KARYA K.H MISBAH MUSTAFAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5577/1/SKRIPSI.pdf · juga...

98
ASPEK LOKALITAS TAFSIR - - KARYA K.H MISBAH MUSTAFA SKRIPSI Disusun Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S.Ag.) Oleh : KUNI MUYASSAROH NIM: 53020150010 PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN HUMANIORA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA 2019

Transcript of KARYA K.H MISBAH MUSTAFAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5577/1/SKRIPSI.pdf · juga...

Page 1: KARYA K.H MISBAH MUSTAFAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5577/1/SKRIPSI.pdf · juga menyangkut kondisi sosial politik penulis, ruang audiens ketika tafsir ditulis, bahasa yang

ASPEK LOKALITAS TAFSIR -

-

KARYA K.H MISBAH MUSTAFA

SKRIPSI

Disusun Untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Agama (S.Ag.)

Oleh :

KUNI MUYASSAROH

NIM: 53020150010

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN HUMANIORA

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

2019

Page 2: KARYA K.H MISBAH MUSTAFAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5577/1/SKRIPSI.pdf · juga menyangkut kondisi sosial politik penulis, ruang audiens ketika tafsir ditulis, bahasa yang

ii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Kuni Muyassaroh

NIM : 53020150010

Fakultas : Ushuluddin, Adab dan Humaniora

Program Studi : Ilmu Al-Qur‟an Dan Tafsir

Menyatakan bahwa naskah skripsi saya berjudul “Aspek Lokalitas sir j l-

uslim n in l mi i l- l m n Karya K.H Misbah Mustafa” adalah

benar-benar hasil penelitian/karya saya sendiri, kecuali pada bagian-bagian yang

dirujuk sumbernya berdasarkan kode etik ilmiah, dan bebas dari plagiarisme. Jika

kemudian hari terbukti ditemukan plagiarisme, maka saya siap ditindak sesuai

dengan ketentuan yang berlaku.

Salatiga, 20 Maret 2016

Yang menyatakan,

Kuni Muyassaroh

Page 3: KARYA K.H MISBAH MUSTAFAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5577/1/SKRIPSI.pdf · juga menyangkut kondisi sosial politik penulis, ruang audiens ketika tafsir ditulis, bahasa yang

iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Setelah dikoreksi dan diperbaiki, maka skripsi Saudara:

Nama : Kuni Muyassaroh

NIM : 53020150010

Fakultas : Ushuluddin, Adab dan Humaniora

Program Studi : Ilmu Al-Qur‟an Dan Tafsir

Judul : Aspek Lokalitas sir j l- uslim n in

l mi i l- l m n Karya K.H Misbah

Mustafa

telah kami setujui untuk dimunaqosyahkan.

Salatiga, 20 Maret 2019

Pembimbing,

Dr. Benny Ridwan, M.Hum.

Page 4: KARYA K.H MISBAH MUSTAFAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5577/1/SKRIPSI.pdf · juga menyangkut kondisi sosial politik penulis, ruang audiens ketika tafsir ditulis, bahasa yang

iv

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

FAKULTAS USHULUDDIN, ADAB DAN

HUMANIORA

Jalan Nakula Sadewa VA/No. 09 Salatiga 50721 Telp

(0298) 323706 Fax. 323433

LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi Saudara Kuni Muyassaroh dengan Nomor Induk Mahasiswa 53020150010

yang berjudul Aspek Lokalitas sir j l-Muslim n in l mi i l- l m n

Karya K.H Misbah Mustafa telah di munaqasyahkan dalam Sidang Panitia Ujian

Fakultas Ushuluddin, Adab, dan Humaniora Institut Agama Islam Negeri (IAIN)

Salatiga pada Jum‟at tanggal 22 Maret 2019 telah diterima dan sebagi bagian dari

syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Agama.

Salatiga, 25 Maret 2019 M

Dewan Penguji

Ketua Sidang

Dr. Mubassirun, M.Ag.

NIP. 19590202 199003 1001

Sekretaris Sidang

Dr.Benny Ridwan, M.Hum.

NIP.1973305201999031006

Penguji I

Dr. Adang Kuswaya, M.Ag.

NIP.19720531 199803 1002

Penguji II

Dra. Djamiatul Islamiyah, M.Ag.

NIP. 19750812 198802 2001

Dekan FUADAH

Dr. Benny Ridwan, M.Hum.

NIP.1973305201999031006

Page 5: KARYA K.H MISBAH MUSTAFAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5577/1/SKRIPSI.pdf · juga menyangkut kondisi sosial politik penulis, ruang audiens ketika tafsir ditulis, bahasa yang

v

MOTTO

Tidak ada yang tidak mungkin,

karena ketidakmungkinan itu tidak ada.

PERSEMBAHAN

Skripsi ini penulis persembahkan untuk Ayah dan Ibu Tercinta

Bapak Achmad Salimi dan Ibu Kaltum

Kakak-kakakku

Daryati, ‘Abdus Somad, Mukhasanah, dan Slamet Riyadi.

Keponakanku

Ahkam Alwi, Nur Fawaid, ‘Uyun Ma’rifah, Syarofuddin Yahya, Nur

Ilham Murofi’, dan Anisul Maryam.

Guru, sahabat, teman-teman di Rumah Tahfid Darunnajah,

IAT 2015, dan IAIN Salatiga yang telah mengajarkan banyak hal

tentang makna kehidupan.

Page 6: KARYA K.H MISBAH MUSTAFAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5577/1/SKRIPSI.pdf · juga menyangkut kondisi sosial politik penulis, ruang audiens ketika tafsir ditulis, bahasa yang

vi

PEDOMAN TRANSLITERASI

Pedoman transliterasi huruf (pengalihan huruf) dari huruf Arab ke huruf Latin

yang digunakan adalah hasil Keputusan Bersama Menteri Agama RI dan Menteri

Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 158 Tahun 1987 atau Nomor 0543 b/u

1987, tanggal 22 Januari 1988, dengan melakukan sedikit modifikasi untuk

membedakan adanya kemiripan dalam penulisan.

A. Penulisan Huruf:

No Huruf Arab Nama Huruf Latin

Alif Tidak dilambangkan ا 1 Ba’ B ب 2 Ta T ت 3 \Sa s ث 4 Jim J ج 5H a h ح 6 Kha Kh خ 7 Dal D د 8 Zal z ذ 9 Ra R ر 10 Za Z ز 11 Sin S س 12 Syin Sy ش 13 S ad s ص 14D ض 15 ad d T a’ t ط 16 Z a z ظ 17 ain ‘ (koma terbalik di atas)‘ ع 18 Gain G غ 19 Fa’ F ؼ 20

Page 7: KARYA K.H MISBAH MUSTAFAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5577/1/SKRIPSI.pdf · juga menyangkut kondisi sosial politik penulis, ruang audiens ketika tafsir ditulis, bahasa yang

vii

Qaf Q ؽ 21 Kaf K ؾ 22

Lam L ؿ 23

Mim M ـ 24

Nun N ف 25

Wawu W ك 26

Ha‟ H ق 27

Hamzah „ (apostrof) ء 28

Ya‟ Y م 29

B. Vokal

Fathah ditulis „a‟

Kasrah ditulis „i‟

Dlammah ditulis „u‟

C. Vokal panjang :

+ ا Fathah + alif ditulis جبهخ Jahiliyyah

+ل Fathah + alif

layin

ditulis رع ns

+ م Kasrah + ya‟

mati

ditulis حكى k m

+ Dlammah + ك

wawu mati

ditulis فسض ur

Page 8: KARYA K.H MISBAH MUSTAFAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5577/1/SKRIPSI.pdf · juga menyangkut kondisi sosial politik penulis, ruang audiens ketika tafsir ditulis, bahasa yang

viii

D. Vokal Rangkap:

+ Fathah + ya‟

mati

ditulis ai بينكم Bainakum

+ Fathah +

wawu mati

ditulis au قوؿ Qaul

E. Huruf Rangkap karena tasydid ( ) ditulis rangkap:

حػد ditulis dd د „Iddah

ditulis nn بي Minna

F. a’ marbuthah

1. Bila dimatikan ditulis dengan h:

H ikmah حكخ

Jizyah جصخ

(Ketentuan ini berlaku untuk kata-kata bahasa Arab yang telah

diserap kedalam bahasa Indonesia).

2. Bila t ‟ m r uth h hidup atau berkharakat ditulis t:

k t l- it r زكاة الفطر

t l-ins n حياة الإنسان

Page 9: KARYA K.H MISBAH MUSTAFAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5577/1/SKRIPSI.pdf · juga menyangkut kondisi sosial politik penulis, ruang audiens ketika tafsir ditulis, bahasa yang

ix

G. V A

ntum ‟ أأنتم

U‟i t أعد د

L ‟in s k rtum لئن شكرتم

H. Kata sandang alif + lam

Al-qamariah انقسأ l- ur‟ n

Al-syamsiyah انعبء l- m ‟

I. Penulisan kata-kata dalam rangkaian kalimat

Ditulis menurut bunyi atau pengucapannya

i l- ur ذانفسض

Ahl al-sunnah أمانعخ

Page 10: KARYA K.H MISBAH MUSTAFAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5577/1/SKRIPSI.pdf · juga menyangkut kondisi sosial politik penulis, ruang audiens ketika tafsir ditulis, bahasa yang

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................ i

HALAMAN KEASLIAN TULISAN................................................. ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING............................... iii

HALAMAN PENGESAHAN.............................................................. iv

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN............................ ... v

HALAMAN PEDOMAN TRANSLITERASI............................... ... vi

DAFTAR ISI......................................................................................... x

KATA PENGANTAR ......................................................................... xii

ABSTRAK............................................................................................ xv

BAB I PENDAHULUAN .................................................................... 1

A. Latar Belakang ...................................................................... ... 1

B. Alasan Pemilihan Judul ........................................................... 7

C. Rumusan Masalah .................................................................. 8

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian........................................... .. 8

E. Kerangka Teoretik ................................................................ .. 9

F. Tinjauan Pustaka................................................................... .. 9

G. Metode Penelitian.................................................................. ... 13

H. Langkah-Langkah Penelitian................................................. ... 15

I. Sistematika Pembahasan ....................................................... ....... 15

BAB II KAJIAN TAFSIR DI INDONESIA .................................... ....... 17

A. Definisi Tafsir .............................................................................. 17

B. Pertumbuhan dan Perkembangan Tafsir ........................................ 19

1. Periode Klasik ................................................................. 20

2. Periode Pertengahan ......................................................... 26

3. Periode Kontemporer ........................................................ 28

C. Periodesasi Kajian Tafsir............................................................... 31

D. Ragam Bahasa dalam Penulisan Tafsir di Indonesia..................... 37

BAB III K.H MISBAH MUSTAFA DAN KITAB L- U L

L L-„ L ............................................................ 42

Page 11: KARYA K.H MISBAH MUSTAFAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5577/1/SKRIPSI.pdf · juga menyangkut kondisi sosial politik penulis, ruang audiens ketika tafsir ditulis, bahasa yang

xi

A. Biografi dan Karya K.H Misbah Mustafa.............................................. 42

1. Biografi K.H Misbah Mustafa.................................................. 42

2. Karya-Karya K.H Misbah Mustafa........................................... 47

B. Seputar sir j l- uslim n in l mi i l- l m n . 50 .

1. Latar Belakang Penulisan sir j l- uslim n in

l mi i l- l m n.......................................................... 50

2. Sistematika Penulisan dan Metode Penafsiran

sir j l- uslim n in l mi i l- l m n.............. 53

3. Contoh Penafsiran sir j l- uslim n in l mi

i l- l m n....................................................................... 54

BAB IV ASPEK LOKALITAS KITAB L- U L

L L-„ L ........................................................... 57

A. Lokalitas dalam Penampilan.......................................................... 57

1. Menggunakan Aksara Pegon.................................................... 57

2. Menggunakan Makna Gandul.................................................. 60

B. Lokalitas dalam Komunikasi.......................................................... 62

C. Lokalitas dalam Penafsiran ............................................................ 63

1. Mengkritik Tradisi Mengirimkan Pahala................................. 63

2. Kritik Terhadap Pengkhususan Waktu Tahlil.......................... 67

3. Mengkritik Tradisi Shalat Sunah Qabliyah ber-Jamaah.......... 69

4. Mengkritik Kebiasaan Tergesa-gesa dalam Berdzikir............. 72

BAB V PENUTUP .................................................................................... 76

A. Kesimpulan ................................................................................... 76

B. Saran ............................................................................................. 78

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 80

DAFTAR RIWAYAT HIDUP................................................................... 83

Page 12: KARYA K.H MISBAH MUSTAFAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5577/1/SKRIPSI.pdf · juga menyangkut kondisi sosial politik penulis, ruang audiens ketika tafsir ditulis, bahasa yang

xii

Kata Pengantar

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala limpahan

rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul “Aspek Lokalitas sir j l- uslim n in l mi i l- l m n

Karya K.H Misbah Mustafa” yang disusun guna melengkapi syarat-syarat

penyelesaian strata satu pada program studi Ilmu al-Qur‟an dan Tafsir (IAT)

Fakultas Ushuluddin, Adab dan Humaniora (FUADAH) Institut Agama Islam

Negeri (IAIN) Salatiga.

Dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terimakasih

sedalam-dalamnya kepada berbagai pihak yang telah memberi bantuan baik

berupa ide, gagasan, kritik, serta pengarahan dalam menyelesaikan skripsi ini.

Oleh karena itu penulis sampaikan ucapan terimaksih dan penghargaan yang

setinggi-tingginya kepada yang terhormat:

1. Dr. Rahmat Haryadi, M.Pd. selaku rektor IAIN Salatiga.

2. Jajaran Dekanat Fakutas Ushuluddin, Adab dan Humaniora, Bapak

Dr. Benny Ridwan, M.Hum., Bapak Dr. M. Gufron, M.Ag., Bapak

Dr. H. Sidqon Maesur, Lc., M.A., dan Bapak Dr. Mubassirun,

M.Ag., yang telah memberi dorongan dan motivasi.

3. Ibu Tri Wahyu Hidayati, M.Ag., selaku ketua jurusan Ilmu Al-

Qur‟an dan Tafsir yang selalu memberi ilmu, motivasi, arahan,

saran, dan dorongan selama masa studi.

4. Dr. Adang Kuswaya, M.Ag selaku dosen Ilmu al-Qur‟an dan Tafsir

yang telah memberi arahan, bimbingan serta motifasi kepada

penulis selama mengikuti studi.

Page 13: KARYA K.H MISBAH MUSTAFAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5577/1/SKRIPSI.pdf · juga menyangkut kondisi sosial politik penulis, ruang audiens ketika tafsir ditulis, bahasa yang

xiii

5. Dr. Benny Ridwan, M.Hum., Selaku dosen pembimbing, yang

telah bersedia meluangkan waktu dan dengan sabar memberi

bimbingan, dorongan, semangat, dan inspirasi sejak awal

penyusunan hingga selesainya skripsi ini di tengah kesibukanya.

6. Para dosen dan karyawan Fakultas Ushuluddin Adab dan

Humaniora yang telah memfasilitasi dan memperlancar proses

pendidikan.

7. Orang tua, Bapak Ahmad Salimi dan Ibu Kaltum yang selalu

mendoakan dan mensuport dalam segala hal yang penulis lakukan.

Kakak - kakak dan keponakanku, semoga kesuksesan selalu Allah

berikan kepada kita, untuk senantisa berbakti kepada orang tua.

8. Keluarga IAT 2015, Mas Haris, Mas Dani, Jauhar, Faisal, Ilham,

Adha, Ali, Ulil, Syfa, Syarif, Zen, Faid, Mbak Dewi, Mbak Khoir,

Tia, Isma, Nurul, Waffa, Mbak Amanah, Ika, Hajar, Halida, Uli,

Alin, Erma, Maya, Zizi, Luluk, dan Maria dan semua teman-teman

IAT yang belum bisa penulis sebutkan satu per satu. Terimakasih

atas motifasi dan dukungannya, tak lupa saya mohon maaf dengan

setulus hati atas segala khilaf, semoga Allah SWT memberikan

yang terbaik bagi kita masing-masing.

9. Kepada teman-temanku di Rumah Tahfid Darunnajah, Ustadzah

Neni, Mbak Inay, dek Nunung, dek Syaroh, dek Napis, dek Sri,

Mbak Ayu, dan dek Kiki terimakasih atas motivasi dan

Page 14: KARYA K.H MISBAH MUSTAFAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5577/1/SKRIPSI.pdf · juga menyangkut kondisi sosial politik penulis, ruang audiens ketika tafsir ditulis, bahasa yang

xiv

dukungannya. Semuga kita senantiasa dimudahkan dalam

menghafalkan kalam-Nya.

10. Serta kepada semua pihak yang barangkali belum tersebutkan,

kami ucapkan terima kasih atas segala kontribusi, baik secara

pikiran, waktu, motivasi, saran, materi, dukungan, serta doa.

Akhirnya, penulis menyadari bahwa, apa yang penulis kerjakan ini,

bukanlah suatu hal yang sempurna dan menuai kritik. Berbagai masukan berupa

kritik dan saran yang konstruktif dari pembaca, adalah nutrisi bagi penulis dalam

rangka mendekatkan diri pada kesempurnaan, walaupun hal itu bersifat mustahil.

Selamat membaca.

Salatiga, 9 Maret 2019

Page 15: KARYA K.H MISBAH MUSTAFAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5577/1/SKRIPSI.pdf · juga menyangkut kondisi sosial politik penulis, ruang audiens ketika tafsir ditulis, bahasa yang

xv

Abstrak

Muyassaroh, Kuni. 2019. Aspek Lokalitas sir j l- uslim n in l mi

i l- l m n Karya K.H Misbah Mustafa. Skripsi. Program Studi Ilmu Al-

Qur‟an dan Tafsir Fakultas Ushuluddin, Adab dan Humaniora IAIN Salatiga.

Pembimbing Dr. Benny Ridwan, M.Hum.

or is h ust j l- uslim n Lokalitas.

Penafsiran al-Qur‟an pada hakikatnya tidak hanya sekedar praktik memahami

sebuah teks oleh seorang mufassir. Lebih dari itu, seorang mufassir akan

berdialog dengan tradisi, budaya, dan sosial politik yang ada. Mengkaji tafsir di

Indonesia tidak hanya sekedar mengkaji tahun terbit dan publikasinya saja, tetapi

juga menyangkut kondisi sosial politik penulis, ruang audiens ketika tafsir ditulis,

bahasa yang digunakan, dan tujuan ditulisnya tafsir merupakan salah satu kajian

yang penting. Indonesia memiliki cukup banyak mufassir dengan ciri khas-

khasnya masing-masing. Salah satunya adalah K.H Misbah Mustafa dengan

karyanya sir j l- uslim n in l mi i l- l m n Dalam karyanya

ini banyak narasi lokal yang ditampilkan dalam penafsirannya. Berangkat dari

latar belakang tersebut, penulis mengangkat judul, “Aspek Lokalitas sir j l-

uslim n in l mi i l- l m n Karya K.H Misbah Mustafa”. Penelitian

ini memfokuskan pada dua permasalahan. Pertama apa yang melatarbelakangi

penulisan tafsir sir j l- uslim n in l mi i l- l m n u

bagaimana bentuk lokalitas tafsir sir j l- uslim n in l mi i l-

l m n Penelitian ini termasuk dalam kategori penelitian kepustakaan (Library

Research) dengan pendekatan kualitatif. Penelitian ini mencoba meneliti dimensi

lokal apa saja yang masuk dalam penafsiran K.H Misbah Mustafa. Dengan

menganalisa sumber primer sir j l- uslim n in l mi i l- l m n

ditambah dengan beberapa sumber sekunder, penelitian ini menghasilkan

kesimpulan sebagai berikut: Aspek Lokalitas sir j l- uslim n in l mi

i l- l m n terbagi menjadi tiga aspek. Pertama, Lokalitas dalam

penampilan meliputi: 1) Ditulis dengan menggunakan aksara pegon. 2)

Menggunakan makna gandul dan terjemah dengan aksara pegon. Kedua, Lokalitas

dalam Komunikasi yaitu dengan menggunakan bahasa Jawa. Ketiga, Lokalitas

dalam penafsiran. Ada beberapa tradisi yang dikritik oleh K.H Misbah Mustafa.

Seperti tradisi mengirimkan pahala yang terlihat saat beliau menafsirkan Q.S al-

Baqarah [2] : 134. Beliau juga pengkhususan waktu-waktu tahlil, mengkritik

kebiasaaan shalat sunah qabliyah berjamaah. Selain tiga tradisi diatas, salah satu

sasaran kritikan beliau juga terlihat pada kebiasaan masyarakat yang seringkali

tergesa-gesa dalam berdzikir. Kritikan beliau terlihat saat menafsirkan Q.S al-

Baqarah [2]: 152 .

Page 16: KARYA K.H MISBAH MUSTAFAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5577/1/SKRIPSI.pdf · juga menyangkut kondisi sosial politik penulis, ruang audiens ketika tafsir ditulis, bahasa yang

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Al-Qur‟an adalah firman Allah yang bersifat mukjizat sebagai

bukti kebenaran atas Nabi Muhammad.1 Al-Qur‟an berisi nilai-nilai

universal kemanusiaan. Ia diturunkan untuk dijadikan petunjuk, bukan

hanya untuk sekelompok manusia ketika ia diturunkan, tetapi juga untuk

seluruh manusia hingga akhir zaman.2 Setiap generasi selalu ingin

“mengonsumsi” dan menjadikan al-Qur‟an sebagai pedoman hidup,

bahkan kadang-kadang sebagai legitimasi bagi sikap dan tindakan

perilakunya.3 Maka dari itu untuk memahami isi kandungannya agar

dapat dijadikan petunjuk bagi manusia, al-Qur‟an menjadi penting untuk

ditafsirkan. Hal ini sesuai dengan firman Allah yang memerintahkan kita

untuk menyimak dan memahami ayat-ayat-Nya.Telah dijelaskan dalam al-

Qur‟an QS.an-Nisa [4]: 82

ب ر ون الق رآن فا ك ث يرا أ ف ل ي ت د و ل و ك ان م ن ع ند غ ير الله ل و ج د وا ف يه اخت ل

“ k Apakah mereka tidak memperhatikan al-Qur‟an? Kalau

kiranya al-Qur‟an itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat

pertentangan yang banyak di dalamnya.”4

1Masjfuk Zuhdi, P ng nt r Uumul ur‟ n, (Surabaya: Karya Abtama, 1997). Cet. V. 1.

2Hasani Ahmad Said, Menggagas Munasabah Al- ur‟ n P r n n o l P n sir n

Al- ur‟ n Jurnal Studia Islamika Vol. 13, No. 1, Jani 2016. 2. 3Abdul Mustaqim, Dinamika sejarah Tafsir Al- ur‟ n, (Yogjakarta: Adab Press, 2014).

