Karakteristik Dan Aplikasi Thyristor
-
Upload
irfanul-noel-ninetynine -
Category
Documents
-
view
89 -
download
6
description
Transcript of Karakteristik Dan Aplikasi Thyristor
LABORATORIUM ELEKTRONIKA DASAR II
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kata thyristor berasal dari bahasa Yunani dan berarti "pintu," seperti dalam membuka pintu
dan membiarkan sesuatu yang melewati itu.Thyristor adalah perangkat semikonduktor yang
menggunakan umpan balik internal untuk menghasilkan tindakan beralih.Thyristor yang
paling penting adalahkontrol penyearah silikon (SCR) dan triac.Seperti kekuasaan FET, SCR
dan triac dapat beralih arus besar dan mematikan.Karena itu, mereka dapat digunakan untuk
perlindungan tegangan, kontrol motorik, pemanas, sistem pencahayaan, dan beban arus deras
lainnya. Terisolasi gerbang transistor bipolar (IGBTs) tidak termasuk dalam keluarga
thyristor, namun akan dibahas dalam bab ini sebagai daya switching perangkat penting.
Thyristor dapat subclassified ke dalam kelompok berikutnya, kekuatan commutated
dan thyristor commutated line, gerbang thyristor belokan (GTOs), reverse melakukan
thyristor (RCT), induksi thyristor statis (duduk), gerbang thyristor belokan dibantu (GATTs),
cahaya diaktifkan dikontrol penyearah silikon (LASCRs), dan MOS dikendalikan thyristor
(MCT).Thyristor ini akan bekerja atau menghantar arus listrik dari anoda ke katoda jika pada
kaki gate diberi arus kearah katoda, karenanya kaki gate harus diberi tegangan positif
terhadap katoda. Pemberian tegangan ini akan menyulut thyristor, dan ketika tersulut thyristor
akan tetap menghantar. SCR akan terputus jika arus yang melalui anoda ke katoda menjadi
kecil atau gate pada SCR terhubung dengan ground.
Tiristordigunakan dalam pengendali kecepatan dari peralatan rumah tangga,
dalampenyambungan dan dalam penerapan penghematan daya. Tiristor sekarang dapat
diperoleh di pasaran dengan batas arus dari beberapa mA sampai beberapa ratus ampere dan
tegangan sampai beberapa kV.
1.2 Tujuan Percobaan
1. Untuk mempelajari karakteristik dan prinsip kerja SCR.
2. Untuk mempelajari karakteristik penggunaan SCR sebagai penyearah
3. Untuk mempelajari karakteristik penggunaan SCR sebagai switching
LABORATORIUM ELEKTRONIKA DASAR II
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Metode untuk menghidupkan thirystor adalah dengan menaikkan tegangan arah biasa
sampai di atas V BO . Metode ini tidak dipakai. Dengan menaikkan tegangan arah biasa pada
kecepatan yang terlalu tinggi.Hal ini dapat dilihat lewat kecepatan d V/dr tiristor. Pengaturan
pemacuan praktis tidak menggunakan cara ini. Kecepatan d V/dt ini menunjukkan kecepatan
maksimum munculnya transien pada suplai sebelum pembakaran palsu terbentuk.Dengan
menyuplai arus ke gerbang. Metode ini dilakukan dengan cara menyuplai suatu tegangan
dengan polaritas yang benar, yaitu positif untuk arus input gerbang, dan lebih dari ukuran
minimum untuk waktu yang lebih banyak dari pada waktu minimum. Triac adalah alat yang
dalam operasinya sangat mirip dengan SCR. Apabila SCR dihubungkan ke dalam rangkaian
ac, tegangan output diserahkan menjadi arus searah.Meskipun demikian triac dirancang untuk
menghantarkanpada kedua tengahan dari bentuk gelombang output.Oleh karena itu, output
dari triac adalah arus bolak-balik, bukan arus searah. Triac dibuat untuk menyediakan cara
agar control daya ac ditingkatkan. Triac beroperasi sebagai dua SCR dalam satu bungkus.
