Q6 Q7 >

MR

Keluaran paralel

Detak

masukan

Strobe

DSb

CP 3 0 1 2 4 5 6 7 8 9

Strobe

MR

1 0 0 0 0 1 1 1

1

Masukan serial

Page 213: KATA PENGANTAR - staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/.../elektronikadigital-naskah-lengkap-buku-sumarna.pdf · IC Pewaktu (Timer) 555 154 6. ... pada jam digital yang hanya ... Sebutkan

7. Rancanglah suatu rangkaian register geser (4 bit) dengan mode geser

KANAN/KIRI yang menggunakan flip-flop D (IC-7474). Mode gesernya

dikendalikan melalui saklar toggle.

Page 214: KATA PENGANTAR - staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/.../elektronikadigital-naskah-lengkap-buku-sumarna.pdf · IC Pewaktu (Timer) 555 154 6. ... pada jam digital yang hanya ... Sebutkan

BAB XII

DEKODER (DEMULTIPLEKSER) DAN MULTIPLEKSER

Dalam suatu mesin digital, instruksi dan informasi (data) disajikan dalam

bentuk biner, karena mesin digital hanya dapat menanggapi dan mengolah data

yang berbentuk biner. Kita sering melihat atau bahkan menggunakan mesin-

mesin digital seperti multimeter digital, termometer digital, jam digital,

komputer, kalkulator, dan lain-lain. Tampilan yang langsung dapat kita lihat

dari alat tersebut berupa angka desimal, padahal proses yang terjadi di

dalamnya berbentuk biner. Instruksi ataupun informasi dalam bentuk biner

tidak kita sukai, selain karena lebih rumit juga kurang praktis dan di luar

kebiasaan. Kita telah terbiasa dengan huruf dari A sampai Z maupun angka-

angka 0, 1, 2, ... 9. Sehingga apabila disajikan angka atau kata dalam

bentuk biner pada umumnya tidak segera diketahui maknanya. Misalkan

disajikan sederet bit 0001011, kita tidak segera tahu deretan bit itu

menyatakan angka atau huruf. Jika angka, sederet bit tersebut dapat

menunjukkan angka 17 atau bahkan angka 23 sebagaimana biasa kita kenal.

Agar 00010111 dapat tampil sebagai 17 atau 23 diperlukan teknik maupun

rangkaian tertentu. Hal ini juga berlaku untuk langkah sebaliknya, agar

angka 17 atau 23 dapat dikenali oleh suatu mesin digital sebagai 00010111

diperlukan teknik dan rangkaian tertentu pula.

Dalam teknik penyaluran informasi ataupun transmisi data, sering kita

jumpai di mana suatu rangkaian menerima masukan dan kemudian

menyalurkannya ke salah satu dari sekian banyak jalur keluaran yang

tersedia. Sebaliknya juga sering dijumpai suatu rangkaian yang memiliki

banyak jalur masukan dan satu jalur keluaran. Misalkan transmisi data pada

jaringan telepon, lebih banyak mengirimkan data dalam bentuk serial karena

hanya diperlukan sedikit saluran, sedangkan pada penerimaan akhir data

tersebut dikumpulkan kembali dalam bentuk paralel.

Page 215: KATA PENGANTAR - staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/.../elektronikadigital-naskah-lengkap-buku-sumarna.pdf · IC Pewaktu (Timer) 555 154 6. ... pada jam digital yang hanya ... Sebutkan

Dalam pemakaian kalkulator, bilangan yang dimasukkan melalui

tombol kunci (tuts) perlu diubah dari bentuk desimal ke dalam biner.

Sebaliknya bilangan yang muncul pada tampilan kalkulator juga mengalami

proses pengubahan dari bentuk biner ke dalam format 7 segmen yang pada

umumnya benbentuk desimal. Perhatikan Gambar 12.1 berikut ini.

Gambar 12.1 : Diagram aliran pengubahan tampilan

Kita hendak memasukkan bilangan desimal 9 dengan cara menekan tombol

kunci 9. Rangkaian enkoder mengubah desimal 9 menjadi bentuk biner

sebagai 1001. CPU menerina bilangan itu dalam bentuk biner 1001 karena

CPU hanya dapat mengolah bentuk biner. Selanjutnya rangkaian dekoder

mengubah bilangan biber 1001 kembali menjadi bentuk desimal 9. Akhirnya

yang muncul dalam tampilan keluaran adalah desimal 9 seperti mula-mula.

Dari penggambaran tersebut memperlihatkan terjadinya proses pengubahan

dari satu jenis (kode) sistem bilangan menjadi jenis (kode) sistem bilangan

lain. Awalnya dari kode desimal menjadi kode biner, dan akhirnya dari kode

biner menjadi kode desimal. Suatu rangkaian pengubah suatu pesan

bermakna menjadi kode tertentu disebut enkoder (penyandi). Sedangkan

rangkaian pengubah suatu kode tertentu kembali menjadi makna sebernarnya

disebut dekoder (pembaca sandi).

7 8 9

4 5 6

1 2 3

0 + =

Enkoder CPU Dekoder

Page 216: KATA PENGANTAR - staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/.../elektronikadigital-naskah-lengkap-buku-sumarna.pdf · IC Pewaktu (Timer) 555 154 6. ... pada jam digital yang hanya ... Sebutkan

1. Sistem BCD (Biner Coded Decimal)

Dalam kehidupan sehari-hari kita telah terbiasa dengan sistem

bilangan desimal dan karenanya sistem ini dianggap sebagai kode yang

paling bermakna. Dalam peralatan digital seperti pencacah frekuensi,

multimeter digital, kalkulator, komputer, dan lain-lain menampilkan bilangan

(angka) dalam bentuk desimal. Kita tahu bahwa mekanisme komputasi

dalam alat alat tersebut terjadi dalam bentuk biner. Jika hasil komputasi

tetap ditampilkan dalam bentuk biner, kita mengalami hambatan atau bahkan

sulit memahaminya, karena kita tidak terbiasa dengan bilangan yang tampil

dalam bentuk biner. Jadi jelaslah bahwa dalam pemakaiannya tampilan

desimal lebih mudah difahami dari pada taampilan biner. Oleh karena itu

diperlukan suatu cara penyandian dari biner ke desimal atau sebaliknya.

