Karya Tulis - Kenaikan Pangkat - Evaluasi Profesionalisme Kinerja Guru Pendidikan Agama Islam (Studi...
-
Upload
herman-bachtiyar -
Category
Documents
-
view
173 -
download
15
description
Transcript of Karya Tulis - Kenaikan Pangkat - Evaluasi Profesionalisme Kinerja Guru Pendidikan Agama Islam (Studi...
EVALUASI PROFESIONALISME KINERJA GURU PENDIDIKAN
AGAMA ISLAM (STUDI KASUS TERHADAP KINERJA GURU
PNDIDIKAN AGAMA ISLAM DI MI ................ KABUPATEN ................
KARYA TULIS
Disusun sebagai syarat kenaikan pangkat
Dari IVlb ke IV/c
Oleh
…………………..
NIP. ………………………………
KANTOR KEMENTERIAN AGAMA
KABUPATEN ................
TAHUN 20
i
KEMENTERIAN AGAMA MADRASAH IBTIDAIYAH ................
KABUPATEN ................
SURAT KETERANGAN
N0:025/MI .20/11.09/O1/ 2010
Yang bertanda tangan dibawah ini kami Kepala MI. ................
Kabupaten ................ menerangkan bahwa:
Nama : ……………………………………
NIP : ……………………………………
Pangkat : ……………………………………
Jabatan : Pengawas PAI. SD/MI/TK/RA,BA Kecamatan
telah mengumpulkan data pada MI. yang kami bina untuk penulisan Karya
Tulis yang bejudul:
“EVALUASI PROFESIONALISME KINERJA GURU PENDIDIKAN AGAMA
ISLAM(STUDI KASUS TERHADAP KINERJA GURU PENDIDIKAN
AGAMA ISLAM DI MADRASAH IBTIDAIYAH ................
KABUPATEN ................)”.
Karya Tulis tersebut kami jadikan bahan bacaan pada lembaga yang kami bina.
Demikian Surat keterangan ini dapat digunakan sebagaimana perlunya.
................, 5 Oktober 20Kepala
……………………….. NIP-
ii
DEPARTEMEN AGAMAKANTOR DEPARTEMEN AGAMA KABUPATEN ................
……………………………………………………..Fax. ………………………………….
LEMBAR PENGESAHAN
No.Kd.13.03/I-a/Kp.07.1/02/2010
Yang bertanda tangan dibawah ini Kepala Kantor Departemen Agama
Kabupaten ................ menerangkan dan mcngesahkan Karya Tulis Ilmiah yang
telah disusun atas nama :
Nama : ……………………………………
NIP : ……………………………………
Pangkat : ……………………………………
Jabatan : Pengawas PAI. SD/MI/TK/RA,BA Kecamatan
Dengan judul “EVALUASI PROFESIONALISME KINERJA GURU
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (STUDI KASUS TERHADAP KINERJA
GURU PENDII)IKAN AGAMA ISLAM DI MADRASAH
……………………… KABUPATEN ................)”
................, 5 Nopember 2010Kepala
Drs. H. NGUDIONO, M.Ag.MMNIP. 19620316 199203 1 001
iii
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Alloh SWT. karena petunjuk
dan ridho Nya kami bisa menyelesaikan Karya Tulis Ilmiyah ini dengan lancar
sekalipun secara sederhana, dengan judul “EVALUASI PROFESIONALISME
KINERJA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (STUDI KASUS
TERHADAP KINERJA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI
MADRASAH IBTIDAIYAH ................ KABUPATEN ................)”
Penulis tidak mungkin bisa menyelesaikan Karya Tulis ini tanpa bantuan
dari berbagai pihak untuk itu penulis menyampaikan banyak - banyak
terimakasih utamanya kepada:
1. Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten ................2. Kepala MI ................ Kabupaten ................3. Teman-teman guru MI ................ Kabupaten ................ dan
semua pihak yang membantu terselesainyanya penulisan Karya Tulis ini semoga menjadi amal hasanah dan mendapatkan balasan balasan dari Alloh swt.di hari akhir nanti amin.Dan penulis merasa masih kurang sempurna dalam menyusun karya tulis
ini untuk itu penulis mohon saran dan kritik yang sifatnya membangun demi
kesempurnaan karya tulis ini. Semoga karya tulis ini ber manfaat khususnya
bagi penulis dan umumnya kepada semua pihak.
................ 20 Oktober 20
Penulis
iv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.....................................................................................................i
SURAT KETERANGAN.............................................................................................ii
LEMBAR PENGESAHAN.........................................................................................iii
KATA PENGANTAR.................................................................................................iv
DAFTAR ISI.................................................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah.....................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................4
C. Tujuan Penelitian................................................................................4
D. Kegunaan Penelitian...........................................................................5
BAB II KAJIAN PUSTAKA....................................................................................7
A. Pengertian Kompetensi Guru..............................................................7
B. Beberapa Kompetensi Guru................................................................9
C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kompetensi Guru.....................37
BAB III METODOLOGI PENELITIAN.................................................................40
A. Waktu dan Tempat Penelitian...........................................................40
B. Metode dan Rancangan Penelitian....................................................40
C. Populasi dan Sampel.........................................................................41
v
D. Instrumem Penelitian........................................................................42
E. Pengumpulan Data dan Analisa Data...............................................42
BAB IV HASIL -HASIL PENELITIAN..................................................................45
A. Jabaran Variabel Penelitian...............................................................45
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN..................................................................59
A. Kesimpulan.......................................................................................59
B. Saran-saran........................................................................................60
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................62
LAMPIRAN
vi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Membahas permasalahan pendidikan sudah barang tentu tidak akan
terlepas dari subyek pendidikan itu sendiri terutama guru dan peserta
didak. Hal ini karena kedua elemen pendidikan tersebut merupakan pilar
yang sangat penting dalam pendidikan.
Guru sebagai salah satu komponen dalam proses belajar mengajar. Ia
mempunyai peranan yang sangat besar dalam menentukan suatu
keberhasilan proses belajar mengajar. Oleh sebab itu guru dituntut
mempunyai kamampuan (kompetensi) terutama dalam melaksanakan
profesionalisme dalam kinerjanya yaitu sebuah proses belajar dan
mengajar.
Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional pada bab XI, pasal 34 ayat 2 menyebutkan bahwa “… Pendidik
merupakan tenaga professional yang fungsional dengan tugas utama
merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi serta mengembangkan
proses pendidikan dalam pembelajaran.
Seorang guru yang professional dalam kinerjanya, dituntut untuk
berkompetensi tinggi terutama dalam kegiatan pendidikan dan pengajaran.
Permasalahan yang ada dalam dunia pendidikan, profesionalisme
/kompetensi ini tidak semua guru dapat menguasainya dengan baik.
Jangankan guru yang belum berpengalaman, guru yang pengalaman
1
2
mengajar cukup lama, belum tentu dapat menguasai kompetensi tersebut
dengan baik. Karena penguasaan sebuah teori yang baik belum tentu dapat
diterapkan dengan baik pula dalam sebuah proses interaksi belajar
mengajar dalam realitanya. Hal tersebut tergantung dalam situasi dan
kondisi proses pembelajaran yang sedang berlangsung. Kompetensi guru
terdiri dari kampetensi pribadi, sosial dan profesional.
Profesiolisme kinerja guru, merupakan kompetensi yang harus
dimiliki oleh seorang guru. Karena kompetensi ini adalah menyangkut
tugasnya sebagai pendidik dalam memberikan pengajaran kepada peserta
didiknya. Oleh sebab itu dalam hal ini, kompetensi profesionalisme guru
bukanlah suatu masalah yang berdiri sendiri tetapi dipengaruhi oleh factor-
faktor lain, antara lain latar belakang pendidikan seorang guru itu sendiri
ditambah lagi dengan pengalamannya dalam kegiatan belajar mengajar.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kompetensi guru diatas, erat kaitannya
dengan masalah prestasi belajar siswa. Oleh karena itu, kualitas kompetensi
professional guru mempunyai peranan yang sangat penting dalam proses
interaksi belajar mengajar. Hal ini berarti berkualitas atau tidaknya suatu output
dari proses belajar mengajar atau prestasi belajar siswa, maka kompetensi
professional guru juga ikut menentukan, selain itu juga ditentukan oleh faktor
yang lain seperti keluarga, fasilitas, intelegensi dan minat belajar siswa
sendiri sebagai individu.
Kompetensi profesionalisme merupakan salah satu nilai kualitas guru
yang terpenting. Bila kompetensi itu tidak ada pada seseorang, maka ia
3
tidak kompeten atau tidak professional dalam melaksanakan tugas guru di
lingkungan pendidikan formal.
Setiap guru harus memenuhi suatu standart kampetensi yang
diharapkan oleh masyarakat dan peserta didik. Karenanya dengan
kompetensi yang dimiliki tersebut, maka seorang guru akan dapat
mengatasi berbagai kesulitan yang mungkin akan dihadapi dalam sebuah
proses belajar mengajar. Hal mana mengajar merupakan masalah pokok
seorang guru. Disamping itu ia akan mengerti dan sadar akan tugas dan
kewajibannya sebagai pendidik yang baik, yang didambakan oleh
masyarakat. Disisi lain masyarakat yang menitipkan anaknya untuk dididik
akan merasa puas karena kompetensi yang dimiliki oleh guru tersebut.
Kehadiran kompetensi guru dalam proses interaksi mengajar tidak
lebih dari sebagai alat motivasi ekstrensik, karena guru hanya memberikan
dorongan dari luar pada setiap pribadi siswa. Berbagai usaha dilakukan
guru guna memberikan penguatan terhadap motivasi belajar siswa,
terutama dalam proses belajar mengajar di dalam kelas. Usaha-usaha guru
tersebut diantaranya membuat tujuan pengajaran dengan sistimatis,
menguasai bahan pengajaran dengan baik, memilih metode yang sesuai
untuk menciptakan lingkungan dengan baik guna mendukung proses
belajar mengajar yang konduksif. Hal tersebut diatas merupakan bagian
yang tidak dapat dipisahkan dari tugas guru sebagai pendidik.
Berangkat dari uraian diatas, penulis tertarik untuk meneliti tentang
Kompetensi guru yang terfokus pada guru Agama ditinjau dari segi
4
profesionalitas mengajar yang meliputi kemampuan merencanakan proses
pengajaran, kemampuan menguasai bahan pengajaran, kemampuan
menggunakan metode pengajaran dan kemampuan mengevaluasi.
Dari sini penulis mengangkat tema karya ilmiah dengan judul
“Evaluasi profesionalisme kinerja guru pendidikan Agama Islam (Studi
kasus terhadap kinerja guru pendidikan Agama Islam di MI ................
Kabupaten ................”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah sebagaimana tersebut di atas
pemasalahan yang ingin dievaluasi dalam penelitian ini, adalah bagaimana
kinerja guru pendidikan agama Islam di MI ................
Kabupaten ................ dengan berdasarkan kompetensi guru Agama yang
menyangkut masalah-masalah pada pertanyaan berikut :
1. Bagaimana kemampuan guru dalam merencanakan program
pengajaran ?
