Karakteristik Akhlak Islam
-
Upload
nizammuluk -
Category
Documents
-
view
793 -
download
2
Transcript of Karakteristik Akhlak Islam
KARAKTERISTIK AKHLAK ISLAM
Sebelum menjelaskan tentang pengertian akhlak , alangkah
baiknya Penulis mengulas sekilas istilah yang sering disamakan
dengan akhlak yaitu budi pekerti, etika dan moral.
Budi pekerti merupakan istilah netral yang mempunyai arti
tuntutan sekaligus ukuran baik dan buruk perbuatan, baik
menurut apa? belum bisa dijawab inilah yang disebut netral tadi.
(Tafsir, 2012: 120). Etika yaitu ilmu yang menyelidiki mana yang
baik dan buruk dengan memperhatikan amal perbuatan manusia
sejauh yang diketahui oleh akal pikiran. (Ya’qub, 1983: 13).
Sedangkan moral berasal dari kata bahasa latin “mores” kata
jama’ dari “mos” yang berarti adat kebiasaan. Secara terminologi
moral yaitu perbuatan baik dan buruk yang didasarkan pada
kesepakatan masyarakat. ( Saebani,2010: 30).
Dari ulasan singkat tentang budi pekerti, etika, moral jelas
bahwa budi pekerti adalah kata netral yang menunjukan baik dan
buruk, bila baik buruk itu berdasarkan akal maka budi pekerti
etika dan bila baik buruk didasarkan dengan kesepakatan
masyarakat maka budi pekerti moral. Lalu bagaimana dengan
akhlak?, inilah yang akan dibahas oleh Penulis.
Kata “َا5ْخ3الق ” berasal dari bahasa arab jama’ dari kata “ُل8ق ٌْخ8 ”
yang berarti budi pekerti, perangi, tingkah laku atau tabiat, tata
karma, sopan santun, adab dan tindakan. ( Saebani, 2010: 13).
Sedangkan pengertian secara termonologi, akhlak yaitu budi
pekerti yang ditentukan oleh agama. ( Tafsir, 2012: 121). Imam
ghozali ( Dzatnika, 1996: 27) berpendapat akhlak yaitu suatu sifat
yang tetap pada jiwa yang padanya timbul perbuatan-perbuatan
dengan mudah, dengan tidak membutuhkan kepada pikiran.
Sedangkakan Ahmad Amin ( Dzatnika, 1996: 27) mendefinisikan
akhlak yaitu membiasakan kehendak. Dari pengertian Ahmad
Amin dan Ghozali sesuatu menjadi akhlak apabila perbuatan-
perbuatan baik atau buruk dilakukan dengan diulang-ulang
sehingga pada waktu mengerjakan perbuatan tersebut menjadi
kebiasaan dan tidak menimbulkan pemikiran lagi.
Uraian dia atas menjelaskan bahwa akhlak merupakan budi
pekerti yang berdasarkan agama Islam yakni al-Qur’an dan hadits
berbeda dengan etika dan moral bahkan dengan akhlak yang ada
dalam agama samawi lainnya yaitu Yahudi dan Nasroni.
Menurut Ali Abdul Halim Mahmud ( 2004: 19) akhlak islam
berbeda dengan akhlak agama samawi lainnya yaitu Yahudi dan
Nasrani. Dalam yahudi akhlak lebih memperhatikan terhadap
kehidupan dunia. Sebagian besar konsentrasi mereka (yahudi)
dicurahkan kepada kehidupan dunia fana ini, sedangkan
kehidupan yang kekal mereka hanya sedikit perhatian dan
larangan-larang mereka hanya berlaku kepada kerabat,
sebagaimana tercantum dalam perjanjian lama, kitab
keluaran:19/5 yang berbunyi:
“ Hormatilah ayah dan ibumu agar kehidupan yang diberikan
Tuhanmu di bumi ini berlangsung lama, jangan sampai
membunuh, jangan berzina, jangan mencuri, jangan menjadi saksi
palsu atas tuntutan yang yang ditujukan kepada kerabatmu,
jangan pula kau menginginkan rumah, istri, hamba laki-laki, sapi,
keledai, dan sedikitpun dari milik kerabatmu.”
