Kak Trad-bersejarah Bukit Rawi
-
Upload
epink-cakep -
Category
Documents
-
view
224 -
download
0
description
Transcript of Kak Trad-bersejarah Bukit Rawi
KERANGKA ACUAN KERJA (KAK)
PENDAMPINGAN PEMBANGUNAN PSD PENATAAN PERMUKIMAN
TRADISIONAL/ BERSEJARAH KAWASAN DESA BUKIT RAWI
KABUPATEN PULANG PISAU
TAHUN ANGGARAN 2013
I. LATAR BELAKANG
Penataan bangunan dan lingkungan merupakan upaya
pengendalian pemanfaatan ruang dalam kaitannya dengan pemenuhan
kebutuhan bangunan (hunian) dalam lingkungan permukiman yang
mencakup perancangan tata lingkungan, tapak dan kapling agar
tercapai kualitas lingkungan binaan yang layak huni, aman, nyaman,
sehat, selaras, menarik dan lestari/berkelanjutan. Penataan bangunan
dan lingkungan mencakup penataan bangunan di lingkungan
perumahan dan tempat kerja (household and workplace), lingkungan
komunitas (neighborhood), serta satuan kawasan permukiman yang
menjadi bagian kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan. Penataan
bangunan dan lingkungan akan memberikan manfaat pada pengaturan
dan pengendalian perwujudan bangunan (hunian) dan lingkungan
binaan yang layak huni sebagaimana diharapkan. Penyelenggaraan
penataan bangunan dan lingkungan mencakup kegiatan pembangunan
yang meliputi proses perencanaan teknis dan pelaksanaan konstruksi,
serta kegiatan pemanfaatan, pelestarian, dan pembongkaran bangunan
dan lingkungan.
Kawasan/lingkungan bangunan bersejarah dapat diartikan sebagai
kawasan yang memiliki kaitan dengan sesuatu kehidupan masa lalu
lebih dari 50 tahun, yang dapat berupa bangunan-bangunan,
permukiman atau fasilitas umum lainnya yang digunakan secara
kolektif.
41
Perkembangan pembangunan yang telah terjadi selama dua
dekade lalu sering dilaksanakan hanya didasarkan atas pertimbangan
ekonomi dan fungsi kawasan. Kecenderungan yang lebih dominan yaitu
mengabaikan pertimbangan nilai tradisi dan sejarah. Terjadinya
pergeseran terhadap nilai-nilai sosial dan budaya seiring dengan
fenomena global yaitu lebih mengedepankan nilai manfaat
ekonomi/finansial. Pergeseran nilai tersebut menimbulkan dampak
perubahan pada tatanan lingkungan binaan seperti terjadinya
perubahan wajah lingkungan permukiman baik dari aspek lingkungan
maupun bangunannya.
Dampak negatif akibat diabaikannya nilai-nilai yang lebih esensial
pada pembangunan seperti tersebut di atas yaitu menurunnya jumlah
bangunan dan kawasan bersejarah di sebagian besar kota-kota di
Indonesia dari tahun ke tahun. Akibatnya, kegiatan pembangunan yang
cenderung berorientasi pada pertumbuhan ekonomi secara betahap
dapat menghilangkan jejak sejarah yang antara lain berwujud suatu
lingkungan binaan.
Dengan ‘hilangnya’ lingkungan permukiman bersejarah berarti
lenyap pula bagian dari sejarah suatu tempat yang sebenarnya telah
menciptakan suatu aset penting bagi daerah yang bersangkutan berupa
“jati diri lingkungan binaan” yang memberikan identitas tersendiri.
Sangat dikhawatirkan, suatu saat nanti generasi mendatang tidak akan
lagi dapat melihat dan mengetahui sejarah suatu daerah yang
tercermin dalam lingkungan binaannya.
