kajian-sinergitas-kewenangan-dan-hubungan-kerja-antara-kl-dan ...

250

Transcript of kajian-sinergitas-kewenangan-dan-hubungan-kerja-antara-kl-dan ...

Page 1: kajian-sinergitas-kewenangan-dan-hubungan-kerja-antara-kl-dan ...
Page 2: kajian-sinergitas-kewenangan-dan-hubungan-kerja-antara-kl-dan ...

i

Kajian Sinergitas Kewenangan dan Hubungan Kerja Antara

Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah

Fokus :

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBANGUNAN TOL LAUT

LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA DEPUTI BIDANG KAJIAN KEBIJAKAN

PUSAT KAJIAN SISTEM DAN HUKUM ADMINISTRASI NEGARA 2015

Page 3: kajian-sinergitas-kewenangan-dan-hubungan-kerja-antara-kl-dan ...

ii

Kajian Sinergitas Kewenangan dan Hubungan Kerja Antara

Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah Fokus :

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBANGUNAN TOL LAUT

Penyusun:

Tim Pusat Kajian Sistem dan Hukum Administrasi Negara

Kontributor Instansi: Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman

Bappenas Kementerian Perhubungan

PT Pelindo I Bappeda Provinsi Sumatera Utara

Dinas Perhubungan Sumatera Utara PT Pelindo II

Bappeda Provinsi DKI Jakarta Dinas Perhubungan Provinsi DKI Jakarta

PT Pelindo III Bappeda Provinsi Jawa Timur

Dinas Perhubungan Provinsi Jawa Timur PT Pelindo IV

Bappeda Provinsi Sulawesi Selatan Dinas Perhubungan Provinsi Sulawesi Selatan

PT Pelindo II Cabang Pontianak Bappeda Provinsi Kalimantan Barat

Dinas Perhubungan Provinsi Kalimantan Barat PT Pelindo II Cabang Cirebon

Bappeda Kota Cirebon Dinas Perhubungan Kota Cirebon

Bappeda Provinsi Kabupaten Cirebon Dinas Perhubungan Kabupaten Cirebon

PT Pelindo III Cabang Lembar Bappeda Provinsi Nusa Tenggara Barat

Dinas Perhubungan Provinsi Nusa Tenggara Barat

Diterbitkan oleh : Pusat Kajian Sistem dan Hukum Administrasi Negara - Lembaga Administrasi Negara

Jl. Veteran No. 10 Jakarta Pusat Telp. (021) 3868201-05, Fax. (021) 3868208

KAJIAN SINERGITAS KEWENANGAN DAN HUBUNGAN KERJA ANTARA KEMENTERIAN/

LEMBAGA DAN PEMERINTAH DAERAH, Fokus Implementasi Kebijakan Pembangunan Tol Laut. – Jakarta : PKSANHAN - LAN, 2015

144 hlm.

Page 4: kajian-sinergitas-kewenangan-dan-hubungan-kerja-antara-kl-dan ...

iii

RINGKASAN EKSEKUTIF

Penguatan sektor kemaritiman merupakan salah satu sektor fokus kebijakan pemerintahan Jokowi – JK sebagaimana tertuang dalam nawacita. Konsep nawacita tersebut dipertegas lagi dalam dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Tahun 2015 - 2019 (RPJMN 2015 - 2019) yang salah satu program turunannya adalah membangun ekonomi maritim. Salah satu arah kebijakan pembangunan kemaritiman dalam RPJMN 2015 - 2019 adalah melalui pengembangan Tol Laut untuk membangun konektivitas nasional.

Dalam implementasinya, kebijakan Tol Laut harus disinkronkan dengan kebijakan lainnya, lebih efektif untuk menekan biaya logistik. Selain itu, perlu adanya dukungan dari Pemerintah mengenai regulasi. Permasalahannya adalah regulasi Pemerintah yang ada sekarang tumpang tindih. Selain itu yang paling manggnggu adalah antar instansi Pemerintah dinilai masih saling egosentris, baik antara kementerian dengan kementerian/non kementerian maupun antara kementerian dengan pemerintahan daerah. Kesemuanya berjalan sendiri-sendiri tanpa adanya koordinasi yang jelas.

Agar pembangunan Tol Laut dimaksud dapat terlaksana sesuai target, diperlukan sinergi kewenangan dan hubungan kerja antar berbagai instansi pemerintah, baik antar Kementerian/Lembaga, antara Instansi Pusat dengan Daerah maupun antar Instansi Daerah. Sinergitas ini sangat terkait dengan implementasi kebijakan yang menjadi sumber lahirnya kewenangan sektoral dan menjadi dasar mekanisme kerja antar instansi.

Dari uraian yang telah dikemukakan, tampak bahwa keberhasilan implementasi kebijakan Tol Laut tidak hanya berada pada instansi yang telah ditunjuk dalam RPJMN 2015-2019, yaitu

- Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), sebagai koordinator perencanaan;

- Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman, sebagai koordinator pelaksanaan;

- Kementerian Perhubungan;

- Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN), yang diwakili oleh PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo);

Page 5: kajian-sinergitas-kewenangan-dan-hubungan-kerja-antara-kl-dan ...

iv

- Pemerintahan Daerah, baik Provinsi maupun Kota/Kabupaten.

Dari hasil kajian terhadap elemen penunjang Tol Laut, ternyata perlu lebih banyak instansi lainnya yang harus dilibatkan secara intensif agar implementasi kebijakan Tol Laut dapat berjalan dengan sebaik-baiknya. Selain intansi di atas, instansi-instansi lain yang harus dilibatkan paling tidak adalah

- Kementerian Energi, Sumberdaya, dan Mineral

- PT PLN

- PT Pertamina

- Kementerian Hukum dan HAM

- PT Pelni

- Kementerian PU

- PT KAI

- PT ASDP

- Kementerian Agraria dan Tata Ruang

- Kementerian Perindustrian

- Kementerian Pertanian,

- Kementerian Kelautan dan Perikanan

- Kementerian Pariwisata

- Kementerian Dalam Negeri

- Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah

- Kementerian Desa, PDT, dan Transmigrasi

- PT PAL

- Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi

Dalam rangka mensinergikan instansi yang terkait implementasi kebijakan Tol Laut, disampaikan beberapa rekomendasi terkait dipastikan ruang lingkup atau aspek yang disenergikan sinergi dan siapa yang harus mensinergikan.

Pertama, ruang lingkup aspek yang harus disinergikan dalam rangka implementasi Tol Laut meliputi aspek manajemen dan pengerahan sumber daya manusia. Dari aspek manajemen, hal-hal yang perlu disinergikan

Page 6: kajian-sinergitas-kewenangan-dan-hubungan-kerja-antara-kl-dan ...

v

adalah perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian. Sinergi perencanaan ini diperlukan agar dukungan implementasi kebijakan pembangunan Tol Laut, sudah siap dan masuk dalam dokumen perencanaan semua instansi yang terkait. Sinergi pelaksanaan untuk memastikan bahwa setiap instansi sudah melaksanakan kegiatan yang merupakan bagian tugasnya masing-masing. Sedangkan sinergi pengendalian untuk memastikan bahwa kegiatan yang dilaksanakan sesuai dengan perencanaan yang disusun dan untuk mengetahui dengan segera permasalahan yang terjadi agar dapat diambil langkah-langkah mengatasi permasalahan tersebut dengan segera pula.

Dari aspek pengerahan sumber daya, diperlukan sinergi terkait regulasi, sinergi pengerahan sumber daya keuangan/anggaran, dan sinergi pengerahan atau pengelolaan sumber daya manusia/ aparaturnya. Sinergi regulasi pendukung diperlukan agar proses implementasi kebijakan pembangunan Tol Laut tidak terhambat oleh regulasi-regulasi yang sifatnya sektoral semata. Sinergi regulasi akan menggantikan regulasi-regulasi sektoral tadi dalam hal aspek manajemen maupun pengerahan sumber daya untuk implementasi kebijakan pembagunan Tol Laut. Sinergi keuangan/anggaran diperlukan untuk memastikan bahwa anggaran yang dimiliki oleh setiap instansi yang terkait memang diperuntukan untuk mempersiapkan dan membangun elemen-elemen pendukung keberhasilan Tol Laut. Sinergi sumber daya manusia/aparatur pun perlu dilakukan agar pengembangan dan penyediaan sumber daya manusia/aparatur yang benar dilakukan oleh setiap instansi maupun secara terfokus pada pengembangan sumber daya manusia yang memahami dengan baik maksud dan tujuan implementasi kebijakan pembangunan Tol Laut.

Kedua, pihak atau instansi yang sebaiknya melakukan peran untuk melakukan sinergi untuk setiap unsur dalam aspek manajemen dan pengerahan sumber daya adalah

- Bappenas, untuk melakukan sinergi perencanaan

- Kemenko Bidang Kemaritiman untuk melakukan sinergi pelaksanaan, pengendalian dan regulasi

- Kementerian keuangan untuk melakukan sinergi keuangan/ anggaran

- Kemenko Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan untuk melakukan sinergi pembangunan dan pengembangan sumber daya manusia (Dikbud dan Ristek Dikti)

Page 7: kajian-sinergitas-kewenangan-dan-hubungan-kerja-antara-kl-dan ...

vi

Instansi-intansi tersebut melakukan sinergi implementasi kebijakan pembangunan Tol Laut dari sisi mikro setiap aspek manajemen dan sumber daya.

Untuk sinergi secara makro, merujuk pada ruang lingkup tugas dan fungsinya, maka instansi yang bisa mewakili Presiden untuk melakukan sinergi secara makro implementasi kebijakan pembangunan Tol Laut adalah Kantor Staf Kepresidenan. Hal ini sebagaimana disebutkan dalam Peraturan Presiden No. 26 Tahun 2015, Kantor Staf Kepresidenan mempunyai tugas menyelenggarakan pemberian dukungan kepada Presiden dan Wakil Presiden dalam melaksanakan pengendalian program-program prioritas nasional, komunikasi politik, dan pengelolaan isu strategis. Fungsi yang dijalankan Kantor Staf Kepresidenan adalah

a. pengendalian dalam rangka memastikan program-program prioritas nasional dilaksanakan sesuai dengan visi dan misi Presiden;

b. penyelesaian masalah secara komprehensif terhadap program-program prioritas nasional yang dalam pelaksanaannya mengalami hambatan;

c. percepatan pelaksanaan program-program prioritas nasional; dan d. pemantauan kemajuan terhadap pelaksanaan program-program

prioritas nasional.

Ketiga, untuk memayungi upaya sinergitas yang dibangun, maka direkomendasikan pula pengaturan operasionalisasi kebijakan Tol Laut dalam format atau bentuk peraturan presiden, yakni penerbitan Peraturan Presiden (Perpres) tentang Implementasi Kebijakan Pembangunan Tol Laut (disingkat Perpres Tol Laut). Perpres Tol Laut ini “lebih operasional” daripada Perpres No. 2 Tahun 2015, karena Perpres Tol Laut nantinya memuat aspek manajemen (perencanaan, pengorganisasian, operasionalisasi, dan pengendalian), aspek sumber daya (kebijakan operasional, penganggaran, dan sumber daya manusia yang harus dipersiapkan di tingkat K/L, BUMN, dan Pemda), serta penunjukkan instansi koordinator sinergi implementasi kebijakan pembangunan tol laut, baik mikro maupun makro.

Page 8: kajian-sinergitas-kewenangan-dan-hubungan-kerja-antara-kl-dan ...

vii

SAMBUTAN

KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA

Hasil kajian ini merupakan salah satu wujud dari akuntabilitas Lembaga Administrasi Negara baik kepada pemerintah maupun kepada masyarakat. Kajian ini sangat penting ditengah-tengah era kita saat ini sedang adanya penilaian kinerja dari pemerintah terkait khususnya dengan program-program nawacita dari presiden. Oleh sebab itu, kegiatan kajian terkait implementasi kebijakan Tol Laut menjadi sangat menarik dan sangat penting karena kalau kita sadar salah satu dari nawacita yang dikeluarkan oleh presiden dan tercantum pada RPJMN yaitu penguatan sektor kemaritiman menuju Indonesia sebagai poros maritim.

Kalau kita melihat kepada sejarah dan kebutuhan saat ini, ini menjadi sangat penting. Negara kita adalah negara kepulauan dan juga negara maritim dimana laut jauh lebih besar dari daratan, sehingga kebijakan Tol Laut ini menjadi kebijakan yang sangat tepat menurut kami, karena kita tidak bisa lagi hanya mengandalkan konektivitas darat saja dari posisi geografis RI. Kita harus mulai melihat konektivitas lain yang salah satunya kekuatan kita adalah laut. Kita melihat ini tidak bisa dilihat dari kebijakan saja, kelemahan kebijakan saat ini dari siklus kebijakan baik dari perencanaan maupun sampai implementasi memiliki banyak permasalahan, hal yang paling lemah adalah faktor implementasi, banyak sektor yang menangani kebijakan di Indonesia. Bahkan untuk laut ini identifikasi kita ada banyak instansi yang terlibat.

Kemudian aspek SDM ada masalah, bukan karena tidak professional tetapi kurang fokus karena kita hanya bangga bisa mengeluarkan kebijakan tetapi tidak fokus pada saat mengimplementasikan kebijakan tersebut. Aspek lain adalah bagaimana hubungan antara pusat dan daerah. Hubungan pusat daerah kalau kita bicara laut sepakat bahwa laut tidak dapat di kavling-kavling tetapi harus ada kejelasan tugas antara pusat dan daerah. Tidak akan bisa selesai kebijakan kalau hanya dari pusat saja.

Sehubungan dengan hal tersebut, saya menyambut baik dilakukannya Kajian Sinergitas Kewenangan dan Hubungan Kerja Antara Kementerian/ Lembaga dan Pemerintah Daerah, dengan Fokus IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBANGUNAN TOL LAUT ini. Hasil dari kajian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi pemerintahan yang sedang berjalan untuk memastikan bahwa proses implementasi pembangunan Tol Laut yang

Page 9: kajian-sinergitas-kewenangan-dan-hubungan-kerja-antara-kl-dan ...

viii

dilakukan harus saling terkoordinasi satu sama lain dalam sebuah sistem manajemen dan sumber daya yang saling bersinergi.

Kami mengharapkan hasil kajian ini dapat tersampaikan sebagai masukan kepada pemerintah sebagai kontribusi nyata dari Lembaga Administrasi Negara.

Jakarta, Desember 2015

Kepala

Lembaga Administrasi Negara

Adi Suryanto

Page 10: kajian-sinergitas-kewenangan-dan-hubungan-kerja-antara-kl-dan ...

ix

KATA PENGANTAR

Kajian Sinergitas Kewenangan dan Hubungan Kerja Antara Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah, dengan Fokus IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBANGUNAN TOL LAUT ini merupakan salah satu kegiatan kajian di lingkungan Lembaga Administrasi Negara yang dilaksanakan oleh Deputi Bidang Kajian Kebijakan, melalui Pusat Kajian Sistem dan Hukum Administrasi Negara.

Perlu dipahami bersama bahwa kewenangan dan hubungan kerja antar instansi merupakan yang penting dalam rangka mendukung keberlangsungan proses pembangunan nasional. Seiring perjalanan perkembangan negara kesatuan republik indonesia, kewenangan dan hubungan kerja antar instansi pun mengalami berbagai dinamika perkembangan yang berubah-ubah. Namun satu hal yang diakui dan disepakati baik oleh penyelenggara pembangunan adalah bahwa diperlukan sebuah sinergi kewenangan dan hubungan kerja antar instansi yang tidak dapat dipisahkan untuk menggerakan roda gigi pembangunan nasional.

Oleh sebab itu, kajian ini dilakukan untuk memberikan alternatif solusi atas pengakuan dan kesepakatan bahwa antara K/L dan Pemerintah daerah harus terjadi sinergi yang kokoh dalam implementasi pembangunan Tol Laut. Kajian dilakukan secara obyektif dengan memperhatikan pendapat dan pandangan dari intansi terkait. Pendapat dan pandangan tersebut dipadukan dengan pendapat dan pandangan pembanding dari berbagai pihak lainnya, seperti akademisi, pengamat, pengguna kebijakan dari pemerintahan daerah maupun pemrintahan pusat, serta dari instansi penetap kebijakan. Oleh sebab itu, hasil kajian ini diharapkan dapat memberikan bayangan solusi berupa beberapa alternatif rekomendasi kebijakan untuk mewujudkan suatu sinergi kewenangan dan hubungan kerja dalam pembangunan nasional, antar kementerian/ lembaga, maupun antar pemerintah pusat dan pemerintah daerah.

Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada para kontributor dan narasumber, berbagai instansi terkait, yang telah berkenan bekerja sama dalam berdiskusi dan memberikan data dan informasi yang diperlukan, serta menyumbangkan beberapa pemikiran dan gagasannya yang menjadi bahan utama dari bahan penyusunan kajian ini. Tanpa dukungan dan kerjasama yang baik tersebut, kajian ini tidak akan dapat diselesaikan

Page 11: kajian-sinergitas-kewenangan-dan-hubungan-kerja-antara-kl-dan ...

x

seperti saat ini.

Disadari bahwa banyak hal dalam hasil kajian ini yang masih belum komprehensif dan sempurna. Oleh sebab itu kritik dan saran yang berharga kami harapkan dalam rangka perbaikan dan penyempurnaan hasil karya selanjutnya.

Akhir kata, kami harapkan muatan substantif yang disampaikan dalam hasil kajian ini sesuai dengan tujuan, sasaran dan hasil yang ingin dicapai dari kegiatan ini. Semoga hasil kajian ini dapat memberi manfaat, baik bagi pemerintah dalam rangka perumusan kebijakan maupun bagi para pembaca yang berminat terhadap muatan materi hasil kajian ini

.

Jakarta, Desember 2015

Deputi Bidang Kajian Kebijakan

Sri Hadiati W.K.

Page 12: kajian-sinergitas-kewenangan-dan-hubungan-kerja-antara-kl-dan ...

xi

DAFTAR ISI

Ringkasan Eksekutif iii Sambutan Kepala Lembaga Administrasi Negara vii Kata Pengantar ix Daftar Isi xi BAB I PENDAHULUAN 1

A. Fokus Kajian 7 B. Tujuan Kajian 8 C. Sasaran Kajian 8 D. Metodologi Kajian 9 E. Sistematika Penulisan 14

BAB II SINERGITAS, KEWENANGAN, DAN HUBUNGAN KERJA SERTA KEBIJAKAN PEMBANGUNAN TOL LAUT

15

A. Sinergitas 16 B. Kewenangan 27 C. Hubungan Kerja Pusat dan Daerah 29 D. Kebijakan Pembangunan Tol Laut Dalam RPJMN

2015-2019

46 BAB III PEMETAAN INSTANSI TERKAIT DAN SINERGI YANG

DIPERLUKAN DALAM PROGRAM PEMBANGUNAN TOL LAUT

27 A. Instansi Terkait Program Pembangunan Tol Laut

Menurut RPJMN 2015-2019

57 B. Instansi Terkait Program Pembangunan Tol Laut

Menurut Konsep Elemen Penunjang Tol Laut

84 C. Simpulan Instansi yang Terkait Berdasarkan Konsep

Elemen Penunjang Tol Laut

95 D. Model Sinergi Instansi Terkait Dalam Pembangunan

Tol Laut

97 BAB IV ANALISI TERHADAP PERMASALAHAN SINERGITAS

KEWENANGAN DAN HUBUNGAN KERJA DALAM IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBANGUNAN TOL LAUT

103 A. Permasalahan Aspek Manajemen dan Sumber daya 103 B. Manajemen dan Sumber Daya 114

Page 13: kajian-sinergitas-kewenangan-dan-hubungan-kerja-antara-kl-dan ...

xii

BAB V PENUTUP 127 A. Kesimpulan 121 B. Rekomendasi 128

REFEERENSI 137 LAMPIRAN

Page 14: kajian-sinergitas-kewenangan-dan-hubungan-kerja-antara-kl-dan ...

xiii

DAFTAR TABEL

1.1 Lokus Kajian dan Narasumber 10 3.1 Arah Kebijakan, Indikator dan Target serta Instansi

Terkait Dalam Pembangunan Kemaritiman Tahun 2015-2109

59 3.2 Elemen Penunjang Tol Laut dan Instansi yang Terkait 86

Page 15: kajian-sinergitas-kewenangan-dan-hubungan-kerja-antara-kl-dan ...

xiv

DAFTAR GAMBAR

2.1 Rencana Konsep pengembangan Tol Laut 48 2.2 Peta Sabuk Penyeberangan Utara, Tengah dan Selatan 49 2.3 Peta Lokasi Kawasan Ekonomi Khusus dan Rencana

Pembangunan Infrastruktur Pendukung

54 3.1 Ruang Lingkup Pembangunan Kemaritiman dan Instansi

Terkait

58 3.2 Elemen Penunjang Tol Laut Peti Kemas dan Tol Laut

Penumpang/Cruise

85 3.3 Contoh Jalur Pelayaran Berjadwal dan Rutin yang

Menghubungkan Pelabuhan Utama, Pelabuhan Pengumpul, dan Pelabuhan Pengumpan

88 3.4 Sketsa Hirarki Pusat Pertumbuhan dan Daerah Sekitarnya 90 3.5 Peta Sebaran Kawasan Ekonomi yang Telah Ditetapkan 91 3.6 Peta Sebaran 14 Kawasan Industri Prioritas Wilayah Luar

Jawa 2015-2019

93 3.7 Peta Wilayah Wisata Bahari 94 3.8 Instansi Terkait Kebijakan Tol Laut dari Pendekatan

Elemen Penunjang Tol Laut

97 3.9 Aspek-aspek yang Harus Disinergikan Dalam

Implementasi Kebijakan Pembangunan Tol Laut

99 4.1 Ilustrasi Ketidakkonsistenan Perencanaan 104 4.2 Rencana Pembangunan Infrastruktur Pendukung Tol Laut

di Sumatera Utara

105 4.3 Tol Bali Mandara adalah Jalan Tol di Atas Laut, bukan

Konsep Tol Laut

107 4.4 KEK Sei Mangke Sumatera Utara 110 4.

Page 16: kajian-sinergitas-kewenangan-dan-hubungan-kerja-antara-kl-dan ...

1

BAB I

PENDAHULUAN

Salah satu sektor yang menjadi prioritas dan ‘concern’ pemerintahan

Jokowi – JK adalah penguatan sektor kemaritiman sebagaimana tertuang

dalam nawacita. Nawacita adalah istilah umum yang diserap dari bahasa

Sansekerta, nawa (sembilan) dan cita (harapan, agenda, keinginan), artinya

terdapat 9 (sembilan) cita-cita meliputi: 1) Menghadirkan kembali negara

untuk melindungi segenap bangsa dan memberikan rasa aman kepada

seluruh warga negara; 2) Membuat Pemerintah selalu hadir dengan

membangun tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis, dan

terpercaya; 3) membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat

daerah-daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan; 4) Memperkuat

kehadiran negara dalam melakukan reformasi sistem dan penegakan

hukum yang bebas korupsi, bermartabat, dan terpercaya; 5) Meningkatkan

kualitas hidup manusia dan masyarakat Indonesia; 6) meningkatkan

produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional, sehingga

bangsa Indonesia bisa maju dan bangkit bersama bangsa-bangsa Asia

lainnya; 7) mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan

sektor-sektor strategis ekonomi domestik; 8) melakukan revolusi karakter

bangsa; dan 9) memperteguh kebhinekaan dan memperkuat restorasi

sosial Indonesia.

Konsep nawacita tersebut dipertegas lagi dalam dokumen Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Tahun 2015 - 2019 (RPJMN 2015 - 2019),

misi ketiga memperkuat politik luar negeri bebas aktif dan memperkuat

jati diri sebagai negara maritim. Untuk menjalankan misi tersebut, salah

Page 17: kajian-sinergitas-kewenangan-dan-hubungan-kerja-antara-kl-dan ...

2

satu program turunannya adalah membangun ekonomi maritim.

Sedangkan arah kebijakan pembangunan kemaritiman dalam RPJMN 2015

- 2019 tersebut salah satunya adalah melalui pengembangan Tol Laut

untuk membangun konektivitas nasional. Tujuan konektivitas nasional

tidak lain adalah untuk mengurangi

transaction cost, mewujudkan sinergi

antara pusat pertumbuhan dan

mewujudkan akses pelayanan yang

merata. Konektivitas nasional terdiri dari:

1) konektivitas intra dan inter pusat

pertumbuhan, 2) konektivitas lokal untuk

pembangunan inklusif (akses dan kualitas

pelayanan dasar yang merata di seluruh

Indonesia, 3) konektivitas antar koridor

ekonomi (pulau), dan 4) konektivitas

internasional (gate perdagangan dan

wisatawan).

Substansi pembangunan Tol Laut

sesungguhnya bukan merupakan konsep

yang sama sekali baru, apalagi jika

dihubungkan dengan konektivitas nasional dan Pendulum Nusantara

sebagaimana tertuang dalam Perpres Nomor 26 Tahun 2012 tentang

Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia

(MP3EI). Di dalam Perpres tersebut dijelaskan bahwa untuk mencapai

tujuan MP3EI dilakukan melalui beberapa strategi yaitu: 1)

Mengembangkan potensi ekonomi melalui koridor ekonomi, 2)

…pengembangan Tol

Laut untuk

membangun

konektivitas nasional.

Tujuan konektivitas

nasional tidak lain

adalah untuk

mengurangi

transaction cost,

mewujudkan sinergi

antara pusat

pertumbuhan dan

mewujudkan akses

pelayanan yang

merata..

Page 18: kajian-sinergitas-kewenangan-dan-hubungan-kerja-antara-kl-dan ...

3

Memperkuat konektivitas nasional (locally integrated, internationally

connected), dan 3) Memperkuat kemampuan SDM dan IPTEK Nasional.

Konsep Tol Laut yang dicanangkan Presiden Jokowi sebenarnya

kurang lebih sama dengan konsep Pendulum Nusantara. Jika Tol Laut

diartikan adanya kapal yang secara rutin

dan terjadwal melayari laut dari barat ke

timur dan dari timur ke barat, maka hal itu

senada dengan Pendulum Nusantara.

Dalam bahasa sederhana, Pendulum

Nusantara adalah sebuah sistem

transportasi barang dengan menggunakan

kapal ukuran besar (kapasitas 3000-4000

Teus1) yang melewati sebuah jalur laut

utama dari ujung barat hingga ujung timur

Indonesia secara rutin. Karena pola

gerakannya dari barat ke timur dan

kemudian berbalik timur ke barat (seperti

gerakan sebuah pendulum ketika digoyangkan).

Dengan adanya kapal besar yang rutin berlayar dari barat ke timur

dan sebaliknya tersebut diharapkan dapat terjadi transportasi barang yang

lebih murah dan efisien, dimana biaya angkutnya tidak hanya bergantung

pada satu trayek saja (misalnya: Tanjung Perak-Sorong), melainkan

seluruh trayek menjadi memiliki peranan. Dalam hal ini, akan terjadi

subsidi biaya dari trayek yang lebih ramai kepada trayek yang lebih sepi.

1 Teus atau TEU : Twenty foot Equivalent Unit yang merupakan satuan terkecil dalam ukuran peti

kemas. Peti kemas ukuran 20 feet bisa di sebut 1 box atau 1 teus. Peti kemas ukuran 40 feet bisa di sebut 2 box atau1 teus.

Pendulum Nusantara

adalah sebuah sistem

transportasi barang

dengan menggunakan

kapal ukuran besar

(kapasitas 3000-4000

Teus) yang melewati

sebuah jalur laut

utama dari ujung

barat hingga ujung

timur Indonesia secara

rutin

Page 19: kajian-sinergitas-kewenangan-dan-hubungan-kerja-antara-kl-dan ...

4

Selain Pendulum Nusantara, konsep Tol Laut juga sebangun dengan

konsep sistem logistik nasional (Silognas), yang bertujuan memperlancar

arus barang secara efektif dan efisien. Secara khusus, tujuan Silognas

adalah: 1) Menurunkan biaya logistik, memperlancar arus barang dan

meningkatkan pelayanan logistik sehingga meningkatkan daya saing

produk nasional di pasar global dan pasar domestik, 2) Menjamin

ketersediaan komoditas pokok dan strategis

di seluruh wilayah Indonesia dengan harga

yang terjangkau sehingga mendorong

pencapaian masyarakat adil dan makmur, dan

memperkokoh kedaulatan dan keutuhan

NKRI, dan 3) Mempersiapkan diri untuk

mencapai target integrasi logistik ASEAN pada

tahun 2013, integrasi pasar ASEAN pada

tahun 2015, dan integrasi pasar global pada

tahun 2020.

Implementasi Tol Laut, dengan

demikian harus disinkronkan dengan

kebijakan lainnya. Hal ini sebagaimana

dinyatakan Wakil Ketua Kamar Dagang dan

Industri (KADIN) Bidang Pemberdayaan

Daerah, Natsir Mansyur. Masih menurut Natsir, ketiga program tersebut

harus segera diharmonisasikan supaya lebih efektif untuk menekan biaya

logistik. Selain itu, perlu adanya dukungan dari Pemerintah mengenai

regulasi, karena selama ini regulasi Pemerintah tumpang tindih.

Pemerintah (pusat) dinilai masih egosentris, antara kementerian dengan

"Memang harus ada sesuatu yang menyambungkan satu pulau ke pulau lain. Namun masih perlu catatan, pertama penyamaan persepsi mulai dari penerapan Sistem Logistik Nasional (Silognas) sesuai dengan Perpres 2012. Kemudian mengenai Pendulum Nusantara” (Natsir Mansyur, Liputan 6 SCTV, 27 Agustus 2014).

Page 20: kajian-sinergitas-kewenangan-dan-hubungan-kerja-antara-kl-dan ...

5

kementerian/non kementerian berjalan sendiri-sendiri tanpa adanya

koordinasi yang jelas.

Dalam kaitan koordinasi, pada era pemerintahan Jokowi telah

dibentuk Kementerian Koordinator (Kemenko) yang menangani

kemaritiman yaitu Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman

berdasarkan Perpres Nomor 10 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata

Kerja Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman. Sesuai Perpres No.

10 Tahun 2015, tugas dan fungsi Kementerian Koordinator Bidang

Kemaritiman adalah menyelenggarakan koordinasi, sinkronisasi, dan

pengendalian urusan kementerian dalam penyelenggaraan pemerintahan

di bidang Kemaritiman.2

Kementerian yang dikoordinasi oleh Kementerian Koordinator

Bidang Kemaritiman meliputi: 1) Kementerian Energi dan Sumber Daya

Mineral, 2) Kementerian Perhubungan, 3) Kementerian Kelautan dan

Perikanan, 4) Kementerian Pariwisata, dan 5) Instansi lain yang dianggap

perlu. Instansi lain yang dianggap perlu adalah instansi pusat lainnya

seperti Kementerian Pekerjaan Umum terkait infrastruktur, Kepolisian

terkait keamanan yang menjadi wewenang polisi, BAKAMLA terkait

keamanan yang menjadi wewenang LPNK, dan sebagainya. Integrasi dan

sinergi program:

1. Sesmenko Maritim di dalam melaksanakan tugasnya juga

memerlukan upaya koordinasi dan sinkronisasi dengan kementerian

yang dikoordinasikan maupun dengan Pemda, dan upaya ini

dipersiapkan mulai dari tahap perencanaan, penetapan dan

2 Sebelum Perpres No. 10 Tahun 2015, telah diterbitkan Perpres No. 165 Tahun 2014 tentang

Penataan Tugas dan Fungsi Kabinet Kerja. Pada pasal 18 disebutkan bahwa penataan organisasi kementerian dan lembaga pada tingkat eselon I ditetapkan dengan Peraturan Presiden.

Page 21: kajian-sinergitas-kewenangan-dan-hubungan-kerja-antara-kl-dan ...

6

pelaksanaan kebijakan, hingga evaluasi dan pengendalian, sesuai

dengan kewenangan yang dimiliki dan diberikan oleh Menko;

2. Bekerjasama dengan Sekretariat Kantor Presiden dan Bappenas,

Sekretaris Kemenko perlu melakukan pengendalian program

pembangunan kemaritiman yang tertuang di dalam RPJMN 2015 –

2019 dapat mencapai target dan tepat waktu pelaksanaanya.

3. Koordinasi Program dan Anggaran Kemenko Maritim perlu lebih

disinergikan, tidak terbatas pada 4 Kementerian yang

dikoordinasikan, namun diperluas berdasarkan kebutuhan RPJMN

2015 – 2019.

4. Sinergi program dan anggaran dapat dilakukan dengan mencermati

kewenangan masing-masing K/L dan Pemda, yang kemudian

terimplementasi dalam praktik pemerintahan melalui

perumusan/pembuatan kebijakan dan pelaksanaan kebijakan itu

sendiri.

Agar pembangunan Tol Laut dimaksud dapat terlaksana sesuai

target, diperlukan sinergi kewenangan dan hubungan kerja antar berbagai

instansi pemerintah, baik antar Kementerian/Lembaga, antara Instansi

Pusat dengan Daerah maupun antar Instansi Daerah. Sinergitas ini sangat

terkait dengan implementasi kebijakan yang menjadi sumber lahirnya

kewenangan sektoral dan menjadi dasar mekanisme kerja antar instansi.

Selain itu, keberhasilan pelaksanaan pembangunan Tol Laut juga

dikaitkan dengan kebijakan otonomi daerah sesuai UU No. 23 Tahun 2014

tentang Pemerintahan Daerah. Disini perlu diupayakan terwujudnya

hubungan yang serasi antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah

sesuai dengan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangannya.

Page 22: kajian-sinergitas-kewenangan-dan-hubungan-kerja-antara-kl-dan ...

7

Pada dasarnya, upaya membangun hubungan pusat-daerah hanya

dapat dilakukan dengan dua cara: sentralisasi, dimana semua urusan,

tugas, fungsi dan wewenang penyelenggaraan pemerintahan yang

pelaksanaannya dilakukan secara dekonsentrasi, atau desentralisasi,

dimana urusan, tugas, fungsi dan wewenang dilakukan seluas-luasnya oleh

pemerintah daerah.

Hubungan pusat-daerah semakin kompleks karena penggunaan asas

sentralisasi (6 urusan) dan asas desentralisasi (urusan pelayanan dasar

dan urusan non pelayanan dasar) secara bersamaan. Dalam konteks

negara kesatuan, seluruh urusan pemerintahan pada hakikatnya milik

Pemerintah dan karenanya tanggung jawab akhir berada di tangan

Pemerintah. Namun melalui pelaksanaan asas desentralisasi dan tugas

pembantuan (medebewind) tersebut, tugas Pemerintah menjadi berkurang

di satu sisi dan di sisi lain pemerintah provinsi/kabupaten/kota menjadi

lebih berdaya.

Sebagai bagian dari pemerintahan nasional, kedudukan dan peran

pemerintah daerah sangat penting dalam memberikan kontribusi bagi

tercapainya keberhasilan pembangunan Tol Laut. Sinergitas hubungan

pusat-daerah dalam hal ini menjadi modal dasar, namun sekaligus menjadi

kendala dalam implementasi kebijakan pembangunan Tol Laut.

A. Fokus Kajian

Fokus tema yang dibahas dalam kajian ini adalah implementasi

kebijakan pembangunan Tol Laut, sebagai upaya untuk menunjang

keberhasilan pembangunan ekonomi maritim yakni adanya kapal yang

secara rutin dan terjadwal melayari lautan dari barat ke timur Indonesia.

Dalam kajian ini terdapat beberapa sub fokus kajian meliputi:

Page 23: kajian-sinergitas-kewenangan-dan-hubungan-kerja-antara-kl-dan ...

8

1. Pemetaan instansi terkait dan sinergi yang diperlukan dalam

pembangunan Tol Laut.

2. Sinergi dan hubungan kerja di antara Kementerian/Lembaga, Pemda

dan BUMN dalam impelementasi pembangunan Tol Laut selama ini

(existing condition).

3. Upaya-upaya yang telah dan perlu ditempuh (rekomendasi) untuk

mewujudkan sinergi dan hubungan kerja berbagai pihak

(stakeholders) dalam pembangunan Tol Laut.

B. Tujuan Kajian

Kajian Sinergitas Kewenangan dan Hubungan Kerja antara

Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah dengan fokus pada

Implementasi Kebijakan Tol Laut ini bertujuan untuk :

1. Memetakan berbagai instansi terkait dan sinergi yang diperlukan

dalam implementasi pembangunan Tol Laut.

2. Memetakan dan menganalisis permasalahan sinergi dan hubungan

kerja dalam implementasi pembangunan Tol Laut yang terjadi

selama ini (existing condition).

3. Merumuskan alternatif kebijakan guna mewujudkan sinergi dan

hubungan kerja berbagai pihak (stakeholders) terkait dalam

pembangunan Tol Laut.

C. Sasaran

Sasaran kajian ini adalah tersusunnya rekomendasi kebijakan

bagaimana melakukan sinergitas kewenangan dan hubungan kerja

berbagai pihak (Kementerian/Lembaga, BUMN, swasta, dan Pemerintah

Page 24: kajian-sinergitas-kewenangan-dan-hubungan-kerja-antara-kl-dan ...

9

Daerah) khususnya dalam konteks implementasi kebijakan pembangunan

Tol Laut.

D. Metodologi Kajian

Studi kebijakan publik pada dasarnya dimaksudkan menguak

tindakan-tindakan yang dilakukan pemerintah, mengapa tindakan itu

dilakukan, dengan cara dan mekanisme apa dilakukan, untuk kepentingan

siapa, dan bagaimana hasil, akibat, dan dampaknya. Oleh sebab itu, metode

kajian kebijakan sesungguhnya tidak perlu terlalu terpaku pada metodologi

selama rekomendasinya dapat benar-benar memberikan jalan keluar yang

efektif karena penelitian kebijakan adalah penelitian mencari jalan keluar

dari masalah.

1. Metode Kajian

Metode kajian yang dipilih adalah kualitatif yang berlandaskan pada

filsafat post positivisme. Kajian deskriptif biasanya digunakan untuk

meneliti pada kondisi objek yang alamiah (natural setting). Ciri utama

metode kualitatif, dimana peneliti (tim kajian) adalah sebagi instrumen

kunci.

2. Lokus dan Narasumber Kajian

Lokus kajian ini terdiri dari instansi pusat dan daerah, sebagaimana

terlihat pada tabel sebagai berikut:

Page 25: kajian-sinergitas-kewenangan-dan-hubungan-kerja-antara-kl-dan ...

10

Tabel 1.1 Lokus Kajian dan Narasumber

NO. LOKUS NARASUMBER

LINGKUP PEMERINTAH PUSAT 1. Kemenko Bidang Kemaritiman Menko Kemaritiman

Sesmenko Deputi Infrastruktur Deputi SDM

2. Kementerian Perhubungan Direktur Lalu Lintas Angkutan Laut

3. Bappenas Direktur Transportasi, Subdit Transportasi Laut

4. PT. Pelindo II Direksi PT. Pelindo II (Jakarta)

PEMERINTAH DAERAH

1. Provinsi Jawa Timur Bappeda Dinas Perhubungan PT. Pelindo III FH Unair

2. Provinsi Sulawesi Selatan Bappeda Dinas Perhubungan PT. Pelindo IV FH Unhas

3. Provinsi Sumatera Utara Bappeda Dinas Perhubungan PT. Pelindo I FH USU

4. Provinsi Nusa Tenggara Barat Bappeda Dinas Perhubungan PT. Pelindo III Cabang Lembar

5. Provinsi Kalimantan Barat Bappeda Dinas Perhubungan PT. Pelindo II Cabang Pontianak

6. Kabupaten/Kota Cirebon Bappeda Dinas Perhubungan PT. Pelindo II Cabang Cirebon

Dari tabel di atas dapat dapat dijelaskan bahwa lokasi kajian

sinergitas dan hubungan kerja K/L dan Pemda (pembangunan Tol Laut)

terdiri dari dua level yakni level pemerintah pusat (meliputi Kemenko

Bidang Kemaritiman, Kementerian Perhubungan, Bappenas dan PT.

Pelindo II) dan level pemerintah daerah (meliputi Pemprov Jawa Timur,

Page 26: kajian-sinergitas-kewenangan-dan-hubungan-kerja-antara-kl-dan ...

11

NTB, Sulsel, Sumut, Kalbar, dan Pemkab/Pemko Cirebon-Jawa Barat).

Kemenko Bidang Kemaritiman dipilih karena sesuai dengan peraturan

perundangan Kemenko ini memiliki wewenang mengkoordinasikan

instansi lain yang ada di bawahnya. Pada saat audiensi dengan pihak

Kemenko Bidang Kemaritiman, tim kajian langsung berdialog dengan

Bapak Menteri (Dr. Indroyono Susilo) dan mendapatkan informasi arah

kebijakan kemenko terkait pelaksanaan pembangunan kemaritiman

khususnya Tol Laut. Pada kesempatan berbeda, tim juga berdiskusi dengan

Sesmenko dan salah satu Deputi di Kemenko Bidang Kemaritiman guna

mendapatkan gambaran yang lebih lengkap mengenai arah kebijakan

pembangunan Tol Laut. Untuk memperkaya data lapangan, tim kajian pun

melakukan audiensi ke Kementerian Perhubungan dan ditemui oleh

Direktur Lalu Lintas Laut. Pada audiensi ke Bappenas, tim diterima oleh

staf Direktur Transportasi Bappenas. Audiensi dengan BUMN dilakukan

dengan direksi PT. Pelindo II yang berkedudukan di Tanjung Priok-Jakarta.

Sementara itu, pemilihan pemerintah daerah didasarkan pada

pertimbangan pemda yang memiliki pelabuhan, baik pelabuhan induk

(Pemprov Jawa Timur, Pemprov Sulawesi Selatan, dan Pemprov Sumatera

Utara) dan pelabuhan cabang (Pemprov Kalimantan Barat, Pemprov NTB,

dan Pemkab/Pemko Cirebon). Narasumber di pemerintah daerah

merupakan representasi pemda, dan perguruan tinggi lokal, sehingga

muncul Bappeda, Dinas Perhubungan, PT. Pelindo dan perusahaan swasta

yang peduli terhadap pembangunan Tol Laut.

3. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memenuhi data dan informasi yang dibutuhkan, tim

menggunakan beberapa teknik pengumpulan data yaitu :

Page 27: kajian-sinergitas-kewenangan-dan-hubungan-kerja-antara-kl-dan ...

12

a. FGD/Diskusi Terbatas

Pengumpulan data melalui FGD/diskusi terbatas dilakukan untuk

menjaring data secara cepat karena stakeholders dikumpulkan pada

satu tempat tertentu, baik di pusat maupun di daerah. Untuk FGD di

pusat dilaksanakan di kantor LAN, sedangkan FGD di daerah

dilakukan di kantor pemda maupun di kampus setempat.

b. Wawancara mendalam

Pengumpulan data melalui wawancara mendalam (indepth interview)

dilaksanakan apabila narasumber relatif sedikit sehingga lebih

memungkinkan untuk melakukan indepth interview.

c. Studi Dokumen

Pengumpulan data melalui studi dokumen dilaksanakan melalui

penelusuran terhadap buku teks, jurnal, laporan, dan dokumentasi

lain yang relevan. Beberapa data justru diperoleh melalui studi

dokumentasi, termasuk internet, karena merupakan data lama atau

data yang sulit diperoleh dari jurnal/laporan reguler.

4. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data menggunakan analisis Brennan (2005). Data

yang telah diperoleh kemudian diolah dan dianalisis melalui tahapan

sebagai berikut:

a. Reading Data/Data Immersion (membaca data)

Membaca data hasil evaluasi, pertama-tama membaca isi (content)

datanya apakah tim telah mendapatkan data yang dimaksudkan

ataukah belum, lalu yang kedua mencatat kualitas datanya, apakah

Page 28: kajian-sinergitas-kewenangan-dan-hubungan-kerja-antara-kl-dan ...

13

data yang diperoleh telah memenuhi kecukupan, dangkal/mendalam.

Selanjutnya tim mengidentifikasi pola/tema, apakah tema-tema

terjadi pada semua atau sebagian besar data, keterhubungan antar

tema, respon bertolak belakang dan kesenjangan dalam pemahaman

sehingga membutuhkan eksplorasi lebih lanjut.

b. Coding data (mengkode data)

Melakukan pengkodean terhadap data-data yang telah dikumpulkan,

khususnya terkait data yang berasal dari wawancara mendalam.

Displaying data (menyajikan data). Langkah ini disebut

penyajian/display data, yaitu menangkap variasi kekayaan data dari

setiap tema. Evaluator perlu mencatat perbedaan data individu dan

kelompok. Selanjutnya memeriksa bukti-bukti data sebagai

pendukung sub tema.

c. Data reduction (memilah data)

Tahap berikutnya adalah memilih dan memilah-milah data (reduksi

data), yang dimulai dengan melihat keseluruhan data, membedakan

tema inti dan tema sekunder, memisah data esensial dan yang tidak

esensial.

d. Data interpretation (menafsirkan data)

Tahap terakhir adalah melakukan penafsiran data, yaitu

menghadirkan makna dari data-data yang tersedia. Dalam penelitian

kualitatif, makna sebuah realitas sosial tidaklah tunggal tetapi jamak.

Page 29: kajian-sinergitas-kewenangan-dan-hubungan-kerja-antara-kl-dan ...

14

E. Sistematika Penulisan Laporan

Penyusunan laporan kajian akan menggunakan sistematika

penulisan sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan. Bab ini akan membahas fokus kajian, tujuan kajian,

sasaran kajian, metodologi kajian, dan sistematika penulisan

laporan.

Bab II Tinjauan Konsep Sinergitas, Kewenangan, Hubungan Kerja, dan

Kebijakan Pembangunan Tol Laut. Bab ini akan membahas

konsep sinergitas, kewenangan, hubungan kerja, dan kebijakan

pembangunan Tol Laut.

Bab III Pemetaan Instansi Terkait dan Sinergi yang Diperlukan dalam

Implementasi Kebijakan Pembangunan Tol Laut. Bab ini

membahas implementasi kebijakan dan permasalahannya di

tingkat pemerintahan pusat dan implementasi kebijakan dan

permasalahannya di tingkat pemerintahan daerah.

Bab IV Analisis Permasalahan dan Model Sinergitas, Kewenangan,

Hubungan Kerja, dan Kebijakan Pembangunan Tol Laut. Bab ini

akan membahas aspek manajemen dan aspek sumber daya.

Bab V Penutup. Bab ini memuat kesimpulan dan rekomendasi.

Page 30: kajian-sinergitas-kewenangan-dan-hubungan-kerja-antara-kl-dan ...

15

BAB II

SINERGITAS, KEWENANGAN, DAN HUBUNGAN KERJA

SERTA KEBIJAKAN PEMBANGUNAN TOL LAUT

Implementasi suatu kebijakan, akan melibatkan berbagai pihak atau

pemangku kepentingan (stakeholders), baik secara langsung maupun tidak

langsung. Pihak yang terlibat secara langsung biasanya adalah pihak yang

menjadi aktor atau pelaksana utama dari kebijakan tersebut. Sedangkan

pihak yang terlibat tidak secara langsung, biasanya pihak yang

dukungannya diharapkan oleh aktor atau pelaksana utama dari kebijakan

tersebut.

Agar kebijakan tersebut dapat terlaksana atau terimplementasikan

dengan baik, diperlukan adanya koordinasi, kerjasama atau bahkan sinergi

di antara pihak tersebut. Koordinasi, kerjasama atau bahkan sinergi akan

mempunyai peran yang sangat penting, karena pada dasarnya pelaksanaan

sebuah kebijakan tidak dapat berdiri sendiri. Hal-hal utama yang harus

dikoordinasikan, dikerjasamakan atau bahkan disinergikan adalah

kewenangan yang dimiliki oleh masing-masing pihak. Dengan koordinasi,

kerjasama dan sinergi, maka kewenangan yang dimiliki masing-masing

pihak tersebut, dalam waktu yang bersamaan dapat diarahkan pada satu

fokus kebijakan yang sama, sehingga kebijakan tersebut dapat

terimplementasikan secara komprehensif.

Page 31: kajian-sinergitas-kewenangan-dan-hubungan-kerja-antara-kl-dan ...

16

A. Sinergitas

Secara bahasa, sinergi berasl dari bahasa Inggris “synergy” (tunggal)

atau “synergies” (jamak) yang berarti interaksi elemen yang bila

dikombinasikan menghasilkan efek total yang lebih besar daripada jumlah

dari unsur-unsur individu, kontribusi, daan lain-lain. Dalam konteks

fisiologi/ kedokteran, sinergi diamaknai tindakan koopertif dari dua atau

lebih otot, saraf, atau sejenisnya. Sedangkan dalam biokimia/farmakologi

diartikan sebagai tindakan kooperatif dari

dua atau lebih rangsangan atau obat.3

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia

(KBBI) online, sinergi/si·ner·gi/sinérgi/n 1

kegiatan atau operasi gabungan; 2

sinergisme; bersinergi/ber·si·ner·gi/ v

melakukan kegiatan atau operasi gabungan:

sudah sampai waktunya bangsa Indonesia

mulai bekerja dan - secara positif yg

menguntungkan seluruh bangsa;

mengnyinergikan/ meng·nyi·ner·gi·kan/ v

menggiatkan: kita jangan terjebak dengan

cara pandang dikotomis yg mempertentangkan peran lelaki dan perempuan,

lebih baik - potensi-potensi mereka.4.

Menurut Deardorff dan Williams (2006) “Synergy is not something

that we can hold in our hand but the term implies a multiplier effect which

allows the energy of individual work or service to multiply exponentially

through joint, collaborative effort. Sinergi bukanlah sesuatu yang dapat kita

pegang oleh tangan kita tapi suatu istilah yang berarti melipatgandakan

3 (www.dictionary.reference.com).

4 (kbbi.web.id/sinergi)

“sinergi…suatu istilah yang berarti melipatgandakan pengaruh (multiplier effect) yang memungkinkan energi pekerjaan atau jasa individu berlipatganda secara eksponensial melalui usaha bersama” (Deardorff dan Williams, 2006)

Page 32: kajian-sinergitas-kewenangan-dan-hubungan-kerja-antara-kl-dan ...

17

pengaruh (multiplier effect) yang memungkinkan energi pekerjaan atau

jasa individu berlipat ganda secara eksponensial melalui usaha bersama.

Sinergi kelompok dideskripsikan sebagai tindakan yang berkembang dan

mengalir dari kelompok orang yang bekerja bersama secara sinkron satu

sama lain sehingga mereka dapat bergerak dan berfikir sebagai satu

kesatuan. Tindakan sinergi ini dilakukan dengan insting, positif,

memberdayakan, dan menggunakan sumberdaya kelompok secara

keseluruhan.

Adapun sinergitas sendiri merupakan

proses memadukan beberapa aktivitas

dalam rangka mencapai satu hasil yang

berlipat ganda. Sinergitas terkadang disebut

juga dengan istilah sinergisme. Untuk

menggambarkan kelipatan hasil dari

sinergitas, dapat digunakan pendekatan

matematik sebagai berikut: Jika masing-masing aktivitas secara terpisah

memberikan output masing-masing 1 hasil, sehingga secara total

menghasilkan 2 hasil, maka ketika Aktivitas I + Aktivitas II dilakukan

secara sinergi/terpadu maka dapat menghasilkan output > 2 hasil,

misalnya menjadi 3 hasil atau 4 hasil. Jadi Menurut Deardorff dan Williams

(2006) sinergi adalah sebuah proses dimana interaksi dari dua atau lebih

agen atau kekuatan akan menghasilkan pengaruh gabungan yang lebih

besar dibandingkan jumlah dari pengaruh mereka secara individual.

Dengan demikian, terdapat suatu sinergi apabila hasil dari gabungan

misalnya dua kekuatan akan menghasilkan persamaan matematik sebagai

berikut: 1 + 1 > 2.

…hasil Sinergi lebih

Besar daripada yang

didapatkan dari

sekedar sebuah

Kerjasama…

Page 33: kajian-sinergitas-kewenangan-dan-hubungan-kerja-antara-kl-dan ...

18

Keterpaduan dua aktivitas tersebut tidak selalu dikerjakan

bersamaan, tetapi sangat tergantung karakteristik dari masing-masing

aktivitas. Apabila dua aktivitas tersebut bersifat komplementer, maka

memang harus dilakukan bersamaan, karena keduanya saling mengisi.

Tetapi, apabila dua aktivitas tersebut bersifat substitusi, maka aktivitasnya

tidak harus bersamaan, tetapi dapat saling menggantikan, atau bergiliran.

Menurut Corning (1995) sinergi sesungguhnya ada dimana-mana di

sekitar kita termasuk di dalam diri kita. Sinergi merupakan hal yang tidak

dapat dihindari. Sebagai contoh, batu dapat digunakan untuk membuat

berbagai struktur seperti rumah, tembok, jalanan, dan sebagainya. Namun

demikian, tanpa adanya semen dan usaha manusia maka batu-batu

tadi hanya menjadi tumpukan batu belaka yang tidak banyak gunanya.

Contoh lain, mobil modern terdiri dari kira-kira 15.000 komponen yang

dirancang secara khusus dan dibuat dari 60 jenis bahan yang berbeda.

Akan tetapi, jika sebuah rodanya dicopot maka mobil ini menjadi

tidak dapat bergerak. Dua contoh di atas menunjukkan betapa pentingnya

sinergi. Tanpa ada sinergi dengan komponen yang lain maka komponen-

komponen yang ada tidak dapat menghasilkan manfaat yang lebih besar

seperti yang diinginkan.

Contoh sinergi yang paling dekat dengan kita adalah diri kita sendiri.

Manusia merupakan gabungan dari berbagai organ tubuh seperti organ

pernapasan, organ pencernaan, organ gerak, organ-organ tubuh yang lain

dan terakhir yang tidak kalah pentingnya adalah jiwa manusia. Manusia

dapat melakukan apa-apa yang dapat dilakukan sebagai manusia karena

adanya sinergi dari seluruh komponen jiwa dan raga manusia tersebut.

Sinergi dalam diri manusia merupakan bentuk sinergi internal.

Page 34: kajian-sinergitas-kewenangan-dan-hubungan-kerja-antara-kl-dan ...

19

Di samping itu, manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat

hidup sendiri. Untuk dapat bertahan hidup maka manusia harus

berinteraksi dan berhubungan dengan orang lain. Hubungan antar manusia

ini merupakan bentuk sinergi yang bersifat eksternal yang penting untuk

dapat menjamin keberlangsungan hidup manusia karena tidak ada satupun

manusia yang dapat memenuhi semua kebutuhan hidupnya sendirian saja.

Pada tingkatan organisasi maka sinergi sangat dibutuhkan oleh

suatu organisasi agar pelaksanaan tugas dan fungsi organisasi tersebut

dapat berjalan dengan baik dan sempurna (well and excellent).

Sebagaimana manusia, sinergi yang dibutuhkan oleh suatu organisasi

adalah sinergi yang bersifat internal dan eksternal. Sinergi internal adalah

sinergi antara organ-organ yang ada di dalam organisasi tersebut yang

memungkinkan seluruh organ organisasi tersebut dapat bergerak seiring

dan sejalan. Sama seperti manusia, suatu organisasi tidak dapat hidup

sendiri. Suatu organisasi akan berinteraksi dengan lingkungan eksternal.

Sinergi dengan lingkungan eksternal ini sangat dibutuhkan oleh suatu

organisasi agar dapat mencapai tujuan dari organisasi tersebut.

Sering terdengar kata-kata Sinergi yang terlontar dengan sengaja

ataupun dengan tidak sengaja dalam momen-momen kelompok, seperti

Training and Motivation, Coaching and Counseling, Reinforcement bahkan

dalam sesi meeting. Pembicara yang mungkin sebagai Top Management di

wilayahnya atau mungkin seorang manajer dalam suatu departemen,

sering melontarkan kata “SINERGI” (Synergy). “Kita harus sinergi kalau

ingin mencapai target”, “Kalau tidak sinergi bagaimana kita

bisa achieve”. Itulah beberapa statement mengenai Sinergi yang terdengar

dalam meeting-meeting manajemen. Hebatnya Sinergi untuk

membentuk Kerjasama Kreatif dalam sebuah Organisasi Bisnis

Page 35: kajian-sinergitas-kewenangan-dan-hubungan-kerja-antara-kl-dan ...

20

terkadang masih menjadi wacana dan rencana, dan masih sulit masuk

dalam tahapan pelaksana.

Melalui Sinergi, kerjasama dari paradigma (pola pikir) yang berbeda

akan mewujudkan hasil lebih besar dan efektif sehubungan proses yang

dijalani menunjukkan tujuan yang sama dan kesepakatan demi hasil

positif. Contoh perumpamaan yang sering kita lihat dari konsep Sinergi

yakni:

1 + 1 = 3 –> Sinergi

1 + 1 = 1 ½ –> Kompromi

1 + 1 = < 1 –> Sinergi Negatif (Anergi)

Ber-Sinergi berarti saling menghargai perbedaan ide, pendapat dan

bersedia saling berbagi. Ber-Sinergi tidak mementingkan diri sendiri,

namun berpikir menang-menang dan tidak ada pihak yang dirugikan atau

merasa dirugikan. Ber-Sinergi bertujuan memadukan bagian-bagian

terpisah.

Page 36: kajian-sinergitas-kewenangan-dan-hubungan-kerja-antara-kl-dan ...

21

1. Membangun Sinergi

Sinergi adalah proses yang harus dilalui masing-masing pihak, yang

mana perlu waktu dan konsistensi. Hal-hal yang perlu dilakukan untuk

membangun rasa saling percaya sehingga Sinergi terbangun sebagai

kerjasama kreatif diantaranya:

Berbuatlah kepada orang lain sebagaimana anda ingin diperlakukan

orang lain

Jangan menilai buruk terhadap pihak lain

Jangan memberikan janji yang anda tak yakin memenuhinya

Jangan mengecewakan harapan orang lain

Konsep ber-Sinergi diantaranya adalah berikut ini:

Ber-Orientasi pada hasil dan positif

Perspektif beragam mengganti atau melengkapi paradigma

Saling bekerjasama dan ber-tujuan sama serta adanya kesepakatan

Sangat efektif diusahakan dan merupakan suatu proses

Page 37: kajian-sinergitas-kewenangan-dan-hubungan-kerja-antara-kl-dan ...

22

Mewujudkan Sinergi adalah keberhasilan bersama yang terbina dari

kebiasaan. Mewujudkan Sinergi bukan berarti berkompromi di tengah,

melainkan mencari alternatif ketiga dan mencapai puncak. Sinergi adalah

perbedaan bukan persamaan. Sinergi akan membangun kerjasama-

kerjasama kreatif dengan cara menghormati perbedaan, membangun

kekuatan dan mengkompensasikan kelemahan.

Banyak perumpamaan Sinergi dalam suatu organisasi bisnis

khususnya, seperti berikut:

Tim Marketing dan Tim Promotion bergabung dalam suatu event New

Product Launch di sebuah Mall, yang mana dengan bergabungnya

mereka, anggota Tim Marketing dapat menjual product baru melalui

brosur dan leaflet yang disiapkan Tim Promotion. Hasilnya tentu lebih

maksimal dibandingkan berjalan sendiri-sendiri pada event yang

berbeda.

Contoh lainnya yang dapat dilihat dalam kehidupan sekitar kita

adalah Konsep Pujasera – Pusat Jajanan Serba Ada, dimana terdapat

banyak outlet makanan dan minuman berkumpul bersama, sehingga

pelanggan akan mempunyai alternatif pilihan makanan dan minuman

yang variatif. Hal ini otomatis meningkatkan omset masing-masing

outlet dibandingkan jika mereka berdiri terpisah pada tempat yang

berbeda pula.

Sinergi dapat menekan cost atau biaya operasional tanpa mengurangi

pendapatan operasional. Bahasa umum didunia bisnis adalah Sharing

Budget. Sinergi adalah proses, dan perlu waktu dalam membangunnya.

