KATA PENGANTARp3esumatera.menlhk.go.id/p3es/uploads/unduhan/12... · 2020. 4. 8. · Organisasi...

65
i

Transcript of KATA PENGANTARp3esumatera.menlhk.go.id/p3es/uploads/unduhan/12... · 2020. 4. 8. · Organisasi...

  • i

  • ii

    KATA PENGANTAR

    Segala puji dan syukur dipanjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan buku “Pedoman Pelaksanaan Pertanian Perkotaan (Urban Farming)”.

    Dalam rangka menindaklanjuti amanat UU No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah dan mengatasi permasalahan sampah dari sumbernya khususnya masyarakat perkotaan, salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan menerapkan program pertanian perkotaan (urban farming) mengingat daerah perkotaan lahannya terbatas.

    Dalam penerapan program pertanian perkotaan, masyarakat diajak untuk mengurangi timbulan dan mengelola sampah di tingkat rumah tangga, dengan memanfaatkan sampah melalui kegiatan reuse (menggunakan kembali) dan recycle (mendaur ulang). Pemberdayaan urban farming dapat memberikan kontribusi penyelamatan lingkungan melalui pengelolaan sampah di sumbernya, untuk menciptakan lingkungan yang bersih dan mengurangi biaya pengelolaan sampah. Untuk memberikan acuan bagi masyarakat perkotaan dalam menerapkan urban farming, maka Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan cq. Ditjen Pengelolaan Sampah, Limbah dan B3 telah menyusun

  • iii

    “Panduan Pelaksanaan Pertanian Perkotaan (Urban Farming)”.

    Buku Pedoman Panduan Pelaksanaan Pertanian Perkotaan (Urban Farming) juga merupakan salah satu bentuk dari penjabaran mandat Perpres Nomor 97 Tahun 2017 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga (Perpres Jakstranas) yang telah diundangkan pada tanggal 24 Oktober 2017. Dalam Perpres Jakstranas tersebut, salah satu target yang harus terpenuhi adalah penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria (NSPK) dalam pengurangan dan penanganan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga.

    Semoga buku panduan ini dapat memberikan manfaat positif dalam pelaksanaan pertanian perkotaan pada khususnya dan penyelenggaraan pengelolaan sampah pada umumnya.

    Wassalamualaikum Warahmatullhi Wabarkatuuh

    Jakarta, Januari 2018

    Direktur Jenderal Pengelolaan

    Sampah, Limbah dan B3

    Rosa Vivien Ratnawati

  • iii

    DAFTAR ISI

    KATA PENGANTAR ................................................................................ i

    DAFTAR ISI ............................................................................................. iii

    DAFTAR GAMBAR ................................................................................ iv

    BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 1

    A. Latar Belakang ............................................................................ 1

    B. Tujuan ............................................................................................. 5

    C. Ruang Lingkup............................................................................ 5

    BAB II PENGENALAN URBAN FARMING .................................... 6

    A. Definisi Urban Farming .......................................................... 6

    B. Perbedaan Urban Farming dan Pertanian Tradisional ................................................................................... 8

    C. Manfaat Urban Farming .......................................................10

    D. Peran Urban Farming pada Pengelolaan Sampah ...13

    BAB III PELAKSANAAN URBAN FARMING ..............................15

    A. Karakteristik Urban Farming ............................................15

    B. Tantangan Pengembangan Urban Farming ................16

    C. Pengelolaan Sampah dan Urban Farming ...................22

    D. Cara Membuat Urban Farming .........................................35

    BAB IV PENUTUP ................................................................................55

    A. Kesimpulan ................................................................................55

    B. Rekomendasi .............................................................................55

    DAFTAR PUSTAKA .............................................................................56

  • iv

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 1. Penerapan urban farming di rumah tangga .. 8

    Gambar 2. Lorong jalan (gang) perumahan yang

    dimanfaatkan untuk urban farming ................ 18

    Gambar 3. Atap rumah yang dimanfaatkan untuk urban

    farming........................................................... 19

    Gambar 4. Taman yang dimanfaatkan untuk urban farming

    ...................................................................... 20

    Gambar 5. Lahan institusi yang dimanfaatkan untuk urban

    farming........................................................... 21

    Gambar 6. Lahan pertanian yang dimanfaatkan urban

    farming........................................................... 22

    Gambar 7. Botol bekas ................................................... 34

    Gambar 8. Paralon bekas ............................................... 34

    Gambar 9. Ban bekas sebagai wadah tanaman ............. 36

    Gambar 10. Ember bekas sebagai wadah tanaman ......... 37

    Gambar 11. Rockwool ...................................................... 41

    Gambar 12. Cara menyemai benih dengan menggunakan

    rockwool ........................................................ 41

    Gambar 13. Menyemai benih hidroponik dengan sekam

    bakar.............................................................. 45

    Gambar 14. Menyemai benih dengan menggunakan pasir

    ...................................................................... 47

    Gambar 15. Menyemai benih hidroponik dengan kain flanel

    ...................................................................... 49

    Gambar 16. Hidroponik dengan memanfaatkan botol bekas

    air mineral ...................................................... 51

  • v

    Gambar 17 Hidroponik dengan memanfaatkan botol bekas

    air mineral (horizontal) ................................... 51

    Gambar 18 Cara membuat media tanam ......................... 52

    Gambar 19 Contoh Netpot ................................................ 53

    Gambar 20 Tanaman hidroponik dengan pipa paralon

    vertikal ........................................................... 54

    Gambar 21 Tanaman hidroponik dengan pipa paralon

    horizontal ....................................................... 54

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Amanat Undang-Undang No. 18 Tahun 2008

    tentang Pengelolaan Sampah menyebutkan

    bahwa pengelolaan sampah meliputi

    kegiatan yang sistematis, menyeluruh dan

    berkesinambungan meliputi upaya pengurangan

    dan penanganan sampah. Undang-Undang

    tersebut secara jelas mengamanatkan perubahan

    paradigma pengelolaan sampah dari kumpul-

    angkut-buang menjadi pengurangan di sumber

    (reduce at source) dan daur ulang sumber daya

    (resources recycle). Pendekatan yang tepat

    untuk menggantikan pendekatan end of system

    (kumpul-angkut-buang) yang selama ini

    dijalankan adalah dengan mengimplementasikan

    prinsip 3R (Reduce, Reuse, dan Recycle),

    kewajiban produsen dalam pengurangan

    sampah, pengolahan dan pemanfaatan sampah

    menjadi sumber daya, baik sebagai bahan baku

  • 2

    maupun sumber energi terbarukan, serta

    pemrosesan akhir sampah di TPA yang

    berwawasan lingkungan.

    Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi

    permasalahan sampah dari sumbernya harus

    dilakukan oleh seluruh pemangku kepentingan,

    terutama masyarakat baik di perkotaan maupun

    di pedesaan. Salah satu hal yang dapat

    dilakukan adalah dengan memanfaatkan kembali

    sampah melalui kegiatan reuse (menggunakan

    kembali) dan recycle (mendaur ulang) di daerah

    perkotaan melalui program pertanian perkotaan

    yang biasa disebut dengan urban farming.

