KAJIAN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) PADA …

13
1 KAJIAN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) PADA PROSES PRODUKSI PABRIK KARET DI BARANANGSIANG, BOGOR TAHUN 2012 Yiyin mariska Fakultas kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Depok 16424 Tel : (021) 7270005 ext 1309. Fax : (021) 7863524 E-mail: [email protected] Abstrak Penelitian ini membahas tentang kajian risiko keselamatan dan kesehatan kerja yang ada pada setiap tahapan dalam kegiatan proses produksi yang dilakukan di area pabrik pengolan pabrik karet di Baranangsiang, Bogor tahun 2012. Penilaian risiko dilakukan dengan menganalisis nilai consequences, exposure, dan probability dari setiap kegiatan proses produksi lalu dibandingkan dengan standar level risiko samikuantitatif W.T Fine J untuk mengetahui tingkat risiko yang dimiliki pada setiap kegiatan proses produksi.. Hasil penelitian menyatakan bahwa level risiko yang ada pada setiap kegiatan proses produksi meliputi very high, priority 1, Substansial, Priority 3 dan acceptable. Pada penelitian ini skor yang paling tinggi adalah 900 dan yang paling rendah adalah 10. Dari hasil analisis risiko yang diperoleh dapat digunakan sebagai bahan masukan kajian risiko di pabrik karet untuk menurunkan level risiko dengan menggunakan berbagai pengendalian. Kata kunci: Penilaian risiko, pabrik karet, tingkat risiko, consequences, exposure, probability, W.T Fine. Abstract This research discusses the risk assessment of occupational health and safety that exist in every steps at production process of rubber manufacturing in Baranangsiang, Bogor 2012. Risk assessment is done by analyzing the value of consequences, exposure, and probability in every steps of production process which is then compared to standard level of risk semi quantitative W.T. Fine to determine level of risk that exist at each stage of production process.The result of research explain that level of risk which is exist in every steps of production process has different level is very high, priority 1, Substansial, Priority 3 dan acceptable. In this research the highest score is 900 and the lowest value is 10. Result of risk analysis obtained can be used as input in the risk assessment process in rubber manufacturing and to be able to lower the risk with using various risk controls. Key words: Risk assessment, rubber manufacturing, level of risk, consequences, exposure, probability, W.T Fine. Kajian risiko..., Yiyin Mariska, FKM UI, 2012

Transcript of KAJIAN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) PADA …

Page 1: KAJIAN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) PADA …

1

KAJIAN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3)

PADA PROSES PRODUKSI PABRIK KARET DI BARANANGSIANG,

BOGOR TAHUN 2012

Yiyin mariska

Fakultas kesehatan Masyarakat

Universitas Indonesia, Depok 16424

Tel : (021) 7270005 ext 1309. Fax : (021) 7863524

E-mail: [email protected]

Abstrak

Penelitian ini membahas tentang kajian risiko keselamatan dan kesehatan kerja yang ada pada setiap tahapan dalam

kegiatan proses produksi yang dilakukan di area pabrik pengolan pabrik karet di Baranangsiang, Bogor tahun 2012.

Penilaian risiko dilakukan dengan menganalisis nilai consequences, exposure, dan probability dari setiap kegiatan

proses produksi lalu dibandingkan dengan standar level risiko samikuantitatif W.T Fine J untuk mengetahui tingkat

risiko yang dimiliki pada setiap kegiatan proses produksi.. Hasil penelitian menyatakan bahwa level risiko yang ada

pada setiap kegiatan proses produksi meliputi very high, priority 1, Substansial, Priority 3 dan acceptable. Pada

penelitian ini skor yang paling tinggi adalah 900 dan yang paling rendah adalah 10. Dari hasil analisis risiko yang

diperoleh dapat digunakan sebagai bahan masukan kajian risiko di pabrik karet untuk menurunkan level risiko

dengan menggunakan berbagai pengendalian.

Kata kunci:

Penilaian risiko, pabrik karet, tingkat risiko, consequences, exposure, probability, W.T Fine.

Abstract

This research discusses the risk assessment of occupational health and safety that exist in every steps at production

process of rubber manufacturing in Baranangsiang, Bogor 2012. Risk assessment is done by analyzing the value of

consequences, exposure, and probability in every steps of production process which is then compared to standard

level of risk semi quantitative W.T. Fine to determine level of risk that exist at each stage of production process.The

result of research explain that level of risk which is exist in every steps of production process has different level is

very high, priority 1, Substansial, Priority 3 dan acceptable. In this research the highest score is 900 and the lowest

value is 10. Result of risk analysis obtained can be used as input in the risk assessment process in rubber

manufacturing and to be able to lower the risk with using various risk controls.

Key words:

Risk assessment, rubber manufacturing, level of risk, consequences, exposure, probability, W.T Fine.

Kajian risiko..., Yiyin Mariska, FKM UI, 2012

Page 2: KAJIAN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) PADA …

2

1. Pendahuluan

Perkembangan industri belakangan ini

meningkat dengan cepat seiring dengan

perkembangan zaman yang membutuhkan banyak

tenaga kerja. Kebutuhan akan tenaga kerja ini

menuntut adanya perlindungan tehadap tenaga kerja

agar dapat bekerja secara selamat dan sehat.

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) mencakup

identifikasi terhadap bahaya, penilaian risiko dan

tindakan pengendalian dapat dilakukan agar tidak

terjadi berbagai hal yang tidak diinginkan seperti

kecelakaan dan timbulnya penyakit-penyakit akibat

kerja serta kerugian besar yang akan ditanggung oleh

perusahaan.

Menurut Gabungan Perusahaan Karet Indonesia

(GAPKINDO), untuk jumlah konsumsi karet dunia

dalam beberapa tahun terakhir terjadi peningkatan,

jika pada tahun 2009 konsumsi karet dunia sebesar

9,277 juta ton, untuk tahun 2010 naik menjadi 10,664

juta ton. Berdasarkan data Biro Pusat Statistik bahwa

untuk luas areal karet Indonesia sebagai yang terbesar

di dunia dengan luas 3,4 juta hektar, diikuti Thailand

seluas 2,6 juta hektar dan Malaysia 1,02 juta hektar.

Meski memiliki lahan terluas, produksi karet

Indonesia tercatat sebesar 2,4 juta ton atau di bawah

produksi Thailand yang mencapai 3,1 juta ton,

sedangkan produksi karet Malaysia mencapai 951

ribu ton .(http://pphp.deptan.go.id).

