KASUS DEHUMANISASI
Transcript of KASUS DEHUMANISASI
KASUS DEHUMANISASI: PERBUDAKAN
Pabrik China Perbudak Orang Cacat Mental
Kompas, Selasa, 14 Desember 2010
BEIJING, KOMPAS.com - Pihak berwenang China menutup sebuah pabrik di barat
negara karena diduga telah memperbudak 11 orang pekerja, kebanyakan cacat mental,
selama bertahun-tahun dalam kondisi yang sangat menyedihkan, lapor media
pemerintah Selasa (14/12).
Kasus tersebut, yang merupakan contoh terbaru penyalahgunaan tenaga kerja di
negara yang luas itu, muncul tiga tahun setelah kasus skandal perbudakan besar yang
melibatkan ribuan pekerja yang ditemukan dipaksa bekerja di tempat pembakaran
batu-bata.
Ke-11 orang itu bekerja di sebuah pabrik bahan bangunan di Xinjiang barat dengan
jam kerja yang panjang, mengalami pemukulan secara reguler, dan diberi makanan
yang layak untuk anjing, lapor Beijing News. Mereka bekerja di sebuah pabrik
bernama Jiaersi Green Construction Material Chemical Factory dan tak satu pun dari
mereka yang dibayar, kata laporan itu. Beberapa dari mereka telah bekerja selama
empat tahun. Para pekerja yang mencoba untuk melarikan diri dipukuli secara rutin.
Menurut pemilik pabrik itu, Li Xinglin, para pekerja dikontrak untuk bekerja di pabrik
tersebut oleh sebuah lembaga bantuan yang tidak terdaftar bagi penyandang cacat
yang berbasis di Provinsi Sichuan di barat daya negara itu, kata Beijing News. Li
mengaku, ia telah membayar ke agen itu sebesar 9.000 yuan (1.350 dollar AS) untuk
pengiriman lima orang dari para pekerja itu serta tambahan 300 yuan per pekerja per
bulan, kata harian tersebut.
Kantor berita Xinhua mengatakan, polisi di Xinjiang dan Sichuan tengah melancarkan
perburuan terhadap Li setelah dia melarikan diri dari pabrik itu bersama sejumlah
pekerja. Istri Li telah ditahan polisi, demikian dilaporkan. Kepala badan bantuan itu,
yang diidentifikasi sebagai Zeng Lingquan, juga ditahan oleh polisi di Sichuan atas
1
dugaan menjerumuskan pekerja ke dalam perbudakan, kata Xinhua.
Tahun 2007, ribuan orang dipaksa untuk bekerja di pembakaran batu-bata di Provinsi
Henan dan Shanxi, di mana mereka mengalami pemukulan secara rutin dan kelaparan.
Pengungkap terhadap kasus itu mengejutkan China. Meskipun tidak ada angka resmi
yang telah dilaporkan tentang berapa banyak orang diperbudak, penyelidikan
parlemen mengatakan, sebanyak 53.000 pekerja migran telah bekerja di lebih dari
2.000 tempat pembakaran batu-bata ilegal hanya di Shanxi saja. Sejak saat itu, kasus-
kasus perbudakan serupa secara sporadis dilaporkan terjadi di seluruh China.
Mei lalu, polisi menyelamatkan 34 orang yang dipaksa untuk bekerja di sebuah
pembakaran batu-bata di Provinsi Hebei, China utara, demikain lapor media
pemerintah saat itu. Sebelas orang ditahan karena "menggunakan metode seperti
pemukulan, penyeteruman, intimidasi dan pembatasan kebebasan, untuk memaksa
buruh migran terlibat dalam kerja manual yang berat", lapor Yanzhao Metropolis
Daily.
= = = = = =
LATAR BELAKANG DAN MASALAH ETIKA YANG ADA
Melihat ulasan artikel tersebut di atas, sangat erat kaitannya dengan kasus
Dehumanisasi, dimana Dehumanisasi bertolak dari ajaran ataupun ideologi dari
"Humanisme". Dehumanisasi adalah proses dimana memperlakukan manusia secara
tidak manusiawai.
