KASUS

26
Identitas Pasien Inisial Pasien : YG Medical Record: RSUS 7692 Jenis Kelamin : Laki-laki Usia : 28 tahun Agama : Islam Status : Menikah Pekerjaan : Supir Dominan : Tangan kanan Anamnesis (Alloanamnesis dan Autoanamnesis) Keluhan Utama : Pendarahan pada rongga kepala kanan pasca kecelakaan motor kurang lebih empat jam sebelum masuk rumah sakit. Riwayat Penyakit Sekarang : Keluarga pasien mengeluhkan rongga kepala kanan pasien mengalami pendarahan pasca kecelakaan motor kurang lebih empat jam sebelum masuk rumah sakit berdasarkan hasil CT-Scan kepala. Sebelumnya pasien telah dibawa ke Rumah Sakit Ciputra untuk menjalani 1

Transcript of KASUS

Identitas Pasien

Inisial Pasien : YG

Medical Record: RSUS 7692

Jenis Kelamin : Laki-laki

Usia : 28 tahun

Agama : Islam

Status : Menikah

Pekerjaan : Supir

Dominan : Tangan kanan

Anamnesis (Alloanamnesis dan Autoanamnesis)

Keluhan Utama :

Pendarahan pada rongga kepala kanan pasca kecelakaan motor kurang lebih empat jam sebelum

masuk rumah sakit.

Riwayat Penyakit Sekarang :

Keluarga pasien mengeluhkan rongga kepala kanan pasien mengalami pendarahan pasca kecelakaan

motor kurang lebih empat jam sebelum masuk rumah sakit berdasarkan hasil CT-Scan kepala.

Sebelumnya pasien telah dibawa ke Rumah Sakit Ciputra untuk menjalani penanganan kegawat

daruratan beserta pemeriksaan CT-Scan kepala dan Rontgen Thoraks.

Sesaat setelah kecelakaan pasien sadar penuh, tidak terdapat kelemahan pada anggota tubuh, dan

dapat mengingat kejadian sebelum dan setelah terjadinya kecelakaan. Pasien kurang mengetahui

dengan pasti bagian tubuh manakah yang terlebih dahulu terbentur pada saat berlangsungnya

kecelakaan. Satu jam pasca kecelakaan pasien mengalami penurunan kesadaran selama kurang lebih

1

satu jam tiga puluh menit dan kemudian sadar penuh kembali. Pasien kemudian dipindahkan dari RS

Ciputra ke RSUS dan tiba di UGD RSUS. Ketika di UGD RSUS pasien mengalami muntah

menyemprot satu kali yang berisi air dan makanan, tidak terdapat darah.

Sebelum mengendarai motor, pasien mengkonsumsi alkohol sebanyak tiga gelas (300 ml) dan

menyangkal dalam keadaan mabuk. Pasien mengendarai motor dengan kecepatan tinggi dan oleng

ketika melewati polisi tidur.

Pasien mengeluhkan nyeri pada kepala kanan, pegal pada bahu kanan, dan gangguan pendengaran

pada telinga kanan. Nyeri pada perut disangkal, kejang disangkal.

Riwayat penyakit dahulu :

Pasien belum pernah mengalami kejadian yang serupa sebelumnya.

Pasien belum pernah dirawat di rumah sakit sebelumnya.

Pasien tidak memiliki riwayat Diabetes Mellitus, Hipertensi, Hiperkolesterolemia, Penyakit jantung

bawaan maupun koroner, Asma, Tuberkulosis.

Riwayat penyakit keluarga :

Tidak ada riwayat penyakit di keluarga

Riwayat Sosial, kebiasaan :

Pasien setiap harinya bekerja sebagai sopir.

Pasien memiliki kebiasaan merokok sebanyak setengah hingga satu bungkus rokok setiap hari sejak 7

tahun yang lalu.

Pasien memiliki kebiasaan mengkonsumsi minuman beralkohol kurang lebih tiga kali dalam satu

bulan dalam jumlah yang minimal (100 ml), tidak pernah hingga mabuk.

