karantina_kesehatan

30
Modul Diklat Aparatur Pengelolaan Daerah Perbatasan-Badan Diklat Prov Kalbar Halaman 1 MODUL KARANTINA KESEHATAN DESKRIPSI SINGKAT Mata diklat ini bermaksud memaparkan tentang organisasi dan tupoksi instansi pelaksana karantina kesehatan, Public Health Emergency Of International Concern (PHEIC) atau kedaruratan kesehatan masyarakat yang meresahkan dunia, upaya karantina kesehatan, dokumen kesehatan, tindakan penyehatan, serta beberapa standar operasional prosedur karantina kesehatan di pos lintas batas darat negara.. KOMPETENSI YANG DIHARAPKAN Setelah mengikuti kegiatan pembelajaran mata diklat ini, peserta mengetahui dan dapat memfasilitasi pelaksanaan kegiatan karantina kesehatan di pos lintas batas darat negara. INDIKATOR KEBERHASILAN BELAJAR 1. Peserta mengetahui Kantor Kesehatan Pelabuhan sebagai pelaksana karantina kesehatan di pintu masuk negara. 2. Peserta mengetahui tentang Public Health Emergency Of International Concern (PHEIC) atau kedaruratan kesehatan masyarakat yang meresahkan dunia. 3. Peserta mengetahui tentang Upaya Karantina Kesehatan di Pintu Masuk Negara. 4. Peserta mengetahui tentang Dokumen Kesehatan. 5. Peserta mengetahui tentang Tindakan Penyehatan. 6. Peserta mengetahui tentang Standar Operasional Prosedur Pengawasan Kendaraan Darat di Pos Lintas Batas Darat (PLBD). 7. Peserta mengetahui tentang Standar Operasional Prosedur Pengawasan Obat,Makanan, Kosmetika, Alat Kesehatan, dan Bahan Adiktif (OMKABA) di PLBD. 8. Peserta mengetahui tentang Standar Operasional Prosedur Pengawasan Pengangkutan Jenazah/Abu Mayat/Kerangka mayat. 9. Peserta mengetahui tentang Standar Operasional Prosedur Pengawasan Pengangkutan Orang Sakit di PLBD.

description

modul karkes

Transcript of karantina_kesehatan

Page 1: karantina_kesehatan

Modul Diklat Aparatur Pengelolaan Daerah Perbatasan-Badan Diklat Prov Kalbar

Halaman 1

MODUL

KARANTINA KESEHATAN

DESKRIPSI SINGKAT

Mata diklat ini bermaksud memaparkan tentang organisasi dan tupoksi

instansi pelaksana karantina kesehatan, Public Health Emergency Of International Concern (PHEIC) atau kedaruratan kesehatan masyarakat yang meresahkan dunia, upaya karantina kesehatan, dokumen kesehatan, tindakan penyehatan, serta beberapa standar operasional prosedur karantina kesehatan di pos lintas batas darat negara..

KOMPETENSI YANG DIHARAPKAN

Setelah mengikuti kegiatan pembelajaran mata diklat ini, peserta mengetahui

dan dapat memfasilitasi pelaksanaan kegiatan karantina kesehatan di pos lintas batas darat negara.

INDIKATOR KEBERHASILAN BELAJAR

1. Peserta mengetahui Kantor Kesehatan Pelabuhan sebagai pelaksana karantina kesehatan di pintu masuk negara.

2. Peserta mengetahui tentang Public Health Emergency Of International Concern (PHEIC) atau kedaruratan kesehatan masyarakat yang meresahkan dunia.

3. Peserta mengetahui tentang Upaya Karantina Kesehatan di Pintu Masuk Negara.

4. Peserta mengetahui tentang Dokumen Kesehatan.

5. Peserta mengetahui tentang Tindakan Penyehatan.

6. Peserta mengetahui tentang Standar Operasional Prosedur Pengawasan Kendaraan Darat di Pos Lintas Batas Darat (PLBD).

7. Peserta mengetahui tentang Standar Operasional Prosedur Pengawasan Obat,Makanan, Kosmetika, Alat Kesehatan, dan Bahan Adiktif (OMKABA) di PLBD.

8. Peserta mengetahui tentang Standar Operasional Prosedur Pengawasan Pengangkutan Jenazah/Abu Mayat/Kerangka mayat.

9. Peserta mengetahui tentang Standar Operasional Prosedur Pengawasan Pengangkutan Orang Sakit di PLBD.

Page 2: karantina_kesehatan

Modul Diklat Aparatur Pengelolaan Daerah Perbatasan-Badan Diklat Prov Kalbar

Halaman 2

10. Peserta mengetahui Pelaksanaan Karantina Kesehatan pada waktu pandemi influenza di PLBD

SUB-TOPIK: KARANTINA KESEHATAN DI PINTU MASUK

URAIAN MATERI

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG Indonesia merupakan Negara kepulauan dengan jumlah pulau 17.504

yang terdiri dari pulau besar dan kecil dan memiliki posisi sangat strategis karena diapit oleh dua benua dan dua samudera dan berada pada jalur lalulintas dan perdagangan Internasional. Kondisi tersebut diatas menyebabkan banyaknya pintu masuk kewilayah Indonesia yang merupakan faktor risiko terjadinya penyebaran penyakit dan gangguan kesehatan.

Perkembangan teknologi transportasi menyebabkan meningkatnya kecepatan waktu tempuh perjalanan antar negara yang lebih cepat dari masa inkubasi penyakit sehingga memperbesar risiko masuk dan keluar penyakit menular (new infection diseases, emerging infections diseases dan re-emerging infections diseases), selain itu kemajuan teknologi diberbagai bidang lainnya berdampak pada perubahan pola penyakit dan meningkatnya risiko kesehatan yang diakibatkan Nuklir, Biologi, Kimia (Nubika) oleh teknologi industri dan dapat pula dimanfaatkan sebagai sarana teror.

International Health Regulations 2005 mengharuskan Indonesia meningkatkan kapasitas dan kemampuan dalam surveilans dan respon serta kekarantinaan pada pintu-pintu masuk (pelabuhan/bandara/PLBD) dan karantina wilayah sebagai upaya mencegah terjadinya kedaruratan kesehatan yang meresahkan dunia /Public Health Emergency of International Concern.

B. LANDASAN HUKUM 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1962 tentang Karantina Laut (Lembaran

Negara Tahun 1962, Tambahan Lembaran. Negara Nomor 2373); 2. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1962 tentang Karantina Udara (Lembaran

Negara Tahun 1962, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2374); 3. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular

(Lembaran Negara Tahun 1984 Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3273);

4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 100, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3495);

5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4548);

Page 3: karantina_kesehatan

Modul Diklat Aparatur Pengelolaan Daerah Perbatasan-Badan Diklat Prov Kalbar

Halaman 3

6. Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 70, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3848);

7. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1991 tentang Penanggulangan Wabah Penyakit Menular (Lembaran Negara Tahun 1991 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3447);

8. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 2001 tentang Kepelabuhan (Lembaran Negara Tahun 2001 Nomor 127. Tambahan Lembaran Negara Nomor 4145);

9. Peraturan Pemerintah Nomor 70 Tahun 2001 tentang Kebandarudaraan (Lembaran Negara Tahun 2001 Nomor 128. Tambahan Lembaran Negara Nomor 4146);

10. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4737);

11. Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 62/Kep/MenPAN/7/2003 tentang Pedoman Unit Pelaksana Teknis di Lingkungan Departemen dan Lembaga Pemerintah Non Departemen;

12. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1575/Menkes/Per/XII/2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Kesehatan, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1295/Menkes/Per/XII/2007;

13. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 356/Menkes/Per/IV/2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Kesehatan Pelabuhan

14. International Health Regulations (IHR) 2005; C. ORGANISASI, TUGAS POKOK DAN FUNGSI KANTOR KESEHATAN

PELABUHAN

Kantor Kesehatan Pelabuhan, selanjutnya disingkat KKP, adalah unit pelaksana teknis Departemen Kesehatan RI yang berada di pintu masuk negara (Pelabuhan, Bandara, Pos Lintas Batas Darat) dan bertanggung jawab kepada Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan.

1. TUGAS POKOK

KKP mempunyai tugas melaksanakan pencegahan masuk dan keluarnya penyakit, penyakit potensial wabah, surveilans epidemiologi, kekarantinaan, pengendalian dampak kesehatan lingkungan, pelayanan kesehatan, pengawasan OMKABA serta pengamanan terhadap penyakit baru dan penyakit yang muncul kembali, bioterorisme, unsur biologi, kimia dan pengamanan radiasi di wilayah kerja bandara, pelabuhan, dan lintas batas darat negara.

2. FUNGSI

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud sebelumnya, KKP menyelenggarakan fungsi:

a. pelaksanaan kekarantinaan;

Page 4: karantina_kesehatan

Modul Diklat Aparatur Pengelolaan Daerah Perbatasan-Badan Diklat Prov Kalbar

Halaman 4

b. pelaksanaan pelayanan kesehatan; c. pelaksanaan pengendalian risiko lingkungan di bandara, pelabuhan, dan

lintas batas darat negara; d. pelaksanaan pengamatan penyakit, penyakit potensial wabah, penyakit

baru, dan penyakit yang muncul kembali; e. pelaksanaan pengamanan radiasi pengion dan non pengion, biologi, dan

kimia; f. pelaksanaan sentra/simpul jejaring surveilans epidemiologi sesuai penyakit

yang berkaitan dengan lalu lintas nasional, regional, dan internasional; g. pelaksanaan, fasilitasi dan advokasi kesiapsiagaan dan penanggulangan

Kejadian Luar Biasa (KLB) dan bencana bidang kesehatan, serta kesehatan matra termasuk penyelenggaraan kesehatan haji dan perpindahan penduduk;

h. pelaksanaan, fasilitasi, dan advokasi kesehatan kerja di lingkungan bandara, pelabuhan, dan lintas batas darat negara;

i. pelaksanaan pemberian sertifikat kesehatan obat, makanan, kosmetika dan alat kesehatan serta bahan adiktif (OMKABA) ekspor dan mengawasi persyaratan dokumen kesehatan OMKABA impor;

j. pelaksanaan pengawasan kesehatan alat angkut dan muatannya; k. pelaksanaan pemberian pelayanan kesehatan di wilayah kerja bandara,

pelabuhan, dan lintas batas darat negara; l. pelaksanaan jejaring informasi dan teknologi bidang kesehatan bandara,

pelabuhan, dan lintas batas darat negara; m. pelaksanaan jejaring kerja dan kemitraan bidang kesehatan di bandara,

pelabuhan, dan lintas batas darat negara; n. pelaksanaan kajian kekarantinaan, pengendalian risiko lingkungan, dan

surveilans kesehatan pelabuhan; o. pelaksanaan pelatihan teknis bidang kesehatan bandara, pelabuhan, dan

lintas batas darat negara; D. PUBLIC HEALTH EMERGENCY OF INTERNATIONAL CONCERN (PHEIC). Public Health Emergency Of International Concern (PHEIC) atau kedaruratan kesehatan masyarakat yang meresahkan dunia adalah kejadian yang diakibatkan oleh penyakit menular yang berpotensi wabah dan atau kejadian penyakit yang disebabkan oleh bahaya nuklir, biologi dan kimia (Nubika) yang meresahkan dunia dan merupakan ancaman kesehatan bagi negara Indonesia dan negara lain seperti yang diatur didalam IHR 2005.