5. 4Yayasan Penyelenggara Penerjemah/Penafsir al-Qur‟an Revisi Terjemahan, Al- ur‟ n

dan Terjemahannya, Departemen Agama, 2005. 91.

Page 17: KARYA K.H MISBAH MUSTAFAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5577/1/SKRIPSI.pdf · juga menyangkut kondisi sosial politik penulis, ruang audiens ketika tafsir ditulis, bahasa yang

2

Sebagaimana dijelaskan oleh As-Suyuthi dalam kitabnya, ada tiga

alasan tentang pentingnya menafsirkan al-Qur‟an. Pertama, karena al-

Qur‟an memiliki kualitas bahasa yang tinggi dan kadang susah untuk

dipahami oleh orang umum, maka untuk mencapai pengertian sebenarnya

diperlukan adanya penafsiran dan hanya dapat dilakukan oleh orang yang

memiliki kemampuan. Kedua, karena lafad al-Qur‟an yang muhkam,

mutashabih, muthlaq, muqayyad, dan lain sebagaimanya, supaya bisa

dipahami diperlukan penafsiran oleh orang yang pintar. Ketiga, karena

banyak al-Qur‟an yang tidak mempunyai penjelasan dan perlu dijelaskan

oleh orang-orang tertentu saja.5

Sudah menjadi kesepakatan ulama, bahwa praktik penafsiran al-

Qur‟an sudah dilakukan sejak zaman Nabi Muhammad SAW, yakni sejak

al-Qur‟an diturunkan, sebab begitu al-Qur‟an diturunkan kepadanya, sejak

itu pula beliau melakukan proses penafsiran untuk menjelaskan al-Qur‟an

kepada para sahabat.6 Al-Qur‟an sendiri menjamin bahwa Nabi

Muhammad dapat mengikuti bacaan al-Qur‟an, penghimpunannya dan

penjelasannya, karena tugas Nabi di antaranya adalah “al-Bayan” yakni

menjelaskan wahyu yang ia sampaikan.7

Pasca wafatanya Nabi SAW, proses penafsiran dilanjutkan oleh

generasi selanjutnya, yakni para sahabat. Setelah menerima tuntunan dan

pengajaran dari Nabi SAW, mereka merasa terpanggil untuk ambil bagian

5Jalaluddin Al-Suyuthi, Al-Itqon Fii Ulum Al- ur‟ n, Jilid 2, (Beirut: Daar Al-Fikr, tt).

174. 6Abdul Mustaqim, Dinamika sejarah Tafsir Al- ur‟ n..., 41.

7Q.S Al-Nahl (16): 44.

Page 18: KARYA K.H MISBAH MUSTAFAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5577/1/SKRIPSI.pdf · juga menyangkut kondisi sosial politik penulis, ruang audiens ketika tafsir ditulis, bahasa yang

3

dalam menjelaskan apa saja yang mereka pahami mengenai al-Qur‟an.

Diantara sahabat yang menekuni tafsir adalah, Abdullah ibn Abbas,

Abdullah ibn Mas‟ud, Ubay bin Ka‟b, Zaid bin Tsabit.8

Pada perkembangan selanjutnya penafsiran Nabi Muhammad SAW

dan para sahabat yang hanya menafsirkan bagian-bagian yang sulit

dipahami oleh orang-orang yang hidup semasa dengannya menimbulkan

problem baru, yakni bertambahnya persoalan yang sulit dipahami oleh

orang-orang sesudahnya. Oleh karenaya para t i‟in sebagai generasi

setelahnya merasa perlu untuk menyempurnakan sebagian kekurangan ini.

Setelah itu muncullah generasi t i‟ t i‟in. Generasi ini pun berusaha

menyempurnakan tafsir al-Qur‟an secara terus menerus. Sehingga pada

fase selanjutnya terbagilah metode penfsiran menjadi dua, yakni: tafsir bi

l m ‟tsur dan tafsir bi l r ‟ i.9

Dalam perjalanannya, aktifitas menafsirkan al-Qur‟an ini

menghasilkan “warna-warni” ragam dan corak yang variatif. Kaum fuqaha

(ahli fikih) menafsirkannya dari sudut hukum fiqh seperti al Jashshash, al

Qurthubi, dan lain-lain; kaum teolog menafsirkannya dari sudut-sudut

pemahaman teologis seperti al-Kasyaf, karangan al-Zamakhsary; dan

kaum sufi juga menafsirkan al-Qur‟an menurut pemahaman dan

pengalaman batin mereka seperti Tafsir Al- ur‟ n l-„ im oleh al-

8Abdul Mustaqim, Dinamika sejarah Tafsir Al- ur‟ n..., 54-55.

9Tafsir bi al ma‟tsur adalah penafsiran al-Qur‟an yang disandarkan dengan al-Qur‟an

sendiri, hadis Nabi SAW, atsar sahabat, dan keterangan tabi‟in yang pernah berguru kepada para

sahabat Nabi. Sedagkan tafsir bi al ra‟yi adalah tafsir yang berdasar kepada akal dan pendapat

sendiri.

Page 19: KARYA K.H MISBAH MUSTAFAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5577/1/SKRIPSI.pdf · juga menyangkut kondisi sosial politik penulis, ruang audiens ketika tafsir ditulis, bahasa yang

4

Tustari; Futuhat Makkiyah oleh Ibn „Arabi, dan lain-lain.10

Demikian terus

menerus mengelompok sesuai dengan bidang keilmuan yang ditekuni oleh

mufassir. Fenomena ini selanjutnya dikaji dalam disiplin ilmu yang

disebut dengan ahib al-Tafsir.

Cara penyajian tafsir pun tidak kalah variatifnya. Hal ini

merupakan wilayah kreatif mufassir. Ada mufassir yang menampilkan

tafsir dengan gaya tematiknya, seperti penafsiran Quraish Shihab, dengan

gaya penjelasan yang global seperti dalam tafsir Jalalain, dengan

penjelasannya yang panjang lebar seperti dalam kitab al Kashshaf.

Sebagian yang lain ditampilkan dengan tartib mushafi dan sebagian yang

lainnya dengan tartib nuzuli.

Kegiatan menafsirkan al-Qur'an juga dilakukan di Indonesia

dengan ragam yang tidak kalah menarik. Tradisi penulisan tafsir-tafsir

surah di Indonesia sebenarnya telah bergerak cukup lama, dengan

keragaman teknis penulisan, corak dan bahasa yang digunakan. Kita bisa

mencatat bahwa pada abad ke-16 ditulis sebuah tafsir, yaitu Tafsir Surat

Al-Kahfi yang tidak diketahui nama pengarangnya. Satu abad kemudian

muncul karya Tafsir Tarjuman al-Mustafid (Terjemah yang bermanfaat)

yang ditulis oleh Abdul Rauf al-Singkili (1615-1693 M) lengkap 30 juz.

Kemudian di penghujung abad ke-18 Syekh Nawawi Banten menulis

sebuah tafsir, yaitu Marah Labib li Kasyfi ‟n l-Qur'an al-Majid

10

Muhamad Sofyan, Tafsir Wal Mufassirun, (Sarang: Perdana Publishing, 2015). 2.

Page 20: KARYA K.H MISBAH MUSTAFAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5577/1/SKRIPSI.pdf · juga menyangkut kondisi sosial politik penulis, ruang audiens ketika tafsir ditulis, bahasa yang

5

(Kegembiraan Besar untuk Mengenal Makna Al-Qur'an), diterbitkan di

Makkah pada tahun 1880. Tafsir ini ditulis dalam bahasa Arab.11

Masalah bahasa dan pilihan aksara yang digunakan dalam menulis

tafsir menjadi hal yang unik di Indonesia ini, meskipun pada

perkembangan selanjutnya penafsiran dengan bahasa atau aksara tertentu

kurang populer karena sifatnya yang terbatas pada pengguna bahasa dan

aksara tersebut.

Pada tahun 1920-an Cokroaminoto memperkenalkan terjemahan

tafsir karangan Maulvi Mohammed Ali dari Ahmadiyah cabang Lahore.

Kemudian sekitar tahun 1930, Mahmud Yunus dan seorang kawannya,

H.M.K. Bakry, telah menerbitkan tafsir yang diberi judul Tafsir Al- ur‟ n

Al-Karim (Tafsir Al-Qur‟an yang Mulia). Tahun 1937 M, bertepatan

dengan bulan Ramadhan 1355, Halim Hasan telah mempersiapkan

karyanya di Masjid Raya Binjei, Sumatera Utara. Di mana bagian-bagian

dari karya tersebut muncul dalam bentuk majalah pada bulan April 1937.12

Munculnya tafsir bahasa Melayu ini, memberikan inspirasi kepada

mufassir nusantara lainnya. Sehingga lahirlah kitab-kitab tafsir dengan

bahasa yang beragam. Mulai dari bahasa Indonesia sendiri, bahasa Arab,

bahkan ada yang ditulis dengan bahasa lokal. Salah satu penafsiran dengan

bahasa lokal adalah tafsir karya K.H Misbah Mustafa yaitu Tafsir l- kl l

11

M. Yunan Yusuf, Perkembangan Metode Tafsir Di Indonesia, Jurnal Pesantren No. 1/

Vol. VIII/ 1991, 36. 12

Howard M. Federspiel,Kajian al-Qur'an di Indonesia, Terj. Tajul Arifin, (Bandung:

Mizan, 1996). 38-39.

Page 21: KARYA K.H MISBAH MUSTAFAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5577/1/SKRIPSI.pdf · juga menyangkut kondisi sosial politik penulis, ruang audiens ketika tafsir ditulis, bahasa yang

6

‟ n l- n l. dan sir j l- uslim n in l mi i l-

l m n.

Dalam penelitian ini, penulis berkonsentrasi pada sir j l-

uslim n in l mi i l- l m n. Kitab ini ditulis oleh KH. Misbah

Mustafa di Bangilan, Tuban. Tafsir ini mulai ditulis tahun 1987, dua tahun

setelah tafsir pertama karya beliau l- kl l ‟ n l- n l. selesai

pada tahun 1985.

Kitab ini terdiri dari 4 jilid . Keempat jilid tersebut dengan

perincian sebagai berikut; jilid pertama, merupakan juz pertama dimulai

dari surat al-Fatihah dan diakhiri surat al-Baqarah ayat 141, jilid kedua,

merupakan juz dua, dimulai dari surat al-Baqarah ayat 141-252, Jilid

ketiga merupakan juz tiga, dimulai dari surat al-Baqarah ayat 253 dan

diakhiri surat Ali Imran ayat 91, jilid keempat, merupakan juz empat,

dimulai dari surat Ali Imran ayat 92-200. Namun sayang sekali, belum

sampai juz 30 beliau sudah dipanggil Allah swt pada hari Senin, 7

Dzulqo‟dah 1414 H atau bertepatan dengan 18 April 1994 M.13

Sebagai upaya untuk memahami al-Qur‟an dan menyampaikan

pesan-pesannya kepada masyarakat sir j l- uslim n in l mi

i l- l m n tentu saja menggunakan unsur-unsur lokalitas untuk

memudahkan masyarakat memahami apa yang disampaikan di dalamnya.

Kenyataan ini menjadikan kitab sir j l- uslim n in l mi i

13

Lihat KH. Misbah Musthafa, Tafsir Taj al-Muslimin dari jilid 1-4.

Page 22: KARYA K.H MISBAH MUSTAFAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5577/1/SKRIPSI.pdf · juga menyangkut kondisi sosial politik penulis, ruang audiens ketika tafsir ditulis, bahasa yang

7

l- l m n tidak mengesampingkan pengetahuan lokal dalam menafsirkan

al-Qur‟an.

Dari apa yang telah di paparkan diatas, penulis tertarik untuk untuk

mengungkapkan unsur-unsur lokalitas dalam sir j l- uslim n in

l mi i l- l m n.

B. Alasan Pemilihan Judul

Judul ini penulis angkat bukan berarti tidak ada alasan, ada

beberapa faktor yang menjadikan penulis tertarik untuk membahas judul

ini antara lain :

1. K.H Misbah Mustafa tergolong ulama yang unik, pemikirannya

melampui dari zamannya. Pengetahuan beliau tidak hanya satu

spesifikasi, melainkan hampir seluruh bidang ilmu agama

dikuasainya, seperti tata bahasa, fiqh, hadits, tafsir, balaghah, ta-

sawuf, kalam dan lain-lain.

2. K.H Misbah Mustafa dikenal sebagai orang yang produktif dalam

menulis. Kurang lebih 200 judul kitab telah diterjemahkan, baik

kedalam bahasa Indonesia ataupun dalam bahasa Jawa dengan

Arab Pegon.

3. Secara spesifik belum ada penelitian ilmiah, baik itu berbentuk

Skiripsi, Tesis, maupun Disertasi, yang membahas secara khusus

tentang masalah ini. Namun demikian tidak menutup kemungkinan

ada kesamaan dengan penelitian lain yang secara tidak sengaja,

tetapi belum atau tidak pernah di jumpai karya yang di maksud,

Page 23: KARYA K.H MISBAH MUSTAFAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5577/1/SKRIPSI.pdf · juga menyangkut kondisi sosial politik penulis, ruang audiens ketika tafsir ditulis, bahasa yang

8

dan selain itu penulis menilai bahwa judul penelitian ini belum

pernah di bahas khususnya di lingkungan Fakultas Ushuluddin

Adab dan Humaniora IAIN Salatiga, disisi lain judul ini relevan

dengan spesialis konsentrasi jurusan penulis dan penulis insyaallah

sanggup dalam menyelesaikan penelitian ini.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang di paparkan di atas maka dapat

dirumuskan permasalahan yaitu :

1. Apa latar belakang penyusunan sir j l- uslim n in

l mi i l- l m n?

2. Bagaimana bentuk lokalitas dalam sir j l- uslim n in

l mi i l- l m n?

D. Tujuan dan kegunaan Penelitian

1. Tujuan penelitian

Untuk mengetahui secara jelas bentuk lokalitas sir j l-

uslim n in l mi i l- l m n.

2. Kegunaan Penelitian

a. Untuk mengangkat dan memperkenalkan lebih jauh tentang

mufassir dan tafsir yang di karang oleh ulama dari bangsa

kita sendiri.

b. Sebagai kontribusi untuk meningkatkan kembali minat

kaum muslimin dalam mengembangkan keilmuan Islam

khususnya bidang tafsir.

Page 24: KARYA K.H MISBAH MUSTAFAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5577/1/SKRIPSI.pdf · juga menyangkut kondisi sosial politik penulis, ruang audiens ketika tafsir ditulis, bahasa yang

9

c. Untuk mengembangkan wawasan dan kreatifitas penulis

dalam bidang penelitian.

d. Guna memenuhi salah satu syarat mencapai gelar sarjana

dalam bidang Ilmu Ushuluddin.

E. Kerangka Teoritik

Tokoh pengarang sir j l- uslim n in l mi i l-

l m n akan menjadi bahasan awal untuk memasuki telaah karyanya,

karena buah karya merupakan hasil karya dari pemikiran seorang penulis.

Sehingga kajian penelitian ini disebut dengan kajian tokoh ataupun kajian

terhadap kitab karya seorang tokoh yang akan dipadukan dengan beberapa

beberapa disiplin keilmuan agar dapat ditemukan hal-hal yang dimaksud

seperti corak pemikiran, corak penafsiran, bentuk penafsiran,

kecenderungan m hab, dan lain sebagainya.

F. Tinjauan Pustaka

Kajian pustaka tentang judul “Aspek Lokalitas sir j l-

uslim n in l mi i l- l m n)” berdasarkan pengamatan penulis

belum ada pihak-pihak tertentu yang mengkajinya secara spesifik. Adapun

penelitian yang berkaitan dengan sir j l- uslim n in l mi

Rabbi Al- l m n penulis menemukan karya yang membahasnya, seperti

Skripsi dengan judul: Penafsiran Sufi Surat Al-Fatihah Dalam sir j

l- uslim n in l mi i l- l m n n sir l- kl l r

Misbah Mustafa, pada tahun 2008 oleh Ahmad Syarofi mahasiswa jurusan

Tafsir Hadis IAIN Walisongo Semarang. Didalam skripsi ini membahas

Page 25: KARYA K.H MISBAH MUSTAFAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5577/1/SKRIPSI.pdf · juga menyangkut kondisi sosial politik penulis, ruang audiens ketika tafsir ditulis, bahasa yang

10

tafsir surat al- tih h dalam Tafsir Al Iklil dan sir j l- uslim n

in l mi i l- l m n, sehingga diperoleh kesimpulan bahwa, l-

tih h dalam tafsir j l- uslim n dan l- kl l, dinilai penuh dengan

makna spiritual. Ke-tujuh ayat l- tih h nuansa sufi sangat terlihat pada

ayat ke lima, dimana terdapat pembagian ibadah dalam tiga tingkatan ibadah,

yaitu ibadah rendah, tengah dan tinggi.14

Selanjutnya skripsi tahun 2012 oleh Siti Asmah mahasiswa dengan

program studi sejarah Peradaban Islam IAIN Sunan Ampel Surabaya dengan

judul, Studi Tentang Biografi dan Pemikiran K.H Misbah Mustafa Bangilan

Tuban (1919-1994 M). Hasil penelitian dalam skripsi ini menyimpulkan

bahwa (1). K.H Misbah Mustafa merupakan scholars produktif yang telah

melahirkan 200 lebih kitab kuning. (2). Pemikiran keagamaan K.H Misbah

Mustafa dapat diketahui dalam karya-karyanya. Diantaranya tafsir, tasawuf,

dan fiqh yang berpengaruh pada dunia pesantren dan Islamisasi masyarakat

bangilan Tuban. (3). Respon kritis K.H Misbah Mustafa dalam bidang fiqh

NU diantaranya, mengharamkan BPR (Bank Pengkreditan Rakyat),

mengharamkan pengeras suara dan mengharamkan MTQ (Musabaqah

il til ur‟ n). Pemikiran ini tergolong memiliki fikrah pinggiran NU.15

Lalu skripsi tahun 2013 karya Yuyun Yunita Nurazizah mahasiswa

Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga dengan judul Penafsiran Ayat-

Ayat Syirik dalam Kitab j l-Muslim n Karya Misbah Mustafa. Skripsi

14Ahmad Syarofi, “Penafsiran Sufi Surat Al-Fatihah Dalam sir j l- uslim n in

l mi i l- l m n Dan sir l klil r is h ust ”, Skripsi (Semarang: Program

Tafsir Hadis IAIN Walisongo, 2008). 15Siti Asmah, “Studi Tentang Biografi dan Pemikiran K.H Misbah Mustafa Bangilan

Tuban (1919-1994 M)”, Skripsi (Surabaya: Program Studi Sejarah Peradaban Islam IAIN Sunan

Ampel, 2012).

Page 26: KARYA K.H MISBAH MUSTAFAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5577/1/SKRIPSI.pdf · juga menyangkut kondisi sosial politik penulis, ruang audiens ketika tafsir ditulis, bahasa yang

11

ini menjelaskan bagaimana Misbah Mustafa menafsirkan ayat-ayat tentang

syirik dan kajian ini dilatarbelakangi oleh fenomena masyarakat Jawa

yang masih kental dengan ritual yang terkadang terdapat unsur-unsur

syirik didalamnya. Dalam menafsirkan ayat-ayat syirik Misbah Mustafa

tidak berbeda jauh dengan penafsiran ulama-ulama klasik lainnya.16

Selanjutnya skripsi dengan judul, Tafsir Al- ur‟ n n ritik osi l

Studi Terhadap sir j l- uslim n in l mi i l- l m n, pada

tahun 2018 oleh Ilya Syafa‟Atun Ni‟mah mahasiswa Jurusan Al-Qur‟an dan

Hadis UIN Sunan Ampel Surabaya. Dalam skripsi ini membahas respon K.H

Misbah Zainil Mustafa terhadap masalah sosial politik waktu itu yang

kemudian di ungkapkan dalam karya tafsir. Masalah politik tersebut

mengenai program (KB) dan kebijakan pemerintah dengan pendidikan Islam

sedangkan masalah sosial tersebut adalah mengenai isu feminisme dan

kondisi Ulama.17

Dan artikel yang ditulis oleh Syihabuddin Alwi dan Nawal Nur

Arafah STAIA Al-Anwar Sarang dengan judul Isu-isu sosial masyarakat

dalam Tafsir; Kajian Analisis Wacana sir j l- uslim n in l mi

i l- l m n. Artikel ini membahas bahwa dalam kitab tafsir tersebut

K.H. Misbah Mustafa memasukan beberapa isu-isu sosial yang terjadi di

masyarakat. Diantaranya riba bunga bank, program Kelurga Berencana,

pengunaan pengeras suara, dan basmallah dalam surat al-Fatihah.

16Yuyun Yunita Nurazizah, “Penafsiran Ayat-Ayat Syirik dalam Kitab T j Al-Muslim n

Karya Misbah Mustafa”. Skripsi (Jogjakarta: Mahasiswa Fakultas Ushuluddin UIN Sunan

Kalijaga, 2013). 17Ilya Syafa‟Atun Ni‟mah, “Tafsir Al-Qur‟an dan Kritik Sosial: Studi Terhadap sir j

l- uslim n in l mi i l- l m n”. Skripsi (Surabaya: Mahasiswa Program Studi Al-

Qur‟an dan Hadis UIN Sunan Ampel, 2018).

Page 27: KARYA K.H MISBAH MUSTAFAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5577/1/SKRIPSI.pdf · juga menyangkut kondisi sosial politik penulis, ruang audiens ketika tafsir ditulis, bahasa yang

12

Masuknya isu-isu sosial tersebut merupakan bentuk dari kehati-hatian

beliau dalam urusan agama dan akidah. Apalagi hal tersebut merupakan

hal yang bersentuhan langsung dengan kehidupan masyarakat. Masuknya

isu-isu sosial masyarakat dalam tafsir itu sendiri disebabkan karena adanya

kesinambungan antara tema pokok ayat al-Qur`an dengan isu-isu sosial

yang terjadi di masyarakat.18

Dari telaah pustaka yang tersaji di atas mempertegas bahwa sudah

ada penelitian baik berupa skripsi maupun jurnal yang membahas tentang

sir j l- uslim n in l mi i l- l m n, namun pembahasan

buku-buku tersebut kurang spesifik. Oleh sebab itu, penulis ingin meneliti

sir j l- uslim n in l mi i l- l m n dari segi

lokalitasnya. Dengan demikian penelitian ini bukan pengulangan dari

penelitian terdahulu.

Fokus penelitian adalah pada penelitian tentang lokalitas tafsirnya,

mengingat tafsir ini adalah tafsir di Indonesia. Sehingga nuansa Indonesia

akan terungkap pada penelitian ini.

