KAJIAN PENERAPAN METODE KONTRAK TERHADAP …konteks.id/p/06-043.pdf · KoNTekS 6 MK-11 Universitas...
Transcript of KAJIAN PENERAPAN METODE KONTRAK TERHADAP …konteks.id/p/06-043.pdf · KoNTekS 6 MK-11 Universitas...
KoNTekS 6 MK-11
Universitas Trisakti, Jakarta 1-2 November 2012
KAJIAN PENERAPAN METODE KONTRAK TERHADAP KUALITAS JALAN
Betty Susanti1 dan Reini D. Wirahadikusumah
2
1Mahasiswa Program Studi Doktor Teknik Sipil, Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganesha 10 Bandung
Email: [email protected] 2Staf Pengajar Program Studi Teknik Sipil, Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganesha 10 Bandung
Email: [email protected]
ABSTRAK
Pemilihan metode kontrak pada proyek pekerjaan jalan bertujuan untuk mengatur dan memastikan
kualitas pelayanan jalan yang dihasilkan. Terdapat berbagai metode kontrak yang umum
digunakan pada proyek pekerjaan jalan, mulai dari kontrak yang mengatur input, output, sampai
dengan outcome dari pekerjaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi metode kontrak
pekerjaan jalan yang berpotensi meningkatkan kualitas pelayanan jalan. Pembahasan penelitian ini
dilakukan terhadap ruas jalan Kabupaten/Kota dan jalan provinsi, dengan studi kasus dilakukan di
Provinsi Jawa Barat. Tahap awal pelaksanaan penelitian ini adalah melakukan survey untuk
mengidentifikasi kondisi pelayanan jalan serta metode kontrak pekerjaan jalan yang diterapkan
saat ini. Selanjutnya dilakukan analisis terhadap hasil survey untuk memberikan deskripsi
mengenai pengaruh pemilihan metode kontrak yang selama ini digunakan terhadap kualitas
pelayanan jalan yang ada. Hasil survey awal yang dilakukan terhadap kondisi jalan menunjukkan
bahwa sebanyak 5% ruas jalan Provinsi Jawa Barat, 23% ruas jalan Kota Bandung, serta 47,42%
ruas jalan Kabupaten Bandung berada dalam kondisi pelayanan tidak mantap (kondisi jalan rusak
ringan dan rusak berat). Survey terhadap pemilihan metode kontrak proyek pekerjaan jalan
menunjukkan bahwa metode kontrak tradisional Design-Bid-Build untuk pekerjaan pembangunan,
peningkatan, dan rehabilitasi jalan; serta sistem swakelola untuk pekerjaan pemeliharaan rutin
jalan, selama ini selalu digunakan oleh pihak Bina Marga. Pembahasan penelitian dilakukan
berdasarkan analisis perbandingan antara penerapan metode kontrak trandisional terhadap metode
kontrak pekerjaan jalan lainnya untuk mengidentifikasi metode kontrak yang berpotensi
meningkatkan kualitas pelayanan jalan menjadi lebih baik. Hasil kajian menunjukkan bahwa
metode kontrak Design-Bid-Build dan Design-Build yang dikombinasikan dengan mekanisme
kontrak garansi, dan metode Kontrak Berbasis Kinerja, merupakan beberapa pendekatan kontrak
yang dapat diterapkan untuk mencapai kualitas jalan yang lebih baik pada pekerjaan penanganan
jalan Kabupaten/Kota maupun jalan Provinsi di Jawa Barat.
Kata kunci: kontrak, kualitas, jalan
1. PENDAHULUAN
Jalan memiliki peran yang sangat besar dalam mendukung aksesibilitas dan mobilitas masyarakat. Kualitas
jalan yang baik sebagai sarana transportasi mempunyai peran penting dalam mendukung peningkatan
ekonomi, sosial dan budaya masyarakat. Dalam upaya mewujudkan kualitas jalan yang baik, pemerintah
telah melakukan berbagai upaya penanganan terhadap semua ruas jalan yang ada untuk meningkatkan
aksesibilitas dan mobilitas masyarakat, yang pada akhirnya akan berdampak pada peningkatan kualitas
ekonomi, sosial dan budaya masyarakat.
Upaya pemerintah daerah Kabupaten/Kota Bandung dan Provinsi Jawa Barat dalam mewujudkan
infrastruktur jalan yang handal dilaksanakan dalam bentuk pembangunan jalan, peningkatan jalan,
rehabilitasi jalan, serta pemeliharaan jaringan jalan yang ada. Pemerintah juga menyediakan dana yang
tidak sedikit untuk mewujudkan jalan yang berada dalam kondisi mantap. Namun kenyataan di lapangan
menunjukkan bahwa kualitas jalan yang ada terus mengalami penurunan, sehingga dibutuhkan upaya
penanganan dan biaya yang besar setiap tahun. Hal ini berpotensi menimbulkan inefisiensi sumber daya
bagi pihak pemerintah maupun masyarakat pengguna jalan, sehingga perlu dilakukan identifikasi terhadap
berbagai permasalahan pada mekanisme penanganan jalan yang selama ini diterapkan.
Pada tahun 2012, pemerintah Kota Bandung dan Provinsi Jawa Barat masing – masing menganggarkan
dana APBD sebesar Rp. 84.000.000.000,- dan Rp. 521.000.000.000,- hanya untuk melaksanakan pekerjaan
rehabilitasi dan pemeliharaan jalan sepanjang 5% dari total panjang jalan Kota dan Provinsi yang ada.