2. Bagaimana kemampuan guru dalam menguasai bahan pengajaran ?
3. Bagaimana kemampuan guru dalam menggunakan metode pengajaran ?
4. Bagaimana kemampuan guru dalam mengevaluasi proses
pembelajaran ?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian yang ingin dicapai dalam penelitian ini
adalah untuk mengetahui profesionalisme kinerja/kompetensi guru
5
pendidikan agama islam di MI ................ Kabupaten ................ di tinjau
dari asfek profesionalitas mengajar yang menyangkut tentang masalah
yang harus dijawab dari pertanyaan - pertanyaan diatas antara lain :
1. Mendeskripsikan kemampuan guru di MI. ................ Kabupaten
Trenggalak dalam merencanakan program pengajaran.
2. Mendeskripsikan kemampuan guru di MI ................
Kabupaten ................ dalam menguasai bahan pengajaran.
3. Mendeskripkan kemampuanguru di MI ................ Kabupaten ................
dalam menggunakan metode pengajaran.
4. Mendeskripsikan kemampuan guru di MI ................ Kabupaten
................ dalam mengevaluasi proses pembelajaran yang telah
berlangsung.
D. Kegunaan Penelitian
Hasil dari penelitian ini adalah diharapkan mempunyai nilai guna
dan aspek kemanfaatan terutama untuk :
1. Memberikan kontribusi kepada penyelenggara pendidikan khususnya
kepada guru agama islam di lingkungan MI ................
Kabupaten .................
2. Sebagai bahan masukan bagi penulis untuk mengembangkan sikap
ilmiah dan sebagai bahan dokumentasi untuk melakukan penelitian
lebih lanjut.
6
3. Sebagai upaya dari penulis sebagai pengawas pendidikan agama islam
dalam memenuhi persyaratan untuk kenaikan pangkat dari golongan
IV/b ke IV/c
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pengertian Kompetensi Guru
Kompetensi guru terdiri dari dua kata yaitu kompetensi dan guru.
Kompetertsi berasal dari bahasa Inggris, yaitu “competence” atau
“competency” yang berarti kecakapan; kemampuan dan kewenangan.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan kompetensi adalah
kewenangan untuk menentukan (memutuskan) sesuatu.
Menurut istilah, kompetensi mempunyai banyak arti, seperti yang
tersebut di bawah ini :
1. Brake dan Stone; seperti dikutip oleh Uzer Usman, kompetensi berarti
“descriptive of qualitative” nature or teacher behaviour appear to be
entirely meaningful”. Kompetensi berarti gambaran kualitas
perilaku guru yang tampak sangat berarti.
2. Charles E. Johnson, seperti dikutip Uzer Usman, memberi batasan
kompetensi sebagai “as a rasional performance with satisfactorily meets
the obyective for desired condition”. Kompetensi merupakan perilaku
yang disyaratkan.
3. Me Lead member batasan kompetensi berarti “the state of legality
competent qualified”. Kompetensi merupakan keadaan berwenang atau
memenuhi syarat menurut ketentuan hukum.
4. W Robert Houston seperti dikutip oleh Saiful Bahri Djamarah
mendefiniskan “Competence ordinaly is defined as “adequacy for a
7
8
task” or as “possession or require knowledge, skill and abilities”. Disini
dapat diartikan, bahwa kompetensi sebagai suatu tugas yang memadai
atau pemilikan pengetahuan, ketrampilan dan kemampuan yang
dituntun oleh jabatan seseorang.
5. Bartow mendefinisikan kompetensi sebagai “the ability of a teacher to
responsibly perform his a her dutes appropriately”. Kompetensi
merupakan kemampuan seseorang (guru) melaksanakan kewajiban-
kewajibannya, serta bertanggungjawab dan layak.
Dari beberapa pendapat yang disebutkan , diatas dapat ditarik suatu
kesimpulan bahwa kompetensi adalah kemampuan seseorang untuk
melaksanakan tugas yang menjadi kewajibannya secara memuaskan.
Sedangkan pengertian guru secara sederhana adalah orang yang
memberikan ilmu pengetahuan kepada anak didik. Pengertian guru
menutut N.A Amitembun adalah semua orang yang berwenang dan
bertanggungjawab terhadap pendidikan murid-murid, baik secara
individual atau klasikal, baik di sekolah maupun di luar sekolah. Atau
dengan kata lain guru dapat diartikan sebagai pengelola proses belajar
mengajar
Dari batasan pengertian kedua kata diatas, jika digabungkan maka
Kompetensi guru adalah kemampuan atau wewenang seorang guru
dalam melaksanakan tugasnya, yaitu bertanggungjawab terhadap
pendidikan murid-murid, baik secara individual atau klasikal baik di
sekolah maupun di luar sekolah secara memuaskan.
9
Seorang guru perlu memiliki kepribadian, menguasai bahan
pelajaran dan menguasai cara-cara mengajar sebagai dasar kompetensi.
Bila ciri-ciri di atas tidak dimiliki seorang guru, maka guru tersebut gagal
menunaikan tugas kewajibannya. Oleh karena itu, kompetensi mutlak
dimiliki oleh guru sebagai kemampuan, kecakapan atau keterampilan
dalam mengelola kegiatan pendidikan.
B. Beberapa Kompetensi Guru
Kompetensi merupakan bagian integral yang tidak dapat dipisahkan
dari diri guru sebagai pendidik, memang ini adalah suatu hal yang mutlak
dimiliki guru dan bahkan harus dikuasai. Disamping sebagai alat motivasi
ekstrensik, kompetensi guru juga sebagai alat yang berguna untuk
memberikan pelayanan yang terbaik agar siswa merasa puas dalam
pendidikan.
Untuk mendapatkan pengertian dan pengetahuan yang mendalam
mengenai kompetensi guru, pembahasan berikut akan mengupas beberapa
jenis kompetensi guru yang harus dan mutlak untuk dimiliki guru, bahkan
penguasaan kompetensi tersebut merupakan sarana dalam rangka
menjalankan tugas mulianya yaitu sebagai pengabdi kepada agama, nusa
dan bangsa di bidang pendidikan.
Beberapa ahli kependidikan berbeda pendapat tentang jenis-jenis
kompetensi guru Sebagian pendapat bahwa kompetensi guru terbagi
menjadi dua jenis, sementara sebagian yang lain membagi kompetensi
guru menjadi tiga jenis. Pendapat perEama diikuti oteh Uzer Usman. Ia
10
mengungkapkan dalam bukunya, menjadi guru profesional, bahwa
kompetensi guru dibagi menjadi dua jenis, yaitu kompetensi pribadi dan
kompetensi profesional. Sedangkan pendapat kedua diikuti oleh Cece
Wijaya dan Tabrani Rusyan, mereka berpendapat bahwa kompetensi guru
dibagi menjadi tiga jenis, yaitu kompetensi pribadi, kompetensi
profesional dan kompetensi sosial.
Dari kedua pendapat tersebut diatas, keduanya sepakat bahwa
kompetensi tersebut mutlak untuk dimiliki seorang guru. Ketiga
kompetensi guru diatas, kesemuannya itu adalah merupakan hal yang
penting dalam menunjang keberhasilan proses belajar mengajar,
terutama kompetertsi profesional karena menyangkut tugasnya sebagai
Pengajar dan Perdidik.
1. Kompetensi Pribadi
Yang dimaksud dengan kompetensi pribadi adalah kompetensi
berkaitan dengan pribadi seorang (guru).
Menurut Uzer Usman yang termasuk dalam kompetensi pribadi adalah (a) mengembangkan kepribadian, (b) berinteraksi dan berkomunikasi, (c) melaksanakan bimbingan dan penyuluhan, (d) melaksanakan adminitrasi sosial, dan (e) melaksanakan penelitian untuk kepentingan pengajaran.
Sedangkan menurut Cece Wijaya dan Tabrani Rusyan, kompetensi pribadi itu meliputi (a) kemantapan dan integrasi pribadi, (b) peka terhadap perubahan dan pembaharuan, (c) berfikir alternatif, (d) adil, jujur dan obyektif, (e) berdisiplin dalam memperoleh hasil yang sebaik-baiknya (f) simpatik dan menarik, luwes, bijaksana dan sederhana dalam bertindak, (g) bersitat terbuka, (h) kreatit dan, (i) berwibawa.
11
Sebagian dari penjelasan kompetensi pribadi diatas, baik yang
dikemukakan oleh Uzer Usman maupun Cece Wijaya dan Tabrani
Rusyan, merupakan indikator-indikator kepribadian seseorang.
Kepribadian itu sendiri sebenarnya abstrak, yang dapat dilihat atau
diketahui hanyalah indikatornya. Zakiyah Daradjat mengemukakan
bahwa kepribadian ini sesungguhnya abstrak (maknawi), sukar
dilihat secara nyata, yang dapat dilihat atau diketahui hanyalah
indikator atau bekasnya dalam segala segi dan aspek
kehidupannya. Kepribadian guru ini dapat dilihat melalui
penampilan tindakan, ucapan, cara berpakaian dan dalam
menghadapi persoalan.
2 Kompetensi Sosial
Kompetensi sosial guru metiputi tiga macam yaitu hubungan guru
dengan siswa, sesama guru, dan guru dengan masyarakat sekitar dimana
ia tinggal. Hubungan guru dengan siswa dapat tercermin dari intensitas
pertemuan antara keduanya. Baik itu terjadi di dalam maupun di
luar kelas.
Demikian juga hubungan sesama guru terjadi baik apakah sebatas
sekolah ataupun bahkan antara keluarga guru sehingga terbentuk suatu
keluarga besar. Sedangkan hubungan guru dengan masyarakat sekitar
lebih menitikberatkan aktif di lingkungan mereka. Dengan kata lain
guru ikut serta dalam kegiatan di lingkungan.
12
3. Kompetensi Profesional
a. Pengertian Profesional
Pengertian profesional berasal dari kata dasar profesi yang
berarti “bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan pelatihan
(ketrampilan, kejuruan dan sebagainya) tertentu. Sedangkan
professional itu sendiri rnempunyai arti “memerlukan kepandaian
khusus untuk menjalankannya.
Dalam hal ini apabila dikaitkan dengan guru maka
professional dapat diartikan keahlian atau kepandaian khusus
dalam bidang keguruan sehingga mampu menjalankan tugas
fungsinya sebagai guru dengan kemampuan maksimal.
b. Ciri-ciri professional
Menurut Suharsimi Arikunto yang dikutip dari Robert W.
Rickey (1974) mengemukakan cirri-ciri profesi sebagai berikut :
(1) Lebih mementingkan pelayanan kemanusiaan yang ideal
dibandingkan dengan kepentingan pribadi.
(2) Seorang pekerja professional, secara relatif memerlukan waktu
yang panjang untuk mempelajari konsep-konsep serta prinsip-
prinsip pengetahuan khusus yang mendukung keahliannya.
(3) Memiliki kualifikasi tertentu untuk memasuki profesi tersebut
serta mampu mengikuti perkembangan dalam pertumbuhan
jabatan.
13
(4) Memiliki kode etik yang mengatur keanggotaan, tingkah laku,
sikap dan cara kerja.
(5) Membutuhkan suatu kegiatan intelektual yang tinggi
(6) Adanya organisasi yang dapat meningkatkan standard
pelayanan, disiplin diri dalam profesi serta kesejahteraan
anggotanya
(7) Memberikan kesempatan untuk kemajuan, spesialisasi dan
kemandirian.
(8) Memandang profesi sebagai suatu karier hidup (alive carter)
dan menjdi seorang anggota yang permanen.
