KARAKTER IBU DALAM NOVEL SIMBOK KARYA DEWI HELSPER...

108
KARAKTER IBU DALAM NOVEL SIMBOK KARYA DEWI HELSPER DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Oleh: PURWIAN HARUMI 1112013000054 JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISALAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2019

Transcript of KARAKTER IBU DALAM NOVEL SIMBOK KARYA DEWI HELSPER...

Page 1: KARAKTER IBU DALAM NOVEL SIMBOK KARYA DEWI HELSPER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45712/1/PURWIAN...KARAKTER IBU DALAM NOVEL SIMBOK KARYA DEWI HELSPER DAN IMPLIKASINYA

KARAKTER IBU DALAM NOVEL SIMBOK KARYA DEWI

HELSPER DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PEMBELAJARAN

SASTRA DI SMA

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Syarat

Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh:

PURWIAN HARUMI

1112013000054

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISALAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2019

Page 2: KARAKTER IBU DALAM NOVEL SIMBOK KARYA DEWI HELSPER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45712/1/PURWIAN...KARAKTER IBU DALAM NOVEL SIMBOK KARYA DEWI HELSPER DAN IMPLIKASINYA
Page 3: KARAKTER IBU DALAM NOVEL SIMBOK KARYA DEWI HELSPER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45712/1/PURWIAN...KARAKTER IBU DALAM NOVEL SIMBOK KARYA DEWI HELSPER DAN IMPLIKASINYA
Page 4: KARAKTER IBU DALAM NOVEL SIMBOK KARYA DEWI HELSPER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45712/1/PURWIAN...KARAKTER IBU DALAM NOVEL SIMBOK KARYA DEWI HELSPER DAN IMPLIKASINYA
Page 5: KARAKTER IBU DALAM NOVEL SIMBOK KARYA DEWI HELSPER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45712/1/PURWIAN...KARAKTER IBU DALAM NOVEL SIMBOK KARYA DEWI HELSPER DAN IMPLIKASINYA

i

ABSTRAK

Purwian Harumi. NIM: 1112013000054. Skripsi “Karakter Ibu dalam Novel

Simbok Karya Dewi Helsper dan Implikasinya Terhadap Pembelajaran Sastra di

SMA”. Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Pembimbing: Novi

Diah Haryanti, M. Hum.

Penelitian ini bertujuan menganalisis karakter ibu dalam novel Simbok karya

Dewi Helsper dan implikasinya terhadap pembelajaran sastra Indonesia di SMA.

Penelitian ini mengunakan metode deskriptif kualitatif. Untuk mengetahui karakter

tokoh ibu, penulis menggunakan beberapa teknik pelukisan tokoh.. Melalui teknik ini

dapat ditemukan bahwa tokoh ibu dalam novel Simbok karya Dewi Helsper ada tiga,

yaitu Simbok, Dewi, dan Ny. Sam. Ketiganya memiliki karakter yang berbeda.

Simbok dengan karakter yang penyayang, sabar, pekerja keras. Dewi seorang ibu

muda yang cantik, penyayang, namun berwatak keras, sedangkan Ny. Sam dengan

karakter yang penyayang dan merasa tidak rela jika anaknya mengalami kesusahan

dalam menjalani kehidupan rumah tangga. Beberapa karakter dari tokoh ibu dapat

diimplikasikan dengan pembelajaran sastra di SMA dan menyelipkan nilai yang baik

dalam pendidikan karakter. Dalam pembelajaran ini, kompetensi yang harus dicapai

siswa adalah menganalisis isi novel baik lisan maupun tulis, dan menjelaskan unsur

intrinsik novel. Sehingga siswa dapat mengambil nilai dan moral yang terkandung

dalam novel dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.

Kata Kunci : karakter ibu, novel Simbok, Dewi Helsper

Page 6: KARAKTER IBU DALAM NOVEL SIMBOK KARYA DEWI HELSPER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45712/1/PURWIAN...KARAKTER IBU DALAM NOVEL SIMBOK KARYA DEWI HELSPER DAN IMPLIKASINYA

ii

ABSTRACK

Purwian Harumi. NIM: 1112013000054. “The Character of Mother in the Novel

Simbok by Dewi Helsper and Implication for Learning Literature in High School”.

Education majors Indonesian Languaage and Literature, Facultry of Tarbiyah and

Teaching. State Islamic University Syarif Hidayatullah Jakarta. Advisor : Novi

Diah Haryanti, M.Hum.

This study aims to analyze the mother’s character in the novel Simbok by

Dewi Helsper and implication for learning literature in high school. This study

used descriptive qualitatif method. To find out the character or the mother’s

character, the author uses figure painting tekchniques. Though this technique it

can be found that there are three character in the novel namely, Simbok, Dewi,

Mrs. Sam. All three have different characters. Simbok with a loving, patient, and

hardworking character. Dewi ia a beautiful,loving, yet hard-nosed young mother,

while Mrs. Sam with a character who is merciful and feels unwilling if his child

experiences distress in household life. Some character from the mother’s character

can be implied with literary learning in high school and insert god grades in

character education. In this learning, competencies that must be achieved by

students are analyzing the contents of novels both oral and written, and explain

the intrinsic elements of novel. So students can take the values and morals

contained in the novel and apply them in everyday life.

Keywords : mother character, Simbok novel, Dewi Helsper.

Page 7: KARAKTER IBU DALAM NOVEL SIMBOK KARYA DEWI HELSPER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45712/1/PURWIAN...KARAKTER IBU DALAM NOVEL SIMBOK KARYA DEWI HELSPER DAN IMPLIKASINYA

iii

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah swt yang memberikan rahmat, karunia, syafat, dan

kasih sayang-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Karakter Tokoh Ibu dalam Novel Simbok karya Dewi Helsper dan Implikasinya

Terhadap Pembelajaran Sastra di SMA”. Sholawat serta salam tidak lupa penulis

haturkan kepada junjungan Nabi Muhammad saw yang telah membawa kita

keluar dari zaman jahiliyah.

Skripsi ini penulis susun sebagai salah satu syarat mendapatkan gelar

sarjana pada Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas

Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. Dalam penulisa skripsi ini, awalnya penulis merasa

kurang percaya diri dan pesismis dalam menganalisis novel ini. Namun, berkat,

dukungan dan doa dari banyak pihak akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan. Oleh

karena itu penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada :

1. Dr. Sururin, M.Ag. selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. Makyun Subuki, M.Hum. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa

dan Sastra Indonesia yang selalu mendorong mahasiswa untuk

menyelesaikan penulisan skripsinya.

3. Dr. Nuryani, M.A. selaku dosen Penasihat Akademik yang selalu memberi

saran dan masukan kepada mahasiswanya.

4. Novi Diah Haryanti, M.Hum. selaku Dosen Pembimbing skripsi yang

dengan tulus ikhlas, sabar meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran di

tengah kesibukannya untuk memberikan bimbingan serta pengarahan

kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia,

yang tidak dapat disebutkan namanya satu per satu, terima kasih penulis

ucapkan, karena telah memberikan bekal dengan ilmu-ilmu yang

bermanfaat.

Page 8: KARAKTER IBU DALAM NOVEL SIMBOK KARYA DEWI HELSPER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45712/1/PURWIAN...KARAKTER IBU DALAM NOVEL SIMBOK KARYA DEWI HELSPER DAN IMPLIKASINYA

iv

6. Orang tua, Bapak Ngadiman dan Ibu Kasini tersayang yang yang selalu

memberikan dukungan, doa terbaiknya untuk penulis dan semangat untuk

menyelesaikan skripsi ini. Ucapan terima kasih ini tidak akan sanggup

menggantikannya. Selalu menanyakan perkembangan skripsi sehingga

membuat penulis semangat untuk menyelesaikannya. Dengan

menyelesaikan skripsi ini penulis semakin mengerti perjuangan seorang

ibu. Serta adikku, Ridho Saputro yang telah memberikan banyak bantuan

kepada penulis.

7. Keluarga penulis, untuk suami tercinta terima kasih senantiasa

memberikan doa, semangat, motivasi, dorongan, pengertian, dan

bantuannya yang tak terhingga kepada penulis sehingga skripsi ini bisa

terselesaikan. Untuk ananda Kiki, terima kasih banyak “Nak” atas

pengertiannya bahwa ibunya sedang sibuk dengan skripsi.

8. Nenek, yang selalu memberikan doa terbaik untuk penulis.

9. Teman-teman PBSI angkatan 2012 khususnya kelas B, teman

seperjuangan dalam menyelesaikan penulisan skripsi yang selalu

memberikan semangat dalam suka dan duka, canda tawa dan kenangan

indah selama ini.

10. Teman-teman seperjuangan PPKT di SMPN 2 KOTA TANGERANG

SELATAN.

11. Keluarga di Ngawi, Jawa Timur yang selalu memberikan doa dan

dukungannya kepada penulis.

12. Keluarga di Lampung yang senantiasa memberikan doa dan semangat

kepada penulis untuk menyelesaikan penulisan skripsi ini.

13. Tetangga rasa saudara di Pamulang, Om Agi dan Tante Yolan, serta Om

Zakir dan Tante Silpi, yang senantiasa bersedia untuk direpotkan menjaga

Kiki.

14. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu oleh penulis karena

telah memberikan bantuan kepada penulis.

Page 9: KARAKTER IBU DALAM NOVEL SIMBOK KARYA DEWI HELSPER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45712/1/PURWIAN...KARAKTER IBU DALAM NOVEL SIMBOK KARYA DEWI HELSPER DAN IMPLIKASINYA

v

Urutan nama-nama tersebut bukanlah merupakan peringkat priorotas.

Penulis menyadari terdapat banyak kekurangan dalam skripsi ini, karena itu

penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dalam penelitian ini.

Semoga penelitian ini dapat bermanfaat untuk penulis dan pihak yang

membutuhkan.

Tangerang Selatan, 27 April 2019

Purwian Harumi

Page 10: KARAKTER IBU DALAM NOVEL SIMBOK KARYA DEWI HELSPER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45712/1/PURWIAN...KARAKTER IBU DALAM NOVEL SIMBOK KARYA DEWI HELSPER DAN IMPLIKASINYA

vi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN MUNAQASAH

LEMBAR PERNYATAAN KARYA SENDIRI

ABSTRAK ....................................................................................................................i

ABSTRACK ................................................................................................................ii

KATA PENGANTAR ...............................................................................................iii

DAFTAR ISI ..............................................................................................................vi

BAB I PENDAHULUAN ..........................................................................................1

A. Latar Belakang Masalah ..........................................................................1

B. Identifikasi Masalah .................................................................................6

C. Pembatasan Masalah ................................................................................6

D. Rumusan Masalah ....................................................................................6

E. Tujuan Penelitian ......................................................................................7

F. Manfaat Penelitian ....................................................................................7

G. Metodologi Penelitian ...............................................................................7

BAB II LANDASAN TEORI ..................................................................................10

A. Psikologi Sastra .......................................................................................10

Page 11: KARAKTER IBU DALAM NOVEL SIMBOK KARYA DEWI HELSPER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45712/1/PURWIAN...KARAKTER IBU DALAM NOVEL SIMBOK KARYA DEWI HELSPER DAN IMPLIKASINYA

vii

B. Metode Karakterisasi Tokoh .................................................................11

C. Pengertian Karakter ...............................................................................13

D. Hakikat Ibu .............................................................................................15

E. Hakikat Novel ..........................................................................................18

1. Pengertian Novel ...............................................................................18

2. Jenis-jenis Novel ................................................................................20

F. Unsur Intrinsik Novel .............................................................................24

1. Tema ...................................................................................................24

2. Latar....................................................................................................25

3. Tokoh dan Penokohan ......................................................................26

4. Alur atau Plot ....................................................................................29

5. Sudut Pandang ..................................................................................31

6. Amanat ...............................................................................................32

7. Gaya Bahasa ......................................................................................33

G. Penelitian Relevan ..................................................................................33

BAB III BOIGRAFI, PEMIKIRAN, dan KARYA ..............................................36

A. Boigrafi Pengarang .................................................................................36

B. Pemikiran Dewi Helsper ........................................................................37

C. Gambaran Umum Karya .......................................................................38

D. Sinopsis Novel Simbok Karya Dewi Helsper.........................................40

BAB VI PEMBAHASAN .........................................................................................43

A. Analisisn Unsur Intrinsik .......................................................................43

1. Tema ...................................................................................................43

2. Latar ...................................................................................................44

3. Tokoh dan Penokohan ......................................................................50

4. Alur atau Plot ....................................................................................54

5. Sudut Pandang ..................................................................................58

Page 12: KARAKTER IBU DALAM NOVEL SIMBOK KARYA DEWI HELSPER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45712/1/PURWIAN...KARAKTER IBU DALAM NOVEL SIMBOK KARYA DEWI HELSPER DAN IMPLIKASINYA

viii

6. Amanat ...............................................................................................59

7. Gaya Bahasa ......................................................................................60

B. Karakter Ibu Dalam Novel Simbok Karya Dewi Helsper....................60

1. Simbok atau Ibu Tina .......................................................................61

2. Dewi ....................................................................................................65

3. Ny. Sam ..............................................................................................67

C. Implikasi Terhadap Pembelajaran Sastra Di SMA............................69

BAB IV PENUTUP ...................................................................................................72

A. Simpulan ..................................................................................................72

B. Saran ........................................................................................................73

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................74

LAMPIRAN

LEMBAR UJI REFERENSI

RIWAYAT PENULIS

Page 13: KARAKTER IBU DALAM NOVEL SIMBOK KARYA DEWI HELSPER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45712/1/PURWIAN...KARAKTER IBU DALAM NOVEL SIMBOK KARYA DEWI HELSPER DAN IMPLIKASINYA

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Penelitian ini merupakan penelitian yang akan menganalisis

karakter ibu yang terdapat dalam sebuah novel. Penulis akan

menggunakan novel Simbok karya Dewi Helsper. Penulis memilih novel

ini karena dalam novel ini terdapat tiga sosok ibu yang dideskripsi

berbeda-beda oleh pengarangnya. Perbedaan karakter ini akan menjadi

tambahan pemahaman mengenai sosok seorang ibu.

Penulis memilih topik karaker ibu dalam penelitian ini karena ibu

mempunyai peranan yang penting dalam keluarga. Sosok ibu menjadi

penting dalam keluarga karena ibu dapat menjalankan beberapa peran

yang penting. Karakter ibu dapat mempengaruhi karakter dari anak-

anaknya.

Salah satu kenyataan yang tidak bisa diingkari dan sekaligus

menjadi ciri khas pada wanita adalah pada biofisik dan anatominya yang

memberikan peran dan fungsi yang khas, yaitu peran sebagai seorang ibu.

Wanita sebagi ibu mempunyai keunggulan fungsional yang menimbulkan

wibawa dan tanggung jawab pada dirinya. Wanita melahirkan,

membesarkan, memelihara, melindungi, dan mendidik anak menjadi

dewasa. Lingkungan yang paling menampilkan fungsi keibuan ini adalah

lingkungan keluarga. Apabila ayah lazim disebut sebagai kepala rumah

tangga maka ibu lebih dari itu. Ibu merupakan jiwanya dalam keluarga.

Kualitas keibuannya menentukan suasana kehidupan dalam keluarga. Ibu

seorang guru dan pendidik bagi anak-anaknya. Ibu berkewajiban

mengasuh, mendidik, dan mengarahkan anak-anaknya menjadi manusia

Page 14: KARAKTER IBU DALAM NOVEL SIMBOK KARYA DEWI HELSPER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45712/1/PURWIAN...KARAKTER IBU DALAM NOVEL SIMBOK KARYA DEWI HELSPER DAN IMPLIKASINYA

2

yang baik. Dengan demikian, pembinaan watak dan kualitas anak

dipengaruhi oleh peran ibu.

Penelitian tentang ibu tidak hanya dalam bidang sastra. Dalam

bidang-bidang yang lain penelitian tentang ibu banyak dilakukan. Bidang

lain yang meneliti tentang ibu adalah dalam bidang Sosiologi, dengan

judul Pembagian Peran Dalam Rumah Tangga Pada Pasangan Suami

Istri Jawa oleh Dyah Purbasari Kusumaning Putri dan Sri Lestari

mahasiswa Fakultas Psikologi, Muhammadiyah Surakarta. Penelitian ini

bertujuan mendeskripsikan pembagian antara suami dan istri dalam

masyarakat Jawa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peran suami istri

terbagi dalam tiga area, yaitu pengambilan keputusan, pengelolaan

keuangan, dan mengurus anak; proses pelaksanaan peran bersifat fleksibel,

ajaran rukun menjadi pedoman dalam hubungan pasangan suami istri

dalam keluarga Jawa. Penelitian tentang ibu lainnya dalam ilmu

komunikasi adalah milik Ruvira Arindita dari Program Studi Ilmu

Komunikasi Universitas Al Azhar Indonesia, 2017. Representasi Ibu Ideal

Pada Media Soaial (Analisis Multimodality Pada Akun Instrgram

@Andienippekawa) dari penelitian ini dihasilkan bahwa representasi

seorang ibu yang ideal adalah ibu sebagai pengasuh utama buah hati. Foto-

foto yang terdapat dalam akun Instagram Andine menunjukkan keintiman

hubungan ibu dan anak, serta kegiatan ibu untuk memenuhi tanggang

jawabnya. Ibu yang baik adalah ibu yang selalu bersama dengan anaknya

sekaligus menghabiskan waktu berkualitas secara fisik dan psikologis

setiap harinya untuk memastikan anak berkembang dengan baik.

Pengarang novel Simbok adalah Dewi Helsper. Tidak banyak yang

mengetahui sosok penulis novel ini. Dewi Helsper merupakan seorang

wanita daerah asal Banyuwangi, Jawa Timur. Saat ini Dewi Helsper

tinggal di Thailand dan Belanda, sehingga eksistensinya dalam penulis

novel di Indonesia kurang familiar. Meskipun demikian, ia tidak

meninggalkan kegiatannya dalam menulis novel. Dalam kegiatannya kini

sebagai traveller ia dapat menghasilkan beberapa novel.

Page 15: KARAKTER IBU DALAM NOVEL SIMBOK KARYA DEWI HELSPER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45712/1/PURWIAN...KARAKTER IBU DALAM NOVEL SIMBOK KARYA DEWI HELSPER DAN IMPLIKASINYA

3

Dalam penelitian ini penulis akan meneliti tentang novel Simbok

karya Dewi Helsper. Novel ini merupakan novel yang ditulis Dewi

Helsper sebagai persembahannya kepada ibunya dan semua ibu yang ada.

Dalam novel ini menceritakan tentang kasih sayang seorang ibu kepada

keluarga anak laki-lakinya. Kasih seorang ibu yang berjuang membesarkan

anak laki-laknya hingga dia sukses dan memiliki keluarga yang bahagia.

Namun masalah datang pada saat ibu dan istrinya tinggal dalam satu

rumah. Masalah itu dari ketidakcocokan antara sikap ibu dan Sang

menantu. Sang menantu yang berlatar belakang seorang putri dari keluarga

berada tidak menyukai sikap ibu mertuanya yang masih tergolong

kampungan. Ibu yang memiliki ketrampilan membuat aneka kue

tradisional dan berjualan di depan rumah dinilai sangat memalukan

keluarga. Lingkungan rumah yang tergolong komplek perumahan kelas

menengah ke atas. Beragam konflik terjadi antara ketiganya. Sampai

dengan puncaknya Dewi (istri) bertengkar hebat dengan Yusuf (suami)

sehingga Dewi meninggalkan rumah dan kembali ke rumah orang tuanya.

Dibawanya sang anak. Chahca. Berbagai cara dilakukan Yusuf untuk

membujuk Dewi kembali ke rumah lagi, tinggal bersama ibu. Hingga

akhirnya Dewi mengirimkan ibu ke Panti Jompo Pasar Baru. Yusuf

menyusul dan membujuk ibu untuk kembali ke rumah namun ibu tidak

mau. Ibu lebih memilih tinggal di Panti Jompo dan lebih nyaman disana

karena tidak ada yang melarangnya berjualan kue-kue tradisional.

Novel ini dianggap penting dan patut untuk dijadikan sebagai

bahan penelitian dengan alasan novel Simbok karya Dewi Helsper adalah

cerita dalam novel ini menggambarkan permasalahn yang kompleks.

Setiap kejadian yang dialami oleh tokoh sebagian besar banyak dialami

orang dalam kehidupannya. Cerita yang manis dan sederhana membuat

pembacanya seperti mengalami kejadian yang terdapat dalam novel. Gaya

bahasa yang digunakan adalah bahasa yang santai dan sehari-hari

digunakan. Sehingga tidak sulit untuk memahami cerita pada novel ini.

Dalam novel ini memberikan pelajaran kepada kita tentang perjuangan

Page 16: KARAKTER IBU DALAM NOVEL SIMBOK KARYA DEWI HELSPER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45712/1/PURWIAN...KARAKTER IBU DALAM NOVEL SIMBOK KARYA DEWI HELSPER DAN IMPLIKASINYA

4

seorang ibu yang mengkasihi dan menghidupi dengan tulus ikhlas, hingga

sampai sang anak dewasa dan menjadi orang yang sukses kebahagian dan

keharmonisan keluarganya saja yang ia inginkan. Hal itu juga merupakan

kebahagiaan bagi Sang ibu.

Ulasan mengenai novel ini yang disampaikan oleh Sabella Arjana

Fasari dari Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas

Muhamadiyah Malang bahwa novel Simbok karya Dewi Helsper adalah

bentuk inspirasi dan pengorbanan seorang ibu yang tegar dalam menjalani

kehidupan. Pengarangnya berhasil dalam mencatatkan kenangan pada

masa lalu Simbok yang bekerja keras demi Yusuf agar cita-citanya

tercapai dan menuliskannya dengan gaya bahasa yang khas, sehingga

rangkaian ceritanya tersaji secara apik. Kisahnya sangat menginspirasi.

Terdapat kesan positif dan pelajaran yang berguna dalam kehidupan nyata.

Novel Simbok karya Dewi Helsper pernah diteliti sebelumnya oleh

Fitri Wulandari mahasiswa Progam Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra

Indonesia STKIP PGRI Sumatra Barat, namun dengan kajian yang

beebeda. Dalam penelitiannya Fitri membahas mengenai nilai Karakter

yang terdapat dalam novel Simbok. Dalam penelitian ini penulis

membahas karakteristik tokoh ibu dalam novel Simbok karya Dewi

Helsper.

Novel merupakan media pembelajaran yang baik dalam melakukan

pembelajaran sastra di sekolah. Pembelajaran sastra erat kaitannya dengan

kegiatan membaca. Siswa di sekolah memiliki minat membaca novel yang

kurang. Sehingga guru dituntut untuk meningkatkan mina membaca siswa

dengan melakukan pembelajaran sastra.

Pembelajaran sastra di sekolah sudah mulai digalakkan oleh tenaga

pengajar terutama guru mata pelajaran Bahasa Indonesia. Belajar sastra

dimulai dari minat membaca siswa. Apabila siswa mempunyai minat

membaca yang baik maka kegiatan membaca sastra dapat dengan mudah

dimasukkan dalam kurikulum di sekolah. Karya sastra yang menjadi minat

siswa adalah karya sastra yang dengan cerita sederhana. Dengan begitu

Page 17: KARAKTER IBU DALAM NOVEL SIMBOK KARYA DEWI HELSPER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45712/1/PURWIAN...KARAKTER IBU DALAM NOVEL SIMBOK KARYA DEWI HELSPER DAN IMPLIKASINYA

5

akan lebih mudah untuk dipahami. Guru berusaha untuk menanamkan

sikap cinta sastra kepada siswanya. Dengan begitu maka siswa akan

terbiasa dengan sastra dan dapat menciptakan karya mereka sendiri

meskipun karya sastra yang sederhana.

Pendidik tidak hanya bertumpu untuk mengajarkan tentang teori

pembelajaran saja kepada siswanya. Pendidik juga harus memberikan

pengajaran tentang bagaimana sikap dan perilaku yang baik dalam

kehidupan sehari-hari. Dalam karya sastra terdapat banyak pengajaran

yang dapat dipetik dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Agar

siswa dapat memahami suatu karya sastra perlu dilakukan analisis struktur

teks sastra. Sebagai contohnya dengan melakukan analisis tentang tokoh

dan penokohan dalam teks sastra. Dengan menganalisis tokoh dan

penokohan akan terlihat sikap, sifat dan tingkah lakunya dalam

menghadapi dan menyelesaikan masalah. Dengan adanya kegiatan

menganalisis tokoh dan penokohan akan memberikan pengajaran kepada

siswa untuk bersikap dalam kehidupan sehari-hari. Dapat dikatakan bahwa

karya sastra sebagai contoh untuk bersikap dan bertingkah laku.

Page 18: KARAKTER IBU DALAM NOVEL SIMBOK KARYA DEWI HELSPER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45712/1/PURWIAN...KARAKTER IBU DALAM NOVEL SIMBOK KARYA DEWI HELSPER DAN IMPLIKASINYA

6

B. IDENTIFIKASI MASALAH

Berdasarkan latar belakang masalah, maka dapat diidentifikasi masalah

yang ada, yaitu:

1. Kurangnya minat membaca siswa terhadap karya sastra terutama novel

sehingga siswa mengalami kesulitan dalam melakukan analisis unsur

intrinsik novel.

2. Siswa sulit untuk menentukan karakter ibu yang terdapat dalam novel

Simbok karya Dewi Helsper.

3. Guru dituntut untuk melakukan pendidikan karakter yang berkaitan

dengan karakter ibu dalam pembelajaran sastra di SMA.