Sekali terbangun maka Sinergi akan mampu menghasilkan bentuk-bentuk

kerjasama kreatif dan inovatif.

Page 38: kajian-sinergitas-kewenangan-dan-hubungan-kerja-antara-kl-dan ...

23

2. Perbandingan dengan Koordinasi, Koorperasi

Definisi koordinasi menurut para beberapa tokoh, diantaranya

Menurut G.R. Terry koordinasi adalah suatu usaha yang sinkron dan

teratur untuk menyediakan jumlah dan waktu yang tepat, dan

mengarahkan pelaksanaan untuk menghasilkan suatu tindakan yang

seragam dan harmonis pada sasaran yang telah ditentukan. Sedangkan

menurut E.F.L. Brech, koordinasi adalah mengimbangi dan menggerakkan

tim dengan memberikan lokasi kegiatan pekerjaan yang cocok dengan

masing-masing dan menjaga agar kegiatan itu dilaksanakan dengan

keselarasan yang semestinya di antara para anggota itu sendiri.

Menurut Mc. Farland (Handayaningrat, 1985:89) koordinasi adalah

suatu proses di mana pimpinan mengembangkan pola usaha kelompok

secara teratur di antara bawahannya dan menjamin kesatuan tindakan di

dalam mencapai tujuan bersama.

Handoko (2003:195) mendefinisikan koordinasi (coordination)

sebagai proses pengintegrasian tujuan-tujuan dan kegiatan-kegiatan pada

satuan-satuan yang terpisah (departemen atau bidang-bidang fungsional)

suatu organisasi untuk mencapai tujuan organisasi secara efisien.

James A.F Stoner dan Charles Wankel menyatakan “Coordination is

the process of integrating the objectives and activites of the separate units

(department or functional areas) of an organization in order to achieve

organizational goals efficiently”. “Koordinasi adalah proses

menyatupadukan tujuan-tujuan dan kegiatan-kegiatan dari unit-unit

(bagian-bagian atau bidang-bidang fungsional) suatu organisasi yang

terpisah untuk mencapai sasaran-sasaran organisasi secara efisien”

Page 39: kajian-sinergitas-kewenangan-dan-hubungan-kerja-antara-kl-dan ...

24

Ricky W. Griffin menyatakan “coordination is the process of linking the

activities of the farious department of the organization”. Koordinasi adalah

suatu proses menghubungkan kegiatan-kegiatan dari bermacam-macam

bagian organisasi”. David R. Hampton menatakan “For successful

performance, organizations require an integration of the contribution of

special units. For our purposes, this is what coordination means”. (Agar

pelaksanaan pekerjaan menjadi sukses maka organisasi memerlukan

penyatupaduan sumbangan dari unit-unit khusus. Untuk tujuan kita, ini

yang di maksud koordinasi).”.

Sondang P. Siagian, M.P.A, Ph.D . “Koordinasi adalah pengaturan tata

hubungan dari usaha bersama untuk memperoleh kesatuan tindakan

dalam usaha pencapaian tujuan bersama pula. Koordinasi adalah suatu

proses yang mengatur agar pembagian kerja dari berbagai orang atau

kelompok dapat tersusun menjadi suatu kebutuhan yang terintegrasi

dengan cara seefesien mungkin”

Dr. Ateng Syafrudin, S.H, dalam bukunya pengaturan koordinasi

pemerintah di daerah,1976. “Koordinasi disini adalah suatu proses

rangkaian kegiatan menghubungi, bertujuan menyerasikan tiap langkah

dan kegiatan dalam organisasi agar tercapai gerak yang cepat untuk

mencapai sasaran dan tujuan-tujuan yang telah ditetapkan”.

Staf Dosen Balai Pembinaan Administrasi Universitas Gadjah Mada,

dalam buku Ensiklopedia Administrasi (1977). “koordinasi adalah suatu

pengertian dimana terkandung aspek-aspek tidak terjadinya kekacauan,

percekcokan, kekembaran atau kekosongan kerja,sebagai akibat daripada

pekerjaan menghubung-hubungkan, menyatupadukan dan menyelaraskan

orang-orang dan pekerjaannya dalam suatu kerja sama yang diarahkan

kepada pencapaian tujuan tertentu.

Page 40: kajian-sinergitas-kewenangan-dan-hubungan-kerja-antara-kl-dan ...

25

Chung & Megginson (1981) berpendapat bahwa koordinasi dapat

didefinisikan sebagai sebuah proses memotivasi, memimpin, dan

mengomunikasikan bawahan untuk mencapai tujuan organisasi.

Sutisna (1989) mendefinisikan koordinasi ialah proses

mempersatukan sumbangan-sumbangan dari orang-orang, bahan, dan

sumber-sumber lain kearah tercapainya maksud-maksud yang telah

ditetapkan.

Jadi, koordinasi adalah proses mengintegrasikan (memadukan),

menyingkronisasikan, dan menyederhanakan pelaksanaan tugas yang

terpisah-pisah secara terus menerus untuk mencapai tujuan secara efektif

dan efisien.

Sedangkan Kooperasi adalah kerja sama dua orang atau lebih. Istilah

koorperasi, gotong royong, team work, dan jaringan kerja adalah istilah

yang maknanya sama, yaitu adanya kerja sama antara dua orang atau lebih.

Kerja sama melalui sebuah tim lebih efektif daripada kerja secara

individual. Menurut West (2002), telah banyak riset membuktikan bahwa

kerja sama secara berkelompok mengarah pada efisiensi dan efektivitas

yang lebih baik. Hal ini sangat berbeda dengan kerja yang dilaksanakan

oleh perorangan.

Setiap tim maupun individu sangat berhubungan erat dengan kerja

sama yang dibangun dengan kesadaran pencapaian prestasi dan kinerja.

Dalam kerja sama akan muncul berbagai penyelesaian yang secara individu

tidak terselesaikan. Keunggulan yang dapat diandalkan dalam kerja sama

pada kerja tim adalah munculnya berbagai penyelesaian secara sinergi dari

berbagai individu yang tergabung dalam kerja tim.

Kontribusi tiap-tiap individu dapat menjadi sebuah kekuatan yang

terintegrasi. Individu dikatakan bekerja sama jika upaya-upaya dari setiap

Page 41: kajian-sinergitas-kewenangan-dan-hubungan-kerja-antara-kl-dan ...

26

individu tersebut secara sistematis terintegrasi untuk mencapai tujuan

bersama. Dalam mencapai tujuan bersama, kerja sama memberikan

manfaat yang besar bagi kerja tim. Biasanya organisasi berbasis kerja tim

memiliki struktur yang ramping. Oleh sebab itu, organisasi akan bisa

merespons dengan cepat dan efektif lingkungan yang cepat berubah (West,

2002).

3. Sinergi dalam Konteks Organisasi

Sinergi adalah berkomitmen untuk membangun dan memastikan

hubungan kerjasama internal yang produktif serta kemitraan yang

harmonis dengan para pemangku kepentingan untuk menghasilkan karya

yang bermanfaat. Sinergi menjadi mutlak bagi suatu Kementerian yang

memiliki bentuk organisasi heterogen (holding company) dimana antara

Unit Eselon I memiliki tugas dan fungsi serta karakteristik yang berbeda-

beda sehingga dibutuhkan kerjasama yang harmonis. Sinergi diwujudkan

dalam perilaku selalu berprasangka baik, saling percaya dan menghormati

serta mengedepankan musyawarah untuk menemukan dan melaksanakan

solusi yang terbaik.

Ciri-ciri perilaku Sinergi dalam konteks organisasi :

Memiliki sangka baik, saling percaya, dan menghormati

Berpikir dan bertindak positif;

Menghargai dan menerima masukan, pendapat, dan gagasan dari

orang lain;

Menjaga kebersamaan dan kesetaraan;

Menunjukkan komitmen terhadap keputusan bersama dan

implementasinya;

Senantiasa berorientasi pada kepentingan organisasi.

Page 42: kajian-sinergitas-kewenangan-dan-hubungan-kerja-antara-kl-dan ...

27

Menemukan dan melaksanakan solusi terbaik

Mengidentifikasi permasalahan dengan jelas dan memberikan solusi

terbaik;

Mengutamakan koordinasi serta menjalin dan memelihara

kerjasama;

Proaktif untuk menemukan solusi melalui diskusi dan koordinasi

dengan seluruh stakeholders;

Senantiasa memberikan kontribusi terbaik dalam menyelesaikan

masalah;

Saling berbagi informasi dan data sesuai kewenangan.

B. Kewenangan

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa yang

dimaksud dengan wewenang adalah: 1) hak dan kekuasaan untuk

berindak; 2) kekuasaan membuat keputusan, memerintah, dan

melimpahkan tanggung jawab kepada orang lain; dan 3) fungsi yang boleh

tidak dilaksanakan. Sementara kewenangan adalah: 1) hal berwenang; 2)

hak dan kekuasaan yang dipunyai untuk melakukan sesuatu.5

Berdasarkan definisi tersebut dapat dikatakan bahwa yang dimaksud

dengan kewenangan adalah: 1) Kekuasaan atau hak untuk bertindak; 2)

Kekuasaan membuat keputusan; 3) Kekuasaan untuk memerintah atau

melimpahkan tanggung jawab kepada pihak lain, dan secara lebih luas

dapat diartikan sebagai; dan 4) Kekuasaan yang dimiliki untuk melakukan

sesuatu.

Hadjon (1994:7) mengatakan bahwa setiap tindakan pemerintahan

disyaratkan harus bertumpu atas kewenangan yang sah. Kewenangan itu

5 Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005: 1272)

Page 43: kajian-sinergitas-kewenangan-dan-hubungan-kerja-antara-kl-dan ...

28

diperoleh melalui tiga sumber, yaitu atribusi, delegasi, dan mandat.

Kewenangan atribusi lazimnya digariskan melalui pembagian kekuasaan

negara oleh undang-undang dasar, sedangkan kewenangan delegasi dan

mandat adalah kewenangan yang berasal dari “pelimpahan”.

Indroharto (1993:90), bahwa wewenang diperoleh secara atribusi,

delegasi, dan mandate, yang masing-masing dijelaskan sebagai berikut:

Wewenang yang diperoleh secara “atribusi”, yaitu pemberian wewenang

pemerintahan yang baru oleh suatu ketentuan dalam peraturan

perundang-undangan. Jadi, disini dilahirkan/diciptakan suatu wewenang

pemerintah yang baru”. Pada delegasi terjadilah pelimpahan suatu

wewenang yang telah ada oleh Badan atau Jabatan TUN yang telah

memperoleh suatu wewenang pemerintahan secara atributif kepada Badan

atau Jabatan TUN lainnya. Jadi, suatu delegasi selalu didahului oleh adanya

sesuatu atribusi wewenang. Pada mandat, disitu tidak terjadi suatu

pemberian wewenang baru maupun pelimpahan wewenang dari Badan

atau Jabatan TUN yang satu kepada yang lain.

Selanjutnya, Atmosudirdjo (1981:29), berpendapat bahwa

wewenang dalam kaitannya dengan kewenangan adalah apa yang disebut

kekuasaan formal, kekuasaan yang berasal dari Kekuasaan Legislatif

(diberi oleh Undang-Undang) atau dari Kekuasaan Eksekutif/

Administratif. Kewenangan adalah kekuasaan terhadap segolongan orang-

orang tertentu atau kekuasaan terhadap sesuatu bidang pemerintahan

(atau bidang urusan) tertentu yang bulat, sedangkan wewenang hanya

mengenai sesuatu onderdil tertentu saja. Di dalam kewenangan terdapat

wewenang-wewenang. Wewenang adalah kekuasaan untuk melakukan

sesuatu tindak hukum publik”. Dengan demikian, wewenang merupakan

bagian dari kewenangan.

Page 44: kajian-sinergitas-kewenangan-dan-hubungan-kerja-antara-kl-dan ...

29

C. Hubungan Kerja Pusat dan Daerah

Hubungan antara pemerintah pusat dan daerah selalu menjadi

sorotan menarik untuk ditelaah. Setelah berdirinya Republik Indonesia dan

dibentuknya pemerintahan pusat dan daerah, tak selalu hubungan yang

terjalin penuh keharmonisan. Ada kalanya terjadi beberapa “perselisihan”.

Baik sejak zaman orde lama, orde baru, bahkan pada era reformasi ini.

Pada dasarnya, guna mencapai tujuan Negara yaitu kemakmuran

rakyat, perlu adanya hubungan harmonis dari berbagai pihak. Termasuk

pemerintah pusat dan daerah. Dengan adanya hubungan yang harmonis,

diharapkan terjalin kinerja yang sinergis sehingga pelayanan negara

terhadap rakyat dapat diwujudkan. Perbincangan tentang hubungan

pemerintahan antara pusat dan daerah senantiasa selalu menjadi

perdebatan panjang dinegara manapun didunia ini, baik pada negara-

negara yang telah maju apalagi bagi negara yang baru berkembang dan

sedang berusaha mencari bentuk dan bereksprimen tentang bentuk

hubungan yang serasi antara pemerintah daerah dan pemerintah pusat

seperti Republik Indonesia ini.

Bentuk perdebatan tentang hubungan yang serasi antara pemerintah

pusat dan pemerintah daerah tersebut selalu tidak lepas dari cara-cara

pemerintah pusat dan pemerintah daerah dalam berbagi wewenang dan

kekuasaan. Dalam literatur tentang pemerintahan, sebenarnya hanya

dikenal 2 (dua) cara yang menghubungkan antara pemerintah pusat dan

pemerintah daerah, yaitu cara pertama dikenal dengan istilah

“sentralisasi”, dimana segala urusan, tugas, fungsi dan wewenang

penyelenggaraan pemerintahan ada pada pemerintah pusat yang

pelaksanaannya dilakukan secara dekonsentrasi. Cara yang lain adalah

Page 45: kajian-sinergitas-kewenangan-dan-hubungan-kerja-antara-kl-dan ...

30

dengan “desentralisasi” yang berkonotasi sebaliknya yaitu pelimpahan

kewenangan dan tanggung jawab (akan fungsi-fungsi publik) dari

pemerintah pusat kepada pemerintah daerah.

Kekuasaan yang bersifat desentralisasi memiliki banyak manfaat,

baik dari segi ekonomi, sosial budaya, maupun politik dan keamanan.

Keuntungan dari segi ekonomi adalah pemerintahan daerah akan mudah

untuk mengelola sumber daya alam yang dimilikinya, dengan demikian

apabila sumber daya alam yang dimiliki telah dikelola secara maksimal

maka pendapatan daerah dan pendapatan masyarakat akan meningkat.

Dari segi sosial budaya dengan diadakannya desentralisasi, akan

memperkuat ikatan sosial budaya pada suatu daerah. Karena dengan

diterapkannya sistem desentralisasi ini pemerintahan daerah akan dengan

mudah untuk mengembangkan kebudayaan yang dimiliki oleh daerah

tersebut. Bahkan kebudayaan itu dapat dikembangkan dan diperkenalkan

kepada daerah lain yang nantinya merupakan salah satu potensi daerah

tersebut.

Dari segi politik keamanan, dampak positif yang didapat melalui

desentralisasi adalah sebagian besar keputusan dan kebijakan yang berada

di daerah dapat diputuskan di daerah tanpa adanya campur tangan dari

pemerintahan di pusat. Hal ini menyebabkan pemerintah daerah lebih aktif

dalam mengelola daerahnya.

Sebagai Negara berdaulat, Indonesia memiliki dasar hubungan antara

pemerintah pusat dan daerah yang diatur dalam UUD 1945 Bab VI yang

terdiri dari Pasal 18, 18A dan 18B. Pengaturan dalam pasal-pasal tersebut

merupakan satu kesatuan pengaturan yang meliputi susunan

pemerintahan, pengakuan terhadap keanekaragaman dan keistimewaan

daerah, dan kerangka sistem otonomi. Berdasarkan konstruksi dalam UUD

Page 46: kajian-sinergitas-kewenangan-dan-hubungan-kerja-antara-kl-dan ...

31

1945 tersebut, maka untuk penyelenggaraan pemerintahan dalam negara

kesatuan Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi, dan provinsi dibagi

lagi menjadi daerah-daerah kabupaten dan kota. Setiap daerah propinsi,

kabupaten dan kota merupakan pemerintah daerah yang diberi

kewenangan mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan yang

berdasarkan pada asas otonomi luas, nyata dan bertanggung jawab.

Walau demikian, sebenarnya kebijakan desentralisasi telah dibuat

sebelum kemerdekaan Indonesia itu sendiri. kebijakan desentralisasi

dimulai pada 1903 dengan diundangkannya Decentralisatie Wet 1903.

Sejak saat ini pemerintah pusat membentuk local government,

pemerintahan daerah, yang sebelumnya hanya ada pemerintahan pusat

dengan satuan pemerintahan hirarkis cabang pemerintah pusat pada

wilayah-wilayah negara. Pada masa pemerintahan bala tentara Jepang

pemerintahan daerah dibubarkan. Akan tetapi, Jepang menghidupkan

kembali dewan-dewan daerah menjelang kekalahannya (Hanif Nurkholis,

2011).

Pada masa reformasi sekarang ini, pola hubungan pemerintah pusat

dan daerah telah diatur lebih jauh dalam bingkai otonomi daerah

sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 dan

diperkuat oleh Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004, yang kemudian

digantikan oleh Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang

Pemerintah Daerah. Dibuatnya undang-undang ini tidak lain adalah demi

menjaga keharmonisan antara pusat dan daerah dalam berbagai bidang

serta meningkatkan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat yang

semakin baik, mengembangkan kehidupan demokrasi, keadilan dan

pemerataan serta memelihara hubungan yang serasi antara Pusat dan

Page 47: kajian-sinergitas-kewenangan-dan-hubungan-kerja-antara-kl-dan ...

32

Daerah serta antar Daerah dalam rangka menjaga keutuhan Negara

Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Hubungan Pusat-Daerah dapat diartikan sebagai hubungan

kekuasaan pemerintah pusat dan daerah sebagai konsekuensi dianutnya

asas desentralisasi dalam pemerintahan negara. Dengan adanya kekuasaan

yang terdesentralisasi, diharapkan semua stakeholders yang terlibat dapat

bersinergi dan mendapatkan hak dan kewajiban sebagaimana seharusnya.

Secara umum hubungan antara pusat dan daerah dalam penyelenggaraan

pemerintahan adalah sebagai berikut:

1. Pemerintah Pusat mengatur hubungan antara Pusat dan Daerah,

yang dituangkan dalam peraturan perundangan yang bersifat

mengikat kedua belah pihak. Namun dalam pengaturan hubungan

tersebut haruslah memperhatikan aspirasi daerah sehingga tercipta

sinergi antara kepentingan pusat dan daerah.

2. Tanggung jawab akhir dari penyelenggaraan urusan-urusan

pemerintahan yang diserahkan kepada daerah adalah menjadi

tanggung jawab pemerintah pusat. Karena dampak akhir dari

penyelenggaraan urusan tersebut akan menjadi tanggung jawab

negara.

3. Peran pusat dalam kerangka otonomi daerah akan banyak bersifat

menentukan kebijakan makro, melakukan supervisi, monitoring,

evaluasi, kontrol dan pemberdayaan sehingga daerah dapat

menjalankan otonominya secara optimal. Sedangkan peran daerah

akan lebih banyak bersifat pelaksanaan otonomi tersebut. Dalam

melaksanakan otonominya, daerah berwenang membuat kebijakan

daerah, yang diambil dalam batas-batas otonomi yang diserahkan

Page 48: kajian-sinergitas-kewenangan-dan-hubungan-kerja-antara-kl-dan ...

33

kepadanya dan tidak boleh bertentangan dengan peraturan

perundangan yang lebih tinggi.

Terdapat beberapa model hubungan pusat dan daerah. Menurut

Dennis Kavanagh, ada dua model hubungan kedudukan pemerintah daerah

terhadap pusat, yaitu

- Agency Model. Dalam model ini, Pemerintah Daerah semata-mata

dianggap sebagai pelaksana oleh pemerintah pusat, ciri pokoknya

menurut Dennis Kavanagh adalah “...central government has the

power to create or abolish local government bodies and their powers.

In this model, the national framework of a policy is estabilished

centrally and local authorities carry it out, with littlescope for

discreation or variation”

Dengan model wewenang yang dimiliki pemerintah daerah sangat

terbatas. Seluruh kebijakan ditetapkan oleh pemerintah pusat tanpa

perlu mengikut sertakan pemerintah daerah dalam perumusannya.

Pemerintah daerah berkewajiban melaksanakan kebijakan pusat

dengan keleluasaan yang sangat kecil dan tanpa hak untuk berbeda.

Dengan mempergunakan model ini pemerintah pusat sewaktu-

waktu dapat memperluas dan mempersempit wewenang yang

dimiliki oleh daerah atau lebih jauh lagi dapat mencabut hak dan

kewajiban daerah dengan membubarkannya.

- Partnership Model. Berbeda dengan model pertama, maka model

kedua ini menekankan pada adanya kebebasan yang luas kepada

pemerintah daerah untuk melakukan “Local Choice”. Beberapa ciri

pokok model ini adalah : “…Local government has its own political

legitimacy, finance (from rates and service), Resources, and even legal

Page 49: kajian-sinergitas-kewenangan-dan-hubungan-kerja-antara-kl-dan ...

34

powers, and the balance of power between the center and locality

fluctuates according to the contexs, there is too much variation in local

services to sustain the agency model, even though local authorities are

clearly subordinate in the partnership”

Dalam model mitra ini pemerintah daerah tidak semata-mata

dipandang sebagai pelaksana melainkan oleh pemerintah pusat telah

dianggap sebagai partner atau sebagai mitra kerja yang memiliki

independensi bagi penentuan berbagai pilihan sendiri yang

walaupun pemerintah daerah tetap dalam posisi subordinatif

terhadap pemerintah pusat namun pemerintah daerah diakui

memiliki legitimasi politik tersendiri.

Pendapat lain adalah menurut Nimrod Raphaeli yng menyatakan

Sistem Hubungan Pusat dan Daerah tediri atas ;

- Comprehensive Local Government System : pemerintah pusat banyak

sekali menyerahkan urusan dan wewenangnya kepada pemerintah

daerah. Pemerintah Daerah memiliki kekuasaan yang besar.

- Partnership System : beberapa urusan yang jumlahnya cukup

memadai diserahkan oleh pusat kepada daerah, wewenang lain tetap

di pusat.

- Dual System : imbangan kekuasaan pusat dan daerah.

- Integrated Administrative System : Pusat mengatur secara langsung

daerah bersangkutan mengenai segala pelayanan teknis melalui

koordinatornya yang berada di daerah/wilayah.

Page 50: kajian-sinergitas-kewenangan-dan-hubungan-kerja-antara-kl-dan ...

35

Sedangkan menurut Clarke dan Stewart, model hubungan

kewenangan antara pemerintah pusat dan daerah dibagi menjadi 3 (tiga)

model yaitu Model Relatif, Model Agensi dan Model Interaksi.

- Model Relatif. Model ini memberikan kebebasan yang relatif besar

kepada pemerintah daerah dengan tetap menghormati eksistensi

pemerintah pusat serta tetap berpegang teguh pada urusan-urusan

pembantuan dalm konteks negara kesatuan.

- Model Agensi. Pada model ini pemerintah daerah tidak memiliki

kekuasaan yang cukup berarti sehingga keberadaannya hanya

terlihat sebagai agen pemerintah pusat yang bertugas untuk

menjalankan kebijakasanaan pemerintah pusatnya.

- Model Interaksi. Model ini merupakan suatu model di mana

keberadaan dan peran pemerintah daerah ditentukan oleh interaksi

yang terjadi antara pemerintah pusat dan daerah.

Lingkup hubungan pusat dan daerah antara lain meliputi hubungan

kewenangan, kelembagaan, keuangan, pelayanan publik, pembangunan

dan pengawasan.

a. Bidang Kewenangan

Dalam penyelenggaraan desentralisasi terdapat dua elemen penting,

yakni pembentukan daerah otonom dan penyerahan kekuasaan secara

hukum dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah untuk mengatur

dan mengurus bagian-bagian tertentu urusan pemerintahan. Oleh karena

itu, tidaklah mengherankan apabila penyelenggaraan desentralisasi

menuntut persebaran urusan pemerintahan oleh pemerintah pusat kepada

daerah otonom sebagai badan hukum publik. Urusan pemerintahan yang

Page 51: kajian-sinergitas-kewenangan-dan-hubungan-kerja-antara-kl-dan ...

36

didistribusikan hanyalah merupakan urusan pemerintahan yang menjadi

kompetensi pemerintah dan tidak mencakup urusan yang menjadi

kompetensi lembaga negara tertinggi dan/atau lembaga tinggi negara.

Secara teoritis, persebaran urusan pemerintahan kepada daerah

dapat dibedakan dalam 3 (tiga) ajaran rumah tangga yaitu formil, materiil,

dan riil, sebagai berikut.

1) Ajaran Formil

Di dalam ajaran rumah tangga formil (formele

huishoudingsleer), tidak ada perbedaan sifat urusan-urusan yang

diselenggarakan pemerintah pusat dan daerah otonom. Pada

prinsipnya urusan yang dapat dikerjakan oleh masyarakat hukum

yang satu juga dapat dilakukan oleh masyarakat yang lain. Bila

dilakukan pembagian tugas, hal itu semata-mata didasarkan atas

pertimbangan-pertimbangan yang rasional dan praktis. Artinya,

pembagian itu tidak karena materi yang diatur berbeda sifatnya,

tetapi semata-mata karena keyakinan bahwa kepentingan-

kepentingan daerah itu dapat lebih baik dan lebih berhasil

diselenggarakan sendiri oleh setiap daerah daripada oleh pemerintah

pusat.

Urusan rumah tangga daerah tidak diperinci secara nominatif

di dalam undang-undang pembentukannya, tetapi ditemukan dalam

suatu rumusan umum. Rumusan umum hanya mengandung prinsip-

prinsipnya saja, sedangkan pengaturan lebih lanjut diserahkan

kepada prakarsa daerah yang bersangkutan. Walaupun keleluasaan

pemerintah daerah dalam sistem rumah tangga formil lebih besar,

tetapi ada pembatasan, yaitu :

Page 52: kajian-sinergitas-kewenangan-dan-hubungan-kerja-antara-kl-dan ...

37

1. pemerintah daerah hanya boleh mengatur urusan sepanjang

urusan itu tidak atau belum diatur dengan undang-undang atau

peraturan daerah yang lebih tinggi tingkatannya.

2. Bila negara atau daerah yang lebih tinggi tingkatnya kemudian

mengatur sesuatu yang semula diatur oleh daerah yang lebih

rendah, peraturan daerah yang lebih rendah tersebut

dinyatakan tidak berlaku.

2) Ajaran Materiil

Dalam ajaran rumah tangga materiil (materiele

huishoudingsleer), antara pemerintah pusat dan daerah terdapat

pembagian tugas yang diperinci secara tegas di dalam peraturan

perundang-undangan. Kewenangan setiap daerah hanya meliputi

tugas-tugas yang ditentukan satu per satu secara nominatif.

Rasio dari pembagian tugas ini didasarkan kepada suatu

keyakinan bahwa ada perbedaan tugas yang azasi dalam

menjalankan pemerintahan dan memajukan kemakmuran serta

kesejahteraan masyarakat antara negara dan daerah otonom yang

lebih kecil. Daerah otonom sebagai masyarakat hukum yang lebih

kecil mempunyai urusan sendiri yang berbeda dari negara sebagai

kesatuan masyarakat hukum yang lebih besar dan berada di atasnya.

Negara dan daerah otonom masing-masing mempunyai urusan

sendiri yang spesifik.

3) Ajaran Riil

Di dalam ajaran rumah tangga riil dianut kebijaksanaan bahwa

setiap undang-undang pembentukan daerah mencantumkan

Page 53: kajian-sinergitas-kewenangan-dan-hubungan-kerja-antara-kl-dan ...

38

beberapa urusan rumah tangga daerah yang dinyatakan sebagai

modal pangkal dengan disertai segala atributnya berupa

kewenangan, personil, alat perlengkapan, dan sumber pembiayaan.

Dengan modal pangkal itu, daerah yang bersangkutan mulai bekerja,

dengan catatan bahwa setiap saat urusan-urusan tersebut dapat

ditambah sesuai dengan kesanggupan dan kemampuan daerah yang

bersangkutan.

Namun, dalam praktik hubungan Pusat-Daerah di bidang

kewenangan di Indonesia, permasalahan yang dihadapi adalah tidak

jelasnya pilihan yang dijatuhkan antara sentralisasi atau desentralisasi

yang lebih dominan agar supaya secara konsisten prinsip tersebut dapat

diterapkan. Pasal 18 Undang-Undang Dasar 1945 beserta penjelasannya

yang menjadi landasan konstitusional bagi penyelenggaran pemerintahan

di daerah juga tidak memberikan petunjuk jelas azas mana yang dipilih.

b. Bidang Kelembagaan

Organisasi pada dasarnya adalah wadah sekaligus sistem kerjasama

orang-orang untuk mencapai tujuan. Pada organisasi pemerintah, kegiatan

yang dijalankan untuk mencapai tujuan didasarkan pada kewenangan yang

dimilikinya. Organisasi pemerintah daerah di Indonesia pada masa lalu

disusun dengan dasar perhitungan :

1) adanya kewenangan pangkal yang diberikan kepada daerah melalui

undang-undang pembentukan daerah otonom;

2) adanya tambahan penyerahan urusan berdasarkan pandangan

pemerintah pusat;

Page 54: kajian-sinergitas-kewenangan-dan-hubungan-kerja-antara-kl-dan ...

39

3) adanya pemberian dana/anggaran yang diikuti dengan pembentukan

organisasi untuk menjalankan urusan dan menggunakan dana.

Pembentukan organisasi pemerintah daerah untuk menjalankan

urusan/kewenangan didasarkan pada prinsip money follow function

(pendanaan mengikuti fungsi pemerintahan yang menjadi kewajiban dan

tanggung jawab masing-masing tingkat pemerintahan). Bentuk dan

susunan organisasi pemerintah daerah didasarkan pada kewenangan

pemerintahan yang dimiliki daerah; karakteristik, potensi dan kebutuhan

daerah; kemampuan keuangan daerah; ketersediaan sumber daya

aparatur; pengembangan pola kerjasama antar daerah dan/atau dengan

pihak ketiga.

Dengan perubahan terminologi pembagian urusan pemerintah yang

bersifat konkuren, maka dalam implementasi kelembagaan setidaknya

terwadahi fungsi-fungsi pemerintahan pada masing-masing tingkatan

pemerintahan.

Dasar utama penyusunan perangkat daerah dalam bentuk suatu

organisasi adalah adanya urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan

daerah, yang terdiri dari urusan wajib dan urusan pilihan, namun tidak

berarti bahwa setiap penanganan urusan pemerintahan harus dibentuk ke

dalam organisasi tersendiri. Besaran organisasi perangkat daerah

sekurang-kurangnya mempertimbangkan faktor keuangan, kebutuhan

daerah, cakupan tugas yang meliputi sasaran tugas yang harus diwujudkan,

jenis dan banyaknya tugas, luas wilayah kerja dan kondisi geografis, jumlah

dan kepadatan penduduk, potensi daerah yang bertalian dengan urusan

yang akan ditangani, sarana dan prasarana penunjang tugas. Oleh karena

Page 55: kajian-sinergitas-kewenangan-dan-hubungan-kerja-antara-kl-dan ...

40

itu kebutuhan akan organisasi perangkat daerah bagi masing-masing

daerah tidak senantiasa sama atau seragam.

Kriteria untuk menentukan jumlah besaran organisasi perangkat

daerah masing-masing pemerintah daerah ditentukan dengan variabel

jumlah penduduk, luas wilayah dan jumlah APBD, yang kemudian

ditetapkan pembobotan masing-masing variabel yaitu 40% (empat puluh

persen) untuk variabel jumlah penduduk, 35% (tiga puluh lima persen)

untuk variabel luas wilayah dan 25% (dua puluh lima persen) untuk

variabel jumlah APBD.

c. Bidang Keuangan

Dalam pelaksanaan otonomi daerah, pemerintah daerah harus

mempunyai sumber-sumber keuangan yang memadai untuk membiayai

penyelenggaraan otonominya. Kapasitas keuangan pemerintah daerah

akan menentukan kemampuan pemerintah daerah dalam menjalankan

fungsi-fungsinya seperti melaksanakan fungsi pelayanan masyarakat

(public service function), melaksanakan fungsi pembangunan (development

function) dan perlindungan masyarakat (protective function). Rendahnya

kemampuan keuangan daerah akan menimbulkan siklus efek negatif antara

lain rendahnya tingkat pelayanan masyarakat yang pada gilirannya akan

mengundang campur tangan pusat atau bahkan dalam bentuk ekstrim

menyebabkan dialihkannya sebagian fungsi-fungsi pemerintah daerah ke

tingkat pemerintahan yang lebih atas ataupun kepada instansi vertikal

(unit dekonsentrasi).

Kemampuan keuangan daerah ditentukan oleh ketersediaan sumber-

sumber pajak (tax objects) dan tingkat hasil (buoyancy) dari objek tersebut.

Tingkat hasil pajak ditentukan oleh sejauh mana sumber pajak (tax bases)

Page 56: kajian-sinergitas-kewenangan-dan-hubungan-kerja-antara-kl-dan ...

41

responsif terhadap kekuatan-kekuatan yang mempengaruhi objek

pengeluaran, seperti inflasi, pertambahan penduduk dan pertumbuhan

ekonomi yang pada gilirannya akan berkorelasi dengan tingkat pelayanan

baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Di samping itu, sumber-sumber

pendapatan potensial yang dimiliki oleh daerah akan menentukan tingkat

kemampuan keuangannya. Setiap daerah mempunyai potensi pendapatan

yang berbeda karena perbedaan kondisi ekonomi,sumber daya alam,

besaran wilayah, tingkat pengangguran, dan besaran penduduk

Penerimaan Daerah dalam pelaksanaan Desentralisasi terdiri atas

Pendapatan Daerah dan Pembiayaan. Pendapatan Daerah bersumber dari

Pendapatan Asli Daerah; Dana Perimbangan; dan Lain-lain Pendapatan.

1) Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah pendapatan yang

diperoleh Daerah yang dipungut berdasarkan Peraturan Daerah

sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Pendapatan Asli

Daerah (PAD) bersumber dari Pajak Daerah, Retribusi Daerah, hasil

pengelolaan kekayaan Daerah yang dipisahkan; dan lain-lain PAD

yang sah (meliputi hasil penjualan kekayaan Daerah yang tidak

dipisahkan; jasa giro; pendapatan bunga; keuntungan selisih nilai

tukar rupiah terhadap mata uang asing; dan komisi, potongan,

ataupun bentuk lain sebagai akibat dari penjualan dan/atau

pengadaan barang dan/atau jasa oleh Daerah).

Page 57: kajian-sinergitas-kewenangan-dan-hubungan-kerja-antara-kl-dan ...

42

2) Dana Perimbangan

Dana Perimbangan adalah dana yang bersumber dari

pendapatan APBN yang dialokasikan kepada Daerah untuk mendanai

kebutuhan Daerah dalam rangka pelaksanaan Desentralisasi.

d. Pengawasan

Penyelenggaraan pemerintahan pada hakikatnya tidak terlepas dari

prinsip-prinsip manajemen modern, dimana fungsi-fungsi manajemen

senantiasa berjalan secara simultan dan proporsional dalam rangka

pencapaian tujuan organisasi. Fungsi-fungsi organik manajemen yang

meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan evaluasi merupakan

sarana yang harus ada dan dilaksanakan oleh manajemen secara

profesional dalam rangka pencapaian sasaran dan tujuan organisasi secara

efektif dan efisien.

Pengawasan sebagai salah satu fungsi organik manajemen

merupakan proses kegiatan untuk memastikan dan menjamin bahwa

tujuan, sasaran serta tugas-tugas organisasi akan dan telah terlaksana

dengan baik sesuai dengan rencana, kebijaksanaan, instruksi dan

ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan dan yang berlaku. Hakikat

pengawasan adalah untuk mencegah sedini mungkin terjadinya

penyimpangan, pemborosan, penyelewengan, hambatan, kesalahan dan

kegagalan dalam pencapaian tujuan dan sasaran serta pelaksanaan tugas-

tugas organisasi.

Penyelenggaraan pemerintahan pada Negara Kesatuan Republik

Indonesia menganut asas desentralisasi, dekonsentrasi dan tugas

pembantuan. Penekanan pada aspek demokrasi, keadilan, pemerataan, dan

partisipasi masyarakat serta memperhatikan potensi, kekhususan dan

Page 58: kajian-sinergitas-kewenangan-dan-hubungan-kerja-antara-kl-dan ...

43

keanekaragaman daerah dalam kerangka Negara Kesatuan Republik

Indonesia. Sebagai wujud dari penekanan berbagai prinsip tersebut adalah

adanya peluang dan kesempatan yang luas bagi daerah otonom untuk

melaksanakan kewenangannya secara mandiri dan luas. Hubungan Pusat -

Daerah terkait bidang pengawasan diwujudkan dalam bentuk pembinaan

dan pengawasan.

1) Pembinaan

Pembinaan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah

merupakan upaya yang dilakukan oleh pemerintah dan/atau

gubernur selaku wakil pemerintah di daerah untuk mewujudkan

tercapainya tujuan penyelenggaraan otonomi daerah. Dalam rangka

pembinaan oleh pemerintah, menteri dan pimpinan lembaga

pemerintah non departemen melakukan pembinaan sesuai dengan

fungsi dan kewenangan masing-masing yang dikoordinasikan oleh

menteri dalam negeri untuk pembinaan dan pengawasan provinsi

serta oleh gubernur untuk pembinaan dan pengawasan

kabupaten/kota. Pembinaan yang dilakukan oleh departemen dan

lembaga pemerintah non departemen terhadap penyelenggaraan

pemerintahan daerah provinsi dilaporkan kepada presiden dengan

tembusan kepada Menteri Dalam Negeri. Pembinaan oleh gubernur

terhadap penyelenggaraan pemerintahan daerah kabupaten/kota

dilaporkan kepada presiden melalui menteri dalam negeri dengan

tembusan kepada departemen/Lembaga pemerintah non

departemen terkait.

Pembinaan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah yang

dilaksanakan oleh pemerintah meliputi:

Page 59: kajian-sinergitas-kewenangan-dan-hubungan-kerja-antara-kl-dan ...

44

1. Koordinasi pemerintahan antar susunan pemerintahan yang

dilaksanakan secara berkala pada tingkat nasional, regional

atau provinsi.

2. Pemberian pedoman dan standar pelaksanaan urusan

pemerintahan. Pemberian pedoman dan standar dalam

kaitan ini mencakup aspek perencanaan, pelaksanaan, tata

laksana, pendanaan, kualitas, pengendalian, dan

pengawasan.

3. Pemberian bimbingan, supervisi, dan konsultasi

pelaksanaan urusan pemerintahan. Pemberian bimbingan,

supervisi dan konsultasi dilaksanakan secara berkala

dan/atau sewaktu-waktu baik secara menyeluruh kepada

seluruh daerah maupun kepada daerah tertentu sesuai

dengan kebutuhan.

4. Pendidikan dan pelatihan. Pendidikan dan pelatihan

dilaksanakan secara berkala bagi kepala daerah atau wakil

kepala daerah, anggota DPRD, perangkat daerah, pegawai

negeri sipil daerah, dan kepala desa.

Perencanaan, penelitian, pengembangan, pemantauan, dan

evaluasi pelaksanaan urusan pemerintahan yang dilaksanakan secara

berkala ataupun sewaktu-waktu dengan memperhatikan susunan

pemerintahan.

2) Pengawasan

Pengawasan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah

merupakan proses kegiatan yang ditujukan untuk menjamin agar

Page 60: kajian-sinergitas-kewenangan-dan-hubungan-kerja-antara-kl-dan ...

45

pemerintah daerah berjalan sesuai dengan rencana dan ketentuan

peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pengawasan yang

dilaksanakan oleh pemerintah terkait dengan penyelenggaraan

urusan pemerintahan terutama terhadap peraturan daerah dan

peraturan kepala daerah. Pengawasan atas penyelenggaraan

pemerintahan daerah yang dilaksanakan oleh pemerintah meliputi:

1. Pengawasan atas pelaksanaan urusan pemerintahan di daerah.

Pengawasan ini dilaksanakan oleh aparat pengawas intern

pemerintah sesuai dengan peraturan perundang-undangan;

2. Pengawasan terhadap peraturan daerah dan peraturan kepala

daerah.

Dalam hal pengawasan terhadap rancangan peraturan daerah

dan peraturan daerah, pemerintah melakukan dengan 2 (dua) cara

sebagai berikut:

1. Pengawasan terhadap rancangan peraturan daerah, yaitu

terhadap rancangan peraturan daerah yang mengatur pajak

daerah, retribusi daerah, APBD,dan rencana umum tata ruang

sebelum disahkan oleh kepala daerah terlebih dahulu dievaluasi

oleh menteri dalam negeri untuk rancangan peraturan daerah

provinsi dan oleh gubernur terhadap rancangan peraturan daerah

kabupaten/kota. Mekanisme ini dilakukan agar pengaturan

tentang hal-hal tersebut dapat mencapai daya guna dan hasil guna

yang optimal

2. Setiap peraturan daerah wajib disampaikan kepada menteri

dalam negeri untuk provinsi dan gubernur untuk kabupaten/kota

untuk memperoleh klarifikasi. Peraturan daerah yang

Page 61: kajian-sinergitas-kewenangan-dan-hubungan-kerja-antara-kl-dan ...

46

bertentangan dengan kepentingan umum dan peraturan yang

lebih tinggi dapat dibatalkan sesuai dengan mekanisme yang

berlaku.

Hubungan pusat daerah sejatinya adalah sebuah keniscayaan dari

dibentuknya pemerintahan sebuah Negara. Namun ironisnya Undang-

undang yang dijadikan acuan pengelolaan pusat dan daerah masih banyak

kerancuan. Tentunya dengan ini tidak baik adanya. Karena seharusnya

antara pemerintah pusat dan daerah memiliki porsi masing- masing baik

dari bidang kelembagaan, kewenangan, keuangan dan pengawasan.

D. Kebijakan Pembangunan Tol Laut Dalam RPJMN 2015-2019

Kebijakan pembangunan Tol Laut merupakan bagian sub agenda dari

agenda prioritas (Nawacita) untuk meningkatkan produktivitas rakyat dan

daya saing di pasar internasional. Sub

agenda prioritas tersebut adalah

membangun konektivitas nasional untuk

mencapai keseimbangan pembangunan.

Salah satu sasaran pada sub agenda

pembangunan konektivitas nasional untuk

mencapai keseimbangan pembangunan

yang ingin dicapai adalah Meningkatnya

kapasitas sarana dan prasarana

transportasi dan keterpaduan sistem

transportasi multimoda dan antarmoda

untuk mengurangi backlog maupun

bottleneck kapasitas prasarana transportasi

Tol Laut adalah penyelenggaraan angkutan laut secara tetap dan teratur yang menghubungkan pelabuhan-pelabuhan hub disertai feeder dari Sumatera hingga ke Papua dengan menggunakan kapal-kapal berukuran besar sehingga diperoleh manfaat ekonomisnya. (RPJMN 2015-2019)

Page 62: kajian-sinergitas-kewenangan-dan-hubungan-kerja-antara-kl-dan ...

47

dan sarana transportasi antarmoda dan antarpulau sesuai dengan sistem

transportasi nasional dan cetak biru transportasi multimoda, dengan

indikator :

a. Menurunnya waktu tempuh rata-rata per koridor (jam) untuk

koridor utama dari 2,6 jam per 100 km menjadi 2,2 jam per 100 km;

b. Meningkatnya kemantapan jalan nasional menjadi 98 persen, jalan

provinsi menjadi 75 persen, dan jalan kabupaten/kota menjadi 65

persen. Pada saat yang bersamaan dilaksanakan peningkatan

kapasitas jalan melalui pembangunan jalan baru sepanjang 2.650 km,

peningkatan kapasitas jalan 4.200 lajur-km, pembangunan jalan tol

sepanjang 1.000 km, serta perbaikan jalan (preservasi) sepanjang

45.592 km di Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulwesi, Bali-Nusa

Tenggara, Maluku dan Papua;

c. Tercapainya persiapan pengembangan jaringan jalan (termasuk jalan

tol) sepanjang 6.000 km;

d. Meningkatnya jumlah penumpang yang diangkut maskapai

penerbangan nasional menjadi 162 juta penumpang/tahun dengan

membangun 15 (lima belas) bandara baru dan pengembangan dan

rehabilitasi yang lama tersebar di Pulau Sumatera, Jawa, Bali,

Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku dan Papua;

e. Pengembangan 9 (sembilan) bandara untuk pelayanan kargo udara,

serta pemutakhiran sistem pelayanan navigasi penerbangan;

f. Peningkatan On-time Performance Penerbangan menjadi 95%.

g. Moderenisasi sistem pelayanan navigasi penerbangan dan pelayaran.

h. Meningkatnya kapasitas 24 (duapuluh empat) pelabuhan untuk

mendukung Tol Laut yang terdiri 5 (lima) pelabuhan hub dan 19

(sembilan belas) pelabuhan feeder. Pelabuhan yang menjadi hub Tol

Page 63: kajian-sinergitas-kewenangan-dan-hubungan-kerja-antara-kl-dan ...

48

Laut terdiri dari Pelabuhan Belawan/Kuala Tanjung, Tanjung Priok,

Tanjung Perak, Makassar, dan Bitung. Pelabuhan yang menjadi feeder

Tol Laut terdiri dari Pelabuhan Malahayati, Batam, Jambi, Palembang,

Panjang, Teluk Bayur, Tanjung Emas, Pontianak, Banjarmasin,

Sampit, Balikpapan/Kariangau, Samarinda/Palaran, Tenau/ Kupang,

Pantoloan, Ternate, Kendari, Sorong, Ambon, dan Jayapura. Tol Laut

adalah penyelenggaraan angkutan laut secara tetap dan teratur yang

menghubungkan pelabuhan-pelabuhan hub disertai feeder dari

Sumatera hingga ke Papua dengan menggunakan kapal-kapal

berukuran besar sehingga diperoleh manfaat ekonomisnya;

Sumber : RPJMN 2015-2019, Buku II.

Gambar 2.1 Rencana Konsep Pengembangan Tol Laut

i. Pembangunan dan pengembangan 163 Pelabuhan non komersial

sebagai sub feeder Tol Laut.

j. Terbangunnya 50 kapal perintis dan terlayaninya 193 lintas

angkutan laut perintis;

Page 64: kajian-sinergitas-kewenangan-dan-hubungan-kerja-antara-kl-dan ...

49

k. Meningkatnya jumlah barang yang dapat diangkut oleh kereta api

menjadi 1,5 juta Teus/Tahun, pangsa muatan angkutan kereta api

minimal 5 persen untuk barang dan 7,5 persen untuk penumpang

melalui pembangunan jalur KA sepanjang 3.258 kilometer;

l. Terhubungkannya seluruh lintas penyeberangan sesuai konsep

Sabuk Utara, Sabuk Tengah, dan Sabuk Selatan serta poros-poros

penghubungnya melalui pengembangan dan pembangunan

pelabuhan penyeberangan di 65 lokasi dan pengadaan 50 unit kapal

penyeberangan terutama untuk lintas-lintas perintis; dan

Sumber : RPJMN 2015-2019, Buku II.

Gambar 2.2 Peta Pola Sabuk Penyeberangan Utara, Tengah dan

Selatan

m. Meningkatnya peran angkutan sungai dan danau sebagai komponen

yang terintegrasi dan saling melengkapi dengan moda transportasi

lainnya dalam mendukung aksesibilitas masyarakat terpencil dan

pedalaman di wilayah yang memiliki sungai-sungai yang dapat

Page 65: kajian-sinergitas-kewenangan-dan-hubungan-kerja-antara-kl-dan ...

50

dilayari melalui pengembangan dan pembangunan dermaga sungai

dan danau di 120 lokasi.

Lebih lanjut dikemukakan dalam RPJMN 2015-2019 bahwa konsep

pembangunan Tol Laut melanjutkan konsep yang telah ada, yaitu Sistem

logistik nasional telah ditetapkan berdasarkan Peraturan Presiden RI No.

26 Tahun 2012 tentang Cetak Biru Sistem Logistik Nasional (Sislognas).

Untuk menunjang pengembangan sistem logistik nasional dibutuhkan

strategi perkuatan infrastruktur logistik, antara lain :

1. Penempatan transportasi laut sebagai tulang punggung sistem

logistik nasional melalui pengembangan 24 pelabuhan strategis

untuk mendukung Tol Laut yang ditunjang dengan fasilitas

pelabuhan yang memadai serta membangun short sea

shipping/coastal shipping pada jalur logistik nasional yang

diintegrasikan dengan moda kereta api dan jalan raya, terutama

untuk mengurangi beban (share) angkutan jalan Sumatera-Jawa

(Pelabuhan Paciran/Tanjung Perak, Pelabuhan Kendal/Tanjung

Penempatan transportasi laut sebagai tulang punggung sistem

logistik nasional melalui pengembangan 24 pelabuhan strategis

untuk mendukung Tol Laut yang ditunjang dengan fasilitas

pelabuhan yang memadai serta membangun short sea

shipping/coastal shipping pada jalur logistik nasional yang

diintegrasikan dengan moda kereta api dan jalan raya, terutama

untuk mengurangi beban (share) angkutan jalan Sumatera-Jawa

(Pelabuhan Paciran/Tanjung Perak, Pelabuhan Kendal/Tanjung

Emas dan Pelabuhan Marunda/Tanjung Priok di Pulau Jawa serta

Pelabuhan Panjang/Sumur di Pulau Sumatera).

Page 66: kajian-sinergitas-kewenangan-dan-hubungan-kerja-antara-kl-dan ...

51

2. Pengembangan dan pengendalian jaringan lalu lintas angkutan jalan

yang terintegrasi inter, intra dan antar moda dan pengembangan

wilayah yang meliputi simpul transportasi jalan, jaringan pelayanan

angkutan jalan yang efisien dan mampu mendukung pergerakan

penumpang dan barang.

3. Pembangunan sarana dan prasarana serta industri

transportasi,diantaranya:

a. Peningkatan kapasitas Bandara Soekarno-Hatta untuk

melayani 87 juta penumpang per-tahun.

b. Pengembangan pelabuhan hub internasional Kuala Tanjung

dan Bitung.

c. Penyelesaian jalur kereta api Trans Sumatera, pembangunan

kereta api Trans Kalimantan, Sulawesi dan Papua, serta

peningkatan kapasitas jalur eksisting menjadi jalur ganda di

Sumatera dan Jawa terutama di lintas selatan Jawa.

d. Pembangunan jalan tol Trans-Sumatera, Trans-Jawa, jalan tol

Samarinda-Balikpapan dan Jalan tol Manado-Bitung.

e. Pembangunan fasilitas dry port di Kawasan Pertumbungan

Ekonomi yang tinggi (Kendal dan Paciran).

4. Percepatan penyelenggaraan kegiatan-kegiatan prioritas

konektivitas ASEAN dalam kerangka penguatan konektivitas

nasional dengan tetap mempertahankan ketahanan dan daya saing

perekonomian nasional.

5. Penyediaan armada transportasi nasional melalui pemberdayaan

industri transportasi dalam negeri yang meliputi pengembangan

pesawat udara (N-219), armada serta industri galangan kapal

nasional, lokomotif, kereta penumpang, KRL, serta bus.

Page 67: kajian-sinergitas-kewenangan-dan-hubungan-kerja-antara-kl-dan ...

52

6. Pembangunan Jalan High Grade Highway Sumatera, Pembangunan

Jalur Ro-Ro Dumai-Malaka, Ro-Ro Belawan-Penang, dan Ro-

Pemroses Bitung-Sangihe-General Santos, Pembangunan Pelabuhan

Kuala Tanjung dan pelabuhan Bitung;

7. Menghubungkan seluruh lintas penyeberangan, termasuk jalur

lintas Sabuk Utara, Tengah, dan Selatan serta poros penghubung,

terutama lintas utama penyeberangan Merak – Bakauheni.

8. Membangun terminal barang angkutan jalan dalam rangka

mendukung sistem logistik nasional

9. Meningkatnya jumlah penumpang yang diangkut maskapai

penerbangan nasional menjadi 162 juta/penumpang/tahun dengan

membangun 15 bandara baru di Kertajati, Letung, Tambelan,

Tebelian, Muara Teweh, Samarinda Baru,Maratua, Buntu Kunik,

Morowali, Miangas, Siau, Namniwel, Kabir Patar, Werur, Koroy Batu,

dan pengembangan dan rehabilitasi yang lama tersebar di Pulau

Sumatera, Jawa, Bali, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku

dan Papua.

10. Pengembangan 9 bandara untuk pelayanan kargo udara di

Kualanamu, Soekarno - Hatta, Juanda, Syamsuddin Noor, Sepinggan,

Hassanuddin, Samratulanggi, Frans Kaisepo, Sentani.

9-6

Pembangunan infrastruktur juga diarahkan pada proyek-proyek

strategis yang mendukung pengembangan kawasan industri, kawasan

ekonomi khusus, dan kawasan strategis lainnya. Untuk mendukung

pengembangan kawasan industri, dirumuskan kebijakan antara lain:

Page 68: kajian-sinergitas-kewenangan-dan-hubungan-kerja-antara-kl-dan ...

53

1. Pembangunan pelabuhan-pelabuhan strategis, antara lain: Pelabuhan

Kuala Tanjung, Tanjung Perak, Pontianak, Bitung, Makassar,

Banjarmasin, Kupang, Halmahera, dan pelabuhan lainnya.

2. Pembangunan Jalan Tol di Pulau Sumatera, Jawa, Kalimantan, dan

Sulawesi.

3. Pembangunan Jalan Lingkar Batulicin, Palu - Parigi, Lingkar Kupang,

Jalan Susumuk-Bintuni, dan jalan lingkar lainnya.

4. Pembangunan jalur kereta api antara Manado – Bitung, Sei Mangke -

Bandar Tinggi - Kuala Tanjung, Pasoso - Tanjung Priok, DDT

Elektrifikasi Manggarai - Bekasi - Cikarang, Lingkar Luar KeretaApi,

dan lainnya.

5. Pembangunan pembangkit listrik, antara lain: PLTU Kuala Tanjung,

Asahan 3, Pangkalan Susu, PLTU Palu, PLTA Poso, PLTMG Morowali,

PLTU NTT-2 Kupang, PLTU Ketapang (FTP2), PLTG/MG Pontianak

Peaker, PLTU Bengkayang, Parit Baru, PulauPisau, PLTA Konawe,

PLTA MH Morowali, Bantaeng dan PLTGU Tangguh.

6. Pengembangan bandara-bandara di sekitar kawasan industri

maupun kawasan ekonomi khusus dan kawasan strategis lainnya,

antara lain: Bandara Mutiara Palu, Eltari Kupang, Pengembangan,

Halu Oleo Kendari. Sam Ratulangi Manado Bandara Syamsuddin

Noor-Banjarmasin, dan bandara lainnya.

9-63

Wilayah Indonesia yang cukup luas, letak Indonesia yang cukup

strategis, serta kondisi geografis yang cukup unik dibandingkan dengan

negara-negara lainnya, menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara

besar jika dilihat dari sisi luas wilayah dan jumlah penduduk. Sebagai

Page 69: kajian-sinergitas-kewenangan-dan-hubungan-kerja-antara-kl-dan ...

54

negara kepulauan yang dibatasi lautan, menjadikan pembangunan

transportasi di Indonesia adalah suatu tantangan.

Sumber : RPJMN 2015-2019, Buku II.

Gambar 2.3 Peta Lokasi Kawasan Ekonomi Khusus dan Rencana

Pembangunan Infrastruktur Pendukung

Tantangan yang harus dihadapi adalah bagaimana menyediakan

layanan transportasi yang murah, tepat waktu, dan mampu diakses oleh

semua kalangan. Tantangan inilah yang harus dijawab dalam rangka

Page 70: kajian-sinergitas-kewenangan-dan-hubungan-kerja-antara-kl-dan ...

55

melakukan upaya keseimbangan antara transportasi yang berorientasi

nasional dengan transportasi yang berorientasi lokal dan kewilayahan.

Oleh karena itu, strategi yang dibutuhkan untuk menjaga

keseimbangan transportasi nasional dengan transportasi yang berorientasi

lokal dan kewilayahan adalah sebagai berikut:

1. Mendorong skema pembiayaan jalan daerah melalui cost sharing

yang melibatkan kontribusi APBN dan APBD pada jalan-jalan

strategis di daerah dengan pola insentif, serta secara bertahap

melakukan penyiapan regulasi untuk dana preservasi jalan (road

preservation fund);

2. Penyediaan DAK bidang Transportasi yang lebih terintegrasi melalui

penyediaan sarana dan prasarana transportasi, seperti pembangunan

jalan provinsi, kabupaten/kota dan jalan non status yang

menghubungkan kawasan-kawasan strategis dan pusat-pusat

pertumbuhan di daerah, berikut fasilitas keselamatan dan keamanan

transportasi, serta sarana transportasi yang disesuaikan dengan

karakteristik daerah;

3. Menciptakan pembagian peran moda transportasi yang lebih

berimbang dengan mendorong pembangunan perkeretaapian dan

transportasi laut yang lebih progresif sehingga secara bertahap

terjadi perpindahan moda dari jalan ke moda kereta api serta moda

angkutan laut;

4. Membangun dan memperluas jaringan infrastruktur dan sistem

pelayanan transportasi nasional untuk memperkecil defisit dan

mempersempit kesenjangan transportasi antar wilayah yang

meliputi jalan, bandara, kereta api, pelabuhan laut dan

penyeberangan, dermaga sungai dan danau, kapal perintis, bus, bus

Page 71: kajian-sinergitas-kewenangan-dan-hubungan-kerja-antara-kl-dan ...

56

air dan kereta ekonomi di wilayah perdalaman, perbatasan, dan

pulau terluar;

5. Membuka rute baru, meningkatkan frekuensi pelayanan,

optimalisasi, dan integrasi penyelenggaran subsidi angkutan perintis

dan Public Service Obligation (PSO) diantara subsidi bus perintis,

angkutan laut, sungai, danau, penyeberangan, udara, dan

perkeretaapian;

6. Mempercepat pembangunan infrastruktur transportasi di wilayah-

wilayah perbatasan dan wilayah-wilayah terluar;

7. Meningkatkan kapasitas dan kualitas pelayanan bandara melalui

pembangunan dan pengembangan bandara terutama yang berada

pada pusat kegiatan nasional (ibukota propinsi), pusat kegaitan

wilayah dan wilayah yang mempunyai potensi ekonomi dan

pariwisata;

8. Meningkatkan kapasitas bandara di wilayah terpencil, pedalaman

dan rawan bencana dengan melakukan perpanjangan landasan serta

pembangunan terminal penumpang

9. Pengadaan pesawat dan kapal perintis.

Page 72: kajian-sinergitas-kewenangan-dan-hubungan-kerja-antara-kl-dan ...

57

BAB III

PEMETAAN INSTANSI TERKAIT DAN

SINERGI YANG DIPERLUKAN DALAM PROGRAM

PEMBANGUNAN TOL LAUT

Sebagaimana telah disampaikan dalam Bab sebelumnya, program

pembangunan Tol Laut merupakan bagian dari upaya pemerintah untuk

membangun konektivitas nasional, yang merupakan bagian dari arah

kebijakan pembangunan kemaritiman dalam RPJMN 2015-2019. Mengenai

instansi yang terkait dalam program pembangunan Tol Laut, dapat ditinjau

dari pendekatan kebijakan RPJMN 2015-2019 atau dari pendekatan elemen

penunjang Tol Laut.

A. Instansi Terkait Program Pembangunan Tol Laut Menurut RPJM

2015-2019.

Secara umum, dalam RPJM 2015-2019 telah digambarkan instansi

yang terkait dalam konteks pembangunan kemaritiman, sebagaimana

diilustrasikan dalam gambar berikut.

