Karakteristik Spektroskopi 5 Rempah Dengan Menggunakan Spektofotometer Uv Vis

10
Karakterisasi Spektroskopi 5 Jenis Rempah Menggunakan Spektofotometer UV Vis Tatang Gunawan 1 , Nurul Qomariah 2 dan Ratih Widyaningtyas 3 1,2,3 Departemen Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor, Bogor, Indonesia ABSTRAK Kami melaporkan nilai absorbansi, transmitansi dan fluorosence dari ekstrak daun jeruk purut (Citrus hystrix), daun pandan (Pandanus amaryllifolius), daun salam (Eugenia polyantha), kayu manis (Cinnamomum verum) dan daun serai (Cymbopogon citratus) menggunakan alat spektofotometer UV-Vis yang terlebih dahulu dipreparasi menggunakan stirer dengan memberikan aquades sebanyak 250 ml dengan kecepatan 250 rpm pada suhu 60°C selama 30 menit kemudian larutan tersebut disaring. Dari hasil pengujian spektroskopi didapatkan nilai absorbansi rata-rata ekstrak daun jeruk purut, daun pandan, daun salam, kayu manis dan daun serai berturut-turut 0,62%; 0,91%; 0,26%; 0,15%; 0,27%. Nilai transmitansi berturut-turut 37%; 19%; 70%; 65%; 64% dan nilai fluorosencenya berturut-turut 1.392 Watt/m 2 ; 1.473 Watt/m 2 ; 400 Watt/m 2 ; 97 Watt/m 2 ; 400 Watt/m 2 . Fluorosence nampak pada panjang gelombang 500 nm yang mengindikasikan emisi spektrum hijau dari klorofil. Kata kunci : rempah, absorbansi, transmitansi, fluorosence I. PENDAHULUAN Meningkatnya keinginan masyarakat untuk menggunakan bahan alam atau “Back to nature”, ditanggapi dengan banyaknya produk-produk tropikal berbahan aktif tanaman untuk perawatan kesehatan, kosmetik dan pencegahan penyakit (Calixto 2000, Sari & Isadiartuti 2006). Saat ini perhatian dunia tertuju pada bagaimana cara mengekstraksi dan mengisolasi komponen aktif dari tanaman untuk pengobatan herbal (Essawi dan Strour 2000). Kemudian berkembang bagaimana menjadikan pengobatan herbal tersebut praktis dan aman yang tetap menggabungkan antara budaya tradisional dan ketentuan farmasi (Elvin-Lewis, 2001). Sehingga belakangan ini banyak bermunculan berbagai produk herbal dengan bentuk sediaan pil, kapsul, serbuk, sirup, celup, hingga makanan dan minuman fungsional. Menurut (Sastroamidjo 1997), Indonesia memiliki jenis tanaman obat yang banyak ragamnya. Jenis tanaman yang termasuk dalam kelompok tanaman obat mencapai lebih dari 1000 jenis, salah satunya yaitu daun jeruk purut (Citrus hystrix), daun pandan (Pandanus amaryllifolius), daun salam (Eugenia polyantha), kayu manis (Cinnamomum verum) dan daun serai (Cymbopogon citratus). Daun Jeruk purut (Citrus hystrix) telah lama dikenal masyarakat luas sebagai penyedap dalam masakan, pembuatan kue atau dibuat manisan. Daun jeruk purut berkhasiat sebagai stimulan dan penyegar. Daun jeruk purut mengandung minyak atsiri, flavonoid, saponin dan tanin. Minyak atsiri dalam daun jeruk purut antara lain sitronela, sitronelol, dan lemonene.

description

a

Transcript of Karakteristik Spektroskopi 5 Rempah Dengan Menggunakan Spektofotometer Uv Vis

Page 1: Karakteristik Spektroskopi 5 Rempah Dengan Menggunakan Spektofotometer Uv Vis

