kaporit

35
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kaporit 2.1.1 Identifikasi Senyawa Kaporit atau kalsium hipoklorit adalah senyawa kimia yang memiliki rumus kimia [Ca(OCl) 2 ]. Kalsium hipoklorit ini adalah padatan putih yang siap didekomposisi di dalam air untuk kemudian melepaskan oksigen dan klorin . Senyawa ini tidak terdapat di lingkungan secara bebas. 1 Interaksi kalsium hipoklorit terhadap lingkungan: 1. Di udara: ketika berada di udara, kalsium hipoklorit akan terdegradasi oleh sinar matahari dan senyawa-senyawa lain yang terdapat di udara. 2. Di air: kalsium hipoklorit berpisah menjadi ion kalsium (Ca 2+ ) dan hipoklorit (ClO - ). Ion ini 5

description

xenobiotik

Transcript of kaporit

26

25

BAB IITINJAUAN PUSTAKA2.1 Kaporit2.1.1 Identifikasi SenyawaKaporit atau kalsium hipoklorit adalah senyawa kimia yang memiliki rumus kimia [Ca(OCl)2]. Kalsium hipoklorit ini adalah padatan putih yang siap didekomposisi di dalam air untuk kemudian melepaskan oksigen dan klorin. Senyawa ini tidak terdapat di lingkungan secara bebas.1Interaksi kalsium hipoklorit terhadap lingkungan:1. Di udara: ketika berada di udara, kalsium hipoklorit akan terdegradasi oleh sinar matahari dan senyawa-senyawa lain yang terdapat di udara.2. Di air: kalsium hipoklorit berpisah menjadi ion kalsium (Ca2+) dan hipoklorit (ClO-). Ion ini dapat bereaksi dengan substansi-substansi lain yang terdapat di air.3. Kalsium hipoklorit tidak terakumulasi di dalam rantai makanan.1

Gambar 2.1 Struktur Molekular Kaporit 11

Tabel 2.1 Sifat Fisika dan Kimia Kaporit1PROPERTINILAIREFERENSI

Sifat FisikSolidMerck Index, 2001

Titik Lebur175 CKirk-Othmer , 1991-present

Titik Didih-

Densitas Relatif2.35 g/cm3Weast, 1983-1984

Titik Uap-

Solubilitas AirSekitar 214 g/L (20 C)Kirk-Othmer , 1987-1984

Konstanta Hukum HenryHClO pada pH=5.5; 20 CH=0.4 x 10-4 (mg/L dalam air dibagi mg/L dalam air)Draft document of EU RiskAssessment Report as of May 2003

PenampakanBubuk putih atau putih keabuan dengan aroma klor.Merck Index, 2001

Jalur pajanan kaporit ke manusia dapat melalui beberapa jalur. Pertama, manusia dapat terpajan kaporit dalam level kecil ketika menggunakan disinfektan seperti pemutih rumah tangga. Kedua, manusia terpajan ketika berenang di kolam yang menggunakan kaporit untuk membunuh bakteri. Ketiga, meminum air dari suplai air minum publik yang menggunakan kaporit.1

