KATA PENGANTAR Om Swastyastu, Adam Chazawi, Hukum pidana Positif Penghinaan, ITS Press, Surabaya,...

25
i KATA PENGANTAR Om Swastyastu, Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa, Tuhan Yang Maha Esa karena berkat Asung Kertha Wara Nugraha-Nya, penulisan skripsi ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya guna memenuhi syarat untuk memperoleh gelar kesarjanaan dalam bidang hukum pada Fakultas Hukum Universitas Udayana. Adapun judul yang dipilih dalam penulisan skripsi ini adalah PERTANGGUNG JAWABAN PIDANA TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA PENCEMARAN NAMA BAIK (SUATU KAJIAN TERHADAP PASAL 310 KUHP”. Keberhasilan penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bimbingan dan bantuan secara moril maupun materiil dari berbagai pihak. Untuk itu melalui kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada : 1. Bapak Prof. Dr. I Made Arya Utama, SH.,MH, Dekan Fakultas Hukum Universitas Udayana. 2. Bapak Dr. Gde Made Swardana, SH.,MH, Pembatu Dekan I Fakultas Hukum Universitas Udayana. 3. Ibu Dr. Ni Ketut Sri Utari, SH.,MH, Pembatu Dekan II Fakultas Hukum Universitas Udayana. 4. Bapak Dr. I Gede Yusa, SH.,MH, Pembantu Dekan III Fakultas Hukum Universitas Udayana. 5. Bapak Dr. Ida Bagus Surya Dharma Jaya, S.H., M.H. Selaku Ketua Bagian

Transcript of KATA PENGANTAR Om Swastyastu, Adam Chazawi, Hukum pidana Positif Penghinaan, ITS Press, Surabaya,...

Page 1: KATA PENGANTAR Om Swastyastu, Adam Chazawi, Hukum pidana Positif Penghinaan, ITS Press, Surabaya, 2009, 89. 10 tertulis dengan pidana penjara paling lama satu tahun empat bulan atau

i

KATA PENGANTAR

Om Swastyastu,

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa,

Tuhan Yang Maha Esa karena berkat Asung Kertha Wara Nugraha-Nya,

penulisan skripsi ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya guna memenuhi

syarat untuk memperoleh gelar kesarjanaan dalam bidang hukum pada

Fakultas Hukum Universitas Udayana. Adapun judul yang dipilih dalam

penulisan skripsi ini adalah “PERTANGGUNG JAWABAN PIDANA

TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA PENCEMARAN NAMA BAIK

(SUATU KAJIAN TERHADAP PASAL 310 KUHP”.

Keberhasilan penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bimbingan dan

bantuan secara moril maupun materiil dari berbagai pihak. Untuk itu melalui

kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. I Made Arya Utama, SH.,MH, Dekan Fakultas Hukum

Universitas Udayana.

2. Bapak Dr. Gde Made Swardana, SH.,MH, Pembatu Dekan I Fakultas

Hukum Universitas Udayana.

3. Ibu Dr. Ni Ketut Sri Utari, SH.,MH, Pembatu Dekan II Fakultas

Hukum Universitas Udayana.

4. Bapak Dr. I Gede Yusa, SH.,MH, Pembantu Dekan III Fakultas

Hukum Universitas Udayana.

5. Bapak Dr. Ida Bagus Surya Dharma Jaya, S.H., M.H. Selaku Ketua Bagian

Page 2: KATA PENGANTAR Om Swastyastu, Adam Chazawi, Hukum pidana Positif Penghinaan, ITS Press, Surabaya, 2009, 89. 10 tertulis dengan pidana penjara paling lama satu tahun empat bulan atau

ii

Hukum Pidana

6. Bapak A. A. Ngurah Yusa Darmadi, S.H., M.H. Sebagai Pembimbing I

yang telah memberikan petunjuk dan bimbingan dengan penuh kesabaran

dalam penulisan skripsi ini.

7. Bapak I Gusti Ngurah Parwata, S.H.,M.H. Sebagai Pembimbing II yang

telah memberikan petunjuk dan bimbingan dengan penuh kesabaran dalam

penulisan skripsi ini.

8. Bapak Dr. Desak Putu Dewikasih, S.H.,M.H Pembimbing Akademik yang

telah memberikan waktu dan petunjuk selama mengikuti perkuliahan.

9. Bapak Anak Agung Gede Oka Parwata, SH.,Msi, Ketua Program Non

Reguler Fakultas Hukum Universitas Udayana

10. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Hukum Universitas Udayana yang telah

mengajar dan mendidik penulis selama menempuh perkuliahan di

Fakultas Hukum Universitas Udayana

11. Bapak Ibu Pegawai Fakultas Hukum Universitas Udayana yang telah

membantu dalam mengurus segala keperluan administrasi selama kuliah.

12. Orang Tua tercinta, Bapak I Gede Putu Joni dan Ibu Ni Ketut Ngaptiari,

serta Kakak Dian Ariyanti Putri, Ari yunita dewi dan Ade Yunita Sari atas

segala dukungan, perhatian dan kasih sayang yang selalu memberi

dukungan dalam menyelesaikan kendala selama penulisan skripsi.

13. Terimakasih kepada Savitaresta Primasaty Arnaya yang selalu menemani

dan dengan sabar mendengarkan keluhan dalam penulisan skripsi ini.

14. Sahabat-sahabat Bukan Keluarga dan teman-teman Hukum Ekstensi

Page 3: KATA PENGANTAR Om Swastyastu, Adam Chazawi, Hukum pidana Positif Penghinaan, ITS Press, Surabaya, 2009, 89. 10 tertulis dengan pidana penjara paling lama satu tahun empat bulan atau

iii

angkatan 2012, serta sahabat yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu

yang telah menjadi penyemangat dan memotivasi.

15. Para senior, rekan seperjuangan dan junior, serta teman-teman Penulis di

angkatan 2010, 2011, 2012, 2013, 2014, 2015 yang tidak dapat Penulis

sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna,

maka dari itu kritik dan saran sangat diharapkan untuk kesempurnaan skripsi

ini. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat.

