kasus individu pkk2

41
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketuban Pecah Dini (KPD) merupakan masalah penting dalam obstetri berkaitan dengan penyulit kelahiran prematur dan terjadinya khorio amnionitis sampai sepsis yang meningkatkan morbiditas dan mortalitas perinatal dan menyebabkan infeksi ibu (Sarwono, 2001, 218). Penyebab dari KPD masih belum jelas, maka preventif tidak dapat dilakukan kecuali dalam usaha menekan infeksi. Tetapi ada faktor-faktor lain yang merupakan faktor predisposisi yaitu : multipara, malposisi, disproporsi, servik, insompeten dan lain-lain (Sinopsis Obstetri, Jilid I : 255). Ketuban Pecah Dini (KPD) yang terjadi pada kehamilan kurang bulan merupakan masalah yang besar dibidang obstetrik, karena dapat menimbulkan kontribusi yang besar terhadap morbiditas dan mortalitas perinatal dan maternal (Puspasca.2004) Insidensi ketuban pecah dini lebih kurang 10% dari semua kehamilan. Pada kehamilan aterm insidensinya bervariasi 6-19%. Sedangkan pada kehamilan preterm insidensinya 2% dari semua kehamilan. Hampir semua KPD 1

Transcript of kasus individu pkk2

Page 1: kasus individu pkk2

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ketuban Pecah Dini (KPD) merupakan masalah penting dalam obstetri

berkaitan dengan penyulit kelahiran prematur dan terjadinya khorio amnionitis

sampai sepsis yang meningkatkan morbiditas dan mortalitas perinatal dan

menyebabkan infeksi ibu (Sarwono, 2001, 218).

Penyebab dari KPD masih belum jelas, maka preventif tidak dapat dilakukan

kecuali dalam usaha menekan infeksi. Tetapi ada faktor-faktor lain yang

merupakan faktor predisposisi yaitu : multipara, malposisi, disproporsi, servik, 

insompeten dan lain-lain (Sinopsis Obstetri, Jilid I : 255).

Ketuban Pecah Dini (KPD) yang terjadi pada kehamilan kurang bulan

merupakan masalah yang besar dibidang obstetrik, karena dapat menimbulkan

kontribusi yang besar terhadap morbiditas dan mortalitas perinatal dan maternal

(Puspasca.2004)

Insidensi ketuban pecah dini lebih kurang 10% dari semua kehamilan. Pada

kehamilan aterm insidensinya bervariasi 6-19%. Sedangkan pada kehamilan

preterm insidensinya 2% dari semua kehamilan. Hampir semua KPD pada

kehamilan preterm akan lahir sebelum aterm atau persalinan akan terjadi dalam

satu minggu setelah selaput ketuban pecah.2 Sekitar 85% morbiditas dan

mortalitas perinatal disebabkan oleh prematuritas. Ketuban pecah dini

berhubungan dengan penyebab kejadian prematuritas dengan insidensi 30-40%.

Neonatologis dan ahli obstetri harus bekerja sebagai tim untuk memastikan

perawatan yang optimal untuk ibu dan janin.(Kamisah.2009)

Pada sebagian besar kasus, penyebab KPD belum ditemukan. Faktor yang

disebutkan memiliki kaitan dengan KPD yaitu riwayat kelahiran prematur,

merokok, dan perdarahan selama kehamilan.( Rahma . 2010)

1

Page 2: kasus individu pkk2

Penanganan ketuban pecah dini memerlukan pertimbangan usia gestasi,

adanya infeksi pada komplikasi ibu dan janin dan adanya tanda-tanda persalinan.

Dilema sering terjadi pada pengelolaan KPD dimana harus segera bersikap aktif

terutama pada kehamilan yang cukup bulan atau harus menunggu sampai

terjadinya proses persalinan sehingga masa tunggu akan memanjang, yang

berikutnya akan meningkatkan kemungkinan terjadinya infeksi. Sikap konservatif

ini sebaiknya dilakukan pada KPD kehamilan kurang bulan dengan harapan

tercapainya pematangan paru dan berat badan janin yang cukup. (Kamisah.

2009).

1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum

Untuk memberikan asuhan kebidanan persalinan normal, kepada Ny.N,

G1P0A0H0, UK 39-40 minggu, inpartu kala 1 fase laten dan KPD. Yang dirawat di

RB AFIYAH Pekanbaru pada tanggal 19 Oktober 2012.

1.2.2 Tujuan Khusus

a) Mengetahui pengertian, insiden, etiologi, pathogenesis, fisiologi,

patofisiologi, diagnosis, pengaruh ketuban pecah dini terhadap ibu dan janin,

komplikasi, penatalaksanaan, dan prognosis ketuban pecah dini.

b) Melaksanakan pengkajian pada kasus persalinan patologis yaitu ketuban

pecah dini

c) Mengidentifikasi diagnosa/ masalah kebidanan berdasarkan data subjektif dan

data objektif pada Ny.N

d) Menentukan masalah potensial yang mungkin terjadi pada Ny.N

e) Menentukan kebutuhan segera pada Ny.N

f) Menentukan tindakan yangakan diberikan kepada Ny. N

g) Melaksanakan perencanaan yang telah dilakukan pada Ny.N

h) Melakukan evaluasi dari semua tindakan yang telah dilakukan kepada Ny. N

2

Page 3: kasus individu pkk2

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian

Ketuban Pecah Dini (KPD) adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda

persalinan dan ditunggu satu jam sebelum dimulainya tanda persalinan

(Manuaba, 1998).