Sebagai contoh, dengan menggunakan sandi biner paling sederhana,

bilangan desimal 25 dan 43 masing-masing disandikan sebagai berikut

25(10) = 11001(2)

43(10) = 101011(2)

Pada dasarnya dikenal dua jenis sandi biner yaitu sandi tak berbobot

dan sandi berbobot. Seperti dua contoh di atas termasuk dalam sandi tak

berbobot, setiap angka biner memiliki nilai sesuai dengan posisinya (satuan,

duaan, empatan, dan seterusnya). Dalam sandi tak berbobot, semua digit

bilangan desimal disandikan langsung, atau sebaliknya semua pernyataan

biner menyandikan suatu bilangan desimal, jadi bukan digit per digit. Dalam

sandi berbobot hanya bilangan-bilangan 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, dan 9 yang

disandikan. Untuk menyatakan bilangan desimal lebih dari satu digit, maka

setiap digit disandikan sendiri. Salah satu sistem sandi berbobot adalah

BCD (Biner Coded Dacimal) atau desimal yang disandikan biner. Untuk

menyatakan setiap digit desimal diperlukan 4 bit biner. Susunan 4 bit biner

tersebut menghasilkan 16 kombinasi yang berbeda, tetapi hanya diperlukan

10 kombinasi di antaranya. Untuk menyatakan bilangan desimal N digit

Page 217: KATA PENGANTAR - staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/.../elektronikadigital-naskah-lengkap-buku-sumarna.pdf · IC Pewaktu (Timer) 555 154 6. ... pada jam digital yang hanya ... Sebutkan

diperlukan N x 4 bit biner. Kelompok 4 bit yang pertama (paling kanan)

menyatakan satuan, kelompok 4 bit ke dua adalah puluhan, kelompok 4 bit ke

tiga merupakan ratusan, dan seterusnya. Sebagai contoh bilangan desimal

468 (adalah 3 digit) memerlukan tiga kelompok 4 bit. Perhatikan Tabel 12.1

berikut.

Tabel 12.1 :

Bobot

Sandi BCD

Digit desimal

800 400 200 100

0 1 0 0

4

80 40 20 10

0 1 1 0

6

8 4 2 1

1 0 0 0

8

Tiga kelompok 4 bit tersebut dapat menyajikan bilangan antara 0 sanpai

dengan 999 (seribu buah bilangan), dan karenanya dikatakan memiliki

resolusi 1/1000 atau 0,1 %.

2. Dekoder Biner Ke BCD

Data atau bilangan dalam mesin digital diproses dalam bentuk biner

dan disajikan dalam bentuk kode. Untuk mengenal arti suatu kode

diperlukan suatu rangkaian yang dikenal sebagai dekoder. Untuk merancang

suatu rangkaian dekoder pada prinsipnya sama dengan merancang

rangkaian logika pada umumnya. Salah satu rangkaian dekoder adalah

untuk mengenal (mengubah) data atau bilangan dalam bentuk biner tak

berbobot menjadi sandi biner berbobot. Rangkaian tersebut dinamakan

dekoder biner ke BCD. Perhatikan bilangan desimal 25 dan 43 yang disajikan

dalam biner tak berbobot dan biner berbobot (BCD) seperti pada Tabel 12.2

berikut.

Tak berbobot

Berbobot (BCD)

Desimal

11001

0010 0101

2 5

101011

0100 0011

4 3

Tabel 12.2 :

Page 218: KATA PENGANTAR - staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/.../elektronikadigital-naskah-lengkap-buku-sumarna.pdf · IC Pewaktu (Timer) 555 154 6. ... pada jam digital yang hanya ... Sebutkan

Selanjutnya, marilah kita rancang rangkaian dekoder biner ke BCD dan

dibatasi untuk bilangan biner 4 bit sehingga bilangan terbesarnya adalah biner

1111 atau desimal 15. Untuk bit atau bilagan yang lebih besar prinsipnya

sama. Rangkaian yang akan dibuat memiliki 4 terminal masukan (ABCD) dan

8 terminal keluaran (P3P2P1P0S3S2S1S0). Diperlukan 8 terminal keluaran

karena bilangan-bilangan yang dihasilkan ada yang terdiri dari 2 digit (10, 11,

12, 13, 14, dan 15 masing-masing 2 digit). Tabel kebenaran rangkan yang

dimaksud adalah tampak pada Tabel 12.3 di bawah ini.

Tabel 12.3 :

Nomor Baris

(Desimal)

Biner BCD

A

B

C

D

Puluhan Satuan

P3 P2 P1 P0 S3 S2 S1 S0

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1

2 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0

3 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1

4 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0

5 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1

6 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0

7 0 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1

8 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0

9 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1

10 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0

11 1 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 1

12 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0

13 1 1 0 1 0 0 0 1 0 0 1 1

14 1 1 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0

15 1 1 1 1 0 0 0 1 0 1 0 1

Page 219: KATA PENGANTAR - staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/.../elektronikadigital-naskah-lengkap-buku-sumarna.pdf · IC Pewaktu (Timer) 555 154 6. ... pada jam digital yang hanya ... Sebutkan

Dari tabel 12.3 tampak bahwa ada 8 fungsi keluaran, tetapi 3 fungsi di

antaranya, yaitu P3, P2, dan P1 selalu 0. Sehingga tinggal 5 fungsi masing-

masing dapat dinyatakan dalam bentuk minterm sebagai :

S0 = m (1,3,5,7,9,11,13,15)

S1 = m (2,3,6,7,12,13)

S2 = m (4,5,6,7,14,15)

S3 = m (8,9)

P4 = m (10,11,12,13,14,15).

Fungsi-fungsi tersebut jika dituangkan dalam peta Karnough dapat dilihat

seperti pada Gambar 12.2 di bawah ini.

AB

CD

A B

A B

A B

A B

C D 0 0 0 0

C D 1 1 1 1

C D 1 1 1 1

C D 0 0 0 0

(a)

AB

CD

A B

A B

A B

A B

C D 0 0 1 0

C D 0 0 1 0

C D 1 1 0 0

C D 1 1 0 0

(b)

AB

CD

A B

A B

A B

A B

C D 0 1 0 0

C D 0 1 0 0

C D 0 1 1 0

C D 0 1 1 0

(c)

AB

CD

A B

A B

A B

A B

C D 0 0 0 1

C D 0 0 0 1

C D 0 0 0 0

C D 0 0 0 0

(d)

Page 220: KATA PENGANTAR - staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/.../elektronikadigital-naskah-lengkap-buku-sumarna.pdf · IC Pewaktu (Timer) 555 154 6. ... pada jam digital yang hanya ... Sebutkan

Gambar 12.2 : Peta Karnough untuk keluaran-keluaran dari Tabel 11.3.

Realisasi rangkaian dekoder biner ke BCD berdasarkan tabel 12.3 dan gambar

12.2 ditunjukkan pada Gambar 12.3 di bawah ini.

AB

CD

A B

A B

A B

A B

C D 0 0 1 0

C D 0 0 1 0

C D 0 0 1 1

C D 0 0 1 1

(e)

a). S0 = D

b). S1 = A C + ABC

c). S2 = A B + BC

d). S3 = A B C

e). P0 = AB + AC.

Page 221: KATA PENGANTAR - staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/.../elektronikadigital-naskah-lengkap-buku-sumarna.pdf · IC Pewaktu (Timer) 555 154 6. ... pada jam digital yang hanya ... Sebutkan

Gambar 12.3 : Diagram rangkaian dekoder biner 4 bit ke BCD

A B C D

S0

S1

S2

S3

P0

P1

P2

P3

Page 222: KATA PENGANTAR - staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/.../elektronikadigital-naskah-lengkap-buku-sumarna.pdf · IC Pewaktu (Timer) 555 154 6. ... pada jam digital yang hanya ... Sebutkan

3. Dekode BCD ke Desimal

Data atau bilangan yang disajikan baik dalam sandi biner tak berbobot

maupun dalam sandi BCD masih sulit untuk difahami orang pada umumnya,

karena orang telah terbiasa dengan bilangan desimal. Dengan demikian

perlu rangkaian untuk mengubah dari sandi BCD ke desimal. Rangkaian

inilah yang kita kenal sebagai dekoder BCD ke desimal. Marilah kita

mencoba memahami pengubahan sandi BCD untuk menampilkan desimal 1

digit, misalnya desimal 9, yang tentu saja memerlukan 4 bit biner yang

menyandi BCD. Operasi pengubahan ini dapat dihasilkan dengan gerbang

AND 4 masukan. Perhatikan Gambar 12.4 berikut ini.

