KASUS KETIDAKPASTIAN VATIKAN DALAM PENERIMAAN DUTA BESAR HOMOSEKSUAL DARI PERANCIS

21
MAKALAH STUDI KASUS “KASUS KETIDAKPASTIAN VATIKAN DALAM PENERIMAAN DUTA BESAR HOMOSEKSUAL DARI PERANCIS” Mata Kuliah : Hubungan Diplomatik dan Konsuler Disusun oleh : Hafsah Haries Aliansyah 135120400111003 Anis Bamarty A. P 135120400111023 Grace Stella Ariscca 135120400111057 Ade Swandana 135120401111005 PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2015

description

analisis kasus hubungan diplomatik antara Perancis dan Vatikan, dimana Prancis mengajukan calon duta besar yang memiliki kelainan orientasi seksual (Gay) Laurent Stefanini untuk Vatikan, namun Vatikan masih belum memberi jawaban yang resmi hingga lebih dari 6 bulan. dalam makalah ini dijelaskan apa yang sebenarnya terjadi di antara hubungan diplomatik kedua negara.

Transcript of KASUS KETIDAKPASTIAN VATIKAN DALAM PENERIMAAN DUTA BESAR HOMOSEKSUAL DARI PERANCIS

MAKALAH STUDI KASUSKASUS KETIDAKPASTIAN VATIKAN DALAM PENERIMAAN DUTA BESAR HOMOSEKSUAL DARI PERANCISMata Kuliah : Hubungan Diplomatik dan Konsuler

Disusun oleh :Hafsah Haries Aliansyah135120400111003Anis Bamarty A. P135120400111023Grace Stella Ariscca135120400111057Ade Swandana135120401111005

PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONALFAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIKUNIVERSITAS BRAWIJAYAMALANG2015

BAB IPENDAHULUAN1. Latar BelakangHubungan antar negara yang mulai dilakukan melaui pendelegasian ambasador dari tiap negara hingg kini sudah menjadi hukum dan kebiasaan internasional yang diatur sebagai hubungan diplomatik dan konsuler yang memiliki peran yang berbeda. Perkembangan hubungan dan konsuler pun terlihat dinamis tergantung dengan bagaimana perilaku negara-negara terkait. Hal tersebut dapat kita lihat semakin banyaknya kasus-kasus mengenai hubungan diplomatik dan konsuler yang dalam penyelesaiannya terbilang cukup berbeda satu dengan yang lainnya meski sudah diatur pula dalam konvensi Wina tahun 1961untuk hubungan diplomatik dan 1963 untuk hubungan konsuler.Hubungan diplomatik sejatinya merupakan bentuk etikad baik antar negara untuk melakukan kerjasama secara de jure. Meski sudah ada hukum yang mengatur yakni konvensi Wina tahun 1961, masih terdapat banyak situasi dimana negara tidak hanya dapat memutuskan untuk menerima atau mengirim perwakilannya. Hal inilah yang saat ini dialami oleh Vatikan dan Perancis. Vatikan adalah daerah khusus yang terletak di tengah kota Roma, Italia dan memiliki wewenang khusus layaknya sebuah negara. Vatikan juga dapat menerima dan mengirim perwakilan diplomatik seperti halnya sebuah negara. Namun pada tahun 2015, Vatikan dirundung dilema dimana negara tersebut harus menerima perwakilan diplomatik yang memiliki status gay dari Perancis.Vatikan sebagai negara yang memiliki tanggungjawab menegakkan nilai-nilai agama dan keagungan gereja katholik tentu memikirkan bagaimana dampaknya jika Vatikan menerima diplomatik yang gay. Hal ini menjadi permasalahan karena Vatikan biasanya memberikan konfirmasi terhadap negara yang mengirimkan duta besar tidak lebih dari enam minggu. Sedangkan untuk dubes perancis sendiri, lebih dari enam minggu belum diberikan konfirmasi apakah dubes tersebut ditolak atau diterima. Namun, menyikapi hal ini, Perancis menyatakan akan bersikukuh untuk mengirimkan duta besarnya tersebut untuk merepresentasikan negaranya di Vatikan.