G. Metode Penelitian

1. Model penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah yang disebutkan, penelitian ini

menggunakan pendekatan kualitatif, yaitu pendekatan dengan cara

memandang objek sebagai suatu yang dinamis, hasil kontruksi

pemikiran dan interpretasi gejala yang diamati, serta utuh (holistic)

18Syihabuddin Alwi dan Nawal Nur Arafah, “Isu-isu sosial masyarakat dalam Tafsir;

Kajian Analisis Wacana sir j l- uslim n in l mi i l- l m n”. Artikel (Sarang:

STAIA Al-Anwar, tt).

Page 28: KARYA K.H MISBAH MUSTAFAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5577/1/SKRIPSI.pdf · juga menyangkut kondisi sosial politik penulis, ruang audiens ketika tafsir ditulis, bahasa yang

13

karena setiap aspek dari objek itu memiliki satu kesatuan yang tidak

dapat dipisahkan.19

Penelitian ini menghasilkan data deskriptif analisis yang berupa

kata-kata tertulis terhadap apa yang diteliti, atau dengan kata lain, data

yang dianalisis dan hasil analisisnya berbentuk deskriptif.

2. Jenis Penelitian

Studi ini merupakan penelitian yang bersifat perpustakaan (library

reseach) yaitu dengan mengadakan penelitian dari berbagi literatur

yang erat hubungannya dengan permasalahan yang akan diteliti. Proses

penyajian dan analisa data dengan menggunakan study terhadap sir

j l- uslim n in l mi i l- l m n.

3. Sumber Data

Dalam penelitian ini data primer adalah tafsir sir j l-

uslim n in l mi i l- l m n karya K.H Misbah Mustafa.

Sedangkan data sekunder dari penelitian ini adalah kitab-kitab tafsir

yang dianggap mewakili dan penulis dapat menjangkaunya. Dan buku-

buku perkembangan tafsir di Indonesia pada khususnya serta buku-

buku perkembangan tafsir secara umum, begitu juga dengan kitab yang

lainnya yang ada kaitannya dengan bahasan ini.

4. Metode Analisa Data

Untuk memperoleh suatu simpulan yang benar, data yang

diperoleh dari hasil observasi dan dokumentasi.

19

Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta,

2012), 10.

Page 29: KARYA K.H MISBAH MUSTAFAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5577/1/SKRIPSI.pdf · juga menyangkut kondisi sosial politik penulis, ruang audiens ketika tafsir ditulis, bahasa yang

14

Teknik analisis data merupakan cara untuk mendapatkan hasil

penelitian yang sistematis dari hasil observasi dan dokumentasi.

Perolehan data tersebut diorganisasi menjadi satu untuk dipakai dan di

interpretasikan sebagai bahan temuan untuk menjawab permasalahan

penelitian.20

Analisis data merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari

pengumpulan data. Data dan informasi yang berhasil dikumpulkan

secara berkelanjutan ditafsirkan maknanya. Data dianalisis dengan

teknik analisis deskriptif, yakni analisis yang dilakukan untuk

memaparkan data-data hasil kualitatif. Analisis ini tidak berkaitan

dengan angka-angka akan tetapi berkaitan dengan kata-kata atau

kalimat-kalimat yang dipisah-pisahkan menurut kategori untuk

memperoleh kesimpulan.

H. Langkah-Langkah Penelitian

1. Mengumpulkan data berdasarkan sumber data penelitian, berupa

data yang menjadi rujukan penelitian, antara lain sir j l-

uslim n in l mi i l- l m n yang menjadi sumber

primer. Lalu rujukan lain yang berupa sumber sekunder baik buku-

buku ulumul ur‟ n, tafsir, maupun buku-buku lain yang berkaitan

dengan bahasan penelitian ini.

2. Menganalisis aspek-aspek lokalitas dalam sir j l- uslim n

in l mi i l- l m n dilihat dari penafsirannya.

20

Rohendi Tjetjep Rohidi, Analisis Data Kualitatif, (Jakarta: Universitas Indonesia,

1992), 55.

Page 30: KARYA K.H MISBAH MUSTAFAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5577/1/SKRIPSI.pdf · juga menyangkut kondisi sosial politik penulis, ruang audiens ketika tafsir ditulis, bahasa yang

15

3. Menarik kesimpulan aspek-aspek lokalitas yang terdapat dalam

sir j l- uslim n in l mi i l- l m n.

I. Sistematika Penulisan

Agar lebih memudahkan dalam penulisan ini, maka perlu disusun

sistematika sebagai berikut :

Bab Pertama adalah pendahuluan yang akan mengulas perihal latar

belakang masalah yang menjadi pijakan awal penelitian ini. Di dalamnya

juga terdapat rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, tinjauan

pustaka, metodologi penelitian, dan sistematika penelitian.

Bab Kedua berisi kajian tafsir di Indonesia, definisi tafsir, sejarah

perkembangan ilmu tafsir, Periodesasi kajian tafsir di Indonesia dan ragam

bahasa dalam penulisan tafsir di Indonesia.

Bab Ketiga berisikan biodata pengarang sir j l- uslim n in

l mi i l- l m n dan sekaligus metode dan corak sir j l-

uslim n in l mi i l- l m n, dan contoh penafsiran.

Bab Keempat berisikan aspek lokalitas dalam sir j l- uslim n

in l mi i l- l m n, yang meliputi lokalitas dalam penampilan,

lokalitas dalam komunikasi, dan lokalitas dalam penafsiran.

Bab Kelima berisi penutup yang memuat kesimpulan dari hasil

penelitian dan saran.

Page 31: KARYA K.H MISBAH MUSTAFAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5577/1/SKRIPSI.pdf · juga menyangkut kondisi sosial politik penulis, ruang audiens ketika tafsir ditulis, bahasa yang

16

BAB II

KAJIAN TAFSIR DI INDONESIA

A. Definisi Tafsir

Kata tafsir sudah menjadi bahasa baku dalam bahasa Indonesia.21

Para

ulama memiliki pandangan yang berbeda mengenai makna tafsir. Namun,

nampaknya mereka sepakat bahwa tafsir pada hakikaknya adalah upaya

untuk mengetahui makna yang dikendaki al-Qur‟an. Tafsir sendiri

mengalami perkembangan dari masa ke masa. Implikasi dari

perkembangan inilah mucul berbagai macam corak dalam penafsiran.

Tafsir secara bahasa mengikuti wazan “t ‟ l”, berasal dari kata al-

Fasr yang berarti menjelaskan, menyingkap dan menampakkan atau

menerangkan makna yang abstrak. Dalam lis n l-Arab dinyatakan: kata

“al-Fasr” berarti menyingkap sesuatu yang tertutup, sedang kata “at-

Tafsir” berarti menyingkap maksud suatu lafad yang musykil, pelik.22

Ad-Dz ahabi menjelaskan bahwa secara bahasa tafsir berarti l-

ah (menjelaskan) dan at-Tabyin (menerangkan). Kata tafsir disinggung

dalam surat al-Furqan [25]: 33; “ i kl h or ng-orang kafir itu datang

kepadamu (membawa) sesuatu yang ganjil, melainkan Kami datangkan

k p mu s su tu ng p ling n r n ik (t sir) p nj l s nn ”.

Ad-Dz ahabi melanjutkan bahwa tafsir digunakan untuk menunjukan dua

21

Rosihon anwar dan Asep Muharom, Ilmu Tafsir, (Bandung: Pustika Jaya, 2015), 11. 22

Ali Mufron, Pengantar Ilmu Tafsir dan Al- ur‟ n (Yogyakarta: Aula Pustaka, 2016),

292.

Page 32: KARYA K.H MISBAH MUSTAFAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5577/1/SKRIPSI.pdf · juga menyangkut kondisi sosial politik penulis, ruang audiens ketika tafsir ditulis, bahasa yang

17

hal. Pertama, mengungkap makna yang tersembunyi secara indrawi (al-

hissi) dan kedua menyingkap makna yang tersembunyi secara rasio

(m ‟ ni m ‟qul h). Makna kedua inilah yang biasa dan sering

digunakan.23

Adapun pengertian tafsir menurut istilah, para ulama berpendapat

antara lain sebagai berikut:

a. Abu Hayyan

Tafsir adalah ilmu yang membahas tentang tata cara

pengucapan lafal-lafal al-Qur‟an, tentang petunjuk-

petunjuknya, hukum-hukumnya baik ketika berdiri sendiri

maupun ketika tersusun dan makna-makna yang

dimungkinkan baginya ketika tersusun serta hal-hal yang

melengkapinya.24

b. Menurut Al-Zarkyasi

Tafsir adalah ilmu (pembahasan) yang mengkaji tentang

pemahaman kitabullah yang diturunkan kepada Nabi

Muhammad SAW, menenerangkan makna-maknanya,

mengeluarkan hukum-hukum yang dikandungnya serta

ilmu-ilmu (hikmah) yang ada di dalamnya.25

23

Muhammad Husaein Ad-Dzahabi, Al-Tafsir wa Al- Mufassirun, (Kairo: Maktabah

Wahbah, 1991), 13. 24

Manna Khalil al-Qattan, Pembahasan Ilmu Al- ur‟ n, terj. Halimuddin,cet. I, (Jakarta:

PT Rineka Cipta, 1995), 164. 25Rif‟at Syauqi Nawawi dan M. Ali Hasan, Pengantar Ilmu Tafsir, (Jakarta: PT. Bulan

Bintang, 1988), 141.

Page 33: KARYA K.H MISBAH MUSTAFAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5577/1/SKRIPSI.pdf · juga menyangkut kondisi sosial politik penulis, ruang audiens ketika tafsir ditulis, bahasa yang

18

c. Menurut Syaikh al-Jazari

Tafsir adalah menjelaskan makna yang sulit dipahami oleh

pendengar dengan mengemukakan lafal sinonimnya atau

makna yang mendekatinya atau dengan salah satu dilalah

lafal tersebut.26

Dengan demikian, tafsir merupakan respon manusia dengan

menggunakan daya nalarnya untuk menyingkapkan nilai-nilai atau pesan-

pesan Ilahi yang terdapat dalam al-Qur‟an.

B. Pertumbuhan dan Perkembangan Tafsir

Al-Qur‟an diturunkan dalam bahasa Arab yang merupakan bahasa yang

bernilai sastra tinggi. Dengan media yang digunakan tersebut, seringkali

bahasa yang dipakainya adalah bahasa yang kurang dipahami oleh

mukhatab.27

Dengan demikian tafsir sangat diperlukan untuk

mempermudah dalam memahami al-Qur‟an.

Sejarah tafsir sama sekali tidak bisa dipisahkan dari sejarah Islam

dari waktu ke waktu. Sejalan dengan kebutuhan umat Islam mengetahui

seluruh segi kandungan al-Qur‟an, serta intensitas perhatian para ulama

akan tafsir al-Qur‟an, maka tafsir al-Qur‟an terus berkembang, baik pada

masa ulama salaf maupun khalaf, hingga sekarang.

Munculnya upaya penafsiran sudah dimulai pada saat al-Qur‟an

diturunkan. Nabi Muhammad SAW yang berfungsi sebagai mubayyin

26

TM Hasbi Ash shiddieqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu Al- ur‟ n, (Jakarta: Bulan

Bintang, 1994), 178. 27

Ali Mufron, Pengantar Ilmu Tafsir...,299.

Page 34: KARYA K.H MISBAH MUSTAFAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5577/1/SKRIPSI.pdf · juga menyangkut kondisi sosial politik penulis, ruang audiens ketika tafsir ditulis, bahasa yang

19

(pemberi penjelasan), menjelaskan kepada para sahabat-sahabatnya

tentang arti dan kandungan al-Qur‟an, khususnya mengenai ayat-ayat yang

tidak dipahami atau samar artinya. Keadaan ini berlangsung sampai

wafatnya Nabi Muhammad SAW.28

Pasca wafatnya Nabi Muhammad

SAW, proses menafsirkan al-Qur‟an dilanjutkan oleh generassi

selanjutnya, yakni para sahabat, kemudian dilanjutkan oleh tabi‟in dan

t i‟ t iin.29

Tafsir senantiasa mengalami perkembangan hingga di zaman

modern ini. Para ulama mengklasifikasinnya kedalam tiga era, pertama,

periode klasik, kedua periode petengahan, ketiga periode kontemporer.

1. Periode Klasik

Untuk permudah pembahasan tafsir pada periode

klasik, penulis akan memetakan kedalam tiga bahasan,

yakni: a) Tafsir masa Nabi dan Sahabat; b) Tafsir masa

Tabi‟in; dan c) Tafsir pada masa kodifikasi.

a. Tafsir pada masa Nabi dan Sahabat

Awal munculnya tafsir al-Qur‟an terjadi pada masa

Nabi Muhammad SAW. Beliau adalah orang

pertama yang menafsirkan al-Qur‟an dan yang

dianggap paling otoritatif untuk menjelaskan kepada

umatnya.

28

Quraish Shihab, Membumikan Al- ur‟ n (Jakarta: Mizan, 1992), 71. 29

Abdul Mustaqim, Dinamika sejarah Tafsir Al- ur‟ n, (Yogjakarta: Adab Press, 2014),

54.

Page 35: KARYA K.H MISBAH MUSTAFAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5577/1/SKRIPSI.pdf · juga menyangkut kondisi sosial politik penulis, ruang audiens ketika tafsir ditulis, bahasa yang

20

Allah memberikan jaminan kepada Nabi

bahwa Dia akan memelihara al-Qur‟an dan

menjelaskannya.30

Disamping itu Allah juga

menjamin Nabi untuk mampu menjelaskan dan

menafsirkan al-Qur‟an kepada umatnya.31

Nabi

memahami al-Qur‟an secara globlal dan terperinci32

,

dan salah satu tugas Nabi adalah menyampaikan

dan menjelaskan risalah kepada umat manusia.33

Bagi para sahabat memahami al-Qur‟an

tidak terlalu sulit karena mereka hidup satu masa

dengan Nabi SAW, dan al-Qur‟an juga diturunkan

dengan bahasa mereka, sekalipun mereka tidak

begitu memahami detail-detailnya.

Secara garis besar para sahabat berpegang

kepada 3 (tiga) hal dalam menafsirkan al-Qur‟an,

yaitu al-Qur‟an, hadis Nabi sebagai mubayyin

(penjelas) al-Qur‟an, dan Ijtihad.

Ciri khusus tafsir pada masa sahabat ini

adalah: 1) Hanya sedikit dimasuki riwayat

isr ‟ili t; 2) Belum mencakup keseluruhan al-

Qur‟an karena banyak yang jelas bagi mereka; 3)

30

Q.S Al-Qiyamah [75]: 17-19. 31

Q.S An-Nahl [16]: 44. 32

Ali Mufron, Pengantar Ilmu Tafsir..., 300. 33

Samsurrohman, Pengantar Ilmu Tafsir, (Jakarta: Amzah, 2014), 48.

Page 36: KARYA K.H MISBAH MUSTAFAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5577/1/SKRIPSI.pdf · juga menyangkut kondisi sosial politik penulis, ruang audiens ketika tafsir ditulis, bahasa yang

21

Hanya sedikit perbedaan pendapat dalam

penafsiran, mereka hidup semasa dengan turunnya

wahyu dan memahami bahasa Arab; 4) Tidak

memaksakan untuk menjelaskan makna secara

detail menjadi berlebihan dan tidak bermanfaat; 5)

Belum terpengaruh m hab manapun; dan 6) Tafsir

belum dibukukan sehingga penyampaian dilakukan

melalui riwayat dari mulut ke mulut, kecuali

Abdullah bin Amr bin Al-Ash yang membukukan

seluruh riwayat yang didengar dari Nabi SAW.34

b. Tafsir pada masa t i‟in

Dengan berakhirnya masa sahabat, urusan tafsir

berpindah ke tangan generasi berikutnya yakni

t i‟in. Sebagaimana dijelaskan sebelumnya bahwa

ciri khusus pada penafsiran sahabat adalah masih

sedikitnya riwayat isr ‟ili t yang dijadikan sumber

tafsir, berbeda dengan penafsiran pada masa ini

bahwa banyak riwayat isr ‟ili t yang masuk

kedalam tafsir, selain itu tafsir penafsiran t i‟in

juga terkontaminasi berdasarkan sekterian m hab.

34

Samsurrohman, Pengantar Ilmu..., 55.

Page 37: KARYA K.H MISBAH MUSTAFAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5577/1/SKRIPSI.pdf · juga menyangkut kondisi sosial politik penulis, ruang audiens ketika tafsir ditulis, bahasa yang

22

Ahli tafsir dari kalangan t i‟in sesuai

dengan konteks geografisnya dapat dipetakan

sebagai berikut:

a) Aliran Makkah antara lain Mujahid ibn

Jabbar (w.103 H), Sa‟id Ibn Jubair (w.94 H),

Ikrimah Maula Ibn Abbas (w.105 H),

Thawus ibn Kisan al-Jamani (w.106 H), dan

Ata‟ Ibn Rabbah al-Makki (w.114 H).

b) Aliran Irak antara lain Alqomah Ibn Qais

(w.102 H), Al-Aswad Ibn Yazid (w.75 H),

Ibrahim an-Nakho‟i (w.95 H), dan Asy-

Sya‟bani (w.105 H).

c) Aliran Madinah antara lain Abdurrahman

Ibn Zaid (w.182 H), Malik Ibn Anas (w.179

H), Al Hasan Basri (w.121), Atha‟ Ibn Abi

Muslim al-Huraini (w.135 H), Muhammad

Ibn Ka‟ab al-Qirazy, dan lain sebagainya

yang tidak mungkin disebutkan mengingat

jumlahnya yang begitu banyak.35

Aliran Makkah dan Madinah masih

cenderung bercorak tradisionalis, dalam arti

lebih banyak menggunakan riwayat,

35

Abdul Mustaqim, Dinamika Sejarah..., 83-84.

Page 38: KARYA K.H MISBAH MUSTAFAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5577/1/SKRIPSI.pdf · juga menyangkut kondisi sosial politik penulis, ruang audiens ketika tafsir ditulis, bahasa yang

23

sedangkan di Iraq mulai muncul corak tafsir

bi al-r ‟ i (rasional). Boleh jadi ini terjadi

karena kondisi geografis Iraq yang cukup

jauh dari Madinah (sebagai pusat studi

hadis), sehingga mereka cenderung

menggunakan menggunakan r ‟ u ketika

tidak ditemukan riwayat.36

Para ulama berbeda pendapat tentang

tafsir yang berasal dari t i‟in, jika tafsir

tersebut tidak diriwayatkan dari Nabi

ataupun sahabat dapat dipegangi atau tidak.

Pertama, Sebagian ulama berpendapat, tafsir

mereka tidak harus dijadikan pegangan,

sebab mereka tidak menyaksikan peristiwa-

peristiwa situasi dan kondisi yang berkenaan

dengan turunnya ayat-ayat al-Qur‟an,

sehingga mereka dapat saja berbuat salah

dalam memahami apa yang dimaksud.

Kedua, Para mufassir berpendapat, tafsir

mereka dapat dipegangi karena pada

36

Abdul Mustaqim, Pergeseran Epistemologi Tafsir, (Yogyakarta: Pustaka Belajar,

2018). 54.

Page 39: KARYA K.H MISBAH MUSTAFAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5577/1/SKRIPSI.pdf · juga menyangkut kondisi sosial politik penulis, ruang audiens ketika tafsir ditulis, bahasa yang

24

umumnya mereka menerima dari para

sahabat.37

c. Tafsir masa t i‟ t i‟in (tafsir masa kodifikasi)

Setelah generasi t i‟in usai, datang masa t i‟

t i‟in. Pada masa ini perhatian mulai ditujukan

kepada tafsir-tafsir yang dikutip dari Rasulallah,

sahabat, dan tabi‟in.

Pada masa t i‟ t i‟in pembukuan tafsir

mengalami perkembangan yang cukup berarti

sehingga ilmu-ilmu tafsir mulai dibukukan menjadi

kitab-kitab kecil dan kitab-kitab besar. Pada masa-

masa sebelumnya memang ada beberapa tafsir yang

telah dibukukan. Akan tetapi, belum mencakup

seluruh al-Qur‟an.38

Adapun perkembangan tafsir yang berarti

dalam khasanah intelektual Islam dimulai pada

paruh akhir abad pertama dan permulaan abad

kedua Hijriah,39

yaitu akhir Dinasti Bani Umayah

dan awal Dinasti Abbasiyah.40

Mufassir-mufassir yang terkenal pada masa

ini diantaranya adalah: Muqatil bin Sulaiman

37

Ali Mufron, Pengantar Ilmu Tafsir..., 304. 38

Samsurrohman, Pengantar Ilmu.., 71. 39

M. Nur Kholis Setiawan, Al- ur‟ n Kitab Sastra Terbesar, (Yogyakarta: ElSAQ Press,

2015), 86. 40

Ali Mufron, Pengantar Ilmu Tafsir..., 305.

Page 40: KARYA K.H MISBAH MUSTAFAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5577/1/SKRIPSI.pdf · juga menyangkut kondisi sosial politik penulis, ruang audiens ketika tafsir ditulis, bahasa yang

25

(w.150 H), Syu‟bah bin Al-Hajaj (w.160 H), Sufyan

bin Sa‟id Ats-Tsauri (w. 161 H), Waki‟ bin Al-Jarah

(w.97 H), Sufyan bin Uyainah (w.198 H), Yazid bin

Harun (w.206 H), Rauh bin Ubadah (w.2017 H),

dan Imam Bukhari (w.211 H).41

Ciri khusus tafsir pada masa t i‟ t i‟in

adalah: a) Fokus pada sanad, baik riwayat tafsir

Nabi, sahabat, maupun tabi‟in; b) tafsir al-Qur‟an

belum berdiri sendiri, tetapi masih menyatu dengan

disiplin ilmu hadis; dan c) Tidak hanya fokus

kepada tafsir yang m r‟ u kepada Nabi, tetapi juga

mencakup tafsir sahabat dan t i‟in.42

2. Periode Pertengahan

Secara historis-kronlogi, periode pertengahan terjadi sekitar

abad III H sampai abad VII/VIII H, ketika peradabaan

Islam memimpin dunia.43

Periode pertengahan dimulai

dengan munculnya produk penafsiran yang sistematis

dalam bentuk buku (terkodifikasi secara baik). Dalam peta

sejarah pemikiran Islam, periode pertengahan dikenal

sebagai zaman keemasan ilmu pengetahuan. Periode ini

ditandai dengan berkembangnya berbagai diskusi di segala

cabang ilmu pengetahuan, baik yang merupakan cabang

41

Samsurrohman, Pengantar Ilmu..., 72. 42

Samsurrohman, Pengantar Ilmu..., 73. 43

Abdul Mustaqim, Dinamika Sejarah..., 90.

