KAJIAN PENERAPAN BUDAYA KESELAMATAN DI...

5
Hasil-hasil Penelitian ESN Tahun 2009 ISSN 0854 - 5561 KAJIAN PENERAPAN BUDAYA KESELAMATAN DI IEBE Nudia Barenzani ABSTRAK KAJIAN PENERAPAN SUOAYA KESELAMATAN lESE. Kajian Suatu kajian terhadap penerapan budaya keselamatan telah dilakukan untuk menentukan tingkat pengembangan budaya keselamatan dalam kegiatan penelitian di Instalasi Elemen Sakar Eksperimental (lESE). Metoda kajian adalah dengan cara penyebaran angket yang berisi sejumlah pertanyaan untuk dinilai dengan skor 0 sampai 10. Materi pertanyaan didasari pada IAEA- TECOOC-860 yang dibagi dalam 15 karakteristik budaya keselamatan. Angket disebarkan kepada personel yang memiliki tanggungjawab dalam kegiatan di lESE, yaitu para operator dan supervisor. Skor angket digambarkan dalam suatu radar chart dan di komparasi dengan tahun sebelumnya. Hasil kajian menunjukkan bahwa karakteristik Kualitas dokumen dan prosedur dengan skor 5,53 merupakan kelemahan dari manajemen. Sedangkan karakteristik kejelasan tugas, wewenang dan tanggung jawab dengan skor 7,23 merupakan kekuatan dari manajemen. Nilai rata-rata dari 15 karakteristik budaya keselamatan tahun 2009 dengan skor 6,3 mengalami kenaikan 9,42% dari tahun 2008 yang artinya bahwa pengembangan budaya keselamatan dari manajemen berada pad a tahap ke-dua. Serdasarkan skor ini dapat disimpulkan bahwa manajemen organisasi dalam pengelolaan kegiatan lESE berhasil meningkatkan diri . Kata kunci: Sudaya Keselamatan, Karakteristik Sudaya Keselamatan dan lESE. PENDAHULUAN Instalasi Elemen Sakar Eksperimental (lESE) adalah salah satu instalasi nuklir non-reaktor. lESE dioperasikan atau dikelola oleh Sidang Sahan Sakar Nuklir (S3N), Pusat Teknologi Sahan Sakar Nuklir ( PTSN), Sadan Tenaga Nuklir Nasional (SATAN) yang berdasarkan peraturan Kepala ( PERKA) SATAN No.392/KA/XI/2005 Pasal 267 mempunyai tugas melaksanakan pengembangan teknologi produksi bahan bakar nuklir. Sebagai fasilitas untuk melakukan kegiatan pengembangan teknologi produksi elemen bakar nuklir reaktor daya, lESE didesain sedemikian rupa agar beroperasi secara aman dan selamat, baik terhadap proses kerja, personil, lingkungan kerja dan lingkungan luar instalasi, terhadap bahan bahan-bahan kimia yang digunakan dalam proses kerja, khususnya terhadap bahan U yang merupakan bahan strategis. Namun pengalaman menunjukkan bahwa sebagian besar kecelakaan di tempat kerja disebabkan oleh faktor kesalahan manusia, yaitu berupa perilaku pekerja dalam melaksanakan pekerjaannya. Sehubungan dengan hal itu, faktor manusia hendaknya menjadi perhatian dalam manajemen organisasi dengan cara menerapkan budaya keselamatan di tempat kerja. Khususnya dalam hal ketenaga-nukliran, Keppres 106 tahun 2002, UU No 10 tahun 1997 dan Peraturan Pemerintah terkait pemanfaatan tenaga nuklir di Indonesia telah mengisyaratkan pentingnya budaya keselamatan[1,2]. Adanya budaya keselamatan di tempat kerja dapat dilihat dari pola pikir, pola sikap dan pola tindak personil terhadap hal-hal yang terkait dengan keselamatan, khususnya dalam penanganan bahan-bahan radioaktif yang berpotensi bahaya radiasi seperti di lESE. Keselamatan yang tinggi akan tercapai bila para personil dalam instalasi tersebut menerapkan budaya keselamatan. Seberapa jauh manajemen organisasi lESE meningkatkan penerapkan budaya keselamatan di tempat kerja khususnya dalam pengelolaan kegiatan operasional untuk penelitian, maka perlu dilakukan pengkajian diri secara berkesinambungan dengan cara melakukan survei ulang pelaksanaan budaya keselamatan. Oari hasil survei ulang ini dapat dimanfaatkan oleh manajemen untuk terus mengembangkan budaya keselamatan agar keselamatan yang tinggi tersebut dapat dicapai. 406

