kasus individu pkk2
-
Upload
ameliafebrilia -
Category
Documents
-
view
109 -
download
8
Transcript of kasus individu pkk2
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ketuban Pecah Dini (KPD) merupakan masalah penting dalam obstetri
berkaitan dengan penyulit kelahiran prematur dan terjadinya khorio amnionitis
sampai sepsis yang meningkatkan morbiditas dan mortalitas perinatal dan
menyebabkan infeksi ibu (Sarwono, 2001, 218).
Penyebab dari KPD masih belum jelas, maka preventif tidak dapat dilakukan
kecuali dalam usaha menekan infeksi. Tetapi ada faktor-faktor lain yang
merupakan faktor predisposisi yaitu : multipara, malposisi, disproporsi, servik,
insompeten dan lain-lain (Sinopsis Obstetri, Jilid I : 255).
Ketuban Pecah Dini (KPD) yang terjadi pada kehamilan kurang bulan
merupakan masalah yang besar dibidang obstetrik, karena dapat menimbulkan
kontribusi yang besar terhadap morbiditas dan mortalitas perinatal dan maternal
(Puspasca.2004)
Insidensi ketuban pecah dini lebih kurang 10% dari semua kehamilan. Pada
kehamilan aterm insidensinya bervariasi 6-19%. Sedangkan pada kehamilan
preterm insidensinya 2% dari semua kehamilan. Hampir semua KPD pada
kehamilan preterm akan lahir sebelum aterm atau persalinan akan terjadi dalam
satu minggu setelah selaput ketuban pecah.2 Sekitar 85% morbiditas dan
mortalitas perinatal disebabkan oleh prematuritas. Ketuban pecah dini
berhubungan dengan penyebab kejadian prematuritas dengan insidensi 30-40%.
Neonatologis dan ahli obstetri harus bekerja sebagai tim untuk memastikan
perawatan yang optimal untuk ibu dan janin.(Kamisah.2009)
Pada sebagian besar kasus, penyebab KPD belum ditemukan. Faktor yang
disebutkan memiliki kaitan dengan KPD yaitu riwayat kelahiran prematur,
merokok, dan perdarahan selama kehamilan.( Rahma . 2010)
1
Penanganan ketuban pecah dini memerlukan pertimbangan usia gestasi,
adanya infeksi pada komplikasi ibu dan janin dan adanya tanda-tanda persalinan.
Dilema sering terjadi pada pengelolaan KPD dimana harus segera bersikap aktif
terutama pada kehamilan yang cukup bulan atau harus menunggu sampai
terjadinya proses persalinan sehingga masa tunggu akan memanjang, yang
berikutnya akan meningkatkan kemungkinan terjadinya infeksi. Sikap konservatif
ini sebaiknya dilakukan pada KPD kehamilan kurang bulan dengan harapan
tercapainya pematangan paru dan berat badan janin yang cukup. (Kamisah.
2009).
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Untuk memberikan asuhan kebidanan persalinan normal, kepada Ny.N,
G1P0A0H0, UK 39-40 minggu, inpartu kala 1 fase laten dan KPD. Yang dirawat di
RB AFIYAH Pekanbaru pada tanggal 19 Oktober 2012.
1.2.2 Tujuan Khusus
a) Mengetahui pengertian, insiden, etiologi, pathogenesis, fisiologi,
patofisiologi, diagnosis, pengaruh ketuban pecah dini terhadap ibu dan janin,
komplikasi, penatalaksanaan, dan prognosis ketuban pecah dini.
b) Melaksanakan pengkajian pada kasus persalinan patologis yaitu ketuban
pecah dini
c) Mengidentifikasi diagnosa/ masalah kebidanan berdasarkan data subjektif dan
data objektif pada Ny.N
d) Menentukan masalah potensial yang mungkin terjadi pada Ny.N
e) Menentukan kebutuhan segera pada Ny.N
f) Menentukan tindakan yangakan diberikan kepada Ny. N
g) Melaksanakan perencanaan yang telah dilakukan pada Ny.N
h) Melakukan evaluasi dari semua tindakan yang telah dilakukan kepada Ny. N
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian
Ketuban Pecah Dini (KPD) adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda
persalinan dan ditunggu satu jam sebelum dimulainya tanda persalinan
(Manuaba, 1998).
Ketuban Pecah Dini (KPD) atau Spontanieus/Early Ruptur of The Membrane
(PROM) adalah pecahnya ketuban sebelum inpartu yaitu bila pembukaan pada
primi kurang dari 3 cm dan pada multi kurang dari 5 cm (Buku Sinopsis Obstetri,
Jilid I : 255).
Ketuban Pecah Dini (KPD) adalah pecahnya ketuban sebelum proses
persalinan berlangsung (Sarwono, 2001).
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban secara spontan sebelum adanya
kontraksi uterus atau his. Ketuban pecah dini merupakan masalah obstetric yang
cukup besar , salah satu yang menyertai yaitu prematuritas dan infeksi. Ketuban
pecah dini disebabkan karena kurangnya kekuatan membran atau meningkatnya
kekuatan intrauterin atau oleh kedua faktor tersebut. Berkurangnya kekuatan
membran disebabkan oleh adanya mikroorganisme pathogen yang masuk ke
dalam rahim yang berasal dari vagina dan serviks. Dalam penanganan ketuban
pecah dini ini memerlukan pertimbangan usia gestasi, adanya infeksi dan
komplikasi pada ibu dan janin atau adanya tanda-tanda persalinan (Saifudin,
2002).