Page 5: karantina_kesehatan

Modul Diklat Aparatur Pengelolaan Daerah Perbatasan-Badan Diklat Prov Kalbar

Halaman 5

Indonesia yang merupakan anggota Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) harus ikut bertanggung jawab terhadap pelaksanaan ketentuan-ketentuan yang ada di dalam IHR 2005. Sesuai dengan Pasal 6 IHR 2005 dinyatakan bahwa “ Setiap Negara Peserta harus menilai kejadian yang terjadi di wilayahnya dengan menggunakan instrumen-keputusan pada Annex- 2. Setiap Negara Peserta harus memberitahu WHO, dengan alat komunikasi paling efisien yang tersedia, melalui Focal-Point Nasional IHR, dan dalam waktu 24 jam penilaian terhadap informasi kesehatan masyarakat, semua kejadian yang menyebabkan PHEIC didalam wilayahnya sesuai dengan instrumen-keputusan dan tindakan penyehatan yang digunakan sebagai respons terhadap kejadian tersebut. “

Bila ditemukan atau terdapat petunjuk peningkatan kasus penyakit yang berkaitan dengan PHEIC di wilayah Indonesia yang semula diketahui bebas dari penyakit tersebut, maka Menteri Kesehatan harus mempertimbangkan kepentingan nasional berdasarkan masukan dari National Focal Point yaitu Direktur Jenderal PP & PL untuk menetapkan wilayah yang bersangkutan untuk sementara waktu sebagai wilayah terjangkit, sehingga wilayah tersebut diperlakukan secara khusus.

Wewenang penetapan dan pencabutan suatu wilayah terjangkit penyakit yang berkaitan dengan PHEIC berada pada Menteri Kesehatan. Hal ini berkaitan dengan upaya penyebar luasan informasinya ke seluruh wilayah Indonesia dan ke negara lain sesuai dengan ketentuan dalam IHR (Internasional Health Regulations).

Dalam rangka untuk mencegah atau mengatasi timbulnya PHEIC di suatu wilayah, maka upaya karantina kesehatan di pintu masuk maupun wilayah mempunyai peranan penting.

BAB II UPAYA KARANTINA KESEHATAN

A. SASARAN DAN SURVEILANS KARANTINA KESEHATAN Upaya karantina kesehatan adalah segala kegiatan yang berhubungan

dengan pembatasan gerak di suatu wilayah, rumah, pelabuhan, bandara dan Pos Lintas Batas yang diduga merupakan sumber penularan penyakit yang dapat menyebabkan PHEIC terhadap orang, barang dan alat angkut.

Upaya karantina kesehatan merupakan pembatasan kegiatan dan/atau pemisahan seseorang tersangka (suspek) yang tidak sakit atau barang, peti kemas, alat angkut, atau barang-barang yang tersangka (suspek) dari orang/barang lain, sedemikian rupa untuk mencegah kemungkinan penyebaran penyakit atau kontaminasi.

1. SASARAN

Sasaran upaya karantina ditujukan terhadap orang, alat angkut, dan barang yang diduga terpapar penyebab penyakit/faktor risiko yang bisa menimbulkan PHEIC. Sebagai contoh, barang yang diduga terpapar misalnya makanan yang tercemar radiasi, limbah bahan berbahaya, produk dari bahan kulit atau tulang yang mengandung anthrax.

Page 6: karantina_kesehatan

Modul Diklat Aparatur Pengelolaan Daerah Perbatasan-Badan Diklat Prov Kalbar

Halaman 6

2. SURVEILANS

Dalam rangka pengamatan penyakit yang dapat menyebabkan PHEIC (Surveilans), maka dilakukan kegiatan :

a. Penemuan tersangka dan atau penderita terjangkit penyakit yang dapat menyebabkan PHEIC. Penemuan penderita dilakukan pada saat kedatangan / keberangkatan di pelabuhan / bandara / Pos Lintas Batas. Perhatian khusus perlu diberikan terhadap pendatang atau yang berangkat, berasal dari daerah terjangkit penyakit yang dapat menyebabkan PHEIC baik di dalam maupun di luar negeri, termasuk penemuan penderita di wilayah terjangkit.

b. Penyelidikan epidemiologi; Penyelidikan penyakit yang dapat menyebabkan PHEIC bertujuan untuk mengetahui virulensi, distribusi penyakit yang dapat menyebabkan PHEIC melalui pemeriksaan fisik/klinis, dan laboratorium terhadap penderita maupun tersangka. Setelah dilakukan penyelidikan epidemiologi segera dilakukan penanggulangan dalam bentuk preventif, kuratif, promotif dan rehabilitatif.

c. Pencatatan dan pelaporan. Pencatatan dan pelaporan merupakan kegiatan elementasi dalam pengamatan yang harus dikerjakan dengan ketelitian dan kecepatan yaitu adanya keharusan untuk menyampaikan laporan dalam waktu kurang dari 24 jam bila seorang telah mengetahui adanya peristiwa penyakit yang dapat menyebabkan PHEIC.

d. Penyebarluasan informasi; Penyebarluasan informasi bertujuan untuk meningkatkan kewaspadaan dini dari semua pihak yang berkepentingan dengan menggunakan alat komunikasi cepat, misalnya fax, radio, internet.

B. UPAYA KARANTINA KESEHATAN DALAM PENGENDALIAN RISIKO

LINGKUNGAN Upaya karantina kesehatan dalam pengendalian risiko lingkungan

adalah upaya kesehatan yang diselenggarakan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal dengan mengupayakan lingkungan yang bebas dari faktor risiko yang membahayakan kesehatan dan keselamatan hidup manusia.

Sasaran karantina kesehatan di bidang kesehatan lingkungan ditujukan pada kesehatan alat angkut, lingkungan pelabuhan/bandara/Pos Lintas Batas, wilayah terjangkit dan lingkungan kerja.

Kegiatan karantina kesehatan di bidang kesehatan lingkungan meliputi: surveilans kesehatan lingkungan, pengawasan kualitas air, pengawasan kualitas udara, pengawasan makanan dan minuman, penyehatan bangunan dan tempat-tempat umum, pengelolaan limbah (padat, cair, gas), pengendalian vektor dan binatang penular penyakit. Hal ini dimaksudkan untuk meminimalkan faktor risiko dan mencegah kemungkinan menjadi reservoir penyebaran penyakit yang dapat menyebabkan PHEIC.

Upaya karantina kesehatan dalam pengendalian risiko lingkungan meliputi :

pengawasan kualitas air bersih dan pengelolaan air limbah di alat angkut, pelabuhan/bandara/Pos Lintas Batas,lingkungan kerja, dan wilayah terjangkit;

Page 7: karantina_kesehatan

Modul Diklat Aparatur Pengelolaan Daerah Perbatasan-Badan Diklat Prov Kalbar

Halaman 7

pengawasan kualitas udara di alat angkut, pelabuhan/bandara/Pos Lintas Batas dan lingkungan kerja;

pengawasan pengolahan, penyimpanan, pengemasan dan penyajian makanan minuman agar memenuhi syarat kesehatan;

pengawasan penyehatan bangunan agar tidak menjadi reservoir bagi kuman atau vektor penyakit;

pengawasan pengelolaan limbah (padat, cair dan gas) agar tidak mencemari lingkungan;pengendalian vektor untuk mencegah perkembangbiakan vektor penular penyakit yang dapat menyebabkan PHEIC, baik di alat angkut, pelabuhan/bandara/pos lintas batas, dan wilayah terjangkit.

C. PELAYANAN KESEHATAN DALAM RANGKA KEKARANTINAAN Ditujukan pada penumpang, awak alat angkut, masyarakat

pelabuhan/bandara/pos lintas batas dan wilayah terjangkit dengan memberikan pelayanan promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif dan rujukan. Pengobatan terhadap penderita penyakit yang dapat menyebabkan PHEIC, dilakukan untuk mencegah penyebaran melalui pengobatan penderita dan sistem perawatan paripurna serta menggunakan fasilitas rujukan yang tepat ke Rumah Sakit Rujukan guna melakukan upaya pemulihan kesehatan serta pencegahan penyebaran penyakit yang dapat menyebabkan PHEIC.

D. UPAYA KARANTINA KESEHATAN DALAM PENGAWASAN LALU LINTAS

BARANG Di tujukan kepada sediaan farmasi dan alat kesehatan, makanan

minuman, bahan adiktif , disingkat OMKABA, serta produk biologi, bahan-bahan berbahaya, bahan lainnya yang dapat menimbulkan penyakit dan gangguan kesehatan, yang dilakukan melalui:

pemeriksaan dokumen kesehatan; pemeriksaan fisik; pengambilan sampel dan pemeriksaan laboratorium.

