Karya Ilmiah Kelapa Sawit

12
Pembukaan Lahan Kelapa Sawit NAMA KELOMPOK 4 : Ahmad Humaidi Anisa Rahmawati Novia Rahmita Sari Ulfa Fitria Husna Yulia Widya Pratiwi KELAS XI IPA 2 TAHUN AJARAN 2011/2012 SMAN I MARABAHAN

description

karya ilmiah

Transcript of Karya Ilmiah Kelapa Sawit

Pembukaan LahanKelapa Sawit

NAMA KELOMPOK 4 :Ahmad HumaidiAnisa RahmawatiNovia Rahmita SariUlfa Fitria HusnaYulia Widya Pratiwi

KELAS XI IPA 2TAHUN AJARAN 2011/2012SMAN I MARABAHAN

BAB IPENDAHULUAN

1. Latar BelakangPembukaan lahan atau perkebunan kelapa sawit pertama kali dibuka di Indonesia adalah di Propinsi Lampung yang dibawa oleh pengusaha-pengusaha asing, khususnya Malaysia. Lama-kelamaan usaha perkebunan tersebut menjadi besar dan terus berkembang pesat di seluruh pelosok Indonesia. Pembukaan lahan tersebut banyak menarik para pengusaha untuk menginvestasikan uangnya dalam bisnis ini, karena keuntungannya yang berlipat ganda dan tentu sangat menggiurkan. Beberapa tahun terakhir perkembangan perkebunan ini makin berkembang pesat di Indonesia.Namun usaha ini tidak berjalan mulus dan mudahm karena terkendala pencarian lokasi dan lahan yang strategis agar tidak mencemari lingkungan sekitar lahan tersebut. salahsatu dampak negatifnya adalah pembukaan lahan kelapa sawit ini didekat persawahan, mengakibatkan kekeringan dan merugikan petani khususnya.Dengan tingginya angka pembukaan lahan kelapa sawit, maka semakin tinggi pula tingkat pencemaran di Indonesia. Ini menjadi tugas pemerintah, khususnya Dinas Perkebunan supaya membatasi dan menanggulangi pembukaan lahan kelapa sawit.

2. Perumusan Masalaha. Bagaimana pembukaan lahan kelapa sawit?b. Dampak negatif dari pembukaan lahan kepala sawit?c. Bagaimana solusi untuk mengatasi pencemaran akibat pembukaan lahan kelapa sawit?

3. Tujuan Penulisana. Menganalisis dampak-dampak yang ditimbulkan oleh pembangunan dan perluasan perkebunan.b. Membuat kita lebih peka terhadap dampak yang ditimbulkan atas pembangun perkebunan kelapa sawit dalam masyarakat.c. Bersama-sama memberi solusi dalam menanggulangi damapk-dampak yang ditimbulkan oleh pembangunan perkebunan kelapa sawit.

4. Manfaat Penulisana. Untuk memberikan pengetahuan bagi pembaca bahwa pembukaan perkebunan kelapa sawit dapat menimbulkan degradasi lingkungan.b. Sebagai masukan dan saran bagi pemerintah dan perusahaan dalam mengelola dan mengembangkan lahan kelapa sawit dengan memperhitungkan dampak yang dapat ditimbulkan, baik dalam sektor lingkungan maupun perubahan ekonomi.

BAB IIPEMBAHASAN

A. Pembukaan Lahan Kelapa SawitPerkebunan kelapa sawit dapat dibangun di daerah bekas hutan, daerah bekas alang-alang, atau bekas perkebunan. Daerah-daerah tersebut memiliki tofografi berbeda-beda. Namun, yang perlu diperhatikan dalam pembukaan areal perkebunan adalah tetap terjaganya lapisan olah tanah (top soil). Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pembukaan lahan penanaman kelapa sawit, yaitu:Kita harus melakukan survei lapangan, untuk: Menentukan klasifikasi hutan primer, sekunder, dan tersier Menggambar topografi lahan (datar, bergelombang, atau berbukit) Menggambar letak sungai, rawa, kampong, dan lainnya Membuat jalan rintisan untuk pengukuran Memeriksa tempat sumber air dan mengambil contoh tanah Membuat peta orientasi dan membuat petak-petak hektaran (blok) Membuat lorong-lorong (peta blok kebun) dari patok batas areal