Berdasarkan pengalaman pada tahun – tahun sebelumnya, besarnya biaya yang dikeluarkan tidak menjamin
kualitas dan kinerja jalan yang lebih baik. Masih sering terjadi kerusakan dini pada struktur perkerasan jalan
Manajemen Konstruksi
MK-12 KoNTekS 6
Universitas Trisakti, Jakarta 1-2 November 2012
karena faktor cuaca, drainase di sepanjang sisi jalan tidak berfungsi dengan baik, serta tonnase yang
berlebih. Selain itu, metode kontrak untuk proyek pekerjaan jalan yang digunakan selama ini juga masih
belum berorientasi kepada kualitas dan kinerja jalan. Pemerintah masih menerapkan sistem kontrak Desain
– Bid – Build (DBB) serta sistem swakelola untuk pekerjaan penanganan jalan. Kedua pendekatan tersebut
memiliki kelemahan dalam aspek orientasi kerja, organisasi kontrak, pengaturan risiko, peran pihak
pengguna jasa (owner), serta dukungan terhadap pengembangan inovasi, sehingga kualitas jalan yang
dihasilkan tidak bertahan lama dan membutuhkan biaya penanganan yang makin besar pada tahun – tahun
berikutnya. Untuk itu, perlu dilakukan evaluasi terhadap penerapan metode kontrak yang selama ini
digunakan sehingga dapat diidentifikasi metode kontrak yang lebih berorientasi terhadap kualitas dan
kinerja jalan yang lebih baik serta berpotensi menghasilkan efisiensi biaya bagi pihak pemerintah.
2. JENIS KONTRAK PROYEK PEKERJAAN JALAN
Terdapat berbagai metode kontrak konstruksi yang umum digunakan untuk proyek pekerjaan jalan, seperti
metode kontrak Design-Bid-Build (DBB), kontrak Design-Build (DB), Kontrak Bergaransi (Warranty Type
Contract), hingga Kontrak Berbasis Kinerja (KBK) atau Performance Based Contract (PBC). Selain
berbagai pendekatan kontrak tersebut, sistem swakelola atau pelaksanaan menggunakan sumber daya
sendiri juga umum diterapkan pada proyek pekerjaan jalan. Masing – masing metode kontrak tersebut
memiliki karakteristik yang berbeda, sehingga berdampak pada orientasi terhadap kualitas jalan dan
efisiensi biaya proyek juga berbeda.
Kontrak Design-Bid-Build (DBB) merupakan metode kontrak konstruksi konvensional yang paling sering
dan telah lama digunakan oleh pemerintah pada berbagai proyek pekerjaan jalan. Pada metode kontak DBB,
pekerjaan desain harus diselesaikan terlebih dahulu sebelum pekerjaan konstruksi dilaksanakan. Pekerjaan
lelang dilakukan secara terpisah dan bertahap untuk menentukan pihak penyedia jasa yang akan
melaksanakan pekerjaan desain, pekerjaan konstruksi dan pekerjaan pengawasan. Kontrak jenis ini
mengatur input pekerjaan, seperti pemilihan material dan metode pelaksanaan konstruksi. Pemilihan
penyedia jasa selalu didasarkan pada penawaran harga terendah. Pada umumnya sistem pembayaran kepada
penyedia jasa didasarkan pada harga satuan (unit price).
Selain metode kontrak Design-Bid-Build, metode kontrak Design-Build (DB) juga dapat diterapkan untuk
proyek pekerjaan jalan. Pada metode kontrak Design-Build, pekerjaan desain dan pelaksanaan konstruksi
dikontrakkan kepada satu pihak penyedia jasa. Penyedia jasa dimaksud dapat berupa satu perusahaan
tunggal, konsorsium, joint venture, atau bentuk organisasi lainnya. Pemerintah selaku owner hanya
bertangung jawab terhadap pendanaan, operasional, serta pemeliharaan jalan. Pada umumnya, pekerjaan
desain dan pelaksanaan konstruksi pada jenis kontrak ini dilakukan secara tumpang tindih.
Proyek pekerjaan jalan juga dapat menerapkan metode kontrak bergaransi (warranty type contract).
Kontrak bergaransi ini pada dasarnya bertujuan untuk memberikan kepastian kepada pemerintah selaku
owner bahwa hasil pekerjaan kontraktor akan mencapai usia layanan yang direncanakan dan menjamin jika
terjadi kegagalan bangunan. Untuk itu, kontraktor diwajibkan untuk menyediakan Jaminan Kinerja atau
Performance Bond. Besarnya jaminan harus disesuaikan dengan tingkat tanggung jawab kontraktor
terhadap kegagalan bangunan, serta harus mempertimbangkan peran kontraktor dalam penyusunan desain,
konstruksi, dan pemeliharaan jangka panjang terhadap struktur perkerasan jalan selama berlakunya garansi.