Dari artikel tersebut dapat diangkat suatu sub topik yang menarik untuk dibahas yakni
berkenaan dengan ”perbudakan ” .
Perbudakan nampaknya, tidak hanya kita pelajari, kita dengar, dari pelajaran sejarah,
atau pelajaran religius, mengenai kehidupan masyarakat pada masa lampau, seperti
pada masa perbudakan Bangsa Israel oleh Bangsa Mesir. Di era modern saat ini,
ternyata masih saja ditemukan kasus-kasus perbudakan, memperbudak buruh, pekerja,
dengan berbagai macam tindakan kekerasan, bertindak semena-mena, terhadap
sesama manusia. Bahkan di Indonesia sendiri , ada juga kasus –kasu perbudakan ,
terutama kepada buruh.
Pada ulasan ini, penulis akan membahas dan menganalisis suatu kasus perbudakan
buruh di negara China, dengan menggunakan pisau etika untuk membedah teori, dan
konsep etika yang ada.
2
Dalam artikel tersebut, diberitakan terjadi penyalahgunaan tenaga kerja di negara
China, muncul beberapa tahun setelah kasus skandal perbudakan besar yang
melibatkan ribuan pekerja yang ditemukan dipaksa bekerja di tempat pembakaran
batu-bata.Ditemukan terdapat 11 orang pekerja yang mayoritas cacat mental , mereka
bekerja di sebuah pabrik bahan bangunan di Xinjiang barat dengan jam kerja yang
panjang, mengalami pemukulan secara reguler, dan diberi makanan yang layak untuk
anjing. Mereka bekerja di sebuah pabrik bernama Jiaersi Green Construction
Material Chemical Factory dan tak satu pun dari mereka yang dibayar. Beberapa dari
mereka telah bekerja selama empat tahun. Para pekerja yang mencoba untuk
melarikan diri dipukuli secara rutin. Orang-orang cacat mental itu, diperoleh dari
proses kontrak dengan lembaga penyandang cacat yang ilegal.
Permasalahan etika yang ditemukan di sini adalah, mengenai perilaku-perilaku
manusia yang sama sekali tidak bermoral ( imoral). Bagaimana para pebisnis, orang-
orang yang memiliki perusahaan di China tersebut, rela untuk mempekerjakan dan
memperbudak buruh dengan perlakuan yang tidak adil, dan memperlakukan mereka
layaknya bukan sebagai sesama manusia. Berkaitan dengan moralitas, tentu hal ini
sangat jauh menyimpang , dari tindakan atau kegiatan bisnis yang bermoral. Terlebih
lagi, mereka tidak hanya memperbudak, tapi mereka berani mempekerjakan orang-
orang yang notabene menderita cacat mental.
Jelas-jelas hal ini sangat bertentangan dengan nilai moral, melanggar moral hukum,
dan tentunya, tidak sesuai dengan nilai-nilai kemanusiaan, dan sama sekali tidak
menjunjung tinggi martabat para pekerja tersebut sebagai manusia.
Yang lebih mengenaskan lagi, kasus perbudakan buruh , terutama di wilayah negara
China, sudah berlangsung cukup lama, diberitakan pada tahun 2007, ribuan orang
dipaksa untuk bekerja di pembakaran batu-bata di Provinsi Henan dan Shanxi, di
mana mereka mengalami pemukulan secara rutin dan kelaparan. Penyelidikan
parlemen mengatakan, sebanyak 53.000 pekerja migran telah bekerja di lebih dari
2.000 tempat pembakaran batu-bata ilegal di kota Shanxi, yang juga diduga terdapat
perbudakan. Sejak saat itu, kasus-kasus perbudakan serupa secara sporadis
dilaporkan terjadi di seluruh China.
Bahkan pada bulan September 2011 lalu, ditemukan lagi 30 orang penderita tuna
grahita pada pabrik yang terletak di kota Zhengzhou dan Zumadian.