2.1.2 Kinetika Kaporita. Absorbsi1. Absorpsi Gastrointestinal Tract (GIT)Kaporit secara cepat diabsorbsi di GIT. Puncak level plasma terjadi 2 jam setelah terpapar kaporit dalam dosis tunggal 10 mg/L (sekitar 0.13 mg/ Kg) pada tikus Sprague-Dawley. Data yang diambil melalui urin setelah 72 jam diasumsikan setidaknya 35% dari dosis yang diberikan telah diabsorbsi.13 Rata-rata konstanta absorbsi dan paruh waktu adalah 0.198/jam dan 3.5 jam.122. Absorbsi KulitScatina et al (1984) melaporkan bahwa absorbsi maksimal kaporit menuju plasma terjadi setelah 72 jam, dimana konsentrasi plasma yang tercapai sebesar 69.4 g%. Paruh hidup absorbsi sekitar 22.1 jam, yang mana sesuai dengan konstanta rata-rata 0.0314 jam.b. DistribusiClearance kaporit dari darah berlangsung lambat. Pada percobaan menggunakan tikus Sprague-Dawley, 72 jam setelah pemberian dosis kaporit, konsentrasi tertinggi ditemukan pada darah, lambung, testis, kilit, paru-paru, ginjal, usus kecil, limpa, otak, tulang belakang, dan hati.12,14c. MetabolismeOksidasi potensial kaporit terjadi pada GIT. Penelitian menggunakan tikus, 1 jam setelah pemberian kaporit, ditemukan sebagian besar trichloroacetic acid (TCA) atau dichloroacetic acid (DCA) dan sebagian kecil kloroform di lambung. Beberapa jam kemudian, ditemukan dichloroacetonitrile (DCAN) di usus. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan kaporit dalam jumlah besar akan terakumulasi di GIT yang mana memiliki sifat toksik.15d. EkskresiRute ekskresi kaporit yang utama adalah melalui urin. Penelitian dengan tikus dosis tunggal kaporit 10 mg/l menunjukkan bahwa setelah 24 jam, ekresi akan terjadi 14% melalui urin dan 0.9% melalui feses, sedangkan 72 jam kemudian, 35% ekskresi melalui urin dan 5% melalui feses.14 Komponen kaporit tidak diekskresikan melalui udara pernafasan.122.1.3 Nilai AmbangPada makanan, Food and Drug Administration (FDA) menetapkan ambang batas klorin, yang tergambarkan oleh natrium hipoklorit atau kalsium hipoklorit, yaitu tidak boleh melebihi berturut-turut 0.0082 pounds (sama dengan 3.72 gram) dan 0.0036 pounds (sama dengan 1,633 gram) klorin per pounds makanan kering (1 pounds sama dengan 453.59 gram). Dengan kata lain, dalam 100 gram makanan, kadar klorin (yang tdigambarkan oleh natrium hipoklorit atau kalsium hipoklorit) tidak boleh melebihi berturut-turut 0.82 gram dan 0.36 gram. Seperti diketahui, hal hal yang mempengaruhi efek pajanan suatu bahan kimia terhadap metabolisme tubuh manusia dipengaruhi oleh dosis, lama pajanan, jalur pajanan, ciri khas dan perilaku manusia. Serta keberadaan senyawa kimia lainnya. Disini FDA melakukan perhitungan dengan statistik manusia secara umum. Jika kita menggunakan standar ini untuk manusia di Indonesia, mungkin standar ini masih belum aman. Hal ini disebabkan oleh perbedaan antropometri manusia Indonesia dengan manusia Eropa, Amerika, Afrika, atau manusia dari belahan bumi lainnya. Untuk mendapatkan angka yang lebih tepat, dalam melindungi keshatan manusia di Indonesia, maka diperlukan penelitian lebih lanjut.1

2.1.4 Efek KaporitAda beberapa jalur pemajanan klorin pada tubuh yang bersifat akut, yaitu:1. PernapasanPemajanan klorin pada konsentrasi rendah (1-10 ppm) dapat menyebabkan iritasi mata dan hidung, sakit tenggorokan dan batuk. Menghirup gas klorin dalam konsentrasi yang lebih tinggi (>15 ppm) dapat dengan cepat membahayakan saluran pernafasan dengan rasa sesak di dada dan terjadinya akumulasi cairan di paru-paru (edema paru-paru).2. KardiovaskulerTakikardia dan pada awalnya hipertensi diikuti dengan hipotensi dapat terjadi. Setelah pemajanan yang berat, maka jantung akan mengalami penyempitan akibat kekurangan oksigen.3. MetabolismeAsidosis terjadi akibat kadar oksigen yang tidak mencukupi dalam jaringan. Komplikasi berat akibat menghirup klorin dalam kadar yang besar adalah mengakibatkan terjadinya kelebihan ion klorida di dalam darah, menyebabkan ketidakseimbangan asam. Anak-anak akan lebih mudah diserang oleh zat toksik yang tentunya dapat mengganggu proses metabolisme dalam tubuh.4. KulitIritasi klorin pada kulit dapat menyebabkan rasa terbakar, peradangan dan melepuh. Pemajanan cairan klorin dapat menyebabkan peradangan akibat suhu dingin.5. MataKonsentrasi rendah di udara dapat menyebabkan rasa terbakar, mata berkedip tidak teratur atau kelopak mata menutup tanpa sengaja/ di luar kemauan, konjunctivitis. Kornea mata terbakar dapat terjadi pada konsentrasi yang tinggi.6. Jalur PencernaanLarutan korin yang dihasilkan dalam bentuk larutan kalsium hipoklorit dapat menyebabkan luka yang korosif apabila tertelan.1