Gambar 12.4 : Diagram rangkaian dekoder BCD (4 bit) Ke desimal 1 digit dengan gerbang AND 4 masukan.

Keluaran gerbang AND pada gambar 6.4 dalam keadaan 1 jika dan hanya jika

masukan-masukan dalam sandi BCD bernilai A = 1 (MSB), B = 0, C = 0, dan

D = 1 (LSB). Karena sandi ini akan menampilkan desimal 9, maka

keluarannya ditandai dengan "saluran 9", (ABCD - 1001).

Sebuah dekoder BCD ke desimal yang lebih lengkap dapat dilihat

pada Gambar 12.5. Pada dekoder tersebut tetap digunakan gerbang NAND

sehingga sebuah keluaran 0 (rendah) untuk kode BCD yang benar dan 1

(tinggi) pada kode lain yang salah. Dekoder tersebut memiliki 4 jalur

masukan A, B, C, D dan 10 jalur keluaran untuk 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9.

Untuk mendapatkan masukan komplemen A , B ,C , D dapat digunakan

gerbang NOT.

D

C

B

A

Saluran 9

A = 1 (MSB)

B = 0

C = 0

D = 1 (LSB)

Page 223: KATA PENGANTAR - staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/.../elektronikadigital-naskah-lengkap-buku-sumarna.pdf · IC Pewaktu (Timer) 555 154 6. ... pada jam digital yang hanya ... Sebutkan

Gambar 12.5 : Dekoder BCD ke desimal menggunakan gerbang NAND.

Dekoder seperti gambar 12.5 di atas juga dikenal sebagai dekoder 4 jalur

ke 10 jalur (saluran), karena menunjukkan suatu kode masukan 4 bit yang

memilih 1 di antara 10 saluran keluaran.Dengan kata lain dekoder tersebut

(MSB)

A B C D = 0000

0

A B C D = 0001

1

A B C D = 0010

2

A B C D = 1001

9

.

.

.

S A

B C D (LSB)

Page 224: KATA PENGANTAR - staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/.../elektronikadigital-naskah-lengkap-buku-sumarna.pdf · IC Pewaktu (Timer) 555 154 6. ... pada jam digital yang hanya ... Sebutkan

bekerja sebagai saklar (switch) 10 posisi yang tanggap terhadap sebuah

perintah masukan BCD.

Kadang-kadang diperlukan agar sebuah dekoder bekerja hanya

dalam selang waktu tertentu. Dalam fungsi demikian diperlukan satu

tambahan terminal masukan pada setiap gerbang NAND. Terminal tambahan

itu disebut sebagai STROBE atau ENABLE. Semua masukan STROBE

(S) disambung bersama dan dibangkitkan dengan sinyal biner S. Jika S =

1 maka satu gerbang diijinkan (enable) dan terjadi proses penyandian. Jika S

= 0 maka tidak ada kejadian yang mungkin dan proses penyandian

dicegah. Suatu masukan STROBE tersebut dapat digunakan suatu dekoder

yang memiliki sejumlah masukan dan keluaran sembarang.

4. Dekode BCD ke Peraga 7 Segmen

Angka-angka yang sering kita baca pada alat-alat digital ditampilkan

dengan lampu peraga yang terdiri dari 7 bagian (segmen). Penampil macam

itu dikenal sebagai peraga 7 segmen. Perhatikan Gambar 12.6 berikut.

Gambar 12.6 : Peraga 7 segmen

Sebenarnya setiap segmen merupakan sebuah LED (Light Emitting Dyode),

dan masing-masing segmen diberi nama secara berurutan sebagai segmen-

segmen a, b, c, d, e, f, dan g seperti pada gambar 6.6. Angka desimal yang

ditampilkan terbentuk dari segmen-segmen yang menyala. Misal agar tampil

a

b

c

d

e

f g

Page 225: KATA PENGANTAR - staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/.../elektronikadigital-naskah-lengkap-buku-sumarna.pdf · IC Pewaktu (Timer) 555 154 6. ... pada jam digital yang hanya ... Sebutkan

angka 7 maka segmen yang dinyalakan a, b, dan c. Jika segmen-segmen f,

g, b, dan c yang menyala maka akan muncul angka 4. Demikian seterusnya.

Agar peraga 7-segmen dapat menampilkan suatu angka (desimal),

maka diperlukan rangkaian pengendali untuk menterjemahkan keadaan

logika masukan BCD menjadi angka yang sesuai. Rangkaian pengendali itu

disebut dekoder BCD ke peraga 7 segmen. Selanjutnya marilah kita merancang

dekoder tersebut. Terlebih dahulu kita susun tabel kebenaran yang

menyatakan hubungan antara angka yang akan ditampilkan (BCD) dengan

segmen dari peraga 7 segmen yang harus dinyalakan. Untuk itu perhatikan

Tabel 12.4 berikut.

Tabel 12.4 :

Desimal

(nomor baris)

B C D Segmen yang menyala

A B C D a b c d e f g

0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0

1 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0

2 0 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1

3 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1

4 0 1 0 0 0 1 1 0 0 1 1

5 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1

6 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1

7 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0

8 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1

9 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1

Segmen yang menyala pada tabel 12.4 merupakan fungsi keluaran sehingga

terdapat 7 fungsi keluaran yang masing-masing dapat dinyatakan sebagai :

a = m (0,2,3,5,6,7,8,9)

b = m (0,1,2,3,4,7,8,9)

c = m (0,1,3,4,5,6,7,8,9)

Page 226: KATA PENGANTAR - staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/.../elektronikadigital-naskah-lengkap-buku-sumarna.pdf · IC Pewaktu (Timer) 555 154 6. ... pada jam digital yang hanya ... Sebutkan

d = m (0,2,3,5,8,9)

e = m (0,2,6,8,9)

f = m (0,4,5,6,8,9)

g = m (2,3,4,5,6,8,9).

Berdasarkan fungsi-fungsi keluaran di atas kita dapat menuangkannya ke

dalam peta Karnough seperti tampak pada Gambar 12.7 berikut.