Ciri-ciri profesi tersebut diatas, apabila dihubungkan dengan
profesi keguruan itu sangat sesuai, diantaranya :
(1) Dimana profesi guru itu adalah jabatan yang lebih
mementingkan pelayanan kemanusiaan. Seperti kita ketahui
mengajar adalah jabatan yang mempunyai nilai sosial tinggi,
tidak perlu diragukan lagi. Guru yang baik akan sangat
berperan dalam mempengaruhi kehidupan yang lebih baik dari
warga negara masa depan.
(2) Profesi guru inipun memerlukan waktu yang lama untuk
mendukung keahliannya. Menurut Soetjipto dan Raflis Kosasi
sekurang-kurangnya empat tahun bagi guru pemula (S1 di
LPTK), atau pendidikan persiapan professional di LPTK
14
paling kurang selama setahun setelah mendapat gelar
akademik S1 di perguruan tinggi non LPTK.
(3) Profesi guru memiliki kualifikasi untuk meningkatkan jabatan.
Hal ini jelas sekali seperti penyetaraan D-II untuk guru-guru
SD, dan Penyetaraan D-III untuk guru-guru SLTP.
(4) Profesi guru juga memiliki kode etik dalam melaksanakan
tugasnya, kode etik artinya adalah aturan kesopanan. Hal ini
sangat penting karena guru merupakan profesi yang dijadikan
panutan bagi peserta didiknya.
(5) Jelas sekali di sini profesi guru menuntut kegiatan intelektual
yang tinggi, karena mengajar melibatkan upaya-upaya
yang sifatnya sangat didominasi kegiatan intetektual. Dapat
dikatakan bahwa kegiatan yang dilakukan profesi keguruan
adalah dasar bagi persiapan dan semua kegiatan profesional
lainnya.
(6) Profesi guru di Indonesia sudah ada Persatuan Guru Republik
Indonesia (PGRI) yang merupakan wadah seluruh guru mulai
dari guru taman kanak-kanak sampai guru sekolah lanjutan
atas, dan ada pula Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia (IPSI)
yang mewadahi seluruh sarjana pendidikan.
(7) Jabatan guru jelaslah suatu profesi memberikan kesempatan
untuk kemajuan dan kemandirian karena profesi ini tugasnya
bukan hanya mendidik tapi juga membimbing.
15
(8) Profesi guru adalah suatu profesi yang menjadi karier hidup.
Hal ini dapat dilihat di Indonesia, guru-guru di Indonesia tetap
bertahan walaupun bukan berarti bahwa jabatan guru di
Indonesia mempunyai pendapatan yang tinggi.
Dari keterangan diatas jelaslah bahwa jabatan profesional
guru mempunyai tugas utama melayani masyarakat dalam dunia
pendidikan, demi kemajuan dan perkembangan bangsa Indonesia.
c. Sikap Profesional.
Guru yang merupakan tenaga professional dalam pendidikan,
ia mempunyai citra yang baik di masyarakat, disini guru menjadi
panutan dan teladan masyarakat. Masyarakat akan melihat
bagaimana sikap dan perbuatan guru, mulai dari pelayanan,
pengetahuan, berbicara, berpakaian, sampai cara bergaul, baik
dengan siswa, teman-temannya, serta anggota masyarakat.
Dan di sini akan dijabarkan sikap profesional guru menurut
Soetjipto dan Raflis Kosasi.
(1) Sikap terhadap Peraturan Perundang-undangan.
Dalam hal ini sikap guru Indonesia harus tunduk dan taat
kepada pemerintah dalam menjalankan tugasnya. Mereka
harus menjalankan kode etik yang telah diterapkan pemerintah
di Departemen Pendidikan.
16
(2) Sikap terhadap Organisasi Profesi.
Sikap guru dalam hat ini adalah hendaknya guru
bersama-sama memelihara dan meningkatkan mutu
organisasinya sebagai sarana perjuangan dan pengabdian. Ha1
ini akan menambah keyakinan masyarakat dalam menitipkan
putra-putrinya di dunia pendidikan.
(3) Sikap terhadap Teman Sejawat.
Dalam ayat ke-7 kode etik guru disebutkan bahwa “Guru
memelihara hubungan seprofesi, semangat kekeluargaan dan
kesetiakawanan social”.
Kode etik diatas adalah menunjukkan bahwa guru
hendaknya menjaga hubungan yang baik mencerminkan
kekeluargaan dan kesetiakawanan sosial dengan rekan
seprofesinya baik di dalam maupun di luar lingkungan kerja.
(4) Sikap terhadap Anak Didik.
Didalam kode etik guru Indonesia dituliskan bahwa guru
berbakti membimbing peserta didik untuk membentuk manusia
Indonesia seutuhnya yang berjiwa Pancasila. Dalam hal ini
sikap guru seharusnya tidak hanya mengutamakan
pengetahuan atau perkembangan intetektual saja, tetapi
juga harus memperhatikan perkembangan seluruh pribadi
peserta didik pada akhirnya akan dapat menjadi manusia
17
yang mampu menghadapi tantangan-tantangan dalam
kehidupan sebagai insan dewasa.
Disamping itu sikap seorang guru terhadap anak didik
adalah hendaknya menempatkan diri sebagai orang tua
kedua, dengan selalu memberikan nasehat, dorongan
motivasi, agar murid-muridnya lebih giat mengikuti
proses belajar mengajar.
Guru agama hendaknya bisa dijadikan suri tauladan yang
baik bagi seluruh peserta didiknya. Kalau bisa dia harus
bersikap seperti Rasulullah SAW. Sebagaimana tertulis dalam
Al-Qur'an surat Al-Ahzab ayat 21:
Artinya : Sungguh pada diri Rasulullah itu teladan yang baik bagi kamu, bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan hari kemudian dan banyak mengingat Allah.
Di sini guru agama diharapkan mampu mencontoh sikap
Rasulullah, yang selanjutnya dapat diaplikasikan dalam
kehidupanya untuk diikuti anak didiknya.
18
(5) Sikap terhadap Tempat Kerja.
Sikap guru dalam hal ini diharapkan guru dapat
menciptakan lingkungan kerja yang menantang, agar ada
semangat dalam melakukan pekerjaannya. Suasana yang
menantang tadi harus disertai dengan terjalinnya hubungan
yang baik dengan orang tua siswa dan masyarakat sekitarnya.
Dan tentunya didukung suasana yang harmonis dan personil
yang ada disekitar sekolah itu sendiri.
(6) Sikap terhadap Pemimpin.
Pada butir ke-6 dalam kode etik guru Indonesia. berbunyi
“Guru secara pribadi dan bersama-sama mengembangkan dan
meningkatkan mutu dan martabat profesinya”. Ini berarti guru
dituntut untuk selalu meningkatkan martabat profesi baik
pribadi maupun secara kelompok.
Selain hal tersebut diatas, sikap guru terhadap profesinya
adalah merasakan, menikmati akan, pekerjaan yang telah dimiliki
dengan puas, seakan-akan tdak ingin mencari pekerjaan lainnya.
Itulah sikap bagi seorang yang berprofesi sebagai guru.
Guru bekerja dengan penuh dedikasi dengan menunjukkan
kesediaan yang tinggi untuk berbakti kepada pendidikan anak dan
masyarakat. Sekalipun guru tidak menonjolkan upah financial ia
juga manusia biaasa yang hrarus menghidupi keluarganya. Maka
19
sudah selayaknya nasib guru senantiasa mendapat perhatian
pemerintah dan masyarakat.
d. Aspek-aspek Profesionalitas Guru.
Seperti kita ketahui bersama, bahwa tugas utama guru itu
adalah “mendidik”. Dalam pendidikan di sekotah, tugas guru
sebagian besar adalah mendidik dengan cara mengajar. Di sini guru
bukan hanya asal mengajar di depan kelas saja, tapi tugas guru
sebelum itu masih ada, yaitu membuat persiapan mengajar dan
setelah mengajar di kelas, guru juga membuat evaluasi untuk
mengetahui keberhasitarr dari proses mengajarnya.
Dari sini dapat kita bayangkan bahwa tugas guru itu bdak
mudah, dia harus benar-benar mampu untuk menyalurkan ilmunya
agar mudah diterima anak didik. Tugas inti guru dalam mengajar itu,
ada tiga point, yaitu menyusun program pengajaran, melaksanakan
program Pengajaran, dan mengevaluasi program pengajaran.
(1) Penyusun Program Pengajaran.
Tugas guru sebelum memasuki kelas, adalah membuat /
menyusun program pengajaran, antara. lain sebagai berikut :
(a) Analisis Materi Pelajaran (AMP)
Analisis Materi Pelajaran (AMP) adalah hasil dari
kegiatan yang berlangsung sejak seseorang guru mulai
meneliti isi GSPP, kemudian mengkaji materi dan
menjabarkannya serta mempertimbangkan penyajiannya.
20
Analisis materi pelajaran ini adalah salah satu bagian
dari rencana kegiatan belajar mengajar yang berhubungan
erat dengan materi pelajaran dan strategi penyajiannya.
Fungsi dari AMP ini adalah digunakan sebagai acuan
untuk menyusun program pengajaran baik tahunan
maupun semester, satuan pelajaran dan rencana
pengajaran.
(b) Program tahunan dan program semester.
Program tahunan dalam mengalokasi waktu untuk
setiap pokok bahasan dalam satu tahun pelajaran. Dan
Program semester merupakan salah satu bagian dari
program pengajaran yang memuat alokasi waktu untuk
setiap satuan bahasan pada setiap semester.
Sedangkan fungsinya kalau program tahunan
berfungsi sebagai acuan untuk membuat program
semester. Dan program semester berfungsi sebagai
acuan untuk menyusun program satuan pelajaran
(satpel). Acuan kalender kegiatan belajar mengajar
dan untuk mencapai efisiensi dan efektifitas
penggunaan waktu belajar efektif yang tersedia.
Persiapan tahunan dibuat dengan cara mempelajari
dan mengambil dari kurikulum dan silabus yang sudah
berlaku. Dan persiapan semester itu dibuat dengan melihat
21
bulanan, mingguan dan harian dijabarkan dari persiapan
tahunan.
(c) Persiapan Pengajaran.
Persiapan mengajar merupakan salah satu bagian
dari program pengajaran yang memuat satuan landasan
untuk disajikan dalam beberapa kali pertemuan. Fungsi
dari persiapan mengajar ini adalah dapat digunakan
sebagai acuan untuk menyusun rencana pelajaran,
sehingga guru dalam melaksanakan proses kegiatan
belajar mengajar lebih terarah dan dapat berjalan dengan
efektif dan efisien.
Persiapan mengajar yang baik harus memenuhi
kriteria sebagal berikut :
- Materi dan tujuan mengacu pada GBPP.
Dalam mempersiapkan proses belajar, yang
pertama kali dilakukan guru adalah merumuskan
tujuan-tujuan pengajaran yang akan dicapai. Tujuan
yang disiapkan guru di sini adalah tujuan
instruksional yaitu tujuan yang hendak dicapai dalam
setiap bagian mata pelajaran apa yang diajarkan.
Dalam tujuan ini dibedakan menjadi dua macam
yakni Tujuan Instruksional Umum (TIU), yang
sifatnya agama umum dan kedua Tujuan Instruksional
22
Khusus (TIK), dimana sudah sangat spesfik dan
operasional. Tujuan Instruksional yang pertama (TIU)
ini telah ada dalam kurikulum, yakni pada Garis-garis
Besar Program Pengajaran (GBPP). Maka tugas guru
tinggal membuat tujuan instruksional khususnya
(TlK).