    Kegiatan urban farming adalah sebuah

    pengembangan konsep dari pertanian

    konvensional ke pertanian perkotaan. Hal ini

    mengingat bahwa ketersediaan lahan di

    perkotaan yang sangat terbatas, maka

    pengembangan pemberdayaan pertanian

    perkotaan (urban farming) menjadi salah satu

    alternatif untuk menjaga kelestarian lingkungan.

  • 3

    Pemberdayaan pertanian perkotaan (urban

    farming) dapat memberikan kontribusi

    penyelamatan lingkungan melalui pengelolaan

    sampah reuse dan recycle, membantu

    menciptakan kota yang bersih dan nyaman,

    penghematan biaya transportasi pengangkutan

    sampah, ketersediaan bahan pangan yang lebih

    segar, dan menjadi penghasilan tambahan

    penduduk kota.

    Manfaat dari penerapan urban farming bagi

    penduduk di perkotaan adalah sebagai alternatif

    lapangan pekerjaan dan penyediaan pangan bagi

    penduduk. Urban farming dapat menjadi salah

    satu komponen dalam pencapaian pemenuhan

    pangan masyarakat yang berkelanjutan dan bila

    dapat direncanakan dengan baik dapat

    mendukung masalah ketahanan pangan.

    Kegiatan urban farming memberikan kontribusi

    pada pengurangan sampah melalui pemanfaatan

    sampah organik menjadi pupuk organik sebagai

  • 4

    media tanam, pemanfaatan wadah plastik bekas

    sebagai wadah tanam dan instalasi untuk

    kegiatan penanaman. Kegiatan ini dapat

    dikembangkan pada skala rumah tangga dengan

    memberdayakan peran serta masyarakat dalam

    mengelola sampah melalui urban farming.

    Manfaat yang diperoleh adalah mendapatkan

    hasil pertanian, baik itu tanaman sayur maupun

    tanaman hias yang ditanam oleh masyarakat,

    sehingga secara langsung masyarakat

    mendapatkan hasil pertanian yang dapat

    dikonsumsi untuk rumah tangga, maupun dapat

    menjual hasil pertanian jika memiliki produktivitas

    yang tinggi.

    Dalam rangka memaksimalkan praktek kegiatan

    urban farming pada skala rumah tangga maupun

    yang lebih besar, perlu adanya pedoman

    pelaksanaan pertanian perkotaan (urban farming)

    yang dapat dijadikan acuan bagi masyarakat

    perkotaan dalam melakukan pertanian perkotaan.

  • 5

    B. Tujuan

    1. Memberikan panduan pelaksanaan pertanian

    perkotaan (urban farming) yang mudah

    diterapkan secara efektif dan efisien di

    wilayah perkotaan di Indonesia.

    2. Mengurangi sampah dari sumbernya.

    3. Meningkatkan pertanian organik di perkotaan.

    4. Pemenuhan pangan keluarga.

    C. Ruang Lingkup

    1. Pengenalan urban farming.

    2. Pelaksanaan urban farming.

  • 6

    BAB II

    PENGENALAN URBAN FARMING

    A. Definisi Urban Farming

    Pertanian perkotaan (urban farming) adalah

    praktek budidaya, pemrosesan, dan distribusi

    bahan pangan di sekitar kota. Urban farming juga

    bisa melibatkan peternakan, budidaya perairan,

    wanatani, dan hortikultura (Rambe, 2014) 1 .

    Definisi urban farming menurut Food and

    Agriculture Organization (FAO), 2008 adalah

    sebuah industri yang memproduksi, memproses,

    dan memasarkan produk dan bahan bakar

    nabati, terutama dalam menanggapi permintaan

    harian konsumen di dalam perkotaan, yang

    menerapkan metode produksi intensif,

    memanfaatkan dan mendaur ulang sumber daya

    dan limbah perkotaan untuk menghasilkan

    beragam tanaman dan hewan ternak.

    Dapat disimpulkan bahwa definisi urban farming

    dari berbagai literatur yang telah disebutkan

    1 http://novisanriarambe.blogspot.co.id/2014/07/konsep-urban-farming-pertanian-perkotaan.html

  • 7

    sebelumnya adalah sebuah aktivitas pertanian

    baik sederhana maupun skala industri yang di

    dalamnya terdapat suatu pola kegiatan produksi,

    pemrosesan, dan pemasaran produk yang

    melibatkan keterampilan, keahlian, dan inovasi

    dalam budidaya dan pengolahan makanan

    dengan menerapkan metode produksi intensif,

    memanfaatkan dan mendaur ulang sumber daya

    dan limbah perkotaan untuk menghasilkan

    beragam tanaman dan hewan ternak. Gambar 1

    menunjukkan penerapan urban farming di rumah

    tangga pada pemanfaatan lahan terbatas.

    Kelebihan urban farming bila dibandingkan

    dengan kegiatan pertanian pada umumnya

    adalah memiliki karakteristik khusus yaitu

    kedekatannya dengan pasar, memanfaatkan

    lahan terbatas, menggunakan sumber daya kota

    seperti sampah organik, anorganik dan limbah

    domestik. Selain itu, urban farming dapat menjadi

    model rekreasi, ekonomi dan kewirausahaan,

    penelitian, kesehatan dan kesejahteraan serta

    permulihan dan perbaikan lingkungan.

  • 8

    Gambar 1. Penerapan Urban Farming di rumah

    tangga2

    B. Perbedaan Urban Farming dan Pertanian

    Tradisional

    Pertanian perkotaan (urban farming) dan

    pertanian tradisional (non urban) memiliki konsep

    2 http://www.pulangkerja.com/manfaatkan-lahan-kosong-dirumahmenjadi-lahan-pertanian/dan http://pemandangan.fotoindonesia.com/16760/jambangan-kampungasri-di-surabaya-tanpa-polusi-udara.html

    http://www.pulangkerja.com/

  • 9

    yang sama dalam hal produksi pangan, yang

    membedakan adalah penggunaan lahan,

    transportasi, penggunaan pupuk, dan

    pengelolaan yang dianggap lebih sederhana.

    Pertanian urban dapat membantu dalam

    penghematan pengeluaran rumah tangga atau

    dalam skala lebih lanjut dapat memberikan

    tambahan pendapatan karena dilakukan dari

    lingkup terkecil yaitu skala rumah tangga, dengan

    memanfaatkan lahan sempit di rumah atau

    sekitar tempat tinggalnya untuk memproduksi

    sayuran dan buah yang dapat dikonsumsi rumah

    tangga atau dijual kembali. Selain itu, pertanian

    kota ini dapat memenuhi kebutuhan pangan

    keluarga secara langsung tanpa harus ke pasar

    atau supermarket.