1. Areal HutanPembukaan areal perkebunan dengan cara membakar hutan dilarang oleh pemerintah dengan dikeluarkannya SK Dirjen Perkebunan No. 38 tahun 1995, tentang pelarangan membakar hutan. Pembukaan hutan dengan cara membakar akan berdampak buruk terhadap polusi lingkungan hidup.Tahan awal pengerjaan pembukaan areal khususnya pada hutan primer dan hutan sekunder dapat dimulai dengan melakukan penghimasan. Penghimasan merupakan pekerjaan pemotongan dan penebasan semua jenis kayu maupun semak belukar yang ukuran diameternya lebih dari 10 cm. Manfaat dari pengimasan untuk memudahkan tenaga kerja penumbangan berikutnya dalam melaksanakan pekerjaannya sehingga pada saat penumbangan, tenaga kerja tidak akan terhalangi kayu-kayu kecil tersebut dan pekerjaan dapat dilakukan lebih cepat.Pekerjaan penghimasan dilakukan secara manual, yaitu dengan menggunakan parang dan kapak. Setelah beberapa areal sudah selesai dihimas maka pekerjaan dilanjutkan dengan penumbangan batang-batang kayu yan berdiameter lebih dari 10 cm, khususnya untuk jenis hutan primer dan hutan sekunder. Penumbangan dilakukan dengan menggunakan gergaji mesin (chain saw) dengan arah yang sejajar. Artinya jika arah penumbangan yang pertama dilakukan dari utara ke selatan maka penumbangan yang berikutnya juga harus dilakukan dengan arah yang sama sehingga susunan kayu hasil tumbangan tidak akan tumpang tindih. Dengan melakukan metode penumbangan seperti ini maka akan semakin banyak batang-batang kayu yang dapat ditumbang dengan sempurna, sehingga tidak akan banyak pula ditemukan batang-batang kayu yang masih tegak (antenna) akibat tidak benar-benar ditumbangkan.Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penumbangan pohon, yaitu :Jika pohon-pohon yang berdiameter kurang dari 3 Inch (7,5 cm), termasuk semak ditebas, dan tanaman merambat dicincang. Tinggi tebasan harus rata dengan permukaan tanah. Pekerjaan ini sebaiknya dilakukan dari areal yang rendah ke areal yang lebih tinggi.Penebangan pohon berdiameter lebih dari 3 Inch dilakukan oleh tenaga manusia menggunakan chainsaw. Tinggi tebangan dari atas tanah harus diukur berdasarkan diameter pohon seperti berikut ini:

a) Diameter 3-10 inci, tinggi tebangan maksimum 30 cmb) Diameter 10-12 inci, tinggi tebangan maksimum 60 cmc) Diameter 13-30 inci, tinggi tebangan maksimum 90 cmd) Diameter lebih dari 31 inci, tinggi tebangan maksimum 150 cm. Jika penebangan dilakukan secara mekanis, seluruh pohon dapat ditumbangkan menggunakan traktor.Batang pohon yang sudah ditebang, dipotong menjadi ukuran yang lebih kecil dan ditumpuk agar lebih mudah kering. Untuk rencana peremajaan semua dahan dan ranting dari pohon yang sudah ditebang, dipotong sepanjang 5 meter, lalu ditumpuk menurut barisan yang teratur. Tanggul atau sisa pohon bekas penebangan liar yang letaknya bertepatan dengan lubang tanaman harus dibongkar.Penebangan batang-batang kayu juga harus benar-benar terputus dan tidak setengah-setengah. Biasanya operator gergaji mesin sering kali melakukan hal yang salah karena mereka pekerjaan penebangan dengan cara seperti ini akan lebih cepat diselesaikan sehingga batang kayu terakhir yang mempunyai diameter lebih besar yang akan menumbangkan kayu-kayu kecil yang berada di depannya.Pada areal bergelombang sampai dengan berbukit, penumbangan harus dimulai dari bagian kaki bukit menuju ke atas bukit dengan metode yang sama seperti pada daerah rata. Ketinggian batang kayu tumbangan dari atas permukaan tanah juga sangat bervariasi, artinya semakin besar diameter batang kayu yang akan ditumbang maka semakin tinggi pula tunggul kayu yang ditinggalkan (tidak dipotong).

