Karakteristik Dan Peilaku Sehat

17
KARAKTERISTIK KEMISKINAN DAN PERILAKU HIDUP SEHAT PADA MASYARAKAT MISKIN Studi di Desa Buluhcina Kecamatan Siak Hulu Kabupaten Kampar Dra. Hesti Asriwandari, M.Si (Dosen Jurusan Sosiologi FISEP-UR, Kepaia Laboratorium) Drs. Syafiizal, M.Si (Dosen Jurusan Sosiologi FISIP-UR, Kepaia Laboratorium) Prih Wahyuningsih, S.Sos (Alumni Jurusan Sosiologi FISIP-UR) ABSTRAK Masih mininmya jumiah akses kesehatan dan pendidikan yang tersedia di Desa Buluhcina sangat menentukan bagaimana perilaku masyarakat miskin dalam memanfaatkan fasilitas kesehatan. Keadaan yang serba kekurangan, kemauan yang rendah serta akses yang sulit dijangkau, menjadikan mereka berperilaku seperti itu. Selain itu, kondisi geografis Desa Buluhcina yang berada di pinggiran sungai Kampar, berakibat seringnya mengalami bencana banjir, serta muncuinya kebiasaan MCK di sungai, mempengaruhi perilaku hidup sehat mereka. Kecamatan Siak Hulu Kabupaten Kampar mempunyai 10,18% penduduk miskin, dan di Desa Buluhcina masih terdapat 27% keluarga miskin, menjadi landasan untuk menjawab permasalahan bagaimana karakter kemiskinan yang muncul, serta bagaimana perilaku hidup sehat masyarakat. Pengamatan dilakukan terhadap 28 keluarga yang ditetapkan secara purposive menurat penghasilan, pekerjaan dan lama tinggal. Data yang tericumpul dianalisa secara deskriptif kuantitatif, dilengkapi interpretasi atas kecenderungan fenomena yang muncul. Analisis dilakukan berdasarkan konsep-konsep teoritis tentang Kemiskinan dan Karakter Kemiskinan, Culture of Poverty (Oscar Lewis), Tindakan Tradisional (Max Weber), dan Petukaran Sosial (George Homans). Kemiskinan (penghasilan kecil, rumah tidak permanen, tidak ada pekerjaan sampingan), rendahnya pendidikan (tidak sekolah, tamat/tidak tamat SD), kecilnya aksesibilitas terhadap fasilitas kesehatan, berakibat pada rendahnya pemanfaatan masyarakat miskin teriiadap fasilitas modem. Hal ini dapat dilihat dari seringnya mereka berobat ke dukun, tidak pemah melakukan pengecekkan kesehatan, dan minimnya interaksi dengan fasilitas kesehatan modem, yang kemudian semua ini mempengaruhi perilaku mereka dalam menjaga kesehatan sebari-hari. Keterbatasan ekonomi telah memaksa mereka untuk selalu beradaptasi, dengan mempertahankan keyakinan tradisional serta rendahnya kesadaran teifaadap pola hidup sehat. Karakteristik kemiskinan di komunitas yang diamati ini adalah : a) ketidakmampuan memenuhi kebutuban dasar (basic need) seperti pangan, gizi, sandang, papan pendidikan dan kesehatan ; b) Inaccessibility, yaitu ketidakmampuan menjangkau sumberdaya sosial dan ekonomi baik akibat rendahnya daya tawar {bargaining position) maupun keterbatasan modal, teknologi dan sumber daya manusia ; c)Vulnerability, mudah jatuh dalam kemiskinan (rentan) akibat berbagai resiko seperti penyakit, bencana alam, kegagalan panen, dan sebagainya, sehingga hams menjual asset produksinya. Kerentanan ini sering disebut poverty rackets atau roda penggerak kemiskinan. Keywords : karakter kemiskinan, perilaku hidiqf sehat, pemanfaatan fasilitas kesehatan 1

Transcript of Karakteristik Dan Peilaku Sehat

Page 1: Karakteristik Dan Peilaku Sehat

K A R A K T E R I S T I K K E M I S K I N A N D A N P E R I L A K U HIDUP SEHAT P A D A M A S Y A R A K A T MISKIN

Studi di Desa Buluhcina Kecamatan Siak Hulu Kabupaten Kampar

Dra. Hesti Asriwandari, M.Si (Dosen Jurusan Sosiologi FISEP-UR, Kepaia Laboratorium) Drs. Syafiizal, M.Si (Dosen Jurusan Sosiologi FISIP-UR, Kepaia Laboratorium)

Prih Wahyuningsih, S.Sos (Alumni Jurusan Sosiologi FISIP-UR)

ABSTRAK

Masih mininmya jumiah akses kesehatan dan pendidikan yang tersedia di Desa Buluhcina sangat menentukan bagaimana perilaku masyarakat miskin dalam memanfaatkan fasilitas kesehatan. Keadaan yang serba kekurangan, kemauan yang rendah serta akses yang sulit dijangkau, menjadikan mereka berperilaku seperti itu. Selain itu, kondisi geografis Desa Buluhcina yang berada di pinggiran sungai Kampar, berakibat seringnya mengalami bencana banjir, serta muncuinya kebiasaan M C K di sungai, mempengaruhi perilaku hidup sehat mereka. Kecamatan Siak Hulu Kabupaten Kampar mempunyai 10,18% penduduk miskin, dan di Desa Buluhcina masih terdapat 27% keluarga miskin, menjadi landasan untuk menjawab permasalahan bagaimana karakter kemiskinan yang muncul, serta bagaimana perilaku hidup sehat masyarakat.

Pengamatan dilakukan terhadap 28 keluarga yang ditetapkan secara purposive menurat penghasilan, pekerjaan dan lama tinggal. Data yang tericumpul dianalisa secara deskriptif kuantitatif, dilengkapi interpretasi atas kecenderungan fenomena yang muncul. Analisis dilakukan berdasarkan konsep-konsep teoritis tentang Kemiskinan dan Karakter Kemiskinan, Culture of Poverty (Oscar Lewis), Tindakan Tradisional (Max Weber), dan Petukaran Sosial (George Homans).

Kemiskinan (penghasilan kecil, rumah tidak permanen, tidak ada pekerjaan sampingan), rendahnya pendidikan (tidak sekolah, tamat/tidak tamat SD), kecilnya aksesibilitas terhadap fasilitas kesehatan, berakibat pada rendahnya pemanfaatan masyarakat miskin teriiadap fasilitas modem. Hal ini dapat dilihat dari seringnya mereka berobat ke dukun, tidak pemah melakukan pengecekkan kesehatan, dan minimnya interaksi dengan fasilitas kesehatan modem, yang kemudian semua ini mempengaruhi perilaku mereka dalam menjaga kesehatan sebari-hari. Keterbatasan ekonomi telah memaksa mereka untuk selalu beradaptasi, dengan mempertahankan keyakinan tradisional serta rendahnya kesadaran teifaadap pola hidup sehat.

