KANDUNGANLOGAMBERATTIMBALPbPADAKERANGBULUAnadaraspDENGANUKURANYANGBERBEDADISUNGAIBELAWANSUMATERAUTARA...

download KANDUNGANLOGAMBERATTIMBALPbPADAKERANGBULUAnadaraspDENGANUKURANYANGBERBEDADISUNGAIBELAWANSUMATERAUTARA

of 56

Transcript of KANDUNGANLOGAMBERATTIMBALPbPADAKERANGBULUAnadaraspDENGANUKURANYANGBERBEDADISUNGAIBELAWANSUMATERAUTARA...

  • 7/23/2019 KANDUNGANLOGAMBERATTIMBALPbPADAKERANGBULUAnadaraspDENGANUKURANYANGBERBEDADISUNGAIBELAWANSUMATERAUTARA

    1/56

    4

    I. PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang

    Wilayah pesisir Indonesia memiliki potensi pembangunan yang begitu

    besar. Menurut Dahuri et al., (1996) potensi pembangunan yang terdapat di

    wilayah pesisir dan lautan secara besar terdiri dari tiga kelompok : 1) sumberdaya

    dapat pulih (renewable resources), sumberdaya tidak dapat pulih (un renewable

    resources) dan 3) jasa jasa lingkungan (environmental service).

    Salah satu bahan pencemar yang dapat mengancam kehidupan di

    wilayah pesisir dan lautan adalah logam berat (heavy metal) seperti Timbal (Pb).

    Penambahan kandungan logam berat di perairan yang berasal dari aktivitas

    aktivitas yang berada di wilayah pesisir telah mengancam organisme yang hidup

    di dalamnya. Sebetulnya secara alamiah perairan laut mengandung logam berat,

    namun dalam jumlah yang sangat kecil.

    Keberadaan logam berat selain dapat membunuh secara langsung pada

    konsentrasi yang sangat tinggi terutama masa larva, logam berat ini juga dapat

    diakumulasikan oleh organisme perairan walaupun dalam konsentrasi yang

    rendah di kolom air. Kennish (1992) berpendapat bahwa invertebrata laut dan

    estuaria, khususnya molluska memekatkan atau menumpuk logam berat dalam

    tubuhnya. Apabila manusia mengkonsumsi organisme yang telah memekatkan

    logam berat ini dalam waktu yang lama dapat berbahaya, seperti di Jepang yang

    dikenal dengan peristiwa Minamata, menyebabkan kematian atau cacat karena

    mengkosumsi kerang kerangan yang tercemar Merkuri (Hg).

  • 7/23/2019 KANDUNGANLOGAMBERATTIMBALPbPADAKERANGBULUAnadaraspDENGANUKURANYANGBERBEDADISUNGAIBELAWANSUMATERAUTARA

    2/56

    4

    Buangan limbah yang masuk ke perairan akan mempengaruhi berbagai

    organisme yang hidup dan berasosiasi di dalamnya. Salah satu bahan pencemar

    yang dihasilkan adalah Timbal (Pb) yang masuk ke dalam lingkungan perairan

    laut berasal dari peningkatan aktifitas perindustrian dan pembuangan limbah

    rumah tangga di daerah tersebut.

    Sebagai daerah perkotaan yang padat penduduk, Perairan Lolong Belanti

    Kecamatan Padang Utara Sumatera Barat diperkirakan telah kemasukan bahan

    pencemar yang cukup banyak. Selain itu, perairan ini merupakan kawasan lalu

    lintas perairan yang cukup penting.

    Kompleksnya aktifitas Perairan Lolong Belanti Kecamatan Padang Utara

    Sumatera Barat dan sekitarnya dapat memberikan masukan bahan pencemar

    Timbal (Pb), yang umumnya banyak dari limbah domestik. Untuk melihat

    pengaruh dari aktifitas manusia terhadap masuknya bahan pencemar Timbal (Pb)

    yang ada di perairan dapat diketahui dengan melihat konsentrasi Timbal (Pb)

    yang terakumulasi pada organ tubuh organisme yang hidup di sekitar perairan

    tersebut. Kerang Bulu (Anadara sp) yang terdapat di daerah Perairan Lolong

    Belanti Kecamatan Padang Utara Sumatera Barat ini selain mudah ditemukan

    juga merupakan hewan yang hidupnya menetap dan berasosiasi di wilayah pantai

    sehingga ikan ini diduga mengakumulasi zat - zat yang terkandung dalam badan

    perairan termasuk Timbal (Pb).

    1.2. Perumusan Masalah

    Salah satu pencemar yang berpotensi dapat menurunkan dan merusak daya

    dukung lingkungan adalah Timbal (Pb). Sumber bahan pencemar Timbal (Pb) di

  • 7/23/2019 KANDUNGANLOGAMBERATTIMBALPbPADAKERANGBULUAnadaraspDENGANUKURANYANGBERBEDADISUNGAIBELAWANSUMATERAUTARA

    3/56

    4

    Perairan Lolong Belanti Kecamatan Padang Utara Sumatera Barat berasal dari

    kegiatan industri, pemukiman penduduk, alur pelayaran, sehingga diperkirakan

    dapat memberikan andil yang cukup besar terhadap terjadinya masukan Timbal

    (Pb) di Perairan Lolong Belanti Kecamatan Padang Utara Sumatera Barat,

    khususnya terhadap Kerang Bulu (Anadara sp) dengan ukuran yang berbeda,

    karena Kerang Bulu (Anadara sp) dapat mengakumulasi Timbal (Pb) dengan

    konsetrasi yang berbeda berdasarkan ukuran yang berbeda. Oleh sebab itu akan

    memberikan dampak yang buruk terhadap ekosistem perairan.

    1.3. Tujuan

    Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kandungan Timbal (Pb) pada

    Kerang Bulu (Anadara sp) dengan ukuran yang berbeda di Perairan Lolong

    Belanti Kecamatan Padang Utara Sumatera Barat.

    1.4. Manfaat

    Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang

    kandungan Timbal (Pb) pada Kerang Bulu (Anadara sp) dengan ukuran yang

    berbeda di perairan Bagan Deli Belawan Sumatera Utara, yang nantinya dapat

    memberikan informasi tentang ukuran Kerang Bulu (Anadara sp) yang layak

    dikonsumsi serta juga dapat dijadikan sebagai informasi dasar dalam keperluan

    pengembangan wilayah perairan yang berwawasan lingkungan.

  • 7/23/2019 KANDUNGANLOGAMBERATTIMBALPbPADAKERANGBULUAnadaraspDENGANUKURANYANGBERBEDADISUNGAIBELAWANSUMATERAUTARA

    4/56

    4

    1.5. Hipotesis

    Hipotesis yang dipergunakan pada penelitian ini adalah : tidak terdapat

    perbedaan kandungan Timbal (Pb) dengan ukuran Kerang Bulu (Anadara sp)

    yang berbeda di perairan Bagan Deli Belawan Sumatera Utara .

  • 7/23/2019 KANDUNGANLOGAMBERATTIMBALPbPADAKERANGBULUAnadaraspDENGANUKURANYANGBERBEDADISUNGAIBELAWANSUMATERAUTARA

    5/56

    4

    II. TINJAUAN PUSTAKA

    2.1. Pencemaran Perairan Laut

    Pencemaran laut adalah masuk atau dimasukannya zat, makhluk hidup,

    energi, atau komponen lain ke dalam air atau berubahnya tatanan air oleh kegiatan

    manusia atau oleh proses alami sehingga kualitas air turun sampai tingkat tingkat

    tertentu yang menyebabkan air kurang berfungsi sesuai dengan peruntukannya

    (Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup, 1988). Gesamp (1985)

    mengemukakan bahwa pencemaran laut adalah masuknya atau dimasukannya zat

    atau energi oleh manusia baik secara langsung maupun tidak ke dalam lingkungan

    laut yang menyebabkan efek merugikan karena merusak sumberdaya hayati,

    membahayakan kesehatan manusia, menghalangi aktivitas di laut termasuk

    perikanan, menurunkan mutu air laut yang digunakan dan mengurangi

    kenyamanan di laut.

    Secara umum sumber pencemaran di lingkungan pesisir dan laut dapat

    bersumber dari limbah cair pemukiman (sewage), limbah cair perkotaan,

    pertambangan, pelayaran, pertanian dan perikanan budidaya. Bahan pencemar

    utama yang terkandung dalam buangan limbah tersebut berupa sedimen, logam

    beracun (toxic metal), pestisida , organisme patogen, sampah dan bahan - bahan

    yang menyebabkan oksigen terlarut berkurang (Pramaribo, 1997).

    Menurut Sastrawijaya dan Tresna (1991), bila ditinjau dari sumbernya

    maka bahan pencemar perairan laut dapat digolongkan atas : 1)Bahan Pencemar

    yang bersifat kimiawi,yang terdiri daribahan pencemar yang bersifat anorganik

  • 7/23/2019 KANDUNGANLOGAMBERATTIMBALPbPADAKERANGBULUAnadaraspDENGANUKURANYANGBERBEDADISUNGAIBELAWANSUMATERAUTARA

    6/56

    4

    contohnya asam, alkali dan logam - logam berat,bahan pencemar yang bersifat

    organik. Contohnya pestisida, pupuk, minyak, limbah dari pabrik makanan dan

    minuman, 2) bahan pencemar yang bersifat biologis disebabkan oleh

    mikroorganisme tanah, sampah domestik, sampah yang berasal dari industri

    pengolahan makanan kaleng serta sampah dan limbah peternakan, 3) Sumber

    bahan pencemar yang bersifat fisik meliputi : erosi dan sedimentasi, limbah cair

    panas dari industri listrik (PLTU/PLTD), kapal laut, pabrik tekstil atau cat yang

    mengubah warna perairan serta limbah organik yang telah membusuk yang

    menimbulkan bau.

    Berdasarkan sifat pengurainya, zat pencemar (pollutant) dapat dibagi

    menjadi dua kelompok yaitu : a) zat pencemar tahan urai (non biodegradable

    pollutant), misalnya persenyawaan logam berat, senyawa Merkuri (Hg), phenol,

    pestisida dan sebagainya, dan b) mudah terurai (biodegradable pollutant),

    misalnya sampah - sampah domestik yang mudah membusuk oleh proses alami

    Hamidah dalam Yudha (1993).

    Zat pencemar (pollutant) dapat digolongkan atas beberapa kelompok

    berdasarkan pada jenis, sifat dan sumbernya. Berdasakan jenis, limbah

    dikelompokkan atas golongan limbah padat dan limbah cair. Berdasarkan pada

    sifat yang dibawanya, limbah dikelompokkan atas limbah organik dan limbah an

    organik. Selanjutnya berdasarkan pada sumbernya, limbah dikelompokkan atas

    limbah rumah tangga atau limbah domestik dan limbah industri (Palar, 1994).

    Lautan sebagai salah satu lingkungan hidup dapat tercemar yang berasal

    dari kegiatan manusia di sepanjang pantai atau lautan sendiri (Thoha, 1991).

    Lautan dapat melarutkan dan menyebarkan bahan - bahan tersebut sehingga

  • 7/23/2019 KANDUNGANLOGAMBERATTIMBALPbPADAKERANGBULUAnadaraspDENGANUKURANYANGBERBEDADISUNGAIBELAWANSUMATERAUTARA

    7/56

    4

    konsentrasinya menjadi menurun, terutama di daerah laut dalam. Kehidupan

    laut dalam juga terbukti lebih sedikit terpengaruh daripada laut dangkal. Daerah

    pantai, terutama daerah muara sungai, sering mengalami pencemaran berat, yang

    disebabkan karena proses pencemaran yang berjalan sangat lambat (Darmono,

    2001).

    Baik secara langsung maupun tidak, perairan laut sudah sejak lama

    berfungsi sebagai terminal buangan limbah dari berbagai kegiatan manusia

    (Nybakken, 1988). Beberapa penyebab antara lain lingkungan akuatik pada

    umumnya berada pada daerah yang rendah, masih adanya anggapan bahwa air

    merupakan pelarut universal, kurang mendalamnya dan kurang disadarinya bahwa

    lingkungan perairan mempunyai batas kemampuan untuk menerima limbah

    (Surjadi, 1993).

    Air merupakan komponen ekologis yang mutlak diperlukan dari proses

    hidup dan kehidupan biota. Nilai guna air dan sumber daya perairan ditentukan

    oleh kualitasnya yang sangat berkaitan dengan semua kegiatan yang ada di

    sekitar perairan tersebut (Amrizal, 1991). Kualitas air di sekitar muara sungai

    dan perairan pantai ditentukan oleh limbah - limbah yang terbuang baik secara

    langsung maupun tidak langsung dalam bentuk bahan organik, anorganik dan

    bahan - bahan tersuspensi (Ubbe, 1992).

  • 7/23/2019 KANDUNGANLOGAMBERATTIMBALPbPADAKERANGBULUAnadaraspDENGANUKURANYANGBERBEDADISUNGAIBELAWANSUMATERAUTARA

    8/56

    4

    Proses-proses yang terjadi bila zat pencemar masuk ke ekosistem laut

    dapat dilihat pada bagan berikut :

    2.2. Kerang (Anadara sp)

    Kerang merupakan hewan yang termasuk ke dalam Phylum : Molusca,

    Klass : Bivalva ; Ordo : Arcoida ; Famili : Arcidae ; Sub Famili : Anadarinae ;

    Genus : Anadara ; Species : Anadara inflata (Broom, 1985). Selanjutnya

    ditambahkan bahwa famili Arcidae ini mempunyai ciri - ciri : bentuk cangkang

    yang substriangular, pada bagian luar cangkangnya seimbang. Masing - masing

    hinge mempunyai tiga gigi kecil yang vertikaldan seimbang di bawah puncak.

    Mempunyai satu anteriordanposterioryang lateral,pigmen eksternal.

