kandungan natrium 2% dan 5% dalam minuman isotonik ...
Transcript of kandungan natrium 2% dan 5% dalam minuman isotonik ...
TESIS
KANDUNGAN NATRIUM 2% DAN 5% DALAM
MINUMAN ISOTONIK MEMPERPENDEK WAKTU
PEMULIHAN
NORMAN HIDAJAH
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2011
TESIS
KANDUNGAN NATRIUM 2% DAN 5% DALAM
MINUMAN ISOTONIK MEMPERPENDEK WAKTU
PEMULIHAN
NORMAN HIDAJAH
NIM. 0990761038
PROGRAM MAGISTER
PROGRAM STUDI ILMU BIOMEDIK
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2011
KANDUNGAN NATRIUM 2% DAN 5% DALAM
MINUMAN ISOTONIK MEMPERPENDEK WAKTU
PEMULIHAN
Tesis Untuk Memperoleh Gelar Magister
Pada Program Magister, Program Studi Biomedik,
Program Pascasarjana Universitas Udayana
NORMAN HIDAJAH
NIM. 0990761038
PROGRAM MAGISTER
PROGRAM STUDI ILMU BIOMEDIK
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2011
Lembar Pengesahan
TESIS INI TELAH DISETUJUI
Tanggal 28 Nopember 2011
Pembimbing I, Pembimbing II,
Prof. Dr. dr. I Nyoman Adiputra, MOH, Sp.Erg. dr. Ketut Karna, AIF. M.Kes.
NIP.194712111976021001 NIP.194509071969021001
Mengetahui
Ketua Program Magister
Program Studi Ilmu Biomedik Direktur
Program Pascasarjana Program Pascasarjana
Universitas Udayana Universitas Udayana
Prof.Dr.dr. Wimpie Pangkahila, Sp.And, FAACS. Prof. Dr. dr. A.A. Raka Sudewi, Sp. S(K)
NIP. 194612131971071001 NIP. 195902151985102001
Tesis Ini Telah Diuji
Pada Tanggal 24 Oktober 2011
Panitia Penguji Tesis Berdasarkan
SK. Rektor Universitas Udayana No.1678/UN 14.4/HK/2011
Tanggal 3 Oktober 2011
Ketua : Prof. Dr. dr. I Nyoman Adiputra, MOH, Sp.Erg
Anggota :
1. dr. Ketut Karna, AIF. M.Kes.
2. Prof. dr. Ketut Tirtayasa, MS, AIF
3. Prof. Dr. dr. J. Alex Pangkahila, M.Sc., Sp. And, AIFO
4. Dr. dr. I Putu Gede Adiatmika, M.Kes.
UCAPAN TERIMA KASIH
Dengan memanjatkan puji syukur kehadapan Ida Sang Hyang Widhi
Wasa Tuhan Yang Maha Esa karena atas perkenan-Nyalah tesis ini dapat
diselesaikan. Terselesainya tesis ini berkat dorongan, petunjuk, bimbingan dan
bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, melalui kesempatan ini penulis
menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Yth:
1. Bapak Prof. Dr. dr. I Nyoman Adiputra, MOH, Sp.Erg. selaku
pembimbing pertama dan Bapak dr. Ketut Karna, AIF. M.Kes. selaku
pembimbing kedua yang dengan penuh perhatian dan kesabaran telah
memberikan dorongan, semangat, bimbingan dan masukan dalam
menyelesaikan tesis ini.
2. Prof. Dr. dr. J. Alex Pangkahila, M.Sc., Sp. And, AIFO; Prof. dr.
K. Tirtayasa, M.Sc dan Dr. dr. I Putu Gede Adiatmika, M.Kes. selaku
penguji tesis ini, yang telah banyak memberikan bimbingan, petunjuk,
arahan dan saran perbaikan dalam penulisan tesis ini.
3. Rektor Universitas Udayana, Direktur Pascasarjana Universitas Udayana
dan Ketua Program Magister Biomedik, atas kesempatan dan fasilatas
yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan pada Program
Magister Program Biomedik Universitas Udayana.
4. Rektor Universitas Mahasaraswati Denpasar, Dekan dan Staf Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Mahasaraswati Denpasar yang telah
memberikan kami izin dan fasilitas untuk melakukan penelitian di
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Mahasaraswati Denpasar..
5. Seluruh dosen dan staf pada Program Magister Biomedik Universitas
Udayana.
6. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
banyak memberikan bantuan dan kerjasamanya dalam penulisan tesis ini.
Semoga Ida Sang Hyang Widhi / Tuhan Yang Maha Esa selalu
melimpahkan rahmat-Nya kepada kita semua.Penulis menyadari sepenuhnya
bahwa tesis ini masih jauh dari kesempurnaan. Jika terdapat kesalahan dan
kekurangan dalam penulisan tesis ini baik isi maupun teknis mohon dijadikan
perhatian agar disampaikan kritik dan sarannya.
Denpasar, Nopember 2011
Penulis
SURAT PERNYATAAN BUKAN KARYA PLAGIAT
Yang bertanda tangan dibawah ini,
Nama : Norman Hidajah
NIM : 0990761038
Program Studi : S2 Biomedik Program Pascasarjana
Universitas Udayana
Judul tesis : Kandungan Natrium 2% Dan 5% Dalam
Minuman Isotonik Memperpendek Waktu
Pemulihan
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa karya ilmiah Tesis ini bebas plagiat.
Apabila dikemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam karya ilmiah ini, maka
saya bersedia menerima sanksi sesuai peraturan Mendiknas RI No. 17 tahun
2010 dan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku
Denpasar, 28 Nopember 2011
Norman Hidajah
ABSTRAK
KANDUNGAN NATRIUM 2% DAN 5% DALAM MINUMAN ISOTONIK
MEMPERPENDEK WAKTU PEMULIHAN
Aktivitas fisik menyebabkan terjadinya perubahan parameter fisiologis
tubuh manusia seperti konsumsi oksigen, denyut jantung, temperatur tubuh dan
perubahan senyawa kimia dalam tubuh. Asupan cairan penting dalam
memelihara keseimbangan serta proses metabolisme tubuh. Bila asupan cairan ke
dalam tubuh lebih sedikit dibandingkan dengan pengeluaran, maka tubuh akan
mengalami gangguan atau dehidrasi. Cairan hilang akibat pembentukan urine,
sekresi gasrointestinal, keringat dan pengeluaran lewat paru (insensible water
loss). Cairan isotonik dengan cepat meresap ke dalam tubuh dan terdiri dari
elektrolit – elektrolit untuk membantu menggantikan cairan tubuh yang hilang.
Jenis cairan isotonik yang diteliti adalah cairan isotonik yang berkadar natrium
2 % dan cairan isotonik yang berkadar natrium 5 %.
Rancangan penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimental
dengan Pretest-Postest Control Group Design, jumlah sampel 52 orang dibagi
menjadi 2 kelompok, yang dipilih dengan teknik acak sederhana. Penelitian
dilakukan pada bulan Juli dan Agustus 2011, pada mahasiswa FKG di kampus
Universitas Mahasaraswati Denpasar. Cairan isotonik diberikan 30 menit
sebelum orang coba melakukan aktivitas. Data hasil penelitian dianalisis
deskriptif untuk mengetahui karakteristik subjek penelitian. Uji Normalitas
dengan uji Shapiro-Wilk untuk mengetahui distribusi kedua kelompok
perlakuan. Uji beda digunakan Wilcoxon dan Uji Mann-Whitney.
Hasil penelitian menunjukkan perbedaan waktu pemulihan, dimana rerata
waktu pemulihan kelompok perlakuan 1 sebelum perlakuan 13,35 + 1,02 menit
dan setelah perlakuan adalah 12,85 + 1,23 menit , sedangkan rerata waktu
pemulihan kelompok perlakuan 2 sebelum perlakuan 13,38 + 1,06 menit dan
setelah perlakuan adalah 12,46 + 1,21 menit. Rerata waktu pemulihan pada
kedua kelompok terjadi perbedaan.
Pemberian cairan isotonik berkadar natrium 5% lebih memperpendek
waktu pemulihan daripada pemberian cairan isotonik berkadar Natrium 2%
setelah berkativitas lari sejauh 2,4 km.
Kata Kunci : aktivitas fisik, isotonik, natrium
ABSTRACT
THE CONTAINING OF 2% AND 5% NATRIUM IN ISOTONIC
DRINKING WATER DECREASING THE RECOVERY TIME
Physical activity leads to changes in the human body’s physiological
parameters such as oxygen consumtion, heart rate, body temperature and changes
chemical compounds in the body. Fluid intake is important in maintaining
balance and metabolic processes of the body. When the intake of fluids into the
body is much less than required, then the body will experience a disruption or
dehydration. Fluids lost due to the formation of urine, gastrointestinal secretions,
sweat and expenditures through the lungs (insensible water loss). Isotonic fluid
quickly seeps into the body and consists of electrolytes to help replace the lost of
body fluids. Type os isotonic fluid under study is the isotonic sodium liquid
grading 2% and the isotonic sodium liquid 5%.
The study design used was an eksperimental study with pretest-posttest
control group design, the number of samples of 52 people were divided into two
groups, selected by simple random technique. The study was conducted in July
and August 2011, at the Faculty of Dentistry students on the campus of the
University Mahasaraswati Denpasar. Isotonic fluids were given 30 minutes
before people try to do the activity. The data were descriptively analyzed to
determine the distribution of both treatment groups. Normality test and Shapiro-
Wilk test were applied to determine the distribution of both treatments. Wilcoxon
and Mann-Whitney Test were applied to find out the difference.
The results showed the differences in recovery time, where the average
recovery time of the treatment group 1 before treatment of 13,35 + 1,02 minutes
and the one after treatment was 12,85 + 1,23 minutes, while the average recovery
time of treatment groups 2 before treatment 13,38 + 1,06 minutes and after
treatment was 12,46 + 1,21 minutes. Average recovery time in both groups There
was a difference.
Administrating sodium isotonic fluids level 5% gave shortening recovery
time than sodium isotonic fluida level 2% after the running as far as
2.4 kilometer.
Keywords: physical activity, isotonic, sodium
DAFTAR ISI
SAMPUL DALAM .................................................................................. i
PRASYARAT GELAR .......................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN ..................................................................... iii
PENETAPAN PANITIA PENGUJI ...................................................... iv
UCAPAN TERIMA KASIH .................................................................. v
SURAT PERNYATAAN ..................................................................... vii
ABSTRAK ............................................................................................. viii
ABSTRACT ........................................................................................... ix
DAFTAR ISI .......................................................................................... x
DAFTAR TABEL .................................................................................. xi
DAFTAR GAMBAR ........................................................................ xii
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ..................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................ 5
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................. 6
1.4 Manfaat Penelitian ............................................................... 6
1.4.1 Manfaat Ilmiah ............................................................. 6
1.4.2 Manfaat Praktis ............................................................ 7
BAB II KAJIAN PUSTAKA ............................................................... 8
2.1 Aktivitas Fisik ........................................................................ 8
2.2 Mekanisme Fisiologi Pemulihan ......................................... 14
2.3 Minuman Isotonik ................................................................ 26
BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS
PENELITIAN ......................................................................... 29
3.1 Kerangka Berpikir ............................................................... 29
3.2 Konsep ................................................................................. 30
3.3 Hipotesis ............................................................................... 31
BAB IV METODE PENELITIAN 32
4.1 Rancangan Penelitian ......................................................... 32
4.2 Tempat dan Waktu Penelitian ........................................... 33
4.3 Populasi dan Sampel ............................................................ 33
4.3.1 Populasi ..................................................................... 33
4.3.2 Sampel ...................................................................... 33
4.3.3 Besar Sampel ........................................................... 34
4.3.4 Teknik Penentuan Sampel ........................................ 35
4.4 Variabel Penelitian ............................................................ 36
4.5 Definisi Operasional …………………………………….. 36
4.6 Bahan Dan Alat Penelitian ………………………………… 38
4.7 Prosedur Penelitian ………………………………………… 39
4.8 Analisis Data ……………………………………………… 42
BAB V HASIL PENELITIAN ........................................................... 43
5.1 Karakteristik Subjek ............................................ 43
5.2 Uji Normalitas Data ............................................................ 44
5.3 Uji Homogenitas Data Antar Kelompok ........................... 45
5.4 Waktu Pemulihan Masing-masing Kelompok ................... 47
5.4.1 Kelompok perlakuan 1 ........................................... 47
5.4.2 Kelompok perlakuan 2 ........................................... 47
5.5 Perbandingan Waktu Pemulihan Antar Kelompok .............. 48
5.5.1 Uji Komparabilitas ..................................................... 48
5.5.2 Analisis Efek Perlakuan ............................................ 49
BAB VI PEMBAHASAN .................................................................. 51
6.1 Subjek Penelitian ............................................................... 51
6.2 Pengaruh Isotonik Berkadar Natrium Terhadap waktu
Pemulihan ........................................................................... 51
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN ................................................ 60
7.1 Simpulan ............................................................................ 60
7.2 Saran ................................................................................... 60
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................
LAMPIRAN ...........................................................................................
DAFTAR TABEL
2.1 Kategori Ambang Batsas IMT Untuk Indonesia ......................... 16
2.2 Konsentrasi elektrolit dalam tubuh ............................... 17
2.3 Pengeluaran cairan per hari .......................................................... 18
2.4 Transpor Na+ di usus .................................................................... 23
4.1 Norma Penilaian tes lari 2,4 km untuk laki-laki ............................ 38
5.1 Waktu pemulihan kelompok perlakuan 1 ..................................... 43
5.2 Waktu pemulihan kelompok perlakuan 2 ..................................... 44
5.3 Analisis deskriptif karakteristik subjek masing-masing kelompok.. 45
5.4 Analisis deskriptif denyut nadi masing-masing kelompok ........... 45
5.5 Uji normalitas data ....................................................................... 46
5.6 Uji homogenitas data .................................................................... 47
5.7 Rerata waktu pemulihan antara sebelum dengan setelah diberikan
diberikan isotonik berkadar natrium 2% ...................................... 48
5.8 Wilcoxon signed ranks test kelompok perlakuan 1 ....................... 48
5.9 Rerata waktu pemulihan antara sebelum dengan setelahdiberikan
Isotonik berkadar natrium 5% .................................................... 49
5.10 Wilcoxon signed ranks test kelompok perlakuan 2 ...................... 50
5.11 Mann-Whitney Test ...................................................................... 51
DAFTAR GAMBAR
2.1 Pemeriksaan denyut nadi ................................................................. 10
2.2 Efek aktivitas fisik terhadap volume darah ................................... 12
2.3 Kelenjar keringat ............................................................................ 13
2.4 Keseimbangan Natrium ................................................................. 14
2.5 Penyerapan natrium di jejunum dan ileum ...................................... 22
2.6 Hubungan denyut nadi dan waktu ................................................. 25
3.1 Bagan Konsep Penelitian ................................................................. 31
4.1 Rancangan penelitian ..................................................................... 32
4.2 Alur penelitian ............................................................................... 41
6.1 Grafik Waktu Pemulihan antar Kelompok Sebelum dan Setelah
Pemberian perlakuan ........................................................................ 54
6.2 Grafik Waktu Pemulihan Masing-masing Kelompok Perlakuan ….. 55
6.3 Grafik Hubungan Denyut Nadi dengan Waktu sesudah perlakuan . 56
DAFTAR LAMPIRAN
1. Daftar subjek penelitian ..................................................................... 67
2. Data denyut nadi pemulihan kelompok 1 .......................................... 69
3. Data denyut nadi pemulihan kelompok 2 .......................................... 71
4. Tabel waktu pemulihan ...................................................................... 73
5. Uji normalitas data ............................................................................. 75
6. Gambar alat dan bahan penelitian ................................................. 78
7. Gambar pelaksanaan penelitian ........................................................ 80
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kesehatan tubuh manusia tidak hanya tergantung dari jenis makanan
yang dikonsumsi, tetapi juga dari aktivitas atau latihan fisik yang dilakukan.
Aktivitas fisik menyebabkan terjadinya perubahan parameter fisiologis tubuh
manusia seperti konsumsi oksigen, denyut jantung, temperatur tubuh dan
perubahan senyawa kimia dalam tubuh.
Aktivitas fisik berpotensi meningkatkan frekuensi denyut nadi bila
mempunyai beban aktivitas yang tinggi. Hal ini disebabkan karena semakin
tinggi aktivitas tubuh maka semakin tinggi peningkatan aliran darah untuk
mensuplai zat makanan dan oksigen ke jaringan otot sehingga jantung
berkontraksi lebih cepat dan kuat yang akan meningkatkan frekuensi denyut nadi
(Grandjean, 1993; Ganong, 2008).
Peningkatan panas di dalam tubuh baik dari hasil metabolisme energi
ataupun hasil dari kontraksi otot saat beraktivitas, air yang berada di dalam
sirkulasi aliran darah (darah mengandung air sekitar 83 %) akan menyerap panas
dan mengeluarkannya pada permukaan kulit melalui kelenjar keringat.
Keringat yang hilang selama beraktivitas bervariasi antara 0,4 – 2,6 liter
perjam tergantung individu dan jenis aktivitasnya. Hal ini menyebabkan tubuh
kehilangan mineral-mineral seperti natrium, potasium, magnesium, iron dan zinc.
Natrium berfungsi untuk mengatur pH darah, keseimbangan cairan dan tekanan
osmosis sehinga tidak terjadi pengerutan sel akibat perbedaan tekanan.
Potassium berfungsi untuk mengatur pH, keseimbangan cairan dan tekanan
osmosis pada cairan intraselular. Magnesium berfungsi dalam relaksasi otot.
