Kalium Permanganat

20
Kalium Permanganat (KMnO4) INFORMASI BAHAN SINGKAT Berbentuk padat. Sangat reaktif dengan bahan-bahan organik, logam, asam. Reaktif dengan mengurangi agen, bahan mudah terbakar. Dapat bereaksi hebat dengan kebanyakan logam, ammonia, ammonium garam, phosphorous, banyak dibagi halus organik compounds (bahan), cairan, asam, belerang. SIFAT-SIFAT BAHAYA 1.BAHAYA KESEHATAN Berbahaya jika terjadi kontak kulit (yg mengganggu), dari kontak mata (yg mengganggu), dari proses menelan, dari inhalasi. Agak berbahaya dalam kasus kontak kulit (permeator). Korosif mungkin untuk mata dan kulit. Jumlah tergantung kerusakan jaringan panjang pada kontak. Kontak mata dapat menyebabkan kerusakan atau corneal kebutaan. Kontak kulit dapat menghasilkan radang dan blistering. Inhalasi zat akan menghasilkan iritasi ke perut usus atau saluran pernafasan, dicirikan oleh bersin dan batuk. Bila terhrup secara berlebihan dapat merusak paru-paru, shock, ketidaksadaran atau kematian. 2.BAHAYA KEBAKARAN Tidak mudah terbakar akan tetapi akan terbakar spontan apabila kontak dengan ethylene glycol.

description

farmasi

Transcript of Kalium Permanganat

Page 1: Kalium Permanganat

Kalium Permanganat (KMnO4)

INFORMASI BAHAN SINGKAT

Berbentuk padat. Sangat reaktif dengan bahan-bahan organik, logam, asam. 

Reaktif dengan mengurangi agen, bahan mudah terbakar. Dapat bereaksi hebat dengan

kebanyakan logam, ammonia, ammonium garam, phosphorous, banyak dibagi halus organik

compounds (bahan), cairan, asam, belerang.

SIFAT-SIFAT BAHAYA

1.BAHAYA KESEHATAN

Berbahaya jika terjadi kontak kulit (yg mengganggu), dari kontak mata (yg mengganggu), dari

proses menelan, dari inhalasi. Agak berbahaya dalam kasus kontak kulit (permeator). Korosif

mungkin untuk mata dan kulit. Jumlah tergantung kerusakan jaringan panjang pada kontak.

Kontak mata dapat menyebabkan kerusakan atau corneal kebutaan. Kontak kulit dapat

menghasilkan radang dan blistering. Inhalasi zat akan menghasilkan iritasi ke perut usus atau

saluran pernafasan, dicirikan oleh bersin dan batuk. Bila terhrup secara berlebihan dapat merusak

paru-paru, shock, 

ketidaksadaran atau kematian.

2.BAHAYA KEBAKARAN

Tidak mudah terbakar akan tetapi akan terbakar spontan apabila kontak dengan ethylene glycol. 

3.BAHAYA REAKTIVITAS 

MUTAGENIC EFEK : Mutagenic untuk bakteri dan / atau ragi. 

Zat mungkin beracun ke ginjal, hati, kulit, sistem saraf pusat (CNS). 

Apabila zat terkena mata dapat menghasilkan iritasi mata. Bila terkena kulit dapat menghasilkan

kulit kehancuran, atau infeksi kulit. Bila terhirup dapat menghasilkan berbeda-beda pernafasan

iritasi paru-paru atau kerusakan. 

SIFAT-SIFAT FISIKA

Fisik : solid/ zat padat

Page 2: Kalium Permanganat

Bau : tidak berbau

Rasa : agak manis

Berat molekul : 158,03 g/mol

Warna : ungu

Berat jenis : 2,7 @ 15 C

KESELAMATAN DAN PENGAMANAN

Apabila terkena mata segera dibilas dengan air paling tidak 15 menit, air dingin dapat digunakan.

Kemudian segera meminta pertolongan medis.Segera mendapatkan perhatian medis.

Apabila terkena kulit, segera dibilas dengan air sekurang-kurangnya 15 menit. Bila terkena

pakaian dan sepatu segera cuci dengan air dingin dan sabun. 

Inhalasi: 

Apabila terhirup di saluran pernapasan, segera pergi ke tempat yang berudara segar. Jika tidak

dapat bernapas, dapat diberikan pernafasan buatan.Apabila sulit bernapas segera diberi Oksigen.