Pemeriksaan fisik

Primary Survey

Airway : Clear, tidak terdapat sumbatan

Breathing : Spontan, reguler, simetris, 24 x / menit

2

Circulation : Akral hangat, CR < 2 detik, Nadi 90 x / menit, TD 130/70 mmHg, Suhu 36.4 oC

Disability : GCS 15, pupil isokor 3 mm.

Exposure : teraba hematoma ± 5 cm x 3 cm x 0.5 cm di regio temporal dekstra, multiple

vulnus ekskoriatum di wajah kanan, vulnus laceratum pada digiti 1 pedis dekstra, vulnus

ekskoriatum multiple pada pedis dekstra, multiple vulnus ekskoriatum pada regio ante

brachii.

TTV

Kesadaran : Compos Mentis

Keadaan umum : Sakit Sedang

Tekanan darah : 130/70 mmHg

Nadi : 90 kali / menit

Pernafasan : 24 kali / menit

Suhu : 36.4 oC

Status Generalis

Kepala : Normocephali, teraba hematoma ± 5 cm x 3 cm x 0.5 cm di regio temporal dekstra

Wajah : Multiple vulnus ekskoriatum di wajah kanan

Mata : Conjuctiva anemis (+)/(+), Sklera Ikterik (-)/(-), Refleks cahaya (+)/(+) isokor 2 mm

THT : Faring tidak hiperemis; Hidung dalam batas normal; Otoragia padaTelinga kanan

Leher : KGB tidak teraba, Pembesaran thyroid (-)

Thorax : Simetris, Retraksi (-)

Cor : S1/S2 reguler, Gallop (-), Murmur (-)

3

Pulmo : Sn Vesikular, Rh (-)/(-), Wh (-)/(-)

Abdomen : Supel, Datar, BU (+), Nyeri tekan (-), Terdapat jejas pada pinggang dekstra

Punggung : Dekubitus (-)

Ekstrimitas : Vulnus laceratum digiti 1 pedis dekstra, Multiple Vulnus ekskoriatum pedis dekstra,

multiple vulnus ekskoriatum regio ante brachii

Status Neurologis

GCS E4 M6 V5

Tanda Rangsang Meningeal

Kaku Kuduk (-)

Tanda Laseque (-)/(-)

Tanda Kerniq (-)/(-)

Brudzinski I (-)

Brudzinski II (-)/(-)

Saraf Kranialis Kanan Kiri

Nervus 1

Gangguan menghidu tidak ada gangguan menghidu

Nervus 2

Visus 6/6

Lapang Pandang tidak ada gangguan lapang pandang

Warna masih dapat mengenali warna dengan baik

4

Fundus refleks fundus (+)/(+)

Nervus 3, 4, 6

Sikap Bola Mata orthoposisi, strabismus (-), enophtalmus (-), exopthalmus (-)

Celah Palpebra Ptosis (-), lagoptalmus (-)

Pupil, ukuran bentuk isokor, 3mm

Refleks cahaya langsung (+)/(+)

Refleks cahaya tidak langsung (+)/(+)

Nistagmus (-)/(-)

Pergerakan Bola Mata tidak ada kelainan, mata dapat bergerak full dengan baik

Nervus 5

Motorik

Inspeksi atrofi otot maseter (-)

Palpasi kontraksi otot mengunyah kuat

Membuka Mulut dapat membuka mulut

Gerakan Rahang rahang dapat bergerak dengan baik

Sensorik

Sensibilitas V1 (+)/(+)

Sensibilitas V2 (+)/(+)

Sensibilitas V3 (+)/(+)

Reflex Kornea (+)/(+)

Nervus 7

Angkat Alis, mengkerutkan dahi dapat menggerakkan alis dan mengerutkan dahi

Menutup mata dengan kuat dapat menutup mata dengan kuat

5

Kembung Pipi dapat mengembungkan pipi dengan baik

Menyeringai dapat menyeringai dengan baik

Rasa Kecap 2/3 anterior lidah dapat merasakan makanan dengan baik

Nervus 8

Nervus cochlearis

Suara Bisikan (↓)/(+)

Suara Gesekan Jari (↓)/(+)