AB

CD

A B

A B

A B

A B

C D 1 0 X 1

C D 0 1 X 1

C D 1 1 X X

C D 1 1 X X

(a)

AB

CD

A B

A B

A B

A B

C D 1 1 X 1

C D 1 0 X 1

C D 1 1 X X

C D 1 0 X X

(b)

AB

CD

A B

A B

A B

A B

C D 1 1 X 1

C D 1 1 X 1

C D 1 1 X X

C D 0 1 X X

(c)

AB

CD

A B

A B

A B

A B

C D 1 0 X 1

C D 0 1 X 1

C D 1 0 X X

C D 1 0 X X

(d)

AB

CD

A B

A B

A B

A B

C D 1 0 X 1

C D 0 0 X 1

C D 0 0 X X

C D 1 1 X X

(e)

AB

CD

A B

A B

A B

A B

C D 1 1 X 1

C D 0 1 X 1

C D 0 0 X X

C D 0 1 X X

(f)

Page 227: KATA PENGANTAR - staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/.../elektronikadigital-naskah-lengkap-buku-sumarna.pdf · IC Pewaktu (Timer) 555 154 6. ... pada jam digital yang hanya ... Sebutkan

Persamaan logika untuk setiap jalur keluaran berdasarkan pada gambar 12.7

adalah :

a = A + BD + B D + CD

b = B + C D + CD

c = B + C + D

d = B D + BC D + C D + B C

e = B D + C D

f = C D + B D + BC + A

g = B C + BC + C D + A.

Realisasi rangkaian dekoder BCD ke peraga 7 segmen dapat diperhatikan

pada Gambar 12.8 di bawah ini. Diagram rangkaian seperti Gambar 12.8

bukanlah satu-satunya rangkaian BCD ke peraga 7-segmen. Anda dapat

mencoba rangkaian sejenis yang berbeda tergantung dari teknik

penyandian, pernyataan fungsi keluaran dalam bentuk maxterm atau

minterm, dan cara penggabungan atau penyederhanaan dari peta

Karnaoghnya.

AB

CD

A B

A B

A B

A B

C D 0 1 X 1

C D 0 1 X 1

C D 1 0 X X

C D 1 1 X X

(g)

Gambar 12.7 :

Peta Karnough rangkaian dekoder BCD ke peraga 7 segmen

X : tak peduli (don‟t care)

Page 228: KATA PENGANTAR - staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/.../elektronikadigital-naskah-lengkap-buku-sumarna.pdf · IC Pewaktu (Timer) 555 154 6. ... pada jam digital yang hanya ... Sebutkan

Gambar 12.8 : Diagram rangkaian dekoder BCD ke peraga 7-segmen.

A B C D

g

f

c

b

e

d

a

Page 229: KATA PENGANTAR - staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/.../elektronikadigital-naskah-lengkap-buku-sumarna.pdf · IC Pewaktu (Timer) 555 154 6. ... pada jam digital yang hanya ... Sebutkan

5. Demultiplekser

Demultiplekser adalah suatu piranti untuk memilih satu keluaran dari

beberapa keluaran yang tersedia. Demultiplekser identik dengan saklar putar

(rotary) satu kutub banyak posisi. Ide dasar demultiplekser ditunjukkan pada

Gambar 12.9.

Gambar 12.9 : Demultiplekser identik dengan saklar putar

Satu kutub banyak posisi.

Satu dari beberapa keluaran dapat dipilih melalui kendali (alamat) dengan

cara memutar saklar dengan sudut tertentu. Data pada masukan akan

dipindahkan ke keluaran. Putaran yang cepat dari saklar (sebagai kendali) dan

sinkron dengan saat masukan akan mengubah data masukan serial menjadi

data paralel pada keluarannya. Data dalam gambar 6.9 di atas dalam bentuk

serial adalah HHHLLH. Oleh karena sifatnya yang demikian, maka

demultiplekser juga disebut sebagai distributor data dan dapat digunakan

sebagai dekoder. Sebuah demultiplekser akan menerima masukan dan

meneruskannya ke salah satu dari beberapa keluaran yang mungkin. Dengan

kata lain hanya satu keluaran yang aktif (bekerja) sementara keluaran-

keluaran yang lain dalam keadaan tidak aktif. Supaya salah satu keluaran saja

yang aktif maka diperlukan jalur pengendali. Banyaknya jalur pengendali

tergantung dari banyaknya jalur masukan. Sebagaimana telah dikemukakan,

rangkaian dekoder pada gambar 12.5 yang terdahulu biasanya dilengkapi

Data masukan

(serial)

HHHLLH

Kendali

(alamat)

1

6

H

L

L

H

H

H

Data

Keluaran

(paralel)

Demultiplekser

Page 230: KATA PENGANTAR - staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/.../elektronikadigital-naskah-lengkap-buku-sumarna.pdf · IC Pewaktu (Timer) 555 154 6. ... pada jam digital yang hanya ... Sebutkan

dengan jalur masukan strobe (S) Jalur strobe (S) tersebut pada umumnya

merupakan keluaran dari masukan enable dan masukan data yang disusun

seperti tampak pada Gambar 12.10 berikut.

Gambar 12.10 : Strobe yang terdiri dari enable dan data

Selanjutnya marilah kita membuat rangkaian demultiplekser dengan dekoder 3

masukan 8 keluaran yang dilengkapi dengan masukan-masukan enable dan

data seperti terlihat pada Gambar 12.11 berikut ini.

Gambar 12.11 : Dekoder 3 masukan 8 keluaran

Jika enable = 1 maka S = 0 sehingga semua keluaran bernilai 1. Jika enable =

0 maka masukan data akan disalurkan lewat salah satu dari jalur keluarannya

Strobe (S)

Enable

Data

S Enable

Data

.

.

.

A

B

C

7 = ABC

0 = A B C

1 = A B C

Page 231: KATA PENGANTAR - staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/.../elektronikadigital-naskah-lengkap-buku-sumarna.pdf · IC Pewaktu (Timer) 555 154 6. ... pada jam digital yang hanya ... Sebutkan

yang ditentukan oleh nilai-nilai masukan A, B, dan C. Misalkan, jika ABC =

110, maka nilai pada jalur keluaran 6 akan sama dengan nilai pada jalur

masukan data. Dengan mekanisme seperti inilah dekoder berfungsi

sebagai demultiplekser. Jika enable = data = 0, maka rangkaian demultiplekser

pada gambar 12.11 berfungsi sebagai dekoder. Demultiplekser 3 masukan 8

keluaran (disebut dekoder 8 bit atau dekoder 3 ke 8) pada gambar 12.11

selanjutnya digambarkan seperti pada Gambar 12.12 di bawah ini.

Gambar 12.12 : Dekoder 3 masukan ke 8 keluaran

Dekoder atau demultiplekser dengan orde yang lebih tinggi dapat disusun

dari dekoder atau demultiplekser orde lebih rendah. Berikut ini contoh

dekoder/ demultiplekser 5 masukan ke 32 keluaran (32 bit) yang dibangun

dengan cara menggabungkan satu dekoder 2 masukan ke 4 keluaran (4 bit)

dan empat dekoder 3 masukan ke 8 keluaran (8 bit) yang susunannya tampak

pada Gambar 12.13. Sebagai contoh, jika ABCDE = 01110 (desimal 14),

oleh karena AB = 01 maka keluaran dekoder 4 bit yang bernilai 0 adalah

keluaran nomor 1. Sehingga dekoder 8 bit yang bekerja hanyalah nomor 1.

Selanjutnya, karena CDE = 110 (desimal 6) maka keluaran nomor 6

(dimulai dari nomor 0) dari dekoder ini atau keluaran nomor 14 dari dekoder

secara keseluruhan akan bernilai 0 (aktif). Sedangkan 31 keluaran lainnya

berharga 1 (tidak aktif).