Karakteristik kemiskinan di komunitas yang diamati ini adalah : a) ketidakmampuan memenuhi kebutuban dasar (basic need) seperti pangan, gizi, sandang, papan pendidikan dan kesehatan ; b) Inaccessibility, yaitu ketidakmampuan menjangkau sumberdaya sosial dan ekonomi baik akibat rendahnya daya tawar {bargaining position) maupun keterbatasan modal, teknologi dan sumber daya manusia ; c)Vulnerability, mudah jatuh dalam kemiskinan (rentan) akibat berbagai resiko seperti penyakit, bencana alam, kegagalan panen, dan sebagainya, sehingga hams menjual asset produksinya. Kerentanan ini sering disebut poverty rackets atau roda penggerak kemiskinan.

Keywords : karakter kemiskinan, perilaku hidiqf sehat, pemanfaatan fasilitas kesehatan

1

Page 2: Karakteristik Dan Peilaku Sehat

KARAKTERISTIK KEMISKINAN DAN PERILAKU HIDUP SEHAT PADA MASYARAKAT MISKIN

Studi di Desa Buluhcina Kecamatan Siak Hulu Kabupaten Kampar

PENDAHULUAN

Kemiskinan menurut Oscar Lewis bukanlah semata-mata berupa kekurangan dalam

hal ekonomi, tetapi juga melibatkan kekurangan dalam hal kebudayaan dan kejiwaan serta

memberi corak yang tersendiri. Kemiskinan dapat muncul sebagai akibat nilai-nilai dan

kebudayaan yang dianut oleh kaum miskin itu sendiri. Tingkat pendidikan dan pemanfaatan

akses kesehatan yang rendah ini dikarenakan dari kondisi lingkungan yang serba miskin yang

cenderung diturunkan dari generasi kegenerasi. Kaum miskin telah memasyarakatan nilai-

nilai dan perilaku kemiskinan, dan akibat perilaku tersebut melanggengkan kemiskinan, jadi

nilai-nilai dan perilaku terbentuk karena lingkungan kemiskinan.

Kemiskinan seiring waktu semakin bertambah, dimana semakin bertambahnya jumlah

rumah tangga miskin di pedesaan maupun di perkotaan. Rusaknya struktur sosial yang

disebabkan oleh hilangnya suatu pekerjaan serta hilangnya kemampuan untuk memenuhi

kebutuhan pokok aksesbilitas seperti pendidikan, kesehatan dasar dan Iain-lain. Setiap

keadaan kemiskinan itu berbeda antara satu daerah dengan daerah laiimya, ini tergantung

dengan kebutuhannya masing-masing yang disebabkan oleh faktor kebiasaan, pola konsumsi

dan letak geografis.

Adapun yang menyebabkan terjadinya kemiskinan adalah :

1. Penyebab individual atau patologis yang melihat kemiskinan sebagai akibat dari

perilaku, pilihan, atau kemampuan dari si miskin.

2. Penyebab keluarga, yang menghubungkan kemiskinan dengan pendidikan keluarga.

3. Penyebab sub-budaya (subcultural), yang menghubimgkan kemiskinan dengan

kehidupan sehari-hari, dipelajari atau dijalankan dalam lingkungan sekitar.

4. Penyebab agensi, yang melihat kemiskinan sebagai akibat dari aksi orang lain

termasuk perang, pemerintah, dan ekonomi.

5. Penyebab struktural, yang memberikan alasan bahwa kemiskinan merupakan hasil dari

struktur sosial.

Desa Buluhcina yang merupakan salah satu desa yang ada di Kecamatan Siak Hulu

juga masih memiliki penduduk miskin. Kemiskinan pada Desa Buluhcina masih terlihat

dimana masih terdapat 111 kk dari 411 kk yang termasuk dalam kategori miskin dari seluruh 2

Page 3: Karakteristik Dan Peilaku Sehat

jumlah penduduk Desa.Buluhcina. Jumlah tersebut tersebar dalam 4 dusun yaitu dusun I

sebanyak 37 kk, dusim II sebanyak 28 kk miskin, dustm III sebanyak 20 kk miskin dan dusim

rV sebanyak 26 kk miskin (siunber : Rekapitulasi Laporan Jumlah Penduduk Kec. Siak Hulu

dan Monografi Desa Tahun 2010)

Rata-rata penduduk miskin yang ada di Desa Buluhcina ini bermatapencahanan

sebagai buruh nelayan dan buruh petani. Mereka ikut bekerja dengan orang lain yang

memerlukan tenaga mereka. Penduduk miskin di Desa ini juga terkadang menjadi buruh-

buruh untuk membersihkan rumput-rumput diladang. Mereka tidak memiliki pekeijaan dan

penghaisilan tetap, mereka memanfaatkan situasi yang ada. Selain itu tenyata penduduk miskin

ini mayoritas merupakan penduduk asli dan memang kelahiran daerah tersebut.

Masyarakat atau orang yang dalam keadaan miskin ini tentu sangat mempengaruhi

bagaimana cara mereka berperilaku, berbuat dan bertingkah laku, karena cara berperilaku

seseorang ini sangat dipengaruhi oleh lingkungan hidupnya. Lingkungan disini dimaksudkan

seperti lingkungan alam, lingkungan sosial dan lingkungan transedental (keagamaan).

Masyarakat yang berada dalam keadaan miskin biasanya memiliki perilaku yang sedikit

konservatif dan apatis. Mereka cendenmg tidak mudah menerima adanya perubahan-

perubahan yang baru. Termasuk perilaku mereka dalam penggunaan atau pemanfaatan akses-

akses sosial yang ada dalam masyarakat. Dalam memanfaatkan aksesbilitas sosial yang ada,

mereka akan berfikir untuk kesekian kalinya imtuk man menggunakan fasilitas yang ada.

Mereka akan cenderung memanfaatkan sesuatu yang dianggap mereka lebih sesuai, baik

secara materil maupun moril. Misalnya saja seperti penggimaan akses-akses sarana kesehatan.

Perilaku masyarakat miskin di Desa Buluhcina yang masih bisa dibilang rendah

partisipasinya ini sebenamya karena selain disebabkan keadaan ekonomi yang rendah dan

akses yang tersedia di Desa tersebut masih minim dan tidak mudah imtuk dijangkau membuat

mereka menjadi bersikap pasrah dan tidak peduli juga karena masalah kemauan dari dalam

diri masyarakat miskin itu sendiri. Ketidakberdayaan yang pada akhimya menimbulkan rasa

kekecewaan mereka inilah yang mengharuskan mereka memiliki berperilaku apatis.