    Pertanian kota dikatakan dapat memperpendek

    jarak antara produsen dan konsumen sehingga

    bahan pengawet dan proses tambahan tidak

    dibutuhkan. Hal ini membuat konsumen

    mendapatkan jaminan bahan pangan yang lebih

    segar. Ada tiga langkah yang harus dilakukan

  • 10

    agar proses urban farming dapat berjalan dengan

    lancar, yaitu:

    1. Memberikan penyuluhan bagaimana caranya

    melakukan proses pertanian perkotaan

    dengan memberdayakan sumber daya yang

    ada di rumah tangga;

    2. Peningkatan kualitas produk; dan

    3. Pemahaman urban farming dimanfaatkan

    untuk pemenuhan kebutuhan keluarga dan

    distribusi ke swalayan untuk produk-produk

    layak jual.

    C. Manfaat Urban Farming

    Pelaksanaan urban farming dilakukan melalui

    pemanfaatan lahan tidur dan lahan kritis,

    pemanfaatan ruang terbuka hijau (privat dan

    publik), pengoptimalan kebun sekitar rumah, dan

    penggunaan ruang (verticulture). Urban farming

    memberikan kontribusi penyelamatan lingkungan

    dengan pengelolaan sampah berbasis reuse dan

    recyle (Rambe, 2014) 3 . Adapun manfaat dari

    3 http://novisanriarambe.blogspot.co.id/2014/07/konsep-urban-farming-pertanian-perkotaan.html

  • 11

    pelaksanaan urban farming adalah sebagai

    berikut:

    1. Membantu menciptakan kota yang bersih

    dengan pelaksanaan 3R (Reduce, Reuse, dan

    Recycle) untuk pengelolaan sampah kota,

    2. Dapat menghasilkan udara segar dan

    meningkatkan kualitas lingkungan kota,

    3. Meningkatkan estetika dan keindahan kota,

    4. Mengurangi biaya dari pengelolaan sampah,

    5. Pemenuhan bahan pangan keluarga yang

    lebih segar,

    6. Memberikan penghasilan tambahan bagi

    penduduk kota.

    Organisasi pangan dan pertanian dunia, Food

    and Agriculture Organization (FAO) juga

    menganjurkan negara-negara berkembang

    seperti Indonesia, untuk menerapkan urban

    farming, mengingat beberapa keuntungan yang

    didapat dari pelaksanaan dari urban farming,

    yaitu:

    1. Membantu memenuhi kebutuhan pangan

    keluarga.

  • 12

    Di wilayah padat penduduk, urban farming

    menjadi strategi yang tepat dalam upaya

    membantu rumah tangga ekonomi lemah

    dalam memperbaiki keamanan pangan dan

    asupan nutrisi anggota keluarga. Kegiatan ini

    dapat menjadi cara yang efisien dalam

    memerangi kelaparan dan malnutrisi karena

    mampu memfasilitasi akses untuk

    mendapatkan makanan.

    2. Membuat lingkungan lebih sehat.

    Melalui langkah penghijauan, lingkungan

    dapat menjadi lebih sehat sekaligus

    mengurangi polusi udara. Makin banyak orang

    yang menerapkan urban farming, maka

    kualitas lingkungan dapat meningkat.

    Hasilnya, suatu wilayah dapat menjadi lebih

    sehat untuk ditinggali. Memperindah

    pemandangan. Hijaunya tanaman dapat

    membantu mempercantik lingkungan rumah

    dan menjauhkannya dari kesan gersang.

    3. Mengurangi stres.

    Urban farming juga diyakini dapat mendukung

    proses relaksasi, serta memberikan ruang

  • 13

    ketenangan di tengah padatnya populasi

    manusia.

    4. Mengurangi limbah domestik.

    Air buangan yang masih layak bisa

    dimanfaatkan untuk menyiram tanaman.

    Sementara itu, sampah organik dan anorganik

    dapat diolah dan dimanfaatkan sebagai pupuk

    dan media urban farming. Dengan begini, kita

    dapat mengelola dan mengurangi sampah di

    sumbernya.

    D. Peran Urban Farming pada Pengelolaan

    Sampah

    Pertanian perkotaan adalah contoh yang nyata

    untuk mengubah sampah organik yang terpilah

    menjadi pupuk organik atau kompos dan

    anorganik untuk media urban farming

    (Wageningen University, 2014). International

    Development Regional Center (2003)

    menyatakan bahwa panduan lima prinsip

    pembuatan kebijakan dalam upaya mendukung

    pengelolaan sampah organik pada pertanian

  • 14

    perkotaan sebagai berikut:

    1. Pengelolaan sampah terpadu organik dan

    anorganik dengan penggunaan lahan,

    2. Pemilahan dan pengolahan sampah organik

    dan anorganik dari sumbernya,

    3. Pengembangan teknologi tepat guna, dan

    4. Menghasilkan pendapatan (circular economy),

    5. Memberdayakan sumber daya baru

    terbarukan.

  • 15

    BAB III

    PELAKSANAAN URBAN FARMING

    A. Karakteristik Urban Farming

    Masyarakat yang melakukan kegiatan pertanian

    perkotaan juga dapat disebut dengan “petani”.

    Kata “urban” didefinisikan sebagai batas dari

    sebuah wilayah regulasi suatu kota dan tidak

    untuk menyiratkan kepadatan dari bangunan dari

    suatu wilayah. Pertanian perkotaan juga erat

    kaitannya dengan penyediaan bahan pangan

    sehat bagi masyarakat perkotaan yang semakin

    sadar akan kebutuhan makanan sehat, bebas

    dari penggunaan pestisida dan pupuk kimia.

    Pertanian perkotaan memanfaatkan ruang

    terbuka yang ada dan sangat dekat dengan

    aktivitas perkotaan. Perlengkapan yang

    digunakan dalam pertanian perkotaan juga relatif

    lebih sederhana dibandingkan dengan pertanian

    tradisional. Sehingga secara keseluruhan,

    meskipun hasil pertanian yang didapatkan lebih

    sedikit dibandingkan dengan pertanian

  • 16

    tradisional, namun hasil produksi per satuan luas

    dari pertanian perkotaan lebih besar

    dibandingkan dengan pertanian tradisional

    apabila dilakukan secara massal. Pada pertanian

    perkotaan, petani urban akan lebih dekat “pasar”

    antar petani urban lainnya, yang memiliki

    kepedulian terhadap gerakan pertanian

    perkotaan yang dapat memudahkan para petani

    urban untuk saling berbagi ilmu mengenai

    pertanian urban dan bekerjasama antar pihak

    untuk memperluas informasi mengenai kegiatan

    pertanian urban (Lanarc, 2013).

    B. Tantangan Pengembangan Urban Farming

    Pada dasarnya proses kegiatan pertanian

    perkotaan terdiri atas: lahan dan akses terhadap

    lahan tersebut, produksi, proses dan distribusi,

    edukasi, dan pemulihan terhadap limbah.

    Tantangan pengembangan dalam pelaksanaan

    urban farming, antara lain:

    1. Lahan dan akses lahan

    Pertanian perkotaan dapat dilakukan petani

  • 17

    urban hampir di seluruh lahan yang ditemukan

    dan lahan tersebut aman untuk dimanfaatkan.

    Lahan non pertanian yang dapat

    dimanfaatkan menjadi lahan pertanian adalah

    pekarangan rumah, halaman parkir, atap

    gedung, boulevard, dan lahan terbuka lainnya.