C. PEMBATASAN MASALAH

Dalam melakukan penulisan agar terarah maka penulis membatasi

masalah sebagai berikut : yang menjadi objek penelitiannya adalah

menganalisis dan menentukan karakter ibu dalam novel Simbok karya

Dewi Helsper dan implikasinya terhadap pembelajaran sastra di sekolah

disesuaikan dengan kurikulum yang ada saat ini.

D. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang, identifikasi, dan batasan masalah

penulis membagi permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Bagaimana karakter tokoh ibu dalam novel Simbok karya Dewi

Helsper ?

2. Bagaimana implikasi karakter ibu dalam pembelajaran sastra di

sekolah ?

Page 19: KARAKTER IBU DALAM NOVEL SIMBOK KARYA DEWI HELSPER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45712/1/PURWIAN...KARAKTER IBU DALAM NOVEL SIMBOK KARYA DEWI HELSPER DAN IMPLIKASINYA

7

E. TUJUAN PENELITIAN

Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan, maka tujuan

penulisan ini adalah sebagai berikut:

1. Menjelaskan karakter ibu dalam novel Simbok karya Dewi Helsper.

2. Menjelaskan pentingnya pembelajaran sastra di sekolah.

F. MANFAAT PENELITIAN

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang

mencakup aspek teoritis dan praktis.

1. Manfaat teoretis, diharapkan dapat memperluas pengetahuan tentang

sastra Indonesia khususnya dalam melakukan analisis karakter tokoh

dalam novel yang dapat diterapkan dalam pembelajaran sastra

Indonesia di sekolah.

2. Manfaat praktis, diharapkan hasil dari penelitian ini dapat menjadi

bahan acuan bagi peserta didik mengenai analisis karakter tokoh

dalam novel menggunakan berbagai teknik pelukisan tokoh. Selain itu

diharapkan juga penelitian ini dapat bermanfaat bagi pendidik untuk

mengembangkan pembelajaran sastra di sekolah yang berkaitan

dengan unsur intrinsik dalam teks sastra.

G. METODOLOGI PENELITIAN

1. Bentuk Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

kualitatif. Penelitian dengan metode kualitatif dimaksudkan sebagai

jenis penelitian yang temuan-temuan datanya tidak diperoleh melalui

prosedur statistik atau bentuk hitungan lainnya.1 Metode penelitian

kualitatif tidak mengandalkan bukti berdasarkan logika matematis,

1Anselm Strauss dan Juliet Corbin, Dasar-dasar Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta: Pustaka

Pelajar, 2009), hlm. 4.

Page 20: KARAKTER IBU DALAM NOVEL SIMBOK KARYA DEWI HELSPER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45712/1/PURWIAN...KARAKTER IBU DALAM NOVEL SIMBOK KARYA DEWI HELSPER DAN IMPLIKASINYA

8

prinsip angka atau metode statistik.2 Dalam penelitian terhadap novel

Simbok karya Dewi Helsper penulis menggunakan metode kualitatif

deskriptif, artinya bahwa yang akan dianalisis dan hasil analisisnya

berbentuk deskripsi, tidak berbentuk perhitungan statistik berupa

angka-angka atau koefisien. Metode analisis ini digunakan untuk

melakukan analisis terhadap isi suatu dokumen atau teks. Dalam

penelitian ini yang menjadi dokumen penelitian adalah novel Simbok

karya Dewi Helsper. Pendekatan dalam penelitian yang digunakan oleh

penulis adalah pendekatan struktural. Mengkaji teks dan sastra secara

struktural adalah penting guna kepentingan teks dan sastra itu sendiri

sebagai sarana untuk memperoleh penglihatan yang tepat mengenai

eksistensi manusia. Pendekatan struktural mengkaji teks berdasarkan

unsur-unsur atau struktur itu sendiri dengan mekanisme

antarhubungannya.3

2. Sumber Data

Apabila dilihat dari sumber datanya, maka pengumpulan data

dapat menggunakan sumber data primer dan sumber data sekunder.

a. Sumber Data Primer

Sumber data primer yaitu sumber utama penelitian yang diproses

langsung dari sumber tanpa lewat perantara. Sumber data dalam

penelitian ini adalah novel Simbok karya Dewi Helsper terbitan

Grasindo, Jakarta, tahun 2016.

b. Sumber Data Sekunder

Sumber data sekunder merupakan sumber data yang diperoleh

secara tidak langsung atau melalui perantara, namun masih

berdasarkan pada katagori konsep yang akan dibahas. Sumber data

sekunder dalam penelitian ini adalah artikel-artikel dari internet

2Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung,: Remaja Rosdakarya, 2001), hlm.

150. 3 Maizar Karim, Menyelisik Sastra Melayu,(Yogyakarta: Histokultura, 2015), hlm. 70-71.

Page 21: KARAKTER IBU DALAM NOVEL SIMBOK KARYA DEWI HELSPER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45712/1/PURWIAN...KARAKTER IBU DALAM NOVEL SIMBOK KARYA DEWI HELSPER DAN IMPLIKASINYA

9

yang berkaitan dengan novel dan buku-buku tentang teks sastra

dan buku-buku tentang penokohan.

3. Teknik Pengumpulan Data

Pengambilan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

dengan melakukan pembacaan dan penyimakan terhadap novel Simbok

karya Dewi Helsper secara teliti, cermat, dan terarah. Pada saat penulis

melakukan pembacaan novel, penulis juga mencatat informasi-

informasi yang dapat dijadikan data dalam melakukan analisis karakter

tokoh ibu dalam novel Simbok karya Dewi Helsper. Pembacaan

dilakukan secara berulang kali demi mendapatkan data yang lebih

maksimal.

4. Teknik Analisis Data

Adapun langkah-langkah yang digunakan penulis untuk

menganalisis data yang telah didapatkan adalah sebagai berikut :

a. Melakukan analisis novel Simbok karya Dewi Helsper dengan

menggunakan analisis struktural. Analisis struktural dilakukan

dengan membaca dan memahami kembali data yang sudah

didapatkan. Selanjutnya melakukan pengelompokkan terhadap

teks-teks yang terdapat dalam novel Simbok karya Dewi Helsper

yang mengandung unsur-unsur intrinsik sebuah novel yaitu : tema,

tokoh dan penokohan, alur, latar, sudut pandang, gaya bahasa, dan

amanat yang terkandung dalam novel.

b. Menganalisis data dengan membaca dan memahami serta

mengelompokkan teks-teks yang mengandung bahasan tentang

penokohan untuk menentukan karakter tokoh ibu dalam novel

Simbok karya Dewi Helsper.

c. Mengimplikasikan karakter ibu novel Simbok karya Dewi Helsper

pada pembelajaran bahasa dan sastra di sekolah dengan cara

menghubungkannya dengan materi pelajaran sastra di sekolah.

Page 22: KARAKTER IBU DALAM NOVEL SIMBOK KARYA DEWI HELSPER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45712/1/PURWIAN...KARAKTER IBU DALAM NOVEL SIMBOK KARYA DEWI HELSPER DAN IMPLIKASINYA

10

BAB II

LANDASAN TEORI

A. PSIKOLOGI SASTRA

Psikologi disebut sebagai ilmu jiwa yang berasal dari kata bahasa

Inggris psykology. Kata psykology merupakan dua akar kata yang

bersumber dari bahasa Greek (Yunani), yaitu psyche yang artinya jiwa

dan logos yang berarti ilmu.1 Pengertian psikologi yang sederhana ini

dapat dikembangkan menjadi sebuah pengertian yang cakupan

pembahasan lebih luas. Psikologi adalah ilmu pengetahuan yang

menyelidiki dan membahas tingkah laku terbuka dan tertutup pada

manusia, baik selaku individu maupun kelompok, dalam hubungannya

dengan lingkungan. Lingkungan dalam hal ini meliputi semua orang,

barang, keadaan, dan kejadian yang ada di sekitar manusia.2

Menikmati dan mengapresiasi sebuah karya sastra mempunyai

kaitan yang erat dengan unsur pembangun sebuah novel salah satunya

dengan para tokoh dan penokohan yang terdapat di dalamnya. Para

tokoh dalam cerita fiksi ini menampilkan berbagai watak atau karakter

dan perilaku yang berkaitan dengan kejiwaan dan pengalaman psikologis

atau konflik-konflik batin yang dialami pada manusia pada kehidupan

yang nyata. Maka, pengkajiannya dapat menggunakan penelitian

psikologi sastra.

Psikologi sastra mempunyai empat kemungkinan pengertian.

Pertama studi psikologi pengarang sebagai tipe atau sebagai pribadi.

Kedua studi proses kreatif. Ketiga studi tipe dan hukum-hukum

1 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan: Dengan Pendekatan Baru (Bandung : PT Remaja

Rosdakarya, 2013), h. 7. 2 Ibid., h. 10.

Page 23: KARAKTER IBU DALAM NOVEL SIMBOK KARYA DEWI HELSPER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45712/1/PURWIAN...KARAKTER IBU DALAM NOVEL SIMBOK KARYA DEWI HELSPER DAN IMPLIKASINYA

11

psikologi yang diterapkan pada karya sastra. Keempat mempelajari

dampak sastra pada pembaca atau psikologi pembaca.3

Sastra merupakan cerminan dari diri pribadi pengarang.

Keterkaitan antara karya dan pengarangnya mencerminkah tingkah laku

yang berhubungan secara psikologis. Pendapat Abrams dalam Minderop

mengenai hubungan antara kepribadian pengarang dan karya sastra

terdapat beberapa unsur yang perlu diketahui. Pertama, perlu mengamati

pengarangnya untuk menjelaskan karyanya. Telaah ini dilakukan

terhadap eksponen yang memisahkan kualitas khusus suatu karya sastra

melalui referensi kualitas nalar, kehidupan, dan lingkungan pengarang.

Kedua, memahami pengarang terlepas dari karyanya dengan mengamati

biografi pengarang untuk mengkontruksikan pengarang dari sisi

kehidupan dan menggunakan karyanya sebagai rekaman kehidupan dan

perwatakan. Ketiga, membaca karya sastra untuk menemukan cerminan

kepribadian pengarang.4

B. METODE KARAKTERISASI TOKOH

Dalam menyajikan dan menentukan karakter (watak) para tokoh,

pada umumnya pengarang menggunakan dua cara dalam karyanya.

1. Metode Langsung (Telling)

Metode ini mengandalkan pemaparan watak tokoh pada

eksposisi dan komentar langsung pengarang. Metode ini digunakan

oleh para penulis fiksi pada jaman dulu dengan metode ini

keikutsertaan pengarang dalam menyajikan karakter tokoh sangat

terasa, sehingga pembaca memahami dan menghayati karakter tokoh

berdasarkan pemaparan pengarangnya. Metode langsung ini terdiri

atas beberapa cara, yaitu :

3 Rene Wellek dan Austin Warren, Teori Kesusastraan, (Jakarta : PT Gramedia Pustak Utama,

1993), h. 90. 4 Albertine Minderop, Psikologi Sastra : Karya, Metode, Teori dan Contoh Kasus, (Jakarta :

Yayasan Obor Indonesia, 2005), h. 61.

Page 24: KARAKTER IBU DALAM NOVEL SIMBOK KARYA DEWI HELSPER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45712/1/PURWIAN...KARAKTER IBU DALAM NOVEL SIMBOK KARYA DEWI HELSPER DAN IMPLIKASINYA

12

a. Karakterisasi Menggunakan Nama Tokoh

Nama tokoh dalam suatu karya sastra kerap kali digunakan

untuk memberikan ide atau menumbuhkan gagasan,

memperjelas serta mempertajam perwatakan tokoh. Para tokoh

diberikan nama yang melukiskan karakter dan membedakan

dengan tokoh lain. Nama tokoh juga memiliki makna yang

memperjelas penampilan fisik. Penggunaan nama dapat pula

mengandung kiasan sastra atau histori dalam bentuk asosiasi.

b. Karakterisasi Melalui Penampilan Tokoh

Faktor penampilan para tokoh memegang peranan penting

sehubungan dengan telaah karakterisasi. Penampilan yang

dimaksud dapat berupa pakaian yang dikenakan atau ekspersi

wajah. Metode ini memberikan kebabasan kepada pengarang

untuk mengekspresikan persepsi dan sudut pandangnya. Secara

subjektif pengarang bebas menampilkan para tokoh yang dapat

memberikan gambaran watak tokoh.

c. Karakterisasi Melalui Penuturan Pengarang

Metode ini memberikan tempat yang luas dan bebas kepada

pengarang untuk menentukan kisahnya. Pengarang memegang

kendali terhada karakter tokoh. pengarang juga memegang

peranan dalam membentuk persepsi pembacanya.

2. Metode Tidak Langsung (Showing)

Metode ini memperlihatkan pengarang yang menempatkan diri

di luar kisah dengan memberikan kesempatan kepada para tokoh

untuk menampilkan karakter mereka melalui dialog dan tindakan.

Pembaca dituntut untuk memahami dan menghayati karakter tokoh

melalui dialog dan tindakannya.5

5 Albertine Minderop, Metode Karakterisasi Telaah Fiksi, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia,

2005), h. 6-22.

Page 25: KARAKTER IBU DALAM NOVEL SIMBOK KARYA DEWI HELSPER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45712/1/PURWIAN...KARAKTER IBU DALAM NOVEL SIMBOK KARYA DEWI HELSPER DAN IMPLIKASINYA

13

C. PENGERTIAN KARAKTER

Watak atau karakter berasal dari bahasa Yunani “charassein” yang

berarti barang atau alat untuk menggores, yang kemudian dipahami

sebagai stempel atau cap. Jadi, watak itu sebuah stempel atau cap sifat-

sifat yang melekat pada seseorang. Watak sebagai sifat seseorang yang

dibentuk, artinya watak seseorang dapat berubah kendati watak

mengandung bawaan (potensi internal), yang setiap orang dapat berbeda.

Namun watak amat dipengaruh oleh faktor eksternal, yaitu keluarga,

sekolah, masyarakat, lingkungan pergaulan, dan lain-lain.6 Karakter

merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan

Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan dan

kebangsaan yang terwuud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan,

perbuatan, berdasarkan norma-norma agam, hukum, tata krama, budaya

dan adat istiadat, sehingga kita menganggap bahwa tingkah laku manusia

adalah pencerminan dari seluruh pribadinya, dan secara sepintas, itulah

watak manusia.7

Ahli pendidikan nilai, Darmiyati Zuchdi dalam Adisusilo,

memaknai watak atau karakter sebagai seperangkat sifat-sifat yang selalu

dikagumi sebagai tanda-tanda kebaikan, kebijakan, dan kematangan

moral seseorang. Karakter menjadi identitas, menjadi ciri, menjadi sifat

yang tetap, yang mengatasi pengalaman kontingen yang selalu berubah. 8

Di pihak lain, karakter, dalam pandangan filosof kontemporer

seperti Michael Novak, adalah campuran atau perpaduan dari semua

kebaikan yang berasal dari tradisi keagamaan, cerita dan pendapat orang

baik yang sampai kepada kita melalui sejarah. Menurut Novak tak

seorang pun yang memiliki semua kebajikan itu, karena setiap orang

6 Sutarjo Adisusilo, Pembelajaran Nilai-Karakter : Konstruktivitas dan VCT Sebagai Inovasi

Pendekatan Pembelajaran Afektir. (Jakarta: Rajawali Pres, 2012), h. 76. 7 Abu Ahmadi, Psikologi Umum, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), h. 239.

8 Sutarjo Adisusilo, op. cit., h 77.

Page 26: KARAKTER IBU DALAM NOVEL SIMBOK KARYA DEWI HELSPER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45712/1/PURWIAN...KARAKTER IBU DALAM NOVEL SIMBOK KARYA DEWI HELSPER DAN IMPLIKASINYA

14

memiliki kelemahan-kelemahan. Seseorang dengan karakter terpuji

dapat dibedakan dari yang lainnya.9

Karakter berarti tabiat atau kepribadian. Sebagai aspek

kepribadian, karakter merupakan cerminan dari kepribadian secara utuh

dari seseorang: mentalitas, sikap, dan perilaku. Karakter selalu berkaitan

dengan dimensi fisik dan psikis individu. Karakter bersifat kontekstual

dan kultural.10

Beberapa pendapat tentang pengertian oleh para ilmuwan Barat

yang kemudian dapat disimpulkan bahwa karakter adalah moralitas

kepada orang lain melalui tindakan. Sulit dipungkiri bahwa karakter

seseorang terpisah dari moralitasnya, baik atau buruknya karakter

tergambar dalam moralitas yang dimiliki. Begitu pula dengan kebenaran

yang merupakan perwujudan dari karakter. Sesuatu kebenaran tidak akan

terbangun dengan sendirinya tanpa melibatkan kehadiran karakter yang

menopang segala upaya untuk menegakkan suatu kebenaran. Moralitas

dan kebenaran yang telah terbentuk merupakan perwujudan dari

perbuatan baik yang mendatangkan segala kemaslahatan bagi

lingkungan. Kebaikan inilah yang mendorong suatu kekuatan dalam diri

seseorang untuk menegakkan suatu keadilan yang berperadaban.

Kebenaran, kebaikan dan kekuatan sikap yang ditunjukkan terhadap

lingkungan bagian yang menyatu dengan karakter.11

Karakter seseorang yang terpuji atau mulia akan menjadikan

mengangkat status derajat yang tinggi dan mulia bagi dirinya. Kemuliaan

seseorang terletak pada karakternya. Karakter begitu penting karena

dengan karakter yang baik membuat kita tahan, tabah menghadapi

cobaan, dan dapat menjalani hidup dengan sempurna.12

9 Ajat Sudrajat , “Mengapa Pendidikan Karakter”, Jurnal Pendidikan Karakter, Tahun I, No.1,

Oktober 2011. 10

Zubaedi, Desain Pendidikan Karakter, (Jakarta: Kencana, 2011), h. 8. 11

Muhammad Yaumi, Pendidikan Karakter Landasan, Pilar, dan Implementasi, (Jakarta:

Prenadamedia Group, 2016), h. 7-8. 12

Zubaedi. op. cit., h. 6.

Page 27: KARAKTER IBU DALAM NOVEL SIMBOK KARYA DEWI HELSPER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45712/1/PURWIAN...KARAKTER IBU DALAM NOVEL SIMBOK KARYA DEWI HELSPER DAN IMPLIKASINYA

15

D. HAKIKAT IBU

Kata ibu dalam al-Qur‟an disebut “umm” yang berasal dari akar kata

yang sama dengan ummat yang artinya “pemimpin” yang dituju atau

diteladani.13

Ibu adalah sebuah peran yang penting dan sudah

sepantasnya dipandang penting oleh setiap wanita. Peran ibu tidak akan

pernah tergantikan. Ibu adalah sekolah pertama dan utama bagi setiap

anak dalam keluarga. Apakah Ia wanita karier atau bukan, ibu tetap

menjadi peran yang harus dijalani oleh semua wanita yang telah menjadi

ibu.14

Definisi “seorang ibu yang baik” juga banyak ditemui pada literatur

dalam studi-studi yang berhubungan dengan peran seorang ibu. Definisi

tentang seorang ibu yang baik, ibu yang baik adalah ibu yang selalu

memiliki waktu untuk bermain dengan anak-anak mereka, mengasuh dan

membimbing mereka dengan baik dan mendisiplinkan anak-anak

mereka. Mengorbankan dirinya demi kepentingan anak-anaknya dan

selalu memiliki pemikiran bahwa segala sesuatu yang dilakukannya baik

di lingkungan keluarga atau masyarakatnya adalah untuk kepentingan

anaknya.15

Citra ibu yang digambarkan oleh pengarang perempuan dipengaruhi

oleh pemikiran bahwa secara akal sehat menjadi ibu pastilah „alami‟.

Seorang perempuan yang menjadi ibu haruslah memiliki organ-organ

yang melekat secara permanen di tubuhnya seperti rahim, ovarium,

payudara, sehingga perempuan tersebut bisa hamil, melahirkan, dan

menyusui. Organ-organ biologis tersebut tidak dipunyai oleh laki-laki,

maka laki-laki tidak akan pernah menjadi ibu. Kalau menjadi ibu adalah

suatu hal yang alami, tidak demikian halnya dengan istilah”ibu” itu

13

Fithriyani Gade, “Ibu Sebagai Madrasah Dalam Pendidikan Anak”, Jurnal Ilmiah DIDAKTIKA,

VOL. XIII .NO. 1, Agustus 2012, h. 31-40. 14

Ninik Handrini, Bidadari Itu Adalah Ibu, (Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama, 2015), h. 10. 15

Yati Afiyanti, “Persepsi Menjadi Ibu yang Baik: Suatu Pengalaman Wanita Pedesaan Pertama

Kali Menjadi Seorang Ibu”, Jurnal Keperawatan Indonesia, Volume 7, No, 2, September 2003,

h.54-60.

Page 28: KARAKTER IBU DALAM NOVEL SIMBOK KARYA DEWI HELSPER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45712/1/PURWIAN...KARAKTER IBU DALAM NOVEL SIMBOK KARYA DEWI HELSPER DAN IMPLIKASINYA

16

sendiri. Istilah “ibu” adalah istilah sosial; sebagai nama umi, mande,

emak, embok, meme, ama, mama, adalah frasa, kata dunia untuk ibu;

nama itu milik bahasa, sebuah konstruksi manusia. Pengalaman hampir

setiap manusia yang terikat dengan sosok ibu ditegakkan di seluruh

dunia oleh ideologi-ideologi mengenai peran perempuan sebagai ibu,

bahkan didukung oleh ajaran agama. Ajaran Katolik memiliki Perawan

Maria sebagai panutan, ibu yang mengorbankan dirinya. Di India

„keibuan‟ dimuliakan dan anak laki-laki memandang ibunya sebagai

dewi. Bagi sebagian besar perempuan ortodoks Yunani dan Rusia,

menjadi ibu adalah penebus dosa karena lahir sebagai perempuan.16

Dari novel-novel Indonesia karakter dan sosok perempuan selalu

dimunculkan dengan cerita dan problematikanya sesuai dengan golongan

sosial yang ada dalam realitas masyarakat. Dalam novel Indonesia

perempuan digolongkan menjadi tiga yaitu, perempuan golongan bawah,

perempuan golongan menengah, dan perempuan golongan atas.

Ketiganya mempunyai problematika yang berbeda-beda dalam novel.

Perempuan golongan bawah digambarkan sebagai perempuan yang

miskin, kurang berpendidikan, bekerja di sektor kasar atau rendah, bukan

dari golongan bangsawan atau priyayi. Dalam novel Indonesia dapat

digambarkan dalam tokoh Srintil dalam novel trilogi Ronggeng Dukuh

Paruk, Lintang Kemukus Dini Hari, Jentera Bianglala karya Ahmad

Tohari. Perempuan golongan menengah yaitu perempuan yang berasal

dari golongan priyayi, pendidikannya sudah menengah, tidak

kekurangan dari segi ekonomi. Perempuan dengan latar belakang seperti

ini digambarkan pada tokoh Sri dalam novel Pada Sebuah Kapal karya

NH. Dini. Golongan atas digambarkan sebagai perempuan yang sukses

dari segi lahir dan batin, kaya-raya, pendidikannya tinggi, mempunyai

kedudukan terhormat, berasal dari kalangan bangsawan atau ningrat.

Perempuan tersebut digambarkan dalam novel karya YB. Mangunwijaya

16

Yenni Hayati, “ Dunia Perempuan Dalam Karya Sastra Perempuan Indonesia”, Jurnal Ilumanus

Vol. XI No. 1 Th. 2012.

Page 29: KARAKTER IBU DALAM NOVEL SIMBOK KARYA DEWI HELSPER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45712/1/PURWIAN...KARAKTER IBU DALAM NOVEL SIMBOK KARYA DEWI HELSPER DAN IMPLIKASINYA

17

Burung-Burung Manyar pada tokoh Dr. Larasati dan novel Romo Rahadi

pada tokoh dr. Rosi Padmakristi.

Perempuan-perempuan tersebut digambarkan sebagai perempuan

Jawa yang tabah, tidak mudah menyerah, dan tetap berusaha tetap ada

dan mempunyai peran dalam kehidupan meskipun didera cobaan demi

cobaan yang mendera.17

Karakter atau sifat utama yang harus dimiliki oleh seorang ibu adalah

seorang ibu harus memiliki rasa kasih sayang. Sifat yang penyayang

selalu dilekatkan kepada seorang ibu. Rasa kasih sayang dapat berupa

keinginan untuk menjaga dan melindungi sang anak dari hal-hal yang

tidak baik.

Selain itu seorang ibu mempunyai sifat yang sabar. Sifat yang

melekat kepada ibu adalah sabar. Sabar yang dimilki ibu dapat dilihat

dari kesabaran ibu dalam mendidik anak, mengurus keluarga serta

rumah, dan sabar dalam menghadapi keadaan anak dan keluarga. Ibu

merupakan seorang yang bekerja keras. Mengurus pekerjaan rumah

tangga dapat digolongkan pekerjaan yang menguras waktu. Pekerjaan

yang dilakukan oleh ibu yaitu pekerjaan yang ringan sampai pekerjaan

yang berat. Kadang ada pula pekerjaan laki-laki yang dilakukan oleh

seorang perempuan. Saat sang suami telah meninggal dunia maka ibu

yang akan menggantikan peran sebagai tulang punggung keluarga.18

Ibu yang dalam artiannya adalah sebutan untuk perempuan yang

telah memiliki suami, maka ibu juga memiliki kedudukan yang sama

pentingnya dengan suaminya. Ibu adalah istri ayah. Ibu disebut ibu

rumah tangga. Tugas utama ibu rumah tangga adalah mengurus rumah

tangga dan keluarga. Bertanggung jawab atas kebersihan dan kerapian

rumah.

