KAJIAN PUSTAKA Konsep Diri pada Remaja dengan Orangtua ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/173/2/bab...

23
10 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Konsep Diri pada Remaja dengan Orangtua yang bekerja sebagai TKI 1. Konsep Diri a. Pengertian konsep diri Fitts (Agustiani, 2009) mengartikan bahwa konsep diri adalah penilaian dan evaluasi individu terhadap diri dilihat dari aspek internal dan aspek eksternal.Rais (Gunarsa & Gunarsa, 2011) membedakan pengertian antara konsep diri dan kepribadian. Menurut Rais konsep diri adalah suatu pandangan diri yang berasal dari dalam diri individu dan membentuk trait, sedangkan kepribadian adalah pandangan orang lain tentang diri individu yang membentuk trait. Santrock (2007) mengartikan konsep diri sebagai evaluasi yang menyangkut bidang-bidang tertentu dari diri.Remaja melakukan evaluasi diri dalam berbagai bidang akademik, atletik, penampilan fisik, dan sebagainya. Sementara itu, Brooks (Sobur, 2016) mendefinisikan konsep diri adalah suatu pandangan seseorang tentang dirinya serta persepsi tentang dirinya, hal ini dapat bersifat fisik, psikis maupun sosial.Rakhmat (2009) lebih lanjut menjelaskan bahwa konsep diri bukan hanya sekedar gambaran deskriptif, tetapi juga penilaian diri tentang diri, meliputi apa yang dipikirkan dan apa yang dirasakan tentang diri. Adapun Rakhmat (2009) berpendapat bahwa adanya proses perkembangan konsep diri menunjukkan bahwa konsep diri seseorang tidak langsung dan menetap, tetapi merupakan sesuatu yang mempunyai proses pembentukan dan masih dapat berubah.

Transcript of KAJIAN PUSTAKA Konsep Diri pada Remaja dengan Orangtua ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/173/2/bab...

Page 1: KAJIAN PUSTAKA Konsep Diri pada Remaja dengan Orangtua ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/173/2/bab 2.pdf · label yang dikenakan diri individu bukanlah semata-mata menggambarkan diri,

10

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Konsep Diri pada Remaja dengan Orangtua yang bekerja sebagai TKI

1. Konsep Diri

a. Pengertian konsep diri

Fitts (Agustiani, 2009) mengartikan bahwa konsep diri adalah penilaian dan

evaluasi individu terhadap diri dilihat dari aspek internal dan aspek eksternal.Rais

(Gunarsa & Gunarsa, 2011) membedakan pengertian antara konsep diri dan

kepribadian. Menurut Rais konsep diri adalah suatu pandangan diri yang berasal

dari dalam diri individu dan membentuk trait, sedangkan kepribadian adalah

pandangan orang lain tentang diri individu yang membentuk trait. Santrock

(2007) mengartikan konsep diri sebagai evaluasi yang menyangkut bidang-bidang

tertentu dari diri.Remaja melakukan evaluasi diri dalam berbagai bidang

akademik, atletik, penampilan fisik, dan sebagainya.

Sementara itu, Brooks (Sobur, 2016) mendefinisikan konsep diri adalah

suatu pandangan seseorang tentang dirinya serta persepsi tentang dirinya, hal ini

dapat bersifat fisik, psikis maupun sosial.Rakhmat (2009) lebih lanjut

menjelaskan bahwa konsep diri bukan hanya sekedar gambaran deskriptif, tetapi

juga penilaian diri tentang diri, meliputi apa yang dipikirkan dan apa yang

dirasakan tentang diri. Adapun Rakhmat (2009) berpendapat bahwa adanya proses

perkembangan konsep diri menunjukkan bahwa konsep diri seseorang tidak

langsung dan menetap, tetapi merupakan sesuatu yang mempunyai proses

pembentukan dan masih dapat berubah.

Page 2: KAJIAN PUSTAKA Konsep Diri pada Remaja dengan Orangtua ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/173/2/bab 2.pdf · label yang dikenakan diri individu bukanlah semata-mata menggambarkan diri,

11

Sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Calhaoun dan Acocella

(Ghufron & Risnawita, 2016) bahwa konsep diri adalah gambaran mental diri

seseorang.Burn mendefinisikan konsep diri sebagai kesan terhadap diri sendiri

secara keseluruhan yang mencakup pendapat individu terhadap diri sendiri,

pendapat tentang gambaran diri di mata orang lain, dan pendapat individu tentang

hal-hal yang dicapai (Ghufron & Risnawita, 2016).Tercapainya keinginan dan

terealisasikannya kehidupan dapat diupayakan melalui konsep diri.Dapat

dikatakan bahwa konsep diri juga merupakan kerangka kerja untuk

mengorganisasikan pengalaman-pengalaman yang diperoleh seseorang.

Berdasarkan berbagai definisi dari para ahli yang telah dijelaskan di atas,

penelitian ini mengacu pada definisi konsep diri yang dikemukakan oleh Fitts

(Agustiani, 2009) yaitu konsep diri adalah penilaian dan evaluasi yang dilakukan

oleh individu terhadap diri dilihat dari aspek internal dan aspek eksternal. Definisi

konsep diri yang dikemukakan oleh Fitts (Agustiani, 2009) lebih relevan dan

sesuai dengan subjek penelitian yaitu remaja.

b. Aspek-Aspek Konsep Diri

Fits (Agustiani, 2009) membagi konsep diri dalam dua dimensi pokok,

yaitu:

1) Dimensi Internal

Dimensi internal atau disebut juga sebagai kerangka acuan internal (internal

rame of refrence) adalah penilaian yang dilakukan individu terhadap dirinya

sendiri berdasarkan dunia yang ada dalam dirinya. Dimensi internal ini

terbagi menjadi tiga, yaitu:

