kanker serviks

47
BAB I PENDAHULUAN Kanker serviks merupakan penyakit kanker terbanyak nomor dua secara insiden di dunia setelah kanker payudara dan sekitar tiga perempatnya terjadi di negara berkembang (Moore, 2006). Kanker serviks juga merupakan penyakit kanker perempuan yang menimbulkan kematian terbanyak akibat penyakit kanker terutama di negara berkembang. Diperkirakan dijumpai kanker seviks baru sebanyak 500.000 orang di seluruh dunia dan sebagian besar terjadi di Negara berkembang (Sarwono, 2011). Kanker serviks didefinisikan sebagai kanker yang primer berasal dari serviks (kanalis servikalis dan atau porsio) yang merupakan masalah kesehatan utama yang penting pada wanita di seluruh dunia. Penyakit ini mengenai lebih dari 1,4 juta wanita diseluruh dunia dan 460.000 kasus baru terjadi setiap tahunnya, serta sekitar 231.000 wanita meninggal akibat penyakit ini (Blumental dan McIntosh, 2005). Hampir 99,7% kanker serviks berhubungan secara langsung dengan infeksi satu atau lebih tipe human papillomavirus (HPV), virus penyebab paling banyak infeksi menular seksual di seluruh dunia. Dari 50 tipe HPV yang menginfeksi saluran genitalia, sekitar 15-20 tipe 1

description

presentasi kasus

Transcript of kanker serviks

30

BAB I

PENDAHULUAN

Kanker serviks merupakan penyakit kanker terbanyak nomor dua secara insiden di dunia setelah kanker payudara dan sekitar tiga perempatnya terjadi di negara berkembang (Moore, 2006). Kanker serviks juga merupakan penyakit kanker perempuan yang menimbulkan kematian terbanyak akibat penyakit kanker terutama di negara berkembang. Diperkirakan dijumpai kanker seviks baru sebanyak 500.000 orang di seluruh dunia dan sebagian besar terjadi di Negara berkembang (Sarwono, 2011).

Kanker serviks didefinisikan sebagai kanker yang primer berasal dari serviks (kanalis servikalis dan atau porsio) yang merupakan masalah kesehatan utama yang penting pada wanita di seluruh dunia. Penyakit ini mengenai lebih dari 1,4 juta wanita diseluruh dunia dan 460.000 kasus baru terjadi setiap tahunnya, serta sekitar 231.000 wanita meninggal akibat penyakit ini (Blumental dan McIntosh, 2005).

Hampir 99,7% kanker serviks berhubungan secara langsung dengan infeksi satu atau lebih tipe human papillomavirus (HPV), virus penyebab paling banyak infeksi menular seksual di seluruh dunia. Dari 50 tipe HPV yang menginfeksi saluran genitalia, sekitar 15-20 tipe berhubungan dengan kanker serviks. Tipe HPV 16,18,31, dan 45 merupakan kelompok yang paling sering ditemui pada kasus kanker serviks (Blumental dan McIntosh, 2005). Lebih dari 70% kanker serviks disebabkan ole infeksi HPV tipe 16 dan 18.Infeksi HPV memiliki prevalensi yang tinggi pada usia muda sedangkan kanker serviks baru timbul pada usia tiga puluh tahunan atau lebih (Sarwono, 2011).

Infeksi HPV sering tidak menimbulkan gejala. Tanda utama dari infeksi biasanya berupa kutil kecil kemerahan atau pink di daerah genital disertai rasa gatal atau terbakar. Setelah seorang wanita terinfeksi oleh HPV, infeksi tersebut dapat tetap stabil secara lokal, hilang secara spontan perlahan, atau jika serviks terlibat dapat mengakibatkan perubahan menjadi low-grade squamous intraepithelial lession (LGSILs), atau disebut juga mild cervical intraephitelial neoplasia (CIN1) atau displasia (Blumental dan McIntosh, 2005).

Sekitar 8% dari kelompok tersebut dapat berkembang menjadi prekanker yang terbatas pada bagian luar sel serviks (karsinoma in situ /CIS) dan sekitar 1,6% nya akan berkembang menjadi kanker invasif kecuali jika lesi prekankernya dideteksi dan ditatalaksana sejak awal (Blumental dan McIntosh, 2005).

Terdapat beberapa tipe kanker serviks yang diklasifikasikan berdasarkan tempat dimana kanker tersebut berkembang dalam serviks. Kanker yang berkembang di ektoserviks disebut sebagai squamous cell carcinoma yang merupakan 80-90% dari keseluruhan kasus keganasan serviks (WHO/ICO information Centre on HPV and Cervical Cancer). Sementara, kanker yang berkembang di endoserviks disebut adenokarsinoma. Sebagai tambahan, terdapat sejumlah kecil kanker serviks yang disebabkan oleh tipe campuran yang disebut sebagai adenosquamous carcinoma atau mixed carcinoma. Terdapat juga beberapa tipe kanker serviks yang jarang seperti small cell carcinoma, neuroendocrine carcinoma, dll (American Cancer Society).

Penatalaksanaan kanker serviks bergantung pada tahap mana penyakit ini berhasil didiagnosis. Pada tahap awal atau lesi prekanker dapat ditatalaksana dengan tindakan seperti cryosurgery, laser, conization, histerektomi. Sementara pada lesi kanker yang sudah invasif dapat dipertimbangkan untuk dilakukan histerektomi radikal, trachelectomy, kemoterapi, radiasi, kemoradiasi, atau pelvic eksenterasi bila kejadian kanker serviks berulang atau rekuren. Seringnya pasien datang pada stadium lanjut. Hal ini menunjukkan pentingnya dokter untuk mengenali tanda dan gejala dari kanker serviks. Pengenalan yang cepat dan tepat dapat membantu dalam penegakan diagnosis dini kanker serviks sehingga penatalaksanaan dapat diberikan dengan tepat. Inti dari penanganan kanker serviks adalah bagaimana cara tenaga kesehatan mendeteksi kondisi ini secara dini sehingga dapat mencegah perubahan lesi prekanker menjadi kanker.BAB II

STATUS PASIEN

2.1 IdentifikasiNama

: Ny. J

Umur

: 70 tahunJenis Kelamin

: PerempuanAlamat

: Kance Diwe, Dempo Selatan, Pagar Alam.