Rinne Tidak dilakukan

Weber Tidak dilakukan

Schwabach Tidak dilakukan

Nervus Vestibularis

Nistagmus -/-

Berdiri dengan satu kaki Tidak dapat dilakukan

Mata tertutup Tidak dapat dilakukan

Mata terbuka Tidak dapat dilakukan

Berdiri dengan dua kaki Tidak dapat dilakukan

Mata Tertutup Tidak dapat dilakukan

Mata Terbuka Tidak dapat dilakukan

Berjalan Tandem Tidak dapat dilakukan

Stepping Test Tidak dapat dilakukan

Past Pointing test Tidak dapat dilakukan

Nervus 9, 10

Arkus Faring Arkus faring masih terlihat

6

Uvula berada di tengah

Disfoni tidak ditemukan

Disfagi tidak ditemukan

Reflex faring Tidak di evaluasi

Nervus 11

Sternocleidomastoid 5/5

Trapezius 5/5

Nervus 12

Sikap lidah dalam mulut

Deviasi (-)/(-)

Atrofi (-)

Fasikulasi (-)

Tremor (-)

Menjulurkan lidah dapat menjulurkan lidah dan tidak ditemukan adanya deviasi

Kekuatan Lidah baik

Motorik Kanan Kiri

Ekstrimitas Atas

Inspeksi :

Atrofi (-)/(-)

Fasikulasi (-)/(-)

Palpasi / Tonus normotonus / normotonus

7

Kekuatan :

Sendi Bahu 5/5

Biceps 5/5

Triceps 5/5

Pergelangan tangan 5/5

Ekstensi Jari 5/5

Menggenggam 5/5

Gerakan Involunter tidak ditemukan

Ekstrimitas Bawah

Inspeksi :

Atrofi (-)

Fasikulasi (-)

Palpasi: tonus normotonus / normotonus

Kekuatan :

Gluteus 5/5

Hipflexor 5/5

Quadriceps hamstring 5/5

Ankle Dorsi flexi 5/5

Gastrocnemius 5/5

Gerakan involunter tidak ditemukan

8

Refleks Fisiologis Kanan Kiri

Biceps (+)/(+)

Triceps (+)/(+)

Knee Patella Reflex (+)/(+)

Achilles reflex (+)/(+)

Refleks patologis

Babinski (-)/(-)

Chaddock (-)/(-)

Oppenheim (-)/(-)

Gordon (-)/(-)

Schaeffer (-)/(-)

Rossolimo (-)

Mendel Bechthrew (-)

Hoffman Trommer (-)

Sensorik

Eksteroseptif

Raba (+)/(+)

Nyeri (+)/(+)

Suhu (+)/(+)

9

Propioseptif

Posisi sendi (+)/(+)

Getar Tidak dilakukan

Otonomik

Sekresi keringat dalam batas normal

Miksi dalam batas normal

Defekasi dalam batas normal

Keseimbangan

Finger nose tidak dapat dievaluasi

Heel-shin tidak dapat dievaluasi

Disdiadokokinesis tidak dapat dievaluasi

Past-pointing tidak dapat dievaluasi

Pemeriksaan penunjang

Laboratorium :