Ketuban Pecah Dini (KPD) atau Spontanieus/Early Ruptur of The Membrane

(PROM) adalah pecahnya ketuban sebelum inpartu yaitu bila pembukaan pada

primi kurang dari 3 cm dan pada multi kurang dari 5 cm (Buku Sinopsis Obstetri,

Jilid I : 255).

Ketuban Pecah Dini (KPD) adalah pecahnya ketuban sebelum proses

persalinan berlangsung (Sarwono, 2001).

Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban secara spontan sebelum adanya

kontraksi uterus atau his. Ketuban pecah dini merupakan masalah obstetric yang

cukup besar , salah satu yang menyertai yaitu prematuritas dan infeksi. Ketuban

pecah dini disebabkan karena kurangnya kekuatan membran atau meningkatnya

kekuatan intrauterin atau oleh kedua faktor tersebut. Berkurangnya kekuatan

membran disebabkan oleh adanya mikroorganisme pathogen yang masuk ke

dalam rahim yang berasal dari vagina dan serviks. Dalam penanganan ketuban

pecah dini ini memerlukan pertimbangan usia gestasi, adanya infeksi dan

komplikasi pada ibu dan janin atau adanya tanda-tanda persalinan (Saifudin,

2002).

Ketuban pecah dini atau Spontaneous / Early-Premature Rupture Of The

Membrane (prom) adalah pecahnya ketuban sebelum inpartu yaitu bila

pembukaan pada primi kurang dari 3 cm dan pada multipara kurang dari 5 cm.

3

Page 4: kasus individu pkk2

bila periode laten terlalu pajang dan ketuban sudah pecah, maka dapat terjadi

infeksi yang dapat meninggikan angka kematian ibu dan anak.

Ketuban pecah dini (KPD) didefinisikan sebagai pecahnya ketuban sebelum

waktunya melahirkan. Hal ini dapat terjadi pada akhir kehamilan maupun jauh

sebelum waktunya melahirkan. KPD preterm adalah KPD sebelum usia

kehamilan 37 minggu. KPD yang memanjang adalah KPD yang terjadi lebih dari

12 jam sebelum waktunya melahirkan.

Ketuban pecah dini adalahrobelnya selaput khorioamnion dalam kehamilan

atau sebelum persalinan. Pecahnya ketuban ini terjadi pada persalinan matur atau

premature, tapi umumnya ketuban akan pecah spontan dalam kehamilan matur

fase aktif. Ketuban pecah sebelum waktunya dapat di bedakan menjadi :

a. PPROM (Preterm Premature Rupture of Membrane), terjadi pada usia

kehamilan kurang dari 37 minggu.

b. PROM (Premature Ruputure of Membrane), terjadi pada usia

kehamilan lebih atau sama dengan 37 minggu.

2.2 Insiden

Kejadian ketuban pecah dini 10% dari persalinan, pada umur kehamilan

kurang dari 34 minggu kejadiannya sekitar 4%. Sebagian dari ketuban pecah dini

mempunyai periode laten melebihi 1 minggu.

Insiden terjadinya KPD kira-kira 5-14% dari seluruh kehamilan. Kira-kira

94% kasus terjadi pada kehamilan matur (tepat waktu), 5 % terjadi pada janin

yang prematur (dengan berat janin 1000-2000 gr), 1 % terjadi pada janin yang

imatur ( dengan berat janin <1000 gr). KPD merupakan salah satu penyebab

utama angka kematian dan kesakitan pada bayi baru lahir.

Menurut Eastman insidens ketuban pecah dini ini kira-kira 12 % dari semua

kehamilan (Mochtar, 1998)

2.3 Etiologi

4

Page 5: kasus individu pkk2

Mekanisme terjadinya ketuban pecah dini secara pasti belum di ketahui,

namun di pengaruhi oleh banyak faktor seperti lemahnya selaput, stress mekanik,

dan infeksi assendens. Lemahnya selaput memiliki faktor disposisi asupan nutrisi

yang buruk, merokok, dan difisiensi kolagen. Sedangkan faktor predisposisi

untuk stress mekanik adalah polihidramnion, kehamilan kembar, dan

inkompentensia serviks.

Beberapa faktor pecahnya ketuban pecah dini yaitu :

a. Infeksi saluran genital ibu

Infeksi yang menyebabkan khorioamnionitis dapat berasal dari bakteri

pathogen maupun komensial dengan cara menghidrolisa phospolipid

sehingga terbentuk asam Arachidonat yang merupakan precursor

untuk sintesa prostaglandin, mikroorganismenya antara lain

streptococcus grup B, neissera gonorrhoea, Chlamydia, Trichomonas

vaginalis, E.coli, baccteriodes, Fusobacterium, mycoplasma, dan

ureaplasma.

b. Serviks Inkompeten

Tahanan mekanisme yang berkurang dari serviks dan pembukaan dari

ostium uteri dapat mengurangi dukungan secara mekanik pada

membrane dan menyebabkan khorioamnionitis yang kemudian diikuti

oleh pecahnya membrane.

c. Peningkatan tekanan intrauterine

Peningkatan tekanan intrauterine seperti yang di sebabkan oleh

polihidramnion atau kehamilan ganda serta adanya kontraksi Braxton

Hicks yang intermiten dapat menyebabkan pecahnya membran

d. Prosedur diagnostic prenatal

Prosedur yang invasive seperti amniosintesis atau kordosintesis

berhubungan dengan kejadian pecahnya membran

e. Pola makan dan pola hidup

Difisiensi asam ascorbat, Zinc, dan Cu telah di duga sebagai penyebab

pecahnya membrane, selain itu merokok dapat menjadi penyebab

pecahnya membrane.