BAB IIRUMUSAN MASALAH2. Rumusan MasalahBerdasarkan latar belakang masalah yang terjadi mengenai kasus pengiriman duta besar Perancis untuk Vatikan, penulis merumuskan masalah untuk acuan pembahasan makalah ini sebagai berikut :1. Mengapa Vatikan tidak memberikan konfirmasi untuk menerima Duta Besar Perancis?2. Mengapa Perancis masih bersikukuh untuk mengirim Duta Besarnya yang gay?3. Bagaimanakah konvensi Wina tahun 1961 dan hukum internasional memandang kasus ini?

BAB IIIPEMBAHASAN

3.1. Sejarah Singkat Vatikan Sebagai NegaraVatikan merupakan sebuah negara terkecil di dunia terletak di kota Roma. Vatikan sendiri merupakan pusat dari agama khatolik sekaligus tempat tinggal dari Paus yang merupakan pimpinan tertinggi agama Katolik di seluruh dunia. Vatikan merupakan negara yang menganut sistem pemerintahan teokrasi dimana semua kaidah ataupun aturan yang ada berasal dari hukum-hukum agama. Pada jaman dulu, ada sebuah tempat yang terletak di kota Roma yang tak berhuni (ager vaticanus) yang dianggap suci oleh masyarakat Roma. Pada tahun 326, tempat ini sudah banyak dihuni terutama untuk tempat para paus yang menjadi pemimpin agama katolik. Seiring dengan berlanjutnya waktu, para paus kemudian memerintah di banyak tempat di Italia. Kemudian munculah sebuah kerajaan di Italia pada abad ke-18, yang mana otoritas yang dimiliki berbeda dengan otoritas yang dimiliki oleh para pemuka agama di Roma. Pada tahun 1870, kerajaan di Italia ini mulai menyatukan daerah-daerah di Italia, termasuk daerah Roma. Akibat dari penyatuan ini, otoritas dan ruang gerak gereja mulai semakin dipersempit oleh kerajaan.[footnoteRef:1] [1: VaticanCityinthePast http://www.vaticanstate.va/content/vaticanstate/en/statoegoverno/storia/lacittadelvaticanoneltempo.html]

Ruang gerak gereja yang semakin dipersempit inilah yang membuat para pemimpin gereja di Roma mulai merasa gerah. Gereja menolak di aneksasinya Roma ke dalam kerajaan Italia. Sehingga munculah konflik antara gereja dan kerajaan Itala. Kemudian konflik yang terjadi ini diselesaikan dengan perjanjian Lateran (Corcondat).[footnoteRef:2] Perjanjian ini ditandatangani oleh Kardinal Gaspari yang mewakili gereja dan Benito Mussolini yang menjadi perwakilan kerajaan Italia.Kemudian munculah Vatikan sebagai sebuah negara berdaulat dengan Paus sebagai pemimpinnya. [2: Lateran Pacts of 1929]

3.1.1. Peran Paus dalam Menerima KedutaanVatikan merupakan salah satu negara dengan bentuk pemerintahan yang cukup unik. Kepala negara yaitu Paus yang memiliki tugas, wewenang dan fungsi yang tidak diwariskan tetapi dipilih seumur hidup. Untuk itulah, politik yang ada di dalam Vatikan, cenderung untuk menyoroti pergerakan maupun kebijakan yang dikeluarkan oleh Paus.Istilah takhta suci yang melekat di Vatikan merujuk pada otoritas, yuridiksi dan kedaulatan Paus dan penasehatnya dalam memipin Gereja Katolik Roma. Untuk itulah, tahkta suci memiliki hak yang sama seperti sebuah negara berdaulat. Sehingga, Vatikan sebagai negara berdaulat juga memiliki hak untuk mengirim dan menerima duta besar. Walaupun dalam kenyataannya, para dutabesar ini tidak bertempat di Vatikan melainkan Roma. Peran diplomatik yang diambil oleh Vatican sebenarnya sudah dari sejak lama dilakukan. Hal ini terlihat dari peran missionaris yang dibawa oleh para misioner agama katolik tidak melepaskan juga peran poltik Vatikan yang dibawa oleh para misioner.Tugas diplomatik Vatikan tidak hanya di jalankan oleh para diplomat yang dikirim oleh Vatikan ke berbagai negara, tetapi ada juga kementrian luar negeri Vatikan yang memegang semua fungsi politik dan diplomatik Vatikan (Secretariat of State). Kesekretariatan ini dipimpin oleh seorang kardinal.Selain itu, kesekretariat ini dibagi menjadi dua yaitu bagian pertama yang berhubungan dengan urusan umum (General Affairs) dan bagian kedua yang berhubungan dengan hubungan dengan negara-negara.[footnoteRef:3]Namun, untuk permasalahan penerimaan duta besar, hak tersebut dikembalikan lagi kepada Paus sebagai pemimpin kedaulatan Vatikan. [3: The Secretary of State. http://www.vatican.va/roman_curia/secretariat_state/documents/rc_seg-st_12101998_profile_en.htlm diakses pada tanggal 19 Mei 2015 pukul 13.00 ]