Jenis kontrak lain yang dapat digunakan untuk proyek pekerjaan jalan adalah Kontrak Berbasis Kinerja
(KBK) atau Performance Based Contract (PBC). Jenis kontrak ini masih merupakan kontrak inovatif dan
baru mulai diterapkan pada proyek konstruksi jalan nasional di Indonesia sejak tahun 2010. KBK
merupakan jenis kontrak konstruksi yang memiliki karakteristik yang spesifik, dimana kegiatan
perencanaan, pelaksanaan, dan pemeliharaan dilakukan secara terintegrasi oleh satu pihak penyedia jasa,
dilaksanakan dalam tahun jamak, serta pembayaran dilakukan dengan sistem lumpsum (Balitbang Pusjatan,
2006). Penyedia jasa tidak lagi berorientasi kepada input pekerjaan, tetapi harus berorientasi kepada output
dan outcome dari produk yang dihasilkan. Pembayaran kepada pihak penyedia jasa diukur berdasarkan
output dan outcome dari pekerjaannya, serta mengenal mekanisme insentif dan penalty.
Kontrak Berbasis Kinerja merupakan salah satu pilihan yang dapat digunakan untuk berbagai proyek
pekerjaan penanganan jaringan jalan. Melalui penerapan KBK, kualitas pelayanan jalan dapat lebih terjamin
dan efisiensi biaya untuk kegiatan perbaikan jalan dapat ditingkatkan. Hal ini telah dibuktikan oleh berbagai
praktek sukses penerapan KBK di berbagai negara, dimana terjadi peningkatan kualitas pelayanan atau
kinerja jalan dan dihasilkan penghematan biaya yang cukup signifikan (Pakkala 2002, Segal et al 2003,
Stakenvich et al 2005, Zietlow 2005). Data hasil penerapan KBK dari berbagai negara menunjukkan angka
penghematan biaya proyek konstruksi jalan berkisar antara 10 % sampai dengan 40 % (Pakkala, 2005,
dalam World Bank Transport Note No. TN-27).
Manajemen Konstruksi
KoNTekS 6 MK-13
Universitas Trisakti, Jakarta 1-2 November 2012
Selain jenis kontrak diatas, pemerintah juga melakukan pekerjaan penanganan jalan dengan sistem
swakelola. Pada sistem swakelola, pemerintah melakukan pekerjaan penanganan jalan menggunakan
sumber dayanya sendiri. Pengadaan material dilaksanakan sesuai dengan ketentuan mengenai pengadaan
barang dan jasa pemerintah, sedangkan untuk tenaga kerja dan peralatan menggunakan sumber daya dan
berbagai unit peralatan yang tersedia di Dinas Bina Marga. Pemerintah selaku owner memiliki peran yang
besar dalam menjalankan proyek, mulai dari menjalankan fungsi pelaksana hingga fungsi pengawasan. Saat
ini sistem swakelola hanya diterapkan pada pekerjaan pemeliharaan rutin jalan.
Masing – masing pendekatan kontrak diatas memiliki karakteristik yang berbeda – beda. Untuk itu,
pemilihan jenis kontrak yang tepat untuk jenis pekerjaan penanganan jalan tertentu akan sangat
mempengaruhi kualitas jalan yang dihasilkan serta efisiensi biaya siklus hidup proyek jalan itu sendiri.
3. JENIS DAN MEKANISME PENANGANAN JALAN
Untuk mewujudkan infrastruktur jalan yang berada dalam kondisi mantap dan mampu memenuhi Kriteria
Standar Pelayanan Minimal, pemerintah melalui Dinas Bina Marga Kabupaten/Kota dan Provinsi wajib
menjalankan berbagai program pelayanan pengelolaan atau penanganan jalan. Adapun ruang lingkup dan
jenis program penanganan jalan meliputi pekerjaan pembangunan jalan, peningkatan jalan, rehabilitasi jalan
(pemeliharaan berkala), serta pemeliharaan rutin jalan. Pembangunan jalan merupakan upaya pelaksanaan
pembangunan jalan pada lokasi baru dengan kemampan struktural mantap maupun tidak mantap (seperti
jalan kerikil dan jalan tanah) dengan tujuan untuk memperluas jangkauan pelayanan jaringan jalan.
Untuk jaringan jalan yang sudah tersedia, program penanganan jalan dapat berupa peningkatan jalan,
rehabilitasi jalan, maupun pemeliharaan rutin jalan. Peningkatan jalan dilakukan sebagai upaya untuk
meningkatkan kemampuan struktural dan atau kapasitas jalan yang disesuaikan dengan perkembangan
jumlah dan beban berulang lalu lintas. Untuk jalan yang sudah berada dalam kondisi mantap atau kondisi
sedang, dilakukan pekerjaan perbaikan dan perawatan secara berkala atau rehabilitasi. Tujuan dilakukannya
pemeliharaan berkala adalah untuk mengembalikan kondisi jalan ke kondisi baik agar lalu lintas dapat
dilayani sesuai dengan lingkungan dalam batas repetisi beban standar maupun kemampuan struktur yang
telah direncanakan. Sedangkan pemeliharaan rutin jalan merupakan pekerjaan perbaikan dan perawatan
secara terus menerus terhadap jalan yang berada dalam kondisi mantap atau kondisi baik, agar lau lintas
dapat dilayani sesuai dengan lingkungan dalam batas repetisi beban standar maupun kemampuan struktur
yang telah direncanakan.
Penentuan jenis dan mekanisme penanganan jalan didasarkan pada kondisi atau kemantapan jalan, seperti
ditunjukkan pada Tabel 1.
Tabel 1. Kriteria Kebutuhan Penanganan Jalan
Kondisi Jalan Tingkat Pelayanan
Kebutuhan Pelayanan Mantap Tidak Mantap Kritis
Baik √ Pemeliharaan Rutin
Sedang √ Pemeliharaan Berkala
Rusak Ringan √ Rehabilitasi / Peningkatan
Rusak Berat √ Rekonstruksi
Kebutuhan penanganan jalan juga didasarkan pada penurunan kinerja pelayanan jalan. Model penurunan
kinerja pelayanan jalan beserta kebutuhan penanganan jalan dapat digambarkan seperti pada Gambar 1.
