Karya Tulis Ilmiah Limbah Ikan Biodiesel
-
Upload
aisyah-aizh -
Category
Documents
-
view
359 -
download
26
description
Transcript of Karya Tulis Ilmiah Limbah Ikan Biodiesel
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bumi memiliki kekayaan alam yang melimpah sebagai alat untuk memenuhi semua
kebutuhan manusia yang tidak terbatas. Manusia sudah sejak dahulu memanfaatkan
kekayaan alam untuk memenuhi kebutuhannya. Kebutuhan manusia yang bergantung
dengan alam misalnya kebutuhan akan energi. Energi yang berada di bumi ini sangatlah
berlimpah. Hasil bumi ini berupa sumber daya alam. Sumber daya alam (SDA) adalah
segala sesuatu yang muncul secara alami yang dapat digunakan untuk pemenuhan
kebutuhan manusia pada umumnya. Yang tergolong di dalamnya tidak hanya komponen
biotik, seperti hewan, tumbuhan, dan mikroorganisme, tetapi juga komponen abiotik,
seperti minyak bumi, gas alam, berbagai jenis logam,air, dan tanah. Inovasi teknologi,
kemajuan peradaban dan populasi manusia, serta revolusi industri telah membawa
manusia pada era eksploitasi sumber daya alam sehingga persediaannya terus berkurang
secara signifikan, terutama pada satu abad belakangan ini
Kelangkaan energy merupakan dampak yang timbul akibat semakin menipisnya bahan
bakar di bumi ini karena sifatnya sendiri tidak dapat diperbaharui. Eksploitasi secara
terus-menerus terhadap energi fosil yang merupakan energi yang tidak terbarukan untuk
konsumsi industri, rumah tangga dan transportasi mengakibatkan keberadaannya di alam
semakin menurun. Salah satu sektor yang berkembang sangat pesat adalah transportasi.
Namun diketahui hingga saat ini, mayoritas alat transportasi terutama mobil masih
menggunakan bahan bakar fosil. Menurunnya cadangan bahan bakar fosil di dunia ini
mengakibatkan banyak pihak yang berusaha mendapatkan sumber energi alternatif yang
ramah lingkungan (green energy). Sumber energi alternatif yang dapat dikembangkan
antara lain energi nuklir, energi matahari, energi angin, energi gelombang dan
penggunaan biodiesel (biosolar).
Indonesia yang saat ini dikenal sebagai salah satu negara pengekspor minyak bumi
juga diperkirakan akan mengimpor bahan bakar minyak pada 10 tahun mendatang,
karena produksi dalam negeri tidak dapat lagi memenuhi permintaan pasar yang
meningkat dengan cepat akibat pertumbuhan penduduk dan industri (Hendartomo, 2006).
Bahan bakar minyak adalah sumber energi dengan konsumsi yang terbesar untuk saat ini
1
diseluruh dunia jika dibandingkan dengan sumber energi lainnya. Tetapi saat ini dunia
mengalami krisis bahan bakar minyak. Banyak negara, terutama Indonesia, mengalami
masalah kekurangan bahan bakar minyak (dari bahan bakar fosil) untuk negaranya
sendiri. Indonesia, khususnya, telah mengimpor bahan bakar minyak (terutama bahan
bakar diesel/solar) untuk kebutuhan negara dengan jumlah yang cukup besar.
Tidak terlepas dari permasalahan semakin menipisnya stok minyak mentah yang
berasal dari fosil ini terus menurun sedangkan jumlah konsumsinya terus meningkat
setiap tahunnya,permasalahan ini tentu saja dirasakan seluruh masyarakat Indonesia
khususnya nelayan pada kampung bugis kelurahan bintaro kecamatan ampenan yang
sangat membutuhkan BBM untuk menjalankan aktivitasnya setiap hari sebagai penangkap
ikan, dan bila tidak tersedia, banyak di antaranya yang tidak bisa melaut. "Masyarakat
nelayan sangat bergantung dari hasil tangkapannya untuk menggerakkan ekonomi
keluarga. sehingga perlu dicari alternatif bahan bakar lain, terutama dari bahan yang
terbarukan. Salah satu alternatifnya adalah biodiesel, untuk menggantikan solar.