Direktur Eksekutif Gapkindo Suharto

Honggokusumo mengatakan Kapasitas

pabrik pengolahan karet di dalam negeri tahun lalu

mencapai 3,8 juta ton, tahun

ini juga masih sama. Namun, karet yang tersedia

pada tahun lalu hanya sekitar

2,4 juta ton, sedangkan tahun ini diperkirakan naik

tipis menjadi 2,5 juta ton. Saat ini terdapat 130

pabrik pengolahan karet dengan kapasistas 3,8 juta

ton, tetapi bahan baku karet yang tersedia hanya 2,4

juta. (http://www.bumn.go.id). Dari data ini, dapat

diketahui bahwa industri karet di Indonesia cukup

besar sehingga program-program K3 harus dapat

ditanamkan pada setiap perusahaan yang ada karena

bahaya-bahaya dari proses produksi pengolahan karet

menjadi produk membutuhkan bahan-bahan kimia

yang dapat menyebabkan penyakit bagi pekerja dan

terjadinya kecelakaan pada saat penggunaan

peralatan kerja.

Menurut penelitian yang dipublikasikan di dalam

Occupational and Enviromental Medicine 2009,

bahan kimia yang biasa digunakan dalam pabrik

produk karet dapat menyebabkan kanker pada

pekerja yang terpapar secara reguler. Para peneliti

mendasarkan temuan mereka pada temuan angka

perkiraan lebih tinggi pada kanker-kanker tertentu

dan kematian dari penyakit diatara para pekerja

pabrik kimia karet di North Wales. Mereka melihat

paparan khusus pada bahan kimia yang disebut 2-

merkaptobenzotiazol (MBT = 2-

mercaptobenzothiazole) yang telah dimasukkan pada

penelitian sebelumnya sebagai bahan penyebab

kanker (karsinogen) (http://www.birmingham.ac.uk).

Bahan-bahan kimia lain yang umum digunakan

dalam pabrik karet seperti amoniak,nitrogen,

mangan, besi, magnesium, fosfor, klorin dan bahan

kimia lain yang ditambahakan dalam proses

pembuatan produk karet yang dapat menyebabkan

penyakit pada manusia.

Walaupun telah banyak industri pengolahan

karet yang memperhatikan K3 dalam program

perusahaan, akan tetapi masih ada perusahaan yang

mengalami kecelakaan kerja seperti pada peralatan

centrifugal pabrik karet yang meledak yang menelan

korban 1 orang meninggal dunia dan orang lainnya

luka-luka. Keterangan yang diberikan APK yang

menyatakan bahwa peristiwa tersebut adalah murni

kecelakaan kerja tentunya sangat tidak beralasan,

pasalnya, pabrik tersebut adalah sebuah perusahaan

BUMN yang sudah menyandang piagam

penghargaan tentang keselamatan kerja dan sudah

menerapkan sistem Zero Accident ( Nol Kecelakaan

). Begitu juga dengan sistem SMK3 ( Sistem

keselamatan dan kesehatan kerja ) dan Budaya 3K (

Komunikasi, Konsultasi dan Koordinasi ), namun

pada kenyataannya diperusahaan ini masih tetap

terjadi kecelakaan kerja yang menelan korban jiwa,

sehingga ada kesan adanya kelemahan dalam hal

pengawasan terhadap karyawan dan peralatan yang

dipakai didalam pabrik karet tersebut.

(http://regional.kompasiana.com).

Dari kasus diatas dapat dilihat bahkan pada

perusahaan setingkat BUMN masih mengalami

kecelakaan kerja. Hal ini dapat menjadi perhatian

untuk lebih meningkatkan aspek K3 dalam program-

program di perusahaan baik perusahaan dalam skala

besar maupun skala kecil sehingga dapat

meminimlisir terjadinya kecelakaan kerja dan

penyakit akibat kerja yang dapat merugikan

perusahaan dengan melakukan identifikasi bahaya,

penilaian risiko, dan tindakan pengendalian. Karena

kurangnya perhatian tentang K3 dalam perusahaan

skala kecil maka penulis mengambil judul penelitian

yaitu “Kajian Risiko Keselamatan dan Kesehatan

Kerja Di Pabrik Karet Baranangsiang, Bogor”.

Kajian risiko..., Yiyin Mariska, FKM UI, 2012

Page 3: KAJIAN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) PADA …

3

Tujuan umum dari penulisan ini adalah

diperolehnya gambaran penilaian risiko Keselamatan

dan Kesehatan Kerja pada proses produksi pabrik

karet di Baranangsiang, Bogor. Tujuan Khusus

Diketahuinya gambaran bahaya dan risiko, gambaran

penilaian dan analisis risiko yang ada pada tahapan

kerja pada saat proses pengolahan karet, gambaran

pengendalian untuk mengurangi risiko yang

ditimbulkan dan gambaran pengetahuan pekerja

tentang bahaya dan risiko ditempat kerja.

Ruang lingkup penelitian ini dilakukan untuk

mengetahui bagaimana gambaran manajemen

penilaian risiko Keselamatan dan Kesehatan Kerja

pada pabrik karet yang terletak di daerah

baranangsiang, Bogor. Langkah-langkah yang akan

dilakukan dalam penelitian ini yaitu identifikasi

jenis-jenis bahaya yang ada pada setiap tahap

pekerjaan, kemudian mengidentifikasi risiko yang

bersumber dari bahaya yang ada pada tahapan proses

produksi, kemudian melakukan analisis risiko dengan

menentukan nilai yang telah ada, setelah diketahui

berapa nilai yang didapat maka dapat ditentukan

prioritas untuk tindakan pengendalian tahapan

kegiatan proses produksi pada pabrik karet yang ada

di Baranangsiang, Bogor.

2. Metode Penelitian

Jenis/Desain Penilitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif

dengan menggunakan desain penelitian semi

kuantitatif. Desain studi yang digunakan adalah

berdasarkan AS/NZS 4360:2004 dengan metode

semikuantitatif sesuai dengan kriteria penilaian risiko

menurut W.T. Fine. Kegiatan yang dilakukan terdiri

dari identifikasi risiko, analisis risiko dengan

menentukan tingkat consequences, exposure, dan

probability dari setiap risiko yang ada. Kemudian

melakukan evaluasi risiko dan pengendalian risiko

yang ada.

Waktu dan Lokasi Penelitian

Pelaksanaan penelitian dilakukan pada bulan

Oktober sampai Desember 2012. Penelitian ini

dilaksanakan pada proses produksi pabrik karet di

Baranangsiang, Bogor.

Populasi dan Sampel

Populasi yang diambil pada penilitian ini adalah

seluruh pekerja yang berjumlah 12 orang dan juga

pemilik perusahaan. Sampel yang diambil dalam

penelitian ini adalah 8 pekerja untuk pengisian

kuisioner gambaran pengetahuan pekerja.