Suku Bangsa

: Indonesia

Pendidikan

: SLTA

Status Pernikahan: Menikah

Pekerjaan

: PetaniNama Suami

: alm Tn S

Pekerjaan

: PetaniPendidikan

: SLTASuku Bangsa

: Indonesia

MRS

: 26 Maret 2015 pukul 10.26 WIB

Rec Med

: 8831462.2 Anamnesis ( tanggal 9 April 2015, pukul 10.20 WIB ) oleh kelompok B2.2.1 Anamnesis UmumKeluhanUtama

Pendarahan dari Kemaluan Riwayat Perjalanan Penyakit 2 bulan SMRS, penderita mengeluh keluar cairan bercampur darah dan tidak berbau. Penderita juga merasa sering keputihan dan merasa gatal-gatal disekitar kemaluan. Penderita juga sering mengeluh nyeri perut bagian bawah, Namun penderita masih belum berobat.

Sejak 15 hari sebelum masuk rumah sakit, penderita mengeluh keluar cairan bercampur darah dan berbau busuk kadang disertai darah berwarna merah segar. Penderita juga sering berganti celana dalam sampai 3 kali dalam sehari karena merasa tidak nyaman, berbau dan gatal-gatal, penderita juga merasa nyeri hebat diseluruh perut, nyeri saat BAK (+).

5 jam sebelum masuk rumah sakit, penderita mengeluh keluar cairan bercampur darah dan berbau busuk kadang disertai darah berwarna merah segar. Penderita juga sering berganti celana dalam sampai 3 kali dalam sehari karena merasa tidak nyaman, berbau dan gatal-gatal, penderita juga merasa nyeri perut yang bertambah hebat diseluruh perut dan nyeri saat BAK (+). Kemudian berobat ke RS Pagar Alam dan diduga menderita kanker serviks. R/ penurunan nafsu makan (+), R/ berat badan menurun (+), R/ trauma pada daerah perut (-), Riwayat merokok (-), Riwayat anggota keluarga yang merokok (+), Riwayat berganti pasangan sexual (-), dan penderita dirujuk ke RSMH untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut . Riwayat Penyakit Dahulu

Hipertensi

: Ada, 1 tahun yang lalu.

Ca cervix

: -

Pendarahan dari Kemaluan: (+)Infeksi pada Alat genital

: Disangkal

Peradangan pada panggul

: Disangkal

R/ Operasi Ambeien tahun 2014: (+) Riwayat Penyakit dalam Keluarga

Ca Cervix : (-)Riwayat Sosial Ekonomi dan Gizi

Status sosial ekonomi menengah ke bawah dan status gizi kurang.

Riwayat Perkawinan

Menikah 1x, lamanya 54 tahun. Pada usia 15 tahun.Riwayat Reproduksi

Menarche

: 13 tahunSiklus haid

: Teratur, 28 hari, lama haid 5 hari

Menopause

: 40 tahun

Riwayat Persalinan : P2Ao, Lahir spontan pervaginam

2.3 Pemeriksaan Fisik ( tanggal 9 April 2015, pukul 10.20 WIB )Status Present

Keadaan umum

: Kompos mentis

Kesadaran

: Sakit ringan

Gizi

: Baik

Tekanan darah

: 110/70 mmHg

Nadi

: 96 x/menit

Frekuensi pernafasan: 20 x/m

Suhu

: 36,7c

Berat badan

: 40 kg

Tinggi badan

: 150 cmIMT

: 17,7 Kepala

: Konjungtiva anemis (+/+), sklera ikterik (-/-)Leher

: Pembesaran KGB (-), JVP (5+2) cmH2O

Thorax : Simetris kanan dan kiri, retraksi (-)Jantung

: Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat

Palpasi

: Ictus cordis tidak teraba

Perkusi : Batas atas ics 2 linea sternalis, batas kanan ics 4 linea parasternalis, batas kiri linea axilaris sinistra

Auskultasi: HR 96 x/menit, regular, pulsus deficit (-), murmur (-), gallop (+)Paru: Inspeksi : Simetris kanan = kiri

Palpasi

: stemfremitus menurun di ics 4 paru bagian kiri

Perkusi : Redup di ics 4 pada paru bagian kiri

Auskultasi: Vesikuler (+) N, wheezing (-), RBH (+) dibasal paru kiri

Abdomen

: Inspeksi : DatarPalpasi: Tegang dibagian supra pubik , Hepar dan lien tidak teraba, NT (+) dibagian suprapubik.Perkusi : Timpani

Auskultasi: BU (+) NormalEkstremitas

: Akral pucat (+/+), edema pretibia (+/+)

Refleks fisiologis

: +/+

Refleks patologis

: -/-

Status Ginekologi

Pemeriksaan Luar

: Abdomen datar, lemas, simetris, Tinggi Fundus Uteri pertengahan antar pusat dan simpisis, massa (-), Nyeri Tekan (+) supra pubik, tanda cairan bebas (-)

Inspekulo

: Portio berdungkul-dungkul, rapuh, mudah berdarah, infiltrasi ke vagina anterior, 2/3 posterior , massa eksofitik

Vaginal Toucher

: Portio berdungkul-dungkul, rapuh, mudah berdarah, 8 x 6cm, infiltrasi ke vagina 2/3 anterior, massa eksofitik, Adnexa parametrium kanan-kiri tegang, cavum douglas tidak menonjol.