2.2 RADIKAL BEBAS2.2.1 Definisi Radikal BebasRadikal bebas (free radical) adalah suatu senyawa atau molekul yang mengandung satu atau lebih elektron tidak berpasangan pada orbital luarnya, dapat bereaksi dengan molekul lain menimbulkan reaksi rantai yang sangat dekstruktif.16,17 Pengertian radikal bebas dan oksidan sering dianggap sama karena keduanya memiliki kemiripan sifat, serta memiliki aktivitas yang sama dan memberikan akibat yang hampir sama, meskipun melalui proses yang berbeda.18,192.2.2 Sifat-sifat Radikal BebasRadikal bebas memiliki reaktifitas tinggi, adanya satu atau lebih elektron tidak berpasangan pada orbital luarnya, menyebabkan senyawa tersebut sangat reaktif mencari pasangan, dengan cara menyerang atau menarik elektron molekul yang berada di sekitarnya.16 Hal ini mengakibatkan terbentuknya senyawa radikal baru, dengan kata lain radikal bebas dapat mengubah suatu molekul atau senyawa menjadi suatu radikal bebas baru, dan seterusnya sehingga akan terjadi reaksi rantai (chain reactions).19,20Pemahaman radikal bebas sebagai oksidan memang tidak salah. Sifat radikal bebas yang mirip dengan oksidan terletak pada kecenderungannya untuk menarik elektron. Pengertian oksidan dalam ilmu kimia adalah, senyawa penerima elektron (electron acceptor), yaitu senyawa yang dapat menerima atau menarik elektron, disebut juga oksidator, misalnya ion ferri: (Fe +++) Fe3+ + e- Fe2+Jadi sama halnya dengan oksidan, radikal bebas adalah penerima elektron. Namun perlu diingat bahwa radikal bebas adalah oksidan tetapi tidak setiap oksidan adalah radikal bebas.18,19Reaktivitas dari radikal bebas akan berhenti bila ada peredam atau diredam (quenched) oleh senyawa yang bersifat antioksidan, seperti glutation.19GSH dengan OHOH + GSH H2O + GS (Radikal glutation)GS + GS GSSG2.2.3 Tahap Pembentukan Radikal BebasSecara umum, tahapan reaksi pembentukan radikal bebas melalui tiga tahapan reaksi berikut:1. Tahap inisiasi, yaitu awal pembentukan radikal bebas, menjadikan senyawa non radikal menjadi radikal. Misalnya:Fe ++ + H2O2 Fe +++ + OH- + OHR1 _H + OH R1 + H2O2. Tahap propagasi, yaitu pemanjangan rantai radikal, dimana reaksi berantai radikal bebas diperluas sehingga membentuk beberapa radikal bebas baru.R2_H + R1 R2 + R1_HR3_H + R2 R3 + R2_H3. Tahap terminasi, yaitu pembentukan non radikal dari radikal bebas, bereaksinya senyawa radikal dengan radikal lain atau dengan penangkap radikal, sehingga potensi propagasinya rendah.R1 + R1 R1_R1R2 + R1 R2_R1R2 + R2 R2_R2 dan seterusnya.192.2.4 Stres OksidatifTubuh dapat mengatasi radikal bebas, namun jika radikal bebas yang dihasilkan melebihi antioksidan dapat menyebabkan stres oksidatif.21 Stres oksidatif adalah suatu keadaan ketika jumlah antioksidan tubuh kurang dari yang diperlukan, untuk meredam efek buruk radikal bebas, yang dapat merusak membran sel, protein dan DNA, dan berakibat fatal bagi kelangsungan hidup sel atau jaringan. Jika hal ini terjadi dalam waktu yang berkepanjangan, maka akan terjadi penumpukan hasil kerusakan oksidatif di dalam sel dan jaringan yang akan menyebabkan sel atau jaringan tersebut kehilangan fungsinya dan akhirnya mati.222.2.4.1 Dampak Negatif Senyawa Oksigen reaktifSenyawa oksigen reaktif merusak komponen sel, sehingga ketahanan integritas dan kehidupan sel terganggu. Dampak dari senyawa oksigen reaktif sangat luas dan mekanisme molekulernya masih belum terkuak secara jelas.222.2.4.2 Dampak Negatif Radikal HidroksilRadikal hidroksil merupakan senyawa yang paling berbahaya. Merusak tiga jenis senyawa. yang penting untuk mempertahankan integritas sel, yaitu asam lemak tak jenuh yang merupakan komponen penting fosfolipid penyusun membran sel, DNA, dan protein yang berperan penting sebagai penyusun matriks dan sitoskeleton serta berperan sebagai pembentukan enzim dan antibody.22Dampak terhadap membran sel, dapat menyerang komponen penting membran sel seperti: asam linoleat, linolenat dan arakidonat, yang dapat menimbulkan reaksi rantai peroksidasi lipid. Terputusnya rantai asam lemak tidak jenuh menghasilkan senyawa toksik seperti: aldehid, MDA, 9-OH noneal, etana, F2-Isoprostan dan lain-lain. Juga dapat membentuk ikatan silang (cross-linking).19Dampak terhadap DNA, hidroksilasi basa timin dan sitosin, pembukaan inti purin dan pirimidin serta terputusnya rantai fosfodiester DNA, replikasi sel terganggu. Terjadi mutasi, bila sistim perbaikan DNA terlampaui atau terjadi error prone (bila sistem perbaikan DNA salah).19 DNA mitokondria (mtDNA) merupakan target utama senyawa oksigen reaktif. Paparan senyawa oksigen reaktif pada mtDNA, ditemukan pada penderita berbagai penyakit degeneratif yang berkaitan dengan aging. Akibatnya adalah penurunan fungsi mitokondria, dan bahkan kerusakan pada mtDNA. Kerusakan pada mitokondria, dapat digunakan sebagai biomarker pada penyakit-penyakit yang diakibatkan oleh senyawa oksigen reaktif.Dampak terhadap protein, terjadi reaksi dengan asam amino penyusun protein dan yang paling rawan adalah sistein (SH) = ikatan sulf hidrilRSH + OH RS + H2ORS. + RS. R-S-S-RIkatan S-S (disulfida linkage), menyebabkan protein kehilangan aktivitasnya.19