Gangguan kesehatan yang disebabkan masuknya/datangnya barang produk biologi dan limbah melalui pelabuhan, bandara dan pos lintas batas yang tidak memenuhi ketentuan kesehatan misalnya: makanan tercemar radiasi, limbah barang berbahaya yang tidak terlindungi dengan benar.

BAB III

DOKUMEN KESEHATAN

Yang dimaksud dengan dokumen kesehatan adalah surat keterangan

kesehatan yang dimiliki oleh setiap penumpang, awak, barang, alat angkut dan pelintas batas yang memenuhi syarat-syarat Internasional.

Dokumen kesehatan merupakan salah satu alat pengawas untuk mencegah masuk keluarnya PHEIC melalui pintu masuk negara. Oleh karena itu setiap alat angkut, orang dan barang yang masuk dan atau keluar melalui pintu masuk negara diwilayah Indonesia harus memiliki dokumen kesehatan.

Page 8: karantina_kesehatan

Modul Diklat Aparatur Pengelolaan Daerah Perbatasan-Badan Diklat Prov Kalbar

Halaman 8

Setiap yang dapat menjadi sumber penularan penyakit dan penyebab gangguan kesehatan yang datang dari luar negeri atau dari pelabuhan dan atau dari daerah terjangkit penyakit karantina yang masuk dan atau keluar melalui Pos Lintas Batas Darat di wilayah Indonesia harus memiliki dokumen kesehatan.

Dokumen kesehatan untuk barang yang dapat menjadi sumber penularan penyakit dan atau gangguan kesehatan memuat penjelasan tentang: nama barang, gangguan kesehatan yang ditimbulkan dan upaya pengamanan untuk mencegah gangguan tersebut.

Jenis-jenis dokumen kesehatan baik yang bersumber dari WHO (IHR) maupun yang ditetapkan oleh Pemerintah RI, tercantum dalam uraian standar operasional prosedur pengawasan kendaraan darat di pos lintas batas darat.

Jenis dan bentuk dokumen kesehatan harus sesuai dengan ketentuan Internasional Health Regulation (IHR 2005) sedangkan persyaratannya disesuaikan dengan kepentingan untuk melindungi rakyat Indonesia.

BAB IV TINDAKAN PENYEHATAN

Tindakan penyehatan adalah kegiatan yang dilakukan untuk

memenuhi persyaratan kesehatan. Tindakan penyehatan dilakukan terhadap pelabuhan, awak/penumpang alat angkut, pelintas batas, barang, bagasi yang tidak memenuhi ketentuan persyaratan kesehatan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Tindakan penyehatan bertujuan untuk menjamin terpenuhinya persyaratan karantina kesehatan dalam rangka mencegah dan memberantas keluar masuknya penyakit karantina dan gangguan kesehatan yang dapat ditimbulkan oleh barang.

Tindakan penyehatan dapat berupa pengamatan terhadap penderita dan tersangka, penyehatan lingkungan terhadap pelabuhan, alat angkut beserta isinya atau pelintas batas beserta barang bawaannya, pemberian pelayanan medik kepada penderita, tersangka dan pemusnahan barang yang menimbulkan gangguan kesehatan.

Untuk mencapai maksud tersebut di antaranya dilakukan: a. Pemeriksaan kesehatan termasuk advis medik, pemeriksaan laboratorium

dan pemeriksaan dokumen; b. Imunisasi, pengobatan, isolasi, perawatan, observasi; c. Pengamatan (under survailance) pemberian kartu kewaspadaan kesehatan; d. Hapus serangga, hapus hama, hapus tikus, pemusnahan barang; e. Penyehatan air, udara dan tanah; f. Penerangan dan pendidikan tentang masalah penyakit karantina. Contohnya: Bagi setiap orang yang datang/berasal dari daerah terjangkit yellow fever

harus kebal terhadap penyakit yellow fever dengan pembuktian surat International Certificate Vaccionation (ICV);

Bagi seseorang dengan ICV yellow fever yang belum berlaku (invalid) dilakukan tindakan karantina.

Page 9: karantina_kesehatan

Modul Diklat Aparatur Pengelolaan Daerah Perbatasan-Badan Diklat Prov Kalbar

Halaman 9

Terhadap alat angkut beserta isinya atau pelintas batas beserta

barang bawaannya, yang sudah menyelenggarakan tindakan penyehatan sesuai peraturan perundang-undangan dapat diberikan surat keterangan laik sehat oleh petugas karantina kesehatan. Terhadap yang belum menyelenggarakan tindakan penyehatan atau sudah menyelenggarakan tindakan penyehatan tetapi tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan, petugas karantina kesehatan tidak dapat memberikan izin, dan sebaliknya melakukan pelarangan untuk melanjutkan perjalanan.

Pejabat KKP dapat memberikan izin karantina untuk masuk/berangkat kepada alat angkut yang memiliki keterangan laik sehat. Laik sehat tersebut merupakan persyaratan yang wajib dipenuhi alat angkut sebelum melanjutkan perjalanan yang ijinnya diberikan oleh Koordinator Pos Lintas Batas Darat setempat sesuai ketentuan yang berlaku, sedangkan laik sehat diberikan oleh Menteri Kesehatan atau pejabat yang ditunjuk.

Setiap alat angkut dilarang membuang atau menjatuhkan barang dan atau limbah yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan di kawasan perbatasan.

BAB V

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PENGAWASAN KENDARAAN DARAT DI POS LINTAS BATAS DARAT

KEDATANGAN A. Kedatangan alat angkut dari PLBD Sehat Petugas KKP (tim) melakukan pemeriksaan terhadap alat angkut 1. Petugas melakukan Pemeriksaan/penelitian dokumen kesehatan original

dan dokumen lain terkait : a. Dokumen kesehatan wajib: (1) ICV/Buku kuning and Profilaksis (2) Surat ketrerangan hapus serangga

b. Dokumen penunjang : (1) Passenger list (2) Cargo manifest list

2. Petugas Pengendalian Risiko Lingkungan yang ikut dalam tim melakukan Pemeriksaan di atas alat angkut untuk melihat ada/tidak adanya faktor risiko PHEIC.

3. Petugas karantina kesehatan melakukan pemeriksaan secara terus menerus terhadap kedatangan alat angkut orang dan barang dengan cara pemeriksaan dokumen kesehatan dengan memperhatikan apakah ada penumpang/ awak angkut yang menderita sakit yang dapat menimbulkan kedaruratan kesehatan masyarakat yang meresahkan dunia.

4. Petugas karantina kesehatan memeriksa kelengkapan dokumen kesehatan: Surat Keterangan Hapus Serangga; Surat Keterangan OMKABA dan Sertifikat Vaksinasi International

5. Pemeriksaan terhadap penumpang dengan cara seluruh penumpang turun dari kendaraan melewati pos karantina kesehatan

Page 10: karantina_kesehatan

Modul Diklat Aparatur Pengelolaan Daerah Perbatasan-Badan Diklat Prov Kalbar

Halaman 10

6. Jika ada penumpang yang dicurigai menderita (suspek) penyakit yang dapat menimbulkan kedaruratan kesehatan masyarakat yang meresahkan dunia, maka terhadap orang tersebut dilakukan tindakan isolasi dan terhadap penumpang sehat lainnya dilakukan tindakan karantina selama 2 kali masa inkubasi diwilayah PLBD.

7. Terhadap alat angkut dan barang bawaan penumpang dilakukan tindakan desinseksi, disinfeksi atau dekontaminasi.

B. Kedatangan alat angkut dari PLBD yang memiliki akses dengan episenter PHEIC/wilayah terjangkit

Petugas KKP (tim) melakukan pemeriksaan terhadap alat angkut 1. Petugas melakukan Pemeriksaan/penelitian dokumen kesehatan original

dan dokumen lain terkait : Dokumen kesehatan wajib:

(1) ICV/Buku kuning and Profilaksis (2) Surat keterrangan hapus serangga (3) Surat keterangan OMKABA

Dokumen penunjang : (1) Passenger list

2. Petugas Pengendalian Risiko Lingkungan yang ikut dalam tim melakukan Pemeriksaan di atas alat angkut untuk melihat ada/tidak adanya faktor risiko PHEIC.

3. Petugas karantina kesehatan melakukan pemeriksaan terhadap penumpang dengan menurunkan penumpang dari kendaraan yang melewati pos karantina kesehatan.

4. Petugas karantina kesehatan memeriksa dokumen dan melakukan pemeriksaan kesehatan terhadap penumpang.

5. Jika ditemukan orang yang berasal dari negara terjangkit tapi tidak memiliki gejala klinis (terpapar) penyakit PHEIC maka dilakukan tindakan karantina selama 2 kali masa inkubasi terhadap orang yang berasal dari negara terjangkit di wilayah PLBD atau asrama karantina.

6. Terhadap alat angkut dan barang yang berasal dari negara terjangkit dilakukan desinseksi dan atau disinfeksi.

7. Jika ditemukan kasus (suspek) yang mengarah ke PHEIC di dalam alat angkut maka suspek tersebut dilakukan tindakan isolasi

8. Penumpang sehat yang berada dalam satu kendaraan tersebut dilakukan karantina selama 2 kali masa inkubasi.

KEBERANGKATAN A. Kegiatan pemeriksaan keberangkatan alat angkut di pos lintas batas darat

(Out) Kegiatan Keberangkatan alat angkut Pada PLBD Sehat 1. Petugas KKP (tim) melakukan pemeriksaan terhadap alat angkut

(1) Petugas melakukan Pemeriksaan/penelitian dokumen kesehatan original dan dokumen lain terkait :

Dokumen kesehatan wajib : (1) ICV/Buku kuning and Profilaksis (2) Surat keterrangan hapus serangga (3) Surat keterangan OMKABA

Page 11: karantina_kesehatan

Modul Diklat Aparatur Pengelolaan Daerah Perbatasan-Badan Diklat Prov Kalbar

Halaman 11

Dokumen penunjang : Passenger list

2. Petugas karantina kesehatan melakukan pemeriksaan alat angkut, orang dan barang secara terus menerus terhadap keberangkatan alat angkut dengan cara pemeriksaan dokumen kesehatan dengan memperhatikan apakah ada tidaknya penumpang/ awak angkut yang menderita sakit yang berpotensi kedaruratan kesehatan masyarakat yang meresahkan dunia.