Page 3: KAJIAN PUSTAKA Konsep Diri pada Remaja dengan Orangtua ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/173/2/bab 2.pdf · label yang dikenakan diri individu bukanlah semata-mata menggambarkan diri,

12

a) Diri identitas (identity self), merupakan aspek paling mendasar pada

konsep diri dan mengacu pada pertanyaan, “Siapa saya?” dalam

pertanyaan tersebut tercakup label-label dan simbol-simbol yang

diberikan pada diri (self) oleh individu-individu yang bersangkutan untuk

menggambarkan dirinya dan membangun identitasnya, misal “Saya

Mia”. Kemudian dengan bertambahnya usia dan interaksi dengan

lingkungannya, pengetahuan individu mengenai dirinya juga bertambah,

sehingga individu dapat melengkapi keterangan tentang dirinya dengan

hal-hal yang lebih kompleks, seperti “Saya pintar tetapi terlalu kurus”.

b) Diri pelaku (behavioral self), merupakan persepsi individu tentang

tingkah laku diri, yang berisikan kesadaran mengenai “Apa yang

dilakukan oleh diri”. Selain itu bagian ini berkaitan erat dengan diri

identitas.

c) Diri penilai (judging self), berfungsi sebagai pengamat, penentu standar,

dan evaluator. Kedudukan diri penilai adalah sebagai perantara/mediator

antara diri identitas dan diri pelaku. Individu cenderung memberikan

penilaian terhadap apa yang dipersepsikannya. Oleh karena itu, label-

label yang dikenakan diri individu bukanlah semata-mata

menggambarkan diri, tetap juga sarat dengan nilai-nilai. Selanjutnya,

penilaian ini lebih berperan dalam menentukan tindakan yang akan

dilakukan oleh diri.

Diri yang adekuat akan menunjukkan adanya keserasian antara diri identitas

dengan diri pelakunya, sehingga individu dapat mengenali dan menerima, baik

Page 4: KAJIAN PUSTAKA Konsep Diri pada Remaja dengan Orangtua ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/173/2/bab 2.pdf · label yang dikenakan diri individu bukanlah semata-mata menggambarkan diri,

13

diri sebagai identitas maupun diri sebagai pelaku. Kaitan dari keduanya dapat

dilihat dari diri sebagai penilai (Agustiani, 2009). Diri penilai menentukan

kepuasan seseorang akan diri atau seberapa jauh seseorang dapat menerima

keadaan diri. Kepuasan diri yang rendah akan menimbulkan harga diri yang

rendah pula dan akan mengembangkan ketidakpercayaan yang mendasar pada

diri. Sebaliknya, bagi individu yan memiliki kepuasan diri yang tinggi, kesadaran

diri lebih realitas, sehingga lebih memungkinkan individu yang bersangkutan

untuk melupakan keadan diri dan memfokuskan energi serta perhatian ke luar diri,

dan pada akhirnya dapat berfungsi lebih konstruktif (Agustiani, 2009).

2) Dimensi Eksternal

Pada dimensi eksternal, individu menilai dirinya melalui hubungan dan

aktivitas sosialnya, nilai-nilai yang dianut individu, serta hal-hal lain diluar

diri individu. Dimensi ini terbagi menjadi lima, yaitu:

a) Diri fisik (physical self), menyangkut persepsi individu terhadap keadaan

diri secara fisik. Dalam hal ini terlihat persepsi individu mengenai

kesehatan diri, penampilan diri (cantik, jelek, menarik, tidak menarik)

dan keadaan tubuh diri (tinggi, pendek, gemuk, kurus).

b) Diri etik-moral (moral-ethical self), merupakan persepsi individu

terhadap dirinya dilihat dari standar pertimbangan nilai moral dan etika.

Hal ini menyangkut persepsi individu mengenai hubungan dengan

Tuhan, kepuasan individu akan kehidupan keagamaan dan nilai-nilai

moral yang dipegang diri, yang meliputi batasan baik dan buruk.

Page 5: KAJIAN PUSTAKA Konsep Diri pada Remaja dengan Orangtua ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/173/2/bab 2.pdf · label yang dikenakan diri individu bukanlah semata-mata menggambarkan diri,

14

c) Diri pribadi (personal self), merupakan perasaan atau persepsi individu

tentang keadaan pribadi diri. Hal ini tidak dipengaruhi oleh kondisi fisik

atau hubungan dengan orang lain, tetapi dipengaruhi oleh sejauh mana

individu merasa puas terhadap diri pribadi atau sejauh mana individu

merasa dirinya sebagai pribadi yang tepat.

d) Diri keluarga (family self), merupakan perasaan dan harga diri individu

dalam kedudukan diri sebagai anggota keluarga. Bagian ini menunjukkan

seberapa jauh individu merasa adekuat terhadap diri sebagai anggota

keluarga, serta terhadap peran maupun fungsi yang dijalankan diri

sebagai anggota dari suatu keluarga.

e) Diri sosial (social self), merupakan penilaian individu terhadap interaksi

diri dengan orang lain maupun lingkungan di sekitar diri individu.

Pembentukan penilaian individu terhadap bagian-bagian diri dalam dimensi

eksternal ini dapat dipengaruhi oleh penilaian dan interaksi diri dengan orang lain.

Seseorang tidak dapat begitu saja menilai bahwa diri memiliki fisik yang baik

tanpa adanya reaksi dari orang lain yang memperlihatkan bahwa secara fisik diri

memang menarik. Demikian pula seseorang tidak dapat mengatakan bahwa

individu memiliki diri pribadi yang baik tanpa adanya tanggapan atau reaksi dari

orang lain di sekitarnya yang menunjukkan bahwa diri memang memiliki pribadi

yang baik (Agustiani, 2009).