Ketuban pecah dini atau Spontaneous / Early-Premature Rupture Of The
Membrane (prom) adalah pecahnya ketuban sebelum inpartu yaitu bila
pembukaan pada primi kurang dari 3 cm dan pada multipara kurang dari 5 cm.
3
bila periode laten terlalu pajang dan ketuban sudah pecah, maka dapat terjadi
infeksi yang dapat meninggikan angka kematian ibu dan anak.
Ketuban pecah dini (KPD) didefinisikan sebagai pecahnya ketuban sebelum
waktunya melahirkan. Hal ini dapat terjadi pada akhir kehamilan maupun jauh
sebelum waktunya melahirkan. KPD preterm adalah KPD sebelum usia
kehamilan 37 minggu. KPD yang memanjang adalah KPD yang terjadi lebih dari
12 jam sebelum waktunya melahirkan.
Ketuban pecah dini adalahrobelnya selaput khorioamnion dalam kehamilan
atau sebelum persalinan. Pecahnya ketuban ini terjadi pada persalinan matur atau
premature, tapi umumnya ketuban akan pecah spontan dalam kehamilan matur
fase aktif. Ketuban pecah sebelum waktunya dapat di bedakan menjadi :
a. PPROM (Preterm Premature Rupture of Membrane), terjadi pada usia
kehamilan kurang dari 37 minggu.
b. PROM (Premature Ruputure of Membrane), terjadi pada usia
kehamilan lebih atau sama dengan 37 minggu.
2.2 Insiden
Kejadian ketuban pecah dini 10% dari persalinan, pada umur kehamilan
kurang dari 34 minggu kejadiannya sekitar 4%. Sebagian dari ketuban pecah dini
mempunyai periode laten melebihi 1 minggu.
Insiden terjadinya KPD kira-kira 5-14% dari seluruh kehamilan. Kira-kira
94% kasus terjadi pada kehamilan matur (tepat waktu), 5 % terjadi pada janin
yang prematur (dengan berat janin 1000-2000 gr), 1 % terjadi pada janin yang
imatur ( dengan berat janin <1000 gr). KPD merupakan salah satu penyebab
utama angka kematian dan kesakitan pada bayi baru lahir.
Menurut Eastman insidens ketuban pecah dini ini kira-kira 12 % dari semua
kehamilan (Mochtar, 1998)
2.3 Etiologi
4
Mekanisme terjadinya ketuban pecah dini secara pasti belum di ketahui,
namun di pengaruhi oleh banyak faktor seperti lemahnya selaput, stress mekanik,
dan infeksi assendens. Lemahnya selaput memiliki faktor disposisi asupan nutrisi
yang buruk, merokok, dan difisiensi kolagen. Sedangkan faktor predisposisi
untuk stress mekanik adalah polihidramnion, kehamilan kembar, dan
inkompentensia serviks.
Beberapa faktor pecahnya ketuban pecah dini yaitu :
a. Infeksi saluran genital ibu
Infeksi yang menyebabkan khorioamnionitis dapat berasal dari bakteri
pathogen maupun komensial dengan cara menghidrolisa phospolipid
sehingga terbentuk asam Arachidonat yang merupakan precursor
untuk sintesa prostaglandin, mikroorganismenya antara lain
streptococcus grup B, neissera gonorrhoea, Chlamydia, Trichomonas
vaginalis, E.coli, baccteriodes, Fusobacterium, mycoplasma, dan
ureaplasma.
b. Serviks Inkompeten
Tahanan mekanisme yang berkurang dari serviks dan pembukaan dari
ostium uteri dapat mengurangi dukungan secara mekanik pada
membrane dan menyebabkan khorioamnionitis yang kemudian diikuti
oleh pecahnya membrane.
c. Peningkatan tekanan intrauterine
Peningkatan tekanan intrauterine seperti yang di sebabkan oleh
polihidramnion atau kehamilan ganda serta adanya kontraksi Braxton
Hicks yang intermiten dapat menyebabkan pecahnya membran
d. Prosedur diagnostic prenatal
Prosedur yang invasive seperti amniosintesis atau kordosintesis
berhubungan dengan kejadian pecahnya membran
e. Pola makan dan pola hidup
Difisiensi asam ascorbat, Zinc, dan Cu telah di duga sebagai penyebab
pecahnya membrane, selain itu merokok dapat menjadi penyebab
pecahnya membrane.
5
f. Hubungan seksual
Koitus atau kegiatan seksual dapat merupakan suatu faktor penyebab
naiknya bakteri melalui sperma, terutama jika ada khorioamnionitis,
selain itu enzim pada semen atau prostaglandin dapat membantu
proses pelemahan membrane dan memulai kontraksi uterus
g. Kelainan plasenta
Walaupun tak ada hubungan yang kuat tapi di duga plasenta previa
derajat ringan atau plasenta letak rendah dapat menyebabkan ketuban
pecah dini
h. Kelainan genetic
Salah satu kelainan genetic yang dapat menyebabkan melemahnya
membrane adalah sindroma Ehlers-Danlos yang merupakan kelainan
dari jaringan ikat bawaan
i. Faktor yang belum diketahui
Kebanyakan kasus termasuk dalam kategori ini, dimana ketuban
pecah dini atau persalinan preterm berhubungan dengan kejadian yang
berulang.
j. Kelainan letak
Misalnya sungsang, sehingga tidak ada bagian terendah yang
menutupi pintu atas panggul (PAP) yang dapat menghalangi tekanan
terhadap membran bagian bawah.