3. Petugas karantina kesehatan memeriksa kelengkapan dokumen seperti Surat keterangan Hapus Serangga, Surat Keterangan Kesehatan OMKABA untuk barang serta International Vaksinasi Sertifikat bagi negara yang mensyaratkan ICV dan profilaksis.

B. Kegiatan Saat Keberangkatan Pada PLBD yang mempunyai Akses dengan

PHEIC Petugas KKP (tim) melakukan pemeriksaan pada alat angkut 1. Petugas melakukan Pemeriksaan/penelitian dokumen kesehatan original

dan dokumen lain terkait : surat keterangan kesehatan OMKABA, Keterangan hapus serangga dan ICV.

2. Petugas karantina kesehatan mencegah keluarnya alat angkut, orang dan barang yang berasal dari epicenter kedaruratan kesehatan masyarakat yang meresahkan dunia.

3. Jika ditemukan orang yang berasal dari epicenter kedaruratan kesehatan masyarakat yang meresahkan dunia tapi tidak memiliki gejala klinis (terpapar) maka dilakukan tindakan karantina selama 2 kali masa inkubasi di wilayah PLBD atau asrama karantina.

4. Terhadap alat angkut dan barang yang berasal dari epicenter kedaruratan kesehatan masyarakat yang meresahkan dunia dilakukan desinseksi dan atau disinfeksi.

5. Jika ditemukan kasus (suspek) yang mengarah ke penyebab kedaruratan kesehatan masyarakat yang meresahkan dunia maka orang tersebut dilakukan tindakan isolasi

6. Terhadap penumpang yang sehat bukan berasal dari episenter kedaruratan kesehatan masyarakat yang meresahkan dunia maka penumpang diperbolehkan melanjutkan perjalanan dengan membawa health alert card

BAB VI STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PENGAWASAN LALU LINTAS OBAT, MAKANAN, KOSMETIKA, ALAT KESEHATAN, DAN BAHAN ADIKTIF (OMKABA)

A. Pengawasan lalulintas komoditi OMKABA Eksport 1. Agent/eksportir/pemohon Invoice (surat keterangan barang yang berisi

jenis barang, jumlah barang dan harga barang) 2. mengajukan permohonan health certificate yang ditujukan kepada

kepala KKP dengan membawa kelengkapan dokumen : a. COA ( certificate of analysis ) yang dikeluarkan oleh

laboratorium yang terakreditasi (SNI) b. PEB (pemberitahuan eksport barang) yaitu surat keterangan barang

yang dikeluarkan oleh Ditjen Bea & Cukai yang berisi nama barang,

Page 12: karantina_kesehatan

Modul Diklat Aparatur Pengelolaan Daerah Perbatasan-Badan Diklat Prov Kalbar

Halaman 12

plat kendaraan pengangkut, PLBD tujuan, jumlah barang, harga barang dan pajak eksport

c. Surat pernyataan penggunaan barang d. Surat kuasa dari eksportir kepada agent yang ditunjuk untuk

mengurus perijinan eksport barang (dikuasakan pihak ke tiga) yang dibubuhi materai secukupnya

e. Nomor registrasi dari Departemen Kesehatan atau Badan POM jika produk tersebut telah dipasarkan di dalam negeri dan telah diolah

Bila diperlukan melengkapi :

a. Phytosanitary certificate, jika barang berasal dari turunan atau derivate tumbuh-tumbuhan.

b. Sertifikat karantina hewan jika barang berasal dari turunan atau derivate hewan

c. Sertikat karantian ikan, jika barang berasal dari turunan atau derivate ikan

d. Untuk produk yang akan dicantumkan kode halalnya, maka dilengkapi sertifikat halal dari MUI

e. Untuk produk yang bebas zat radioaktif, maka dilengkapi sertifikat bebas radiasi dari BATAN

f. Barang yang dieksport bukan barang larangan

3.Petugas KKP mengambil sampel ke lapangan melakukan pemeriksaan/penelitian dokumen dan melakukan pemeriksaan fisik barang dengan cara mencocokkan dengan dokumen permohonan, apabila : a. Hasilnya dokumen lengkap dan berlaku serta fisik barang (kemasan,

kadarluarsa, barang tidak rusak dan lainnya) memenuhi syarat, pemeriksaan uji laboratorium dan sesuai dengan dokumen permohonannya, maka barang dan atau kemasan/wadah barang diberikan stiker Passed Health Security Check kemudian diterbitkan Health Certificate.

b. Hasilnya dokumen lengkap dan berlaku tetapi fisik barang (kemasan, kadarluarsa, barang tidak rusak dan lainnya) tidak memenuhi syarat, uji laboratorium tidak memenuhi syarat dan tidak sesuai dengan dokumen permohonannya, maka ditunda sampai memenuhi syarat, kemudian barang dan atau kemasan/wadah barang diberikan Label Health Security Check dan diterbitkan Health Certificate

c. Hasilnya dokumen tidak lengkap dan tidak berlaku dan fisik barang dan uji laboratorium tidak memenuhi persyaratan maka tidak diterbitkan Health Certificate

4. Kunjungan pemeriksaan lapangan minimal 2 (dua) kali dalam setahun untuk produsen/perusahaan/eksportir yang secara rutin melakukan eksport

5. Untuk perusahaan/eksportir yang baru pertama kali mengajukan Health certificate, maka dilakukan kunjungan pemeriksaan lapangan ke lokasi pabrik/gudang penyimpanan, guna melihat proses produksi, hygiene dan sanitasi gedung

Page 13: karantina_kesehatan

Modul Diklat Aparatur Pengelolaan Daerah Perbatasan-Badan Diklat Prov Kalbar

Halaman 13

6. Khusus, untuk persyaratan barang-barang yang tidak diperdagangkan dan hanya digunakan untuk keperluan sendiri, harus memenuhi persyaratan sebagai berikut : a. Surat permohonan yang ditujukan kepada kepala KKP b. Daftar jenis dan jumlah barang OMKABA yang dibawa c. Surat pernyataan penggunaan yang isinya hanya digunakan untuk

keperluan sendiri dan tidak diperdagangkan/dipasarkan d. Untuk produk/komoditi obat, disertakan surat keterangan dari dokter

yang menerangkan bahwa pembawa atau keluarga pembawa menderita penyakit tertentu sesuai obat yang dibawa

e. Dokumen lain yang terkait seperti dari kepolisian f. Barang yang dibawa bukan barang terlarang

1. Pengawasan lalulintas komoditi OMKABA Import

a. Agent/importir/pemohon mengajukan permohonan health certificate yang ditujukan kepada kepala KKP dengan membawa kelengkapan dokumen : 1) Health certificate Negara asal dan atau COA (certificate of analysis )

Negara asal dan atau COA yang dikeluarkan oleh laboratorium yang terakreditasi (SNI)

1) Packing list (surat keterangan barang yang berisi jenis barang, berat kotor dan berat bersih)

2) invoice (surat keterangan barang yang berisi jenis barang, jumlah barang dan harga barang)

3) PIB (pemberitahuan import barang) yaitu surat keterangan barang yang dikeluarkan oleh Ditjen Bea & Cukai yang berisi nama barang, nama kapal, pelabuhan tujuan, jumlah barang, harga barang dan pajak import

4) Surat pernyataan penggunaan barang 5) Surat kuasa dari importir kepada agent yang ditunjuk untuk

mengurus perijinan import barang (dikuasakan pihak ke tiga) yang dibubuhi materai sesuai ketentuan

6) Nomor registrasi dari Departemen Kesehatan atau Badan POM jika produk tersebut telah dipasarkan di dalam negeri dan telah diolah

7) Dilengkapi dengan surat keterangan dari instansi terkait : a). Untuk produk makanan melengkapi sertifikat halal dari MUI b). Untuk produk yang bebas zat radioaktif, maka dilengkapi

sertifikat bebas radiasi dari BATAN c). Untuk produk sediaan Farmasi, bahan kimia dan Alkes harus

ada surat izin dari Depkes. d). Melampirkan surat pernyataan dari importir bahwa barang

tersebut bukan barang terlarang. b. Petugas KKP melakukan pemeriksaan/penelitian dokumen dan

melakukan pemeriksaan fisik barang dengan cara mencocokkan dengan dokumen permohonan, apabila :

1) Dokumen lengkap dan berlaku, serta fisik barang (kemasan, kadarluarsa, barang tidak rusak dan lainya) dan hasil uji Laboratorium memenuhi syarat sesuai dengan dokumen permohonannya, maka

Page 14: karantina_kesehatan

Modul Diklat Aparatur Pengelolaan Daerah Perbatasan-Badan Diklat Prov Kalbar

Halaman 14

barang dan atau kemasan/wadah barang diberikan stiker passed Health Security Check kemudian diterbitkan Health Certificate.

2) Dokumen lengkap dan berlaku, serta fisik barang (kemasan, kadarluarsa, barang tidak rusak dan lainya) dan hasil uji Laboratorium memenuhi syarat, tetapi tidak sesuai dengan dokumen permohonannya, maka importir melengkapi persyaratan, setelah lengkap, barang dan atau kemasan/wadah barang diberikan stiker passed Health Security Check kemudian diterbitkan Health Certificate.

3) Dokumen lengkap dan berlaku, serta fisik barang (kemasan, kadarluarsa, barang tidak rusak dan lainnya) dan hasil uji Laboratorium tidak memenuhi syarat sesuai dengan dokumen permohonannya, maka barang dan atau kemasan/wadah barang tidak diterbitkan Health Certificate. Petugas KKP berkoordinasi dengan instansi terkait untuk mengambil pemusnahan.

4) Dokumen tidak lengkap, tidak berlaku, fisik barang tidak memenuhi persyaratan maka tidak diterbitkan Health Certificate.

c. Khusus, untuk persyaratan barang-barang yang tidak diperdagangkan dan hanya digunakan untuk keperluan sendiri, harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :

1). Surat permohonan kepada Kepala KKP 2). Daftar jenis dan jumlah barang OMKABA yang dibawa. 3). Surat pernyataan penggunaan yang isinya hanya digunakan untuk

keperluan sendiri dan tidak diperdagangkan/dipasarkan 4). Untuk produk/komoditi obat, disertakan surat keterangan dari dokter

yang menerangkan bahwa pembawa atau keluarga pembawa menderita penyakit tertentu sesuai obat yang dibawa.