Jenis Data Penelitian

Berupa data primer dan data sekunder. Data

primer berupa data wawancara, dan observasi. Data

sekunder berupa sejarah perusahaan, prosedur kerja,

dokumentasi foto kegiatan proses produksi dan data-

data lainnya yang mendukung.

Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan data dilakukan dengan identifikasi

risiko yang dilakukan dengan wawancara dan

observasi kemudian dilakukan penilaian risiko sesuai

acuan kriteria W.T. Fine. Pengolahan data

menggunakan komputer dengan program Microsoft

word. Analisis data dilakukan dengan menggunakan

metode analisis risiko semi kuantitatif dengan cara

mengalikan nilai variable berupa tingkat

consequences, exposure, dan probability. Berikut

penjelasan tabel penilaian risiko menggunakan

criteria W.T. Fine.

Tabel 1. Level Risiko Secara Semikuantitatif

W.T Fine

Level

Risiko

Deskripsi Tidakan

> 350 Very High Hentikan aktivitas sampai

risiko dapat dikurangi

mencapai batas yang dapat

diterima

180 – 350 Priority 1 Perlu penangan secepatnya

70 – 180 Substansial Perlu dilakukan tindakan

perbaikan secara teknis

20 – 70 Priority 3 Perlu diawasi dan

diperhatikan secara

berkesinambungan

< 20 Acceptable Intensitas kegiatan yang

menimbulkan risiko

dikurangi seminimal

mungkin

Kajian risiko..., Yiyin Mariska, FKM UI, 2012

Page 4: KAJIAN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) PADA …

4

3. Hasil dan Pembahasan

Untuk mengetahui jenis bahaya dan risiko pada

pabrik pengolahan karet ini maka dilakukan

identifikasi terlebih dahulu dengan menggunakan

melakukan wawancara dan observasi. Dilakukan

wawancara kepada pemilik perusahaan untuk

mengetahui bahaya-bahaya apa saja yang ada pada

setiap tahap proses produksi dengan menggunakan

teknik wawancara secara langsung tanpa

menggunakan berkas wawancara. Diberikan

kuisioner kepada pekerja untuk mengetahui tingkat

pengetahuan pekerja tentang bahaya-bahaya yang ada

di tempat kerja dan tentang penggunaan alat

pelindung diri saat bekerja.. Setelah didapatkan jenis-

jenis bahaya yang ada, kemudian dilakukan penilaian

risiko untuk mengetahui tingkatan risiko dan

menentukan prioritas untuk tindakan perbaikan yang

ada pada pabrik tersebut. Setelah diketahui tingkatan

risiko lalu dilakukan analisis untuk mengetahui

penyebab dari tingginya risko yang ada, bagaimana

dan mengapa hal tersebut dapat terjadi. Dari hasil

analisis ini kemudian dilakukan evaluasi sehingga

dapat dilakukan tindakan pengendalian. Kajian

manajemen keselamatan dan kesehatan kerja yang

dilakukan ini diaharapkan dapat meminimalkan risiko

yang akan diterima oleh pekerja dan perusahaan.

Berikut tabel tentang identifikasi bahaya dan risiko

yang telah dilakukan pada setiap tahap kegiatan

proses produksi di pabrik pengolahan karet.

Tabel 2. Identifikasi Bahaya dan Risiko pada Proses Persiapan dan penggilingan Karet Menjadi Lembaran Karet

No Urutan Akitivitas Risiko Bahaya Pengendalian

yang ada

1. Memotong bahan baku

karet menjadi lebih kecil

Luka akibat pisau Fisik Tidak ada

Gangguan pernafasan dari debu dari

karet

kimia Tidak ada

2. Menimbang bahan baku

kimia

Penyakit akibat bahan kimia Kimia Tidak ada

Cedera akibat terpeleset Fisik Tidak ada

Nyeri dan pegal akibat kelelahan Ergonomi Tidak ada

Penyakit akibat tertelan bahan kimia Kimia Tidak ada

3. Membawa potongan

karet dan bahan kimia

dari tempat penimbangan

ke mesin penggiling

Cedera akibat terpeleset Fisik Tidak ada

Nyeri dan pegal akibat kelelahan Ergonomi Tidak ada

Penyakit akibat tertelan bahan kimia Kimia Tidak ada

4. Memasukkan bahan

baku ke dalam mesin

penggiling lalu

melakukan proses

penggilingan

Nyeri dan pegal akibat kelelahan Ergonomi Tidak ada

Penyakit akibat terhirup bahan kimia Kimia Tidak ada

Penyakit akibat tertelan bahan kimia Kimia Tidak ada

Luka bakar akibat kontak dengan

mesin panas

Fisik Menggunakan

sarung tangan

Penyakit akibat terhirup uap karet Kimia Tidak ada

Cedera akibat terpeleset fisik Tidak ada

Kebakaran akibat oli tercecer terkena

percikan api

Fisik Tidak ada

Kebakaran akibat cerobong mesin

panas terkena atap kayu

Fisik Tidak ada

5. Memindahkan lembaran

karet yang telah

tercampur ke meja

Cedera akibat terjatuh Fisik Tidak ada

Nyeri dan pegal akibat kelelahan Ergonomi Tidak ada

Penyakit akibat terhirup bahan kimia Kimia Tidak ada

Penyakit akibat terhirup uap karet Kimia Tidak ada

6. Membuang kotoran pada

lembaran karet (bladah)