5

Page 6: kasus individu pkk2

f. Hubungan seksual

Koitus atau kegiatan seksual dapat merupakan suatu faktor penyebab

naiknya bakteri melalui sperma, terutama jika ada khorioamnionitis,

selain itu enzim pada semen atau prostaglandin dapat membantu

proses pelemahan membrane dan memulai kontraksi uterus

g. Kelainan plasenta

Walaupun tak ada hubungan yang kuat tapi di duga plasenta previa

derajat ringan atau plasenta letak rendah dapat menyebabkan ketuban

pecah dini

h. Kelainan genetic

Salah satu kelainan genetic yang dapat menyebabkan melemahnya

membrane adalah sindroma Ehlers-Danlos yang merupakan kelainan

dari jaringan ikat bawaan

i. Faktor yang belum diketahui

Kebanyakan kasus termasuk dalam kategori ini, dimana ketuban

pecah dini atau persalinan preterm berhubungan dengan kejadian yang

berulang.

j. Kelainan letak

Misalnya sungsang, sehingga tidak ada bagian terendah yang

menutupi pintu atas panggul (PAP) yang dapat menghalangi tekanan

terhadap membran bagian bawah.

Penyebab dari KPD masih belum jelas, maka preventif tidak dapat

dilakukan kecuali dalam usaha menekan infeksi. Angka kejadian KPD lebih tinggi

terjadi pada wanita dengan servik incompeten, polyhidramnion, mal presentasi

janin, kehamilan ganda. KPD berhubungan dengan hal-hal berikut :

a. Adanya hipermortilitas rahim yang sudah lama terjadi sebelum

ketuban pecah

b. Selaput ketuban terlihat tipis (kelainan ketuban).

c. Infeksi (amnionitis atau korioamnionitis).

6

Page 7: kasus individu pkk2

d. Faktor-faktor lain yang merupakan predisposisi ialah multipara,

malposisi, disproporsi, cevix incompeten dan lain-lain.

e. KPD artifisial (amnionitomi), dimana ketuban dipecahkan terlalu dini

(Sinopsis Obstetri, Jilid I : 256).

2.4 Patogenesis

a. Adanya  hipermotilitas rahim yang sudah lama terjadi sebelum ketuban

pecah. Penyakit-penyakit : Pielonefritis, Sistitis, Servisitis, dan Vaginitis

terdapat bersama-sama dengan hipermotililtas rahim ini.

b. Ketuban terlalu tipis (kelainan ketuban)

c. Infeksi (amnionitas) (Khorioamnionitis)

d. Faktor-faktor lain merupakan predis posisi adalah: multipara, malposisi,

disproporsi, cervik incompeten dll.

e. Artifisal (ammoniotomi) dimana ketuban dipecahkan terlalu dini.

2.5 Fisiologi

Di dalam ruang yang diliputi oleh selaput janin yang terdiri dari lapisan

amnion dan lapisan korion terdapat likuora amnii (air ketuban). Volume likuor

amnii pada hamil cukup bulan adalah 1.000-1.500 ml. Warna putih,  agak keruh

serta mempunyai bau yang khas yaitu bau amis dan berasa amis. Reaksinya agak

alkalis dan netral dengan berat jenis 1.008. Komposisinya terdiri atas 98% air dan

sisanya terdiri atas garam organik serta bahan organik dan bila teliti dengan benar

terdapat rambut lanugo sel-sel epitel dan vernik kaseosa, protein ditemukan rata-

rata 2,6% gr/liter sebagian besar sebagai albumen.

Peredaran cairan ketuban sekitar 500 cc/jam atau sekitar 1% terjadi gangguan

peredaran pada air ketuban melebihi 1.500 cc air ketuban dapat digunakan

sebagai bahan penelitian untuk kematangan paru-paru janin (Sarwono, 199)

Fungsi air ketuban antara lain yaitu :

a. Untuk proteksi janin

b. Mencegah pelengketan janin dengan amnion.

c. Agar janin dapat bergerak dengan bebas.

7

Page 8: kasus individu pkk2

d. Regulasi terhadap panas dan perubahan suhu.

e. Meratakan tekanan intra uterin dan membersihkan jalan lahir bila

ketuban pecah

f. Menyebarkan kekuatan his sehingga serviks membuka.

g. Sebagai pelicin saat persalinan.

2.6 Patofisiologi

Dalam proses persalinan normal, ketuban akan pacah secara spontan

menjelang pembukaan lengkap. Dengan pecahnya ketuban tersebut terjadi

tekanan pada fleksus fraken hauser yang terletak pada pertemuan ligamentum

uterosakralis dan akan merangsang terjadinya reflek mengedan. Sedangkan pada

kasus ketuban pecah dini, pecahnya ketuban disebabkan oleh karena

berkurangnya kekuatan membran atau meningkatnya tekanan intra uterin atau

dapat juga karena kedua faktor tersebut. Berkurangnya kekuatan disebabkan oleh

adanya infeksi yang berasal dari vagina dan serviks (Saifuddin, 2001)

Mekanisme terjadinya ketuban pecah dini dapat berlangsung sebagai berikut :

a. Selaput ketuban tidak kuat sebagai akibat kurangnya jaringan ikat dan

vaskularisasi.

b. Bila terjadi pembukaan serviks maka selaput ketuban sangat lemah dan

mudah pecah dengan mengeluarkan air ketuban.

c. Banyak teori, yang menentukan hal – hal diatas seperti defek kromosom,

kelainan kolagen sampai infeksi.

d. Kolagen terdapat pada lapisan kompakta amnion, fibroblas, jaringan retikuler

korion dan trofoblas.