17

Esti Isnawati, “Karakter Perempuan Jawa Dalam Novel Indonesia Berwarna Lokal Jawa : Kajian

Perspektif Gender dan Tranformasi Budaya”, Jurnal Metasastra, VOL. 6, NO. 1. Juni 2013, h. 10-

21. 18

Ibnuasmara.com diakses pada 11Maret 2018 pukul 14:00 WIB.

Page 30: KARAKTER IBU DALAM NOVEL SIMBOK KARYA DEWI HELSPER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45712/1/PURWIAN...KARAKTER IBU DALAM NOVEL SIMBOK KARYA DEWI HELSPER DAN IMPLIKASINYA

18

Kedudukan ibu dalam keluarga adalah ibu itu sebagai pendamping

suami. Ibu yang harus menjaga harta benda yang terdapat dalam

rumahnya selama suami tidak ada di rumah. Pendidikan yang diterima

anak pertama kali adalah pendidikan dari ibu. Apabila ayah sudah tiada,

maka kedudukan ayah akan secara langsung akan digantikan oleh ibu.

Selain itu ibu juga tetap berperan sebagaimana kodrat seorang ibu.

Dalam masyarakat Jawa keberadaan ibu di dalam keluarga

mempunyai peranan yang penting yaitu ibu juga ikut mempunyai peran

dalam pengambilan keputusan dalam keluarga. Ayah yang menetukan

keputusan atas dasar perundingan dengan anggota keluarga (taren). Ibu

berperan dalam pengelolaan keuangan keluarga (montho-montho). Hal-

hal yang berkaitan dengan keuangan adalah urusan ibu. Ibu berperan

dalam pengasuhan anak. Pengasuhan anak merupakan tanggung jawab

seorang ibu karena ibu mempunyai banyak waktu untuk mengawasi dan

mendidik anak di rumah. Ibu sebagai pemberi tauladan atau contoh nyata

kepada anak-anaknya.19

Secara alami perempuan dianggap mempunyai sifat pengasuh.

Secara tradisional perempuan harus melakukan kegiatan yang

berhubungan dengan rumah tangga, mengasuh, memasak, dan merawat.

Dalam kehidupannya perempuan mempunyai ketahanan mental yang

luar biasa. Harus merawat anak sekaligus memberikan pendidikan yang

terbaik untuk mereka dan juga mencari nafkah untuk menyambung

hidupnya.20

E. HAKIKAT NOVEL

1. Pengertian Novel

Kata novel berasal dari bahasa Latin novellus. Kata novellus

dibentuk dari kata novus yang berarti baru atau new dalam bahasa

19

Dyah Purbasari Kusumaning Putri dan Sri Lestari, “Pembagian Peran Dalam Rumah Tangga

Pada Pasangan Suami Istri Jawa”, Jurnal Humaniora, Vol. 16. No. 1. Februari 2015, h.72-85. 20

Yenni Hayati, “Representasi Ibu Dalam Sastra Anak Indonesia (Studi Kasus Terhadap Sastra

Anak Karya Anak Periode 2000-an)”, Jurnal Humanus, Vol. XIII. No.1. 2014.

Page 31: KARAKTER IBU DALAM NOVEL SIMBOK KARYA DEWI HELSPER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45712/1/PURWIAN...KARAKTER IBU DALAM NOVEL SIMBOK KARYA DEWI HELSPER DAN IMPLIKASINYA

19

Inggris. Dikatakan baru karena bentuk novel adalah bentuk karya

sastra yang datang kemudian dari bentuk sastra lainnya, yaitu puisi

dan drama.21

Adapula yang menyatakan lain tentang pandangannya

mengenai novel dan berupaya menjabarkan hakikat novel sebagai

berikut. Secara harfiah novel berarti sebuah barang baru yang kecil

dan kemudian diartikan sebagai “cerita pendek dalam bentuk prosa”.

Kemudian novella dan novelle mengandung pengertian yang sama

dengan istilah bahasa Indonesia novellet (Inggris: novellete), yang

berati sebuah karya prosa fiksi yang panjangnya cukup, tidak terlalu

panjang, namun juga tidak terlalu pendek.22

Pendapat H.B. Jassin dalam buku Purba berpengertian bahwa

novel cerita mengenai salah satu episode dalam kehidupan manusia,

suatu kejadian yang luar biasa dalam kehidupan itu, sebuah krisis

yang memungkinkan terjadinya perubahan nasib pada manusia.

Pendapat lain R.J Ress, novel adalah sebuah cerita fiksi dalam

bentuk prosa yang cukup panjang, yang tokoh dan perilakunya

merupakan cerminan kehidupan nyata, dan yang digambarkan dalam

suatu plot yang cukup kompleks. 23

Novel adalah karangan dalam

bentuk prosa tentang peristiwa yang menyangkut kehidupan manusia

seperti yang dialami orang dalam kehidupan sehari-hari, tentang suka

duka, kasih dan benci, tentang watak dan jiwanya, dan sebagainya

Dari beberapa pendapat tentang definisi novel tersebut maka

dapat disimpulkan bahwa pengertian novel adalah sebuah cerita fiksi

dalam bentuk prosa yang panjang umumnya berbentuk buku dengan

tokoh dan perilakunya merupakan gambaran dari kehidupan nyata

yang dirangkai dalam satu plot.

21

Endah Tri Priyatmi, Membaca Sastra Dengan Ancangan Literasi Kritik, (Jakarta:Bumi Aksara,

2010), h. 124. 22

Burhan Nurgiyantoro, Teori Pengkajian Fiksi, (Yogyakarta: Gajah Mada University Press,

2010) , h. 9-10. 23

Antilan Purba, Sastra Indonesia Kontemporer, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010), h. 63.

Page 32: KARAKTER IBU DALAM NOVEL SIMBOK KARYA DEWI HELSPER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45712/1/PURWIAN...KARAKTER IBU DALAM NOVEL SIMBOK KARYA DEWI HELSPER DAN IMPLIKASINYA

20

Dalam istilah novel tercakup pengertian roman, sebab roman

hanyalah istilah untuk novel untuk zaman sebelumperang dunia

kedua di Indonesia. Digunakannya istilah roman waktu itu adalah

wajar karena sastrawan Indonesia waktu itu pada umumnya

berorientasi ke Negeri Belanda, yang lazim menamakan bentuk ini

dengan roman. Istilah ini juga dipakai di Perancis dan Rusia, serta

sebagian negara-negara Eropa. Istilah novel dikenal di Indonesia

setelah kemerdekan, yakni setelah sastrawan Indonesia beralih

kepada bacaan-bacaan yang berbahasa Inggris.24

Jakob Sumardjo berpendapat dalam bukunya bahwa pengertian

roman dan novel itu sama saja. Istilah roman dikenal oleh bangsa

Indonesia dari masa sebelum perang dunia kedua, karena istilah itu

memang dipakai di Negeri Belanda dan Perancis, atau daratan Eropa

pada umumnya. Setelah perang dunia kedua masuk sastra berbahasa

Inggris ke Indonesia dan dipelajari oleh banyak sastrawan Indonesia.

Istilah Roman dalam bahasa Inggris dan bahasa Amerika adalah

novel. Maka istilah itu di Indonesia setelah kemerdekaan, dan istilah

roman semakin terdesak.25

Novel adalah karya imajinatif yang mengisahkan sisi utuh atas

problematika kehidupan seseorang atau beberapa orang tokoh.26

Novel juga merupakan sebuah karya fiksi prosa yang tertulis dan

naratif, biasanya dalam bentuk cerita. Penulis novel disebut

novelis.27

2. Jenis-jenis Novel

Novel dilihat dari segi mutu dibedakan atas beberapa jenis

diantaranya :

a. Novel Populer

24

Atar Semi, Anatomi Sastra, (Bandung : Angkasa Raya, 2011), h. 32. 25

Jakob Sumardjo, Memahami Kesusastraan (Bandung : Alumni, 1984), h. 65-66. 26

E. Kosasih, Dasar-dasar Ketrampilan Bersastra, (Bandung : Yrama Widya, 2012), h. 60. 27

Nurgiyantoro, loc. cit.

Page 33: KARAKTER IBU DALAM NOVEL SIMBOK KARYA DEWI HELSPER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45712/1/PURWIAN...KARAKTER IBU DALAM NOVEL SIMBOK KARYA DEWI HELSPER DAN IMPLIKASINYA

21

Novel populer merupakan jenis sastra populer yang

menyuguhkan problema kehidupan yang berkisah pada cinta

asmara yang bertujuan menghibur. Novel jenis ini populer pada

masanya dan banyak penggemarnya, khususnya pembaca di

kalangan remaja. Ia menampilkan masalah-masalah yang aktual

dan selalu menzaman, namun hanya sampai pada tingkat

permukaan.

Novel populer tidak menampilkan permasalahan kehidupan

secara lebih intens, tidak berusaha meresapi hakikat kehidupan.

Sebab jika demikian halnya, novel populer akan menjadi berat,

dan berubah menjadi novel serius dan boleh jadi akan

ditinggakan pembacanya. Biasanya novel populer bersifat

sementara, cepat ketinggalan zaman, dan tidak memaksa orang

lain untuk membacanya lagi, biasanya cepat dilupakan orang,

apalagi muncul novel-novel baru yang lebih populer pada masa

sesudahnya.

Novel populer lebih mudah dibaca dan lebih mudah

dinikmati karena ia memang semata-mata menyampaikan cerita.

Masalah yang diceritakanpun ringan-ringan, tetapi aktual dan

menarik. Kisah percintaan antara pria tampan dan wanita cantik

secara umum cukup menarik, mampu membuai pembaca remaja

yang sedang mengalami masa peka. Novel populer lebih

mengejar selera pembaca, komersil, ia tidak akan menceritakan

sesuatu yang bersifat serius hal itu akan berkurang jumlah

penggemarnya. Oleh karena itu, agar cerita mudah dipahami, plot

sengaja dibuat lancar dan sederhana. Perwatakan tokoh tidak

berkembang. Sebagaiman dikatakan oleh Sapardi Djoko

Damono, tokoh-tokoh adalah tokoh yang tidak berkembang

kejiwaanya dari awal hingga akhir cerita. Berbagai unsur seperti,

plot, tema, karakter, latar, dan lain-lain biasanya bersifat

stereotip, tidak mengutamakan adanya unsur-unsur pembaharuan.

Page 34: KARAKTER IBU DALAM NOVEL SIMBOK KARYA DEWI HELSPER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45712/1/PURWIAN...KARAKTER IBU DALAM NOVEL SIMBOK KARYA DEWI HELSPER DAN IMPLIKASINYA

22

Hal demikian memang mempermudah pembaca semata-mata

mencari hiburan belaka.28

b. Novel Serius/Literal

Novel literal adalah novel bermutu sastra, novel literal

menyajikan persoalan-persoalan kehidupan manusia secara

serius. Disamping memberikan hiburan, novel serius juga

bertujuan memberikan pengalaman berjarga kepada pembaca,

atau paling tidak mengajak pembaca untuk meresapi dan

merenungkan secara lebih bersungguh-sungguh tentang

permasalahan yang dikemukakan. Masalah percintaan banyak

juga diangkat dalam novel serius. Namun, ia bukan satu-satunya

masalah yang penting dan menarik untuk diungkap. Masalah

kehidupan amat komplek, bukan sekedar cinta asmara, melainkan

juga hubungan sosial, ketuhanan, maut, takut, cemas, dan bahkan

masalah cinta itupun dapat ditujukan terhadap berbagai hal,

misalnya cinta kepada orang tua, saudara, tanah air, dan lain-

lainya. Masalah percintaan (asmara) dalam karya fiksi memang

tampak penting terutama untuk memperlancar cerita. Namun,

barangkali masalah pokok yang ingin diungkapkan oleh

pengarang justru di luar dari masalah percintaan itu sendiri.

Jika dalam sastra serius cenderung merangsang pembaca

untuk menafsirkan atau menginterpretasikan karya sastra itu.

Selain itu merangsang untuk menafsirkan tidak lain karena sastra

serius itu mendorong pembaca yang baik untuk termenung.29

Novel serius biasanya berusaha mrngungkapkan sesuatu

yang baru dengan cara pengucapan yang baru pula. Singkatnya,

unsur keharmonisan diutamakan. Dalam novel serius tidak akan

terjadi sesuatu yang bersifat mengambil realitas kehidupan ini

sebagai model, kemudian menciptakan sebuah “dunia baru”

28

Ibid., h. 18-20. 29

Budi Darma, Pengantar Teori Sastra, (Jakarta : Pusat Bahasa, 2004), h. 4.

Page 35: KARAKTER IBU DALAM NOVEL SIMBOK KARYA DEWI HELSPER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45712/1/PURWIAN...KARAKTER IBU DALAM NOVEL SIMBOK KARYA DEWI HELSPER DAN IMPLIKASINYA

23

lewat penampilan cerita dan tokoh-tokoh, situasi yang khusus.

Contoh novel serius adalah Belenggu (Armijn Pane), Pada

Sebuah Kapal (N. H. Dini).

c. Novel Absurd

Novel absurd merupakan sejenis fiksi yang ceritanya

menyimpang dari logika biasa, inrasional, realitas bercampur

angan-angan dan mimpi, dan surealisme. Tokoh-tokoh ceritanya

“anti tokoh” seperti orang mati bisa hidup kembali, mayat dapat

berbicara dan lain-lain. Contoh novel Ziarah ( Iwan Simatupang)

yang mengisahkan seorang dokter di daerah pedalaman Papua

yang menurut warga sekitar bahwa dokter itu bisa

menyembuhkan dan menghidupkan orang yang sudah mati.

d. Novel Horor

Novel horor (Gothic Fiction) merupakan cerita yang melukiskan

kejadian-kejadian yang bersifat horor, seperti drakula penghisap

darah, hantu-hantu gentayangan, kuburan keramat, dan berbagai

keajaiban supranatural yang berbaur dengan kekerasan,

kekejaman, kekecauan, dan kematian.30

Novel Simbok karya Dewi Helsper termasuk dalam katagori novel

populer. Kisahnya tentang kehidupan dalam rumah tangga dan keluarga

melainkan bukan tentang cinta asmara yang pada umumnya ada dalam novel

populer. Novel ini berkisah tentang kehidupan dalam menjalani rumah

tangga. Novel ini mudah untuk dinikmati karena ceritanya yang ringan

sehingga pembaca dapat merasa terhibur. Dengan masalah yang klasik dan

sepele namun menghadirkan cerita dengan alur yang menarik sehingga

pembaca dapat ikut merasakan bagaimana perasaan para tokoh. dapat

menjadi gambaran jika menghadapi masalah dalam kehidupan yang lebih

dewasa.

30

Widjojo dan Endang Hidayat, Teori dan Sejarah Sastra Indonesia, (Bandung : UPI Press, 2006),

h. 41.

Page 36: KARAKTER IBU DALAM NOVEL SIMBOK KARYA DEWI HELSPER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45712/1/PURWIAN...KARAKTER IBU DALAM NOVEL SIMBOK KARYA DEWI HELSPER DAN IMPLIKASINYA

24

F. UNSUR INTRINSIK NOVEL

Prosa rekaan dibedakan atas prosa lama dan prosa modern. Prosa

lama sering berwujud cerita rakyat, seperti cerita binatang, dongeng,

legenda, mitos, dan sage.

Bentuk prosa rekaan modern dibedakan atas roman, novel, novelet,

dan cerpen. Tidak adanya penelitian yang mendukung, perbedaan atau

beberapa bentuk tersebut lebih banyak didasarkan pada panjang pendeknya

dan luas-tidaknya masalah yang dipaparkan dalam prosa rekaan. Walaupun

tidak selalu benar ada juga yang dasar perbedaannya ditambahkan dengan

bahasa dari lukisannya.31

Setiap novel memiliki unsur-unsur yang membangun, unsur-unsur

tersebut terdiri atas unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Adanya pembagian

unsur-unsur tersebut bertujuan agar mempermudah dalam melakukan

pengkajian terhadap novel.

Unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra itu

sendiri. Unsur intrinsik sebuah novel adalah unsur-unsur yang (secara

langsung) turut serta membangun cerita. Kepaduan antarberbagai unsur

intrinsik inilah yang membuat sebuah novel berwujud.32

Unsur-unsur

intrinsik tersebut terdiri atas, sebagai berikut :

1. Tema

Tema adalah gagasan yang menjadi struktur isi cerita. Tema suatu

cerita menyangkut segala persoalan, baik itu berupa masalah

kemanusiaan, kekuasaan, kasih sayang, kecemburuan, dan sebagainya.

Untuk mengetahui tema suatu cerita, diperlukan apresiasi menyeluruh

31

Wahyudi Siswanto, Pengantar Teori Sastra, (Jakarta : Grasindo, 2008), h. 140. 32

Nurgiyantoro, op. cit., h. 23.

Page 37: KARAKTER IBU DALAM NOVEL SIMBOK KARYA DEWI HELSPER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45712/1/PURWIAN...KARAKTER IBU DALAM NOVEL SIMBOK KARYA DEWI HELSPER DAN IMPLIKASINYA

25

terhadap unsur karangan tersebut. Bisa saja temanya itu dititipkan pada

unsur penokohan, alur, ataupun pada latar.33

Menurut Aminuddin dalam Siswanto, seorang pengarang memahami

tema suatu cerita yang akan dipaparkan sebelum melaksanakan proses

kreatif penciptaan, sementara pembaca baru dapat memahami tema bila

mereka telah selesai memahami unsur-unsur yang menjadi media

pemaparan tema tersebut, menyiapkan makna yang dikandungnya serta

mampu menghubungkan dengan tujuan penciptaan pengarangnya.34

Jadi tema tidak lain adalah suatu gagasan sentral yang menjadi dasar

suatu cerita. Dalam sebuah tema yang menjadi unsur gagasan sentral

yaitu topik atau pokok pembicaraan dan tujuan yang dicapai oleh

pengarang adalah topik tersebut.35

2. Latar

Setting diterjemahkan sebagai latar cerita. Aminuddin memberi

batasan setting sebagai latar peristiwa dalam karya fiksi baik berupa

tempat, waktu maupun peristiwa, serta memiliki fungsi fisikal dan fungsi

psikologis.

Abrams mengemukakan latar cerita adalah tempat umum (general

locale), waktu kesejarahan (historical time), dan kebiasaan masyarakat

(social circumtance) dalam setiap episode atau bagian-bagian tempat.36

Biasanya latar muncul pada semua bagian atau penggalan cerita dan

kebanyakan pembaca tidak terlalu menghiraukan latar ini, karena lebih

terpusat pada jalannya cerita, namun bila pembaca membaca untuk

33

E. Kosasih, op. cit., h. 61. 34

Siswanto. op. cit., h. 161. 35

Atar Semi, op. cit., h. 42. 36

Siswanto, op. cit., h. 149.

Page 38: KARAKTER IBU DALAM NOVEL SIMBOK KARYA DEWI HELSPER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45712/1/PURWIAN...KARAKTER IBU DALAM NOVEL SIMBOK KARYA DEWI HELSPER DAN IMPLIKASINYA

26

kedua kalinya barulah latar ini ikut menjadi bahan simakkan, dan mulai

dpertanyakan mengapa latar ini menjadi perhatian pengarang.37

3. Tokoh dan Penokohan

Menurut Aminuddin dalam Siswanto, “tokoh adalah pelaku yang

mengemban peristiwa dalam cerita rekaan sehingga peristiwa itu

menjalin suatu cerita sedangkan cara sastrawan menampilkan tokoh

disebut penokohan.”38

Tokoh adalah individu rekaan yang mengalami peristiwa atau

perlakuan dalam berbagai peristiwa dalam cerita. Tokoh dapat berupa

individu oleh pembaca atau memiliki sifat seperti yang dimiliki

pembaca. Tokoh dibagi menjadi dua jenis, yakni tokoh utama dan tokoh

tambahan. Terkait dengan tokoh adalah penokohan, yakni penyajian

watak tokoh dan penciptaan citra tokoh oleh pengarangnya. Dalam hal

ini tokoh bisa terdiri atas tokoh dasar dan tokoh bulat. Tokoh datar

adalah tokoh yang bersifat dua dimensional; tokoh jenis ini biasanya

sangat sederhana dan tidak banyak menampilkan perkembangan pribadi.

Sedangkan tokoh bulat adalah tokoh yang memiliki tempramen dan

motivasi yang kompleks; tokoh jenis ini biasanya memiliki

keistimewaan dan mampu memberikan kejutan kepada pembaca.39

Cara pengarang menggambarkan tokoh-tokoh itu mungkin dari

pengalamannya sendiri, berdasarkan observasi di lingkungan

masyarakatnya, mungkin pula dengan membaca karya-karya besar.

Banyak karya sastra yang merupakan hipogram dari karya-karya yang

mendahuluinya. Tetapi banyak yang merupakan rekaan pengalaman

37

Atar Semi, op. cit., h. 46. 38

Siswanto. op. cit., h. 142. 39

Esti Ismawati, Pengajaran Sastra, (Yogyakarta : Ombak, 2013), h. 70-71.

Page 39: KARAKTER IBU DALAM NOVEL SIMBOK KARYA DEWI HELSPER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45712/1/PURWIAN...KARAKTER IBU DALAM NOVEL SIMBOK KARYA DEWI HELSPER DAN IMPLIKASINYA

27

pribadi pengarangnya. Juga banyak yang merupakan reaksi terhadap

keadaan masyarakat sekitarnya.40

a. Jika dilihat dari peran tokoh-tokoh dalam pengembangan plot

dapat dibedakan adanya tokoh utama dan tokoh tambahan. Tokoh

utama adalah tokoh yang diutamakan penceritaanya dalam novel

yang bersangkutan. Ia merupakan tokoh yang paling banyak

diceritakan, baik sebagai pelaku kejadian maupun yang dikenai

kejadian. Di pihak lain, pemunculan tokoh-tokoh tambahan

dalam keseluruhan cerita lebih sedikit, tidak dipentingkan, dan

kehadirannya hanya jika ada keterkaitannya dengan tokoh utama,

secara langsung maupun tidak langsung.41

b. Berdasarkan perwatakannya, tokoh cerita dapat dibedakan ke

dalam tokoh sederhana dan tokoh kompleks atau tokoh bulat.

Tokoh sederhana dalam bentuknya asli, adalah tokoh yang hanya

memiliki satu kualitas pribadi tertentu, satu sifat atau watak yang

tertentu saja. Sifat dan tingkah laku tokoh sederhana bersifat

datar, monoton, hanya mencerminkan satu watak tertentu. Tokoh

bulat, kompleks berbeda halnya dengan tokoh sederhana, adalah

tokoh yang memiliki dan diungkap berbagai kemungkinan sisi

kehidupannya, sisi kepribadian, dan jati dirinya. Ia dapat saja

memiliki watak tertentu yang dapa diformulasikan, namun ia pun

dapat pula menampilkan watak dan tingkah laku yang bermacam-

macam, bahkan mungkin seperti bertentangan dan sulit diduga.

Dibandingkan dengan tokoh sederhana, tokoh bulat lebih

menyerupai kehidupan manusia yang sesungguhnya, karena di

samping memiliki berbagai kemungkinan sikap dan tindakan, ia

juga sering memberikan kejutan.42

40

Herman J. Waluyo, Pengkajian Cerita Fiksi, (Surakarta: Sebelas Maret University Press, 1994).,

h. 51. 41

Nurgiyantoro, op. cit., h. 177. 42

Ibid., h. 182-183.

Page 40: KARAKTER IBU DALAM NOVEL SIMBOK KARYA DEWI HELSPER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45712/1/PURWIAN...KARAKTER IBU DALAM NOVEL SIMBOK KARYA DEWI HELSPER DAN IMPLIKASINYA

28

c. Berdasarkan berkembang atau tidaknya perwatakan tokoh-tokoh

cerita dalam sebuah novel, tokoh dibedakan ke dalam tokoh statis

dan tokoh berkembang (devoloping character). Tokoh

berkembang adalah tokoh cerita yang mengalami perubahan dan

perkembangan perwatakan yang sejalan dengan perkembangan

(dan perubahan) peristiwa dan plot yang dikisahkan. Ia secara

aktif berinteraksi dengan lingkungannya, baik lingkungan sosial,

alam, maupun yang lain yang kesemuanya itu memengaruhi

sikap, watak, dan tingkah lakunya. Dalam penokohan yang

bersifat statis dikenal adanya tokoh hitam (dikonotasikan sebagai

tokoh jahat) dan putih (dikonotasikan sebagai tokoh baik).

Artinya, tokoh-tokoh tersebut sejak awal kemunculannya hingga

akhir cerita terus-menerus bersifat hitam atau putih. Tokoh hitam

adalah tokoh yang benar-benar hitam, tak pernah diungkapkan

unsur-unsur kebaikan dalam dirinya walau sebenarnya pasti ada.

Sebaliknya tokoh putih selalu baik dan tidak pernah berbuat

sesuatu yang tergolong baik walau pernah sekali-kali berbuat hal

demikian.43

Mengenai bagaimana cara menampilkan tokoh dalam cerita,

Mochtar Lubis yang dikutip dari Ismawati, melukiskan baberapa macam,

yakni (1) physical description, pengarang secara langsung melukiskan

fisik atau jasmani tokoh. (2) Portrayal of thought stream or of conscious

thought, pengarang melukiskan jalan pikiran tokoh ataupun yang melintas

dalam pikirannya. Dengan demikian pembaca akan dapat mengetahui

watak tokoh. (3) Reaction to events, pengarang melukiskan reaksi tokoh

terhadap peristiwa yang dialami. (4) Direct author analysis, pengarang

secara langsung menganalisis watak tokoh. (5) Description of

environment, pengarang melukiskan situasi sekitar tokoh. Dengan melihat

situasi sekitar tokoh akan mudah ditebak atau diperkirakan watak seorang

43

Ibid., h. 188-189.