Rangkain ekivalen triac diperlihatkan sebagai dua SCR dalam satu bungkus.Rangkain
ekivalen triac diperlihatkan sebagai dua SCR yang dihubungkan parallel terbalik.Perhatikan
bahwa SCR dibalik, denga demikian, triac mampu menghantarkan denga salah satu polaritas
tegangan terminal. Ukuran yang menyatakan nilai-nilai minimum ini dapat dilihat pada data
pabrik dan dipakai untuk menentukan lebar dan ketinggian pulsa tegangan minimum yang
diperlukan untuk memacu tiristor.
Arus ini dapat disuplai dalam dua versi yang pertama secara langsung dari positif
suplai lewat sebuah resistor. Cara ini dapat dilakukan, tetapi boros karena tidak akan
diperlukan untuk memacu tiristor hidup. Yang kedua dari kapasitor yang diisi.Diperlukan
pengaturan untuk mengisi kapasitor kembali untuk waktu pembakaran berikutnya.Cara tidak
langsung untuk melaksanakan metode ini adalah dengan memakai osilator rileksasi
sambungan tunggal yang telah diperlihatkan.Silicon-controlled rectifier adlah alat semi
konduktor empat lapis (PNPN) yang menggunakan tiga kaki-anoda, katoda dan gerbang untuk
operasinya.Tidak seperti pada transistor, operasi SCR tidak dapat memperkuat sinyal SCR
tepat digunakan sebagai saklar solid-state dan dikategorikan menurut jumlah arus yang dapat
beroperasi.SCR arus rendah dapat bekerja dengan arus anoda kurang dari 1 A. SCR arus-
tinggi dapat menangani arus beban ribuan ampere.Sebagian besar SCR mempunyai
LABORATORIUM ELEKTRONIKA DASAR IIperlengkapan untuk penyerapan berbagai jenis panas untuk mendisipasi panas
internal.Penyearah silicon terkontrol (silicon-controlled rectifier) dan triac adalah alat thrystor
yang paling sering digunakan.Alat tersebut adalah kuda kerja dari elektronika industri.
Adapun metode mematikan tiristor seperti yang telah diperlihatkan tiristor terkancing
sesudah terpacu. Klau di operasikan pada suplai d.c tetap, tampaknya tidak dapat dimatikan.
Dengan mengurasi arus arah biasa dibawah ukuran arus pokok, tiristor akan kembali ke
keadaan nonkonduksi.
Hal ini dapat di capai dengan memutuskan hubungan suplay, akan tetapi kegunaan
tiristor sebagai saklar akan hilang karena diperlukan saklar lain untuk mengontrolnya. Dengan
memberikan tegangan arah terbalik ke tiristor. Cara ini dapat dilakukan dengan
menghubungkan kapasitor komutasi yang terisi ke tiristor. Dengan cara itu akan dihasilkan
dua hal pada waktu yang sama. Cara ini memberikan tegangan arah terbalik dan aliran arus
yang cepat sekali ke kapasitor guna mengkosongkannya, membelokkkan arus dari tiristor ,
dan menurunkannya sampai di bawah ukuran pokok. Tiristor itu mati dan kapasitor terisi oleh
tegangan suplai.Sirkiti komutasi lagi untuk mengoperasikan ini secara otomatis.Kapasitor
yang diperlukan berukuran amat besar karena dipakai untuk arus yang berat.Dengan memakai
suplai yang diperbaiki. Jika suplai tidak diperbaiki sampai dapat menghasilkan gelombang
penuh yang tidak diperhalus, ia akan jatuh ke nol sebanyak dua kali per siklus dan tiristor
acap kali mati.Dengan memakai tiristor pada suplai a.c. Tiristor akan mati pada setengah
siklus positif dan tidak berkonduksi dalam setengah siklus negative.