Bahan yang digunakan untuk merumuskan
Tujuan Instruksional Khusus tersebut adalah Tujuan
Instruksional Umum (TIU) dan bahan pengajaran atau
disebut juga sub pokok bahasan, yang kedua-duanya
tertulis di dalam buku Garis-garis Besar Program
Pengajaran (GBPP) agama Islam di sekolah. Tujuan
Instruksional Khusus ini dituntut bersitat operasional
dimana perumusannya itu ditinjau dari perubahan
tingkah laku siswa, sehingga guru di sinipun dapat
dengan mudah membuat alat evaluasi untuk
mengetahui keberhasilan proses belajar mengajar.
Perumusan tujuan operasional yang baik, paling tidak
berpedoman dengan tiga hal di bawah ini :
• Berpusat pada perubahan tingkah laku murid. Hal
ini diharapkan, tujuan itu dapat merubah
tingkah laku dari siswa (anak didik), misalnya
23
dari tidak bisa membaca menjadi bisa
membaca menjadi bisa membaca.
• Mengkhusus dalam bentuk-bentuk yang terbatas.
Tujuan yang merumuskan itu bersifat khusus dan
terbatas, agar dalam pengukurannya bisa dengan
mudah dilakukan.
• Realitas bagi kebutuhan perkembangan pelajaran
tersebut.
Tujuan itu arahnya jelas sesuai dengan realita/
kenyataan bagi perkembangan pelajaran yang
diajarkan.
- Proses belajar mengajar menunjang pembelajaran
aktif dan mengacu pada Analisis Materi Pelajaran
(AMP).
Hal di atas itu sangat penting, dimana bertujuan
agar penjelasan guru tidak keluar dari pokok
bahasan materi yang harus dipelajari, sehingga
penyampaian materi dapat lancar dan tepat
memenuhi sasaran sesuai dengan tujuan.
- Terdapat keselarasan antara tujuan, materi dan
alat penilaian.
adalah suatu media untuk mengetahui pencapaian
tujuan yang telah dirumuskan.
24
- Dapat dilaksanakan.
Di sini guru dalam membuat/merancang
persiapan mengajar, harus dapat memperkirakan
apakah itu dapat dilaksanakan atau tidak, baik itu
menyangkut biaya maupun tenaga.
- Mudah dimengerti / dipahami.
Dalam menyusun persiapan mengajar guru juga
sebaiknya menyusun dengan baik sehingga dapat
dengan mudah dimengerti dan dipahami.
Itulah kriteria tentang persiapan mengajar yang baik.
Di samping itu ada hal-hal lain yang perlu diperhatikan
berkenaan dengan persiapan mengajar.
• Persiapan mengajar dapat terdiri dari beberapa kali
pertemuan dan minimal menggunakan waktu 4 jam
pelajaran.
• Penilaian proses belajar dilakukan selama proses
belajar mengajar dengan mengacu pada tujuan yang
hendak dicapai.
• Ulangan harian diadakan pada setiap akhir bahan /
kajian pokok bahasan.
• Pada setiap pertemuan terdapat kegiatan :
- Pendahuluan yang meliputi motivasi dan
apersepsi, yaitu menanyakan materi pelajaran
25
yang lalu atau melakukan korelasi dengan
lingkungan / mata pelajaran lain.
- Kegiatan inti yaitu pengembangan konsep dan
penerapan (latihan soal-soal).
- Penutup berupa kesimpulan, penugasan atau
penekanan/penguatan materi.
(d) Rencana Pengajaran.
Rencana pengajaran merupakan persiapan guru
mengajar untuk tiap pertemuan, dimana befungsi
sebagai acuan untuk mekaksanakan belajar mengajar
di kelas agar lebih efektif dan efisien.
Biasanya rencana pengajaran ini memuat
tentang point-point penting yang akan kita sampaikan
kepada peserta didik. Dan komponen-komponen
utama dari Rencana Pengajaran (RP) adalah Tujuan
Pembelajaran Khusus (TPK). Materi pelajaran
kegiatan pembelajaran dan alat penilaian proses.
Demikianlah mengenai profesionalitas guru
dalam menyusun program pengajaran yang
merupakan tugas guru sebelum masuk dalam kelas.
Yang mana semuanya bertujuan untuk kelancaran
proses belajar mengajar.
26
(2) Pelaksanaan Program Pengajaran.
Setelah seorang guru membuat program pengajaran tugas
guru selanjutnya adalah melaksanakan atau menerapkan
program pengajaran yang telah disusun ke dalam proses belajar
mengajar di kelas. Dalam pelaksanaan program pengajaran,
hal-hal yang perlu diperhatikan adalah :
(a) Kesadaran Waktu (kedisiplinan).
Dalam pendidikan dan pengajaran, waktu
merupakan aspek yang selalu mendapatkan perhatian dari
setiap pengelola pendidikan dan pengajaran. Terutama
bagi seorang guru karena dia adalah orang yang sangat
berpengaruh dalam proses belajar mengajar. Waktu inilah
yang membatasi setiap ruang gerak dari proses interaksi
belajar mengajar. Proses itu akan berakhir sesuai waktu
yang telah dijadwalkan setiap bidang studi, begitu juga
pada awal akan memulai pelajaran, guru akan memakai
ruang kelas bila jadwal mengajar untuk guru telah tiba.
Seorang guru yang menyadari akan pentingnya
waktu, dia tidak membiarkan waktu berlalu tanpa makna,
tetapi memanfaatkannya secara efektif dan efisien. Guru
yang kurang menghargai waktu merupakan suatu
tindakan yang kurang bijaksana karena sikap seperti
itu akan merugikan anak didik.
27
Seperti peranan guru dalam CBSA, guru dituntut
memiliki pengetahuan, sikap dan ketrampilan tertentu
untuk mengaktifkan belajar para siswanya. Dan ketepatan
waktu guru dalam mengajar itu adalah suatu sikap yang
akan ditiru oleh siswanya. Guru harus membimbing anak
didik agar menjadi warga sekolah dan masyarakat yang
berdisiplin. Dalam peranan itulah seorang guru harus
mencerminkan suatu tingkah laku sebagai warga
masyarakat yang dapat digugu dan ditiru oleh anak didik
dengan penuh kesadaran.
(b) Penguasaan bahan pengajaran.
Dalam proses pembelajaran, bahan merupakan hal
yang sangat penting. Tanpa bahan proses tersebut tidak
akan dapat berlangsung. Sebab bahan merupakan alat
untuk mencapai tujuan.
Guru sebagai tenaga professional harus bisa
menempatkan diri sebagai perantara dalam proses
interaksi belajar mengajar yaitu perantara antara ilmu
pengetahuan dengan anak didik. Meskipun guru berperan
sebagai perantara namun guru tidak akan dapat
melaksanakan peranannya bila guru tidak menguasai
bahan pelajaran. Kemampuan menguasai bahan
pelajaran adalah bagian integral dari proses belajar
28
mengajar. Oleh karena itu guru menguasai bahan
pelajaran sebelum melaksanakan tugasnya mengajar
dalam kelas.
Menurut Sardiman AM, penguasaan bahan
pelajaran itu terdiri atas dua hal yaitu bahan pelajaran
itu sendiri dan bahan penunjang. Penguasaan bahan
bidang studi dalam kurikulum sekolah yang
dimaksudkan dalam hat ini adalah guru harus
menguasai bahan sesuai dengan materi atau cabang
ilmu pengetahuan yang dipeganganya sesuai yang
tertera dalam kurikulum sekolah.
Pengayaan bahan pelajaran ini bisa dilakukan
dengan memberikan cerita-cerita yang berhubungan
dengan materi pelajaran. Guru disini diharapkan kritis, hal
ini seperti yang dikatakan oleh Bagyo Sucahyo juara
keberhasilan guru dalam pembelajaran tingkat Nasional.
Menurutnya “Bagaimana pendidikan bisa maju. Kalau
guru sendiri tidak kritis terhadap apa yang seharusnya
dilakukan untuk membelajarkan anak didiknya dan juga
dirinya sendiri. Jadi yang dimaksud disini guru diharapkan
mampu (kritis) dalam menyikapi pembelajaran salah
satunya dengan membuat pengayaan materi yang
sesuai dengan materi dan perkembangan jaman.
29
Salah satu cara pengayaan materi adalah guru bisa
melakukannya dengan usaha memanfaatkan serta
mempelajari masyarakat, organisasinya, metode
pengembangan serta permasalahannya. Dalam hal ini guru
dapat menggunakan orang-orang dan masyarakat sebagai
“resource persons” yang bekerja sama guru memberi
pengataman belajaran kepada murid-murid.
Dari sini guru harus mampu memperluas penjelasan
dengan mencari pengayaan baik dari buku-buku lain
maupun dari lingkungan, agar proses pembelajaran tidak
terkesan kaku karena wawasan keilmuan guru kurang,
yang biasanya akan mengakibatkan kurang menarik
perhatian peserta didik dan mereka cepat merasa jenuh
mengikuti pelajaran. Oleh karena itu untuk menciptakan
interaksi belajar mengajar yang kondusif guru
memperkaya penjelasan materinya.
Disamping itu penguasaan bahan pelajaran erat
kaitannya dengan cara penyampaian bahan. Sebab
penguasaan- bahan dapat tercermin dari penyampaian
bahan pelajaran. Yang dibuat indicator dalam
penyampaian bahan pelajaran adalah cara penyampaian
bahan tersebut, yang metiputi :
30
- Bahan yang disampaikan benar. Tidak ada yang
menyimpang.
- Penyampaian lancar, tidak tersendat sendat.
- Penyampaian sistematis.
- Bahasanya jelas dan benar, mudah dimengerti oleh
siswa.
(c) Penguasaan metode.
Metode adalah suatu cara yang digunakan untuk
mencapai tujuan yang tetah ditetapkan. Dalam pengertian
umum metode diartikan sebagai cara mengerjakan sesuatu.
Metode mempunyai peranan yang sangat besar dalam
sebuah proses pendidikan. Apabila proses pendidikan itu
menggunakan metode yang tidak tepat, maka akan sulit
sekali untuk dapat mengharapkan hasil yang maksimal.
Baik atau tidaknya suatu metode itu banyak
tergantung kepada beberapa faktor, seperti faktor keadaan
(situasi dan kondisi), pemakaian atau tidak sesuai
seleranya, atau juga secara obyektif metode itu kurang
cocok dengan kondisi obyek misalnya yaitu keadaan
perkembangan jiwa anak, juga mungkin karena
metodenya sendiri yang secara intrinsik tidak memenuhi
persyaratan sebagai metode.
31
Mengajar secara efektif sangat tergantung pada
pemilihan dan penggunaan metode mengajar. Dari sini
kalau ingin menjadi guru yang efektif hendaknya memiiih
metode-metode yang benar-benar dapat meningkatkan
ketrampilan mengajar.
Winarno Surakhmad mengemukakan lima macam
faktor yang mempengaruhi penggunaan metode mengajar
sebagai berikut :
- Tujuan yang berbagai jenis dan fungsinya.
- Anak didik yang berbagai-bagai tingkat kematangan.
- Situasi yang berbagai-bagai keadaannya.
- Fasititas yang berbagai-bagai kuatitas dan
kuantitasnya.
- Pribadi guru serta kemampuan profesionalnya yang
berbeda-beda.
Guru sebaiknya memperhatikan faktor-faktor yang
mempengaruhi penggunaan metode di atas dengan tidak
mengabaikan situasi pengajaran yang sedang berlangsung.