Manajemen Konstruksi
MK-14 KoNTekS 6
Universitas Trisakti, Jakarta 1-2 November 2012
Gambar 1. Model Penurunan Kinerja Pelayanan dan Kebutuhan Penanganan Jalan
Sumber: Ditjen Bina Marga, 2011
4. STUDI KASUS: JENIS KONTRAK DAN MEKANISME PENANGANAN JALAN
Studi kasus penelitian ini dilakukan pada Dinas Bina Marga Kabupaten Bandung, Kota Bandung, serta
Provinsi Jawa Barat. Pengamatan dilakukan terhadap jumlah dan kondisi jalan, jenis kegiatan penanganan
jalan yang dilakukan, jenis kontrak yang digunakan untuk setiap jenis kegiatan penanganan jalan, serta
struktur organisasi dari masing – masing instansi.
Kabupaten Bandung
Jumlah panjang jalan di Kabupaten Bandung sampai dengan awal tahun 2011 adalah sepanjang 1.134,43
km. Dari total panjang tersebut, sebanyak 32,62% atau 370,04 km berada dalam kondisi baik; 19,96% atau
sepanjang 226,38 km berada dalam kondisi sedang; 27,26% atau 309,21 km berada dalam kondisi rusak
ringan; serta 20,16% atau sepanjang 228,8 km berada dalam kondisi rusak berat. Sesuai dengan kondisi
jalan, program penanganan jalan yang dilakukan oleh Dinas Bina Marga Kabupaten Bandung terdiri dari
kegiatan pemeliharaan rutin, pemeliharaan berkala atau rehabilitasi jalan, serta peningkatan jalan. Untuk
beberapa ruas jalan yang belum menghubungkan pusat kegiatan lokal, dilakukan pekerjaan pembangunan
jalan dengan perkerasan kerikil atau perkerasan tanah.
Proyek pekerjaan pembangunan, peningkatan, serta rehabilitasi jalan menggunakan jenis kontrak Design-
Bid-Build (DBB). Pemilihan penyedia jasa pelaksana desain, pelaksana konstruksi, serta pengawas
konstruksi dilakukan melalui proses lelang, dan berdasarkan penilaian penawaran harga terendah.
Pembayaran kepada penyedia jasa berdasarkan sistem harga satuan dan dilakukan dengan sistem termin,
yang diukur berdasarkan volume pekerjaan yang dihasilkan oleh pihak penyedia jasa. Sedangkan untuk
pekerjaan pemeliharaan rutin, dilakukan dengan mekanisme swakelola. Tenaga kerja dan peralatan untuk
pelaksanaan pekerjaan berasal dari Dinas Bina Marga Kabupaten Bandung. Tenaga kerja untuk pelaksanaan
pemeliharaan rutin terdiri dari dua kategori, yaitu pekerja yang melakukan pekerjaan fisik (dikontrak
langsung oleh Dinas Bina Marga secara perseorangan) dan pekerja yang melakukan pengawasan di
lapangan (karyawan tetap Dinas Bina Marga). Ketersediaan peralatan meliputi truck, dump truck, mesin
gilas, excavator, wheel loader, dan unit pencampur aspal tipe continuous plant.
Proyek pekerjaan pembangunan, peningkatan, serta rehabilitasi jalan di Kabupaten Bandung ditentukan
berdasarkan hasil Musrenbang serta Rencana Strategis Kabupaten. Musrenbang akan menghasilkan
keputusan usulan ruas jalan yang membutuhkan penanganan kepada Bappeda Kabupaten. Sedangkan
Rencana Strategis Kabupaten akan merekomendasikan kebutuhan penanganan jalan pada ruas – ruas jalan
berdasarkan tingkat kebutuhan terhadap jalan, seperti status fungsi jalan, volume lalu lintas, dan
pertimbangan pengembangan daerah. Selanjutnya pihak Bappeda dan Dinas Bina Marga Kabupaten
Bandung akan menentukan jenis pekerjaan penanganan jalan dalam satu tahun anggaran, sesuai dengan
kebutuhan dan Renstra Dinas Bina Marga Kabupaten. Kegiatan penanganan jalan di Kabupaten Bandung
diprioritaskan untuk pekerjaan pemeliharaan jalan dan penanganan jalan pada kondisi yang paling buruk
terlebih dahulu dan disesuaikan dengan ketersediaan anggaran. Pemeliharaan rutin dilakukan setiap tahun,
sedangkan pemeliharaan berkala atau rehabilitasi jalan dilakukan setiap 4 (empat) tahun sekali pada ruas
jalan yang sudah dilakukan pemeliharaan rutin selama 3 (tiga) tahun berturut – turut. Untuk kondisi jalan
yang berada dalam kondisi rusak parah, dilakukan pekerjaan peningkatan jalan.