  • 7/23/2019 KANDUNGANLOGAMBERATTIMBALPbPADAKERANGBULUAnadaraspDENGANUKURANYANGBERBEDADISUNGAIBELAWANSUMATERAUTARA

    9/56

    4

    Kelas bivalva bernafas dengan insang. Insang membagi rongga mantel

    menjadi dua bagian, yaitu ventral inhalentyang lebih lebar dan dorsal ekshalent

    yang lebih kecil. Kebanyakan bivalva adalah ciliary feeder yang memakan

    phytoplankton dan jasad renik lainnya (Barnes, 1974).

    Jenis kerang - kerangan sangat baik digunakan sebagai indikator tingkat

    pencemaran suatu perairan, karena kerang ini mempunyai sifat adalah menyaring

    makanan (filter feeder) dan hidup menetap (sessil). Dengan demikian akan terjadi

    akumulasi unsur - unsur kimia yang terlarut di dalam air pada tubuhnya (Broom,

    1985).

    Kerang Bulu (Anadara sp)merupakan salah satu jenis kerang -kerangan

    yang sering dikomsusi oleh masyarakat. Selain itu juga merupakan sumber

    pendapatan ekonomi dan pangan penduduk di kawasan pantai. Disamping itu

    manfaat lain dari Kerang Bulu (Anadara sp) merupakan indikator yang baik bagi

    lingkungan, apakah lingkungan tersebut tercemar atau tidak oleh bahan -bahan

    yang dapat merugikan bagi mahkluk hidup di sekitar lingkungan tersebut

    (Hutagalung, 1981).

    2.3. Karakteristik Timbal (Pb)

    Hamidahdalam Yudha (1993) berpendapat bahwa di perairan logam berat

    ada yang terlarut dan ada yang tidak terlarut. Gesamp (1985) mengemukakan

    bahwa logam berat yang terlarut terdiri dari ion bebas dalam air dan logam

    kompleks dengan senyawa organik dan anorganik. Logam berat yang tidak

    terlarut terdiri dari partikel koloid dan senyawa logam kompleks terabsorbsi pada

    zat tersuspensi.

  • 7/23/2019 KANDUNGANLOGAMBERATTIMBALPbPADAKERANGBULUAnadaraspDENGANUKURANYANGBERBEDADISUNGAIBELAWANSUMATERAUTARA

    10/56

    4

    Unsur dengan berat jenis lebih dari 5 g/cm 3 yang di dalam susunan

    berkala unsur - unsur (sistem periodik) memiliki nomor atom 22 hingga 93 pada

    periode 3 sampai dengan periode 7 disebut logam berat (Hutagalung, 1993).

    Palar (1994) mengemukakan bahwa logam berat termasuk golongan

    logam dengan kriteria - kriteria yang sama dengan logam - logam lain,

    perbedaannya terletak dari pengaruh yang dihasilkan bila logam berat ini

    berikatan dan atau masuk ke dalam tubuh organisme hidup. Dimana karakteristik

    dari kelompok logam berat adalah : 1) memiliki spesifikasi graviti yang sangat

    besar (lebih dari 4), 2) mempunyai nomor atom 22 - 34 dan 40 - 50 serta unsur -

    unsur lantanida dan aktinida, dan 3) mempunyai respon biokimia khas pada

    organisme hidup.

    2.3.1. Logam Timbal (Pb)

    Timah hitam/Timbal mempunyai lambang unsur Pb (Plumbum). Timbal

    (Pb) adalah unsur berat pada sistem periodik di grup IV A dengan nomor atom 82

    dan berat atom 207,19 (Whitfield at al., 1981). Logam berat Plumbum (Pb) tidak

    begitu beracun dibanding Cadmium (Cd) dan Hergerium (Hg). Namun menurut

    Halstead dalam Hutagalung dan Razak (1981), unsur ini bersifat kronis dan

    akumulatif.

    Ion Pb 2+ merupakan bentuk utama di lingkungan laut (Whitfield et al.,

    1981). Dalam bentuk larutan ion Pb2+ pada kondisi yang tepat akan berubah

    menjadi senyawa alkid leaddi lingkungan dan bahan - bahan lead sulfidadapat

    juga terbentuk di bawah kondisi anaerobik pada sedimen (Wood, 1980). Timbal

    (Pb) banyak digunakan dalam pembuatan lempengan baterai dan aki. Selain itu

  • 7/23/2019 KANDUNGANLOGAMBERATTIMBALPbPADAKERANGBULUAnadaraspDENGANUKURANYANGBERBEDADISUNGAIBELAWANSUMATERAUTARA

    11/56

    4

    logam Pb juga digunakan sebagai bahan peledak, pateri, pembungkus kabel,

    pigmen, cat anti karat dan pelapisan logam (Hutagalung, 1981).

    Menurut Palar (1994), Timbal (Pb) dan persenyawaannya dapat berada

    dalam badan perairan secara alamiah dan sebagai dampak dari aktivitas manusia.

    Secara alamiah Timbal (Pb) dapat masuk ke badan perairan melalui pengkristalan

    Timbal (Pb) di udara dengan bantuan air hujan. Di samping itu proses pelapukan

    dari bantuan mineral akibat hempasan gelombang dan angin juga merupakan

    salah satu jalur sumber Timbal (Pb) yang akan masuk ke badan perairan. Timbal

    (Pb) yang masuk ke dalam badan perairan sebagai dampak aktivitas manusia ada

    bermacam bentuk seperti : air buangan dari yang berkaitan dengan Timbal (Pb),

    air buangan dari penambangan biji timah hitam dan sisa pembuangan industri

    baterai.

    2.4. Pencemaran Laut Oleh Logam Berat

    Bahan pencemar logam berat biasanya masuk dari darat (Windom, 1992).

    Pencemaran logam berat yang masuk ke lingkungan laut kebanyakan terjadi

    akibat adanya buangan limbah industri yang masuk melalui tiga cara yaitu : 1)

    pembuangan limbah industri yang tidak dikontrol, 2) lumpur minyak yang juga

    mengandung logam berat dengan konsentrasi tinggi, 3) adanya pembakaran

    minyak hidrokarbon dan batubara di daratan dimana logam berat dilepaskan di

    atmosfir dan akan bercampur dengan air hujan dan jatuh ke laut (Hutabarat dan

    Evans, 1985).

    Limbah industri yang mengandung bahan berbahaya dan beracun akan

    terbawa oleh sungai atau udara ke lingkungan laut. Secara sederhana bahan

  • 7/23/2019 KANDUNGANLOGAMBERATTIMBALPbPADAKERANGBULUAnadaraspDENGANUKURANYANGBERBEDADISUNGAIBELAWANSUMATERAUTARA

    12/56

    4

    cemaran tersebut akan mengalami tiga macam proses akumulasi, yaitu proses

    fisik, kimia dan biologi (Hutagalung, 1994). Pencemaran laut oleh logam berat

    menyebabkan efek yang merugikan karena dapat merusak sumberdaya hayati,

    membahayakan kesehatan manusia, menghalangi aktivitas perikanan,

    menurunkan mutu air laut dan merugikan kenyamanan di laut (Hutagalung, 1993).

    Di dalam air biasanya logam berikatan dalam senyawa kimia atau dalam

    bentuk logam ion, bergantung pada tempat logam tersebut berada. Tingkat

    kandungan logam pada setiap tempat sangat bervariasi, bergantung pada lokasi,

    dan tingkat pencemarannya (Darmono, 2001).

    Peningkatan logam berat dalam air laut, selain disebabkan oleh

    peningkatan aktivitas di sekitar perairan, dapat pula disebabkan oleh rendahnya

    pH dan salinitas, tingginya suhu dan masuknya nutrien dari muara ke dalam laut

    Bewers dalamZulkifli (1994).

    Hoshika et al., (1991) mengemukakan bahwa keberadaan logam berat

    dalam perairan dipengaruhi oleh pola arus. Arus perairan dapat menebarkan

    logam berat yang terlarut dalam air laut permukaan ke segala arah. Menurut

    Gesamp (1985), bahwa tinggi atau rendahnya kadar logam berat dalam suatu

    perairan bukan saja dipengaruhi oleh letaknya yang jauh dari pantai, tetapi juga

    sangat tergantung pada kondisi perairan setempat.

    2.5. Pengaruh Logam Berat Terhadap Organisme Perairan

    Logam berat yang terlarut dalam badan perairan pada konsentrasi tertentu

    akan berubah fungsi menjadi sumber racun bagi perairan. Meskipun daya racun

    yang dihasilkan oleh suatu jenis logam berat tidak sama, namun kehancuran dari

  • 7/23/2019 KANDUNGANLOGAMBERATTIMBALPbPADAKERANGBULUAnadaraspDENGANUKURANYANGBERBEDADISUNGAIBELAWANSUMATERAUTARA

    13/56

    4

    suatu kelompok dapat menjadi terputusnya satu rantai kehidupan. Pada tingkat

    selanjutnya keadaan tersebut tentu saja dapat menghancurkan suatu tatanan

    ekosistem (Palar, 1994).

    Palar (1994) mengemukakan bahwa logam berat dapat mengumpul dalam

    tubuh organisme dan akan tetap tinggal dalam tubuh pada waktu yang lama

    sebagai racun yang terakumulasi. Pengeluaran logam berat dari tubuh organisme

    laut melalui dua cara yaitu ekskresipermukaan tubuh dan insang, serta melalui isi

    perut dan urine (Bryan, 1984).

    Pencemaran logam berat pada air laut akan menyebabkan

    terkontaminasinya organisme perairan seperti gastropoda, udang, cumi cumi,

    kerang dan lain lain (Unep, 1982). Peningkatan kandungan logam berat

    dalam perairan dapat menyebabkan peningkatan kandungan logam berat yang

    terakumulasi dalam tubuh organisme laut (Sanusi et al., 1984).

    Sebagian logam berat dalam jumlah mikro bersifat penting (essensial) bagi

    organisme dan juga dapat bersifat racun yang sangat berbahaya (Zulfitri, 1990),

    sehingga merugikan pertumbuhan organisme dan menganggu metabolisme sel

    (Hutagalung, 1993).

    Suatu logam berat dapat dipandang sebagai racun apabila logam - logam

    berat tersebut merugikan pertumbuhan atau metabolisme sel, bila logam berat

    tersebut berada di atas konsentrasi yang diperkenankan (Hutagalung, 1993).

    Kadar logam berat yang terlalu rendah dalam suatu perairan dapat menyebabkan

    organisme yang hidup di dalamnya menderita defisiensi (Bryan, 1984). Menurut

    Thoha (1991), bahan pencemar yang masuk ke dalam perairan akan membunuh

    biota yang paling peka, sehingga mengganggu rantai makanan dalam perairan

  • 7/23/2019 KANDUNGANLOGAMBERATTIMBALPbPADAKERANGBULUAnadaraspDENGANUKURANYANGBERBEDADISUNGAIBELAWANSUMATERAUTARA

    14/56

    4

    tersebut. Terputusnya salah satu rantai makanan dapat menyebabkan beberapa

    jenis biota tidak hidup normal. Agar biota perairan dapat hidup layak, yaitu dapat

    tumbuh dan berkembang biak secara normal, maka diperlukan baku mutu untuk

    biota tersebut.

    2.6. Pengaruh Logam Berat Terhadap Manusia

    Selain pengaruh negatif toksisitas logam terhadap hewan, yang paling

    penting dan menjadi perhatian utama adalah akibatnya terhadap manusia.

    Beberapa kasus keracunan logam pada manusia telah banyak dilaporkan, sehingga

    ada nama khusus terhadap keracunan logam tertentu, yaitu : Minamata disease

    karena keracunan metil Merkuri, itai - itai disease karena keracunan Kadmium

    (Cd) dan plumbism karena keracunan Timbal (Pb). Keracunan akut dari logam

    berbahaya tersebut biasanya terjadi pada orang yang termakan dosis tinggi logam

    yang bersangkutan atau karena pengaruh pemberian abat yang mengandung

    logam. Hal tersebut biasanya terjadi pada kelompok orang tertentu atau

    perorangan. Tetapi pada keracunan kronis yang disebabkan oleh orang yang

    mengkonsumsi logam dalam jumlah sedikit tetapi berlangsung lama biasanya

    terjadi dalam komunitas atau penduduk yang tinggal dalam suatu lingkungan

    yang tercemar (Darmono, 2001).

    Logam berat secara langsung maupun tidak langsung dapat

    membahayakan manusia seperti Timbal (Pb) dapat mengakibatkan

    penghambataan sistem pembentukan hemoglobin (Hb) sehingga menyebabkan

    anemia, terganggunya sistem syaraf pusat dan tepi, sistem ginjal, sistem

    reproduksi, idiot pada anak - anak, sawan (epilepsi), cacat rangka dan merusak

  • 7/23/2019 KANDUNGANLOGAMBERATTIMBALPbPADAKERANGBULUAnadaraspDENGANUKURANYANGBERBEDADISUNGAIBELAWANSUMATERAUTARA

    15/56

    4

    sel - sel somatik (Darmono, 2001). Walaupun jumlah Timbal (Pb) yang diserap

    oleh tubuh hanya sedikit, logam ini ternyata menjadi sangat berbahaya. Hal ini

    disebabkan senyawa senyawa Timbal (Pb) dapat memberikan efek racun

    terhadap banyak organ yang terdapat dalam tubuh (Palar, 2004)

    2.7. Faktor Yang Mempengaruhi Akumulasi Logam Berat Bagi Organisme

    Bahan pencemar logam berat biasanya berasal dari darat, (Windom,

    1992). Bagian terbesar terbawa oleh aliran sungai (Bewers et al., 1990). Pada saat

    memasuki laut, kadar logam berat sangat dipengaruhi oleh pasang surut air laut.

    Karena berasal dari darat maka kadar logam berat pada air laut surut lebih tinggi

    dibandingkan pada saat air laut pasang (Hutagalung, 1993).