5). Dokumen lain yang terkait seperti dari kepolisian 6). Barang yang dibawa bukan barang terlarang

BAB VI. PENGAWASAN PENGANGKUTAN JENAZAH/ABU MAYAT/ KERANGKA

A. KEDATANGAN 1. Petugas KKP (tim) menerima informasi kedatangan jenazah dari supir

atau kondektur, informasi disampaikan berisi : a. Ada Jenazah di alat angkut dan dilengkapi dengan surat pengantar

dari KKP / PHO asal yang menyatakan jenazah bukan penyakit menular atau menular

b. Atau ada jenazah di alat angkut dan tidak dilengkapi dengan surat pengantar dari KKP / PHO asal.

2. Setelah diembarkasi, dilakukan pemeriksaan kelengkapan dokumen kesehatan original jenazah dan dokumen lain terkait :

Dokumen kesehatan wajib: a. Surat keterangan Kematian dari RS/ Dinas Kesehatan Setempat

menyatakan jenazah bukan karena penyakit menular

Page 15: karantina_kesehatan

Modul Diklat Aparatur Pengelolaan Daerah Perbatasan-Badan Diklat Prov Kalbar

Halaman 15

b. Surat Keterangan Pengawetan Jenazah dengan Formalin dari Rumah Sakit / Certificate of Embalming

c. Surat Keterangan Krematorium ( Abu Mayat ) d. Surat Keterangan Pemetian / pengepakan jenazah e. Surat Keterangan telah melalui proses verbal dari Pamong Praja /

Rekomendasi Kepolisian f. Surat Keterangan Izin Angkut Jenazah dari KKP / PHO dari daerah atau

negara pengirim ( yang memberangkatkan ) yang ditandatangani oleh dokter pelabuhan.

Dokumen penunjang : a. Passenger list b. Cargo manifest Human Remain

3. Bila sudah lengkap dan memenuhi persyaratan serta penyebab kematian

bukan penyakit menular maka dapat diberikan surat izin masuk jenazah dan bila berpenyakit menular harus melengkapi dokumen yang dilengkapi dengan Certificate of Embalming , pemetian yang memenuhi persyaratan ( peti jenazah : kedap udara, terbuat dari logam dan didalam peti jenazah ditutup dengan bahan absorbent / menyerap al. Serbuk gergaji atau arang halus ) dan dilakukan disinfeksi di kedatangan cargo setelah itu baru dapat diizinkan masuk.

4. Bila tidak dilengkapi dokumen kesehatan maka harus melengkapi dokumen persyaratan.

5. Setelah memenuhi persyaratan maka proses pengangkutan jenazah dapat dilanjutkan perjalanannya.

Syarat–syarat Pemetian untuk Pengangkutan Jenazah : 1. Jenazah harus disuntik formalin dengan obat penahan busuk secukupnya,

yang dinyatakandengan Surat keterangan Dokter. 2. Jenazah harus dimasukkan kedalam peti yang dibuat dari logam ( timah,

seng dan sebagainya ). 3. Alasnya ( bottom ) ditutup dengan suatu bahan yang menyerap ( absorbent )

umpamanya serbuk gergaji ( sawdust ) atau arang halus yang tebalnya kira – kira 5 ( lima) cm .

4. Peti logam ditutup rapat – rapat ( air tight ) 5. Peti logam ini lalu dimasukkan ke dalam peti kayu yang tebalnya sekurang –

kurangnya 3 cm sedemikian rupa sehingga peti tidak dapat bergerak didalamnya.

6. Peti kayu di paku dengan skrup dengan jarak sepanjang – panjangnya 20 cm.

7. Peti ini harus diperkuat dengan ban – ban logam (secured with metal bands). 8. Peti dengan isinya ditempatkan di AMBULANCE.

B. KEBERANGKATAN

1. Jenazah yang berangkat melalu pintu masuk negara harus mengajukan izin angkut jenazah.

2. Permohonan izin angkut jenazah / abu jenazah/ kerangka disertai surat – surat sebegai berikut :

Page 16: karantina_kesehatan

Modul Diklat Aparatur Pengelolaan Daerah Perbatasan-Badan Diklat Prov Kalbar

Halaman 16

Dokumen kesehatan wajib : a. Surat keterangan dari RS / Dinas Kesehatan Setempat menyatakan tidak

menular b. Surat Keterangan Pengawetan Jenazah dengan Formalin c. Surat Keterangan dari krematorium ( untuk abu mayat ) d. Surat permohonan pengepakan mayat / Pemetian yang memenuhi

persyaratan untuk alat angkut. e. Surat Keterangan Rekomendasi Kepolisian.

Dokumen penunjang : a. passenger list b. Cargo manifest Human Remain

Setelah memenuhi persyaratan, surat izin angkut dapat diberikan

1. Bila tidak disertai dengan surat pengantar dari Rumah sakit maka harus dilengkapi terlebih dahulu.

2. Bila jenazah tersebut berpenyakit menular maka harus dilakukan proses pengawetan dan pengepakan / pemetian yang memenuhi persyaratan untuk alat angkut dan sebelum berangkat dilakukan disinfeksi setelah itu dapat diberikan Surat Izin Angkut Jenazah yang ditandatangani oleh dokter pelabuhan.

3. Jenazah yang tidak berpenyakit menular serta memenuhi persyaratan pengawetan dan pemetian ( peti jenazah : kedap udara, terbuat dari logam dan didalam peti jenazah ditutup dengan bahan absorbent / menyerap al. Serbuk gergaji atau arang halus ) diberikan Surat Izin Angkut Jenazah, yang ditujukan kepada : a. Kepolisian b. Administatur pelabuhan / bandara c. Perusahaan pelayaran / penerbangan d. KKP tujuan atau KKP yang disinggahi jenazah e. Pencatatan

4. Sedangkan jenazah yang tidak berpenyakit menular tetapi tidak memenuhi syarat pengawetan dan pengepakan / pemetian keberangkatannya sampai memenuhi persyaratan.

BAB VII PENGAWASAN PENGANGKUTAN ORANG SAKIT

A. KEDATANGAN ORANG SAKIT

1. Informasi kedatangan orang sakit dari supir atau kondektur. 2. Informasi di sampaikan berisi informasi :

a. Keadaan umum orang sakit. b. Apakah penderita sakit pada saat di alat angkut c. Jika tidak, apakah ada surat pengantar dari KKP / Port health asal

yang menyatakan os bukan penderita penyakit menular.

Page 17: karantina_kesehatan

Modul Diklat Aparatur Pengelolaan Daerah Perbatasan-Badan Diklat Prov Kalbar

Halaman 17

3. Jika tidak disertai surat pengantar, dokter KKP melakukan pemeriksaan langsung orang sakit di atas kendaraan darat untuk menilai tanda-tanda penyakit menular.

4. Dalam melakukan pemeriksaan langsung diatas dokter dan petugas KKP menggunakan APD, minimal masker dan sarung tangan.

5. Jika di temukan tanda-tanda penyakit menular maka orang sakit tersebut diisolasi dan dirujuk ke rumah sakit rujukan penyakit menular.

6. Penumpang yang kontak (2 baris kiri dan kanan dan 2 baris kedepan dan kebelakang) dilakukan karantina sesuai SOP penanganan PHEIC

7. Sedangkan penumpang lain dalam alat angkut yang sama yang masuk ke pintu Negara harus melewati thermoscanner atau pengukuran suhu tubuh dengan thermometer telinga dan diberikan Health Alert Card

8. Surat pengantar yang menyatakan orang sakit bukan penderita penyakit menular bisa dikeluarkan oleh Rumah Sakit dan dilegasasi dokter KKP.

9. Terhadap orang sakit yang disertai surat izin angkut orang sakit dari PLBD asal dan bukan penderita penyakit menular, dapat melanjutkan perjalanan.

Sedangkan orang sakit yang masuk tanpa surat izin angkut orang sakit dari pelabuhan/ bandara asal setelah pemeriksaan bukan penderita penyakit menular diberikan surat izin masuk orang sakit.

B. KEBERANGKATAN ORANG SAKIT

1. Orang sakit yang akan melakukan perjalanan harus mengajukan permohonan izin angkut orang sakit.

2. Permohonan izin angkut orang sakit disertai dengan surat pengantar dari RS / Dokter yang berisi diagnosa medik serta informasi bukan penderita penyakit menular.

3. Dokter dan paramedis melakukan pemeriksaan surat pengantar tersebut apakah ada disebutkan keterangan tentang penyakit menular.

4. Orang sakit yang tidak disertai dengan surat pengantar dari RS / Dokter dilakukan pemeriksaan untuk menilai apakah orang sakit tersebut menderita penyakit menular.

5. Dalam melakukan pemeriksaan langsung diatas dokter dan petugas KKP menggunakan APD, minimal masker dan sarung tangan.

6. Bila orang sakit tersebut berpenyakit menular, maka orang tersebut tidak diizinkan berangkat dan dirujuk/ dikembalikan ke rumah sakit.

7. Sedangkan orang sehat yang kontak erat dengan orang sakit menular tersebut boleh berangkat setelah dikarantina selama 2 kali masa inkubasi (SOP Penanggulangan PHEIC)

8. Pemeriksaan juga ditujukan untuk menilai apakah os tersebut laik angkut atau tidak laik.

9. Orang sakit yang tidak menderita penyakit menular serta laik angkut di berikan Surat Izin Angkut Orang Sakit

Sedangkan orang sakit yang tidak menderita penyakit menular tetapi tidak laik angkut ditunda keberangkatannya sampai kondisi stabil atau berangkat dengan didampingi dokter/ atau paramedis yang berkompetensi untuk evakuasi.

