Karakteristik Citra Aster Jadi

download Karakteristik Citra Aster Jadi

of 3

Transcript of Karakteristik Citra Aster Jadi

KARAKTERISTIK CITRA ASTER Aster adalah sensor dari Satelite Terra dihasilkan oleh proyek kerja sama JAPANUSA, dalam memecahkan persoalan yang menyangkut SDA dan Lingkungan. Projec ini didukung sepenuhnya oleh para ilmuwan JAPAN-USA dari beragam keilmuan diantaranya : geologi, meteorology, pertanian, kehutanan, studi lingkungan, gunung berap Sensor pada citra Aster ini terdiri dari 3 bagian yaitu Visible and Near-In-frared Radiometer (VNIR), Short Wavelength Infrared Radiometer (SWIR), Thermal Infrared Radiometer (TIR), Intersected Signal Processing Unit dan Master Power Unit. VNIR merupakan high performance dan high resolution optical instrument yang digunakan untuk mendeteksi pantulan cahaya dari permukaan bu-mi dengan range dari level visible hingga infrared (520 860 mikrometer) dengan 3 bands. Dimana band nomor 3 dari VNIR ini merupakan nadir dan backward looking data, sehingga kombinasi data ini dapat diguna-kan untuk mendapatkan citra stereoscopic. Digital Elevation model (DEM) dapat diperoleh dengan mengaplikasikan data ini, sehingga data ini ti-dak hanya untuk peta topografik saja, tetapi bisa juga digunakan sebagai citra stereo. SWIR merupakan high resolution optical instrument dengan 6 bands yang digunakan untuk mendeteksi pantulan cahaya dari permukaan bumi dengan short wavelength infrared range (1.6 2.43 mikrometer). Penggunaan radiometer ini memungkinkan menerapkan ASTER untuk identifikasi jenis batu dan mineral, serta untuk monitoring bencana alam seperti monitoring gunung berapi yang masih aktif. TIR adalah high accuracy instrument untuk observasi thermal infrared radi-ation (800 1200 mikrometer) dari permukaan bumi dengan mengguna-kan 5 bands. Band ini dapat digunakan untuk monitoring jenis tanah dan batuan di permukaan bumi. Multi-band thermal infrared sensor dalam sa-telit ini adalah pertama kali di dunia. Ukuran citra adalah 60 km dengan ground resolution 90m.

PEMANFAATAN CITRA ASTER DALAM PEMETAAN SEBARAN POTENSI DEPOSIT NIKEL LATERIT DI SOROWAKO, SULAWESI SELATAN Salah satu pemanfatan citra aster adalah untuk menentukan pemetaan sebaran potensi deposit nikel laterit di Sorowako, Sulawesi Selatan. Selama ini eksplorasi terhadap nikel laterit dilakukan dengan mencari singkapan ultramafik, pemetaan lapangan, pengeboran, dan analisa laboratorium untuk mengetahui kandungan mineral dan kimiawi nikel. Namun seiring berkembangnya teknologi dalam bidang pemetaan, keterbatasan tersebut kini dapat diatasi dengan menggunakan aplikasi dari teknologi penginderaan jauh dan Sistem Informasi Geografis (SIG) (Rajesh, 2004). Aplikasi penginderaan jauh dan SIG dalam eksplorasi mineral memiliki banyak keuntungan, antara lain cakupan wilayahnya luas, hemat biaya, data yang mudah diperbaharui (up date) dan memungkinkan integrasi dengan berbagai jenis data satelit, geofisika, geokimia, Digital Elevation Model (DEM), dan sebagainya. Sehingga proses analisa semakin efisien, cepat, dan akurasi yang meningkat. Pemetaan lithologi merupakan pemetaan sumberdaya mineral, dengan menarik kesimpulan dari beberapa parameter utama yang diperoleh melalui observasi penginderaan jauh, seperti mengidentifikasi nilai spektral batuan, penampakan struktural, pelapukan dan bentuk daratan (landform), serta pola aliran sungai. Pemetaan struktur didasarkan pada hubungan antara deposit mineral dengan beberapa tipe deformasi, seperti patahan, lipatan atau struktur geologi lainnya.

Dalam pemanfaatan citra Aster dilakukan dengan identifikasi sebaran nikel laterit melalui teknologi penginderaan jauh. Sensor yang digunakan untuk mengidentifikasi deposit mineral adalah Advanced Spaceborne Thermal Emission Radiometer (Aster). Salah satu kelebihan citra Aster dalam memetakan sebaran mineral permukaan adalah ketersediaan saluran (band) yang lebih banyak (VNIR saluran 1 3, SWIR saluran 4 9, dan TIR saluran 10 14) dan resolusi spasial yang lebih baik dibandingkan citra Landsat, oleh karena itu Aster cocok dalam memetakan berbagai jenis batuan dan mineral. Kemudian harga citra Aster yang jauh lebih murah dibandingkan menggunakan satelit hyperspectral ataupun pemetaan udara menjadikan Aster menarik untuk digunakan lebih jauh. Hasil yang ditangkap oleh sensor menunjukkan keberhasilan penginderaan jauh dalam pemetaan mineral alterasi hidrothermal terutama di daerah arid dan semi arid, hal ini dikarenakan Kejadian mineral di permukaan yang cukup mencolok, sehingga mudah untuk dikenali oleh sensor satelit. Dari pemanfaatan penggunaan citra aster untuk pemetaan sebaran nikel dapat disimpulkan bahwa : y Kemampuan sensor ASTER dalam pemetaan geologi regional dan menunjukkan hasil yang positif, akan tetapi untuk pemetaan mineral yang lebih spesifik diperlukan penelitian dan pengembangan lebih lanjut baik dari faktor sumber daya manusia, prasarana pendukung, dsb. y Pada daerah tropis terkadang tutupan awan sangat tebal, sehingga kemampuan Aster berkurang. Oleh karena itu fusi data dengan citra lainnya, seperti Radar sangat bermanfaat dalam pengembangan lebih lanjut. Selain itu melalui integrasi dengan sensor Radar penetrasi gelombang elektromagnetik dapat menembus lapisan tanah yang lebih dalam. y Kondisi ruang muka bumi memiliki perbedaan antara satu tempat dengan tempat lainnya, pemahaman terhadap karakteristik wilayah, teknologi pemetaan, objek yang dituju dan konstruksi Sistem Informasi Geografis