Denpasar, 18 November 2016

Penulis

Page 4: KATA PENGANTAR Om Swastyastu, Adam Chazawi, Hukum pidana Positif Penghinaan, ITS Press, Surabaya, 2009, 89. 10 tertulis dengan pidana penjara paling lama satu tahun empat bulan atau

iv

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL DALAM ..................................................................... i

HALAMAN PRASYARAT GELAR SARJANA HUKUM ......................... ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ........................... iii

HALAMAN PENGESAHAN PANITIA PENGUJI ................................... iv

HALAMAN SURAT PERNYATAAN KEASLIAN ...................................... v

HALAMAN KATA PENGANTAR ................................................................. vi

HALAMAN DAFTAR ISI ............................................................................... ix

ABSTRAK ........................................................................................................ xii

ABSTRACT .......................................................................................................xiii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah ......................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ................................................................... 6

1.3 Ruang Lingkup Masalah ......................................................... 6

1.4 Orisinalitas Penelitian .............................................................. 7

1.5 Tujuan Penelitian .................................................................... 8

1.5.1 Tujuan Umum ........................................................... 8

1.5.2 Tujuan Khusus ........................................................... 8

1.6 Manfaat Penelitian ................................................................... 8

1.6.1 Manfaat Teoritis ........................................................ 8

1.6.2 Manfaat Praktis ......................................................... 8

1.7 Landasan Teoritis .................................................................... 9

Page 5: KATA PENGANTAR Om Swastyastu, Adam Chazawi, Hukum pidana Positif Penghinaan, ITS Press, Surabaya, 2009, 89. 10 tertulis dengan pidana penjara paling lama satu tahun empat bulan atau

v

1.8 Metode Penelitian ................................................................. 16

1.8.1 Jenis Penelitian .......................................................... 16

1.8.2 Jenis Pendekatan ....................................................... 17

1.8.3 Sumber Bahan Hukum .............................................. 18

1.8.4 Teknik Pengumpulan Bahan Hukum ........................ 19

1.8.5 Teknik Analisis ......................................................... 20

BAB II TINJAUAN UMUM

2.1. Pengertian dan Unsur-unsur Tindak Pidana ........................... 21

2.1.1 Pengertian Tindak Pidana ........................................... 21

2.1.2 Unsur-Unsur Tindak Pidana ....................................... 23

2.2. Pengertian Tindak Pidana Pencemaran Nama Baik ............... 28

2.2.1 Bentuk-Bentuk Pencemaran Nama Baik .................... 30

2.3. Pengertian Pertanggung Jawaban Pidana .............................. 32

2.4 Pengertian dan Teori-teori Pemidanaan ................................. 35

2.4.1 Pengertian Pidana .......................................................... 33

2.4.2 Teori-Teori Pemidanaan................................................ 38

2.4.2.1 Teori absolut ..................................................... 39

2.4.2.2 Teori Relatif ...................................................... 40

2.4.2.3 Teori Gabungan ................................................ 41

BAB III PENGATURAN TINDAK PIDANA PENCEMARAN NAMA

BAIK DALAM HUKUM PIDANA POSITIF DI INDONESIA

3.1. Pengertian Pencemaran Nama Baik Dalam KUHP ............... 42

Page 6: KATA PENGANTAR Om Swastyastu, Adam Chazawi, Hukum pidana Positif Penghinaan, ITS Press, Surabaya, 2009, 89. 10 tertulis dengan pidana penjara paling lama satu tahun empat bulan atau

vi

3.2 Pengertian Pencemaran Nama Baik Dalam Undang-Undang

No. 19 Tahun 2016 Tentang Informasi dan Transaksi

Elektronik ............................................................................... 47

3.3 Pertanggung Jawaban Pidana Terhadap Pelaku Tindak

Pidana Pencemaran Nama Baik ............................................. 51

BAB IV ANCAMAN SANKSI PIDANA TERHADAP PELAKU

TINDAK PIDANA PENCEMARAN NAMA BAIK

4.1. Ancaman Sanksi Pidana Terhadap Pelaku Tindak Pidana

Pencemaran Nama Baik Menurut KUHP ............................. 59

4.2. Ancaman Sanksi Pidana Terhadap Pelaku Tindak Pidana

Pencemaran Nama Baik Menurut Undang-Undang No.11

Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik ...... 63

BAB V PENUTUP

5.1. Kesimpulan ............................................................................ 67

5.2. Saran ....................................................................................... 68

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 7: KATA PENGANTAR Om Swastyastu, Adam Chazawi, Hukum pidana Positif Penghinaan, ITS Press, Surabaya, 2009, 89. 10 tertulis dengan pidana penjara paling lama satu tahun empat bulan atau

vii

ABSTRAK

Pencemaran nama baik akhir-akhir ini banyak terjadi dalam kehidupan

masyarakat pencemaran nama baik tersebut tidak saja mengenai masyarakat biasa,

tetapi juga tidak jarang mengenai pejabat negara seperti Presiden dan wakil

Presiden, Gubernur/Kepala Daerah dan sebagainya.

Pencemaran nama baik itu diatur dalam hukum positif dalam dua undang-

undang yakni Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) dan Undang-

Undang No. 19 Tahun 2016 perubahan atas Undang-Undang No. 11 tahun 2008

tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. Pencemaran nama baik tersebut

merupakan tindak pidana yang dalam KUHP diatur dalam Pasal 310 KUHP dan

dalam Undang-Undang No. 19 tahun 2016 dalam Pasal 27. dalam kedua undang-

undang tersebut ancaman saksi pidananya berbeda yakni dalam KUHP ancaman

pidananya berupa pidana penjara Sembilan bulan dan pidana denda empat ribu

lima ratus rupiah, sedangkan menurut Undang-Undang ITE ancaman sanksi

pidananya paling lama empat tahun dan/atau denda tujuh ratus lima puluh juta

rupiah.

Hasil penelitian menunjukan bahwa pertanggung jawaban pidana dalam

Undang-Undang No. 19 tahun 2016 tentang Informasi dan Transakasi Elektronik

dan KUHP menunjukan adanya konflik norma diantara kedua undang-undang

tersebut. Baik menyangkut rumusan normanya, maupun ancaman pidananya.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian normative yakni

mengakaji dari bahan-bahan hukum primier dan bahan hukum sekunder.