Page 18: karantina_kesehatan

Modul Diklat Aparatur Pengelolaan Daerah Perbatasan-Badan Diklat Prov Kalbar

Halaman 18

SUMBER/REFERENSI

Draft Naskah Akademis RUU Karantina, Aspek Teoritis , Juli 2008.

International Health Regulations (IHR) 2005;

Keputusan Dirjen P2PL, Depkes RI, tentang Standar Operasional Prosedur Kantor Kesehatan Pelabuhan , 2009.

Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 62/Kep/MenPAN/7/2003 tentang Pedoman Unit Pelaksana Teknis di Lingkungan Departemen dan Lembaga Pemerintah Non Departemen;

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1575/Menkes/Per/XII/2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Kesehatan, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1295/Menkes/Per/XII/2007;

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 356/Menkes/Per/IV/2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Kesehatan Pelabuhan

Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4737);

Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1991 tentang Penanggulangan Wabah Penyakit Menular (Lembaran Negara Tahun 1991 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3447);

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1962 tentang Karantina Laut (Lembaran Negara Tahun 1962, Tambahan Lembaran. Negara Nomor 2373);

Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1962 tentang Karantina Udara (Lembaran Negara Tahun 1962, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2374);

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 100, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3495);

Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular (Lembaran Negara Tahun 1984 Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3273);

Page 19: karantina_kesehatan

Modul Diklat Aparatur Pengelolaan Daerah Perbatasan-Badan Diklat Prov Kalbar

Halaman 19

SUPLEMEN : PANDEMI INFLUENZA

1. Kegiatan Pengawasan Tindakan Karantina di PLBD

a. Kegiatan Pengawasan Keberangkatan Di PLBD Lokasi : Di Pintu gerbang masuk/batas wilayah steril PLBD Bentuk Kegiatan : 1) Kendaraan yang akan masuk ke pintu gerbang harus satu persatu.

Setiap kendaraan harus diperiksa sampai selesai. Cara pemeriksaan untuk jenis sedan/pick-up/truk petugas mendatangi kendaraan. Sedangkan untuk bus petugasnya masuk ke dalam kendaraan.

2) Kendaraan dinyatakan aman apabila setelah dilakukan pemeriksaan tidak ada penumpang yang termasuk kriteria kasus kontak, kasus suspek, orang yang berasal dari wilayah penanggulangan episenter atau pernah mengunjungi wilayah episenter dalam kurun waktu 7 hari sebelumnya.

3) Kendaraan yang dinyatakan tidak aman setelah dilakukan pemeriksaan harus dilakukan tindakan desinfeksi dan dilarang masuk.

Ada 2 kegiatan pemeriksaan yang dilakukan di pintu gerbang masuk/batas wilayah steril PLBD :

1) Pemeriksaan Identitas 2) Pengawasan orang, barang dan alat angkut darat yang datang dari

wilayah episenter pandemi influenza (dalam negeri) yang mau masuk wilayah steril PLBD sudah dimulai dari terminal bus. Seluruh penumpang dalam bus yang mau berangkat menuju PLBD sudah dilakukan pemeriksaan bila “aman" dan diberi surat keterangan "aman/ clear" dan dilampirkan daftar nama penumpang yang sudah diperiksa

3) Pada dasarnya adalah pemeriksaan identitas (KTP / pasport) yang didahului dengan penjelasan maksud dan tujuan pemeriksaan identitas kepada semua orang tanpa kecuali yang mau masuk ke wilayah PLBD

4) Petugas memeriksa dan memastikan tidak ada orang yang berasal dari wilayah penanggulangan atau pernah singgah 7 hari sebelumnya.

5) Bila ditemukan orang yang berasal dari wilayah penanggulangan maka dilakukan tindakan pengembalian orang tersebut ke wilayah penanggulangan dengan didampingi TNI/PoIri untuk dilakukan tindakan kekarantinaan.

6) Bila ditemukan orang yang bukan berasal dari daerah episenter tetapi yang pernah singgah/ mengunjungi wilayah episenter 7 hari sebelumnya (sebelum dilakukan penutupan wilayah) maka orang tersebut harus dikarantina

7) Sedangkan penumpang lain yang berada dalam satu kendaraan dengan orang yang berasal dari wilayah penanggulangan/pernah singgah tetapi tidak berasal dari wilayah penanggulangan maka orang tersebut dikarantina di asrama karantina.

Page 20: karantina_kesehatan

Modul Diklat Aparatur Pengelolaan Daerah Perbatasan-Badan Diklat Prov Kalbar

Halaman 20

8) Oleh karena itu pemeriksaan kendaraan dipintu gerbang masuk wilayah steril PLBD harus satu persatu dan dikatakan aman bila semua penumpang dinyatakan aman

9) Untuk bus cukup melihat dan mencocokan dengan surat izin berangkat dari terminal dan daftar penumpang sudah cocok.

10) Kendaraan (Mobil, motor, truk, kontainer) dan barang yang berasal dari wilayah penanggulangan sebelum dikembalikan terlebih dahulu dilakukan tindakan desinfeksi oleh petugas KKP

11) Orang yang akan dikembalikan ke wilayah penanggulangan harus menggunakan APD (masker bedah lapis 2), demikian juga dengan petugas yang mengantarnya menggunakan APD.

12) Mobil yang ternyata ditemukan mengankut penumpang yang terindikasi tidak boleh masuk harus didesinfeksi begitu juga dan barang orang tersebut harus dilakukan tindakan desinfeksi oleh petugas KKP.

13) Petugas KKP harus melakukan surveilans terhadap semua orang yang akan memasuki wilayah PLBD untuk mengetahui kemana saja orang tersebut telah melakukan perjalananan sebelumnya.

14) Petugas menggunakan Alat Pelindung Diri minimal Masker dan Sarung Tangan.

2. Pencarian kasus dan kontak Ditujukan bagi semua orang yang akan pergi ke luar dari wilayah Indonesia a. Dasar kegiatan adalah :

1) Berkaitan dengan kasus suspek influenza pandemi, ada tiga kriteria: a). Dapat melanjutkan perjalanan dengan membawa HAC bila :

(1) Tidak kontak/dalam 7 hari tidak berada di wilayah episenter pandemi influenza dan

(2) Tidak suspek infuensa pandemi influenza b). Dilakukan tindakan karantina bila :

(1) Riwayat kontak/dalam 7 hari berada di wilayah episenter pandemi influens dan

(2) Tidak Suspek infuensa pandemi influenza c). Dilakukan rujukan ke RS Rujukan bila suspek influenza pandemi.

2) Berkaitan dengan penyakit menular lainnya Semua yang panas dan sakit ditunda keberangkatannya untuk diperiksa dulu di poliklinik KKP.

b. Langkah-langkah Kegiatan : 1) Petugas KKP memberikan penjelasan kepada orang yang mau keluar

negeri tersebut bahwa akan dilakukan pemeriksaan kesehatan. Kegiatan yang akan dilaksanakan adalah sebagai berikut : d). Seluruh orang tersebut dibagikan HAC untuk diisi dan diserahkan

kepada petugas KKP setelah melewati Thermoscanner e). Pemeriksaan suhu badan dengan cara semua orang tersebut

harus melewati thermoscanner yang dipasang sebelum pintu pemeriksaan tiket alat angkut. Bila terdeteksi suhu tubuhnya >38 C maka orang tersebut langsung dibawa ke poliklinik KKP yang berada di dekat Thermal Scanner untuk dilakukan anamnesa dan pemeriksaan fisik. Jika suspek (+) maka dirujuk ke RS Rujukan, dan barang yang dibawa dilakukan tindakan desinfeksi. Jika

Page 21: karantina_kesehatan

Modul Diklat Aparatur Pengelolaan Daerah Perbatasan-Badan Diklat Prov Kalbar

Halaman 21

Suspek (-) maka diobati oleh dokter KKP atau dirujuk ke Rumah Sakit. Jika hasil pemeriksaan dokter bukan penyakit menular dan bukan penyakit yang beresiko diperbolehkan melanjutkan perjalanan.

f). Apabila suhu tubuhnya < 38°C petugas menganalisa dan menyeleksi MAC yang telah dibagikan untuk mengetahui apakah ada riwayat kontak dan memiliki keluhan batuk, pilek, sakit tenggorokan dan sesak napas (1) Apabila terdeteksi memiliki keluhan batuk, pilek, sakit

tenggorokan dan sesak napas maka dibawa ke poliklinik KKP untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut. Jika hasil pemeriksaan dokter menyatakan suspek positif maka orang tersebut dirujuk ke RS Rujukan dengan menggunakan mobil evakuasi penyakit menular . Bila hasil pemeriksaan dokter menyatakan suspek negatif maka diobati oleh dokter KKP atau dirujuk ke Rumah Sakit.

(2) Yang tidak memiliki keluhan batuk, pilek, sakit tenggorokan dan sesak napas dan ada riwayat kontak maka orang tersebut dilakukan tindakan karantina selama 2 kali masa inkubasi dan pemberian profilaksis selama 20 hari di Asrama Karantina. Barang-barang yang dibawa oleh orang yang akan dikarantina dilakukan tindakan karantina.

(3) Yang tidak memiliki keluhan batuk, pilek, sakit tenggorokan dan sesak napas dan tidak ada riwayat kontak maka orang tersebut tersebut di perbolehkan melanjutkan perjalanan

(4) Sedangkan penumpang lain yang berada dalam satu kendaraan dengan orang kasus suspek maka orang tersebut dikarantina di asrama karantina.

g). Orang yang diperbolehkan melanjutkan perjalanan dibawakan kartu MAC nya.

h). Seluruh petugas yang melaksanakan tindakan kekarantinaan di wajibkan menggunakan APD lengkap dan diberikan profilaksis selatna 20 hari. Setiap shift petugas wajib membuat laporan secara tertulis dan melaporkan kepada komandan lapangan.

Petugas 1) Komandan lapangan adalah Administrator PLBD.

