Kasus Parmalat Pertemuan 13

12
Etika Bisnis dan Tata Kelola Perusahaan Kasus Perusahaan Parmalat Oleh: KELOMPOK 2 Bayu Bagus Setianugraha 1106075585 Gema Ibnu Syauqi 1106060785 M. Gibran Nadhir 1106075673 M. Kukuh Pratama 1106075950 M. Yusuf Ibrahim 1106075326 Pradipta Faikar Hakim 1206254454 Tatakelola Perusahaan FAKULTAS EKONOMI dan BISNIS UNIVERSITAS INDONESIA 2015

description

kasus parmalat tata kelola perusahaan

Transcript of Kasus Parmalat Pertemuan 13

  • Etika Bisnis dan Tata Kelola Perusahaan

    Kasus Perusahaan Parmalat

    Oleh:

    KELOMPOK 2

    Bayu Bagus Setianugraha 1106075585

    Gema Ibnu Syauqi 1106060785

    M. Gibran Nadhir 1106075673

    M. Kukuh Pratama 1106075950

    M. Yusuf Ibrahim 1106075326

    Pradipta Faikar Hakim 1206254454

    Tatakelola Perusahaan

    FAKULTAS EKONOMI dan BISNIS

    UNIVERSITAS INDONESIA

    2015

  • Statement of Authorship

    Kami yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa tugas terlampir adalah murni hasil

    kerja kami sendiri. Tidak ada pekerjaan orang lain yang kami gunakan tanpa menyebutkan

    sumbernya.

    Materi ini belum pernah disjikan/digunakan sebagai bahan untuk makalah/tugas mata ajaran lain

    kecuali kami menyatakan dengan jelas bahwa kami menggunakannya.

    Kami memahami bahwa tugas yang kami kumpulkan ini dapat diperbanyak dan/atau

    dikomunikasikan untuk tujuan mendeteksi adanya plagiarisme.

    Nama NPM Tanda Tangan

    Bayu Bagus Setianugraha 1106075585

    Gema Ibnu Syauqi 1106060785

    M. Gibran Nadhir 1106075673

    M. Kukuh Pratama 1106075950

    M. Yusuf Ibrahim 1106075326

    Pradipta Faikar Hakim 1206254454

    Mata ajaran : Tatakelola Perusahaan

    Judul makalah/tugas : Etika Bisnis dan Tata Kelola Perusahaan Kasus Parmalat

    Dosen : Hilda Rossieta S.E., Ak., M.Comm., Ph.D

  • Profil Perusahaan

    Parmalat merupakan perusahaan yang bergerak di bidang produksi makanan, seperti susu,

    dairy products yang berasal dari susu seperti yoghurt, cream, custard, dan keju, serta beverages,

    yang berpusat di Italia. Selain susu dan produk susu, Parmalat juga memproduksi jus buah yang

    dipasarkan dengan merek Lactis, Santal, Mal, dan Kyr.

    Parmalat didirikan oleh Calisto Tanzi di tahun 1961, seorang mahasiswa drop out yang

    membuka pusat pasteurisasi di Parma. Empat dekade berikut, parmalat berkembang menjadi

    perusahaan multinasional dan membuat diversifikasi produk ke susu, produk susu, minuman,

    bakeri, dan produk lain di tahun 80-an. Penawaran saham pertama (IPO) ke Milan Stock

    Exchange di tahun 1990 dan sejak tahun itu Parmalat terus berekspansi. Pada tahun 1990 saham

    Parmalat tercatat di Milan Stock Exchange dan terus berkembang di tahun 1990an menjadi

    pemimpin pasar untuk perusahaan yang memproduksi susu dan produk dairy. Tahun 1997,

    Parmalat masuk ke pasar finansial dunia dengan melakukan beberapa akuisisi dengan utang-

    termasuk diantaranya Western Hemisphere. Kondisi Parmalat mulai menurun sejak tahun 2001

    dan puncak penurunan terjadi di tahun 2003 dimana dia kolaps dengan hutang sebesar 14 milyar

    euro.