Berdasarkan pemaparan di atas, diketahui bahwa konsep diri menurut Fitts

(Agustiani, 2009) terdiri dari dua dimensi, yaitu dimensi internal dan dimensi

eksternal.Dimensi internal terbagi dalam tiga aspek yaitu diri identitas, diri

Page 6: KAJIAN PUSTAKA Konsep Diri pada Remaja dengan Orangtua ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/173/2/bab 2.pdf · label yang dikenakan diri individu bukanlah semata-mata menggambarkan diri,

15

pelaku, dan diri penilai. Sedangkan dimensi eksternal terdiri dari lima aspek yaitu

diri fisik, diri etik-moral, diri pribadi, diri keluarga dan diri sosial.

Calhoun dan Accocela (Ghofur & Risnawita, 2016) mengatakan konsep diri

terdiri dari tiga aspek atau dimensi, yaitu:

1) Pengetahuan, pengetahuan adalah apa yang individu ketahui tentang dirinya.

Individu di dalam benaknya terdapat suatu daftar yang menggambarkan diri,

kelengkapan atau kekurangan fisik, usia, jenis kelamin, kebangsaan, suku,

pekerjaan, agama dan lain-lain.

2) Harapan. Pada saat-saat tertentu, individu mempunyai satu aspek pandangan

tentang dirinya. Individu juga mempunyai satu aspek pandangan tentang

kemungkinan dirinya menjadi apa di masa depan. Pendeknya individu

memiliki harapan bagi dirinya sendiri untuk menjadi diri yang ideal. Diri

yang ideal sangat berbeda pada masing-masing individu. Seseorang

mungkin akan lebih ideal jika berdiri di atas podium berorasi dengan penuh

semangat, di depannya banyak orang antusias mendengarkan setiap kata

yang diucapkan sesekali meneriakkan semacam yel-yel. Sementara itu, bagi

yang lain merasa sebagai diri yang ideal jika merenung dan menulis di

rumah dengan menghasilkan suatu karya tulis yang dapat dibaca setiap

orang.

3) Penilaian, di dalam penilaian individu berkedudukan sebagai penilai tentang

diri sendiri. Apakah bertentangan dengan (1) “siapakah saya”, pengharapan

bagi individu; (2) “seharunya saya menjadi apa”, standar bagi individu.

Page 7: KAJIAN PUSTAKA Konsep Diri pada Remaja dengan Orangtua ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/173/2/bab 2.pdf · label yang dikenakan diri individu bukanlah semata-mata menggambarkan diri,

16

Hasil dari penilaian tersebut adalah haga diri. Semakin tidak sesuai antara

harapan dan standar diri, maka akan semakin rendah harga diri seseorang.

Berdasarkan dari kedua aspek yang telah disebutkan di atas, aspek yang

telah dipaparkan oleh Fitts (Agustiani, 2009) lebih tepat digunakan untuk

mengungkap konsep diri pada remaja dengan orangtua yang bekerja sebagai

TKI.Hal ini dapat dilihat dari penjelasan yang telah dijabarkan pada setiap

aspeknya.Aspek yang dikemukakan oleh Fitts (Agustiani, 2009) lebih jelas dan

lebih komperhensif untuk mengungkap bagaimana kondisi konsep diri yang

dimiliki seorang remaja dengan orangtua yang bekerja sebagai TKI dibandingkan

dengan aspek yang disebutkan oleh Calhoun dan Accocela (Ghofur & Risnawita,

2016).

c. Pembentukan Konsep Diri

Menurut Calhoun dan Acocela (Rapsari, 2014) konsep diri bukan

merupakan sesuatu yang dibawa sejak lahir, individu tidak memiliki pengetahuan

tentang diri sendiri, tidak memiliki harapan terhadap diri sendiri, serta tidak dapat

menilai tentang diri sendiri. Seiring dengan berjalannya waktu konsep diri mulai

terbentuk dari proses belajar dan melalui pengalaman individu dalam

berhubungan dengan orang lain. Setiap interaksi yang terjadi individu akan

menerima tanggapan. Tanggapan yang diterima tersebut akan dijadikan cermin

bagi individu untuk menilai dan memandang diri sendiri terutama didasarkan pada

tanggapan orang yang dianggap penting bagi kehidupan individu tersebut.

Ketika seorang anak memasuki fase remaja, anak akan mengalami berbagai

perubahan dalam diri anak. Sikap atau tingkah laku anak yang ditampilkan juga

Page 8: KAJIAN PUSTAKA Konsep Diri pada Remaja dengan Orangtua ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/173/2/bab 2.pdf · label yang dikenakan diri individu bukanlah semata-mata menggambarkan diri,

17

akan mengalami perubahan, dan sebagai akibatnya, sikap orang lain terhadap diri

anak juga akan berubah-ubah, menyesuaikan perubahan yang tampil dalam diri

anak (Sobur, 2016). Oleh karena itu, dapat dimengerti bahwa konsep diri pada

seorang remaja cenderung untuk tidak konsisten, dan hal ini dikarenakan sikap

orang lain yang dipersepsikan remaja juga berubah. Akan tetapi, melalui cara ini,

remaja mengalami suatu perkembangan konsep diri, sampai akhirnya ramaja

memiliki konsep diri yang konsisten (Rais dalam Sobur, 2016).

Mead (Sobur, 2016) dalam bukunya Man, Mind, and Society, menulis

bahwa konsep diri merupakan produk sosial yang terbentuk melalui proses

internalisasi dan organisasi pengalaman-pengalaman psikologis. Pengalaman-

pengalaman psikologis ini merupakan hasil eksplorasi individu terhadap

lingkungan fisik dan refleksi dari diri yang diterima dari orang-orang penting

(significant other) di sekitar diri individu.Menurut Sobur (2016) saat masih kecil

orang penting yang ada disekitar anak adalah orangtua dan saudara-saudara yang

tinggal di bawah satu atap.Dari significant other lah secara berlahan-lahan

individu membentuk konsep diri. Segala sanjungan, senyuman, pujian, dan

penghargaan akan menyebabkan penilaian positif terhadap diri anak. Sebaliknya,

ejekan, cemoohan, dan hardikan akan menyebabkan penilaian yang negatif

terhadap diri anak. Dalam hubungan ini, Sullivan menjelaskan bahwa jika

individu diterima orang lain, dihormati, disenangi karena keadaan individu

sendiri, individu akan bersifat menghormati dan menerima diri. Sebaliknya, jika

orang lain selalu meremehkan, menyalahkan, dan menolak individu, maka

individu tidak akan menyenangi diri sendiri (McCandless dalam Sobur, 2016).