Luka akibat tertusuk alat pembuang

kotoran

Fisik Tidak ada

Nyeri dan pegal akibat kelelahan Ergonomi Tidak ada

Penyakit akibat terhirup bahan kimia Kimia Tidak ada

Kajian risiko..., Yiyin Mariska, FKM UI, 2012

Page 5: KAJIAN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) PADA …

5

Penyakit akibat terhirup uap karet Kimia Tidak ada

7. Penggilingan kembali

untuk menipiskan

lembaran karet sesuai

permintaan pelanggan

Nyeri dan pegal akibat kelelahan Ergonomi Tidak ada

Penyakit akibat terhirup bahan kimia Kimia Tidak ada

Luka bakar akibat kontak dengan

mesin panas

Fisik Menggunakan

sarung tangan

Penyakit akibat terhirup uap karet Kimia Tidak ada

Cedera akibat terpeleset fisik Tidak ada

Kebakaran akibat oli tercecer terkena

percikan api

Fisik Drum

penampung oli

Kebakaran akibat cerobong mesin

panas terkena atap kayu

Fisik Tidak ada

8. Memotong lembaran

karet sesuai ukuran

Luka akibat tersayat pisau Fisik Tidak ada

Byeri dan pegal akibat kelelahan Ergonomi Tidak ada

Penyakit akibat terhirup uap karet Kimia Tidak ada

Cedera akibat terpeleset fisik Tidak ada

9. Pemindahan lembaran

karet dari meja ke tempat

penyimpanan sementara

pegal dan nyeri akibat kelelahan Ergonomi Tidak ada

Cedera akibat terpeleset fisik Tidak ada

Tabel 3. Identifikasi Bahaya dan Risiko pada Proses Pembuatan Pelat Sepatu

No Urutan Akitivitas Risiko Bahaya Pengendalian

yang ada

1. Pemotongan bahan baku

karet

Luka akibat terpotong alat

penggunting

Fisik Tidak ada

Nyeri dan pegal akibat kelelahan Ergonomi Tidak ada

2. Pekerja memasukkan

potongan karet ke dalam

cetakan

Nyeri dan pegal akibat kelelahan

Ergonomi Tidak ada

3. Pekerja menempatkan

cetakan ke mesin

Pressing

Luka bakar akibat kontak dengan

mesin panas

Fisik Menggunakan

sarung tangan

Nyeri dan pegal akibat kelelahan Ergonomi Tidak ada

4. Pekerja memutar setir

mesin pressing untuk

mecetak pelat sepatu

Nyeri dan pegal akibat kelelahan

otot tangan

Ergonomi Tidak ada

Penyakit akibat terhirup uap karet Kimia Tidak ada

Ledakan akibat selang LPG bocor Fisik Tidak ada

5. Pekerja memindahkan

cetakan dari mesin

Luka bakar akibat kontak dengan

mesin panas

Fisik Menggunakan

sarung tangan

Penyakit akibat kerhirup uap karet Kimia Tidak ada

Nyeri dan pegal akibat kelelahan Ergonomi Tidak ada

6. Pekerja melepas pelat

sepatu dari cetakan

Luka bakar akibat kontak dengan

mesin panas

Fisik Menggunakan

sarung tangan

Penyakin akibat terhirup uap karet Kimia Tidak ada

Kajian risiko..., Yiyin Mariska, FKM UI, 2012

Page 6: KAJIAN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) PADA …

6

Tabel 4. Analisis Risiko dan Recommended level Proses Persiapan dan Penggilingan Karet Menjadi Lembaran Karet

No Risiko

Existing level

Level

Risiko

Recommended level

Level

Risiko

Risk

Reduction C E P

Nilai

Risik

o

C E P Nilai

Risiko

1. Luka akibat tersayat pisau

1 10 3 30 Acceptable 1 10 1 10 Acceptable 66,67%

2.

Gangguan pernafasan

akibat terhirup debu dari

karet

1 10 6 60 Priority 3 1 10 3 30 Acceptable 50%

3. Penyakit akibat terhirup

bahan kimia

15 10 6 900 Very High 5 6 3 90 Substansial 90%

4. Cedera akibat terpeleset 1 10 3 30 Acceptable 1 10 1 10 Acceptable 66,67%

5. Nyeri dan pegal akibat

kelelahan

5 10 6 300 Priority 1 1 10 3 30 Acceptable 90%

6. Penyakit akibat tertelan

bahan kimia

15 10 6 900 Very High 5 6 3 90 Substansial 90%

7. Luka bakar akibat kontak dengan mesin

panas

5 10 3 150 Substansial 1 10 3 30 Acceptable 80%

8. Penyakit akibat terhirup

uap karet

15 10 6 900 Very High 5 6 3 90 Substansial 90%

9.

Kebakaran akibat oli

tercecer terkena percikan api

50 10 1 500 Very High 5 10 3 150 Substansial 70%

10.

Kebakaran akibat

cerobong mesin panas

terkena atap kayu

25 10 3 750 Very High 15 10 1 150 Substansial 80%

11. Cedera akibat terjatuh 1 10 3 30 Acceptable 1 10 1 10 Acceptable 66,67%

12. Luka akibat tertusuk alat

pembuang kotoran

1 10 3 30 Acceptable 1 10 1 10 Acceptable 66,67%

1. Proses Pembuatan Pelat Sepatu

No Risiko

Existing level

Level

Risiko

Recommended level

Level Risiko Risk

Reduction C E P

Nilai

Risik

o

C E P

Nilai

Risik

o

1. Luka akibat terpotong alat penggunting

1 10 3 30 Acceptable 1 10 1 10 Acceptable 66,67%

2. Nyeri dan pegal akibat

kelelahan

5 10 6 300 Priority 1 1 10 3 30 Acceptable 50%

3. Luka bakar akibat kontak dengan mesin panas

5 10 3 150 Substansial 1 10 3 30 Acceptable 80%

4. Nyeri dan pegal akibat

kelelahan otot tangan

5 10 6 300 Priority 1 1 10 3 30 Acceptable 50%

5. Penyakit akibat terhirup

uap karet

15 10 6 900 Very High 5 6 3 90 Substansial 90%

6. Ledakan kibat selang

LPG bocor

50 10 1 500 Very High 5 10 3 150 Substansial 70%

Kajian risiko..., Yiyin Mariska, FKM UI, 2012

Page 7: KAJIAN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) PADA …

7

Keterangan

C: Consequences Nilai Risiko = C x E x P

E: Exposure

P: Probability

Tabel 5. Deskripsi Variabel-Variabel Analisa Risiko Secara Semikuantitatif

W.T. Fine

Variabel Kategori Deskripsi Ratting

Consequences (akibat/dampak yang mungkin

ditimbulkan suatu kejadian (Event))

Catastrophe Kerusakan yang sangat parah dengan kerugian di atas $ 1 juta,

terhentinya aktivitas, kerusakan besar-besaran dan menentap terhadap lingkungan

100

Disaster Kematian, kerusakan setempat dan menetap terhadap

lingkungan dengan kerugian $ 500.000 - $ 2.000.000

50

Very serious Cacat/penyakit yang menetap, kerusakan sementara terhadap lingkungan, kerugian $ 50.000 - $ 500.000

25

Serious Cidera/penyakit yang serius tetapi sementara (tidak menetap),

efek yang merugikan terhadap lingkungan, kerugian $ 5.000 - $ 50.000

15

Important Membutuhkan penangan medis, kerugian sebesar $ 500 - $

5.000, efeknya dapat dirasakan tetapi tidak terlalu merugikan

5

Noticeable Luka ringan, memar, atau penyakit ringan, kerusakan kecil dengan kerugian produksi sebesar < $ 500, kerugian setempat

yang sangat kecil dengan efek yang juga setempat.

