Kasus Fraktur

18
Seorang klien dirawat di ruang umum di RS Pemerintah patah tulang femur sinistra, dan luka terbuka sehingga keluar dari kulit, nyeri hebat, dan perdarahan. Seorang perawat melakukan anamnesa, didapatkan hasil sebagai berikut : klien mengatakan sakitnya dikarenakan kecelakaan di tabrak motor, saat kecelakaan klien mengatakan sadar akan kejadian dan tungkai sinistra sakit untuk di gerakkan. Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan data tingkat kesadaran compos mentis, TTV : TD : 100/60 mmHg, HR : 112 x/ menit, S :37 o C, RR : 20 x/m palpasi daerah fraktur ada bagian tulang yang menonjol dan ada kretitus di femur sinistra, tulang keluar dari permukaan kulit, perdarahan. Dari hasil pemeriksaan laboratorium Hb : 12 gr/dl, Ht : 40%, Leukosit : 12000, GDS : 125, hasil rontgen femur sinistra : fraktur kominutip. tindakan sementara klien terpasang spalk, infus RL : 28 tpm, dan mendapat antibiotik Cefizox 1 gr/IV. Diagnosa medis klien fraktur terbuka cominutip sinistra. Perawat dan dokter serta petugas kesehatan lainnya yang terkait melakukan perawatan secara kompeherensif. 1. Tulang Struktur tulang Fungsi tulang Jenis tulang Proses pembentukan tulang Posisi tubuh 2. Fraktur Apa itu fraktur Penyebab fraktur Jenis-jenis fraktur Dampak fraktur Proses penyembuhan fraktur/mekanisme

Transcript of Kasus Fraktur

Page 1: Kasus Fraktur

Seorang klien dirawat di ruang umum di RS Pemerintah patah tulang femur sinistra, dan luka terbuka

sehingga keluar dari kulit, nyeri hebat, dan perdarahan. Seorang perawat melakukan anamnesa,

didapatkan hasil sebagai berikut : klien mengatakan sakitnya dikarenakan kecelakaan di tabrak motor,

saat kecelakaan klien mengatakan sadar akan kejadian dan tungkai sinistra sakit untuk di gerakkan. Dari

hasil pemeriksaan fisik didapatkan data tingkat kesadaran compos mentis, TTV : TD : 100/60 mmHg, HR :

112 x/ menit, S :37oC, RR : 20 x/m palpasi daerah fraktur ada bagian tulang yang menonjol dan ada

kretitus di femur sinistra, tulang keluar dari permukaan kulit, perdarahan. Dari hasil pemeriksaan

laboratorium Hb : 12 gr/dl, Ht : 40%, Leukosit : 12000, GDS : 125, hasil rontgen femur sinistra : fraktur

kominutip. tindakan sementara klien terpasang spalk, infus RL : 28 tpm, dan mendapat antibiotik

Cefizox 1 gr/IV. Diagnosa medis klien fraktur terbuka cominutip sinistra. Perawat dan dokter serta

petugas kesehatan lainnya yang terkait melakukan perawatan secara kompeherensif.

1. Tulang

Struktur tulang

Fungsi tulang

Jenis tulang

Proses pembentukan tulang

Posisi tubuh

2. Fraktur

Apa itu fraktur

Penyebab fraktur

Jenis-jenis fraktur

Dampak fraktur

Proses penyembuhan fraktur/mekanisme

Penatalaksanaan medis & keperawatan

Lokasi terjadinya fraktur

Tanda dan gejala

Pemeriksaan diagnostik

3. Krepitus : suara kretak-kretak pada gerak pasif yang biasanya menunjukkan kerusakan sendi lanjut

(At a Glance Medicine - Halaman 111)