Penyebab dari KPD masih belum jelas, maka preventif tidak dapat
dilakukan kecuali dalam usaha menekan infeksi. Angka kejadian KPD lebih tinggi
terjadi pada wanita dengan servik incompeten, polyhidramnion, mal presentasi
janin, kehamilan ganda. KPD berhubungan dengan hal-hal berikut :
a. Adanya hipermortilitas rahim yang sudah lama terjadi sebelum
ketuban pecah
b. Selaput ketuban terlihat tipis (kelainan ketuban).
c. Infeksi (amnionitis atau korioamnionitis).
6
d. Faktor-faktor lain yang merupakan predisposisi ialah multipara,
malposisi, disproporsi, cevix incompeten dan lain-lain.
e. KPD artifisial (amnionitomi), dimana ketuban dipecahkan terlalu dini
(Sinopsis Obstetri, Jilid I : 256).
2.4 Patogenesis
a. Adanya hipermotilitas rahim yang sudah lama terjadi sebelum ketuban
pecah. Penyakit-penyakit : Pielonefritis, Sistitis, Servisitis, dan Vaginitis
terdapat bersama-sama dengan hipermotililtas rahim ini.
b. Ketuban terlalu tipis (kelainan ketuban)
c. Infeksi (amnionitas) (Khorioamnionitis)
d. Faktor-faktor lain merupakan predis posisi adalah: multipara, malposisi,
disproporsi, cervik incompeten dll.
e. Artifisal (ammoniotomi) dimana ketuban dipecahkan terlalu dini.
2.5 Fisiologi
Di dalam ruang yang diliputi oleh selaput janin yang terdiri dari lapisan
amnion dan lapisan korion terdapat likuora amnii (air ketuban). Volume likuor
amnii pada hamil cukup bulan adalah 1.000-1.500 ml. Warna putih, agak keruh
serta mempunyai bau yang khas yaitu bau amis dan berasa amis. Reaksinya agak
alkalis dan netral dengan berat jenis 1.008. Komposisinya terdiri atas 98% air dan
sisanya terdiri atas garam organik serta bahan organik dan bila teliti dengan benar
terdapat rambut lanugo sel-sel epitel dan vernik kaseosa, protein ditemukan rata-
rata 2,6% gr/liter sebagian besar sebagai albumen.
Peredaran cairan ketuban sekitar 500 cc/jam atau sekitar 1% terjadi gangguan
peredaran pada air ketuban melebihi 1.500 cc air ketuban dapat digunakan
sebagai bahan penelitian untuk kematangan paru-paru janin (Sarwono, 199)
Fungsi air ketuban antara lain yaitu :
a. Untuk proteksi janin
b. Mencegah pelengketan janin dengan amnion.
c. Agar janin dapat bergerak dengan bebas.
7
d. Regulasi terhadap panas dan perubahan suhu.
e. Meratakan tekanan intra uterin dan membersihkan jalan lahir bila
ketuban pecah
f. Menyebarkan kekuatan his sehingga serviks membuka.
g. Sebagai pelicin saat persalinan.
2.6 Patofisiologi
Dalam proses persalinan normal, ketuban akan pacah secara spontan
menjelang pembukaan lengkap. Dengan pecahnya ketuban tersebut terjadi
tekanan pada fleksus fraken hauser yang terletak pada pertemuan ligamentum
uterosakralis dan akan merangsang terjadinya reflek mengedan. Sedangkan pada
kasus ketuban pecah dini, pecahnya ketuban disebabkan oleh karena
berkurangnya kekuatan membran atau meningkatnya tekanan intra uterin atau
dapat juga karena kedua faktor tersebut. Berkurangnya kekuatan disebabkan oleh
adanya infeksi yang berasal dari vagina dan serviks (Saifuddin, 2001)
Mekanisme terjadinya ketuban pecah dini dapat berlangsung sebagai berikut :
a. Selaput ketuban tidak kuat sebagai akibat kurangnya jaringan ikat dan
vaskularisasi.
b. Bila terjadi pembukaan serviks maka selaput ketuban sangat lemah dan
mudah pecah dengan mengeluarkan air ketuban.
c. Banyak teori, yang menentukan hal – hal diatas seperti defek kromosom,
kelainan kolagen sampai infeksi.
d. Kolagen terdapat pada lapisan kompakta amnion, fibroblas, jaringan retikuler
korion dan trofoblas.
Sintesis maupun degradasi jaringan kolagen dikontrol oleh sistem aktifitas dan
inhibisi interleukin-1 (IL-1) dan prostaglandin. Jika ada infeksi dan inflamasi,
terjadi peningkatan aktifitas IL-1 dan prostaglandin, menghasilkan kolagenase
jaringan, sehingga terjadi depolimerisasi kolagen pada selaput korion / amnion,
menyebabkan selaput ketuban tipis, lemah dan mudah pecah spontan.
8
2.7 Diagnosis
Diagnosis ketuban pecah dini meragukan kita, apakah ketuban benar sudah
pecah atau belum. Apalagi bila pembukaan kanalis servikal belum ada atau
kecil.