Menurut Mahmud ( 2004: 20) akhlak dalam agama Nasroni
yang berasal dari Tuhan tetapi Agama Masehi ini lebih
memperhatikan kehidupan akhirat, sehingga kehidupan dunia
terabaikan sebagaimana tercantum dalam injil Matius: 4/3:
“beruntunglah orang-orang yang penyayang kerena mereka
menyayangi. Beruntunglah orang-orang yang hatinya suci kerena
mereka menyaksikan Allah…...kalian bahwasannya ada yang
berkata ‘ Mata dibalas dengan mata, gigi dibalas dengan gigi’
akan tetapi Aku berkata’ janganlah kalian balas kejahatan akan
tetapi jika seseorang menampar pipi kananmu maka berikanlah
pipi kirimu….” Kalau begitu apa karakteristik akhlak islam?
Maka Penulis akan mengulas tentang karakteristik akhlak islam.
Akhlak Islam mempunyai karakter adalah al-qur’an dan hadits
sebagai sumbernya, kedudukan akal, motivasi iman, mata rantai
akhlak, tujuan luhur akhlak. ( Ya’qub, 1983: 50).
a. Al-Qur’an dan Hadits sebagai sumber akhlak islam
Al-Qur’an dan hadits sebgai sumber hokum bagi umat islam baik
dalam aqidah, ibadah dan juga dalam akhlak. Sehingga Al-Qur’an
dan hadits sebagai pedoman bagi umat islam, Allh berfirman
dalam surat al-Maidah ayat 15-16:
“ Hai ahli Kitab, Sesungguhnya telah datang kepadamu Rasul
Kami, menjelaskan kepadamu banyak dari isi Al kitab yang kamu
sembunyi kan, dan banyak (pula yang) dibiarkannya.
Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari Allah, dan
kitab yang menerangkan”.
“Dengan kitab Itulah Allah menunjuki orang-orang yang
mengikuti keredhaan-Nya ke jalan keselamatan, dan (dengan
kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang-orang itu dari gelap
gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan seizin-Nya,
dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus”.
Sedangkan hadits sebagai pedoman kedua untuk umat islam
sebagaimana Allah berfirman dalam surat al-Hasr ayat 7 :
“……Maka terimalah. dan apa yang dilarangnya bagimu, Maka
tinggalkanlah. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya
Allah Amat keras hukumannya”.
Dan Allah berfirman dalam surat al-ahzab ayat 21 :
“ Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan
yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat)
Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut
Allah”.
Jika telah jelas bahwa Al-Qur’an dan Sunah Rosul adalah
pedoman hidup yang menjadi dasar bagi setiap muslim, maka
teranglah keduannya merupakan sumber akhlak dalam Islam.
b. Kedudukan Akal dan Naluri
Hamzah Ya’qub (1983: 51) berpendapat bahwa etika yang
menjadikan akal dan naluri sebagai dasar penentuan baik dan
buruk, maka ajaran akhlak Islam berpendirian sebagai berikut:
1). Akal dan naluri sebagai anugrah dari Allah
2). Akal pikiran manusia terbatas sehingga tidak bisa memecahkan
semua masalah sebagaiman Allah berfirman:
“ dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah: "Roh
itu Termasuk urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi
pengetahuan melainkan sedikit".(Q.S. 17 al-Isra: 85).
3). Naluri manusia harus mendapatkan pengarahan dari petunjuk
Allah yang dijelaskan dalam al-qur’an. Jika tidak naluri akan salah
dalam penyalurannya.
c. Motivasi Iman
Dalam islam setiap perbuatan motivasi dalam perbuatan adalah
aqidah, iman yang terpatri dalam hati. Iman itulah yang membuat
seorang muslim ikhlas, mau bekerja (beramal). Keras bahkan rela
berkorban. Iman itulah yang menjadi pendorong dalamk
perbuatan. Nabi bersabda
“ sekali-kali tidaklah seorang mu’min akan merasa kenyang
(puas) mengerjakan kebaikan, menjelang puncaknya memasuki
surga” ( H.R. Tirmidzi).
d. Mata Rantai Akhlak
Dengan motivasi iman, maka terdoronglah seorang mu’min
mengerjakan kebaikan sebanyak-banyaknya menurut
kemampuannya. Dalam memanivestasikan iman tersebut
terdapat “mata rantai” yang berkaitan dalam realisasinya, yakni
niat (keikhlasan) dalam hati, dan pembuktian dengan amal yang
dilaksanakan oleh anggota tubuh ( Ya’qub, 1983: 53). Nabi
bersabda:
“Sesungguhnya setiap amal perbuatan tergantung pada
niatnya. Dan sesungguhnya setiap orang (akan dibalas) sesuai
dengan niatnya. ( Mutafaq ‘alaihi).