Karakterisasi Spektroskopi 5 Jenis Rempah Menggunakan

Spektofotometer UV Vis

Tatang Gunawan1, Nurul Qomariah2 dan Ratih Widyaningtyas3

1,2,3Departemen Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,

Institut Pertanian Bogor, Bogor, Indonesia

ABSTRAK

Kami melaporkan nilai absorbansi, transmitansi dan fluorosence dari ekstrak daun jeruk

purut (Citrus hystrix), daun pandan (Pandanus amaryllifolius), daun salam (Eugenia

polyantha), kayu manis (Cinnamomum verum) dan daun serai (Cymbopogon citratus)

menggunakan alat spektofotometer UV-Vis yang terlebih dahulu dipreparasi menggunakan

stirer dengan memberikan aquades sebanyak 250 ml dengan kecepatan 250 rpm pada suhu

60°C selama 30 menit kemudian larutan tersebut disaring. Dari hasil pengujian spektroskopi

didapatkan nilai absorbansi rata-rata ekstrak daun jeruk purut, daun pandan, daun salam, kayu

manis dan daun serai berturut-turut 0,62%; 0,91%; 0,26%; 0,15%; 0,27%. Nilai transmitansi

berturut-turut 37%; 19%; 70%; 65%; 64% dan nilai fluorosencenya berturut-turut 1.392

Watt/m2; 1.473 Watt/m2; 400 Watt/m2; 97 Watt/m2; 400 Watt/m2. Fluorosence nampak pada

panjang gelombang 500 nm yang mengindikasikan emisi spektrum hijau dari klorofil.

Kata kunci : rempah, absorbansi, transmitansi, fluorosence

I. PENDAHULUAN

Meningkatnya keinginan masyarakat untuk menggunakan bahan alam atau “Back to

nature”, ditanggapi dengan banyaknya produk-produk tropikal berbahan aktif tanaman untuk

perawatan kesehatan, kosmetik dan pencegahan penyakit (Calixto 2000, Sari & Isadiartuti

2006). Saat ini perhatian dunia tertuju pada bagaimana cara mengekstraksi dan mengisolasi

komponen aktif dari tanaman untuk pengobatan herbal (Essawi dan Strour 2000). Kemudian

berkembang bagaimana menjadikan pengobatan herbal tersebut praktis dan aman yang tetap

menggabungkan antara budaya tradisional dan ketentuan farmasi (Elvin-Lewis, 2001).

Sehingga belakangan ini banyak bermunculan berbagai produk herbal dengan bentuk sediaan

pil, kapsul, serbuk, sirup, celup, hingga makanan dan minuman fungsional. Menurut

(Sastroamidjo 1997), Indonesia memiliki jenis tanaman obat yang banyak ragamnya. Jenis

tanaman yang termasuk dalam kelompok tanaman obat mencapai lebih dari 1000 jenis, salah

satunya yaitu daun jeruk purut (Citrus hystrix), daun pandan (Pandanus amaryllifolius), daun

salam (Eugenia polyantha), kayu manis (Cinnamomum verum) dan daun serai (Cymbopogon

citratus).

Daun Jeruk purut (Citrus hystrix) telah lama dikenal masyarakat luas sebagai penyedap

dalam masakan, pembuatan kue atau dibuat manisan. Daun jeruk purut berkhasiat sebagai

stimulan dan penyegar. Daun jeruk purut mengandung minyak atsiri, flavonoid, saponin dan

tanin. Minyak atsiri dalam daun jeruk purut antara lain sitronela, sitronelol, dan lemonene.

Page 2: Karakteristik Spektroskopi 5 Rempah Dengan Menggunakan Spektofotometer Uv Vis

Kandungan minyak atsiri dalam daun jeruk purut ini diduga kuat memiliki efek sebagai

repellent khususnya terhadap nyamuk Culex sp. (Affandi 2013).