Masih minimnya jumlah akses kesehatan dan pendidikan yang tersedia di Desa

Buluhcina sangat menentukan bagaimana perilaku masyarakat miskin dalam memanfaatkan

fasilitas kesehatan. Keadaan yang serba kekurangan, kemauan yang rendah serta akses yang

sulit dijangkau, menjadikan mereka berperilaku seperti itu. Selain itu, kondisi geografis Desa

Buluhcina yang berada di pii^giran simgai Kampar, berakibat seringnya mengalami bencana

3

Page 4: Karakteristik Dan Peilaku Sehat

banjir, serta muncuinya kebiasaan M C K di sungai, mempengaruhi perilaku hidup sehat

mereka. Kecamatan Siak Hulu Kabupaten Kampar mempunyai 10,18% penduduk miskin, dan

di Desa Buluhcina masih terdapat 27% keluarga miskin, menjadi landasan untuk menjawab

permasalahan bagaimana karakter kemiskinan yang muncul, serta bagaimana perilaku hidup

sehat masyarakat.

METODA PENELITIAN

Lokasi penelitian ini dilakukan di Desa Buluhcina yang mempakan salah satu Desa di

Kecamatan Siak Hulu, Kabupaten Kampar. Populasi dalam penelitian ini adalah para keluarga

miskin di Desa Buliihcina yakni sebanyak 111 keluarga. Desa Buluhcina ini tersebar dalam

empat dusun dengan masing-masing dusun sebanyak tiga RT.

Pengamatan dilakukan terhadap 28 keluarga yang ditetapkan secara purposive menurut

penghasilan, pekerjaan dan lama tinggal. Dalam penelitian ini ada dua jenis sumber data

yaitu-.l) Data primer, yang didapatkan dari responden secara langsung berupa jawaban

mengenai pertanyaan-pertanyaan seperti kondisi tempat tinggal, masiilah kesehatan serta yang

berkaitan dengan penelitian; 2) Data sekunder, yang diperoleh untuk melengkapi data primer,

seperti: laporan-laporan, literatur-literatur dan lampiran data-data lain yang dapat mendukung

dan menjelaskan masalah serta informasi yang diperoleh dari beberapa instansi, seperti Bno

Pusat Statistik, Kantor Kepaia Desa Setempat, Badan Penelitian Dan Pengembangan serta dari

berbagai pihak lain yang mencakup informasi tentang keadaan masyarakat Desa Buluhcina.

Data yang terkumpul dianalisa secara deskriptif kuantitatif, dilengkiqpi interpretasi atas

kecenderungan fenomena yang muncul. Analisis dilakukan berdasarkan konsep-konsep

teoritis tentang Kemiskinan dan Karakter Kemiskinan, Culture of Poverty (Oscar Lewis),

Tindakan Tradisional (Max Weber), dan Petukaran Sosial (George Homans).

TINJAUAN PUSTAKA

Kemiskinan

Oscar Lewis menyatakan bahwa kemiskinan ymtu mempakan budaya yang teqadi

karena penderitaan ekonomi yang berlangsung lama. Yang dimaksud budaya disini adalah

sebuah cara hidup. Dengan demikian karena kebudayaan adalah sesuatu yang diperoleh

dengan belajar dan sifatnya selalu diturunkan kepada generasi selanjutnya maka kemiskinan

4

Page 5: Karakteristik Dan Peilaku Sehat

menjadi lestari di dalam masyarakat yang berkebudayaan kemiskinan karena pola-pola

sosialisasi, yang sebagian besar berlaku dalam kehidupan keluarga.

Chambers menggambarkan kemiskinan terutama di pedesaan mempunyai lima

karakteristik yang saling terkait, yaitu : kemiskinan material, kelemahan fisik, keterkucilan

dan keterpencilan, kerentanan, dan ketidakberdayaan. Kerentanan menvnut Chambers dapat

dilihat dari ketidakmampuan keluarga miskin untuk menyediakan sesuatu guna menghadapi

situasi darurat seperti datangnya bencana eilam, kegagalan panen, atau penyakit yang tiba-tiba

menimpa keluarga miskin itu.

Ketidakberdayaan keluarga miskin di kesempatan yang lain mungkin dimanifestasikan

dalam hal seringnya keluarga miskin ditipu dan ditekan oleh orang yang memiliki kekuasaan.

Ketidakberdayaan sering pula mengakibatkan teqadinya bias bantuan untuk si miskin kepada

kelas di atasnya yang seharusnya tidak beriiak memperoleh subsidi, seperti kasus dana

Bantuan Langsung Tunai (BLT). Sedangkan menurut Schiller menjelaskan bahwa kemiskinan

adalah ketidaksanggupan imtuk mendapatkan barang-barang dan pelayananpelayanan yang

memadai untuk memenuhi kebutuhan sosial yang terbatas.

Secara teoritis kemiskinan dapat dipahami melalui akar penyebabnya yang dibedakan

menjadi dua kategori:

• Kemiskinan Natural atau alamiah yakni, kemiskinan yang timbul sebagai akibat

terbatasnya jumlah sumber daya dan/atau karena tingkat perkembangan teknologi yang

sangat rendah.

• Kemiskman struktural yakni, kemiskinan yang teijadi karena struktur sosial yang ada

membuat anggota atau kelompok masyarakat tidak menguasai sarana ekonomi dan

fasilitas-fasilitas secara merata.

Secara umum kemiskinan di Indonesia ini dapat ditandai dengan beberapa hal, yaitu

(Hasbullah Thabrany: 2005 :123) :

• Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan • dasar (basic need) seperti pangan, gizi,

sandang, papan pendidikan dan kesehatan.

• Unproductiveness, yaitu ketidakmampuan melakukan usaha yang produktif.

• Inaccessibility, yaitu ketidakmampuan menjangkau sumberdaya sosial dan ekonomi

baik akibat rendahnya daya tawar (bargaining position) maupim keterbatasan modal,

teknologi dan sumber daya manusia.

5

Page 6: Karakteristik Dan Peilaku Sehat

• Vulnerability, mudah jatuh dalam kemiskinan (rentan) akibat berbagai resiko seperti

penyakit, bencana alam, kegagalan panen, dan sebagainya, sehingga hams menjual

asset produksinya. Kerentanan ini sering disebut poverty rackets atau roda penggerak

kemiskinan.

• No freedom for poor, tidak memiliki kepercayaan diri dan mental untuk terbebas dari

warisan kemiskinan.