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah pertanggung

jawaban pidana pencemaran nama baik menurut pasal 310 kuhp dan pasal 27

Ayat 3 undang-undang No 19 tahun 2016 tentang informasi dan transaksi

elektronik kedua bagaimanakah sanksi pidana terhadap pelaku tindak pidana

Pencemaran nama baik berdasarkan hukum pidana positif yang berlaku. Tindak

pidana yang memenuhi rumusan KUHP dan Undang-Undang ITE tersebut diatas

merupakan tindak pidana yang harus dipertanggung jawabkan menurut hukum

pidana, karena perbuatan yang memenuhi rumusan undang-undang tersebut

merupakan tindakan yang bersifat melawan hukum dilakukan oleh orang yang

mampu bertanggung jawab serta adanya unsur kesengajaan atau kealpaan yang

berarti bahwa perbuatan tersebut merupakan perbuatan melawan hukum, dan

perbuatan tercela yang dilarang oleh undang-undang.

Kata kunci : Pencemaran nama baik, Pertanggung Jawaban Pidana, Sanksi

Pidana.

Page 8: KATA PENGANTAR Om Swastyastu, Adam Chazawi, Hukum pidana Positif Penghinaan, ITS Press, Surabaya, 2009, 89. 10 tertulis dengan pidana penjara paling lama satu tahun empat bulan atau

viii

ABSTRACT

Defamation lately a lot going on in people's lives defamation is not only

about ordinary people, but also not uncommon on state officials such as the

President and Vice President, the Governor / Head of the Region and so on.

Defamation is regulated in the positive law in the two laws that the Code

of Penal (Penal Code) and Act No. 11 of 2008 on Information and Electronic

Transactions. Defamation is a criminal offense in the Criminal Code under

Article 310 in the Criminal Code and Law No. 11 of 2008 under Article 27 in both

these laws differ criminal threat that witnesses in the Criminal Code criminal

threat in the form of imprisonment for nine months and fined four thousand five

hundred rupiah, while according to the Law ITE threat of criminal sanction a

maximum of six years and / or a fine of one billion rupiah.

The results showed that criminal liability under Act No. 19 of 2016 on

Information and Electronic trades and bylaws indicate the existence of conflict

between the norms of the legislation. Both related to the norm, as well as the

criminal threat. The method used is the method that is mengakaji normative

research of materials primier law and secondary law. The problem of this

research is how the criminal accountability of defamation under section 310

Criminal Code and Article 27 Paragraph 3 of the law No. 19 of 2016 on

information and electronic transactions both how criminal sanctions against the

perpetrators of the crime of defamation under criminal law positive apply. The

criminal acts that meet the formulation of the Penal Code and the Law on ITE

mentioned above constitutes a criminal act that should be accountable under

criminal law for acts that meet the formulation of the law is an act that is against

the law carried out by people who could be responsible and deliberate intention

or omission which means that the act was an act against the law, and the

misconduct prohibited by law.

Keywords: defamation, criminal liability, criminal sanctions.

.

Page 9: KATA PENGANTAR Om Swastyastu, Adam Chazawi, Hukum pidana Positif Penghinaan, ITS Press, Surabaya, 2009, 89. 10 tertulis dengan pidana penjara paling lama satu tahun empat bulan atau

9

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pada akhir–akhir ini kejahatan yang berkaitan dengan kehormatan dan nama baik

seseorang semakin tampak dalam kehidupan masyarakat. Pencemaran nama baik bahkan

sering dijadikan alasan untuk melaporkan seseorang yang diduga akan merugikan dirinya.

Penyerangan nama baik adalah menyampaikan ucapan (kata atau ringkasan

perkataan/kalimat) dengan cara menuduhkan melakukan perbuatan tertentu, yang ditujukan

pada kehormatan dan nama baik orang yang dapat mengakibatkan rasa harga diri atau

martabat orang itu dicemarakan, dipermalukan atau direndahkan.1

Salah satu contoh yang menarik terjadi terhadap Calon Presiden Republik

Indonesia Ir Joko Widodo dan Yusuf Kalla sebagai calon wakil Presiden Republik Indonesia

pada pemilihan umum Presiden tahun 2014 dan kasus Prita Mulya Sari dengan RS. Omni.

Belakangan ini persoalan eksistensi delik pencemaran nama baik kembali

mengemuka dan dipermasalahkan oleh banyak pihak. Munculnya perhatian publik terhadap

delik ini diakibatkan oleh beberapa kasus pencemaran nama baik yang terjadi.

Pencemaran nama baik dalam hukum pidana positif telah di atur didalam pasal 310

Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) yang menentukan:

Ayat (1): “Barang siapa sengaja menyerang kehormatan atau nama baik

seseorang dengan menuduhkan sesuatu hal, yang maksudnya terang supaya hal itu

diketahui umum, diancam karena pencemaran dengan pidana penjara paling lama

sembilan bulan atau denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah”.

Ayat (2): “Jika hal itu dilakukan dengan tulisan atau gambar yang disiarkan,

dipertunjukkan atau ditempel di muka umum, maka diancam karena pencemaran

1 Adam Chazawi, Hukum pidana Positif Penghinaan, ITS Press, Surabaya, 2009, 89.

Page 10: KATA PENGANTAR Om Swastyastu, Adam Chazawi, Hukum pidana Positif Penghinaan, ITS Press, Surabaya, 2009, 89. 10 tertulis dengan pidana penjara paling lama satu tahun empat bulan atau

10

tertulis dengan pidana penjara paling lama satu tahun empat bulan atau pidana denda

paling banyak empat ribu lima ratus rupiah”.

Ayat (3): “Tidak merupakan pencemaran atau pencemaran tertulis, jika perbuatan

jelas dilakukan demi kepentingan umum atau karena terpaksa untuk membela diri”.

Dilihat dari KUHP, pencemaran nama baik diistilahkan sebagai penghinaan atau

penistaan terhadap seseorang. Penghinaan itu harus dilakukan dengan cara menuduh

seseorang telah melakukan perbuatan yang tertentu dengan maksud tuduhan itu akan tersiar

(diketahui orang banyak)2. Kehormatan atau nama baik merupakan hal yang dimiliki oleh

manusia yang masih hidup. Oleh karena itu, tindak pidana terhadap kehormatan dan nama

baik umumnya ditunjukkan terhadap seseorang yang masih hidup maupun yang sudah

meninggal. Bagi masyarakat Indonesia sendiri, kehormatan atas nama baik merupakan

bagian dari nilai-nilai Pancasila sila ke-1 disebutkan “Ketuhan Yang Maha esa” dan sila ke-

2 “Kemanusian yang adil dan beradap” serta telah tercantum dalam Pasal 28F Undang-

undang Dasar Republik Indonesia Amandemen ke IV 1945 “Setiap orang berhak untuk

berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan

sosialnya, serta berhak untuk mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan

menyampaikan informasi dengan menggunakan segala jenis saluran yang tersedia”.