Penanggung Jawab Pemeriksaan Identitas adalah TNI. Penanggung jawab Pencarian Kontak dan Kasus adalah koordinator wilayah kerja PLBD KKP

2) Jumlah petugas setiap shift minimal terdiri dari : a). Petugas Penyuluh 4 orang per pintu masuk b). Petugas Thermoscanner 2 orang per pintu masuk c). Petugas analisa dan penyeleksi HAC 2 orang tiap counter. Tiap satu

thermoscanner memiliki 4 counter. d). Petugas poliklinik: 1 dokter, 2 perawat dan 1 supir mobil evakuasi

penyakit menular e). Pintu masuk: Setiap lintas sektor 1 orang Dalam sehari dibutuhkan

minimal 78 orang petugas yang terbagi menjadi 3 shift.

Page 22: karantina_kesehatan

Modul Diklat Aparatur Pengelolaan Daerah Perbatasan-Badan Diklat Prov Kalbar

Halaman 22

Sarana : a). Thermoscanner 1 buah per pintu masuk b). Counter 4 buah per pintu masuk c). Kursi 11 buah d). Poliklinik set e). Alat penyuluhan (leaflet, spanduk, poster,brosur) ATK f). Alat Komunikasi 4 set g). Kendaraan Operasional roda 2 & 4 h). Kartu Kewaspadaan (HAC) i). APD j). Obat-obatan k). Mobil evakuasi penyakit menular 2 unit per PLBD l). Megaphone 1 set per pintu masuk m). Desinfektan

Gambar 1

Page 23: karantina_kesehatan

Modul Diklat Aparatur Pengelolaan Daerah Perbatasan-Badan Diklat Prov Kalbar

Halaman 23

Catatan

Bila ternyata penumpang yang dicurigai telah selesai diperiksa di poliklinik KKP, dan ternyata hasilnya baik (aman), namun bus atau kendaraan umum sudah berangkat, maka calon penumpang tersebut harus dijamin untuk bisa berangkat pada angkutan umum berikutnya. Hal itu sepenuhnya dijamin oleh pemerintah. Oleh karena itu, mulai saat ini harus dipersiapkan suatu mekanisme dan koordinasi untuk mengatasi hal-hal tersebut. Misalnya, berupa legalitas, koordinasi dengan Ad-PLBD dan agen bus, travel, serta dukungan dana dari pemerintah. Asrama Karantina Kegiatan 1. Petugas karantina memantau suhu tubuh penumpang yang sakit 3 kali

sehari. 2. Jika suhu tubuhnya X38° C, orang tersebut dirujuk ke rumah sakit rujukan

dengan menggunakan mobil evakuasi penyakit menular. Selama masa karantina, penumpang yang sedang dikarantina dilarang menerima kunjungan dan meninggalkan asrama sampai masa karantina selesai.

3. Lamanya masa karantina 2 kali masa inkubasi atau 14 hari. 4. Orang yang dikarantina diberikan profilaksis selama 10 hari. Standar asrama karantina : 1. Terdapat paling sedikit lima kamar yang dilengkapi dengan tempat tidur. 2. Ada kamar mandi dan perlengkapan lainnya. 3. Ada ruangan perawat dan dokter yang terpisah dengan penumpang yang

dikarantina. 4. Setiap PLBD wajib memiliki asrama karantina. 5. Lokasi asrama karantina berada dalam wilayah PLBD II. Kegiatan Pengawasan DI PLBD

1. Pengawasan Kedatangan Terhadap Lalulintas Alat Angkut Berikut Orang Dan Barang Yang Datang Dari Daerah/Negara Wilayah Episenter Pandemi Influenza

Tentang pencegahan dari luar negeri khususnya di PLBD, harus

mengacu kepada kesepakatan kedua negara, mengingat bila jarak tempuh PLBD antar kedua negara yang sangat berdekatan, sehingga pengawasan sebaiknya cukup dilaksanakan satu kali saja di pintu keluar PLBD negara yang menjadi episenter.

Apabila masih sebatas episenter maka pengawasan kedatangan yang dilaksanakan di PLBD ditujukan terhadap semua alat angkut yang berasal dari PLBD yang punya akses langsung terhadap wilayah episenter. Teknis pengawasannya sifatnya mendukung/memperkuat pengawasan yang telah dilaksanakan di PLBD asal.

Page 24: karantina_kesehatan

Modul Diklat Aparatur Pengelolaan Daerah Perbatasan-Badan Diklat Prov Kalbar

Halaman 24

a. Persiapan Langkah ini dilakukan setelah ada informasi dari website WHO

dan/ atau instruksi dari IHR National Focal Point Indonesia (Dirjen PP & PL Depkes) bahwa di suatu negara sedang terjadi episenter pandemi influenza.

b. Pelaksanaan

Dilaksanakan setelah ada instruksi IHR National Focal Point Indonesia (Dirjen PP & PL Depkes) untuk melaksanakan pengawasan ketat terhadap kedatangan lalulintas alat angkut, orang dan barang yang datang dari negara wilayah episenter pandemi influenza. 1) Tujuan

Mencegah penyebaran penyakit influenza Pandemi dari negara wilayah episenter pandemi influenza melalui PLBD tersebut

2) Sasaran Alat angkut, orang dan barang yang datang dari negara wilayah episenter Pandemi influenza

3) Lokasi Terletak antara area netral dengan gedung pemeriksaan dokumen

4) Petugas pelaksana : a). Administrator PLBD KKP b). Imigrasi c). Bea Cukai POLRI TNI

5) Langkah - langkah kegiatan Kegiatan pengawasan terhadap kedatangan alat angkut,

orang dan barang yang datang dari daerah/negara wilayah episenter pandemi influenza sebagai berikut a). Alat angkut yang datang dari luar negeri berhenti dulu di lokasi

terbuka sesudah daerah bebas dan sebelum bangunan pemeriksaan dokumen.

b). Kemudian Petugas KKP yang ada di PLBD dengan menggunakan APD lengkap mendatangi alat angkut untuk memeriksa pengemudi dan penumpang, apakah ada orang yang sakit secara visual dan memeriksa dokumen.

Jika tidak ada penumpang yang tampak sakit, maka alat angkut dan penumpang diperbolehkan masuk ke bangunan pemeriksaan dokumen (bangunan PLBD harus steril) untuk menurunkan semua penumpang termasuk pengemudi dan kenek dan barangnya. a). Semua penumpang setelah turun dilakukan screening dengan

menggunakan thermal scanner dan pemeriksaan MAC yang sudah dibagikan di PLBD asal (seberangnya) Apabila ada yang tidak memiliki MAC maka dibagikan MAC untuk diisi oleh penumpang tersebut

b). Seluruh penumpang harus tetap berada di ruang tunggu tersebut sampai pemeriksaan terhadap seluruh penumpang dalam satu alat angkut tersebut dan pemeriksaan di poliklinik selesai.

Page 25: karantina_kesehatan

Modul Diklat Aparatur Pengelolaan Daerah Perbatasan-Badan Diklat Prov Kalbar

Halaman 25

c). Bila ada yang terdeteksi suhu tubuhnya >380 C maka orang tersebut langsung dibawa ke poliklinik KK untuk dilakukan anamnesa dan pemeriksaan fisik dan bila : (1) Tidak dinyatakan suspek

(a) Pasien tersebut diobati sesuai penyakitnya, bila perlu dirujuk ke RS

(b) Seluruh penumpang dalam satu alat angkut tersebut di ruang tunggu diperbolehkan melanjutkan perjalanan.

(2) Dinyatakan suspek (a) Bila ternyata suspek , maka kasus suspek tersebut di

rujuk ke RS Rujukan, barang yang dibawa dilakukan tindakan^ desinfeksi.

(b) Seluruh penumpang yang di ruang tunggu dari alat angkut tersebut dilakukan tindakan karantina di asrama karantina 2 kali masa inkubasi dan diberi profilaksis selama 20 hari sampai ada hasil laboratorium pasien tersebut, bila ternyata bukan influenza pandemi maka perlakuan karantina dihentikantermasuk pemberian profilaksis dihentikan, dan diperbolehkan melanjutkan perjalanan.

(c) Tetapi bila hasil laboratorium positif (konfirmasi) influenza pandemi maka karantina diteruskan sampai 2 kali masa inkubasi dan pemberian profilaksis dilanjutkan sampai 20 hari.

(d) Walaupun hat ini kemungkinan kecil sekali mengingat sudah dilaksanakan

(e) screening di lini 1 dan 2, tetap harus dilakukan screening sesuai SOP.

Jika ada penumpang/ pengemudi dan kenek yang tampak sakit/diduga suspek dalam alat angkut (a) Penumpang / pengemudi dan kondektur yang diduga

suspek dipakaikan masker, dibawa turun ke klinik KKP, dokter melakukan anamnesa dan pemeriksaanfisik. Jika dari hasil pemeriksaan dinyatakan suspek influenza pandemi, maka pasien tersebut dievakuasi dengan speed boat ambulans dan dirujuk ke RS Rujukan.

(b) Seluruh penumpang/pengemudi dan kenek lainnya dalam alat angkut tersebut dilakukan tindakan karantina di asrama karantina dan diberi profilaksis selama 20 hari sampai ada hasil lab pasien suspek,

(c) Bila ternyata bukan influenza pandemi maka perlakuan karantina terhadap seluruh penumpang dihentikan termasuk pemberian profilaksis dihentikan, diperbolehkan melanjutkan perjalanan.

(d) Tetapi bila positif (konfirmasi) maka karantina diteruskan sampai 2 kali masa inkubasi dan pemberian profilaksis dilanjutkan sampai 20 hari.

Page 26: karantina_kesehatan

Modul Diklat Aparatur Pengelolaan Daerah Perbatasan-Badan Diklat Prov Kalbar

Halaman 26

(e) Walaupun hal ini kemungkinan kecil sekali mengingat sudah dilaksanakan screening di lini 1 dan 2, maka harus tetap dilakukan screening sesuai dengan SOP.