    Terdapat dua kunci tantangan untuk

    melindungi lahan yang dimanfaatkan untuk

    urban farming, yaitu adanya akses lahan yang

    dimanfaatkan dan kebijakan serta regulasi

    untuk mencegah penggunaan lahan non

    pertanian.

    2. Jenis lahan untuk urban farming

    Lahan yang dapat dimanfaatkan sebagai

    lahan pertanian perkotaan dapat diuraikan

    sebagai berikut:

    a. Pekarangan/Halaman Pemukiman

    Pemanfaatan lahan pada pemukiman

    tergantung komitmen dari pengembang

    dan pemilik rumah masing-masing.

  • 18

    Gambar 2. Lorong jalan (gang) perumahan yang dimanfaatkan untuk urban farming4

    b. Lahan terbuka (tempat parkir dan atap)

    Lahan parkir dan atap gedung biasanya

    dimiliki oleh swasta dan pemerintah, lahan

    yang dikembangkan menjadi lahan

    pertanian perkotaan biasanya bersifat

    sementara dan pemanfaatannya pada saat

    lahan tersebut masih dalam masa pakai.

    4 https://news.detik.com/berita/d-3302441/menelusuri-lorong-garden-makassar-yang-pikat-menlu-australia-julie-bishop?_ga=2.30304127.1182892239.1519012388-349420127.1518591378

  • 19

    Gambar 3. Atap rumah yang dimanfaatkan untuk urban farming5

    c. Taman dan ruang terbuka hijau

    Lahan ini biasa dimiliki oleh pemerintah,

    swasta dan pengembang perumahan.

    Pengembangan pertanian perkotaan

    biasanya dijalankan oleh organisasi lokal

    yang mengawasi pengelolaan dan

    operasional dari pertanian tersebut untuk

    memastikan bahwa lahan tersebut

    berkembang sesuai dengan kebutuhan

    kota.

    5 https://www.pinterest.com/momogozali/ide-buat-rumah/

  • 20

    Gambar 4. Taman yang dimanfaatkan untuk urban farming6

    d. Lahan institusi

    Lahan terbuka yang terdapat di lembaga-

    lembaga seperti rumah sakit, perguruan

    tinggi, dan lembaga lainnya baik

    pemerintah dan swasta. Ruang terbuka

    yang ada di lembaga/institusi tersebut

    biasanya dikembangkan menjadi ruang

    vertical garden untuk memberikan

    kenyamanan dan estetika, namun dalam

    pengembangan tanaman pangan masih

    belum dikembangkan lebih lanjut.

    6 https://www.goodnewsfromindonesia.id/2017/12/28/wagub-sandiaga-uno-meresmikan-pertanian-urban

  • 21

    Gambar 5. Lahan institusi yang dimanfaatkan untuk urban farming7

    e. Lahan pertanian

    Lahan pertanian atau sawah yang terdapat

    di perkotaan. Lahan ini semakin berkurang

    dengan adanya alih fungsi lahan. Hal ini

    disebabkan oleh pertambahan jumlah

    penduduk yang membutuhkan lahan

    terbangun untuk pemukiman,

    perdagangan dan kawasan terbangun

    lainnya.

    7 http://medha.lecture.ub.ac.id/2013/06/membuat-sendiri-konstruksi-vertical-garden/

  • 22

    Gambar 6. Lahan pertanian yang dimanfaatkan urban farming8

    C. Pengelolaan Sampah dan Urban Farming

    Kemajuan teknologi, pertumbuhan jumlah

    penduduk dan perubahan gaya hidup (lifestyle)

    berdampak kepada peningkatan jumlah dan jenis,

    sehingga memerlukan pengelolaan yang tepat

    untuk mengurangi sampah yang masuk ke TPA,

    salah satunya adalah dengan memanfaatkan

    sampah organik dan anorganik dalam kegiatan

    urban farming.

    8 https://agroinfotek.wordpress.com/2011/04/12/z/

  • 23

    1. Timbulan sampah perkotaan

    Sebagai salah satu negara berkembang,

    timbulan sampah di Indonesia mencapai 65

    juta ton dimana sampah organik (sisa

    makanan dan kayu/ranting/daun) merupakan

    penyumbang terbesar yaitu sekitar 57%,

    sedangkan sisanya sebesar 43% terdiri dari

    sampah kertas, plastik dan sampah lainnya.

    Dari sampah yang dihasilkan tersebut sampah

    yang tidak terkelola sebesar 19,62%, sampah

    yang ditimbun di TPA sebesar 66,39% dan

    sampah yang dimanfaatkan sebesar 14%

    (kompos, bank sampah, bahan baku daur

    ulang, bahan baku industri kreatif, biogas,

    dll) 9 . Jika asumsi timbulan sampah yang

    dihasilkan adalah 0,4 kg/orang/hari (SNI, 19-

    3983-1995, Tahun 1995), maka estimasi

    jumlah sampah organik adalah 0,228

    kg/orang/hari dan sampah anorganik sebesar

    0,172 kg/orang/hari. Pengelolaan sampah di

    sumbernya melalui urban farming ini

    9 Data KLHK Tahun 2015-2016

  • 24

    merupakan satu rangkaian dalam pengelolaan

    sampah.

    Dalam pelaksaaan urban farming, perlu

    dilakukan pemilahan terlebih dahulu terhadap

    timbulan sampah untuk selanjutnya dilakukan

    pengolahan baik untuk sampah organik

    maupun anorganik, sehingga timbulan

    sampah perkotaan berkurang di sumbernya

    dan hasil dari pengolahan tersebut

    memberikan manfaat ekonomi (circular

    economy).

    Penerapan urban farming ini memperlihatkan

    bahwa pengelolaan sampah memberikan

    manfaat ekonomi dan dapat mengubah

    perilaku masyarakat dalam memanfaatkan

    sampah. Dampak posiif dari pertanian

    perkotaan tidak hanya terhadap lingkungan,

    tetapi juga membawa dampak sosial dan

    ekonomi bagi masyarakat. Lebih jauh lagi

    bahwa pertanian perkotaan dapat

    menghasilkan ketahanan pangan bagi

    masyarakat perkotaan dengan menghasilkan

  • 25

    produk organik yang lebih segar dan

    masyarakat akan mendapatkan manfaat

    kesehatan lingkungan. Pengurangan timbulan

    sampah adalah dampak selanjutnya dari

    pemanfaatan sampah organik menjadi pupuk

    organik baik pupuk organik padat dan pupuk

    organik cair, serta adanya kegiatan daur ulang

    dengan memanfaatkan sampah anorganik

    untuk wadah, sehingga secara estetika lahan-

    lahan yang belum dimanfaatkan dapat

    menjadi lebih indah dengan adanya tanaman

    sayuran dan buah.

    2. Pengolahan sampah organik menjadi

    kompos

    Pengolahan sampah organik dapat dilakukan

    dengan membuatnya menjadi pupuk organik

    atau biasa disebut dengan pupuk kompos.