Penegakkan diagnosis KPD bisa dengan cara :
a. Menentukan pecahnya selaput ketuban dengan adanya cairan ketuban di
vagina.
b. Memeriksa adanya cairan yang berisi mekonium, vernik kaseosa, rambut
lanugo dan kadang-kadang bau kalau ada infeksi.
c. Dari pemeriksaan inspekulo terlihat keluar cairan ketuban dari cairan
servikalis.
d. Test nitrazin/lakmus, kertas lakmus merah berubah menjadi biru (basa)
bila ketuban sudah pecah.
e. Pemeriksan penunjang dengan menggunakan USG untuk membantu
dalam menentukan usia kehamilan, letak janin, berat janin, letak plasenta
serta jumlah air ketuban. Pemeriksaan air ketuban dengan tes leukosit
esterase, bila leukosit darah lebih dari 15.000/mm3, kemungkinan adanya
infeksi (Sarwono, 2001).
2.8 Pengaruh Ketuban Pecah Dini terhadap ibu dan janin
a. Pada Anak
Karena janin telah terbuka maka dapat terjadi infeksi intra pratal, apalagi
bila terlalu sering diperiksa dalam. Selain itu juga dapat dijumpai infeksi
puerperalis (nifas), peritonitis dan septikemia serta dry labour. Ibu akan
merasa lelah karena terbaring di tempat tidur, partus akan menjadi lama,
maka suhu tubuh naik, nadi cepat dan tampak gejala-gejala infeksi.
b. Pada Ibu
Walaupun ibu belum menunjukkan gejala-gejala infeksi tetapi janin
mungkin sudah terkena infeksi, karena infeksi intra uterin lebih dahulu
terjadi (amnionitis, vaskulis) sebelum gejala pada ibu dirasakan. Jadi
9
akan meninggikan mortalitas dan morbiditas perinatal (Sinopsis Obstetri,
Jilid I : 257).
2.9 Komplikasi
1) Pada Anak
IUFD, IPFD, Asfiksia dan Prematuris (Sinopsis Obstetri, Jilid I : 258).
a. Prolaps tali pusat :tali pusat yang teraba keluar atau berada di
samping dan melewati bagian terendah janin di dalam jalan lahir, tali
pusat dapat prolaps ke dalam vagina atau bahkan di luar vagina
setelah ketuban pecah.(Referat Obstetry dan Ginecology.2009)
b. Trauma pada waktu lahir
c. Premature : Setelah ketuban pecah biasannya segera disusul oleh
persalinan, periode laten tergantung umur kehamilan. Pada
kehamilan aterm 90 % terjadi dalam 24 jam setela ketuban pecah.
Pada kehamilan antara 28-34 minggu 50% persalinan dalam 24 jam.
Pada kehamilan kurang dari 26 minggu persalinan terjadi dalam 1
minggu.( Wordpress. 2009)
d. Oligohidramnion : Oligohidramnion adalah suatu keadaan dimana
air ketuban kurang dari normal, yaitu kurang dari 500 cc.
Oligohidramnion juga menyebabkan terhentinya perkembangan
paru-paru (paru-paru hipoplastik), sehingga pada saat lahir, paru-
paru tidak berfungsi sebagaimana mestinya. ( Wordpress.2009)
2) Pada Ibu
Partus Lama dainfeksi, atonia uteri, perdarahan post partum atau infeksi
nifas (Sinopsis Obstetri, Jilid I : 258).
Infeksi bakteri di dalam uterus terjadi antara jaringan ibu dan membran
janin (yaitu di dalam rongga koriodesidua), di dalam membran bayi
(amnion dan korion), di dalam plasenta, di dalam cairan amnion, atau di
dalam tali pusat atau janin.
a. Infeksi membran fetus seperti dicatat oleh temuan histologis atau
kultur, disebut korioamnionitis.
10
b. Infeksi tali pusat disebut funisitis
c. Infeksi cairan amnion disebut amnionitis.
Walaupun vili plasenta mungkin terlibat dalam infeksi intrauterin yang
berasal dari darah seperti malaria, infeksi bakteri di dalam plasenta
(vilitis) jarang terjadi.(Razimaulana.2008)
2.10 Penatalaksanaan
Ketuban pecah dini merupakan sumber persalinan prematuritas, infeksi
dalam rahim terhadap ibu maupun janin yang cukup besar dan potensial. Oleh
karena itu, penatalaksanaan ketuban pecah dini memerlukan tindakan yang rinci,
sehingga dapat menurunkan kejadian persalinan prematuritas dan infeksi dalam
rahim. Memberikan profilaksis antibiotik dan membatasi pemeriksaan dalam
merupakan tindakan yang perlu diperhatikan. Disamping itu makin kecil umur
kehamilan makin besar peluang terjadi infeksi dalam lahir yang dapat memicu
terjadinya persalinan prematuritas bahkan berat janin kurang dari 1 kg
(Manuaba, 1998).