2.2.5 Mekanisme Kerja Radikal Bebas, Peroksidasi Lipid, dan Malondialdehyde (MDA)Penelitian yang ekstensif dengan menggunakan sitem model dan dengan material biologis in vitro, secara jelas menunjukkan bahwa radikal bebas dapat menimbulkan perubahan kimia dan kerusakan terhadap protein, lemak,karbohidrat, dan nukleotida. Bila radikal bebas diproduksi in vivo, atau in vitro di dalam sel melebihi mekanisme pertahanan normal, maka akan terjadi berbagai gangguan metabolik dan seluler. Jika posisi radikal bebas yang terbentuk dekat dengan DNA, maka bisa menyebabkan perubahan struktur DNA sehingga bisa terjadi mutasi atau sitotoksisitas. Radikal bebas juga bisa bereaksi dengan nukleotida sehingga menyebabkan perubahan yang signifikan pada komponen biologi sel. Bila radikal bebas merusak grup thiol maka akan terjadi perubahan aktivitas enzim. Radikal bebas dapat merusak sel dengan cara merusak membran sel tersebut. Kerusakan pada membran sel ini dapat terjadi dengan cara: (a) radikal bebas berikatan secara kovalen dengan enzim dan/atau reseptor yang berada di membran sel, sehingga merubah aktivitas komponen-komponen yang terdapat pada membran sel tersebut; (b) radikal bebas berikatan secara kovalen dengan komponen membran sel, sehingga merubah struktur membran dan mengakibatkan perubahan fungsi membran dan/atau mengubah karakter membran menjadi seperti antigen; (c) radikal bebas mengganggu sistem transport membran sel melalui ikatan kovalen, mengoksidasi kelompok thiol, atau dengan merubah asam lemak polyunsaturated; (d) radikal bebas menginisiasi peroksidasi lipid secara langsung terhadap asam lemak polyunsaturated dinding sel. Radikal bebas akan menyebabkan terjadinya peroksidasi lipid membran sel. Peroksidaperoksida lipid akan terbentuk dalam rantai yang makin panjang dan dapat merusak organisasi membran sel.20 Peroksidasi ini akan mempengaruhi fluiditas membran, cross-linking membran, serta struktur dan fungsi membran.19,20 Mekanisme kerusakan sel atau jaringan akibat serangan radikal bebas yang paling awal diketahui dan terbanyak diteliti adalah peroksidasi lipid. Peroksidasi lipid paling banyak terjadi di membran sel, terutama asam lemak tidak jenuh yang merupakan komponen penting penyusun membran sel. Pengukuran tingkat peroksidasi lipid diukur dengan mengukur produk akhirnya, yaitu malondialdehyde (MDA), yang merupakan produk oksidasi asam lemak tidak jenuh dan yang bersifat toksik terhadap sel. Pengukuran kadar MDA merupakan pengukuran aktivitas radikal bebas secara tidak langsung sebagai indikator stres oksidatif. Pengukuran ini dilakukan dengan tes Thiobarbituric Acid Reactive Substances (TBARS test).