Ini berarti guru harus dapat menguasai lebih dari satu
metode, agar memudahkan pemilihan metode bila metode
yang dipergunakan tidak sesuai dan keadaan psikologis
anak didik.
32
Pada dasamya metode mengajar ini banyak sekali
macamnya, disini kami mengambil salah satu pendapat
Djamarah yang dikutip dari Winarno Surakhmad bahwa
metode mengajar ada sepuluh macam diantaranya :
- Metode ceramah
- Metode latihan siap (drill)
- Metode Tanya jawab.
- Metode diskusi atau musyawarah.
- Metode demonstrasi dan eksperimen
- Metode pembagian tugas belajar (penugasan)
- Metode karya wisata
- Metode kerja kelompok atau gotong-royong.
- Metode system regu
- Metode sosiodrama dan bermain peran.
Dari semua metode yang disebutkan diatas dalam
penggunaan harus tetap memilih metode yang sesuai
dengan tujuan, bahan pengajaran (materi), situasi dan
keadaan anak didik, misalnya materi ibadah, metode yang
tepat adalah praktek, materi sejarah dengan metode
ceramah, dan sebagainya. Disamping itu hendaknya guru
menggunakan metode yang bervariasi karena ini akan
lebih baik, dimana bertujuan agar anak didik tidak merasa
bosan selama pengajaran berlangsung, satu hal yang perlu
33
diperhatikan, bahwa penggunaan metode mengajar yang
bervariasi tetap berorientasi pada tujuan pengajaran.
Akhirnya, penguasaan metode merupakan salah
satu aspek yang tidak bisa diabaikan oleh guru dalam
melaksanakan tugasnya sebagai pendidik. Sebab
metode mengajar adalah suatu cara untuk
menyampaikan bahan pengajaran kepada anak didik
selama pelajaran berlangsung dalam rangka pencapaian
tujuan yang telah ditetapkan untuk suatu mata
pelajaran. Seandainya guru tidak menguasai satupun
metode mengajar, maka guru akan menemui kesulitan
dalam memberikan bahan pengajaran kepada anak
didik, yang berarti guru gagal sebelum melaksanakan
tugasnya mengajar di depan kelas.
Media dalam pendidikan dapat digolongkan menjadi
tujuh kategori, diantaranya :
1. Realthing adalah manusia (pengajar), benda yang
sesungguhnya (bukan gambar atau model) dan
peristiwa yang sebenarnya terjadi.
2. Verbal representation adalah media tulis/cetak,
misalnya buku teks, referensi, dan bahan bacaan
lainnya.
34
3. Grafik representasion adalah semacam diagram,
gambar atau lukisan.
4. Still picture seperfi foto, slide, film strip dan
sebagainya.
5. Audio (recording) seperti pita kaset, tape, dan
sebagainya.
6. Program adalah kumpulan informasi yang berurutan.
7. Simulation, media ini kita kenal dengan istilah
simulation and game, yaitu suatu permainan yang
menirukan kejadian yang sebenarnya.
Dalam menggunakan media ada hal-hal yang perlu
diperhatikan, antara lain :
1. Mengenal, memilih, dan menggunakan media harus
selektif, karena dalam menggunakan sesuatu media
itu juga harus mempertimbangkan komponen-
komponen yang lain misalnya materi dan metode.
2. Memuat alat-alat bantu pelajaran yang sederhana
yaitu mudah didapat.
3. Menggunakan buku pegangan/ buku sumber, buku
sumber lebih dari satu dan ditambah buku-buku
penunjang lainnya.
4. Menggunakan perpustakaan dalam proses belajar
mengajar.
35
Dari berbagai macam media yang disebutkan diatas,
dalam hal ini tetap kembali pada guru, bagaimana memilih
media yang tepat berdasarkan pertimbangan yang hati-hati
agar proses interaksi belajar mengajar dapat mencapai
tujuannya dari ketrampilan guru dalam pemilihan media
yang tepat dan benar.
(3) Evatuasi Program Pengajaran.
Tahap ketiga setelah guru melaksanakan program
pengajaran, tugas kemudian adalah mengevaluasi dari
pelaksanaan pengaruh pengajaran. Evaluasi ini adalah berguna
agar seorang guru (pengajar) mengetahui hasil dari
pengajaran yang telah ia lakukan.
Evaluasi pembelajaran terdiri atas dua macam, yaitu
evaluasi hasil. Evaluasi proses dilaksanakan pada setiap proses
belajar mengajar di kelas. Dalam hal ini biasanya guru
melalukan melalui tanya jawab di awal pelajaran (pretest)
maupun di akhir pelajaran (posttest). Sedangkan evaluasi hasil
belajar siswa dapat dilakukan dengan cara evaluasi formatif
dan sumatif.
(a) Evaluasi formatif adalah penilaian yang dilakukan guru
setelah satu pokok bahasan selesai dipelajari oleh siswa.
Penilaian formatif disebutkan dengan istilah penilaian
pada akhir satuan pelajaran, biasanya dikenal dengan
36
“ulangan harian”. Penilaian ini berfungsi untuk
mengetahui sejauh mana tercapainya tujuan
instruksional khusus dalam setiap satuan pelajaran.
(b) Evaluasi sumatif adalah penilaian yang diselenggarakan
oleh guru setelah satu jangka waktu tertentu. Evaluasi ini
dilaksanakan pada akhir semester. Penilaian ini
dilaksanakan pada akhir semester. Penilaian sumatif
berguna untuk memperoleh informasi tentang keberhasilan
belajar siswa yang dipakai sebagai masukan utama untuk
menentukan nilai raport atau nilai akhir semester.
Setetah evaluasi ini dilakukan langkah selanjutnya
adalah memberikan penilaian. Dalam melakukan penilaian
yang, harus diperhatikan adalah :
(a) Sasaran Penilaian.
Sasaran/obyek evaluasi belajar adalah perubahan
tingkah laku yang mencakup bidang kognitif, afektif dan
psikomotorik secara seimbang. Dengan demikian dapat
diketahui tingkah laku mana yang sudah dikuasainya dan
mana yang belum, sebagai bahan perbaikan.
(b) Alat penilaian.
Penggunaan alat penilaian hendaknya komprehensif,
yang berupa tes dan non tes sehingga diperoleh gambaran
hasil belajar yang obyektif. Demikian pula bentuk tes
37
tidak hanya tes obyektif tetapi juga tes esay. Sedangkan
jenis non tes digunakan untuk mencari aspek tingkah laku
seperti aspek minat dan sikap. Alat evaluasi non test,
antara lain observasi, wawancara, study kasus dan
sebagainya. Penilaian hasil belajar hendaknya dilakukan
secara berkesinambungan agar diperoleh hasil yang
menggambarkan kemampuan peserta didik yang
sebenarnya.
Demikianlah asapek-aspek profesionalitas dalam
mengajar. Disini guru dituntut mampu/berkompeten
dalam proses pengajaran yang dimulai dari penyusunan
program pengajaran, Pelaksanaan program pengajaran
sampai pada yang terakhir yaitu evaluasi pengajaran.
C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kompetensi Guru
Meskipun kompetensi guru merupakan salah satu yang
mempengaruhi proses pembelajaran, namun kompetensi guru itu sendiri
tidaklah berdiri sendiri, tetapi ia juga dipengaruhi oleh faktor yang lain,
yaitu latar belakang pendidikan guru dan pengalaman mengajar guru.
1. Latar belakang Pendidikan Guru.
Perbedaan latar belakang pendidikan guru dalam mempengaruhi
kegiatan guru dalam melaksanakan proses interaksi belajar mengajar.
Cara mengajar guru lulusan fakultas tarbiyah atau IKIP akan berbeda
dari cara mengajar guru tulusan non tarbiyah atau IKIP. Sebab guru
38
lulusan fakultas tarbiyah IKIP telah memiliki pengetahuan dalam
bidang kependidikan, sedang guru lulusan fakultas non tarbiyah dan
non IKIP belum tentu memiliki atau tidak dibekali dengan
pengetahuan dibidang kependidikan.
2. Pengalaman Mengajar Guru.
Pengalaman mengajar bagi seorang guru merupakan sesuatu yang
sangat berharga. Untuk itu setiap guru membutuhkan pengalaman
tersebut. Sebab pengalaman mengajar tidak pernah diperoleh selama
duduk di bangku kuliah. Pengetahuan teoritis belum menjamin
keberhasilan seorang guru dalam proses pembelajaran jika tidak
ditopang dengan pengalaan mengajar. Mengingat mengajar bukan
hanya sebagai ilmu, tehnologi dan seni belaka, tetapi ia juga
sebagai suatu sebagai suatu ketrampilan. Mengajar merupakan
ketrampilan tentu membutuhkaa banyak praktek semakin banyak
latihan semakin meningkat ketrampilan yang dikuasai oleh guru.
Mengajar sebagai suatu ketrampilan merupakan aktualisasi dari
pengetahuan teoritis ke dalam interaksi belajar mengajar. Ketrampilan
mengajar banyak macamnya dan hal itu perlu dikuasai oleh setiap guru
agar dapat melaksanakan interaksi belajar mengajar secara efektif dan
efisien. Pengetahuan teoritis akan ketrampilan mengajar yang dikuasai
oleh guru akan lebih baik bila dilengkapi dengan pengalaman mengajar.
Perpaduan kedua hal tersebut akan melahirkan figure guru yang
berkompetensi tinggi.
39
Guru yang baru pertama mengajar di depan kelas biasanya
menunjukkan sikap yang agak kaku, kurang fleksibel, kurang luwes
terkadang bingung untuk mengeluarkan kata-kata apa yang tepat untuk
memulai pembicaraan. Keadaan seperti ini terkadang menimbulkan
trauma dalam dirinya. Berbeda dari guru yang sudah lama mengajar,
interaksi belajar mengajar yang dilaksanakan mereka akan berlangsung
secara fleksibel, luwes dan tidak tampak kaku. Bahkan materi yang
disampaikan seolah-olah keluar tanpa disadari.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian tentang evaluasi profesionalisme kinerja guru pendidikan
agama Islam (studi kasus terhadap kinerja guru pendidikan agama Islam
di MI ................ Kabupaten ................ dilaksanakan pada semester I tahun
pelajaran 20/20 tepatnya pada tanggal 5 Oktober sampai dengan 5
Nopember 20 sesuai dengan judul penelitian ini maka tempat penelitian
adalah di ................ Kabupaten ................
B. Metode dan Rancangan Penelitian
Penelitian tentang evaluasi profesionalisme kinerja guru pendidikan
agama Islam (studi kasus terhadap kinerja guru pendidikan agama Islam di
MI ................ Kabupaten ................) merupakan penelitian studi kasus
dengan menggunakan metode atau pendekatan kualitatif. Menurut Bogdan
dan Taylor (1975) mendefinisikan metode kualitatatif sebagai prosedur
penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau
lesan dari orang-orang dan perilaku yang diamati ( Lexy J.
Moloeng,2000).
Sejalan dengan definisi tersebut, Kirk dan Multer (1968)
mendefinisikan bahwa “penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam
ilmu pengetahuan sosial yang secara pondamental bergantung pada
pengamatan manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan
40
41
orang-orang tersebut dalam bahasannya dan dalam peristilahannya (Lexy
J.Moloeng,2000).
Dengan berdasarkan pendapat diatas maka penelitian kualitatif dapat
diartikan sebagai penelitian yang tidak mengadakan perhitungan.