    Menurut Leckie dan James dalam Palar (2004), kelarutan dari unsur

    unsur logam dan logam berat dalam badan perairan dikontrol oleh : 1) pH badan

    air, 2) jenis dan konsentrasi logam dan Khelat, 3) keadaan komponen mineral

    terosidasi dan sistem yang berlingkungan redoks. Ditambahkan oleh Ubbe (1992)

    bahwa bahan pencemar logam berat dalam perairan dapat dipengaruhi oleh

    parameter oseanografi antara lain suhu, salinitas, pH, kecepatan arus, turbulensi

    dan gelombang.

    Bewers et al., (1990) menambahkan bahwa hubungan konsentrasi logam

    berat dengan salinitas. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa pada salinitas

    rendah, konsentrasi logam berat tinggi. Apabila konsentrasi logam berat dalam air

    rendah maka salinitas tinggi.

  • 7/23/2019 KANDUNGANLOGAMBERATTIMBALPbPADAKERANGBULUAnadaraspDENGANUKURANYANGBERBEDADISUNGAIBELAWANSUMATERAUTARA

    16/56

    4

    Ada banyak faktor yang mempengaruhi daya racun dari logam logam

    berat yang terlarut dalam badan perairan yang dapat mempengaruhi organisme

    perairan. Dari sekian banyak faktor yang menjadi penentu dari daya racun

    yang ditimbulkannya oleh logam logam berat terlarut, ada 4 faktor yang

    sangat penting. Faktor faktor tersebut adalah : 1) bentuk logam dalam air, 2)

    keberadaan logam logam lain, 3) fisiologis dari biota (organisme)nya, 4) kondisi

    biota (Palar, 2004).

    Darmono (2001) berpendapat bahwa ada beberapa faktor yang

    mempengaruhi daya toksisitas logam dalam air terhadap mahluk hidup di

    dalamnya, yaitu : 1) bentuk ikatan kimia dari logam yang terlarut, 2) pengaruh

    interaksi antara logam dan jenis toksikan lainnya, 3) pengaruh lingkungan seperti

    suhu, kadar garam, pH dan kadar oksigen yang terlarut dalam air, 4) kondisi

    hewan, fase siklus hidup (telur, larva, dewasa), besarnya ukuran organisme, jenis

    kelamin, dan kecukupan kebutuhan nutrisi 5) kemampuan hewan untuk

    menghindar dari pengaruh polusi, 6) kemampuan organisme untuk beraklimasi

    terhadap bahan toksik logam.

    Peningkatan logam berat dalam air laut, selain disebabkan oleh

    peningkatan aktivitas di sekitar perairan, dapat pula disebabkan oleh rendahnya

    pH dan salinitas, tingginya suhu dan masuknya nutrien dari muara ke dalam laut

    Bewers dalamZulkifli (1994).

    Hoshika et al. (1991) berpendapat bahwa keberadaan logam berat dalam

    perairan dipengaruhi oleh pola arus. Arus perairan dapat menebarkan logam berat

    yang terlarut dalam air laut permukaan ke segala arah. Menurut Gesamp (1985),

    bahwa tinggi atau rendahnya kadar logam berat dalam suatu perairan bukan saja

  • 7/23/2019 KANDUNGANLOGAMBERATTIMBALPbPADAKERANGBULUAnadaraspDENGANUKURANYANGBERBEDADISUNGAIBELAWANSUMATERAUTARA

    17/56

    4

    dipengaruhi oleh letaknya yang jauh dari pantai, tetapi juga sangat tergantung

    pada kondisi perairan setempat.

    2.7.1. Akumulasi Logam Berat Pada Kerang

    Hewan air jenis kerang kerangan (bivalva) atau jenis binatang lunak

    (mollusca), baik jenis kerang besar (klam) atau kerang kecil (oister),

    pergerakannya sangat lambat di dalam air. Biasanya hidup menetap di suatu

    lokasi tertentu di dasar air. Stadium larva dari jenis kerang ini disebut fasepelagik

    biasanya peka terhadap terjadinya polusi dalam perairan, kecenderungan

    kepunahan spesies hewan ini sangat mungkin terjadi. Jenis kerang yang hidup di

    air laut banyak digunakan sebagai indikator pencemaran logam. Hal ini

    disebabkan karena habitat hidupnya yang menetap atau sifat bioakumulasinya

    terhadap logam berat. Karena kerang banyak dikonsumsi menyebabkan kerang

    harus diwaspadai bila dikonsumsi terus - menerus (Darmono, 2001).

    Kandungan logam berat tertinggi umumnya ditemukan pada invertebrata

    jenis mollusca (Plasket dan Potter, 1979). Akumulasi terjadi karena logam berat

    pada organisme cenderung membentuk senyawa komplek dengan zat zat

    organik yang terdapat dalam tubuh organisme sehingga terfiksasi dan tidak

    diekskresikan oleh organisme yang bersangkutan (Waldichuk, 1974).

    Suatu hasil penelitian menunjukkan bahwa akumulasi Hg pada kerang

    tropis Saccostrea echinata lebih besar pada suhu air 300C dari pada 200C, dan

    akumulasi tersebut tinggi pada jaringan insang. Diantara logam Hg, Cd, dan Pb,

    daya penetrasinya berturut turut dari yang besar ke yang kecil adalah Hg > Cd >

    Pb (Denton et al., 1981). Berdasarkan sifat akumulatornya yang tinggi terhadap

  • 7/23/2019 KANDUNGANLOGAMBERATTIMBALPbPADAKERANGBULUAnadaraspDENGANUKURANYANGBERBEDADISUNGAIBELAWANSUMATERAUTARA

    18/56

    4

    logam berat maka jenis kerang tersebut banyak digunakan sebagai sampel untuk

    memonitoring pencemaran logam berat di lingkungan perairan (Darmono, 2001).

    Darmono (2001) berpendapat bahwa dari data LC 50diketahui daya

    toksisitas logam pada jenis kerang dari yang kuat ke yang ke lemah secara

    berturut turut sebagai berikut : Hg> Ag > Cu > Zn > Ni > Pb > Cd > As > Cr >

    Mn.

  • 7/23/2019 KANDUNGANLOGAMBERATTIMBALPbPADAKERANGBULUAnadaraspDENGANUKURANYANGBERBEDADISUNGAIBELAWANSUMATERAUTARA

    19/56

    4

    III. BAHAN DAN METODE

    1. Waktu dan Tempat

    Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan April

    2006. Pengukuran kualitas air dan pengambilan sampel Kerang Bulu (Anadara

    sp) dilakukan di perairan Bagan Deli Belawan Sumatera Utara (Lampiran 1).

    Analisis kandungan Timbal (Pb) dalam air dilakukan di Labolatorium Teknik

    Kimia Fakultas Teknik Universitas Riau Pekanbaru.

    3.2. Bahan dan Alat

    Bahan - bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain adalah

    larutan asam clorida (HCl), asam Nitrat (HNO3) pekat, asam chlorat (HClO4),

    aquades (digunakan dalam proses pengenceran), aquabides (digunakan dalam

    proses destruksi/ penghancuran), larutan standart Timbal (Pb).

    Adapun peralatan yang digunakan adalah : ice box atau termos

    es, hot -plate (alat pemanas), oven, tabung reaksi, gelas ukur, gelas piala,

    timbangan analitik, kaca arloji, jangka sorong dengan ketelitian 0,1 mm, botol

    polyetilen, pipet, alat penumbuk (gerusan), pengaduk dan Atomic Absorption

    Spectrophotometer(AAS) type UNICAM SOLAAR 32 dengan lampu katoda.

    Sedangkan alat yang digunakan untuk pengukuran kualitas perairan

    meliputi suhu, pH, salinitas, kecerahan dan kecepatan arus (Tabel 1). Parameter

    ini diukur pada perairan permukaan di stasiun saat pengambilan sampel.

    Tujuannya adalah untuk menggambarkan kondisi perairan Bagan Deli Belawan

    Sumatera Utara saat penelitian.

  • 7/23/2019 KANDUNGANLOGAMBERATTIMBALPbPADAKERANGBULUAnadaraspDENGANUKURANYANGBERBEDADISUNGAIBELAWANSUMATERAUTARA

    20/56

    4

    Tabel 1. Parameter Kualitas Air yang Diukur

    No. Parameter Alat

    1. Suhu Thermometer

    2. Salinitas Handrefractometer

    3. Kecerahan Secchi disc

    4. Derajat Keasaman pH Indicator

    5. Kecepatan Arus Current Drouge

    3.3. Metode

    Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei dimana

    lokasi tempat pengambilan Kerang Bulu (Anadara sp) di perairan Bagan Deli

    Belawan Sumatera Utara dijadikan lokasi yang diamati.

    3.4. Prosedur

    3.4.1. Penentuan Lokasi Sampling

    Sampel yang diambil pada stasiun diupayakan mewakili keadaan perairan

    Bagan Deli Belawan Sumatera Utara. Penentuan titik pengambilan sampel

    didasarkan pada analisis pencemaran lingkungan yang dikeluarkan Kementrian

    Kependudukan dan Lingkungan Hidup (1988) yaitu dengan jarak 200 meter dari

    pinggiran pantai dan pada daerah dimana aktivitas manusia di daratan dan di laut

    yang diduga memberikan pengaruh terhadap kandungan Timbal (Pb) dalam air.

    Daerah penelitian tegak lurus terhadap garis pantai berdasarkan perkiraan sumber

    pencemaran yaitu di sekitar muara perairan Bagan Deli Belawan Sumatera Utara.

  • 7/23/2019 KANDUNGANLOGAMBERATTIMBALPbPADAKERANGBULUAnadaraspDENGANUKURANYANGBERBEDADISUNGAIBELAWANSUMATERAUTARA

    21/56

    4

    3.4.2. Pengambilan dan Penanganan Sampel

    Contoh air laut diambil sebanyak 500 ml pada permukaan perairan Bagan

    Deli Belawan Sumatera Utara yaitu pada kedalaman 0 dan 100 cm dengan

    mengunakan botol Water Samplerpada titik sampling. Contoh air laut yang telah

    diambil selanjutnya dimasukan ke dalam botol plastik polyetilen yang telah

    dibilas tiga kali dengan air laut. Kemudian ditambahkan dengan asam nitrat

    (HNO3) pekat agar pHnya menjadi 2 (1 ml/500 ml), selanjutnya dimasukan ke

    dalam ice box dan dibawa ke Labolatorium Teknik Kimia Fakultas Teknik

    Universitas Riau Pekanbaru untuk dianalisis.

    Sedangkan purposif sampling Kerang Bulu (Anadara sp) sebanyak 21

    dengan ukuran yang berbeda mulai dari ukuran yang kecil, sedang, sampai ukuran

    yang besar yang dianggap telah mewakili. Sampel Kerang Bulu (Anadara sp)

    yang telah diambil dari lokasi kemudian dicuci bersih, dimasukkan ke dalam

    kantong plastik yang sudah diberi label dan ditempatkan di dalam ice boxdan siap

    dibawa ke laboratorium yang selanjutnya disimpan dalam lemari pendingin. Hal

    ini dimaksudkan untuk mencegah terjadinya kerusakan pada daging Kerang Bulu

    (Anadara sp).

    3.4.3. Analisis Kandungan Timbal (Pb).

    3.4.3.1. Sampel Air

    Prosedur analisis Timbal (Pb) pada air laut permukaan dilakukan

    berdasarkan metode yang dilakukan oleh Hutagalung (1994) adalah sebagai

    berikut : contoh air laut uji dikocok dan diukur 50 ml secara berulang (duplo),

    selanjutnya dimasukkan masing - masing ke dalam gelas piala 100 ml. Kemudian

  • 7/23/2019 KANDUNGANLOGAMBERATTIMBALPbPADAKERANGBULUAnadaraspDENGANUKURANYANGBERBEDADISUNGAIBELAWANSUMATERAUTARA

    22/56

    4

    ditambahkan 5 ml asam nitrat (HNO3) pekat dan dipanaskan perlahan - lahan

    sampai sisa volumenya menjadi 15 - 20 ml. Kemudian ditambahkan lagi 5 ml

    (HNO3) pekat dan gelas piala ditutup dengan kaca arloji, kemudian dipanaskan

    lagi. Penambahan asam dan pemanasan dilakukan sampai semua logam larut, ini

    terlihat dari terbentuknya endapan dalam contoh air laut menjadi agak putih dan

    larutan menjadi jernih. Kemudian ditambahkan lagi 2 ml asam nitrat (HNO3)

    pekat dan dipanaskan kira - kira 10 menit. Kaca arloji dibilas dengan aquadesdan

    air bilasannya dimasukan ke dalam gelas piala. Larutan uji disaring dengan

    saringan Whattmannomor 42 dengan porositas 0,45 m yang bertujuan mencegah

    penyumbatan dalam analisis dengan Atomic Absorption Spectrophotometer

    (AAS). Larutan uji dipindahkan masing - masing ke dalam labu ukur 50 ml dan

    ditambahkan air suling sampai tepat tanda tera, kemudian larutan uji dipindahkan

    ke dalam botol uji untuk analisis contoh air laut yang telah diberi label. Contoh air

    laut uji siap untuk dianalisis dengan mengunakan Atomic Absorption

    Spectrophotometer(AAS) type UNICAM SOLAAR 32.

    3.4.3.2. Sampel Kerang

    Sebelum sampel dianalisis, purposif sampling Kerang Bulu (Anadara sp)

    sebanyak 21 dengan ukuran yang berbeda dikelompokkan menjadi tiga kelas

    ukuran (size), yaitu : 1) ukuran kecil, 2) ukuran sedang, 3) ukuran besar.