Anggaran dana untuk pelaksanaan proyek pekerjaan jalan di Kabupaten Bandung berasal dari APBD
Kabupaten, ditambah bantuan APBD Provinsi dan bantuan APBN. Proyek pekerjaan jalan dapat
Manajemen Konstruksi
KoNTekS 6 MK-15
Universitas Trisakti, Jakarta 1-2 November 2012
dilaksanakan jika angaran dana sudah tersedia dan disetujui. Proyek dimulai dengan kegiatan lelang untuk
menentukan pihak penyedia jasa perencana. Setelah dokumen desain dan perencanaan selesai disusun,
selanjutnya dilakukan proses lelang untuk menentukan pihak pelaksana dan pengawas konstruksi.
Keseluruhan proses lelang biasanya membutuhkan waktu sekitar 4 (empat) sampai dengan 6 (enam) bulan.
Hal ini berdampak terhadap semakin menurunnya kondisi jalan serta berkurangnya waktu untuk
penyelesaian pekerjaan fisik, sehingga hasil pekerjaan penyedia jasa pelaksana konstruksi menjadi tidak
bertahan lama.
Program penyelenggaraan dan penanganan jalan di Kabupaten Bandung dilaksanakan sesuai dengan
struktur organisasi, seperti digambarkan pada Gambar 2.
Gambar 2. Struktur Organisasi Dinas Bina Marga Kabupaten Bandung
Kota Bandung
Panjang total jaringan jalan Kota Bandung sampai dengan tahun 2011 adalah 1.222 km. Dari total panjang
tersebut, sebanyak 281 km atau hampi 23% berada dalam keadaan rusak, sedangkan 77% berada dalam
kondisi mantap (kondisi jalan baik dan sedang). Pada tahun 2012, pemerintah Kota Bandung
menganggarkan dana sebanyak Rp. 1.000.000.000.000,- untuk pendanaan proyek pekerjaan penanganan
jalan. Penanganan jalan diprioritaskan pada ruas – ruas jalan yang mengalami rusak parah. Dari total
anggaran yang ada, sebanyak Rp. 84.000.000.000,- dialokasikan khusus untuk pekerjaan rehabilitasi dan
peningkatan beberapa ruas jalan yang berada dalam kondisi rusak. Dana tersebut akan diserap untuk
penanganan sebanyak 62 km jalan dan terbagi atas 133 paket pengerjaan. Sedangkan sisa dana akan
dialokasikan untuk pekerjaan pemeliharaan rutin jalan.
Pekerjaan pemeliharaan rutin jalan dilakukan menggunakan sistem swakelola. Dinas Bina Marga Kota
Bandung melaksanakan pekerjaan pemeliharaan jalan menggunakan sumber dayanya sendiri, baik tenaga
kerja maupun peralatan. Sedangkan proyek pekerjaan rehabilitasi dan peningkatan jalan dilakukan
menggunakan metode kontrak Design-Bid-Build. Dinas Bina Marga selaku owner proyek pekerjaan jalan
melakukan lelang untuk pemilihan penyedia jasa perencana. Pihak penyedia jasa yang dinyatakan sebagai
pemenang lelang harus menyusun perencanaan dan desain proyek sampai batas waktu yang ditetapkan.
Setelah dokumen perencanaan dan desain selesai disusun, pihak Bina Marga Kota Bandung selanjutnya
melaksanakan lelang untuk memilih penyedia jasa pelaksana dan pengawas konstruksi. Waktu yang
dibutuhkan untuk melaksanakan seluruh kegiatan lelang dapat mencapai selama 6 (enam) bulan. Penyedia
jasa pelaksana dan pengawas konstruksi wajib melaksanakan pekerjaan sesuai dengan dokumen desain
yang telah ditetapkan dan disetujui oleh owner. Pemilihan pihak penyedia jasa dilakukan berdasarkan
penilaian harga penawaran terendah. Kontrak kepada penyedia jasa menerapkan sistem harga satuan dan
pembayaran dilakukan menggunakan sistem termin, dimana pembayaran pada setiap termin disesuaikan
dengan volume dari pekerjaan yang dihasilkan oleh pihak penyedia jasa.
Manajemen Konstruksi
MK-16 KoNTekS 6
Universitas Trisakti, Jakarta 1-2 November 2012
Lamanya proses lelang pada proyek rehabilitasi dan peningkatan jalan Kota Bandung berdampak pada
tertundanya dan singkatnya waktu pelaksanaan pekerjaan fisik jalan. Pihak penyedia jasa pelaksana bahkan
berisiko melaksanakan pekerjaan proyek pada musim hujan. Selain itu, lamanya waktu lelang juga
berdampak pada kondisi jalan yang semakin menurun, sehingga penanganan jalan yang dilaksanakan oleh
pihak pelaksana konstruksi tidak dapat mencapai kinerja jalan yang diharapkan untuk jangka waktu yang
lama. Akibatnya kualitas jalan yang dihasilkan tidak bertahan lama, bahkan berpotensi mengalami
kerusakan dini.
Program penyelenggaraan dan penanganan jalan di Kota Bandung dilaksanakan sesuai dengan struktur
organisasi berikut:
Gambar 3. Struktur Organisasi Dinas Bina Marga Kota Bandung
Provinsi Jawa Barat
Kewenangan Dinas Bina Marga Provinsi dalam penyelenggaraan sistem jaringan jalan primer di Provinsi
Jawa Barat sampai dengan tahun 2011 adalah sepanjang 2.191,29 km. Dari total panjang jaringan jalan
yang ada, sebanyak 108 km atau 5% berada dalam kondisi rusak. Pemerintah mengganggarkan dana sebesar
Rp. 521.000.000.000,-, yang dialokasikan untuk pekerjaan peningkatan dan rehabilitasi jalan yang
mengalami kerusakan. Proyek pekerjaan peningkatan dan rehabilitasi jalan tersebut menggunakan metode
kontrak Design-Bid-Build. Penyedia jasa yang melaksanakan pekerjaan desain, pelaksanaan konstruksi, dan
pengawasan dipilih melalui proses lelang, berdasarkan penilaian penawaran harga terendah. Jumlah waktu
rata - rata yang dibutuhkan untuk melaksanakan seluruh pekerjaan lelang adalah sekitar 4 (empat) bulan.