Gambar 2.2 Tiga Fase Rantai Peroksidasi Lipid23

2.3 ANTIOKSIDAN2.3.1 Definisi AntioksidanDalam pengertian kimia, senyawa antioksidan adalah senyawa pemberi elektron (electron donors). Secara biologis, pengertian antioksidan adalah senyawa yang mampu menangkal atau meredam dampak negatif oksidan dalam tubuh. Antioksidan bekerja dengan cara mendonorkan satu elektronnya kepada senyawa yang bersifat oksidan sehingga aktivitas senyawa oksidan tersebut dihambat, termasuk enzim - enzim dan protein - protein pengikat logam.192.3.2 Klasifikasi antioksidan2.3.2.1 Klasifikasi Antioksidan secara Umum1. Antioksidan enzimatis, misalnya enzim superoksida dismutase (SOD), katalase, dan glutation peroksidase.2. Antioksidan Non Enzimatisa. Antioksidan larut lemak, seperti -tokoferol, karotenoid, flavonoid, quinon, dan bilirubin.b. Antioksidan larut air, seperti asam askorbat, asam urat, protein pengikat logam, dan protein pengikat heme.19Antioksidan enzimatis dan non enzimatis tersebut bekerja sama memerangi aktivitas senyawa oksidan dalam tubuh. Terjadinya stres oksidatif dapat dihambat oleh kerja enzim-enzim antioksidan dalam tubuh dan antioksidan non enzimatik.192.3.2.2 Klasifikasi Berdasar Mekanisme Pencegahan Dampak Negatif Oksidan1. Antioksidan pencegah (preventive antioxidants).Pada dasarnya tujuan antioksidan jenis ini mencegah terjadinya radikal hidroksil, yaitu radikal yang paling berbahaya. Untuk membentuk radikal hidroksil diperlukan tiga komponen, yaitu: logam transisi Fe atau Cu, H2O2 dan O2-. Agar reaksi Fenton ((Fe++(Cu+) + H2O2 Fe+++ ( Cu++ ) + OH - + OH )) tidak terjadi, maka harus dicegah keberadaan ion Fe++ atau Cu+ bebas. Untuk itu berperan beberapa protein penting, yaitu transferin atau feritin untuk Fe++ dan seruloplasmin atau albumin untuk Cu+.Penimbunan O2- dicegah oleh enzim SOD dengan mengkatalisis reaksi dismutasi O2-.2O2 -+ 2H H2O2 + O2Enzim SOD melindungi sel-sel tubuh dan mencegah terjadinya proses peradangan yang diakibatkan oleh radikal bebas. Penimbunan hidrogen peroksida (H2O2) dicegah melalui aktivitas dua enzim, yaitu :a. Katalase, yaitu enzim yang mengandung heme, yang mengkatalisis reaksi dismutasi H2O2 menjadi air dan oksigen, dimana katalase mampu mengoksidasi satu molekul hidrogen peroksida menjadi oksigen, kemudian secara simultan mereduksi molekul hidrogen peroksida kedua menjadi air.2H2O2 2H2O + O2b. Peroksidase, yang mengkatalisis reaksi sebagai berikut :R + H2O2 RO + H2ODiantara berbagai peroksidase, yang paling penting adalah gluthation peroxsidase (GSPx), yang mengkatalisis reaksi :2GSH + H2O2 GSSG + 2H2OApabila radikal hidroksil masih saja terbentuk, masih ada sarana lain untuk meredamnya, tanpa memberi kesempatan untuk memulai reaksi rantai dengan melibatkan senyawa-senyawa yang mengandung sulhidril seperti gluthation dan sistein.Gluthation (GSH) :GSH + OH GS + H2O2GS GSSGSistein ( Cys-SH ) :Cys-SH + OH Cys-S + H2O2 Cys Cys-S-S-Cys2. Antioksidan pemutus reaksi rantai (chain-breaking antioxidants).Dalam kelompok antioksidan ini termasuk vitramin E (tokoferol), asam askorbat (vitamin C), karoten. Vitamin E dan -karoten bersifat lipofilik, sehingga dapat berperan pada membran sel untuk mencegah peroksidasi lipid. Sebaliknya, vitamin C, gluthation dan sistein bersifat