Adapun penelitian tentang “Evaluasi profesionalisme kinerja guru
pendidikan agama Islam (studi kasus terhadap kinerja guru pendidikan
agama Islam di MI ................ Kabupaten ................) merupakan penelitian
studi kasus, yaitu merupakan penyajian secara rinci terhadap subyek
tertentu dan peristiwa tertentu.
C. Populasi dan Sampel
Dalam penelitian kualitatiflyang bersifat deskriptif tidak
menggunakan perhitungan, dan atas dasar pendapat diatas maka
penelitian ini tidak menggunakan populasi atau sampel dalam
mengungkapkan informasi yang ada (pariabel yang di teliti) tetapi
menggunakan sumber data sebagai bagian dari impormasi. Dengan
demikian populasi bukan merupakan elemen dari penelitian kualitatif dan
penggunaan “sumber data” adalah merupakan elemen terpenting dalam
menggali informasi mengenai subyek dan obyek penelitian.
Dalam penelitian ini fokus penelitian adalah “Evaluasi
profesionalisme kinerja Guru pendidikan agama Islam dengan tolok ukur
kompetensi kinerja guru pendidikan agama Islam di MI ................
Kabupaten ................. Adapun data atau impormasinya diperoleh dari
informan, dokumentasi yang menunjang data yang berbentuk kata-kata
42
atau tulisan, ataupun tindakan. Misalnya kehadiran guru, arsip soal ujian,
penyusunan program pengajaran dan lain-lain.
Penelitian in mengekplorasi jenis data kualitatif yang terkait dengan
masing-masing fokus penelitian yang sedang diamati.Sumber data dalam
penelitian ini adalah terkait dari mana data tersebut dapat di peroleh.
Sumber data dalam penelitian ini adalah kepala sekolah, Waka kurikulum,
guru dan siswa MI ................ Kabupaten .................
D. Instrumem Penelitian
Dalam penelitian menggunakan metode kualitatif, instrumen
terpenting adalah kehadiran peneliti dilokasi penelitian. Dengan kata lain
kehadiran peneliti secara optimal di lokasi merupakan salah satu instrumen
kunci dalam menangkap makna dan sekaligus sebagai pengumpul data. Oleh
karena itu dalam penelitian ini peneliti (penulis) bertindak sebagai instrumen
kunci, dan kehadiran peneliti di lokasi penelitian diketahui statusnya aleh subyek
penetitian dan informan.
E. Pengumpulan Data dan Analisa Data.
1. Pengumpulan data
Untuk memperoleh data di lapangan dan menjawab permasalahan
yang sedang diteliti dipergunakan metode pengumputan data sebagai
berikut :
43
a. Wawancara
Wawancara adalah suatu komunikasi verbal atau percakapan
yang memerlukan kemampuan responden untuk merumuskan buah
pikiran serta perasaan yang tepat.
Dengan menggunakan metode ini dimaksudkan untuk
memperoleh data data tentang fokus penelitian yaitu kompetensi guru
agama ditinjau dari aspek profesionalisme mengajar. Dalam metode ini
penulis menggunakan instrumen penelitian pedoman wawancara.
Adapun yang diwawancarai adalah kepala sekolah, waka kurikulum,
guru agama dan siswa.
b. Observasi.
Metode observasi adalah pengumpulan data dengan jalan
pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena-
fenomena yang diselidiki (S. Masution).
Dalam menggunakan metode ini dimaksudkan untuk
memperoleh data tentang penguasaan bahan pengajaran,
kedisiplinan memberi pelajaran, pelaksanaan proses
pembelajaran, metode yang digunakan dan mengevaluasi. Pada
metode ini penulis menggunakan instrumen penelitian pedoman
observasi.
c. Dokumentasi
Yaitu metode yang digunakan untuk mengumpulkan data dari
sumber non insani yaitu benda-benda tertulis seperti buku-buku,
44
majalah, dokumentasi, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan
harian dan sebagainya (Suharsimi Arikunto). Dengan
menggunakan metode ini dimaksudkan untuk memperoleh data
penyusunan program pembelajaran, arsip soal ujian semester,
daftar hadir guru. Adapun data tersebut dapat diperoleh dari
kepala sekolah, kepala bagian tata usaha dan waka kurikulum.
2. Analisa Data
Analisis data adalah proses pelacakan dan pengaturan secara
sistematik transkip wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain
yang dikumpulkan untuk meningkatkan pemahaman terhadap bahan-
bahan tersebut agar dapat dipresentasikan semuanya kepada orang lain
(Imron Arifin). Adapun untuk meningkatkan pemahaman tersebut
analisis pertu ditanjutkan dengan berupaya mencari makna.
Proses analisis data dalam penelitian ini dimulai dengan
menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber, yaitu dari
wawancara, pengamatan yang sudah dituliskan dan dokumen
dokumen. Setetah itu dilanjutkan dengan mengadakan reduksi data
yang dilakukan dengan jalan rangkuman. Selanjutnya menyusun
dalam satuan-satuan, satuan-satuan itu kemudian dikategorikan. Dan
kategori-kategori itu dilakukan sambil membuat koding (Moleong).
Setelah itu mulai ditafsirkan untuk disajikan pada orang lain.
BAB IV
HASIL -HASIL PENELITIAN
A. Jabaran Variabel Penelitian
Setelah dilakukan penelitian pada sumber-sumber data yang
bersangkutan mengenai masalah kompetensi/kinerja guru pendidikan
agama Islam di ................ Kabupaten ................ ditinjau dari aspek
profesionalisme mengajar maka dapat diketahui hasilnya sebagai berikut :
1. Kemampuan merencanakan program pengajaran
Perencanaan program pengajaran dalam kegiatan belajar
mengajar adalah suatu bentuk kesiapan seorang guru dalam
melaksanakan tugas selama satu semester disamping merupakan upaya
untuk mengkondisikan kesiapan belajar siswa. Seperti kita ketahui
perencanaan program pengajaran itu terdiri dari analisis materi
pengajaran (AMP), Program Tahunan (PROTA) Program Semester
(PROMES) dan Rencana Pengajaran (RP ).
Setelah kami lakukan wawancara dan observasi mengenai
perencanaan program pengajaran guru agama islam di MI ................
Kabupaten ................ Program Tahunan (PROTA), Program Semester
(PROMES), Satuan Pelajaran (SATPEL), dan Reneana Pengajaran
(RP).
Data tersebut didukung dari wawancara dengan Waka
Kurikulum dan penetiti juga melihat berkas perencanaan program itu
45
46
pada masing-masing guru agama. Kemudian peneliti melakukan
wawancara dengan guru agama tersebut, mereka menjelaskan dalam
pembuatan PROTA ini dilakukan untuk satu tahun. Pada saat
menyusun perencanaan ini disesuaikan dengan GBPP yang berlaku
kalender pendidikan dan jadwal pelajaran sekolah, serta sarana dan
prasarana yang menunjang kegiatan proses belajar mengajar.
Guru agama juga membuat program semester, menurutnya
program ini dibuat pada setiap semester. Disamping itu guru agama
juga membuat satpel dan RP. Hal tersebut bertujuan untuk
mngarahkan atau sebagai acuan dalam pelaksanaan proses belajar
mengajar.
Dari komponen program perencanaan pengajaran yang tidak
dibuat guru agama di sini adalah Program Analisis Mtateri Pelajaran
(AMP), Ketika kami tanyakan mengapa hal tersebut tidak dibuat, guru
agama mengatakan bahwa AMP tidak terlalu penting atau
berpengaruh di datam proses belajar mengajar di kelas.
Adapun mekanisme pembuatan perencanaan program
pengajaran di sekolah adalah dari bagian staf kurikulum menyediakan
blangko secara lengkap dan diisi oleh guru Agama. Kemudian satu
bulan berikutnya blangko yang sudah diisi segera dikumpulkan
kembali ke bagian waka kurikulum. Dan untuk satuan pelajaran
beserta rencana pengajaran digandakan untuk diserahkan kepada
47
masing-masing guru lagi, yang digunakan sebagai acuan dalam
melaksanakan program pengajaran di kelas.
2. Pelaksanaan Program Pengajaran.
Pelaksanaan program pengajaran adalah kegiatan guru dalam
kelas. Untuk du agar dapat memperoleh data, penulis melakukan
observasi masuk ke dalam kelas melihat proses belajar mengajar
yang berlangsung di dalam kelas. Dan didukung dengan
wawancara dengan guru dan beberapa siswa.
Setelah diadakan observasi di kelas kepada guru agama lalu
melakukan wawancara yang hasilnya adalah sebagai berikut :
a. Kedisiplinan
Yang dimaksud dengan kedisiplinan disini adalah dalam
melaksanakan tugas yang terdiri dari tiga hal, yaitu aktif masuk,
memberi pelajaran, ketepatan saat memulai pelajaran dan ketepatan
pada saat mengakhiri pelajaran.
(1) Keaktifan masuk memberi pelajaran
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala sekolah
bahwa guru agam di MI …………………………
Kab................. tergolong aktif. Hal ini tercermin pada daftar
kehadiran. Data ini juga diperkuat dari wawancara dengan
sebagian siswa yang diajar guru agama dan rata-rata mereka
menjawab bahwa guru agama jarang bahkan hampir tidak
pernah absen masuk kelas memberi pelajaran dan kalau ada
48
keperluan yang sangat penting guru agama biasanya
menitipkan tugas untuk siswa-siswa.
(2) Ketepatan waktu memulai pelajaran
Seorang guru dapat tepat waktu memulai pelajaran bila
ia memulai pelajaran sesuai dengan waktu yang telah
ditetapkan dalam jadwal pelajaran atau terlambat maksimal
sepuluh (10) menit.
Dari data observasi dapat diketahui bahwa salah satu dari
guru agama yang di MI ................ Kab. ................ sering tidak
tepat pada jam yang ditetapkan tetapi hal ini belum bisa
dikatakan terlambat karena ketidaktepatannya masih dalam
batas maksimal. Hal ini juga didukung dari data wawancara
melalui siswa, mereka mengatakan bahwa mereka sering
menunggu sekitar lima sampai sepuluh menit.
Ketika kami lakukan wawancara dengan guru tersebut
alasannya adalah terlambat itu biasanya pada jam pertama,
dimana ketika di rumah sedang ada kesibukan yang
mendadak dan tidak bisa diwakilkan, dan juga karena
jaraknya rumah dan sekolah yang lumayan jauh.
Dan guru yang satu juga pernah terlambat ketika kami
observasi, tapi ini tidak sering, dan alasannya ketika
wawancara dengan guru tersebut, itu karena kendaraan umum
yang biasanya banyak, pada hari itu agak sepi. Dari data
49
tersebut dapat disimpulkan bahwa ketepatan guru agama
dalam memulai pelajaran adalah tidak terlambat, karena
walaupun terlambat tapi itu antara lima sampai sepuluh
menit, dimana masih dikatakan batas maksimal dari jadwal
yang ditetapkan.
(3) Ketepatan mengakhiri pelajaran
Seorang guru dapat disebut tepat mengakhiri pelajaran
bila sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan dalam jadwal
di sekolah atau kurang 5 menit.
Dan data observasi dapat diketahui bahwa guru agama
tepat waktu dalam mengakhiri pelajaran. Ketika
kami lakukan wawancara dengan dua guru tersebut pernah
juga terlambat, hal ini terjadi karena digunakan untuk
membahas soal ulangan atau ketika masih ada sedikit
keterangan yang belum disampaikan, yang dilakukan tidak
menyambung dengan keterangan sebelumnya apabila di
teruskan pada pertemuan yang akan datang.
b. Kemampuan menguasai bahan pengajaran
Guru agama di MI ………………… Kab. ................ dalam
menguasai pelajaran ini terlihat dari cara penyampaian kepada
siswa-siswanya. Dimana guru agama disini menyampaikan dengan
membaca bagian-bagian terpenting dari teks dan kadang – kadang
melihat catatan pribadi.