FULL BLOOD

COUNT

Hasil Rujukan Satuan

Haemoglobin 16.12 13.20 – 17.30 g/dL

Hematorit 49.24 40.00 – 52.00 %

Erythrocyte (RBC) 5.45 4.40 – 5.90 106/µL

Leucocyte (WBC) 20.15 (H) 3.80 – 10.60 103/µL

Platelet 271.20 150.00 – 440.00 103/µL

10

DIFFERENTIAL

COUNT

Hasil Rujukan Satuan

Basophil 1 0 – 1 %

Eosinophil 0 1 – 3 %

Band Neutrophil 2 2 – 6 %

Segment Neutrophil 83 (H) 50 – 70 %

Lymphocyte 7 (L) 25 – 40 %

Monocyte 7 2 – 8 %

COAGULATION

FACTOR

Hasil Rujukan Satuan

Bleeding Time 2.00 1.00 – 300 Minutes

Prothrombin time 10.50 9.8 – 12.60 Seconds

A.P.T.T. 31.00 31.00 – 47.00 Seconds

BIOCHEMISTRY Hasil Rujukan Satuan

SGOT (AST) 37 (H) 5 – 34 U/L

SGPT (ALT) 28 0 – 55 U/L

Ureum 23 <50 mg/dL

Creatinine 0.79 0.7 – 1.3 mg/dL

eGFR 124.1 >=60 mL/mnt/173 m2

BLOOD GAS

ANALYSIS

Hasil Rujukan Satuan

pH 7.360 7.360 – 7.440

PO2 71.0 (L) 80 – 100 mmHg

PCO2 30.0 35.0 – 48.0 mmHg

HCO3 21.5 21.0 – 28.0 mmol/L

Total CO2 22.7 (L) 24.0 – 30.0 mmol/L

Base Excess (BE) - 3.3 (L) (-) 2.4 – (+) 2.3 mmol/L

O2 Saturation 94.0 (L) 95.0 – 98.0 %

ELECTROLYTE Hasil Rujukan Satuan

Sodium (Na+) 143.0 137 – 145 mmol/L

Potasium (K+) 3.50 (L) 3.6 – 5.0 mmol/L

Chloride (Cl) 109 (H) 98 – 107 mmol/L

IMMUNOLOGY / Hasil Rujukan Satuan

11

SEROLOGY

HBsAg Non reactive Non reactive

Anti HCV Total Non reactive Non reactive

Anti HIV 0.10 <0.90 S/CO

BLOOD RANDOM

GLUCOSE

124.0 <200 mg/dL

CT-Scan kepala (2 jam pasca kecelakaan) :

12

Tidak terdapat midline shift

Sulkus dan girus tidak mengabur

Tidak terdapat penyempitan / pergeseran ventrikel

Terdapat massa hiperdense berbentuk biconveks pada temporo parietal dekstra sebanyak 3 cc

Terdapat subgaleal hematoma pada temporo parietal dekstra

Rontgen thoraks

13

Kedua sinus costophrenicus dan diafragma normal

Cor : CTR <50%

Aorta : Baik

Hilus, pleura, dan mediastinum baik

Pulmo : Corakan bronkhovaskular paru normal, tidak tampak infiltrat pada kedua parenkim paru

Tampak fraktur clavikula dekstra 1/3 medial dengan cum contraxionum (pergeseran searah sumbu dan overlapping)

CT-Scan kepala bone window setting

Terdapat simple fraktur os parietotemporal & basis cranii medial dekstra

Saran pemeriksaan penunjang

Mengambil sampel dari otorrhagia diperiksakan

o Level glukosa: untuk membedakan LCS dengan sekret pada telinga yang memiliki

kadar glukosa yang rendah.

o Beta-2-transferrin : yang merupakan zat yang hanya ditemukan di LCS. Beta-2-

transferrin juga terkandung dalam perilymph tetapi dalam jumlah yang minimal.

Riwayat saat dirawat

Enam jam pasca pasien masuk ke UGD RSUS (sepuluh jam pasca kecelakaan) pasien mengalami

penurunan kesadaran dengan GCS E2M5V2 (Total GCS 9), dengan pupil anisokor 4 mm / 2 mm,

refleks cahaya langsung dan tidak langsung positif, lateralisasi ke kiri yang ditandai dengan

hiperekstensi ekstremitas atas kiri. Ditemukan hiper-refleks pada ekstrimitas atas dan bawah kiri.

Pasien kemudian dilakukan pemeriksaan CT Scan kepala ulang dan didapatkan hasil bertambah

luasnya EDH. Pasien kemudian dilakukan kraniotomi cito.

CT-Scan kepala 10 jam pasca kecelakaan menunjuk kan perdarahan EDH sebanyak 30.42 cc dari

yang sebelumnya 3 cc. (meningkat sebanyak 27.42 cc).