1

Exposure (frekuensi paparan terhadap bahaya) Continously Terjadi secara terus-menerus/setiap hari 10

Frequently Terjadi kira-kira satu kali setiap hari 6

Occasionally Sekali seminggu s/d sekali sebulan 3

Infrequent Sekali sebulan s/d sekali setahun 2

Rare Pernah terjadi tetapi sangat jarang 1

Very rare Tidak pernah terjadi 0,5

Probability (kemungkinan terjadinya bahaya yang

menyertai suatu kejadian atau peristiwa)

Almost

Certain

Kejadian yang paling sering terjadi 10

Likely Kemungkinan terjadi 50% 6

Unusual Mungkin terjadi tetapi jarang 3

Remotely

Possible

Suatu kejadian yang sangat kecil kemungkinan terjadinya 1

Conceivable Mungkin terjadi, tetapi tidak pernah terjadi meskipun dengan paparan selama bertahun-tahun

0,5

Practically

impossible

Sangat tidak mungkin terjadi 0,1

6.1.4 Rekomendasi pengendalian

Tabel 6. Rekomendasi pengendalian

1. Proses Persiapan dan penggilingan karet menjadi lembaran karet No Risiko Hirarki Pengendalian

1. Luka akibat tersayat pisau

Engineering

Administrative Pergantian pekerja setiap 30 menit

PPE Penggunaan sarung tangan

2.

Gangguan pernafasan akibat terhirup debu

dari karet

Engineering

Administrative housekeeping

PPE Penggunaan masker

3. Penyakit akibat terhirup bahan kimia Engineering Penyediaan ruang khusus bahan kimia yang ditambah dengan exhaust fan

Administrative Housekeeping bahan kimia

PPE Penggunaan masker

4.

Cedera akibat terpeleset

Engineering

Administrative Housekeeping

PPE Penggunaan sepatu

5.

Nyeri dan pegal akibat kelelahan

Engineering Penambahan tempat duduk dan pembagian beban

Administrative Pergantian pekerja

PPE

6. Penyakit akibat tertelan bahan kimia Engineering

Administrative Penyediaan sabun dan keran air untuk mencuci tangan

Kajian risiko..., Yiyin Mariska, FKM UI, 2012

Page 8: KAJIAN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) PADA …

8

PPE Penggunaan sarung tangan

7. Luka bakar akibat kontak dengan mesin

panas

Engineering Penggunaan tongkat untuk menyentuh karet pada

mesin penggiing

Administrative Penyediaan sarung tangan pengganti

PPE Penggunaan sarung tangan

8. Penyakit akibat terhirup uap karet

Engineering Penambahan kipas angin agar uap tidak terhirup

pekerja

Administrative

PPE Penggunaan masker

9. Kebakaran akibat oli tercecer terkena

percikan api

Engineering Penambahan drum penampung oli bekas yang tercecer

dari peralatan

Administrative Housekeeping, penyediaan APAR dekat dengan lokasi kerja, melarang pekerja merokok di dalam lokasi

kerja.

PPE

10. Kebakaran akibat cerobong mesin panas

terkena atap kayu

Engineering Perombakan atap yang terbuat dari kayu menjadi

seng.

Administrative Pengecekan secara berkala keadaan cerobong agar tidak dekat dengan atap, penyediaan APAR dekat

dengan lokasi cerobong

PPE

11. Cedera akibat terjatuh Engineering Pemotongan kaki- kaki meja menjadi lebih rendah

Administrative Tidak menaiki meja saat menarik karet

PPE Penggunaan sepatu

12. Luka akibat tertusuk alat pembuang kotoran Engineering Membuat ujung alat menjadi tumpul

Administrative Pergantian pekerja setiap 30 menit sekali

PPE Penggunaan sarung tangan

2. Proses Pembuatan Pelat Sepatu

No Risiko Hirarki Pengendalian

1. Luka akibat terpotong alat penggunting

Engineering

Administrative Pergantian pekerja setiap 30 menit sekali

PPE Penggunaan sarung tangan

2. Nyeri dan pegal akibat kelelahan Engineering Penambahan tempat duduk dan pembagian beban

Administrative Pergantian pekerja setiap pergantian bahan yang

ditangani

PPE

3. Luka bakar akibat kontak dengan mesin panas Engineering

Administrative Brikan waktu beberapa saat agar mesin yang panas lebih dingin

PPE Penggunaan sarung tangan

4. Nyeri dan pegal akibat kelelahan otot tangan Engineering

Administrative Penambahan pekerja untuk bergantian memutar setir mesin

PPE

5.. Nyeri dan pegal akibat kelelahan

Engineering Penambahan kipas angin agar uap tidak terhirup

pekerja

Administrative

6 Penyakit akibat terhirup uap karet PPE Penggunaan masker

7. Ledakan kibat selang LPG bocor Engineering Pembuatan tempat gas pada tempat yang tidak mudah

terjangkau pekerja

Administrative Pengecekan selang dan kenop gas sacara berkala, penyediaan APAR dekat dengan lokasi gas

PPE

Kajian risiko..., Yiyin Mariska, FKM UI, 2012

Page 9: KAJIAN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) PADA …

9

Pembahasan Analisis Risiko dan Pengendalian

Bahaya dan risiko yang telah teridentifikasi

kemudian dilakukan penilaian risiko dengan

menggunakan criteria W.T. Fine. Level risiko yang

diketahui dari existing level dimana risiko yang telah

diketahui sudah dilakukan tindakan pengendalian dari

pabrik. kemudian diberikan rekomendasi

pengendalian dari penulis sehingga didapatkan level

risiko yang lebih rendah.

Proses persiapan dan penggilingan karet menjadi

lembaran karet terdapat 12 jenis risiko.

a. Luka akibat tersayat pisau

Proses pemotongan bahan menggunakan

pisau pemotong menghasilkan risiko yang

acceptable dimana diperlukan tindakan

pengendalian agar risiko dapat dikurangi

seminimal mungkin. Tindakan pengendalian

yang dapat direkomendasikan yaitu dengan

penggunaan sarung tangan dan pergantian

pekerja setia\p 30 menit agar pekerja tidak

merasa lelah saat bekerja sehingga tidak

melukai diri mereka sendiri. Level risiko

setelah dilakukan pengendalian akan

berubah dari nilai risiko 30 menjadi 10

dengan risk reduction sebesar 66,67%.

b. Penyakit akibat terhirup debu dari karet

Bahan baku karet limbah yang dipotong

mengandung debu yang beterbangan diudara

sehingga dapat mengganggu kesehatan

pekerja, dari risiko ini dihasilkan level risiko

Priority 3 yang berarti perlu dilakukan

pengawasan secara berkesinambungan.