50
Guru agama dalam menjelaskan pelajaran mereka tidak
terpaku pada buku teks saja tapi juga didukung oleh pengayaan dari
buku-buku bacaan lainnya. Hal ini terlihat ketika kami lakukan
observasi, pada saat itu pelajarannya adalah sejarah yang berjudul
“penyebaran Islam setelah Khulafaur Rosyidin”. Disini guru agama
memberikan keterangan yang diselingi dengan cerita-cerita yang
diambil dari sejarah Nabi dan sahabat. Dan juga cerita-cerita yang
berasal dari pengalaman pribadi yang sesuai dengan.
Penguasaan guru agama disini terlihat dari kesistematisan
guru dalam menerangkan. Guru agama menerangkan dengan
sistematis, hal ini terlihat ketika guru menyampaikan materi, yaitu
guru menyampaikan dengan memulai dan definisi/pengertian
materi itu terlebih dahulu. Ketika itu materinya adalah tentang
akhlak yang berjudul “disiplin”. Dalam penyampaian bahan, guru
dalam bicara lancar tidak mengalami kemacetan. Salah satu
penyebabnya adalah karena materi yang disampaikan/kurikulum
yang ada di tingkat SMP/Madrasah Tsanawiyah dan yang
sederajat itu masih sangat sederhana dan mendatar.
Mengenai bahasa yang digunakan guru agama disini adalah
cukup mudah dipahami. Dengan penggunaan bahasa itu guru
agama melihat tingkat usia anak didiknya, sehingga bahasa yang
digunakan sangat sederhana, bahkan kadang-kadang memakai
51
bahasa jawa. Hal ini bertujuan untuk lebih memahamkan anak
didiknya dan juga untuk menciptakan keakraban antara mereka.
Data observasi ini juga didukung dari hasil wawancara pada
siswa, kebanyakan mereka mengatakan bahasa yang digunakan
guru agama cukup mudah dipahami, sehingga mereka menyukai
pelajaran agama karena cepat paham dengan materi yang
diajarkan.
Mungkin sedikit yang masih kurang dari hasil pengamatan
kami disini adalah guru agama kurang memperhatikan siswa yang
di belakang. Tapi alangkah baiknya guru sekali-kali berjalan
kebelakang tidak hanya berdiri di depan saja. Dan ketika menulis di
depan, seharusnya dituliskan lebih lengkap karena pada tingkat
MI .ini kami kira masih perlu bimbingan dan tuntunan dari guru.
c. Kemampuan menggunakan metode
Secara umum metode yang di gunakan guru agama dalam
menyampaikan materi ditemukan empat metode yaitu ceramah,
tanya jawab, penugasan dan praktek.
Dari hasil observasi kempat metode ini yang sering
digunakan adalah metode ceramah.Sedangkan metode tanya jawab
dan penugasan ini digunakan sebagai variasi dari metode ceramah.
Penggunaan metode mengajar dilaksanakan agar menghindari
kejenuhan dari dari aktivitas kelas biar tidak tampak sepihak.
Misalnya hanya dengan metode ceramah saja dimana aktivitas
52
sepenuhnya di monopoli guru, atau dengan metode tanya jawab
saja maka aktivitas sepenuhnya dikuasai oleh siswa saja. Oleh
sebab itu agar terjadi komunikasi timbal balik antara siswa dan
guru. Guru agama di MI ................ Kab. ................ itu
menggunakan metode lebih dari satu macam.
Sebagian besar metode yang digunakan oleh guru
agama dalam menyampaikan/menggunakan metode ini sesuai
dengan karakteristik materi pelajaran. Ini terbukti dari
observasi, ketika itu materi sejarah, kami melihat metode yang
digunakan adalah ceramah. Tetapi kadang-kadang guru agama
juga menggunakan metode yang tidak sesuai dengan
karakteristik materi, ini terlihat ketika materi haji, pada waktu
itu guru tidak menggunakan metode praktek, hal ini kami
tanyakan sebabnya mereka menjawab dikarenakan
keterbatasan dari sarana dan prasarana dan juga keterbatasan
waktu, dimana materi agama sangat banyak sedangkan waktu
yang diberikan hanya dua jam selama satu minggu.
Disamping itu guru dalam menggunakan metode
disesuaikan dengan karakteristik anak didik, data tersebut
kami dapat dari hasil wawancara dengan guru agama. Seperti
yang disampaikan guru agama bahwa antara kelas satu dan
lainnya itu sudah berbeda. Ini seperti yang dikatakan guru
agama bahwa antara kelas IA dan IC itu berbeda tingkat
53
prestasi dan karakteristiknya. Kelas IC itu anak-anaknya lebih
aktif menerima pelajaran, sehingga pada saat mengajar disini
guru menggunakan metode ceramah dengan diulang-ulang dan
lebih pelan. Sedankan di kelas I A guru cukup memberi
pengarahan (menerangkan) dan setelah itu diberikan tanya jawab.
Bukan itu saja menurut guru agama antara pribadi anak itupun juga
berbeda. Hal ini dapat dilihat pada materi Al Qur'an. Disini guru
agama memberikan pengawasan/pengajaran cukup ketat karena
walaupun kebanyakan siswa berasal dari lingkungan pondok
pesantren, tetapi kemampuan membaca Al Qur'annya masih
kurang.
Untuk metode penugasan ini dilakukan setiap selesai
memberikan satu pokok bahasan yaitu dengan mengerjakan LKS,
setelah itu pertemuan berikutnya untuk membahas LKS tersebut
dengan tanya jawab. Menurut guru agama disini adalah bahwa
metode ini bertujuan untuk melatih tanggung jawab dari siswa.
Selain dengan lembar kerja guru pendidikan agama Islam di
MI ................ Kabupaten ................ juga memberikan PR yang
sesuai dengan materi yang baru diterima, ini menurut guru agama
adalah supaya siswa benar-benar paham dan mau belajar di rumah.
Karena penilaiannya adalah siswa di suruh kedepan, apakah
jawabannya sesuai dengan PR yang di kerjakan di rumah.
54
Dalam penyampaian materi guru agama disesuaikan dengan
situasi dan kondisi Mereka tidak terlalu tegang atau santai sehingga
membuat anak -anak MI ................ Kabupaten ................ ini sangat
menyukai guru agama. Sebab mereka dalam menerima pelajaran
dalam keadaan senang dan tidak tertekan. Menurut guru agama
juga harus dilihat dari suasana, ketika kebetulan pelajaran agama
terdapat pada jam terakhir, dimana anak-anak sudah capek. Dalam
keadaan seperti itu guru agama menyikapi dengan cara
menjelaskan materi yang diselingi dengan cerita-cerita lucu yang
dikaitkan dengan materi yang di sampaikan, sehingga materi yang
diajarkan guru tetap bisa diterima oleh siswa walaupun sudah jam
terakhir.
Dalam menggunakan metode pengajaran itu sangat ditunjang
dengan media yang digunakan, karena media merupakan alat bantu
dalam penggunaan suatu metode di MI ................ Kab.................
media yang di gunakan guru agama adalah berupa buku bacaan,
papan, kapur tulis dan gambar.
Sesungguhnya di sekolah ini sudah ada media elektronika
yaitu berupa OHP, tapi untuk pelajaran agama media ini belum
pernah digunakan, media ini di gunakan untuk pelajaran IPA. Di
samping itu kelas yang di pakai belum di desain untuk media OHP.
Media ini biasanya digunakan di ruangan khusus untuk rapat dan
sebagainya berupa buku bacaan, papan, kapur tulis dan gambar.
55
Media gambar dalam pelajaran ini juga dipakai hal ini terjadi
ketka pada materi sholat dan wudu. Gambar praktek sholat dan
wudu ini terpampang di masing- masing kelas. Selain itu juga
terdapat gambar-gambar shohabat Nabi, hal ini untuk
mengenalkan kepada siswa tentang penjelasan yang ada dalam
buku diktat. Penggunaan media gambar ini menurut guru agama
sangat membantu menjelaskan,karena walupun di tingkat MTs.
Siswa-siswa disini masih banyak yang belum sempurna dalam
melakukan ibadah terutama sholat dan wudu.
Dari hasil observasi penggunaan media di MI ................ Kab.
................ sangat membantu pemahaman materi pada siswa,
meskipun media yang digunakan sangat sederhana, dikarenakan
keterbatasan biaya, sebab Madrasah ini termasuk sekolah yang
masih muda masih tahap pembangunan.
Data ini juga didukung dari wawancara dengan beberapa
siswa, mereka mengatakan dengan melihat gambar maka mereka
lebih jelas dalam mempratekkan teori yang telah didapat dari guru
agama.
3. Kemampuan mengevaluasi
Evaluasi pelajaran agama di MI ................ Kab. ................ ini
terdiri dari evaluasi proses dan evaluasi hasil pembelajaran .Evaluasi
proses ini selalu dilaksanakan setiap kali pertemuan (tatap muka),yaitu
pada awal memulai pelajaran dan setelah selesai menjelaskan hal ini
56
dapat dibuktikan pada waktu observasi, disini guru agama sering
melakukan pretes (evaluasi proses) hal ini bertujuan untuk mengetahui
apakah siswa masih ingat pada pelajaran yang disampaikan dan juga
setelah memberikan penjelasan.
Guru agama disini menggunakan siasat untuk memancing agar
siswa mau menjawab dan memberikan janji akan menambah nilai bagi
anak yang menjawab dengan benar. Kata guru agama siasat ini adalah
bertujuan memotifasi agar anak bisa berebut menjawab pertanyaan yang
diajukan.
Sedangkan evaluasi hasil di MI ................ Kabupaten ................
ini sama dengan evaluasi hasil di sekolah lain,yaitu terdiri ulangan
harian,ujian tengah semeste (MID) dan ujian akhir semester.
Ulangan harian pada umumnya dilakukan oleh guru agama
setelah menyelesaikan satu atau dua pokok bahasan. Tujuannya untuk
mengetahui daya serap / kemampuan siswa.Kami lihat dari hasil
observasi, dalam memberikan pertanyaan guru agama disini sangat
sistimatis, yaitu guru mengajukan pertanyaan dari yang paling mudah
sampai terakhir guru yang paling sulit dan yang terakhir ini guru
biasanya memberikan waktu yang agak panjang untuk berpikir evaluasi
tersebut sangat penting dilaksanakan karena hasinya akan mempengarui
nilai raport.
Ujian tengah semester pada umumnya dilaksanakan secara
serentak pada bulan yang telah ditentukan sesuai dengan jadwal yang
57
tercantu dalam kalender pendidikan. Tujuan evaluasi ini adalah untuk
mengukur kemampuan siswa selama mendapatkan pelajaran tiga bulan
pertama. Soal-soal biasanya dibuat oleh guru sendiri oleh guru agama
yang bersangkutan.
Ujian akhir semester dilaksanakan secara bersamaan menurut
kalender pendidikan pada bulan yang telah ditetapkan. Pada umumnya
soal-soal ujian dibuat bersama-sama oleh guru agama antar sekolah
pada saat musyawaroh rutin MGMP (Musyawarah Guru Mata
Pelajaran) sehingga soal-soal ujian dipakai oleh seluruh lembaga pada
tingkat MI. Hasil ujian ini biasanya dimasukkan dalam raport setelah
melaluai proses.