Daun pandan atau daun pandan wangi (Pandanus amarylifolius) selain digunakan

sebagai rempah-rempah, memiliki fungsi sebagai bahan baku pembuatan minyak wangi.

Menurut (Rohmawati 1995) daun pandan mengandung senyawa pahit berupa polifenol,

flavonoid, saponin, dan alkaloid. Sementara (Jhonny 1991) juga menyebutkan bahwa

kandungan zat kimia dalam daun pandan adalah alkaloid, saponin, flavonoid, tanin, dan

polifenol. (Guzman & Siemosna 1999) mengemukakan bahwa daun pandan sedikit

mengandung minyak atsiri (beberapa ppm), terdiri dari 6-42% hidrokarbon seskuiterpen dan

6% merupakan linalool hanya sebagai monoterpen.

Tanaman Salam (Eugenia polyantha) kering mengandung sekitar 0,17% minyak

esensial, dengan komponen penting eugenol dan metil kavikol (methyl chavicol). Ekstrak

etanol dari daun salam menunjukkan efek antijamur dan antibakteri, sedangkan ekstrak

metanolnya merupakan anticacing, khususnya pada nematoda kayu pinus Bursaphelenchus

xylophilus. Kandungan kimia yang dikandung tumbuhan ini adalah minyak atsiri, tannin, dan

flavonoida (de Guzman 1999). Ekstrak daun salam 3x250 mg/hari menunjukkan

kecenderungan dapat menurunkan kadar gula darah puasa dan 2 jam setelah makan terutama

pada kadar gula darah di bawah 200 mg/dL walaupun secara statistik perbedaannya tidak

signifikan (Suganda 2005).

Pohon kayu manis (Cinnamomum verum) selain digunakan sebagai rempah, hasil

olahannya seperti minyak atsiri dan oleoresin banyak dimanfaatkan dalam industri-industri

farmasi, kosmetik, makanan, minuman, rokok, dan lain lain. Nilai utama kayu manis terdapat

pada bagian kulit dari batang, cabang serta ranting yang mengandung saponin, tanin dan

minyak atsiri, terutama sinamaldehid (60-75%), eugenol (4-18%) dan sisanya kamfer, safrol,

sinamilasetat, terpen, sineol, sitral, sitronelal, polifenol serta benzaldehid (Suherdi 1999 &

Noorhamdani dkk 2011). Berdasarkan penelitian (Nely 2007), konsentrasi polifenol tertinggi

adalah kayu manis pasar sebesar 131.24 mg asam galat/g bahan kering dan pabrikan 475.49

mg asam galat/g bahan kering diikuti oleh biji pala, lada hitam, sampel rempah pasar lainnya.

Serai (Cymbopogon citratus) adalah salah satu tanaman penghasil minyak atsiri.

Minyak asiri banyak digunakan dalam industri parfum dan kosmetik serta digunakan untuk

sintesis senyawa kimia karena kandungan citral-nya yang tinggi (Rauber dkk 2005). Minyak

asiri mengandung berbagai komponen aktif seperti antibacterial (Wannissorn dkk 2005),

antifungal (Nakamura dkk 2004), antiviral (Bishop 1995), antitoxigenic (Juglal dkk 2002), dan

antiprotozoal (Holetz dkk 2003, Ueda-Nakamura dkk 2006). Pada masyarakat Indonesia, serai

dikenal dengan julukan West Indian Lemongrass dan pada umumnya digunakan sebagai

campuran bumbu dapur serta rempah-rempah karena mempunyai aroma yang khas seperti

lemon. Aroma ini diperoleh dari senyawa sitral yang terkandung dalam minyak atsiri serai

(Guenter 1948). Dalam dunia medis tanaman ini digunakan untuk obat sakit kepala dan

gangguan gastrointestinal, serta di beberapa negara digunakan untuk mengobati demam (Melo

dkk 2000).