Rectal toucher : tonus sphingter ani baik, mukosa licin, massa intra lumen (-), CUT ~ setara 14 minggu, CFS kanan 50%, dan CFS kiri 0%. 2.4 Pemeriksaan Penunjang

A. Laboratorium

10 April 2015 ( 09.34 WIB)13 April 2015 ( 11.40 WIB)

Hb

: 10,5 g/dl

Eritrosit

: 3,70 juta/mm3Hematokrit : 29 vol%

Leukosit

: 27,200/mm3Trombosit

: 188000/mm3

DC

: 0/4/83/7/6Hb

: 10,5 g/dl

Eritrosit

: 3,74 juta/mm3Hematokrit : 30 vol%

Leukosit

: 28,200/mm3Trombosit

: 223000/mm3

DC

: 0/6/80/7/7

Urinalisis

Warna : Kuning

Kejernihan : Agak keruh

Berat jenis : 10.10

PH : 7

Protein : negatif

Keton : negative

Darah : Positif ++Kimia Klinik

Bilirubin Total : 0,31mg/Dl

Bilirubin Direk: 0,20 mg/Dl

AST/ SGOT : 17 U/L

ALT/ SGPT : 4 U/L

Protein Total : 6,2 g/ Dl

Albumin : 2,9 g/Dl

Bilirubin : negative

Urobilinogen : 1

Nitrit : Negatif

Lekosit esterase : Negatif

Sedimen Urine :

Epitel : positif + / LPB

Lekosit : 3-6/ LPB

Eritrosit : 70-72/ LPB

( 0-1/ LPB)

Silinder : Negatif/ LPB

Kristal : Negatif / LPB

Bakteri : Positif +

Mukus : Negatif

Jamur : Negatif Globulin : 3.3 g/Dl

Glukosa Sewaktu : 69 mg/Dl

Ginjal

Ureum : 61 mg/Dl

Asam Urat : 11.30 mg/Dl

Kreatinin : 2.46 mg/Dl

Elektrolit

Calsium : 8.5 mg/Dl

Natrium :137 mEq/ L

Kalium : 4.8 mEq/L

17 April 2015 ( 19.55 WIB)

Hb

: 9,6 g/dl

Eritrosit

: 3,45 juta/mm3Hematokrit : 27 vol%

Leukosit

: 38,100/mm3Trombosit

: 246000/mm3

DC

: 0/1/89/4/6Globulin : 3.1 g/Dl

Glukosa Sewaktu : 40 mg/Dl

Ginjal

Ureum : 80 mg/Dl

Asam Urat : 8,20 mg/Dl

Kreatinin : 4,15 mg/Dl

Elektrolit

Calsium : 8.5 mg/Dl

Natrium :131 mEq/ L

Kalium : 5,3 mEq/L

Kimia Klinik

Protein Total : 6,2 g/ Dl

Albumin : 3,1 g/Dl

B. Patologi Anatomi

Moderated differentiated non keratizing squamous cell carcinoma dengan LVI (-) pada serviks.

C. Expertise Radiologi

USG abdomen ( 4 April 2015)

efusi pleura dextra + Nodul metastatis pada ginjal kanan dan kiri + massa pada uterus

Fto IVP (6 April 2015 )

Hydronefrosis grade III kiri + dilatasi ureter kiri sampai distal

D. Konsul PDL ( 8 April 2015 )

S: Sesak napas, Bak berwarna merahO /

TD : 120/80 mmHg N : 92 x/m , RR : 28x/menit temp : 37,7c

Kepala

: Konjungtiva anemis (+/+), sklera ikterik (-/-)Leher

: Pembesaran KGB (-), JVP (5+2) cmH2O

Thorax : Simetris kanan dan kiri, retraksi (-)Jantung

: Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat

Palpasi

: Ictus cordis tidak teraba

Perkusi : Batas atas ics 2 linea sternalis, batas kanan ics 4 linea parasternalis, batas kiri linea axilaris sinistra

Auskultasi: HR 96 x/menit, regular, pulsus deficit (-), murmur (-), gallop (+)Paru: Inspeksi : Simetris kanan = kiri

Palpasi

: stemfremitus menurun di ics 4 paru bagian kiri

Perkusi : Redup di ics 4 pada paru bagian kiri

Auskultasi: Vesikuler (+) N, wheezing (-), RBH (+) dibasal paru kiri

Abdomen

:Inspeksi : Datar

Palpasi: Tegang dibagian supra pubik , Hepar dan lien tidak teraba, NT (+) dibagian suprapubik.

Perkusi : Timpani

Auskultasi: BU (+) NormalEkstremitas

: Akral pucat (-/-), edema pretibia (+/+)

A/

- CHF ec ASHD/ HHD + AKI stage II + Hipoalbuminemia

P/

-O2 3-5 liter

- IVFD D5% dtt X/menit (mikro)

- Furosemide 1x 20 mg ( jika TDS 100 mmHg

- KCL3 x 500 mg

- Transfusi albumin ( jika tidak sesak

- Rawat Bersama dengan bagian kardiologi

E. Konsul Bedah ( 8 April 2015)

S: Bengkak Pada tungkai kanan

O /

TD : 120/80 mmHg N : 92 x/m , RR : 28x/menit temp : 37,7c

Kepala

: Konjungtiva anemis (+/+), sklera ikterik (-/-)Leher

: Pembesaran KGB (-), JVP (5+2) cmH2O

Thorax : Simetris kanan dan kiri, retraksi (-)Jantung

: Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat

Palpasi

: Ictus cordis tidak teraba

Perkusi : Batas atas ics 2 linea sternalis, batas kanan ics 4 linea parasternalis, batas kiri linea axilaris sinistra

Auskultasi: HR 96 x/menit, regular, pulsus deficit (-), murmur (-), gallop (+)Paru: Inspeksi : Simetris kanan = kiri

Palpasi

: stemfremitus menurun di ics 4 paru bagian kiri

Perkusi : Redup di ics 4 pada paru bagian kiri

Auskultasi: Vesikuler (+) N, wheezing (-), RBH (+) dibasal paru kiri

Abdomen

:Inspeksi : Datar

Palpasi: Tegang dibagian supra pubik , Hepar dan lien tidak teraba, NT (+) dibagian suprapubik.