Dengan perkataan lain bahwa hanyalah perbuatan yang disertai
niat, yang dapat dietrima dan dipertanggungjawabkan. Amal
tanpa niat tidak mendapatkan penilaian dalam pandangan Islam (
Ya’qub, 1983: 53).
e. Tujuan Luhur Akhlak
Dalam dua iftitah solat kita selalu mengucapkan sesungguhnya
solat ku, dan hidupku, hidup, mati semua semata-mata
dipersembahkan hanya kepada Allah. Tujuan yang akan dicapai
oleh seorang mu’min beraakhlak adalah untuk mencapai ridha
Allah. Sebagaimana Allah berfirman:
“ Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati
yang puas lagi diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam jama'ah
hamba-hamba-Ku. Masuklah ke dalam syurga-Ku.” (Q.S. 89: 27-
30).
DAFTAR PUSTAKAMahmud A. Ali 2004 akhlak mulia, jakarta Gema insaniSaebani A. Beni 2010 Ilmu akhlak, Bandung Pustaka setiaTafsir Ahamad 2010 Filsafat pendidikan islami, Bandung RosdaYa'qubHamzah 1983 Etika Islam, Bandung Diponegoro
Karakteristik Akhlak Islam
Oleh Dudi Mubarok, M.Ag.
Pengantar Akhlak mempunyai peranan yang cukup signifikan dalam agama Islam. Setiap aspek ajaran Islam selalu berorientasi pada pembinaan dan pembentukan akhlak. Ibadah yang disyariatkan Islam bukanlah suatu jenis ritual yang kering dan hanya mengaitkan manusia kepada satu wujud transendental serta membebaninya dengan serangkaian ritus agama yang hampa makna. Tetapi, hal itu merupakan suatu bentuk “exercise” (latihan) untuk mengkondisikan manusia agar hidup dalam suasana penuh keluhuran budi (akhlak) dalam kondisi apapun.
Misi utama Rasulullah di muka bumi adalah untuk menyempurnakan akhlak, tepat sekali jawaban Aisyah r.a. atas pertanyaan mengenai akhlak Rasulullah, yaitu: “Akhlak Nabi Muhammad saw. adalah Alquran”. Jawaban yang ringkas dan sarat makna ini menunjukkan Alquran telah menyatu dalam diri Nabi dan menjadi paradigma dalam totalitas perilaku kesehariannya, sehingga Allah memposisikan Nabi tidak hanya sebagai pembawa risalah langit, tetapi sekaligus sebagai “uswatun hasanah” Realitas sosial sebelum “bi’tsah” Nabi telah melahirkan nilai-nilai moral yang sudah berakar dan tertancap kuat di tengah-tengah masyarakat Arab. Kehadiran misi Nabi tidak serta merta mengeliminirnya, bahkan dalam batas-batas tertentu, Nabi mengakomodasi dan menjadikannya sebagai bagian integral ajaran Islam. Substansi misi suci Nabi terkait erat dengan semangat “rabbaniyah dan insaniyah” yaitu pola hubungan antara dimensi vertikal (hablum min Allah) dan dimensi horizontal (hablum min An-Naas). Jika pola hubungan ini cukup kuat dan sejati, maka akan memancar pelbagai bentuk relasi pergaulan manusia yang berbudi luhur. Dari semangat rabbaniyyah dan insaniyyah ini. Nabi membangun masyarakat madani yang bercirikan kuat dan berorientasi kepada nilai-nilai luhur (akhlaq al-karimah). Oleh karena itu, suatu tatanan masyarakat yang sehat dan berkualitas akan terwujud bila akhlak menjadi mainstream dan terefleksikan dalam perilaku keseharian.