Segera beri tindakan medis.

PERINGATAN: Ini mungkin berbahaya kepada orang yang memberikan bantuan untuk

memberikan pernafasan buatan dari mulut ke mulut karena bahan bersifat racun dan korosif.

INFORMASI LINGKUNGAN

Tidak berbahaya untuk lingkungan. Bersifat korosif.

Opsi pk ke 2

Kalium permanganat memiliki nama lain yaitu chameleon mineral, CI 77755, kristal condy’s

dan cairox. Merupakan kristal yang berwarna ungu menjadi kristal perunggu dan stabil. Apabila

kontak dengan senyawa yang mudah menyala akan menyebabkan kebakaran dan dijauhkan dari

senyawa pereduksi, asam kuat, material organik, peroksida, alkohol dan senyawa kimia logam

aktif. Kalium permanganat merupakan oksidator kuat.

Sifat-sifat fisik dari kalium permanganat adalah

Page 3: Kalium Permanganat

1 Penampakan Kristal ungu seperti kristal perunggu

2 Titik lebur 150 0C (terdekomposisi)

Dari hasil penelitian toksisitas kalium permanganat adalah sebagai berikut:

Apabila dimakan oleh tikus dengan dosis 1090-2157 mg/kg mengakibatkan kematian

sebanyak 50 % (LD50).

Apabila dimakan oleh wanita dengan konsentrasi terkecil 100 mg/kg mengakibatkan

kematian.

Apabila dimakan oleh babi dengan dosis 1151 mg/kg mengakibatkan kematian sebanyak

50 % (LD50).

Senyawa ini panas apabila dimakan atau dihisap, juga mengakibatkan panas apabila terjadi

kontak dengan kulit. Dengan sedikit larutan potasium permanganat dapat menyebabkan

melarutkan seng dengan menggunakan air yang banyak.

Asam Klorida

Didih: 108.58 C @ 760 mmHg (untuk 20,22% HCl dalam air) 83 C @ 760 mmHg (untuk 31%

HCl dalam air) 50,5 C (untuk 37% HCl dalam air)

Melting Point: -62,25 ° C (-80 ° F) (20,69% HCl dalam air) -46,2 C (31,24% HCl dalam air) -

25,4 C (39,17% HCl dalam air)

Spesifik Gravity: 1,1-1,19 (Air = 1) 1.10 (20% dan 22% HCl solusi) 1,12 (24% HCl solusi) 1,15

(29,57% HCl solusi) 1,16 (32% HCl solusi) 1,19 (37% dan 38% HCl solusi)

Tekanan Uap: 16 kPa (@ 20 ° C) rata-rata

Kepadatan uap: 1,267 (Air = 1)

Bau Threshold: 0,25 sampai 10 ppm

Page 4: Kalium Permanganat

Properti Dispersi: Lihat kelarutan dalam air, dietil eter.

Kelarutan: Larut dalam air dingin, air panas, dietil eter.

Stabilitas: Produk ini stabil.

Kondisi Ketidakstabilan: bahan yang tidak kompatibel, air Ketidakcocokan dengan berbagai zat:

Sangat reaktif dengan logam. Reaktif dengan agen oksidasi, bahan organik, alkali, air.

Korosivitas: Sangat korosif di hadapan aluminium, tembaga, stainless steel (304), dari stainless

steel (316). Non-korosif terhadap kaca.

Keterangan khusus tentang Reaktivitas: Bereaksi dengan air terutama ketika air ditambahkan ke

produk. Penyerapan gas hidrogen klorida pada merkuri sulfat menjadi kekerasan @ 125 deg.

Natrium C. bereaksi sangat hebat dengan hidrogen klorida gas. Kalsium fosfida dan asam klorida

mengalami reaksi yang sangat energik. Bereaksi dengan oksidasi melepaskan gas klorin. Tidak

kompatibel dengan, alkali logam, karbida, borida, oksida logam, vinil asetat, acetylides, sulfida,

phosphides, sianida, karbonat. Bereaksi dengan kebanyakan logam untuk menghasilkan gas

Hidrogen mudah terbakar. Bereaksi hebat (reaksi moderat dengan panas evolusi) dengan

air air terutama ketika ditambahkan ke produk. Isolat hidrogen klorida dari panas, sinar matahari

langsung, alkali (bereaksi keras), bahan organik, dan oksidasi (terutama asam nitrat dan klorat),

amina, logam, tembaga dan paduan (misalnya kuningan), hidroksida, seng (bahan galvanis),

lithium silisida (lampu pijar), asam sulfat (peningkatan suhu dan tekanan) gas hidrogen klorida

dipancarkan bila produk berada dalam kontak dengan asam sulfat. Adsorpsi klorida Asam ke

hasil silikon dioksida dalam reaksi exothmeric. Hidrogen klorida menyebabkan aldehid dan

epoksida untuk polimerisasi keras.