Salah satu parameter penting dari sebuah bahan adalah konsentrasi. Konsentrasi

berkaitan erat dengan efektivitas satu zat dalam melakukan fungsinya. Sebagai contoh

beberapa penelitian lain tentang tanaman serai menunjukan adanya manfaat dari minyak serai

seperti memiliki persentase mortalitas mencapai 98% untuk konsentrasi 10%, 5%, 2%, dan

Page 3: Karakteristik Spektroskopi 5 Rempah Dengan Menggunakan Spektofotometer Uv Vis

1% serta 94% untuk konsentrasi 0,75%. Bukan hanya itu, konsentrasi 0,5% minyak serai

memiliki kemampuan yang setara dengan kemampuan membunuh minyak nimba pada

konsentrasi 10% (Adnyana 2012) . Minyak atsiri serai dengan konsentrasi di bawah 1% dapat

menekan pertumbuhan jamur Aspergillus sp. secara invitro. Senyawa yang diduga sebagai

antijamur terhadap Aspergillus sp. adalah α-citral (geraniol) dan β-citral (netral) (Ella dkk

2013). Hasil penelitian (Sumono & Agustin, 2009) memperlihatkan bahwa kemampuan air

rebusan daun salam dapat menurunkan jumlah bakteri Streptococcus sp dan dapat diaplikasikan

sebagai obat kumur. Makin tinggi konsentrasi air rebusan daun salam maka kolon bakteri

Strpectoccocus sp semakin sedikit.

Hal ini mengindikasikan bahwa dengan melihat karakteristik spektroskopi kita dapat

mengetahui lebih jauh apa yang terjadi pada daun salam sehingga dapat menjadi obat kumur

yang baik. Salah satu cara untuk mengamati konsentrasi dari suatu bahan adalah dengan

mengukur absorbansi, transmitansi dan fluorosencenya (Purmaningtyas & Prihantini, 2012).

Pada penelitian ini akan dilihat absorbansi, transmitansi dan fluoresens dari ekstrak daun jeruk

purut (Citrus hystrix), daun pandan (Pandanus amaryllifolius), daun salam (Eugenia

polyantha), kayu manis (Cinnamomum verum) dan daun serai (Cymbopogon citratus)

menggunakan spektofotometer UV Vis.

II. METODELOGI

2.1 Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah ekstrak daun jeruk purut (Citrus

hystrix), daun pandan (Pandanus amaryllifolius), daun salam (Eugenia polyantha), kayu manis

(Cinnamomum verum) dan daun serai (Cymbopogon citratus) dalam bentuk celup; aquades dan

air. Peralatan yang digunkan adalah botol untuk menampung larutan aquades dan ekstrak 5

rempah-rempah, gelas ukur, stirer dan magnetic stirer, pivet, cuvet, Spectophometer UV Vis

dengan USB 4000 dan 4000 FL, Light source sebuah senter UV dan laser He-Ne, komputer

dan Software Spectrosuite.

2.2 Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilakukan di laboratorium Biofisika Material Departemen Fisika, FMIPA

IPB untuk proses preparasi larutan ekstrak 5 rempah-rempah dan laboratorium Spektroskopi

departemen Fisika, FMIPA IPB untuk pengujian absorbansi, transmitasi dan fluorosence.

2.3 Prosedur Penelitian

2.3.1 Preparasi Larutan Ekstrak 5 Rempah-Rempah

Pembuatan larutan dari ekstrak 5 rempah-rempah adalah dengan menggunakan stirer.

Kelima sampel tersebut diletakan kedalam labu erlemenyer lalu diberi aquades sebanyak 250

ml setelah itu di stiring dengan kecepatan 250 rpm pada suhu 60°C selama 30 menit.

Kemudian kelima larutan tersebut disaring agar tidak terdapat serat-serat pada larutan ekstrak

daun rempah tersebut.