    Kerang bulu (Anadara sp) sebanyak 21 dengan ukuran berbeda satu -

    persatu diukur panjang total dengan menggunakan jangka sorong dan timbangan

    analitik untuk pengukuran berat. Pengukuran ini didasarkan kepada buku

    penuntun Praktikum Ichtyologi Fakultas Perikanan (Lukistyowati, 1993).

  • 7/23/2019 KANDUNGANLOGAMBERATTIMBALPbPADAKERANGBULUAnadaraspDENGANUKURANYANGBERBEDADISUNGAIBELAWANSUMATERAUTARA

    23/56

    4

    Panjang Kerang Bulu (Anadara sp)yang diukur adalah panjang total (TL),

    yaitu jarak garis lurus yang diukur dari umbo sampai ujung cangkang lainnya.

    Sedangkan untuk berat, yang diukur adalah berat total Kerang Bulu (Anadara sp)

    dengan menggunakan timbangan analitik, yaitu berat total keseluruhan Kerang

    Bulu (Anadara sp).

    Analisis kandungan Timbal (Pb) pada sampel Kerang Bulu (Anadara sp)

    dilakukan dengan metode basah berdasarkan buku standart Pusat Penelitian dan

    Pengembangan Oseanografi LIPI dalamHutagalung et al., (dalam Defrianus,

    2006), yang meliputi pengawetan sampel, penghancuran (destruksi), penyaringan

    dan pemeriksaan/pengukuran padaAtomic Absorption Spectrophotometer(AAS).

    Bagian tubuh Kerang Bulu (Anadara sp) yang diambil setelah proses

    penghancuran (dekstruksi) adalah jaringan lunaknya sekitar 5 gram (gr).

    Kandungan logam pada air juga diukur menggunakan AAS type type UNICAM

    SOLAAR 32.

    Untuk menentukan kandungan Timbal (Pb) pada sampel Kerang Bulu

    (Anadara sp)sebelumnya dilakukan beberapa tahapan kerja yaitu :

    a. Penghancuran (Destruksi)

    Proses penghancuran (destruksi) yang dilakukan merupakan proses

    oksidasi dan reduksi, dimana sebagai oksidator dipakai asam nitrat (HNO3)

    sedangkan reduktornya dipakai asam chlorat (HClO4 60 %). Proses destruksi

    ini dilakukan agar Timbal (Pb) yang terikat dapat terlepas dari senyawa asalnya

    sehingga mudah untuk dideteksi. Proses destruksi untuk Timbal (Pb) dilakukan

    dengan menambahkan HClO4 pekat sebanyak 1,5 ml dan HNO3pekat sebanyak

  • 7/23/2019 KANDUNGANLOGAMBERATTIMBALPbPADAKERANGBULUAnadaraspDENGANUKURANYANGBERBEDADISUNGAIBELAWANSUMATERAUTARA

    24/56

    4

    3,5 ml. selanjutnya sampel dipanaskan pada suhu 65oC dengan alat pemanas

    (hotplate) untuk mempercepat reaksi penghancuran (destruksi) selama 150 menit

    sampai larutan menjadi jernih. Dimana proses pemanasan dilakukan di ruang

    asam. Kemudian larutan sampel ditambah aquades sebanyak 3 ml dan dipanaskan

    sampai larutan hampir kering, kemudian didinginkan pada suhu ruang. Kemudian

    sampel ditambahkan HNO3pekat sebanyak 1 ml dan aquades sebanyak 9 ml dan

    diaduk secara perlahan.

    b. Penyaringan

    Penyaringan dilakukan dengan menggunakan kertas saring Whattman

    nomor 42 dengan porositas 0,45 m.Hal ini bertujuan untuk memisahkan partikel

    - partikel yang berukuran besar agar tidak mengganggu proses pemeriksaan

    Timbal (Pb).

    c. Pembuatan Larutan Blanko

    Pembuatan larutan blanko dilakukan untuk mendapatkan hasil pengukuran

    yang benar - benar berasal dari sampel yang akan dianalisis, karena pada bahan -

    bahan pereaksi yang dipergunakan pada saat proses destruksi dan penyaringan

    kemungkinan terdapat kandungan logam berat walaupun dalam jumlah yang

    sangat sedikit. Hasil pengukuran dengan AAS type UNICAM SOLAAR 32 pada

    sampel akan dikurangi dengan hasil pengukuran larutan blanko. Prosedur

    pembuatan larutan blanko sama dengan pembuatan sampel tetapi sampel yang

    digunakan diganti dengan aquabides.

  • 7/23/2019 KANDUNGANLOGAMBERATTIMBALPbPADAKERANGBULUAnadaraspDENGANUKURANYANGBERBEDADISUNGAIBELAWANSUMATERAUTARA

    25/56

    4

    d. Pembuatan Larutan Standar

    Untuk mengetahui kadar Timbal (Pb) yang akan dianalisis dipergunakan

    kurva standar yaitu kurva yang menggambarkan hubungan antara konsentrasi dan

    nilai absorbansinya. Larutan standar berasal dari larutan induk dengan konsentrasi

    1000 ppm yang kemudian diencerkan sesuai dengan prosedur pembuatan larutan

    standar (lampiran 4).

    e. Pemeriksaan dengan Atomic Absorption Spectrophotometer (AAS)

    Alat yang digunakan dalam pengukuran kadar Timbal (Pb) adalah Atomic

    Absorption Spectrophotometer (AAS) type UNICAM SOLAAR 32 di

    laboratorium Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Riau Pekanbaru. Alat ini

    dilengkapi dengan lampu katoda yang berbentuk cekung sebagai sumber energi.

    Lampu ini dilapisi logam dari unsur yang akan dianalisis, sehingga untuk

    mengukur Timbal (Pb) digunakan lampu katoda yang dilapisi dengan Timbal

    (Pb). Hasil yang didapat dari Atomic Absorption Spectrophotometer (AAS)

    berupa nilai konsentrasi absorbansi yang kemudian dilakukan perhitungan untuk

    memperoleh kandungan Timbal (Pb) yang sesungguhnya dari sampel.

    f. Perhitungan Kandungan Timbal (Pb).

    Perhitungan kandungan Timbal (Pb) pada sampel Kerang Bulu (Anadara

    sp) dilakukan menurut rumus yang dipakai buku standart Pusat Penelitian dan

    Pengembangan Oseanografi LIPI dalamHutagalung et al., (1997), yaitu sebagai

    berikut :

  • 7/23/2019 KANDUNGANLOGAMBERATTIMBALPbPADAKERANGBULUAnadaraspDENGANUKURANYANGBERBEDADISUNGAIBELAWANSUMATERAUTARA

    26/56

    4

    Keterangan :

    K = Kandungan sebenarnya dari sampel (ppm)

    C = Konsentrasi yang didapat berdasarkan nilai absorbansi AAS (mg/l)

    A = Volume sampel yang digunakan (ml)

    D = Berat basah sampel (gr)

    3.5. Analisis Data

    Data kandungan Timbal (Pb) di perairan Bagan Deli Belawan Sumatera

    Utara disajikan dalam bentuk tabel dan grafik, kemudian dianalisis secara

    deskriptif. Untuk mengetahui hubungan antara kandungan Timbal (Pb) terhadap

    pertambahan panjang (cm) dan berat (gr) Kerang Bulu (Anadara sp)digunakan

    model regresi linier sederhana (Sudjana, 1986).

    Model matematis : Y = a + bX

    Dimana :Y : Kadar Logam (ppm)

    a dan b : Konstanta

    X : Ukuran Kerang (cm atau gr)

    Untuk menentukan hubungan kandungan Timbal (Pb) terhadap

    pertambahan panjang dan berat Kerang Bulu (Anadara sp) digunakan koefisien

    determinasi (R2) dan koefisien korelasi (r). Menurut Razak (1991) bahwa

    koefisien nilai (r) berkisar antara 0 sampai 1, yaitu : 0,00 0,20 berarti hubungan

    sangat lemah ; 0,21 0,40 hubungan lemah sekali ; 0,41 0,70 hubungan sedang;

    0,71 0,90 hubungan kuat dan 0,91 1,00 berarti hubungan kuat sekali.

    Penentuan hipotesis dapat diterima atau ditolak berdasarkan uji F

    menurut Sudjana (1986), yaitu jika :

  • 7/23/2019 KANDUNGANLOGAMBERATTIMBALPbPADAKERANGBULUAnadaraspDENGANUKURANYANGBERBEDADISUNGAIBELAWANSUMATERAUTARA

    27/56

    4

    F hitung F tabel maka H0 ditolak H 1diterima

    F hitung F tabel maka H0diterima H1ditolak

    3.6. Asumsi

    Asumsi - asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

    1. Setiap sampel yang diambil pada stasiun merupakan sampel yang telah

    mewakili untuk analisis.

    2. Parameter lingkungan yang tidak diukur memberikan pengaruh yang tidak

    nyata terhadap kandungan logam berat pada sampel.

    3. Ketelitian peneliti dalam pengambilan dan analisis sampel dianggap sama.

  • 7/23/2019 KANDUNGANLOGAMBERATTIMBALPbPADAKERANGBULUAnadaraspDENGANUKURANYANGBERBEDADISUNGAIBELAWANSUMATERAUTARA

    28/56

    4

    IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

    4.1. Keadaan Umum Daerah Penelitian

    Perairan Bagan Deli Belawan Sumatera Utara secara Geografis terletak

    pada 98o 41 34 BT 3o 48 0 LU. Di bagian Utara muara ini berbatasan dengan

    kawasan Pelabuhan Gabion serta instalasi pembuangan limbah Kawasan Industri

    Medan (KIM). Di bagian Barat berbatasan dengan delta yang menjadi hunian

    penduduk. Di bagian Selatan berbatasan dengan kawasan hutan mangrove.

    Sedangkan di bagian Timur berbatasan langsung dengan Selat Malaka (Lampiran

    2).

    Perairan Bagan Deli Belawan Sumatera Utara ini pada bagian Tenggara

    dan Timur Laut didapati tumpukan sampah organik dan anorganik yang berasal

    dari buangan industri dan aktivitas penduduk di sekitar muara. Hal ini dapat

    mempengaruhi kualitas air di daerah tersebut. Tumpukan sampah tersebut

    semakin jelas terlihat pada waktu surut.

    Wilayah perairan Bagan Deli Belawan Sumatera Utara merupakan daerah

    padat akan aktivitas perindustrian. Disepanjang perairan perairan Bagan Deli

    berdiri berbagai perusahaan perusahaan yang bergerak diberbagai bidang

    (Lampiran 5). Perusahaan perusahaan yang bergerak tersebut diperkirakan telah

    berperan dalam peningkatan kandungan logam berat yang terbesar di perairan

    tersebut melalui buangan limbahnya.

  • 7/23/2019 KANDUNGANLOGAMBERATTIMBALPbPADAKERANGBULUAnadaraspDENGANUKURANYANGBERBEDADISUNGAIBELAWANSUMATERAUTARA

    29/56

    4

    4.2. Parameter Kualitas Perairan

    Parameter kualitas perairan yang diukur selama penelitian ini meliputi :

    suhu, derajat keasaman (pH), salinitas, kecepatan arus dan kecerahan dari

    perairan. Dimana pengukuran kualitas perairan ini di ukur pada waktu surut, dan

    hasil pengukuran parameter kualitas perairan tersebut dapat dilihat pada tabel 2.

    Tabel 2. Parameter Kualitas Perairan Bagan Deli Belawan Sumatera Utara

    Pada Saat Pengukuran.

    STASIUN

    PAR

    AMETER

    Suhu pH Salinitas Kecepatan Arus

    I 29 7,5 14 0,44

    II 29 7,5 18 0,40

    III 29 7,5 20 0,37

    IV 29,5 7,5 20 0,30

    V 29,5 7,5 20 0,32

    VI 29,5 7,5 21 0,37

    Rata-rata 29,3 7,5 18,8 0,37

    Baku mutu *) alami 6-9 Alami -

    Ket : *) Baku Mutu Air Laut Untuk Biota Laut (Kep. No.02/MENKLH/I/1988)

    Pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa kisaran salinitas di perairan Bagan Deli

    Belawan Sumatera Utara berkisar antara 29 29,3 . Salinitas suatu perairan

    cenderung berubah ubah yang disebabkan oleh beberapa faktor antara lain

    penguapan, pola sikulasi air, curah hujan dan aliran sungai (Nontji 1987).

    Suhu merupakan parameter perairan yang sangat penting, karena dapat

    mempengaruhi sifat fisika- kimia perairan maupun fisiologi hewan perairan.

    Sehingga perubahan suhu air akan menyebabkan perubahan kondisi fisika kimia

    peraiaran. Kenaikan suhu, penurunan pH dan salinitas perairan dapat

    menyebabkan tingkat akumulasi Timbal (Pb) semakin besar. Dari hasil

    pengamatan terlihat bahwa suhu perairan Bagan Deli Belawan Sumatera Utara

  • 7/23/2019 KANDUNGANLOGAMBERATTIMBALPbPADAKERANGBULUAnadaraspDENGANUKURANYANGBERBEDADISUNGAIBELAWANSUMATERAUTARA

    30/56

    4

    masih mendukung kehidupan organisme akuatik (Tabel 2). Hal ini didukung oleh

    Hutabarat dan Evans (1985) mengemukakan bahwa kisaran suhu yang optimal

    untuk mendukung kehidupan organisme adalah 25 32 oC.

    Derajat keasaman (pH) pada saat penelitian adalah 7,5. Menurut

    Romimohtarto (1991) mengemukaan bahwa pH 6 9 merupakan pH yang masih

    dapat ditolerir oleh biota laut. Ini merupakan bahwa pH di lokasi penelitian masih

    dalam keadaan wajar.