Ketentuan pasal diatas memperlihatkan kebebasan dalam mendapatkan informasi

dan berkomunikasi, akan tetapi kebebasan tersebut dibatasi oleh adanya ketentuan dalam

pasal-pasal yang mengatur tentang pencemaran nama baik. Pasal-Pasal itu memberikan

batasan agar kebebasan dalam mendapat dan menyebarkan informasi memiliki kualitas yang

mengembangan kehidupan dan lingkungan sosial.

2 R. Soesilo, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) Serta Komentar-Komentarnya Lengkap Pasal

Demi Pasal, Polite, Bogor, 1995, hlm226.

Page 11: KATA PENGANTAR Om Swastyastu, Adam Chazawi, Hukum pidana Positif Penghinaan, ITS Press, Surabaya, 2009, 89. 10 tertulis dengan pidana penjara paling lama satu tahun empat bulan atau

11

Dalam perkembangan kehidupan masyarakat terdapat peningkatan kualitas dan

kuantitas kejahatan, termasuk dalam tindak pidana pencemaran nama baik. Hal itu

disebabkan oleh semakin meningkatnya informasi dan komunikasi digital melalui internet

sebagaimana dapat diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 19 tahun 2016

perubahan atas Undang-Undang No. 11 tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi

Elektronik (ITE) yang pada Bab 7 Pasal 27 (ayat 3) menyebutkan bahwa :

“setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau

mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik

dan/atau Dokumen Elektronik yang memiliki muatan penghinaan dan/atau

pencemaran nama baik”.

Pada Bab 9 tentang ketentuan pidana Pasal 45 ayat (3) menegaskan :

“setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau

mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik

dan/atau Dokumen Elektronik yang memiliki muatan penghinaan dan/atau

pencemaran nama baik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 Ayat (3) dipidana

dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau denda paling banyak

Rp750.000.000,00 (tujuh ratus lima puluh juta rupiah)”.

Adapun fungsi dari ketentuan pidana tersebut adalah berusaha untuk memberikan

perlindungan atas hak-hak individu maupun institusi. Hal ini berhubungan dengan

penggunaan setiap informasi melalui media yang menyangkut data pribadi seseorang atau

institusi harus dilakukan dengan persetujuan orang atau institusi yang bersangkutan.

Pemberlakuan pasal penghinaan atau pencemaran nama baik yang diatur baik

dalam pada KUHP maupun pada peraturan perundangan-undangan sering disorot tajam

tidak hanya oleh praktisi hukum tetapi juga oleh masyarakat. Aturan ini dinilai banyak

mengahambat kebebasan berekspresi dan menyampaikan pendapat di masyarakat.

Berdasarkan uraian diatas dapat dikatakan bahwa tindak pidana pencemaran nama

baik sendiri diatur di dalam dua Undang-Undang. Selain diatur di dalam Pasal 310 KUHP,

Page 12: KATA PENGANTAR Om Swastyastu, Adam Chazawi, Hukum pidana Positif Penghinaan, ITS Press, Surabaya, 2009, 89. 10 tertulis dengan pidana penjara paling lama satu tahun empat bulan atau

12

tindak pidana ini juga diatur di dalam Pasal 27 Ayat 3 jo Pasal 45 Ayat (3) Undang-Undang

No. 19 tahun 2016 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. Pengaturan tentang tindak

pidana pencemaran nama baik dalam dua peraturan perundang-undangan tersebut diatas

mengindikasikan adanya konflik norma dalam undang-undang.

konflik norma dapat dilihat dari tindak pidana pencemaran nama baik yang diatur

dalam 2 (dua) ketentuan perundang-undangan yakni dalam Pasal 310 KUHP dan di dalam

Pasal 27 Ayat (3) Undang-Undang No. 19 tahun 2016 Tentang Informasi dan Transaksi

Elektronik. Selain itu dilihat dari ancaman pidana terdapat pengaturan yang berbeda yakni

dalam Pasal 310 KUHP Ayat (1) ancaman pidana penjaranya paling lama sembilan bulan

atau denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah, sedangkan di Ayat (2) ancaman

pidana penjara paling lama satu tahun empat bulan atau pidana denda paling banyak empat

ribu lima ratus rupiah. Pada Undang-Undang No. 19 tahun 2016 perubahan dari Undang-

Undang No. 11 tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik dalam Pasal 45

Ayat (3) dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau denda paling

banyak Rp 750.000.000,00 (tujuh ratus lima puluh juta rupiah).

Berdasarkan hal tersebut diatas, penulis melihat adanya konflik norma antara

ketentuan Pasal 310 KUHP dengan Pasal 27 dan Pasal 45 Ayat (1) Undang-Undang No. 19

Tahun 2016. Hal itu dapat menyulitkan penegak hukum untuk memilih peraturan mana yang

akan diterapkan jika terjadi pencemaran nama baik melalu tulisan atau gambar yang dengan

sengaja dan tanpa hak mendistirbusikan, mentransmisikan, membuat dapat diaksesnya.

Oleh karena itu, penulis tertarik untuk mengkaji dan menganalisis lebih dalam

tentang PERTANGGUNG JAWABAN PIDANA TERHADAP PELAKU TINDAK

Page 13: KATA PENGANTAR Om Swastyastu, Adam Chazawi, Hukum pidana Positif Penghinaan, ITS Press, Surabaya, 2009, 89. 10 tertulis dengan pidana penjara paling lama satu tahun empat bulan atau

13

PIDANA PENCEMARAN NAMA BAIK (SUATU KAJIAN TERHADAP PASAL 310

KUHP).

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas, maka dapat dikemukakan rumusan

masalah penelitian ini sebagai berikut:

1. Bagaimanakah pertanggungjawaban pidana terhadap pelaku tindak pidana

pencemaran nama baik menurut Pasal 310 KUHP dan Pasal 27 Ayat (3) Undang-Undang

No. 19 Tahun 2016 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik ?