Apa itu krepitus

Kenapa dan penyebab krepitus

Page 2: Kasus Fraktur

4. Fraktur kominutif

Apa itu fraktur kominutif

Bagaimana ciri khas fraktur kominutif

Bagaimana penatalaksanaan medis fraktur kominutif

5. Spalk / bidai

Kenapa dan apa gunanya di pasang bidai

Teknik memasang bidai

Jenis dan ukuran bidai

Bagaimana SOP pemasangan bidai

6. Leukosit 12.000 meningkat

Kenapa pada pasien fraktur leukosit meningkat

7. Hb 12 gr/dl

Kenapa pada pasien fraktur Hb masih 12 gr/dl sedangkan pasien mengalami perdarahan

8. GDS

Apa hubungannya GDS dengan fraktur

9. Antibiotik

Apakah perlu antibiotik khusus untuk pasien fraktur

10. Infus

Kenapa pasien fraktur perlu di infus

11. Kesadaran

Apa gunannya tingkat kesadaran pada pasien fraktur

12. HT

Apa hubungannya HT dengan fraktur

Page 3: Kasus Fraktur

Dampak / Komplikasi Fraktur :

Mal-union, adalah suatu keadaan dimana tulang yang patah telah sembuh dalam posisi yang

tidak pada seharusnya, membentuk sudut atau miring

Delayed union adalah proses penyembuhan yang berjalan terus tetapi dengan kecepatan yang

lebih lambat dari keadaan normal.

Non-union, patah tulang yang tidak menyambung kembali.

Compartment syndroma adalah suatu keadaan peningkatan takanan yang berlebihan di dalam

satu ruangan yang disebabkan perdarahan masif pada suatu tempat.

Shock,

Fat embalism syndroma, tetesan lemak masuk ke dalam pembuluh darah. Faktor resiko

terjadinya emboli lemakada fraktur meningkat pada laki-laki usia 20-40 tahun, usia 70 sam pai

80 fraktur tahun.

Tromboembolic complicastion, trombo vena dalam sering terjadi pada individu yang imobiil

dalm waktu yang lama karena trauma atau ketidak mampuan lazimnya komplikasi pada

perbedaan ekstremitas bawah atau trauma komplikasi paling fatal bila terjadi pada bedah

ortopedil

Infeksi

Avascular necrosis, pada umumnya berkaitan dengan aseptika atau necrosis iskemia.

Refleks symphathethic dysthropy, hal ini disebabkan oleh hiperaktif sistem saraf simpatik

abnormal syndroma ini belum banyak dimengerti. Mungkin karena nyeri, perubahan tropik dan

vasomotor instability.

http://ppni-klaten.com/index.php?option=com_content&view=article&id=63:fraktur&catid=38:ppni-ak-

category&Itemid=66

Page 4: Kasus Fraktur

Komplikasi Fraktur :

Komplikasi Cepat :

Perdarahan : kehilangan darah dari tulang tersebut ditambah kehilangan darah dari kerusakan

jaringan sekitar tulang tersebut (mis : femur)

Kerusakan arteri dan saraf

Kerusakan pada jaringan sekitar (mis pneumotoraks pada fraktur iga, kerusakan medula spinalis

pada fraktur vetebra, cidera otak pada fraktur tengkorak

Komplikasi Awal :

Infeksi luka

Emboli lemak, yang terjadi terutama pada fraktur multiple tulang panjang

Masalah imobilisasi umum (mis ulkus dekubitus, trombosis vena profunda, infeksi dada)

Sindrom kompartemen

Komplikasi lambat

Penyatuan terlambat : saat fraktur tidak menyatu pada waktu yang diperkirakan

Penyatuan yang salah : saat tulang yang fraktur sudah menyatu sepenuhnya, tetapi pada posisi yang

salah dan pembedahan mungkin diperlukan tergantung pada disabilitas dan hasil potensial

Tidak ada penyatuan : bukan masalah serius pada tulang yang tidak menyangga bagian tubuh yang

berat (sendi palsu tanpa nyeri dapat terbentuk), tetapi mungkin perlu dilakukan fiksasi internal atau

transplantasi tulang

Deformitas

Osteoatritis seknder sendi

Nekrosis asepsis dan atau avaskular dapat terjadi, terutama setelah fraktur pada tulang femoral,

skafoid dan talus. Terjadi akibat gangguan suplai darahke tulang tersebut setelah fraktur.