1) Penanganan Konservatif
a. Rawat di rumah sakit
b. Berikan antibiotika (Ampicillin 4 x 500 mg atau eritromisin) dan
Metronidazole 2 x 500 mg selama 7 hari.
c. Jika umur kehamilan < 32-34 minggu, dirawat selama air ketuban
masih keluar, atau sampai air ketuban tidak keluar lagi.
d. Jika usia kehamilan 32-27 minggu, belum inpartu, tidak ada infeksi,
tes busa negatife beri deksametason, observasi tanda-tanda infeksi,
dan kesejahteraan janin, terminasi pada kehamilan 37 minggu.
e. Jika usia kehamilan 32-37 minggu, sudah inpartu, tidak ada infeksi,
berikan tokolitik ( salbutamol), deksametason, dan induksi sesudah 24
jam.
f. Jika usia kehamilan 32-37 minggu, ada infeksi, beri antibiotic dan
lakukan induksi.
11
g. Nilai tanda-tanda infeksi ( suhu, leukosit, dan tanda-tanda infeksi
intrauterine).
h. Pada usia kehamilan 32-34 minggu berikan steroid, untuk memacu
kematangan paru janin, dan kalau memungkinkan periksa kader lesitin
dan spingomielin tiap minggu. Dosis. Dosis betametason 12 mg sehari
dosis tunggal selama 2 hari, deksametason IM 5 mg setiap 6 jam
sebanyak 4 kali.
i. Pada usia kehamilan 32-34 minggu berikan steroid untuk memicu
kematangan paru janin (Sarwono, 2001).
2) Penanganan Aktif
a. Kehamilan lebih dari 37 minggu, induksi oxytoksin bila gagal seksio
caesaria dapat pula diberikan Misoprostol 50 mg intra vaginal tiap 6
jam maksimal 4 kali.
b. Bila ada tanda-tanda infeksi, berikan antibiotika dosis tinggi dan
kehamilan diakhiri.
Bila skor pelvic < 5, lakukan pematangan servik, kemudian
induksi. Jika tidak berhasil, akhiri persalinan dengan seksio
sesarea.
Bila skor pelvic > 5, inguksi persalinan, partus pervaginam.
(Saifudin. 2007)
2.11 Prognosis Ketuban Pecah Dini
Prognosis ditentukan oleh cara penatalaksanaan dan komlikasi yang
mungkin timbul serta umur dari kehamilan (Sinopsis Obstetri, Jilid I : 257).
Penatalaksanaan Ketuba Pecah Dini
Ketuban Pecah < 37 minggu Ketuban Pecah > 37 minggu
Infeksi Tidak ada infeksi Infeksi Tidak ada infeksi
Berikan Penisilin,
Gentamisin Dan
Metronidazol
Amoksilin +
Eritromisin untuk
7 hari
Berikan
Penisilin Gentanisin
Dan Metronizadol
Lahirkan Bayi
Berikan
Penisilin atau
12
Lahirkan Bayi Steroid untuk
pematangan paru
Lahirkan Bayi Ampicilin
Anti biotika setelah persalinan
Profilaksi Infeksi Tidak ada infeks
Stop antibiotika Lanjutkan untuk 24-48
jam setelah bebas panas
Tidak perlu antibiotic
(Sumber : Sarwono Prawirohardjo, 2001)
2.12 Manajemen Kebidanan Ibu Intrapartum
Manajemen intrapartum dapat memberi arah yang jelas untuk
mengoordinasi pelayanan, mengajarkan informasi yang penting, serta menyiapkan
ibu intrapartum untuk mampu menghadapi persalinannya dengan aman dan
nyaman. Ada 7 langkah varney yang kita gunakan sebagai pedoman dalam
membuat manajemen intrapartum. Adapun 7 langkah varney itu adalah sebagai
berikut:
1. Langkah I : Pengkajian / Tahap Pengumpula Data
Pengkajian ibu intrapartum berfokus pada status fisiologis dan
psikologis ibu, tingkat kenyamanannya, kurangnya pengetahuan terhadap
transisi yang diperlukan untuk menjadi ibu.Adapun data yang didapat dari ibu
dibedakan menjadi 2, yaitu :
a. Data Subjektif
Data subjektif merupakan data yang diperoleh dari ibu, seperti: biodata
ibu, riwayat persalinan, nifas yang lalu riwayat penyakit keluarga yang ada
dan alasan atau keluhan yang ibu rasakan selama masa persalinan ini.
Salah satu keluahan yang sering dirasakan ibu intrapartum, yaitu keluhan
terhadap rasa nyeri perut yang menjalar ke perut bagian bawah atau ari-ari
ibu, dan lain-lain.
b. Data Objektif
13
Data obejektid merupakan data yang kita peroleh setelah melakukan
pemeriksaan terhadap ibu. Adapun pemeriksaan yang dilakukan pada ibu
intrapartum adalah sebagai berikut:
1) Kondisi keadaan umum ibu
2) Pemeriksaan TTV
3) Pemeriksaan konjungtiva dan sclera
4) Pemeriksaan pada mammae ibu, seperti: puting susunya menonjol /
tidak menonjol, konsistensi payudara keras/lembek, kebersihan puting
susu, dan pengeluaran ASI ada/tidak ada
5) Pemeriksaan abdomen ibu, seperti: mengetahui TFU, kontraksi
uterusnya baik/tidak, konsistensinya baik/tidak
6) Pemeriksaan ano-genetalia, seperti: ada / tidaknya perdarahan
7) Pemeriksaan kandung kemih ibu, penuh atau tidak
2. Langkah II: Interpretasi data
Setelah menganalisis data dengan cermat, bidan dapat menegakkan
diagnosis berdasarkan data, yang akan menjadi pedoman dalam
menerapkan tindakan.