0

1

2

3

4

5

6

7

Enable

Data

A

B

C 8 keluaran

3 masukan

Page 232: KATA PENGANTAR - staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/.../elektronikadigital-naskah-lengkap-buku-sumarna.pdf · IC Pewaktu (Timer) 555 154 6. ... pada jam digital yang hanya ... Sebutkan

Gambar 12.13 : Dekoder 32 bit yang tersusun dari satu dekoder 4 bit

dan empat dekoder 8 bit

Enable

0

1

2

3

4

5

6

7

0

0

1

2

3

4

5

6

7

S

0

1

2

3

4

5

6

7

1

8

9

10

11

12

13

14

15

S

0

1

2

3

4

5

6

7

2

16

17

18

19

20

21

22

23

S

0

1

2

3

4

5

6

7

3

24

25

26

27

28

29

30

31

S

0

1

2

3

Data

A

B

S

E

D

C

2 ke 4

3 ke 8

Page 233: KATA PENGANTAR - staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/.../elektronikadigital-naskah-lengkap-buku-sumarna.pdf · IC Pewaktu (Timer) 555 154 6. ... pada jam digital yang hanya ... Sebutkan

6. Multiplekser

Kebalikan fungsi dari demultiplekser adalah multiplekser. Multiplekser

merupakan suatu piranti untuk memilih salah satu masukan dari beberapa

masukan yang tersedia untuk disalurkan ke satu keluaran. Multiplekser

identik dengan saklar putar (rotary) satu kutub banyak posisi. Multiplekser

juga disebut sebagai pemilih data (data selector). Ide dasar multiplekser

ditunjukkan pada Gambar 12.14 di bawah ini.

Gambar 12.14 : Multiplekser identik dengan saklar putar

Salah satu masukan dipilih memalui kendali (alamat) dengan cara memutar

saklar pada sudut tertentu. Data pada masukan yang dipilih akan muncul

pada keluarannya. Multiplekser seperti pada gambar 12.14 di atas merupakan

multiplekser analog yang terdiri dari saklar 6 posisi. Sedangkan multiplekser

yang akan dibahas adalah multiplekser digital yang dapat disusun dari

gerbang-gerbang logika. Agar dapat memilih salah satu masukan di antara

beberapa masukan yang tersedia diperlukan jalur pengendali. Banyaknya

jalur pengendali ditentukan oleh banyaknya jalur masukan. Misalkan ada 4

jalur masukan yang masing-masing X0, X1, X2, dan X3 maka diperlukan 2

jalur pengendali yaitu S0, dan S1. Karena kombinasi nilai logika kedua jalur

pengendali itu dapat menghasilkan 4 keadaan yang berbeda yaitu 00, 01, 10,

dan 11. Model aturan yang biasa digunakan untuk pemilihan jalur masukan

yang dipilih seperti terlihat pada tabel 12.5 berikut.

L

L

L

H

H

L

LHHLLL

Data keluaran

(serial)

Kendali (alamat)

Multiplekser

Data

Masukan

(paralel)

Page 234: KATA PENGANTAR - staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/.../elektronikadigital-naskah-lengkap-buku-sumarna.pdf · IC Pewaktu (Timer) 555 154 6. ... pada jam digital yang hanya ... Sebutkan

Tabel 12.5 :

Nilai pada dua jalur

pengendali (S1 S0)

Jalur masukan yang dipilih

(disalurkan ke keluaran)

00 X0

01 X1

10 X2

11 X3

Diagram blok dari multiplekser 4 masukan 1 keluaran (dan tentunya dengan

2 jalur pengendali) terlihat pada Gambar 12.15.

Gambar 12.15 : Diagram blok multiplekser 4 masukan

Dengan cara yang sama, untuk multiplekser 8 masukan diperlukan 3 jalur

pengendali, dan seterusnya. Dengan demikian secara umum dapat

dikatakan bahwa n jalur pengendali dapat memilih satu masukan secara

tegas di antara 2n masukan. Tentu saja 2n tersebut merupakan jumlah

maksimum yang dapat dipilih. Sebagaimana demultiplekser, pada

umumnya multiplekser juga dilengkapi dengan jalur strobe atau enable.

Jalur ini merupakan jalur perintah yang memungkinkan multiplekser

bekerja atau tidak bekerja.

Untuk membuat multiplekser digital, terlebih dahulu perlu mengingat

kembali sifat-sifat dari gerbang logika dasar, terutama gerbang-gerbang

MUX

X0

X1

X2

X3

S0 S1

Y (1 jalur keluaran) 4 jalur masukan

Page 235: KATA PENGANTAR - staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/.../elektronikadigital-naskah-lengkap-buku-sumarna.pdf · IC Pewaktu (Timer) 555 154 6. ... pada jam digital yang hanya ... Sebutkan

NOT, AND, dan OR. Karena gerbang-gerbang tersebut yang akan digunakan

untuk menyusun suatu multiplekser.

NOT : Jika masukan rendah maka keluarannya tinggi, dan sebaliknya

jika masukan tinggi maka keluarannya rendah.

AND: Keluaran tinggi, bila dan hanya bila semua masukannya tinggi.

OR : Keluaran rendah, bila dan hanya bila semua masukannya rendah

atau keluaran tinggi jika satu atau lebih masukannya tinggi.

Selanjutnya, marilah menyusun multiplekser digital 4 masukan ke 1

keluaran yang dilengkapi dengan jalur enable dan pengendali (control).

Karena setiap jalur masukan berkaitan dengan jalur data, jalur

enable, dan tentunya 2 jalur pengendali, maka masing-masing jalur

masukan merupakan gerbang AND 4 masukan. Agar diperoleh 1

keluaran, maka perlu gerbang OR 4 masukan untuk menampung 4

keluaran dari setiap gerbang AND. Untuk lebih jelasnya perhatikan

Gambar 12.16.

Gambar 12.16 : Rangkaian multiplekser digital 4 masukan

Ke 1 keluaran dengan gerbang NOT, AND, dan OR.

Y

(Keluaran)

Enable

S1

S0

X0

X1

X2

X3

Pengendali

0

1

2

3

Page 236: KATA PENGANTAR - staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/.../elektronikadigital-naskah-lengkap-buku-sumarna.pdf · IC Pewaktu (Timer) 555 154 6. ... pada jam digital yang hanya ... Sebutkan

Multiplekser pada gambar 12.16, bila enable = 1 maka pemilihan masukan

dilaksanakan, dan sebaliknya bila enable = 0 maka pemilihan masukan tidak

dilaksanakan. Tentu saja dapat dibuat keadaan enable = 0 agar pemilihan

masukan dilaksanakan dan enable = 1 agar pemilihan masukan tidak

dilaksanakan.

Setelah memahami cara kerja multiplekser, kita dapat memanfaatkannya

untuk berbagai keperluan sebatas kemampuan multiplekser tersebut.