Tiristor digunakan dalam berbagai sirkit dengan suplai tegangan a.c sirkit bertegangan
rendah perlu diisolasi dari tegangan ini. Dengan dua metode untuk mencapai isolasi ini ialah
dengan transformasi arus. Dengan isolator optis, input diberikan ke light - emitting diode
(LED) dan cahaya yang dihasilkan di sensor oleh sebuah fototransistor, yang kemudian
menghidupkan transistor itu serta pulsa arus hasilnya membentuk tegangan pada resistor
eksternal yang dihugungkan ke sirkit katode/gerbang tiristor.Disini tiristor dipakai sebagai
saklar untuk mengontrol arus yang mengalir dalam muatan a.c. Tiristor dihidupkan oleh pulsa
pertama yang cocok dalam setengah siklus positif dan tetap hidup selama setengah siklus
itu.Ketika tegangan suplai jatuh ke nol, arus turun di bawah tingkat arun pokok dan tiristor
mati.Seperti yang disebutkan sebelumnya, low-current drop-out merupakan cara yang biasa
dilakukan untuk membuka suatu SCR. Tetapi saklar yang dikendalikan gerbang dirancang
untuk pembukaan yang mudah dengan pemicu yang tercatu balik. Saklar yang dikendalikan
gerbang tertutup oleh pemicu postitif.DIAC dapat mengunci arus dalam dua arah. Rnagkaian
ekuivalen suatu diac adalah dua buah diode empat lapis yang dipasang secara parallel, yang
LABORATORIUM ELEKTRONIKA DASAR IIsecara ideal sama dengan Grendel. Diac tidak akan menghantarkan sampai tegangan yang
melaluinya melebihi tegangan breakover dalam satu arah.
Sebagai contoh, apabilav memiliki prioritas seperti yang ditunjukkan , diode yang
berada di sebelah kiri akan menghantar saat v melebihi tegangan breakover. Dalam hal ini,
Grendel yang di sebelah kiri tertutup. Saat v memiliki prioritas yang sebaliknya, Grendel yang
di sebelah kkanan akan tertutup.Pada susunan SCR. Masukannya disebut gerbang (gate)
bagian atas disebut anoda dan bagian bawah disebut katoda.SCR jauh lebih berguna
disbanding dengan diode empat lapis, karena pemicuan gerbang lebih mudah disbanding
dengan pemicuan breakover.Oleh karena itu, SCR setara dengan Grendel dengan masukan
pemicu. Karena gerbang SCR dihubungkan dengan basis transistor internal, maka diperlukan
setidaknya 0,7 V untuk memicu sebuah SCR. Lembar data menyebutkan tegangan ini
sebagai tegangan pemicu gerbang (gate trigger voltage) VGT, daripada menyebutkan hambatan
masukan gerbang, pabrik SCR memberikan arus masukan minimum yang dibutuhkan untuk
menghidupkan SCR, Lembar data menyebutkan dengan arus pemicu gerbang (gate trigger
current) IGT.
Setiap pemicu positif menutup saklar yang dikendalikan gerbang, dan setiap pemicu
negative membukanya.Karena ini, kita mendapatkan keluaran gelombang kotak.Saklar yang
dikendalikan gerbang telah digunakan pada pencacah, rangkaian digital, dan aplikasi-aplikasi
lain yang terdapat pemicu negative.
Selama setengah siklus siklus negatif , Tiristor tetap mati. Sinyal sinyal pemacu dapat
di peroleh dari sirkit osilator rileksasi UJT seperti yang telah di uraikan. Bila dioperasikan
dari suatu sirkit gelombang penuh yang diperbaiki, sinyal-sinyal itu akan sinkron dengan
suplai a.c. Tiristor sehingga tiristor akan selalu menerima pulsa pemacunya.
(Wooollard, B, 2003 )
Thyristor berasal dari bahasa Yunani yang berarti ‘pintu’. Sifat dan cara kerja komponen ini
memang mirip dengan pintu yang dapat dibuka dan ditutup untuk melewatkan arus listrik.