    Salah satu tujuan pelaksanaan urban farming

    adalah untuk meningkatkan pertanian organik

    melalui pemanfaatan pupuk organik tersebut,

    oleh karena itu masyarakat dan petani harus

    diedukasi tentang perbedaan pupuk organik

  • 26

    dan pupuk kimia serta dampak yang

    ditimbulkan dari penggunaan pupuk organik

    dibandingkan dengan pupuk kimia. Petani

    atau masyarakat perkotaan karena

    keterbatasan lahan dan penggunaan pupuk

    organik tidak sebanyak pertanian

    konvensional, maka dapat membuat pupuk

    organik dan memanfaatkannya untuk

    memberi nutrisi lahan pertanian perkotaan

    yang mereka kembangkan.

    Sepuluh perbedaan penggunaan pupuk

    organik dan kimia dapat diuraikan sebagai

    berikut (Pupuk Organik Unggul, 2016):

    a. Pupuk organik terbuat dari bahan-bahan

    alami yang ada di alam, mulai dari kotoran

    ternak, sisa-sisa tanaman, sampah

    tumbuhan, dan berbagai bahan alami

    lainnya yang mengalami proses

    dekomposisi atau penguraian oleh

    mikroorganisme. Pupuk kimia sesuai

    dengan namanya terbuat dari bahan-

    bahan kimia sintetis.

  • 27

    b. Selain mengandung unsur Natrium,

    Fosfor, Kalium (NPK) seperti pada pupuk

    umum yang digunakan para petani,

    organik mengandung 16 macam unsur

    hara yang diperlukan tanaman. Pupuk

    kimia hanya mengandung satu unsur hara

    saja dalam jumlah besar sehingga untuk

    menghasilkan hasil pertanian yang baik

    diperlukan bermacam-macam jenis pupuk

    kimia dan dapat berdampak kepada

    pencemaran tanah.

    c. Penggunaan pupuk organik dalam jangka

    panjang membuat tekstur tanah dan hasil

    tanaman menjadi lebih baik. Berbeda

    halnya dengan pupuk kimia, penggunaan

    yang terus-menerus akan mempengaruhi

    tekstur tanah, menjadi rusak dan

    mengeras. Jumlah asupan pupuk yang

    dibutuhkan untuk mendapatkan hasil yang

    sama terus meningkat.

    d. Pupuk organik tidak membunuh kegiatan

    cacing tanah dan mikroorganisme lain

    sehingga kesuburan tanahnya terjaga. Air,

  • 28

    udara, dan sinar matahari bisa menembus

    tanah dengan baik, akibatnya hama dan

    penyakit lebih bisa dikendalikan.

    Penggunaan pupuk kimia membuat

    keseimbangan organisme penyubur tanah

    menjadi rusak, sehingga tanah menjadi

    keras.

    e. Pupuk organik menjaga struktur tanah

    tetap gembur sehingga saat hujan kecil

    ataupun deras, struktur tanah tetap terjaga

    dan tetap dingin pada saat cuaca panas.

    Penggunaan pupuk kimia membuat

    kemampuan tanah menahan air menjadi

    lebih rendah, frekuensi penyiraman air

    menjadi lebih pendek.

    f. Pupuk organik menyediakan unsur hara

    secara bertahap. Tanaman menyerap hara

    saat memerlukannya. Pupuk kimia

    membuat unsur hara segera larut dan

    meresap ke bagian bawah. Apabila hujan

    terbatas bisa membuat tanaman tidak bisa

    memperoleh pupuk yang tidak larut.

  • 29

    g. Bila menggunakan bahan organik,

    pertumbuhan tanaman dengan media

    yang kaya bahan-bahan alam

    membuatnya terlindungi oleh pestisida

    alami seperti pestisida nabati, urin sapi, dll.

    Bila menggunakan pupuk kimia,

    pertumbuhan tanaman menjadi terlalu

    cepat sehingga tanah mudah terserang

    hama dan penyakit. Untuk mengatasinya

    diperlukan pestisida dan insektisida kimia.

    h. Pertanian dengan pupuk organik membuat

    tanaman bebas dari residu bahan kimia

    dengan harga jual lebih tinggi karena tidak

    ada kandungan bahan-bahan kimia yang

    berbahaya bagi kesehatan manusia.

    Penggunaan pupuk kimia sangat besar

    kemungkinannya meracuni tanah,

    tanaman dan hasil pertanian sebagai

    bahan pangan dan makanan ternak.

    Pencemaran lingkungan juga lebih besar

    kemungkinannya terjadi.

    i. Pupuk organik bebas dari efek samping

    bila diolah dengan baik. Penggunaan

  • 30

    pupuk kimia menimbulkan efek samping

    bagi sumber daya manusia yang

    menggunakannya. Pada perempuan hamil

    bisa menyebabkan bayi cacat atau

    Parkinson pada manusia dewasa karena

    pekerjaan atau profesi seperti petani. 10

    j. Produk yang dihasilkan dari tanaman yang

    dirawat dengan pupuk organik menjadi

    lebih sehat, lebih enak, dan tidak mudah

    rusak. Pada pupuk kimia, produk

    mengandung residu bahan kimia pertanian

    dan mudah rusak. Sebagian besar

    tanaman yang dihasilkan pada pertanian

    perkotaan akan dikonsumsi olah rumah

    tangga itu sendiri, sehingga penggunaan

    bahan-bahan organik menjadi pilihan

    utama petani urban dalam

    mengembangkan pertanian di lahan

    terbatas yang mereka miliki.

    10 http://obatparkinson.com/penyebab-penyakit-parkinson/.

    http://obatparkinson.com/penyebab-penyakit

  • 31

    3. Kebutuhan kompos untuk urban farming

    Pertanian konvensional berbeda dengan

    pertanian perkotaan yang memanfaatkan

    lahan terbatas, lahan yang digunakan untuk

    pertanian konvensional akan lebih luas dan

    biasanya digunakan untuk tanaman pangan.

    Luas total lahan pertanian 24,2 juta hektar,

    yang terdiri dari lahan sawah 7,8 juta hektar

    dan lahan kering untuk pengembangan

    tanaman pangan 16,4 juta hektar (Setyorini

    2005). Pupuk organik yang dibutuhkan sekitar

    48,4 juta ton dengan takaran anjuran 2 ton/ha.

    Potensi ketersediaan pupuk organik yang

    berasal dari jerami dan pupuk kandang

    masing-masing adalah 15,708 dan 28,932 juta

    ton atau total 44,640 juta ton. Maka, rata-rata

    kebutuhan pupuk organik adalah 1-2 ton per

    hektar sedangkan kebutuhan pupuk kimia

    adalah sekitar adalah 250 Kg Urea, 100 Kg

    TSP, dan 75 Kg KCL. Kebutuhan pupuk

    didasarkan pada (Agus dan Rujiter, 2014):

    a. Jumlah hara yang terangkut bersama saat

    panen.

  • 32

    b. Cadangan hara yang ada di dalam tanah.

    c. Tanda kekurangan unsur hara pada

    tanaman.