3. Langkah III: Antisipasi timbulnya diagnose atau masalah potensial
Merupakan kegiatan antisipasi, pencegahan jika memungkinka,
menunggu dan waspada, serta persiapan untuk segala sesuatu yang terjadi
pada ibu intrapartum. Adapun salah satu diagnose atau masalah potensial
yang timbul pada ibu intrapartum dengan ketuban pecah dini dan cara
antisipasinya adalah sebagai berikut infeksi.
Antisipasinya:
1) Observasi TTV ibu
2) Memenuhi kebutuhan nutrisi ibu
3) Memberikan antibiotic
4) Memberikan asuhan pada ibu dengan ketuban pecah dini sesuai
dengan prosedur
14
4. Langkah IV : Tindakan segera
Dalam beberapa data dapat mengindikasikan adanya situasi darurat di
mana bidan harus segera bertindak dalam rangka menyelamatkan jiwa pasien.
5. Langkah V : Menyusun rencana asuhan menyeluruh
Suatu rencana asuhan diformulasi secara khusus untuk memenuhi
kebutuhan ibu dan keluarga.Sedapat mungkin bidan melibatkan mereka semua
dalam rencana dan mengatur prioritas serta pilihan mereka untuk setiap
tindakan yang dilakukan. Adapun asuhan yang akan diberikan adalah sebagai
berikut:
a. Mencegah infeksi karena ketuban pecah dini
b. Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan
abnormal.
c. Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan, cairan dan istirahat
d. Kebersihan/ perawatan diri sendiri, terutama putting susu dan
perineum.
e. Memberikan konseling pada ibu mengenai seluruh asuhan pada ibu
intrapartum
f.
6. Langakah VI : Pelaksanaan langsung asuhan dengan efisien dan aman
Pelasksanaan tindakan dari perencanaan asuhan yang telah dibuat,
akan dilakukan sesuai dengan kebutuhan ibu intrapartum tersebut.
7. Langkah VII : Evaluasi
Pada langkah evaluasi ini dilakukan evaluasi dari asuhan yang sudah
diberikan meliputi asuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah
terpenuhi sesuai dengan kebutuhan yang telah diidentifikasi dalam masalah
atau diagnose.
15
BAB III
TINJAUAN KASUS
RB : AFIYAH Pj. Ruangan : FONI ARYA, AMd.Keb, SKM
PENGKAJIAN INTRAPARTUM Tanggal/Pukul masuk di rawat : 19-10-2012/23.00
Tanggal/Pukul pengkajian : 19-10-2012/23.15
Dokter yang merawat:
Bidan : FONI ARYA, AMd.Keb, SKM
Cara masuk :
IRD Unit Emergensi
IRJ Dokter Pribadi
A
1
BIODATA
Nama ibu : Ny. N Nama suami : Tn. D
Umur : 32 tahun Umur : 31 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SLTA Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : SWASTA
Alamat : Jl. Suka Mulia Alamat : Jl. Suka Mulia
No telp/Hp : - No telp/Hp : 085355510xxx
Penanggung jawab:
Nama : Tn. D Alamat : Jl. Suka Mulia
Umur : 31 tahun
Pekerjaan : SWASTA
Hubungan dengan klien : Suami No telp/Hp : 085355510xxx
ALASAN KUNJUNGAN/DI RAWAT/KELUHAN UTAMA :
Ibu datang dengan keluhan nyeri pinggang menjalar sampai ke perut bagian bawah dan
keluar air-air yang tidak bisa di tahan sejak pukul 22.00 wib
2 Riwayat Menstruasi
HPHT : 23-01-2012 Perkiraan Partus : 30-10-2012
Siklus : 28 hari
16
17
3 Riwayat perkawinan :Perkawinan ke : 1 Tahun ke : 1Usia saat kawin : 31 tahun
4 Riwayat kehamilan persalinan dan nifas yang lalu :No Tgl.Tahu
nPartus
TempatPartus
UmurHamil
JenisPersalinan
PenolongPersalinan
Penyulit AnakKel/BB
Keadaan Anak
1 I N I
5 Riwayat persalinan sekarang :Pengobatan/anjuran yang di peroleh selama kehamilan ini :Folaksin, licocalk, SF, vitamin B6, dan vitamin B.com
6 Riwayat penyakit/operasi yang lalu : tidak ada7 Riwayat penyakit keluarga (ayah,ibu,adik,paman,bibi) yang pernah menderita sakit :
Kanker penyakit hati hipertensi TBC penyakit ginjal DM epilepsy kelainan bawaan alergi Penyakit jiwa hamil kembar Lain-lain : ….
8 Riwayat yang berhubungan dengan masalah kesehatan reproduksi Infertilitas infeksi virus sersivitis kronis endometriosis myoma Polip serviks kanker kandungan operasi kandungan perkosaanLain-lain: ….