Karakteristik Akhlak Kriteria-kriteria yang telah ditetapkan oleh Alquran dan Sunnah, mengandung muatan universalistik dan partikularistik. Muatan universalistik merupakan “common platform”(titik persamaan) nilai-nilai moral lain yang ada di dunia, sedangkan muatan partikularistik menunjukkan cirri khas dan karakteristik akhlak Islam yang berbeda dengan yang lainnya. Ciri khas dan karakteristik akhlak Islam itu meliputi:1) Akhlak RabbaniyahAkhlak rabbaniyah memiliki pengertian bahwasanya wahyu Ilahi merupakan “reference source” (sumber rujukan) ajaran akhlak. Hal ini tidak berarti mengandung kontradiksi dengan pendapat akal sehat, karena kebaikan yang diajarkan oleh wahyu adalah kebaikan menurut
akal dan yang diajarkan sebagai keburukan menurut wahyu adalah keburukan menurut akal.2) Akhlak InsaniyahAkhlak insaniyah mengandung pengertian bahwa tuntutan fitrah dan eksistensi manusia sebagai makhluk yang bermartabat, sesuai dan ditetapkan oleh ajaran akhlak. Kecenderungan manusia kepada hal-hal yang positif dan ketetapan akal tentang kebaikan, secara langsung akan terpenuhi dan bertemu dengan kebaikan ajaran akhlak. Orientasi akhlak insaniyah ini, tidak terbatas pada perikemanusiaan yang menghargai nlai-nilai kemanusiaan secara umum, tetapi juga mencakup kepada perikemakhlukan, dalam pengertian menanamkan rasa cinta terhadap semua makhluk Allah.3) Akhlak Jami’iyahAkhlak jami’iyah mempunyai arti bahwa kebaikan yang terkandung di dalamnya sesuai dengan kemanusiaan yang universal, kebaikannya untuk seluruh umat manusia di segala zaman dan di semua tempat, mencakup semua aspek kehidupan baik yang berdimensi vertikal maupun yang berdimensi horisontal.4) Akhlak WasithiyahAkhlak wasithiyah berarti bahwasanya ajaran akhlak itu menitikberatkan keseimbangan (tawassuth) antara dua sisi yang berlawanan, seperti keseimbangan antara rohani dan jasmani, keseimbangan antara dunia dan akhirat, dan seterusnya.Allah swt. dalam firman-Nya mengilustrasikan tentang dua kelompok manusia yang memiliki sifat saling berlawanan. Kelompok pertama hanya memprioritaskan kehidupan dunianya, dengan sekuat tenaga berusaha memenuhi tuntutan-tuntutan hedonistiknya dan membunuh kesadarannya akan kehidupan akhirat. Sedangkan kelompok yang kedua berusaha menyeimbangkan kepentingan hidupnya di dunia dan di akhirat serta merasa takut akan siksa neraka. Kelompok pertama akan mendapatkan keinginan-keinginan duniawinya, namun di akhirat tidak mendapatkan apa-apa, sedangkan kelompok yang kedua benar-benar akan mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat.5) Akhlak Waqi’iyahAkhlak waqi’iyah mengandung pengertian bahwasanya ajaran akhlak memperhatikan kenyataan (realitas) hidup manusia didasari oleh suatu kenyataan, bahwasanya manusia itu di samping memiliki kualitas-kualitas unggul, juga memiliki sejumlah kelemahan. Firman Allah berikut memperjelas kondisi objektif manusia paling mendasar: “Dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya), maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya. (Q.S. 91:7-8) Ayat di atas memberikan pemahaman bahwasanya manusia memiliki dua potensi yang berhadapan secara diametral. Satu potensi menunjukkan kualitas insaniyah dan yang satunya lagi manunjukkan kelemahan. Dalam ayat lain terdapat sebuah ilustrasi, bahwasanya kondisi realitas menjustifikasi untuk melakukan sesuatu yang tadinya terlarang. “Barangsiapa dalam keadaan terpaksa (memakannya) sedang dia tidak menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, Maka tidak ada dosa baginya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Q.S. 2:173) Dengan memahami karakteristik akhlak Islam ini, mudah-mudah kita terpacu untuk mewujudkan akhlak Islam di pentas kehidupan sehingga harmoni tercipta di muka bumi.
KARAKTERISTIK DAN RUANG LINGKUP AKHLAK
I. PENDAHULUAN
Akhlak merupakan sifat-sifat yang dibawa manusia sejak lahir yang tertanam dalam
jiwanya dan selalu ada padanya. Sifat itu dapat lahir berapa perbuatan baik yang disebut
akhlak yang mulia dan perbuatan buruk yang disebut akhlak tercela.