Kehilangan keringat dapat mempengaruhi keseimbangan elektrolit tubuh
(Irawan, 2007).
Pada keadaan normal, keseimbangan elektrolit dan cairan tubuh sudah
diatur secara otomatis melalui mekanisme homeostasis. Jadi pada saat sel-sel
dalam tubuh kehilangan cairan, sel-sel tubuh tersebut akan mengirimkan sinyal
kepada system saraf pusat untuk segera mengkompensasi keadaan tersebut
(Guyton dan Hall, 2007).
Tubuh manusia sebagian besar terdiri dari cairan. Air dan elektrolit yang
terkandung di dalam cairan tubuh sangat diperlukan untuk efektivitas saraf dan
otot. Aktivitas fisik yang berat mengakibatkan terjadinya penumpukan asam
laktat dan cairan tubuh akan banyak yang keluar melalui keringat. Cairan penting
dalam memelihara keseimbangan serta proses metabolisme tubuh. Bila asupan
cairan ke dalam tubuh lebih sedikit dibandingkan dengan pengeluaran, maka
tubuh akan mengalami ganggunan atau dehidrasi (Hamidin, 2010).
Kebutuhan normal cairan dan elektrolit harian, untuk orang dewasa
rata-rata membutuhkan cairan + 30 -35 ml/kg BB/hari dan elektrolit terutama
natrium sekitar 1 – 2 mmol/kgBB/hari. Kebutuhan tersebut merupakan pengganti
cairan yang hilang akibat pembentukan urine, sekresi gastrointestinal, keringat
(lewat kulit) dan pengeluaran lewat paru-paru (insensible water loss)
(Hartanto, 2007).
Ketika rasa haus timbul, tubuh sebenarnya sudah berada pada kondisi
dehirasi ringan dengan kehilangan cairan tubuh 2-3% dan sudah mengalami
penurunan perfoma hingga 10 %. Pada kondisi ini, proses pengaturan panas
(thermoregulation) juga sudah mulai terganggu.
Konsumsi air putih setelah olahraga menyebabkan penurunan konsentrasi
natrium dalam plasma (water intoxication). Penurunan konsentrasi ini dapat
mengurangi pelepasan arginin vasopressin (antidiuretic hormone) sehingga
dapat mengurangi rasa haus (mengurangi jumlah konsumsi air) dan merangsang
pengeluaran urin yang berakibat pada tertundanya proses rehidrasi (Maughan
dan Murray, 2001).
Cairan isotonik dapat membantu menggantikan cairan dan elektrolit yang
hilang. Cairan isotonik dengan cepat meresap ke dalam tubuh karena osmolaritas
yang baik dan terdiri dari elektrolit – elektrolit untuk membantu menggantikan
cairan tubuh. Komposisi elektrolit yang mirip dengan cairan tubuh memudahkan
penyerapan, dan segera menggantikan air dan elektrolit yang hilang dari dalam
tubuh setelah melakukan aktivitas fisik (Atmaja, 2009).
Minuman isotonik sebagai pengganti ion tubuh yang ada di pasaran
memiliki komposisi air, gula, asam sitrat, natrium sitrat, natrium klorida, kalium
klorida, kalium laktat, magnesium karbonat dan perasa sitrus.
Minuman isotonik sebenarnya ditujukan bagi para olahragawan. Hal ini
dimaksudkan agar cairan tubuh yang hilang akibat beraktivitas dapat segera
tergantikan oleh minuman tersebut. Bagaimanapun cairan tubuh itu sangat
penting karena kehilangan cairan 2% saja dapat mengakibatkan kegagalan atau
penurunan kinerja, bahkan jika angka kehilangan cairan tubuh mencapai 10%
dapat menyebabkan circulatory collapse dan heat stroke.
Natrium sebagai kation utama di dalam cairan ekstraselular dan paling
berperan dalam mengatur keseimbangan cairan. Kadar natrium dalam tubuh
58,5 mEq/kgBB dimana kira-kira 70 % atau 40,5 mEq dapat berubah-ubah.
Natrium dapat bergerak cepat antara ruang intravaskular dan interstitial maupun
ke dalam dan ke luar sel. Apabila tubuh banyak mengeluarkan natrium
sedangkan pemasukan terbatas maka akan terjadi keadaan dehidrasi disertai
kekurangan natrium. Kekurangan air dan natrium dalam plasma akan diganti
dengan air dan natrium dari carian interstitial. Kehilangan cairan terus
berlangsung, air akan ditarik dari dalam sel dan volume plasma tidak dapat
dipertahankan terjadilah kegagalan sirkulasi (Hartanto, 2007).
Mahasiswa Kedokteran Gigi Universitas Mahasaraswati Denpasar
semester VIII akan memasuki program kepaniteraan yang dilangsungkan di
klinik dengan agenda kerja yang padat selama enam jam dari jam delapan pagi
sampai jam satu siang. Mahasiswa tersebut beraktivitas berupa berjalan dan
berdiri beberapa lama dalam mengerjakan pasien.
Kinerja fisik atau performance seseorang tergantung pada suatu tingkat
kebugaran, status gizi maupun asupan cairan dan mineral yang cukup untuk
mempertahankan performance selama waktu aktivitas berlangsung.
Bila aktivitas fisik dilakukan dengan kemampuan maksimal maka cairan
tubuh akan banyak keluar, sebagai upaya untuk menjaga temperatur tubuh dan
keseimbangan asam basa. Semakin banyak keringat yang keluar maka cairan
yang ada dalam tubuh akan berkurang, dan akan menimbulkan kelelahan.
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Apakah pemberian cairan isotonik berkadar natrium 2% dapat
memperpendek waktu pemulihan setelah melakukan aktivitas berupa lari
sejauh 2,4 km pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Mahasaraswati Denpasar?
2. Apakah pemberian cairan isotonik berkadar natrium 5% dapat
memperpendek waktu pemulihan setelah melakukan aktivitas berupa lari
sejauh 2,4 km pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Mahasaraswati Denpasar?
3. Apakah pemberian cairan isontonik berkadar natrium 5% lebih
memperpendek waktu pemulihan dari pada pemberian cairan isotonik
berkadar natrium 2% setelah melakukan aktivitas berupa lari sejauh
2,4 km pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Mahasaraswati Denpasar?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
pengaruh pemberian cairan isotonik terhadap waktu pemulihan setelah berlari
sejauh 2,4 km.
1.3.2 Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bahwa:
1. Pemberian cairan isotonik berkadar natrium 2% dapat memperpendek
waktu pemulihan setelah beraktivitas lari sejauh 2,4 km.
2. Pemberian cairan isotonik berkadar natrium 5% dapat memperpendek
waktu pemulihan setelah beraktivitas lari sejauh 2,4 km.
3. Pemberian cairan isotonik berkadar natrium 5% lebih memperpendek
waktu pemulihan dari pada pemberian cairan isotonik berkadar
natrium 2% setelah lari sejauh 2,4 km.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Ilmiah
1. Informasi yang didapatkan untuk menambah khasanah ilmu pengetahuan.
2. Hasil penelitian ini diharapkan memperoleh data mengenai cairan
isotonik yang dapat memperpendek waktu pemulihan kembali ke keadaan
sebelumnya sehingga dapat memperbaiki kinerja fisik (performance).
3. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai pedoman untuk meneliti
lebih mendalam mengenai cairan isotonik dalam memperpendek waktu
pemulihan.
1.4.2 Manfaat Praktis
Sebagai bahan informasi mengenai minuman isotonik yang dapat
memperpendek waktu pemulihan kembali ke keadaan sebelumnya sehingga
dapat memperbaiki kinerja fisik (performance).
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Aktivitas Fisik
Pengertian bergerak atau aktivitas fisik adalah setiap gerakan tubuh yang
meningkatkan pengeluaran tenaga atau energi. Olahraga adalah suatu bentuk
aktivitas fisik yang terencana dan terstruktur, yang melibatkan gerakan tubuh
berulang dan ditujukan untuk kebugaran jasmani (Karim, 2002).
Jaringan otot berperan dalam homeostasis dengan menghasilkan
pergerakan tubuh, pergerakan bagian tubuh, menstabilkan posisi tubuh dan
memproduksi panas yang berfungsi untuk mempertahankan temperatur tubuh
(Tortora dan Derrickson, 2009).
Dalam suatu aktivitas fisik, manusia akan menghasilkan perubahan dalam
konsumsi oksigen, heart rate, temperatur tubuh dan perubahan senyawa kimia
dalam tubuh.
Aktivitas fisik dikelompokkan oleh Davis dan Miller (Anonim, 2011):
a. Aktivitas total seluruh tubuh adalah aktivitas fisik yang menggunakan
sebagian besar otot biasanya melibatkan dua per tiga atau tiga perempat
otot tubuh.
b. Aktivitas otot yang membutuhkan energy expenditure karena otot yang
digunakan lebih sedikit.
c. Aktivitas otot statis, otot digunakan untuk menghasilkan gaya tetapi tanpa
kerja mekanik yang membutuhkan kontraksi sebagian otot.
Metode pengukuran aktivitas fisik dilakukan dengan menggunakan standar :
a. Konsep Horse-Power oleh Taylor.
b. Tingkat konsumsi energi untuk mengukur pengeluaran energi.
c. Perubahan tingkat kerja jantung dan konsumsi oksigen.
Penilaian beban kerja fisik dapat dilakukan secara objektif, dengan dua
metode yaitu metode penilaian langsung dan metode tidak langsung. Metode
pengukuran langsung yaitu dengan pengukuran energi yang dikeluarkan
(energy expenditure) melalui asupan oksigen selama beraktivitas. Semakin berat
beban kerja akan semakin banyak energi yang diperlukan atau dikonsumsi.
Metode dengan menggunakan asupan oksigen lebih akurat, tetapi hanya dapat
mengukur untuk waktu kerja yang singkat dan diperlukan peralatan khusus.
Metode pengukuran tidak langsung adalah dengan menghitung denyut nadi
selama aktivitas (Plowman dan Smith, 2008; Respati, 2008).
Pengukuran denyut jantung selama aktivitas merupakan suatu metode
untuk menilai cardiac strain. Alat yang dapat digunakan untuk menghitung
denyut nadi adalah telemetri dengan rangsangan Electro Cardio Graph (ECG).
Bila peralatan tersebut tidak tersedia secara sederhana dapat dicatat manual
memakai stopwatch dengan metode 10 denyut.
Metode tersebut dihitung dengan persamaan:
10 Denyut
Denyut Nadi (denyut/menit) = X 60 ( 1 )
Waktu Penghitungan
Pemeriksaan denyut nadi dapat dilakukan secara manual dengan cara
diraba. Cara pemeriksaannya adalah dengan meletakkan permukaan tiga ujung
jari nomor 2, 3 dan 4 sejajar di atas permukaan kulit, tempat terdapat pembuluh
darah arteri. Dengan cara yang sama dapat diperiksa denyut nadi yang letaknya
dekat dengan permukaan kulit seperti pada arteri radialis, arteri carotis eksterna
di daerah leher, dan arteri brachilis (Masud, 1989).
Gambar 2.1 Pemeriksaan denyut nadi.
Denyut nadi terasa kuat pada arteri yang dekat dengan jantung, menjadi
semakin lemah di arteriole dan menghilang di kapiler. Denyut nadi dapat
dirasakan pada arteri yang dekat dengan permukaan tubuh dan permukaan
tulang. Denyut nadi normal dalam keadaan istirahat sama dengan heart rate
sekitar 70 sampai 80 denyut per menit (Tortora dan Derrickson, 2009).
Grandjean (1993) menjelaskan bahwa salah satu pendekatan untuk
mengetahui berat ringannya beban kerja adalah dengan menghitung nadi kerja,
konsumsi oksigen, kapasitas ventilasi paru dan suhu tubuh.
Adiputra (2002) menjelaskan bahwa semakin tinggi aktivitas tubuh
menyebabkan metabolisme tubuh semakin meningkat sehingga kebutuhan O2
semakin besar dan frekuensi denyut nadi meningkat. Hal ini disebabkan karena
semakin tinggi aktivitas tubuh maka semakin tinggi peningkatan aliran darah
untuk mensuplai zat makanan dan O2 ke jaringan otot sehingga jantung
berkontraksi lebih cepat dan kuat yang akhirnya akan meningkatkan frekuensi
denyut nadi.
Peningkatan energy expenditure selama beraktivitas membutuhkan
produksi energi yang lebih banyak. Untuk beraktivitas dalam waktu yang lama
energi disuplai dari oksidasi makanan, dengan oksigen yang dibawa oleh sistem
kardiovaskular (Rhoades dan Tanner, 2003).
Selama beraktivitas, panas yang dihasilkan oleh kontraksi otot
berakumulasi di dalam tubuh. Peningkatan ini sebagian disebabkan oleh
ketidakmampuan mekanisme pembuangan panas untuk mengatasi pembentukan
panas yang sangat besar (Ganong, 2008).
Ketika terjadi peningkatan panas di dalam tubuh baik hasil dari
kontraksi otot saat beraktivitas maupun hasil metabolisme energi, air yang
berada di dalam sirkulasi darah (darah mengandung 83 % air) akan menyerap
panas dan mengeluarkannya pada permukaan kulit melalui kelenjar keringat
(Irawan, 2007).
Gambar 2.2 Efek aktivitas fisik terhadap volume darah.
Bila aktivitas fisik dilakukan dengan kemampuan maksimal maka cairan
tubuh akan banyak keluar, semakin banyak keringat yang keluar maka cairan
yang ada dalam tubuh akan berkurang, dan akan menimbulkan kelelahan.
Kehilangan keringat dapat menyebabkan kehilangan air dan mineral
sehingga tekanan osmotik plasma darah akan naik sedangkan volume cairan
tubuh akan turun. Peningkatan tekanan osmotik atau penurunan volume cairan
tubuh dapat menyebabkan peningkatan rasa haus (Anonim 1, 2011).
Keringat yang hilang selama beraktivitas bervariasi antara 0,4 –
2,6 liter perjam tergantung individu dan jenis aktivitasnya.
Gambar 2.3 Kelenjar keringat
Hal ini menyebabkan tubuh kehilangan mineral-mineral seperti natrium,
potasium, magnesioum, iron dan zinc. Natrium berfungsi untuk mengatur pH
darah, keseimbangan cairan dan tekanan osmosis sehinga tidak terjadi
pengerutan sel akibat perbedaan tekanan. Postassium berfungsi untuk mengatur
pH, keseimbangan cairan dan tekanan osmosis pada cairan intraselular.
Magnesium berfungsi dalam relaksasi otot. Kehilangan keringat dapat
mempengaruhi keseimbangan elektrolit tubuh.
Hilangnya natrium terjadi melalui kulit, saluran pencernaan, dan ginjal.
Hilangnya natrium lewat kulit terjadi ketika berkeringat, terbakar dan perdarahan
(Rhoades dan Tanner, 2003).
Input
--------------------------------------------------------------------------------------
---------------------------------------------------------------------------------------
Output
Gambar 2.4 Keseimbangan Natrium.
Dehidrasi dapat menjadi masalah yang serius, hal ini tergantung pada
intensitas dan durasi aktitvitas yang dilakukan, suhu lingkungan dan kebugaran
fisik (Williams dan Schlenker, 2003).
2.2 Mekanisme Fisiologi Pemulihan
Kebugaran jasmani penting dalam menunjang aktivitas kehidupan sehari-
hari, akan tetapi nilai kebugaran jasmani tiap-tiap orang berbeda sesuai dengan
tugas dan profesi masing-masing.
Kebugaran jasmani terdiri dari komponen-komponen yang
dikelompokkan menjadi kelompok yang berhubungan dengan kesehatan (Health
Related Physical Fitness) dan kelompok yang berhubungan dengan ketrampilan
(Skil Related Physical Fitness) (Karim, 2002).
Ingested Na+
100 – 300 mEq/day
Extracellular fliud
Na+
2.000 mEq
Bone Na+
1.800
mEq
Intracellular fliud
Na+
400 mEq
Skin (sweating, burns,
hemorrhage)
Gastrointestinal
losses (diarrhae,
vomiting)
Kidneys
Kebugaran jasmani didapat dengan latihan-latihan fisik yang sistem
energinya menggunakan pre-dominant energy system aerobics dengan beban
latihan sub-maximal dalam durasi yang cukup. Sistem aerobik menghasilkan
energi dari metabolisme aerobik dimana dalam prosesnya melibatkan sejumlah
oksigen sehingga sangat bergantung pada kemampuan kerja paru jantung dan
pembuluh darah ( Mutohir dan Maksum, 2007).
IMT digunakan berdasarkan rekomendasi FAO/WHO/UNO tahun 1985:
batasan berat badan normal orang dewasa ditentukan berdasarkan body mass
index (BMI / IMT). IMT merupakan alat yang sederhana untuk mengukur status
gizi orang dewasa (usia 18 tahun ke atas), khususnya yang berkaitan dengan
kekurangan dan kelebihan berat badan.
Penentuan berat tubuh ideal dapat digunakan dengan metoda Brocca:
Berat badan ideal = (Tinggi badan – 100) – 10% (tinggi badan – 100) (2)
Batas ambang yang diperbolehkan adalah kurang lebih 10% dari berat
badan ideal. Bila kurang dari 90 % dikatakan kekurusan, lebih besar dari 10%
dikatakan sudah kegemukan dan bila lebih besar dari 20% sudah terjadi obesitas
(Thomas, dkk, 2008).