Transcript of KAJIAN PENERAPAN BUDAYA KESELAMATAN DI...

Page 1: KAJIAN PENERAPAN BUDAYA KESELAMATAN DI IEBEdigilib.batan.go.id/ppin/katalog/file/0854-5561-2009-4061.pdfkeselamatan di tempat kerja. Khususnya dalam hal ketenaga-nukliran, Keppres

Hasil-hasil Penelitian ESN Tahun 2009 ISSN 0854 - 5561

KAJIAN PENERAPAN BUDAYA KESELAMATAN DI IEBE

Nudia Barenzani

ABSTRAK

KAJIAN PENERAPAN SUOAYA KESELAMATAN lESE. Kajian Suatu kajian terhadappenerapan budaya keselamatan telah dilakukan untuk menentukan tingkatpengembangan budaya keselamatan dalam kegiatan penelitian di Instalasi ElemenSakar Eksperimental (lESE). Metoda kajian adalah dengan cara penyebaran angketyang berisi sejumlah pertanyaan untuk dinilai dengan skor 0 sampai 10. Materipertanyaan didasari pada IAEA- TECOOC-860 yang dibagi dalam 15 karakteristikbudaya keselamatan. Angket disebarkan kepada personel yang memiliki tanggungjawabdalam kegiatan di lESE, yaitu para operator dan supervisor. Skor angket digambarkandalam suatu radar chart dan di komparasi dengan tahun sebelumnya. Hasil kajianmenunjukkan bahwa karakteristik Kualitas dokumen dan prosedur dengan skor 5,53merupakan kelemahan dari manajemen. Sedangkan karakteristik kejelasan tugas,wewenang dan tanggung jawab dengan skor 7,23 merupakan kekuatan darimanajemen. Nilai rata-rata dari 15 karakteristik budaya keselamatan tahun 2009 denganskor 6,3 mengalami kenaikan 9,42% dari tahun 2008 yang artinya bahwapengembangan budaya keselamatan dari manajemen berada pad a tahap ke-dua.Serdasarkan skor ini dapat disimpulkan bahwa manajemen organisasi dalampengelolaan kegiatan lESE berhasil meningkatkan diri .

Kata kunci: Sudaya Keselamatan, Karakteristik Sudaya Keselamatan dan lESE.

PENDAHULUAN

Instalasi Elemen Sakar Eksperimental (lESE) adalah salah satu instalasi nuklir non-reaktor.lESE dioperasikan atau dikelola oleh Sidang Sahan Sakar Nuklir (S3N), Pusat Teknologi SahanSakar Nuklir ( PTSN), Sadan Tenaga Nuklir Nasional (SATAN) yang berdasarkan peraturan Kepala (PERKA) SATAN No.392/KA/XI/2005 Pasal 267 mempunyai tugas melaksanakan pengembanganteknologi produksi bahan bakar nuklir. Sebagai fasilitas untuk melakukan kegiatan pengembanganteknologi produksi elemen bakar nuklir reaktor daya, lESE didesain sedemikian rupa agar beroperasisecara aman dan selamat, baik terhadap proses kerja, personil, lingkungan kerja dan lingkungan luarinstalasi, terhadap bahan bahan-bahan kimia yang digunakan dalam proses kerja, khususnyaterhadap bahan U yang merupakan bahan strategis. Namun pengalaman menunjukkan bahwasebagian besar kecelakaan di tempat kerja disebabkan oleh faktor kesalahan manusia, yaitu berupaperilaku pekerja dalam melaksanakan pekerjaannya. Sehubungan dengan hal itu, faktor manusiahendaknya menjadi perhatian dalam manajemen organisasi dengan cara menerapkan budayakeselamatan di tempat kerja. Khususnya dalam hal ketenaga-nukliran, Keppres 106 tahun 2002, UUNo 10 tahun 1997 dan Peraturan Pemerintah terkait pemanfaatan tenaga nuklir di Indonesia telahmengisyaratkan pentingnya budaya keselamatan[1,2].