Page 41: KARYA K.H MISBAH MUSTAFAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5577/1/SKRIPSI.pdf · juga menyangkut kondisi sosial politik penulis, ruang audiens ketika tafsir ditulis, bahasa yang

26

pengetahuan asli umat Islam maupun cabang-cabang ilmu

pengetahuan yang diadopsi dari luar. Perhatian dan

dukungan resmi pemerintah dalam hal ini menjadi stimulus

yang sangat signifikan bagi perkembangan ilmu

pengetahuan tersendiri.44

Karakteristik tafsir periode ini adalah: 1) pemaksaan

gagasan asing (non Qur‟ani) kedalam penafsiran al-Qur‟an.

Maksudnya adalah, bahwa kebanyakan tafsir zaman ini

seringkali terjebak dalam arus menonjolkan “kepentingan”

diluar kepentingannya sebagai penafsirannya atas teks al-

Qur‟an.45

2) Banyaknya pengulangan (al-tikrar) dan

bertele-tele. Hal ini karena umumnya penafsiran pada

periode ini menganut sistem mushafi. Artinya, penafsiran

dilakukan dengan mengikuti tata urutan ayat dan surat

sebagaimana urutan ayat dan surat yang ada dalam mushaf.

Konsekuensinya, seorang mufassir seringkali dihadapkan

pada kenyataan adanya ayat-ayat yang redaksi atau

semangatnya memiliki kemiripan dengan ayat-ayat yang

telah dibahas sebelumnya dan terpaksa seorang mufassir

akan mengulang penjelasannya.46

3) Bersifat atomistik

(parsial). Mufassir periode ini didalam menafsirkan ayat al-

44

Abdul Mustaqim, Madzahibut Tafsir (Peta Metodologi Penafsiran Al- ur‟ n P rio

Klasik Hingga Kontemporer), (Yogyakarta: Nun Pustaka, 2013), 68. 45

Ibid., 72. 46

Abdul Mustaqim, Madzahibut Tafsir ..., 75.

Page 42: KARYA K.H MISBAH MUSTAFAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5577/1/SKRIPSI.pdf · juga menyangkut kondisi sosial politik penulis, ruang audiens ketika tafsir ditulis, bahasa yang

27

Qur‟an terlalu fokus terhadap satu kata atau bagian yang

sedang dihadapi, tanpa mempertimbangkan pesan holistik

dari kata-kata dan penggunaannya dalam keseluruhan al-

Qur‟an.47

3. Periode kontemporer

Pengertian “kontemporer” biasa dikaitkan dengan zaman

yang berlangsung sekarang. Dalam konteks perkembangan

tafsir, istilah masa kontemporer terkait dengan situasi dan

kondisi tafsir pada saat ini. Meski demikian, perkembangan

tafsir masa kontemporer tidak bisa terlepas dengan

perkembangannya di masa modern.48

Kehadiran kolonialisme dan pemikiran barat pada

abad 18-19 M sangat mempengaruhi para mufassir era ini.

Perkembangan ilmu pengetahuan diduga kuat menjadi

faktor utama penafsir memberikan respon. Ciri berfikir

rasional menjadi pijakan awal para penafsir. Mereka

umumnya meyakini bahwa umat Islam belum mampu

menangkap spirit al-Qur‟an, karenanya mereka gagal

menangkap spirit rasional al-Qur‟an.

Karakteristik yang sangat jelas pada tafsir

kontemporer adalah, pertama, menjadikan al-Qur‟an

sebagai kitab petunjuk. Dalam upaya mengembalikan al-

47

Ibid.,78. 48

Ibid.,91.

Page 43: KARYA K.H MISBAH MUSTAFAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5577/1/SKRIPSI.pdf · juga menyangkut kondisi sosial politik penulis, ruang audiens ketika tafsir ditulis, bahasa yang

28

Qur‟an sebagai kitab petunjuk, para mufassir kontemporer

tidak lagi memahami kitab suci sebagai wahyu mati

sebagaimana telah dipahami oleh para ulama tradisional

selama ini, melainkan sebagai sesuatu yang hidup. Al-

Qur‟an dipahami sebagai kitab suci yang kemunculannya

tidak lepas dari konteks umat manusia. Al-Qur‟an tidak

diwahyukan dalam ruang hampa budaya, melainkan justru

hadir dalam zaman dan ruang yang sarat budaya.49

Kedua,

mengungkap “ruh” al-Qur‟an. Jika para mufassir klasik

seringkali melakukan “pemaksaan” makna literal ke

berbagai konteks situasi dan kondisi manusia, maka para

mufassir kontemporer mencoba melihat apa yang berada

“dibalik” teks ayat-ayat al-Qur‟an. Mereka mencoba

melihat lebih jauh apa yang ingin dituju oleh ungkapan

literal-literal ayat-ayat tersebut.50

Salah satu mufassir era ini adalah Tantawi Jauhari

(w.1940 H), beliau tidak banyak memberikan komentar,

tetapi ulasan-ulasannya dalam tafsir al-Qur‟an dapat

dijadikan pegangan ilmu Biologi atau ilmu pengetahuan

lainnya bagi masyarakat. Sehingga kitabnya tafsirnya, al-

49

Abdul Mustaqim, Madzahibut Tafsir..., 93. 50

Ibid.,95.

Page 44: KARYA K.H MISBAH MUSTAFAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5577/1/SKRIPSI.pdf · juga menyangkut kondisi sosial politik penulis, ruang audiens ketika tafsir ditulis, bahasa yang

29

Jawahir fi al-Tafsir dikenal sebagai kitab yang bercorak

ilmi (saintifik).51

Metode yang paling banyak diminati di masa

kontemporer adalah, metode m u lu‟i. Sesuai dengan

namanya, metode penafsiran m u lu‟i (tematik) adalah

upaya untuk memahami ayat-ayat al-Qur‟an dengan

memfokuskan pada judul (tema) yang telah ditetapkan. Pola

lain yang berkembang dalam penafsiran kontemporer

adalah yang belakangan dikembangkan oleh para mufasisir-

feminis.52

Dalam memahami ayat yang berkaitan dengan

relasi laki-laki dan perempuan, para feminis tidak

menggunakan pola tahlili atau m u lu‟i, tetapi dengan

mengambil begitu saja teks al-Qur‟an yang akan

ditafsirkan. Kemudian ditafsirkan dengan analisis gender

yang memposisikan laki-laki dan perempuan sebagai

makhluk yang setara. Para mufassir feminis sepakat bahwa

al-Qur‟an diwahyukan sebagai sarana Islam untuk

menempatkan perempuan sebagai makhluk yang

bermartabat.53

51

Gamal al-Banna, Evolusi Tafsir: Dari Zaman Klasik Hingga Modern, Terj. Novrianti

Kahar, (Jakarta: Qisthi Press, 2004), 176. 52

Abdul Mustaqim, Madzahibut Tafsir...,98. 53

Ibid., 100.

Page 45: KARYA K.H MISBAH MUSTAFAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5577/1/SKRIPSI.pdf · juga menyangkut kondisi sosial politik penulis, ruang audiens ketika tafsir ditulis, bahasa yang

30

C. Periodesasi Kajian Tafsir di Indonesia

Howard M. Federspiel membagi perkembangan tafsir al-Qur‟an di

Indonesia didasarkan pada tahun dalam tiga generasi. Genarasi pertama,

kira-kira dari permulaan abad ke-20 sampai awal tahun 1960-an. Dalam

era ini telah ditandai dengan adanya penerjemahan dan penafsiran yang

didominasi oleh model tafsir terpisah-pisah dan cenderung pada surat-surat

tertentu sebagai objek tafsir. Generasi kedua merupakan penyempurnaan

generasi pertama, yang muncul pada pertengahan tahun 1960-an. Cirinya,

biasanya mempunyai beberapa catatan, catatan kaki, terjemahan kata

perkata, dan kadang-kadang disertai indeks yang sederhana. Tafsir

generasi ketiga, mulai muncul pada tahun 1970-an merupakan penafsiran

yang lengkap, dengan komentar-komentar yang luas terhadap teks yang

disertai terjemahan.54

Menurut Islah, kategorisasi Federspiel ini memang bermanfaat

dalam rangka melihat dinamika penulisan tafsir di Indonesia. Namun, dari

segi pemilihan tahunnya tampak agak kacau. Ia memasukkan tiga karya

tafsir yaitu: 1) Al-Furqan, Tafsir al- ur‟ n karya Ahmad Hassan; 2)

Tafsir al- ur‟ n karya H. Zainuddin Hamidy dan Fachruddin Hs; dan 3)

sir ur‟ n Karya H. Mahmud Yunus, sebagai karya tafsir yang

mewakili generasi kedua. Padahal, ketiga karya tersebut muncul pada

54

Howard M. Federspiel,Kajian al-Qur'an di Indonesia, Terj. Tajul Arifin, (Bandung:

Mizan, 1996), 129.

Page 46: KARYA K.H MISBAH MUSTAFAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5577/1/SKRIPSI.pdf · juga menyangkut kondisi sosial politik penulis, ruang audiens ketika tafsir ditulis, bahasa yang

31

pertengahan dan akhir tahun 1950-an, yang dalam kategorisasi masuk pada

generasi pertama.55

Kerancuan serupa juga terjadi ketika ia memasukkan sir l-

n karya TM. Hasbi As-Shiddieqy, sir l- ur‟ nul r m karya M.

Halim Hasan dkk; dan Tafsir Al-Azhar karya Hamka dalam generasi

ketiga. Padahal, dari segi tahun terbit, sir l- n masuk kategorisasi

generasi kedua, Tafsir al- ur‟ nul rim masuk kategoisasi generasi

pertama, dan Tafsir Al-Azhar masuk dalam generasi ketiga.56

Terlepas dari kerancuan pemetaan yang dilakukan Federspiel,

pemetaan karya-karya tafsir al-Qur‟an di Indonesia berdasarkan tahun

tetaplah penting dilakukan. Hal ini agar kita dapat melihat dinamikanya,

baik dari metode, segi penulisan, maupun aspek-aspek yang lain. Berikut

kategori tafsir al-Qur‟an di Indonesia menurut Islah Gusmian dengan

mengacu pada periodesasi tahun dengan menampilkan bentuk-bentuk

teknis penulisannya.

1. Periode Pertama: Permulaan Abad ke-20 Hingga Tahun

1960-an

Dalam periode pertama ini, tradisi tafsir di Indonesia

bergerak dalam model dan teknis penulisan yang masih

sederhana. Dari segi material teks al-Qur‟an yang menjadi

objek tafsir, literatur tafsir pada periode pertama ini sangat

beragam. Pertama, ada literatur tafsir yang berkonsentrasi

55

Islah Gusmian, Khasanah Tafsir di Indonesia Dari Hermeneutika Hingga

Ideologi,(Yogyakarta:Lkis, 2013). 58. 56

Ibid.,58.

Page 47: KARYA K.H MISBAH MUSTAFAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5577/1/SKRIPSI.pdf · juga menyangkut kondisi sosial politik penulis, ruang audiens ketika tafsir ditulis, bahasa yang

32

pada surat-surat tertentu sebagai objek penafsiran,

misalnya, sir l- ur‟ nul rim sin karya Adnan

Yahya Lubis; sir ur t sin dengan Keterangan Karya

A.Hassan. kedua literatur tafsir ini berkonsentrasi pada

surat Yasin.57

Kedua, karya tafsir yang berkonsentrasi pada juz-

juz tertentu. Pada bagian ini yang menjadi objek tafsir

hanya juz ke-30 (ju „ mm ). Contoh dari model ini adalah:

Al-Burhan Tafsir Juz „Amma Karya H. Abdul Karim

Amrullah, Al-Hidayah Tafsir Juz „Amma karya A.Hassan,

sir u „ mm karya Adnan Yahya Lubis, Tafsir al-

ur‟ nul rim ju „ mm karya Zuber Usman, Tafsir

Juz „Amma dalam Bahasa Indonesia karya Iskandar Idris,

Al Abroor sir ju „ mm Karya Mustafa Baisa, dan

sir ju „ mm l m ahasa Indonesia karya M. Said.

Ketiga, ada yang menafsirkan al-Qur‟an utuh 30

juz, yaitu sir ur‟ n r m karya Mahmud Yunus, Al-

Furqan: Tafsir al- ur‟ n karya A.Hassan, Tafsir al- ur‟ n

al-Karim karya H.A Halim Hassan, H. Zaenal Arifin

Abbas dan Abdurrahman Haitami, Tafsir al- ur‟ n karya

57

Islah Gusmian, Khasanah Tafsir..., 59.

Page 48: KARYA K.H MISBAH MUSTAFAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5577/1/SKRIPSI.pdf · juga menyangkut kondisi sosial politik penulis, ruang audiens ketika tafsir ditulis, bahasa yang

33

H. Zainuddin Hamidi dan Fachruddin Hs, dan Tafsir al-

Bayan karya T.M Hasbi Ash-Shieddieqy.58

Dari segi sifat mufassir, pada periode pertama ini

muncul penulisan tafsir yang dilakukan secara kolektif,

yaitu ditulis oleh lebih dari satu orang mufassir. Hal ini bisa

dilihat, misalnya pada Tafsir Al- ur‟ nul rim yang

disusun oleh H.A. Halim Hassan, H. Zainal Arifin Abbas,

dan Abdurrahman Haitami, dan Tafsir Al- ur‟ n yang

disusun oleh H. Zainuddin Hamidy dan Fachruddin Hs.

Uraian di atas memperlihatkan bahwa dari segi objek tafsir,

pada periode awal, u „amma dan ur h sin ternyata

menjadi salah satu objek tafsir yang dipilih dan disukai oleh

para mufassir. Hal ini terjadi, sebagaimana kita ketahui

bahwa surah sin sangat populer dikalangan masyarakat,

terutama masyarakat Indonesia. Surat sin sering dipakai

dalam kegiatan-kegiatan keagamaan dalam adat istiadat

setempat, seperti pada waktu yasinan pada malam jum‟at,

tahlilan, dibaca saat orang meninggal dunia dan beberapa

ritual lainnya.59

Sebagaimana yang diungkapkan oleh

Zainal Abidin Ahmad, yang dikutip oleh Howard M.

Federspiel, bahwa “ketika seseorang masuk ke desa-desa

(pada waktu isya‟), maka dia akan mendengar bahwa para

58

Ibid.,60. 59

M. Nurdin Zuhdi, Pasaraya Tafsir Indonesia: Dari Kontestasi Metodologi Hingga

Kontekstualisasi, (Yogyakarta: Kaukaba, 2014). 74.

Page 49: KARYA K.H MISBAH MUSTAFAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5577/1/SKRIPSI.pdf · juga menyangkut kondisi sosial politik penulis, ruang audiens ketika tafsir ditulis, bahasa yang

34

penduduk desa pada umumnya sedang membaca surat sin

dengan penuh kekhusyuan.”60

2. Periode Kedua: Tahun 1970-an Hingga 1980-an

Beberapa model penyajian dan objek tafsir dalam periode

pertama masih dapat dijumpai pada periode kedua. Pada

tahun 1981 telah tercatat beberapa karya tafsir yang

berkembang dan kebanyakan karya tafsir yang berkembang

pada tahun ini tidak utuh 30 juz sesuai dalam Mushaf. Ia

disajikan dengan model surat tertentu.61

Literatur tafsir

yang mengarahkan objek tafsirnya pada surah tertentu

Misalnya, tafsir yang mengkhususkan pada Surat Al-

Fatihah, yaitu: Samudra Al-Fatihah karya Bey Arifin,

sir Ummul ur‟ n karya M. Abdul Hakim Malik, Butir-

butir Mutiara al-Fatihah karya Labib Mz dan Maftuh

Ahnan, Risalah Fatihah karya A.Hassan, Tafsir Surat Y sin

karya Zainal Abidin Ahmad, dan n ung n ur t sin

karya Mahfudli Sahli.

Sedangkan karya tafsir yang menafsirkan al-Qur‟an

utuh 30 Juz yang muncul dalam periode ini, yaitu:

Terjemah Dan Tafsir Al- ur‟ n uru r n Latin

karya Bachtiar Surin, dan Tafsir Rahmat karya H. Oemar

Bakry. Ada lagi karya tafsir al-Qur‟an utuh 30 Juz yang

60

Howard M. Federspiel, Kajian al- ur‟ n 211. 61

M. Nurdin Zuhdi, Pasaraya Tafsir Indonesia..., 74.

Page 50: KARYA K.H MISBAH MUSTAFAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5577/1/SKRIPSI.pdf · juga menyangkut kondisi sosial politik penulis, ruang audiens ketika tafsir ditulis, bahasa yang

35

dikerjakan secara kolektif oleh sebuah tim, yakni Al- ur‟ n

Dan Terjemahnya, dan Al- ur‟ n n Tafsirnya, keduanya

ditangani oleh Departemen Agama RI.

Selain itu, perkembangan baru terjadi pada perode

kedua ini, yakni munculnya karya tafsir “Tematik” (dalam

hal ini tafsir ayat-ayat ahkam). Ini bisa diliat pada buku

Ayat-Ayat Hukum, Tafsir Dan Uraian Perintah-Perintah

Dalam Al- ur‟ n karya Q.A. Dahlan Saleh dan MD.

Dahlan, dan Tafsir Ayat Ahkam, Tentang Beberapa

Perbuatan Pidana Dalam Hukum Islam karya Nasikun.62

3. Periode Ketiga, Dasawarsa 1990-an.

Tafsir al-Qur‟an pada dekade ini mengalami perkembangan

yang sangat pesat dibandingkan dengan dekade

sebelumnya.

Pada periode ketiga, yaitu rentang waktu sepuluh

tahun, dari tahun 1990-2000, proses kreatif dalam penulisan

tafsir terus terjadi. Dalam periode ini muncul beragam

karya tafsir dari para intelektual Muslim Indonesia.

Setidaknya ada 24 karya tafsir yang terlacak dalam dekade

1990-an, diantaranya: 1) Konsep Kufr dalam al-Qur‟an,

Suatu Kajian Teologis dengan Pendekatan Teologis karya

Harifuddin Cawidu, 2) Konsep Perbuatan Manusia Menurut

62

Islah Gusmian, Khasanah Tafsir di Indonesia..., 62.

Page 51: KARYA K.H MISBAH MUSTAFAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5577/1/SKRIPSI.pdf · juga menyangkut kondisi sosial politik penulis, ruang audiens ketika tafsir ditulis, bahasa yang

36

al-Qur‟an, Suatu Kajian Tafsir Tematik karya Jalaluddin

Rakhman, 3) Manusia Pembentuk Kebudayaan dalam al-

Qur‟an karya Musa Asy‟arie, dan lain-lain.63

Pada periode ini adanya keberagaman model teknis

penulisan tafsir serta metodologi tafsir yang digunakan. Hal

ini merupakan salah satu arah yang memperlihatkan adanya

trend-trend baru yang unik dalam proses penulisan tafsir

pada dasawarsa 1990-an.64

D. Ragam Bahasa dalam Penulisan Tafsir di Indonesia

Dari uraian diatas menegaskan bahwa banyak karya-karya tafsir yang

ditulis oleh ulama Nusantara. Dalam tradisi yang panjang, tradisi

penulisan tafsir al-Qur‟an di Indonesia telah memanfaatkan berbagai jenis

bahasa yang dan aksara yang hidup secara umum dipakai oleh penduduk

Nusantara.65

Pemakaian aksara dan bahasa lokal dalam penulisan tafsir al-

Qur‟an ini seiring dengan kebutuhan dan konteks sosial budaya

masyarakat pada saat itu, sehingga tidak berjalan secara linier dan

mengalami situasi pasang surut.

Karya-karya tafsir pada periode awal sebagian ditulis ditulis

dengan bahasa Melayu-Jawi. Fenomena ini terlihat dengan munculnya

tafsir Tarjumun Mustafid karya „Abd Rauf al-Singkili.66

Pilihan

63

Ibid., 63. 64

Ibid., 64. 65Islah Gusmian, “Bahasa Dan Aksara Dalam Penulisan Tafsir Al-Qur‟an Di Indonesia

Era Awal Abad 20 M”, Jurnal Mutawatir5, No 12, (Juli-Desember 2015): 225. 66„Abd. Rauf al-Singkili dikenal sebagai mufassir Indonesia pertama yang menulis karya

tafsir lengkap tiga puluh Juz. Dikatakan pertama, karena pada era sebelumnya belum ditemukan

Page 52: KARYA K.H MISBAH MUSTAFAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5577/1/SKRIPSI.pdf · juga menyangkut kondisi sosial politik penulis, ruang audiens ketika tafsir ditulis, bahasa yang

37

dipakainya bahasa Jawa ini merupakan hal yang lumrah, karena bahasa

Jawa pada saat itu menjadi bagian utama dalam komunikasi sehari-hari

ditengah masyarakat. Bahasa Melayu-Jawa merupakan lingua franca yang

di pakai di Nusantara dan menjadi bahasa resmi yang dipakai dalam

pemerintahan, hubungan antar-negara, dan perdagangan. Namun, dalam

masyarakat yang bahasa daerahnya non Melayu-Jawa, bahasa dan aksara

ini hanya dikuasai oleh orang-orang tertentu saja, misalnya kalangan

pemerintahan, terpelajar, dan pedagang. Di luar dari kelompok-kelompok

diatas bahasa daerah masing-masing lah yang dominan.67

Selanjutnya, pada abad ke-19 M, muncul sebuah karya tafsir yang

juga menggunakan bahasa Melayu-Jawa yaitu kitab Far id al-Quran.

Tafsir ini tidak diketahui siapa penulisnya. Ditulis dalam bentuk yang

sangat sederhana, dan lebih tampak seperti artikel tafsir, sebab hanya

terdiri dari dua halaman dengan huruf kecil dan spasi rangkap.68

Menurut

Nur Ichwan yang dikutip oleh Islah, objek penafsiran teks ini adalah surah

al-Nisa [4]: 11 dan 12 yang berbicara tentang hukum waris. Keterangan

yang diberikannya sederhana, tetapi lebih dari sekedar terjemah. Setelah

memaparkan ayat tertentu, uraian selanjutnya selalu diawali dengan kata

“tafsirnya”.69

seorang mufassir Melayu-Indonesia yang mampu menulis lengkap tiga puluh Juz. Karya ini

pertama kali terbit di Istanbul (Konstatinopel) pada tahun 1302 H/ 1884 M. (Salman Harun,

Mutiara al- ur‟ n, (Jakarta:Logos, 1992). 198.) 67

Islah Gusmian, Khasanah Tafsir di Indonesia..., 52. 68Islah Gusmian, “Paradigma Penelitian Tafsir Al-Qur‟an di Indonesia”, Jurnal

Empirisma 24, No 1, (Januari 2015): 2. 69

Ibid., 2.