Page 73: kajian-sinergitas-kewenangan-dan-hubungan-kerja-antara-kl-dan ...

58

Sumber : bahan paparan RPJMN 2015-2109, Bappenas (2015)

Gambar 3.1 Ruang Lingkup Pembangunan Kemaritiman dan Instansi

Terkait

Dalam gambar tersebut teridentifikasi instansi-instansi yang terkait

dalam 9 (sembilan) fokus pembangunan kemaritiman. Uraian dari setiap

fokus arah kebijakan pembangunan kemaritiman serta indikator yang ingin

dicapai serta instansi terkaitnya, dijelaskan secara lebih rinci dalam tabel

3.1.

Page 74: kajian-sinergitas-kewenangan-dan-hubungan-kerja-antara-kl-dan ...

59

Tabel 3.1 Arah Kebijakan, Indikator dan Target serta Instansi Terkait Dalam Pembangunan Kemaritiman Tahun 2015-2019

ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KEMARITIMAN

DALAM RPJMN 2015-2019

INDIKATOR DAN TARGET 2015-2019

INSTANSI TERKAIT

Penyelesaian batas dan batas landas kontinen di luar 200 mil laut, penamaan pulau2 dan pendaftaran

MEMPERKUAT JATIDIRI SEBAGAI NEGARA MARITIM • Penyelesaian pencatatan

deposit pulau2 kecil ke PBB = 17.466

• Penyelesaian batas maritim = 9 negara

KEMLU, BIG, KEMHAN

Pengaturan dan pengendalian ALKI KEMHUB-HUBLA, KEMHAN

Penguatan lembaga pengawasan laut

KEMHAN, KKP, POLRI,

Peningkatan koordinasi dalam penanganan pelanggaran & tindak pidana

PEMBERANTASAN TINDAKAN PERIKANAN LIAR • Peningkatan ketaatan pelaku

perikanan = 87%

KEMHAN, POLRI, KKP, KEMHUKHAM

Peningkatan pembangunan sistem transportasi multimoda

MEMBANGUN KONEKTIVITAS NASIONAL • Pengembangan pelabuhan

untuk menunjang Tol Laut = 24 pelabuhan

• Pengembangan Pelabuhan Penyeberangan = 270

• Pembangunan kapal perintis = 76 kapal

KEMHUB-HUBLA, KEMENBUMN, PEMDA

Penyeimbangan antara transportasi berorientasi nasional dan transportasi berorientasi lokal dan wilayah

KEMHUB

Percepatan pengembangan ekonomi kelautan

PENGEMBANGAN EKONOMI MARITIM DAN KELAUTAN • Produksi hasil perikanan = 40-

50 juta ton • Pengembangan pelabuhan

perikanan = 23 unit • Peningkatan luas kawasan

konservasi laut = 20 jt ha

KKP, KEMDUSTRI, KEMKOPUKM, KEMDAG, KEMPU, PEMDA, BI

Peningkatan dan mempertahankan kualitas, daya dukung dan kelestarian lingkungan laut

KLH, KKP, LIPI

Peningkatan wawasan dan budaya bahari serta penguatan SDM dan Iptek Kelautan

KEMDIKBUD, KKP, KEMRISTEK, LIPI

Peningkatan harkat dan taraf hidup nelayan dan masyarakat pesisir

PEMDA, KEMSOS, KEMDESDTTRANS,

Sumber : diolah dari bahan paparan RPJMN 2015-2109, Bappenas (2015)

Page 75: kajian-sinergitas-kewenangan-dan-hubungan-kerja-antara-kl-dan ...

60

Dari gambar dan tabel diatas, terlihat bahwa para pihak yang terkait

dalam rangka pembangunan maritim, khususnya pembangunan Tol Laut,

antara lain adalah sebagai berikut :

- Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), sebagai

koordinator perencanaan;

- Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman, sebagai koordinator

pelaksanaan;

- Kementerian Perhubungan;

- Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN), yang diwakili oleh

PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo);

- Pemerintahan Daerah, baik Provinsi maupun Kota/Kabupaten

Berikut tugas dan fungsi masing-masing pihak terkait, baik secara

umum maupun secara khusus dalam konteks program pembangunan Tol

Laut.

1. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas).

a. Tugas dan Fungsi Kementerian Bappenas

Sesuai Perpres Nomor 66 Tahun 2015 tentang Badan Perencanaan

Pembangunan Nasional, mempunyai tugas melaksanakan tugas

pemerintahan di bidang perencanaan pembangunan nasional sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Dalam melaksanakan

tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, Bappenas menyelenggarakan

fungsi:

a. pengkajian, pengoordinasian, dan perumusan kebijakan di bidang

perencanaan pembangunan nasional, strategi pembangunan

Page 76: kajian-sinergitas-kewenangan-dan-hubungan-kerja-antara-kl-dan ...

61

nasional, arah kebijakan sektoral, lintas sektor, dan lintas wilayah,

kerangka ekonomi makro nasional dan regional, analisis investasi

proyek infrastruktur, kerangka regulasi, kelembagaan, dan

pendanaan, serta pemantauan, evaluasi dan pengendalian

pelaksanaan pembangunan nasional;

b. koordinasi dan sinkronisasi pelaksanaan kebijakan perencanaan

dan penganggaran pembangunan nasional;

c. penyusunan rencana pembangunan nasional sebagai acuan

penetapan program dan kegiatan Kementerian/ Lembaga/Daerah;

d. penyusunan, pengoordinasian, dan pengendalian rencana

pembangunan nasional dalam rancangan anggaran pendapatan

belanja negara yang dilaksanakan bersama Kementerian

Keuangan dan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional;

e. penyusunan RAPBN bersama-sama dengan Kementerian

Keuangan;

f. pengoordinasian pelancaran dan percepatan pelaksanaan rencana

pembangunan nasional;

g. pemantauan dan evaluasi atas pelaksanaan rencana

pembangunan nasional;

h. pengoordinasian, fasilitasi, dan pelaksanaan pencarian sumber-

sumber pembiayaan dalam dan luar negeri, serta pengalokasian

dana untuk pembangunan bersama-sama instansi terkait;

i. pelaksanaan dukungan yang bersifat substantif kepada seluruh

unsur organisasi di lingkungan BAPPENAS;

j. pembinaan dan pemberian dukungan administrasi di lingkungan

BAPPENAS;

Page 77: kajian-sinergitas-kewenangan-dan-hubungan-kerja-antara-kl-dan ...

62

k. pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi

tanggung jawab BAPPENAS; dan

l. pelaksanaan pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan

BAPPENAS.

Dalam rangka pelaksanaan tugas dan fungsi tersebut, kegiatan-

kegiatan prioritas Kementerian PPN/Bappenas, meliputi :

a. Kegiatan-kegiatan utama untuk melaksanakan Program Perencanaan

Pembangunan Nasional, yaitu

1) Penyusunan rencana pembangunan nasional dan pendanaan/

penganggarannya, baik antarwaktu, sektor, wilayah maupun antar

tingkat/fungsi pemerintahan.

2) Pemantauan terhadap pelaksanaan rencana pembangunan nasional.

3) Evaluasi atas pelaksanaan rencana pembangunan nasional, dan

kajian serta evaluasi kebijakan pembangunan sebagai masukan bagi

proses perencanaan berikutnya dan atau perumusan kebijakan

pembangunan.

4) Pengelolaan data dan informasi perencanaan pembangunan.

5) Koordinasi dalam melaksanakan perencanaan pembangunan

nasional.

b. Kegiatan untuk melaksanakan ketiga program generik (pendukung):

1) Peningkatan kapasitas instansi/unit perencanaan di pusat dan di

daerah.

2) Penyempurnaan ketatalaksanaan.

Page 78: kajian-sinergitas-kewenangan-dan-hubungan-kerja-antara-kl-dan ...

63

3) Peningkatan kualitas sumber daya manusia aparatur di Kementerian

PPN/Bappenas dan aparatur perencana di instansi tingkat pusat dan

daerah

4) Peningkatan fasilitas kerja, gedung, kantor, sarana dan prasarana

kerja lainnya. Peningkatan kualitas sumber daya manusia aparatur di

Kementerian PPN/Bappenas dan aparatur perencana di instansi

tingkat pusat dan daerah.

5) Pengawasan pelaksanaan kinerja dan anggaran Kementerian

PPN/Bappenas.

6) Peningkatan kualitas kehumasan dalam rangka membangun citra

positif lembaga (brand image building).

7) Peningkatan kualitas sistem data dan informasi perencanaan

pembangunan.

8) Pelaksanaan kegiatan pendukung lainnya.

9) Peningkatan intensitas kerjasama dengan perguruan tinggi dan

organisasi profesi di pusat dan di daerah.

Terkait dengan perhubungan laut, Bappenas memiliki Sub Direktorat

Transportasi Laut Bappenas. Tugas, Pokok dan Fungsi Direktorat

Transportasi Bappenas adalah melaksanakan pengkajian kebijakan dan

penyiapan penyusunan rencana pembangunan nasional di bidang

transportasi laut, serta melaksanakan pemantauan, evaluasi, penilaian, dan

pelaporan atas pelaksanaannya.

Pada pasal 364 yang berbunyi “Dalam melaksanakan tugas

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 363, Sub Direktorat Transportasi Laut

menyelenggarakan fungsi:

Page 79: kajian-sinergitas-kewenangan-dan-hubungan-kerja-antara-kl-dan ...

64

1. pengkajian dan penyiapan perumusan kebijakan di bidang

transportasi laut;

2. pelaksanaan koordinasi dan sinkronisasi perencanaan pembangunan

nasional di bidang transportasi laut;

3. penyusunan rencana pembangunan nasional di bidang transportasi

laut;

4. penyusunan rencana pendanaan pembangunan di bidang

transportasi laut;

5. pelaksanaan inventarisasi dan analisis berbagai kebijakan dan

informasi yang berkaitan dengan penyiapan rencana pendanaan

pembangunan di bidang transportasi laut;

6. pemantauan, evaluasi, penilaian, dan pelaporan atas pelaksanaan

rencana, kebijakan, dan program-program pembangunan di bidang

transportasi laut.

Dalam melakukan sinergitas dengan Pemda, setiap tahun Bappenas

ada musrenbang atau forum antar pelaku dalam menyusun rencana

pembangunan nasional dan rencana pembangunan daerah. Adapun tujuan

Musrenbang adalah:

(1) Menampung dan menetapkan kegiatan prioritas sesuai kebutuhan

masyarakat yang diperoleh dari musyawarah perencanaan yang

sesuai dengan tingkatan dibawahnya dan

(2) Menetapkan kegiatan yang dibiayai melalui APBD maupun sumber

pendanaan lainnya

Page 80: kajian-sinergitas-kewenangan-dan-hubungan-kerja-antara-kl-dan ...

65

b. Peran Bappenas dalam Konteks Tol Laut

Peran Bappenas adalah sebagai koordinator perencanaan kebijakan

pembangunan kemaritiman. Dengan demikian, dalam konteks program Tol

Laut, bappenas berperan sebagai koordinator perencanaan pembangunan

Tol Laut.

Merujuk kegiatan-kegiatan utamanya, maka dalam konteks program

pembangunan Tol Laut, Bappenas berperan dalam

1) Penyusunan rencana pembangunan Tol Laut dan pendanaan/

penganggarannya, baik antarwaktu, sektor, wilayah maupun antar

tingkat/fungsi pemerintahan.

2) Pemantauan terhadap pelaksanaan rencana pembangunan Tol Laut.

3) Evaluasi atas pelaksanaan rencana pembangunan Tol Laut, dan

kajian serta evaluasi kebijakan pembangunan Tol Laut sebagai

masukan bagi proses perencanaan dan/atau perumusan kebijakan

pembangunan Tol Laut berikutnya.

4) Pengelolaan data dan informasi perencanaan pembangunan Tol Laut.

5) Koordinasi dalam melaksanakan perencanaan pembangunan Tol

Laut.

Untuk sinergi dengan daerah, Bappenas punya UU No. 23 tahun 2014

tentang pemerintahan daerah dimana ada pembagian antara pemerintah

pusat dan daerah.

- Pemerintah pusat bertanggung jawab untuk pelabuhan utama dan

pengumpul.

- Provinsi untuk pembangunan ijin pelabuhan pengumpan regional,

- Kabupaten/kota untuk pelabuhan pengumpan lokal.

Page 81: kajian-sinergitas-kewenangan-dan-hubungan-kerja-antara-kl-dan ...

66

2. Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman

a. Tugas dan Fungsi

Berdasarkan Perpres No. 121/P Tahun 2014 tentang Pembentukkan

Kementerian dan Pengangkatan Menteri Kabinet Kerja Periode 2014 –

2019, Pemerintah membentuk Kementerian Koordinator Bidang

Kemaritiman (Kemenko Maritim). Sebagai kementerian baru, terlebih

dahulu perlu dipahami tugas dan fungsi dari Kemenko Maritim.

Sesuai Perpres No. 10 Tahun 2015 tentang Organisasi Kementerian

Koordinator Bidang Kemaritiman, Tugas Kementerian Koordinator Bidang

Kemaritiman adalah menyelenggarakan koordinasi, sinkronisasi, dan

pengendalian urusan kementerian dalam penyelenggaraan pemerintahan

di bidang Kemaritiman. Fungsi yang dilakukan Kementerian Koordinator

Bidang Kemaritiman adalah

a. Koordinasi dan sinkronisasi perumusan, penetapan dan pelaksanaan

kebijakan Kementerian/Lembaga yang terkait dengan isu di bidang

kemaritiman;

b. Pengendalian pelaksanaan kebijakan Kementerian/Lembaga yang

terkait dengan isu di bidang kemaritiman;

c. Koordinasi pelaksanaan tugas, pembinaan, dan pemberian dukungan

administrasi kepada seluruh unsur organisasi di lingkungan

Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman;

d. Sinkronisasi dan koordinasi kebijakan penguatan negara maritim,

dan pengelolaan sumber daya maritim;

e. Koordinasi kebijakan pembangunan sarana dan prasarana

kemaritiman;

f. Pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung

jawab Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman;

Page 82: kajian-sinergitas-kewenangan-dan-hubungan-kerja-antara-kl-dan ...

67

g. Pengawasan atas pelaksanaan tugas di Kementerian Koordinator

Bidang Kemaritiman; dan

h. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Presiden.

Kementerian lembaga yang berada di bawah koordinasi Kementerian

Koordinator Bidang Kemaritiman, adalah :

1. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral;

2. Kementerian Perhubungan;

3. Kementerian Kelautan dan Perikanan;

4. Kementerian Pariwisata; dan

5. Instansi lain yang dianggap perlu.

Tata kerja antara Kemenko Maritim dengan Kementerian lainnya

adalah sebagai berikut

Dalam rapat koordinasi Sesmenko/Deputi melakukan koordinasi dan

sinkronisasi terhadap perencanaan, penyusunan, dan pelaksanaan

kebijakan dalam lingkungan urusan Kementerian yang

dikoordinasikan Kemenko Maritim, sesuai batasan/mandat yang

diberikan Menko Maritim;

Sesmenko Maritim/Deputi dapat melibatkan pimpinan lembaga di

luar bidang koordinasinya dalam rapat-rapat koordinasi

Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman; dan

Pelaksanaan koordinasi oleh Sesmenko Maritim/Deputi dilakukan

secara berkala dan/atau sewaktu-waktu sesuai kebutuhan.

Sesmenko Maritim/para Deputi, baik sendiri maupun bersama-sama

dengan pimpinan lembaga lainnya menindaklanjuti hasil rapat

Page 83: kajian-sinergitas-kewenangan-dan-hubungan-kerja-antara-kl-dan ...

68

koordinasi dan sinkronisasi sesuai dengan batasan mandat yang

diberikan Menko Maritim.

Dalam melaksanakan tugasnya, Kemenko Bidang Maritim juga

memerlukan upaya koordinasi dan sinkronisasi dengan kementerian yang

dikoordinasikan maupun dengan Pemda, dan upaya ini dipersiapkan mulai

dari tahap perencanaan, penetapan dan pelaksanaan kebijakan, hingga

evaluasi dan pengendalian, sesuai dengan kewenangan yang dimiliki dan

diberikan oleh Menko. Koordinasi yang dilakukan antara lain :

Bekerjasama dengan Sekretariat Kantor Presiden dan Bappenas,

Sekretaris Kemenko perlu melakukan pengendalian program

pembangunan kemaritiman yang tertuang di dalam RPJMN 2015 –

2019 dapat mencapai target dan tepat waktu pelaksanaanya.

Koordinasi Program dan Anggaran Kemenko Bidang Maritim perlu

lebih disinergikan, tidak terbatas pada 4 (empat) Kementerian yang

dikoordinasikan, namun diperluas berdasarkan kebutuhan RPJMN

2015 – 2019.

Sinergi program dan anggaran dapat dilakukan dengan mencermati

kewenangan masing-masing K/L dan Pemda, yang kemudian

terimplementasi dalam praktik pemerintahan melalui

perumusan/pembuatan kebijakan dan pelaksanaan kebijakan itu

sendiri.

b. Peran Kemenko Bidang Maritim Dalam Konteks Program Tol Laut

Kemenko Bidang Maritim adalah sebagai koordinator pelaksanaan

kebijakan pembangunan kemaritiman. Dengan demikian, dalam konteks

Page 84: kajian-sinergitas-kewenangan-dan-hubungan-kerja-antara-kl-dan ...

69

program Tol Laut, Kemenko Bidang Maritim berperan sebagai koordinator

pelaksanaan pembangunan Tol Laut.

Merujuk fungsi Kemenko Bidang Maritim, maka dalam konteks

program pembangunan Tol Laut, Kemenko Bidang Maritim berperan dalam

1) Mengkoordinasikan dan mensinkronisasi perumusan, penetapan dan

pelaksanaan kebijakan Kementerian/Lembaga yang terkait dengan

program Tol Laut;

2) Mengendalikan pelaksanaan kebijakan Kementerian/Lembaga yang

terkait dengan program Tol Laut;

3) Mensinkronisasikan dan mengkoordinasi kebijakan penguatan dan

pengelolaan sumber daya program Tol Laut;

4) Mengkoordinasi kebijakan pembangunan sarana dan prasarana

program Tol Laut.

3. Kementerian Perhubungan

a. Tugas dan Fungsi

Kementerian Perhubungan (Kemenhub) mempunyai tugas

menyelenggarakan urusan di bidang perhubungan dalam pemerintahan

untuk membantu Presiden dalam menyelenggarakan pemerintahan negara.

Fungsi yang dijalankan Kemenhub sebagai berikut :

a. perumusan dan penetapan kebijakan di bidang penyelenggaraan

pelayanan, keselamatan, dan keamanan transportasi, serta

peningkatan aksesabilitas, konektivitas, dan kapasitas sarana dan

prasarana transportasi;

b. pelaksanaan kebijakan di bidang penyelenggaraan pelayanan,

keselamatan, dan keamanan transportasi, serta peningkatan operasi,

aksesabilitas, konektivitas sarana dan prasarana transportasi;

Page 85: kajian-sinergitas-kewenangan-dan-hubungan-kerja-antara-kl-dan ...

70

c. pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi atas pelaksanaan

penyelenggaraan pelayanan, keselamatan, dan keamanan

transportasi, serta peningkatan aksesabilitas, konektivitas, dan

kapasitas sarana dan prasarana transportasi di daerah;

d. pelaksanaan penelitian dan pengembangan di bidang transportasi;

e. pelaksanaan pengembangan sumber daya manusia transportasi;

f. pelaksanaan dukungan yang bersifat substantif kepada seluruh unsur

organisasi di lingkungan Kementerian Perhubungan;

g. pembinaan dan pemberian dukungan administrasi di lingkungan

Kementerian Perhubungan;

h. pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung

jawab Kementerian Perhubungan; dan

i. pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan Kementerian

Perhubungan

Terkait perhubungan laut, pada Kementerian Perhubungan terdapat

terdapat Direktorat Jenderal Perhubungan Laut yang mempunyai tugas

merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di

bidang perhubungan laut. Fungsi yang dilaksanakannya :

a. Perumusan kebijakan di bidang perhubungan laut;

b. Pelaksanaan kebijakan di bidang perhubungan laut;

c. Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang

perhubungan laut;

d. Pelaksanaan pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang

perhubungan laut; dan

e. Pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Perhubungan Laut.

Page 86: kajian-sinergitas-kewenangan-dan-hubungan-kerja-antara-kl-dan ...

71

b. Peran Kementerian Perhubungan Dalam Konteks Program Tol

Laut

Kementerian Perhubungan merupakan salah satu kementerian yang

dalam dokumen RPJMN 2015-2019 dilibatkan dalam program

pembangunan Tol Laut.

Merujuk fungsinya, maka dalam konteks program pembangunan Tol

Laut, Kemenhub berperan dalam :

a. perumusan dan penetapan kebijakan di bidang penyelenggaraan

pelayanan, keselamatan, dan keamanan Tol Laut, serta peningkatan

aksesabilitas, konektivitas, dan kapasitas sarana dan prasarana Tol

Laut;

b. pelaksanaan kebijakan di bidang penyelenggaraan pelayanan,

keselamatan, dan keamanan Tol Laut, serta peningkatan operasi,

aksesabilitas, konektivitas sarana dan prasarana Tol Laut;

c. pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi atas pelaksanaan

penyelenggaraan pelayanan, keselamatan, dan keamanan Tol Laut,

serta peningkatan aksesabilitas, konektivitas, dan kapasitas sarana

dan prasarana Tol Laut di daerah;

d. pelaksanaan penelitian dan pengembangan di bidang Tol Laut;

e. pelaksanaan pengembangan sumber daya manusia Tol Laut;

4. PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo)

Saat ini terdapat 4 (empat) PT Pelindo, yaitu PT Pelindo I dengan

kantor pusat di Medan, PT Pelindo II dengan kantor pusat di Jakarta, PT

Pelindo III dengan kantor pusat di Surabaya, dan PT Pelindo IV dengan

kantor pusat di Makassar.

Page 87: kajian-sinergitas-kewenangan-dan-hubungan-kerja-antara-kl-dan ...

72

a. PT Pelindo I

Pelindo I dibentuk berdasarkan PP 56 Tahun 1991 tentang Peraturan

Pemerintah Republik Indonesia Tentang Pengalihan Bentuk Perusahaan

Umum (Perum) Pelabuhan I Menjadi Perusahaan Perseroan (Persero).

Maksud dan Tujuan PT Pelabuhan Indonesia I (Persero) sesuai

Anggaran Dasar adalah melakukan usaha di bidang penyelenggaraan dan

pengusahaan jasa kepelabuhanan, serta optimalisasi pemanfaatan sumber

daya yang dimiliki Perusahaan untuk menghasilkan barang dan/atau jasa

yang bermutu tinggi dan berdaya saing kuat untuk mendapatkan/mengejar

keuntungan guna meningkatkan Nilai Perusahaan dengan menerapkan

prinsip-prinsip Perseroan Terbatas.

Bidang usaha yang dijalankan oleh PT Pelindo I sesuai Anggaran

Dasar terakhir berdasarkan Akta Nomor 1 Tanggal 15 Agustus 2008

sebagai berikut

1. Penyediaan dan/atau jasa pelayanan kolam-kolam pelabuhan dan

perairan untuk lalu lintas dan tempat-tempat berlabuhnya kapal.

2. Penyediaan dan/atau jasa-jasa yang berhubungan dengan

pemanduan (pilotage) dan penundaan kapal.

3. Penyediaan dan/atau pelayanan dermaga dan fasilitas lain untuk

bertambat, bongkar muat peti kemas, curah cair, curah kering,

multi purpose, barang termasuk hewan (general cargo) dan fasilitas

naik turunnya penumpang dan/atau kendaraan.

4. Penyediaan jasa bongkar muat, peti kemas, curah cair, curah

kering (general cargo) dan kendaraan.

Page 88: kajian-sinergitas-kewenangan-dan-hubungan-kerja-antara-kl-dan ...

73

5. Penyediaan dan/atau pelayanan jasa terminal peti kemas, curah

cair, curah kering, multipurpose, penumpang, pelayaran rakyat dan

RO-RO.

6. Penyediaan dan/atau pelayanan gudang-gudang dan lapangan

penumpukan dan tangki/tempat penimbunan barang-barang,

angkutan bandar, alat bongkar muat, serta peralatan pelabuhan.

7. Penyediaan dan/atau pelayanan tanah untuk berbagai bangunan

dan lapangan, industri dan gedung-gedung/bangunan yang

berhubungan dengan kepentingan kelancaran angkutan multi

moda.

8. Penyediaan dan/atau pelayanan listrik, air minum, dan instalasi

limbah serta pembuangan sampah.

9. Penyediaan dan/atau pelayanan jasa pengisian bahan bakar

minyak untuk kapal dan kendaraan di lingkungan pelabuhan.

10. Penyediaan dan/atau pelayanan kegiatan konsolidasi dan

distribusi barang termasuk hewan.

11. Penyediaan dan pengelolaan jasa konsultasi, pendidikan dan

pelatihan yang berkaitan dengan kepelabuhan.

12. Pengusahaan dan penyelenggaraan Depo Peti Kemas dan

perbaikan, cleaning, fumigasi serta pelayanan logistik.

Namun demikian, sejauh ini kegiatan usaha berupa produk/jasa yang

dijalankan dalam menyelenggarakan pelayanan jasa kepelabuhan dan

usaha lainnya yang menunjang pencapaian tujuan perusahaan,

berdasarkan Keputusan Menteri Perhubungan No. KP 133 Tahun 2011

tanggal 2 Maret 2011 tentang Pemberian Izin Usaha kepada PT Pelabuhan

Page 89: kajian-sinergitas-kewenangan-dan-hubungan-kerja-antara-kl-dan ...

74

Indonesia I (Persero) sebagai Badan Usaha Pelabuhan yang dilaksanakan

meliputi penyediaan dan/atau pelayanan menegenai :

1. Penyediaan dan/atau pelayanan jasa dermaga untuk bertambat.

2. Penyediaan dan/atau pelayanan pengisian bahan bakar minyak dan

pelayanan air bersih.

3. Penyediaan dan/atau pelayanan fasilitas naik turun penumpang

dan/atau kendaraan.

4. Penyediaan dan/atau pelayanan jasa dermaga untuk pelaksanaan

kegiatan bongkar muat barang dan peti kemas.

5. Penyediaan dan/atau pelayanan jasa gudang, tempat penimbunan

barang, alat bongkar muat, serta peralatan pelabuhan.

6. Penyediaan dan/atau pelayanan jasa terminal peti kemas, curah cair,

curah kering, dan Ro-Ro.

7. Penyediaan dan/atau pelayanan jasa bongkar muat barang.

8. Penyediaan dan/atau pelayanan pusat distribusi dan konsolidasi

barang, dan/atau

9. Penyediaan dan/atau pelayanan jasa penundaan kapal.

b. PT Pelindo II

Pelindo II dibentuk berdasarkan PP 57 Tahun 1991 tentang

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Tentang Pengalihan Bentuk

Perusahaan Umum (Perum) Pelabuhan II Menjadi Perusahaan Perseroan

(Persero).

Bidang usaha PT Pelindo II meliputi bebrapa kegiatan usaha utama

yaitu:

Page 90: kajian-sinergitas-kewenangan-dan-hubungan-kerja-antara-kl-dan ...

75

1. Pelayanan Kapal. Pelayanan kapal merupakan jasa kegiatan

operasional kapal mulai dari masuk hingga keluar pelabuhan.

Pelayanan kapal meliputi:

• Jasa Labuh

• Jasa Tambat

• Jasa Pandu

• Jasa Tunda

• Jasa Pelayanan Air

• Jasa Kepil

2. Pelayanan Barang. Pelayanan barang merupakan pelayanan bongkar

muat mulai dari kapal hingga penyerahan ke pemilik barang.

Pelayanan barang meliputi:

• Dermaga Umum

• Gudang Penumpukan

• Lapangan Penumpukan

• Dermaga Khusus

3. Pelayanan Rupa-Rupa. Pelayanan rupa-rupa merupakan jasa

pelayanan yang menunjang kegiatan yang ada di pelabuhan.

Pelayanan rupa-rupa meliputi:

• Jasa Pemeliharaan Alat-Alat Pelabuhan

• Jasa Penyewaan Tanah, Bangunan, Air, dan Listrik (TBAL)

• Jasa Fasilitas Rupa-Rupa Usaha

Selain berbagai usaha utama tersebut, Perseroan juga

mengembangkan kegiatan usaha lain yang dapat menunjang tercapainya

tujuan Perseroan dan dalam rangka optimalisasi pemanfaatan sumber daya

yang dimiliki Perseroan, meliputi jasa angkutan; jasa persewaan dan

Page 91: kajian-sinergitas-kewenangan-dan-hubungan-kerja-antara-kl-dan ...

76

perbaikan fasilitas dan peralatan; jasa perawatan kapal dan peralatan di

bidang kepelabuhanan; jasa pelayanan alih muat dari kapal ke kapal (ship

to ship transfer) termasuk jasa ikutan lainnya; properti di luar kegiatan

utama kepelabuhanan; kawasan industri; jasa konsultan dan surveyor

kepelabuhanan; jasa komunikasi dan informasi; jasa konstruksi

kepelabuhanan; jasa forwarding/ekspedisi; jasa kesehatan; tempat tunggu

kendaraan bermotor dan shuttle bus; jasa penyelaman (salvage); jasa tally;

jasa pas pelabuhan; serta jasa timbangan.

c. PT Pelindo III

Pelindo III dibentuk berdasarkan PP 58 Tahun 1991 tentang

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Tentang Pengalihan Bentuk

Perusahaan Umum (Perum) Pelabuhan III Menjadi Perusahaan Perseroan

(Persero).

Sesuai dengan anggaran dasar Perseroan, maksud dan tujuan

Perseroan ini adalah melakukan usaha di bidang penyelenggaraan dan

pengusahaan jasa kepelabuhanan, serta optimalisasi pemanfaatan sumber

daya yang dimiliki Perseroan untuk menghasilkan barang dan/atau jasa

yang bermutu tinggi dan berdaya saing kuat untuk mendapatkan/mengejar

keuntungan guna meningkatkan nilai Perseroan dengan menerapkan

prinsip-prinsip Perseroan Terbatas.

Merujuk pada Anggaran Dasar Perseroan, bidang usaha Pelindo III

adalah menyediakan dan mengusahakan jasa kepelabuhanan untuk

menunjang kelancaran angkutan laut dalam rangka menunjang

pelaksanaan pembangunan nasional, yaitu meliputi pengusahaan:

1. Kolam-kolam pelabuhan dan perairan untuk lalu lintas dan tempat

berlabuhnya kapal;

Page 92: kajian-sinergitas-kewenangan-dan-hubungan-kerja-antara-kl-dan ...

77

2. Jasa-jasa yang berhubungan dengan pemanduan (pilotage) dan

penundaan kapal;

3. Dermaga dan fasilitas lain untuk bertambat, bongkar muat barang

termasuk hewan dan fasilitas naik turunnya penumpang;

4. Gudang-gudang dan tempat penimbunan barang-barang angkutan

Bandar, alat bongkar muat, serta peralatan pelabuhan;

5. Tanah untuk berbagai bangunan dan lapangan, industri dan

gedung-gedung.bangunan yang berhubungan dengan kepentingan

kelancaran angkutan laut;

6. Penyediaan listrik, bahan bakar minyak, air bersih dan instalasi

limbah pembuangan;

7. Jasa terminal, kegiatan konsolidasi dan distribusi barang termasuk

hewan;

8. Pendidikan dan pelatihan yang berkaitan dengan kepelabuhanan;

9. Jasa pelayanan kesehatan;

10. Jasa transportasi laut;

11. Jasa persewaan fasilitas dan peralatan di bidang pelabuhan;

12. Jasa perbaikan fasilitas dan peralatan pelabuhan;

13. Properti di daerah lingkungan pelabuhan;

14. Kawasan industri di daerah lingkungan pelabuhan;

15. Kawasan wisata di daerah lingkungan pelabuhan;

16. Depo petikemas;

17. Jasa konsultan di bidang kepelabuhanan;

18. Jasa komunikasi dan informasi di bidang kepelabuhanan;

19. Jasa konstruksi di bidang kepelabuhanan.

Page 93: kajian-sinergitas-kewenangan-dan-hubungan-kerja-antara-kl-dan ...

78

d. PT Pelindo IV

Pelindo IV dibentuk berdasarkan PP 59 Tahun 1991 tentang

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Tentang Pengalihan Bentuk

Perusahaan Umum (Perum) Pelabuhan IV Menjadi Perusahaan Perseroan

(Persero).

Merujuk pada Anggaran Dasar Perseroan, bidang usaha Pelindo IV

adalah menyediakan dan mengusahakan jasa kepelabuhanan untuk

menunjang kelancaran angkutan laut dalam rangka menunjang

pelaksanaan pembangunan nasional, yaitu meliputi pengusahaan:

1. Penyediaan dan/atau jasa pelayanan kolam-kolam pelabuhan dan

perairan untuk lalu lintas dan tempat-tempat berlabuhnya kapal.

2. Penyediaan dan/atau jasa-jasa yang berhubungan dengan

pemanduan (pilotage) dan penundaan kapal.

3. Penyediaan dan/atau pelayanan dermaga dan fasilitas lain untuk

bertambat, bongkar muat peti kemas, curah cair, curah kering,

multi purpose, barang termasuk hewan (general cargo) dan fasilitas

naik turunnya penumpang dan/atau kendaraan.

4. Penyediaan jasa bongkar muat, peti kemas, curah cair, curah

kering (general cargo) dan kendaraan.

5. Penyediaan dan/atau pelayanan jasa terminal peti kemas, curah

cair, curah kering, multipurpose, penumpang, pelayaran rakyat dan

RO-RO.

6. Penyediaan dan/atau pelayanan gudang-gudang dan lapangan

penumpukan dan tangki/tempat penimbunan barang-barang,

angkutan bandar, alat bongkar muat, serta peralatan pelabuhan.

7. Penyediaan dan/atau pelayanan tanah untuk berbagai bangunan

dan lapangan, industri dan gedung-gedung/bangunan yang

Page 94: kajian-sinergitas-kewenangan-dan-hubungan-kerja-antara-kl-dan ...

79

berhubungan dengan kepentingan kelancaran angkutan multi

moda.

8. Penyediaan dan/atau pelayanan listrik, air minum, dan instalasi

limbah serta pembuangan sampah.

9. Penyediaan dan/atau pelayanan jasa pengisian bahan bakar

minyak untuk kapal dan kendaraan di lingkungan pelabuhan.

10. Penyediaan dan/atau pelayanan kegiatan konsolidasi dan

distribusi barang termasuk hewan.

11. Penyediaan dan pengelolaan jasa konsultasi, pendidikan dan

pelatihan yang berkaitan dengan kepelabuhan.

12. Pengusahaan dan penyelenggaraan Depo Peti Kemas dan

perbaikan, cleaning, fumigasi serta pelayanan logistik.

13. Pengusahaan kawasan pabean dan tempat penimbunan sementara.

e. Peran Pelindo Secara Umum Dalam Program Tol Laut

Merujuk tujuannya, maka dalam konteks program pembangunan Tol

Laut, secara umum seluruh PT Pelindo (I - IV) berperan dalam rangka

memberikan layanan :

a. kolam-kolam pelabuhan dan luas perairan untuk lalu lintas pelayaran

dan tempat berlabuh kapal Tol Laut;

b. jasa-jasa yang berhubungan dengan pemanduan kapal-kapal

(pilotage) dan pemberian jasa penundaan kapal laut;

c. dermaga untuk bertambat, bongkar muat, barang dan hewan, serta

penyediaan fasilitas naik turunnya penumpang;

d. gudang-gudang dan tempat penimbunan barang-barang angkutan

bandar, alat bongkar muat, serta peralatan pelabuhan;

Page 95: kajian-sinergitas-kewenangan-dan-hubungan-kerja-antara-kl-dan ...

80

e. tanah untuk berbagai bangunan dan lapangan, sehubungan dengan

kepentingan kelancaran angkutan laut dan industri;

f. jaringan-jaringan jalan dan jembatan, saluran pembuangan air,

saluran listrik, saluran air minum, pemadam kebakaran dan lain-lain;

g. jasa terminal;

h. usaha lain yang dapat menunjang tercapainya tujuan perusahaan.

5. Pemerintah Daerah

Tinjuan mengenai peran pemerintah daerah dalam menunjang

Implementasi Tol Laut, dapat dilihat dalam UU No. 23 Tahun 2014 tentang

Pemerintahan Daerah. Dalam UU tersebut diatur pembagian ruang lingkup

pelayaran untuk pemerintah pusat, pemerintah provinsi dan pemerintah

kabupaten/kota.

a. Pemerintah Provinsi

Ruang lingkup kewenangan provinsi dalam pelayaran berdasarkan

UU No. 23 tahun 2014, meliputi :

a. Penerbitan izin usaha angkutan laut bagi badan usaha yang

berdomisili dalam wilayah dan beroperasi pada lintas pelabuhan

antar-Daerah kabupaten/ kota dalam wilayah Daerah provinsi.

b. Penerbitan izin usaha angkutan laut pelayaran rakyat bagi orang

perorangan atau badan usaha yang berdomisili dan yang beroperasi

pada lintas pelabuhan antar-Daerah kabupaten/kota dalam Daerah

provinsi, pelabuhan antar-Daerah provinsi, dan pelabuhan

internasional.

Page 96: kajian-sinergitas-kewenangan-dan-hubungan-kerja-antara-kl-dan ...

81

c. Penerbitan izin trayek penyelenggaraan angkutan sungai dan danau

untuk kapal yang melayani trayek antar-Daerah kabupaten/kota

dalam Daerah provinsi yang bersangkutan.

d. Penetapan lintas penyeberangan dan persetujuan pengoperasian

kapal antar-Daerah kabupaten/kota dalam Daerah provinsi yang

terletak pada jaringan jalan provinsi dan/atau jaringan jalur kereta

api provinsi.

e. Penetapan lintas penyeberangan dan persetujuan pengoperasian

untuk kapal yang melayani penyeberangan lintas pelabuhan antar-

Daerah kabupaten/kota dalam 1 (satu) Daerah provinsi.

f. Penerbitan izin usaha jasa terkait berupa bongkar muat barang, jasa

pengurusan transportasi, angkutan perairan pelabuhan, penyewaan

peralatan angkutan laut atau peralatan jasa terkait dengan angkutan

laut, tally mandiri, dan depo peti kemas.

g. Penetapan tarif angkutan penyeberangan penumpang kelas ekonomi

dan kendaraan beserta muatannya pada lintas penyeberangan antar-

Daerah kabupaten/kota dalam Daerah provinsi.

h. Penetapan rencana induk dan DLKR/DLKP pelabuhan pengumpan

regional.

i. Pembangunan, penerbitan izin pembangunan dan pengoperasian

pelabuhan pengumpan regional.

j. Pembangunan dan penerbitan izin pelabuhan sungai dan danau yang

melayani trayek lintas Daerah kabupaten/kota dalam 1 (satu) Daerah

provinsi.

k. Penerbitan izin usaha badan usaha pelabuhan di pelabuhan

pengumpan regional.

Page 97: kajian-sinergitas-kewenangan-dan-hubungan-kerja-antara-kl-dan ...

82

l. Penerbitan izin pengembangan pelabuhan untuk pelabuhan

pengumpan regional

m. Penerbitan izin pengoperasian pelabuhan selama 24 jam untuk

pelabuhan pengumpan regional.

n. Penerbitan izin pekerjaan pengerukan di wilayah perairan pelabuhan

pengumpan regional.

o. Penerbitan izin reklamasi di wilayah perairan pelabuhan pengumpan

regional.

p. Penerbitan izin pengelolaan terminal untuk kepentingan sendiri

(TUKS) di dalam DLKR/DLKP pelabuhan pengumpan regional.

b. Pemerintah Kota/Kabupaten

Ruang lingkup kewenangan kabupaten dan kota dalam pelayaran

berdasarkan UU No. 23 tahun 2015, meliputi :

a. Penerbitan izin usaha angkutan laut bagi badan usaha yang berdomisili

dalam Daerah kabupaten/kota dan beroperasi pada lintas pelabuhan di

Daerah kabupaten/kota.

b. Penerbitan izin usaha angkutan laut pelayaran rakyat bagi orang

perorangan atau badan usaha yang berdomisili dan yang beroperasi

pada lintas pelabuhan dalam Daerah kabupaten/kota.

c. Penerbitan izin usaha penyelenggaraan angkutan sungai dan danau

sesuai dengan domisili orang perseorangan warga negara Indonesia

atau badan usaha.

d. Penerbitan izin trayek penyelenggaraan angkutan sungai dan danau

untuk kapal yang melayani trayek dalam Daerah kabupaten/kota yang

bersangkutan.

Page 98: kajian-sinergitas-kewenangan-dan-hubungan-kerja-antara-kl-dan ...

83

e. Penerbitan izin usaha penyelenggaraan angkutan penyeberangan

sesuai dengan domisili badan usaha.

f. Penetapan lintas penyeberangan dan persetujuan pengoperasian kapal

dalam Daerah kabupaten/kota yang terletak pada jaringan jalan

kabupaten/kota dan/atau jaringan jalur kereta api kabupaten/kota.

g. Penetapan lintas penyeberangan dan persetujuan pengoperasian untuk

kapal yang melayani penyeberangan dalam Daerah kabupaten/kota.

h. Penerbitan izin usaha jasa terkait dengan perawatan dan perbaikan

kapal.

i. Penetapan tarif angkutan penyeberangan penumpang kelas ekonomi

dan kendaraan beserta muatannya pada lintas penyeberangan dalam

Daerah kabupaten/kota

j. Penetapan rencana induk dan DLKR/DLKP pelabuhan pengumpan

lokal.

k. Penetapan rencana induk dan DLKR/DLKP untuk pelabuhan sungai

dan danau.

l. Pembangunan, penerbitan izin pembangunan dan pengoperasian

pelabuhan pengumpan lokal.

m. Pembangunan dan penerbitan izin pembangunan dan pengoperasian

pelabuhan sungai dan danau.

n. Penerbitan izin usaha badan usaha pelabuhan di pelabuhan pengumpul

lokal.

o. Penerbitan izin pengembangan pelabuhan untuk pelabuhan

pengumpan lokal.

p. Penerbitan izin pengoperasian pelabuhan selama 24 jam untuk

pelabuhan pengumpan lokal.

Page 99: kajian-sinergitas-kewenangan-dan-hubungan-kerja-antara-kl-dan ...

84

q. Penerbitan izin pekerjaan pengerukan di wilayah perairan pelabuhan

pengumpan lokal.

r. Penerbitan izin reklamasi di wilayah perairan pelabuhan pengumpan

lokal.

s. Penerbitan izin pengelolaan Terminal Untuk Kepentingan Sendiri

(TUKS) di dalam DLKR/DLKP pelabuhan pengumpan lokal.

B. Instansi Terkait Program Pembangunan Tol Laut Menurut Konsep

Elemen Penunjang Tol Laut.

Dalam bahan paparan Tol Laut yang disampaikan Bappenas, terdapat

dua konsep pembangunan Tol Laut, yaitu Tol Laut angkutan barang atau

Tol Laut peti kemas, dan Tol Laut angkutan penumpang dan cruise. Elemen

penunjang kedua Tol Laut tersebut dapat dilihat dalam gambar berikut.

Dalam gambar tersebut dijelaskan bahwa elemen pendukung Tol

Laut angkutan barang atau peti kemas, meliputi :

- Adanya pelabuhan yang handal;

- Adanya pelayaran rutin dan berjadwal;

- Adanya inland akses yang efektif;

- Adanya kelayakan kecukupan muatan di setiap destinasi atau tujuan;

dan

- Adanya dukungan shipping industry.

Sedangkan elemen pendukung tol angkutan penumpang dan cruise,

meliputi :

- Adanya layanan pelabuhan yang handal;

- Adanya pelayaran yang rutin dan berjadwal;

Page 100: kajian-sinergitas-kewenangan-dan-hubungan-kerja-antara-kl-dan ...

85

- Adanya integrated transport untuk penumpang;

- Adanya kelayakan komersial dan wista pada daerah tujuan; dan

- Adanya jasa pelayaran traveling dan leisure.

Sumber : diolah dari bahan paparan RPJMN 2015-2019

Gambar 3.2 Elemen Penunjang Tol Laut Peti Kemas dan Tol Laut

Penumpang/Cruise

Dari hasil pengumpulan data informasi dan diskusi yang dilakukan di

beberapa daerah, maka dapat diidentifikasi mengenai instansi yang terkait

PELABUHAN YANG HANDAL

(SPESIALISASI LAYANAN)

KELAYAKAN DESTINASI KECUKUPAN MUATAN –

KOMERSIAL DAN WISATA

BARAT – TIMUR - BARAT

INLAND AKSES YANG EFEKTIF DAN

INTEGRATED TRANSPORT

PELAYARAN RUTIN DAN

BERJADWAL

SHIPPING INDUSTRY

TOL LAUT PENUMPANG

DAN CRUISE

PELAYARAN : TRAVELING, LEISURE

TOL LAUT PETI

KEMAS

Page 101: kajian-sinergitas-kewenangan-dan-hubungan-kerja-antara-kl-dan ...

86

dan terlibat dari pendekatan elemen penunjang Tol Laut, sebagaimana

dapat dilihat dalam tabel berikut.

Tabel 3.2 Elemen Tol Laut dan Instansi yang Terkait

ELEMEN TOL LAUT INSTANSI TERKAIT

Pelabuhan Yang Handal (Spesialisasi Layanan)

PT PELINDO, KEMENHUB (HUBLA), PEMDA ESDM/PLN, KEMENKUMHAM,

Pelayaran Rutin dan Berjadwal PT PELNI, PEMDA KEMENHUB (HUBLA)

Inland Akses Yang Efektif dan Integrated Transport

PEMDA, KEMENPUPERA , PT KA, AGRARIA/TATA RUANG, KEMENHUB (KA),

Kelayakan Destinasi Kecukupan Muatan – Komersial Dan Wisata Barat – Timur (PP), Utara – Selatan (PP)

PEMDA, KEMENPERIN KEMENTAN, KKP, KEMENPAR, KEMENDAGRI, KEMENKOP UKM, KEMENDES PDTT,

Shipping Industry PT PAL, PEMDA, KEMENPERIN, KEMENRISTEK

Pelayaran : Traveling, Leisure KEMENPAR, PEMDA KEMENHUB (HUBLA)

Sumber : Diolah dari berbagai sumber, Tim LAN (2015)

Berdasarkan tabel di atas, dapat dijelaskan mengenai instansi yang

seharusnya terkait dalam pembangunan Tol Laut berdasarkan pendekatan

elemen penunjang Tol Laut, sebagaimana berikut ini.

1. Instansi Terkait Penyediaan Pelabuhan yang Handal (Spesialisasi

Layanan).

Mengenai penyediaan (spesialisasi layanan) pelabuhan yang handal

dapat dibagi berdasarkan 3 (tiga) kategori pelabuhan yang terintegasi

Page 102: kajian-sinergitas-kewenangan-dan-hubungan-kerja-antara-kl-dan ...

87

dalam jaringan Tol Laut, yaitu pelabuhan utama, pelabuhan pengumpul dan

pelabuhan pengumpan.

Untuk layanan pelabuhan utama, instansi yang paling berperan atau

bertanggung jawab adalah PT Pelindo. Untuk pelabuhan pengumpul,

instansi yang paling berperan dalam pemberian pelayanannya adalah

Kementerian Perhubungan atau Pemerintah Daerah Provinsi. Sedangkan

tanggung jawab pengelolaan pelayanannya untuk pelabuhan pengumpan

berada di tangan Pemerintah Daerah, baik Pemerintah Provinsi maupun

Pemerintah KotaKkabupaten.

Selain itu perlu dilibatkan pula PT PLN, PT Pertamina, dan

Kementerian ESDM terkait dengan penyediaan dukungan tenaga listrik,

bahan bakar minyak, dan air yang sangat diperlukan oleh pelabuhan dalam

pemberian layanan kepada kapal-kapal Tol Laut yang berlabuh. Demikian

pula layanan Kementerian Hukum dan HAM terkait layanan surat-surat

keimigrasian.

2. Instansi Terkait Penyediaan Pelayaran Rutin dan Berjadwal

Berdasarkan UU No. 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran, penyediaan

layanan pelayaran yang rutin dan berjadwal, dapat dibagi berdasarkan 2

(dua) kategori layanan pelayaran yang terintegasi dalam konteks jaringan

Tol Laut, yaitu pelayaran atau angkutan laut dalam negeri dan angkutan

laut pelayaran rakyat.

Untuk layanan penyediaan pelayaran yang paling berperan adalah PT

Pelni untuk kategori pelayaran angkutan laut dalam negeri yang

menghubungkan pelabuhan-pelabuhan utama atau pelabuhan utama

dengan pelabuhan pengumpul. Disamping PT Pelni yang merupakan

BUMN, sebenarnya diharapkan pula perusahaan pelayaran swasta dapat

Page 103: kajian-sinergitas-kewenangan-dan-hubungan-kerja-antara-kl-dan ...

88

terlibat. Namun karena pertimbangan komersial, umumnya perusahaan

pelayaran swasta belum terlibat sepenuhnya.

Selain pelayaran yang menghubungkan pelabuhan-pelabuhan utama

atau pelabuhan utama dengan pelabuhan pengumpul, diperlukan pula

peran pelayaran milik PT ASDP, pemerintah daerah dan pelayaran rakyat.

Pelayaran milik PT ASDP, pemerintah daerah dan pelayaran rakyat ini

diharapkan menyediakan pelayaran rutin yang menghubungkan

pelabuhan-pelabuhan pengumpul, atau pelabuhan pengumpul dengan

pelabuhan pengumpan baik yang pengumpan regional maupun pengumpan

lokal.

Sumber : Dinas Perhubungan Provinsi Jawa Timur.

Gambar 3.3 Contoh Jalur Pelayaran Berjadwal dan Rutin Yang

Menghubungkan Pelabuhan Utama, Pelabuhan Pengumpul dan

Pelabuhan Pengumpan

Page 104: kajian-sinergitas-kewenangan-dan-hubungan-kerja-antara-kl-dan ...

89

Dengan adanya pelayaran-pelayaran tersebut, maka seluruh

pelabuhan yang ada, baik pelabuhan utama (hub), pelabuhan pengumpal,

dan pelabuhan pengumpan regional maupun lokal, akan saling

terkonektivitas satu sama lain. Dari gambaran tersebut jelas perlunya

peran PT Pelni, Pemerintah Daerah, maupun pemilik pelayaran swasta

maupun rakyat dalam konteks implementasi Tol Laut.

3. Instansi Terkait Penyediaan Inland Akses Yang Efektif dan

Integrated Transport.

Inland akses dan integrated transport pelabuhan merupakan salah

satu elemen yang penting untuk menunjang keberhasilan Tol Laut. Peran

penting inland akses dan integrated transport adalah menyediakan jalur

pengangkutan barang dan penumpang untuk masuk dan keluar pelabuhan.

Umumnya inland akses dan integrated transport yang dimaksud adalah

jaringan jalan, jaringan rel kereta dan jaringan sungai.

Untuk jaringan jalan, intansi yang paling utama mempunyai peran

adalah kementerian pekerjaan umum dan perumahan rakyat, dan

kementerian perhubungan terkait penyediaan prasarana dan sarana

transportasi darat. Untuk jaringan kereta api diperlukan peran serta

kementerian perhubungan terkait perkeretaapian serta PT KAI untuk

penyediaan prasarana dan sarananya. Sedangkan untuk angkutan sungai

diperlukan peran kementerian perhubungan darat dan PT ASDP untuk

prasarana dan sarananya. Tidak kalah penting adalah peran pemerintah

daerah setempat, karena pemerintah daerah lah yang paling memahami

situasi atau gambaran inland akses yang paling memungkinkan untuk

dibangun. Selain itu perlu pula dukungan kementerian agraria dan tata

Page 105: kajian-sinergitas-kewenangan-dan-hubungan-kerja-antara-kl-dan ...

90

ruang untuk melakukan penataan wilayah agar kawasan atau wilayah yang

dibangun menjadi tertib sesuai peruntukannya.

Sumber : RPJMN 2015-2019, Buku II.

Gambar 3.4 Sketsa Hirarki Pusat Pertumbuhan dan Daerah

Sekitarnya

Page 106: kajian-sinergitas-kewenangan-dan-hubungan-kerja-antara-kl-dan ...

91

4. Instansi Terkait Penyediaan Kelayakan Destinasi: Kecukupan

Muatan – Komersial dan Wisata Barat – Timur (PP), Utara – Selatan

(PP)

Sebagaimana sering diutarakan, permasalahan kecukupan muatan

menjadi hal yang signifikan untuk menunjang keberlangsungan dan

keberlanjutan implementasi kebijakan Tol Laut. Untuk itu, perlu dilakukan

upaya yang serius untuk melakukan penyiapan kecukupan muatan,

sehingga akan mengurangi beban subsidi yang ditanggung pemerintah

untuk menghidupkan rute Tol Laut di beberapa kawasan Indonesia. Untuk

itu, pada kawasan-kawasan tersebut perlu diupayakan tersedianya

komoditas yang nantinya akan diangkut oleh kapal-kapal Tol Laut, baik

komoditas berupa hasil produksi maupun komoditas wisata.

Sumber : RPJMN 2015-2019, Buku II.

Gambar 3.5 Peta Sebaran Kawasan Ekonomi Yang Telah Ditetapkan

Page 107: kajian-sinergitas-kewenangan-dan-hubungan-kerja-antara-kl-dan ...

92

Agar tersedia komoditas produksi yang akan diangkut oleh kapal Tol

Laut, maka perlu dibangun sentra industri untuk menghasilkan barang atau

komoditas yang nantinya akan diangkut kapal Tol Laut untuk dijual di

kawasan lainnya. Pembangunan sentra industri ini membutuhkan peran

kementerian perindustrian, kementerian pertanian, kementerian kelautan

dan perikanan untuk mengembangkan kawasan industri, serta

kementerian pariwisata untuk mempromosikan potensi pariwisata daerah

agar dapat menarik wisatawan untuk datang ke daerah. Selain instansi

pusat, pembangunan sentra industri di kawasan juga membutuhkan peran

aktif dari pemerintah daerah untuk mengembangan sumber daya industri

lokal yang ada di daerahnya masing-masing, baik industri barang maupun

industri pariwisata.

Kementerian lain yang diharapkan dapat memberikan dukungan

adalah kementerian koperasi dan UKM, kementerian desa, PDT dan

Transmigrasi, serta kementerian dalam negeri untuk melakukan

pembinaan terhadap pemerintah dalam pengembangan kawasan.

5. Instansi Terkait Penyediaan Shipping Industry

Shipping industry merupakan elemen Tol Laut yang sifatnya

penunjang penyediaan dan perawatan kapal-kapal Tol Laut. Peran penting

shipping industry adalah memberikan jaminan teknis operasionalisasi

kapal-kapal Tol Laut.

Instansi yang diaharapkan memegang peran kunci dalam penyediaan

shipping industry adalah PT PAL di tingkat nasional dan pemerintah daerah

untuk mendukung shipping industry lokal. Disamping PT PAL dan

Pemerintah daerah, diperlukan keterlibatan dan dukungan Kementerian

Perindustrian dan Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi

Page 108: kajian-sinergitas-kewenangan-dan-hubungan-kerja-antara-kl-dan ...

93

untuk memberikan dukungan peningkatan kualitas produk dan teknologi

industri perkapalan di Indonesia.

Sumber : RPJMN 2015-2019, Buku II.

Gambar 3.6 Peta Sebaran 14 Kawasan Industri Prioritas Wilayah Luar

Jawa 2015-2019

6. Instansi Terkait Penyediaan Layanan Pelayaran Traveling/ Leisure

Layanan pelayaran traveling/leisure merupakan elemen Tol Laut

yang sifat memanfaatkan potensi wisata untuk menarik wisatawan untuk

datang ke suatu daerah yang diharapkan dapat memberikan multiplier

effect terhadap industri lokal di daerah wisata tersebut. Potensi pelayaran

traveling/leisure ini perlu dimanfaatkan secara maksimal sebagai

kesempatan ajang promosi produk daerah. Hal ini perlu dilakukan karena

Page 109: kajian-sinergitas-kewenangan-dan-hubungan-kerja-antara-kl-dan ...

94

pengguna atau konsumen pelayaran traveling/leisure pada umumnya

adalah wisatawan dari luar negeri yang kemampuan ekonominya tinggi.

Sumber : Ditlala, Kementerian Perhubungan, 2015.

Gambar 3.7 Peta Wilayah Wisata Bahari

Instansi yang paling berperan untuk meningkatkan pelayaran

traveling/leisure adalah kementerian pariwisata dan pemerintah daerah

setempat. Kementerian Pariwisata dan Pemerintah Daerah dapat memberi

kesempatan kemudahan kepada para jasa traveling/leisure agar mereka

dapat membawa wisatawan ke daerah-daerah di Indonesia.

Page 110: kajian-sinergitas-kewenangan-dan-hubungan-kerja-antara-kl-dan ...

95

C. Simpulan Instansi yang Terkait Berdasarkan Pendekatan

Pembangunan Elemen Penunjang Tol Laut

Dari uraian yang telah dikemukakan, tampak bahwa keberhasilan

implementasi kebijakan Tol Laut tidak hanya berada pada instansi yang

telah ditunjuk dalam RPJMN 2015-2019, yaitu

- Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), sebagai

koordinator perencanaan;

- Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman, sebagai koordinator

pelaksanaan;

- Kementerian Perhubungan;

- Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN), yang diwakili oleh

PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo);

- Pemerintahan Daerah, baik Provinsi maupun Kota/Kabupaten.

Dari hasil kajian terhadap elemen penunjang Tol Laut, ternyata perlu

lebih banyak instansi lainnya yang harus dilibatkan secara intensif agar

implementasi kebijakan Tol Laut dapat berjalan dengan sebaik-baiknya.

Instansi-instansi lainnya yang harus dilibatkan tersebut paling tidak adalah

- Kementerian Energi, Sumberdaya, dan Mineral

- PT PLN

- PT Pertamina

- Kementerian Hukum dan HAM

- PT Pelni

- Kementerian PU

- PT KAI

- PT ASDP

- Kementerian Agraria dan Tata Ruang

Page 111: kajian-sinergitas-kewenangan-dan-hubungan-kerja-antara-kl-dan ...

96

- Kementerian Perindustrian

- Kementerian Pertanian,

- Kementerian Kelautan dan Perikanan

- Kementerian Pariwisata

- Kementerian Dalam Negeri

- Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah

- Kementerian Desa, PDT, dan Transmigrasi

- PT PAL

- Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi

Page 112: kajian-sinergitas-kewenangan-dan-hubungan-kerja-antara-kl-dan ...

97

Sumber : Tim Kajian

Gambar 3.8 Instansi Terkait Kebijakan Tol Laut dari Berdasarkan

Konsep Elemen Penunjang Tol Laut

Permasalahannya kemudian adalah bagaimana melakukan

koordinasi atau bahkan sinergi agar semua instansi tersebut dapat fokus

menunjang implementasi kebijakan Tol Laut.

Pemda, Kementan,

KKP, Kemenperin,

Kemenkop UKM,

Kemendes,

Kemendagri,

Kemenpar

Kemenpar,

Pemda

PT PAL, Pemda,

Kemenperin,

Kemenristek,

Pemda, Kemen PU,

PT KAI, Kemenhub,

PT ASDP, Kemen

agraria

PT Pelni,

Pemda

Kemenhub, PT

Pelindo, Pemda,

Kemen ESDM, PT

PLN, PT

Pertamina,

IMPLEMENTASI

KEBIJAKAN TOL LAUT

Page 113: kajian-sinergitas-kewenangan-dan-hubungan-kerja-antara-kl-dan ...