2.3.2 Uji Absorbansi dan Transmitansi

Langkah awal nyalakan komputer dan buka program spectrosuite kemudian set pelaratan

spectophotometer sesuai gambar 1. Hubungkan USB 4000 dengan komputer melalui kabel

Page 4: Karakteristik Spektroskopi 5 Rempah Dengan Menggunakan Spektofotometer Uv Vis

persambungan. Kemudian hubungkan USB 4000 dengan cuvet holder melaui kabel fiber optik.

Hubungkan juga cuvet holder dengan Light source UV melalui kabel fiber optik.

Gambar 1. Set Up Pengujian Absorbansi dan Transmitansi

Bersihkan cuvet dengan air aquades dan pastikan bagian bening (lapisan luar)nya bersih (dapat

dilap dengan tisu). Pipet larutan ekstrak 5 rempah-rempah ke dalam cuvet sampai ¾ penuh. Isi

juga sebuah cuvet lain dengan aquades sampai ¾ penuh. Nyalakan program spectrosuite dan

Light source UV. Set program spectrosuite dengan Spectra Averaged: 10 dan Boxcar

Smoothing: 10. Kalibrasi spectophotometer dengan mengukur keadaan gelap dan terang.

Keadaan gelap yaitu keadaan dimana tidak ada sinar UV masuk sedangkan keadaan terang

adalah keadaan saat sinar UV masuk menembus pelarut aquades pada cuvet sehingga yang

terbaca adalah nilai absorbansi dan transitansi dari ekstrak 5 rempah-rempah. Kemudian

letakan cuvet berisi larutan ekstrak rempah-rempah ke dalam cuvet holder dan hitung

absorbansi dan transmitansi sampel dengan mengklik menu absorbansi dan transmitansi. Lalu

simpan data.

2.3.3 Uji Fluorosence

Gambar 2. Set Up Pengujian Fluorosence

USB 4000 Komputer

Kabel sambungan

komputer dan USB 4000

Kabel fiber optik

Cuvet holder

cuvet

Kabel fiber optik

Light source

UV

USB 4000 Komputer

Kabel sambungan

komputer dan USB 4000

Kabel fiber optik

Cuvet holder

cuvet

Light source laser

90o

Page 5: Karakteristik Spektroskopi 5 Rempah Dengan Menggunakan Spektofotometer Uv Vis

Untuk pengukuran fluorosence prosedurnya hampir sama dengan pengukuran

absorbansi dan transmitansi sampel. Perbedaanya terletak pada Light source yang dipakai

adalah laser He-Ne, USB yang digunakan yaitu USB 4000 FL dan setting Light source laser

He-Ne langsung ditembakan pada cuvet holder tanpa melalui kabel fiber optik. Hal ini

dilakukan agar mendapatkan data fluorosence yang bagus dan tidak banyak noise yang timbul

dalam data. Penempatan Light source laser He-Ne dan USB 4000 membentuk sudut 90o.

Kemudian ukur fluorosence dengan mengklik menu fluorosence. Lalu simpan data.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Uji Absorbansi

Gambar 1. Grafik Panjang gelombang vs. Absorbansi daun jeruk purut (Citrus hystrix), daun

pandan (Pandanus amaryllifolius), daun salam (Eugenia polyantha), kayu manis

(Cinnamomum verum) dan daun serai (Cymbopogon citratus).

Daun Jeruk Purut Daun pandan

Daun salam Kayu manis

Daun serai

Page 6: Karakteristik Spektroskopi 5 Rempah Dengan Menggunakan Spektofotometer Uv Vis

3.2 Uji Transmitansi

Gambar 2. Grafik Panjang gelombang vs. Transmitansi daun jeruk purut (Citrus hystrix), daun

pandan (Pandanus amaryllifolius), daun salam (Eugenia polyantha), kayu manis

(Cinnamomum verum) dan daun serai (Cymbopogon citratus).