    Arus merupakan salah satu aspek dinamika air yang berperan dalam

    sebaran biologi, kimia, polusi serta kandungan Timbal (Pb). Dari hasil

    pengukuran (Tabel 2) kecepatan arus permukaan perairan Bagan Deli Belawan

    Sumatera Utara berkisar antara 0,32 0,44 cm/dt. Perbedaan kecepatan arus ini

    disebabkan oleh pengaruh pasang surut. Nontji (1987) mengemukakan bahwa

    untuk daerah pantai dan selat yang sempit, kecepatan arus dipengaruhi oleh

    pasang surut dengan kisaran yang tinggi.

    Hoshika et al., (1991) mengemukakan bahwa keberadaan logam berat

    dalam air dipengaruhi oleh pola arus. Arus perairan dapat menyebabkan logam

    berat yang terlarut dalam air permukaan menyebar ke segala arah.

    Parameter kualitas perairan dapat mempengaruhi kadar logam berat

    pada perairan. Hal ini ditegaskan oleh Soemodiharjo et al., (1987) yang

    mengemukakan bahwa suhu, salinitas, kecepatan arus, pH, turbulensi dan

    gelombang mempengaruhi kandungan logam berat dalam suatu perairan.

  • 7/23/2019 KANDUNGANLOGAMBERATTIMBALPbPADAKERANGBULUAnadaraspDENGANUKURANYANGBERBEDADISUNGAIBELAWANSUMATERAUTARA

    31/56

    4

    4.3. Kandungan Timbal (Pb) Pada Air dan SedimendiPerairan Bagan Deli

    Belawan Sumatera Utara pada Setiap stasiun.

    Kandungan Timbal (Pb) pada air dan sedimen laut di perairan Bagan Deli

    Belawan Sumatera Utara dari hasil penelitian yang dilakukan Saleh (2006)

    diperoleh dimana rata rata pada setiap stasiun dapat dilihat pada tabel 3 dibawah

    ini.

    Tabel 3. Kandungan Timbal (Pb) Dalam Air dan Sedimen Laut di Perairan

    Bagan Deli Belawan Sumatera Utara pada Setiap stasiun.

    stasiun Kandungan Logam Berat(ppm)

    Timbal/Pb (Pada Air) Timbal/Pb (Pada Sedimen)

    I 0,29 25,5

    II 0,28 24,5

    III 0,34 28,8

    IV 0,38 28,9

    V 0,34 33,4

    VI 0,38 35,2

    Rata-rata 0,34 29,4Baku Mutu

    *) 0,075 0,05Ket : *) Baku Mutu Air Laut Untuk Biota Laut (Kep. No.02/MENKLH/I/1988

    4.3.1. Kandungan Timbal (Pb) Pada Air

    Dari tabel 3 di atas dapat dilihat bahwa kandungan Timbal (Pb) di air laut

    berkisar antara 0,28 0,38 ppm, dimana konsentrasi yang tertinggi terdapat di

    stasiun IV dan VI yaitu 0,38 ppm. Sedangkan konsentrasi terendah berada pada

    stasiun II, dan rata rata dari kandungan Timbal (Pb) di air laut yaitu 0,34 ppm.

    Perbedaan kandungan logam berat tersebut disebabkan karena terdapatnya

    aktivitas yang berbeda pada masing masing stasiun, sehingga penambahan

    kandungan Timbal (Pb) nya berbeda juga, perbedaan kandungan Timbal (Pb)

    dalam air dapat dilihat pada gambar 1.

  • 7/23/2019 KANDUNGANLOGAMBERATTIMBALPbPADAKERANGBULUAnadaraspDENGANUKURANYANGBERBEDADISUNGAIBELAWANSUMATERAUTARA

    32/56

    4

    Gambar 2. Grafik Kandungan Timbal (Pb) Dalam Air Pada Setiap Stasiun

    Penelitian

    Berdasarkan hasil analisis kandungan logam berat pada perairan Bagan

    Deli Belawan Sumatera Utara dapat dilihat pada tabel 3. Kandungan Timbal (Pb)

    tertinggi dalam air laut terdapat pada stasiun IV dan VI. Stasiun IV merupakan

    daerah pelabuhan yang banyak menghasilkan sumber pencemaran seperti air

    ballast, bongkar muat barang barang yang terbuat dari baja, dan juga sisa buangan

    minyak kapal sehingga memberikan andil yang cukup besar dalam peningkatan

    konsentrasi logam berat di perairan sedangkan stasiun VI merupakan daerah

    lalu lintas kapal kapal yang masuk ke pelabuhan Belawan Sumatera Utara, sama

    halnya dengan stasiun IV aktivitas yang ada banyak dari pembuangan air ballast

    kapal dan sisa buangan minyak kapal.

    Konsentrasi Timbal (Pb) dalam air laut pada stasiun IV dan VI adalah

    0,38 mg/L. Tingginya konsentrasi Timbal (Pb) dalam air laut pada stasiun ini juga

    disebabkan karena arah arus yang cenderung ke arah timur laut yang merupakan

    letak dari stasiun ini. Hoshika et al., (1991) menyatakan bahwa keberadaan logam

    berat dalam perairan di pengaruhi oleh pola arus. Arus perairan dapat menebarkan

    logam berat yang terlarut dalam air laut permukaan ke segala arah.

    Menurut Febrizal (1995) mengatakan bahwa faktor yang menentukan

    tinggi rendahnya kandungan logam berat dalam air laut adalah saat pengambilan

    contoh air laut, dimana pengambilan contoh air laut pada waktu surut cenderung

    lebih besar jika dibandingkan pada waktu pasang.

  • 7/23/2019 KANDUNGANLOGAMBERATTIMBALPbPADAKERANGBULUAnadaraspDENGANUKURANYANGBERBEDADISUNGAIBELAWANSUMATERAUTARA

    33/56

    4

    Sedangkan konsentrasi Timbal (Pb) terendah terdapat pada stasiun II pada

    pelabuhan perikanan (Gabion) yaitu 0,28 mg/L. Rendahnya konsentrasi Timbal

    (Pb) disebabkan karena kecepatan arus yang sangat tinggi yaitu 0,44 m/s, dengan

    kecepatan arus yang cepat maka keberadaan Timbal (Pb) dalam perairan akan

    terbawa mengikuti arah arus tersebut. Arah arus pada lokasi titik sampling yaitu

    timur laut.

    Penyebab lain tingginya kecepatan arus yaitu pada saat pengambilan

    sampel pada saat penelitian dilakukan pada saat surut, yang menurut Nontji

    (1987) bahwa kecepatan arus akan lebih tinggi pada saat surut dibandingkan

    pada saat pasang, hal ini disebabkan karena pergerakan air tidak mengalami

    perlambatan ke arah sama dengan pergerakan air laut menuju laut lepas.

    Berdasarkan nilai di atas, ditemukan kecenderungan meningkatnya

    kandungan Timbal (Pb) pada setiap stasiun. Kandungan Timbal (Pb) pada

    Perairan Bagan Deli Belawan Sumatera Utara ini lebih tinggi dibandingkan

    dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Tanjung (1998) menemukan

    kandungan rata-rata logam Timbal (Pb) dalam air laut di perairan Bagan Deli

    adalah 0,24 0,69 ppm.

  • 7/23/2019 KANDUNGANLOGAMBERATTIMBALPbPADAKERANGBULUAnadaraspDENGANUKURANYANGBERBEDADISUNGAIBELAWANSUMATERAUTARA

    34/56

    4

    4.3.2. Kandungan Timbal (Pb) Pada Sedimen

    Berdasarkan hasil pengukuran yang dilakukan pada saat penelitian

    kandungan Timbal (Pb) pada sedimen dapat dilihat pada tabel 3. konsentrasi

    Timbal (Pb) tertinggi berada pada stasiun VI yaitu 35,2 mg/L. dan konsentrasi

    terendah Timbal (Pb) terdapat pada stasiun II yaitu 24,5 mg/L.

    Perbedaan kandungan Timbal (Pb)tersebut disebabkan karena terdapatnya

    aktivitas yang berbeda pada masing masing stasiun, sehingga penambahan

    kandungan Timbal (Pb) nya berbeda pula, perbedaan kandungan Timbal (Pb)

    dalam air dapat dilihat pada gambar 2.

    Gambar 3. Grafik Kandungan Timbal (Pb) Dalam Sedimen Pada Setiap Stasiun

    Penelitian

    Tingginya konsentrasi Timbal (Pb) pada stasiun VI disebabkan karena

    letaknya sekitar pelabuhan Belawan. Pelabuhan ini mempunyai aktivitas yang

    sangat banyak sehingga masukan Timbal (Pb) ke perairan akan semakin besar.

    Sumber bahan pencemar yang terdapat di stasiun ini yaitu berasal dari kapal-kapal

    tangker (air ballast, sisa bahan bakar minyak), buangan baterai atau accu bekas,

    aktivitas pelabuhan yang membuang limbah cair dan campuran logam yang

    mengandung Timbal (Pb), dan juga berasal dari limbah industri yang berdekatan

    dengan stasiun VI.

    Disamping itu tingginya konsentrasi Timbal (Pb) dalam sedimen didukung

    juga dengan tingginya konsentrasi Timbal (Pb) dalam air laut serta arah arus dan

    kecepatannya yang tidak terlalu cepat. Penyebab lain tingginya konsentrasi

    Timbal (Pb) di stasiun ini yaitu karena tipe dari sedimen pada stasiun ini terdiri

  • 7/23/2019 KANDUNGANLOGAMBERATTIMBALPbPADAKERANGBULUAnadaraspDENGANUKURANYANGBERBEDADISUNGAIBELAWANSUMATERAUTARA

    35/56

    4

    dari lumpur hal ini sesuai dengan Korzeniewski dan neugbaver (1991)

    menyatakan bahwa tipe sedimen dapat mempengaruhi kandungan logam berat,

    sesuai kisaran yang dibuatnya yaitu kandungan logam berat dalam sedimen

    lumpur > lumpur berpasir > berpasir.

    Tingginya konsentrasi Timbal (Pb) dalam sedimen di perairan Bagan Deli

    Belawan Sumatera Utara disebabkan karena arusnya yang lemah dan letaknya

    yang tidak berbatasan langsung dengan lautan samudera, namun hanya berbatasan

    dengan Selat Malaka.

    Keberadaan Timbal (Pb) di dalam sedimen juga dipengaruhi oleh industri

    industri yang berada di sekitar perairan Bagan Deli Belawan ini beroperasi sudah

    lama sehingga dari tahun ke tahun masukan dari limbah yang dikeluarkan akan

    menyebabkan terakumulasinya Timbal (Pb) dalam sedimen. Hal ini berbeda

    dengan kondisi Timbal (Pb) dalam air laut, karena air laut bersifat dinamis

    maka konsentrasi Timbal (Pb) dalam air dapat saja berfluktuasi sehingga tinggi

    rendahnya konsentrasi Timbal (Pb) akan berbeda - beda setiap waktu. Menurut

    Hoshika et al., (1991) kandungan logam berat dalam sedimen meningkat dengan

    meningkatnya kandungan bahan organik yang terdapat dalam badan air dam

    sedimen.

    4.3.3. Hubungan Kandungan Timbal (Pb) Dalam Air Laut dan sedimen

    Hasil analisis regresi antara kandungan Timbal (Pb) dalam air laut dan

    kandungan Pb dalam sedimen dapat dilihat pada gambar 3. Gambar tersebut

    menunjukan bahwa persamaan regresi liniearnya yaitu Y = 76,557 x + 3,736.

    Nilai koefisien korelasinya (r) = 0,7742 sedangkan nilai koefisien determinasinya

    (R2) = 0,5994. Hubungan antara Kandungan Timbal (Pb) dalam Air Laut dan

  • 7/23/2019 KANDUNGANLOGAMBERATTIMBALPbPADAKERANGBULUAnadaraspDENGANUKURANYANGBERBEDADISUNGAIBELAWANSUMATERAUTARA

    36/56

    4

    Sedimen mempunyai hubungan yang kuat.

    Jika dibandingkan persamaan regresi linier antara Kandungan Timbal

    (Pb) dan Tembaga (Cu) Dalam Air Laut dan sedimen diketahui bahwa nilai

    koefisien regresi (b) dari persamaan linier Kandungan Timbal (Pb) dan Tembaga

    (Cu) Dalam Air Laut dan sedimen yaitu + 76,557. Ini berarti setiap kenaikan

    konsentrasi Timbal (Pb) dalam air laut sebesar 1% maka akan meningkatkan

    konsentrasi Timbal (Pb) dalam sedimen sebesar 76,557 %.

    Gambar 4. Hubungan antara Kandungan Timbal (Pb) dalam Air Laut

    dan Sedimen

    Berdasarkan perbandingan Kandungan Timbal (Pb) dan Tembaga (Cu)

    Dalam Air Laut dan sedimen dapat disimpulkan bahwa hubungan Kandungan

    Timbal (Pb) antara air laut dan sedimen menunjukkan hubungan yang positif

    yaitu apabila konsentrasi Timbal (Pb) dalam air laut meningkat maka konsentrasi

    logam Pb dalam sedimen juga akan meningkat.

    Jika dibandingkan dengan bakumutu air laut untuk biota laut yang

    dikeluarkan oleh MEN-KLH (Kep. No.02/MENKLH/I/1988), kandungan Timbal

    (Pb) telah melewati baku mutu yang ditetapkan.

    4.4. Kandungan Timbal (Pb) Pada Kerang Bulu (Anadara sp) berdasarkan

    Letak Stasiun

    Dari hasil penelitian yang dilakukan perairan Bagan Deli Belawan

    Sumatera Utara diperoleh kandungan Timbal (Pb) berdasarkan letak stasiun

    berkisar antara 8,0813 15,3392 ppm (lampiran 7).

  • 7/23/2019 KANDUNGANLOGAMBERATTIMBALPbPADAKERANGBULUAnadaraspDENGANUKURANYANGBERBEDADISUNGAIBELAWANSUMATERAUTARA

    37/56

    4

    Hutagalung (1991) mengemukakan bahwa Timbal (Pb) banyak digunakan

    dalam berbagai industri, sebagai bahan peledak, pateri, cable covering, pigmen,

    pestisida, cat anti karat dan pelapis logam.