98

D. MODEL SINERGI INSTANSI TERKAIT DALAM PEMBANGUNAN TOL

LAUT

Dalam rangka mensinergikan instansi yang terkait implementasi

kebijakan Tol Laut dapat terwujud, ada beberapa hal yang harus

diperhatikan, yaitu apa saja ruang lingkup atau aspek yang disenergikan

sinergi dan siapa yang harus mensinergikan.

1. Ruang Lingkup Aspek Sinergi

Ruang lingkup aspek yang harus disinergikan dalam rangka

implementasi Tol Laut meliputi aspek manajemen dan pengerahan sumber

daya manusia.

Dari aspek manajemen, hal-hal yang perlu disinergikan adalah

perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian. Sinergi perencanaan ini

diperlukan agar dukungan implementasi kebijakan pembangunan Tol Laut,

sudah siap dan masuk dalam dokumen perencanaan semua instansi yang

terkait. Sinergi pelaksanaan untuk memastikan bahwa setiap instansi

sudah melaksanakan kegiatan yang merupakan bagian tugasnya masing-

masing. Sedangkan sinergi pengendalian untuk memastikan bahwa

kegiatan yang dilaksanakan sesuai dengan perencanaan yang disusun dan

untuk mengetahui dengan segera permasalahan yang terjadi agar dapat

diambil langkah-langkah mengatasi permasalahan tersebut dengan segera

pula.

Page 114: kajian-sinergitas-kewenangan-dan-hubungan-kerja-antara-kl-dan ...

99

Sumber : Tim Kajian, 2015.

Gambar 3.9 Aspek-aspek Yang harus Disinergikan dalam

Implementasi Kebijakan Pembangunan Tol Laut

Dari aspek pengerahan sumber daya, diperlukan sinergi terkait

regulasi, sinergi pengerahan sumber daya keuangan/anggaran, dan sinergi

pengerahan atau pengelolaan sumber daya manusia/ aparaturnya. Sinergi

regulasi pendukung diperlukan agar proses implementasi kebijakan

pembangunan Tol Laut tidak terhambat oleh regulasi-regulasi yang

sifatnya sektoral semata. Sinergi regulasi akan menggantikan regulasi-

Page 115: kajian-sinergitas-kewenangan-dan-hubungan-kerja-antara-kl-dan ...

100

regulasi sektoral tadi dalam hal aspek manajemen maupun pengerahan

sumber daya untuk implementasi kebijakan pembagunan Tol Laut. Sinergi

keuangan/anggaran diperlukan untuk memastikan bahwa anggaran yang

dimiliki oleh setiap instansi yang terkait memang diperuntukan untuk

mempersiapkan dan membangun elemen-elemen pendukung keberhasilan

Tol Laut. Sinergi sumber daya manusia/aparatur pun perlu dilakukan agar

pengembangan dan penyediaan sumber daya manusia/aparatur yang

benar dilakukan oleh setiap instansi maupun secara terfokus pada

pengembangan sumber daya manusia yang memahami dengan baik

maksud dan tujuan implementasi kebijakan pembangunan Tol Laut.

Setelah memahami maksud dan tujuan sinergi pada aspek

manajemen dan sumber daya, maka pertanyaan selanjutnya adalah siapa

atau instansi mana yang paling memiliki peran dalam upaya mewujudkan

sinergi manajemen dan sumber daya dalam implementasi kebijakan

pembangunan Tol Laut.

2. Instansi yang Mensinergikan

Merujuk pada ruang lingkup sinergi yang diperlukan yaitu sinergi

aspek manajemen dan aspek sumber daya implementasi kebijakan

pembangunan Tol Laut, maka pihak atau instansi yang sebaiknya

melakukan peran untuk melakukan sinergi untuk setiap unsur dalam aspek

manajemen dan pengerahan sumber daya adalah

- Bappenas, untuk melakukan sinergi perencanaan

- Kemenko Bidang Kemaritiman untuk melakukan sinergi

pelaksanaan, pengendalian dan regulasi

- Kementerian keuangan untuk melakukan sinergi keuangan/

anggaran

Page 116: kajian-sinergitas-kewenangan-dan-hubungan-kerja-antara-kl-dan ...

101

- Kemenko Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan untuk

melakukan sinergi pembangunan dan pengembangan sumber daya

manusia (Dikbud dan Ristek Dikti)

Instansi-intansi tersebut melakukan sinergi implementasi kebijakan

pembangunan Tol Laut dari sisi mikro setiap aspek manajemen dan

sumber daya.

Sedangkan secara keseluruhan sebenarnya diperlukan sinergi

makro. Untuk sinergi secara makro, peran tersebut sebenarnya ada pada

Presiden. Namun dalam hal operasionalisasinya, Presiden dapat

memberikan wewenang untuk melakukan sinergi secara makro

implementasi kebijakan pembangunan Tol Laut tersebut kepada instansi

yang ditunjuk.

Apabila merujuk pada ruang lingkup tugas dan fungsinya, maka

instansi yang bisa mewakili Presiden untuk melakukan sinergi secara

makro implementasi kebijakan pembangunan Tol Laut adalah Kantor Staf

Kepresidenan. Hal ini sebagaimana disebutkan dalam Peraturan Presiden

No. 26 Tahun 2015, Kantor Staf Kepresidenan mempunyai tugas

menyelenggarakan pemberian dukungan kepada Presiden dan Wakil

Presiden dalam melaksanakan pengendalian program-program prioritas

nasional, komunikasi politik, dan pengelolaan isu strategis. Fungsi yang

dijalankan Kantor Staf Kepresidenan adalah

a. pengendalian dalam rangka memastikan program-program prioritas

nasional dilaksanakan sesuai dengan visi dan misi Presiden;

b. penyelesaian masalah secara komprehensif terhadap program-

program prioritas nasional yang dalam pelaksanaannya mengalami

hambatan;

Page 117: kajian-sinergitas-kewenangan-dan-hubungan-kerja-antara-kl-dan ...

102

c. percepatan pelaksanaan program-program prioritas nasional; dan

d. pemantauan kemajuan terhadap pelaksanaan program-program

prioritas nasional.

Seluruh tugas dan fungsi Kantor Staf Presiden tersebut, memberikan

cukup kewenangan bagi Kantor Staf Presiden untuk mengkoordinasikan

dan memimpin sinergi yang diperlukan untuk implementasi kebijakan

pembangunan Tol Laut.

Page 118: kajian-sinergitas-kewenangan-dan-hubungan-kerja-antara-kl-dan ...

103

BAB IV

ANALISIS TERHADAP PERMASALAHAN SINERGITAS

KEWENANGAN DAN HUBUNGAN KERJA

DALAM IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBANGUNAN

TOL LAUT

Permasalahan sinergitas kewenangan dan hubungan kerja dalam

rangka implementasi kebijakan pembangunan Tol Laut meliputi aspek

pengelolaan (management) dan aspek sumber daya (resources). Aspek

manajemen meliputi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan

pengawasan/pengendalian. Sedangkan aspek sumber daya meliputi

ketersediaan peraturan perundang-undangan, penganggaran, dan sumber

daya manusia (SDM). Setiap permasalahan diuraikan dan dibagian

selanjutnya diberikan usulan model sinergitas berdasarkan masukan

narasumber.

A. Permasalahan Aspek Manajemen dan Sumber Daya

1. Permasalahan Aspek Manajemen

Aspek pengelolaan pembangunan Tol Laut meliputi bagaimana

Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah bersama-sama atau pun

masing-masing menyusun dokumen perencanaan untuk mendukung

implementasi pembangunan Tol Laut.

a. Permasalahan dalam Perencanaan

Berdasarkan uraian pada Bab sebelumnya dapat dijelaskan bahwa

permasalahan utama yang terdapat dalam sub aspek perencanaan

Page 119: kajian-sinergitas-kewenangan-dan-hubungan-kerja-antara-kl-dan ...

104

yakni terjadinya inkonsistensi perencanaan dalam kebijakan

pembangunan Tol Laut. Yang dimaksud dengan inkonsistensi

perencanaan adalah bahwa beberapa kementerian/lembaga dan

pemerintah daerah sebenarnya telah memiliki dokumen

perencanaan baik perencanaan jangka panjang maupun jangka

menengah (di pusat tertuang Renstra K/L, sementara di daerah

tertuang dalam RPJPD/RPJMD), namun belum semua dokumen

perencanaan tersebut telah mengakomodir konsep Tol Laut.

Gambar 4.1 Ilustrasi Ketidakkonsistenan Perencanaan

Temuan-temuan (findings) di beberapa daerah menunjukkan bahwa

dokumen perencanaan beberapa daerah yang bersangkutan belum

menyesuaikan dengan RPJMN 2015-2019 terkait dengan

pembangunan Tol Laut. Akan tetapi, meskipun belum

mencantumkan program/kegiatan Tol Laut, berbagai pemerintah

daerah tersebut – seperti Provinsi NTB, Provinsi Kalimantan Barat,

Provinsi Sumatera Utara – pada dasarnya telah melaksanakan

Page 120: kajian-sinergitas-kewenangan-dan-hubungan-kerja-antara-kl-dan ...

105

program/kegiatan pembangunan Tol Laut (dengan nomenklatur

kegiatan yang berbeda).

Sumber : Bappeda Provinsi Sumatera Utara, 2015.

Gambar 4.2 Rencana Pembangunan Insfrastruktur Pendukung

Tol Laut di Sumatera Utara

Sebagai contoh, program pengembangan jaringan transportasi

umum di Provinsi Sumatera Utara dilakukan melalui strategi

sebagai berikut: 1) Mengembangkan sistem jaringan arteri primer

sebagai penghubung antar PKN dan antara PKN dan PKW/PKWP,

mengembangkan jalan kolektor primer sebagai penghubung antara

PKW/PKWP dengan PKL dan mengembangkan jaringan jalan bebas

hambatan sebagai penghubung PKN serta mengembangkan jaringan

kereta api yang berfungsi sebagai penghubung antara pusat-pusat

pertumbuhan, 2) Mengembangkan transportasi terpadu dalam

Page 121: kajian-sinergitas-kewenangan-dan-hubungan-kerja-antara-kl-dan ...

106

rangka mendukung pengembangan PKN, dan 3) Mengembangkan

tatanan pelabuhan dan kebandarudaraan untuk mendukung PKN

dan PKW/PKWP.

Kondisi semacam ini belum terjadi di lingkup pemerintah pusat,

yakni K/L yang masih menyusun dokumen perencanaan sesuai

penafsiran masing-masing terhadap pembangunan Tol Laut.

Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Sumber Daya

misalnya, masih menyiapkan konsep implementasi Tol Laut yang

komprehensif sebagaimana diamanatkan dalam Perpres No. 2

Tahun 2015 tentang RPJMN 2015-2019, sementara Kementerian

Perhubungan menjalankan perencanaan yang menempatkan

kementerian ini sebagai penanggung jawab di bidang perhubungan

dan pembangunan moda transportasi.

b. Permasalahan dalam Pengorganisasian

Aspek pengorganisasian pembangunan Tol Laut meliputi kejelasan

arah kebijakan, tersedianya lembaga yang bertugas

mengkoordinasikan mekanisme kerja, dan terwujudnya

pemahaman yang sama tentang Tol Laut. Problem pengorganisasian

pembangunan Tol Laut setidaknya meliputi tiga hal berikut:

persepsi dan pemahaman yang berbeda-beda di antara pemangku

kepentingan terkait pembangunan Tol Laut, belum berperannya

Kemenko Kemaritiman dan Sumber Daya secara optimal, dan belum

adanya kejelasan arah kebijakan pembangunan Tol Laut.

Dari penelitian lapangan yang telah dilakukan dan berbagai media

massa yang membahas Tol Laut dapat disampaikan bahwa sampai

Page 122: kajian-sinergitas-kewenangan-dan-hubungan-kerja-antara-kl-dan ...

107

saat ini masih terdapat kebingungan (confuse) mengenai istilah Tol

Laut dan pembangunan Tol Laut.

Tol Laut sering diartikan secara bebas sebagai jalan tol di atas laut.

Selanjutnya, ada pula yang menerjemahkan Tol Laut sebagai tol

yang menghubungkan kawasan/pusat industri dengan pelabuhan

laut, dan sebagainya. Pemahaman yang seperti ini membawa pula

kepada pemahaman yang keliru mengenai ruang lingkup dan

strategi pembangunan Tol Laut. Oleh karenanya, sangat tepat

kiranya apabila dokumen pembangunan Tol Laut sebagaimana

tersebut di atas kemudian disosialisasikan agar tidak menimbulkan

kesalahpahaman bahkan kebingungan seperti ini.

Gambar 4.3 Tol Bali Mandara adalah Jalan Tol diatas Laut,

bukan Konsep Tol Laut

Permasalahan lainnya adalah ketersediaan lembaga yang

mengkoordinasikan mekanisme kerja pembangunan Tol Laut,

sebenarnya lembaga ini sudah dibentuk, yakni Kemenko Bidang

Kemaritiman. Pada pasal 2 Perpres No. 10 Tahun 2015 disebutkan:

Page 123: kajian-sinergitas-kewenangan-dan-hubungan-kerja-antara-kl-dan ...

108

Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman mempunyai tugas

menyelenggarakan koordinasi, sinkronisasi, dan pengendalian

urusan kementerian dalam penyelenggaraan pemerintahan di

bidang Kemaritiman. Pembangunan Tol Laut merupakan salah satu

bagian dalam pelaksanaan pembangunan bidang kemaritiman.

Permasalahan pengorganisasian timbul karena sebagai kementerian

koordinator yang masih baru, kementerian ini belum sepenuhnya

mampu menjalankan fungsi koordinasi, sinkronisasi, dan

pengendalian. Dari FGD dan wawancara mendalam dengan pejabat

Kemenko Bidang Kemaritiman diperoleh kesimpulan bahwa saat ini

sebenarnya Kemenko sedang mempersiapkan dokumen

pembangunan Tol Laut, bersama-sama dengan beberapa

kementerian di bawah koordinasi Kemenko Bidang Kemaritiman,

serta dengan Bappenas. Hal ini ternyata sesuai dengan data yang

diperoleh di daerah kajian baik pada saat FGD pengumpulan data

maupun pada waktu validasi hasil kajian, bahwa pemerintah pusat

dalam hal ini Kemenko Bidang Kemaritiman belum memberikan

“guidance” yang memadai mengenai pelaksanaan pembangunan Tol

Laut.

Permasalahan ketiga ketidakjelasan arah kebijakan pembangunan

Tol Laut. Arah kebijakan pembangunan Tol Laut seharusnya

menjadi tugas pemerintah pusat khususnya Kemenko Bidang

Kemaritiman untuk segera menyiapkan dokumen tersebut.

Selanjutnya, apabila sudah disusun arah kebijakan kemudian

mensosialisasikan arah kebijakan pembangunan Tol Laut kepada

stakeholders.

Page 124: kajian-sinergitas-kewenangan-dan-hubungan-kerja-antara-kl-dan ...

109

c. Permasalahan dalam Pelaksanaan

Permasalahan pelaksanaan pembangunan Tol Laut meliputi tidak

terkoordinirnya kegiatan pembangunan Tol Laut antara pusat dan

daerah, ketidakjelasan mekanisme hubungan kerja, dan belum

tersusun rencana aksi yang sama tentang operasionalisasi

pelaksanaan pembangunan Tol Laut.

Permasalahan pertama, tidak terkoordinirnya kegiatan

pembangunan Tol Laut dikarenakan belum dilakukannya perbaikan

dokumen perencanaan di daerah, selain dikarenakan ketidakjelasan

koordinasi sebagaimana dijelaskan pada bagian ‘pengkoordinasian’.

Akibatnya, masing-masing pemerintah daerah tidak terkoordinasi

dalam menjalankan kegiatan pembangunan termasuk

pembangunan Tol Laut.

Kedua, ketidakjelasan mekanisme hubungan kerja. Dari hasil kajian,

meskipun tidak tersedia arah kebijakan dan operasionalisasi

pembangunan Tol Laut ternyata pemerintah daerah telah

melaksanakan kegiatan-kegiatan yang dikategorikan Tol Laut.

Sebagai contoh, kegiatan-kegiatan yang telah dilaksanakan oleh

Dinas Perhubungan Provinsi Sumatera Utara meliputi: 1)

Pengembangan integrasi moda antara laut dan kereta api yang

menghubungkan KEK Sei Mangke ke Pelabuhan Kuala Tanjung

melalui dukungan pembebasan lahan oleh Pemerintah Provinsi

Sumatera Utara, 2) Usulan peningkatan status jalan Indrapura –

Kuala Tanjung, 3) Pengembangan susur jalan pantai timur (± 518

km), dan 4) Rencana pembangunan 9 akses jalan menuju Pelabuhan

Kuala Tanjung (± 103,73 km) merupakan bukti dukungan

pembangunan Tol Laut.

Page 125: kajian-sinergitas-kewenangan-dan-hubungan-kerja-antara-kl-dan ...

110

Gambar 4.4 Kawasan Ekonomi Khusus Sei Mangke di Sumatera

Utara

Ketiga, belum tersusunnya rencana aksi yang sama tentang

operasionalisasi pelaksanaan pembangunan Tol Laut. Yang

dimaksudkan dengan operasionalisasi adalah penjabaran/

pengejawantahan konsep Tol Laut secara operasional sehingga

mudah dipahami dan dilaksanakan oleh pemangku kepentingan.

Pada saat ini, konsep Tol Laut masih dianggap sebagai ‘makhluk

asing’ yang belum familiar bagi sebagian besar stakeholders,

terutama di beberapa pemerintah daerah.

d. Permasalahan dalam Pengawasan/Pengendalian

Permasalahan yang terjadi dalam hal pengawasan adalah

menyangkut institusi yang bertugas mengawasi perjalanan

pembangunan Tol Laut sesuai arahan Presiden. Dalam RPJMN 2015-

2019 disebutkan misalnya, kegiatan utama yang terkait

pengembangan Tol Laut, antara lain tersedianya 24 pelabuhan

Page 126: kajian-sinergitas-kewenangan-dan-hubungan-kerja-antara-kl-dan ...

111

pendukung Tol Laut, 65 pelabuhan penyeberangan sabuk tengah-

utara, pelayaran rakyat dan short sea shipping. Untuk 24 pelabuhan

pendukung Tol Laut, terdiri dari 5 pelabuhan hub dan 19 pelabuhan

feeder.

Terhadap pencapaian rencana ini, siapa yang seharusnya mengawal

dan mengawasi/mengendalikan? Secara normatif sebagaimana

diatur dalam Perpres No. 10 Tahun 2015, institusi yang bertugas

melakukan pengawasan/pengendalian terhadap implementasi

pembangunan Tol Laut ini adalah Kementerian Koordinator Bidang

Kemaritiman. Persoalannya, institusi ini relatif masih baru dalam

struktur kabinet kerja, sehingga dalam beberapa hal memang belum

mampu melakukan pengawasan/pengendalian dengan optimal.

2. Permasalahan Sumber Daya

a. Permasalahan Peraturan Perundang-Undangan

Di dalam UU No. 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan

Perundang-Undangan disebutkan bahwa jenis dan hirarki peraturan

perundang-undangan terdiri atas: UUD Negara Republik Indonesia

Tahun 1945, Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat, Undang-

Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang,

Peraturan Pemerintah, Peraturan Presiden, Peraturan Daerah

Provinsi, dan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota. Rencana

pembangunan Tol Laut tertuang dalam peraturan presiden

(Perpres) yakni Perpres No. 2 Tahun 2015 tentang Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2015-2019.

Kesenjangan yang terjadi pada aspek peraturan perundang-

undangan dalam konteks implementasi pembangunan nasional

Page 127: kajian-sinergitas-kewenangan-dan-hubungan-kerja-antara-kl-dan ...

112

adalah terlalu banyaknya produk perundangan tetapi tidak mampu

mempercepat proses penyelesaian kegiatan atau tahapan

pembangunan yang sangat diharapkan segera diselesaikan. Disisi

lain, tidak ada atau belum ada peraturan yang mengatur mengenai

hal yang bersangkutan. Sebagai contoh, pada saat pemerintah

daerah atau PT. Pelindo akan memperluas kawasan pelabuhan,

maka diperlukan sejumlah lahan untuk pembangunan sarana dan

prasarananya. Lokasi yang direncanakan untuk pembangunan

pelabuhan tersebut tidak dapat ‘serta merta’ dibangun sebelum

memperoleh ijin analisis mengenai dampak lingkungan (AMDAL)

dari kementerian terkait.

Disamping itu, di daerah pun diperlukan regulasi turunan dari

regulasi yang berada diatasnya untuk memperlancar dan

mendukung pembangunan Tol Laut yang sedang dan akan

dilaksanakan. Dalam hal ini peraturan-peraturan turunan seperti

Peraturan Daerah dan Peraturan Kepala Daerah mungkin dapat di-

‘create’ sepanjang tidak bertentangan dengan peraturan yang lebih

tinggi dan tidak menimbulkan beban ekonomi.

b. Permasalahan Anggaran

Masalah ‘budget’ masih menjadi persoalan umum yang membelit

setiap rencana program pembangunan, karena resources yang

tersedia memang sangat terbatas sedangkan program/kegiatan

yang harus dibiayai sangatlah banyak. Berdasarkan hasil penelitian,

secara umum terdapat dua masalah dalam penganggaran, pertama

tidak tersedianya anggaran dan kedua tidak tepatnya pengalokasian

anggaran. Pada persoalan pertama yakni tidak tersedia anggaran

Page 128: kajian-sinergitas-kewenangan-dan-hubungan-kerja-antara-kl-dan ...

113

biasanya terjadi karena program/kegiatan tersebut tidak

direncanakan sejak awal, sehingga anggaran pun tidak mungkin

disediakan pada tahun berjalan.

Adapun pada persoalan kedua biasanya disebabkan oleh adanya

‘pertarungan’ pada saat pengalokasian anggaran baik saat

pertarungan di parlemen (legislatif) maupun di lingkungan

pemerintah (eksekutif). Pada pertarungan di parlemen biasanya

terjadi perebutan alokasi anggaran oleh berbagai K/L yang sering

diwarnai dengan kompromi antara legislatif dan eksekutif.

Masalahnya, anggaran yang telah terdistribusi ke masing-masing

K/L terkadang tidak digunakan sesuai dengan peruntukkannya.

Terhadap masalah ini sebenarnya terkait erat dengan kondisi

internal pemerintah/eksekutif, karena di dalam lingkup eksekutif

pun terjadi kompromi-kompromi apakah sebuah program/ kegiatan

dibiayai ataukah tidak.

c. Permasalahan SDM Aparatur

Keberhasilan pembangunan Tol Laut sangat ditentukan oleh SDM

Aparatur yang memadai baik secara kuantitas maupun kualitas.

Berdasarkan temuan lapangan, jumlah dan kualitas SDM Aparatur

yang terkait dengan pembangunan Tol Laut dinilai masih jauh dari

memadai. Sebagai contoh, jumlah SDM profesional baik di

pelabuhan maupun di lautan (kapal) masih sangat minim.

Selanjutnya secara kualitas, kompetensi SDM yang terkait

pembangunan Tol Laut pun masih memerlukan banyak upaya

peningkatan. Harus diakui, beberapa pengelola pelabuhan memang

telah mengantisipasi minimnya kualitas SDM Aparatur dengan

Page 129: kajian-sinergitas-kewenangan-dan-hubungan-kerja-antara-kl-dan ...

114

mengirimkan pegawai-pegawainya ke sekolah-sekolah terbaik di

dalam dan di luar negeri. Setelah selesai pendidikan, tenaga-tenaga

terdidik tersebut lalu menempati posisi-posisi strategis yang

dibutuhkan oleh organisasi. Pelabuhan-pelabuhan juga perlu

dilengkapi dengan teknologi informasi yang ditunjang oleh man

power yang handal dan dapat melakukan pertukaran data antar

pelabuhan yang terkait.

Sejauh ini, alumni-alumni tersebut dinilai memiliki kualifikasi yang

dipersyaratkan oleh perusahaan/organisasi. Namun ke depan,

kebutuhan SDM Aparatur tidak hanya untuk level menengah dan

tinggi tetapi yang tak kalah pentingnya adalah SDM level bawah

(lapangan). Seperti diketahui bersama, pembangunan Tol Laut

membutuhkan SDM Aparatur yang massif baik untuk melakukan

pekerjaan level menengah dan tinggi maupun level bawah

(lapangan).

B. Manajemen dan Sumber Daya

1. Sinergitas Manajemen

a. Sinergitas Perencanaan

Sinergi perencanaan pembangunan Tol Laut merupakan salah satu

prioritas utama dalam implementasi kebijakan pembangunan Tol

Laut. Mengapa prioritas? Karena seluruh pelaksanaan

program/kegiatan yang ideal selalu diawali dengan penyusunan

dokumen perencanaan yang baik/komprehensif. Sebagaimana

dijelaskan sebelumnya, konsep Tol Laut ini melibatkan berbagai

pihak baik Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (sebagai

leading sector-nya), badan usaha milik negara (BUMN-Pelabuhan

Page 130: kajian-sinergitas-kewenangan-dan-hubungan-kerja-antara-kl-dan ...

115

Indonesia I-IV), dan kalangan swasta atau yang disebut dengan

private sector. Sebenarnya terdapat satu unsur lain yakni

kelompok masyarakat, yaitu mereka yang tergabung ke dalam

asosiasi atau para pemerhati yang peduli terhadap pembangunan

Tol Laut.

Terkait sinergitas dan hubungan kerja pada aspek perencanaan

pembangunan Tol Laut, dapat dilakukan langkah-langkah sebagai

berikut (model):

Pertama, perencanaan Tol Laut disusun dengan mengambil hal-

hal yang ideal dari konsep Pendulum Nusantara6 dan Silognas7

yang sudah disusun terdahulu. Tentu, meski disusun pada era

pemerintahan sebelum Jokowi-JK, beberapa bagian dari kedua

konsep tersebut masih dapat dilanjutkan dan dilaksanakan.

Kedua, Kemenko Bidang Kemaritiman dan Bappenas secara

bersama-sama memfinalisasi dokumen perencanaan Tol Laut

selama sisa waktu pemerintahan Jokowi-JK ataupun perencanaan

lima tahunan yang nantinya dapat digunakan oleh pemerintahan

selanjutnya.

Ketiga, dokumen perencanaan final kemudian dituangkan dalam

format peraturan perundang-undangan (Perpres) yang selanjutnya

didiseminasikan kepada seluruh K/L dan pemerintah daerah serta

stakeholders lainnya. Apabila dokumen perencanaan Tol Laut telah

6 Pendulum Nusantara ialah konsep sistem transportasi barang melaui lautan dengan menggunakan

kapal besar berkapasitas 3000-4000 TEUS yang melewati sebuah jalur utama dari Belawan (Medan,

Sumatera Utara) berlanjut ke Tanjung Priok (Jakarta), Tanjung Perak (Surabaya), Makassar dan

Sorong (Papua) dimana lima pelabuhan ini akan menjadi simpul penghubung regional ke daerah

daerah sekitarnya (loop) dengan menggunakan kapal yang lebih kecil.

7 Sistem Logistik nasional adalah suatu sistem yang bertujuan untuk memperlancar arus barang

secara efektif dan efisien (Perpres 26 Tahun 2012).

Page 131: kajian-sinergitas-kewenangan-dan-hubungan-kerja-antara-kl-dan ...

116

disosialisasikan kepada segenap pemangku kepentingan, maka

tidak ada alasan bagi K/L/D untuk tidak melaksanakan

pembangunan Tol Laut dimaksud.

b. Sinergitas Pengorganisasian

Permasalahan pengorganisasian sebagaimana disebutkan pada

uraian di atas memerlukan penanganan serius dari semua pihak,

terutama dari pemerintah pusat. Persoalan pertama terkait dengan

penyamaan persepsi dan pemahaman tentang definisi, ruang

lingkup dan strategi pencapaian pembangunan Tol Laut dapat

diawali atau hanya mungkin dapat dilakukan jika sudah tersusun

arah kebijakan yang jelas dari pemerintah pusat (permasalahan

ketiga). Dengan demikian, penyamaan persepsi dan pemahaman

tentang Tol Laut sebenarnya merupakan langkah akhir dari

pengkoordinasian.

Mekanisme koordinasi dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai

berikut: 1) Rapat kerja antara segenap pamangku kepentingan,

baik pusat maupun daerah yang dilaksanakan di Kantor Kemenko

Bidang Kemaritiman dan atau di K/L lainnya, 2) Sosialisasi turun

ke lapangan (turba) yaitu dengan melakukan ‘roadshow’ ke

Pemerintah Provinsi, selanjutnya pemerintah provinsi

mengundang pemerintah kabupaten/kota yang ada di wilayahnya

pada waktu berbeda, 3) Sosialisasi melalui media massa baik

media elektronik maupun media cetak nasional/lokal perihal

pembangunan Tol Laut.

Page 132: kajian-sinergitas-kewenangan-dan-hubungan-kerja-antara-kl-dan ...

117

c. Sinergitas Pelaksanaan

Upaya membangun sinergi kewenangan dan hubungan kerja dalam

pelaksanaan pembangunan Tol Laut diusulkan oleh berbagai

pihak, tetapi pada umumnya mereka menyampaikan agar

pembangunan Tol Laut dilakukan secara ‘gotong royong’ sesuai

kemampuan masing-masing. Sebagai contoh, untuk pengerukan

pelabuhan dilakukan oleh Kementerian Perhubungan (sesuai

peraturan perundang-undangan), untuk pembangunan jalan tol

dari kawasan industri ke pelabuhan oleh Kementerian Pekerjaan

Umum (Bina Marga), pembangunan rel kereta api oleh

Kementerian Perhubungan, penataan kawasan sekitar pelabuhan

dan jalan darat (inland access) oleh pemerintah daerah,

penyediaan tanah untuk pembangunan dan perluasan pelabuhan

oleh pemerintah daerah, dan seterusnya. Setiap pemangku

kepentingan dapat memberikan kontribusinya dalam bentuk dan

jenisnya masing-masing

d. Sinergitas Pengendalian

Mencermati kondisi tersebut di atas, diperlukan kesamaan

persepsi terkait pihak-pihak yang berwenang melakukan

pengendalian. Secara normatif memang hanya Kemenko Bidang

Kemaritiman, namun secara teknis bisa saja Kemenko Bidang

Kemaritiman mendelegasikan kepada Kementerian sektoral yang

berada di bawahnya untuk melaksanakan sebagian tugas

pengendalian. Sebagai contoh, dalam pelaksanaan pengembangan

infrastruktur pelabuhan, Kemenko Bidang Kemaritiman dapat

Page 133: kajian-sinergitas-kewenangan-dan-hubungan-kerja-antara-kl-dan ...

118

mendelegasikan fungsi pengendalian kepada Kementerian

Perhubungan dan Kementerian BUMN serta Kementerian

Pekerjaan Umum.

2. Sinergitas Sumber Daya

a. Sinergitas Peraturan Perundang-Undangan

Penyusunan Perda dan Perkada harus sinergi dengan peraturan-

peraturan tingkat di atasnya. Namun yang jelas, kebutuhan akan

regulasi turunan tersebut selalu ada di setiap daerah, sehingga

pemerintahan daerah diharapkan dapat memberikan respon positif

untuk mendukung hal dimaksud.

b. Sinergitas Penganggaran

Sinergitas dalam hal penganggaran sebenarnya telah dilaksanakan

dengan cukup baik selama ini, bahkan mungkin lebih baik dan lebih

‘advanced’ dibandingkan bidang-bidang lainnya. Namun demikian

sinergi dalam penganggaran yang perlu dikembangkan ke depan

adalah kebersamaan (gotong royong) untuk mengalokasikan

anggaran pada kegiatan yang sejalan. Sebagai contoh: setiap instansi

baik pemerintah pusat (Kementerian Keuangan), pemerintah

daerah (Dinas/Badan Pengelolaan Keuangan Daerah), maupun

BUMN (Pelindo) dimungkinkan melaksanakan kegiatan dengan

anggaran yang dimilikinya, namun kegiatan tersebut memiliki arah

yang sejalan sehingga pada akhirnya akan bertemu pada satu tujuan

akhir yang diidealkan.

Page 134: kajian-sinergitas-kewenangan-dan-hubungan-kerja-antara-kl-dan ...

119

c. Sinergitas SDM

Institusi perguruan tinggi (universitas dan sekolah tinggi)

diarahkan untuk melahirkan tenaga-tenaga yang mampu mengisi

kebutuhan SDM level menengah dan tinggi. Untuk itu, di

Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi diharapkan

dapat membuka jurusan teknik perkapalan di perguruan tinggi

negeri (PNS) maupun perguruan tinggi swasta (PTS) selektif.

Sementara itu, sekolah tinggi (yang merupakan perubahan dari

akademi) diharapkan dapat tumbuh semakin banyak dan

berkualitas sehingga dapat menghasilkan lulusan-lulusan yang siap

bekerja sebagai tenaga ahli level menengah di bidang pelayaran dan

kepelabuhanan. Beberapa perguruan tinggi dapat saling

bekerjasama untuk menghasilkan lulusan terbaik dan akhirnya

dapat diserap oleh lapangan pekerjaan khususnya bidang pelayaran

dan kepelabuhanan.

Secara lebih masif, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan perlu

membangun unit sekolah baru (USB) dan mengembangkan sekolah-

sekolah menengah kejuruan (SMK) bidang kepelayaran. Keberadaan

SMK sangat penting karena SMK akan menghasilkan ratusan ribu

alumni per tahun dengan berbagai jurusan yang diperlukan dalam

mengisi kebutuhan SDM pendukung Tol Laut.

Page 135: kajian-sinergitas-kewenangan-dan-hubungan-kerja-antara-kl-dan ...

120

Page 136: kajian-sinergitas-kewenangan-dan-hubungan-kerja-antara-kl-dan ...

121

BAB V

PENUTUP

Implementasi kebijakan pembangunan Tol Laut sebagai salah satu

milestone dalam membangun Indonesia menuju poros maritim dunia dapat

dikatakan masih berada pada titik awal dan titik ini sangat menentukan

berhasil-tidaknya cita-cita Indonesia menjadi poros maritim tersebut.

Upaya untuk mencapai tujuan mulia dimaksud telah dilakukan oleh

pemerintah Indonesia sejak pemerintahan SBY dan dilanjutkan pada

pemerintahan Jokowi saat ini. Tentu, berbagai permasalahan timbul dalam

pelaksanaan program/kegiatan baik permasalahan yang bersifat internal

maupun eksternal, namun demikian pemerintah pun telah berupaya

semaksimal mungkin untuk mengatasi permasalahan-permasalahan

tersebut dengan memanfaatkan sumber daya yang tersedia. Upaya tindak

lanjut dan perbaikan masih tetap diperlukan di masa depan, agar

pemerintah mampu melaksanakan kebijakan pembangunan Tol Laut dan

selanjutnya dapat mencapai kehendak mewujudkan nawacita khususnya

cita pertama yaitu menghadirkan kembali negara untuk melindungi

segenap bangsa dan memberikan rasa aman pada seluruh warga negara,

melalui pelaksanaan politik luar negeri bebas aktif, keamanan nasional

yang terpercaya dan pembangunan pertahanan negara Tri Matra terpadu

yang dilandasi kepentingan nasional dan memperkuat jati diri sebagai

negara maritim.

Page 137: kajian-sinergitas-kewenangan-dan-hubungan-kerja-antara-kl-dan ...

122

A. Kesimpulan

Pembangunan Tol Laut merupakan penjabaran dari visi, misi, dan

nawacita pemerintahan Jokowi-JK yang dituangkan dalam dokumen RPJMN

2015-2019 yakni mengembangkan ekonomi kelautan yang terintegrasi

antar sektor dan antarwilayah. Tol Laut didefinisikan sebagai konektivitas

laut yang efektif berupa adanya kapal yang melayari secara rutin dan

terjadwal dari barat sampai ke timur Indonesia. Konsep pembangunan Tol

Laut bukan merupakan konsep yang sama sekali baru karena pada waktu

sebelumnya telah diberlakukan konsep Pendulum Nusantara dan sistem

logistik nasional (silognas), sehingga konsep Tol Laut dapat dikatakan

sebagai lanjutan atau penyempurnaan dari konsep terdahulu.

Dalam perjalanannya, implementasi pembangunan Tol Laut

melibatkan berbagai pemangku kepentingan meliputi Pemerintah

(Kemenko Bidang Kemaritiman, Kementerian Kelautan dan Perikanan,

Kementerian Perhubungan, Kementerian Pariwisata, Kementerian ESDM,

Bappenas, dan instansi lain yang terkait), BUMN (PT. Pelindo, PT. PELNI),

Swasta (perusahaan kapal penumpang, perusahaan kapal kargo), dan

pemerintah daerah (provinsi dan kabupaten/kota). Setiap instansi

tersebut memiliki tugas, fungsi, dan wewenang sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan dalam mendukung implementasi

kebijakan pembangunan Tol Laut.

Sebagai contoh, menurut Perpres No. 10 Tahun 2015 tentang

Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman, pasal 2 disebutkan bahwa

tugas Kemenko Bidang Kemaritiman adalah menyelenggarakan koordinasi,

sinkronisasi, dan pengendalian urusan Kementerian dalam

penyelenggaraan pemerintahan di bidang kemaritiman. Sedangkan

fungsinya (pasal 3) meliputi: a) koordinasi dan sinkronisasi perumusan,

Page 138: kajian-sinergitas-kewenangan-dan-hubungan-kerja-antara-kl-dan ...

123

penetapan, dan pelaksanaan kebijakan Kementerian/Lembaga yang terkait

dengan isu bidang kemaritiman, b) pengendalian pelaksanaan kebijakan

Kementerian/Lembaga yang terkait dengan isu di bidang kemaritiman, c)

koordinasi pelaksanaan tugas, pembinaan, dan pemberian dukungan

administrasi kepada seluruh unsur organisasi di lingkungan Kementerian

Koordinator Bidang Kemaritiman, d) koordinasi dan sinkronisasi kebijakan

penguatan negara maritim dan pengelolaan sumber daya maritim, e)

koordinasi kebijakan pembangunan sarana dan prasarana kemaritiman, f)

pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawab

Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman, g) pengawasan atas

pelaksanaan tugas di lingkungan Kementerian Koordinator Bidang

Kemaritiman, dan h) pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Presiden.

Dari kedua pasal tersebut jelas bahwa wewenang Kemenko Bidang

Kemaritiman adalah mengkoordinasikan kementerian/lembaga yang

berada di bawah koordinasinya untuk mendukung pencapaian tugas

Kemenko Bidang Kemaritiman sejak dari perencanaan sampai dengan

pengendalian. Selanjutnya, Kementerian/Lembaga yang berada di bawah

koordinasi Kemenko Bidang Kemaritiman, seperti Kementerian ESDM,

Kementerian Kelautan dan Perikanan, Kementerian Perhubungan,

Kementerian Pariwisata, dan kementerian/lembaga lainnya yang terkait,

seharusnya mengarahkan program dan kegiatan di instansinya untuk

mendukung pembangunan Tol Laut.

Beberapa kesimpulan kajian sinergitas dan hubungan kerja

pembangunan Tol Laut dapat diringkas sebagai berikut:

1. Kewenangan untuk mengimplementasikan kebijakan pembangunan Tol

Laut melekat di beberapa kementerian/lembaga, dengan Kemenko

Bidang Kemaritiman sebagai leading sector-nya. Hal ini selaras dengan

Page 139: kajian-sinergitas-kewenangan-dan-hubungan-kerja-antara-kl-dan ...

124

amanat Pasal 2 dan 3 Perpres No. 10 Tahun 2015 tentang Kementerian

Koordinator Bidang Kemaritiman, sebagaimana disebutkan di atas.

Kementerian/lembaga lainnya memiliki kewenangan tertentu yang juga

mendukung implementasi pembangunan Tol Laut, namun harus diakui

belum terkoordinir dengan optimal. Kementerian Perhubungan

misalnya, pada awal periode pelaksanaan pembangunan Tol Laut

menyatakan bahwa kebijakan tersebut belum terinformasi dengan baik

sehingga tiap-tiap instansi bisa berbeda pendapat antara satu dengan

yang lain. Kewenangan yang dimiliki oleh setiap instansi belum

sepenuhnya diarahkan untuk memberi kontribusi pada pencapaian

tujuan pembangunan Tol Laut. Kondisi ini sebenarnya dapat dipahami

karena Kemenko Bidang Kemaritiman merupakan lembaga baru yang

dibentuk pada Kabinet Kerja, sehingga belum dapat menjalankan

perannya sebagai leading sector pelaksanaan pembangunan Tol Laut

secara optimal sebagaimana harapan. Namun, berbagai upaya sosialisasi

dan pemecahan masalah pembangunan Tol Laut yang telah dilakukan

oleh Kemenko Bidang Kemaritiman patut mendapatkan apresiasi.

Sebagai leading sector, Kemenko Bidang Kemaritiman berwenang

mengkoordinasikan pelaksanaan pembangunan Tol Laut. Persoalannya

memang terkait kedududukan organisasi kemenko itu sendiri dalam

ketatanegaraan negara Indonesia, dimana kemenko tidak memiliki

aparat di bawah/daerah sehingga sangat sering menemui kesulitan

dalam koordinasi.

Selanjutnya, siapa saja yang harus dikoordinasi oleh Kemenko

Bidang Kemaritiman? Jawabannya pelaksana/pelaku pembangunan Tol

Laut. Dalam hal ini pelaku pembangunan Tol Laut dapat dibedakan

menjadi dua yaitu pelaku utama dan pelaku pendukung. Sebagai contoh:

Page 140: kajian-sinergitas-kewenangan-dan-hubungan-kerja-antara-kl-dan ...

125

pelaku utama elemen Tol Laut terciptanya pelabuhan yang handal

(spesialisasi layanan) adalah PT. Pelindo, Kemenhub (Hubla), dan

Pemda, sedangkan pelaku pendukung adalah Kementerian ESDM c.q. PT.

PLN dan Kemenkumham. Untuk elemen Tol Laut terwujudnya pelayaran

rutin dan terjadwal, pelaku utama adalah PT. PELNI dan pelaku

pendukung Kemenhub (Hubla). Untuk elemen Tol Laut inland access

yang efektf dan integrated transport, pelaku utamanya meliputi Pemda,

Kemenpupera, dan PT KAI. Sedangkan pelaku pendukung inland access

dan integrated transport adalah Kementerian Agraria/Tata Ruang dan

Kemenhub (Hubla). Pada elemen laut kelayakan destinasi kecukupan

muatan – komersial dan wisata barat – timur dan utara selatan, pelaku

utama meliputi Pemda, Kementerian Perin, Kementan, KKP, dan

Kemenpar.

Adapun pelaku pendukung kelayakan destinasi kecukupan muatan

adalah Kemendagri, Kemenkop dan UKM, dan Kemendes PDTT. Untuk

shipping industry pelaku utamanya PT. PAL dan Pemda sedang pelaku

pendukungnya adalah Kemenperin dan Kemenristek dan Pendidikan

Tinggi. Terakhir, untuk elemen Tol Laut pelayaran (tavelling, leisure)

pelaku utama adalah Kemenpar dan Pemda sedangkan pelaku

pendukungnya Kemenhub (Hubla).

Selanjutnya, mengenai bidang yang dikoordinasi meliputi bidang

perencanaan (Menteri PPN/Kepala Bappenas), bidang penganggaran

(Kemenkeu c.q. Ditjen Anggaran), dan Bidang pengawasan/

pengendalian (Kemenko Kemaritiman).

2. Permasalahan sinergi dan hubungan kerja antar instansi dalam

pembangunan Tol Laut secara umum dapat dikelompokkan ke dalam

Page 141: kajian-sinergitas-kewenangan-dan-hubungan-kerja-antara-kl-dan ...

126

dua aspek yaitu aspek manajemen dan sumber daya. Dari aspek

manajemen, permasalahan sinergi dan hubungan kerja meliputi

permasalahan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan

pengendalian.

Di dalam hal perencanaan, permasalahan yang ditemui adalah

masih terjadi inkonsistensi pada tataran pelaksanaan antara RPJP,

Nawacita, RPJMN sebagai perencanaan pembangunan target nasional

dengan RPJMD sebagai perencanaan pembangunan di daerah.

Permasalahan lainnya adalah belum terwujudnya kepatuhan di antara

K/L, Pemda, dan BUMN terhadap perencanaan terkait pembangunan Tol

Laut.

Dalam kaitan pengorganisasian, belum adanya arah kebijakan yang

jelas sebagai panduan bagi instansi pusat dan daerah dalam

mengimplementasikan kebijakan pembangunan Tol Laut merupakan

salah satu persoalan yang masih dijumpai selama ini. Selanjutnya,

kurang optimalnya peran lembaga/instansi yang secara khusus

berwenang mengkoordinasikan mekanisme kerja dan pelaksanaan

kewenangan instansi pusat dan daerah dalam mengimplementasikan

kebijakan pembangunan Tol Laut. Terakhir dalam hal koordinasi,

permasalahan yang dirasakan cukup berat adalah belum adanya

pemahaman yang seragam tentang definisi, ruang lingkup, dan strategi

pencapaian (Grand Design) pembangunan Tol Laut.

Dalam tataran pelaksanaan, permasalahan yang muncul meliputi

tidak terkoordinasinya program dan kegiatan yang dilaksanakan oleh

instansi pemerintah (pusat dan daerah) dalam mengimplementasikan

kebijakan Tol Laut. Bahkan hingga saat ini, di berbagai daerah, Tol Laut

diwujudkan dalam bermacam bentuk program dan kegiatan,

Page 142: kajian-sinergitas-kewenangan-dan-hubungan-kerja-antara-kl-dan ...

127

ketidakjelasan mekanisme hubungan kerja antar instansi dalam

mengimplementasikan kebijakan pembangunan Tol Laut, dan belum

adanya rencana aksi yang sama mengenai operasionalisasi pelaksanaan

kebijakan Tol Laut di antara K/L dan Daerah.

Adapun dalam hal pengawasan/pengendalian, belum optimalnya

peran instansi yang berwenang melakukan pengendalian pembangunan

Tol Laut. Hal ini sedikit banyak dapat dimaklumi karena instansi yang

bertanggung jawab masih relatif baru sehingga belum dapat

menjalankan tugasnya dengan maksimal.

Dari aspek sumber daya (resources), permasalahan-permasalahan

muncul pada kurang tersedianya peraturan perundangan operasional,

minimnya alokasi anggaran dan lemahnya kompetensi SDM pelayaran

dan kepelabuhanan.

Di dalam peraturan perundang-undangan, operasionalisasi teknis

dari RPJMN 2015-2019 hingga saat ini belum ditetapkan. Hal ini

menimbulkan kebingungan (confuse) bagi aparat pemerintah sebagai

penanggung jawab program dan kegiatan untuk mengimplemetasikan

kebijakan pembangunan Tol Laut. Berikutnya, program dan kegiatan

yang selama ini dilaksanakan masih mengacu kepada berbagai kebijakan

pemerintahan terdahulu yang mengangkat konsep Pendulum Nusantara

dan sistem logistik nasional (Silognas).

Dalam hal penganggaran, permasalahan yang dihadapi berupa

tidak tersedianya anggaran pembangunan Tol Laut secara memadai

dan/atau alokasi anggaran yang tidak tepat, K/L dan Pemda belum

sepenuhnya melaksanakan program/kegiatan pembangunan Tol Laut.

Dalam hal Sumber Daya Manusia (SDM), permasalahan yang dihadapi

menyangkut belum terlaksananya program pengembangan kapasitas

Page 143: kajian-sinergitas-kewenangan-dan-hubungan-kerja-antara-kl-dan ...

128

dan kompetensi SDM yang sistematis dan terintegrasi yang dapat

membangun persepsi dan rencana aksi yang sama dalam

mengimplementasikan kebijakan pembangunan Tol Laut.

3. Beberapa upaya telah ditempuh baik oleh Pemerintah, BUMN, swasta

maupun pemerintah daerah dalam mewujudkan tujuan pembangunan

Tol Laut melalui sinergi dan hubungan kerja, walaupun masih dalam

kadar minimal. Di antara upaya yang telah dilakukan tersebut adalah

diseminasi kebijakan pembangunan Tol Laut oleh Kemenko Bidang

Kemaritiman di beberapa daerah, diskusi terbatas yang diinisiasi oleh

beberapa K/L (Kementerian Kelautan dan Perikanan, Kementerian

Pekerjaan Umum, dll), penyesuaian dokumen perencanaan daerah agar

selaras dengan RPJMN 2015-2019 (oleh Bappenas), pembangunan

infrastruktur pelabuhan seperti perluasan Pelabuhan Tanjung Priok,

perluasan Pelabuhan Tanjung Perak, pembangunan Pelabuhan Kuala

Tanjung Medan (oleh PT. Pelindo), dan seterusnya.

Selain itu, untuk menunjang Tol Laut, Kementerian Perhubungan

telah merintis rute pelayaran rakyat dari dan ke wilayah terisolir,

sehingga bahan-bahan hasil bumi dapat didistribusikan ke wilayah lain.

Pelayaran ke pulau-pulau terpencil di Provinsi Sulawesi Selatan dengan

rute yang sebenarnya ‘kurang menguntungkan’ secara bisnis tetapi tetap

dilakukan oleh Dinas Perhubungan Provinsi Sulawesi Selatan dengan

maksud untuk membuka isolasi daerah. Hal senada juga dilaksanakan

oleh pemda lain seperti Provinsi Jawa Timur dan Provinsi Sumatera

Utara.

Page 144: kajian-sinergitas-kewenangan-dan-hubungan-kerja-antara-kl-dan ...

129

B. Rekomendasi

Berdasarkan permasalahan yang telah dielaborasi dan dianalisis oleh

tim kajian, ke depan kiranya perlu dilakukan berbagai penyempurnaan

terkait pelaksanaan aspek manajemen maupun sumber daya dalam

mendukung pembangunan Tol Laut. Seluruh permasalahan yang telah

dielaborasi pada bagian sebelumnya, sebagian telah dilakukan upaya-

upaya perbaikan walaupun bersifat piece meal (sebagian). Oleh karena itu,

perlu dilakukan pemecahan yang lebih bersifat komprehensif, sehingga

seluruh bagian dari ruang lingkup permasalahan pembangunan Tol Laut

dapat diatasi, minimal dapat dieliminir.

Pemecahan masalah komprehensif yang paling banyak dikemukakan

oleh para narasumber adalah melalui pembentukan regulasi yang

mengatur tentang implementasi pembangunan Tol Laut. Oleh sebab itu,

sebelum masuk pada rekomendasi akhir, ada beberapa pertimbangan

mengenai pilihan format regulasi dan pilihan titelatur dan materi

Peraturan Presiden mengenai Kebijakan Tol Laut, yang sekiranya tepat

untuk implementasi kebijakan Tol Laut sebagai berikut.

Pertimbangan Format Regulasi Implementasi Kebijakan Tol Laut

Pertama, Tol Laut merupakan kebijakan pemerintahan yang bersifat

mandiri untuk mewujudkan salah satu cita dalam program pemerintahan

baru yang tertuang dalam Nawacita. Artinya, tidak ada delegasi perintah

dari Undang-Undang maupun regulasi lain untuk melaksanakan Tol Laut

tersebut.

Kedua, jika kebijakan Tol Laut akan diatur dalam Undang-Undang,

maka berdasarkan Pasal 10 UU No. 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan

Page 145: kajian-sinergitas-kewenangan-dan-hubungan-kerja-antara-kl-dan ...

130

Peraturan Perundang-undangan ditentukan bahwa materi muatan yang

harus diatur dengan Undang-Undang berisi:

1) pengaturan lebih lanjut mengenai ketentuan UUD Negara Republik

Indonesia Tahun 1945;

2) perintah suatu Undang-Undang untuk diatur dengan Undang-

Undang;

3) pengesahan perjanjian internasional tertentu;

4) tindak lanjut atas putusan Mahkamah Konstitusi yang dilaksanakan

oleh DPR atau Presiden; dan/atau

5) pemenuhan kebutuhan hukum dalam masyarakat.

Kelima hal tersebut dapat dirinci lagi ke dalam 38 delegasian yang

diberikan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 pada Undang-

Undang dan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perpu)

dengan frasa “diatur dengan atau diatur dalam undang-undang.” Ke-38

delegasian ini yaitu perihal:

1) Pemilihan umum;

2) Syarat untuk menjadi Presiden dan Wakil Presiden;

3) Tata cara pemilihan Presiden dan Wakil Presiden;

4) Penetapan keadaan bahaya;

5) Pemberian gelar, tanda jasa, dan lain-lain kehormatan;

6) Kementerian negara;

7) Penyelenggaraan pemerintahan daerah;

8) Hubungan wewenang antara pusat dan daerah;

9) Hubungan keuangan, pelayanan umum, pemanfaatan sumber daya

alam dan sumber daya lainnya antara pusat dan daerah;

10) Daerah yang bersifat khusus atau istimewa;

Page 146: kajian-sinergitas-kewenangan-dan-hubungan-kerja-antara-kl-dan ...

131

11) Susunan DPR;

12) Hak anggota DPR;

13) Tata cara pembentukan undang-undang;

14) Syarat dan tata cara pemberhentian anggota DPR;

15) Susunan dan kedudukan DPRD;

16) Syarat dan tata cara pemberhentian anggota DPRD;

17) Pajak dan pungutan lain yang bersifat memaksa;

18) Macam dan harga mata uang;

19) Keuangan negara;

20) Bank Sentral;

21) Badan Pemeriksa Keuangan;

22) Kekuasaan kehakiman;

23) Wewenang Mahkamah Agung;

24) Susunan, kedudukan, keanggotaan, dan hukum acara Mahkamah

Agung;

25) Susunan, kedudukan, keaanggotaan Komisi Yudisial;

26) Mahkamah Konstitusi;

27) Syarat untuk menjadi dan untuk diberhentikan sebagai hakim;

28) Warga negara dan penduduk;

29) Kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran

dengan lisan dan tulisan;

30) Pertahanan dan keamanan;

31) Perekonomian nasional;

32) Pengaturan cabang produksi yang penting bagi negara dan yang

menguasai hajat hidup orang banyak;

33) Pengaturan bumi dan air dan kekayaan alam;

34) Penyelenggaraan sistem pendidikan nasional;

Page 147: kajian-sinergitas-kewenangan-dan-hubungan-kerja-antara-kl-dan ...

132

35) Pemeliharaan fakir miskin;

36) Pengembangan sistem jaminan sosial;

37) Penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan;

38) Bendera, bahasa, dan lambang negara, serta lagu kebangsaan.

Selain 38 hal di atas masih ada lagi beberapa hal yang juga perlu

diatur dengan Undang-Undang sebagai penjabaran lebih lanjut ketentuan

UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945, berdasarkan keinginan,

permintaan, dan kebutuhan institusi dan/atau masyarakat karena terkait

dengan hak dan kewajiban serta pembebanan kepada masyarakat yang

perlu pengaturan. Kebutuhan tersebut dan juga yang termasuk 38 hal tadi,

kemudian dituangkan dalam program legislasi nasional (Prolegnas) yang

disusun bersama antara DPR dan Pemerintah.

Ketiga, Jika kebijakan Tol Laut akan diatur dalam Peraturan

Pemerintah, maka perlu memperhatikan materi muatan yang

dimungkinkan untuk diatur dalam Peraturan Pemerintah tersebut.

Berdasarkan Pasal 5 ayat (2) UUD Negara RI 1945 menentukan

bahwa Presiden menetapkan Peraturan Pemerintah untuk menjalankan

Undang-Undang sebagaimana mestinya maka dapat dikatakan bahwa

fungsi Peraturan Pemerintah adalah menjalankan Undang-Undang

sebagaimana mestinya dan materi muatan Peraturan Pemerintah adalah

hal-hal yang menjalankan Undang-Undang sebagaimana mestinya. Yang

dimaksud dengan “menjalankan Undang-Undang sebagaimana mestinya”

adalah penetapan Peraturan Pemerintah untuk melaksanakan perintah

Undang-Undang atau untuk menjalankan Undang-Undang sepanjang

diperlukan dengan tidak menyimpang dari materi yang diatur dalam

Page 148: kajian-sinergitas-kewenangan-dan-hubungan-kerja-antara-kl-dan ...

133

Undang-Undang yang bersangkutan. (Penjelasan Pasal 12 Undang-Undang

Nomor 12 Tahun 2011).

Pemahaman makna tersebut terkait dengan lingkup pengaturan yang

diamanatkan oleh Undang-Undang itu sendiri, artinya pendelegasian

materi tertentu yang diperintahkan oleh Undang-Undang pada Peraturan

Pemerintah tidak melebar atau meluas melampaui apa yang diperintahkan.

Konsep makna “sebagaimana mestinya” tersebut diilhami oleh pengalaman

sejarah yang menunjukkan bahwa banyak Peraturan Pemerintah keluar

dari lingkup yang diperintahkan atau malah Peraturan Pemerintah tertentu

lahir tanpa pendelegasian dengan maksud untuk memperluas kewenangan

pemerintah sebagai wujud kesewenang-wenangan.

Pada dasarnya materi muatan Peraturan Pemerintah adalah materi

muatan Undang-Undang, dalam arti bahwa Peraturan Pemerintah tersebut

laksana “truk gandeng” yang selalu mengikuti truk penggandengnya dalam

rangka melengkapi dan memperlancar pelaksanaan Undang-Undang.

Perbedaannya hanya terletak pada larangan pencantuman pidana dan

larangan-larangan lain yang sifatnya memberikan beban kepada

masyarakat sehubungan dengan Hak Asasi Manusia (HAM). Yang paling

mudah dipahami adalah bahwa materi muatan Peraturan Pemerintah

bersubstansi di sekitar tugas, fungsi, dan wewenang kepemerintahan yang

memang diperintahkan untuk melaksanakan Undang-Undang. Dengan

demikian ciri materi muatan Peraturan Pemerintah lebih kepada hal-hal

yang bersifat teknis administratif.

Keempat, jika kebijakan Tol Laut akan diatur dalam Peraturan

Presiden, maka perlu memperhatikan pengertian dan materi muatan yang

dimungkinkan untuk diatur dalam sebuah Peraturan Presiden. Peraturan

Page 149: kajian-sinergitas-kewenangan-dan-hubungan-kerja-antara-kl-dan ...

134

Presiden merupakan Peraturan Perundang-undangan yang ditetapkan oleh

Presiden untuk menjalankan perintah Peraturan Perundang-undangan

yang lebih tinggi atau dalam menyelenggarakan kekuasaan pemerintahan

(Ketentuan Umum UU No. 12 Tahun 2011).

Terkait dengan materi muatan Peraturan Presiden, ditentukan

bahwa Peraturan Presiden adalah peraturan yang dibuat oleh Presiden

dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan negara sebagai atribusi dari

Pasal 4 ayat (1) UUD Negara RI 1945. Dapat dikatakan pula bahwa fungsi

Peraturan Presiden adalah Peraturan Presiden dibentuk untuk

menyelenggarakan pengaturan lebih lanjut perintah Undang-Undang atau

Peraturan Pemerintah secara tegas maupun tidak tegas diperintahkan

pembentukannya. (Penjelasan Pasal 13 UU No. 12 Tahun 2011).

Satu hal perbedaan mencolok antara Peraturan Pemerintah dan

Peraturan Presiden adalah bahwa berdasarkan Penjelasan Pasal 13 UU No.

12 Tahun 2011, Peraturan Presiden bisa dibentuk tanpa pendelegasian.

Peraturan Presiden tanpa pendelegasian dikenal sebagai Peraturan

Presiden untuk menjalankan penyelenggaraan pemerintahan karena

kebutuhan berdasarkan Pasal 4 ayat (1) UUD Negara RI 1945. Dalam hal ini

Peraturan Presiden menjadi sebuah instrumen hukum kebijakan prerogatif

Presiden untuk melaksanakan kekuasaan eksekutif (executive power).

Atas penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa Peraturan

Presiden merupakan format hukum yang paling tepat untuk menjalankan

kebijakan Tol Laut sebagai sebuah kebijakan mandiri dan merupakan

otoritas penuh dari Presiden dalam rangka menyelenggarakan urusan

pemerintahan (executive power).