Daun Jeruk Purut Daun Pandan

Daun Salam Kayu manis

Daun serai

Page 7: Karakteristik Spektroskopi 5 Rempah Dengan Menggunakan Spektofotometer Uv Vis

3.3 Uji Fluorosence

Gambar 3. Grafik Panjang gelombang vs. Fluorosence daun jeruk purut (Citrus hystrix), daun

pandan (Pandanus amaryllifolius), daun salam (Eugenia polyantha), kayu manis

(Cinnamomum verum) dan daun serai (Cymbopogon citratus).

Dari hasil pengujian spektroskopi didapatkan nilai absorbansi rata-rata ekstrak daun jeruk

purut, daun pandan, daun salam, kayu manis dan daun serai berturut-turut 0,62%; 0,91%;

0,26%; 0,15%; 0,27% dan nilai transmitansi berturut-turut 37%; 19%; 70%; 65%; 64%. Setelah

terlebih dahulu dipreparasi menggunakan stirer dengan memberikan aquades sebanyak 250 ml

dengan kecepatan 250 rpm pada suhu 60°C selama 30 menit kemudian larutan tersebut

disaring didapatkan ekstrak kayu manis memiliki kepekatan paling rendah dengan warna

bening cokelat sehingga memiliki nilai absorbansi paling rendah dan daun pandan memiliki

kepekatan tertinggi dengan warna kuning pekat.

Page 8: Karakteristik Spektroskopi 5 Rempah Dengan Menggunakan Spektofotometer Uv Vis

Pembacaan nilai fluorosence nampak pada panjang gelombang 500 nm yang

mengindikasikan emisi spektrum hijau dari klorofil. Dari hasil fluorosence Kulit kayu tidak

memiliki klorofil sehingga nilai fluorosencenya kecil yaitu 97 Watt/m2 sementara semua

rempah golongan daun yaitu daun jeruk purut, daun pandan, daun salam dan daun serai

memiliki klorofil. Daun sirih dan daun pandan memiliki fluorosence yang sama sebesar 400

Watt/m2 sedangkan nilai fluorosence tertinggi dimiliki oleh daun jeruk purut dan daun pandan

sebesar 1.392 Watt/m2 dan 1.473 Watt/m2.

Kedepannya dengan mengetahui nilai absorbansi dan transmitansi dari rempah-rempah

maka kita dapat memprediksi seberapa pekatkah atau seberapa lamakah pemanasan satu

rempah-rempah ketika direbus atau dilarutkan agar kandungan dari bahan-bahan bioaktifnya

bekerja. Penelitian (Sumono & Agustin, 2009) memperlihatkan bahwa kemampuan air rebusan

daun salam dapat menurunkan jumlah bakteri Streptococcus sp dan dapat diaplikasikan sebagai

obat kumur. Makin tinggi konsentrasi air rebusan daun salam maka kolon bakteri

Strpectoccocus sp semakin sedikit. Hal ini mengindikasikan bahwa ada zat aktif di dalam daun

salam bekerja ketika larutannya lebih pekat. Hal serupa terlihat dari penelitian minyak atsiri

serai dengan konsentrasi di bawah 1% dapat menekan pertumbuhan jamur Aspergillus sp.

secara invitro. Senyawa yang diduga sebagai antijamur terhadap Aspergillus sp. adalah α-citral

(geraniol) dan β-citral (netral) (Ella dkk 2013). Hasil mungkin berbeda jika suhu ketika stirer

dinaikan.

IV. KESIMPULAN

Dari hasil pengujian spektroskopi didapatkan nilai absorbansi rata-rata ekstrak daun

jeruk purut, daun pandan, daun salam, kayu manis dan daun serai berturut-turut 0,62%; 0,91%;

0,26%; 0,15%; 0,27%. Nilai transmitansi berturut-turut 37%; 19%; 70%; 65%; 64% dan nilai

fluorosencenya berturut-turut 1.392 Watt/m2; 1.473 Watt/m2; 400 Watt/m2; 97 Watt/m2; 400

Watt/m2. Fluorosence nampak pada panjang gelombang 500 nm yang mengindikasikan emisi

spektrum hijau dari klorofil. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dan spesifik tentang

hubungan karakteristik spektroskopi dengan senyawa yang ada pada rempah-rempah secara

langsung agar dapat terlihat, misalnya kita absorbansinya sekian apakah lebih bekerja atau

tidak (variasi konsentrasi).