3.1.2. Alasan Vatikan Belum Memberikan Konfirmasi terhadap Pengiriman Duta Besar Perancis untuk Vatikan

Beberapa minggu terakhir ini, Vatikan, khususnya kebijakan yang dikeluarkan oleh Paus sedang hangat-hangatnya dibicarakan. Penolakan akan pengiriman duta besar negara Prancis oleh Paus, yang mana duta besar tersebut memiliki orientasi seksual yang menyimpang. Hal ini kemudian menjadi polemik tersendiri bagi Vatikan dimana banyak sekali tanggapan, terutama dari berbagai media di Prancis yang menyesalkan tindakan Vatikan. Namun diluar dari itu, Vatikan tetap ingin menajaga hubungan baik dengan negara Prancis dengan tetap meminta pencalonan duta besar yang lain.Alasan yang dikemukakan adalah para petinggi gereja katolik tidak setuju dengan adanya hukum pernikahan yang sah di Prancis. Mereka menolak karena tidak sesuai dengan kaidah agama yang berlaku. Keberatan yang diungkapakan oleh Paus ini merupakan salah satu alasa menagapa Paus belum mengkonfirmasi penerimaan duta besar Laurent Stefanini menjadi duta besar untuk Vatikan.[footnoteRef:4] [4: Paper claims pope rejected gay French diplomar as ambassador to Holy See. http://www.theguardian.com/world/2015/apr/22/pope-gay-french-diplomat-paper-claim-rejected-ambassador diakses pada tanggal 20 Mei 2015 pukul 08.00]

Menurut Paus Prancis dia sangat meneysalkan tindakan yang dilakukan oleh pemerintah Prancis dalam memberikan tekanan kepada Vatikan. Menurut Borgoglio, isu LGBT merupakan isu yang sangat ditentang oleh gereja. Oleh karena itu beliau setuju untuk tidak memberikan persetujuan dalam menerima duta besar dengan orientasi yang berbeda. Menurutnya, menerima apa yang tidak sesuai dengan kaidah yang telah ada hanya akan merusak kesucian dari hukum gereja yang ada. Walaupun demikian, banyak sekali orang yang menentang pernyataan yang dikeluarkan oleh Paus Prancis ini. [footnoteRef:5] [5: How Pope Francis fooled us all on LGBT issues http://www.theguardian.com/commentisfree/2015/mar/13/pope-francis-lgbt-issues-rightsdiakses pada tanggal 20 Mei 2015 pukul 08.00]

3.2. Alasan Perancis Tetap Ingin Mencalonkan Laurent Stefanini Sebagai Duta Besar Perancis di VatikanAkbiat dari ketidakjelasan dari pihak Vatikan perihal penerimaan calon duta besar Perancis, kementrian luar negeri perancis tetap mempertahankan pencalonan Laurent Stefanini seorang diplomat senior. Laurent Stefanini telah dicalonkan sejak Bulan Januari silang yang hingga sekarang masih belum mendapatkan konfirmasi tentang statusnya sebagai diplomat Vatikan.Salah satu alasan Kementerian Luar Negeri Perancis tetap ingin mencalonkan Laurent Stefanini sebagai duta besar perancis di Vatikan adalah mereka menganggap Stefanini sebagai "salah satu diplomat terbaik negeri itu". Laurent Stefanini mendapat peringkat ke-2 sebagai diplomat terbaik di perancis menurut surat kabar harian Le Monde[footnoteRef:6]. [6: Le pape bloque la nomination dun ambassadeur de france gay, http://www.lemonde.fr/religions/article/2015/04/09/le-pape-bloque-la-nomination-d-un-ambassadeur-de-france-gay_4612443_1653130.html diakses pada 24 Mei 2015]

