Karakteristik Lahan Untuk Pertanaman Padi Gogo

download Karakteristik Lahan Untuk Pertanaman Padi Gogo

of 15

description

karakteristik lahan

Transcript of Karakteristik Lahan Untuk Pertanaman Padi Gogo

KARAKTERISTIK LAHAN UNTUK PERTANAMAN PADI GOGO

Padi sebagai tanaman pokok nasional dan merupakan tanaman utama yang dikonsumsi oleh sebagian besar masyarakat Indonesia dan produksinya dengan berbagai upaya ektensifikasi dan intensifikasi. Upaya peningkatan produksi padidi berbagai daerah umumnya difokuskan pada area atau lahan dengan fasilitas irigasi yaitu padi sawah dimana ketersediaan air selalu tersedia sepanjang musim. Namun demikian, tingkat produksinya masih belum memenuhi kebutuhan nasional dan bahkan terjadi kekurangan akibat serangan hama dan penyakit, kekeringan, dan bencana alam seperti banjir. Prioritas petani untuk bertanam padi, pertama akan memilih lahan sawah irigasi, prioritas kedua adalah lahan sawah tadah hujan (gogo rancah) dan berikutnya baru lahan kering untuk pertanaman padi gogo, prioritas tersebut berdasarkan pada kemudahan cara budidaya, ketersediaan air dan tingkat produksi yang akan dicapai. Bila petani selain memiliki lahan kering juga memiliki lahan sawah, maka lahan keringnya lebih banyak ditanami palawija yang bisa dijual cepat untuk memperoleh uang tunai guna keperluan rumah tangganya. sedangkan untuk kepentingan pengadaan beras, petani lebih mengandalkan pertanaman padi sawahnya. bagi petani yang tidak memiliki lahan sawah atau lahan sawahnya terbatas, maka pada lahan kering yang dimilikinya akan diusahakan padi gogo. dengan kata lain, pertanaman padi gogo lebih diarahkan untuk memenuhi kepentingan konsumsi rumah tangga petani.Untuk mengantisipasi kondisi di atas maka pengembangan produksi padi gogo perlu mendapatkan perhatian serius. Rata-rata produktivitas padi gogo 2,56 ton ha-1, jauh di bawah produktivitas padi sawah 4,57 ton ha-1. Luas total daratan Indonesia 188,2 juta ha dan 148 juta ha diantaranya merupakan lahan kering (Mulyani, 2006). Potensi lahan kering di banyak daerah belum dimanfaatkan secara optimal bagi pengembangan tanaman padi dan tanaman pangan lainnya. Sampai saat ini, kontribusi produksi padi gogo baru mencapai 5-6% (Puslitbangtan, 2008). Potensi lahan ini dapat dimaksimalkan apabila kita mengetahui karakteristik dari lahan tersebut.Karakteristik lahan menurut Arsyad (2007) adalah atribut atau keadaan unsur -unsur lahan yang dapat diukur/diperkirakan, seperti tekstur tanah, struktur tanah, kedalaman tanah, jumah curah hujan, distribusi hujan, temperatur, drainase tanah, jenis vegetasi dan sebagainya. Karakteristik lahan (land characteristics) mencakup faktor-faktor lahan yang dapat diukur atau ditaksir besarnya, seperti lereng, curah hujan, tekstur tanah, air tersedia, dan sebagainya. Satu jenis karakteristik lahan dapat berpengaruh terhadap lebih dari satu jenis kualitas lahan, misalnya tekstur tanah dapat berpengaruh terhadap ketersediaan air, mudah tidaknya tanah diolah, kepekaan erosi, dan lain-lain. Bila karakteristik lahan digunakan secara langsung dalam evaluasi lahan, maka kesulitan dapat timbul karena kecuali dapat berpengaruh terhadap lebih dari satu jenis