Page 9: KAJIAN PUSTAKA Konsep Diri pada Remaja dengan Orangtua ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/173/2/bab 2.pdf · label yang dikenakan diri individu bukanlah semata-mata menggambarkan diri,

18

Konsep diri terbentuk karena adanya interaksi individu dengan orang-orang

disekitanya.Apa yang dipersepsi individu lain mengenai diri individu, tidak

terlepas dari struktur, peran, dan status sosial yang disandang seorang individu.

struktur, peran, dan status sosial merupakan gejala yang dihasilkan dari adanya

interaksi antara individu satu dan individu lain, antara individu dan kelompok,

atau antara kelompok dan kelompok (Lindgren dalam Sobur, 2016).

d. Faktor-Faktor Konsep Diri

Menurut Calhoun & Acocella (1990), terdapat beberapa faktor pembentuk

konsep diri, khususnya konsep diri remaja, yaitu:

1) Orangtua. Orangtua sebagai kontak sosial yang paling awal yang dialami

oleh anak dan yang paling kuat, apa yang dikomunikasikan oleh orangtua

pada anak lebih menancap daripada informasi lain yang diterima anak

sepanjang hidupnya.

2) Teman sebaya. Teman sebaya yang menempati kedudukan kedua setelah

orangtua dalam mempengaruhi konsep diri, apalagi perihal penerimaan atau

penolakan, peran yang diukir anak dalam kelompok teman sebayanya

mungkin mempunyai pengaruh yang dalam pada pandangan tentang dirinya

sendiri.

3) Masyarakat. Masyarakat yang menganggap penting fakta-fakta kelahiran

dimana akhirnya penilaian ini sampai kepada anak dan masuk ke dalam

konsep diri.

4) Belajar. Belajar memunculkanpendapat bahwa konsep diri individu adalah

hasil belajar, dan belajar dapat didefinisikan sebagai perubahan psikologis

Page 10: KAJIAN PUSTAKA Konsep Diri pada Remaja dengan Orangtua ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/173/2/bab 2.pdf · label yang dikenakan diri individu bukanlah semata-mata menggambarkan diri,

19

yang relatif permanen yang terjadi dalam diri individu sebagai akibat dari

pengalaman.

Menurut Rais (Gunarsa & Gunarsa, 2011) faktor-faktor yang mempengaruhi

konsep diri pada remaja antara lain yaitu:

1) Jenis kelamin, di dalam keluarga, lingkungan sekolah ataupun lingkungan

masyarakat yang lebih luas akan berkembang berbagai macam tuntutan

peran yang berbeda berdasarkan perbedaan jenis kelamin. Tuntutan ini

berdasarkan tiga kekuatan yang berbeda yaitu biologis, lingkungan keluarga

dan kebudayaan.

2) Harapan-harapan. Stereotip sosial mempunyai peran yang penting dalam

menentukan harapan-harapan apa yang dipunyai oleh seorang remaja

terhadap dirinya sendiri dan mana harapan terhadap dirinya sendiri itu

merupakan pencerminan dari harapan-harapan orang lain terhadap diri

remaja.

3) Suku bangsa. Pada suatu masyarakat, umumnya terdapat suatu kelompok

suku bangsa tertentu yang dapat dikatakan sebagai kaum minoritas. Hal ini

tidak saja menyangkut suku bangsa, tetapi juga menyangkut kelompok-

kelompok minoritas lainnya, seperti kelompok anak-anak cacat, kelompok

yang orang-orang berekonomi rendah atau kelompok remaja yang kurang

berhasil dalam bidang tertentu dibandingkan dengan kelompok seusianya.

Remaja yang berasal dari kelompok ini umumnya juga mengembangkan

suatu konsep diri yang cenderung negatif dibandingkan kelompok mayoritas

lain.

Page 11: KAJIAN PUSTAKA Konsep Diri pada Remaja dengan Orangtua ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/173/2/bab 2.pdf · label yang dikenakan diri individu bukanlah semata-mata menggambarkan diri,

20

4) Nama dan pakaian. Kedua hal ini umumnya dianggap sebagai faktor yang

kurang berpengaruh dibandingkan dengan faktor-faktor yang lain, namun

pada kenyataannya kedua faktor ini mempunyai pengaruh yang cukup kuat

bagi perkembangan konsep diri pada remaja.

Berdasarkan dua faktor yang telah dipaparkan oleh para ahli di atas, dapat

disimpulkan bahwa faktor-faktor yang dapat mempengaruhi konsep diri menurut

Calhoun & Acocella(1990) ialah orangtua, teman sebaya, masyarakat dan belajar,

dan menurut Rais (Gunarsa & Gunarsa, 2011) adalah jenis kelamin, harapan-

harapan, suku bangsa, nama dan pakaian. Dengan demikian konsep diri pada

seorang remaja akan terbentuk jika faktor-faktor yang telah disebutkan di atas

mampu menjadi faktor pendukung bagi pembentukan konsep diri. Adanya

perbedaan pada setiap individu memungkinkan konsep diri berdasarkan faktor di

atas dapat berbeda pula.