Thyristor merupakan salah satu tipe devais semikonduktor daya yang paling penting dan telah
banyak digunakan secara ekstensif pada rangkaian daya . Thyristor biasanya digunakan
sebagai saklar/bistabil, beroperasi antara keadaan non konduksi ke konduksi. Pada banyak
aplikasi, thyristor dapat diasumsikan sebagai saklar ideal akan tetapi dalam prakteknya
thyristor memiliki batasan karakteristik tertentu. Ciri dari sebuah thyristor adalah komponen
yang terbuat dari bahan semiconductor silicon. Walaupun bahannya sama, tetapi struktur P-N
junction yang dimilikinya lebih kompleks dibanding transistor bipolar atau MOS. Komponen
thyristor lebih digunakan sebagai saklar (switch) daripada sebagai penguat arus atau tegangan
seperti halnya transistor. Sebuah thyristor dapat bekerja dan dapat disimulasikan terdiri dari
LABORATORIUM ELEKTRONIKA DASAR IIsebuah resistor R on, Sebuah induktor Lon, sebuah sumber tegangan DC V yang terhubung
seri dengan Switch (SW). SW dikontrol oleh signal Logic yang yang bergantung pada
tegangan Vak, arus Iak dan signal Gate (G). Jika dipilah, struktur ini dapat dilihat sebagai dua
buah struktur junction PNP dan NPN yang tersambung di tengah. Ini tidak lain adalah dua
buah transistor PNP dan NPN yang tersambung pada masing-masing kolektor dan base.
Rangkaian transistor yang demikian menunjukkan adanya loop penguatan arus di
bagian tengah. Dimana diketahui bahwa Ic = BIb, yaitu arus kolektor adalah penguatan dari
arus base. Jika misalnya ada arus sebesar Ib yang mengalir pada base transistor Q2, maka
akan ada arus Ic yang mengalir pada kolektor Q2. Arus kolektor ini merupakan arus base Ib
pada transistor Q1, sehingga akan muncul penguatan pada pada arus kolektor transistor Q1.
Arus kolektor transistor Q1 tdak lain adalah arus base bagi transistor Q2. Demikian
seterusnya sehingga makin lama sambungan PN dari thyristor ini di bagian tengah akan
mengecil dan hilang. Tertinggal hanyalah lapisan P dan N di bagian luar. Jika keadaan ini
tercapai, maka struktur yang demikian todak lain adalah struktur dioda PN (anoda-katoda)
yang sudah dikenal. Pada saat yang demikian, disebut bahwa thyristor dalam keadaan ON dan
dapat mengalirkan arus dari anoda menuju katoda seperti layaknya sebuah dioda.
Karakteristik Thyristor dapat dilihat pada Gambar 4. Karaktristik tegangan versus arus
ini diperlihatkan bahwa thyristor mempunyai 3 keadaan atau daerah, yaitu :
1. Keadaan pada saat tegangan balik (daerah I)
2. Keadaan pada saat tegangan maju (daerah II)
3. Keadaan pada saat thyristor konduksi (daerah III)
Pada daerah I, thyristor sama seperti diode, dimana pada keadaan ini tidak ada arus
yang mengalir sampai dicapainya batas tegangan tembus (Vr). Pada daerah II terlihat bahwa
arus tetap tidak akan mengalir sampai dicapainya batas tegangan penyalaan (Vbo). Apabila
tegangan mencapai tegangan penyalaan, maka tiba – tiba tegangan akan jatuh menjadi kecil
dan ada arus mengalir. Pada saat ini thyristor mulai konduksi dan ini adalah merupakan
daerah III. Arus yang terjadi pada saat thyristor konduksi, dapat disebut sebagai arus genggam
(IH = Holding Current). Arus IH ini cukup kecil yaitu dalam orde miliampere. Untuk
membuat thyristor kembali off, dapat dilak
https://andihasad.wordpress.com/tag/karakteristik-thyristor/
Misalkan C capasitor, awalnya bermuatan, ditempatkan secara seri dengan dioda dan masukan
Vi puncak 30 V. Perhatikan ayunan positif pertama dari Vi. Dioda ini kemudian forwarding
bias sehingga arus mengalir, dan elektron mencapai pelat kanan capasitor tersebut.Tangan
kiri-otomatis obstains kini dibebankan. Tegangan itu diberikan oleh V = Q / C, di mana C dan
plat positif bergabung efektif untuk generator katoda throughthe, V menentang ayunan
LABORATORIUM ELEKTRONIKA DASAR IItegangan positif dari katoda melalui generator.V menentang ayunan tegangan positif dari Vi
masukan, sejauh dioda yang bersangkutan. Pengaruh V karena akan meningkatkan, karena
aliran elektron. Ayunan input 'kembali geser' Vi, menghasilkan aliran kurang lancar.