Brooker, Chris.2008.Ensiklopedia keperawatan.EGC : Jakarta

Proses penyembuhan fraktur !!! SOCA

Sindrom emboli lemak

Page 5: Kasus Fraktur

Sindrom emboli lemak merupakan keadaan pulmonal akut dan dapat menyebabkan kondisi fatal.

Hal ini terjadi ketika gelembung-gelembung lemak terlepas dari sum-sum tulang dan mengelilingi

jaringan yang rusak.

Pencegahan dan penatalaksanaan yaitu imobilisasi segera fraktur, manipulasi fraktur minimal, dan

penyangga fraktur yang memadai saat pemindahan dan pengubahan posisi merupakan upaya yang

dapat mengurangi insidensi emboli lemak.

Tujuannya adalah menyokong sistem pernafasan dan mengoreksi gangguan homeostasis. Emboli

lemak merupakan penyebab utama kematian pada pasien fraktur.

Sindrom kompartemen

Sindroma kompartemen merupakan masalah yang terjadi saat perfusi jaringan dalam otot kurang

dari yang dibutuhkan untuk kehidupan jaringan. Hal ini disebabkan karena terjadi penurunan ukuran

kompartemen otot karena fasia yang membungkus otot terlalu kuat. Peningkatan ini karena edema

atau perdarahan sehubungan dengan berbagai masalah iskemia. Kehilangan fungsi lainnya bila

keadaan ini berlansung lebih dari 6-8 jam. Pasien mengeluh adanya nyeri dalam, berdenyut yang tak

tertahankan, palpasi pada otot akan terasa pembengkakan dan keras, parastesia akan timbul

sebelum terjadinya paralisis.

Pencegahan dan penatalaksanaan yaitu dicegah dengan mengontrol edema, yang dapat dicapai

dengan meninggikan ekstremitas yang cedera setinggi jantung dan memberikan kompres es setelah

cedera sesuai resep. Bila telah terjadi sindrom kompartemen, balutan yang ketat harus

dilonggarkan. Fasiotomi (Eksisi bedah membran fibrosa yang menutupi dan membagi otot) mungkin

diperlukan bila upaya konservatif tidak dapat mengembalikan perfusi jaringan dan mengurangi nyeri

dalam 1 jam. Setelah fisiotomi, luka tidak dijahit dan dibalut dengan balutan steril yang dilembabkan

dengan larutan salin. Kemudian dibidai dengan posisi fungsional dan latihan rentang gerak pasif tiap

4 sampai 6 jam. Dalam 3 sampai 5 hari, edema menghilang dan perfusi jaringan kembali, luka

didebridemen dan ditutup.

Syok, terjadi perdarahan hebat

Malunion

Adalah suatu keadaan dimana tulang yang patah telah sembuh dalam posisi yang tidak seharusnya

dan membentuk sudut (miring)

Page 6: Kasus Fraktur

Delayed union dan nonunion

Delayed union adalah proses penyembuhan yang terus berjalan tetapi kecepatan yang lebih lambat

dari keadaan normal. Sedangkang nonunion adalah tulang yang patah tetap tidak menyatu akibat

reduksi yang tidak benar, imobilisasi yang kurang tepat baik dengan cara terbuka maupun tertutup,

inpeksi dan suplai darah yang kurang.

1. Sindrom Kompartemen

Sindrom kompartemen merupakan kondisi yang serius dimana terjadi peningkatan tekanan

pada satu atau lebih kompartemen otot ekstremitas yang menyebabkan sirkulasi yang masif ke arah

fraktur. Bagian distal dari ekstremitas atas dan bawah mempunyai kompartemen yang lebih banyak

daripada bagian proksimal, oleh karena itulah resiko yang lebih besar dapat terjadi saat fraktur terjadi

pada bagian tersebut. Sumber tekanan dapat berasal dari eksternal maupun dari internal, sumber

tekanan eksternal adalah pembebatan, gips, penyangga, sedangkan sumber tekanan internal berupa

perdarahan dan akumulasi cairan dalam kompartemen tulang. Komplikasi ini tidak dibatasi hanya pada

klien gangguan muskuloskeletal saja.