2. Pengertian dan Tugas-Tugas Perkembangan Remaja

a. Pengertian remaja

Santrock (2007) mengartikan masa remaja sebagai periode transisi

perkembangan yang terjadi antara masa kanak-kanak dan masa dewasa, yang

melibatkan perubahan-perubahan baik itu secara biologis, kognitif maupun

sosioemosional.Piaget (Gunarsa & Gunarsa, 2011) mengartikan remaja sebagai

suatu fase hidup dengan perubahan-perubahan penting pada fungsi inteligensi,

tercakup dalam perkembangan kognitif. Adapun Anna Freud (Gunarsa &

Gunarsa, 2011) menggambarkan masa remaja sebagai suatu proses perkembangan

Page 12: KAJIAN PUSTAKA Konsep Diri pada Remaja dengan Orangtua ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/173/2/bab 2.pdf · label yang dikenakan diri individu bukanlah semata-mata menggambarkan diri,

21

meliputi perubahan-perubahan yang berhubungan dengan perkembangan

psikoseksual, perubahan dalam hubungan orangtua dan cita-cita individu.

Berdasarkan pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa masa remaja adalah

masa peralihan atau masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa dengan

berbagai perubahan penting baik secara fisik, kognitif, psikoseksual maupun

sosioemosional.

b. Batasan usia

Secara umum masa remaja dibagi menjadi tiga bagian, yaitu sebagai berikut

(Konopka dalam Agustiani, 2009):

1) Masa remaja awal (12-15 tahun)

Pada masa ini individu mulai meninggalkan peran sebagai anak-anak dan

berusaha mengembangkan diri sebagai individu yang unik dan tidak

tergantung pada orangtua. Fokus pada tahap ini adalah penerimaan

terhadap bentuk dan kondisi fisik serta adanya konformitas yang kuat

dengan teman sebaya.

2) Masa remaja pertengahan (15-18 tahun)

Masa ini ditandai dengan berkembangnya kemampuan berfikir yang baru.

Teman sebaya masih memiliki peran yang penting, namun individu sudah

lebih mampu mengarahkan diri sendiri (self-directed). Pada masa ini

remaja mulai mengembangkan kematangan tingkah laku, belajar

mengendalikan impulsivitas, dan membuat keputusan-keputusan awal

yang berkaitan dengan tujuan vokasional yang ingin dicapai. Selain itu

penerimaan dari lawan jenis menjadi penting bagi individu.

Page 13: KAJIAN PUSTAKA Konsep Diri pada Remaja dengan Orangtua ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/173/2/bab 2.pdf · label yang dikenakan diri individu bukanlah semata-mata menggambarkan diri,

22

3) Masa remaja akhir (19-22 tahun)

Masa ini ditandai oleh persiapan akhir untuk memasuki peran-peran orang

dewasa. Selama periode ini remaja berusaha memantapkan tujuan

vokasional dan mengembangkan sense of personal identity. Keinginan

yang kuat untuk menjadi matang dan diterima dalam kelompok teman

sebaya dan orang dewasa, juga menjadi ciri dari tahap ini.

c. Tugas-tugas perkembangan remaja

Pikunas (Agustiani, 2009) mengemukakan bahwa tugas-tugas perkembangan

yang penting pada tahap remaja yaitu:

1) Menerima bentuk tubuh orang dewasa yang dimiliki dan hal-hal yang

berkaitan dengan fisiknya.

2) Mencapai kemandirian emosional dari orangtua dan figur-figur otoritas.

3) Mengembangkan keterampilan dalam komunikasi interpersonal, belajar

membina relasi dengan teman sebaya dan orang dewasa, baik secara

individu maupun dalam kelompok.

4) Menemukan model untuk identifikasi.

5) Menerima diri sendiri dan mengandalkan kemampuan dan sumber-sumber

yang ada pada diri remaja.

6) Memperkuat kontrol diri berdasarkan nilai-nilai dan prinsip-prinsip yang

ada.

7) Meninggalkan bentuk-bentuk reaksi dan penyesuaian yang kekanak-

kanakan.

Page 14: KAJIAN PUSTAKA Konsep Diri pada Remaja dengan Orangtua ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/173/2/bab 2.pdf · label yang dikenakan diri individu bukanlah semata-mata menggambarkan diri,

23

3. Pengertian Tenaga Kerja Indonesia (TKI)

Pengertian TKI menurut Pasal 1 bagian (1) Undang-Undang Nomor 39

Tahun 2004 tentang Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di

Luar Negeri, TKI adalah setiap warga negara Indonesia yang memenuhi syarat

untuk bekerja di luar negeri dalam hubungan kerja untuk jangka waktu tertentu

dengan menerima upah. Menurut buku pedoman pengawasan perusahaan jasa,

tenaga kerja Indonesia adalah warga negara Indonesia baik laki-laki maupun

perempuan yang melakukan kegiatan di bidang perekonomian, sosial, keilmuan,

kesenian, dan olahraga profesional serta mengikuti pelatihan kerja di luar negeri

baik di darat, laut maupun udara dalam jangka waktu tertentu berdasarkan

perjanjian kerja yaitu suatu perjanjian antara pekerja dan pengusaha secara lisan

dan atau tertulis baik untuk waktu tertentu maupun untuk waktu tidak tertentu

yang memuat syarat-syarat kerja, hak dan kewajiban para pihak. Pengertian TKI

secara umum adalah setiap warga negara Indonesia yang memenuhi syarat untuk

bekerja di luar negeri dalam jangka waktu tertentu berdasarkan perjanjian kerja

melalui prosedur penempatan TKI dengan menerima upah (Kurniadi, 2016).

Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa tenaga

kerja Indonesia (TKI) adalah seorang warga Negara Indonesia laki-laki maupun

perempuan yang bekerja keluar negeri dalam rangka mencari nafkah, dimana

pekerja tersebut terikat oleh janji atau kontrak yang sudah disepakati bersama dan

dalam jangka waktu yang telah ditentukan pekerja tidak diperbolehkan kembali ke

Indonesia sampai jangka waktu ketentuan telah tecapai.