Page 53: KARYA K.H MISBAH MUSTAFAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5577/1/SKRIPSI.pdf · juga menyangkut kondisi sosial politik penulis, ruang audiens ketika tafsir ditulis, bahasa yang

38

Pada perkembangan selanjutnya, selain menggunakan bahasa Jawa,

bahasa Arab juga digunakan dalam penulisan tafsir al-Qur‟an oleh ulama

Nusantara. Masih pada abad ke-19 M muncul sir l unir li ‟ lim

al-Tanzil karya Syaikh Muhammad Nawawi al-Bantani.70

Tafsir ini ditulis

diluar Nusantara yaitu di Makkah dan menggunakan Bahasa Arab.

Disamping karya tersebut, muncul juga Durus Tafsir al- ur‟ n l-Karim

karya M. Bashori Ali Malang. Pada tahun 1990-an, ditemukan tafsir yang

ditulis oleh Ahmad Yasin Asymuni yaitu sir ismill hir-

r hm nirr h m uq im h sir l- tih h sir l- tih h sir

ur t l- khl s sir l- u‟ t n sir sh bak, Tafsir Ayat

Kursi, dan Tafsir Hasbunallah.71

Pada abad ke-20 M, selain menggunakan aksara pegon, dijumpai

pula tafsir yang menggunakan bahasa Indonesia dengan aksara latin.

Contohnya tafsir yang ditulis oleh Mahmud Yunus yang berjudul Tafsir

al- ur‟ n rim h s n on si , kemudian terbit pula tafsir yang

berjudul Qoer‟ n n on si oleh Sjarikat Kwekshool Moehammadiyah

tahun 1932 dan Tafsir al- ur‟ n l-Karim yang ditulis oleh tiga orang

mufassir, yaitu: H. A. Halim Hassan, H. Zainal Arifin Abbas, dan

Abdurrahman Haitami.72

Pada era ke-1940 an dan era-era selanjutnya, pemakaian aksara dan

bahasa dalam penulisan tafsir semakin variatif. Para Ulama Makassar

70Siti Mariatul Kibtiyah, “Tradisi Penulisan Al-Qur‟an Bahasa Jawa”, Jurnal Lektur

Keagamaan 12, No 2, 2017: 422. 71

Islah Gusmian, Khasanah Tasir..., 55. 72

Ibid., 68.

Page 54: KARYA K.H MISBAH MUSTAFAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5577/1/SKRIPSI.pdf · juga menyangkut kondisi sosial politik penulis, ruang audiens ketika tafsir ditulis, bahasa yang

39

menulis tafsir dengan bahasa Bugis dan Lontara. Diantaranya tafsir yang

ditulis oleh Anre Gurutta H.M As‟ad dengan judul Tafsir Bahasa

Boegisnja Soerah Amma, A.G H.M. Yunus Martan dengan tafsirnya Tafsir

al- ur‟ n l-Karim bi al-Lughot al-Bugisiyah, dan Terjemah al- ur‟ n

dengan Bahasa dan Aksara Bugis karya K.H Hamzah Manguluang.73

Selain dengan aksara Lontara dan Bahasa Bugis tahun 1960-an

muncul tafsir dengan Bahasa Jawa-Pegon. Hal ini ditandai dengan

terbitnya tafsir dengan judul Tafsir al-Ibriz Karya Bisry Mustafa tahun

1960.74

Selain Tafsir al-Ibriz, adik kandung Kiai Bisri, yaitu K.H Misbah

Mustafa juga menulis kitab dengan menggunakan bahasa Jawa-Pegon

yaitu kitab l- kl l ‟ n l- n l tahun 1985. Dua tahun berikutnya

beliau menulis sir j l- uslim n in l mi i l- l m n

dengan bahasa dan aksara yang sama. Selain tafsir yang ditulis dengan

bahasa Jawa-Pegon terdapat pula tafsir yang ditulis dengan Bahasa Jawa-

Latin. Pilihan ini terlihat pada tafsir karya K.H Muhammad Adnan dengan

kitabnya Tafsir al- ur‟ n uci s i.

Dua bahasa lokal yang juga digunakan dalam penulisan tafsir

adalah bahasa Aceh dan bahasa Madura. Untuk bahasa Aceh dapat dilihat

pada Tafsir Pase yang ditulis oleh tim dan diterbitkan Balai Kajian Tafsir

Al-Qur‟an Pase Jakarta tahun 2001. Bahasa Aceh digunakan dalam tafsir

ini hanya ketika tim menerjemahkan ayat al-Qur‟an sedangkan untuk

penafsirannya menggunakan bahasa Indonesia. Untuk tafsir yang

73Islah Gusmian, “Bahasa Dan Aksara Dalam Penulisan ..., 232.

74M. Nurdin Zuhdi, Pasaraya Tafsir..., 71.

Page 55: KARYA K.H MISBAH MUSTAFAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5577/1/SKRIPSI.pdf · juga menyangkut kondisi sosial politik penulis, ruang audiens ketika tafsir ditulis, bahasa yang

40

berbahasa Madura dapat dilihat pada tafsir karya Mudhar Tamim dengan

judul Tafsirnya Tafsir Al- ur‟ n l-Karim Nurul Huda.75

Diatas bahasa-bahasa lokal tersebut, bahasa Indonesia tetaplah

menjadi pilihan utama di dalam menafsirkan al-Qur‟an. Bahasa Indonesia

merupakan bahasa pemersatu bangsa Indonesia, berbeda dengan bahasa

lokal yang hanya dapat dipahami oleh pengguna bahasa tersebut, bahasa

Indonesia mampu menjangkau seluruh elemen masyarakat Indonesia.

Dengan alasan ini sering kita jumpai masyarakat yang cenderung lebih

suka membaca tafsir yang berbahasa Indonesia daripada tafsir yang

berbahasa daerah.

75Islah Gusmian, “Bahasa Dan Aksara Dalam Penulisan ..., 234.

Page 56: KARYA K.H MISBAH MUSTAFAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5577/1/SKRIPSI.pdf · juga menyangkut kondisi sosial politik penulis, ruang audiens ketika tafsir ditulis, bahasa yang

41

BAB III

K.H MISBAH MUSTAFA DAN KITAB J AL- N

MI RABBI - N

A. Biografi dan Karya K.H Misbah Mustafa

1. Biografi K.H Misbah Mustafa

Pengarang Kitab sir j l- uslim n in l mi i l-

l m n adalah K.H Misbah Mustafa. Beliau merupakan anak dari

pasangan H. Zainal Mustafa dan Chadijah.76

Lahir di Desa

Sawahan Gang Palen, Kabupaten Rembang Propinsi Jawa Tengah

pada tanggal 5 mei 1916 M.77

K.H Misbah Mustafa memiliki

beberapa saudara dari beberapa perkawinan ayahnya. Ayahnya

K.H Zainal Mustafa menikah pertama kali dengan Dakilah dan

memiliki dua putra, Zuhdi dan Maskanah, kemudian menikah lagi

dengan Chadijah dan memiliki putra Mashadi (kemudian dikenal

dengan Bisri Mustafa penulis kitab Tafsir Al- ri li ‟ri h

Tafsir al- ur‟ n al-Aziz), dan terakhir menikah dengan Umu

Salamah yang kemudian melahirkan Misbah dan Maksum.78

Nama

76Supriyanto, “Al-Qur‟an Dalam Ruang Keagamaan Islam Jawa: Respon Pemikiran K.H

Misbah Mustafa dalam Tafsir Al- klil i ‟ ni l-Tanzil”,Jurnal Theologia 28, No 1, (Juni 2017):

33. 77Siti Asmah, Studi “Tentang Biografi dan Pemikiran K.H Misbah Mustafa Bangilan

Tuban (1919-1994 M)”, Skripsi (Surabaya: Program Studi Sejarah Peradaban Islam IAIN Sunan

Ampel, 2012), 19. 78Ahmad Baidowi, “Aspek Lokalitas Tafsir al-Iklil fi Ma‟ani al-Tanzil Karya Misbah

Mustafa”, Jurnal Nun 1, No 1, (2015): 36.

Page 57: KARYA K.H MISBAH MUSTAFAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5577/1/SKRIPSI.pdf · juga menyangkut kondisi sosial politik penulis, ruang audiens ketika tafsir ditulis, bahasa yang

42

kecil K.H Misbah Mustafa adalah Masruh. Nama Misbah Mustafa

sendiri digunakan setelah beliau menunaikan ibadah haji.79

Ayah Kyai Misbah, H. Zaenal Mustafa adalah seorang

saudagar kaya dan dikenal dengan kegemaran mencintai ulama.

Itulah sebabnya, ia memiliki kedekatan khusus dengan para ulama.

Disamping dekat dengan para ulama, ia juga dikenal sebagai

saudagar yang dermawan. Salah satu kegemarannya adalah

memberikan hadiah kepada para ulama.80

Pada tahun 1923 M. Misbah bersama dengan keluarganya

menunaikan rukun Islam yang kelima, yaitu ibadah haji. Saat

menunaikan ibadah tersebut, H. Zaenal Mustafa terserang penyakit,

sehingga ia harus ditandu saat wukuf dan sa‟i. Selesainya ibadah

haji, penyakit sang ayah H. Zainal Mustafa bertambah keras dan

disaat kapal hendak diberangkatkan ke Indonesia, sang ayah pun

menghembuskan nafas yang terakhir pada usia 63 tahun.

Jenazahnya diserahkan kepada syekh Arab dengan menyerahkan

uang Rp. 60 untuk ongkos dan sewa pemakaman. Hal ini

menyebabkan keluarga tidak ada yang mengetahui letak makam H.

Zainal Mustafa.81

79

Ibid., 36. 80Islah Gusmian, “K.H Misbah Ibn Zainul Mustafa (1916-1994): Pemikir dan Penulis

Teks Keagamaan dari Pesantren”, Jurnal Lektur Keagamaan 14, No 1, (2016): 117. 81Supriyanto, “Al-Qur‟an Dalam Ruang.., 34.

Page 58: KARYA K.H MISBAH MUSTAFAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5577/1/SKRIPSI.pdf · juga menyangkut kondisi sosial politik penulis, ruang audiens ketika tafsir ditulis, bahasa yang

43

Sepeninggal ayahnya, Misbah diasuh oleh kakak tirinya,

yaitu H.Zuhdi. Misbah dan Kakaknya Bisri Mustafa82

tumbuh dan

berkembang dalam tradisi pesantren. Pada tahun 1933, Misbah

menyusul kakaknya, Bisri Mustafa, Nyantri di Pesantren Kasingan

untuk mendalami ilmu agama. Pesantren ini dibawah asuhan K.H

Cholil bin Harun, yang kelak menjadi mertua Bisri Mustafa.83

Sebelum belajar di Pesantren ini, Misbah belajar di lembaga

pendidikan formal yaitu di Sekolah Rakyat (SR) saat usianya baru

menginjak 6 tahun. Di Pesantren, orientasi pendidikan Misbah

terfokus untuk mempelajari ilmu gramatika dengan menggunakan

Kitab al-Jurumiah, al-„Imriti, dan Alfiyah.84

Pada usianya yang

masih muda, Misbah berhasil menghatamkan Alfiyah sebanyak 17

kali. Setelah merasa paham dan matang dalam ilmu bahasa Arab,

Misbah kemudian mendalami berbagai disiplin-disiplin ilmu

keagamaan, seperti fiqh, ilmu kalam, hadis, tafsir dan lain-lain.

Selain menimba kepada K.H Cholil, Ia juga berguru kepada K.H

Hasyim Asy‟ari di Pondok Pesantren Tebuireng Jombang85

dan

dilanjutkan belajar di Makkatul Mukarramah.86

Sepulangnya dari Makkah pada tahun 1948, saat usinya 31

tahun, Misbah dijodohkan oleh K.H Ahmad bin Su‟ib dengan

82

Bisri Mustafa adalah ayah seorang sastrawan dan budayawan tersohor Indonesia, yakni

Misbah Mustafa (Gus Mus). Bisri Mustafa juga menulis kitab tafsir yaitu al- ri li ‟rifah al-

ur‟ n l-Aziz. 83Islah Gusmian, “K.H Misbah Ibn Zainul Mustafa.., 118

84Ahmad Baidowi, “Aspek Lokalitas Tafsir al-Iklil..., 36.

85Ibid., 37.

86Siti Asmah, Studi “Tentang Biografi dan Pemikiran..., 26.

Page 59: KARYA K.H MISBAH MUSTAFAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5577/1/SKRIPSI.pdf · juga menyangkut kondisi sosial politik penulis, ruang audiens ketika tafsir ditulis, bahasa yang

44

cucunya Masrurah dan pindah ke Bangilan, Tuban.87

Sekaligus

membantu mengajar di Pesantren yang dipimpin oleh mertuanya

K.H Ridhwan dan kemudian menggantikannya.88

Dari hasil

pernikahannya itu KH Mishbah kemudian dikaruniai lima orang

putra yaitu Syamsiyah, Hamnah, Abdullah, Muhammad Nafis dan

Ahmad Rafiq. Sebelum memiliki kesibukan sebagai pengelola

pesantren, Kiai Mishbah aktif menjadi tenaga pengajar, khususnya

mengajar kitab-kitab kuning baik dalam bidang akidah, bahasa

arab, tafsir, fikih dan yang lainnnya di pesantren tersebut.89

Disamping kesibukannya sebagai pengajar dan pengasuh

pesantren, K.H Misbah Mustafa adalah seorang penulis yang

produktif. Ia sudah menerjemahkan kurang lebih 200 judul kitab,

baik kedalam bahasa Indonesia maupun kedalam bahasa Jawa

dengan tulisan Arab pegon. Diantara kitab-kitab yang pernah

diterjemahkannya adalah l- ik m h „Ul m l- n s r l-

l l in ul m l- h i n nah l l- j h. Sehari-hari

beliau menulis dan menerjemahkan kitab tidak kurang dari seratus

lembar tulisan tangan yang kemudian diserahkan kepada para

penulis indah untuk disalin.90

Disamping itu, Kyai Misbah juga

aktif memberikan ceramah-ceramah keagamaan dalam pengajian-

87Supriyanto, “Al-Qur‟an Dalam Ruang..., 34.

88Ahmad Baidowi, “Aspek Lokalitas Tafsir al-Iklil..., 37.

89Ibid., 37.

90Humilailatun Ni‟mah, Kepemimpinan Non Muslim Dalam Pemerintahan Menurut K.H

Misbah Mustafa: Telaah Tafsir al-Iklil fi Ma‟ani al-Tanzil, Skripsi (Ponorogo: Program Studi Ilmu

Al-Qur‟an dan Tafsir IAIN Ponorogo, 2017), 25.

Page 60: KARYA K.H MISBAH MUSTAFAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5577/1/SKRIPSI.pdf · juga menyangkut kondisi sosial politik penulis, ruang audiens ketika tafsir ditulis, bahasa yang

45

pengajian di masyarakat. Dalam berdakwah, beliau sering

mengadakan diskusi bersama teman-temannya terutama terkait

masalah aktual yang sedang berkembang pada masyarakat.

K.H Misbah dikenal oleh santri dan masyarakat sekitar

sebagai seorang Kyai yang tegas dan teguh dalam mengambil

keputusan hukum agama. Bahkan dia pernah diincar oleh rezim

orde baru karena menentang kebijakan pemerintah, diantanya

adalah permasalahan Keluarga Berencana (KB). Pada saat itu

pemerintah sangat gencar menyuarakan kepada masyarakat untuk

melaksanakan program KB, namun Misbah menentangnya dengan

mengeluarkan fatwa bahwa KB hukumnya haram.91

Beliau juga

mengharamkan pelaksanaan us q h il til ur‟ n

(MTQ).92

Selain aktif dalam kegiatan sosial keagamaan, K.H Misbah

juga aktif dalam kegiatan politik. Beliau berganti-ganti menjadi

anggota partai politik, seperti Partai NU, Partai Masyumi, dan

Partai Golkar. Masuknya Kyai Misbah kedalam partai politik

adalah untuk berdakakwah. Oleh karena itu Misbah sering

melakukan diskusi dengan teman-temannya mengenai masalah

aktual di masyarakat. Masuk-keluarnya Misbah dari satu partai ke

partai yang lainnya adalah karena Misbah merasa pendapatnya

berbeda dengan orang-orang yang duduk di masing-masing partai,

91Supriyanto, “Al-Qur‟an Dalam Ruang..., 35.

92Humilailatun Ni‟mah, Kepemimpinan Non Muslim..., 25.

Page 61: KARYA K.H MISBAH MUSTAFAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5577/1/SKRIPSI.pdf · juga menyangkut kondisi sosial politik penulis, ruang audiens ketika tafsir ditulis, bahasa yang

46

sebagai seorang yang kuat pendiriannya, ia memilih keluar dari

partai dan demi mempertahankan pendapatnya.93

Setelah pensiun dari dunia politik K.H Misbah Mustafa

banyak menghabiskan waktunya untuk mengarang dan

menerjemahkan kitab-kitab ulama salaf. Beliau wafat pada usia 78

tahun, tepatnya pada hari senin tanggal 7 Dzulqa‟dzah 1414 H

bertepatan dengan tanggal 18 april 1994 M. Dengan meninggalkan

dua orang istri dan lima orang anak. Selain itu, ia juga

meninggalkan sebuah karya yang belum sempat diselesaikannya

yaitu Kitab sir j l- uslim n in l mi i l- l m n

yang baru selesai empat jilid dan enam buah karya lainnya yang

belum sempat diberi judul.94

2. Karya-Karya K.H Misbah Mustafa

K.H Misbah Mustafa merupakan ulama yang produktif, ditengah

kesibukannya mengajar di pesantren, menjadi penceramah, bahkan

politisi beliau tetap menyempatkan menulis, baik menerjemahkan

karya-karya ulama terdahulu maupun mengarang kitab sendiri. Ada

sekitar 200 kitab yang beliau terjemahkan baik kedalam bahasa

Indonesia maupun bahasa Jawa dengan tulisan Arab pegon.

Karya-karya K.H Misbah Mustafa tidak hanya fokus pada

satu bidang keilmuan, kecerdasannya yang terlihat menonjol

bahkan ketika masaih nyantri di Kasingan Rembang menjadikan

93Ahmad Baidowi, “Aspek Lokalitas Tafsir al-Iklil.., 38.

94Supriyanto, “Al-Qur‟an Dalam Ruang..., 35.

Page 62: KARYA K.H MISBAH MUSTAFAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5577/1/SKRIPSI.pdf · juga menyangkut kondisi sosial politik penulis, ruang audiens ketika tafsir ditulis, bahasa yang

47

karya-karya yang dihasilkan mencakup berbagai bidang keilmuan.

Diantaranya bidang tafsir, hadis, fikih, bahasa, akhlak, dan

tasawuf.

Pertama, dalam bidang tafsir K.H Misbah Mustafa menulis

tiga kitab Tafsir. Pertama, Kitab l- kl l ‟ n l- n l. Kitab

ini ditulis dalam 30 jilid, setiap jilid mencerminkan juz yang

ditafsirkan, berbahasa Jawa dan ditulis dengan Arab pegon. Kedua,

it j Al- uslim n in l mi Rabbi l-„ l min. Terdiri dari

4 jilid, sama dengan kitab l- kl l, setiap jilid mencerminkan juz

yang ditafsirkan. Sayangnya sebelum kitab ini selesai ditulis beliau

wafat. Ketiga, it i r s l- uslim n buku ini merupakan

terjemahan dan uraian K.H Misbah Mustafa atas kitab s r l-

l l in, kitab ini berbahasa Jawa dengan tulisan Arab Pegon.95

Kedua, dalam bidang Hadis, karya K.H Misbah umumnya

berupa terjemahan kitab-kitab hadis yang populer di pakai sebagai

bahan ajar di pesantren. Kitab-kitab tersebut diantaranya i h

l- lih n l- mi‟ l- h gir ul gh l- r m r ‟ n i

n m‟u l- mi. Kitab-kitab tersebut diterjemahkan kedalam

bahasa Jawa dengan tulisan Arab pegon dilengkapi dengan

penjelasan Kyai Misbah.96

Ketiga, dalam bidang fikih karya K.H Misbah Mustafa

dibagi menjadi dua, pertama karya yang berupa terjemahan dari

95Islah Gusmian, “K.H Misbah Ibn Zainul Mustafa.., 122.

96Ibid., 122.

Page 63: KARYA K.H MISBAH MUSTAFAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5577/1/SKRIPSI.pdf · juga menyangkut kondisi sosial politik penulis, ruang audiens ketika tafsir ditulis, bahasa yang

48

kitab-kitab klasik dan kitab yang dikarangnya sendiri. Diantara

kitab fikih yang diterjemahkan oleh Kyai Misbah antara lain: Al-

uh inh j al-„ idin s il l- r i l in h l-

s ni h U t l- r idl, Minah al-Tsaniyyah, dan lain

sebagainya.97

Adapun kitab fikih yang dikarang oleh Kyai Misbah

diantaranya, l- i l- iqhi h sh l t n s il l- n ‟i

n sik ji s ‟il l- is s ‟il l- ij l l- r l- un r

s ulum t l- mmi l- h r l- r l- u n n uşul

al-„ r ‟ini h.98

Keempat, dalam bidang bahasa karya K.H Misbah Mustafa

umumnya berupa kitab-kitab terjemahan, baik berupa kitab yang

masih sangat sederhana hingga kitab yang sudah komplek

pembahasannya. Diantaranya adalah kitab Alfiyah Kubra, Nadhom

Maksud, Nadhom Imriti, al-Saraf al-Wadhih, Matn al-Jurumiyah,

Sulam al-Nahwi, Jauhar al-Maknun, Alfiyah Sughra.99

Kelima, dalam bidang akhlak Seperti pada tema bidang

ilmu yang lain, karya-karya dibidang akhlak juga didominasi karya

terjemahan ke dalam aksara pegon, yaitu s ‟ih l-„ n ih

l- h ilin l- hir l-„ l mi h min „ s r ti l- h

i h l- i h „ q h l-„ m i h l- i n,

Khairradah al-Bahiyyah. Disamping itu ada dua karya asli yang

97Humilailatun Ni‟mah, Kepemimpinan Non Muslim..., 28.

98Ibid., 29.

99Ilya Syafa‟atun Ni‟mah, “Tafsir Al-Qur‟an dan Kritik Sosial: Studi Terhadap Tafsir Taj

Al-Muslimin Min Kalami Rabbi Al-„Alamin, Skripsi (Surabaya: Program Studi Al-Qur‟an dan

Hadis UIN Sunan Ampel, 2018), 66.