REFERENSI

Adnyana, I Gede Sila dkk. 2012. Efikasi Pestisida Nabati Minyak Atsiri Tanaman

TropisTerhadap Mortalitas Ulat Bulu Gempinis. Universitas Udayana. URL:

http://ojs.unud.ac.id/index.php/JAT/article/view/1131. Diakses pada 14-01-20134.

Affandi, M. Thoriq 2013. Uji Efektifitas Ekstrak Daun Jeruk Purut (Citrus hystrix) Sebagai

Pengusir (repellent) terhadap Nyamuk Culex sp. Dengan Metode Gelang Penolak

[skripsi]. Malang: Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya.

Bishop C. D. 1995. Antiviral activity of The essential oil of Melaleuca alternifolia (Maiden

Betche Cheek (tes Three) againtest tabacco mosaic virus. J. Essent. Oil Res. 7: 641-644.

Calixto J.B. 2000. Efficacy, Safety, quality Control, marketing and regulator guidelines for

Page 9: Karakteristik Spektroskopi 5 Rempah Dengan Menggunakan Spektofotometer Uv Vis

herbal medicines (phytotherapeutic agents). Braz. J. Med. Biol. Res. 33: 179-189.

De Guzman, C.C. and J.S. Siemonsma (eds.). 1999. Plant Resources of South_East Asia 13:

Spices. PROSEA. Bogor. ISBN 979-8316-34-7. pp. 218-219

Ella, Maria Ulfa dik. 2013. Uji Efektivitas Konsentrasi Minyak Atsiri Sereh Dapur

(Cymbopogon Ciratus (DC) Stapf) terhadap Pertumbuhan Jamur Aspergillus sp. secara In

Vitro. E-Jurnal Agroekoteknologi Tropika. Vol. 2, No. 1, Januari 2013.

Elvin-Lewis M. 2001. Should we be concerned about herbal remedies. J. Ethnopharmacol. 75:

141-167.

Essawi & Srour M. 2000. Screening of Some Palestinin medisinal plants for antibacterial

activity. J.Ethnopharmacol. 70: 343-349.

Guzman CC and Siemosma SS., 1999. Plant Resources Of South-East Asiano.13, spices.

Netherland : Backhuys Publisher, Leiden.

Guenther, Ernest. 1948. The Essential Oil Vol.4 (Minyak Atsiri, terjemahan Ketaren, pokok

bahasan: Serai). Universitas Indonesia Press. Jakarta.

Holetz F.B., Ueda-Nakamura T., Dias Filho B.P., Cortez D. A. G., Morgando-Diaz J.A.,

Nakamura C.V. 2003. Effect of esential oil of Ocimum gratissumon the Trypanosomatid

Herpetomonas samuelpessoai. Acta Protozool. 42: 269-276.

Jhonny. 1991. Karakterisasi Simplisa Ekstrak Etanol Daun Pandan Wangi [Skripsi]. Medan:

Fakultas Matematika dan Ilm Pengetahuan Alam, Universitas Sumatra Utara.

Juglal S., Govinden R., Doyle R.J. 1996. Lectin-parasite interaction. Parasitol. Today 12: 55-

61.

Melo S.F., Soares S.F., Costa R.F., Silva C.R., Oliveira M.B.N., Bezerra R.J.A.C., Caldeira-

de-Araujo A., Bernardo-Filho M. 2011. Efeect of The Cymbopogon citratus, Maytenus

ilicifolia and Baccharis genistelloides extracts against The stannous chloride oxidative

damage in Eschericia coli. Mutat. Res. 496: 33-38.

