KATA PENGANTAR PENYUSUN DATA TERPILAH STATISTIK GENDER DAN ANAK DP3AKB PROVINSI JAWA BARAT TAHUN...

175

Transcript of KATA PENGANTAR PENYUSUN DATA TERPILAH STATISTIK GENDER DAN ANAK DP3AKB PROVINSI JAWA BARAT TAHUN...

Page 1: KATA PENGANTAR PENYUSUN DATA TERPILAH STATISTIK GENDER DAN ANAK DP3AKB PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2017 Pengarah : Dr. Ir. Dewi Sartika, M.Si Penanggung Jawab : Ir. Dodi Herlando M.
Page 2: KATA PENGANTAR PENYUSUN DATA TERPILAH STATISTIK GENDER DAN ANAK DP3AKB PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2017 Pengarah : Dr. Ir. Dewi Sartika, M.Si Penanggung Jawab : Ir. Dodi Herlando M.

i

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas izin dan

pertolonganNya, Penyusunan Profil Gender dan Anak Provinsi Jawa Barat Tahun

2017 ini akhirnya dapat diselesaikan. Buku ini tersaji atas kerjasama Dinas

Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana

(DP3AKB) Jawa Barat dengan Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat.

Publikasi “Profil Gender dan Anak Provinsi Jawa Barat Tahun 2017” ini

merupakan salah satu upaya untuk menyajikan data tentang perbedaan peran

atau keadaan perempuan relatif terhadap laki-laki di berbagai bidang sosial

ekonomi agar kesenjangan yang ada sedikit tertutupi.

Kepada semua pihak yang telah membantu kelancaran Publikasi

Penyusunan Profil Gender dan Anak Provinsi Jawa Barat Tahun 2017 ini kami

ucapkan terima kasih. Semoga publikasi ini bermanfaat bagi banyak pihak.

Bandung, Desember 2017 BPS PROVINSI JAWA BARAT

Kepala,

Ir. Dody Herlando M.Econ NIP. 1964072611986011001

Page 3: KATA PENGANTAR PENYUSUN DATA TERPILAH STATISTIK GENDER DAN ANAK DP3AKB PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2017 Pengarah : Dr. Ir. Dewi Sartika, M.Si Penanggung Jawab : Ir. Dodi Herlando M.

KEPALA DINAS PEMBERDAYAAN PEREMPUAN PERLINDUNGAN ANAK

DAN KELUARGA BERENCANA PROVINSI JAWA BARAT

SAMBUTAN

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan Rahmat dan Karunia-Nya, Penyusunan Data Terpilah Gender dan

Anak Provinsi Jawa Barat Tahun 2017 dapat diselesaikan dengan baik sesuai

rencana.

Penyusunan Data Terpilah Gender dan Anak ini merupakan perwujudan

komitmen Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Keluarga

Berencana (DP3AKB) Provinsi Jawa Barat dan Badan Pusat Statistik Provinsi

Jawa Barat sesuai amanat Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan

Perempuan Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2009 tentang

Penyelenggaraaan Data Gender dan Anak.

Penyusunan Data Terpilah Gender dan Anak Tahun 2017 ini adalah

sebagai upaya pengelolaan data pembangunan yang meliputi pengumpulan,

pengolahan, analisis dan penyajian data yang sistematis, komprehensif dan

berkesinambungan yang dirinci menurut jenis kelamin dan umur serta data

kelembagaan terkait unsur-unsur prasyarat Pengarusutamaan Gender dan

Pengarusutamaan Hak Anak di jawa Barat.

Data Terpilah Gender dan Anak merupakan sumber inspirasi yang lebih

akurat dalam kebijakan, program, kegiatan serta penganggaran yang responsif

gender untuk mengakselarasi terwujudnya tujuan pembangunan berkelanjutan

(SDGs) sebagai lanjutan dari MDGs yang telah berakhir pada tahun 2015.

Data Terpilah Gender dan Anak Tahun 2017 disusun atas kerjasama

antara Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat dengan Dinas Pemberdayaan

Perempuan Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana (DP3AKB) Provinsi

Jawa Barat, untuk itu ucapan terima kasih disampaikan kepada tim yang

terlibat dalam penyusunan Data Terpilah Gender dan Anak ini, kritik dan saran

dari semua pihak sangat diharapkan untuk penyempurnaan publikasi Data

Terpilah Gender dan Anak yang akan datang.

Page 4: KATA PENGANTAR PENYUSUN DATA TERPILAH STATISTIK GENDER DAN ANAK DP3AKB PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2017 Pengarah : Dr. Ir. Dewi Sartika, M.Si Penanggung Jawab : Ir. Dodi Herlando M.

Semoga segala upaya yang kita lakukan dalam upaya meningkatkan

ketersediaan dan pemanfaatan data gender dan anak mendapat ridho Allah

SWT.

Bandung, Desember 2017

Plt. KEPALA DINAS PEMBERDAYAAN PEREMPUAN, PERLINDUNGAN ANAK, DAN

KELUARGA BERENCANA PROVINSI JAWA BARAT

Dr. Ir. Dewi Sartika, M. Si Pembina Utama Madya (IV/d) NIP. 19630122 198603 2 004

Page 5: KATA PENGANTAR PENYUSUN DATA TERPILAH STATISTIK GENDER DAN ANAK DP3AKB PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2017 Pengarah : Dr. Ir. Dewi Sartika, M.Si Penanggung Jawab : Ir. Dodi Herlando M.

TIM PENYUSUN DATA TERPILAH STATISTIK GENDER DAN ANAK DP3AKB PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2017

Pengarah : Dr. Ir. Dewi Sartika, M.Si

Penanggung Jawab : Ir. Dodi Herlando M. Econ

Ketua : Dr. Neni Alyani, SE. MPd

Sekretaris : Drs. Agus Kurniawan, M.Si

Editor : Ir. Raden Gandaria Adianti Aju Fatimah M.Si

Judiharto Trisnadi SST, MM

Analisis Data : Yaya Hidayat SST, M.Stat

Dewi Mulyahati S.Si, M.E.

Pengumpul Data : Esti Suciningtyas Pratiwi, S.ST

Renie Wulandari, S.ST

Partinah, S.A.P

Rina Rosidawati, S.A.P

Hendy Hario Sasongko SST., M.Stat

Sulthan Hanifa Nefertiti SST

Intan Nurdianti S.E

Syifa Fauziah SST

Iskandar Ahmaddien SST, M.M

Andri Saleh S.Si

Ratna Susanti S.Si

Dwi Septiaji Yani S.Sos

M.Andri, S.Si

Turiman

Ida Rubiah Widiyati

Yuhendi

Tini Rubiyani A.Md

Tito Kurnaefi ST

Catur Desi Handayani S.A.B

Asri Yuniar SE

Diana Fitrisia S.Si., M.e

Ir Juli Triani

Page 6: KATA PENGANTAR PENYUSUN DATA TERPILAH STATISTIK GENDER DAN ANAK DP3AKB PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2017 Pengarah : Dr. Ir. Dewi Sartika, M.Si Penanggung Jawab : Ir. Dodi Herlando M.

Nani Komalasari S.E

Vira Wahyuningrum S.ST, M.Stat

Pengolah Data : M.Unggul Sampurna SE

Yudi Purbosari SST., MT

Asep Sutisna SST

Page 7: KATA PENGANTAR PENYUSUN DATA TERPILAH STATISTIK GENDER DAN ANAK DP3AKB PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2017 Pengarah : Dr. Ir. Dewi Sartika, M.Si Penanggung Jawab : Ir. Dodi Herlando M.

DATA TERPILAH

STATISTIK GENDER DAN ANAK

PROVINSI JAWA BARAT

TAHUN 2017

Nomor Publikasi :

Katalog BPS :

Jumlah Halaman :

NASKAH : Bidang Statistik Sosial BPS Provinsi Jawa Barat

GAMBAR KULIT : Bidang Statistik Sosial BPS Provinsi Jawa Barat

DITERBITKAN

OLEH

: Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak

dan Keluarga Berencana (DP3AKB) Provinsi Jawa

Barat

Page 8: KATA PENGANTAR PENYUSUN DATA TERPILAH STATISTIK GENDER DAN ANAK DP3AKB PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2017 Pengarah : Dr. Ir. Dewi Sartika, M.Si Penanggung Jawab : Ir. Dodi Herlando M.

ii

DAFTAR ISI Halaman

Kata Pengantar i

Daftar Isi ii

Daftar Tabel

Daftar Gambar

I PENDAHULUAN 1

1.1. Latar Belakang 1

1.2. Tujuan Publikasi Data Terpilah 4

II LINGKUP PENGELOLAAN DATA TERPILAH STATISTIK GENDER DAN ANAK

6

2.1. Isu Gender dan Anak di Jawa Barat 6

2.2. Metode Pelaksanaan Penyusunan Data 7

III KEBIJAKAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK DI JAWA BARAT

9

3.1. Pengarusutamaan Gender (PUG) merupakan

strategi pemberdayaan

9

3.2. Dasar Hukum dan Arah Kebijakan

Pemberdayaan di Jawa Barat

12

IV GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN MASYARAKAT

JAWA BARAT

22

4.1. Kondisi Geografis 22

4.2. Kondisi Demografis 23

4.3. Kondisi Perekonomian Makro 24

4.4. Kemiskinan 26

4.4.1. Perkembangan Kemiskinan di Jawa Barat

28

4.4.2. Kemiskinan dan Pembangunan Manusia

32

4.5. Indeks Pembangunan Manusia 35

4.5.1.Disparitas Pencapaian Pembangunan Manusia

41

4.6. Ketimpangan Gender dalam Pembangunan 43

4.6.1. Tingkat Kesetaraan Gender Antar

Kabupaten/Kota 2014 - 2015

45

Page 9: KATA PENGANTAR PENYUSUN DATA TERPILAH STATISTIK GENDER DAN ANAK DP3AKB PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2017 Pengarah : Dr. Ir. Dewi Sartika, M.Si Penanggung Jawab : Ir. Dodi Herlando M.

iii

4.6.2. Hubungan IPM dan IPG 45

4.6.3. Hubungan IPG dan IDG 47

V PROFIL GENDER BIDANG KESEHATAN 50

5.1. Angka Harapan Hidup 52

5.2. Status Kesehatan Penduduk 53

5.3. Akses Ke Pelayanan Kesehatan 57

5.4. Keluarga Berencana 63

5.5. Umur Perkawinan Pertama 66

VI PROFIL GENDER BIDANG PENDIDIKAN 68

6.1. Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan 69

6.2. Rata-rata Lama Sekolah 74

6.3. Akses Terhadap Informasi dan Teknologi 76

VII Profil Gender Bidang Ketenagakerjaan 79

7.1. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)

79

7.2. Pekerja Disektor Formal Dan Informal 81

7.3. Pengangguran 83

7.3.1. Pengangguran Terbuka 85

7.3.2. Pengangguran Terdidik 86

7.4. Pekerja Tak Dibayar (Unpaid Worker) 88

7.5. Perempuan Pekerja Profesional dan Manajerial

89

7.6. Pekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama, Status Pekerjaan dan Jenis Pekerjaan

90

7.6.1. Penduduk yang Bekerja Menurut Jenis Pekerjaan Utama

92

7.6.2. Penduduk yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan Utama

93

VIII PROFIL GENDER BIDANG POLITIK DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN

95

8.1. Partisipasi di Bidang Politik 96

8.1.1. Anggota DPRD Provinsi 96

8.2. Partisipasi di Lembaga Eksekutif 99

8.2.1. PNS Menurut Kabupaten/Kota di Jawa Barat

100

8.3. Organisasi Sosial Kemasyarakatan 105

Page 10: KATA PENGANTAR PENYUSUN DATA TERPILAH STATISTIK GENDER DAN ANAK DP3AKB PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2017 Pengarah : Dr. Ir. Dewi Sartika, M.Si Penanggung Jawab : Ir. Dodi Herlando M.

iv

IX PROFIL GENDER BIDANG HUKUM SOSIAL BUDAYA

109

9.1. Penghuni Lembaga Pemasyarakatan (Lapas)

109

9.2. Penduduk Lanjut Usia (Lansia) 113

9.2.1. Pendidikan Penduduk Lansia 116

9.2.2. Penduduk Lansia Menurut Kegiatan yang Dilakukan

119

X KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN 122

10.1. Kekerasan Terhadap Perempuan 122

10.2. Kekerasan Dalam rumah Tangga (KDRT)

123

10.3. Gambaran Kekerasan Terhadap Perempuan dan Anak di Jawa Barat Tahun 2016

125

XI PROFIL TUMBUH KEMBANG ANAK 131

11.1. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) 132

11.2. Angka Partisipasi Kasar 134

11.3. Angka Partisipasi Sekolah 136

11.4. Angka Partisipasi Murni 137

Page 11: KATA PENGANTAR PENYUSUN DATA TERPILAH STATISTIK GENDER DAN ANAK DP3AKB PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2017 Pengarah : Dr. Ir. Dewi Sartika, M.Si Penanggung Jawab : Ir. Dodi Herlando M.

v

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 4.1. Perkembangan IPM Jawa Barat Tahun 2013 – 2013

39

Tabel 4.2. Lima Kabupaten/Kota dengan IPM Tertinggi Tahun 2015 – 2016

42

Tabel 4.3. Lima Kabupaten/Kota dengan IPM Terendah Tahun 2015 – 2016

43

Tabel 4.4. Perkembangan IPM dan IPG Tahun 2014 - 2015

44

Tabel 4.5. Perkembangan IPM dan IDG Tahun 2014 - 2015

46

Tabel 4.6. IPG dan IDG Kabupaten/Kota di Jawa Barat Tahun 2015

48

Tabel 5.1. Persentase Penduduk Jawa Barat Yang Berobat Jalan Menurut Fasilitas Berobat Jalan dan Jenis Kelamin Serta Status Tempat Tinggal Tahun 2016

60

Tabel 5.2. Persentase Perempuan Usia 15 – 49 Tahun Yang PernahMenikah Menurut Alat/Cara KB Yang Digunakan Tahun 2016

65

Tabel 6.1. Persentase Rata-rata Lama Sekolah Penduduk USia 15 Tahun Ke atas Menurut Kabupaten/Kota di Jawa Barat, Tahun 2015 – 2016

76

Tabel 7.1. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Menurut Status Wilayah dan Jenis Kelamin di Jawa BaratTahun 2015-2016

80

Tabel 7.2. Persentase Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan (Formal dan Informal) dan Jenis Kelamin di Jawa Barat Tahun 2015 – 2016

82

Tabel 7.3. Persentase Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan (Formal dan Informal) dan Tingkat Pendidikan di Jawa Barat Tahun 2015 - 2016

83

Tabel 7.4. Jumlah Penduduk yang Menganggur Menurut Status Wilayah dan Jenis Kelamin di Jawa Barat Tahun 2015-2016

85

Page 12: KATA PENGANTAR PENYUSUN DATA TERPILAH STATISTIK GENDER DAN ANAK DP3AKB PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2017 Pengarah : Dr. Ir. Dewi Sartika, M.Si Penanggung Jawab : Ir. Dodi Herlando M.

vi

Tabel 7.5. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Menurut Status Wilayah dan Jenis Kelamin di Jawa Barat Tahun 2015-2016

86

Tabel 7.6. Tingkat Pengangguran Terdidik Menurut Jenjang Pendidikan dan Status Wilayah di Jawa Barat, Tahun 2015-2016

87

Tabel 7.7. Tingkat Pengangguran Terdidik Menurut Jenjang Pendidikan dan Jenis Kelamin di Jawa Barat Tahun 2015-2016

88

Tabel 7.8. Persentase Pekerja Tak Dibayar/Pekerja Keluarga dan Tingkat Pendidikan, Provinsi Jawa Barat Tahun 2015-2016

89

Tabel 7.9. Persentase Pekerja Profesional dan Manajerial di Provinsi Jawa Barat Tahun 2015-2016

90

Tabel 7.10.

Persentase Penduduk yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaandan Jenis Kelamin di Jawa Barat Tahun 2015-2016

91

Tabel 7.11.

Persentase Penduduk yang Bekerja Menurut Jenis Pekerjaan dan Jenis Kelamin di Jawa Barat Tahun 2016

92

Tabel 7.12.

Persentase Penduduk yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan dan Jenis Kelamin di Jawa Barat Tahun 2015-2016

94

Tabel 8.1. Jumlah Anggota Dewan Perwakilan Daerah Menurut Partai Politik dan Jenis Kelamin di Provinsi Jawa Barat, Tahun 2016

96

Tabel 8.2. Jumlah Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Menurut Kabupaten/Kota dan Jenis Kelamin di Provinsi Jawa Barat Tahun 2016

99

Tabel 8.3. Pegawai Negeri Sipil Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat Menurut Jenis Kelamin Tahun 2016

101

Tabel 8.4. Pegawai Negeri Sipil Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat Menurut Tingkat Pendidikan Formal dan Jenis Kelamin di Lingkungan Dinas/Badan/Lembaga Tahun 2016

102

Tabel 8.5. Perguruan Tinggi PSW/PSG yang Mendukung Pelaksanaan Pengarusutamaan Gender

105

Page 13: KATA PENGANTAR PENYUSUN DATA TERPILAH STATISTIK GENDER DAN ANAK DP3AKB PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2017 Pengarah : Dr. Ir. Dewi Sartika, M.Si Penanggung Jawab : Ir. Dodi Herlando M.

vii

Tabel 8.6. LSM yang Mendukung Pelaksanaan Pengarustamaan Gender

106

Tabel 8.7. Organisasi Wanita yang Mendukung Pengarustamaan Gender

107

Tabel 9.1. Jumlah Penghuni Lapas dan Rutan Provinsi Jawa Barat Menurut Jenis Tahanan dan Jenis Kelamin Tahun 2016

111

Tabel 9.2. Jumlah Penghuni Lapas dan Rutan Provinsi Jawa Barat Menurut Jenis Narapidana dan Jenis Kelamin Tahun 2016

112

Tabel 9.3. Persentase Penduduk Lansia dan Pralansia terhadapTotal Penduduk di Provinsi Jawa Barat Menurut Kelompok Umur, Klasifikasi Wilayah dan Jenis Kelamin Tahun 2016

115

Tabel 9.4. Persentase Penduduk Lansia Provinsi Jawa Barat Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan dan Jenis Kelamin Tahun 2016

118

Tabel 9.5. Persentase Penduduk Lansia Provinsi Jawa Barat Menurut Kegiatan Seminggu yang Lalu dan Jenis Kelamin Tahun 2016

120

Tabel 9.6. Penduduk Lansia Provinsi Jawa Barat Menurut Status Pekerjaan Seminggu yang Lalu dan Jenis Kelamin Tahun 2016

121

Tabel 10.1.

Rekapitulasi Kekerasan Terhadap Perempuan Dirinci Menurut Penyebab dan Kabupaten/Kota Tahun 2017

126

Tabel 10.2.

Rekapitulasi Kekerasan Terhadap Anak Dirinci Menurut Penyebab dan Kabupaten/Kota Tahun 2017

127

Tabel 11.1.

Persentase Anak Usia Pra Sekolah Menurut Jenis Pendidikan Pra Sekolah, dan Jenis Kelamin di Jawa Barat, Tahun 2016

134

Tabel 11.2.

Angka Partisipasi Kasar (APK) Menurut Tingkat Pendidikan dan Jenis Kelamin di Jawa Barat, Tahun 2016

136

Tabel 11.3.

Angka Partisipasi Sekolah (APS) Menurut Jenis Kelamin di Jawa Barat, Tahun 2016

137

Tabel 11.4.

Angka Partisipasi Murni (APM) Menurut Tingkat Pendidikan dan Jenis Kelamin di

137

Page 14: KATA PENGANTAR PENYUSUN DATA TERPILAH STATISTIK GENDER DAN ANAK DP3AKB PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2017 Pengarah : Dr. Ir. Dewi Sartika, M.Si Penanggung Jawab : Ir. Dodi Herlando M.

viii

Jawa Barat, Tahun 2016

Tabel 11.5

Daftar Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak di Provinsi Jawa Barat Tahun 2017

139

Tabel 11.6

Data Kekerasan Terhadap Perempuan dan Anak Berdasarkan Usia dan Pendidikan sampai dengan Desember Tahun 2017

140

Tabel 11.7

Angka Harapan Hidup, Harapan Lama Sekolah, Rata-rata lama Sekolah, Pengeluaran Perkapita, IPM dan IPG Tahun 2016

141

Tabel 11.8

Indeks Pemberdayaan Gender (IDG) Tahun 2016

143

Tabel 11.9

Data PEKKA (Perempuan Kepala Keluarga)

146

Tabel 11.10

Daftar Desa/Kelurahan Pelaksana P2WKSS di Jawa Barat Tahun 2014-2016

147

Tabel 11.11

Data Pelaku Industri Rumahan 157

Page 15: KATA PENGANTAR PENYUSUN DATA TERPILAH STATISTIK GENDER DAN ANAK DP3AKB PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2017 Pengarah : Dr. Ir. Dewi Sartika, M.Si Penanggung Jawab : Ir. Dodi Herlando M.

ix

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 4.1. LPE Jawa Barat Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun 2015-2016 (Persen)

25

Gambar 4.2. Distribusi PDRB Jawa Barat Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2010 Tahun 2016 (Persen)

25

Gambar 4.3. Persentase Penduduk Miskin di Indonesia dan Jawa Barat Tahun 2015-2016

29

Gambar 4.4. Persentase Penduduk Miskin Provinsi di Pulau Jawa Tahun 2016

30

Gambar 4.5. Persentase Penduduk Miskin menurut Kabupaten/ Kota di Jawa Barat Kondisi Maret 2016

31

Gambar 4.6. Persentase Kabupaten/Kota Menurut Persentase Penduduk Miskin BIla Dibandingkan Dengan Jawa barat Maret 2016

32

Gambar 4.7. Perbandingan antara Persentase Penduduk Miskin dengan IPM Provinsi Jawa Barat 2014 – 2016

34

Gambar 4.8. Perbandingan antara IPM, IPG dan IDG Provinsi Jawa Barat 2013 – 2015

40

Gambar 5.1. Angka Harapan Hidup Penduduk Jawa Barat (Tahun)

Selama Kurun Waktu 1971 – 2010

51

Gambar 5.2. Persentase Penduduk Jawa Barat Yang Mengalami Keluhan Kesehatan Menurut Daerah Tempat Tinggal dan Jenis Kelamin Tahun 2016

53

Gambar 5.3. Persentase Penduduk Jawa Barat Yang Mengalami Keluhan Kesehatan dan Merasa Terganggu Menurut Daerah Tempat Tinggal dan Jenis Kelamin Tahun 2016

54

Gambar 5.4. Persentase Penduduk Jawa Barat Yang Mengalami Keluhan Kesehatan dan Merasa Terganggu Menurut Lamanya Hari Terganggu Tahun 2016

55

Gambar 5.5. Persentase Penduduk Jawa Barat Yang Mengobati Sendiri Keluhan Kesehatan Yang DideritaTahun 2016

57

Page 16: KATA PENGANTAR PENYUSUN DATA TERPILAH STATISTIK GENDER DAN ANAK DP3AKB PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2017 Pengarah : Dr. Ir. Dewi Sartika, M.Si Penanggung Jawab : Ir. Dodi Herlando M.

x

Gambar 5.6. Persentase Penduduk Jawa Barat Yang Mempunyai Keluhan Kesehatan dan Berobat Jalan Tahun 2016

59

Gambar 5.7. Persentase Penduduk Jawa Barat Yang Rawat Inap

Selama Satu Tahun Terakhir Tahun 2016

61

Gambar 5.8. Persentase Penduduk Jawa Barat Yang Rawat Inap Selama Satu Tahun Terakhir Menurut Fasilitas Rawat Inap Tahun 2016

63

Gambar 5.9. Persentase Perempuan Usia 15 – 49 Tahun Yang Pernah Kawin Menurut Penggunaan Alat/Cara KB Tahun 2016

64

Gambar 5.10.

Persentase Perempuan Usia 15 – 49 Tahun Menurut Usia Kawin Pertama di Jawa Barat Tahun 2016

66

Gambar 6.1. Persentase Penduduk 15 Tahun Ke atas Menurut Pendidikan Tertinggiyang Ditamatkan dan Jenis Kelamin di Jawa Barat Tahun 2016

70

Gambar 6.2. Persentase Penduduk Laki-laki 15 Tahun Ke atas Menurut Kelompok Umur dan Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan di Jawa Barat Tahun 2016

71

Gambar 6.3. Persentase Penduduk Perempuan 15 Tahun Ke atas Menurut Kelompok Umur dan Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan di Jawa Barat, Tahun 2016

72

Gambar 6.4. Persentase Rumahtangga yang Menguasai Telepon Selular Menurut Daerah Tempat Tinggal Provinsi Jawa Barat Tahun 2016

76

Gambar 6.5. Persentase Penduduk Umur 10 Tahun Ke Atas Menurut Pengaksesan Internet Dalam 3 Bulan Terakhir di Jawa Barat Tahun 2016

77

Gambar 8.1. Jumlah Pegawai Negeri Sipil yang Bertugas di Provinsi Jawa Barat Menurut Jenis Kelamin Tahun 2016

100

Gambar 8.2 Pemenang APE Kabupaten/Kota Tahun 2016

145

Page 17: KATA PENGANTAR PENYUSUN DATA TERPILAH STATISTIK GENDER DAN ANAK DP3AKB PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2017 Pengarah : Dr. Ir. Dewi Sartika, M.Si Penanggung Jawab : Ir. Dodi Herlando M.

Data Terpilah Statistik Gender dan Anak Provinsi Jawa Barat Tahun 2017 | 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

embangunan kualitas hidup manusia dilaksanakan secara terus

menerus oleh pemerintah dalam upaya mencapai kehidupan yang

lebih baik. Upaya pembangunan ini ditujukan untuk kepentingan

seluruh penduduk tanpa membedakan jenis kelamin tertentu.

Keberhasilan pembangunan yang dilaksanakan oleh pemerintah, swasta maupun

masyarakat sangant tergantung dari peran serta seluruh penduduk baik laki-laki

maupun perempuan sebagai pelaku, dan sekaligus sebagai menerima manfaat hasil

pembangunan.

Dalam proses perkembangannya, disadari bahwa realisasi dari konsep tersebut

dirasa tidak menciptakan kedamaian dan keharmonisan dalam kehidupan

berkeluarga, bermasyarakat, yaitu terjadi ketidakadilan gender. Keseluruhan

ketidakadilan gender dalam berbagai dimensi kehidupan tersebut lebih banyak

dialami oleh perempuan.

Beragam permasalahan yang dialami perempuan pada masa lalu maupun kini,

tentu saja tidak luput dari perhatian komunitas negara-negara di dunia. Perhatian

ini sebagai wujud ungkapan keprihatinan sesama manusia atas terjadinya

ketidakadilan di berbagai hal yang menyangkut perempuan. Dalam berbagai

kesempatan kerap perempuan selalu dijadikan objek eksploitasi, serta adanya

upaya marginalisasi perempuan. Padahal, bila ditinjau dari konteks kehidupan

bermasyarakat perempuan mempunyai hak yang sama dengan laki-laki untuk

diperlakukan secara adil dalam berbagi peran di segala bidang kehidupan.

Keprihatinan negara-negara di dunia diwujudkan dalam berbagai bentuk

1

P

Page 18: KATA PENGANTAR PENYUSUN DATA TERPILAH STATISTIK GENDER DAN ANAK DP3AKB PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2017 Pengarah : Dr. Ir. Dewi Sartika, M.Si Penanggung Jawab : Ir. Dodi Herlando M.

Data Terpilah Statistik Gender dan Anak Provinsi Jawa Barat Tahun 2017 | 2

pertemuan yang menghasilkan serangkaian deklarasi dan konvensi dan telah tercatat

dalam dokumen sejarah. Dimulai dari dicetuskannya The Universal Declaration of

Human Rights (Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia); oleh Majelis Umum PBB

di tahun 1948 yang kemudian diikuti oleh berbagai deklarasi serta konvensi lainnya.

Didalam perkembangannya, konvensi yang menjadi landasan hukum

tentang hak perempuan adalah Konvensi Penghapusan Segala Bentuk

Diskriminasi terhadap Perempuan (Convention on the Elemination of All Forms

of Discrimination Against Women) yang diadopsi oleh Majelis Umum PBB tahun

1979. Konvensi tersebut disebut juga Konvensi Wanita, atau Konvensi Perempuan

atau Konvensi CEDAW (Committee on the Elimination of Discrimination Against

Women). Selanjutnya, Hak Asasi Perempuan yang merupakan Hak Asasi Manusia

kembali dideklarasikan dalam Konferensi Dunia ke-IV tentang Perempuan di Beijing

tahun 1995.

Konferensi tersebut mengangkat 12 bidang yang menjadi keprihatinan

negara-negara di dunia, mencakup: perempuan dan kemiskinan; pendidikan

dan pelatihan bagi perempuan; perempuan dan kesehatan; kekerasan

terhadap perempuan; perempuan dan konflik bersenjata; perempuan dan

ekonomi; perempuan dan kekuasaan serta pengambilan keputusan;

mekanisme kelembagaan untuk kemajuan perempuan; hak asasi

perempuan; perempuan dan media; perempuan dan Iingkungan hidup;

serta anak perempuan.

Selanjutnya pada tahun 2000, 189 negara anggota PBB telah menyepakati tentang

Deklarasi Millenium (Millenium Declaration) untuk melaksanakan Tujuan

Pembangunan Millenium (Millenium Development Goals-MDGs) dengan

menetapkan target keberhasilannya pada tahun 2015. Ada delapan komitmen

kunci yang ditetapkan dan disepakati dalam MDGs, salah satunya adalah

Page 19: KATA PENGANTAR PENYUSUN DATA TERPILAH STATISTIK GENDER DAN ANAK DP3AKB PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2017 Pengarah : Dr. Ir. Dewi Sartika, M.Si Penanggung Jawab : Ir. Dodi Herlando M.

Data Terpilah Statistik Gender dan Anak Provinsi Jawa Barat Tahun 2017 | 3

mendorong tercapainya kesetaraan dan keadilan gender dan pemberdayaan

perempuan. Sebagai bagian dari masyarakat dunia, Indonesia ikut serta

melaksanakan komitmen dengan mendorong upaya pembangunan menuju

kesetaraan gender, yang ditindaklanjuti dengan ditetapkannya Inpres Nomor 9

Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender dalam Pembangunan Nasional,

dan Permendagri Nomor 15 Tahun 2008 Tentang Pedoman PUG di Daerah

dan Kepmendagri No. 67 Tahun 2011 Tentang Perubahan atas Permendagri

Nomor 15 Tahun 2008 Tentang Pedoman PUG di Daerah.

Anak adalah amanah dan karunia Tuhan Yang Maha Esa dan karunia Tuhan

Yang Maha Esa, yang dalam dirinya melekat harkat dan martabat sebagai

manusia seutuhnya. Anak adalah tunas, potensi, dan generasi muda penerus

cita-cita perjuangan bangsa, memiliki peran strategis dan mempunyai ciri dan

sifat khusus yang menjamin kelangsungan eksistensi bangsa dan negara pada

masa depan; Sesuai dengan UU No. 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak,

bahwa setiap anak berhak untuk dapat hidup, tumbuh dan berkembang, dan

berpartisipasi secara wajar sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta

mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. Undang-undang tersebut

merupakan bentuk dari hasil ratifikasi Convention on the Right of the Child (CRC).

Konvensi ini merupakan instrument internasional di bidang Hak Azasi manusia

dengan cakupan hak yang paling komprehensif.

Beberapa aspek penting untuk melihat kualitas anak adalah data bidang

hak-hak sipil anak dan kebebasan, lingkungan keluarga dan pengasuhan

alternative, kesehatan dasar dan kesejahteraan, pendidikan, pemanfaatan waktu

luang dan kegiatan seni budaya, serta perlindungan khusus yaitu perlindungan dari

berbagai tindak kekerasan, perdagangan anak, eksploitasi dan diskriminasi.

Berkaitan dengan berbagai hal yang menyangkut kesetaraan gender dan

Page 20: KATA PENGANTAR PENYUSUN DATA TERPILAH STATISTIK GENDER DAN ANAK DP3AKB PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2017 Pengarah : Dr. Ir. Dewi Sartika, M.Si Penanggung Jawab : Ir. Dodi Herlando M.

Data Terpilah Statistik Gender dan Anak Provinsi Jawa Barat Tahun 2017 | 4

hak-hak anak, diperlukan adanya Data Terpilah Statistik Gender dan Anak Provinsi

Jawa Barat Tahun 2016. Oleh karena itu, Badan Pemberdayaan Perempuan dan

Keluarga Berencana Provinsi Jawa Barat berekerja sama dengan Badan Pusat

Statistik Provinsi Jawa Barat menyusun Data Terpilah Statistik Gender dan Anak

Provinsi Jawa Barat Tahun 2016.

Tersusunnya data dimaksud telah menjadi kunci keberhasilan dalam

melangkapi 7 prasyarat PUG dalam pembangunan. Hal ini ditunjukan dengan

diraihnya “Anugerah Parahitha Ekapraya Tingkat Mentor” yang

merupakan keberhasilan Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat dalam

pembangunan Pembangunan Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak

dan terimplementasinya Pengarusutamaan Gender di Jawa Barat.

1.2. Tujuan Publikasi Data Terpilah

Publikasi statistik ini disusun untuk melihat perkembangan Data Terpilah

Gender dan Anak di Jawa Barat pada tahun 2015 dan 2016 serta memotret tingkat

keberhasilan pembangunan pemberdayaan perempuan, perlindungan perempuan

dan anak melalui strategi Pengarusutamaan Gender (PUG) dan Pengarusutamaan

hak anak. (PUHA).

Penyusunan Statistik Gender merupakan bagian dari konsentrasi

Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPA) untuk

membangun landasan pembangunan yang kuat agar pembangunan dapat

terwujud dengan berlandaskan prinsip kesetaraan dan keadilan gender.

Penyusunan statistik gender Provinsi Jawa Barat ini dimaksudkan untuk

menyajikan fakta dan kondisi pencapaian pembangunan masyarakat

berperspektif gender, dan fakta terkait kondisi anak di Jawa Barat. Statistik

gender diperlukan untuk mendapatkan gambaran komprehensif mengenai

Page 21: KATA PENGANTAR PENYUSUN DATA TERPILAH STATISTIK GENDER DAN ANAK DP3AKB PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2017 Pengarah : Dr. Ir. Dewi Sartika, M.Si Penanggung Jawab : Ir. Dodi Herlando M.

Data Terpilah Statistik Gender dan Anak Provinsi Jawa Barat Tahun 2017 | 5

kondisi perempuan dan laki-laki pada bidang-bidang utama, seperti kesehatan,

sosial, ekonomi, pendidikan, ketenagakerjaan, politik dan pemerintahan,

pertanian, perlindungan perempuan dan anak, serta keluarga berencana.

Statistik gender juga diharapkan mampu menggambarkan keunikan isu-isu

gender maupun isu-isu perlindungan anak yang khas di Jawa Barat.

Statistik gender Provinsi Jawa Barat ini disusun untuk mencapai tujuan

sebagai berikut:

1) Tersedianya data dasar terpilah berdasarkan jenis kelamin yang

menggambarkan pertumbuhan penduduk, komposisi penduduk, dan

sebaran penduduk;

2) Tersedianya data terpilah gender di bidang pendidikan, kesehatan, sosial,

ekonomi, ketenagakerjaan, peran perempuan di sektor publik, masalah-

masalah dalam perlindungan anak, dan bidang-bidang yang menjadi isu

gender khas di Jawa Barat;

3) Tersedianya hasil analisis tentang capaian pemberdayaan perempuan dan

perlindungan anak di Provinsi Jawa Barat. Hal ini dilihat berdasarkan

indikator pemberdayaan gender, meliputi partisipasi perempuan dan laki-

laki di sektor publik, meliputi bidang pemerintahan, posisi di parlemen, dan

dalam distribusi pendapatan.

Page 22: KATA PENGANTAR PENYUSUN DATA TERPILAH STATISTIK GENDER DAN ANAK DP3AKB PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2017 Pengarah : Dr. Ir. Dewi Sartika, M.Si Penanggung Jawab : Ir. Dodi Herlando M.

Data Terpilah Statistik Gender dan Anak Provinsi Jawa Barat Tahun 2017 | 6

LINGKUP PENGELOLAAN DATA TERPILAH STATISTIK GENDER DAN ANAK

2.1 Isu Gender dan Anak di Jawa Barat

embahasan dalam penelitian ini melingkupi situasi dan kondisi

perempuan dan anak di Jawa Barat yang dikenal dengan issu

Gender dan Anak. Bahan penulisan terfokus pada bidang-bidang

yang selalu berhubungan dan terkait dengan hak-hak

perempuan dan anak.

Issu strategis permasalahan perempuan di Jawa Barat, dapat

dikemukakan sebagai berikut :

1. Masalah perempuan dan kemiskinan;

2. Masalah perempuan dan pendidikan;

3. Masalah perempuan dan kesehatan;

4. Masalah penomena gunung es kasus trafficking;

5. Masalah perlindungan dan kesejahteraan anak;

6. Masalah pengarusutamaan gender;

7. Masalah ancaman baby boom;

8. Masalah perkawinan usia dini;

9. Masalah ketahanan keluarga.

Beberapa data yang disajikan mencakup seluruh data kabupaten/kota di

Provinsi Jawa Barat sedangkan beberapa data hanya menyajikan data provinsi

Jawa Barat saja. Hal ini dikarenakan adanya keterbatasan dalam pengumpulan

data.

Data yang disajikan pada publikasi ini berasal dari berbagai sumber,

2

P

Page 23: KATA PENGANTAR PENYUSUN DATA TERPILAH STATISTIK GENDER DAN ANAK DP3AKB PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2017 Pengarah : Dr. Ir. Dewi Sartika, M.Si Penanggung Jawab : Ir. Dodi Herlando M.

Data Terpilah Statistik Gender dan Anak Provinsi Jawa Barat Tahun 2017 | 7

diantaranya dari Badan Pusat Statistik (BPS) provinsi Jawa Barat, DP3AKB

Provinsi Jawa Barat, BNN, Dinas Pendidikan provinsi Jawa Barat, Dinas

Kesehatan provinsi Jawa Barat, dan lain-lain. Data yang digunakan merujuk

pada tahun 2015 dan 2016.

2.2. Metode Pelaksanaan Penyusunan Data

Penyusunan profil gender dan anak dibagi dalam 14 bab, yaitu bab I

sampai dengan bab XI membahas tentang situasi dan kondisi wanita dan

sisanya bab XII sampai dengan bab XIV membahas tentang situasi dan kondisi

anak. Berikut rincian selengkapnya:

Bab I berisi pendahuluan, yang membahas tentang latar belakang dan tujuan

penulisan serta beberapa konsep yang berkaitan dengan data gender dan anak.

Bab II menjelaskan tentang lingkup kegiatan dan pengelolaan data gender

dan anak di Jawa Barati.

Bab III membahas tentang arah kebijakan pembangunan pemberdayaan

perempuan dan perlindungan anak di Jawa Barat.

Bab IV berisi tentang gambaran umum wilayah dan masyarakat Jawa Barat

yang meliputi kondisi geografis, demografi dan lain-lain.

Bab V menjelaskan tentang keterkaitan antara IPM, IPG dan IDG.

Bab VI membahas tentang profil gender di bidang kesehatan yang meliputi

KB, penderita HIV/AIDS, penyalahgunaan narkoba, dan lain-lain.

Bab VII membahas tentang profil gender di bidang pendidikan yang meliputi

pembahasan beberapa indikator di bidang pendidikan, akses terhadap informasi

dan teknologi, dan lain-lain.

Page 24: KATA PENGANTAR PENYUSUN DATA TERPILAH STATISTIK GENDER DAN ANAK DP3AKB PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2017 Pengarah : Dr. Ir. Dewi Sartika, M.Si Penanggung Jawab : Ir. Dodi Herlando M.

Data Terpilah Statistik Gender dan Anak Provinsi Jawa Barat Tahun 2017 | 8

Bab VIII berisi tentang profil gender di bidang ekonomi dan ketenagakerjaan.

Bab IX berisi tentang profil gender di bidang politik dan pengambilan

keputusan baik di tingkat legislatif, yudikatif maupun di eksekutif.

Bab X membahas profil gender di bidang hukum dan sosial budaya.

Bab XI membahas tentang kekerasan terhadap perempuan, baik dari sisi

korban maupun pelaku kekerasan.

Page 25: KATA PENGANTAR PENYUSUN DATA TERPILAH STATISTIK GENDER DAN ANAK DP3AKB PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2017 Pengarah : Dr. Ir. Dewi Sartika, M.Si Penanggung Jawab : Ir. Dodi Herlando M.

Data Terpilah Statistik Gender dan Anak Provinsi Jawa Barat Tahun 2017 | 9

KEBIJAKAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK DI JAWA BARAT

3.1 Pengarusutamaan Gender (PUG) merupakan strategi pemberdayaan.

engarusutamaan Gender adalah strategi untuk mewujudkan kesetaraan

dan keadilan gender melalui kebijakan dan program yang

memperhatikan pengalaman, aspirasi, kebutuhan serta permasalahan

perempuan dan laki-laki dalam seluruh pembangunan di berbagai

bidang kehidupan, mulai tahap perencanaan, perumusan kebijakan,

pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi. Pemerintah telah menyatakan

keberpihakannya untuk mencapai keadilan dan kesetaraan gender dengan

mengeluarkan kebijakan pengarusutamaan gender pada semua program

kerjanya (Inpres No. 9 Tahun 2000). Namun, seiring dengan itu masih

ditemukan adanya kesenjangan antara kebijakan yang berpihak pada keadilan

gender dengan cara Pemerintah melakukan pengalokasian serta penggunaan

anggarannya.

Tujuan PUG adalah mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender dalam

pembangunan. Oleh karena itu PUG bertugas untuk mempengaruhi atau

mengintervensi berbagai kebijakan agar responsif gender. Keasetaraan dan

keadilan Gender adalah suatu kondisi yang setara dan seimbang antara laki-laki

dan perempuan dalam memperoleh peluang/ kesempatan, partisipasi, kontrol

dan manfaat pembangunan, baik didalam maupun diluar rumah tangga.

Pelaksanaan PUG diisntruksikan kepada seluruh departemen maupun lembaga

pemerintah dan non departemen di pemerintah nasional, propinsi maupun di

kabupaten/kota, untuk melakukan penyusunan program dalam perencanaan,

pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi dengan mempertimbangkan

3

P

Page 26: KATA PENGANTAR PENYUSUN DATA TERPILAH STATISTIK GENDER DAN ANAK DP3AKB PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2017 Pengarah : Dr. Ir. Dewi Sartika, M.Si Penanggung Jawab : Ir. Dodi Herlando M.

Data Terpilah Statistik Gender dan Anak Provinsi Jawa Barat Tahun 2017 | 10

permasalahan kebutuhan, aspirasi perempuan pada pembangunan dalam

kebijakan, program/proyek dan kegiatan. Disadari bahwa keberhasilan

pembangunan nasional di Indonesia baik yang dilaksanakan oleh pemerintah,

swasta maupun masyarakat sangat tergantung dari peran serta laki-laki dan

perempuan sebagai pelaku dan pemanfaat hasil pembangunan. Pada

pelaksanaannya sampai saat ini peran serta kaum perempuan belum

dioptimalkan. Oleh karena itu program pemberdayaan perempuan telah

menjadi agenda bangsa dan memerlukan dukungan semua pihak.