Page 41: KARAKTER IBU DALAM NOVEL SIMBOK KARYA DEWI HELSPER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45712/1/PURWIAN...KARAKTER IBU DALAM NOVEL SIMBOK KARYA DEWI HELSPER DAN IMPLIKASINYA

29

tokoh. (6) Reaction of others to character, bagaimana pandangan atau

tanggapan tokoh bawahan terhadap tokoh utama. Dari tanggapan atau

pandangan tokoh bawahan ini pembaca dapat memperkirakan tokoh

utama. (7) Conversation of others about character, tokoh-tokoh bawahan

membicarakan keadaan tokoh utama. Dari pembicaraan mereka inilah

pembaca akan dapat menarik kesimpulan tentang watak tokoh utama.44

4. Alur atau Plot

Plot adalah cerita yang berisi urutan kejadian, tiap kejadian

dihubungkan secara sebab akibat, peristiwa satu disebabkan oleh

peristiwa lain atau peristiwa satu menyebabkan peristiwa lain. Plot

adalah peritiwa cerita yang mempunyai penekanan hubungan kausalitas.

Plot merupakan struktur peristiwa-peristiwa, urutan penyajian berbagai

peristiwa untuk mencapai efek emosional dan efek artistik tertentu.

Peristiwa cerita atau plot dimanifestasikan lewat perbuatan, tingkah laku

dan sikap-sikap tokoh utama cerita. Peristiwa, konflik, dan klimaks

merupakan tiga unsur yang amat esensial dalam pengembangan sebuah

plot cerita. Peristiwa adalah peralihan dari satu keadaan ke keadaan yang

lain. Konflik adalah suatu yang tidak menyenangkan yang terjadi dan

dialami oleh tokoh-tokoh cerita, jika mereka bisa memilih, mereka tidak

akan memilih peristiwa itu menimpa dirinya. Konflik adalah sesuatu

yang dramatik, mengacu pada pertarungan antara dua kekuatan yang

seimbang dan menyiratkan adanya aksi dan aksi balasan. Klimaks adalah

saat konflik telah mencapai tingkat intensitas tertinggi dan tidak dapat

dihindari kejadiannya.45

Alur adalah rangkaian peristiwa-perstiwa dalam sebuah cerita. Alur

merupakan tulang punggung dalam sebuah cerita.46

Jalinan-jalinan cerita

pada novel tersusun dalam tahapan-tahapan. Menurur Aminuddin dalam

44

Esti Ismawati, loc. cit. 45

Nurgiyantoro, op. cit., h.73. 46

Robert Stanton, Teori Fiksi Robert Stanton, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), h. 21.

Page 42: KARAKTER IBU DALAM NOVEL SIMBOK KARYA DEWI HELSPER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45712/1/PURWIAN...KARAKTER IBU DALAM NOVEL SIMBOK KARYA DEWI HELSPER DAN IMPLIKASINYA

30

Siswanto, tahapan-tahapan peritiwa terdiri atas pengenalan, konflik,

komplikasi, klimaks, peleraian, dan penyelesaian.47

Untuk menjelaskan tahapan-tahapan alur ini, penulis menggunakan

pendapat dari Nurgiyantoro, tahapan–tahapan dalam alur dijelaskan

menjadi lima bagian, tahapan tersebut sebagai berikut:

a. Tahap Penyituasian

Tahap penyituasian yaitu tahap yang berisi pelukisan

pengenalan situasi latar dan tokoh cerita. Tahap ini merupakan

tahap pembukaan cerita, pemberian informasi awal, dan lain-lain

yang terutama berfungsi untuk melandasi sampai cerita yang

dikasihkan pada tahap berikutnya.

b. Tahap Pemunculan Konflik

Tahap pemunculan konflik yaitu tahap yang memunculkan

masalah dan peristiwa yang menyulur terjadinya konflik. Tahap

ini merupakan tahap awal munculnya konflik. Dan konflik itu

sendiri akan berkembang dan atau dikembangkan menjadi

konflik-konflik pada tahap berikutnya.

c. Tahap Peningkatan Konflik

Pada tahap ini konflik yang telah dimunculkan pada tahap

sebelumnya semakin berkembang dan dikembangkan kadar

intensitasnya. Peristiwa yang dramatik menjadi inti cerita

semakin mencengkam dan menegangkan. Konflik-konflik yang

terjadi, internal, eksternal, ataupun keduanya, pertentangan-

pertentangan, benturan-benturan antarkepentingan, masalah,

tokoh yang mengarah ke klimaks semakin tak dapat dihindari.

d. Tahap Klimaks

Tahap klimaks yaitu tahap dimana konflik dan atau

pertentangan-pertentangan yang terjadi, yang dilakui, dan atau

ditimpalkan kepada para tokoh cerita mencapai titik intensitas

47

Siswanto. op. cit., h. 199.

Page 43: KARAKTER IBU DALAM NOVEL SIMBOK KARYA DEWI HELSPER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45712/1/PURWIAN...KARAKTER IBU DALAM NOVEL SIMBOK KARYA DEWI HELSPER DAN IMPLIKASINYA

31

puncak. Pada tahap ini klimaks sebuah cerita akan dialami oleh

tokoh utama yang berperan sebagai pelaku dan penderita

terjadinya konflik utama. Sebuah fiksi yang panjang mungkin

saja memilki lebih dari satu klimaks, atau paling tidak ditafsirkan

demikian.

e. Tahap Penyelesaian

Tahap penyelesaian merupakan tahap dimana konflik yang

telah mencapai klimaks diberi penyelesaian. Konflik-konflik

yang lain, sub-subkonflik, atau konflik-konflik tambahan, juga

ada diberi jalan keluar. Sehingga tahap ini disebut sebagai tahap

akhir sebuah cerita.48

5. Sudut Pandang

Sudut pandang atau titik pandang adalah tempat sastrawan

memandang ceritanya. Dari tempat itulah sastrawan bercerita tentang

tokoh, peristiwa, tempat, waktu dengan gayanya sendiri.49

Dari sudut pandang ini, pengarang menampilkan tokoh dalam cerita

yang dipaparkannya. Dengan demikian segala sesuatu yang

dikemukakan oleh pengarang disalurkan melalui sudut pandang tokoh.

Selain itu dalam sudut pandang posisi pengarang juga ditentukan.

Ada banyak macam sudut pandang dalam karya sastra. Jenis sudut

pandang yang peneliti lakukan yaitu berdasarkan pemaparan

Nurgiyantoro, berikut adalah macam-macam sudut pandang:

a. Sudut Pandang Persona Ketiga: “Diaan”

Sudut pandang persona ketiga “Dia” digunakan dalam

pengisahan cerita dengan gaya “dia”. Narator aatau pencerita

adalah seseorang yang menampilkan tokoh-tokoh cerita dengan

menyebutkan nama tokoh disertai dengan kata ganti yang

digunakan. Jenis sudut pandang persona ketiga menurut

48

Nurgiyantoro, op. cit., h. 149-150. 49

Atar Semi, op. cit., h. 44.

Page 44: KARAKTER IBU DALAM NOVEL SIMBOK KARYA DEWI HELSPER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45712/1/PURWIAN...KARAKTER IBU DALAM NOVEL SIMBOK KARYA DEWI HELSPER DAN IMPLIKASINYA

32

Nurgiyantoro dalam Minderop (2005:97) terdiri atas: pertama,

“dia” mahatahu yaitu pencerita yang berada di luar cerita dan

melaporkan peristiwa yang menyangkut para tokoh dari sudut

pandang “ia” atau “dia”. Kedua “dia” terbatas yaitu pencerita

sebagai pengamat yang mengetahui segala sesuatu tentang

seorang tokoh saja baik tindakan atau batin tokoh tersebut.50

b. Sudut Pandang Persona: “Aku”

Pengisahan cerita mengunakan sudut pandang ini terletak pada

seorang narator yang ikut terlibat dalam cerita. Dalam sudut

pandang persona pertama “Aku” dapat dibedakan menjadi dua

macam, yaitu “Aku” (tokoh utama) dan “Aku” (tokoh

tambahan).51

Sudut pandang persona pertama “aku” terdiri atas

“aku” tokoh utama yaitu pencerita yang ikut berperan sebagai

tokoh utama yang melaporkan cerita dengan kata ganti aku “aku”

dan menjadi pusat cerita. “aku” tokoh tambahan taitu pencerita

yang tidak ikut berperan dalam cerita, hadir sebagai tokoh

tambahan yang aktif sebagai pendengar atau penonton.52

c. Sudut Pandang Campuran

Penggunaan sudut pandang ini lebih dari satu teknik. Pengarang

dapat berganti-ganti dari teknik yang satu ke teknik yang lainya.

Semua itu tergantung pada kemauan pengarang untuk

menciptakan sebuah kreativitas dalam karyanya.53

6. Amanat

Amanat adalah pesan yang akan disampaikan melalui cerita.

Amanat baru dapat ditemukan setelah pembaca menyelesaikan seluruh

cerita yang dibacanya. Amanat biasanya merupakan nilai-nilai yang

50

Albertine Minderop, op. cit., h. 96-97. 51

Esti Ismawati, op. cit., h.73 52

Albertine Minderop, op. cit., h. 105. 53

Esti Ismawati, op. cit., h.73

Page 45: KARAKTER IBU DALAM NOVEL SIMBOK KARYA DEWI HELSPER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45712/1/PURWIAN...KARAKTER IBU DALAM NOVEL SIMBOK KARYA DEWI HELSPER DAN IMPLIKASINYA

33

dititipkan penulis cerita kepada pembacanya. Sekecil apapun nilai-nilai

dalam cerita pasti ada.54

7. Gaya bahasa

Menurut Gorys Keraf, gaya bahasa berdasarkan berdasarkan

makna diukur dari langsung tidaknya makna, yaitu apakah acuan yang

dipakai masih mempertahankan makna denotatifnya atau sudah ada

penyimpangan. Gaya bahasa berdasarkan ketidaklangsungan makna ini

disebut sebagai trope atau figure of speech. Gaya bahasa ini terbagi

menjadi dua, yaitu gaya bahasa retoris, yang semata-mata merupakan

penyimpangan dari konstruksi biasa untuk mencapai efek tertentu, dan

gaya bahasa kiasan yang merupakan penyimpangan yang lebih jauh

khususnya dalam bidang makna.55

G. PENELITIAN RELEVAN

Penelitian relevan merupakan penelitian yang menjadi acuan atau

dasar untuk penelitian yang akan dibahas pada penelitian ini. Penelitian

relevan yang pertama adalah Thesis dengan Judul Nilai-Nilai Pendidikan

Karakter dalam Novel Simbok Karya Dewi Helsper yang dilakukan oleh

Wulandari Fitri, mahasiswi Progam Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra

Indonesia STKIP PGRI Sumatra Barat tahun 2018. Penelitian ini

dilatarbelakangi oleh bagaimana orang harus bertindak dan bertingkah

laku serta bersosialisasi dengan sesama manusia, tuhan, dan alam. Tujuan

dari penelitian ini adalah mendeskripsikan dan menjelaskan nilai-nilai

pendidikan karakter yang terdapat dalam novel Simbok karya Dewi

Helsper. Jenis penelitiannya dalah kualitatif dengan metode analisis konten

analisis. Data yang digunakan berupa kutipan teks mengenai nilai-nilai

pendidikan karakter yang terdapat dalam novel Simbok karya Dewi

54

Ismawati, loc. cit 55

Gorys Keraf, Diksi dan Gaya Bahasa, (Jakarta: Gramedia, 2010), h. 129.

Page 46: KARAKTER IBU DALAM NOVEL SIMBOK KARYA DEWI HELSPER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45712/1/PURWIAN...KARAKTER IBU DALAM NOVEL SIMBOK KARYA DEWI HELSPER DAN IMPLIKASINYA

34

Helsper. Teknik yang digunakan dalam pengabsahan data adalah teknik

triangulasi data, dan yang bertindak sebagai validator adalah Bapak

Ahmad Zaini, S.Ag. hasil penelitian adalah nilai-nilai pendidikan karakter

yang terdapat dalam novel adalah patuh, taat terhadap perintah Allah,

mandiri, tanggung jawab, jujur, amanah, hormat, santun, dermawan,

percaya diri, kepemimpinan, rendah hati, dan toleransi. Persamaan antara

penelitian ini dengan penelitian Wulandari Fitri adalah objek penelitiannya

sama yaitu novel Simbok karya Dewi Helsper. Perbedaannya adalah

penelitian Wulandari Fitri hanya mencari nilai pendidikan karakter

sedangkan penelitian ini menganalisis karakter ibu dan mengaitkannya

dengan pembelajaran sastra di SMA.

Penelitian relevan yang kedua adalah Skripsi karya Peni Setiani,

Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni,

Universitas Negeri Semarang, 2007 dengan judul Pengaruh Kepribadian

Tokoh Ibu Terhadap Nayla Dalam Novel Nayla Karya Djenar Maesa Ayu.

Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah bagaimana

kepribadian tokoh ibu dan Nayla dan bagaimana pengaruh kepribadian

tokoh Ibu terhadap Nayla. Tujuan dalam penelitian ini mendeskripsikan

kepribadian tokoh ibu dan Nayla serta pengaruh Ibu terhadap tokoh Nayla.

Penelitian ini menggunakan pendekatan psikologi sastra untuk

menganalisis tokoh Nayla. Analisisnya difokuskan pada tokoh Ibu dan

Nayla serta pengaruh tokoh Ibu terhadap Nayla. Hasil penelitian dapat

diketahui bahwa kepribadian tokoh ibu memiliki watak keras, mandiri,

memiliki rasa benci, berperilaku kasar, dan gaya hidup yang bebas.

Kepribadian tokoh Nayla memiliki perilaku kasar, berwatak keras,

berperilaku bebas, bertindak sesuka hati, dan hidup mandiri. Faktor-faktor

yang mempengaruhi kepribadian tokoh Ibu dan Nayla dalah berasal dari

dalam diri individu dan dari lingkungan. Pengaruh tokoh Ibu terhadap

Nayla terlihat dari kepribadian-kepribadian yang dimiliki Nayla seperti:

berwatak keras, mandiri, dan berperilaku keras.

Page 47: KARAKTER IBU DALAM NOVEL SIMBOK KARYA DEWI HELSPER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45712/1/PURWIAN...KARAKTER IBU DALAM NOVEL SIMBOK KARYA DEWI HELSPER DAN IMPLIKASINYA

35

Penelitian relevan yang ketiga adalah milik Marissa Maria Dewi

dari Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia, 2008.

Skripsi dengan judul Analisis Pengaruh Sosok Ibu Terhadap Pembentukan

Karakter Tokoh Tamura Dalam Novel Homuruse Chagakusei Karya

Tamura Hiroshi. Bahan dari penelitian ini adalah novel Homuresu

Chugakesui yang ditulis oleh Tamura Hiroshi. Novel ini menceritakan

pengalaman pribadi dari sang penulis. Teori yang dipakai dalam penelitian

ini adalah teori attachement atau teori kelekatan yang dikemukakan oleh

Bowlby dan Ainsworth. Simpulan dari penelitian ini adalah novel ini

menarik perhatian karena topik homeless yag diangkat oleh pengarangnya.

Dalam hal kedekatan dengan ibunya, kedekatan Tamura dengan ibunya

yang erat menghasilkan hal yang positif bagi Tamura. Hubungannya yang

erat dengan ibunya membuat Tamura memiliki karakter yang kuat dan

mandiri. Karaktenya yang positif inilah yang kemudian

membuatnyamempu melewati beratnya kehidupan di saat ia harus bettahan

hidup sendiri.

Page 48: KARAKTER IBU DALAM NOVEL SIMBOK KARYA DEWI HELSPER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45712/1/PURWIAN...KARAKTER IBU DALAM NOVEL SIMBOK KARYA DEWI HELSPER DAN IMPLIKASINYA

36

BAB III

BIOGRAFI, PEMIKIRAN DAN KARYA

A. BIOGRAFI PENGARANG

Sekilas tentang Dewi Helsper, ia merupakan seorang penulis yang

lahir di Jawa Timur tanggal 9 Maret 1981. Dewi berasal dari Banyuwangi.

Ayahnya Fatrah Abal merupakan seorang seniman, yaitu sebagai pencipta

lagu-lagu Banyuwangi. Sang ibu bernama Artati. Kedua orang tua Dewi

tingal di Kelurahan Bakungan, Glagah, Banyuwangi. 1

Pendidikan ia selesaikan selama di Banyuwangi. Dewi merupakan

tamatan SMP Negeri 2 Banyuwangi lulus pada tahun 1984. Tingkat SMA

dis sekolah di SMA Negeri 2 Banyuwangi jurusan Biologi yang lulus pada

tahun 1987.

Ia telah menikah dengan Henk Helsper dan mempunyai seorang

anak perempuan yang diberi nama Michella Allysa Patricia (Chacha).

Dewi Helsper, saat ini tinggal di Belanda dan Thailand. Selain sebagai

penulis novel Dewi Helsper juga merupakan guru spiritual , ia membantu

mereka yang memiliki permasalahan dalam hidup, memberi solusi pada

mereka yang sengaja mau datang padanya untuk konseling.

Karier Dewi selain dalam bidang novel adalah ia pernah bekerja di

bidang perfilman sebagai karyawan freelance, menulis skenario dalam

team work. Ia juga merupakan seorang artis yang pernah ikut bermain

sinetron. Saat ini ia masih aktif dalam kegiatan menulis namun di beberapa

tabloid yang berisi tentang travelling. Sekarang, ia berkeinginan untuk

travelling dari negara satu ke negara lain, kemudian menuangkannya

1 Dewi Helsper, www.facebook.com. Diakses pada 1 Maret 2019 pukul 20:00 WIB.

Page 49: KARAKTER IBU DALAM NOVEL SIMBOK KARYA DEWI HELSPER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45712/1/PURWIAN...KARAKTER IBU DALAM NOVEL SIMBOK KARYA DEWI HELSPER DAN IMPLIKASINYA

37

dalam tulisan. Dewi merasa, sayap dan pena sudah Tuhan berikan

kepadanya, supaya menjadi pencerahan dan pengetahuan bagi yang

membutuhkan. Bercanda dengan alam, tertawa bersama hujan, menari

dibawah desah ranting, berbicara kepada langit untuk menyapa semesta,

cara ia menekspresikan dirinya. Hidup hanya sementara, izinkan hati untuk

tidak senyap menyapa. Saat Tuhan memberikan waktu lama, ada tugas

yang sedang menanti.

Dewi Helsper kini aktif dalam beberapa media sosial. Dia banyak

membagikan perjalanannya dalam media soalnya., berikut media sosial

Dewi Helsper: email: [email protected],id, atau add FB: Dewi

Helsper, atau di akun Instagram:dewi_helsper, Youtobe: Dewi Helsper,

atau silahkan Follow Twitter:@dewi_helsper.2

Dalam akun Facebooknya Dewi tergolong aktif dalam

membagikan kisah perjalanannya dan kesehariannya selama di Belanda.

Banyak hal yang di bagikan dalam video berbagi di Facebook. Bahkan ia

tak ragu untuk membalas komentar teman-temannya dalam akun tersebut.

Dewi Helsper dalam keseharianya memanggil dirinya dengan

sebutan Suki. Itu merupakan panggilan akrabnya di akun media sosialnya.

Setiap perjalananan trevelling ia kirimkan dalam akun media sosialnya

untuk dapat dinikmati oleh para teman atau penggemarnya.

B. PEMIKIRAN DEWI HELSPER

Seorang pengarang dalam menghasilkan karya mereka mempunyai

pemikiran-pemikiran yang dituangkan dalam karyanya. Pemikiran tersebut

mewakili kehadira pengarang dalam karyanya. Setiap pengarang

mempunyai pemikiran yang berbeda-beda. Hal ini yang membuat setiap

pengarang mempunyai ciri khusus .

2 Dewi Helsper, Simbok. (Jakarta : Grasindo, 2016), h. 177-178.

Page 50: KARAKTER IBU DALAM NOVEL SIMBOK KARYA DEWI HELSPER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45712/1/PURWIAN...KARAKTER IBU DALAM NOVEL SIMBOK KARYA DEWI HELSPER DAN IMPLIKASINYA

38

Pengarang novel Simbok adalah Dewi Helsper. Sebagai pengarang

Dewi Helsper mempunyai pemikiran bahwa dalam menulis novel itu perlu

dilakukan dengan hati. Suasana hati mempengaruhi keinginannya untuk

menulis. Selain itu masalah yang akan diceritakan perlu untuk dipahami

terlebih dahulu secara mendalam. Inspirasi dan suasana hati haru sejalan

untuk menghasilkan sebuah karya.

Untuk mendapat pemahaman yang dalam mengenai tema yang

akan ditulisnya, pengarang ini melakukan pendekatan secara langsung

terhadap objek yang akan dijadikan bahan dalam ceritanya. Berikut

pendapat pendapat pengarang, penulis mendaparkan data ini dari hasil

pesan pribadi penulis melalui media sosial:

“Penulis novel itu ya menulis dari hati. Biasanya harus

mood dulu. Kalau gak mood gak jalan. Misalnya aku

menulis tentang kamu. Aku harus tahu kamu dari usia kecil

sampe usia yang aku ceritakan. Bagaimana kegiatanmu?

Bagaimana karaktermu? Bagaimana orang tuamu? Sampai

aku mau ceritakan benang merahnya dimana?”

“Jadi menulis bukan hanya sekedar menulis. Misalnya nulis

tentang pelacur. Ya kita harus tau dulu siapa dia?

Bagaimana latar belakangnya? Apa yang menyebabkan dia

seperti itu? Terus kita ceritakan apa yang membuat dia

berubah.”

Jadi, menurut Dewi Helsper berdasarkan kutipan pesan di atas,

dalam menulis sebuah novel perlu melakukan pengamatan, penelitian,

pemahaman yang dalam tentang objek yang akan dijadikan tema cerita.

Pengarang melakukan pendekatan secara langsung terhadap objek

kajiannya. Novel merupakan karangan fiksi namun cerita yang terdapat di

dalamnya merupakan sebuah pengalaman nyata dari pengarang dan

kehidupan di sekitarnya.

C. GAMBARAN UMUM KARYA

Novel Simbok karya Dewi Helsper merupakan sebuah novel yang

ditulis oleh penulisnya untuk ia persembahkan kepada ibunya. Dalam

halaman akhir novel ini terdapat pernyataan yang menjelaskan

Page 51: KARAKTER IBU DALAM NOVEL SIMBOK KARYA DEWI HELSPER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45712/1/PURWIAN...KARAKTER IBU DALAM NOVEL SIMBOK KARYA DEWI HELSPER DAN IMPLIKASINYA

39

persembahan novel ini untuk ibunya. Jika dibaca secara mendalam novel

ini merupakan curahan kasih sayang seorang ibu kepada anaknya. Menurut

Dewi Helsper ibu merupakan seorang wanita yang berhati malaikat,

berhati mulia, wanita yang tidak pernah mengeluh dalam mencurahkan

kasih sayang kepada anaknya. Ketulusannya tidak dapat diragukan lagi.

Ibu rela melakukan hal yang sulit demi kebahagiaan anaknya.

Dalam akun media sosialnya Dewi Helsper menuliskan bahwa

novel Simbok merupakan perwakilan dari perasaannya kepada negeri,

Indonesia. Diketahui bahwa kini Dewi Helsper telah menetap di Belanda.

Sehingga baginya negerinya merupakan ibunya. Ini juga merupakan bukti

cintanya kepada ibunya dan negerinya. Dewi Helsper mengungkap bahwa

novel Simbok merupakan sebuah karya yang sederhana namun ia

menulisnya dengan cara yang tidak sederhana. Terdapat banyak

pengalaman dan pelajaran hidup yang terdapat dalam cerita yang disajikan

dalam novel ini. Luapan emosi dan perasaan penulis yang menjadikan

novel ini ditulis dengan cara yang tidak sederhana.

Novel Simbok karya Dewi Helsper adalah bentuk inspirasi dan

pengorbanan seorang ibu yang tegar dalam menjalani kehidupannya yang

tidaklah mudah. Kisahnya sangat menispirasi dalam menjalani kehidupan

di dunia ini. Kita sebagai pembaca diajak untuk berpikir, merenung,

terharu mengenai jasa dan pengorbanan seorang ibu. Terdapat bagian

dalam cerita ini yang pembaca diajak bernyanyi karena terdapat di bagian

bab yang mengandung lirik lagu.

Terdapat kesan positif serta pelajaran yang berguna bagi kehidupan

nyata, yaitu ibu akan berkorban apa saja demi anaknya, agar anaknya

bahagia. Novel ini berakhir dengan kisah yang pilu dalam bentuk keharuan

yang terjadi saat perpisahan Yusuf dan Ibu Tina. Perpisahan antara ibu dan

anak yang rela ditempuh demi sang anak dapat memperoleh

kebahagiaannya dengan keluarganya. Novel Simbok ini juga cocok untuk

dibaca sekali duduk, terlebih lagi untuk kalangan dewasa dan khususnya

perempuan yang kelak akan menjadi ibu.

Page 52: KARAKTER IBU DALAM NOVEL SIMBOK KARYA DEWI HELSPER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45712/1/PURWIAN...KARAKTER IBU DALAM NOVEL SIMBOK KARYA DEWI HELSPER DAN IMPLIKASINYA

40

Inspirasi pengarang dalam menulis novel Simbok adalah fenomena

kehidupa rumah tangga yang sangat lazim atau banyak terjadi di

Indonesia. Selain itu ia juga mendapatkannya dari pengalaman-

pengalaman dari teman-temannya yang bercerita kepada pengarang.