Page 64: KARYA K.H MISBAH MUSTAFAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5577/1/SKRIPSI.pdf · juga menyangkut kondisi sosial politik penulis, ruang audiens ketika tafsir ditulis, bahasa yang

49

ditulis dengan aksara pegon itu l- kirah l- ni h i

hut bah al- um‟ h 100

Terakhir, di bidang tasawuf kiai Misbah juga

menerjemahkan banyak kitab penting yang menjadi bahan ajar di

pesantren. Kitab tasawuf yang diterjemahkannya, yaitu rs l-

„ s ‟ r , Al-Hikam yang disertasi dengan penjelasannya, Ihy ‟

„Ul m l- n, s l- k r s l- ujj n l- shil l-

h riq h. Adapun karya asli yang dia tulis l h u‟ wanah wa

u ahirah wa Muwazirah, Sibghat Allah, dan Khizb al-Nasr.101

B. Seputar a - a a - a

1. Latar Belakang Penulisan a - a

a - a

Kitab ini ditulis pada tahun 1987 M/ 1408 H, tepat dua tahun

setelah karya tafsir pertama beliau diselesaikan. Hampir sama

dengan para mufassir lainnya, penulisan sebuah karya tafsir tentu

tujuan utamanya adalah untuk menyempurnakan karya

sebelumnya. Tujuan ditulisnya kitab sir j l- uslim n in

l mi i l- l m n adalah untuk menyempurnakan kitab

sebelumnya l- kl l ‟ n l- n l. Akan tetapi sebelum K.H

Misbah Mustafa menyelesaikan karya tafsir keduanya beliau sudah

dipanggil Allah SWT, tafsir ini baru berhasil ditulis dari Juz 1

sampai Juz 4.

100Islah Gusmian, “K.H Misbah Ibn Zainul Mustafa.., 124.

101Ibid., 124.

Page 65: KARYA K.H MISBAH MUSTAFAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5577/1/SKRIPSI.pdf · juga menyangkut kondisi sosial politik penulis, ruang audiens ketika tafsir ditulis, bahasa yang

50

Selain itu, dalam Muqaddimah Kitab sir j l-

uslim n in l mi i l- l m n, K.H Misbah Mustafa

menyampaikan keprihatinan beliau dengan keadaan orang Islam.

Banyak orang yang mengaku Islam, berkali-kali mengucapkan

kalimat syahadat tetapi tidak memahami al-Qur‟an yang berbahasa

Arab. Banyak orang yang lalai dan enggan mempelajari al-Qur‟an

setelah kenikmatan dunia diraihnya. Bahkan tidak jarang

kebanyakan umat Islam lebih memilih taklid kepada sesorang yang

biasa dipanggil Ulama mapupun Kiai dari pada belajar untuk

memahami al-Qur‟an.102

Berangkat dari keprihatinan inilah K.H

Misbah Mustafa menulis kitab tafsir dengan menggunakan bahasa

Jawa-Pegon103

dengan harapan umat Islam dapat dengan mudah

memahami maksud yang dikehendaki al-Qur‟an.

Selain dua hal diatas, sebenarnya penulisan Kitab j l-

uslim n seperti disebutkan oleh Kusmiah yang dikutip oleh

Baedlowi bahwa penulisan kitab ini didasari pada kekecewaan

beliau terhadap percetakan al-Ihsan Surabaya, Jawa Timur yang

menerbitkan kitab al- kl l „ n l- n l. Pada saat kitab al-

kl l „ n l- n l diterbitkan oleh percetakan al-Ihsan

Surabaya, banyak penjelasan-penjelasan ayat yang dihilangkan

oleh pihak percetakan untuk menghindari terjadinya perselisihan.

102

Misbah Mustofa, sir j l- uslim n min l mi i l-‟ l m n Juz 1 (Tuban:

Majlisu al-Ta‟l fu wa al-Khattat , tt), 2-5. 103

Huruf pegon adalah huruf Arab yang dimodifikasi untuk menuliskan bahasa Jawa juga

Bahasa Sunda. Kata Pegon konon berasal dari bahasa Jawa Pego yang berarti menyimpang. Sebab

bahasa Jawa yang ditulis dalam huruf Arab dianggap sesuatu yang tidak lazim (Wikipedia).

Page 66: KARYA K.H MISBAH MUSTAFAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5577/1/SKRIPSI.pdf · juga menyangkut kondisi sosial politik penulis, ruang audiens ketika tafsir ditulis, bahasa yang

51

Mengetahui hal tersebut, Kiai Mishbah sangat kecewa terhadap

percetakan tersebut, karena tidak meminta izin terlebih dahulu

kepada Kiai Mishbah sebagai pihak penulis. Namun tidak ada yang

bisa dilakukan oleh Kiai Mishbah dari kejadian itu, karena

memang tidak ada undang-undang yang baku untuk menyelesaikan

masalah tersebut. Kekecewaan itu membuat Kiai Mishbah tidak

puas dengan penerbitan tafsir al-Iklil tersebut, sehingga beliau

menulis kitab tafsir lagi yang diberi nama sir j l- uslim n

in l mi i l- l m n pada tahun 1987. Kiai Mishbah

berharap semua penafsiran yang ia tulis dalam tafsir ini tidak ada

lagi yang dihilangkan. Oleh karena itu, kitab ini dicetak sendiri

dengan mendirikan percetakan pribadi yaitu Majlis Ta‟Iif wa al-

Khathath.104

Pemberian nama Kitab sir j l- uslim n in l mi

i l- l m n diberikan sendiri oleh K.H Misbah Mustafa.

Masih dalam Muqaddimah kitabnya, beliau menjelaskan makna

dari j l- uslim n adalah “mahkota untuk orang Islam”.105

K.H

Misbah Mustafa berharap, dengan adanya kitab ini orang Islam

mampu terangkat derajatnya karena memahami firman-firman

Allah.

104

Ahmad Baidowi, “Aspek Lokalitas Tafsir al-Iklil.., 40. 105

Misbah Mustofa, sir j l- uslim n..., 2-5.

Page 67: KARYA K.H MISBAH MUSTAFAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5577/1/SKRIPSI.pdf · juga menyangkut kondisi sosial politik penulis, ruang audiens ketika tafsir ditulis, bahasa yang

52

2. Sistematika Penulisan dan Metode Penafsiran Tafsir a

- a a - a .

Tehnik dan sistematika penulisan kitab sir j l- uslim n in

l mi i l- l m n sedikit berbeda dengan kitab tafsir pada

umumnya. Kitab ini ditulis dengan bahasa Jawa, dengan aksara

Arab Pegon dan makna gandul yang menjadi ciri khas karya-karya

ulama Jawa. Setiap ayat al-Qur‟an diterjemahkan secara harfiah

dengan menggunakan makna gandul yang ditulis miring ke bawah

di setiap kata, kemudian diterjemahkan per ayat di bagian bawah.

Kitab sir j l- uslim n in l mi i l- l m n

karya K.H Misbah Mustafa ini terdiri atas 4 juz yang dicetak

menjadi 4 jilid. Setiap jilid berisi penafsiran satu Juz al-Qur‟an.

Jilid 1 merupakan penafsiran terhadap al-Qur‟an juz 1, jilid 2

merupakan penafsiran terhadap juz 2 dalam al-Qur‟an, begitu

seterusnya. Setiap juz dicetak dengan warna sampul yang berbeda.

Halaman kitab ini secara keseluruhan berjumlah 1689

halaman. Juz 1 dimulai dari halaman 1 sampai hamalan 428 (428

halaman), juz 2 melanjutkan halaman pada juz 1 yakni dimulai dari

halaman 429 dan diakhiri halaman 793 (364 halaman), juz 3 dari

halaman 794 sampai halaman 1189 (395 halaman), dan terakhir juz

Page 68: KARYA K.H MISBAH MUSTAFAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5577/1/SKRIPSI.pdf · juga menyangkut kondisi sosial politik penulis, ruang audiens ketika tafsir ditulis, bahasa yang

53

4 dimulai dari halaman 1189 dan diakhiri pada 1689 (500

halaman).106

K.H Mustafa memulai penafsirannya dengan memuji

Allah dan shalawat untuk Nabi Muhammad SAW. Dalam

muqaddimah kitabnya, K.H Misbah Mustafa menulis keutamaan

al-Qur‟an disertai dengan ayat dan hadis yang menjadi

landasannnya. Ada beberapa keunikan pada penafsiran yang

dilakukan oleh K.H Misbah Mustafa, yakni Pertama, Pada setiap

penafsirannya, K.H Misbah Mustafa selalu menulis nama surat

yang hendak ditafsirkan lengkap dengan tempat turunnya, jumlah

ayat, jumlah kalimat, dan jumlah huruf. Seperti ketika menafsirkan

Q.S Al-F tihah beliau menulis, “sur t tih h iki t murun ono ing

Makkah, ayate ono pitu, kalimahe ono pitulikur, hurufe ono satus

patang puluh” (Surat Al-Fatihah ini turun di Makkah, berjumlah

tujuh ayat, dua puluh tujuh kalimat, dan seratus empat puluh

huruf). Kedua, beliau menulis ayat yang hendak ditafsirkan

lengkap dengan makna gandul per kata dan ditulis miring. Ketiga,

dibawah makna gandul yang ditulis miring beliau menampilkan

terjemahan global ditulis dengan lurus, dan terakhir beliau

menampilkan tafsiran ayatnya.

Dalam menafsirkan beliau selalu menulis ayat yang hendak

ditafsirkan dan diberi tanda garis bawah. Karakteristik lainnya,

106

Lihat K.H Misbah Mustafa Misbah Mustofa, sir j l- uslim n min l mi i

l-‟ l m n, Jilid 1-4.

Page 69: KARYA K.H MISBAH MUSTAFAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5577/1/SKRIPSI.pdf · juga menyangkut kondisi sosial politik penulis, ruang audiens ketika tafsir ditulis, bahasa yang

54

ketika beliau hendak menulis hal-hal yang penting ditandai dengan

menulis “masalah –masalah kang perlu dimangerteni” (Masalah

atau persoalan yang perlu diketahui) dan dalam lain kesempatan

hanya ditulis dengan istilah “masalatun (permasalahan)”.

Memperhatikan penafsiran K.H Misbah Mustafa dalam

kitab sir j l- uslim n in l mi i l- l m n bisa

disimpulkan bahwa kitab tersebut menggunakan metode Ijmali

dengan penjelasannya yang agak panjang. Sedangkan penyusunan

kitab ini disusun sesuai dengan tartib mushafi.

C. Contoh Penafsiran

Pada halaman 20 jilid 1 K.H Misbah Mustafa menafsirkan ayat pertama

surat al-Fatihah yaitu Lafad “ ismill hirr hm nirr h m”. Berikut redaksi

penafsiran K.H Misbah Mustafa:

ىإكيززديرج ح انس ح بفؼإكظجأخظزڠخإيبوشأچبفبثعىاللهانس

ازا٬طيبچبفبرحخكڠأزاڠبڠڮثعهخفبرحخ.دادظفبڠكڠصلاحكزظڠكڠأ

ب أر نقد دزازبكظڠكڠإثػجبضزضاللهػڮبدڠكبزدا. صحصلار.

بإكظزحف ثب ان ي ظجؼب : دا فجڠب ى. انؼظ انقسأ ثب ان ي رحبظجؼب

كفڠفز؟إثػجبضدا:ثعىاللهقسأ.أبكڠيبرز:آزفبرحخڠى.آدكڠ

اللهػه لاللهػه ى.أبإڠحدثصححزاخظڠكڠأوظهخڳبزازظ ح انس ح انس

زب إڠكب أب ثعهخ إكيبچب ظهى ػه الله صه د جيح : فجڠبدا ظهى برحخنفجڠبڠزڠثعهخإكظزڠظڠكڠازظزحفبرحخ.ف

حبفخ أث إيبو ن يبنك إيبو ن الاشاػ ظزڠ٬يززديرتإيبو ازا إك ثعهخ

ى.٬ظڠكڠازفبرحخ.يززديرتإك ؼذػه أ انر ىصساط اخكڠيس

كڠ أفبيبڠصلاحاخ ظأرسظيززديرتإك. ة غض ان س غ فز كفڠ

صحصلار.نكفسظبزداديرتشبفؼصلاحيأيو٬ازايبچبثعهخ

إڠ٬يساڠظككڠأديرتحف أب أفبصحصلار؟يززدقلكڠيؼزد

كڠداديعيرج يأيو٬ازاصحصلاريأيو٬هإدعبشبفؼكب كساب

Page 70: KARYA K.H MISBAH MUSTAFAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5577/1/SKRIPSI.pdf · juga menyangkut kondisi sosial politik penulis, ruang audiens ketika tafsir ditulis, bahasa yang

55

ػهبءيرتشبفؼدا: يرتشبفؼقبداكصلارإيبوإكازاصح.ظب

صح.فنطديقلكڠكفڠفدإك.كساباجبڮبفسفچببايخ.107

Uc p n ismill hirr hm nirr h m iku yen menurut madhabe

m m i‟i iku siji t s t ng h s ngking t t h h i sopo

ong k ng sh l t k nthi moco tih h k ng or ng nggo sm l h or

s h sh l t i ri t k n s king nu s r g n ng k ro uh

l q t in s ‟ n min l-m ts ni l- ur‟ n l- im

P nj n ng n uh s ‟ n min l-m ts ni o iku sur t tih h ur‟ n

ono k ng m tur t tih h n mung n n m n i k ng k ping pitu

nu s uh ismill hirr hm nirr h m no ing h is sh hih

riwayat sangking Ummi Salamah garwane Rasulallah SAW, panjenengane

dawuh: Nabi Muhammad iku moco basmalah ono ing kawitane fatihah lan

panjenengane ngitung basmalah setengah sangking ayate surat fatihah.

iturut m h m m l- u ‟i l n m m lik l n m m u

Hanifah, basmalah iku or s t ng h s king t tih h n miturut

m h iki t k ng nom r n n m hir t ll in n‟ mt „ l ihim

t k ng k ping pitu hoiril m gh i s k t rus iturut m h iki

upomone wong shalat ora moco basmalah, sah shalate. Nuli kepriye yen

Saridin anut madhab Syafi‟i sh l t m ‟mum m r ng sukim n kang anut

m h n i p s h sh l t iturut q ul k ng mu‟t m ono ing

madhabe i‟i ko o k ng i nut muslimin n on si or s h sh l t

m ‟mum k rono m ‟mum m h i‟i n ko k n yen shalate imam

iku or s h k n h im m m h i‟i uh s h P nulis m n

qaul kang kaping pindo iki, kerono anjaga perpecahanne ummat.

Bacaan ismill hirr hm nirr h m menurut Imam Syafi‟i termasuk

salah satu ayat surat l- tih h. Jadi, barang siapa shalat dengan membaca

surat l- tih h dan tidak membaca basmalah, tidak sah shalatnya.

Diriwayatkan dari Ibnu Abbas ra, berhubungan dengan firman Allah:

l q t in s ‟ n min l-m ts ni l- ur‟ n l-Adzim. Dia (Ibnu

Abbas) mengatakan yang dimaksud dengan lafad s ‟ n min l-m ts ni

adalah surat l- tih h. Kemudian, ada yang bertanya,: “jumlah ayat

dalam surat l- tih h hanya ada enam. Mana ayat yang ketujuh? Ibnu

Abbas menjawab: “ ismill hirr hm nirr h m”. Dalam hadis riwayat

107

Misbah Mustofa, sir j l- uslim n..., Jilid 1. 20.

Page 71: KARYA K.H MISBAH MUSTAFAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5577/1/SKRIPSI.pdf · juga menyangkut kondisi sosial politik penulis, ruang audiens ketika tafsir ditulis, bahasa yang

56

Ummi Salamah istri Rasulallah SAW, dia juga mengatakan bahwa: “Nabi

Muhammad SAW membaca basmalah pada pembukaan l- tih h dan

beliau juga menghitung basmaah sebagai bagian dari surat l- tih h

Menurut maz hab Imam Al-Auz a‟i, Imam Malik, dan Imam Abu

Hanifah, lafad basmalah bukan bagian dari surat l- tih h. Menurut

maz hab ini, ayat yang nomer enam adalah “ hir t ll n n‟ mt

„ l ihim”, sedangkan ayat yang ketujuh adalah hoiril m gh i dan

seterusnya. Menurut maz hab ini, seandainya seseorang shalat dan tidak

membaca basmalah, sah shalatnya. Kemudian bagaimana hukum shalat

Saridin yang bermaz hab Syafi‟i ma‟mum kepada Sukimyan yang ber

maz hab Imam Hanafi? Apakah sah shalatnya? Menurut Qaul (perkataan)

yang mu‟t m kepada maz hab Syafi‟i seperti yang di anut oleh umat

Islam Indonesia, tidak sah shalatnya. Karena ma‟mum maz hab Syafi‟i

meyakini shalatnya imam tidak sah. Selain ulama maz hab Syafi‟i

berpendapat sah shalatnya. Penulis lebih menyukai pendapat yang kedua,

karena hal ini mampu menjaga agar umat tidak terpecah-belah.

Page 72: KARYA K.H MISBAH MUSTAFAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5577/1/SKRIPSI.pdf · juga menyangkut kondisi sosial politik penulis, ruang audiens ketika tafsir ditulis, bahasa yang

57

BAB IV

ASPEK LOKALITAS KITAB J AL- N

MI RABBI - N KARYA

K.H MISBAH MUSTAFA

Kitab sir j l- uslim n in l mi i l- l m n sebagai karya ulama

Nusantara pasti memiliki unsur-unsur lokalitas yang melekat didalamnya. Unsur-

unsur lokalitas ini dapat dilihat dari beberapa aspek, seperti dari bahasa yang

digunakan, tampilan kitabnya, maupun dari segi penafsiran. Berikut beberapa

aspek lokalitas kitab sir j l- uslim n in l mi i l- l m n karya

K.H Misbah Mustafa.

A. Lokalitas dalam Penampilan

1. Menggunakan Aksara Pegon

Seperti disinggung dalam bab sebelumnya. Kitab karya K.H Misbah

Mustafa ini ditulis dengan menggunakan huruf pegon.108

Dalam

108

Menelusuri jejak awal mula aksara pegon memang agak sulit. Hingga saat ini belum

ada pendapat yang akurat tentang kapan dan di mana Aksara Pegon tersebut muncul dan mulai

digunakan. Beberapa pendapat hanya memprediksi bahwa huruf pegon muncul sekitar tahun 1200

/ 1300 bersamaan dengan masuknya ajaran Islam di Indonesia. Dalam catatan lain, aksara Pegon

muncul sekitar tahun 1400 yang digagas oleh Raden Rahmat atau lebih dikenal dengan sebutan

Sunan Ampel di Pesantren Ampel Dentha Surabaya. Sedangkan menurut pendapat lain, penggagas

huruf pegon adalah Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati Cirebon dan Imam Nawawi

Banten (Irmawati, 2014). Namun secara historis penggunaan aksara Pegon memang telah populer

berkisar antara abad ke-XVIII hingga XIX. Hal ini didasarkan pada karya-karya ulama di Jawa

pada abad tersebut yang ditulis dengan Aksara Pegon. Beberapa ulama Jawa yang telah

mempopurerkan aksara pegon antara lain; KH. Ahmad Rifa‟i Kalisasak (1786–1878); KH. Sholeh

Darat Semarang (1820–1903); KH. Hasyim Asy'ari Jombang (1875–1947); Haji Hasan Mustafa,

Page 73: KARYA K.H MISBAH MUSTAFAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5577/1/SKRIPSI.pdf · juga menyangkut kondisi sosial politik penulis, ruang audiens ketika tafsir ditulis, bahasa yang

58

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Pegon artinya aksara Arab

yang digunakan untuk menulis bahasa Jawa, atau tulisan Arab yang

tidak dengan tanda-tanda bunyi (diakritik); tulisan Arab gundul.109

Lebih tepatnya huruf pegon adalah huruf Jawa yang dimodifikasi

untuk menuliskan bahasa Jawa juga bahasa Sunda. Kata Pegon konon

berasal dari bahasa Jawa pego yang berarti menyimpang. Sebab bahasa

jawa yang ditulis dalam huruf Arab dianggap sesuatu yang tidak

lazim.110

Seperti karya dengan aksara pegon pada umumnya, aksara

yang digunakan dalam penulisan kitab sir j l- uslim n in

l mi i l- l m n ini sesuai dengan pedoman yang berlaku.

Pemilihan huruf pegon ini bukan tanpa alasan. Akan tetapi, trend

pada masa ini karya-karya ulama Nusantara dalam bidang tafsir selain

menggunakan bahasa Arab juga banyak mengunakan bahasa dan

aksara daerah. Meskipun seiring dengan perkembangan audien yang

beragam tidak sedikit ulama yang menuliskan karya dengan bahasa

Indonesia.

Pemakaian huruf pegon ini juga memudahkan bagi pengguna

bahasa tersebut didalam memahami penafsiran yang dilakukan oleh

Garut (1852–1930), KH. Bisri Mustofa Rembang (1915–1977) dan lain sebagainya. Hampir

seluruh kitab mereka menggunakan huruf pegon. Dengan berbagai kajian mulai dari bahasan

filsafat, teologi, hadits, fiqh, Tasawuf, Tafsir dan Nahwu-Shorof (tata bahasa), karya-karya

tersebut seolah menjadi bukti telah berdirinya konsensus Islam dalam bingkai budaya dan kearifan

lokal. (Ibnu Fikri, Aksara Pegon: Studi Tentang Simbol Perlawanan Islam Jawa Abad ke-XVIII-

XIX. Artikel. tt. 4). 109

https://kbbi.web.id/pegon.html. Diakses pada tanggal 10 Maret 2019 pukul 08.39 WIB. 110

Masyhur Dungcik Beti, Standarisasi Sistem Tulisan Jawi di Dunia Melayu: Sebuah

Upaya Mencari Standar Penulisan Baku Berdasarkan Aspek Fonetis. Arikel (Palembang: Program

Studi Bahasa dan Sastra Arab Fakultas Adab dan Kebudayaan Islam UIN Raden Fatah, tt). 88.

Page 74: KARYA K.H MISBAH MUSTAFAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5577/1/SKRIPSI.pdf · juga menyangkut kondisi sosial politik penulis, ruang audiens ketika tafsir ditulis, bahasa yang

59

K.H Misbah Mustafa ini. Mengingat bukan hal mudah memahami

kitab-kitab tafsir yang berbahasa Arab.

Gambar 1.1 halaman Cover kitab Tafsir j l- uslim n in l mi i l-

„ l min

Gambar 1.2 Halaman Muqaddimah Kitab j l- uslim n in l mi i

l-„ l min

Page 75: KARYA K.H MISBAH MUSTAFAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5577/1/SKRIPSI.pdf · juga menyangkut kondisi sosial politik penulis, ruang audiens ketika tafsir ditulis, bahasa yang

60

2. Menggunakan Makna Gandul

K.H Misbah Mustafa dalam kitab sir j l- uslim n in l mi

i l- l m n menerjemahkan ayat dengan dengan dua model.