Berat badan (kg)
IMT = (3)
Tinggi badan2 (m
2)
IMT tidak dapat diterapkan pada bayi, anak, remaja ibu hamil dan
olahragawan. Juga tidak dapat diterapkan pada keadaan khusus (penyakit) seperti
edema, asites dan hepatomegali. Untuk menentukan kategori kurus tingkat berat
pada laki-laki dan perempuan juga ditentukan ambang batas. Di Indonesia,
dimodifikasi berdasarkan pengalaman klinis dan hasil penelitian di beberapa
negara berkembang (Boron dan Boulpaep, 2006; Susilowati, 2008).
Tabel 2.1
Kategori Ambang Batas IMT Untuk Indonesia
Katagori IMT
Under weight < 18,5
Normal weight 18,5 - 24,9
Over weight 25 - 29,9
Obesitas > 30
Sumber: Boron dan Boulpaep (2006)
Batas ambang IMT menurut FAO membedakan antara laki-laki (normal
20,1 – 25,0) dan perempuan (normal 18,7 – 23,8).
Selama aktivitas fisik jumlah produksi energi meningkat, yang
mengakibatkan terbentuknya panas. Pada orang dewasa rata-rata produksi
energinya sekitar 400 sampai 600 kkal/hr untuk aktivitas seperti jalan cepat dan
joging. Peningkatan panas terjadi selama aktivitas otot, peningkatan denyut
jantung dan aktivitas otot-otot pernafasan. Suhu tubuh meningkat 1o
C setiap
beraktivitas 8-10 menit (Boron dan Boulpaep, 2006).
Pembentukan panas dalam tubuh manusia tergantung pada tingkat
metabolisme yang terjadi dalam jaringan. Keseimbangan suhu tubuh diatur oleh
thermolegulator melalui peningkatan atau penurunan sirkulasi darah dan
pembukaan atau penutupan kelenjar keringat (Corbin, 2008).
Secara homeostatis, pembuluh darah berfungsi sebagai saluran untuk
mengangkut darah ke dan dari sel dengan tujuan untuk menyalurkan oksigen dan
nutrien, membersihkan zat-zat sisa metabolisme, distribusi cairan dan elektrolit
(Sherwood, 2001).
Tabel 2.2
Konsentrasi elektrolit dalam tubuh
Komponen
Keringat
(mmol/l)
Plasma
(mmol/l)
Intrasellular
(mmol/l)
Natrium 20 – 80 130 – 155 10
Potasium 4 – 8 3.2 - 5.5 150
Kalsium 0 – 1 2,1 - 2,9 0
Magnesium <0.2 0,7 - 1,5 15
Sulfat 0,1 – 2,0 0,3 - 0,9 10
Fosfat 0,1 – 0,2 0,7 - 1,6 65
Klorida 20 - 60 96 – 110 8
Bikarbonat 0 - 35 23 – 28 10
Sumber: Maughan dan Murray (2001).
Tubuh manusia bersifat dinamis dan berkaitan dengan proses
metabolisme yang membutuhkan air sebagai media berlangsungnya reaksi-reaksi
biokimia. Cairan ekstrasel tidak hanya berupa air tetapi mengandung elektrolit
yang diperlukan untuk bekerjanya sel-sel eksitabilitas (saraf, otot dan kelenjar)
yang harus dipertahankan pada batas normal. Pengeluaran air tubuh berupa
keringat dalam jumlah banyak dapat mengakibatkan berkurangnya elektrolit,
yang selanjutnya berdampak pada penurunan kinerja fisik (Kuntarti, 2011).
Kehilangan air dari tubuh sebanyak 3% dari berat badan akan
menurunkan aktivitas fisik dan akan menjurus ke arah kekurangan cairan.
Plasma dan volume darah menurun, kekuatan jantung menurun, konsumsi
oksigen tubuh menurun dan kekuatan otot semakin berkurang. Jumlah cairan
yang keluar dari tubuh mempengaruhi waktu pemulihan (Nala, 1992).
Tabel 2.3
Pengeluaran Cairan Per Hari
Pengeluaran Cairan Per Hari (ml)
Suhu biasa Panas Kerja berat
dan lama
Insensibel
Kulit
350 350 350
Saluran
napas
350 250 650
Urine 1400 1200 500
Keringat 100 1400 5000
Feses 100 100 100
Total 2300 3300 6600
Sumber: Busjra M. Nur (Dept. Fisiologi FKUI).
Sirkulasi cairan tubuh berfungsi sebagai sistem tranpor yang
mengantarkan oksigen dan berbagai zat ke jaringan, serta membawa
karbondioksida ke paru, sisa hasil metabolisme menuju ginjal dan berperan
dalam mengatur suhu tubuh (Ganong, 1998).
Air berperan dalam reaksi-reaksi biokimia dalam tubuh dan pengaturan
suhu tubuh. Pengeluaran air dari tubuh berupa: penguapan, urin dan keringat. Air
yang masuk ke dalam tubuh belum memenuhi kebutuhan sehingga menimbulkan
defisit cairan yang berakibatkan terjadinya penurunan kinerja fisik. Tercukupi
cairan tubuh dapat diketahui dengan melihat warna air kencing, bila tidak jernih
merupakan indikator bahwa cairan tubuh sudah mengalami defisit air.
Cairan rehidrasi oral yang baik adalah cairan yang mengandung elektrolit
kurang lebih sama dengan elektrolit dalam tinja. Dalam prakteknya tidak perlu
tepat karena organ tubuh sendiri dapat mengatur secara selektif elektrolit-
elektrolit mana yang perlu diabsorbsi (Suraatmaja, 2005).
Ginjal berperan dalam meminimalkan kehilangan cairan selama terjadi
kekurangan air, melalui sistem umpan balik osmoreseptor-ADH. Asupan cairan
yang cukup diperlukan untuk mengimbangi kehilangan cairan yang terjadi
melalui keringat dan napas. Asupan cairan diatur oleh mekanisme rasa haus
untuk mempertahankan kontrol osmolaritas cairan dan konsentrasi natrium
(Guyton dan Hall, 2007).
Pengaturan keseimbangan cairan dan elektrolit diperankan oleh sistem
saraf dan sistem endokrin. Sistem saraf mendapat informasi adanya perubahan
keseimbangan cairan dan elektrolit melalui baroreseptor di arkus aorta dan sinus
karotikus, osmoreseptor di hypotalamus, dan volume reseptor atau reseptor
regang di atrium. Sedangkan dalam sistem endokrin, hormon-hormon yang
berperan saat tubuh mengalami kekurangan cairan adalah Angiotensin II,
Aldosteron, dan Vasopresin atau ADH dengan meningkatkan reabsorbsi natrium
dan air (Despopoulos dan Sibernagl, 2000).
Keadaan ini dapat diatasi dengan cara mengganti cairan yang keluar atau
hilang, dengan pemberian minuman isotonik akan membantu menggantikan
cairan tubuh yang hilang, dengan demikian kelelahan dapat diatasi.
Maughan dan Murray (2001), laju penyerapan air ke dalam aliran darah
dipengaruhi oleh laju pengosongan lambung dan penyerapan air di dalam usus.
Konsentrasi karbohidrat di dalam minuman berpengaruh terhadap laju
pengosongan lambung. Minuman yang mengandung 6 - 7 % karbohidrat
(sukrosa, glukosa dan maltodekstrin), dapat diserap dengan cepat oleh lambung.
Selain itu, karbohidrat (sukrosa dan glukosa) dapat mempercepat penyerapan
natrium di dalam usus.
Di dalam produk pangan atau di dalam tubuh, natrium biasanya berada
dalam bentuk garam seperti natrium klorida (NaCl). Di dalam molekul ini,
natrium berada dalam bentuk ion sebagai Na+. Diperkirakan hampir 100 gram
dari ion natrium atau ekivalen dengan 250 gr natrium klorida di dalam tubuh.
Garam natrium merupakan garam yang dapat secara cepat diserap tubuh dengan
minimum kebutuhan untuk orang dewasa berkisar antara 1,3 – 1,6 gr/hari
(Irawan, 2007).
Hampir semua makanan dan sekitar 95 – 98 % air dan elektrolit yang
masuk diserap oleh usus halus bagian atas. Penyerapan elektrolit dan mineral
melibatkan proses pasif dan aktif yang mengakibatkan pergerakan elektrolit, air
dan hasil metabolisme masuk ke dalam darah untuk didistribusikan dan
digunakan oleh tubuh.
Usus halus merupakan segemen terpanjang dari saluran gastrointestinal
dan merupakan tempat sebagian besar proses absorbsi berlangsung, terutama
duodenum dan jejunum. Setiap hari, usus halus mengandung 200-500 gram
bikarbonat, 50-100 gram asam amino, 70-100 gram ion dan 7-8 liter air.
Kapasitas absorbsi normal usus halus dapat lebih besar dari nilai ini (Syaifuddin,
2002).
Sebagian besar natrium yang masuk setiap harinya ditangani oleh sistem
pencernaan. Lima sampai delapan gram berasal dari makanan dan saliva,
lambung, pankreas dan sekresi dari usus halus. Sistem pencernaan
mempertahankan jumlah natrium, hanya sekitar 0,5% yang ke luar melalui feses.
Natrium diserap melalui mekanisme yang berbeda di setiap bagian dari
saluran pencernaan. Ketika makanan yang hipotonik dari pada plasma tertelan,
terjadi penyerapan air dari lumen ke darah, terutama terjadi di persimpangan
yang ketat dan celah interselular diantara enterosit, akibatnya terjadi penyerapan
ion natrium (Rhoades dan Tanner, 2003).
Natrium melewati brush border membrane dengan menuruni gradien
elektrokimia, dan secara aktif dikeluarkan dari sel epitel dengan Na+K
+-ATPase
dalam basal dan lateral membran plasma. Natrium diserap secara aktif dan dapat
terjadi perbedaan potensial elektrokimia (Levy dkk., 2006).
Gambar 2.5 Penyerapan natrium di jejunum dan ileum
Di Jejunum, natrium aktif dipompakan keluar permukaan basolateral dari
enterosit dengan Na+K
+-ATPase. Akibatnya konsentrasi natrium intraselular
rendah dan menurunkan gradien elektrokimia sel. Sedangkan di ileum, dengan
adanya Na+K
+-ATPase juga menciptakan konsentrasi natrium di intraselular
rendah (Rhoades dan Tanner, 2003).
Penyerapan natrium tertinggi terjadi di segmen jejunum. Di jejunum
natrium diserap meningkat dengan adanya glukosa, galaktosa dan asam amino.
Natrium bergerak menuruni gradien elektrokimianya dan menyediakan energi
untuk pergerakan glukosa, galaktosa dan asam amino ke dalam sel epitel
melawan gradien konsentrasi.
Penyerapan natrium di daerah ileum terjadi lebih kecil. Penyerapannya
sedikit dipengaruhi oleh glukosa dan asam amino karena perbedaan densitas. Di
daerah ileum dapat menyerap natrium dengan potensi elektrokimia yang lebih
besar dari pada di daerah jejunum (Levy dkk., 2006).
Tabel 2.4
Transpor Na+ Di Usus
Segmen usus Na+
Jejunum Penyerapan aktif,
penyerapan meningkat dengan adanya glukosa, asam
amino
Ileum Penyerapan aktif
Colon Penyerapan aktif,
Penyerapan meningkat dengan adanya asam lemak
Sumber: Levy dkk. (2006)
Air ditranspor melalui membran usus melalui proses difusi dan mengikuti
hukum osmosis. Air diabsorbsi melalui mukosa usus ke dalam vili. Zat yang
terlarut diabsorbsi dari lumen usus dan masuk ke dalam darah.
Penyerapan air dan elektrolit pada usus halus terjadi melalui 2 cara yaitu
(Suraatmaja, 2005):
1. Transport aktif: penyerapan natrium dan glukosa secara aktif dilaksanakan
oleh entreosit yang terdapat pada mukosa usus halus. Enterosit menyerap
satu molekul glukosa dan natrium, dan bersama-sama dengan absorbsi
glukosa dan natrium ini secara aktif juga terabsorbsi air. Glukosa masuk ke
dalam ruang interseluler atau subseluler, kemudian masuk ke dalam
peredaran darah, natrium masuk ke dalam sirkulasi berdasarkan proses
enzimatik Na-K-ATPase yang terdapat pada basal dan lateral enerosit. Proses
ini dikenal dengan isitilah pompa Na (Sodium pump). Dengan masuknya
natrium secara aktif ke dalam peredaran darah, tekanan osomotik meningkat
dan memperbanyak terjadinya penyerapan air.
2. Transport pasif: terjadi karena adanya perbedaan tekanan osmotik. Setelah
natrium masuk ke dalam sirkulasi melalui mekanisme pompa natrium,
tekanan osmotik plasma meningkat dan akan menarik air, glukosa dan
elektrolit secara pasif.
Hampir semua natrium yang terdapat di dalam tubuh akan tersimpan
di dalam soft body tissue dan cairan tubuh. Ion natrium merupakan kation di
dalam cairan ekstrasellular dengan konsentrasi berkisar antara 135-145 mmol/L.
Ion natrium juga akan berada pada cairan intrasellular dengan konsentrasi yang
lebih kecil (Irawan, 2007).
Natrium sebagai kation utama di dalam cairan ekstraselular dan berperan
dalam mengatur keseimbangan cairan. Kadar natrium dalam plasma diatur lewat
beberpa mekanisme diantaranya adalah left atrial stretch reseptor, central
baroreseptor, renal afferent baroreseptor, Aldoseteron (reabsorbsi di ginjal),
atrial natriuretic factor, sistem renin angiotensin, sekresi ADH dan perubahan
yang terjadi pada air tubuh total (Hartanto, 2007).
Absorbsi natrium disediakan oleh transpor aktif natrium dari dalam
sel epitel melalui basal dan dinding sel yang masuk ke dalam ruang paraselular.
Absorbsi ion klorida dalam dudenum dan eleum berlangsung cepat secara difusi
pasif melalui epitel yang menciptakan elektronegatif pada sisi basal sel epitel.
Ion klorida bergerak sepanjang gradien listrik mengikuti ion natrium
(Syaifuddin, 2002).
Natrium masuk ke dalam sel melalui nongate natrium channels,
bergerak pasif menuruni gradien elektrokimia. Jumlah natrium yang masuk
sesuai dengan transpor aktif natrium ke luar sel melalui Na+ K
+ – ATPase.
Konsentrasi natrium intraselular rendah dan konstan. Selama fase sirkulasi
ATPase, terjadi pertukaran tiga ion natrium keluar sel dan dua ion kalium masuk
ke dalam sel (Rhoades dan Tanner, 2003).
Rehidrasi tercapai jika kehilangan natrium dan cairan (melalui keringat)
telah terganti. Natrium sebanyak 20 - 60 mmol/l (terutama 50 - 60 mmol/l) dan
cairan (125 - 150 % dari keringat yang keluar) memberi efek yang
menguntungkan dalam proses rehidrasi (Irawan, 2007).
Denyut nadi pada berbagai macam kondisi aktivitas dapat dilihat dengan
grafik antara hubungan denyut nadi dengan waktu sebagai berikut :
Gambar 2.6 Hubungan denyut nadi dan waktu
Hea
rt R
ates
Dari grafik tersebut dapat diketahui bahwa seseorang dalam keadaan normal
a. Waktu sebelum beraktivitas (rest) kecepatan denyut jantung dalam keadaan
konstan atau stabil walaupun ada perubahan kecepatan denyut nadi tetapi
tidak terlalu jauh perbedaannya.
b. Waktu selama beraktivitas (work) kecepatan denyut jantung dalam keadaan
cenderung naik. Semakin lama waktu kerja yang dilakukan maka makin
banyak energi yang keluar sehingga kecepatan denyut jantung bertambah
cepat naik.
c. Waktu setelah beraktivitas / waktu pemulihan / recovery kecepatan denyut
jantung dalam keadaan cenderung turun. Kondisi kerja yang lama maka perlu
dibutuhkan waktu istirahat yang digunakan untuk memulihkan energi
terkumpul kembali setelah mencapai titik puncak kelelahan.
2.3 Minuman Isotonik
Minuman isotonik dapat membantu menggantikan cairan dan elektrolit
yang hilang melalui keluarnya keringat. Minuman isotonik dengan cepat meresap
ke dalam tubuh karena osmolaritas yang baik dan terdiri dari elektrolit–elektrolit
untuk membantu menggantikan cairan tubuh.
Minuman isotonik memiliki komposisi elektrolit (ion positif dan ion
negatif) yang mirip dengan cairan tubuh. Minuman isotonik mengandung air dan
elektrolit dengan komposisi: gula, asam sitrat, natrium sitrat, natrium klorida,
kalium klorida, kalium laktat, magnesium, karbonat dan perasa sitrus.
Disebut isotonik karena keseimbangan kepekatan larutan yang masuk dengan
kepekatan cairan darah (Susanto, 2008).
Tekanan osmotik plasma darah ialah 285 + 5 mOsm/L. Larutan dengan
tekanan osmotik kira-kira sama disebut isotonik (NaCl 0,9 %, Dekstrosa 5 %,
Ringerl Laktat) (Hartanto, 2007).
Osmolality minuman berpengaruh terhadap laju penyerapan air di dalam
usus. Osmolality minuman olahraga yang dianjurkan adalah kurang dari 400
mosm/l H2O.Minuman yang mengandung lebih dari 1,8 % karbohidrat dapat
mengurangi respon dari hormon stress (adrenocorticotropic hormone, cortisol,
catecholamines dan glucagons).