hidrofilik, dan berperan dalam sitosol.242.3.3 Mekanisme Kerja AntioksidanDalam usaha untuk menjaga integritas jaringan, maka harus ada keseimbangan antara radikal bebas dengan sistem antioksidan. Pada saat potensi antioksidan lemah atau terjadi peningkatan oksidan dalam jumlah tinggi maka akan terjadi kerusakan sel yang ireversibel. Hal yang mungkin untuk dilakukan adalah dengan mengkonsumsi antioksidan dalam pertahanan sel untuk melawan perusakan oleh oksidan.Antioksidan melindungi sel target dengan berbagai cara, yaitu dengan meredam ROS dengan mengunakan protein (enzim) atau reaksi kimia langsung, meminimalkan pembentukan ROS, mengikat ion metal yang diperlukan untuk mengubah Poorly reactive species (O2* dan H2O2) menjadi spesies yang lebih reaktif (OH*), memperbaiki kerusakan molekul sasaran, dan merusak molekul sasaran yang rusak berat dan menggantinya dengan yang baru.2.3.4 Antioksidan SOD (Superoxide Dismutase)Superoxide dismutase (SOD) merupakan antioksidan endogen enzimatik yang paling efektif dalam mengkatalisis dan mengkonversi radikal bebas anion superoksida menjadi molekul oksigen dan hidrogen peroksida. SOD bekerja melalui sistem pertahanan preventif, menghambat, atau merusak proses pembentukan radikal bebas. Dalam cairan intraseluler, SOD berperan dalam proses degradasi senyawa spesies oksigen reaktif (ROS). Spesies oksigen reaktif adalah suatu senyawa yang mempunyai bentuk dan aktivitas sebagai radikal bebas yang terdapat dalam bentuk radikal bebas maupun molekul non-radikal bebas yang mempunyai gugus oksigen reaktif. Senyawa ini cenderung menyumbangkan atom oksigen atau elektron pada senyawa lainnya. SOD ada dalam beberapa isoform, yang berbeda dalam sifat logam aktif, komposisi asam amino, kofaktor, dan faktor penting lainnya. SOD menurut distribusinya dikelompokkan menjadi tiga, yaitu sitosol Cu,Zn-SOD, mitokondria Mn-SOD, dan ekstra seluler EC-SO. Cu,Zn-SOD termasuk ke dalam jenis antioksidan primer yang berfungsi mencegah pembentukan radikal-radikal baru. Antioksidan ini mengubah radikal bebas sebelum bereaksi dengan molekul organik yang merupakan penyusun atau komponen sel menjadi molekul yang berkurang dampak negatifnya. Halliwell dan Gutteridge (1999) menyatakan bahwa Cu,Zn-SOD merupakan salah satu antioksidan endogen yang sangat berperan dalam mengkatalisasi radikal bebas anion superoksida menjadi hidrogen peroksida dan molekul oksigen.23Dalam beberapa jaringan tubuh Cu,Zn-SOD berfungsi sebagai bagian dari mekanisme pertahanan tubuh terhadap pengaruh buruk beberapa metabolisme oksigen.24 Pada ginjal tikus Cu,Zn-SOD lebih banyak ditemukan pada bagian inti dan sitoplasma sel-sel tubuli renalis (tubuli distalis dan proksimalis). Tingginya kandungan Cu,Zn-SOD pada jaringan ginjal membuktikan bahwa ginjal mempunyai tingkat konsumsi oksigen yang sangat tinggi dan sangat rentan terkena dampak langsung dari radikal-radikal bebas yang terbentuk dari metabolisme parsial oksigen. Tingginya kandungan Cu,Zn-SOD pada ginjal juga merupakan indikasi tingginya kemampuan sistem pertahanan untuk tetap mempertahankan kapasitas antioksidan agar tetap mampu mengatasi oksidan-oksidan yang terbentuk selama proses metabolisme yang berlangsung di dalamnya maupun yang terbentuk dari luar ginjal.