Multiplekser sering dimanfaatkan sebagai rangkaian pengubah data paralel ke

serial (paralel to serial converter). Misalkan tersedia data 4 bit dalam bentuk

paralel, lihat kembali gambar 12.15. Data 4 bit tersebut dikenakan pada

masukan multiplekser 4 masukan ke 1 keluaran. Bit ke 0 dikenakan pada X0,

bit ke 1 dikenakan pada X1, bit ke 2 dikenakan pada X2, dan bit ke 3 dikenakan

pada X3. Melalui jalur pengendali (2 jalur) maka data 4 bit tadi disalurkan ke

keluarannya secara berurutan. Pada periode pertama, ketika jalur pengendali

bernilai 00, maka X0 disalurkan ke keluaran. Pada periode ke dua, jalur

pengendali bernilai 01, maka X1 disalurkan ke keluaran. Demikian

seterusnya sehingga pada keluarannya terjadi gelombang sebagai data serial

yang semula dimasukkan secara paralel. Untuk menyalurkan data paralel 4

bit ke keluaran secara utuh memerlukan selang waktu 4 periode. Secara umum

data paralel N bit (X(n-1), X(n-2), ... , X2, X1, X0) dapat dikeluarkan secara serial

dari X0, X1, X2, ... , X(n-2), X(n-1) diperlukan selang waktu N periode.

Manfaat lain multiplekser adalah dapat digunakan untuk

merealisasikan suatu rangkaian logika. Multiplekser dengan N jalur pengendali

dapat digunakan untuk membentuk rangkaian logika dengan N variabel

masukan. Sebagai contoh, dengan menggunakan multiplekser 3 bit (8

masukan) kita hendak membuat suatu rangkaian logika yang memiliki

persamaan logika sebagai berikut :

Y = f (A, B, C, D)

= Sm (0,1,3,5,7,8,11,13,14).

Terlebih dahulu kita pilih 3 di antara 4 variabel masukan (A,B,C,D) untuk kita

hubungkan dengan 3 jalur pengendali (S0, S1, S2) pada multiplekser, misalkan

Page 237: KATA PENGANTAR - staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/.../elektronikadigital-naskah-lengkap-buku-sumarna.pdf · IC Pewaktu (Timer) 555 154 6. ... pada jam digital yang hanya ... Sebutkan

kita pilih D, C, dan B. Selanjutnya hubungkan D, C, B tersebut berturut-turut

dengan S2, S1, S0 seperti yang terlihat pada Gambar 12.17. Untuk

menentukan nilai masukan Xi (i = 0,1,2,3,4,5,6,7) agar keluaran Y sesuai

dengan fungsi logika yang diinginkan, buatlah peta Karnough dari Y,

perhatikan gambar 12.17 (b). Pada peta tersebut tampak ada 8 bagian (dibatasi

oleh kotak) yang masing masing berkaitan dengan DCB (variabel yang kita

pilih).

Gambar 12.17 : Multiplekser 3 bit untuk membuat fungsi

logika Y = m (0,1,3,5,7,8,11,13,14)

(a) Realisasi rangkaian, (b) Peta Karnough.

Untuk nilai DCB = S3S2S1 = 000, oleh karena Y = X0, maka bagian kotak yang

berkaiatan dengan nilai tersebut diberi tanda X0. Demikian juga untuk nilai

DCB = S3S2S1 = 001, karena Y = X1, maka kotak yang berkaiatan dengan

harga tersebut diberi tanda X1, dan seterusnya. Pada kotak X0 oleh karena Y

pada kedua kotak tersebut bernilai 1, maka masukan X0 dihubungkan dengan

nilai 1. Untuk kotak X1, oleh karena Y = X1 = 1 jika A = 1, dan Y = X1 = 0 jika A

= 0, yang berarti X1 = A, maka masukan X1 dari multiplekser dihubungkan

dengan A. Hasil yang sama akan diperoleh untuk kotak-kotak X2, X3, X5, dan

X0

X1

X2

X3

X4

X5

X6

X7

S2 S1 S0

D C B

Y A

1

A

(a)

(b)

B A

B A

BA

B A

D C

DC D C

1

X0

1

1

X1

X2

1

1

X3

X6

1

X7

1

1

X4

1

1

X5

1

DC

Page 238: KATA PENGANTAR - staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/.../elektronikadigital-naskah-lengkap-buku-sumarna.pdf · IC Pewaktu (Timer) 555 154 6. ... pada jam digital yang hanya ... Sebutkan

X6. Sedangkan untuk kotak X4 dan X7, oleh karena Y bernilai 1 berkaitan

dengan A = 0, maka X4 dan X7 dihubungkan dengan komplemen A, yaitu A.

Sekali lagi, yang dihubungkan dengan masukan pengendali tidak harus

DCB, tetapi dapat memilih 3 di antara 4 variabel A, B, C, dan D. Sebenarnya,

untuk rangkaian logika dengan N variabel masukan dapat digunakan

multiplekser yang memiliki jumlah jalur pengendali kurang dari N, tetapi perlu

tambahan gerbang pada bagian masukannya.

Gambar 12.18 : Multiplekser 16 masukan 1 keluaran yang tersusun dari

multiplekser-multiplekser 4 masukan 1 keluaran.

S1 S0

X0

X1

X2

X3

S1 S0

X0

X1

X2

X3

S1 S0

X0

X1

X2

X3

S1 S0

X0

X1

X2

X3

S1 S0

Keluaran

Page 239: KATA PENGANTAR - staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/.../elektronikadigital-naskah-lengkap-buku-sumarna.pdf · IC Pewaktu (Timer) 555 154 6. ... pada jam digital yang hanya ... Sebutkan

Untuk keperluan pengendalian yang lebih besar kadang diperlukan

multiplekser dengan jalur masukan yang besar juga. Multiplekser yang

demikian itu selanjutnya dikenal sebagai multiplekser orde tinggi.

Multiplekser orde tinggi sangat sulit ditemukan di pasaran, atau bahkan tidak

tersedia dalam satu kemasan. Tetapi kita dapat menyusun multiplekser orde

tinggi dari multiplekser-multiplekser orde yang lebih rendah. Sebagai contoh

marilah kita merancang multiplekser 16 saluran masukan dan 1 keluaran dari

beberapa multiplekser 4 saluran masukan dan 1 keluaran. Kita perlu 5 buah

multiplekser orde yang lebih rendah tersebut. Perhatikan baik-baik Gambar

12.18.

7. Rangkaian Terpadu (IC) Dekoder/demultiplekser dan multiplekser

Selain untuk memenuhi keperluan khusus dan dalam keadaan terpaksa,

untuk keperluan praktis kita tidak perlu membuat dekoder/demultiplekser dan

multiplekser dari gerbang-gerbang logika, karena di pasaran telah tersedia

piranti tersebut dalam kemasan standar, yaitu dalam bentuk IC. Selanjutnya

akan dikemukakan beberapa dekoder/demultiplekser dan multiplekser bentuk

IC yang mudah diperoleh di toko-toko elektronika. Perhatikan Tabel 12.6

berikut.