Pada umumnya, nilai kesejarahan dari suatu tempat/daerah
berkaitan erat dengan aspek tradisional yang sudah eksis dan
berkembang di daerah tersebut. Setiap upaya pelestarian terhadap
“nilai kesejarahan serta eksistensi tradisional” pada suatu lingkungan
binaan bukan berarti dapat menghambat pembangunan ekonomi
melainkan justru harus dapat saling bersinergi. Maka aspek pelestarian
merupakan hal yang sangat relevan bagi pengembangan suatu
lingkungan binaan.
Di Indonesia, setiap upaya pelestarian (konservasi) sangat selaras
dengan maksud dan tujuan yang tersurat dan tersirat dalam Undang-
Undang RI. Nomor 5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya.
42
Konservasi merupakan istilah yang menjadi payung dari semua
kegiatan pelestarian (The Burra charter for the conservation of place
cultural significant, 1981, hal 2). Konservasi adalah segenap proses
pengelolaan suatu tempat agar makna kultural yang dikandungnya
dilindungi dan terpelihara dengan baik. Konservasi dapat meliputi
seluruh kegiatan perlindungan dan pemeliharaan, pengelolaan,
pemanfaatan, dan pengawasan berdasarkan suatu peraturan
perundang-undangan. Penyelenggaraan konservasi dapat mencakup
preservasi, restorasi, rekonstruksi, pemugaran dan revitalisasi.
Lebih lanjut Undang-undang RI. Nomor 28 Tahun 2002 tentang
Bangunan Gedung pasal 38 mengamanatkan bahwa bangunan gedung
dan lingkungannya yang ditetapkan sebagai cagar budaya sesuai
dengan peraturan perundang-undangan harus dilindungi dan
dilestarikan. Pelaksanaan perbaikan, pemugaran, perlindungan, serta
pemeliharaan atas bangunan gedung dan lingkungannya hanya dapat
dilakukan sepanjang tidak mengubah nilai dan/atau karakter cagar
budaya yang dikandungnya dan dilaksanakan secara tertib
administratif, menjamin kelaikan fungsi bangunan gedung dan
lingkungannya sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Perlindungan dan pelestarian meliputi kegiatan penetapan dan
pemanfaatan termasuk perawatan dan pemugaran, serta kegiatan
pengawasannya yang dilakukan dengan mengikuti kaidah pelestarian
serta memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Pendekatan yang dilakukan dalam melaksanakan penataan
lingkungan permukiman tradisional adalah:
1. Koordinasi dan sinkronisasi dengan Pemerintah Daerah;
2. Pendekatan TRIDAYA sebagai upaya pemberdayaan terhadap aspek
manusia, lingkungan dan kegiatan ekonomi masyarakat setempat;
3. Azas “BERKELANJUTAN” sebagai salah satu pertimbangan penting
untuk menjamin kelangsungan kegiatan;
4. Rembug warga dalam upaya menggali sebanyak mungkin aspirasi
masyarakat, selain itu juga melakukan pelatihan keterampilan
teknis dalam upaya pemberdayaan masyarakat.
43
Kriteria Lokasi yang akan ditata yaitu :
1. Lingkungan permukiman dan bangunan tradisional (kedaerahan),
bersejarah, perdagangan, kelompok industri rumah tangga yang
mempunyai ciri khas tertentu.
2. Secara sosial-budaya perlu untuk di revive (pernah “hidup dan
dikenal”)
3. Secara ekonomi, pernah dan punya potensi untuk dikembangkan.
4. Lingkungan permukiman dan bangunan yang bercirikan heritage
(pusaka).
II. MAKSUD DAN TUJUAN
Menginformasikan berbagai hal dan memberikan gambaran secara
detail tentang kegiatan pelaksanaan fisik yang sedang berlangsung di
lapangan (on site) sebagai rangkaian kegiatan Penataan Lingkungan
Permukiman Tradisional/ Bersejarah yang telah dilakukan Bantuan
Teknis Perencanaan dan Pembuatan DED-nya dalam bentuk kegiatan
Pendampingan Fisik/ Supervisi/ Pengawasan.
Sedangkan tujuannya ialah memberikan laporan detail tentang
pelaksanaan kegiatan fisik yang berisi informasi kawasan, spesifikasi
teknis, schedulle hingga kelembagaan dan berbagai permasalahan yang
terjadi di lapangan.