Kandungan natrium dalam minuman isotonik berfungsi sebagai cairan
ekstraselular, mempertahankan keseimbangan air, keseimbangan asam basa,
sebagai stimulus saraf dan kontraksi otot. Natrium diserap oleh tubuh dan
konsentrasinya diatur oleh adrenal dan kelebihannya dikeluarkan melalui urin
dan kulit ( Morrison dan Hark, 1999).
Kadar natrium dalam tubuh 58,5 mEq/kgBB dimana 70% atau
40,5 mEq/kgBB dapat berubah-ubah. Eksresi natrium dalam urine 100-
180 mEq/liter, feses 35 mEq/liter dan keringat 58 mEq/liter. Kebutuhan setiap
hari sekitar 100 mEq (6-15 gram NaCl) (Hartanto, 2007).
Natrium bersama dengan kalsium dan kalium akan berperan dalam
transmisi saraf, pengaturan enzim dan kontraksi otot. Hampir sama dengan
natrium, kalium merupakan garam yang dapat secara cepat diserap oleh tubuh.
Setiap kelebihan kalium yang terdapat di dalam tubuh akan dikeluarkan melalui
urin serta keringat.
Kebutuhan normal cairan dan elektrolit orang dewasa rata - rata
membutuhkan cairan + 30-35 ml/kgBB/hari dan elektrolit utama natrium
1-2 mmol/kgBB/hari.
Maughan dan Murray (2001) menjelaskan bahwa formulasi minuman
olahraga sebaiknya memiliki keunggulan seperti mendorong kita untuk
mengkonsumsi cairan, merangsang penyerapan cairan secara cepat, memasok
karbohidrat untuk meningkatkan performance, menambah respon fisiologis dan
mengembalikan cairan (rehidrasi) secara cepat.
Pemberian cairan yang tepat sangat membantu mengembalikan performa
kerja. Kebutuhan cairan untuk setiap individu tergantung dari jumlah cairan yang
dikeluarkan oleh tubuh. Pada saat beraktivitas, air yang keluar dari tubuh melalui
keringat dan pernapasan. Sumber air untuk memenuhi kebutuhannya diperoleh
dari minuman sebelumnya dan sesudah aktivitas.
BAB III
KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
3.1 Kerangka Berpikir
Aktivitas fisik adalah setiap gerakan tubuh yang meningkatkan
pengeluaran tenaga atau energi. Aktivitas fisik menyebabkan terjadinya
perubahan parameter fisiologis tubuh manusia seperti konsumsi oksigen, denyut
jantung, temperatur tubuh dan perubahan senyawa kimia dalam tubuh
Pembentukan panas dalam tubuh manusia tergantung pada tingkat
metabolisme yang terjadi. Keseimbangan suhu tubuh diatur oleh thermolegulator
melalui peningkatan atau penurunan sirkulasi darah
Kinerja fisik atau performance seseorang tergantung pada suatu tingkat
kebugaran, status gizi maupun asupan cairan dan mineral yang cukup untuk
mempertahankan performance selama waktu aktivitas berlangsung
Bila aktivitas fisik dilakukan dengan kemampuan maksimal maka cairan
tubuh akan banyak keluar, sebagai upaya untuk menjaga temperatur tubuh,
keseimbangan asam basa. Semakin banyak keringat yang keluar maka cairan
yang ada dalam tubuh akan berkurang, dan akan menimbulkan kelelahan. Hal ini
akan mengganggu proses metabolisme dan berkurangnya kadar elektrolit.
Tubuh manusia besifat dinamis (homeodinamis) dan berkaitan dengan
proses metabolisme yang membutuhkan air dan elektrolit, untuk bekerjanya sel-
sel saraf, otot dan kelenjar.
.
Kebutuhan normal cairan dan elektrolit orang dewasa rata-rata
membutuhkan cairan + 30-35 ml/kgBB/hari dan elektrolit utama natrium
1-2 mmol/kgBB/hari. Kadar natrium dalam tubuh 58,5 mEq/kgBB dimana 70%
atau 40,5 mEq/kgBB dapat berubah-ubah . Eksresi natrium dalam keringat
58 mEq/liter. Kebutuhan setiap hari sekitar 100 mEq (6-15 gram NaCl).
Penyerapan elektrolit dan mineral melibatkan proses pasif dan aktif yang
mengakibatkan pergerakan elektrolit, air dan hasil metabolisme masuk ke dalam
darah untuk didistribusikan dan digunakan oleh tubuh.
Cairan dan elektrolit yang keluar tersebut harus diimbangi dengan asupan
cairan isotonik yang mengandung elektrolit untuk mempercepat penyerapan dan
mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit. Dengan pemberian
minuman isotonik yang mengandung elektrolit terutama natrium akan dapat
memperpendek waktu pemulihan.
.
3.2. Konsep
Berdasarkan permasalahan dan kajian pustaka yang telah diuraikan
dalam bab sebelumnya maka dapat dibuat suatu konsep yang terkait dengan
masalah penelitian.
Gambar 3.1 Bagan Konsep Penelitian
3.3 Hipotesis
1. Pemberian cairan isotonik berkadar natrium 2% dapat memperpendek
waktu pemulihan setelah beraktivitas lari sejauh 2,4 km pada mahasiswa
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Mahasaraswati Denpasar.
2. Pemberian cairan isotonik berkadar natrium 5% dapat memperpendek
waktu pemulihan setelah beraktivitas lari sejauh 2,4 km pada mahasiswa
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Mahasaraswati Denpasar.
3. Pemberian cairan isotonik berkadar natrium 5% lebih memperpendek
waktu pemulihan dari pada pemberian cairan isotonik berkadar
natrium 2% setelah lari sejauh 2,4 km pada mahasiswa Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Mahasaraswati Denpasar.
Faktor Internal:
- Umur
- Genetik
Aktivitas
fisik
Waktu pemulihan
Faktor eksternal:
- makanan
- minuman
Minuman
Isotonik
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1 Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian yang digunakan adalah penelitian
eksperimental Pretest - posttest Control Group Design (Pocock, 2008).
Perlakuan 1
O1 O3
P S
Perlakuan 2
O2 O4
Gambar 4.1 Rancangan penelitian
Keterangan :
P = Populasi
S = Sampel
O1 = Observasi kelompok 1 , waktu pemulihan setelah melakukan
aktivitas berupa lari sejauh 2,4 km
O2 = Observasi kelompok 2, waktu pemulihan setelah melakukan
akitvitas berupa lari sejauh 2,4 km.
O3 = Observasi kelompok 1, waktu pemulihan setelah melakukan
aktivitas berupa lari sejauh 2,4 km yang diberikan perlakuan 1.
O4 = Observasi kelompok 2, waktu pemulihan setelah melakukan
aktivitas berupa lari sejauh 2,4 km yang diberikan perlakuan 2.
Perlakuan 1 = pemberian cairan isotonik berkadar natrium 2 %.
Perlakuan 2 = pemberian ciaran isotonik berkadar natrium 5 %.
4.2 Tempat Dan Waktu Penelitian
Tempat penelitian : Kampus Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Mahasaraswati Denpasar.
Waktu penelitian : Juli – Agustus 2011
4.3 Populasi dan sampel :
4.3.1 Populasi Target
Dalam penelitian ini populasi targetnya adalah semua mahasiswa
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Mahasaraswati Denpasar.
4.3.2 Populasi Terjangkau
Populasi yang terjangkau dalam penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Mahasaraswati Denpasar yang berumur 21 –
22 tahun
4.3.3 Sampel
Sampel penelitian didapat dari populasi yang memenuhi kriteria sebagai
berikut:
4.3.3.1 Kriteria Inklusi
Subjek penelitian dalam penelitian ini harus memenuhi kriteria inklusi
sebagai berikut:
a. Umur : 21- 22 tahun
b. Indeks massa tubuh : normal (18,5 – 24,9).
c. Berbadan sehat dan tidak cacat fisik.
d Katagori kebugaran fisik: kurang dan sedang
e. Bersedia ikut dalam penelitian dengan menandatangani informed
consent.
4.3.3.2 Kriteria eksklusi
Subjek tidak dimasukkan sebagai sampel penelitian atau kriteria eksklusi
adalah perokok.
4.3.3.3 Kriteria Drop Out
Subjek tidak dimasukkan sebagai sampel penelitian bila sakit saat
diberikan perlakuan atau saat pemeriksaan.
4.3.4 Besar Sampel
Besar sampel ditentukan berdasarkan hasil penelitian pendahuluan pada
6 orang mahasiswa untuk mendapatkan kecepatan waktu pemulihan dengan
mengukur denyut nadi yang diukur dengan metode 10 denyut, diperkirakan
kecepatan pemulihan akan meningkat 10 %. Kecepatan pemulihan setelah
beraktivitas berupa lari sejauh 2,4 km rata-rata 680 detik, kecepatan waktu
pemulihan setelah beraktivitas berupa lari sejauh 2,4 km yang 30 menit
sebelumnya diberi minuman isotonik berkadar 2% rata-rata sebesar 610 detik.
Besar sampel dihitung dengan menggunakan rumus Pocock (2008)
sebagai berikut:
2 σ2
n = X f (α . β) (1)
(μ2 – μ1)2
2 . (72.92587)2
n = X 10,5
(610 - 680)2
= 22,792 dibulatkan menjadi 23
Keterangan :
n = besar sampel
σ = standart deviasi
f(α. β) = konstanta berdasarkan tabel (α = 0,05 dan β = 0,1).
μ1 = rata-rata kecepatan pemulihan setelah beraktivitas
μ2 = rata-rata kecepatan pemulihan setelah beraktivitas yang sebelumnya
minum minuman isotonik.
Dari perhitungan dengan menggunakan rumus di atas didapatkan sampel
sebanyak 23 orang, untuk mengantisipasi apabila sampel yang terpilih drop out
jumlah sampel ditambah 10%. Maka didapat jumlah sampel 26 orang
perkelompok, sehingga jumlah sampel seluruhnya 52 orang.
4.3.5 Teknik Penentuan Sampel
Penentuan sampel dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1. Populasi adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Mahasaraswati Denpasar, diadakan pemilihan sampel yang sesuai
dengan kriteria inklusi dan ekslusi.
2. Secara acak sederhana, diadakan undian dengan cara membuat gulungan
kertas sebanyak 52 buah yang berisi kode 1 dan 2, kemudian seluruh
gulungan kertas dimasukkan ke dalam kotak, selanjutnya dikocok.
3. Sampel mengambil kertas gulungan itu satu demi satu sampai jumlah
sampel.
4. Sampel yang mendapatkan kode 1 dimasukkan ke dalam kelompok O1,
kode 2 dimasukkan ke dalam kelompok O2.
4.4 Variabel Penelitian
1. Variabel bebas : minuman isotonik berkadar natrium 2% , minuman isotonik
berkadar natrium 5%.
2. Variabel tergantung : waktu pemulihan.
3. Variabel terkendali : umur, indeks masa tubuh, kebugaran fisik, aktivitas
fisik berupa lari 2,4 km.
4. Variabel rambang : suhu lingkungan dan kelembaban.
4.5 Definisi Operasional
1. Minuman isotonik berkadar natrium 2% adalah minuman dengan komposisi
elektrolit mirip dengan cairan tubuh yang berkadar natrium 2% . Minuman
isotonik yang digunakan dalam penelitian ini adalah minuman isotonik dalam
kemasan yang berukuran 350 cc dengan komposisi natrium 2% (45 mg) dan
diberikan sebanyak 220 cc 30 menit sebelum melakukan aktitivitas berupa
lari sejauh 2,4 km.
2. Minuman isotonik berkadar natrium 5% adalah minuman dengan komposisi
elektrolit mirip dengan cairan tubuh yang berkadar natrium 5%. Minuman
isotonik yang digunakan dalam penelitian ini adalah minuman isotonik dalam
kemasan yang berukuran 250 cc dengan komposisi natrium 5% (110 mg) dan
diberikan sebanyak 220cc 30 menit sebelum melakukan aktitivitas berupa
lari sejauh 2,4 km.
3. Pemulihan adalah kembalinya kondisi tubuh ke keadaan sebelum melakukan
aktivitas. Dalam hal ini waktu pemulihan, merupakan waktu yang dibutuhkan
tubuh untuk mengembalikan denyut nadi setelah beraktivitas ke denyut nadi
sebelum beraktivitas (denyut nadi istirahat), kecepatan denyut nadi diukur
dengan metode 10 denyut sampai ke keadaan sebelum melakukan aktivitas
fisik.
4. Aktivitas fisik berupa lari sejauh 2,4 km adalah aktivitas fisik yang
menggunakan seluruh atau sebagian besar otot tubuh untuk berlari sejauh
2,4 km yang ditempuh dalam kurun waktu 16 sampai 20 menit.
5. Umur orang coba dalam penelitian ini adalah 21 – 22 tahun pada tahun yang
berjalan, diambil dari kartu tanda penduduk yang dibulatkan menurut bulan
dan tahun.
6. Indeks massa tubuh (IMT) merupakan alat yang sederhana untuk mengukur
status gizi orang dewasa (usia 18 tahun ke atas), khususnya yang berkaitan
dengan kekurangan dan kelebihan berat badan.
Berat badan (kg)
IMT = (2)
Tinggi badan2 (m
2)
7. Kebugaran fisik adalah kebugaran fisik yang ditentukan melalui tes
kebugaran fisik lari 2,4 km yang dapat diukur dengan berlari secepat-
cepatnya sejauh 2,4 km yang dinyatakan dalam waktu tempuh, satuan menit
atau detik. Penilaiannya adalah waktu yang ditempuh orang coba dari saat
start sampai finish sepanjang 2,4 km. Penilaian kebugaran fisik untuk laki-
laki berdasarkan umur terlihat pada tabel 4.1 sebagai berikut.
Tabel 4.1
Norma Penilaian Tes Lari 2,4 km Untuk Laki-laki
Umur Katagori
Kebugaran
Fisik
13-19 Th 20-29 Th 30-39 Th 40-49 Th 50-59 Th
> 15’31” > 16’01” > 16’31” > 17’31” > 19’01” Kurang sekali
12’11”-
15’30”
14’01”-
16’00”
14’44”-
16’30”
15’36”–
17’30”
17’01”-
19’00”
Kurang
10’49”-
12’01”
12’01”-
14’00”
12’31”-
14’45”
13’01”–
15’35”
16’16”-
19’00”
Sedang
09’41”–
10’48”
10’46”-
12’00”
11’01”-
12’30”
11’31”–
13’00”
12’31”-
14’30”
Baik
08’37”-
09’40”
09’45”-
10’45”
10’00”-
11’00”
10’30”–
11’30”
11’15”-
13’59”
Baik Sekali
< 06’37” < 09’45” < 10’00” < 10’30” <11’00” Baik sekali dan
terlatih
Menurut Cooper dikutip Nala 1985.
4.6 Bahan Dan Alat Penelitian
Bahan Penelitian:
- Minuman isotonik berkadar natrium 2% dan 5%.
Alat Penelitian:
- Thermometer untuk mengukur suhu udara.
- Higrometer untuk mengukur kelembaban relatif udara
- Timbangan berat badan.
- Antrometer
- Stop watch
- Alat tulis dan form pencatatan data
- Formulir informed consent, sebagai bukti kesediaan yang bersangkutan
dalam penelitian.
- Alat dokumentasi
4.7 Prosedur Penelitian
1. Mempersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Sampel dipilih sesuai kriteria inklusi dan eksklusi.
3. Tiga puluh Menit sebelum melakukan aktivitas, kelompok perlakuan 1
diberi minuman isotonik sebanyak 220 cc yang berkadar natrium 2% dan
kelompok perlakuan 2 diberi minuman isotonik yang berkadar natrium
5% sebanyak 220 cc.
4. Mengukur denyut nadi awal sebelum orang coba melakukan aktivitas
berupa lari sejauh 2,4 km. Denyut nadi diraba pada arteri radialis lengan
kanan. Kecepatan denyut nadi diukur secara manual dengan metode 10
denyut, dan dicatat.
5. Sampel melakukan aktivitas berupa lari sejauh 2,4 km.
6. Kelompok perlakuan 1 : Setelah sampai di garis finish segera berhenti
dan tetap dalam posisi berdiri, denyut nadi diraba pada arteri radialis
lengan kanan diukur kecepatan denyut nadinya secara manual dengan
metode 10 denyut (denyut nadi aktivitas), dan dicatat. Kemudian ikuti
dengan mengukur kecepatan denyut nadi pemulihan 1 saat 30 detik
pertama, denyut nadi pemulihan 2 pada menit ke 2 dan seterusnya ikuti
sampai kecepatan denyut nadi kembali seperti sebelum beraktivitas.
Kelompok perlakuan 2 : Setelah sampai di garis finish segera berhenti
dan tetap dalam posisi berdiri, denyut nadi diraba pada arteri radialis
lengan kanan diukur kecepatan denyut nadinya secara manual dengan
metode 10 denyut (denyut nadi aktivitas), dan dicatat, Kemudian ikuti
dengan mengukur kecepatan denyut nadi pemulihan 1 saat 30 detik
pertama, denyut nadi pemulihan 2 pada menit ke 2 dan seterusnya ikuti
sampai kecepatan denyut nadi kembali seperti sebelum beraktivitas.
7. Pengumpulan data
8. Data yang diperoleh dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Analisis Deskriptif.
2. Uji Normalitas dengan uji Shapiro-Wilk.
3. Uji Beda untuk data berdistribusi normal, digunakan uji
statistik parametrik, yaitu : t-test. Sedangkan untuk data yang
tidak berdistribusi normal digunakan uji Mann-Withney.