2. Areal Alang-AlangPembukaan perkebunan kelapa sawit pada areal alang-alang dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu secara mekanis (manual) dan secara khemis.Secara mekanis dengan cara membajak dan menggaru. Pembajakan dilakukan 2 kali sedangkan penggaruan dilakukan 3 kali. Dilakukan berselang-seling dengan waktu antara 2-3 minggu. Bila alang-alang masih tumbuh, perlu diberantas secara khemis dengan herbisida.Secara khemis dilakukan penyemprotan alang-alang dengan racun, antara lain Dalapon atau Glyphosate. Penyemprotan dengan Dalapon dilakukan 3 tahap dengan interval waktu 3 minggu.

3. Konversi dan ReplantingKonversi adalah pembukaan areal perkebunan kepala sawit dari bekas perkebunan tanaman lain, sedangkan replanting atau disebut juga peremajaan adalah pembukaan areal dari bekas perkebunan kelapa sawit yang sudah tua dan tidak produktif lagi. Pembukaan areal perkebunan ini lebih mudah dilakukan, sebab jumlah pohon yang akan ditebang relative lebih sedikit dan seragam. Selain itu, jalan-jalan dan petak-petak perkebunan sudah terbentuk. Cara pembukaannya dapat dilakukan dengan cara mekanis maupun khemis tergantung jenis tanaman asli. Langkah selanjutnya adalah melakukan pekerjaan penyiapan dan pengawetan tanah. Pekerjaan tersebut meliputi pembukaan teras, benteng, rorak, parit drainase, dan penanaman tanaman penutup. Pengawetan tanah dimaksudkan untuk mencegah erosi, memperbaiki penyediaan air, mengikat N, dan mempermudah pelaksanaan panen. Tanaman penutup tanah (cover crop) dimaksudkan antara lain untuk melindungi permukaan tanah dari pencucian unsur hara yang berlebihan, bahaya erosi, memperbaiki sifat-sifat kimia tanah, menambah nitrogen, membantu menyimpanan air, dan memperbaiki atau mempertahankan struktur tanah.

4. Pengolahan LahanMengolah lahan dilakukan dengan cara membersihkan lahan dari gulma dan menyiapkan tanah menjadi media yang cocok untuk perakaran dan mendukung pertumbuhan tanaman kelapa sawit.Mengolah tanah untuk menanam kelapa sawit lebih dianjurkan menggunakan traktor (jika lahan yang diolah cukup luas). Jika mengolah tanah menggunakan traktor, antara dua rotasi yang berurutan berupa pembajakan dan penggarukan, arahnya harus tegak lurus atau paling tidak sedikit menyilang. Sementara itum interval antara rotasi minimum dilakukan dalam dua minggu.

5. Pembuatan Jalan, Parit, dan Terasa. Pembuatan JalanKegiatan yang termasuk dalam pekerjaan ini di antaranta mengorek, menimbun, mengeraskan bagian lapangan, membuat bentang, dan membuat parit di sebelah kiri-kanan jalan. Berikut ini jenis jalan beserta ukurannya: Jalan Utama (main road) merupakan jalan induk yang menghubungakan afdeling yang satu dengan yang lainnya, dan dengan pabrik. Lebar jalan utama 8 meter. Jalan transport (submain road), jalan primer, jalan afdeling, atau jalan produksi yang menghubungkan jalan utama dengan jalan koleksi. Lebar jalan transport 6 meter. Jalan koleksi (collecting road) atau jalan sekunder (jalan tengah) merupakan jalan yang terletak di dalam blok-blok penanaman yang berfungsi sebagai tempat pengumpulan hasil atau produksi kebun. Lebar jalannya 4 meter. Jalan kontrol atau jalan tersier merupakan jalan di dalam kebun yang berfungsi sebagai sarana mengontrol kegiatan di kebun. Lebar jalannya antara 2-3 meter.