3
Pekerja malang tersebut ditemukan di sebuah kamar kecil kotor dengan aroma pesing
air seni yang menyengat. Mereka melakukan kerja paksa setiap harinya di pabrik batu
bata yang bertemperatur tinggi. Mereka kerap dipukuli dan diancam. Mereka juga
ditemukan dalam keadaan kekurangan makanan dan tidur.
Sebagian besar para pekerja tuna grahita ini adalah korban perdagangan manusia.
Mereka dibeli dengan harga 300-500 yuan (Rp500-700 ribu). Sebagian lainnya,
diculik atau diperalat agar mau bekerja tanpa diupah.
ANALISIS
Dari kasus perbudakan buruh di beberapa Pabrik di China tsb , penulis membedah nya
dengan pisau etika, ke dalam beberapa teori, prinsip, dan konsep etika yang ada, yakni
: Teori Hak,dan Prinsip Keadilan. Kasus perbudakan tsb juga dapat dibedah dengan
Konsep Norma Moral, dimana menyangkut bagaimana perilaku manusia sejauh ia
dianggap sebagai manusia, dan sejauh mana perilaku manusia itu, memiliki
konsekuensi bagi kesejahteraan manusia.
Norma Moral. Apakah kasus perbudakan yang dilakukan oleh para pemimpin, dan
pebisnis (di China) tersebut, memebrikan konsekuensi yang baik bagi
kesejahteraan ,dan kehidupan manusia? Tentu saja tidak. Secara jelas dapat terlihat
bahwa tindakan perbudakan, terlebih lagi memperbudak orang yang cacat mental,
serta tidak memebrikan makanan yang layak bagi mereka, tentu tidak sesuai dengan
moral sebagai sorang manusia. Seorang manusia, pasti hidup bersama dengan orang
lain, dan saling membantu, demi kesejahteraan masing-masing pihak. Namun
nampaknya tidak ada kata ”sejahtera” di benak para buruh tersebut, ketika mereka
dihadapkan pada situasi dimana mereka harus bekerja siang dan malam, dengan
berbagai penyiksaan. Di sini, norma moral sama sekali tidak bekerja, karena
kebaikan dan kesejahteraan hanya dirasakan oleh para pemimpin mereka, pemilik
industri , yang mempekerjakan mereka dan memperoleh keuntungan yang sangat
besar.
Hak juga nampaknya tidak diperoleh para buruh sesuai dnegan kewajiban dan
kontribusi yang mereka berikan pada perusahaan Di dalam teori Hak , Hak
didasarkan atas martabat manusia dan martabat semua manusia itu sama.
Kasus perbudakan itu sendiri, bisa dikatakan sama sekali bertentangan dengan
4
pandangan bahwa harkat dan martabat manusia satu sama lain yang sama.
Kebanyakan pebisnis di sana, pemilik pabrik, dan pemimpin serta orang-orang yang
memiliki kekuasaan, sama sekali tidak menghargai apa yang telah diberikan para
buruh kepada perusahaan mereka. Seolah-olah tidak ada kata atau sebutan
”manusia” , bagi orang-orang kecil, yang tidak berpendidikan, serta orang-orang yang
terlantar dan cacat mental.
Jika berkenaan dengan Hak, bahwa para pengusaha tersebut tidak memberikan
karyawan apa yang menjadi hak bagi mereka, tentu akan lebih mudah dalam
menentukan prinsip apa yang sesuai dengan kasus tersebut. Tentu saja prinsip
keadilan. Tetapi bukan berarti, perusahaan-perusahaan di China tersebut yang
memperlakukan buruh secara semena-mena, menjunjung tinggi prinsip keadilan.
Mereka bertindak tidak adil,dan tidak memberikan dan memperlakukan buruh-buruh
sesuai dengan hak mereka. Memberikan makanan yang tidak selayaknya diberikan,
memerintahkan untuk bekerja siang dan malam, selalu disiksa, dianiaya , tanpa upah
yang sesuai, tentu suatu perlakuan yang benar-benar tidak adil, dan bukan perilaku
yang manusiawi.