2.4 Beluntas (Pluchea indica)2.4.1 Taksonomi BeluntasKerajaan: PlantaeDivisi: Magnoliophyta Kelas: MagnoliopsidaOrdo: AsteralesFamili: Asteraceae Genus: Pluchea Gambar 2.3. Daun Pluchea indicaSpesies: P.indica

Pluchea indica berasal dari India kemudian menyebar Cina bagian selatan. Di Indonesia, tanaman ini masih termasuk tanaman liar yang jarang dibudidayakan, namun sudah banyak diolah menjadi berbagai sayuran dan jamu-jamuan. Tumbuhan ini merupakan perdu hijau, langsing, tegak, dengan banyak cabang, tinggi 1-3 m; ranting berbentuk tabung, bertulang dan rimbun, coklat tua, ke arah pucuk yang hijau, gundul namun pucuk muda berbulu halus, daun berselang-seling, tunggal bundar telur sampai bundar telur sungsang, 2,5-8 cm x 1-5 cm, pangkal daun menirus, ujung daun meruncing sampai bertusuk, tepi daun menggergaji,dengan kelenjar yang kurang jelas di kedua permukaan, berbau harum ketika dihancurkan; tangkai pendek semi-duduk; tidak ada penumpu. Pembungaan terdiri dari banyak bongkol pada terminal hemisferikal atau gundungan aksiler (ketiak) atau ,malai, lebih atau kurang padat, lebar 2,5-12,5 cm; gagang pendek, daun pembalut 6-7-seriate, bagian luar bundar telur, berambut, bagian luar melanset, mengkilap, berambut getar di ujung, rontok bersama dengan buah longkah yang masak, bongkol hampir berbentuk tabung, persis 7 mm. Bentuk seluruh bunga tabung, bunga di tepi merupakan bunga betina, panjang mahkota 3,5-5 mm, bunga yang berada di tengah 2-6, biseksual tapi dengan sari yang fungsional, mahkota membenang, panjang 4-6 mm, bunganya mirip bungur (lilac) atau lembayung pucat, kepala sari 5; bakal buah terbenam, lengan tangkai putik panjang, masuk. Buah longkah selinder, panjang 1 mm, gundul dengan 5 bingkai, coklat, longkah dari bunga rudimen di tengah; papus putih, panjang 3-4 mm, menyebar. Perbanyakan dengan perkecambahan epigeal.25