Alur Penelitian
Gambar 4.2 Alur penelitian
Minuman
isotonik 2
Minuman
isotonik 1
Pengumpulan Data
Aktivitas fisik berupa lari sejauh 2,4 km
Populasi
Kelompok
Perlakuan 1
Kelompok
perlakuan 2
Sampel
Analisis
4.8 Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Analisis deskriptif subjek penelitian meliputi umur, berat badan, tinggi
badan, denyut nadi istirahat dan denyut nadi aktivitas.
2. Uji Normalitas dengan uji Shapiro-Wilk
3. Uji Beda
Data berdistribusi tidak normal, digunakan uji statistik nonparametrik,
yaitu wilcoxon test untuk menentukan perbedaan data sebelum dan
setelah perlakuan pada masing-masing kelompok, sedangkan Mann-
Witney Test untuk menentukan perbedaan waktu pemulihan antara
kelompok perlakuan 1 dengan kelompok perlakuan 2.
BAB V
HASIL PENELITIAN
Dalam penelitian ini dilibatkan sebanyak 52 mahasiswa Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Mahasaraswati Denpasar, berumur 21- 22 tahun,
indeks massa tubuh normal (18,5 – 24,9), berbadan sehat dan tidak cacat fisik,
dan katagori kebugaran fisik kurang dan sedang sebagai sampel, yang terbagi
menjadi 2 (dua) kelompok, yaitu kelompok perlakuan 1 (isotonik berkadar
natrium 2%) dan kelompok perlakuan 2 (isotonik berkadar natrium 5%). Masing-
masing berjumlah 26 orang.
Tabel 5.1
Waktu Pemulihan Kelompok Perlakuan 1
NO. Orang coba Waktu Pemulihan (menit)
Sebelum Setelah
1 13 12
2 14 14
3 15 15
4 14 13
5 12 11
6 13 13
7 15 14
8 14 14
9 14 13
10 14 14
11 13 13
12 14 14
13 12 11
14 13 13
15 14 14
16 14 13
17 15 14
18 14 14
NO. Orang coba Waktu Pemulihan (menit)
Sebelum Setelah
19 12 11
20 14 14
21 12 12
22 12 11
23 13 11
24 13 13
25 12 12
26 12 11
Tabel 5.2
Waktu Pemulihan Kelompok Perlakuan 2
NO. Orang coba waktu pemulihan (menit)
Sebelum Setelah
27 15 14
28 15 15
29 14 11
30 15 13
31 13 13
32 14 14
33 12 12
34 13 13
35 14 12
36 12 13
37 14 11
38 12 13
39 12 11
40 13 12
41 13 13
42 12 12
43 12 11
44 14 13
45 14 14
46 14 13
47 13 11
48 13 13
49 12 11
50 14 10
51 14 13
52 15 13
5.1 Karakteristik Subjek
Data karakteristik subjek meliputi umur, berat badan, tinggi badan,
denyut nadi istirahat, dan denyut nadi aktivitas. Analisis deskriptif karakteristik
subjek disajikan pada table 5.1 dan 5.2 berikut.
Tabel 5.3
Analisis Deskriptif Karaktersitik Subjek Masing-Masing Kelompok
Kelompok Perlakuan 1 Kelompok Perlakuan 2
Rerata SB Rerata SB
Umur 21,46 0,508 21,42 0,504
Berat badan 54,85 6,839 54,88 6,808
Tinggi Badan 160,54 7,229 163,27 5,386
Tabel 5.4
Analisis Deskriptif Denyut Nadi masing-masing Kelompok
Kelompok Perlakuan 1 Kelompok Perlakuan 2
Rerata SB Rerata SB
dni
sebelum 76,08 3,773 75,50 3,373
dni setelah 75,19 2,967 75,96 3,549
dna
sebelum 116,65 3,784 118,00 4,648
dna setelah 117,62 3,275 118,35 2,993
Keterangan :
dni : denyut nadi istirahat
dna : denyut nadi aktivitas
5.2 Uji Normalitas Data
Data karakteristik subjek, denyut nadi, dan waktu pemulihan baik
sebelum perlakuan maupun setelah perlakuan pada masing-masing kelompok
diuji normalitasnya dengan menggunakan uji Shapiro-Wilk.
Tabel 5.5
Uji Normalitas Data
Shapiro-Wilk
Kelompok perlakuan 1 Kelompok perlakuan 2
Statistic Df Sig. Statistic df Sig.
dni sebelum 0,840 26 0,001 0,921 26 0,047
dni setelah 0,942 26 0,149 0,882 26 0,006
dna sebelum 0,946 26 0,183 0,918 26 0,041
dna setelah 0,939 26 0,126 0,870 26 0,003
Waktu pemulihan
sebelum 0,862 26 0,002 0,867 26 0,003
Waktu pemulihan
setelah 0,858 26 0,002 0,846 26 0,034
Umur 0,637 26 0,000 0,630 26 0,000
Berat badan 0,891 26 0,001 0,961 26 0,417
Tinggi badan 0,970 26 0,615 0,979 26 0,859
Hasilnya menunjukkan bahwa data umur, denyut nadi istirahat sebelum,
denyut nadi istirahat setelah, denyut nadi aktivitas sebelum, denyut nadi aktivitas
setelah, waktu pemulihan sebelum dan waktu pemulihan setelah tidak
berdistribusi normal sedangkan data karaktristik subjek lainnya, data berat badan
dan tinggi badan berdistribusi normal. Sehingga yang digunakan untuk
data umur, denyut nadi istirahat sebelum, denyut nadi istirahat setelah, denyut
nadi aktivitas sebelum, denyut nadi aktivitas setelah, waktu pemulihan sebelum
dan waktu pemulihan setelah adalah analisis statistik nonparametrik yaitu
uji Mann-Whitney.
5.3 Uji Homogenitas Data Antar Kelompok
Data karakteristik subjek, denyut nadi, dan waktu pemulihan baik
sebelum perlakuan maupun setelah perlakuan pada masing-masing kelompok
diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levene’s test.
Tabel 5.6
Uji Homogenitas Data
Levene's Test for Equality of Variances
F Sig.
dni sebelum Equal variances assumed 1,346 0,252
Equal variances not assumed
dna sebelum Equal variances assumed 2,352 0,131
Equal variances not assumed
dni setelah
Equal variances assumed
Equal variances not assumed
2,547
0,117
dna setelah Equal variances assumed 0,044 0,835
Equal variances not assumed
Waktu pemulihan sebelum Equal variances assumed 0,083 0,774
Equal variances not assumed
Waktu pemulihan setelah Equal variances assumed 0,083 0,775
Equal variances not assumed
Umur Equal variances assumed 0,272 0,604
Equal variances not assumed
Berat badan Equal variances assumed 0,007 0,934
Equal variances not assumed
Tinggi badan Equal variances assumed 2,798 0,101
Equal variances not assumed
Hasilnya menunjukkan data homogen (p > 0,05).
5.4 Waktu Pemulihan Masing-masing Kelompok
5.4.1 Waktu Pemulihan Kelompok Perlakuan 1
Analisis efek perlakuan berupa pemberian isotonik berkadar
natrium 2% diuji berdasarkan rerata waktu pemulihan setelah diberikan
perlakuan.
Tabel 5.7
Rerata Waktu Pemulihan Antara Sebelum Dengan Setelah Diberikan
Isotonik Berkadar Natrium 2 %
. Descriptif Statistics
N Mean
Std.
Deviation Minimum Maximum
Waktu pemulihan 1
sebelum 26 13,3462 1,01754 12,00 15,00
Waktu pemulihan 1
setelah 26 12,8462 1,25514 11,00 15,00
Hasil analisis kemaknaan dengan Wilcoxon Test disajikan pada tabel 5.6 berikut.
Tabel 5.8
Wilcoxon Signed Ranks Test Kelompok Perlakuan 1
Ranks
N
Mean
Rank
Sum of
Ranks
Waktu pemulihan 1
setelah- Negative Ranks 12
a 6.50 78.00
Waktu pemulihan 1
sebelum Postive Ranks 0
b .00 .00
Ties 14 c
Total 26
a. Waktu pemulihan 1 setelah < waktu pemulihan 1 sebelum
b. Waktu pemulihan 1 setelah > waktu pemulihan 1 sebelum
c. Waktu pemulihan 1 setelah = waktu pemulihan 1 sebelum
Test Statistics a
waktu pemulihan 1 setelah -
waktu pemulihan 1 sebelum
Z -3,357 a
Asymp. Sig. (2-tailed) .001
Tabel 5.8 menunjukkan analisis kemaknaan dengan Wilcoxon Signed
Ranks Test bahwa nilai Z = - 3,357 dengan nilai p = 0,001. Hal ini berarti bahwa
rerata waktu pemulihan pada kelompok perlakuan 1 berbeda secara bermakna
(p < 0,05).
5.4.2 Waktu Pemulihan Kelompok Perlakuan 2
Analisis efek perlakuan berupa pemberian isotonik berkadar natrium 5%
diuji berdasarkan rerata waktu pemulihan setelah diberikan perlakuan.
Tabel 5.9
Rerata Waktu Pemulihan Antara Sebelum Dengan Setelah Diberikan
Isotonik Berkadar Natrium 5 %
Descriptive Statistics
N Mean
Std.
Deviation Minimum Maximum
Waktu pemulihan 2
sebelum 26 13,3846 1,06120 12.00 15.00
Waktu pemulihan 2
setelah 26 12,4615 1,20767 10.00 15.00
Hasil analisis kemaknaan dengan uji Wilcoxon disajikan pada tabel 5.6
berikut.
Tabel 5.10
Wilcoxon Signed Ranks Test Kelompok Perlakuan 2
Ranks
N
Mean
Rank
Sum of
Ranks
Waktu pemulihan 2
setelah - Negative Ranks 15
a 9,47 142,00
Waktu pemulihan 2
sebelum Positive Ranks 2
b 5,50 11,00
Ties 9 c
Total 26
a. Waktu pemulihan 2 setelah < waktu pemulihan 2 sebelum
b. Waktu pemulihan 2 setelah > waktu pemulihan 2 sebelum
c. Waktu pemulihan 2 setelah = waktu pemulihan 2 sebelum
Test Statistics b
Waktu pemulihan 2 pos -
waktu pemulihan 2 pre
Z - 3,180 a
Asymp. Sig. (2-tailed) ,001
Tabel 5.10 menunjukkan analisis kemaknaan dengan uji Wilcoxon
Signed Ranks Test menunjukkan bahwa nilai Z = - 3,180 dengan nilai p = 0,001.
Hal ini berarti bahwa rerata waktu pemulihan pada kelompok 2 berbeda secara
bermakna (p < 0,05).
5.5 Perbandingan Waktu Pemulihan Antar Kelompok
Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan waktu pemulihan
antar kelompok sebelum diberikan perlakuan dan setelah diberikan perlakuan.
Hasil analisis kemaknaan dengan uji Mann-Whitney disajikan pada Tabel 5.7
berikut.
Tabel 5.11
Mann-Whitney Test
Ranks
Kelompok N
Mean
Rank Sum of Ranks
Perlakuan
Waktu pemulihan sebelum 1 26 26,25 682,50
2 26 26,75 695,50
Total 52
Waktu pemulihan setelah 1 26 29,02 754,50
2 26 23,98 623,50
Total 52
Test Statistics a
Waktu pemulihan
sebelum
Waktu pemulihan
setelah
Mann-Whitney U 331,500 272,500
Wilcoxon W 682,500 623,500
Z - ,124 -1,242
Asymp. Sig. (2-tailed) ,901 ,214
a. Grouping Variable: kelompok perlakuan
Tabel 5.11 menunjukkan bahwa rerata waktu pemulihan kelompok
perlakuan 1 adalah 13,35 1,02 menit, rerata kelompok perlakuan 2 adalah
13,38 1,06 menit. Analisis kemaknaan dengan uji Mann-Whitney
menunjukkan bahwa nilai Z = - ,124 nilai p = 0,901. Hal ini berarti bahwa rerata
waktu pemulihan sebelum perlakuan pada kedua kelompok adalah sama (p >
0,05).
Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata waktu pemulihan antar
kelompok setelah diberikan perlakuan. Hasil analisis kemaknaan dengan
uji Mann-Whitney. Tabel 5.11 menunjukkan bahwa rerata waktu pemulihan
kelompok perlakuan 1 adalah 12,96 1,22 menit, rerata kelompok perlakuan 2
adalah 12,08 1,06 menit. Analisis kemaknaan dengan uji Mann-Whitney
menunjukkan nilai Z = - 1,242 dan nilai p = 0,124. Hal ini berarti bahwa rerata
waktu pemulihan pada kedua kelompok berbeda secara tidak bermakna
(p < 0,05).
BAB VI
PEMBAHASAN
6.1. Subjek Penelitian
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Mahasaraswati
Denpasar yang dilibatkan sebanyak 52 orang yang berumur 21- 22 tahun, indeks
massa tubuh normal (18,5 – 24,9), berbadan sehat dan tidak cacat fisik, dan
katagori kebugaran fisik kurang dan sedang sebagai sampel, yang terbagi
menjadi 2 (dua) kelompok, yaitu kelompok perlakuan 1 (isotonik berkadar
natrium 2%) dan kelompok perlakuan 2 (isotonik berkadar natrium 5%). Masing-
masing kelompok perlakuan berjumlah 26 orang yang melakukan aktivitas lari
sejauh 2,4 km.
Minuman isotonik yang diberikan kepada mahasiswa berkadar natrium
2% dan 5%. Minuman isotonik berkadar natrium 2% dimaksud adalah minuman
dengan komposisi elektrolit yang mirip dengan cairan tubuh dalam kemasan
yang berukuran 350 cc dengan kandungan natrium 45 mg, 2% AKG
berdasarkan kebutuhan energi 2000 kkal dan konsentrasi elektrolit natriumnya
sebesar 21 mEg/L, sedangkan minuman isotonik berkadar natrium 5% adalah
minuman dengan komposisi elektrolit yang mirip dengan cairan tubuh dalam
kemasan yang berukuran 250 cc dengan kandungan natrium 110 mg, 5% AKG
berdasarkan kebutuhan energi 2000 kkal.
6.2. Pengaruh Isotonik Berkadar Natrium Terhadap Waktu Pemulihan
Peningkatan energi dan panas yang dihasilkan melalui proses metabolism
dan kontraksi otot saat tubuh sedang beraktivitas, cairan yang berada di dalam
tubuh kemudian akan menjalankan fungsinya sebagai thermoregulator. Fungsi
ini dijalankan dengan tujuan agar temperature internal tubuh dapat tetap terjaga
pada rentang normal (36,5 – 37,5 oC). Air yang merupakan penghantar panas
yang baik, akan mengeluarkan kelebihan panas tubuh melalui keringat yang juga
membawa elektrolit tubuh terutama natrium (Irawan, 2007).
Penelitian ini untuk mengetahui perbedaan waktu pemulihan sebelum
diberikan perlakuan berupa pemberian isotonik berkadar natrium antara kedua
kelompok perlakuan menggunakan uji Mann-Whitney. Uji perbedaan sebelum
test antara kedua kelompok menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan
bermakna waktu pemulihan antara kelompok perlakuan 1 dengan kelompok
perlakuan 2 (p > 0,05). Hal ini berarti bahwa waktu pemulihan pada kedua
kelompok adalah sama atau dengan kata lain kedua kelompok sebelum diberikan
perlakuan waktu pemulihannya tidak berbeda (p > 0,05).
Gambar 6.1 Grafik waktu pemulihan antar kelompok sebelum dan setelah
pemberian perlakuan
Perbedaan waktu pemulihan masing-masing kelompok menggunakan
uji Wilcoxon. Hasil analisis antara sebelum dengan setelah diberikan isotonik
berkadar natrium 2% menunjukkan bahwa terdapat pengurangan waktu
pemulihan sebesar 0,39 menit (23,4 detik ), dimana rata-rata waktu pemulihan
sebelum perlakuan 13,35 + 1,02 menjadi 12,85 + 1,23. Analisis kemaknaan
dengan uji Wilcoxon menunjukkan bahwa rerata waktu pemulihan pada
kelompok perlakuan 1 adalah bermakna (p < 0,05). Demikian juga untuk
kelompok perlakuan 2 yang diberikan isotonik berkadar natrium 5%, didapatkan
pengurangan waktu pemulihan sebesar 1,30 menit (78 detik), di mana rata-rata
waktu pemulihan sebelum perlakuan 13,38 + 1,06 menjadi 12,46 + 1,21 .
Analisis kemaknaan dengan uji Wilcoxon menunjukkan bahwa rerata waktu
pemulihan pada kelompok perlakuan 2 adalah bermakna (p < 0,05).
Gambar 6.2 Grafik Waktu Pemulihan Masing-masing Kelompok Perlakuan
Gambar 6.2 menggambarkan bahwa pemberian isotonik berkadar natrium
2% dan 5% dapat memperpendek waktu pemulihan.
Perbandingan setelah diberikan perlakuan berupa pemberian isotonik
berkadar natrium antara kedua kelompok menggunakan uji Mann-Whitney..
Uji perbandingan setelah perlakuan antara kedua kelompok menunjukkan bahwa
terdapat perbedaan bermakna waktu pemulihan antara kelompok perlakuan 1
dengan kelompok perlakuan 2. Hal ini disebabkan karena cairan isotonik dapat
membantu menggantikan cairan dan elektrolit yang hilang melalui keluarnya
keringat. Cairan isotonik dengan cepat meresap ke dalam tubuh karena
osmolaritas yang baik dan terdiri dari elektrolit – elektrolit untuk membantu
menggantikan cairan tubuh. Komposisi elektrolit yang mirip dengan cairan tubuh
memudahkan penyerapan, segera menggantikan air dan elektrolit yang hilang
dari dalam tubuh setelah melakukan aktivitas fisik (Atmaja, 2009).