Biodiesel merupakan bahan bakar alternatif yang menjanjikan yang dapat diperoleh
dari minyak tumbuhan, lemak binatang atau minyak bekas melalui transesterifikasi
dengan alkohol. Biodiesel memberikan sedikit polusi dibandingkan bahan bakar
petroleum. Selain itu, biodiesel dapat digunakan tanpa modifikasi ulang mesin diesel
(Mardiah, 2006).
Dua pertiga wilayah Indonesia berupa perairan, sehingga ikan yang dihasilkan cukup
besar. Ikan memiliki sifat yang sangat mudah rusak, selain itu kondisi penanganan pasca
panen yang kurang baik juga membuat ikan menjadi cepat busuk, diantaranya akibat
benturan selama penangkapan, pengangkutan dan persiapan sebelum pengolahan
(Astawan, 2003). Sebagai contoh volume limbah ikan pada pasar tradisional Kebon Roek
Ampenan khusus untuk pedagang pengumpul ikan yang berada dekat Pasar Tradisional
Kebon Roek Ampenan dan pasar menghasilkan limbah ikan sebanyak 2,5 ton perharinya
Sehingga perlu dilakukan pemanfaatan lebih jauh mengenai limbah ikan. Salah satunya
dengan mengolah menjadi biodiesel.
Kampung Bugis kelurahan Bintaro Kecamatan Ampenan terdiri dari 6 Rumah Tangga
dengan jumlah penduduk sekitar 1345 jiwa dari 625 kepala keluarga. Sebagian besar
2
pendidikan penduduknya adalah lulusan sekolah dasar dengan mayoritas mata
pencaharian adalah Nelayan . penggunaan bahan bakar solar para nelayan ini hampir 5 –
10 liter selama 11 jam proses pengolahan limbah ikan menjadi biodiesel sangat perlu
dilakukan selain untuk mendapatkan minyak dari limbah ikan tersebut juga dapat
Mengurangi beban ekonomi masyarakat di kampung bugis kelurahan bintaro kecamatan
ampenan akibat pembelian bahan bakar minyak.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana proses pengolahan dan pembuatan Limbah Ikan menjadi sumber
energy alternatif biodiesel yang ramah lingkungan.
2. Bagaimana cara memanfaatkan minyak ikan hasil dari limbah ikan melalui reaksi
transesterifikasi sehingga dapat digunakan bagi para nelayan di Kampung Bugis
kelurahan Bintaro Kecamatan Ampenan
C. Gagasan Yang Ingin Disampaikan
Biodiesel mengacu pada non-petroleum yang berdasarkan pada bahan bakar
diesel mengandung rantai alkil pendek (metil or etil) ester, yang terbuat dari proses trans-
eterifikasi minyak nabati atau lemak hewan yang dapat dipergunakan sebagai pengganti
minyak murni tanpa memodifikasi mesin kendaraan. Biodiesel berbeda dari minyak sayur
atau straight vegetable oil (SVO) yang dapat digunakan (secara murni atau campuran)
sebagai bahan bakar pada beberapa kendaraan yang mesinnya telah dimodifikasi.
Salah satu bahan baku yang bisa digunakan dalam pembuatan biodiesel adalah limbah
ikan. Satu kilogram limbah ikan dapat menghasilkan sekitar satu liter biodisel, Proses
produksinya tidaklah rumit. Pertama, limbah ikan yang telah diperas kemudian
dimasukkan dalam air panas dengan suhu 90 ℃ untuk mengekstrak kandungan
minyaknya. Setelah itu, limbah ikan dicampur dengan methanol (9%) dan soda kaustik
untuk memisahkan glycerin dari biodisel. Setelah itu, biofuel dibersihkan dengan
ditambahkan mangan untuk mengoptimalkan pembakaran.
D. Tujuan
1. Mengetahui proses pengolahan dan pembuatan Limbah Ikan menjadi sumber energy
alternatif biodiesel yang ramah lingkungan
2. Mengetahui manfaat minyak ikan hasil dari limbah ikan melalui reaksi
transesterifikasi.
3
3. Mengajak masyarakat khususnya nelayan di Kampung Bugis kelurahan Bintaro
Kecamatan Ampenan untuk mengoptimalkan limbah perikanan untuk menghasilkan
biodiesel sebagai sumber energi baru yang bermanfaat bagi kehidupan.
4. Mengajak masyarakat khususnya nelayan di Kampung Bugis kelurahan Bintaro
Kecamatan Ampenan untuk berfikir inovatif dalam mengolah limbah khususnya
limbah ikan.