9 Genogram ( bila memungkinkan) : tidak di lakukan pengkajian genogram 10 Riwayat Keluarga Berencana
Metode KB yang pernah di pakai : tidak ada Lama : tidak adaKomplikasi/masalah : tidak ada
11 Pola Makan/Minum/Eliminasi/Istirahat/PsikososialMakan : 3 kali/hariMinum : 8 gelas/hariJenis makanan/minuman yang sering di konsumsi :Pagi : bubur, biscuit, telur dadar, tahu, papaya, susu : 720 kkalSiang : nasi, ayam goring, kentang goring, tumis labu siam dan wortel, pisang, teh : 660 kkalMalam : nasi, ikan goring, telur puyuh, sayur bayam, pisang, teh : 530 kkalTotal : 1910 kkalPola Eliminasi : BAK : 5 kali/hari BAK : 1 kali/hariKelainan/masalah yang di temukan pada pola eliminasi : tidak adaPola Istirahat : Tidur : 7 jam/hari : Tidur terakhir jam : 21.30 WIBPsikososial : Penerimaan klien terhadap kehamilan ini : senangSocial support dari : suami orang tua mertua keluarga lainMasalah/gangguan yang di temukan pada pola istirahat & psikososial : tidak ada
B1
DATA OBYEKTIFPEMERIKSAAN FISIKKeadaan Umum :Kesadaran : komposmentis apatis somnolen spoor koma delirium kejangSikap tubuh : lordosis kiposis scoliosis normalTanda-tanda vital : TD : 120/80 mmHg P : 26 x/menit N : 84 x/menit S : 36oC Turgor : baik kurang jelekBB sekarang : 71 kg BB sebelum hamil : 58 kg TB : 158 cm LILA : 26 cmRambut/kepala : bersih kotor rontok lain-lain:Mata : Sklera : ikterus tdk.ikterus konjungtiva : pucat tdk.pucat Penglihatan : jelas kabur lain-lain : … Alat bantu : kacamata kontak-lens
LAPORAN OBSERVASI
LAPORAN OBSERVASI Nama : Ny.N Tempat Persalinan : RB Afiyah
Umur : 32 tahun Keluarga : Tn.D
Alamat : JL. Suka Mulya
Tgl/
Jam
TTV Kontraksi DJJ Obat/
Cairan
Ket
TD N P S Frekuensi Durasi Kekuatan
23.00
00.00
01.00
02.00
03.00
04.00
05.00
06.00
06.15
06.30
06.45
07.00
120/80
120/80
120/80
120/80
120/80
120/80
120/80
120/80
-
-
-
120/80
84
84
82
82
82
80
80
80
-
-
-
84
26
24
24
24
26
26
26
24
-
-
-
22
36
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
2x10”
-
-
-
2x10”
-
-
-
-
-
-
-
25
-
-
-
35
-
-
-
-
-
-
-
Lemah
-
-
-
Lemah
138
136
136
134
134
136
136
138
-
-
-
140
-
-
-
-
-
-
-
Infuse
RL+Sinto
10 UI
10 tts
10 tts
-
18
07.15
07.30
07.45
08.00
08.15
08.30
08.45
09.00
09.15
09.30
10.00
-
-
-
110/70
-
-
-
120/80
-
-
110/70
-
-
-
84
-
-
-
84
-
-
84
-
-
-
22
-
-
-
24
-
-
24
-
-
-
36
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
3x10”
-
-
-
3x10”
-
-
4x10”
-
-
-
40
-
-
-
45
-
-
45
-
-
-
Kuat
-
-
-
Kuat
-
-
Kuat
-
-
-
142
-
-
-
148
-
-
140
10 tts
10 tts
10 tts
10 tts
15 tts
20 tts
25 tts
30 tts
35 tts
40 tts
40 tts
CATATAN PERKEMBANGAN
19
20
NAMA : Ny.N NO.RM : - RUANG : VKUMUR : 32 Tahun
JK : Perempuan TANGGAL : 19-10-2012 KELAS : -
Kesimpulan/diagnosis atau masalah :Ny. N , G1P0A0H0, UK 39-40 minggu, inpartu kala 1 fase laten, janin hidup, tunggal, intrauterine, letak memanjang, presentasi kepala, keadaan umum ibu dan janin baik. Ibu mengeluh nyeri pinggang menjalar sampai ke perut bagian bawah dan keluar air-air yang tidak bisa di tahan sejak pukul 22.00 WIBTANGG
AL/PUKUL
CATATAN PERKEMBANGNAN (SOAP)
NAMA &
PARAF
19-10-2012
23.30
06.00
S : ibu mengatakan merasa nyeri pinggang menjalar sampai ke perut bagian bawah dan keluar air-air yang tidak dapat ditahan sejak pukul 22.00 WIB. Ibu mengatakan ini kehamilan anak pertama. HPHT : 23-01-2012. TP : 30-10-2012
O : K/U ibu baik Kesadaran: compos mentis TTV :TD :120/80 mmHg, N: 84x/menit, P: 26x/menit, S: 36oC Palpasi : L1 : TFU pertengahan px-pusat (26cm) L2 : puka L3 : preskep L4 : U Auskultasi : DJJ : 138x/menit VT : porsio : kons : lunak Eff : 50% As : posterior : 1 cm Ket : (-) pukul 22.00, KPD Pres : kep P : H1A : Ny. N , G1P0A0H0, UK 39-40 minggu, inpartu kala 1 fase
laten,janin hidup, tunggal, intrauterine, letak memanjang, presentasi kepala, penurunan H1, K/U ibu dan janin baik
P : Menjalin hubungan baik dengan ibu Menyampaikan hasil pemeriksaan kepada ibu Memberikan rasa aman dan nyama kepada ibu Menyiapkan hal yang di butuhkan untuk ibu dan bayinya
nanti Menyiapkan alat-alat Melakukan pemantauan dan observasi pada ibu dan janin
S : ibu mengatakan merasa nyeri pinggang menjalar sampai ke perut bagian bawah dan keluar air-air yang tidak dapat ditahan sejak pukul 22.00 WIB. Ibu mengatakan ini kehamilan anak pertama. HPHT : 23-01-2012. TP : 30-10-2012
O : K/U ibu baik Kesadaran: compos mentis TTV :TD :120/80 mmHg, N: 80x/menit, P: 24x/menit Auskultasi : DJJ : 138x/menit
BAB IV
PEMBAHASAN
Setelah dilakukan manajemen kebidanan intrapartum pada Ny.N,
G1P0A0H0, UK 39-40 minggu, inpartu kala satu fase laten dengan ketuban pecah
dini, banyak kesamaan dalam melakukan pendokumentasian yang di temukan,
dapat dijelaskan dalam langkah – langkah manajemen kebidanan sebagai
berikut :
1. Tahap Pengumpulan Data
Pada tahap ini, semua informasi data yang diperoleh dari narasumber
sudah akurat dan lengkap.Karena pendekatan yang dilakukan bersifat
komprehensif meliputi data subjektif, objektif dan hasil pemeriksaan yang
menggambarkan kondisi klien yang sebenarnya. Dari hasil pemeriksaan
didapat keadaan Ny.N dalam kondisi yang patologis pada masa persalinan,
yaitu:ibu merasa sakit yang menjalar ke perut bagian bawah dan keluar air-air
yang tidak dapat di tahan sejak pukul 22.00 wib, keadaan umum ibu baik.