Hidrogen klorida atau asam klorida dalam kontak dengan folloiwng dapat menyebabkan ledakan

atau kunci kontak pada kontak atau Keterangan khusus pada korosivitas: Sangat korosif.

Page 5: Kalium Permanganat

Alkohol

. Identifikasi Bahaya

· Bentuk Fisik : Cairan

· Warna : Tak berwarna

· Tinjauan keadaan darurat :

- Mudah terbakar

- Menyebabkan iritasi mata

- Menyebabkan iritasi saluran pernapasan

- Jika tertelan menyebabkan pusing, kantuk, dan perasaan muak

- Hindarkan dari kulit dan pakaian, jangan menghirup uapnya, wadah hasus tertutup, gunakan

ventilasi yang cukup, cuci tangan setelah menangani bahan.

· Dampak kesehatan

- Mata : Menyebabkan iritasi

Page 6: Kalium Permanganat

- Kulit : Menyebabkan iritasi, berbahaya jika terserap dalam jumlah banyak

- Pernapasan : Menyebabkan iritasi saluran pernapasan

- Pencemaran : Jika tertelan menyebabkan defresi, kantuk, menunjukkan gejala-gejala keracunan.

Asam Salisilat (C7H6O2)

Asam salisilat merupakan turunan dari senyawa aldehid. Senyawa ini juga biasa disebut o-

hidroksibensaldehid, o-formilfenol atau 2-formilfenol. Senyawa ini stabil, mudah terbakar dan

tidak cocok dengan basa kuat, pereduksi kuat, asam kuat, dan pengoksidasi kuat.

Dari hasil penelitian ditetapkan apabila dimakan oleh tikus dengan dosis 520 mg/kg

merupakan dosis yang mengakiibatkan kematian 50 % (LD50), dan apabila terkena kulitnya

dengan dosis 600 mg/kg merupakan dosis yang mengakibatkan kematian 50 % (LD50).

Sifat-sifat lain yang dimiliki oleh asam salisilat adalah sebagai berikut:

1. Panas jika dihirup, di telan dan apabila terjadi kontak dengan kulit.

2. Iritasi pada mata

3. Iritasi pada sauran pernafasan

4. Iritasi pada kulit

KALIUM IODIDA

Penghirupan:Dapat menyebabkan iritasi pada saluran pernapasan. Gejala mungkin termasuk

batuk dan sesak napas.

Tertelan:Dosis oral yang besar dapat menyebabkan iritasi pada saluran pencernaan.

Kontak pada Kulit:Dapat menyebabkan iritasi dengan kemerahan dan rasa sakit.

Kontak Mata:Dapat menyebabkan iritasi, kemerahan, dan nyeri.

Paparan kronis:Menelan kronis iodida menghasilkan "iodism," yang dapat diwujudkan oleh ruam

kulit,sakit kepala dan iritasi selaput lendir,Kelemahan, anemia, kehilangan berat badan, dan

depresi umum juga dapat terjadi

Aspirin

Page 7: Kalium Permanganat

1. Aspirin/asam asetil salisilat

a. Rumus bangun

b. Indikasi : meringankan sakit kepala, pusing, sakit gigi, nyeri otot, menurunkan

demam. 

c. Dosis : dewasa 500-600 mg/4jam sehari maksimum 4gram. Anak-anak 2-3 tahun 80-

90 mg, 4-5tahun 160-240 mg, 6-8 tahun 240-320 mg,9-10 tahun 320-400

mg>11tahun400-480 mg. semua diberikan tiap 4 jam setelah makan. 

d. Kontra indikasi : ulkus peptikum, kelainan perdarahan, asma.