5. Memanfaatkan minyak ikan dari limbah ikan untuk produksi biodiesel sehingga
dapat mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan.
E. Manfaaat
1. Meningkatkan pengetahuan dan kreatifitas masyarakat dalam memanfaatkan minyak
ikan hasil dari limbah ikan bagi kesejahteraan nelayan di kampung bugis kelurahan
bintaro kecamatan ampenan
2. Mengurangi masalah pencemaran lingkungan.
3. Mengurangi ketergantungan nelayan akan bahan bakar minyak solar.
4. Mengurangi beban ekonomi masyarakat di di kampung bugis kelurahan bintaro
kecamatan ampenan akibat pembelian bahan bakar minyak.
4
II. TELAAH PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Minyak Ikan
Lemak dan minyak adalah salah satu kelompok yang termasuk pada golongan
lipid, yaitu senyawa organik yang terdapat di alam serta tidak larut dalam air, tetapi
larut dalam pelarut organik non-polar, misalnya dietil eter (C2H5OC2H5),
kloroform (CHCl3), benzene dan hidrokarbon lainnya. Lemak dan minyak dapat
larut dalam pelarut tersebut karena mempunyai polaritas yang sama dengan pelarut
tersebut (Herlina, 2002). Lemak dan minyak adalah trigliserida dan triasilgliserol.
Trigliserida alami adalah trimester dari asam lemak berantai panjang (C12 sampai
C24) dan gliserol, merupakan penyusun utama lemak hewan dan minyak nabati.
Trigliserida melalui reaksi transesterifikasi dengan gliserol diubah menjadi
monogliserida dan digliserida dengan bantuan katalis seperti natrium metoksida
dan basa lewis lainnya. Hanya saja proses ini menghasilkan campuran yang terdiri
atas 40-80% monogliserida, 30-40% digliserida, 5-10% trigliserida, 0,2-9% asam
lemak bebas dan 4-8% gliserol (Juliati, 2002). Lemak hewani mengandung banyak
sterol yang disebut kolesterol, sedangkan lemak nabati mengandung fitosterol dan
lebih banyak mengandung asam lemak tak jenuh sehingga umumnya berbentuk air.
Lemak hewani ada yang berbentuk padat yang biasanya berasal dari lemak hewan
darat seperti lemak susu, lemak sapi, lemak babi. Lemak hewan laut seperti minyak
ikan paus, minyak ikan Cod, minyak ikan herring berbentuk cair dan disebut
minyak (Winarno, 1997).Minyak ikan adalah minyak yang berasal dari jaringan
ikan yang berminyak. Minyak ikan dianjurkan untuk diet kesehatan karena
mengandung asam lemak omega-3, EPA (eikosapentaenoat), DHA
(dokosaheksaenoat) yang dapat mengurangi peradangan pada tubuh. Tidak semua
ikan menghasilkan asam lemak omega-3 akan tetapi hanya ikan yang
mengkonsumsi mikroalga saja yang dapat menghasilkan asam lemak tersebut
misalkan saja ikan herring dan ikan
sarden atau ikan-ikan predator yang memangsa ikan yang mengandung asam
lemak omega-3 seperti ikan air tawar, ikan air danau, ikan laut yang gepeng, ikan
5
tuna dan ikan salmon dimungkinkan mengandung asam lemak omega-3 yang
tinggi.Minyak ikan mengandung asam lemak yang beragam. Kandungan asam
lemak jenuh rendah sedangkan asam lemak tak jenuhnya tinggi terutama asam
lemak tak jenuh rantai panjang yang mengandung 20 atau 22 atom C atau lebih.
Beberapa asam ini termasuk EPA dan DHA (De Man,1997).
Asam–asam lemak tak jenuh yang terdapat pada tumbuhan dan hewan dapat dilihat
pada Tabel 2.
Tabel 2. Asam-asam lemak tak jenuh yang terdapat pada tumbuhan dan
hewan
Untuk asam lemak jenuh pada minyak ikan biasanya adalah asam miristat dan
asam palmitat dengan asam stearat yang jumlahnya sangat sedikit. Kadar asam
lemak polienoat yang tingg menyebabkan minyak ikan rentan terhadap
autooksidasi (De Man, 1997). Asam-asam lemak jenuh yang terdapat pada
tumbuhan dan hewan dapat dilihat pada Tabel 3.