Perubahan fisiologis sebagai akibat dari peningkatan tekanan kompartemen yang seringkali

tejadi adalah iskemik, edema. Kapiler-kapiler di dalam otot mengalami dilatasi, kapiler-kapiler ini

menjadi lebih permeable karena pelepasan histamin dari jaringan otot yang iskemik. Sebagai akibatnya

protein plasma bocor menuju ruang intersitial, kemudian terjadilah udema yang dapat menekan saraf

dan memperparah keadaan iskemik. Warna dari jaringan yang mengalami iskemik menjadi pucat,

denyutan menjadi lemah dan daerah yang terkena menjadi mudah diraba. Jika kondisi ini tidak ditangani

maka dapat menimbulkan sianosis, kebal/mati rasa, paresis dan nyeri yang hebat. Tabel di bawah ini

memberikan kesimpulan tentang proses patologi yang terjadi pada sindrom kompartemen.

Perubahan fisiologis

Temuan klinis

1. Peningkatan tekanan kompartemen

2. Peningkatan permeabilitas kapiler

3. Pelepasan histamin

Page 7: Kasus Fraktur

4. Peningkatan sirkulasi darah ke lokasi

5. Tekanan pada ujung saraf

6. Peningkatan tekanan jaringan

7. Penurunan perfusi jaringan

8. Penurunan oksigenasi jaringan

9. Peningkatan produksi asam laktat

10. Metabolisme anaerobik

11. Vasodilatasi

12. Peningkatan aliran darah

13. Peningkatan edema

14. Iskemik otot

15. Nekrosis jaringan

1. Tidak ada perubahan

2.Edema

3. Peningkatan edema

4. Muncul denyutan, jaringan memerah

5. Nyeri

6. Nyeri pada komparteman / mati rasa

7. Peningkatan edema

8. Pallor

Page 8: Kasus Fraktur

9. Denyutan tidak seimbang, postur fleksi

10. Sianosis

11. Peningkatan edema

12. Penegangan otot

13. Parestesia

14. Nyeri hebat

15. Paresis

Sindrom kompartemen biasanya jarang terjadi tetapi dapat menyebabkan kondisi kegawatan.

Dapat pula terjadi kerusakan struktur otot yang irreversible dalam waktu 4-6 jam setelah onset dan otot

tidak dapat digunakan lagi dalam 24-48 jam setelahnya. Problem spesifik yang muncul akibat sindrom

kompartemen adalah infeksi, kelemahan motorik pada ektremitas yang terkena, kontraktur dan gagal

ginjal myoglobinuric. Infeksi yang berasal dari jaringan yang nekrosis bisa cukup berbahaya hingga

mengharuskan dilakukannya amputasi. Kelemahan motorik akibat perlukaan saraf bersifat irreversible

dan klien mungkin membutuhkan bantuan alat tertentu untuk bergerak. Operasi rekontruksi untuk

memperbaiki fungsi dapat dilakukan pada otot yang terganggu. Volkmann’s Contractur terjadi dari

memendeknya otot yang iskemik dan ada keterlibatan saraf. Komplikasi paling fatal dari sindrom

kompartemen adalah myoglobinuric renal failure. Jaringan otot yang mengalami perlukaan melepaskan

myoglobin (protein otot) ke dalam sirkulasi dan kemudian protein ini disaring oleh ginjal. Walaupun

patofisiologinya belum jelas, namun myoglobin dicurigai menyebabkan vasokonstriksi/mempunyai efek

langsung terhadap ginjal untuk mengakibatkan terjadinya gangguan struktur dan fungsi.