Pertama, menerjemahkan ayat dengan makna gandul. Makna gandul

adalah makna yang ditulis agak miring tepat pada lafad yang

diterjemahkan. Penulisan terjemah ini dengan menggunakan huruf

Arab pegon.

Sedangkan terjemah yang kedua adalah terjemah yang ditulis

dibawah makna gandul. Terjemah yang kedua ini hampir sama dengan

terjemah al-Qur‟an bahasa Indonesia. Bedanya, K.H Misbah Mustafa

menerjemahkan dengan bahasa Jawa dan ditulis dengan huruf pegon.

Dari segi menerjemahkan, menurut penulis penerjemahan yang

dilakukan oleh K.H Misbah Mustafa memiliki kelebihan jika

dibandingkan dengan terjemah pada umumnya. Kelebihan tersebut

terletak pada makna gandul yang ditulis agak miring tersebut. Dengan

makna gandul ini, pembaca tidak hanya memahami suatu ayat secara

global tetapi juga memahami makna lafad-lafad al-Qur‟an secara

terperinci dalam bahasa Jawa.

Page 76: KARYA K.H MISBAH MUSTAFAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5577/1/SKRIPSI.pdf · juga menyangkut kondisi sosial politik penulis, ruang audiens ketika tafsir ditulis, bahasa yang

61

Gambar 1.3 Makna Gandul Kitab j l- uslim n in l mi i l-

„ l min

Gambar 1.4 Terjemah Kitab j l- uslim n in l mi i l-„ l min

Page 77: KARYA K.H MISBAH MUSTAFAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5577/1/SKRIPSI.pdf · juga menyangkut kondisi sosial politik penulis, ruang audiens ketika tafsir ditulis, bahasa yang

62

B. Lokalitas dalam Komunikasi

Lahirnya sebuah karya tulis pada umumnya sebagai respon terhadap

permasalahan yang terjadi pada masyarakat. Karya tulis menjadi perantara

seorang penulis dalam menyampaikan gagasan-gagasan, pesan-pesan atau

pemikiran. Agar pesan-pesan yang terkandung didalam karya tulis dapat

diterima dan dipahami secara sempurna oleh audien, seorang penulis

sebelum menuliskan sebuah karya harus terlibat komunikasi dengan

audien baik secara langsung maupun tidak langsung. Komunikasi ini

bertujuan agar karya tersebut tepat sasaran. Dengan komunkasi ini,

seorang penulis akan faham bagaimana ia harus menyampaikan sebuah

karya, bahasa yang efektif, cara menyampaikan sebuah gagasan dan lain

sebagainya.

Dengan melihat unsur-unsur diatas, dapat dikatakan bahwa kitab

sir j l- uslim n in l mi i l- l m n merupakan media

yang digunakan oleh K.H Misbah Mustafa untuk menyampaikan pesan-

pesan yang terkandung didalam al-Qur‟an kepada umat Islam. Karena

kitab ini menggunakan bahasa Jawa, menurut penulis K.H Misbah

Mustafa mengkhususkan pesan-pesan al-Qur‟an ingin disampaikan kepada

umat Islam yang berbahasa Jawa.

Penggunaan bahasa Jawa didalam komunikasi yang dilakukan oleh

K.H Misbah Mustafa tentu karena adanya tujuan-tujuan tertentu. Tujuan

yang sangat jelas adalah agar pesan-pesan yang hendak disampaikan lebih

dipahami oleh komunikannya. Penggunaan bahasa Jawa juga sebagai

Page 78: KARYA K.H MISBAH MUSTAFAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5577/1/SKRIPSI.pdf · juga menyangkut kondisi sosial politik penulis, ruang audiens ketika tafsir ditulis, bahasa yang

63

bentuk pemanfaatan unsur lokalitas yang dilakukan oleh K.H Misbah

Mustafa didalam menyampaikan pesan-pesan al-Qur‟an.

Didalam penerimaannya, masyarakat Jawa yang bisa membaca

huruf pegon dapat memahami pesan-pesan al-Qur‟an dengan membaca

langsung karya tersebut. Adapun untuk masyarakat yang tidak bisa

membaca aksara pegon ini bisa memahami pesan-pesan al-Qur‟an dengan

cara mendengarkan pembacaan orang lain yang dapat melakukannya.

Meskipun hanya dilakukan dengan mendengarkan, menurut penulis pesan

al-Qur‟an dapat lebih mudah dipahami mengingat bahasa yang digunakan

adalah bahasa sehari-hari. Hal ini akan sedikit berbeda jika di

perdengarkan teks-teks yang berbahasa asing.

C. Lokalitas dalam Penafsiran

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, tujuan dituliskannya kitab

sir j l- uslim n in l mi i l- l m n adalah untuk

memudahkan umat Islam yang menggunakan bahasa Jawa didalam

memahami al-Qur‟an. Dengan tujuan ini tidak sedikit K.H Misbah

Mustafa didalam menafsirkan ayat-ayat al-Qur‟an banyak memasukan

unsur-unsur lokalitas Jawa. Dengan memasukan aspek-aspek lokalitas ini,

karya sir j l- uslim n in l mi i l- l m n sangat nampak

unsur ke-Jawa-annya.

1. Mengkritik Tradisi Mengirimkan Pahala

Salah satu sikap yang diambil oleh K.H Misbah Mustafa dalam

sir j l- uslim n in l mi i l- l m n adalah

Page 79: KARYA K.H MISBAH MUSTAFAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5577/1/SKRIPSI.pdf · juga menyangkut kondisi sosial politik penulis, ruang audiens ketika tafsir ditulis, bahasa yang

64

megkritik tradisi mengirimkan pahala kepada orang yang telah

mati. Kritik beliau nampak saat menafsirkan Q.S al-Baqarah [2] :

134

كل تسػ لوف عما كانوا لا ما كسبت كلكم ما كسبتم تلك أمةه قد خلت يػعملوف

134. Itu adalah umat yang lalu; baginya apa yang telah

diusahakannya dan bagimu apa yang sudah kamu usahakan, dan

kamu tidak akan diminta pertanggungjawaban tentang apa yang

telah mereka kerjakan.

Setelah memberikan penjelasan secara global, K.H Misbah

Mustafa menambahkan penjelasan sebagai berikut:

٬قجسيذڠبابإچداكب:قسأإك دڠڠكڠػهبءامفقابڠكڠظڠزظ

اك ان ثصب قسأچءاكيڠسڠجتدئبجساظڮيذ ك٬ب كڠيڠدا

ث ازا كاك ضس. يجزد ػهبء ٳساب رجن )يافقخ( اكڮجبع بجسا

فڠكڠظ ارا دادظجفڮاڠكڠظڠاسنسز )ڠڮبيب. كڠسڠب دڠءك( ازا

جسا.ڮب.اكازاابچڮسزنازادف111

Setengah sangking ulama ahli Fiqh ono wong kang

ng n iko “ n ur‟ n iku diwoco ono ing kubure mayit, iki mayit

biso oleh ganjaran sebab dewene ng rungo k moco qur‟ n”

Dawuh kang mengkene iki ora bener. Kerono Ulama Mujtahidin

is ijm ‟ (mu afaqah) yen timbule ganjaran iki sangking perentah

utowo larangan sangking agama. Dadi siji penggawean

(ngerongoake) kang ora diperintah lan ora dicegah, iku ora ono

ganjaran.

Sebagian ulama fiqh ada yang berpendapat: “apabila al-

Qur‟an dibaca pada kuburan mayit, mayit akan mendapatkan

pahala karena mendengarkan bacaan tersebut”. Perkataan ini

tidaklah benar. Karena ulama mujtahidin sudah bersepakat bahwa

111Misbah Mustofa, sir j l- uslim n Jilid 1. 399.

Page 80: KARYA K.H MISBAH MUSTAFAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5577/1/SKRIPSI.pdf · juga menyangkut kondisi sosial politik penulis, ruang audiens ketika tafsir ditulis, bahasa yang

65

pahala hanya didapat dari menjalankan perintah dan menjauhi

larangan Allah. Jadi salah satu pekerjaan (mendengarkan) karena

tidak ada perintah dan larangan tidak mendapatkan pahala.

Sebagaimana bisa dipahami dari penafsiran diatas, K.H

Misbah Mustafa mengkritik tradisi pembacaan ayat al-Qur‟an

diatas kubur mayit yang dianggapnya tidak mendatangkan

kemanfaatan apapun untuk mayit. Hal ini terlihat dari pernyataan

yang beliau sampaikan “ ك اڠيڠدا ثك ازا سك ” artinya

“perkataan ini tidaklah benar”. Karena menurut K.H Misbah

Mustafa orang yang telah mati sudah tidak mendapatan perintah

maupun larangan dari Allah SWT. Beliau menambahkan dalam

penafsirannya sebagai berikut:

اب ٢ڠداد فسزيبر د ازا اك ان ثصب ازا ظجب٬جبزاڳ

ڠسك دئفدا٬ظبف٬اككج!قجس.فكسڠباباچداڠكءكقساڠسڠ

سز.ظبفازادف٬ججتكجبزا؟ازا.ظڳافبفداان٬بچداڠكآقس112

Dadi yen wong-wong mati iku ora diperentah, ora biso oleh

g nj r n s n j n ng rungo k qur‟ n k ng i oco ono ing

ku ur ikir! ku k o s pi n po o krungu ur‟ n

kangdiwoco, opo podo oleh ganjaran? Ora. Sebab kebo, sapi ora

diperentah.

Jadi, apabila ada orang-orang mati, tidak mendapat

perintah (mendengarkan bacaan al-Qur‟an) tidak bisa mendapatkan

pahala, meskipun mendengarkan bacaan al-Qur‟an yang dibaca di

kuburnya. Renungkan! Kerbau, sapi, mereka juga mendengar

112 Misbah Mustofa, sir j l- uslim n Jilid 1. 400.

Page 81: KARYA K.H MISBAH MUSTAFAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5577/1/SKRIPSI.pdf · juga menyangkut kondisi sosial politik penulis, ruang audiens ketika tafsir ditulis, bahasa yang

66

bacaan al-Qur‟an, apakah mereka mendapatkan pahala? Tidak.

Sebab kerbau dan sapi tidak mendapatkan perintah dari Allah

SWT.

K.H Misbah Mustafa juga menegaskan dalam tafsirnya

dengan menyampaikan

ػماكازازفب٬نباكڠهفيفؼخػهڠازاثصبڠ٬لاظدادج

صدقخ ارا دػبء صدقخ. ارا يفؼز٬ػمدػبء حدثكڠثصب ظجتاب ڠنب.

٬جديكع قطغانخ.آإذايبداث دوا113

Dadi jelase, wong ora biso ngalap manfaat amale wong

liyo iku, yen ngamal iku ora rupo amal dungo utowo shadaqah.

Yen dungo lan shadaqah, biso manfaati wong liyo. Sebab ono

hadis kang kasebut mau, idza mata ibnu adama ila akhirihi.

Jelasnya, setiap orang tidak bisa mengambil manfaat dari

amal yang dilakukan oleh orang lain, kecuali amal tersebut berupa

doa dan shadaqah. Doa dan shadaqah mampu memberikan

manfaat kepada orang lain. Sebab ada hadis yang berbunyi

idzamata ibnu adama (apabila anak cucu adam mati maka

terputuslah amalnya, kecuali tiga, yakni sedekah jariyah, atau ilmu

yang diambil manfaatnya, atau anak saleh yang mendoakannya)”.

[HR Muslim di dalam shahihnya juz 2 hal. 70 hadis no. 1631].

K.H Misbah Mustafa juga mengingatkan bahwa sampainya

pahala shadaqah untuk mayit bukanlah hal yang mudah. Beliau

menyampaikan,

113Misbah Mustofa, sir j l- uslim n Jilid 1. 293.

Page 82: KARYA K.H MISBAH MUSTAFAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5577/1/SKRIPSI.pdf · juga menyangkut kondisi sosial politik penulis, ruang audiens ketika tafsir ditulis, bahasa yang

67

سبدرڠبزاصدقخكچبدار.ازايكساكڠدادفڠسافبداادافبكجتكبفظ

سزببكفڠ٢ڠڮبڠهني٢سعثڳاخلاصرڠس.باكصدقخكفكڠاللهاككڠد

بدار.ڠفنازاكسابڠسابالله.ازاك114

Sebab kaprahe podo anut opo kang dadi pengadatan. Ora

mikirake carane shadaqah kang diterima dening Allah iku kang

keprie. Yoiku shadaqah kang ikhlas tegese bener-bener melulu

ngagung-ngagungake perintahe Allah. Ora kerono wong lan ora

kerono pengadatan.

Sebab kebanyakan orang hanya mengikuti adat atau

kebiasaan. Tidak memikirkan bagaimana cara shadaqah yang

diterima oleh Allah. Yaitu shadaqah yang ikhlas artinya benar-

benar hanya untuk mengagungkan perintah Allah. Bukan karena

manusia dan bukan pula karena adat yang berlaku.

Dari cuplikan penafsiran diatas, terlihat bahwa K.H Misbah

mengkritik kebiasaan mayoritas masyarakat yang beramal hanya

karena adat atau kebiasaan yang berlaku di masyarakat. Hal ini

tidak diperbolehkan. Beramal apapun harus ikhlas karena Allah

bukan yang lain.

2. Kritik Terhadap Pengkhususan Waktu Tahlil

Kritik terhadap pengkhususan waktu tahlil disampaikan oleh K.H

Misbah Mustafa masih dalam penafsiran terhadap Q.S Al-Baqarah

[2]: 134.

Dalam hal ini beliau menyampaikan

ڠفزب٬دبڠفز٬ذدبيڠرهڠنيبكاباڠدرهمك

ذ(نظزبيمحن)ڊيدازظبئكابي٬ظبرظ٬فه

ڠڠظجدثدػخ.فقد٢كزبةڠاباڠرسااكض٬ظ

114

Misbah Mustofa, sir j l- uslim n Jilid 1. 412.

Page 83: KARYA K.H MISBAH MUSTAFAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5577/1/SKRIPSI.pdf · juga menyangkut kondisi sosial politik penulis, ruang audiens ketika tafsir ditulis, bahasa yang

68

سرزءاك(ػبرههثبنكانػصصبك)فسظءلاازا

دبرهم115

Dene tahlil kang sering lumaku ono ing telung dinane

mayit, pitung dinane mayit, patang puluhe, satuse, mandar saiki

ono model haule (setaune mayit) lan sewune, iku wes terang ono

ing kitab-kit iqh is ut i ‟ h nging p rso l n or

ngenani tahlile balik olehe ngususake (nertemtoake) dinane tahlil.

Tahlil yang sering berjalan pada tiga hari mayit, tujuh hari

mayit, empat puluh, seratus, dan sekarang ada istilah haul (satu

tahun mayit) dan seribunya mayit, ini sudah dijelaskan dalam

kitab-kitab fiqh hukumnya i ‟ h. Akan tetapi persoalannya bukan

pada bacaan tahlilnya tetapi pada pengkhususan waktunya.

Dari kutipan penafsiran diatas dapat disimpulkan bahwa,

objek yang dikritik oleh K.H Misbah Mustafa bukanlah pada majlis

tahlil ataupun bacaannya. Akan tetapi, K.H Misbah mengkritik

pengkhususan hari-hari pelaksanaan tahlil. Menurut K.H Misbah

yang tidak diperbolehkan adalah keyakinan bahwa hari-hari

tersebut merupakan rangkaian tahlil.

Adapun pelaksaan tahlil tanpa pengkhususan waktu

tidaklah bermasalah. Jadi, K.H Misbah Mustafa tidak menyalahkan

tahlil yang sering dilaksanakan oleh masyarakat dengan batasan

tahlil hanyalah bacaan dzikir yang dilakukan bersama-sama.

Pelaksanaan dzikir yang seperti ini sesuai dengan hadis Nabi

berikut:

115

Ibid., 409.

Page 84: KARYA K.H MISBAH MUSTAFAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5577/1/SKRIPSI.pdf · juga menyangkut kondisi sosial politik penulis, ruang audiens ketika tafsir ditulis, bahasa yang

69

النة ؟ قاؿ حلق الذكر قالوا: كما رياض ٬اذا مررت برياض النة فارتػعوا

“ p bila kamu melewati taman surga, singgahlah. Para

sahabat rt n “ p k h t m n surg itu sul ll h ”

li u m nj “lingk r n ikir” ( irmi i).

Allah SWT juga berfirman dalam Q.S Al-Ahzab [33]: 41

ياايػهاالذين امنػوا اذكرالله ذكرنا كثيػرنا

“W h i or ng-orang yang beriman! Ingatlah kepada

Allah, dengan mengingat nama-Nya sebanyak- n kn ”

3. Mengkritik Tradisi Shalat Sunah Qabliyah ber-Jamaah

Selain mengkritik tradisi mengirimkan pahala, K.H Misbah

Mustafa juga mengkritik shalat Qabliyah yang dilakukan dengan

berjamaah. Dalam hal ini K.H Misbah menulis

كف إد اچنط لايڠب ثجبد ٬بڠدائسح اكڠسادئ قجهخ ظخ بك

جازاك إڠڠ٬زظلڠكجڠداءكددر ازاساببػخكب ض٬دصبڠاب

اككڠػو كساب قجهخ. ظخ بڮزاڮڠفدايهجطسقخكڠلاكءاكجبػخصلاح

ثڠ اك قجهخ. ظخ جبػخ اڠسأزرلاكءاكصلاح اب فبيجبب ثبةػجبدح.ڠبءاك

زكددڮأظظدربكءكداظبزانجبػخظخقهخ.جاث:دا

ازا٬كيفليزدفدا يبزا.ظأظفبزا٢ڠزڮطبػز_ديبداء

قجهخڠسا ظخ جبػخ ان داظبز ڠڠثجزدڠڠ٬بك ظج اب زڮ:

كڠيسددك٬دثكبءكڠبچن٬دربكيسدڠثبز٬لاكيؼصخڠ

ظڠبن)يززدايڠ كبيڳكبرظڠ( ٢ڠسظڠكڠكظڠكايڠبزا.

بيشبزكخشيظبئك.ڮجبظڠنيبكابإ116

Penulis anduweni konco ing daerah Babat Lamongan,

dewekne nerangake yen sunah qabliyah iku ora keno jamaah

kerono ora ditindaake dening Kanjeng Rasul, nanging ono ing

desone, wus umum ngelakoake jamaah shalat sunah qabliyah.

Kerono akeh kang podo melebu thariqat kang gurune ugo

ngelakoake shalat jamaah sunah qabliyah. Iki berarti nganaake

penambahan ono ing bab ibadah. Sakwuse ditakoi dasare olehe

j m h sun h q li h j uh guru ku u i th ‟ ti.

116

Misbah Mustofa, sir j l- uslim n Jilid 1. 407.

Page 85: KARYA K.H MISBAH MUSTAFAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5577/1/SKRIPSI.pdf · juga menyangkut kondisi sosial politik penulis, ruang audiens ketika tafsir ditulis, bahasa yang

70

Dumadakan gurune wong-wong mahu rawuh. Sakwuse poro murid

kumpul, ora nerangake dasare olehe jamaah sunah qabliyah,

nanging njur ong ng “ n ono siji guru ngelakoni m ‟si t

barang ditakoni muride, nuli cangkeme dibuka, muride dikonkon

ningali (miturut omonge) sing katon segoro .

Koyo mengkene omong kosong kang sering-sering lumaku

ono ing sebagian masyarakat zaman saiki

Penulis (K.H Misbah Mustafa) memiliki teman di daerah

Babat Lamongan, dia menerangkan bahwa shalat sunah qabliyah

tidak boleh dikerjakan secara berjamaah karena Nabi tidak

mengerjakannya. Akan tetapi, di desanya, sudah biasa mengerjakan

shalat sunah qabliyah dengan berjamaah. Hal ini dikarenakan

mereka mengikuti thariqat dan guru mereka juga mengerjakan

shalat sunah qabliyah dengan berjamaah. Ini berarti mengadakan

penambahan dalam urusan ibadah. Setelah ditanya apa dasarnya,

mereka hanya menjawab: “Perkataan guru harus dipatuhi”. Tiba-

tiba gurunya datang. Setelah muridnya berkumpul, beliau tidak

menerangkan dasar pelaksaan shalat sunah qabliyah secara

berjamaah. Tetapi mendongeng: “Ketika ada seorang guru

mengerjakaan maksiat, ketika ditanya muridnya kemudian

menjawab, murid harus melihat (mematuhi perkataannya) yang

terlihat seperti lautan.” Seperti inilah omong kosong yang sering

terjadi pada sebagian masyarakat zaman ini.

Sebagaimana diungkapkan diatas terlihat bahwa K.H

Misbah Mustafa tidak membenarkan pelaksanaan shalat qabliyah

secara berjamaah karena memang tidak ada dalil yang

Page 86: KARYA K.H MISBAH MUSTAFAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5577/1/SKRIPSI.pdf · juga menyangkut kondisi sosial politik penulis, ruang audiens ketika tafsir ditulis, bahasa yang

71

menjelaskannya. Kritikan K.H Misbah ini disampaikan dengan

pernyataan “ ي ايڠكب إ٢ڠسظڠكڠكظڠك ڠنيبكاب

شيظبئكڮجبظ بيشبزكخ ” (Seperti inilah omong kosong yang

sering terjadi pada sebagian masyarakat zaman sekarang). Lebih

lanjut, K.H Misbah menjelaskan bahwa penambahan atau

pengurangan dalam beribadah harus ada dalil s r ‟ yang

mendasarinya baik dari al-Qur‟an maupun hadis.117

Dalam hal ini penulis menilai K.H Misbah Mustafa lemah

dalam pendapatnya. Karena mayoritas ulama berpendapat bahwa

shalat sunah boleh dilakukan secara berjamaah ataupun sendirian.

Nabi Muhammad SAW pun pernah melakukan dua cara ini. Dalam

kitab Fathul B ri terdapat riwayat „Itban bin Malik sebagai berikut:

ك ال م ن اب اف ب ث ع ن ع ع ي ب الر ن د ب و م م ن ل ع ر ى الز ق ي ر ط ن م د ح ٲ ما ركاه ه اء ر ا ك و ام ق ى فػ ح ة الض ح ب س ف بػيتو صلى م ل س ك و ي ل ع صلى الله الله ؿ و س ر ف ٲو ت ل ص ا ب و ل ص ف

Imam Ahmad dari jalur Az-Zuhriy, dari Mahmud bin A-

Robi dari Itban bin Malik beliau mengatakan bahwa Rasulallah

SAW pernah shalat dhuha dirumahnya, lalu para sahabat berada

dibelakang beliau, lalu mengikuti shalat yang beliau lakukan.