Tindakan pengendalian yang dapat

direkomendasikan yaitu dengan

housekeeping menyusun lembaran karet

dengan baik dan menyemprotkan air agar

debu tidak beterbangan dan juga dengan

penggunaan masker pada pekerja. Level

risiko yang didapatkan setalah dilakukan

rekomendasi pengendalian yaitu 30 dari

nilai resiko awal sebesar 60 dengan risk

reduction yaitu 50%.

c. Penyakit akibat terhirup bahan kimia

Bahan kimia yang digunakan dalam proses

pembuatan lembaran karet ini sangatlah

berbahaya karena debu kimia tersebut

beterbangan di ruang yang digunakan oleh

pekerja. Level risiko yang dihasilkan dari

proses ini adalah very high yang berarti

perlu dihentikan aktivitas hingga risiko

dapat dikurangi samapi batas yang dapat

diterima. Tindakan pengendalian yang dapat

disarankan yaitu dengan penyediaan ruangan

khusus untuk penimbangan bahan kimia dan

penggunaan exhaust fan untuk menyedot

debu yang beterbangan, merapikan dan

menutup bahan kimia yang ada agar tidak

tercecer dan menguar ke udara dan terakhir

untuk melindungi diri pekerja digunakan

masker untuk menutup hidung dan mulut.

Level risiko yang didapatkan setelah

melakukan pengendalian yaitu sebesar 90

dimana level risiko turun menjadi

substansial yang berarti perlu perbaikan

secara teknis atau sebesar 70% risk

reduction dari nilai risiko awal yaitu 900.

d. Cedera akibat terpeleset

Risiko terpeleset karena pekerja tidak

menggunakan alas kaki sehingga berisiko

terpeleset saat berjalan ataupun mengangkut

barang. Level risiko yang dihasilkan dari

proses ini adalah acceptable dimana risiko

masih dapat diterima karena masih jarang

terjadi dan konsekuensi yang diterima tidak

terlalu besar. Pengendalian yang dapat

disarankan yaitu dengan membersihkan

lantai dari bahan-bahan yang licin dan

penggunaan sepatu yang tehan terhadap

licinnya lantai. Level risiko yang didapatkan

setelah dilakukan pengendalian yaitu 10 dari

risiko awal yaitu 30 dengan risk reduction

sebesar 66,67%.

e. Nyeri dan pegal akibat kelelahan

Risiko kelelahan berasal dari kegiatan yang

dilakukan saat berdiri ataupun mengangkut

barang sehingga dapat menghasilkan level

risiko priority 1 dimana perlu dilakukan

penanganan secepatnya. Tindakan

pengendalian yang dapat diberikan yaitu

dengan penambahan tempat duduk untuk

pekerjaan yang membutuhkan waktu berdiri

yang lama dan pergantian pekerja agar

pekerja tetap berkonsentrasi saat bekerja.

Level risiko yang didapatka setelah

melakukan pengendalian yaitu acceptable

dengan niali risiko 30 dari niai risiko awal

yaitu 300 dengan risk reduction sebesar

90%.

f. Penyakit akibat tertelan bahan kimia

Bahan kimia yang digunakan dalam proses

produksi dapat tertelan oleh pekerja dari

debu yang beterbangan karena tidak

digunakannya masker untuk melindungi

mulut. Level risiko yang dihasilkan dari

proses ini adalah very high yang berarti

Kajian risiko..., Yiyin Mariska, FKM UI, 2012

Page 10: KAJIAN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) PADA …

10

perlu dihentikan aktivitas hingga risiko

dapat dikurangi samapi batas yang dapat

diterima. Tindakan pengendalian yang dapat

disarankan yaitu dengan penyediaan ruangan

khusus untuk penimbangan bahan kimia dan

penggunaan exhaust fan untuk menyedot

debu yang beterbangan, merapikan dan

menutup bahan kimia yang ada agar tidak

tercecer dan menguar ke udara dan terakhir

untuk melindungi diri pekerja digunakan

masker untuk menutup hidung dan mulut.

Level risiko yang didapatkan setelah

melakukan pengendalian yaitu sebesar 90

dimana level risiko turun menjadi

substansial yang berarti perlu perbaikan

secara teknis atau sebesar 70% risk

reduction dari nilai risiko awal yaitu 900.

g. Luka bakar akibat kontak dengan mesin

panas

Peralatan yang digunakan untuk

penggilingan mengandung panas yang dapat

mengakibatkan luka bakar pada pekerja

akan tetapi pekerja telah menggunakan

sarung tangan yang dapat menghalangi

panas langsung dari mesin ke tangan

pekerja. Level risiko yang dihasilkan dari

risiko ini yaitu substansial dimana perlu

dilakukan perbaikan secara teknis.

Pengendalian yang dapat disarankan yaitu

penggunaan tongkat untuk menyentuh karet

yang ada pada mesin penggiling, penyediaan

sarung tangan pengganti dan penggunaan

sarung tangan. Level risiko yang didapatkan

dari tindakan pengendalian ini yaitu sebesar

30 atau acceptable dari nilai risiko semula

yaitu 150 dengan risk reduction sebesar

80%.

h. Penyakit akibat terhirup uap karet

Uap karet yang berasal dari karet yang panas

dapat menyebabkan penyakit pada pekerja

karena mengandung bahan kimia yang

bersifat karsinogen ditambah dengan tidak

digunakannya masker penutup hidung.

Level risiko yang dihasilkan dari proses ini

adalah very high yang berarti perlu

dihentikan aktivitas hingga risiko dapat

dikurangi samapi batas yang dapat diterima.

Tindakan pengendalian yang dapat

disarankan yaitu dengan penyediaan ruangan

khusus untuk penimbangan bahan kimia dan

penggunaan exhaust fan untuk menyedot

debu yang beterbangan, merapikan dan

menutup bahan kimia yang ada agar tidak

tercecer dan menguar ke udara dan terakhir

untuk melindungi diri pekerja digunakan

masker untuk menutup hidung dan mulut.

Level risiko yang didapatkan setelah

melakukan pengendalian yaitu sebesar 90

dimana level risiko turun menjadi

substansial yang berarti perlu perbaikan

secara teknis atau sebesar 70% risk

reduction dari nilai risiko awal yaitu 900.

i. Kebakaran akibat oli tercecer terkena

percikan api

Penggunaan oli dalam proses produksi juga

sangat berbahaya mengingat sifat oli yang

mudah terbakar, banyaknya oli yang tumpah

dan kebiasaan pekerja yang merokok saat

bekerja dapat menyebabkan kebakaran.

Level risiko yang dihasilkan dari kegiatan

ini yaitu very high yang berarti perlu

dilakukan penghentian aktivitas.