kualitas lahan, juga karena adanya interaksi dari beberapa karakteristik lahan (Hardjowigeno dan Widiatmaka, 2007). Persyaratan penggunaan lahan dalam pengertian kualitas lahan meliputi persyaratan tumbuh tanaman, persyaratan pengelolaan dan konservasi lahan. Setiap tipe penggunaan lahan memerlukan persyaratan penggunaan lahan yang berbeda untuk dapat tumbuh dan berproduksi secara optimal.Pemilihan kualitas dan karakteristik lahan yang dibutuhkan untuk evaluasi kesesuaian lahan sangat ditentukan oleh tujuan evaluasi, relevansi, ketersediaan data dan kualitas data yang dihasilkan dari penelitian. FAO (1983) secara umum telah menginventarisasi sejumlah 25 kualitas lahan beserta karakteristik lahannya. Sedangkan dalam referensi kriteria kesesuaian lahan yang lain seperti pada Djaenudin et al. (2003), baru sebagian kualitas lahan saja dari yang dikemukakan pada FAO (1983). Namun demikian untuk keperluan evaluasi lahan yang lebih spesifik lokasinya perlu dipilih kualitas/karakteristik lahan yang relevan dengan tujuan evaluasi dan ketersediaan data di suatu wilayah. Dalam Djaenudin et al. (2003) telah disusun kriteria kesesuaian lahan untuk berbagai komoditas pertanian berdasarkan kualitas/karakteristik lahan yang relevan dengan kondisi lahan di Indonesia.Seluruh jenis komoditas pertanian tanaman pangan memerlukan persyaratan-persyaratan Lahan tertentu agar dapat tumbuh atau hidup dan/atau berproduksi optimal. Karakteristik Lahan untuk masing-masing komoditas pertanian tanaman pangan dapat digolongkan berdasarkan persyaratan jenis pengairannya, yaitu: 1. lahan beririgasi; 2. lahan tidak beririgasi; dan 3. lahan rawa pasang surut/lebak. Ketiga Karakteristik Lahan ini pada umumnya berbeda tetapi ada sebagian yang sama sesuai dengan jenis komoditas tanaman pangan tersebut. Persyaratan umum, paling sedikit meliputi: energi radiasi, temperatur, kelembaban, oksigen, dan unsur hara. Persyaratan temperatur dan kelembaban umumnya digabungkan, dan selanjutnya disebut sebagai periode pertumbuhan. Persyaratan lain berupa media perakaran, ditentukan oleh drainase, tekstur, struktur dan konsistensi tanah, serta kedalaman efektif. Beberapa tanaman memerlukan drainase terhambat seperti padi sawah, dan tanaman lainnya menghendaki drainase yang baik. Pada kondisi drainase baik aerasi tanah cukup baik, sehingga oksigen cukup tersedia dalam tanah, dengan demikian akar tanaman dapat berkembang dengan baik, dan mampu menyerap unsur hara secara optimal.Persyaratan tumbuh, persyaratan Penggunaan Lahan dan persyaratan konservasi yang diperlukan oleh masing-masing komoditas mempunyai batas kisaran minimum, optimum, dan maksimum untuk masing-masing Karakteristik Lahan. Kisaran tersebut dapat dilihat pada Klasifikasi Kesesuaian Lahan untuk masing-masing komoditas tanaman pangan. Kualitas Lahan yang optimum bagi kebutuhan tanaman atau Penggunaan Lahan merupakan batasan bagi kelas Kesesuaian Lahan yang paling sesuai (S1). Sedangkan Kualitas Lahan yang di bawah optimum merupakan batasan kelas Kesesuaian Lahan antara kelas yang cukup sesuai (S2), dan/atau sesuai marginal (S3). Di luar batasan tersebut merupakan Lahan yang secara fisik tergolong tidak sesuai (N).