Perkusi : Timpani

Auskultasi: BU (+) NormalEkstremitas

: Akral pucat (-/-), edema pretibia (+/+)

A/

Post trombone syndrome tungkai kanan

P/

Kompresi stocking dari cruris hingga paha

Imobilisasi

Penderita tidak dapat diberikan antikoagulan mengingat kondisi klinis dan pendarahan

Untuk saat ini dilakukan tatalaksana konservatif

2.5 Diagnosis kerja

Ca Cervix stadium 1Vb + CHF ec Susp ASHD/ HHD + AKI stage II + Post trombone syndrome + Hipoalbumin + Anemia sedang 2.6 Penatalaksanaan

- O2 3-5 l/m

- IVFD D5% gtt x/m

- Ceftriaxone 2 x 1g

- Metrodinazole 3 x 1g

- Parasetamol 3 x 500mg

- Albumin 1x1 ( jika sesak tunda)

- Klinimix 1 x 1

- KCL 3 x 500mg

- R/ Kemotherapi

- R/ HD

- R/ Radiasi

2.7 Prognosis Malam2.8 Follow Up( Tanggal 10 April 2015 pukul 07.00 WIB)Keluhansesak (+)

Status presentKU:lemah, sens: CM, TD: 130/80 mmHg, N: 110x/m, RR: 28 x/m, T: 38oC.

Pemeriksaan Fisik

Status Ginekologi

Pemeriksaan LuarInspekulo

Vaginal Toucher

Rectal toucher :

Kepala: Konjungtiva anemis (+/+), sklera ikterik (-/-)

Leher: Pembesaran KGB (-), JVP (5+2) cmH2O

Thorax : Simetris kanan dan kiri, retraksi (-)

Jantung:

Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat

Palpasi: Ictus cordis tidak teraba

Perkusi : Batas atas ics 2 linea sternalis, batas kanan ics 4 linea parasternalis, batas kiri linea axilaris sinistra

Auskultasi: HR 96 x/menit, regular, pulsus deficit (-), murmur(-), gallop (+)

Paru:

Inspeksi : Simetris kanan = kiri

Palpasi: stemfremitus menurun di ics 4 paru bagian kiri

Perkusi : Redup di ics 4 pada paru bagian kiri

Auskultasi: Vesikuler (+) N, wheezing (-), RBH (+) dibasal paru kiri

Abdomen:

Inspeksi : Datar

Palpasi: Tegang dibagian supra pubik , Hepar dan lien tidak teraba, NT (+) dibagian suprapubik.

Perkusi : Timpani

Auskultasi: BU (+) Normal

Ekstremitas: Akral pucat (+/+), edema pretibia (+/+)

Abdomen datar, lemas, simetris, Tinggi Fundus Uteri pertengahan antar pusat dan simpisis, massa(-), Nyeri Tekan (+) supra pubik, tanda cairan bebas (-)

Portio berdungkul-dungkul, rapuh, mudah berdarah, infiltrasi ke vagina anterior, 2/3 posterior , massa eksofitikPortio berdungkul-dungkul, rapuh, mudah berdarah, 8 x 6cm, infiltrasi ke vagina 2/3 anterior, massa eksofitik, Adnexa parametrium kanan-kiri tegang, cavum douglas tidak menonjol.

tonus sphingter ani baik, mukosa licin, massa intra lumen (-), CUT ~

setara 14 minggu, CFS kanan 50%, dan CFS kiri 0%.

ACa Cervix stadium 1V b+ CHF ec Susp ASHD/ HHD + AKI stage II + Post trombone syndrome + Hipoalbumin + Anemia sedang

P :- O2 3-5 l/m

- IVFD D5% gtt x/m

- Ceftriaxone 2 x 1g

- Metrodinazole 3 x 1g

- Parasetamol 3 x 500mg

- Albumin 1x1 ( jika sesak tunda)

- Klinimix 1 x 1

- KCL 3 x 500mg

- R/ Kemotherapi

- R/ HD

- R/ radiasi

Tanggal 16-04-2015, pukul 11.00 WIB

KeluhanDemam (+), sesak

Status presentKU:lemah, sens: CM, TD: 110/80 mmHg, N: 100x/m, RR: 28 x/m, T: 38oC.

Pemeriksaan Fisik

Status GinekologiPemeriksaan LuarInspekulo

Vaginal Toucher

Rectal toucher :

Kepala: Konjungtiva anemis (+/+), sklera ikterik (-/-)

Leher: Pembesaran KGB (-), JVP (5+2) cmH2O

Thorax : Simetris kanan dan kiri, retraksi (-)

Jantung:

Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat

Palpasi: Ictus cordis tidak teraba

Perkusi : Batas atas ics 2 linea sternalis, batas kanan ics 4 linea parasternalis, batas kiri linea axilaris sinistra

Auskultasi: HR 96 x/menit, regular, pulsus deficit (-), murmur(-), gallop (+)

Paru

Inspeksi : Simetris kanan = kiri

Palpasi: stemfremitus menurun di ics 4 paru bagian kiri

Perkusi : Redup di ics 4 pada paru bagian kiri

Auskultasi: Vesikuler (+) N, wheezing (-), RBH (+) dibasal paru kiri

Abdomen:

Inspeksi : Datar

Palpasi: Tegang dibagian supra pubik , Hepar dan lien tidak teraba, NT (+) dibagian suprapubik.

Perkusi : Timpani

Auskultasi: BU (+) Normal

Ekstremitas: Akral pucat (+/+), edema pretibia (+/+)

Abdomen datar, lemas, simetris, Timggi Fundus Uteri pertengahan antar pusat dan simpisis, massa(-), Nyeri Tekan (+) supra pubik, tanda cairan bebas (-)

Portio berdungkul-dungkul, rapuh, mudah berdarah, infiltrasi ke vagina anterior, 2/3 posterior , massa eksofitikPortio berdungkul-dungkul, rapuh, mudah berdarah, 8 x 6cm, infiltrasi ke vagina 2/3 anterior, massa eksofitik, Adnexa parametrium kanan-kiri tegang, cavum douglas tidak menonjol.

tonus sphingter ani baik, mukosa licin, massa intra lumen (-), CUT ~ setara 14 minggu, CFS kanan 50%, dan CFS kiri 0%.