Sintesis maupun degradasi jaringan kolagen dikontrol oleh sistem aktifitas dan

inhibisi interleukin-1 (IL-1) dan prostaglandin. Jika ada infeksi dan inflamasi,

terjadi peningkatan aktifitas IL-1 dan prostaglandin, menghasilkan kolagenase

jaringan, sehingga terjadi depolimerisasi kolagen pada selaput korion / amnion,

menyebabkan selaput ketuban tipis, lemah dan mudah pecah spontan.

8

Page 9: kasus individu pkk2

2.7 Diagnosis

Diagnosis ketuban pecah dini meragukan kita, apakah ketuban benar sudah

pecah atau belum. Apalagi bila pembukaan kanalis servikal belum ada atau

kecil.

Penegakkan diagnosis KPD bisa dengan cara :

a. Menentukan pecahnya selaput ketuban dengan adanya cairan ketuban di

vagina.

b. Memeriksa adanya cairan yang berisi mekonium, vernik kaseosa, rambut

lanugo dan kadang-kadang bau kalau ada infeksi.

c. Dari pemeriksaan inspekulo terlihat keluar cairan ketuban dari cairan

servikalis.

d. Test nitrazin/lakmus, kertas lakmus merah berubah menjadi biru (basa)

bila ketuban sudah pecah.

e. Pemeriksan penunjang dengan menggunakan USG untuk membantu

dalam menentukan usia kehamilan, letak janin, berat janin, letak plasenta

serta jumlah air ketuban. Pemeriksaan air ketuban dengan tes leukosit

esterase, bila leukosit darah lebih dari 15.000/mm3, kemungkinan adanya

infeksi (Sarwono, 2001).

2.8 Pengaruh Ketuban Pecah Dini terhadap ibu dan janin

a. Pada Anak

Karena janin telah terbuka maka dapat terjadi infeksi intra pratal, apalagi

bila terlalu sering diperiksa dalam. Selain itu juga dapat dijumpai infeksi

puerperalis (nifas), peritonitis dan septikemia serta dry labour. Ibu akan

merasa lelah karena terbaring di tempat tidur, partus akan menjadi lama,

maka suhu tubuh naik, nadi cepat dan tampak gejala-gejala infeksi.

b. Pada Ibu

Walaupun ibu belum menunjukkan gejala-gejala infeksi tetapi janin

mungkin sudah terkena infeksi, karena infeksi intra uterin lebih dahulu

terjadi (amnionitis, vaskulis) sebelum gejala pada ibu dirasakan. Jadi

9

Page 10: kasus individu pkk2

akan meninggikan mortalitas dan morbiditas perinatal (Sinopsis Obstetri,

Jilid I : 257).

2.9 Komplikasi

1) Pada Anak

IUFD, IPFD, Asfiksia dan Prematuris (Sinopsis Obstetri, Jilid I : 258).

a. Prolaps tali pusat :tali pusat yang teraba keluar atau berada di

samping dan melewati bagian terendah janin di dalam jalan lahir, tali

pusat dapat prolaps ke dalam vagina atau bahkan di luar vagina

setelah ketuban pecah.(Referat Obstetry dan Ginecology.2009)

b. Trauma pada waktu lahir

c. Premature : Setelah ketuban pecah biasannya segera disusul oleh

persalinan, periode laten tergantung umur kehamilan. Pada

kehamilan aterm 90 % terjadi dalam 24 jam setela ketuban pecah.

Pada kehamilan antara 28-34 minggu 50% persalinan dalam 24 jam.

Pada kehamilan kurang dari 26 minggu persalinan terjadi dalam 1

minggu.( Wordpress. 2009)

d. Oligohidramnion : Oligohidramnion adalah suatu keadaan dimana

air ketuban kurang dari normal, yaitu kurang dari 500 cc.

Oligohidramnion juga menyebabkan terhentinya perkembangan

paru-paru (paru-paru hipoplastik), sehingga pada saat lahir, paru-

paru tidak berfungsi sebagaimana mestinya. ( Wordpress.2009)

2) Pada Ibu

Partus Lama dainfeksi, atonia uteri, perdarahan post partum atau infeksi

nifas (Sinopsis Obstetri, Jilid I : 258).

Infeksi bakteri di dalam uterus terjadi antara jaringan ibu dan membran

janin (yaitu di dalam rongga koriodesidua), di dalam membran bayi

(amnion dan korion), di dalam plasenta, di dalam cairan amnion, atau di

dalam tali pusat atau janin.

a. Infeksi membran fetus seperti dicatat oleh temuan histologis atau

kultur, disebut korioamnionitis.

10

Page 11: kasus individu pkk2

b. Infeksi tali pusat disebut funisitis

c. Infeksi cairan amnion disebut amnionitis.

Walaupun vili plasenta mungkin terlibat dalam infeksi intrauterin yang

berasal dari darah seperti malaria, infeksi bakteri di dalam plasenta

(vilitis) jarang terjadi.(Razimaulana.2008)

2.10 Penatalaksanaan

Ketuban pecah dini merupakan sumber persalinan prematuritas, infeksi

dalam rahim terhadap ibu maupun janin yang cukup besar dan potensial. Oleh

karena itu, penatalaksanaan ketuban pecah dini memerlukan tindakan yang rinci,

sehingga dapat menurunkan kejadian persalinan prematuritas dan infeksi dalam

rahim. Memberikan profilaksis antibiotik dan membatasi pemeriksaan dalam

merupakan tindakan yang perlu diperhatikan. Disamping itu makin kecil umur

kehamilan makin besar peluang terjadi infeksi dalam lahir yang dapat memicu

terjadinya persalinan prematuritas bahkan berat janin  kurang dari 1 kg

(Manuaba, 1998).