Page 15: KAJIAN PUSTAKA Konsep Diri pada Remaja dengan Orangtua ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/173/2/bab 2.pdf · label yang dikenakan diri individu bukanlah semata-mata menggambarkan diri,

24

Hasil penelitian Yuniastuti (2014) menyatakan umumnya para TKI

melakukan kontrak sebagai pekerja untuk waktu dua tahun, namun pada

kenyataannya hampir selalu TKI memperbaharui kontrak tersebut sampai tiga atau

bahkan empat kali.Pekerja yang diberangkatkan biasanya berusia minimal 21

tahun dan maksimal 25 tahun.Seorang TKI yang sudah berkeluarga pada

umumnya berangkat ke luar negeri ketika anak-anaknya masih kecil.Itu sebabnya

anak-anak diasuh oleh kakek dan nenek mereka.Seorangpekerja yang bekerja

sebagai TKI pada mulanya terpaksa atau dipaksakan karena keadaan ekonomi

rumah tangga yang sulit. Dilain sisi peran TKI adalah menghimpun dana yang

digunakan untuk berbagai keperluan, seperti menyekolahkan anak-anak sampai

tingkat SMA/SMK bahkan sampai ke perguruan tinggi. Walau demikian,

pendidikan anak TKI pada umumnya tidak terlalu tinggi, kebanyakan hanya

sampai tingkat SMP-SMA, serta jarang yang ingin kuliah di perguruan tinggi.

Kemudian dana yang terkumpul juga untuk membangun rumah, serta

memperbaiki kehidupan ekonomi keluarga.

Masih dengan hasil penelitian Yuniastuti (2014).Anak-anak dari keluarga

TKI biasanya diasuh oleh salah satu di antara kedua orangtua, bapak, ibu atau

kakek nenek.Anak-anak TKI biasanya dicukupi kebutuhan fisiknya secara

berlebih oleh kakek dan neneknya dari hasil orangtua sebagai TKI, namun

kebutuhan rohani dan kasih sayang orangtua amat sedikit.Dampaknya membawa

pengaruh psikologis yang luar biasa besar pada anak.Salah satunya kenakalan

remaja seperti kebut-kebutan, merokok, minuman keras dan ke tempat pelacuran

banyak dilakukan oleh anak-anak TKI tersebut.Kondisi ini yang paling

Page 16: KAJIAN PUSTAKA Konsep Diri pada Remaja dengan Orangtua ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/173/2/bab 2.pdf · label yang dikenakan diri individu bukanlah semata-mata menggambarkan diri,

25

ditakutkan.Keadaan tersebut membawa pengaruh terhadap peranan dan pola

pelaksanaan anak dalam kehidupan keluarga.Hal ini terjadi karena keluarga

tersebut timpang dengan tiadanya kedua orangutan atau seorang ibu. Sebuah

keluarga, khususnya orangtua mengemban tiga peran terhadap anak, yaitu: (1)

Merawat fisik anak agar tumbuh dan berkembang dengan sehat, (2) Proses

sosialisasi anak agar anak belajar menyesuaikan diri terhadap lingkungannya

(keluarga, masyarakat dan kebudayaan), serta (3) Kesejahteraan psikologis dan

emosional dari anak (Lubis dalam Yuniastuti, 2014). Peran orangtua yang

demikian tidak mungkin dapat dilaksanakan oleh TKI yang meninggalkan

keluarga inti ke keluar negeri dalam kurun waktu yang lama. Peran sebagai

orangtua dialihkan kepada pihak lain, yakni kepada anggota keluarga yang

ditinggalkan, yang belum tentu mampu menggantikan peran orangtua.

Pengambilan keputusan untuk bekerja sebagai TKI itu merupakan proses dialogis

yang pelik, sebab bagi keluarga miskin pilihan itu ditempatkan sebagai yang

terbaik dalam keterpaksaan TKI.

Dari hasil penelitian di atas, dapat dikatakan bahwa menjadi seorang TKI

bagi orangtua mempunyai keuntungan dan kerugian.Keuntungan yang diterima

diantaranya meningkatkan penghasilan keuangan dalam keluarga.Kerugian yang

diterima perkembangan anak yang ditinggalkan terganggu dan berdampak

keberbagai aspek tugas-tugas perkembangan anak.

Page 17: KAJIAN PUSTAKA Konsep Diri pada Remaja dengan Orangtua ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/173/2/bab 2.pdf · label yang dikenakan diri individu bukanlah semata-mata menggambarkan diri,

26

4. Konsep Diri Remaja dengan Orangtua bekerja sebagai TKI

Menurut Clarke-Stewart dan Friedman (Agustiani, 2009) masa remaja

dikenal sebagia masa transisi atau peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa

dewasa.Pada masa ini seorang anak mengalami perubahan secara pesat baik fisik

maupun psikis.Perubahan yang tampak jelas adalah perubahan fisik, di mana

tubuh berkembang pesat sehingga mencapai tubuh orang dewasa yang disertai

pula dengan berkembangnya kapasitas reproduktif.Selain itu remaja juga berubah

secara kognitif dan mulai mampu berfikir secara abstrak seperti orang

dewasa.Adapun Pikanus (Agustiani, 2009) menyebutkan beberapa tugas penting

dalam perkembangan ramaja diantranya yaitu menerima diri sendiri dan

mengandalkan kemampuan dan sumber-sumber yang ada pada diri.Penerimaan

diri disini jelas berhungan erat dengan konsep diri dan penemuan identitas diri.

Erikson (Olson & Hergenhahn, 2013) menyebutkan bahwa pada periode ini

remaja memasuki periode krisis identitas.Erikson yakin tahap ini dapat

merepresentasikan periode transisi antara masa kanak-kanak dan masa dewasa.