    Selain itu kondisi lingkungan perairan juga memberikan pengaruh

    terhadap kandungan Timbal (Pb) pada Kerang Bulu (Anadarasp). Pada kondisi

    kisaran perairan seperti salinitas, suhu, derajat keasaman yang masih mendukung

    kehidupan organisme, akumulasi Timbal (Pb) ke dalam tubuhnya tidak terlalu

    tinggi.

    Vernberg et al., dalam Hutagalung (1991) mengemukakan bahwa

    gabungan suhu dan salinitas dapat mempengaruhi bioakumulasi logam berat

    dalam tubuh organisme air. Pada salinitas tetap dengan suhu air semakin tinggi

    didapatkan tingkat bioakumulasi tinggi, sedangkan pada suhu air tetap dan

    salinitas makin rendah tingkat bioakumulasi makin tinggi.

    4.5. Kandungan Logam Berat Menurut Ukuran Panjang dan Berat Kerang

    Bulu (Anadarasp)

    Hasil analisis kandungan Timbal (Pb) dengan panjang dan berat tiap tiap

    Kerang Bulu (Anadara sp) yang berasal dari perairan Bagan Deli Belawan

    Sumatera Utara dapat dilihat pada tabel 4.

    Tabel 4. Konsentrasi Rata rata Timbal (Pb) Menurut Ukuran Sampel

    Kerang Bulu (Anadarasp).

    Ukuran Konsentrasi Timbal/Pb

    (ppm)

    Ukuran Panjang

    (cm)

    Ukuran Berat

    (gr)

    Kecil 12,4157 3,71 - 4,73 17,01 - 25,62

    Sedang 13,4755 4,92 - 5,61 24,57 - 28,53

    Besar 14,2782 5,92 - 6,71 32,88 - 49,67

    Rata - rata 13,3898 3,47 22,23

  • 7/23/2019 KANDUNGANLOGAMBERATTIMBALPbPADAKERANGBULUAnadaraspDENGANUKURANYANGBERBEDADISUNGAIBELAWANSUMATERAUTARA

    38/56

    4

    Pada tabel 4 dapat dilihat, bahwa kisaran panjang (cm) Kerang Bulu

    (Anadara sp) yang dianalisis berkisar 3,71 6,71 cm dengan berat (gr) Kerang

    Bulu (Anadarasp) dari ukuran yang terkecil sampai ukuran yang terbesar adalah

    17,01 49,67 gr, didapatkan konsentrasi Timbal (Pb) 8,0813 15,3392 ppm.

    Keseluruhan Kerang Bulu (Anadara sp) yang dianalisis didapatkan rata rata

    konsentrasi Timbal (Pb) sebesar 13,3898 ppm. Dapat disimpulkan bahwa semakin

    besar sampel Kerang Bulu (Anadarasp) yang dianalisis maka akan semakin besar

    kandungan Timbal (Pb) yang diakumulasinya.

    Adanya perbedaan atau penurunan konsentrasi Timbal (Pb) dari ukuran

    panjang berat terkecil sampai ukuran panjang berat terbesar diduga karena

    sifat dari Timbal (Pb) tersebut bersifat esensial, sehingga konsentrasi yang

    terdapat pada Kerang Bulu (Anadara sp) semakin meningkat. Hal ini sesuai

    dengan pendapat Ismail et al., (dalamAnonimus, 1997) bahwa konsentrasi logam

    berat pada bivalva dibedakan menurut ukurannya. Semakin besar ukuran bivalva

    maka akan mengakumulasi logam berat dalam konsentrasi yang lebih tinggi.

    Renauld, Wong dan Smith (dalam Anonimus, 1997) menambahkan bahwa

    umumnya konsentrasi yang lebih tinggi pada mollusca mengikuti

    ketidakmampuannya mengatur logam dengan umurnya. Dan ditambahkan oleh

    Sanusi et al., (1984) mengemukakan bahwa variasi konsentrasi logam berat

    bergantung pada lokasi perairan, musim, arus, kedalaman dan jarak atau dekatnya

    dari pantai.

    4.6. Hubungan Timbal (Pb) Dengan Panjang (cm) dan Berat (gr) Kerang

    Bulu (Anadarasp)

  • 7/23/2019 KANDUNGANLOGAMBERATTIMBALPbPADAKERANGBULUAnadaraspDENGANUKURANYANGBERBEDADISUNGAIBELAWANSUMATERAUTARA

    39/56

    4

    4.6.1. Hubungan Timbal (Pb) Dengan Panjang (cm) Pada Kerang Bulu

    (Anadarasp)

    Hasil analisis kadar Timbal (Pb) dalam Kerang Bulu (Anadara sp) yang

    dihubungkan dengan panjang (cm) didapatkan rata rata konsentrasi yang

    semakin meningkat ( Gambar 2). Rata rata konsentrasi terbesar terdapat pada

    Kerang Bulu (Anadarasp) dengan ukuran besar (5,92 6,71 cm), sedangkan pada

    Kerang Bulu (Anadara sp) dengan ukuran sedang ( 4,92 5,61 cm) didapatkan

    kisaran konsentrasi yang lebih rendah, walaupun pada ukuran ini terdapat

    konsentrasi Timbal (Pb) yang tertinggi. Konsentrasi terendah terdapat pada

    kelompok Kerang Bulu (Anadarasp) ukuran yang lebih kecil (3,71 4,73 cm).

    Konsentrasi yang terbesar rata rata terdapat pada kelompok Kerang

    Bulu (Anadara sp) yang berukuran besar disebabkan karena Kerang Bulu

    (Anadara sp) yang berukuran besar lebih peka terhadap Timbal (Pb) dan juga

    proses metabolisme yang dilakukannya lebih tinggi atau dari pada Kerang Bulu

    (Anadarasp) yang berukuran lebih kecil. Jadi kestabilan konsentrasi Timbal (Pb)

    oleh Kerang Bulu (Anadara sp) dengan bertambahnya panjang (cm) semakin

    bertambah.

    Hasil uji regresi linier sederhana antara kadar Timbal (Pb) dengan panjang

    Kerang Bulu (Anadara sp), diperoleh persamaan matematis Y = 8,9597 +

    0,8413x dengan nilai koefisien determinasi (R2) = 0,2184 dan nilai koefisien

    korelasi (r) = 0,4673 nilai r menunjukkan hubungan positif. Ini berarti pengaruh

    yang diberikan oleh pertambahan panjang Kerang Bulu (Anadara sp), terhadap

    kadar Timbal (Pb) adalah positif, yaitu dengan semakin bertambahnya panjang

    (cm) akan meningkatkan kadar Timbal (Pb) di dalam tubuh Kerang Bulu

  • 7/23/2019 KANDUNGANLOGAMBERATTIMBALPbPADAKERANGBULUAnadaraspDENGANUKURANYANGBERBEDADISUNGAIBELAWANSUMATERAUTARA

    40/56

    4

    (Anadarasp). Pada tingkat kepercayaan 95 % rata rata pengaruh yang diberikan

    oleh panjang terhadap Timbal (Pb) adalah 21,84 %. Hubungan panjang (cm)

    terhadap Kerang Bulu (Anadarasp) terhadap kandungan Timbal (Pb) mempunyai

    hubungan yang sedang (Gambar 2).

    Gambar 5. Grafik hubungan antara konsentrasi Timbal (Pb) dengan panjang (cm)

    Kerang Bulu (Anadarasp)

  • 7/23/2019 KANDUNGANLOGAMBERATTIMBALPbPADAKERANGBULUAnadaraspDENGANUKURANYANGBERBEDADISUNGAIBELAWANSUMATERAUTARA

    41/56

    4

    4.6.2. Hubungan Timbal (Pb) Menurut Ukuran Berat (gr) Kerang Bulu

    (Anadarasp)

    Hasil analisis kadar Timbal (Pb) dalam Kerang Bulu (Anadara sp) yang

    dihubungkan dengan panjang (cm) didapatkan rata rata konsentrasi yang

    semakin meningkat (Lampiran 7). Rata rata konsentrasi terbesar terdapat pada

    Kerang Bulu (Anadara sp) dengan ukuran besar (32,88 49,67 gr), sedangkan

    pada Kerang Bulu (Anadara sp) dengan ukuran sedang ( 24,57 28,53 gr)

    didapatkan kisaran konsentrasi yang lebih rendah, walaupun pada ukuran ini

    terdapat konsentrasi Timbal (Pb) yang tertinggi. Konsentrasi terendah terdapat

    pada kelompok Kerang Bulu (Anadarasp) ukuran yang lebih kecil (17,01 25,62

    gr).

    Uji regresi linier sederhana antara kadar Timbal (Pb) dengan berat Kerang

    Bulu (Anadara sp), diperoleh persamaan matematis Y = 11,249 + 0,0713x,

    dengan nilai koefisien determinasi (R2

    ) = 0,212 dan nilai koefisien korelasi

    (r) = 0,4604. Dari persamaan ini juga didapatkan hubungan positif juga. Ini

    berarti pengaruh yang diberikan oleh peningkatan berat (gr) pada Kerang Bulu

    (Anadarasp), terhadap kadar Timbal (Pb) adalah positif, yaitu dengan terjadinya

    peningkatan kadar Timbal (Pb) terhadap berat (gr) pada Kerang Bulu (Anadara

    sp). Rata rata pengaruh yang diberikan dari peningkatan berat (gr) terhadap

    kadar Timbal (Pb) adalah 21,2 %. Hubungan berat (gr) terhadap Kerang Bulu

    (Anadara sp) terhadap kandungan Timbal (Pb) mempunyai hubungan yang

    sedang (Gambar 3).

    Gambar 6. Grafik hubungan antara konsentrasi Timbal (Pb) dengan berat (gr)

    Kerang Bulu (Anadarasp).

  • 7/23/2019 KANDUNGANLOGAMBERATTIMBALPbPADAKERANGBULUAnadaraspDENGANUKURANYANGBERBEDADISUNGAIBELAWANSUMATERAUTARA

    42/56

    4

    4.6.3. Hubungan Timbal (Pb) Dengan Biomassa (gr) Kerang Bulu (Anadara

    sp)

    Hasil analisis kadar Timbal (Pb) dalam Kerang Bulu (Anadara sp) yang

    dihubungkan dengan biomassa (gr) didapatkan rata rata konsentrasi yang

    semakin meningkat (Lampiran 7). Rata rata biomassa (gr) terbesar terdapat

    pada Kerang Bulu (Anadara sp) dengan ukuran besar (12,240 13,365 gr),

    sedangkan pada Kerang Bulu (Anadara sp) dengan ukuran sedang (7,612

    10,016 gr) didapatkan kisaran biomassa (gr) yang lebih rendah, walaupun pada

    ukuran ini terdapat konsentrasi Timbal (Pb) yang tertinggi. Biomassa (gr)

    terendah terdapat pada kelompok Kerang Bulu (Anadara sp) ukuran yang lebih

    kecil (5,201 9,021

    gr).

    Uji regresi linier sederhana antara kadar Timbal (Pb) dengan biomassa

    (gr) Kerang Bulu (Anadara sp), diperoleh persamaan matematis Y = 11,504

    + 0,1939x, dengan nilai koefisien determinasi (R2

    ) = 0,2278 dan nilai koefisien

    korelasi (r) = 0,4773 Dari persamaan ini juga didapatkan hubungan positif

    juga. Ini berarti pengaruh yang diberikan oleh peningkatan biomassa (gr) pada

    Kerang Bulu (Anadara sp), terhadap kadar Timbal (Pb) adalah positif, yaitu

    dengan terjadinya peningkatan kadar Timbal (Pb) terhadap biomassa (gr) pada

    Kerang Bulu (Anadarasp). Rata rata pengaruh yang diberikan dari peningkatan

    biomassa (gr) terhadap kadar Timbal (Pb) adalah 22,78 %. Hubungan berat (gr)

    terhadap Kerang Bulu (Anadarasp) terhadap kandungan Timbal (Pb) mempunyai

    hubungan yang sedang (Gambar 4).

    Gambar 7. Grafik hubungan antara konsentrasi Timbal (Pb) dengan biomassa (gr)

    Kerang Bulu (Anadarasp)

  • 7/23/2019 KANDUNGANLOGAMBERATTIMBALPbPADAKERANGBULUAnadaraspDENGANUKURANYANGBERBEDADISUNGAIBELAWANSUMATERAUTARA

    43/56

    4

    Dari hasil perbandingan di atas didapatkan hasil bahwa ada hubungan

    nyata yang positif antara panjang (cm), berat (gr), biomassa (gr) dengan

    kandungan Timbal (Pb) pada Kerang Bulu (Anadara sp). Ini berarti dengan

    pertambahan panjang (cm), berat (gr), dan biomassa (gr) konsentrasi Timbal

    (Pb) pada Kerang Bulu (Anadara sp) akan meningkat. Hasil penelitian terhadap

    kandungan Timbal (Pb) dengan peningkatan panjang (cm), berat (gr) dan

    biomassa (gr) menunjukkan korelasi yang positif. Jika dibandingkan persamaan

    regresi linier antara panjang (cm), berat (gr) dan biomassa (gr) dengan kandungan

    Timbal (Pb) pada Kerang Bulu (Anadarasp) bahwa nilai koefisien regresi (b) dari

    persamaan linier panjang (cm) terhadap konsentrasi Timbal (Pb) lebih besar dari

    pada persamaan linier berat (gr) terhadap konsentrasi Timbal (Pb) yaitu + 0,8413.