2. Bagaimanakah sanksi pidana terhadap pelaku tindak pidana pencemaran nama

baik berdasarkan hukum pidana positif yang berlaku?

1.3 Ruang Lingkup Masalah

Dalam penelian ini akan dibahas hal-hal sebagai berikut yang dikaitkan dengan

masalah yang dibahas yang memiliki relefansi dengan judul tersebut. Dalam hal ini akan

dibahas, yakni:

a. Pertama akan dibahas pertanggung jawaban pidana terhadap pelaku tindak pidana

pencemaran nama baik menurut ketentuan Pasal 310 Ayat (1) KUHP dan Pasal 27 Ayat

(3) Undang-Undang No 19 tahun 2016 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.

b. Akan dibahas tentang ancaman sanksi pidana terhadap pelaku yang melanggar

Pasal 310 KUHP dan Pasal 27 Ayat (3) dan Pasal 45 Ayat (3) Undang-Undang No 19

Tahun 2016 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.

Page 14: KATA PENGANTAR Om Swastyastu, Adam Chazawi, Hukum pidana Positif Penghinaan, ITS Press, Surabaya, 2009, 89. 10 tertulis dengan pidana penjara paling lama satu tahun empat bulan atau

14

1.4 Orisinalitas Penelitian

Skripsi ini merupakan karya tulis asli penulis yang keberadaannya dapat

dipertanggung jawabkan secara ilmiah. Orinisalitas dari skripsi ini dapat dilihat dan

dibandingkan perbedaannya dengan skripsi terdahulu yang sejenis yaitu :

No Penulis Judul Rumusan Masalah Tahun

1 Ariya Kurniadi

Putra, Faklutas

Hukum

Universitas

Mataram

Pertanggungjawaban

Pidana Pada Tindak

Pidana Pencemaran

Nama Baik Melalui

Media Pers.

Bagaimanakah

pengaturan hukum

terhadap

kemerdekaan pers di

Indonesia Dan

bagaimanakah

pertanggungjawaban

pidana terhadap pers

pada tindak pidana

pencemaran nama

baik.

2012

2 Mohammad

Haris Indrapura,

Fakultas

Hukum

Universitas

Muhammadiyah

Yogyakarta

Pertanggungjawaban

Hukum Pidana

Terhadapa Pelaku

Pencemaran Nama

Baik Melalui

Internet

Faktor-faktor yang

melatarbelakangi

pelaku melakukan

tindak pidana

pencemaran nama

baik melalui internet

Dan

pertanggungjawaban

hukum pidana

terhadap pelaku

pencemaran nama

baik melalui internet

berdasarkan

Undang-Undang

Nomor 11 Tahun

2008 Tentang

Informasi dan

Transaksi

Elektronik.

2015

Bahwa dengan sesungguhnya tulisan ini dibuat berdasarkan pemaparan asli,

pemikiran dan hasil penelitian yang dilakukan penulis. Sepanjang sepengetahuan penulis,

Page 15: KATA PENGANTAR Om Swastyastu, Adam Chazawi, Hukum pidana Positif Penghinaan, ITS Press, Surabaya, 2009, 89. 10 tertulis dengan pidana penjara paling lama satu tahun empat bulan atau

15

bahwa tidak ada yang mengangkat tulisan dengan judul yang sama ataupun dengan

permasalahan yang sama.

1.5 Tujuan Penelitian

1.5.1 Tujuan Umum

Tujuan umum dari penulisan skripsi ini adalah untuk mengetahui pertanggung jawaban

pidana terhadap seseorang yang melakukan tindak pidana pencemaran nama baik dan

sanksi pidana menurut undang- undang.

1.5.2 Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari penelitian skripsi ini adalah :

a. Untuk mengetahui dan menganalisis tentang pertanggung jawaban pidana

terhadap pelaku tindak pidana pencemaran nama baik yang melanggar ketentuan

Pasal 310 KUHP dan Pasal 27 Ayat (3) Undang-Undang No. 19 tahun 2016

tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.

b. Untuk mengetahui dan menganalisis dasar-dasar pertimbangan untuk menentukan

sanksi pidana terhadap pelaku tindak pidana pencemaran nama baik menurut

Pasal 310 KUHP jo Pasal 27 Ayat (3) Undang-Undang no 19 tahun 2016 tentang

Informasi dan Transaksi Elektronik.

1.6 Manfaat Penelitian

1.6.1 Manfaat Teoritis

Pembahasan tentang pertanggung jawaban pidana terhadap pelaku tindak pidana

pencemaran nama baik menurut Pasal 310 KUHP jo Pasal 27 Undang-Undang No 19

Page 16: KATA PENGANTAR Om Swastyastu, Adam Chazawi, Hukum pidana Positif Penghinaan, ITS Press, Surabaya, 2009, 89. 10 tertulis dengan pidana penjara paling lama satu tahun empat bulan atau

16

Tahun 2016 diharapakan dapat memberikan manfaat terhadap dasar-dasar pertimbangan

hukum yang melandasi pemidanaan terhadap pelaku tindak pidana pencemaran nama

baik pada era kemajuan dan keterbukaan informasi eletronik sekarang ini.

1.6.2 Manfaat Praktis

a. Memberikan masukan kepada penegak hukum berkaitan dengan tindak pidana

pencemaran nama baik yang tidak saja di atur dalam KUHP tapi juga diatur diluar

KUHP yakni Undang-undang No. 19 Tahun 2016

b. Memberikan pemahaman kepada masyarakat agar mempertimbangkan dan

memperhatikan bahwa pencemaran nama baik termasuk melalui media sosial

merupakan suatu tindak pidana.

1.7 Landasan Teotitis

Tindak pidana menyerang kehormatan dan nama baik diatur dalam Bab XVI yakni

dalam Pasal 310 KUHP yang menyatakan Ayat (1) barang siapa sengaja menyerang

kehormatan atau nama baik seseorang dengan menuduhkan sesuatu hal, yang maksdunya

terang supaya hal itu diketahui umum, di ancam karena pencemaran dengan pidana penjara

paling lama sembilan bulan atau pidana denda paling banyak empa ribu lima ratus rupiah.