Nakamura C.V., Ishida K., Faccin L.C ., Dias Filho B.P., Cortez D. A. G., Rozental S., De

Souza W W., Ueda-Nakamura T. 2004. Invitro activity of esential Oil from Ocimum

gratissum L. against for Candida spesies. Res. Microbial. 155: 579-586.

Nely, Fany. 2007. Aktivitas Antioksidan Rempah Pasar dan Bubuk Rempah Pabrik Dengan

Metode Polifenol dan Uji Aom (Active Oxygen Method) [skripsi]. Bogor: Ilmu dan

Teknologi Pangan,Institut Pertanian Bogor.

Noorhamdani dkk. 2011. Uji Ekstrak Etanol Kulit Kayu Manis (Cinnamomum burmannii)

sebagai Antifungi terhadap Candida albicans secara In Vitro. [terhubung berkala]

http://old.fk.ub.ac.id/artikel/id/filedownload/kedokteran/Irene%20Herdianto.pdf (8

Januari 2014).

Rauber C.S., Gutteres S., Schapoval E.E.S. 2005. LC determinatif of Citra in Cymbopogon

citratus volatil Oil. J. Pharm. Biochem. Analysis 37: 597-601.

Page 10: Karakteristik Spektroskopi 5 Rempah Dengan Menggunakan Spektofotometer Uv Vis

Rohmawati. 1995. Uji Fitokimia Ekstrak Daun Pandan Wangi[Skripsi]. Medan: Fakultas

Matematika dan Ilm Pengetahuan Alam, Universitas Sumatra Utara.

Sari, Retno & Isadiartuti. 2006. Studi efektivitas sediaan gel antiseptik tangan ekstrak daun

sirih (Piper betle Linn.). Majalah Farmasi Indonesia. 17(4), 163-169, 2006.

Sastroamidjo, S. 1997. Obat Asli Indonesia. Dian Rakyat: Jakarta.

Suganda AG. et al. 2005. Pengembangan Daun Salam (Syzigium polyanthi) menjadi

Fitofarmaka sebagai Penurun Kadar Gula. Laporan Penelitian Badan Pengawas Obat dan

Makanan

Suherdi. 1999. Kajian produksi kulit kayu manis dari berbagai tinggi tempat di Sumatera Barat.

Prosiding seminar penelitian tanaman rempah dan obat Sub Balitto Solok.

Agus, Sumono & Agustin, Wulan SD. 2009. Kemampuan Air Rebusan Daun Salam (Eugenia

polyantha W) Dalam Menurunkan Jumlah Koloni Bakteri Spectroccocus sp. Majalah

Farmasi Indonesi, 20 (3), 112-117, 2009.

Ueda-Nakamura T., Mendonca-Filho R. R., Morgando-Diaz. J. A., Maza P. K., Dias Filho B.P.,

Cortez D.A.G., Alviano D.S., Rosa M.S.S., Lopes A.H. C.S., Alviano C.S., Nakamura

C.V. 2006. Antileishmanial activity of eugenol-rich essential Oil from Ocium

gratissuimum. Parasitol. Int. 55: 99-105.

Purnamaningsih, Retno W & Prihantini, Nining B. 2012. Improved Optical Probe for

Measuring Phytoplankton Suspension Concentrations Based on Optical Fluoresence

and Absorbation. Makara, Teknologi, Vol.16, No.2, November 2012: 116-120.

Wallace F.G. 1996. The trypanosomatid parasites of insect and arachnids. Expl Parasitol. Int.

55: 99-105.

Wannissorn B., Jarikasen S., Siriwangchai T., Thubthimthed S. 2005. Antibacterial properties

of esential Oil from Thai medisinal plants. Fitoterapia 76: 233-236.