Akhirnya, ketika tegangan C sama dengan 30V, nilai puncak input, ada aliran elektron dan
dioda berhenti melakukan diode Voltmeter. Aksi slide-kembali dihasilkan oleh adanya
kapasitor memainkan penting dalam aksi detektor, dan auto-bias dalam oscilators.Hal ini juga
digunakan dalam voltmeter dioda, banyak digunakan untuk mengukur ac tegangan.Seperti
yang kita telah menunjukkan, dengan Vc tegangan akhir di C di sirkuit yang sama dengan
nilai puncak ac masukan Vi. Sekarang Vc adalah DC tegangan. Namun, jika pulsa pemicu
diterapkan pada T elektroda pemicu selama setengah siklus positif, tyristor yang melakukan
heavely dan ketahanan jatuh ke nilai yang rendah. Sebagian besar tegangan yang
dikembangkan di seluruh beban.
Jadi jika voltmeter dc cocok dimasukkan, am tegangan tidak diketahui, X volt, di
komponen PQ, misalnya, dapat diukur. Perawatan harus dilakukan dalam memilih d, c meter,
dc meter 500 ohm perlawanan telah beeen dikonversi untuk bertindak sebagai 0-125 V
dc.Voltmeter dengan menambahkan 5Mohm abiut dalam seri.Konstanta waktu, CR, kemudian
5 detik.Jika a.c. tersebut tegangan listrik frekuensi, 50 Hz, periodenya adalah 1/50 detik.
Dalam hal ini, oleh karena itu, muatan di C tidak bocor pergi jauh sebelum itu terjadi, oleh
karena itu, muatan di C tidak bocor pergi jauh sebelum diisi ulang dengan nilai puncak.
Dengan demikian tegangan R cukup konstan.
Thyristor, juga dikenal sebagai silikon dikontrol penyearah (SCR) adalah perangkat
semikonduktor lapisan empat banyak digunakan untuk mengendalikan ac kekuatan untuk
beban.Sebagai contoh, dapat digunakan untuk mengendalikan kecepatan bor listrik.thyristor
terhubung ke sebuah a.c. pasokan. Perhatikan bahwa mereka telah memicu elektroda T.
Dengan asumsi bahwa tegangan puncak ac pasokan tidak melebihi tegangan rusaknya dari
SCR tidak ada arus mengalir antara k katoda dan anoda A, bahkan ketika anoda dibuat positif
terhadap katoda.T juga dikenal sebagai 'pintu gerbang'.Namun, jika pulsa pemicu diterapkan
pada T elektroda pemicu selama setengah siklus positif, tyristor yang melakukan heavely dan
ketahanan jatuh ke nilai yang rendah.Sangat sedikit dari tegangan yang diterapkan sekarang
dikembangkan di seluruh thyristor, sebagian besar tegangan yang dikembangkan di seluruh
beban.Dengan demikian daya dikirimkan ke beban selama waktu konduksi.Konduksi berhenti
ketika tegangan diterapkan jatuh ke nol dan masuk ke dalam setengah siklus negatif.