    Penentuan kebutuhan pupuk berdasarkan

    tanda kekurangan hara yang diperlihatkan

    tanaman memerlukan keahlian dan

    pengalaman khusus. Kadang-kadang gejala

    kekurangan antara unsur yang satu dengan

    lainnya sulit dibedakan dan gejala tersebut

    tidak menggambarkan berapa jumlah pupuk

    yang harus diberikan. Penentuan kebutuhan

    pupuk berdasarkan perkiraan jumlah hara

    yang terangkut bersama panen merupakan

    cara yang paling sederhana dan mudah. Sisa

    tanaman mengandung unsur hara yang cukup

    tinggi, terutama kalium. Untuk sistem

    pertanian tradisional (tidak intensif),

    pengembalian sisa tanaman dapat

    mengurangi kebutuhan pemberian pupuk

    untuk tanaman berikutnya sebanyak 50%

    untuk K, 30% P, dan N sampai 90%

    tergantung jenis tanamannya. Karena itu sisa

  • 33

    tanaman (jerami, batang jagung) perlu

    dikembalikan ke lahan pertanian. Sedangkan

    untuk pertanian organik pada pertanian

    perkotaan sisa tanaman dapat diolah kembali

    menjadi pupuk organik dan dimanfaatkan

    kembali pada pertanian perkotaan tersebut.

    4. Pengolahan sampah anorganik dalam urban

    farming

    Sampah anorganik yang digunakan dalam

    kegiatan Urban Farming adalah wadah plastik

    seperti botol bekas air mineral, botol bekas

    minuman bersoda, maupun wadah lain yang

    dapat digunakan kembali sebagai media

    tanam di pertanian perkotaan. Wadah tersebut

    harus bebas dari kandungan kimia berbahaya

    sehingga tidak dapat menggunakan botol

    bekas pembasmi serangga dan sampah

    anorganik lain yang mengandung B3. Hal

    tersebut dapat mempengaruhi hasil tanaman

    karena mengandung pestisida kimia.

    Beberapa contoh pemanfaatan sampah

    anorganik dalam urban farming adalah botol

    bekas dan paralon bekas.

  • 34

    Gambar 7. Botol bekas

    Gambar 8. Paralon bekas

    Pewadahan yang digunakan untuk pertanian

    perkotaan memiliki masa pakainya masing-

  • 35

    masing, sehingga untuk memudahkan

    penggantian wadah, petani urban dapat

    melakukan penyimpanan media tanam. Untuk

    lokasi pertanian perkotaan yang lahannya

    sangat terbatas dapat menggunakan konsep

    vertical garden dengan menyusun media

    secara vertikal untuk lahan pertanian. Lahan

    tersebut dapat dimaksimalkan, sehingga hasil

    pertanian yang dihasilkan dapat maksimal.

    Penggunaan pewadahan yang baik pada

    kegiatan pertanian perkotaan adalah dengan

    botol atau wadah plastik dan kaca yang

    sebelumnya tidak digunakan sebagai wadah

    bahan berbahaya dan beracun.

    D. Cara Membuat Urban Farming

    Metode urban farming dilakukan dengan 2 (dua)

    cara, yaitu:

    1. Taman mikro

    Taman mikro adalah menanam pohon dengan

    memanfaatkan ruang kecil yang ada di sekitar

    rumah kita seperti balkon, teras, atau atap

    rumah. Berikut adalah beberapa hal yang

  • 36

    perlu diperhatikan dalam membuat urban

    farming dengan metode taman mikro.

    a. Wadah tanaman

    Kita bisa menanam pohon di tanah

    langsung atau menggunakan wadah pot,

    botol, ember bekas, ban mobil bekas, atau

    media penampung lainnya.

    Gambar 9 Ban bekas sebagai wadah tanaman11

    11 https://www.hipwee.com/tips/15-kreasi-pot-tanaman-dari-barang-bekas-ini-su ngguh-unik-dan-layak-coba/

    https://www.hipwee.com/tips/15-kreasi-pot-tanaman-dari-barang-bekas-ini-suhttps://www.hipwee.com/tips/15-kreasi-pot-tanaman-dari-barang-bekas-ini-su

  • 37

    Gambar 10. Ember bekas sebagai wadah tanaman12

    b. Media penanaman

    Media penanaman dapat menggunakan

    kompos atau tanah kebun. Kompos dibuat

    dengan mamanfaatkan sampah organik

    yang berasal dari rumah tangga, dengan

    teknologi sederhana seperti biopori atau

    takakura, sedangkan tanah kebun juga

    dapat digunakan dengan benda-benda

    substrat, seperti kulit kacang, sabut

    kelapa, sekam padi, atau tanah laterit. Bila

    12 https://dekorrumah.net/wp-content/uploads/2017/04/kerajinan-tangan-dari-barang-bekas-cinduk-untuk-dijadikan-pot-bunga.jpg

  • 38

    substrat juga tidak tersedia, kita bisa

    menggunakan air yang dicampurkan

    dengan larutan pupuk.

    c. Pengairan

    Untuk pengairan atau irigasi, kita bisa

    memanfaatkan air hujan atau air sisa yang

    masih layak. Air yang diperlukan untuk

    menyiram tanaman terbilang relatif sedikit.

    Untuk taman seluas satu meter persegi,

    hanya membutuhkan kurang dari tiga liter

    air per hari.

    d. Tanaman

    Di taman mikro, kita bisa menanam

    berbagai sayuran siap saji, seperti kol,

    selada, mentimun, cabai, tomat, dan

    bawang. Sebagai variasi, coba tanamkan

    pula tanaman herbal, seperti kunyit, jahe,

    lengkuas, kencur, dan sebagainya.

    Studi yang dilakukan oleh Food and

    Agriculture Organization (FAO) menunjukkan

    bahwa satu meter persegi taman mikro dapat

    menghasilkan sekitar 100 bawang tiap empat

  • 39

    bulan, 10 kol tiap tiga bulan, sekitar 200 tomat

    atau 30 kg per tahun, atau 36 bonggol selada

    per dua bulan.

    2. Sistem hidroponik

    Hidroponik merupakan salah satu cara dalam

    penerapan urban farming dengan

    memanfaatkan lahan terbatas dan dapat

    dilakukan oleh siapa saja. Hidroponik adalah

    menanam dengan menggunakan media air

    atau tenaga kerja air, sedangkan fungsi tanah

    untuk penyangga tanaman dan air yang

    merupakan pelarut nutrisi untuk kemudian di

    serap tanaman.

    Menanam dengan sistem hidroponik terbukti

    memiliki beberapa kelebihan dibanding

    dengan sistem konvensional berkebun

    dengan tanah, antara lain menghasilkan

    pertanian organik yang lebih sehat, tingkat

  • 40

    pertumbuhannya lebih cepat 30–50 persen,

    dan hasil tanaman lebih besar13.