ACa Cervix stadium 1Vb + CHF ec Susp ASHD/ HHD + AKI stage II + Post trombone syndrome + Hipoalbumin + Anemia sedang

P :- O2 3-5 l/m

- IVFD D5% gtt x/m

- Ceftriaxone 2 x 1g

- Metrodinazole 3 x 1g

- Parasetamol 3 x 500mg

- Albumin 1x1 ( jika sesak tunda)

- Klinimix 1 x 1

- KCL 3 x 500mg

- R/ Kemotherapi

- R/ HD

- R/ Radiasi

Tanggal 17-04-2015, pukul 12.00 WIB

KeluhanDemam (+), sesak

Status presentKU:lemah, sens: CM, TD: 110/70 mmHg, N: 120x/m, RR: 26 x/m, T: 38oC.

Pemeriksaan Fisik

Status Ginekologi

Pemeriksaan LuarInspekulo

Vaginal Toucher

Rectal toucher :

Kepala: Konjungtiva anemis (+/+), sklera ikterik (-/-)

Leher: Pembesaran KGB (-), JVP (5+2) cmH2O

Thorax : Simetris kanan dan kiri, retraksi (-)

Jantung:

Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat

Palpasi: Ictus cordis tidak teraba

Perkusi : Batas atas ics 2 linea sternalis, batas kanan ics 4 linea parasternalis, batas kiri linea axilaris sinistra

Auskultasi: HR 96 x/menit, regular, pulsus deficit (-), murmur(-), gallop (+)

Paru:

Inspeksi : Simetris kanan = kiri

Palpasi: stemfremitus menurun di ics 4 paru bagian kiri

Perkusi : Redup di ics 4 pada paru bagian kiri

Auskultasi: Vesikuler (+) N, wheezing (-), RBH (+) dibasal paru kiri

Abdomen:

Inspeksi : Datar

Palpasi: Tegang dibagian supra pubik , Hepar dan lien tidak teraba, NT (+) dibagian suprapubik.

Perkusi : Timpani

Auskultasi: BU (+) Normal

Ekstremitas: Akral pucat (+/+), edema pretibia (+/+)Abdomen datar, lemas, simetris, Tinggi Fundus Uteri pertengahan antar pusat dan simpisis, massa(-), Nyeri Tekan (+) supra pubik, tanda cairan bebas (-)

Portio berdungkul-dungkul, rapuh, mudah berdarah, infiltrasi ke vagina anterior, 2/3 posterior , massa eksofitikPortio berdungkul-dungkul, rapuh, tidak mudah berdarah, 8 x 6cm, infiltrasi ke vagina 2/3 anterior, massa eksofitik, Adnexa parametrium kanan-kiri tegang, cavum douglas tidak menonjol.

tonus sphingter ani baik, mukosa licin, massa intra lumen (-), CUT ~ setara 14 minggu, CFS kanan 50%, dan CFS kiri 0%.

ACa Cervix stadium 1Vb + CHF ec Susp ASHD/ HHD + AKI stage II + Post trombone syndrome + Hipoalbumin + Anemia sedang

P :- O2 3-5 l/m

- IVFD D5% gtt x/m

- Ceftriaxone 2 x 1g

- Metrodinazole 3 x 1g

- Parasetamol 3 x 500mg

- Albumin 1x1 ( jika sesak tunda)

- Klinimix 1 x 1

- KCL 3 x 500mg

- R/ Kemotherapi

- R/ HD hari ini

- R/ Radiasi

Tanggal 18-04-2015, 13.00 WIB

KeluhanBadan terasa lemas

Status presentKU:lemah, sens: CM, TD: 100/70 mmHg, N: 102x/m, RR: 22x/m, T: 36,5oC.

Pemeriksaan Fisik

Status GinekologiPemeriksaan LuarInspekulo

Vaginal Toucher

Rectal toucher :

Kepala: Konjungtiva anemis (+/+), sklera ikterik (-/-)

Leher: Pembesaran KGB (-), JVP (5+2) cmH2O

Thorax : Simetris kanan dan kiri, retraksi (-)

Jantung:

Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat

Palpasi: Ictus cordis tidak teraba

Perkusi : Batas atas ics 2 linea sternalis, batas kanan ics 4 linea parasternalis, batas kiri linea axilaris sinistra

Auskultasi: HR 96 x/menit, regular, pulsus deficit (-), murmur(-), gallop (+)

Paru:

Inspeksi : Simetris kanan = kiri

Palpasi: stemfremitus menurun di ics 4 paru bagian kiri

Perkusi : Redup di ics 4 pada paru bagian kiri

Auskultasi: Vesikuler (+) N, wheezing (-), RBH (+) dibasal paru kiri

Abdomen:

Inspeksi : Datar

Palpasi: Tegang dibagian supra pubik , Hepar dan lien tidak teraba, NT (+) dibagian suprapubik.

Perkusi : Timpani

Auskultasi: BU (+) Normal

Ekstremitas: Akral pucat (+/+), edema pretibia (+/+)

Abdomen datar, lemas, simetris, Tinggi Fundus Uteri pertengahan antar pusat dan simpisis, massa(-), Nyeri Tekan (+) supra pubik, tanda cairan bebas (-)

Portio berdungkul-dungkul, rapuh, mudah berdarah, infiltrasi ke vagina anterior, 2/3 posterior , massa eksofitikPortio berdungkul-dungkul, rapuh, tidak mudah berdarah, 8 x 6cm, infiltrasi ke vagina 2/3 anterior, massa eksofitik, Adnexa parametrium kanan-kiri tegang, cavum douglas tidak menonjol.

tonus sphingter ani baik, mukosa licin, massa intra lumen (-), CUT ~ setara 14 minggu, CFS kanan 50%, dan CFS kiri 0%.