    Ini berarti setiap kenaikan panjang (cm) sebesar 1% maka akan meningkatkan

    konsentrasi Timbal (Pb) pada Kerang Bulu (Anadara sp) sebesar 0,8413 %, atau

    tingkat akumulasi Timbal (Pb) terhadap peningkatan panjang (cm) lebih cepat

    daripada berat dan biomassa (gr) dari Kerang Bulu (Anadarasp).

    4.7. Hubungan Antara Panjang (cm) dan Berat (gr) Dengan Biomassa

    Kerang Bulu (Anadarasp).

    4.7.1. Hubungan Panjang (cm) Dengan Biomassa (gr) Pada Kerang Bulu

    (Anadarasp)

    Hasil analisis hubungan panjang (cm) dengan biomassa (gr) Kerang Bulu

    (Anadara sp) didapatkan rata rata biomassa (cm) yang semakin meningkat

    (Lampiran 7). Rata rata biomassa (gr) terbesar terdapat pada Kerang Bulu

    (Anadara sp) dengan ukuran besar (5,92 6,71 cm), sedangkan pada Kerang

    Bulu (Anadara sp) dengan ukuran sedang ( 4,92 5,61 cm) didapatkan kisaran

  • 7/23/2019 KANDUNGANLOGAMBERATTIMBALPbPADAKERANGBULUAnadaraspDENGANUKURANYANGBERBEDADISUNGAIBELAWANSUMATERAUTARA

    44/56

    4

    biomassa (gr) yang lebih rendah, walaupun pada ukuran ini terdapat konsentrasi

    Timbal (Pb) yang tertinggi. Biomassa (gr) terendah terdapat pada kelompok

    Kerang Bulu (Anadarasp) ukuran yang lebih kecil (3,71 4,73 cm).

    Hasil uji regresi linier sederhana antara panjang (cm) dengan biomassa

    (gr) Kerang Bulu (Anadarasp), diperoleh persamaan matematis Y = 3,323 + 0,2x

    dengan nilai koefisien determinasi (R2) = 0,7854 dan nilai koefisien korelasi (r) =

    0,8862. Nilai r menunjukkan hubungan positif. Ini berarti pengaruh peningkatan

    biomassa (gr) terhadap panjang (cm) pada Kerang Bulu (Anadara sp) adalah

    positif, yaitu dengan semakin bertambahnya panjang (cm) akan meningkatkan

    biomassa (gr) dalam tubuh Kerang Bulu (Anadarasp). Pada tingkat kepercayaan

    95 % rata rata pengaruh yang diberikan oleh panjang (cm) terhadap biomassa

    (gr) Kerang Bulu (Anadara sp) adalah 78,54 %. Hubungan berat (gr) terhadap

    Kerang Bulu (Anadara sp) terhadap kandungan Timbal (Pb) mempunyai

    hubungan yang kuat (Gambar 5).

    Gambar 8. Grafik hubungan antara panjang (cm) dengan biomassa (gr) Kerang

    Bulu (Anadarasp)

    4.7.2. Hubungan Berat (gr) Dengan Biomassa (gr) Pada Kerang Bulu

    (Anadarasp)

    Perubahan ini juga terjadi pada hubungan berat (gr) dengan biomassa (gr)

    pada Kerang Bulu (Anadarasp) (Lampiran 7). Rata rata biomassa (gr) terbesar

    didapatkan pada Kerang Bulu (Anadara sp) dengan ukuran terbesar (32,88

    49,67 gr), Kemudian disusul Kerang Bulu (Anadara sp) dengan ukuran sedang

    (24,57 28,53 gr), walaupun pada ukuran ini terdapat biomassa (gr) Timbal (Pb)

  • 7/23/2019 KANDUNGANLOGAMBERATTIMBALPbPADAKERANGBULUAnadaraspDENGANUKURANYANGBERBEDADISUNGAIBELAWANSUMATERAUTARA

    45/56

    4

    yang tertinggi. Kelompok Kerang Bulu (Anadarasp) yang berukuran paling kecil

    ( 17,01 25,62 gr) didapatkan nilai biomassa (gr) yang kecil.

    Uji regresi linier sederhana antara ukuran berat (gr) dengan biomassa

    (gr) Kerang Bulu (Anadara sp), diperoleh persamaan matematis Y = 6,2207+

    2,4497x, dengan nilai koefisien determinasi (R2) = 0,8715 dan nilai koefisien

    korelasi (r) = 0,93358. Dari persamaan ini juga didapatkan hubungan positif

    juga. Ini berarti pengaruh yang diberikan oleh peningkatan berat (gr) terhadap

    biomassa (gr) Kerang Bulu (Anadara sp) adalah positif, yaitu dengan terjadinya

    peningkatan biomassa (gr) terhadap berat (gr) pada Kerang Bulu (Anadara sp).

    Rata rata pengaruh yang diberikan dari peningkatan biomassa (gr) terhadap

    berat (gr) pada Kerang Bulu (Anadara sp) adalah 87,15 %. Hubungan berat (gr)

    terhadap Kerang Bulu (Anadarasp) terhadap kandungan Timbal (Pb) mempunyai

    hubungan yang kuat (Gambar 6).

    Gambar 9. Grafik hubungan antara berat (gr) dengan biomassa Kerang Bulu

    (Anadarasp)

    Dari hasil perbandingan di atas didapatkan hasil bahwa ada hubungan

    nyata yang positif antara panjang (cm) dan berat (gr) dengan biomassa (gr) dari

    Kerang Bulu (Anadara sp). Ini berarti dengan peningkatan panjang (cm) dan

    berat (gr), biomassa (gr) pada Kerang Bulu (Anadarasp) akan bertambah. Hasil

    penelitian terhadap pertambahan ukuran panjang (cm) dan berat (gr) terhadap

    biomassa (gr) menunjukkan korelasi yang positif.

    Jika dibandingkan persamaan regresi linier antara panjang (cm) dan

    berat (gr) dengan dan biomassa (gr) pada Kerang Bulu (Anadara sp) bahwa

  • 7/23/2019 KANDUNGANLOGAMBERATTIMBALPbPADAKERANGBULUAnadaraspDENGANUKURANYANGBERBEDADISUNGAIBELAWANSUMATERAUTARA

    46/56

    4

    nilai koefisien regresi (b) dari persamaan linier berat (gr) terhadap biomassa

    (gr) lebih besar dari pada persamaan linier panjang (cm) terhadap biomassa (gr)

    yaitu + 2,4497. Ini berarti setiap kenaikan biomassa (gr) sebesar 1% maka akan

    meningkatkan berat (gr) pada Kerang Bulu (Anadara sp) sebesar 2,4497 %, atau

    peningkatan berat (gr) lebih besar daripada peningkatan panjang (cm) dari Kerang

    Bulu (Anadarasp).

    4.8. Hubungan antara ukuran (cm) dengan Berat Daging + cangkang (gr)Kerang Bulu (Anadarasp).

    Hasil analisis hubungan ukuran (cm) dengan berat daging + cangkang (gr)

    Kerang Bulu (Anadara sp) didapatkan rata rata berat daging + cangkang (gr)

    yang semakin meningkat ( Lampiran 7). Rata rata berat daging + cangkang (gr)

    terbesar terdapat pada Kerang Bulu (Anadara sp) dengan ukuran besar (5,92

    6,71 cm), sedangkan pada Kerang Bulu (Anadara sp) dengan ukuran sedang (

    4,92 5,61 cm) didapatkan kisaran berat daging + cangkang (gr) yang lebih

    rendah, walaupun pada ukuran ini terdapat konsentrasi Timbal (Pb) yang

    tertinggi. berat daging + cangkang (gr) terendah terdapat pada kelompok Kerang

    Bulu (Anadarasp) ukuran yang lebih kecil (3,71 4,73 cm).

    Hasil uji regresi linier sederhana antara ukuran (cm) dengan berat daging

    + cangkang (gr) pada Kerang Bulu (Anadarasp), diperoleh persamaan matematis

    Y = 2,8157 + 0,0816x dengan nilai koefisien determinasi (R2) = 0,7854 dan

    nilai koefisien korelasi (r) = 0,8863 nilai r menunjukkan hubungan positif. Ini

    berarti pengaruh yang diberikan oleh peningkatan ukuran (cm) pada Kerang Bulu

    (Anadarasp) terhadap berat daging + cangkang (gr) adalah postif, yaitu dengan

  • 7/23/2019 KANDUNGANLOGAMBERATTIMBALPbPADAKERANGBULUAnadaraspDENGANUKURANYANGBERBEDADISUNGAIBELAWANSUMATERAUTARA

    47/56

    4

    semakin bertambahnya ukuran akan meningkatkan berat daging + cangkang (gr)

    Kerang Bulu (Anadarasp). Pada tingkat kepercayaan 95 % rata rata pengaruh

    yang diberikan oleh panjang terhadap Timbal (Pb) adalah 78,54 %. Hubungan

    berat (gr) terhadap Kerang Bulu (Anadara sp) terhadap kandungan Timbal (Pb)

    mempunyai hubungan yang kuat (Gambar 7).

    Gambar 10. Grafik hubungan antara ukuran (cm) dengan berat daging + cangkang

    (gr) Kerang Bulu (Anadarasp)

    Dari hasil persamaan linier di atas didapatkan hasil bahwa ada hubungan

    nyata yang positif antara ukuran (cm) dengan berat daging + cangkang (gr)

    dari Kerang Bulu (Anadara sp). Ini berarti dengan peningkatan berat daging +

    cangkang (gr) maka ukuran (cm) Kerang Bulu (Anadara sp) akan meningkat.

    Hasil penelitian menunjukkan bahwa hubungan ukuran (cm) dengan berat

    daging + cangkang (gr) Kerang Bulu (Anadara sp) menunjukkan korelasi yang

    positif. Dari persamaan linier ukuran (cm) dengan berat daging + cangkang (gr)

    Kerang Bulu (Anadara sp) bahwa nilai koefisien regresi (b) yaitu + 0,0816. Ini

    berarti setiap kenaikan berat daging + cangkang (gr) sebesar 1% maka akan

    meningkatkan ukuran (cm) pada Kerang Bulu (Anadara sp) sebesar 0,0816 %.

  • 7/23/2019 KANDUNGANLOGAMBERATTIMBALPbPADAKERANGBULUAnadaraspDENGANUKURANYANGBERBEDADISUNGAIBELAWANSUMATERAUTARA

    48/56

    4

    4.9. Perbandingan Dengan Beberapa Penelitian Timbal (Pb) Pada Bivalva.

    Kandungan rata rata Timbal (Pb) pada Kerang Bulu (Anadara sp) jika

    dibandingkan dengan kandungan rata rata Timbal (Pb) organisme lainnya dapat

    dilihat pada tabel 5.

    Tabel 5. Rata rata Perbandingan Dengan Beberapa Penelitian Timbal

    (Pb) pada beberapa organisme di Perairan Bagan Deli Belawan

    Sumatera Utara.

    No Biota Konsentrasi Pb (ppm)

    1

    2

    34

    5

    6

    7

    Udang

    Kerang Bulu

    Cumi cumiIkan

    Gulamah

    Ikan Kepe - kepe

    Kerang darah

    0,1625

    0,1377

    0,00930,1624

    0,1886

    0,2738

    0,1374

    Sumber : Siagian, L.T.I. (2004)

    Hasil analisis kandungan Timbal (Pb) pada Kerang Bulu (Anadara sp)

    yang hidup di perairan Bagan Deli Belawan Sumatera Utara jika dibandingkan

    dengan hasil penelitian Siagian (2004), yaitu pada tabel 4 di atas lebih tinggi

    dimana kandungan Timbal (Pb) yang dijumpai berkisar antara 8,0813 15,3392

    ppm dengan kandungan rata rata satu sampel adalah 4,4632 ppm.

    Kerang Bulu (Anadara sp) dari perairan Bagan Deli Belawan Sumatera

    Utara ini sangat berbahaya bila dikonsumsi oleh manusia, hal ini mengingat

    kandungan Timbal (Pb) yang terdapat pada Kerang Bulu (Anadara sp) di perairan

    Bagan Deli Belawan Sumatera Utara sudah di atas ambang batas yang telah

    ditetapkan oleh EPA (1973) yaitu sebesar 2,0 ppm untuk Timbal (Pb).

  • 7/23/2019 KANDUNGANLOGAMBERATTIMBALPbPADAKERANGBULUAnadaraspDENGANUKURANYANGBERBEDADISUNGAIBELAWANSUMATERAUTARA

    49/56

    4

    V. KESIMPULAN DAN SARAN

    5.1. Kesimpulan

    Hasil analisis kandungan Timbal (Pb) pada Kerang Bulu (Anadarasp) di

    Perairan Bagan Deli Belawan Sumatera Utara berkisar 8,0813 15,3392 ppm,

    Semakin besar sampel Kerang Bulu (Anadara sp) yang dianalisis maka akan

    semakin besar kandungan Timbal (Pb) yang diakumulasinya.

    Kandungan Timbal (Pb) pada Kerang Bulu (Anadara sp) di Perairan

    tersebut menurut ketentuan EPA (1973) sebesar 2,0 ppm telah melewati ambang

    batas untuk dikonsumsi oleh masyarakat Bagan Deli Belawan Sumatera Utara

    lebih dari dua kali lipat. Berdasarkan hasil uji regresi linier diketahui bahwa

    hubungan konsentrasi Timbal (Pb) dengan panjang (cm) lebih tinggi daripada

    konsentrasi Timbal (Pb) dengan berat dan biomassa (gr). Sedangkan hubungan

    antar biomassa (gr) berat lebih besar daripada hubungan biomassa (gr) dengan

    panjang (cm). Kemudian hubungan berat daging + cangkang (gr) akan meningkat

    seiring dengan bertambahnya ukuran (cm) pada Kerang Bulu (Anadarasp).