Pembayaran kepada penyedia jasa berdasarkan harga satuan dan dilaksanakan berdasarkan termin.
Besarnya biaya yang dibutuhkan untuk pekerjaan penanganan jalan menyebabkan Dinas Bina Marga
Provinsi harus melakukan prioritas penanganan jalan. Pekerjaan penanganan jalan diprioritaskan pada ruas
– ruas jalan yang berada dalam kondisi rusak terlebih dahulu. Bahkan program penanganan pada beberapa
ruas jalan hanya dapat dilakukan sebatas penyusunan dokumen perencanaan dan desain, karena belum
tersedia anggaran yang mencukupi untuk pelaksanaan pekerjaan fisik jalan dimaksud. Terdapat beberapa
dokumen perencanaan dan desain jalan provinsi yang dapat mencapai usia hingga 5 (lima) tahun hingga
pekerjaan fisiknya dapat direalisasikan.
Program penanganan jalan juga dilaksanakan dalam bentuk pemeliharaan rutin jalan. Proyek pekerjaan
pemeliharaan rutin dilaksanakan setiap tahun pada ruas – ruas jalan yang berada dalam kondisi baik dan
dilaksanakan secara swakelola melalui Unit Pelaksana Teknis Daerah atau Balai Pengelolaan Jalan (BPJ).
Tenaga kerja dan peralatan untuk pelaksanaan pekerjaan tersedia di Dinas Bina Marga dan Balai Pengelola
Jalan. Terdapat 6 (enam) Balai Pengelola Jalan di Provinsi Jawa Barat yang bertugas menyelenggarakan
sebagian fungsi Dinas Bina Marga di bidang pelayanan pengelolaan jalan. Pekerjaan pemeliharaan jalan
Manajemen Konstruksi
KoNTekS 6 MK-17
Universitas Trisakti, Jakarta 1-2 November 2012
pada umumnya tidak membutuhkan dokumen desain dan perencanaan, sehingga hanya dilaksanakan sesuai
dengan Prosedur Standar Operasional.
Program penyelenggaraan dan penanganan jalan di Provinsi Jawa Barat dilaksanakan sesuai dengan struktur
organisasi, seperti digambarkan pada Gambar 4.
Gambar 4. Struktur Organisasi Dinas Bina Marga Provinsi Jawa Barat
5. PENGARUH PEMILIHAN METODE KONTRAK TERHADAP KUALITAS JALAN
Berdasarkan hasil pengamatan terhadap pemilihan jenis kontrak serta mekanisme penanganan jalan yang
dilakukan oleh Dinas Bina Marga Kabupaten/Kota serta Provinsi Jawa Barat, kontrak jenis Design-Bid-
Build selalu digunakan untuk pekerjaan pembangunan, peningkatan, serta rehabilitasi jalan. Sedangkan
sistem swakelola selalu digunakan untuk pekerjaan pemeliharaan rutin jalan.
Berdasarkan karakteristiknya, metode kontrak Design-Bid-Build memiliki kelemahan terkait dengan
efisiensi waktu, biaya, dan kualitas hasil pekerjaan. Waktu yang dibutukan untuk pelaksanaan lelang lebih
lama karena pelelangan penyedia jasa dilakukan secara terpisah. Terpisahnya paket pekerjaan desain dan
konstruksi tidak memungkinkan dilakukannya tumpang tindih paket pekerjaan yang dikontrakkan, sehingga
waktu pelaksanaan pekerjaan konstruksi sangat tergantung dari waktu penyelesaian desain dan bahkan
dapat tertunda. Berbagai pengalaman praktek di Dinas Bina Marga yang ditinjau menunjukkan bahwa
waktu mulai pelaksanaan pekerjaan konstruksi pada proyek yang menerapkan metode Design-Bid-Build
seringkali tertunda, karena total waktu yang dibutuhkan untuk pelaksanaan lelang pada umumnya adalah
selama 6 (enam) bulan.
Mekanisme desain dan pekerjaan konstruksi yang dilakukan secara terpisah dan dilaksanakan oleh penyedia
jasa yang berbeda juga berdampak pada risiko yang berkaitan dengan kualitas bukan menjadi tanggung
jawab kontraktor selaku pelaksana konstruksi, karena kontraktor tidak terlibat dalam penyusunan desain
dan metode pelaksanaan konstruksi. Selain itu, mekanisme pada kontrak Design-Bid-Build mengatur
mengenai input pekerjaan, sehingga tidak mendukung pengembangan inovasi bagi pihak penyedia jasa.
Pendekatan Design-Bid-Build juga membutuhkan lebih banyak pekerja dari sisi pemerintah selaku owner
pada proyek pekerjaan jalan, yaitu untuk menjalankan berbagai fungsi tugasnya, baik pada kegiatan
penawaran, inspeksi, serta pemeliharaan jalan. Secara keseluruhan, pendekatan Design-Bid-Build
mempunyai peluang yang rendah terhadap pencapaian efisiensi biaya siklus hidup (life cycle cost) dari
proyek.