Karakteristik Lahan yang Mempengaruhi Pertumbuhan padi gogoAda tiga faktor karakteristik lahan yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman padi gogo yaitu : iklim, tanah dan topografi. Ketiganya merupakan faktor penting , masing-masing saling berkaitan dalam mempengaruhi fungsi fisiologis dan morfologi tanaman padi gogo.

Kondisi iklim Pertanaman padi gogo membutuhkan curah hujan > 200 mm minimal 4 bulan secara berurutan, sedangkan untuk pertanaman padi sawah non irigasi memerlukan curah hujan > 200 mm/bulan sekitar 5 bulan. Secara umum untuk pertumbuhan tanaman pangan memerlukan curah hujan > 100 mm/bulan, minimal untuk memenuhi keperluan evapotrnaspirasi. Lamanya curah hujan di atas 100 mm/bulan secara berurutan disebut lalmanya periode tanam (oldeman, 1975). Lamanya periode tanam (100 mm < CH > 200 mm) lebih 10 bulan di kawasan Indonesia mencapai lebih dari 75% dari luas wilayah Indonesia. dengan memperhitungkan kebutuhan pokok curah hujan minimal untuk keperluan evapotranspirasi, di daerah dengan tipe curah hujan demikian dapat diusahakna 2 sampai 3 kali pertanaman per tahun. sedangkan pada daerah yang mempunyai bulan basah > 10 bulan berpotensi untuk melakukan 2 kali pertanaman padi gogo per tahun.Berkaitan dengan sebaran pola curah hujan pertanaman padi gogo sebaiknya dilakukan pada awal musim hujan yaitu pada awal bulan basah sehingga dapat dipanen pada bulan-bulan kering. Bulan basah adalah bulan dimana curah hujan < 100 mm/bulan (oldeman, 1975). Oleh karena itu prediksi curah hujan sangat diperlukan untuk menentukan pola tanam, dan waktu tanam yang tepat, sehingga jika semua ini dapat dilakukan dengan baik kemungkinan gagal pada pertanaman padi gogo bisa diminimalkan.

TanahFaktor bahan induk merupakan faktor pembentuk tanah yang paling dominan pengaruhnya terhadap sifat dan ciri tanah yang terbentuk serta potensinya untuk pertanian (Buol et al. 1980). Keanekaragaman bahan induk tanah memberikan keanekaragaman sifat dan jenis tanah yang terbentuk. Sifat induk dari bahan volkanik dan batuan sedimen dapat dibedakan berdasarkan komposisi dan cadangan mineralnya. Secara umum, batuan volkanik mengandung banyak feldspar dan sedikit kuarsa, sedangkan batuan sedimen tersusun dari banyak mineral kuarsa keruh dan sangat sedikit feldspar. Pengaruh bahan induk tanah terhadap sifat-sifat tanah lebih terlihat jelas pada tanah-tanah di daerah kering atau tanah-tanah muda, sedangkan pada tanah lebih basah atau tanah-tanah tua, hubungan bahan induk dengan sifat-sifat tanahnya menjadi kurang jelas (Hardjowigeno, 1993).Tingkat perkembangan tanah digambarkan oleh diferensiasi horison, tingkat pelapukan batuan induk dan muatan koloid tanah serta umur pembentukan tanah. Pada tingkat perkembangan tanah lanjut, pelapukan bahan induk mencapai tingkat akhir, dicirikan oleh differensiasi horison yang jelas, solum yang dalam, kandungan liat tinggi, cadangan mineral sangat rendah dan hanya mineral resisten yang tertinggal, KTK liat sangat rendah, kandungan besi dan aluminium bebas meningkat tinggi, susunan mineral liat didominasi oleh kaolinit, goethit, disertai dengan meningkatnya muatan tergantung pH.Semakin lanjut tingkat perkembangan tanah cenderung menurunkan kualitas lahan dan tingkat kesesuaiannya untuk pertanian. Tanah yang terlapuk lanjut memiliki daya dukung yang lebih rendah bagi pertumbuhan dan produksi tanaman. Sys (1978) melaporkan pengaruh tingkat pelapukan bahan induk tanah terhadap penurunan kualitas lahan yang mengakibatkan terjadinya penurunan produksi pada beberapa tanaman di daerah tropika.