e. Efek samping : gangguan gastrointestinal, pusing, reaksi hipersensitif 

Klorofom

Kloroform adalah nama umum untuk triklorometana (CHCl3). Kloroform dikenal karena sering digunakan sebagai bahan pembius, meskipun kebanyakan digunakan sebagai pelarut nonpolar di laboratorium atau industri. Wujudnya pada suhu ruang berupa cairan, namun mudah menguap. Struktur molekulnya berbentuk tetrahedral. Sifat fisik dan kimia dari kloroform adala sebagai berikut:

Rumus Molekul                       : CHCl3

Titik Didih                              : 610C Titik Leleh                               : -63,50C Tekanan uap                            : 159 mmHg pada 200C Berat Jenis Uap Air                 : 4,1 Kerapatan massa                     : 1,48 g/cm3

Kelarutan Dalam Air               :0, 8 g/100 mL pada 200C Massa Molar                            : 119,38 g/mol

Inhalasi:

-            Mengganggu saluran pernapasan.

-            Menyebabkan efek system saraf pusat, termasuk sakit kepala, mengantuk, pusing.

Page 8: Kalium Permanganat

-            Paparan konsentrasi yang lebih tinggi dapat mengakibatkan ketidaksadaran dan bahkan kematian.

-            Dapat menyebabkan luka hati dan gangguan darah.

Tertelan:

-          Menyebabkan nyeri di dada.

-          Muntah dalam jumlah besar.

-          Gejala yang ditimbulkan mirip dengan gejala pada inhalasi.

Kontak kulit:

-          Menyebabkan iritasi kulit yang dapat mengakibatkan kemerahan dan sakit.

Kontak mata:

-          Uap dan percikan dapat menyababkan rasa sakit.

-          Iritasi mata bahkan kerusakan pada mata.

Kronis:

-          Uap dapat menyebabkan kerusakan fungsi hati, ginjal, jantung dan sistem saraf..

-          Kontak dengan cairan dapat menyebabkan iritasi kronis pada kulit disertai pengeringan, keretakan dan dermatitis.

(Anonim, 2011).

Selain pemberian topikal untuk mendapatkan efek lokal pada kulit atau membran mukosa,

penggunaan suatu obat hampir selalu melibatkan transfer obat ke dalam aliran darah. Tetapi,

meskipun tempat kerja obat tersebut berbeda-beda, namun bisa saja terjadi absorpsi ke dalam

aliran darah dan dapat menimbulkan efek yang tidak diinginkan. Absorpsi ke dalam darah

dipengaruhi secara bermakna oleh cara pemberian (Katzung, 1986).

Ansel, Howard C. 1989 Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Jakarta: Universitas Indonesia Press.Katzung, Bertram G. 2001. Farmakologi Dasar dan Klinik. Jakarta: Salemba Medika.

auliam07.student.ipb.ac.id/

Page 9: Kalium Permanganat

SENYAWA KIMIA YANG BEKERJA LOKAL »

By AULIA MIFTAKHUR RAHMAN on Sep 24, 2010 in Academic | 0 Comments

1. I. Pendahuluan

Perbedaan antara obat dan racun terletak pada dosisnya. Keduanya sama-sama senyawa kimia yang jika diberikan pada tubuh akan memberikan efek berbeda sesuai dosis yang diberikan. Berdampak menyembuhkan jika dosisnya tepat tapi mengakibatkan keracunan jika dosisnya berlebih. Racun merupakan zat kimia yang masuk dengan cara apapun dan dalam jumlah kecil yang dapat menimbulkan gangguan atau abnormalitas fisiokimia.

Toksikan ada yang bekerja secara lokal dan general (umum). Senyawa kimia yang bekerja secara lokal dibagi menjadi beberapa derajat kerusakan respon lokal. Respon yang terjadi timbul di tempat yang direaksikan tanpa proses absorbsi.

Tubuh manusia dan hewan hampir semuanya ditutupi oleh kulit, akibatnya kulit dapat terpapar berbagai jenis zat kimia misalnya kosmetik, produk rumah tangga, obat topical dan pencemaran industri, terutama di tempat kerja tertentu. Praktikum kali ini menggunakan senyawa kimia yang bekerja secara lokal (setempat), yaitu  senyawa kimia yang bersifat irritansia dan protektiva.