Dalam upaya percepatan pelaksanaan Pengarusutamaan Gender di

Provinsi Jawa Barat, telah dilaksanakan berbagai kegiatan diantaranya dengan

diseminasi/penyebarluasan konsep dasar gender, pengarusutamaan gender

dan perencanaan pembangunan berperspektif gender dikalangan penentu

kebijakan. Hal ini harus menjadi prioritas karena disadari bersama bahwa

pengarusutamaan gender sebagai strategi pembangunan pemberdayaan

perempuan dan perlindungan anak, seyogyanya dapat difahami oleh para

penentu kebijakan (stakesholders) saja, mengingat pengarusutamaan gender

bertujuan untuk mengintervensi atau mempengaruhi kebijakan dalam

pembangunan. Dengan kata lain yang menjadi outcome terlaksananya

sosialisasi pengarusutamaan gender di ranah masyarakat, pada gilirannya akan

terlihat dari sejauhmana sebuah kebijakan itu dapat mendorong akses,

partisipasi, kontrol dan manfaat masyarakat dalam pembangunan atau

sebaliknya dalam upaya mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender

sebagaimana yang tertuang dalam Inpres nomor 9 tahun 2000 tentang

Pengarusutaman Gender dalam pembangunan nasional. Untuk itu diperlukan

sebuah alat (tools) yang dikenal dengan Perencanaan dan Penganggaran

Responsif Gender (PPRG). Perencanaan dan Penganggaran. Perencanaan yang

responsif gender adalah perencanaan untuk mencapai kesetaraan dan keadilan

Page 27: KATA PENGANTAR PENYUSUN DATA TERPILAH STATISTIK GENDER DAN ANAK DP3AKB PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2017 Pengarah : Dr. Ir. Dewi Sartika, M.Si Penanggung Jawab : Ir. Dodi Herlando M.

Data Terpilah Statistik Gender dan Anak Provinsi Jawa Barat Tahun 2017 | 11

gender, yang dilakukan melalui pengintegrasian pengalaman, aspirasi,

kebutuhan, potensi, dan penyelesaian permasalahan perempuan dan laki-laki.

Perlunya sosialisasi PUG yang terus menerus, sebagai upaya

mempercepat pemahaman PUG dalam pembangunan pemberdayaan

perempuan dan perlindungan anak, mengingat :

1. Adanya komitmen yang kuat dalam mewujudkan kesetaraan dan keadilan

Gender (KKG) melalui percepatan pemahaman PUG, sebagai strategi

pemberdayaan perempuan sehingga bisa menekan Indeks ketimpangan

Gender yang kita kenal dengan Indeks Pembangunan Gender (IPG).

2. Komitmen tersebut adalah melaksanakan 7 Prasyarat PUG (Komitmen

Politik, Kebijakan, SDM dan Anggaran, Penguatan Kelembagaan, Data

Terpilah, Alat Analisa (Gender Analisa Pathway, dan Partisipasi

Masyarakat). Jangan sampai ada kesan Peran PUG itu “Sosialisasi terus,

Gitu-gitu aja. Maka bentuk tindaklanjutnya adalah Pelatihan PPRG dan

Penerapan ARG. Sebagaimana dimaksud Permendagri No.67 Tahun 2011

Ttg Perubagan Atas Permendagri No.15 Tahun 2008 Ttg Pedoman PUG di

Daerah.

3. Indikator komposit IPG sama dengan IPM, yaitu Kesehatan, Pendidikan

dan Dayabeli Beli (Ekonomi). Bahwa IPM merupakan data gabungan dari

laki dan perempuan, sedangkan IPG merupakan data terpilah antara laki

dan perempuan.

4. Indeks Pembangunan Manusia dalam pembangunan secara komparatif

identik dengan syariat Islam yang dapat diasumsikan dengan golongan Ulil

Albab. Karena Indikator IPM itu tak ubahnya seperti do’a orang tua yang

mendokan kita semua agar hidup kita selalu sehat, punya ilmu yang

bermanfaat dan hidupa bahagia sejahtera lahir batin.

Page 28: KATA PENGANTAR PENYUSUN DATA TERPILAH STATISTIK GENDER DAN ANAK DP3AKB PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2017 Pengarah : Dr. Ir. Dewi Sartika, M.Si Penanggung Jawab : Ir. Dodi Herlando M.

Data Terpilah Statistik Gender dan Anak Provinsi Jawa Barat Tahun 2017 | 12

Pemerintah dalam menjalankan program atau kegiatannya membutuhkan

dana yang dituangkan dalam APBD maupun APBN. Adanya komitmen

Pemerintah untuk menjalankan pengarusutamaan gender pada semua program

kerjanya, seharusnya akan memunculkan APBN dan APBD yang sensitif gender.

Dengan kata lain penggunaan APBD dan APBN demi kesejahteraan masyarakat,

semestinya selalu mempertimbangkan nilai-nilai keadilan dan kesetaraan yang

berdasarkan pola hubungan yang tidak diskriminatif, baik menurut kelas sosial,

agama, kelompok budaya, suku bangsa dan jenis kelamin.

3.2. Dasar Hukum dan Arah Kebijakan Pemberdayaan di Jawa Barat

Isu Gender menyangkut masalah ketidak adilan yang menimpa baik laki-

laki maupun perempuan. Akan tetapi dalam banyak kasus ketidakadilan itu

banyak menimpa perempuan, yang dialaminya baik di rumah, tempat kerja

maupun di lingkungan masyarakat. Unsur penting yang menyebabkan

timbulnya issu gender adalah hubungan gender yang timpang dan

konsekwensinya terhadap seseorang dalam memperoleh akses, manfaat,

keikutsertaan dalam meutuskan serta penguasaan terhadap sember-sumber

daya. Adapun yang disebut bentuk-bentuk ketidak-adilan gender, antara lain :

1. Subordinasi Posisi /peran yang dinilai lebih rendah dari peran yang lain;

2. Marjinalisasi Peminggiran peran ekonomi;

3. Beban Ganda Beban kerja yang dibebankan ;

4. Kekerasan kekerasan yang dialami baik secara fisik maupun non fisik

seperti kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) dan perdagangan orang

(trafiking);

5. Pelabelan (Stereotipe) pemberian label yang menimbulkan anggapan yang

salah.

Page 29: KATA PENGANTAR PENYUSUN DATA TERPILAH STATISTIK GENDER DAN ANAK DP3AKB PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2017 Pengarah : Dr. Ir. Dewi Sartika, M.Si Penanggung Jawab : Ir. Dodi Herlando M.

Data Terpilah Statistik Gender dan Anak Provinsi Jawa Barat Tahun 2017 | 13

Beberapa prinsip pengarusutamaan gender yang perlu diperhatikan

dalam dalam pembangunan, yaitu :

1. PUG adalah strategi untuk lebih fokus dan efektif; bukan menggantikan

program atau kebijakan yang spesifik dibutuhkan oleh perempuan dan oleh

laki2.

2. Membutuhkan reorientasi dalam banyak hal (paradigma pembangunan:

kerjasama sektor; pendanaan; indikator; sistem pendataan, dst)

3. Tidak berasumsi bahwa semua perencanaan pembangunan, kebijakan, dst

itu netral sifatnya, atau tidak ada maksud diskriminatif.

4. PUG harus melembaga melalui langkah-langkah kongkrit ;

5. Hasil PUG harus akuntable dan dimonitor secara berkelanjutan;

6. Dukungan politik; dukungan pimpinan; dukungan sumberdaya, dukungan

media ;

Demikian pula penyusunan Data Terpilah Statistik Gender dan Anak

Provinsi Jawa Barat Tahun 2017 ini dimaksudkan untuk menyajikan fakta dan

kondisi pencapaian pembangunan masyarakat berperspektif gender, dan fakta

terkait kondisi anak di Jawa Barat.

A. Visi, Misi, Program, dan Sasaran.

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Provinsi Jawa Barat Tahun

2013 -2018, telah ditetapkan bahwa visi pemerintahan daerah, yaitu : “Jawa

Barat Maju dan Sejahtera Untuk Semua”.

Page 30: KATA PENGANTAR PENYUSUN DATA TERPILAH STATISTIK GENDER DAN ANAK DP3AKB PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2017 Pengarah : Dr. Ir. Dewi Sartika, M.Si Penanggung Jawab : Ir. Dodi Herlando M.

Data Terpilah Statistik Gender dan Anak Provinsi Jawa Barat Tahun 2017 | 14

Misi Jawa Barat yaitu :

1. Membangun Masyarakat yang Berkualitas dan Berdaya saing 2. Membangun Perekonomian yang Kokoh dan Berkeadilan. 3. Meningkatkan Kinerja Pemerintahan, Profesionalisme Aparatur,

dan Perluasan Partisipasi Publik. 4. Mewujudkan Jawa Barat yang Nyaman dan Pembangunan Infrastruktur

Strategis yang Berkelanjutan. 5. Meningkatkan Kehidupan Sosial, Seni dan Budaya, Peran Pemuda dan Olah

Raga serta Pengembangan Pariwisata dalam Bingkai Kearifan Lokal.

Adapun Visi Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan

Keluarga Berencana (DP3AKB) Provinsi Jawa Barat, yaitu : “Tercapainya

Masyarakat Jawa Barat yang Mandiri, Dinamis dan Sejahtera.”.

Misi DP3AKB Provinsi Jawa Barat ;

1. Mewujudkan sumber daya manusia Jawa Barat yang produktif dan berdaya saing.

2. Meningkatkan pembangunan ekonomi regional berbasis potensi lokal. 3. Meningkatkan ketersediaan dan kualitas infrastruktur wilayah. 4. Meningkatkan daya dukung dan daya tampung lingkungan untuk

pembangunan yang berkelanjutan. 5. Meningkatkan efektivitas pemerintahan daerah dan kualitas demokrasi.

C. Beberapa Istilah dan Pengertian

Sebagaimana telah dijelaskan di dalam Undang-undang No. 35 Tahun

2014 tentang Perlindungan Anak, Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 15

Tahun 2008 Tentang Pedoman Umum Pegarusutamaan Gender di daerah dan

Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan Republik Indonesia

Nomor 06 Tahun 2009 tentang Penyelenggaraan Data Gender dan Anak, telah

dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan :

1. Analisis Data adalah kegiatan mengurai dan membandingkan antar variabel

yang menggambarkan situasi, kondisi, posisi dan status lakilaki dan

perempuan.

Page 31: KATA PENGANTAR PENYUSUN DATA TERPILAH STATISTIK GENDER DAN ANAK DP3AKB PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2017 Pengarah : Dr. Ir. Dewi Sartika, M.Si Penanggung Jawab : Ir. Dodi Herlando M.

Data Terpilah Statistik Gender dan Anak Provinsi Jawa Barat Tahun 2017 | 15

2. Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun,

termasuk anak yang masih dalam kandungan.

3. Anak terlantar adalah anak yang tidak terpenuhi kebutuhannya secara

wajar, baik fisik, mental, spiritual, maupun sosial.

4. Anak yang menyandang cacat adalah anak yang mengalami hambatan fisik

dan/atau mental sehingga mengganggu pertumbuhan dan

perkembangannya secara wajar

5. Anak yang memiliki keunggulan adalah anak yang mempunyai kecerdasan

luar biasa, atau memiliki potensi dan/atau bakat istimewa.

6. Anak angkat adalah anak yang haknya dialihkan dari lingkungan kekuasaan

keluarga orang tua, wali yang sah, atau orang lain yang bertanggung

jawab atas perawatan, pendidikan, dan membesarkan anak tersebut, ke

dalam lingkungan keluarga orang tua angkatnya berdasarkan putusan atau

penetapan pengadilan.

7. Anak asuh adalah anak yang diasuh oleh seseorang atau lembaga, untuk

diberikan bimbingan, pemeliharaan, perawatan, pendidikan, dan

kesehatan, karena orang tuanya atau salah satu orang tuanya tidak

mampu menjamin tumbuh kembang anak secara wajarGender adalah

konsep yang mengacu pada pembedaan peran dan tanggung jawab lakilaki

dan perempuan yang terjadi akibat dari dan dapat berubah oleh keadaan

sosial dan budaya masyarakat.

8. Analisis Gender adalah analisis untuk mengidentifikasi dan memahami

pembagian kerja/peran laki-laki dan perempuan, akses kontrol terhadap

sumber-sumber daya pembangunan, partisipasi dalam proses

pembangunan, dan manfaat yang mereka nikmati, pola hubungan antara

Page 32: KATA PENGANTAR PENYUSUN DATA TERPILAH STATISTIK GENDER DAN ANAK DP3AKB PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2017 Pengarah : Dr. Ir. Dewi Sartika, M.Si Penanggung Jawab : Ir. Dodi Herlando M.

Data Terpilah Statistik Gender dan Anak Provinsi Jawa Barat Tahun 2017 | 16

laki-laki dan perempuan yang timpang, yang di dalam pelaksanannya

memperhatikan faktor lainnya seperti kelas sosial, ras, dan suku bangsa.

9. Anggaran Berperspektif Gender (Gender budget) adalah penggunaan atau

pemanfaatan anggaran yang berasal dari berbagai sumber pendanaan

untuk mecapai kesetaraan dan keadilan gender.

10. Bias Gender adalah kebijakan/ program/ kegiatan atau kondisi yang

menguntungkan pada salahsatu jenis kelamin yang berakibat munculnya

permasalahan gender

11. Buta Gender adalah kondisi /keadaan seseorang yang belum atau tidak

memahami tentang pengertian, konsep gender, dan permasalahan gender;

12. Data Gender adalah data mengenai hubungan relasi dalam status, peran

dan kondisi antara laki-laki dan perempuan.

13. Data terpilah adalah data terpilah menurut jenis kelamin dan status dan

kondisi perempuan dan laki-laki di seluruh bidang pembangunan yang

meliputi kesehatan, pendidikan, ekonomi dan ketenagakerjaan, bidang

politik dan pengambilan keputusan, bidang hukum dan social budaya dan

kekerasan.

14. Data anak adalah data kondisi tentang anak perempuan dan laki-laki yang

dibawah usia 18 (delapan belas) tahun, yang terpilah menurut kategori

umur yang terdiri dari 0 – 1 tahun, 2-3 tahun, 4-6 tahun, 7-12 tahun, 13-

15 tahun dan 16-18 tahun.

15. Data Kelembagaan Pengarusutamaan Gender adalah data kelembagaan

yang terkait unsur-unsur prasyarat pengarusutamaan gender, yang

berfungsi secara efektif dalam satu sistem berkelanjutan dengan norma

Page 33: KATA PENGANTAR PENYUSUN DATA TERPILAH STATISTIK GENDER DAN ANAK DP3AKB PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2017 Pengarah : Dr. Ir. Dewi Sartika, M.Si Penanggung Jawab : Ir. Dodi Herlando M.

Data Terpilah Statistik Gender dan Anak Provinsi Jawa Barat Tahun 2017 | 17

yang disepakati dalam pemenuhan hak-hak asasi perempuan dan laki-laki

secara adil untuk mencapai kesetaraan antara perempuan dan laki-laki di

seluruh bidang pembangunan dan tingkatan pemerintahan.

16. Data Kelembagaan Pengarusutamaan Hak Anak adalah data kelembagaan

yang terkait unsur-unsur prasyarat Pengarusutamaan Hak Anak, yang

berfungsi secara efektif dalam satu system berkelanjutan dengan norma

yang disepakati dalam pemenuhan hak anak untuk mencapai

kesejahteraan dan perlindungan anak di seluruh bidang pembangunan dan

tingkatan pemerintahan.

17. Data Sektoral adalah data yang pemanfaatannya ditujukan untuk

memenuhi kebutuhan instansi tertentu dalam rangka penyelenggaraan

tugas-tugas pemerintahan dan pembangunan yang merupakan tugas

pokok instansi yang bersangkutan.

18. Data Khusus adalah data yang pemanfaatannya ditujukan untuk memenuhi

kebutuhan spesifik dunia usaha, pendidikan, sosial-budaya dan

kepentingan lain dalam kehidupan masyarakat yang penyelenggaraannya

dilakukan oleh lembaga, organisasi, perorangan dan atau unsur

masyarakat lainnya.

19. Diskriminasi terhadap perempuan adalah setiap pembedaan, pengucilan

atau pembatasan yang dibuat atas dasar jenis kelamin, yang mempunyai

pengaruh atau tujuan untuk mengurangi atau menghapuskan pengakuan,

penikmatan atau penggunaan hak-hak azasi manusia dan kebebasan-

kebebasan pokok di bidang politik, ekonomi, sosial, budaya, sipil atau

apapun lainnya oleh kaum perempuan, terlepas dari status perkawinan

mereka, atas dasar persamaan antara laki-laki dan perempuan.

Page 34: KATA PENGANTAR PENYUSUN DATA TERPILAH STATISTIK GENDER DAN ANAK DP3AKB PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2017 Pengarah : Dr. Ir. Dewi Sartika, M.Si Penanggung Jawab : Ir. Dodi Herlando M.

Data Terpilah Statistik Gender dan Anak Provinsi Jawa Barat Tahun 2017 | 18

20. Focal Point PUG adalah aparatur SKPD yang mempunyai kemampuan untuk

melakukan pengarusutamaan gender di Unit kerjanya masing-masing.

21. Gender adalah konsep yang mengacu pada pembedaan peran dan

tanggung jawab laki-laki dan perempuan yang terjadi akibat dari dan dapat

berubah oleh keadaan sosial dan budaya masyarakat.

22. Hak anak adalah bagian dari hak asasi manusia yang wajib dijamin,

dilindungi, dan dipenuhi oleh orang tua, keluarga, masyarakat, pemerintah,

dan negara.

23. Kelompok Kerja Pengarusutamaan Gender yang selanjutnya disebut Pokja

PUG adalah wadah konsultasi bagi pelaksana dan penggerak

pengarusutamaan gender dari berbagai instansi/lembaga di daerah.

24. Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami istri,

atau suami istri dan anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan

anaknya, atau keluarga sedarah dalam garis lurus ke atas atau ke bawah

sampai dengan derajat ketiga.

25. Kuasa asuh adalah kekuasaan orang tua untuk mengasuh, mendidik,

memelihara, membina, melindungi, dan menumbuhkembangkan anak

sesuai dengan agama yang dianutnya dan kemampuan, bakat, serta

minatnya.

26. Masyarakat adalah perseorangan, keluarga, kelompok, dan organisasi

sosial dan/atau organisasi kemasyarakatan.

27. Netral Gender adalah kebijakan/program/kegiatan atau kondisi yang tidk

memihak pada salah satu jenis kelamin.

Page 35: KATA PENGANTAR PENYUSUN DATA TERPILAH STATISTIK GENDER DAN ANAK DP3AKB PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2017 Pengarah : Dr. Ir. Dewi Sartika, M.Si Penanggung Jawab : Ir. Dodi Herlando M.

Data Terpilah Statistik Gender dan Anak Provinsi Jawa Barat Tahun 2017 | 19

28. Orang tua adalah ayah dan/atau ibu kandung, atau ayah dan/atau ibu tiri,

atau ayah dan/atau ibu angkat.

29. Pengarusutamaan Gender di daerah yang selanjutnya disebut PUG adalah

strategi yang dibangun untuk mengintegrasikan gender menjadi satu

dimensi integral dari perencanaan, penyusunan, pelaksanaan,

pemantauan, dan evaluasi atas kebijakan, program, dan kegiatan

pembangunan di daerah.

30. Pengarusutamaan Hak Anak yang selanjutnya disebut PUHA adalah strategi

mengintegrasikan isu-isu dan hak-hak anak ke dalam setiap tahapan

pembangunan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan,pemantauan, dan

evaluasi atas peraturan perundang-undangan, kebijakan, program,

kegiatan dan anggaran dengan menerapkan prinsip kepentingan terbaik

bagi anak.

31. Kesetaraan Gender adalah kesamaan kondisi bagi laki-laki dan perempuan

untuk memperoleh kesempatan dan hak-haknya sebagai manusia, agar

mampu berperan dan berpartisipasi dalam kegiatan politik, ekonomi, sosial

budaya, pertahanan dan keamanan, dan kesamaan dalam menikmati hasil

pembangunan.

32. Keadilan Gender adalah suatu proses untuk menjadi adil terhadap laki-laki

dan perempuan.

33. Perlindungan Perempuan adalah segala upaya yang ditujukan untuk

melindungi perempuan dan memberikan rasa aman dalam pemenuhan

hak-haknya dengan memberikan perhatian yang konsisten dan sistematis

yang ditujukan untuk mencapai kesetaraan gender.

Page 36: KATA PENGANTAR PENYUSUN DATA TERPILAH STATISTIK GENDER DAN ANAK DP3AKB PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2017 Pengarah : Dr. Ir. Dewi Sartika, M.Si Penanggung Jawab : Ir. Dodi Herlando M.

Data Terpilah Statistik Gender dan Anak Provinsi Jawa Barat Tahun 2017 | 20

34. Perlindungan anak adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi

anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan

berpartisipasi, secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat

kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan

diskriminasi.

35. Perencanaan Berperspektif Gender adalah perencanaan untuk mencapai

kesetaraan dan keadilan gender, yang dilakukan melalui pengintegrasian

pengalaman, aspirasi, kebutuhan, potensi, dan penyelesaian permasalahan

perempuan dan laki-laki.

36. Pendamping adalah pekerja sosial yang mempunyai kompetensi profesional

dalam bidangnya.

37. Perlindungan khusus adalah perlindungan yang diberikan kepada anak

dalam situasi darurat, anak yang berhadapan dengan hukum, anak dari

kelompok minoritas dan terisolasi, anak yang dieksploitasi secara ekonomi

dan/atau seksual, anak yang diperdagangkan, anak yang menjadi korban

penyalahgunaan narkotika, alkohol, psikotropika, dan zat adiktif lainnya

(napza), anak korban penculikan, penjualan, perdagangan, anak korban

kekerasan baik fisik dan/atau mental, anak yang menyandang cacat, dan

anak korban perlakuan salah dan penelantaran.

38. Penyelenggaraan data gender dan anak adalah suatu upaya pengelolaan

data pembangunan yang meliputi: pengumpulan, pengolahan, analisis, dan

penyajian data yang sistematis, konprehensif, dan berkesinambungan yang

dirinci menurut jenis kelamin, dan umur, serta data kelembagaan terkait

unsur-unsur prasyarat pengarusutamaan gender dan pengarusutamaan

hak anak untuk digunakan dalam upaya pelaksanaan pengarusutamaan

gender dan pengarusutamaan hak anak.

Page 37: KATA PENGANTAR PENYUSUN DATA TERPILAH STATISTIK GENDER DAN ANAK DP3AKB PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2017 Pengarah : Dr. Ir. Dewi Sartika, M.Si Penanggung Jawab : Ir. Dodi Herlando M.

Data Terpilah Statistik Gender dan Anak Provinsi Jawa Barat Tahun 2017 | 21

39. Pengolahan Data adalah proses operasi sistematis terhadap data yang

meliputi verifikasi, pengorganisasian data, pencarian kembali, transformasi,

penggabungan, pengurutan, perhitungan/kalkulasi ekstraksi data untuk

membentuk informasi, yang dirinci menurut jenis kelamin, umur dan

wilayah.

40. Penyajian Data adalah kegiatan menyajikan data yang telah diolah dan

dianalisis yang bermakna informasi dan bermanfaat bagi pengambilan

keputusan manajerial.

41. Responsif Gender adalah kebijakan /program /kegiatan pembangunan

yang sudah memperhatikan berbagai pertimbangan untuk terwujudnya

kesetaraan & keadilan, pada berbagai aspek kehidupan antara laki-laki

dan perempuan.

42. Sensitif Gender adalah kemampuan dan kepekaan seseorang dalam

melihat atau menilai hasil pembangunan serta aspek kehidupan lainnya

dari perspektif gender.

43. Survei adalah cara pengumpulan data yang dilakukan melalui pencacahan

sampel untuk memperkirakan karakteristik suatu populasi pada saat

tertentu.

44. Wali adalah orang atau badan yang dalam kenyataannya menjalankan

kekuasaan asuh sebagai orang tua terhadap anak.

Page 38: KATA PENGANTAR PENYUSUN DATA TERPILAH STATISTIK GENDER DAN ANAK DP3AKB PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2017 Pengarah : Dr. Ir. Dewi Sartika, M.Si Penanggung Jawab : Ir. Dodi Herlando M.

Data Terpilah Statistik Gender dan Anak Provinsi Jawa Barat Tahun 2017 | 22

Gambaran Umum Wilayah dan Masyarakat Jawa Barat

4.1 Kondisi Geografis

rovinsi Jawa Barat, secara geografis, terletak pada posisi 5o50’ -

7o50’ Lintang Selatan dan 104 o48’-108 o48’ Bujur Timur, dengan

batas wilayah : sebelah Utara berbatasan dengan Laut Jawa dan

DKI Jakarta; sebelah Timur, berbatasan dengan Provinsi Jawa

Tengah; sebelah Selatan berbatasan dengan Samudra Indonesia; dan sebelah

Barat berbatasan dengan Provinsi Banten.

Luas wilayah Provinsi Jawa Barat meliputi wilayah daratan seluas

3.710.061,32 hektar dan garis pantai sepanjang 755,83 km. Daratan Jawa

Barat dapat dibedakan atas wilayah pegunungan curam (9,5% dari total luas

wilayah Jawa Barat) terletak di bagian Selatan dengan ketinggian lebih dari

1.500 m di atas permukaan laut (dpl); wilayah lereng bukit yang landai

(36,48%) terletak di bagian Tengah dengan ketinggian 10 - 1.500 m dpl; dan

wilayah dataran luas (54,03%) terletak di bagian Utara dengan ketinggian 0 –

10 m dpl.

Tutupan lahan terluas di Jawa Barat berupa kebun campuran (22,89%

dari luas wilayah Jawa Barat), sawah (20,27%), dan perkebunan (17,41%),

sementara hutan primer dan hutan sekunderdi Jawa Barat hanya 15,93% dari

seluruh luas wilayah Jawa Barat.

Jawa Barat memiliki iklim tropis, dengan suhu rata-rata berkisar antara

16,2 – 32,0 °Cdengan kelembaban udara antara 29–98 %. Data BMKG

4

P

Page 39: KATA PENGANTAR PENYUSUN DATA TERPILAH STATISTIK GENDER DAN ANAK DP3AKB PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2017 Pengarah : Dr. Ir. Dewi Sartika, M.Si Penanggung Jawab : Ir. Dodi Herlando M.

Data Terpilah Statistik Gender dan Anak Provinsi Jawa Barat Tahun 2017 | 23

menyebutkan bahwa sepanjang tahun 2016, turun hujan selama 1-26 hari

setiap bulannya dengan curah hujan antara 0 hingga 112,6 mm.

Jawa Barat dialiri oleh 40 Daerah Aliran Sungai(DAS) dengan luas

wilayah DAS sebesar 32.074,40 Km2, memiliki 3.502 buah sungai dan 6

Wilayah Sungai dengan Wilayah Sungai yang menjadi kewenangan provinsi

sebanyak 2 buah, yaitu Wilayah Ciwulan-Cilaki, dan Cisadea-Cibareno. Jawa

Barat juga memiliki 663 waduk, 20 situ,dan 23 embung.

4.2. Kondisi Demografis

Jumlah penduduk dan laju pertumbuhan penduduk harus menjadi

perhatian utama pemerintah dalam hal kependudukan, karena Jumlah

Penduduk Indonesia merupakan penduduk terbesar di kawasan ASEAN dan

merupakan urutan empat terbesar di dunia setelah Cina, India dan Amerika

Serikat. Berdasarkan Proyeksi penduduk Jawa Barat 2010-2020, Provinsi Jawa

Barat saat ini merupakan provinsi dengan Jumlah penduduk terbanyak di

Indonesia, dengan jumlah penduduk mencapai 47 juta jiwa pada tahun 2016.

Berdasarkan hasil proyeksi penduduk, jumlah penduduk Jawa Barat selalu

mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Jika dibandingkan dengan

empat tahun sebelumnya yaitu pada tahun 2012, jumlah penduduk Jawa

Barat sebanyak 44,63 juta jiwa mengalami peningkatan sebesar 6,13

persen pada tahun 2016 atau dengan kata lain mengalami penambahan

sebayak 2,73 juta jiwa. Dari jumlah penduduk sebanyak 47,37 juta jiwa pada

tahun 2016 tersebar di berbagai kabupaten/kota di Jawa Barat, dengan

penduduk terbanyak di Kabupaten Bogor sebanyak 5,58 juta jiwa, Kabupaten

Bandung sebanyak 3,59 juta jiwa dan Kabupaten Bekasi sebanyak 3,37 juta

jiwa.

Pada Periode Tahun 2012 hingga tahun 2016 Kabupaten Bekasi

Page 40: KATA PENGANTAR PENYUSUN DATA TERPILAH STATISTIK GENDER DAN ANAK DP3AKB PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2017 Pengarah : Dr. Ir. Dewi Sartika, M.Si Penanggung Jawab : Ir. Dodi Herlando M.

Data Terpilah Statistik Gender dan Anak Provinsi Jawa Barat Tahun 2017 | 24

memiliki laju pertumbuhan penduduk tertinggi yaitu sebesar 4,16 persen

pada tahun 2012 terus mengalami penurunan menjadi 3,87 persen pada

tahun 2016, kemudian diikuti oleh Kota Depok dengan laju sebesar 3,50 pada

tahun 2016. Kabupaten/Kota yang memiliki Laju pertumbuhan penduduk

terendah dicapai oleh Kota Banjar dengan Laju sebesar 0,28 persen pada

tahun 2016 serta Kota Tasikmalaya dan Kabupaten Cianjur dengan laju

pertumbuhan penduduk masing-masing sebesar 0.32 persen.

4.3 Kondisi Perekonomian Makro

PDRB atas dasar harga berlaku Provinsi Jawa Barat pada tahun 2016

sebesar 1.652,59 triliun rupiah atau meningkat sebesar 127,76 triliun rupiah

dibandingkan tahun 2015. Sedangkan atas dasar harga konstan di tahun 2016

sebesar 1,275,55 triliun rupiah.

Kontribusi nilai tertinggi PDRB Provinsi Jawa Barat pada tahun 2016

dicapai oleh sektor Industri Pengolahan disusul oleh sektor Perdagangan Besar

dan Eceran serta sektor Pertanian; masing-masing sebesar 42,49%, 15,15%

dan 8,90%. Sedangkan kontribusi terkecil diberikan oleh sektor Pengadaan Air,

Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang sebesar 0,08 persen.

Sedangkan sektor pembentuk PDRB yang memiliki pertumbuhan

ekonomi tertinggi adalah sektor Informasi dan Komunikasi sebesar 14,27%,

disusul kemudian oleh sektor Jasa Keuangan dan Asuransi sebesar 11,89% dan

sektor Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial sebesar 9,48%. PDRB per kapita

atas dasar harga berlaku pada tahun 2016 mencapai nilai 34.,88 juta rupiah,

dimana jumlah penduduk pertengahan tahun tersebut adalah sebesar

47.379.389 jiwa. Sedangkan nilai PDRB per kapita atas dasar harga berlaku

pada tahun 2015 hanya mencapai 32,64 juta rupiah, dengan jumlah penduduk

pertengahan tahun 46.709.569 jiwa. Dengan kata lain, pada tahun ini PDRB per

Page 41: KATA PENGANTAR PENYUSUN DATA TERPILAH STATISTIK GENDER DAN ANAK DP3AKB PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2017 Pengarah : Dr. Ir. Dewi Sartika, M.Si Penanggung Jawab : Ir. Dodi Herlando M.

Data Terpilah Statistik Gender dan Anak Provinsi Jawa Barat Tahun 2017 | 25

kapita mengalami kenaikan sebesar 6,86 persen.

Sumber : BPS Provinsi Jawa Barat

Sumber : BPS Provinsi Jawa Barat

0.16

0.41

4.39

-6.8

5.88 6.

43

3.71

8.9

8.1

16.3

1

7.36

5.46

8.15

5.53

10.1

7

14.1

4

8.96

5.8

-0.9

7

4.7

7

3.37

6.3

3

5.02

4.44

8.84 9.31

14.2

7

11.8

9

6.5

1 8.16

2.98

7.61

9.48

8.73

Pertanian IndustriPengolahan

Pengadaan Air,Pengelolaan

Sampah

Perdagangan PenyediaanAkomodasi danMakan Minum

Jasa Keuangandan Asuransi

Jasa Perusahaan Jasa Pendidikan Jasa Lainnya

Gambar 4.1. LPE Jawa Barat MenurutLapangan Usaha

Atas Dasar Harga Konstan 2000Tahun 2015-2016 (persen)

2015 2016

Gambar 4.2. Distribusi PDRB Jawa Barat Menurut Lapangan UsahaAtas Dasar Harga Konstan 2010

Tahun 2016 (persen)

PERTANIAN PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN INDUSTRI PENGOLAHAN

LISTRIK DAN GAS PENGADAAN AIR, PENGELOLAAN SAMPAH KONSTRUKSI

PERDAGANGAN TRANSPORTASI DAN PERGUDANGAN PENYEDIAAN AKOMODASI DAN MAKAN MINUM

INFORMASI DAN KOMUNIKASI JASA KEUANGAN DAN ASURANSI REAL ESTAT

JASA PERUSAHAAN ADMINISTRASI PEMERINTAHAN JASA PENDIDIKAN

JASA KESEHATAN DAN KEGIATAN SOSIAL JASA LAINNYA

Page 42: KATA PENGANTAR PENYUSUN DATA TERPILAH STATISTIK GENDER DAN ANAK DP3AKB PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2017 Pengarah : Dr. Ir. Dewi Sartika, M.Si Penanggung Jawab : Ir. Dodi Herlando M.

Data Terpilah Statistik Gender dan Anak Provinsi Jawa Barat Tahun 2017 | 26

4.4. Kemiskinan

Salah satu poin kesepakatan dari seluruh bangsa di dunia yang tertuang

dalam Millenium Development Goals (MDGs) adalah menanggulangi kemiskinan

dan kelaparan sampai pada pertengahan tahun 2015. Di berbagai Negara,

upaya untuk menekan angka kemiskinan juga masih belum menunjukkan

capaian yang memuaskan. Hingga pada bulan September 2015, para pemimpin

dunia menyepakati tujuan pembangunan global dalam Sustainable

Development Goals (SDGs), dan kemiskinan masih merupakan salah satu poin

penting yang ada dalam SDGs.

Kemiskinan merupakan hal yang kompleks baik dari penyebab hingga

akibat yang ditimbulkan. Kemiskinan bisa ditimbulkan oleh berbagai sebab dan

implikasi yang ditimbulkan juga beragam. Kurangnya pendapatan, kurangnya

akses informasi dan komunikasi, minimnya infrastruktur suatu daerah bisa

menyebabkan kemiskinan. Lalu, tingginya angka kriminalitas, angka gizi buruk,

putus sekolah dan lain-lain merupakan akibat dari kemiskinan. Untuk itulah

kemiskinan seperti tidak pernah ada habisnya untuk diperbincangkan dan

didiskusikan. Berbagai konsep dan definisi serta pemecahannya sudah pernah

digelontorkan oleh para ahli dan pimpinan negeri ini, tetapi seperti kata

pepatah, terentaskan satu muncul berbagai masalah kemiskinan lainnya.

Masalah kemiskinan muncul karena ada sekelompok anggota

masyarakat yang secara struktural tidak mempunyai peluang dan kemampuan

yang memadai untuk mencapai tingkat kehidupan yang layak sehingga pada

akhirnya mereka harus mengakui kelompok lainnya dalam persaingan mencari

nafkah dan pemilikan asset produktif (Sumodiningrat, dkk, 1999).

Ketidakmampuan ini lebih didasarkan oleh kemampuan individu masyarakat itu

Page 43: KATA PENGANTAR PENYUSUN DATA TERPILAH STATISTIK GENDER DAN ANAK DP3AKB PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2017 Pengarah : Dr. Ir. Dewi Sartika, M.Si Penanggung Jawab : Ir. Dodi Herlando M.

Data Terpilah Statistik Gender dan Anak Provinsi Jawa Barat Tahun 2017 | 27

sendiri, diantaranya adalah rendahnya tingkat pendidikan sehingga kurang bisa

bersaing dalam pasar kerja dan sektor pekerjaan yang dimasuki oleh individu

tersebut juga kurang bisa memberikan hasil yang dapat meningkatkan

kesejahteraan rumahtangga, seperti bekerja di sektor informal atau bekerja

disektor pertanian (todaro, 1989).

Pengukuran kemiskinan selama ini didasarkan oleh besarnya

pendapatan dan kebutuhan minimum. Kebutuhan minimum adalah kebutuhan

pokok yang dibutuhkan oleh seseorang untuk bisa bertahan hidup. Apabila

seseorang tidak dapat memenuhi kebutuhan minimum dengan pendapatan

yang diperolehnya maka penduduk tersebut dikategorikan miskin. Bank Dunia

mengukur kemiskinan dengan membandingkan tingkat pendapatan orang atau

rumahtangga dengan tingkat pendapatan yang diperlukan untuk memenuhi

kebutuhan minimum Sumodiningrat, dkk, 1999). Dari sini kemiskinan bisa

dibedakan menjadi kemiskinan absolut dan kemiskinan relatif.

Kemiskinan absolut adalah apabila tingkat pendapatan lebih rendah

daripada garis kemiskinan absolut yang ditetapkan, atau dengan kata lain

pendapatan yang diterima tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup

minimumyang dicerminkan oleh garis kemiskinan absolut. Sedangkan

kemiskinan relatif adalah keadaan perbandingan antara kelompok pendapatan

dalam masyarakat, yakni antara kelompok yang mungkin tidak miskin karena

mempunyai tingkat pendapatan yang lebih tinggi dari garis kemiskinan, dan

kelompok masyarakat yang relatif lebih kaya. Dengan kata lain, walaupun

tingkat pendapatan sudah mencapai tingkat kebutuhan dasar minimum tetapi

masih jauh dibandingkan dengan pendapatan masyarakat sekitarnya maka

orang tersebut atau rumah tangga tersebut masih berada dalam keadaan

miskin.

Page 44: KATA PENGANTAR PENYUSUN DATA TERPILAH STATISTIK GENDER DAN ANAK DP3AKB PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2017 Pengarah : Dr. Ir. Dewi Sartika, M.Si Penanggung Jawab : Ir. Dodi Herlando M.

Data Terpilah Statistik Gender dan Anak Provinsi Jawa Barat Tahun 2017 | 28

BPS sendiri memakai konsep kemiskinan yang dilihat dari kemampuan

memenuhi kebutuhan dasar (basic need approach). Kemiskinan juga dipandang

sebagai ketidakmampuan dari segi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar

makanan dan non makanan yang diukur dari sisi pengeluaran. Tentang garis

kemiskinan, banyak teori-teori yang dikemukakan oleh para pakar, seperti

Sayogyo, BPS, Abuzar Asra, dll, namun dalam tulisan ini garis kemiskinan yang

digunakan adalah garis kemiskinan yang berasal dari BPS (Badan Pusat

Statistik) yaitu kebutuhan minimum untuk hidup diukur dengan pengeluaran

untuk makanan setara dengan 2.100 kalori per kapita per hari ditambah

pengeluaran untuk kebutuhan non makanan seperti perumahan, barang dan

jasa dan lain-lain.

4.4.1 Perkembangan Kemiskinan di Jawa Barat

Berbagai usaha telah dilakukan oleh pemerintah, baik pusat maupun

daerah, dalam upaya pengentasan kemiskinan seperti program Inpres Desa

Tertinggal (IDT) yang diluncurkan melalui Instruksi Presiden No. 5 tahun 1993

dengan memberikan dana bergulir kepada desa-desa tertinggal sebesar Rp 20

juta per desa, lalu Program Pengembangan Kecamatan yang merupakan

program lanjutan dari IDT, Bantuan Langsung Tunai (BLT) yang diberikan

sebagai kompensasi kenaikan harga BBM, Raskin, Jamkesnas/Jamkesda dan

lain-lain. Semua program tersebut dilakukan dalam rangka meningkatkan taraf

hidup dari penduduk miskin atau dengan kata lain mempercepat

penanggulangan kemiskinan (penurunan angka kemiskinan).

Page 45: KATA PENGANTAR PENYUSUN DATA TERPILAH STATISTIK GENDER DAN ANAK DP3AKB PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2017 Pengarah : Dr. Ir. Dewi Sartika, M.Si Penanggung Jawab : Ir. Dodi Herlando M.

Data Terpilah Statistik Gender dan Anak Provinsi Jawa Barat Tahun 2017 | 29

Sumber: BPS RI

BPS mencatat jumlah penduduk miskin di Indonesia terus mengalami

penurunan sejak tahun 2015. Pada Maret 2015, jumlah penduduk miskin di

Indonesia mencapai 11,22 persen dari total penduduk Indonesia, sementara

penduduk miskin di Jawa Barat mencapai 9,53 persen. Lalu mengalami

penurunan lagi pada September 2016 yaitu menjadi 11.15 persen (Indonesia)

atau turun sebesar 0,07 persen dari Maret 2015. Lain halnya dengan

penduduk miskin Jawa Barat pada kondisi September 2015 yang mengalami

kenaikan sebesar 0.05 persen menjadi 9,57 persen. Pada kondisi Maret 2016,

persentase penduduk miskin di Indonesia menurun lagi menjadi 10,86 persen

diikuti oleh Jawa Barat yang juga turun menjadi 8,95 persen. Penurunan pun

terjadi lagi pada September 2016 baik secara nasional menjadi 10.70 persen

ataupun di Jawa Barat yang turun 0,24 persen menjadi 8,71 persen

11.2211.15 10.86 10.70

9.539.57 8.95 8.77

0

10

20

30

Maret 2015 Sept 2015 Maret 2016 Sept 2016

Gambar 4.3. Persentase Penduduk Miskin di Indonesia dan Jawa Barat Tahun 2015-2016

Indonesia Jawa Barat

Page 46: KATA PENGANTAR PENYUSUN DATA TERPILAH STATISTIK GENDER DAN ANAK DP3AKB PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2017 Pengarah : Dr. Ir. Dewi Sartika, M.Si Penanggung Jawab : Ir. Dodi Herlando M.

Data Terpilah Statistik Gender dan Anak Provinsi Jawa Barat Tahun 2017 | 30

(Gambar 4.3).

Sumber : BPS-RI

Bila dibandingkan dengan 5 (lima) provinsi lainnya yang berada di pulau

Jawa maka Provinsi Jawa Barat di tahun 2016 menduduki peringkat keempat

terbanyak persentase penduduk miskinnya setelah DI Yogyakarta, Jawa

Tengah, dan Jawa Timur. Sedangkan Banten dan DKI Jakarta masing-masing

menduduki peringkat kelima dan keenam. Provinsi-provinsi di pulau Jawa

tersebut secara umum mengalami penurunan persentase penduduk miskin

pada periode Maret 2016 - September 2016 (Gambar 4.4).

Bila dilihat menurut kabupaten/kota, pada Maret 2016, tiga

kabupaten/kota tertinggi persentase penduduk miskinnya adalah Kota

Tasikmalaya dengan persentase sebesar 15,60 persen, diikuti oleh Kabupaten

Indramayu sebesar 13,95 persen dan Kabupaten Kuningan sebesar 13,59

persen. Sedangkan tiga kabupaten/kota terendah adalah Kabupaten Bekasi

3.75

8.95

13.27 13.3412.05

6.42

3.75

8.77

13.19 13.111.85

5.36

0

4

8

12

16

DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DIYogyakarta

Jawa Timur Banten

Gambar 4.4. Persentase Penduduk Miskin Provinsi-Provinsi di Pulau Jawa Tahun 2016

Maret 2016 Sept 2016

Page 47: KATA PENGANTAR PENYUSUN DATA TERPILAH STATISTIK GENDER DAN ANAK DP3AKB PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2017 Pengarah : Dr. Ir. Dewi Sartika, M.Si Penanggung Jawab : Ir. Dodi Herlando M.