ACa Cervix stadium 1Vb + CHF ec Susp ASHD/ HHD + AKI stage II + Post trombone syndrome + Hipoalbumin + Anemia sedang + post HD 1

P :- O2 3-5 l/m

- IVFD D5% gtt x/m

- Ceftriaxone 2 x 1g

- Metrodinazole 3 x 1g

- Parasetamol 3 x 500mg

- Albumin 1x1 ( jika sesak tunda)

- Klinimix 1 x 1

- KCL 3 x 500mg

- R/ Kemotherapi

- R/ Radiasi

BAB IIITINJAUAN PUSTAKA3.1 Definisi Kanker Serviks

Kanker serviks adalah tumor ganas primer yang berasal dari sel epitel skuamosa. Kanker serviks merupakan kanker yang terjadi pada serviks atau leher rahim, suatu daerah pada organ reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk ke arah rahim, letaknya antara rahim (uterus) dan liang senggama atau vagina. Sebanyak 90% dari kanker serviks berasal dari sel skuamosa yang melapisi serviks dan 10% sisanya berasal dari sel kelenjar penghasil lendir pada saluran servikal yang menuju ke rahim (Setyarini, 2012).

Proses terjadinya kanker serviks berhubungan erat dengan proses metaplasia sel di daerah sambungan antara epitel skuamo dan epitel kolumnar serviks yang menimbulkan sel-sel yang berpotensi ganas (Sjamsuddin, 2001). Kanker serviks dimulai dengan adanya suatu perubahan dari sel serviks normal menjadi sel abnormal yang kemudian membelah diri tanpa terkendali. Sel serviks yang abnormal ini dapat berkumpul menjadi tumor yang bersifat jinak atau ganas (Rasjidi & Sulistiyanto, 2007).

3.2 Etiologi Kanker ServiksSebab langsung dari kanker serviks belum diketahui. Ada bukti kuat kejadiaannya mempunyai hubungan erat dengan sejumlah faktor ektrinsik, diantaranya yang penting jarang ditemukan pada perawan (virgo), insidensi lebih tinggi pada mereka yang menikah daripada yang tidak menikah, terutama pada gadis yang coitus pertama (coitarche) dialami pada usia amat muda (35 tahun, SCJ berada di dalam kanalis serviks. Maka untuk melakukan pap-smear yang efektif, yang dapat mengusap zona transformasi, harus dikerjakan dengan skraper dari Ayre atau cytobrush sikat khusus. Pertumbuhan kanker serviks diawali dengan sel yang mengalami mutasi kemudian berkembang menjadi sel displastik yang disebut displasia, yaitu pertumbuhan sel abnormal yang mencakup berbagai lesi epitel yang secara sitologi atau morfologi berbeda dibandingkan dengan sel epitel normal. Pada kondisi displasia belum mengenai sel epitel basalis dan belum menunjukkan karakteristik keganasan. Displasia dimulai dari displasia ringan, sedang, sampai berat. Perkembangan selanjutnya adalah menjadi kanker insitu (KIS) dan akhirnya menjadi kanker invasif (Suwiyoga, 2006).

Pada pemeriksaan dengan spekulum, tampak sebagai porsio yang erosif (metaplasia skuamosa) yang fisiologik atau patologik. Pathogenesis NIS dapat dianggap sebagai suatu spectrum penyakit yang dimulai dari displasia ringan (NIS 1), displasia sedang (NIS 2), displasia berat dan karsinoma insitu (NIS 3) untuk kemudian berkembang menjadi karsinoma invasif. Beberapa penelitian menemukan 30-35% NIS mengalami regresi, yang terbanyak berasal dari NIS 1/NIS 2. Karna tidak dapat ditentukan lesi mana yang akan berkembang menjadi progresif dan mana yang tidak, maka semua tingkat NIS dianggap potensial menjadi ganas sehingga harus ditatalaksana sebagaimana mestinya.

Gambar 2.2 Perubahan Pada Lapisan Epitel Serviks3.4 Klasifikasi Histopatologis Dan Staging

Tabel 1. Klasifikasi histologik kanker serviks

International Federation of Gynaecology (2000) membuat klasifikasi kanker serviks berdasarkan perkembangan secara klinis sesuai tabel berikut :Tabel 2.2 Klasifikasi Kanker Serviks

3.5 Manifestasi Klinik Kanker Serviks

Tanda dini kanker servik tidak spesifik, seperti adanya sekret vagina yang agakbanyak dan kadang-kadang dengan bercak perdarahan setelah bersetubuh. Pada kondisi kanker serviks lanjut akan terjadi perdarahan yang semakin banyak, lebih sering dan berlangsung lebih lama. Sekret vagina yang berbau juga dapat ditemukan terutama dengan nekrosis lanjut. Pada stadium lanjut ketika tumor telah menyebar dari serviks dan melibatkan jaringan di rongga pelviks dapat dijumpai tanda lain seperti nyeri yang menjalar ke pinggul atau kaki. Beberapa penderita mengeluhkan nyeri berkemih, hematuria, perdarahan rektum, sampai sulit berkemih dan buang air besar. Penyebaran ke kelenjar getah bening tungkai bawah dapat menimbulkan udema tungkai bawah (Aziz, Andrijono & Saifudin 2006).

3.6Diagnosis Kanker Serviks

Penegakan diagnosis kanker serviks pada stadium awal terlihat normal. Pada pemeriksaan inspekulo, seiring makin progresifnya kanker, akan terlihat ulkus, erosi, atau massa. Pemeriksaan rektal mungkin akan menemukan massa eksternal Penegakan diagnosis kanker serviks dapat dilakukan dengan melakukan pemeriksaan sitologi atau biopsi jaringan ektoserviks dan endoserviks. Apabila biopsi jaringan tidak didapatkan, maka pengambilan contoh jaringan dilakukan dengan konisasi serviks. Untuk staging kanker serviks dilakukan secara klinis yaitu data diambil melalui pemeriksaan klinik, pemeriksaan radiografi, sitoskopi, dan evaluasi patologi dari jaringan biopsi dan kuretase (Otto, 2001; Sjamsuddin, 2001).