Secara pengalaman stefanini memang adalah kandidat calon diplomat yang ideal, stefanini sebelumnya pernah menjabat di organisasi PBB, selain itu ia juga pernah Stefanin menjabat sebagai wakil duta besar Perancis di Vatikan dari 2001 sampai 2005[footnoteRef:7]. Hal ini mengkin menjadi poin lebih bagi menteri luar negeri Perancis untuk tetap mempertahankan pencalonan Stefanini sebagai dubes Vatikan untuk periode mendatang karenda dianggap telah memiliki pengalaman di lapangan. Laourent Stefanini juga pernah menduduki jabatan sebagai kepala protokoler pada masa pemerintahan Persiden Franois Hollande. Secara Agama Stefanini juga dilaporkan telah mendaptakan dukungan dari kardinal perancis Andr Vingt-Trois[footnoteRef:8]. [7: Perancis teteap ngotot tunjuk diplomat gay http://internasional.kompas.com/read/2015/04/16/15190091/Perancis.Tetap.Ngotot.Tunjuk.Diplomat.Gay.untuk.Dubes.di.Vatikan?utm_campaign=related&utm_medium=bp-kompas&utm_source=news& diakses pada 24 Mei 2015] [8: France Vatican Diplomat row, http://edition.cnn.com/2015/05/13/europe/france-vatican-diplomat-row/ diakses pada 24 Mei 2015]

Dengan kualifikasi yang telah dimiliki oleh Laurent Stefanini sebagai seorang perwakilan diplomat, seharusnya bukan menjadi masalah untuk Vatikan menerimanya sebagai Diplomat perancis. Namun, karena alasan perbedaan orientasi seksual membuat Stefanini terkendala. Padahal pemimpin tertinggi Vatikan Paus Fransiskus dikenal sebagai paus yang memiliki sikap lebih toleran terhadap kaum homoseksual dengan pernyataanya "If someone is gay and he searches for the Lord and has good will, who am I to judge?" (jika ada seorang gay dan ia mencari Tuhan dengan keinginanya sendiri, Siapa saya ini sehingga menghakimi homoseksualitas?"[footnoteRef:9]. seharusnya tidak mempermasalahkan orientasi seksual untuk urusan perwakilan diplomatik. Terlebih lagi tahun 2001 hingga 2005 Stefanini juga pernah menjadi wakil kepala diplomatik perancis untuk vatikan walaupun ia adalah gay. [9: Pope met french vatican ambassador, http://www.religionnews.com/2015/04/23/pope-met-french-vatican-ambassador-nominee-considered-gay/ diakses pada 24 Mei 2015]

Perancis sendiri baru melegalkan perkawinan sejenis tertanggal mulai 18 Mei 2013 ditandai dengan penandatanganan hukum perkawinan sejenis oleh persiden Hollande[footnoteRef:10]. Semenjak saat itu semua pasangan sejenis dapat secara legal mendapat pengakuan di mata hukum juga mereka telah mendapat pengakuan terhadap status orientasi seksual mereka. Sejak itu termasuk di dalamnya diplomat senior Laurent Stefanini juga secara sah diakui sebagai seorang gay. Hal ini membuat Vatikan juga harus mempertimbangkan baik dampak secara politik yaitu mungkin kedepanya makin banyak perwakilan diplomatik dari negara lain untuk Vatikan yang juga merupakan seorang dengan kelainan sekusal. Juga secara agama Vatikan yang dianggap sebagai simbol tertinggi agama Katolik akan dipertanyakan jika mereka menerima Stefanini sebagai perwakilan diplomatik di Vatikan. [10: Woeld Europe http://www.bbc.com/news/world-europe-22579093 diakses dari 24 Mei 2015]