Kedudukan akhlak dalam kehidupan manusia menempati tempat yang penting,
sebagai individu maupun masyarakat dan bangsa. Sebab jatuh bangunnya suatu masyarakat
tergantung kepada bagaimana akhlaknya. Apabila akhlaknya baik maka sejahteralah lahir
batinnya sedangkan apabila akhlaknya rusak maka rusaklah lahir dan batinnya.1[1]
Akhlak Islami memiliki sejumlah karakteristik atau ciri khusus serta luas ruang
lingkupnya meliputi akhlak kepada Allah, Rasul, Lingkungan dan lain-lain.
Dalam makalah ini akan dijelaskan mengenai karakteristik dan ruang lingkup akhlak.
II. RUMUSAN MASALAH
A. Apa Sajakah karakteristik akhlak islami?
B. Apa Sajakah ruang lingkup akhlak?
III. PEMBAHASAN
A. Karakteristik Akhlak Islami
Pada hakikatnya Akhlak ialah suatu kondisi atau sifat yang telah meresap dalam jiwa
dan menjadi kepribadian hingga dari situ timbullah berbagai macam perbuatan dengan cara
spontan dan mudah tanpa dibuat-buat dan tanpa memerlukan pemikiran. Akhlak mempunyai
beberapa karakteristik atau ciri khas yaitu :
1. Bersifat umum dan terperinci.
Di dalam al-Qur’an ada materi akhlak yang dijelaskan secara umum dan ada pula yang
mendetail. Misalnya dalam Q. S. al-Nahl (16) : 90, diserukan perintah untuk berakhlak secara
umum; berbuat adil, berbuat kebaikan, melarang perbuatan keji, munkar dan permusuhan.
Sedangkan dalam surat al-Hujurat (49) : 12, secara terperinci dinyatalan larangan untuk
saling mencela dan memanggil dengan gelar yang buruk.
2. Manusiawi
1[1] Yatimin Abdullah, Studi Akhlak dalam Perspektif Al Qur’an, (Jakarta : Amzah, 2007), hlm.1
Yaitu ajaran akhlaq dalam Islam sejalan dan memenuhi tuntutan fitrah manusia.
Kerinduan jiwa manusia kepada kebaikan akan terpenuhi dengan mengikuti ajaran akhlaq
dalam Islam. Ajaran ini diperuntukkan bagi manusia yang merindukan kebahagiaan dalam
arti hakiki bukan kebahagiaan semu.
3. Universal
Maksudnya bahwa ruang lingkup akhlak itu luas sekali, yakni mencakup semua
tindakan manusia baik tentang dirinya maupun orang lain atau yang bersifat pribadi,
kemasyarakatan ataupun negara. Keuniversalan itu menunjukkan luasnya cakupannya yaitu
meliputi segenap aspek kehidupan secara pribadi maupun kemasyarakatan, dan menyangkut
semua interaksi manusia dengan semua aspek kehidupan.2[2]
4. Keseimbangan
Yaitu ajaran akhlaq dalam Islam berada di tengah antara yang mengkhayalkan
manusia sebagai malaikat yang menitik beratkan segi kebaikannya dan yang mengkhayalkan
manusia sebagai hewan yang menitik beratkan sifat keburukannya saja. Manusia menurut
pandangan Islam memiliki 2 kekuatan dalam dirinya yaitu kekuatan baik pada hati nurani dan
akalnya dan kekuatan buruk pada hawa nafsunya. Akhlaq Islam memenuhi tuntutan
kebutuhan manusia, jasmani dan ruhani secara seimbang, serta memenuhi tuntutan hidup
bahagia di dunia dan akhirat secara berimbang pula. Bahkan memenuhi kebutuhan pribadi
harus seimbang dengan memenuhi kewajiban terhadap masyarakat.
5. Realistik
Yaitu ajaran akhlaq dalam Islam memperhatikan kenyataan hidup manusia. Meskipun
manusia telah dinyatakan sebagai makhluk yang memiliki kelebihan dibanding makhluk-
makhluk lain tetapi manusia mempunyai kelemahan-kelemahan, memiliki kecenderungan
manusiawi dan berbagai macam kebutuhan material dan spiritual. Dengan kelemahan-
kelemahannya itu manusia sangat mungkin melakukan kesalahan-kesalahan dan pelanggaran.