Ketika begitu banyak kompartemen yang terkena maka dapat timbul Crush Syndrome dimana

terjadi iskemik otot yang masif atau berkepanjangan dapat menyebabkan asidosis sehubungan dengan

peningkatan produksi asam laktat, hiperkalemi (peningkatan kadar potasium serum) sehubungan

dengan pelepasan potasium oleh sel yang terluka ke sirkulasi darah, syok sebagai akibat dari ketidak

seimbangan cairan, myoglobinuria sehubungan dengan pelepasan myoglobin ke sirkulasi dan gagal ginjal

sebagai akibat dari syok dan asidosis. Efek sistemik ini dapat mengakibatkan kematian bila tidak segera

ditangani.

Page 9: Kasus Fraktur

Sindrom kompartemen adalah hasil dari peningkatan tekanan sampai pada batas ruangan

anatomi yang tersedia. Kasus ini dapat terjadi akut maupun kronik. Sindrom kompartemen akut dapat

terjadi setelah fraktur atau luka bakar yang parah terkena balutan yang terlalu ketat sehingga tekanan

meningkat 30 mmHg atau lebih. Peningkatan tekanan ini terjadi karena fasia yang menutup otot tidak

elastis dan tidak dapat mengkompensasi balutan yang terlalu ketat.

Kondisi ini menyebabkan nyeri yang parah karena regangan pasif pada jaringan lunak dan kulit.

Kompresi pada saraf menyebabkan perubahan sensasi, reflek yang minimal dan dapat juga terjadi

kehilangan fungsi motorik. Kompresi pada pembuluh darah dapat menyebabkan iskemik dan kehilangan

fungsi.

Sindrom kompartemen sering terjadi pada injuri yang parah, fraktur tertutup dan ketika ada

tekanan eksternal. Area yang paling sering mengalaminya adalah kaki bagian distal / bawah.

Tekanan intrakompartemen dapat diukur dengan kateter/jarum yang dimasukkan ke dalam

kompartemen. Fasiotomy/transeksi dari fasia yang menekan kompartemen otot mungkin diperlukan

ketika tekanan pada daerah fraktur diatas 30 mmHg. Hal ini bertujuan untuk mencapai tekanan perfusi

yang sama dengan tekanan kapiler. Diagnosa dan perawatan yang telat dari sindrom kompartemen ini

dapat menyebabkan kerusakan otot dan saraf yang ireversible.

Sindrom kompartemen kronik terjadi lebih sering pada dewasa muda setelah aktivitas yang

berhubungan dengan strain yang berulang pada ekstremitas bawah. Walaupun mekanisme pastinya

belum jelas, latihan diaggap dapat menyebabkan peningkatan ukuran kompartemen otot. Kompartemen

yang meregang dapat menyebabkan inflamasi. Pada fasia dapat timbul scar, fasia menjadi kurang elastis

dan tidak dapat mengkompensasi penambahan beban lebih lanjut. Pada jenis sindrom ini timbul nyeri

pada saat aktivitas.

2. Syok

Tulang mempunyai vaskularisasi yang cukup bagus karena itulah dapat terjadi perdarahan jika

terjadi perlukaan. Sebagai tambahan trauma dapat merobek arteri yang berdekatan dan menyebabkan

hemoragi. Sebagai akibatnya syok hipovolemik dapat terjadi secara cepat.

3. Fat Emboli Syndrom

Emboli lemak merupakan komplikasi yang cukup serius, biasanya sebagai akibat dari fraktur,

dimana globuli lemak dilepaskan dari tulang ke aliran darah. Kondisi lain yang juga mungkin dapat

Page 10: Kasus Fraktur

muncul walaupun lebih kecil kemungkinannya adalah pankreatitis, koma diabetikum, osteomyelitis dan

anemia sel sickle. Lima persen sampai 10% klien dengan fraktur terkena komplikasi ini dan 8% orang

meninggal akibat komplikasi ini. Faktor resiko yang meningkatkan suseptibilitas seseorang untuk terkena

emboli lemak termasuk peningkatan serum glukosa/kadar kolesterol dan peningkatan kerapuhan

pembuluh dan ketidakmampuan untuk melakukan koping terhadap stres.