2.4.3 Kandungan Kimia dan Efek Daun Beluntas sebagai Antioksidan Daun Beluntas (Pluchea indica) adalah salah satu dari ribuan tanaman yang digunakan masyarakat Indonesia terutama di daerah pedesaan dalam menyembuhkan beberapa penyakit, seperti gangguan pencernaan pada anak-anak dan mencret darah. Selain itu daun beluntas dipercaya dapat menghilangkan bau badan, bau mulut, dan dapat menyembuhkan luka. Kandungan kimia daun beluntas seperti alkaloid, flavonoid, tanin, minyak atsiri, phenolic, asam chlorogenik, natrium, kalsium, magnesium, dan fosfor diperkirakan dapat mengurangi gejala ataupun mencegah penyakit diatas.25Kandungan senyawaan fitokimia pada daun beluntas mempunyai beberapa aktivitas biologis, salah satunya sebagai antioksidan. Senyawaan fitokimia pada tanaman terdistribusi dengan kadar yang berbeda pada setiap bagian. Perbedaan kadar senyawaan fitokimia pada daun dan buah sangat dipengaruhi oleh tingkat ketuaan daun atau kematangan buah, kondisi tanah, pemberian pupuk serta stress lingkungan baik secara fisik, biologi maupun kimiawi. Kandungan dan kadar senyawaan fitokimia yang berbeda akan mempengaruhi aktivitas antioksidannya.25 Kubola & Siriamornpun (2008) menyatakan bahwa bagian yang berbeda dari tanaman Thai bitter gourd (Momordica charantia L) mempunyai aktivitas menangkap radikal bebas DPPH berbeda, secara berturutan aktivitas antioksidan bagian daun > buah hijau > batang > buah matang. Senyawaan fitokimia pada tanaman dapat diekstrak dengan pelarut yang sesuai. Tingkat kepolaran pelarut menentukan komponen senyawaan fitokimia yang terekstrak. Metanol secara efektif dapat mengekstrak senyawa polar, seperti gula, asam amino, dan glikosida, fenolik dengan berat molekul rendah dan tingkat kepolaran sedang, flavonoid aglikon, antosianin, terpenoid, saponin, tanin, santosilin, totarol, kuasinoid, lakton, flavon, fenon, dan polifenol.10 Air dapat mengekstrak senyawa sangat polar, seperti glikosida, asam amino, dan gula, aglikon, antosianin, pati, tanin, saponin, terpenoid, polipeptida, lektin. n-Butanol dapat mengekstrak senyawa polar, seperti glikosida, aglikon, dan gula. Sedangkan etil asetat dilaporkan dapat mengekstrak senyawa alkaloid, aglikon, dan glikosida, sterol, terpenoid, dan flavonoid. Potensi ekstrak tanaman sebagai sumber antioksidan dapat ditentukan berdasarkan kemampuan menangkap radikal bebas DPPH. Pengujian DPPH merupakan metode yang paling cepat dan sederhana untuk menentukan kemampuan senyawa antioksidan mendonorkan atom hidrogen. Ekstrak yang berpotensi menangkap radikal DPPH berfungsi sebagai antioksidan primer.10 Perbedaan distribusi senyawa fitokimia pada tanaman dan perbedaan kelarutan dalam berbagai pelarut yang mendasari dilakukannya seleksi daun beluntas sebagai sumber antioksidan. Seleksi tersebut dilakukan berdasarkan perbedaan tingkat ketuaan daun (kelompok daun 1-3, 4-6 dan >6) dan perbedaan jenis pelarut (metanol, etil asetat, air, dan n-butanol). Seleksi ini diharapkan diperoleh daun beluntas yang dapat menjadi sumber antioksidan alami untuk mencegah WOF daging itik.10 Dengan demikian senyawa antioksidan daun beluntas dapat menggantikan penggunaan antioksidan sintesis yang masih diragukan tingkat keamanannya terhadap kesehatan.

5