TopografiLahan kering yang dapat dimanfaatkan untuk pertanaman padi gogo adalah lahan dengan kemiringan kurang dari 15%. Lahan tersebut umumnya memiliki topografi bergelombang sampai berbukit. Oleh karena itu diperlukan tindakan konservasi tanah dan air untuk menghindari kerusakan lahan. Tindakan konservasi lahan yang dapat dilakukan adalah pembuatan teras bangku atau teras gulud, budidaya lorong serta penerapan pola tanam yang dapat menutup tanah sepanjang tahun. Selain itu, padi gogo dapat dikembangkan di daerah datar/bantaran sungai, Kawasan perbukitan daerah alisan sungai (DAS) dan kawasan perkebunan dan HTI muda.Areal datar yang terletak di bantaran sungai merupakan lahan kering yang dapat ditanami padi gogo. Areal ini biasanya lebih subur dibandingkan dengan lahan kering pada lokasi lainnya. Disisi lain, jika lahan ini mengalami kekeringan maka dapat dilakukan penyedotan air dari sungai.Gambar 1. Daerah pertanaman padi gogo di bantaran daerah aliran sungai batanghari

Pemanfaatan kawasan perbukitan daerah aliran sungai untuk penanaman padi gogo perlu didahului oleh tindakan konservasi tanah yang memadai untuk menghindari terjadinya erosi dan kerusakan lahan. Pada lahan dengan solum yang dalam dibuat teras bangku. Pembuatan teras bangku dimulai dengan pembutan teras kridit. Teras kridit yang dikelola dengan baik akan membentuk teras bangku dengan sendirinya. Pada lahan dengan solum yang dangkal dikelola dengan sistem budidaya lorong (Alley cropping). Budidaya lorong dibuat dengan menggunakan tanaman pagar yang dapat dipangkas secara priodik/kontinyu. Hasil pangkasan dijadikan mulsa untuk menjaga kelembaban tanah. Disisi lain, hasil pangkasan yang lapuk akan menambah kandungan bahan organik tanah. Pemanfaatan lain hasil pangkasan adalah dapat dijadikan pakan ternak dan kotoran ternak tersebut dimanfaatan sebagai pupuk ke lahan organik. Lahan di sela-sela tanaman perkebunan atau HTI muda dapat dimanfaatkan untuk budidaya padi gogo. Tumpangsari padi gogo dengan tanaman perkebunan atau HTI dapat menjaga kelestarian hutan dan menjamin penutupan tanah. Tumpangsari ini dapat dilakukan ketika kanopi belum menutup seluruh areal. Tumpangsari padi gogo dengan karet muda dapat diusahakan sampai tahun ketiga, sedangkan dengan kelapa sawit sampai tahun keempat.Menurut Ritung et al. (2007) topografi yang dipertimbangkan dalam evaluasi lahan adalah bentuk wilayah atau lereng dan ketinggian tempat di atas permukaan laut. Relief erat hubungannya dengan faktor pengelolaan lahan dan bahaya erosi. Sedangkan faktor ketinggian tempat di atas permukaan laut berkaitan dengan persyaratan tumbuh tanaman yang berhubungan dengan temperatur udara dan radiasi matahari. Ketinggian tempat diukur dari permukaan laut (dpl) sebagai titik nol. Dalam kaitannya dengan tanaman, secara umum sering dibedakan antara dataran rendah ( 700 m dpl.). Namun dalam kesesuaian tanaman terhadap ketinggian tempat berkaitan erat dengan temperatur dan radiasi matahari. Semakin tinggi tempat di atas permukaan laut, maka temperatur semakin menurun. Demikian pula dengan radiasi matahari cenderung menurun dengan semakin tinggi dari permukaan laut. Ketinggian tempat dapat dikelaskan sesuai kebutuhan tanaman.

TEKNIK BUDIDAYA PADI GOGO Pengolahan tanahPengolahan tanah dilakukan pada musim kering sebelum musim hujan datang (hujan turun) atau segera setelah panenan tanaman sebelumnya. Teknik pengolahan tanah yang dilakukan sebagai berikut:a. Tanah dibajak / dicangkul dua kali atau lebih untuk penggemburan dan pembuangan tanah. Pengolahan tanah pertama dilakukan pada musim kemarau atau setelah terjadi hujan pertama. Pengolahan tanah kedua saat menjelang tanam. Pengolahan tanah dilakukan dengan kedalaman tanah minimal 25 cm. Pada tanah berat (tanah padat dan keras), dilakukan pengolahan pendahuluan dengan linggis atau garpu. Tanah bagian bawah sedapat mungkin terangkat dan dibalik ke bagian atas.b. Pemberian pupuk organik (pupuk hijau, pupuk kandang atau kompos) dilakukan pada waktu membajak/mencangkul yang kedua. Pupuk organik yang diberikan adalah 5 ton/ha.c. Setelah dibajak, tanah dihaluskan dengan garpu atau cangkuld. Penggenangan air di hindari dengan pembuatan petakan berukuran 10 x 5 meter atau dengan membuat bagian tengah tegalan lebih tinggi dari pinggir tegalan. e. Tanah dibiarkan dan menunggu awal pemulaan hujan untuk menanam benih.