III. LINGKUP KEGIATAN
Adapun lingkup kegiatan yang dilakukan dalam kegiatan Pendampingan
Fisik Penataan Lingkungan Permukiman Tradisional/ Bersejarah, antara
lain :
1. Kegiatan Persiapan :
Melakukan koordinasi dengan pihak-pihak terkait dalam
rangka persiapan pelaksanaan kegiatan fisik di lapangan.
Membuat Time Schedulle pelaksanaan kegiatan fisik.
Memeriksa kelengkapan dan persiapan pelaksanan kegiatan
fisik oleh kontraktor/pemborong.
2. Kegiatan Pendampingan Fisik :
44
Mengadakan progres kemajuan pekerjaan lapangan.
Menginventarisasi permasalahan-permasalahan di lapangan.
Mengadakan cross checking terjadap spesifikasi teknis dan
konstruksi yang telah disepakati ketika terjadi kegiatan
konstruksi di lapangan.
Mengawasi dan mengatur pekerjaan seiring dengan time
schedulle pelaksanaan.
Mengadakan koordinasi dan evaluasi bersifat intens dalam
rangka konsolidasi dan pemecahan masalah terkait di
lapangan.
3. Kegiatan Penyusunan Laporan :
Membuat Berita Acara Pertemuan baik yang bersifat koodinasi
maupun konsolidasi sebagai bagian dari pengawasan.
Membuat Laporan bersifat Harian, Mingguan dan Bulanan
sebagai informasi kemajuan pelaksanaan fisik di lapangan
secara reguler.
Membuat Berita Acara Permasalahan yang bersifat teknis.
Membuat Laporan Akhir sebagai informasi terpadu untuk
segenap kegiatan fisik yang telah dilakukan oleh kontraktor/
pemborong.
IV. KELUARAN
1. Laporan Pendahuluan (Inception Report)
Laporan Pendahuluan ini diserahkan paling lambat 1 (satu) bulan
kalender setelah turunnya SPMK, telah dibahas dengan Tim Teknis
terkait, paling lambat 1 (satu) minggu setelah diserahkannya
laporan ini.
2. Laporan Mingguan (Weekly Report)
Laporan Mingguan diserahkan tiap 4 (empat) mingguan kalender
sejak dimulainya pelaksanaan fisik, laporan ini akan dibahas dengan
Tim Teknis terkait paling lambat 1 (satu) minggu setelah
diserahkan.
3. Laporan Bulanan (Monthly Report)
45
Laporan Bulanan diserahkan tiap akhir bulan kalender selama
pelaksanaan fisik berlangsung, laporan ini akan dibahas dengan Tim
Teknis terkait paling lambat 1 (satu) minggu setelah diserahkan.
4. Laporan Akhir
Laporan Akhir merupakan akumulasi dari seluruh kegiatan pekerjaan
supervisi ketika pelaksanaan fisik telah mencapai kondisi mutual
check 100%. Laporan akhir diserahkan paling lambat 4 (empat)
bulan kalender sejak turunnya SPMK.
5. Dokumentasi selama pelaksanaan pekerjaan supervisi.
V. KRITERIA DAN BATASAN
Dalam pelaksanan tugas Penataan dan Revitalisasi, konsultan
supervisi/pengawasan dibatasi oleh peraturan-peraturan dan ketentuan
antara lain sebagai berikut :
1. NI-2 (1971) Peraturan Beton Bertulang
2. NI-3 (1970) Peraturan Umum untuk Bahan Bangunan Indonesia
3. NI-2 (1961) Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia
4. NI-3 (1980) Syarat-syarat untuk Portland Cement Indonesia
5. NI-8 Peraturan Portland Cement Indonesia
6. NI-10 Peraturan Bata Merah Sebagai Bahan Bangunan
7. NI-18 (1985) Peraturan Muatan Indonesia
8. NI-10 (1969) Peraturan Tras dan Semen Merah Indonesia
9. Dep. PU (1977) Standar Penerangan Buatan Dalam Negeri
10.Dep. PU (1976) Peraturan pengawetan dan Pegeringan Kayu
11.PPBI (1983) Peraturan Perencanaan Bangunan Baja Indonesia
12.PBS dan PBK setempat
Dan peraturan lainnya yang berhubungan dengan penataan dan
revitalisasi Kawasan dan konstruksi bangunan yang mendukung
kegiatan supervisi/pengawasan ini.