    Ringkasan Kasus

    Pada tahun 2003, pendiri Parmalat yang bernama Calisto Tanzi terlibat dalam kasus

    manipulasi keuangan yang berujung pada bangkrutnya perusahaan Parmalat. Terdapat 16

    tersangka yang berkaitan dalam kasus ini, yaitu termasuk Chief Financial Officer perusahaan

    Parmalat, saudara serta dua anak Calisto Tanzi, akuntan yang ada dalam Parmalat, dan direktur-

    direktur Parmalat. Selain pihak-pihak yang telah disebutkan, kasus ini juga melibatkan auditor

    yang mengaudit Parmalat, termasuk pihak Italaudit, Deloitte&Touche, Grant Thornton, serta

    bank-bank yang berkaitan dengan Parmalat seperti Bank of America.

    Tanzi dan pihak-pihak terkait diduga melakukan manipulasi harga saham, menerbitkan

    laporan keuangan palsu, menyesatkan regulator laporan pasar saham di Italia, dan menghalangi

  • audit. Parmalat telah menggelapkan dana sebesar 14 miliar Euro yang didapat dengan cara

    memanupulasi laporan keuangan Parmalat.

    Pada bulan September 2005, sidang pertama terkait kasus Parmalat dilaksanakan. Sidang

    pertama membahas dugaan-dugaan tindakan tidak etis yang dilakukan oleh Parmalat.

    Selanjutnya pada bulan Januari 2008, sidang kedua dilaksanakan yang melibatkan tiga bank

    asing, yaitu Citigroup, Morgan Stanley, dan Deutsche Bank, serta karyawan-karyawan Parmalat.

    Pihak-pihak tersebut dituntut atas manipulasi harga serta memberikan informasi keuangan palsu.

    Lalu pada bulan Maret 2008, sidang ketiga pun dilaksanakan. Sidang ketiga ini melibatkan 55

    terdakwa yang dituntut terkait kebangkrutan Parmalat dan menyangkut masalah kriminal.

    Kasus ini berakhir dengan dijatuhinya hukuman penjara selama 10 tahun kepada pendiri

    Parmalat, Calisto Tanzi. Hukuman ini lebih ringan dibandingkan dengan tuntutan jaksa, yaitu

    hukuman penjara selama 13 tahun. Italiaudit juga dikenaik sanksi sebesar 240.000 euro dan

    penyitaan aset sebesar 455.000. Begitu juga Bank of America, dikenai sanksi sebesar $98,5

    miliar. Selanjutnya, Pamalat diserahkan kepengurusannya kepada Enrico Bondi, yang ditunjuk

    secara langsung oleh pemerintah, dimana ia melakukan tuntutan kepada bank-bank yang terlibat

    untuk mendapatkan kembali sejumlah dana bagi Pamalat dan investornya.

    Analisis Kasus

    Kaitan dengan Jurnal Charles Hardy (2002)

    Inti kecurangan yang dilakukan oleh manajemen parmalat adalah manipulasi laporan

    keuangan sehingga berimbas pada tertipunya investor dan pemegang saham. Hal ini

    mengakibatkan harga saham parmalat naik. Lalu manajemen parmalat juga tidak melakukan

    audit dan menipu regulator di Italia. Untuk mendapatkan dana 14 Milliar dollar yang di gunakan

    untuk kepentingan pribadi. (self interest). Handy Dalam artikelnya yang berjudul Whats a

    Business For? menyatakan bahwa maraknya kecurangan akuntansi yang terjadi di akibatkan

    perusahaan yang terlalu memetingkan profit sesuai dengan kebutuhan pasar dan tidak

    menghiraukan yang terjadi sesungguhnya di perusahaan. Selain itu juga adanya self interest

    manajemen yang tinggi untuk mendapatkan uang yang banyak dari bonus gaji atau stock option

    yang berasal dari profit yang tinggi. Mereka bisa melakukan kecurangan tersebut karena

  • memetingkan diri sendiri dan tidak memetingkan stakeholder yang lain. Selain itu, manajemen

    perusahaan sangat mementingkat profit sebagai goal perusahaan. Padahal, profit seharusnya

    menjadi means yang dapat memungkinkan perusahaan untuk melakukan sesuatu yang lebih baik.

    Menurut Hardy, value perusahaan bukan semata-mata accounting figures, namun skill

    dan kompetensi yang dimiliki karyawan perusahaan (intellectual property). Akibat dari

    pandangan perusahaan yang mementingkan accounting figures, terjadilah maneuver-manuver

    akuntansi yang dilakukan untuk meraih angka profit lebih besar, walaupun hal tersebut

    melanggar etika bisnis karena menyebabkan informasi menjadi misleading bagi pengguna

    laporan keuangan. Seperti yang dilakukan parmalat memanipulasi lap keuangan dengan

    memetingkan accounting figures yang berimbas pada tingginya bonus untuk manajemen.

