Kanker serviks uteri.doc

6
Kanker serviks uteri Pendahuluan Pada umunnya penderita kanker serviks uteri datang pada stadium lanjut sehingga hasil pengobatan tidak memuaskan. Sangat berbeda hasilnya kalau kanker serviks ini ditemukan pada stadium awal, lebih–lebih bila ditemukan masih sebagai lesi prekanker. Lesi ini dapat diketahui atau dideteksi secara dini dengan cara mengenal kelompok risiko tinggi , gejala dan tanda kemudian ditindak lanjuti dengan melakukan skrining secara dini dengan pap’s smear. Pengertian Karsinoma serviks uteri ialah tumor ganas serviks uteri yang bisanya dimulai dari epitel serviks daerah transformasi antara ektoserviks dengan endoserviks. Pada daerah serviks ini dapat terjadi 3 macam jenis histologi karsinoma yang sesuai dengan epitel yang terdapat pada serviks yaitu epidermoid, adeno karsinoma, adeno squamosa. Epidemiologi Di indonesia KSU masih merupakan urutan teratas dari deretan tumor ganas yang ditemukan. Menurut Sarjadi yang mengutip hasil penelitian di 6 kota besar di Indonesia melaporkan kejadian KSU masih merupakan urutan pertama dengan frekuensi berkisar antara 17 % sampai 30 %. Klasifikasi Secara histologi 90 % KSU adalah jenis squamosa, 5 % jenis adeno karsinoma, sisanya adalah adenosquamosa. Menurut Hazel Gore secara histologi KSU diklasifikasikan sbb : I Epithelial Tumors 1. Squamous cell carcinoma a. Keratinizing and nonkratinizing carcinoma. b. Verrucous carcinoma c. Papillary squamous cell carcinoma

Transcript of Kanker serviks uteri.doc

Kanker serviks uteri

Kanker serviks uteri

Pendahuluan

Pada umunnya penderita kanker serviks uteri datang pada stadium lanjut sehingga hasil pengobatan tidak memuaskan. Sangat berbeda hasilnya kalau kanker serviks ini ditemukan pada stadium awal, lebihlebih bila ditemukan masih sebagai lesi prekanker.

Lesi ini dapat diketahui atau dideteksi secara dini dengan cara mengenal kelompok risiko tinggi , gejala dan tanda kemudian ditindak lanjuti dengan melakukan skrining secara dini dengan paps smear.

Pengertian

Karsinoma serviks uteri ialah tumor ganas serviks uteri yang bisanya dimulai dari epitel serviks daerah transformasi antara ektoserviks dengan endoserviks. Pada daerah serviks ini dapat terjadi 3 macam jenis histologi karsinoma yang sesuai dengan epitel yang terdapat pada serviks yaitu epidermoid, adeno karsinoma, adeno squamosa.

Epidemiologi

Di indonesia KSU masih merupakan urutan teratas dari deretan tumor ganas yang ditemukan. Menurut Sarjadi yang mengutip hasil penelitian di 6 kota besar di Indonesia melaporkan kejadian KSU masih merupakan urutan pertama dengan frekuensi berkisar antara 17 % sampai 30 %.

Klasifikasi

Secara histologi 90 % KSU adalah jenis squamosa, 5 % jenis adeno karsinoma, sisanya adalah adenosquamosa.

Menurut Hazel Gore secara histologi KSU diklasifikasikan sbb :

I Epithelial Tumors

1. Squamous cell carcinoma

a. Keratinizing and nonkratinizing carcinoma.

b. Verrucous carcinoma

c. Papillary squamous cell carcinoma

2. Adeno-karsinoma

a. Mucinous (endoservical)

b. Endometroid

c. Clear cell

d. Papillary serous

e. Mesonephric

f. Minimal deviation adenocarcinoma (adenoma malignum)