3.7Penatalaksanaan Kanker Serviks

Penatalaksanaan medis pada penyakit kanker serviks prainvasif berdasarkan dari luasnya penyakit. Pasien dengan tahap prainvasif dapat diberikan cryosurgery, electrocautery atau carbon dioxide laser ablation. Konisasi pada serviks juga dapat dilakukan pada perempuan yang masih menginginkan kesuburan. Sedangkan pada pasien yang tidak menginginkan kehamilan dapat dilakukan histerektomi. Pada stadium I-IIa dapat diterapi dengan pembedahan saja, radiasi saja atau kombinasi keduanya. Sedangkan pada tahap lanjut atau stadium IIb-Ib dilakukan radiasi atau kombinasi dengan kemoterapi dan jika memungkinkan dapat dilakukan operasi (Otto, 2001).

Penatalaksanaan medis pada kanker serviks bergantung pada stadium kanker serviks

(Aziz, Andrijono, & Saifudin, 2006; Sukardja, 2000; Otto, 2001)

a. Mikroinvasi, stadium Ia1

Pada stadium ini tanpa invasi pembuluh darah dan limfe kemungkinan penyebaran ke kelenjar getah bening regionalnya tidak lebih dari 1%. Hal ini memungkinkan untuk dilakukan tindakan terapi yang lebih konservatif seperti histerektomi simpel. Bila dijumpai invasi pembuluh darah atau limfe sebaiknya dilakukan histerektomi radikal atau radiasi bila ada indikasi kontra tindakan operasi

b. Stadium Ia2

Kasus pada stadium ini harus dilakukan histerektomi radikal dengan limfadenektomi kelenjar getah bening pelvis atau radiasi bila ada indikasi kontra tindakan operasi. Bila dijumpai invasi limfe atau vaskular sebaiknya dilakukan histerektomi dan limfadenektomi atau radiasi karena kemungkinan adanya anak sebar ke kelenjar getah bening

c. Stadium Ib

Stadium Ib pengobatannya adalah dengan histerektomi radikal dengan limfadenektomi kelenjar getah bening pelvis dengan/ tanpa kelenjar getah bening paraaorta. Hasil yang sama efektifnya didapat bila diberikan terapi radiasi. Kedua terapi ini memberikan tingkat kelangsungan hidup yang sama, tetapi pada penderita usia muda operasi radikal lebih disukai karena dapat mempertahankan fungsi ovarium.

d. Stadium IIa

Terapi optimal pada kebanyakan stadium IIa adalah kombinasi radiasi ekternal dan radiasi intrakaviter. Operasi radikal dengan pengangkatan kelenjar getah bening pelvis dan paraaorta serta pengangkatan vagina bagian atas dapat memberikan hasil yang optimal asalkan tepi sayatan bebas dari invasi sel tumor.

e. Stadium IIb, III dan IVa

Pada kasus stadium lanjut ini tidak mungkin dilakukan tindakan operatif karena tumor telah menyebar jauh ke luar dari serviks. Pemberian kombinasi kemoradiasi akan meningkatkan keberhasilan terapi sampai 30%.

f. Stadium IVb

Kasus dengan stadium terminal ini, pasien jarang dapat bertahan hidup sampai setahun sejak didiagnosis. Penderita stadium IVb bila keadaan umum memungkinkan dapat diberikan kemoradiasi, tetapi hanya bersifat paliatif.

3.8Prognosis Kanker Serviks

Pada dasarnya, kanker serviks merupakan kanker yang dapat dicegah. Pencegahan yang dapat dilakukan antara lain dengan melakukan skrining rutin yang dapat dilakukan pelanan primer. Selain itu, pencegahan juga dapat dilakukan dengan pemberian vaksin HPV dan menghindari segala perilaku yang menyebabkan kanker serviks (berganti-ganti pasangan, melakukan hubungan seksual dini, dan merokok)

Prognosis kanker serviks tergantung dari stadium. Secara umum, kelangsungan hidup 5 tahun:

a)Stadium I lebih dari 90%

b)Stadium II -60-80%

c)Stadium III sekitar 50%

d)Stadium IV kurang dari 30%

BAB IV

ANALISIS KASUS

Penegakan diagnosa pada kasus ini didapatkan dari anamnesis, pemeriksaan fisik, ginekologi dan pemeriksaan penunjang. Dari anamnesis diketahui bahwa penderita mempunyai keluhan perdarahan dari kemaluan. Perdarahan pada umumnya terjadi segera sehabis senggama (perdarahan kontak), namun pada tingkat klinik yang lebih lanjut perdarahan spontan dapat terjadi. Pada kasus ini didapatkan pendarahan dari kemaluan yang terjadi diluar senggama dimana 75-80% pendarahan yang terjadi diluar senggama merupakan salah satu gejala khas pada karsinoma serviks stadium lanjut. Pada awalnya 2 bulan SMRS Pasien juga mengalami keluhan keputihan, rasa gatal disekitar kemaluan, dan adanya rasa nyeri di perut bagian bawah. Pada 15 hari SMRS pasien kembali mengalami keluhan perdarahan dari kemaluan yang berbau, gatal dan adanya nyeri perut serta nyeri saat BAK yang menunjukan adanya suatu keterlibatan ginjal. Dari Hasil Pemeriksaan Fisik didapatkan adanya konjungtiva palpebra pucat dan akral pucat yang menunjukan bahwa pasien mengalami anemia. Anemia tersebut dapat disebabkan adanya perdarahan dari kemaluan yang telah berlangsung dari 2 bulan yang lalu dan juga dapat disebabkan karena efek suatu penyakit keganasan yang dialami oleh pasien ini. Dari status ginekologis penderita didapatkan :Pemeriksaan Luar

: Abdomen datar, lemas, simetris, Timggi Fundus Uteri pertengahan antar pusat dan simpisis, massa (-), Nyeri Tekan (+) supra pubik, tanda cairan bebas (-)

Inspekulo

: Portio berdungkul-dungkul, rapuh, mudah berdarah, infiltrasi ke vagina anterior, 2/3 posterior , massa eksofitik

Vaginal Toucher

: Portio berdungkul-dungkul, rapuh, mudah berdarah, 8 x 6cm, infiltrasi ke vagina 2/3 anterior, massa eksofitik, Adnexa parametrium kanan-kiri tegang, cavum douglas tidak menonjol.