Data Terpilah Statistik Gender dan Anak Provinsi Jawa Barat Tahun 2017 | 31

dengan persentase sebesar 4,92 persen, kemudian Kota Bandung sebesar 4,32

persen dan yang terkecil adalah Kota Depok sebesar 2,34 persen (Gambar 4.5).

Gambar 4.5 Persentase Penduduk Miskin menurut Kabupaten/ Kota di Jawa Barat Kondisi Maret 2016

Sumber : BPS Provinsi Jawa Barat

2.34

4.32

4.92

5.06

5.92

7.01

7.29

7.61

8.13

8.42

8.59

8.83

8.95

8.98

9.73

10.07

10.23

10.57

11.05

11.24

11.62

11.64

11.71

12.85

13.49

13.59

13.95

15.60

0.00 2.00 4.00 6.00 8.00 10.00 12.00 14.00 16.00 18.00

Kota Depok

Kota Bandung

Bekasi

Kota Bekasi

Kota Cimahi

Kota Banjar

Kota Bogor

Bandung

Sukabumi

Ciamis

Kota Sukabumi

Bogor

JAWA BARAT

Purwakarta

Kota Cirebon

Karawang

Pangandaran

Sumedang

Subang

Tasikmalaya

Cianjur

Garut

Bandung Barat

Majalengka

Cirebon

Kuningan

Indramayu

Kota Tasikmalaya

Page 48: KATA PENGANTAR PENYUSUN DATA TERPILAH STATISTIK GENDER DAN ANAK DP3AKB PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2017 Pengarah : Dr. Ir. Dewi Sartika, M.Si Penanggung Jawab : Ir. Dodi Herlando M.

Data Terpilah Statistik Gender dan Anak Provinsi Jawa Barat Tahun 2017 | 32

56%

44%

Gambar 4.6. Persentase Kabupaten/Kota Menurut Persentase Penduduk Miskin Bila Dibandingkan Dengan Jawa Barat

Maret 2016

Di Atas Rata-Rata JawaBarat

Di Bawah Rata-rata JawaBarat

Bila dibandingkan dengan

persentase penduduk miskin di

Jawa Barat maka kabupaten/kota

yang persentase penduduk

miskinnya berada di bawah angka

Jawa Barat lebih sedikit yakni

hanya 44 persen dari seluruh

kabupaten/kota yang ada di Jawa

Barat. Sedangkan kabupaten/kota

yang persentase penduduk miskinnya berada di atas angka Jawa Barat ada 56

persen dari keseluruhan kabupaten/kota (Gambar 4.6). Hampir semua wilayah

kota persentase penduduk miskinnya berada di bawah Jawa Barat kecuali Kota

Tasikmalaya dan Kota Cirebon. Sebaliknya, sebagian besar wilayah kabupaten

persentase penduduk miskinnya berada di atas Jawa Barat, kecuali empat

kabupaten yaitu Kabupaten Sukabumi, Kabupaten Ciamis, Kabupaten Bekasi,

Kabupaten Bogor dan Kabupaten Bandung. Pada tahun-tahun berikutnya

diharapkan persentase penduduk miskin di Jawa Barat dan di kabupaten/kota

dapat terus berkurang. Oleh sebab itu segala daya upaya harus terus

dikerahkan oleh semua pihak, bukan hanya pemerintah daerah tetapi juga

semua anggota masyarakat Jawa Barat agar masyarakat yang sejahtera, adil

dan makmur dapat tercapai.

4.4.2 Kemiskinan dan Pembangunan Manusia

Pengentasan kemiskinan tidak akan terlepas dari proses pembangunan.

Kemiskinan akan selalu menjadi objek pembahasan yang serius dalam setiap

perencanaan pembangunan. Salah satu tujuan dari pembangunan adalah

meningkatkan kesejahteraan masyarakat seluruhnya sehingga dalam hal ini

Page 49: KATA PENGANTAR PENYUSUN DATA TERPILAH STATISTIK GENDER DAN ANAK DP3AKB PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2017 Pengarah : Dr. Ir. Dewi Sartika, M.Si Penanggung Jawab : Ir. Dodi Herlando M.

Data Terpilah Statistik Gender dan Anak Provinsi Jawa Barat Tahun 2017 | 33

titik berat pembangunan adalah peningkatan taraf hidup masyarakat, dimana

masyarakat yang sudah baik secara ekonomi akan menjadi lebih baik lagi dan

masyarakat yang tidak beruntung (dalam ekonomi) akan meningkat taraf

hidupnya setingkat kearah yang lebih baik.

Kemiskinan bisa juga menjadi indikasi adanya masalah dalam proses

pembangunan (Sumodiningrat, dkk, 1999). Pembangunan yang tidak merata,

yang hanya berpusat pada daerah perkotaan atau daerah yang dekat dengan

ibukota, misalnya, dapat menimbulkan berbagai masalah, seperti

pengangguran, perumahan kumuh dan lain-lain. Daerah pedesaan sebagai

daerah ‘nomor dua’ dibangun setelah perkotaan, misalnya, akan banyak

kehilangan tenaga produktif yang merantau ke kota untuk bekerja atau belajar

sehingga akan banyak lahan kosong yang tidak tergarap dan lain-lain. Dampak

dari semua ini adalah timbulnya ketimpangan pendapatan antara penduduk

kota dan desa sehingga berujung pada kemiskinan. Pembangunan yang

berhasil adalah pembangunan yang dapat menciptakan keamanan,

ketenangan, kesejahteraan dan jaminan kepada masyarakat untuk dapat hidup

layak dimanapun mereka berada.

Pembangunan manusia merupakan suatu proses pengentasan

kemiskinan untuk jangka panjang. Pembangunan manusia dilakukan dengan

harapan dalam kurun beberapa waktu kedepan akan tercipta manusia-manusia

yang kuat dan tangguh, baik secara fisik maupun mental, dalam menghadapi

berbagai permasalahan hidup. Keberhasilan pembangunan manusia yang

dilaksanakan oleh pemerintah diukur dengan Indikator Pembangunan Manusia

(IPM). IPM merupakan cerminan dari usaha pemerintah dalam meningkatkan

kesejahteraan penduduknya dengan mengadakan pembangunan di tiga

dimensi kebutuhan manusia, yaitu kesehatan, pendidikan dan kecukupan biaya

untuk memenuhi kebutuhan fisik maupun non fisik sehingga idealnya

Page 50: KATA PENGANTAR PENYUSUN DATA TERPILAH STATISTIK GENDER DAN ANAK DP3AKB PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2017 Pengarah : Dr. Ir. Dewi Sartika, M.Si Penanggung Jawab : Ir. Dodi Herlando M.

Data Terpilah Statistik Gender dan Anak Provinsi Jawa Barat Tahun 2017 | 34

penurunan angka kemiskinan akan menaikkan angka IPM.

Gambar 4.7. Perbandingan antara Persentase Penduduk Miskin

dengan IPM Provinsi Jawa Barat 2014 – 2016

Sumber : BPS Provinsi Jawa Barat

Dari Gambar 4.7 terlihat bahwa tren penurunan persentase penduduk

miskin secara tidak sengaja beriringan dengan kenaikan angka IPM. Namun

fenomena ini tidak selamanya seperti itu. Apabila diuji korelasi antara IPM dan

persentase penduduk miskin di Jawa Barat maka hasil yang didapatkan adalah

tidak ada korelasi antara IPM dan persentase penduduk miskin pada periode

tahun 2014 – 2016 di Jawa Barat. Hasil ini tentu saja tidak dapat digeneralisir

untuk semua provinsi dan dibutuhkan kajian yang lebih mendalam untuk

melihat hubungan antara IPM dan Kemiskinan.

Seperti diketahui IPM merupakan indeks komposit dari beberapa faktor,

seperti kesehatan yang diwakili oleh angka harapan hidup, lalu faktor

pendidikan yang diwakili oleh rata-rata lama sekolah dan angka melek huruf,

2014 2015 2016

0

2.5

5

7.5

10

68.7 69 69.3 69.6 69.9 70.2

IPM

%

Penduduk

Miskin

Page 51: KATA PENGANTAR PENYUSUN DATA TERPILAH STATISTIK GENDER DAN ANAK DP3AKB PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2017 Pengarah : Dr. Ir. Dewi Sartika, M.Si Penanggung Jawab : Ir. Dodi Herlando M.

Data Terpilah Statistik Gender dan Anak Provinsi Jawa Barat Tahun 2017 | 35

dan faktor ekonomi yang diwakili oleh paritas daya beli masyarakat sehingga

langsung menghubungkan tingkat kemiskinan dengan IPM merupakan hal yang

kurang tepat. Penelitian tingkat kemiskinan dan beberapa faktor pembentuk

IPM di Jawa Barat pernah dilakukan oleh Hidayat (2008). Hasil penelitian

mengungkapkan angka harapan hidup, rata-rata lama sekolah, paritas daya beli

masyarakat dan tingkat pengangguran sangat mempengaruhi tingkat

kemiskinan di Jawa Barat. Sebaliknya angka melek huruf, angka beban

ketergantungan (dependency Ratio) dan skor infrastruktur sosial tidak memiliki

pengaruh yang signifikan terhadap tingkat kemiskinan.

Pembangunan yang berorientasi pada penanggulangan kemiskinan pada

dasarnya adalah pembangunan yang menyeluruh, meliputi setiap dimensi yang

ada, seperti pendidikan, kesehatan, dan lain-lain. Sebagai contoh, di bidang

kesehatan, misalnya. Pembangunan dan perbaikan infrastruktur kesehatan,

seperti puskesmas, rumah sakit, dan lain-lain dapat meningkatkan aksesibilitas

dan derajat kesehatan masyarakat. Lalu di bidang pendidikan, selain

pembangunan infrastruktur terutama didaerah-daerah yang masih tertinggal,

pengembangan dan peningkatan program-program pendidikan baik formal

maupun non formal juga harus dilakukan, dan lain-lain. Proses ini harus

melibatkan seluruh pihak, mulai dari pemerintah daerah, organisasi-organisasi

kemasyarakatan dan masyarakat itu sendiri sehingga tujuan pembangunan

untuk meningkatkan kesehateraan masyarakat dapat segera terwujud.

4.5 Indeks Pembangunan Manusia

Manusia merupakan kekayaan bangsa yang sesungguhnya. Sejak awal,

pembangunan manusia sudah menjadi tujuan dalam model pembangunan di

Indonesia, setidaknya dalam tataran normatif yang tercermin dalam falsafah

Negara seperti Pancasila, UUD 1945, dan dokumen-dokumen kenegaraan lainnya.

Page 52: KATA PENGANTAR PENYUSUN DATA TERPILAH STATISTIK GENDER DAN ANAK DP3AKB PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2017 Pengarah : Dr. Ir. Dewi Sartika, M.Si Penanggung Jawab : Ir. Dodi Herlando M.

Data Terpilah Statistik Gender dan Anak Provinsi Jawa Barat Tahun 2017 | 36

Berbagai model untuk mengukur keberhasilan pembangunan telah banyak

dikembangkan, diantaranya konsep pembangunan ekonomi yang menekankan

pada pertumbuhan (economic growth), pembangunan sumber daya manusia

(human resource development), kebutuhan dasar (basic needs), dan kesejahteraan

masyarakat (social welfare).

Pembangunan ekonomi yang menekankan pada pertumbuhan memandang

bahwa keberhasilan pembangunan suatu wilayah hanya ditandai oleh tingginya

pertumbuhan ekonomi, tanpa melihat aspek-aspek lainnya seperti ketimpangan

pendapatan, kemiskinan yang masih tinggi, dan sebagainya. Pembangunan

sumber daya manusia memandang manusia sebagai input dalam proses produksi,

seperti halnya dengan faktor-faktor produksi lainnya yaitu, tanah, modal dan

mesin. Manusia digunakan sebagai sarana untuk mengejar tingkat output yang

tinggi tetapi dalam proses ini manusia bukan sebagai pewaris dari apa yang telah

dihasilkan. Pembangunan yang mempunyai pendekatan kebutuhan dasar hanya

berorientasi pada pemenuhan kebutuhan dasar manusia agar dapat keluar dari

perangkat kemiskinan tanpa memiliki pilihan-pilhan dalam meningkatkan kualitas hidup.

Sedangkan pembangunan dengan kesejahteraan manusia memandang manusia

dalam proses pembangunan hanya sebagai penerima bukan sebagai peserta yang

berpartisipasi aktif dalam pembangunan (agen pembangunan). Semua model

pembangunan tersebut dinilai masih bersifat parsial/tunggal.

Pada tahun 1990 UNDP (United Nations Development Programme) dalam

laporannya "Global Human Development Report" memperkenalkan konsep

"Pembangunan Manusia (Human Development)", sebagai paradigma baru model

pembangunan. Menurut UNDP, pembangunan manusia dirumuskan sebagai

perluasan pilihan bagi penduduk (enlarging the choices of people), yang dapat

dilihatsebagai proses upaya ke arah "perluasan pilihan" dan sekaligus sebagai taraf yang

dicapai dari upaya tersebut. Pada saat yang sama pembangunan manusia dapat

Page 53: KATA PENGANTAR PENYUSUN DATA TERPILAH STATISTIK GENDER DAN ANAK DP3AKB PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2017 Pengarah : Dr. Ir. Dewi Sartika, M.Si Penanggung Jawab : Ir. Dodi Herlando M.

Data Terpilah Statistik Gender dan Anak Provinsi Jawa Barat Tahun 2017 | 37

dilihat juga sebagai pembangunan (formation) kemampuan manusia melalui

perbaikan taraf kesehatan, pengetahuan, dan keterampilan; sekaligus sebagai

pemanfaatan (utilization) kemampuan/keterampilan mereka tersebut. Konsep

pembangunan di atas jauh lebih luas pengertiannya dibandingkan konsep

pembangunan ekonomi yang menekankan pada pertumbuhan (economic growth),

kebutuhan dasar, kesejahteraan masyarakat, atau pengembangan sumber daya

manusia. Hal ini terkait konsep pembangunan manusia UNDP yang mengandung

empat unsur yaitu: produktivitas (productivity), pemerataan (equity),

kesinambungan (sustainability), dan pemberdayaan (empowerment).

Pembangunan manusia dapat juga dilihat dari sisi pelaku atau sasaran yang

ingin dicapai. Dalam kaitan ini UNDP melihat pembangunan manusia sebagai

suatu "model" pembangunan tentang penduduk, untuk penduduk, dan oleh

penduduk:

a. tentang penduduk; berupa investasi di bidang pendidikan, kesehatan, dan

pelayanan sosial lainnya;

b. untuk penduduk, berupa penciptaan peluang kerja melalui perluasan

(pertumbuhan) ekonomi dalam negeri; dan

c. oleh penduduk; berupa upaya pemberdayaan (empowerment) penduduk

dalam menentukan harkat manusia dengan cara berpartisipasi dalam proses

politik dan pembangunan (UNDP, HDR 1990).

Menurut UNDP upaya ke arah "perluasan pilihan" hanya mungkin dapat

direalisasikan jika penduduk paling tidak memiliki: peluang berumur panjang dan

sehat, pengetahuan dan keterampilan yang memadai, serta peluang untuk

merealisasikan pengetahuan yang dimiliki dalam kegiatan yang produktif. Dengan kata

lain, tingkat pemenuhan ketiga unsur tersebut sudah dapat merefleksikan, secara

minimal, tingkat keberhasilan pembangunan manusia suatu wilayah (BPSUNDP,

Indeks Pembangunan Manusia Indonesia, Perbandingan Antarprovinsi 1990-

Page 54: KATA PENGANTAR PENYUSUN DATA TERPILAH STATISTIK GENDER DAN ANAK DP3AKB PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2017 Pengarah : Dr. Ir. Dewi Sartika, M.Si Penanggung Jawab : Ir. Dodi Herlando M.

Data Terpilah Statistik Gender dan Anak Provinsi Jawa Barat Tahun 2017 | 38

1993). Untuk mengukur tingkat pemenuhan ketiga unsur di atas, UNDP menyusun

suatu indeks komposit berdasarkan pada 4 (empat) indikatoryaitu:Angka Harapan

Hidup (life expectancy at age 0: e0), Angka Melek Huruf penduduk dewasa (adult

literacy rate: AM H), Rata-rata Lama Sekolah (Mean Years of Schooling: MYS) ,dan

Purchasing Power Parity(PPP).

Angka harapan hidup mengukur dimensi "umur panjang dan sehat", angka

melek huruf dan rata-rata lama sekolah mengukur dimensi "pengetahuan dan

keterampilan", dan purchasing power parity mengukur dimensi kemampuan

dalam mengakses sumber daya ekonomi dalam arti luas. Ketiga indikator inilah

yang digunakan sebagai komponen dalam penyusunan HDI (Human

Development Index) yang diterjemahkan menjadi IPM (Indeks Pembangunan

Manusia). Penghitungan IPM UNDP digunakan untuk perbandingan kemajuan

pembangunan manusia antar negara. Sedangkan BPS mengaplikasikan

penghitungan IPM tersebut untuk melihat kemajuan pembangunan manusia di

Indonesia balk pada level provinsi maupun level kabupaten/kota. BPS melakukan

beberapa penyesuaian pada penghitungan IPM, yaitu pada komponen

pendidikan dan ekonomi. Pada komponen pendidikan, BPS menggunakan MYS

bukan APS karena APS merupakan indikator input, sementara MYS merupakan

indikator output yang lebih mampu menggambarkan pencapaian di bidang

pendidikan. Kemudian pada komponen ekonomi, BPS menggunakan PPP dengan

pendekatan pengeluaran per kapita per tahun yang disesuaikan karena lebih mampu

menggambarkan daya bell masyarakat dibandingkan dengan Gross Domestic

Product (GDP).

Page 55: KATA PENGANTAR PENYUSUN DATA TERPILAH STATISTIK GENDER DAN ANAK DP3AKB PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2017 Pengarah : Dr. Ir. Dewi Sartika, M.Si Penanggung Jawab : Ir. Dodi Herlando M.

Data Terpilah Statistik Gender dan Anak Provinsi Jawa Barat Tahun 2017 | 39

Tabel 4.1. Perkembangan IPM Jawa Barat Tahun 2013 — 2016

Tahun IPM Peringkat Jumlah Provinsi

(1) (2) (3) (4)

2013 68,25 12 34

2014 68,80 12 34

2015 69,50 11 34

2016 70,05 10 34

Sumber : BPS Provinsi Jawa Barat

Sejak tahun 2013 secara umum IPM Jawa Barat terus mengalami peningkatan.

Berdasarkan skala internasional, pencapaian IPM dikategorikan menjadi empat, yaitu

kategori tinggi (IPM ≥80), kategori menengah atas (66≤ IPM<80), kategori

menengah bawah (50 ≤ IPM <66), dan kategori rendah (IPM <50). Jika dilihat

perkembangan dari tahun 2013 – 2016, Provinsi Jawa Barat termasuk dalam

kategori menengah atas.

Pencapaian pembangunan pada umumnya dinyatakan dengan adanya

perubahan menuju kondisi yang lebih baik dibandingkan kondisi sebelumnya

atau sebaliknya. Berbagai metode telah banyak digunakan untuk mengukur

pencapaian pembangunan. Indikator Pembangunan Manusia yang terkait

dengan gender dapat diukur dengan Indeks Pembangunan Gender. Selisih

antara angka IPM dan Angka IPG dapat dimaknai sebagai “bias” gender dalam

pembangunan. Konkretnya, apabila angka IPG lebih kecil dari Angka IPM (IPG

< IPM ), maka terjadi ketidaksetaraan gender. Selanjutnya untuk melihat

sejauh mana tingkat pencapaian dalam pemberdayaan gender dapat diukur

dengan Indeks Pemberdayaan Gender (IDG).

Page 56: KATA PENGANTAR PENYUSUN DATA TERPILAH STATISTIK GENDER DAN ANAK DP3AKB PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2017 Pengarah : Dr. Ir. Dewi Sartika, M.Si Penanggung Jawab : Ir. Dodi Herlando M.

Data Terpilah Statistik Gender dan Anak Provinsi Jawa Barat Tahun 2017 | 40

Pada tahun 2013, IPG Provinsi Jawa Barat adalah sebesar 88,21 atau

tergolong pada status pembangunan tinggi. Sementara jika dilihat dari nilai IPM

pada tahun yang sama, IPM Provinsi Jawa Barat Tahun 2013 mencapai 68,25,

yang termasuk pada kategori pembangunan menengah atas. Hal ini tampak

jelas mencerminkan masih terjadinya ketimpangan gender di Provinsi Jawa

Barat.

Jika dilihat dari gambar di atas, selama periode 2013 – 2016, angka

Indeks Pemberdayaan Gender (IDG) di Jawa Barat menunjukkan tren kenaikan.

Pada Tahun 2013, angka IDG Jawa Barat mencapai 67,57 mengalami kenaikan

1,3 poin pada tahun 2014 menjadi 68,87. Dan naik lagi sebesar 0,15 poin

menjadi 69,02 pada tahun 2015. Hal ini mencerminkan adanya peningkatan

partisipasi perempuan dalam pengambilan keputusan.

Gambar 4.8. Perbandingan antara IPM, IPG dan IDG Provinsi Jawa Barat 2013 – 2015

Sumber : BPS Provinsi Jawa Barat

68.25

68.8

69.5

88.21

88.35

89.11

67.57

68.87

69.02

0 20 40 60 80 100

2013

2014

2015

IDG

IPG

IPM

Page 57: KATA PENGANTAR PENYUSUN DATA TERPILAH STATISTIK GENDER DAN ANAK DP3AKB PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2017 Pengarah : Dr. Ir. Dewi Sartika, M.Si Penanggung Jawab : Ir. Dodi Herlando M.

Data Terpilah Statistik Gender dan Anak Provinsi Jawa Barat Tahun 2017 | 41

Di bidang perlindungan anak, Jawa Barat masih dihadapkan pada masalah

anak jalanan, pekerja anak, kekerasan pada anak dan jaminan hak anak atas

akte kelahiran. Menurut Menteri Sosial, Khofifah Indar Parawansa dalam

pidatonya di dalam acara “Deklarasi Indonesia Bebas Anak Jalanan 2017” pada

November 2016, jumlah anak jalanan di Jawa Barat pada tahun 2015

diperkirakan mencapai 5.000-an anak. Hak anak untuk mendapatkan identitas

seperti yang termaktub dalam UU No.23 Tahun 2006 tentang Administrasi

Kependudukan belum sepenuhnya terpenuhi. Berdasarkan hasil Survei Sosial

Ekonomi Nasional (Susenas) Tahun 2016, 73,75 persen anak bawah lima tahun

(balita), sudah memiliki akte kelahiran, 25,98 persen anak balita tidak memiliki

akte kelahiran dan sisanya 0,27 persen balita tidak diketahui apakah memiliki

akte atau tidak. Data-data tentang kondisi anak sangat diperlukan untuk

merumuskan kebijakan yang tepat untuk perlindungan anak di Jawa Barat.

4.5.1 Disparitas Pencapaian Pembangunan Manusia

Pencapaian pembangunan kabupaten/kota di Jawa Barat tentunya tidak sama,

tergantung komitmen pemerintah daerah dalam penyelenggaraan

pembangunan. Keberhasilan pencapaian pembangunan tidak hanya terbatas pada

pelaksanaan program-program pembangunan, tetapi juga diperlukan

pengawasan dan evaluasi terhadap program-program tersebut.

Page 58: KATA PENGANTAR PENYUSUN DATA TERPILAH STATISTIK GENDER DAN ANAK DP3AKB PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2017 Pengarah : Dr. Ir. Dewi Sartika, M.Si Penanggung Jawab : Ir. Dodi Herlando M.

Data Terpilah Statistik Gender dan Anak Provinsi Jawa Barat Tahun 2017 | 42

Tabel 4.2. Lima Kabupaten/Kota dengan IPM Tertinggi Tahun 2015 - 2016

Kabupaten/Kota IPM Tertinggi Tahun 2015

IPM Tahun 2015

Kabupaten/Kota IPM Tertinggi Tahun 2016

IPM Tahun 2016

(1) (2) (3) (4)

1. Kota Bandung 79.67 1. Kota Bandung 80.31

2. Kota Bekasi 79.63 2. Kota Bekasi 79.95

3. Kota Depok 79.11 3. Kota Depok 79.60

4. Kota Cimahi 76.42 4. Kota Cimahi 76.69

5. Kota Bogor 73.65 5. Kota Bogor 74.50

Sumber : BPS Provinsi Jawa Barat

Pada level kabupaten/kota, IPM Kota Bandung selalu menduduki

peringkat pertama diikuti oleh Kota Bekasi, Depok, Cimahi, dan Bogor yang

menduduki peringkat 5 besar IPM tertinggi di Jawa Barat. Sedangkan di

peringkat terakhir, pada tahun 2016 ditempati oleh Kabupaten Cianjur yang

memiliki IPM sebesar 62,92 poin (Tabel 4.2). Rentang antara IPM Kota

Bandung yang menempati peringkat tertinggi dengan IPM Kabupaten Cianjur

yang menempati peringkat terendah mencapai 17,21 poin sedikit menyempit

dibandingkan rentang pada tahun 2015 yang tercatat sebesar 17,25 poin.

Adapun untuk nilai IPM lima terendah selama periode 2015 - 2016 ditempati

oleh Kabupaten Sukabumi, Indramayu, Garut, Tasikmalaya dan Cianjur. Posisi lima

terbawah ini tidak berubah dalam kurun waktu 2 tahun (Tabel 4.3).

Page 59: KATA PENGANTAR PENYUSUN DATA TERPILAH STATISTIK GENDER DAN ANAK DP3AKB PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2017 Pengarah : Dr. Ir. Dewi Sartika, M.Si Penanggung Jawab : Ir. Dodi Herlando M.

Data Terpilah Statistik Gender dan Anak Provinsi Jawa Barat Tahun 2017 | 43

Tabel 4.3. Lima Kabupaten/Kota dengan IPM Terendah Tahun 2015 – 2016

Kabupaten/Kota IPM Terendah Tahun 2015

IPM Tahun 2015

Kabupaten/Kota IPM Terendah Tahun 2016

IPM Tahun 2016

(1) (2) (3) (4)

1. Kab. Cianjur 62.42 1. Kab. Cianjur 62.92

2. Kab. Tasikmalaya 63.17 2. Kab. Tasikmalaya 63.57

3. Kab. Garut 63.21 3. Kab. Garut 63.64

4. Kab. Indramayu 64.36 4. Kab. Indramayu 64.78

5. Kab. Sukabumi 64.44 5. Kab. Sukabumi 65.13

Sumber : BPS Provinsi Jawa Barat

4.6 Ketimpangan Gender dalam Pembangunan

Pada dasarnya pembangunan ditujukan untuk mencapai kesejahteraan

semua penduduk, tanpa membedakan suku, agama, ras, golongan maupun jenis

kelamin. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan ukuran sederhana yang

dapat menggambarkan pembangunan manusia. IPM mampu menangkap kemajuan

pembangunan dalam tiga kemampuan dasar manusia yaitu umur panjang dan

sehat, pendidikan, serta untuk menikmati standar kehidupan yang Iayak. IPM

membantu menjawab beberapa pertanyaan dasar tentang kemajuan pembangunan

manusia, seperti daerah mana yang pembangunan manusianya Iebih balk dan Iebih

cepat.

Walaupun IPM memberikan gambaran yang jelas tentang pembangunan

manusia dan mempertimbangkan kemajuan manusia yang Iebih luas, tetapi IPM

belum dapat menjelaskan kesenjangan capaian pembangunan perempuan

dibandingkan laki-laki. Selama ini pembangunan yang telah dicapai dianggap

masih belum berpihak kepada perempuan dimana diduga masih terjadi

ketidaksetaraan pencapaian pembangunan antara laki-laki dan perempuan. Salah satu

cara untuk mengetahui kesetaraan tersebut adalah dengan menggunakan Indeks

Page 60: KATA PENGANTAR PENYUSUN DATA TERPILAH STATISTIK GENDER DAN ANAK DP3AKB PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2017 Pengarah : Dr. Ir. Dewi Sartika, M.Si Penanggung Jawab : Ir. Dodi Herlando M.

Data Terpilah Statistik Gender dan Anak Provinsi Jawa Barat Tahun 2017 | 44

Pembangunan Gender (IPG).

Tabel 4.4 memberikan gambaran perkembangan IPM dan IPG tahun 2014-

2015. Tampak bahwa jarak antara IPM-IPG selama kurun waktu tersebut relatif

sama.

Tabel 4.4. Perkembangan IPM dan IPG Tahun 2014-2015

No. Kabupaten/ Kota

IPM IPG Selisih IPM-IPG

2014 2015 2014 2015 2014 2015 (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

1 Bogor 67.36 67.77 86.41 87.13 -19.05 -19.36

2 Sukabumi 64.07 64.44 86.17 86.68 -22.1 -22.24

3 Cianjur 62.08 62.42 82.66 82.82 -20.58 -20.4

4 Bandung 69.06 70.05 93.18 93.32 -24.12 -23.27

5 Garut 62.23 63.21 81.25 81.33 -19.02 -18.12

6 Tasikmalaya 62.79 63.17 84.47 84.67 -21.68 -21.5

7 Ciamis 67.64 68.02 85.19 85.20 -17.55 -17.18

8 Kuningan 66.63 67.19 85.65 85.77 -19.02 -18.58

9 Cirebon 65.53 66.07 81.64 81.95 -16.11 -15.88

10 Majalengka 64.07 64.75 84.09 84.96 -20.02 -20.21

11 Sumedang 68.76 69.29 94.36 94.37 -25.6 -25.08

12 Indramayu 63.55 64.36 86.75 87.46 -23.2 -23.1

13 Subang 65.80 66.52 89.68 89.71 -23.88 -23.19

14 Purwakarta 67.32 67.84 86.25 86.56 -18.93 -18.72

15 Karawang 67.08 67.66 89.69 89.60 -22.61 -21.94

16 Bekasi 70.51 71.19 86.55 87.40 -16.04 -16.21

17 Bandung Barat 64.27 65.23 77.94 78.23 -13.67 -13

18 Pangandaran 65.29 65.62 88.95 89.14 -23.66 -23.52

19 Kota Bogor 73.10 73.65 90.38 90.82 -17.28 -17.17

20 Kota Sukabumi 71.19 71.84 90.57 90.72 -19.38 -18.88

21 Kota Bandung 78.98 79.67 94.42 94.95 -15.44 -15.28

22 Kota Cirebon 72.93 73.34 93.23 93.76 -20.3 -20.42

23 Kota Bekasi 78.84 79.63 92.94 92.99 -14.1 -13.36

24 Kota Depok 78.58 79.11 91.94 92.56 -13.36 -13.45

25 Kota Cimahi 76.06 76.42 92.11 92.23 -16.05 -15.81

26 Kota Tasikmalaya 69.04 69.99 90.22 90.73 -21.18 -20.74

27 Kota Banjar 68.34 69.31 85.41 85.98 -17.07 -16.67

Jawa Barat 68,80 69.50 88.35 89.11 -19.55 -19.61

Sumber: BPS RI

Page 61: KATA PENGANTAR PENYUSUN DATA TERPILAH STATISTIK GENDER DAN ANAK DP3AKB PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2017 Pengarah : Dr. Ir. Dewi Sartika, M.Si Penanggung Jawab : Ir. Dodi Herlando M.

Data Terpilah Statistik Gender dan Anak Provinsi Jawa Barat Tahun 2017 | 45

4.6.1 Tingkat Kesetaraan Gender Antar Kabupaten/Kota 2014-2015

Bersama-sama dengan IPM, IPG dapat menggambarkan kesetaraan

dalam capaian pembangunan manusia antara perempuan dan laki-laki. Berbeda

dengan IPM, nilai IPG dihitung dengan mempertimbangkan capaian laki-laki

dan perempuan, sehingga selisih antara keduanya akan menggambarkan tingkat

kesetaraan gender. Jika nilai IPM sama dengan nilai IPG menunjukkan bahwa tidak

terjadi ketimpangan pencapaian pembangunan perempuan dan laki-laki.

Sebaliknya jika nilai IPG di bawah nilai IPM berarti terjadi ketimpangan pencapaian

pembangunan antara laki-laki dan perempuan.

Untuk mengetahui ketimpangan pencapaian pembangunan manusia

antara laki-laki dan perempuan di masing-masing kabupaten/kota dapat dilihat dari

besaran selisih nilai IPM dan nilai IPG. Semakin kecil selisih antara IPM dan IPG

menunjukkan semakin kecil perbedaan capaian pembangunan perempuan dan laki-

laki. Sebaliknya semakin besar selisih nilai IPM dan IPG menunjukkan semakin besar

jarak (gap) capaian pembangunan perempuan dari capaian pembangunan laki-laki.

Indikator ini dapat menunjukkan seberapa jauh kesetaraan gender di suatu wilayah.

Gap antara IPG dan IPM pada tahun 2015 yang paling rendah terjadi di Kabupaten

Bandung Barat di ikuti oleh Kota Depok. Pada tahun 2014 gap antara IPG dan IPM di

Jawa Barat sebesar 19,55 poin dan pada tahun 2015 bertambah 0,06 menjadi 19,61

poin.

4.6.2 Hubungan IPM dan IPG

Secara umum, IPM mencerminkan pembangunan manusia suatu daerah

sedangkan IPG menggambarkan pembangunan Gender yang menitikberatkan pada

perluasan kemampuan antara laki-laki dan perempuan. Kedua nilai tersebut dari

Page 62: KATA PENGANTAR PENYUSUN DATA TERPILAH STATISTIK GENDER DAN ANAK DP3AKB PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2017 Pengarah : Dr. Ir. Dewi Sartika, M.Si Penanggung Jawab : Ir. Dodi Herlando M.

Data Terpilah Statistik Gender dan Anak Provinsi Jawa Barat Tahun 2017 | 46

tahun ke tahun mengalami kenaikan baik pada tingkat nasional, provinsi maupun

tingkat kabupaten/kota. Namun dibalik kenaikan tersebut masih menyisakan

pertanyaan mengapa masih terjadi kesenjangan atau ketidak setaraan gender yang

dapat dilihat dari selisih (gap) yang tercipta antara nilai IPM dan IPG. Seperti yang

kita ketahui, jika berbicara tentang ketidaksetaraan gender maka termasuk

didalamnya pemikiran mengenai bagaimana memanfaatkan kemampuan

yang dimiliki untuk berbuat maksimal dalam kehidupan. Salah satu upayanya

adalah berbuat maksimal untuk berpartisipasi dalam kehidupan ekonomi, proses

pengambilan keputusan balk di bidang politik maupun penyelenggaraan

pemerintahan. Unsur-unsur persamaan peranan tersebut merupakan komponen

yang tercakup dalam penghitungan indeks pemberdayaan gender (IDG).

Tabel 4.5. Perkembangan IPM dan IDG Tahun 2014-2015

No. Kabupaten/ Kota

IPM IDG Selisih IPM-IDG

2014 2015 2014 2015 2014 2015

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

1 Bogor 67.36 67.77 61.08 59.84 6.28 7.93

2 Sukabumi 64.07 64.44 57.71 55.51 6.36 8.93

3 Cianjur 62.08 62.42 56.85 58.27 5.23 4.15

4 Bandung 69.06 70.05 73.58 74.46 -4.52 -4.41

5 Garut 62.23 63.21 63.33 63.21 -1.1 0

6 Tasikmalaya 62.79 63.17 61.18 60.75 1.61 2.42

7 Ciamis 67.64 68.02 63.17 62.43 4.47 5.59

8 Kuningan 66.63 67.19 71.20 69.59 -4.57 -2.4

9 Cirebon 65.53 66.07 67.09 71.64 -1.56 -5.57

10 Majalengka 64.07 64.75 60.67 59.93 3.4 4.82

11 Sumedang 68.76 69.29 72.32 68.69 -3.56 0.6

12 Indramayu 63.55 64.36 61.60 64.34 1.95 0.02

13 Subang 65.80 66.52 60.05 62.56 5.75 3.96

14 Purwakarta 67.32 67.84 69.54 70.59 -2.22 -2.75

15 Karawang 67.08 67.66 67.43 64.21 -0.35 3.45

16 Bekasi 70.51 71.19 53.21 55.40 17.3 15.79

17 Bandung Barat 64.27 65.23 64.80 57.99 -0.53 7.24

18 Pangandaran 65.29 65.62 61.27 62.15 4.02 3.47

19 Kota Bogor 73.10 73.65 63.07 64.05 10.03 9.6

20 Kota Sukabumi 71.19 71.84 62.35 59.42 8.84 12.42

21 Kota Bandung 78.98 79.67 58.22 58.06 20.76 21.61

22 Kota Cirebon 72.93 73.34 71.97 74.89 0.96 -1.55

23 Kota Bekasi 78.84 79.63 65.33 64.84 13.51 14.79

24 Kota Depok 78.58 79.11 81.08 81.23 -2.5 -2.12

Page 63: KATA PENGANTAR PENYUSUN DATA TERPILAH STATISTIK GENDER DAN ANAK DP3AKB PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2017 Pengarah : Dr. Ir. Dewi Sartika, M.Si Penanggung Jawab : Ir. Dodi Herlando M.

Data Terpilah Statistik Gender dan Anak Provinsi Jawa Barat Tahun 2017 | 47

25 Kota Cimahi 76.06 76.42 72.70 73.38 3.36 3.04

26 Kota Tasikmalaya 69.04 69.99 54.28 62.46 14.76 7.53

27 Kota Banjar 68.34 69.31 47.90 49.32 20.44 19.99

JAWA BARAT 68,80 69.50 55,77 67,01 13.03 2.49

Sumber: BPS RI

IDG merupakan ukuran komposit yang dapat digunakan untuk mengkaji

sejauh mana persamaan peranan perempuan dalam proses pengambilan

keputusan serta kontribusi dalam aspek ekonomi maupun sosial. IDG

menggambarkan keterlibatan perempuan dalam bidang politik melalui indikator

persentase perempuan di parlemen, keterlibatan perempuan dalam posisi

strategis didunia kerja melalui indikator persentase perempuan sebagai tenaga

manager, profesional, administrasi dan teknisi, serta menggambarkan keterlibatan

perempuan sebagai penyumbang pendapatan rumah tangga melalui indikator

persentase sumbangan perempuan dalam pendapatan.

4.6.3 Hubungan IPG dan IDG

Indeks Pembangunan Gender (IPG) menitikberatkan pada pengukuran

peningkatan kemampuan baik laki-laki maupun perempuan sehingga tercapai

kesetaraan dalam hal pencapaian kemampuan dasar manusia. Kesetaraan dalam

pecapaian bagi perempuan memiliki arti penting tidak hanya dari segi status dan

kedudukan, tetapi lebih kepada persoalan pemberdayaan. Dalam pengertian

yang lebih luas pemberdayaan sudah mencakup adanya upaya peningkatan

kapabilitas perempuan untuk berperanserta dalam berbagai bentuk pengambilan

keputusan serta memiliki kesempatan dalam kegiatan ekonomi. Pemberdayaan

inilah yang coba diungkap oleh Indeks Pemberdayaan Gender (IDG).

IDG sendiri merupakan indeks komposit yang berupaya mengungkap peran

perempuan dalam pengambilan keputusan di bidang politik, sosial dan ekonomi.

Secara teoritis, semakin tinggi pencapaian pembangunan gender akan berdampak

pada peningkatan peranan perempuan khususnya partisipasi perempuan dalam

Page 64: KATA PENGANTAR PENYUSUN DATA TERPILAH STATISTIK GENDER DAN ANAK DP3AKB PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2017 Pengarah : Dr. Ir. Dewi Sartika, M.Si Penanggung Jawab : Ir. Dodi Herlando M.

Data Terpilah Statistik Gender dan Anak Provinsi Jawa Barat Tahun 2017 | 48

proses pengambilan keputusan.

Dilihat dari sebaran kabupaten/kota dapat dilihat pada tabel 4.6 bahwa,

sebanyak 3 kabupaten/kota atau sekitar 11,54 persen berada pada kategori IPG

dan IDG tinggi (IPG dan IDG diatas IPG dan IDG Jawa Barat), sedangkan sebanyak 23

kabupaten/kota atau sekitar 88,46 persen berada pada kategori IPG dan IDG rendah

(IPG dan IDG di bawah rata-rata IPG dan IDG Jawa Barat). IPM, IPG, dan IDG Jawa

Barat Adalah : IPM Laki-laki = 74,11 IPM Perempuan= 66,37, IPG=89,56,dan

IDG=71,15

Tabel 4.6. IPG dan IDG kabupaten/Kota

di Jawa Barat Tahun 2015

No Kabupaten/

Kota IPG IDG Keterangan

2015 2015 IPG IDG

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

1 Bogor 87.13 59.84 Tinggi Rendah

2 Sukabumi 86.68 55.51 Tinggi Rendah

3 Cianjur 82.82 58.27 Tinggi Rendah

4 Bandung 93.32 74.46 Tinggi Sedang

5 Garut 81.33 63.21 Tinggi Sedang 6 Tasikmalaya 84.67 60.75 Tinggi Sedang 7 Ciamis 85.20 62.43 Tinggi Sedang 8 Kuningan 85.77 69.59 Tinggi Sedang 9 Cirebon 81.95 71.64 Tinggi Sedang 10 Majalengka 84.96 59.93 Tinggi Rendah

11 Sumedang 94.37 68.69 Tinggi Sedang 12 Indramayu 87.46 64.34 Tinggi Sedang 13 Subang 89.71 62.56 Tinggi Sedang 14 Purwakarta 86.56 70.59 Tinggi Sedang 15 Karawang 89.60 64.21 Tinggi Sedang 16 Bekasi 87.40 55.40 Tinggi Rendah

17 Bandung Barat 78.23 57.99 Sedang Rendah

18 Pangandaran 89.14 62.15 Tinggi Sedang 19 Kota Bogor 90.82 64.05 Tinggi Sedang 20 Kota Sukabumi 90.72 59.42 Tinggi Rendah

21 Kota Bandung 94.95 58.06 Tinggi Rendah

22 Kota Cirebon 93.76 74.89 Tinggi Sedang

Page 65: KATA PENGANTAR PENYUSUN DATA TERPILAH STATISTIK GENDER DAN ANAK DP3AKB PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2017 Pengarah : Dr. Ir. Dewi Sartika, M.Si Penanggung Jawab : Ir. Dodi Herlando M.

Data Terpilah Statistik Gender dan Anak Provinsi Jawa Barat Tahun 2017 | 49

23 Kota Bekasi 92.99 64.84 Tinggi Sedang 24 Kota Depok 92.56 81.23 Tinggi Tinggi

25 Kota Cimahi 92.23 73.38 Tinggi Sedang 26 Kota Tasikmalaya 90.73 62.46 Tinggi Sedang 27 Kota Banjar 85.98 49.32 Tinggi Rendah

JAWA BARAT 89.11 67,01

Sumber: BPS-RI

Page 66: KATA PENGANTAR PENYUSUN DATA TERPILAH STATISTIK GENDER DAN ANAK DP3AKB PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2017 Pengarah : Dr. Ir. Dewi Sartika, M.Si Penanggung Jawab : Ir. Dodi Herlando M.