Emboli lemak sering terjadi jika fraktur tulang panjang/fraktur yang multiple, walaupun fraktur

pada tulang yang mengandung sumsum tulang yang sedikit tetapi dapat menyebabkan komplikasi ini.

Komplikasi ini dapat muncul pada semua usia, jenis kelamin akan tetapi lelaki muda dengan umur antara

20-40 tahun dan klien yang berusia 40-80 tahun bersiko untuk megalami fraktur pada paha dan pelvis

yang dapat menimbulkan emboli ini.

Beberapa teori menjelaskan tentang pelepasan lemak dari sumsum tulang. Menurut teori

metabolisme trauma dapat menyebabkan pelepasan katekolamin, katekolamin ini menyebabkan

mobilisasi asam lemak bebas dimana hal ini dapat menimbulkan agregasi pletelet dan pembentukan

globulus lemak. Menurut teori mekanikal tekanan di dalam sumsum tulang lebih tinggi daripada

tekanan di dalam kapiler sehingga lemak dilepaskan secara langsung dari tulang, pada kasus lain lemak

ini dapat terdeposit ke pembuluh darah kecil, misal : paru-paru dan menyebabkan insufisiensi respirasi

(Mims : 1989)

Klien respirasi distres, takikardi, hipertensi, takipneu, demam, petechiae, macular, measles juga

mengalami emboli lemak meskipun mekanismenya belum diketahui secara jelas. Pada pemeriksaan

laboratorium ditemukan: peningkatan kecepatan sedimentasi sel darah merah, penurunan serum

albumin dan kadar kalsium, penurunan jumlah sel darah merah dan hitung platelet, peningkatan kadar

serum lipase. Perubahan pada komponen darah ini tidak dapat diketahui secara jelas mekanismenya,

namun hal ini ikut mendukung prognosis penyakit.

4. Trombhoemboli / Emboli bekuan darah

Trauma dan ketidakmampuan mengaharuskan klien untuk imobilisasi, imobilisasi ini jika untuk

jangka waktu yang lama dapat mengakibatkan timbulnya trombosis pada vena. Trombhoemboli

merupakan komplikasi paling umum pada trama/operasi ekstremitas (terutama ekstremitas bawah).

Untuk klien usia lebih dari 40 tahun memiliki insiden trombosis vena sebesar 40-60% (jika terapi

antikoagulan tidak diberikan). Lima persen sampai 10% klien dengan trombosis vena berkembang

menjadi emboli paru. Resiko trombhoemboli ini meningkat pada klien yang merokok, obesitas, punya

Page 11: Kasus Fraktur

penyakit jantung dan punya riwayat trombhoemboli. Klien tua dalam waktu 2-3 hari setelah operasi

muskuloskeletal mempunyai resiko trombhoemboli tertinggi. Klien fraktur ekstremitas bawah dan pelvis

mempunyai resiko mengalami trobhoemboli dan akan berkembang menjadi emboli paru daripada

fraktur di tempat lain.

5. Infeksi tulang (Osteomyelitis)

Trauma jaringan dapat mengganggu sistem imun, trauma jaringan ini dapat terjadi pada daerah

superficial/profundus. Infeksi tulang sulit untuk ditangani, efeknya dapat sangat membahayakan dan

dapat menyebabkan nyeri hebat, disabilitas dan deformitas. Infeksi tulang kronis dapat terjadi selama

tahunan karena adanya sinus. Hal ini terjadi saat jalur terbentuk dari sebuah abses/kavitas pada tulang

keluar menembus kulit.

Etiologi dari infeksi tulang ini meliputi :

- Mikroorganisme (staphylococcus aureus yang dapat mengadhisi jaringan penyambung tulang,

Clostridial yang dapat menimbulkan gas ganggren, tetanus dan malunion).

- Kontaminasi luka fraktur terbuka karena peningkatan resiko terjadinya infeksi nosokomial.