Irritansia merupakan kelompok senyawa yang bekerja tidak selektif pada sel dan jaringan tubuh dengan cara merusak sel-sel atau bagian dari sel untuk sementara atau permanen. Reaksi yang bersifat ringan hanya akan merangsang fungsi sel, namun bila parah atau berlangsung lama akan merusak fungsi sel dan dapat menimbulakan kematian jaringan. Bergantung dari kekuatan kerja senyawa kimia tersebut, daya kerja irritansia dapat berupa rubefaksi (perangsangan setempat yang lemah), vesikasi (terjadi pembentukan vesikel), pustulasi (terbentuk pus), dan korosi (sel-sel jaringan rusak).

Senyawa protektiva adalah senyawa yang digunakan untuk melindungi kulit atau mukosa terhadap daya kerja irritansia, baik yang kimiawi maupun yang berupa sinar. Beberapa dapat melindungi tubuh dari efek zat-zat yang bekerja sistemik dengan melindunginya agar tidak terserap melalui mukosa. Beberapa daya kerja protektiva adalah demulsensia (senyawa kimia yang merupakan cairan koloid), emolsiensia (senyawa kimia yang merupakan zat minyak), astringensia (senyawa kimia yang digunakan lokal untuk mempresipitasikan protein), dan adsorbensia (senyawa kimia yang digunakan pada kulit dan membran mukosa, ulcera, dan luka-luka).

1. II. Tujuan

Tujuan dari praktikum kali ini adalah praktikan mengetahui reaksi yang ditimbulkan oleh zat irritansia dan protektiva dan mengetahui contoh dari senyawa tersebut.

1. III. Hasil

Page 10: Kalium Permanganat

Tabel 1 Hasil percobaan zat irritansia rubefasiensia

Perlakuan Reaksi

Gosokan mentol merah, panas, terasa sedikit perih setelah digosok di tangan selama 33 detik

Kloroform kapas merah, perih, panas setelah ditekan dengan kapas tersebut selama 37 detik

Kloroform tetes dingin, cairan cepat hilang, reaksi dapat dirasakan setelah 25 detik

Celupan jari:

Air Alkohol 25% Gliserin 25% Minyak olivarium

pucat, tidak keriput

pucat, keriput, perih, kesemutan

tidak ada perubahan (tidak pucat dan tidak keriput)

tidak ada perubahan

Tabel 2 Hasil percobaan zat irritansia kaustika

Senyawa Reaksi pada kulit Reaksi pada mukosa usus

H2SO4 pekat cembung dan hiperemi ringan pengerasan, cekung dan putih

HCL pekat cembung dan hiperemi ringan putih dan terjadi penebalan

HNO3 pekat cembung yang sekelilingnya putih dan hiperemi yang cukup hebat

putih, keras, dan cekung

Fenol likuafaktum lebih putih penipisan

NaOH 75% hiperemi sangat parah dan cekung penipisan

Kloroform tidak ada perubahan lepuh, transparan dan penipisan

Tabel 3 Hasil percobaan zat protektiva

Senyawa kimia Waktu (detik)

1. Demulsensia

Page 11: Kalium Permanganat

2. H2SO4 1/10 N3. H2SO4 1/10 N + gom arab 10%

1

141. Absorbensia2. 1ml striknin nitrat (0,2 mg/ml)3. 1ml striknin nitrat (0,2 mg/ml) yang telah dikocok dengan karbo adsorbensia

sebelumnya

69

5981. Astringensia2. Asam Tanin

-

1. IV. Pembahasan

Rubefasiensia

Sepotong menthol yang digosokkan pada kulit selama 2-3 menit membuat kulit menjadi kemerahan, terasa panas, tetapi batasnya tidak terlihat dengan jelas. Hal ini dapat terjadi karena menthol hanya merangsang daerah setempat dan bersifat lemah. Rangsangan ini menyebabkan terjadinya dilatasi pembuluh darah sehingga terjadi hiperemi dan rasa panas pada daerah tersebut.

Kloroform yang diteteskan pada kulit membuat kulit terasa dingin, sedangkan kapas berkloroform yang diletakkan pada kulit membuat kulit terasa perih, panas, merah dan tidak berbatas jelas. Kloroform merupakan zat yang mudah menguap, kulit yang ditetesi oleh kloroform membuat kulit terasa dingin karena panas tubuh pada kulit tersebut digunakan untuk menguapkan kloroform. Kapas yang dicelupkan ke dalam kloroform membuat kloroform tidak mudah menguap, sehingga efeknya dapat bekerja lebih lama. Kapas berkloroform yang diletakkan pada kulit membuat kulit terasa perih, panas, merah, dan tidak berbatas jelas, karena kloroform memiliki efek vasodilatasi dan menyebabkan rasa nyeri atau perih. Hal ini juga disebabkan oleh penguapan kloroform yang dihambat oleh kapas, sehingga perangsangan dilatasi kapiler berlangsung terus menerus. Dilatasi mula-mula mengenai vasa superficial, kemudian lebih mendalam pada struktur subkutan, langsung, ataupun kena refleks sehingga kongesti ini disertai rasa gatal, terbakar atau nyeri.