Data Terpilah Statistik Gender dan Anak Provinsi Jawa Barat Tahun 2017 | 50

Profil Gender Bidang Kesehatan

esehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental,

spritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang

untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Setiap

orang berhak atas setiap aspek yang berkaitan dengan

kesehatan, baik dalam hal akses atas sumber daya kesehatan maupun untuk

mendapatkan pelayanan kesehatan yang aman, bermutu dan terjangkau.

Berhak atas akses ke sumber daya kesehatan berarti setiap orang dapat

dengan mudah untuk menjangkau fasilitas kesehatan yang dibutuhkan dan

juga berhak untuk mendapatkan segala informasi yang berhubungan dengan

kesehatan. Selain itu setiap orang juga berhak untuk mendapatkan pelayanan

kesehatan yang aman bermutu dan maksimal sesuai dengan keluhan yang

diderita serta dengan pembiayaan yang terjangkau.

Permasalahan bidang kesehatan yang paling mendasar adalah belum

meratanya fasilitas dan tenaga kesehatan yang tersedia di setiap daerah. Selain

itu masih tingginya pembiayaan yang harus ditanggung oleh masyarakat dalam

mengobati keluhan kesehatan tertentu juga menambah daftar permasalahan

kesehatan. Padahal, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang lebih

baik, tiga hal tersebut mutlak harus dibenahi atau diselesaikan. Dalam rangka

mengatasi permasalahan tersebut pemerintah telah melakukan pembangunan

di bidang kesehatan secara terus menerus dan berkesinambungan. Hal ini

sesuai dengan Undang-Undang Kesehatan Nomor 36 tahun 2009 yang

menyebutkan bahwa pemerintah bertanggung jawab merencanakan,

mengatur, menyelenggarakan, membina, dan mengawasi penyelenggaraan

upaya kesehatan yang merata dan terjangkau oleh masyarakat.

5

K

Page 67: KATA PENGANTAR PENYUSUN DATA TERPILAH STATISTIK GENDER DAN ANAK DP3AKB PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2017 Pengarah : Dr. Ir. Dewi Sartika, M.Si Penanggung Jawab : Ir. Dodi Herlando M.

Data Terpilah Statistik Gender dan Anak Provinsi Jawa Barat Tahun 2017 | 51

Pembangunan kesehatan yang dilakukan haruslah bermanfaat bagi

setiap orang dan menyentuh seluruh lapisan masyarakat tanpa membeda-

bedakan status sosial, jenis kelamin, agama dan lain-lain. Penyimpangan-

penyimpangan yang terjadi dalam pelaksanaan pembangunan kesehatan akan

menodai tujuan pembangunan itu sendiri yaitu untuk meningkatkan derajat

kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Agar pembangunan dapat

berjalan dengan baik maka diperlukan adanya pengawasan yang melekat

terhadap program-program yang sedang dilaksanakan dan evaluasi terus

menerus terhadap program-program yang telah dilaksanakan.

Pengawasan dan evaluasi memerlukan data dan informasi yang akurat.

Karena dari data dan informasi tersebut dapat dilihat apakah program-program

pembangunan yang dilaksanakan telah bermanfaat bagi masyarakat ataukah

belum dan apakah program yang telah dilaksanakan telah sesuai dengan yang

direncanakan. Data dan informasi tersebut biasanya berupa indikator-indikator

yang berkaitan dengan kesehatan. Beberapa indikator yang dapat digunakan

diantaranya adalah angka harapan hidup, status kesehatan penduduk yang

diukur melalui angka kesakitan (morbidity rate), yaitu penduduk yang

mengalami keluhan kesehatan dan terganggunya aktifitas sehari-hari disertai

jenis-jenis keluhannya, akses ke pelayanan kesehatan yang meliputi cara

berobat, jenis-jenis obat yang digunakan dan fasilitas kesehatan, ukuran

fertilitas yang mencakup umur kawin pertama, keluarga berencana (KB) yang

meliputi status pemakaian alat KB dan jenis-jenis alat KB yang digunakan.

Page 68: KATA PENGANTAR PENYUSUN DATA TERPILAH STATISTIK GENDER DAN ANAK DP3AKB PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2017 Pengarah : Dr. Ir. Dewi Sartika, M.Si Penanggung Jawab : Ir. Dodi Herlando M.

Data Terpilah Statistik Gender dan Anak Provinsi Jawa Barat Tahun 2017 | 52

5.1. Angka Harapan Hidup

Angka harapan hidup adalah rata-rata tahun hidup yang akan dijalani

oleh seseorang yang telah berhasil mencapai umur x, pada suatu tahun

tertentu, dalam situasi mortalitas yang berlaku di lingkungan masyarakatnya.

Artinya bila pada tahun 2011 angka harapan hidup mencapai 70 tahun berarti

bayi yang lahir pada tahun 2011 diperkirakan akan hidup selama 70 tahun

dengan asumsi besarnya angka kematian atau kondisi kesehatan menurut

umur tidak berubah. Kegunaan Angka Harapan Hidup adalah alat untuk

mengevaluasi kinerja pemerintah dalam meningkatkan derajat kesehatan.

Gambar 5.1. Angka Harapan Hidup Penduduk Jawa Barat (Tahun)

Selama Kurun Waktu 1971 – 2016

Sumber : BPS Provinsi Jawa Barat

Pada tahun 1971, angka harapan hidup penduduk Jawa Barat sebesar

42,3 tahun. Pada tahun 2010 angkanya naik menjadi 71,2 tahun. Berarti dalam

kurun 53 tahun angka harapan hidup penduduk Jawa Barat mengalami

kenaikan sebesar 30,14 tahun. Hal ini berarti selama kurun waktu tersebut

42.30

47.70

55.80

63.00

71.20

72.44

30

35

40

45

50

55

60

65

70

75

1971 1980 1990 2000 2010 2016

Page 69: KATA PENGANTAR PENYUSUN DATA TERPILAH STATISTIK GENDER DAN ANAK DP3AKB PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2017 Pengarah : Dr. Ir. Dewi Sartika, M.Si Penanggung Jawab : Ir. Dodi Herlando M.

Data Terpilah Statistik Gender dan Anak Provinsi Jawa Barat Tahun 2017 | 53

derajat kesehatan penduduk Jawa Barat mengalami peningkatan.

5.2. Status Kesehatan Penduduk

Seberapa baik status kesehatan penduduk dapat diukur melalui

persentase penduduk yang mengalami keluhan kesehatan selama satu bulan

yang lalu. Keluhan kesehatan adalah keadaan seseorang yang mengalami

gangguan kesehatan atau kejiwaan, baik karena penyakit akut, penyakit kronis,

kecelakaan, kriminal atau hal lain. Keluhan kesehatan yang dialami oleh

seseorang tidak terbatas pada satu keluhan yang paling sering saja tetapi bisa

beberapa keluhan asal keluhan-keluhan yang diderita tersebut terjadi pada satu

bulan yang lalu. Selain itu juga akan dilihat apakah keluhan kesehatan yang

dialami tersebut dapat menyebabkan terganggunya kegiatan sehari-hari,

misalnya menyebabkan tidak masuk kerja, sekolah atau lainnya.

Pada tahun 2016 penduduk yang mengalami keluhan kesehatan selama

sebulan yang lalu sebesar 28,32 persen dan yang lebih banyak mengalami

keluhan kesehatan adalah perempuan yaitu sebesar 29,46 persen, sedangkan

laki-laki sebesar 27,22 persen

Page 70: KATA PENGANTAR PENYUSUN DATA TERPILAH STATISTIK GENDER DAN ANAK DP3AKB PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2017 Pengarah : Dr. Ir. Dewi Sartika, M.Si Penanggung Jawab : Ir. Dodi Herlando M.

Data Terpilah Statistik Gender dan Anak Provinsi Jawa Barat Tahun 2017 | 54

Gambar 5.2. Persentase Penduduk Jawa Barat Yang Mengalami Keluhan Kesehatan Menurut Daerah Tempat Tinggal

dan Jenis Kelamin Tahun 2016

Sumber : BPS Provinsi Jawa Barat, Susenas 2016

Bila dilihat menurut daerah tempat tinggal, penduduk di pedesaan, baik

laki-laki maupun perempuan, lebih banyak yang mengalami keluhan kesehatan

dibandingkan penduduk yang tinggal di perkotaan. Fenomena sebaliknya

terjadi bila diperhatikan persentase penduduk yang mengalami keluhan

kesehatan dan merasa teraganggu dengan keluhannya tersebut. Penduduk

yang merasa terganggu dengan keluhan kesehatan yang diderita lebih banyak

di pedesaan daripada di perkotaan. Dari gambar 5.3 tampak bahwa sebanyak

49,11 persen penduduk pedesaan merasa terganggu dengan keluhan

kesehatan yang diderita sedangkan penduduk perkotaan yang merasa

terganggu sebanyak 48,53 persen.

24.00

25.00

26.00

27.00

28.00

29.00

30.00

31.00

LAKI-LAKI PEREMPUAN TOTAL

26.69

28.39

27.22

29.15

30.16 29.46

27.90

29.26

28.32

Perkotaan Pedesaan Kota+Desa

Page 71: KATA PENGANTAR PENYUSUN DATA TERPILAH STATISTIK GENDER DAN ANAK DP3AKB PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2017 Pengarah : Dr. Ir. Dewi Sartika, M.Si Penanggung Jawab : Ir. Dodi Herlando M.

Data Terpilah Statistik Gender dan Anak Provinsi Jawa Barat Tahun 2017 | 55

Gambar 5.3. Persentase Penduduk Jawa Barat

Yang Mengalami Keluhan Kesehatan dan Merasa Terganggu Menurut Daerah Tempat Tinggal dan Jenis Kelamin Tahun 2016

Sumber : BPS Provinsi Jawa Barat, Susenas 2016

Selain itu, dari gambar 5.3 tampak bahwa baik di wilayah perkotaan

maupun di pedesaan, laki-laki yang merasa terganggu dengan keluhan

kesehatan yang diderita persentasenya lebih tinggi daripada perempuan

walaupun dari paparan sebelumnya terlihat bahwa perempuan yang paling

tinggi persentase keluhan kesehatannya. Hal ini mengindikasikan beberapa hal,

antara lain keluhan kesehatan yang dialami oleh laki-laki lebih berat daripada

keluhan yang dialami oleh perempuan sehingga menyebabkan terganggunya

aktifitas seharis-harinya, lalu kemungkinan lainnya adalah perempuan lebih bisa

menahan keluhan yang dideritanya daripada laki-laki.

Lamanya hari terganggu karena keluhan kesehatan yang diderita tidak

berbeda jauh antara laki-laki dan perempuan. Secara umum lebih dari 50

persen penduduk Jawa barat yang mempunyai keluhan kesehatan hanya

merasa terganggu kegiatan atau aktifitas sehari-harinya selama 1 – 3 hari, lalu

sekitar 32 persen merasa terganggu selama 4 – 7 hari, 6 persen penduduk

-

10.00

20.00

30.00

40.00

50.00

60.00

PERKOTAAN PEDESAAN KOTA+DESA

49.09 51.21 49.77 47.80 40.48 47.37 48.53

49.11 48.71

Laki-laki Perempuan Total

Page 72: KATA PENGANTAR PENYUSUN DATA TERPILAH STATISTIK GENDER DAN ANAK DP3AKB PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2017 Pengarah : Dr. Ir. Dewi Sartika, M.Si Penanggung Jawab : Ir. Dodi Herlando M.

Data Terpilah Statistik Gender dan Anak Provinsi Jawa Barat Tahun 2017 | 56

merasa terganggu 15 – 30 hari dan yang paling kecil, yaitu sekitar 5 persen

merasa terganggu 8 – 14 hari.

Gambar 5.4. Persentase Penduduk Jawa Barat Yang Mengalami Keluhan Kesehatan dan Merasa Terganggu

Menurut Lamanya Hari Terganggu Tahun 2016

Sumber : BPS Provinsi Jawa Barat, Susenas 2016

Persentase laki-laki yang merasa terganggu selama 1 – 3 hari sebesar

49,51 persen, lebih tinggi sedikit daripada perempuan yang persentase sebesar

48,48 persen. Sebaliknya, untuk lama hari terganggu 4 – 7 hari, persentase

perempuan lebih tinggi daripada laki-laki yaitu masing-masing sebesar 36,67

persen dan 35,44 persen. Untuk lama hari terganggu 8 – 14 hari dan 15 – 30

hari, persentase perempuan dan laki-laki tidak jauh berbeda, masing-masing

hanya sekitar 6-7 persen saja.

1-3 4-7 8-14 15-30

49

.51

35

.44

7.5

4

7.5

1

48

.48

36

.67

6.9

8

7.8

6

48

.99

36

.06

7.2

6

7.6

9

Laki-laki Perempuan Total

Page 73: KATA PENGANTAR PENYUSUN DATA TERPILAH STATISTIK GENDER DAN ANAK DP3AKB PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2017 Pengarah : Dr. Ir. Dewi Sartika, M.Si Penanggung Jawab : Ir. Dodi Herlando M.

Data Terpilah Statistik Gender dan Anak Provinsi Jawa Barat Tahun 2017 | 57

5.3. Akses Ke Pelayanan Kesehatan

Dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, satu hal

penting yang harus diupayakan oleh pemerintah adalah adanya kemudahan

untuk mengakses pelayanan kesehatan yang memadai oleh masyarakat.

Kemudahan akses ke pelayanan kesehatan meliputi kemudahan dalam

menjangkau fasilitas kesehatan, kesamaan mendapatkan pelayanan oleh

petugas kesehatan tanpa membeda-bedakan status sosial, meratanya petugas

kesehatan, baik itu dokter, bidan atau petugas medis lainnya sampai dengan

wilayah yang terpencil, lalu adanya jaminan pembiayaan kesehatan bagi

masyarakat miskin, dan lain-lain.

Terjaminnya persediaan obat-obatan yang dibutuhkan oleh masyarakat

juga merupakan hal yang harus dipenuhi oleh pemerintah. Bahkan untuk

masyarakat yang akan mengobati sendiri keluhan kesehatan yang dideritanya

dapat dengan mudah mendapatkan obat yang diinginkan. Mengobati sendiri

adalah upaya dari penduduk yang melakukan pengobatan dengan menentukan

jenis obat sendiri. Jenis obat bukan hanya obat modern tetapi bisa juga

menggunakan obat tradisional.

Page 74: KATA PENGANTAR PENYUSUN DATA TERPILAH STATISTIK GENDER DAN ANAK DP3AKB PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2017 Pengarah : Dr. Ir. Dewi Sartika, M.Si Penanggung Jawab : Ir. Dodi Herlando M.

Data Terpilah Statistik Gender dan Anak Provinsi Jawa Barat Tahun 2017 | 58

Gambar 5.5. Persentase Penduduk Jawa Barat Yang Mengobati Sendiri Keluhan Kesehatan Yang DideritaTahun 2016

Sumber : BPS Provinsi Jawa Barat, Susenas 2016

Penduduk Jawa Barat yang mengalami keluhan kesehatan dan

mengobati sendiri keluhannya sebesar 60,98 persen pada tahun 2016.

Penduduk laki-laki lebih banyak yang mengobati sendiri keluhan kesehatannya

dibandingkan perempuan masing-masing sebesar 61,47 persen untuk laki-laki

dan 60,48 persen untuk perempuan.

Dibandingkan perkotaan, penduduk di pedesaan sedikit lebih banyak

yang berusaha mengobati sendiri keluhan kesehatannya, dimana

persentasenya mencapai 61,61 persen sedangkan untuk perkotaan sebesar

60,64 persen. Fenomena ini terjadi mungkin disebabkan oleh beberapa hal,

yang pertama adalah mudahnya akses menuju fasilitas kesehatan di perkotaan

sehingga penduduk perkotaan lebih baik langsung memeriksakan dirinya

apabila mengalami keluhan kesehatan, yang kedua tingkat keluhan kesehatan

penduduk pedesaan lebih ringan daripada penduduk perkotaan sehingga cukup

dengan mengobati sendiri saja dirasakan sudah mencukupi, dan kemungkinan-

kemungkinan lainnya.

Perkotaan Pedesaan Kota+Desa

61.86

60.75 61.47

59.42

62.47

60.48 60.64

61.61 60.98

Laki-laki

Perempuan

Total

Page 75: KATA PENGANTAR PENYUSUN DATA TERPILAH STATISTIK GENDER DAN ANAK DP3AKB PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2017 Pengarah : Dr. Ir. Dewi Sartika, M.Si Penanggung Jawab : Ir. Dodi Herlando M.

Data Terpilah Statistik Gender dan Anak Provinsi Jawa Barat Tahun 2017 | 59

Bila dibandingkan menurut jenis kelamin, terlihat tidak ada perbedaan

yang signifikan antara laki-laki dan perempuan dalam hal penggunaan obat

untuk mengobati sendiri keluhan kesehatannya. Hanya saja perempuan lebih

banyak yang menggunakan obat tradisional dan obat moderen bila

dibandingkan laki-laki untuk mengobati sendiri keluhannya sedangkan laki-laki

lebih besar presentasenya dalam penggunaan obat lainnya untuk mengobati

sendiri keluhannya dibandingkan perempuan.

Fenomena sebaliknya terjadi bagi penduduk yang mempunyai keluhan

kesehatan dan berobat jalan untuk mengobati keluhan kesehatannya. Bila

sebelumnya terlihat laki-laki lebih besar persentase yang mengobati sendiri

keluhannya, pada gambar 5.6 tampak bahwa perempuan yang lebih tinggi

persentase berobat jalan dimana persentasenya sebesar 58,23 persen

sedangkan laki-laki sebesar 56,25 persen.

Gambar 5.6. Persentase Penduduk Jawa Barat Yang Mempunyai Keluhan Kesehatan dan Berobat Jalan Tahun 2016

Sumber : BPS Provinsi Jawa Barat, Susenas 2016

Perkotaan Pedesaan Kota+Desa

57.81

52.97

56.25

60.14

54.13

58.23 59.01

53.56

57.26

Laki-laki

Perempuan

Total

Page 76: KATA PENGANTAR PENYUSUN DATA TERPILAH STATISTIK GENDER DAN ANAK DP3AKB PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2017 Pengarah : Dr. Ir. Dewi Sartika, M.Si Penanggung Jawab : Ir. Dodi Herlando M.

Data Terpilah Statistik Gender dan Anak Provinsi Jawa Barat Tahun 2017 | 60

Di wilayah perkotaan, persentase penduduk yang berobat jalan sebesar

59,01 persen, lebih tinggi dari wilayah pedesaan yang persentasenya sebesar

53,56 persen. Hal ini mungkin saja terjadi karena lebih mudahnya akses ke

fasilitas kesehatan, seperti rumah sakit, puskesmas, dan lain-lain di wilayah

perkotaan daripada di pedesaan. Bila ditinjau lebih jauh menurut jenis kelamin,

di masing-masing wilayah persentase perempuan yang berobat jalan selalu

lebih tinggi daripada laki-laki.

Fasilitas berobat jalan yang paling sering didatangi oleh penduduk Jawa

Barat adalah puskesmas atau puskesmas pembantu dengan persentase sebesar

30,81 persen. Tempat lainnya yang juga sering didatangi untuk berobat jalan

adalah praktek dokter atau ke poliklinik dan RS Pemerintah dengan persentase

masing-masing sebesar 20,34 persen dan 7,29 persen. Fasilitas berobat jalan

yang paling rendah persentase kunjungannya adalah praktek pengobatan

tradisional dan lainnya yaitu sebesar 1,58 persen dan 1,53 persen.

Tabel 5.1. Persentase Penduduk Jawa Barat Yang Berobat Jalan Menurut Fasilitas Berobat Jalan dan Jenis

Kelamin Serta Status Tempat Tinggal Tahun 2016

Fasilitas Berobat

Jalan Jenis Kelamin Status Tempat Tinggal Total

Laki-laki Perempuan Perkotaan Pedesaan

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

RS pemerintah 7,22 7,37 7,87 5,95 7,29

RS Swasta 7,14 7,14 8,73 3,43 7,14

Praktek Dokter/poliklinik 57,04 55,66 23,31 13,40 20,34

Puskesmas/pustu 29,86 31,68 30,36 31,86 30,81

Praktek nakes 1,73 1,71 1,08 3,23 1,72

Praktek batra 1,66 1,51 1,49 1,80 1,58

Lainnya 1,77 1,31 1,39 1,84 1,53

Sumber : BPS Provinsi Jawa Barat, Susenas 2016

Page 77: KATA PENGANTAR PENYUSUN DATA TERPILAH STATISTIK GENDER DAN ANAK DP3AKB PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2017 Pengarah : Dr. Ir. Dewi Sartika, M.Si Penanggung Jawab : Ir. Dodi Herlando M.

Data Terpilah Statistik Gender dan Anak Provinsi Jawa Barat Tahun 2017 | 61

Di daerah perkotaan maupun pedesaan, persentase tertinggi untuk

fasilitas berobat jalan adalah puskesmas/pustu, dimana untuk perkotaan

mencapai 30,36 persen sedangkan untuk daerah pedesaan mencapai 31,86

persen. Kunjungan ke rumah sakit pemerintah dan swasta untuk berobat jalan

memperlihatkan perbedaan antar perkotaan dan pedesaan, dimana

persentasenya lebih tinggi di perkotaan dibandingkan pedesaan. Hal ini

dikarenakan keberadaan fasilitas rumah sakit yang biasanya terletak di daerah

perkotaan sehingga penduduk perkotaan lebih mudah untuk berobat ke rumah

sakit. Untuk persentase kunjungan ke fasilitas kesehatan menurut jenis kelamin

baik laki-laki dan perempuan, persentase tertinggi mengunjungi praktek

dokter/poliklinik, untuk laki-laki 57,04 persen sedangkan perempuan 55,66

persen. Selain berobat jalan, akses ke pelayanan kesehatan juga dapat dilihat

dari fasilitas kesehatan yang digunakan untuk rawat inap.

Gambar 5.7. Persentase Penduduk Jawa Barat Yang Rawat Inap Selama Satu Tahun Terakhir Tahun 2016

Sumber : BPS Provinsi Jawa Barat, Susenas 2016

Pada tahun 2016 sebanyak 3,55 persen penduduk Jawa Barat pernah

melakukan rawat inap selama satu tahun terakhir. Persentase perempuan

yang melakukan rawat inap lebih tinggi daripada laki-laki dengan masing-

-

0.50

1.00

1.50

2.00

2.50

3.00

3.50

4.00

4.50

PERKOTAAN PEDESAAN KOTA+DESA

3.20 2.84 3.09

4.23 3.56 4.02

3.71 3.19 3.55

Laki-laki Perempuan Total

Page 78: KATA PENGANTAR PENYUSUN DATA TERPILAH STATISTIK GENDER DAN ANAK DP3AKB PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2017 Pengarah : Dr. Ir. Dewi Sartika, M.Si Penanggung Jawab : Ir. Dodi Herlando M.

Data Terpilah Statistik Gender dan Anak Provinsi Jawa Barat Tahun 2017 | 62

masing persentase sebesar 4,02 persen dan 3,09 persen. Bila dilihat menurut

status daerah maka penduduk di perkotaan lebih tinggi persentase rawat

inapnya dibanding penduduk pedesaan dengan masing-masing persentase

sebesar 3,71 persen dan 3,19 persen.

Fasilitas kesehatan yang paling banyak digunakan untuk melakukan

rawat inap oleh penduduk Jawa Barat adalah rumah sakit pemerintah dengan

persentase sebesar 43,55 persen. Untuk daerah perkotaan, fasilitas rawat inap

yang paling banyak digunakan adalah rumah sakit swasta (42,30 persen),

sedangkan di pedesaan adalah rumah sakit pemerintah (49,15 persen).

Tingginya persentase rawat inap baik di rumah sakit pemerintah maupun

swasta mungkin dikarenakan tersedianya pelayanan penjaminan pembiayaan

kesehatan. Selain itu terlihat bahwa di pedesaan persentase puskesmas untuk

tempat rawat inap lebih tinggi daripada di perkotaan. Hal ini mungkin

disebabkan karena akses ke rumah sakit yang sulit/jauh sehingga penduduk

pedesaan lebih baik dirawat di puskesmas.

Page 79: KATA PENGANTAR PENYUSUN DATA TERPILAH STATISTIK GENDER DAN ANAK DP3AKB PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2017 Pengarah : Dr. Ir. Dewi Sartika, M.Si Penanggung Jawab : Ir. Dodi Herlando M.

Data Terpilah Statistik Gender dan Anak Provinsi Jawa Barat Tahun 2017 | 63

Gambar 5.8. Persentase Penduduk Jawa Barat Yang Rawat Inap Selama Satu Tahun Terakhir Menurut Fasilitas Rawat Inap

Tahun 2016

Sumber : BPS Provinsi Jawa Barat, Susenas 2016

5.4. Keluarga Berencana

Pada tahun 2016, penduduk Jawa Barat mencapai 47,38 juta dengan

laju pertumbuhan per tahun sebesar 1,43 persen. Bila dibandingkan dengan

tahun 2014-2015 dimana laju pertumbuhan penduduknya mencapai 1,48

persen per tahun maka terjadi penurunan yang signifikan. Hal ini tentu saja tak

lepas dari usaha keras pemerintah dalam upaya menekan laju pertumbuhan

penduduk dengan berbagai program kependudukan, diantaranya adalah

program keluarga berencana (KB).

Pada dasarnya tujuan umum program KB adalah meningkatkan

kesejahteraan ibu, anak dalam rangka mewujudkan NKKBS (Normal Keluarga

Kecil Bahagia Sejahtera) yang menjadi dasar terwujudnya masyarakat yang

sejahtera dengan mengendalikan kelahiran sekaligus menjamin terkendalinya

pertambahan penduduk dengan jalan menjarangkan atau merencanakan

jumlah dan jarak kehamilan melalui alat kontrasepsi. Badan Kependudukan

- 5.00

10.00 15.00 20.00 25.00 30.00 35.00 40.00 45.00

LAKI-LAKI PEREMPUAN LAKI-LAKI+PEREMPUAN

41

.94

40

.19

40

.96

40

.90

37

.56

39

.03

9.7

4

15

.16

12

.77

7.1

9

8.2

4

7.7

7

1.2

8

0.3

5

0.7

6

0.7

2

0.6

5

0.6

8

RS Pemerintah RS Swasta Praktek Dokter/Bidan/Klinik

Puskesmas/Pustu Pengobatan Tradisional Lainnya

Page 80: KATA PENGANTAR PENYUSUN DATA TERPILAH STATISTIK GENDER DAN ANAK DP3AKB PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2017 Pengarah : Dr. Ir. Dewi Sartika, M.Si Penanggung Jawab : Ir. Dodi Herlando M.

Data Terpilah Statistik Gender dan Anak Provinsi Jawa Barat Tahun 2017 | 64

dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) selalu menekankan pentingnya

menghindari 4T dalam perencanaan keluarga berencana. Yang dimaksud

menghindari 4T adalah melahirkan Terlalu muda, Terlalu banyak anak, Terlalu

rapat jarak kelahiran dan Terlalu tua. Apabila 4T ini berhasil dihindari maka

tujuan program KB akan dapat terwujud.

Gambar 5.9. Persentase Perempuan Usia 15 – 49 Tahun Yang Pernah Kawin Menurut Penggunaan Alat/Cara KB Tahun 2016

Sumber : BPS Provinsi Jawa Barat, Susenas 2016

Prevalensi penggunaan alat/cara KB pada tahun 2016 mencapai 57,76

persen dari total perempuan usia 15 – 49 tahun yang pernah kawin. Antara

perkotaan dan pedesaan relatif tidak berbeda angka prevelensinya. Yang

menarik adalah persentase perempuan yang tidak pernah menggunakan

alat/cara KB persentasenya mencapai 11,93 persen dan bahkan di perkotaan

angkanya mencapai 11,52 persen. Hal ini berarti lebih dari 10 persen

perempuan Jawa Barat dengan usia 15 – 49 tahun dan dengan status pernah

kawin sama sekali belum pernah menggunakan alat/cara KB.

Untuk penggunaan alat/cara KB, dari table 5.2 terlihat bahwa suntikan

KB merupakan alat KB yang paling banyak digunakan dengan persentase

mencapai 60,44 persen. Lalu alat KB lainnya yang juga termasuk tinggi

pemakaiannya adalah pil KB dengan persentase sebesar 23,67 persen. Bila

dilihat menurut status tempat tinggal terlihat perbedaan pemakaian alat/cara

Perkotaan Pedesaan Kota+Desa

56.47 60.50 57.76

32.01 26.70 30.31

11.52 12.79 11.93

Sedang Menggunakan Tidak Pernah Menggunakan Tidak Menggunakan Lagi

Page 81: KATA PENGANTAR PENYUSUN DATA TERPILAH STATISTIK GENDER DAN ANAK DP3AKB PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2017 Pengarah : Dr. Ir. Dewi Sartika, M.Si Penanggung Jawab : Ir. Dodi Herlando M.

Data Terpilah Statistik Gender dan Anak Provinsi Jawa Barat Tahun 2017 | 65

KB. Perbedaaan yang jelas terlihat pada pemakaian suntikan KB dan Pil KB

dimana persentase penggunaannya lebih tinggi di pedesaan daripada di

perkotaan. Namun untuk AKDR/IUD/Spiral, persentase penggunaan tertinggi

berada di perkotaan dengan persentase sebesar 10,83 persen sedangkan di

pedesaan persentase penggunaannya hanya 3,34 persen.

Tabel 5.2. Persentase Perempuan Usia 15 – 49 Tahun Yang Pernah Menikah Menurut Alat/Cara KB Yang Digunakan Tahun 2016

Jenis Alat/Cara KB Status Tempat Tinggal

Perkotaan Perdesaan Total

(1) (2) (3) (4)

MOW/tubektomi 3,30 1,56 2,72

MOP/vasektomi 0,28 0,34 0,30

AKDR/IUD/spiral 10,83 3,34 8,32

Suntikan KB 57,96 65,37 60,44

Susuk KB/norplan/implanon/alwalit 2,75 4,16 3,22

Pil KB 23,09 24,83 23,67

Kondom/karet KB 0,77 0,22 0,58

Kondom Wanita/Intervag 0,14 0,05 0,11

Metode menyusui alami 0,09 0,01 0,06

Cara tradisional 0,80 0,12 0,58

Total 100,00 100,00 100,00

Sumber : BPS Provinsi Jawa Barat, Susenas 2016

Tingginya penggunaan suntik KB menandakan bahwa para pengguna

merasa aman dan nyaman dengan suntik. Selain itu bila dilihat dari periode

penyuntikan dengan waktu 1 bulan dan 3 bulan sekali dinilai tidak merepotkan

dan hemat dalam segi pengeluaran. Berbeda dengan suntikan KB, penggunaan

pil KB sebagai alat KB dinilai sangat merepotkan karena harus diminum setiap

hari walaupun termasuk alat KB yang murah dan efektif.

Page 82: KATA PENGANTAR PENYUSUN DATA TERPILAH STATISTIK GENDER DAN ANAK DP3AKB PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2017 Pengarah : Dr. Ir. Dewi Sartika, M.Si Penanggung Jawab : Ir. Dodi Herlando M.

Data Terpilah Statistik Gender dan Anak Provinsi Jawa Barat Tahun 2017 | 66

5.5. Umur perkawinan Pertama

Umur perkawinan pertama sangat mempengaruhi fertilitas seorang

perempuan. Semakin muda umur perkawinan pertama maka semakin panjang

masa reproduksi seorang perempuan sehingga peluang untuk melahirkan

banyak anak semakin besar. Pada tahun 2012, rata-rata umur perkawinan

perempuan usia 15 – 49 tahun di Jawa Barat sebesar 19,49 tahun, masih

dibawah 20 tahun. Bila dilihat lebih jauh sampai ke kabupaten/kota maka untuk

daerah kabupaten rata-rata umur perkawinan pertamanya masih dibawah 20

tahun sedangkan untuk perkotaan sudah diatas 20 tahun, hanya kota

Tasikmalaya dan kota Banjar yang masih dibawah 20 tahun. Padahal dalam

banyak literatur disebutkan bahwa usia perkawinan pertama yang ideal untuk

seorang perempuan adalah 20 – 21 tahun sedangkan untuk laki-laki adalah 25

tahun.

Gambar 5.10. Persentase Perempuan Usia 15 – 49 Tahun

Menurut Usia Kawin Pertama di Jawa Barat Tahun 2016

Sumber : BPS Provinsi Jawa Barat, Susenas 2016

20.38

24.43

23.08

32.11

<=16 17 - 18 19 - 20 21+

Page 83: KATA PENGANTAR PENYUSUN DATA TERPILAH STATISTIK GENDER DAN ANAK DP3AKB PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2017 Pengarah : Dr. Ir. Dewi Sartika, M.Si Penanggung Jawab : Ir. Dodi Herlando M.

Data Terpilah Statistik Gender dan Anak Provinsi Jawa Barat Tahun 2017 | 67

Umur 20 tahun ke atas bagi seorang perempuan merupakan umur yang

dianggap ideal untuk melakukan pernikahan karena pada umur-umur tersebut

perempuan dianggap sudah siap secara fisik maupun mental untuk melakukan

pernikahan.

Dari gambar 5.10 tampak sebanyak 32,11 persen perempuan usia 15 –

49 tahun melakukan perkawinan pada usia diatas 21 tahun. Yang membuat

miris adalah ternyata di Propinsi Jawa Barat sebanyak 20,38 persen perempuan

usia 15 – 49 tahun melakukan perkawinan pada usia kurang dari 17 tahun.

Page 84: KATA PENGANTAR PENYUSUN DATA TERPILAH STATISTIK GENDER DAN ANAK DP3AKB PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2017 Pengarah : Dr. Ir. Dewi Sartika, M.Si Penanggung Jawab : Ir. Dodi Herlando M.

Data Terpilah Statistik Gender dan Anak Provinsi Jawa Barat Tahun 2017 | 68

Profil Gender Bidang Pendidikan

endidikan merupakan suatu indikator yang menggambarkan

kualitas sumber daya manusia. Suatu masyarakat yang berkualitas

dapat dilihat dari kemampuan baca tulis, partisipasi sekolah, dan

pendidikan yang ditamatkan. Semakin tinggi tingkat pendidikan suatu

masyarakat, semakin tinggi tingkat kesejahteraannya. Hal ini bisa dijelaskan

karena dengan pendidikan yang tinggi maka masyarakat dapat lebih optimal

dalam berpartisipasi terhadap pembangunan. Pemerintah telah mencanangkan

berbagai program untuk meningkatkan pendidikan masyarakat, yaitu dengan

membuka kesempatan, memberikan akses serta menyediakan sarana dan

prasarana pendidikan yang berlandaskan pada pasal 31 UUD 1945.

Dalam UUD 1945 pasal 31 menyatakan bahwa “Setiap warga Negara

berhak mendapat pengajaran.” Artinya semua warga Negara berhak

mendapatkan pengajaran yang sama tanpa memandang status sosial, status

ekonomi, suku bangsa, etnis, agama, gender dan geografis. Setiap warga

negara berhak memperoleh pendidikan yang sama dan bermutu, serta setiap

warga berhak mendapatkan dan mengembangkan sumber dayanya masing-

masing.

Dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional pasal 5 ayat 1 menyebutkan bahwa setiap warga negara mempunyai

hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu. Diterangkan lagi

dalam pasal 6 ayat 1 UU tahun 2003 bahwa setiap Warga Negara yang berusia

tujuh sampai dengan lima belas tahun wajib mengikuti pendidikan dasar

(SD/sederajat dan SMP/sederajat).

6

P

Page 85: KATA PENGANTAR PENYUSUN DATA TERPILAH STATISTIK GENDER DAN ANAK DP3AKB PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2017 Pengarah : Dr. Ir. Dewi Sartika, M.Si Penanggung Jawab : Ir. Dodi Herlando M.

Data Terpilah Statistik Gender dan Anak Provinsi Jawa Barat Tahun 2017 | 69

Selanjutnya dalam Undang-undang Nomor 23 Tahun 2004 Bab I Pasal 3

menerangkan bahwa kesetaraan gender adalah suatu keadaan dimana

perempuan dan laki-laki menikmati status yang setara dan memiliki kondisi

yang sama untuk mewujudkan secara penuh hak-hak asasi. Aturan-aturan

tersebut di atas mengamanatkan bahwa semua lapisan masyarakat baik

pemerintah, pihak swasta atau masyarakat wajib mendukung kegiatan

pendidikan. Kesempatan memperoleh pendidikan harus diberikan pada seluruh

masyarakat, baik laki-laki maupun perempuan karena pembangunan yang

dilaksanakan oleh sumber daya manusia berkualitas tidak membedakan laki-laki

dan perempuan. Perempuan memegang peranan yang sangat penting dalam

menciptakan kader-kader bangsa. Ibu yang berkualitas diharapkan akan

menghasilkan anak-anak yang lebih berkualitas.

Permasalahan dari rendahnya angka pendidikan berakibat pada

kemiskinan, pengangguran, kejahatan, dan lain-lain. Permasalahan pendidikan

bukan hanya dilatar belakangi oleh masing-masing pribadi, namun penyediaan

sarana dan prasarana ikut andil dalam keberhasilan bidang pendidikan.

Bab ini mencoba untuk mengkaji sampai seberapa jauh peran perempuan

di Jawa Barat dalam mengakses bidang pendidikan, dilihat dari tingkat

pendidikan tertinggi yang ditamatkan, rata-rata lama sekolah, Angka Melek

Huruf menurut kelompok umur serta akses terhadap informasi dan teknologi.

Diharapkan dengan data dan informasi yang disajikan ini dapat diidentifikasi

peran serta perempuan dalam bidang pendidikan dibandingkan laki-laki.

6.1. Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan

Pendidikan tertinggi yang ditamatkan ditandai dengan sertifikat/ijazah

yang dimiliki. Data pendidikan ini merupakan salah satu indikator untuk

mengetahui kualitas sumber daya manusia. Kualitas sumber daya manusia

Page 86: KATA PENGANTAR PENYUSUN DATA TERPILAH STATISTIK GENDER DAN ANAK DP3AKB PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2017 Pengarah : Dr. Ir. Dewi Sartika, M.Si Penanggung Jawab : Ir. Dodi Herlando M.

Data Terpilah Statistik Gender dan Anak Provinsi Jawa Barat Tahun 2017 | 70

bermanfaat dalam penentuan kebijakan terutama yang berkaitan dengan

penyediaan lapangan pekerjaan, kesehatan, program kemiskinan, peningkatan

kesejahteraan dan lain-lain. Semakin tinggi tingkat pendidikan semakin tinggi

tingkat kesejahteraan.

Gambar 6.1. di bawah ini menunjukkan pendidikan yang ditamatkan

penduduk laki-laki dan perempuan di Provinsi Jawa Barat pada tahun 2016.

Dari gambar tersebut diperoleh persentase tertinggi ada pada kelompok

tidak/belum tamat SD atau tamat SD (52,55 persen). Sementara yang terendah

adalah persentase pada kelompok Perguruan Tinggi (PT) yaitu hanya 8,63

persen. Ini berarti bahwa hampir separuh penduduk Provinsi Jawa Barat tingkat

pendidikannya sangat rendah.

Gambar 6.1 Persentase Penduduk 15 Tahun Ke atas Menurut Pendidikan Tertinggiyang Ditamatkan dan Jenis Kelamin

di Jawa Barat Tahun 2016

Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat, Susenas 2016

0.00

10.00

20.00

30.00

40.00

50.00

60.00

Tidak/BelumTamat

SD/Tamat SD

SMP SMA PerguruanTinggi

49.57

15.40 20.00

9.22

55.59

15.2417.76

6.81

52.55

15.3218.89

8.03

Laki-laki Perempuan Total

Page 87: KATA PENGANTAR PENYUSUN DATA TERPILAH STATISTIK GENDER DAN ANAK DP3AKB PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2017 Pengarah : Dr. Ir. Dewi Sartika, M.Si Penanggung Jawab : Ir. Dodi Herlando M.

Data Terpilah Statistik Gender dan Anak Provinsi Jawa Barat Tahun 2017 | 71

Jika dibandingkan menurut jenis kelamin, tingkat kesenjangan gender

tampak pada jenjang pendidikan SMA (20,00 persen laki-laki dan 17,76 persen

perempuan) dan Perguruan Tinggi (9,22 persen laki-laki dan 6,81 persen

perempuan), dimana pada jenjang tersebut laki-laki lebih tinggi yang

bersekolah daripada perempuan.

Gambar 6.2 Persentase Penduduk Laki-laki 15 Tahun Ke atas Menurut Kelompok Umur dan Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan

di Jawa Barat Tahun 2016

Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat, Susenas 2016

29.66

35.52

33.66

1.16

47.64

11.26

31.06

10.04

78.49

7.10

7.71

6.71

49.57

15.40

20.00

9.22

0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00 80.00 90.00

Tidak/Belum Tamat SD/Tamat SD

SMP

SMA

Perguruan Tinggi

Total 55+ 25-54 15-24

Page 88: KATA PENGANTAR PENYUSUN DATA TERPILAH STATISTIK GENDER DAN ANAK DP3AKB PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2017 Pengarah : Dr. Ir. Dewi Sartika, M.Si Penanggung Jawab : Ir. Dodi Herlando M.

Data Terpilah Statistik Gender dan Anak Provinsi Jawa Barat Tahun 2017 | 72

Gambar 6.2 Persentase Penduduk Laki-laki 15 Tahun Ke atas Menurut Kelompok Umur dan Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan

di Jawa Barat Tahun 2016

0.00

10.00

20.00

30.00

40.00

50.00

60.00

70.00

80.00

Tidak/BelumTamat

SD/Tamat SD

SMPSMA

PerguruanTinggi

29.6635.52

33.66

1.16

47.64

11.26

31.06

10.04

78.49

7.107.71

6.71

49.57

15.40 20.00

9.22

15-24 25-54 55+ Total

Page 89: KATA PENGANTAR PENYUSUN DATA TERPILAH STATISTIK GENDER DAN ANAK DP3AKB PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2017 Pengarah : Dr. Ir. Dewi Sartika, M.Si Penanggung Jawab : Ir. Dodi Herlando M.

Data Terpilah Statistik Gender dan Anak Provinsi Jawa Barat Tahun 2017 | 73

Gambar 6.3 Persentase Penduduk Perempuan 15 Tahun Ke atas

Menurut Kelompok Umur dan Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan

di Jawa Barat, Tahun 2016

Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat, Susenas 2016

Gambar 6.2 dan 6.3 di atas menunjukkan tingkat pendidikan penduduk

laki-laki dan perempuan dibedakan menurut kelompok umur 15-24 tahun

(penduduk usia produktif), 25-54 tahun (penduduk usia kerja utama) dan 55

tahun ke atas. Dari gambar di atas ternyata pendidikan tertinggi yang

ditamatkan laki-laki terbesar yaitu tidak/belum tamat SD atau tamat SD

sebesar 49,57 persen. Dari persentase tersebut paling tinggi persentasenya

pada kelompok umur 55 tahun ke atas yaitu sebesar 78,49 persen. Yang

berpendidikan Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengah tertinggi

pada kelompok umur 15-24 tahun sebesar 35,52 persen. Sedangkan yang

27.03

37.67

33.66

1.58

55.63

10.89

31.06

9.16

85.67

6.68

7.71

3.66

55.59

15.24

17.76

6.81

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90

Tidak/Belum Tamat SD/Tamat SD

SMP

SMA

Perguruan Tinggi

Total 55+ 25-54 15-24

Page 90: KATA PENGANTAR PENYUSUN DATA TERPILAH STATISTIK GENDER DAN ANAK DP3AKB PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2017 Pengarah : Dr. Ir. Dewi Sartika, M.Si Penanggung Jawab : Ir. Dodi Herlando M.