Tahap-tahap sebelumnya anak belajar siapa diri mereka dan apa yang dapat

mereka lakukan (tersedianya berbagai peran yang anak mainkan). Pada tahap ini

anak harus hati-hati dalam mempertimbangkan informasi yang sudah

dikumpulkan mengenai diri dari diri pribadi maupun dari masyarakat. Hal ini

untuk menentukan identitas diri yang nantinya akan digunakan pada tahap

selanjutnya. Pembentukan identitas diri sejalan dengan pembentukan konsep diri

pada remaja, dimana remaja harusnya sudah memiliki konsep diri yang psositif.

Page 18: KAJIAN PUSTAKA Konsep Diri pada Remaja dengan Orangtua ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/173/2/bab 2.pdf · label yang dikenakan diri individu bukanlah semata-mata menggambarkan diri,

27

Pembentukan konsep diri pada remaja dipengaruhi oleh beberapa

faktor.Menurut Baldwin dan Holmes (Sobur, 2016) faktor yang mempengaruhi

pembentukna konsep diri adalah orangtua, teman sebaya, masyarakat dan

belajar.Sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Saraswatia dkk (2015)

bahwasanya ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi konsep diri pada

remaja.Salah satu faktor yang mempengaruhi konsep diri pada remaja adalah

orangtua. Dalam penelitian tersebut menyebutkan bahwa hadirnya orangtua dalam

kehidupan remaja akan mempengaruhi seorang anak dalam membentuk dan

perkembangan konsep diri anak.

Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Durado dkk (2013) yang

menunjukkan bahwa adanya hubungan yang positif antara dukungan orangtua

yang baik dengan konsep diri yang positif pada remaja.Penelitian ini menyebutkan

golongan remaja yang tinggal dengan orangtua dan diberikan dukungan yang

positif oleh orangtua, maka hal tersebut berkorelasi secara positif terhadap

pengembangan konsep diri yang positif terhadap remaja.Sesuai dengan faktor

yang disebutkan oleh Baldwin dan Holmes (Sobur, 2016) bahwa orangtua

menjadi salah satu faktor dalam pengembangan konsep diri pada remaja.Hal ini

menjelaskan bahwa kondisi remaja yang tinggal bersama orangtua memiliki

pengembangan konsep diri secara positif.

Adapun hasil penelitian yang dilakukan oleh Pardede (2008) menunjukkan

bahwa konsep diri yang terbentuk pada remaja anak jalanan adalah konsep diri

yang negatif.Hal ini terlihat dari beberapa bagian diri subjek yang sebagian besar

memandang dirinya secara negatif.Hal tersebut juga diakibatkan oleh beberapa

Page 19: KAJIAN PUSTAKA Konsep Diri pada Remaja dengan Orangtua ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/173/2/bab 2.pdf · label yang dikenakan diri individu bukanlah semata-mata menggambarkan diri,

28

faktor yang mempengaruhi pembentukan konsep diri subjek ke arah yang negatif

yakni orangtua, teman sebaya, dan masyarakat.Dalam penelitian ini, subjek

mengaku bahwa dirinya sering disebut sebagai anak pembawa masalah oleh

orangtuanya, hal tersebut membentuk konsep diri negatif pada diri subjek.Begitu

pula dengan perasaan subjek bahwa kedua orangtuanya tidak menyayangi subjek,

hal ini menimbulkan konsep diri yang negatif pada subjek.Orangtua adalah kontak

sosial paling awal dan paling kuat.Akibatnya, orangtua menjadi sangat penting di

mata anak.Apa yang dikomunikasikan orangtua terhadap anak lebih menancap

daripada infromasi lain yang diterima anak sepanjang hidupnya (Le Roux dan

Smith dalam Pardede, 2008). Dari penelitian ini menunjukkan bahwa orangtua

menjadi faktor penting dalam pembentukan konsep diri anak (Baldwin dan

Holmes dalam Sobur, 2016).

Kehadiran orangtua secara langsung sangat dibutuhkan anak dalam

pembentukan konsep diri positif, namun pada kenyataannya banyak orangtua

yang tidak dapat memberikan pengasuhan secara langsung kepada anak.Hal ini

disebabkan oleh kebanyakan orangtua yang memilih bekerja sebagai TKI.Banyak

akibat yang harus diterima oleh anak yang dikarenakan orangtua yang bekerja

sebagai TKI.Salah satunya ialah konsep diri.Sesuai dengan penelitian yang

dilakukan oleh Nasriati (2013) yang menyebutkan bahwasanya anak yang

ditinggal oleh orangtua yang bekerja sebagai TKI memiliki konsep diri yang

rendah.Hal ini disebabkan karena tidak adanya kehadiran orangtua dalam

pengasuhan sehingga anak tidak memperoleh dukungan dan hubungan yang baik

secara emosional.

Page 20: KAJIAN PUSTAKA Konsep Diri pada Remaja dengan Orangtua ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/173/2/bab 2.pdf · label yang dikenakan diri individu bukanlah semata-mata menggambarkan diri,

29

Berdasarkan dari hasil penelitian Maskhur dkk (2012) remaja dengan

orangtua yang bekerja sebagai TKI sudah mengetahui hakihat dari “siapa saya”

namun informasi yang lebih lengkap mengenai diri diperoleh remaja secara

negatif sehingga dimensi internal diri identitas (Fitts dalam Agustiani, 2009)

menunjukkan hasil yang negatif, seperti subjek yang beranggapan bahwa keluarga

yang dimiliki tidak utuh dan tidak sama seperti keluarga yang lain, selain itu

subjek juga beranggapan bahwa subjek berasal dari keluarga yang “ganjil” dan

“tidak normal”. Hal ini diakibatkan oleh ketidakhadiran orangtua dalam

memberikan informasi yang baik bagi remaja.