Adanya budaya keselamatan di tempat kerja dapat dilihat dari pola pikir, pola sikap danpola tindak personil terhadap hal-hal yang terkait dengan keselamatan, khususnya dalampenanganan bahan-bahan radioaktif yang berpotensi bahaya radiasi seperti di lESE. Keselamatanyang tinggi akan tercapai bila para personil dalam instalasi tersebut menerapkan budayakeselamatan. Seberapa jauh manajemen organisasi lESE meningkatkan penerapkan budayakeselamatan di tempat kerja khususnya dalam pengelolaan kegiatan operasional untuk penelitian,maka perlu dilakukan pengkajian diri secara berkesinambungan dengan cara melakukan surveiulang pelaksanaan budaya keselamatan. Oari hasil survei ulang ini dapat dimanfaatkan olehmanajemen untuk terus mengembangkan budaya keselamatan agar keselamatan yang tinggitersebut dapat dicapai.

406

Page 2: KAJIAN PENERAPAN BUDAYA KESELAMATAN DI IEBEdigilib.batan.go.id/ppin/katalog/file/0854-5561-2009-4061.pdfkeselamatan di tempat kerja. Khususnya dalam hal ketenaga-nukliran, Keppres

Hasil-hasil Penelitian EBN Tahun 2009

TUJUAN

ISSN 0854 - 5561

Survei bertujuan untuk mendapatkan data komparasi tahun 2008 dengan tahun 2009 dari15 karakteristik budaya keselamatan di tempat kerja. Berdasarkan data tersebut dapat di tentukanpeta relasi dari profil budaya keselamatan, sehingga dapat diidentifikasi kemajuan manajemenorganisasi dalam menerapkan budaya keselamatan.

SASARAN

Sasaran survei dalam pengkajian diri ini adalah personel yang bertugas untuk kegiatanoperasional IEBE. Untuk mengoperasikan IEBE dalam kegiatan penelitian pengembangan bahanbakar nuklir banyak terlibat personel yang bertanggungjawab dengan tugasnya. Operasional IEBEdilaksanakan oleh personel dari Bidang Bahan Bakar Nuklir ( B3N ) yang dibagi dalam kelompokSupervisor dan Operator. Kajian ulang ini telah disurvei sebanyak 43 personel yang terkait dengankegiatan di IEBE.

TEORI

Pengertian Budaya KeselamatanSetiap organisasi memiliki persepsi yang bervariasi terhadap konsep-konsep budaya

keselamatan, dan perlu tindakan positif untuk mempengaruhi pemahaman tesebut. TerminologiSafety Culture atau Budaya Keselamatan pertama kali digunakan setelah kejadian kecelakaan direaktor Chernobyl pada 26 April 1986. International Nuclear Safety Advisory Group-4 ( INSAG-4 )mendefinikan : "Budaya keselamatan adalah gabungan karakteristik dan sikap yang terbentuk dalamorganisasi dan individu yang menempatkan keselamatan sebagai prioritas utama sepadan dengankepentingannya". Pernyataan diatas mengandung arti bahwa budaya keselamatan harus menjadiprioritas utama pada pusat-pusat tenaga nuklir [3].