    Pencarian value perusahaan yang sesungguhnya adalah sangat penting. Apa tujuan

    perusahaan itu dibuat ? apakah untuk profit semata atau untuk tujuan yang lebih mulia yaitu

    memecahkan masalah yang ada di masyarakat. Dave Packard mendefinisikan perusahaan adalah

    seesungguhnya terdiri dari individu-individu yang bekerja sama agar mereka dapat mencapai

    suatu objektif yang tidak bisa mereka capai dengan bekerja sendiri-sendiri. Dan untuk dapat

    bekerja sama guna meraih objektif, individu-individu tersebut harus berpegangan pada sebuah

    cause tertentu. Menurut Handy, kegiatan perusahaan seperti membuat produk baru,

    meningkatkan kualitas, dan menyebarkan teknologi, adalah sebuah cause mulia. Dengan

    berpegangan pada cause, suatu individu dapat memberi kontribusi moral yang dapat

    memotivasi diri mereka sendiri maupun perusahaan secara keseluruhan. Parmalat sendiri pada

    awal didirikannya adalah perusahaan yang bagus. Dia adalah produsen susu dan barang

    turunannya yang terbesar di Italia, memastikan masyarakat italia mendapatkan pasokan susu

    yang berkualitas . Namun, nampaknya pada tahun 2001 -2003 setelah parmalat masuk kedalam

    pasar modal italia. CEO parmalat dan manajemen sedikit rakus dan tamak sehingga mengeruk

    keuntungan untuk dirinya sendiri dengan memanipulasi laporan keuangan dan menghiraukan

    value perusahaan pada awalnya sehingga mengalami kebangkrutan.

  • Kaitan Artikel pada Rotman magazine (2009) dengan kasus parmalat

    Dalam artikel yang ditulis oleh Jansen pada Rotman magazine pada tahun 2009 dengan

    judul Integrity: Without It Nothing Works yang membahas tentang Integritas yang diartikan

    sebagai konsistensi antara tindakan dengan perkataan ataupun nilai dan prinsip yang dipegang.

    Seseorang akan dikatakan memiliki intergritas jika dia bertindak sesuai dengan nilai, keyakinan,

    dan prinsip yang dipegang saat itu. Yang berarti apa yang dikatkan orang tersebut akan sesuai

    dengan keadaan yang sebenarnya. Dan integritas dari perusahaan akan tercermin dari integritas

    dari pemimpinnya. Yang dengan integritas yang dimiliki oleh pemimpin perusahaan maka

    kepercayaaan akan timbul dari setiap karyawannya. Yang kemudian intergitas dari perusahaan

    ini akan disamakan dengan kesesuaian perusahaan dengan etika bisnis yang berlaku. Dalam

    kasus Parmalat yang dilakukan oleh pemimpinnya sendiri karena apa yang di nyatakan tidak

    sesuai dengan apa yang terjadi sebenarnya yang kemudian secara garis besar dapat disimpulkan

    bahwa Parmalat, dari apa yang dilakukan pemimpinnya tidak sesuai dengan konsep integritas

    yang dikatakan dalam artikel dalam Rotman magazine ini.

    Dalam artikel dikatakan bahwa Perusahaan yang berintegritas akan Secara keseluruhan

    menghargai perkataan yang telah diberikan. Tidak ada yang disembunyikan, penipuan,

    kebohongan, ataupun pelanggaran kontrak atau hak milik dan hal tersebut tidak dilakukan oleh

    permalat yang melakukan manipulasi laporan keuangan yang kemudian membawa perusahaan

    dalam kebangkrutan pada akhirnya. Dan dalam kasus yang menunjukan bahwa parmalat tidak

    berintegritas dapat terjadi karena pertimbangan cost and benefit yang dilakukan oleh pelaku

    sebelum melakukan kecurangan. Karena dalam artikel juga dikatakan bahwa ketika

    pertimbangan cost and benefit dilakukan maka bisa dijamin seseorang yang dalam hal ini adalah

    Calisto Tanzi tidak akan memiliki integritas. Karena ketika pertimbangan cost and benefit

    dilakukan maka seseorang akan mempertanyakan apa untungnya memegang nilai dan prinsip

    yang ada? yang kemudian dari pertanyaan tersebut dorongan untuk melakukan pelanggaran

    etika pun akan lebih mudah terjadi.