Data Terpilah Statistik Gender dan Anak Provinsi Jawa Barat Tahun 2017 | 74

berpendidikan Perguruan Tinggi (Diploma 1, 2,3 dan D4/S1, S2, S3) berada

pada kelompok umur 25-54 tahun sebesar 10,04 persen.

Sama halnya dengan penduduk laki-laki, pendidikan tertinggi yang

ditamatkan perempuan yaitu tidak/belum tamat SD/tamat SD berada pada

kelompok umur 55 tahun ke atas sebesar 85,67 persen dari 55,59 persen

pendidikan yang ditamatkan oleh perempuan.

6.2 Rata-rata Lama Sekolah

Lamanya Sekolah atau years of schooling adalah sebuah angka yang

menunjukkan lamanya bersekolah seseorang dari masuk sekolah dasar sampai

dengan tingkat pendidikan terakhir. Jumlah tahun bersekolah ini tidak

mengindahkan kasus-kasus tidak naik kelas, putus sekolah yang kemudian

melanjutkan kembali, dan masuk sekolah dasar di usia yang terlalu muda atau

sebaliknya. Sehingga nilai dari jumlah tahun bersekolah menjadi terlalu tinggi

kelebihan estimasi atau bahkan terlalu rendah (underestimate).

Lamanya bersekolah merupakan ukuran akumulasi investasi pendidikan

individu. Setiap tahun tambahan sekolah diharapkan akan membantu

meningkatkan kualitas individu tersebut. Akhirnya tingkat ekonomi pun bisa

meningkat.

Rata-rata lama sekolah merupakan rata-rata jumlah penduduk 15 tahun

ke atas yang telah menyelesaikan pendidikan di seluruh jenjang pendidikan

formal yang pernah diikuti. Rata-rata lama sekolah mengindikasikan semakin

tinggi rata-rata lama sekolah berarti semakin tinggi jenjang pendidikan yang

dijalani.

Apabila kita lihat Rata-rata lama sekolah di Kabupaten/Kota di Provinsi

Jawa Barat pada tahun 2016 terdapat sebelas Kabupaten/Kota yang memiliki

Page 91: KATA PENGANTAR PENYUSUN DATA TERPILAH STATISTIK GENDER DAN ANAK DP3AKB PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2017 Pengarah : Dr. Ir. Dewi Sartika, M.Si Penanggung Jawab : Ir. Dodi Herlando M.

Data Terpilah Statistik Gender dan Anak Provinsi Jawa Barat Tahun 2017 | 75

angka rata-rata lama sekolah di atas angka rata-rata lama sekolah Provinsi

Jawa Barat (sebesar 7,95). Kota Cimahi memiliki angka rata-rata lama sekolah

tertinggi di Provinsi Jawa Barat yaitu sebesar 10,89 kemudian diikuti oleh

Kota Bekasi dan Kota Depok dengan angka rata-rata lama sekolah masing-

masing sebesar 10,78 dan 10, 76. Dua kota lainnya yang juga memiliki angka

rata-rata lama sekolah di atas 10 adalah Kota Bandung (sebesar 10,58 ) dan

Kota Bogor (sebesar 10,28) hal ini berarti bahwa secara rata-rata penduduk

usia 25 tahun ke atas di lima kota tersebut telah mengenyam pendidikan

hingga kelas XI atau SMA kelas II.

Page 92: KATA PENGANTAR PENYUSUN DATA TERPILAH STATISTIK GENDER DAN ANAK DP3AKB PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2017 Pengarah : Dr. Ir. Dewi Sartika, M.Si Penanggung Jawab : Ir. Dodi Herlando M.

Data Terpilah Statistik Gender dan Anak Provinsi Jawa Barat Tahun 2017 | 76

Tabel 6.1 Persentase Rata-rata Lama Sekolah Penduduk Usia 15 Tahun Ke atas Menurut Kabupaten/Kota di Jawa Barat,

Tahun 2015 – 2016

Kode Provinsi/Kabupaten/Kota RLS

2015 2016

(1) (2) (3) (4)

3200 JAWA BARAT 7.86 7.95

3201 Bogor 7.75 7.83

3202 Sukabumi 6.51 6.74

3203 Cianjur 6.54 6.61

3204 Bandung 8.41 8.50

3205 Garut 6.84 6.88

3206 Tasikmalaya 6.88 6.94

3207 Ciamis 7.45 7.55

3208 Kuningan 7.20 7.34

3209 Cirebon 6.32 6.41

3210 Majalengka 6.80 6.89

3211 Sumedang 7.66 7.72

3212 Indramayu 5.46 5.56

3213 Subang 6.45 6.58

3214 Purwakarta 7.35 7.42

3215 Karawang 6.81 6.94

3216 Bekasi 8.66 8.81

3217 Bandung Barat 7.53 7.63

3218 Pangandaran 7.06 7.07

3271 Kota Bogor 10.20 10.28

3272 Kota Sukabumi 9.08 9.28

3273 Kota Bandung 10.52 10.58

3274 Kota Cirebon 9.76 9.87

3275 Kota Bekasi 10.71 10.78

3276 Kota Depok 10.71 10.76

3277 Kota Cimahi 10.78 10.89

3278 Kota Tasikmalaya 8.56 8.63

3279 Kota Banjar 8.06 8.19

Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat

6.3 Akses Terhadap Informasi dan Teknologi

Akses terhadap informasi dan teknologi didalamnya termasuk komunikasi

merupakan tuntutan kebutuhan masyarakat pada saat ini. Selain kesadaran

masyarakat terhadap pentingnya informasi dan teknologi, akses terhadap

informasi dan teknologi menjadi salah satu indikator tingkat kesejahteraan

rumahtangga. Beberapa indikator akses rumahtangga terhadap informasi dan

Page 93: KATA PENGANTAR PENYUSUN DATA TERPILAH STATISTIK GENDER DAN ANAK DP3AKB PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2017 Pengarah : Dr. Ir. Dewi Sartika, M.Si Penanggung Jawab : Ir. Dodi Herlando M.

Data Terpilah Statistik Gender dan Anak Provinsi Jawa Barat Tahun 2017 | 77

teknologi yang dikemukakan di sini meliputi kepemilikan telepon rumah,

kepemilikan telepon seluler, kepemilikan komputer, akses internet di rumah

serta akses anggota rumahtangga terhadap internet di luar rumah.

Pada saat ini orang semakin banyak masyarakat yang mengakses

informasi. Perkembangan saat ini menunjukkan semakin meningkatnya

kegiatan ekonomi melalui internet. Dengan kemampuan mengakses informasi

seseorang dapat lebih memperluas wawasannya dan mendapatkan peluang-

peluang usaha untuk lebih meningkatkan kesejahteraan hidupnya.

Gambar 6.4 Persentase Rumahtangga yang Menguasai Telepon Selular Menurut Daerah Tempat Tinggal Provinsi Jawa Barat

Tahun 2016

Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat, Susenas 2016

Gambar 6.4 menunjukkan bahwa pada tahun 2016 di Provinsi Jawa Barat

lebih dari setengah dari jumlah total rumah tangganya menguasai/memiliki

telepon seluler. Sebanyak 65,34 persen rumah tangga yang tinggal di daerah

perkotaan telah menguasai/memiliki telepon selular, sedangkan di pedesaan

51,33 persen rumah tangganya telah menguasai/memiliki telepon seluler. Hal

0.00

10.00

20.00

30.00

40.00

50.00

60.00

70.00

Ya Tidak

65.34

34.66

51.3348.67

60.99

39.01

Perkotaan Pedesaan Total

Page 94: KATA PENGANTAR PENYUSUN DATA TERPILAH STATISTIK GENDER DAN ANAK DP3AKB PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2017 Pengarah : Dr. Ir. Dewi Sartika, M.Si Penanggung Jawab : Ir. Dodi Herlando M.

Data Terpilah Statistik Gender dan Anak Provinsi Jawa Barat Tahun 2017 | 78

ini menunjukkan bahwa telepon seluler sekarang bukanlah sebuah barang

mewah yang hanya bisa dimiliki oleh kalangan tertentu.

Gambar 6.5 Persentase Penduduk Umur 10 Tahun Ke Atas Menurut Pengaksesan Internet Dalam 3 Bulan Terakhir di Jawa Barat

Tahun 2016

Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat, Susenas 2016

Gambar 6.5 di atas membandingkan penduduk laki-laki dan perempuan

yang mengakses internet di daerah perkotaan dan perdesaan. Jika

dibandingkan dengan jumlah penduduk total, maka penduduk yang mengkases

internet masih sangat rendah yaitu baru 33,77 persen di daerah perkotaan dan

14,91 persen di daerah perdesaan. Penduduk perempuan masih rendah

mengakses internet dibandingkan penduduk laki-laki, baik di daerah perkotaan

maupun perdesaan.

0.00

5.00

10.00

15.00

20.00

25.00

30.00

35.00

40.00

Perkotaan Pedesaan Perkotaan + Pedesaan

36.03

16.44

29.9631.44

13.35

25.82

33.77

14.91

27.92

Laki-Laki Perempuan Total

Page 95: KATA PENGANTAR PENYUSUN DATA TERPILAH STATISTIK GENDER DAN ANAK DP3AKB PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2017 Pengarah : Dr. Ir. Dewi Sartika, M.Si Penanggung Jawab : Ir. Dodi Herlando M.

Data Terpilah Statistik Gender dan Anak Provinsi Jawa Barat Tahun 2017 | 79

Profil Gender Bidang Ketenagakerjaan

etenagakerjaan merupakan salah satu aspek penting untuk

menggambarkan kesejahteraan masyarakat, tidak hanya untuk

mencapai kepuasan individu, tetapi juga untuk memenuhi

perekonomian rumah tangga dan kesejahteraan seluruh masyarakat. Pada

suatu kelompok masyarakat, sebagian besar dari mereka, utamanya telah

memasuki usia kerja, diharapkan terlibat di lapangan kerja tertentu atau aktif

dalam kegiatan perekonomian.

Penduduk yang telah memasuki usia kerja dapat dikelompokan menjadi

angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Kelompok angkatan kerja terdiri dari

penduduk yang menganggur/pengangguran.

Di Indonesia, data ketenagakerjaan yang dikumpulkan oleh Badan Pusat

Statistik (BPS) melalui Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) adalah

keterangan perorangan dari setiap anggota rumah tangga yang berumur 10

tahun ke atas. Meski demikian, informasi yang disajikan hanya mencakup

penduduk yang berumur 15 tahun ke atas.

7.1. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)

Besarnya partisipasi angkatan kerja digambarkan melalui indikator

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK), yaitu persentase penduduk yang

termasuk dalam angkatan kerja terhadap penduduk usia kerja (penduduk usia

15 tahun ke atas). Untuk melihat besar-kecilnya kontribusi, serta dinamika

tenaga kerja dan pencari kerja dalam pasar kerja, para pembuat kebijakan

dapat mencermati indikator ketenagakerjaan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja

7

K

Page 96: KATA PENGANTAR PENYUSUN DATA TERPILAH STATISTIK GENDER DAN ANAK DP3AKB PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2017 Pengarah : Dr. Ir. Dewi Sartika, M.Si Penanggung Jawab : Ir. Dodi Herlando M.

Data Terpilah Statistik Gender dan Anak Provinsi Jawa Barat Tahun 2017 | 80

(TPAK) ini.

Tabel 7.1 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Menurut Status Wilayah dan Jenis Kelamin di Jawa BaratTahun 2015-2016

Daerah 2015 2016

Laki-laki Perempuan Total Laki-laki Perempuan Total

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

Perkotaan 80.89 39.77 60.57 78.89 40.64 59.98

Perdesaan 6.85 36.05 59.74 85.45 39.37 62.53

Total 81.51 38.74 60.34 80.62 40.30 60.65

Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat, Sakernas 2015-2016

TPAK dan Tingkat Pengangguran Terbuka merupakan indikator utama

ketenagakerjaan yang sering dipakai untuk melihat perkembangan di bidang

ketenagakerjaan. TPAK perempuan lebih rendah dibandingkan TPAK laki-laki.

Sama seperti tahun-tahun sebelumnya, TPAK perempuan tidak pernah

mencapai 50 persen. Sementara itu TPAK laki-laki mencapai 80 persen. Ini

menunjukkan bahwa partisipasi laki-laki dalam pangsa pasar kerja jauh lebih

besar dibandingkan perempuan. Rendahnya tingkat partisipasi perempuan

dalam pasar kerja, tidak hanya karena peran ganda mereka dalam rumah

tangga, tetapi juga berkaitan dengan norma yang terbangun di tengah

masyarakat mengarahkan laki-laki memegang peranan kunci sebagai pencari

nafkah utama rumah tangga.

Pada tahun 2016 TPAK Provinsi Jawa Barat mengalami kenaikan

menjadi 60,65 persen dibanding tahun 2015 yang lalu sebesar 60,34 persen.

TPAK di atas 60 persen, dapat diartikan bahwa lebih dari 60 persen penduduk

yang berada pada usia kerja telah berpartisipasi atau siap berpartisipasi dalam

dunia kerja, baik yang sedang bekerja secara aktif, maupun yang saat ini

Page 97: KATA PENGANTAR PENYUSUN DATA TERPILAH STATISTIK GENDER DAN ANAK DP3AKB PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2017 Pengarah : Dr. Ir. Dewi Sartika, M.Si Penanggung Jawab : Ir. Dodi Herlando M.

Data Terpilah Statistik Gender dan Anak Provinsi Jawa Barat Tahun 2017 | 81

sementara tidak bekerja karena sesuatu hal, dan yang sedang mencari

pekerjaan.

Peningkatan TPAK perempuan erat hubungan dengan pencapaian

tingkat pendidikan perempuan. Biasanya semakin banyak perempuan yang

menamatkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi diikuti pula oleh

meningkatnya tingkat partisipasi perempuan dalam angkatan kerja.

Peningkatan tenaga kerja perempuan lebih mendominasi pada sektor yang

secara tradisional banyak menampung tenaga kerja perempuan seperti

perdagangan, pertanian dan industri. Masuknya perempuan pada pasar kerja di

dorong oleh kebutuhan untuk menambah penghasilan keluarga.

7.2. Pekerja Disektor Formal Dan Informal

Pengelompokkan definisi formal dan informal menurut Hendri Saparini

dan M. Chatib Basri dari Universitas Indonesia menyebutkan bahwa tenaga

Kerja sektor informal adalah tenaga kerja yang bekerja pada segala jenis

pekerjaan tanpa ada perlindungan negara dan atas usaha tersebut tidak

dikenakan pajak. Pekerja sektor informal contohnya adalah pedagang kaki lima

(PKL), becak, peñata parkir, pengamen, dan anak jalanan, pedagang pasar,

buruh tani dan lainnya. Sedangkan pekerja sektor formal terdiri dari tenaga

profesional, teknisi dan sejenisnya, tenaga kepemimpinan dan ketatalaksanaan,

tenaga tata usaha dan sejenisnya, tenaga usaha penjualan, tenaga usaha jasa.

Gambaran perkembangan sektor formal-informal juga dapat menjadi

sinyal perekonomian daerah. Tingkat perekonomian di Jawa Barat semakin

berkembang dan maju hal ini terlihat dari jumlah pekerja sector formal masih

memegang peranan lebih besar disbanding dengan sector informal.

Hampir sama dengan tahun sebelumnya, peranan sektor formal sampai

Page 98: KATA PENGANTAR PENYUSUN DATA TERPILAH STATISTIK GENDER DAN ANAK DP3AKB PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2017 Pengarah : Dr. Ir. Dewi Sartika, M.Si Penanggung Jawab : Ir. Dodi Herlando M.

Data Terpilah Statistik Gender dan Anak Provinsi Jawa Barat Tahun 2017 | 82

Agustus 2016 mendominasi kondisi ketenagakerjaan di Provinsi Jawa Barat

dengan kontribusi 59,85 persen pekerja laki-laki dan 62,30 persen pekerja

perempuan. Persentase penduduk usia 15 tahun ke atas pada sektor informal

di domisili pekerja laki-laki sebesar 40,15 persen dan perempuan sebesar 37,70

persen.

Tabel 7.2 Persentase Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan (Formal dan Informal) dan Jenis Kelamin di Jawa Barat Tahun 2015-2016

Status Pekerjaan

2015 2016

Laki-laki Perempuan Total Laki-laki Perempuan Total

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

Formal 57.07 54.31 56.20 59.85 62.30 60.67

Informal 42.93 45.69 43.80 40.15 37.70 39.33

Total 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00

Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat, Sakernas 2015-2016

Terjadinya sedikit peningkatan jumlah pekerja di sektor formal terutama

dipengaruhi oleh meningkatnya jumlah pekerja sektor formal yang

berpendidikan SD, SLTP dan Diploma I/II/II/IV/Akademi/Universitas yaitu dari

20,07 persen menjadi 20,27 persen SD, sebanyak 17,16 persen menjadi 17,81

persen untuk SLTP, dan untuk Diploma I/II/II/IV/Akademi/Universitas dari

19,22 persen menjadi 20,67 persen. Sedangkan jumlah pekerja sektor informal

yang mengalami peningkatan untuk pekerja yang berpendidikan SLTP, SLTA,

dan Diploma I/II/II/IV/Akademi/Universitas yaitu dari 18,34 persen menjadi

18,75 persen untuk SLTP, 12,99 persen menjadi 13,43 persen untuk SLTA dan

1,53 persen mnjadi 1,67 persen untuk Diploma I/II/II/IV/Akademi/Universitas.

Page 99: KATA PENGANTAR PENYUSUN DATA TERPILAH STATISTIK GENDER DAN ANAK DP3AKB PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2017 Pengarah : Dr. Ir. Dewi Sartika, M.Si Penanggung Jawab : Ir. Dodi Herlando M.

Data Terpilah Statistik Gender dan Anak Provinsi Jawa Barat Tahun 2017 | 83

Tabel 7.3 Persentase Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan (Formal dan Informal) dan Tingkat

Pendidikan di Jawa Barat Tahun 2015 - 2016

Tingkat Pendidikan 2015 2016

Formal Informal Formal Informal

(1) (2) (3) (4) (5)

< SD 5.98 19.29 5.28 18.88

SD 20.07 47.84 20.27 47.28

SLTP 17.16 18.34 17.81 18.75

SLTA 37.57 12.99 35.97 13.43

PT 19.22 1.53 20.67 1.67

Total 100,00 100,00 100,00 100,00

Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat, Sakernas 2015-2016

Gambaran pekerja sektor informal menurut pendidikan tertinggi yang

ditamatkan, dapat dilihat pada Tabel 7.3 di atas. Pada Tabel terlihat bahwa

sebagian besar pekerja sektor informal memiliki pendidikan yang rendah.

Tingkat pendidikan SD ke bawah (rendah) mendominasi pekerja di sektor

informal sebesar 66,16 persen, selanjutnya pendidikan SLTP 18, 75 persen,

SLTA sebesar 13,43 persen dan yang berpendidikan Diploma Satu (D1) ke atas

yaitu sebesar 1,67 %. Keadaan ini mencerminkan bahwa sektor informal itu

biasanya tidak memerlukan pendidikan formal.

7.3. Pengangguran

Pengangguran merupakan istilah untuk orang yang tidak bekerja,

mencari pekerjaan baik secara aktif maupun pasif. Terjadinya pengangguran

biasanya disebabkan oleh banyaknya penduduk yang mencari pekerjaan tidak

sebanding dengan jumlah lapangan kerja yang tersedia. Pengangguran

seringkali menjadi masalah dalam perekonomian, karena dengan adanya

Page 100: KATA PENGANTAR PENYUSUN DATA TERPILAH STATISTIK GENDER DAN ANAK DP3AKB PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2017 Pengarah : Dr. Ir. Dewi Sartika, M.Si Penanggung Jawab : Ir. Dodi Herlando M.

Data Terpilah Statistik Gender dan Anak Provinsi Jawa Barat Tahun 2017 | 84

pengangguran, produktivitas dan pendapatan masyarakat akan berkurang,

sehingga dapat menyebabkan timbulnya kemiskinan dan masalah sosial

lainnya.

Dampak sosial dan ekonomi yang bisa ditimbulkan oleh tingginya angka

pengangguran tidak dapat dianggap enteng. Hal inilah yang menjadi perhatian

serius Pemerintah Provinsi Jawa Barat, bagaimana cara menanggulangi

masalah pengangguran di Jawa Barat.

Tabel 7.4. Jumlah Penduduk yang Menganggur Menurut Status Wilayah dan Jenis Kelamin di Jawa Barat Tahun 2015-2016

Daerah 2015 2016

Laki-laki Perempuan Total Laki-laki Perempuan Total

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

Perkotaan 847.704 445.233 1.292.937 983,385 341,458 1,324,843

Pedesaan 330.720 171.217 501.937 356,590 192,428 549,018

Total 1.178,424 616.450 1.794.874 1,339,975 533,886 1,873,861

Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat, Sakernas 2015-2016

Jumlah penduduk yang menganggur di Jawa Barat pada tahun 2016

mengalami kenaikan dibandingkan dengan tahun 2015. Tingginya jumlah

pengangguran menunjukkan masih banyaknya pencari kerja yang tidak

tertampung dalam kesempatan kerja yang ada, sehingga mereka terpaksa

menganggur. Untuk itu, diperlukan penciptaan lapangan kerja yang cukup

banyak agar dapat menampung tenaga kerja yang menganggur tersebut.

Selain itu, perkembangan keadaan perekonomian secara global juga

berpengaruh terhadap masih tingginya tingkat pengangguran di Jawa Barat.

Page 101: KATA PENGANTAR PENYUSUN DATA TERPILAH STATISTIK GENDER DAN ANAK DP3AKB PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2017 Pengarah : Dr. Ir. Dewi Sartika, M.Si Penanggung Jawab : Ir. Dodi Herlando M.

Data Terpilah Statistik Gender dan Anak Provinsi Jawa Barat Tahun 2017 | 85

Untuk mengetahui bagaimana kondisi pengangguran di Jawa Barat dan

perkembangannya antar waktu akan dibahas dalam sub bab ini. Beberapa

aspek pengangguran yang akan dibahas dalam analisis ini antara lain adalah

tingkat pengangguran terbuka, tingkat pengangguran terdidik, dan angka

setengah pengangguran.

7.3.1. Pengangguran Terbuka

Indikator yang biasa digunakan untuk mengukur pengangguran adalah

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT). Tingkat pengangguran terbuka

umumnya didefinisikan secara konvensional sebagai proporsi angkatan kerja

yang tidak bekerja dan mencari pekerjaan. Ukuran ini dapat digunakan untuk

mengindikasikan seberapa besar penawaran kerja yang tidak dapat terserap

dalam pasar kerja disebuah negara atau wilayah.

Pengangguran Terbuka, pengangguran yang terjadi karena

pertambahan lapangan kerja lebih rendah daripada pertambahan pencari kerja.

Pengangguran Terbuka merupakan bagian dari angkatan kerja yang tidak

bekerja atau sedang mencari pekerjaan (baik bagi mereka yang belum pernah

bekerja sama sekali maupun yang sudah pernah berkerja), atau sedang

mempersiapkan suatu usaha, mereka yang tidak mencari pekerjaan karena

merasa tidak mungkin untuk mendapatkan pekerjaan dan mereka yang sudah

memiliki pekerjaan tetapi belum mulai bekerja.

Page 102: KATA PENGANTAR PENYUSUN DATA TERPILAH STATISTIK GENDER DAN ANAK DP3AKB PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2017 Pengarah : Dr. Ir. Dewi Sartika, M.Si Penanggung Jawab : Ir. Dodi Herlando M.

Data Terpilah Statistik Gender dan Anak Provinsi Jawa Barat Tahun 2017 | 86

Tabel 7.5 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Menurut Status Wilayah dan Jenis Kelamin di Jawa Barat Tahun 2015-2016

Daerah 2015 2016

Laki-laki Perempuan Total Laki-laki Perempuan Total

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

Perkotaan 8.38 9.17 8.64 9.66 6.95 8.75

Pedesaan 8.41 10.16 8.93 8.63 10.66 9.26

Total 8.39 9.42 8.72 9.37 7.92 8.89

Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat, Sakernas 2015-2016

Tingkat pengangguran terbuka di Jawa Barat mengalami kenaikan 0.17

persen dari tahun sebelumnya. Begitu juga jika dilihat menurut status wilayah

maka tingkat pengangguran daerah perkotaan dan daerah pedesaan

mengalami kenaikan masing-masing sebesar 0,11 persen dan 0,33 persen.

7.3.2. Pengangguran Terdidik

Pengangguran terdidik merupakan kekurangselarasan antara

perencanaan pembangunan pendidikan dengan perkembangan lapangan kerja.

Hal tersebut merupakan penyebab utama terjadinya jenis pengangguran ini.

Faktanya lembaga pendidikan di Indonesia hanya menghasilkan pencari kerja,

bukan pencipta kerja. Padahal, untuk menjadi seorang lulusan yang siap kerja,

mereka perlu tambahan keterampilan di luar bidang akademik yang mereka

kuasai.

Tingkat pengangguran terdidik didefinisikan sebagai rasio jumlah

pencari kerja berpendidikan tertentu (sebagai kelompok terdidik) terhadap

jumlah angkatan kerja pada kelompok pendidikan tersebut.

Page 103: KATA PENGANTAR PENYUSUN DATA TERPILAH STATISTIK GENDER DAN ANAK DP3AKB PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2017 Pengarah : Dr. Ir. Dewi Sartika, M.Si Penanggung Jawab : Ir. Dodi Herlando M.

Data Terpilah Statistik Gender dan Anak Provinsi Jawa Barat Tahun 2017 | 87

Tingkat pengangguran pada jenjang pendidikan SLTA dan SLTP masih

cukup tinggi. Hal ini disebabkan tidak seimbangnya antara lulusan SLTA dan

SLTP dengan lowongan pekerjaan yang tersedia, sehingga menyebabkan

membludaknya pengganguran terdidik dijenjang pendidikan ini. Untuk itu

Pemerintah Provinsi Jawa Barat diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan

ekonomi dengan cara meningkatkan investasi dan menarik para investor untuk

dapat menanamkan modalnya di Jawa Barat. Dengan adanya investasi tersebut

diharapkan juga agar perusahaan-perusahaan di Jawa Barat untuk dapat

menciptakan lapangan kerja bagi penduduk.

Tabel 7.6 Tingkat Pengangguran Terdidik Menurut Jenjang Pendidikan dan Status Wilayah di Jawa Barat, Tahun 2015-2016

Jenjang

Pendidikan

2015 2016

Perkotaan Pedesaan Total Perkotaan Pedesaan Total

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

< SD 6.13 4.04 5.29 5.08 5.08 5.08

SD 4.11 5.63 4.78 5.99 6.36 6.14

SLTP 9.15 15.67 10.87 9.37 13.64 10.52

SLTA 13.34 19.27 14.07 12.63 18.11 13.47

PT 5.86 7.40 5.99 5.79 4.44 5.66

Total 8.64 8.93 8.72 8.75 9.26 8.89

Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat, Sakernas 2015-2016

Di Provinsi Jawa Barat tingkat pengangguran terdidik mengalami

penurunan setiap tahun walaupun angkanya masih sangat kecil, kecuali pada

jenjang pendidikan SD mengalami kenaikan sebesar 1,36 persen. Hal ini

disebabkan tingkat para pencari kerja sebagian sudah mendapat pekerjaan.

Page 104: KATA PENGANTAR PENYUSUN DATA TERPILAH STATISTIK GENDER DAN ANAK DP3AKB PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2017 Pengarah : Dr. Ir. Dewi Sartika, M.Si Penanggung Jawab : Ir. Dodi Herlando M.

Data Terpilah Statistik Gender dan Anak Provinsi Jawa Barat Tahun 2017 | 88

Jika dilihat tingkat pengangguran terdidik menurut jenis kelamin, tingkat

pengangguran terdidik laki-laki pada jenjang perguruan tinggi mengalami

penurunan sebesar o,64 persen sedangkan untuk perempuan mengalami

kenaikan sebesar 0,09 persen. Tingkat pengangguran terdididik laki-laki pada

jenjang pendidikan SD, SLTP, dan SLTA mengalami kenaikan masing-masing

sebesar 2,19 persen, 0.27 persen dan 1 persen. Sedangkan tingkat

pengangguran terdidik perempuan untuk jenjang pendidikan SD, SLTP dan

SLTA mengalami penurunan masing-masing sebesar 0,63 persen, 1,72 persen,

dan 4,51 persen

Tabel 7.7 Tingkat Pengangguran Terdidik Menurut Jenjang

Pendidikan dan Jenis Kelamin di Jawa Barat Tahun 2015-2016

Jenjang

Pendidikan

2015 2016

Laki-laki Perempuan Total Laki-laki Perempuan Total

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

< SD 5.66 4.64 5.29 5.44 4.54 5.08

SD 4.71 4.93 4.78 6.90 4.30 6.14

SLTP 10.23 12.27 10.87 10.50 10.55 10.52

SLTA 12.87 17.06 14.07 13.87 12.55 13.47

PT 6.14 5.78 5.99 5.50 5.87 5.66

Total 8.39 9.42 8.72 9.37 7.92 8.89

Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat, Sakernas 2015-2016

7.5. Pekerja Tak Dibayar (Unpaid Worker)

Kelompok yang disebut dengan istilah “pekerja tak dibayar”, yaitu

seseorang yang bekerja membantu orang lain yang berusaha dengan tidak

mendapat upah atau gaji baik berupa uang ataupun barang. Terjadi penurunan

jumlah pekerja tak dibayar tahun 2016 ini sebesar 1,56 persen dari tahun 2015

Page 105: KATA PENGANTAR PENYUSUN DATA TERPILAH STATISTIK GENDER DAN ANAK DP3AKB PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2017 Pengarah : Dr. Ir. Dewi Sartika, M.Si Penanggung Jawab : Ir. Dodi Herlando M.

Data Terpilah Statistik Gender dan Anak Provinsi Jawa Barat Tahun 2017 | 89

dari total angkatan kerja di Provisi Jawa Barat. Pekerja tak dibayar (unpaid

worker) atau disebut juga dengan pekerja keluarga. Komponen terbesar dari

pekerja keluarga adalah pekerja perempuan yaitu 15,05 persen sedangkan

pekerja laki-lakinya hanya sebesar 2,07 persen.

Tabel 7.8 Persentase Pekerja Tak Dibayar/Pekerja Keluarga dan Tingkat Pendidikan, Provinsi Jawa Barat Tahun 2015-2016

Jenjang

Pendidikan

2015 2016

Laki-laki Perempuan Total Laki-laki Perempuan Total

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

<SD 1.51 22.09 9.06 1.82 19.36 7.39

SD 1.56 28.01 9.55 1.77 21.09 6.54

SLTP 3.28 20.82 8.69 2.37 18.54 6.96

SLTA 2.35 10.49 4.59 3.03 11.79 5.51

PT 1.21 2.43 1.70 0.22 3.25 1.67

Total 2.05 18.09 7.11 2.07 15.05 5.55

Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat, Sakernas 2015-2016

Jika dilihat dari tabel di atas sebagian besar pekerja tak dibayar/pekerja

keluarga berada pada tingkat pendidikan SLTP ke bawah, dan yang tertinggi

adalah penduduk tidak/belum tamat SD yang mencapai 7,39 persen. Tingginya

pekerja tak di bayar pada level ini karena mereka pada umumnya tidak dapat

bekerja di sektor formal.

7.6. Perempuan Pekerja Profesional Dan Manajerial

Suatu pekerjaan yang dilakukan secara profesional menuntut adanya

keahlian dan keterampilan khusus pada pelakunya. Di Jawa Barat tenaga kerja

professional lebih banyak dilakukan oleh para pekerja perempuan baik itu

untuk tahun 2015 maupun tahun 2016. Salah satu contoh tenaga kerja

Page 106: KATA PENGANTAR PENYUSUN DATA TERPILAH STATISTIK GENDER DAN ANAK DP3AKB PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2017 Pengarah : Dr. Ir. Dewi Sartika, M.Si Penanggung Jawab : Ir. Dodi Herlando M.

Data Terpilah Statistik Gender dan Anak Provinsi Jawa Barat Tahun 2017 | 90

professional adalah guru, perawat, juru masak yang memang cendrung lebih

banyak digeluti oleh kaum perempuan.

Tabel 7.9 Persentase Pekerja Profesional dan Manajerial di Provinsi Jawa Barat Tahun 2015-2016

Jenis Pekerjaan

2015 2016

Laki-laki Perem puan

Total Laki-laki Perem puan

Total

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

Tenaga Profesional 6.36 10.52 7.67 3.73 9.30 5.61

Tenaga Manajerial 1.59 0.76 1.33 2.15 1.45 1.92

Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat, Sakernas 2015-2016

Sedangkan untuk tenaga manajerial lebih banyak pekerja laki-laki yang

terlibat didalamnya dari tahun ke tahun. Sesuai dengan kodratnya lelaki itu

sebagai pemimpin maka tenaga kerja manajerial lebih banyak pekerja laki-laki

yang pada tahun 2015 ada 1,33 persen dan pada tahun 2016 naik menjadi

1,92 persen.

7.7. Pekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama, Status Pekerjaan,

Dan Jenis Pekerjaan

Proporsi penduduk bekerja menurut lapangan pekerjaan utama

merupakan angka yang menunjukan distribusi/penyebaran penduduk bekerja di

setiap lapangan pekerjaan. Menurut Sensus Penduduk 2000, yang dimaksud

dengan lapangan pekerjaan adalah bidang kegiatan dari usaha/perusahaan/

instansi dimana seseorang bekerja atau pernah bekerja.

Lapangan pekerjaan ini terbagi menjadi sembilan sektor Pertanian;

Pertambangan dan Penggalian; Industri; Listrik Gas dan Air;

Konstruksi; Perdagangan; Transportasi dan Komunikasi; Lembaga Keuangan;

Page 107: KATA PENGANTAR PENYUSUN DATA TERPILAH STATISTIK GENDER DAN ANAK DP3AKB PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2017 Pengarah : Dr. Ir. Dewi Sartika, M.Si Penanggung Jawab : Ir. Dodi Herlando M.

Data Terpilah Statistik Gender dan Anak Provinsi Jawa Barat Tahun 2017 | 91

dan Jasa. Analisis yang dilakukan hanya akan memuat lima lapangan usaha

terbesar yaitu; pertanian, industri, perdagangan dan jasa, sementara sisanya

akan masuk pada sektor lainnya.

Tabel 7.10 Persentase Penduduk yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan dan Jenis Kelamin di Jawa Barat

Tahun 2015-2016

Lapangan Usaha

2015 2016

Laki-laki Perempuan Total Laki-laki Perempuan

Total

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

Pertanian 17.01 15.30 16.47 17.99 13.29 16.43

Industri 19.91 23.34 21.00 18.86 22.97 20.23

Perdagangan 22.85 36.48 27.15 23.36 36.72 27.80

Jasa Kemasyarakatan 14.21 20.55 16.21 14.58 22.38 17.18

Lainnya 26.02 4.33 19.18 25.20 4.64 18.36

Total 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00

Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat, Sakernas 2015-2016

Lapangan pekerjaan yang paling banyak menyerap tenaga kerja di

Provinsi Jawa Barat adalah perdagangan dan industri. Penduduk Jawa Barat

yang bekerja pada sektor perdagangan pada tahun 2016 sebesar 27,80 persen

naik sebesar 0,65 persen dari tahun 2015. Sementara pada sektor industri

mengalami penurunan sebesar 0,77 persen. Hal ini dimungkinkan penduduk

beralih bekerja ke sektor perdagangan atau ke sektor jasa kemasyarakatan,

terlihat dari jumlah tenaga kerja di sektor perdagangan dan sktor jasa

kemasyarakatan mengalami peningkatan.

Jika dilihat menurut jenis kelamin persentase penduduk perempuan

yang bekerja pada sektor perdagangan, industri, dan jasa kemasyarakatan

lebih besar dibanding penduduk laki-laki kecuali untuk sektor pertanian

persentase pekerja laki-laki lebih tinggi daripada perempuan.

Page 108: KATA PENGANTAR PENYUSUN DATA TERPILAH STATISTIK GENDER DAN ANAK DP3AKB PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2017 Pengarah : Dr. Ir. Dewi Sartika, M.Si Penanggung Jawab : Ir. Dodi Herlando M.

Data Terpilah Statistik Gender dan Anak Provinsi Jawa Barat Tahun 2017 | 92

7.7.1 Penduduk yang Bekerja Menurut Jenis Pekerjaan Utama

Komposisi jenis pekerjaan utama penduduk di Provinsi Jawa Barat pada

tahun 2016 ini ada pada tenaga usaha jasa dan penjualan serta pekerja kasar

yaitu sebesar 27,46 persen dan 20,63 persen, ini berarti tenaga kerja di Jawa

Barat sebagian besar masih merupakan pekerja unskilled yang artinya untuk

memasuki pekerjaan tersebut tidak memerlukan keahlian. Sementara untuk

pekerjaan yang memerlukan keterampilan (skilled) di tahun 2016 seperti TNI &

Polri, Manajer, Pekerja Profesional serta Teknisi dan Asisten Profesional

persentasenya masing-masing sebesar 0,59 persen, 1,92 persen, 5,61 persen,

dan 3,72 persen.

Tabel 7.11 Persentase Penduduk yang Bekerja Menurut Jenis Pekerjaan dan Jenis Kelamin di Jawa Barat Tahun 2016

Jenis Pekerjaan Jenis Kelamin

Laki-laki Perempuan Total

(1) (2) (3) (4)

0 0.85 0.05 0.59

1 2.15 1.45 1.92

2 3.73 9.30 5.61

3 4.44 2.30 3.72

4 5.77 7.60 6.40

5 22.79 36.88 27.46

6 11.64 7.27 10.18

7 14.12 10.54 12.92

8 12.77 6.18 10.57

9 21.74 18.43 20.63

Total 100,00 100,00 100,00

Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat, Sakernas 2015-2016

Keterangan:

*) 0. TNI & POLRI 1. Manajer/Manager 5. Tenaga Usaha Jasa & Tenaga Penjualan 9. Pekerja Kasar

2. Profesional 6. Pekerja Terampil Pertanian, Kehutanan, & Perikanan

3. Teknisi & Asisten Profesional 7. Pekerja Pengolahan, Kerajinan & YBDI

4. Tenaga Usaha Jasa 8. Operator & Perakit Mesin

Page 109: KATA PENGANTAR PENYUSUN DATA TERPILAH STATISTIK GENDER DAN ANAK DP3AKB PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2017 Pengarah : Dr. Ir. Dewi Sartika, M.Si Penanggung Jawab : Ir. Dodi Herlando M.

Data Terpilah Statistik Gender dan Anak Provinsi Jawa Barat Tahun 2017 | 93

Hal yang cukup menarik adalah persentase penduduk perempuan pada

tenaga profesional lebih tinggi dibanding laki-laki. Jumlah tenaga professional

perempuan sebesar 9,30 persen sedangkan laki-laki sebesar 3,73 persen.

7.7.2 Penduduk yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan Utama

Status Pekerjaan adalah kedudukan seseorang dalam melakukan

pekerjaan di suatu unit usaha/kegiatan. Indikator status pekerjaan pada

dasarnya terdiri dari empat kategori yang berbeda tentang kelompok penduduk

yang bekerja yaitu tenaga kerja yang berusaha sendiri,

buruh/karyawan/pegawai, pekerja bebas, dan pekerja keluarga. Berusaha

sendiri terdiri dari tenaga kerja yang benar-benar berusaha sendiri tanpa

dibantu buruh dibayar maupun tidak dibayar, berusaha sendiri dibantu buruh

tidak tetap/ buruh tidak dibayar, dan berusaha sendiri dibantu buruh

tetap/buruh dibayar, Pekerja bebas terdiri dari pekerja bebas di pertanian dan

pekerja bebas di non pertanian. Sementara pekerja keluarga juga dikenal

sebagai pekerja tak dibayar.

Tabel 7.12 menunjukkan status pekerjaan penduduk berusia di atas

15 tahun pada tahun 2015 sampai 2016. Data tersebut menunjukkan bahwa

selama dua tahun, ada kecenderungan penduduk berusia 15 tahun ke atas,

sebagian besar bekerja sebagai buruh, karyawan atau pegawai. Sebagian yang

lain, pada tahun 2016 adalah berusaha sendiri (18,14 persen) dan 10,33 persen

adalah sebagai pekerja berusaha dibantu buruh tidak tetap/buruh tidak

dibayar. Sedangkan yang 6,38 persen merupakan pekerja keluarga/tidak

dibayar yang mengindikasikan bahwa penduduk usia produktif belum memiliki

pekerjaan yang layak secara ekonomi, yaitu mampu memenuhi kebutuhan

sehari-hari. Dan sebahagian besar pekerja keluarga taau pekerja tak dibayar ini

dilakukan oleh perempuan yaitu sebesar 15,05 persen sedangkan pekerja laki-

Page 110: KATA PENGANTAR PENYUSUN DATA TERPILAH STATISTIK GENDER DAN ANAK DP3AKB PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2017 Pengarah : Dr. Ir. Dewi Sartika, M.Si Penanggung Jawab : Ir. Dodi Herlando M.

Data Terpilah Statistik Gender dan Anak Provinsi Jawa Barat Tahun 2017 | 94

laki hanya sebesar 2,07 persen.

Tabel 7.12 Persentase Penduduk yang Bekerja Menurut Status

Pekerjaan dan Jenis Kelamin di Jawa Barat Tahun 2015-2016

Status Pekerjaan 2015 2016

Laki-laki Perem Puan

Total Laki-laki Perem puan

Total

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

Berusaha sendiri 18.26 17.92 18.15 18.35 17.71 18.14

Berusaha dibantu buruh tidak tetap/buruh tidak dibayar

11.49 8.31 10.49 11.07 8.85 10.33

Berusaha dibantu buruh tetap/buruh dibayar

3.98 2.04 3.37 4.93 2.18 4.01

Buruh/karyawan/pegawai 46.70 45.25 46.24 47.44 47.14 47.34

Pekerja bebas di pertanian 5.59 4.77 5.33 6.12 5.54 5.93

Pekerja bebas di non pertanian 11.92 3.62 9.30 10.03 3.52 7.87

Pekerja keluarga/tak dibayar 2.05 18.09 7.11 2.07 15.05 6.38

Total 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00

Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat, Sakernas 2015-2016

Page 111: KATA PENGANTAR PENYUSUN DATA TERPILAH STATISTIK GENDER DAN ANAK DP3AKB PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2017 Pengarah : Dr. Ir. Dewi Sartika, M.Si Penanggung Jawab : Ir. Dodi Herlando M.

Data Terpilah Statistik Gender dan Anak Provinsi Jawa Barat Tahun 2017 | 95

Profil Gender Bidang Politik dan

Pengambilan Keputusan

erilaku keluarga dan peran serta setiap individu anggota keluarga akan

membantu kita untuk mengerti tentang peranan wanita dalam rumah

tangga maupun di luar rumah tangga. Pada struktur masyarakat yang

turut berpengaruh peran wanita berbeda bagi setiap masyarakat (Hutajulu,

2004)

Struktur sosial masyarakat yang membagi-bagi tugas antar pria dan

wanita seringkali merugikan wanita. Wanita yang bekerja di dalam rumah

tangga tidak mendapatkan penghargaan secara ekonomi. Nilai wanita sebagai

ibu adalah suatu nilai yang sakral yang penuh dengan pengabdian. Istilah

peran rangkap tiga yang dimiliki wanita, yaitu : peran produktif

(bekerja/mencari nafkah), peran reproduktif (menyiapkan semua keperluan

keluarga untuk di dalam dan di luar rumah, keperluan suami dan anak), serta

peran masyarakat (arisan. Gotong royong dan pengajian) (Daulay, 2007).