Pengembangan Budaya KeselamatanSemua organisasi yang terlibat dalam kegiatan nuklir memiliki perhatian yang sama

terhadap pemeliharan dan peningkatan keselamatan. Hal tersebut sejalan dengan Kebijakan KepalaBATAN yaitu "Diseluruh unit kerja dilingkungan BATAN keselamatan harus menjadi pertimbanganutama baik secara organisasi maupun perorangan". Tetapi ada keragaman mendasar yangdiperlukan untuk mempengaruhi secara positif. Keragaman ini dapat mencerminkan perbedaantingkat kesadaran dalam manajemen organisasi teknis terhadap dampak keselamatan, perilaku dansifat manusia yang ada dalam organisasi tersebut. Menurut Tecdoc IAEA No. 1329, ada tiga tahapandalam pengembangan budaya keselamatan, yaitu:

Tahap 1 : Keselamatan berdasar Peraturan (Compliance)

Pada tahapan ini, keselamatan hanya dipandang sebagai persyaratan eksternal.Kesadaran terhadap aspek kinerja keselamatan sang at rendah dan keselamatan hanya dipandangsebagai masalah teknis .

Tahap 2: Keselamatan menjadi Tujuan Organisasi (Performance)

Pada tahapan ini, kinerja keselamatan dianggap penting walaupun tidak ada tekanan daripihak pengawas. Kesadaran terhadap aspek keselamatan sangat tinggi sehingga keselamatandijadikan prioritas dalam setiap kegiatan kerja. Kinerja keselamatan dilakukan untuk mencapaisasaran & tujuan organisasi.

Tahap 3: Keselamatan Selalu Ditingkatkan (Learning Organization)

Pada tahap ini, manajemen organisasi sudah menerapkan gagasan terus menerus untukmeningkatkan kinerja keselamatan. ManajemEm organisasi yang sudah sampai pad a tahap initercermin dengan adanya penekanan kuat terhadap komunikasi, pelatihan, gaya kepemimpinan, danmeningkatkan effisiensi & efektifitas setiap personil dalam organisasi[4.5]

407

Page 3: KAJIAN PENERAPAN BUDAYA KESELAMATAN DI IEBEdigilib.batan.go.id/ppin/katalog/file/0854-5561-2009-4061.pdfkeselamatan di tempat kerja. Khususnya dalam hal ketenaga-nukliran, Keppres

Hasil-hasil Penelitian EBN Tahun 2009 ISSN 0854 - 5561

Ciri-ciri tahapan pengembangan budaya keselamatan tersebut di atas akan digunakansebagai dasar untuk kajian tentang budaya keselamatan dalam pengelolaan operasional IEBE

METODE

Metoda survei dilakukan dengan menglrlm secara langsung kepada personel berupalembaran kuesioner tertulis yang tertutup dan rahasia tanpa memberikan identifikasi personel,seperti nama, kelompok kerja dan sebagainya. Materi kuesioner dibuat sedemikian rupa untukmendapatkan informasi mengenai sikap, pendapat, atau persepsi personel terhadap penerapanbudaya keselamatan di tempat kerja ( lampiran ). Ada 60-80 indikator pertanyaan yang dibagimenjadi 15 karakteristik budaya keselamatan. Jumlah pertanyaan tersebut beralasan, mengingatbahwa jika pertanyaan kurang dari 60 indikator akan sulit mendapatkan gambaran budayakeselamatan secara rinci, sedangkan jika lebih dari 80 indikator pertanyaan akan mendapatkanresistansi terhadap responden. Setiap pertanyaan dapat diberi skor antara 0 sampai dengan 10.Skor dibagi menjadi lima tingkatan, yaitu: 0-2 : kategori sangat kurang, 3-4 : kategori kurang, 5-6 :kategori cukup, 7-8 : kategori baik dan 9-10 : kategori sangat baik. Instruksi pengisian kuesionerdiberikan secara jelas sehingga memudahkan personil dalam menjawab pertanyaan tersebut.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Survei untukkajian penerapan budaya keselamatan di IEBE mendapat respon yang positifoleh para personel IEBE. Seluruh lembar kuesioner untuk survei yang telah dikirim kepada personel,semuanya kembali secara lengkap. Skor untuk setiap indikator dijumlah dan dibagi terhadap jumlahpersonel . Rata-rata skor untuk setiap indikator dapat dilihat pada Tabel1.