Berdasarkan hal tersebut maka ditulislah novel Simbok ini.

Novel lain yang ditulis oleh Dewi Helsper adalah Daun yang

Berkisah, dalam novel ini menceritakan cinta, pengorbanan, dan

pengampunan. Sebagai tokoh utamanya adalah Arini. Ia telah bersuami

dan sang suami mempunyai gangguan pada kejiawaannya. Suaminya

mepunyai seorang perempuan lain. Kehidupan Arini penuh dengan cobaan

namun dengan sabar Ia menghadapinya.

Buku lainnya dari Dewi Helsper adalah kumpulan puisi dan cerita

pendek Secangkir Kopi. Selain penulis novel Dewi Helsper juga memiliki

beberapa puisi yang dibukukannya bersama denga kumpulan cerita

pendek.

D. SINOPSIS NOVEL SIMBOK KARYA DEWI HELSPER

Di kompleks Real Estate yang merupakan sebuah komplek

menengah keatas yang terdapat di tengah kota Jakarta. Setelah menjadi

Insinnyur kehidupan Yusuf menjadi lebih baik. Sekarang ia yang

memboyong ibunya untuk tinggal bersamanya.

Dari pernikahannya dengan Dewi Yusuf mempunyai seorang

anak perempuan yang diberi nama Chacha. Chacha sangat menyayangi

neneknya, tak jarang Chacha sering menemani dan membantu

neneknya dalam membuat kue ataupun saat melakukan pekerjaan

rumah lainnya. Simbok pun juga sangat menyayangi Chaca.

Pertikaian antara Dewi dan Simbok terjadi hampir setiap hari.

Dewi yang terus melarang Simbok untuk berjualan jajanan pasar,

sementara itu Simbok yang juga membutuhkan sebuah kegiatan dan

hanya itu keahlian yang dimiliki Simbok. Simbok menilai bahwa Dewi

merupakan menantu yang boros dan suka melarang. Sedangkan Dewi

Page 53: KARAKTER IBU DALAM NOVEL SIMBOK KARYA DEWI HELSPER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45712/1/PURWIAN...KARAKTER IBU DALAM NOVEL SIMBOK KARYA DEWI HELSPER DAN IMPLIKASINYA

41

merasa selalu salah yang ia lakukan kepada Simbok. Keduanya

memiliki pendapat yang sama-sama keras. Keduanya tidak dapat hidup

dengan rukun dalam satu rumah. Pertengakaran antara keduanya sering

membuat Dewi sakit hati dan merasa dipermalukan oleh tindakan

Simbok. Dewi memutuskan untuk meninggalkan rumah dan kembali

ke rumah orang tuanya dengan membawa serta Chacha.Yusuf merasa

bingung dalam menentukan sikap. Dua perempuan yang disayanginya

tidak dapat disatukan. Keduanya bagai air dan minyak. Yusuf sebagai

penengahnya hanya dapat memberikan nasehat kepada keduanya agar

dapat hidup rukun bersama-sama dalam satu rumah.

Yusuf harus pergi ke luar kota untuk kepentingan kerja.

Pertengakaran antara keduanya pun tak mencapai puncaknya.

Kesabaran Dewi sudah mencapai puncaknya. Dewi mengantarkan

Simbok ke Panti Jompo Pasar Baru.

Sepulangnya dari luar kota Yusuf tidak menemui Simbok di

rumah. Ia menanyakan keberadaan Simbok kepada Dewi. Dewi

mengatakan ada yang terjadi selama Yusuf pergi. Betapa marahnya

Yusuf mendengar penjelasan Dewi bahwa dia telah mengirimkan

Simbok ke Panti Jompo. Yusuf menampar Dewi dan menilai bahwa

Dewi telah berbuat kejam, karena tega mengirimkan ibu mertuanya ke

Panti Jompo. Tanpa sadar Yusuf menampar Dewi dan menyebabkan

Dewi mengangis. Dengan amarah yang memenuhi dadanya Yusuf

segera pergi untuk menjemput Simbok. Dewi tetap berusaha menahan

Yusuf untuk tidak pergi, hal itu tidak dihiraukan oleh Yusuf. Yusuf

meninggalkan Dewi di rumah kemudian memacu kendaraannya

dengan cepat menuju panti jompo. Sepanjang perjalanan hanya

bayangan Simbok yang ada dalam benaknya. Perjuangan Simbok

dalam membesarkan, mendidiknya, bekerja mencari uang agar Yusuf

tetap dapat sekolah.

Tiba di panti jompo Yusuf membujuk Simbok agar mau

kembali tinggal di rumahnya bersama Dewi dan Chacha. Simbok

Page 54: KARAKTER IBU DALAM NOVEL SIMBOK KARYA DEWI HELSPER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45712/1/PURWIAN...KARAKTER IBU DALAM NOVEL SIMBOK KARYA DEWI HELSPER DAN IMPLIKASINYA

42

menolak ajakan Yusuf karena ia merasa lebih kerasan tinggal di panti

jompo, tidak ada yang melarangnya berjualan kue, serta orang-orang di

panti jompo menyukai kue buatan Simbok. Simbok lebih memilih

tinggal di panti jompo agar Yusuf dan keluarganya dapat hidup dengan

harmonis. Simbok hanya meminta untuk sering dikunjungi jika

kangen. Betapa besar pengorbanan yang dilakukan Simbok demi

membahagiakan anaknya.

Page 55: KARAKTER IBU DALAM NOVEL SIMBOK KARYA DEWI HELSPER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45712/1/PURWIAN...KARAKTER IBU DALAM NOVEL SIMBOK KARYA DEWI HELSPER DAN IMPLIKASINYA

43

BAB IV

PEMBAHASAN

.

A. ANALISIS UNSUR INTRINSIK

1. Tema

Tema merupakan ide pokok atau gagasan pokok dalam

sebuah cerita. Setiap novel mempunyai tema yang berbeda-beda.

Dalam novel Simbok karya Dewi Helsper mengangkat tema keluarga,

sebuah hubungan antara manusia dalam ikatan keluarga. Cerita novel

ini adalah tentang kehidupan dalam keluarga antara ibu dan anak laki-

lakinya, antara ibu mertua dengan menantu perempuannya, serta antara

nenek dan cucunya. Ceritanya merupakan kisah dalam perbedaan

pemikiran antara ibu mertua dan menantu perempuan. Keduanya

sering terlibat dalam konflik, konflik batin dan konflik fisik dengan

disertai pertengakaran.

“Melihat aktivitas mertuanya, Dewi berusaha

menahan diri untuk tidak melarang, tetapi kakinya

bergerak-gerak gelisah seperti cacing kepanasan.

Berbanding terbalik dengan wanita tua sederhana yang

justru tenang-tenang saja seraya melenggang di depan

Dewi yang masih kalang-kabut. Dewi tetap tidak bisa

melarang merrtuanya meski ia berusaha menarik wadah-

wadah jajanan dari tangan mertuanya. Ibu Tina memang

sudah berumur, tetapi dengan gesit wanita itu menarik

kembali semua wadah sehingga kembali berpindah ke

tangannya lagi. Kedua mata Dewi sudah mulai berkaca-

kaca kehabisan akal dan hendak menangis. Kehabisan

akal, akhirnya ia kemudian berjalan mendahului

mertuanya dan mencegat langkah Ibu Tina.”1

1 Dewi Helsper, Simbok, (Jakarta : Grasindo, 2016), h. 19.

Page 56: KARAKTER IBU DALAM NOVEL SIMBOK KARYA DEWI HELSPER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45712/1/PURWIAN...KARAKTER IBU DALAM NOVEL SIMBOK KARYA DEWI HELSPER DAN IMPLIKASINYA

44

Permasalahan mengenai hubungan ibu mertua dan menantu

perempuan merupakan masalah klasik. Jika keduanya mempunyai

pemikiran yang berbeda sebenarnya merupakan hal yang wajar atau

lumrah. Setiap orang pastinya mempunyai pendapat yang tidak sama

dalam menanggapi masalah. Dalam cerita ini hubungan antara ibu

mertua dan menantu perempuan diceritakan tidak dapat akur.

Keduanya bagai air dan minyak yang sulit untuk disatukan. Keduanya

mempertahankan pendapat masing-masing. Dewi yang tempramen

menyebabkan ia seolah-olah merasa menjadi korban atas apa yang

dilakukan ibu mertuanya.

Membahas masalah korban dan pengorbanan ibulah yang

banyak melakukan pengorbanan. Pengorbanan Simbok kepada Yusuf

tidak dapat dihitung lagi. Hal sama mungkin akan dilakukan oleh

setiap ibu di dunia ini. Tema yang diangkat oleh pengarang merupakan

tema yang sederhana namun penyajiannya dalam bentuk cerita dapat

menyentuh hati pembaca dan membuat pembaca terharu. Membaca

novel ini seakan kita diingatkan akan pengorbanan ibu dalam usaha

membesarkan, mendidik, membimbing, dan menyekolahkan anak-

anaknya.

2. Latar

Latar merupakan unsur yang penting dalam sebuah novel. Latar

atau tempat terjadinya cerita ini mempengaruhi isi dalam novel.

Apabila latarnya tidak disertakan maka ceritanya akan menjadi cerita

yang rumpang. Latar dalam sebuah novel Simbok karya Dewi Helsper

terdiri atas latar waktu, latar tempat, dan latar suasana.

a. Latar waktu

Latar waktu menjelaskan waktu terjadinya cerita. Dalam

novel Simbok karya Dewi Helsper memiliki latar dengan kurun

waktu pada tahun 2000-an. Pada tahun-tahun tersebut kehidupan di

kota besar seperti Jakarta sudah mengalami banyak kemudahan.,

misalnya dengan membeli makanan kita dapat memesannya untuk

Page 57: KARAKTER IBU DALAM NOVEL SIMBOK KARYA DEWI HELSPER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45712/1/PURWIAN...KARAKTER IBU DALAM NOVEL SIMBOK KARYA DEWI HELSPER DAN IMPLIKASINYA

45

dikirimkan ke alamat yang dikehendaki. Pemilihan tahun ini

ditandai adanya kegiatan delivery pada pemesanan makanan.

“Iya dong, Chacha! Me-ma-lu-kan! Coba lihat, di

sini kan ngagak ada orang yang jualan cendol dan

jajanan pasar. Gengsi! Kalau mereka mau pasti

belinya pizza, burger....Tinggal pesen delivery,

duduk dan makan, Dewi menanggapi pertanyaan

anaknya dengan kesal.”2

Latar waktu dalam novel ini dijelaskan secara langsung

oleh pengarangnya, misalnya pagi hari, siang hari, sore hari, dan

malam hari. Pembaca tidak perlu menerka-nerka latar waktu yang

terdapat dalam cerita. Namun latar waktu yang banyak digunakan

oleh pengarang yaitu siang hari. Pada siang hari terjadi konflik

antara Dewi dan Simbok. Tujuan pengarang menggunakan latar

waktu siang hari karena konflik yang diangkat dalam novel ini

adalah antara Ibu dan menantu peempuannya, sehingga waktu yang

tepat adalah siang hari. Pada siang hari Yusuf sedang bekerja di

kantornya sehingga Dewi tidak perlu menahan emosinya apabila ia

marah atau kesal kepada simbok. Adapun hal lain yang

melatarbelakangi pengambilan latar waktu siang hari adalah waktu

yang tepat untuk berjualan adalah siang hari.

“Terdengar Yusuf menghela nafas panjang sebelum

ia menjawab. “Kalau untuk pulang sekarang aku

nggak bisa, siang ini ada meeting, Dewi, “ujarnya

meminta pengertian sang istri.” 3

Penggambaran latar waktu dilakukan dengan beberapa cara

yaitu, memggunakan penggambaran langsung yang dilakukan

pengarangnya, dengan dialog antar tokoh sehingga dapat diketahui

latar waktumya, serta dengan ilustrasi kegiatan yang biasa

dilakukan dalam waktu-waktu tertentu.

2 Ibid., h. 11.

3 Ibid., h. 8.

Page 58: KARAKTER IBU DALAM NOVEL SIMBOK KARYA DEWI HELSPER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45712/1/PURWIAN...KARAKTER IBU DALAM NOVEL SIMBOK KARYA DEWI HELSPER DAN IMPLIKASINYA

46

b. Latar Tempat

Latar tempat merupakan tempat atau lokasi terjadinya cerita

dalam novel. Dengan melakukan pembacaan dan pemahaman serta

analisis kepada novel maka kita dapat mengetahui latar tempat

dalam sebuah novel. Setelah penulis melakukan analisis kepada

novel Simbok karya Dewi Helsper maka dapat diketahui bahwa

latar tempanya secara umum adalah di kota besar yaitu Jakarta.

Secara khusus terdapat beberapa tempat yang menjadi latar tempat

terjadinya cerita atau konflik dalam novel ini, berikut

penjelasannya:

1) Latar tempat cerita dalam novel ini adalah di kota Jakarta,

tepatnya di rumah Yusuf yang terdapat di komples real estate.

Selain itu rumah Yusuf latar tempat lainnya adalah gedung

perkantoran, sekolah, serta kediaman keluarga Dewi yang

terletak di Jakarta pula.

2) Rumah Yusuf yang berada di kompleks Real Estate yang

terletak di pinggir kota Jakarta. Selain rumah Yusuf terdapat

pula rumah Ny, Harti dan Ny. Ike. Mereka adalah tetangga

Dewi dalam kompleks tersebut.

“Di sudut jantung kota Jakarta, di sebuah perumahan

real estate, di rumah minimal yang terkesan mewah,

seorang perempuan muda sedang resah memandangi

langit.”4

“Di dalam kompleks real estate rumah bercat cream

dan berarsitektur modern, tampak sebuah yang

bersih dan cukup mewah. Ada seperangkat meja-

kursi besar terbuat dari kayu jati yang didesain

modern, lengkap dengan sofanya. Di sana, di dalam

ruangan itu, Ny. Harti duduk pada sebuah kursi

panjang.”5

4 Ibid., h. 172.

5 Ibid., h. 40.

Page 59: KARAKTER IBU DALAM NOVEL SIMBOK KARYA DEWI HELSPER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45712/1/PURWIAN...KARAKTER IBU DALAM NOVEL SIMBOK KARYA DEWI HELSPER DAN IMPLIKASINYA

47

3) Di gedung perkantoran tempat kerja Yusuf dan Pak Rano. Pak

Rano merupakan atasan Yusuf di kantornya, sehingga Yusuf

dan Pak Rano sering berinteraksi dalam satu ruangan.

“Sementara di tempat lain, tampak bangunan

bertingkat enam dengan dinding-dinding kaca,

sebuah gedung perkantoran yang besar di jantung

Kota Jakarta. Terdengar dering telepon di sebuah

ruangan yang cukup lebar. Ada meja tiga perempat

biro agak merapat di dinding, pada bagian lain

tampak meja dan kursi tamu, rak besi yang dipenuhi

jajaran file dan sebuah meja gambarnya layaknya

dipergunakan arsitek bangunan.”6

“Dalam ruangan besar itu, di antara rak-rak besi

yang penuh buku-buku tebal dan tumpukan file, ...”7

4) Rumah orang tua Dewi atau keluarga Sam. Dalam rumah ini

ditinggali oleh kedua orang tua Dewi yaitu, Pak dan Ny. Sam.

Ketika Dewi sedang ada masalah dengan rumah tangganya

Dewi akan pulang ke rumah orang tuanya.

“Di tempat lain, sebuah rumah yang sangat mewah.

Di hadapan seorang lelaki tua dan wanita paruh

baya yang masih terlihat segar, Pak Sam dan

istrinya, Dewi menangis terisak-isak.”8

5) Di proyek, merupakan lapangan tempat Yusuf dan Pak Rano

bekerja. Yusuf merupakan seorang Insinyur maka dari itu

pekerjaannya selain di ruangan ia juga juga bekerja di lapangan

proyek untuk mengawasi pembangunan proyek yang sedang

dia kerjakan.

“Di bawah sebuah pohon di sekitar proyek, Yusuf

dan Pak Rano sedang terlibat pembicaraan serius.

Mereka berbincang-bincang sambil berdiri.”9

“Siang cukup terik, Pak Rano dan Yusuf dengan

pakaian lapangan berjalan di depan sebuah proyek

pembangunan gedung bertingkat yang belum jadi.

6 Ibid., h. 7.

7 Ibid., h. 15.

8 Ibid., h. 47.

9 Ibid., h. 58.

Page 60: KARAKTER IBU DALAM NOVEL SIMBOK KARYA DEWI HELSPER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45712/1/PURWIAN...KARAKTER IBU DALAM NOVEL SIMBOK KARYA DEWI HELSPER DAN IMPLIKASINYA

48

Mereka sedang mengawasi berlangsungnya proyek

tersebut.”10

6) Panti Jompo Pasar Baru. Di panti jompo inilah Dewi

mengirimkan ibu mertuanya setelah keduanya bertengkar

hebat, karena Ibu Tina kembali membuat jajanan pasar.

“Yusuf turun bergegas dan berjalan masuk ke arah

bangunan panti jompo tersebut. Seorang petugas

sempat menegurnya. Namun Yusuf tidak

menggubris si petugas. Yusuf terus berjalan,

menyusuri koridor dengan langkah yang cepat dan

terburu-buru, dimana kanan dan kirinya adalah

kamar-kamar penghuni panti. Yusuf menengok

pintu demi pintu dengan mata jelalatan.”11

7) Di sebuah pedesaan di Surabaya, ini merupakan lapangan

tempat kerja Yusuf dan Pak Rano. Di pedesaan ini keduanya

terlibat dalam pekerjaan untuk membangun jembatan yang

rusak.

“Pagi yang sejuk, sebuah pemandangan yang indah

di sebuah pedesaan, banyak pepohonan rindang.

Dari jarak pandang beberapa kilometer tampak

sebuah jembatan yang sedang rusak.”12

c. Latar Suasana

Latar suasana dalam novel Simbok karya Dewi Helsper terdiri

dari suasana secara umum keadaan kota Jakarta dengan banyaknya

penduduknya serta jumlah kendaraan yang banyak. Jalanan Jakarta

menjadi macet tak bergerak saat jam pulang kerja. Suasana

tersebut diceritakan langsung oleh pengarang.

“Seperti biasa jalanan Kota Jakarta si sore hari

begitu padat dan macet, pengendara mobil tampak

seperti semut yang merayap tak bergerak. Sementara

pengguna motor berusaha menyalip dari bahu-bahu

jalan, sangat tidak teratur. Sepertinya mereka

10

Ibid., h. 53. 11

Ibid., h. 163-164. 12

Ibid., h. 155.

Page 61: KARAKTER IBU DALAM NOVEL SIMBOK KARYA DEWI HELSPER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45712/1/PURWIAN...KARAKTER IBU DALAM NOVEL SIMBOK KARYA DEWI HELSPER DAN IMPLIKASINYA

49

mempunyai nyawa ganda. Mobil Fortuner hitam

milik Yusuf melaju perlahan mengikuti kemacetan

arus lalu lintas kota.”13

Suasana yang berbeda justru terlihat di kompleks real

estate. Perumahan kelas menengah ke atas tempat Yusuf dan

keluarganya tinggal. Suasananya sangat berbeda dengan suasana

jalanan kota Jakarta. Dalam perumahan ini suasanya tenang dan

sepi, ramai hanya pada sore hari ketika anak-anak bermain di

taman bermain di sekitar perumahan tersebut.

“Suasana jalanan yang begitu asri di sekitar . komples

real estate kelas menengah ke atas itu tampak

tenang.”14

“Suasana perumahan elite sore itu lumayan ramai.

Anak-anak kecil melintas dengan sepeda-sepeda

mereka. Taman bermain yang tertata apik juga

dipenuhi oleh anak-anak yang sedang bermain...”15

Secara keseluruhan suasana dalam cerita pada novel

Simbok karya Dewi Helsper ini adalah suasana tegang, dengan

penuh luapan emosi. Dewi dan Ibu Tina yang tidak pernah

memiliki satu pemahaman membuat keduanya sering terlibat

dalam pertengakaran. Dewi selalu marah kepada Ibu Tina karena

tingkah Ibu Tina yang dianggapnya memalukan. Ketengangan lain

juga terjadi saat Yusuf mengetahui bahwa ibunya dikirim ke panti

jompo oleh Dewi.

Suasana yang sepi namun penuh kegelisahan dilukiskan

pada saat Simbok berada di panti jompo namun keharuan juga

dapat kita rasakan saat kita mengetahui besar pengorbanan yang

dilakukan Ibu Tina demi kebahagiaan anaknya dan keluarganya.

“Sepasang mata tua, keriput, dan mulai renta. Ia

mengawasi tembok kamarnya yang sekarang

berbeda. Ia tidak bisa memejamkan mata. Malam

13

Ibid., h. 112. 14

Ibid., h. 2. 15

Ibid., h. 103.

Page 62: KARAKTER IBU DALAM NOVEL SIMBOK KARYA DEWI HELSPER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45712/1/PURWIAN...KARAKTER IBU DALAM NOVEL SIMBOK KARYA DEWI HELSPER DAN IMPLIKASINYA

50

yang gelisah untuk perempuan tua. Tangannya

mengelus pinggiran bingkai figura di atas meja kecil

di sudut kamarnya. Foto Yusuf, Dewi, dan Chacha.

“Simbok ingin melihat kalian bahagia. Maafkan

Simbok jika cara pikir Mbok terlalu sederhana.”

Novel Simbok karya Dewi Helsper menggunakan latar

tempat kota Jakarta utama adalah Jakarta, karena letak

rumah Yusuf, kantor, panti jompo. Latar tempat lainnya

adalah kota Surabaya, saat Yusuf dan Pak Rano sedang

mengerjakan perbaikan proyek di sebuah pedesaan di

Surabaya. Latar waktu yang mendasari cerita ini adalah

sekitar tahun 2000-an. Ditandai dengan kegiatan delivery

yang tengah berlangsung di Jakarta. Suasan dalam cerita ini

adalah menegangkan saat pertengakaran antara Simbok dan

Dewi serta pertengkaran Dewi dan Yusuf. Ada pula latar

suasana yang mengharukan terjadi saat di Panti Jompo Pasar

Baru. Suasana mengharukan saat Simbok yang memilih

tinggal di panti jompo daripada tinggal bersama keluarga

Yusuf.

3. Tokoh dan Penokohan

Tokoh merupakan orang yang terlibat dalam cerita sedangkan

penokohannya merupakan watak atau karakter yang melekat pada

tokoh tersebut. Setiap tokoh dalam cerita mempunyai karakter yang

berbeda-beda. Penokohan ini untuk menunjang jalannya cerita dalam

novel. Mengikuti perkembangan alur ceritanya maka tokoh dalam

novel Simbok ini memiliki dua golongan tokoh yaitu, tokoh utama dan

tokoh tambahan. Tokoh utamnya merupakan tokoh-tokoh yang terlibat

konfliks secara langsung. Unruk tokoh tambahan, ditambahkan hanya

untuk memperpanjang jalannya cerita. Berikut pembagian tokohnya

beserta dengan penokohannya:

Page 63: KARAKTER IBU DALAM NOVEL SIMBOK KARYA DEWI HELSPER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45712/1/PURWIAN...KARAKTER IBU DALAM NOVEL SIMBOK KARYA DEWI HELSPER DAN IMPLIKASINYA

51

a. Tokoh Utama

1) Simbok atau Ibu Tina, merupakan sosok seorang ibu yang

sederhana dan pekerja keras. Pada saat masih di kampung

Simbok berjuang untuk menyekolahkan Yusuf hingga insinyur.

Simbok jugs orang yang penyayang. Dia rela berkorban demi

anaknya bahagia. Baginya janji adalah hutang yang harus

dibayar. Dapat dikatui karakter Ibu Tian seperti yang telah

disebutkan adalah dari pengarang yang menceritakan karakter

Ibu Tina pada bagian awal cerita. Adapula karakter yang dapat

diketahui dari ucapan tokoh itu sendiri atau ucapan tokoh lain.

“Mata Dewi menangkap sosok seorang wanita tua

dengan penampilan yang begitu sederhana dan

bersahaja. Ia sedang sibuk membuat kue jajanan ala

kampung. Gerakan wanita tua itu menunjukkan

betapa ia adalah seseorang yang terampil bekerja.

Wajahnya tampak bergairah dengan semangat yang

tinggi.”16

2) Dewi, merupakan istri dari Yusuf. Dewi anak semata wayang

dari keluarga yang berkecukupan. Sehingga kehidupannya

sebelum menikah dengan Yusuf dapat dikatakan cukup dan

mempunyai harga diri yang tergolong tinggi. Sifat Dewi

bertolak belakang dengan Simbok. Dalam dialog Simbok

dengan Dewi diketahui bahwa sifat Dewi adalah boros. Saat

semua perkakas di rumahnya masih bagus dia malah membeli

ember baru. Sebagai istri Dewi sebenarnya tunduk dengan

suaminya, namun dia mempunyai difat yang temparamen

sehinga mudah emosi terhadap hal-hal yang tidak ia sukai.

Pada saat Ibu Tina akan jualan di depan rumah Dewi marah

besar dan menurutnya itu adalah hal yang memalukan. Segera

dia mengadukannya kepada suaminya dengan kesal disertai

anacaman.

16

Ibid., h. 3.