14

Perubahan signifikan yang didapatkan dan mendukung untuk dilakukan cito craniotomy evaluasi EDH adalah :

Pupil anisokor 4 mm / 2 mm GCS 9 dari yang sebelumnya GCS 15 EDH sebanyak 30.24 cc Midline shift 9 mm Lateralisasi ke sisi kiri

Tatalaksana

Hiperventilasi: O2 6 liter / menit IV Line: NaCl 500 ml / 8 jam NGT ??? Kateter urin IVFD Ringer Lactate 500 cc/8 jam Evakuasi perdarahan Inj Ceftriaxone IV 2 gr OD

15

Terdapat midline shift kearah kanan sepanjang 9 mm

Sulkus dan girus mengabur

Terdapat penyempitan dan pergeseran ventrikel kanan

Terdapat massa hiperdense berbentuk biconveks pada temporo parietal dekstra sebanyak 30.42 cc

Terdapat subgaleal hematoma pada temporo parietal dekstra

Paracetamol PO 500 mg TDS Inj Ranitidine IV 50 mg BD Inj Ondancentron IV 4 mg TDS Inj Ketorolak IV 500 mg TDS Inj Morphin IV

Laporan operasi

Diagnosa pre-operasi : EDH Temporoparietal dekstra

Tindakan yang diakukan : Craniotomy evakuasi EDH

Insisi : craniotomy temporo-parietal dekstra

Yang ditemukan :

EDH Clothing ± 60 cc

Sumber perdarahan disebabkan oleh laserasi cabang arteri menginea media

Prosedur :

Sumber perdarahan di koagulasi

Mengganti duramater sekelling flap tulang

Operasi :

Perdarahan selama operasi berlangsung ± 250 cc terkontrol

Tulang dipasang kembali

CT-Scan kepala pasca operasi craniotomy

16

Follow up

24 November 2013

S : nyeri kepala pada sisi kanan (luka jahitan)

O : GCS E2M4V5 (11), KU: sakit berat, TD: 125/73 mmHg, N: 119 ×/menit, RR 13

×/menit dengan simple mask, SO2 100%, T: 360C. Pupil isokor 2 mm, lateralisasi (+)

ke kiri.

Penurunan pendengaran pada telinga kanan

Jantung: S1/S2 normal, gallop (-), murmur (-). Pulmo: SN vesikuler, rhonki -/-,

wheezing -/-.

A : Post craniotomy EDH evaluasi H-1, fraktur os temporoparietal dekstra, fraktur

clavikula dekstra 1/3 medial

P : Observasi jahitan operasi

Inj Ceftriaxone IV 2 gr OD

17

Tidak terdapat midline shift

Sulkus dan girus tidak mengabur

Tidak terdapat penyempitan / pergeseran ventrikel

Terdapat massa hiperdense berbentuk biconveks pada temporo parietal dekstra sebanyak 8.25 cc

Terdapat subgaleal hematoma pada temporo parietal dekstra

Inj Ranitidine IV 50 mg BD

Inj Midazolam IV

Inj Ketorolak IV 500 mg TDS

Inj Morphin IV

25 November 2013

S : nyeri kepala pada sisi kanan (luka jahitan)

O : GCS E3M6V5 (14), KU: sakit sedang, TD: 149/82 mmHg, N: 76 ×/menit, RR 15 ×/menit, dengan simple mask, SO2 100%, T: 360C. Pupil isokor 2 mm, lateralisasi (+) ke kiri.

Penurunan pendengaran pada telinga kanan

Jantung: S1/S2 normal, gallop (-), murmur (-). Pulmo: SN vesikuler, rhonki -/-, wheezing -/-.

A : Post craniotomy EDH evaluasi H-2, fraktur os temporoparietal dekstra, fraktur clavikula dekstra 1/3 medial

P : Observasi jahitan operasi

Inj Ceftriaxone IV 2 gr OD

Inj Ranitidine IV 50 mg BD

Inj Midazolam IV

Inj Ketorolak IV 500 mg TDS

Inj Morphin IV

26 November 2013

S : -

O : GCS E4M6V5 (15), KU: sakit sedang, TD: 128/76 mmHg, N: 86 ×/menit, RR 15 ×/menit, dengan simple mask, SO2 100%, T: 360C. Pupil isokor 2 mm, lateralisasi (-).

Penurunan pendengaran pada telinga kanan

Jantung: S1/S2 normal, gallop (-), murmur (-). Pulmo: SN vesikuler, rhonki -/-, wheezing -/-.