Selalu digunakannya metode kontrak Design-Bid-Build pada proyek pekerjaan pembangunan, peningkatan,
dan rehabilitasi jalan, dapat disebabkan oleh struktur organisasi Dinas Bina Marga yang memisahkan fungsi
perencanaan, pembangunan, serta pemeliharaan jalan. Sebagai akibatnya, pelaksanaan masing – masing
pekerjaan tersebut juga secara tidak langsung menjadi tanggung jawab pihak yang berbeda. Padahal
terdapat mekanisme yang memungkinkan dicapainya efisiensi, seperti menggabungkan dua atau tiga
kegiatan tersebut secara sekaligus kedalam satu divisi atau bagian dalam struktur organisasi, atau
menerapkan kontrak yang menggabungkan beberapa pekerjaan tersebut dalam satu kontrak sekaligus,
seperti pada metode kontrak Design-Build serta Kontrak Berbasis Kinerja.
Manajemen Konstruksi
MK-18 KoNTekS 6
Universitas Trisakti, Jakarta 1-2 November 2012
Metode kontrak Design-Build merupakan salah satu jenis kontrak yang dapat diterapkan untuk
melaksanakan pekerjaan pembangunan, peningkatan, dan rehabilitasi jalan. Penerapan metode kontrak
Design-Build memiliki efisiensi dan efektifitas pada aspek waktu, biaya, dan kualitas jalan yang dihasilkan.
Ditinjau dari aspek waktu, metode kontrak DB memberikan efisiensi yang cukup signifikan, karena
pekerjaan desain dan konstruksi dapat dilakukan secara tumpang tinding, sehingga pekerjaan konstruksi
sudah dapat dimulai meskipun pekerjaan desain dan perencanaan belum selesai disusun seluruhnya. Karena
pekerjaan desain diserahkan kepada pihak penyedia jasa yang juga bertanggung jawab melaksanakan
pekerjaan konstruksi, maka kualitas hasil pekerjaan menjadi risiko yang harus ditanggung oleh pihak
penyedia jasa selama masa kontrak. Mekanisme ini juga dapat mengurangi konflik dan klaim akibat
ketidaksesuaian desain dengan kondisi aktual di lapangan. Adanya keterlibatan kontraktor dalam
penyusunan desain, akan lebih mendorong pengembangan inovasi, terutama terkait dengan pemilihan
material dan metode pelaksanaan konstruksi.
Meskipun metode Design-Build berorientasi kepada efisiensi dan efektifitas waktu, biaya, dan kualitas
pekerjaan, namun tidak semua proyek pekerjaan jalan tepat menggunakan metode ini. Metode kontrak ini
direkomendasikan hanya untuk proyek pekerjaan jalan yang membutuhkan percepatan atau akselerasi,
lingkup pekerjaan dan persyaratan kinerja yang sudah jelas, koordinasi dapat dilaksanakan dengan baik,
serta risiko terkait dengan kondisi yang tidak dapat diduga (unforeseen condition) harus rendah.
Metode kontrak Design-Bid-Build maupun Design-Build pada umumnya hanya berlangsung untuk proyek
yang bukan bersifat kontrak tahun jamak (multi years). Kedua metode kontrak tersebut hanya memberikan
jaminan kualitas jalan selama masa kontrak yang singkat. Untuk mengatasi singkatnya masa jaminan atas
kualitas hasil pekerjaan pihak penyedia jasa, penerapan kedua kontrak ini dapat dikombinasikan dengan
kontrak bergaransi. Kombinasi antara kontrak Design-Bid-Build atau Design-Build dengan kontrak
bergaransi akan mengarahkan pihak penyedia jasa untuk menghasilkan kualitas pekerjaan yang lebih baik,
karena risiko yang terkait dengan kualitas hasil pekerjaan menjadi tanggung jawab penyedia jasa untuk
jangka waktu yang lebih lama, sesuai dengan lamanya masa garansi.
Kontrak alternatif lain yang dapat diterapkan untuk pekerjaan penanganan jalan adalah Kontrak Berbasis
Kinerja. Penerapan KBK pada proyek pekerjaan jalan di Indonesia merupakan hal yang relatif baru.
Tinjauan terhadap aspek hukum, penganggaran, serta organisasi mendukung penerapan KBK untuk proyek
pekerjaan jalan di Indonesia. Ditinjau dari aspek hukum, penerapan KBK sejalan dengan berbagai peraturan
perundang-undangan di Indonesia, seperti UU No. 18/1999, tentang Jasa Konstruksi, pasal 16 ayat 3;
Peraturan Presiden No. 70/2005 tentang perubahan ketiga atas Kepres No. 80/2003, tentang Pedoman
Pelaksanaan Pengadaan Barang / Jasa Pemerintah, pasal 30 ayat 1 dan 5; serta UU No. 17/2003 tentang
Keuangan Negara. Tinjauan pada aspek penganggaran memungkinkan Kontrak Berbasis Kinerja untuk
diterapkan, karena kontrak tersebut diterapkan pada tahun jamak (multi years), maka terdapat kepastian
ketersediaan pendanaan untuk kegiatan penanganan jalan hingga beberapa tahun kedepan. Sedangkan
tinjauan pada aspek organisasi juga memungkinkan KBK untuk diterapkan pada berbagai tingkatan
organisasi pengguna jasa. Semakin tinggi tingkat organisasi yang menerapkan KBK, maka penggunaan
sumber daya akan semakin efisien dan mengurangi birokrasi pada proses pengambilan keputusan (Rosyadi,
dkk, 1999).