Tabel 12.6 :

No. Kode IC Deskripsi

1 7442

7443, 7444,

7445

Decoder BCD ke desimal atau dekoder 1 ke 10

Dekoder 1 ke 10

2 7446, 7447,

7448, 7449

Dekode/driver BCD ke 7-segment

3 74137, 74138 Dekoder/demultiplekser 1 ke 8

4 74139 Dekoder 1 ke 4, di dalam 1 IC tersedia 2 dekoder

5 74150 Multiplekser 16 masukan (16 saluran ke 1 saluran)

Page 240: KATA PENGANTAR - staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/.../elektronikadigital-naskah-lengkap-buku-sumarna.pdf · IC Pewaktu (Timer) 555 154 6. ... pada jam digital yang hanya ... Sebutkan

6 74151, 74152 Multiplekser 8 masukan (8 saluran)

7 74153 Multiplekser 4 masukan, di dalam 1 IC ada 2

8 74154 Dekoder/demultiplekser 1 ke 16 (4 saluran ke 16

saluran)

9 74155, 74156 Dekoder/demultiplekser 1 ke 4, di dalam 1 IC ada 2

10 74157, 74158 Multiplekser 2 masukan, di dalam 1 IC ada 4

11 74251 Multiplekser 8 masukan

12 74253 Multiplekser 4 masukan, di dalam 1 IC ada 4

13 74257, 74257 Multiplekser 2 masukan, di dalam 1 IC ada 4

Tidak semua IC dekoder/demultiplekser dan multiplekser terdaftar pada tabel

12.6. Masih banyak IC sejenis yang belum tercantum dalan tabel tersebut.

Bahkan karena pesatnya perkembangan teknologi IC dimungkinkan lahir IC

sejenis yang baru. Tetapi dengan menguasai prinsip-prinsip dasarnya, dan

dengan usaha yang cukup, Anda dapat memahami IC lain yang sejenis.

Oleh karena banyaknya jenis IC dekoder/demultiplekser dan multiplekser,

sebagai gambaran dipilih dua di antaranya. IC 74138 untuk mewakili dekoder/

demultiplekser, dan IC 74151 yang mewakili multiplekser. IC 74138 merupakan

dekoder/demultiplekser dari 1 ke 8 saluran. Karena kecepatannya yang tinggi

IC tersebut sangat baik untuk keperluan pengkode alamat. Tiga masukan

Enable-nya memungkinkan IC itu disusun menjadi dekoder 1 ke 24 saluran.

Bahkan 4 buah IC 74138 dapat membentuk dekoder 1 ke 32 saluran dengan

tambahan satu gerbang NOT. IC 74138 memiliki 16 kaki. Dua kaki untuk V

dan GND, 3 kaki untuk saluran pengendali (A2 A1 A0 ), 3 kaki untuk masukan

Enable (E3 E 2 E 1 ), dan 8 kaki sisanya untuk saluaran keluaran

(O 7 O 6 O 5 O 4 O 3 O 2 O 1 O 0). Diagram IC 74138 tampak pada Gambar 12.19.

Page 241: KATA PENGANTAR - staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/.../elektronikadigital-naskah-lengkap-buku-sumarna.pdf · IC Pewaktu (Timer) 555 154 6. ... pada jam digital yang hanya ... Sebutkan

Gambar 12.19 : Diagram dekoder/demultiplekser 74138.

Dekoder/demultiplekser 74138 menerima tiga masukan biner berbobot (A2

A1 A0 ) untuk memilih (mengaktifkan) 1 di antara 8 keluarannya

(O 7 O 6 O 5 O 4 O 3 O 2 O 1 O 0). Keluaran 74138 adalah aktif rendah (active low).

Jika A2 A1 A0 = 000 = 0, maka yang aktif keluaran O0. Jika A2 A1 A0 = 001 =

1, maka yang aktif keluaran O1. Jika A2 A1 A0 = 010 = 2, maka yang aktif

keluaran O2, dan seterusnya. Untuk lebih jelasnya, perhatikan tabel

kebenaran dari IC 74138 yang tertera pada Tabel 12.7.

Tabel 12.7 :

Masukan Keluaran

E 1 E 2 E A0 A1 A2 O 0 O 1 O 2 O 3 O 4 O 5 O 6 O 7

1 X X

1 1 X

X X 0

0 0 1

0 0 1

0 0 1

0 0 1

X X X

X X X

X X X

0 0 0

1 0 0

0 1 0

1 1 0

1 1 1 1 1 1 1 1

1 1 1 1 1 1 1 1

1 1 1 1 1 1 1 1

1 1 1 1 1 1 1 1

1 1 1 1 1 1 1 1

1 1 1 1 1 1 1 1

1 1 1 1 1 1 1 1

3 2 1 E 16

7 9 10 11 12 13 14 15 8

+Vcc

O 7 O 6 O 5 O 4 O 3 O 2 O 1 O 0

A2 A1 A0

E 1 E 2 E3

Page 242: KATA PENGANTAR - staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/.../elektronikadigital-naskah-lengkap-buku-sumarna.pdf · IC Pewaktu (Timer) 555 154 6. ... pada jam digital yang hanya ... Sebutkan

0 0 1

0 0 1

0 0 1

0 0 1

0 0 1

1 0 1

0 1 1

1 1 1

1 1 1 1 1 1 1 1

1 1 1 1 1 1 1 1

1 1 1 1 1 1 1 1

1 1 1 1 1 1 1 1

1 : tingkat tegangan tinggi

0 : tingkat tegangan rendah

X : tidak peduli.

Selanjutnya, sebagai contoh multiplekser dipilih IC 74151 yang

merupakan multiplekser digital 8 masukan dengan kecepatan tinggi. dengan IC

74151 memungkinkan untuk memilih satu jalur data dari 8 sumber yang

tersedia. IC 74151 memiliki 16 kaki. Seperti pada umumnya IC, 2 kaki untuk V

dan GND, 3 kaki untuk masukan pemilih (S2S1S0), 1 kaki enable aktif

rendah ( E ), 2 kaki untuk jalur keluaran yang saling komplemen ( Z , Z), dan 8

kaki sisanya untuk jalur masukan (I7I6I5I4I3I2I1I0). Pemilihan jalur data

masukan yang disalurkan ke keluaran dilakukan melalui masukan pemilih

(S2S1S0). Jika S2S1S0 = 000 = 0, maka masukan I0 yang disalurkan. Jika

S2S1S0 = 001 = 1, maka masukan I1 yang disalurkan. Jika S2S1S0 = 010 =

2, maka masukan I2 yang disalurkan. Demikian seterusnya. Diagram IC

74151 tampak pada Gambar 12.20. Sedangkan tabel kebenarannya dapat

diperhatikan pada Tabel 12.8.

Gambar 12.20 : Diagram multiplekser 74151.

12 13 14 15 1 2 3 4 16

11

10

9

7 6 5 8

E Z Z

I7 I6 I5 I4 I3 I2 I1 I0 +Vcc

S0

S1

S2

Page 243: KATA PENGANTAR - staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/.../elektronikadigital-naskah-lengkap-buku-sumarna.pdf · IC Pewaktu (Timer) 555 154 6. ... pada jam digital yang hanya ... Sebutkan

Tabel 12.8 :

Masukan Keluaran

E S0 S1 S2 Z Z

1 x x x 1 0

0 0 0 0 I 0 I0

0 0 0 1 I 1 I1

0 0 1 0 I 2 I2

0 0 1 1 I 3 I3

0 1 0 0 I 4 I4

0 1 0 1 I 5 I5

0 1 1 0 I 6 I6

0 1 1 1 I 7 I7

1 : tingkat tegangan tinggi

0 : tingkat tegangan rendah

Demikianlah gambaran singkat tentang rangkaia terpadu (IC) dari

dekoder/demultiplekser dan multiplekser. Informasi yang lebih lengkap tentang

IC-IC tersebut sebaiknya dilihat pada buku data (data book) atau lembaran

data (data sheet) tetang IC tadi.