  • Ringkasan cerita Inside Job

    Mengisahkan tentang kronologi krisis yang terjadi di Amerika Serikat di tahun 2008, film

    Inside Job yang digarap oleh Charles Ferguson ini memang menghadirkannya dengan singkat

    namun lengkap, dan boleh saya katakan menarik. Adapun di awal film, kita disuguhkan oleh

    fakta bahwa 40 tahun sejak Depresi Besar, ekonomi AS telah tumbuh selama 40 tahun tanpa

    pernah mengalami krisis finansial. Sejarah menyebutkan bahwa pada saat itu terdapat regulasi

    yang ketat terhadap industry finansial. Sebuah perubahan yang saya lihat cukup radikal terjadi di

    tahun 1982 saat dilakukan deregulasi pada perusahaan-perusahaan di bidang finansial, yang

    membuat perusahaan-perusahaan tersebut dengan mudah menginvestasikan dana deposito yang

    dimilikinya pada untuk hal-hal yang berisiko tinggi. Benar saja, di akhir decade tersebut ratusan

    perusahaan yang bergerak dalam bidang itu tercatat bangkrut. Deregulasi terus berlanjut hingga

    beberapa tahun ke depannya dan merangsang pertumbuhan di sector finansial. Seiring

    berjalannya waktu hingga tahun 1990 an, sector finansial terkonsolidasi hingga menjadi beberapa

    perusahaan besar saja yang apabila di antaranya mengalami masalah, maka akan bisa

    mempengaruhi sistem secara keseluruhan. Perusahaan-perusahaan finansial besar tersebut yang

    juga menjadi penyebab krisis ini adalah: Goldman Sachs, Morgan Stanley, Lehman Brothers,

    Merril Lynch, dan Bear Stearns. Terkait juga tiga perusahaan asuransi sekuritas, dan tiga agency

    rating.

    Deregulasi mendorong sector finansial untuk melakukan inovasi finansial dengan bebas,

    hingga lahirlah sebuah produk finansial yang menjadi inti dari kisah ini, yakni derivative.

    Adapun derivative yang dimaksud ini merupakan himpunan sertifikat pinjaman yang dijual oleh

    bank kepada pihak yang selanjutnya disebut investor. Di film ini saya menangkap terdapat dua

    pihak yang saling bertentangan dalam menyikapi inovasi finansial berupa derivatif, yakni pihak

    yang setuju dan yang tidak setuju terhadap deregulasi derivatif. Sejak awal rupanya memang

    derivative diperkirakan akan cenderung membawa perekonomian ke ketidakstabilan, untuk itulah

    muncul wacana dari Commodity Futures Trading Commission (CFTC) untuk meregulasi ketat

    perihal derivative ini, namun demikian wacana itu tidak disetujui oleh sekretaris treasuri Robert

  • E. Rubin, Kepala Federal Reserves Alan Greenspan, dan Kepala Komisi Sekuritas dan

    Pertukaran Arthur Levitt melalui pernyataan gabungan yang menolak rencana regulasi CFTC.

    Sehingga pada akhirnya, kita bisa simpulkan bahwa derivative itu tidak diregulasi dengan

    cukup ketat sehingga menyebabkan krisis finansial yang akan kita bicarakan di bawah.Berbicara

    mengenai derivative yang menjadi topic utama dalam kisah ini, kita perlu membandingkan

    sistem yang melatarbelakanginya. Jika dulu apabila pihak yang meminjamkan dana kepada pihak

    lain akan sangat berhati-hati akan kredibilitas pihak peminjam, maka sistem baru yang kemudian

    disebut rantai sekuritisasi ini akan membuat mereka tidak perlu repot untuk itu, sebab mereka

    dapat menjual sertifikat utang kepada bank. Selanjutnya, bank menggabungkan semua sertifikat

    utang itu bersama-sama jenis pinjaman lainnya menjadi suatu derivative rumit yang kemudian

    disebut collateralized debt obligation(CDO) untuk kemudian dijual kepada investor. Dalam

    proses ini, bank juga membayar rating agency untuk menilai kredibilitas CDO bank, dan

    anehnya, CDO selalu mendapatkan rating tinggi, yakni AAA. Yang penting dicatat di sini adalah

    karena sistem ini, pihak yang meminjamkan dana menjadi tidak peduli lagi akan kemampuan

    membayar pihak peminjam, begitu pula dengan bank, inilah yang disebut-sebut dengan bom

    waktu yang bisa meledakkan gelembung ekonomi Amerika.