Sejak konduksi terjadi ketika pulsa pemicu diterapkan, titik konduksi dapat
divariasikan dengan mengubah waktu apllying pulsa th. Dalam hal ini wa waktu selama beban
cariies arus dapat dikurangi atau ditambah. (M. Nelkon. 1984)
LABORATORIUM ELEKTRONIKA DASAR II
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
3. 1 Komponen dan Peralatan
3.1.1 Komponen dan Fungsi
1. SCR 2P4M
Fungsi: sebagai switching atau saklar pada rangkaian
2. Resistor (220Ω, 4.7KΩ, 1KΩ)
Fungsi: sebagai penghambat arus
3.1.2 Peralatan dan Fungsi
1. ECS Trainer
Fungsi :untuk merangkai percobaan dan menghitung outputnya
a. Voltmeter
Fungsi: untuk mengukur tegangan
b. Potensiometer
Fungsi: sebagai hambatan geser
2. CPE-EO200-04
Fungsi: untuk merangkai percobaan dan menghitung outputnya
3. Jumper
Fungsi: untuk menghubungkan antarkomponen
3.2 Prosedur Percobaan
1. Dipersiapkan semua peralatan dan komponen
2. Dihubungkan Elektronik Desain Eksperimen pada arus PLN dan pastikan unit dalam
keadaan off
3. Dirangkai rangkaian sesuai skema rangkaian
4. Diputar positif ( + ) kontrol tegangan sepenuhnya berlawanan arah jarum jam dan
kemudian putarpotensiometer 1KΩ sepenuhnya berlawanan arah jarum jam
5. Dihidupkan Elektronik Desain Eksperimen dan kemudian disesuaikan positif
(+)kontrol tegangan sampai +12 volt DC diterapkan pada potensiometer R1 (ukur
tegangan ini di terminal 1 dan 3 dari R1 dengan voltmeter). Potensiometer
R1sekarang dapat digunakan untuk mengontrol tegangan kemudian diterapkan pada
LABORATORIUM ELEKTRONIKA DASAR IIresistor seri R2dan R3. Tegangan yang melalui R3 disediakan untuk tegangan gate ke
katoda untuk SCR yang akan menyebabkan arus mengalir di gate
6. Diukur tegangan pada SCR Anoda ke tegangan Katoda (VF) dengan menggunakan
multimeter
7. Diukur tegangan pada R4, dicatat tegangan ini sebagai( VR4) menggunakan
multimeter. Nilai yang dicatat merupakan nilai tegangan yang melalui R4 ketika SCR
off
8. Digunakan tegangan pada R4 untuk menghitung arus (IF) yang melalui R4
(menggunakan hukum Ohm). Nilai arus yang didapat (IF) merupakan nilai SCR ketika
off
9. Dihubungkan Voltmeter terhadap SCR lagi dan untuk mendapatkan nilai VF dengan
memutar potensiometer R1 perlahan searah jarum jam dan akan menyebabkan IG
bertambah. Lanjutkan terhadap R1 sampai didapat perubahan pada VF dan hentikan
setelah mendapat nilai VF yang baru dan catat hasilnya di kolom on, nilai tersebut
merupakan nilai ketika SCR on
10. Digunakan tegangan pada R4 yang didapat pada langkah 8 dan hambatan R4
dikalkulasikan untuk mendapatkan arus pada R4 dengan menggunakan hukum Ohm.
Nilai yang diperoleh merupakan IF pada saat SCR on dan dicatat nilainya pada tabel
on
11. Dengan Elektronik Desain Eksperimen keadaan on, diputuskan salah satu ujung R4
dan kemudian pasang resistor dengan segera pada posisi sebenarnya. Keadaan ini
mengurangi nilai IF menjadi nol. Diukur VF yang melalui R4 lagi dan hal tersebut
akan menjelaskan SCR on atau off.