1) Penanganan Konservatif

a. Rawat di rumah sakit

b. Berikan antibiotika (Ampicillin 4 x 500 mg atau eritromisin) dan

Metronidazole 2 x 500 mg selama 7 hari.

c. Jika umur kehamilan < 32-34 minggu, dirawat selama air ketuban

masih keluar, atau sampai air ketuban tidak keluar lagi.

d. Jika usia kehamilan 32-27 minggu, belum inpartu, tidak ada infeksi,

tes busa negatife beri deksametason, observasi tanda-tanda infeksi,

dan kesejahteraan janin, terminasi pada kehamilan 37 minggu.

e. Jika usia kehamilan 32-37 minggu, sudah inpartu, tidak ada infeksi,

berikan tokolitik ( salbutamol), deksametason, dan induksi sesudah 24

jam.

f. Jika usia kehamilan 32-37 minggu, ada infeksi, beri antibiotic dan

lakukan induksi.

11

Page 12: kasus individu pkk2

g. Nilai tanda-tanda infeksi ( suhu, leukosit, dan tanda-tanda infeksi

intrauterine).

h. Pada usia kehamilan 32-34 minggu berikan steroid, untuk memacu

kematangan paru janin, dan kalau memungkinkan periksa kader lesitin

dan spingomielin tiap minggu. Dosis. Dosis betametason 12 mg sehari

dosis tunggal selama 2 hari, deksametason IM 5 mg setiap 6 jam

sebanyak 4 kali.

i. Pada usia kehamilan 32-34 minggu berikan steroid untuk memicu

kematangan paru janin (Sarwono, 2001).

2) Penanganan Aktif

a. Kehamilan lebih dari 37 minggu, induksi oxytoksin bila gagal seksio

caesaria dapat pula diberikan Misoprostol 50 mg intra vaginal tiap 6

jam maksimal 4 kali.

b. Bila ada tanda-tanda infeksi, berikan antibiotika dosis tinggi dan

kehamilan diakhiri.

Bila skor pelvic < 5, lakukan pematangan servik, kemudian

induksi. Jika tidak berhasil, akhiri persalinan dengan seksio

sesarea.

Bila skor pelvic > 5, inguksi persalinan, partus pervaginam.

(Saifudin. 2007)

2.11 Prognosis Ketuban Pecah Dini

Prognosis ditentukan oleh cara penatalaksanaan dan komlikasi yang

mungkin timbul serta umur dari kehamilan (Sinopsis Obstetri, Jilid I : 257).

Penatalaksanaan Ketuba Pecah Dini

Ketuban Pecah < 37 minggu Ketuban Pecah > 37 minggu

Infeksi Tidak ada infeksi Infeksi Tidak ada infeksi

Berikan Penisilin,

Gentamisin Dan

Metronidazol

Amoksilin +

Eritromisin untuk

7 hari

Berikan

Penisilin Gentanisin

Dan Metronizadol

Lahirkan Bayi

Berikan

Penisilin  atau

12

Page 13: kasus individu pkk2

Lahirkan Bayi Steroid untuk

pematangan paru

Lahirkan Bayi Ampicilin

Anti biotika setelah persalinan

Profilaksi Infeksi Tidak ada infeks

Stop antibiotika Lanjutkan untuk 24-48

jam setelah bebas panas

Tidak perlu antibiotic

(Sumber : Sarwono Prawirohardjo, 2001)

2.12 Manajemen Kebidanan Ibu Intrapartum

Manajemen intrapartum dapat memberi arah yang jelas untuk

mengoordinasi pelayanan, mengajarkan informasi yang penting, serta menyiapkan

ibu intrapartum untuk mampu menghadapi persalinannya dengan aman dan

nyaman. Ada 7 langkah varney yang kita gunakan sebagai pedoman dalam

membuat manajemen intrapartum. Adapun 7 langkah varney itu adalah sebagai

berikut:

1. Langkah I : Pengkajian / Tahap Pengumpula Data

Pengkajian ibu intrapartum berfokus pada status fisiologis dan

psikologis ibu, tingkat kenyamanannya, kurangnya pengetahuan terhadap

transisi yang diperlukan untuk menjadi ibu.Adapun data yang didapat dari ibu

dibedakan menjadi 2, yaitu :

a. Data Subjektif

Data subjektif merupakan data yang diperoleh dari ibu, seperti: biodata

ibu, riwayat persalinan, nifas yang lalu riwayat penyakit keluarga yang ada

dan alasan atau keluhan yang ibu rasakan selama masa persalinan ini.

Salah satu keluahan yang sering dirasakan ibu intrapartum, yaitu keluhan

terhadap rasa nyeri perut yang menjalar ke perut bagian bawah atau ari-ari

ibu, dan lain-lain.

b. Data Objektif

13

Page 14: kasus individu pkk2

Data obejektid merupakan data yang kita peroleh setelah melakukan

pemeriksaan terhadap ibu. Adapun pemeriksaan yang dilakukan pada ibu

intrapartum adalah sebagai berikut:

1) Kondisi keadaan umum ibu

2) Pemeriksaan TTV

3) Pemeriksaan konjungtiva dan sclera

4) Pemeriksaan pada mammae ibu, seperti: puting susunya menonjol /

tidak menonjol, konsistensi payudara keras/lembek, kebersihan puting

susu, dan pengeluaran ASI ada/tidak ada

5) Pemeriksaan abdomen ibu, seperti: mengetahui TFU, kontraksi

uterusnya baik/tidak, konsistensinya baik/tidak

6) Pemeriksaan ano-genetalia, seperti: ada / tidaknya perdarahan

7) Pemeriksaan kandung kemih ibu, penuh atau tidak

2. Langkah II: Interpretasi data

Setelah menganalisis data dengan cermat, bidan dapat menegakkan

diagnosis berdasarkan data, yang akan menjadi pedoman dalam

menerapkan tindakan.