    Namun, rupanya bukan hanya itu saja bom waktu yang suatu saat dapat meledak.

    Bom waktu itu tidak lain menjurus pada derivative yang disebut credit default swap yang

    dijual perusahaan asuransi AIG dalam jumlah besar. Credit default swap ini bekerja seperti

    halnya polis asuransi bagi para investor yang membeli CDA. Adapun masalahnya adalah para

    spekulan yang tidak memiliki CDO juga berhak memiliki credit default swap untuk turut

    memperoleh keuntungan dari CDO. Di jangka pendek, AIG memang mampu memperoleh

    peningkatan keuntungan yang signifikan, namun bagaimana bila CDO yang dijaminkan itu

    menjadi buruk? Tentu AIG menghadapi risiko kebangkrutan ini di jangka panjang.

    Menghadapi situasi seperti ini, tentu saja banyak pihak yang mengkritik maupun memberi

    peringatan kepada bank-bank yang menjamurkan CDO dalam perekonomian, di antaranya

    adalah FBI, IMF, dan ekonom-ekonom seperti Raghuram Rajab, Nouriel Rubini, dan Allan

    Sloan lewat tulisan-tulisan mereka, namun sepertinya tidak mampu menghentikan praktik yang

    sudah berlangsung bertahun-tahun hingga krisis yang dikhawatirkan benar-benar terjadi.

  • Mulainya krisis ditandai ketika para lender sudah tidak dapat menjual loan kepada bank,

    dank arena loan menjadi buruk, paralender pun menjadi bangkrut. Pada 7 September 2008,

    dua mortgage lender raksasa saat itu, Fanni Mae dan Freddie Mac, diambil alih oleh bank sentral

    untuk menyelamatkannya dari kebangkrutan. Pada tahun ini pun, berturt-turut bank-bank

    investasi terbesar menghadapi kebangkrutan, seperti Lehman Brothers, Bear Stearns, tidak luput

    juga perusahaan asuransi AIG, dan anehnya, CDO yang dikeluarkan semuanya memiliki rating

    tinggi(AAA, AA) tidak lama sebelum mereka benar-benar bangkrut. Kebangkrutan bank-bank

    besar ini memberi dampak yang sangat besar, di antaranya adalah tertahannya ribuan atau

    bahkan lebih transaksi dan tertahannya aset yang penting. Kejatuhan Lehman Brothers juga

    berdampak pada kejatuhan pasar commercial paper, yang sering dipakai berbagai perusahaan

    untuk membayar beban operasi mereka, misalnya beban gaji. Di minggu yang sama, AIG juga

    mengalami kebangkrutan dan diambil alih oleh pemerintah pada saat itu. Semua krisis ini

    menjadi penyebab naiknya tingkat pengangguran di AS dan eropa ke angka 10%, dan tentunya

    krisis ini juga berdampak pada dunia secara keseluruhan. Ini bagaikan seluruh dunia jatuh

    bersama-sama dan ini benar-benar fenomena yang mengerikan.

    Adapun setelah bicara mengenai krisis, kita seakan-akan diberitahukan bahwa keputusan

    deregulasi sistem finansial, yang mungkin juga merupakan penyebab utama dari krisis

    mendapatkan dukungan dari berbagai pihak, termasuk akademisi. Kita tidak tahu, sudah seberapa

    pengaruh sistem finansial terhadap pengembangan ilmu pengetahuan? Namun seiring

    berjalannya cerita di film, ilustrasi akan pengaruh tersebut dihadirkan dengan makin jelas.