Tindakan Sosial: Max Weber

Weber mempelajari satuan-sauan sosial yang lebih besar, yang didasarkan pada

tindakan-tindakan yang khas, dari individu-individu yang khas dan dalam situasi sosial yang

khas pula. Rasionalitas dan peraturan yang biasa mengenai logika merupakan suatu kerangka

acuan bersama secara luas, dimana aspek-aspek subyektif perilaku dapat dinilai secara

obyektif (Doyle Paul Johnson: 1986 :219-220)

Kemiskinan merupakan suatu gejala yang nyata dan teijadi serta terdapat dimanapun

wilayah. Masalah kemiskinan ini bukan merupakan sesuatu yang diinginkan oleh pihak

manapun, baik manusia yang mengalami kemiskinan itu sendiri maupim bagi pihak

pemerintahan, karena ini masalah yang rumit. Semua ini akan mempengaruhi mereka baik

dari cara berperilaku maupun cara berfikir mereka.

Max Weber mengklasifikasikan ada empat jenis tindakan sosial mengapa seseorang

bisa berperilaku tertentu, yaitu (J.Dwi Narwoko :2007 :19).

• Rasionalitas instrumental. Disini tindakan sosial yang dilakukan seseorang didasarkan

atas pertimbangan dan pilihan sadar yang berhubungan dengan tujuan tindakan itu dan

ketersediaan alat yang dipergunakan untuk mencapainya.

• Rasionalitas yang berorientasi pada nilai. Pada jenis tindakan ini, alat-alat yang ada

hanya merupakan pertimbangan dan perhitungan yang sadar, sementara tujuan-

tujuaimya sudah ada didalam hubungannya dengan nilai-nilai individu yang bersifat

absolut.

• Tindakan tradisional. Seseorang memperlihatkan perilaku tertentu karena kebiasaan

yang diperoleh dari nenek moyang, tanpa refleksi yang sadar atau perencanaan

(kebiasaan yang turun-temurun).

Page 7: Karakteristik Dan Peilaku Sehat

• Tindakan afektif. Tindakan ini didominasi dengan perasaan atau emosi tanpa refleksi

intelektual atau perencanaan sadar. Tindakan ini bersifat spontan, tidak rasionai, dan

merupakan ekspresi emosional dari individu.

Pertukaran Sosial: George Homans

Perilaku setiap individu dalam sistem internal dibimbing oleh norma-norma, yaitu ide-

ide yang dapat dibuat dalam bentuk perayataan yang memperinci apa yang seharusnya

dilakukan, seyogyanya dilakukan, diharapkan dilakukan oleh anggota atau orang lain dalam

suatu lingkungan tertentu. Kepatuhan terhadap norma-norma kelompok akan memperoleh

ganjaran, sedangkan pengingkaran akan memperoleh hukuman (Margaret M.P, 2007; 57).

Saat berperilaku manusia pada dasaranya tidak mencari keuntungan maksimal, tapi

senantiasa ingin mendapatkan keimtimgan dari interaksi tersebut. Manusia tidak bertindak

secara rasionai sepenuhnya, tapi senantiasa berfikir untung mgi pada saat berinteraksi walau

manusia tidak memiliki info yang cukup untuk mengembangkan alternatif, tapi dapat

menggunkan itifo yang terbatas tersebut untuk mengembangkan alternatif guna

memperhitungkan untung rugi. Manusia terbatas, tapi dapat berkompetisi untuk mendapat

keuntungan. Walau manusia senantiasa berusaha mendapat keuntungan dari hasil interaksi,

tapi mereka dibatasi oleh sumber-sumber yang tersedia.

Seseorang dalam berperilaku atau bertindak itu menggunakan nalar atau rasio,

berhitung, mempertimbangkan dan mengevaluasi cara-cara gar bisa mencapai sebuah tujuan.

Subyek akan menyeimbangkan antara biaya dan keuntungan dari tindakannya tersebut

(Anthony Giddens dkk, 2005 : 284)

Untuk dapat menjelaskan permasalahan diatas digunakan teori Pertukaran perilaku

Homans. Walaupun teori ini lebih cenderung dalam konsep ekonomi, akantetapi teori

pertukaran ini memandang babwasannya perilaku sosial yang bersumber dari adanya interaksi

sosial ini mirip dengan transaksi ekonomi.

Perilaku pemanfaatan fasilitas kesehatan ini diukur dari beberapa indikator berikut:

1. Ketersediaan sarana kebersihan dan kondisi tempat tinggal

2. Pengobatan saat mengalami sakit

3. Melakukan pengecekkan kesehatan rutm (6 bulan sekali) atau upaya pencegahan.

7

Page 8: Karakteristik Dan Peilaku Sehat

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Ketersediaan Sarana Kebersihan dan Kondisi Tempat Tinggal

Terdapat 20 responden (71,43 %) memiliki rumah yang masih semi permanen, dan ini

pun tidak semua milik pribadi. Diantaranya ada yang masih menumpang dirumah orang tanpa

dipungut biaya sewa, mereka hanya menempati saja. Sedangkan 8 responden (28,57%)

memiliki rumah yang kondisinya telah permanen, hasil bentuan pemerintah. Kriteria yang

telah mendapatkan rumah bantuan tersebut adalah rumah yang memang kondisinya jauh dari

kelayakan diantara rumah-rumah keluarga yang lainnya.

Luas rumah atau tempat tinggal disesuaikan dengan daya tampxmg penghuniya.

Berdasarkan data, responden yang memiliki luas rumah <20 m2 adalah sebanyak 10

responden (35,71 %), dan yang luas rumahnya antara 20 m2 - 30 m2 adalah sebanyak 18

responden (64,29 %). Ini bisa dikatakan sempit dimana rata-rata responden dalam satu rumah

memiliki tanggungan 3-5 orang sebanyak 23 responden (82,14 %).

Menjaga kesehatan bisa dilakukan salah satunya dengan cara menjaga kebersihan

jasmaniah kita, yang bisa dilakukan dengan mandi menggunakan air yang bersih dan sabun

yang dapat mencegah serta mematikan kuman yang menempel dibadan kita. Menjaga

kesehatan bukan hanya dilihat dari seringnya kita mandi dalam satu hari, akan tetapi kita

hams melihat dari kualitas mandi itu sendiri, dimana kita harus menggunakan sabun, air dan

tempat yang bersih. Mereka mandi dengan intensitas yang sering ini bukan berarti mereka

mandinya berkualitas, karena mereka lebih memanfaatkan sungai sebagai tempat mandi.