3. Langkah III: Antisipasi timbulnya diagnose atau masalah potensial

Merupakan kegiatan antisipasi, pencegahan jika memungkinka,

menunggu dan waspada, serta persiapan untuk segala sesuatu yang terjadi

pada ibu intrapartum. Adapun salah satu diagnose atau masalah potensial

yang timbul pada ibu intrapartum dengan ketuban pecah dini dan cara

antisipasinya adalah sebagai berikut infeksi.

Antisipasinya:

1) Observasi TTV ibu

2) Memenuhi kebutuhan nutrisi ibu

3) Memberikan antibiotic

4) Memberikan asuhan pada ibu dengan ketuban pecah dini sesuai

dengan prosedur

14

Page 15: kasus individu pkk2

4. Langkah IV : Tindakan segera

Dalam beberapa data dapat mengindikasikan adanya situasi darurat di

mana bidan harus segera bertindak dalam rangka menyelamatkan jiwa pasien.

5. Langkah V : Menyusun rencana asuhan menyeluruh

Suatu rencana asuhan diformulasi secara khusus untuk memenuhi

kebutuhan ibu dan keluarga.Sedapat mungkin bidan melibatkan mereka semua

dalam rencana dan mengatur prioritas serta pilihan mereka untuk setiap

tindakan yang dilakukan. Adapun asuhan yang akan diberikan adalah sebagai

berikut:

a. Mencegah infeksi karena ketuban pecah dini

b. Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan

abnormal.

c. Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan, cairan dan istirahat

d. Kebersihan/ perawatan diri sendiri, terutama putting susu dan

perineum.

e. Memberikan konseling pada ibu mengenai seluruh asuhan pada ibu

intrapartum

f.

6. Langakah VI : Pelaksanaan langsung asuhan dengan efisien dan aman

Pelasksanaan tindakan dari perencanaan asuhan yang telah dibuat,

akan dilakukan sesuai dengan kebutuhan ibu intrapartum tersebut.

7. Langkah VII : Evaluasi

Pada langkah evaluasi ini dilakukan evaluasi dari asuhan yang sudah

diberikan meliputi asuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah

terpenuhi sesuai dengan kebutuhan yang telah diidentifikasi dalam masalah

atau diagnose.

15

Page 16: kasus individu pkk2

BAB III

TINJAUAN KASUS

RB : AFIYAH Pj. Ruangan : FONI ARYA, AMd.Keb, SKM

PENGKAJIAN INTRAPARTUM Tanggal/Pukul masuk di rawat : 19-10-2012/23.00

Tanggal/Pukul pengkajian : 19-10-2012/23.15

Dokter yang merawat:

Bidan : FONI ARYA, AMd.Keb, SKM

Cara masuk :

IRD Unit Emergensi

IRJ Dokter Pribadi

A

1

BIODATA

Nama ibu : Ny. N Nama suami : Tn. D

Umur : 32 tahun Umur : 31 tahun

Agama : Islam Agama : Islam

Pendidikan : SLTA Pendidikan : SLTA

Pekerjaan : IRT Pekerjaan : SWASTA

Alamat : Jl. Suka Mulia Alamat : Jl. Suka Mulia

No telp/Hp : - No telp/Hp : 085355510xxx

Penanggung jawab:

Nama : Tn. D Alamat : Jl. Suka Mulia

Umur : 31 tahun

Pekerjaan : SWASTA

Hubungan dengan klien : Suami No telp/Hp : 085355510xxx

ALASAN KUNJUNGAN/DI RAWAT/KELUHAN UTAMA :

Ibu datang dengan keluhan nyeri pinggang menjalar sampai ke perut bagian bawah dan

keluar air-air yang tidak bisa di tahan sejak pukul 22.00 wib

2 Riwayat Menstruasi

HPHT : 23-01-2012 Perkiraan Partus : 30-10-2012

Siklus : 28 hari

16

Page 17: kasus individu pkk2

17

3 Riwayat perkawinan :Perkawinan ke : 1 Tahun ke : 1Usia saat kawin : 31 tahun

4 Riwayat kehamilan persalinan dan nifas yang lalu :No Tgl.Tahu

nPartus

TempatPartus

UmurHamil

JenisPersalinan

PenolongPersalinan

Penyulit AnakKel/BB

Keadaan Anak

1 I N I

5 Riwayat persalinan sekarang :Pengobatan/anjuran yang di peroleh selama kehamilan ini :Folaksin, licocalk, SF, vitamin B6, dan vitamin B.com

6 Riwayat penyakit/operasi yang lalu : tidak ada7 Riwayat penyakit keluarga (ayah,ibu,adik,paman,bibi) yang pernah menderita sakit :

Kanker penyakit hati hipertensi TBC penyakit ginjal DM epilepsy kelainan bawaan alergi Penyakit jiwa hamil kembar Lain-lain : ….

8 Riwayat yang berhubungan dengan masalah kesehatan reproduksi Infertilitas infeksi virus sersivitis kronis endometriosis myoma Polip serviks kanker kandungan operasi kandungan perkosaanLain-lain: ….