Page 64: KARAKTER IBU DALAM NOVEL SIMBOK KARYA DEWI HELSPER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45712/1/PURWIAN...KARAKTER IBU DALAM NOVEL SIMBOK KARYA DEWI HELSPER DAN IMPLIKASINYA

52

“Kamu harus tau ya, Mas! Ibu bikin jajanan

kampung dan cendol. Dia mau jualan di depan

rumah. Apa kata tetangga nanti? Aku sudah

melarang, tapi Ibu gak peduli! Bikin malu saja!”

semprot Dewi terdengar begitu kesal.”17

“Mengeti apa? Oke, begini saja. Kalau Mas nggak

mau pulang, aku yang akan pergi !”18

Sebagai menantu Dewi berani bersikap kejam kepada Simbok

bahkan tega mengirimkannya ke panti jompo tanpa

sepengetahuan Yusuf.

3) Yusuf adalah anak semata wayang dari Ibu Tina. Sejak kecil

Yusuf sudah ditinggal oleh bapaknya. Dia hidup berdua dengan

ibunya dengan sangat sederhana. Yusuf dan Simbok sama-sam

bekerja keras untuk melanjutkan kehidupan serta sekolah

Yusuf bisa tamat Insinyur. Berkat usaha kerasnya kini Yusuf

dapat menukmati hasil dari usahanya. Dia mempunyai

pekerjaan yang baik, keluarga, dan harta yang dapat dikatakan

cukup. Sebagai ungkapan sayangnya ke Simbok, ia membawa

Simbok ke Jakarta untuk tinggal bersamanya dan keluarganya.

Yusuf sangat menyayangi Simbok, saat mengetahui Ibunya

telah dikirim ke panti jompo, perasaanya kacau balau.

Langsung ia menyusul untuk membujuk agar pulang ke ruamh

Yusuf lagi. Sepanjang perjalanan ke panti jompo hanya kerja

keras Simbok yang terlintas dalam pikirannya.

b. Tokoh tambahan

1) Chacha adalah anak Yusuf dan Dewi. Chacha merupakan cucu

yang rajin, dia suka membantu neneknya saat neneknya

berjualan jajan pasar dan cendol di depan rumah. Chacha juga

menyayangi neneknya. Saat nenknya masih sibuk menyetrika

baju, Chacha masih setia menemani walaupun sudah

mengantuk akhirnya ia tertidur di karpet dekat neneknya.

17

Ibid., h. 8. 18

Ibid., h. 9.

Page 65: KARAKTER IBU DALAM NOVEL SIMBOK KARYA DEWI HELSPER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45712/1/PURWIAN...KARAKTER IBU DALAM NOVEL SIMBOK KARYA DEWI HELSPER DAN IMPLIKASINYA

53

“Di rumah Yususf, terlihat sertikaan Ibu Tina sudah

berkurang. Chacha sudah tertidur pulas di atas lantai

yang berkarpet halus dan tebal. ..”19

2) Pak Rano adalah teman kerja Yusuf. Pak Rano banyak

memberikan saran dan nasehat kepada Yusuf terkait masalah

yang dihadapi Yusuf. Pak Rano dapat mengerti apabila Yusuf

sedang ada masalah dengan keluarganya. Keduanya kenal

dekat sehingga sudah saling memahami, bahkan Yusuf

menganggap Pak Rano sebagai sosok seorang bapak. Secara

fisik Pak Rano digambarkan berusia sekitar 59 tahun.

“Yusuf memang sudah lama mengenal Pak Rano.

Baginya, Pak Rano seperti sosok seoramg bapak.

Yusuf banyak belajar dari Pak Rano, selayaknya

seorang murid yang belajar kehidupan dari sang

guru. Yusuf merasa sangat beruntung bertemu

dengan Pak Rano, dari sosok pria itu jugalah, Yusuf

mendapatkan pekerjaan yang layak dan sesuai

dengan gelar Insinyur yang dimilikinya.”20

3) Ny. Harti, tinggal di seberang rumah Dewi. Namun Dewi

sedikit tidak menyukai sifat Ny. Harti, terkesannya sombong

dan suka mengguncingkan orang. Ny. Harti menyukai kue

bikang buatan Ibu Tina.

“Dari rumah seberang muncul Ny. Harti, perempuan

muda seusia Dewi. Dandanannya menor dan nada

bicaranya genit.”21

4) Ny. Ike cenderung berteman dengan Dewi. Kadang mereka

pergi belanja bersama-sama. Namun Ny. Ike adalah orang tipe

orang mudah menyampaikan informasi. Hal-hal yang

didengarnya tentang Dewi akan disampaikan ke Dewi tanpa

memikirkan apakah hal itu dapat menyakiti temannya atau

tidak. Sehingga hal tersebut dapat menyakitkan perasaan Dewi.

19

Ibid., h. 49. 20

Ibid., h. 16. 21

Ibid., h. 23.

Page 66: KARAKTER IBU DALAM NOVEL SIMBOK KARYA DEWI HELSPER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45712/1/PURWIAN...KARAKTER IBU DALAM NOVEL SIMBOK KARYA DEWI HELSPER DAN IMPLIKASINYA

54

“Kan banyak juga teman-teman sini yang ikut arisan

itu Mbak. Eh di depan orang banyak itu Nyonya

Harti ngrasani Mbak Dewi...”22

5) Orang tua Dewi, Pak Sam adalah ayah Dewi. Pak Sam banyak

memberikan nasehat danwejangan kepada Dewi terkait dengan

masalah rumah tangga yang sedang dihadapinya. Sebagai

kepala keluarga Pak Sam memiliki sikap yang netral, dan tidak

melulu membela Dewi selaku naka semata wayangnya.

Nasehat juga diberikan kepada Yusuf, untuk lebih sabar

menghadapi Dewi.

“Begitu akad nikah dilangsungkan, yang bernama

Regina Anastasia Dewi binti Samuel sudah menjadi

tanggung jawab Insinyur Yusuf Sofyan. Papa akan

menegaskan di sini bahwa orang harus berani

memilih dan berani mennggung resiko akibat

pilihannya itu,” tegas Pak Sam.”23

Ny. Sam merupakan istri Pak Sam serta mama Dewi. Sebagai

ibu, Ny. Sam merasa iba dan kasihan kepada Dewi atas

masalah rumah tangga yang menimpanya.

Tokoh dalam novel ini terbagi menjadi 2 yaitu : tokoh utama dan

tokoh tambahan. Bertindak sebagai tokoh utama adalah Simbok, Dewi,

dan Yusuf, sedangkan tokoh tambahannya Chacha, Pak Rano, Orang

tua Dewi, Ny. Harti, Ny. Ike dan lain-lainnya.

4. Alur

Alur cerita dalam novel Simbok karya Dewi Helsper adalah

alur maju. Dalam setiap bab pada cerita ini adalah dengan latar waktu

yang maju dan peningkatan konflik yang teratur. Terdapat alur mundur

dalam cerita ini namun itu hanya sebatas ingatan yang sepintas lalu

dalam pikiran Yusuf. Saat Yusuf pergi untuk menyusul ibunya ke

panti jompo.dalam novel ini yang menerangkan bahwa alur yang

digunakan oleh pengarang adalah alur maju adalah adanya kata atau

22

Ibid., h. 105. 23

Ibid., h. 94.

Page 67: KARAKTER IBU DALAM NOVEL SIMBOK KARYA DEWI HELSPER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45712/1/PURWIAN...KARAKTER IBU DALAM NOVEL SIMBOK KARYA DEWI HELSPER DAN IMPLIKASINYA

55

kalimat yang menunjukkan urutan waktu, diantaranya keesokan

harinya, esok hari, siang harinya dan lain-lainnya.

a. Tahap penyituasiaan merupakan tahapan awal atau perkenalan.

Dalam tahap ini diperkenalkan awal konflik dan perkenalkan para

tokoh serta situasi dalam cerita tersebut. Di awal cerita

diperkenanlkan tokoh Dewi dan Simbok serta pemicu konflik

diantara keduanya. Di awal cerita terdapat pengantar cerita yang

mengkisahkan awal mula pertengkaran kecil antar Simbok dan

Dewi.

“Astaga! Ibu mau bikin apa?”

Ibu Tina terkejut dengan kedatangan menantunya

yang tiba-tiba dari arah belakang, wanita tua itu

berpaling menatap menantunya.

“Seperti yang kamu lihat sendiri,” ucap Ibu Tina

ringan sembari mengembangkan seulas senyum.

“Bikin kue?” Dewi semakin mendekat dan masih

tetap berwajah heran, tak mengerti.24

b. Tahap pemunculan konflik, dalam novel ini pemunculan konflik

terjadi saat Dewi mengadukan kepada Yusuf tentang Ibu yang

berjualan di depan rumah dan menganggap itu hal yang

memalukan. Dewi melakukan ancaman kepada Yusuf jika tidak

pulang maka Dewi akan meninggalkan rumah. Menurut Simbok

apa yang dilakukannya itu bukanlah hal yang salah karena Simbok

memang biasa berjualan dan sekarang suruh diam di rumah itu

membuatnya jenuh. Berlainan dengan Dewi, menurut Dewi hal

yang dilakukan Simbok adalah salah dan sangat memalukan.

Dengan ibu berjualan maka keluarga Yusuf akan menjadi bahan

pergunjingan tetangga Dewi dalam kompleks tersebut.

“Coba pikir, Mas! Apa aku salah kalau melarang

ibu jualan kue dan cendol? Katakan! Lihat saja

nanti! Apa kata tetangga bila aku membiarkan Ibu

yang setua itu harus berjualan makanan? Mereka

pasti mengira kita yang menyuruhnya. Mereka tentu

24

Ibid., h. 3.

Page 68: KARAKTER IBU DALAM NOVEL SIMBOK KARYA DEWI HELSPER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45712/1/PURWIAN...KARAKTER IBU DALAM NOVEL SIMBOK KARYA DEWI HELSPER DAN IMPLIKASINYA

56

menuduh kita sebagai anak yang tega membiarkan

ibunya mencari nafkah. Apa pantas anak tunggalnya

seorang Insinyur, sementara ibunya jualan jajanan

kampung begitu? Kita yang malu, „kan, Mas?”

Dewi menerocos mengungkapkan kekesalannya.”25

c. Tahap peningkatan konflik, konflik semakin meninggkat Dewi dan

Simbok memiliki pendapat yang berbeda. Hal tersebut membuat

apa saja yang Simbok lakukan akan bernilai salah di mata Dewi.

Begitupun dengan apa yang dilakukan Dewi untuk Simbok dewi

merasa selalu salah. Peningkatan konflik terjadi saat Dewi yang

memberikan Simbok ember baru dengan harapan dapat

memperbaiki hubungannya dengan Simbok dan membuat Simbok

senang, namun hal tersebut dikatakan suatu yang boros. Ember

dalam rumah tersebut masih bagus namun Dewi malah membeli

lagi. Sikap Simbok yang demikian itu membuat Dewi emosi dan

semakin kesal dengan sikap Simbok.

“Gusti Allah! Ember yang lama juga masih bagus

dan masih bisa dipakai. Kenapa kamu harus beli

lagi ? Hemat! Hemat, Dewi!” jaab Ibu Tina dengan

tatapan mata yang polos seraya memandangi ember

ember yang dipegang Dewi.

Ibu Tina berdecak heran melihat kelakuan

menantunya. Dewi tersentak kaget. Itu di luar

dugaannya semula, dan Dewi tampak mulai

tersinggung.

“Salah lagi! Begini salah, begitu salah! Punya

maksud baik, salah. Apalagi kalau buruk!” umpat

Dewi geram.”26

d. Tahap klimaks dalam cerita ini saat Dewi dan Simbok terlibat

dalam percekokkan hebat hingga Dewi menumpahkan santan

Simbok di lantai. Simbok yang merasa tidak terima dengan sikap

Dewi, mengatakan menantunya telah sinting dan yang dilakukan

Dewi telah melukai hati Simbok. Simbok menilai Dewi adalah

25

Ibid., h. 30. 26

Ibid., h. 67.

Page 69: KARAKTER IBU DALAM NOVEL SIMBOK KARYA DEWI HELSPER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45712/1/PURWIAN...KARAKTER IBU DALAM NOVEL SIMBOK KARYA DEWI HELSPER DAN IMPLIKASINYA

57

menantu yang sombong dan tidak tahu caranya berprihatin

menghadapi kehidupan. Mendengar ucapan ibu mertuanya Dewi

menangis meraung-raung dan sedih hatinya. Merasa telah disakiti

oleh ibu mertuanya Dewi mengemasi bajunya dan menenteng tas

besar kemudian pergi ke rumah orang tuanya. Setelah pertengkaran

hebat tersebut Dewi dan Simbok mendapatkan banyak nasehat dari

orang-orang terdekatnya. Ketegangan mulai mereda, keduanya

nampak makan bersama dan rukun. Simbok hanya membayar

hutang kepada Ny. Harti untuk membuatkan kue bikang. Hal itu

membuat amarah Dewi kembali memuncak, tak sanggup dengan

sikap ibu mertuanya maka Dewi mengambil keputusan untuk

mengantarkan ibu ke panti jompo. Keputusan Dewi membuat

Yusuf marah besar kepada Dewi. Dia menilai Dewi kejam dan

menamparnya.

“Dengan wajah merah padam, Dewi masuk ke

dapur. Sampai di tempat itu mata Dewi jelalatan

memperhatikan sekitar. Dewi tampak kaget

setengah mati, hampir pingsan rasanya melihat

pemandangan di depan matanya. Ia tidak habis pikir

dengan ulah mertuanya itu.

“Ya Allah, Ya Gustiii! Menantuku sudah sinting!

Simbok ndak relakan. Sungguh! Ini menyakiti hati

Simbok! Kamu sudah berani memusuhi orang tua!

Jangan begitu sikap kamu, Wi!” Ibu Tina berteriak

panik berlari ke sana kemari me;ihat santanya

tumpah di lantai.”27

e. Tahap penyelesaian dalam novel ini adalah Simbok yang lebih

memilih untuk tinggal di panti jompo daripada tinggal di rumah

Yusuf. Simbok merasa lebih nyaman di panti jompo daripada di

rumah Dewi. Simbok hanya meminta untuk dikunjungi saat

kangen dengan nak dan cucunya. Bagi Simbok kebahagiaan dan

keharmonisan keluarga anaknya merupakan yang utama.

27

Ibid., h. 108-109.

Page 70: KARAKTER IBU DALAM NOVEL SIMBOK KARYA DEWI HELSPER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45712/1/PURWIAN...KARAKTER IBU DALAM NOVEL SIMBOK KARYA DEWI HELSPER DAN IMPLIKASINYA

58

“Tempat ini sudah membuat Simbok merasa

nyaman, Nak. Simbok ini sudah tua, bukan semata-

mata mencari uang lagi. Perjuangan Simbok

mendidikmu, membesarkanmu dan sampai kamu

menjadi seseorang yang dipandang itu sudah

selesai. Kamu lihat mereka ini, mereka juga butuh

Mbok di sini, mereka sangat menyukai kue-kue

Simbok. Mereka menaggapi Simbok ini ada.

Simbok pun merasa ada artinya buat mereka, ini

lebih dari sekedar uang. Biarlah Simbok di sini...”

wajah yang penuh keriput itu tersenyum tulus.”28

5. Sudut Pandang

Sudut pandang dalam novel ini adalah persona ketiga “Dia”.

Dalam novel ini pengarang bertindak sebagai pencerita dan narator.

Seakan-akan pengarang yang menceritakan semua kejadian yang

terjadi dalam novel ini. Pengarangnya serba tahu, karena pengarang

yang menceritakan tokoh yang terlibat dalam cerita, latar tempat,

waktu, serta suasana dalam cerita, dan setiap kejadian yang menjadi

rangkaian alur cerita.

“Sepasang mata tua, keriput dan mulai renta. Ia

mengawasi tembok kamarnya yang sekarang berbeda.

Ia tidak bisa memejamkan mata. Malam yang gelisah

untuk seorang perempuan tua. Tangannya mengelus

pinggiran bingkai pigura di atas meja kecil di sudut

kamarnya.”29

Pengarang yang mengetahui segala hal dalam novel ini.

Sehingga pengarang bertindak sebagai narator atau pencerita serba

tahu. Sudut pandang persona ketiga “Dia” ditandai dengan

mengunakan kata ganti orang ketiga “Ia”. Kata ganti “Ia” dalam

kutipan di atas adalh mengacu pada Simbok sebagai tokoh utama.

28

Ibid., h. 167-168. 29

Ibid., h. 173.

Page 71: KARAKTER IBU DALAM NOVEL SIMBOK KARYA DEWI HELSPER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45712/1/PURWIAN...KARAKTER IBU DALAM NOVEL SIMBOK KARYA DEWI HELSPER DAN IMPLIKASINYA

59

6. Amanat

Amanat merupakan pesan yang terkandung dalam novel.

Pengarang dapat memunculkan novel secara tersirat ataupun tersurat.

Dalam novel Simbok, Dewi Helsper menuangkan amanat secara

tersirat. Melalui novelnya, pengarang ingin menyampaikan pesan

betapa besarnya pengorbanan seorang ibu kepada anaknya. Ibu

merupakan sosok yang mempunyai hati yang sangat mulia. Menurut

pengarang ibu baginya adalah kasih sayang yang tidak akan pernah

hilang atau musnah. Amanat dalam novel ini adalah adalah ibu yang

rela melakukan apapun demi anaknya, bahkan ibu dalam novel ini rela

untuk berpisah dengan anaknya dan memilih tinggal di panti jompo

agar anaknya dapat menjalani rumah tangga yang harmonis dan

bahagia. Selain itu saat sang ayah yang telah meninggal ibu menjadi

tulang punggung keluarga dengan berjualan jajanan pasar dan es

cendol untuk membiayai sekolah Yusuf sampai dengan ia tamat

Insinyur.

“Kamu sudah punya keluarga sekarang. Membuat

keluargamu harmonis itu lebih penting daripada

memikirkan keberadaan Simbok di sisni. Percayalah,

itu adalah kebahagiaan Simbok jika kalian hidup

dengan damai.”30

Amanat lain yang terdapat dalam novel ini adalah setelah menjadi

orang yang sukses tidak boleh melupakan latar belakang dan asal

usulnya.

“Kacang meningalkan lanjaran...orang yang

kehilangan asal usulnya. Melupakan masa silamnya,

tempat dia tumbuh dan digembleng. Ini bukan soal

sederhana lagi, Le. Kata mendiang Bapakmu, ini sudah

soal filsafat hidup.”31

30

Ibid., h.167. 31

Ibid., h. 37.

Page 72: KARAKTER IBU DALAM NOVEL SIMBOK KARYA DEWI HELSPER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45712/1/PURWIAN...KARAKTER IBU DALAM NOVEL SIMBOK KARYA DEWI HELSPER DAN IMPLIKASINYA

60

7. Gaya bahasa

Gaya bahasa yang digunakan pengarang dalam menulis novel

Simbok adalah menggunakan bahasa yang santai atau bahasa yang

biasa digunakan untuk sehari-hari. Pengarang juga memasukkan unsur

latar belakang dari dirinya dalam novel. Telah diketahui dari biografi

bahwa pengarang merupakan seseorang yang berasal dari Jawa

khususnya Jawa Timur. Unsur identitas pengarang juga dimasukkan

dalam novel dengan menggunakan bahasa bahasa Jawa dalam novel

ini. Tokoh Simbok dan Yusuf dibuat berasal dari daerah Jawa,

sehingga memiliki bahasa ibu bahasa Jawa. Dalam dialognya Simbok

mengunakan bahasa Jawa diantaranya , lha wong, wong, mbok,

keblinger,kenes, ndak, ngelepat, cah bagus, waskita, dll. Dengan

bahasa yang santai dan biasa digunakan sehari-hari maka pembaca

dapat dengan mudah memahami maksud yang akan disampaikan

pengarang.

“Gusti Allah! Wong jualan kok dibilang malu. Kamu itu

mbok jangan keblinger toh! Ndak baik itu melarang-

larang mertua!”32

B. KARAKTER IBU DALAM NOVEL SIMBOK KARYA DEWI

HELSPER

Novel Simbok karya Dewi Helsper merupakan novel yang

mengkisahkan tentang perjuangan seorang ibu yang dibalut dengan konflik

antara ibu dan menantu perempuannya. Kehidupan antara ibu dan menantu

perempuan merupakan suatu hubungan yang dapat dikatakan sulit. Tokoh

ibu dan Dewi dilukiskan mempunyai sifat yang sama-sama keras,

mempunyai pendapat yang berbeda, serta latar belakang yang berbeda.

Dalam novel ini tidak hanya Simbok atau Ibu Tina yang

merupakan seorang ibu, terdapat tiga tokoh ibu dalam novel ini. Ketiganya

memiliki sifat yang berbeda-beda. Namun ada beberapa sifat yang sama

32

Ibid., h. 4.

Page 73: KARAKTER IBU DALAM NOVEL SIMBOK KARYA DEWI HELSPER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45712/1/PURWIAN...KARAKTER IBU DALAM NOVEL SIMBOK KARYA DEWI HELSPER DAN IMPLIKASINYA

61

yang dimiliki oleh ketiganya sebagai seorang ibu. Tokoh-tokoh tersebut

adalah Simbok atau Ibu Tina, Dewi, serta Ny. Sam.

Menganalisis karakter dari tokoh ibu yang terdapat dalam novel ini

akan membuat kita mengetahui seorang ibu dapat memiliki karakter yang

berbeda-beda. Pengarang mencoba memadukan beberapa karakter seorang

ibu dalam sebuah novel. Dalam novel ini sebenarnya tokoh ibu yang

utama adalah Simbok atau Ibu Tina. Namun, tokoh ibu lainnya dapat

menjadi pembanding dari tokoh ibu.

Berdasarkan teori ang digunakan oleh penulis, karakter ibu yaitu,

teladan atau panutan, mendidik anaknya, mengasuh, membimbing,

penyayang, sabar, bekerja keras, bertanggung jawab, mengueur rumah,

pengganti peran ayah, mengatur keuangan. Selanjutnya akan dibahas

secara lebih terperinci mengenai ketiga tokoh ibu tersebut:

1. Simbok atau Ibu Tina

Simbok atau Ibu Tina merupakan tokoh utama dalam novel Simbok

karya Dewi Helsper. Dalam menganalisis karakter Simbok penulis

menggunakan beberapa metode karakteristik tokoh. metode yang

pertama adalah metede langsung dengan penuturan pengarang. Dengan

metode ini dapat diketahui karakter Simbok sederhana, bersahaja,

terampil dalam bekerja, dan mempunyai semangat yang tinggi dalam

bekerja.

“Mata Dewi menangkap sosok seorang wanita tua dengan

penampilan yang beitu sederhana dan bersahaja. Ia sedang

sibuk membuat kue jajanan ala kampung. Gerakan wanita

tua itu menunjukkan betapa ia adalah seseorang yang

terampil bekerja. Wajahnya tampak bergairah dengan

semangat yang tinggi.”33

Simbok adalah orang yang sederhana. Simbok berlatar belakang

dari kampung. Kehidupan Simbok dan Yusuf di kampung pada masa

itu serba kekurangan atau miskin. Simbok hanya seorang penjual

jajanan pasar di pasar. Sampai dengan kehidupan Yusuf yang sekarang

33

Ibid., h. 3.

Page 74: KARAKTER IBU DALAM NOVEL SIMBOK KARYA DEWI HELSPER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45712/1/PURWIAN...KARAKTER IBU DALAM NOVEL SIMBOK KARYA DEWI HELSPER DAN IMPLIKASINYA

62

menjadi lebih baik Simbok tetap melakukan kehidupan yang

sederhana. Ia tetap mengajarkan kederhanaan kepada Yusuf dan

keluarganya.

Selain orang sederhana Simbok adalah sosok yang penyayang.

Seorang Ibu dan sifat yang penyayang merupakan dua hal yang tidak

dapat dipisahkan. Simbok menyayangi bukan hanya kepada anaknya

saja, melainkan menantunya yang berbeda pendapatpun ia juga

menyayanginya serta cucunya, ia juga sangat sayang kepadanya. Rasa

sayangnya yang besar tersebut membuat ia rela untuk berkorban demi

kebahagiaan Yusuf dan keluarganya.

“Dengan penuh kasih sayang, Ibu Tina mengelus rambut

cucunya sambil menggerakkan kepalanya, memberi

isyarat agar Chacha segera main keluar.”34

Simbok adalah wanita yang hebat dan pekerja keras. Dengan latar

belakang orang yang miskin, dari kampung Simbok dapat

menyekolahkan Yusuf sampai menjadi Insinyur. Semua itu Simbok

lakukan sendiri karena Bapak Yusuf meninggal saat Yusuf masih

kecil. Kehidupan yang keras Simbok jalani demi Yusuf. Simbok

berjuang mati-matian sendirian, karena Bapak tidak meninggalkan

apaun dan siapaun yang dapat membantu Simbok dan Yusuf. Setelah

Yusuf tamat Insinyur dan mendapatkan pekerjaan yang baik maka

tugas Simbok sudah selesai.

“Wajahnya tampak letih, penuh keringat. Namun tetap

memancarkan gairah bekerja yang luar biasa”35

Simbok merupakan orang yang bertanggung jawab. Janji yang

telah Simbok sepakati akan ditepatinya. Saat Simbok menerima

pesanan kue bikang dari Ny. Harti ia berusaha untuk menepatinya.

Saat Simbok mengerjakannya di rumah hal ini membuat menimbulkan

pertengakaran antara Dewi dan Simbok. Maka di hari yang berbeda

34

Ibid., h. 5. 35

Ibid., h. 44.