6
Tabel 3. Asam-asam lemak jenuh yang terdapat pada tumbuhan dan hewan.
2. Biodiesel
Biodiesel secara umum adalah bahan bakar mesin diesel yang terbuat dari
bahan terbarukan atau secara khusus merupakan bahan bakar mesin diesel yang
terdiri atas ester alkil dari asam-asam lemak. Biodiesel dapat dibuat dari minyak
nabati, minyak hewani atau dari minyak goreng bekas/daur ulang. Biodiesel
merupakan salah satu bahan bakar mesin diesel yang ramah lingkungan dan dapat
diperbarui (renewable). Biodiesel tersusun dari berbagai macam ester asam lemak
yang dapat diproduksi dari minyak tumbuhan maupun lemak hewan. Minyak
tumbuhan yang sering digunakan antara lain minyak sawit (palm oil), minyak
kelapa, minyak jarak pagar dan minyak biji kapok randu, sedangkan lemak hewani
seperti lemak babi, lemak ayam, lemak sapi, dan juga lemak yang berasal dari ikan
(Wibisono, 2007; Sathivel, 2005).
7
Biodiesel disintesis dari ester asam lemak dengan rantai karbon antara C6-C22
dengan reaksi transesterifikasi. Biodiesel bisa digunakan dengan mudah karena
dapat bercampur dengan segala komposisi dengan minyak solar, mempunyai sifat-
sifat fisik yang mirip dengan solar biasa sehingga dapat diaplikasikan langsung
untuk mesin-mesin diesel yang ada hampir tanpa modifikasi (Prakoso, 2003).
Bahan-bahan mentah pembuatan biodiesel menurut Mittelbach, 2004 adalah
trigliserida-trigliserida, yaitu komponen utama aneka lemak dan minyak-
lemak, dan
asam-asam lemak, yaitu produk samping industri pemulusan (refining)
lemak dan minyak-lemak.
3. Trigliserida
Trigliserida adalah triester dari gliserol dengan asam-asam lemak, yaitu asam
asam karboksilat beratom karbon 6 sampai dengan 30. Trigliserida banyak
terkandung dalam minyak dan lemak. Trigliserida merupakan komponen terbesar
penyusun minyak nabati. Selain trigliserida, terdapat juga monogliserida dan
digliserida. Struktur molekul dari ketiga macam gliserid tersebut dapat dilihat
pada Gambar 1.
Gambar 1. Struktur molekul monogliserida, digliserida, dan trigliserida
4. Asam Lemak Bebas
Asam lemak bebas adalah asam lemak yang terpisahkan dari trigliserida,
digliserida, monogliserida, dan gliserin bebas. Hal ini dapat disebabkan oleh
8
pemanasan dan terdapatnya air sehingga terjadi proses hidrolisis. Oksidasi juga
dapat meningkatkan kadar asam lemak bebas dalam minyak nabati.
Gambar 2. Struktur molekul asam lemak bebas
Dibanding bahan bakar solar, biodiesel memiliki beberapa keunggulan, yaitu:
1. Biodiesel diproduksi dari bahan pertanian, sehingga dapat diperbaharui.
2. Biodiesel memiliki nilai centane yang tinggi, volatile rendah, dan bebas sulfur.
3. Ramah lingkungan karena tidak ada emisi SOx.
4. Menurunkan keausan ruang piston karena sifat pelumasan bahan bakar yang bagus
(kemampuan untuk melumasi mesin dan sistem bahan bakar).
5. Aman dalam penyimpanan dan transportasi karena tidak mengandung racun.
6. Meningkatkan nilai produk pertanian.
7. Biodegradabel: jauh lebih mudah terurai oleh mikroorganisme dibandingkan
minyak mineral. Pencemaran akibat tumpahnya biodiesel pada tanah dan air bisa
teratasi secara alami.
5. Pembuatan Biodiesel
Biodiesel dibuat melalui reaksi transesterifikasi minyak atau lemak
menggunakan katalis asam atau basa. Proses transesterifikasi dilakukan dengan
mereaksikan alkohol dengan minyak untuk memutuskan tiga rantai gugus ester dari
setiap cabang trigliserida dan mengubahnya menjadi 3 molekul metil atau etil ester
(biodiesel) dan 1 molekul gliserol.