Oari pengolahan data hasil survei seperti yang ditunjukkan pada Tabel 1 dapat digambarkandalam bentuk radar chart seperti terlihat pada Gambar 1 .

Nilai rata-rata terhadap 15 karakteristik budaya keselamatan adalah sebesar 6,274mengalami kenaikan sebesar 9,42% dari tahun sebelumnya yaitu 5,40. Besaran nilai ini memberikangambaran bahwa posisi manajemen organisasi dalam pengembangan budaya keselamatan di IEBEmengalami peningkatan dari tahap satu menuju tahap dua, yang artinya bahwa keselamatan menjaditujuan organisasi (Performance). Pada tahapan ini, kinerja keselamatan dianggap penting walaupuntidak ada tekanan dari pihak pengawas. Kesadaran terhadap aspek keselamatan dijadikan prioritasdalam setiap kegiatan kerja. Kinerja keselamatan dilakukan untuk mencapai sasaran dan tujuanorganisasi. Hal tersebut dilakukan dengan diadakan workshop-workshop budaya keselamatan,pemasangan slogan-slogan keselamatan, audit interna oleh para supervisor dan operator ke setiapbagian laboratorium untuk mengidentifikasi masalah dan lain sebagainya.

Kekuatan yang dimiliki manajemen organisasi dalam pengelolaan kegiatan di IEBE, adalahpad a kejelasan tugas, wewenang dan tanggung jawab. Setiap personel yang bekerja dalam IEBEharus mempunyai surat ijin bekerja baik sebagai supervisor maupun operator. Namun begitumanajemen organisasi IEBE memiliki kelemahan pada kualitas dokumen dan prosedur dengan skorsebesar 5,53. Hal ini dapat terjadi karena dokumentasi keselamatan tidak mudah diakses oleh parapegawai, ketidak jelasan dalam tanggung jawab dalam menyiapkan dokumen.

408

Page 4: KAJIAN PENERAPAN BUDAYA KESELAMATAN DI IEBEdigilib.batan.go.id/ppin/katalog/file/0854-5561-2009-4061.pdfkeselamatan di tempat kerja. Khususnya dalam hal ketenaga-nukliran, Keppres

ISSN 0854 - 5561 Hasil-hasil Penelitian EBN Tahun 2009

Tabel 1. Nilai Karakteristik Budaya Keselamatan di IEBE

I Karakteristik Budaya Keselamatan

TahunNo. 2008

2009

1Komitmen pimpinan puncak terhadap keselamatan 5,275,90

2

Prioritas utama terhadap keselamatan 5,285,62

3

Hubungan antara para pemimpin dan para pegawai 5,175,60

4

Kulitas dokumen dan prosedur 4,965,53

5

Kepatuhan terhadap peraturan dan prosedur 5,365,71

6

Penanganan Konflik 5,866,65

7

Motivasi dan kepuasan kerja 5,416,03

8

Tugas , wewenang dan tanggung jawab yang jelas 5,517,03

9

Keterbukaan dan komunikasi 5,496,80

10

Keterlibatan semua pegawai 5,556,80

11Suasana kerja yang baik terhadap waktu, beban kerja dan I 5,17 16,77stress 12Monitoring dan pengukuran kinerja keselamatan 5,736,87