Ayat (2) jika hal itu di lakukan dengan tulisan atau gambaran yang di siarkan, di

pertunjukan, atau di tempelkan di mukak umum, maka diancam karena pencemaran tertulis

dengan pidana penjara satu tahun empat bulan atau denda paling banyak empat ribu lima

ratus rupiah. Ayat (3) tidak merupakan pencemaran atau pencemaran tertulis, jika perbuatan

jelas dilakukan demi kepentingan umum atau karena terpaksa untuk membela diri. Adapun

unsur-unsur yang terkandung dari pasal 310 ayat (1) KUHP adalah

Page 17: KATA PENGANTAR Om Swastyastu, Adam Chazawi, Hukum pidana Positif Penghinaan, ITS Press, Surabaya, 2009, 89. 10 tertulis dengan pidana penjara paling lama satu tahun empat bulan atau

17

1. Unsur Objektif : yang terdiri dari tindakan/perbuatan yang menyerang

kehormatan atau nama baik seseorang dengan menuduh melakukan perbuatan tertentu

yang tidak benar.

2. Unsur Subjektif : dilakukan dengan sengaja dan melawan hukum dengan maksud

yang nyata.

Menurut Mohamad Anwar, kehormatan adalah perasaan pribadi atau harga diri

sedangkan nama baik adalah kehormatan yang di berikan oleh masyarakat kepada seseorang

berhubung dengan kedudukannya di masyarakat3.

Mohamad Anwar juga mengatakan bahwa tindak pidana menurut pasal 310 KUHP

dikatagorikan sebagai kejahatan terhadap kehormatan. Kejahatan terhadap kehormatan itu

bisa di lakukan secara tertulis maupun secara lisan tindakan pencemaran nama baik ini

disebut juga tindak pidana penistaan tindak pidana penistaan ini dilakuakn dengan menuduh

orang lain melakukan suatu perbuatan tertentu, suatu perbuatan tertentu harus merupakan

perbuatan yang sedemikian diperinci secara tepat atau ditunjukan secara tepat dan tegas

sehingga tidak hanya secara tegas dinyatakan jenis perbuatannya tetapi harus dinyatakan

juga jenis perbuatannya.4

Unsur-unsur dalam Ayat (2) dikakukan dengan tulisan atau gambar yang disiarkan,

dipertunjukan, ditempelkan dan kejahatan ini disebut dengan penistaan dengan tulisan,

sedangkan Ayat (3) penistaan dengan tulisan maupun dengan gambaran mengandung unsur

penistaan dengan lisan maupun tulisan yang dilakukan berdasarkan kepentingan umum, dan

untuk membela diri tidak dapat dihukum.

Berdasarkan ketentuan Pasal 310 KUHP tersebut mengancam terhadap siapa saja

yang melakukan pencemaran nama baik/penistaan diancam dengan sanksi pidana.

Selain diatur dalam KUHP, juga diatur didalam Undang-Undang No. 19 Tahun 2016

Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik pada Bab VII Pasal 27 Ayat (3) menyatakan :

3 H.A.K. Mohmoch Anwar, 1980, Hukum pidana Bagian Khusus (KUHP buku II), Alummni, Bandung,

hal.130

4 Ibid.

Page 18: KATA PENGANTAR Om Swastyastu, Adam Chazawi, Hukum pidana Positif Penghinaan, ITS Press, Surabaya, 2009, 89. 10 tertulis dengan pidana penjara paling lama satu tahun empat bulan atau

18

“setiap orang dan sengaja dan tanpak hak mendistribusikan dan/atau

mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya informasi elektronik dan/atau

dokumen elektronik yang memiliki muatan penghinaan dan/atau pencemaran nama

baik”.

Pengaturan tentang tindak pidana penghinaan dan/atau pencemaran nama baik dalam

dua undang-undang tersebut diatas, menunjukan bahwa tindak pidana penghinaan dan/atau

pencemaran nama baik mendapat perhatian yang sungguh-sungguh dari pembentuk undang-

undang. Hal itu menunjukan pula bahwa tindak pidana penghinaan dan/atau pencemaran

nama baik itu selain banyak terjadi dalam kehiduapan masyarakat, juga merupakan tindak

pidana yang dapat meresahkan masyarakat terlebih lagi akibat kemajuan teknologi informasi

dan komunikasi.

Walaupun telah terdapat ketentuan hukum pidana dalam KUHP dan Undang-Undang

tentang Informasi dan Transaksi Elektronik tersebut, ternyata dalam kehidupan masyarakat

masih saja terdapat tindak pidana penghinaan dan/atau pencemaran nama baik yang harus

dipertanggung jawabkan secara hukum pidana.

Berkaitan dengan hal itu dalam hukum pidana dikenal suatu asas yaitu “Keine strafe

ohne schuld atau Geen straf zonder schuld atau Nulla poena sine culpa” yang artinya tiada

pidana tanpa kesalahan. Asas itu mengandung pengertian bahwa dipidananya seseorang

tidaklah cukup apabila orang itu telah melakukan perbuatan yang bertentangan dengan

hukum atau yang bersifat melawan hukum. Untuk pemidaan masih perlu ada syarat bahwa

ada orang yang melakukan perbuatan itu mempunyai kesalahan atau bersalah. Dengan

perkataan lain orang tersebut harus dipertanggung jawabkan atas perbuatannya.5

5 Sudarto, 1990, Hukum Pidana I, cetakan ke 2, Yayasan Sudarto d/a Fakultas Hukum Undip Semarang, hal

: 85.

Page 19: KATA PENGANTAR Om Swastyastu, Adam Chazawi, Hukum pidana Positif Penghinaan, ITS Press, Surabaya, 2009, 89. 10 tertulis dengan pidana penjara paling lama satu tahun empat bulan atau

19

Istilah pertanggung jawaban ini dalam bahasa asing disebut dengan istilah

toerekenbaarheid, criminal responsibility, criminal liability.6 Pertanggung jawaban pidana

dimaksudkan untuk menentukan apakah seseorang tersangka/terdakwa dipertanggung

jawabkan atas suatu tindak pidana yang terjadi atau tidak.