Page 150: kajian-sinergitas-kewenangan-dan-hubungan-kerja-antara-kl-dan ...

135

Pertimbangan Titelatur dan Materi Peraturan Presiden mengenai

Kebijakan Tol Laut.

Pertama, secara materiil, kebijakan umum dan pokok mengenai Tol

Laut diatur dalam Nawacita dan dijabarkan dalam Perpres No. 2 Tahun

2015 tetang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun

2015 – 2019. Artinya Nawacita bisa dijadikan sebagai alasan pembentukan

Perpres mengenai Tol Laut yang dituangkan dalam bagian konsideran

Perpres dimaksud.

Menarik dicermati bahwa berdasarkan Pasal 4 Perpres No 2 Tahun

2015, bahwa Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala

Bappenas diberikan tugas untuk mengevaluasi secara berkala atas

implementasi RPJMN ini. Untuk itu, perlu dikiranya disampaikan hasil

evaluasi dari Menteri PPN/Kepala Bappenas terkait dengan perkembangan

pencapaian (progress) pembangunan Tol Laut sebagai pijakan dalam

perumusan kebijakan pembangunan Tol Laut.

Kedua, Secara materiil, substansi Tol Laut sangat relevan dan terkait

erat dengan ruang lingkup tugas dan fungsi Kementerian Koordinator

Bidang Kemaritiman sebagaimana tertuang dalam Perpres No.10 Tahun

2015. Artinya, tidak perlu disusun sebuah Perpres khusus untuk menunjuk

sebuah Kementerian sebagai leading sector pembangunan Tol Laut, karena

secara substansial sudah menjadi tugas Kemenko Bidang Kemaritiman.

Namun demikian, Perpres No. 10 Tahun 2015 merupakan sumber

kewenangan bagi Kemenko Bidang Maritim untuk menjalankan kebijakan

Tol Laut, sehingga patut menjadi salah satu dasar hukum pembentukan

Perpres mengenai Tol Laut (di bagian “dasar hukum” atau “mengingat”)..

Page 151: kajian-sinergitas-kewenangan-dan-hubungan-kerja-antara-kl-dan ...

136

Atas dasar uraian tersebut, maka pilihan titelatur yang dipandang

tepat adalah Peraturan Presiden tentang Pembangunan Tol Laut, yang

didalamnya mengatur definisi, ruang lingkup, tahapan sejak perencanaan

hingga pengawasan serta evaluasi, dan hubungan atau mekanisme kerja

antara Pemerintah Pusat serta Daerah untuk melaksanakan pembangunan

Tol Laut tersebut. Selain itu, dalam Perpres ini perlu ditegaskan bahwa

Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman sebagai kementerian yang

membidangi urusan kemaritiman menjadi koordinator dan leading sector

dalam pembangunan Tol Laut.

Berdasarkan analisis terhadap alternatif regulasi di atas, tim kajian

merekomendasikan pengaturan operasionalisasi kebijakan Tol Laut dalam

format atau bentuk peraturan presiden,

yakni penerbitan Peraturan Presiden

(Perpres) tentang Implementasi Kebijakan

Pembangunan Tol Laut (disingkat Perpres

Tol Laut). Perpres ini dimaksudkan untuk

menerjemahkan RPJMN 2015-2019, oleh

karenanya walaupun bentuknya Perpres

(yang notabene sama dengan Perpres

RPJMN) namun Perpres Tol Laut “lebih

operasional” daripada Perpres No. 2 Tahun

2015.

Perpres Tol Laut nantinya memuat aspek manajemen dan sumber

daya, dimana aspek manajemen memuat tentang perencanaan,

pengorganisasian, operasionalisasi, dan pengendalian implementasi

kebijakan pembangunan Tol Laut. Sedangkan aspek sumber daya mengatur

Tim kajian

merekomendasikan

pengaturan

operasionalisasi

kebijakan Tol Laut

dalam format atau

bentuk peraturan

presiden.

Page 152: kajian-sinergitas-kewenangan-dan-hubungan-kerja-antara-kl-dan ...

137

tentang kebijakan operasional, penganggaran, dan sumber daya manusia

(SDM) yang harus dipersiapkan di tingkat K/L, BUMN, dan Pemda.

Pengaturan aspek manajemen berdasarkan temuan-temuan

lapangan yang meliputi: perencanaan pembangunan pusat dan daerah

belum sepenuhnya terintegrasi, terutama terkait rencana aksi

pembangunan Tol Laut; maksud, arah kebijakan dan apa yang harus

dilakukan dalam implementasi Tol Laut belum tersampaikan secara jelas

(job description); dan adanya ketidakjelasan siapa yang melakukan quality

assurance (jaminan kualitas). Sedangkan pengaturan aspek sumber daya

berdasarkan temuan-temuan lapangan sebagai berikut: anggaran di K/L

dan Pemda tidak fokus untuk pembangunan elemen Tol Laut karena

banyak rencana pembangunan yang akan dilakukan; pengembangan

sumber daya manusia yang ada di daerah belum diarahkan dan

dimanfaakan secara optimal untuk mendukung implementasi

pembangunan Tol Laut; dan belum ada peraturan yang secara kuat

mendukung operasionalisasi pelaksanaan pembangunan Tol Laut.

Page 153: kajian-sinergitas-kewenangan-dan-hubungan-kerja-antara-kl-dan ...

138

Page 154: kajian-sinergitas-kewenangan-dan-hubungan-kerja-antara-kl-dan ...

139

REFERENSI

Bappeda Kabupaten Cirebon. 2015. Pembangunan Pengembangan

Pelabuhan Sebagai Penunjang Tol Laut. Bahan Diskusi. Bappeda

Kabupaten Cirebon, Cirebon.

Bappeda Kota Cirebon. 2015. Profil Kota Cirebon. Bahan Diskusi. Bappeda

Kota Cirebon, Cirebon.

Bappeda Provinsi Sumatera Utara. 2015. Pembangunan Sarana Dan

Prasarana Penunjang Tol Laut Di Provinsi Sumatera Utara. Bahan

Diskusi. Bappeda Provinsi Sumatera Utara, Medan.

Bappeda Provinsi DKI Jakarta. 2015. Pembangunan Sarana Dan Prasarana

Penunjang Tol Laut Di Provinsi Dki Jakarta. Bahan Diskusi. Bappeda

Provinsi DKI Jakarta, Jakarta.

Bappeda Provinsi Jawa Timur. 2015. Implementasi Kebijakan Pembangunan

Tol Laut. Bahan diskusi. Bappeda Provinsi Jawa Timur, Surabaya.

Bappeda Provinsi Jawa Timur. 2015. Sinergitas Pembangunan Sarana Dan

Prasarana Infrastruktur Antara Pemerintah Pusat Dan Daerah. bahan

diskusi. Bappeda Provinsi Jawa Timur, Surabaya.

Bappeda Provinsi Kalimantan Barat. 2015. Sinergitas Kewenangan Dan

Hubungan Kerja Antara Dalam Konteks Pembangunan Tol Laut Di

Prov. Kalbar. Bahan Diskusi. Bappeda Provinsi Kalimantan Barat,

Pontianak.

Bappeda Provinsi Nusa Tenggara Barat. 2015. Kebijakan Pembangunan

Sarana Dan Prasarana Perhubungan Laut. Bahan diskusi. Bappeda

Provinsi Nusa Tenggara Barat, Mataram.

Page 155: kajian-sinergitas-kewenangan-dan-hubungan-kerja-antara-kl-dan ...

140

Bappeda Provinsi Sulawesi Selatan. 2015. Kebijakan Pembangunan

Sulawesi Selatan Dalam Mendukung Implementasi Tol Laut. Bahan

Diskusi. Bappeda Provinsi Sulawesi Selatan, Makassar.

Boediarto, Harry. 2015. Kesiapan Kementerian Perhubungan Dalam

Mendukung Implementasi Tol Laut. Kementerian Perhubungan,

Jakarta.

CNN Indonesia. 2014. Para Menteri Mulai Siapkan 'Tol Laut' Jokowi. Dalam

CNN News. Rabu, 29/10/2014

Diamar, Son. 2014. Son Diamar: Realisasikan Poros Maritim Dunia Perlu

Lima Pilar Negara Maritim. http://jurnalmaritim.com/2014/11/son-

diamar-realisasikan-poros-maritim-dunia-perlu-lima-pilar-negara-

maritim/

Dinas Perhubungan dan LLAJ Provinsi Jawa Timur. 2015. Sinergi

Implementasi Kebijakan Pembangunan Tol Laut Di Provinsi Jawa

Timur. Bahan diskusi. Dinas Perhubungan dan LLAJ Provinsi Jawa

Timur, Surabaya.

Dinas Perhubungan Kota Cirebon. 2015. Kebijakan Pengembangan

Transportasi Di Kota Cirebon. Dinas Perhubungan Kota Cirebon,

Cirebon.

Dinas Perhubungan Provinsi DKI Jakarta. 2015. Sinergi Kewenangan Dan

Hubungan Kerja Antara Berbagai Instansi Pusat Dan Daerah Dalam

Pembangunan Sarana Dan Prasarana Penunjang Tol Laut. Bahan

diskusi. Dinas Perhubungan Provinsi DKI Jakarta, Jakarta.

Dinas Perhubungan Provinsi Nusa Tenggara Barat. 2015. Sinergi

Kewenangan Dan Hubungan Kerja Antara Berbagai Instansi Pusat Dan

Daerah Dalam Pembangunan Sarana Dan Prasarana Penunjang Tol

Page 156: kajian-sinergitas-kewenangan-dan-hubungan-kerja-antara-kl-dan ...

141

Laut. Bahan diskusi. Dinas Perhubungan Provinsi Nusa Tenggara

Barat, Mataram.

Dinas Perhubungan Provinsi Sumatera Utara. 2015. Arah Pengembangan

Sektor Transportasi Di Prov. Sumatera Utara Dalam Mendukung Tol

Laut. Bahan Diskusi. Dinas Perhubungan Provinsi Sumatera Utara,

Medan.

Djalal, Hasyim. 2014. Negara Maritim dan/atau Negara Kepulauan. Artikel

dalam Harian Tempo, 7 November 2014.

Djalal, Hasyim. 2015. Menko Maritim Seharusnya Koordinir 9 Kementerian.

Artikel dalam Majalah Maritim Indonesia, Edisi 37. Tahun XIII.

Januari-Maret 2015.

Enceng. Model Hubungan pusat dan Daerah. http://www.ut.ac.id. Diakses

tanggal 27 april 2013.

Fanany, Abdul Rofid. 2015. Implementasi Tol Laut Pt Pelabuhan Indonesia Iii

(Persero). Pelabuhan Indonesia III, PT (Persero), Surabaya.

Fanany, Abdul Rofid. 2015. Pengembangan Pelabuhan Sebagai Perwujudan

Tol Laut Untuk Peningkatan Daya Saing Bangsa. Pelabuhan Indonesia

III, PT (Persero), Surabaya.

Herlambang, Andhika P. 2015. Pembangunan Kemaritiman di Jawa Timur.

Bahan diskusi. Bappeda Provinsi Jawa Timur, Surabaya.

http://dictionary.reference.com/browse/synergy (9 Oktober 2015)

http://kbbi.web.id/sinergi (9 Oktober 2015)

http://sumasberbagi.blogspot.co.id/2014/01/sinergitas-alias-

sinergisme.html (9 oktober 2015)

Huda, Ni’matul. 2009. Hukum Pemerintahan Daerah. Nusa Media; Bandung.

Indroharto, 1993, Usaha memahami Undang-Undang tentang Peradilan

Tata Usaha Negara, Pustaka Harapan, Jakarta.

Page 157: kajian-sinergitas-kewenangan-dan-hubungan-kerja-antara-kl-dan ...

142

Jatmiko, Bambang. 2015. Fokus Kajian dalam kontek Pembangunan Sarana

dan Prasarana Penunjang Tol Laut di Jawa Timur. Dinas Perhubungan

dan LLAJ Provinsi Jawa Timur, Surabaya.

Nurcholis, Hanif (2011). Hubungan Pusat Daerah: Antara Efisiensi

Demokrasi dan Kearifan lokal. Makalah pada Seminar Nasional di

Universitas Jember 2011.

Pelabuhan Indonesia II Cabang Cirebon, PT (Persero). 2015. Rencana

Pengembangan Pelabuhan Cirebon. Bahan Diskusi. PT Pelabuhan

Indonesia II (Persero) Cabang Cirebon, Cirebon.

Pelabuhan Indonesia II, PT (Persero). 2015. Pendulum Nusantara. Bahan

Diskusi. Pelabuhan Indonesia II, PT (Persero), Jakarta.

Pelabuhan Indonesia IV, PT (Persero). 2015. Program Eksekusi Tol Laut

Pelindo 4. Bahan diskusi. Pelabuhan Indonesia IV, PT (Persero),

Makassar.

Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi

Perangkat Daerah.

Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2005 tentang Pinjaman Daerah

Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang RPMN 2015-2019.

Philipus M. Hadjon, 1994. Fungsi Normatif Hukum Administrasi dalam

Mewujudkan Pemerintahan yang Bersih. Pidato Penerimaan jabatan

Guru Besar dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas

Airlangga, Surabaya.

Prajudi Atmosudirdjo, 1981, Hukum Administrasi Negara, Ghalia Indonesia,

Jakarta.

Prasojo, Eko, dkk. 2006. Desentralisasi Dan Pemerintahan Daerah: Antara

Model Demokrasi Local Dan Efisiensi Struktural. Depok : Departemen

Page 158: kajian-sinergitas-kewenangan-dan-hubungan-kerja-antara-kl-dan ...

143

Ilmu administrasi Fakultas Ilmu Social dan Ilmu Politik Universitas

Indonesia.

Prihartono, Bambang. 2015. Pengembangan Tol Laut Dalam RPJMN 2015-

2019 Dan Implementasi 2015. Bahan Diskusi. Bappenas, Jakarta.

Runtu, Anthony Sebastian. 2015. Sinergisitas Pembangunan Sarana Dan

Prasarana Penunjang Tol Laut. Bahan Diskusi. Dinas Perhubungan

Komunikasi dan Informatika Provinsi Kalimantan Barat, Pontianak.

Sesmenko Bidang Kemaritiman. 2015. Koordinasi Dan Sinergi Program

Kemenko Maritim. Bahan Diskusi. Kemenko Bidang Kemaritiman;

Jakarta.

Silahudin. 2013. Hubungan Pemerintahan Pusat dan Daerah.

http://politik.kompasiana.com. Diakses pada tanggal 27 April 2013

Sindonews.com. 2014. RJ Lino: Tol Laut Tidak Bisa Berdiri Sendiri.

Sindonews. 10 Desember 2014

Sitepu, Ardhy Dinata. 2014 Ada Lima Versi, Konsep Tol Laut Jokowi

Membingungkan. Dalam SindoNews.com. Jum'at, 26 Desember 2014.

Sulthan, Masykur. 2015. Sinergitas Kewenangan Dan Hubungan Kerja

Antara Kementerian / Lembaga Dan Pemerintah Daerah Dalam

Pembangunan Sarana Dan Prasarana Penunjang Tol Laut. Bahan

diskusi. Dinas Perhubungan Komunikasi Dan Informatika Prov.

Sulawwsi Selatan, Makassar.

Sumbu, Telly. 2010. Hubungan Pemerintah Pusat dengan Pemerintah

Daerah dalam Kerangka Pengelolaan Keuangan Negara dan Daerah.

Jurnal Hukum UII No. 4 Vol. 17 Oktober 2010: 567 – 588 (online).

(http://law.uii.ac.id/images/stories/Jurnal%20Hukum/8%20Telly%

20Sumbu.pdf diakses tanggal 27 april 2013).

Page 159: kajian-sinergitas-kewenangan-dan-hubungan-kerja-antara-kl-dan ...

144

Triyono, Agus. 2015. Tol Laut Jokowi Diklaim Telah Beroperasi. Dalam

Kompas.com. Kamis, 26 Maret 2015.

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah

Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan

antara Pusat dan Pemerintahan daerah

Page 160: kajian-sinergitas-kewenangan-dan-hubungan-kerja-antara-kl-dan ...

145

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 161: kajian-sinergitas-kewenangan-dan-hubungan-kerja-antara-kl-dan ...

1

KOORDINASI DAN SINERGI PROGRAM

KEMENKO MARITIM

KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG KEMARITIMAN RI

APRIL 2015

PENGANTAR

� Berdasarkan Perpres No. 121/P Tahun 2014 tentangPembentukkan Kementerian dan Pengangkatan MenteriKabinet Kerja Periode 2014 – 2019, Pemerintahmembentuk Kementerian Koordinator BidangKemaritiman (Kemenko Maritim);

� Sebagai kementerian baru, terlebih dahulu perlu dipahamitugas dan fungsi dari Kemenko Maritim;

TUGAS DAN FUNGSI KEMENKO MARITIM

Sesuai Perpres No. 10 Tahun 2015 tentang Organisasi KemenkoMaritim, Tugas dan Fungsi Kemenko Maritim:

TUGAS (Psl. 2):

Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman mempunyai tugasmenyelenggarakan koordinasi, sinkronisasi, dan pengendalian urusankementerian dalam penyelenggaraan pemerintahan di bidangKemaritiman.

tugas dan fungsi…

FUNGSI (Psl. 3)

a. Koordinasi dan sinkronisasi perumusan, penetapan dan pelaksanaan kebijakanKementerian/Lembaga yang terkait dengan isu di bidang kemaritiman;

b. Pengendalian pelaksanaan kebijakan Kementerian/ Lembaga yang terkait dengan isu di bidang kemaritiman;

c. Koordinasi pelaksanaan tugas, pembinaan, dan pemberian dukungan administrasi kepadaseluruh unsur organisasi di lingkungan Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman

d. Sinkronisasi dan koordinasi kebijakan penguatan negara maritim, dan pengelolaan sumberdaya maritim;

e. Koordinasi kebijakan pembangunan sarana dan prasarana kemaritiman;

f. Pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawab KementerianKoordinator Bidang Kemaritiman;

g. Pengawasan atas pelaksanaan tugas di Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman; dan

h. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Presiden.

Page 162: kajian-sinergitas-kewenangan-dan-hubungan-kerja-antara-kl-dan ...

2

KEMENTERIAN YANG DIKOORDINASIKAN

KEMENKO KEMARITIMAN

1. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral;

2. Kementerian Perhubungan;

3. Kementerian Kelautan dan Perikanan;

4. Kementerian Pariwisata; dan

5. Instansi lain yang dianggap perlu.

ORGANISASI KEMENKO MARITIMa. Sekretariat Kementerian Koordinator;

b. Deputi Bidang Koordinasi Kedaulatan Maritim;

c. Deputi Bidang Koordinasi Sumber Daya Alam dan Jasa;

d. Deputi Bidang Koordinasi Infrastruktur;

e. Deputi Bidang Koordinasi Sumber Daya Manusia, Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, danBudaya Maritim;

f. Staf Ahli Bidang Hukum Laut;

g. Staf Ahli Bidang Sosio-Antropologi Maritim;

h. Staf Ahli Bidang Ekonomi Maritim;

i. Staf Ahli Bidang Manajemen Konektivitas; dan

j. Inspektorat.

TATA KERJA

� Pelaksanaan koordinasi dan sinkronisasi oleh Sesmenko Maritim dan/atau Deputi, dilakukanmelalui penerapan peta bisnis proses yang menggambarkan tata hubungan kerja yang efektifdan efisien baik antar Kementerian yang dikoordinasikannya maupun denganKementerian/Lembaga lain yang terkait;

� Selain melalui penerapan peta bisnis proses, pelaksanaan koordinasi dan sinkronsasidilakukan melalui;

a. Rapat koordinasi Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan/atauDeputi atau rapat koordinasi gabungan antar K/L terkait yang dikoordinasikan KemenkoMaritim

b. Rapat-rapat kelompok kerja yang dibentuk oleh Sesmenko Maritim dan/atau Deputisesuai kebutuhan

c. Forum-forum koordinasi yang sudah ada sesuai dengan peraturan perundang-undangan; dan

d. Konsultasi langsung dengan Sesmenko Maritim dan/atau Deputi dan pimpinan lembagalain yang terkait.

tata kerja…..

� Dalam rapat koordinasi Sesmenko / Deputi melakukan koordinasi dan sinkronisasiterhadap perencanaan, penyusunan, dan pelaksanaan kebijakan dalam lingkunganurusan Kementerian yang dikoordinasikan Kemenko Maritim, sesuai batasan / mandat yang diberikan Menko Maritim;

� Sesmenko Maritim / Deputi dapat melibatkan pimpinan lembaga di luar bidangkoordinasinya dalam rapat-rapat koordinasi Kementeri Koordinator BidangKemaritiman; dan

� Pelaksanaan koordinasi oleh Sesmenko Maritim / Deputi dilakukan secara berkaladan/atau sewaktu-waktu sesuai kebutuhan.

� Sesmenko Maritim / para Deputi, baik sendiri maupun bersama-sama denganpimpinan lembaga lainnya menindaklanjuti hasil rapat koordinasi dan sinkronisasisesuai dengan batasan mandat yang diberikan Menko Kemaritiman.

Page 163: kajian-sinergitas-kewenangan-dan-hubungan-kerja-antara-kl-dan ...

3

KOORDINASI PROGRAM DAN ANGGARAN DENGAN

PENDEKATAN MANAJEMEN DAN SUMBER DAYA

Sinergi

Kewenangan

dan Hubungan

Kerja terkait

Aspek

Manajemen

dan Sumber

Daya

PENDEKATAN /

ASPEK KEBIJAKAN

MANAJEMEN SUMBER DAYA

PERENCANAAN

PENGORGANISASIAN

PELAKSANAAN

PENGAWASAN/

PENGENDALIAN

PERATURAN PER-UU-AN

KEUANGAN/ANGGARAN

METODA

SDM/APARATUR

PERALATAN

INTEGRASI DAN SINERGI PROGRAM

� Sesmenko Maritim di dalam melaksanakan tugasnya juga memerlukan upaya koordinasi dansinkronisasi dengan kementerian yang dikoordinasikan maupun dengan Pemda, dan upaya inidipersiapkan mulai dari tahap perencanaan, penetapan dan pelaksanaan kebijakan, hinggaevaluasi dan pengendalian, sesuai dengan kewenangan yang dimiliki dan diberikan olehMenko;

� Bekerjasama dengan Sekretariat Kantor Presiden dan Bappenas, Sekretaris Kemenko perlumelakukan pengendalian program pembangunan kemaritiman yang tertuang di dalam RPJMN 2015 – 2019 dapat mencapai target dan tepat waktu pelaksanaanya.

� Koordinasi Program dan Anggaran Kemenko Maritim perlu lebih disinergikan, tidak terbataspada 4 Kementerian yang dikoordinasikan, namun diperluas berdasarkan kebutuhan RPJMN 2015 – 2019.

� Sinergi program dan anggaran dapat dilakukan dengan mencermati kewenangan masing-masing K/L dan Pemda, yang kemudian terimplementasi dalam praktik pemerintahan melaluiperumusan/pembuatan kebijakan dan pelaksanaan kebijakan itu sendiri.

KERANGKA KEBIJAKAN PEMBANGUNAN 2015 – 2019

Page 164: kajian-sinergitas-kewenangan-dan-hubungan-kerja-antara-kl-dan ...

4

PEMBANGUNAN KEMARITIMAN

PEMBANGUNAN KARAKTER DAN POTENSI PARIWISATA KEDAULATAN ENERGI

Page 165: kajian-sinergitas-kewenangan-dan-hubungan-kerja-antara-kl-dan ...

5

TERIMA KASIH

WILAYAH TANGKAP DAN POTENSI PERIKANAN INDONESIARATIO ELEKTRIFIKASI DAN ENERGI

Page 166: kajian-sinergitas-kewenangan-dan-hubungan-kerja-antara-kl-dan ...

6

(1) Inspektorat Kemenko Maritim sebagai sub sistem pemerintahan, keberadaannya mempunyai andil besardalam terselenggaranya kepemerintahan yang baik dan bebas dari praktek Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Good

Governance and Clean Government).

(2) Inspektorat Kemenko Maritim sebagai Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) dalam melaksanakanfungsi pengawasan intern pemerintah harus mampu merespon secara signifikan berbagai macam permasalahandan perubahan yang terjadi, baik politik, ekonomi maupun sosial melalui suatu program dan kegiatan yang ditetapkan dalam suatu kebijakan pengawasan yang menyeluruh.

(3) Kemenko Maritim berkepentingan dengan terwujudnya system pengawasan yang memadai untuk menjamintercapainya tujuan dan pelaksanaan kegiatan secara efektif, efisien dan ekonomis.

(4) Tindak lanjut hasil pengawasan Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) sangat diperlukan dalam rangkamemperbaiki manajemen pemerintah antara lain aspek ketatalaksaan dan Sumber Daya Manusia Aparatur, aspekkelembagaan serta dasar peniliaian kinerja pimpinan unit kerja, agar suatu temuan yang sama tidak terulangkembali.

(5) Semakin gencarnya tuntutan masyarakat terhadap kinerja institusi pengawas termasuk Inspektorat Jenderal, secara tidak langsung menuntut adanya peningkatan kinerja dari tim auditor dalam pelaksanaan pemeriksaan.

Page 167: kajian-sinergitas-kewenangan-dan-hubungan-kerja-antara-kl-dan ...

KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL

PENGEMBANGAN TOL LAUT

DALAM RPJMN 2015-2019

DAN IMPLEMENTASI 2015 Bambang Prihartono

Direktur Transportasi

Outline

Global Competitiveness Index I Logistic

Performance Index I Transportasi Laut

1

Konsep Wilayah Depan dalam Sistem Logistik

Nasional I Konsep Tol Laut I Menuju Negara

Poros Maritim

8

Kondisi

Transportasi Laut Nasional ….…(10)

Progres Implementasi Tol Laut Triwulan Pertama

2015

3

Implementasi Tol Laut …........…(87)

2

2

Globalization of Economy I Anatomy of Global

to Domestics Trade Relation Patterns I Global

to Domestics Trade Relations Patterns

Tantangan Global ………………..……(3)

Tol Laut dalam Mendukung

Indonesia Poros Maritim .......…(20)

6

Kondisi Pelayaran Rakyat I Pengembangan

Pelayaran Rakyat I Rencana Tindak Lanjut

Identifikasi 24 Pelabuhan

Pendukung Tol Laut …………….…(36)

24 Pelabuhan Strategis Pendukung Tol Laut I

5 Pelabuhan Hub I 19 Pelabuhan Feeder I

Indikasi Kebutuhan Pembiayaan

Pelayaran Rakyat ………….………(62)

7

Peran & Fungsi ASDP dalam Sistem Transportasi

I Kondisi Penyeberangan akhir 2014 I 65 Lokasi

Pelab. Penyeberangan I 50 Lokasi Kapal

Penyeberangan

Pengembangan Pelabuhan

Penyeberangan Sebagai

Komplemen Tol Laut ..….……..…(71)

5

Tujuan & Dasar Hukum I Rencana

Pengembangan Short Sea Shipping

Short Sea Shipping ………………..(80)

4

1. TANTANGAN GLOBAL

q Globalization of Economy

q Anatomy of Global to Domestics Trade Relation Patterns

q Global to Domestics Trade Relations Patterns

Tantangan Global Globalization of Economy I Anatomy of Global to Domestics Trade Relation Patterns

I Global to Domestics Trade Relations Patterns

“Konektivitas menjadi

kunci dalam menjawab tantangan globalisasi ekonomi.

4

Page 168: kajian-sinergitas-kewenangan-dan-hubungan-kerja-antara-kl-dan ...

Destination

(Market)

Coy Y / di Indonesia

Kontraktor

Coy X (USA, EU, JPN, Others)

Negara Pemegang Merek Dagang Coy A / Negara

Pemasok (stock)

Coy B / Negara

Pemasok (stock)

Coy C / Negara

Pemasok (stock)

Coy E / di Indonesia

Foreign LSP / 3PL

Contract

(Production)

shipment order/contract

Coy F / di Mumbai, India

LSP / 3PL

Admin/Order

Processing

(PO, ship ord à Invoice

and shipment

instruction)

Destination

(Market)

Coy D / di

Indonesia

Pemasok Carrier

Shipment

of goods

shipment of raw materials

shipment of raw materials

shipment of raw materials

Contract

Goods

Information /Coordination

Contract

Contract

(Supply)

Coordination on shipment scheduling scheduling g

PERTANYAAN:

Kebijakan ekonomi apa yang

perlu kita ciptakan untuk

merebut peluang usaha dari

rantai pasok global tersebut? Source: Anggadinata, research funded by World Bank, 2009. 5

Tantangan Global Globalization of Economy I Anatomy of Global to Domestics Trade Relation Patterns

I Global to Domestics Trade Relations Patterns

Perush Y / Buyer Indonesia

Perush X / Seller,

Negara Pemasok

(USA, EU, JPN)

Perush B di

Negara Asia B

(inventory)

Perush C di

Negara Asia C

(inventory)

Perush A di

Negara Asia A

(inventory)

Source: Anggadinata, research funded by World Bank, 2009.

PERTANYAAN:

Kebijakan ekonomi apa yang

perlu kita ciptakan untuk

merebut peluang atas pola

perdagangan global tsb. ?

(inventory) (inventory) (inven(inventory)

NRI

NRI

NRI

“ Negara Tetangga berhasil

mengambil manfaat ekonomi atas kekurang cermatan kebijakan perindustrian &

perdagangan nasional RI ”

6

Tantangan Global Globalization of Economy I Anatomy of Global to Domestics Trade Relation Patterns

I Global to Domestics Trade Relations Patterns

1. RRT masih menjadi kunci penggerak utama perdagangan Timur-Barat

2. New Market secara kontinu bangkit sebagai akibat perbaikan permintaan dari Eropa dan USA

3. Rute utama melalui Selat Malaka

4. Transportasi dan Logistik harus dimasukkan dalam konteks rute perdagangan global.

Pilihan 1 jalan sutera: via jalur

perdagangan Selat Malaka, termasuk

Riau, Dumai, Belawan, Aceh, dan

Pontianak.

Pilihan 2 jalan sutera: via Selat

Sulawesi, melalui Bitung, Makasar,

Balikpapan, Samarinda, dan bisa

terhubung sampai ke Surabaya.

(Sumber: Wamen Perdagangan RI,

September 2014)

7

Tantangan Global Globalization of Economy I Anatomy of Global to Domestics Trade Relation Patterns

I Global to Domestics Trade Relations Patterns

8

Tantangan Global Globalization of Economy I Anatomy of Global to Domestics Trade Relation Patterns

I Global to Domestics Trade Relations Patterns

Manufacturing Beyond China

Page 169: kajian-sinergitas-kewenangan-dan-hubungan-kerja-antara-kl-dan ...

Pengembangan 42 pelabuhan prioritas di

ASEAN dimana 14 pelabuhan ada di

Indonesia.

Pembangunan jaringan Ro-Ro/ferry.

Konektivitas Laut dalam MPAC

9

Tantangan Global Globalization of Economy I Anatomy of Global to Domestics Trade Relation Patterns

I Global to Domestics Trade Relations Patterns

2. KONDISI TRANSPORTASI LAUT

NASIONAL

q Global Competitiveness Index

q Logistic Performance Index

q Transportasi Laut

Kondisi Transportasi Laut Nasional Global Competitiveness Index | Logistic Performance Index | Transportasi Laut

The Global Competitiveness Index World Economic Forum 2009-2013 (Infrastruktur)Sumber: World Economic Forum 2012-2014

2012-2013 2013-2014 2014-2015

Infrastruktur 82 25 61 110 98 72 20 76 112 95

Peringkat indeks konektivitas Indonesia di sektor transportasi laut tahun 2014 meningkat menjadi 77 dibandingkan tahun 2012 yang menduduki perigkat 104. Namun, peringkat tersebut masih jauh lebih rendah dibandingkan Thailand dan Malaysia.

11

Skor LPI Indonesia meningkat 0.14 dibandingkan tahun 2012, peringkat global naik dari 59 menjadi 53.

Tantangannya adalah implementasi program-program pemerintah di bidang logistik.

Infrastruktur menjadi kunci dalam perbaikan sistem rantai pasok.

12

Global Competitiveness Index | Logistic Performance Index | Transportasi Laut

Kondisi Transportasi Laut Nasional

Page 170: kajian-sinergitas-kewenangan-dan-hubungan-kerja-antara-kl-dan ...

13

Indeks konektivitas provinsi diukur dengan faktor kapal terdaftar, kapasitas

kontainer pembawa, ukuran max.vessels, jumlah kunjungan kapal, dan

pengiriman perusahaan terdaftar.

Berdasarkan indeks konektivitas transportasi laut , DKI Jakarta memiliki

konektivitas yang kuat di Indonesia. Nilai Indeksnya sangat jauh dibandingkan

dengan Kawasan Timur Indonesia. Dengan demikian diperlu pemerataan

pembangunan.

Sea Transport Connectivity Index

Global Competitiveness Index | Logistic Performance Index | Transportasi Laut

Kondisi Transportasi Laut Nasional

Kecelakaan Transportasi Laut

14

Global Competitiveness Index | Logistic Performance Index | Transportasi Laut

Kondisi Transportasi Laut Nasional

PENYEDIAAN KAPAL NEGARA KENAVIGASIAN

NO

JENIS KAPAL

JUMLAH TH

2012 TH

2013

1 Kapal Buoy Tender (kapal induk perambuan)

8 8

2 Kapal Aids Tender (Kapal Bantu Perambuan)

42 42

3 Kapal Inspection Boat (Kapal Pengamat Perambuan)

14 14

T O T A L 64 64

Sarana Prasarana Kenavigasian

15

Global Competitiveness Index | Logistic Performance Index | Transportasi Laut

Kondisi Transportasi Laut Nasional

Kecukupan Muatan Dari Timur

PERLU PERTUMBUHAN INDUSTRI DI KAWASAN TIMUR INDONESIA

TANTANGAN INDUSTRIALISASITANTANTANTANTANTANTANTANTANTANTANTANTANTANTANTANTANTANTANTANTANTANTANTANTANTANTANTANTANTANTANTANTANTANTANTANTANTANTANTANTANTANTANTANTANTANTANTANTANTANTANTANTANTANTANTANTANTANTANTANTANTANTANTANTANTANTANTANTANTANTANTANTANTANTANTANTANTANTANTANTANTANTANTANTANTANTANTANTANTANTANTANTANTANTANTANTANTANTANTANTANTANTANTANTANTANTANTANTANTANTANTANTANTANTANTANTANTANTANTANTANTANTANTANTANTANTANTANTANTANTANTANTANTANTANTANTANTANTANTANTANTANTANTANTANTANTANTANTANTANTANTANTANTANTANTANTANTANTANTANTANTANTANTANTANTANTANTANTANTANTANTANTANTANTANTANTANTANTANTANTANTANTANTANTANTANTANTANTANTANTANTANTANTANTANTANTANTANTANTANTANTANTANTANTANTANTANTANTANTANTANTANTANTANTANTANTANTANTANTANTANTANTANTANTANTANTANTANTANTANTANTANTANTANTANTANTANTANTANTANTANTANTANTANTANTANTANTANTANTANTANTANTANTANGANGANGANGANGANGANGANGANGANGANGANGANGANGANGANGANGANGANGANGANGANGANGANGANGANGANGANGANGANGANGANGANGANGANGANGANGANGANGANGANGANGANGANGANGANGANGANGANGANGANGANGANGANGANGANGANGANGANGANGANGANGANGANGANGANGANGANGANGANGANGANGANGANGANGANGANGANGANGANGANGANGANGANGANGANGANGANGANGANGANGANGANGANGANGANGANGANGANGANGANGANGANGANGANGANGANGANGANGANGANGANGANGANGANGANGANGANGANGANGANGANGANGANGANGANGANGANGANGANGANGANGANGANGANGANGANGANGANGANGANGANGANGANGANGANGANGANGANGANGANGANGANGANGANGANGANGANGANGANGANGANGANGANGANGANGANGANGAN IN IN IN IN IN IN IN IN IN IN IN IN IN IN IN IN IN IN IN IN IN IN IN IN IN IN IN IN IN IN IN IN IN IN IN IN IN IN IN IN IN IN IN IN IN IN IN IN IN IN IN IN IN IN IN IN IN IN IN IN IN IN IN IN IN IN IN IN IN IN IN IN IN IN IN IN IN IN IN IN IN IN IN IN IN IN IN IN IN IN IN IN IN IN IN IN IN IN IN IN IN IN IN IN IN IN IN IN IN IN IN IN IN IN IN IN IN IN INDUSDUSDUSDUSDUSDUSDUSDUSDUSDUSDUSDUSDUSDUSDUSDUSDUSDUSDUSDUSDUSDUSDUSDUSDUSDUSDUSDUSDUSDUSDUSDUSDUSDUSDUSDUSDUSDUSDUSDUSDUSDUSDUSDUSDUSDUSDUSDUSDUSDUSDUSDUSDUSDUSDUSDUSDUSDUSDUSDUSDUSDUSDUSDUSDUSDUSDUSDUSDUSDUSDUSDUSDUSDUSDUSDUSDUSDUSDUSDUSDUSDUSDUSDUSDUSDUSDUSDUSDUSDUSDUSDUSDUSDUSDUSDUSDUSDUSDUSDUSDUSDUSDUSDUSDUSDUSDUSDUSDUSDUSDUSDUSDUSDUSDUSDUSDUSDUSDUSDUSDUSDUSDUSDUSDUSDUSDUSTRITRIALIALIALISASSASSASSASSASSASSASSASSASSASSASSASSASSASSASSASSASSASSASSASSASSASSASSASSASSASSASSASSASSASSASSASSASSASSASSASSASSASSASSASSASSASSASSASSASSASSASSASSASSASSASSASSASSASSASSASSASSASSASSASSASSASSASSASSASSASSASSASSASSASSASSASSASSASSASSASSASSASSASSASSASSASSASSASSASSASSASSASSASSASSASSASSASSASSASSASSASSASSASSASSASSASSASSASSASSASSASSASSASSASSASSASSASSASSASSASSASSASSASSASSASSASSASSASSASSASSASSASSASSASSASSASSASSASSASSASSASSASSASSASSASSASSASSASSASSASSASSASSASSASSASSASSASSASSASSASSASSASSASSASSASSASSASSASSASSASSASSASSASSASSASSASSASSASSASSASIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIII

16

Global Competitiveness Index | Logistic Performance Index | Transportasi Laut

Kondisi Transportasi Laut Nasional

Page 171: kajian-sinergitas-kewenangan-dan-hubungan-kerja-antara-kl-dan ...

17

Wilayah Dalam

(Jawa)

High Attractiveness [Infras + SDM + Pasar

Besar + insentif + dll]

Wilayah Depan

(Non Jawa)

Low

Attractiveness

Investasi / Industri /

Produksi di Wil

Dalam (Jawa)

massive

Investasi Infras &

Industri / Produksi di

Wil Depan (Non

Jawa) rendah

Disparitas Ekonomi Antara

Wilayah Dalam & Depan

Perdagangan Antar Wilayah Tidak

Seimbang (Unbalanced Trade /

Freight / Cargo) à No Backhaul

Biaya Transportasi

Gudang, Handling,

& Asuransi jadi

mahal

Biaya Logistik

(Nasional) jadi

tinggi

Pungutan Tdk

Resmi

Ekonomi Biaya-

Tinggi

Pungutan Resmi

Pemda (Retribusi &

Pajak); Pem Pst

(Pajak)

Pembangunan dg

konsep “trickle down

effect” dan Jawa sbg

“growth center”

17171717171717

Solusi:

ü Bagi negara kepulauan yang luas spt

RI, maka jalan utk menurunkan Biaya

Logistik Nasional [menurunkan biaya

ekonomi / meningkatkan daya saing

produk nasional] adalah dgn cara

menyeimbangkan jumlah angkutan

kargo/komoditas antara Wilayah

Depan dan Wilayah Dalam, melalui

pembangunan Pusat-pusat

Pertumbuhan Ekonomi Baru [industri

baru + hilirisasi] di Wilayah Depan

secara progressif.

ü Skenario / Skema / Strategi perlakuan

kebijakan pembangunan di Wilayah

Depan HARUS beda & spesial ! Tdk

bisa disamakan spt di Wilayah Dalam.

“Not Business As Usual”

Biaya Pengiriman:

Jkt – Padang : Rp. 7,5 jt sd Rp. 8 Jt / Container 20 Feet;

Jkt – Shanghai : Rp. 4,5 Jt / Container 20 Feet.

Jkt – Jayapura : Rp. 25 Jt / Container 20 Feet.

Source: Anggadinata, Center for Logistics and Supply Chain Studies, ITB, 2011

PerdagangaPerdaganga

Load Factor – Barat ß à Timur :

Outbound : 70%; Inbound : 20%

Global Competitiveness Index | Logistic Performance Index | Transportasi Laut

Kondisi Transportasi Laut Nasional

International container flows

Modeling the global freight transportation system: A multi-level

modeling perspective 18

Global Competitiveness Index | Logistic Performance Index | Transportasi Laut

Kondisi Transportasi Laut Nasional

Proyeksi nilai kelautan mencapai 171 miliar dollar AS atau setara dengan 2046

triliun Rupiah (Kurs Rp.12.000 per Dollar AS) yang meliputi (Kadin, 2015) :

Perikanan sebesar 380 Triliun Rupiah

Wilayah Pesisir 670 Triliun Rupiah

Bioketnologi 480 Triliun Rupiah

Wisata Bahari 24 Triliun Rupiah

Minyak bumi 252 Triliun Rupiah

Transportasi laut 240 Triliun Rupiah

untuk meraih nilai besar tersebut diperlukan suatu program yaitu Poros

Maritim Dunia (PMD) yang bisa terwujud apabila ada Kebijakan dan Program

pendukung yang Tepat, Efektif dan Kompetitif.

19

Global Competitiveness Index | Logistic Performance Index | Transportasi Laut

Kondisi Transportasi Laut Nasional

q Konsep Wilayah Depan dalam Sistem Logistik Nasional

q Konsep Tol Laut

q Menuju Negara Poros Maritim

3. TOL LAUT DALAM MENDUKUNG

INDONESIA POROS MARITIM DUNIA - 2045

Page 172: kajian-sinergitas-kewenangan-dan-hubungan-kerja-antara-kl-dan ...

TOL LAUT DALAM MENDUKUNG

INDONESIA POROS MARITIM DUNIA - 2045 Konsep Wilayah Depan dalam Sistem Logistik Nasional I Konsep Tol Laut

Menuju Negara Poros Maritim

21

TOL LAUT DALAM MENDUKUNG

INDONESIA POROS MARITIM DUNIA - 2045 Konsep Wilayah Depan dalam Sistem Logistik Nasional I Konsep Tol Laut

Menuju Negara Poros Maritim

22

Wilayah Depan

(Foreland)

Wilayah Dalam

(Hinterland)

Wilayah yg berpotensi

sbg Pusat Pertumbuhan

Ekonomi baru.

Hub Port Internasional

(Kuala Tanjung Sumut dan

Bitung Sulut.

Ocean going Pusat Pertumbuhan

Ekonomi eksisting.

Ocean going Ocean going

NKRI terdiri atas beribu pulau yang disatukan dengan laut dan

merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan (Integrated

piece of Land, Sea and Air)

Wilayah Dalam merupakan teritori yang menjadi kedaulatan

penuh RI

Kegiatan Ekonomi, Transportasi dan

Perikanan Asing, dll Dilakukan di Wilayah

Depan RI

Kegiatan Ekonomi, Transportasi, dan

perikanan di Wilayah Dalam dikuasai oleh

Pemerintah RI

Kapal Asing Pada

Wilayah Depan

Inter Island

Transportation

Sumber: Prof,. Senator Nur Bahagia, 2012 23

TOL LAUT DALAM MENDUKUNG

INDONESIA POROS MARITIM DUNIA - 2045 Konsep Wilayah Depan dalam Sistem Logistik Nasional I Konsep Tol Laut

Menuju Negara Poros Maritim

Material/part

s suppliers

Country

N

Material/part

s suppliers

Country

B

Country A

Material/part

s suppliers

Logistics Center

Assembly /

Manufacturing Plant

Ocean going

International

Hub Port

Other National Ports

In other region of Indonesia

Country 1

Market

Country 2

Country X

Non

Resident

Inventory

Tra

nsh

ipm

en

t

Pa

rts sup

ply

Finish

ed

go

od

s

Republic of Indonesia

Legend :

International Industrial Zone

Non Resident Inventory

SME = Small and Medium Enterprise

Transfer

Industrial Estate

Local Supplies SME

Non

Resident Resident ent

Inventory Inventory tory tory

Inter-island

Domestic Market

Source: Anggadinata, Center of Logistics and Supply Chain Studies, ITB, 2010

Country AACount

Country Z

Material/part

s suppliers

24

TOL LAUT DALAM MENDUKUNG

INDONESIA POROS MARITIM DUNIA - 2045 Konsep Wilayah Depan dalam Sistem Logistik Nasional I Konsep Tol Laut

Menuju Negara Poros Maritim

Page 173: kajian-sinergitas-kewenangan-dan-hubungan-kerja-antara-kl-dan ...

“ Adalah konektivitas laut yang

efektif berupa adanya kapal

yang melayari secara rutin dan

terjadwal dari barat sampai ke

timur Indonesia

TOL LAUT ADALAH

25

TOL LAUT DALAM MENDUKUNG

INDONESIA POROS MARITIM DUNIA - 2045 Konsep Wilayah Depan dalam Sistem Logistik Nasional I Konsep Tol Laut

Menuju Negara Poros Maritim

ELEMEN TOL LAUT

TOL LAUT

PETIKEMAS

KECUKUPAN MUATAN BARAT – TIMUR TIMUR – BARAT

PELAYARAN RUTIN DAN BERJADWALINLAND AKSES

YANG EFEKTIF

PELABUHAN YANG HANDAL

SHIPPING INDUSTRY

26

TOL LAUT DALAM MENDUKUNG

INDONESIA POROS MARITIM DUNIA - 2045 Konsep Wilayah Depan dalam Sistem Logistik Nasional I Konsep Tol Laut

Menuju Negara Poros Maritim

27

TOL LAUT DALAM MENDUKUNG

INDONESIA POROS MARITIM DUNIA - 2045 Konsep Wilayah Depan dalam Sistem Logistik Nasional I Konsep Tol Laut

Menuju Negara Poros Maritim

SHIPPING INDUSTRY

28

TOL LAUT DALAM MENDUKUNG

INDONESIA POROS MARITIM DUNIA - 2045 Konsep Wilayah Depan dalam Sistem Logistik Nasional I Konsep Tol Laut

Menuju Negara Poros Maritim

Page 174: kajian-sinergitas-kewenangan-dan-hubungan-kerja-antara-kl-dan ...

29

PELABUHAN YANG HANDAL

KAPASITAS TERPASANG

PRODUKTIVITAS

EFEKTIF DOKUMENTASI

WATER ENTRANCE –

INLAND TRANSPORT

INSTITUSI PENDUKUNG

DATA DAN SISTEM INFORMASI

TOL LAUT DALAM MENDUKUNG

INDONESIA POROS MARITIM DUNIA - 2045 Konsep Wilayah Depan dalam Sistem Logistik Nasional I Konsep Tol Laut

Menuju Negara Poros Maritim

30

PELAYARAN RUTIN DAN BERJADWAL

RUTE

SIZE

WINDOW SYSTEM

INAPORT NET

TOL LAUT DALAM MENDUKUNG

INDONESIA POROS MARITIM DUNIA - 2045 Konsep Wilayah Depan dalam Sistem Logistik Nasional I Konsep Tol Laut

Menuju Negara Poros Maritim

31

DARAT SUNGAIPESISIR PIPA KERETA API

INLAND AKSES YANG EFEKTIF

TOL LAUT DALAM MENDUKUNG

INDONESIA POROS MARITIM DUNIA - 2045 Konsep Wilayah Depan dalam Sistem Logistik Nasional I Konsep Tol Laut

Meuju Negara Poros Maritim

Pembangunan pelabuhan Internasional yang

berkapasitas besar dan modern untuk ekspor

berbagai komoditas dan berfungsi juga sebagai

International Seaport-Hub.

Peningkatan draft pelabuhan Hub min -12m.

Peningkatan draft pelabuhan feeder min -7m.

Peningkatan fasilitas pelabuhan utama (hub

dan feeder tol laut).

Penyediaan peralatan pelabuhan utama (hub

dan feeder tol laut).

Revitalisasi pelabuhan pelayaran rakyat di

Indonesia.

PELABUHAN

32

POROS MARITIM DUNIA Konsep Wilayah Depan dalam Sistem Logistik Nasional I Konsep Tol Laut

Menuju Negara Poros Maritim

Page 175: kajian-sinergitas-kewenangan-dan-hubungan-kerja-antara-kl-dan ...

Pengembangan transportasi laut sebagai tulang punggung lalu lintas barang keseluruh

pulau Indonesia dan ekspor/impor, harus bisa menjadi moda transportasi yang murah.

Minimnya pilihan moda transportasi di wilayah timur menghambat pertumbuhan ekonomi

dan industri, Tol laut mendesak untuk direalisasikan.

Minimnya armada angkutan laut, perlunya pembangunan/pengadaan kapal diatas 2.000

DWT.

Pengembangan jasa pelayanan transhipment barang-barang antar Negara dan Benua

melalui pengembangan kapal-kapal sub-Liner petikemas (ex: penugasan PELNI).

Pengembangan pelayaran rakyat untuk mendukung keperintisan serta memelihara budaya

bangsa.

Pembangunan infrastruktur transportasi darat (kereta api dan ASDP), infrastruktur jalan,

yang terhubung dengan pelabuhan untuk melayani “last mile” logistik.

TRANSPORTASI

LISTRIK Hingga tahun 2022 tenaga listrik yang

diperlukan Indonesia sebesar 385 Terrawatt,

yang digunakan baik untuk sarana/prasarana

transportasi (khususnya pelabuhan), industri,

serta permukiman.

Perlu percepatan pembangunan pembangkit

listrik beserta jaringan distribusi-nya. 33

Potensi industri kapal dan jasa perawatan kapal (Galangan Kapal)

sangat besar seiring dengan kebutuhan berbagai jenis dan ukuran

kapal dengan proyeksi mencapai 1000 unit per-tahun.

Kemampuan galangan saat ini baru mencapai 200-300 unit per-

tahun.

Jumlah Docking Kapal saat ini sekitar 250 unit yang terkonsentrasi

di Jawa dan Batam.

Diperlukan pembangunan Galangan baru yang berteknologi

canggih dan effisien di wilayah yang tersebar.

Diperlukan penyusunan payung hukum agar dapat dikembangkan

Galangan Kapal milik Pemerintah.

Dan diperlukannya insentif dan perhatian khusus dari pemerintah

(Kemenperin) kepada industri galangan kapal nasional.

Tingkat kecukupan Kapal Patroli perlu ditingkatkan dengan target

tahun 2019 mencapai 72,41% (telah tertuang dalam Renstra

Perhubungan)

Tingkat kecukupan Kapal Kenavigasian perlu ditingkatkan dengan

target tahun 2019 mencapai 92% (telah tertuang dalam Renstra

Perhubungan)

Peningkatan jumlah serta kualitas SDM sesuai kompetensi standar

keselamatan dan keamanan transportasi, khususnya SDM

Perhubungan Laut (khususnya awak kapal negara dan penjaga

menara suar). Target lulusan 5 tahun hingga 2019 dalam Renstra

perhubungan mencapai 1.347.641

INDUSTRI (GALANGAN KAPAL)

& JASA

34

Dukungan pembiayaan sangat penting untuk mewujudkan

Indonesia sebagai Poros maritim dunia untuk

memanfaatkan potensi maritim yang mencapai Rp. 2000

triliun.

Diperlukan PMN untuk pengembangan jasa pelayanan

transhipment nasional.

Juga diperlukannya PMN untuk meningkatkan

kemampuan BUMN Galangan Kapal.

Diperlukan pengembangan skema pembiayaan lainnya.

PEMBIAYAAN &

INVESTASI

Tingginya kebutuhan SDM Perhubungan laut, baik untuk

memenuhi kebutuhan perhubungan laut nasional maupun

asing memerlukan dukungan peningkatan kualitas serta

kapasitas Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran, Politeknik Ilmu

Pelayaran, dsb.

Peningkatan jumlah LITBANG serta peningkatan lingkage

antara lembaga pendidikan dan penelitian dengan industri

transportasi, serta regulator untuk mendukung Indonesia

sebagai Poros Maritim dunia.

PENDIDIKAN &

LITBANG

35

q 24 Pelabuhan Strategis Pendukung Tol Laut

q 5 Pelabuhan Hub

q 19 Pelabuhan Feeder

q Indikasi Kebutuhan Pembiayaan

4. IDENTIFIKASI 24 PELABUHAN

PENDUKUNG TOL LAUT

Page 176: kajian-sinergitas-kewenangan-dan-hubungan-kerja-antara-kl-dan ...

IDENTIFIKASI 24 PELABUHAN PENDUKUNG TOL LAUT 24 Pelabuhan Strategis Pendukung Tol Laut 5 Pelabuhan Hub 19 Pelabuhan Feeder

Indikasi Kebutuhan Pembiayaan

37

SKENARIO DASAR TOL LAUT

x

1. Sabuk Layanan Pel. Belawan

2. Sabuk Layanan Pel. Tanjung Priok

3. Sabuk Layanan Pel. Tanjung Perak

4. Sabuk Layanan Pel. Makassar

5. Sabuk Layanan Pel. Bitung

6. Sabuk Layanan Pel. Teluk Bintuni

= Alur Utama Tol Laut

= Sabuk Layanan Lokal

JENIS LAYANAN 1. Angkutan Penumpang è PT. PELNI dan Perintis ASDP

2. Angkutan Komoditi Pertanian (non-durable goods)

3. Angkutan Komoditi Bahan Baku/Mineral (durable goods)

4. Angkutan Barang Jadi (final goods) à Kargo dan Kontainer

SKSKSKSKENENENENENENENENENENENENENENENENENENENENENENENARARARARIOIOIOIOIO D DASASARAR T TOLOLOL L L LAUAUAUAUTTTT

IDENTIFIKASI 24 PELABUHAN PENDUKUNG TOL LAUT 24 Pelabuhan Strategis Pendukung Tol Laut 5 Pelabuhan Hub 19 Pelabuhan Feeder

Indikasi Kebutuhan Pembiayaan

38

OPTIMASI LALULINTAS DI PELABUHAN UTAMA PORT Belawan Tj. Priok Tj. Perak Makassar Bitung Bintuni

Belawan 0 1535 2046 2662 3502 4214

2D11H 3D6H 4D6H 5D15H 6D18H

Tj. Priok 1535

0 713 1452 2543 3040

2D11H 1D3H 2D7H 4D2H 4D21H

Tj. Perak 2046 713

0 827 1946 3033

3D6H 1D3H 1D7H 3D3H 2D19H

Makassar 2662 1452 827

0 1284 2229

4D6H 2D7H 1D7H 2D1H 2D1H

Bitung 3502 2543 1946 1284

0 1507

5D15H 4D2H 3D3H 2D1H 1D9H

Bintuni 4214 3040 3033 2229 1507

0 6D18H 4D21H 2D19H 2D1H 1D9H

èJarak tempuh (Km)

èWaktu tempuh (Day, Hours) 1535

2D11H

1452

2D7H

1284

2D1H

2229

2D1H

2046

3D6H

Sumber: www.searates.com

Dasar Pertimbangan:

1. Waktu tempuh optimal 2 – 3 hari ke pelabuhan tujuan.

2. Potensi beban kargo mengikuti economic size di setiap

region.

Jalur Usulan:

1. Belawan à Tj. Priok à Makassar à Bitung

2. Belawan à Tj. Priok à Makassar à Teluk Bintuni

3. Belawan à Tj. Perak à Makassar à Bitung

4. Belawan à Tj. Perak à Makassar à Teluk Bintuni

Sumber: analisis internal

Hierarki Pelabuhan: 1. Tj. Priok dan Tj. Perak secara paralel menjadi

pengumpul utama arus barang dari dan ke wilayah

barat Indonesia.

2. Makassar berfungsi sebagai pengumpul dan hub

utama ke Indonesia Timur, dengan tujuan Bitung

dan Teluk Bintuni secara paralel.

3. Wilayah Barat Kalimantan dilayani Tj. Priok & Tj.

Perak; Wilayah Timur Kalimantan dilayani

Makassar.

IDENTIFIKASI 24 PELABUHAN PENDUKUNG TOL LAUT 24 Pelabuhan Strategis Pendukung Tol Laut 5 Pelabuhan Hub 19 Pelabuhan Feeder

Indikasi Kebutuhan Pembiayaan

39

USULAN JALUR UTAMA TOL LAUT

Jalur Usulan (barat-timur dan sebaliknya): 1. Belawan à Tj. Priok à Makassar à Bitung

2. Belawan à Tj. Priok à Makassar à Teluk Bintuni

3. Belawan à Tj. Perak à Makassar à Bitung

4. Belawan à Tj. Perak à Makassar à Teluk Bintuni

Hub-Tengah

Peran Hub-Tengah:

a.Pengatur traffic

barat – timur

b.Transit bongkar-muat

Catatan:

Belawan, Tj. Priok dan Tj.

Perak secara paralel menjadi tujuan akhir arus

barang dari Timur ke Barat.

Bitung dan Teluk Bintuni secara paralel menjadi

tujuan akhir arus barang

dari Barat ke Timur.

IDENTIFIKASI 24 PELABUHAN PENDUKUNG TOL LAUT 24 Pelabuhan Strategis Pendukung Tol Laut 5 Pelabuhan Hub 19 Pelabuhan Feeder

Indikasi Kebutuhan Pembiayaan

40

24 PELABUHAN STRATEGIS PENDUKUNG TOL LAUT

Page 177: kajian-sinergitas-kewenangan-dan-hubungan-kerja-antara-kl-dan ...

1. Pelabuhan Belawan / Kuala Tanjung

2. Tanjung Priok / Kali Baru

3. Tanjung Perak

4. Makassar

5. Bitung

41

IDENTIFIKASI 24 PELABUHAN PENDUKUNG TOL LAUT 24 Pelabuhan Strategis Pendukung Tol Laut 5 Pelabuhan Hub 19 Pelabuhan Feeder

Indikasi Kebutuhan Pembiayaan

Sumber Dana

Arus Barang di Pelabuhan

Pada tahun 2013, angkutan antar pulau arus

muat (loading) barang sebesar 2,822,294 ton

dan arus bongkar (unloading) sebesar

7,881,554 ton. Rata-rata pertumbuhan arus

muat sebesar 78,44% dan arus bongkar

14,73%.

Pada tahun 2013, angkutan luar negeri arus

bongkar (loading) barang sebesar 8,625,452

ton dan arus bongkar (unloading) sebesar

3,123,243 ton. Rata-rata pertumbuhan arus

muat sebesar 66,93% dan arus bongkar

6,61%.

Kota Medan, Sumatera Utara

qDirencanakan pengembangan

Pelabuhan Belawan sebagai salah

satu Pelabuhan Hub dalam

pengembangan Tol Laut.

qDermaga 950 m, Draft -10 mLWS, CY

251.48543 m2, Alat (11 CC, 25 RTG, 2

MHC, 61 Head Truck, 7 Reach

Stacker, 3 Side Loader, 6 Forklift)

qRp. 6 Trilyun

qPembangunan terminal/dermaga

Phase I & II (2015-2018)

qPengadaan peralatan Phase I & II (CC,

RTG, Head Truck) pada tahun 2015-

2018

qIDB Loan USD 87,5 juta (reklamasi) &

BUMN

qKementerian Perhubungan dan

Pelindo I

Lokasi

Rencana

Deskripsi

Kondisi Eksisting

Pelaksana

BELAWAN

PORT

42

Nilai Proyek

KUALA TANJUNG

PORT

43

Kabupaten Batubara, Propinsi Sumatera Utara

Pelabuhan Belawan merupakan salah satu

Pelabuhan Hub dalam pengembangan Tol Laut,

yang terintegrasi dengan rencana

pengembangan Aerotropolis Kalanamu

qGroundbreaking pembangunan pelabuhan

ini dilakukan pada tgl 27 Januari 2015

qDermaga TPK 670 m Draft -14 mLWS

(penyelesaian oleh BP Batam), Dermaga

Multpurpose 1.300 m, Draft -6 s.d -13 mLWS

qRp. 18,4 Trilyun

qPerlu revisi RIP untuk pembangunan Pel.