Oleh sebab itu Islam memberikan kesempatan kepada manusia yang melakukan kesalahan
untuk memperbaiki diri dengan bertaubat.3[3]
6. Akhlak sebagai buah dari iman.
2[2] Iman Abdul Mukmin Sa’aduddin, Meneladani Akhlak Nabi Membangun Peradaban Muslim, (Bandung : PT.Remaja Rosdakarya), hlm. 99
3[3] Yunahar Ilyas, Kuliah Akhlaq, (Yogyakarta : LPPI, 2007), hlm. 12-14
7. Akhlak menjaga konsistensi antara cara dan tujuan. Islam tidak mengizinkan mancapai
tujuan, walaupun baik dengan cara-cara kotor yang bertentangan dengan syariat. Karena hal
tersebut bertentangan dengan prinsip-prinsip al-Akhlaq al-Karimah.4[4]
B. Ruang Lingkup
Ruang lingkup ilmu akhlak meliputi :
1. Akhlak terhadap Allah
a. Mengabdi hanya kepada Allah
Bertaqwa dan mengabdi hanya kepada Allah, tidak akan mempersekutukan-Nya dengan apa
pun dalam bentuk apa pun, serta dalam keadaan situasi dan kondisi yang bagaimanapun.
Artinya: “Dan Aku (Allah) tidak ciptakan jin dan manusia, melainkan supaya mereka
menyembah kepada-Ku”.(QS. Adz-Dzariyat: 56).
b. Tunduk dan patuh kepada Allah
Artinya: “Taatlah kepada (perintah) Allah dan (perintah) Rasul-Nya supaya kalian mendapat rahmat”.(QS. Ali ‘Imran: 132(
c. Tawakkal
Artinya: “Yang apabila terjadi terhadap mereka satu kesusahan, mereka berkata; sesungguhnya kami ini milik Allah, dan sesungguhnya kepada-Nyalah kami akan kembali”. (QS. Al-Baqarah: 15)d. Bersyukur kepada Allah
Artinya: “Dan (ingatlah), tatkala Tuhan kamu memberitahu; jika kamu berterima kasih, niscaya Aku tambah nikmat bagi kamu, apabila kamu tidak bersyukur, maka adzab-Ku itu sangat pedih”.(QS. Ibrahim: 6-7)
e. Penuh harap kepada Allah
Artinya: “Sesungguhnya ummat yang beriman dan berhijrah serta bekerja keras (berhijrah) di jalan Allah, mereka itu (ummat yang) berharap rahmad Allah; dan Allah itu Pengampun, Penyayang”.(Al-Baqarah: 218)
f. Ikhlas menerima keputusan Allah
Artinya: “Dan alangkah baik jika mereka ridha dengan apa yang Allah dan Rasul-Nya berikan kepada mereka, sambil mereka berkata: cukuplah Allah bagi kami, sesungguhnya Allah dan Rasul-Nya akan member kepada kamu karunia-Nya, sesungguhnya kami mencintai Allah”.(QS. At-Taubah: 59)5[5]
g. Tadlarru’ dan khusyu’
Artinya: “Beruntunglah orang-orang yang beriman. Mereka yang khhusyu’ dalam shalatnya”. (QS. Al-Mukminun: 1-2)
4[4] http://abidponorogo.wordpress.com/2010/01/08/akhlak/7
5[5] Abdullah Salim, Akhlaq Islam Membina Rumah Tangga dan Masyarakat, (Jakarta: Seri
Remaja, 1986), hlm. 23-27
“Bermohonlah kepada Tuhan kalian dengan rendah hati dan dengan rahasia (suara hati). Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melanggar batas”.(QS. Az-Zumar: 53)
h. Husnud-dhan
Artinya: “Janganlah mati salah seorang dari kalian, melainkan dalam keadaan baik sangka kepada Allah”.(H.R. Muslim)
i. Taubat dan istighfar
Artinya: “Hai orang-orang beriman! Hendaklah kalian benar-benar taubat kepada Allah, agar segala dosa kalian diampuni dan kalian dimasukkan ke dalam surga yang di bawahnya mengalir sungai-sungai”.(QS. At-Tahrim: 8)6[6]
2. Akhlak terhadap Makhluk
a. Akhlak kepada Manusia
1) Rasulullah meliputi mencintai Rasulullah secara tulus dengan mengikuti semua sunnahnya,
menjadikan Rasulullah sebagai idola dalam hidup dan kehidupan, menjalankan apa yang
diperintah dan menjauhi larangannya.