Page 12: Kalium Permanganat

Iritasi oleh contoh zat-zat di atas dapat sembuh tanpa lesi-lesi. Kejadian ini menunjukkan bahwa derajat iritasi tidak parah, hanya pada stadium rubefaksi. Jadi, menthol dan kloroform merupakan contoh zat rubefasiensia.

Jari tangan yang dicelupkan pada larutan fenol 5% dalam air membuat jari tangan menjadi pucat, keriput, kesemutan, dan sedikit perih. Hal ini disebabkan karena terjadi perangsangan setempat yang lemah yang menyebabkan reaksi antara larutan tersebut dengan sel yaitu bagian protoplasma sel.

Jari tangan yang dicelupkan pada larutan fenol 5% dalam gliserin 25 % tidak berpengaruh pada kulit, sedangkan jari tangan yang dicelupkan pada larutan fenol 5% dalam minyak olivarum membuat kulit terasa sedikit mati rasa. Fenol merupakan rubefaksiensia yang bersifat vasokonstriktif dan merusak fungsi sel, sehingga jari tangan manjadi keriput dan pucat. Aliran darah yang dihambat membuat jari tangan kakurangan vaskularisasi dan nutrisi dari darah sehingga jari tangan merasa kesemutan atau sedikit mati rasa.

Kaustika

Pada percobaan kaustika dilakukan penetesan pada kulit dan mukosa usus tikus. Penetesan H2SO4 pada permukaan kulit memberikan reaksi berupa benjolan dengan batasan yang jelas, sedangkan pada mukosa usus terjadi pengerasan serta wawrna mukosa usus menjadi berwarna putih.

Senyawa H2SO4 termasuk ke dalam golongan asam kuat yang bersifat korosif terhadap logam. H2SO4 sangat mudah bereaksi dengan air dan bahan-bahan organik lainnya dengan cara mengeluarkan asap. H2SO4 pekat bersifat higrokospik, yaitu dapat menyerap air dari zat-zat yang basah, termasuk jaringan tubuh sehingga efek yang ditimbulkan pun akan menyebabkan pengerasan pada bagian kulit yang terkena. Toksikologi larutan H2SO4 jika terkena pada kulit dapat menyebabkan gatal-gatal, sampai menimbulkan luka bakar. H2SO4 pekat dapat membakar jaringan kulit hingga epidermis dan dapat menyebabkan syok.

Perubahan yang terjadi pada mukosa usus disebabkan karena rusaknya sel-sel mukosa usus sehingga terbentuk jaringan ikat yang menyebabkan permukaan mukosa menjadi keras, dan warna putih terjadi karena panas yang dihasilkan H2SO4 menyebabkan lepuh dan hancurnya sel mukosa (protein), dan menjadi menggumpal.

Asam sulfat terbentuk secara alami melalui oksidasi mineral sulfida, misalnya besi sulfida. Air yang dihasilkan dari oksidasi ini sangat asam dan disebut sebagai air asam tambang. Air asam ini mampu melarutkan logam-logam yang ada dalam bijih sulfida, yang akan menghasilkan uap berwarna cerah yang beracun. Hal ini lah yang menyebabkan sel mukosa usus yang begitu halus dan lunak menjadi hancur atau terbakar dan mengeras saat ditetesi asam sulaf pekat ini, kerusakan jaringan dikarenakan dehidrasi dan kerusakan termal sekunder akibat pelepasan panas oleh reaksi asam sulfat dengan air.