Diri identitas yang negatif tersebut menghasilkan diri pelaku yang negatif

pula (Fitts dalam Agustiani, 2009).Hal ini ditunjukkan oleh hasil penelitian

Maskhur dkk (2012), dengan perilaku yang menyimpang pada diri remaja seperti

salah satu remaja dari subjek penelitian tersebut mentato tangannya dengan getah

pohon hingga terluka dan bernanah namun remaja tersebut tidak memiliki

penyesalan karena sudah melukai diri yang dapat berakibat fatal bagi

hidupnya.Perilaku tersebut muncul karena subjek beranggapan bahwa subjek

sudah tidak diperdulikan lagi oleh orangtua subjek, karena subjek ditinggal

seorang diri dengan orang yang tidak menyayangi subjek.

Menurut Fitts (Agustiani, 2009) diri penilai sebagai mediator antara diri

identias dan diri pelaku, individu cenderung memberikan penilaian terhadap apa

yang dipersepsikan diri. Penelitian Maskhur dkk (2012) menunjukkan subjek

menilai dirinya secara negatif hal ini terlihat dari hasil penelitian yang

nenunjukkan bahwa remaja menganggap dirinya berasal dari keluarga yang tidak

Page 21: KAJIAN PUSTAKA Konsep Diri pada Remaja dengan Orangtua ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/173/2/bab 2.pdf · label yang dikenakan diri individu bukanlah semata-mata menggambarkan diri,

30

utuh serta tidak berharga karena entah ayah atau ibu subjek yang bekerja sebagai

TKI membiarkan subjek berada dalam kondisi keluarga yang tidak ideal.Secara

keseluruhan dimensi internal konsep diri Fitts (Agustiani, 2009) pada subjek

penelitian ini memiliki konsep diri negatif.Hal ini sesuai dengan faktor penyebab

yang disebutkan oleh Baldwin dan Holmes (Sobur, 2016) yaitu orangtua.

Masih dengan penelitian yang dilakukan oleh Maskhur dkk (2012) yang

menunjukkan hasil bahwa subjek menyatakan dirinya adalah anak yang tidak

diinginkan.Perasaan yang dialami subjek karena pengasuhan yang diterima subjek

mengalami pemindahan tangan seperti yang awalnya dirawat bibi atau paman

berpindah tangan pada nenek atau kakek subjek.Hal ini menunjukkan bahwa

dimensi eksternal diri pribadi (Fitts dalam Agustiani, 2009) yang dimiliki subjek

bersifat negatif.

Adapun hasil wawancara dari penelitian Maskhur dkk (2012) menyatakan

bahwa subjek penelitian tersebut merasa tidak memiliki kedudukan dalam anggota

keluarganya.Hal ini ditunjukkan dengan ayah atau ibu subjek bercerai dan

menikah lagi dengan janda atau duda yang telah memiliki anak, sehingga subjek

hanya berperan sebagai pengasuh dari adik tiri subjek, sedangkan kasih sayang

yang subjek peroleh hanya sedikit.Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa

subjek memiliki diri keluarga (Fitts dalam Agustiani, 2009) yang bersifat negatif.

Diri sosial (Fitts dalam Agustiani, 2009) yang dimiliki oleh subjek

penelitian juga negatif.Hal ini terlihat dari hasil penelitian Maskhur dkk (2012)

yang menyatakan bahwa subjek tidak pernah ikut serta atau diikutsertakan dalam

kegiatan sosial yang terjadi dilingkungan tempat tinggal subjek.Akibat dari

Page 22: KAJIAN PUSTAKA Konsep Diri pada Remaja dengan Orangtua ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/173/2/bab 2.pdf · label yang dikenakan diri individu bukanlah semata-mata menggambarkan diri,

31

perilaku tersebut subjek beranggapan bahwa lingkungan tempat subjek tinggal

tidak dapat menerima keberadaan subjek sebagai seorang anak yang orangtuanya

bekerja sebagai TKI. Berdasarkan dimensi eksternal yang dikemukakan oleh Fitts

(Agustiani, 2009) tiga dari lima dimensi eksternal yang dimiliki subjek bersifat

negatif.

Secara keseluruhan dimensi yang disebutkan oleh Fitts (Agustiani, 2009)

enam dari delapan dimensi konsep diri yang dimiliki subjek bersifat negatif.

Semua dimensi yang dijelaskan di atas disebabkan oleh ketidakhadiran orangtua

dalam proses pembentukan konsep diri pada remaja. Ketidakmampuan orangtua

untuk hadir secara langsung dan utuh dalam kehidupan remaja menimbulkan

berbagai masalah yang kompleks yang harus dihadapi remaja seorang diri

sehingga menimbulkan gangguan pada pembentukan konsep diri pada remaja.

B. Pertanyaan Penelitian

Dalam penelitian kualitatif, pertanyaan penelitian merupakan hal yang

sangat esensial. Terdapat dua bagian dalam pertanyaan penelitian kualitatif yaitu

central question dan sub question (Creswell, 2014).

1. Central Question

Central question merupakan pertanyaan pokok atau utama dalam

penelitian kualitatif.Central question dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

“Bagaimana gambaran konsep diri pada remaja dengan orangtua yang bekerja

sebagai TKI”.

Page 23: KAJIAN PUSTAKA Konsep Diri pada Remaja dengan Orangtua ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/173/2/bab 2.pdf · label yang dikenakan diri individu bukanlah semata-mata menggambarkan diri,

32

2. Sub Question

Sub question terbagi menjadi dua yaitu issue sub question dan topical

question.

Issue sub question yang merupakan pertanyaan penjelas dari pertanyaan

utama penelitian, yang disusun berdasarkan aspek-aspek eksternal konsep diri,

meliputidiri fisik, diri pribadi, diri etik-moral, diri keluarga dan diri sosial,

pertanyaannya sebagai berikut:

1. Bagaimana gambaran diri fisik subjek?

2. Bagaimana gambaran diri pribadi subjek?

3. Bagaimana gambaran diri etik-moral subjek?

4. Bagaimana gambaran diri keluarga subjek?

5. Bagaimana gambaran diri sosial subjek?