Penggunaan varietas unggulVarietas adalah sekelompok individu yang memiliki ciri morfologis atau penampakan sama yang dapat dibedakan dengan kelompok lainnya yang masih berada dalam satu spesies. Penggunaan varietas unggul akan mempengaruhi produktivitas yang diperoleh. Varietas unggul memiliki kriteria sebagai berikut: a. Mempunyai potensi hasil yang tinggib. Tahan terhadap cekaman lingkungan biotik, misalnya hama dan penyakitc. Toleran terhadap cekaman lingkungan abiotik, misalnya jenis tanah dan kekeringan.d. Umur genjah / pendek.e. Tanggap terhadap input pertanian, misalnya pemupukan.f. Kualitas dan kuantitas hasil tinggi sehingga cita rasa disenangi dan memiliki harga tinggi.

PenanamanPenanaman dilakukan pada awal musim hujan yaitu setelah hujan turun 2 hingga 3 kali. Penanaman sebaiknya tidak dilakukan pada periode hujan yang terus menerus untuk menghidari benih terbawa air hujan atau terdorong masuk lebih dalam ke tanah. Selain itu, hujan yang terus menerus kurang baik bagi perkembangan tanaman muda karena menyebabkan gangguan hama dan penyakit. Penanaman padi gogo dapat dilakukan ketika curah hujan sudah stabil atau mencapai sekitar 60mm/dekade (10 hari). Pertanda lain yang dapat dijadikan patokan awal tanam padi gogo adalah 1) sudah ada binatang laron/siraru yang berterbangan; 2) pohon bambu sudah bertunas; 3) tanaman gadung sudah berbunga pada sulurnya.

Cara penanaman padi gogo adalah dengan cara tugal. Tugal, yaitu dengan membuat lubang dengan jarak tertentu dengan tugal dengan kedalaman 3-5 cm. Jarak tanam padi gogo adalah 25 x 25 cm. Setiap lubang tanam diisi 3-5 butir per lubang dan ditutup dengan tanah. Cara lain yang dapat digunakan untuk penanaman padi gogo adalah dengan sistem tanam jajar legowo. Sistem tanam jajar legowo dengan jarak (30 x 20 x10) cm, 4-5 butir/lubang. Pembuatan alur menggunakan alat semacam caplakan untuk padi sawah. Alat tersebut mempunyai 4 titik/mata yang berjarak 20 cm dan 30 cm dan ditambah 2 titik paku yang berjarak 15 cm dari titik/mata caplakan paling pinggir. Ketinggian titik/mata caplakan sekitar 6-7 cm. Hasil yang diperoleh dari penggunaan alat ini adalah larikan dengan jarak 20 dan 30 cm dengan kedalam 4-5 cm. Selanjutnya, benih di tanam dalam larikan dengan jarak 10 cm antar titik sebanyak 4-5 butir/titik. Pada lahan tidak datar atau sedikit berlereng, pengaturan barisan tanam dibuat memotong lereng

PemupukanPemupukan dilakukan dengan dosis Total 300 kg NPK (Ponska) di tambah 100 kg Urea/ ha. Waktu pemberian pupuk dilakukan sebagai berikut.a. Pemupukan I pada 10 hari setelah tanam dengan dosis 100 kg NPK/ ha. b. Pemupukan II pada 20 hari setelah tanam dengan dosis 100 kg NPK/ ha.c. Pemupukan III pada 35 hari setelah tanam dengan dosis 100 kg NPK/ha.d. Pemupukan pada saat primordia bunga dengan dosis 100 kg Urea/ ha. Waktu pemberian pupuk juga disesuaikan dengan kondisi kelembaban tanah (dipupuk saat tanah lembab). Pemupukan dilakukan secara tugal, yaitu dengan cara membuat lubang diantara tanaman dan diberi pupuk. Setelah itu lubang ditutup dengan tanah.