Berkaitan dengan istilah pertanggung jawaban pidana menurut Bambang Poernomo :

“untuk dapat mempidana seseorang terlebih dahulu harus ada dua syarat yaitu perbuatan

yang bersifat melawan hukum sebagai sendi perbuatan pidana, dan perbuatan yang

dilakukan itu dapat dipertanggung jawabkan sebagai sendi kesalahan”.7

Seseorang yang harus mempertanggung jawabkan atas perbuatan pidana yang terjadi,

maka langkah selanjutnya ialah menegaskan apakah ia juga memenuhi syarat-syarat yang

diperlukan untuk pertanggungjawabkan itu. Menurut pandangan-pandangan tradisonal, ada

dua golongan aliran yang berbicara mengenai delik, ada aliran yang merumuskan delik

sebagai suatu kesatuan bulat dan yang terpisahkan menjadi dua bagian, yaitu aliran monistis

dan aliran dualistis yang dapat dijelaskan sebagai berikut :

1) Aliran Monistis

Aliran monistis adalah suatu pandangan yang melihat syarat, untuk adanya

pidana harus mencakup dua hal yakni sifat dan perbuatan. Pandangan ini

memberikan prinsip-prinsip pemahaman, bahwa di dalam pengertian

perbuatan/tindak pidana sudah tercakup di dalamnya perbuatan yang dilarang

(criminal act) dan pertanggungjawaban pidana/ kesalahan (criminal reponbility).

Menurut D. Simons, Hamel dan Vos semuanya merumuskan delik itu secara

6 E.Y Kanter dan S.R Sianturi, 1982, Asas-asas Hukum Pidana Di Indonesia dan Penerapannya, alumni

AHM-PTHM jakata, h 250.

7 Bambang Poernomo, 1978, Asas-asas Hukum Pidana, galia Indonesia Jogjakarta, hal 132.

Page 20: KATA PENGANTAR Om Swastyastu, Adam Chazawi, Hukum pidana Positif Penghinaan, ITS Press, Surabaya, 2009, 89. 10 tertulis dengan pidana penjara paling lama satu tahun empat bulan atau

20

bulat diantaranya mereka merumuskan strafbaarfeit yang paling lengkap oleh

Simons meliputi8 :

a. Diancam pidana oleh hukum;

b. Bertentangan dengan hukum

c. Dilakukan oleh orang bersalah

d. Orang itu dipandang bertanggung jawab atas perbuatannya.

Mereka tidak memisahkan antara perbuatan dan akibatnya.

2) Aliran Dualistis

Aliran ini memisahkan antara perbuatan pidana dengan pertanggung jawaban

pidana. Menurut aliran dualistis dalam tindak pidana hanya dicakup criminal

act, dan criminal responbility tidak menjadi unsur tindak pidana. Oleh karena itu

untuk menyatakan sebuah perbuatan sebagai tindak pidana cukup dengan adanya

perbuatan yang dirumuskan oleh undang-undang yang memiliki sifat melawan

hukum tanpa adanya suatu dasar pembenaran. Moeljatno yang berpandangan

dualistis menerjemahkan strafbaarfeit dengan perbuatan pidana dan

menguraikannya sebagai berikut : “Perbuatan yang dilarang oleh suatu aturan

hukum dan larangan mana disertai ancaman (sanksi) yang berupa pidana tertentu,

bagi barangsiapa yang melanggar larangan tersebut9”.

Sudarto mengatakan bahwa kesalahan dalam arti yang seluas-luasnya disamakan

dengan pengertian pertanggung jawaban dalam hukum pidana, didalamnya terkandung

makna dapat dicelanya si pembuat atau perbuatannya10

.

8 Andi Hamzah, 1994, Asas-asas Hukum Pidana, Cet 2, Rineka Cipta Jakarta, hal 88-89

9 Moeljatno, 2002, Asas-asas Hukum Pidana Di Indonesia, Rineka Cipta, Jakarta, hal 45

10 Sudarto, Op. Cit. hal 90.

Page 21: KATA PENGANTAR Om Swastyastu, Adam Chazawi, Hukum pidana Positif Penghinaan, ITS Press, Surabaya, 2009, 89. 10 tertulis dengan pidana penjara paling lama satu tahun empat bulan atau

21

Selanjutnya Sudarto mengatakan bahwa kesalahan terdiri dari beberapa unsur, yaitu :

a. Adanya Kemamuan bertanggung jawab pada si permbuat, artinya keadaan jiwa si

pembuat harus normal.

b. Hubungan batin antara si pembuat dengan perbuatannya yang berupa

kesengajaan (dolus) atau kealpaan (culpa).

c. Tidak adanya alasan yang menghapus kesalahan atau tidak ada alasan pemaaf.

Kalau ketiga unsur itu ada maka orang yang bersangkutan bisa dinyatakan bersalah

atau mempunyai pertanggungan jawaban pidana.

Selanjutnya dengan itu E. Mezger menyimpulkan bahwa pengertian kesalahan terdiri

atas :

a. Kemampuan bertanggung jawab.

b. Adanya bentuk kesalahan yang berupa kesengajaan atau kealpaan.

c. Tidak ada alasan penghapus kesalahan11

.

Berdasarkan ketentuan tersebut di atas, maka setiap orang yang melakukan perbuatan

penghinaan dan/atau pencemaran nama baik yang memenuhi rumusan undang-undang

tersebut di atas dapat dipertanggung jawabkan menurut hukum pidana. Akan tetapi menurut

ketentuan Pasal 310 Ayat (3) pertanggung jawaban pidana terhadap pelaku penghinaan

dan/atau pencemaran nama baik dikecualikan dari perbuatan yang dilakukan demi

kepentingan umum atau karena terpaksa untuk pembela diri.

1.8 Metode penelitian

11

E. Mezger Dalam Buku Bambang Poernomo, 1978, Asas-asas Hukum Pidana, galia Indonesia

Yogjakarta, hal 134.

Page 22: KATA PENGANTAR Om Swastyastu, Adam Chazawi, Hukum pidana Positif Penghinaan, ITS Press, Surabaya, 2009, 89. 10 tertulis dengan pidana penjara paling lama satu tahun empat bulan atau

22

Metodologi berasal dari kata meto dan logi. Metode artinya cara melakukan sesuatu

dengan teratur (sistematis), sedangkan logi artinya ilmu yang berdasarkan logika berpikir.