12. Dimatikan Elektronik Desain Eksperimen dan diputuskan R4.
13. Disusun kembali peralatan
LABORATORIUM ELEKTRONIKA DASAR II3.3. Skema Rangkaian
LABORATORIUM ELEKTRONIKA DASAR IIBAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Data Percoaan
SCR OFF ON
Vf (Volts) 12,08 0,8
VR4 (Volts) 5.10-3 11,3
If (mA) 2,27 . 10-5 0,05
Medan, 22 Maret 2016
Asisten Praktikan
(Frisanto Simbolon) (Rica Asrosa)
4.2 Analisa Data
1. Tuliskan cara kerja SCR sesuai praktikum!
LABORATORIUM ELEKTRONIKA DASAR IIJawab:
Berdasarkan data yang kami peroleh pada praktikum, cara kerja dari SCR dapat
digunakan sebagai penyearah dan dapat digunakan sebagai switching dengan
menggunakan saklar sebagai penyambung dan pemutus arus. Hasil percobaan
yang dilakukan sesuai dengan teori karena saat salah satu saklar dalam keadaan
ON maka arus akan melewati gate tempat masuknya arus dan ketika kedua saklar
dimatikan, maka tidak ada arus yang mengalir sehingga LED tidak menyala.
2. Mengapa pada arus AC ketika trigger/ pemicu diputus lampu mati?
Jawab:
Karena pada saat arus AC ketika trigger/pemicu diputus, tidak ada arus yang
mengalir sehingga LED tidak menyala.
3. Mengapa pada arus DC ketika trigger/pemicu diputus lampu hidup?
Jawab:
Karena pada saat arus DC ketika trigger/pemicu diputus, karena tetap ada arus
yang mengalir sehingga LED menyala.
4.3 Gambar Percobaan
LABORATORIUM ELEKTRONIKA DASAR II
BAB V
LABORATORIUM ELEKTRONIKA DASAR II
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Karakteristik dan prinsip kerja SCR adalah:
Dapat disimpulkan bahwa karakteristik dari SCR adalah apabila tegangannya kecil
maka rangkaian pada SCR itu akan berfungsi sebagai switching atau arus akan
mengalir dan apabila tegangan atau arus yang masuk pada rangkaian SCR besar, maka
rangkaian tersebut tidak dapat menghantarkan arus atau tidak berfungsi sebagai
switching. Dalam data tersebut dapat kita simpulkan bahwa rangkaian SCR akan
berfungsi sebagai switching, apabila tegangan dan arus yang melaluinya kecil.
Karakteristik dan prinsip kerja SCR adalah arus yang melalui anoda A ke katoda K
relative sangat kecil selama tegangan diantaranya belum melawati VBO (Break Over
Voltage). Setelah arus terlewati maka tegangan antara Anoda ke Katoda akan turun
hingga mencapai harga VH (Hold Voltage). Dioda akan tetap menghantar selama arus
yang melewatinya tidak kurang dari nilai IH.
2. Cara Kerja SCR sebagai Penyearah adalah sebagai berikut:
Apabila dikehendaki tegangan keluaran yang bisa diubah-ubah, digunakan thyristor
sebagai pengganti dioda. Tegangan keluaran penyearah thyristor dapat diubahubah atau
dikendalikan dengan mengendalikan delay atau sudut penyalaan α dari thyristor.
Penyalaan ini dilakukan dengan memberikan pulsa triggerpada gate thyristor. Pulsa
trigger dibangkitkan secara khusus oleh rangkaian trigger.
Rangkaian trigger dirancang untuk memberikan pulsa dengan ketinggian dan kelebaran
tertentu disesuaikan dengan thyristor yang digunakan. Pulsa ini juga dapat digeser-geser
sudutnya sehingga penyalaan thyristor dapat dilakukan setiap saat dalam ranah
(range)nya.
LABORATORIUM ELEKTRONIKA DASAR IIBila thyristor disulut pada sudut α, thyristor Q1 akan konduksi maka tegangan
keluaran v1 akan muncul pada beban. Keadaan konduksi ini berlangsung hingga
tegangan kembali ke nol dan mulai negatif (komutasi alamiah).Ketika tegangan negatif,
maka Q1 dalam keadaan bias-mundur.Waktu dari tegangan mulai beranjak ke arah
positif sampai dengan thyristor mulai konduksi disebut sudut penyalaan atau sudut
penyulutan α.