Jalan utama dan jalan produksi dibuat dengan bulldozer atau grader. Jalan sepanjang 1 km dibuat dalam waktu 40-80 jam kerja dengan pemakaian bahan bakar 80 liter per jam kerja. Selanjutnya, jalan dipadatkan menggunakan alat pemadat (bomag). Pekerjaan ini umumnya dilakukan pada akhir musim hujan.

b. Pembuatan Parit (Saluran Air)Parit drainase merupakan saluran yang menghubungkan lembah bukit yang satu dengan yang lainnya agar air dapat dialirkan menuju daerah bawah dan akhirnya masuk ke saluran pembuangan. Pembuatan parit dikerjakan dengan menggali tanah sesuai ukuran dasar. Tanah galiannya dibuang ke tempat tertentu.Saluran air di daerah berbukit berupa saluran kebun dan saluran utama yang menyalurkan air ke saluran drainase alam (sungai). Saluran kebun dibuat setiap 16 baris tanaman kelapa sawit dan dibuat menurut kontur lahan. Saluran utama dibuat dengan lebar bagian bawah 80 cm, dan kedalaman 80 cm. Saluran kebun dibuat dengan lebar bagian atas 90 cm, lebar bagian bawah 60 cm, dan kedalaman 60 cm.

c. Pembuatan TerasBerdasarkan derajat kemiringan lahan dikenal teras kontur (bersambung) dan teras individu (tapak kuda). Teras bersambung untuk lahan memiliki kemiringan 4-29 dan teras individu 30-40.Teras individu dapat dibuat menggunakan mal berbentuk tapak kuda dengan muka teras menghadap ke arah lereng bukit. Ukuran teras 3 m x 3 m, jarak antara ajir tanaman dan tepi muka teras selebar 1,25 m.Pembuatan teras dikerjakan dengan menggali dan menimbun tanah lereng, sehingga tempat tersebut menjadi rata dan agak datar. Teras individu dibuat menurut kemiringan lahan. Contohnya, pada tingkat kemiringan 15, jari-jari teras bisa dibuat 1,5-2 m.