Metodologi penelitian artinya ilmu tentang cara melakukan penelitian secara teratur

(sistematis).12

Metode dalam penulisan ini meliputi ; jenis penelitian, jenis pendekatan,

bahan hukum/data, teknik pengumpulan bahan hukum/data, teknik analisis. Berikut

uraiannya:

1.8.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian hukum normatif yang mengkaji asas-asas,

prinsip-prinsip, doktrin-doktrin dan aturan hukum. Penelitian hukum normatif disebut

juga penelitian hukum doktrinal. Pada penelitian hukum jenis ini, hukum dikonsepkan

sebagai apa yang tertulis di dalam peraturan perundang-undangan (law in books) atau

hukum dikonsepkan sebagai kaidah atau norma yang menjadi dasar berprilaku manusia

yang dianggap pantas. Dengan mengkaji prosedural hukum berdasarkan bahan hukum

yang dilakukan dengan prosedur penggumpulan bahan hukum secara studi kepustakaan.

Penelitian hukum normatif atau kepustakaan mencakup :

a. Penelitian terhadap asas-asas hukum

b. Penelitian terhadap sistematik hukum

c. Penelitian terhadap taraf sinkronisasi vertikal dan horizontal13

Penelitian dimaksudkan untuk menelaah, mengkritisi serta diharapkan dapat

memberikan solusi khususnya yang terkait dengan pertanggungjawaban dalam tindak

pidana pencemaran nama baik yang dikaitkan dengan pasal 310 KUHP.

12 Abdulkadir Muhammad, 2004, Hukum dan Penelitian Hukum, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, hal57.

13 Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif Suatu TInjauan Singkat, Raja Grafindo

Persada, Jakarta, 2011, hlm 14

Page 23: KATA PENGANTAR Om Swastyastu, Adam Chazawi, Hukum pidana Positif Penghinaan, ITS Press, Surabaya, 2009, 89. 10 tertulis dengan pidana penjara paling lama satu tahun empat bulan atau

23

1.8.2 Jenis Pendekatan

Metode pendekatan yang digunakan adalah Pendekatan peraturan perundang-

undangan (Statuta Approach), yaitu pendekatan yang dilakukan dengan mengkaji

peraturan perundang-undangan yang ada kaitannya dengan substansi permasalahan

yang akan di teliti, Pendekatan konseptual (conceptual approach), yakni pendekatan

yang dilakukan dengan mengkaji konsep-konsep atau pengertian-pengertian dasar yaitu

semua acuan dari bahan kepustakaan dan pendapat para ahli atau pakar yang ada

hubungannya dengan permasalahan penelitian.

Pendekatan perundang-undangan digunakan karena yang akan diteliti adalah

berbagai aturan hukum yang menjadi fokus sekaligus tema sentral dalam penelitian

ini14

.

1.8.3 Sumber Bahan Hukum

Bahan hukum yang digunakan dalam penelitian ini adalah bersumber pada bahan hukum

primer, bahan hukum skunder, dan bahan hukum tersier.

1. Bahan Hukum Primier adalah bahan-bahan hukum yang mengikat dan terdiri dari

Norma dasar atau kaidah dasar, yaitu Undang-Undang Dasar 1945, Kitab Undang-

Undang Hukum Pidana (KUHP), dan Undang-Undang No. 19 Tahun 2016

perubahan atas Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan

Transaksi Elektronik.

2. Bahan Hukum Sekunder adalah bahan hukum yang memberikan penjelasan

terhadap bahan hukum primer yang meliputi pendapat pakar hukum yang berkaitan

dengan pertanggungjawaban pidana, pendekatan pakar hukum yang berkaitan

14

Ibrahim Johnny, 2006, Teori Metodologi & Penelitian Hukum Noematif, Bayumedia Publishing, Malang, h.302

Page 24: KATA PENGANTAR Om Swastyastu, Adam Chazawi, Hukum pidana Positif Penghinaan, ITS Press, Surabaya, 2009, 89. 10 tertulis dengan pidana penjara paling lama satu tahun empat bulan atau

24

dengan tindak pidana pencemaran nama baik, pendekatan buku-buku yang berkaitan

dengan pertanggungjawaban pidana dan tindak pidana pencemaran nama baik,

pendekatan referensi yang berkaitan dengan pertanggungjawaban pidana dan tindak

pidana pencemaran nama baik, makalah, hasil penelitian dan lain-lain, yang

berkaitan dengan pertanggungjawaban pidana dan tindak pidana pencemaran nama

baik.

3. Bahan Hukum Tersier Bahan hukum terstier, yaitu bahan hukum yang memberi

petunjuk dan penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum skunder,

yang berupa kamus hukum untuk menemukan arti dari istilah-istilah hukum yang

diperlukan.

1.8.4 Teknik Pengumpulan Bahan Hukum

Teknik pengumpulan bahan hukum yang digunakan dalam penelitian ini adalah

teknik kepustakaan (study Document). Telaah kepustakaan dilakukan dengan sistem

kartu (Card system) yaitu cara mencatat dan memahami isi dari masing-masing

informasi yang diperoleh dari bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, dan bahan

hukum tersier yang relevan, kemudian dikelompokkan secara sistematis sesuai dengan

permasalahan yang dibahas dalam penulisan skripsi ini.

1.8.5 Teknik analisis Bahan Hukum

Untuk menganalisis bahan hukum digunakan teknik analisis seperti deskripsi,

evaluasi, argumentasi, sistematisasi.

Teknik deskripsi adalah teknik dasar yang tidak dapat dihindari penggunanya.

Dimana berarti uraian terhadap suatu kondisi aposisi dari proposisi-proposisi hukum atau

non hukum.

Page 25: KATA PENGANTAR Om Swastyastu, Adam Chazawi, Hukum pidana Positif Penghinaan, ITS Press, Surabaya, 2009, 89. 10 tertulis dengan pidana penjara paling lama satu tahun empat bulan atau

25

Teknik evaluasi adalah penilaian berupa tepat atau tidak tepat, setuju atau tidak

setuju, benar atau salah, sah atau tidak sah oleh peneliti terhadap suatu pandangan,

proposisi, pernyataan rumusan norma, keputusan, baik yang tertera dalam bahan primer

maupun dalam bahan hukum sekunder.

Teknik argumentasi tidak bisa dilepaskan dari teknik evaluasi karena penilaian harus

didasarkan pada alasan-alasan yang bersifat penalaran hukum. Dalam pembahasan

permasalahan hukum makin banyak argumen makin menunjukan kedalaman penalaran

hukum.

Teknik sistematisasi adalah berupa upaya mencari kaitan rumusan suatu konsep

hukum atau proposisi hukum antara peraturan perundang-undangan yang sederajat

maupun antara yang tidak sederajat.