REKOMENDASI
Perlu diketahui bahwa kita sebagai manusia, tentunya memiliki hati nurani, dan
memiliki nilai-nilai moral yang ada di dalam diri masing-masing. Semua manusia
tentu memiliki harkat dan martabat yang sama, tidak peduli apakah mereka itu berusia
lebih muda, lebih tua, dsb.
Dilihat dari sisi berbisnis, karyawan, buruh, adalah orang-orang yang turut
berkontribusi bagi kemajuan suatu perusahaan. Bisa dikatakan, buruh juga mengambil
peranan penting di dalam suatu perusahaan. Misalnya saja, perusahaan batu bara yang
ada di beberapa daerah di China. Hasil bumi berupa batu bara , merupakan hasil bumi
yang memberikan keuntungan yang luar biasa besar , bagi perusahaan. Siapa yang
berperan aktif di dalam penghasilan produk batu bara tersebut? Tentu saja para buruh,
yang bekerja di dalam tambang, yang bersusah payah, dan belum tentu nyawa mereka
akan terjamin dengan bekerja di dalam tambang yang berbahaya itu. Bahkan
diberitakan, banyak sekali pekerja tambang yang meninggal, di kawasan tambang.
Para pengusaha, hendaknya menyadari , betapa besar pengorbanan, dan kontribusi
buruh terhadap perusahaan. Jika tidak ada mereka, maka perusahaan belum tentu akan
memperoleh hasil produksi yang sedemikian besar. Perusahaan hendaknya
5
memberikan apa yang sepantasnya menjadi hak bagi para uruh, penghidupan yang
layak, upah yang sesuai, dan perlakuan yang sepantasnya. Karena itu manusia
individual siapapun tidak pernah boleh dikorbankan demi tercapainya suatu tujuan
yang lain. Menurut perumusan termasyur dari Immanuel Kant : manusia merupakan
suatu tujuan pada dirinya (an end in itself). Manusia selalu harus dihormati sebagai
suatu tujuan sendiri dan tidak pernah boleh diperlakukan semata – mata sebagai
sarana demi tercapainya suatu tujuan lain.
Selain itu, tentu dibutuhkan badan hukum yang dapat turut serta memberantas
terjadinya perbudakan-perbudakan seperti yang terjadi di China tsb. Diharapkan
adanya sanksi yang tegas , terhadap orang-orang yang melakukan tindakan
dehumanisasi semacam itu. Serta untuk kedepannya, diharapkan masyarakat mulai
menyadari bahwa semua manusia tentu memiliki harkat dan masrtabat yang sama,
tidak dipandang dari segi usia,gender,ras,atau status tertentu.
REFLEKSI INDIVIDU
Sebagai diri pribadi, dan sebagai bagian dari masyarakat, penulis menyadari bahwa
penulis hidup di sekeliling orang-orang yang tentunya saling terkait satu sama lain.
Terkait disini bukan berarti hanya mengenal, sebagai kerabat, atau sebagai keluarga
saja, namun orang-orang yang hidup di dalam suatu masyarakat pasti membutuhkan
satu sama lain, entah itu disadari atau tidak.
Melihat banyaknya kasus mengenai dehumanisasi, terutama perbudakan, perlakuan
yang semena-mena terhadap manusia, penulis secara pribadi merasa prihatin dengan
keadaan semacam itu.
Di dalam kehidupan mendatang, tentu diharapkan penulis dapat menjadi seorang
pemimpin, yang juga di dalam bisnisnya , tetap menjunjung tinggi harkat dan
martabat semua pihak sebagai manusia.
Di samping berbisnis untuk mencapai tujuan ekonomis, namun juga harus menghargai
orang-orang yang turut berkontribusi dalam bisnis tersebut, serta memberikan apa
yang memang menjadi hak masing-masing pihak.
Sumber Referensi
• Bertens,Kees.2000.Pengantar Etika Bisnis.Kanisius:Jogjakarta
• Harian Kompas edisi Selasa, 14 Desember 2010
6
• http://dunia.vivanews.com/news/read/248257-penderita-tuna-grahita-
diperbudak-di-china
7