Rekomendasi tindakan pengendalian yang

dapat diberikan yaitu dengan penambahan

drum penampung oli bekas yang tercecer

dari peralatan, membersihkan ceceran oli,

penyediaan APAR dengan penempatan

dekat dengan lokasi penyimpanan oli dan

melarang pekerja merokok dalam lokasi

kerja. Level risiko yang didapatkan setelah

dilakukan pengendalian yaitu substansial

dimana nilai risikonya 150 dari nilai risiko

awal yaitu 500 dengan risk reduction sebesa

70%.

j. Kebakaran akibat cerobong mesin panas

terkena atap kayu

Cerobong yang berasal dari mesin

penggiling diarahkan keluar dari atap

bangunan akan tetapi dekat dengan atap

yang terbuat dari kayu yang telah lapuk

sehingga sangat mungkin untuk terbakar

karena cerobong tersebut mengeluarkan

panas. Level risiko yang dihasilkan dari

proses ini yaitu very high. Pengendalian

yang dapat dilakukan yaitu dengan

perombakan atap yang terbuat dari kayu

menjadi seng, pengecekan secara berkala

keadaan cerobong agar tidak dekat dengan

atap dan penyediaan APAR dekat dengan

lokasi cerobong. Level risiko yang

didapatkan setelah dilakukan pengendalian

yaitu substansial dengan nilai risiko 150 dari

750 dengan risk reduction sebesar 80%.

k. Cedera akibat terjatuh

Risiko terjatuh ini berasal dari pekerja yang

menaiki meja saat menarik karet dari mesin

penggiling mengingat meja yang digunakan

Kajian risiko..., Yiyin Mariska, FKM UI, 2012

Page 11: KAJIAN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) PADA …

11

tidak permanen dan rapuh dapat membuat

pekerja terjatuh. Level risiko yang

dihasilkan yaitu acceptable. Pengendalian

yang dapat dilakukan yaitu pemotongan

kaki-kaki meja agar lebih rendah sehingga

jaraknya tidak terlalu jauh dari tanah, tidak

menaiki meja saat menarik karet melainkan

dari pinggir meja dan penggunakan sepatu

yang dapt menahan pekerja agar tidak

terpeleset dan jatuh. Level risiko yang

didapatkan setelah melakukan pengendalian

yaitu acceptable dengan nilai risiko 10 dari

nilai risiko awal 30 dengan risk reduction

sebesar 66,67%.

l. Luka akibat tertusuk alat pembuang

kotoran

Saat melakukan kegiatan membersihkan

kotoran dari karet atau disebut dengan

bladah dengan menggunakan alat kawat

yang dibengkokkan, pekerja berisiko

tertusuk alat bladah tersebut. Tindakan

pengendalian yang dapat diberikan yaitu

membuat ujung kawat menjadi tumpul,

pergantian pekerja setiap 30 menit agar tidak

kelelahan dan kehilangan konsentrasi dan

penggunaan sarung tangan. Level risiko

yang didapatkan setelah melakukan

pengendalian yaitu acceptable dengan nilai

risiko 10 dari nilai risiko awal 30 dengan

risk reduction sebesar 66,67%.

Proses pembuatan pelat sepatu

terdapat 7 risiko

a. Luka akibat terpotong alat penggunting

Proses pemotongan bahan menggunakan

gunting menghasilkan risiko yang

acceptable dimana diperlukan tindakan

pengendalian agar risiko dapat dikurangi

seminimal mungkin. Tindakan pengendalian

yang dapat direkomendasikan yaitu dengan

penggunaan sarung tangan dan pergantian

pekerja setia\p 30 menit agar pekerja tidak

merasa lelah saat bekerja sehingga tidak

melukai diri mereka sendiri. Level risiko

setelah dilakukan pengendalian akan

berubah dari nilai risiko 30 menjadi 10

dengan risk reduction sebesar 66,67%.

b. Nyeri dan pegal akibat kelelahan

Risiko kelelahan berasal dari kegiatan yang

dilakukan saat berdiri ataupun mengangkut

barang sehingga dapat menghasilkan level

risiko priority 1 dimana perlu dilakukan

penanganan secepatnya. Tindakan

pengendalian yang dapat diberikan yaitu

dengan penambahan tempat duduk untuk

pekerjaan yang membutuhkan waktu berdiri

yang lama dan pergantian pekerja agar

pekerja tetap berkonsentrasi saat bekerja.

Level risiko yang didapatka setelah

melakukan pengendalian yaitu acceptable

dengan niali risiko 30 dari niai risiko awal

yaitu 300 dengan risk reduction sebesar

90%.

c. Luka bakar akibat kontak dengan mesin

panas

Peralatan yang digunakan untuk

penggilingan mengandung panas yang dapat

mengakibatkan luka bakar pada pekerja

akan tetapi pekerja telah menggunakan

sarung tangan yang dapat menghalangi

panas langsung dari mesin ke tangan

pekerja. Level risiko yang dihasilkan dari

risiko ini yaitu substansial dimana perlu

dilakukan perbaikan secara teknis.

Pengendalian yang dapat disarankan yaitu

dengan memberikan waktu agar mesin yang

panas menjadi lebih dingin, dan penggunaan

sarung tangan. Level risiko yang didapatkan

dari tindakan pengendalian ini yaitu sebesar

30 atau acceptable dari nilai risiko semula

yaitu 150 dengan risk reduction sebesar

80%.

d. Nyeri dan pegal akibat kelelahan otot

tangan

Risiko kelelahan berasal dari kegiatan yang

dilakukan saat memutar setis mesin cetak

sehingga dapat menghasilkan level risiko

priority 1 dimana perlu dilakukan

penanganan secepatnya. Tindakan

pengendalian yang dapat diberikan yaitu

dengan penambahan pekerja untuk

bergantian memutar setis mesin pencetak.

Level risiko yang didapatka setelah

melakukan pengendalian yaitu acceptable

dengan niali risiko 30 dari niai risiko awal

yaitu 300 dengan risk reduction sebesar

90%.

e. Ledakan akibat selang LPG bocor

Penggunaan gas LPG dalam proses produksi

juga sangat berbahaya mengingat sifat gas

yang mudah meledak. Level risiko yang

dihasilkan dari kegiatan ini yaitu very high

yang berarti perlu dilakukan penghentian

aktivitas. Rekomendasi tindakan

pengendalian yang dapat diberikan yaitu

dengan pembuatan tempat pada tempat yang

tidak mudah terjangkau oleh pekerja,

Kajian risiko..., Yiyin Mariska, FKM UI, 2012

Page 12: KAJIAN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) PADA …

12

pengecekan selang dan kenop gas secara

berkala, penyediaan APAR dengan

penempatan dekat tabung gas. Level risiko

yang didapatkan setelah dilakukan

pengendalian yaitu substansial dimana nilai

risikonya 150 dari nilai risiko awal yaitu 500

dengan risk reduction sebesar 70%.