18

A : Post craniotomy EDH evaluasi H-2, fraktur os temporoparietal dekstra, fraktur clavikula dekstra 1/3 medial

P : Observasi jahitan operasi

Inj Ceftriaxone IV 2 gr OD

Inj Ranitidine IV 50 mg BD

Inj Midazolam IV

Inj Ketorolak IV 500 mg TDS

Inj Morphin IV

Resume

Pasien laki-laki berusia 28 tahun datang dengan diantar oleh keluarganya ke UGD RSUS

dengan keluhan Pendarahan pada rongga kepala kanan pasca kecelakaan motor kurang lebih

empat jam SMRS. Sesaat setelah kecelakaan pasien sadar penuh, tidak terdapat kelemahan

pada anggota tubuh, dan tidak terdapat amnesia. Satu jam pasca kecelakaan pasien

mengalami penurunan kesadaran selama kurang lebih satu jam tiga puluh menit dan

kemudian sadar penuh kembali. Pasien kemudian dipindahkan dari RS Ciputra ke RSUS dan

tiba di UGD RSUS. Ketika di UGD RSUS pasien mengalami muntah menyemprot satu kali

yang berisi air dan makanan, tidak terdapat darah. Pada pemeriksaan fisik pasien mengalami

takipneu, teraba hematoma ± 5 cm x 3 cm x 0.5 cm di regio temporal dekstra, multiple vulnus

ekskoriatum di wajah kanan, vulnus laceratum pada digiti 1 pedis dekstra, vulnus

ekskoriatum multiple pada pedis dekstra, multiple vulnus ekskoriatum pada regio ante

brachii. Pada pemeriksaan laboratorium ditemukan leukositosis. Pada pemeriksaan CT-Scan

kepala 2 jam pasca kecelakaan ditemukan massa hiperdense berbentuk biconveks pada

temporo parietal dekstra sebanyak 3 cc, subgaleal hematoma pada temporo parietal dekstra,

dan simple fraktur os parietotemporal & basis cranii medial dekstra. Pada pemeriksaan

rontgen thoraks ditemukan fraktur clavikula dekstra 1/3 medial dengan cum contraxionum.

Enam jam pasca pasien masuk ke UGD RSUS (sepuluh jam pasca kecelakaan) pasien

mengalami penurunan kesadaran dengan GCS E2M5V2 (Total GCS 9), dengan pupil

anisokor 4 mm / 2 mm, refleks cahaya langsung dan tidak langsung positif, lateralisasi ke kiri

yang ditandai dengan hiperekstensi ekstremitas atas kiri. Ditemukan hiper-refleks pada

19

ekstrimitas atas dan bawah kiri. Pasien kemudian dilakukan pemeriksaan CT Scan kepala

ulang dan didapatkan hasil bertambah luasnya EDH. Pasien kemudian dilakukan kraniotomi

cito. CT-Scan kepala 10 jam pasca kecelakaan menunjuk kan perdarahan EDH sebanyak

30.42 cc dari yang sebelumnya 3 cc. (meningkat sebanyak 27.42 cc). Pada saat operasi

ditemukan EDH Clothing ± 60 cc.

Pasca operasi craniotomi dilakukan pemeriksaan CT-Scan kepala dan ditemukan

massa hiperdense berbentuk biconveks pada temporo parietal dekstra sebanyak 8.25 cc.

Hingga dua hari pasca operasi ditemukan lateralisasi ke kiri dan pada hari ketiga tidak

ditemukan lagi lateralisasi.

Diagnosis kerja

Mild head injury dengan epidural hematoma, fraktur os temporal dan basis cranii medial,

fraktur clavikula kanan 1/3 medial dengan cum contraxionum, multiple vulnus ekskoriatum

PEMBAHASAN

20

Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik dapat disimpulkan bahwa pasien mengalami mild head injury (cedera kepala ringan). Tingkat keparahan cedera kepala dihitung berdasarkan GCS, dimana score 14-15 menunjukan mild head injury, score 9-13 menunjukan moderate head injury, dan score 8 atau kurang menunjukan severe head injury. Dengan demikian, berdasarkan GCS 15 dari pasien, pasien digolongkan dalam mild head injury.