Gambar 1 Struktur kimia H2SO4

Page 13: Kalium Permanganat

Pemberian HCl pekat pada bagian kulit tikus mengakibatkan terjadinya perubahan yaitu kulit jadi membengkak dan setelah menit ke-30 kulit tikus melepuh.Sedangkan ketika HCl pekat diberikan pada mukosa usus terjadi perubahan yaitu mukosa usus melepuh, melunak, dan menguning. Pada kulit abdomen tikus terjadi kebengkakan karena adanya respon imunologi sebagai tanda munculnya bahan asing berupa senyawa kimia HCl pekat. Pemberian HCl sebenarnya tidak menimbulkan perubahan sampai melepuh karena HCl merupakan asam kuat dan akan mengakibatkan terjadinya koagulasi. Pada mukosa usus terjadi perubahan warna menjadi menguning. Hal ini bukan merupakan perubahan patologis, melainkan karena kontaminasi kotoran.

Asam klorida pekat apabila diberikan pada kulit akan terasa menyengat, terlebih lagi senyawa yang termasuk asam kuat. Asam klorida pekat termasuk kedalam golongan asam kuat  Asam klorida adalah larutan akuatik dari gas hidrogen klorida (H Cl ). Ia merupakan komponen utama dalam asam lambung. Asam klorida merupakan cairan yang sangat korosif. Asam lambung merupakan salah satu sekresi utama lambung. Ia utamanya terdiri dari asam klorida dan mengasamkan kandungan perut hingga mencapai pH sekitar 1 sampai dengan 2.

Asam nitrat (H N O 3) adalah sejenis cairan korosif yang tak berwarna, dan merupakan asam beracun yang dapat menyebabkan luka bakar.

Gambar 2.struktur kimia HNO3

Pemberian NaOH 75% di kulit abdomen tikus setelah menit ke-30 mengakibatkan terjadinya perubahan yaitu kulit melepuh, memerah dengan adanya batas yang jelas. Sedangkan dengan pemberian NaOH 75% pada mukosa usus terjadi perubahan yaitu mukosa usus memerah dan pembuluh darah menghitam. NaOH 75% merupakan salah satu contoh basa kuat. Kulit dan  mukosa usus melepuh karena apabila senyawa kimia bereaksi dengan basa maka akan terjadi pelisisan jaringan tubuh tikus. Pembuluh darah menghitam karena NaOH 75% dapat merusak sel-sel atau bagian dari sel darah.

. Pemberian NaOH 75% di kulit abdomen tikus setelah menit ke-30 mengakibatkan terjadinya perubahan yaitu kulit melepuh, memerah dengan adanya batas yang jelas. Sedangkan dengan pemberian NaOH 75% pada mukosa usus terjadi perubahan yaitu mukosa usus memerah dan pembuluh darah menghitam. NaOH 75% merupakan salah satu contoh basa kuat. Kulit dan  mukosa usus melepuh karena apabila senyawa kimia bereaksi dengan basa maka akan terjadi pelisisan jaringan tubuh tikus. Pembuluh darah menghitam karena NaOH 75% dapat merusak sel-sel atau bagian dari sel darah.

Asam klorida (HCl) dan natrium hidroksida (NaOH) merupakan contoh senyawa kimia yang bekerja secara lokal dan bersifat irritansia. Reaksi antara irritansia dengan sel biasanya berlangsung terhadap protein protoplasma sel, sehingga dapat menyebabkan terjadinya koagulasi protein bila senyawa kimia bereaksi dengan asam dan lisis bila senyawa kimia bereaksi dengan basa

Demulsensia

Page 14: Kalium Permanganat

Percobaan demulsensia menunjukkan waktu reaksi saat pencelupan ke dalam H2SO4 lebih cepat dibandingkan dengan waktu yang ditunjukkan untuk bereaksi pada pencelupan H2SO4+ gum arab 10%. Hal ini disebabkan karena toksisitas oleh asam kuat (H2SO4) menyebabkan korosif agen pada konsentrasi yang tinggi dan menyebabkan beberapa jaringan dehidrasi. Toksisitas oleh asam kuat (H2SO4) terjadi karena adanya nekrosis tipe koagulasi yang cenderung untuk membatasi kerusakan lebih lanjut. Konsentrasi bahan atau PH larutan bahan tersebut dapat menjadi indikator potensi kerusakan serius, jika terkena kulit maka kulit akan terbakar kemudian jaringan akan mengalami erosi dan ulcerative. Warna kulit menjadi coklat atau kuning.