- Komplikasi dari tindakan operasi (infeksi iatrogenik, termasuk didalamnya komplikasi dari

pemasangan pens pada traksi, infeksi persendian setelah operasi dll).

Penyebaran etiologi infeksi tulang ini melalui aliran darah (hematogenous) dan ekstensi langsung.

Osteomyelitis akut dapat berkembang menjadi kronik. Berikut penjelasan dari keduanya .

Osteomyelitis Akut

Biasanya terjadi karena penyebaran bakteri melalui peredaran darah. Pada anak bisa

disebabkan karena infeksi di tempat lain, misal : infeksi dari kulit, sinus, gigi dan telinga tengah. Infeksi

ini dapat terjadi karena injuri lokal dapat berkembang menjadi nekrosis dan nekrosis merupakan tempat

berkembangnya bakteri. Pada dewasa infeksi kronis pada saluran perkemihan, penggunaan obat

imunosupresi dan obat IV beresiko untuk menyebabkan infeksi tulang.

Manifestasi klinis yang muncul berupa febris pada 48 jam pertama. Infeksi pada umumnya

dimulai pada bagian metafisis tulang dimana pada bagian tersebut terdapat saluran yang memberi

nutrisi untuk tulang, pus dapat ditemukan pada permukaan tulang dan dapat mengganggu vaskularisasi

tulang dan menyebabkan iskemik tulang dan pada akhirnya dapat menimbulkan nekrosis tulang.

Page 12: Kasus Fraktur

Manifestasi klinis yang lain berupa nyeri pada ektremitas yang terkena ketika digerakkan, keterbatasan

gerak, merah dan bengkak. Pemeriksaan X-ray menunjukkan elevasi periosteal osteoclastric. Terapi

dapat berupa identifikasi jenis bakteri melalui kultur, aspirasi dan stain gram kemudian ditentukan jenis

antibiotik yang dapat diberikan secara IV/Peroral, kadang diperlukan tinakan operasi untuk

mengeluarkan drainase.

Osteomyelitis Kronis

Penyebab dari infeksi tulang kronik adalah ketidakadekuatan terapi infeksi tulang akut. Terapi

yang dapat diakukan meliputi operasi dan pemberian antibiotik.

6. Osteonecrosis (Nekrosis avaskuler, Nekrosis aseptik, Nekrosis iskemik)

Osteonecrosis atau kematian segmen tulang adalah sebuah kondisi yang disebabkan oleh

gangguan dari suplai darah pada sumsum tulang, medula tulang, cortex. Osteonecrosis ini biasanya

terjadi pada femur bagian proksimal dan distal , humerus bagian proksimal.

Lokasi nekrosis tergantung letak pembuluh darah yang mengalami gangguan, namun cortex

tulang mempunyai vaskularisasi kolateral sehingga cortex tulang jarang mengalami nekrosis jika

dibandingkan dengan bagian tulang yang lain.

Berikut faktor-faktor penyebab osteonecrosis :

- Terganggunya mekanisme pembuluh darah : fraktur, penyakit Leeg calve, penyakit Blounts.

- Trombhosis dan emboli : penyakit sikle cell, gelembung nitrogen.

- Perlukaan pembuluh darah : vaskulitis, penyakit jaringan penyangga seperti SLE dan RA, terapi

radiasi, penyakit gautchers.

- Peningkatan tekanan intraseous : ostenekrosis yang diinduksi steroid.

7. Gangguan Penyatuan Tulang

· Delayed Union : kegagalan proses penyembuhan tulang dari waktu yang seharusnya (normalnya 6

bulan). Dapat disebabkan karena : imobilisasi yang tidak bagus, hematoma yang besar, infeksi pada

lokasi fraktur, kehilangan tulang yang besar dan sirkulasi tidak baik.

· Malunion : proses penyambungan yang salah bisa disebabkan karena reduksi yang tidak adekuat

dan pelurusan yang tidak tepat saat mobilisasi.