(f) Seluruh petugas yang melaksanakan tindakan karantinaan diberikan profilaksis selama 20 hari

(g) Seluruh petugas yang bertugas menggunakan APD minimal masker dan sarung tangan

Gambar.2 Skema Operasional Pengawasan Kedatangan

Di Bandara, Pelabuhan ,PLBD

II.2 Pengawasan Keberangkatan Terhadap Lalulintas Alat Angkut

Berikut Orang Dan Barang Yang Datang Dari Daerah/Negara Terjangkit Influenza Pandemi

Apabila suatu negara sudah dinyatakan terjangkit influenza pandemi

(bukan episenter) maka semua alat angkut berikut penumpang dan barang seharusnya tidak boleh keluar dari negara tersebut, tetapi hal ini tergantung dari negara yang bersangkutan. Untuk rnencegah penyebaran influenza pandemi masuk ke negara kita maka seluruh PLBD harus melakukan pengawasan terhadap semua alat angkut dari negara terjangkit tersebut.

Tahapan kegiatan adalah persiapan, pelaksanaan dan monitoring - evaluasi.

Dari

daerah/Negara

Episenter

Suspek ( - )

Suspek ( +

)

Meneruskan

Perjalanan

Penumpang Lain

dan Crew/ABK

dikarantina

Hasil Lab

Bukan

Influenza P

Karantina

Influenza P

Karantina

Dihentikan

Karatina

Diteruskan

Page 27: karantina_kesehatan

Modul Diklat Aparatur Pengelolaan Daerah Perbatasan-Badan Diklat Prov Kalbar

Halaman 27

A. Persiapan Langkah ini dilakukan setelah ada informasi dari website WHO dan/ atau

instruksi dari IHR National Focal Point Indonesia (Dirjen PP & PL Depkes) bahwa di suatu daerah/ negara sedang terjangkit influenza pandemi. 1. Koordinasi

a. Kepala KKP menindak lanjuti pernyataan pemerintah melalui instruksi IHR National Focal Point Indonesia (Dirjen PP & PL Depkes) tersebut dengan melakukan koordinasi kepada Administrator PLBD sebagai pengendali fungsi koordinasi di PLBD untuk mengambil langkah pelaksanaan adanya pengawasan orang yang berasal daerah/negara yang terjangkit influenza pandemi.

b. Tujuan dari koordinsi tersebut agar masing-masing instansi terkait menjalankan tugasnya sesuai dengan kewenangan yang dimiliki.

c. Mekanisme koordinasi pada saat terjadi episenter pandemi influenza mengikuti standar operasional yang berlaku di PLBD seperti pada saat terjadi kegawatdaruratan.

d. Peran dan kewenangan masing-masing instansi perlu di pertegas dalam pelaksanaan penanggulangan terjadinya pandemi influenza di PLBD

e. Administrator PLBD dan Kantor Kesehatan PLBD secara terus menerus melakukan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan pengawasan lalu lintas alat angkut, orang, dan barang melalui PLBD terutama yang datang dari daerah / negara yang terjangkit influenza pandemi.

2. Perencanaan

Untuk pelaksanaan kegiatan Kepala KKP membuat perencanaan tentang kebutuhan yang diperlukan dalam hal logistik, tenaga, biaya operasional dan menyusun rencana aksi pelaksanaan adanya pengawasan orang yang berasal dari PLBD yang terjangkit influenza pandemi.

3. Penyediaan Sarana dan Prasarana

Penyediaan sarana prasarana meliputi : logistik, tenaga, dan biaya operasional yang diperlukan.

B. Pelaksanaan

Dilaksanakan setelah ada instruksi IHR National Focal Point Indonesia

(Dirjen PP & PL Depkes) untuk melaksanakan pengawasan ketat terhadap kedatangan lalulintas alat angkutberikut orang dan barang yang datang dari daerah/negara terjangkit influenza pandemi. 1. Tujuan

Mencegah penyebaran penyakit influenza Pandemi dari daerah/negara terjangkit influenza pandemi melalui PLBD tersebut

2. Sasaran Alat angkut berikut orang dan barangnya yang datang dari PLBDyang berada di daerah/negara terjangkit influenza pandemi

3. Lokasi Terletak antara area netral dengan gedung pemeriksaan dokumen 4. Petugas pelaksana :

Page 28: karantina_kesehatan

Modul Diklat Aparatur Pengelolaan Daerah Perbatasan-Badan Diklat Prov Kalbar

Halaman 28

a. Administratur b. PLBD c. KKP d. Imigrasi e. Bea Cukai f. POLRI

g. TNI AL

5. Langkah- langkah kegiatan Kegiatan pengawasan terhadap kedatangan alat angkut, orang dan

barang yang datang dari daerah/negara wilayah episenter pandemi influenza sebagai berikut a. Alat angkut yang datang dari luar negeri berhenti dulu di lokasi terbuka

sesudah daerah bebas dan sebelum bangunan pemeriksaan dokumen . b. Kemudian Petugas KKP yang ada di PLBD dengan menggunakan APD

lengkap mendatangi alat angkut untuk memeriksa pengemudi dan penumpang, apakah ada orang yang sakit secara visual dan memeriksa dokumen .

c. Seluruh penumpang/pengemudi dan kenek dari negara terjangkit harus dikarantina diasrama karantina Lamanya masa karantina ialah 2 kali masa inkubasi dan diberi profilaksis 20 hari.Danbilaadakasussuspekdirujuk ke RS rujukan dengan menggunakan mobil evakuasi penyakit menular

d. Bila selama di asrama karantina ditemukan kasus suspek, kasus suspek tersebut dirujuk ke RS rujukan, dan bila kasus suspek dan ternyata hasil lab ternyata positip (konfirmasi) influenza pandemi maka berakhirnya masa karantina ialah sampai 2 kali masa inkubasi terhitung dari kasus konfirm terahkir dan diberi profilaksis 20 hari.

e. Seluruh petugas yang melaksanakan tindakan kekarantinaan diberikan profilaksis selama 20 hari.

f. Seluruh petugas yang bertugas menggunakan APD minimal masker dan sarung tangan

C. Kegiatan Pengawasan Tindakan Karantina di Terminal Bus, Stasiun

Kereta Api Tindakan karantina di terminal bus, travel, dan stasiun kereta api

dilaksanakan dalam upaya mendukung, memperkuat, dan memperlancar pemeriksaan di bandara, pelabuhan, dan PLBD. Prinsip pengawasan di terminal bus, travel, dan stasiun kereta api adalah selektif dengan tidak menimbulkan kepanikan.

Yang dimaksud selektif ialah: 1. dekat dengan wilayah episenter pandemi influenza 2. memiliki akses langsung ke wilayah episenter pandemi influenza 3. sebagai pintu keluar pulau, negara 4. pengawasan hanya terhadap keberangkatan 5. prioritas pemeriksaan secara ketat ditujukan kepada kendaraan bus atau

kereta api yang akan bertujuan ke pintu keluar pulau atau luar negeri

Page 29: karantina_kesehatan

Modul Diklat Aparatur Pengelolaan Daerah Perbatasan-Badan Diklat Prov Kalbar

Halaman 29

(contohnya bus Damri Bandara di Jakarta) dan dilarang menaikkan penumpang di tengah perjalanarinya.

Tujuan umum

Terseleksinya semua orang, barang, dan alat angkut yang akan berangkat menggunakan bus, travel, dan kereta api yang berasal dari wilayah penanggulangan episenter dan pernah mengunjungi wilayah episenter dalam kurun waktu tujuh hari sebelumnya. Tujuan khusus

Mendukung, memperkuat, dan memperlancar pemeriksaan di bandara, pelabuhan, dan PLBD Lokasi pemeriksaan

Pintu sebelum masuk wilayah steril terminal bus dan stasiun kereta api. Penempatan wilayah steril berada di peron khusus bagi penumpang yang akan naik angkutan atau akan berangkat. Pengantar dilarang ikut masuk. Bentuk kegiatan 1. Pada dasarnya adalah pemeriksaan identitas (KTP/paspor) yang didahului

dengan penjelasan maksud dan tujuan pemeriksaan identitas tersebut kepada semua calon penumpang dalam bus atau kereta api yang akan berangkat.

2. Petugas memeriksa ada atau tidaknya orang yang berasal dari wilayah penanggulangan atau pernah singgah tujuh hari sebelumnya.

3. Bila ditemukan orang yang berasal dari wilayah penanggulangan, akan dilakukan tindakan pengembalian orang tersebut ke wilayah penanggulangan dengan didampingi TNI/Polri.

4. Bila ditemukan orang yang bukan berasal dari daerah episenter, tetapi pernah singgah atau mengunjungi wilayah episenter 7 hari sebelumnya (sebelum dilakukan penutupan wilayah), orang tersebut harus dikarantina.

5. Penumpang lain yang sudah terlanjur berada dalam satu kendaraan dengan orang yang berasal dari wilayah penanggulangan atau pernah singgah di daerah tersebut, orang tersebut juga harus dikarantina. Disamping itu, kendaraan (bus, gerbong kereta api) yang telah dimasuki penumpang berisiko tersebut harus dikosongkan dari penumpang untuk didesinfeksi oleh petugas KKP. Barang bawaan juga desinfeksi, Semua makanan/minuman bawaan dalam kendaraan tersebut harus dimusnahkan.

6. Untuk menghindari kejadian yang sangat merugikan orang lain tersebut, seluruh petugas harus melaksanakan pemeriksaan secara ketat sesuai prosedur sebelum masuk wilayah steril

7. Orang yang akan dikembalikan ke wilayah penanggulangan dan yang akan dikarantina harus menggunakan APD (masker bedah 2 lapis). Hal ini berlaku pula untuk petugas yang mengantarnya.

8. Tempat karantina (asrama karantina) harus disiapkan sebelumnya. 9. Petugas KKP harus melakukan surveilans terhadap semua orang yang akan

memasuki wilayah PLBD untuk mengetahui ke mana saja orang tersebut telah melakukan perjalananan sebelumnya.

Page 30: karantina_kesehatan

Modul Diklat Aparatur Pengelolaan Daerah Perbatasan-Badan Diklat Prov Kalbar

Halaman 30

10. Petugas menggunakan alat pelindung diri minimal masker dan sarung tangan.

11. Bus yang sudah dinyatakan aman akan diberi surat keterangan dengan lampiran daftar penumpang saat berangkat. Khusus untuk bus atau kereta api yang akan langsung ke pintu keluar pulau atau luar negeri dilarang menaikkan penumpang dalam perjalanannya.