Meski tidak disebut secara jelas shalat sunnah qabliyah,

hadis diatas kiranya mampu menjadi dalil bolehnya pelaksanaan

shalat sunah secara berjamaah. Hal ini karena objek yang disebut

dalam hadis adalah sama-sama shalat sunnah. Meski demikian,

117

Misbah Mustofa, sir j l- uslim n Jilid 1. 408.

Page 87: KARYA K.H MISBAH MUSTAFAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5577/1/SKRIPSI.pdf · juga menyangkut kondisi sosial politik penulis, ruang audiens ketika tafsir ditulis, bahasa yang

72

perlu diingat bahwa shalat sunah lebih utama dikerjakan secara

munfarid (sendiri). Sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW

sebagai berikut:

ف بػيػوتكم فاءف افضل الصلة المرء ف بػيتو ال فصلوا أيػها الناس المكتبة

Hendaklah kalian manusia shalat (sunnah) dirumah kalian.

Karena sebaik-baik shalat adalah shalat seseorang dirumahnya

kecuali shalat wajib (H.R Bukhari no. 731).

4. Mengkritik Kebiasaan Tergesa-gesa dalam ber-Dzikir

Selain mengkritik dua poin sebelumnya, K.H Misbah Mustafa juga

mengkritik kebiasaan masyarakat berupa tergesa-gesa didalam

berdzikir. Kritik beliau terlihat ketika menafsirkan Q.S al-Baqarah

[2]: 152

ذكركن أذكركم كاشكركل كل تكفركف فا

“ r n itu ing tl h k mu k p -Ku niscaya Aku ingat (pula)

kepadamu, dan bersyukrlah kepada-Ku, dan janganlah kamu

mengingkari (nikmat)- u”

Dalam hal ini beliau menyampaikan

كسايبذكسباكڠکڠذكسثصببخشعرڪعاڊنهكارظثڠظڠكڠطبطب

افبكڠداديؼبذكس.٢كلاااڠ٬اباڠڠسظباللهظجحبرؼبن٢ناڊف

ذكس٢دڠبرػبنىظڠڳبجلاض٢يساڠڠكازاڠسرظفببدربكب

فسنڠبصلاكاكذكس٬رباراڠڠصب٢اجبڠبززكبد118

Setengah sangking totokromone dzikir yaiku wong kang

ikir is ho khus u‟ t g s n lil k tine lan ndepe-ndepe ono

ing ngarsane Allah SWT, kelawan angen-angen opo kang dadi

maknane dzikir. Yen ora ngerti supoyo ditekoake marang wong-

118

Misbah Mustofa, sir j l- uslim n Jilid 2. 472

Page 88: KARYA K.H MISBAH MUSTAFAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5577/1/SKRIPSI.pdf · juga menyangkut kondisi sosial politik penulis, ruang audiens ketika tafsir ditulis, bahasa yang

73

wong alim sehinggo jelas. Di ati-ati yen dzikir ojo nganti rikat-

rikatan utowo ngongso perlu ngasilake akehe dzikir.

Sebagian dari adab berdzikir yaitu diusahakan orang yang

berdzkir dapat khusyu‟ dan rendah diri di sisi Allah SWT, dengan

membayangkan apa yang menjadi makna dzikir. Ketika tidak tahu

bertanyalah kepada orang alim agar jelas. Berhati-hatilah dalam

berdzikir jangan sampai terburu-buru karena ingin berdzikir dalam

jumlah yang banyak.

K.H Misbah juga menuliskan

ڠرثصببافبك٢دظبءقحڠدادازفذكسثصبب

بفبكدغار.دادچبداڮنعباكاڠبفبكدچدا

بڮاكارثصببا٬بفلاانالااللهكلاانعبچايفبػ

سزكبكڠار٬الااللهاكبفلاانچػڠبفلاانالاالله.اراثبزچػ

ب.ڮيؼبلاانالااللها119

Dadi yen arep dzikir bisaho ngudi sakuat-kuate bisoho opo

kang diucapake dening lisan iku ugo diucapake dening atine. Dadi

ump m n nguc p l ill h ill ll h k l n lis n iku tin is ho

ugo nguc p l ill h ill ll h. B r ng nguc p l ill h ill ll h iku

tin ngr nt k k m kn n l ill h ill ll h ugo

Dalam berdzikir berusahalah dengan sekuat tenaga agar apa

yang diucapkan lisan juga diucapkan oleh hati. Sebagai contoh

mengucapkan dengan lisan lafad l ill h ill ll h, hatinya harus

mampu mengucapkan l ill h ill ll h dan juga menghayati

maknanya.

Lebih lanjut beliau menyampaikan

اكظج٬ارڠبفبذكسارايؼبذكساباچركبا

بصلاكڠازاثصب٬ذكسڠكساب.ڠفزڠفبنڠطبطبكسايبك

119

Misbah Mustofa, sir j l- uslim n Jilid 2. 472 .

Page 89: KARYA K.H MISBAH MUSTAFAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5577/1/SKRIPSI.pdf · juga menyangkut kondisi sosial politik penulis, ruang audiens ketika tafsir ditulis, bahasa yang

74

ڠركباعيؼبذكسازاڮازاحضزر٢نثا٢فبئد

ار.120

Tekane ucapan dzikir utawa maknane dzikir ono ing ati, iku

sewijine totokromo kang paling penting. Kerono wong kang dzikir,

ora biso ngasilake faidah-faidahe lan buah-buahe yen ora khudur

tegese maknane dzikir ora teko ing ati.

Sampainya ucapan atau maknanya dzikir pada hati

merupakan salah satu hal yang penting. Karena orang yang

berdzikir tidak mampu menghasilkan manfaat dan buahnya dzikir

jika tidak khudur (makna dzikir sampai pada hatinya).

Dalam hal ini penulis setuju dengan K.H Misbah Mustafa.

Karena pada umumnya orang yang berdzikir dengan terburu-buru

tidak akan mampu menghadirkan makna dzikir pada hatinya.

Selain itu menurut penulis fungsi diucapkannya dzikir dengan lisan

adalah untuk menuntun hati agar sampai kepada makna yang

dikendaki.

Lebih lanjut K.H Misbah mencotohkan kebiasaan yang

sering terjadi pada masyarakat dengan menyampaikan:

بحبانمچنيبكباك:ظجحباللهد٢ڠظسڠافبك

فسنباثساثس.چاللهاكجسدبحدلاحدلا.چ.انحدللهدانمحب

ره.فنڠرهڠكفكفچبلڠڳصباڠڠ121

Umpamane kang sering-sering lumaku yaiku subhanallah

diwoco ha nalla ha nalla, alhamdulillah diwoco hamdula hamdula,

Allahuakbar diwoco wabar wabar. Perlu ngongso enggal cukup

kaping telung puluh telu.

120

Misbah Mustofa, sir j l- uslim n Jilid 2. 472. 121

Ibid., 473.

Page 90: KARYA K.H MISBAH MUSTAFAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5577/1/SKRIPSI.pdf · juga menyangkut kondisi sosial politik penulis, ruang audiens ketika tafsir ditulis, bahasa yang

75

Kebiasaan yang sering terjadi di masyarakat adalah bacaan

subh nallah dibaca ha nalla ha nalla, alhamdulillah dibaca

hamdula hamdula, Allahuakbar dibaca wabar wabar. Terburu-

buru agar cepat selesai tiga puluh tiga kali.

Dalam lanjutan penjelasannya K.H Misbah Mustafa

menyatakan:

بڳڠكڠهجكيؼكاكدكارساكذكسكبڠكڠ

اظباللهڠبيساڠهبفڳڠكڠاظبالله.ڠبيساڠهف

الله.ڠكڠبوظكصبظچداڠكڠ122

Wong kang dzikir koyo mengkene iki di khawatirake kelebu

wong kang nggawe penyelewengan marang asmane Allah. Wong

kang nggawe penyelewengan marang asmane Allah wong kang di

ancem sikso saking Allah.

Dari kutipan diatas terlihat jelas bahwa K.H Misbah

Mustafa khawatir dzikir yang dibaca dengan cara diatas termasuk

kedalam golongan orang-orang yang melakukaan penyelewengan

nama-nama Allah. ( هجكيؼكاكدكارساكذكسكبڠكڠ

اظباللهڠبيساڠهبفڳڠكڠ ).

Pendapat ini sesuai dengan firman Allah dalam Q.S Al-

A‟raf [7]: 180

كذركا اللذين يػلحدكف ف أسئو سيجزكف كللو الساء السن فادعوه با ماكانػوا يػعملوف

“Hanya milik Allah asmaul husna, maka bemohonlah kepada-Nya

dengan menyebut asmaul husna itu dan tinggalkanlah orang-orang

yang menyimpang dalam (menyebut) nama-nama-Nya. Nanti

mereka akan mendapatkan balasan dari apa yang mereka

k rj k n”

122Ibid., 473.

Page 91: KARYA K.H MISBAH MUSTAFAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5577/1/SKRIPSI.pdf · juga menyangkut kondisi sosial politik penulis, ruang audiens ketika tafsir ditulis, bahasa yang

76

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari penelitian yang telah dilakukan, dapat ditarik kesimpulan sebagai

berikut:

1. Kitab sir j l- uslim n in l mi i l- l m n

merupakan hasil karya K.H Misbah Mustafa dibidang tafsir yang

ditulis pada tahun 1987 M/ 1408 H dengan menggunakan bahasa

Jawa dan Arab Pegon. Motivasi penulisan kitab ini adalah karena

keprihatinan beliau dengan keadaan orang Islam. Banyak orang

yang mengaku Islam berkali-kali mengucapkan kalimat syahadat

tetapi tidak memahami al-Qur‟an yang berbahasa Arab. Banyak

orang yang lalai dan enggan mempelajari al-Qur‟an setelah

kenikmatan dunia diraihnya. Bahkan tidak jarang kebanyakan umat

Islam lebih memilih taklid kepada sesorang yang biasa dipanggil

Ulama maupun Kiai dari pada belajar untuk memahami al-Qur‟an.

Sedangkan tujuan ditulisnya tafsir dengan bahasa Jawa adalah agar

untuk memudahkan orang-orang Jawa khususnya didalam

memahami pesan-pesan Al-Qur‟an. Penafsiran yang dilakukan

oleh K.H Misbah Mustafa dalam kitab sir j l- uslim n in

l mi i l- l m n menggunakan metode Ijmali dan disusun

sesuai dengan tartib mushafi.

Page 92: KARYA K.H MISBAH MUSTAFAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5577/1/SKRIPSI.pdf · juga menyangkut kondisi sosial politik penulis, ruang audiens ketika tafsir ditulis, bahasa yang

77

2. Dalam kitab sir j l- uslim n in l mi i l- l m n

K.H Misbah Mustafa banyak menampilkan aspek-aspek lokalitas.

Adapun kesimpulan yang didapat penulis dari kajian aspek-aspek

lokalitas dari kitab sir j l- uslim n in l mi i l-

l m n adalah sebagai berikut:

a. Ditulis dengan menggunakan aksara pegon. Tujuan

menggunakan huruf pegon adalah untuk

memudahkan umat Islam Jawa pada khususnya

didalam memahami pesan-pesan yang terkandung

didalam al-Qur‟an.

b. Terjemah ayat-ayat al-Qur‟an kitab kitab sir j

l- uslim n in l mi i l- l m n ditulis

dengan dua model. Pertama, menggunakan makna

gandul. Makna gandul ini ditulis agak miring pada

lafad yang diterjemahkan. Kedua, terjemah yang

ditulis dibawah makna gandul. Terjemah ini hampir

sama dengan terjemah al-Qur‟an berbahasa

Indonesia.

c. Penafsiran yang dilakukan oleh K.H Misbah

Mustafa banyak mengkritik tradisi-tradisi yang

sering berjalan di masyarakat. Seperti tradisi

mengirimkan pahala yang terlihat saat beliau

menafsirkan Q.S al-Baqarah [2] : 134, Beliau juga

Page 93: KARYA K.H MISBAH MUSTAFAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5577/1/SKRIPSI.pdf · juga menyangkut kondisi sosial politik penulis, ruang audiens ketika tafsir ditulis, bahasa yang

78

mengkritik pengkhususan waktu tahlil, kebiasaaan

shalat sunah qabliyah dan kebiasaan masyarakat

yang seringkali tergesa-gesa dalam berdzikir.

Kritikan beliau terlihat saat menafsirkan Q.S al-

Baqarah [2]: 152 .

B. Saran-saran

Setelah melakukan kajian tentang aspek lokalitas kitab sir j l-

uslim n in l mi i l- l m n, terdapat beberapa saran penulis

yang sekiranya bermanfaat bagi kelanjutan bagi kajian kitab tersebut.

Diantaranya:

1. Dalam masalah bid‟ah. K.H Mustafa dalam kitab sir j l-

uslim n in l mi i l- l m n membahas masalah i ‟ h.

Apa saja i ‟ h yang tidak diperbolehkan oleh K.H Misbah

mustafa perlu dikaji lebih lanjut.

2. Keutamaan membaca al-Qur‟an menurut K.H Misbah Mustafa juga

menarik untuk dikaji lebih dalam. Karena dalam muqaddimah

kitab sir j l- uslim n in l mi i l- l m n K.H

Misbah Mustafa juga sedikit membahas keutaman-keutaman

membaca al-Qur‟an.

Page 94: KARYA K.H MISBAH MUSTAFAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5577/1/SKRIPSI.pdf · juga menyangkut kondisi sosial politik penulis, ruang audiens ketika tafsir ditulis, bahasa yang

79

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Said, Hasani. Menggagas Munasabah Al- ur‟ n P r n n o l

Penafsiran Al- ur‟ n Jurnal Studia Islamika Vol. 13, No. 1, Jani 2016.

Alwi, Syihabuddin dan Nawal Nur Arafah. “Isu-isu sosial masyarakat dalam

Tafsir; Kajian Analisis Wacana sir j l- uslim n in l mi i

l- l m n”. Artikel. Sarang: STAIA Al-Anwar,tt.

Anwar, Rosihon dan Asep Muharom. Ilmu Tafsir. Bandung: Pustika Jaya, 2015.

Ash shiddieqy, TM Hasbi. Sejarah dan Pengantar Ilmu Al- ur‟ n. Jakarta: Bulan

Bintang, 1994.

Asmah, Siti. “Studi Tentang Biografi dan Pemikiran K.H Misbah Mustafa

Bangilan Tuban (1919-1994 M)”, Skripsi. Surabaya: Program Studi

Sejarah Peradaban Islam IAIN Sunan Ampel, 2012.

al-Banna, Gamal. Evolusi Tafsir: Dari Zaman Klasik Hingga Modern, Terj.

Novrianti Kahar. Jakarta: Qisthi Press, 2004.

Baidowi, Ahmad. “Aspek Lokalitas Tafsir al-Iklil fi Ma‟ani al-Tanzil Karya

Misbah Mustafa”, Jurnal Nun 1, No 1, 2015.

Dungcik Beti, Masyhur. Standarisasi Sistem Tulisan Jawi di Dunia Melayu:

Sebuah Upaya Mencari Standar Penulisan Baku Berdasarkan Aspek

Fonetis. Arikel (Palembang: Program Studi Bahasa dan Sastra Arab

Fakultas Adab dan Kebudayaan Islam UIN Raden Fatah, tt.

Gusmian, Islah. Khasanah Tafsir di Indonesia Dari Hermeneutika Hingga

Ideologi. Yogyakarta:Lkis, 2013.

“Paradigma Penelitian Tafsir Al-Qur‟an di Indonesia”, Jurnal

Empirisma 24, No 1, Januari 2015.

Page 95: KARYA K.H MISBAH MUSTAFAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5577/1/SKRIPSI.pdf · juga menyangkut kondisi sosial politik penulis, ruang audiens ketika tafsir ditulis, bahasa yang

80

“Bahasa Dan Aksara Dalam Penulisan Tafsir Al-Qur‟an Di

Indonesia Era Awal Abad 20 M”, Jurnal Mutawatir 5, No 12, Juli-

Desember 2015.

“K.H Misbah Ibn Zainul Mustafa (1916-1994): Pemikir dan

Penulis Teks Keagamaan dari Pesantren”, Jurnal Lektur Keagamaan 14,

No 1, 2016.

Harun, Salman. Mutiara al- ur‟ n, Jakarta:Logos, 1992.

Husaein Ad-Dzahabi, Muhammad. Al-Tafsir wa Al- Mufassirun, Kairo: Maktabah

Wahbah, 1991.

Ibnu Fikri, Aksara Pegon: Studi Tentang Simbol Perlawanan Islam Jawa Abad ke-

XVIII-XIX. Artikel.tt.

Khalil al-Qattan, Manna. Pembahasan Ilmu Al- ur‟ n, terj. Halimuddin, cet. I.

Jakarta: PT Rineka Cipta, 1995.

Kholis Setiawan. M. Nur. Al- ur‟ n it str r s r. Yogyakarta: ElSAQ

Press, 2015.

Mustaqim, Abdul. Madzahibut Tafsir: Peta Metodologi Penafsiran Al- ur‟ n

Periode Klasik Hingga Kontemporer. Yogyakarta: Nun Pustaka, 2013.

Dinamika sejarah Tafsir Al- ur‟ n. Yogjakarta: Adab Press,

2014.

Pergeseran Epistemologi Tafsir. Yogyakarta: Pustaka Belajar,

2018.

Mariatul Kibtiyah, Siti. “Tradisi Penulisan Al-Qur‟an Bahasa Jawa”, Jurnal

Lektur Keagamaan 12, No 2, 2017.

M. Federspiel, Howard. Kajian al-Qur'an di Indonesia. Terj. Tajul Arifin.

Bandung: Mizan,1996.

Page 96: KARYA K.H MISBAH MUSTAFAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5577/1/SKRIPSI.pdf · juga menyangkut kondisi sosial politik penulis, ruang audiens ketika tafsir ditulis, bahasa yang

81

Mufron, Ali. Pengantar Ilmu Tafsir dan Al- ur‟ n. Yogyakarta: Aula Pustaka,

2016.

Mustofa, Misbah. sir j l- uslim n min l mi i l-‟ l m n Juz 1.

Tuban: Majlisu al-Ta‟l fu wa al-Khattat , tt.

Ni‟mah, Humilailatun. Kepemimpinan Non Muslim Dalam Pemerintahan

Menurut K.H Misbah Mustafa: Telaah Tafsir al-Iklil fi Ma‟ani al-Tanzil,

Skripsi. Ponorogo: Program Studi Ilmu Al-Qur‟an dan Tafsir IAIN

Ponorogo, 2017.

Samsurrohman. Pengantar Ilmu Tafsir. Jakarta: Amzah, 2014.

Shihab, Quraish. Membumikan Al- ur‟ n. Jakarta: Mizan, 1992.

Sofyan, Muhammad. Tafsir Wal Mufassirun, (Sarang: Perdana Publishing. 2015.

Sugiono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta,

2012.

Supriyanto, “Al-Qur‟an Dalam Ruang Keagamaan Islam Jawa: Respon Pemikiran

K.H Misbah Mustafa dalam Tafsir Al- klil i ‟ ni l-Tanzil”,Jurnal

Theologia 28, No 1, Juni 2017.

Al-Suyuthi, Jalaluddin. Al-Itqon Fii Ulum Al- ur‟ n. Jil. 2. Beirut: Daar Al-Fikr,

tt.

Syafa‟Atun Ni‟mah, Ilya. “Tafsir Al-Qur‟an dan Kritik Sosial: Studi Terhadap

sir j l- uslim n in l mi i l- l m n”. Skripsi. Surabaya:

Mahasiswa Program Studi Al-Qur‟an dan Hadis UIN Sunan Ampel, 2018.

Syarofi, Ahmad. “Penafsiran Sufi Surat Al-Fatihah Dalam sir j l- uslim n

in l mi i l- l m n Dan sir l klil r is h ust ”

Skripsi Semarang: Program Tafsir Hadis IAIN Walisonngo, 2008.

Syauqi Nawawi, Rif‟at dan M. Ali Hasan, Pengantar Ilmu Tafsir, Jakarta: PT.

Bulan Bintang, 1988.

Page 97: KARYA K.H MISBAH MUSTAFAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5577/1/SKRIPSI.pdf · juga menyangkut kondisi sosial politik penulis, ruang audiens ketika tafsir ditulis, bahasa yang

82

Tjetjep Rohidi, Rohendi. Analisis Data Kualitatif. Jakarta: Universitas Indonesia.

1992.

Yayasan Penyelenggara Penerjemah/Penafsir al-Qur‟an Revisi Terjemahan, Al-

ur‟ n n rj m h nn Departemen Agama, 2005.

Yunita Nurazizah, Yuyun. “Penafsiran Ayat-Ayat Syirik dalam Kitab T j Al-

Muslim n Karya Misbah Mustafa”. Skripsi. Jogjakarta: Mahasiswa

Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga, 2013.

Yusuf, M. Yunan . Perkembangan Metode Tafsir Di Indonesia, Jurnal Pesantren

No. 1/ Vol. VIII/ 1991.

Zuhdi, Masjfuk. P ng nt r Uumul ur‟ n. Surabaya: Karya Abtama, 1997.

Zuhdi, M. Nurdin. Pasaraya Tafsir Indonesia: Dari Kontestasi Metodologi

Hingga Kontekstualisasi. Yogyakarta: Kaukaba, 2014.

https://kbbi.web.id/pegon.html. Diakses pada tanggal 10 Maret 2019 pukul 08.39

WIB.

Page 98: KARYA K.H MISBAH MUSTAFAe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5577/1/SKRIPSI.pdf · juga menyangkut kondisi sosial politik penulis, ruang audiens ketika tafsir ditulis, bahasa yang

83

CURRICULUM VITAE

Nama : Kuni Muyassaaroh

TTL : Purbalingga, 02 Agustus 1997

Fakultas : Ushuluddin, Adad dan Humaniora

Jurusan : Ilmu Al-Qur‟an dan Tafsir

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat Asal : Dusun Wotan Rt 02/03, Kelurahan Karang Pucung, Kecamatan

Kertanegara, Kabupaten Purbalingga, 53354.

Phone : 083842174497

Nama Orang tua

Ayah : Achmad Salimi

Ibu : Kaltum

Riwayat Pendidikan

SD N 2 Karang Pucung Lulus th (2003-2009)

Mts Manbau‟ul Ihsan Al Baedlowi Lulus th (2009-2012)

MA Alhikmah 02 Lulus th (2012-2015)

Institut Agama Islam Negeri Salatiga Falultas Ushuluddin, Adab, dan Humaniora

Jurusan Ilmu Al-Qur‟an dan Tafsir, masuk pada tahun 2015.