    Media hidroponik dapat menggunakan

    sampah anorganik seperti botol bekas air

    mineral dan pipa paralon bekas, sedangkan

    untuk menyemai benih hidroponik dapat

    menggunakan beberapa media seperti

    rockwool, sekam bakar, pasir dan kain flannel.

    a. Menyemai Benih Hidroponik

    Menggunakan Rockwool

    1) Bahan – bahan yang diperlukan:

    Rockwool

    Nampan/kotak plastik

    Lidi/tusuk gigi

    Kantong plastik hitam

    Benih tanaman

    13 urbancikarang.com

  • 41

    Gambar 11. Rockwool

    Gambar 12. Cara menyemai benih dengan menggunakan rockwool14

    2) Cara menyemai benih:

    Potong-potong rockwool dengan

    ukuran 2,5 x 2,5 cm.

    14 file:///Volumes/NO%20NAME/%20(F)/Urban%20farming/ Kumpulan%20materi%20urban%20farming/Cara%20Membuat%20Tanaman%20Hidroponik%20di%20Rumah%20Untuk%20Pemula%20%20Rumah%20dan%20Kebun.webarchive

  • 42

    Basahi rockwool dengan air,

    dengan cara dicipratkan atau

    disemprot kecil agar rockwool tidak

    terlalu basah/digenangi air,

    kemudian tempatkan di nampan

    atau kotak plastik bekas yang ada.

    Lubangi bagian tengah setiap

    rockwool dengan lidi/tusuk gigi, kira-

    kira 2 mm.

    Masukkan benih tanaman ke dalam

    lubang yang sudah dibuat di atas

    rockwool.

    Tutup wadah dengan kantong

    plastik hitam dan tempatkan di

    tempat yang teduh atau gelap.

    Kalau sudah ada benih yang pecah

    (ditandai dengan munculnya calon

    akar dan menyembul calon daun),

    pindahkan wadah berisi benih

    tersebut di bawah sinar matahari

    pagi sampai siang. Kalau matahari

    sudah terik, cukup simpan di tempat

  • 43

    yang terang dan tidak perlu ditutup

    lagi oleh plastik hitam.

    Tambahkan atau semprotkan air

    agar rockwool tetap basah dan

    lembab jika dirasa media sudah

    kering.

    Pindahkan benih ke media

    hidroponik pada saat benih sudah

    siap tanam (tumbuh daun sejati – 4

    daun), untuk mendapatkan nutrisi

    tambahan selain air dan sinar

    matahari.

    b. Menyemai Benih Hidroponik

    Menggungkan Sekam Bakar

    1) Bahan-bahan yang diperlukan:

    Sekam bakar

    Baki/nampan plastik

    Air bersih dengan pH netral

    Benih

  • 44

    2) Cara menyemai benih:

    Taburkan arang sekam ke dalam

    nampan plstik secara teratur dan

    merata dengan ketebalan 1-2 cm.

    Tebar benih dengan jarak tebar 0,5

    cm.

    Setelah bibit tersebar merata beri

    taburan sekam kembali untuk

    menutupi benih dengan ketebalan

    0,5-1 cm.

    Basahi media dengan

    menggunakan air sampai media

    arang sekam terlihat lembab.

    Simpan di tempat yang lembab dan

    gelap.

    Setelah muncul kecambah pada

    benih, kemudian dijemur dan

    dikontrol kelembapan media sampai

    benih siap dipindahkan ke dalam

    instalasi hidroponik.

  • 45

    Gambar 13. Menyemai benih hidroponik dengan sekam bakar15

    c. Menyemai Benih Hidroponik Menggunakan

    Pasir

    1) Bahan-bahan yang diperlukan:

    Pasir

    Tray semai

    Air

    Benih

    Plastik sebagai penutup tray semai

    15 http://www.urbanhidroponik.com/2017/02/cara-semai-benih-hidroponik-memakai-sekam-.html

  • 46

    2) Cara menyemai benih:

    Siapkan tray semai, isi lubang tray

    semai dengan pasir yang sudah

    basah.

    Setelah semua tray semai penuh

    dengan pasir masukkan benih pada

    masing-masing lubang tray semai.

    Siram menggunakan air bersih

    secara merata.

    Tutup tray semai yang sudah berisi

    benih dengan menggunakan plastik

    dan simpan sampai benih

    berkecambah (biasanya akan

    berkecambah pada usia 2 hari).

    Jemur di sinar matahari dan jaga

    kelembapan media sampai benih siap

    pindah tanam.

  • 47

    Gambar 14. Menyemai benih dengan menggunakan pasir16

    d. Menyemai Benih Hidroponik

    Menggunakan Kain Flanel

    1) Bahan-bahan yang diperlukan:

    Potongan kain flanel dengan ukuran

    30 x 30 cm

    Benih

    Air hangat

    Wadah semai

    Rockwool ukuran 2 x 2 cm

    Nampan plastik

    16 http://petanitop.blogspot.com/2015/09/menyemai-dengan-pasir-dari-batu-zeolit.html

  • 48

    2) Cara menyemai benih:

    Benih direndam terlebih dahulu

    dengan air hangat selama 30 menit

    (tergantung benih dengan tingkat

    kekerasannya, semakin keras

    semakin lama perendamannya).

    Tebar benih di bagian tengah kain

    flanel yang sudah dibasahi dengan

    air dingin.

    Lipat bagian pinggir kiri dan kanan

    kain flanel, simpan di tempat yang

    lembab dan jauh dari jangkauan

    sinar matahari.

    Setelah benih mulai berkecambah,

    siapkan rockwool dan lubangi

    sampai kedalaman 1 cm dengan

    menggunakan tusuk gigi.

    Masukkan benih yang sudah

    berkecambah ke dalam lubang,

    pastikan penempatan benih tidak

    terbalik.

  • 49

    Kemudian jemur di sinar matahari

    langsung dan jaga kelembapan

    rockwool sampai benih berdaun

    sejati.

    Gambar 15. Menyemai benih hidroponik dengan kain flanel17

    e. Cara membuat hidroponik dengan botol air

    mineral

    Berikut adalah langkah-langkah membuat

    media tanam dari botol air mineral dengan

    sistem rakit apung dan sumbu:

    1) Potong botol bekas air mineral menjadi

    dua bagian menggunakan gunting atau

    cutter.

    17 http://hidroponikbjn.blogspot.co.id/2015/04/semai-seedbenih.html

  • 50

    2) Panaskan paku, lalu buat beberapa

    lubang berdiameter 1 cm di potongan

    botol bagian atas maupun bawah untuk

    aerasi. Namun, jika pemberian nutrisi

    menggunakan sistem sumbu, biarkan

    tutup botol tetap di tempatnya,

    kemudian buat lubang tepat di tengah-

    tengah tutup botol untuk memasukkan

    sumbu flanel.

    3) Jika pemberian nutrisi menggunakan

    sistem apung, buka tutup botol

    sehingga akar menembus media tanam

    lalu berkembang di permukaan larutan

    nutrisi.

    4) Masukkan potongan botol bagian atas

    ke potongan botol bagian bawah yang

    sudah diisi larutan nutrisi.

    5) Masukkan media tanam ke dalam

    potongan botol bagian atas.