VI. TENAGA AHLI
46
Dalam melaksanakan tugasnya konsultan harus menyediakan tenaga
profesional yang memenuhi kebutuhan kegiatan, baik ditinjau dari
lingkup kegiatan maupun tingkat kompleksitas pekerjaan. Tenaga-
tenaga Ahli tersebut berpendidikan Sarjana (S1) dengan pengalaman
kerja minimal 5 tahun, sedangkan tenaga penunjang lainnya
berpendidikan minimal SMU/SMK yang terdiri dari :
1. Tenaga Ahli dan Asisten Ahli
a. Ahli Sipil/Team Leader
2. Tenaga Penunjang
a. Pengawas Lapangan
b. Tenaga Juru Gambar/CAD Operator
c. Tenaga Operator Komputer
d. Tenaga Administrasi/Sekretaris
VII. TANGGUNG JAWAB KONSULTAN
Secara umum Konsultan bertanggung jawab secara profesional atas
layanan jasa yang dilakukan sesuai ketentuan dan kode tata laku
profesi yang berlaku yaitu antara lain :
Menyediakan tenaga ahli sesuai dengan kebutuhan dan kualifikasi
personil.
Mengadakan asistensi dan rapat pembahasan dengan tim teknis
untuk setiap laporan yang telah dibuat.
Menyelesaikan pekerjaan dengan baik dan memenuhi seluruh
persyaratan administratif yang berlaku.
Melakukan koordinasi dengan pelaksana di lapangan
Mengadakan pengawasan intensif sehubungan dengan kegiatan
supervisi.
VIII. WAKTU PELAKSANAAN
47
Kegiatan Pendampingan Fisik Penataan Permukimana Tradisional/
Bersejarah Kawasan Desa Bukit Rawi Kabupaten Pulang Pisau
dilaksanakan selama 4 (empat) bulan kalender.
IX. P E M B I A Y A A N
1. Kegiatan Pendampingan Fisik Penataan Permukiman
Tradisional/Bersejarah Kawasan Desa Bukit Rawi Kabupaten Pulang
Pisau ini dilaksanakan dan diselesaikan dalam waktu 4 (empat)
bulan kalender sejak ditandatangganinya Surat Perintah Mulai Kerja
(SPMK).
2. Biaya pekerjaan Pendampingan Fisik Penataan Permukiman
Tradisional/Bersejarah ini berpedoman pada Surat Edaran Bappenas
dan Dep. Keuangan
Nomor :
1203/D . II /03 /2000SE−38/ A /2000 tanggal 17 Mei 2000
Perihal Petunjuk Penyusunan Rencana Anggaran Biaya (RAB) untuk
Jasa Konsultansi (Biaya Langsung Personil/Remuneration) dan Biaya
Non Personil (Direct Reimbursable Cost).
3. Biaya pendampingan fisik ini dan tata cara pembayarannya diatur
secara kontraktual setelah melalui tahapan proses pengadaan
konsultan.
XI. PENUTUP
1. Setelah KAK ini diterima, maka konsultan hendaknya memeriksa
semua bahan masukan yang diterima dan mencari masukkan lain
yang diperlukan.
2. Berdasarkan bahan-bahan tersebut, agar konsultan segera
menyusun program kerja untuk dibahas bersama dengan Bagian
Kegiatan.
3. Demi kelancaran pelaksanaan supervisi ini akan dibantu oleh Tim
Teknis Kegiatan melalui Surat Keputusan.
48
49
Palangka Raya, Mei 2013
Kepala Satuan KerjaPenataan Bangunan dan
LingkunganKalimantan Tengah,
Ttd.
SEGER, ST