Sungai Kampar yang sebagian besar masyarakatnya memanfaatkan sebagai kakus, ini

sangat tidak mencerminkan perilaku hidup yang sehat. Pemerintah telah memberikan larangan

kepada seluruh masyarakat agar tidak lagi memanfaatkan sungai sebagai tempat mandi,

karena simgai Kampar sudah tidak lagi sehat Idealnya mandi itu dilakukan du kamar mandi

atau M C K sendiri. Untuk melihat bagaimana tempat serta air yang dipergunakan responden

untuk mandi, dapat dilihat dengan adanya M C K yang dimiliki oleh responden pada tabel

berikut:

Data yang diperoleh menjelaskan bahwa 15 responden (53,57 %) tidak memiliki

fasilitas M C K yang memadai, dan 13 responden (46,43 %) memiliki fasilitas M C K sendki.

Ini menandakan bahwa sebagian besar responden belum melakukan mandi dengan kualitas

yang baik.

8

Page 9: Karakteristik Dan Peilaku Sehat

Sebagian besar responden (85,71 %) mengatakan setuju apabila sungai dijadikan

sebagai sarana M C K . dan hanya 14,29 % menyatakan tidak setuju. Responden yang memiliki

M C K pun semju saja apabila sungai dijadikan sebagai M C K , karena menurut mereka dahulu

sebelum mereka memiliki M C K yang layak, mereka juga memanfaatkan sungai. Pada intinya

mereka yang memiliki M C K sendiri masih setuju juga kalau simgai dijadikan sebagai M C K .

Ini menandakan kurangnya pengetahuan dan kepedulian masyarakat miskin terhadap

lingkungan dan kesehatan.

Perilaku lainnya yang diamati dalam penelitian ini adalah : sebagian besar (78%)

sudah menggunakan sumur bor bantuan pemerintah untuk kebutuhan air bersih, 85% tidak

memiliki tong sampah, 60% berobat ketika menderita sakit.

Pemanfaatan Fasilitas Kesehatan

Fasilitas adalah sarana penunjang untuk dapat melancarkan suatu aktivitas. Begitu juga

dengan fasilitas kesehatan. Pencarian dan penggunaan sistem atau feisiliteis pelayanan

kesehatan, atau sering disebut perilaku pencairan pengobatan (health seeking behavior).

Perilaku ini adalah menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat menderita penyakit

dan atau kecelakaan. tindakan atau perilaku ini dimulai dari mengobati sendhi (self treatment)

sampai mencari pengobatan ke luar negeri.

Pada masyarakat miskin di Desa Buluhcina, fasilitas kesehatan yang ada sebenamya

mudah dijangkau akan tetapi karena ketersediaan dari fasilitas sosial itu sendiri yang belum

optimal, dimana pustu yang merupakan satu-satunya fasilitas kesehatan modem yang ada di

Desa tersebut sering tutup karena tenaga kesehatan yang ada sangat minim, yaitu hanya

seorang bidan desa yang jarang aktif.

Macam-macam tempat berobat responden disaat mereka sakit, dari pengamatan

dijelaskan bahwa dari 28 responden tidak ada satupun yang berobat ke dokter, ini

menandakan keluarga miskin di Desa Buluhcina bukan hanya tidak mampu berobat kedokter

apabila sakit, akan tet£^i juga karena minimnya fasilitas kesehatan yang ada di desa tersebut.

I&mpir separuh (42,86 %) mengatakan bahwa disaat mereka mengalami sakit, mereka pergi

berobat ke bomo / dukun kampung, disebabkan karena biaya, dimana kalau bomo mau

dibayar dengan sukarela, selain itu obat yang dibuat bomo masih tradisional seperti hanya

dengan segelas air putih dan dedaunan dari hutan bisa sembuh sehingga yang terkadang bila

anak-anak sedang sakit tidak perlu minum obat.

9

Page 10: Karakteristik Dan Peilaku Sehat

Faktor Sosial, Ekonomi dan Budaya yang Mempengaruhi Perilaku Masyarakat

Identifikasi yang melatarbelakangi perilaku masyarakat miskin di Desa Buluhcina

dalam pemanfaatan fasilitas kesehatan dimana pada kesimpulannya perilaku mereka dalam

pemanfaatan fasilitas kesehatan masih berperilaku tradisional karena masyareikat lebih

cenderung memanfaatkan fasilitas tradisional daripada fasilitas kesehatan yang modem.

Pekerjaan yang mereka miliki bukan mempakan pekerjaan yang bermodal besar,

misahiya nelayan / jual ikan. Berdasarkan data bahwa 15 responden (53,60 %)

bermatapencaharian sebagai buruh, 10 responden (35,70 %) bermatapencaharian sebagai

nelayan dan menjual ikan, 3 responden (10,70 %) sebagai petani. Sebagian besar sebagai

buruh ini diantaranya sebgai buruh tani yang menggarap dilahan orang, dan buruh bersih-

bersih ladang orang. Disini mereka yang memiliki pekerjaan sebagai nelayan bukan

mempakan nelayan yang besar, mereka hanya mendapat dari tangkapan Sungai Kampar yang

berada di depan nmiah mereka, dan hasilnya terkadang hanya 3-5 kg setiap pergi berlayar.

Dean tersebut hanya dijual dengan penduduk Desa Buluhcina itu juga dan biasanya harga ikan

tersebut tidak tinggi, berkisar Rp 10.000/kg.

Mayoritas penduduk miskin di Desa Buluhcina hanya mampu bekeqa sebagai seorang

buruh, ini disebabkan minimnya smnber daya manusia yang mereka miliki. Pekerjaan yang

hanya seorang buruh menjadikan mereka tidak dapat memaksimalkeui kesejahteraan hidup

keluarga mereka sendiri termasuk memaksimalkan pemanfaatan fasilitas kesehatan dan

pendidikan b£^i anggota keluarganya.

Pendapatan atau penghasilan menandakan tingkat kesejahteraan seseorang.

Berdasarkan tabel 5.2 terdapat 20 responden (71,43 %) yang berpenghasilan antara Rp

500.000 - Rp 1.000.000A)ulan. Kebutuhan imtuk pendidikan, kesehatan maupun untuk

konsumsi rumah tangga. Pendapatan yang minim tersebut tentu tidak akan dapat memenuhi

segala kebutuhan dengan baik. Dan pada akhimya membuat mereka harus mengalami

kemiskinan yang beikepanjangan. Pendapatan yang hanya sedikit, dan sebagian besar dengan

rata-rata jumlah tanggungan keluarga antara 3-5 orang, tidak dapat mencukupi kebutuhan

keluarga dengan maksimal, termasuk dalam pendidikan dan kesehatan keluarga.

Pemerintah Indonesia memiliki salah satu program yaitu tentang JCB, dimana dalam

sebuah keluarga hanya diperbolehkan memiliki 2 anak. Program ini dimaksudkan agar supaya

kesejateraan hidup setiap anggota keluarga dapat terjamin, termasuk pendidikan anak-

10

Page 11: Karakteristik Dan Peilaku Sehat

anaknya, dan kesehatan keluarga. Akan tetapi penelitian ini membuktikan bahwa lebih dari

separuh keluarga miskin di Desa Buluhcina (23 responden, 82,14 %) memiliki tanggungan

dengan jumlah 3-5 orang. Inilah salah satunya faktor yang menjadikan mereka menjadi

keluarga miskin.