3.Other malignant ephithelial tumors

g. Adeno-squamous carcinoma

h. Mixed ephithelial tumors

i. Glassy cell carcinoma

j. Mucoepidermoid carcinoma

k. Adenoid basal carcinoma

4. Neuroendocrine

a. Carsinoid

b. Small cell Carcinoma

II. Mesenchymal Tumors

a. Leiomyosarcoma

b. Rhabdomiosarcoma

c. Chondrosarcoma

d. Osteosarcoma

e. Alveolar soft-part sarcoma

f. Angiosarcoma

g. Sarcoma botyyoides

III.Mixed Epithelial and Mesenchymal Tumors

a. Adenosarcoma

b. Malignant mixed Mulerian tumors

IV. Miscellaneous Malignant Tumors

a. Malignant melanoma

b. Lymphoma and leukemia

c. Endodermal sinus tumor

d. Primary cervical choriocarcinoma

V. Secondary Tumors

Penyebaran langsung , seperti endometrial metastatic, mammae.

Adeno karsinoma terlihat sebagai sel yang berasal dari epitel thoraks endoserviks atau dari kelenjar endoserviks yang mengeluarkan cairan mucus. Adenosquamosa adalah bentuk lain dari gambaran mikroskopik dimana ditemukan kedua bentuk histologi karsinoma dan adeno karsinoma.

Stadium Klinik (FIGO 1995)

St. 0 : Karsinoma in situ, Karsinoma intra epithelial

St. 1 : Karsinoma terbatas pada serviks

St. 1A : Karsinoma invasif, hanya dapat didiagnosis dengan mikroskop. Invasi stroma dengan kedalamam tidak lebih dari 5 mm dan perluasan tidak lebih dari 7 mmm

St.1A1 : Invasi stroma kedalaman tidak lebih 3mm dan perluasan tidak lebih dari 7mm

St.1A2 : Invasi tidak lebih dari 5mm dari membran basalis dan penyebaran horisontal tidak melebihi dari 7mm

St.1B : Lesi lebih besar dari stadium 1A , baik dapat dilihat secara klinis ataupun tidak.

St.1B1 : Lesi klinis tidak lebih dari 4 cm

St.1B2 : Lesi klinis lebih dari 4 cm

St. II : Keluar dari serviks tetapi tidak mencapai dinding pelvis. Mengenai Vagina tetapi tidak mencapai 1/3 bawah

St.IIA : Belum sampai parametrium

St.IIB: Sudah sampai parametrium

St.III: Sudah mencapai 1/3 bawah vagina

St.IIIA: Tidak mencapai dinding pelvis

St.IIIB: Sampai ke dinding pelvis dengan atau tidak hidronefrosis atau gangguanfungsi ginjal.

St. IV.: Sudah meluas keluar rongga panggul kecil atau sudah mengenai kandung kemih atau rektum.

St.IVA: Penyebaran sampai ke organ yang berdekatan

St.IVB: Metastasis jauh , invasi kedalam pembuluh limfe dan pembuluh darah.

Pengelolaan KSU di RSDK

Stad. O: - Konisasi bila pasien masih mengharapkan reproduksinya.

- Histerektomi total bila pasien tidak menghendaki reproduksinya.

Stad. IA: Histerektomi total

Stad.IB+IIA: Histerektomi radikal, prosedur yang dilakukan adalah dengan modifikasi Wertheim, yaitu dengan cara pengangkatan uterus dengan kedua adneksa parametrium kurang lebih 3 cm, kelenjar getah bening regional dan seluruh jaringan lemak yang terdapat antara foramen obturatorium sampai percabangan aorta , pembersihan selaput ureter mulai dari persilangannya dengan arteri illiaka komunis sampai muara ureter padsa kandung kencing, jaringan para servikal, paravaginal dan 1/3 sampai bagian atas vagina.

Stad. IIB sampai Stad. IV : Radioterapi dengan atau tanpa kemoterapi .