Tahapan reaksi dalam pembuatan biodiesel adalah sebagai berikut :
9
Esterifikasi
Esterifikasi adalah tahap konversi dari asam lemak bebas menjadi ester. Esterifikasi
mereaksikan minyak lemak dengan alkohol. Asam sulfat, asam sulfonat organik
atau resin penukar kation asam kuat merupakan katalis-katalis yang biasa terpilih
dalam praktek industrial (Soerawidjaja, 2006). Untuk mendorong agar reaksi bisa
berlangsung ke konversi yang sempurna pada temperatur rendah (misalnya paling
tinggi 1200C), reaktan metanol harus ditambahkan dalam jumlah yang sangat
berlebih (biasanya lebih besar dari 10 kali nisbah stoikhiometrik) dan air produk
yang ikut reaksi, harus disingkirkan dari fasa reaksi, yaitu fasa minyak. Melalui
kombinasi-kombinasi yang tepat dari kondisi-kondisi reaksi dan metode
penyingkiran air, konversi sempurna asam-asam lemak ke ester metilnya dapat
dituntaskan dalam waktu satu sampai beberapa jam. Reaksi esterifikasi dapat
dilihat pada Gambar 3.
RCOOH + CH3OH RCOOCH3 + H2O
Asam lemak methanol metil ester
Gambar 3. Reaksi Esterifikasi
Mekanisme reaksi esterifikasi yang terjadi sebagai berikut:
Gambar 4. Mekanisme reaksi esterifikasi dalam katalis asam
Esterifikasi biasa dilakukan untuk membuat biodiesel dari minyak berkadar asam
lemak bebas tinggi (berangka asam ≤5 mg-KOH/g). Pada tahap ini, asam lemak
10
bebas akan dikonversikan menjadi metil ester. Tahap esterifikasi biasa diikuti
dengan tahap transesterifikasi. Namun sebelum produk esterifikasi diumpankan ke
tahap transesterifikasi, air dan bagian terbesar katalis asam yang dikandungnya
harus disingkirkan terlebih dahulu .
Transesterifikasi
Transesterifikasi (biasa disebut dengan alkoholisis) adalah tahap konversi dari
trigliserida (minyak nabati) menjadi alkyl ester, melalui reaksi dengan alkohol, dan
menghasilkan produk samping yaitu gliserol. Di antara alkohol-alkohol monohidrik
yang menjadi kandidat sumber/ pemasok gugus alkyl, metanol adalah yang paling
umum digunakan, karena harganya murah dan reaktifitasnya paling tinggi (sehingga
reaksi disebut metanolisis). Jadi, di sebagian besar dunia ini, biodiesel praktis
identik dengan ester metil asam-asam lemak (Fatty Acids Metil Ester, FAME).
Produk yang diinginkan dari reaksi transesterifikasi adalah ester metil asam-asam
lemak. Terdapat beberapa cara agar kesetimbangan lebih ke arah produk, yaitu :
a. Menambahkan metanol berlebih ke dalam reaksi
b. Memisahkan gliserol
c. Menurunkan temperatur reaksi (transesterifikasi merupakan reaksi eksoterm)
Hal-hal yang mempengaruhi reaksi transesterifikasi perlu diperhatikan agar
didapatkan produk biodiesel dengan jumlah yang maksimum. Beberapa kondisi
reaksi yang mempengaruhi konversi serta perolehan biodiesel melalui
transesterifikasi adalah sebagai berikut (Freedman, 1984) :
Pengaruh air dan asam lemak bebas
Minyak nabati yang akan ditransesterifikasi harus memiliki angka asam
yang lebih kecil dari 1. Banyak peneliti yang menyarankan agar kandungan
asam lemak bebas lebih kecil dari 0,5% (< 0,5%). Selain itu, semua bahan yang
akan digunakan harus bebas dari air. Karena air akan bereaksi dengan katalis,
sehingga jumlah katalis menjadi berkurang. Katalis harus terhindar dari kontak
dengan udara agar tidak mengalami reaksi dengan uap air dan karbon dioksida.