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat digambarkan hubungan denyut
nadi dengan waktu pemulihan setelah diberikan perlakuan yang disajikan pada
gambar 6.2 berikut.
: kelompok perlakuan 1
: kelompok perlakuan 2
Gambar 6.3 Grafik hubungan denyut nadi dengan waktu pemulihan setelah
diberikan perlakuan.
Lebih lanjut diketahui bahwa natrium dalam minuman isotonik berperan
sebagai kation utama di dalam cairan ekstraselular dan paling berperan dalam
mengatur keseimbangan cairan. Kadar natrium dalam tubuh 58,5 mEq/kgBB
dimana kira-kira 70 % atau 40,5 mEq dapat berubah-ubah. Natrium dapat
bergerak cepat antara ruang intravaskular dan interstitial maupun ke dalam dan
ke luar sel. Apabila tubuh banyak mengeluarkan natrium sedangkan pemasukan
terbatas maka akan terjadi keadaan dehidrasi disertai kekurangan natrium.
Kekurangan air dan natrium dalam plasma akan diganti dengan air dan natrium
dari carian interstitial (Hartanto, 2007).
Dalam penelitian ini didapatkan bahwa denyut nadi aktivitas yaitu dari
denyut nadi istirahat menjadi denyut nadi aktivitas adalah 42,41 denyut per menit
(56,12%). Kecepatan denyut nadi aktivitas pada penelitian ini adalah 118 denyut
per menit, yang merupakan beban kerja kategori sedang. Mengingat beban kerja
yang dilakukan adalah termasuk beban kerja sedang, maka asupan kalori yang
dibutuhkan juga cukup banyak, seperti yang disampaikan oleh Adiputra (2002)
yang menyatakan bahwa semakin tinggi aktivitas tubuh menyebabkan
metabolisme tubuh semakin meningkat sehingga kebutuhan O2 semakin besar
dan frekuensi denyut nadi meningkat. Hal ini disebabkan karena semakin tinggi
aktivitas tubuh maka semakin tinggi peningkatan aliran darah untuk mensuplai
zat makanan dan O2 ke jaringan otot sehingga jantung berkontraksi lebih cepat
dan kuat yang akhirnya akan meningkatkan frekuensi denyut nadi.
Rhoades dan Tanner (2003) menyatakan bahwa peningkatan energy
expenditure selama beraktivitas membutuhkan produksi energi yang lebih
banyak. Untuk beraktivitas dalam waktu yang lama energi disuplai dari oksidasi
makanan, dengan oksigen yang dibawa oleh sistem kardiovaskular. Selama
beraktivitas, panas yang dihasilkan oleh kontraksi otot berakumulasi di dalam
tubuh. Peningkatan ini sebagian disebabkan oleh ketidakmampuan mekanisme
pembuangan panas untuk mengatasi pembentukan panas yang sangat besar
(Ganong, 2008).
Ketika terjadi peningkatan panas di dalam tubuh baik hasil dari kontraksi
otot saat beraktivitas maupun hasil metabolisme energi, air yang berada di dalam
sirkulasi darah (darah mengandung 83 % air) akan menyerap panas dan
mengeluarkannya pada permukaan kulit melalui kelenjar keringat (Irawan,
2007).
Aktivitas fisik yang dilakukan dengan kemampuan maksimal akan
menyebabkan keluarnya banyak cairan tubuh, yang mengakibatkan cairan yang
ada dalam tubuh akan berkurang, dan akan menimbulkan kelelahan. Di samping
itu, kehilangan cairan melalui keringat dapat menyebabkan kehilangan air dan
mineral sehingga tekanan osmotik plasma darah akan naik sedangkan volume
cairan tubuh akan turun. Peningkatan tekanan osmotik atau penurunan volume
cairan tubuh dapat menyebabkan peningkatan rasa haus, sehingga dibutuhkan
cairan baru berupa minuman yang dapat menggantikan cairan tubuh yang hilang
setelah beraktivitas. Bukan hanya cairan saja yang hilang, tubuh juga kehilangan
mineral-mineral seperti natrium, potasium, magnesium, iron dan zinc. Natrium
berfungsi untuk mengatur pH darah, keseimbangan cairan dan tekanan osmosis
sehinga tidak terjadi pengerutan sel akibat perbedaan tekanan. Potassium
berfungsi untuk mengatur pH, keseimbangan cairan dan tekanan osmosis pada
cairan intraselular. Magnesium berfungsi dalam relaksasi otot.
Kehilangan keringat dapat mempengaruhi keseimbangan elektrolit tubuh.
Hilangnya natrium dapat terjadi melalui kulit, saluran pencernaan, dan ginjal.
Hilangnya natrium lewat kulit terjadi ketika berkeringat setelah melakukan
akitivitas (Rhoades dan Tanner, 2003).
Kekurangan natrium dapat dibantu dengan minum cairan yang
mengandung natrium. Salah satunya adalah minuman isotonik, yang dapat
membantu menggantikan cairan dan elektrolit yang hilang. Minuman isotonik
dengan cepat meresap ke dalam tubuh karena osmolaritas yang baik dan terdiri
dari elektrolit – elektrolit untuk membantu menggantikan cairan tubuh. Minuman
isotonik memiliki komposisi elektrolit (ion positif dan ion negatif) yang mirip
dengan cairan tubuh. Minuman isotonik mengandung air dan elektrolit dengan
komposisi: gula, asam sitrat, natrium sitrat, natrium klorida, kalium klorida,
kalium laktat, magnesium, karbonat dan perasa sitrus. Minuman isotonik ini
memiliki keseimbangan kepekatan larutan yang masuk, yang sama dengan
kepekatan cairan darah (Susanto, 2008).
Tekanan osmotik plasma darah ialah 285 + 5 mOsm/L. Larutan dengan
tekanan osmotik kira-kira sama disebut isotonik, contohnya adalah NaCl 0,9%
(Hartanto, 2007).
Osmolality minuman berpengaruh terhadap laju penyerapan air di dalam
usus. Osmolality minuman olahraga yang dianjurkan adalah kurang dari
400 mosm/l H2O. Minuman yang mengandung lebih dari 1,8 % karbohidrat
dapat mengurangi respon dari hormon stress (adrenocorticotropic hormone,
cortisol, catecholamines dan glucagons). Kandungan natrium dalam minuman
isotonik berfungsi sebagai cairan ekstraselular, mempertahankan keseimbangan
air, keseimbangan asam basa, sebagai stimulus saraf dan kontraksi otot.
( Morrison dan Hark, 1999).
Penyerapan ion natrium melalui mekanisme yang berbeda di setiap
bagian dari saluran pencernaan. Ketika makanan yang hipotonik dari pada
plasma tertelan, terjadi penyerapan air dari lumen ke darah, terutama terjadi di
persimpangan yang ketat dan celah interselular diantara enterosit, akibatnya
terjadi penyerapan ion natrium (Rhoades dan Tanner , 2003).
Natrium melewati brush border membrane dengan menuruni gradien
elektrokimia, dan secara aktif dikeluarkan dari sel dengan Na+K
+-ATPase dalam
basal dan lateral membran plasma.. Natrium diserap oleh tubuh, konsentrasinya
diatur oleh adrenal dan kelebihannya dikeluarkan melalui urin dan kulit (Levy
dkk, 2006).
Selain itu bersama dengan kalsium dan kalium natrium akan berperan
dalam transmisi saraf, pengaturan enzim dan kontraksi otot. Hampir sama
dengan natrium, kalium merupakan garam yang dapat secara cepat diserap oleh
tubuh. Setiap kelebihan kalium yang terdapat di dalam tubuh akan dikeluarkan
melalui urin serta keringat. Maughan dan Murray (2001) menjelaskan bahwa
formulasi minuman sebaiknya memiliki keunggulan seperti mendorong kita
untuk mengkonsumsi cairan, merangsang penyerapan cairan secara cepat,
memasok karbohidrat untuk meningkatkan performance, menambah respon
fisiologis dan mengembalikan cairan (rehidrasi) secara cepat.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan
Atmaja (2009) terhadap atlet olah raga pencak silat siswa SMP Dwijendra
Denpasar, hasil penelitiannya menunjukkan bahwa pemberian minum air kelapa
muda mempengaruhi waktu pemulihan dengan rata-rata 205.00 + 65,02 detik dan
pemberian minuman isotonik juga mempengaruhi waktu pemulihan dengan rata-
rata 267,28 + 63,58 detik.
Pemberian cairan yang tepat sangat membantu mengembalikan performa
kerja. Kebutuhan cairan untuk setiap individu tergantung dari jumlah cairan yang
dikeluarkan oleh tubuh. Sumber cairan dan elektrolit untuk memenuhi kebutuhan
tubuh diperoleh dari minuman sebelum dan sesudah beraktivitas.
BAB VII
SIMPULAN DAN SARAN
7.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Mahasaraswati Denpasar didapatkan simpulan sebagai berikut:
1. Pemberian cairan isotonik berkadar natrium 2% dapat memperpendek
waktu pemulihan, rata-rata 13,35+1.02 menit menjadi 12,48 + 1,23 menit
setelah beraktivitas lari sejauh 2,4 km.
2. Pemberian cairan isotonik berkadar natrium 5% dapat memperpendek
waktu pemulihan, rata-rata 13,3+1,06 menit menjadi 12,46+1,21 menit
setelah beraktivitas lari sejauh 2,4 km.
3. Pemberian cairan isotonik berkadar natrium 5% lebih memperpendek
waktu pemulihan dari pada pemberian cairan isotonik berkadar
natrium 2% setelah beraktivitas lari sejauh 2,4 km.
7.2 Saran
Sebagai saran dalam penelitian ini adalah:
1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan pemberian carian isotonik
pada variasi tingkat kebugaran fisik sehingga dapat diketahui
peruntukkannya yang tepat.
2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mineral-
mineral lain yang dapat mempercepat waktu pemulihan setelah
melakukan aktivitas fisik.
DAFTAR PUSTAKA
Adiputra, N. 2002. Denyut Nadi dan Kegunaannya Dalam Ergonomi. Jurnal
Ergonomi Indonesia. 3(1,6) : 22 – 26.
Anonim 1 2011. Minuman Olah Raga, Isotonik dan Energi. Available at:
http://finance.dir.groups.yahoo.com/group/Foodtech-Indonesia/ message/
564 [23 Pebruari 2011].
Anonim. 2011. Modul Biomekanika. Laboratorium APK I Ergonomi. Universitas
Islam Indonesia.
Atmaja, I M. 2009. Pemberian Minuman Air Kelapa Muda Lebih Cepat
Memulihkan Denyut Nadi Daripada Pemberian Minuman Isotonik dan
Teh Manis Pada Pesilat Siswa SMP Dwijendra Denpasar. (tesis).
Denpasar: Universitas Udayana.
Boron, W.F., Boulpaep, E.L. 2006. Medical Physiology A Cellular and
Molecular Approach. Second Edition. Ohio: Saunders Elsevier.
Hal: 1237- 1242, 1261, 1262.
Corbin, C.B. 2008. Concepts of Fitness and Wellness A Comprehensive Lifestyle
Approach. Ed. 7th
. Ney York: The McGraw-Hill Companies Inc. Hal: 48.
Despopoulos ,A., Sibernagl, S. 2000. Atlas Berwarna Dan Teks Fisiologi,
alih bahasaYurita Handojo. Editor Vivi Sadikin. Ed 4 rev. Jakarta:
Hipokrates. hal: 132 -137.
Ganong, W.F.2008. Fisiologi Kedokteran. Editor H.M. Djauhari
Wijayakusumah. Edisi 20. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Grandjean, E. 1993. Fitting the Task to The Man. A Textbook of Occupational
Ergonomics 5. Taylor & francis. London.
Guyton, A.C., Hall J.E. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. alih bahasa
Irawati. Ed. 11. Jakarta: EGC. Hal: 379
Hamidin, A.S. 2010. Kebaikan Air Putih. Penyunting: Retino. Cetakan 1.
Yogyakarta: Media Pressindo. Hal: 29.
Hartanto, W.W. 2007. Terapi Cairan dan Elektrolit Perioperatif. Bagian
Farmakologi Klinik dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas
Padjajaran. Laporan Penelitian.
Irawan, M.A. 2007. Cairan Tubuh, Elektrolit dan Mineral. Polton Sport Science
Brief & Lab. Volume 01. No.1. Available from: http://www.pssplab.com
/ journal/01.pdf [18 Mei 2011].
Karim F. 2002. Panduan Kesehatan Olahraga Bagi Petugas Kesehatan.
Hal: 2 -7
Kuntarti. 2011. Keseimbangan Cairan, Elektrolit, Asam dan Basa. Avaiable
from: http://proemergency-library.blogspot.com/2009/08/keseimbangan -
cairan-elektrolit-asam-dan.html. [26 Januari 2011].
Levy, M.N. Stanton, B.A. Koeppen, B.M. 2006. Berne And Levy Principles of
Physiology. 4th
ed. Editors Matthew N. Levy, Bruce M. Koeppen, Bruce
A. Stanton. Philadelphia: Mosby Inc. hal: 260, 332, 480 – 483, 533.
Masud, I. 1989. Dasar-Dasar Fisiologi kardiovaskuler. Jakarta: EGC. Hal: 126.
Maughan dan Murray. 2001. Minuman Olah Raga, Isotonik dan Energi.
Available from: http://finance.dir.groups.yahoo.com/group/Foodtech-
Indonesia /message/564 [23 peb 2011]
Morrison, G dan Hark, L. 1999. Medical Nutrition and Disease. 2nd
ed.
Massachusetts: Blackwell Science Inc. hal: 44
Mutohir, T.C. Maksum, A. 2007. Sport Development Index: Konsep, Metodelogi
dan Aplikasi. Jakarta: PT Indeks. Hal: 57.
Nala, N. 1992. Kumpulan Tulisan Olahraga. Denpasar: Komite Olahraga
Nasional Indonesia Daerah Bali.
Nala, I G.N. 2002. Prinsip Pelatihan Fisik Olahraga. Denpasar: Komite
Olahraga Nasional Indonesia Daerah Bali. hal. 57
Nur. B.M. 2011. Cairan Tubuh. Avaiable from: http://repository.ui.ac.id/
contents/ koleksi/11/7facbe0010ae548cae100e83cf57da86fd7f5f03.pdf
[23 Pebruari 2011].
Plowman. Sharon, A. Smith, D.L. 2008. Exercise Physiology for Health,
Fittness, and Performance. 2nd
ed. Baltimore: Lippincott Williams &
Wilkins, a Wolters Kluwer Bisiness. Hal: 6.
Pocock, S.J. 2008. Clinical Trials, John Wiley & Sons Ltd, England.
Respati, S. 2008. Peran Ganda Beserta Tingkat Kelelahan Dosen Wanita di
Daerah Istimewa Yogyakarta. Laporan Penelian.
Rhoades, R.A., Tanner, G.A. 2003. Medical Physiology. 2nd
edition.
Philadelphia: Lippincot Williams & Wilkins. Hal: 411, 418, 507.
Sherwood, L. 2001. Fisiologi Manusia Dari Sel Ke Sistem. Alih bahasa Brahm
U. Pendit. Editor Beatrica I. Santoso. Ed. 2. Jakarta: EGC. hal: 340.
Suraatmaja, S. 2005. Kapita Selekta Gastroenterologi Anak. Jakarta: Sagung
Seto. Hal: 44-49, 53-57.
Susanto. 2008. Mekanisme Kerja Minuman Isotonik di Dalam Tubuh. Avaiable
from: http://susantopharmacia.blogspot.com/2008/03/isotonic-drink-do-
we-really-need-it.html
Susilowati. 2008. Pengukuran Status Gizi dengan Antrometri. Avaiable from:
http://www.eurekaindonesia.org/wp-content/upload/antrometri_gizi.pdf
[15 April 2011].
Syaifuddin. 2002. Fungsi Sistem Tubuh Manusia Editor: Monica Ester. Jakarta:
Widya Medika. Hal: 146.
Thomas, Johan K.W, Henhy. 2008. Sistem Pengukur Berat Dan Tinggi Badan
Menggunakan Mikrokontroler AT89S51. Jurnal Teknik Elektro.
Vol: 10: 79-84.
Tortora, G.J., Derrickson, B.. 2009. Principles of Anatomy and Phisiology:
Organization, Support and Movement, and Control of The Human Body.
12th
edition. Volume 1. Asia: John Wiley & Sons, Pte Ltd. Hal: 301-
302.
Tortora, G.J., Derrickson, B.. 2009. Principles of Anatomy and Phisiology:
Maintenance and Continuity of The Human Body. 12th
edition. Volume 2.
Asia: John Wiley & Sons, Pte Ltd.
Williams, S.R. dan Schlenker, E.D. 2003. Essentials of Nutrition and Diet
Therapy. 8th
ed. St. Louis: Mosby, Inc. hal: 354.