Radioterapi

Radioterapi pada KSU dibedakan atas tujuan kuratif dan paliatif. Tujuan kuratif ialah mematikan sel-sel ganas pada serviks uteri dan yang menjalar pada jaringan parametrium serta kelenjar getah bening pelvis dengan tetap mempertahankan keutuhan jaringan sehat disekitarnya, Untuk mencapai tujuan kuratif diperlukan metode gabungan radiasi intakaviter (brakiterapi) dan radiasi eksternal (teleterapi).

Radiasi eksterna (E.R):

Tujuannya adalah untuk memberikan penyinaran pada daerah kelenjar getah bening pelvis dan parametrium yang mengalami metastasis (titik B). Pemberiannya secara bertahap 200 rad perhari , 5 kali dalam seminggu sebanyak 25 kali ( sehingga tercapai dosis 5000 rad ).

Radiasi Intrakaviter:

Tujuannya adalah untuk memberikan radiasi dosis tinggi pada tumor primer pada serviks, sedangkan radiasi yang diterima kandung kemih dan rektum dikendalikan dalam dosis toleransi. Metode pemberian secara afterloading (A.L) yang dilakukan 2kali pemberian, selang waktu satu minggu, dosis total yang diterima titik A 1700 rad.

Kemoterapi

Kemoterapi pada KSU berperan sebagai terapi adjuvant dan paliatif. Penderita dilakukan pengelolaan dengan kemoterapi apabila syarat-syarat pemberian kemoterapi terpenuhi , penderita bersedia dan memenuhi skor minimal untuk pemberian kemoterapi ( Skor prioritas penggunaan Sitostatika di RSDK).

Skor prioritas penggunaan sitostatika di RSDK penilaiannya meliputi :

1. Prognosis ( 0 (+ 4) )

2. macam terapi: adjuvant (4),kuratif (4),paliatif (1)

3. Motivasi penderita / ketaatan ( 0 (+ 4) )

4. Sosial ( 0 (+ 4) )

5. Toksisitas ( 0 (- 4) )

6. Harga Obat ( 0 (- 4) )

Skor minimal untuk pemberian kemoterapi adalah : 6

A..Kemoterapi sebagai adjuvant

1. Mitomisin-C

Dosis : 25 mg /m2 luas permukaan tubuh (LPT)

Waktu pemberian : diberikan setelah pemberian 5 kali radiasi eksternal

2. Hidroksi Urea

Dosis : 40 80 mg/ kgBB/ 1 kali pemberian

Waktu pemberian : Bersamaan dengan hari pertama dimulainya eksternal radiasi, dengan jarak tiap 3 hari sebanyak 24 seri.

Untuk kasus-kasus dengan respon radiasi moderat dan jelek = RRK dan RRH ( dalam masa penilaian 4 bulan pertama dari biopsi pasca E.R 24 kali ) dapat diberikan kemoterapi dengan Mitomisin-C tambahan dosis 10 mg /i.v sebanyak 3 kali dengan jarak 3 4 minggu.

B. Sebagai Paliatif

Untuk yang residif,resisten, metastasis

1. Rejimen Myamoto, atau

2. Rejimen Sis-Platinum.

Pengelolaan radioterapi dan kemoterapi KSU di RSDK

Stad. II B : - Radioterapi : Radiasi lengkap ( E.R dan A.L)

- Kemoterapi:bila skor memenuhi, maka di undi antara Mitomisin C adjuvant dengan Hidroksi Urea (untuk penelitian )

Stad III dengan prognosis baik :

- Radioterapi : untuk after loadingnya (A.L) di undi, oleh karena keterbatasan alat.

- Kemoterapi : bila skor memenuhi di undi antara Mitomoisin-C Adjuvant dengan Hidroksi Urea.

Untuk pasien dengan fasilitas ASKES (PNS) untuk kemoterapi tidak diundi tetapi langsung mendapat Mitomisin-C adjuvant.

Stad. III dengan komplikasi dan stad. IV hanya diberikan terapi radiasi eksterna (E.R) saja.