Page 75: KARAKTER IBU DALAM NOVEL SIMBOK KARYA DEWI HELSPER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45712/1/PURWIAN...KARAKTER IBU DALAM NOVEL SIMBOK KARYA DEWI HELSPER DAN IMPLIKASINYA

63

Simbok membuat kue bikang pesanan Ny. Harti di rumah Ny. Harti.

Balasan yang Simbok terima dari yang pekerjan ini adalah ia harus

dikirimkan ke panti jompo oleh Dewi.

Pada teori telah dijelaskan bahwa seorang ibu harus memiliki tiga

karakteristik, yaitu ibu itu harus penuh kasih sayang, sabar, dan pekerja

keras. Pengarang menggambarkan tokoh Simbok sebagai ibu yang

memenuhi kriteria tersebut.

“Jelek-jelek begini Simbok ini yang melahirkan suamimu,

yang mendidik, membesarkan, dan menyekolahkannya

sampai jadi Insinyur.”36

Simbok adalah seorang perempuan yang rela bekerja keras.

Kehidupan simbok di kampung semasa Yusuf kecil sudah harus

berjuang keras menjadi tulang punggung. Ayah Yusuf meninggal

dunia maka simbok yang mengantikan tugas ayahnya. Dua peran

sekaligus simbok lakukan demi Yusuf. Simbok harus bekerja keras

untuk mencari nafkah namun tetap harus dapat bersifat lembut dan

sabar untuk mendidik Yusuf. Seperti yang talah kita ketahui pendidik

yang utama dan pertama adalah seorang ibu. Banyak hal yang

diajarkan ibu kepada anaknya.

“Setelah Bapak saya meninggal Simbok terus saja bekerja

sebagai penjual jajanan yang harus berangkat seusai subuh

dan pulang dari pasar menjelang matahari terbenam. Simbok

harus mempertahankan hidupnya tanpa bantuan apa pun dan

dari siapa pun. Ibu saya adalah wanita yang tangguh yang

berani tampil dengan seluruh kesederhanaannya.” Mata

Yusuf menerawang seolah dia sedang berbicara pada dirinya

sendiri, sementara Pak Rano mendengarkan dengan

antusias.” 37

Simbok adalah seorang perempuan yang sabar. Kesabaran ini

tampak pada Simbok saat menghadapi Dewi yang memiliki perbedaan

pendapat dengannya. Saat Dewi melarang Simbok untuk berjualan

dengan alasan memalukan, Simbok dengan sabar dan santai hanya

36

Ibid., h. 68. 37

Ibid., h. 59.

Page 76: KARAKTER IBU DALAM NOVEL SIMBOK KARYA DEWI HELSPER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45712/1/PURWIAN...KARAKTER IBU DALAM NOVEL SIMBOK KARYA DEWI HELSPER DAN IMPLIKASINYA

64

menjawab bahwa bahan-bahan yang ia pakai untuk membuat cendol

dan jajanan pasar bukanlah barang curian, lantas kenapa harus malu.

Menghadapi sikap Dewi yang keras simbok hanya dengan santai dan

memberikan nasehat, bahwa hidup itu juga harus prihatin.

Ibu merupakan istri ayah sekaligus sebagai ibu rumah tangga.

Dalam keluarga ibu mempunyai tugas utama untuk mendidik anaknya

dan mengurus pekerjaan rumah. Ibu merupakan pendidik yang utama

dan pertama bagi anak-anaknya. Pendidikan yang dilakukan Simbok

adalah dalam wujud memberikan nasihat-nasihat kepada Yusuf, Dewi

ataupun Chacha. Simbok memberikan nasihat agar tidak lupa dengan

asal-usul, mengajari hidup hemat, dan tidak bergantung pada penilaian

tetangga.

“Yang menilai kita Gusti Allah, bukan tetangga! Kalau

kamu masih percaya sama Gusti Allah, mestinya kamu bisa

menerima nasihat Simbok. Bilang sama si Dewi itu, Gusti

Allah lebih waskita ketimbang para tetangga. Kamu harus

bisa ajari istrimu bersikap demikian.”38

Simbok memegang peran sebagai ibu rumah tangga. Dalam rumah

Yusuf Simbok juga melakukan peran tersebut. Simbok mengurus

Chacha saat Dewi pergi ke rumah orang tuanya. Sejak tinggal di rumah

Yusuf Simbok juga melakukan pekerjaan rumah tangga lainnya,

seperti mencuci baju dan piring, memasak, menyetrika baju.

“...sementara Ibu Tina melanjutkan aktivitasnya lagi,

mencuci piring dan gelas.”39

“Berapa kali Mbok bilang, mesin itu ndak lebih bersih dari

cucian tangan Simbok. Lagi pula hemat dengan tangan,

ndak pakai listrik...”40

Simbok rela berkorban untuk kebahagiaan dan keharmonisan

keluarga Yusuf. Simbok rela menuruti keinginan Dewi untuk tinggal

di panti jompo dan rela berpisah dengan Yusuf dan keluarganya.

38

Ibid., h. 33. 39

Ibid., h. 38. 40

Ibid., h. 55.

Page 77: KARAKTER IBU DALAM NOVEL SIMBOK KARYA DEWI HELSPER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45712/1/PURWIAN...KARAKTER IBU DALAM NOVEL SIMBOK KARYA DEWI HELSPER DAN IMPLIKASINYA

65

“Pulanglah, Suf. Kamu bisa datang kapan saja kalian

mau. Bahagiakan istri dan anakmu! Maafkan Simbokmu

yang tidak bisa menempatkan diri. Simbok hanya mau

kalian rukun,”41

Jadi, dalam novel ini dapat diketahui bahwa karakter Simbok

adalah seorang ibu yang berpenampilan sederhana dan bersahaja,

Simbok menjalankan perannya untuk mengurus anak dan rumah,

membesarkan, mendidik, seorang ibu yang penyayang, bekerja keras,

bertanggung jawab serta rela berkorban.

2. Dewi

Tokoh ibu yang kedua adalah Dewi. Dewi adalah istri dari Yusuf.

Dewi menjadi seorang ibu karena telah melahirkan seorang anak

perempuan yang bernama Chacha. Dewi merupakan seorang ibu muda,

pengalammnya dalam menjadi ibu memang belum sebanyak yang

telah dimiliki Simbok.

Dewi digambarkan sebagai seorang ibu yang masih muda dengan

penampilan cantik. Hal ini diungkapkan langsung oleh pengarang

dalam awal cerita.

“Tak lama, taksi pun meluncur pergi setelah seorang

perempuan muda dan cantik turun menenteng tas berisi

belanjaan.”42

Sebagai seorang ibu Dewi juga memiliki tugas utama untuk mendidik

anaknya dan bertanggung jawab dalam pekerjaan mengurus rumah.

“Mama kan pernah bilang yang memalukan itu kalau kita

mencuri.”43

“Tergantung sama pembantu juga susah, Mam. Lagi pula,

kalau semua pekerjaan bisa aku tangani, buat apa

pembantu?”44

41

Ibid., h. 167. 42

Ibid., h. 2. 43

Ibid., h. 11.

Page 78: KARAKTER IBU DALAM NOVEL SIMBOK KARYA DEWI HELSPER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45712/1/PURWIAN...KARAKTER IBU DALAM NOVEL SIMBOK KARYA DEWI HELSPER DAN IMPLIKASINYA

66

Sosok Ibu dengan sifatnya yang penyayang nampak sudah tidak

terpisahkan. Meskipun Dewi memiliki sifat yang keras, namun dalam

menghadapi anaknya Ia menunjukkan sifat yang penyayang. Dewi

tidak ingin melihat anaknya sedih saat mengetahui Ia sedang menangis

dengan berbagai alasan Dewi membantahnya.

“Ah nggak, Sayang.... Mata Mama tadi kemasukan debu,

pedih sekali raanya,” Dewi buru-buru mengusap kedua

matanya, kemudian membalas pelukan anaknya.”45

Sebagai seorang ibu Dewi juga melakukan banyak pengorbanan

bagi keluaganya. Sebelum menikah Dewi yang mempunyai karier

bagus rela melepaskan kariernya demi keluarganya. Pengorbanan yang

Dewi lakukan untuk keluarganya.

“..”Aku pikir, aku sudah cukup memberikan

pengorbanan pada keluarga, Pa. Sejak hamil, aku

berhenti bekerja. Aku mengurus suami dan anak

tanpa berpikir lagi soal karier...”46

Menjadi ibu pasti akan dialami oleh semua wanita, itu merupakan

kodrat yang akan diterima oleh seorang perempuan. Menjadi ibu

diperlukan banyak pengorbanan, seorang ibu ikhlas mengorbannaya

apapun demi keluarganya.

Selain karakter-karakter Dewi yang telah disebutkan di atas, ada

pula sifat Dewi lainnya. Dewi memiliki sifat yang manja. Hal ini

karena Dewi merupakan putri tunggal dari keluarga yang termasuk

kaya. Semua keinginannya dapat dipenuhi oleh kedua orang tuanya.

“Badai dan Dewi, kedua anaknya yang sangat dimanja. Terutama si

bungsu Dewi yang setiap keinginannya harus selalu dipenuhi terutama

oleh Ny. Sam.”47

44

Ibid., h. 51. 45

Ibid., h. 87. 46

Ibid., h. 50 47

Ibid., h. 92.

Page 79: KARAKTER IBU DALAM NOVEL SIMBOK KARYA DEWI HELSPER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45712/1/PURWIAN...KARAKTER IBU DALAM NOVEL SIMBOK KARYA DEWI HELSPER DAN IMPLIKASINYA

67

Dewi juga memiliki sifat yang kurang terpuji. Sifat ini terlihat

ketika Dewi berhadapan dengan Simbok. Keduanya yang berbeda

pendapat makan Dewi menunjukkan sifat yang berbeda. Terhadap

Simbok Dewi berlaku sombong dan tega. Hal ini diketahui dari metode

analisis tidak langsung dengan cara dialog antartokoh. Sifat yang

sombong berasal dari dialog antara Dewi dan Simbok sedangkan sifat

tega berasal dari dialog antara Yusuf dan Dewi.

“Sombong kamu, Dewi! Kamu ndak tahu caranya prihatin!

Sok gengsi! Gusti Allah, hari ini Simbok baru sadar kalau

kamu ndak pantas jadi istri anakku. Ndak pantas!”48

“Setega itu kamu?! Kamu kejam! Bagaimana mungkin

kamu membuang orang setua itu ke panti jompo?!” ucap

Yusuf tidak percaya dengan tindakan istrinya.”49

Jadi, dalam novel ini tokoh ibu yang kedua adalah Dewi. Dewi

memiliki penampilan yang cantik dan masih muda, Dewi memiliki

karakter yang penyayang dan rela berkorban, tugas sebagai pendidik

dan mengurus pekerjaan di rumah juga dilaksanakannya meskipun

dengan bantuan Simbok. Ada beberapa karakter Dewi yang berbeda

dengan karakter tokoh ibu yang sebelumnya. Dewi memiliki karakter

yang manja, sombong, dan tega kepada ibu mertuanya.

3. Ny. Sam

Ny. Sam merupakan tokoh ibu yang ketiga dalam novel ini. Ny.

Sam adalah ibu dari Dewi. Menurut penuturan pengarang Ny. Sam

memiliki penampilan yang cantik meskipun Ia sudah tua.

“Wanita tua yang masih kelihatan cantik itu menatap

wajah Dewi.”50

Sebagai ibu, Ny. Sam juga mempunyai sifat menyayangi kepada

anaknya. Bukti rasa sayangnya adalah ia memanjakan anaknya. Ny.

Sam merasa tak rela apabila anaknya mengalami kesusahan dan

48

Ibid., h. 110. 49

Ibid., h. 162. 50

Ibid., h. 47.

Page 80: KARAKTER IBU DALAM NOVEL SIMBOK KARYA DEWI HELSPER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45712/1/PURWIAN...KARAKTER IBU DALAM NOVEL SIMBOK KARYA DEWI HELSPER DAN IMPLIKASINYA

68

merasakan kesedihan dalam menjalani kehidupan rumah tangganya.

Bukan hanya itu Ny. Sam selaku ibu, ia juga memberikan nasihat

kepada Dewi dalam menghadapi masalah dalam rumah tangganya. Ini

lah wujud kasih sayang Ny. Sam kepada Dewi.

“..”Daripada rumah tanggamu makin runyam, Dew,

bagaimana kalau kamu minta pada suamimu agar

memulangkan saja ibunya ke desa?”

Tidak banyak diceritakan tentang karakter dari Ny. Sam dalam

novel ini. Kedudukan Ny. Sam merupakan tokoh tambahan. Sehingga

keberadaan dalam novel tidak memiliki pengaruh yang besar terhadap

cerita.

Ketiga tokoh ibu dalam novel ini mempunyai karakter yang

berbeda-beda. Namun ketiga tokoh ini juga memiliki persamaan.

Persamaannya adalah ketiganya memiliki rasa kasih sayang yang besar

kepada anak-anaknya. Selain itu adapula perbedaan sifat ibu yang

diperankan oleh ketiga tokoh tersebut. Simbok memiliki sifat yang lebih

kompleks jika dibandingkan dengan tokoh ibu lainnya. Dewi adalah

seorang ibu yang berwatak keras namun tetap dapat berlaku dan berkata

halus kepada putrinya. Sedangkan Ny. Sam ibu yang menjalankan

perannya sebagai ibu yang memberikan nasihat dan pengarahan kepada

anaknya, jika anaknya mengalami kesalahan. Ketiganya menjalankan

peran ibu yang berbeda karena latar belakang antara ketiganya juga

berbeda. Dalam mengurus anak, Simbok menjalani cara yang lebih berat

jika dibandingkan dengan Ny. Sam dan Dewi. Namun pada dasarnya

seorang perempuan yang telah menjadi ibu akan tetap sayang kepada

anaknya dengan apapun kondisi anaknya, ibu akan rela berkorban demi

anaknya, serta memberikan nasihat atau pendidikan yang baik untuk

anaknya.

Page 81: KARAKTER IBU DALAM NOVEL SIMBOK KARYA DEWI HELSPER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45712/1/PURWIAN...KARAKTER IBU DALAM NOVEL SIMBOK KARYA DEWI HELSPER DAN IMPLIKASINYA

69

C. IMPLIKASI DENGAN PEMBELAJARAN SASTRA INDONESIA

DI SMA

Peranan pembelajaran sastra di SMA adalah untuk membantu

membantu peserta didik meningkatkan pengetahuannya tentang

kebudayaan lain atau baru yang berasal dari latar belakang tokoh yang

berbeda dalam cerita karya sastra. Sastra dapat memperluas wawasan dan

pengetahuan lainnya. dengan membaca sastra peserta didik mendapatkan

gambaran tentang kehidupan yang dialami oleh tokoh-tokoh dalam cerita.

Karya sastra dapat juga mengembangkan kepribadian bagi peserta didik

maupun pendidik. Pengajaran sastra khusunya novel dapat meningkatkan

pemahaman, pengetahuan dan pengalaman dengan melakukan kegiatan

membaca karya sastra. Dengan membaca sastra yang membahas

permasalahan manusia serta kehidupannya dapat menambahkan gambaran

dan pengalaman bagi pembacanya.

Pembelajaran sastra yang mengarah kepada analisis novel dapat

digunakan oleh pendidik sebagai sarana untuk membangun kreativitas

peserta didik dalam kegiatan apresiasi terhadap karya sastra. Kelebihan

yang dimiliki sebuah novel jika digunakan dalam pembelajaran sastra di

sekolah adalah cerita yang diangkat dalam novel adalah tentang manusia

dan kehidupannya atau kehidupan di sekitarnya sehingga mudah dipahami

oleh peserta didik. Dalam novel yang mengangkat tema tentang keluarga

padat dijadikan tambahan pengalaman untuk peserta didik maupun

pendidik.

Analisis yang dilakukan penulis terhadap karakter ibu dapat

diimplikasikan dalam pembelajaran bahasa dan sastra di sekolah. Dengan

menerapkan karakter ibu yang terdapat dalam novel maka pendidik

khususnya pendidik perempuan selaku orang tua bagi peserta didik selama

di sekolah dapat memperlakukannya sebagaimana peran seorang ibu

kepada anaknya. Karakter ibu dapat direfleksikan kepada peran pendidik

di sekolah. Pendidik harus mempunyai rasa kasih sayang kepada para

Page 82: KARAKTER IBU DALAM NOVEL SIMBOK KARYA DEWI HELSPER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45712/1/PURWIAN...KARAKTER IBU DALAM NOVEL SIMBOK KARYA DEWI HELSPER DAN IMPLIKASINYA

70

peserta didik, sehingga dalam mendidik juga dilandasi rasa kasih sayang.

Karakter ibu lainnya adalah pekerja keras, untuk melakukan tugas

utamanya sebagai guru yang profesional maka diperlukan kerja keras

untuk mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai,

dan melakukan evaluasi kepada peserta didik. Adapun karakter tokoh ibu

yang lainnya adalah sabar dan sederhana. Ini merupakan contoh sifat yang

baik yang dapat dijadikan sebagai pembelajaran kepada peserta didik.

Karakter ibu yang telah didapatkan dari analisis novel ini dapat

digunakan oleh pendidik dalam melakukan pendidikan karakter kepada

peserta didik. Dalam pembelajaran pendidik menanamkan nilai-nilai dan

norma-norma dalam kehidupan. Adapun karakter ibu dapat membantu

guru untuk mencapai tujuan pendidikan karakter yang telah dicantumkan

dalam RPP. Apabila pendidik tidak menanamkan pendidikan karakter

kepada peserta didik maka peserta didik yang dihasilkan akan mengalami

krisis moral dan berdampak negatif bagi kehidupan bermasyarakat dan

bernegara.

Dalam pengajaran sastra, pendidik juga harus melakukan

pengarahan untuk peserta didik dalam melakukan kegiatan apresiasi karya.

Peserta didik harus mengetahui dan memahami tentang teknik membaca

intensif. Teknik inilah yang akan digunakan agar peserta didik dapat

mengetahui secara detail analisis unsur intrinsik pada sebuah novel. Selain

teknik membaca peserta didik juga harus belajar untuk berpikir kritis

dalam membaca novel, sehingga dapat berargumen dalam menelaah karya

sastra.

Novel ini merupakan novel yang menceritakan kehidupan seorang

ibu dan anak menantunya sehingga untuk nilai yang terkandung di

dalamnya dapat dijadikan gambaran untuk kehidupan peserta didik setelah

ia dewasa. Pengalaman yang baru akan didapatkan peserta didik setelah

membaca novel ini. Dengan demikian kegiatan belajar mengajar akan

berjalan dengan menyenangkan bagi pendidk maupun peserta didik.

Page 83: KARAKTER IBU DALAM NOVEL SIMBOK KARYA DEWI HELSPER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45712/1/PURWIAN...KARAKTER IBU DALAM NOVEL SIMBOK KARYA DEWI HELSPER DAN IMPLIKASINYA

71

Melalui karakter dari tokoh-tokoh ibu dalam novel ini dapat

digunakan dalam melakukan pendidikan karakter bagi peserta didik.

Pendidik dapat menanamkan nilai-nilai yang baik dari seorang ibu. Nilai

tersebut kelak akan berguna bagi kehidupan peserta didik di masa yang

akan datang atau saat peserta didik tersebut menjadi dewasa.

Page 84: KARAKTER IBU DALAM NOVEL SIMBOK KARYA DEWI HELSPER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45712/1/PURWIAN...KARAKTER IBU DALAM NOVEL SIMBOK KARYA DEWI HELSPER DAN IMPLIKASINYA

72

BAB V

PENUTUP

A. SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan penulis terhadap novel

Simbok karya Dewi Helsper, maka dapat disimpulkan adalah sebagai berikut :

1. Novel ini dianalisis dengan menggunakan pendekatan struktural untuk

mengetahui unsur intrinsik novel. Analisis tokoh ibu menggunakan metode

karakterisasi langsung dan tidak langsung. Terdapat tiga tokoh ibu dalam

novel ini yaitu: Simbok, Dewi, Ny. Sam. Tokoh pertama, Simbok

mempunyai karakter yang sederhana, penyayang, pendidik, pekerja keras,

polos, rela berkorban, dan menggantikan peran Bapak Yusuf setelah

meninggal. Tokoh kedua, Dewi memiliki karakter yang penyayang,

pendidik, rela berkorban, namun manja, sombong dan tega terhadap ibu

mertuanya. Tokoh ketiga, Ny. Sam yang berpenampilan cantik meskipun

sudah tua dengan sifatnya yang penyayang dengan memanjakan anaknya

dan tidak rela apabila anaknya mengalami kesusahan.

2. Penelitian ini dapat diimplikasikan terhadap pembelajaran Bahasa dan

Sastra Indonesia di kelas XII SMA. Dengan dalam aspek ketrampilan

membaca peserta didik dituntut untuk memahami isi dari sebuah karya

sastra khususnya novel. Dalam materi analisis isi novel maka indikator

yang harus dicapai adalah peserta didik mampu untuk memahami

pengertian novel beserta unsur intrinsiknya. Indikator lain yang harus

dicapai adalah peserta didik mampu untuk melakukan analisis pada novel

dan mnentukan unsur-unsur intrinsiknya. Kegiatan analisis unsur intrinsik

dalam novel ini dapat membantu peserta didik untuk menemukan nilai

yang terkandung dalam novel. Nilai-nilai tersebut akan berguna dalam

kehidupan peserta didik dewasa nanti.

Page 85: KARAKTER IBU DALAM NOVEL SIMBOK KARYA DEWI HELSPER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45712/1/PURWIAN...KARAKTER IBU DALAM NOVEL SIMBOK KARYA DEWI HELSPER DAN IMPLIKASINYA

73

73

3. Karakter yang dimiliki dari tokoh-tokoh ibu dalam novel Simbok karya

Dewi Helsper dapat digunakan bagi pendidik dalam melakukan

pendidikan karakter. Tugas seorang guru profesional bukan hanya untuk

menyampaikan materi namun juga melakukan pendidikan karakter yang

mengacu pada pendidikan nilai dan moral sesuai dengan tujuan

pendidikan. Dengan adanya pendidikan karakter diharapkan pendidik

dapat menhasilkan output berupa peserta didik yang memiliki prestasi dan

karakter yang baik.

B. SARAN

Berdasarkan hasil penelitian serta implikasi terhadap pembelajaran

sastra di sekolah, maka penulis menyarankan:

1. Guru memberikan materi dan penjelasan tentang unsur-unsur intrinsik

dalam novel untuk melakukan kegiatan apresiasi terhadap novel.

2. Melalui tokoh Simbok dapat diketahui bahwa kasih sayang seorang ibu

dan ketulusannya tidak dapat dibandingkan dengan apapun. Perjuangan

seorang ibu rela melakukan apa saja demi anaknya.

3. Guru melakukan pendidikan karakter yang digabung dengan materi

pembelajaran, sehinggga siswa bukan hanya memenuhi kompetensi dasar

namun juga mempunyai bekal pendidik karakter yang baik.

Page 86: KARAKTER IBU DALAM NOVEL SIMBOK KARYA DEWI HELSPER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45712/1/PURWIAN...KARAKTER IBU DALAM NOVEL SIMBOK KARYA DEWI HELSPER DAN IMPLIKASINYA

74

DAFTAR PUSTAKA

Adisusilo, Sutardjo. Pembelajaran Nilai-Karakter: Konstruktivitasdan VCT Sebagai

Inovasi Pendekatan Pembelajaran Afektif. Jakarta: Rajawali Press. 2012.

Afiyanti, Yati, Persepsi Menjadi Ibu yang Baik: Suatu Pengalaman Wanita Pedesaan

Pertama Kali Menjadi Seorang Ibu, Jurnal Keperawatan Indonesia, 7, 2003.

Ahmadi, Abu. Psikologi Umum. Jakarta: Rineka Cipta. 2009.

Darma, Budi. Pengantar Teori Sastra, Jakarta : Pusat Bahasa. 2004.

Gade, Fitriyani, Ibu Sebagai Madrasah Dalam Pendidikan Anak, Jurnal Ilmiah

DIDAKTIKA, XIII , 2012.

Handrini, Ninik. Bidadari Itu Adalah Ibu. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.

2015.

Hayati, Yenni, Dunia Perempuan Dalam Karya Sastra Perempuan Indonesia, Jurnal

Ilumanus, XI, 2012.

________ Representasi Ibu Dalam Sastra Anak Indonesia (Studi Kasus Terhadap

Sastra Anak Karya Anak Periode 2000-an), Jurnal Humanus, XIII, 2014.

Helsper, Dewi. Simbok, Jakarta: Grasindo. 2016.

Ismawati, Esti. Pengajaran Sastra. Yogyakarta: Ombak. 2013.

________ Karakter Perempuan Jawa Dalam Novel Indonesia Berwarna Lokal Jawa :

Kajian Perspektif Gender dan Tranformasi Budaya, Jurnal Metasastra, 6,

2013.

Karim, Maizar. Menyelisisk Sastra Melayu. Yogyakarta: Histokultural, 2015.

Keraf, Gorys. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: Gramedia, 2010.

Kosasih, E. Dasar-Dasar Ketrampilan Bersastra. Bandung: Yrama Widya. 2012.

Minderop, Albertine. Metode Karakterisasi Telaah Fiksi. Jakarta: Yayasan Obor

Indonesia. 2005.

_________ Psikologi Sastra: Karya, Metode, Teori, dan Contoh Kasus. Jakarta:

Yayasan Obor Indonesia, 2005.

Mulyana, Deddy. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.

2001.

Nurgiyantoro, Burhan. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada University

Press. 2010.