Pengaruh perbandingan molar alkohol dengan bahan mentah
11
Secara stoikiometri, jumlah alkohol yang dibutuhkan untuk reaksi
adalah 3 mol untuk setiap 1 mol trigliserida, untuk memperoleh 3 mol alkil
ester dan 1 mol gliserol. Perbandingan alkohol dengan minyak nabati 4,8:1
dapat menghasilkan konversi 98% (Bradshaw and Meuly, 1994). Secara umum
ditunjukkan bahwa semakin banyak jumlah alkohol yang digunakan, maka
konversi yang diperoleh juga akan semakin bertambah. Pada rasio molar 6:1
setelah 1 jam konversi yang dihasilkan adalah 98-99%, sedangkan pada 3:1
adalah 74-89%. Nilai perbandingan yang terbaik adalah 6:1 karena dapat
memberikan konversi yang maksimum.
Pengaruh jenis alcohol
Pada rasio 6:1, metanol akan memberikan perolehan ester yangtertinggi
dibandingkan dengan menggunakan etanol atau butanol.
Pengaruh jenis katalis
Alkali katalis (katalis basa) akan mempercepat reaksi transesterifikasi
bila dibandingkan dengan katalis asam. Katalis basa yang paling populer untuk
reaksi transesterifikasi adalah natrium hidroksida (NaOH), kalium hidroksida
(KOH), natrium metoksida (NaOCH3), dan kalium metoksida (KOCH3).
Katalis sejati bagi reaksi sebenarnya adalah ion metilat (metoksida). Reaksi
transesterifikasi akan menghasilkan konversi yang maksimum dengan jumlah
katalis 0,5-1,5%-b minyak nabati. Jumlah katalis yang efektif untuk reaksi
adalah 0,5%-b minyak nabati untuk natrium metoksida dan 1%-b minyak
nabati untuk natrium hidroksida.
Pengaruh temperature
Reaksi transesterifikasi dapat dilakukan pada temperatur 30-650C (titik
didih methanol sekitar 650C). Semakin tinggi temperatur, konversi yang
diperoleh akan semakin tinggi untuk waktu yang lebih singkat. Untuk waktu 6
menit, pada temperatur 600C konversi telah mencapai 94%, sedangkan pada
450C yaitu 87% dan pada 320C yaitu 64%. Temperatur yang rendah akan
menghasilkan konversi yang lebih tinggi namun dengan waktu reaksi yang
lebih lama. (Destianna, 2007) Reaksi transesterifikasi yang terjadi adalah
sebagai berikut :
12
Gambar 5. Reaksi Transesterifikasi
Mekanisme reaksi transesterifikasi dalam katalis basa dapat dilihat pada Gambar 6.
Gambar 6. Mekanisme reaksi transesterifikasi dalam katalis basa
B. Konsep yang relavan dengan masalah yang dikaji
Tidak terlepas dari permasalahan semakin menipisnya stok minyak mentah
yang berasal dari fosil ini terus menurun sedangkan jumlah konsumsinya terus
meningkat setiap tahunnya,permasalahan ini tentu saja dirasakan seluruh masyarakat
Indonesia khususnya nelayan pada kampung bugis kelurahan bintaro kecamatan
ampenan yang sangat membutuhkan BBM untuk menjalankan aktivitasnya setiap hari
sebagai penangkap ikan, dan bila tidak tersedia, banyak di antaranya yang tidak bisa
13
melaut. "Masyarakat nelayan sangat bergantung dari hasil tangkapannya untuk
menggerakkan ekonomi keluarga. sehingga perlu dicari alternatif bahan bakar lain,
terutama dari bahan yang terbarukan. Salah satu alternatifnya adalah biodiesel, untuk
menggantikan solar tersebut kita menggunakan minyak ikan dari proses pengumpulan
limbah ikan yang diperoleh dari pedagang pengumpul ikan atau pasar ikan di daerah
setempat khususnya pasar tradisional kebon roek ampenan yang selama ini menjadi
masalah karena menimbulkan pencemaran lingkungan. Untuk mengatasi masalah
tersebut proses pengolahan limbah ikan menjadi biodiesel sangat perlu dilakukan
selain untuk mendapatkan minyak dari limbah ikan tersebut juga dapat Mengurangi
beban ekonomi masyarakat di kampung bugis kelurahan bintaro kecamatan ampenan
akibat pembelian bahan bakar minyak.
C. Uraian pendapat yang berkaitan dengan masalah yang dikaji
Proses Pembuatan Biodiesel
Salah satu bahan baku yang bisa digunakan dalam pembuatan biodiesel adalah limbah
ikan. Satu kilogram limbah ikan dapat menghasilkan sekitar satu liter biodisel, Proses
produksinya tidaklah rumit.