2. Interpretasi Data
Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar terhadap diagnosa atau
masalah dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi yang benar atas data –
21
data yang telah dikumpulkan. Dari data-data yang diperoleh, diagnosis yang
dapat ditegakkan yaitu Ny.N, G1P0A0H0, UK 39-40 minggu, inpartu kala satu
fase laten, dengan ketuban pecah dini.
3. Identifikasi Diagnosis atau Masalah Potensial
Pada kasus Ny.N ini masalah potensial yang mungkin akan dihadapi yaitu
infeksi karena ketuban pecah dini.
4. Menetapkan Tindakan Segera
Dalam kasus ini sesuai teori dengan kondisi ibu dalam keadaan yang
patologis, tindakan segera yang dilakukan adalah menganjurkan ibu untuk
berbaring dan melakukan pemeriksaan dan pemantauan.
5. Menyusun Rencana Asuhan Menyuluruh
Pada prakteknya renca asuhan yang diberikan kepada Ny.N ini sudah
sesuai dengan teori, yaitu sesuai dengan asuhan ibu intrapartum.
6. Pelaksanaan langsung asuhan dengan efisien dan aman
Secara teori semua interventasi harus dilakukan secara tepat dan
benar.Pada kasus ini yang kami temukan dilapangan, penatalaksaan yang
sesuai rencana dapat dilakukan semua sesuai dengan teori yang ada.
7. Evaluasi
Pada langkah ini dilakukan evaluasi dari asuhan yang sudah diberikan
meliputi asuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar – benar telah
terpenuhi sesuai dengan kebutuhan yang telah diidentifikasidi dalam masalah
atau diagnosa. Pada prakteknya Ny.N sangat mendukung dan bersedia
mengikuti semua asuhan yang diberikan sehingga kondisi Ny.N dalam
keadaan yang baik.
22
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari hasil penerapan manajemen kebidanan pada ibu intrapartum Ny. N ,
G1P0A0H0, UK 39-40 minggu, inpartu kala 1 fase laten dengan ketuban pecah dini
di RB Afiyah. Penulis sudah mampu dalam mengaplikasikan 7 langkah varney
tersebut. Dapat dilihat dari:
1. Penulis sudah efektif dalam melakukan pengkajian data subjektif dan data
objektif Ny. N , G1P0A0H0, UK 39-40 minggu, inpartu kala 1 fase laten
dengan ketuban pecah dini di RB Afiyah.
2. Penulis telah mampu menyusun rencana asuhan secara menyeluruh dengan
tepat dan rasional pada Ny. N , G1P0A0H0, UK 39-40 minggu, inpartu kala
1 fase laten dengan ketuban pecah dini di RB Afiyah.
3. Penulis telah mampu melakukan penatalaksanaan sesuai dengan rencana
asuhan yang di buat, kepada Ny. N , G1P0A0H0, UK 39-40 minggu, inpartu
kala 1 fase laten dengan ketuban pecah dini di RB Afiyah.
23
Dengan telah mengikuti asuhan ibu intrapartum yang diberikan, Ny.N
dapat terhindar dari segala komplikasi atau masalah. Sehingga kondisi Ny.N pulih
dengan cepat, ibu juga sudah bisa melalui persalinan dengan aman dan dapat
memulai merawat bayinya.
24
5.2 Saran
Bagi mahasiswa :
1) Diharapkan agar mahasiswa dapat memperdalam wawasan dan informasi
yang berhubungan dengan pemeriksaan dan asuhan pada masa
intrapartum.
2) Diharapkan mahasiswa dapat memberika asuhan yang tepat sesuai
dengan masalah yang dialami ibu (pasien)..
Bagi ibu :
1) Diharapakan ibu mendapatkan asuhan, ibu mampu melakukan perawatan
dan menjaga kesehatannya maupun bayinya.
25