Page 87: KARAKTER IBU DALAM NOVEL SIMBOK KARYA DEWI HELSPER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45712/1/PURWIAN...KARAKTER IBU DALAM NOVEL SIMBOK KARYA DEWI HELSPER DAN IMPLIKASINYA

75

Priyatmi, Endah Tri. Membaca Sastra Dengan Ancangan Literasi Kritik. Jakarta:

Bumi Aksara. 2010.

Purba, Antilan. Sastra Indonesia Kontemporer. Yogyakarta: Graha Ilmu. 2010.

Putri, Dyah Purbasari Kusumaning dan Lestari, Sri, Pembagian Peran Dalam Rumah

Tangga Pada Pasangan Suami Istri Jawa, Jurnal Humaniora, 16, 2015.

Semi. Atar. Analogi Sastra. Bandung: Angkasa Raya. 2011.

Siswanto, Wahyudi. Pengantar Teori Sastra. Jakarta: Grasindo. 2008.

Stanton, Robert. Teori Fiksi Robert Stanton. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2007.

Strauss, Anselm dan Corbin, Juliet. Dasar-Dasar Penelitian Kualitatif. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar, 2009.

Sudrajat, Ajat, Mengapa Pendidikan Karakter, Jurnal Pendidikan Karakter, 1, 2011

Sumardjo, Jakob. Memahami Kesusastraan. Bandung: Alumni. 1984.

Syah, Muhibbin. Psikologi Pendidikan: Dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT

Remaja Rosdakarya, 2013.

Waluyo, Herman J. Pengkajian Cerita Fiksi. Surakarta: Sebelas Maret University

Press. 1994.

Wellek, Rene dan Austin Warren. Teori Kesusastraan. Jakarta: Gramedia. 1993.

Widjojo dan Hidayat, Endang. Teori dan Sejarah Sastra Indonesia. Bandung: UPI

Press. 2006.

Yaumi, Muhammad. Pendidikan Karakter Landasan, Pilar dan Implementasi.

Jakarta: Prenadamedia Group. 2016.

Zubaedi. Desain Pendidikan Karakter. Jakarta: Kencana. 2011.

Ibnu Asmara, 3 Sifat Dasar yang Dimiliki Seorang Ibu, diakses pada 11 Maret 2019

pukul 14:00 WIB dari https://ibnuasmara.com.

Dewi Helsper, Dewi Helsper (Agatha Dewi) diakses pada 1 Maret 2019 pukul 20:00

WIB dari www.facebook.DewiHelsper.com

Page 88: KARAKTER IBU DALAM NOVEL SIMBOK KARYA DEWI HELSPER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45712/1/PURWIAN...KARAKTER IBU DALAM NOVEL SIMBOK KARYA DEWI HELSPER DAN IMPLIKASINYA

RANCANGAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

(RPP)

NAMA SEKOLAH : SMA Muhammadiyah 25 Pamulang

MATA PELAJARAN : BAHASA INDONESIA

KELAS/ SEMESTER : XII/GANJIL

PROGRAM : IPS

MATERI POKOK : ANALISIS ISI NOVEL

ALOKASI WAKTU : 2 X 45 MENIT

A. Kompetensi Inti

1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.

2. Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong-

royong, kerja sama, toleransi, damai), santun, responsif, dan proaktif

sebagai bagiandari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi

secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta menmpatkan diri

sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.

3. Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual,

konseptual, prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya

tentang pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan

wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, peradaban, terkait

penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan

Page 89: KARAKTER IBU DALAM NOVEL SIMBOK KARYA DEWI HELSPER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45712/1/PURWIAN...KARAKTER IBU DALAM NOVEL SIMBOK KARYA DEWI HELSPER DAN IMPLIKASINYA

prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan

minat untuk memecahkan masalah.

4. Mengolah, menalar, menyaji, dan mencipta dalam ranah kongkret dan

ranah abstrak terkait dengan perkembangan dari yang dipelajarinya di

sekolah secara mandiri serta bertindak secara efektif dan kreatif, dan

mampu menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan.

B. Kompetensi Dasar

1.3 Mensyukuri anugrah Tuhan akan keberadaan bahasa Indonesia dan

menggunakannya sebagai sarana komunikasi dalam mengolah, menalar,

dan menyajikan informasi lisan dan tertulis melalui teks cerita fiksi

dalam novel.

C. Indikator

1. Mengungkapkan kembali langkah-langkah menganalisis teks cerita fiksi

dalam novel.

2. Menganalisis isi teks cerita fiksi dalam novel.

D. Materi Pembelajaran

1. Pengertian Novel

2. Jenis-jenis Novel

3. Unsur Intrinsik Novel

E. Tujuan Pembelajaran

1. Mensyukuri anugrah Tuhan akan keberadaan bahasa Indonesia.

2. Menunjukkan perilaku santun kepada teman saat diskusi kelompok.

3. Menganalisis dan menentukan unsur intrinsik cerita fiksi dalam novel

Simbok karya Dewi Helsper.

Page 90: KARAKTER IBU DALAM NOVEL SIMBOK KARYA DEWI HELSPER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45712/1/PURWIAN...KARAKTER IBU DALAM NOVEL SIMBOK KARYA DEWI HELSPER DAN IMPLIKASINYA

4. Menemukan karakter dari tokoh ibu yang terdapat dalam novel Simbok

karya Dewi Helsper.

F. Metode Pembelajaran

1. Pendekatan Scientific

2. Model pembelajaran Berbasis Masalah

3. Metode Diskusi dan penugasan

4. Media pembelajaran : Laptop dan LCD

G. Sumber Belajar

1. Buku Bahasa Indonesia Kelas XII SMA/SMAK/MA Kementrian dan

Kebudayaan, Jakarta : Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, Tahun

2013.

2. Novel Simbok karya Dewi Helsper.

3. Buku referensi lain yang menunjang materi dalam menentukan karakter

tokoh ibu.

H. Langkah-Langkah Pembelajaran

1. Pendahuluan

a. Guru memulai langkah pembelajaran dengan meminta ketua kelas

untuk memimpin doa.

b. Guru mengucapkan salam.

c. Guru menanyakan kabar siswa.

d. Guru mengecek absensi kehadiran siswa.

e. Guru menyiapkan siswa secara psikis dan fisik untuk mengkuti proses

pembelajaran.

f. Guru memberikan motivasi belajar kepada siswa secara konstektual

dan bermanfaat bagi kehidupan sehari-hari.

Page 91: KARAKTER IBU DALAM NOVEL SIMBOK KARYA DEWI HELSPER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45712/1/PURWIAN...KARAKTER IBU DALAM NOVEL SIMBOK KARYA DEWI HELSPER DAN IMPLIKASINYA

g. Guru menjelaskan cakupan materi yang akan dipelajari pada

pertemuan kali ini.

h. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran yang akan dicapai dalam

proses pembelajaran.

i. Guru menyampaikan proses penilaian yang akan dilakukan.

2. Kegiatan Inti

a. Siswa diminta mengungkapkan gagasan tentang pengertian novel.

b. Guru menjelaskan pengertian novel.

c. Siswa mengungkapkan gagasan tentang jenis-jenis novel.

d. Guru menjelaskan jenis-jenis novel.

e. Siswa mengungkapkan gagasan tentang unsur intrinsik novel

f. Guru menjelaskan unsur-unsur intrinsik novel.

g. Guru menjelaskan cara menganalisis dan menentukan unsur intrinsik

novel.

h. Guru membagi siswa menjadi 4 kelompok.

i. Setiap kelompok diberikan 1 novel Simbok karya Dewi Helsper untuk

dianalisis.

j. Guru menjelaskan tugas yang harus dikerjakan oleh siswa, yaitu

menganalisis dan menentukan karakter tokoh ibu

k. Siswa bekerja secara kelompok untuk menganalisis isi novel.

l. Guru mengawasi kerja kelompok siswa.

m. Setelah waktu yang ditentukan selesai, maka setiap kelompok

mempresentasikan hasil kerja kelompoknya di depan kelas.

n. Kelompok lain diberikan kesempatan untuk menanggapinya.

3. Penutup

a. Guru bersam-sama dengan siswa menyimpulkan materi pembelajaran

yang telah dilakukan.

b. Guru memberikan tugas kepada siswa untuk melakukan analisis novel

namun secara individual.

Page 92: KARAKTER IBU DALAM NOVEL SIMBOK KARYA DEWI HELSPER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45712/1/PURWIAN...KARAKTER IBU DALAM NOVEL SIMBOK KARYA DEWI HELSPER DAN IMPLIKASINYA

c. Guru menyampaikan materi yang akan dipelajari pada pertemuan yang

akan datang.

d. Guru menutup kegiatan belajar mengajar dengan mengucapkan salam.

I. Penilaian

Teknik penilaian yang digunakan adalah penilaian proses dengan pengamatan

dan kerja kelompok dan penilaian dengan penugasan.

Tangerang Selatan, 25 April 2019

Guru Mata Pelajaran

Purwian Harumi

(1112013000054)

Page 93: KARAKTER IBU DALAM NOVEL SIMBOK KARYA DEWI HELSPER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45712/1/PURWIAN...KARAKTER IBU DALAM NOVEL SIMBOK KARYA DEWI HELSPER DAN IMPLIKASINYA

MATERI : ANALISIS ISI NOVEL

A. Sinopsis Novel Simbok karya Dewi Helsper

Di kompleks Real Estate yang merupakan sebuah komplek menengah

keatas yang terdapat di tengah kota Jakarta. Setelah menjadi Insinnyur

kehidupan Yusuf menjadi lebih baik. Sekarang ia yang memboyong ibunya

untuk tinggal bersamanya.

Dari pernikahannya dengan Dewi Yusuf mempunyai seorang anak

perempuan yang diberi nama Chacha. Chacha sangat menyayangi neneknya,

tak jarang Chacha sering menemani dan membantu neneknya dalam membuat

kue ataupun saat melakukan pekerjaan rumah lainnya. Simbok pun juga

sangat menyayangi Chaca.

Pertikaian antara Dewi dan Simbok terjadi hampir setiap hari. Dewi

yang terus melarang Simbok untuk berjualan jajanan pasar, sementara itu

Simbok yang juga membutuhkan sebuah kegiatan dan hanya itu keahlian yang

dimiliki Simbok. Simbok menilai bahwa Dewi merupakan menantu yang

boros dan suka melarang. Sedangkan Dewi merasa selalu salah yang ia

lakukan kepada Simbok. Keduanya memiliki pendapat yang sama-sama keras.

Keduanya tidak dapat hidup dengan rukun dalam satu rumah. Pertengakaran

antara keduanya sering membuat Dewi sakit hati dan merasa dipermalukan

oleh tindakan Simbok. Dewi memutuskan untuk meninggalkan rumah dan

kembali ke rumah orang tuanya dengan membawa serta Chacha.Yusuf merasa

bingung dalam menentukan sikap. Dua perempuan yang disayanginya tidak

dapat disatukan. Keduanya bagai air dan minyak. Yusuf sebagai penengahnya

hanya dapat memberikan nasehat kepada keduanya agar dapat hidup rukun

bersama-sama dalam satu rumah.

Page 94: KARAKTER IBU DALAM NOVEL SIMBOK KARYA DEWI HELSPER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45712/1/PURWIAN...KARAKTER IBU DALAM NOVEL SIMBOK KARYA DEWI HELSPER DAN IMPLIKASINYA

Yusuf harus pergi ke luar kota untuk kepentingan kerja. Pertengakaran

antara keduanya pun tak mencapai puncaknya. Kesabaran Dewi sudah

mencapai puncaknya. Dewi mengantarkan Simbok ke Panti Jompo Pasar

Baru.

Sepulangnya dari luar kota Yusuf tidak menemui Simbok di rumah. Ia

menanyakan keberadaan Simbok kepada Dewi. Dewi mengatakan ada yang

terjadi selama Yusuf pergi. Betapa marahnya Yusuf mendengar penjelasan

Dewi bahwa dia telah mengirimkan Simbok ke Panti Jompo. Yusuf

menampar Dewi dan menilai bahwa Dewi telah berbuat kejam, karena tega

mengirimkan ibu mertuanya ke Panti Jompo. Tanpa sadar Yusuf menampar

Dewi dan menyebabkan Dewi mengangis. Dengan amarah yang memenuhi

dadanya Yusuf segera pergi untuk menjemput Simbok. Dewi tetap berusaha

menahan Yusuf untuk tidak pergi, hal itu tidak dihiraukan oleh Yusuf. Yusuf

meninggalkan Dewi di rumah kemudian memacu kendaraannya dengan cepat

menuju panti jompo. Sepanjang perjalanan hanya bayangan Simbok yang ada

dalam benaknya. Perjuangan Simbok dalam membesarkan, mendidiknya,

bekerja mencari uang agar Yusuf tetap dapat sekolah.

Tiba di panti jompo Yusuf membujuk Simbok agar mau kembali

tinggal di rumahnya bersama Dewi dan Chacha. Simbok menolak ajakan

Yusuf karena ia merasa lebih kerasan tinggal di panti jompo, tidak ada yang

melarangnya berjualan kue, serta orang-orang di panti jompo menyukai kue

buatan Simbok. Simbok lebih memilih tinggal di panti jompo agar Yusuf dan

keluarganya dapat hidup dengan harmonis. Simbok hanya meminta untuk

sering dikunjungi jika kangen. Betapa besar pengorbanan yang dilakukan

Simbok demi membahagiakan anaknya.

B. Pengertian Novel

Kata novel berasal dari bahasa Latin novellus. Kata novellus dibentuk

dari kata novus yang berarti baru atau new dalam bahasa Inggris. Dikatakan

Page 95: KARAKTER IBU DALAM NOVEL SIMBOK KARYA DEWI HELSPER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45712/1/PURWIAN...KARAKTER IBU DALAM NOVEL SIMBOK KARYA DEWI HELSPER DAN IMPLIKASINYA

baru karena bentuk novel adalah bentuk karya sastra yang datang kemudian

dari bentuk sastra lainnya, yaitu puisi dan drama.

Novel adalah karya imajinatif yang mengisahkan sisi utuh atas

problematika kehidupan seseorang atau beberapa orang tokoh.1 Novel juga

merupakan sebuah karya fiksi prosa yang tertulis dan naratif, biasanya dalam

bentuk cerita. Penulis novel disebut novelis.

C. Jenis-Jenis Novel

1. Novel Populer

Novel populer merupakan jenis sastra populer yang menyuguhkan

problema kehidupan yang berkisah pada cinta asmara yang bertujuan

menghibur. Novel jenis ini populer pada masanya dan banyak

penggemarnya, khususnya pembaca di kalangan remaja. Ia menampilkan

masalah-masalah yang aktual dan selalu menzaman, namun hanya sampai

pada tingkat permukaan.

Novel populer lebih mudah dibaca dan lebih mudah dinikmati

karena ia memang semata-mata menyampaikan cerita. Masalah yang

diceritakanpun ringan-ringan, tatapi aktual dan menarik. Kisah percintaan

antara pria tampan dan wanita cantik secara umum cukup menarik,

mampu membuai pembaca remaja yang sedang mengalami masa peka.

2. Novel Serius/Literal

Novel literal adalah novel bermutu sastra, novel literal menyajikan

persoalan-persoalan kehidupan manusia secara serius. Disamping

memberikan hiburan, novel serius juga bertujuan memberikan pengalaman

berharga kepada pembaca, atau paling tidak mengajak pembaca untuk

1 E. Kosasih, Dasar-dasar Ketrampilan Bersastra, (Bandung : Yrama Widya, 2012), h. 60.

Page 96: KARAKTER IBU DALAM NOVEL SIMBOK KARYA DEWI HELSPER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45712/1/PURWIAN...KARAKTER IBU DALAM NOVEL SIMBOK KARYA DEWI HELSPER DAN IMPLIKASINYA

meresapi dan merenungkan secara lebih bersungguh-sungguh tentang

permasalahan yang dikemukakan. Masalah percintaan banyak juga

diangkat dalam novel serius. Namun, ia bukan satu-satunya masalah yang

penting dan menarik untuk diungkap. Masalah kehidupan amat komplek,

bukan sekedar cinta asmara, melainkan juga hubungan sosial, ketuhanan,

maut, takut, cemas, dan bahkan masalah cinta itupun dapat ditujukan

terhadap berbagai hal, misalnya cinta kepada orang tua, saudara, tanah air,

dan lain-lainya. Masalah percintaan (asmara) dalam karya fiksi memang

tampak penting terutama untuk memperlancar cerita. Namun, barangkali

masalah pokok yang ingin diungkapkan oleh pengarang justru di luar dari

masalah percintaan itu sendiri.

3. Novel Picisan

Novel picisan isinya cenderung mengeksploitasi selera dengan

suguhan cerita yang mengisahkan cerita asmara yang menjurus ke

pornografi. Novel ini mempunyai ciri-ciri bertemakan cinta asmara yang

berselera rendah, ceritanya cenderung cabul, alurnya datar, jalan ceritanya

ringan, dan mudah diikuti pembaca, menggunakan bahasa yang aktual,

bertujuan komersil. Novel karya Motinggo Busye digolongkan dalam

novel picisan.

4. Novel Absurd

Novel absurd merupakan sejenis fiksi yang ceritanya menyimpang

dari logika biasa, inrasional, realitas bercampur angan-angan dan mimpi,

dan surealisme. Tokoh-tokoh ceritanya “anti tokoh” seperti orang mati

bisa hidup kembali, mayat dapat berbicara dan lain-lain. Contoh novel

Ziarah ( Iwan Simatupang) yang mengisahkan seorang dokter di daerah

pedalaman Papua yang menurut warga sekitar bahwa dokter itu bisa

menyembuhkan dan menghidupkan orang yang sudah mati.

Page 97: KARAKTER IBU DALAM NOVEL SIMBOK KARYA DEWI HELSPER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45712/1/PURWIAN...KARAKTER IBU DALAM NOVEL SIMBOK KARYA DEWI HELSPER DAN IMPLIKASINYA

5. Novel Horor

Novel horor (Gothic Fiction) merupakan cerita yang melukiskan

kejadian-kejadian yang bersifat horor, seperti drakula penghisap darah,

hantu-hantu gentayangan, kuburan keramat, dan berbagai keajaiban

supranatural yang berbaur dengan kekerasan, kekejaman, kekecauan, dan

kematian.

D. Unsur Intrinsik Novel

1. Tema

Tema adalah gagasan yang menjadi struktur isi cerita. Tema suatu

cerita menyangkut segal persoalan, baik itu berupa masalah kemanusiaan,

kekuasaan, kasih sayang, kecemburuan, dan sebagainya. Untuk

mengetahui tema suatu cerita, diperlukan apresiasi menyeluruh terhadap

unsur karangan tersebut. Bisa saja temanya itu dititipkan pada unsur

penokohan, alur, ataupun pada latar

2. Latar

Setting diterjemahkan sebagai latar cerita. Aminuddin memberi

batasan setting sebagai latar peristiwa dalam karya fiksi baik berupa

tempat, waktu maupun peristiwa, serta memiliki fungsi fisikal dan fungsi

psikologis. Abrams mengemukakan latar cerita adalah tempat umum

(general locale), waktu kesejarahan (historical time), dan kebiasaan

masyarakat (social circumtance) dalam setiap episode atau bagian-bagian

tempat

3. Tokoh da Penokohan

Page 98: KARAKTER IBU DALAM NOVEL SIMBOK KARYA DEWI HELSPER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45712/1/PURWIAN...KARAKTER IBU DALAM NOVEL SIMBOK KARYA DEWI HELSPER DAN IMPLIKASINYA

Tokoh adalah individu rekaan yang mengalami peristiwa atau

perlakuan dalam berbagai peristiwa dalam cerita. Tokoh dapat berupa

individu oleh pembaca atau memiliki sifat seperti yang dimiliki pembaca.

Penokohan merupakan karakter tokoh. Untuk menyajikan dan

menentukan karakter tokoh maka dapat digunakan beberapa cara. Metode

pertama yang dapat dilakukan adalah metode langsung (telling)

pemaparan dilakukan secara langsung oleh pengarang, yang mencakup:

penggunaan nama tokoh, melalui penampilan tokoh, dan melalui tuturan

pengarang. Metode yang kedua adalah metode tidak langsung,

menggunakan metode dramatik yang mengabaikan pengaran, sehingga

para tokohnya menampilkan diri secara langsung melalui tingkah laku dan

dialonya.

4. Alur/Plot

Plot adalah cerita yang berisi urutan kejadian, tiap kejadian

dihubungkan secara sebab akibat, peristiwa satu disebabkan oleh peristiwa

lain atau peristiwa satu menyebabkan peristiwa lain. Tahapan dalam alur

ada lima yaitu : tahap penyituasian, tahap pemunculan konflik, tahap

peningkatan konflik, tahap klimaks, tahap penyelesaian.

5. Sudut Pandang

Sudut pandang atau titik pandang adalah tempat sastrawan

memandang ceritanya. Dari tempat itulah sastrawan bercerita tentang

tokoh, peristiwa, tempat, waktu dengan gayanya sendiri. Ada tiga jenis

sudut pandang yang dapat digunakan dalam menganalisis novel, yaitu :

sudut pandang persona ketiga “Dia”, sudut pandang persona “Aku”, dan

sudut pandang campuran.

6. Amanat

Amanat adalah pesan yang akan disampaikan melalui cerita. Amanat

baru dapat ditemukansetelah pembaca menyelesaikan seluruh cerita yang

dibacanya. Amanat biasanya merupakan nilai-nilai yang dititipkan penulis

Page 99: KARAKTER IBU DALAM NOVEL SIMBOK KARYA DEWI HELSPER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45712/1/PURWIAN...KARAKTER IBU DALAM NOVEL SIMBOK KARYA DEWI HELSPER DAN IMPLIKASINYA

cerita kepada pembacanya. Sekecil apapun nilai-nilai dalam cerita pasti

ada.

7. Gaya Bahasa

Gaya bahasa ini terbagi menjadi dua, yaitu gaya bahasa retoris, yang

semata-mata merupakan penyimpangan dari konstruksi biasa untuk

mencapai efek tertentu, dan gaya bahasa kiasan yang merupakan

penyimpangan yang lebih jauh khususnya dalam bidang makna.

Page 100: KARAKTER IBU DALAM NOVEL SIMBOK KARYA DEWI HELSPER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45712/1/PURWIAN...KARAKTER IBU DALAM NOVEL SIMBOK KARYA DEWI HELSPER DAN IMPLIKASINYA
Page 101: KARAKTER IBU DALAM NOVEL SIMBOK KARYA DEWI HELSPER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45712/1/PURWIAN...KARAKTER IBU DALAM NOVEL SIMBOK KARYA DEWI HELSPER DAN IMPLIKASINYA
Page 102: KARAKTER IBU DALAM NOVEL SIMBOK KARYA DEWI HELSPER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45712/1/PURWIAN...KARAKTER IBU DALAM NOVEL SIMBOK KARYA DEWI HELSPER DAN IMPLIKASINYA
Page 103: KARAKTER IBU DALAM NOVEL SIMBOK KARYA DEWI HELSPER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45712/1/PURWIAN...KARAKTER IBU DALAM NOVEL SIMBOK KARYA DEWI HELSPER DAN IMPLIKASINYA
Page 104: KARAKTER IBU DALAM NOVEL SIMBOK KARYA DEWI HELSPER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45712/1/PURWIAN...KARAKTER IBU DALAM NOVEL SIMBOK KARYA DEWI HELSPER DAN IMPLIKASINYA
Page 105: KARAKTER IBU DALAM NOVEL SIMBOK KARYA DEWI HELSPER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45712/1/PURWIAN...KARAKTER IBU DALAM NOVEL SIMBOK KARYA DEWI HELSPER DAN IMPLIKASINYA
Page 106: KARAKTER IBU DALAM NOVEL SIMBOK KARYA DEWI HELSPER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45712/1/PURWIAN...KARAKTER IBU DALAM NOVEL SIMBOK KARYA DEWI HELSPER DAN IMPLIKASINYA
Page 107: KARAKTER IBU DALAM NOVEL SIMBOK KARYA DEWI HELSPER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45712/1/PURWIAN...KARAKTER IBU DALAM NOVEL SIMBOK KARYA DEWI HELSPER DAN IMPLIKASINYA

RIWAYAT PENULIS

PURWIAN HARUMI, lahir di Ngawi, 15 Januari

1993. Menuntaskan pendidikan dasar di SDN

Ketanggung 1, Kecamatan Sine, Ngawi. Pendidikan

tingakt SMP ditempuh di SMPN 1 SINE, Ngawi.

Kemudian melanjutkan pendidikan jenjang menengah

atas di SMAN 1 SINE, Ngawi. Tamat SMA

melanjutkan pendidikan tinggi di UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta dan mengambil Program

Pendidikan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.

Anak pertama dari pasangan Bapak Ngadiman dan Ibu Kasini sejak kecil tinggal di

Desa Ketanggung, Kecamatan Sine, Kabupaten Ngawi, Jawa Timur. Memiliki

seorang adik laki-laki Ridho Saputro yang kini sudah beranjak dewasa.

Meninggalkan keluarga di Ngawi dan menempuh pendidikan di UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, saya menjadi perantau. Tidak banyak terlibat dalam kegiatan

kemahasiswaan. Mendapatkan banyak pengalaman dalam mengajar saat menempuh

PPKT di SMPN 2 KOTA TANGSEL 2017 serta mendapatkan pengalaman dalam

drama saat terlibat dalam pagelaran drama PBSI tahun 2015.

Page 108: KARAKTER IBU DALAM NOVEL SIMBOK KARYA DEWI HELSPER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45712/1/PURWIAN...KARAKTER IBU DALAM NOVEL SIMBOK KARYA DEWI HELSPER DAN IMPLIKASINYA