Sebagaimana yang kita ketahui, pengarusutamaan perspektif yang

berkeadilan gender merupakan prasyarat dasar dalam mencapai kesetaraan

dan pembangunan. Pemerintah memberi perhatian khusus dalam hal ini

sebagaimana dibuktikan dalam komitmen nasional Indonesia yang dimuat

dalam Undang-undang Dasar 1945, dan komitmen-komitmen internasional,

antara lain Konvensi Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap

Perempuan (Convention on the Elimination of All Forms of Discrimination

against Women) atau CEDAW, sebagaimana diratifikasi oleh Indonesia melalui

pemberlakuan Undang-undang No. 7 Tahun 1984, Deklarasi Beijing, Landasan

Tindakan Beijing Tahun 1995 dan Tujuan Pembangunan Milenium (Millenium

Development Goal) Tahun 2000. Salah satu himbauan CEDAW PBB untuk

P

8

Page 112: KATA PENGANTAR PENYUSUN DATA TERPILAH STATISTIK GENDER DAN ANAK DP3AKB PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2017 Pengarah : Dr. Ir. Dewi Sartika, M.Si Penanggung Jawab : Ir. Dodi Herlando M.

Data Terpilah Statistik Gender dan Anak Provinsi Jawa Barat Tahun 2017 | 96

mengeliminasi segala bentuk diskriminasi terhadap perempuan adalah dengan

melakukan tindakan affirmatif dimana tindakan ini khusus koreksi dan

kompensasi dari negara atas ketidakadilan gender terhadap perempuan selama

ini.

Dengan dikeluarkannya Instruksi Presiden nomor 9 Tahun 2000 tentang

Pengarusutamaan Gender merupakan indikator bahwa isu gender belum

mendapatkan perhatian khusus di bidang pembangunan, hingga Pemerintah

Pusat merasa perlu menetapkan suatu pijakan politis yang membuka peluang

bagi perempuan Indonesia untuk berpartisipasi aktif di dalam pembangunan

termasuk pembangunan politik yang berwawasan gender.

8.1 Partisipasi Di Bidang Politik

8.1.1 Anggota DPRD Provinsi

Fakta menunjukkan, peran perempuan Indonesia secara progresif

banyak menduduki posisi penting, meskipun persentasenya masih lebih kecil

dibandingkan dengan laki-laki. Berkat perjuangan gigih koalisi para aktivis

permasalahan perempuan dan koalisi perempuan anggota parlemen, telah

berhasil mengundangkan secara formal dalam pasal 65 undang-undang pemilu

No. 12 tahun 2003.

Pasal tersebut adalah 65 ayat (1) dan (2), yang dikenal dengan sebutan

”kuota” untuk perempuan, lengkapnya pasal tersebut berbunyi :

(1) Setiap partai politik peserta pemilu dapat mengajukan calon anggota DPR,

DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota untuk setiap daerah pemilihan,

dengan memperhatikan keterwakilan perempuan sekurang-kurangnya 30

persen.

Page 113: KATA PENGANTAR PENYUSUN DATA TERPILAH STATISTIK GENDER DAN ANAK DP3AKB PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2017 Pengarah : Dr. Ir. Dewi Sartika, M.Si Penanggung Jawab : Ir. Dodi Herlando M.

Data Terpilah Statistik Gender dan Anak Provinsi Jawa Barat Tahun 2017 | 97

(2) Setiap partai politik peserta pemilu dapat mengajukan calon sebanyak-

banyaknya 120 persen jumlah kursi yang ditetapkan pada setiap daerah

pemilihan.

Sementara Pasal 67 ayat (1) berbunyi :

”Calon anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/kota yang

diajukan partai politik peserta pemilu merupakan hasil seleksi secara

demokratis dan terbuka sesuai dengan mekanisme internal parpol”

Sehingga meskipun ada peluang bagi perempuan untuk berkiprah di

bidang politik, khususnya menjadi calon legislatif, tetap saja kesempatan

tersebut bergantung kepada pimpinan partai politik yang memiliki kuasa untuk

menetapkan nomor urut calon legislatifnya. Dilain pihak, perempuan terjun ke

dunia politik harus mempersiapkan diri agar mampu bersaing dengan laki-laki,

dalam hal ini, perempuan harus turut aktif dalam kepengurusan partai politik

dan membekali diri dengan memenuhi kapasitas, kompetensi dan kualifikasi

sebagai warga politik dengan tetap dalam koridornya sebagai perempuan.

Tabel 8.1 memperlihatkan jumlah anggota dewan perwakilan daerah

menurut partai politik dan jenis kelamin. Keterwakilan perempuan dalam partai

politik yang menjadi anggota dewan perwakilan daerah lebih rendah

dibandingkan dengan laki-laki, bahkan ada beberapa partai politik yang tidak

ada keterwakilan perempuannya seperti Fraksi Partai Persatuan Pembangunan

dan Fraksi Partai Amanat Nasional. Dari total anggota dewan perwakilan daerah

sebanyak 99 orang hanya 21 orang saja keterwakilan perempuannya atau

hanya sekitar 21 persen saja.

Page 114: KATA PENGANTAR PENYUSUN DATA TERPILAH STATISTIK GENDER DAN ANAK DP3AKB PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2017 Pengarah : Dr. Ir. Dewi Sartika, M.Si Penanggung Jawab : Ir. Dodi Herlando M.

Data Terpilah Statistik Gender dan Anak Provinsi Jawa Barat Tahun 2017 | 98

Tabel 8.1 Jumlah Anggota Dewan Perwakilan Daerah Menurut Partai Politik dan Jenis Kelamin di Provinsi Jawa Barat, Tahun 2016

No. Partai Politik Jenis Kelamin

Laki-laki Perempuan Total

(1) (2) (3) (4) (5)

1. Fraksi Partai Demokrat (F-PD) 10 2 12

2. Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (F-PDI)

14 6 20

3. Fraksi Partai Golongan Karya (F-PG)

11 5 16

4. Fraksi Keadilan Sejahtera (F-PKS)

11 1 12

5. Fraksi Partai Persatuan Pembangunan (F-PPP)

9 - 9

6. Fraksi Partai gerakan Indonesia Raya (F-GERINDRA)

9 2 11

7. Fraksi Partai Amanat Nasional (F-PAN)

4 - 4

8. Partai Kebangkitan Bangsa (F-Gabungan Hanura-PKB)

6 4 10

9. Fraksi Partai Nasional Demokrat (F-Nasdem)

4 1 5

Jawa Barat 78 21 99

Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat

Tabel 8.2 memperlihatkan jumlah anggota Dewan Perwakilan Rakyat

Daerah menurut Kabupaten/Kota dan Jenis Kelamin di Provinsi Jawa Barat.

Hampir di semua kabupaten/kota sudah ada keterwakilan perempuan walaupun

dari sisi jumlah lebih kecil daripada laki-laki. Di Kabupaten Bandung Barat

jumlah keterwakilan perempuan dari 47 orang hanya ada 3 orang perempuan

atau hanya 6 persen saja. Kemudian Kabupaten Ciamis dari 45 orang anggota

hanya 5 orang keterwakilan perempuannya atau hanya sekitar 11 persen saja.

Hanya Kota Banjar saja yang jumlah keterwakilan perempuan dan laki-laki

hampir seimbang yaitu dari 17 orang anggota jumlah keterwakilan

perempuannya sebanyak 8 orang (47 persen).

Page 115: KATA PENGANTAR PENYUSUN DATA TERPILAH STATISTIK GENDER DAN ANAK DP3AKB PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2017 Pengarah : Dr. Ir. Dewi Sartika, M.Si Penanggung Jawab : Ir. Dodi Herlando M.

Data Terpilah Statistik Gender dan Anak Provinsi Jawa Barat Tahun 2017 | 99

Tabel 8.2 Jumlah Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Menurut Kabupaten/Kota dan Jenis Kelamin di Provinsi Jawa Barat

Tahun 2016

No. Kabupaten/Kota Jenis Kelamin

Laki-laki Perempuan Total

(1) (2) (3) (4) (5)

1. Kab. Bogor 44 6 50

2. Kab. Sukabumi 44 6 50

3. Kab. Cianjur 41 9 50

4. Kab. Bandung 37 12 50

5. Kab. Garut 43 7 50

6. Kab. Tasikmalaya 42 8 50

7. Kab. Ciamis 45 5 50

8. Kab. Kuningan 39 11 50

9. Kab. Cirebon 36 14 50

10. Kab. Majalengka 43 7 50

11. Kab. Sumedang 41 9 50

12. Kab. Indramayu 39 11 50

13. Kab. Kab. Subang 43 7 50

14. Kab. Purwakarta 34 11 45

15. Kab. Karawang 40 10 50

16. Kab. Bekasi 44 6 50

17. Kab. Kab. Bandung Barat 47 3 50

18. Kab. Pangandaran 29 6 35

19. Kota Bogor 37 8 45

20. Kota Sukabumi 27 8 35

21. Kota Bandung 40 10 50

22. Kota Cirebon 27 8 35

23. Kota Bekasi 38 12 5

24. Kota Depok 40 10 50

25. Kota Cimahi 37 8 45

26. Kota Tasikmalaya 38 8 46

27. Kota Banjar 17 8 25

Jawa Barat 20 80 100

Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat

8.2. Partisipasi Di Lembaga Eksekutif

Jumlah Pegawai Negeri Sipil yang bertugas di Pemerintah Provinsi

Jawa Barat, dari jumlah 331.243 orang 50,61 persen adalah laki-laki dan

perempuan hanya 49,39 persen. Hal ini menunjukkan adanya

Page 116: KATA PENGANTAR PENYUSUN DATA TERPILAH STATISTIK GENDER DAN ANAK DP3AKB PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2017 Pengarah : Dr. Ir. Dewi Sartika, M.Si Penanggung Jawab : Ir. Dodi Herlando M.

Data Terpilah Statistik Gender dan Anak Provinsi Jawa Barat Tahun 2017 | 100

keseimbangan antara jumlah PNS laki-laki dengan perempuan di Provinsi

Jawa Barat.

Gambar 8.1 Jumlah Pegawai Negeri Sipil yang Bertugas di Provinsi Jawa Barat Menurut Jenis Kelamin Tahun 2016

Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat

8.2.1. PNS Menurut Kabupaten/Kota di Jawa Barat

Jumlah Pegawai Negeri Sipil menurut Kabupaten/Kota di Jawa Barat disajikan

pada tabel 8.3. Dari sebanyak 331.243 orang PNS sebanyak 163.611 orang

adalah perempuan., sisanya sebanyak 167.632 adalah PNS laki-laki. Di

beberapa kabupaten/kota terlihat jumlah PNS perempuan lebih banyak

dibandingkan laki-laki. Di Kota Bandung dari total PNS sebanyak 17.485 orang

sebanyak 10.033 (57,38 persen) adalah PNS perempuan, sisanya sebanyak

7.452 orang (42,62 persen) adalah PNS laki-laki.

50.6149.39

Laki-laki Perempuan

Page 117: KATA PENGANTAR PENYUSUN DATA TERPILAH STATISTIK GENDER DAN ANAK DP3AKB PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2017 Pengarah : Dr. Ir. Dewi Sartika, M.Si Penanggung Jawab : Ir. Dodi Herlando M.

Data Terpilah Statistik Gender dan Anak Provinsi Jawa Barat Tahun 2017 | 101

Tabel 8.3 Pegawai Negeri Sipil Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat Menurut Jenis Kelamin Tahun 2016

Kabupaten/Kota Jumlah Pegawai Negeri Sipil Berdasarkan Jenis Kelamin

Laki-laki Perempuan Jumlah

(1) (2) (3) (4)

01. Bogor 9.408 8.687 18.095

02. Sukabumi 7.952 5.355 13.307

03. Cianjur 7.240 6.188 13.428

04. Bandung 8.108 10.228 18.336

05. Garut 8.705 8.139 16.844

06. Tasikmalaya 6.523 6.800 13.323

07. Ciamis 5.297 5.664 10.961

08. Kuningan 6.436 5.921 12.357

09. Cirebon 7.110 6.806 13.916

10. Majalengka 6.122 5.747 11.869

11. Sumedang 5.629 5.853 11.482

12. Indramayu 7.437 5.356 12.793

13. Subang 6.748 5.957 12.705

14. Purwakarta 4.088 4.178 8.266

15. Karawang 6.423 5.690 12.113

16. Bekasi 5.954 6.463 12.417

17. Bandung Barat 4.139 4.464 8.603

18. Pangandaran 1.946 1.674 3.620

19. Kota Bogor 3.830 3.856 7.686

20. Kota Sukabumi 2.121 2.153 4.274

21. Kota Bandung 7.452 10.033 17.485

22. Kota C irebon 2.460 2.719 5.179

23. Kota Bekasi 5.140 6.422 11.562

24. Kota Depok 3.039 4.073 7.112

25. Kota Cimahi 1.954 2.781 4.735

26. Kota Tasikmalaya 3.416 4.006 7.425

27. Kota Banjar 1.395 1.346 2.741

Provinsi Jawa Barat 21.557 17.052 38.609

Jawa Barat 167.632 163.611 331.243

Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat

Jumlah PNS kabupaten/kota di Jawa Barat menurut tingkat pendidikan

formal disajikan dalam table 8.9 berikut ini. Berdasarkan pendidikan Formal

didominasi oleh pegawai lulusan Sarjana Strata 1 yaitu sebanyak 49,30 persen

Page 118: KATA PENGANTAR PENYUSUN DATA TERPILAH STATISTIK GENDER DAN ANAK DP3AKB PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2017 Pengarah : Dr. Ir. Dewi Sartika, M.Si Penanggung Jawab : Ir. Dodi Herlando M.

Data Terpilah Statistik Gender dan Anak Provinsi Jawa Barat Tahun 2017 | 102

yang terdiri dari laki-laki 22,76 persen dan perempuan 26,54 persen, menyusul

pegawai dengan tamatan SLTA sebanyak 19,36 persen yang terdiri dari laki-laki

13,11 persen dan perempuan 6,25 persen.

Tabel 8.4 Pegawai Negeri Sipil Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat Menurut Tingkat Pendidikan Formal dan Jenis Kelamin di

Lingkungan Dinas/Badan/Lembaga Tahun 2016

Kabupaten/ Kota Tingkat Pendidikan Formal Menurut jenis kelamin SD SLTP SLTA

L P L P L P

[1] [2] [3] [4] [5] [6] [7]

01.Bogor 231 2 396 19 2.595 1.044

02.Sukabumi 139 2 259 14 1.896 608

03.Cianjur 94 1 242 16 1.506 686

04.Bandung 301 3 367 14 2.621 1.811

05.Garut 149 1 260 11 2.135 910

06.Tasikmalaya 93 0 163 5 1.104 607

07.Ciamis 82 3 176 13 1.213 700

08.Kuningan 80 2 86 5 1.626 815

09.Cirebon 77 1 215 9 1.595 725

10. Majalengka 90 4 175 9 1.550 689

11.Sumedang 63 1 290 8 1.392 686

12.Indramayu 78 6 142 9 2.177 749

13.Subang 93 16 137 28 1.910 899

14.Purwakarta 97 4 147 14 1.475 720

15.Karawang 109 2 195 13 1.553 667

16.Bekasi 150 1 176 14 1.093 750

17.Bandung Barat 115 0 145 6 881 501

18. Pangandaran 17 0 27 4 341 160

19. Kota Bogor 201 4 191 12 1.529 559

20. Kota Sukabumi 68 3 64 15 566 354

21. Kota Bandung 201 5 370 9 2.613 1.591

22. Kota C irebon 35 1 66 8 732 382

23. Kota Bekasi 167 2 232 10 1.692 925

24. Kota Depok 33 1 60 4 988 540

25. Kota Cimahi 41 2 59 5 618 339

26. Kota Tasikmalaya 47 1 69 1 1.125 637

27. Kota Banjar 13 0 44 2 535 212

Provinsi Jawa Barat 346 11 462 27 4.193 1.346

Jawa Barat 3.210 79 5.215 304 43.254 20.612

Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat

Page 119: KATA PENGANTAR PENYUSUN DATA TERPILAH STATISTIK GENDER DAN ANAK DP3AKB PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2017 Pengarah : Dr. Ir. Dewi Sartika, M.Si Penanggung Jawab : Ir. Dodi Herlando M.

Data Terpilah Statistik Gender dan Anak Provinsi Jawa Barat Tahun 2017 | 103

Tabel 8.4 (Lanjutan) Pegawai Negeri Sipil Provinsi Jawa Barat Menurut Tingkat

Pendidikan Formal dan Jenis Kelamin di Lingkungan Dinas/Badan/Lembaga Tahun 2016

Kabupaten/kota

Tingkat Pendidikan Format menurut jenis kelamin

D-I/D-II D-III D-IV/S1

L P L P L P

[1] [2] [3] [4] [5] [6] [7]

01.Bogor 1.702 2.165 399 1.068 3.360 4.028

02.Sukabumi 1.476 1.521 322 763 3.287 2.413

03.Cianjur 1.033 1.277 311 692 3.513 3.412

04.Bandung 1.223 3.349 416 1.041 2.750 3.774

05.Garut 1.544 2.643 372 708 3.586 3.670

06.Tasikmalaya 1.265 2.084 295 766 3.165 3.238

07.Ciamis 464 629 261 614 2.678 3.602

08.Kuningan 690 904 250 619 3.291 3.505

09.Cirebon 1.242 1.628 434 1.081 3.110 3.293

10. Majalengka 821 1.118 311 796 2.853 3.155

11.Sumedang 1.014 1.713 354 791 2.177 2.573

12.Indramayu 940 886 375 647 3.259 2.981

13.Subang 969 1.193 318 662 2.829 3.044

14.Purwakarta 498 914 189 475 1.420 1.971

15.Karawang 1.033 1.031 310 791 2.782 3.124

16.Bekasi 676 647 272 813 2.902 3.913

17.Bandung Barat 557 912 155 467 2.006 2.461

18. Pangandaran 362 336 131 240 936 924

19. Kota Bogor 254 723 143 336 1.215 1.926

20. Kota Sukabumi 151 307 151 382 897 949

21. Kota Bandung 339 1564 369 920 2.909 5.220

22. Kota C irebon 75 200 179 361 1.135 1.617

23. Kota Bekasi 259 833 212 706 2.060 3.397

24. Kota Depok 341 747 188 535 1.195 2.020

25. Kota Cimahi 86 481 194 459 743 1.264

26. Kota Tasikmalaya 314 861 267 662 1.342 1.796

27. Kota Banjar 61 99 108 211 475 744

Provinsi Jawa Barat 89 43 1.257 1.089 13.162 13.513

Jawa Barat 19.478 30.808 8.543 18.695 75.087 87.527

Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat

Page 120: KATA PENGANTAR PENYUSUN DATA TERPILAH STATISTIK GENDER DAN ANAK DP3AKB PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2017 Pengarah : Dr. Ir. Dewi Sartika, M.Si Penanggung Jawab : Ir. Dodi Herlando M.

Data Terpilah Statistik Gender dan Anak Provinsi Jawa Barat Tahun 2017 | 104

Tabel 8.4 (Lanjutan) Pegawai Negeri Sipil Provinsi Jawa Barat Menurut Tingkat Pendidikan

Formal dan Jenis Kelamin di Lingkungan Dinas/Badan/Lembaga Tahun 2016

Kabupaten/Kota

Tingkat Pendidikan Formal Menurut jenis kelamin

S.2 S3 Total

L P L P L P

[1] [2] [3] [4] [5] [6] [7]

01.Bogor 589 412 5 1 9.408 8.687

02.Sukabumi 414 144 3 2 7.952 5.355

03.Cianjur 339 177 1 2 7.240 6.188

04.Bandung 305 249 4 0 8.108 10.228

05.Garut 478 239 3 0 8.705 8.139

06.Tasikmalaya 336 157 2 0 6.523 6.800

07.Ciamis 310 140 5 0 5.297 5.664

08.Kuningan 355 149 1 0 6.436 5.921

09.Cirebon 311 154 0 0 7.110 6.806

10. Majalengka 224 109 3 0 6.122 5.747

11.Sumedang 251 126 4 0 5.629 5.853

12.Indramayu 299 106 9 0 7.437 5.356

13.Subang 384 176 2 2 6.748 5.957

14.Purwakarta 193 103 2 0 4.088 4.178

15.Karawang 297 151 2 0 6.423 5.690

16.Bekasi 604 418 4 1 5.954 6.463

17.Bandung Barat 255 147 1 1 4.139 4.464

18. Pangandaran 98 39 4 0 1.946 1.674

19. Kota Bogor 223 233 1 3 3.830 3.856

20. Kota Sukabumi 168 103 3 1 2.121 2.153

21. Kota Bandung 394 387 8 1 7.452 10.033

22. Kota C irebon 200 145 2 0 2.460 2.719

23. Kota Bekasi 458 495 2 3 5.140 6.422

24. Kota Depok 182 222 2 0 3.039 4.073

25. Kota Cimahi 151 200 0 1 1.954 2.781

26. Kota Tasikmalaya 214 103 1 0 3.416 4.006

27. Kota Banjar 120 76 1 0 1.395 1.346

Provinsi Jawa Barat 2.185 1.369 50 15 21.557 17.052

Jawa Barat 10.337 6.529 125 33 167.632 163.611

Sumber : Badan Pusat Statistik

Page 121: KATA PENGANTAR PENYUSUN DATA TERPILAH STATISTIK GENDER DAN ANAK DP3AKB PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2017 Pengarah : Dr. Ir. Dewi Sartika, M.Si Penanggung Jawab : Ir. Dodi Herlando M.

Data Terpilah Statistik Gender dan Anak Provinsi Jawa Barat Tahun 2017 | 105

8.4 Organisasi Sosial Kemasyarakatan

Keberadaan PSW Perguruan Tinggi di Jawa Barat sangat berpengaruh

dalam mendukung pelaksanaan Pengarusutamaan Gender di Jawa Barat. PSW

telah melakukan berbagai kajian dan penelitian di Provinsi dan berbagai

Kabupaten/Kota di Jawa Barat yang dapat dijadikan bahan untuk penentuan

kebijakan, program dan kegiatan pembangunan di Jawa Barat.

Tabel 8.5 Perguruan Tinggi PSW/PSG yang Mendukung Pelaksanaan Pengarusutamaan Gender

No Perguruan Tinggi/PSW/PSG

ALAMAT

(1) (2) (3)

1 P 4 W UNPAD JL. Dipatiukur No. 35 Bandung

2 P S W UIN SGD Bandung JL. A.H. Nasution No. 108 Bandung

3 P S W UPI JL. Dr. Setiabudi No. 229 Bandung

4 P S W UNINUS JL. Soekarno Hatta No. 530 Bandung

5 P S W UNPAS JL. Lengkong Dalem No. 17 Bandung

6 P S W UNISBA JL. Tamansari No. 1 Bandung

7 P S W IPB Jl. Pajajaran Bogor

8 P S W IPDN JL. Raya Jatinangor Km. 21

9 P S W ITB JL. Ganesha No. 17 Bandung

10 P S W UNLA JL. Karapitan No Bandung

11 P S W UNPAR JL. Ciumbeuleuit Bandung

Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat

LSM sebagaimana tertera pada tabel 8.5 adalah lembaga-lembaga dari

masyarakat yang telah berbuat banyak dalam mendukung perwujudan

kesetaraan dan keadilan gender di Jawa Barat. Ada yang bergerak dalam

pendataan korban kekerasan terhadap perempuan dan anak, pencegahan dan

penanganan korban kekerasan, Advokasi hukum, pendampingan dan lain-lain.

Page 122: KATA PENGANTAR PENYUSUN DATA TERPILAH STATISTIK GENDER DAN ANAK DP3AKB PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2017 Pengarah : Dr. Ir. Dewi Sartika, M.Si Penanggung Jawab : Ir. Dodi Herlando M.

Data Terpilah Statistik Gender dan Anak Provinsi Jawa Barat Tahun 2017 | 106

Hal ini memberikan kekuatan yang sangat berarti dalam pelaksanaan

Pengarusutamaan Gender di Jawa Barat.

Tabel 8.6 LSM yang Mendukung Pelaksanaan Pengarustamaan Gender

No LSM ALAMAT

(1) (2) (3)

1 Jaringan Relawan Independen (JARI) Bandung

JL. Sumatra No. 46-48

2 Lembaga Perlindungan Anak JL. Karang Tinggal No. 33 Bandung

3 Lembaga Advokasi Hak Anak (LAHA) JL. Depok vi No. 2 Antapani Bandung

4 BAHTERA Cileutik Buah Batu No. 5, Bandung

5 PAHAM JL. Pindad Utara No. 48 C

6 INSTITUT PEREMPUAN Lembaga Perlindungan Kekerasaan Dalam Rumah Tangga (LPKDRT)

JL. Dago Pojok No. 85

Sumber: DP3AKB Provinsi Jawa Barat

Banyak dan beragamnya organisasi Perempuan di Jawa Barat menjadi

salah satu kekuatan yang dahsyat dalam mendukung pelaksanaan PUG di Jawa

Barat. Mereka memiliki pengurus yang cukup handal serta memiliki jumlah

anggota yang sangat besar. Melalui berbagai oraganisasi perempuan tersebut

memudahkan dan melancarkan sampainya pesan-pesan kesetaraan dan

keadilan gender kepada masyarakat. Dan melalui pembinaan organisasi yang

dilakukan, telah memunculkan kader-kader perempuan yang berkualitas. Dan

melalui pembinaan berbagai keterampilan baik bidang pendidikan, kesehatan

dan ekonomi, telah memberikan dampak terhadap peningkatan kualitas hidup

perempuan di Jawa Barat.

Page 123: KATA PENGANTAR PENYUSUN DATA TERPILAH STATISTIK GENDER DAN ANAK DP3AKB PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2017 Pengarah : Dr. Ir. Dewi Sartika, M.Si Penanggung Jawab : Ir. Dodi Herlando M.

Data Terpilah Statistik Gender dan Anak Provinsi Jawa Barat Tahun 2017 | 107

Tabel 8.7 Organisasi Wanita yang Mendukung

Pengarustamaan Gender

No. NAMA ALAMAT SEKRETARIAT TELEPON

(1) (2) (3) (4)

1. Badan Kerjasama Organisasi Wanita (BKOW)

Jl. Braga Bandung

2. Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK)

Jl. Soekarno-Hatta No. 468 Bandung 022-7567673

3. Kaukus Perempuan Politik Indonesia (KPPI)

4. Dharma wanita persatuan Jl.Tamansari No.57 Bandung 022-2504606

5. Bhayangkari Jl,Soekarno-Hatta No.748 Bandung 022-7806392

6. Adhyaksa Dharma Karini Kejaksaan Tinggi

Jl.Madura No.1 Bandung 022-4205377

7. Persit Kartika Chandra kirana Jl.sumbawa No.32 Bandung 022-4206413

8. IKKT Pragati wira Anggini Jl.Nias No.3 Bandung

9. Pia Ardhya Garini Jl.Ir.H.Juanda No.149 Bandung 022-2502318

10. Aisyiyah Jl.Sancang No.6 Bandung 022-7205911

11. Perkumpulan Budi Istri Jl.R.E.Martadinata No.110 Bandung 022-4211694

12. Balai Perguruan Putri Jl.Vandeventer No.14 Bandung 022-4218906

13. Himpunan Wanita Karya Jl.Gondang No.19 Bandung 022-7310559

14. Harpi Melati Jl.Sukajadi No.144 Bandung 022-2038045

15. Ikatan Bidan Indonesia Jl.Bima Utara No.4 Bandung 022-6034189

16. IKWI H.U Pikiran Rakyat Jl.Soekarno-

Hatta Bandung

17. IWAPI Jl.Atlas I No.3 Bandung 022-7207652

18. KOWAVERI Jl.Jawa No.56 Bandung 022-4206589

19. Pasundan Istri Jl.Kihiur No.30 Bandung 022-7208373

20. Perwari Jl.Cipedes Tengah I No.13 Bandung 022-2011335

21. Perwosi Jl.Setra Indah Barat Kav. 6 No.17 Bandung

022-2007542

22. Perwanas Jl.Babakan Haji Tamim No.61 Bandung -40125-

022-7231925

23. Perip TNI & POLRI Jl.Aceh No.89 Bandung 022-70782510

24. Kerta Wredatama PWRI Jl.Turangga No.25 Bandung 022-7332432

25. MuslimatNU Jl.sancang No.8 Bandung 022-7301387

26. Wanita Islam Jl.Pungkur No.151 Bandung 022-7218427

27. Wanita Kosgoro Jl.Progo No.3 Bandung 022-4202993

28. Wanita MKGR Jl.Setra Indah Utara 2 No.1 Bandung

29. Wanita Satya Praja Jl.Ciwaregu No.11 A Bandung 022-7272044

30. Warakawuri Jl.Aceh No.89 Bandung 022-4201693

Page 124: KATA PENGANTAR PENYUSUN DATA TERPILAH STATISTIK GENDER DAN ANAK DP3AKB PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2017 Pengarah : Dr. Ir. Dewi Sartika, M.Si Penanggung Jawab : Ir. Dodi Herlando M.

Data Terpilah Statistik Gender dan Anak Provinsi Jawa Barat Tahun 2017 | 108

No. NAMA ALAMAT SEKRETARIAT TELEPON

(1) (2) (3) (4)

31. WKRI Jl.Unpar 2 No.10 Bandung 022-2013939

32. Wiarawati Catur Panca Jl.Ir.H.Juanda No.276 Bandung 022-2501403

34. PIVERI Jl.Jawa No.56 Bandung 022-4233242

35. Ikatan Budi Ibu Jl.Kidang Pananjung No.8 Bandung 022-2501469

36. Krida Wanita Swadari Indonesia

Jl.Parakan Indah No.1 Bandung 022-7511420

37. Wanita Tabiyah Islamiyah Jl.Gatot Subroto No.192 Bandung 022-7311005

38. IKASFI Jl.Jati Indah 1 No.12 Bandung 022-7310118

39. Fatayat NU Jl.Sancang No.8 Bandung 022-7301387

40. Wanita Walubi Jl.Bengawan No.53 Bandung 022-4256105

41. PIDHI Jl.Mandala I No.5 Jati Handap Bandung

022-7276273

42. Wanita Pembangunan Indonesia

Jl.SMA 21 No.3 Ranca Sawo Bandung

022-7534627

43. Persatuan Istri Tekhnisi Indonesia

Jl.Sangkuriang No.19 Bandung

44. KOPRI PMII Jl.Sancang No.8 Bandung 022-7301387

45. Perwira Wana Kencana Jl.Pulo Laut No.14 Bandung 022-4241055

46. PGRI Jl.Talaga Bodas No.59 Bandung 022-7301691

47. Pitaloka AMS Pusat Jl.Majalengka No.30 Bandung

48. IWSS Jl.Rancagoong No.7 Turangga Bandung

022-1306150

49. PERWANI Jl.Dursasana No.4A Bandung

50. Korps HMI-Wati (KOHATI) Jl.Sabang No.17 Bandung

51. Majelis Ta’lim Siti Khodijah Jl.Ir.H.Juanda No.313 Bandung 022-2505412

52. PWKI Jl.Sukamulya Indah No.6-8 Bandung

53. Wanita Budhis Jl.Ir.H.Juanda No.5 Bandung 022-4238696

54. Ikaran Istri Dokter Indonesia Jl.Jati Handap 2 No.11 Bandung

55. Tiara Kusumah Jl.Dr.Hatta No.20 Bandung 022-4204313

56. Dian Kemala Jl.Cicendo No.29 Bandung 022-4205031

57. Korps Perempuan MDI Jl.Suryalaya XVIII No.5 Bandung 022-7310080

58. Yayasan Amal Bhakti Ibu Jl.Mutumanikan No.69 Bandung 022-7310530

59. Badan Kerjasama Majelis Ta’lim Masjid

Jl.Kinanti No.4 Bandung 022-7300745

60. Muslimat Mathla’ul Anwar Jl.Cidalima No.9 PONTREN YAMISA Soreang Blk.RSU Soreang Kab.Bandung -40912-

022-5891134

61. PERWAMA INA Jl.Kalasan Raya N24 New Parmindo Bandung

022-6032815

Sumber : BKOW Jawa Barat

Page 125: KATA PENGANTAR PENYUSUN DATA TERPILAH STATISTIK GENDER DAN ANAK DP3AKB PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2017 Pengarah : Dr. Ir. Dewi Sartika, M.Si Penanggung Jawab : Ir. Dodi Herlando M.

Data Terpilah Statistik Gender dan Anak Provinsi Jawa Barat Tahun 2017 | 109

PROFIL GENDER BIDANG HUKUM DAN

SOSIAL BUDAYA

engan jumlah penduduk yang besar dan heterogen, Pemerintah

Provinsi Jawa Barat memiliki tantangan cukup berat dalam mengelola

masalah kesejahteraan sosial warganya. Di samping hak-hak atas

kebutuhan dasar semua warga harus terpenuhi, pemerintah juga

berkewajiban menyelenggarakan pelayanan dan pengembangan kesejahteraan

sosial secara terencana, terarah dan berkelanjutan. Hal ini tersirat di dalam

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2009 tentang

Kesejahteraan Sosial.

Beberapa kelompok masyarakat yang dianggap memiliki masalah sosial

dan rentan sosial antara lain pelaku kriminalitas yang menjadi penghuni

Lembaga Pemasyarakatan, penduduk lanjut usia dan penyandang disabilitas

(dahulu disebut penyandang cacat).

Terhadap kelompok masyarakat tersebut perlu diupayakan

pemberdayaan sosial agar mampu memenuhi kebutuhannya secara mandiri,

tidak menjadi beban bagi kelompok masyarakat lain. Dalam hal ini dibutuhkan

peran serta lembaga dan/atau perseorangan sebagai potensi dan sumber daya

dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial.

9.1. Penghuni Lembaga Pemasyarakatan (Lapas)

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 1995

tentang Pemasyarakatan, Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) adalah tempat

untuk melaksanakan pembinaan narapidana dan anak didik pemasyarakatan.

Narapidana mengacu kepada orang yang menjalani pidana hilang kemerdekaan

di Lapas berusia di atas 18 tahun, sedangkan anak didik pemasyarakatan

D

9

Page 126: KATA PENGANTAR PENYUSUN DATA TERPILAH STATISTIK GENDER DAN ANAK DP3AKB PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2017 Pengarah : Dr. Ir. Dewi Sartika, M.Si Penanggung Jawab : Ir. Dodi Herlando M.

Data Terpilah Statistik Gender dan Anak Provinsi Jawa Barat Tahun 2017 | 110

berusia hingga 18 tahun. Dengan penerapan sistem pemasyarakatan ini,

narapidana dianggap bukan sebagai obyek melainkan subyek yang tidak

berbeda dengan warga lainnnya yang tidak luput dari berbuat salah kemudian

perlu dibina agar menyadari kesalahan, memperbaiki diri dan tidak mengulangi

tindak pidana sehingga akhirnya dapat diterima kembali oleh masyarakat,

dapat aktif berperan dalam pembangunan dan dapat hidup secara wajar

sebagai warga yang baik dan bertanggung jawab.

Di sisi lain, adanya penghuni Lapas perempuan sedikitnya menunjukkan

bahwa pada masa sekarang perempuan pun dapat menjadi pelaku tindak

kejahatan. Hal ini bertentangan dengan stereotype di dalam masyarakat yang

menggambarkan perempuan antara lain mempunyai ciri-ciri lemah lembut,

penuh kasih sayang, penurut (Radar, 1989 dan Miller, 1991, dikutip dalam

thesis oleh Wahyu Ernaningsih, UI). Dengan citra seperti ini, perempuan dirasa

tidak mungkin melakukan kejahatan.

Dari tabel 9.1 terlihat bahwa jumlah tahanan di masing-masing lapas di

wilayah Provinsi Jawa Barat. Dari total tahanan sebanyak 5.243 orang, dimana

98,53 persen adalah tahanan dewasa dan sisanya sebanayak 1,47 persen

adalah tahanan anak-anak. Dari tahanan anak-anak 2,60 persen adalah

berjenis kelamin perempuan sisanya 97,40 persen tahanan laki-laki. Sedangkan

untuk tahanan dewasa 4,16 persen tahanan dewasa perempuan dan sisanya

dan sisanya 95,84 persen tahanan dewasa laki-laki.

Data pada Tabel 9.2 juga menunjukkan bahwa dari total narapidana

dewasa sebanyak 16.978, yang merupakan narapidana perempuan dewasa

sebanayak 3,70 persen dan untuk narapidana anak-anak yang merupakan

nanarapidana anak-anak perempuan sebesar 1,06 persen.

Page 127: KATA PENGANTAR PENYUSUN DATA TERPILAH STATISTIK GENDER DAN ANAK DP3AKB PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2017 Pengarah : Dr. Ir. Dewi Sartika, M.Si Penanggung Jawab : Ir. Dodi Herlando M.

Data Terpilah Statistik Gender dan Anak Provinsi Jawa Barat Tahun 2017 | 111

Tabel 9.1. Jumlah Penghuni Lapas dan Rutan Provinsi Jawa Barat Menurut Jenis Tahanan Tahun 2016

No Lapas

Tahanan Dewasa Tahanan Anak

Tahanan Dewasa Laki-Laki

Tahanan Dewasa

Perempuan

Tahanan Dewasa

Tahanan Anak

Laki-Laki

Tahanan Anak

Perempuan

Tahanan Anak

(1) (2) (4) (5) (6) (7) (8) (9)

1 LAPAS KELAS I CIREBON 100.00 0.00 100.00 0.00 0.00 0.00

2 LAPAS KELAS I SUKAMISKIN 100.00 0.00 100.00 0.00 0.00 0.00

3 LAPAS KELAS II A BANCEUY BANDUNG 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

4 LAPAS KELAS II A BEKASI 100.00 0.00 100.00 100.00 0.00 100.00

5 LAPAS KELAS II A BOGOR 73.40 26.60 100.00 80.00 20.00 100.00

6 LAPAS KELAS II A CIBINONG 100.00 0.00 100.00 100.00 0.00 100.00

7 LAPAS KELAS II A KARAWANG 97.29 2.71 100.00 100.00 0.00 100.00

8 LAPAS KELAS II A KUNINGAN 90.00 10.00 100.00 0.00 0.00 0.00

9 LAPAS KELAS II A SUBANG 96.33 3.67 100.00 0.00 0.00 0.00

10 LAPAS KELAS II B CIAMIS 92.19 7.81 100.00 0.00 0.00 0.00

11 LAPAS KELAS II B CIANJUR 97.12 2.88 100.00 0.00 100.00 100.00

12 LAPAS KELAS II B GARUT 100.00 0.00 100.00 0.00 0.00 0.00

13 LAPAS KELAS II B INDRAMAYU 97.02 2.98 100.00 100.00 0.00 100.00

14 LAPAS KELAS II B MAJALENGKA 94.83 5.17 100.00 100.00 0.00 100.00

15 LAPAS KELAS II B PURWAKARTA 97.32 2.68 100.00 0.00 0.00 0.00

16 LAPAS KELAS II B SUKABUMI 96.32 3.68 100.00 0.00 0.00 0.00

17 LAPAS KELAS II B SUMEDANG 92.93 7.07 100.00 0.00 0.00 0.00

18 LAPAS KELAS II B TASIKMALAYA 94.87 5.13 100.00 0.00 0.00 0.00

19 LAPAS KELAS III BANJAR 100.00 0.00 100.00 0.00 0.00 0.00

20 LAPAS KELAS III BEKASI 94.95 5.05 100.00 100.00 0.00 100.00

21 LAPAS KELAS III GUNUNG SINDUR 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

22 LAPAS KELAS III WARUNGKIARA 98.62 1.38 100.00 100.00 0.00 100.00

23 LAPAS KHUSUS KELAS II B SENTUL 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

24 LAPAS NARKOTIKA KELAS II A BANDUNG

100.00 0.00 100.00 0.00 0.00 0.00

25 LAPAS NARKOTIKA KELAS II A CIREBON

0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

26 LAPAS PEREMPUAN KELAS II A BANDUNG

0.00 100.00 100.00 0.00 0.00 0.00

27 LEMBAGA PEMBINAAN KHUSUS ANAK KELAS II BANDUNG

0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

28 RUTAN KELAS I BANDUNG 100.00 0.00 100.00 0.00 0.00 0.00

29 RUTAN KELAS I CIREBON 94.53 5.47 100.00 100.00 0.00 100.00

30 RUTAN KELAS II B DEPOK 100.00 0.00 100.00 100.00 0.00 100.00

31 RUTAN KELAS II B GARUT 95.20 4.80 100.00 100.00 0.00 100.00

32 RUTAN KELAS II B GUNUNG SINDUR 100.00 0.00 100.00 0.00 0.00 0.00

Jumlah 95.84 4.16 100.00 97.40 2.60 100.00

Page 128: KATA PENGANTAR PENYUSUN DATA TERPILAH STATISTIK GENDER DAN ANAK DP3AKB PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2017 Pengarah : Dr. Ir. Dewi Sartika, M.Si Penanggung Jawab : Ir. Dodi Herlando M.

Data Terpilah Statistik Gender dan Anak Provinsi Jawa Barat Tahun 2017 | 112

Tabel 9.2. Jumlah Penghuni Lapas dan Rutan Provinsi Jawa Barat Menurut Jenis Napi Tahun 2016

No Lapas

Napi Dewasa Napi Anak

Napi Dewasa Laki-Laki

Napi Dewasa Perempuan

Napi Dewasa

Anak Laki-Laki

Anak Perempuan

Anak

(1) (2) (4) (5) (6) (7) (8) (9)

1 LAPAS KELAS I CIREBON 100.00 0.00 100.00 0.00 0.00 0.00

2 LAPAS KELAS I SUKAMISKIN 100.00 0.00 100.00 0.00 0.00 0.00

3 LAPAS KELAS II A BANCEUY BANDUNG 100.00 0.00 100.00 0.00 0.00 0.00

4 LAPAS KELAS II A BEKASI 100.00 0.00 100.00 0.00 0.00 0.00

5 LAPAS KELAS II A BOGOR 95.79 4.21 100.00 100.00 0.00 100.00

6 LAPAS KELAS II A CIBINONG 100.00 0.00 100.00 100.00 0.00 100.00

7 LAPAS KELAS II A KARAWANG 97.84 2.16 100.00 0.00 0.00 0.00

8 LAPAS KELAS II A KUNINGAN 98.77 1.23 100.00 0.00 0.00 0.00

9 LAPAS KELAS II A SUBANG 98.38 1.62 100.00 0.00 0.00 0.00

10 LAPAS KELAS II B CIAMIS 97.33 2.67 100.00 0.00 0.00 0.00

11 LAPAS KELAS II B CIANJUR 98.88 1.12 100.00 100.00 0.00 100.00

12 LAPAS KELAS II B GARUT 100.00 0.00 100.00 0.00 0.00 0.00

13 LAPAS KELAS II B INDRAMAYU 97.97 2.03 100.00 100.00 0.00 100.00

14 LAPAS KELAS II B MAJALENGKA 96.55 3.45 100.00 0.00 0.00 0.00

15 LAPAS KELAS II B PURWAKARTA 97.62 2.38 100.00 0.00 0.00 0.00

16 LAPAS KELAS II B SUKABUMI 98.28 1.72 100.00 0.00 0.00 0.00

17 LAPAS KELAS II B SUMEDANG 95.51 4.49 100.00 0.00 0.00 0.00

18 LAPAS KELAS II B TASIKMALAYA 96.34 3.66 100.00 0.00 0.00 0.00

19 LAPAS KELAS III BANJAR 100.00 0.00 100.00 0.00 0.00 0.00

20 LAPAS KELAS III BEKASI 98.48 1.52 100.00 100.00 0.00 100.00

21 LAPAS KELAS III GUNUNG SINDUR 100.00 0.00 100.00 0.00 0.00 0.00

22 LAPAS KELAS III WARUNGKIARA 94.48 5.52 100.00 0.00 0.00 0.00

23 LAPAS KHUSUS KELAS II B SENTUL 100.00 0.00 100.00 0.00 0.00 0.00

24 LAPAS NARKOTIKA KELAS II A BANDUNG 100.00 0.00 100.00 0.00 0.00 0.00

25 LAPAS NARKOTIKA KELAS II A CIREBON 100.00 0.00 100.00 0.00 0.00 0.00

26 LAPAS PEREMPUAN KELAS II A BANDUNG 0.00 100.00 100.00 0.00 100.00 100.00

27 LEMBAGA PEMBINAAN KHUSUS ANAK KELAS II BANDUNG 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

28 RUTAN KELAS I BANDUNG 100.00 0.00 100.00 0.00 0.00 0.00

29 RUTAN KELAS I CIREBON 92.46 7.54 100.00 100.00 0.00 100.00

30 RUTAN KELAS II B DEPOK 99.66 0.34 100.00 100.00 0.00 100.00

31 RUTAN KELAS II B GARUT 98.53 1.47 100.00 100.00 0.00 100.00

32 RUTAN KELAS II B GUNUNG SINDUR 100.00 0.00 100.00 0.00 0.00 0.00

Jumlah 96.30 3.70 100.00 98.94 1.06 100.00

Page 129: KATA PENGANTAR PENYUSUN DATA TERPILAH STATISTIK GENDER DAN ANAK DP3AKB PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2017 Pengarah : Dr. Ir. Dewi Sartika, M.Si Penanggung Jawab : Ir. Dodi Herlando M.