  • 51

    Gambar 16. Hidroponik dengan memanfaatkan botol bekas air mineral18

    Gambar 17. Hidroponik dengan memanfaatkan botol bekas air mineral (horizontal)19

    18 http://coretan-yudi.blogspot.co.id/2016/10/mengenal-sistem-tanam-hidroponik.html 19 http://www.bebeja.com/seledri-hidroponik-di-botol/

  • 52

    Gambar 18. Cara membuat media tanam botol mineral

    f. Membuat hidroponik dengan pipa paralon

    1) Bahan dan peralatan

    Potong paralon dengan ukuran 2,5

    atau 3 inchi

    Mesin bor

    Penyambung paralon berupa T

    dan L

    Netpot

    Sumbu atau rockwool

  • 53

    Gambar 19. Contoh Netpot

    2) Cara Membuat:

    Tentukan terlebih dahulu ukuran

    dan dimensi yang ingin di buat pada

    peralatan hidroponik (memberikan

    jarak yang tepat agar tumbuhan

    tidak merasa kesempitan pada saat

    tumbuh nantinya),

    Buatkan lubang dengan mesin bor

    pada ukuran yang telah disiapkan

    sebelumnya,

    Pasang sumbu dan peralatan lain

    yang dibutuhkan untuk menanam

    tanaman,

    Gabungkan paralon dengan

    penyambung paralon T dan L.

  • 54

    Gambar 20. Tanaman hidroponik dengan pipa paralon vertikal

    Gambar 21. Tanaman hidroponik dengan pipa paralon horizontal20

    20 http://www.ecosnippets.com/gardening/vertical-gardening-using-pvc-piping/

  • 55

    BAB IV PENUTUP

    A. Kesimpulan

    1. Pelaksanaan urban farming merupakan upaya

    pengelolaan sampah disumbernya melalui

    pemanfaatan sampah organik dan anorganik

    untuk membuat pertanian perkotaan.

    2. Selain mengurangi timbulan sampah, urban

    farming dapat memberikan dampak positif

    lainnya seperti pemenuhan kebutuhan pangan

    keluarga dan pendapatan (circular economy)

    lebih jauh apabila sampah dapat dikelola di

    sumbernya melalui urban farming, maka

    dapat mengurangi timbulan sampah ke

    tempat pemrosesan akhir (TPA).

    B. Rekomendasi

    Untuk membuat pelaksanaan urban farming ini

    menjadi masif di masyarakat, perlu dilakukan

    edukasi dan sosialisasi oleh berbagai pihak baik

    pemerintah maupun swasta yang disertai dengan

    pembuatan proyek percontohan.

  • 56

    DAFTAR PUSTAKA

    Agus dan Rujiter. 2014. https://media.neliti.com/

    media/publications/109902-ID-pengaruh-pemberian-pupuk-kandang-kerbau.pdf

    Anonim. 2016. Pupuk Organik Unggul. http://jualpupuk

    organik99.blogspot.co.id/2016/ Anonim. 2014. http://caramembuatonline. blogspot.

    co.id/ 2014/08/Cara-Membuat-Perahu-dari-Botol-Bekas.html

    Anonim. 2015. http://www.urbancikarang.com/ v2/page.

    php?halaman=Urban-Farming-Menanam-Menggunakan-Sistem-Hidroponik#. WoouEK6WaM8

    Anonim. 2017. http://www.urbanhidroponik.com/ 2017/

    02/cara-semai-benih-hidroponik-memakai-sekam-.html

    Anonim. http://obatparkinson.com/penyebab-penyakit-

    parkinson/ Anonim.http://www.ecosnippets.com/gardening/vertical-

    gardening-using-pvc-piping/ Anonim. 2014.https://agroinfotek.wordpress.com/2011

    /04/12/z/ Anshori, hasan. 2015. http://hidroponikbjn. blogspot.

    co.id/2015/04/semaiseedbenih .html

    https://media.neliti.com/http://jualpupuk/

  • 57

    Baskara, Medha. 2013. http://medha. lecture.ub.ac.id/

    2013/06/membuat-sendiri-konstruksi-vertical-garden/ Bebeja. 2017. http://www.bebeja.com/seledri-hidroponik-

    di-botol/ Fajar, Aditya Indrawan. 2016. https://news.detik.

    com/berita/d-3302441/ menelusuri-lorong-garden-makassar-yang-pikat-menlu-australia-julie-bishop?_ga= 2.30304127.1182892239.1519012388-349420127.1518591378

    FAO. 2008. Urban Agriculture For Sustainable Poverty

    Alleviation and Food Security. 84p.www.fao.org/fileadmin/tem plates/FCIT/UPA_-WBpaper-Final_ October_2008.pdf

    Hayati, Keumala .2015. file:///Volumes/ NO%20 NAME

    /%20(F)/Urban%20farming/Kumpulan%20materi 20urban%20farming/Cara%20Membuat%20Tanaman%20Hidroponik%20di%20Rumah%20Untuk%20Pemula%20%20Rumah%20dan%20Kebun.webarchive

    Herdian, Egy. 2017. https://www.good newsfrom

    indonesia.id/2017/12/28/wagub-sandiaga-uno-meresmikan-pertanian-urban

    Lanarc HB. 2013. The Urban Farming Guidebook:

    Planning for the Business of Growing Food in BC’s Towns dan Cities. www.refbc.com/sites /default/files/Urban-Farming-Guidebook-2013.pdf

    http://medha.lecture.ub.ac/

  • 58

    Rambe. 2014. http://novisanriarambe. blogspot.

    co.id/2014/07/konsep-urban-farming-pertanian-perkotaan.html

    Rohmatun, Meily. 2017.https://www.hipwee. com/tips/15

    -kreasi-pot-tanaman-dari-barang-bekas-ini-sungguh-unik-dan-layak-coba/

    SNI, 19-3983-1995. 1995. Spesifikasi timbulan sampah

    untuk kota kecil dan kota sedang di Indonesia. http://www.bsn.go.id/uploads/ download/ PNRT_2015-20164.pdf

    Sugeng. 2015. http://petanitop.blogspot.com/ 2015/09/

    menyemai-dengan-pasir-dari-batu-zeolit.html Wageningen University. 2014. http://urbanagriculture

    basel.ch/wpcontent/uploads/2014/01/LADINA-KNAPP_MASTER-Thesis-Urban Agriculture.pdf

    Wahyudi, Purnomo. 2016. http://coretan-yudi.blogspot.

    co.id/2016/10/mengenal-sistem-tanam-hidroponik.html

  • 59

    DAFTAR ISIDAFTAR GAMBARBAB IPENDAHULUANA. Latar BelakangB. TujuanC. Ruang Lingkup

    BAB IIPENGENALAN URBAN FARMINGA. Definisi Urban FarmingB. Perbedaan Urban Farming dan Pertanian TradisionalC. Manfaat Urban FarmingD. Peran Urban Farming pada Pengelolaan Sampah

    BAB IIIPELAKSANAAN URBAN FARMINGA. Karakteristik Urban FarmingB. Tantangan Pengembangan Urban FarmingC. Pengelolaan Sampah dan Urban FarmingD. Cara Membuat Urban Farming

    PENUTUPA. KesimpulanB. Rekomendasi

    DAFTAR PUSTAKA