1. Limbah ikan yang telah terkumpul dicuci dan diperas hingga bersih kemudian
limbah ikan tersebut di rebus dengan perbandingan 1:1 (1 liter air dengan satu
kilogram limbah ikan).
2. Limbah ikan yang telah diperas dan dicuci kemudian dimasukkan dalam air panas
dengan suhu 900 ℃ untuk mengekstrak kandungan minyaknya.
3. Setelah itu, limbah ikan dicampur dengan methanol (9%) dan soda kaustik untuk
memisahkan glycerin dari biodisel.
4. Setelah itu, biofuel dibersihkan dengan ditambahkan mangan untuk
mengoptimalkan pembakaran sehingga menghasilkan minyak ikan.
5. Untuk mendapatkan minyak ikan yang kandungan didalamnya memenuhi unsur –
unsur yang terdapat pada bahan bakar atau minyak solar.
6. Proses reaksi kimia yaitu esterifikasi dan transesterifikasi.
14
D. Uraian mengenai pemecahan masalah yang pernah dilakukan
Berdasarkan survey yang telah dilakukan sebagian besar nelayan
memanfaatkan limbah ikan sebagai pakan ikan di wilayah tambak namun hal tersebut
mengakibatkan pencemaran lingkungan sekitar pantai maupun pantai tersebut karena
adanya kandungan minyak pada limbah tersebut sehingga pemanfaatan limbah ikan
sebagai biodiesel dianggap dapat mengatasi segala permasalahan dihadapi oleh
masyarakat setempat khususnya para nelayan yang berada di Kampung Bugis
kelurahan Bintaro Kecamatan Ampenan.
15
III. METODE PENULISAN
Penulisan dilakukan dengan menggunakan metode eksperimental di
laboratorium Pembuatan biodiesel dari minyak ikan menggunakan NaOH dan
methanol dimana melalui proses pemanasan limbah ikan yang menghasilkan 2 lapisan
yaitu minyak ikan dan sisa limbah ikan hasil dari pemanasan tersebut dicampurkan
dengan metokhsid selanjutnya melalui proses esterfikasi dan transesterifikasi.
Pembuatan biodiesel dari limbah ikan ini belum banyak dilakukan, sehingga produk ini
sangat berpotensi untuk dikembangkan baik skala besar maupun skala kecil menjadi
sumber energy alternative untuk semua masyarakat khususnya para nelayan Kampung
Bugis kelurahan Bintaro Kecamatan Ampenan, sehingga diharapakan bagi masyarakat
khususnya para nelayan mengetahui proses pengolahan dan pembuatan Limbah Ikan
menjadi sumber energy alternatif biodiesel yang ramah lingkungan, manfaat minyak
ikan hasil dari limbah ikan melalui reaksi transesterifikasi, mengoptimalkan limbah
perikanan untuk menghasilkan minyak ikan dari limbah ikan untuk produksi biodiesel
sehingga dapat mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan.
IV. ANALISIS DAN SINTESIS
Pembuatan biodiesel dari minyak ikan dengan menggunakan proses esterifikasi
dan transesterifikasi dapat dianalisis sebagai berikut: 1. Waktu dan perbandingan mol
antara minyak ikan dengan metanol yang optimum pada pembuatan biodiesel diperoleh
melalui proses reaksi transesterifikasi dengan variasi perbandingan mol metanol :
minyak ikan sebesar 6:1; 12:1; 18:1; dan 24:1 dengan waktu reaksi 12 sampai 24 jam.
16
V. KESIMPULAN DAN SARAN
Biodiesel merupakan bahan bakar yang dapat diperoleh dari minyak tumbuhan,
lemak binatang atau minyak bekas melalui transesterifikasi dengan alcohol tanpa
memodifikasi mesin kendaraan. Dimana proses pembuatan biodiesel dimulai dengan
memanaskan limbah ikan sehingga menghasilkan 2 lapisan yaitu minyak ikan dan
sisa limbah ikan, hasil dari pemanasan tersebut dicampurkan dengan metokhsid
selanjutnya melalui proses esterifikasi dan transesterifikasi. Dari proses pembuatan
biodiesel ini diharapkan mampu mengajak masyarakat untuk berfikir inovatif dalam
mengolah limbah khususnya limbah ikan.
17