3.3. Perspektif Konvensi Wina 1961 dan Hukum Internasional Terhadap Kasus iniApabila ada kebingungan mengenai posisi The Holy See (Takhta Suci) dalam Konvensi Wina 1961 tentang Hubungan Diplomatik, maka Takhta Suci adalah subjek dari konvensi ini dan telah menjalani kebiasaan dalam diplomatik sejak lama. Kata-kata state dalam konvensi ini applicable terhadap Takhta Suci. Konvensi Wina 1961 tentang Hubungan Diplomatik tidak mencantumkan persyaratan-persyaratan tertentu untuk menjadi duta besar suatu negara. Tiap-tiap negara mempunyai ketentuan dan standar masing-masing dalam menentukan siapa yang dianggap pantas menjadi kepala perwakilan suatu negara di negara penerima. Hal ini berarti suatu negara mempunyai hak untuk mengangkat duta besar yang dianggap pantas dan memenuhi kualifikasi.Jika negara pengirim telah menentukan calon duta besar, maka negara pengirim harus meminta persetujuan (agreement) dari negara penerima untuk menerima calon tersebut menjadi duta besar perwakilan negara pengirim. Jawaban penerimaan atau penolakan negara penerima dapat disampaikan melalui tulisan atau lisan kepada negara pengirim, khususnya kepada calon duta besar tersebut. Hal ini telah diatur di dalam Konvensi Wina 1961 tentang Hubungan Diplomatik pasal 4 (1) :The sending State must make certain that the agrment of the receiving State has been given for the person it proposes to accredit as head of the mission to that State.Ketika negara penerima belum memberikan jawaban atau mengalami penundaan dalam waktu yang cukup lama, hal ini memungkinkan sebagai isyarat negara penerima menolak calon yang diangkat oleh negara pengirim.[footnoteRef:11] Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya, pihak Vatikan sebagai penerima belum memberikan konfirmasi penerimaan, baik secara lisan maupun tulisan, Laurent Stefanini selama 6 minggu. Hal ini bisa saja diartikan sebagai penolakan dari pihak Vatikan. Hal ini wajar saja karena memang Vatikan mempunyai hak untuk menolak dan tidak memberikan alasan penolakan kepada pihak Perancis. [11: Sumaryo Suryokusumo, Hukum Diplomatik dan Konsuler: Jilid I, 2013, hal. 87]

Negara penerima mempunyai hak untuk menolak calon yang dipilih negara pengirim dan tidak mempunyai kewajiban untuk memberitahukan alasannya kepada negara pengirim. Hal ini tercantum jelas dalam Konvensi Wina 1961 tentang Hubungan Diplomatik pasal 4 (2) :The receiving State is not obliged to give reasons to the sending State for a refusal of agrment.Negara penerima pun berhak memberikan penolakan kapan saja. Penolakan calon atau duta besar yang telah resmi diangkat atau anggota misi dapat dilakukan oleh negara penerima sebelum atau sesudah orang tersebut berada di wilayah negara penerima. Hal ini ada tercantum dalam Konvensi Wina 1961 tentang Hubungan Diplomatik pasal 9 (1) : The receiving State may at any time and without having to explain its decision, notify the sending State that the head of the mission or any member of the diplomatic staff of the mission is persona non grata or that any other member of the staff of the mission is not acceptable. In any such case, the sending State shall, as appropriate, either recall the person concerned or terminate his functions with the mission. A person may be declared non grata or not acceptable before arriving in the territory of the receiving State.Laurent Stefanini sendiri belum ada di Vatikan saat itu. Menurut konvensi, sah-sah saja jika Vatikan memutuskan untuk menolak dengan sikap diamnya dengan posisi Stefanini yang masih bertempat di Perancis, atau mengeluarkan statement penolakan resmi nantinya jika Stefanini telah berada di Vatikan mengingat sikap Perancis yang tetap bersikukuh mengirim Stefanini ke Vatikan. Menurut Narider Mehta dalam International Organizations and Diplomacy, ada beberapa alasan yang bisa mendasari negara penerima menolak calon duta besar yang diajukan negara pengirim[footnoteRef:12], yaitu : [12: Ibid., hal. 107-108]

1. Calon tersebut dianggap dapat mengganggu hak kedaulatan negara penerima karena sifat pribadinya;2. Calon tersebut menunjukkan sikap permusuhan (hostile act) terhadap rakyat atau lembaga negara penerima;3. Calon tersebut menjadi pokok permasalahan di negara penerima dan negara tersebut tidak mau memberikan kekebalan-kekebalan sebagai duta besar kepada calon.Negara penerima juga bisa menolak dengan pertimbangan kondisi politik negara pengirim seperti kondisi hak asasi manusia, kondisi lingkungan, atau kondisi demokrasi. Namun, hal ini dianggap bertentangan dengan hukum internasional tentang hubungan antarnegara untuk tidak ikut campur masalah domestik suatu negara. Hal ini dapat dilihat dalam UN General Assembly Resolution No. 2625 (XXV) 1970 Declaration on Principles of International Law concerning Friendly Relations and Co-operation among States in accordance with the Charter of the United Nations (A/8147) :

No State or group of States has the right to intervene, directly or indirectly, for any reason whatever, in the internal or external affairs of any other State.