Page 13: Kasus Fraktur

· Non Union : kegagalan tulang untuk sembuh yang dapat dibuktikan dengan pemeriksaan X-ray

dengan ditemukan pergeseran pada lokasi fraktur. Hal tersebut dapat menimbulkan nyeri. Faktor-faktor

penyebabnya meliputi : reduksi yang tidak adekuat, trauma berat, terpisahnya fragmen tulang,

tumbuhnya jaringan lunak antara fragmen tulang, infeksi, kehilangan tulang yang besar,sirkulasi yang

tidak baik, keganasan dan tidak diakukannya restriksi. Di USA NonUnion diterapi dengan teknik Llizarov,

teknik ini berupa fiksasi eksternal bagian yang patah, selain itu dapat dilakukan stimulasi listrik karena

listrik dianggap dapat merangsang penyembuhan tulang meskipun mekanismenya belum diketahui jelas

(Geier and Hesser : 1985).

Paling Banyak Akibat Fat Embolism Syndrome

Fraktur atau patah tulang bisa juga mengancam jiwa penderita. Sekitar 20 persen di antara risiko kematian akibat patah tulang itu disebabkan fat embolism syndrome (FES)/sindrom

embolisme lemak.

FES merupakan kompokasi pada fraktur. Menurut dr Erwien Isparnadi SpOT, kondisi itu disebabkan terurainya butiran lemak sebesar 10 mikrometer pada sumsum tulang. Butiran lemak itu lalu masuk

ke pembuluh dan ikut dalam sirkulasi darah. Kebanyakan FES terjadi pada tungkai kaki yang mengalami trauma. Sebab, produksi sumsum tulang di daerah tersebut sangat tinggi. “Tulang

dengan rongga terbesar adalah tungkai. Tak heran bila produksi sumsumnya juga tinggi. Padahal,

sumsum tulang mengandung 90 persen lemak,†jelasnya.�Staf medis fungsional ortopedi RSU Haji Surabaya itu menuturkan, yang paling rentan mengalami

komplikasi fraktur tersebut adalah mereka yang berada di kisaran usia 20-30 tahun. Sebab, pada

usia itu, produksi lemak di tulang meningkat. Biasanya, komplikasi tersebut terjadi dalam 72 jam

setelah trauma.Tandanya? Ada berbagai gejala klinis saat seseorang terkena komplikasi FES. Bila yang terserang

paru, penderita akan merasa sesak napas dan tubuhnya membiru. Bila lemak tulang mengalir ke

otak, gejala yang muncul adalah sakit kepala, delirium (setengah sadar), mengantuk, dan dapat

berlanjut ke koma. Bila jantung yang terserang, jantung akan berdetak cepat dan tekanan darah

menurun.

Bukan hanya paru, otak,dan jantung, gejala komplikasi FES juga bisa muncul di kulit. “Yakni,

multiple petenchial hemorrhages. Gejalanya, terjadi bintik merah pada kulit dada, ketiak, dan mata.

Selain itu, ada bintik merah pada bola mata,†terang Erwin.�Dalam kasus berat, besar kemungkinan terjadi acute respiratory distress syndrome (ARDS),

sindrom kelainan pernapasan akut. Kalau kasus tersebut terjadi, pasien bisa meninggal dalam

hitungan menit. Sebab, butiran lemak yang ikut dalam sirkulasi darah sudah mencapai otak dan

paru.

Saat diadakan pemeriksaan toraks (dada) dan laboratorium, FES juga memperlihatkan pertanda

khas FES. Dalam hasil foto toraks, ada gambaran snow storm atau badai salju pada paru. Biasanya,

foto paru menghasilkan warna hitam. Itu berarti ada udara di dalamnya.

Page 14: Kasus Fraktur

“Pada penderita komplikasi FES, lemak tulang menyumbat gelembung paru sehingga tampak

jelas warna keputihan pada hasil foto,†jelas Erwien. Hasil laboratorium biasanya menunjukkan �kadar hemoglobin menurun karena terkontaminasi lemak tulang.