B. Dampak dari Pembukaan Lahan Kelapa SawitDibalik keuntungan yang sangat menggiurkan terdapat beberapa dampak negatif dari pembukaan lahan kelapa sawit ini.Alih fungsi kawasan merupakan faktor terbesar yang menyebabkan rusaknya kemampuan hutan sebagai kawasan penyerap air, penyimpan air, dan mendistribusikannya secara alamiah. Abetnego menyimpulkan terdapat hubungan erat antara intensitas banjir yang meningkat dengan meningkatnya luas wilayah perkebunan sawit.Akibat lain adalah semakin sulitnya akses terhadap air bersih karena perusahaan sawit menguasai lahan tempat sumber air. Selain itu, perusahaan sawit sangat intensif menggunakan bahan kimia untuk mendukung sistem perkebunan intensifikasi.Pengembangan sawit menyebabkan kerusakan hutan tropis dan pelepasan emisi karbon yang sangat besar karena pengelolaan lahan gambut dan kebakaran hutan. Pengelolaan lahan gambut dan deforestasi untuk kelapa sawit harus diperhatikan dengan seksama. Mengingat di Asia lahan gambut ditumbuhi hutan di Asia Tenggara 20 juta ha. Dampak pengelolaan lahan gambut antara lain drainase untuk pertanian dan kehutanan yang dikaitkan dengan kebakaran hutan, penyusutan gambut, infrastruktur dan polusi (Chandran, 2008). Hal ini terjadi karena dalam kegiatan pembukaan lahan (land clearing) untuk membangun perkebunan kelapa sawit dilakukan dengan cara membakar agar cepat dan biayanya murah. Salah satu bukti nyata adalah pada saat terjadi bencana nasional kebakaran hutan tahun 1997 media masa nasional melaporkan bahwa dari 176 perusahaan yang dituduh melakukan pembakaran hutan dalam pembukaan lahan, terdapat 133 perusahaan perkebunan (Down to Earth, 1997). Oleh karena itu, pembangunan perkebunan kelapa sawit turut bertanggung jawab sebagai salah satu penyebab utama bencana kebakaran hutan dan lahan seluas 10 juta hektar pada tahun 1998/97. Total kerugian ekonomi akibat kebakaran hutan dan lahan pada tahun 1997/98 diperkirakan mencapai US$ 9,3 milyar (Bappenas, 2000). Selain itu ditengarai para investor lebih suka untuk membangun perkebunan kelapa sawit pada kawasan hutan konversi karena mereka mendapatkan keuntungan besar berupa kayu IPK (Ijin Pemanfaatan Kayu) dari areal hutan alam yang dikonversi menjadi areal perkebunan kelapa sawit. Kayu IPK sangat dibutuhkan oleh industri perkayuan di Indonesia, terutama industri pulp dan kertas, khususnya setelah produksi kayu bulat yang berasal dari hutan alam produksi. Melihat kenyataan yang demikian agaknya kegiatan konversi hutan untuk pembangunan areal perkebunan kelapa sawit telah menjadi salah satu sumber pengrusakan (deforestasi) hutan alam Indonesia, dan sekaligus menjadi ancaman terhadap hilangnya kekayaan keanekaragaman hayati yang terdapat dalam ekosistem hutan hujan tropis Indonesia, serta menyebabkan berkurang/hilangnya habitat satwa liar. Belum lagi akibat terhadap kenaikan temperatur suhu dunia yang memanas (global warming). Sebagai informasi, laju deforestasi hutan Indonesia pada periode tahun 1985-1998 tidak kurang dari 1,6 juta hektar per tahun (Dephutbun, 2000).Masalah bisnis yang diangkat pada paper ini adalah agribisnis kelapa sawit yang difokuskan pada pembukaan lahan sawit berkaitan dengan isu pemanasan global. Pada beberapa pihak berpendapat, pembukaan lahan sawit hanya akan mengurangi jumlah hutan konversi di Indonesia. Karena pembukaan lahan sawit biasanya menggunakan sistem pembebasan lahan konversi. Sejalan dengan hal tersebut, kurangnya hutan konversi mengakibatkan dampak negatif yang langsung dan tidak langsung bagi masyarakat sekitarnya dan juga bagi masyarakat di luar lokasi. Hutan yang telah ditebang, tidak mampu lagi menjadi penyimpan air saat hujan turun, sehingga timbullah banjir dan tanah longsor, akibat tidak adanya pohon-pohon sebagai penahan. Dalam jangka panjang, kurangnya jumlah hutan konversi tersebut akan mengakibatkan naiknya temperatur dunia karena pelepasan karbon dioksida tidak terbendung lagi dan tidak mampu diserap oleh tumbuhan. Sementara itu pihak yang setuju dengan pembukaan lahan baru kelapa sawit berpendapa bahwa lahan baru tersebut akan memberikan lapangan kerja baru bagi masyarakat sekitar, sehingga meningkatkan peluang untuk mendapatkan tambahan penghasilan sehingga dalam jangka panjang akan meningkatkan angka kemakmuran rakyat. Belum lagi, tren bisnis kelapa sawit yang konsisten pada tingkat yang tinggi, akan merangsang pemerintah untuk meningkatkan hasil produksi kelapa sawit sehingga volume ekspor kelapa sawit dan produk-produk turunannya meningkat. Selain itu, penggunaan bio fuel kelapa sawit mampu menggantikan energi dari fosil yaitu minyak dan gas bumi yang belakangan harganya di pasaran dunia meningkat tajam. Jadi sebenarnya pembukaan lahan hutan konversi untuk lahan kelapa sawit menimbulkan dampak negatif yang cukup mengerikan dibandingkan dampak positif yang sepertinya menguntungkan tetapi pada kenyataannya hanya segelintir orang yang mampu menikmatinya.Pemerintah sepertinya lebih memilih memanfaatkan tren pasar dunia terhadap komoditi kelapa sawit daripada memusingkan masalah lingkungan yang dapat rusak karena pembukaan lahan sawit yang terus menerus. Insentif yang diterima pemerintah dari perusakan lingkungan ini tentu saja berupa rupiah yang terus mengalir dari peningkatan volume ekspor kelapa sawit. Selain itu berkembangnya sub-sektor perkebunan kelapa sawit di Indonesia tidak lepas dari adanya kebijakan pemerintah yang memberikan berbagai insentif, terutama kemudahan dalam hal perijinan dan bantuan subsidi investasi untuk pembangunan perkebunan rakyat dengan pola PIR-Bun dan dalam pembukaan wilayah baru untuk areal perkebunan besar swasta. Hal ini yang menambah keyakinan bahwa ke depan, pembukaan lahan sawit baru akan terus berlangsung.