Data Terpilah Statistik Gender dan Anak Provinsi Jawa Barat Tahun 2017 | 113

9.2. Penduduk Lanjut Usia (Lansia)

Penduduk lansia merupakan salah satu kelompok sasaran pembangunan

yang menjadi fokus perhatian pemerintah. Hal ini terjadi seiring dengan adanya

fenomena kependudukan di abad millenium ini yaitu peningkatan jumlah

lansia. Dengan semakin meningkatnya penduduk lansia,dibutuhkan

perhatian dari semua pihak dalam mengantisipasi berbagai permasalahan yang

berkaitan dengan penuaan penduduk terutama dalam struktur demografis.

Undang Undang Republik Indonesia No.13 Tahun 1998 tentang

Kesejahteraan Lanjut Usia menyatakan bahwa Lanjut Usia adalah seseorang

yang telah mencapai usia 60 tahun (enam puluh) tahun ke atas. Sebagaimana

warga lain, para lanjut usia (lansia) mempunyai hak yang sama dalam

kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

Sebagai penghormatan dan penghargaan, kepada lanjut usia diberikan

hak untuk meningkatkan kesejahteraan sosial yang meliputi:

a. pelayanan keagamaan dan mental spiritual;

b. pelayanan kesehatan;

c. pelayanan kesempatan kerja;

d. pelayanan pendidikan dan pelatihan;

e. kemudahan dalam penggunaan fasilitas, sarana, dan prasarana umum.

f. kemudahan dalam layanan dan bantuan hukum;

g. perlindungan sosial;

h. bantuan sosial.

Berkaitan dengan itu, untuk mengoptimalkan pemenuhan kesejahteraan

sosial oleh Pemerintah Provinsi Jawa Barat, beberapa karakteristik lansia di

Jawa Barat perlu diketahui, antara lain meliputi jumlah lansia menurut

Page 130: KATA PENGANTAR PENYUSUN DATA TERPILAH STATISTIK GENDER DAN ANAK DP3AKB PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2017 Pengarah : Dr. Ir. Dewi Sartika, M.Si Penanggung Jawab : Ir. Dodi Herlando M.

Data Terpilah Statistik Gender dan Anak Provinsi Jawa Barat Tahun 2017 | 114

kelompok umur dan jenis kelamin, jumlah lansia menurut tingkat pendidikan

dan jenis kegiatan yang dilakukan.

Berdasarkan hasi Survei Sosial Ekonomi Nasional Tahun 2016 di Provinsi

Jawa Barat, jumlah lansia merupakan 8,28 persen dari total penduduk Provinsi

Jawa Barat yang berjumlah 47.379.389 jiwa. Persentase penduduk lansia yang

melebihi delapan persen ini menunjukkan bahwa Provinsi Jawa Barat termasuk

daerah yang telah memasuki era penduduk berstruktur tua (aging structured

population).

Page 131: KATA PENGANTAR PENYUSUN DATA TERPILAH STATISTIK GENDER DAN ANAK DP3AKB PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2017 Pengarah : Dr. Ir. Dewi Sartika, M.Si Penanggung Jawab : Ir. Dodi Herlando M.

Data Terpilah Statistik Gender dan Anak Provinsi Jawa Barat Tahun 2017 | 115

Tabel 9.3. Persentase Penduduk Lansia dan Pralansia terhadapTotal Penduduk di Provinsi Jawa Barat Menurut Kelompok Umur,

Klasifikasi Wilayah dan Jenis Kelamin Tahun 2016

Klasifikasi Wilayah/ Kelompok Umur

2016

Laki-laki Perempuan L+P

(1) (2) (3) (4)

Perkotaan: 48,52 51,48 100,00

45-54 4,08 3,88 7,95

55-59 1,44 1,36 2,80

60-69 1,69 1,64 3,33

70-74 0,44 0,54 0,98

75+ 0,41 0,51 0,92

60+ 2,54 2,69 5,23

Perdesaan: 48,45 51,55 100,00

45-54 1,89 1,84 3,74

55-59 0,73 0,67 1,41

60-69 0,96 0,94 1,89

70-74 0,28 0,32 0,60

75+ 0,24 0,32 0,56

60+ 1,48 1,57 3,05

Kota+Desa: 48,49 51,51 100,00

45-54 5,97 5,72 11,69

55-59 2,17 2,03 4,20

60-69 2,64 2,58 5,22

70-74 0,72 0,86 1,58

75+ 0,66 0,83 1,48

60+ 4,02 4,27 8,28

Sumber : BPS Provinsi Jawa Barat, Susenasl 2016

Pada tahun 2016, di antara seluruh lansia se-Jawa Barat, penduduk

lansia di perkotaan meliputi 63,15 persen, sedangkan 36,85 persennya tinggal

di perdesaan. Jika dilihat menurut kelompok umur, jumlah penduduk lansia

terbagi menjadi lansia muda (usia 60-69 tahun) yang pada tahun 2016 sebesar

5,22 persen dari seluruh penduduk Jawa Barat, lansia menengah (70-74 tahun)

Page 132: KATA PENGANTAR PENYUSUN DATA TERPILAH STATISTIK GENDER DAN ANAK DP3AKB PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2017 Pengarah : Dr. Ir. Dewi Sartika, M.Si Penanggung Jawab : Ir. Dodi Herlando M.

Data Terpilah Statistik Gender dan Anak Provinsi Jawa Barat Tahun 2017 | 116

1,58 persen, sedangkan lansia tua (75 tahun ke atas) meliputi 1,48 persen dari

seluruh penduduk. Sementara itu, penduduk pra lansia yaitu kelompok umur

45-54 tahun dan 55-59 tahun masing-masing sebesar 11,69 persen dan 4,20

persen dari total penduduk Jawa Barat. Selengkapnya dapat dilihat pada Tabel

10.3 sebagai berikut.

Sebaran lansia menurut kelompok umur dan wilayah tempat tinggal ini

diperlukan untuk penyusunan program penanganan lansia berkaitan dengan

masalah kesehatan, ekonomi dan sosial budaya. Beberapa karakteristik tentang

lansia di Jawa Barat sangat membantu para pengambil kebijakan/instansi

terkait agar dapat memberikan pengetahuan dan meningkatkan kesadaran

masyarakat khususnya para lansia dan keluarganya mengenai pentingnya

menjaga kesehatan dan memiliki gaya hidup yang baik untuk mencegah

penyakit degeneratif serta memperpanjang usia harapan hidup dan masa

produktif. Lansia dengan kualitas kesehatan yang baik diharapkan tetap dapat

melaksanakan fungsi soisalnya dan berperan aktif secara wajar dalam hidup

bermasyarakat, juga berpeluang untuk mendayagunakan pengetahuan,

keahlian, kemampuan, keterampilan dan pengalaman yang dimilikinya.

Untuk melihat kualitas hidup para lansia dikaitkan dengan program

pemerintah sebagaimana telah disebutkan, uraian dalam subbab berikut ini

kiranya dapat memberikan gambaran.

9.2.1. Pendidikan Penduduk Lansia

Dalam rangka meningkatkan kualitas SDM pemerintah melakukan

pembangunan di bidang pendidikan yang ditujukan bagi seluruh lapisan

masyarakat tanpa memandang usia. Hal ini sesuai dengan UUD 1945 yang

tercantum pada Bab XIII Pasal 31 Ayat (1): bahwa tiap-tiap warga negara

berhak mendapat pengajaran. Selain itu, Bab IV Pasal 5 Ayat (5) UU RI

Page 133: KATA PENGANTAR PENYUSUN DATA TERPILAH STATISTIK GENDER DAN ANAK DP3AKB PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2017 Pengarah : Dr. Ir. Dewi Sartika, M.Si Penanggung Jawab : Ir. Dodi Herlando M.

Data Terpilah Statistik Gender dan Anak Provinsi Jawa Barat Tahun 2017 | 117

Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional juga menyebutkan

bahwa setiap warga negara berhak mendapat kesempatan meningkatkan

pendidikan sepanjang hayat.

Berdasarkan UU yang disebutkan di atas, pendidikan sangat penting

baik bagi penduduk usia muda maupun tua. Bagi penduduk usia muda,

pendidikan merupakan hal yang mutlak diperlukan untuk kelangsungan hidup

di masa depan. Penduduk yang berusia tuapun juga perlu mendapatkan

pendidikan, seperti yang tertuang dalam UU Lansia No. 13 Tahun 1998 Bab III

Pasal 5 Ayat (2)d tentang hak dan kewajiban lansia, bahwa lansia diberikan hak

untuk meningkatkan kesejahteraan sosial salah satunya dalam bidang pendidikan

dan pelatihan. Dengan bekal pendidikan dan pelatihan yang memadai, diharapkan

timbul rasa kemandirian pada lansia sehingga tidak menjadi beban bagi dirinya,

keluarga maupun masyarakat.

Sejalan dengan itu, dalam UU tersebut Bab VI Pasal 16 ayat (1)

disebutkan bahwa pemerintah memberikan pelayanan dan pelatihan yang

dimaksudkan untuk meningkatkan pengetahuan, keahlian, keterampilan,

kemampuan, dan pengalaman lanjut usia potensial sesuai dengan potensi yang

dimilikinya. Berkaitan dengan UU tersebut diatas, pemerintah telah berupaya

menyelenggarakan berbagai program yang ditujukan dalam meningkatkan

pendidikan sekaligus kesejahteraan penduduk lansia, antara lain program

Pemberantasan Buta Aksara (keaksaraan dasar) dan dilanjutkan dengan

program keaksaraan fungsional. Keseluruhan program yang diselenggarakan

pemerintah tersebut pada dasarnya mencerminkan komitmen pemerintah

dalam melaksanakan tujuan nasional yaitu mencerdaskan bangsa.

Selain itu, tingkat pendidikan adalah salah satu pengukur kualitas

Page 134: KATA PENGANTAR PENYUSUN DATA TERPILAH STATISTIK GENDER DAN ANAK DP3AKB PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2017 Pengarah : Dr. Ir. Dewi Sartika, M.Si Penanggung Jawab : Ir. Dodi Herlando M.

Data Terpilah Statistik Gender dan Anak Provinsi Jawa Barat Tahun 2017 | 118

penduduk, termasuk pula kualitas lansia. Dilihat dari Tabel 10.4 , terungkap

bahwa penduduk lansia di Jawa Barat paling banyak tidak tamat Sekolah

Dasar; pada tahun 2016 sebesar 33,43 persen penduduk lansia tidak tamat SD,

sedangkan pada tahun 2012 34,34 persen. Yang tamat SD/MI/sederajat

menyusul, sebesar sekitar 30 persen pada tahun 2016.

Tabel 9.4. Persentase Penduduk Lansia Provinsi Jawa Barat Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan dan Jenis Kelamin Tahun 2016

Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan

2016

Laki-laki Perempuan L+P

(1) (2) (3) (4)

Tidak Punya Ijazah 31.60 47.74 39.78

SD/MI/Sederajat 50.79 40.29 45.47

SLTP/MTs/Sederajat 7.23 6.42 6.82

SLTA/MA/Sederajat 4.37 2.40 3.37

Perguruan Tinggi 6.00 3.14 4.55

Jumlah 100.00 100.00 100.00

Sumber : BPS Provinsi Jawa Barat, Susenasl 2016

Tingkat pendidikan lansia ini menggambarkan keadaan pendidikan di Jawa

Barat sekitar setengah abad yang lampau. Kemungkinan karena Indonesia

belum lama merdeka, masih banyak penduduk –tidak terkecuali di Jawa Barat-

belum mementingkan bersekolah akibat keadaan sosial ekonomi belum pulih,

sarana dan prasarana fasilitas pendidikan sulit terjangkau serta budaya

masyarakat belum seterbuka pada masa sekarang.

Page 135: KATA PENGANTAR PENYUSUN DATA TERPILAH STATISTIK GENDER DAN ANAK DP3AKB PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2017 Pengarah : Dr. Ir. Dewi Sartika, M.Si Penanggung Jawab : Ir. Dodi Herlando M.

Data Terpilah Statistik Gender dan Anak Provinsi Jawa Barat Tahun 2017 | 119

Generasi penerus sewajarnya dapat memetik pelajaran berharga dari

potret ini sehingga timbul kesadaran akan pentingnya pendidikan sebagai bekal

hingga hari tua. Semakin tinggi tingkat pendidikan, diharapkan semakin besar

pula tingkat keberdayaan penduduk lansia sehingga mewujudkan kemandirian

dan kesejahteraannya, sesuai dengan amanat UU RI No,13 Tahun 1998.

9.2.2. Penduduk Lansia Menurut Kegiatan yang Dilakukan

Pemberdayaan penduduk lansia potensial merupakan salah satu

upaya menunjang kemandirian lansia, baik dari aspek ekonomis, maupun

sebagai pemenuhan kebutuhan psikologi, sosial, budaya dan kesehatan. Hal ini

sesuai dengan UU Lansia No. 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lansia Bab

VI Pasal 15 Ayat (1) yang menyebutkan bahwa pemerintah memberikan

pelayanan kesempatan kerja bagi lanjut usia potensial dimaksudkan memberi

peluang untuk mendayagunakan pengetahuan, keahlian, kemampuan,

keterampilan, dan pengalaman yang dimilikinya.

Untuk melihat kegiatan ekonomi penduduk lansia, diperlukan data

keterlbatan penduduk dalam kegiatan bekerja dan selain bekerja (sekolah,

mengurus rumah tangga dan lainnya). Hasil Survei Angkatan Kerja Nasional

Tahun 2016 mengenai kegiatan penduduk lansia menurut jenis kelamin

dirangkum dalam Tabel 9.5 sebagai berikut.

Page 136: KATA PENGANTAR PENYUSUN DATA TERPILAH STATISTIK GENDER DAN ANAK DP3AKB PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2017 Pengarah : Dr. Ir. Dewi Sartika, M.Si Penanggung Jawab : Ir. Dodi Herlando M.

Data Terpilah Statistik Gender dan Anak Provinsi Jawa Barat Tahun 2017 | 120

Tabel 9.5. Persentase Penduduk Lansia Provinsi Jawa Barat Menurut Kegiatan Seminggu yang Lalu dan Jenis Kelamin Tahun 2016

Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan

2016

Laki-laki Perempuan L+P

(1) (2) (3) (4) Bekerja 61.17 21.74 40.86

Pengangguran Pernah Bekerja

1.69 0.13 0.89

Pengangguran Tidak Pernah Bekerja

0.58 0.55 0.56

Mengurus Rumah Tangga 10.88 59.20 35.76

Lainnya 25.69 18.37 21.92

Jumlah 100.00 100.00 100.00

Sumber: Survei Angkatan Kerja Nasional, 2016

Cukup menarik melihat kenyataan bahwa pada tahun 2016 40,86 persen

lansia di Jawa Barat masih bekerja, artinya masih secara aktif melakukan

kegiatan ekonomi untuk memperoleh atau membantu memperoleh pendapatan

atau keuntungan, minimal selama 1 jam dalam seminggu. Penduduk lansia laki-

laki yang bekerja jauh lebih banyak dibandingkan lansia perempuan, yaitu

61,17 persen dari seluruh lansia, sedangkan lansia perempuan yang bekerja

meliputi 21,74 persennya. Lebih menarik lagi, sekitar 1,45 persen penduduk

lansia dalam status mencari pekerjaan dan masih bersedia bekerja apabila

ada yang menyediakan.

Penduduk lansia yang termasuk dalam angkatan kerja ini merupakan

lansia potensial. Mereka tergolong sebagai lansia yang produktif dan mandiri.

Dalam hal ini Pemerintah berkewajiban memberikan pelayanan kesempatan

kerja bagi lansia potensial, tidak berbeda dengan kelompok usia produktif yang

lain.

Page 137: KATA PENGANTAR PENYUSUN DATA TERPILAH STATISTIK GENDER DAN ANAK DP3AKB PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2017 Pengarah : Dr. Ir. Dewi Sartika, M.Si Penanggung Jawab : Ir. Dodi Herlando M.

Data Terpilah Statistik Gender dan Anak Provinsi Jawa Barat Tahun 2017 | 121

Pada Tabel 9.6 diperlihatkan bahwa dari keseluruhan penduduk lansia

yang bekerja pada tahun 2016, sebagian besar lansia berwirausaha, yaitu

berusaha dibantu buruh (29,13 persen) dan berusaha sendiri (24,88 persen).

Yang paling sedikit adalah lansia sebagai pekerja bebas di sektor non pertanian

(5.85 persen). Selengkapnya sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 9.1.

Tabel 9.6. Penduduk Lansia Provinsi Jawa Barat Menurut Status Pekerjaan Seminggu yang Lalu dan Jenis Kelamin Tahun 2016

Status Pekerjaan Utama 2016

Laki-laki Perempuan L+P

(1) (2) (3) (4)

Berusaha Sendiri 23.92 27.44 24.88

Berusaha Dibantu Buruh Tdk Tetap/Tdk Dibayar

32.93 19.07 29.13

Berusaha Dibantu Buruh

Tetap/Dibayar 7.70 3.83 6.64

Buruh/Karyawan/

Pegawai 15.39 8.50 13.50

Pekerja Bebas di Pertanian 12.21 15.51 13.12

Pekerja Bebas Nonpertanian 5.58 6.54 5.85

Pekerja Keluarga 2.28 19.10 6.89

Jumlah 100.00 100.00 100.00

Sumber : BPS Provinsi Jawa Barat, Sakernas 2016

Page 138: KATA PENGANTAR PENYUSUN DATA TERPILAH STATISTIK GENDER DAN ANAK DP3AKB PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2017 Pengarah : Dr. Ir. Dewi Sartika, M.Si Penanggung Jawab : Ir. Dodi Herlando M.

Data Terpilah Statistik Gender dan Anak Provinsi Jawa Barat Tahun 2017 | 122

KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN

10.1. Kekerasan Terhadap Perempuan

enurut Pasal 1 Deklarasi Penghapusan Kekerasan Terhadap

Perempuan PBB Tahun 1993, kekerasan terhadap perempuan

adalah setiap perbuatan berdasarkan perbedaan berbasis

gender yang berakibat atau mungkin berakibat kesengsaraan atau penderitaan

perempuan secara fisik, seksual atau psikologis, termasuk ancaman terjadinya

perbuatan tersebut. Pemaksaan atau perampasan kebebasan secara sewenang-

wenang, baik yang terjadi di ranah publik maupun di ranah kehidupan privat

atau pribadi. . Kekerasan yang terjadi terhadap perempuan merupakan salah

satu bentuk ketidakadilan gender, oleh karenanya kekerasan terhadap

perempuan sering di sebut kekeresan yang berbasis gender. Walaupun

kebanyakan korban kekerasan yang berbasis gender berjenis kelamin

perempuan, namun tidak semua laki-laki berperan sebagai pelaku kekerasan.

Sebaliknya tidak semua perempuan korban kekerasan kerena pada kasus

tertentu mereka malah menjadi pelaku, adapun bentuk kekerasan fisik, seksual,

dan psikologi terjadi di dalam :

Keluarga, termasuk pemukulan, penganiayaan seksual anak perempuan

dalam keluarga, pemerkosaan dalam perkawinan, pemotongan kelamin

perempuan dan praktek-praktek tradisional lainnya yang

menyengsarakan perempuan. Kekerasan yang dilakukan bukan oleh

pasangan hidup dan kekerasan yang terkait dengan ekploitasi.

Komunitas, termasuk di dalamnya perkosaan, penganiayaan

seksual,pelecahan dan intimedasi seksual di tempat kerja, institusi

M

10

Page 139: KATA PENGANTAR PENYUSUN DATA TERPILAH STATISTIK GENDER DAN ANAK DP3AKB PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2017 Pengarah : Dr. Ir. Dewi Sartika, M.Si Penanggung Jawab : Ir. Dodi Herlando M.

Data Terpilah Statistik Gender dan Anak Provinsi Jawa Barat Tahun 2017 | 123

pendidikan, tempat umum dan lainnya, perdagangan perempuan dan

pelacuran paksa.

Yang dilaksanakan atau dibiarkan terjadinya oleh negara, dimanapun

kekerasan tersebut terjadi (Pasal 2 Deklarasi Penghapusan Kekerasan

Terhadap Perempuan PP Tahun 1993).

10.2. Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT)

Kekerasan Dalam Rumah Tangga adalah;Setiap perbuatan terhadap

seseorang terutama perempuan, yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau

penderitaan secara fisik, seksual, psikologis dan atau penelantaran rumah

tangga termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan, pemaksaan atau

perempasan kemerdekaan secara melawan hukum dalam lingkup rumah

tangga (UU Nomor 23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan Kekerasan Dalam

Rumah Tangga), adapun yang menjadi korban adalah; suami, istri, dan

anak;orang-orang yang mempunyai hubungan kekeluargaan dengan orang-

orang sebagaimana dimaksud pada huruf a) karena hubungan darah,

perkawinan, persusuan, pengasuhan dan perwakilan yang menetap dalam

rumah tangga.

Orang yang berkerja membantu rumah tangga dan menetap dalam

rumah tangga tersebut. Sedangkan bentuk-bentuk kekerasan terhadap

perempuan dalam rumah tangga ;meliputi :

Kekerasan fisik, yakni perbuatan yang mengakibatkan rasa sakit,

jatuh sakit dan luka berat.

Kekerasan psikis, yakni perbuatan yang mengakibatkan ketakutan,

hilangnya rasa percaya diri, hilangnya kemampuanuntuk bertindak,

rasa tidak berdaya dan penderitaan psikis berat pada seseorang.

Page 140: KATA PENGANTAR PENYUSUN DATA TERPILAH STATISTIK GENDER DAN ANAK DP3AKB PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2017 Pengarah : Dr. Ir. Dewi Sartika, M.Si Penanggung Jawab : Ir. Dodi Herlando M.

Data Terpilah Statistik Gender dan Anak Provinsi Jawa Barat Tahun 2017 | 124

Kekerasan seksual, yang meliputi :

Pemaksaan hubungan seksual yang dilakukan terhadap orang

yang menetap dalam lingkup rumah tangga tersebut

Pemaksaan hubungan seksual terhadap salah seorang dalam

lingkup rumah tangga nya dengan orang lain untuk tujuan

komersial dan atau tujuan tertentu.

Penelantaran rumah tangga meliputi:

Penelantaran kehidupan orang lain atau tidak

memberikan perawatan atau pemeliharaan kepada orang

lain dalam lingkup rumah tangganya.

Membatasi dan atau melarang untuk bekerja sehingga

mengakibatkan ketergantungan ekonomi.

(Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan Kekerasan

Dalam Rumah Tangga)

KDRT sejauh ini belum dikenal secara luas sebagai kejahatan dalam

masyarakat, meskipun terjadi di banyak tempat seperti; pemerkosaan,

penyiksaan terhadap istri, penyiksaan terhadap anak, pembunuhan dan bentuk

kekerasan lainnya namun persepsi yang berkembang di masyarakat masih

menganggap masalah KDRT sebagai masalah pribadi yang tidak perlu di

campuri oleh orang lain/pihak lain, sehingga kebanyakan korban tidak berani

bicara secara terbuka karena terbentur masalah aib, biaya dan waktu. Berikut

ini di gambarkan tentang kasus kekerasan yang terjadi dalam rumah tangga di

Jawa Barat.

Page 141: KATA PENGANTAR PENYUSUN DATA TERPILAH STATISTIK GENDER DAN ANAK DP3AKB PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2017 Pengarah : Dr. Ir. Dewi Sartika, M.Si Penanggung Jawab : Ir. Dodi Herlando M.

Data Terpilah Statistik Gender dan Anak Provinsi Jawa Barat Tahun 2017 | 125

10.3. Gambaran Kekerasan Terhadap Perempuan dan Anak di Jawa

Barat Tahun 2016

Menurut laporan dari Badan Pemberdayaan Perempuan dan

Perlindungan Anak Provinsi Jawa Barat, jumlah kasus kekerasan terhadap

perempuan dan anak di Jawa Barat pada tahun 2017 yang dilaporkan oleh

Motivator keluarga berencana (Motekar) ada sebanyak 454 kasus. Mengingat

Jawa Barat merupakan Provinsi dengan jumlah penduduk terbanyak di

Indonesia, sepertinya jumlah kasus tersebut belum semuanya terdata. Ini bisa

terjadi karena masih banyak masyarakat yang belum melaporkan kepada pihak

yang berwajib jika ada kekerasan dalam rumah tangga yang dialami. Mungkin

juga karena tidak tahu harus melapor kemana. Atau bisa juga persepsi

masyarakat yang mengganggap masalah KDRT ini sebagai masalah pribadi

rumahtangga yang tidak perlu ikut campur dari orang lain apalagi dilaporkan.

Sehingga kebanyakan korban KDRT tidak berani bicara secara terbuka

dimungkinkan karena terbentur masalah aib, biaya dan waktu.

Page 142: KATA PENGANTAR PENYUSUN DATA TERPILAH STATISTIK GENDER DAN ANAK DP3AKB PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2017 Pengarah : Dr. Ir. Dewi Sartika, M.Si Penanggung Jawab : Ir. Dodi Herlando M.

Data Terpilah Statistik Gender dan Anak Provinsi Jawa Barat Tahun 2017 | 126

Tabel 10.1. Rekapitulasi Kekerasan Terhadap Perempuan Dirinci

Menurut Penyebab dan Kabupaten/Kota Tahun 2017

No

Kabupaten/Kota

Persentase Kekerasan Terhadap Perempuan (KtP)

Kekerasan Fisik

Kekerasan Psikis

Kekerasan Seksual

Kekerasan Ekonomi

Penelantaran Jumlah

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

1 Kabupaten Bogor 0.00 0.00 0.00 100.00 0.00 100.00

2 Kabupaten Sukabumi 15.91 20.45 22.73 11.36 29.55 100.00

3 Kabupaten Cianjur 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

4 Kabupaten Bandung 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

5 Kabupaten Garut 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

6 Kabupaten Tasikmalaya 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

7 Kabupaten Ciamis 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

8 Kabupaten Kuningan 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

9 Kabupaten Cirebon 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

10 Kabupaten Majalengka 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

11 Kabupaten Sumedang 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

12 Kabupaten Indramayu 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

13 Kabupaten Subang 50.00 0.00 0.00 0.00 50.00 100.00

14 Kabupaten Purwakarta 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

15 Kabupaten Karawang 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

16 Kabupaten Bekasi 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

17 Kabupaten Bandung Barat

21.28 21.28 4.26 34.04 19.15 100.00

18 Kabupaten Pangandaran

0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

19 Kota Bogor 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

20 Kota Sukabumi 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

21 Kota Bandung 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

22 Kota Cirebon 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

23 Kota Bekasi 0.00 11.62 0.00 50.51 37.88 100.00

24 Kota Depok 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

25 Kota Cimahi 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

26 Kota Tasikmalaya 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

27 Kota Banjar 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

Jumlah 6.10 14.24 4.07 42.37 33.22 100.00

Sumber : Motekar DP3AKB

Dari tabulasi tersebut terlihat bahwa kekerasan terhadap perempuan di

Jawa Barat didominasi kekerasan ekonomi dan kekerasan akibat penelantaran.

Persentase dari kekerasan terhadap perempuan akibat kekerasan ekonomi

Page 143: KATA PENGANTAR PENYUSUN DATA TERPILAH STATISTIK GENDER DAN ANAK DP3AKB PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2017 Pengarah : Dr. Ir. Dewi Sartika, M.Si Penanggung Jawab : Ir. Dodi Herlando M.

Data Terpilah Statistik Gender dan Anak Provinsi Jawa Barat Tahun 2017 | 127

sebesar 42,37 persen dan akibat penelantaran sebesar 33,22 persen. Sedangkan

kekerasan terhadap perempuan akibat kekerasan fisik sebesar 14,24 persen.

Tabel 10.2 Rekapitulasi Kekerasan Terhadap Anak Dirinci Menurut Penyebab

dan Kabupaten/Kota Tahun 2017

No Kabupaten/Kota Kekerasan Terhadap Anak (KtA)

Kekerasan Fisik

Kekerasan Psikis

Kekerasan Seksual

Kekerasan Ekonomi

Penelantaran Jumlah

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

1 Kabupaten Bogor 0.00 0.00 0.00 100.00 0.00 100.00

2 Kabupaten Sukabumi 20.00 36.36 0.00 14.55 29.09 100.00

3 Kabupaten Cianjur 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

4 Kabupaten Bandung 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

5 Kabupaten Garut 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

6 Kabupaten Tasikmalaya 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

7 Kabupaten Ciamis 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

8 Kabupaten Kuningan 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

9 Kabupaten Cirebon 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

10 Kabupaten Majalengka 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

11 Kabupaten Sumedang 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

12 Kabupaten Indramayu 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

13 Kabupaten Subang 100.00 0.00 0.00 0.00 0.00 100.00

14 Kabupaten Purwakarta 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

15 Kabupaten Karawang 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

16 Kabupaten Bekasi 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

17 Kabupaten Bandung Barat 17.39 21.74 4.35 21.74 34.78 100.00

18 Kabupaten Pangandaran 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

19 Kota Bogor 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

20 Kota Sukabumi 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

21 Kota Bandung 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

22 Kota Cirebon 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

23 Kota Bekasi 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

24 Kota Depok 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

25 Kota Cimahi 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

26 Kota Tasikmalaya 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

27 Kota Banjar 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

Jumlah 30.19 20.75 0.63 30.82 17.61 100.00

Sumber : Motekar DP3AKB

Sedangkan data dari Motekar terkait kekerasan terhadap anak

menggambarkan bahwa sebagian besar kekerasan terhadap anak di Jawa Barat

sebagian besar diakibatkan oleh kekerasan ekonomi yaitu sebesar 30,82

persen, disusul kekerasan fisik sebesar 30,19 persen dan kekerasan psikis

sebesar 20,75 persen.

Page 144: KATA PENGANTAR PENYUSUN DATA TERPILAH STATISTIK GENDER DAN ANAK DP3AKB PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2017 Pengarah : Dr. Ir. Dewi Sartika, M.Si Penanggung Jawab : Ir. Dodi Herlando M.

Data Terpilah Statistik Gender dan Anak Provinsi Jawa Barat Tahun 2017 | 128

Disamping data terkait kekerasan terhadap perempuan dan anak, juga

ditampilkan terkait data perdagangan anak umur 0-18 tahun dan perdagangan

perempuan. Data tahun 2017 jumlah perdagangan anak umur 0-18 tahun yang

terlaporkan sebanyak 2 orang dan perdagangan perempuan sebanyak 17

orang. Kejadian perdagangan anak dan perempuan yang terlaporkan berada di

wilayah Kabupaten Sukabumi.

Pada tahun 2016, Badan Pusat Statistik juga mendata terkait kekerasan

terhadap perempuan melalui Survei Pengalaman Hidup Perempuan Nasional

(SPHPN) 2016. Dari survei ini diperoleh gambaran bahwa 1 dari 3 perempuan

usia 15-64 tahun mengalami kekerasan fisik dan/atau seksual oleh pasangan

dan selain pasangan selama hidupnya, dan sekitar 1 dari 10 perempuan usia

15-64 tahun mengalaminya dalam 12 bulan terakhir.

Pelaku kekerasan dalam SPHON dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu

pasangan (pasangan hidup bersama, dan pasangan seksual tinggal terpisah),

dan selain pasangan (orangtua, mertua, kakek, paman, sepupu,

tetangga,teman, guru,orang tak dikenal dll). Kekerasan fisik dan/seksual yang

dilakukan pasangan dan selain pasangan dialami oleh 33,4 persen (1 dari 3)

perempuan usia 15-4 tahun selama hidupnya.

Privalensi kekerasan fisik dan atau seksual yang dilakukan pasangan dan

dialami perempuan usia 15-64 tahun yang pernah/sedag menikah sebesar 18,3

persen (2 dari 11). kekerasan fisik merupakan jenis kekerasan yang paling

banyak dilakukan oleh suami/pasangan perempuan. Jenis kekerasan fisik yang

paling banyak dilakukan suami/pasangan adalah menampar (9,4%), memukul

(6,2%), mendorong/menjambak rambut (4,4%), memnendang dan menghajar

(3,1%).

Page 145: KATA PENGANTAR PENYUSUN DATA TERPILAH STATISTIK GENDER DAN ANAK DP3AKB PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2017 Pengarah : Dr. Ir. Dewi Sartika, M.Si Penanggung Jawab : Ir. Dodi Herlando M.

Data Terpilah Statistik Gender dan Anak Provinsi Jawa Barat Tahun 2017 | 129

Sementara kekerasan fisik dan/atau seksual yang dilakukan oleh

selain/bukan pasangan dialami oleh 1 dari 4 perempuan usia 15-64 tahun

(23,7%), baik yang pernah/sedang menikah maupun yang belum pernah

menikah. Kekerasan seksual merupakan jenis kekerasan yang paling banyak

dilakukan selain/bukan pasangan. Jenis kekerasan sesksual yang paling banyak

dilakukan oleh selain/bukan pasangan adalah berkomentar/mengirim pesan

bernada seksusal (10,0%), menyentuh/meraba tubuh (7,1%), pelaku

memeprlihatkan gambar seksual (5,1%), dan memaksa hubungan seksual

(2,8%).

Kekerasan fisik dan/atau seksual cenderung lebih rentan dialami

perempuan berpendidikan tinggi (SMA ke atas). Sekitar 4 dari 10 (39,4%)

perempuan berpendidikan tinggi mengalami kekerasan fisik/dan atau seksual

selama hidupnya. Sedangkan perempuan berpendidikan rndah angaka

prevalensi kekerasan fisik dan atau seksual selama hidup lebih rendah yaitu

30,6% (3 dari 10). demikian juga pada periode 12 bulan terakhir perempuan

usia 15-64 tahun baik dengan latar belakang pendidikan tinggi mengalami

kekerasan fisik dan atau seksual dengan tingkat prevalensi yang lebih tinggi

(10,5%) daripada perempuan usia 15-64 tahun dengan latar belakang

pendidikan rendah (9,3%).

Bila dilihat dari status pekerjaan, angka prevalensi kekerasan fisik

dan/atau seksual paa perempuan yang tidak bekerja lebih tinggi dibandingkan

pada perempuan yang bekerja, baik pada periode 12 bulan terakhir. Sekitar

35,1% perempuan yang tidak bekerja mengalami kekekrasan perempuan fisik

dan/atau seksual selama hidupnya, sedangkan pada perempuan yang bekerja

prevalensi kekerasannya sekitar 32,1% untuk periode selama hidup.

Page 146: KATA PENGANTAR PENYUSUN DATA TERPILAH STATISTIK GENDER DAN ANAK DP3AKB PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2017 Pengarah : Dr. Ir. Dewi Sartika, M.Si Penanggung Jawab : Ir. Dodi Herlando M.

Data Terpilah Statistik Gender dan Anak Provinsi Jawa Barat Tahun 2017 | 130

Selain kekerasan fisik dan seksual, pada perempuan usia 15-64 tahun

yang pernah/sedang menikah dicakup juga kekerasan lainnya yaitu kekerasan

emosional (psikis), dan kekerasan ekonomi yang dilakukan oleh

pasangan/suami. Sekitar 1 dari 4 (24,5%) perempuan yang pernah/sedang

menikah mengalami kekerasan ekonomi dari pasangannya selama hidupnya.

Sementara 1 dari 5 (20,5%) perempuan yang pernah/sedang menikah

mengalami kekerasan emosional/psikis dari pasangannya selama hidupnya.

Sekitar 2 dari 5 (41,7%) permpuan usia 15-64 tahun yang pernah/sedang

enikah mengalami sedikitnya 1 dari 4 jenis kekerasan (kekerasan fisik, seksual,

ekonomi, semosiaonal) selama hidupnya., sedangkan 1 dari 6 (16,4%)

permpuan mengalaminya dalam setahun terakhir. Sementara itu, sekitar 1 dari

4 (28,3%) perempuan yang pernah/sedang menikah mengalami sedikitnya 1

dari 3 jenis kekerasan (fisk, seksual,emosional) selama hidupnya dan sekitar 1

dari 10 (10,4%) perempuan mengalaminya dalam satu tahun terakhir (BRS

SPHPN, 30 Maret 2017).

Page 147: KATA PENGANTAR PENYUSUN DATA TERPILAH STATISTIK GENDER DAN ANAK DP3AKB PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2017 Pengarah : Dr. Ir. Dewi Sartika, M.Si Penanggung Jawab : Ir. Dodi Herlando M.

Data Terpilah Statistik Gender dan Anak Provinsi Jawa Barat Tahun 2017 | 131

PROFIL TUMBUH KEMBANG ANAK

alam Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang

Kesejahteraan Anak disebutkan bahwa Anak adalah

seseorang yang belum mencapai umur 21 tahun dan belum

pernah kawin. Batas ini ditetapkan berdasarkan pertimbangan kepentingan

usaha kesejahteraan sosial di mana kematangan sosial, kematangan pribadi,

dan kematangan mental seorang anak untuk dicapai pada umur tersebut.

Definisi ini tidak mengurangi definisi anak yang lainnya untuk kepentingan-

kepentingan khusus.

Proses pertumbuhan dan perkembangan bagi seorang anak merupakan

hal yang sangat penting dan perlu dilakukan sejak dini. Dalam proses tumbuh

kembang seorang anak, bukan hanya menitik beratkan pada anak saja namun

di tuntut peranan yang cukup besar dari orang tua untuk mengoptimalkan

proses tersebut. Beberapa ahli mengungkapkan bahwa pertumbuhan berkaitan

dengan perubahan besar, jumlah, dan ukuran, seperti berat badan, tinggi

badan, lingkar kepala dan lain sebagainya. Sedangkan perkembangan adalah

bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur dan fungsi tubuh dengan pola

teratur, dapat diramalkan, hasil dari proses pematangan, seperti kemampuan

berbicara, motorik kasar, motorik halus, sosialisasi, kemandirian, dan lain

sebagainya. Keduanya memiliki fungsi yang sama - sama saling menunjang.

Faktor-faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang anak seperti faktor

genetik, lingkungan, dan perilaku merupakan modal dasar dalam proses

tumbuh kembang anak. Faktor genetik merupakan faktor bawaan seperti

D

11

Page 148: KATA PENGANTAR PENYUSUN DATA TERPILAH STATISTIK GENDER DAN ANAK DP3AKB PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2017 Pengarah : Dr. Ir. Dewi Sartika, M.Si Penanggung Jawab : Ir. Dodi Herlando M.

Data Terpilah Statistik Gender dan Anak Provinsi Jawa Barat Tahun 2017 | 132

normal/tidak normal, jenis kelamin, suku bangsa, atau bangsa. Faktor

lingkungan meliputi faktor lingkungan sebelum lahir dan faktor lingkungan

setelah lahir. Faktor lingkungan sebelum lahir seperti gizi ibu waktu hamil,

sehat atau sakit, dan stress. Sedangkan lingkungan setelah lahir seperti

kecukupan gizi, mendapat imunisasi sesuai jadwal, penyakit kronis serta

sanitasi lingkungan. Sedangkan faktor perilaku adalah faktor yang akan

mempengaruhi pola tumbuh kembang anak. Perilaku yang sudah tertanam

pada masa anak-anak akan terbawa dalam masa kehidupan selanjutnya.

Perubahan perilaku dan bentuk perilaku yang terjadi akibat pengaruh berbagai

faktor lingkungan akan mempunyai dampak luas terhadap sosialisasi dan

disiplin anak.

Berbagai permasalahan yang menyangkut pertumbuhan dan

perkembangan anak, antara lain adalah: (1) Tingkat partisipasi sekolah anak

usia 13-15 tahun dan 16-18 tahun yang relatif masih rendah, belum sebaik

tingkat partisipasi sekolah anak usia 7-12 tahun; (2) Jumlah angka putus

sekolah yang masih cukup tinggi; (3) Tidak seimbangnya antara jumlah murid

dengan guru; (4) Masih banyaknya anak usia 0-21 tahun yang mengkonsumsi

air minum yang relatif kurang, yaitu yang bersumber dari sumur dan mata air

tak terlindung, sungai, dan air hujan; (5) Masih banyaknya anak usia 0-21

tahun yang tinggal di rumahtangga tanpa jamban baik sendiri, bersama,

maupun umum; dan masih rendahnya persentase anak umur 10-21 tahun ysng

memperoleh informasi melalui kegiatan membaca surat kabar/majalah, radio,

dan televisi.

11.1. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)

Anak usia dini adalah anak yang baru dilahirkan hingga berumur 6

tahun. Pembentukan karakter dan kepribadian anak berlangsung pada usia ini.

Page 149: KATA PENGANTAR PENYUSUN DATA TERPILAH STATISTIK GENDER DAN ANAK DP3AKB PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2017 Pengarah : Dr. Ir. Dewi Sartika, M.Si Penanggung Jawab : Ir. Dodi Herlando M.

Data Terpilah Statistik Gender dan Anak Provinsi Jawa Barat Tahun 2017 | 133

Masa usia dini merupakan pondasi awal bagi pertumbuhan dan perkembangan

anak. Apa yang diterima anak pada usia dini ini akan memberikan kontribusi

yang sangat besar bagi pertumbuhan dan perkembangan anak selanjutnya.

Dengan pendidikan anak usia dini diharapkan anak dapat tumbuh sesuai

dengan potensi yang dimilikinya, sehingga menjadi generasi penerus bangsa

yang diharapkan.