Lampiran 1. Daftar Subjek Penelitian
KELOMPOK 1
Waktu Tempuh Lari 2,4 km
(menit)
1 I Gusti Ayu Putu Oka Sulistyawati P. 21 P 50 160 120/80 0:19'51''872'''
2 Ni Nyoman Ayu Maheswari 21 P 48 148 120/80 0:19'53''131'''
3 Putu Ria Purnami 21 P 49 151 120/80 0:18'08''789'''
4 I Gusti Ayu Ngurah Irma Chintyadewi 21 P 64 154 120/70 0:19'30'121'''
5 M. Charista Aditya Sari 21 P 48 156 120/80 0:19'16''556'''
6 Ariyani Goeliling 22 P 49 152 120/70 0:19'11''334'''
7 Ida Ayu Sundari Utami 22 P 50 157 110/80 0:19'28'588'''
8 Desak Putu Novita Dewi 21 P 62 156 100/80 0:19'25''183'''
9 Pande Ayu Wulan Paramita 21 P 52 154 120/70 0:18'31'536'''
10 Putu Indah Febrina Tria Devi 22 P 48 157 100/80 0:18'07''971'''
11 Hadijah Najib Sanad 21 P 65 153 120/70 0:19'35''938'''
12 Novitri Mahawidyani 22 P 57 156 120/80 0:19'22''365'''
13 AA Ayu Trisna 22 P 54 169 120/80 0:19'19''445'''
14 AA Mira Wajayani 21 P 50 163 120/80 0:19'04''035'''
15 Vyna Indriyanthi Adisastra 21 P 55 160 120/80 0:19'02'920'''
16 Putri Indra Dewi Darsana 22 P 54 163 100/70 0:19'02''818'''
17 Ni Made Listiyanti 22 P 54 164 110/80 0:18'03''693'''
18 Ni Putu Riskayanti 22 P 45 158 110/70 0:18'29''523'''
19 Bety Arisanti 21 P 48 166 120/80 0:19'05''348'''
20 I Wayan Rusdianto 22 L 65 168 120/80 0:17'02''433'''
21 I Gede Purnamayanta Putra 22 L 54 169 110/70 0:17'28''325'''
22 I Nyoman Gede Juwita Putra 22 L 55 162 120/80 0:17'33''581'''
23 Putu Arya Swetawijaya 22 L 52 162 120/80 0:16'10''062'''
24 I Putu Pande Sumardana 21 L 64 164 120/80 0:16'15''410'''
25 I Gusti Ngurah Agung Gede Dwija Putra 21 L 66 175 120/80 0:16'03''579'''
26 Anak Agung Gede Bayu Apri Buana 21 L 68 177 120/80 0:16'36''261'''
DAFTAR SUBJEK PENELITIAN
TD (mm/Hg)NO NAMA- UMUR BB (kg) TB (Cm)Jenis Kelamin
KELOMPOK 2
Waktu Tempuh Lari 2,4 km
(menit)
27 Niki Nadia Meygayana 21 P 48 163 120/80 0:18'33''102'''
28 Komang Sri Susilawati 22 P 58 165 120/80 0:18'33''581'''
29 Dian kusuma Rachmawati 21 P 54 163 110/80 0:19'05''256'''
30 Made Anastasia Dwi Cahyani 21 P 54 164 120/80 0:19'27''218'''
31 Pande Made Maha Prasthanika 21 P 45 158 110/70 0:19'04''392'''
32 Made Kurnia Wardhani 22 P 48 164 110/70 0:19'30''689'''
33 Putri Marina Sukmadewi 22 P 66 170 120/80 0:19'05''669'''
34 Arnoldina 22 P 50 169 120/80 0:19'10''629'''
35 Sarra Feryna 21 P 52 154 110/70 0:19'04''960'''
36 Ni Wayan Pertiwi Santi 21 P 48 157 110/70 0:19'15''218'''
37 Ketut Alit Yusi Artini 21 P 60 153 110/70 0:19'04''589'''
38 I Gusti Agung Sitha Komala 21 P 57 156 120/80 0:19'19''664'''
39 Sherly 22 P 45 160 120/80 0:19'04''446'''
40 Dima Putri Saraswati 22 P 50 163 120/80 0:19'22''826'''
41 Shinta Ayu Nani 22 P 55 160 120/80 0;19'03''162'''
42 Nurmita Dewi 22 P 54 163 120/80 0:19'27''218'''
43 Gayatri Handayani Yasa 22 P 54 164 120/80 0:19'04''395'''
44 Sylvia Jessy Kurniawan 21 P 45 158 120/80 0:18'30''689'''
45 Sajiva Purna Yudha 21 L 60 169 120/80 0:16'04'392'''
46 Cokorda Gde Suryabarata 21 L 56 162 120/80 0:18'25''892'''
47 I Putu Gde 21 L 50 164 120/80 0:17'05''955'''
48 Ariastawa 21 L 70 175 110/70 0:17'16''760'''
49 I Nengah adhi Muliharta 21 L 60 168 120/80 0:16'35''902'''
50 I Gede Surya Septadinata 22 L 65 172 120/80 0:16'33''102'''
51 I Made Aditya Paradipta 22 L 60 165 120/80 0:17'06''468'''
52 Putra Swadharma 21 L 63 166 120/80 0:18'06''118'''
TB (Cm) TD (mm/Hg)NO NAMA- UMUR Jenis Kelamin BB (kg)
Lampiran 2 Denyut Nadi Pemulihan Kelompok 1
Denyut Nadi IstirahatDenyut Nadi Aktivitas
denyut nadi / menit denyut nadi / menit 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
1 I Gusti Ayu Putu Oka Sulistyawati P. 74 115 104 89 88 87 85 84 84 83 81 80 78 76 74
2 Ni Nyoman Ayu Maheswari 78 122 120 119 110 105 99 99 98 96 94 90 90 88 85 78
3 Putu Ria Purnami 80 122 120 121 116 107 104 102 100 96 92 90 89 86 86 84 80
4 I Gusti Ayu Ngurah Irma Chintyadewi 80 118 119 112 110 100 98 96 93 90 90 88 88 86 85 80
5 M. Charista Aditya Sari 74 114 109 102 98 99 92 88 86 80 80 78 78 74
6 Ariyani Goeliling 72 124 121 98 90 95 90 86 78 76 76 75 75 73 72
7 Ida Ayu Sundari Utami 80 113 108 102 102 100 100 100 97 96 96 96 94 93 87 85 80
8 Desak Putu Novita Dewi 80 112 110 102 100 98 98 97 94 90 90 89 88 88 88 80
9 Pande Ayu Wulan Paramita 79 110 110 100 97 97 97 94 90 88 88 85 85 84 84 79
10 Putu Indah Febrina Tria Devi 75 115 111 103 96 96 94 90 89 85 83 80 78 78 78 75
11 Hadijah Najib Sanad 78 114 110 103 97 96 93 93 90 88 88 87 84 84 78
12 Novitri Mahawidyani 78 118 118 106 98 98 98 97 94 90 90 89 88 88 85 78
13 AA Ayu Trisna 70 120 120 102 90 88 84 80 78 78 75 72 72 70
14 AA Mira Wajayani 78 114 114 105 100 96 95 90 89 88 83 82 80 80 78
15 Vyna Indriyanthi Adisastra 78 120 118 113 108 98 95 90 90 86 84 84 80 79 79 78
16 Putri Indra Dewi Darsana 80 113 112 107 100 98 97 97 94 92 90 87 85 84 84 80
17 Ni Made Listiyanti 80 123 122 112 106 105 102 102 100 98 98 96 95 93 93 86 80
18 Ni Putu Riskayanti 80 113 110 102 98 98 98 94 93 90 90 90 89 87 87 80
19 Bety Arisanti 70 114 113 106 92 88 84 80 78 78 75 72 72 70
20 I Wayan Rusdianto 78 115 116 107 100 100 98 97 94 90 88 85 85 84 81 78
21 I Gede Purnamayanta Putra 71 120 119 109 90 88 84 80 78 78 75 72 72 71
22 I Nyoman Gede Juwita Putra 70 113 113 102 96 88 84 80 78 78 75 72 72 70
23 Putu Arya Swetawijaya 70 116 116 106 92 88 84 80 78 78 75 74 72 72 70
24 I Putu Pande Sumardana 78 118 118 113 100 95 94 90 89 84 83 80 80 79 78
25 I Gusti Ngurah Agung Gede Dwija P 73 120 114 107 98 90 86 82 80 77 75 74 74 73
26 Anak Agung Gede Bayu Apri Buana 74 117 114 108 96 90 87 84 82 80 79 76 76 74
DENYUT NADI PEMULIHAN KELOMPOK 1
NO NAMADenyut Nadi Pemulihan (denyut nadi/menit)
DENYUT NADI PEMULIHAN KELOMPOK 1 SETELAH PERLAKUAN
Denyut Nadi IstirahatDenyut Nadi Aktivitas
denyut nadi / menit denyut nadi / menit 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
1 I Gusti Ayu Putu Oka Sulistyawati P. 73 116 110 96 88 87 85 84 84 83 81 80 78 73
2 Ni Nyoman Ayu Maheswari 80 119 118 115 110 105 99 99 98 96 94 90 90 88 85 80
3 Putu Ria Purnami 78 120 116 110 104 102 100 96 92 90 89 88 88 84 80 80 78
4 I Gusti Ayu Ngurah Irma Chintyadewi 72 115 112 110 100 98 96 93 90 88 85 80 78 75 72
5 M. Charista Aditya Sari 73 118 110 98 99 92 88 86 80 80 78 78 73
6 Ariyani Goeliling 76 117 110 106 100 98 95 93 90 92 90 86 78 78 76
7 Ida Ayu Sundari Utami 75 120 118 112 106 100 100 98 97 96 90 86 80 77 77 75
8 Desak Putu Novita Dewi 75 120 116 112 109 98 98 97 94 90 90 89 88 88 80 75
9 Pande Ayu Wulan Paramita 74 115 113 100 98 97 97 94 90 88 87 82 80 78 74
10 Putu Indah Febrina Tria Devi 76 120 111 103 96 96 94 90 89 85 83 80 78 78 78 76
11 Hadijah Najib Sanad 80 112 103 97 96 93 93 90 88 88 87 84 84 82 80
12 Novitri Mahawidyani 75 112 106 100 98 98 97 94 90 90 89 88 88 88 82 75
13 AA Ayu Trisna 74 110 102 90 88 84 80 78 78 75 75 75 74
14 AA Mira Wajayani 75 117 113 100 96 95 90 89 88 83 82 80 80 78 75
15 Vyna Indriyanthi Adisastra 78 122 118 113 108 98 95 90 90 86 84 84 80 79 79 78
16 Putri Indra Dewi Darsana 80 118 112 107 100 98 98 97 94 92 90 87 85 84 80
17 Ni Made Listiyanti 80 123 122 114 108 105 102 102 100 98 98 96 95 93 93 80
18 Ni Putu Riskayanti 77 115 112 102 100 98 98 94 93 90 90 90 89 87 87 77
19 Bety Arisanti 73 120 113 106 92 88 84 80 78 78 75 75 73
20 I Wayan Rusdianto 73 114 108 107 100 100 98 97 94 90 88 85 80 75 75 73
21 I Gede Purnamayanta Putra 70 118 119 109 90 88 84 80 78 78 75 72 72 70
22 I Nyoman Gede Juwita Putra 72 120 113 102 96 88 84 80 78 78 75 73 72
23 Putu Arya Swetawijaya 74 120 116 106 92 88 84 80 78 78 78 78 74
24 I Putu Pande Sumardana 78 116 116 112 100 95 94 90 89 84 83 80 80 79 78
25 I Gusti Ngurah Agung Gede Dwija P 74 121 114 107 98 90 86 82 80 77 75 75 75 74
26 Anak Agung Gede Bayu Apri Buana 70 120 114 108 96 90 87 84 82 80 79 76 70
NO NAMA-Denyut Nadi Pemulihan (denyut nadi/menit)
Lampiran 3 Denyut nadi pemulihan kelompok 2
Denyut Nadi Denyut Nadi
Istirahat Aktivitas 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
27 Niki Nadia Meygayana 80 113 108 102 102 100 100 100 97 96 96 96 90 87 83 83 80
28 Komang Sri Susilawati 80 116 110 102 100 98 98 97 94 90 90 89 88 88 88 86 80
29 Dian kusuma Rachmawati 78 110 110 100 97 97 97 94 90 88 88 85 85 84 80 78
30 Made Anastasia Dwi Cahyani 75 115 111 103 96 96 94 90 89 85 83 80 78 78 78 76 75
31 Pande Made Maha Prasthanika 77 112 110 103 97 96 93 93 90 88 88 87 84 84 77
32 Made Kurnia Wardhani 78 118 118 106 98 98 98 97 94 90 90 89 88 88 80 78
33 Putri Marina Sukmadewi 70 120 120 102 90 88 84 80 78 78 75 72 72 70
34 Arnoldina 78 114 114 105 100 96 95 90 89 88 83 82 80 80 78
35 Sarra Feryna 78 120 118 113 108 98 95 90 90 86 84 84 80 79 79 78
36 Ni Wayan Pertiwi Santi 70 114 113 106 92 88 84 80 78 78 75 72 72 70
37 Ketut Alit Yusi Artini 79 115 116 107 100 100 98 97 94 90 88 85 85 84 81 79
38 I Gusti Agung Sitha Komala 71 120 119 109 90 88 84 80 78 78 75 72 72 71
39 Sherly 70 113 113 102 96 88 84 80 78 78 75 72 72 70
40 Dima Putri Saraswati 71 116 116 106 92 88 84 80 78 78 75 74 72 72 71
41 Shinta Ayu Nani 78 123 120 113 100 95 94 90 89 84 83 80 80 79 78
42 Nurmita Dewi 73 115 114 107 98 90 86 82 80 77 75 74 74 73
43 Gayatri Handayani Yasa 74 117 114 108 96 90 87 84 82 80 79 76 76 74
44 Sylvia Jessy Kurniawan 74 115 104 89 88 87 85 84 84 83 81 80 78 76 76 74
45 Sajiva Purna Yudha 75 125 120 119 110 105 99 99 98 96 94 90 86 82 78 75
46 Cokorda Gde Suryabarata 76 123 120 121 116 107 104 102 100 96 92 90 89 86 80 76
47 I Putu Gde 76 122 119 112 110 100 98 96 93 90 90 88 88 86 76
48 Ariastawa 74 114 109 102 90 99 92 88 86 80 80 78 78 74
49 I Nengah adhi Muliharta 72 124 121 98 90 95 90 86 78 76 76 75 75 72
50 I Gede Surya Septadinata 76 125 120 119 110 105 99 99 98 96 94 90 90 88 85 76
51 I Made Aditya Paradipta 80 125 120 121 116 107 104 102 100 96 92 90 89 86 86 80
52 Putra Swadharma 80 124 119 112 110 100 98 96 93 90 90 88 88 86 85 82 80
Denyut Nadi Denyut Nadi
Istirahat Aktivitas 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
27 Niki Nadia Meygayana 80 122 119 115 110 109 105 102 97 93 90 87 85 82 82 80
28 Komang Sri Susilawati 80 120 118 114 112 110 108 103 100 98 94 92 88 87 85 84 80
29 Dian kusuma Rachmawati 70 118 116 114 109 97 84 80 78 75 72 72 70
30 Made Anastasia Dwi Cahyani 78 116 110 108 102 98 97 96 95 92 90 86 85 80 78
31 Pande Made Maha Prasthanika 79 114 110 108 105 102 100 98 95 92 88 85 83 80 79
32 Made Kurnia Wardhani 80 123 118 115 110 108 107 103 99 97 94 90 88 83 83 80
33 Putri Marina Sukmadewi 75 116 112 110 104 100 98 95 90 86 82 80 79 75
34 Arnoldina 74 116 112 111 105 100 97 94 90 88 83 80 76 75 74
35 Sarra Feryna 70 123 117 114 107 105 102 97 93 80 76 72 72 70
36 Ni Wayan Pertiwi Santi 80 121 119 116 110 108 104 100 98 94 90 87 85 83 80
37 Ketut Alit Yusi Artini 72 116 115 113 100 97 93 88 83 78 75 74 72
38 I Gusti Agung Sitha Komala 80 116 115 112 107 105 98 96 94 90 90 88 85 84 80
39 Sherly 75 119 115 112 103 99 94 90 87 84 80 78 75
40 Dima Putri Saraswati 72 123 118 112 103 99 93 88 85 80 79 76 74 72
41 Shinta Ayu Nani 80 123 116 114 108 103 102 98 94 93 90 86 83 83 80
42 Nurmita Dewi 76 117 115 112 109 105 103 96 92 89 84 78 78 76
43 Gayatri Handayani Yasa 72 116 113 107 98 92 90 89 82 77 73 73 72
44 Sylvia Jessy Kurniawan 75 115 113 109 104 100 98 96 92 89 85 83 78 78 75
45 Sajiva Purna Yudha 80 120 116 112 110 108 103 99 96 93 89 88 84 84 82 80
46 Cokorda Gde Suryabarata 79 118 115 113 107 105 102 96 93 90 87 84 81 80 79
47 I Putu Gde 71 116 114 110 106 95 89 84 80 78 74 72 71
48 Ariastawa 78 117 114 111 107 102 98 97 94 89 88 84 80 79 78
49 I Nengah adhi Muliharta 74 123 118 114 108 97 94 90 84 81 78 76 74
50 I Gede Surya Septadinata 72 118 114 113 98 93 88 83 80 78 75 72
51 I Made Aditya Paradipta 78 116 115 113 109 107 104 99 97 94 89 85 83 80 78
52 Putra Swadharma 75 115 113 110 100 97 93 90 89 86 82 79 76 76 75
NO NAMA-Denyut Nadi Pemulihan (menit)
Denyut Nadi Pemulihan (Menit)
DENYUT NADI PEMULIHAN KELOMPOK 2
DENYUT NADI PEMULIHAN KELOMPOK 2 SETELAH PERLAKUAN
NO NAMA
Lampiran 4 Tabel waktu pemulihan
pre post
1 I Gusti Ayu Putu Oka Sulistyawati P. 13 12
2 Ni Nyoman Ayu Maheswari 14 14
3 Putu Ria Purnami 15 15
4 I Gusti Ayu Ngurah Irma Chintyadewi 14 13
5 M. Charista Aditya Sari 12 11
6 Ariyani Goeliling 13 13
7 Ida Ayu Sundari Utami 15 14
8 Desak Putu Novita Dewi 14 14
9 Pande Ayu Wulan Paramita 14 13
10 Putu Indah Febrina Tria Devi 14 14
11 Hadijah Najib Sanad 13 13
12 Novitri Mahawidyani 14 14
13 AA Ayu Trisna 12 11
14 AA Mira Wajayani 13 13
15 Vyna Indriyanthi Adisastra 14 14
16 Putri Indra Dewi Darsana 14 13
17 Ni Made Listiyanti 15 14
18 Ni Putu Riskayanti 14 14
19 Bety Arisanti 12 11
20 I Wayan Rusdianto 14 14
21 I Gede Purnamayanta Putra 12 12
22 I Nyoman Gede Juwita Putra 12 11
23 Putu Arya Swetawijaya 13 11
24 I Putu Pande Sumardana 13 13
25 I Gusti Ngurah Agung Gede Dwija Putra 12 12
26 Anak Agung Gede Bayu Apri Buana 12 11
Tabel
Waktu Pemulihan Kelompok 1
NO NAMAWaktu Pemulihan (menit)
pre post
27 Niki Nadia Meygayana 15 14
28 Komang Sri Susilawati 15 15
29 Dian kusuma Rachmawati 14 11
30 Made Anastasia Dwi Cahyani 15 13
31 Pande Made Maha Prasthanika 13 13
32 Made Kurnia Wardhani 14 14
33 Putri Marina Sukmadewi 12 12
34 Arnoldina 13 13
35 Sarra Feryna 14 12
36 Ni Wayan Pertiwi Santi 12 13
37 Ketut Alit Yusi Artini 14 11
38 I Gusti Agung Sitha Komala 12 13
39 Sherly 12 11
40 Dima Putri Saraswati 13 12
41 Shinta Ayu Nani 13 13
42 Nurmita Dewi 12 12
43 Gayatri Handayani Yasa 12 11
44 Sylvia Jessy Kurniawan 14 13
45 Sajiva Purna Yudha 14 14
46 Cokorda Gde Suryabarata 14 13
47 I Putu Gde 13 11
48 Ariastawa 13 13
49 I Nengah adhi Muliharta 12 11
50 I Gede Surya Septadinata 14 10
51 I Made Aditya Paradipta 14 13
52 Putra Swadharma 15 13
NO NAMAwaktu pemulihan (menit)
Lampiran 5
Uji Normalitas Data
Tests of Normality
Kelompok
Kolmogorov-
Smirnov Shapiro-Wilk
perlakuan Statistic df Sig. Statistic df Sig.