Kuala Tanjung

qPembangunan Terminal Multi Purpose

(2015-2017)

qPembangunan Terminal Peti Kemas (2015-

2019)

qPengadaan peralatan Terminal Multi Purpose

(2 CC, 6 RTG, 14 Head Truck, 2 Loading Arm,

Pompa Un/Loading 450 Ton/jam) 2015-2017

qPengadaan peralatan Terminal Peti Kemas (S

TS Crane, RTG Crane, Tractor Trailer, Reach

Stacker, Straddle Crane) 2017-2019

qBUMN, KPS (BP Batam)

qKemenhub, Pelindo I

Lokasi

Rencana

Deskripsi

Kondisi

Eksisting

Nilai Proyek

Sumber Dana

Pelaksana

yang

Pada 2013, angkutan antar pulau arus muat

barang sebesar 1,488 jt ton dan arus bongkar

sebesar 3,015 jt ton. Rata-rata pertumbuhan arus

muat sebesar 1,91% dan arus bongkar 3,38%.

Pada 2013, angkutan luar negeri arus muat

barang sebesar 479 rb ton dan arus bongkar

sebesar 7,741 jt ton. Rata-rata pertumbuhan arus

ekspor sebesar -11,72% dan arus impor 26,21%.

Surabaya, Jawa Timur

q Dermaga Mirah: length 2 berth; draft -7 m LWS

q D.Jamrud Utara: length 500m; draft -9m LWS

q D.Jamrud Selatan: length 200m; draft -7m LWS

q Rp. 8,563 Trilyun

q Pengembangan Terminal Mirah 2015-2018 (Car Terminal,

Terminal Penumpang, Lap. Penumpukan RoRo, CY, Area

Dedicated Curah Cair)

q Pengadaan Peralatan di terminal Jamrud dan Nilam 2015-

2018 (HMC, Fender, CC)

q Pembangunan Terminal Teluk Lamong (2015-2019):

Pembangunan dermaga petikemas;

Pengembangan luas terminal dan lap. Penumpukan curah

kering internasional;

Pembangunan dermaga curah kering;

Pembangunan CY

Pembangunan dermaga multipurpose

Pengadaan peralatan (STS, Power plant, ASC, Combine

Terminal Tractor, Straddle carrier)

q Pembangunan Dermaga Berlian (2015-2018):

Pembangunan Container Yard (CY);

Pengadaan peralatan (Harbour Portal Crane dan RTG)

q Pembangunan Terminal Peti Kemas Surabaya (2015-2018)

Pengerukan kolam dermaga domestik dan internasional;

Pembangunan CY;

Pengadaan peralatan (CC, RTG, E-RTG).

q Pembangunan Pelindo Marine Service (PMS) 2015-2018:

Pengadaan Kapal Tunda dan Motor Pandu/RIB.

q Pembangunan Terminal/Dermaga JIIPE, Manyar (2014-2015)

q BUMN & Kerjasama PT AKR (pembangunan JIIPE Manyar)

q Kementerian Perhubungan dan Pelindo III

TANJUNG PERAK

PORT

44

Lokasi

Rencana

Kondisi

Eksisting

Nilai Proyek

qSumber Dana

Pelaksana

Page 178: kajian-sinergitas-kewenangan-dan-hubungan-kerja-antara-kl-dan ...

Nilai Proyek

Pada 2013, angkutan antar pulau arus muat barang sebesar 17,6 jt ton dan

arus bongkar sebesar 18,5 jt ton. Rata-rata pertumbuhan arus muat

sebesar 22,97% dan arus bongkar 5,67%.

Pada 2013, angkutan luar negeri arus bongkar barang sebesar 3,9 jt ton

dan arus bongkar sebesar 18,4 jt ton. Rata-rata pertumbuhan arus muat

sebesar -6,70% dan arus bongkar 12,19%.

DKI Jakarta

qRp. 6,108 Trilyun

qRencana pengembangan

Pelabuhan Tanjung Priok /

Kali Baru 2015-2019:

Pembangunan Dermaga

dan Fasilitas Terminal

2015-2017 (Container

Terminal 1-3, Produc

Terminal 1-2)

Pengerukan Alur dan

Kolam Pelabuhan dengan

draft 16m 2015-2017

Pengadaan Peralatan 2015-

2017 (RTG/RMG, Guay

Crane)

qBUMN dan Mitra

qKementerian Perhubungan

dan Pelindo II

Lokasi

Rencana

Sumber Dana

Pelaksana

TANJUNG PRIOK /

KALI BARU PORT

45

MAKASSAR

NEW PORT

Lokasi

Rencana

Nilai Proyek

Kota Bitung , Sulawesi Utara

Rp 346 Milyar

qRevisi Ijin Pengembangan Pelabuhan (2015)

qLanjutan pengembangan terminal/dermaga

(2015-2017)

qPembangunan lap. Penumpukan (2017-

2018)

qPengadaan peralatan (Wheel Loader,

Excavator, Reach Steaker, HMC, RTG, Chasis)

(2015-2016)

qPengadaan kapal tunda, kapal pandu (2016-

2018)

qBUMN

qKementerian Perhubungan dan PELINDO IV

ARUS BARANG

Pada 2013, angkutan antar pulau arus muat

(loading) barang sebesar 1,23 jt ton dan arus

bongkar (unloading) sebesar 1,59 jt ton. Rata-

rata pertumbuhan arus muat sebesar 7,92% dan

arus bongkar 19,65%.

Pada 2013, angkutan luar negeri arus muat

(loading) barang sebesar 192,2 ribu ton dan arus

bongkar (unloading) sebesar 1,14 jt ton. Rata-

rata pertumbuhan arus ekspor sebesar -14,07%

dan arus impor 10,54%. 46

Sumber Dana

Pelaksana

47

Lokasi

Rencana

Nilai Proyek

Kota Bitung , Sulawesi Utara

Rp 1,141 Triliun

qPembuatan jalur RTG (2015)

qPembangunan 3 dermaga petikemas

(2015-2017)

qReklamasi dan Penahanan Tanah (2015-

2016)

qPerkerasan lapangan penumpukan

(2016-2017)

qPembangunan trestle (2016)

qReklamasi dan Penahanan Tanah (2018-

2019)

qPerkerasan lapangan penumpukan

(2018-2020)

qPengadaan peralatan th.2015 (forklift,

head truck, chassis 40 feet, genset, RTG,

container crane)

qCampuran APBN / PMN dan BUMN

qKementerian Perhubungan dan

Pelindo IV

Pelabuhan Bitung sebagai Pelabuhan

Internasional Hub di kawasan Indonesia

Timur dan direncanakan sebagai pintu

gerbang lalu-lintas perdagangan

diwilayah Asia-Pasifik.

BITUNG

PORT

Sumber Dana

Pelaksana

1. Malahayati

2. Batu Ampar Batam

3. Teluk Bayur

4. Jambi

5. Palembang

6. Panjang

7. Tanjung Emas Semarang

8. Pontianak

9. Sampit

10. Banjarmasin

11. Kariangau Balikpapan

12. Palaran Samarinda

13. Pantoloan

14. Kendari

15. Tenau Kupang

16. Ternate

17. Ambon

18. Sorong

19. Jayapura

48

IDENTIFIKASI 24 PELABUHAN PENDUKUNG TOL LAUT 24 Pelabuhan Strategis Pendukung Tol Laut 5 Pelabuhan Hub 19 Pelabuhan Feeder

Indikasi Kebutuhan Pembiayaan

Page 179: kajian-sinergitas-kewenangan-dan-hubungan-kerja-antara-kl-dan ...

Malahayati Terletak di Kabupaten Aceh Besar, 32.5 km dari Banda Aceh, NAD.

Status sebagai Pelabuhan Umum yang diusahakan, Terbuka untuk perdagangan luar negeri, Status Wajib pandu, Pelabuhan Kelas III.

Fasilitas saat ini:

Dermaga 380 m, Draft -5 s.d. -10 MLWS, Saking Yard 23.991 m2, CY 6.980 m2, Gudang 800 m2

Peralatan (6 Head Truck, 1 Reach Stacker, 1 MC, 10 Forklift)

Rencana pengembangan 2015-2016: Pengerukan Alur & Kolam Pengadaan peralatan (1 MHC, 2 Reach Stacker, 5 Head Truck)

Kebutuhan pendanaan Rp.1,565 Trilyun (Pelindo I dan KPS untuk pengerukan)

Batu Ampar, Batam

Terletak di Kota Batam, Kepulauan Riau

Fasilitas saat ini:

Dermaga TPK 670 m Draft -14 mLWS

(penyelesaian oleh BP Batam)

Dermaga Multpurpose 1.300 m Draft -6

s.d. -13 mLWS

Rencana pengembangan 2015-2017:

Pembangunan Terminal Petikemas

Pengadaanperalatan (2 MHC, 6 Reach

Stacker, 12 Head Truck)

Kebutuhan pendanaan Rp.1,2 Trilyun

(Pelindo I dan KPS dengan BP Batam) 49

Teluk Bayur

Terletak di Kota Padang, Sumatera Barat.

Berfungsi sebagai pintu gerbang antar pulau dan

eksport impor dari dan ke Sumatera Barat.

Saat ini pelabuhan Teluk Bayur telah dilengkapi

peralatan untuk menangani barang curah seperti

batu bara, semen, klinker, CPO serta komoditas

yang menggunakan petikemas.

Fasilitas saat ini:

Dermaga sepanjang 270 m

Gudang cfs seluas 3.000 m²

Lapangan penumpukan seluas 7,7 HA

Rencana pengembangan 2015-2017:

Pengerukan alur dan kolam pelabuhan

Pembangunan Gudang A dan Lapangan

Penumpukan Lini II

Pengadaan peralatan (Tangki CPO, excavator,

forklift, hooper, chassis, Hydraulic Reels, Head

Terminal Tractor))

Kebutuhan pendanaan Rp.161 Milyar (Pelindo II)

Jambi / Muara Sabak

Pelabuhan Jambi terletak di Talang Duku, di hilir Sungai Batanghari, Provinsi Jambi. Pelabuhan Jambi dilengkapi dengan dermaga apung, untuk mengatasi naik-turun permukaan air yang mencapai 8 m.

Fasilitas saat ini: Dermaga Multipurpose 100 x 18 m draft 4m Luas Kolam 173.700 m2 draft 3 s/d 6m Panjang x lebar Alur 21.298 x 100 m draft 5 s/d 8 m

Rencana pengembangan 2015-2018: Kebutuhan pengembangan akses darat ke pelabuhan Pengerukan alur dan kolam pelabuhan Pengembangan Dermaga dan Terminal

Kebutuhan pendanaan Rp.300 Milyar (Pelindo II) 50

Tanjung Carat / Palembang

Pelabuhan Palembang didukung oleh

hinterlandnya yang memiliki komoditi

pertanian, pertambangan dan industri.

Komoditi yang memiliki potensi

peningkatan signifikan dimasa mendatang

adalah CPO.

Rencana pengembangan 2015-2018:

Dermaga Peti Kemas

Dermaga Curah Cair

Jalan Akses

Konstruksi Breakwater dan Causeway

Reklamasi dan Perkerasan Lapangan

Bangunan (Kantor, Workshop, Gedung

Serba Guna, Masjid, Kantin, dll)

Kebutuhan pendanaan Rp.6,583 Trilyun

(Pelindo II)

Panjang, Lampung

Merupakan pelabuhan internasional yang terletak di Kecamatan Panjang, Kota Bandar Lampung. Fasilitas saat ini:

Panjang x lebar Alur 10.000 x 14,97m draft 7 s/d 16m Luas Kolam 86.009 m2 Dermaga Multipurpose draft 10m Dermaga Petikemas draft 10m Dermaga Curah Kering draft 11m Gudang Lapangan Konvensional Lapangan Penumpukan Peti Kemas

Rencana pengembangan 2015-2016: Pengadaan Peralatan (Jib Crane, Chassis, Reach Stacker, Head Terminal Tractor)

Kebutuhan pendanaan Rp.123 Milyar (Pelindo II)

51

Tanjung Emas, Semarang

Terletak di Semarang, Jawa Tengah.

Fasilitas saat ini:

Pemecah Gelombang

Gudang dan Terminal seluas 3000 m²

Dermaga Nusantara

Dermaga Pelabuhan Dalam II

Dermaga Gd. VII

DUKS PLTU, DUKS Pertamina, DUKS

BEST, serta DUKS Sriboga.

Peralatan (Kapal Tunda, Kapal Pandu,

Kapal Kepil, CY, alat Bongkar)

Rencana pengembangan 2015-2019:

Pengerukan kolam pelabuhan

Terminal Kalibaru Barat:

Reklamasi

Pembangunan Dermaga Curah

Pembangunan Lap. Penumpukan

Pengadaan pompa polder

Pembangunan Lap. Penumpukan

Samudera

Pembanguan CY dan Dermaga

Terminal Petikemas

Konversi Dermaga Samudera menjadi

Dermaga Petikemas domestik

Pengadaan peralatan (Reception

Facility, Crane Darat, Crane Hooper,

Reach Steakerm CC, A-RTG)

Kebutuhan pendanaan Rp.1,170 Trilyun

(Pelindo III)

Pontianak

/Kijing

Terletak ditepi sungai Kapuas, Provinsi Kalimantan Barat. Fasilitas saat ini:

Terminal Petikemas Peralatan (CC dll)

Rencana pengembangan 2015-2018: Pengembangan Terminal Petikemas Pembangunan Terminal Curah Kering Pembangunan Terminal Curah Cair Pembangunan Term. Multi Purpose Pengadaan Peralatan (Container Crane, RTGC, Reach Stacker, Tractor, Trailer, Conveyor, Bucket Wheel, Bucket Loader, Bulldozer, Loading Arm)

Kebutuhan pendanaan 2,910 Trilyun (Pelindo II)

52

Page 180: kajian-sinergitas-kewenangan-dan-hubungan-kerja-antara-kl-dan ...

Sampit

Sampit sebagai ibu kota Kabupaten Kotawaringin Timur merupakan salah satu kota terpenting di Provinsi Kalimantan Tengah

Arus petikemas di Pelabuhan Sampit, realisasi di tahun 2014 adalah 43.002 boks dan 43.690 TEUs atau masing-masing naik 23% dan 22% dari tahun 2013. Rencana pengembangan 2015-2019:

Kebutuhan pengadaan peralatan Kebutuhan pengembangan terminal dan parkir Kebutuhan pengerukan alur Kebutuhan pengembangan jalan akses

Kebutuhan pendanaan Rp. 100 Milyar

Banjarmasin

Kota Pontianak, Kalimantan Barat

Fasilitas saat ini:

Terminal Petikemas Banjarmasin (TPKB)

Pelabuhan Trisakti yang termasuk 10

besar terminal petikemas di Indonesia.

Terminal General Cargo

Terminal Curah Kering

Terminal Penumpang

Rencana pengembangan 2015-2019:

Pengembangan 4 Dermaga, termasuk

Dermaga Martapura Baru dan Dermaga

PT TLMI

Pembangunan Dermaga Curah Kering

Pembangunan Dermaga 1 Berth

Pembangunan 3 lokasi CY

Pembangunan Lapangan Penumpukan

khusus mobil

Pengadaan peralatan (3 CC, 2 RTG, 1

Mobile Crane)

Kebutuhan pendanaan Rp. 624 Milyar

(Pelindo III dan KPS dengan PT TLMI) 53

Kariangau, Balikpapan

Merupakan pelabuhan peti kemas, curah cair,

curah kering yang berada di pelabuhan peti

kemas, curah cair, curah kering

Dikelola Pelindo IV dan Pemerintah Propinsi

Kalimantan Timur melalui PT Kaltim Kariangau

Terminal.

Pertumbuhan rata-rata petikemas di Pelabuhan

Balikpapan 10% per tahun

Fasilitas saat ini:

Max. size draft 13,06 m

Semayang pier: 489 m x 21 m

Kampung Baru pier: 66 m x 8 m

Tugs and barges -pier no.8: length 120 m

Peralatan 2 crane, 1 reach staker, 1 forklift,

1 head truck, 1 chassis trailer.

Rencana pengembangan 2015-2017 (menunggu

penetapan RIP):

Pembangunan terminal/dermaga

Pengadaan peralatan pelabuhan

Kebutuhan pendanaan Rp.461 milyar

(Pelindo IV)

Palaran,

Samarinda

Terdapat di Kota Samarinda, provinsi

Kalimantan Timur, Indonesia. Pelabuhan ini

berfungsi sebagai pintu gerbang

pengiriman logistik dari Kota Samarinda

dan Kawasan Hulu Mahakam ke Surabaya,

Jakarta dan sebaliknya.

Fasilitas saat ini:

Dermaga sepanjang 270 m

Gudang cfs seluas 3.000 m²

Lapangan penumpukan seluas 7,7 HA

Rencana pengembangan 2016-2018:

Pembangunan terminal/dermaga

pelabuhan

Pengadaan peralatan pelabuhan

Kebutuhan pendanaan Rp.497 trilyun

(kerjasama PT Samudera Indonesia)

54

Pantoloan

Pelabuhan Pantoloan berada di Jalan Trans-

Sulawesi, Kelurahan Pantoloan, Kecamatan

Tawaeli. merupakan pelabuhan utama di

Sulawesi Tengah.

Fasilitas saat ini:

Max draft 9,5 m

Pangkalan 1 pier: 250 m x 20 m

Pangkalan 2 pier: 120 m x 20 m

Peralatan 1 reach staker, 3 forklift, 1

top loader

Rencana pengembangan 2015-2019

(menunggu penetapan RIPN):

Lanjutan pemb. Sheetpile &

reklamasi

Pembangunan CY

Penambahan dermaga III

Pengadaan peralatan (CC, RTG, Head

Truck & Chassis)

Pengadaan kapal tunda dan kapal

pandu

Kebutuhan pendanaan Rp.349 milyar

(Pelindo IV & APBN)

Kendari

Terletak di Kota Kendari, Sulawesi Tenggara

Fasilitas saat ini:

Max draft 9 m

Nusantara pier: 270 m x 16 m

Pertamina Jetty for Tankers: 120 m

Jetty pier for Cargo Vessel Length 110 m

Rencana pengembangan 2015-2019:

Lanjutan Pembangunan Causway

Lanjutan pembangunan 2 dermaga & Lap.

Penumpukan PK di Bungkutoko

Pembangunan trestle 2

Pematangan Lahan dan lapangan

penumpukan

Pembangunan kantor, workshop, CFS,

Gate dan reservoir

Pembangunan Power plan dan ME

Pengadaan peralatan (3 chasis)

Pengadaan 1 kapal tunda

Kebutuhan pendanaan Rp.690 milyar (Pelindo

IV & APBN)

55

Terletak di Pulau Ternate, Maluku Utara

Produktifitas bongkar muat peti kemas di

pelabuhan ini adalah 12 TEUs/jam (2012)

Fasilitas saat ini:

Draft 10 m

Ahmad Yani pier: 248 m x 12 m

Sheet Pile pier: 150 m x 6 m

Bastiong Pile pier: 30 m x 6 m

Sheet Pile pier: 50m x 6m

Fishing ships pier: 68 m x 8 m

Forklift 5 tons: 1 unit

Rencana pengembangan 2016-2018:

Replacement dermaga

Reklamasi & perkerasan lapangan

penumpukan dan penumpang

Pengadaan peralatan (head truck,

chasis, reach stacker, RTG)

Pengadaan kapal tunda

Kebutuhan pendanaan Rp.141 milyar

(Pelindo IV & APBN/PMN)

Tenau, Kupang Terletak di Kupang, Nusa Tenggara Timur

Realisasi Arus Arus Petikemas tahun 2014

sebesar 86.332 Boks dan 88.895 Teus atau masing-

masing tercapai 120% untuk satuan boks dan 121%

untuk satuan TEUs dari anggaran yang ditetapkan

sebesar 72.180 Box dan 73.257 TEUs seiring

bertambahnya operator pelayaran yang berkunjung ke

Pelabuhan Cabang Tenau (PT Temas Line dengan

pelabuhan muat makasar)

Rencana pengembangan 2015-2017:

Peningkatan struktur Dermaga

Pengembangan Lapangan Penumpukan

Pengembangan CY

Pembangunan Terminal Energi

Pengembangan Terminal Khusus Hewan dan

Lapangan Penumpukannya

Pengadaan peralatan (1 CC, 2 RTG)

Kebutuhan pendanaan Rp.79 Milyar (Pelindo III)

Ternate

56

Page 181: kajian-sinergitas-kewenangan-dan-hubungan-kerja-antara-kl-dan ...

Jayapura

Ambon Pelabuhan Ambon dikenal juga

sebagai Pelabuhab Yos Sudarso

merupakan pelabuhan tipe kelas-4

Fasilitas saat ini:

Dermaga Yos Sudarso: 576 m x 20 m, depth 7.5-10

m LWS

Dermaga Siwabessy: 73 m x 8 m, depth 6 m LWS

Dermaga Slamet Riadi: 300 m x 6 m, depth 1-6 m

Dermaga Bandanaira: 62 m x 6 m, depth 6-8 m LWS

Peralatan 2 Crane IHI, 1 tronton, 6 forklift

Rencana pengembangan 2015-2018 (menunggu

penetapan RIPN):

Lanjutan Reklamasi kolam dermaga V

Levelling dan perkerasan CY

Pengembangan dermaga VI

Lanjutan pengerukan dermaga

Pembangunan Jalur RTG

Reklamasi dan penahan tanah dermaga

Pembangunan dermaga dan pelabuhan petikemas

Pengadaan peralatan (Head truck, Chasis, rel CC, RTG)

Pengadaan kapal tunda

Kebutuhan pendanaan Rp. 344 milyar

(Pelindo IV & APBN/PMN)

Terletak sekitar 60 km dari Kota Jayapura, Provinsi

Papua. Merupakan pelabuhan kelas II yang

dioperasikan oleh PT. Pelindo IV

Fasilitas saat ini:

Draft 12 m, 30.000 DWT

Dermaga I & II: 132 m x 7 m

Dermaga III: 56 m x 5 m

Dermaga IV: 82 m x 9 m

Dermaga APO: 32 m x 5 m

Peralatan 1 Crane, 2 Forklift

Rencana pengembangan 2015-2018

(menunggu penetapan RIPN):

Pembangunan lapangan penumpukan / Container Yard (CY)

Pembangunan jalan akses dermaga petikemas

Pembangunan dermaga

Reklamasi bekangdam

Pengadaan peralatan (RTG, chasis)

Pengadaan kapal tunda dan kapal pandu

Kebutuhan pendanaan Rp. 453 milyar (Pelindo IV & APBN/PMN) 57

Diusulkan pelabuhan Arar sebagai pengganti

pelabuhan untuk export import karena lahan

Pelabuhan Kota Sorong sudah tidak bisa

dikembangkan lagi.

Fasilitas saat ini:

Max Draft 20 m

Dermaga Sorong: 340 m x 22 m, depth 6 m

Doom Island: 40 m x 8 m

Oil Jetty: length 50 m

Peralatan 1 truck loader crane, 1 mobile

crane, 2 forklift, 5 tronton

Rencana pengembangan 2015-2018 (menunggu

penetapan RIPN):

Pembangunan CY

Pembangunan dan pengembangan dermaga

Reklamasi dan penahan tanah

Pembangunan lapangan penumpukan/peti

kemas

Pengadaan perlengkapan (compressor, alat

pembuka baut ban reach stacker, chasis,

headtruck, container crane, RTG)

Pengadaan kapal tunda

Kebutuhan pendanaan Rp. 799 milyar

(Pelindo IV & APBN/PMN)

Sorong

LUAS TAMBAHAN

CY +10 Ha

KAPASITAS +

1.000.000 Teu s

DERMAGA

(600X30)M2

(DRAFT -10 S/D -15

MLWS)

58

59

IDENTIFIKASI 24 PELABUHAN PENDUKUNG TOL LAUT 24 Pelabuhan Strategis Pendukung Tol Laut 5 Pelabuhan Hub 19 Pelabuhan Feeder

Indikasi Kebutuhan Pembiayaan -1

No.Kebutuhan Infrastruktur

Pendukung Tol Laut

Kebutuhan

Pendanaan Keterangan(Rp. Milyar)

1 24 Pelabuhan Strategis 243.696Termasuk pengerukan, pengembangan terminal

kontainer, serta lahannya

2 Short Sea Shipping (Jawa) 7.500Kapal, Pelabuhan Sumur, Bojanegara, Kendal,

Paciran, Cirebon

3 Fasilitas kargo umum dan bulk 40.615 Sesuai Rencana Induk Pelabuhan Nasional

4 Pengembangan Pelabuhan non-komersil 148.100 1.481 pelabuhan

5Pengembangan Pelabuhan komersil

lainnya41.500 83 pelabuhan

6Percepatan sasaran pembangunan lama

yang tak tercapai50.000

Sesuai Renstra Dirjen Kelautan dan Rencana

Induk Pelabuhan Nasional

7Transportasi multimoda untuk mencapai

pelabuhan50.000

Jalan akses, kereta pelabuhan, kereta pesisir, dan

sistem multimoda. Sesuai Renstra Dirjen

Perhubungan Laut

8 Revitalisasi industri galangan kapal 10.80012 galangan kapal secara menyeluruh (tidak

ditentukan)

9 Kapal untuk 5 tahun ke depan 101.740Kapal container, barang perintis, bulk carrier, tug

& Barge, Tanker, dan Kapal rakyat

10 Kapal patroli 6.048 Kapal patrol dari Kelas IA s/d V

Total Kebutuhan Pendanaan 699.999 60

NO. PELABUHAN PELINDO ANGGARAN (MILLIAR RUPIAH)

2015 2016 2017 2018 2019 TOTAL

1. Belawan I 600 1.200 1.500 2.700 - 6.000

2. Malahayati I 549 1.015 - - - 1.565

3. Kuala Tanjung I 3.680 5.520 9.200 - - 18.400

4. Batam (Batu Ampar) I 240 360 600 - - 1.200

5. Tanjung Priok / Kalibaru II 1.309 2.181 2.618 - - 6.108

6. Pontianak / Kijing (Kalbar) II 291 582 727 1.309 - 2.910

7. Palembang / Tanjung Carat

(Sumsel) II

658 1.316 1.645 2.962 -

6.583

8. Jambi / Muara Sabak II - 100 100 100 - 300

9. Teluk Bayur II 44 82 35 - - 161

10. Panjang (Lampung) II 24 37 61 - - 123

IDENTIFIKASI 24 PELABUHAN PENDUKUNG TOL LAUT 24 Pelabuhan Strategis Pendukung Tol Laut 5 Pelabuhan Hub 19 Pelabuhan Feeder

Indikasi Kebutuhan Pembiayaan -2

Total Indikasi Kebutuhan Pembiayaan 24 Pelabuhan Strategis (diluar kebutuhan lahan) adalah sebesar

Rp. 66,805 Trilyun dengan rincian sbb:

Page 182: kajian-sinergitas-kewenangan-dan-hubungan-kerja-antara-kl-dan ...

61

NO. PELABUHAN PELINDO ANGGARAN (MILLIAR RUPIAH)

2015 2016 2017 2018 2019 TOTAL

11. Tanjung Perak III 3.024 1.273 1.638 2.141 487 8.563

12. Tanjung Emas III 320 138 287 234 191 1.170

13. Banjarmasin III 76 108 139 198 104 624

14. Tenau Kupang III 12 21 33 - 12 79

15. Samarinda dan TPK Palaran IV - 99 149 249 - 497

16. Balikpapan dan TP Kariangau IV 92 138 230 - - 461

17. Bitung (TPB) IV 150 166 132 249 444 1.141

18. Pantoloan IV 64 31 82 82 90 349

19. Kendari (Kendari New Port) IV 6 139 206 338 - 690

20. Makassar IV 132 131 36 46 - 346

21. Ternate IV 8 21 68 44 - 141

22. Ambon IV 135 53 112 44 - 344

23. Sorong IV 13 439 171 176 - 799

24. Jayapura IV 25 100 294 34

- 453

IDENTIFIKASI 24 PELABUHAN PENDUKUNG TOL LAUT 24 Pelabuhan Strategis Pendukung Tol Laut 5 Pelabuhan Hub 19 Pelabuhan Feeder

Indikasi Kebutuhan Pembiayaan -3

q Kondisi Pelayaran Rakyat

q Pengembangan Pelayaran Rakyat

q Rencana Tindak Lanjut

5. PELAYARAN RAKYAT

PELAYARAN RAKYAT Kondisi Pelayaran Rakyat Pengembangan Pelayaran Rakyat I Rencana Tindak Lanjut

63

FAKTA

1. Sejarah budaya dan

kerajaan di Nusantara.

2. Negara kepulauan terluas

(Laut terluas, Pulau

terbanyak pantai terpanjang

kedua di dunia).

3. SDA terkaya ke dua dunia di

darat dan di laut.

4. Lokasi strategis dlm sistem

industri dan perdagangan

antar bangsa.

ARAH KEBIJAKAN

1. SDM, Masyarakat, Budaya, IPTEK untuk

darat dan kelautan.

2. Ekonomi (HTI, agro, ternak, ikan, ESDM,

Pariwisata, Industri dan perdagangan

domestik, pusat global, dan maritim).

3. Tata ruang (kota-kota bandar dunia,

terintegrasi dlm sistem nasional, darat-laut).

4. Pertahanan yg kuat berbasis geografi sejati,

dan Keamanan di laut dlm satu institusi.

5. Sistem hukum nasional yang berbasis Negara

Kepulauan, seimbang darat dan kelautan.

Negara Kepulauan Nusantara Sebagai Basis Bagi Kebijakan Pembangunan

PELAYARAN RAKYAT Kondisi Pelayaran Rakyat Pengembangan Pelayaran Rakyat I Rencana Tindak Lanjut

64

7 Kebijakan Pembangunan Industri PelayaranMenuju Beyond Cabotage

7. “INDONESIA MARITIME INCORPORATED”

Page 183: kajian-sinergitas-kewenangan-dan-hubungan-kerja-antara-kl-dan ...

Perusahaan pelayaran rakyat pada

umumnya identik dengan kapal kayu

tradisional yang dioperasikan oleh pelaut

alami dengan manajemen sederhana (UU

17 /2008 tentang pelayaran pasal 15 ayat 1

dan 2).

Menurut PM 93/2013 tentang

penyelenggaraan angkutan laut, Pelayaran

Rakyat (PELRA) adalah kegiatan angkutan

laut yang menggunakan kapal:

Kapal Layar tradisional yang

sepenuhnya digerakkan oleh tenaga

angin

Kapal Layar Motor berukuran sampai

500 GT (gross tonnage) yang

digerakkan oleh tenaga angin sebagai

penggerak utama dan motor sebagai

tenaga penggerak bantu

Kapal motor dengan ukuran antar 7 GT

sampai 35 GT.

Pengadaan armada pelayaran terhambat oleh

sulitnya penyediaan kayu gelondongan sehingga

perlu dicarikan alternatif lain misalnya dengan

pengadopsian cara perancangan dan

pembangunan kapal kayu modern untuk

diterapkan kepada kapal armada pelayaran

rakyat.

Untuk menjamin keselamatan dan pelayanan

yang baik dari pelayaran rakyat, diperlukan

pembinaan dan pengawasan yang lebih

konsisten dan menyeluruh oleh pemerintah yang

bekerja sama dengan asosiasi atau koperasi yang

ada. Pemerintah juga diamanatkan untuk

mengembangkan PELRA dengan langkah-langkah

dalam PM 93/2013, yang termasuk didalamnya

berupa penyediaan pelabuhan yang memadai,

kemudahan pengembangan serta penyediaan

BBM bersubsidi.

PELAYARAN RAKYAT Kondisi Pelayaran Rakyat Pengembangan Pelayaran Rakyat I Rencana Tindak Lanjut

DEFINISI PERMASALAHAN

65 66

PELAYARAN RAKYAT Kondisi Pelayaran Rakyat Pengembangan Pelayaran Rakyat I Rencana Tindak Lanjut

1. Tegakkan “cabotage”, “terms of trade”

sebagai wujud dukungan pelayaran (kapal) Indonesia.

2. Dorong integrasi bisnis, “Indonesia maritime incorporated”.

3. Fiskal: zero tax, share modal, jaminan kredit dengan bunga rendah untuk pengadaan kapal, mewujudkan Lembaga Keuangan Maritim (bukan Bank konvensional).

4. Penataan ulang “sistem” dan “manajemen”

pelabuhan.

5. Dorong Industri galangan dan komponen kapal.

6. Siapkan SDM “shipping & ship building”

(linkage dengan sekolah kejuruan dan DIKTI) dan deregulasi diklat pelaut.

7. Berdayakan “pelayaran rakyat”.

1. Cabotage 100%, Share export

import 40% (beyond

cabotage).

2. Industri kapal: membangun

sebagian besar kapal

Indonesia dan sebagai pusat

service kapal dunia.

3. Pelayaran rakyat semakin

memiliki peranan penting

dalam sistem logistik nasional.

4. Sistem dan manajemen

pelabuhan berstandar

internasional.

5. Pusat diklat dan penyediaan

SDM shipping & ship building

terkemuka dunia.

STRATEGI KEBIJAKAN

67

PELAYARAN RAKYAT Kondisi Pelayaran Rakyat Pengembangan Pelayaran Rakyat I Rencana Tindak Lanjut

KEBIJAKAN AFIRMATIF RANCANGAN PERPRES PELRA

A. DUKUNGAN KEPASTIAN MUATAN

1. Share belanja APBN/APBD

2. Share komoditi BULOG dan Industri BUMN/BUMD

B. DUKUNGAN MODAL

1. Penyertaan/subsidi Pemerintah/Pemda

2. Fasilitas perbankan / Lembaga keuangan non-bank

C. DUKUNGAN KELAIKAN KAPAL

1. Bantuan Teknis desain, konstruksi, kelajuan

2. Prosedur pembangunan kapal

D. DUKUNGAN BAHAN BAKU DAN KOMPONEN KAPAL

1. Diberikan konsesi Hutan Tanaman Industri kayu kapal

2. Pengembangan industri komponen

E. PENYEDIAAN SARANA DAN PRASARANA PELABUHAN

1. Renovasi, Rehabilitasi, dan pembangunan Pelabuhan

2. Penyediaan segala sarana termasuk SPBU

F. PENGEMBANGAN KAPASITAS

1. Kelembagaan usaha

2. Beasiswa pendidikan dan Pelatihan SDM

68

PELAYARAN RAKYAT Kondisi Pelayaran Rakyat Pengembangan Pelayaran Rakyat I Rencana Tindak Lanjut

JALUR PENGEMBANGAN WISATA BAHARI

• Jalur I Sabang – Nias – Mentawai – Enggano – Krakatau - Pel.Ratu – Pangandaran – Jogya - Sendang biru - Bali

• Jalur II Sabang – Medan – Batam – Babel – Kep. Seribu – Karimunjawa - Surabaya - Bali

• Jalur III Batam – Babel – Bintan – Anambas– Natuna

• Jalur IV Bali – NTB – NTT – Wetar

• Jalur V Bali – Lombok – Takabonerate – Wakatobi – Banggai – Togean – Bunaken – Satal

• Jalur VI Makasar – Takabonerate - Wakatobi – Ambon – Banda – Kei – Tanimbar

• Jalur VII Manado – Ternate – Raja Ampat – Biak –Jayapura

• Jalur VIII Derawan – Bunaken – Satal

Page 184: kajian-sinergitas-kewenangan-dan-hubungan-kerja-antara-kl-dan ...

INPRES No. 5 2005 tentang Pemberdayaan Industri Pelayaran Nasional

a) Menata kembali jaringan trayek angkutan laut

dengan memberikan insentif kepada kapal

dengan trayek tetap dan teratur. Dapat

ditambahkan juga untuk kapal dengan umur

dibawah 25 tahun;

b) Mempercepat ratifikasi konvensi internasional

tentang Piutang Maritim yang didahulukan dan

hipotik atas kapal (Maritime Liens and

Mortgages, 1993) dan menyelesaikan undang-

undang serta peraturan yang terkait;

c) Mempercepat ratifikasi konvensi Penahanan

Kapal (Arrest Ship) beserta undang-undang

dan peraturan terkait;

d) Memberikan dukungan untuk pengembangan

pelayaran rakyat (dan pelayaran lain) dalam

bentuk fasilitas pendanaan.

Tahun/

Satuan

2009 2010 2011 2012 2013

Unit 1,293 1,301 1,314 1,329 1,340

GRT 152,800 155,272 161,793 166,356 170,529

Perkembangan Pelayaran rakyat:

69

PELAYARAN RAKYAT Kondisi Pelayaran Rakyat Pengembangan Pelayaran Rakyat I Rencana Tindak Lanjut

Perlunya kebijakan afirmatif untuk menyelesaikan seluruh permasalah PELRA melalui penetapan

RAPERPRES tentang PELRA, yang mengatur:

Dukungan kepastian muatan PELRA

Dukungan modal PELRA

Dukungan kelaikan kapal PELRA

Dukungan bahan baku dan komponen kapal PELRA

Penyediaan sarana dan prasarana pelabuhan PELRA

Pengembangan kapasitas SDM PELRA

Perlunya ditindaklanjuti surat KEMENHUB ke BUMN tentang kewajiban untuk memberikan distribusi

produk BUMN tertentu menggunakan PELRA, terutama untuk distribusi pelayanan publik (obat-obatan,

buku BOS, dsb).

Perlunya percepatan perumusan Dana Alokasi Khusus (DAK) mendukung PELRA dan percepatan

penyusunan skema pembiayaan lainnya.

Diperlukannya konsesi hutan tanaman industri kayu kapal. Masih terdapat 22 juta hektar hutan yang

boleh dikonversi (bukan lindung). Setidaknya 100 ribu hektar boleh dikonversi menjadi bahan baku ulin.

Perlunya pengembangan teknologi untuk dapat menggunakan kayu secara efektif dan efisien , serta

aturan mengenai pengklasifikasian kapal kayu. Sehingga nantinya tercipta standar sparepart kayu

(fabrifikasi), sehingga akan terjadi efektifitas dan efisiensi pemanfaatan kayu.

Perlunya rebranding PELRA untuk meningkatkan perhatian dan kebanggaan erhadap PELRA sebagai

bagian dari realisasi Bangsa Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia.

Perlunya perhatian khusus kepada sentra-sentra distriusi PELRA dan revitalisasi pelabuhan PELRA.

Perlu pemisahan pihak pengelola Pelabuhahan Rakyat seperti Pelabuhan Sunda Kelapa dan Gresik dari

Badan Usaha Pelabuhan agar dikelola oleh Pemerintah untuk mendukung PELRA. 70

PELAYARAN RAKYAT Kondisi Pelayaran Rakyat Pengembangan Pelayaran Rakyat I Rencana Tindak Lanjut

6. PENGEMBANGAN PELABUHAN PENYEBERANGAN

SABUK SELATAN-TENGAH-UTARA SEBAGAI

KOMPLEMEN TOL LAUT

q Peran & Fungsi ASDP dalam Sistem Transportasi

q Kondisi Penyeberangan akhir 2014

q Pembangunan 65 Lokasi Pelabuhan Penyeberangan

q Pembangunan 50 Lokasi Kapal Penyeberangan

PENGEMBANGAN PELABUHAN PENYEBERANGAN

SEBAGAI KOMPLEMEN TOL LAUT

72

Berfungsi sbg jembatan yg menghubungkan jaringan jalan / jaringan jalur KA yg dipisahkan oleh perairan utk mengangkut penumpang & kendaraan serta isinya

Penetapan dilakukan dgn mempertimbangkan jaringan trayek angkutan laut shg mencapai optimalisasi keterpaduan angkutan antar & intramoda

Pelabuhan memiliki peran sebagai tempat kegiatan alih moda transportasi

“Posisi ASDP di

multimoda sesuai

UU No. 17/2008

dan PP 20/2010:

1

2

3

Peran & Fungsi ASDP dalam Sistem Transportasi Kondisi Penyeberangan akhir 2014 65 Lokasi

Pelab. Penyeberangan 50 Lokasi Kapal Penyeberangan

Page 185: kajian-sinergitas-kewenangan-dan-hubungan-kerja-antara-kl-dan ...

PENGEMBANGAN PELABUHAN PENYEBERANGAN

SEBAGAI KOMPLEMEN TOL LAUT

73

UDARALAUT

Peran & fungsi angkutan

penyeberangan (ferry transport):

1. Sebagai bagian dari subsistem

transportasi darat dalam

SISTRANAS

2. Mendukung pertumbuhan dan

pelayanan sektor lainnya

(promoting and servicing sector),

berfungsi multiplier effect

3. Mendukung pembangunan

daerah maupun pembangunan

nasional secara keseluruhan

“Seiring perkembangan, armada ferry

juga difungsikan untuk pengalihan moda

dari transportasi jalan melalui

pengembangan Coastal Shipping

Peran & Fungsi ASDP dalam Sistem Transportasi Kondisi Penyeberangan akhir 2014 65 Lokasi

Pelab. Penyeberangan 50 Lokasi Kapal Penyeberangan

PENGEMBANGAN PELABUHAN PENYEBERANGAN

SEBAGAI KOMPLEMEN TOL LAUT

74

Konvensional/Klasik

Kepulauan

Sungai

Shortcut Ferry Coastal Ferry

KARAKTER PELAYANAN PENYEBERANGAN (konsep penyeberangan Vs karakeristik wilayah geografi)

Peran & Fungsi ASDP dalam Sistem Transportasi Kondisi Penyeberangan akhir 2014 65 Lokasi

Pelab. Penyeberangan 50 Lokasi Kapal Penyeberangan

PENGEMBANGAN PELABUHAN PENYEBERANGAN

SEBAGAI KOMPLEMEN TOL LAUT Peran & Fungsi ASDP dalam Sistem Transportasi Kondisi Penyeberangan akhir 2014 65 Lokasi Pelab.

Penyeberangan 50 Lokasi Kapal Penyeberangan

75 Jml Pelab = 191

Jml Kapal = 270

Komersil = 205

Perintis = 72

Jenis

Lintasan

Jumlah

Lintasan

Komersil 42

Perintis 178

PENGEMBANGAN PELABUHAN PENYEBERANGAN

SEBAGAI KOMPLEMEN TOL LAUT

76 76

Peran & Fungsi ASDP dalam Sistem Transportasi Kondisi Penyeberangan akhir 2014 65 Lokasi Pelab.

Penyeberangan 50 Lokasi Kapal Penyeberangan

Page 186: kajian-sinergitas-kewenangan-dan-hubungan-kerja-antara-kl-dan ...

77

Peran & Fungsi ASDP dalam Sistem Transportasi Kondisi Penyeberangan akhir 2014 65 Lokasi Pelab.

Penyeberangan 50 Lokasi Kapal Penyeberangan

PENGEMBANGAN DERMAGA FERRY YANG JUGA MENDUKUNG COASTAL SHIPPING P. JAWA antara lain PELABUHAN KENDAL

Terletak di Desa Wonorejo, Kecamatan Kaliwungu, Jawa Tengah Fasilitas saat ini:

Dermaga penyeberangan panjang 110m, lebar 14m Dermaga Ro-Ro panjang 8m, lebar 25 m Dermaga dapat disandari oleh kapal Ro-Ro dengan pintu haluan, buritan dan pintu samping; Breakwater sisi kiri ( barat ) sepanjang 1.250 m; Breakwater sisi kanan ( timur ) sepanjang 1.220 m; Kolam Pelabuhan dan alur pelayaran dengan kedalaman – 5 LWS; Kapasitas 5.000 GT; Sarana Bantu Navigasi Pelayaran berupa Rambu Suar Laut 2 buah (merah dan hijau) dan rambu suar darat.

Rencana pengembangan 2015-2019 :

Mengembangkan Kendal Kaliwungu sebagai SSS Car

Terminal Port;

Tahun 2016 direncanakan pengoperasian pelabuhan

niaga;

Pada 5 tahun kedepan diarahkan untuk menjadi

pelabuhan alternantif dari Tanjung Emas.

Peran & Fungsi ASDP dalam Sistem Transportasi Kondisi Penyeberangan akhir 2014 65 Lokasi Pelab.

Penyeberangan 50 Lokasi Kapal Penyeberangan

PENGEMBANGAN DERMAGA FERRY YANG JUGA MENDUKUNG COASTAL SHIPPING P. JAWA antara lain PELABUHAN PACIRAN

Terletak di Kabupaten Lamongan, Jawa Timur

Fasilitas saat ini:

Dermaga penyeberangan panjang 135 m, draft 7,5

m LWS;

Kapasitas dermaga penyeberangan 6.000 GT;

Fasilitas Sarana Bantu Navigasi Pelayaran

berupa Rambu Suar Laut 2 buah (merah dan hijau)

dan rambu suar darat.

Dermaga dapat disandari oleh kapal Ro-Ro dengan

pintu haluan, buritan dan pintu samping

Rencana pengembangan 2015-2019:

Dikembangkan untuk mendukung area industri

sekitar Pelabuhan Paciran;

Dikembangkan untuk pengembangan Short Sea

Shipping. 78

79

PENGEMBANGAN PELABUHAN PENYEBERANGAN

SEBAGAI KOMPLEMEN TOL LAUT

79

Peran & Fungsi ASDP dalam Sistem Transportasi Kondisi Penyeberangan akhir 2014 65 Lokasi Pelab.

Penyeberangan 50 Lokasi Kapal Penyeberangan

q Dasar Hukum

q Rencana Pengembangan Short Sea Shipping

7. SHORT SEA SHIPPING

Page 187: kajian-sinergitas-kewenangan-dan-hubungan-kerja-antara-kl-dan ...

SHORT SEA SHIPPING Tujuan & Dasar Hukum Rencana Pengembangan Short Sea Shipping

81

Tujuan Short Sea

Shipping, antara

lain:

Alternatif distribusi logistik

Mengurangi kelebihan beban jalan

Menghemat biaya (pemeliharaan jalan, BBM)

Memperkecil jumlah kecelakaan

Mengurangi emisi gas buang

1

2

3

4

5

Coastal Shipping / Short Sea Shipping

Road Map

Pada

No. Rencana Aksi Indikator

Target

Waktu

Penanggung jawab dan

instasi terkait

3. Membangun konektivitas

lokal,antar pulau dan

nasional secara terintegrasi

Terwujudnya jalur dan operasi

pelayaran short sea shipping secara

terjadwal 2013-2015

Kemenhub, Kemen BUMN,

Bappenas,Kemendag,

Kemenperin, Kemen PU

Diberikannya insentif kepada pelaku

dan penyedia jasa logistik yang

bergerak dalam jalur Short Sea

Shipping 2012-2015

Kemenhub, Kemen BUMN,

Bappenas,Kemendag,

Kemenperin, Kemen PU

6. Meningkatkan aksesibilitas

angkutan barang di daerah

tertinggal dan/atauwilayah

terpencil dan daerah

padat/macet

Terselenggaranya kapal Ro-ro (SSS)

disepanjang pantai utara jawa dan

jalur lintas timur. Sumatera sebagai

alternatif Utama angkutan barang

untuk mengurangi beban jalan 2012-2015

Kemenhub, Kemen BUMN,

Bappenas,Kemendag,

Kemenperin, Kemen PU

SHORT SEA SHIPPING Tujuan & Dasar Hukum Rencana Pengembangan Short Sea Shipping

82

Dasar Hukum pelaksanaan Short Sea Shipping

83

SHORT SEA SHIPPING Tujuan & Dasar Hukum Rencana Pengembangan Short Sea Shipping

Mengintegrasikan “door-to-door services”

Armada kapal RoRo berkapasitas lebih dari 10.000 GT, dan meningkatkan load-factor lebih besar dari 60% pulang-pergi

Menggunakan Intermodal cargo Loading Unit (ILU) dengan dimensi standar sesuai dengan karakteristik komoditi yang dibawa untuk menyingkat waktu loading/unloading dan perpindahan moda

Pemberian subsidi BBM, dan insentif (ex: karena eksternal cost transportasi darat diabaikan, maka selayaknya insentif kebijakan ini sebagai mitigasi/shifting ke moda transportasi rendah karbon).

Insentif lain: Memberikan berthing tariff khusus untuk SSS Domestik. Memberikan suku bunga perbankan khusus untuk operator SSS, dll

“Sementara permasalahan dwelling time, double-handling dan integrasi multimoda masih dalam

proses penanganan, inisiasi SSS dapat dilakukan memanfaatkan armada RoRo dan dengan memperkuat pelabuhan RoRo Paciran dan Kendal.

1

2

3

“Cara yang

dapat dilakukan

untuk mereduksi

tarif SSS RoRo

agar dapat

bersaing dengan

transportasi

darat adalah

melalui: 4

5 84

SHORT SEA SHIPPING Tujuan & Dasar Hukum Rencana Pengembangan Short Sea Shipping

Coastal Shipping di Papua, Sulawesi dan

Kalimantan yang terintegrasi sebagai

Feeder Tol Laut.

Short Sea Shipping di Luar Pulau Jawa Short Sea Shipping Jawa -Sumatera

Page 188: kajian-sinergitas-kewenangan-dan-hubungan-kerja-antara-kl-dan ...

85

SHORT SEA SHIPPING Tujuan & Dasar Hukum Rencana Pengembangan Short Sea Shipping

1 Unit Kapal tipe 5000 GT

(semula direncanakan untuk melayani trayek Merak – Bakauheni)

1 (satu) unit KMP Ferindo 5:

Dimensi Kapal LOA 92,03

meter;

Draft kapal 5,2 meter;

Kapasitas kendaraan 130 unit

atau barang 2500 – 3000 ton;

Kecepatan rata-rata 10

knots

1 (satu) unit KMP Jatra III

DUKUNGAN ARMADA

86

SHORT SEA SHIPPING Tujuan & Dasar Hukum Rencana Pengembangan Short Sea Shipping

INSENTIF YANG DIBUTUHKAN

1. Kebijakan Pemerintah :

a) Subsidi untuk BBM kapal (equal treatment dengan angkutan jalan raya), Penurunan

biaya bunker (Biaya operasional kapal 60% untuk bahan bakar);

b) Penertiban angkutan barang truk yang melebihi beban jalan;

2. Penyusunan sistem dan prosedur yang dapat meminimalisasi antrian serta mekanisme

pembayaran yang terintegrasi antara pelabuhan muat dan pelabuhan tujuan (satu kali

bayar). Diperlukan koordinasi antara operator Ro-Ro dan operator kedua pelabuhan (muat

dan tujuan).

3. Insentif fiskal yang dibutuhkan pelaku pelayaran untuk mendukung terwujudnya coastal

shipping/short sea shipping antara lain:

a) Bunga Bank – Interest Rate serendah mungkin, apabila dalam mata uang Rupiah tidak

lebih dari 10%. Selain biaya, Perbankan harus menyalurkan dana sebanyak mungkin;

b) PPN (0%), Biaya sewa kapal, BBM, Bongkar Muat, material kapal, dan spare parts;

c) Insentif pada galangan kapal;

d) Local Content, peningkatan penggunaan local content bila perlu dipaksakan untuk

memfasilitasi pendirian UKM untuk pembuatan suku cadang dan mesin kapal;

e) Bebas bea masuk untuk alat-alat yang terkait industri pelayaran.

8. IMPLEMENTASI KONSEP TOL LAUT

q Progres Implementasi Tol Laut Triwulan Pertama 2015

88

TOL LAUT DALAM RPJMN

2015-2019

65 PELABUHAN

PENYEBERANGAN SABUK SELATAN-TENGAH-UTARA

PELAYARAN

RAKYAT

SHORT SEA SHIPPING

JAWA DAN LUAR JAWA

24 PELABUHAN

PENDUKUNG

TOL LAUT

IMPLEMENTASI KONSEP TOL LAUT Progres Implementasi Tol Laut Triwulan Pertama 2015

Page 189: kajian-sinergitas-kewenangan-dan-hubungan-kerja-antara-kl-dan ...

SHIP CARGO

Perizinan Kesehatan kapal, Kelaikan

operasi, izin usaha,dll

SPPB (Import), PE (Export),

BKSP, Cargo Manifest.

Fasilitas Pelayanan

Pelabuhan

Tempat labuh, kolam

tambatan, sarana

pemanduan, dll

Alat bongkat muat, jalan akses,

suplai listrik, alat transportasi,

dll

SISTEM INFORMASI KARGO

89

IMPLEMENTASI KONSEP TOL LAUT Progres Implementasi Tol Laut Triwulan Pertama 2015

DUKUNGAN ARMADA

90

IMPLEMENTASI KONSEP TOL LAUT Progres Implementasi Tol Laut Triwulan Pertama 2015

Shipping Companies

Shipyard

Maritime Equipment

Suppliers

Maritime Service

2.866 PERUSAHAAN

51 PERUSAHAAN

1.894 PERUSAHAAN

250 PERUSAHAAN

91

IMPLEMENTASI KONSEP TOL LAUT

Status eksisting perusahaan pendukung implementasi Tol Laut:

Progres Implementasi Tol Laut Triwulan Pertama 2015

Penanaman Modal Negara untuk

Pengadaan Kapal

Penanaman Modal Negara untuk

Pengembangan Galangan Kapal

PT ASDP : Rp. 1 Trilyun

92

IMPLEMENTASI KONSEP TOL LAUT

PT PELNI : Rp. 500 Milyar

PT DOK Perkapalan Surabaya : Rp. 200 Milyar

PT DOK Kodja Bahari : Rp. 900 Milyar

PT Industri Kapal Indonesia : Rp. 200 Milyar

Penanaman Modal Negara untuk

Pengembangan Pelabuhan PT PELINDO IV : Rp. 2 Trilyun

Sebagai bagian dari percepatan implementasi Tol Laut, Pemerintah mengalokasikan

Penanaman Modal Negara (PMN) kepada BUMN pada RAPBNP TA 2015, seperti berikut

dibawah ini:

Progres Implementasi Tol Laut Triwulan Pertama 2015

Page 190: kajian-sinergitas-kewenangan-dan-hubungan-kerja-antara-kl-dan ...

Pembangunan

8 Kapal

Penyeberangan

Perintis Tahap I

= Rp. 90 M

1. Lintas Kupang – Pulau Ndao, NTT (500 GT)

= Rp.15 M

93

IMPLEMENTASI KONSEP TOL LAUT

Sebagai wujud pembangunan yang inklusif, Pemerintah memberikan subsidi di 135

lintas penyeberangan perintis Rp. 315 M, serta membangun kapal perintis yang

dilakukan menjadi 2 tahap di tahun anggaran 2015 dengan total investasi Rp. 208,1 M:

Progres Implementasi Tol Laut Triwulan Pertama 2015

5. Kapal Motor Sungai Mimika, Papua (200 GT)

= Rp.10 M

2. Lintas Saumlaki – Adaut - Letwurung,

Maluku (500 GT) = Rp.10 M

6. Lintas Paciran – Lamongan, JATIM (2.00

GT) = Rp.10 M

3. Lintas Tual – Air Nanang, Maluku (600 GT)

= Rp.15 M

7. Lintas Tiga Ras – Simanindo, SUMUT (300

GT) = Rp.10 M

4. Lintas Babang – Saketa, Maluku Utara (500

GT) = Rp.10 M

8. Lintas Pulau Laut Timur – Sebuku, KALSEL

(300 GT) = Rp.10 M

1. Lintas Amurang – Pananaru - Marore, SULUT

(750 GT) = Rp.32 M

4. Lintas Doro Kao – Subaim, Maluku Utara

(300 GT) = Rp.18,5 M

2. Kapal pembersih alur danau Tondano,

SULUT = Rp.4,5 M

5. Lintas Amolengo – Labuhan, SULTRA (500

GT) = Rp.24 M

3. Lintas Namlea – Waisala, Maluku (500 GT)

= Rp.24,6 M

6. Lintas Sumpit – Ciremai, KALBAR (150 GT) =

Rp.14,5 M

Pembangunan

6 Kapal

Penyeberangan

Perintis Tahap II

= Rp. 118,1 M

94

IMPLEMENTASI KONSEP TOL LAUT

Tol Laut untuk tahap awal telah dilayani kapal multi purpose antara lain dari PT PELNI (KM Ceremai, KM

Dempo, KM Dobonsolo), armada kapal nasional di Kawasan Papua dan Papua Barat yang telah terjadwal (ex:

Sorong-Waisai, Sorong-Bau Bau, Sorong-Manokwari, Manokwari Jayapura, dll), serta beberapa Liners

nasional.

Progres Implementasi Tol Laut Triwulan Pertama 2015

94

95

IMPLEMENTASI KONSEP TOL LAUT Progres Implementasi Tol Laut Triwulan Pertama 2015

BEBERAPA ARMADA YANG TELAH MELAYANI JALUR TOL LAUT

LAMPIRAN

q Rancangan Peraturan Presiden Tentang Pelayaran Rakyat

Page 191: kajian-sinergitas-kewenangan-dan-hubungan-kerja-antara-kl-dan ...

RAPERPRES PELRA

I. Kapal

II. Pelabuhan dan Pendaratan

III. Trayek

IV. Muatan Kapal

V. Penugasan Pemerintahan

VI. Keselamatan

VII. ABK

VIII. Pengelolaan Operasional

IX. Pengelolaan Usaha

X. Galangan Kapal

XI. Bahan Baku dan Komponen

XII. Pengembangan Teknologi

XIII. Asuransi

XIV. Modal Usaha

XV. Norma, Standar, Prosedur kriteria

XVI. Penegakan Hukum

XVII. Organisasi Perusahaan

1. Ukuran: maksimum 500 DWT

2. Bentuk mengikuti pola dasar tradisional dengan pembaruan

teknis konstruksi, mekanik, dan perlengkapan, sesuai kemajuan.

3. Bahan baku: sebagian besar dan tampilan dari kayu, dikombinasi

dengan bahan lain sesuai kebutuhan.

4. Jenis penggunaan: barang/orang, barang khusus, pariwisata

5. Standarisasi: konstruksi, kelajuan, layar, bahan bakar,

perlengkapan.

6. Pemerintah menetapkan prototipe kapal pelra, dengan rancang

bangun atas usul PELRA bersama puslitbang independen,

pemda, dan stakeholders lainnya.

7. Pemerintah mendaftarkan kapal pelra sebagai hak cipta, dan

warisan budaya dunia.

8. Pembangunan: berdasarkan gambar rancang bangun yang

disediakan/ditetapkan pemerintah.

9. Pemeliharaan: berkala.

10. Kelaikan.

RAPERPRES PELRA

1. Kelas Pelabuahan: nasional, daerah, dan lintas batas,

khusus, pariwisata.

2. Pembangunan pelabuhan: nasional dan lintas batas oleh

pemerintah, daerah oleh pemda, khusus dan pariwisata

oleh swasta.

3. Pengelolaan Pelabuhan: regulator pemerintah/pemda,

operator PELRA.

4. Pendaratan: lokasi ditetapkan/diizinkan oleh pemda,

dikelola oleh PELRA/swasta.

5. Mooring Buoys: ditetapkan/diizinkan pemda.

RAPERPRES PELRA

Page 192: kajian-sinergitas-kewenangan-dan-hubungan-kerja-antara-kl-dan ...

1. Trayek:

2. Liner: PELRA bersama pemerintah, pemda, dan

pengguna jasa mengembangkan sistem,

3. Tramper:

4. Izin Liner: Bupati/walikota sesuai dengan domisili

kapal, dilaporkan ke Gubernur dan Pusat.