    5.2. Saran

    Dari hasil uji regresi didapatkan gambaran hubungan kandungan Timbal

    (Pb) pada Kerang Bulu (Anadara sp) dengan ukuran yang berbeda dalam satu

    stasiun saja. Disarankan bagi peneliti selanjutnya untuk meneliti kandungan

    Timbal (Pb) pada Kerang Bulu (Anadarasp) dengan ukuran yang berbeda dengan

    beberapa stasiun di perairan Bagan Deli Belawan Sumatera Utara.

  • 7/23/2019 KANDUNGANLOGAMBERATTIMBALPbPADAKERANGBULUAnadaraspDENGANUKURANYANGBERBEDADISUNGAIBELAWANSUMATERAUTARA

    50/56

    4

  • 7/23/2019 KANDUNGANLOGAMBERATTIMBALPbPADAKERANGBULUAnadaraspDENGANUKURANYANGBERBEDADISUNGAIBELAWANSUMATERAUTARA

    51/56

    4

    DAFTAR PUSTAKA

    Amrizal, 1991. Analisa Kandungan Logam Berat Pb, Cd, Cu, Zn dan Oil

    Content Di Sekitar Pembuangan Limbah Industri Kilang Minyak Sei

    Pakning, Kabupaten Bengkalis. Skripsi, Sarjana Fakultas Matematika

    dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Riau, Pekanbaru. 86 hal (tidak

    diterbitkan).

    Anonimus, 1997. Abstrack Book Trace Metal in The Aquatic Environmental.

    Fourth International Conference, 19 23 May 1997. University Putra

    Malaysia, University Kebangsaan Malaysia, University Malaysia, Kuala

    Lumpur. 121 pp.

    Bewers, J.M., R.A. Duce, T.D. Jicklelis, P.S. Lies, J.M. Miller, A.L. Windom,

    and R. Wollast. 1990. Land to Ocean Transport of Contamination :

    Comparisson of River and Atmospheric Fluxes. UNEP Regional Seas

    Reports and Studies No. 114, 2 : 417-446.

    Bryan, G.W. 1984. Pollution due to Heavy metals and Their Compounds, inO.

    Kinne (ed), Marine Ecology. Vol. 5. Jhon Willey and Sons Ltd, London.

    1289 1431 pp.

    Butar butar, N.R. 2000. Kandungan Logam Berat Pb, Cd, dan Zn Pada Teritip

    (Balanus sp) di Perairan Muara Sungai Deli Belawan Sumatera Utara.Skripsi, Fakultas Perikanan Universitas Riau, Pekanbaru. 52 hal (tidak

    diterbitkan).

    Dahuri, R. J. Rais, S.P Ginting dan M.J Sitepu. 1996. Pengelolaan Sumberdaya

    Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu. Pradnya Paramita. Jakarta.

    305 hal.

    Darmono, 2001. Lingkungan Hidup dan Pencemaran, Hubungan Dengan

    Toksikologi Senyawa Logam. Universitas Indonesia Press, Jakarta. 167

    hal.

    Defrianus, A. 2006. Analisis Kandungan Timbal (Pb) Pada Sedimen dan

    Rajungan (Portunus pelagicus) di Perairan Pantai Dumai Barat Riau.

    Skripsi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas

    Riau, Pekanbaru. 36 hal (tidak diterbitkan).

    Denton, G.R.W. dan Burdon Jones C. 1981 Influence on

    Bioaccumulation of an Essentian Trace Element (Zn) and Pollutant

    Metal (Cd) in Larvae of Prawn Palaemon serratus. Marine Biol. 86 :

    139 143.

  • 7/23/2019 KANDUNGANLOGAMBERATTIMBALPbPADAKERANGBULUAnadaraspDENGANUKURANYANGBERBEDADISUNGAIBELAWANSUMATERAUTARA

    52/56

    4

    EPA (Environmental Protection Agency),1973. Water Quality Criteria Ecologycal

    Research Seriea, Washington. 595 pp.

    Febrizal, 1995. Kandungan Logam Berat (Cd, Pb dan Zn) pada Lokan (Geliona

    coaxans) di Perairan Sungai Pakning Kabupaten Bengkalis Riau.

    Skripsi, Fakultas Perikanan Universitas Riau, Pekanbaru. 59 hal (tidak

    diterbitkan).

    Gesamp (Join Group of Expert on The Scientific Aspect of Marine Pollution),

    1985. Marine Pollution Implication of Ocean Energy Development.

    Report and Studies, Rome. 43 p.

    Hoshika, A. T. Shiozawa. K. Kawana and T. Tanimoto, 1991. Heavy Metal

    Pollution in Sediment from the Seto Island, Japan. Marine Pollution.

    Bull. 23 : 101 105.

    Hutagalung, H.P. dan H. Razak, 1981. Kandungan Logam Berat Dalam Beberapa

    Perairan Indonesia. Jurnal Penelitian Pemantauan Kualitas Air Laut.

    XXV (14) : 223 - 346.

    Hutagalung, H.P. 1984. Logam Berat di Lingkungan Laut. Pewarta Oseana. 9 (1) :

    1-8.

    Hutabarat, S. dan S. M. Evans, 1985. Pengantar Oseanografi. Edisi 2. Universitas

    Indonesia Press, Jakarta. 159 hal.

    Hutagalung, 1991. Pencemaran Laut oleh Logam Berat. Puslitbang Oseanology-LIPI, Jakarta. Hal 49 - 50.

    Hutagalung, H.P. 1993. Pencemaran Logam Berat dan Analisa Logam Berat.

    Kerjasama antara UNESCO/UNDP, P3OLIPI dan Universitas Riau,

    Puslit UNRI, Pekanbaru. 15 hal.

    Hutagalung, H.P. 1994. Kandungan Logam Berat Dalam Perairan Teluk Jakarta.

    Pustlibang Oseanology LIPI, Jakarta, 13 hal.

    Kennis, M.J. 1992. Ecology of Estuaries : Anthropoligenic Effect. CRC Press,

    Inc, Florida. 494 p.

    Korzeniewski, K. And E. Newgebauer., 1991. Heavy Metals Contamination in

    The Polish Zone of Southern Baltic.Marine Pollution Bulletin. 23 : 687-

    689.

    Lukistyowati, I. 1993. Penuntun Praktikum Ichtyology. Fakultas Perikanan

    Universitas Riau, Pekanbaru. 76 hal. (tidak dipublikasikan).

    Menteri Negara Kependudikan dan Lingkungan Hidup, 1988. Surat Keputusan

    Nomor : Kep 02/MENKLH/I/1988, Tentang Pedoman Penetapan

    Baku Mutu Lingkungan. Sekretariat Menteri Negara Kependudukan dan

  • 7/23/2019 KANDUNGANLOGAMBERATTIMBALPbPADAKERANGBULUAnadaraspDENGANUKURANYANGBERBEDADISUNGAIBELAWANSUMATERAUTARA

    53/56

    4

    Lingkungan Hidup, Jakarta. 51 hal.

    Nontji, A. 1987. Laut Nusantara. Djambatan, Jakarta. 368 hal.

    Nybakken, J.W. 1988. Biologi Laut : Suatu Pendekatan Ekologis Diterjemahkan

    Oleh M. Eidman, Koesbiono, D. G. Bengen, M. Hutomo dan S.

    Sukardjo. Gramedia, Jakarta. 402 hal.

    Palar, H. 1994. Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat. Rineka Cipta, Jakarta.

    50 hal.

    Palar, H. 2004. Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat. Rineka Cipta, Jakarta.

    ed II. Jakarta. 152 hal.

    Plasket, D and G. Potter. 1979. Heavy Metals Consentration in The Muscle Tissueof 12 Spesies of Teleost Froom Cocburn Sound. Western Australia.

    Australia. J. Mar. Freshhw. Res. 30 (5) : 607 616.

    Pramaribo, C.M.G. 1997. Program Pantai Pesisir. Program Pengendalian dan

    Kerusakan di Lingkungan Pesisir dan Laut. Makalah pada Pelatihan

    dan Pengendalian Dampak Lingkungan Perairan. Fakultas Perikanan

    dan Ilmu Kelautan Universitas Riau. 22 - 24 Desember 1997.

    BAPEDALWIL 1, Pekanbaru. 7 Hal.

    Razak, A. 1991. Statistika Bidang Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu

    Pendidikan Universitas Riau, Pekanbaru. 98 hal.

    Romimohtarto, K. 1991. Pengantar Pemantauan Pencemaran Laut, hal 1 13.

    dalam D.H. Kunarso dan Ruyitno (eds). Status Pencemaran Laut di

    Indonesia dan Tekhnik Pemantauannya. Puslitbang Oseanologi-LIPI,

    Jakarta.

    Tanjung, S. 1998. Distribusi Logam Berat Pb dan Cu di perairan Bagan Deli

    Belawan Medan, Sumatera Utara. Skripsi, Fakultas Perikanan dan Ilmu

    Kelautan Universitas Riau, Pekanbaru. 40 hal (tidak diterbitkan).

    Saleh, C. 2006. Kandungan Logam Berat Timbal (Pb) Dan Tembaga (Cu) Di

    Perairan Bagan Deli Belawan Medan Sumatera Utara. Skripsi, Fakultas

    Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau, Pekanbaru. 54 hal (tidak

    diterbitkan).

    Sanusi, H.S., H.P. Hutagalung dan H. Razak, 1984. Hubungan Antara Umur,

    Kadar Air Raksa (Hg) dan Kadmium (Cd) Yang Terakumulasi Oleh

    Kerang Hijau (Mystylus viridisL) Yang Dibudidayakan di Perairan Teluk

    Jakarta. Fakultas Perikanan Institut Pertanian Bogor, Bogor. 70 hal (tidak

    diterbitkan).

  • 7/23/2019 KANDUNGANLOGAMBERATTIMBALPbPADAKERANGBULUAnadaraspDENGANUKURANYANGBERBEDADISUNGAIBELAWANSUMATERAUTARA

    54/56

    4

  • 7/23/2019 KANDUNGANLOGAMBERATTIMBALPbPADAKERANGBULUAnadaraspDENGANUKURANYANGBERBEDADISUNGAIBELAWANSUMATERAUTARA

    55/56

    4

    Siagian, L.T.I. 2004. Pengaruh Pencemaran Logam Berat Pb, Cd, Cr Terhadap

    Biota Laut dan Konsumennya di Kelurahan Bagan Deli Belawan.

    Program Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara, Medan. 89 hal (tidak

    diterbitkan).

    Sastrawijaya, A.R. 1991. Pencemaran Lingkungan. Rineka Cipta, Jakarta. 274 hal.

    Soemodihardjo, S., S. Birowo dan K. Romimohtarto, 1987. Teluk Ambon II.

    Balai Penelitian Sumberdaya Laut. PPPO LIPI Ambon.125 hal.

    Sudjana, M.A. 1986. Metoda Statistik. Tarsito. Bandung. 508 hal.

    Surjadi, H. 1993. Kompas Edisi 24 Oktober. 7 : 16 hal.

    Thoha, H. 1991. Pencemaran Laut dan Dampaknya Terhadap Lingkungan.Amerta VI (2) : 10-13.

    Ubbe, U. 1992. Analisis LimbahLogam Berat yang Terdistribusi di Muara Sungai

    Tallo Ujung Pandang. Lembaga Penelitian Universitas Hasanuddin,

    Ujung Pandang. 45 hal (tidak diterbitkan).

    Unep (United Nation Environment Program), 1982. Survey of Tar Oil.

    Chlorinated Hidrcarbon and Trace Metal Pollution in Coastal Water of

    The Sultanate of Oman. UNEP Regional Seas Report and Studies. No.5,

    45 p.

    Waldichuk, M. 1974. Some Biological Concentration in Metals Pollution. 492

    p. In W. Vernberg and D. Venberg (eds). Pollution and Physiology of

    Organism. Ann Arbor. Michigan.

    Whitfield, M. D.A Turner. and A.G. Dickson, 1981. Speciation of Dissolved

    Contituents in Estuaries. P 132-151.In: L.A. ABBOT (eds.) River Input

    to Ocean Systems, Proccedings Review Workshop, FAO, 26-30 March

    1979. UNEP-UNESCO. Rome.

    Wilber, C. 1971. The Biological Aspects of Water Pollution from Land - Based

    Sources. Mar. Pollut. Bull. 25:32-36.

    Windom, H.L. 1992. Contamination of Marine Environment from Land-Based

    Sources. Mar. Pollut. Bull., 25 :32 36.

    Wood, J.M. 1980. Lead in the Marine Environment : Some Biological

    Considerations. P 292-303.In : M. Branica and Z. Konrad (eds). Lead in

    The Marine Environment, Pergamon Press. Oxford.

  • 7/23/2019 KANDUNGANLOGAMBERATTIMBALPbPADAKERANGBULUAnadaraspDENGANUKURANYANGBERBEDADISUNGAIBELAWANSUMATERAUTARA

    56/56

    4

    Yudha, N. S., 1993. Pemantauan Logam Hg, Pb, Cd di Teluk Jakarta Sebagai

    Tolok Ukur Pencemaran. Laporan Praktek Lapangan. Program Studi

    Ilmu dan Teknologi Kelautan, Fakultas Perikanan Institut Pertanian

    Bogor, Bogor. 60 Hal (tidak diterbitkan).

    Zulfitri, 1990. Analisa Logam Berat (Cu, Pb, Hg, As), Kesadahan Total dan

    Kandungan Garam (NaCl) dari Air Laut Sekitar Desa Mantang Besar

    Kabupaten Kepulauan Riau Sebagai Bahan Baku Garam Rakyat. Skripsi,

    Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Riau,

    Pekanbaru. 77 hal (tidak diterbitkan).

    Zulkifli, 1994. Kandungan Logam Berat (Pb, Cd, Cu dan Zn) Dalam Air Laut

    Permukaan dan Sedimen di Perairan Dumai, Riau. Skripsi, Fakultas

    Perikanan Universitas Riau, Pekanbaru. 65 hal (tidak diterbitkan).