Pada pemeriksaan CT-Scan kepala bone window setting terdapat simple fraktur os parietotemporal & basis cranii medial dekstra. Tanda-tanda klinis fraktur basis kranii diantaranya ekimosis periorbital (racoons eyes), ekimosis retroaurikular (battle sign), CSF leakage dari hidung (rhinorrhea) atau telinga (otorrhea), dan disfungsi nervus VII dan VIII (paralisis wajah dan gangguan pendengaran), yang dapat terjadi langsung atau beberapa hari setelah terjadinya injury. Secara garis besar, prognosis perbaikan fungsi nervus VII lebih baik pada delayed-onset, tetapi prognosis perbaikan nervus VIII sangat buruk. Pada pasien terdapat otorrhea pada telinga dan battle sign 10 hari pasca kecelakaan yang merupakan tanda-tanda dari fraktur basis cranii.

Pasien sempat mengalami kehilangan kesadaran satu jam pasca kecelakaan selama kurang lebih satu jam tiga puluh menit dan kemudian sadar penuh kembali. Kehilangan kesadaran tersebut disebabkan oleh trauma pada kepala.

Enam jam pasca kecelakaan pasien mengalami penurunan kesadaran dengan GCS E2M5V2 (Total GCS 9), dengan pupil anisokor 4 mm / 2 mm, refleks cahaya langsung dan tidak langsung positif, lateralisasi ke kiri yang ditandai dengan hiperekstensi ekstremitas atas kiri. Pada saat ini pasien telah mengalami lucid interval. Fenomena lucid interval adalah adanya fase sadar diantara dua fase tidak sadar karena bertambahnya volume darah. Pada pasien ini, volume darah bertambah sebanyak 27.24 cc dari 3 cc menjadi 30.24 cc. Fenomena lucid interval biasanya terjadi pada cedera kepala yang ringan pada Epidural hematom. Pada trauma primer epidural hematoma yang berat biasanya tidak terjadi lucid interval karena pasien langsung tidak sadarkan diri dan tidak pernah mengalami fase sadar.

Pupil anisokor terjadi oleh karena nervus okulomotor (nervus cranial III) berada pada sisi tentorium akan tertekan saat herniasi lobus temporal, yang sering terjadi oleh karena massa supratentorial atau edema. Pada pasien ini terdapat midline shift sebanyak 9 mm. Serat parasimpatetik yang menkostriksi pupil terbaring pada permukaan nervus cranial III. Kompresi pada serat superfisial saat herniasi menyebabkan dilatasi pupil oleh karena aktifitas simpatetik yang tidak bersilangan.

Bagian dari otak yang sering mengalami herniasi melalui tentorial notch adalah bagian medial dari lobus temporal, yang dikenal dengan unkus. Herniasi unkus juga menyebabkan kompresi pada jaras kortikospinal (piramidal) pada otak tengah. Jaras motorik bersilangan ke sisi yang berlawanan pada foramen magnum, sehingga kompresi pada level otak tengah menyebabkan kelemahan pada sisi yang berlawanan dengan tubuh (hemiparesis kontralateral). Dilatasi pupil ipsilateral dan hemiparesis kontralateral merupakan gejala klasik dari herniasi unkal dan kedua gejala tersebut terdapat pada pasien.

21

Pasien dilakukan kraniotomi evakuasi EDH dengan indikasi perdarahan yang melebihi 30 cc (pada pasien 30.42 cc), penurunan GCS (dari 15 menjadi 9), pupil anisokor (4 mm / 2 mm), midline shift ≥5 mm (9 mm), dan lateralisasi (ke sisi kiri). Dengan terpenuhinya indikasi kraniotomi tersebut maka pasien harus segera dilakukan kraniotomi evakuasi EDH. Pasca operasi pasien harus dievaluasi untuk berjaga-jaga apabila terjadi peningkatan volume EDH kembali. CT-Scan kepala pasca operasi menunjukkan volume EDH sebanyak 8.25 cc.

22