Penerapan Kontrak Berbasis Kinerja memberikan potensi yang besar dalam menghasilkan kualitas atau
kinerja jalan yang lebih baik diiringi dengan menurunnya biaya siklus hidup proyek. Terintegrasinya
berbagai kegiatan proyek kontruksi dalam satu paket kontrak dan masa kontrak yang panjang (multi years)
memungkinkan pihak penyedia jasa untuk lebih berinovasi dalam menghasilkan produk konstruksi dengan
kinerja yang baik, sistem kerja yang efektif, efisien, dan optimal. Sistem pembayaran lumpsum yang
diiringi dengan adanya ketentuan insentif dan penalty atas kinerjanya, akan lebih mendorong pihak
penyedia jasa menghasilkan pekerjaan dengan kualitas yang baik dan memenuhi kriteria kinerja yang telah
ditetapkan. Kontrak Berbasis Kinerja yang dapat diterapkan mulai dari pekerjaan desain hingga
pemeliharaan jalan dengan masa kontrak yang panjang, dapat memberikan tingkat pelayanan jalan yang
maksimal, dengan biaya rata – rata pemeliharaan yang lebih efisien dibandingkan dengan biaya rata – rata
pemeliharaan jaringan jalan yang menggunakan sistem kontrak konvensional (Design-Bid-Build maupun
swakelola).
6. KESIMPULAN
Masih lemahnya kondisi infrastruktur jalan di Kabupaten/Kota maupun Provinsi di Jawa Barat disebabkan
oleh beberapa faktor. Salah satu penyebabnya adalah mekanisme penanganan jalan yang diterapkan selama
ini masih belum berorientasi terhadap kualitas dan kinerja jalan yang lebih baik untuk jangka panjang.
Struktur organisasi pihak penyelenggara jalan yang memisahkan tanggung jawab untuk pekerjaan
perencanaan, pembangunan, dan pemeliharaan jalan, berdampak pada pemilihan metode kontrak yang
digunakan untuk proyek pekerjaan jalan juga memisahkan ketiga fungsi tersebut. Penerapan kontrak yang
Manajemen Konstruksi
KoNTekS 6 MK-19
Universitas Trisakti, Jakarta 1-2 November 2012
memisahkan masing – masing pekerjaan kepada penyedia jasa yang berbeda – beda dengan masa kontrak
yang relatif singkat, seperti pada kontrak Design-Bid-Build yang selama ini digunakan, menyebabkan
kualitas jalan bukan menjadi tanggung jawab pihak penyedia jasa. Pada akhirnya pemerintah harus
melakukan pekerjaan pemeliharaan jalan secara terus – menerus setiap tahunnya. Terdapat mekanisme
kontrak yang dapat mengarahkan pihak penyedia jasa untuk menyediakan jalan dengan kualitas yang lebih
baik untuk waktu yang lebih panjang, seperti penerapan kontrak Design-Bid-Build dan Design-Build yang
dikombinasikan dengan mekanisme kontrak bergaransi, atau penerapan Kontrak Berbasis Kinerja yang
mendorong penyedia jasa untuk menghasilkan kualitas dan kinerja jalan yang lebih baik untuk jangka
panjang.
DAFTAR PUSTAKA (DAN PENULISAN PUSTAKA)
Balitbang Pusjatan (2006). “Kajian Penerapan Kontrak Berbasis Kinerja untuk Konstruksi diatas Tanah
Lunak”.. Bandung.
Collier, Keith. (2001). “Construction Contracts-Third Edition”, Pretice Hall, New Jersey.
Pakkala, P. (2002). "Innovative Project Delivery Methods for Infrastructure – An International
Perspective", http://www-esd.worldbank.org/pbc_resource_guide/Docs-latest%20edition/cases-and-
pdfs/pakkalae5.pdf.
Peraturan Presiden No. 70/2005 tentang perubahan ketiga atas Kepres No. 80/2003, tentang Pedoman
Pelaksanaan Pengadaan Barang / Jasa Pemerintah
Rosyadi, dkk. (1999). “Kajian Penerapan Performance Based Ccontract (PBC) di Jalur Pantura Jawa
Barat”, Prosiding Simposium XII FSTPT, Surabaya.
Segal, G.F., Moore, A. T., and McCarthy, S. (2003). “Contracting for Road and Highway Maintenance”,
http://www-esd.worldbank.org/pbc_resource_guide/Docs-latest%20edition/cases-and-pdfs/htg21.pdf.
Stankevich, N., Qureshi, N. dan Queiroz, C. (2005). “Performance-based Contracting for Preservation and
Improvement of Road Assets”, http://www-esd.worldbank.org/pbc_resource_guide/Docs-
latest%20edition/PBC/trn_27_PBC_Eng_final_2005.pdf.
UU No. 18/1999, tentang Jasa Konstruksi
UU No. 17/2003 tentang Keuangan Negara
Zietlow (2005). “Cutting Costs and Improving Quality through Performance-Based Road Management and
Maintenance Contracts - The Latin American and OECD Experiences”, http://www-
esd.worldbank.org/pbc_resource_guide/Docs-latest%20edition/cases-and-pdfs/PBRMC-05.pdf.