Salah satu indikator ciri keluarga miskin adalah pada tingkat keluarga, dimana

kemiskinan identik atau ditandai dengan banyak anak. Akantetapi banyak anak ini

dimaksudkan nantinya untuk dapat membantu mereka bekeija mencari uang untuk

pemenuhan kebutuhan keluarga. Jadi mereka adalah sebagai tenaga kerja keluarga. Inilah

yang menjadikan keluarga miskin dalam pemanfaatan fasilitas kesehatan dan pendidikan

khususnya menjadi tidak maksimal. Karena mereka harus bekeija.

Semua ini dapat ditimjang apabila responden memiliki pekerjaan atau usaha

sampingan. Sebagian besar keluarga miskin di Desa Buluhcina yaitu 19 responden (67,86 %)

tidak memiliki pekeijaan sampingan. Keluarga miskin ini hanya mengandalkan pekeijaan

tetapnya yang tidak seben^a penghasilaimya. Mereka merasa tidak memilki modal, baik

modal skill maupun yang berbentuk material. Sedangkan 9 responden (32,14 %) memiliki

pekeijaan sampingan, diantaranya jenis pekerjaan itu adalah mencari hasil hutan, jualan ikan

dan buruh.

Dari data diatas maka dapat dianalisa bahwa masyarakat miskin di Desa Buluhcina

cara berfikimya belum kreatif, minimnya ketrampilan yang mereka miliki sehingga mereka

masih nerimo apa adanya hidup mereka. Dan dampaknya karena penghasilan tambahan tidak

ada, masyarakat miskin menjadi semakin jauh jaraknya dalam menikmati fasilitas kesehatan

dan pendidikan.

Faktor ekonomi yang dapat dilihat dari faktor produksi, sebenamya salah satu yang

menyebabkan rendahnya modal yang dimiliki, lahan yang sempit atau bahkan tidak memiliki

sama sekali. Luas lahan sebagai faktor produksi lah yang menggambarkan kemiskinan itu

sendiri. Untuk melihat kepemilikan lahan yang dimiliki oleh responden di Desa Buluhcina ini,

dijelaskan pada tabel berikut i n i :

Kepemilikan lahan dapat dijadikan sebagai sebuah altemative apabila masyarakat

miskin tidak memiliki pdceqaan dan penghasilan yang cukup. Akantetapi yang terjadi di Desa

Buluhcina tidak demikian, berdasarkan penelitian yang dilakukan bahwa sebagian besar dari

responden tidak memiliki lahan, yaitu sebanyak 23 responden (82,14 %). Sedangkan yang

memiliki hanya 5 responden (17,86 %). Responden yang memiliki lahan ini rata-rata

11

Page 12: Karakteristik Dan Peilaku Sehat

diusahakan sebagai lahan sawit dan karet. Tapi menurut mereka ini juga tidak seberapa,

karena lahan yang mereka miliki kurang dari 1 ha. Salah satu responden mengaku, laharmya

hanya bisa ditanami sekitar 30-60 batang karet saja. kepemilikan lahan yang mereka miliki

temyata juga tidak begitu membantu dikarenakan sempitnya lahan yang mereka miliki

Lama tinggal juga bisa dijadikan sebagai ukuran dimana, semakin lama seseorang

mendiami suatu wilayah, maka semakin baik untuk dapat memaksimalkan segala sumber

daya alam yang ada di wilayah tersebut. Berdasarkan pengumpulan informasi di lapangan,

dapat kita ketahui bahwa pada umumnya atau sebagian besar penduduk yang tinggal di Desa

Buluhcina yaitu lebih atau diatas 20 tahun, data menunjukkan 67,86 % responden telah

mendiami Desa Buluhcina diatas 20 tahxm. Kebanyakan dari mereka adalah penduduk asli

(melayu), dari semenjak lahir sampai sekarang. Sedangkan yang lainnya mempakan

pendatang, yang berasai dari berbagai daerah. Temyata lamanya mereka tinggal di Desa

Buluhcina tidak ada pengaruhnya, mereka tetap miskin.

Pemanfaatan fasilitas kesehatan yang dilakukan oleh masyarakat masih minim ini juga

disebabkan karena jumlah tenaga medis dan bomo sangat berbanding jauh. D i Desa

Buluhcina, fasilitas kesehatan yang ada sangat minim, dimana hanya terdapat 1 buah

Puskesmas pembantu yang hanya dijalankan oleh seorang bidan desa saja. dan bidan ini pun

tidak selalu setiap hari berada ditempat. Sedangkan tenaga bomo jumlahnya lebih banyak,

yaitu ada 5 bomo.

Tindakan yang dilakukan rumah sakit sebagai pelayanan umum ini tidak semestinya

demikian. Seharusnya dicari jalan alternatif laiimya untuk dapat menyelesaikan masalah

tersebut, tidak langsung mutlak berbuat demikian. Dan pada akhimya ini menjadi salah satu

momok menakutkan bagi masyarakat miskin untuk menjadai traumatis untuk mau

memanfaatkan fasiUtas kesehatan secara maksimal.

Faktor pendidikan dari responden juga ikut mempengaruhi b^aimana perilaku mereka

dalam memanfaatkan fasilitas kesehatatan yang ada. Dimana semakin baik kualitas

pendidikan seseorang idelanya akan dapat membawa pemikiran-pemikiran dari setiap

individu lebih maju. Data menunjukkan bahwa sebagian besar responden tingkat

pendidikannya hanya sampai SD, yaitu sebanyak 15 responden (53,57 %), 7 responden (25,00

%) tidak sekolah, 5 responden (17,86 %), dan hanya 1 responden (3,57 %) yang tamat SMP.

Pendidikan yang rendah yang hanya sampai SD ini yang membuat mereka tidak bisa berfikir

maju. Minimnya pengetahuan yang mereka miliki membuat mereka menjadi individu-

12

Page 13: Karakteristik Dan Peilaku Sehat

individu yang tidak dapat berfikir rasionai Kondisi pendidikan masyarakat miskin seperti

inilah yang terus mengakar. Adanya bantuan-bantuan dana dari Pemerintah seperti B L T

temyata bukan solusi yang bagus, ini hanya akan membuat mereka menjadi malas.