9 Genogram ( bila memungkinkan) : tidak di lakukan pengkajian genogram 10 Riwayat Keluarga Berencana

Metode KB yang pernah di pakai : tidak ada Lama : tidak adaKomplikasi/masalah : tidak ada

11 Pola Makan/Minum/Eliminasi/Istirahat/PsikososialMakan : 3 kali/hariMinum : 8 gelas/hariJenis makanan/minuman yang sering di konsumsi :Pagi : bubur, biscuit, telur dadar, tahu, papaya, susu : 720 kkalSiang : nasi, ayam goring, kentang goring, tumis labu siam dan wortel, pisang, teh : 660 kkalMalam : nasi, ikan goring, telur puyuh, sayur bayam, pisang, teh : 530 kkalTotal : 1910 kkalPola Eliminasi : BAK : 5 kali/hari BAK : 1 kali/hariKelainan/masalah yang di temukan pada pola eliminasi : tidak adaPola Istirahat : Tidur : 7 jam/hari : Tidur terakhir jam : 21.30 WIBPsikososial : Penerimaan klien terhadap kehamilan ini : senangSocial support dari : suami orang tua mertua keluarga lainMasalah/gangguan yang di temukan pada pola istirahat & psikososial : tidak ada

B1

DATA OBYEKTIFPEMERIKSAAN FISIKKeadaan Umum :Kesadaran : komposmentis apatis somnolen spoor koma delirium kejangSikap tubuh : lordosis kiposis scoliosis normalTanda-tanda vital : TD : 120/80 mmHg P : 26 x/menit N : 84 x/menit S : 36oC Turgor : baik kurang jelekBB sekarang : 71 kg BB sebelum hamil : 58 kg TB : 158 cm LILA : 26 cmRambut/kepala : bersih kotor rontok lain-lain:Mata : Sklera : ikterus tdk.ikterus konjungtiva : pucat tdk.pucat Penglihatan : jelas kabur lain-lain : … Alat bantu : kacamata kontak-lens

Page 18: kasus individu pkk2

LAPORAN OBSERVASI

LAPORAN OBSERVASI Nama : Ny.N Tempat Persalinan : RB Afiyah

Umur : 32 tahun Keluarga : Tn.D

Alamat : JL. Suka Mulya

Tgl/

Jam

TTV Kontraksi DJJ Obat/

Cairan

Ket

TD N P S Frekuensi Durasi Kekuatan

23.00

00.00

01.00

02.00

03.00

04.00

05.00

06.00

06.15

06.30

06.45

07.00

120/80

120/80

120/80

120/80

120/80

120/80

120/80

120/80

-

-

-

120/80

84

84

82

82

82

80

80

80

-

-

-

84

26

24

24

24

26

26

26

24

-

-

-

22

36

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

2x10”

-

-

-

2x10”

-

-

-

-

-

-

-

25

-

-

-

35

-

-

-

-

-

-

-

Lemah

-

-

-

Lemah

138

136

136

134

134

136

136

138

-

-

-

140

-

-

-

-

-

-

-

Infuse

RL+Sinto

10 UI

10 tts

10 tts

-

18

Page 19: kasus individu pkk2

07.15

07.30

07.45

08.00

08.15

08.30

08.45

09.00

09.15

09.30

10.00

-

-

-

110/70

-

-

-

120/80

-

-

110/70

-

-

-

84

-

-

-

84

-

-

84

-

-

-

22

-

-

-

24

-

-

24

-

-

-

36

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

3x10”

-

-

-

3x10”

-

-

4x10”

-

-

-

40

-

-

-

45

-

-

45

-

-

-

Kuat

-

-

-

Kuat

-

-

Kuat

-

-

-

142

-

-

-

148

-

-

140

10 tts

10 tts

10 tts

10 tts

15 tts

20 tts

25 tts

30 tts

35 tts

40 tts

40 tts

CATATAN PERKEMBANGAN

19

Page 20: kasus individu pkk2

20

NAMA : Ny.N NO.RM : - RUANG : VKUMUR : 32 Tahun

JK : Perempuan TANGGAL : 19-10-2012 KELAS : -

Kesimpulan/diagnosis atau masalah :Ny. N , G1P0A0H0, UK 39-40 minggu, inpartu kala 1 fase laten, janin hidup, tunggal, intrauterine, letak memanjang, presentasi kepala, keadaan umum ibu dan janin baik. Ibu mengeluh nyeri pinggang menjalar sampai ke perut bagian bawah dan keluar air-air yang tidak bisa di tahan sejak pukul 22.00 WIBTANGG

AL/PUKUL

CATATAN PERKEMBANGNAN (SOAP)

NAMA &

PARAF

19-10-2012

23.30

06.00

S : ibu mengatakan merasa nyeri pinggang menjalar sampai ke perut bagian bawah dan keluar air-air yang tidak dapat ditahan sejak pukul 22.00 WIB. Ibu mengatakan ini kehamilan anak pertama. HPHT : 23-01-2012. TP : 30-10-2012

O : K/U ibu baik Kesadaran: compos mentis TTV :TD :120/80 mmHg, N: 84x/menit, P: 26x/menit, S: 36oC Palpasi : L1 : TFU pertengahan px-pusat (26cm) L2 : puka L3 : preskep L4 : U Auskultasi : DJJ : 138x/menit VT : porsio : kons : lunak Eff : 50% As : posterior : 1 cm Ket : (-) pukul 22.00, KPD Pres : kep P : H1A : Ny. N , G1P0A0H0, UK 39-40 minggu, inpartu kala 1 fase

laten,janin hidup, tunggal, intrauterine, letak memanjang, presentasi kepala, penurunan H1, K/U ibu dan janin baik