Rectal toucher : tonus sphingter ani baik, mukosa licin, massa intra lumen (-), CUT ~ setara 14 minggu, CFS kanan 50%, dan CFS kiri 0%.

Hal ini menunjang diagnosa karsinoma serviks dimana pada stadium IVB tumor ini telah meluas sampai ke organ-organ lain yang letaknya jauh pada kasus ini terdapat efusi pleura, hidronefrosis dan dilatasi dari ureter.

Dari pemeriksaan penunjang didapatkan hemoglobin berkisar 10,5 g/dl yang menunjukkan bahwa adanya pendarahan dan tergolong anemia ringan. Serta kadar ureum dan kreatinin yang tinggi menunjukkan adanya gangguan pada ginjal. Dari hasil patologi anatomi didapatkan hasil Moderated differentiated non keratizing squamous cell carcinoma dengan LVI (-) pada serviks dan konsul pada bagian penyakit dalam didapatkan diagnosa karsinoma serviks, AKI stage II dan anemia sedang, hipoalbumin, dan dari konsul bagian bedah post trombone syndrome. Dari gambaran USG abdomen didapatkan efusi pleura dextra + Nodul metastatis pada ginjal kanan dan kiri + massa pada uterus. Dari hasil Foto IVP didapatkan adanya kesan Hydronefrosis grade III kiri + dilatasi ureter kiri sampai distal. Kejadian karsinoma serviks berhubungan erat dengan sejumlah faktor ekstrinsik, berupa usia koitus yang sangat muda (kurang dari 16 tahun). Insidennya meningkat dengan tingginya paritas, sosioekonomi rendah, higiene seksual jelek, aktifitas seksual yang sering berganti pasangan dan kebiasaan merokok. Faktor-faktor predisposisi pada kasus ini antara lain adalah :

1) Coitus pertama usia sangat muda yaitu kurang dari 16 tahun( pada pasien didapatkan menikah pada usia 15 tahun ( usia kontak seksual yang terlalu muda dapat menyebabkan banyaknya trauma pada serviks yang dapat memicu metaplasia dari sel kolumnar menjadi sel squamosa serta dapat meningkatkan risiko cedera pada genitalia interna yang dapat menjadi port de entry dari virus HPV. 2) Asap rokok sebagai sumber radikal bebas menyebabkan menurunnya jumlah anti oksidan yang tersedia dalam tubuh untuk membantu menanggulangi kelainan-kelainan dalam tubuh ( ada riwayat keluarga pasien yang merokok, pasien sebagai perokok pasif3) Sosial ekonomi yang rendah (pasien dan keluarga berprofesi sebagai petani/berkebun) sedikit banyak berpengaruh terhadap pengetahuan masyarakat tentang penyakit menular sexual dan kurangnya pengetahuan terhadap skrining dini terhadap HPV dan gejala awal ca serviks sehingga pasien tidak mengenali gejala awal dan datang berobat dengan kondisi kanker serviks yang sudah metastase jauh. 4) Higiene daerah kemaluan kurang.Penatalaksanaan Ca serviks stadium lanjut, stadium IVb Pengobatan terpilih adalah radioterapi lengkap yaitu radiasi eksterna dilanjutkan intrakaviter radioterapi. Terapi variasi yang sering diberikan khemoradiasi, khemoterapi yang sering diberikan antara lain cisplatinum, pachitaxel, docetaxel, fluorourasil, gemcitabine.

Prognosis Five years survival rates pada penderita Ca.Cervix stadium IVB adalah berkisar antara 5%- 20% sehingga pada pasien ini prognosis baik untuk quo ad vitam maupun untuk quo ad functionamnya adalah malam, karena setelah tindakan yang telah dilakukan, tidak ada kemungkinan kembalinya fungsi organ seperti semulaDAFTAR PUSTAKAAmerican Cancer Society. detailed Guideline : Cervical Cancer ACS website. http://www.cancer.org/docroot/CRI/content/CRI_2_4_ix_what_is_cervical_cancer_8.asp.Blumentahal PD dan Mc Intosh N. 2005. Cervical Cancer Prevention; Guiedline for Low Resources Setting. USA : JHIPEGOGant, N.F., Leveno K.J., Gilstrap III L.C., Haulth J.C., Wenstrom, K.D., 2001. William Obstetrics (21th edition). The McGraw-Hill Companies, Inc. United States of America.Mardjikoen Praswoto. Tumor Ganas Alat Genital, subbagian Karsinoma Servisis Uteri. Dalam Ilmu Kandungan ed.2. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirahardjo. Jakarta, 1999; 14:380-390.4. Prawirohardjo, Sarwono. 2008. Ilmu Kebidanan. JAKARTA : Yayasan Bina Pustaka Sarwon Prawirohardjo.Setyarini E. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian kanker leher rahim di RSUD Dr. Moewardi Surakarta [internet]. Available http://etd.eprints.ums.ac.id/3942/1/J410040010.pdf. c2009 [dikutip 25 April 2015].

Sjamsuddin S. Pencegahan dan deteksi dini kanker serviks. Cermin Dunia Kedokteran. 2001;133:9-1 WHO/ICO Information Center on Human Papilloma Virus (HPV) and Cervical Cancer (a). Human Papilloma Virus and Related Cancers in India. Summary Report2009. Available at http://www.who.int/hpvcenter/en/.1