Selain itu guru agama juga mengadakan praktek hal ini penting
karena dapat membantu mengetahui secara langsung tingkat
keberagamaan siswa MI ................ Kabupaten ................. Ujian praktek
biasanya mencakup kegiatan-kegiatan sholat, membaca Al
Qur'an, berwudu, tayamum. Ujian praktek ini biasanya dilaksanakan
seperti ulangan harian.
Alat evaluasi yang di gunakan guru agama disini terdiri dari dua
bentuk, yaitu tes dan non test. Dalam pembuatan soal guru agama selalu
menganalisa soal-soal yang akan diajukan kepada peserta didik atau
yang disebut dengan analisis soal. Hal tersebut dilakukan untuk
mempertimbangkan soal yang mudah atau sulit. Test ini dilakukan baik
58
dengan tanya jawab lesan atau soal esay, dimana seperti yang dijelaskan
diatas ketika ulangan harian.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Kemampuan guru agama dalam perencanaan program pengajaran
ditujukan dengan pembuatan perencanaan program pengajaran yang
meliputi program tahunan, program semester, satuan pelajaran dan
rencana pengajaran. Sedangkan analisis materi pelajaran ini tidak dibuat
oleh guru agama.
2. Kemampuan guru agama dalam menguasai bahan pengajaran, ditujukan
dengan dilakukan pengayaan bahan, baik dari buku-buku bacaan
maupun pengalaman hidup (pribadi), dan cara penyampaian bahan yang
digunakan guru yaitu lancar, sistematis dengan bahasa yang mudah
dipahami.
3. Kemampuan guru agama dalam menggunakan metode, ditunjukkan dari
penggunaan metode yang disesuaikan dengan karakteristik materi anak
didik, situasi dan kondisi waktu. Disampirrg itu guru agama
menggunakan metode yang bervariasi ini yaitu ceramah, tanya jawab,
praktek dan penugasan. Namun yang sedikit yang masih kurang dari
penggunaan metode guru agama disini adalah guru kurang
memperhatikan siswa yang dibelakang, sehingga siswa tersebut kurang
mendapatkan perhatian.
59
60
4. Kemampuan guru agama dalam mengevaluasi ini ditunjukkan dari
evaluasi yang dilakukan. Evaluasi yang digunakan adalah evaluasi
proses dan evaluasi hasil. Evaluasi proses dilakukan setiap masuk di
kelas biasanya berupa pretest atau posttest Sedangkan untuk evaluasi
hasil dilaksanakan dengan ulangan harian, mid semester dan ujian akhir
semester. Alat evaluasi yang digunakan guru agama terdiri dari dua
macam yaitu tes dan non tes.
B. Saran-saran
1. Agar guru agama selalu lengkap dalam membuat perencanaan program
pengajaran, kepala sekalah hendaknya berbuat tegas dengan
memberikan peringatan.
2. Untuk lebih meningkatkan kedisiplinan guru agama dalam
melaksanakan tugas mengajar, hendaknya kepala sekolah mengadakan
fungsi kontrol melalui pengunjungan kelas ketika jam pelajaran.
3. Hendaknya kepata sekolah selalu memberi semangat kepada guru
agama yang masih berstatus guru tidak tetap agar selalu bersemangat
dalam nengajar.
4. Dalam penggunaan bahasa hendaknya guru agama tidak terlalu sering
menggunakan bahasa daerah, walaupun itu bertujuan untuk lebih
memahamkan siswa. Karena hal tersebut akan bisa merusak ci t ra
bangsa.
5. Hendaknya guru agama selalu mengadakan koreksi diri dari
pelaksanaan mengajarnya mulai dari perencanaan sampai evaluasi,
61
kemudian berusaha mencari solusi dari faktor penghambat. Hal ini
tentunya bertujuan untuk meningkatkan kompetensi guru agama itu
sendiri dan untuk meningkatkan kuatitas sekolah se tempat .
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Abu. Metodik Khusus Pendidikan Agama. Bandung: PT: Armico, 1986.
Arifin, M. Selekta Pendidikan Agama (Islam Dan Umum). Jakarta: Bumi Aksara, 1995.
Arifin, Imron. Penelitian Kualitatif Dalam Ilmu Sosial Dan Keagamaan. Malang: Kalimada Pers; 1996.
Arikunto, Suharsimi. Manajemen Pengajaran Secara Manusiawi, Jakarta: Rineka Cipta, 1993.
__________ Prosedur Penelitian Kualitatif Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta, 1992.
Daradjat Zakkiyah Dkk. Metodologi Pengajaran Agama Islam. Jakarta: PT.Bina Ilmu, 1982.
__________ Kepribadian Guru. Jakarta: Bulan Bintang, 1980.
__________ Metodologi Pengajaran Agama Islam. Jakarta: Pt. Bumi Aksara, 1996.
Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Rineka Cipta. 1993.
Dja’far, Zainudin. Diktatik Metodik. Pasuruan: Gaweda Pasuruan, 1995.
Djamarah, Syaiful Bahri, Prestasi Belajar Dan Kompetensi Guru. Semarang, Usaha Nasional, 1994.
__________ Guru Dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif. Jakarta : Rineka Cipta, 2000
Ecols, John M Dan Sadli Hasan. Kamus Inggris Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka, Utama, 1980.
Jawa Pos. Edisi Sabtu Wage, 3 Mei 2003,
Kosasi, Soetjipto Raflis, Profesi Keguruan. Jakarta: Rineka Cipta,1999.
62
63
L. Baker, Eva Popham, W, James. Tehnik Mengajar Secara Sistematis. Jakarta : Pt. Rineka Cipta, 1992.
Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif Bandung: Remaja Roesdakarya.
Mudjiono Dan Dimyati. Belajar Dan Pembelajaran. Jakarta: Pt. Gramedia, 1996.
Nasution, Hadari. Administrasi Pendidikan. Jakarta: Cv. Haji Mas Agung, 1993.
Rooijakkers, Ad. Mengajar Dengan Sukses Petunjuk Untuk Merencanakan Dan Menyampaikan Pengajaran. Jakarta: Grasindo, 1991.
Sardiman, Am. Interaksi Dan Motivasi Mengajar. Jakarta: Rajawali,1992.
Interaksi Dan Motivasi Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo, 2001.
Sriyono, Dkk. Tehnik Belajar Mengajar Dalam CBSA. Jakarta : Rineka Cipta:1992.
S. Syaodih, R. Ibrahim Nana. Perencanaan Pengajaran. Bandung. PT. Rineka Cipta, 1996.
Soetopo, Hendayat, Soemanto Wasty. Kepemimpinan Dan Supervisi Pendidikan. Jakarta: Bina Aksara,1984.
Sudjana, Nana. Cara Belajar Siswa Aktif Dalam Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Sinar Baru Algensindo, 1996.
Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung Sinar Baru Algensindo,1989.
Surachmad, Winarno. Metodologi Pengajaran Nasional Bandung : German Bandung, 1997.
Syah, Muhibbin. Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Guru. Bandung : Remaja Roesdakarya, 1997.
Tarsir, Ahmad, Ilmu Pendidikan Dan Perspektif Islam : Bandung : Roesdakarya, 2001.
__________ Metodalngi Pengajaran Agama Islam. Baudung. Pemuda Roesdakarya, 1995.
Tim Bisbimtalad, Al-Qur’an Terjemah Indonesia. Jakarta : PT. Sari Agung, 1996
64
Tim Direktorat Jendral Pembinaan Kelembagaan Agama Islam/Direktorat Pembinaan Agama Islam Pada Sekolah Umum Negeri Berdasarkan Kurikulum GBPP Tahun 1994. Kendali Mutu Pendidikan Agama Islam. Jakarta : Direktorat Jendral Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, 2001.
T.W. Suseno, T Gilarso N. Dosen Ikip Sanat Dharma Yogyakarta. Program Pengalaman Lapangan I. Yogyakarta: PT. Andi Ofsed, 1998.
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003. Tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Usman, Uzer. Menjadi Guru Professional. Bandung: Roesdakarya,1998.
Usmani, Husaini. Metodologi Penelitian Sosial. Bandung: Sinar Grafika. 1990.
Wijaya, Cece Dan Rusyan, Tabrani. Kemampuan Guru Dalam Proses Belajar Mengajar, Handung. Remaja Reosdakarya, 1998.
Wijaya, Cece Dkk. Upaya Pembaharuan Dalam Pendidikan Dan Pengajaran. Bandung: PT. Remaja Roesdakarya,1988.
Lampiran
PEDOMAN OBSERVASI
A. Penguasaan bahan
1. Apakah guru menyampaikan materi pelajaran dengan sistematis ?
2. Apakah guru menyampaikan mated pelajaran dengan dengan lancar ?
3. Apakah bahasa yang digunakan untuk menjelaskav materi dapat
diterima ?
4. Apakah guru mengembangkan penjelasan materi yang ada dalam buku
pelajaran.
B. Penguasan metode
l. Apakah metode yang digunakan guru agama untuk menyampaikan
materi sesuai dengan karakteristik pelajaran dan anak didik ?
2. Apakah guru agama menggunakan metode yang bervariasi ?
3. Metode apakah yang sering digunakan guru agama ?
a. Metode ceramah
b. Metode dislcusi
c. Metode Tanya jawab
d. Metode petiugasan
e. Metode lapangan.
4. Apakah guru agama menggunakan media alat tulis papan ?
5. Apakah guru agama mengguaakan media elektronlka ?
6. Apakah metode ysug digunakan dengan situasi dan kondisi ?
C. Penggunaan Evaluasi
1. Apakah guru agama melakukan pretes (apersepsi) dan pastes dalam
setiap mata pelajaran ?
2. Apakah guru agama menggunakan evaluasi formatif / ulangan harian ?
3. Apakah guru agama menggunakan evaluasi sumatif ?
4. Apakah guru agama menggunakan evaluasi penugasan ?
5. Apakah guru agama menggunakan evaluasi praktek ?
PEDOMAN WAWANCARA
A. Responden Kepala Sekolah dan Waka Kurikulum
1. Apakah guru PAI di Madrasah ini selalu rnembuat program
perencanaan ?
2. Apakah guru PAI di MTs ini sering izin dalam proses belajar mengajar ?
3. Bagaimana cara pembuatan Program Tahunan ?
4. Apakah menurut Bapak, guru PAI di MTs ini dalam menjalankan
tugasnya sudah sesuai dengan tujuan ?
5. Apakah guru PAI pernah melakukan kegiatan untuk lebih memahamkan
materi yang diberikan pada peserta didik ?
B. Responden Guru
1. Apa yang anda perhatikan dalam menggunakan metode / media ?
2. Apa yang anda lakukan untuk memotivasi siswa agar keinginan belajar
agama timbul ?
3. Bagaimana anda melakukan pengayaan materi ?
4. Perencanaan program apa saja yang anda buat ?
5. Bagaimana mekanisme pembuatan program perencanaan tersebut ?
6. Bagaimana anda melakukan evaluasi ?
7. Apakah anda sering terlambat masuk kelas ?
8. Apakah anda sering terlambat dalam mengakhiri pelajaran ?
9. Metode apa saja yang anda gunakan dalam proses pembelajaran ?
10. Kendala apa saja yang anda hadapi dalam pelaksanaan Pendidikan
Agama ?