P : Menjalin hubungan baik dengan ibu Menyampaikan hasil pemeriksaan kepada ibu Memberikan rasa aman dan nyama kepada ibu Menyiapkan hal yang di butuhkan untuk ibu dan bayinya

nanti Menyiapkan alat-alat Melakukan pemantauan dan observasi pada ibu dan janin

S : ibu mengatakan merasa nyeri pinggang menjalar sampai ke perut bagian bawah dan keluar air-air yang tidak dapat ditahan sejak pukul 22.00 WIB. Ibu mengatakan ini kehamilan anak pertama. HPHT : 23-01-2012. TP : 30-10-2012

O : K/U ibu baik Kesadaran: compos mentis TTV :TD :120/80 mmHg, N: 80x/menit, P: 24x/menit Auskultasi : DJJ : 138x/menit

Page 21: kasus individu pkk2

BAB IV

PEMBAHASAN

Setelah dilakukan manajemen kebidanan intrapartum pada Ny.N,

G1P0A0H0, UK 39-40 minggu, inpartu kala satu fase laten dengan ketuban pecah

dini, banyak kesamaan dalam melakukan pendokumentasian yang di temukan,

dapat dijelaskan dalam langkah – langkah manajemen kebidanan sebagai

berikut :

1. Tahap Pengumpulan Data

Pada tahap ini, semua informasi data yang diperoleh dari narasumber

sudah akurat dan lengkap.Karena pendekatan yang dilakukan bersifat

komprehensif meliputi data subjektif, objektif dan hasil pemeriksaan yang

menggambarkan kondisi klien yang sebenarnya. Dari hasil pemeriksaan

didapat keadaan Ny.N dalam kondisi yang patologis pada masa persalinan,

yaitu:ibu merasa sakit yang menjalar ke perut bagian bawah dan keluar air-air

yang tidak dapat di tahan sejak pukul 22.00 wib, keadaan umum ibu baik.

2. Interpretasi Data

Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar terhadap diagnosa atau

masalah dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi yang benar atas data –

21

Page 22: kasus individu pkk2

data yang telah dikumpulkan. Dari data-data yang diperoleh, diagnosis yang

dapat ditegakkan yaitu Ny.N, G1P0A0H0, UK 39-40 minggu, inpartu kala satu

fase laten, dengan ketuban pecah dini.

3. Identifikasi Diagnosis atau Masalah Potensial

Pada kasus Ny.N ini masalah potensial yang mungkin akan dihadapi yaitu

infeksi karena ketuban pecah dini.

4. Menetapkan Tindakan Segera

Dalam kasus ini sesuai teori dengan kondisi ibu dalam keadaan yang

patologis, tindakan segera yang dilakukan adalah menganjurkan ibu untuk

berbaring dan melakukan pemeriksaan dan pemantauan.

5. Menyusun Rencana Asuhan Menyuluruh

Pada prakteknya renca asuhan yang diberikan kepada Ny.N ini sudah

sesuai dengan teori, yaitu sesuai dengan asuhan ibu intrapartum.

6. Pelaksanaan langsung asuhan dengan efisien dan aman

Secara teori semua interventasi harus dilakukan secara tepat dan

benar.Pada kasus ini yang kami temukan dilapangan, penatalaksaan yang

sesuai rencana dapat dilakukan semua sesuai dengan teori yang ada.

7. Evaluasi

Pada langkah ini dilakukan evaluasi dari asuhan yang sudah diberikan

meliputi asuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar – benar telah

terpenuhi sesuai dengan kebutuhan yang telah diidentifikasidi dalam masalah

atau diagnosa. Pada prakteknya Ny.N sangat mendukung dan bersedia

mengikuti semua asuhan yang diberikan sehingga kondisi Ny.N dalam

keadaan yang baik.

22

Page 23: kasus individu pkk2

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari hasil penerapan manajemen kebidanan pada ibu intrapartum Ny. N ,

G1P0A0H0, UK 39-40 minggu, inpartu kala 1 fase laten dengan ketuban pecah dini

di RB Afiyah. Penulis sudah mampu dalam mengaplikasikan 7 langkah varney

tersebut. Dapat dilihat dari:

1. Penulis sudah efektif dalam melakukan pengkajian data subjektif dan data

objektif Ny. N , G1P0A0H0, UK 39-40 minggu, inpartu kala 1 fase laten

dengan ketuban pecah dini di RB Afiyah.

2. Penulis telah mampu menyusun rencana asuhan secara menyeluruh dengan

tepat dan rasional pada Ny. N , G1P0A0H0, UK 39-40 minggu, inpartu kala

1 fase laten dengan ketuban pecah dini di RB Afiyah.

3. Penulis telah mampu melakukan penatalaksanaan sesuai dengan rencana

asuhan yang di buat, kepada Ny. N , G1P0A0H0, UK 39-40 minggu, inpartu

kala 1 fase laten dengan ketuban pecah dini di RB Afiyah.

23

Page 24: kasus individu pkk2

Dengan telah mengikuti asuhan ibu intrapartum yang diberikan, Ny.N

dapat terhindar dari segala komplikasi atau masalah. Sehingga kondisi Ny.N pulih

dengan cepat, ibu juga sudah bisa melalui persalinan dengan aman dan dapat

memulai merawat bayinya.

24

Page 25: kasus individu pkk2

5.2 Saran

Bagi mahasiswa :

1) Diharapkan agar mahasiswa dapat memperdalam wawasan dan informasi

yang berhubungan dengan pemeriksaan dan asuhan pada masa

intrapartum.

2) Diharapkan mahasiswa dapat memberika asuhan yang tepat sesuai

dengan masalah yang dialami ibu (pasien)..

Bagi ibu :

1) Diharapakan ibu mendapatkan asuhan, ibu mampu melakukan perawatan

dan menjaga kesehatannya maupun bayinya.

25