Dalam Undang-Undang tentang sistem pendidikan nasional disebutkan

bahwa pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan

kepada anak sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun yang dilakukan melalui

pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan

perkembangan jaSMni dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam

memasuki pendidikan lebih lanjut (UU nomor 20 Tahun Tahun 2003 Pasal 1

Ayat 14). Sedangkan pada pasal 28 tentang Pendidikan Anak Usia Dini

dinyatakan bahwa “(1) Pendidikan anak usia dini diselenggarakan sebelum

jenjang pendidikan dasar, (2) Pendidikan anak usia dini dapat diselenggarakan

melalui jalur pendidikan formal, non formal, dan atau informal, (3) Pendidikan

anak usia dini Jalur pendidikan formal: Taman Kanak-Kanak (TK), Roudothul

Athfal (RA), atau jalur lain yang sederajat, (4) Pendidikan anak usia dini Jalur

pendidikan non formal: Kelompok Bermain (KB), Taman Penitipn Anak (TPA),

atau bentuk lain yang sederajat, (5) Pendidikan anak usia dini Jalur pendidikan

informal: pendidikan keluarga atau pendidikan yang diselenggarakan oleh

lingkungan, dan (6) dan ketentuan mengenai anak usia dini sebagaimana

dimaksud ayat (1), ayat (2), ayat (3) dan (4) diatur lebih lanjut dengan

peraturan pemerintah.”

Penyelenggaraan PAUD di Jawa Barat dilaksanakan oleh Dinas Pendidikan

dan lembaga teknis lainnya. Gambar 11.1 menyajikan persentase anak usia pra

sekolah menurut jenis pendidikan pra sekolah, dan jenis kelamin hasil Survei

Page 150: KATA PENGANTAR PENYUSUN DATA TERPILAH STATISTIK GENDER DAN ANAK DP3AKB PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2017 Pengarah : Dr. Ir. Dewi Sartika, M.Si Penanggung Jawab : Ir. Dodi Herlando M.

Data Terpilah Statistik Gender dan Anak Provinsi Jawa Barat Tahun 2017 | 134

Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Tahun 2016.

Gambar 11.1. Persentase Anak Usia Pra Sekolah Menurut Jenis Pendidikan

Pra Sekolah, dan Jenis Kelamin di Jawa Barat, Tahun 2016

Pendidikan Pra Sekolah Jenis Kelamin

Laki-laki Perempuan Total

(1) (2) (3) (4)

Taman Kanak-kanak 52.17 47.83 100.00

Bustanul Athfal/Raudatul Athfal 43.19 56.81 100.00

PAUD 51.53 48.47 100.00

Kelompok bermain 38.33 61.67 100.00

Taman Penitipan Anak 53.65 46.35 100.00

Total 51.08 48.92 100.00

Sumber : BPS Provinsi Jawa Barat, Susenas 2016

Persentase anak laki-laki yang mengikuti pendidikan usia pra lebih tinggi

dibandingkan perempuan yaitu sebesar 51,08 persen sedangkan perempuan

sebesar 48,92. Kelompok bermain merupakan jenis pendidikan yang memiliki

presentasi paling tinggi untuk perempuan yaitu sebesar 61,67 persen

sedangkan persentase tertinggi pada anak usia pra sekolah laki-laki adalah

pada taman penitipan anak sebesar 53,65 persen.

11.2. Angka Partisipasi Kasar (APK)

Angka Partisipasi Kasar (APK) adalah indikator yang digunakan untuk

melihat partisipasi sekolah penduduk menurut jenjang pendidikan tertentu

tanpa melihat umur. Sehubungan dengan pembahasan tumbuh kembang anak,

APK yang akan di bahas disini adalah APK SD, SMP, dan SM. Interpretasi dari

APK SD adalah angka partisipasi penduduk yang masih bersekolah pada

jenjang pendidikan SD sederajat pada usia berapapun. Angka Partisipasi Kasar

Page 151: KATA PENGANTAR PENYUSUN DATA TERPILAH STATISTIK GENDER DAN ANAK DP3AKB PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2017 Pengarah : Dr. Ir. Dewi Sartika, M.Si Penanggung Jawab : Ir. Dodi Herlando M.

Data Terpilah Statistik Gender dan Anak Provinsi Jawa Barat Tahun 2017 | 135

atau disebut sebagai APK merupakan perbandingan antara jumlah murid pada

tingkat pendidikan tertentu (SD, SMP, SM, dsb.) dengan jumlah penduduk yang

berusia pada tingkat pendidikan tersebut. Misalnya APK SMP, adalah jumlah

murid SMP (usia berapapun) dibagi dengan jumlah penduduk usia 13-15 tahun.

Nilai APK bisa lebih dari seratus persen apabila jumlah murid yang

bersekolah pada suatu jenjang pendidikan mencakup anak di luar batas usia

sekolah pada jenjang pendidikan yang bersangkutan, sebagai contoh anak

bersekolah di SD/sederajat berumur kurang dari 7 tahun atau lebih dari 12

tahun. Sebagai contoh, APK SD di daerah pekotaan adalah 103,38% berarti ada

sekitar 3 persen anak umur kurang dari 7 tahun dan lebih dari 12 tahun yang

duduk di bangku SD.

Gambar 11.3. menyajikan Angka Partisipasi Kasar menurut tingkat

pendidikan, dan jenis kelamin di Jawa Barat tahun 2016 hasil Susenas tahun

2016. Dari gambar tersebut terlihat bahwa hanya pada jenjang pendidikan SD

APK mencapai di atas 100%. Selebihnya pada tingkat SMP dan SM mulai

menurun sampai di bawah 100 persen. Hal ini menggambarkan bahwa pada

tingkat SD jumlah penduduk yang bersekolah di SD lebih banyak dibanding

jumlah penduduk usia SD (7-12 tahun). Jika dilihat menurut daerah perkotaan

dan perdesaan, perbedaan yang signifikan ditemukan pada tingkat pendidikan

SM.

Page 152: KATA PENGANTAR PENYUSUN DATA TERPILAH STATISTIK GENDER DAN ANAK DP3AKB PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2017 Pengarah : Dr. Ir. Dewi Sartika, M.Si Penanggung Jawab : Ir. Dodi Herlando M.

Data Terpilah Statistik Gender dan Anak Provinsi Jawa Barat Tahun 2017 | 136

Tabel 11.2. Angka Partisipasi Kasar (APK) Menurut Tingkat Pendidikan

dan Jenis Kelamin di Jawa Barat, Tahun 2016

Jenjang Pendidikan APK

Laki-laki Perempuan Total

(1) (2) (3) (4)

SD 108.43 107.73 108.09

SMP 88.04 91.16 89.58

SMA 69.39 71.77 70.56

Sumber : BPS Provinsi Jawa Barat, Susenas 2016

Jika dilihat menurut jenis kelamin persentase untuk tingkat SD dan SMP

sedikit lebih tinggi APK perempuan dibanding APK laki-laki, tetapi pada tingkat

SMA polanya berbalik, sedikit lebih tinggi APK laki-laki dibanding APK

perempuan.

11.3. Angka Partisipasi Sekolah (APS)

Angka partisipasi sekolah di definisikan sebagai perbandingan antara

jumlah penduduk kelompok usia sekolah tertentu yang bersekolah pada

berbagai jenjang pendidikan dengan penduduk kelompok usia sekolah yang

sesuai dan dinyatakan dalam persentase. APS digunakan untuk mengetahui

banyaknya anak usia sekolah yang telah bersekolah di semua jenjang

pendidikan. Semakin tinggi APS berarti semakin banyak anak usia sekolah yang

bersekolah.

Gambar 11.3. memperlihatkan Angka Partisipasi Sekolah (APS) menurut

status wilayah, kelompok umur, dan jenis kelamin di Jawa Barat hasil Susenas

tahun 2016.

Page 153: KATA PENGANTAR PENYUSUN DATA TERPILAH STATISTIK GENDER DAN ANAK DP3AKB PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2017 Pengarah : Dr. Ir. Dewi Sartika, M.Si Penanggung Jawab : Ir. Dodi Herlando M.

Data Terpilah Statistik Gender dan Anak Provinsi Jawa Barat Tahun 2017 | 137

Tabel 11.3 Angka Partisipasi Sekolah (APS) Menurut Jenis Kelamin di Jawa Barat, Tahun 2016

Jenjang Pendidikan APS

Laki-laki Perempuan Total

(1) (2) (3) (4)

SD 99.57 99.51 99.54

SMP 92.06 94.79 93.39

SMA 63.65 68.06 65.82

Sumber : BPS Provinsi Jawa Barat, Susenas 2016

Jika dilihat menurut jenis kelamin APS penduduk perempuan pada

jenjang pendidikan SMP dan SMA sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan laki-

laki. Sebaliknya APS penduduk laki-laki pada jenjang pendidikan SD lebih tinggi

dibandingkan dengan perempuan yaitu sebesar 99,57 persen sedangkan

perempuan sebesar 99,51 persen.

11.4. Angka Partisipasi Murni (APM)

APM digunakan untuk mengetahui penduduk usia sekolah yang

bersekolah tepat waktu. APM merupakan proporsi jumlah anak kelompok usia

sekolah tertentu yang sedang bersekolah pada jenjang pendidikan yang sesuai

dengan usianya terhadap jumlah seluruh anak pada kelompok usia sekolah

yang bersangkutan. APM SD adalah proporsi jumlah murid SD/sederajat yang

berusia 7-12 tahun terhadap jumlah seluruh anak usia 7-12 tahun.

Page 154: KATA PENGANTAR PENYUSUN DATA TERPILAH STATISTIK GENDER DAN ANAK DP3AKB PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2017 Pengarah : Dr. Ir. Dewi Sartika, M.Si Penanggung Jawab : Ir. Dodi Herlando M.

Data Terpilah Statistik Gender dan Anak Provinsi Jawa Barat Tahun 2017 | 138

Tabel 11.4. Angka Partisipasi Murni (APM) Menurut Tingkat Pendidikan

dan Jenis Kelamin di Jawa Barat, Tahun 2016

Jenjang Pendidikan APM

Laki-laki Perempuan Total

(1) (2) (3) (4)

SD 98.20 97.42 97.82

SMP 78.14 81.43 79.76

SMA 54.52 59.40 56.92

Sumber : BPS Provinsi Jawa Barat, Susenas 2016

Gambar 11.4 memperlihatkan nilai APM menurut tingkat pendidikan, dan

jenis kelamin di Jawa Barat tahun 2016. Pada tahun 2016 APM SD sebesar

97,82 persen, APM SMP sebesar 79,76 persen, dan APM SMA sebesar 56,92

persen. APM pada jenjang pendidikan SD lebih tinggi dibandingkan dengan

APM pada jenjang pendidikan lainnya. Sedangkan APM pada jenjang

pendidikan SM terlihat paling rendah. Semakin tinggi jenjang pendidikan maka

APM nya semakin rendah. seperti telah disebutkan sebelumnya bahwa

penduduk pada jenjang pendidikan SM ini sudah masuk dalam usia kerja, dan

beberapa dari mereka lebih memilih bekerja dibandingkan dengan sekolah,

sehingga berakibat terhadap rendahnya nilai APM pada jenjang pendidikan

tersebut.

Jika dilihat menurut jenis kelamin pada jenjang pendidikan SMP dan SMA

APM perempuan lebih besar dibandingkan laki-laki. Sementara pada jenjang

pendidikan SD, APM laki-laki lebih tinggi daripada perempuan.

Page 155: KATA PENGANTAR PENYUSUN DATA TERPILAH STATISTIK GENDER DAN ANAK DP3AKB PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2017 Pengarah : Dr. Ir. Dewi Sartika, M.Si Penanggung Jawab : Ir. Dodi Herlando M.

Data Terpilah Statistik Gender dan Anak Provinsi Jawa Barat Tahun 2017 | 139

Tabel 11.5 DAFTAR DINAS PEMBERDAYAAN PEREMPUAN PERLINDUNGAN ANAK DI PROVINSI

JAWA BARAT TAHUN 2017 No Kabupaten/Kota Nama Dinas Status

1 Kota Bandung Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Pemberdayaan

Masyarakat

Bergabung dengan Pemberdayaan

Masyarakat

2 Kab Bandung Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana Pemberdayaan

Perempuan dan Perlindungan Anak

Bergabung dengan Dinas Pengendalian

Penduduk

3 Kab Garut Dinas Pengendalian Penduduk Keluarga Berencana Pemberdayaan

Perempuan dan perlindungan Anak

Bergabung dengan Dinas Pengendalian

Penduduk

4 Kab Sumedang Dinas Sosial Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak Bergabung dengan Dinas Sosial

5 Kota Tasimalaya

Dinas Pengendalian Penduduk Keluarga Berencana Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak

Bergabung dengan Dinas Pengendalian Penduduk

6 Kab Tasikmalaya Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa Perlindungan Anak dan Keluarga Berenacana

Bergabung dengan Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa

7 Kab Ciamis Dinas Pengendalian Penduduk Keluarga Berencana Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak

Bergabung dengan Dinas Pengendalian Penduduk

8 Kota Banjar Dinas Sosial Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Bergabung dengan Dinas Sosial

9 Kab Pangandaran Dinas Keluarga Berencana Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak

Mandiri

10 Kab Cirebon Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana Pemberdayaan

Perempuan dan Perlindungan Anak

Bergabung dengan Dinas Pengendalian

Penduduk

11 Kota Cirebon Dinas Sosial Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana

Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak

Bergabung dengan Dinas Sosial

12 Kab Majalengka Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana

Mandiri

13 Kab Indramayu Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Mandiri

14 Kab Kuningan Dinas Sosial Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Bergabung dengan Dinas Sosial

15 Kab Karawang Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Mandiri

16 Kab Purwakarta Dinas Sosial, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Bergabung dengan Dinas Sosial

17 Kab Bogor Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana

Bergabung dengan Dinas Pengendalian Penduduk

18 Kab Sukabumi Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak Mandiri

19 Kab Bekasi Dinas Sosial Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak

Bergabung dengan Dinas Sosial

20 Kab Cianjur Dinas Pengendalian Penduduk Keluarga Berencana Pemberdayaan

Perempuan dan perlindungan Anak

Bergabung dengan Dinas Pengendalian

Penduduk

21 Kab Subang Dinas Pengendalian Penduduk Keluarga Berencana Pemberdayaan Perempuan dan perlindungan Anak

Bergabung dengan Dinas Pengendalian Penduduk

22 Kab Bandung Barat Dinas Pengendalian Penduduk Keluarga Berencana Pemberdayaan Perempuan dan perlindungan Anak

Bergabung dengan Dinas Pengendalian Penduduk

23 Kota Depok Dinas Perlindungan Anak Pemberdayaan Masyrakat dan Keluarga Bergabung dengan Pemberdayaan Masyarakat

24 Kota Cimahi Dinas Sosial Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak

Bergabung dengan Dinas Sosial dan Pengendalian Penduduk

25 Kota Bogor Dinas Pemberdayaan Masyrakat Perempuan dan Perlindungan Anak Bergabung dengan Pemberdayaan Masyarakat

26 Kota Bekasi Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Mandiri

27 Kota Sukabumi Dinas Pengendalian Penduduk Keluarga Berencana Pemberdayaan

Perempuan Perlindungan Anak dan Pemberdayaan Masyarakat

Bergabung dengan Dinas Pengendalian

Penduduk dan Pemberdayaan Masyarakat

Page 156: KATA PENGANTAR PENYUSUN DATA TERPILAH STATISTIK GENDER DAN ANAK DP3AKB PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2017 Pengarah : Dr. Ir. Dewi Sartika, M.Si Penanggung Jawab : Ir. Dodi Herlando M.

Data Terpilah Statistik Gender dan Anak Provinsi Jawa Barat Tahun 2017 | 140

Tabel 11.6

Data Kekerasan Terhadap Perempuan dan Anak Berdasarkan Usia dan Pendidikan sampai dengan Desember Tahun 2017

NO KAB / KOTA GENDER USIA PENDIDIKAN

L P 0-5 06-Dec

13-17

18-24

25-44 45-59

60+

NA SD SLTP SLTA Tidak

Sekolah Perguruan

Tinggi

1 Kabupaten Bandung 39 129 14 57 59 14 20 5 0 26 24 71 31 17 0

2 Kabupaten Bandung Barat 2 16 2 5 9 2 0 0 0 0 7 4 2 4 1

3 Kabupaten Bekasi 0 8 1 0 3 0 4 0 0 2 0 1 4 1 0

4 Kabupaten Bogor 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0

5 Kabupaten Ciamis 4 17 1 3 14 0 1 2 0 1 3 6 10 1 0

6 Kabupaten Cianjur 1 5 0 0 5 0 1 0 0 0 4 0 2 0 0

7 Kabupaten Cirebon 2 10 0 3 9 0 0 0 0 0 3 4 5 0 0

8 Kabupaten Garut 0 18 0 4 11 0 3 0 0 4 5 8 1 0 0

9 Kabupaten Indramayu 0 6 0 0 0 2 3 1 0 6 0 0 0 0 0

10 Kabupaten Karawang 0 6 1 2 0 0 2 1 0 5 0 0 1 0 0

11 Kabupaten Kuningan 0 5 0 2 0 2 1 0 0 0 3 0 1 0 1

12 Kabupaten Majalengka 0 11 0 0 9 2 0 0 0 2 0 3 6 0 0

13 Kabupaten Pangandaran 1 33 0 30 4 0 0 0 0 0 32 0 2 0 0

14 Kabupaten Purwakarta 1 7 6 1 1 0 0 0 0 3 2 3 0 0 0

15 Kabupaten Subang 2 9 0 3 5 1 2 0 0 0 5 6 0 0 0

16 Kabupaten Sukabumi 4 24 5 4 11 1 5 2 0 2 11 4 5 6 0

17 Kabupaten Sumedang 5 17 3 4 8 2 5 0 0 6 4 4 5 2 1

18 Kabupaten Tasikmalaya 3 22 3 3 15 2 2 0 0 3 5 9 7 1 0

19 Kota Bandung 8 39 5 8 4 8 17 5 0 5 9 5 20 2 6

20 Kota Banjar 1 17 0 3 10 2 3 0 0 1 2 4 11 0 0

21 Kota Bekasi 3 6 3 4 0 0 2 0 0 0 4 0 2 3 0

22 Kota Bogor 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0

23 Kota Cimahi 4 11 3 4 2 2 4 0 0 1 1 1 7 5 0

24 Kota Cirebon 0 6 0 0 4 0 1 0 1 1 0 2 3 0 0

25 Kota Depok 8 42 0 17 11 3 20 1 0 17 11 7 1 16 0

26 Kota Sukabumi 2 6 0 2 1 1 4 0 0 0 1 2 4 0 1

27 Kota Tasikmalaya 5 16 2 6 11 1 1 0 0 2 6 4 7 1 1

TOTAL 96 488 49 166 207 45 102 17 1 87 143 148 139 59 11

Sumber : SIMFONI PPA

Page 157: KATA PENGANTAR PENYUSUN DATA TERPILAH STATISTIK GENDER DAN ANAK DP3AKB PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2017 Pengarah : Dr. Ir. Dewi Sartika, M.Si Penanggung Jawab : Ir. Dodi Herlando M.

Data Terpilah Statistik Gender dan Anak Provinsi Jawa Barat Tahun 2017 | 141

Tabel 11.7

Angka Harapan Hidup,Harapan lama sekolah, rata-rata lama sekolah,

pengeluaran perkapita, IPM dan IPG Tahun 2016

Nama Provinsi

Angka Harapan Hidup

Harapan Lama Sekolah

Rata-rata Lama Sekolah

Pengeluaran perkapita

Disesuaikan IPM IPG

(tahun) (tahun) (tahun) (ribu rupiah PPP)

L P L P L P L P L P

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12)

ACEH 67.61 71.52 13.67 14.11 9.19 8.54 12,286 7,531 73.94 67.94 91.89

SUMATERA UTARA

66.48 70.29 12.67 13.34 9.48 8.78 14,153 7,772 74.07 67.27 90.82

SUMATERA BARAT

66.90 70.65 13.35 14.24 8.72 8.49 14,086 9,286 74.00 69.87 94.42

RIAU 69.10 72.90 12.74 13.00 8.81 8.36 15,848 7,075 75.65 66.60 88.04

JAMBI 68.69 72.62 12.57 12.89 8.50 7.63 14,547 7,001 74.07 65.40 88.29

SUMATERA

SELATAN 67.28 71.16 12.17 12.30 8.18 7.48

13,920 8,797 72.13 66.42 92.08

BENGKULU 66.62 70.49 13.20 13.57 8.72 8.01 13,273 7,705 73.15 66.61 91.06

LAMPUNG 68.03 71.90 12.28 12.46 7.93 7.33 12,962 7,240 71.62 64.67 90.30

KEP. BANGKA BELITUNG

68.05 71.88 11.56 11.88 8.00 7.31 17,865 8,386 73.78 65.59 88.90

KEPULAUAN RIAU

67.59 71.39 12.52 12.82 9.87 9.46 19,182 11,768 77.73 72.39 93.13

DKI JAKARTA 70.72 74.41 12.68 12.80 11.34 10.42 21,247 16,284 82.28 78.15 94.98

JAWA BARAT 70.57 74.39 12.15 12.50 8.37 7.52 14,210 7,478 74.11 66.37 89.56

JAWA TENGAH 72.10 75.99 12.34 12.57 7.68 6.65 13,871 9,107 73.87 68.12 92.22

D I YOGYAKARTA

72.92 76.54 15.53 14.92 9.67 8.60 15,664 12,696 81.37 76.71 94.27

JAWA TIMUR 68.80 72.68 13.20 12.78 7.81 6.69 15,063 9,459 74.23 67.34 90.72

BANTEN 67.54 71.44 12.79 12.60 8.90 7.82 16,306 9,922 75.30 68.50 90.97

BALI 69.55 73.32 13.32 12.77 9.20 7.53 16,001 13,063 77.08 71.84 93.20

NUSA TENGGARA BARAT

63.55 67.39 13.40 12.93 7.54 6.13 13,253 8,531 70.33 63.33 90.05

NUSA TENGGARA

TIMUR

64.17 67.92 12.84 13.07 7.32 6.75

9,916 6,827 67.05 62.17 92.72

KALIMANTAN

BARAT 67.99 71.89 12.45 12.30 7.49 6.44

12,474 5,726 70.85 60.77 85.77

KALIMANTAN

TENGAH 67.68 71.49 12.24 12.42 8.49 7.73

14,706 7,488 73.31 65.30 89.07

KALIMANTAN

SELATAN 65.92 69.84 12.16 12.41 8.38 7.40

17,107 8,403 73.55 65.36 88.86

KALIMANTAN

TIMUR 71.85 75.59 13.20 13.53 9.61 8.82

17,549 6,618 79.46 68.02 85.60

KALIMANTAN

UTARA 70.49 74.30 12.47 12.70 9.14 8.43

12,157 5,427 73.92 63.82 86.34

Page 158: KATA PENGANTAR PENYUSUN DATA TERPILAH STATISTIK GENDER DAN ANAK DP3AKB PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2017 Pengarah : Dr. Ir. Dewi Sartika, M.Si Penanggung Jawab : Ir. Dodi Herlando M.

Data Terpilah Statistik Gender dan Anak Provinsi Jawa Barat Tahun 2017 | 142

SULAWESI UTARA

69.09 72.99 12.27 12.88 8.93 9.00 14,056 9,506 74.18 70.50 95.04

SULAWESI TENGAH

65.39 69.28 12.69 13.16 8.38 7.84

12,585 7,619 71.09 65.34 91.91

SULAWESI

SELATAN 67.94 71.84 12.91 13.41 8.08 7.46

14,672 9,194 73.61 68.30 92.79

SULAWESI

TENGGARA 68.54 72.47 13.09 13.37 8.83 7.86

12,714 7,269 73.70 66.50 90.23

GORONTALO 65.22 69.16 12.41 13.40 6.82 7.41 13,156 4,749 69.09 59.50 86.12

SULAWESI BARAT

62.49 66.20 12.16 12.52 7.40 6.91 12,358 6,475 67.67 60.46 89.35

MALUKU 63.44 67.34 13.68 13.78 9.47 9.08 11,301 7,309 71.35 65.91 92.38

MALUKU UTARA 65.53 69.50 13.51 13.40 8.99 8.06 11,632 6,506 71.97 64.16 89.15

PAPUA BARAT 63.32 67.16 12.88 11.90 9.81 6.80 10,350 5,192 70.04 57.67 82.34

PAPUA 63.44 66.99 10.38 9.93 6.90 5.32 10,178 3,891 63.74 50.41 79.09

INDONESIA 69.09 72.80 12.67 12.79 8.41 7.50

14,554 8,591 74.26

67.4

4 90.82

Sumber : KPPA

Page 159: KATA PENGANTAR PENYUSUN DATA TERPILAH STATISTIK GENDER DAN ANAK DP3AKB PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2017 Pengarah : Dr. Ir. Dewi Sartika, M.Si Penanggung Jawab : Ir. Dodi Herlando M.

Data Terpilah Statistik Gender dan Anak Provinsi Jawa Barat Tahun 2017 | 143

Tabel 11.8

Indeks Pemberdayaan Gender (IDG) Tahun 2016

Nama Provinsi

Keterlibatan Perempuan di

Parlemen

Perempuan sebagai Tenaga Manajer,

Profesional, Administrasi, Teknisi

Sumbangan Perempuan dalam Pendapatan Kerja IDG

(%) (%) (%)

(1) (2) (3) (4) (5)

ACEH 16.00 51.70 34.51 67.40

SUMATERA UTARA 15.00 52.59 36.01 69.07

SUMATERA BARAT 10.77 58.17 37.29 64.51

RIAU 27.69 52.45 28.10 75.19

JAMBI 12.73 49.79 29.47 63.14

SUMATERA SELATAN 17.33 52.37 34.57 70.69

BENGKULU 17.78 50.91 35.11 71.09

LAMPUNG 13.10 54.13 29.06 61.98

KEP. BANGKA BELITUNG 4.44

48.99 25.69 51.69

KEPULAUAN RIAU 16.28 45.81 27.76 65.60

DKI JAKARTA 18.87 43.29 37.57 72.14

JAWA BARAT 24.00 42.27 29.07 71.15

JAWA TENGAH 24.00 49.30 34.09 74.89

D I YOGYAKARTA 10.91 44.49 40.52 66.96

JAWA TIMUR 15.00 48.14 35.52 69.06

BANTEN 18.82 44.48 31.05 69.14

BALI 9.09 49.28 37.39 63.97

NUSA TENGGARA BARAT 9.38

47.96 32.30 60.06

NUSA TENGGARA TIMUR 10.77

49.63 42.73 65.07

KALIMANTAN BARAT 10.77 43.77 34.92 64.37

KALIMANTAN TENGAH 26.67

46.62 33.26 78.23

KALIMANTAN SELATAN 12.70

51.29 36.05 67.40

KALIMANTAN TIMUR 10.91 44.03 23.00 56.93

Page 160: KATA PENGANTAR PENYUSUN DATA TERPILAH STATISTIK GENDER DAN ANAK DP3AKB PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2017 Pengarah : Dr. Ir. Dewi Sartika, M.Si Penanggung Jawab : Ir. Dodi Herlando M.

Data Terpilah Statistik Gender dan Anak Provinsi Jawa Barat Tahun 2017 | 144

KALIMANTAN UTARA 14.29 48.75 25.43 63.52

SULAWESI UTARA 37.78 53.34 31.56 81.24

SULAWESI TENGAH 20.00 52.54 30.00 70.05

SULAWESI SELATAN 21.18 53.81 31.12 70.02

SULAWESI TENGGARA 17.78

47.42 35.86 70.51

GORONTALO 28.89 59.55 25.54 69.70

SULAWESI BARAT 17.78 52.67 36.20 71.71

MALUKU 26.67 49.44 37.12 77.36

MALUKU UTARA 16.28 45.05 36.44 68.19

PAPUA BARAT 4.44 41.90 26.34 49.56

PAPUA 12.73 36.15 35.99 64.73

INDONESIA 17.32 47.59 36.42 71.39

Sumber : KPPA

Page 161: KATA PENGANTAR PENYUSUN DATA TERPILAH STATISTIK GENDER DAN ANAK DP3AKB PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2017 Pengarah : Dr. Ir. Dewi Sartika, M.Si Penanggung Jawab : Ir. Dodi Herlando M.

Data Terpilah Statistik Gender dan Anak Provinsi Jawa Barat Tahun 2017 | 145

Kab Bekasi

Kab Karawang

Kab Purwakarta

Kab Subang

Kab Indramayu

Kab Majalengka

Kab Bandung

Kab Garut

Kota Tasikmalaya

Kab Tasikmalaya

Kab Ciamis

Kab Pangandaran

Kota Cirebon

Kota Bogor

Kota Banjar

Kab Sumedang

Kab Kuningan

Kab Cirebon

Kab Sukabumi

Kota Sukabumi

Kota Depok

Kota Cimahi

Kab Bogor

Kab Cianjur

Kota Bekasi

Kab Bandung Barat

Kota Bandung

Pemenang APE Tahun 2016

Mentor Utama Madya Pratama Tidak Masuk Kategori

Gambar 8.2

Pemenang APE Kabupaten/Kota Tahun 2016

Page 162: KATA PENGANTAR PENYUSUN DATA TERPILAH STATISTIK GENDER DAN ANAK DP3AKB PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2017 Pengarah : Dr. Ir. Dewi Sartika, M.Si Penanggung Jawab : Ir. Dodi Herlando M.

Data Terpilah Statistik Gender dan Anak Provinsi Jawa Barat Tahun 2017 | 146

Tabel 11.9

Data PEKKA (Perempuan Kepala Keluarga)

No Kabupaten/Kota Nama PL PEKKA Jumlah

Kecamatan

Jumlah

Desa/Kel

Jumlah

Kelompok PEKKA

Jumlah

Anggota yang ada

Jenis

Usaha Anggota

Perkembangan

Modal

1 Kota Bandung Tini Gustini 30 151 6 78 4

2 Kab Bandung Linlin Nurranny, SE 31 280 18 222 6 86.000.000

3 Kab Garut Enung Siti Jaharah 44 442 11 187 6 154.650.000

4 Kab Sumedang Ai Nurhayati H,AmKl 26 279 8 219 14 232.234.500

5 Kota Tasimalaya Yeni Surnias5ih A.Md 10 69 6 91 8 82.735.998

6 Kab Tasikmalaya Imas Masriyanti,S.Pd 39 351 26 338 11 104.472.000

7 Kab Ciamis Rokayah BA 27 265 23 385 4 145.069.000

8 Kota Banjar Nova Chalimah Girsang 4 25 9 120 9 20.000.000

9 Kab Pangandaran Ika Mugiwati 10 93 3 66 6 79.200.000

10 Kab Cirebon Nurmi 40 424 10 182 8 383.000.000

11 Kota Cirebon Dewi Nurlelah 5 22 7 99 - -

12 Kab Majalengka Nino Nurbani 26 336 21 210 3 52.600.000

13 Kab Indramayu Muslihah, SE 31 316 10 114 - -

14 Kab Kuningan Feny Sukma Asih,SP 32 376 6 113 7 115.948.750

15 Kab Karawang Al Aisah 30 309 22 312 6 149.000.000

16 Kab Purwakarta Eliza S.S.Pd 17 192 7 86 15 40.900.000

17 Kab Bogor Narita Fujianti 40 434 10 112 6 85.254.500

18 Kab Sukabumi Rumnasih 47 367 24 417 - -

19 Kab Bekasi Hj. Endang Sujatni,S.Pd 23 187 12 230 11 63.000.000

20 Kab Cianjur Tika Kartika 32 360 25 490 5 133.112.000

21 Kab Subang Nani Rukmini. S.Ip 30 253 35 669 19 171.495.000

22 Kab Bandung Barat Tin Rustini 16 165 16 517 11 62.565.000

23 Kota Depok Lis Warnelis 11 63 11 155 11 164.937.000

24 Kota Cimahi Sarbaeni Komariah SE 3 15 6 52 3 77.050.000

25 Kota Bogor Dian Ns 6 68 22 275 5 91.135.000

26 Kota Bekasi Syahria Apriyani 12 50 10 116 - -

27 Kota Sukabumi Rani Hermanto, ST 7 33 9 156 8 145.620.000

Total 629 5925 373 6011 186 2.657.478.748

Page 163: KATA PENGANTAR PENYUSUN DATA TERPILAH STATISTIK GENDER DAN ANAK DP3AKB PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2017 Pengarah : Dr. Ir. Dewi Sartika, M.Si Penanggung Jawab : Ir. Dodi Herlando M.

Data Terpilah Statistik Gender dan Anak Provinsi Jawa Barat Tahun 2017 | 147

Tabel 11.10

Daftar Desa/Kelurahan Pelaksana P2WKSS di Jawa Barat Tahun 2014-2016

NO KECAMATAN DESA/KELURAHAN TAHUN

PELAKSANAAN

2014

1 Kab Bekasi

Tarumajaya Desa Setia Asih 2014

2 Kab Cirebon

Waled Desa Cibogo 2014

3 Kab Karawang

Cilamaya Wetan Desa Sukakerta 2014

4 Kab Indramayu

Tukdana Desa Kerticala 2014

5 Kab Subang

Binong Desa Citrajaya 2014

6 Kab Cianjur

Cikalong Kulon Desa Ciramagirang

2014

Page 164: KATA PENGANTAR PENYUSUN DATA TERPILAH STATISTIK GENDER DAN ANAK DP3AKB PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2017 Pengarah : Dr. Ir. Dewi Sartika, M.Si Penanggung Jawab : Ir. Dodi Herlando M.

Data Terpilah Statistik Gender dan Anak Provinsi Jawa Barat Tahun 2017 | 148

7 Kab Bogor

Megamendung Desa Sukakarya 2014

8 Kab Ciamis

Cidolog Desa Janggala 2014

9 Kab Tasikmalaya

Bojongasih Desa Girijaya 2014

10 Kab Bandung Barat

Cipeundeuy Desa Sukahaji 2014

11 Kab Garut

Cilawu Dawungsari 2014

12 Kota Tasikmalaya

Tamasari Kel. Setiawargi 2014

13 Kota Bogor

Bogor Utara Kel. Ciluar 2014

14 Kota Bandung

Gedebage Kel. Cimencrang 2014

15 Kota Sukabumi

Baros Kel. Baros 2014

Page 165: KATA PENGANTAR PENYUSUN DATA TERPILAH STATISTIK GENDER DAN ANAK DP3AKB PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2017 Pengarah : Dr. Ir. Dewi Sartika, M.Si Penanggung Jawab : Ir. Dodi Herlando M.

Data Terpilah Statistik Gender dan Anak Provinsi Jawa Barat Tahun 2017 | 149

16 Kota Depok

Sawangan Kel. Bedahan 2014

17 Kota Banjar

Purwaharja Purwaharja 2014

18 Kab Sukabumi

Kalapanunggal Desa Pulosari 2014

19 Kab Sumedang

Tanjungkerta Desa Gunturmekar 2014

20 Kota Cimahi

Cimahi Selatan Kel. Cibeureum 2014

21 Kota Bekasi

Mustika Jaya Kel. Pedurenan 2014

22 Kota Cirebon

Kesambi Kel. Karyamulya 2014

23 Kab Bandung

Nagreg Desa Mandalawangi 2014

24 Kab Purwakarta

Wanayasa Desa Sumurugul 2014

Page 166: KATA PENGANTAR PENYUSUN DATA TERPILAH STATISTIK GENDER DAN ANAK DP3AKB PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2017 Pengarah : Dr. Ir. Dewi Sartika, M.Si Penanggung Jawab : Ir. Dodi Herlando M.

Data Terpilah Statistik Gender dan Anak Provinsi Jawa Barat Tahun 2017 | 150

25 Kab Majalengka

Dawuan Desa Dawuan 2014

26 Kab Kuningan

Kuningan Desa Padarek 2014

27 Kab Pangandaran

Parigi Desa Cintaratu 2014

2015

1 Kab Bekasi

Pebayuran Desa Bantarjaya 2015

2 Kab Cirebon

Dukupuntang Desa Balad 2015

3 Kab Karawang

Tirtajaya Desa Tambaksari 2015

4 Kab Indramayu

Kandanghaur Desa Karangmulya 2015

5 Kab Subang

Jalancagak Desa Curugrendeng 2015

Page 167: KATA PENGANTAR PENYUSUN DATA TERPILAH STATISTIK GENDER DAN ANAK DP3AKB PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2017 Pengarah : Dr. Ir. Dewi Sartika, M.Si Penanggung Jawab : Ir. Dodi Herlando M.

Data Terpilah Statistik Gender dan Anak Provinsi Jawa Barat Tahun 2017 | 151

6 Kab Cianjur

Haurwangi Desa Cihea 2015

7 Kab Bogor

Tamansari Desa Sukajaya 2015

8 Kab Ciamis

Kawali Desa Purwasari 2015

9 Kab Tasikmalaya

Cigalontang Desa Nanggerang 2015

10 Kab Bandung Barat

Rongga Desa Bojongsalam 2015

11 Kab Garut

Cigedug

12 Kota Tasikmalaya

Indihiang Kel. Sukamaju Kaler 2015

13 Kota Bogor

Bogor Selatan Kel. Muarasari 2015

14 Kota Bandung

Batununggal Kel.Cibangkong 2015

Page 168: KATA PENGANTAR PENYUSUN DATA TERPILAH STATISTIK GENDER DAN ANAK DP3AKB PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2017 Pengarah : Dr. Ir. Dewi Sartika, M.Si Penanggung Jawab : Ir. Dodi Herlando M.

Data Terpilah Statistik Gender dan Anak Provinsi Jawa Barat Tahun 2017 | 152

15 Kota Sukabumi

Citamiang Kel.Cikondang 2015

16 Kota Depok

Cipayung Kel. Cipayung 2015

17 Kota Banjar

Langensari Desa Kujangsari 2015

18 Kab Sukabumi

Gegerbitung Desa Sukamanah 2015

19 Kab Sumedang

Pamulihan Desa Cijeruk 2015

20 Kota Cimahi

Cimahi Tengah Kel. Cigugur Tengah 2015

21 Kota Bekasi

Bekasi Utara Kel. Margamulya 2015

22 Kota Cirebon

Lemahwungkuk Kel. Panjunan 2015

23 Kab Bandung

Arjasari Desa Rancakole 2015

Page 169: KATA PENGANTAR PENYUSUN DATA TERPILAH STATISTIK GENDER DAN ANAK DP3AKB PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2017 Pengarah : Dr. Ir. Dewi Sartika, M.Si Penanggung Jawab : Ir. Dodi Herlando M.

Data Terpilah Statistik Gender dan Anak Provinsi Jawa Barat Tahun 2017 | 153

24 Kab Purwakarta

Babakancikao Desa Babakancikao 2015

25 Kab Majalengka

Maja Desa Paniis 2015

26 Kab Kuningan

Jepara Desa Jepara 2015

27 Kab Pangandaran

Cijulang Desa Cibanten 2015

2016

1 Kab Bekasi

Serang Baru Desa Nagasari 2016

2 Kab Cirebon

Sumber Desa Sidawangi 2016

3 Kab Karawang

Tegal Waru Desa Mekarbuana 2016

4 Kab Indramayu

Widasari Desa Kalen Sari 2016

5 Kab Subang

Page 170: KATA PENGANTAR PENYUSUN DATA TERPILAH STATISTIK GENDER DAN ANAK DP3AKB PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2017 Pengarah : Dr. Ir. Dewi Sartika, M.Si Penanggung Jawab : Ir. Dodi Herlando M.

Data Terpilah Statistik Gender dan Anak Provinsi Jawa Barat Tahun 2017 | 154

Kalijati Desa Ciruluk 2016

6 Kab Cianjur

Campaka Mulya Desa Campaka Warna 2016

7 Kab Bogor

Gunung Sindur Desa Cibinong 2016

8 Kab Ciamis

Purwadadi Desa Kutawaringin 2016

9 Kab Karawang

Salawu Desa Serang 2016

10 Kab Bandung Barat

Cihampelas Desa Tanjungwangi 2016

11 Kab Garut

Sukaresmi Desa Padamukti 2016

12 Kota Tasikmalaya

Cipedes Kel. Sukamanah 2016

13 Kota Bogor

Bogor Timur Kel. Sindangrasa 2016

14 Kota Bandung

Page 171: KATA PENGANTAR PENYUSUN DATA TERPILAH STATISTIK GENDER DAN ANAK DP3AKB PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2017 Pengarah : Dr. Ir. Dewi Sartika, M.Si Penanggung Jawab : Ir. Dodi Herlando M.

Data Terpilah Statistik Gender dan Anak Provinsi Jawa Barat Tahun 2017 | 155

Andir Kel. Maleber 2016

15 Kota Sukabumi

Lembur Situ Kel. Lembur Situ 2016

16 Kota Depok

Tapos Kel. Cimpaeun 2016

17 Kota Banjar

Banjar Desa Jajawar 2016

18 Kab Sukabumi

Cicantayan Desa Cimanggis 2016

19 Kab Sumedang

Ujungjaya Desa Cipelang 2016

20 Kota Cimahi

Cimahi Utara Kel. Pasirkaliki 2016

21 Kota Bekasi

Medan Satria Kel. Harapan Mulya 2016

22 Kota Cirebon

Pekalipan Kel. Pulasaren 2016

23 Kab Bandung

Page 172: KATA PENGANTAR PENYUSUN DATA TERPILAH STATISTIK GENDER DAN ANAK DP3AKB PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2017 Pengarah : Dr. Ir. Dewi Sartika, M.Si Penanggung Jawab : Ir. Dodi Herlando M.

Data Terpilah Statistik Gender dan Anak Provinsi Jawa Barat Tahun 2017 | 156

Paseh Desa Tangsimekar 2016

24 Kab Purwakarta

Pondoksalam Desa Galudra 2016

25 Kab Majalengka

Lemahsugih Desa Sadawangi 2016

26 Kab Kuningan

Sindangagung Desa Dukuh Lor 2016

27 Kab Pangandaran

Padaherang Desa Maruyungsari 2016

Page 173: KATA PENGANTAR PENYUSUN DATA TERPILAH STATISTIK GENDER DAN ANAK DP3AKB PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2017 Pengarah : Dr. Ir. Dewi Sartika, M.Si Penanggung Jawab : Ir. Dodi Herlando M.

Data Terpilah Statistik Gender dan Anak Provinsi Jawa Barat Tahun 2017 | 157

Tabel 11.11

Data Pelaku Industri Rumahan (IR) Provinsi Jawa Barat

No Kabupaten/Kota Jumlah Pelaku Industri

Rumahan

1. Kota Bogor 149

2. Kota Depok 17

3. Kota Bandung 31

4. Kota Cimahi 10

5. Kabupaten Bandung Barat 53

6. Kabupaten Bandung 16

7. Kabupaten Purwakarta 42

8. Kabupaten Bekasi 41

9. Kabupaten Subang 16

10. Kota Bekasi 13

11. Kabupaten Karawang 14

12. Kabupaten Tasikmalaya 10

13. Kabupaten Ciamis 14

14. Kabupaten Garut 14

15. Kabupaten Kuningan 13

16. Kabupaten Indramayu 14

17. Kabupaten Majalengka 16

18. Kabupaten Sumedang 19

Page 174: KATA PENGANTAR PENYUSUN DATA TERPILAH STATISTIK GENDER DAN ANAK DP3AKB PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2017 Pengarah : Dr. Ir. Dewi Sartika, M.Si Penanggung Jawab : Ir. Dodi Herlando M.

Data Terpilah Statistik Gender dan Anak Provinsi Jawa Barat Tahun 2017 | 158

19. Kota Tasikmalaya 6

20. Kota Banjar 9

21. Kabupaten Pangandaran 3

22. Kabupaten Cianjur 5

23. Kota Cirebon 5

24 Kota Sukabumi 2

Page 175: KATA PENGANTAR PENYUSUN DATA TERPILAH STATISTIK GENDER DAN ANAK DP3AKB PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2017 Pengarah : Dr. Ir. Dewi Sartika, M.Si Penanggung Jawab : Ir. Dodi Herlando M.