8. Soal-soal

1. Jelaskan, mengapa demultiplekser kadang-kadang juga disebut sebagai

distributor data ?

2. Pelajarilah fungsi kaki (pin) dan cara kerja dari IC 74138 melalui buku/

lembaran/manual datanya. Kemudian tunjukkan persambungan yang

diperlukan bila IC tersebut digunakan sebagai demultiplekser. Jelaskan

bagaimana mekanisme kerjanya jika ingin memilih saluran 5 ?

Page 244: KATA PENGANTAR - staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/.../elektronikadigital-naskah-lengkap-buku-sumarna.pdf · IC Pewaktu (Timer) 555 154 6. ... pada jam digital yang hanya ... Sebutkan

3. Terlebih dahulu harus mempelajari manual data dari IC yang diperlukan,

rancanglah :

a. demultiplekser 8 bit dengan sebuah IC 74139,

b. demultiplekser 16 bit dengan 2 (dua) buah IC 74138.

4. Lihatlah fungsi kaki dan cara kerja IC tersebut pada data manual IC 74154,

apakah fungsi dari kaki-kaki A0, A1, A2, dan A3 ? Rancanglah rangkaian

demultiplekser 1 masukan dan 32 keluaran (32 bit) dengan 2 (dua) buah IC

74154 tersebut !

5. Perhatikan rangkaian berikut ! Jika A1 A0 dan E sebagai saluran masukan,

sedangkan Y0, Y1, Y2, dan Y3 sebagai saluran keluaran, deskripsikan

mekanisme kerja dari rangkaian yang dimaksud ! Perhatikanlah kombinasi

nilai A1 A0 dengan keluarannya !

6. Jelaskan, mengapa multiplekser kadang-kadang juga disebut sebagai

selektor data ?

7. Rancanglah multiplekser 32 bit dengan menggunakan 4 biah IC 74151 !.

8. Rancanglah suatu rangkaian yang akan mengeluarkan logika rendah ketika

umur suatu bulan 31 hari. Masukannya adalah nomor bulan ( 1 s/d 12)

sebagai bilangan biner 4 bit (Januarai = 0001, dst.). Gunakanlah IC 74150 !.

9. Dengan mempelajari manual data dari IC 74151, gambarlah bentuk

gelombang pada saluran keluaran Y (pin 5), jika setiap saluran masukan

dikenai masukan logik yang tetap, sedangkan saluran pemilih (S2 S1 S0) dan

enable ( E ) seperti gambar berikut :

A0

A1

E

Y0

Y1

Y2

Y3

Page 245: KATA PENGANTAR - staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/.../elektronikadigital-naskah-lengkap-buku-sumarna.pdf · IC Pewaktu (Timer) 555 154 6. ... pada jam digital yang hanya ... Sebutkan

10. Dengan terlebih dahulu mempelajari data manual dari IC-IC berikut,

jelaskan mekanisme kerja dan fungsi dari rangkaian berikut :

S0

E

S1

S2

Y

t5 t1 t0 t11 t2 t10 t9 t6 t4 t3 t7 t8

D7 D6 D5 D4 D3 D2 D1 D0

A 74151 Y

B

C

7493

B OB

OC

OD

Detak

1 MHz

0

1 1

H G F E D C B A

Page 246: KATA PENGANTAR - staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/.../elektronikadigital-naskah-lengkap-buku-sumarna.pdf · IC Pewaktu (Timer) 555 154 6. ... pada jam digital yang hanya ... Sebutkan

DAFTAR PUSTAKA Fadeli AR., 1995, Suplemen Elektronika, FMIPA, UGM, Yogyakarta. Greenfield, J.D., 1994, Practical Digital Design Using ICs, Second Edition, Prentice-Hall International Inc., New Jersey. Grob, Bernard., 1987, Electronic Circuits and Applications, McGraw-Hill Book Company, Auckland. Hall, Douglas V., 1983, Microprocessors And Gigital Systems, Second Edition, McGraw-Hill Book Company, Auckland. Jones, Martin H., 1988, A Practical Introduction to Electronic Circuits, Second Edition, Cambridge University Press, Cambridge. Kleitz, W., 1996, Digital Electronics : A Practical Approach, Fourth Edition, Prentice-Hall International Inc., New Jersey. Malmstadt, H.V., Enke, C.G., Crouch, S.R., 1981, Electronics and Instrumentation for Scientists, The Benjamin/Cummings Publishing Company Inc., California. Malvino, Albert P., 1983, Digital Computer Electronics : An Introduction to Microcomputers, Second Edition, McGraw-Hill Book Company, New York. NN, ____, Diktat Kuliah Elektronika Digital, Jurusan Pendidikan Fisika, Universitas Sanata Darma, Yogyakarta. NN, 1978, TTL Data Book, Fairchild Camera and Instrument Corporation, California. Sutrisno, 1986, Elektronika II (Modul 6-9), Kurnia Universitas Terbuka, Jakarta. Taub, Herbert., 1987, Digital Circuits And Microprocessors, McGraw-Hill Book Company, Auckland. Tocci, Ronald J., 1991, Digital Systems : Principles And Applications, Fifth Edition, Prentice-Hall International Inc., Englewood Cliffs, New Jersey.

Page 247: KATA PENGANTAR - staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/.../elektronikadigital-naskah-lengkap-buku-sumarna.pdf · IC Pewaktu (Timer) 555 154 6. ... pada jam digital yang hanya ... Sebutkan

Penulis adalah staf pengajar tetap di Jurusan Pendidikan Fisika, Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA), Universitas Negeri

Yogyakarta (UNY) sejak tahun 1990 dengan mata kuliah pokok Elektronika.

Menjabat sebagai Kepala Laboratorium Elektronika dan Instrumentasi di jurusan

tersebut. Lahir di Bantul pada tahun 1961. Lulusan dari SMPP 10 (SMA N 8)

Yogyakarta, menamatkan pendidikan S1 di FPMIPA IKIP Yogyakarta (UNY)

jurusan Pendidikan Fisika, menempuh pendidikan Pra-S2 jurusan Fisika di ITB,

dan pernah mengikuti pendidikan/kuliah S2 jurusan Fisika di ITB hingga tahun

1993. Bidang yang diminati hingga sekarang adalah elektronika dan

instrumentasi. Selain Elektronika, mata kuliah lain yang dipegang adalah Sensor

dan Transduser, Mikroprosesor, Mikrokontroler, Elektronika Lanjut, Ketrampilan

Elektronika, serta Kolokium. Buku dan diktat yang pernah ditulis antara lain

Modul Mekanika UT, Modul Elektronika Digital UT, Diktat Elektronika Digital

JICA, dan beberapa Petunjuk Praktikum Elektronika.

Page 248: KATA PENGANTAR - staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/.../elektronikadigital-naskah-lengkap-buku-sumarna.pdf · IC Pewaktu (Timer) 555 154 6. ... pada jam digital yang hanya ... Sebutkan