Larutan H2SO4 1/50N ditambah gom Arab 10% berfungsi agar kulit dapat terlindungi terhadap daya kerja irritansia dari larutan H2SO4 1/50N. Gom Arab (gum Arabic) yang berasal dari getah pohon acacia. Gom Arab berfungsi sebagai pelindung kulit atau mukosa dari daya kerja irritansia, baik yang kimiawi maupun yang berupa sinar. Gom Arab dapat melindungi tubuh dari efek zat – zat yang bekerja sistemik dengan melindunginya agar tidak terserap melalui mukosa. Daya kerja ini memberikan efek local yang lemah, dan meliputi zat – zat yang indifferen (kimiawi). Maka dari itu hasil kelompok kami menunjukkan bahwa katak yang dicelupkan kakinya di dalam  larutan H2SO4 1/50N  yang ditambah gom Arab 10% lebih tahan asam daripada kaki katak yang hanya dicelupkan pada larutan H2SO4 1/50N saja dan seharusnya katak yang telah dicerebrasi lebih tahan terhadap asam daripada katak yang belum dicerebrasi karena katak yang telah dicerebrasi kurang mampu merasakan rasa sakit karena cerebrumnya sudah dirusak, tetapi hasil data kelompok kami menunjukkan bahwa katak yang belum dicerebrasi lebih tahan terhadap asam daripada katak yang sudah dicerebrasi. Kesalahan data yang kelompok kami buat dikarenakan kemungkinan pertama katak sudah sensitive terhadap larutan H2SO4 1/50N, karena kaki katak sudah berulang – ulang dicelupkan ke dalam larutan H2SO4 1/50N sehingga kaki katak menjadi sensitive. Kemungkinan kedua karena kelompok kami mengitung berapa lama katak dapat tahan terhadap asam dengan melihat katak menarik kakinya, sehingga data kami berbeda dengan sebenarnya karena kelompok kami tidak tahu apakah kaki katak tersebut ditarik menandakan bahwa katak tidak tahan terhadap asam atau memang kaki katak tersebut bergerak secara spontan.

Astringensia

Pengamatan terhadap mukosa lidah yang telah ditetesi tanin memperlihatkan bahwa ujung lidah berwarna rose (merah muda). Warna ini sama seperti warna normal lidah. Lidah terasa kering dan pahit. Bahan yang bersifat Astringent (misal tanin) bersifat mempresipitasi protein, menyebabkan kulit menjadi kasar, meningkatkan penyembuhan dan mengeringkan secara kulit bila digunakan secara topikal.Permukaan mukosa (dalam percobaan ini digunakan mukosa lidah) yang diolesi tanin akan mengalami presipitasi sehingga permeabilitasnya menurun. Hal ini mengakibatkan menurunnya penyerapan zat racun.

Adsorbensia

Pengamatan terhadap katak yang disuntik dengan striknin memperlihatkan terjadinya kekejangan yang bersifat simetris, tetanus dan aspontan. Pada katak kedua yang disuntik dengan striknin yang telah dicampur karbon menunjukkan gejala yang mirip dengan katak pertama. Namun, kematian katak lebih lama.

Page 15: Kalium Permanganat

Striknin merupakan bahan yang bersifat stimulansia. Striknin bekerja pada susunan saraf pusat yang akan menggertak sistem motorik, sehingga pemberian striknin secara subkutan akan memberikan efek kejang/tremor. Kejang atau tremor ini diakibatkan karena kelebihan dari impuls yang disalurkan melalui motor endplate saraf selanjutnya (Asetilkolin binding tidak terjadi). Kejang yang terjadi bersifat tetanus (frekuensinya cepat) dan aspontan (terjadi jika ada rangsangan). Katak yang disuntik dengan striknin saja dalam waktu yang singkat setelah mengalami kekejangan dan tremor akan mati.

Katak yang kedua yang disuntik dengan striknin dan karbon mengalami  kejang/tremor yang sama tetapi kematian katak lebih lama dari pada katak pertama. Lebih lamanya katak kedua mati diakibatkan karena karbon berfungsi sebagai zat yang mengadsorbsi striknin (adsorbensia). Karbon tidak mengiritasi dan akan membantu memproteksi secara mekanis dengan cara menyerap racun atau zat yang merugikan tubuh (striknin). Karbon aktif diperkirakan mengurangi absorpsi racun sampai 60%. Karbon aktif bekerja dengan cara menyerap senyawa kimia obat atau racun. Karena karbon tidak diserap oleh tubuh, maka karbon yang telah menyerap racun tadi akan dikeluarkan oleh tubuh.