Dengan demikian, tegangan keluaran penyearah dapat diatur-atur dengan mengatur
sudut penyalaan pulsa gatenya, dalam hal ini, dari 0 - 180°.Bila sudut penyalaan α kecil,
berarti thyristor konduksi secara dini sehingga tegangan (vd) dan daya keluaran akan
besar. Sebaliknya, bila sudut α besar, tegangan dan daya keluarannya akan kecil.
3. Cara Kerja SCR sebagai Switching adalah sebagai berikut:
Dalam keadaan gate tidak diberikan picu (trigger), SCR tidak menghantrakan arus,
istilahnya dalam keadaan demikian ini “OFF” atau “Blocked”. Hal ini dapat
dipersamakan (antara anoda dan katoda) dengan switch dalam keadaan terbuka.Apabila
tegangan picu (meskipun hanya sesaat) diberikan pada gate, maka SCR akan
menghantar atau “ON”. Jadi, SCR akan bekerja sebagai silicon dioda biasa yang dapat
menghantar arus pada jurusan dari anoda ke katoda, akan tetapi ”blocked” pada jurusan
yang sebaliknya.
Sewaktu SCR telah “ON”, kemudian secara mendadak tegangan positif pada gate kita
putuskan, maka SCR tetap ON. Jelasnya untuk membuat SCR dapat ON cukup dengan
memberikan tegangan positif dalam waktu yang pendek karena da;am pemakain
tegangan (DC), SCR akan bekerja terus-menerus seperti halnya silicon rectifier biasa
bahkan kita dapat melakukan pengendalian SCR dengan memberikan pulse positif pada
gatenya
Hubungan antara gate dan katoda pada SCR bersifat seperti dioda silicon, sehingga
antara gate dan katoda berimpedansi rendah pada rah forward (conduct). Pengendalian
tegangan gate dibutuhkan antara 1-2 volt saja dengan arus gate beberapa puluh
miliampere, tegangan dan arus ini sudah cukup untuk membuat SCR yang
berkemampuan menghantar arus sebesar beberapa puluh ampere (arus anoda-
katoda).Apabila SCR telag dalam keadaan ON, cara untuk meng-OFF kan kembali tak
dapat dilakukan melalui gate, melainkan kita harus menurunkan besarnya arus anoda-
katoda sampai batas dibawah nilai Ih “holding current” (nilai mendekati nol). Apabila
sekarang SCR digunakan untuk keperluan arus tukar AC, kita tak mendapat kesulitan
LABORATORIUM ELEKTRONIKA DASAR IIsebab setiap setengah periode positif akhir, tegangan arus AC akan menurun dan
kemudian nol.
5.2 Saran
1. Sebaiknya praktikan selanjutnya teliti dalam merangkai peralatan dan komponen
pada percobaan.
2. Sebaiknya praktikan selanjutnya mengetahui cara kerja SCR sebagai penyearah dan
sebagai switching.
3. Sebaiknya praktikan selanjutnya lebih teliti dalam mengukur tegangan yang
digunakan
LABORATORIUM ELEKTRONIKA DASAR II
DAFTAR PUSTAKA
Nelkon, M. 1980. ELEKTRONICS AND RADIO PRINCIPLES. Penerbit Heinemann
Education Books: London.
Woollard, B. 2003. ELEKTRONIKA PRAKTIS. Penerbit PT Pradnya Paramita: Jakarta.
Halaman : 89 - 92
https://andihasad.wordpress.com/tag/karakteristik-thyristor/Woollard, B. 2003.
Diakses : 20 Maret 2016 , 2.24 WIB.
Medan, 22 Maret 2016
Asisten Praktikan
(Frisanto Simbolon) (Rica Asrosa)