Faktor Nilai

Kebudayaan dan nilai bisa diartikan sebagai keseluruhan tingkah laku dan

kepercayaan yang dipelajari dan mempakan sebuah ciri anggota suatu masyarakat tertentu dan

dianggap lebih penting. Kebudayaan dan masyarakat tidak mungkin hidup terpisah satu sama

lain. Di dalam sekelompok masyarakat akan terdapat suatu kebudayaan. Didalam kebudayaan

akan terdapat norma, dimana yang dijadikan sebagai sebuah standar konkrit mengenai apa

yang diharapkan atau disetujui oleh sekelompok manusia mengenai fikiran dan tingkah laku

mereka. Segala harapam dan tingkah laku yang dihasilkannya sering bembah dari satu

kebudayaan ke kebudayaan berikutnya.

Seperti halnya dalam pemanfaatan fasilitas kesehatan dan pendidikan yang terjadi pada

masyarakat miskin, khususnya juga mempakan sebuah kebudayaan yang dipengaruhi oleh

nilai, pandangan dan laiimya. Pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa seluruh

respondnen (100 %) menyatakan masih percaya dengan pengobatan tradisional seperti dukun

kampong. Dapat dianalisis bahwa masyarakat miskin masih sangat identik dengan

menjunjung tinggi tradisi yang diturunkan oleh nenek moyangnya dahidu. Kebudayaan dan

tradisi masih sangat mempengaruhi kehidupan mereka. Mereka menganggap bahwa bomo

adalah orang pintar yang tahu semua jenis penyakit yang mereka derita, dengan tingkat

kesembuhan yang tinggi.

Tabel 5.10 menyatakan 11 responden (39,29 %) dari 28 jumlah responden mengatakan

berobat ke bomo lebih cepat tingkat kesembuhannya. Sebenamya ini disebabkan karena

sugesti yang ada dalam diri masyarakat miskin itu sendiri, sudah diajarkan oleh nenek

moyangnya sejak dahulu menjadikan mereka lebih percaya dengan penyembuhan lewat

pengobatan tradisional yang dalam hal ini adalah dukun. Responden yang mengatakan tingkat

kecepatan kesembuhannya sama (10 responden atau 35,71 %) disebabkan karena menumt

mereka setiap penyakit obatnya berbeda-beda, dimana ada penyakit yang harus dibawa ke

medis dan ada juga yang mesti dibawa ke bomo. Tradisi dan kepercayaan ini berasai dari

kepercayaan yang berasai dari etnis suami-istri, yang sebagian besar adalah bersuku melayu.

Ini menandakan bahwa kebudayaan kepercayaan serta tradisi terhadap dukun masih sangat

13

Page 14: Karakteristik Dan Peilaku Sehat

kuat melekat. Kemiskinan bukan hanya dalam hal masalah materi saja, akan tetapi yang

banyak teijadi adalah karena miskinnya ilmu pengetahuan yang mereka miliki serta tradisi

kuno yang tidak bisa mereka tinggalkan. Ini lah yang menjadikan mereka menjadi tidak

berkembang.

Berdasarkan analisa salah satunya yaitu temyata kepemilikan fasilitas M C K sendiri ini

bahwa kepemilikan M C K ini dipengaruhi atau memiliki hubungan dengen pemanfaatan

fasilitas kesehatan modem/Puskesmas, yang terlihat pada tabel berikut. Hasil pengamatan

menunjukkan bahwa lebih banyak proporsi responden yang memiliki M C K sendiri, yang

menyatakan sering memanfaatkan fasilitas kesehatan modem (Puskesmas). Sementara

diantara responden yang tidak memiliki fasilitas M C K sendiri, temyata yang tidak pemah

memanfaatkan Puskesmas jumlahnya lebih besar (66,67%) dibandingkan dengan yang

kadang-kadang dan sering. Dengan kata lain, berdasarkan data tersebut dapat dinyatakan

bahwa intensitas atau pemanfaatan fasilitas kesehatan modem (Puskesmas) menentukan atau

mempengaruhi ada atau tidaknya responden memiliki fasilitas M C K sendiri. Atau terdapat

hubungan anatara pemanfaatan fasilitas modem (Puskesmas) dengan kepemilikan M C K .

Semakin sering seseorang pemanfaatannya terhadap sarana kesehatan modem

(Puskesmas) maka kemungkinan besar mereka mengetahui bagaimana mereka bisa

berperilaku sehat yang salah satunya yaitu dengan tersedianya sarana kebersihan di

lingkungan tempat tinggal (kepemilikan M C K ) . Dan sebaliknya semakin tidak pemah mereka

memanfaatkan fasilitas kesehatan modem (Puskesmas) maka semakin minim pengetahuan

mereka terhadap kepedulian hidup sehat yang salah satunya adalah ketersediaan M C K di

lingkungan tempat tinggal.

Analisis Pertukaran Sosial

a. Proposisi sukses. Dalam proposisi ini djelaskan bahwa dalam setiap tindakan, semakin

sering suatu tindakan tertentu memperoleh ganjaran, maka kian kerap ia akan melakukan

tindakan itu (Poloina,2007: 61). Seperti halnya yang terjadi pada masyarakat miskin yang

ada di Desa B u l t ^ i n a bahwa dimana menumt responden saat mengalami sakit t i n ^ t

kesembuhan lebih besar berobat kedukun daripada ke medis.

b. Proposisi stimulus. Jika dimasa lalu terjadinya stimulus yang khusus atau seperangkat

stimuli, mempakan peristiwa dimana tindakan seseorang memperoleh ganjaran, maka

semakin mirip stimuli yang ada sekarang ini dengan yang lalu itu, akan semakin mungkin

14

Page 15: Karakteristik Dan Peilaku Sehat

seseorang melakukan tindakan serupa atau yang agak sama (Poloma, 2007:62). Seperti

halnya yang terjadi pada masyarakat miskin di Desa Buluhcina, banyaknya kendala serta

situasi dan kondisi seperti jumlah pendapatan keluarga yang minim, dengan jumlah

tanggungan yang rata-rata sebanyak 3-5 orang, yang mengakibatkan membentuk cara

serta pola perilaku yang membuat mereka menjadi apatis dan ini menjadi sebuah

kebiasaan bagi keluarga miskin.

c. Proposisi nilai. Semakin tinggi nilai suatu tindakan, maka kian senang seseorang

melakukan tindakan itu (Poloma,2007: 63). Dalam berperilaku, apabila dimasa lalu saat

mereka sakit mereka lebih mendapatkan kesembuhan dari dukun daripada secara medis,

maka dia akan kembali memilih dukim untuk waktu yang akan datang, ini dikarenakan

adanya kepercayaan sehingga pergi ke dukun jauh lebih penting yang baginya memiliki

kepastian kesembuhan daripada medis.