C. Solusi Menanggulangi Dampak Negatif dari Pembukaan Lahan Kelapa Sawit1. Keberadaan perkebunan kelapa sawit telah menimbulkan beberapa masalah baru di masyarakat. Untuk mengatasi hal ini tentu kita bersama-sama pemerintah, pemilik modal, dan masyarakat itu sendiri bersama-sama mencari jalan terbaik sehingga semua pihak tidak ada yang dirugikan dengan saling memberi keuntungan.2. Pemerintah dengan serius ikut andil dalam pembagian lahan untuk masyarakat dan terus mengawasi jalannya perkebunan.3. Pembebasan lahan mestinya tidak mengurangi lahan pemukiman dan mata pencarian (ladang para petani).4. Kekompakan masyarakat baik dalam satu dusun atau desa sekalipun sangat penting dalam menyelesaikan urusan bersama5. Memperkuat kelembagaan yang ada di masyarakat6. Pihak perkebunan dalam aspek sosial hendaknya memperhatikan kehidupan warga sekitarnya juga7. Pembukaan lahan mesti tetap menjaga keberadaan sebagian hutan alaminya8. Pihak perusahaan harus memperhatikan dampak lingkungan yang dapat terjadi

BAB IIIPENUTUP

A. Kesimpulan1. Pembukaan lahan kelapa sawit harus memerlukan persiapan yang sangat matang misalnya, pengolahan lahan, harus di tempat yang luas dan jauh dari pemukiman, harus ada kesepakatan antara pemerintah dengan masyarakat yang berada di sekitar pemukiman.2. Dengan adanya perluasan perkebunan sawit maka semakin mempersempit lahan yang dimiliki oleh para petani untuk menanam tanaman lainnya.3. Telah terjadi kerusakan lingkungan akibat alih fungsi hutan menjadi perkebunan sawit4. Lahan pertanian semakin sempit akibat mendominasinya perkebunan sawit serta masyarakat tidak dapat lagi menikmati hasil hutan lainnya.5. Masih adanya dampak pencemaran limbah perkebunan yang dirasakan warga sekitar.

B. Saran1. Sebaiknya lebih peduli terhadap kehidupan masyarakat di sekitar lahan perkebunan kelapa sawit.2. Pihak perusahaan seharusnya dapat lebih peka terhadap keberadaan masyarakat sekitar perkebunan dan dampak yang dapat yang ditimbulkan akibat pembukaan lahan kelapa sawit.3. Pemerintah beserta semua pihak diharapkan dapat mencari jalan terbaik untuk menciptakan perkebunan kelapa sawit berkelanjutan yang tetap memperhatikan kesejahteraan masyarakat secara umum.

DAFTAR PUSTAKA

Sunarko.Petunjuk Praktis Budidaya & Pengelohan Kelapa Sawit. Jakarta: Agromedia Pustaka, 2006.Fauzi, Yan dkk.,Kelapa Sawit Budidaya Pemanfaatan Hasil & Limbah Analisis Usaha & Pemasaran. Jakarta: Penebar Swadaya, 2002.

Situs Web:http://andiariewijakusuma.blogspot.com/2011/04/pembukaan-lahan-kelapa-sawit-untuk.htmlhttp://desasejahtera.org/artikel/25-dampak-lingkungan-hidup-perkebunan-sawit.html