PemeliharaanPemeliharaan meliputi penyulaman, penyiangan serta pengendalian hama dan penyakit. Penyulaman dilakukan bila terdapat benih yang tidak tumbuh atau tidak normal. Penyulaman dilakukan pada umur 1 sampai 2 minggu. Penyiangan dimaksudkan untuk memberantas gulma. Penyiangan dapat dilakukan secara mekanis atau kimiawi. Penyiangan dilakukan pada waktu sebelum pemupukan tanaman atau sesuai kebutuhan. Bumbun (dangir) disekitar tanaman dilakukan setelah penyiangan untuk mempermudah pembuangan air. Tanah diantara tanaman dicangkul agar renggang dan gembur. Pengendalian hama dan penyakit dilakukan jika serangan melampaui ambang batas ekonomi.

Panen dan pascapanenPanen dapat dilakukan jika padi telah masak fisiologis atau lebih dari 95% gabah telah menguning. Umur panen padi gogo berkisar antara 110 sampai 120 hari. Panen dilakukan dengan cara sistem babat bawah dan digebot seperti padi sawah atau dipanen menggunakan alat ani-ani atau ketam.

Kriteria Kesesuaian Lahan yang telah diusahakan untuk Komoditas Tanaman Pangan Padi Gogo (Oryza sativa).Persyaratan penggunaan/Karakteristik LahanKelas Kesesuaian Lahan *)

S1S2S3N

Temperatur (tc)

Temperatur rata-rata (C)24 - 2922 - 2429 - 3218 2232 - 35< 18> 35

Ketersediaan air (wa)

Zone agroklimat (Oldeman)C2,C3,D2,D3A2,B2,B3A1,B1,C1,D1, E1,D4,E2,E3E4

Kelembaban (%)33 - 9030 - 33< 30> 90-

Media perakaran (rc)

Kriteria Drainasebaik, sedangagak cepat, agak terhambatterhambat,sangat terhambatcepat

Kelas Teksturhalus, agak halus, sedanghalus, agak halus, sedangagak kasarkasar

Bahan kasar (%)< 1515 - 3535 55> 55

Kedalaman tanah (cm)> 5040 - 5025 40< 25

Gambut:

Ketebalan (cm)----

Kematangan----

Retensi hara (nr)

KTK tanah cmol/kg)> 165 - 16< 5-

Kejenuhan basa (%)> 3520 - 35< 20-

pH H2O5,5 7,55,0 - 5,57,5 - 7,9< 5,0> 7,9-

C-organik (%)> 1,20,8 - 1,2< 0,8-

Persyaratan penggunaan/Karakteristik LahanKelas Kesesuaian Lahan *)

S1S2S3N

Hara Tersedia (na)

N total (%)sedangRendahSangat rendah-

P2O5 (mg/100 g)tinggiSedangRendah - sangat rendah-

K2O (mg/100 g)sedangRendahSangat rendah-

Toksisitas (xc)

Salinitas (dS/m)< 22 - 44 - 6> 6

Sodisitas (xn)

Alkalinitas/ESP (%)< 2020 - 3030 40> 40

Bahaya sulfidik (xs)

Kedalaman sulfidik (cm)----

Bahaya erosi (eh)

Lereng (%)< 33 - 88 - 15> 15

Bahaya erosi-sangat ringanringan -sedangberat-sangat berat

Bahaya banjir /genangan pada masa tanam (fh)

- Tinggi (cm)----

- Lama (hari)----

Penyiapan Lahan (lp)

Batuan di permukaan (%)< 55 - 1515 40> 40

Singkapan batuan (%)< 55 - 1515 25> 25

Sumber : Permentan No 79 tahun 2013 Tentang Pedoman Kesesuaian Lahan pada Komoditas Tanaman Pangan.

*) S1: sangat sesuai; S2: cukup sesuai; S3: sesuai marginal; N: tidak sesuai; (-) tidak diperhitungkan.