d. Proposisi deprivasi-satiasi (deprivation satiation). Semakin sering dimasa yang baru

berlalu seseorang menerima suatu ganjaran tertentu, maka semakin kurang bemilai bagi

orang tersebut peningkatan setiap unit ganjaran itu, sebagai titik kejenuhan terhadap

ganjaran yang sering didapatkan (Poloma,2007: 64). Bi la dimasa lalu mereka cenderung

atau sering pergi ke dukun karena keuntungan yang diperolehnya, maka pada saat-saat

tertentu atau sesekali mereka akan pergi ke medis jugju Ini dikarenakan adanya rasa

kejenuhan dan mungkin karena pada saat im pergi ke medis jauh lebih penting daripada ke

dukun.

e. Proposisi Restu-Agresi {Approval-Agression). Bi la tindakan seseorang tidak

memperoleh ganjaran yang diharapkaimya, atau menerima hukiunan yang tidak

diinginkan, maka dia akan marah, dia menjadi sangat cenderung memmjukkan perilaku

agresif, dan hasil perilaku demikian menjadi lebih bemilai baginya. Bilamana tindakan

seseorang memperoleh ganjaran yang diharapkannya, khusus ganjaran yang lebih besar

dari yang dikirakan, atau tidak memperoleh hukuman yang diharapkannya, maka dia akan

merasa senang, dia akan lebih mimgkin melaksanakan perilaku yang disenanginya dan

hasil dari perilaku yang demikian akan menjadi lebih bemilai baginya (Poloma,2007: 64).

Seperti halnya yang teqadi pada perilaku masyarakat miskin. Yang menyebabkan mereka

memiliki kecendenmgan pasif dan pasrah terhadap pemanfaatan fasilitas kesehatan dan

pendidikan, dikarenakan saat mereka mengalami sakit dan medis tidak bisa memberikan

kepuasan bagi mereka sehingga mereka menjadi sering bersikap pasrah. Seperti hahiya

15

Page 16: Karakteristik Dan Peilaku Sehat

yang terjadi yang menimpa saiah satu responden dimana bayinya pemali ditahan oleh

salah satu Rumah Sakit temama yang berada di Pekanbaru.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian ini yang dilakukan di Desa Buluhcina yaitu maka dapat

disimpulkan bahwa:

a. Fakor sosial-ekonomi juga menjadi hal penting yang melatarbelakangi perilaku

masyarakat miskin dalam pemanfaatan fasilitas kesehatan.

b. Pemanfaatan fasilitas kesehatan pada masyarakat miskin di Desa Buluhcina masih

rendah dan masih tergolong dalam berperilaku tradisional dimana kesimpvilannya

bahwa masyarakat lebih cenderung memanfaatkan fasilitas tradisional ketimbang

fasilitas kesehatan yang modem.

c. Dari ketersediaan sarana kebersihan dan kondisi tempat tinggal ini masih bisa

dikatakan sangat tidak maksimal. Ini dapat dilihat dari perilaku mereka sehari-hari

seperti mandi disungai yang berdasarkan pandangan mereka mengatakan setuju

apabila Sungai dijadikan sebagai tempat M C K .

d. Adapun yang melatarbelakangi perilaku tradisional tersebut yaitu adanya nilai-nilai

kepercayaan yang mempakan warisan dari nenek moyangnya seperti kepercayaan

terhadap dukun/bomo dimana 100% menyatakan percaya terhadap kesembuhan

dukun.

e. Karakteristik kemiskinan di komunitas yang diamati ini adalah : a) ketidakmampuan

memenuhi kebutuhan dasar (basic need) seperti pangan, gizi, sandang, papan

pendidikan dan kesehatan ; b) Inaccessibility, yaitu ketidakmampuan menjangkau

sumberdaya sosial dan ekonomi baik akibat rendahnya daya tawar {bargaining

position) maupim keterbatasan modal, teknologi dan sumber daya manusia ;

c)Vulnerability, mudah jatuh dalam kemiskinan (rentan) akibat berbagai resiko seperti

penyakit, bencana alam, kegagalan panen, dan sebagainya, sehingga harus menjual

asset produksinya. Kerentanan ini sering disebut poverty rackets atau roda penggerak

kemiskinan

16

Page 17: Karakteristik Dan Peilaku Sehat

D A F T A R P U S T A K A

Cohen, Bruce J : 1992. Sosiologi Suatu Pengantar: cetakan ke II. Jakarta. PT Rineka Cipta

Dwiyanto, Agus, H Sri Sulistyanto, dkk : 2005. Kemiskinan dan Otonomi Daerah.

Jakarta. LIPl Press

Giddens, Anthony, Daniel Bell : 2005. Sosiologi Sejarah dan Berbagai Pemikirnya.

Yogyakarta. Kreasi Wacana

Haris, Abdul, Nyoman Adika : 2002. Dinamika Kependudukan dan Pembangunan di

Indonesia: dari perspektif mah'o ke realitas mikro. Yogyakaxtai. Lembaga study

filsafat islam

Malo, Manasse, Sri Trisnoningtias. Metode Penelitian Masyarakat. Universitas Indonesia

Mudiyono, Oelin Marliyantoro, Sugiyanto : 2005. Dimensi-dimensi Masalah Social dan

Pemberdayaan Masyarakat. Yogyakarta A P M D Press

Muller, Johaimes : 2006. Perkembangan Masyarakat Lintas-ilmu. Jakarta. PT. Gramedia

pustaka utama

Narwoko,J Dwi : 2007. Sosiologi: Teks Pengantar dan Terapan. Jakarta. Kencana Prenada

Media Group

Paul, Doyle Johnson : 1986. Teori Sosiologi Klasikdan Modern. Jakarta. PT Gramedia

Poloma, Margaret M : 2007. Sosiologi Kontemporer. Jakarta. PT RajaGrafindo Persada

Prasetyo, Eko : 2005. Orang Miskin Tanpa Subsidi Yogyakarta. Resist book

Ritzer, George, Douglas J. Goodman : 2008. Teori Sosiologi Modern. Kencana Prenada

Media Group

Sanderson, Stephen K : 2003. Makro Sosiologi: sebuah pendekatan terhadap realitas

sosial. Jakarta. PT RajaGraiindo Persada

Sherraden, Michael : 2006. Aset Untuk Orang Miskin : perspektif baru usaha pengentasan

kemiskinan. Jakarta. PT rajagrafinda persada

Soelaeman, Munandar: 2005. Bmu Sosial Dasar: teori dan konsep ilmu sosial. Bandung. PT

Refika Aditama

Thabrany, Hasbullah : 2005. Pendi Kesehatan dan Alternatif Mobilisasi Dana

Kesehatan di Indonesia. Jakarta ja Grafindo Persada

Usman, Sunyoto : 2004. Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat. Yogyakarta. Pustaka

Pelajar

17