2) Akhlak terhadap orang tua meliputi mencintai mereka melebihi cinta kepada kerabat lainnya,
merendahkan diri kepada keduanya diiringi rasa kasih sayang, berkomunikasi dengan orang
tua dengan khidmat, pergunakan kata-kata lemah lembut, berbuat baik kepada keduanya
sebaik-baiknya dan mendoakan keselamatan dan keampunan bagi mereka kendatipun seorang
atau kedua-duanya telah meninggal dunia.
3) Akhlak terhadap diri sendiri meliputi : Memelihara kesucian diri, baik jasmaniah maupun
rohaniah, Memelihara kerapihan diri, Berlaku tenang, Menambah ilmu pengetahuan,
Membina disiplin pribadi7[7], Pemaaf dan memohon maaf, Sikap sederhana dan jujur dan
Menghindari perbuatan tercela.8[8]
4) Akhlak terhadap keluarga dan karib kerabat, antara lain : saling membina rasa cinta dan
kasih sayang dalam kehidupan keluarga, saling menunaikan kewajiban untuk memperoleh
hak, berbakti kepada ibu bapak, mendidik anak-anak dengan kasih sayang dan memelihara
hubungan silaturrahim.
6[6] Hamzah Ya’kub, Etika Islam Pembinaan Ahklaqul Karimah, (Bandung: CV. Diponegoro,
1988), hlm. 142-145
7 [7] Hamzah Ya’kub, Etika Islam Pembinaan Ahklaqul Karimah, hlm. 138-140
8[8] Abdullah Salim, Akhlaq Islam Membina Rumah Tangga dan Masyarakat, (Jakarta: Seri
Remaja, 1986), hlm. 69-70
5) Akhlak terhadap tetangga, antara lain : saling mengunjungi, saling bantu diwaktu senang
lebih-lebih tatkala susah, saling beri member, saling hormat menghormati, saling
menghindari pertengkaran dan permusuhan.
6) Akhlak terhadap masyarakat, meliputi memuliakan tamu, menghormati nilai dan norma yang
berlaku dalam masyarakat yang bersangkutan, saling menolong dalam melakukan kebajikan
dan taqwa, menganjurkan anggota masyarakat termasuik dirin sendiri berbuat baik dan
mencegah diri sendiri dan mencegah orang lain melakukan perbuiatan jahat dan munkar dan
bermusyawarah dalam segala urusan mengenai kepentingan bersama.
b. Akhlak kepada bukan manusia atau lingkungan hidup antara lain : sadar dan memelihara
kelestarian lingkungan hidup, menjaga dan memanfaatkan alam terutama hewani dan nabati,
fauna dan flora yang sengaja diciptakan tuhan untuk kepentingan manusia dan makhluk
lainnya, sayang pada sesame makhluk.9[9]
IV. KESIMPULAN
A. Karakteristik atau ciri khas akhlak yaitu : umum dan terperinci, manusiawi, universal,
keseimbangan, realistik, akhlak sebagai buah dari iman dan akhlak menjaga konsistensi
antara cara dan tujuan
B. Ruang lingkup ilmu akhlak meliputi : Akhlak terhadap Allah, Akhlak terhadap makhluk yang
meliputi manusia dan bukan manusia. Yang termasuk manusia yaitu: Akhlak terhadap
Rasulullah (Nabi Muhammad), Akhlak terhadap orang tua, diri sendiri, keluarga, Akhlak
terhadap tetangga dan akhlak terhadap masyarakat. Sedangkan Akhlak yang bukan manusia
atau lingkungan hidup.
V. PENUTUP
Demikianlah makalah yang dapat kami buat. Kami menyadari dalam pembuatan
makalah ini masih terdapat banyak kesalahan dan kekurangan. Untuk itu kritik dan saran
yang bersifat konstruktif sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini dan
berikutnya. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Amin....
9[9] Mohammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta : Rajawalin Press, 2008), hlm.357-359