5. Trayek khusus untuk pelayanan tidak

menguntungkan usaha dan atau atas penugasan

pemerintahan/pemda diberikan insentif

fiskal/dibiayai APBN/APBD.

RAPERPRES PELRA

1. Swasta besar berbasis agro, perikanan, dan

pertambangan: minimum 5 % dari angkutan dalam

negeri, wajib diangkut pelra.

2. BUMN/BUMD non Bulog: minimum 5 % angkutan

dalam negeri wajib diangkut Pelra.

3. BULOG: sebagian besar angkutan kebutuhan bahan

pokok di dalam provinsi wajib diangkut pelra.

4. Pengurangan pajak: untuk barang swasta yang diangkut

pelra.

RAPERPRES PELRA

1. Tugas: pertahanan, keamanan, sosial, budaya, ekonomi,

lingkungan hidup, dan bencana.

2. Penugasan: dari pemerintah, pemda provinsi,

kabupaten, kota.

3. Pelatihan untuk penugasan

4. Peralatan untuk penugasan

5. Dibiayai APBN/APBD

RAPERPRES PELRA

1. Dikelola Badan Usaha:

2. Dapat merupakan bagian dari usaha perdagangan skla kecil dan

menengah.

3. Dapat merupakan anak perusahaan swasta besar yang usaha utamanya

berbasis SDA (agro, tambang, ikan)

4. Dapat merupakan bagian dari usaha pariwisata.

5. Perusahaan angkutan pelayaran rakyat dapat memeiliki usaha galangan

kapal pelra.

6. Swasta besar, pemerintah, pemerintah daerah, dan BUMN/BUMD wajib

mengadakan perjanjian angkutan barang dengan pelra.

7. Pemerintah memberikan insentif fiskal kepada perusahaan besar yang

melakukan perjanjian angkutan jangka menengah/panjang.

8. Badan usaha Pelra wajib menjadi anggota PELRA.

RAPERPRES PELRA

Page 193: kajian-sinergitas-kewenangan-dan-hubungan-kerja-antara-kl-dan ...

1. Pemerintah/pemerintah daerah memberikan fasilitasi

perizinan, sarana dan prasarana, dan insentif untuk

pengembangan galangan kapal pelra.

2. Usaha galangan kapal dikelola oleh Badan

Usaha/Koperasi.

3. Badan usaha/koperasi pengembangan galangan kapal

wajib menjadi anggota asosiasi PELRA

RAPERPRES PELRA

1. Pemerintah membantu pengadaan bahan baku kayu

untuk pembangunan kapal pelra.

2. Pemerintah memberikan fasilitasi dan insentif untuk

untuk pengembangan usaha Hutan Tanaman Industri

(HTI) khusus untuk kayu bahan baku kapal pelra

3. Fasilitasi dan insentif untuk usaha HTI diprioritaskan

bagi asosiasi PELRA

4. Pengelolaan usaha HTI dilakukan oleh

perusahaan/perorangan yang memiliki kompetensi,

dipilih melalui proses seleksi

5. Pemerintah memberikan fasilitasi dan insentif untuk

pengembangan industri komponen kapal pelra

RAPERPRES PELRA

1. Kapal yang dioperasikan wajib diasuransikan

2. ABK , penumpang, muatan barang wajib diasuransikan

3. Perusahaan asuransi yang merupakan BUMN/BUMD

wajib menerima keikutsertaan kapal, orang, damn

muatan barang sebagaimana tersebut 1 dan 2 untuk

diasuransikan.

RAPERPRES PELRA

1. Pemerintah/pemerintah daerah dapat melakukan

penyertaan modal usaha pada perusahaan pelra untuk

pengadaan kapal pelra.

2. Pemerintah memberikan fasilitasi penjaminan dan

subsidi suku bunga untuk pinjaman pengadaan kapal

pelra.

3. Pemerintah mengembangkan Lembaga Keuangan Bukan

Bank untukn pendanaan usaha pelra.

RAPERPRES PELRA

Page 194: kajian-sinergitas-kewenangan-dan-hubungan-kerja-antara-kl-dan ...

1. Pemerintah mengakui keberadaan PELRA sebagai organisasi

yang mewadahi kegiatan bersama antar perusahaan

pelayaran rakyat.

2. Keanggotaan PELRA meliputi, namun tidak terbatas pada

perusahaan-perusahaan yang banyak di bidang:

a. Pengoperasian kapal

b. Galangan kapal

c. Industri komponen kapal

d. Bongkar muat

e. Expedisi, dan

f. Jasa keuangan

3. AD/ART, kepengurusan, dan kegiatan PELRA sepenuhnya

menjadi hak dan tanggung jawab para anggota PELRA.

RAPERPRES PELRA

KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL

TERIMA KASIH [email protected]

Page 195: kajian-sinergitas-kewenangan-dan-hubungan-kerja-antara-kl-dan ...

1

DISAMPAIKAN OLEH :

HARRY BOEDIARTO

DIREKTUR LALU LINTAS DAN ANGKUTAN LAUT

BOGOR, 30 APRIL 2015

KESIAPAN KEMENTERIAN PERHUBUNGAN

DALAM MENDUKUNG IMPLEMENTASI

TOL LAUT

Visi :

Terwujudnya Indonesia Yang Berdaulat, Mandiri dan BerkepribadianBerlandaskan Gotong Royong.

Misi :1. Mewujudkan keamanan nasional yang mampu menjaga kedaulatan wilayah,

menopang kemandirian ekonomi dengan mengamankan sumberdaya maritim,dan mencerminkan kepribadian Indonesia sebagai negara kepulauan.

2. Mewujudkan masyarakat maju, berkeseimbangan dan demokratis berlandaskanNegara Hukum.

3. Mewujudkan politik luar negeri yang bebas-aktif dan memperkuat jati dirisebagai bangsa maritim.

4. Mewujudkan kualitas hidup manusia Indonesia yang tinggi, maju dan sejahtera.

5. Mewujudkan bangsa yang berdaya-saing.

6. Mewujudkan Indonesia menjadi negara maritim yang mandiri, maju, kuat danberbasiskan kepentingan nasional.

7. Mewujudkan masyarakat yang berkepribadian dalam kebudayaan

2

Takdir Bangsa Indonesia

4

National BuildingTo build Indonesia becomes � A great nation, a powerful nation, a wealthy nation and a tranquil nation Nation can be powerful, only if it controls the ocean:“ To control the ocean, we must control sufficient fleet”PRESIDEN SOEKARNO (National Maritime Convention I –1963)

Armada Kapal

• Konektifitas• Mengurangi

Disparitas harga• Aksesibilitas• Media repeater

komunikasi di perairan

• Media penyampaian Informasi cuaca di perairan

• Pengawasan lingkungan Maritim

• dll

Page 196: kajian-sinergitas-kewenangan-dan-hubungan-kerja-antara-kl-dan ...

2

PERBANDINGAN LUAS AREAL

5

poros maritim dunia ?

RUTE PELAYARAN DUNIA

Page 197: kajian-sinergitas-kewenangan-dan-hubungan-kerja-antara-kl-dan ...

3

China

India

Russia

Australia

Indonesia

Japan

Sunda

Torres

Lombok

Tsugaru

MalaccaMakassar

Pacific Ocean

Indian Ocean

Equidistant Conic Projection

South Chi

na Sea

PELAYARAN DAN ALUR PELAYARAN STRATEGIS ASIA PASIFIK

Page 198: kajian-sinergitas-kewenangan-dan-hubungan-kerja-antara-kl-dan ...

4

Perbandingan Kondisi Geografi Dengan Negara Lain

13

NO NEGARAPERINGKAT

DUNIA

LUAS

WILAYAHDARATAN PERAIRAN

KM2 % KM2 % KM2

1 RUSIA 1 17,098,242 95.79 16,377,742 4.21 720,500

2 USA 3 9,826,675 93.24 9,162,392 6.76 664,283

3 CHINA 4 9,596,960 97.20 9,328,245 2.80 268,715

4 BRAZIL 5 9,014,077 99.03 8,926,640 0.97 87,437

5 AUSTRALIA 6 7,686,850 99 7,609,982 1.00 76,869

6 INDIA 7 3,287,590 90.44 2,973,296 9.56 314,294

7 INDONESIA* 15 5,180,053 37.11 1,922,570 62.89 3,257,483

8 JEPANG 61 377,835 99.18 374,744 0.82 3,091

9 FILIPINA 72 300,000 99.40 298,200 0.60 1,800.00

*berdasarkan Zona Ekonomi Ekslusif (ZEE)

Sumber: CIA: The World Factbook (2012)

Kontribusi PDB Indonesia

14

23,88 % 8,93 %

4,61 %

2,55%57,86 %

2,33 %

Sumber: BPS Indonesia (2014)

PDB Indonesia 2013:

2,770,345 Miliar IDR81,24%

18.76%

KETIMPANGAN PERTUMBUHAN EKONOMI ANTAR

WILAYAH

Note : Developed Area

Amanat

Presiden

Tol Laut

Poros

Maritim

Dunia

Kondisi

Geografis

Memanfaatkan lalu lintas

kapal melalui NKRI untuk

kesejahteraan bangsa

Perpindahan Orientasi

pembangunan dari

transportasi darat ke laut

Negara

Kepulauan

terbesar di dunia

Terdiri dari lebih

17.000 pulau

Terletak antara

dua benua (Asia &

Australia)

Tempat

perlintasan

transportasi laut

antara kawasan

industri (Asia

Timur) & pusat

energi (Timur

Tengah)

Terletak antara

Samudera Hindia

& Pasifik

2/3 wilayah

merupakan

perairan

Panjang pantai no

dua di dunia

setelah Canada

P

E

R

M

A

S

A

L

A

H

A

N

Jumlah penduduk no 5 di

dunia (250 jt jiwa)

Permukiman tersebar

dan tidak merata :

• Jawa : 57,5 %

• Sumatera 21,3 %

• Kalimantan : 5,8 %

• Maluku : 1,1 %

• Sulawesi : 7,3 %

• Papua : 1,5 %

• Lainnya : 5,5 %

Kepadatan

penduduk :

� Jawa : 58,8 %

� Sumatera : 21,0 %

� Kalimantan : 5,5 %

� Sulawesi : 2,2 %

� Pulau lainnya : 7,5

%

Ketimpangan

wilayah

Transportasi

tidak efisien

(mahal)

SOLUSI ?

Posisi

Geografis

PEMANFAATAN “LAUT” SEBAGAI

RUANG BAGI PELAYANAN

MASYARAKAT UNTUK

PENINGKATAN KESEJAHTERAAN

MARITIME

CLUSTER

Page 199: kajian-sinergitas-kewenangan-dan-hubungan-kerja-antara-kl-dan ...

5

Pelabuhan

Pengerukan

& Reklamasi

Offshore

(Industri Lepas

Pantai)

Industri

Penunjang

Maritim

Pertahanan

& KeamananPerikanan

Jasa-jasa

Terkait Maritim

Pembangunan

Kapal

Wisata

Bahari

Angkutan Laut

MARITIME

CLUSTER

� Industri &

Jasa Terkait

Pelabuhan

� Keseimbangan

Antarpulau

� Konstruksi di

Bidang Maritim

� Kontraktor

Maritim

� Pertambangan

& Migas

� Upstream

� Supply &

Services

� Logistik &

Transportasi

laut

� TNI AL

� Polair

� Pembangunan

yacht

� Jasa-jasa terkait dgn

Marina, Yacht &

Wisata

� Pembangunan

Kapal Baru

� Industri

Perikanan

� Teknologi

elektronik

� Teknologi Mesin

� Disparitas Harga

� Perawatan &

Perbaikan Kapal

� Perdagangan

� Teknologi

Informasi &

Komunikasi

� R & D

Mendapatkan barang yg tepat

pada waktu yg tepat dengan

jumlah yg tepat dengan biaya

yang terjangkau & memberikan

kontribusi profit bagi penyedia

jasa Logistik

MisiLogistik

Transportasi

Aman, Nyaman, Lancar, Selamat,

Terjangkau

Misi

Darat

Udara

Laut

Kereta Api

Integrasi

TERMINOLOGI LOGISTIK & TRANSPORTASI

Integrasi informasi transportasi,

inventory, pergudangan, reverse

logistics dan pemaketan

Pemindahan manusia dan barang

dari satu tempat ke tempat lain

dengan menggunakan kendaraan

yg digerakkan manusia atau

mesin

Simpul

Jaringan

Jaringan

Simpul

Simpul

Jaringan

Simpul

Jaringan

Informasi

Transportasi

Inventory

pergudangan

Reverse

Logistics

Pemaketan

Catatan :Prioritas penerapan kebijakan anggaran pembangunan yang ada saat ini (mulai dari 30 tahun yang lalu) perlu ditinjau kembali / evaluasi ulang

KegiatanTransportasiDi Perairan

KelaiklautanKapal

KeselamatanKapal

PengawakanKapal

ManajemenKeselamatanPengopearsianKapal danPencegahanpencemaran

Pemuatan

Status Hukum

Daerah PelayaranSemua lautan

Daerah PelayaranKawasan Indonesia

Daerah PelayaranLokal

Daerah PelayaranTerbatas

Daerah PelayaranPerairan Daratan

Daerah PelayaranPelabuhan

SertifikatKeselamatan Kapal

Daerah pelayaran

PerairanSelat

Teluk,Alur

ArealPelabuhan

AlurPelayaran

Di Laut

Di Sungai

SudahDitetapkan

BelumDitetapkan

ALKI

Tata CaraBerlalu lintas

± 2000Pelabuhan

TerminalKhusus

PelabuhanUmum

AlurPelayaran

ALKI

Pelum &Tersus

Dipetakan &DiinformasikanKe User

BelumDipetakan &DiinformasikanKe User

BelumDiatur

BelumDipetakan &DiinformasikanKe User

HampirSeluruhnyaBelumDipetakan

Skema PemisahLalu Lintas

RuteDua arah

Garis haluanYg dianjurkan

RuteAir dalam

Daerah yg harusdihindarkan

Daerah lalu lintasPedalaman

SistemRute

DaerahKewaspadaan

AlurPelayaranlainnya

PerairanWawasanNusantara

SudahDiatur

MekanismePengaturan,Pengawasan,Pengendalian

TatacaraBerlalulintasdiPerairan

InstitusiManaBerbuatApa

Pelabuhan

Alur Pelayaran(ALKI) & AlurPelayaran lain diLuar areal pelab.

Telekomunikasi/Otomatisasi

Visual/Manual/Konvensional

Visual/Manual/Konvensional

Telekomunikasi/Otomatisasi

Vessel TrafficSystem (VTS)

Tunda/Towing

DirectFinder

CCTV

SROP

AIS

RADAR

SBNP

Pandu/Pilotage

ProgramPembangunanInfrastrukturTelekomunikasiPelayaran untukPelayanan kapalDi Pelabuhan

ProgramPembangunanInfrastrukturTelekomunikasiPelayaran untukPelayanan kapalDi Alur-alurPelayaran

Peraturan &Standar Nasional& Internasional

Perairn Nusantara

Sebagian besarbelum ditata/ diatur secaraformal dan belumdi informasikanKe user dalambentuk petainformasi

Dpt menangkap objek

35-40 miles drgrs pantai

AIS

(Keterlamb

atan data

2-3 jam)

Realtime

satelite

Page 200: kajian-sinergitas-kewenangan-dan-hubungan-kerja-antara-kl-dan ...

6

Detection

by radarShip Security Alert

System (SSAS)

LRIT Satelite-AIS

Weather Forecast

Shipping

a shipping

Shipping

MARITIME CONTROL INDONESIA

Tempat Pelaporan

KONSEP ELECTRONIC FENCES

Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI)

Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE)

Laut Territorial, 12 miles

Alor

Gate

Sumber : Harry Boediarto

CONTOH PENERAPAN PELAPORAN PERGERAKAN KAPAL

MELINTAS DAN DARI/KE SINGAPORE

CONTOH PERGERAKAN DAN PELAPORAN KAPAL DI DALAM PERAIRAN SINGAPORE

Page 201: kajian-sinergitas-kewenangan-dan-hubungan-kerja-antara-kl-dan ...

7

Note :

Batas teritorial Indonesia adl laut dengan batas 12

mil dr garis pantai terluar, sehingga tempat

pelaporan kedatangan/keberangkatan masuk/keluar

perairan Indonesia seharusnya berada di posisi batas

teritorial perairan Indonesia. Sehingga kita harus

menyiapkan peralatan TIK dan mekanisme pelaporan

tersebut

27

DAERAH TUJUAN WISATA BAHARI18 PELABUHAN SEBAGAI ENTRY DAN EXIT POINTS DI INDONESIA

UNTUK KAPAL-KAPAL WISATA(BERDASARKAN PERATURAN PRESIDEN NOMOR 79 TAHUN 2011)

Page 202: kajian-sinergitas-kewenangan-dan-hubungan-kerja-antara-kl-dan ...

8

MAKRO

� Kontribusi ke GDP

� Pertukaran uang asing

� Kontribusi penyerapan

tenaga kerja

8 %

Rp 240 T

13 juta

4 %

Rp 120 T

8,7 juta

MIKRO

Strategi Pembangunan Destinasi Pariwisata

a.l. Aksesibilitas

Pariwisata

Sarana (moda transportasi angkutan jalan,

sungai, danau dan penyeberangan, angkutan

laut dan kereta api)

Sistem Transportasi (Informasi rute &jadwal,

ICT, kemudahan reservasi moda)

� Kedatangan wisman

� Perjalanan wisatawan

lokal

� Indeks baru pariwisata

9 juta

250 juta

70

20 juta

275 juta

30

Prasarana (Pelabuhan laut, bandara, stasiun)

TAHUN 2014 TAHUN 2019

KONDISI PARIWISATA DAN TARGETSKEMATIS TEMPAT PELAPORAN KAPAL MASUK DAN KELUAR

AREA PELABUHAN

DLKP

DLKR

DERMAGA DERMAGA DERMAGA DERMAGA

Sumber : Harry Boediarto

TEMPAT PELAPORAN

DLKR

DLKP

CATATAN :

:

DAERAH LINGKUNGAN KEPENTINGAN

DAERAH LINGKUNGAN KERJA

:

:

• Pengembangan sistem informasi untuk pertukaran

data/dokumen antar pelabuhan domestik (revitalisasi

INAPORTNET), termasuk pengembangan manifest domestik.

• Meningkatkan layanan VTS (Vessel Traffic Services) dari tahap

monitoring pengawasan menjadi pemberian layanan informasi

dan bantuan pelayanan pelayaran kapal, serta

pengorganisasian lalu lintas kapal.

• Integrasi e-document pelayanan kapal dan barang dengan

National Single Window (e-document ekspor impor)

• Pembangunan infrastruktur Teknologi Informasi dan

Komunikasi (TIK) untuk pelayanan kapal dan barang di

transportasi laut dan logistik

PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI (TIK) UTK

PENERAPAN INAPORTNET, LAYANAN OLAH GERAK KAPAL DI PERAIRAN DAN

PELABUHAN, NATIONAL SINGLE WINDOW, MULTIMEDIA TRUNKING &

DISPATCHING, TRACKING AND TRACING CARGO

CONTOH PEMANFAATAN TEKNOLOGI LONG TERM EVOLUTION

(LTE) 4G WIRELESS DIBANDINGKAN DENGAN WI-FI UTK

PELAYANAN DI PELABUHAN

Page 203: kajian-sinergitas-kewenangan-dan-hubungan-kerja-antara-kl-dan ...

9

CONTOH PENGGUNAAN TEKNOLOGI 4G UTK

MULTIMEDIA TRUNKING DI PELABUHAN

UU No. 17 / 2008 Tentang Pelayaran

Pasal 149 (1)

Setiap petikemas yg akan

digunakan sebagai bagian

dari alat angkut wajib

memenuhi persyaratan

kelaikan petikemas

Tata cara penanganan

penempatan dan penataan

petikemas serta pengaturan

balas harus memenuhi

persyaratan keselamatan

kapal

Cargo tracking kombinasi

dengan RFID, Sensor dan

GSM Satelite

Cargo tracking

menggunakan TIK

(Teknologi Informasi dan

Komunikasi), Cabotage ?

PENERAPAN TIK UNTUK KONTAINER

Pasal 149 (2)

JARINGAN ANGKUTAN PETIKEMAS NASIONAL

KE LUAR NEGERI

36

Sumber : Kajian Evaluasi dan Optimalisasi Trayek Angkutan Laut Peti Kemas Dalam Negeri, Ditjen Hubla-

Kemenhub 2013

Page 204: kajian-sinergitas-kewenangan-dan-hubungan-kerja-antara-kl-dan ...

10

Sumber : Kajian Evaluasi dan Optimalisasi Trayek Angkutan Laut Peti Kemas Dalam Negeri, Ditjen Hubla-

Kemenhub 2013

Batas-Batas NKRI

Garis PangkalBatas Laut Teritorial

Batas Zona Tambahan

Batas Landas Kontinen

Batas ZEE

Batas-Batas NKRI Dan ALKI

ALKI

Garis PangkalBatas Laut Teritorial

Batas Zona Tambahan

Batas Landas Kontinen

Batas ZEE

ALKI dan Rencana Electronic Fence

Rencana Electronic FenceALKI

Page 205: kajian-sinergitas-kewenangan-dan-hubungan-kerja-antara-kl-dan ...

11

Sebaran Pelabuhan Perintis

Plb. Perintis

Sebaran Pelabuhan Terbuka Perdagangan LN

Plb. Laut Plb. Pantai Plb. Khusus

Sebaran Pelabuhan untuk Mendukung CAIT

Plb. CAIT

Sebaran 24 Pelabuhan untuk Mendukung Tol Laut

Plb. HUB Plb. FEEDER

Page 206: kajian-sinergitas-kewenangan-dan-hubungan-kerja-antara-kl-dan ...

12

Sebaran Pelabuhan Tracking Kapal Penumpang

Perintis PELNI Lainnya

Tracking Kapal Barang

Barang

Tracking Kapal Penumpang & Barang

Perintis PELNI Lainnya Barang

Page 207: kajian-sinergitas-kewenangan-dan-hubungan-kerja-antara-kl-dan ...

13

UU No 7 Th

2014 ttg

Perdagangan

Perdagangan

antarpulau

Pemerintah

mengatur

kegiatan

antarpulau

untuk

integrasi

pasar dalam

negeri

Pengaturan

diarahkan

untuk

Pemerintah dan Pemda mengendalikan ketersediaan

barang kebutuhan pokok dan/atau barang penting di

seluruh wilayah NKRI dalam jumlah yang memadai, mutu

yang baik dan harga yg terjangkau

Dalam rangka pengendalian ketersediaan, stabilitas harga

dan distribusi barang kebutuhan pokok dan barang

penting, pemerintah dapat menunjuk BUMN

Menjaga keseimbangan antardaerah yg surplus dan

daerah yg minus

Memperkecil kesenjangan harga antardaerah

Mengamankan distribusi barang yg dibatasi

perdagangannya

Mengembangkan pemasaran produk unggulan setiap

daerah

Menyediakan sarana dan prasarana antarpulau

Mencegah masuk dan beredarnya barang selundupan di

dalam negeri

Mencegah penyelundupan ke luar negeri

Meniadakan hambatan perdagangan antarpulau

Barang

kebutuhan

pokok beras,

gula, minyak

goreng,

mentega,

daging sapi,

daging ayam,

telur ayam,

susu, jagung,

kedelai dan

garam

beryodium

Barang penting

seperti pupuk,

semen, BBM

dan gas

Penjelasan

Psl 25 (1)

Psl

27

Psl

23

(1)

(2)

Rencana Implementasi Trayek Kapal Barang Perintis TA 2015 (APBN-P)

Soasiu

AVERAGE DATA ARUS PERGERAKAN PETIKEMAS DI PELABUHAN INDONESIA

NO TERMINAL PETIKEMAS PELABUHAN DEPO ASDEKI KETERANGAN

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

16

17

BICT , BELAWAN

DUMAI, RIAU

BATAM, KEPRI

TELUK BAYUR, SUMBAR

PALEMBANG, SULSEL

PANJANG, LAMPUNG

JICT , TANJUNG PRIOK

TPK KOJA, TANJUNG PRIOK

TO III , TANJUNG PRIOK

PONTIANAK, KALBAR

TPKS TG. EMAS, JATENG

TPS TANJUNG PERAK, JATIM

BANJARMASIN, KALSEL

KARIANGAU, KALTIM

MAKASSAR, SULSEL

BITUNG , SULUT

SORONG & JAYAPURA, PAPUA

TEUS

400.000

150.000

100.000

150.000

250.000

200.000

4.700.000

980.000

250.000

200.000

300.000

2.000.000

200.000

150.000

400.000

250.000

150.000

TEUS

160.000

0

0

0

120.000

110.000

1.450.000

370.000

100.000

0

200.000

1.300.000

0

0

150.000

0

0

OCEAN & DOM

OCEAN & DOM

OCEAN & DOM

NO ASDEKI

OCEAN & DOM

OCEAN

OCEAN

OCEAN

OCEAN

DOM

OCEAN

OCEAN

OCEAN & DOM

OCEAN & DOM

OCEAN & DOM

OCEAN & DOM

DOM

TOTAL 10.130.000 3.940.000

Sumber : ASDEKI

Container Yard

Gate-In

Gate-Out

Surveyor 1

Internet

Server

Empty Container

Ex-Import arrives to

DepoSurveyor 1, do

Check Outside

Physical Inspection,

input into system

Truck go to

Container Yard

Forklift Lift on

the container and

Stack into the CY

STAGE 1

PROCESSING is

COMPLETED

IT SUPPORTICT DEPO KONTAINER

Page 208: kajian-sinergitas-kewenangan-dan-hubungan-kerja-antara-kl-dan ...

14

Gate-In

Internet

Surveyor 2

Server

Surveyor 2, check

external & Internal

side, install the

seal, input into

system the status of

container - OUT

Head Truck and

Chassis arrives to

Depo

Head Truck and

Chassis load the

Container

STAGE 2

PROCESSING is

COMPLETED

SURVEY KONTAINER

BERBASIS IT

SERVICE AREA (CLEANING

& REPAIR)

KODEFIKASI KONTENER

Kode Negara

Kode Ukuran

Kode Tipe

1 = Kode Identifikasi2 = Kode Negara/ Ukuran/ Tipe3 = Tanda Operasional

Lokasi Penulisan Kodefikasi CONTOH PENERAPAN RADIO FREQUENCY IDENTIFICATION

(RFID) UNTUK KONTENER

Page 209: kajian-sinergitas-kewenangan-dan-hubungan-kerja-antara-kl-dan ...

15

INFORMATION MAKES TERMINAL / PORT MORE MODERN

Avr Indonesian Port

ICT MEMAINKAN PERAN YANG SEMAKIN

PENTING DALAM PENGEMBANGAN

TRANSPORTASI LAUT

2nd

Generation

Kebutuhan ICT:

- Analog Trunking

Kebutuhan ICT :- Analog Trunking- Paper-based dispatching- Analog Video Surveillance

Kebutuhan ICT :- Digital Trunking- TOS-based dispatching- Digital Video Surveillance- Port Logistics Management

Kebutuhan ICT :- Multi-Media Trunking- Multi-Media TOS-based dispatching- Intelligent Video Surveillance- Port Logistics Chain Management- Port Group Information

Management

Tiap GENERASI memiliki

Kebutuhan ICT secara

spesifik

Posisi rata-rata

pelabuhan di

Indonesia

SUMBER LNG DI INDONESIA DAN PEMANFAATANNYA UNTUK MENDUKUNG LALU

LINTAS KAPAL INTERNASIONAL YANG MELALUI PERAIRAN DI INDONESIA

CATATAN : LOKASI ARUN MENJADI SIMPUL PERTUMBUHAN KOTA LHOKSEUMAWE

LOKASI BONTANG MENJADI SIMPUL PERTUMBUHAN KOTA BONTANG

LOKASI SENORO, SENGKANG, TANGGUH DAN ABADI MENJADI ?

Natuna

SUMBER GAS DI NATUNA

Page 210: kajian-sinergitas-kewenangan-dan-hubungan-kerja-antara-kl-dan ...

16

SUMBER GAS DI MASELA BLOCK DAN ABADI GAS FIELD ABAGI GAS FIELD

PENGURANGAN KETIMPANGAN PERTUMBUHAN EKONOMI WILAYAH DENGAN

PEMBANGUNAN PUSAT-PUSAT PERTUMBUHAN DAN MENINGKATKAN FUNGSI LOKASI

SUMBER LNG SEBAGAI PUSAT BUNKERING DI PERAIRAN INDONESIA

Keterangan : Developed Area

Pusat Pertumbuhan yang

sudah mulai tumbuh

Pusat Pertumbuhan yang perlu

didorong percepatan pembangunannya

ARUN

BONTANG

MASELA

TANGGUH

SENORO

NATUNA

SENGKANG

Sumber energi

Pelabuhan di kedua lokasi ini

sudah berperan :� PT. PIM (PUPUK ISKANDAR MUDA)

� PT. ACEH ASEAN FERTILIZER

� PT. KKA (KERTAS KRAFT ACEH)

� PT. AROMATIK

� PT. ARUN – ZONA INDUSTRI

� DAN LAIN-LAIN

A

R

U

N

� PT. BADAK NGL

� PT. PUPUK KALTIM (PT. PKT)

� PT. KALTIM PACIFIK AMONIA (KPA)

� PT. KALTIM METANOL INDONESIA (KMI)

� PT. KALTIM PARNA INDUSTRI (KPI)

� DAN LAIN-LAIN

CONTOH PUSAT PERTUMBUHAN YG SUDAH MULAI BERKEMBANG KARENA

KETERSEDIAAN LNG DAN BISA BERFUNGSI SEBAGAI TEMPAT BUNKERING LNG

B

O

N

T

A

N

G

BANGKITAN

DAN

TARIKAN

KAPAL

PENUMPANG

BARANG

Page 211: kajian-sinergitas-kewenangan-dan-hubungan-kerja-antara-kl-dan ...

17

BONTANG

ARUNPort and related

sector in APEC

region are now

faced with both

opportunities and

challenges in

pursuing efficient

and

environmentally

friendly cargo

transportation

and port

operation

Reducing traffic congestion

surrounding port terminals

Introducing environmental

friendly cargo handling

machines

Providing on shore power

supply to ship at berth

Introducing renewable

source of power to port

facilities

Providing green space as a

part of carbon sinks and

applying of carbon offset

scheme to port area

Developing carbon capture

& storage (CCS) technology

Introducing a planning

scheme for reducing GHG

emissions

Coastal shipping and

railway cargo

transportation are

environmental friendly

transportation mode.

Modal shift from trucks

to coastal shipping &

railway cargo

transportation is

possible way to reduce

total GHG emissions

from domestics services

Traffic congestion

surrounding port

terminal maybe a major

GHG emission source by

truck in traffic jam

Promoting modal shift from

trucks to coastal shipping

and railway cargo

transportation

A possible way to

promote modal

shift is to provide

incentives to cargo

owners such as

subsidies, tax, etc

Using information and

communication

technology (ICT.

Information regarding

arrival /departure of

vessels in port

terminal is available

to cargo owners and

logistics business

companies through

AIS (Automatic

Identification System)

so as to facilitate

distribution of goods

Sumber : APEC 32nd Transportation WG Meeting (Maritime Experts)

Final Report- Sharing Best Practices in Reducing Green House

Gas Emissions at Ports

BIAYA OPERASIONAL PERUSAHAAN PELAYARAN

Biaya

operasional

perusahaan

pelayaran

Biaya

Kepelabuha

nan

Pendapatan

Perusahaan

Kapal

Container

Kapal

Penumpang

50 -70 %

40 -60 %

20 %

10 %

Subsidi

Non

Subsidi

Rp 5.500/L

Rp

13.500/L

Konsumsi

BBM-Solar

Harga

Solar

(MFO)

S

O

L

U

S

I

Tren

akan

naik

Sumber : Perusahaan Pelayaran Container

& Penumpang

Harga

BBM

Harga

BBG

Solar/MFO

Solar/FO

LPG

CNG

LNG

Rp 5.500/Ltr

Rp 13.500/Ltr

Rp 10.400/Ltr

Subsidi

Non Subsidi

Kpl Penumpang

Kpl Rakyat

Kpl

Penyeberangan

Non Subsidi

Non Subsidi

Non Subsidi

Rp 4.000/Ltr

Rp 7.000/Ltr

Rp 3.100/Ltr

Rp 4.100/Ltr

Rp 3.100/Ltr

Rp 6.000/Ltr

Kebutuhan

ruang/tempat

penyimpanan

3x CNG

Kebutuhan

ruang/tempat

penyimpanan

8x LNG

Subsidi

Subsidi

Subsidi

ALTERNATIF PENGGUNA

AN BBG UNTUK

TRANSPORTASI LAUT

Page 212: kajian-sinergitas-kewenangan-dan-hubungan-kerja-antara-kl-dan ...

18

LNG yg digunakan

oleh kapal baru 5 %

dan meningkat terus

Ada 87.000 kapal yg

melakukan pelayanan

global tahun 2014

80 % perdagangan di

dunia diangkut oleh

angkutan laut

termasuk di Indonesia

IMO akan memperkenalkan

zona pengawasan emisi di

dunia mulai tahun depan s/d

2020

BBM yg merupakan solar (MFO)

mengandung residu minyak yg

ada 2.700 kali sulfur yg beracun

dibandingkan BBM untuk

kendaraan

Pengawas dari group Transport

& Environment mengatakan

bahwa polusi udara dari kapal

menyebabkan kematian 50.000

kasus di Eropa setiap tahun

Antwerp, pelabuhan kedua

terbesar di Eropa setelah

Amsterdam akan membangun

LNG facilities akhir tahun ini

Ratusan LNG bunkering dan

refueling sudah dibangun di

pelabuhan-pelabuhan di dunia

Penggunaan BBG yg tdk

mengandung bahan CO2

dapat mengurangi emisi

s/d 26 % pada tahun 2020

sesuai target

New ISO standard dan DNV

GL untuk LNG ship fuel

2013

Pemanfaatan bahan bekas

untuk angkutan laut sebesar 70

% untuk kapal kontener

Source : Stephen

Star, March 29

2014, Int’l Business

Times

Kecenderunganharga minyak

semakin meningkat

Sebagian besarperdagangan int’l pelayaran kapalmenggunakanbahan bakar

minyak & solar

Peraturan emisisulfur (SECA) di Amerika Utara

diterapkan akhir2015, di Baltik(Eropa) 2010,

dan di Asia Timur 2020

Kandungan sulfur dibatasi dari 1% menjadi 0,1%. Secara global

kandungan sulfur harus berkurang

0,5% pada th 2020

LNG membutuhkanruang tangki(volumetric)

yang lebih besardibandingkantempat untuk

BBM

Biaya lebihrendah dan

ramahlingkungan

Kandungan sulfur pada LNG 0,004%

Pemanfaatan LNG oleh armada

pelayaran Pemanfaatan“conventer kit” untuk duel fuel

solar & gas

Pembuatankapal baru ygmenggunakan

LNG

Kebutuhanpenyediaan

“small scale” bunkering

infrastructure

Kebutuhanprasarana dock yard/galangan

kapal

Kebutuhan klasuntuk

pemanfaatanLNG untuk kapal

IMO sedang mempersiapkan pedoman“Int’l Code of Safety for Ship Using

Gases or Other Low Flash Point Fuel (IGF Code) selesai akhir 2014

Th 2000 Passenger/Car Ferry “Glutra”

menggunakan gas engine

Th 2006 “Provalys” mrpktanker pertama

menggunakan LNG

Th 2013 akhir, sekitar 50 kapal menggunakan LNG

& 30 kapal …sedangtahap pembuatan

Th 2014, 48 kapal LNG sudah beroperasi dan 55 kapal sedang dibangun

Penggunaan LNG sbg alternatif

penggantikonventional“marine fuel”

Penyiapanpelabuhan untukbunkering LNG

PEMANFAATAN LNG UNTUK ARMADA

PELAYARAN DI DUNIA

CONTOH PEMANFAATAN TANKI LNG (ISO TANK) DI PELABUHAN YANG AKAN DIBERI

KODEFIKASI UNTUK PENGAWASAN & PENGENDALIAN UNTUK MENJAMIN KESELAMATAN

TRANSPORTASI LAUT

CONTOH PEMANFAATAN TANKI LNG DI TRUK YANG MASUK/KELUAR DARI DAN KE

PELABUHAN YANG DIBERI KODEFIKASI UNTUK MENJAMIN KESELAMATAN

TRANSPORTASI LAUT

Page 213: kajian-sinergitas-kewenangan-dan-hubungan-kerja-antara-kl-dan ...

19

KESIMPULAN DAN SARAN1. Logistik dan transportasi laut yg efisien dan efektif menjadi tuntutan masyarakat untuk

meningkatkan kesejahteraan semua daerah di Indonesia.

2. Transportasi laut menjadi salah satu tulang punggung untuk mengurangi disparitas

harga bahan pokok dan bahan penting.

3. Untuk mencapai hal tersebut perlu dilakukan langkah-langkah sebagai berikut :

a. Keberpihakan pengalokasian anggaran transportasi laut dan logistik lebih besar

daripada untuk moda transportasi lainnya;

b. Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) yg terintegrasi dengan

transportasi laut dan logistik (pemanfaatan telekomunikasi generasi ke-4/ 4G);

c. Pelabuhan harus dikembangkan sebagai pusat pelayanan logistik dan multimedia;

d. Penggunaan bahan bakar gas (BBG) berupa LNG yg bersih dan murah untuk

mendukung logistik dan transportasi laut serta sesuai dengan kondisi lingkungan

strategis dunia dan ketersedian LNG di dalam negeri;

e. Pengadaan sarana kapal sebanyak-banyaknya untuk mendukung distribusi barang

dari Pulau Jawa (sebagai pusat distribusi) ke pulau-pulau lain di Indonesia

terutama Indonesia Timur.

f. Pengembangan coastal shipping atau short sea shipping sebagai alternatif

ketergantungan distribusi barang terhadap angkutan jalan terutama di Pulau Jawa

serta pulau-pulau lain yang mengakibatkan biaya pemeliharaan jalan dan

kecelakaan di jalan raya sangat tinggi.

KESIMPULAN DAN SARAN

4. Merubah cara berpikir (mindset) dalam kegiatan pembangunan transportasi yg selama

ini (30 tahun terakhir) hanya dititik beratkan pada pembangunan sektor jalan raya, dan

sarana transportasi laut (kapal) masih sangat kurang sehingga konektivitas tidak

terjadi/terhambat.

5. Menumbuhkan pusat-pusat pertumbuhan di luar Pulau Jawa yang sekaligus berfungsi

sebagai lokasi bunker LNG agar terjadi pemerataan pembangunan sehingga disparitas

pertumbuhan perekonomian tidak terlalu besar juga untuk mendukung transportasi

yang efektif dan efisien. Dimana pusat-pusat pertumbuhan tersebut akan menjadi pusat

bangkitan dan tarikan transportasi laut (kapal, barang dan penumpang) sekaligus

berperan sebagai bunker kapal – kapal internasional yang melintas di perairan indonesia

yang artinya mendukung poros maritim yang dicanangkan oleh pemerintah.

6. Menumbuh kembangkan trayek keperintisan barang oleh Pemerintah dari pusat

distribusi (Pulau Jawa) ke daerah-daerah lain yang terpencil untuk mengurangi

disparitas harga antara pulau Jawa dan pulau - pulau lainnya yang akan

diimplementasikan Tahun Anggaran 2015 yang dananya sudah tercantum dalam APBN-P

TERIMA

KASIH

TERIMA

KASIH

Page 214: kajian-sinergitas-kewenangan-dan-hubungan-kerja-antara-kl-dan ...

SINERGI KEWENANGAN

PT PELABUHAN INDONESIA I (PERSERO) DAN HUBUNGAN KERJA ANTAR

INSTANSI DALAM MENGIMPLEMENTASIKAN PROGRAM KEBIJAKAN TOL LAUT

November 2015

PEMBANGUNAN PELABUHAN INDONESIA I | 2 PELABUHAN INDONESIA I | 2

VISI PEMERINTAH

Sumber :

Kebijakan Pemerintah dan Pemda (RPJP/D, Visi, Misi, RPJM/D, RKP/D)

Dadang SOLIHIN, Senior Strategic Planner at National Development Planning Agency (BAPPENAS)

Visi Terwujudnya Indonesia Yag Berdaulat, Mandiri, Dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong Royong

Misi : Mewujudkan Indonesia Menjadi Negara Maritim Yang Mandiri, Maju, dan Sejahtera

Nawa Cita : Pemerataan Pembangunan Antar Wilayah Terutama Desa, Kawasan Timur Indonesia dan Kawasan Perbatasan

Kedaulatan Maritim

RPJMN : Mengembangkan Ekonomi Kelautan Yang Terintegrasi Antar Sektor dan Antar Wilayah

Program Kerja Tol Laut

PEMBANGUNAN PELABUHAN INDONESIA I | 3 PELABUHAN INDONESIA I | 3

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH NASIONAL (RPJMN 2015-2019)

KONSEP PROGRAM TOL LAUT DALAM MENDUKUNG INDONESIA POROS MARITIM DUNIA

Sumber : Bambang Prihartono, RPJMN BAPENNAS PEMBANGUNAN PELABUHAN INDONESIA I | 4 PELABUHAN INDONESIA I | 4

Pengertian :

Tol Laut Adalah

konektivitas laut yang

efektif berupa adanya

kapal

yang melayari secara rutin

dan terjadwal dari barat

sampai ke

timur Indonesia.

Sumber :BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL PENGEMBANGAN TOL LAUT DALAM RPJMN 2015-2019

DAN IMPLEMENTASI 2015

PENGEMBANGAN 24 PELABUHAN SEBAGAI TOL LAUT

Tujuan : Membangun konektivitas

antara pulau-pulau guna

menurunkan biaya

trasportasi serta biaya

logistik

Page 215: kajian-sinergitas-kewenangan-dan-hubungan-kerja-antara-kl-dan ...

PEMBANGUNAN PELABUHAN INDONESIA I | 5 PELABUHAN INDONESIA I | 5

IMPLEMENTASI TOL LAUT

Sumber :BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL PENGEMBANGAN TOL LAUT DALAM RPJMN 2015-2019

DAN IMPLEMENTASI 2015

PEMBANGUNAN PELABUHAN INDONESIA I | 6 PELABUHAN INDONESIA I | 6

INSTANSI TERKAIT

PEMBANGUNAN /

PENGEMBANGAN PELABUHAN

Pengembangan

Pelabuhan

Syahbandar

Otoritas Pelabuhan

PELINDO (BUP)

Bea Cukai

Direktur Jenderal

Perhubungan

Kementerian BUMN

Kementerian Perhubungan

Kementerian Lingkungan

Hidup

Pemerintah Provinsi

Pemerintah Kab/Kota

Kementerian & Lembaga : Regulator pemberi

Perizinan dan Kebijakan BUP-BUMN (Pelindo): Pelaksana,

Pengembang, dan Pengelola/Pengusahaan

PEMBANGUNAN PELABUHAN INDONESIA I | 7 PELABUHAN INDONESIA I | 7

SKEMA PEMBANGUNAN PELABUHAN SEBAGAI PELABUHAN TOL LAUT

Dasar :

UU No 17 Tahun 2008

PP No 61 Tahun 2009

PM No 51 Tahun 2015

Rencana Induk Pelabuhan Nasional

Rencana Induk Pelabuhan (RIP)

Rencana Pengembangan Pelabuhan

Pemenuhan Syarat-Syarat Pengembangan Pelabuhan

Memenuhi Syarat Perizinan sesuai

perundang-undangan dan peraturan yang berlaku

Penerbitan Izin Pengembangan

Pelaksanaan Pengembangan Oleh BUP

Pengelolaan/Pengusahaan Pelabuhan Oleh BUP

• Kementerian

Perhubungan

• Kementerian

BUMN

• Kementerian

Lingkungan Hidup

• Otoritas

Pelabuhan

• Kesyahbandaran

• Navigasi

• DitPelpeng

• Pemerintah

Provinsi

• Pemerintah Kota Sumber : PP NO 61 tahun 2009 tentang Kepelabuhanan PEMBANGUNAN PELABUHAN INDONESIA I | 8 PELABUHAN INDONESIA I | 8

SKEMA PERIZINAN PEMBANGUNAN PELABUHAN DI INDONESIA

Pembangunan suatu pelabuhan harus berpedoman pada Rencana Induk Pelabuhan Nasional (“RIPN”)

sesuai PP NO 61 Tahun 2009

Penetapan/Perizinan awal yang harus diperoleh oleh Penyelenggara Pelabuhan :

Penetapan Lokasi Pelabuhan

Rencana Induk Pelabuhan

Penetapan Daerah Lingkungan Kerja dan Daerah

Lingkungan Kepentingan Pelabuhan (Penetapan Batas-

batas Tanah dan Perairan Pelabuhan)

Izin Pembangunan Pelabuhan

Perizinan Terkait Fasilitas Pelabuhan

Jaminan Kelestarian Lingkungan

Jaminan Keamanan dan Ketertiban

Izin Mendirikan Bangunan (Untuk Lahan Pelabuhan di

daratan)

Izin Penggunaan Perairan (Untuk Lahan Pelabuhan di

Perairan)

Izin Pengerukan dan Izin Reklamasi

Izin Pembangunan Sarana Bantu Navigasi Pelayaran

Izin Pekerjaan Di Bawah Air

Sumber : PP NO 61 tahun 2009 tentang Kepelabuhanan

• Instansi Terkait : Pemda

• Kementerian Perhubungan

• Otoritas Pelabuhan

• Kementerian Lingkungan Hidup

• Instansi Terkait : Pemda

• Kementerian Perhubungan

• Otoritas Pelabuhan

• Kementerian Lingkungan Hidup

Instansi Terkait :

• Kementerian Perhubungan

• Otoritas Pelabuhan

Instansi Terkait :

• Kementerian Perhubungan

• Otoritas Pelabuhan

• Syahbandandar dan Navigasi

Instansi Terkait :

• Kementerian Lingkungan Hidup

Instansi Terkait :

• Otoritas Pelabuhan

• Syahbandandar dan Navigasi

Instansi Terkait :

• Otoritas Pelabuhan

• Syahbandandar dan Navigasi

Instansi Terkait :

• Otoritas Pelabuhan

Instansi Terkait :

• Otoritas Pelabuhan

• DitpElpeng

Instansi Terkait :

• Otoritas Pelabuhan

• Navigasi

Instansi Terkait :

• Syahbandar

Page 216: kajian-sinergitas-kewenangan-dan-hubungan-kerja-antara-kl-dan ...

PEMBANGUNAN PELABUHAN INDONESIA I | 9 PELABUHAN INDONESIA I | 9

SINERGI KEWENANGAN PROGRAM TOL LAUT

RPJMN 2015-2019

PROGRAM TOL

LAUT

PENGELOLAAN

24 PELABUHAN

BUP BUMN

PELINDO I S.D IV

KEMENTERIAN BUMN

Ko

ntr

ol T

erh

ada

p R

KA

P

INSTANSI (REGULATOR)

TERKAIT

• Pelindo I-IV Bertanggung Jawab atas Pengembangan 24 Pelabuhan

sesuai dengan target waktu.

• Kementerian BUMN memastikan bahwa program pengembangan

tercantum didalam RKAP.

• Pihak Instansi (Regulator) memastikan bahwa proses pengelolaan

dilakukan sesuai dengan undang-undang, peraturan yang berlaku

• Pihak Regulator mendukung pengembangan pelabuhan melalui

kecepatan terbitnya izin-izin. PEMBANGUNAN PELABUHAN INDONESIA I | 10 PELABUHAN INDONESIA I | 10

SHOW CASE : PENGEMBANGAN KUALA TANJUNG

PEMBANGUNAN PELABUHAN INDONESIA I | 11 PELABUHAN INDONESIA I | 11

RENCANA PENGEMBANGAN KUALA TANJUNG

PEMBANGUNAN PELABUHAN INDONESIA I | 12 PELABUHAN INDONESIA I | 12

RENCANA PENGEMBANGAN KUALA TANJUNG

Page 217: kajian-sinergitas-kewenangan-dan-hubungan-kerja-antara-kl-dan ...

PEMBANGUNAN PELABUHAN INDONESIA I | 13 PELABUHAN INDONESIA I | 13

RENCANA PENGEMBANGAN KUALA TANJUNG

PEMBANGUNAN PELABUHAN INDONESIA I | 14 PELABUHAN INDONESIA I | 14

WILAYAH KERJA PT. PELABUHAN INDONESIA I (PERSERO)

Malahayati Lhokseumawe

Belawan

Pekanbaru

Sibolga

G.Sitoli

TB Asahan

Dumai

TB.Karimun

Tj.Pinang

Tembilahan

S.Pakning

Kuala.Tanjung

Kuala Langsa

Meulaboh

Pkl.Susu

Bg. Siapi-Api

Bengkalis

Rengat

Slt.Panjang

Kuala Enok

Sumatera

Utara

Indonesia

Malaysia

Aceh

Sumatera Barat

Riau

Cabang Utama

Kelas I

Kelas II

Kelas III

Kelas IV

Kawasan

Batam

Pulau Sambu

Tj. Uban

Sedang dilakukan pengembangan

PT. PELABUHAN INDONESIA I (PERSERO) memiliki 16 cabang pelabuhan dan 11 pelabuhan kawasan yang

berada di Selat Malaka yang merupakan jalur pelayaran tersibuk di dunia. Selain itu juga, pelabuhan yang

berada di wilayah kerja PT Pelindo I memiliki hinterland yang didominasi oleh komoditas ekspor seperti kelapa

sawit, karet, bahan tambang, plastik and bahan kimia, dst.

Sei Kolak Kijang

Kelas V

BICT/TPKDB

PEMBANGUNAN PELABUHAN INDONESIA I | 15 PELABUHAN INDONESIA I | 15

RENCANA INDUK PELABUHAN (RIP) YANG TELAH DISAHKAN DI WILAYAH KERJA PT. PELINDO I (PERSERO)

NO NAMA PELABUHAN NOMOR TANGGAL KETERANGAN

1 DUMAI KM 39 TAHUN 2006 8 September 2006 PT. Pelindo I (Persero) sedang mengajukan proses revisi kepada KSOP

Dumai, Surat Pelindo I No. PR.02/6/1/PI-15 tanggal 12 Oktober 2015

2 KUALA ENOK KM 51 TAHUN 2009 1 Juli 2009

OP Belawan pada tahun anggaran 2014 telah menyiapkan dan

mengirim draft Revisi RIP kepada KSOP untuk meminta rekomendasi

tentang kesesuaian RTRW

3 BATAM KM 77 TAHUN 2009 15 Desember 2009 -

4 KUALA TANJUNG PM 20 TAHUN 2012 3 April 2012 Proses revisi RIP, penyiapan dokumen final

5 BELAWAN PM 21 TAHUN 2012 13 April 2012 Proses revisi, telah dilaksanakan rapat pembahasan dengan Dirpelpeng

pada tanggal 3 Juni 2015 di Kementerian Perhubungan Jakarta

6 TANJUNG BALAI KARIMUN PM 17 TAHUN 2013 1 Maret 2013 -

PEMBANGUNAN PELABUHAN INDONESIA I | 16 PELABUHAN INDONESIA I | 16

RENCANA INDUK PELABUHAN (RIP) YANG DISIAPKAN OLEH OTORITAS PELABUHAN UTAMA BELAWAN

NO NAMA PELABUHAN TAHUN ANGGARAN* PROGRESS

1 GUNUNG SITOLI 2012 Telah dilakukan pembahasan dengan Pemko Gunung Sitoli tentang RTRW

2 SIBOLGA 2012 Telah dilakukan pembahasan dengan Dishub Prov. Sumut, Pemko Sibolga, Pemkab Tapteng

3 RENGAT 2013 Telah disampaikan draft RIP kepada KSOP untuk mendapatkan rekomendasi tentang kesesuaian

RTRW

4 PANGKALAN SUSU 2013 Telah disampaikan draft RIP kepada KSOP untuk mendapatkan rekomendasi tentang kesesuaian

RTRW

5 TANJUNG BALAI ASAHAN 2013 Telah dilakukan pembahasan dengan Pemko Tanjung Balai dan Kabupaten Asahan

6 BENGKALIS 2013 Telah dilakukan pembahasan dengan Pemkab Bengkalis

7 BAGAN SIAPI-API 2013 Telah disampaikan draft RIP kepada KSOP untuk mendapatkan rekomendasi tentang kesesuaian

RTRW

8 TEMBILAHAN 2014 Telah disampaikan draft RIP kepada KSOP untuk mendapatkan rekomendasi tentang kesesuaian

RTRW

9 SEI PAKNING 2014 Telah disampaikan draft RIP kepada KSOP untuk mendapatkan rekomendasi tentang kesesuaian

RTRW

10 TANJUNG PINANG 2014 Telah disampaikan draft RIP kepada KSOP untuk mendapatkan rekomendasi tentang kesesuaian

RTRW

11 PULAU SAMBU 2014 Telah disampaikan draft RIP kepada KSOP untuk mendapatkan rekomendasi tentang kesesuaian

RTRW

12 MALAHAYATI 2015 Penyusunan draft RIP oleh konsultan

13 LHOKSEUMAWE 2015 Penyusunan draft RIP oleh konsultan

14 KUALA LANGSA 2015 Penyusunan draft RIP oleh konsultan

15 SEI KOLAK KIJANG 2015 Penyusunan draft RIP oleh konsultan

16 PERAWANG (PEKANBARU) 2015 Penyusunan draft RIP oleh konsultan

Keterangan : *) Anggaran OP Belawan

Page 218: kajian-sinergitas-kewenangan-dan-hubungan-kerja-antara-kl-dan ...

PEMBANGUNAN PELABUHAN INDONESIA I | 17 PELABUHAN INDONESIA I | 17

TERIMA KASIH

PEMBANGUNAN PELABUHAN INDONESIA I | 18 PELABUHAN INDONESIA I | 18

KONDISI EKSISTING

PEMBANGUNAN PELABUHAN INDONESIA I | 19 PELABUHAN INDONESIA I | 19

PELINDO SEBAGAI BADAN USAHA PELABUHAN

Mengelola/Mengusahakan Pelabuh

Mengembangkan Pelabuhan

Pelindo Sebagai Badan Usaha Pelabuhan BUMN yang

mengelola/mengusahakan pelabuhan memiliki kewajiban :

a. Menyediakan dan memelihara kelayakan fasilitas pelabuhan;

b. Memberikan pelayanan kepada pengguna jasa pelabuhan sesuai

dengan standar pelayanan yang ditetapkan oleh Pemerintah;

c. Menjaga keamanan, keselamatan, dan ketertiban pada terminal dan

fasilitas pelabuhan yang dioperasikan;

d. Ikut menjaga keselamatan, keamanan, dan ketertiban yang

menyangkut angkutan di perairan;

e. Memelihara kelestarian lingkungan;

f. Memenuhi kewajiban sesuai dengan konsesi dalam perjanjian; dan

g. Mematuhi ketentuan peraturan perundang-undangan, baik secara

nasional maupun internasional

Sumber : PP NO 61 tahun 2009 tentang Kepelabuhanan PEMBANGUNAN PELABUHAN INDONESIA I | 20 PELABUHAN INDONESIA I | 20

PENGEMBANGAN PELABUHAN PELINDO 1 DALAM PROGRAM TOL LAUT

Pengembangan 4 Cabang Palabuhan : 1. Pelabuhan Belawan

2. Pelabuhan Kuala Tanjung

3. Pelabuhan Dumai

4. Pelabuhan Malahayati

Page 219: kajian-sinergitas-kewenangan-dan-hubungan-kerja-antara-kl-dan ...

From serving to driving

Indonesia's growth

PT. Pelabuhan Indonesia II (Persero)

Pendulum Nusantara

IPC PROFILE

The creation of our new logo symbolizes change, strength, optimism and agility.

It becomes a symbol of pride within the organization for everyone to stand behind

As we take the company forward

PT. Pelabuhan Indonesia II (Persero)

4 | Energizing Trade. Energizing Indonesia

7

Pelindo III 20 Branches

IPC 12 Branches

Pelindo I 16 Branches

Pelindo IV 22 Branches

1. Port of Tanjung Priok

2. Port of Sunda Kelapa

3. Port of Ciwandan, Banten

4. Port of Cirebon

5. Port of Panjang, Lampung

6. Port of Palembang

7. Port of Pulau Baai, Bengkulu

8. Port of Teluk Bayur, Padang

9. Port of Pangkal Balam

10. Port of Tanjung Pandan

11. Port of Talang Duku, Jambi

12. Port of Pontianak

IPC Branches IPC New Development Project

a. NEW PRIOK PORT (KALIBARU)

b. KIJING PORT

c. SORONG WEST PASIFIC HUB PORT

d. PORT OF BOJONEGARA

e. TANJUNG CARAT PORT

1

a

a

b c

ad

e

5

4

8

ddddddd3

aaaaaa1 2

ee6

9 10

11 bbbbbbbbbbb

12

Page 220: kajian-sinergitas-kewenangan-dan-hubungan-kerja-antara-kl-dan ...

Subsidiaries & Affiliation

Core businesses: Cargo

handling

Supporting businesses and

utilities Logistics and port services

Rukindo

PT RSP

PT EPI

PT PMLI

PT EDI

PPI

PT JAI

PT ILCS

JPPI

Dredging

Vessel services

throughout all IPC ports

New port

developer

Logistics ICT

Equipment maintenance

Hospital management

Energy supply within

the port

Education and

training center

E-business solutions

nationwide

15

16

13

14

Terminal Petikemas Indonesia

KSO TPK Koja

PT JICT

IKT

IPC Terminal Petikemas

International

container

Domestic container

Car/heavy eqp. handling

PT MTI / IPC Logistics

Pelabuhan Tg Priok

Focus on domestic

container and break

bulk

Logistics

3

4

5

6

1

2

9

10

11

7

8

12

International &

Domestic container

5 | Energizing Trade. Energizing Indonesia

The Challenge Today

Indonesia an important link in global trade

1. Includes NE, SE, and S. Asia 2. Includes domestic Note: Container flows based on forecasts excluding empties and transshipment but including domestic for intra-regional trade; some trades excluded for display purposes; CAGR based on 2007-2015

Source: BCG analysis (2013)

Global container flows by main trades, 2015 (M TEUs)

CAGR : Rata Rata Pertumbuhan 2007-2015

7 | Energizing Trade. Energizing Indonesia

Tremendous growth and potential to domestic trade

8 | Energizing Trade. Energizing Indonesia

Fast growing, vibrant domestic trade routes

Note: Province to province origin-destination goods flow for all means of transportation (sea, air, land), CAGR 2006-2011 Source: OD Matrix - Ministry of Transportation 2006 and 2011

Inter-island trade has increased ~5x from 2006 to 2011

Page 221: kajian-sinergitas-kewenangan-dan-hubungan-kerja-antara-kl-dan ...

Some 90% of urban areas whose GDP is growing at more than 7 percent are outside Java

9 | Energizing Trade. Energizing Indonesia

GDP development, 2010–30

SOURCE: 2010 Population Census, Indonesia’s Central Bureau of Statistics; McKinsey Global Institute analysis

1 Urban areas are aggregated areas consisting of cities (kota) and districts (kapupaten) rather than specific city jurisdictions.

Distribution Map of Economic Growth in Indonesia

Source : World Bank

10 | Energizing Trade. Energizing Indonesia

High Logistict Cost to Send Goods between Islands

11 | Energizing Trade. Energizing Indonesia

Source: Quotes from domestic logistic company, 2012 Source: McKinsey Study

Less expensive to ship box from Jakarta to Hamburg

(11.000 km) compare from Jakarta to Padang (1.000 km)

12 | Energizing Trade. Energizing Indonesia

In addition, ASEAN 2015 vision creates a clear call to action, as it could dramatically

shift the role of domestic Indonesia liners and manufacturing

Page 222: kajian-sinergitas-kewenangan-dan-hubungan-kerja-antara-kl-dan ...