Misalnya, jika negara penerima menolak calon duta besar negara pengirim karena negara penerima tidak menyukai atau tidak menyetujui pelaksanaan aturan atau hukum tertentu yang berlaku di negara pengirim, negara penerima secara tidak langsung ikut campur masalah domestik negara pengirim yang sudah jelas melanggar hukum internasional. Melihat dari pembahasan sebelumnya, pernyataan yang diberikan oleh petinggi Gereja Katolik memberikan indikasi alasan pihak Vatikan menolak adalah disebabkan Laurent Stefanini adalah seorang gay dan Perancis sendiri telah melegalkan pernikahan sesama jenis. Hal ini berkaitan dengan alasan sifat pribadi si calon duta besar dan kondisi hak asasi manusia di negara pengirim sendiri. Penolakan pihak Vatikan sendiri mengindikasikan adanya pelanggaran resolusi PBB di atas. Penolakan dengan alasan tersebut menunjukkan bahwa pihak Vatikan tidak menyutujui pelaksanaan aturan atau undang-undang pernikahan tersebut di Perancis. Secara tidak langsung, pihak Vatikan ikut campur masalah domestik Perancis. Hal ini juga didukung pernyataan lain dari resolusi PBB di atas: Every State has an inalienable right to choose its political, economic, social and cultural systems, without interference in any form by another State.

Jika masalah ini tetap berlangsung dan Perancis masih bersikukuh akan mengirimkan Laurent Stefanini sebagai Duta Besar Perancis untuk Takhta Suci Vatikan, hal ini dapat menimbulkan kerenggangan antara Perancis-Vatikan. Perancis pun sebenarnya dapat menyelesaikan permasalahan ini dengan mengajukan calon lain yang bukan gay.

BAB IVKESIMPULAN4.1. KesimpulanPolemik yang terjadi antara Vatikan dan Prancis, dalam hubungan diplomatiknya sampai saat ini belum menemukan kejelasan tentang status Stefanini sebagai calon duta besar di Vatikan. Hal inu tidak terlepas dari kepentingan masing-masing negara, khusunya negara Vatikan di dalam hubungan diplomatiknya.Alasan mengapa Vatikan belum memeberikan konfirmasi atas status duta besar Prancis adalah, bahwa Vatikan belum menyetujui duta besar dengan orientasi seksual yang berbeda. vatikan yang merupakan negara teokrasi, berpendapat bahwa dengan diterimanya diplomat maupun duta besar yang memiliki orientasi seksual yang berbeda, akan mencoreng kesucian hukum agama. Selain itu, para petinggi di Vatikan, belum secara resmi menyatakan persetujuan mereka akan pernikahan sesama jenis, yang mana pernikahan telah resmi di Prancis. Di lain sisi, Tahta Suci juga mengalami dilema dengan permasalah ini. Jika dibandingkan dengan pemerintahan Vatikan sebelumnya, pemerintah Vatikan saat ini tidak terlalu kaku. Namun, hal ini tetap tidak menjadi sebuah legitimasi untuk Vatikan dalam menerima diplomat atau duta besar yang memiliki orientasi seksual yang berbeda.Sedangkan alasan Prancis masih bersikeras untuk mempertahankan Laurent Stefanini untuk menjadi duta besar di Vatikan adalah karena calon dubes tersebut memiliki kualifikasi sebagai dubes terbaik dengan berbagai prestasi. Kemudian calon dubes tersebut juga pernah menjabat sebagai wakil dubes untuk Vatikan seak tahun 2001 hingga 2005. Melihat pengalaman yang dimilikinya, pemerintah Prancis beranggapan bahwa Laurent Stefanini memiliki kapabilitas yang baik mengenai dinamika politik di vatikan sendiri.Berdasarkan Konvensi Wina tahun 1961 pasal 4 dan 9 yang dapat disimpulkan bahwa setiap negara penerima memiliki hak untuk menolak calon duta besar tanpa memberikan alasannya. Bagi Vatikan menolak duta besar yang gay tidak melanggar konvensi Wina, namun memang seharunya Vatikan memberikan konfirmasi tersebut sesegera mungkin agar tidak menimbulkan prasangka yang melebar bagi pihak Prancis. Sedangkan bagi pihak Prancis sendiri terlihat tidak adanya upaya untuk mencari alternatif lain untuk menyelesaikan permasalahan tersebut.