. 13Kerjasama dalam tim/kelompok 5,536,50

14

Pegawai yang mempunyai sifat kritis 5,486,45

5,40

6,274

10 KOMITMEN PIMPINAN PUNCAK TERHADAP KESELAMAT AN-----r--------

PRIORIT AS UT AMA TERHADAP KESELAMA T AN

PEGAWAI YANG MEMPUNYAI SIFAT KRITIS

KERJASAMA DALAM TIM

I I

MONITORING DAN PENGUKURAN ~L,"M." ',"M""""",""","",M \ / \DENGAN MASALAH WAKTU. BEBAN KERJA

DAN STRESS

KETERBUKAAN DAN KOMUNIKASI

HUBUNGAN ANTARA PARA PEMIMPINDENGAN PARA PEGAWAI

KUALIT AS DOKUMEN DAN PROSEDUR

KEPATUHAN TERHADAP PERATURAN

DAN PROSEDUR

TUGAS. WEWENANG. TANGGUNGJAWAB YANG JELAS

Gambar 1 . Radar chart karakteristik budaya keselamatan di IEBE

KESIMPULAN

Hasil kajian diri manajemen organisasi dalam pengelolaan kegiatan operasional IEBE yangdilakukan berdasarkan hasil survei terhadap personel (Supervisor dan Operator) dapat disimpulkansebagai berikut:

409

Page 5: KAJIAN PENERAPAN BUDAYA KESELAMATAN DI IEBEdigilib.batan.go.id/ppin/katalog/file/0854-5561-2009-4061.pdfkeselamatan di tempat kerja. Khususnya dalam hal ketenaga-nukliran, Keppres

Hasil-hasil Penelitian EBN Tahun 2009 ISSN 0854 - 5561

• Metoda survei melalui kuesioner yang bersifat tertutup dan rahasia cukup dapat memberikaninformasi mengenai sikap, pendapat, atau persepsi personel yang obyektif terhadap kondisikinerja keselamatan di tempat kerjanya.

• Kualitas dokumentasi dan prosedur kegiatan operasional IEBE merupakan karakteristik budayakeselamatan yang terendah ..

• Kejelasan tugas, wewenang dan tanggung jawab yang jelas merupakan kekuatan darimanajemen organisasi IEBE

• Kinerja budaya keselamatan dalam manajemen organisasi meningkat dari tahap 1 menjaditahap 2, yaitu pad a tahapan ini, kinerja keselamatan dianggap penting walaupun tidak adatekanan dari pihak pengawas. Kesadaran terhadap aspek keselamatan sang at tinggi sehinggakeselamatan dijadikan prioritas dalam setiap kegiatan kerja. Kinerja keselamatan dilakukanuntuk mencapai sasaran & tujuan organisasi.

DAFTAR PUSTAKA

[1] ANONIM, Keputusan Kepala BAPETEN No: 01/Ka-BAPETEN/ V-99 Tentang KetentuanKeselamatan Kerja Terhadap Radiasi, BAPETEN 1997

[2] ANONIM, Pengembangan Budaya Keselamatan dalam Kegiatan Nuklir : Saran-saran Praktisuntuk membantu Proses. (Terjemahan IAEA Safety Report Series 11 : Developing Safety Culturein Nuclear Activities: Practical Suggestions to Assist Progress), BAPETEN, 2004

[3] Heni NA, Yusri, Materi Rekualifikasi Petugas Proteksi Radiasi "Evaluasi Penerapan BudayaKeselamatan Instalasi Nuklir", BAPETEN, 2006

[4] ANONIM, IAEA. TECDOC-1321 "Self Assessment of safety Culture in Nuclear Installation ".2000[5] ANON 1M, IAEA TECDOC-860, Ascot Guidelines "Guidelines for organizational self assessment

of safety culture and for review by assessment of safety culture in organizational team ".2001

TANYA JAWAB

1. Winter Dewayatna• Apakah definisi pimpinan puncak sudah dijelaskan saat penyebaran angket ?• Berapa Jumlah angket yang disebar ?• Apakah sudah obyektif dilapangan/ di cek ulang

Nudia Barenzani

• Angket sudah jelas informasinya ( lihat lampiran )• Angket didistribusikan kepada semua personel IEBE ( para operator dan supervisor)• Sudah di cek ulang.

2. Budi Prayitno• Makalah belum dilengkapi tabel• Kajian Budaya keselamatan RMI tidak ada

Nudi Barenzani• Tabel sudah ditambahkan

• RMI sudah pernah diterbitkan

3. Tonny Siahaan• Gambar radar chart belum ada info tahun 2009

• Perlu lampiran kuesioner

Nudia Barenzani

• Kegiatan 2009 sudah ditambahkan• Lampiran kuesioner sudah ditambahkan

410