Indonesia Today and in 2030

13 | Energizing Trade. Energizing Indonesia

Source : Mc Kinsey Global Institute

Reducing Domestic Logistic Cost through

Pendulum Nusantara

Pendulum Nusantara

Reducing logistics cost and boosting domestic trade

15 | Energizing Trade. Energizing Indonesia

BELAWAN

JAKARTA

SURABAYA

MAKASSAR

SORONG

PELABUHAN YANG PERLU DIKEMBANGKAN: BELAWAN, JAKARTA, SURABAYA, MAKASSAR DAN SORONG

Domestic Trade Flows for Indonesia Container Traffic

Pendulum Nusantara

Development Scheme of Pendulum Nusantara’s Main and Sub Corridor

16 | Energizing Trade. Energizing Indonesia

BELAWAN (NEW BELAWAN)

JAKARTA

SURABAYA

MAKASSAR

SORONG

Malahayati

New

KalBar Port

Pulau Baai

Tarakan

New Bali

Kendari

Kupang

ONG

Ambon Nabire Jayapura

Main Sea-Corridor

Sibolga Dumai

Lombok

Pantoloan

Marauke

Gorontalo

Ternate

Manokwari

Malahayati

SibolSibolgaga

Malah

gagagagagaga

AAN (NNNEEEWW B

Dumai

BBBEEELLLAAWWWWWWWAA

ayati

New

KalBar Port

NewNewNewNewNewNewNewNewNew

JAKART

PulauPulau BaaiBaaiBaaiBaaiBaaiBaaiBaaiBaaiBaaiBaaiBaaiBaaiBaai

TAA

KalBa

PantoloanPantoPantoPantoPantoloanloan

MAKASSAR

Kendari

Kupang

MMAAAKKKAAASSSSSSAAAR

KendaKendaKendaKendaKenda

SORRROOO

Ambon

talotalotalo

Ternate

SURABS

AAAA

New BaliLombo

AAAYYYAAA

Lombokkkkk

MMMMMM

BBBAAAAA

Kupang

KendaKendaKenda

te

ManokJayapJayap

Maraukekeke

loanPantoloan

Sumber: IPC (2012)

Loop Aceh

Loop Pantai Timur

Sumatera

Loop Babel and

West Kalimantan

Loop Pantai Barat

Sumatera

Loop East

Kalimantan

Loop West

Nusatenggara

Loop West

Sulawesi

Loop East

Nusatenggara

Loop North-East

Sulawesi and

North Maluku

Loop Maluku and

South-West Papua

Loop North Papua

Page 223: kajian-sinergitas-kewenangan-dan-hubungan-kerja-antara-kl-dan ...

Pendulum Nusantara

Domestic Container Volumes 2010

17 | Energizing Trade. Energizing Indonesia

Sorong

Belawan

Makassar

Tanjung

Priok

Tanjung

Perak

MakMakMakMakMakMakMakMakass

Source: Study of David Wignall Associates, Rotschild & Drewry Maritime Advisors

Pendulum Nusantara

Domestic Container Volumes 2015

18 | Energizing Trade. Energizing Indonesia

Source: Study of David Wignall Associates, Rotschild & Drewry Maritime Advisors

Sorong

Belawan

Makassar

Tanjung

Priok

Tanjung

Perak

Pendulum Nusantara

Domestic Container Volumes 2020

19 | Energizing Trade. Energizing Indonesia

Source: Study of David Wignall Associates, Rotschild & Drewry Maritime Advisors

Sorong

Belawan

Makassar

Tanjung

Priok

Tanjung

Perak

MakMak

Pendulum Nusantara

Average shipping costs

20 | Energizing Trade. Energizing Indonesia

Singapore

Belawan

Sorong

Tanjung Priok Surabaya

JAKARTA

(TANJUNG PRIOK) TO

Prior to the

Pendulum Service

With the

Pendulum Service

SINGAPORE US $ 250 US $ 250

BELAWAN US $ 400 US $ 275

SURABAYA US $ 350 US $ 125

SORONG US $ 2000 US $ 375

Prior to the Pendulum Service

With the Pendulum Service

Source: Study of David Wignall Associates, Rotschild & Drewry Maritime Advisors

Page 224: kajian-sinergitas-kewenangan-dan-hubungan-kerja-antara-kl-dan ...

Pelabuhan Sorong &

35 Pelabuhan di Indonesia Timur

22 22 | ENERGIZINGTRADE ENERGIZINGINDONESIA

Pengembangan Sorong

Page 225: kajian-sinergitas-kewenangan-dan-hubungan-kerja-antara-kl-dan ...

1

PENGEMBANGAN PELABUHAN SEBAGAI PERWUJUDAN TOL LAUT UNTUK PENINGKATAN DAYA SAING BANGSA

Oleh:

Abdul Rofid Fanany SE, CA, MSi

Executive Port Analyst - Corporate Strategis Planning Bureau

PT Pelabuhan Indonesia III (Persero)

10 Juni 2015

Disajikan dalam Diskusi:

SINERGI KEWENANGAN DAN HUBUNGAN KERJA ANTARA BERBAGAI

INSTANSI PUSAT DAN DAERAH DALAM PEMBANGUNAN SARANA DAN

PRASARANA PENUNJANG TOL LAUT

HOT

ISSUE

� ASEAN ECONOMIC COMMUNITY in 2015� Liberaliasasi Arus Modal di ASEAN

� PEREKONOMIAN INDONESIA PADA TAHUN 2014 TUMBUH SEBESAR 5,02%� Sektor Pengangkutan dan Komunikasi yang mencapai 10,19%

� Pelabuhan menjadi gerbang terdepandalam lalu lintas barang

� Performance pelabuhan akanberpengaruh terhadap harga barang

3

Tanjung Perak regional routes

Tanjung Perak international routes

Tanjung Perak key domestic routes (illustrative)TaiwanThe PhilippinesPort

Klang Singapore

Pelindo I16 branches

C

B A

Pelindo IV22 branches

Main Port

1st class

2nd class

3rd class

6. NUSA TENGGARA TIMUR :

TENAU/KUPANG, Kalabahi,

Waingapu, MAUMERE, Ende,

Ippi

5. NUSA TENGGARA BARAT :

LEMBAR, BIMA, BadasTG. PERAK, GRESIK,

Kalianget, Tg.WANGI,

Banyuwangi,

TG. TEMBAGA,

Pasuruan, Panarukan

4. EAST JAVA :

TG. EMAS,

TG.INTAN, Tegal

3. CENTRAL JAVA :

KUMAI, Pangkalan Bun, Sukamara, Bumiharjo;

SAMPIT, Kuala Pembuang, Samuda, Pagatan-

Mendawai, Bagendang; Pulang Pisau, Kuala Kapuas,

Bahaur

1. CENTRAL KALIMANTAN :BANJARMASIN, Basirih, KOTABARU, Pagatan,

Gunung Bt Besar, Batulicin, Satui, Stagen, Mekar Putih

2. SOUTH KALIMANTAN :

BENOA, CLK BAWANG

7. BALI :

WILAYAH KERJA PT PELABUHAN INDONESIA III (PERSERO)

17 CABANG, 43 PELABUHAN

Pelindo II12 branches

Sampit

Tanjung

Perak

TanjungEmas

Banjarmasin

TenauKupang

PELINDO III

Hub Port

Feeder portPeran Pelindo III dalam Tol Laut Indonesia: � 1 hub port (Tanjung Perak)� 4 feeder port (Tanjung Emas, Banjarmasin, Sampit danTenau Kupang)

TOL LAUT INDONESIAsebagai Inisiatif Poros Maritim

Page 226: kajian-sinergitas-kewenangan-dan-hubungan-kerja-antara-kl-dan ...

2

2014 LPI 2012 LPI 2010 LPI

Economy Rank Score % of highest

performanceRank Score % of highest

performanceRank Score % of highest

performance

Germany 1 4.12 100 4 4.03 97 1 4.11 100

Singapore 5 4.00 96.2 1 4.13 100 2 4.09 99.2

Malaysia 25 3.59 83.0 29 3.49 79.8 29 3.44 78.4

Thailand 35 3.43 77.8 38 3.16 69.6 35 3.29 73.6

Indonesia 53 3.08 66.7 59 2.94 62.2 75 2.76 56.5

Philipines 57 3.00 64.2 52 3.02 64.8 44 3.14 68.8

Indonesia’s

Improved LPI

ranking and score

2010-2014

RANK SCORE

20102012

2014

Logistic Performance IndexPELINDO III

Sumber: World Bank, 2014

LPI Component

�Kontribusi Sektor Kepelabuhanan Terhadap Logistic

Performance Index sebesar 19,66%.

�Untuk perbaikan LPI di sector water transportation dengan

meningkatkan PRODUKTIVITAS PELABUHAN

PELINDO III

Sumber: World Bank, 2014

UPGRADING INFRA DAN SUPRASTRUKTURClustering of service

Port Modernisation

Expansion

Human Capital EmpoweringInternational Post Graduate Program

Capacity Building

Afirmative Action

SOP & ICTImproving Operational Procedure

Full ICT Based Enterprises3

2

1PELINDO III

PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DI PELABUHAN UNTUK

MENINGKATKAN LOGISTIC PERFORMANCE INDEX

Global textYour text goes

here. Your text goes here. Your

text here. Place

your text here. Your text here.

Place your text

here. Your text goes here.

� Modernization of Port

Equipment peningkatan

kapasitas melalui

modernisasi alat B/M

� Renovation / upgrading of existing ports

� Land Acquisitions / land reclamation

� Enhanced channel

acess

The animation automatically begins.

� Reconfigurationspesialisasi jenis

pelayanan berdasarkan

dedicated area untuk

optimalisasi kinerja

UPGRADING INFRA & SUPRASTRUKTURsebuah bingkai inovasi dan dedikasi Pelindo III

Clustering of Service ExpansionPort Modernisation

Page 227: kajian-sinergitas-kewenangan-dan-hubungan-kerja-antara-kl-dan ...

3

GREATER SURABAYA METROPOLITAN PORT (GSMP)

1. PT Siam Maspion Terminal

2. PT Smelting Co3. PT Petro Kimia Gresik4. Pelabuhan Umum Gresik5. Pertamina Asphalt Gresik6. PLTU Gresik7. PT Semen Gresik8. PT Wilmar Nabati

Indonesia9. PT Sumber Mas Indah

Plywood10. Terminal Teluk Lamong11. Pelabuhan Tanjung Perak12. Dermaga Kapal Negara13. Terminal Socah14. Terminal Tanjung

Bulupandan15. PT Karya Indah Alam

Sejahtera16. Pelabuhan Manyar17. PT Petro Kimia Gresik

Terminal yang ada

Tahapan Konstruksi

Tahapan Perencanaan

Keterangan :

SHIP TYPE BEFORE AFTER

Dry Bulk Ship 15.000 DWT/D = 8,80 m

153 m (LOA)

50.000 DWT/D = 12,40 m

220 m (LOA)

Liquid Bulk Ship

(Tanker & LPG)

12.500 DWT/D = 8,50 m

139 m (LOA)

60.000 DWT/D = 12,70 m

220 m (LOA)

Container Ship 15.000 DWT/D = 8,80 m

150 m (LOA)/1400 TEU’S

40.000 DWT/D = 12,40 m

260 m (LOA) /3000 TEU’S

PELINDO III

ACCESS

CHANNELACCESS CHANNEL

Length : 25 mil laut

Width : 100 M

Depth : -9,50 M LWS

Number of SBN : 18 Buoys

Capacity : 27,000 moves/ year

SWAC DREDGING AREA (2014)

Width : 150 M

Depth : -13 M LWS

Outer Ch Vol. : 10,450,873 M3

Length : 19,048 M

Inner Ch Vol : 136,105 M3

Capacity : 56,000 moves/year

COST

USD

76 JT

ALUR PELAYARAN BARAT SURABAYA

(APBS)

GAS PIPE LINE

TRANSFERING

LOCATION

backback

1. Reconfigurasi Tata Ruang (Dedicated Area)

2. Penambahan Alat B/M (Container Crane) di Terminal Nilam

3. Penambahan Alat B/M (HMC) Di Terminal Jamrud

4. Pembangunan Terminal Penumpang Baru

REKONFIGURASI

TANJUNG PERAK PELINDO III

AREA TAMU PRASASTI PERESMIAN TOILET

ELEVATOR X-RAY SECURITY GARBARATA

CHECK IN COUNTER

GERBANG KEBERANGKATAN

Terminal Penumpang Gapura Surya Nusantara

Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya

KAPASITAS :

4.000 PENUMPANG

LUAS BANGUNAN :

13.273,2 M²

Page 228: kajian-sinergitas-kewenangan-dan-hubungan-kerja-antara-kl-dan ...

4

PELINDO III

Wharf, Building & M/E

Connecting Bridge

PT. VIRAMA KARYA & Assc.

PP – WIKA KSO

Reclamation &

CY

Supervision

Planning &

Design

PT. SARANA ANTAR NUSA PEREKAYASA

PT. ATRYA SWASCIPTA REKAYASA

Environmental

Study ST

SS

TS

AS

C

A. TOTAL : 38,86 Ha

B. CONTAINER CAPACITY

• Int. : 1 Mn TEU’s

• Dom. : 0,5 Mn TEU’s BBG Truck Straddle Carriers Automatic Terminal

Trailers

Gate In/Out

TELUK LAMONG TERMINAL

Phase IAREA PELABUHAN371 Ha

AREA INDUSTRI1.761 Ha

JAVA INTEGRATED INDUSTRIAL AND PORT ESTATE (JIIPE)

Trestle : 530m x 13m

Dermaga : 250m x 30m

Draft : -14m s.d. -16m

Beban : s.d. 100.000 DWT

Reklamasi : 70 Ha

Talud : 4.560m

Jalan : 1.060m

Jembatan : 430m x 14m

TAHAP I

TAHAP I

Area IndustriPembagian area :

• 70 % untuk zona industri

• 30 % untuk fasilitas umum,

kawasan terbuka hijau, dan

fasilitas lainnya.

Area dibebaskan : ± 1.400 Ha

Reklamasi : 400 Ha

Area Pelabuhan

Ex-Hause Training

264 Orang

In-House Training

3.063 Orang

HUMAN CAPITAL EMPOWERING

Realiasi Diklat Tahun 2014

3,113,63

4,15 4,14 4,24

2010 2011 2012 2013 2014

Survey Kepuasan Pegawai

• Rencana 28 Orang

S2 Luar Negeri (2015)

• Belanda, Swedia, UK : 30 Orang

S2 Luar Negeri (2014)

• Belanda, Swedia, UK : 20 Orang

S2 Luar Negeri (2013)

• Belgia : 9 Orang , Belanda : 1 Orang

S2 Luar Negeri (2012)

• Angkt. I : 19 Orang (April-Mei)

• Angkt. II : 18 Orang (okt-Nop)

Short Course (2013)

• Angkt. I/2010 Politeknik Pelayaran Semarang : 60 Orang

• Angkt. II/2013 Politeknik Pelayaran Surabaya : 60 Orang

Rekruitment Putera-Puteri Daerah

PELINDO III

Sentralisasi Pengelolaan

Master Data

1SIUK Cabang

SIUK Kompilasi

SIUK Cabang

SIUK Cabang

SIUK Cabang

SIUK Cabang

SIUK Cabang

SIUK Cabang

SIUK Cabang

SIUK Cabang

SIUK Cabang

SIUK Cabang

MasterData

SOP

Aplikasi

A

Aplikasi

BAplikasi

C

Sumber

Data

Tunggal

Pengelolaan Master

Data

Terstandardisasi

MDM

Pengembangan Knowledge

Management System2

Pengembangan Port

Community System (PCS)3

Penyempurnaan Business

Application4

Pengembangan sistem eGRC5

VTPMIS (Vessel Traffic and Port Management Information System) atau Automated

Identification System (AIS) di Pelabuhan

6

Port

Community

System

Full ICT Based Enterprises PELINDO III

Improving Operational Procedure&

Page 229: kajian-sinergitas-kewenangan-dan-hubungan-kerja-antara-kl-dan ...

5

PELINDO III

SIAP

MENYONGSONG MASYARAKAT EKONOMI ASEAN

Terminal Teluk Lamong JIIPETerminal Penumpang

Gapura Surya Nusantara Revitalisasi APBS

f o r y o u r a t t e n t i o n

PT Pelabuhan Indonesia III (Persero)

Jl. Perak Timur No. 610

Surabaya 60165 - Indonesia

Telp : (031) 3298631-37

Fax : (031) 3295204, 3295207

Email : [email protected]

Picture : container unloading in terminal petikemas surabaya

Proud to be

TH

E FIRST1st

PELINDO III

PENGEMBANGAN PELABUHAN BANJARMASINPELINDO III

88

Ha

145

Ha

505meterLength Total

TPKB Wharf

2014

924.258 TEU’s

463.680

2015 2016 2017 2018

603.249 691.643

CY Capacity

TEU’S

4 UNITCC

Container

Crane

6 UNITRTG

Rubber Tyred

Gabtry Crane

New

Equipment

UPGRADING INFRA & SUPRASTRUKTUR

back

Pelayanan Prima Pelabuhan Tenau Kupang

Pelayanan Pemanduan

dan PenundaanPelayanan Offshore Pelayanan Alat

Pelayanan B/M Terminal PenumpangPelayanan Satu Atap

PELINDO IIIUPGRADING INFRA & SUPRASTRUKTUR

back

Page 230: kajian-sinergitas-kewenangan-dan-hubungan-kerja-antara-kl-dan ...

6

11 UNITARTGRubber Tired

Gantry Crane

ENERGY CONSUMPTION

CABLE REEL ARTG FUEL CONSUMPTION

DIESEL POWERED RTG

Operational energy

cost / hour :

Assumption :

PELINDO III

MODERNIZATION OF PORT EQUIPMENT

TPKS

back

PENGEMBANGAN PELABUHAN SAMPIT

PELINDO IIIUPGRADING INFRA & SUPRASTRUKTUR

back

PELINDO III

OTHERS PORT DEVELOPMENT:Modernisasi Alat B/M

GRESIKGRESIK BATULICINBATULICIN LEMBARLEMBAR

4 Unit Fix

Crane

2 Unit Fix

Crane2 Unit Fix

Crane

SEMARANG

• Polder System

• 2 Unit Luffing

Crane

• 11 Unit RTG

• 5,4 Ha CY

• 2 Unit CC

SAMPIT

• 2 Unit CC

• 2 Unit RTG

BANJARMASIN

• Total

dermaga

TPKB 505 M

• 4 Unit CC

• 6 Unit RTG

back

GUEST AREA INAUGURATION INSCRIPTION TOILET

ELEVATOR X-RAY SECURITY CONNECTING BRIDGE

CHECK IN COUNTER

ARRIVAL GATE

Gapura Surya Nusantara Passenger Terminal

Port of Tanjung Perak Surabaya

CAPACITY :

4.000 PASSENGERS

AREA :

13.273,2 M²

PELINDO IIIUPGRADING INFRA & SUPRASTRUKTUR

back

Page 231: kajian-sinergitas-kewenangan-dan-hubungan-kerja-antara-kl-dan ...

7

PELINDO IIIUPGRADING INFRA & SUPRASTRUKTUR back

Gilimas Port as the expansion of Lembar Port

Container and Passanger Terminal

Container Terminal

Public Facilities

Support Area for Passanger Terminal

Passanger Terminal

Gilimas PortPELINDO III

Lembar port

Existing

Gilimas

New Port

back

Industrial Integrated areas

Phase II

(2017-2021)

Phase I

( 2016)

TANJUNG EMAS PROT DEVELOPMENT

TERMINAL KALIBARU BARAT

Phase I

( 2016)

� Development of WEST KALIBARU Terminal for Dry Bulk and Liquid Bulk� Development of Container Terminal

� Development of International Passanger Terminal

� Provide Consolidation Warehouse for export and import goods

� Provide Gas Based power supply (CNG)

� Basin and channel -12 M LWS

� Development of West and North

Breakwater� Development of PELRA Terminal

WE

ST

KA

LIB

AR

U T

ER

MIN

AL

DE

VE

LO

PM

EN

TP

LA

N

PELINDO IIIUPGRADING INFRA & SUPRASTRUKTUR

back

Page 232: kajian-sinergitas-kewenangan-dan-hubungan-kerja-antara-kl-dan ...

1

“PROGRAM EKSEKUSI TOL LAUT PELINDO 4”

MAKASSAR, 4 JUNI 2015

DISKUSI “ SINERGI KEWENANGAN DAN HUBUNGAN KERJA ANTARA

BERBAGAI INSTANSI PUSAT DAN DAERAH DALAM PEMBANGUNAN

SARANA DAN PRASARANA PENUNJANG TOL LAUT”

WILAYAH KERJA

WILAYAH KERJA PT PELABUHAN INDONESIA IV (PERSERO SEGMEN USAHA

Pandu, Labuh, Tambat, Tunda, Air Kapal

JASA PELAYANAN KAPAL JASA PELAYANAN PENUMPANG

JASA PELAYANAN PETIKEMAS

JASA PELAYANAN LAINNYAJASA PELAYANAN BARANG

(NON PETIKEMAS)

Bongkar Muat, Tenaga Bongkar Muat, Pemanfaatan

Gudang, Lapangan Penumpukan, Dermaga, PMK

• Terminal Petikemas (Stevedoring, Cargodoring,

Receiving/Delivery)

• Terminal Konvensional (Stevedoring, Cargodoring,

Receiving/Delivery)

• Paket (FCL/LCL, Penumpukan, Gudang CFS)

Embarkasi dan Debarkasi Penumpang,

Restribusi dan Pas Pelabuhan, Terminal

Penumpang

Gantry Crane, Luffing Crane, Transtainer,

Mobil Crane, ReeachStacker, Top Loader,

Forklift, Chassis, Head Truck, Side Loader,

Tronton

JASA PELAYANAN ALAT

Kerjasama Usaha, Kerjasama Operasi,

Persewaan Gedung, Tanah, Listrik,

Bungker BBM dan Lain-lain

Page 233: kajian-sinergitas-kewenangan-dan-hubungan-kerja-antara-kl-dan ...

2

TOL LAUT

Adalah konektivitas laut yang

efektif berupa adanya kapal

yang melayari secara rutin dan

terjadwal dari barat sampai ke

timur Indonesia

TOL LAUT ADALAH

ELEMEN TOL LAUT

TOL LAUT

PETIKEMAS

KECUKUPAN MUATANBARAT – TIMURTIMUR – BARAT

PELAYARAN RUTIN DAN BERJADWALINLAND AKSES

YANG EFEKTIF

PELABUHAN YANG HANDAL

CHALLENGE OPPORTUNITYAND

IMBALANCE CARGO

SMALL SHIPS

HIGH COST INVESTMENT

SLOW YIELDING

HIGH TURN ROUND TIME

CONNECTIVITY NOT

EFFECTIVE & EFFICIENT

MP3EI

HIGH ECONOMIC

GROWTH

NATURAL RESOURCES

SUPPORT NATIONAL

BUDGET

CONVERTION FROM

CONVENTIONAL CARGO

TO CONTAINER

CHALLENGE AND OPPORTUNITY

Page 234: kajian-sinergitas-kewenangan-dan-hubungan-kerja-antara-kl-dan ...

3

RUTETOL LAUT

KONDISI SAAT INI

PELAYARAN PETIKEMAS

KECUKUPAN MUATAN DARI TIMUR

PERTUMBUHAN INDUSTRI INDONESIA

TANTANGAN INDUSTRIALISASI

: Pelabuhan PT Pelindo IV (Persero) : Pelabuhan Lainnya

1

TOL LAUT TEMPURAN MAS

Page 235: kajian-sinergitas-kewenangan-dan-hubungan-kerja-antara-kl-dan ...

4

: Pelabuhan PT Pelindo IV (Persero) : Pelabuhan Lainnya

1

TOL LAUT MERATUS

: Pelabuhan PT Pelindo IV (Persero) : Pelabuhan Lainnya

1

Beroperasi tmt. Tahun 2014

Weekly : 34Kapal

� CTP Honour

� CTP Innovation

� CTP Java

� CTP Delta

TOL LAUT CARAKA TIRTA PERKASA

: Pelabuhan PT Pelindo IV (Persero) : Pelabuhan Lainnya

1

Beroperasi tmt. 15 September 2014

Weekly : 3 Kapal

DIRECT CALL MAERKS LINEPERCEPATAN PENYEBARAN INDUSTRI

IDENTIFIKASI KOMODITI ANDALAN

CLUSTERING INDUSTRI

INCENTIVE

(KECUKUPAN MUATAN)

Page 236: kajian-sinergitas-kewenangan-dan-hubungan-kerja-antara-kl-dan ...

5

“Pusat Produksi dan

Pengolahan Hasil

Pertanian,

Perkebunan,

Perikanan, Migas dan

Pertambangan

Nasional”

“Pengembangan

Energi, Pangan,

Perikanan dan

Tambang Nasional”

“Pintu Gerbang

Pariwisata Nasional

dan Pendukung

Pangan Nasional”

“Pusat Produksi dan

Pengolahan Hasil

Tambang & Lumbung

Energi Nasional”

“Pendorong Industri

dan Jasa Nasional”

“Sentra Produksi dan

Pengolahan Hasil

Bumi dan Lumbung

Energi Nasional”

PELABUHAN YANG HANDAL

1. KAPASITAS TERPASANG

2. PRODUKTIVITAS

3. EFEKTIF DOKUMENTASI

4. WATER ENTRANCE – INLAND

TRANSPORT

5. INSTITUSI PENDUKUNG

KAPASITAS TERPASANG

LAHAN

PERIJINAN DAN KONSESI

PENDANAAN

DWELLING TIME

PRODUKTIVITAS

MODERNISASI ALAT

SISTEM DAN PROCESS

EFECTIVE TIME

PBM

TKBM

Page 237: kajian-sinergitas-kewenangan-dan-hubungan-kerja-antara-kl-dan ...

6

EFEKTIF DOKUMENTASI

ICT (INAPORTNET)

CUSTOM – IMMIGRATION - QUARANTINE

DARAT

SUNGAIPESISIR

PIPA KERETA API

WATER ENTRANCE – INLAND TRANSPORT

EFECTIVE INLAND TRANSPORT

SUNGAI

ALUR LAUT

TRUCKING

KERETA API

BARGE

INSTITUSI PENDUKUNG

PERBANKAN

KEAMANAN

INSURANCE

PELAYARAN RUTIN DAN BERJADWAL

RUTE :

SIZE

( 2015-2017 = 2.000 TEUS,

BERIKUTNYA > 3.000 TEUS)

WINDOW SYSTEM

INAPORT NET

Medan – Jakarta –Surabaya –Makassar

– Bitung dan Sorong

Page 238: kajian-sinergitas-kewenangan-dan-hubungan-kerja-antara-kl-dan ...

7

SESUDAH

SEBELUM

EKSEKUSI TOL LAUT

- PEMERINTAH

- BUMN

- PRIVATE DAN KOPERASI

TIGA TANGAN BESAR

POSITIONING HUB & FEEDER PORT

PROGRAM AKSI TOL LAUT DI

LINGKUNGAN PELINDO IV

HUB FEEDER

� MAKASSAR � KENDARI

� PANTOLOAN

� BALIKPAPAN

� SAMARINDA

� TARAKAN

� BITUNG � AMBON

� TERNATE

� GORONTALO

� SORONG � JAYAPURA

� MERAUKE

� MANOKWARI

� BIAK

� FAK-FAK

9 PELABUHAN PMN

KENDARI

BITUNGSORONG

TARAKAN

TERNATE

AMBON

JAYAPURAMANOKWARI

MERAUKE

SORONG (PENGEMBANGAN EKSISTING DAN

ARAR)

1

KENDARI NEW PORT

PENGEMBANGAN PELABUHAN TARAKAN

3

4

PENGEMBANGAN PELABUHAN AMBON

6PENGEMBANGAN PELABUHAN BITUNG

2

5

PENGEMBANGAN PELABUHAN TERNATE

7 PENGEMBANGAN PELABUHAN JAYAPURA

8 PENGEMBANGAN PELABUHAN MANOKWARI

PENGEMBANGAN PELABUHAN MERAUKE9

Page 239: kajian-sinergitas-kewenangan-dan-hubungan-kerja-antara-kl-dan ...

8

MANFAAT PROGRAM TOL LAUT

IMPACT PENAMBAHAN PMN KEPADA

PT. PELINDO IV

1. PERCEPATAN PENINGKATAN KAPASITAS TERPASANG PELABUHANa. PENINGKATAN LUAS DAN DAYA

TAMPUNGb. DAPAT MENGAKOMODASI KAPAL

LEBIH BESAR DRAFT -12 mLWS(3.000 TEUS) � -14,0 mLWS (5.000TEUS)

2. PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PELAYANANa. B/S/H (BOX SHIP HOUR) = 25

BOXES � 50 BOXESb. WAKTU SANDAR LEBIH CEPAT

MENJADI 50%

3. LEVERAGE PERUSAHAANa. PENINGKATAN PENDAPATAN DAN

LABA PERUSAHAANb. MAMPU MENGGENERATE

HUTANG LEBIH BESARc. KAPASITAS INVESTASI LEBIH

BESAR

IMPACT KEPADA STAKEHOLDER

1. MENINGKATKAN KECEPATAN PELAYANAN KEPADA PERUSAHAAN PELAYARAN DAN PEMILIK BARANG

2. PELAYANAN LEBIH LANCAR DAN CEPAT SERTA BISA MENAMPUNG TRAFFIC LEBIH BESAR

3. BISA MENDATANGKAN KAPAL LEBIH BESAR SEHINGGA FREIGHT (ONGKOS ANGKUT)LEBIH MURAH

4. BIAYA OPERASIONAL KAPAL DI PELABUHAN MENURUN

IMPACT KEPADA NEGARA

1. PENINGKATAN PENYEBARAN INDUSTRIDAN PERDAGANGAN DI INDONESIATIMUR

2. MEMBUKA PELUANG PELABUHAN-PELABUHAN DI TIMUR (BITUNG,MAKASSAR DAN SORONG) MENJADI HUB-PORT

3. MENGURANGI KEPADATAN TANJUNGPRIOK DAN TANJUNG PERAK

4. MENUNJANG PROGRAM KONEKTIVITASLAUT NASIONAL (TOL LAUT)

5. MENGURANGI LOGISTIC COST NATIONAL

6. MEMBUKA PELUANG LAPANGAN KERJA DIINDONESIA TIMUR (MENURUNKANKEMISKINAN)

7. MENINGKATKAN KESEJAHTERAANMASYARAKAT

8. MENINGKATKAN PEMASUKAN PAJAKNEGARA

9. MENJAGA DISPARITAS HARGA TIDAKTERLALU TINGGI ANTARA KAWASANTIMUR DAN BARAT (MENJAGA INFLASI)

10. MENJAGA KESATUAN NEGARA REPUBLIKINDONESIA

LEGACY

1. TANGIBLE

2. KINERJA 3. SDM & COMMUNITY

Page 240: kajian-sinergitas-kewenangan-dan-hubungan-kerja-antara-kl-dan ...

9

PROGRAM PENINGKATAN KAPASITAS

TERPASANG DAN PRODUKTIFITAS

NO URAIAN SATUAN 2015 2018 2025 2030

1 ARUS PETIKEMAS RIBU TEUS 560 800 1.500 2.500

2 KAPASITAS TERPASANG RIBU TEUS 700 1.200 2.200 4.200

3 LOKASI EKSISTING MNP MNP MNP

FASE I TAHAP I A, B,C FASE I & II

4 KEDALAMAN LWS -12 M -14 M -14 M -14 M

5 PANJANG DERMAGA M 850 1.120 1.800 2.800

6 KAPAL KAPASITAS TEUS 2.200 3.200 5.000 5.000

PELABUHAN MAKASSAR

GROUN

D SLOT - 1 (6x32 T

EU)

GRO

UND

SLOT

- 1 (6x32 TEU)

GR

OUND

SLO

T - 1 (6x32 TEU

)

GR

OUN

D S

LOT - 1 (6x32 TEU

)G

ROU

ND SLOT - 1 (6x32 TEU)

TAMBAHAN RENCANA AREA

INDUSTRI DAN DEPO PETIKEMAS

YANG TERKONEKSI DENGAN JALUR

KERETA API

GR

OUN

D SLO

T - 1 (6x32 TEU

)G

ROU

ND SLOT - 1 (6x32 TEU)

GROU

ND SLOT - 1 (6x32 TEU)

GRO

UND

SLO

T - 1 (6x32 TEU)

GROU

ND SLOT

- 1 (6x32 TEU)

GR

OUND

SLO

T - 1 (6x32 TEU

)G

ROUN

D SLOT - 1 (6x32 T

EU)

GRO

UND

SLOT

- 1 (6x32 TEU)

GR

OUN

D SLO

T - 1 (6x32 TEU

)

GR

OUN

D SLOT - 1 (6x32 TE

U)

GROU

ND SLOT - 1 (6x32 TEU)

GR

OUND

SLO

T - 1 (6x32 TEU

)G

ROU

ND SLOT - 1 (6x32 TEU)

GRO

UND

SLO

T - 1 (6x32 TEU)

GRO

UND

SLO

T - 1 (6x32 TEU)30

GROUN

D SLOT - 1 (6x32 T

EU)

GROU

ND SLOT - 1 (6x32 TEU)

GRO

UND

SLO

T - 1 (6x32 TEU)

GRO

UND

SLOT

- 1 (6x32 TEU)

GR

OUN

D SLO

T - 1 (6x32 TEU

)G

ROU

ND SLOT - 1 (6x 32 TEU)

GROU

ND SLOT - 1 (6x32 TEU)

GROUN

D SLOT - 1 (6 x32 T

EU)

GRO

UND

SLO

T - 1 (6x32 TEU)

GR

OUN

D S

LOT - 1 (6x32 TEU

)

GR

OUN

D SLOT - 1 (6x32 TE

U)

GRO

UND

SLO

T - 1 (6x32 TEU)

GRO

UND

SLO

T - 1 (6x32 TEU)

GR

OUN

D SLO

T - 1 (6x32 TEU

)G

ROU

ND SLOT - 1 (6x3 2 TEU)

GRO

UND

SLO

T - 1 (6x32 TEU)

GRO

UND

SLO

T - 1 (6x32 TEU)

GROU

ND SLOT - 1 (6x32 TEU)

GROU

ND SLOT - 1 (6x32 TEU)

GRO

UND

SLO

T - 1 (6x32 TEU)

GR

OUN

D SLOT - 1 (6x32 TE

U)

GROU

ND SLOT - 1 (6x32 TEU)

GRO

UND

SLO

T - 1 (6x32 TEU)

GRO

UND

SLO

T - 1 (6x32 TEU)

GROUN

D SLOT - 1 (6x32 T

EU)

GROU

ND SLOT

- 1 (6x32 TEU)

GROU

ND SLOT

- 1 (6x32 TEU)

GR

OUN

D SLO

T - 1 (6x32 TEU

)G

ROUN

D SLOT - 1 (6x32 T

EU)

GROU

ND SLOT - 1 (6x32 TEU)

GROU

ND SLOT - 1 (6x32 TEU)

GROU

ND SLOT

- 1 (6x32 TEU)

GR

OUND

SLO

T - 1 (6x32 TEU

)

GR

OUN

D SLO

T - 1 (6x32 TEU

)

GROU

ND SLOT - 1 (6x 32 TEU)

GROU

ND SLOT - 1 (6x32 TEU)

GR

OUND

SLO

T - 1 (6x32 TEU

)

GROU

ND SLOT - 1 (6x 32 TEU)

GRO

UND

SLOT

- 1 (6x32 TEU)

GRO

UND

SLO

T - 1 (6x32 TEU)

GR

OUN

D S

LOT - 1 (6x32 TEU

)

GROU

ND SLOT - 1 (6x32 TEU)

GROU

ND SLOT - 1 (6x32 TEU)

GR

OUND

SLO

T - 1 ( 6x32 TEU

)

GRO

UND

SLO

T - 1 (6x32 TEU)

GR

OUND

SLO

T - 1 (6x32 TEU

)G

ROU

ND SLOT - 1 (6x32 TEU)

GRO

UND

SLOT

- 1 (6x32 TEU)

GR

OUND

SLO

T - 1 (6x32 TEU

)

GR

OUN

D SLO

T - 1 (6x32 TEU

)G

ROU

ND SLOT - 1 (6x32 TEU)

GRO

UND

SLO

T - 1 (6x32 TEU)

GROUN

D SLOT - 1 (6x32 T

EU)

GRO

UND

SLO

T - 1 (6x32 TEU)

GR

OUN

D SLO

T - 1 (6x32 TEU

)

GR

OUN

D S

LOT - 1 (6x32 TEU

)G

ROU

ND SLOT - 1 (6x32 TEU)

GROU

ND SLOT - 1 (6x32 TEU)

GROU

ND SLOT - 1 (6x3 2 TEU)

GR

OUND

SLO

T - 1 (6x32 TEU

)GR

OUN

D SLOT - 1 (6x32 TE

U)

GR

OUN

D SLO

T - 1 (6x32 TEU

)G

ROUN

D SLOT - 1 (6x32 T

EU)

GROU

ND SLOT

- 1 (6x32 TEU)

GRO

UND

SLO

T - 1 (6x32 TEU)

GR

OUN

D S

LOT - 1 ( 6x32 TEU

)

GRO

UND

SLO

T - 1 ( 6x32 TEU)

GR

OUN

D S

LOT - 1 (6x32 TEU

)

GR

OUN

D S

LOT - 1 (6x32 TEU

)G

ROU

ND SLOT

- 1 (6x32 TEU)

GROU

ND SLOT - 1 (6x32 TEU)

GRO

UND

SLO

T - 1 (6x32 TEU)

GRO

UND

SLO

T - 1 (6x32 TEU)

GR

OUN

D SLOT - 1 (6x32 TE

U)

GROU

ND SLOT - 1 (6x32 TEU)

GR

OUN

D SLOT - 1 (6x32 TE

U)

GROU

ND SLOT

- 1 (6x32 TEU)

GRO

UND

SLO

T - 1 (6x32 TEU)

GR

OUN

D SLO

T - 1 (6x32 TEU

)

GR

OUND

SLO

T - 1 (6x32 TEU

)G

ROU

ND SLOT - 1 (6x32 TEU)

GROU

ND SLOT - 1 (6x32 TEU)

GRO

UND

SLO

T - 1 (6x32 TEU)

GR

OUN

D S

LOT - 1 (6x32 TEU

)

GRO

UND

SLO

T - 1 (6x32 TEU)

GRO

UND

SLO

T - 1 (6x32 TEU)

GR

OUN

D SLOT - 1 (6x32 TE

U)

GRO

UND

SLO

T - 1 (6x32 TEU)

GRO

UND

SLO

T - 1 (6x32 TEU)

GROUN

D SLOT - 1 (6x32 T

EU)

GROU

ND SLOT - 1 (6x32 TEU)

GRO

UND

SLOT

- 1 (6x32 TEU)

GR

OUN

D S

LOT - 1 (6x32 TEU

)

GR

OUN

D SLO

T - 1 (6x32 TEU

)G

ROUN

D SLOT - 1 (6x32 T

EU)

GROU

ND SLOT

- 1 (6x32 TEU)

GRO

UND

SLO

T - 1 (6x32 TEU)

GR

OUN

D S

LOT - 1 (6x32 TEU

)G

ROU

ND SLOT - 1 (6x32 TEU)

GROU

ND SLOT - 1 (6x32 TEU)

GRO

UND

SLO

T - 1 (6x32 TEU)

GR

OUN

D SLOT - 1 (6x32 TE

U)

GROU

ND SLOT - 1 (6x32 TEU)

GRO

UND

SLO

T - 1 (6x32 TEU)

GR

OUN

D SLO

T - 1 (6x32 TEU

)

GR

OUN

D S

LOT - 1 (6x32 TEU

)G

ROU

ND SLOT - 1 (6x32 TEU)

GRO

UND

SLO

T - 1 (6x32 TEU)

GRO

UND

SLO

T - 1 (6x32 TEU)

GROU

ND SLOT - 1 (6x32 TEU)

GROU

ND SLOT

- 1 (6x32 TEU)

GRO

UND

SLO

T - 1 (6x32 TEU)

GR

OUN

D S

LOT - 1 (6x32 TEU

)

GROU

ND SLOT - 1 (6x32 TEU)

GRO

UND

SLOT

- 1 (6x32 TEU)

GR

OUN

D SLO

T - 1 (6x32 TEU

)

GROUN

D SLOT - 1 (6x32 T

EU)

GROU

ND SLOT

- 1 (6x32 TEU)

GR

OUND

SLO

T - 1 (6x32 TEU

)GR

OUN

D SLOT - 1 (6x32 TE

U)

GR

OUN

D SLO

T - 1 (6x32 TEU

)G

ROU

ND SLOT - 1 (6x32 TEU)

GRO

UND

SLO

T - 1 (6x32 TEU)

GRO

UND

SLO

T - 1 (6x32 TEU)

GRO

UND

SLO

T - 1 (6x32 TEU)

GR

OUN

D S

LOT - 1 (6x32 TEU

)

GR

OUN

D SLOT - 1 (6x32 TE

U)

GRO

UND

SLOT

- 1 (6x32 TEU)

GR

OUND

SLO

T - 1 (6x32 TEU

)

GROU

ND SLOT - 1 (6x32 TEU)

GR

OUN

D S

LOT - 1 (6x32 TEU

)

GR

OUN

D SLOT - 1 (6x32 TE

U)

GROU

ND SLOT

- 1 (6x32 TEU)

GRO

UND

SLO

T - 1 (6x32 TEU)

GROU

ND SLOT

- 1 (6x32 TEU)

GR

OUN

D SLO

T - 1 (6x32 TEU

)G

ROU

ND SLOT - 1 (6x32 TEU)

GROU

ND SLOT - 1 (6x32 TEU)

GRO

UND

SLO

T - 1 (6x32 TEU)

GR

OUND

SLO

T - 1 (6x32 TEU

)GR

OUN

D S

LOT - 1 (6x32 TEU

)G

ROU

ND SLOT - 1 (6x32 TEU)

39

UTARA

270 90

180

TERMINAL PETIKEMAS

LUAS 46,00 HA

27760

30

TERMINAL PETIKEMASLUAS 100 HA

10 0

0350

3 30

320

BR

EAK

WA

TER

Gosong Panyoao

BR

EAK

WA

TER

ARAH PAREPARE

JALAN AKSES

JALAN LAYANG

IKI (Industri

Kapal Indonesia)

TERMINAL PELRA ( 11.5 HA)

DERMAGA KAPAL NEGARA

Gosong Boni

PULAU

KAYANGAN

TERMINAL CURAH CAIR ( 7.8 HA)

27500

50493

1236

NO URAIAN SATUAN 2014 2018 2025 2030

1 ARUS PETIKEMAS RIBU TEUS 75 100 160 225

2 KAPASITAS TERPASANG RIBU TEUS 100 500 500 500

3 LOKASI EKSISTING KNP KNP KNP

4 KEDALAMAN LWS -8 M -13 M -13 M -13 M

5 PANJANG DERMAGA M 270 570 570 670

6 KAPAL KAPASITAS TEUS 400 1.500 1.500 2.000

PENGEMBANGAN PELABUHAN KENDARI

INFRASTRUKTUR

1. PANJANG DERMAGA = 131,5 M

2. KEDALAMAN = -14,0 Mlws

3. TRESTEL = 74 M

4. LAPANGAN KONTAINER = 5 Ha

5. TAMBAHAN KAP. TERPASANG = 230.000 Teus

SUPRASTRUKTUR

1. CC = 1 Unit

2. RTG = 3 Unit

3. HEAD TRUCK + CHASSIS = 5 Unit

� TOTAL KAPASITAS TERPASANG SETELAH

REVITALISASI MENJADI 550.000 TEUs

� THROUGHPUT TAHUN 2014 SEBESAR

197.300 TEUs

PENGEMBANGAN PELABUHAN BITUNG

NO URAIAN SATUAN 2014 2018 2025 2030

1 ARUS PETIKEMAS RIBU TEUS 197 350 600 750

2 KAPASITAS TERPASANG RIBU TEUS 200 600 800 800

3 LOKASI EKSISTING REKLAMASI REKLAMASI REKLAMASI

4 KEDALAMAN LWS -13 M -14 M -14 M -14 M

5 PANJANG DERMAGA M 591 786 850 850

6 KAPAL KAPASITAS TEUS 750 1.000 1.200 2.000

INFRASTRUKTUR :

1. PANJANG DERMAGA = 250 M

2. KEDALAMAN = -15,0 mLWS

3. LAPANGAN KONTAINER = 2,1 Ha

4. TAMBAHAN KAPASITAS

TERPASANG = 80.000 Teus

SUPRASTRUKTUR :

1. CC = 1 Unit

2. RTG = 3 Unit

3. HEAD TRUCK + CHASSIS = 5 Unit

� TOTAL KAPASITAS TERPASANG SETELAH

REVITALISASI MENJADI 300.000 TEUs

� THROUGHPUT TAHUN 2014 SEBESAR

38.000 TEUs

PENGEMBANGAN PELABUHAN SORONG

NO URAIAN SATUAN 2014 2018 2025 2030

1 ARUS PETIKEMAS RIBU TEUS 38 125 250 400

2 KAPASITAS TERPASANG RIBU TEUS 65 300 500 600

3 LOKASI EKSISTING ARAR ARAR ARAR

4 KEDALAMAN LWS -10 M -15 M -15 M -15 M

5 PANJANG DERMAGA M 174 275 425 450

6 KAPAL KAPASITAS TEUS 400 700 1.200 2.000

Page 241: kajian-sinergitas-kewenangan-dan-hubungan-kerja-antara-kl-dan ...

10

PENGEMBANGAN PELABUHAN SORONG DI LOKASI ARAR

1. PENGOPERASIAN PELABUHAN ARAR OLEH PT PELINDO IV (PERSERO)

2. PERUNTUKAN PELABUHAN ARAR :

a. PELAYANAN TERMINAL CURAH KERING

b. PELAYANAN TERMINAL PETIKEMAS :

• MELAYANI KAPAL PETIKEMAS S.D. 3.200 TEUs (Draft -14 mLWS)

• CY KAPASITAS 500.000 TEUs PER TAHUN

• KEBUTUHAN LAHAN PENGEMBANGAN UNTUK OPERASIONAL PELABUHAN

50 HA

3. PENYIAPAN FASILITAS OLEH PT PELINDO IV (PERSERO) BERUPA DERMAGA MELALUI

KERJASAMA JANGKA PANGJANG DENGAN KEMENTERIAN PERHUBUNGAN

4. KEBUTUHAN LAHAN DARAT UNTUK FASILITAS LAPANGAN PENUMPUKAN PETIKEMAS

DAN LAIN-LAIN MELAUI KERJASAMA JANGKA PANJANG DENGAN PEMKAB SORONG

Sorong Eksisting

Sorong Arar

Lay Out Eksisting Rencana Pengembangan

RENCANA PELABUHAN JAYAPURA

INFRASTRUKTUR :

1. DERMAGA PENUMPANG = 100 M’

2. DERMAGA PETIKEMAS = 180 M’

3. KEDALAMAN = -15,0 mLWS

4. LAPANGAN KONTAINER = 2 HA

5. TAMBAHAN KAP. TERPASANG = 90.000 TEUs

SUPRASTRUKTUR :

1. KAPAL PANDU = 2 Unit

2. KAPAL TUNDA = 2 Unit

3. RTG = 3 Unit

� TOTAL KAPASITAS TERPASANG SETELAH

REVITALISASI MENJADI 200.000 TEUs

� THROUGHPUT TAHUN 2014 SEBESAR 81.000 TEUs

NO URAIAN SATUAN 2014 2018 2025 2030

1 ARUS PETIKEMAS RIBU TEUS 82 200 400 600

2 KAPASITAS TERPASANG RIBU TEUS 110 400 650 700

3 LOKASI EKSISTING REKLAMASI NEW TERMINALNEW

TERMINAL

4 KEDALAMAN LWS -13 M -13 M -13 M -13 M

5 PANJANG DERMAGA M 314 414 515 515

6 KAPAL KAPASITAS TEUS 400 1.000 1.500 1.500

PENGEMBANGAN PELABUHAN AMBON

INFRASTRUKTUR :1. RESTRENGHTENING DERMAGA = 200 M’

2. KEDALAMAN = -14,0 mLWS

3. LAPANGAN KONTAINER = 2,6 Ha

4. TAMBAHAN KAPASITAS TERPASANG = 110.000 TEUs

SUPRASTRUKTUR :

1. CC = 1 Unit

2. RTG = 2 Unit

3. HEAD TRUCK = 2 Unit

4. CHASSIS = 5 Unit

� TOTAL KAPASITAS TERPASANG SETELAH

REVITALISASI MENJADI 200.000 TEUs

� THROUGHPUT TAHUN 2014 SEBESAR 76.000

TEUs

NO URAIAN SATUAN 2014 2018 2025 2030

1 ARUS PETIKEMAS RIBU TEUS 88 150 250 400

2 KAPASITAS TERPASANG RIBU TEUS 100 250 500 550

3 LOKASI EKSISTING REKLAMASI REKLAMASI REKLAMASI

4 KEDALAMAN LWS -12 M -13 M -13 M -13 M

5 PANJANG DERMAGA M 633 690 750 750

6 KAPAL KAPASITAS TEUS 500 700 1.000 1.000

Terima Kasih

PROGRAM EKSEKUSI TOL LAUT

Page 242: kajian-sinergitas-kewenangan-dan-hubungan-kerja-antara-kl-dan ...

1

PT Pelabuhan Indonesia II (Persero)Dipresentasikan pada 30 Juni 2015

Wilayah Kerja Eksisting

EX. CV. Dwikarya

Sejahtera

L : 4.000 m2

PT. Cahaya

Ratu Berlian

L : 5.500 m2PT. Laut

Berkatindo

L : 4.731,96 m2

PT. Dok Kodja

Bahari

L : 6.462,5 m2

PT. Dok Kodja

Bahari

L : 52.164 m2

PT. Sawit Tunggal

Arta Raya

L : 5.775 m2

RUMAH SAKIT

PELABUHAN

PT. GARAM

PT. Yala Gita

Tama (YGT )

LANAL CIREBON

PT. VTP

PT. Temas

Utama Verm

PT. PELNI

Bank

Mandiri

BM

Bank

Mandiri

Klenteng

PT YGT

PT YGT

PT YGT

PT YGT

PT YGT

PT YGT

PT. Grage Marine

PT. Dok Bahari

Nusantara

L : 7.460 m2

RUMAH SAKIT PELABUHAN SELUAS ± 1,68 Ha

KANTOR DAN RUKOSELUAS ± 1,03 Ha

LAPAS CIREBONSELUAS ± 0,6 Ha

PERGUDANGAN DAN KANTORSELUAS ± 3,56 Ha

WILAYAH KERJA PELABUHAN SELUAS ± 47,5 Ha

Kedalaman Alur dan Kolam Trafik Kapal (UNIT & GT)

-

2.000.000

4.000.000

6.000.000

8.000.000

10.000.000

12.000.000

14.000.000

16.000.000

20102011

20122013

2014

2010 2011 2012 2013 2014

UNIT 2.143 2.225 2.189 2.096 2.156

GT 12.281.403 15.168.964 13.386.942 12.393.550 11.839.740

Page 243: kajian-sinergitas-kewenangan-dan-hubungan-kerja-antara-kl-dan ...

2

Arus Barang

-

500.000

1.000.000

1.500.000

2.000.000

2.500.000

3.000.000

3.500.000

4.000.000

4.500.000

5.000.000

2010 2011 2012 2013 2014

GEN CAR 41.159 55.708 25.141 9.299 34.387

BAG CARGO 215.772 264.029 144.709 120.829 136.877

CURAH CAIR 355.540 406.735 367.755 346.328 336.658

CURAH KERING 3.085.785 3.357.648 3.639.567 3.569.717 4.136.610

JUMLAH 3.698.256 4.084.120 4.177.172 4.046.173 4.644.532

TREND (%) 8,69 10,43 2,28 3,14 14,79

Proyeksi Arus Barang s/d 2017

-

1.000.000

2.000.000

3.000.000

4.000.000

5.000.000

6.000.000

7.000.000

2013 2014 2015 2016 2017

MULTIPURPOSE 186.000 170.000 155.000 142.000 130.000

CURAH CAIR 371.000 393.000 417.000 443.000 470.000

CURAH KERING 4.082.000 5.062.000 5.315.000 5.581.000 5.360.000

JUMLAH 4.639.000 5.625.000 5.887.000 6.166.000 6.460.000

TREND (%) 21,25 4,66 4,74 4,77

PROYEKSI FASILITAS DAN PERALATAN HINGGA TAHUN 2017

Fasilitas

Peralatan

MuatanDry Bulk Cargo

Liquid Cargo

General Cargo

� Perkuatan Dermaga� Perbaikan Appron� Perbaikan stockpile

Menyiapkan jalur pipa baru

� Perkuatan Dermaga� Perbaikan Appron� Perbaikan stockpile

� Penambahan dump truck

� Jib Crane/Luffing crane� Hopper� Conveyor

� Penambahan peralatan safety

� Penambahan pompa dan Heater

� Penambahan Forklift� Reach stacker� Head truck dan Chasis

Peluang Strategis – Strategic Location

Meningkatnya Kebutuhan batubara domestik dari 55 Ju ta menjadi 82 juta Ton di Tahun 20121

Meningkatnya Kebutuhan batubara di Jawa Barat dari 7.000 ton per hari menjadi 12.000 Ton per hari atau setara dengan 5.38 juta ton per tahun2

Penandatanganan Perjanjian Kerjasama ekspor tekstil antara industri di Jawa Barat dengan Negara Brasil yang mencapai US$150 JUTA/Bulan3

Peningkatan kapasitas produksi PT Indocement dari 1 5.65 juta ton per tahun menjadi 18 Juta ton per tahun4

Peningkatan ekspor meubel rotan di tahun 2012 dari US$200 juta per bulan menjadi US$220 juta per bulan 5

Rencana kerjasama investor Iran untuk kegiatan impo rt aspal cair sebesar 1 juta ton per tahun dalam kemasan jumbo bag6

ROB di Pelabuhan Semarang dan pengalihan muatan yan g di estimasi berjumlah 800 ribu ton yang meliputi gas, tepung dan pupuk7

Peningkatan produksi industri mebel rotan di Kabupa ten Cirebon per bulan dari 1.000 box per bulan menjadi 1.5008

Pengalihan MODA TRANSPORTASI ANGKUTAN DARAT KE ANGK UTAN LAUT untuk distribusi barang dari Jawa tengah, Jawa Barat, Jaw a Timur ke Banten dan Sumatera9

Sebagai FEEDER PORT dan tempat B/M Bahan Baku Indus tri, Muatan uncontainerized dan curah yang saat ini ditangani oleh Pelabuhan Tanjun g Priok dan Banten10

Page 244: kajian-sinergitas-kewenangan-dan-hubungan-kerja-antara-kl-dan ...

3

Peluang Strategis – Strategic Location

3 (Tiga) perusahaan pakan ternak dengan kapasitas p er perusahaan hingga 100.000 ton per bulan11

Pupuk Indonesia yang mempunyai kapasitas mencapai 5 0.000 ton per bulan12

Rencana Pembangunan PLTU di Kanci13

Lebih dari 20 perusahaan tekstil yang sebagian besa r hijrah dari Bandung ke Majalengka14

Import Garam dan pakan ternak yang saat ini melalui Ciwandan/Cigading dan Tanjung Priok15

Pembangunan industri baja dan kendaraan hybrid16

Import Ternak dari Australia serta pembangunan pete rnakan di wilayah Majalengka17

Industri pengepakan udang dan pengolahan hasil laut yang berskala besar18

Zoning Industri oleh pemkab Cirebon ke arah Cirebon -Tegal19

Peluang pasar dari pengalihan muatan dari Pelabuhan Cilacap, Pelabuhan Tanjung Emas ke Pelabuhan Cirebon20

Upah buruh yang murah dan kondisi yang stabil jika di banding Semarang, Bandung dan DKI Jakarta 21

Asumsi Pendapatan Terminal Baru

Asumsi Pendapatan Terminal Baru Dari Kegiatan Pakan Ternak

No Uraian Kapasitas Pabrik Volume Produksi Pertahun

1 PT. Charoen Pokphand 100.000 40% 480.000

2 PT. Japfa Comfeed 100.000 40% 480.000

3 PT. Patriot 60.000 40% 288.000

Asumsi Pendapatan Terminal Baru Dari Kegiatan Pupuk

No Uraian Kapasitas Pabrik Volume Produksi Pertahun

1 PT. Pupuk Indonesia 50.000 100% 600.000

Asumsi Pendapatan Terminal Baru Dari Kegiatan Bongkar Garam

No Uraian Kapasitas Pabrik Volume Produksi Pertahun

1 PT. Indofood (Garam) 30.000 100% 180.000

Rencana Pembuatan Alur semula -5.5mlws MENJADI -12mlws

CIREBON

BREBES

Gugusan

karang

Palung

Arah Arus Laut

Alur Eksisting

Alur Rencana – 12 MLws , jarak ±

36 KM / 18 Mil

DATA SURVEI ARUS DAN

GELOMBANG

Pelabuhan

Cirebon

Rencana Pengembangan Pelabuhan CirebonTAHAP I A

Page 245: kajian-sinergitas-kewenangan-dan-hubungan-kerja-antara-kl-dan ...

4

Rencana Pengembangan Pelabuhan CirebonTAHAP I & II

Rencana Pengembangan Pelabuhan Cirebon Tahap I A

Rencana Pengembangan Pelabuhan CirebonTAHAP I & II

Rencana Pengembangan Pelabuhan CirebonTAHAP I & II

Page 246: kajian-sinergitas-kewenangan-dan-hubungan-kerja-antara-kl-dan ...

5

Rencana Jalan Akses Usulan Jalan Akses Pelabuhan Cirebon

Rencana Pengembangan Pelabuhan CirebonTAHAP FINAL

Rencana Pengembangan Pelabuhan CirebonTAHAP FINAL

Page 247: kajian-sinergitas-kewenangan-dan-hubungan-kerja-antara-kl-dan ...

6

Trafik KapalWAJAH EKSISTING OLD CIREBON

TERIMA KASIH

BERSAMAKITA BISA

Spesifikasi KapalCONTAINER SHIP

Page 248: kajian-sinergitas-kewenangan-dan-hubungan-kerja-antara-kl-dan ...

7

Spesifikasi KapalDRY BULK SHIP

TYPE OF SHIP DWT (TON) BREADTH (M) LENGTH OVER ALL (LOA) (M)

DRAFT (M)

HANDY SIZE <40.000 25 169 9

HANDYMAX 40.000-60.000 31 190 11

PANAMAX 60.000-100.000 32.2 225 13

CAPESIZE >100.000 46 291 17

Stage of ship development

Stage of port development

INTRODUCTION

Container Ship Evolution

MV. Maersk DiademaCapacity 5000 TEUs

Maximum Ship

Capacity in

Tanjung Priok

NOW!

ECONOMICS OF OPERATIONS

IT’S ALL ABOUT EFFICIENCY

Page 249: kajian-sinergitas-kewenangan-dan-hubungan-kerja-antara-kl-dan ...

8

Energy efficiency = Cost reduction

2.0

0,18

0,067

0,026

Air (Large Cargo)

Road (Container)

Rail (Diesel)

Container Ship (3,500 TEU)

Energy used (kilowatts) to carry 1 ton of cargo 1km

Source: The Network for Transport & The Environment

Keterangan:

Fungsi biaya Angkutan

C1 = Jalan,

C2 = Kereta Api

C3 = Angkutan Laut

Sumber: THE GEOGRAPHY OF TRANSPORT

SYSTEMS

500 km 1.500 km

Perbandingan Antar Moda Transportasi

29 | ENERGIZINGTRADE ENERGIZINGINDONESIA

Page 250: kajian-sinergitas-kewenangan-dan-hubungan-kerja-antara-kl-dan ...