4.2. SaranBerdasarkan pembahasan diatas, penulis memberikan saran untuk kedua negara. Sebagai receiving state : Vatikan seharusnya memberikan statement resmi terhadap status calon duta besar Prancis. Pernyataan resmi akan status Stefanini sebagi duta besar di Vatikan sangat penting untuk Prancis. Hal ini berkaitan dengan status hubungan diplomatik yang di jalankan antara Vatikan dan Prancis. Selain itu, dengan pernyataan resmi juga, Prancis bisa memikirkan langkah selanjutnya dalam menjaga hubungan diplomatik dengan Vatikan. Sebagai sending state: Prancis seharusnya tidak melakukan pemaksaan kepada Vatikan untuk menerima duta besar Laurent Stefanini sebagai duta besar perancis di Vatikan.Walaupun pernyataan resmi akan status Stefanini belum keluar, Prancis seharusnya lebih peka dalam membaca situasi politik yang ada di Vatikan. Sebagai negara pengirim, Prancis seharusnya tidak boleh memaksakan kehendaknya kepada pemerintah Vatikan untuk menerima calon duta besar yang mereka ajukan.

Prancis seharusnya mengganti calon duta besar Perancis untuk Vatikan yang tidak memicu kontroversi. Dalam hukum yang telah disepakati, ketika calon duta besar yang diajukan oleh negara pengirim ditolak, maka negara pengirim seharusnya mengganti calon duta besar untuk menjadi perwakilan negaranya. Prancis sebagai negara pengirim, seharusnya mengganti Stefanini dengan calon duta besar lainya. Diharapkan, calon duta besar pengganti Stefanini ini tidak memicu munculnya kontroversi atau konflik baru antara Vatikan dan Prancis.

DAFTAR PUSTAKASuryokusumo, Sumaryo. 2013. Hukum Diplomatik dan Konsuler Jilid I. PT Tatanusa. Jakarta.Vatican city. 1929. Lateran Pacts od 1929. Seretariat VatikanVaticanstate. 2012. VaticanCityinthePast, http://www.vaticanstate.va/content/vaticanstate/en/statoegoverno/storia/lacittadelvaticanoneltempo.html (dikases 24 Mei 2015)The Secretary of State. 2000, http://www.vatican.va/roman_curia/secretariat_state/documents/rc_seg-st_12101998_profile_en.htlm (diakses 19 Mei 2015)Theguardian, 2015. Paper claims pope rejected gay French diplomar as ambassador to Holy See, http://www.theguardian.com/world/2015/apr/22/pope-gay-french-diplomat-paper-claim-rejected-ambassador (dikases 20 Mei 2015)Theguardian, 2015 How Pope Francis fooled us all on LGBT issues, http://www.theguardian.com/commentisfree/2015/mar/13/pope-francis-lgbt-issues-rights (dikases 20 Mei 2015)Le mondre, 2015. Le pape bloque la nomination dun ambassadeur de france gay, http://www.lemonde.fr/religions/article/2015/04/09/le-pape-bloque-la-nomination-d-un-ambassadeur-de-france-gay_4612443_1653130.html (dikases 24 Mei 2015)Kompas, 2015. Perancis tetap ngotot tunjuk diplomat gay, http://internasional.kompas.com/read/2015/04/16/15190091/Perancis.Tetap.Ngotot.Tunjuk.Diplomat.Gay.untuk.Dubes.di.Vatikan?utm_campaign=related&utm_medium=bp-kompas&utm_source=news& (dikases 24 Mei 2015)CNN, 2015. France Vatican Diplomat row, http://edition.cnn.com/2015/05/13/europe/france-vatican-diplomat-row/ (dikases 24 Mei 2015)Religionnews, 2015. Pope met french vatican ambassador, http://www.religionnews.com/2015/04/23/pope-met-french-vatican-ambassador-nominee-considered-gay/ (dikases 24 Mei 2015)BBC, 2015. World Europe http://www.bbc.com/news/world-europe-22579093 (dikases 24 Mei 2015)