4. Simpulan

Dari penilitian yang telah dilakukan maka dapat

disimpulkan bahwa:

Pada pabrik pengolahan karet ini terdapat

dua jenis proses produksi yaitu pengolahan

bahan baku karet menjadi lembaran karet dan

proses pembuatan pelat sepatu.

Jenis bahaya yang didapatkan pada tahap

pengolahan karet menjadi lembaran karet yaitu

bahaya fisik, kimia, dan ergonomi sedangkan

ntuk risikonya yaitu luka akibat tersayat pisau,

gangguan pernafasan akibat terhirup debu dari

karet, penyakit akibat terhirup bahan kimia,

cedera akibat terpelesat, nyeri dan pegal akibat

kelelahan, penyakit akibat tertelan bahan kimia,

luka bakar akibat kontak dengan mesin panas,

penyakit akibat terhirup uap karet, kebakaran

akibat oli tercecer terkena percikan api,

kebakaran akibat cerobong mesin panas terkena

atap kayu, cedera akibat terjatuh, dan luka akibat

tertusuk alat pembunag kotoran. Pada tahap

pembuatan pelat sepatu terdapat bahaya fisik,

kimia dan ergonomi sedangkan risikonya yaitu

luka akibat terpotong alat penggunting, nyeri dan

pegal akibat kelelahan, luka bakar akibat kontak

dengan mesin panas, nyeri dan pegal akibat

kelelahan otot tangan, penyakit akibat terhirup

uap karet dan ledakan akibat selang LGP bocor.

Dari bahaya dan risiko yang didapatkan

kemudian dilakukan penilaian risiko sehingga

didapatkan nilai risiko dan tingkat risiko. Level

risiko tertinggi yang didapatkan yaitu very high

dengan nilai risiko terbesar 900. Level risiko

terrendah yang didapatkan yaitu acceptable

dengan nilai risiko terkecil sebesar 30.

Pengendalian yang dapat dilakukan untuk

mengurangi risiko yaitu berupa rekayasa

peralatan, upaya administratif, dan penggunaan

alat pelindung diri. Pengendalian yang diberikan

diperkirakan dapat dilakukan oleh pekerja atau

disediakan oleh pemilik pabrik. Sedangkan

upaya pengendalian yang dilakukan oleh pekerja

ataupun pemilik pabrik sangat kurang memadai,

sehingga pengendalian yang disarankan

diharapkan dapat diterapkan.

Pengetahuan pekerja tentang keselamatan

dan kesehatan kerja cukup kurang karena pekerja

tidak terlalu mengerti tentang bahaya dan risiko

serta penyakit yang mereka terima selama

bekerja akan tetapi mengetahui tindakan-

tindakan pengendalian untuk diri mereka sendiri

seperti penggunaan alat pelindung diri.

Daftar Pustaka

Australia, Standard Association. 1999, Risk

Management: AS/NZS 4360. Ne

South Wales: Standard Association of

Australia.

Australia, Standard Association. 2004, Risk

Management: AS/NZS 4360. New

South Wales: Standard Association of

Australia.

Audit ceklist SMK3 (Peraturan Mentri Tenaga Kerja

No. 05/MEN/1996).

http://safety4abipraya.wordpress.com [25

Desember 2012]

Cross, Jean. Prof. 1998. Risk Management Study

Notes Departemen of Safety Science,

University New South Wales, Australia.

Dalam Keputusan Menteri Tenaga Kerja Republik

Indonesia Nomor : Kep.333/Men/1989

Tentang Diagnosis Dan Pelaporan

Penyakit

Direktorat Jendral Pengolahan dan Pemasaran Hasil

Pertanian. 2012. Artikel Potensi dan

Perkembangan Pasar Ekspor Karet

Indonesia di Pasar Dunia.

http://pphp.deptan.go.id/disp_informasi/1

/5/54/1185/potensi_dan_perkembangan_

pasar_ekspor_karet_indonesia_di_pasar_

dunia.html. [25 Desember 2012]

International Labour Office. 1999. Yearbook of

Labour Statistics. Geneve: ILO.

Internasional Ltd. Sydney, Australia.

Kementrian BUMN. 2010. Artikel Gapkindo Minta

Izin Pabrik Karet Dibatasi.

http://www.bumn.go.id/ptpn13/publikasi/

berita/gapkindo-minta-izin-pabrik-karet-

dibatasi/. [25 Desember 2012]

Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral. 2010.

Artikel Tips Menggunakan LPG yang

Aman dan Benar.

http://www.esdm.go.id/berita/migas/40-

migas/3403-tips-menggunakan-lpg-yang-

aman-dan-benar.html. [25 Desember

2012]

Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak

Lingkungan No. 25 tahun 1996 tentang

Tata Cara dan Persyaratan Penyimpanan

dan Pengumpulan Minyak Pelumas

Bekas.

Kajian risiko..., Yiyin Mariska, FKM UI, 2012

Page 13: KAJIAN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) PADA …

13

Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak

Lingkungan No. 205 tahun 1996 Tentang

Pedoman Teknis Pengendalian

Pencemaran Udara Sumber Tidak

Bergerak

Kurniawidjaja, Meily. 2010. Teori dan Aplikasi

Kesehatan Kerja. UI-PRESS, Jakarta.

Nababan, Darrenzius. 2010. Artikel Pabrik Karet

PTPN III Mambang Muda Menelan

Korban Jiwa.

http://regional.kompasiana.com/2010/07/

27/pabrik-karet-ptpn-iii-mambang-muda-

menelan-korban-jiwa-205793.html. [25

Desember 2012]

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 44

Tahun 1993 Tentang Kendaraan Dan

Pengemudi.

Ramli, Soehatman. 2010. Pedoman Praktis

Manajemen Risiko Dalam Perspektif

K3 OHS Risk Management. Penerbit

Dian Rakyat, Jakarta.

SNI 03- 6572 tentang Tata Cara Perancangan Sistem

Ventilasi dan Pengkondisian Udara pada

Bangunan Gedung

Undang- undang No. 1 Tahun 1979 Tentang

Keselamatan Kerja.

Undang Undang No. 13 tahun 2003 tentang

Ketenagakerjaan

University of Birmingham. 2009. Artikel Chemical

Commonly Used in Rubber Product

Manufacture May Cause Cancer.

http://www.birmingham.ac.uk/news/lates

t/2009/01/24Jan-cancer.aspx.[25

Desember 2012]

Kajian risiko..., Yiyin Mariska, FKM UI, 2012