    Dengan gamblang dalam wawancara yang dilakukan oleh Ferguson kepada beberapa tokoh

    seperti William C. Dudley, R. Glenn Hubbard dan Frederic Mishkin yang turut menulis buku

    teks yang dipakai di perguruan tinggi atau artikel-artikel ilmiah, kita bisa melihat bahwa ada

    yang dinamakan rekayasa yang bertujuan memuluskan perumusan suatu kebijakan di bidang

    finansial, misalnya seperti deregulasi yang disebutkan tadi. Jika ingin mengetahui lebih lanjut

    soal ini, mungkin kita bisa langsung memeriksa buku teks atau artikel yang bersangkutan, di

    antaranya adalah artikel berjudul How Capital Market Enhance Economic Performance oleh

    Dudley dan Hubbard yang ditulis pada tahun 2004 saat gelembung ekonomi sedang besar-

    besarnya atau buku teks Finansial Stability in Iceland oleh Mishkin yang sebagian isinya tidak

    sesuai dengan fakta yang ada yang lebih jelasnya dapat ditonton langsung di film ini. Sebagai

    penutup film ini, Ferguson dalam filmnya memaparkan bahwa hingga pertengahan tahun 2010,

  • tidak satupun eksekutif financial senior maupun perusahaan financial yang dijerat hukum, baik

    itu karena penipuan sekuritas ataupun penipuan berkenaan akuntansi perusahaan. Selain itu juga,

    bahkan jajaran administrasi yang ditunjuk Obama diisi oleh eksekutif-eksekutif financial yang

    kalau kita lihat ke belakang, semuanya sedikit banyak terlibat dalam penciptaan krisis tahun

    2008 lalu seperti Larry Summers, Timothy Geithner yang merupakan presiden New York

    Federal Reserve selama periode krisis, atau Gary Gensler yang merupakan mantan eksekutif

    Goldman Sachs. Semua itu berarti meski AS telah bangkit dari krisis, namun perlu diperhatikan

    bahwa orang-orang atau institusi-institusi yang menyebabkan hal itu masih berkuasa. Untuk itu

    saya rasa kita semua tetap harus memiliki kewaspadaan tinggi dan juga menyusun langkah-

    langkah antisipasi yang kongkrit sebaik yang kita bisa untuk menyikapi semua ini.

    Kesimpulan

    Parmalat merupakan sebuah perusahaan multinasional di bidang consumer product dan

    memproduksi susu beserta produk turunannya. Tahun 1997 Parmalat memulai akuisisi

    internasional di Amerika Utara dan Selatan. Pada tahun 2001 banyak divisi baru tersebut

    mengalami kerugian. Untuk menutupi kerugian tersebut, Parmalat menggeser sebagian besar

    pembiayaannya ke instrumen derivatif. November 2003, Parmalat gagal membayar utangnya

    sebesar $185 juta. Bank of America mengungkap 38% dari aset yang berada pada subsidiary

    Parmalat, berbentuk SPE, di Cayman Islands tidak eksis. Otoritas Italia menemukan bahwa aset

    tersebut diciptakan manajemen untuk meng-offset utang sebesar $16,2 miliar. Tahun 2004,

    utang Parmalat sebesar 14.3 juta, delapan kali lebih besar dari nilai yang diakui perusahaan.

    Kreditor US mengajukan gugatan $10 miliar terhadap mantan auditor Parmalat dan bank, dan

    administrator Parmalat menuntut $ 10 miliar masing-masing kepada Bank of America,

    Citigroup, serta auditor Parmalat yaitu Deloitte & Touche dan Grant Thornton.

    Manajemen seringkali memiliki insentif untuk melakukan trik-trik akuntansi yang

    membuat profit tampak lebih tinggi dari seharusnya, yang akan meningkatkan harga saham

    perusahaan. Hal ini karena besarnya kompensasi manajemen dalam stock option. Terjadinya

    fraud dan misapropriasi aset dimungkinkan oleh bentuk kepemilikan Parmalat yang family-

    owned. Struktur kepemilikan ini membuat pengawasan dari regulator lebih sulit dan berdampak

    negatif terhadap corporate governance.

  • Saran

    Parmalat seharusnya memiliki integritas apalagi sebagai perusahaan susu terbesar

    keempat di Eropa. Pemilihan keputusan yang salah seharusnya dipertanggungjawabkan kepada

    stakeholder terkait dan bukan malah menutupinya dengan serangkaian Fraud dan tipuan

    lainnyaParmalat harusnya bisa melakukan praktik tata kelola perusahaan yang baik guna

    mendapatkan keuntungan jangka panjang. Bukan melakukan fraud untuk keuntungan jangka

    pendek.

  • Daftar Pustaka

    Handy, Charles (2002)

    Rotman Magazine, Fall 2009

    Film: Inside Job (2010), sutradara Charles Ferguson

    Wikipedia.com

    Rottentomatoes.com