dnipre 1 .277 26 .000 .840 26 .001
2 .155 26 .108 .921 26 .047
dnapre 1 .169 26 .054 .946 26 .183
2 .167 26 .062 .918 26 .041
dni pos 1 .141 26 .196 .942 26 .149
2 .179 26 .032 .882 26 .006
dna pos 1 .190 26 .017 .939 26 .126
2 .207 26 .006 .870 26 .003
Waktu pemulihan
pre 1 .240 26 .000 .862 26 .002
2 .219 26 .002 .867 26 .003
waktu pemulihan pos 1 .206 26 .006 .863 26 .003
2 .249 26 .000 .915 26 .034
a. LilieforsSignificanceCorrection
Keterangan:
dni : denyut nadi istirahat
dna : denyut nadi aktivitas
Tests of Normality
Kelompok Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk
Perlakuan Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Umur 1 .356 26 .000 .637 26 .000
2 .376 26 .000 .630 26 .000
Berat badan 1 .183 26 .025 .891 26 .010
2 .110 26 .200* .961 26 .417
Tinggi
badan 1 .111 26 .200* .970 26 .615
2 .134 26 .200* .979 26 .859
*. Thisis a lowerbound of thetruesignificance
a. LillieorsSignificanceCorrection
KELOMPOK PERLAKUAN 1
Descriptif Statistics
N Mean Std. Deviation Minimum Maximum
Waktu pemulihan 1 pre 26 13,3462 1,01754 12,00 15,00
Waktu pemulihan 1 pos 26 12,8462 1,25514 11,00 15,00
Wilcoxon Signed Ranks Test
Ranks
N MeanRank
Sum of
Ranks
Waktu pemulihan 1 pos- NegativeRanks 12
a
6.50 78.00
Waktu pemulihan 1 pre- PostiveRanks 0b .00 .00
Ties 14c
Total 26
a. Waktu pemulihan 1 pos < waktu pemulihan 1 pre
b. Waktu pemulihan 1 pos > waktu pemulihan 1 pre
c. Waktu pemulihan 1 pos = waktu pemulihan 1 pre
Test Statistics a
waktu pemulihan 1 pos -
waktu pemulihan 1 pre
Z -3,357 a
Asymp. Sig. (2-tailed) .001
KELOMPOK PERLAKUAN 2
DescriptiveStatistics
N Mean
Std.
Deviation Minimum Maximum
Waktu pemulihan 2 pre 26 13,3846 1,06120 12.00 15.00
Waktu pemulihan 2 pos 26 12,4615 1,20767 10.00 15.00
Ranks
N MeanRank
Sum of
Ranks
Waktu pemulihan 2 pos - NegativeRanks 15 a 9,47 142,00
Waktu pemulihan 2 pre PositiveRanks 2 b 5,50 11,00
Ties 9 c
Total 26
a. Waktu pemulihan 2 pos < waktu pemulihan 2 pre
b. Waktu pemulihan 2 pos > waktu pemulihan 2 pre
c. Waktu pemulihan 2 pos = waktu pemulihan 2 pre
Test Statisticsb
Waktu pemulihan 2 pos -
waktu pemulihan 2 pre
Z - 3,180 a
Asymp. Sig. (2-tailed) ,001
Mann-Whitney Test
Ranks
Kelompok N MeanRank Sum of Ranks
perlakuan
Waktu pemulihan pre 1 26 26,25 682,50
2 26 26,75 695,50
Total 52
Waktu pemulihan pos 1 26 29,02 754,50
2 26 23,98 623,50
Total 52
Test Statisticsa
Waktu pemulihan pre Waktu pemulihan pos
Mann-Whitney U 331,500 272,500
Wilcoxon W 682,500 623,500
Z -,124 -1,242
Asymp. Sig. (2-tailed) ,901 ,214
a. GroupingVariable: kelompok perlakuan
Lampiran 6. Gambar alat dan bahan penelitian.
Gambar a.Sphygmomanometer Gambar b. Stetoskop
Gambar c. Timbangan Badan
Gambar d. Hygrometer dan Thermometer Gambar e. Stop Watch
Gambar f. Minuman isotonik 1 dan minuman isotonik 2
Lampiran 7. Gambar pelaksanaan penelitian.
Gambar a. Posisi jari saat pemeriksaan denyut nadi sebelum melakukan
akitivitas
Gambar b. Pemeriksaan denyut nadi sebelum melakukan akitivitas
Gambar c. Start pelaksaan aktivitas lari 2,4 km
Gambar d. Akitivitas lari 2,4 km
Gambar e. Pemeriksaan denyut nadi pemulihan setelah melakukan aktivitas
Gambar f. Pemeriksaan denyut nadi pemulihan setelah melakukan aktivitas
PENJELASAN YANG DISAMPAIKAN KEPADA PENDERITA SEBELUM
MENANDATANGANI FORMULIR PERSETUJUAN IKUT SERTA DALAM
PENELITIAN
(Informed consent)
Pendahuluan
Informed consent pada dasarnya untuk menghargai hak-hak individu
guna memperoleh penjelasan lengkap dan tepat yang berkaitan dengan penelitian
yang akan dijalankan sebelum membuat keputusan yang benar.
Informed consent hendaknya mengandung hal-hal penting sebagai
berikut:
1. Penjelasan terinci serta pemakaian bahasa yang mudah dimengerti yang
berkaitan dengan penelitian yang akan dilakukan.
2. Adanya jaminan bahwa penderita mendapatkan kebebasan untuk
memutuskan apakan akan ikut serta atau menolak, sebab secara moral
dan legal penderita memiliki hak untuk itu.
Penelitian ini berjudul :
KANDUNGAN NATRIUM 2% DAN 5% DALAM MINUMAN ISOTONIK
MEMPERPENDEK WAKTU PEMULIHAN
Latar Belakang
Kesehatan tubuh manusia tidak hanya tergantung dari jenis makanan
yang dikonsumsi, tetapi juga dari aktivitas atau latihan fisik yang dilakukan.
Dalam suatu aktivitas fisik, tubuh manusia akan menghasilkan perubahan baik
dalam konsumsi oksigen, heart rate, temperatur tubuh dan perubahan senyawa
kimia dalam tubuh.
Aktivitas fisik berpotensi meningkatkan frekuensi denyut nadi bila
mempunyai beban aktivitas yang tinggi. Hal ini disebabkan karena semakin
tinggi aktivitas tubuh maka semakin tinggi peningkatan aliran darah untuk
mensuplai zat makanan dan O2 ke jaringan otot sehingga jantung berkontraksi
lebih cepat dan kuat yang akan meningkatkan frekuensi denyut nadi.
Peningkatan panas di dalam tubuh baik dari hasil metabolisme energi
ataupun hasil dari kontraksi otot saat beraktivitas, air yang berada di dalam
sirkulasi aliran darah (darah mengandung air sekitar 83 %) akan menyerap panas
dan mengeluarkannya pada permukaan kulit melalui kelenjar keringat.
Keringat yang hilang selama beraktivitas bervariasi antara 0,4 – 2,6 liter
perjam tergantung individu dan jenis aktivitasnya. Hal ini menyebabkan tubuh
kehilangan mineral-mineral seperti sodium, potasium, magnesium, iron dan zinc.
Sodium berfungsi untuk mengatur pH darah, keseimbangan cairan dan tekanan
osmosis sehinga tidak terjadi pengerutan sel akibat perbedaan tekanan.
Potassium berfungsi untuk mengatur pH, keseimbangan cairan dan tekanan
osmosis pada cairan intraselular. Magnesium berfungsi dalam relaksasi otot.
Kehilangan keringat dapat mempengaruhi keseimbangan elektrolit tubuh.
Cairan isotonik dapat membantu menggantikan cairan dan elektrolit yang
hilang melalui keluarnya keringat. Cairan isotonik dengan cepat meresap ke
dalam tubuh karena osmolaritas yang baik dan terdiri dari elektrolit – elektrolit
untuk membantu menggantikan cairan tubuh. Komposisi elektrolit yang mirip
dengan cairan tubuh memudahkan penyerapan, segera menggantikan air dan
elektrolit yang hilang dari dalam tubuh setelah melakukan aktivitas fisik.
Minuman isotonik sebagai pengganti ion tubuh yang ada dipasaran
memiliki komposisi air, gula, asam sitrat, natrium sitrat, natrium klorida, kalium
klorida, kalium laktat, magnesium karbonat dan perasa sitrus.
Kinerja fisik atau performance seseorang tergantung pada suatu tingkat
kebugaran, status gizi maupun asupan cairan dan mineral yang cukup untuk
memepertahankan performance selama waktu aktivitas berlangsung.
Bila aktivitas fisik dilakukan dengan kemampuan maksimal maka cairan
tubuh akan banyak keluar, sebagai upaya untuk menjaga temperatur tubuh dan
keseimbangan asam basa. Semakin banyak keringat yang keluar maka cairan
yang ada dalam tubuh akan berkurang, dan akan menimbulkan kelelahan.
Atas dasar uraian di atas, maka diadakan penelitian untuk dapat
mempercepat waktu pemulihan kembali ke keadaan sebelumnya dengan cara
pemberian cairan isotonik sehingga dapat mengembalikan kinerja fisik.
Penelitian ini dilakukan pada mahasiswa di FKG Universitas
Mahasaraswati Denpasar.
Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Apakah pemberian cairan isotonik berkadar natrium 2% dapat
memperpendek waktu pemulihan setelah melakukan aktivitas berupa lari
sejauh 2,4 km pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Mahasaraswati Denpasar?
2. Apakah pemberian cairan isotonik berkadar natrium 5% dapat
memperpendek waktu pemulihan setelah melakukan aktivitas berupa lari
sejauh 2,4 km pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Mahasaraswati Denpasar?
3. Apakah pemberian cairan isontonik berkadar natrium 5% lebih
memperpendek waktu pemulihan dari pada pemberian cairan isotonik
berkadar natrium 2% setelah melakukan aktivitas berupa lari sejauh 2,4
km pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Mahasaraswati Denpasar?
Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah:
a. Untuk mengetahui bahwa pemberian cairan isotonik dapat mempercepat
pemulihan setelah berlari sejauh 2,4 km pada mahasiswa Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Mahasaraswati Denpasar.
b. Untuk mengetahui apakah pemberian cairan isontonik berkadar natrium
5% lebih cepat pemulihan dari pada pemberian cairan isotonik berkadar
natrium 2% setelah melakukan aktivitas berupa lari sejauh 2,4 km.
Manfaat Penelitian
a. Sebagai bahan informasi mengenai cairan isotonik yang dapat
mempercepat waktu pemulihan kembali ke keadaan sebelum beraktivitas
sehingga dapat memperbaiki kinerja fisik (performance).
b. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai pedoman untuk meneliti
lebih mendalam mengenai cairan isotonik dalam mempercepat
pemulihan.
Tatalaksana Penelitian
1. Mempersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Sampel dipilih sesuai kriteria inklusi dan eksklusi.
3. Mengukur denyut nadi awal sebelum orang coba melakukan aktivitas
berupa lari sejauh 2,4 km. Denyut nadi diraba pada arteri radialis lengan
kanan. Kecepatan denyut nadi diukur secara manual dengan metode 10
denyut, dan dicatat.
4. 30 Menit sebelum melakukan aktivitas, kelompok 1 diberi minuman
isotonik yang berkadar natrium 2% dan kelompok 2 diberi minuman
isotonik yang berkadar natrium 5%.
5. Sampel melakukan aktivitas berupa lari sejauh 2,4 km.
6. Kelompok 1 : Setelah sampai di garis finish segera berhenti dan tetap
dalam posisi berdiri, denyut nadi diraba pada arteri radialis lengan kanan
diukur kecepatan denyut nadinya secara manual dengan metode 10
denyut (denyut nadi aktivitas), dan dicatat. Kemudian ikuti dengan
mengukur kecepatan denyut nadi pemulihan 1 saat 30 detik pertama,
denyut nadi pemulihan 2 pada menit ke 2 dan seterusnya ikuti sampai
kecepatan denyut nadi kembali seperti sebelum beraktivitas.
Kelompok 2 : Setelah sampai di garis finish segera berhenti dan tetap
dalam posisi berdiri, denyut nadi diraba pada arteri radialis lengan kanan
diukur kecepatan denyut nadinya secara manual dengan metode 10
denyut (denyut nadi aktivitas), dan dicatat, Kemudian ikuti dengan
mengukur kecepatan denyut nadi pemulihan 1 saat 30 detik pertama,
denyut nadi pemulihan 2 pada menit ke 2 dan seterusnya ikuti sampai
kecepatan denyut nadi kembali seperti sebelum beraktivitas.
7. Pegumpulan data
Hal-hal lain yang perlu mendapatkan perhatian :
1. Penelitian ini bersifat sukarela, untuk mahasiswa FKG Univ.
Mahasaraswati Denpasar dan tida
2. Tidak akan berpengaruh terhadap studinya.
3. Walaupun prosedur penelitian telah dijalankan secara cermat, apabila
terjadi ketidaknyamanan selama penelitian berlangsung maka akan
dirundingkan bersama.
4. Karena penelitian ini bersifat sukarela maka peserta penelitian dapat
mengundurkan diri jika menemukan hal-hal yang dirasa merugikan.
5. Hasil-hasil penelitian ini sepenuhnya akan dipakai untuk keperluan
keilmuan, tidak untuk kepentingan publikasi (media masa).
6. Penjelasan ini serta surat persetujuan dibuat rangkap dua, satu untuk
peneliti dan satu untuk peserta penelitian.
Penutup
Untuk dapat berlangsungnya penelitian ini dengan baik, maka mutlak
diperlukan kerjasama antara peserta penelitian dengan peneliti.
Persetujuan Setelah Penjelasan (PSP)
Informed consent
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : ................................................................................
Umur : ................................................................................
Jenis Kelamin : ................................................................................
Alamat : .......................................................................................................
Setelah mendapatkan penjelasan secukupnya serta memahami dan
menyadari manfaat dan resiko penelitian yang berjudul:
KANDUNGAN NATRIUM 2% DAN 5% DALAM MINUMAN ISOTONIK
MEMPERPENDEK WAKTU PEMULIHAN
Dengan ini menyatakan setuju untuk diikut sertakan dalam penelitian,
mematuhi segala ketentuan-ketentuan penelitian dan bersedia untuk dilakukan
tindakan medis berupa pemeriksaan tekanan darah, denyut nadi dan pemberian
minuman isotonik.
Demikian pernyataan persetujuan ini saya buat dengan penuh kesadaran
dan tanpa paksaan.
Denpasar, ............................................
Yang menyetujui
Penanggung jawab penelitian Peserta penelitian
(drg. Norman Hidajah) (...................................................)